3
Yusuf Nabhan 12/335840/EK/19054 Mujibur Rahman 12/335876/EK/19072 Film FOOD, INC [Mengungkap Kejahatan Kemanusiaan Dibalik Industri Makanan] Segmen 1: Fast Food to All Food Di segmen ini mengungkap bagaimana proses produksi daging industrial di AS yang tidak wajar, tidak berkelanjutan secara ekonomi dan juga tidak ramah lingkungan. Segmen ini dimulai dengan bantahan terhadap image “pertanian dan peternakan” yang terdapat pada kemasan mayoritas produk makanan yang dijual di supermarket. Yaitu digambarkan sebagai daerah berpadang rumput hijau dengan simbol – simbol seperti lumbung, petani atau peternak dengan pakaian khasnya, tumpukan jerami, hewan ternak di padang rumput hijau dan sebagainya. Kenyataannya itu semua bukan sumber dari bahan makanan yang dijual di supermarket – supermarket tersebut. Nyatanya, sistem fabrikasi-lah yang menciptakan bahan-bahan makanan tersebut mulai dari telur hingga menjadi komoditi yang siap dijual di supermarket. Segmen 2: A Cornupia of Choices Di segmen ini mengulas tentang produksi industrial benih dan sayur mayur (terutama jagung dan kacang kedelai) sehingga menjadi bahan baku untuk hampir semua produk. Larry Johnson dari Center for Crops Utilization Research IOWA State University menyatakan bahwa saat ini hampir 90% makanan kemasan yang ada di supermarket mengandung jagung dan kedelai. Jagung menjadi bahan dasar dari berbagai jenis makanan, seperti: saus, saus salad, keju, krim, krim keju, kecap, selai kacang, mayonaise, sosis, permen, jeli, gula rendah kalori, gula jagung tinggi-fruktosa (digunakan untuk minuman berkarbonasi/soda), sirup, jus, pampers, fast food (burger), chicken nugget, bahkan jagung kini menjadi bahan utama untuk pakan ternak. Pada intinya, pasar swalayan yang berisi aneka ragam bahan makanan baik segar maupun olahan, sebagian besar berasal dari tanaman jagung. Jagung memang menjadi idola dalam industri makanan Amerika Serikat karena harganya yang murah. Segmen 3: Unintended Consequenses

Analisis Kasus Food Inc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Etika Bisnis

Citation preview

Page 1: Analisis Kasus Food Inc

Yusuf Nabhan 12/335840/EK/19054

Mujibur Rahman 12/335876/EK/19072

Film FOOD, INC [Mengungkap Kejahatan Kemanusiaan Dibalik Industri Makanan]

Segmen 1: Fast Food to All Food

Di segmen ini mengungkap bagaimana proses produksi daging industrial di AS yang tidak wajar, tidak berkelanjutan secara ekonomi dan juga tidak ramah lingkungan. Segmen ini dimulai dengan bantahan terhadap image “pertanian dan peternakan” yang terdapat pada kemasan mayoritas produk makanan yang dijual di supermarket. Yaitu digambarkan sebagai daerah berpadang rumput hijau dengan simbol – simbol seperti lumbung, petani atau peternak dengan pakaian khasnya, tumpukan jerami, hewan ternak di padang rumput hijau dan sebagainya. Kenyataannya itu semua bukan sumber dari bahan makanan yang dijual di supermarket – supermarket tersebut. Nyatanya, sistem fabrikasi-lah yang menciptakan bahan-bahan makanan tersebut mulai dari telur hingga menjadi komoditi yang siap dijual di supermarket.

Segmen 2: A Cornupia of Choices

Di segmen ini mengulas tentang produksi industrial benih dan sayur mayur (terutama jagung

dan kacang kedelai) sehingga menjadi bahan baku untuk hampir semua produk. Larry

Johnson dari Center for Crops Utilization Research IOWA State University menyatakan

bahwa saat ini hampir 90% makanan kemasan yang ada di supermarket mengandung jagung

dan kedelai. Jagung menjadi bahan dasar dari berbagai jenis makanan, seperti: saus, saus

salad, keju, krim, krim keju, kecap, selai kacang, mayonaise, sosis, permen, jeli, gula rendah

kalori, gula jagung tinggi-fruktosa (digunakan untuk minuman berkarbonasi/soda), sirup, jus,

pampers, fast food (burger), chicken nugget, bahkan jagung kini menjadi bahan utama untuk

pakan ternak.

Pada intinya, pasar swalayan yang berisi aneka ragam bahan makanan baik segar maupun

olahan, sebagian besar berasal dari tanaman jagung. Jagung memang menjadi idola dalam

industri makanan Amerika Serikat karena harganya yang murah.

Segmen 3: Unintended Consequenses

Di segmen ini menggambarkan bagaimana industri mengatasi masalah E-coli ini, sebagai

dampak yang ditimbulkan dari segmen Kedua.

Fakta:

Rata-rata setiap orang Amerika Serikat memakan 200 pound (atau 100kg) daging per tahun.

Produksi daging tidak mungkin bisa dipenuhi jika ternak tidak bisa lebih cepat dipanen.

Dalam segmen sebelumnya disampaikan bahwa untuk meningkatkan produktivitas

peternakan sapi, sapi diberi makan jagung, bukan rumput. Hal ini karena jagung lebih murah

dari rumput dan dapat membuat sapi tumbuh dengan cepat dengan lemak yang lebih banyak.

Dahulu dengan memakan rumput, sapi di AS membutuhkan waktu 4 – 5 tahun untuk sampai

pada berat yang sesuai. Tapi kini, berkat jagung dan obat-obat tambahan lainnya, sapi-sapi

yang diternakkan itu bisa gemuk dalam waktu 14 sampai 16 bulan saja. 

Page 2: Analisis Kasus Food Inc

Yusuf Nabhan 12/335840/EK/19054

Mujibur Rahman 12/335876/EK/19072

Segmen 4: Menu Dollar

Segmen ini mengungkapkan fakta bahwa 1 dari 3 orang anak AS yang lahir setelah tahun 2000 berpotensi mengidap diabetes.

Hal ini bisa terjadi karena Subsidi di AS diberikan kepada petani jagung dan para peternak besar, agar mereka bisa menyediakan pangan yang murah bagi seluruh rakyat AS. Apakah pangan yang murah itu? Tak lain adalah fast food. Hamburger seharga $99 sen. Yang mengenaskan, harga sayuran segar di sana lebih mahal daripada harga sebuah burger.

Segmen 5: From Seed to The Supermarket

Di segmen ini menyoroti bagaimana peran pemerintah dalam kapasitasnya sebagai pencipta regulasi yang ternyata lebih mendukung korporasi besar daripada mendukung rakyat yang seharusnya mereka lindungi. Anda bisa melihat bagaimana besarnya pengaruh dan tekanan korporasi sebagai pemilik modal terhadap berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga kebijakan pemerintah tidak berpihak pada rakyat. Tekanan korporasi tidak hanya pada pemerintah saja, petani yang tidak mengikuti “regulasi” juga mendapat tekanan yang cukup besar. Hal tersebut membuat cengkraman korporasi secara menyeluruh dari hulu hingga hilir rantai produksi makanan.

Segmen 6: Veil

Di segmen ini mengungkap bagaimana monopoli industri pangan multinasional ini mampu melumpuhkan ketahanan pangan dunia.

Bukan hanya kontrol terhadap para petani, Monsanto juga menempatkan orang-orangnya dalam posisi penting di pemerintahan AS. Salah satunya Clarence Thomas, pengacara perusahanan untuk Monsanto, sejak tahun 1991 ia menjabat sebagai Mahkamah Agung dan dialah yang mengambil keputusan penting tentang aturan perundang-undangan pengaturan benih dalam pertanian di AS. Dia punya peranan penting dalam pelarangan petani AS memiliki tabungan benihnya sendiri. Selain itu, orang-orang Monsanto sangat dekat dengan sistem administrasi pemerintahan AS sejak 25 tahun terakhir. Para penguasa ini dengan kekuasaannya justru menentang dan menekan petani dan buruh, serta menjadi bagian dari konspirasi untuk menyembunyikan fakta tentang industri makanan.

Tinjauan Etika

Dari segi tinjauan atas kehalalan produk makanan yang dihasilkan masih diragukan. Hal ini karena proses penyembelihan dan proses pemeliharaan hewan yang terlalu dipaksakan sehingga pertumbuhannya tidak alami dan lebih meyiksa hewan itu sendiri. Kemudian efek yang timbulkan akibat mengonsumsi makanan hasil olahan dari kasus tersebut lebih banyak memberikan kerugian terhadap kesehatan sehingga dalam konteks Islam hal ini dilarang dan lebih baik dijauhi.

Dari segi etika pun hal ini juga sangat melanggar kepentingan konsumen. Prinsip ulitilatianism hanya menguntungkan para peternak dan pejabat yang memiliki kepentingan dalam pengembangan ternak pada kasus ini. Sehingga mengabaikan kebutuhan konsumen yang membutuhkan makanan layak untuk dikonsumsi.