Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI
KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun Oleh
Dias Prastia Tutik
X7406066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN
TAHUN 2010
Oleh :
DIAS PRASTIA TUTIK
X 7406066
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan, Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi
Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Dias Prastia Tutik, ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana Iklim
Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a)
Kepercayaan, b) Pengambilan keputusan, c) Kejujuran, d) Keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah, e) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, f) Perhatian
pada kinerja tinggi. (2) Bagaimana upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam
mengelola iklim komunikasi organisasi.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan bentuk
penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif, strategi penelitian yang digunakan
startegi tunggal terpancang. Teknik cuplikan dengan menggunakan teknik
purposive snowball sampling. Sumber datanya adalah wawancara, observasi dan
analisis dokumen. Untuk keabsahan data teknik yang digunakan adalah
trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis interaktif mengalir.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Iklim
Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a)
Kepercayaan, iklim komunikasi organisasi ditinjau dari kepercayaan yang ada di
Kejaksaan Negeri Klaten dilakukan oleh atasan kepada bawahan, bawahan kepada
atasan dan bawahan dengan bawahan dalam menjalankan komunikasi organisasi
di Kejaksaan Negeri Klaten. b) Pengambilan keputusan, yang dilakukan
Kejaksaan Negeri Klaten dilakukan oleh pimpinan dengan bawahan secara
terbuka dan terus terangan dalam suatu rapat bulanan yang ada di Kejaksaan
Negeri Klaten. c) Kejujuran, kejujuran yang ada di Kejaksaan merupakan kunci
utama dalam menjalankan sesuatu yang berasal dari pimpinan dan bawahan dalam
menjalankan tugasnya. d) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, komunikasi
ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian atau teguran
kepada bawahan Kejaksaan Negeri Klaten pimpinan dalam memberikan teguran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
intruksi atau perintah terhadap bawahannya, harus adanya keterbukaan e)
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, pimpinan dalam menerima saran, kritik
ide dari karyawan di dengarkan secara seksama demi kemajuan Kejaksaan
Negaeri Klaten. f) Perhatian pada kinerja tinggi, kinerja Kejaksaan Negeri Klaten
salah satunya adalah dapat tercapai secara efisien, efektif, yang berasal dari
karyawan Kejaksaan Negeri Klaten. (2) Upaya Kejaksaan dalam mengelola iklim
komunikasi organisasi, sebagai berikut: a) Kepercayaan, b) Pengambilan
keputusan, c) Kejujuran, d) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, e)
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, f) Perhatian pada kinerja tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAC
Dias Prastia Tutik, ANALYSIS CLIMATE of KOMMUNICATIONS ORGANIZATIONAL IN PUBLIC ATTORNEY OF COUNTRY of KLATEN YEAR 2010. Skripsi, Surakarta, Faculty Teachership and Science Education, University Eleven March, December 2010. This research aim to know : (1) How Organizational Communications
climate [in] Public attorney of Country of Klaten in evaluation of dimension : a)
Trust, b) Decision Making, c) Sincerity, d) Openness in communications
downwards, e) Listen in communications to to the, f) Attention at high
performance (2) How Public attorney effort in managing organizational
communications climate .
In line with, hence this researcher use research form qualitative, with
method of deskripsi, research strategy which in using single strategy is stake.
technique of Cuplikan by using technique of purposive sampling snowball. Source
of its data is interview, document analysis and observation. For the authenticity of
data of technique which in using data is trianggulasi or source and of trianggulasi
method. While technique analyse data which in using is analysis of interaktif emit
a stream of.
Pursuant to result of research that : (1) Organizational Climate
Communications in Public attorney of Country of Klaten in evaluation from in the
a) Trust, organizational communications is evaluated from trust exist in Public
attorney of Country of Klaten in doing/conducting by superior to subordinate,
subordinate to subordinate and superior with subordinate in running
organizational communications in Public attorney of Country of Klaten. b)
Decision making, which in doing/conducting Public attorney of Country of Klaten
is done/conducted by head with subordinate openly and to continuing bold a
monthly meeting exist in Public attorney of Country of Klaten. c) Sincerity,
Sincerity exist in Public attorney represent main key in running something that
come from subordinate and head in running its duty. d) openness in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
communications downwards, communications downwards can be in the form of
instruction work (comand) or exhortation to subordinate Public attorney of
Country of Klaten in giving instruction duty or comand to its subordinate, there
must be its of openness. e) Listen in communications to of, head in accepting
suggestion, idea criticism of employees need in listening by seksama for the shake
of progress of Public attorney of Country of Klaten. f) Attention at high
performance, performance Public attorney of Country of Klaten one of them is
can reach efficiently is, effective, coming from employees Public Attorney Of
Country of Klaten. Effort Public attorney in managing organizational
communications climate, a) Trust, b) Decision Making, c) Sincerity, d) Openness
in communications downwards, e) Listen in communications to the, f) Attention
at high performance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO Percayalah bahwa kebahagiaan itu bak pohon mawar yang baru
di tanam.
Bunganya tidak muncul dengan segara tetapi kemunculannya
akan terjadi.
( Aidh Bin ’ Abdullah )
Selama malam masih di iringi oleh pagi hari, maka kepedihan.
Itu pasti akan lenyap. Keadaan kritis pasti akan berlalu, dan
kesulitan pasti akan lenyap.
( Aidh Bin ’ Abdullah )
Kita tidak bisa mengubah masa lalu dan tidak bisa mengubah
masa depan dengan gambaran sesuai dengan kehendak kita.
Untuk itu tidak ada gunanya membinasakan diri dengan
keadaan kekecewaan karena sesuatu yang tidak mampu kita
ubah.
( Aidh Bin ’ Abdullah )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya ini ku sembahkan untuk :
� Orang Tuaku tersayang
� Adik-adikku
� My Lovely
� Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmaanirohim
Puji dan syukur penelitian panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Peneliti berhasil
menyusun dan menyelsaikan skripsi dengan judul“ ANALISIS IKLIM
KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN
TAHUN 2010 ”.
Skripsi ini peneliti ajukan guna melengkapi tugas serta memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan
Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan
Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyususnan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu peneliti mengungkapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat,petunjuk dan cinta kasih-Mu yang tak
henti-hentiNya Kau limpahkan padaku.
2. Dekan dan Para Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menyetujui permohonan skripsi ini.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi serta Ketua
dan Sekretaris BKK PAP Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan pengarahan dan ijin atas penyususnan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Drs. Ign. Wagimin, M. Si, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan kepada peneliti selama persiapan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan kepada peneliti selama persiapan hingga
selesainya persiapan penyusunan skripsi ini, dengan sabar
membimbing dan memberikan pengarahan sesuai kemampuan peneliti
yang sangat terbatas.
7. Bapak dan Ibu Dosen BKK PAP yang telah memberikan bekal
pengetahuan untuk menyusun skripsi ini.
8. Pimpinan dan Karyawan Kejaksaan Negeri Klaten yang telah
membantu dalam penelitian ini.
9. Ayah, Ibu dan keluarga besarku yang telah memberikan doa dan
dukungan yang tiada henti, terutama dukungan moril untuk saya, dan
selalu membimbing saya tentang bagaimana beratnya menjalani roda
kehidupan.
10. Om dan Bulek Narno, Adiku Agung dan Nia, terima kasih atas doa
dan telah menganggap aku keluarga sendiri selama saya di Solo.
11. My Lovely ” Galih” atas doa, perhatian, dukungan, kesetiaan, tawa
canda, dan semua pengalaman cinta yang luar biasa.
12. Teman-temanku semua yang ada di Kampus UNIVERSITAS
SEBELAS MARET ’ angkatan”06, Yuli, Asih, Ana, Vera, Vina, Mala,
Sari, Vika di UMS, mb Nopi semuanya yang tidak dapat saya sebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
satu persatu. terima kasih atas semua dukungannya selama ini, dan
menjadi teman-teman yang baik, imut. Matur nuwon..
13. Semua Guru di SD Nglinggi Klaten yang selalu memberi saya
semangat, dan selalu membimbing saya.
14. Semua sahabat-sahatku di PAP, PTN dan PAK. terima kasih atas doa
dan dukungannya, bisa mengenal kalian merupakan pengalaman hidup
yang indah dan sungguh berharga.
15. Motor supra-X 125 biru putih yang selalu menemaniku kemana aja,
selama saya kuliah di Surakarta, tanpa lelah mengantarkanku.
16. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang
membentu dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti menyadari keterbatasan dan
kemampuan peneliti berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Surakarta, Januari 2011
Peneliti
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 42
BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 46
C. Sumber Data ......................................................................................... 48
D. Teknik Sampling .................................................................................. 50
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
F. Validitas Data ....................................................................................... 53
G. Analisis Data ........................................................................................ 54
H. Prosedur Penelitian............................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Kejaksaan Negeri Klaten .................................. 58
2. Lokasi Kejaksaan Negeri Klaten ..................................................... 59
3. Visi, Misi, dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten ............................. 59
4. Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Klaten ................................. 60
5. Kondisi karyawan Kejaksaan Negeri Klaten ................................... 70
6. Sarana dan prasarana penunjang di Kejaksaan Negeri Klaten ........ 71
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau
dari dimensi Kepercayaan, Pengambilan keputusan, Kejujuran,
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, Mendengarkan dalam
komunikasi keatas, Perhatian pada kinerja tinggi ................................ 73
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim
komunikasi organisasi ......................................................................... 86
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari
dimensi Kepercayaan, Pengambilan keputusan, kejujuran,
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, Mendengarkan dalam
komunikasi ke atas, Perhatian pada kinerja tinggi .............................. 93
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi
organisasi ............................................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
B. Implikasi ............................................................................................... 107
C. Saran ..................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN .................................................................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema pembagian jenis organisasi ................................................ 13
Gambar 2. Komunikasi ke bawah ................................................................... 39
Gambar 3. Komunikasi ke atas ....................................................................... 41
Gambar 4. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 44
Gambar 5. Skema Model Analisis Data Interaktif .......................................... 55
Gambar 6. Bagan Prosedur Penelitian ............................................................. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Kegiatan Penelitian ............................................................ 113
Lampiran 2. Struktur Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten ......................... 114
Lampiran 3. Denah Kejaksaan Negeri Klaten.................................................. 115
Lampiran 4. Pedoman wawancara ................................................................... 116
Lampiran 5. Field Note ................................................................................... 118
Lampiran 6. Rencana Kinerja dan susunan organisasi di Kejaksaan ............... 128
Lampiran 7. Penilaian Negeri Sipil .................................................................. 137
Lampiran 8. Foto-foto di Kejaksaan Negeri Klaten ......................................... 141
Lampiran 9. Perijinan ....................................................................................... 147
Lampiran 10. Surat keterangan penelitian ....................................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara,
khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam
penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Kepala Kejaksaan yang
dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya
dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang
tidak dapat dipisahkan.
Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana
(executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga
memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat
mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa
Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi
wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan
wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.
Kejaksaan Negeri sebagai salah satu organisasi formal. Menurut melayu
S.P Hasibuan (2005: 24-25) mengatakan bahwa “ Organisasi adalah sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang
bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat
dan wadah saja”. Dimana organisasi merupakan kumpulan dari berbagai orang
yang mempunyai tujuan tetentu yang ingin dicapai. Organisasi juga dapat
dikatakan sebagai salah satu sistem yang dinamis yang selalu berubah dan
penyesuaian diri dengan tekanan internal dan eksternal. Di samping itu, organisasi
mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, saling berhubungan
satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk
mengkoordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bagi organisasi yang menyadari bahwa komunikasi sudah merupakan
bagian yang integral, maka kegiatan perencanaan, riset, implementasi maupun
evaluasi komunikasi menjadi priolitas kegiatannya. Komunikasi yang terjadi
dalam organisasi dapat terjadi dalam organisasi forman maupun informal.
Setiap organisasi memerlukan koordinasi antara komunikasi agar bagian-
bagian dari organisasi tersebut dapat bekerja menurut ketentuannya dan tidak
mengganggu bagian lain. Proses dan pola komunikasi merupakan sarana yang
diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan ke tujuan dan
sasaran organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan hasilnya dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak
adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Jadi,
komunikasi dalam suatu organisasi mempunyai peranan serta dalam memelihara
dan mengembangkan organisasi tersebut.
Komunikasi merupakan suatu proses yang menyangkut komponen
komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Menurut Wursanto (2003: 157)
menyatakan bahwa:
” Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide antara anggota secara timbal balik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Tujuan komunikasi ini berupa perubahan sikap (attitude), pendapat (opinion), tindakan (behavior). Jika komunikasi yang dilakukan mampu mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), tindakan (behavior) seseorang, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi yang dilaksanakan telah berhasil. Komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi dan mempunyai
peranan sentaral dalam mengembangkan suatu organisasi. Proses dan pola
komunikasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan kegiatan dan sasaran organisasi. Tujuan komunikasi dalam proses
organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian. Dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi maka organisasi
tidak dapat berjalan dengan baik.
Permasalahan-permasalahan yang lazim dihadapi organisasi pada
umumnya adalah ketidakharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
disebabkan antara lain, karena kurangnya kepercayaan bawahan terhadap atasan
atau sebaliknya, tidak adanya transparasi dalam pengambilan kebijakan,
kurangnya ruang komunikasi yang tersedia, dan lain sebagainya. Komunikasi di
dalam organisasi akan berpengaruh pada iklim komunikasi dalam organisasi.
Menurut Pace dan Faules dalam Deddy Mulyana (2002: 154):
“ Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong dan memberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas, menyertakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan perhatian serta memperoleh informasi yang dapat melihat bahwa keterlibatan pimpinan sangat penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan”. Melalui proses interaksi para anggota dapat mengetahui adanya
kepercayaan, dukungan, keterbukaan, perhatian, dan keterusterangan. Sehingga
iklim komunikasi dapat berubah menurut cara pengaruh komunikasi melalui
interaksi antar anggota organisasi.
Iklim komunikasi yang konduktif mampu menciptakan kualitas hubungan
dan komunikasi dalam organisasi dari iklim komunikasi berupa: Kepercayaan,
Pembuatan keputusan bersama, Kejujuran, Keterbukaan dalam komunikasi
kedalam, Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, Perhatian pada tujuan
berkinerja tinggi.
Agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik, tentu hubungan antara
atasan dan bawahan harus terjalin sebaik-baiknya. Dengan terselenggarakan
hubungan yang baik oleh pemimpin dan dipahami benar-benar oleh semua
anggota, maka suatu usaha kerjasama dalam suatu komunikasi organisasi dapat
berjalan dengan baik.
Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang
”ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN
NEGERI KLATEN TAHUN 2010”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal penting dalam penelitian. Oleh Lexy
Moleong (2002 : 62) masalah dalam penelitian dinamakan fokus, sedangkan
Winarno Surachmad (2001 : 34) mengemukakan bahwa “ Masalah adalah setiap
kesulitan yang menggerakan manusia untuk memecahkan masalah”. Dengan
perumusan masalah yang jelas dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan
masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan yang
diteliti Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten. Menurut (Pace
dan Faules, 2002: 163), Sebagai berikut:
1. Bagaimana iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau
dari beberapa dimensi, sebagai berikut:
a. Kepercayaan
b. Pengambilan keputusan
c. Kejujuran
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
e. Mendengarkan dalam Komunikasi keatas
f. Perhatian pada berkinerja tinggi
2. Bagaimana upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim
komunikasi organisasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang telah
dirumuskan. Setiap penelitian mempunyai suatu tujuan yang merupakan jawaban
atas masalah yang telah dirumuskan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 52)
“Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal
yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan
penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan dalam
perumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri
Klaten di tinjau dari dimensi:
a. Kepercayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Pengambilan keputusan
c. Kejujuran
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
e. Mendengarkan dalam Komunikasi keatas
f. Perhatian pada berkinerja tinggi.
2. Untuk mendeskripsikan upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola
Iklim Komunikasi Organisasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi yang rinci, dan dapat
memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Manfaat penelitian untuk memberikan gambaran yang jelas dan
menjawab permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini ada 2 manfaat, yang
pertama yaitu manfaat teoritis yang menyangkut pengembangan ilmu pengetahuan
yang memberikan sumbangan dalam pemecahan masalah praktis. Adapun
manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah llmu
komunikasi dan organisasi, terutama dalam analisis Iklim komunikasi
organisasi.
b. Bagi pembaca pada umumnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
untuk penelitian yang sejenis.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian adalah sebagai berikut :
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran di Kejaksaan Negeri Klaten dalam
pelaksanaan komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kejaksaan Negeri Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Untuk memberikan sumbangan karya ilmiah bagi perpustakaan yang ada di
Universitas Sebelas Maret, baik perpustakaan pusat, fakultas maupun
perpustakaan program studi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti
menyebarkan atau memberitahukan, sedangkan dalam bahasa inggris
communication artinya sebagai proses pengoperasian lambang yang
mengandung arti.
Beberapa peneliti memaparkan pendapat tentang komunikasi, sebagai
berikut:
a) Menurut Himstreet dan Baty dalam Purwanto (2006: 3)
“Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu
melalui sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol maupun
perilaku atau tindakan”.
b) Menurut Wursanto (2003: 157)
”Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, ide-ide antara anggota secara timbal balik untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan”.
c) Menurut Kartasapoetra dkk (2000: 24)
” Komunikasi yaitu suatu proses penyampaian ide dan informasi”.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas dapat dipahami
bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan atau berita
informasi dari komunikator yang biasanya berupa lambang-lambang tertentu
kepada komunikan melalui media atau tidak dengan merubah tingkah laku
individu lainnya agar sesuai dengan yang dihendaki komunikator, dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Pentingnya Komunikasi
Tidak ada kehidupan manusia yang tanpa komunikasi. Manusia pasti
membutuhkan komunikasi untuk membangun hubungan dengan manusia lain.
Dengan komunikasi manusia dapat berbicara, saling bertukar pikiran gagasan,
ide, pengalaman, kepandaian, dan dapat saling berbagi kebahagiaan dan
kesedihan. Demikian pula di dalam organisasi di dalamnya melibatkan
banyak orang, komunikasi merupakan salah satu unsur vital. Tanpa
komunikasi, perkembangan dan pertumbuhan organisasi tidak akan terwujud.
Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus
informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan.
Menurut Hicks dalam Kartasapoetra dkk (2000: 24) ”bahwa
komunikasi adalah dasar kehidupan organisasi, seseorang manajer dalam
menggunakan 95 persen dari waktu berkomunikasi untuk mengkoordinasikan
unsur manusia dan unsur fisik dari organisasi agar satuan kerjanya efisien dan
efektif....”.
Sedangkan Keith Davis dalam Sutarto (2000: 3) :
Communication is as necessary to an organization as the bloodstream is to person. Just a person develop arteriosclerosis, a hardening of the arteries, a hardening of the information arteries thet produces similar impaired efficiency ( kebutuhan komunikasi bagi organisasi sama dengankebutuhan aliran darah bagi orang. Sebagaimana orang menghasilkan penyempitan pembulu nadi yang mengganggu efensiensi mereka, begitu juga organisasi menghasilkan “inflosclerosis” suatu pembekuan nadi informasi yang menghasilkan ketidakefensienan yang sama).
Menurut G. Kartasapoetra dkk. (2000: 25) bagi koprasi, terutama
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan komunikasi penting sekali
peranannya bagi beberapa kepentingan, antara lain:
a. Bagi peningkatan keanggotaan, kualitas maupun kuantitas.
b. Bagi peningkatan ekonomi.
c. Menarik para anggota masyarakat agar berperan serta dalam usaha koprasi
atau bekerjasama dalam meningkatkan perkembangan koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
d. Menarik perhatian para pejabat pemerintah dari berbagai instansi ataupun
para pemimpin informasi agar turut melaksanakan pembicaraan-
pembicaraan demi kemajuan usaha koperasi dan perkembangannya.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa komunikasi itu sangat
penting bagi manusia apabila di dalam organisasi. Komunikasi merupakan
dasar bergerak organisasi. Di dalam organisasi, kerjasama akan terwujud
apabila ada komunikasi. Komunikasi dalam organisasi sangat penting guna
kelangsungan hidup organisasi dan perkembangan organisasi yang
bersangkutan.
Bagi koperasi kegunaan komunikasi adalah untuk meningkatkan
keanggotaan baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas menarik
anggota masyarakat dan para pejabat pemerintah untuk berperan serta dalam
usaha koperasi dan kerjasama dalam meningkatkan perkembangan koperasi.
3. Bentuk Dasar Komunikasi
Purwanto (2006: 2) berpendapat ” pada dasarnya ada dua komunikasi
yang lazim digunakan dalam praktek bisnis dan non bisnis yaitu komunikasi
verbal dan nonverbal”.
Sedangakn menurut Effendi (2003: 7) mengemukakan bentuk dasar
komunikasi adalah:
a) Tatap muka (face to face)
b) Bermedia (mediated)
c) Komunikasi verbal, meliputi:
• Lisan (ora l)
• Tulisan (written)
d) Komunikasi non verba, meliputi:
• Kiat / isyarat badaniah (gestural)
• Bergambar (pictorial)
Dari kedua pendapat di atas maka peneliti menyimpulakan bentuk
dasar komunikasi adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
a) Komunikasi verbal
b) Komunikasi nonverbal
Adapun penjelasan dari masing-masing bentuk komunikasi tersebut
sebagai berikut:
a) Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang merupakan simbol-
simbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara lisan atau secara
tulisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan
terorganisasi dengan baik. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas
komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Melalui komunikasi lisan dan
tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh
pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui lisan atau
tulisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca
atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan lancar.
b) Komunikasi Nonverbal
Komunikasi Nonverbal adalah penciptaan atau pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata komunikasi yang menggunakan
gerak tubuh, sikap vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi
muka, kedekatan jarak atau sentuhan. Dengan komunikasi nonverbal
orang dapat mengekspresikan perasaan melalui ekspresi wajah atau
kecepatan bicara.
Bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang
terstruktur sehingga sulit mempelajari komunikasi nonverbal penting
artinya terutama dalam penyampaian perasaan dan emosi, mendeteksi
kecurangan atau kejujuran. Dengan memperhatikan isyarat nonverbal
seseorang dapat mendeteksi kecurangan untuk menegaskan kejujuran si
pengirim dan penerima pesan karena sifatnya efektif.
Tujuan komunikasi nonverbal menurut Purwanto (2006: 10)
adalah sebagai berikut:
• Memberi informasi
• Mengatur alur percakapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
• Ekspresi emosi
• Memberi sifat melengkapi pesan-pesan verbal
• Mempengaruhi orang lain
• Mempermudah tugas khusus
4. Jenis – jenis komunikasi
Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan
informal, maka dalam komunikasi juga dikenal adanya komunikasi formal
dan informal. Menurut Miftah Thoha (2001 : 83 ) ” Komunikasi organisasi
formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau
struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal arus
informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing
pribadi yang ada dalam organisasi tersebut ”.
Struktur komunikasi formal merupakan karakteristik dari komunikasi
organisasi. Proses dalam struktur formal dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi dari
atas ke bawah (doenward communication) dan dari bawah ke atas (
upward communication).
Adapun uraian sebagai berikut :
a. Komunikasi vertikal dari atas ke bawah
Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly dalam Agus Darmo (
2000 : 110) ” Komunikasi ke bawah mengalir dari individu di tingkat
atas hirarki kepada orang-orang di tingkat bawah. Bentuk
komunikasi ke bawah yang paling umum ialah instruksi kerja, memo
resmi, pernyataan, kebijakan, prosedur, buku pedoman, dan
publikasi perusahaan.
Menurut Joko Purwanto ( 2006 : 40 ) ” Seorang menejer yang
menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk
menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang
ada di level bawah.
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa
tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk memberikan pengarahan,
penjelasan, instruksi, peneguhan, atau penilaian kepada bawahan
serta memberikan informasi tentang tujuan dan kebijaksanaan
organisasi.
Pemberian pengarahan, penjelasan, instruksi, penugasan atau
penilaian dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Seperti yang
dikemukakan oleh Joko Purwanto (2006 : 41) ” Komunikasi dari atas
ke bawah dapat berbentuk lisan maupun tertulis ”. Komunikasi lisan
dapat berupa percakapan biasa, wawancara biasa antara pimpinan
dengan karyawan, konferensi / rapat, pertemuan / diskusi kelompok
atau melalui telepon. Sedangkan komunikasi tertulis dapat dalam
bentuk memo, papan pengumuman / kotak informasi, surat tugas,
surat perintah, surat keputusan, buku petunjuk pelaksanaan tugas
karyawan atau buletin koran.
b. Komunikasi vertikal dari bawah ke atas
Pengartian komunikasi ke atas menurut Rosady Ruslan (2001
: 87) merupakan arus komunikasi dari bawah ke atas yang diterima
dalam bentuk bawahan memerlukan laporan, pelaksanaan tugas,
sumbang saran dan serta pengaduan kepada pimpinan masing-
masing.
Komunikasi dari bawah ke atas diberikan keterangan dari
informasi keterangan dan informasi maupun menyampaikan aspirasi
yang dibutuhkan pimpinan agar dapat mempengaruhi tingkah laku
dan perbuatan. Bawahan harus menyampaikan informasi kepada
atasan dengan penuh kejujuran. terkadang bawahan hanya
menyampaikan informasi / laporan yang baik-baik saja, sedangkan
informasi yang mempunyai kesan negatif cenderung dirahasiakan
dan tidak disampaikan kepada atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Komunikasi horisontal
Komunikasi ini berlangsung antara orang-orang yang berbeda
pada tingkat yang sama dalam hirarki organisasi, akan tetapi
melaksanakan kegiatannya yang berbeda. Hal ini seperti yang di
kemukakan oleh Rosaly Ruslan (2001: 88) ” Komunikasi horisontal
merupakan komunikasi satu level yang terjadi antara para karyawan
dengan karyawan lainnya dalam satu tingkatan dan lain sebagainya”.
Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, dalam
komunikasi horisontal sifatnya tidak formal. Karyawan berkomunikasi
satu sama lain pada saat istirahat, atau waktu pulang kerja.
3. Komunikasi Diagonal
Menurut Onong Uchjana Effendy (2003 : 128) Pengartian
komunikasi eksternal ialah ” Komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi ”. Komunikasi diagonal bertujuan
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat di luar
organisasi, pelanggan dan pemerintah. Jenis komunikasi ini dilakukan
dengan pihak luar yang berhubungan dengan perusahaan untuk
membawa informasi masuk atau keluar dari organisasi guna mencapai
tujuan organisasi.
Keberhasilan dalam membina hubungan komunikasi diagonal ini,
juga sekaligus keberhasilan pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten dalam
memperoleh dukungan kepercayaan, partisipasi dan kerja sama dengan
pihak publik.
A B
C D
Gambar 1 : Skema pembagian jenis organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
A-B = Komunikasi Horisontal
A-C = Komunikasi Vertikal
A-D = Komunikasi Diagonal
Dari jenis pembagian organisasi dapat di lihat secara jelas fungsi
komunikasi itu sendiri, yaitu antara lain : menyampaikan informasi,
mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Tentu disini adalah
komunikasi yang terjadi antara individu dalam tingkatan organisasi
maupun organisasi instansi pemerintah dengan publiknya. terdapat
kemudahan untuk melakukan kegiatan komunikasi karena berdasarkan
pada jenis komunikasinya, sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan
komunikasi tersebut.
4. Proses Komunikasi
Proses adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam mencapai suatu
tujuan. Proses komunikasi ialah tahap atau langkah yang dilalui dalam
melakukan komunikasi.
Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2006: 11) proses
komunikasi meliputi:
a) Pengiriman mempunyai suatu ide atau gagasan. b) Pengiriman mengubah ide menjadi suatu pesan. c) Pengiriman menyampaikan pesan. d) Penerima pesan. e) Penerima menafsirkan pesan. f) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim.
Menurut Wursanto (2003: 76) rangkaian model proses
komunikasi melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 Dimulai dengan penetapan gagasan atau ide-ide (idetion) yang dilakukan oleh pihak pengiriman berita (Communicator,sender)
Tahap 2 Pengiriman informasi, gagasan yang merupakan message yang telah disusun (encording) dalam batik simbol, sandi, kode-kode kata dengan melalui saluran media komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, vertikal maupun horisontal, verbal maupun informal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tahap 3 Penerimaan berita pihak penerima berita (komunikan). Kemudian mengadakan interpretasi (decoding) terhadap berita yang dilanjutkan dengan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh pihak komunikan merupakan umpan balik dari komunikan ke komunikator.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses
komunikasi merupakan tahap-tahap atau komunikasi merupakan tahap-
tahap atau langkah dalam penyampaian pikiran / perasaan seseorang
kepada orang lain. Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa proses
komunikasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut : penetapan gagasan
atau ide oleh pihak berita, mengubah ide menjadi suatu pesan yang telah
disusun dalam bentuk simbol, sandi atau kode, pengiriman penyampaian
pesan; penerimaan berita oleh pihak penerima; penerima menafsirkan
pesan serta memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim.
5. Hambatan Komunikasi
Dalam komunikasi sering terjadi pada waktu penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikasinya tersebut tidak tercapai suatu
pengertian, bahkan menimbulkan salah pahaman, dan sehingga
pesan/informasi tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima dengan baik,
dikarenakan lambang atau bahasa yang dipakai tidak sama pengertiannya
antara apa yang digunakan komunikator dengan yang diterima oleh
komunikan, atau hambatan-hambatan lainnya yang menyebabkan
gangguan terhadap sistem kelancaran komunikasinya.
Menurut pakar manajemen R. Kreitner, Manajement dalam
Rusady Ruslan (2001: 9), mengemukakan terdapat empat hambatan yang
dapat mengganggu sistem komunikasi tersebut, yaitu:
1. Hambatan dalam proses penyampaian (process barries)
Hambatan ini terjadi pada proses komunikasinya, bisa saja
terjadi pada komunikator yang mendapatkan kesulitan dalam
penyampaian pesan (komunikator kurang handal), atau bisa terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pada komunikannya yang mengalami kesulitan untuk memahami isi
pesan/informasi.
2. Hambatan secara fisik (psysical barrers)
Sarana fisik bisa menghambat komunikasi secara efektif,
misalnya pendengaran kurang tajam, dan gangguan pada sistem
pengaturan suara (sound systems)
3. Hambatan semantis (semantik barrers)
Hambatan segi semantik (bahasa dan arti perkataan), yaitu
antara pemberi pesan dan penerima pesan tidak terdapat pengertian,
pemahaman tentang bahasa atau lambang yang sama.
4. Hambatan psiko-sosial (psychosocial barriers)
Hambatan adanya perbedaan cukup melebat pada aspek
kebudayaan, adat-istiadat, kebiasaan, persepsi, nilai-nilai yang dianut
dan hingga kecenderungan, kebutuhan serta harapan-harapan dari
dua belah pihak yang berkomunikasi tersebut.
Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly dalam agus
Darmo (2000 : 115) hambatan dalam komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Kerangka Acuan 2. Menyimak Selektif 3. Kata Putus Nilai 4. Kredibilitas Sumber 5. Masalah Semantik 6. Penyaringan 7. Bahasa Kelompok 8. Perbedaan Status 9. Tekanan Waktu 10. Beban Layak Komunikasi
Untuk lebih jelasnya maka uraian dari hambatan komunikasi di
atas adalah:
1. Kerangka Acuan
Setiap orang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
berbeda-beda, maka dalam menafsirkan atau memahami proses
komunikasi juga akan berlainan, sehingga hal ini akan menghambat
proses komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Menyimak Selektif
Merupakan bentuk persepsi yang selektif dimana kita
cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi itu
bertentangan dengan yang kita yakini.
3. Kata Putus Nilai
Kata putus nilai dapat didasarkan atas penilaian penerima
atas komunikator atau pengalamannya dengan komunikator
sebelumnya, atau arti pesan yang sudah sebelumnya.
4. Kredibilitas Sumber
Kepercayaan, keyakinan, dan pengakuan penerima terhadap
perkataan dan tindakan komunikator yang pada giliran akan
langsung mempengaruhi organisasi.
5. Masalah Semantik
Komunikasi telah didefinisikan sebagai penyampaian
informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda yang sama.
Namun tak jarang kata-kata yang sama itu dapat berarti lain bagi
orang lain, sehingga komunikasi dapat terhambat.
6. Penyaringan
Penyaringan biasa terjadi pada komunikasai ke atas dalam
organisasi. Bawahan menutup-nutupi informasi yang kurang disukai
dalam pesan mereka kepada atasan.
7. Bahasa
Perbedaan bahasa berhubungan dengan perbedaan persepsi
karena seseorang akan membuat persepsi tentang suatu hal setelah ia
mendengarkan suatu informasi atau pesan dari orang lain yang
menggunakan bahasa.
8. Perbedaan Status
Perbedaan status yang bermaksud adalah perbedaan
komunikasi dalam tingkatan hirarki di suatu organisasi, antara lain
oleh pejabat, jabatan, dan gelar seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
9. Tekanan Waktu
Adanya tekanan waktu dapat menyebabkan komunikasi yang
dilakukan terkesan dan tergesa-gesa.
10. Beban Layak Komunikasi
Beban layak komunikasi yang terlalu adalah yang sering
dialami seseorang ketika berkomunikasi yaitu terlalu banyaknya
informasi yang didapatkan sehingga ia merasa terbenam dalam
banjir informasi dan data yang tersedia.
Hambatan komunikasi tak dapat dipungkiri dapat terjadi selama
proses kegiatan komunikasi karena beragamnya unsur komunikasi.
Tetapi dapat pula diminimalisir secara efektif dan tujuan pun tercapai.
2. Tinjauan Tentang Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Dalam kehidupan manusia lebih banyak berada dalam hubungan
saling pengaruh antar manusia, karena pada dasarnya manusia tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini terutama disebabkan karena
manusia menghadapi pembatasan-pembatasn dalam usahanya memenuhi
kebutuhan atau mencapai tujuannya, rohani maupun kebutuhan sosial. Hal ini
sesuai dengan hierarki kebutuhan manurut Abraham H. Maslow seperti yang
dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan ( 2005: 105-106) yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis, seperti: sandang, pangan dan papan
2. Kebutuhan-kebutuhan keamanan meliputi keamanan jiwa dan harta benda
3. Kebutuhan-kebutuhan sosial, digolongkan menjadi 4 golongan yaitu: a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia hidup
dan bekerja b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa
dirinya penting c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta
4. Kebutuhan akan prestise 5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari berbagai tingkat-tingkat kebutuhan manusia di atas, jelas bahwa
keharmonisan atau keselarasan antara tujuan pribadi dengan tujuan bersama
akan tercapai apabila masing-masing individu saling mengisi dan melengkapi
kebutuhan hidup mereka.
Dalam mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia mengadakan hubungan dengan manusia lain dan bergabung dalam
kelompok-kelompok. Hampir sebagian tujuannya hanya dapat dicapai dengan
usaha kerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Dengan jalan bekerja
sama dan penyatu paduan manusia tersebut akan memperoleh kepuasan yang
meliputi kepuasan ekonomi, kejiwaan dan kemasyarakatan. Kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuannya yang telah ditentukan inilah
yang disebut dengan organisasi. Adapun dalam prakteknya istilah organisasi
diartikan menjadi tiga arti, yaitu organisasi dalam arti statistik, organisasi
dalam arti dinamis dan organisasi dalam arti suatu lembaga atau badan.
Organisasi dalam arti stastis adalah kerangka antara orang-orang yang
tergabung dan bergerak ke arah usaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
organisasi dalam arti dinamis adalah proses penentuan pola dari suatu
organisasi. Organisasi dalam arti badan atau lembaga adalah orang yang
tergabung dan terikat secara formal dalam sistem kerjasama untuk mencapai
sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
(Soemardji Hartoyo, 2000: 51).
Menurut Melayu S.P Hasibuan (2005: 24-25) mengatakan bahwa
“Organisasi adalah sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu.
Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja”.
Sondang P. Siagian (2000: 27) mengemukakan definisi organisasi
sebagai “sekelompok orang yang terikat secara formal dalam hubungan
atasan dan bawahan yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama pula”.
Sedangkan menurut Stephen P. Robbin (2002: 4) “ Organisasi adalah
kesatuan (etity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau kelompok tujuan”.
Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian dapat ditemukan
berbagai unsur yang menimbulkan adanya organisasi yaitu kumpulan orang
atau sekelompok orang, proses kerjasama dan tujuan tertentu. Berbagai unsur
tersebut tidak saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait dan
merupakan suatu kekuatan atau yang dikenal sebagai suatu sistem yang
berarti kebulatan dari berbagai unsur yang terkait dengan asas tertentu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Fremont E Kast dan James E
Resenzweig dalam Sri Slameto HB (2000: 12-13), yaitu: Suatu organisasi
harus memuat 3 unsur sebagai berikut:
1. Goals oriented yaitu mengarah pada pencapaian tujuan.
2. Psychosocial system yaitu orang-orang yang berhubungan sama lain
dalam sekelompok kerja.
3. Structured activities yaitu orang-orang yang bekerjasama dalam suatu
hubungan yang terpola.
Teori modern yang memandang organisasi sebagai suatu sistem yang
berproses. Sistem adalah bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang
lain yang merupakan suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu terdiri dari faktor-
faktor baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpilan bahwa
indikator organisasi adalah tiga unsur pembentuk organisasi, yaitu (1) Goals
oriented, (2) Psychosocial system, (3) Structured activities dan dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu dari dalam organisasi dan dari luar organisasi, yang
merupakan satu sama lain berinteraksi, saling mempengaruhi sehingga
merupakan suatu kebulatan.
2. Kegunaan Organisasi
Kegunaan organisasi merupakan manfaat yang diperoleh apabila
dijalankan dengan baik. Begitu pula bagi setiap organisasi apabila dijalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan baik tentunya akan diperoleh suatu manfaat bagi anggota yang
bergabung dalam organisasi itu sendiri. Seseorang/sekelompok orang
memasuki suatu organisasi tentunya karena berharap dapat berguna bagi
kehidupannya.
Pada hakekatnya organisasi berguna bagi manusia, hal ini sejalan
dengan pendapat Soemardji Hartoyo (2000: 6) adalah: Sarana atau alat untuk
mencapai tujuan yang diusahakan secara kolektif
1. Wahana pendekatan tujuan yang diharapkan agar cepat menjadi
kenyataan
2. Wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
3. Manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif
4. Konstruksi mental dari sekelompok orang yang mempunyai kepentingan
dalam bentuk tujuan yang sama.
Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, keberadaan
organisasi semakin dibutuhkan manusia dengan alasan organisasi merupakan
unsur yang dibutuhkan manusia dewasa ini. Adapun alasan tersebut menurut
James AF Stoner dalam T Hani Handoko (2003: 9) adalah:
1. Dapat digunakan untuk mencapai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan
sendirian
2. Dapat menyediakan pengetahuan yang berkesinambungan
3. Dapat menjadi Sumber Karier
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekelompok orang
manusia atau sekelompok orang tergabung dalam suatu organisasi, karena
organisasi dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan tersebut
tidak mungkin dapat dilakukan sendirian. Selain itu, organisasi juga
merupakan sumber karier atau suatu wadah kerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu.
Melalui landasan teori ini dapat diketahui permasalahan-permasalahan
di dalam organisasi sebagai indikator penelitian ini sebagai berikut:
a. Tujuan yang ingin dicapai dengan berdirinya organisasi atau motif
mendirikan organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Tujuan dan motif semua orang masuk organisasi
c. Kerjasama dan hubungan antara orang-orang dalam organisasi
3. Struktur Organisasi
Agar struktur organisasi tersebut jelas dan tegas kemudian harus
dituangkan dalam suatu bagan organisasi.
Sutarto (2000: 41) mengemukakan “ Struktur organisasi adalah
kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat
pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peranan
tertentu dalam kesatuan yang utuh”.
T. Hani Hardoko (2003: 169) mengemukakan bahwa struktur
organisasi adalah kerangka yang menunjukan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungasi, bagian-bagian, posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang,
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Dari pendapat para pakar tersebut dapat ditarik suatu pengertian
bahwa struktur organisasi merupakan suatu kerangka susunan hubungan-
hubungan, pertanggungjawaban dan wewenang dari orang yang digunakan
oleh organisasi dalam pencapaian tujuan.
Sedangakan faktor utama yang menentukan perancangan struktur
organisasi adalah sebagai berikut:
1. Strategi organisasi
2. Teknologi
3. Anggota/karyawan yang terlibat dalam organisasi
4. Ukuran organisasi
Struktur organisasi pada masing-masing organisasi adalah berbeda-
beda, hal ini dipengaruhi salah satunya oleh besar kecilnya suatu organisasi.
Namun dalam pembentukan suatu struktur organisasi tentunya masing-
masing organisasi mempunyai tujuan, suatu struktur dibentuk secara baik
dengan harapan dapat bermanfaat bagi organisasi masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Asas Organisasi
Salah satu syarat agar organisasi dapat berjalan dengan baik perlu
berpedoman dan menyakini asas-asas organisasi. Asas-asas organisasi
berguna pada waktu membentuk struktur organisasi yang sehat dan efisien.
Asas organisasi mempunyai 2 peranan penting yaitu:
1. Sebagai pedoman untuk membentuk organisasi yang sehat
2. Sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan organisasi agar berjalan
secara lancar. (Sutarto, 2000: 43).
Asas tersebut tidak berlaku mutlak atau harus dilakukan, melainkan
hanya akan cocok dapat dilakuakan untuk organisasinya, atau dengan kata
lain harus disesuaikan sebab akan berakibat mempengaruhi kelancaran
aktifitas organisasi.
Asas organisasi merupakan salah satu sarana agar organisasi berjalan
dengan baik dan satuan organisasi yang bersangkutan sehat dan efisien,
karena pada umumnya organisasi banyak mengalami masalah diantaranya
para pejabat yang bekerja dengan tidak mengetahui dan menyakini tujuan
organisasi tempat kerjanya, masalah bagaimana cara menempatkan satuan-
satuan organisasi dalam struktur organisasi yang tepat sesuai dengan
peranannya, masalah kekosongan pekerjaan atau kekembaran jabatan, dll.
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran para pejabat untuk menyakini dan
melaksanakan asas-asas organisasi dalam praktek atau pada proses atau
proses organisasi.
Adapun asas-asas organisasi tersebut seperti yang dikemukakan
Sutarto (2000: 61) adalah sebagai berikut:
1. Perumusan tujuan 2. Dapertemenisasi 3. Pembagian kerja 4. Koordinasi 5. Pelimpahan wewenang 6. Rentangan kontrol 7. Jenjang organisasi 8. Kesatuan Perintah 9. Fleksibel 10. Berkelangsungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
11. Keseimbangan
Adapun penjelasan masing-masing asas organisasi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perumusan tujuan dengan jelas
Tujuan adalah kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani
yang diusahakan untuk dicapai dengan kerjasama sekelompok orang,
demikian juga tujuan organisasi adalah sebagai suatu akhir terhadap
seluruh kegiatan organisasi diarahkan.
Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas dan rasional,
karena akan memudahkan untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan
halauan organisasi, pemilihan bentuk bagan organisasi, pembuatan
struktur, macam pekerjaan dan kebutuhan pejabat. Sehingga harus
diketahui dan diyakini oleh seluruh anggota organisasi. Karena dengan
menyakini maka seorang pejabat atau pekerja akan dapat bekerja dengan
sungguh-sungguh dan bersedia menyumbangkan ide-ide, pengalaman
dan kemampuan untuk organisasi. Adapun pentingnya perumusan tujuan
itu adalah sebagai berikut:
a. Organisasi tanpa tujuan tak ada artinya dan hanya merupakan penghamburan uang belaka.
b. Organisasi didirikan untuk mencapai hasil-hasil tertentu c. Dasar dari organisasi terletak pada maksud dan tujuan yang telah
ditentukan d. Maksud dan tujuan organisasi harus selalu ditinjau yang telah
ditentukan e. Tujuan organisasi harus dimengerti dan diterima oleh para pegawai
dan di camkan sedalam-dalamnya. (Sutarto, 2000: 61).
2. Departemenisasi
Setelah merumuskan tujuan organisasi selanjutnya adalah
menyusun satuan organisasi proses menyusun satuan-satuan organisasi
yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu inilah yang disebut proses
depertemenisasi.
Departemenisasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan-satuan
organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang berdasarkan kesamaan sifatnya
atau pelaksanaannya. (Sutarto: 2000: 66).
3. Pembagian Kerja
Pembagian kerja dapat dihubungkan dengan satuan organisasi dan
dapat pula dihubungkan dengan pejabat. Oleh karena itu, pembagian
kerja dapat diartikan dalam dua macam:
Apabila dihubungkan dengan satuan organisasi, maka pembagian
kerja berarti perincian serta pengelompokan aktivitas-aktivitas yang
sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan
organisasi tertentu.
Apabila dihubungkan dengan pejabat pembagian kerja menurut
Luther Gulick dalam Sutarto (2000: 105) adalah sebagai berikut:
a. Karena orang berada dalam pembawaan, kemampuan serta kecakapan
dan mencapai ketangkasan yang besar dan spesialisasi
b. Karena orang yang sama tidak dapat berada di dua tempet pada saat
yang sama
c. Karena orang tidak dapat mengerjakan dua hal pada saat yang sama
d. Karena bidang pengetahuan dan keahlian begitu luas sehingga
seseorang dalam rentangan hidupnya tidak mungkin dapat mengetahui
lebih banyak daripada sebagian sangat kecil
Pembagian kerja bertujuan untuk menghindari pekerjaan yang
dikerjakan oleh yang bukan ahlinya karena hanya akan menimbulkan
pemborosan sumber daya organisasi
4. Koordinasi
Menurut James D. Mooney dalam Sutarto (2000: 141)
menyatakan bahwa: “ Koordinasi adalah pengaturan usaha sekelompok
orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam
mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama”.
Koordinasi merupakan aktivitas menyelaraskan orang-orang dan
pekerjaan sehingga dapat tertib dan mengarah pada pencapaian tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5. Pelimpahan Wewenang
Wewenang adalah hak antara seorang pejabat untuk mengambil
tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat
dilaksanakan dengan baik.
Pelimpahan adalah penyerahan, pelimpahan wewenang adalah
penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan
agar tugas dan tanggung jawabnya dapat terlaksanakan dengan baik dari
pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Manfaat pelimpahan
wewenang menurut Sutarto (2000: 165) adalah:
a. Dengan pelimpahan wewenang pimpinan dapat melakukan tugas yang pokok-pokok saja.
b. Dengan pelimpahan wewenang setiap pejabat dari pucuk pimpinan sampai pejabat yang berkedudukan paling bawah telah memiliki wewenang tertentu dalam bidang tugasnya sehingga merekapun memiliki wewenang untuk membuat keputusan yang menyangkut bidang tugasnya.
c. Dengan pelimpahan wewenang tiap-tiap pekerjaan dapat diselesaikan pada jenjang yang tepat
d. Dengan pelimpahan wewenang inisiatif dan rasa tanggung jawab dapat diperbesar
e. Dengan pelimpahan wewenang walaupun pejabat sedang berhalangan pelayan kepada masyarakat akan tetap berjalan, demikian pula pekerjaan keperluan intern akan tetap berjalan walaupun pejabarnya sedang tidak masuk kerja
f. Adapun pelimpahan wewenang merupakan latihan bagi para pejabat apabila kelak menduduki jabatan yang lebih tinggi.
6. Rentang Kontrol
Yang dimaksud rentang kontrol adalah jumlah terbanyak
bawahan langsung yang dipimpin dengan seorang atasan tertentu.
(Sutarto, 2000: 172).
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
adanya rentangan kontrol untuk tiap-tiap jabatan manajer terdapat suatu
pembatasan jumlah orang-orang yang dapat dipimpin oleh menejer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
7. Jenjang Organisasi
Adalah tingkat satuan organisasi yang didalamnya terdapat
pejabat, tugas, serta wewenang tertentu menurut kedudukannya dari atas
ke bawah dalam fungsi tertentu. Inti dari jenjang organisasi adalah
perbedaan atasan dan bawahan. (Sutarto,2000:181).
Adapun jumlah jenjang organisasi yang benar adalah sependek
mungkin sebab jika terlalu panjang akan membawa akaibat hambatan
atau penghamburan yang akan dikarenakan perintah atau petunjuk
memerlukan waktu yang lama.
8. Kesatuan Perintah
Kesatuan perintah adalah tiap-tiap pejabat dalam organisasi
hendaknya hanya dapat diperintah dan bertanggung jawab kepada
seseorang pejabat atasan tertentu. (Sutarto,2000:181).
Dalam pelaksanaan asas ini, hendaknya dibuat garis-garis saluran
perintah dan tanggung jawab dengan jelas yang menentukan dari siapa
seorang pejabat menerima perintah dan kepada siapa dia bertanggung
jawab, begitu juga sebaliknya kepada siapa dia memperoleh laporan.
9. Fleksibilitas
Struktur organisasi hendaknya mudah dirubah untuk disesuaikan
dengan perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas
yang sedang berjalan.
Dalam melaksanakan asas flesibilitas ini hendaknya jangan
dilupakan bahwa waktu melakukan perubahan jangan sampai
menghambat kelancaran aktivitas yang sedang berjalan. Bila dilakukan
perubahan tetapi menghambat kelancaran aktivitas yang sedang berjalan
namanya bukan fleksibel tetapi kaku (rigid).
10. Berkelangsungan
Suatu organisasi harus dapat menyediakan berbagai sarana agar
dapat melaksanakan aktivitas operatifnya secara terus-menerus suatu
organisasi yang dibentukoleh para pembentukan tentu diharapkan dapat
berjalan terus makin lama makin berkembang. Tidak ada suatu keinginan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dari para pembentukannya setelah organisasinya didirikan lalu dimatikan,
oleh karena itu, para pendiri organisasi mempunyai harapan disertai
sarana-sarana tertentu untuk meningkatkan kecakapan pegawainya,
mendatangkan peralatan yang lebih modern, menyesuaikan dengan
keinginan masyarakat, menyesuaikan aktivitas organisasi tersebut.
11. Keseimbangan
Yaitu suatu asas yang menghendaki agar fungsi serta satuan-
satuan organisasi dapat ditempatkan dalam struktur organisasi sesuai
dengan peranannya. (Sutarto,2000:181).
Dengan demikian, dengan adanya organisasi maka kegiatan yang
dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggota organisasi akan
mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
3. Tinjauan Tentang Iklim Komunikasi Organisasi
Denis dalam (Arni Muhammad, 2002: 86) mengemukakan iklim
komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai
lingkungan internal organisasi, yang mencangkup persepsi anggota organisasi
terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam
organisasi. Denis melakukan pengujian terhadap dimensi iklim komunikasi yang
di kemukakan oleh Redding dalam Arni Muhammad. Yang menemukan empat
dari lima dimensi tersebut yaitu: Supportivenes, partisipasi pembuatan keputusan,
keterbukaan dan terusterang, dan tujuan kinerja yang tinggi.
Yang menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-
hal berikut:
a. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungan dalam
organisasi.
b. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi.
c. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Aipoel (2006), beberapa alasan pentingnya komunikasi :
1. Karena mengkaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep
perasaan dan harapan anggota organisasi.
2. Membantu menjelaskan perilaku organisasi, dapat memahami
3. lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap
dengan cara-cara tertentu.
4. Iklim komunikasi berperan dalam keutuhan suatu budaya dan
membimbing perkembangan budaya tersebut.
5. Menjembatani praktek-praktek pengelolaan sumber daya manusia
dengan produktivitas.
Iklim komunikasi tidak bersifat statis, melainkan selalu dalam proses
perkembangan. Hal ini karena iklim komunikasi dihasilan oleh praktek-praktek
tingkah laku para anggota organisasi dan sebaliknya, selanjutnya juga
mempengaruhi serta membatasi praktek-praktek terserbut.
Iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi
pergantian dan masa kerja dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif
cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. Proses-
proses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi
juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam rekrutulasi,
reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dalam organisasi.
Andre (2000), iklim komunikasi yang disebut “ saling mendukung”
mengandung enam unsur yang terlibat dari:
1. Saling mempercayai (trust)
2. Dukungan atasan
3. Kesertaan dalam proses pembuatan keputusan
4. Kejujuran dan keandalan komunikasi atasan
5. Keterbukaan terhadap pendapat, saran, dan usualan (mau
mendengarkan)
Redding dalam Pace dan Faules (2002: 154), iklim komunikasi organisasi
merupakan fungsi yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada
anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberikan
tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyertakan informasi
yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan perhatian serta
memperoleh informasi yang dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting
bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada
pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan. Melalui proses interaksi
para anggota dapat mengetahui adanya kepercayaan, dukungan, keterbukaan,
perhatian, dan keterusterangan. Sehingga iklim komunikasi dapat berubah
menurut cara pengaruh komunikasi melalui interaksi antar anggota organisasi.
Iklim komunikasi organisasi, menggambarkan iklim komunikasi fisik yang
menyatakan cara orang bereaksi terhadap aspek-aspek organisasi dalam
menciptakan suatu iklim organisasi, tetapi ada yang menyatakan, iklim organisasi
dan komunikasi sebagai gabungan beberapa persepsi yang berfungsi sebagai
tujuan evaluasi secara keseluruhan. Proses komunikasi dalam organisasi, yaitu
meliputi perilaku manusia, baik hubungan antar pegawai, harapan-harapan
mereka, konflik yang terjadi dan kesempatan bagi mereka untuk berkembang
dalam organisasi tersebut (Pace dan Faules, 2002: 147 )
Frantz dalam bukunya Mahmuh Abdullah (2008: 66), bahwa iklim
komunikasi organisasi yang baik sangat berpengaruh pada pekerjaan, baik itu
sebagai motivasi untuk menaingkatkan kinerjanya atau untuk pengembangan
pribadi dan perilaku karena memberikan rasa percaya diri yang tinggi. Dengan
demikian tingkat usaha yang dihasilkan menjadi tinggi. Adapun usaha yang harus
dilakukan itu ialah aktivitas, langkah-langkah, kualitas, dan waktu.
Menurut Poole dalam bukunya Arni Muhammad (2002: 79) ”Iklim
komunikasi sangat penting karena mengkaitkan kontek organisasi dengan konsep-
konsep. Perasaan-perasaan, dan harapan anggota organisasi dan membantu
menjelaskan perilaku anggota organisasi”.
Redding dalam bukunya Arni Muhammad,(2002: 85) mengemukakan lima
dimensi penting dari iklim komunikasi , sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Supportiveness.atau bawahan mengemati bahwa hubungan komunikasi
karyawan dengan atasan menentukan karyawan membangun dan menjaga
perasaan diri berharga dan penting.
Gibb dalam bukunya Masmuh Abdullah (2008: 45) bahwa tingkah laku
komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim
Supportiveness. Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut.
1. Deskripsi, aggota organisasi mengfokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang dapat diamati dari pada evolusi secara subyektif atau
emosional.
2. Orientasi masalah, aggota organisasi mengfokuskan komunikasi mereka
kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam
merespon terhadap situasi yang terjadi.
4. “Empathi”, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.
5. “Provisionalis”, anggota organisasi bersifat fleksibel menyesuaikan
komunikasi yang berbeda-beda diri pada situasi
b. Partisipasi membuat keputusan, kesadaran pada diri karyawan memandang
bahwa hubungan komunikasi dengan atasan memiliki manfaat dan pengaruh
untuk di dengarkan dan di perhatikan.
c. Kepercayaan, kepercayaan merupakan keyakinan bahwa sesuatu itu benar
atau salah atas dasar sebuah bukti, intuisi atau pengalaman. Artinya
kepercayaan ini terbentuk karena pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan
seseorang.
d. Keterbukaan terusterang, adanya keterusterangan dan keterbukaan
penyampaian dan penerimaan dalam komunikasi formal maupun informal.
e. Tujuan kinerja yang tinggi, tingkat kejelasan dan uraian tentang tujuan-tujuan
kinerja yang di komunikasikan dan dirasakan oleh karyawan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, bahwa iklim komunikasi sebagai
kualitas yang di alami secara subyektif yang menerangkan persepsi para anggota
tentang pesan dan pristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
organisasi. Dengan demikian maka prinsip dasar iklim komunikasi adalah
persepsi kognitif dan afektif individu mengenai organisasi yang mempengaruhi
perilakunya dalam organisasi, termasuk di dalamnya adalah motivasi kerja
pegawai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Arni Muhammad (2002: 87) yang
mengutip pendapat Robert dan O’Reily bahwa terdapat 16 area komunikasi dalam
organisasi yaitu:
“Kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengahargaan dari atasan, penyimpanan, kelebihan beban,rasa puas, berkesan dengan tulisan, tatap muka, dan percakapan melalui telepon dan lain-lain”.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Munchinsky bahwa” dimensi
tersebut berhubungan secara signifikan dengan iklim organisasi” ( Arni
Muhammad, 2002: 87). Dengan demikian iklim komunikasi organisasi dapat
meliputi struktur organisasi berikut segala aktivitas hubungan antara bagian dari
struktur organisasi.
Pengukuran lain dikemukakan untuk mengukur rasa puas komunikasi yang
di batasi dengan rasa puas individual yang berhubungan dengan komunikasi
informal dalam organisasi. Secara khusus instrumen ini mengukur rasa puas
karyawan dengan:
1. Iklim komunikasi 2. Komunikasi dari supervisi 3. Integrasi organisasi 4. Kualitas media 5. Komunikasi horisontal dan informal 6. Perspektif organisasi 7. Komunikasi bawahan 8. Balikan pribadi
Iklim komunikasi organisasi dapat dikatakan tergantung pada iklim
organisasinya sebagai lingkungan yang terdapat interaksi sosial di antara orang-
orang yang terlibat di dalam organisasi. Untuk itu perlu dijelaskan tentang iklim
organisasi terlebih dahulu. M Payne dan Pugh dalam Arni Muhammad (2002: 82),
Iklim komunikasi adalah ” Suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap
suatu sistem sosial”.
Sebagai suatu konsep, maka iklim organisasi memiliki dimensi-dimensi
tertentu. Menurut Litwin dan Stringers dalam Arni Muhammad (2002: 83)
dimensi lklim organisasi terdiri dari:
1. Rasa tanggung jawab
2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan
3. Ganjaran atau reward
4. Rasa persaudaraan
5. Semangat tim
Setelah memahami tentang iklim organisasi serta dimensi-dimensinya,
selanjutnya perlu diketahui juga tentang ilmu komunikasi secara umum. Denis
dalam Arni Muhammad (2002: 86) mengemukakan bahwa “ Iklim komunikasi
sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal
organisasi, yang mencangkup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan
hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi”.
Untuk mempermudah pembahasan iklim komunikasi organisasi, Pace dan
Faules dalam hal ini menawarkan enam faktor untuk menganalisis iklim
komunikasi organisasi (Pace dan Faules, 2002: 163), yaitu:
3a) Kepercayaan
Menurut Arni Muhammad (2004: 112) bahwa “ Personel di semua
tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan
kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin
hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan
penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi
yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan
antara bawahan dan atasan ”.
Haney dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 174) mengemukakan
bahwa makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut John C. Mowen&Michael Minor dalam Lina Salim(2002:
312 ) bahwa “Kepercayaan adalah semua pengetahuan yang di miliki oleh
pegawai dan semua kesimpulan yang di buat pegawai tetap obyektif”.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas dapat dipahami
bahwa kepercayaan merupakan hubungan antara ke dua belah pihak yang
saling menguntungkan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan
ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan
mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan
atasan makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi.
Hal yang sangat kritis bagi para pimpinan untuk mengidentifikasi
atribut mencolok yang dapat di gunakan oleh pegawai untuk mengevaluasi
sebuah masalah, maka seorang pimpinan harus menyadari bahwa suatu
obyek, atribut dan manfaat menunjukkan persepsi konsumen dan karena itu,
umumnya kepercayaanan seorang karyawan berbeda dengan karyawan
lainnya. Pimpinan juga harus mengingat bahwa kepercayaanan yang di
berikan pimpinan terhadap dirinya sendiri terhadap sebuah tugas tertentu.
3b) Pembuatan keputusan bersama
Menurut Arni Muhammad (2004: 111) bahwa “Para karyawan di
semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka ”. Para pegawai di
semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi
dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses
pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.Tetapi umumnya pimpinan mau
memberikan informasi ke bawah bila merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas,
pesan itu tetap dipegangnya.
Menurut (Suyati Prawirosentono 2002: 5-6) pengambilan keputusan
didefinisikan sebagai berikut:
“Bagaimana memberikan pedoman atau pegangan kepada orang-orang atau organisasi dalam mengambil keputusan, sekaligus memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam kondisi idak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pasti” ( How to assist people or organization in making decisions, and improving the decision process under of uncertainty).
Pengambilan keputusan menurut Muhyadi (2002: 178) ialah proses
pemilihan yang diantara berbagai alternatif yang tersedia (decion making is
a proses of selecting among available alternatives, atau proses pemikiran
dan tindakan yang menghasilkan pemilihan tingkah laku (decisition making
is the process of thought and action that result in choice behavior).
Dari pendapat di atas bahwa pengambilan keputusan merupakan
pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab intern maupun ekstern dalam organisasi, serta
mengawasi pelaksanaan kerja bawahannya, dalam melakukan
kepemimpinannya. Seorang pemimpin di beri kewenangan atau hak untuk
bertindak atau menuntut tindakan oleh bawahannya.
Pada sebuah organisasi, peran pengambilan keputusan sangat
penting karena berpengaruhi terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan.
Mulai dari penentuan tujuan organisasi, pemilihan bentuk, jenis kegiatan
yang dilaksanakan, jumlah dan kualitas anggota yang terlibat, jenis produk
yang dihasilkan, dan sebagaimana, semuanya adalah akibat dari
pengambilan keputusan yang diambil. Oleh karena itu simon berpendapat
bahwa fungsi pengambilan keputusan merupakan fungsi yang paling
mendalam bagi seorang manajer dalam suatu organisasi.
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah pemilihan salah satu
diantara berbagai alternatif yang tersedia. Untuk dapat menentukan pilihan
terbaik, perlu dilakukan penilaian terhadap berbagai alternatif tersebut dan
setelah itu di ikuti dengan tindakan yang merupakan pelaksanaan dari
keputusan yang telah diambil. Secara agak terperinci tahap-tahap
pengambilan keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah atau penentuan tujuan yang hendak dicapai lewat
keputusan yang akan diambil.
b. Pengembangan dan pencarian berbagai alternatif yang mungkin dapat
diambil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Penilaian terhadap berbagai aspek yang sudah dikembangkan.
d. Menentukan pilihan yang terbaik.
e. Melaksanakan pilihan yang sudah ditentukan.
f. Melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan keputusan.
Secara ringkas tahap-tahap pengambilan keputusdan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah atau tujuan.
Keputusan masalah diambil bermula dari rasanya masalah atau
problem tertentu yang menghendaki pemecahan. Masalah yang
dihadapi dapat berupa masalah besar dan dapat juga masalah kecil yang
hampir setiap hari dihadapi. Apapun jenis bobot atau masalah yang
dihadapi, terlebih dahulu harus dikenali masalah apa yang sebenarnya
di rasakan sehingga pemecahan dapat dilakukan secara tepat.dalam
bidang organisasi, kemampuan untuk dapat mengenal masalah dengan
benar ini sangat penting sebab masalah-masalah yang sesungguhnya
dihadapi sangat komplek. Kecuali menyangkut segi proses yang
memang lebih sering menimbulkan masalah, organisasi menghadapi
juga faktor manusia yang sukar diprediksi.
b. Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif adalah berbagai kemungkinan yang
tepat diambil untuk mengatasi masalah yang dirasakan. Terhadap suatu
masalah yang timbul pada umumnya dapat dilakukian berbagai cara
pemecahan. Setiap pemecahan masalah mengandung kelebihan dan
kelemahan masalah tertentu. Untuk mengambil keputuasan yang paling
menguntungkan perlu dikembangkan sejumlah pilihan. Dalam
mengembangkan berbagai alternatif tersebut perlu masing-masing di
identifikasikan keuntungan dan kerugiannya.
c. Penilaian terhadap alternatif
Sebelum menentukan pilihan alternatif mana yang akan dimbil,
terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap berbagaia alternatif yang
tersedia. Pertimbangan yang digunakan untuk melakukan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terutama menyangkut segi-segi yang menguntungkan dan
menguntungkan masing-masing alternatif.
d. Pemilihan alternatif.
Bentuk pengambilan keputusan yang sebenarnya ialah
pemilihan alternatif yang dinilai pal;ing tepat dan paling baik di antara
berbagai alternatif yang tersedia, pemilihan alternatif merupakan tindak
lanjut dari penilaian setelah pertimbangan berbagai keuntungan dan
kerugian, karena setiap alternatif mengandung keuntungan dan
kerugian, maka pilihan yang diambil adalah pilihan yang optimal, yaitu
pilihan yang masih, memberikan keuntungan (meskipun tidak
maksimal) tetapi tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
e. Pelaksanaan pilihan.
Alternatif yang telah dipilih baru memiliki nilai keputusan
setelah dilaksanakan. Pelaksanaan alternatif dapat dilibatkan anggota
organisasi, dapat pula hanya sebagai dari mereka, tergantung pada jenis
keputusan yang di ambil.
f. Penentuan terhadap pelaksanaan.
Agar keputusan yang telah diambil dan kemudian dilaksanakan
mencapai sasaran yang telah ditentukan, pelaksanaan perlu dipantau
(dimonotor). Dari berbagai pemantauan itu diperoleh umpan balik yang
berguna dalam menyempurnakan kegiatan selanjutnya sehingga
keputusan yang telah diambil tersebut memberikan hasil yang
diharapkan.
3c) Kejujuran
Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu
mengatakan “ apa yang ada pada pikiran mereka” tanpa mengindahkan
apakah mereka berbicara pada temen sejawat, bawahan, atau atasan.
Kejujuran adalah keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang
dapat diberikan dan didapat oleh masyarakat luas. Kejujuran merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kondisi yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan
bernegara.
Di samping itu, keterbukaan juga akan mengakibatkan batas-batas
teritorial suatu negara menjadi kabur. Kecanggihan teknologi dan informasi
membuat batas-batas teritorial suatu negara menjadi tidak berarti. Seseorang
akan dengan mudah memberikan dan menerima informasi sesuai dengan
keinginannya. Pada akhirnya kejujuran akan mengakibatkan hilangnya
diferensiasi (perbedaan) sosial. Akan tetapi, kejujuran akan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan di suatu negara. Di lihat dari aspek sosial budaya,
kejujuran akan memberikan ruang gerak bagi masuknya budaya-budaya
barat yang sama sekali berbeda dengan budaya masyarakat Indonesia.
Dilihat dari aspek ideologi, kejujuran akan memberikan ruang bagi tumbuh
dan berkembangnya ideologi-ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan
kepribadian suatu bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, munculnya era
kejujuran akan membawa dampak yang sangat buruk apabila kita tidak
dapat mempersiapkan diri.
3d) Keterbukaan dalam berkomunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari
para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Menurut Lewis(1987)
dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 108) komunikasi ke bawah adalah
untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat,
mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi,
mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan
anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke bawah
ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya
tinggi kepada personel yang satuan kerjanya lebih rendah. Bentuk
komunikasi ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian
atau teguran kepada bawahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari pengertian tersebut kemudian diturukan untuk indikator
komunikasi ke bawah adalah:
a. Penjelasan atasan dalam memberikan petunjuk kerja.
b. Pemberian pujian dari atasan ke bawahan.
c. Pemberian teguran dari atasan ke bawahan.
Jalannya komunikasi ke bawah dapat digambarkan sebagai berikut:
Pimpinan
Media
Feed Back
Pesan
Karyawan
Gambar 2. komunikasi ke bawah
Sumber : T. Hani Handoko (2003 : 281)
Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:
a. Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi,
mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
b. Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
c. Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi, insentif.
Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan
bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap
bawahannya. Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang
tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang
dipimpinnya.
Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus
relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas
mereka saat ini, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-
bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi,
para pemimpin dan rencana-rencana.
3e) Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
Dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 117)Yang dimaksud
dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan
kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepeda tingkat yang lebih
tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan,
memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai
efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan
Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke atas
ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya
rendah kepada personel yang satuan lebih tinggi. Salah satu bentuk
komunikasi ini adalah laporan kerja.
Dari pengertian tersebut kemudian diturukan untuk indikator
komunikasi ke atas adalah:
a. Penyampaian laporan dari bawahan ke atasan.
b. Penyampaian saran / pendapatan dari bawahan ke atasan
c. Penyampaian keluhan dari bawahan ke atas
Komunikasi ke atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Pimpinan
Media
Feed Back
Pesan
Karyawan
Gambar 3. komunikasi ke atas
Sumber : T. Hani Handoko (2003 : 281)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Hambatan dalam Komunikasi ke atas
• Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan
pikirannya.
• Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik
kepada masalah mereka.
• Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang
berkomunikasi ke atas
• Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat
menerima dan merespon terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.
3f) Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sondang P. Siagian
(2002: 38) bahwa “ Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat di
capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Menurut Prawirosentono
(2002: 2) menyatakan bahwa:
“Permormance atau kinerja sebagai hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam saatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai normal maupun etika “. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian kinerja
menyangkut beberapa hal, antara lain :
1. Merupakan hasil kerja
2. Sesuai wewenang dan tanggung jawab
3. Dalam rangka mencapai tujuan
4. Pelaksanaan secara legal
Tujuan penilaian kinerja yang tinggi. Menurut Prawirosentono
(2002: 23) menjelaskan ”Bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini
mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berbeda-beda”. Yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori,
yaitu:
1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.
2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri
seseorang dengan berjalannya waktu.
3. Pemeliharaan sistem.
4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi
peningkatan.
Efektifitas dari perhatian kinerja yang tinggi diatas yang
dikategorikan dari dua puluh macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung
dalam sasaran bisnis strategis yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian
kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai
alasan Schuler&Jackson dalam P Siagian (2000 : 48), yaitu:
1. Mensejajarkan tugas individu dengan tujuan organisasi yaitu,
menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperlihatkan karyawan
dan hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup.
2. Mengukur kontribusi masing-masing unit kerja dan masing-masing
karyawan.
3. Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusan-
keputusan administratif yang mempertinggi dan mempermudah strategi.
4. Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi
kebutuhan bagi strategi dan program-program baru.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk
sampai pada pemberian sementara atas dasar masalah yang telah di rumuskan
yang berguna mewadai teori-teori yang seolah-olah terlepas satu sama lain
menjadi rangkaian yang utuh mengarah pada jawaban sementara.
Berdasarkan pada landasan teori yang telah di tetapkan terdapat gambaran
bahwa suatu organisasi perlu adanya komunikasi. Komunikasi organisasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
suatu proses penyampaian berita yang terjadi dalam suatu organisasi tertentu (
sesuatu yang terjadi dalam proses kerja sama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu ) dan dalam rangka mencapai tujuan organisasi tertentu. Maka
berdasarkan iklim komunikasi dan iklim komunikasi secara umum, maka dapat di
ketahui iklim komunikasi organisasi untuk pencapaian tujuan yang baik.
Persepsi atas kondisi-kondisi kerja karyawan, saling percaya, partisipasi
dalam membuat keputusan, pemberian dukungan, keterbukaan dalam komunikasi
ke bawah, kerelaan mendengarkan komunikasi dari bawahan, keprihatinan untuk
kinerja yang tinggi, yang membangun iklim komunikasi organisasi.
Tidakkah mungkin dalam suatu organisasi dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien tanpa adanya komunikasi dengan bawahan. Selain komunikasi
antar pimpinan dengan bawahan perlu juga bagi suatu organisasi untuk
menciptakan komunikasi yang baik di antara sesama karyawan supaya terjadi ke
kompakan kerja.
Agar tujuan organisasi dapat tercapai, iklim komunikasi yang terbuka
perlu juga untuk menigkatkan komunikasi sesama rekan kerja, iklim komunikasi
organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari beberapa dimensi, sebagai
berikut: Kepercayaan, pengambilan keputusan, keterbukaan dalam komunikasi ke
bawah, mendengarkan dalam komunikasi keatas, perhatian pada berkinerja tinggi,
sehingga dengan hubungan yang baik mereka akan di hargai sekalipun mereka
hanyalah pegawai biasa, sehingga dapat di simpulkan bahwa manfaat dari
komunikasi yang baik adalah sebagai salah satu alternatif peningkatan efektivitas
kerja karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk memperjelas uraian di atas, di gambarkan kerangka pemikiran ini
sebagai berikut :
Gambar 4 :Kerangka Pemikiran
Organisasi
Iklim Komunikasi
a. Kepercayaan b. Pembuatan keputusan
bersama c. Kejujuran d.Keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah e. Mendengarkan dalam
komunikasi ke atas
f. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi
Pencapaian Tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ilmiah ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh kebenaran ilmiah. Suatu penelitian dapat dikatakan bermutu akan
mengandung kebenaran ilmiah apabila peneliti tersebut dilakukan melalui
prosedur yang sistimatik, obyektif dan berdasarkan data yang benar.
Menurut Usman dan Akbar (2000: 42) ” Metodologi penelitian adalah
suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan yang terdapat
dipenelitian. Sedangkan Menurut Winarno Surachmad (2001:131) menyatakan
bahwa “ Metodologi merupakan ilmu tentang cara-cara yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan dengan menggunakan teknik-teknik serta alat tertentu”.
Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud metodologi adalah ilmu yang membahas dan mempelajari tentang
metode-metode atau cara-cara tertentu yang harus ditempuh dalam melaksanakan
kegiatan penelitian untuk tujuan tertentu.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu tempat penelitian untuk
memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Di dalam
melaksanakan penelitian ini peneliti memilih lokasi di Kejaksaan Negeri Klaten,
dengan alasan sebagai berikut:
1. Tersedia data dan informan yang di butuhkan dalam melaksanakan penelitian.
2. Lokasi di Kejaksaan Negeri Klaten mudah dijangkau sehingga memudahkan
penelitian dalam mengambil data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 (enam) bulan terhitung mulai dari
pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian, diawali
dari bulan Juli 2010 sampai Januari 2011, setelah proposal penelitian ini disetujui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari pihak-pihak yang
berwenang.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan penelitian secara detail dan lengkap
diperlukan suatu bentuk pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga pendekatan
yang digunakan dalam penelitian yaitu kualitatif, kuantitatif dan kombinasi antara
keduanya. Pendekatan ini mempunyai dasar filosofis yang berbeda-beda yang
akhirnya membawa konsekuensi perbedaan pada pelaksanaan teknis pada
penelitian selanjutnya. Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
maka peneliti mengguanakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Bogdan & Taylor yang terdapat dalam buku Lexy J. Moleong
(2007:4) menyatakan bahwa “ Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati”. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Sedangkan menurut Kirk & Miller dalam
buku Lexy J. Moleong (2007:4) mendefinisikan bahwa “ Penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya”. Menurut Iskandar dalam bukunya Metodologi penelitian
pendidikan dan sosial kualitatif dan kuantitatif (2008:186) bahwa “ Pentingnya
penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan data-data yang berbentuk lisan
maupun tulisan, peneliti dapat memahami lebih mendalam tentang fenomena-
fenomena atau peristiwa-peristiwa setting sosial yang berhubungan dengan fokus
masalah yang diteliti”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subjek peneliti, misalnya : perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara
holistik atau menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata, pada
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif karena peneliti ingin
menggambarkan secara menyeluruh dan tidak membuktikan suatu hipotesis.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian diperlukan untuk mengkaji permasalahan yang diteliti
secara tepat. Strategi yang dipilih akan digunakan untuk mengamati,
mengumpulkan informasi, mengkaji analisis hasil penelitian dan untuk
menetapkan sampel serta pemilihan instrument penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi.
Menurut H.B. Sutopo (2002:112) mengemukakan bahwa “ Dalam
penelitian kualitatif dikenal adanya studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda.
Secara lebih jelas studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda masih dibedakan
adanya jenis terpancang ataupun holistis penuh”. Berdasarkan pendapat tersebut
dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu karakteristik
dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menentukan yang
menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan.
b. Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari
satu yang memiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta
menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki
lapangan.
c. Holistik penuh yaitu penelitian dalam kajiannya sama sekali tidak
menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan.
Berdasarkan permasalahan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif dan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
tunggal terpancang. Studi kasus merupakan pembahasan kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai
kasus. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa dan
kelompok objek lain yang dipandang tunggal dalam arti hanya ada satu masalah
yang akan diteliti, sedangkan maksud terpancang adalah apa yang diteliti dibatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pada aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian di lapangan,
sehingga dalam pengumpulan data terarah pada tujuan penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2002:107) adalah “Subjek dari
mana data dapat diperoleh”. Sumber data secara singkat diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu :
1. Person : sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan
melalui wawancara atau angket (orang).
2. Place : sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan
bergerak. Diam : ruang, benda, warna dan lain-lain. Bergerak : aktifitas,
kinerja dan lain-lain.
3. Paper : sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
gambar dan simbol-simbol lainnya.
Menurut Lofland & Lofland dalam bukunya Lexy J. Moleong (2007:157),
“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sedangkan
menurut H.B. Sutopo(2002:49) bahwa “Sumber data kualitatif dapat berupa
manusia, tingkah laku, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”.
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk memperoleh data informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian tersebut, sumber data diambil dari :
a. Informan
Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi
mengenai seluk-beluk permasalahan yang diperlukan dalam penelitian.
Menurut H.B Sutopo (2002: 49) “ dalam penelitian kualitatif posisi nara
sumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informan”. Yang
bertindak sebagai informan adalah orang yang di pandang mengetahui
masalah yang akan di pakai peneliti, serta sebagai informan adalah:
1. Kepala Kejaksaan Negeri Klaten
2. Kepala Urusan Kepegawaian
3. Kasubag Pembinaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Kepala Seksi Intelijen
5. Kasubsi Tata Usaha
6. Staf Karyawan
b. Tempat dan Peristiwa
Lokasi penelitian adalah Kantor Kejaksaan Negeri Klaten yang
beralamat di jalan Pemuda Selatan No. 82 Klaten yang menjadi tempat
berlangsungnya pelaksanaan operasional atau kegiatan sehari-hari dari kantor
tersebut.
c. Arsip dan Dokumen
Arsip menurut The Liang Gie (2000: 118) “ Arsip adalah suatu
kumpulan warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu
kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali”.
Dokumen menurut Trimo dalam buku Ign. Wursanto (2003:42),
“Dokumen adalah semua bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan, cetakan
maupun bentuk rekaman lainnya seperti pita suara/cassets, video tapes, film,
filmstrip, slide, microfilm, microfiche, gambar dan foto”. Sedangkan menurut
Guba & Lincoln dalam buku Lexy J. Moleong menyatakan bahwa saat ini
orang membedakan dokumen dan record . “ Record adalah setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian
suatu peristiwa atau penyajian akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis
ataupun film …”.
Adapun alasan digunakan dokumen sebagai keperluan penelitian
menurut Guba & Lincoln dalam buku Lexy J. Moleong (2007:217) adalah
sebagai berikut :
1. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
2. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. 3. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya
yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. 4. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus
dicari dan ditemukan. 5. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian
isi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
6. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Adapun dokumen yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah
dokumen program kerja Kepala Pimpinan Kejaksaan dan Karyawan
Kejaksaan Negeri Klaten.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling merupakan kegiatan untuk merumuskan tentang siapa
dan berapa banyak sampel yang akan dijadikan sebagai sumber informasi.
Menurut Husaini Usman (2004:44) teknik sampling berguna untuk :
1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili
populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Menghemat waktu dan tenaga.
Teknik sampling yang lain adalah snowball sampling. Menurut Yin yang
dikutip oleh H.B. Sutopo (2002:57), menyatakan bahwa:
Teknik snowball sampling digunakan bilamana peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informasi dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak tahu siapa yang tepat untuk dipilih, karena tidak mengetahui kondisi dan sruktur warga masyarakat dalam lokasi tersebut sehingga tidak bisa merencanakan pengumpulan data secara pasti.
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball
sampling yaitu peneliti pertama kali menentukan informan yang dianggap paling
mengetahui informasi yang relevan dengan penelitan dan selanjutnya pemilihan
informan ini dapat berkembang ke informan lain yang dianggap mengetahui suatu
data/informasi. Penentuan jumlah informan ini akan berhenti bila pengambilan
informasi sudah cukup untuk menjawab masalah penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memecahan masalah agar dapat terpecahkan secara tuntas, maka di
perlukan suatu data yang valid, sedangkan untuk mendapatkan data yang valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
maka perlu dilakukan suatu teknik pengumpulan data. Menurut Goetz da
LeComte dalam H.B. Sutopo (2002:78) bahwa “ Teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua cara yaitu teknik interaktif
dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan
observasi langsung, sedangkan metode non interaktif meliputi observasi kuesioner
dan mencatat dokumen maupun arsip.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Teknik Wawancara
Menurut Lexy J. Moleong (2007:186), “ Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yabg memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Sedangkan menurut Husaini Usman (2004:57-58), “ Wawancara adalah tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, dimana
pewawancara yang disebut interviewer sedangkan orang yang diwawncarai
disebut interviewee”. Menurut Lincoln & Guba dalam Lexy J. Moleong
(2007:186), maksud mengadakan wawancara antara lain “ Mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, dan lain-lain …”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan
salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara interviewer dengan
interviewee secara langsung.
Berdasarkan sifatnya wawancara dibedakan menjadi dua yaitu
wawancara berencana dan wawancara tidak berencana. Wawancara
berencana adalah wawancara yang dilakukan dengan menyiapkan daftar
pertanyaan terlebih dahulu dan tidak menutup kemungkinan pertanyaan
dalam wawancara tersebut berkembang sesuai data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Sedangkan wawancara tidak berencana adalah
wawancara yang dilakukan secara langsung tanpa membuat daftar pertanyaan
terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dalam penelitian ini wawancara dikaksanakan secara berencana dan
terbuka artinya mereka tahu tujuan dari wawancara baik secara formal
maulun informal sehingga dapat memberikan informasi secara bebas dan
objektif tanpa adanya tekanan.
2. Analisis Arsip dan Dokumen
Menurut Husaini Usman (2000:73), “ Analisis dokumen adalah teknik
pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen”. Analisis dokumen
dilakukan dengan cara menganalisa dan mencatat arsip dan dokumen lain
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun dokumen yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah Kegiatan kantor di Kejaksaan Negeri
Klaten.
3. Teknik Observasi
Menurut Lexy J. Moleong (2007:175) bahwa, “ Pengamatan
memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh
subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data;
pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui
bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek”. Menurut Husaini
Usman (2004:54) menyatakan bahwa, “ Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”. Sedangkan
Cholid Narbuko (1999:70) menyatakan, “ Observasi / pengamatan merupakan
alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”. Sehingga peneliti dalam hal
ini terjun langsung ke lokasi penelitian mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap objek penelitian yang meliputi : keadaan Kejaksaan Negeri
Klaten dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan.
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi non partisipan (observasi tak berperan), yaitu peneliti tidak ikut
berpartisipasi langsung dalam populasi atau tidak menjadi bagian dari
populasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
F. Validitas Data
Validitas data adalah ketepatan atau keakuratan data yang telah
dikumpulkan, dimana data tersebut akan dianalisis dan diterik kesimpulan akhir
penelitian. Untuk menetapkan keakuratan data tersebut maka diperlukan teknik
pemeriksaan data yang dilakukan dengan triangulasi data.
Validitas data sangat diperlukan agar data dan informasi yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Menurut H.B. Sutopo (2002:70)
bahwa, “ Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsiran
makna penelitiannya”.
Menurut Lexy J. Moleong (2007:330) menyatakan bahwa, “ Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu”. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong (2007:330) bahwa triangulasi
dibagi menjadi empat macam yaitu:
1. Triangulasi Data (Data Triangulation) Triangulasi data sering disebut juga triangulasi sumber. Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
2. Triangulasi Peneliti (Investigator Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamatan lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
3. Triangulasi Metode (Methodological Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan yang berbeda.
4. Triangulasi Teoritis (Theoretical Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data atau sumber dan metode.
Triangulasi data / sumber adalah dengan membandingkan dan meng-cross check
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber data yang
berbeda, dalam hal ini yang dilakukan peneliti adalah membandingkan data yang
diperoleh dari wawancara dan informan yang satu dengan informan yang lain.
Sedangkan triangulasi metode adalah pengumpulan data tetapi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, misalnya suatu saat data
dikumpulkan dengan metode wawancara disaat lain menggunakan observasi dan
analisis dokumen, dalam hal ini peneliti membandingkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi di Kejaksaan
Negeri Klaten.
G. Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:248):
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Bogdan & Taylor dalam bukunya Iskandar (2008:221)
menyatakan bahwa “ Analisis data sebagai proses yang mencari usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh
data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu”.
Sedangkan menurut Gay dalam buku Iskandar (2008:221) menyatakan bahwa
“Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with
responses on other data”. Maksudnya adalah analisis data dilakukan dengan
menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain.
Di dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis
interaktif mengalir. Menurut Matthew B. Miles & Michael Hubberman (2002:16)
analisis data terdiri dari 3 kegiatan yaitu :
1. Reduksi Data Proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang terdapat dilapangan. Menurut Lexy J. Moleong (2007:247) reduksi data dilakukan dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.
2. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk menyusun sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penentuan tindak lanjut. Untuk memudahkan peneliti dalam mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kesimpulan maka data yang sudah diperoleh perlu disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak pengumpulan data kemudian mencari makna data. Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan alur kegiatan yang terjadi bersama-sama serta sebagai proses siklus dan interaktif. Penarikan kesimpulan merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang berupa gejala dan kasus yang didapat di lapangan. Penarikan kesimpulan bukanlah langkah final dari suatu kegiatan analisis karena kesimpulan-kesimpulan tersebut terkadang masih belum jelas sehingga perlu diverifikasi.
Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan
pengumpulan data. Setelah memperoleh data, reduksi data segera dibuat dan
dengan penyajian data. Dari sajian data tersebut dapat dipergunakan untuk
menyusun kesimpulan sementara. Kesimpulan ini masih bersifat sementara karena
jika ada data baru maka kesimpulan tersebut dapat berubah.
Untuk memperjelas, peneliti sajikan model analisis interaktif mengalir
sebagai berikut:
Gambar 5. Skema Model Analisis Data Interaktif
Sumber: Matthew B. Miles & Michael Hubbermanyang dikutip oleh soetardi,
(2005:20)
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan suatu proses tahapan atau langkah-langkah
penelitian yang menggambarkan kegiatan sejak awal (persiapan) sampai dengan
pembuatan laporan. Menurut Hurber dan Milles dalam Soetardi (2005: 25), tahap-
tahap penelitian terdiri dari :
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan penelitian ini terdiri dari penyusunan rancangan penelitian, pemilihan lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, persoalan etika penelitian.
2. Tahap pelaksanaan Tahap pekerjaan lapangan dibagi menjadi tiga bagian yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumen. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan valid.
3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data dibagi atas tiga bagian yaitu konsep dasar analisis data, menemukan tema dan merumuskan hipotesis dan bekerja dengan hipotesis.
4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian Merupakan tahap akhir dimana peneliti mulai menyusun hasil laporan yang telah disusun secara rapi dilanjutkan dengan penggandaan laporan sesuai dengan jumlah yang di butuhkan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa prosedur tersebut
sebagai berikut :
1. Penyususunan Proposal
Proposal penelitian ini memuat pendahuluan, landasan teori dan metodologi
penelitian yang diajukan kepada pembimbing dan ketua program untuk
mendapat persetujuan.
2. Pengurusan Perijinan
Tahap ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh pembimbing dan ketua
program, serta mengajukannya ke Kantor Kejaksaan Negeri Klaten
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
wawancara dengan informan, observasi dan analisis dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan bersamaan dengan tahap pengumpulan data untuk
menghindari data hilang. Analisis data dilakukan dengan mengatur,
mengurutkan dan mengelompokkan data agar data dapat disajikan secara
terperinci.
5. Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian, tahap ini dilakukan
setelah pengumpulan data dan analisis data sehingga diperoleh suatu
kesimpulan. Penyusunan laporan penelitian akan diujikan dan dipertanggung
jawabkan dihadapan tim penguji skripsi, untuk kemudian diperbanyak sesuai
dengan kebutuhan.
Untuk lebih memperjelas, berikut sistematis prosedur penelitian yang
lebih rinci :
Gambar 6. Bagan Prosedur Penelitian
Sumber : Matthew B. Miles & Michael Hubberman yang dikutip oleh Soetardi
(2005:25)
Tahap Pra Lapangan
Tahap Lapangan
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Analisis Akhir
Perbanyak Laporan
Penulisan Laporan
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Bab IV
Laporan Hasil Penelitian
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya Kejaksaan Negeri Klaten
Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun
1999 tentang susunan organisasi dan Tata kerja Kejaksaan Republik
Indonesia. Kejaksaaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara penegak hukum di bidang penuntutan dalam tata susunan
kekuasaan badan-badan penegak hukum dan keadilan. Di pimpin oleh Kepala
Kejaksaan yang bertangung jawab kepada Jaksa Agung. Berdasarkan
pengertian tersebut, Kejaksaan dalam melaksankan tugas dan wewenang di
bidang penuntutan bertujuan untuk memelihara kebijakan di bidang
penuntutan dengan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata
kerja.
Kejaksaan Negeri Klaten terletak di wilayah pemerintahan kota
Klaten. Kejaksaan Negeri Klaten berdiri di atas hak tanah pakai dengan luas
9640² berada di Jl. Pemuda Selatan No 82. luas wilayah kejaksaan 665,56 Km
dan letak wilayah Bujur Timur 110.30 – 110.45. lintang selatan 7.30 – 7.45.
Bangunan Kejaksaan Negeri Klaten terdiri dari bangunan-bangunan yang
memanjang dari arah utara ke selatan, batas wilayah sebelah Utara Kabupaten
Boyolali, sebelah Timur Kabupaten Sukoharjo, sebelah Selatan Gunung
Kidul, sebelah Barat Kabupaten Sleman.
Bangunan Kejaksaan Negeri Klaten pada mulanya berdiri sejak jaman
belanda. Tentang bangunan-bangunan yang ada di lokasi Kejaksaan Negeri
Klaten tersebut, pada mulanya sebagai berikut :
Pada tahun 1950, di tengah kota Kabupaten Klaten berdiri sebuah
gedung besar, yang motifnya bangunan belanda. Di situ suatu Asisten
Residen Belanda, setelah di tinggal kantor tersebut di tempati 3 (tiga)
instansi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1. Pengadilan Negeri Klaten
2. Kantor KALPOLRES
3. Kejaksaan Negeri Klaten
Dari ketiga instansi tersebut, yang pertama meninggalkan gedung
Asisten Residen Belanda adalah KAPOLRES, setelah memiliki dgedung
sendiri. Kemudian di susulnya kantor Pengadialan Negeri Klaten yang
menempati kantor baru, sedangkan Kejaksaan Negeri Klaten tetap
menggunakan dan menguasai aset bangunan negara tersebut sampai sekarang
ini, walaupun Kejaksaan Negeri Klaten sudah mendirikan gedung baru sejak
tahun 1982 di Jl. Pemuda Selatan No 82.
2. Lokasi Kejaksaan Negeri Klaten
Kantor Kejaksaan Negeri Klaten berlokasi di Jalan Jl. Pemuda
Selatan No 82 Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
3. Visi, Misi dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten
Kejaksaan Negeri Klaten sebagai lembaga pemerintah tingkat
kabupaten yang melaksanakan kekuasaan negara terutama di bidang
penuntutan dan menganut asas satu dan tidak terpisah-pisahkan dalam
melaksanakan penuntutan, memiliki kewajiban untuk mewujudkan Visi, Misi
dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten sebagai berikut:
a. Visi
Mewujudkan Kejaksaan Negeri Klaten sebagai lembaga penegak hukum
yang independen dengan menjunjung tinggi HAM dalam negeri hukum
berdasarkan Pancasila.
b. Misi
1. Penanganan penyelidikan perkara tindak pidana dan tindak pidana
perkara penting lainnya.
2. Peningkatan kualitas penanganan dan penyelesaian tindak pidana yang
menarik perhatian masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia, sarana
dan prasarana serta efektifitas dan efisien pelaksanaan tugas dan
wewenang Kejaksaan.
c. Motto
TRI KARAMA ADHYAKSA
1. Satya
Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa terhadap diri sendiri dan keluarga maupun kepada
manusia.
2. Adhi
Kesempurnaan dalam bertugas dan unsur utama pemilihan rasa
tanggung jawab, bertanggung jawab baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama manusia.
3. Wicaksana
Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam
pengetrapan kekuasaan dan kewenangan.
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Kejaksaan Negeri Klaten tentang penjabatan
tugas, fungsi dan pembagian kerja di Kejaksaan Negeri Klaten, susunan
organisasi Kejaksaan Negeri Klaten terdiri 16 (enam belas) jabatan struktur
yaitu:
a. Kepala Kejaksaan Negeri Klaten
b. Kasubag Pembinaan
c. Kaur Kepegawaian
d. Kaur Keuangan
e. Kaur Perlengkapan
f. Kaur Tata Usaha dan perpustakaan
g. Kasi Intelijen
h. Kasubsi Sospol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
i. Kasubsi EK. Dan Moneter
j. Kasubsi Prodsarin
k. Kasi Pidum
l. Kasubsi Prapenuntut
m. Kasubsi Penuntut
n. Kasi Pidsus
o. Kasubsi Penyelidikan
p. Kasi Datun
Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing pegawai akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepala Kejaksaan Negeri Klaten
Tugas dan wewenang :
a. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan dalam melaksanakan tugas
wewenang dan fungsi serta pembinaan aparatur Kejaksaan agar
berdaya guna dan berhasil guna.
b. Menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan hukum dan
keadilan baik preventif maupun regretif yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai peraturan perundang-undangan.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, eksekusi, dan
tindakan hukum lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Mengkoordinasi penanganan perkara pidana tertentu dengan instansi
terkait meliputi penyelidikan dan penyidikan serta melaksanakan
tugas yustisial.
e. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan dapertemen, lembaga
pemerintahan non depertemen, lembaga negara, instansi dan
organisasi lain untuk memecahkan masalah yang timbul terutama
yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Kepala Sub Bagian Pembinaan
Tugas Pokoknya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Kepala Sub Bagian pembinaan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
di bidang kesekretarisan di lingkungan Kejaksaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 12, Kepala Sub
Bagian Pembinaan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang
kesekretarisan berupa pembinaan, pemberian bimbingan, dan
pengamatan teknis.
b. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja dalam rangka
penyiapan rumusan rencana dan program kerja.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, dan penyajian
data kegiatan.
d. Pelaksanaan peningkatan kemampuan, ketrampilan, kedisiblinan dan
integritas kepribadian parat serta pelaksanaan pengamatan teknis atas
pelaksanaan tugas, sesuai petunjuk pimpinan Kejaksan Negeri Klaten.
3. Kepala Urusan Kepegawaian
Tugas Pokoknya:
Melaksanakan sebagian tugas dan wewenang di bidang kepegawaian di
lingkungan Kejaksaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 65, Kepala
Urusan Kepegawaian menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang kepegawaian berupa
pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamalan teknis.
b. Menyiapkan bahan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya.
c. Pelaksanaan penyusunan formasi berdasarkan hasil analisis jabatan
dan karir pegawai.
d. Penyiapan bahan pengembangan pegawai dan penyusunan ketentuan-
ketentuan mengenai jabatan fungsional.
e. Pelaksanaan mutasi kepegawaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
f. Penyiapan bahan penetapan pemensiunan dan pemberhentian
pegawai.
g. Pelaksanaan ketatanegaraan kepegawaian.
4. Kepala Urusan Keuangan
Tugas Pokonya:
Melaksanakan tugas dan wewenang di bidang keuangan di lingkungan
Kejaksaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 64, Kepala
Urusan Keuangan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Menyiapkan rumusan kebijaksanaan di bidang keuangan berupa
pemberian bimbingan pembinaan dan pengamalan teknis.
b. Penyiapan bahan rancangan dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya.
c. Pelaksanaan dan koordinasi penyusunan rencana anggaran rutin.
d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi keuangan.
e. Pelaksanaan administrasi barang dan uang, milik negara yang menjadi
tanggung jawabnya.
f. Pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional penbendaharaan.
5. Kepala Urusan Perlengkapan
Tugas Pokoknya:
Melaksanakan tugas dan wewenang di bidang perlengkapan di
lingkungan Kejaksaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 99, Kepala
Urusan Perlengkapan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Menyiapkan rumusan kebijaksanaan kelengkapan berupa pembinaan
bimbingan, pembinaan dan pengamatan teknis.
b. Penyiapan bahan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaan.
c. Penyususnan rencana kebutuhan perlengkapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
d. Pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan
perlengkapan.
e. Pengadministrasian investarisasi dan penghapusan perlengkapan.
f. Pengaolahan atas milik negara yang menjadi tanggung jawab dan
penyususnan teknis pemeliharaan perlengkapan.
6. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan
Tugas Pokoknya:
Tugasnya melaksanakan urusan ketatausahaan dan perpustakaan di
lingkungan Kejaksaan Negeri Klaten.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 45, Kepala
Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan menyelenggarakan fungsinya,
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penggandaan dan pendistribusian surat dan dokumen.
b. Pelaksanaan penyusunan, penyimpanan, penyajian kembali urusan
lain yang berhubungan dengan kearsipan.
c. Penyusunan pengetikan dan penggandaan peranan melayani tamu
yang datang dan ingin bertemu Kepala Pimpinan Kejaksaan Negeri
Klaten.
d. Pelaksanaan urusan pemeliharaan bahan pustaka, berupa dokumen dan
pelayanan jasa perpustakaan.
e. Penggandaan bahan pustaka, sarana dan perlengkapan perpustakaan
serta pengadministrasian.
7. Kepala Seksi Intelijen
Tugas Pokoknya:
Mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan kegiatan intelijen
yustisial di bidang sosial, politik, keuangan, pertahanan, keamanan dan
ketertiban umum untuk mendukung kebijaksanaan penegakan hukum dan
keadilan baik preventif maupun regretif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 130, Kepala
Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Koordinasi dengan semua satuan kerja dalam rangka
penyiapan rumusan dan program kerja.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan penyajian data
kegiatan.
c. Pelaksanaan peningkatan pengamanan kemampuan, ketertiban,
disiplin dan integritas kepribadian aparatur serta pelaksanaan
pengamanan teknis ataas pelaksanaan tugas, sesuai petunjuk kepala
intelijen.
d. Melaksanakan pengadministrasian di bidang administrasian intelijen
e. Melaksanakan pembuatan kartu tik (pendata)
8. Kepala Sub Seksi Sosial Politik
Tugas pokoknya:
Melaksanakan sebagian tugas intelijen di bidang politik, ideologi,
pertahanan keamanan, ketertiban umum dan sosial budaya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 130, Kepala
Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengadministrasian tentang tenaga kerja asing
b. Melaksanakan pengadministrasian tentang lalu lintas orang asing
c. Melaksanakan pengawasan tentang aliran kepercayaan masyarakat
d. Melaksanakan pengawasan tentang pengobatan tradisional (BATRA)
9. Kepala Sub Seksi Ekonomi dan Moneter
Tugas pokoknya:
Tugasnya melaksanakan kegiatan operasi intelijen Yustisial
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan di bidang ekonomi dan
politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 179, Kepala Sub
Seksi Ekonomi dan Moneter menyelenggarakan fungsinya, sebagai
berikut:
a. Pengamanan investasi produk dan moneter
b. Pengamanan distribusi dan perdagangan
c. Pengamanan sumber daya
d. Melaksanakan pengadministarsian data/kegiatan operasi penyelidikan
intelijen Yustisial.
e. Membuat uraian trekapitulasi / operasi intelijen Yustisial
10. Kepala Sub Seksi Prodasarin (produksi dan saran intelijen)
Tugas pokok:
Tugasnya melaksankan sebagian tugas dan fungsi kepala intelijen di
bidang produksi dan sarana intelijen.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 188, Kepala Sub
Seksi Prodarin menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengadministarsian surat-surat di seksi intelijen sesuai
dengan KEPJA Nomor 552/A/JA/10/2002 Tanggal 23 Oktober 2002.
b. Melaksanakan pembuatan kartu tik yang terdiri dari:
1. Kartu Indek
2. Kartu Tuk Biodata
3. Kartu Tik Tersangka
4. Kartu Tik Organisasi
5. Kartu Tik Barang cetakan
c. Membuat laporan bulanan
d. Pengadministrasian Kliping pers
11. Kepala Seksi Pidana Umum
Tugas pokok:
Melakukan prapenuntut, pemeriksaan tambahan, penuntutan,
pelaksanaan penetapan hukum dan putusan pangadilan, pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum
lainnya dalam perkara tindak pidana umum.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 14, Kepala
Seksi Pidana Umum menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknik kegiatan yustisial pidana umum berupa
pemberian bimbingan dalam bidang penuntutan sebagai tugasnya.
b. Perencanaan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan prapenuntut,
pemeriksaan, tambahan, penuntutan dalam tindak pidana umum
terhadap keamanan negara dan ketertiban umum.
c. Pelaksanaan penetapan hukum dan putusan pengadilan, pelaksanaan
pengawasan, terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan
pelaksanaan tindak hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum
serta pengadminitrasian.
d. Pemberian sarana, konsepsi tentang pendapat atau pertimbangan
hukum jaksa mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah
hukum lainnya dalam kejaksaan penegak hukum.
e. Pembinaan dan peningkatan kemampuan ketrampilan dan integritas
kepribadian aparat tindak pidana umum di lingkungan Kejaksaan.
12. Kepala Sub Seksi Prapenuntut
Tugas pokok:
Melaksanakan tugas pidana umum di bidang prapenuntut berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kejaksaan bidang pidana umum.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 218, Kepala Sub
Seksi Prapenuntut menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Penyimpanan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang prapenuntut
berupa pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis.
b. Pengumpulan data dari laporan dan kejaksaan di daerah mengenai
pelaksanaan prapenuntut orang dan harta benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Pengendalian, koordinasi dan pengawasan pelaksanaan penyidik serta
peningkatan teknis penyelidikan di bidang keamanan negara dan
ketertiban umum.
d. Pelaksanaan penerimaan laporan pemberian penyidikan, penelitian,
pengolahan, pengadministrasi berkas perkara dan penyiapan
kelengkapan berkas perkara orang dan harta benda.
e. Pemberian bimbingan dan petunjuk teknis pengumpulan, penelitian,
pengolahan dan penelahan serta pengadministarsian laporan dari
kejaksaan di daerah dan instansi.
13. Kepala Sub Seksi Penuntut
Tugas Pokok:
Melaksanakan tugas dari pidana umum di bidang penuntutan berdasarkan
kebijakan teknis yang di terapkan oleh Kepala Seksi Pidana Umum.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 229, Kepala Sub
Seksi Penuntut menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Penelaah terhadap data dan laporan dari kejaksaan daerah mengenai
penuntut, penghentian penuntut serta penggunan upaya hukum.
b. Pengendalian penuntutan, penggantian penuntutan dan penggunaan
upaya hukum.
c. Penyiapan pendapat dan saran yang berhubungan dengan penuntutan
dan pengguaan upaya hukum.
d. Pengumpulan dan pengadminitrasian penerimaan data atau laporan
dari kejaksaan di daerah mengenai tahanan, barang bukti atau sitaan
yang berhubungan dengan penuntut dan penggunaan upaya hukum.
14. Kepala Seksi Pidana Khusus
Tugas pokoknya :
Tugasnya melaksanakan penyelidikan, penyelidikan, pemeriksaan
tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hukum dan putusan
pengadilan, pengawasan, terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dan tindak hukum lain megenai tindak pidana ekonomi, korupsi, atau
tindak pidana lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
perundang-undangan dan kejaksaan yang di tetapkan oleh pimpinan
Kejaksaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 230, Kepala
Seksi Pidana Khusus menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Perencanaan, pelaksanan dan pengadilan kegiatan penyelidikan,
penyidikan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, eksekusi atau
melaksanakan penetapan hukum dan putusan pengadilan.
b. Pembinaan kerja sama, pelaksanaan koordinasi dan pemberian
bimbingan serta petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak
pidana khusus dengan instansi dan lembaga yang terkait mengenai
penyelidikan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang telah di tentukan.
c. Pengamanan teknis atau pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan
di bidang tindak pidana khusus berdasarkan peraturan perundangan-
undangan.
15. Kepala Sub Seksi Penyelidikan
Tugas Pokok:
Tugas tindak pidana khusus penyelidikan perkara pidana korupsi, tindak
pidana ekonomi dan tindak pidana khusus lainnya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 270, Kepala Sub
Seksi Penyelidikan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Penerimaan, alasan dan penelitian terhadap pengaduan, laporan, dan
menyiapkan pendapat dan saran.
b. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penyelidikan
tindak pidana korupsi, kejahatan ekonomi, dan pidani khusus
lainnya: berupa pemberian, pembinaan dan pengamatan teknis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Pelaksanaan kegiatan penyelidikan, pemberhentian penyelidiakan
dalam perkara tindak pidana korupsi, tindak pidana ekonomi dan
lainnya.
d. Perumusan rencana dan program kerja laporan pelaksanaan.
16. Kepala Saksi Datun
Tugas Pokok:
Melaksanaan pemeriksaan tambahan dan pelaksanaan penetapan hakim
serta tindakan hukum lainnya, di bidang perkara tindak ekonomi dan
tindak pidana umum.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 280, Kepala Sub
Seksi Saksi Datun menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut:
a. Penerimaan berkas perkara tahap pertama dan menyiapkan petunjuk
kepada penyidik atau penyempurnaan berkas perkara tersebut.
b. Penerimaan berkas dan pertanggung jawaban atas tersangka dan
barang bukti.
c. Pengumpulan dan penyiapan bahan pengendalian dan memantau
jalannya persidangan melalui harian penerimaan persidangan.
d. penyiapan bahan laporan pelaksanaan dan program kerja, pengelolaan
dan dan peneleah laporan di Kejaksaan.
5. Kondisi Karyawan
a. Jenis Karyawan
Karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten terdiri dari pegawai tetap.
b. Jumlah Karyawan
Sampai saat ini jumlah keseluruhan yang berkerja di Kejaksaan Negeri
Klaten adalah 60 orang yang meliputi karyawan tetap.
c. Waktu Kerja
1. Kejaksaan Negeri Klaten menerapkan 5 hari kerja, yaitu senin sampai
dengan Jum’at
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Jam kerja bagi karyawan tetap yaitu
Hari Senin–Kamis = 07.00 – 16.30 WIB
Hari Jum’at = 07.00 – 11.00 WIB
3. Untuk jam istirahat, waktu yang ditentukan selama 1 (satu) jam yaitu
pukul 12.00 – 13.00 WIB.
d. Cuti
Adapun cuti yang diberikan oleh pegawai adalah:
1. Cuti tahunan dengan ketentuan 12 bulan kerja tanpa terhenti merupakan
cuti 12 hari yang dapat di ambil sekaligus.
2. Cuti besar, menjalankan tugas selama 5 tahun tidak terhenti mendapat
cuti besar selama 3 bulan.
3. Cuti melahirkan, dengan ketentuan sampai kelahiran kedua selam 3
bulan dan mendapat gaji 100%.
4. Cuti haid bagi karyawanti, dengan ketentuan selama 2 hari.
e. Hari Libur
Hari libur resmi, setiap karyawan yang bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten
berhak atas libur resmi yang ditetapkan pemerintah.
f. Fasilitas dan Jaminan Sosial
Sehingga kompetensi atas hasil kerja dan karyawan, perusahaan juga untuk
memberikan fasilitas dan jaminan sosial untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan untuk fasilitas pengobatan di ganti penuh dan di
pertangungjawab oleh pemerintah Kejaksanaan Negeri Klaten merupakan
instansi pemerintah, maka tunjangan kesehatan semua di pertanggung
jawabkan oleh negara.
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang tugas pokok
dan fungsi anggota karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten. Dimana
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang membutuhakan alat pendukung yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
memandai. Kondisi dan investasi sarana dan prasarana karyawan Kejaksaan
Negeri Klaten sebagai berikut:
a. Perlengkapan Kantor
Tabel 2. Kondisi dan Investarisasi sarana dan prasarana Kejaksaan
Negeri Klaten.
No Jenis Jumlah Keadaan
1 Ruang Kantor 23 Ruang Baik
2 Ruang rapat 3 Ruang Baik
3 Ruang Sidang 1 Ruang Baik
4 Tempat parkir 2 Anjungan Baik
5 Komputer Destop 20 Buah Baik
6 Komputer Leptop 10 Buah Baik
7 Printer 18 Buah Baik
8 Mesin Tik 3 Buah Baik
9 Lemari besi 20 Buah Baik
10 Filling Kabinet 18 Buah Baik
11 Brankas 2 Buah Baik
12 Meja Rapat 70 Buah Baik
13 Kursi Rapat 75 Buah Baik
14 Sound System 2 Ruangan Baik
15 Jaringan Telpon 3 Nomor Baik
16 Kursi Eselon II 10 Buah Baik
17 Kursi Eselon III 3 Buah Baik
18 Kursi Eselon IV 7 Buah Baik
19 Mobil Dinas 15 Buah Baik
20 Motor Dinas 9 Buah Baik
21 Instalasi air 2 Unit Pompa Baik
22 Instalasi Listrik 3 Pass Baik
23 Ruang Kantin 1 Ruang Baik
24 Ruang Tamu (pendopo) 1 Ruang Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Pengembangan Sumber Daya Manusia / Aparat Kejaksaan Negeri Klaten
Pengembangan sumber daya manusia / aparat Kejaksaan Negeri
Klaten di laksanakan secara terus menerus melalui pembinaan dan
dorongan Kepala Kejaksaan Negeri Klaten antara lain :
1. Apel pembinaan setiap hari senin
2. Pengawasan melekat seperti absensi, disiblin jam kerja dan
pelaksanaan segala peraturan yang telah digariskan dan pengawasan
atasan langsung kepada bawahan.
3. Banyak yang di ikutkan dan di kirimkan untuk mengikuti Diklat
Dari kegiatan yang dilakukan tersebut, dapat diperoleh manfaat
yang sangat besar bagi seluruh aparat Kejaksaan Negeri Klaten yaitu:
1. Beberapa jaksa dan karyawan yang di nilai oleh Kepala Pimpinan
yang cakap dan mampu telah di promosikan untuk diberikan tugas
sebagai pejabat struktur.
2. Dengan tidak mengurangi ciri dan kepribadian sebagai masyarakat
Klaten yang menjunjung kelembutan, sopan namun tegas, seluruh
aparat Kejaksaan Negeri Klaten telah mendapatkan kepercayaan
yang mencari keadilan, terbukti besarnya perhatian penyuluhan-
penyuluhan hukum yang di laksanakan dan permintaan penyuluhan-
penyuluhan hukum dari berbagai lapisan masyarakat, khususnya dari
lingkungan pemerintah daerah, yayasan dan LSM.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang di amati dalam penelitian ini yaitu
berdasarkan tentang Analisis Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri
Klaten. Berdasarkan Tujuan Penelitian sebagai berikut upaya memecahkan
masalah penelitian yang telah di tetapkan, menggunakan metode pengumpulan
data dan metode, maka peneliti sebelum melakukan analisis, peneliti perlu
memberikan gambaran mengenai data yang dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
a. Kepercayaan
Kondisi dan situasi lingkungan kerja di Kejaksaan Negeri Klaten
mencerminkan adanya kecenderungan sikap saling percaya baik antara
pimpinan dengan bawahan, bawahan ke pimpinan, maupun antara karyawan
dengan karyawan. Sikap saling percaya antara anggota organisasi Kejaksaan
Negeri Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan informasi
sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan tugas
kewajibannya ataupun informasi tentang realitas sosial yang baik di
Kejaksaan Negeri Klaten, dapat berupa komunikasi vertikal dari atas ke
bawah, dimana pimpinan memiliki rasa percaya pada bawahannya dalam
memberikan informasi, intruksi atau penugasan. Hal ini sesuai dengan yang
di kemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal 27 Oktober 2010,
sebagai berukit:
”Hal itu sangat perlu mbak, karena dalam organisasi pekerjaan tanpa didasari kepercayaan, pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik. Seperti saya memberikan tugas kepada bawahannya dengan percaya kepada bawahannya dalam menyelasaikan tugas tersebut dengan kemampuan bekerja. Jadi bekerja semampunya dan berusaha memberikan yang terbaik ”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara
tanggal 29 September 2010 sebagai berikut:”
”Ya kalau hubungan dengan pimpinan terjalin baik mbak, kan kita perlu komunikasi, tapi kalau sudah tidak sepaham dulu, dari mereka tidak percaya maka informasi dari saya itu cuma sia-sia mbak, mereka akan percaya jika kita memberitahu sebenarnya, selama kita bisa shering ya kita bisa mengeluarkan pendapat kita kayak gimana, misalnya saya punya masalah dengan pekerjaanku, saya minta pendapat bagamana jalan keluarnya tentang masalah itu, jadi tidak aku simpan dan bisa dibahas dengan pimpinan, kecuali misalnya masalah pribadi, tapi kalau masalah pekerjaan saya harus tanya “.
Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan IV,
dalam wawancara tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut ” Pastilah mbak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pimpinan dalam memberikan instruksi kepada bawahannya harus didasari
sikap saling percaya agar tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan
baik“.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
pimpina terhadap bawahan dalam memberikan informasi, instruksi, selalu
didasari oleh sikap percaya, hal tersebut merupakan hal utama dalam
menjalankan tugas, jadi pimpinan Kejaksaan melihat prestasi kerja karyawan
dalam menjalankan tugasnya.
Komunikasi vertikal antara bawahan ke atasan, biasanya tingkat
kepercayaan bawahan kepada atasan akan lebih karena atasan merupakan
yang paling tinggi di Kejaksaan Negeri Klaten, hal ini dapat di lihat dalam
kegiatan sehari-hari, saat bawahan menjalankan tugas dari pimpinan.
bawahan dalam menjalankan tugasnya selalu berusaha menjadi yang terbaik
dalam menyelesaikan tugasnya agar mendapatkan nilai positif dari pimpinan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan II pada tanggal 29
September 2010, sebagai berikut “ Ya pasti itu mbak, saya jika mendapatkan
tugas dari pimpinan selalu menyelesaikan sebaik mungkin kan, dan pekerjan
itu agar segera selesai.”.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara
tanggal 30 September 2010 sebagai berikut:
”Ya terkadang pimpinan lebih percaya dengan karyawannya yang aktif dan penilaian kinerja selama di Kejaksaan itu baik, berbeda jika karyawan itu tidak tertib atau sering melanggar peraturan yang ada di Kejaksaan, misalnya berangkat selalu terlambat atau sering absen kerja ”. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Kepercayaan itu modal
dasar dari suatu hubungan mbak, jadi kalau sudah tidak percaya dulu lebih
baik ya kita berusaha agar pimpinan percaya kepada kita”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
Kepercayaan antara bawahan ke atasan dapat dilihat dalam bawahan
menjalankan tugas dari pimpinan, semakin cepat pekerjaan itu diselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dengan hasil yang baik, maka tingkat kepercayaan pimpinan terhadap
bawahan tersebut semakin tinggi .
Sikap saling percaya itu juga terjadi secara horisontal, seperti
karyawan dengan karyawan dalam menjalankan tugasnya. biasanya bersifat
informal, berbeda dengan komunikasi vertikal yang cenderung formal.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan III pada
tanggal 30 September 2010, sebagai berikut “ Komunikasi antar bagian itu
juga penting, malahan sangat penting, yaitu terutama untuk menyampaikan
target yang dihendaki, jadi harus ada komunikasi, kalau tidak ada tujuan
tersebut tidak akan tercapai mbak “.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara
tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut ” Komunikasi sesama karyawan
sering dilakukan mbak, dalam menjalankan tugas bersama menyelesaikan
kasus yang benar-benar perlu dan harus segera di laksanakan, jadi dalam tim
itu harus saling adanya sikap saling percaya”.
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut:
”Biasanya dalam tugas penyelidikan dalam suatu khasus mbak, kita membentuk suatu tim khusus dalam menyelidiki hal tersebut, jadi dalam suatu tim tersebut harus ada kepercayaan sesama, jika tidak ada kepercayaan tim tersebut tidak akan tercapai tujuan yang di inginkan ”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten secara vertikal. baik dari
atasan ke bawahan ataupun dari bawah ke atas sampai saat ini berjalan
dengan baik. Antara pimpinan dan karyawan mempunyai hubungan yang baik
dalam keseharian, sehingga mempunyai rasa percaya dan saling
menghormati. Komunikasi organisasi dalam sikap kepercayaan tidak hanya
secara vertikal, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas tetapi juga
dilaksanakan secara horisontal, dalam meningkatkan kepercayaan dari
karyawan ke karyawan. Sesama karyawan dalam menjalankan tugas bersama
atau kelompok harus ada sikap percaya agar tugas tersebut dapat terselesaikan
bersama tanpa adanya perselisihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
b. Pembuatan Keputusan Bersama
Berdasarkan struktur organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten,
pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab intern dalam organisasi untuk suatu pengambilan
keputusan, serta mengawasi pelaksanaan kerja bawahannya. Dalam
melakukan kepemimpinannya, seorang pemimpin memberi kewenangan atau
hak untuk bertindak atau menuntut tindakan oleh bawahannya. Kewenangan
yang di miliki seorang pemimpin pada prinsipnya terdiri atas hak untuk
mengambil keputusan dan hak untuk memerintah. Dasar kewenangan di
berikan oleh adanya pelimpahan kewenangan dari otoritas yang lebih atas,
yang di tuangkan dalam suatu keputusan, atau kewenangan yang di berikan
oleh para bawahan. Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan I,
dalam wawancara tanggal 27 September 2010 adalah sebagai berikut:
”Untuk rapat kita sering mengadakan rapat setiap sebulan sekali atau rapat bulanan yang dilakukan oleh pimpinan ke karyawan suatu waktu, kalau ada hal-hal penting yang perlu di cari jalan keluarnya, sehingga dengan adanya rapat tersebut kita mendapatkan solusi dari setiap masalahnya”.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan II, dalam wawancara
tanggal 29 September 2010 sebagai berikut ” Komunikasi kan setiap hari
mbak, setiap kita bertemu pimpinan kita bisa bertanya apabila kita mengalami
kesulitan, kita kan bisa meminta pendapat pimpinan tersebut mbak. ”.
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan III , dalam
wawancara tanggal 30 Oktober 2010 sebagai berikut ” Ketentuan yang ada di
Kejaksaan semua atas keputusan oleh pimpinan, tetapi semua karyawan
kerjaksaan juga mempunyai hak untuk memberikan usulan-usulan”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam pengambilan suatu keputusan semua ditangan pimpinan atas informasi
dari pimpinan pusat, demi kemajuan ke depan Kejaksaan lebih bersifat
kekeluargaan sehingga hubungan antara atasan dengan bawahan tidak terlalu
jauh, karena dalam suatu pekerjaan pimpinan perlu juga masukan dari
bawahan dalam menentukan suatu keputusan yang terbaik demi kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kejaksaan Negeri Klaten. Besar kecilnya suatu permasalahan yang terjadi
pada seorang karyawan, jika benar-benar tidak bisa menyelesaikan masalah
sendiri maka secara pribadi karyawan tersebut perlu meminta solusi kepada
pimpinan Kejaksaan.
Komunikasi dari bawahan ke atasan, seperti dalam memecahkan
suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi untuk mengambil
keputusan yang ada di Kejaksaan, selama bawahan menjalankan tugasnya.
Sepantasnya selaku pimpinan Kejaksaan memperhatikan aspirasi atau
pendapat dari para karyawannya. Dengan kata lain pendapat tersebut sedikit
banyak akan membantu dalam proses pengambilan keputusan di Kejaksaan
Negeri Klaten sehingga akan tercapai tujuan sesuai dengan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Hal ini Seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam
wawancara tangal 29 September 2010 adalah sebagai berikut:
”Dalam kegiatan rapat berlangsung saya selalu diberi kesempatan untuk memberikan ide atau gagasan, meskipun gagasan tersebut tidak dipakai selayaknya semakin banyak pendapat semakin mudah kita mencari solusi, karena pendapat karyawan sangat di hargai oleh pimpinan, sehingga tidak ada yang di sembunyikan. Jika itu berkaitan dengan pekerjaan dan kemajuan Kejaksaan untuk ke depannya”.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara
tanggal 30 September 2010 sebagai berikut:
” Sering kita melakukan rapat jika benar-benar mengahadapi permasalahn, seperti rapat bulanan yang dilakukan setiap bulan sekali, di situ setiap karyawan mempunyai kesempatan untuk bertanya maupun memberikan saran, sehingga terjalin hubungan kekeluargaan, tetapi semua kebijakan ada di tangan pimpinan Kejaksaan”
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 1 Oktober 2010 sebagai berikut:
” Ya ada mbak, Setiap ada masalah selalu dicari jalan keluarnya, dengan begitu kan jadi enak, kita saling menghormati masing-masing pendapat, untuk rapat kita selalu adakan tiap hari dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pimpinan, di situ kita akan mengevaluasi segala bentuk kegiatan maupun masalah yang ada di kantor”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam organisasi dan dalam
mengambil keputusan sepantasnya selaku pimpinan memperhatikan aspirasi
atau pendapat dari para karyawannya. Dengan kata lain pendapat tersebut
sedikit banyak juga akan membantu dalam program pengambilan keputusan
di Kejaksaan sehingga akan tercapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. semua itu tidak lepas dari kebijakan pimpinan Kejaksaan, dan
semua keputusan diambil bersama dan kesepakatan pimpinan.
c. Kejujuran
Dalam proses komunikasi terdapat unsur – unsur komunikator dan
komunikan. Komunikator berfungsi sebagai orang yang memformulasikan
pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang
menerima pesan ini atau komunikan memiliki fungsi menterjemahkan
lambang – lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri. Kemudian
komunikan mereaksi atau memberi tanggapan, jika komunikan melakukannya
secara terbuka, maka ia menjadi komunikator yang semula,atau bisa juga
kepada orang lain. Dengan kata lain, komunikan menjadi komunikator bagi
pesan yang baru, biasanya pesan timbal balik. Dalam komunikasi proses
seperti tersebut di atas, dapat di bayangkan akibat kekacauan yang di
timbulkan jika baik komunikator maupun komunikan, tidak memiliki sikap
jujur. Tidak adanya kejujuran akan berakibat miskomunikasi yaang
berkesinambungan, sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran
pelaksanaan tugas anggota organisasi.
Kejujuran dalam proses komunikasi di Kejaksaan Negeri Klaten
selalu bersifat vertikal antara atasan ke bawahan dalam berkata ataupun
melakukan sesuatu haruslah jujur, agar semua pekerjaan ynag dilakukan
dapat berjalan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam
wawancara tangal 29 September 2010 adalah sebagai berikut” Pimpinan
dalam memberikan tugas atau instruksi, selalu jujur berdasarkan apa yang
harus dilakukan bawahan, sehingga tugas tersebut dapat berjalan dengan baik
dan karyawanpun dalam menjalankan tugas dari pimpinan merasa
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas tersebut dengan baik”.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara
tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Wah, kejujuran itu perlu banget
mbak, dalam kehidupan kita. Jadi kalau kita tidak jujur mana ada orang yang
mau percaya sama kita ”.
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut:
“Dalam melakukan sesuatu tanpa di dasari dengan kejujuran dan keterusterangan tidak akan berjalan sesuai apa yang kita inginnkan, bahkan banyak dampak yang timbul akibat kurangnya kejujuran saat bekerja yang berakibat pekerjaan tidak terselesaikan dengan waktu yang di tentukan sebaiknya kejujuran itu timbul sejak kita lahir dan di dukung faktor keluarga “.
Dalam kegiatan sehari-hari saat bawahan memberikan laporan
kepada pimpinan hal itu juga harus sebenarnya yang terjadi, dan dilakukan
bawahan selama melakukan penyeledikan di lingkungan masyarakat.
Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan III, dalam
wawancara tangal 30 September 2010 adalah sebagai berikut ” Saya saat
menjalankan laporan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada atasan,
baik secara tertulis maupun lisan, tetapi apa yang terjadi harus di laporkan
tanpa adanya yang di tuutp-tutupi “.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara
tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut: “ Seharusnya apa yang belum kita
pahami kita berani bertanya kepada pimpinan, agar adanya jalan keluar,
sehingga kita dapat jujur dengan atasan apabila yang kita mengalami
kesulitan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut “ Di kantor kejaksaan ini,
selalu diterapkan kejujuran mbak, jadi semestinya semua karyawannya
berkata jujur, dan jika ada karyawanya berbuat kesalahan, pimpinan tidak
segan-segan menghukum sesuai peraturan yang berlaku”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kejujuran
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan kejujuran maka
semua masalah akan terasa mudah dan orang lain percaya sama kita,
kejujuran itu harus di dasari sejak kita lahir. Dalam menjalankan tugas yang
benar-benar itu harus dipertanggung jawabkan, sehingga dalam pemberian
tugas pimpinan Kejaksaan selalu melihat penilaian kerja karyawannya dalam
bersikap, perilaku dan kejujuran semua karyawannya. Dalam penilaian
kejujuran sangat dinilai, karena hal itu juga mempengaruhi sikap
karyawannya dalam menjalankan tugas Negara.
d. Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada yang
berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi
pengarahan, perintah, ispirasi dan evaluasi. Perintah yang spesifik karena
diintrepetasikan oleh tingkatan manajemen terendah. Komunikasi ke bawah
juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, sehingga bawahan
menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka melaksanakan
pekerjaan dengan baik.
Dengan lancarnya komunikasi yang berupa informasi bagi pimpinan
ke bawahan, maka akan melancarkan tugas pekerjaan anggota organisasi
dalam mencapai tujuannya. Hal ini Seperti yang telah di kemukakan oleh
informan III, dalam wawancara tangal 30 September 2010 adalah sebagai
berikut:
”Selama saya bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten, selama saya mendapatkan tugas dan wewenang dari atasan baik itu dikantor atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
lapangan, semua saya kerjakan sebaik mungkin karena hal itu dapat meningkatkan kemajuan Kejaksaan ini juga ”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara
tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut “ Pastilah mbak, kita bekerja kan atas
informasi dan tugas dari pimpinan, dan saya sebagai seksi ketata usaha yang
selalu berhubungan dengan keluar masuknya surat atau tamu yang akan
menghadap pimpinan Kejaksaan“.
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut:
“Kadang pimpinan dalam memberikan tugas secara tertulis, tapi jika tugas itu sangat mendesak maka pimpinan memberikan informasi lewat hape, kan lebih cepat informasi yang di dapat tetapi jika setiap harinya pimpinan tidak ada acara dan memberikan tugas kepada karyawannya, maka pimpinan secaar lisan dan memanggil seseorang yang dipercayakan dan mampu menjalankan tugas yang pimpinan berikan”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
informasi yang di dapat karyawan dari pimpinan Kejaksaan, bisa berupa
tertulis atau bersifat lisan, sesuai kebutuhan yang digunakan, bahkan disaat
perkembangan yang semakin modern dan teknologi yang berkembang sangat
pesat, misalnya informasi yang yang dapat disampaikan dengan cepat melalui
hape, email dan lainnya. Asalkan informasi yang di berikan sampai pada
tujuannya. Tetapi pimpinan dalam memberikan tugas kepada karayawnnya
sering secara langsung kepada karyawan yang bersangkutan untuk
menjalankan tugas tersebut, sehingga dengan pimpinan bertatapan secara
langsung maka dapat terjadi timbale balik dari karyawan apabila ada
permasalahan terhadap pekerjaan tersebut.
e. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
Komunikasi dalam suatu organisasi salah satunya berbentuk
hubungan vertikal ke atas yaitu proses menyampaikan pesan dari pihak dari
tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (atasan)..
Hubungan vertikal ini pada umumnya berupa laporan–laporan yaitu laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mengenai pelaksanaan tugas para anggota organisasi. Komunikasi ke atas
bisa berupa laporan prestasi kerja, saran-saran dan rekomendasi, usulan
anggaran, pendapat atau opini, permohonan bantuan atau instruksi. Informasi
ke atas dalam banyak kegiatan yang di lakukan Kejaksaan Negeri Klaten
kurang memadai di bandingkan komunikasi ke bawah, namun demikian
media-media tersebut dapat di gunakan untuk meningkatkan informasi ke atas
dalam suatu organisasi. Seperti yang telah di kemukakan oleh informan I,
dalam wawancara tanggal 27 September 2010 adalah sebagai berikut:
“Saya selaku pimpinan di sini, juga berusaha mendengarkan tanggapan, aspirasi bawahan, terkadang dalam melakukan kegiatan atau menjalankan tugasnya, di kejaksaan seperti yang kami lakukan secara rutin, dalam rapat paripurna disana bawahan berhak menyanpaikan aspirasi atau usulannya selain dalam rapat bulanan kita juga biasa bertanya kepada pimpinan jika kita benar-benar mengatasi permasalahannya “.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan II, dalam wawancara
tanggal 29 September 2010 sebagai berikut “ Pimpinan selalu bersifat terbuka
dan demokratis mbak, dalam menggapi informasi baik dari bawahan atau
pihak luar, sehingga informasi yang ada itu bisa dipertanggung jawabkan
keberadaannya”.
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut:
“Saya kalau memberikan laporan kepada atasan sering berupa laporan tertulis dan saya serahkan ke meja pimpinan, karena terkadang saat pimpinan tugas di luar kota atau di luar kantor, sehingga pimpinan tidak langsung menanggapi laporan saya tersebut, tapi lebih bagus laporan itu diserahkan secara langsung kepada pimpinan jadi jika ada pertanyaan kita bisa bertanya langsung.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan informasi
dari bawahan ke atasan biasanya berupa laporan tugas, saran, dan pengaduan
kepada pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten. komunikasi yang terjadi secara
vertikal, dan saling timbal balik antara atasan dan pimpinan, sangat penting
dalam kemajuan organisasi yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
informasi dari bawahan tidak selalu di tanggapi langsung oleh pimpinan,
karena pimpinan kadang bertugas di luar, misalnya di Pengadilan Negeri
Klaten dalam menangani kasus, sehingga memerlukan beberapa hari
menanggapi informasi dari bawahan tersebut, terkadang tanggapan itu di
tanggapi saat acara rapat berlangsung.maka hal tersebut lebih baik dan sedikit
membutuhkan waktu dan laporan itu biasa di selesaikan secara kita
melaporkan secara langsung kepada pimpinan Kejaksaan, sehingga pimpinan
akan memberikan masukan dai laporan tersebut.
f. Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi
Sasaran berkinerja Kejaksaan Negeri Klaten salah satunya adalah
dapat tercapai secara efisien, efektif, dan terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungan. Tercapainya tujuan yang ada di Kejaksaan memungkinkan
karena adanya para pelaku yang terdapat di Kejaksaan yang bersangkutan,
sehingga baik buruknnya kinerja mereka merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Kejaksaan tersebut. Kejaksaan Negeri Klaten di
tuntut eksistensi dan kinerjanya untuk mampu selalu beriringan dan seirama
dengan perjuangan bangsa mencapai tujuan nasional.
Dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap
tujuan-tujuan berkinerja tinggi dan berkualitas tinggi. Seperti yang telah di
kemukakan oleh informan IV, dalam wawancara tanggal 4 September 2010
adalah sebagai berikut “Peran pimpinan Kejaksaan dalam pencapaian kinerja
yang ada di Kejaksaan ini sangat penting, dengan adanya perhatian terhadap
karyawan seperti memberikan dorongan kerja, penilaian kerja, dan orientasi
kerja sehingga dapat membantu karyawan untuk semangat bekerja dan
dengan hasil yang maksimal “.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara
tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut:
” Dalam visi dan misi yang ada di Kejaksaan merupakan tujuan yang pasti lembaga Kejaksaan dalam menjalankan tugas baik untuk pimpinan dan karyawan, dimana memajukan kualitas dan kuantitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
organisasi yang ada dan sumber daya manusia yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten ” Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut:
“Setiap saya di berikan tugas saya selalu berusaha mennyelesaikan tugas itu, agar tugas itu tidak semakin bertumpuk, sehingga sesulit apapun tugas tersebut saya berusaha menyelesaikan, karena hal itu adalah tanggung jawab dan pengabdianya untuk negara “.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan secara
garis besar, bahwa tujuan kinerja organisasi itu bisa berjalan dengan baik
jika pegawainya dan pimpinan menjalankan tugas sesuai komitmen dan
tujuan kejaksaan tersebut, karena tugas semua pimpinan karyawan untuk
kemajuan negara, dan pemerintah berdasarkan hukum. Baik buruknya
kinerja karyawan di kejaksaan dapat di lihat dari sejauh mana karyawan
mampu menyelesaikan wewenang dan tanggung jawab yang di limpahkan
kepadanya, tapi semua itu juga berperan aktif atasan dalam memberikan
dorongan, semangat terhadap karyawannya dalam menjalankan tugas.
Iklim komunikasi yang mendorong terciptanya kinerja organisasi,
pegawai untuk mencapai tujuan kinerja yang tinggi perlunya perhatian,
Seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam wawancara
tanggal 29 September 2010 adalah sebagai berikut:
“Dalam penilaian, pegawai biasanya dianggap memiliki nilai prestasi kerja yang sama dengan pegawai lain dalam satu unit bagian, selain itu dalam penilaian dengan pegawai di Kejaksaan adalah pimpinan langsung yang menilai semua karyawannya dengan selalu memperhatikan prestasi karyawan dalam “.
Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara
tanggal 30 September 2010 sebagai berikut “ Biasanya di kantor
Kejaksaan Negeri Klaten ini dalam memberikan dorongan kepada
karyawan yang berkinerja lebih baik, setiap bulan mendapat reword dari
pimpinan, hal itu dilakukan agar menambah semangat karyawan dan
karyawan lain untuk lebih giat bekerja dengan baik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut “ Pelaksanaan
penilaian dan pemberian reword diberikan kepada karayawan agar
memotivasi dalam bekarja, dan di nilai oleh pimpinan secara langsung.“.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
peran dari semua pihak yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, pelaksanaan
penilaian kinerja karyawan yang ada di kejaksaan harus dapat memberikan
penilaian yang adil, jujur dan obyektif, sehingga tidak adanya penilainya
yang kurang obyektif terhadap pegawai yang satu dengan pegawai yang
lain. evaluasi penilaian yang di lakukan setiap bulan sekali. Jika memanga
dalam seminggu ada pegawainya dalam menjalankan tugasnya dengan
baik maka pimpinan pun tidak segan-segan memberikan penilaian kepada
karyawannya tersebut, setiap harinya penilaian berupa angka A. B. C lalu
dari penilaian itu dikumpulkan dan dievaluasi setiap tahunnya, semakin
banyak karyawan mendapatkan nilai A, maka karyawan itu dapat dilihat
prestasi kerjanya sangat baik.
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
Komunikasi di lakukan dalam suatu organisasi tidak selamanya berjalan
dengan lancar, Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim
Komunikasi Organisasi sebagai berikut :
a. Kepercayaan
Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai
berikut :
”Saat saya memberikan tugas kepada bawahan dan dilaksanakan bawahan dengan baik maka dapat juga sebagai komunikasi, sedangkan tugas tersebut juga dapat dipertanggung jawabkan dan mampu menyelesaikan tugas tersebut, dalam saya memberikan tugas saya juga melihat kemampuan dan prestasi kerja karyawan, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
karyawan tersebut sering tidak melaksanakan tugasnya, maka kepercayaan saya terhadap karyawan tersebut berkurang.”
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan II dalam wawancara
tanggal 29 September 2010, sebagai berikut ” Hal ini dapat menjalin
komunikasi organisasi dengan baik, tugas dari pimpinan yang harus kami
kerjakan, kita kerjakanpun dengan baik sehingga kita dipercaya oleh
pimpinan untuk menjalankan tugas berikutnya”.
Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan VI,
dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut “ upaya
komunikasi yang dilakukan pimpinan memberikan instruksi perintah secara
langsung kepada karyawan, dengan memanggil karyawan tersebut ke ruang
pimpinan, jika tugas tersebut benar-benar penting.
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan
komunikasi organisasi terhadap dimensi kepercayaan yang ada secara vertikal
dari atasan ke bawahan dengan cara memberikan intruksi, perintah, kepada
bawahan, sehingga komunikasi itu dapat meningkatkan komunikasi yang baik
antara atasan dan bawahan yang terjadi di Kejaksaan Negeri Klaten. Adanya
sikap saling percaya antara anggota organisasi dalam berkomunikasi secara
bersama-sama. Pimpinan Kejaksaan dalam memberikan tugas kepada
karyawannya dapat dilihat dari kemampuan dan tingkat kerja karyawan
tersebut selama menjalankan tugas, jika karyawan itu tidak sering melanggar
aturan dan selalu bekerja dengan baik, maka kepercayaan pimpinan kepada
karyawan tersebut sangat tinggi.
Menurut informan III pada wawancara tanggal 30 September 2010,
sebagai berikut ” Rapat tim sering dilakukan jika staf bagian tertentu sedang
mengurusi masalah yang berupa kelompok atau tim yang diperlukan
pemecahan masalah secara bersama sehingga mendapatkan jalan keluar”.
Hal tersebut di dukung oleh informan IV pada tanggal 4 Oktober
2010, sebagai berikut” Biasanya tim atau kelompok selalu dapat berkerja
dengan baik, sehingga dapat memiliki hubungan antarpersonal dalam
menjalan tugasnya secara bersama-sama dan tujuan yang sama”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Terkadang suatu tim itu
ada salah persepsi atau beda pendapat itu sangat wajar, karena suatu ide atau
pendapat seseorang itu tidak harus sama, tapi bagaimana kita bisa
menyelesaikan perbedaan itu dengan baik dengan cara selalu mengadakan
rapat dan harus adanya saling percaya antara tim”.
Dari hasil wawancara di atas, bahwa kegiatan dalam suatu tim yang
ada di Kejaksaan Negeri Klaten sering terjadi dalam menjalankan suatu
masalah atau kasus, hal tersebut agar bertujuan pekerjaan itu cepat selesai,
dan dengan waktu yang cepat, jadi pekerjaan dalam satu tim itu perlu adanya
peran aktif oleh semua kelompok tersebut dan adanya saling menghormati
dan saling percaya antara tim dalam menjalankan pekerjaanya. Apalagi jika
dalam membahas suatu masalah yang pendapatnya sangat berbeda sehingga
perlu menyatukan pendapat tersebut tanpa adanya pertengkaran antar
karyawan.
b. Pembuatan Keputusan
Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai
berikut ” Kami keluarga Kejaksaan selalu mengadakan rapat paripurna dalam
mengambil keputusan sehingga dapat di selesaikan secara musyawarah”.
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan III dalam wawancara
tanggal 30 September 2010, sebagai berikut, ” Hya mbak,, kami selalu
mengadakan rapat setiap ada permasalahan yang benar-benar penting dan
perlu jalan keluarnya, sehingga kita mengadakan rapat paripurna itu, tetapi
setiap minggu sekali kita juga selalu berkomunikasi kepada pimpinan jika
benar-benar sedang mengalami kesulitan ”.
Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan VI,
dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Rapat ini selalu
di hadiri oleh semua karyawan dan di pimpinan Kejaksaan, rapat itu dimulai
dengan keluhan atau masalah karyawannya selama mereka menjalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
tugasnya, kemudian pimpinan memberi masukan, kemudian maslah itu di
putuskan bersama. ”.
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan
komunikasi organisasi melaksanakan kegiatan rapat paripurna antara
pimpinan dan pegawai Kejaksaan baik dalam ketentuan dinas, yang
berhubungan dalam lingkup karyawan secara kekeluargaan untuk mencapai
tujuan bersama, seorang pimpinan harus melakukan komunikasi secara efektif
dengan karyawannya. pimpinan tidak boleh memandang sebelah mata
terhadap keadaan karyawannya, dengan demikian karyawan akan tejalin
secara baik, sehingga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di
Kejaksaan sering dilakukan rapat, karena peran karyawan sangat penting, dan
kemajuan Kejaksaan juga atas partisipasi dan peran karyawan juga.
c. Kejujuran
Menurut informan I pada wawancara tanggal 29 September 2010,
sebagai berikut ” Peningkatan SDM itu sangat penting mbak, baik dalam
kepribadian, kejujuran dan keterusterangan, sehingga untuk kedepannya dapat
lebih baik dan meningkatkan moral semua karyawan lebih baik”.
Menurut informan VI pada wawancara tanggal 4 Oktober 2010,
sebagai berikut:
”Ya kadangkan kejujuran orang itu bisa berubah mbak, apalagi di kejaksaan ini berhubungan dengan hukum, jadi jika melakukan kesalahan kita dapat dihukum sesuai aturan yang berlaku, maka perlunya kejujuran setiap karyawan untuk di uji sebaik mungkin, agar selalu berkata apa adanya. Maka sering diadakan siraman rohani di Kejaksaan untuk semua keluarga besar Kejaksaan Negeri Klaten. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan V, dalam
wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Dalam meningkatkan
ketaqwaan, kejujuran seseorang, apalagi karyawan Kejaksaan Negeri Klaten
sering mengadakan siraman rohani setiap sebulan sekali, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan dan menumbuhkan kejujuran semua
karyawannya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Dari hasil wawancara di atas, bahwa kegiatan di Kejaksaan Negeri
Klaten, dalam upaya meningkatkan kejujuran baik dalam kepribadian,
ketakwaan dan kejujuran itu saat perlu demi kemajuan semua karyawan
dalam kepribadian sehari-hari maupun dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan cara mengadakan siraman rohani yang anggotanya semua karyawan
dan staf karyawan Kejaksaan Negeri Klaten baik yang beragama islam
maupun non islam, karena siraman rohani ini bersifat umum, semua ini
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan dan selalu menumbuhkan kejujuran
semua karyawan setelah mengikuti siraman rohani tersebut. Semua itu tidak
lepas dari peran serta oleh pimpinan Kejaksaan yang selalu berusaha
menjadikan Kejaksaan negeri klaten selalu menjadi lebih baik, baik dalam
kepribadiannya dan prestasi kerjanya.
d. Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah
Menurut informan II pada wawancara tanggal 29 September 2010,
sebagai berikut ” Pimpinan dalam memberikan tugas selalu secara langsung,
dan terbuka kepada bawahannya, sehingga selalu adanya timbal balik antara
bawahan dengan atasan ”.
Hal tersebut di dukung oleh informan IV pada tanggal 4 Oktober
2010, sebagai berikut” Apapun yang kita lakukan dalam menjalankan tugas
perlu kita laporkan kepada pimpinan sehingga komunikasi yang kita lakukan
itu secara vertikal”.
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ”Penilaian dalam suatu
pekerjaan itu sangat perlu, yang dilaukukan pimpinan secara langsung
mengawasi karyawannya dalam bekerja agar kita mengetahui kemampuan
kita dalam bekerja, sehingga upaya komunikasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pretasi kerja karyawan lebih baik lagi”.
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan
komunikasi organisasi secara vertikal ke bawah, pimpinan kejaksaan selalu
bersifat terbuka kepada bawahannya dan pekerjaaanya. Bahkan dalam menilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
karyawannya pimpinan juga secara langsung melihat prestasi kerja karyawan
dalam bekerja yang bertujuan pimpinan dapat menilai sendiri. Dari penilaian
tersebut maka karyawan berhak mengetahui hasil itu secara terbuka, sehingga
karyawan daapt mengerti kemampuan dan prestasi kerjanya.
e. Mendengarkan Komunikasi ke atas
Menurut informan II dalam wawancara 28 September 2010, sebagai
berikut :
” Ya begini, suatu kebijakan kan pasti diberitahukan kepada karyawan, begitu pula karyawan dalam memberikan saran entah itu dalam bentu tulisan atau............ , ya biasanya dalam bentuk tulisan kan tidak mungkin misalnya setiap hari kita selalu menghadap pimpinan, belum tentu kalau pimpinan sedang melaksanakan tugas di luar kota, tetapi saran itu juga dapat diusulkan saat rapat”.
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan IV dalam wawancara
tanggal 4 Oktober 2010, Sarannya ya biasa, kalau ada yang harus ditulis, ada
notulennya dan ada memonya mbak, tetapi biasanya karyawan berkomunikasi
langsung kepada pimpinan apa yang ingin di bicarakan sehingga pimpinan
dapat secara langsung menanggapi saran dan ususlan dari karyawan tersebut”.
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Langsung kepimpinan
kadang tidak berani mbak takut mengganggu pimpinan jika masih sibuk,
maka saya menggunakan kotak saran atau memo, baru pimpinan Kejaksaan
memanggil kita dan membahasnya ke ruangan pimpinan secara langsung”
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan
komunikasi ke atas, perlu adanya sarana melalui tulisan atau memo yang di
berikan kepada pimpinan atau melalui secara langsung mengahadap pimpinan
secara langsung jika pimpinan benar-benar ada waktu, disini peran pimpinan
selalu bersedia mendengarkan usulan maupun saran dari anggota organisasi
tersebut, maka anggota organisasi bersedia melaporkan tugas dan adanya
timbal balik dari pimpinan, dan pimpinan memberikan tanggapan dari semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
laporan yang kita berikan. Sehingga komunikasi tersebut berjalan dengan
baik.
f. Perhatian pada berkinerja tinggi
Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai
berikut ” Setiap setahun sekali kami semua karyawan mengadakan evaluasi
kerja, yang mana diantara karyawan yang mempunyai kinerja dan penilaian
yang tinggi dalam menjalankan tugasnya selama setahun, akan mendapatkan
penghargaan dari Kejaksaan, yang biasanya berupa reword”.
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan V dalam wawancara
tanggal 6 Oktober 2010, sebagai berikut ”Kejaksaan Negeri Klaten sering
mendapatkan reword dari pusat pada tahun 2010, seperti penghargaan
kedisiplinan, penghargaan menangani korupsi, dll.
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam
wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Bagi yang berprestasi
selalu mendapat nilai plus dari pimpinan, pimpinan secara langsung
memberikan penilaian tersebut agar anggota organisasi selalu bermotivasi
dalam bekerja lebih baik”.
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan
komunikasi organisasi untuk menciptakan komunikasi dalam pegawai yang
mempunyai kinerja tinggi dengan cara memberikan perhatian, dapat berupa
penghargaan atau reword kepada semua anggota organisasi, dan pada khusus
pada karyawan yang berprestasi dalam bekerja mendapatkan hadiah maupun
penghargaan yang sebagai mana mestinya, yang dilakukan Kejaksaan Negeri
Klaten, hal itu juga dapat meningkatkan motivasi karyawan lainnya, untuk
lebih bekerja lebih baik lagi, selain itu juga dapat berdampak pada kemajuan
Kejaksaan Negeri Klaten, seperti penghargaan Kejaksaan Negeri Klaten
dalam kedisiplinan, penanganan korupsi juara 4 se-Jawa Tengah, hal ini
merupakan keberhasilan keluarga besar Kejaksaan Negeri Klaten”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
C. Temuan Study yang dikaitkan dengan Kajian Teori
Dalam bab ini, peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan
dilapangan sesuai dengan rumusan permasalahan yang selanjutnya dikaitkan
dengan teori-teori yang ada. Perumusan masalah dalam peneliti ini meliputi : (1)
Bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau
dari dimensi: a. Kepercayaan, b. Pengambilan keputusan, c. Kejujuran, d.
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, d. Mendengarkan dalam komunikasi
keatas, e. Perhatian pada berkinerja tinggi. (2) Bagaimana upaya Kejaksaan
Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi organisasi?. Berikut ini peneliti
menganalisis Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten:
1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
a. Kepercayaan
Menurut Arni Muhammad (2004: 112):
Menyatakan bahwa “ Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan ”. Dari hasil penelitian ini, bahwa kepercayaan yang terjalin antara
atasan dengan bawahan di Kejaksaan Negeri Klaten merupakan hal yang
terjadi antara anggota organisasi. Artinya kepercayaan ini terbentuk karena
peryataan dan tindakan seseorang. Tindakan yang berhubungan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh semua karyawan Kejaksaan Negeri Klaten,
maka akan memberikan perspektif dalam mempersepsi kenyataan pada
karyawan.
Kondisi lingkungan yang demikian ini mendorong terciptanya
komunikasi atau hubungan yang efektif, baik hubungan vertikal ataupun
hubungan horisontal, adanya kecenderungan sikap saling percaya baik antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pimpinan dengan bawahan. Sikap saling percaya antara anggota organisasi
Kejaksaan Negeri Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan
informasi sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan
tugas kewajibannya .
b. Pengambilan keputusan
Menurut Arni Muhammad (2004: 111) bahwa “Para karyawan di
semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka ”.
Pengambilan keputusan menurut Muhyadi (2002: 178) ialah proses
pemilihan yang diantara berbagai alternatif yang tersedia (decion making is a
proses of selecting among available alternatives, atau proses pemikiran dan
tindakan yang menghasilkan pemilihan tingkahlaku (decisition making is the
process of thought and action that result in choice behavior).
Dari penelitian yang dilaksanakan, bahwa peneliti mengambil
kesimpulan berdasarkan struktur organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten,
pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab intern maupun ekstern dalam organisasi, serta
mengawasi pelaksanaan kerja bawahannya, dalam melakukan
kepemimpinannya. Seorang pemimpin di beri kewenangan atau hak untuk
bertindak dan menuntut tindakan oleh karyawan. Kewenangan yang di miliki
seorang pemimpin pada prinsipnya terdiri atas hak untuk mengambil
keputusan dan hak untuk memerintah yang di berikan oleh bawahannya.
Komunikasi antara pimpinan dan bawahan dapat berjalan secara
efektif, apabila pimpinan sesuai kewenangan yang di milikinya melibatkan
atau mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan. Para
bawahanlah yang ahkirnya menjadi pelaksanaan di lapangan, semakin besar
keterlibatannya dalam pembuatan keputusan maka tanggung jawab atas
pelaksanaan di lapangan juga semakin tinggi. Dengan demikian anggota
organisasi dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Kejujuran
Menurut Arni Muhammad (2004: 123) Suasana umum yang diliputi
kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam
organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “ apa yang ada pada pikiran
mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara pada temen sejawat,
bawahan, atau atasan.
Dari penelitian yang dilaksanakan, bahwa peneliti melihat Kejujuran
yang ada di Kejaksaan merupakan kunci utama dalam menjalankan sesuatu,
karena tanpa adanya sifat jujur, maka apa yang kita sampaikan kepada orang
lain tidak dipercaya, dan akan menimbulkan salah paham antara orang yang
satu dengan orang lain, Kejaksaan merupakan instansi pemerintah dan
berbadan hukum, maka semua karyawan dan pimpinan saat dilantik untuk
menjadi pegawai di Kejaksaan telah berjanji dan berkata sesungguh-
sungguhnya, dan selalu berbakti untuk negara. Maka agar bterwujudnya suatu
usaha dalam berkerja tidak lepas dari sikap kejujuran.
d. Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah
Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke bawah
ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya
tinggi kepada personel yang satuan kerjanya lebih rendah. Bentuk komunikasi
ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian atau teguran
kepada bawahan. Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:
• Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi,
mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
Pimpinan mempunyai hak dalam memberikan prosedur kerja,
instruksi karyawannya dalam melaksanakan tugasnya, baik secara formal
maupun informal, semua itu berdasarkan tugas dan seksi-seksi
berdasarkan struktur Organisasi yang ada di Kejaksaan.
• Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Selain memberikan tugas, instruksi dalam pekerjaannya,
pimpinan juga berhak memeberikan teguran kepada pegawainya jika
pekerjaanya tidak maksimal dan kurang terarah untuk di evaluasi dalam
laporannya.
• Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-
kebijaksaan organisasi, insentif.
Tujuan organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten berusaha tercapai
dengan baik seperti yang telah di tetapkan sebelumnya, pimpinan
mengarahkan kepada pegawai Kejaksaan dalam menjalankan tugas
sesuai dengan tujuan organisasi yaitu keadilan yang berhubungan dengan
hukum dan masyarakat.
Suatu organisasi dalam menyampaikan pesan akan menggunakan
segala macam saluran yang tersedia. Pertama–tama saluran perintah dan
tanggung jawab yang resmi. Tetapi di samping itu dapat melalui
hubungan informal di antara anggota organisasi. Selanjutnya segala cara
dan alat untuk mengadakan hubungan di mana mungkin hendaknya di
pergunakan. Dengan demikian pesan yang di kehendaki dapat di capai
tujuannya secara efektif. Dengan demikian komunikasi antara pimpinan
dan bawahan dapat berjalan lancar sehingga dalam pelaksanaan tugasnya
dapat sesuai dengan tujuan organisasi secara lancar. Dengan lancarnya
komunikasi yang berupa informasi bagi pimpinan dan bawahan, maka
akan melancarkan tugas pekerjaan anggota organisasi dalam mencapai
tujuannya.
e. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke atas
ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya
rendah kepada personel yang satuan lebih tinggi. Salah satu bentuk
komunikasi ini adalah laporan kerja. Fungsi komunikasi ke atas di Kejaksaan
digunakan untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
• Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan,
opini, permohonan bantuan, dan keluhan.
Pegawai Kejaksaan dalam menghadapi masalah terhadap
tugasnya, maka pimpinan dengan lapang dada dan hati terbuka siap
memberikan bantuan mencari jalan keluar agar masalah itu bisa
terselesaikan, baik dengan di adakan rapat bersama maupun secara
langsung menghadap pimpinan di ruang pimpinan.
• Memperoleh informasi yang berasal dari bawahan mengenai kegiatan
dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Semua kasus atau tugas yang telah di selesaikan, sebaiknya
segera dilaporkan oleh pimpinan, agar segera di tanggapi oleh pimpinan
kejaksaan. informasi yang ada biasanya berhubungan dengan kasus
hukum yang di selesaikan.
Peran seorang pimpinan Kejaksaan bersedia mendengarkan
masukan dari anggota organisasinya baik berupa saran, kritik maupun
keluhan karyawannya dalam menjalankan tugasnya. Sehingga adanya
komunikasi yang timbal balik antara karyawan dengan atasannya.
f. Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sondang P. Siagian
(2002: 38) bahwa “ Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat di
capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian kinerja
menyangkut beberapa hal, antara lain :
1. Merupakan hasil kerja, hasil kerja karyawan merupakan titik
keberhasilan tujuan kinerja organisasi di kejaksaan dalam menjalankan
tugasnya, maka setiap pekerjaan perlunya mengevaluasi pekerjaan
tersebut agas hasilnya berjalan baik atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
2. Sesuai wewenang dan tanggung jawab, semua karyawan di kejaksaan
dalam menjalankan tugasnya, semua tugas tersebut dapat di pertanggung
jawabkan kepada pimpinan.
3. Dalam rangka mencapai tujuan, dengan adanya penempatan tugas kerja
setiap pegawai kejaksaan berdasarkan rtruktur organisasinya, semua itu
di sesuaikan dengan kemampuan maka akan membantu meningkatkan
kinerja karyawan sehingga dapat mencapai tujuan kejaksaan tersebut.
4. Pelaksanaan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral
maupun etika, Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang
berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan. maka semua pihak
yang bekerja di Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya harus sesuai
moral dan etika sehingga tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku.
5. Informasi kinerja anggota organisasi, sangat di perlukan pimpinan di
setiap tingkatan organisasi sebagai dasar perencanaan dan pengembangan
sehingga organisasi dapat beroperasi secara efisien dan efektif. Lembaga
Kejaksaan termasuk Kejaksaan Negeri Klaten, di tuntut eksistensi dan
kinerjanya untuk mampu selalu beriringan dan seirama dengan
perjuangan bangsa mencapai tujuan nasional.
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam Mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
Upaya yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim
Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut :
a. Kepercayaan
Dalam menjalankan tugas dalam suatu organisasi, perlu adanya
pemberian tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masing-masing karyawan
seperti pendapat Suyati Prawirosentono (1999:9) ”bahwa demikiaan pula
disetiap unit kerja harus diberitahu secara jelas tugas yang harus dilaksanakan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Dengan adanya kejelasan tugas yang tanggung jawab sesuai dengan bidang
pekerjaannya. Dengan demikin efektifitas kerja dapat terwujud dalam
pelaksanaan tugas itu dilakukan dari pimpinan kepada anggota organisasi dan
sebaliknya.
Hubungan secara vertikal dalam tingkat kepercayaan dapat terjadi di
Kejaksaan Negeri Klaten, dari atasan kepada bawahan, pimpinan memberikan
dalam memberikan pekerjaan harus di dasar atas kepercayaan jika tidak adanya
kepercayaan tersebut maka pimpinan juga tidak percaya memberikan pekerjaan
itu untuk dilaksanakan, maka perlunya timbal balik antara bawahan kepada
atasan secara vertikal, bahwa bawahan yang di berikan kepercayaan tersebut
dalam melakukan pekerjaan tersebut perlu dapat dipertanggung jawabkan
dengan cara menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Selain itu perlu adanya komunikasi antara bawahan kepada bawahan
secara horisontal, dalam suatu organisasi ini perlu adanya komunikasi agar
pekerjaan yang akan dikerjakan dapat berjalan sesuai dengan baik, dalam
mempertahankan suatu kelompok atau tim berfungsi mempertahankan
pekerjaan yang mereka hadapi dan berorientasi tugas sesuai pendekatan
sistematis dalam pemecahan masalah. Karena dalam setiap kemampuan
seseorang berbeda, sehingga perlu diadakan anggota organisasi agar pekerjaan
itu dapat di selesaikan dengan cepat dan baik, melalui tim tersebut.
b. Pembuatan Keputusan
Rapat Paripurna dilaksanakan oleh seluruh pegawai yang dipimpin oleh
Kepala Kejaksaan Negeri Klaten, Dalam kegiatan rapat paripurna yang
biasanya diselenggarakan dalam menerima usulan-usulan, ide gagasan dan
pendapat pegawai dalam kemajuan kejaksaan agar lebih baik yang dilakukan
secara musyawarah mufakat, seperti:
a. Ketentuan jam kerja, sehingga jam kerja di kejaksaan 5 hari kerja hari
senin-jum’at, masuk pagi pukul 07.00 dan istirahat pukul 12-13.00
kemudian pulang pukul 16.30, hal ini di sepakati bersama antara pimpinan
dan semua karyawan yang ada di kejaksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Ketentuan Dinas, apabila terdapat LIT (penyelidikan) sebelum di
tingkatkan menjadi DIK ( penyidik) dalam suatu perkara tersebut
dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada, maka perlu di musyawarahkan
bersama antara jaksa maupun pegawai tata usaha yang berhubungan,
misalnya: Masalah pribadi, jika ada suatu masalah yang menimpa salah
satu dari karyawan Kejaksaan, maka pimpinan berhak dalam mengambil
sikap untuk menentukan jalan keluar permasalahan tersebut, sehingga
permasalahn yang ada bisa di selesaikan secara kekeluargaan atau melalui
hukum yang berlaku.
Selain itu pembuatan keputusan dapat terjadi dalam suatu permasalahan
yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, seperti masalah pribadi, jika ada suatu
masalah yang menimpa salah satu dari karyawan Kejaksaan Negeri Klaten,
maka maka pimpinan berhak dalam mengambil sikap untuk menentukan jalan
keluar permasalan tersebut. Sehingga permasalahan yang ada bisa di selesaikan
secara musyawarah atau di beri hukum yang berlaku. Selain itu dapat pula
terjadi pembuatan keputusan dalam suatu permasalahan yang ada di Kejaksaan
Negeri Klaten, melalui keputusan bersama secara musyawarah atau mufakat
agar terjalin kerja sama yang baik antar anggota organisasi tersebut. Pembuatan
keputusan dilakukan setiap bulan sekali untuk membahas masalah yang benar-
benar perlu dipecahkan atau masalah belum diperoleh jalan keluarnya maka
memerlukan masukan dari anggota organisasi, sehingga diperoleh jalan keluar.
c. Kejujuran
Meningkatkan SDM baik dalam kepribadian, dan kejujuran itu saat
perlu demi kemajuan semua staf dan karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten,
semua itu tidak lepas dari peran serta oleh pimpinan Kejaksaan yang selalu
mewujudkan visi dan misi Kejaksaan selalu terwujud, dan semua karyawannya
dapat jujur dalam menjalankan tugasnya, usaha yang dilakukan Kejaksaan
Negeri Klaten dengan selalu mengadakan siraman rohari yang di ikut sertakan
semua anggota orgabnisasi dan semua staf karyawan yang dilakukan setiap
sebulan sekali, demi meningkatkan ketagwaan dan menumbuhkan kejujuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
semua anggota organisasi, hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas atau
pekerjaannya, jika tagwa dan kejujuran seseorang itu baik maka dalam
menjalankan tugasnya pun akan baik pula, tidak merugikan diri sendiri dan
orang lain tidak adanya kecurangan. Perlu adanya peningkatan SDM ini
bertujuan semua anggota karyawan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten bisa
berjalan dengan baik sesuai struktur kerjanya. Hal tersebut juga dapat
meningkatkan penilaian kerja karyawannya dengan baik atau buruknya dalam
bekerja.
d. Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah
Penilaian kerja dilakukan untuk mengatasi masalah dari laporan, saran
dan gagasan karyawan selama karyawan dalam menjalankan tugasnya,
sehingga pimpinan dapat menilai dan memperbaiki jika pekerjaan itu kurang
maksimal atas dasar pimpinan. Hal tersebut sesuai dapat dikemukakan oleh
Marihot Tua Efendi Hariadja (2007:197) bahwa” penilaian unjuk kerja tidak
sekedar menilai, yaitu mencari pada aspek pegawai kurang atau lebih, tetapi
lebih luas lagi, yaitu membantu pegawai untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh organisasi.
Dari semua tugas yang diberikan oleh pimpinan Kejaksaan Negeri
Klaten, yang harus dikerjakan semua anggota organisasi. Dari hasil pekerjaan
tersebut maka karyawan wajib menjalankan dengan baik sehingga hasil yang di
dapat pun dapat memuaskan dengan hasil yang maksimal. Tujuan Pimpinan
yang di berikan kepada karyawan biasanya secara langsung bertujuan pimpinan
tersebut dapat mengetahui karyawan dalam menjalankan tugasnya. Berbeda
dengan tugas itu diberikan secara tertulis. Upaya tersebut berusaha agar tidak
terjadi salah paham anata karyawan terhadap pimpinan dari pemberiana tugas
tersebut.
e. Mendengarkan Komunikasi ke atas
Dalam komunikasi organisasi ke atas di Kejaksaan Negeri Klaten perlu
adanya peran dari pimpinan Kejaksaan, pimpinan bersedia menerima semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
keluhan saran dari anggota organisasi, melalui media kotak saran yang di
sediakan oleh pimpinan jika secara langsung bawahan bisa langsung
memberikan ide, saran kepada pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten secara
langsung dan saat pimpinan bersedia dan ada waktu mendengarkan keluhan
bawahananya tersebut, tapi seperti biasanya kalau pimpinan benar-benar ada
waktu selalu bersedia mendengarkan keluhan semua anggota organisasinya.
Selain itu keluhan itu dapat dilakukan saat rapat berlangsung, sehingga adanya
timbal balik dari pimpinan terhadap keluhan, saran maupun ide yang diajukan
karyawan.
f. Perhatian pada berkinerja tinggi
Pemberian penghargaan atau reword yang diberikan oleh pimpinan
Kejaksaan Negeri Klaten kepada anggota organisasi dalam bekerja agar
tercapai pekerjaan yang kedepannya lebih baik, dan dapat menjadi motivasi
karyawan lain, agar lebih bekerja. Dalam menjalankan komunikasi organisasi
semacam ini dapat meningkatkan kinerja karyawan dapat tercapainya kinerja
di Kejaksaan Negeri Klaten. Hal ini dilakukan pimpinan agar semua kinerja
karyawan dapat bekerja dengan baik dan mendapatkan prestasi kerjanya pun
baik, semua itu juga perlu adanya peran, perhatian dan dorongan dari
pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten untuk semua anggota organisasi dalam
menjalankan tugasnya. Selain itu penilaian yang diberikan pimpinan berupa
penilaian kedisiplinan, ataupun pekerjaannya setiap harinya sedangkan
evaluasinya dilakukan setiap setahun sekali. Penilaian setiap hari bersifat
terbuka, sehingga semua anggota organisasi mengetahui kinerjanya sendiri
sehingga hal itu dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja
karyawannya.
Kejaksaan Negeri Klaten sering mendapatkan reword dari pemerintah
atas penghargaan dari keberhasilan yang di lakukan Kejaksaan seperti: gaan
penghargaan kedisiplinan dan pengahargaan penanganan korupsi, beberapa
penghargaan ini dapat meningkatkan kemajuan Kejaksaan Negeri Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
kedepannya. Semua ini tidak lepas dari semua anggota organisasi dan staf
karyawan serta peran serta dari Kejaksaan Negeri Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Setelah peneliti melaksanakan penelitian di Kejaksaan Negeri Klaten
dan temuan didukung dengan analisis yang cukup, serta berdasarkan kajian
teori yang ada maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
a. Kepercayaan
Kepercayaan yang dibangun antara anggota organisasi
mengarah pada komunikasi yang terbuka sehingga mempermudah
adanya persetujuan yang diperlukan antara atasan dan bawahan.
Sikap saling percaya antara anggota organisasi Kejaksaan Negeri
Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan informasi
sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan
tugas kewajibannya. Selama bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten,
tanpa adanya sikap saling terbuka maka pekerjaan yang terjalin tidak
dapat berjalan dengan maksimal seperti tujuan yang telah ditetapkan
sebulumnya.
b. Pengambilan keputusan
Semua karyawan di semua tingkatan dalam organisasi diajak
berkomunikasi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
relevan dengan kedudukan mereka. Rapat yang dilaksanakan itu
bertujuan untuk mengambil suatu permasalhan yang terjadi sehingga
mendapatkan suatu keputusan bersama, serta semua karyawan
menjadi pelaksanaan tugas tersebut berdasarkan struktur kerja.
Dengan demikian anggota organisasi dapat mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
c. Kejujuran
Hubungan-hubungan yang ada dari seluruh dalam semua
tingkatan organisasi yang ada diwarnai keterusterangan dan
kejujuran, maka tanpa adanya sifat jujur, apa yang kita sampaikan
kepada orang lain tidak dipercaya, dan akan menimbulkan salah
paham antara orang yang satu dengan orang lain.
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Komunikasi dari atasan kepada bawahannya dapat berjalan
dengan lancar sehingga dapat mencegah adanya kesalah pahaman
karena kurangnya informasi. Dengan demikian instruksi kerja
maupun pujian atau teguran kepada bawahan berlangsung secara
efektif, hal tersebut perlu adanya keterbukaan agar informasi tersebut
dapat diterima bawahan dengan maksimal dan bawahan pun dapat
mengerti dan memahami apa yang harus mereka kerjakan dari
informasi pimpinan tersebut.
e. Mendengarkan dalam Komunikasi keatas
Semua pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan
yang berupa saran atau pertanyaan dapat berjalan dengan lancar.
Sehingga dapat meningkatkan sikap karyawan maupun
penyempurnaan moralnya. Pimpinan di sini siap memberikan dan
membantu mengatasi masalah pekerjaan dan memperkuat anggota
organisasi tersebut, selain itu komunikasi organisasi di Kejaksaan
juga dapat menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi
dengan memberikan kesempatan kepada pegawai dalam suatu
permasalah yang ada.
f. Perhatian pada kinerja tinggi
Baik pimpinan maupun bawahan di lingkungan Kejaksaan
Negeri Klaten secara bersama-sama memiliki perhatian tinggi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
mewujudkan tujuan organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing. Bagi anggota organisasi yang
mempunyai penilaian dan prestasi kerja yang baik demi kemajuan
Kejaksaan Negeri Klaten dalam menjalankan tugas pekerjaannya,
maka mendapatkan penghargaan. Setiap hari pimpinan selalu
menilai kinerja pekerjaan karyawannya tetapi juga diadakan evaluasi
penilaian kinerja anggota organisasi Kejaksaan Negeri Klaten setiap
setahun sekali.
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
a. Kepercayaan
Dalam menjalankan tugas dalam suatu organisasi, perlu
adanya pemberian tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masing-
masing karyawan. Dengan adanya kejelasan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dengan demikian
efektifitas kerja dapat terwujud. Sehingga sikap terbuka yang terjadi
antara atasan kepada bawahan dalam menjalankan tugas dapat terjadi
dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengambilan keputusan
Rapat paripurna dilaksanakan oleh seluruh pegawai yang
dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri Klaten, Dalam kegiatan
rapat paripurna yang biasanya diselenggarakan dalam menerima
usulan-usulan, ide gagasan dan pendapat pegawai dalam kemajuan
Kejaksaan agar lebih baik. Dalam rapat ini dilaksanakan setiap
sebulan sekali untuk membahas kemajuan kedepan Kejaksaan
Negeri Klaten, permasalahan ini bisa terjadi dari atasan tetapi juga
dapat terjadi tetapi juga dapat terjadi masalah yang ada dalam
anggota organisasi dari segi karyawannya. Maka di sini bersama-
sama mencari keputusan secara musyawarah atau mufakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
c. Kejujuran
Meningkatkan SDM baik dalam kepribadian, kejujuran itu
sangat perlu demi kemajuan semua staf dan karyawan di Kejaksaan
Negeri Klaten. Hal tersebut bertujuan agar visi dan misi Kejaksaan
Negeri Klaten tersebut dapat berjalan dengan baik. Upaya yang
dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten agar meningkatkan sikap
kejujuran dan ketaqwaan dengan cara mengadakan siraman rohani,
hal ini bertujuan untuk selalu memberikan suasana yang baru dan
menambahkan ketaqwaan terhadap sikap kejujurannya.
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Komunikasi organisasi Kejaksaan Negeri Klaten secara ke
bawah dilakukan pimpinan memberikan laporan, saran dan gagasan
kepada karyawan selama karyawan dalam menjalankan tugasnya,
sehingga pimpinan dapat menilai dan memperbaiki jika pekerjaan itu
kurang maksimal atas dasar keputusan dari pimpinan. Penilaian
unjuk kerja tidak sekedar menilai, yaitu mencari pada aspek
kepegawaian kurang atau lebih, tetapi lebih luas lagi, yaitu
membantu pegawai untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
organisasi.
e. Mendengarkan Komunikasi Ke Atas
Semua pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan dalam
menjalankan tugas sering terjadi permasalahan sehingga pimpinan
siap mendengarkan keluhan dari bawahan tersebut, maka yang
dilakukan pimpinan dengan mengadakan kotak saran dan ide secara
tidak langsung diberikan kepada pimpinan tetapi komunikasi itu
dapat terjadi secara langsung, bawahan melaporkan semua keluahan
kepada pimpinan di ruangannya pimpinan, agar mendapat jalan
keluar. Upaya tersebut bertujuan agar pelaksanaan anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
organisasi dapat berkomunikasi dengan maksimal dan memecahkan
semua masalah yang di hadapi.
f. Perhatian pada kinerja tinggi
Pemberian reword atau penghargaan yang diberikan oleh
pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten dapat bekerja kedepannya lebih
baik, dan dapat menjadi motivasi karyawan lain, agar lebih bekerja.
Dalam menjalankan komunikasi organisasi semacam ini dapat
meningkatkan kinerja karyawan dapat tercapai tujuan yang ada di
Kejaksaan Negeri Klaten. Dengan adanya penilaian dan penghargaan
ini dilaksanakan, maka pimpinan dapat mengetahui kemampuan
semua anggota organisasi dalam menjalankan pekerjaannnya, hasil
evaluasi atau penilaian prestasi dilakukan setiap tahun sekali.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan dari kesimpulan diatas didukung adanya peristiwa yang
dikemukakan oleh peneliti selama melakukan penelitian di Kejaksaan Negeri
Klaten , dapat dikemukakan bahwa implikasi yang timbul adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa pelaksanaan komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
dilakukan secara vertikal dan horizontal oleh pimpinan dan bawahan
sudah berjalan dengan baik. Kesadaran akan pentingnya komunikasi
antara ke dua pihak, baik pimpinan dan karyawan dapat dilihat dari setiap
kegiatan yang mereka lakukan, seperti itu juga dilandasi dengan adanya
rasa saling percaya, kejujuran dan kinerja tinggi antara kedua belah
pihak. Kesadaran untuk melaksanakan komunikasi organisasi dapat
peningkatkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, iklim komunikasi
organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten dan kesadaran akan pentingnya
proses komunikasi yang harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
menggambarkan iklim komunikasi fisik yang menyatakan cara orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
bereaksi terhadap aspek-aspek organisasi dalam menciptakan suatu iklim
organisasi, tetapi ada yang menyatakan, iklim organisasi dan komunikasi
sebagai gabungan beberapa persepsi yang berfungsi sebagai tujuan
evaluasi secara keseluruhan.
3. Dengan adanya upaya pimpinan dalam mengelola iklim komunikasi
organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten dapat membantu kelancaran
proses komunikasi organisasi sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja
karyawan lebih baik.
C. SARAN
Agar Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten lebih
baik dan untuk mencapai produktivitas kerja karyawan dapat berjalan dengan
lancar maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten
a. Ada baiknya jika pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten lebih terbuka
terhadap pegawainya, dan selalu berkomunikasi kepada bawahannya
agar iklim komunikasi di Kejaksaan lebih maksimal.
b. Pimpinan meningkatkan komunikasi organisasi dengan
karyawannya, baik dalam pembuatan keputusan atau struktur kerja
organisasi yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, dengan cara
sebaiknya karyawan mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari
pimpinan demi meningkatkan produktivitas kerja.
c. Hendaknya pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten memupuk
kepercayaan para karyawan, karena hal itu juga akan menimbulkan
loyalitas karyawan terhadap pekerjaannya.
2. Kepada Karyawan Kejaksaan Negeri Klaten
a. Ada baiknya jika karyawan tetap mempertahankan kondisi kerja
yang baik dan penuh dengan kekeluargaan dan saling terbuka
sehingga hubungan antara atasan dan bawahan tetap berjalan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
b. Lebih mengkatkan dalam komunikasi ke atas, dalam melaksanakan
tugas, demi tercapainya produktivitas kerja yang optimal baik dari
segi kualitas dan kuantitas.
3. Kepada peneliti selanjutnya
Walaupun penelitian ini sudah dilakukan secara optimal, tetapi
tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kekurangan karena
pengumpulan data hanya menggunakan wawancara, dokumen dan
observasi. Penelitian ulang dapat dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian dan pengambilan data yang berbeda sehingga dapat
diharapkan memperoleh hasil yang lebih baik.