Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Isi Film HANA
Hasil Penelitian
Oleh :
Husni M. Tokomadoran
NIM : 0130304026
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2020
ABSTRAK
Nama : Husni M. Tokomadoran
Nim : 0130304026
JudulSkripsi : “Analisis Isi Film Hana”
Latar Belakan Masalah: Dunia film di Indonesia sekarang Ini banyak sekali
mengalami kemajuan dan perkembangan dengan banyaknya film baru yang hampir
setiap sebulan sekali ditayangkan di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Hal tersebut
didukung dengan berkembangnya teknologi yang sekarang ini dapat memudahkan
manusia untuk mencurahkan hasil karya mereka dalam dunia hiburan sekarang ini.
Rumusan Masalah: Penenlitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam
tentang: (1) Bagaimana proses eksekusi ide menjadi film dan (2) Makna apa saja
yang terkandung pada film Hana. Tujuan: Film hadir ke tengah kehidupan
masyarakat sebagai suatu hasil produksi yang melibatkan banyak tenaga, modal dan
peralatan. Tenaga yang diperlukan membutuhkan kualifikasi tertentu. Pada tingkat
tertentu tenaga-tenaga yang terlibat dalam produksi film harus merupakan tenaga
yang professional. Sebagai suatu hasil produksi, film sebagaimana juga hasil produksi
lainya dituntut untuk memuaskan masyarakat.
Metode Penelitian: Metode yang digunakan pada dalam penelitian ini, adalah
menganalisis Film Hana dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan
kepustakaan. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Ide film Hana lahir
dari cerita masa lalu dua kelompok kecil yang saling tolong menolong pasca konflik
SARA tahun 1999. Langkah perdamaian itu dibangun dengan cara penyelamatan aset
berharga milik kedua kelompok yang bertikai kala itu. Cerita penyelamatan aset
rumah milik kedua kelompok tersebut menjadi tolak ukur langkah perdamaian yang
dibangun ditengah panasnya konflik. (2) Makna yang ditampilkan dalam film ini
adalah perdamaian, dilihat dari beberapa symbol yang digambarkan lewat visual film
Hana. Pesan kedekatan emosional yang dibangun dengan pertemuan kedua subjek
dan lokasi pertemuan yang membatasi segregasi pemukiman berdasarkan agama.
Kata Kunci: Film, Konflik, Perdamaian
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Rasullulah SAW beserta keluarga dan para sahabat hingga sampai akhir zaman.
Amin.
Penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
akademik guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
(Uswah) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon dengan judul: “Analisis Isi
Film Hana. ”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini bukan merupakan akhir
dari suatu perjalanan, melainkan permulaan dari perjalanan yang masih panjang.
. Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
1. Bapak Dr. Hasbollah Toisuta, M. Ag, sebagai Rektor dan seluruh Civitas
Akademika IAIN Ambon.
2. Bapak Dr Ye Husen, sebagai Dekan beserta para Wakil Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon dan seluruh civitas akademika
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Ambon.
3. Bapak Drs. Mahdi Malawat, M. Fil. I, sebagai Ketua Jurusan Jurnalistik
Islam.
iii
4. Ibu. Andi Fitriani M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Jurnalistik Islam,
sekaligus Pembimbing I yang setia menamani hingga tahap akhir
penyelesaian skripsi.
5. Bapak Ajuan Tuhuteru, M.I. Kom, sebagai pembimbing II yang dengan
sabar membimbing hingga skripsi ini terselesaikan.
6. Bapak Dr. Arman Man Arfa, selaku Penguji I dan Bapak Pityanto
Manuputty, S.Sos I, selaku Penguji II
7. Teristimewa kepada kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Baihaki Kella
dan Ibunda Rohani Kella, yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang
dan memberikan dukungan lewat doa dan mensport penulis dari
Pendidikan Dasar sampai Perguruan Tinggi. Serta kakak dan adiku tercinta
Mukadar Tokomadoran, S.Pi, Budi Rahman Tokomadoran, Faisal Anwar
Kella, Ade Irwan Kella, Nazilla Kella, yang selalu memberikan doa dan
motivasi kepada penulis dalam proses menyelesaikan studi.
8. Saudara-saudaraku Kaka Sumiati Kella, Ka Saba, Ka Nur, Ka Wati,
Zulkaranin, Astuti, Nurasia Rumain, Fatma Kelrey, Marni Jamaludin,
Zulkifli, Ary, yang selalu memberi dukungan dan doa kepada penulis.
9. Abang-abangku, Abg Jus, Abg Dino, Abg Fai, Abg Zak, Abg Yusran, Abg
Dula, Abg Sarif, Abg Usman Bugis, Caca Wan, Caca Wia. Caca Ima
Lessy dll.
10. Special Kepada Abang Rifky Husain dan Piet Manuputty, atas didikasi
dan waktu emas yang dipersembahkan untuk mengajari berbagai proses
produksi film.
iv
11. Sahabat-sahabatku Ma’ruf, Ichal, Haldun’ Zainal, Abdullah, Saleha,
Usmiati, Ica, Baya, Isna, Dila.
12. Teman –teman terbaik Fachrurrozhi, S.Sos, Salidin Wally, MH, Saiful
Alam Patty, SH.
13. Teman-teman angkatan 2007 SD N 2 Kian Darat, 2010 SMP PGRI Kilga
dan 2013 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Geser.
14. Teman-Teman Angkatan 2013 Jurusan Jurnalistik, Lan, Oji, Ucu, Arul,
Iphul, Narko, Cithos, Ais, Ayu, Mila, Fitri, Buce, dan teman-teman yang
lainnya, yang selalu berada dalam kebersamaan ketika menimba ilmu
dibangku kuliah untuk meraih masa depan yang akan datang.
15. LPM Lintas IAIN Ambon, Kadal Adventure Club Ambon, BaileoDOC,
Obscura Alhazen, Beta Film, Lembaga NANAKU Maluku, IKAESU
Maluku, Walang Baca RUMUS yang sudah memberi ruang kepada saya
untuk berproses.
16. Semua pihak yang membantu kelancaran proses ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan Skripsi ini
agar dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian
berikutnya.
Ambon, 30 Juni 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………...
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………
PENGESAHAN SKRIPSI………..…..……………………….................
KATA PENGANTAR……………………………………………………
TRANSLITERASE……………………………………………………….
ABSTRAK………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
I
ii
iii
v
vii
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………………1
B. Rumusan masalah……………………………………………...6
C. Batasan masalah……………………………………………….7
D. Tujuan Penelitian……………………………………………....7
E. Manfaat Penelitian………………………………………..........7
F. Definisi operasional……………………………………………8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu…………………………………………..10
B. Analisis Isi Kualitatif………………………………………….11
C. Analisis Semiotik Film………………………………………...12
D. Tinjauan umum film…………………………………………...14
1. Devinisi Film……………………………………………....14
2. Sejarah Film………………………………………………..16
vi
3. Jenis-Jenis Film…………………………………………..17
a) Film Dokumenter…………………………………….18
b) Film Fiksi…………………………………………….18
c) Film Eksperimental………………………………......19
4. Klasifikasi Film………………………………………......21
5. Sinematorgafi…………………………………………….22
6. Film Sebagai Media dakwah…………………………….24
7. Hubungan Film Dengan kebudayaan……………………25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe dan Jenis Penelitian…………………………………….30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………...30
1. Lokasi Penelitian………………………………………...30
2. Waktu Penelitian…………………………………….......30
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………….30
D. Teknik Analisis Data………………………………………..32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Film Hana………………………………….33
B. Profil Sutradara……………………………………………..39
C. Analisis Semiotika Dalam Film Hana……………………....42
1. Definisi Semiotika…………………………………….. 42
2. Hubungan Antara Semiotika dan Film……………….....44
vii
D. Analisis Semiotika Pada Poster Film Hana………………...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………….56
B. Saran………………………………………………………..….57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia film di Indonesia sekarang Ini banyak sekali mengalami kemajuan
dan perkembangan dengan banyaknya film baru yang hampir setiap sebulan sekali
ditayangkan di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Hal tersebut didukung dengan
berkembangnya teknologi yang sekarang ini dapat memudahkan manusia untuk
mencurahkan hasil karya mereka dalam dunia hiburan sekarang ini.
Film sendiri pertama kali diciptakan pada tahun 1805 oleh Lumiere
Brothers. Kemudian pada tahun 1899 George Melies mulai menampilkan film
dengan gaya editing yang berjudul Trip To The Moon. Pada tahun 1902, Edwin
Peter membuat film yang berjudul Life Of In American Fireman.1
Di Indonesia sendiri, film mencapai kejayaannya pada era 70-an sampai
80-an atau tepatnya sebelum masuknya broadcast-broadcast TV padatahun 1988
(RCTI). Masyarakat sangat apresiatif dalam menanggapi film-film yang ada di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan bobot dari film tersebut yang memang dapat
memenuhi kebutuhan psikologi dan spiritual dari masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, bioskop pertama kali muncul di Batavia (Jakarta), tepatnya
di Tanah Abang Kebonjae, pada 5 Desember 1900. Namun, kehadiran bioskop ini
1https://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html,
diaksespada 20-08-2018
2
tidak dapat dikatakan sebagai tonggak awal sejarah film Indonesia. Alasannya,
film-filmnya saat itu masih impor dari luar negeri. Film cerita pertama yang
diproduksi di Indonesia, tepatnya di Bandung padatahun 1926. Film ini berjudul
Loetoeng Kasaroeng. Film ini bisa dikatakan sebagai acuan tonggak sejarah
perfilman Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua
pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk
tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon
(cerita) gambar hidup.2
Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian
dari produksi ekonomi suatu masyarakat dunia mesti dipandang dalam
hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi
(communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh
para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and
receive messages).
Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang
berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar
= citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya.3
2https://kbbi.web.id/film,diaksespada 20-08-2018,
3https://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html,
diakses pada 20.08.2018
3
Film pendek merupakan film yang durasinya singkat, tetapi dengan waktu
singkat tersebut para pembuat film mestinya bisa lebih selektif mengungkapkan
materi yang ditampilkan.
Film secara umum dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif
dan unsur sinematik. Dua unsure tersebut saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membetuk sebuah film. Masing-masing
unsur tersebut tidak akan membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa
dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sedangkan
unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film fiksi, unsure
naratif adalah motor penggerak sebuah cerita, sementara unsur sinematik
merupakan aspek teknik pembentuk film.4
Film fiksi merupakan salah satu jenis film yang pendek yang terikatoleh
plot. Dari sisi cerita film fiksi sering menggunakan cerita rekaan diluar kejadian
nyata, serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Film
fiksi berada ditengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memiliki tendensi
kesalah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik.5
Indonesia hari ini adalah negara multikultural yang sangat rentan dengan
konflik horizontal. Koran dan televisi berlomba memberitakan kerusuhan antar
etnis, antar sekte-sekte agama hingga pembakaran mesjid dan penggusuran gereja
di beberapa tempat di Nusantara.
4HimawanPratista, Memahami film. Montase Press, Yogyakarta. 2017.Hal.23.
5HimawanPratista, Memahami film.Montase Press, Yogyakarta Hal.31
4
Masyarakat Maluku adalah masyarakat yang majemuk. Istilah masyarakat
majemuk sering digunakan untuk menyebut masyarakat multisuku dan multi-
agama di negara-negara sedang berkembang.6
Masyarakat Maluku pernah menjadi contoh bagi masyarakat multikultural
di Indonesia, bahkan di dunia. Melalui budaya pela gandong, heterogenitas
budaya, khususnya agama, masyarakat hidup dengan damai. Masyarakat Maluku
pada waktu itu benar-benar menjadi masyarakat yang multikultural, yaitu
kondisi masyarakat yang memberi apresiasi terhadap perbedaan-perbedaan
kultural, ras, dan etnis.
Proses perdamaian di Ambon menurut Gerry Van Klinken mengutip
istilah seorang peneliti dari Australian National University menyebut
“Rekonsiliasi Tanpa Kebenaran” untuk menerangkan suasana sehabis beberapa
peristiwa kekerasan komunal yang terjadi di Indonesia setelah reformasi,
termasuk kekerasan komunal di Ambon dan sekitarnya, Maluku Utara, Poso, serta
kekerasan anti Madura di Kalimantan.7
Faktanya, hingga kini konflik Ambon masih menyisahkan banyak warisan
konflik. Dua yang paling dominan di antaranya adalah segregasi pemukiman dan
trauma konflik. Segregasi memetakan masyarakat berdasarkan agamanya: Islam
tinggal di wilayah Islam, begitupun Kristen tinggal di wilayah Kristen. Proses
interaksi antar dua komunitas yang pernah bertikai hanya terjadi di ruang publik.
6 Subair dkk, Segregasi Pemukiman Berdasar Agama. Grha Guru, Yogyakarta. 2008.
7Gerry Van Klinken, Carita Orang Basudara. Penerbit Lembaga Antar Iman Maluku.
Ambon.2014. Hal.1
5
Hana merupakan salah satu film pendek yang bercerita tentang proses
perdamaian setelah konflik Ambon tahun 1999. Bagi sebagian kalangan
merupakan isu usang yang tak relevan dengan konteks Indonesia hari ini.
Sebagian mengangapnya sebagai masa lalu yang tak perlu dibicarakan karena
dapat memantik konflik baru dimasyarakat.
Mumtahana (Hana) seorang perempuan muda yang baru saja menikah,
diberikan wasiatoleh sang ayah untuk mengembalikan kunci rumah kepada
tetangga mereka yang terpisah ketika konflik SARA terjadi di Kota Ambon. Hana
yang tidak mengenal keluarga tetangga itu memutuskan berangkat dan mencari
mereka. Film Hana sendiri secara teknis sangat kuat makna, karena setiap detail
shoot sangat memperlihatkan ekspresi pemeran maupun bagian-bagian gambar
yang mewakili narasi film. Beberapa bagian artistic sangat menjelaskan makna
dalam film Hana itu sendiri.
Bercerita tentang proses perdamaian di Maluku, film hana memotret soal
penyelamatan aset rumah agar selamat dari pengrusakan dan pembakaran oleh
kelompok mayoritas pacsa konflik. Hal itu terjadi di beberapa tempat di Kota
Ambon, sebagian kalangan muslim yang tinggal di wilayah yang mayoritasnya
beragama kristen, untuk menyelamatkan aset rumah agar tidak dirusaki kelompok
mayoritas, mereka memberikan kunci rumah tersebut kepada tetangganya yang
beragama Kristen untuk di jaga. Beberapa kasus yang serupa, selain menyerahkan
kunci, aset rumah milik kalangan muslim tersebut sengaja di pasang symbol salib
agar lolos dari kerusakan warga setempat.
6
Dari catatan sutradara, begitu banyak kisah orang-orang yang
terselamatkan ditengah kecamuk konflik karena bantuan tetangganya.Cerita
konflik adalah cerita tentang kehilangan rumah bahkan sanak saudara. Namun,
dibaliknarasi besar tentang rusuh dan bunuh saat konflik, banyak kisah minor
tentang dua keluargakecil yang saling tolong-menolong dan menjadi agen
perdamaian bagi orang terdekat mereka.Kisah yang ingin ditampilkan dalam film
ini adalah bagian dari saya, juga bagian darimereka yang menjadi saksi hidup
bagaimana konflik tak secara utuh menghancurkan memorikolektif tentang
indahnya hidup bersaudara.
Langkah penyelamatan aset rumah yang melibatkan dua keluarga yang
bertikai pasca konflik itu, sangat memiliki pesan perdamaian yang sangat dalam,
meski saat itu kedua kelompok tersebut berada dalam situasi pertikaian (konflik).
Langkah penyelamatan aset rumah itu menjadi cerita perdamaian yang sangat
penting dalam film ini, karena mengandung makna yang paling dalam.
Proses penyelesaian pasca konflik pun hanya mengedepankan
pembangunan sektor Infrastruktur yang hancur saat konflik dan tidak dibarengi
dengan proses penyembuhan trauma masyarakat. Akibatnya, seperti bom waktu,
konflik akan tercipta di kemudian hari.
Referensi film Hana sendiri berkiblat pada salah satu film pendek yang
berjudul Incendies (2010) yang disutradarai oleh Denis Villeneuve. Menceritakan
tentang Nawal, seorang wanita Timur Tengah wanita yang tengah sekarat dan
tinggal di Montreal, meninggalkan dua buah surat terpisah kepada anak
7
kembarnya untuk dibaca setelahdia meninggal. Jeanne diminta untuk memberikan
surat itu kepada ayah yang tak ia ketahui, dan Simon diminta untuk memberikan
surat itu kepada saudara yang tak ia kenali.
Kedua bersaudara ini melakukan perjalanan ke Timur Tengah secara
terpisah, di mana mereka masing-masing mengalami tindakan kejam dalam
mengungkapkan riwayat keluarga yangmengejutkan serta memiliki keterkaitan
dengan diri mereka sendiri.
Dalam kamus Sosiologi, segregasi (segregation) diartikan dengan
konsentrasi bagian-bagian populasi atau organisasi secara sukarela atau dengan
paksaan di wilayah tertentu. Dengan demikian, segregasi berdasar agama adalah
konsentrasi-konsentrasi masyarakat dalam satu lingkungan (kota) dengan dasar
agama.8
Di Kota Ambon, jauh di timur Indonesia, adahal baik yang dapat
dipelajari. Daerah yang pernah berkonflik ini, menyimpan kisah-kisah minor
tentang perdamaian dua pribadi, dua keluarga, dua kelompok yang tak tersentuh
oleh pemberitaan media mainstream.
Dalam hal perang saudara di Ambon menurut Gerry Van Klinken, ada
juga anggota-anggota yang bermasalah, termasuk lembaga agama beserta politik,
gereja, masjid, partai politik. Akhir tahun 1999-an itu merupakan zaman
reformasi, demokratisasi dengan mobilisasi intensif di wilayah politik dan agama.
8 Subair dkk, Segregasi Pemukiman Berdasar Agama, Grha Guru. Yogyakarta 2008. Hal
22
8
Segregasi yang tercipta sejak zaman kolonial Maluku diperparah lagi
pasca konflik komunal tahun1999. Pemukiman penduduk terpisah berdasarkan
agama yang dianut. Upaya perdamaian hanya berlangsung diruang publik, namun
diruang-ruang komunitas, kebencian masih tersemai subur.
Akibat dari konflik tersebut akhirnya membuat masyarakat yang tadinya
tinggal dan menetap pada suatu perkampungan yang terdiri dari beragam
komunitas, suku, ras dan agama mengungsi dan terpisah serta berkumpul dan
menyatu dengan komunitasnya masing-masing.
Berangkat dari permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penulis tertarik mengangkat tema ini dengan memilih judul: ANALISIS FILM
HANA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses eksekusi ide menjadi film?
2. Makna apa saja yang terkandung pada film Hana?
C. Batasan Masalah
Sebagai karya ilmiah tentunya ada batasan-batasan masalah yang
bertujuan agar pembahasannya menjadi fokus padaapa yang diinginkan. Batasan
9
masalah disini adalah menganalisis isi pesan dalam film Hana dan makna apa saja
yang terkandung di dalamnya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses eksekusi ide menjadi sebuah karya film
2. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam film Hana.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wahana ilmu
pengetahuan, dan referensi, terhadap proses perdamaian di Maluku.
2) Penelitian ini diharapkan juga dapat menambah wahana referensi
bagi penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
3) Sebagai pelengkap studi akhir dalam menyusun sebuah karya ilmiah,
untuk memperoleh gelar sarjana.
2. Manfaat Praktis
1. Dapat mengedukasi tentang proses pendidikan serta upaya
perdamaian yang dibangun di Maluku pasca konflik komunal.
2. Dapat digunakan sebagai media kampanye kepada khalayak tentang
perdamaian di Maluku.
3. Sebagai pedoman untuk memproduksi film-film selanjutnya.
10
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan ini, maka penulis
mengemukakan defenisi secara operasional yang terkandung dalam judul
sebagaimana dimaksud. Hal ini untuk lebih memudahkan proses penelitian serta
tidak menimbulkan kerancuan dalam pembahasan selanjutnya. Berikut yang
dimaksudkan peneliti.
1. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).9
2. Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua
pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk
tempat gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film
diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup.10
3. Hana
Hana merupakan judul sebuah film pendek yang diproduksi oleh rumah
produksi film BaileoDOC, judul film Hana sendiri diambil dari surat ke-60
Al-qur’an Al-Mumtahanah yang berarti perempuan yang diuji.
Hana seorang perempuan muda yang baru saja menikah, diberikan
wasiatoleh sang ayah untuk mengembalikan kunci rumah kepada tetangga
9KBBIkarangan Suharso dan Ana Retnoningsih (2005)
10https://kbbi.web.id/film, diaksespada 20-08-2018,
11
mereka yang terpisah ketika konflik Sara terjadi di Kota Ambon. Hana
yang tidak mengenal keluarga tetangga itu memutuskan berangkat dan
mencari mereka.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe dan Jenis Penelitian
Tipe dan jenis yang dipakai dalam penelitian ini, adalah menganalisis Film
Hana dengan menggunakan pendekatan kepustakaan. Penelitian kepustakaan
merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisis sumber
data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian Kepustakaan.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini
adalah : penelitian dilakukan dengan menggunakan, antara penelitian kepustakaan
(Library Research)..26
Penelitian kepustakaan adalah, penelitian yang dilakukan dengan mengutip
dari berbagai literatur-literatur, yang diakui kualitasnya. Untuk memperoleh data
tersebut, digunakan beberapa teknik atau metode pustaka, diantaranya :
a. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip suatu data, yang ada
hubungannya dengan pembahasan secara utuh, tanpa mengubah sedikitpun
redaksi kalimatnya.
b. Kutipan tak langsung, yaitu penulis mengutip suatu data, yang berkaitan
erat dengan permasalahan dari literatur, yang tersedia hanya dalam bentuk
intisarinya, dengan tanpa mengurangi maksud dan kandungan utamanya.
26
M. Natsir, Metode Penelitian (Cet; IV; Jakarta; Galia Indonesia, 1988) Hal 112
36
Sedangkan penelitian lapangan, untuk memperoleh data dan informasi
yang dibutuhkan.
1. Teknik pengumpulan data menggunakan metode deskripsi kualitatif,
diantaranya,
a) Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan soft copy film Hana yang
merupakan arsip Komunitas Film BaileoDOC.
b) Studi pustaka
Untuk memperoleh informasi yang relevan dan untuk menemukan teori-
teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti, peneliti
menggunakan buku, jurnal, penelitian terdahulu, serta menggunakan informasi
yang mendukung dari internet.
C. Teknik Analisa Data
Setelah data penulis diperoleh, maka data tersebut diolah secara kualitatif,
kemudian diaplikasikan sesuai dengan permasalahan, yang dibahas dalam skripsi
ini.Kemudian dari pengolahan data tersebut, penulis berusaha menganalisis
dengan metode content analisys (analisis isi). Analisis isi, adalah metodologi
penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur, untuk menarik kesimpulan
yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.27
27
Http://Skripsimahasiswa.Com//analisis_isi. di akses tanggal 29 Agustus 2018
37
Dalam analisis ini, yang dibedah adalah pesan “message”nya. Studi analisis
isi, menekankan pada bahasa dan menghendaki adanya netralitas. Data yang
diperoleh dari berbagai literatur, diolah dan dianalisis secara mendalam.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ide film Hana lahir dari cerita masa lalu dua kelompok kecil yang saling
tolong menolong pasca konflik SARA tahun 1999. Langkah
perdamaian itu dibangun dengan cara penyelamatan aset berharga milik
kedua kelompok yang bertikai kala itu. Cerita penyelamatan aset rumah
milik kedua kelompok tersebut menjadi tolak ukur langkah perdamaian
yang dibangun ditengah panasnya konflik.
2. Makna yang ditampilkan dalam film ini adalah perdamaian, dilihat dari
beberapa symbol yang digambarkan lewat visual film Hana. Pesan
kedekatan emosional yang dibangun dengan pertemuan kedua subjek
dan lokasi pertemuan yang membatasi segregasi pemukiman
berdasarkan agama.
B. Saran
1. Media audio visual sebagai salah satu medium yang secara langsung
dapat mempengaruhi khalayak, tidak sepantasnya menampilkan
produk yang tidak bernilai edukatif.
2. Film sebagai bagian dari fungsi control, secara alur mampu
mempengaruhi penonton, dari segi cerita seorang sutradara dituntut
untuk dapat memahami isi cerita, alur, set lokasi dan emosi yang
ditampilkan dalam film.
58
3. Secara alur, Film Hana menggambarkan secara mendetail beberapa
cerita masa lalu kelam yang dialami masyarakat Maluku, hingga saat
ini segregasi pemukiman masyarakat di Maluku menjadi tolak ukur
perbedaan Suku, Agama Ras dan Adat, keharmonisan terjadi di ruang-
ruang publik dan kelompok-kelompok kecil.
59
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Faisal Andi. 2014 Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi, Antara
Tantangan dan Harapan. (Lecture at Palembang).
Bordwel, David dan Kristin Thompson, Film Art: An Introduction, The McGraw-
Hill Companies Inc, 2006.
Biran, Yusa Misbach. 2009. Sejarah Film 1900-1950: bikin film jawa, (Jakarta:
Komunitas Bambu)
Brown, Blain. 2011. Imagemaking for Cinematographer and Director.
New York : Focal Press.
B.P SDM CITRA. 2002. Kamus Kecil Istilah Film. Jakarta: SDM CITRA.
FFTV IKJ, KFT. 2012. Job Description Pekerja Film Versi 01. Jakarta: FFTV
IKJ dan KFT
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul
Haq). 2008.
Gloman, Chuck. 2005. Placing Shadows : Lighting Technique for Video
Production. Elsevier
Hidayat, Nur. 2010. Skripsi: Aspek Geometri dalam Komposisi Visual. Jakarta:
FFTV IKJ
Husain, Rifky. 2014, Provokator Damai : Upaya Multikulturalisme di Maluku.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Isfansyah, Ifa. Mencipta Film. Yogyakarta. 2013
Jackman, John. 2014. Lighting for Digital Video and Television. CMP Media.
Johnson, Charles S. 2010. Science for the Corious Photographer: An introduction
to the science of Photography. Massachusetts: A K Peters LTD.
Malkiewicz, Kris. 1992. Cinematography. Fireside
M. Bayu Widagdo & Winastwan Gora S. 2007, Bikin Film Indie itu Mudah.
(Yogyakarta: C.V. Andy Offset.)
Mercado, Gustavo. 2011. The Filmmaker’s Eyes. Oxford: Focal Press
Mintapradja G. German. 2017, Sinematografi. Jakarta.
Muhtadi, Saeful Asep. 2012 Komunikasi Dakkwah. ( : Simbiosa Rekatama
Media)
60
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Perfilman.
2017. Modul Sinematografi. Jakarta.
Pratista, Himawan. 2017, Memahami film: Montase Press, Yogyakarta.
Sobur, Alex. 2013, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2009, Analisis Teks Media, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sumpeno, Wahjudin. 2012. Pengarusutamaan Perdamaian, Konsep, Kebijakan
dan Strategi dalam Program Pembangunan Daerah.
Subair, dkk. 2008. Segregasi Pemukiman Berdasar Agama, Penerbit Grha Guru.
Trianto, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. (Yogyakarta: Graha Ilmu,)
Van, Klinken Gerry. Carita Orang Basudara, Kisah-kisah perdamain dari
Maluku : Lembaga Antar Iman Maluku. 2014.
Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. 2009. Semiotika Komunikasi. Tangerang : Wisma
Tiga Dara Perum Cimone Permai.
http://Skripsimahasiswa.Com// analisis_isi.
http://sinthiasinor.blogdetik.com/2011/07/17/tentang-film/.
https://kbbi.web.id/film.
https://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-
film.html.
Lampiran-Lampiran
Judul Film : Hana
Genre : Fiksi
Durasi : 00.11.43
Format : Colour HD
Tahun Produksi : 2016
Rumah Produksi : BaileoDOC
Cast :
Fitriyani Sima-Sima as( Hana)
Mathelda Wattimena as (Oma Ace)
Anatje Elsye Pupella as (Ibu Mina)
Viora Alesya Wattimuri as (Gadis Kecil)
Tim Produksi.
Produser dan Sutradara : Rifky Husain
Co Produser : Glenn Wattimury Piet Manuputty,
Script Writer : Irfan Ramli
Script Supervisor : Piet Manuputty, Ello Aris
Director of Photography : Fachrun Burhan
Ast DoP : Salamat Tamnge
Talent Koordinator : Junaidi Kelyora
Behind The Scene : Husni M. Tokomadoran
Photo Still : Ahmad Rais Siwasiwan
Penyunting Gambar : Rahmat Salat
Soundman : Ali B. Kilbaren
Sound Mixing : Rizky Satrio
Colorist : Agung Priyo
Music Director : Morika Tetelepta
Profil Sutradara :
Rifky Husain Lahir di Ambon 16
November 1989, Rifky adalah salah satu alumni
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (Uswah),
Jurusan Jurnalistik, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ambon. Ia dan dua rekan lainnya Ali
Madi Salay dan Raisno Rumalutur, mereka
mendirikan rumah produksi film yang dikenal
dengan BaileoDOC. BaileoDOC rutin
mengadakan beberapa kegiatan film, yakni,
produksi, screening, dan Apresiasi.
Pada bidang apresiasi, BaileoDOC rutin mengadakan kegiatan workshop film
di beberapa sekolah menengah atas di Kota Ambon. Selain itu, Rifky dan beberapa
awak komunitasnya aktif mengadakan pemutaran keliling film-film indie yang
menjadi layar alternatif bagi sineas muda tanah air, untuk menampilkan karya anak
bangsa.
Salah satu film dokumenter yang pernah diproduksi adalah Provokator Damai,
produksi film tersebut bekerjasama dengan MetroTV melalui yayasan Eagle Institut
yang merupakan penyelenggara resmi ajang Eagle Awards Documentary
Competition(EADC) Harmoni Indonesia 2013, dan berhasil masuk nominasi di Ajang
Aljazeera International Documentary Film Festival di Doha, Qatar Oktober 2014,
serta terpilih untuk International Premiere pada ajang Asiatica Mediatale International
Film Festival di Roma Italy, September 2014.
Rifky Husain pernah memimpin dan menjadi produser pada beberapa film
pendek produksi BaileoDOC, yakni, Provokator Damai, Merah Saga, Abda’u,
Pendayung Terakhir, Munysera, dan Tamasya di TV Tetangga. Beberapa film pendek
karya Rifky telah berhasil menjuarai beberapa festival di tanah air, diantaranya,
Sayembara Ahmad Wahid 2014, Ucifest 8 Animation and Film Festival, Universitas
Multimedia Nusantara 2017 kategori Film Terbaik, Bandung Independent Film
Festival (BIFF) 2017 kategori Film Terbaik, Festival Film Jambi (FFJ) 2017 kategori
Film Terbaik, Malang Film Festival (Mafifest) 2017 kategori Film Terbaik, dan
Madya Padma Jurnalisme Pers 2017 di Bali. kategori Film Terbaik dan Sinematografi
terbaik. Capaian ini sebagai bentuk kreatif penulis dalam memaparkan sejauh mana
keberhasilan sutradara dan tim produksi lainnya memproduksi film, pada beberapa
film yang dipaparkan diatas tentunya para tim produksi melewati berbagai persoalan
yang berkaitan dengan manajemen produksi film.
Filmografi :
- Sutradara Film Dokumenter “Provokator Damai” Produksi Eagle Institut
Indonesia dan MetroTV 2013
- Sutradara Film Dokumenter “Merah Saga” Produksi BaileoDOC 2014
- Penata Fotografi Film Dokumenter “Suara Dari Laut Arafura” Produksi
BaileoDOC 2015
- Produser Film Dokumenter “Pendayung Terakhir” Produksi Obscura Alhazen
bekerjasama dengan BaileoDOC 2017
- Sutradara dan Produser Film Fiksi “Hana” Produksi BaileoDOC dan Pusbang
Film 2016
- Researcher Film Dokumenter “Banda” Produksi LifeLike Picture 2016.
- Produser dan Penulis Naskah Film Fiksi “Munysera” Produksi BaileoDOC
dan CGV Sinemas 2017
- Co Produser Film Fiksi “Tamasya di TV Tetangga” Produksi BaileoDOC dan
Pusbang Film 2018.