10
Kelompok 5: Akmalia Murti Salisa F0312004 Lindha Lisnasari F0312073 Fromelia M F0312055 ABSTRAK Teori stakeholder telah banyak beredar dalam kepustakaan ilmu bisnis dan sosial dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan sudut pandang manager dan cendekiawan.Dalam akuntansi untuk kekuasaan dalam agency teori, artikel ini berisikan overview dari 2 konsep tradisional mengenai CSR (Carroll: 1979, ‘A Three- Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance’,The Academy of Management Review 4(4), 497–505 and Wood: 1991, ‘Corporate Social PerformanceRevisited’, The Academy of Management Review 16(4),691– 717), menyoroti kecenderungan dominan untuk menyediakan deskripsi taxonomic mengenai CSR ,dimana Artikel ini kemudian menyusun studi kasus untuk membuktikan kaitan rasionalisme bagaimana hal tersebut berhubungan dengan studi empiris terbaru , kerangka ini mengadopsi kerangka konseptual stakeholder-EPS yang diusulkan oleh Spiller (2000, ‘Ethical Business and Investment: A Model For Business and Society’, Journal of Business Ethics 27,149–160) Untuk menguji pendekatan CSR digunakan sample dari perusahaan lebanon dan syria yang tertarik dengan CSR dan melakukan test relevansi terhadap hipotesis turunan dari CSR/

analisis jurnal seminar akuntansi

  • Upload
    lindha

  • View
    18

  • Download
    10

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ethical Business and Investment: A Model For Business and Society’

Citation preview

Kelompok 5:

Akmalia Murti Salisa F0312004

Lindha Lisnasari F0312073

Fromelia MF0312055

ABSTRAK

Teori stakeholder telah banyak beredar dalam kepustakaan ilmu bisnis dan sosial dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan sudut pandang manager dan cendekiawan.Dalam akuntansi untuk kekuasaan dalam agency teori, artikel ini berisikan overview dari 2 konsep tradisional mengenai CSR (Carroll: 1979, A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance,The Academy of Management Review 4(4), 497505 and Wood: 1991, Corporate Social PerformanceRevisited, The Academy of Management Review 16(4),691717), menyoroti kecenderungan dominan untuk menyediakan deskripsi taxonomic mengenai CSR ,dimana Artikel ini kemudian menyusun studi kasus untuk membuktikan kaitan rasionalisme bagaimana hal tersebut berhubungan dengan studi empiris terbaru , kerangka ini mengadopsi kerangka konseptual stakeholder-EPS yang diusulkan oleh Spiller (2000, Ethical Business and Investment: A Model For Business and Society, Journal of Business Ethics 27,149160)Untuk menguji pendekatan CSR digunakan sample dari perusahaan lebanon dan syria yang tertarik dengan CSR dan melakukan test relevansi terhadap hipotesis turunan dari CSR/ literatur mengenai stakeholder. Hasil temuan ini diuraikan dan diimplikasikan agar bermanfaat dalam kegunaanya untuk hubungan pengaruh antara stakeholder terhadap CSR.

Kata kunci : corporate social responsibility (CSR), stakeholder theory, Konteks Lebanon dan Suriah

LATAR BELAKANG

Topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR sejak lama menjadi perdebatan dikalangan para pemegang kepentingan. Perbedaan mengenai definisi CSR ini menjadi masalah inti perdebatan. Banyaknya definisi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini muncul akibat dari bervariasinya asumsi dasar dari CSR.

Perbedaan definisi mendasar mengenai CSR ini menyebabkan munculnya rasa skeptis terhadap bidang bisnis dan bidang sosial, hal tersebut menggugah Frankental (2001) (Lee, 1987) (Preston and Post, 1975) (DeFillipi, 1982; Post, 1978; Preston, 1978) untuk berpendapat bahwa CSR itu tidak pasti dan tak terlihat yang mana dapat didefinisikan berbeda bagi semua orang dan bahkan beliau berpendapat bahwa CSR secara efektif tidak memiliki arti.

Clarkson (1995) berpendapat bahwa penyebab utama adanya perdebatan ini adalah tidak adanya definisi yang pasti tentang corporate social performance(CSP, corporate social responsibility (CSR 1), corporate social responsiveness (CSR 2),serta karna tidak adanya kesepakatan mengenai masalah ini berdasarkan sudut pandang operasional dan managerial.

Tidak berhenti disitu saja, perdebatan lain timbul akibat dari tidak jelasnya arti kata social yang ada pada CSR dan bagaimana cara menghubungkannya dengan kegiatan bisnis sehari-hariistilah sosial yang abstrak dilihat dari konteks CSR ini menyebabkan para manager bingung untuk mengartikan bagaimana organisasi mereka harus berperan terhadap lingkungan sosialnya.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengujian teori pemangku kepentingan terhadap CSR yang dianggap pantas, baik dalam perspektif praktisi maupun akademisi. Teori pemangku kepentingan bertanggung jawab terhadap perusahaan tidak hanya sekedar memberikan suatu timbal balik kepada pemangku kepentingan lainnya, melainkan melaporkan tingkat kinerja atau keuntungan yang maksimal kepada pemangku kepentingan dan pemilik.

Perusahaan mengharapkan sebuah solusi dalam mengatur suatu hubungan mereka dengan para pemangku kepentingan dengan menggunakan teori pemangku kepentingan yang lebih luas yang berkaitan dengan CSR. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan tingkat efektifitas CSR mereka dan melakukan suatu penilaian yang tepat mengenai tingkat efektifitas mereka dalam menjalin suatu hubungan yang baik dengan pemangku kepentingan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang mengacu pada teori stakeholder, Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan di Lebanon dan Syuriah, dimana tercatat sebanyak 14 perusahaan responden yang berasal dari Lebanon dan sebanyak 8 perusahaan yang ada di Syuriah yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.Sampel dari penelitian ini merupakan perusahaan baik yang berada di dalam maupun luar negeri.

Peneliti menggunakan Ethical Performance Scorecard (EPS) Spiller (2000), berdasarkan EPS kemudian stakeholder dibagi menjadi 6 kelompok yaitu masyarakat,lingkungan,pegawai,pelanggan,suplier dan pemegang saham, Dengan cara melakukan wawancara dan kemudian melakukan penilaian terhaddap hasil wawancara pada para respondennya, dimana penilaian tersebut

Penelitian merancang 5 hipotesis yaitu:

H1: Perusahaan yang terdapat di negara berkembang memprioritaskan stakeholder, terutama berdasarkan pada pertimbangan instrumental.

H2: Perusahaan yang terdapat di negara berkembang memberikan perhatian yang sistematis kepada stakeholder tertentu

H3: Manajemen instrumental stakeholder cenderung diimbangi atau bernuansa normatif.

H4: Manajemen stakeholder dipengaruhi oleh atribut relasional stakeholder tertentu (kekuasaan, legitimasi, urgensi) serta tekanan yang dapat mereka berikan terhadap perusahaan.

H5: perusahaan internasional memiliki proses manajemen stakeholder yang lebih berimbang. Diterjemahkan sebagai perhatian terhadap stakeholder yang lebih luas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Menurut teori pemangku kepentingan, hubungan antara perusahaan dengan pemangku kepentingan adalah suatu hal yang penting dan perlu diatur oleh perusahaan. Teori pemangku kepentingan memaparkan penjelasan mengenai kepada siapa perusahaan harus akuntabel dan memberikan suatu alternatif penyelesaian untuk menilai tingkat kinerja perusahaan dengan cara mengamati hubungan antara pemangku kepentingan dengan perusahaan tersebut. Perbedaan pendapat mengenai definisi CSR yang abstrak mengakibatkan munculnya permasalahan, ditambah dengan adanya kendala dalam penerapan teori pemangku kepentingan yang saat ini sudah berkembang dengan pesat.

Artikel ini berusaha untuk melakukan pendekatan CSR dengan menggunakan teori stakeholder dengan menggunakan alasan bahwa teori stakeholder dapat memberikan pandangan baru terhadap CSR baik untuk praktisi maupun akademisi, bahasa yang dipakai dalam teori stakeholder sangat mudah diterima dan dimengerti oleh manajer dan dengan menggunakan teori stakeholder, data yang diperoleh untuk dapat dengan mudah dianalisis dengan teori stakeholder.

Dari hasil penelitian ini dikemukakan bahwa perusahaan cenderung memberikan prioritas berdasarkan pada hal-hal instrumental. Terlihat dari hasil penelitian yang ,menunjukan bahwa nilai EPS yang tinggi pada stakeholder seperti pegawai, pelanggan dan pemegang saham. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sannya perusahaan lebih memperhatikan hubungannya dengan stakeholder demi ketercapaian tujuan perusahaan, perusahaan juga memperhatikan hubungannya dengan stekeholder tertentu yang berpotensi menghasilkan keuntungan yang signifikan dimasa yang akan datang, dengan kata lain H1 dalam penelitian ini diterima.

Hasil perhitungan nilai tertinggi terpusat pada beberapa kelompok stakeholder saja, yaitu shareholder,konsumen dan juga pegawai, hasil tersebut mendukung hipotesis H2 perusahaan di Syuriah dan Lebanon lebih berfokus pada kelompok stekeholder tertentu, dengan katalain H2 diterima.

Hasil perhitungan EPS menunjukan bahwa nilai tertinggi pada kelompok stakeholder masyarakat jika dibandingkan dengan lingkungan, dari situ dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih concern terhadap sosial /masyarakat, H3 diterima

Penelitian ini berisi teori stakeholder yang digunakan untuk menarik dan menguji suatu hipotesis baru, memperkirakan pola maupun motivasi mengenai kegiatan CSR. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel masih lebih banyak berpihak pada kelompok pemangku kepentingan, seperti konsumen, pemegang saham, dan pegawai. Manajemen perusahaan selaku responden wawancara pun hanya memiliki pengetahuan yang sempit mengenai kegiatan CSR dan masih memiliki nilai-nilai normatif. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa atribut relasional stakeholder tertentu (kekuasaan, legitimasi, urgensi) dan kemampuan untuk menekan perusahaan dapat mempengaruhi manajemen stakeholder. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa perusahaan multinasional memiliki relasi stakeholder yang lebih baik dan lebih lebih luas (tidak hanya terfokus pada stakeholder tertentu. Hasil penelitian ini tidak dapat terlalu digeneralisasi karena pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan sudut pandang perusahaan, terutama untuk H4 dan H5.

REKOMENDASI DAN KRIKTISI

Menurut kelompok kami, ada beberapa kritisi dalam artikel ini, salah satunya mengenai responden yang diwawancarai dalam penelitian ini. Manajer perusahaan dengan mudah mengatakan atau mengklaim bahwa mereka melakukan suatu tindakan untuk pemangku kepentingan tanpa memberikan bukti yang konkret, cenderung mengungkapkan hal-hal positif saja terkait dengan keadaan perusahaan sehingga muncul nilai keobjektifan. Manajer perusahaan pun memberikan beberapa pendapat yang bernilai subjektif mengenai isu-isu yang sensitif seperti mengenai lingkungan, pegawai, dan masyarakat. Perusahaan tidak akan pernah mempublikasikan hal-hal yang tidak mendukung atas perusahaan tersebut sehingga menjadi rahasia perusahaan.

Sistem Ethical Performance Scorecard (EPS) memiliki rentang nilai 2 sampai -2 sehingga akan lebih mudah terjadi perbedaan penilaian mengenai nilai yang layak diberikan kepada perusahaan oleh peneliti. Penggunaan EPS ini merupakan suatu alat untuk mengukur apakah perusahaan ini perlu dievaluasi untuk dapat mewakili karakteristik perusahaan yang dijadikan sampel dan apakah sudah lebih dapat mewakili dibandingkan dengan alat ukur yang lain seperti Global Reporting Initiative yang berlaku lebih global.

Teori pemangku kepentingan ini sendiri memberikan suatu gambaran yang lebih luas mengenai penerapan CSR. Dikarenakan definisi CSR yang masih abstrak dan tidak memiliki konsep yang jelas, peneliti tidak akan mudah menentukan apakah perusahaan sudah melakukan CSR dengan baik atau belum. Terkadang, apa yang dianggap sebagai CSR oleh sebuah perusahaan belum tentu akan diartikan sama oleh pemangku kepetingannya sehingga perlu adanya suatu konsep yang lebih jelas mengenai CSR yang disepakati bersama antara perusahaan dengan pemangku kepentingan.

Peneliti yang melakukan penelitian di negara berkembang hanya menghasilkan kesimpulan atau suatu hasil penelitian yang terbatas dengan suatu wilayah saja karena pendekatan teori pemangku kepentingan pada negara berkembang tidak akan bisa digeneralisir mengingat karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Perbedaan masyarakat negara berkembang tersebut seperti ketidakpahaman mereka mengenai CSR dan kepedulian yang kurang akan perusahaan yang melakukan kegiatan CSR, baik perusahaan tersebut melaporkannya atau tidak.