Upload
yandaoke
View
1.904
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud Pariaman 2012
Citation preview
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
1
ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA
DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RSUD PARIAMAN
TESIS
OLEH
RHONA SANDRA
1021224006
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
ALIANSI UNIVERSITAS INDONESIA – UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2012
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
2
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
3
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
4
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
5
UNIVERSITAS ANDALAS
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PASCASARJANA – FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Tesis, Agustus 2012
Rhona Sandra
Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana Dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman
ix + 87 halaman + 2 skema + 7 tabel + 11 lampiran
Abstrak
Perawat pelaksana kurang menyadari pentingnya pendokumentasian asuhan
keperawatan, hal ini terlihat dari pendokumentasian yang masih banyak kosong
atau tidak dilengkapi perawat mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan dapat dipengaruhi oleh motivasi perawat. Tujuan penelitian untuk
melihat hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pariaman.
Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah perawat pelaksana yang bertugas
diruang rawat inap RSUD Pariaman yang meliputi 9 ruang rawat inap dengan 86
perawat pelaksana sebagai responden, dengan tekhnik pengambilan sampel
proportional random sampling. Data dikumpulkan melalui studi dokumentasi
yang ditulis oleh responden dengan cara menilai aspek pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, evaluasi, dan catatan asuhan keperawatan. Hasil uji
statistik bivariat chi-square menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara motivasi dengan pendokumentasian (p=0.004). Hasil penelitian ini
merekomendasikan kepada Pimpinan RSUD Pariaman untuk meningkatkan
motivasi perawat pelaksana dengan memberikan kesempatan melanjutkan
pendidikan kejenjang Diploma dan Sarjana, serta mempertimbangkan pemberian
reward atau insentif tambahan untuk pelaksanaan pendokumentasian.
Kata kunci : Motivasi, Pendokumentasian, Asuhan Keperawatan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
6
UNIVERSITY OF ANDALAS
MASTER PROGRAM IN NURSING SCIENCE
MAJORING IN NURSING LEADERSHIP AND MANAGEMENT
POST GRADUATE PROGRAM –FACULTY OF NURSING
Thesis, Augustus 2012
Rhona Sandra
Analysis of relationship between motivation of Nurse in charge and
Documentation implementation of caring and nursing in the ward of RSUD
Pariaman 2012
ix + 87 pages + 2 schemes + 8 tables + 11 appendics
Abstract
The nurse in charge has a little awareness of importance of nursing and caring‟s
documentation. This can be seen from the documentation which is still not fully
comprehensive from examination, diagnose, planning, implementation, and
nursing evaluation. Nurse‟s motivation will have influence on this documentation
execution.The purpose of this research is to see the relationship between
motivation of nurse in charge and documentation implementation of caring and
nursing in the ward of RSUD Pariaman.This research is using cross sectional
analytic observational design. The sample of this research is the nurse in charge
at the ward of RSUD Pariaman that involves9wards and 86 nurses as respondent,
using proportional random sampling.The data is gathered by documentation study
that written by the respondent that contain diagnose, planning, measurement,
evaluation, and nursing note.The result of chi-square bivariat statistic test shows
that there is a relationship between motivation and documentation (p=0.004).
This result recommend the chairman of RSUD Pariaman to improve nurse‟s
motivation by giving them opportunity to improve their degree to diploma and
scholar, and take a consideration of giving a reward or additional incentive for
documentation implementation.
Keyword : Motivation, Documentation, Nursing care
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
7
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemberi
petunjuk keselamatan kepada hambanya yang beriman. Dengan memanjatkan
ungkapan puji dan syukur atas kehendakNya, Tesis yang berjudul Analisis
Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman, dapat peneliti
selesaikan dengan baik.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya dari lubuk hati
yang paling dalam penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berkenan
memberi bantuan, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Ungkapan terima
kasih ini khusus penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Syafruddi Karimi,SE,MA, selaku Direktur Pasca Sarjana
Universitas Andalas.
2. Bapak Dr.Masrul,MSc,Sp.GK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
3. Bapak Dr.Zulkarnain Edward,MS,PhD, sebagai ketua program studi, atas
perjuangan beliau yang luar biasa gigihnya sehingga peneliti dapat beliau
antarkan kejenjang pendidikkan yang lebih tinggi (S2).
4. Ibu Rika Sabri,SKp,M.Kep,Sp.Kom dan Ibu Dessie Wanda,SKp,MN, yang
dengan tekun dan sabar telah membimbing penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
5. Ibu Dr.Lila Yanwar,MARS, selaku Direktur RSUD Pariaman, beserta seluruh
staff, dan karyawan yang telah membantu memberikan informasi serta
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
8
memberikan arahan demi terlaksananya penelitian hubungan motivasi perawat
pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperwatan di RSUD
Pariaman ini.
6. Seluruh Civitas Akademika dalam lingkungan Universitas Andalas Padang dan
Universitas Indonesia yang telah memberi peluang bagi peneliti untuk
mengikuti perkuliahan serta memberikan bimbingan dalam perkuliahan,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan sesuai dengan waktunya.
7. Suami tercinta dr.Nofriyanda, Ayahanda H.Basri,MPd, Ibunda
Hj.Yurwanis,SPd, abang Beldy,SE dan adik Ku Jacky,ST, yang dengan penuh
kasih sayang, dorongan, pengorbanan, dan iringan doa mereka yang luar biasa
sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
8. Rekan-rekan teman sejawat angkatan perdana Program Studi Magister
Manajemen Kepemimpinan dan Keperawatan Unand yang telah memberikan
bantuan baik dalam bentuk moril maupun materil dalam mengikuti perkuliahan
dan penyelesaian tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu atas bantuan yang
diberikan baik langsung maupun tidak langsung sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Peneliti mendoakan semoga siapa saja yang telah membantu menyelesaikan
penelitian ini, semoga diberi oleh Allah SWT Rahmat dan Hidayahnya,
keselamatan dunia dan akhirat, Amin Ya Robbal Alamin.
Peneliti sangat mengharapkan saran yang konstruktif demi perbaikan berikutnya.
Padang, Agustus 2012
Peneliti
RHONA SANDRA
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
9
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………….v
DAFTAR TABEL………………………………………………….vii
DAFTAR SKEMA…………………………………………………viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… ix
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 10
D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 12
A. Dokumentasi …………………………………………………… 12
B. Motivasi………………………………………………………… 22
C. Penelitian Terdahulu……………………………………………. 42
D. Kerangka Teori ………………………………………………… 44
BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI
OPERASIONAL……………………………………………………. 45
A. Kerangka Konsep……………………………………………. 46
B. Hipotesis………………………………………………………… 47
C. Defenisi Operasional…………………………………………….. 47
BAB IV : METODE PENELITIAN…………………………………………… 49
A. Rancangan Penelitian …………………………………………… 49
B. Populasi dan Sampel…………………………………………….. 49
C. Tempat Penelitian……………………………………………….. 51
D. Waktu Penelitian………………………………………………... 51
E. Etika Penelitian…………………………………………………. 51
F. Alat Pengumpulan Data………………………………………… 52
G. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………. 56
H. Rencana Analisis Data………………………………………….. 57
BAB V : HASIL PENELITIAN………………………………………………. 60
A. Gambaran Karakteristik Responden…………………………….. 60
B. Gambaran Motivasi Responden………………………………… 61
C. Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian ASKEP…………… 62
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
10
D. Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Pendokumen
tasian Asuhan Keperawatan…………………………………...... 63
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil dan Diskusi………………………………. 65
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 81
C. Implikasi Hasil Penelitian…………………………………… 83
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………….. 85
B. Saran………………………………………………………… 86
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
11
DAFTAR TABEL
Hal
1. Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………… 47
2. Tabel 4.1 Perhitungan Sampel secara Proporsional………… 51
3. Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik di
Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman tahun 2012…... 59
4. Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman
tahun 2012………………………………………… 60
5. Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Pariaman tahun 2012……….... 61
6. Tabel 5.4 Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana dengan
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman
tahun 2012............................................................... 62
7. Tabel 5.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Pariaman tahun 2012…………... 63
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
12
DAFTAR SKEMA
Hal
1. Skema 2.1 Kerangka Teori 44
2. Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 46
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat izin Penelitian
2. Lampiran 2 Surat izin Uji Validitas dan Reliabilitas
3. Lampiran 3 Surat Keterangan telah melakukan Penelitan
4. Lampiran 4 Permintaan menjadi Responden
5. Lampiran 5 Persetujuan resmi Responden
6. Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Motivasi Perawat
7. Lampiran 7 Kuesioner Penilaian Pelaksanaan Pendokumentasian
ASKEP
8. Lampiran 8 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas
9. Lampiran 9 Master Tabel
10. Lampiran 10 SPSS versi 1
11. Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga dan masyarakat (Azwar,1996). Pelayanan yang
kompleks perlu di kelola secara profesional dimana salah satu upayanya adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia termasuk sumber daya keperawatan.
Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena
selain jumlahnya yang dominan (55 - 65%) juga merupakan profesi yang
memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada
pasien setiap hari. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat
menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Yani, 2007).
Pentingnya keberadaan perawat dalam memberikan pelayanan yang
dibutuhkan maka sangat diperlukan tenaga perawat yang mempunyai
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dan dapat diandalkan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
15
terutama kemampuan perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Pendokumentasian merupakan suatu kegiatan pencatatan atau merekam suatu
kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk pemberian pelayanan
yang dianggap sangat berharga dan penting Tungpalan (1983, dalam Dalami,
2011). Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien yang memuat semua informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara sistematis, valid
dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum (Hidayat, 2004).
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan hal yang penting sebagai
alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan
tugasnya. Pentingnya pendokumentasian ini sebagai langkah akhir dari peran
seorang manajer dalam fungsi atau proses manajemennya, yaitu melaksanakan
fungsi pengendalian (Marquis, 2010). Hal ini dapat di ukur dari kualitas
pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikatornya nilai dokumentasi
keperawatan. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien
harus terhindar dari kesalahan-kesalahan dengan cara menggunakan
pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar
sesuai dengan standar yang berlaku (Nursalam, 2008)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
16
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan
mempunyai nilai hukum. Jika terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi keperawatan, perawat sebagai pemberi jasa pelayanan dan pasien
sebagai penerima jasa pelayanan, maka dokumentasi menjadi sangat penting
sebagai bukti otentik jika sewaktu-waktu diperlukan. Tersedianya dokumentasi
yang memuat semua catatan hasil pemeriksaan, tindakan maupun pengobatan
yang diberikan kepada pasien merupakan unsur yang penting terkait dengan
mutu pelayanan di rumah sakit selain tenaga kesehatan dan fasilitas yang
tersedia.
Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 749a Tahun 1989 tentang Rekam
Medis (Medical Records) menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan, dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan. Pada pasal 2 disebutkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan
yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat
rekam medis. Pembuatan rekam medis sebagaimana yang disebutkan dalam
pasal 3 dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang memberi
pelayanan langsung kepada pasien.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 749a Tahun 1989
diatas maka tenaga keperawatan berkewajiban mendokumentasikan setiap
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dokumentasi
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
17
asuhan keperawatan adalah sesuatu yang mutlak harus ada di setiap sarana
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi di ruang rawat inap RSUD Kelet Jepara
pada tahun 2009 tentang analisis hubungan faktor pengetahuan, motivasi dan
persepsi perawat tentang supervisi kepala ruangan terhadap pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan, didapatkan bahwa ada hubungan faktor
motivasi perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p
value = 0,0001) dan rata-rata pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
masih rendah yaitu 58,9%. Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pendokumentasian adalah motivasi, dimana motivasi merupakan dorongan
seseorang untuk menjalankan tugas dan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Motivasi pada dasarnya merupakan proses yang tidak disadari, proses emosi,
dan proses psikologis dan bukan logis. Jadi dalam diri individu kebutuhan
untuk memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya adalah kebutuhan
mana yang saat itu paling dominan. Untuk pendokumentasian asuhan
keperawatan dibutuhkan motivasi perawat yang muncul sepenuhnya dari hati.
Oleh karena itu untuk menimbulkan motivasi yang baik maka perawat perlu
menyadari kebutuhan dan kepentingan pendokumentasian asuhan keperawatan
(Swanburg, 2001)
Agar motivasi selalu ada, diperlukan cara untuk menciptakan iklim kerja,
dengan cara mengidentifikasi sumber stress, berupa jumlah pasien yang
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
18
berlebihan, kondisi pasien yang berat dan serius, staf perawatan yang kurang,
dan konflik diantara perawat dan dokter. Tindakan yang perlu dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi stress antara lain dengan tidak terlalu sering
melakukan perubahan serta selalu mengadakan pelatihan, menciptakan suasana
kerja yang akrab dan terbuka, komunikasi yang efektif, mengurangi kontrol
yang berlebihan dan memberikan reinforcement pada hasil kerja dan
peningkatan kesejahteraan (Swanburg, 2001)
Motivasi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan hasil kerja
seorang karyawan. Jika seseorang termotivasi dalam bekerja maka akan
berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan dan menyelesaikan apa
yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Motivasi dapat dipastikan
mempengaruhi kinerja walaupun bukan satu-satunya faktor yang membentuk
kinerja Robert & Angelo (2001 dalam Wibowo, 2007). Salah satu faktor yang
dapat memotivasi pekerja untuk mencapai kinerja tingkat tinggi adalah dengan
memberikan penghargaan atau reward. Tujuan utama pemberian penghargaan
adalah untuk menarik orang yang cakap atau mampu untuk bergabung dalam
organisasi dan menjaga pekerja agar datang untuk bekerja, menurut Gibson,
Ivancevich & Donnelly (2000, dalam Wibowo, 2007)
Hasil penelitian Rugaya (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel tingkat pendidikan, sikap, motivasi, imbalan, dan
supervisi dengan kinerja perawat pelaksana. Namun faktor lama kerja dan
prasarana tidak berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dalam
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
19
pendokumentasian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan
sikap merupakan determinan kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. H.
Chasan Boesoirie Ternate. Hasil penelitian tersebut, juga menunjukkan bahwa
mayoritas (81,4%) perawat pelaksana mempunyai kinerja kurang baik dalam
pendokumentasian.
Fenomena yang ada menunjukkan motivasi kerja perawat masih rendah,
dimana perawat belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
kepada pasien, hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan ketidakpuasan
dari pasien dan keluarga atas sikap dan perilaku kerja dari para pegawai,
terutama tenaga keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap. Fenomena ini
juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2003), yang
menyimpulkan bahwa motivasi kerja tenaga paramedis di rumah sakit umum
Dr.Pringadi Medan masih dikategorikan rendah, yang terlihat dari rendahnya
gairah kerja, disiplin, loyalitas, tanggung jawab, dan semangat kerja yang
dimiliki.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat yang ditetapkan sebagai rumah
sakit tipe C dengan terakreditasi 12 pelayanan. RSUD Pariaman dijadikan
sebagai Pusat Rujukan Regional untuk wilayah Regional IV berdasarkan SK
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat No.441.3984/UKM dan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
20
RJK/SK/XII/2010 yang meliputi Padang Panjang, RSUD Parit Malintang, dan
RSUD Lubuk Basung (Profil RSUD Pariaman, 2010)
Hasil observasi peneliti pada studi awal pelaksanaan residensi di RSUD
Pariaman, terkait dengan motivasi perawat dalam bekerja terlihat kurang
bersemangat, dan lebih banyak mengerjakan rutinitas, dan untuk pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan, terlihat bahwa masih kurangnya
pemahaman perawat tentang dasar-dasar dokumentasi keperawatan, hal ini
dapat terjadi karena jenjang pendidikan perawat yang bervariasi, yaitu SPK,
DIII Keperawatan, dan S1 Keperawatan, sehingga tidak adanya keseragaman
pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Kurangnya kesadaran perawat akan
pentingnya dokumentasi keperawatan menyebabkan pencatatan terkadang tidak
lengkap (Sandra, 2011)
Dokumentasi keperawatan juga dianggap menjadi beban bagi perawat, karena
banyaknya lembar format yang harus di isi untuk mencatat data dan intervensi
keperawatan pada pasien, sementara tidak berpengaruh pada penghasilan dan
reward yang mereka terima (Hidayat, 2001). Keterbatasan tenaga perawat juga
menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja, sehingga
tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada
lembar format dokumentasi keperawatan. Kemudian juga supervisi yang masih
belum terorganisir dengan jelas mulai dari jadwal supervisi kapan harus
dilakukannya supervisi, pemberian arahan dan bimbingan yang jarang
dilakukan, untuk mendorong perawat agar dapat lebih giat lagi dalam bekerja,
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
21
yang menjadi alasan bagi perawat untuk tidak melengkapi pendokumentasian
asuhan keperawatan (Nursalam, 2009)
Hasil studi pendahuluan dan pengamatan yang dilakukan peneliti pada waktu
kegiatan residensi pada bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012 di RSUD
Pariaman didapatkan data jumlah perawat sebanyak 110 orang, dengan jenjang
pendidikan yang bervariasi yaitu SPK (26.3%), DIII Keperawatan (76.3%) dan
S1 Keperawatan (6,36%) dengan jumlah tempat tidur 103, dan Bed Occupancy
Rate (BOR) 61.17%, dan Length of Stay (LOS) lebih dari 7 hari. Selain itu, dari
hasil kegiatan residensi mengenai pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan diruangan rawat inap ditemukan bahwa 50% perawat jarang
melakukan dokumentasi asuhan keperawatan, serta kurangnya motivasi
perawat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang perawat pelaksana yang bekerja
diruangan rawat inap RSUD Pariaman didapatkan informasi bahwa
ketidaklengkapan dokumentasi asuhan keperawatan disebabkan perawat harus
meluangkan cukup waktu untuk mengisinya dan menyita waktu dengan jumlah
tenaga yang kurang, dan biasanya pendokumentasian baru dilengkapi ketika
pasien sudah dipulangkan, dan beberapa orang perawat juga mengatakan
penulisan dokumentasi tidak berpengaruh pada penghasilan dalam hal ini tidak
adanya reward yang mereka terima, serta perawat juga mengatakan supervisi
masih jarang dilakukan. Dari hasil evaluasi didapatkan perawat yang
mendokumentasikan pengkajian keperawatan hanya 47%, merumuskan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
22
diagnosa keperawatan 54%, melakukan tindakan keperawatan 47%, melakukan
evaluasi 50% dan menulis catatan keperawatan 67%. Hal ini akan berdampak
langsung bagi pasien yang pada akhirnya akan menurunkan kepercayaan
masyarakat pada pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Mayoritas perawat masih bekerja berdasarkan rutinitas, datang ke pasien
terkadang ketika dipanggil oleh pasien dan keluarga, keinginan untuk
melakukan inovasi masih kurang, gairah kerja kurang bersemangat, reward
yang tidak ada, supervisi, arahan dan bimbingan jarang dilakukan oleh kepala
ruangan, fenomena ini terkait dengan motivasi perawat pelaksana dalam
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan rawat inap
RSUD Pariaman.
Perawat kurang menyadari pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan,
hal ini terlihat dari pendokumentasian yang masih banyak kosong atau tidak di
lengkapi oleh perawat, mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Perawat beranggapan dokumentasi
hanya untuk kepentingan akreditasi institusi, dan tidak berefek langsung
terhadap imbalan atau gaji yang mereka terima. Dokumentasi sering kali baru
dilengkapi ketika pasien sudah dipulangkan, dengan alasan perawat tidak
mempunyai cukup waktu untuk menuliskan asuhan keperawatan yang sudah
dilakukan. Fenomena ini terkait dengan pendokumentasian asuhan keperwatan
yang dilakukan oleh perawat pelaksana diruangan rawat inap RSUD Pariaman.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
23
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu belum diketahuinya hubungan motivasi
perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh analisis hubungan motivasi perawat pelaksana terhadap
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap
RSUD Pariaman.
2. Tujuan Khusus
a. Diidentifikasi gambaran karakteristik perawat pelaksana (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, status kepegawaian) di ruang
rawat inap RSUD Pariaman.
b. Diidentifikasi gambaran motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD Pariaman.
c. Diidentifikasi gambaran pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman.
d. Diidentifikasi hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
Pariaman.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
24
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Pariaman
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi manajemen
RSUD Pariaman dalam usaha untuk meningkatkan mutu Rumah sakit serta
melakukan perencanaan sumber daya manusia terutama yang berhubungan
dengan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
2. Bagi Akademik dan Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi dalam
pengembangan ilmu keperawatan khususnya yang terkait dengan motivasi
perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, guna
meningkatkan motivasi kerja perawat.
3. Bagi Peneliti dan Penelitan
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis
pengaruh motivasi perawat terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan, Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan kinerja perawat dalam
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari informasi
kesehatan, harus di kelola sebagai satu kesatuan tanpa harus meninggalkan
informasi-informasi dari tenaga kesehatan yang lain. Pencatatan asuhan
keperawatan sama pentingnya dengan pencatatan dalam pelaksanaan kegiatan
profesi lain, seperti pencatatan medis. Karena pentingnya pencatatan
keperawatan, maka semua data dan informasi yang diperlukan harus
terdokumentasi dalam bentuk pencatatan asuhan keperawatan.
1. Pengertian
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian merupakan suatu
kegiatan pencatatan atau merekam suatu peristiwa maupun aktivitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap penting Tungpalan (1983,
dalam Ermawati, 2011).
Dokumentasi adalah salah satu mekanisme yang digunakan untuk
mengevaluasi perawatan yang diberikan, yang berorientai pada proses,
menekankan pada tugas yang dilakukan oleh pemberi perawatan (Iyer,
2005). Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap yang meliputi
status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan
dan respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya (Dalami, Rochimah,
Beresia,dkk. 2011)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
26
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Dokumentasi
asuhan dalam pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
kegiatan perawat yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan
standar.
2. Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan (Nursalam,2009)
a. Mengidentifikasi status kesehatan pasien, untuk mencatat kebutuhan
pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
3. Manfaat Dokumentasi asuhan keperawatan (Dalami, dkk. 2011)
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting jika dilihat dari
berbagai aspek :
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum. Dimana jika terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai
pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa dokumentasi tersebut
dapat dipergunakan sebagai barang bukti dipengadilan. Oleh karena itu
data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dilakukannya
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
27
pendokumentasian dan hindari adanya penulisan yang dapat
menimbulkan interpretasi yang salah.
b. Kualitas Pelayanan
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberikan
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat
diatasi, diidentifikasi, dan dimonitor melalui pencatatan yang akurat.
Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
c. Komunikasi
Dokumentasi kondisi pasien merupakan alat rekam medik terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat maupun tenaga
kesehatan yang lain dapat melihat catatan yang ada sebagai alat
komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
d. Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya keperawatan.
e. Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi
profesi keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
28
f. Penelitian
Data yang terdapat didalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat dijadikan sebagai riset dan pengembangan untuk
profesi keperawatan.
g. Akreditasi
Dengan dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Hal bermanfaat untuk peningkatan terhadap kualitas pelayanan,
dan individu perawat dapat mencapai prestasi kerja yang lebih baik.
4. Sumber Data (Setiadi, 2012)
a. Sumber data primer
Pasien adalah sumber data primer, dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan pasien.
b. Sumber data sekunder
Informasi ini dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri dan teman
pasien.
c. Sumber data tersier
1) Catatan pasien
Catatan pasien ditulis oleh tim kesehatan yang dapat digunakan
sebagai sumber informasi untuk riwayat keperawatan.
2) Riwayat penyakit pasien
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat
penyakit yang ditulis oleh terapis.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
29
3) Konsultasi
Konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis untuk
menentukan diagnosa medis, untuk merencanakan atau melakukan
tindakan medis.
4) Hasil pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan labordan tes diagnostik untuk menentukan
diagnosis serta mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan.
5) Catatan medis dari anggota tim kesehatan lainnya
Catatan kesehatan dahulu dapat dipergunakan sebagai informasi
yang dapat mendukung rencana tindakan keperawatan.
6) Perawat lain
Jika pasien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah
merawat sebelumnya.
7) Kepustakaan
Untuk memperoleh data dasar pasien yang komprehensif perawat
dapat membaca literature yang berhubungan dengan masalah
pasien.
5. Standar dokumentasi asuhan keperawatan
Standar dokumentasi merupakan standar yang dibuat untuk mengukur
kualitas dan kuantitas dokumentasi keperawatan, dimana standar ini dapat
digunakan sebagai pedoman praktik dalam memberikan tindakan
keperawatan (Dinarti, 2009)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
30
Dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan perawat membutuhkan
standar. Standar dokumentasi diperlukan sebagai petunjuk dan arah dalam
mengelola pencatatan kegiatan asuhan keperawatan dan membuat pola
pencatatan yang tepat. Standar dokumentasi keperawatan terkadang
berbeda tiap rumah sakit, namun pada prinsipnya tetap mengacu sesuai
dengan kebijakan dan peraturan Departemen Kesehatan R.I dengan
menggunakan proses keperawatan (Depkes, 1993)
Standar dokumentasi keperawatan mengacu pada tahapan dalam proses
keperawatan yang terdiri dari 5 standar PPNI (2000, dalam Dalami, 2011) :
a. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
Kriteria proses :
1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang, yang diperoleh
dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
dan mempelajari catat pasien lainnya.
2) Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang terkait, tim
kesehatan, dan rekam medis.
3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Staus kesehatan pasien saat ini.
b) Status kesehatan pasien masa lalu.
c) Status fisiologis, psikologis, sosial dan kultural.
d) Respon terhadap terapi.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
31
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
f) Resiko tinggi masalah.
b. Standar II : Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumskan diagnosis
keperawatan.
Kriteria proses :
1) Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, dan perumusan diagnosa keperawatan.
2) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab
(E) dan tanda atau gejala (S), untuk diagnosa aktual terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) untuk diagnosa resiko.
3) Bekerja sama dengan pasien, petugas kesehatan lain untuk
mengvalidasi diagnosa keperawatan.
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data terbaru.
c. Standar III : Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Kriteria proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan
rencana keperawatan.
2. Bekerja sama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
32
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan pasien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
d. Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan.
Kriteria proses :
1. Bekerja sama dengan pasien dalam melaksanakan tindakan
keperawatan.
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan
status kesehatan pasien.
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dibawah tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap pasien untuk
mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada pasien tentang status kesehatan dan
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu pasien
memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
33
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
e. Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria proses :
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur
perkembangan kea rah pencapaian tujuan.
3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
pasien.
4. Bekerja sama dengan pasien, keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan modifikasi perencanaan.
Format pendokumentasian proses keperawatan yang biasa digunakan
adalah format pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan asuhan
keperawatan (Depkes R.I, 2001)
6. Metode dokumentasi efisien
Metode dokumentasi efisien merupakan cara mendokumentasikan dengan
prinsip efisiensi waktu dan dana dalam melaksanakan proses keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
34
Metode dokumentasi efisien mempunyai karakteristik sebagai berikut
(Dalami, dkk. 2011) :
a. Menghemat waktu
Penghematan waktu dapat dilaksanakan dengan meningkatkan
penggunaan waktu perawatan, mengurangi waktu untuk menulis
dokumentasi pada setiap pasien, dan menambah waktu untuk merawat
pasien secara langsung sehingga dapat menghemat tenaga.
b. Ekonomis
Ekonomis dalam pendokumentasian dapat dilakukan dengan cara
memaksimalkan kegiatan perawatan dan menghemat biaya perawatan
pasien.
c. Desain bagus
Dokumentasi yang efisien adalah dokumentasi yang desainnya bagus
karena memudahkan pencatatan informasi yang relevan sesuai dengan
aspek legal, kebijakan setempat, dan mempermudah catatan dalam 24
jam.
d. Ringkas
Informasi yang ditulis mengidentifikasi masalah pasien yang penting,
menentukan kebutuhan perawatan, mengevaluasi status kesehatan
pasien, memutuskan tindakan keperawatan dan mengevaluasi hasil
yang diharapkan.
e. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan merupakan kegiatan dalam pendokumentasian proses
keperawatan. Pelaporan dilaksanakan secara lisan atau tertulis dengan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
35
tujuan mengkomunikasikan informasi yang spesifik kepada orang yang
membutuhkan laporan.
7. Pengukuran pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
Merupakan pengukuran pendokumentasian asuhan keperawatan untuk
menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat dengan membandingkan pendokumentasian yang
ada didalam rekam medik pasien dengan pendokumentasian dalam standar
asuhan keperawatan (Depkes, 1998). Aspek yang dinilai dalam instrument
ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan, dan catatan
keperawatan.
B. Motivasi
Motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena adanya rasa
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, namun ketika kebutuhan dan
tujuan telah terpenuhi dan tercapai, motivasi biasanya akan menurun. Oleh
karenanya motivasi dan tujuan dapat dikembangkan jika timbul kebutuhan
maupun tujuan baru.
1. Pengertian
Motif atau motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti dorongan
dari dalam manusia untuk bertindak atau berperilaku. Motivasi adalah
tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum
terpenuhi, hal ini merupakan keinginan untuk melakukan upaya untuk
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
36
mencapai tujuan atau penghargaan untuk mengurangi adanya ketegangan
yang disebabkan oleh kebutuhan tersebut (Marquis, 2003)
Robbins (2003, dalam Wibowo 2011) menyatakan motivasi sebagai proses
yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction) dan usaha terus
menerus (persistence) individu untuk mencapai tujuan. Intensitas
menunjukkan seberapa keras usaha seseorang, namun intensitas yang tinggi
tidak mungkin mengarah pada hasil kerja yang baik, kecuali jika usaha yang
dilakukan dalam arah yang menguntungkan organisasi.
Motivasi menggambarkan kondisi ekstrinsik yang dapat merangsang
perilaku individu dan respon intrinsik yang menampakan perilaku manusia
dimana respons intrinsik ini disebut juga “motif” yang merupakan
kebutuhan, keinginan, atau dorongan (Swanburg, 2000)
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan terhadap proses perilaku individu untuk mencapai
tujuan, namun setiap individu memiliki dorongan motivasi yang berbeda-
beda antara setiap individu, dan antara individu dengan situasi.
2. Tujuan Pemberian Motivasi
Adalah dengan mendorong gairah dan semangat kerja karyawan,
meningkatkan moral dan kepuasan kerja, produktivitas kerja,
mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan, meningkatkan
kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan, mengefektifkan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
37
pengadaan karyawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,
meningkatkan kreativitas, partisipasi, kesejahteraan, rasa tanggung jawab
karyawan terhadap tugasnya karyawan, serta meningkatkan efisiensi
penggunaan alat-alat dan bahan baku.
3. Proses Motivasi
a. Tujuan
Dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi, kemudian bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut.
b. Mengetahui Kepentingan
Mengetahui kebutuhan atau keinginan karyawan tidak hanya melihat
dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.
c. Komunikasi Efektif
Dalam memotivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif
dengan bawahan, dimana bawahan harus mengetahui apa yang akan
diperolehnya dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhinya.
d. Integrasi Tujuan
Menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan.
Dimana tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk
memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu
karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
38
e. Fasilitas
Pemimpin dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada
perusahaan dan individu, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
f. Team Work
Pemimpin harus menciptakan team work yang terkoordinasi dengan
baik untuk mencapai tujuan.
4. Metode Motivasi
a. Metode Langsung (Direct Motivation)
Adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya
dalam bentuk memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dll.
b. Metode tidak Langsung (Indirect Motivation)
Adalah motivasi yang diberikan berupa fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga karyawan
betah dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.
5. Model-model Motivasi
a. Model Tradisional
Dimana untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat
dilakukan dengan memberikan sistem insentif materil kepada karyawan
yang berprestasi baik. Jadi motivasi bawahan untuk mendapatkan
insentif dalam bentuk uang atau barang saja.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
39
b. Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya
gairah bekerjanya meningkat dengan mengakui kebutuhan sosial dan
membuat karyawan merasa berguna dan penting. Sehingga karyawan
akan mendapatkan kebebasan dalam membuat keputusan dan
kreativitas dalam melakukan pekerjaannya. Jadi motivasi karyawan
adalah dengan mendapatkan kebutuhan materil dan nonmaterial.
c. Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak
faktor, dimana bukan hanya uang atau barang, keinginan akan kepuasan
kerja saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang
berarti. Karyawan cendrung memperoleh kepuasan dari prestasi
kerjanya yang baik.
6. Azas-azas Motivasi
a. Azas Mengikutsertakan
Mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan
kesempatan untuk mengajukan pendapat, rekomendasi, dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Azas Komunikasi
Menginformasikan dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara
mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
40
c. Azas Pengakuan
Memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan, kepada bawahan atas
prestasi kerja yang dicapainya.
d. Azas Wewenang
Memberikan kewenangan dan kepercayaan diri kepada bawahan,
dimana dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan baik.
e. Azas Adil dan Layak
Artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas
“keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.
f. Azas Perhatian Timbal Balik
Artinya adanya kerja sama yang saling menguntungkan terhadap kedua
belah pihak.
7. Teori-teori Motivasi
Beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu merumuskan teori tentang
motivasi. Teori motivasi sebagai dasar motivasi kerja (Notoatmodjo, 2009):
a. Teori McClelland
McClelland (1971) meneliti motivasi apa yang menuntun seseorang
untuk bertindak. Ia menyatakan bahwa orang termotivasi karena tiga
kebutuhan dasar yaitu prestasi, afiliasi, dan kekuasaan.
1) Motif untuk berprestasi (need for achievement)
Orang yang berorientasi pada prestasi maka dia akan berfokus
untuk meningkatkan hasil kerjanya secara maksimal. Namun dalam
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
41
relitasnya untuk berprestasi atau mencapai hasil kegiatan tidak
mudah, sering menemukan banyak kendala, yang mana dengan
adanya kendala ini menjadikan orang untuk mendorong mencapai
prestasi, memelihara semangat kerja yang tinggi dan bersaing untuk
mengungguli orang lain.
2) Motif untuk berafiliasi (need for affiliation)
Orang yang berorientasi pada afiliasi, berfokus pada menjaga
hubungan baik dengan orang lain baik itu keluarga atau teman
untuk dapat mewujudkan disenangi oleh orang lain. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita umumnya mempunyai kebutuhan
afiliasi yang lebih besar dari pada pria, dan umumnya perawat
mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi.
3) Motif untuk berkuasa (need for power)
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan
menguasai orang lain, baik dalam kelompok sosial yang kecil
maupun kelompok sosial besar. Motif berkuasa ini berusaha
mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui
tujuan tertentu.
b. Teori McGregor
McGregor dalam penelitiannya menyimpulkan teori motivasi dalam
teori X dan Y. Dimana teori Teori X didasarkan pada pandangan
konvensional atau klasik sedangkan teori Y pada pandangan baru atau
modern.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
42
Teori X ini bertolak dari pandangan klasik yang didasarkan pada
anggapan dimana pada umumnya manusia tidak senang bekerja,
cendrung sedikit melakukan pekerjaan, kurang berambisi, kurang
senang apabila diberi tanggung jawab, bersifat egois dan kurang peduli
terhadap organisasi.
Sedangkan teori Y bertumpu pada pandangan baru yang beranggapan
bahwa manusia itu tidak pasif tapi aktif, tidak malas bekerja tapi suka
bekerja, manusia berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya, manusia
selalu berusaha untuk mencapai sasaran tujuan organisasi, dan manusia
selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
c. Teori Abraham Maslow
Maslow mengembangkan teori motivasi yang berdasarkan pada
kebutuhan manusia, yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan
kebutuhan psikologis. Kemudian mengelompokkan motivasi dalam
lima tingkatan yang disebutnya sebagai kebutuhan fisiologis, rasa
aman, hubungan sosial, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri,
yang dapat dicapai secara berjenjang. Hirearki Maslow ini terutama
relevan ditempat kerja, karena individu tidak hanya punya perlu uang
dan reward tetapi juga kehormatan dan interaksi Robert Heller (1998,
dalam Wibowo, 2011)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
43
d. Teori Frederick Herzberg
Herzberg mengembangkan teori motivasi Two-Factor Theory
berdasarkan pada „motivators‟ dan „hygiene factors‟. Hygiene factors
merupakan kebutuhan dasar manusia tidak bersifat memotivasi, tetapi
jika gagal mendapatkannya akan menimbulkan ketidakpuasan. Sebagai
hygiene factors adalah (a) gaji dan tunjangan, (b) kondisi kerja, (c)
kebijakan organisasi, (d) status kedudukan, (e) keamanan kerja, (f)
pengawasan dan otonomi, (g) kehidupan ditempat kerja, (h) kehidupan
pribadi.
Sedangkan motivators adalah yang mendorong orang untuk
mendapatkan kebutuhannya. Faktor penyebab kepuasan (satisfierr) atau
faktor motivasional menyangkut kebutuhan psikologis yang merupakan
kondisi instrinsik seseorang. Dimana jika kepuasan kerja dicapai dalam
pekerjaan maka akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat bagi
seorang pekerja, yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja yang
tinggi. Faktor motivasional (kepuasan) mencakup (a) prestasi, (b)
penghargaan, (c) tanggung jawab, (d) kesempatan untuk maju, (e)
pekerjaan itu sendiri. Dan faktor demotivasi atau dissatisfiers
mencakup (a) gaji atau upah, (b) kondisi kerja, (c) kebijaksanaan, (d)
hubungan antar pribadi, (e) kualitas supervisi.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
44
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja
Hamzah (2008, dalam Faridah, 2009) mengemukakan beberapa konsep
motivasi, yakni terdapat tiga unsur yang merupakan kunci dari motivasi
yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Dimana unsur tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Kemampuan
Kemampuan adalah menunjukan potensi orang untuk melaksanakan
pekerjaan Kemampuan dapat dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin
juga tidak. (Hasibuan, 2010). Kemampuan juga berhubungan dengan
daya fikir dan daya fisik yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan
pekerjaan. Jadi kemampuan setiap orang belum tentu dapat
mengerjakan setiap pekerjaannya. Hubungannya dengan motivasi
bahwa motivasi hanya dapat diberikan kepada seseorang individu yang
mampu untuk mengerjakan suatu pekerjaan, tetapi jika ia malas
mengerjakan maka dia akan memanfaatkan semua kemampuannya.
Setiap orang mempunyai tingkat kemampuan tertentu yang mungkin
berbeda dari orang lain (Siagian S, 2004). Kemampuan seseorang dapat
membatasi usahanya untuk mencapai tujuan. Jika seorang manajer
menetapkan suatu tujuan yang sulit dan orang tersebut kurang memiliki
kemampuan untuk mencapainya, maka pencapaian ini tidak akan
terjadi.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
45
b. Komitmen
Komitmen terhadap organisasi adalah sebagai salah satu sikap dalam
pekerjaan yang didefenisikan sebagai orientasi seseorang terhadap
organisasi dalam arti kesetiaan, identifikasi dan keterlibatan. Dalam hal
ini karyawan mengidentifikasi secara khusus organisasi beserta
tujuannya dan berharap dapat bertahan sebagai anggota dalam
organisasi tersebut (Muchlas, 1999). Seseorang yang memiliki
komitmen terhadap suatu tujuan memiliki dorongan, intensitas, dan
ketekunan untuk bekerja keras. Komitmen menciptakan keinginan
untuk mencapai tujuan dan mengatasi masalah atau penghalang
(Hamzah, 2008)
c. Umpan-balik
Umpan-balik merupakan informasi, data dan fakta terhadap perilaku
masa lalu, yang disampaikan sekarang, yang mungkin dapat
mempengaruhi perilaku diwaktu yang akan datang. Umpan balik
menjadi tanggung jawab manager dan pekerja karena keduanya
memperoleh manfaat dari komunikasi yang jelas dan sedang
berlangsung Schwartz (1999 dalam Wibowo, 2011). Jadi pada dasarnya
umpan balik adalah informasi tentang proses pelaksanaan kerja
individu, kelompok maupun organisasi untuk mencapai tujuan.
Umpan balik melakukan dua fungsi yaitu fungsi instruksional dan
fungsi motivasional. Umpan balik yang bersifat instruksional
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
46
mengklarifikasi peran atau mengajarkan perilaku baru, dan umpan balik
yang bersifat motivasi, digunakan sebagai alat untuk memberikan
reward atau menjanjikan reward. Sehingga jika umpan balik positif
dihargai kedua fungsi tersebut akan meningkatkan motivasi individu
atau karyawan untuk lebih berprestasi (Wibowo, 2011)
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memberdayakan atau menggerakan orang
lain untuk menggunakan seluruh kemampuannya agar tercapai tujuan
yang diharapkan Robins (1991 dalam Marquis, 2010). Pemimpin yang
efektif tidak akan menggunakan kelebihannya untuk menaklukan orang
lain, namun justru digunakan untuk mendorong bawahannya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada Kadarman dan
Udaya (1994, dalam Kuntoro,2010)
Kepemimpinan mampu untuk mempengaruhi, mengarahkan,
membangkitkan semangat orang lain, supaya mereka memiliki motivasi
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Jadi antara pemimpin dan
bawahan memiliki kemampuan untuk saling mendukung ketingkatan
motivasi dan moral yang lebih tinggi (Marquis, 2010)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
47
e. Faktor intrinsik
1) Prestasi (Achievement)
Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan,dikerjakan dan sebagainya).
Pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan
menyenagkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Kebutuhan akan prestasi, akan mendorong seseorang untuk
mengembangkan kreatifitas dan mengarahkan semua kemampuan
yang dimilikinya untuk mencapai prestasi kerja yang optimal
(Simamora, 2004)
Prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja SDM dalam suatu
organisasi. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang didasarkan
pada kecakapan, usaha dan kesempatan. Prestasi kerja merupakan
gabungan dari tiga faktor yaitu kecakapan, usaha, dan kesempatan.
Jika ketiga faktor itu semakin baik maka prestasi kerja akan
semakin tinggi (Hasibuan, 2010)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
48
2) Pengakuan (Recognition)
Pengakuan dan penghargaan terhadap seseorang dapat diberikan
dengan memberikan pujian didepan umum, memberi tanda-tanda
penghargaan dan penghormatan baik dalam bentuk materil maupun
non materil. Dengan melaksanakan recognition ini dapat diciptakan
makin besarnya “sense of belong” merasa ikut memiliki, “sense of
importance” merasa ada peranan yang cukup penting, dan “sense of
achievement” merasa sebagai seseorang yang berhasil (Zainun,
2004)
Faktor pengakuan adalah kebutuhan akan penghargaan. Pengakuan
dapat diperoleh melalui kemampuan dan prestasi, sehingga terjadi
peningkatan status individu, jika terpenuhinya kebutuhan akan
prestasi dalam pekerjaannya, maka individu akan memperoleh hasil
sebagai usaha dari pekerjaannya (Simamora, 2004)
3) Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
Pekerjaan itu sendiri adalah bagaimana individu menentukan
tujuannya sendiri dengan kebutuhan-kebutuhannya dan
keinginananya, sehingga dapat mendorong untuk memikirkan
pekerjaan, menggunakan pengalaman-pengalaman dan mencapai
tujuan.
Robins, 2008 menyatakan bahwa karyawan lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
49
menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas. Kebebasan dan umpan balik mengenai
betapa baik mereka mengerjakan pekerjaanya sehingga akan
mengalami kesenangan dan kepuasan (Robins, 2006)
Pelaksanaan dari pekerjaan dapat direalisasikan dengan perubahan
langsung dalam pekerjaan itu sendiri. Ada beberapa unsur penting
yang menurut Herzberg (1950, dalam Notoatmodjo,2009) akan
mendorong munculnya faktor-faktor motivator, diantaranya adalah:
a) Umpan balik langsung (direck feedback). Evaluasi hasil karja
harus tepat pada waktunya.
b) Belajar sesuatu yang baru (new learning). Pekerjaan yang baik
memungkinkan orang untuk merasakan bahwa mereka
bekembang secara psikologis. Semua pekerjaan harus memberi
kesempatan untuk belajar sesuatu.
c) Penjadwalan (scheduling). Orang harus mampu menjadwalkan
bagian tertentu dari pekerjaan mereka sendiri.
d) Keunikan (uniquiness). Setiap pekerjaan harus mempunyai sifat
dan ciri tertentu yang unik
e) Pengendalian atas sumber daya. Jika mungkin, para karyawan
harus dapat mengendalikan pekerjaan mereka sendiri.
f) Tanggung jawab perseorangan. Orang harus diberi kesempatan
untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
50
4) Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab adalah keterlibatan individu dalam usaha- usaha
pekerjaannya dan lingkungannya, seperti ada kesempatan, ada
kesanggupan dan ada penguasaan diri sendiri dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Pengertian yang jelas mengenai siapa yang bertanggung jawab
terhadap apa, tanpa ada kesenjangan di antara sejumlah
pertanggungjawaban. Diukur atau di tunjukkan dengan seberapa jauh
atasan memahami bahwa pertanggung jawaban dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan (Samsudin, Sadili, Wijaya, 2005)
5) Pengembangan Potensi Individu (Advancement)
Pengembangan potensi individu merupakan proses untuk
meningkatkan kemampuan diri sehingga potensi dan talenta yang
ada dapat terwujud, sehingga individu dapat melaksanakan tugas
atau pekerjaannya secara optimal. Pengembangan diri harus
dilakukan secara terus menerus oleh semua orang didalam sebuah
organisasi kerja, jika individu tidak mampu untuk melakukan
penyesuaian tuntutan perkembangan organisasi, maka dampaknya
organisasi tersebut tidak berkembang. Pengembangan diri tidak
harus melalui pendidikan formal atau pelatihan saja, melainkan
semua situasi dimana berinteraksi dengan orang lain, hal ini juga
merupakan bagian dari pengembangan diri (Notoatmojo, 2009)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
51
Pengembangan potensi individu dapat diberikan di tempat kerja,
yaitu dengan pembinaan (coaching), pelatihan harian dan umpan
balik yang diberikan kepada karyawan oleh atasan langsung.
Sedangkan pengembangan di luar tempat kerja dapat berupa kursus
dalam kelas, pelatihan hubungan antar manusia, studi kasus, bermain
peran dan lain-lain (Siagian S, 2004)
f. Faktor ekstrinsik,
1) Kompensasi, Gaji atau Imbalan (wages salaries)
Faktor yang penting untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan
kepuasan kerja adalah dengan pemberian kompensasi, dimana
pemberian kompensasi bentuknya sangat bervariasi. Dilihat dari cara
pemberiannya kompensasi dapat merupakan kompensasi langsung
dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung berupa upah
dan gaji, dan kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan atau
jaminan keamanan dan kesehatan. Pemberian kompensasi dapat
terjadi tanpa ada kaitannya dengan prestasi, seperti upah dan gaji.
Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas waktu
yang telah dipergunakan, sedangkan gaji adalah kompensasi dalam
bentuk uang yang dibayarkan atas pelepasan tanggung jawab atas
pekerjaannya (Wibowo, 2011)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
52
Kompensasi berdasarkan prestasi dapat meningkatkan kinerja
seseorang yaitu dengan sistem pembayaran karyawan berdasarkan
prestasi kerja. Hal ini juga diungkapkan oleh Kopelmen (1981 dalam
Ilyas, 2002) bahwa kompensasi akan berpengaruh untuk
meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung
akan meningkatkan kinerja individu (Muchlas, 1999)
2) Kondisi kerja (working condition)
Kondisi kerja tidak hanya terbatas pada kondisi kerja di tempat
pekerjaan masing-masing seperti kenyamanan tempat kerja, ventilasi
yang cukup, penerangan, lampu yang memadai, kebersihan tempat
pekerjaan, keamanan, dan lain-lain, tetapi juga lokasi tempat kerja
yang dihubungkan dengan temapt tinggal seseorang, serta kondisi
kerja yang mendukung dalam menyelesaikan tugas yaitu sarana dan
prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus
diselesaikan.
Kondisi kerja yang memadai akan meningkatkan efisiensi, efktivitas,
dan produktivitas, jika didukung oleh perilaku manusia yang
tercermin dalam kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi, dedikasi
yang tidak diragukan dan sarana dan prasarana yang memadai
(Siagian S, 1995)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
53
3) Kebijaksanaan dan Administrasi Perusahaan (Company policy and
administration)
Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi
merupakan salah satu wujud umum rencana-rencana tetap dari
fungsi perencanaan (planning) dalam manajemen. Kebijaksanaan
(Policy) adalah pedoman umum pembuatan keputusan.
Kebijaksanaan merupakan batas bagi keputusan, menentukan apa
yang dapat dibuat dan menutup apa yang tidak dapat dibuat.
Dengan cara ini, kebijaksanaan menyalurkan pemikiran para
anggota organisasi agar konsisten dengan tujuan organisasi
(Hasibuan, 2007)
Kebijaksanaan biasanya dapat ditetapkan secara formal oleh para
manajer puncak organisasi, tetapi dapat juga secara informal dan
pada tingkat-tingkat bawah suatu organisasi yang berasal dari
keputusan yang konsisten pada berbagai subyek yang dibuat
melebihi suatu periode waktu. Faktor-faktor dalam lingkungan
eksternal juga dapat menentukan kebijaksanaan seperti lembaga
pemerintah yang memberikan pedoman-pedoman bagi kegiatan-
kegiatan organisasi (Hasibuan, 2007)
4) Hubungan antar Pribadi (Interpersonal Relation)
Hubungan antar pribadi (manusia) bukan berarti hubungan dalam
arti fisik namun lebih menyangkut yang bersifat manusiawi. Hal ini
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
54
penting bagi manajer untuk mencegah atau mengobati luka
seseorang karena miscommunication (salah komunikasi) atau salah
tafsir yang terjadi antara pimpinan dan pegawai atau antar organisasi
dengan masyarakat luas.
Salah satu manfaat hubungan antar pribadi atau manusia dalam
organisasi adalah pimpinan dapat memecahkan masalah bersama
pegawai baik masalah yang menyangkut individu maupun masalah
umum organisasi, sehingga dapat menggairahkan kembali semangat
kerja dan meningkatkan produktivitas (Djoko, 1997)
5) Kualitas Supervisi
Supervisi merupakan suatu upaya pembinaan dan pengarahan untuk
meningkatkan gairah dan prestasi kerja. Dengan supervisi atau
pengawasan yang tidak terlalu ketat dan kaku terhadap bawahan,
akan memberi peluang dan kesempatan kepada bawahan untuk
meningkatkan prestasi kerja, sebaliknya supervisi yang terlalu kaku
dan ketat dapat mematikan kreativitas karyawan atau bawahan
(Zainun, 2004)
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara antara lain sebagai
berikut :
a) Cara langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada saat supervisi, supervisor terlibat dalam
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
55
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Cara memberikan pengarahan yang efektif
adalah pengrahan harus lengkap, mudah dipahami, menggunakan
kata-kata yang tepat, berbicara dengan jelas dan lambat, berikan
arahan yang logis, hindari memberikan banyak arahan pada satu
saat, pastikan bahwa arahan yang diberikan dipahami dan
yakinkan bahwa arahan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.
b) Cara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisi tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan-balik dapat
diberikan secara tertulis.
C. Penelitian terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi (2009) analisis pengaruh pengetahuan,
motivasi dan persepsi perawat tentang supervisi kepala ruangan terhadap
pelaksanaan dokumentasian asuhan keperawatan, dimana hasilnya
menunjukkan ada pengaruh secara bersama-sama antara faktor pengetahuan,
dan faktor persepsi perawat mengenai supervisi terhadap pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan kepala ruangan.
Diyanto (2007) meneliti tentang faktor-faktor pelaksanaan dokumentasi
asuhan keperawatan, hasil penelitian menunjukan bahwa penatalaksanaan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
56
pendokumentasian asuhan keperwatan proporsi tertinggi masih kategori
kurang, dari hasil wawancara dengan perawat menunjukkan bahwa
pengarahan dan bimbingan tidak pernah dilakukan oleh kepala ruangan,
observasi hanya difokuskan terhadap catatan keperawatan pasien yang akan
pulang saja.
Safrudin (2003) penelitiannya hubungan karakteristik perawat dan manajemen
waktu perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan,
hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikkan merupakan variabel paling
dominan dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan,
dibandingkan dengan variabel usia, lama kerja dan manajemen waktu.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
57
D. KERANGKA TEORI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi menurut para ahli
SKEMA 2.1
KERANGKA TEORI
Teori McClelland (1971)
Orang termotivasi karena tiga kebutuhan
dasar yaitu:
a. Need for achievement
b. Need for affiliation
c. Need for power
Teori McGregor
Berdasarkan pada :
a. Pandangan konvensional atau klasik
(teori X)
b. Pandangan baru atau modern (Y)
Teori Maslow (1943)
Mengembangkan teorinya berdasarkan
kebutuhan manusia sesuai dengan
hirarkinya yang menyatakan :
a. Physiological needs
b. Security of safety needs
c. Acceptance needs
d. Estem needs
e. Self actualization needs
Teori Frederick Herzberg (1950)
Two Factors Motivation Theory :
Satisfiers
(Kepuasan)
a. Prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu
sendiri
d. Tanggung
jawab
e. Pengembang
an potensi
individu
Dissatisfiers
(Ketidakpuasan)
a. Imbalan / Gaji
b. Kondisi kerja
c. Kebijaksanaan
dan
administrasi
d. Hubungan antar
pribadi
e. Kualitas
supervisi
Pendokumentasian
asuhan
keperawatan yang
mengacu pada
standar Depkes,
2001 :
a. Pengkajian
keperawatan
b. Diagnosa
keperawatan
c. Perencanaan
keperawatan
d. Tindakan
keperawatan
e. Evaluasi
keperawatan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
58
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka konsep, hipotesis dan definisi
operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan model konseptual, yang berkaitan
dengan kerangka teori penelitian, untuk melihat hubungan antar variabel yang
akan diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
motivasi. Motivasi merupakan keinginan dan kemauan bekerja seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai (Hasibuan, 2010). Banyak faktor
yang mempengaruhi motivasi, Herzberg (1950, dalam Notoatmodjo, 2009)
menyatakan bahwa orang melaksanakan pekerjaanya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan yaitu satisfiers dan dissatisfiers.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Menurut PPNI (2005) tugas perawat pelaksana adalah
melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
yang yang disesuaikan dengan standar praktik keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Karakteristik perawat dalam penelitian ini adalah, umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lama kerja dan status kepegawaian. Karakteristik tersebut dapat
mempengaruhi pendokumetasian asuhan keperawatan perawat pelaksana di
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
59
ruang rawat inap RSUD Pariaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaslis
(2000) bahwa kinerja (pendokumentasian) dapat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi.
SKEMA 3.1
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Variabel Independen Variabel Dependen
Motivasi
(Herzberg’s Two Factor
Theory)
1. Kepuasan
a. Prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung jawab
e. Pengembangan potensi
individu
2. Ketidakpuasan
a. Imbalan / Gaji
b. Kondisi kerja
c. Kebijaksanaan dan
administrasi
d. Hubungan antar pribadi
e. Kualitas supervisi
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
a. Pengkajian
keperawatan
b. Diagnosa
keperawatan
c. Perencanaan
keperawatan
d. Tindakan
keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
f. Catatan keperawatan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
60
B. Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan antara motivasi perawat pelaksana terhadap
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap RSUD Pariaman.
H1 = Ada hubungan antara motivasi perawat pelaksana terhadap pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
Pariaman.
C. Defenisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen
Pendokumentasi
an asuhan
keperawatan
Independen
Motivasi
Kegiatan
pencatatan
asuhan
keperawatan
oleh perawat
yang meliputi
pencatatan
pengkajian,
diagnosa,
perencanaan,
tindakan, dan
evaluasi.
Dorongan
yang muncul
dari dalam
dan luar diri
perawat
pelaksana
untuk
melakukan
pendokumen
tasian asuhan
keperawatan.
Responden
mengisi
instrumen studi
dokumentasi
standar asuhan
keperawatan
yang dilakukan
oleh perawat
pelaksana,
dengan jumlah
24 item
pernyataan.
Kuesioner
motivasi yang
terdiri dari 20
pernyataan yang
mencakup aspek
motivasi
satisfiers dan
dissatisfiers.
dengan alternatif
jawaban selalu,
sering, kadang-
kadang, dan
tidak pernah.
2=Baik jika nilai
pendokumentasi
an ≥80%,
1=Buruk jika
nilai
pendokumentasi
an < 80%.
(Depkes, 2001)
2=Baik jika nilai
> mean
(33.13).
1=Buruk jika
nilai < mean
(33.13).
Ordinal
Ordinal
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
61
Umur
Jenis kelamin
Tingkat
Pendidikan
Lama kerja
Status
kepegawaian
Lama
hidupnya
perawat
yang
terhitung
sejak lahir
hingga ulang
tahun
terakhir, saat
dilakukannya
penelitian.
Identitas
perawat yang
dibedakan
atas laki-laki
dan wanita.
Jenjang
pendidikan
formal yang
diikuti
perawat dan
memiliki
ijazah
terakhir pada
saat
dilakukanya
penelitian.
Lamanya
perawat
bekerja,
terhitung dari
SK
pengangkatan
pertama
sebagai
perawat di
rumah sakit.
Status
kepegawaian
perawat di
rumah sakit
terakhir, saat
penelitian
dilakukan
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
1=20-30 th
2=>30 th
(Nursalam,
2007)
1=Laki-laki
2=Perempuan
1=SPK
2=DIII /DIV
3=Sarjana
1. < 5 thn
2. 5 -10 thn
3. > 10 thn
(Abd.Rahim,
2009)
1. PNS
2. Non PNS
Ordinal
Nominal
Ordinal
Ordinal
Nominal
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
62
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
63
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini adalah observasional analitik, yang bertujuan melihat
hubungan antar variabel yaitu, motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Dilihat dari dimensi waktu, penelitian
ini bersifat cross sectional karena pengukuran motivasi perawat dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan dalam waktu yang
bersamaan (Setiadi, 2007)
Kelebihan desain penelitian ini adalah 1) Memungkinkan penggunaan populasi
dari masyarakat umum, 2) Desain relatif mudah, murah dan hasilnya cepat
dapat diperoleh, 3) Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel, 4) Dapat
dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya. Sementara itu kekurangan desain
penelitian ini adalah, 1) Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil, 2)
Dibutuhkan subjek yang cukup besar, 3) Memungkinkan terjadinya bias dalam
penelitian, 4) Sulit menentukan sebab dan akibat kerena pengambilan data
risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan (Setiadi, 2007)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruangan rawat
inap RSUD Pariaman yang berjumlah 110 orang.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
64
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2006) Sampel dari penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di
ruang rawat inap RSUD Pariaman. Dengan kriteria sampel yaitu 1) perawat
pelaksana, 2) bersedia menjadi responden penelitian, 3) bekerja diruang
rawat inap, 4) tidak sedang libur/cuti dan sakit serta tugas belajar pada saat
penelitian dilaksanakan. Besar sampel yang diteliti dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
N
n =
1 + N (d2)
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan /ketepatan yang diinginkan 95% (0,05)
110
n =
1 + 110 (0.052)
110
=
1 + 110 (0.0025)
110
=
1 + 0.275
110
=
1.275
= 86
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 86 responden dengan teknik sampling
proportional random sampling.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
65
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman
No Nama Ruangan Jumlah
Perawat
Jumlah Sampel
1. Penyakit Dalam 14 14/110 x 86 = 11
2. Bedah 15 15/110 x 86 = 12
3. Kebidanan 13 13/110 x 86 = 10
4. Anak 13 13/110 x 86 = 10
5. Perinatologi 13 13/110 x 86 = 10
6. Mata 8 8/110 x 86 = 6
7. Saraf 12 12/110 x 86 = 9
8. Pav Gondariah 14 14/110 x 86 = 11
9. Pav Nantongga 8 8/110 x 86 = 6
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semua ruangan rawat inap RSUD Pariaman.
RSUD Pariaman dipilih sebagai tempat penelitian karena saat ini RSUD
Pariaman tengah berusaha untuk menjadikan Rumah Sakit menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD), yang mana usaha menuju BLUD ini, salah
satunya adalah dengan peningkatan mutu pelayanan keperawatan, yaitu dengan
meningkatkan motivasi perawat terutama dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai
penyusunan hasil penelitan, yang di mulai dari bulan Februari – Juli 2012.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik yang
meliputi :
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
66
1. Informed consent
Informed consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Dimana sebelum
melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan dari penelitian dan dampaknya. Jika responden bersedia maka
responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, sebaliknya
jika responden tidak bersedia, peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimity
Responden tidak diminta untuk mencantumkan nama pada lembar alat
ukur, dan peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan, dengan tujuan untuk menjaga
kerahasiaan responden.
3. Confidentiality
Semua informasi dari responden yang dikumpulkan oleh peneliti dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti
hanya dipergunakan untuk pelaporan penelitian.
F. Alat Pengumpul Data
1. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis instumen
yaitu :
a. Kuesioner motivasi perawat
Kuesioner motivasi perawat merupakan standar untuk menilai motivasi
perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
67
Kuesioner ini terdiri dari 20 item pernyataan, yang terbagi atas 2 aspek
yaitu satisfiers dan dissatisfiers. Dengan alternatif jawaban adalah
selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Skor untuk jawaban
pernyataan “selalu”= 3, “sering”= 2, “kadang-kadang” = 1, “tidak
pernah” = 0.
Tabel 4.2
Kisi Kuesioner Motivasi Perawat Pelaksana
Variabel Motivasi Item Pernyataan Jumlah
Prestasi 2,3 2
Pengakuan 17 1
Pekerjaan itu sendiri 4,8 2
Tanggung Jawab 1,3,20 3
Pengembangan Potensi individu 5,12 2
Gaji atau upah 10,11,18 3
Kondisi kerja 15,16 2
Kebijaksanaan dan administrasi 14 1
Hubungan antar pribadi 6,7.9 2
Kualitas supervisi 13,19 2
b. Instrumen studi dokumentasi asuhan keperawatan
Instrumen studi dokumentasi ini untuk menilai dokumentasi yang diisi
oleh responden pada semua ruangan rawat inap, dimana instrumen studi
dokumentasi ini mengacu pada standar Depkes (2001) yang
penilaiannya meliputi aspek :
1) Dokumentasi pengkajian keperawatan yang terdiri dari 4 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 4 dan nilai terendah 0.
2) Dokumentasi diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 3dan nilai terendah 0.
3) Dokumentasi perencanaan keperawatan yang terdiri dari 6 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 6 dan nilai terendah 0.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
68
4) Dokumentasi tindakan keperawatan yang terdiri dari 4 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 4 dan nilai terendah 0.
5) Dokumentasi evaluasi keperawatan yang terdiri dari 2 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 2 dan nilai terendah 0.
6) Dokumentasi catatan asuhan keperawatan yang terdiri dari 5 item
pernyataan dengan nilai tertingginya 5 dan nilai terendah 0.
Dari 6 aspek yang dinilai, dengan 24 item pernyataan berdasarkan studi
dokumentasi asuhan keperawatan alternatif jawaban adalah ya dan
tidak, dengan nilai ya=1 jika kegiatan dilakukan, dan tidak=0 jika
kegiatan tidak dilakukan. Setiap aspek yang dinilai dihitung
prosentasenya dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan perawat adalah:
1) Baik jika total skor ≥ 80%, 2) Kurang jika total skor < 80%
2. Uji coba instrumen
Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan di RSUD dr.Rasidin Padang,
terhadap 30 orang perawat pelaksana. Pertimbangan dilakukan di rumah
sakit ini karena merupakan rumah sakit tipe C yang mempunyai
Total
Prosentase = X 100%
Jumlah berkas rekam medik x jumlah aspek yang dinilai
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
69
karakteristik responden yang sama dengan tempat penelitian. Uji coba
instrumen dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
Pada penelitian ini, peneliti menyusun instrumen motivasi yang diukur
berdasarkan teori serta mengkonsultasikan dengan pembimbing. Instrumen
selanjutnya dilakukan uji coba dan dilakukan analisis faktor dengan
mengkorelasikan skor masing-masing variabel dengan skor total. Uji
validitas kuesioner ini dengan menggunakan pearson product moment.
Dengan cara membandingkan antara r hasil dengan r table (Hastono, 2007).
Nilai r hasil dilihat pada kolom Corrected Item- Total Corelation dan nilai r
tabel dilihat dari (df=n-2) yang dilihat pada tingkat kemaknaan 5% yaitu
0.361. Hasil uji validitas kuesioner motivasi didapatkan 11 pernyataan yang
tidak valid, dimana r hasil < 0.361. Mengingat isi pernyataan tersebut
sangat penting untuk di kaji maka peneliti melakukan revisi, modifikasi,
dan dikonsultasikan kembali dengan pembimbing. Setelah di lakukan revisi
maka peneliti menggunakannya kembali sehingga total pernyataan menjadi
20 item pernyataan.
Uji reliabilitas untuk kuesioner motivasi dilakukan setelah uji validitas
dengan teknik Cronbach‟s Alpha. Caranya dengan membandingkan nilai
Cronbach‟s Alpha dengan nilai konstanta (0.6). Ketentuannya jika nilai
Cronbach‟s Alpha > nilai konstanta maka pertanyaan tersebut reliabel.
Pada kuesioner motivasi hasil uji realibilitas terhadap 30 orang responden
didapatkan r alpha 0.949. Hasil uji ini dinyatakan kuesioner motivasi
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
70
reliabel, hal ini dilihat dari Cronbach Alpha (0.949) lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai konstanta.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti meliputi tahapan
berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan prosedur pengajuan surat izin penelitian
kepada Direktur RSUD Pariaman yang digunakan sebagai tempat untuk
dilakukannya penelitian. Setelah keluarnya izin penelitian, peneliti
berkoordinasi dengan Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Seksi
Keperawatan untuk teknis pelaksanaan penelitian di RSUD Pariaman.
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti mendatangi calon responden di lokasi penelitian.
b. Penelti menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian yang
dilakukan, serta menjamin hak-hak responden.
c. Apabila calon responden bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini, maka Peneliti meminta calon responden untuk menandatangani
lembar persetujuan pengisian kuesioner.
d. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden yang telah
menandatangani lembar persetujuan.
e. Setelah lembaran kuesioner di isi oleh responden, peneliti langsung
mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
71
f. Jika pengisian kuesioner belum lengkap, responden diminta kembali
untuk melengkapinya.
g. Peneliti berkoordinasi dengan kepala ruangan rawat inap untuk
melakukan penilaian variabel dependen, yaitu untuk aspek
pendokomentasian asuhan keperawatan, dengan menggunakan standar
penilaian Depkes (2001)
H. Rencana Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, terlebih dahulu data harus di olah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi, dimana informasi ini digunakan
untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis.
Proses pengolahan data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Memeriksa kembali kelengkapan data yang diperoleh dengan melakukan
pengecekan terhadap isi kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner
sudah lengkap dan jelas.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi bentuk angka
atau bilangan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pada saat analisis data
dan mempercepat proses entry data.
3. Entry
Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master table atau database computer.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
72
4. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah
ada kesalahan atau tidak.
5. Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisa data yang sudah di entry sehingga
dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan menguji hipotesis. Analisis data pada penelitian ini dengan
menggunakan analisis sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan metoda deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan
dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diteliti, baik variabel
dependen maupun independen.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang
signifikan antara variabel independen (motivasi) dan variabel dependen
(pendokumentasian). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis korelasi Chi-Square. Hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan skala pengukuran ordinal
dianalisis dengan uji Chi-Square untuk mendapatkan hubungan
bermakna, dengan sampel adalah 86 orang. Untuk menentukan apakah
terjadi hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel
terikat, menggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
73
kesalahan yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p ≤ 0,05, maka
Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen, sedangkan apabila p > 0,05,
maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
74
BAB V
HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data
primer merupakan data yang didapatkan melalui kuesioner yang diisi langsung
oleh responden. Data sekunder didapat melalui studi dokumentasi asuhan
keperawatan yang diisi oleh perawat pelaksana di ruangan rawat inap RSUD
Pariaman.
A. Gambaran Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bertugas di
ruang rawat inap RSUD Pariaman dengan jumlah 86 orang. Karakteristik
responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan , lama kerja, dan status kepegawaian.
Tabel 5.1.
Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, Lama Kerja, dan Status Kepegawaian di Ruang
Rawat Inap RSUD Pariaman Tahun 2012 (n = 86)
No Karakteristik f %
1. Umur (tahun)
a. < 30 51 59.3
b. ≥ 30 35 40.7
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 4 4.7
b. Perempuan 82 95.3
3. Tingkat Pendidikan
a. SPK 8 9.3
b. DIII/DIV 69 80.2
c. Sarjana 9 10.5
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
75
4. Lama Kerja (tahun)
a. < 5 43 50
b. 5-10 24 27.9
c. >10 19 22.1
5. Status Kepegawaian
a. PNS 47 54.7
b. Non PNS 39 45.3
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa
dari 86 responden yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Pariaman
berumur < 30 tahun (59.3%) dimana umur responden berada pada rentang
21-55 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
(95.3%), dengan tingkat pendidikan DIII/DIV (80.2%), lama kerja
responden < 5 tahun (50%), dan status kepegawaian adalah PNS (54.7%).
B. Gambaran Motivasi Perawat Pelaksana
Gambaran motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Pariaman
diukur dengan kuesioner yang mencakup aspek satisfiers dan dissatisfiers.
Hasil analisis motivasi perawat pelaksana dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2.
Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Perawat Pelaksana di
Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman Tahun 2012 (n = 86)
No Variabel Motivasi f %
1. Baik 48 55.8
2. Buruk 38 44.2
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa
dari 86 responden, 44.2% responden motivasi buruk.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
76
C. Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Gambaran pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat
inap RSUD Pariaman di ukur dengan studi dokumentasi standar asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh responden. Hasil yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel 5.3
Tabel 5.3.
Distribusi Responden berdasarkan Pelaksanaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman Tahun
2012 (n = 86)
No Variabel Dokumentasi f %
1. Baik 34 39.5
2. Buruk 52 60.5
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tabel 5.3 untuk pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh responden di
ruang rawat inap RSUD Pariaman menunjukan bahwa dari 86 responden
60.5% pendokumentasian yang dilakukan oleh responden buruk.
D. Hubungan Motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
Pariaman.
Hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil
analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.4.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
77
Tabel 5.4.
Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Pariaman Tahun 2012 (n = 86)
Motivasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan p Value
Baik Buruk Jumlah
Baik
26 (54.2%) 22 (45.8%) 48 (100%)
0.004 Buruk
8 (21.1%) 30 (78.9%) 38 (100%)
Jumlah
34 (39.5%) 52 (60.5%) 86 (100%)
Berdasarkan tabel 5.4, ditemukan bahwa dari 48 responden yang
mempunyai motivasi baik, 26 responden (54.2%) melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik. Sementara itu dari 38
responden yang mempunyai motivasi buruk, pelaksanaan pendokumentasian
dilakukan dengan baik oleh 8 orang (21.1%). Hasil uji statistik chi-square
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi
responden dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
78
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari interpretasi hasil dan diskusi,
keterbatasan penelitian dan implikasinya terhadap pelayanan, pendidikan dan
penelitian. Interpretasi hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil
penelitian dengan tinjauan pustaka dan penelitian-penelitian terkait yang telah
diuraikan sebelumnya. Pembahasan akan diuraikan berdasarkan tujuan penelitian.
Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses penelitian
yang telah dilalui dengan kondisi yang seharusnya dicapai. Implikasi penelitian
akan diuraikan dengan pengembangan lebih lanjut bagi pelayanan, pendidikan dan
penelitian.
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil
1. Gambaran Karakteristik Responden
a. Umur
Gambaran umur responden dalam penelitian ini berada pada rentang
21-55 tahun, dimana responden pada kelompok umur < 30 tahun lebih
banyak (59.3%) dibandingkan responden pada kelompok umur ≥ 30
tahun sebanyak (40.7%). Berarti perawat pelaksana diruang rawat inap
RSUD Pariaman lebih banyak berada pada umur < 30 tahun
dibandingkan dengan umur ≥ 30 tahun.
Umur akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang, semangat, beban
dan tanggung jawab baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
79
sehari-hari. Pada perawat yang berumur kurang dari 30 tahun,
meskipun memiliki kondisi fisik yang cukup baik, untuk menjalankan
kegiatan fisik namun pada umumnya mereka memiliki rasa tanggung
jawab yang relatif kurang dibandingkan dengan yang berusia ≥ 30
tahun (Martoyo, 1998). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
umur perawat pelaksana lebih banyak berumur < 30 tahun (51 orang),
sehingga jika di tinjau dari tanggung jawabnya perawat pelaksana yang
berusia < 30 tahun masih relatif kurang. Dari aspek kedewasaan juga
belum mampu menunjukan kematangan jiwa, bijaksana dan berfikir
secara rasional, yang memang dibutuhkan bagi seorang perawat dalam
melaksanakan tugasnya, terutama dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Hal ini senada dengan pendapat (Siagian, 1995),
yang menyatakan semakin meningkat usia seseorang, kedewasaan dan
psikologisnya semakin meningkat.
b. Jenis Kelamin
Gambaran jenis kelamin perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat
inap RSUD Pariaman menunjukan bahwa lebih banyak perawat
pelaksana yang berjenis kelamin perempuan yaitu 95.3% dari pada
berjenis kelamin laki-laki 4.7%. Dalam melakukan pendokumentasian
tidak dibedakan antara perawat laki-laki dengan perempuan, artinya
perawat laki-laki mempunyai kewajiban yang sama dengan perawat
perempuan, namun hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh
(Ilyas, 2002) menjelaskan jenis kelamin akan memberikan dorongan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
80
yang berbeda dalam melakukan pekerjaan. Laki-laki memiliki dorongan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan karena memiliki
tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan.
c. Tingkat Pendidikan
Gambaran tingkat pendidikan perawat pelaksana diruang rawat inap
RSUD Pariaman menunjukan bahwa, tingkat pendidikan DIII/DIV
lebih banyak 80.2%, dibandingkan dengan yang berpendidikan Sarjana
10.5% dan SPK 9.3%. Berarti rata-rata perawat pelaksana mempunyai
latar belakang tingkat pendidikan DIII/DIV, yang merupakan perawat
vokasional yang lebih berfokus pada keterampilan prosedur tindakan
keperawatan, sehingga kurang memberikan perhatian pada aspek
pendokumentasian asuhan keperawatan, jika dibandingkan dengan
tingkat pendidikan Sarjana.
Banyak teori yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan formal yang lebih tinggi biasanya memiliki pemahaman
kerja yang lebih baik. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
(Simanjuntak, 1985) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya. Hal
ini didukung oleh (Green, 1980) yang menyatakan bahwa pendidikan
merupakan faktor penentu terhadap perilaku kerja seseorang.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
81
d. Lama Kerja
Gambaran perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat inap RSUD
Pariaman berdasarkan lama kerja, menunjukan bahwa dari 86 perawat
pelaksana, 50% dengan lama kerja < 5 tahun, dan sisanya dengan lama
kerja 5-10 tahun serta >10 tahun. Banyaknya perawat dengan lama
kerja < 5 tahun, terlihat dari adanya kebijakan dari manajemen RSUD
Pariaman yang menerima tenaga perawat sistem kontrak yang berlaku
selama satu tahun, dimana perawat yang memiliki kinerja baik
kontraknya akan dilanjutkan dengan kontrak baru, sementara yang
memiliki kinerja tidak baik kontraknya tidak dilanjutkan, kebijakan ini
menjadikan perawat pelaksana kurang pengalaman.
Menurut (Anderson, 1994) makin lama pengalaman kerja seseorang
maka semakin terampil petugas tersebut, mudah memahami tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga memberi peluang untuk berprestasi.
Namun Hal ini berbeda dengan pendapat (Mc Danier dkk, dalam
Robbins, 1996) yang menyatakan bahwa tidak dapat dipastikan orang
yang telah lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif
dibandingkan karyawan dengan masa kerja yang lebih sedikit. Orang
dengan lama kerja kurang dari 5 tahun maupun lebih dari 10 tahun
tidak menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dengan tepat, efisien dan efektif.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
82
e. Status Kepegawaian
Gambaran perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman
berdasarkan status kepegawaian adalah PNS 54.7%, dan non PNS
45.3%. Lebih dari separoh perawat pelaksana status kepegawaiannya
adalah PNS, namun hampir berimbang dengan perawat pelaksana yang
berstatus kepegawaian non PNS.
Robbins, 2003 menyatakan keamanan dan perlindungan tentang masa
depan ditempat kerja akan menjadi dorongan kuat bagi staf dalam
bekerja. Kondisi ini sesuai dengan perawat yang bekerja diruang rawat
inap RSUD Pariaman yang beranggapan bahwa status kepegawaian
PNS dan Non PNS mempunyai kewajiban yang sama dalam
melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini juga menjadi
dorongan bagi pegawai Non PNS untuk memperkaya pengetahuan,
pengalaman dalam melakukan pendokumentasian yang tepat, efisien
dan efektif, sehingga perawat non PNS dapat terus melanjutkan kontrak
pada tahun berikutnya sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh
manajemen RSUD Pariaman.
2. Gambaran motivasi perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD
Pariaman.
Perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan membutuhkan
dorongan dan dukungan baik secara internal maupun secara eksternal,
termasuk dari atasannya yaitu kepala ruangan. Hasil penelitian yang
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
83
dilakukan terhadap 86 perawat pelaksana menunjukan bahwa motivasi
perawat pelaksana buruk sebesar 44.2%, yang diukur berdasarkan faktor
satisfiers dan dissatisfiers. Buruknya motivasi perawat pelaksana dapat
dilihat dari 61.6% perawat pelaksana mengatakan tidak pernah menerima
insentif tambahan untuk pelaksanaan pendokumentasian, 38.3% perawat
mengatakan tidak pernah insentif untuk pengisian pendokumentasian
diberikan dengan adil, 40.6% perawat mengatakan kadang-kadang gaji
yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan dan dokumentasi yang
dilakukan, 45.3% perawat mengatakan jarang mendapatkan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan dalam pendokumentasian. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti
(2008), tentang hubungan motivasi kerja dan supervisi dengan penerapan
konfrensi, ronde keperawatan pada perawat pelaksana di RSUD A.Yani
Metro lampung, hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi kerja
perawat pelaksana masih kurang, yang dilihat pada aspek motiv, harapan,
dan insentif.
Menurut Simamora (2004) faktor yang penting untuk meningkatkan
prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja adalah dengan pemberian
kompensasi, yang dapat berupa kompensasi finansial dan non finansial.
Kompensasi berdasarkan prestasi juga dapat meningkatkan kinerja individu
yaitu dengan sistem pembayaran karyawan berdasarkan prestasi kerja. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Kopelman (1981 dalam Ilyas, 2002)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
84
bahwa kompensasi akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja,
yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu.
Menurut peneliti pemberian insentif, gaji, peningkatkan karir, keadilan
merupakan bagian dari motivasi, yang dapat meningkatkan kinerja
individu. Jika insentif dan gaji diberikan dengan tepat dan adil maka
individu akan memperoleh motivasi dan kepuasan kerja untuk mencapai
tujuan, demikian pula sebaliknya jika insentif atau imbalan ini diberikan
tidak memadai atau kurang tepat maka motivasi dan kepuasan kerja akan
menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riza (2000) yang menyatakan
bahwa salah satu hal yang menyebabkan motivasi kerja perawat berkurang
adalah reward yang kurang.
Gambaran buruknya motivasi perawat tersebut menunjukan bahwa ketidak
puasan kerja perawat bersumber dari faktor ekstrinsik atau dari luar pekerja
yang bersangkutan, seperti pelaksanaan kebijaksanan yang telah ditetapkan,
gaji atau upah, supervisi oleh atasan, hubungan interpersonal dan kondisi
kerja, yang mana faktor-faktor ekstrinsik tersebut tidak memberikan
kepuasan kerja bagi perawat pelaksana. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Herzberg dalam Siagian (2004) bahwa
apabila pekerja merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan
pada faktor-faktor yang sifatnya intrinsik demikian juga sebaliknya.
Kondisi lain dimana jika satisfiers atau kepuasannya terpenuhi yang dapat
dilihat pada kondisi dimana kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
85
dipenuhi maka akan memberikan stimulasi, tantangan dan kesempatan bagi
individu atau pekerja untuk maju. Demikian juga jika kepuasan kerja
dicapai dalam pekerjaan maka akan menggerakan motivasi yang kuat bagi
seorang pekerja, sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena
itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan
terhadap hal seperti diatas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi
yang telah tumbuh dapat menjadikan dorongan untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan (Swanburg, 1996).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2010) yang menyatakan jika
kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanya
akan semakain baik pula.
3. Gambaran pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
diruang rawat inap RSUD Pariaman.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa lebih dari separuh pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman adalah buruk yaitu 60.5%.
Banyak aspek yang menjadi penyebab buruknya pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman.
Hasil studi dokumentasi yang peneliti lakukan diruang rawat inap RSUD
Pariaman terhadap pendokumetasian yang lakukan oleh perawat pelaksana
didapatkan hasil sebagai berikut, untuk aspek pengkajian data tidak dikaji
sejak pasien masuk sampai pulang (71.0%), masalah tidak dirumuskan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
86
berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsi hidup
(97.7%), dari aspek diagnosa keperawatan, perumusan diagnosa
keperawatan aktual dan resiko tidak sesuai dengan pengkajian (23.3% dan
61.6%), dari aspek perencanaan rumusan tujuan tidak sesuai dengan
standar (65.1%), rencana tindakan tidak mengacu pada tujuan yang jelas
(55.8%), rencana tindakan tidak menggambarkan keterlibatan pasien dan
keluarga (82.5%), dari aspek tindakan, tidak ada revisi tindakan
berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan (93%), dari aspek evaluasi,
evaluasi tidak mengacu pada tujuan (72.1%), dan aspek catatan asuhan
keperawatan, pencatatan tidak mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal
dan jam dilakukan tindakan (66.2%).
Melihat banyaknya aspek yang tidak di dokumentasikan oleh perawat
pelaksana, hal ini menunjukan bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan yang di tulis oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD Pariaman belum memenuhi ketentuan yang berlaku atau tidak sesuai
dengan standar yang diharapkan, menurut standar asuhan keperawatan
Depkes RI (2001) dan Kron (1987), yang menyatakan bahwa dokumentasi
asuhan keperawatan yang bernilai baik adalah ≥ 80%. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safrudin (2003) tentang
hubungan karakteristik dan manajemen waktu perawat pelaksana dengan
dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Husada Jakarta,
dimana 43.5% dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan perawat
pelaksana buruk.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
87
Menurut Iyer (2005), dokumentasi asuhan keperawatan merupakan salah
satu mekanisme untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, karena melalui pendokumentasian yang baik maka informasi
mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Pendapat lain, Kozier (1995) mengemukakan bahwa
dokumentasi asuhan keperawatan merupakan sarana komunikasi antar tim
kesehatan dan sebagai aspek legal. Maka dari itu pendokumentasian asuhan
keperawatan yang tidak ditulis sesuai dengan standarnya akan muncul
masalah kerjasama dengan perawat yang lain dalam memberikan asuhan
keperawatan. Selain itu jika ada masalah yang terkait dengan hukum, bukti
tertulis tidak ada, maka hal ini akan menyulitkan perawat itu sendiri.
Menurut analisis peneliti buruknya pendokumentasian asuhan keperawatan
yang mencakup semua aspek yang harus ada dalam standar asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
evaluasi, hingga catatan asuhan keperawatan, tidak dilengkapi oleh
perawat. Aspek pengkajian yang dinilai dengan empat pernyataan, dimana
persentasi tertinggi ada pada pernyataan “masalah tidak dirumuskan
berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsi hidup
“ (97.7%), hal ini tidak lakukan oleh perawat menurut peneliti karena
kurangnya pemahaman perawat tentang pengkajian, terutama dalam
merumuskan masalah yang harus dikaji berdasarkan kesenjangan status
kesehatan dengan pola fungsi hidup. Satu aspek pengkajian yang tidak
didokumentasikan oleh perawat akan menyebabkan kesinambungan dalam
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
88
pemberian asuhan keperawatan menjadi terputus dan pelayanan
keperawatan menjadi terhambat. Dokumentasi pengkajian keperawatan
sangat penting untuk diisi oleh perawat, karena diagnosa keperawatan tidak
mungkin dapat ditegakkan jika pengkajian keperawatan tidak diisi dengan
lengkap, Potter dan Perry (2009).
Buruknya pendokumentasian di ruang rawat inap RSUD Pariman juga
dilihat dari aspek diagnosa yang dinilai dengan tiga pernyataan. Jika dilihat
dari 3 pernyataan yang terkait diagnosa keperawatan, persentasi tertinggi
ada pada perawat pelaksana tidak merumuskan diagnosa keperawatan
resiko (61.6%). Menurut peneliti tidak dirumuskannya diagnosa
keperawatan resiko karena perawat pelaksana belum mampu menganalisa
data dan mengidentifikasi masalah pasien berdasarkan respon pasien yang
seharusnya dapat dilihat pada pengkajian yang telah dilakukan.
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan dari masalah kesehatan yang
dialami pasien. Carpernito (1985 dalam Dinarti, 2009) diagnosa
keperawatan adalah masalah yang nyata (aktual) ataupun masalah potensial
yang mungkin dialami pasien. Menurut PPNI (2010) komponen diagnosis
keperawatan terdiri dari masalah (P), gejala/tanda (S) atau terdiri dari
masalah dengan penyebab (PE).
Aspek buruknya pendokumentasian ini juga dinilai dari perencanaan. Jika
dilihat dari lima pernyataan yang berkaitan dengan perencanaan persentasi
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
89
tertinggi ada pada pernyataan “rencana tindakan tidak menggambarkan
keterlibatan pasien dan keluarga” 82.5%. Menurut peneliti dokumentasi
yang ditulis perawat pada rencana tindakan, yang tidak menggambarkan
keterlibatan pasien dan keluarga, disebabkan oleh perawat masih kurang
menggali masalah-masalah pada pasien dan mencari masukan dari pasien
ataupun keluarganya, untuk penentuan tujuan akhir yang dapat dicapai
secara rasional. Hal ini sejalan dengan Dinarti (2009) yang menyatakan
bahwa bagian lain dalam perencanaan keperawatan adalah menentukan
intervensi yang digunakan perawat dengan melibatkan pasien dan keluarga
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Aspek tindakan dan evaluasi juga menjadi penyebab buruknya
pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD
Pariaman. Jika dilihat dari aspek tindakan bahwa 93% perawat tidak
merevisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi, dan 72.1% perawat
dokumentasi evaluasi tidak mengacu pada tujuan. Menurut analisis peneliti
perawat melakukan evaluasi berfokus terhadap respon pasien yang segera
muncul setelah tindakan keperawatan dilakukan, sementara evaluasi respon
pasien jangka panjang, terhadap perkembangan kemajuan kearah tujuan
yang diinginkan belum dilakukan. Dalami,dkk (2011) menyatakan bahwa
pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan, dan
direvisi dalam rencana perawatan. Penelitian ini sejalan dengan penlelitian
yang dilakukan oleh Trisnawati (2008) tentang kinerja perawat berdasarkan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
90
penerapan dokumentasi asuhan keperawatan, yang menunjukkan bahwa
81.7% perawat sering tidak mengisi format dokumentasi evaluasi.
Menurut peneliti aspek catatan asuhan keperawatan juga memberikan
kontribusi terhadap buruknya pendokumentasian asuhan keperawatan. Dari
lima pernyataan tentang catatan asuhan keperawatan, persentasi tertinggi
pada “setiap melakukan tindakan/ kegiatan perawat tidak mencantumkan
paraf/ nama jelas, tanggal dan jam dilakukannya tindakan”(66.3%). Hal ini
tidak dilakukan karena perawat kurang memahami bahwa pentingnya
pendokumentasian sebagai bukti tanggungjawab dan tanggung gugat
perawat jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan
aspek legal. Sehingga semua tindakan harus dicatat secara benar apa yang
dilakukan, jam berapa, tanggal, siapa yang melakukan dan akhiri dengan
tanda tangan sebagai identitas yang melakukan pendokumentasian (Dalami
dkk, 2011)
Penyebab lain pendokumentasian diruang rawat inap RSUD Pariaman
buruk, jika ditinjau dari tingkat pendidikan perawat lebih banyak yang
berpendidikan DIII, yang merupakan perawat vokasional yang lebih
berfokus pada keterampilan prosedur tindakan keperawatan, sehingga sulit
untuk membuat dokumentasi dengan pendekatan proses keperawatan karena
dituntut untuk berfikir yang sistematis, logis dan analitik (Depkes, 1993)
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
91
4. Analisis Hubungan motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Pariaman
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perawat pelaksana yang mempunyai
motivasi buruk menghasilkan pendokumentasian buruk (78.9%)
dibandingkan dengan motivasi baik. Hal ini bermakna secara statistik
dengan p value 0.004, artinya ada hubungan bermakna antara motivasi
dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Pribadi (2009) tentang pengaruh faktor
pengetahuan, motivasi dan persepsi perawat tentang supervisi kepala
ruangan terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD
Kelat Jepara, didapatkan bahwa ada hubungan faktor motivasi perawat
terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini juga sejalan
dengan Malayu (2010) yang mendefinisikan motivasi sebagai daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk
mencapai kepuasan.
Frederick Herzberg (1950 dalam Malayu 2010) teori motivasi dua faktor
merupakan identifikasi dari dua dimensi pekerjaan, yaitu satisfiers dan
dissatisfiers. Dimana kedua faktor ini harus dapat dipenuhi untuk
melaksanakan tugas dan mengembangkan kemampuan. Faktor gaji, kondisi
kerja, kepastian pekerjaan, dan supervisi yang menyenangkan harus
mendapat perhatian dari pimpinan, agar kepuasan dan gairah kerja bawahan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
92
dapat ditingkatkan, oleh Herzberg faktor-faktor tersebut dikenal dengan
maintenance factors yang merupakan faktor ekternal apabila tidak terpenuhi
maka seseorang merasa tidak ada ketidakpuasan sehingga akan mendorong
motivasi dalam bekerja, hal ini merupakan keharusan yang diberikan oleh
pimpinan, untuk mencapai kepuasan kerja. Sedangkan motivation factors
merupakan faktor internal apabila terpenuhi maka akan meningkatkan
kepuasannya sehingga mendorong untuk meningkatkan motivasinya.
Faktor satisfiers diantaranya adalah prestasi dan pengembangan potensi
individu. Kebutuhan prestasi akan mendorong seseorang untuk
mengembangkan kreatifitas dengan mengarahkan semua kemampuannya
untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Seseorang akan berprestasi
tinggi jika memungkinkan untuk diberi kesempatan (Simamora,2004).
Demikian juga dengan pengembangan potensi yang berhubungan langsung
dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh staf melalui pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal, sehingga
peningkatan kemampuan staf akan mendorong bagi individu dalam bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi perawat pelaksana
jika ditinjau pada aspek satisfiers yang dilihat dari prestasi, 47.7% perawat
sering menggunakan kemampuan keperawatan yang dimiliki dalam
mendokumentasikan asuhan keperwatan, 55.8% sering menyelesaikan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang diberikan dengan tepat waktu.
Jika dilihat dari jawaban perawat untuk pernyataan prestasi dimana perawat
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
93
telah menggunakan kemampuannya dan menyelesaikan pendokumentasian
dengan tepat waktu, hal ini seharusnya menunjukan bahwa perawat telah
mencapai hasil yang baik dan berkualitas. Sedangkan pada pengembangan
potensi diri, 43.0% perawat menjawab kadang-kadang atasan memberikan
kesempatan untuk mengikuti pelatihan, dan 45.3% perawat menjawab
kadang-kadang manajemen R.S memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan pendokumentasian. Hal ini menunjukan bahwa
kurangnya kesempatan perawat untuk mengikuti pelatihan berpengaruh
terhadap buruknya motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saefulloh
(2009) yang menyatakan bahwa pelatihan asuhan keperawatan secara
bermakna meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana diruang rawat
inap RSUD Indramayu.
Pemberian kesempatan untuk dapat menggunakan keterampilan dan
kemampuan dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan potensi
individu agar dapat melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara optimal,
terutama dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Robbins (2008) menyatakan bahwa karyawan lebih menyukai pekerjaan
yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas
Menurut Herzberg faktor dissatisfiers individu dalam bekerja dapat dilihat
dari gaji atau upah serta kualitas supervisi. Supervisi merupakan suatu
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
94
proses terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
tugas (Swanburg, 1990). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 52.3%
perawat pelaksana mengatakan kepala ruangan kadang-kadang memberikan
arahan dalam pengisian dokumentasi asuhan keperawatan, dan 50% perawat
mengatakan atasan kadang-kadang memberikan umpan balik dalam
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kurangnya arahan dari
kepala ruangan juga menjadi penyebab buruknya motivasi perawat dalam
pendokumentasian yang dilakukan.
Robbins (2003) supervisi yang dilakukan oleh atasan akan sangat membantu
staf, karena dalam kegiatan supervisi, seorang supervisor akan memberikan
dukungan terhadap sumber-sumber yang dibutuhkan oleh staf dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Mc.Farland, Leonard and Marris (1984 dalam
Arwani, 2003) yang mengatakan supervisi dalam konteks keperawatan
sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber
(resources) yang dibutuhkan perawat untuk mengevaluasi tugas terhadap
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan supervisi bukan hanya mengawasi dan mengamati staf
keperawatan dalam menjalankan tugasnya dan melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap sesuai dengan
format yang telah disiapkan, namun kegiatan supervisi juga dapat
memperbaiki pelaksanaan pendokumentasian yang sedang dilakukan,
adanya hambatan dan kekurangan yang ada diruangan. Jadi kegiatan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
95
supervisi, perawat bukan sebagai pelaksana yang pasif, namun sebagai
partner kerja yang memiliki pendapat dan pengalaman yang perlu didengar,
dihargai, dan diikut sertakan untuk perbaikan dalam pelayanan keperawatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hotmaida (2002) mengatakan ada
pengaruh yang bermakna antara supervisi kepala ruang rawat inap terhadap
kinerja perawat pelaksana, dan penelitian ini juga didapatkan bahwa gaya
supervisi demokrasi lebih baik kinerjanya dibandingkan gaya Laissez-Faire.
Berdasarkan aspek gaji/upah, 61.6% perawat mengatakan tidak pernah
menerima insentif tambahan untuk pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Insentif merupakan indikator yang penting dalam memotivasi
kerja seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Kopelman (1986 dalam
Ilyas, 1999) yang menyatakan bahwa imbalan akan mempengaruhi
seseorang untuk meningkatkan motivasi kerjanya yang secara langsung
dapat meningkatkan kinerjanya. Pernyataan Musni Riza (2000) yang
menyatakan bahwa salah faktor yang menyebabkan motivasi kerja perawat
berkurang adalah reward yang tidak ada.
Besarnya gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diterima oleh perawat
sudah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD), sehingga peran
pimpinan R.S tidak dapat menaikan gaji seorang perawat. Salah upaya yang
dapat dilakukan oleh pimpinan atau manager untuk meningkatkan motivasi
perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian adalah dengan menjadikan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
96
proses pendokumentasian dimasukan dalam credit point, yang nantinya
berguna untuk proses kenaikan golongan atau pangkat.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik, yang bertujuan
melihat hubungan antar variabel, yang bersifat cross sectional dengan
pengukuran variabel motivasi perawat dengan pelaksanaan dokumentasi
asuhan keperawatan yang dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Kelemahan dari rancangan penelitian ini adalah kesalahan interpretasi hasil
karena hasil yang didapatkan ditentukan secara bersamaan, dibutuhkan
subyek yang cukup besar, dan kemungkinan terjadinya bias dalam penelitan.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja
di ruang rawat inap RSUD Pariaman, dengan teknik pengambilan sampel
proportional random sampling. Dimana ruangan rawat inap yang dijadikan
sebagai tempat penelitian adalah berdasarkan jumlah perwat pelaksana yang
bekerja di ruangan tersebut, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan, anak,
perina, mata, saraf, paviliun gondaria, paviliun nantongga. Setiap ruangan
rawat inap mempunyai karakteristik pekerjaan yang berbeda. Adanya
perbedaan tersebut memungkinkan adanya variasi motivasi perawat
pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan,
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
97
3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan quesioner untuk pengukuran
motivasi perawat pelaksana yang dirancang sendiri oleh peneliti, dan
sebelumnya instrumen motivasi perawat telah dilakukan uji validitas dan
realiabilitas, yang mana dari hasil uji validitas tersebut 11 pernyataan tidak
valid dengan nilai r kecil dari r tabal yaitu 0.361. Pernyataan yang tidak
valid ini dilakukan revisi pada beberapa item pernyataan, sedangkan untuk
instrumen pendokumentasian dengan menggunakan studi dokumentasi
asuhan keperawatan, yang telah baku berdasarkan standar DEPKES, 2001.
C. Implikasi terhadap Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian
1. Implikasi penelitian terhadap pelayanan
Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dipengaruhi
oleh motivasi kerja perawat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini
bahwa ada hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan
pendokumentasian. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi kerja adalah pemberian insentif yang adil,
penghargaan dalam bentuk pemberian kesempatan untuk melanjutkan
jenjang karir, serta penerapan supervisi yang bersifat edukatif, sehingga
terbentuk suasana kerja yang demokratif, inovatif, serta dapat
mengembangkan potensi dan kelebihan pada diri masing-masing.
2. Implikasi terhadap Pendidikan
Penelitian ini memberikan implikasi kepada institusi pendidikan mengenai
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Mahasiswa harus
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
98
mengetahui bahwa kondisi dilapangan tidak sama dengan teori. Mahasiswa
juga harus paham bahwa hambatan terbesar adalah dari kemampuan dan
motivasi perawat yang sangat kurang. Maka dari itu bagi tanaga pendidik
hasil yang didapat pada penelitian ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk
diskusi mahasiswa agar permasalahan yang terjadi dilapangan atau lahan
praktek dapat berubah kearah yang lebih baik.
3. Implikasi terhadap Penelitian
Ruangan rawat inap RSUD Pariaman belum melaksanakan
pendokumentasian yang lengkap, hal ini bisa saja disebabkan oleh karena
banyaknya format yang harus diisi oleh perawat sehingga memerlukan
waktu yang cukup panjang, serta kurangnya motivasi perawat dalam
melaksanakan pendokumentasian. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang model format pendokumentasian yang efektif, yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisi diruangan rawat inap RSUD Pariaman.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
99
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan hipotesis, hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat disimpulkan :
1. Karakteristik perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman
sebagian besar berusia < 30 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan
DIII/DIV, lama kerja < 5 tahun, dan status kepegawaian PNS.
2. Lebih dari separuh motivasi perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD
Pariman baik.
3. Lebih dari separuh perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Pariaman
melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan buruk.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi perawat pelaksana
dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat
inap RSUD Pariaman dengan nilai p value = 0.004
B. Saran
1. Bagi Pimpinan RSUD Pariaman
a. Perlunya meningkatkan motivasi kerja perawat dengan melakukan
supervisi, terkait dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
b. Bagi tenaga perawat pelaksana yang masih berpendidikan SPK, agar
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang
DIII, dan perawat dengan latar belakang pendidikan DIII dapat
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
100
melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan lanjutan S1 keperawatan
untuk meningkatkan kemampuannya mendokumentasikan asuhan
keperawatan.
c. Mempertimbangkan untuk pemberian imbalan / reward yang dapat
memotivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian, serta
menjadikan proses pendokumentasian di masukan dalam credit point.
d. Mempertimbangkan untuk penyusunan format pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan metoda checklist, agar pendokumentasian
menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Bagi Akademik dan Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi terutama dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan perawat pelaksana yang belum
terungkap.
3. Bagi Penelitian Lanjutan
Hasil penelitian merupakan data dasar untuk peneliti selanjutnya dengan
pendekatan selain cross sectional, seperti quasi eksperimen sehingga data
yang diperoleh menggambarkan motivasi kerja dan pendokumentasian
perawat yang sebenarnya, dan kuat lemahnya hubungan (r) dapat diperoleh
pada hasil penelitian.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
101
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Yani. (2007). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit Pusat Data
dan Informasi PERSI (persi.co.id)
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: PT Bina Rupa
Aksara.
Dalami, Rochimah, Beresia,S., Nurhalimah, Sumartini, Nurmilah, Rusmiati,
Suliswati. (2011). Dokumentasi Keperawatan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Depkes, RI. (2001). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni,H., Chairani,R. (2009). Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Gillies, Dee Ann. (1989). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem.
Jakarta: EGC.
Green, L.W. (1980). Health Promotion Planning an Educational and
Enviromental Approach. Mayfield Publising Co.
Hamzah, H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang
pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hastono,S.P. (2007). Basic data analysis for health research training. Jakarta :
FKM Univeristas Indonesia.
http://eprints.undip.ac.id/17297/1/F_A_R_I_D_A_H.pdf diperoleh Februari 2012
http://eprints.undip.ac.id/16228/1/Agung_Pribadi.pdf diperoleh Maret 2012
http://eprints.undip.ac.id/15951/1/Yahyo_Diyanto.pdf diperoleh Maret 2012
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:jAW0491FrZYJ:repository.usu.ac.
id/bitstream/123456789/30972/1/Reference.pdf+pdf+penelitian+rugaya+20
06+tentang+pendokumentasian+di+RSUD+Dr.H.Chasan+Boesoirie+ternate
&hl=id&gl=id&piddi peroleh Maret 2012
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
102
Ilyas, Yaslis. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian, dan Penelitian. Depok: FKM UI.
Iyer, Patricia W. (2005). Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kozier. (1995). Fundamentals of Nursing Concept Process and Practice, fith
Edition. California : Addison Wasley.
Malayu, S.P Hasibuan.(2010). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muchlas, Makmuri. (1999). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Program
Pendidikan Pascasarjana Megister Manajemen Rumah Sakit UGM.
Martoyo, S (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: BPFE
Marquis, Bessie L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi,Ed.4. Jakarta: EGC
Nasution, S. (2000). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
__________________. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
________. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
________. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik .
Jakarta: Salemba Medika.
Perry&Potter.(2009). Fundamental of Nursing. 7th
Ed. St.Louis Missouri :
Elseiver
PPNI.(2010). Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia. Jakarta : PPNI
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
103
Riza,Musni.(2002). Telaahan Penelitian Optimalisasi Pendokumentasian
Keperawatan di RS Dharmais. Jakarta : Jurnal Keperawatan Indonesia Vol
III No 9:334.
Robbins, Stephen P. (2010). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Robbins, Stephen P., Judge,Timothy A. (2008). Prilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Safrudin. (2003). Hubungan Karakteristik Perawat dan Manajemen Waktu
perawat pelaksana dengan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Rumah Sakit Husada Jakarta. Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia.
Samsudin, Sadili, Wijaya, E. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
______. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siagian, Sondang, P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Simamora. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Soeroso, Santoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC.
Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
Tim Penyusun RSUD Pariaman. (2010). Profil Kesehatan RSUD Pariaman.
Pariaman: tidak dipublikasikan.
Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winardi, J. (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Wiyono, Djoko. (1997). Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.
Surabaya: Airlangga University Press.
Zainun, Buchari. (2004). Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
104
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
105
Lampiran 4
PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Para Perawat di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Dareah (RSUD)
Pariaman yang terhormat.
Assalamualikum Wr.Wb.
Nama saya Rhona Sandra, Mahasiswa Program Studi Megister Manajemen dan
Kepemimpinan Keperawatan Universitas Andalas. Saya akan melakukan
Penelitian dengan judul “ Analisis Hubungan Motivasi Perawat pelaksana dengan
pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang rawat Inap RSUD
Pariaman.”
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan khususnya motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan, sebagai bagian dari keseluruhan pelayanan kesehatan.
Untuk keperluan di atas saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi
kuesioner yang telah saya siapkan dengan sejujur-jujurnya / apa adanya sesuai
yang Bapak/Ibu/Saudara alami (rasakan). Saya menjamin kerahasiaan pendapat
dan identitas Bapak/Ibu/Saudara. Untuk itu saya mohon agar tidak mencantumkan
nama. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan dipergunakan sebagai wahana
untuk mengembangkan mutu pelayanan keperawatan, tidak akan dipergunakan
untuk maksud lain.
Sebagai bukti kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk menandatangani lembaran
persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam mengisi
kuesioner ini sangat saya hargai dan terlebih dahulu diucapkan terima kasih
Padang, Mai 2012
Hormat Saya,
Rhona Sandra
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
106
Lampiran 5
PERSETUJUAN RESMI RESPONDEN
SURAT PERNYATAAN
Setelah membaca dan mendengar keterangan dari saudari Rhona Sandra
mahasiswa Pasca Sarjana Unand, yang akan melaksanakan penelitian tentang
“Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana dengan pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman”
maka saya bersedia menjadi responden dan saya berjanji untuk memberikan
informasi dengan sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada tekanan dari pihak
manapun.
Demikan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Padang, 2012
Yang Membuat Pernyataan
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
107
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN MOTIVASI
PERAWAT PELAKSANA DENGAN PELAKSANAAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN
Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian: karakteristik dan motivasi perawat
responden
2. Berilah penilaian terhadap aspek yang dilihat berdasarkan pengalaman
anda, dengan memberikan tanda “ √ ” pada kolom yang tersedia.
3. Jika ingin mengganti jawaban yang telah diisi, maka berilah tanda “X”
pada jawaban awal, lalu berikan tanda “√” pada kolom yang tersedia
sesuai dengan alternative jawaban yang dikehendaki
4. Pilihan yang disediakan adalah :
a. Tidak pernah : Bila anda tidak pernah melakukan perbuatan
tersebut tidak pernah sekalipun)
b. Kadang-kadang : Bila anda kadang-kadang melakukan perbuatan
tersebut (lebih banyak tidak melakukan dari pada melakukan)
c. Sering : Bila anda sering melakukan perbuatan tersebut
(lebih banyak melakukan dari pada tidak melakukan)
d. Selalu : Bila anda selalu melakukan perbuatan tersebut
(selalu melakukan)
5. Mohon agar dapat mengisi dengan apa adanya, karena identitas dan
jawaban anda, akan terjaga kerahasiaannya.
6. Terima kasih atas partisipasi anda untuk mendukung uji validitas
(instumen) dalam penelitian ini.
KODE :
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
108
A. Karakteristik Responden
Umur : …………tahun
Jenis kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan : 1) SMA/SPK
2) Diploma
3) Sarjana .
Lama kerja : 1) < 5 tahun
2) 5-10 tahun
3) > 10 tahun
Status pegawai : 1) PNS
2) Non PNS
B. Motivasi Responden
No Pernyataan Tidak
Pernah
Kadang-
kadang
Sering Selalu
1. Tanggung jawab
Saya melaksanakan dokumentasi asuhan
keperawatan berdasarkan proses
keperawatan dengan penuh tanggung
jawab.
0% 22.1% 40.7% 37.2%
2. Prestasi
Saya menggunakan seluruh kemampuan
keperawatan yang saya miliki dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
0% 8.13% 47.7% 38%
3. Prestasi
Menyelesaikan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang diberikan dengan tepat
waktu.
0 19.8% 55.8% 24.4%
4. Pekerjaan itu sendiri
Saya mengisi pendokumentasian setelah
pasien pulang.
11.6% 45.3% 29.0% 13.9%
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
109
5. Pengembangan potensi individu
Atasan memberikan kesempatan untuk
mengikuti pelatihan.
25.6% 43.0% 25.6% 5.81%
6. Hubungan antar pribadi
Atasan dan teman sejawat memberi
dukungan dalam pengisian dokumentasi.
2.32% 30.2% 37.2% 30.2%
7. Hubungan antar pribadi
Pola hubungan komunikasi antara perawat
dengan perawat lain terjalin dengan baik
ketika pendokumentasian dilakukan.
2.32% 20.9% 40.6% 36.0%
8. Pekerjaan itu sendiri
Saya mendokumentasikan sesuai dengan
apa yang saya kerjakan (tidak menambah
atau mengurangi)
2.32% 22.0% 30.2% 45.3%
9. Hubungan antar pribadi
Terjalin hubungan yang harmonis antara
perawat dengan atasan, perawat sesama
perawat dalam memberikan dukungan
untuk melakukan dokumentasi ASKEP.
0% 13.9% 56.6% 31.3%
10. Gaji atau upah
Jumlah gaji yang saya terima sesuai
dengan pekerjaan dan dokumentasi yang
saya lakukan.
19.7% 40.6% 31.3% 8.13%
11. Gaji atau upah
Saya menerima insentif tambahan untuk
pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan.
61.6% 13.9% 16.2% 8.1%
12. Pengembangan potensi individu
Manajemen R.S memberikan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan
pendokumentasian.
22.0% 45.3% 22.0% 5.8%
13. Kualitas supervisi 13.9% 52.3% 18.6% 15.1%
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
110
Kepala ruangan memberikan arahan dalam
pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan.
14. Kebijaksanaan dan administrasi
Peraturan, fasilitas, dan tenaga perawat
yang ada di rumah sakit mendorong saya
untuk mendokumentasikan ASKEP.
2.32% 44.1% 33.7% 19.7%
15. Kondisi kerja
Ruang perawatan memberikan
kenyamanan dalam pengisian
pendokumentasian ASKEP.
6.9% 26.7% 37.2% 29.0%
16. Kondisi kerja
Pembagian shift dinas pagi, sore dan
malam mempengaruhi kelengkapan
pendokumentasian ASKEP yang saya
lakukan.
4.65% 43.0% 37.2% 15.2%
17. Pengakuan
Tanda pengenal perawat menumbuhkan
rasa percaya diri saya untuk
pendokumentasian.
11.6% 63.9% 12.7% 11.6%
18. Gaji atau upah
Insentif dalam pengisian
pendokumentasian diberikan dengan adil.
38.3% 45.3% 15.1% 1.16%
19. Kualitas supervisi
Atasan saya memberikan umpan balik
dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan
9.3% 50% 43.9% 5.8%
20. Tanggung jawab
Saya bertanggung jawab terhadap
kesalahan yang saya lakukan dalam
pendokumentasian ASKEP.
4.65% 13.9% 38.3% 43.0%
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
111
Lampiran 7
KUESIONER PENILAIAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD
PARIAMAN
Petunjuk Umum Pengisian
1. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu karakteristik medical record dan
kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Karakteristik medical record berisi daftar isian tentang identitas medical
record.
A. Karekteristik Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Kode :…………………..
Ruangan :………………….
No MR :………………….
Tanggal masuk :………………….
B. Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Petunjuk pengisian
1. Berilah tanda “√” jika kegiatan dilakukan pada kolom yang
tersedia
2. Jika akan mengganti jawaban yang salah, maka berilah tanda “X”
pada jawaban awal dan beri tanda “√” pada kolom yang tersedia,
sesuai dengan alternatif jawaban yang dikehendaki.
3. Pilihan :
a. Ya : Jika dokumentasi dilakukan dengan lengkap.
b. Tidak : Jika dokumentasi dilakukan dengan tidak lengkap.
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
112
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
A. PENGKAJIAN
1. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman
pengkajian
66.3% 33.7%
2. Data dikelompokan (bio-psiko-sosial-spiritual) 41.9% 58.1%
3. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang 29.0% 71.0%
4. Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma dan pola fungsi hidup
2.32% 97.7%
B. DIAGNOSA
5. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan
91.9% 8.13%
6. Diagnosa keperawatan actual dirumuskan 76.7% 23.3%
7. Diagnosa keperawatan resiko dirumuskan 38.4% 61.6%
C. PERENCANAAN
8. Rencana tindakan berdasarkan diagnosa keperawatan 94.1% 5.81%
9. Rencana tindakan disusun menurut urutan prioritas 68.6% 31.4%
10. Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien,perubahan perilaku, kondisi pasien dan atau
kriteria waktu
34.9% 65.1%
11. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci, dan jelas
44.2% 55.8%
12. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien
dan keluarga
17.5% 82.5%
13. Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim
kesehatan lain
76.7% 23.3%
D. TINDAKAN
14. Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
keperawatan
96.5% 3.5%
15. Perawat mengobservasi respons pasien terhadap tindakan
keperawatan
45.3%
54.7%
16. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 7% 93%
Analisis Hubungan Motivasi …,Rhona Sandra, FIK UNAND 2012 | LIMAU MANIS
113
17. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas
dan jelas
96.5% 3.5%
E. Evaluasi
18. Evaluasi mengacu pada tujuan 27.9% 72.1%
19. Hasil evaluasi di catat 97.7% 2.32%
F. Catatan Asuhan Keperawatan
20. Menulis pada format yang baku 98.8% 1.2%
21. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
96.5% 3.5%
22. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang
baku, dan benar
66.2% 33.8%
23. Setiap melakukan tindakan / kegiatan, perawat
mencantumkan paraf/nama jelas, tanggal dan jam
dilakukan tindakan
33.7% 66.3%
24. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
97.6% 2.4%