29
ANALISIS PERENCANAAN KEBIJAKAN PROGRAM DANA BANTUAN KEUANGAN (BLOCK GRANT) DESA DAN KELURAHAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAGIAN I LATAR BELAKANG MASALAH Kemiskinan, akses pendidikan, kesehatan dan keberdayaan masyarakat didaerah adalah salah satu isu krusial dalam pembangunan daerah. persoalan ini pula yang menjadi alasan bagi beberapa daerah yang dinilai rendah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya. Lemahnya inovasi dari pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah tersebut, kemudian menjadi kendala utama dalam mencarikan alternatif yang baik. Untuk itu, membangun pemerintahan daerah yang lebih partisipatif, akuntabel dan membawa jiwa pembaharu di daerah sangat diperlukan saat ini. yakni dengan lebih mengedepankan adanya kebijakan maupun program pemerintah yang lebih diorientasikan kepada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat daerah. Kemiskinan merupakan masalah yang seringkali dihadapi disetiap daerah, faktor penyebab hal itu bisa berasal dari berbagai aspek misalnya saja keterbatasan sumberdaya, kurangnya akses terhadap sumberdaya, hingga lemahnya penghantaran sumberdaya dari pemerintah kepada masyarakat paling bawah. Disisi lain, disadari bahwa kelemahan utama dari masyarakat adalah keberdayaannya dalam membangun kehidupan 1

Analisis Kebijakan Block Grant

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi analisis

Citation preview

ANALISIS PERENCANAAN KEBIJAKANPROGRAM DANA BANTUAN KEUANGAN (BLOCK GRANT) DESA DAN KELURAHAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAGIAN ILATAR BELAKANG MASALAH

Kemiskinan, akses pendidikan, kesehatan dan keberdayaan masyarakat didaerah adalah salah satu isu krusial dalam pembangunan daerah. persoalan ini pula yang menjadi alasan bagi beberapa daerah yang dinilai rendah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya. Lemahnya inovasi dari pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah tersebut, kemudian menjadi kendala utama dalam mencarikan alternatif yang baik.Untuk itu, membangun pemerintahan daerah yang lebih partisipatif, akuntabel dan membawa jiwa pembaharu di daerah sangat diperlukan saat ini. yakni dengan lebih mengedepankan adanya kebijakan maupun program pemerintah yang lebih diorientasikan kepada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat daerah. Kemiskinan merupakan masalah yang seringkali dihadapi disetiap daerah, faktor penyebab hal itu bisa berasal dari berbagai aspek misalnya saja keterbatasan sumberdaya, kurangnya akses terhadap sumberdaya, hingga lemahnya penghantaran sumberdaya dari pemerintah kepada masyarakat paling bawah. Disisi lain, disadari bahwa kelemahan utama dari masyarakat adalah keberdayaannya dalam membangun kehidupan mereka, dan kondisi masyarakat seperti itu terpusat di masyarakat desa.Provinsi Sulawesi Tenggara tentunya tidak terlepas pada adanya masalah tersebut, dari data BPS Sulawesi Tenggara tahun 2008 menunjukkan Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2008 berjumlah 435,9 ribu orang atau sekitar 19,53 persen. Kondisi ini lebih besar daripada persentase penduduk miskin Nasional yang pada akhir 2008 mencapai 32,53 juta orang atau sekitar 14,15 persen. Konsentrasi penduduk miskin tersebut beradadi daerah daerah pedesaan berjumlah yakni berjumlah 408,7 ribu orang atau sekitar 93,76 persen dari total penduduk miskin di SulawesiTenggara.Persentase pengurangan jumlah masyarakat miskin di Sulawesi Tenggara pada tahun-tahun sebelumnya memang menunjukkan adanya penurunan jumlah, namun jumlah penduduk miskin yang mengalami penurunan tersebut hanya terpusat diwilayah perkotaan saja. Sehingga penduduk miskin di pedesaan seakan tetap stagnan pada posisi jumlah keseluruhan penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam tabel berikut ;

Dari data tersebut, kemudian menunjukkann bahwa konsentrasi masyarakat miskin di Sulawesi Tenggara perlu carikan solusi dalam penanggulangan kemiskinan terutama di pedesaan. Karena kemiskinan di wilayah pedesaan akan lebih kompleks ketimbang di daerah perkotaan, hal ini bisa menyangkut tingkat keberdayaan masyarakat dalam menyampaikan aspiranya atau ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat desa untuk meningkatkan perekonomian mereka.Disisi lain, pembangunan pada periode pemerintahan sebelumnya secara umum telah memberikan manfaat dalam pembangunan daerah dan pembangunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara. Namun juga perlu diakui bahwa masih terdapat beberapa sektor yang perlu ditingkatkan, termasuk sektor yang secara langsung menyentuh pada kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat. khususnya dalam hal ini adalah masyarakat pedesaan yang secara ekonomi masih lemah, pelayanan yang belum optimal, sarana dan prasaranya yang kurang, serta bangunan pemerintahan yang melayani masyarakat melalui prinsip good governance.Pada dasarnya keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan adalah pada kurangnya penghantaran anggaran ke tingkat desa, sehingga perekonomian masyarakat desa masih terkendala pada dukungan sarana dan prasaran, infrastruktur perhubungan sehingga masyarakat desa dapat membangun jaringan usaha yang lebih baik. Disamping itu juga, partisipasi terhadap program pemerintah daerah yang kurang masih ditemukan di masyarakat pedesaan. Maka mesti dibuatkan sebuah instrumen kebijakan untuk kemudian mampu memberdayakan dan menghantarkan sumber daya kepada masyarakat desa, sehingga diharapkan masyarakat desa mampu berpartisipasi dalam pembangunan daerah.Melalui permasalahan tersebut, merupakan tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka terpilihnya Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008-2013 yang kemudian menjabaran visi dan misi Gubernur dan wakil Gubernur kemudian menjadi orientasi perencanaan pembangunan Sulawesi Tenggara periode Tahun 2008-2013 yakni Membangun Kesejahteraan Masyarakat Sultra tahun 2008-2013. Pernyataan tersebut berdasar pada kondisi Sulawesi Tenggara dengan potensi sumberdaya alam yag cukup melimpah baik sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) di sekitar kelautan, kehutanan, pertanian dalam arti luas serta sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), seperti pertambangan. Namun masih kurang dalam pengelolaannya, dan tentu perlu dikelola secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.Perencanaan pogram pembangunan tersebut kemudian dikenal dengan Istilah BAHTERAMAS (Membangun Kesejahteraan Masyarakat) dengan program utamanya, yakni (a) pembebasan biaya operasional pendidikan, (b) pelaksanaan program pelayanan kesehatan gratis, (c) pemberian dana Block Grand/Hibah Rp. 100 juta untuk setiap desa/kelurahan (Dokumen RPJMD Sultra 2008-2013).Berdasarkan pada data dan beberapa kecenderungan yang terjadi diatas, kemudian perlu kiranya untuk menentukan alternatif kebijakan yang kemudian mengacu pada program pembangunan Bahterama Sulawesi Tenggara khususnya pada program bantuan dana block grant kepada desa dan kelurahan. Sejalan dengan itu, kemudian akan diidentifikasi sejumlah sasaran dan tujuan dari program, kemudian mengidentifikasi alternatif kebijakan dan terakhir adalah melihat manfaat yang didapati dalam alternatif kebijakan yang telah dirumuskan tersebut.

BAGIAN IIDISKUSI TEORITIK

Sebelum melangkah dalam menentukan alternatif kebijakan tersebut, perlu kiranya mengetahui dahulu khasanah dalam kebijakan publik mengenai perumusan hingga pada evaluasi sebuah kebijakan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan frame dalam analisis sebuah kebijakan nantinya.

Kebijakan PublikIstilah kebijakan (policy) serigkali penggunaanya salaing dipertukarkan dengan istilah tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan rancangan-rancangan besar (Wahab, 1997). Kebijakan pada intinya adalah sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini boleh jadi sederhana atau kompleks, kualitatif atau kuantitatif, khusus atau umum, luas atau sempit, serta publik atau privat.Sejalan dengan itu, Frederick (dalam Islamy, 1997) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.Sebuah kebijakan tentunya berasal dari adanya sebuah masalah publik yang perlu dicarikan jalan keluar oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan publik. James E. Anderson (1979) mengatakan masalah publik sebagai suatu kondisi atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan pada rakyat, sehingga perlu dicarikan cara-cara penanggulangannya. Kemudian Dunn (1998; 210-213) menambahkan bahwa masalah publik sebagai kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, kesempatan-kesempatan yang tidak terealisir dan hanya dapat dicapai melalui tindakan kebijakan publik.Carl I. Friederick (Nugroho, 2012; 119) yang menyatakan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Merujuk pada posisi daerah, tentu sebuah kebijakan publik hendaknya didasarkan pada potensi yang ada serta ancaman yang dapat muncul didaerah tersebut.

Implementasi KebijakanSebagai proses lebih lanjut setelah suatu program dirumuskan dalam kepusan-keputusan (decision) oleh para aktor adalah bagaimana program itu diimplementasikan. Tentunya suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Ketika sebuah kebijakan publik dapat mencapai tujuannya maka kebijakan tersebut harus diimplementasikan (Nugroho, 2012;674).Terakhir mengenai proses Implementasi dapat kita mengutip apa yang dikemukakan oleh Anderson (1979, dalam Nugroho, 2012), secara ringkas menyatakan bahwa dalam mengimplementasikan suatu kebijakan ada empat aspek yang harus diperhatikan, yaitu; (1) who is involved in policy implementation (siapa yang dilibatkan dalam implementasi); (2) the nature of the administrative process (hakekat proses implementasi); (3) compliance with policy (kepatuhan atas suatu kebijakan); dan (4) the effect of implementation or policy contetnt and impact (efek atau dampak dari isi implementasi).Sejalan dengan pemikiran Anderson bahwa untuk menunjukkan prasyarat bagi keberhasilan implementasi kebijakan, menurut Brigman dan Davis (2004 dalam Domai 2011; 71-72) adalah ;a. Disadari oleh postulat atau hipotesis yang baik mengenai sebab akibat, maka kemungkinan besar kebijakan tersebut sulit diimplementasikan.b. Memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu banyak dan kompleks.c. Memiliki prosedur akuntabilitas yang jelas.d. Pihak yang bertanggungjawab memberikan pelayanan harus terlibat dalam perumusan desain kebijakan.e. Melibatkan monitoring dan evaluasi yang teratur.f. Para pembuat kebijakan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap implementasi seperti halnya dalam perumusan kebijakan.

Analisis KebijakanSebuah kebijakan publik akan lebih baik dalam pelaksanaanya jika terus dilakukan evaluasi, bahkan dalam prosesnya awalnya sehingga menjadi kebijakan publik. sehingga akan terlihat prospek sebuah kebijakan publik dalam implementasinya kemudian. Analisis kebijakan publik menurut Riant Nugroho (2012; 293) bahwa analisis kebijakan publik tidak akan pernah menjadi sebuah teori, alasannya adalah analisis kebijakan publik menyangkut pada ranah praktek daripada ranah teori.Jadi, analisis kebijakan adalah teori yang berasal dari pengalaman terbaik, dan bukan diawali dari temuan, kajian akademik, atau penelitian ilmiah. Artinya, teori tentang analisis kebijakan adalah lay theory, bukan academical theory (Nugroho, 2012). Kepentingan individu, kelompok, dan aliran membuat kebijakan publik lebih banyak memperjuangkan publik yang terbatas, yaitu para konstituen kekuasaan politik, daripada masyarakat luas. Sehingga dalam analisis kebijakan publik, seorang analisis tidak terlepas dari adanya konflik nilai yang terjadi pada masyarakat diman sebuah kebijakan publik tersebut di implementasikan.Pada dasarnya, dikatakan bahwa evaluasi kebijakan menekankan pada estimasi atau pengukuran dari suatu kebijakan, termasuk juga materi, implementasi, pencapaian tujuan, dan dampak dari kebijakan tersebut, bahkan evaluasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan, sehingga hasil pengkajian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan apakah kebijakan tersebut akan dilanjutkan, diubah, diperkuat atau diakhiri (Anderson, 1997: 272).Sedangkan dijabarkan secara lebih speseifik oleh Willian Dunn, yakni kriteria lain dalam rangka mengevaluasi suatu kebijakan adalah: 1. Efisiensi : suatu kebijakan dikatakan efisien, jika hasil (output atau outcomes) lebih besar (berarti) dari pada biaya untuk implementasi serta penegakan hukuk kebijakan tersebut. Artinya, yang digunakan adalah kriteria costeffectiveness, dengan kata lain, suatu kebijakan bersifat efisien, maka pasti cost-effectiveness, tetapi tidak sebaliknya.2. Keadilan : yang dimaksud dengan keadilan adalah pembagian (penyebaran) keuntungan, yang diperoleh dari suatu kebijakan, di antara kelompok masyarakat (stakeholders).3. Insentif untuk perbaikan : kebijakan yang baik adalah kebijakan yang mendorong para stakeholders untuk mencari dan menerapkan pendekatan atau teknologi untuk perbaikan.4. Kemudahan untuk penegakan hukum (enforceability) : dapat atau tidaknya suatu kebijakan diimplementasikan serta ditegakkan.5. Pertimbangan moral (Dunn, 1994).

Disisi lain analisis kebijakan yang berbeda diberikan oleh Weimer dan Vining (Nugroho, 2012) mengemukakan bahwa kerangka konseptual analisis kebijakan terdiri atas langkah-langkah mendiagnosis masalah, mengidentifikasi alternatif kebijakan yang mungkin, menilai efisiensi kebijakan dikaitkan dengan melakukan perhitungan cost benefit dari kebijakan. Kedua penulis ini mengangkat pendekatan model rasionalis dalam analisis kebijakan yang mempunyai bagian-bagian :1. Mendefinisikan permasalahan (define the problem),2. Menetapkan kriteria evaluasi (estabilish evaluation criteria),3. Mengidentifikasi alternatif kebijakan (identify alternative policies),4. Memaparkan alternatif-alternatif dan memilih salah satu (display alternatives dan select among them),5. Memonitor dan mengevaluasi manfaat kebijakan (monitor and evaluate policy outcomes).

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, bahwa dapat ditarik kesimpulan analisis kebijakan publik sebagai sebuah kegiatan intelektual. Namun tidak terpisah dari bangunan preferenasi nilai-nilai yang terbangun di dalam masyarakat dimana kebijakan itu di laksanakan. Sehingga dalam sebuah analisis kebijakan diperlukan juga pandangan mengenai kecenderungan tersebut.

BAGIAN IIIBATASAN MASALAH

Merujuk pada hasil BPS Sulawesi Tenggara tahun 2008, menunjukkan besaran penduduk miskin di Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 berjumlah 435,9 ribu orang atau sekitar 19,53 persen. Konsentrasi penduduk miskin tersebut beradadi daerah daerah pedesaan berjumlah yakni berjumlah 408,7 ribu orang atau sekitar 93,76 persen dari total penduduk miskin di SulawesiTenggara.Namun penurunan yang ditunjukkan tersebut bukanlah data yang dapat menunjukkan tingkat keberdayaan masyarakat. Disadari bahwa persentase terbesar penduduk miskin berada di daerah, maka perlu dicarikan jalan keluar dalam persoalan tersebut. Dengan melalui intervensi kebijakan yang kemudian dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara, yang tentunya keterlibatan dari pemerintahan Kabupaten/Kota juga diperlukan dalam hal ini. Berdasarkan pada hasil evaluasi pemerintahan periode sebelumnya, dalam dokumen monitoring dan evaluasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008. Dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa ditemukan beberapa masalah, yakni :1. Masih perlunya peningkatan layanan administrasi perkantoran dan optimalisasi pengelolaan administrasi perkantoran;2. Keterlibatan masyarakat miskin dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan belum optimal;3. Peran pemerintah desa/kelurahan dan lembaga kemasyarakatan yang belum optimal;4. Belum optimalnya peran lembaga kemasyarakatan dalam menggerakkan partisipasi masyarakat;5. Menurunnya nilai-nilai semangat kegotong royongan serta peran Lembaga Adat yang belum optimal;6. Minimnya akses pengelolaan SDA dengan Pemanfaatan TTG;7. Kurangnya modal usaha lembaga keuangan mikro pedesaan;8. Belum optimalnya koordinasi dalam penanggulangan kemiskinan;9. Terbatasnya lembaga ekonomi mikro sebagai wadah usaha masyarakat di pedesaan;10. Terbatasnya informasi pasar bagi masyarakat desa;11. Masih kurang berfungsinya Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD);12. Rendahnya keberdayaan masyarakat di pedesaan.

Berdasarkan temuan tersebut diatas kemudian, melalui penjabaran visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008-2013. Membuat perencanaan pembangunan provinsi Sulawesi Tenggara yakni Membangun Kesejahteraan Masyarakat (BAHTERAMAS). Karena disadari bahwa, keberdayaan masyarakat desa bukan saja dipengaruhi oleh keterbatasan sumber daya dan wilayah namun juga pada penghantaran bantuan keuangan dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan prasarana. Disamping itu juga untuk membangun partisipasi masyarakat pedesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Perencanaan Program Block GrantBantuan Keuangan/ Block Grant dimaksudkan untuk pemberian bantuan yang bersifat materi atau dalam bentuk keuangan yang diberikan oleh suatulembaga atau organisasi yang tertinggi kepada lembaga atau organisasi dibawahnya yang bersifat hibah. Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan kerangka kebijakan sebagai dasar dari acuan pelaksanaan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Program ini dilaksanakan melalui Pengembangan sistem serta mekanisme prosedurprogrampenyediaan fasilitator dan pendanaan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat yang berkelanjutan.Program Bantuan Keuangan/ Block Grant pada Desa/Kelurahan bersumber dari bantuan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan sumber-sumber lainnya yang diberikan kepada Desa/Kelurahan mulai pada Tahun Anggaran 2008-2013 sebesar Rp. 100.000.000. (Seratus Juta rupiah) kepada Desa/Kelurahan di Sulawesi Tenggara. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, Desa harus mempunyai sumber pendapatan desa. Sehingga bantuan tersebut lebih diarahkan untuk percepatan pembangunan Desa/ Kelurahan.Kebijakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui pemberian Program Bantuan Keuangan/Block Grant ini diharapkan diikuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, dimana dana ini harus dilihat sebagai bagian yang bersifat komplementer oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Artinya dengan kebijakan ini Pemerintah Kabupaten/Kota juga dapat memberikan sejumlah dana yang bersifat Block Grant seperti Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan hak Pemerintah Desa/ Kelurahan berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Tujuan dan Sasaran Program Block Grant

Berdasarkan permasalah kemiskinan yang berkembang di wilayah pedesaan provinsi Sulawesi Tenggara. Maka tentu, perencanaan program yang akan dicanangkan periode pemerintahan tahun 2008-2013 memiliki tujuan dan sasaran tertentu yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun rancangan tujuan dan sasaran dalam perencanaan program block grant, dapat ilustrasikan sebagai berikut :

Tingkat Persentase penduduk miskin Sultra lebih besar dari persentase penduduk miskin Nasional.Penduduk Miskin lebih dari 92 persen berada di wilayah pedesaan.Keberdayaan masyarakat Desa cenderung lemah.Kelembagaan masyarakat pedesaan kurang optimal.Program bantuan dana block grant kepada desa dan kelurahan, sebesar 100 juta pertahun perdesa.Peningkatan Kesejahteraan masyarkat pedesaan, ditunjukkan dengan penurunan tingkat penduduk miskin pedesaan.Peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan.Kelembagaan masyarakat desa yang kuat, sebagai wadah aspirasi masyarakat desa terhadap kebutuhan mereka.Kondisi Tahun 2008Program BAHTERAMAS SULTRA 2008-2013Tujuan dan sasaran yang diinginkan :

BAGIAN IVALTERNATIF KEBIJAKAN

Gambaran program sebagai upaya menjawab tuntutan dan kondisi yang ada, maka berdasarkan pada perumusan kebijakan block grant yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, akan diberikan penjelasan mengenai posisi kebijakan tersebut dalam beberapa alternatif yang harus menjadi penekanan dalam Implementasinya, sehingga penyaluran bantuan dana block grant tersebut dapat berjalan efektif. Alternatif kebijakan ini kemudian ditujukan pada adanya kecenderungan pengaruh pada beberapa variabel kebijakan yang muncul. Dimana variabel tersebut bisa datang dari dalam dan luar pemerintahan, yang kemudian hal ini tentu akan berpengaruh dalam implementasi kebijakan bantuan dana block grant. Adapun beberapa hal yang kemudian dianggap dapat menjadi variabel pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yakni :

No.Variabel yang MempengaruhiAlternatif Kebijakan

Intern Pemerintah

1.Aparat Birokrasi1. Dibutuhkan kecakapan Aparat dalam pendampingan program mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.2. Adanya keinginan aparat birokrasi untuk carry out dalam pelaksanaan program.3. Kerjasama yang dilakukan pemerintah provinsi dalam pelibatan aparat birokrasi hingga ke tingkat pemerintahan Kabupaten/Kota4. Dukungan dari pemimpin daerah terhadap aparat birokrasi dalam pelaksanaanya.

2.Administrasi1. Faktor politis akan sangat berpengaruh bisa jadi pada tataran realisasi program, dimana program pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota akan saling bertemu dilapangan. Maka diperlukan kolaborasi positif tingkat pemerintah daerah.2. Memberikan kejelasan alur pelaksanaan program,3. Basis data yang relevan dengan kondisi, sehingga hal ini diperlukan adanya kolaborasi pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota.4. Revitalisasi pemerintahan desa dalam partisipasi program dan usahanya dalam pelibatan masyarakat desa dalam Implementasi

3.Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)1. Melakukan pendampingan secara intensif terhadap penggunaan anggaran.2. Kerjasama yang dilakukan dengan pemerintah desa dalam monitoring dan evaluasi.3. Memberikan pertanggungjawaban fisik kepada pemerintah Kabupaten dan Kota atas realisasi anggaran.

4.Fasilitator Lapangan1. Pendampingan secara intensif, selain itu adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam peruntukan bantuan dana block grant tersebut, sehingga penggunaannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.

Ekstern Pemerintah

1.Lingkungan Kebijakan1. Menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat, maka diperlukan pendampingan secara persuasif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program block grant.2. Kondisi kebutuhan masyarakat desa yang berbeda-beda, untuk itu pelibatan setiap tokoh maupun stakeholder di desa dalam analisis masalah maupun penjaringan kebutuhan masyarakat desa.3. Konflik kepentingan, karena bantuan yang diberikan dalam bentuk materi atau anggaran maka potensi penyimpangan akan sangat tinggi, maka metode pendampingan melalui musrembang untuk membuat rountdown program dengan pelibatan partisipasi masyarakat akan sangat membantu dalam pengawasannya kemudian.

2.Kondisi Ekonomi Masyarakat1. Konsentrasi ekonomi masyarakat desa sebagian besar pada sektor pertanian dan perikanan, sehingga aplikasi program senantiasa memberikan dukungan maupun diorientasikan kepada kebutuhan pengembangan ekonomi masyarakat.2. Dibutuhkan adanya skema untuk penghantaran modal usaha bagi kelompok ekonomi di desa, hal ini bisa diporsikan dari realisasi anggaran block grant maupun sebagai masukan dalam perencanaan program dalam musrembang desa. Realisasinya kemudian dalam bentuk permodalan mikro, pelatihan maupun program pemberdayaan lainnya.

6.Masyarakat 1. Penguatan partisipasi masyarakat dilakukan dengan penguatan kelembagaan masyarakat desa, hal ini bisa didasarkan subsektor ekonomi yang berkembang. Disamping itu juga dalam model kelompok usaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh masyarakat desa.2. Memfokuskan pada tingkat pendidikan masyarakat untuk kemudian mampu berpartisipasi optimal dalam program, maka pengawasan dan pendampingan melalui tim fasilitator maupun LPM akan sangat berengaruh.3. Perlu diperhatikan juga kedepan adalah adanya desentralisasi pelaksanaan program fisik kepada lembaga masyarakat desa yang telah dibentuk, sebagai bagian dari partisipasi masyarakat.

7.Pihak Swasta/LSM/ Ormas1. Pelibatan dunia usaha dalam hal ini pihak swasta, dalam penyediaan kebutuhan pembangunan desa, maupun dalam bentuk-bentuk kerjasama lainnya. namun dalam tahap awal tentu perlu adanya pendampingan dahulu oleh pemerintah terhadap masyarakat desa.2. Pelibatan sektor ini dalam pengawasan diluar pemerintah akan sangat dibutuhkan sebagai pengawas independen. Terutama dalam pengawan mengenai kecurangan-kecurangan dalam perencanaan dan pelaksanaan program.3. Terkadang, tidak semua persoalan masyarakat desa bisa dikaitkan dengan bantuan dana block grant tersebut, maka peran LSM/Ormas kemudian dapat menjembatani ekpektasi atau harapan masyarakat desa dengan program-program yang dilaksanakan pemerintah.

Dari beberapa variabel yang dikemukakan diatas tentunya, dalam hal ini pemerintah provinsi Sulawesi Tanggara dapat membentuk suatu jaringan yang solid, sehingga komunikasi program tersebut dapat berjalan baik, yang tentunya implikasinya akan bermuara pada pelaksanaan program yang efektif. Disamping itu, secara umum dapat ditekankan bahwa pelaksanaan program bantuan block grant tersebut diarahkan pada upaya untuk :1. Berdampak pada Kesejahteraan Masyarakat, variabel yang dapat berpengaruh pada posisi ini adalah dukungan sumberdaya bagi berjalannya pembelajarandalam masyarakat, yang dengan itu kemampuan masyarakat terbangun (capability building) dan dalam hal kelembagaan masyarakat terkuatkan (strengthening), sehingga program tersebut dapat memberi efek pada pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Hal yang perlu ditekankan bahwa yang dipentingkan adalah dukungan sumberdaya atas prakarsa dan swadaya masyarakat, bukan bagaimana dana Rp. 100 juta tersebut harus habis di tingkat desa/kelurahan. Karena itu sangat penting dilakukan persiapan sosial pada tingkat desa/kelurahan, dana dialokasikan berdasarkan kebutuhan masyarakat melalui perencanaan yang mereka susun sesuai karakteristik desa/kelurahannya (Salman, 2009).2. Mengedepankan partisipasi masyarakat, tentunya ini berkaitan dengan variabel perencanaan pembangunan di desa. Partisipasi masyarakat secara utuh kemudian diharapkan dapat secara terus menerus ditingkatkan, keterliban masyarakat desa dalam penyusunan program, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi, kemudian dapat membangun sinergitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini, kemudian mampu membantu dalam menilai keefektifan program yang dilaksanakan.3. Wilayah Pedesaan yang memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan, hal ini berkaitan dengan variabel kolaborasi/keterlibatan multipihak dalam pembangunan daerah. Bila berbagai program/kegiatan yang selama ini menempatkan desa/kelurahan sebagai unitnya telah berhasil menjadikan desa/kelurahan sebagai entitas yang berdaya, yang masyarakat, dunia usaha dan pemerintahnya berkontribusi efektif bagi keberdayaan desa/kelurahan tersebut, maka program bantuan block grant ini idealnya dapat mengkolaborasikan berbagai potensi yang terbangun dari adanya bantuan pendanaan tersebut. Sehingga keberlanjutan program tersebut tidak bersifat hanya pada penggunaan anggaran tersebut, namun bagaimana membentuk jejaring masyarakat berdasarkan pencapaian penggunaan anggaran tersebut.4. Keterlibatan aktor, variabel ini dimaksudkan adalah aktor yang berasal dari dalam pemerintahan (internal) maupun yang berasal dari luar (eksternal). Bahwa preferensi politik tidak pernah bisa dilepaskan dari sebuah kebijakan publik, maka akan ada pihak-pihak yang kemudian mencoba memanfaatkan program ini kearah yang tidak diharapkan. Disamping itu juga, variabel aktor ini sangat berpengaruh pula pada posisinya mengsosialisasikan program serta mengawal pelaksanaan program tersebut sesuai alur yang dioperasionalisasikan.5. Terkait pengawasan, karena hampir semua dalam alternatif kebijakan yang diajukan kemudian memuat tentang adanya pengawasan terhadap kebutuhan dan perencanaan yang dilakukan masyarakat desa. Akan menuai beberapa tanggapan dimana orientasi dari program ini adalah memacu keberdayaan masyarakat desa, namun disisi lain pengawasan oleh pemerintah tetap dilakukan pada tiap-tiap perencanaan program yang dilakukan masyarakat. lalu pemberdayaanya masyarakatnya bagaimana? Tentu ini diawal akan digambarkan seperti itu, namun seiring pemahaman tentang program tersebut telah menunjukkan hal positif pendampingan dan evaluasi hanya pada tahap awal dan pada realisasi saja yang akan dilakukan.

BAB VTANTANGAN DAN HAMBATANDari sekian analisa mengenai perencanaan yang dilakukan pada kebijakan bantuan keuangan (block grant) tersebut, kemudian dirumuskannya serangkaian masukan dalam beberapa variabel yang perlu diperharhatikan dalam pelaksanaan program block grant. Tentunya dari itu semua akan memberikan juga serangkaian tantangan dan hambatan yang bisa jadi muncul dalam pelaksanaannya. Adapun tantangan dan hambatan tersebut terbagi menjadi dua, yakni yang berasal dari intern pemerintah sendiri dan yang berasal dari ektern pemerintah. Secara garis besar tantangan dan hambatan tersebut adalah sebagai berikut :a. Intern (dalam) Pemerintah,Yakni kemudian dalam hal ini menyangkut :1. Komponen realisasi anggaran yang belum mencapai target 100 juta pertahun tiap desa, hal ini kemudian akan memberikan feedback negatif atau bahkan pesimistis dari masyarakat desa yang telah dijanjikan demikian.2. Ketersediaan aparat birokrasi, hal ini menyangkut status program block grant yang utamanya pendampingan dalam perencanaan hingga evaluasi sifatnya lapangan. Maka penyediaan honorarium khusus untuk pegawai yang dibebani tugas akan menjadi tambahan mata anggaran dalam APBD.3. Kecakapan aparat pemerintah, dalam hal ini kemudian menyangkut kompetensi yang dimiliki oleh aparat pemerintah dalam melakukan sosialisasi program block grant dan peruntukannya untuk masyarakat desa. Disamping itu juga dalam kompetensi aparat pemerintah melakukan pendampingan serta monitoring dan evaluasi terhadap realisasi program block grant.4. Kolaborasi Kepemimpinan Politik daerah, hal ini tentu tidak dapat dipisahkan dalam kerangka otonomi daerah dimana preferensi politik kepala daerah akan mencerminkan pandangan politik partai pengusungnya. Maka perbedaan pandangan politik bisa menjadi salah satu hambatan dalam usaha kolaborasi pemerintahan dalam menyukseskan program block grant.5. Kebutuhan tim fasilitator dan LPM di tingkat desa dan kelurahan, kondisi geografi Provinsi Sulawesi Tenggara yang berbentuk kepulauan maka hal ini membutuhkan tenaga tim fasilitator dan LPM dalam sosialisasi program, terutama dalam realisasi awal program block grant di pemerintah desa.

b. Ekstern (luar) Pemerintah.Yakni kemudian hal ini menyangkut :1. Pengetahuan masyarakat, hal ini menyangkut tingkat pendidikan masyarakat desa dalam mengidentifikasikan kebutuhan mereka. Tantangan lainnya adalah adanya potensi masyarakat desa yang tingkat pendidikannya rendah bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Hal ini tentu selain menjadi hambatan dalam realisasi dan partisipasi masyarakat dalam program, namun juga kesulitan dalam hal sosialisasi program tersebut. Karena masyarakat cenderung menjalankan aktivitasnya seperti kebiasaan atau yang membudaya di masyarakat tersebut, tentunya ini akan bersinergi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak akan berkembang. Padahal orientasi program adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.2. Nilai sosial yang berkembang di masyarakat desa, sejalan dengan tantangan yang diatas masalah pendidikan, nilai-nilai sosial yang berkembang ditengah masyarakat pedesaan akan sangat mempengaruhi jalannya program block grant terutama dalam penciptaan keberdayaan bagi masyarakat. karena nilai-nilai sosial dan budaya yang berkembang akan membentuk mindset masyarakat, yang kemudian termanifestasi pada kebiasaan dalan aktivitas mereka. Pada gilirannya, aktivitas ekonomi mereka hanya pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja dan belum berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, seperti jejaring ekonomi dan inovasi aktivitas ekonomi masyarakat.3. Nilai budaya masyarakat, masih kuatnya budaya patriarkhi di masyarakat desa bisa menjadi tantangan tersendiri dalam hal pengusahaan partisipasi masyarakat dalam program block grant. Karena dengan kuatnya budaya patriatkhi tersebut kemudian, akan menciptakan kecenderungan pada orientasi kebutuhan masyarakat desa adalah kebutuhan yang diputuskan oleh kepala desa yang bersangkutan. Padahal belum tentu bahwa kebutuhan masyarakat secara umum dapat direpresentasikan kepada kebutuhan yang dibuat oleh kepala desa. Sehingga partisipasi masyarakat secara keseluruhan dibutuhkan untuk dapat memberikan gambaran kebutuhan masyarakat, sehingga realisasi program block grant dapat berjalan efektif tentunya.

Referensi

Abdul Wahab, Solichin, 1997. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua. Bumi Aksara; Jakarta......................., 1999. Analisis Kebijaksanaan Negara; Teori dan Aplikasinya. PT. Danar Wijaya, Brawijaya University Press: Malang......................., 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Pres: MalangDomai, Tjahjanulin, 2011. Sound Governance, Universitas Brawijaya Press; MalangIslamy, M. Irfan, 2002. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Edisi 2 Cet.1. Bina Aksara; Jakarta.Isnian, Siti Nur.,2011. Tesis, Evaluasi Perencanaan Program Bahteramas Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Kendari, Pascasarjana Universitas Gajah Mada; Yogyakarta.,tidak dipublikasikan.Nugroho, Riant, 2012. Cet.ke-4, Public Policy, Elex Media Komputindo: Jakarta.Rahman, Niyati., 2011. Block Grand dari Poor Program menuju Popular Program, dalam : http://niyantirahman.blogspot.com/2011/11/block-grand-dari-poor-program-menuju.html (diakses pada 25 April 2013).Salman, Darmawan. 2009. Peranan BAHTERAMAS dalam Mendorong PembangunanBerbasis Komunitas di Sulawesi Tenggara, Makalah disampaikan dalam Acara Donor Meeting Bappeda Sulawesi Tenggara, 17-12-2008. Tidak dipublikasikan.Tambera, Haris., 2011. Pengaruh Dana Block Grant Terhadap Pemberdayaan Masyarakat di Kota Kendari , dalam http://haris-tambera.blogspot.com/2011/01/pengaruh-dana-block-grant-terhadap.html (diakses 25 April 2013).Winarno, Budi, 2011. Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus, CAPS: Yogyakarta.

DokumenDokumen Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara periode Tahun 2008-2013.Profil Kemiskinan di Sulawesi Tenggara tahun 2008., Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara.Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Universitas Haluoleo, 2012. Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Tenggara 2012 ; Kinerja Pelayanan Publik dan Tantangan Pembangunan di Bumi HaluoleoPeraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tenggara 2008 2013Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 25a Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksaaan Program Desentralisasi Fiskal Kegiatan Bantuan Keungan/ Block Grant pada Desa/ Kelurahan.Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pembebasan Biaya Pengobatan.Peraturan Gubernur Sulawesi Tanggara Nomor 24 Tahun 2008 tentang pembebasan Biaya Operasional Sekolah Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.11