Upload
hoangdien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN
KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG
(Studi Kasus Tanggal 25-26 Oktober 2017)
Adi Saputra1, Fahrizal
2
Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar Lampung
Email : [email protected]
ABSTRAK
Cuaca ekstrim berupa banjir bandang terjadi di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
pada Rabu sore hingga Kamis pagi hari (25 -26/10). Kejadian tersebut mengakibatkan rusaknya pemukiman dan
fasilitas umum serta menyebabkan akses jalan menuju lokasi terputus karena tanah longsor dan kerusakan jembatan.
Hasil analisis citra satelit menunjukan bahwa konsentrasi awan mulai terjadi pada tanggal 25 Oktober 2017 jam 06 –
12 UTC, hujan turun dengan intensitas ringan hingga sedang pada malam hari. Peningkatan signifikan terhadap
pertumbuhan awan hujan terjadi sejak jam 22 UTC tanggal 25 Oktober 2017 sampai dengan 02 UTC tanggal 26
Oktober 2017, mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Berdasarkan rekam jejak pertumbuhan
awan diketahui pembentukan awan hujan mulai terjadi di Teluk Semangka yang kemudian tumbuh semakin kuat di
daerah pesisir sebelah barat Tanggamus. Data angin 3.000 feet menunjukan pengaruh Shearlines (garis belokan
angin) di sebelah selatan Lampung menyebabkan terjadinya perlambatan massa udara, sehingga penumpukan massa
udara di suatu tempat memengaruhi terbentuknya pertemuan massa udara ke atas wilayah Lampung bagian selatan
dan mengakibatkan tumbuhnya awan-awan Cb yang kuat sehingga menghasilkan hujan dengan intensitas sedang
hingga lebat dan berdurasi lama.
Kata kunci : Citra satelit, Shearlines, Awan-awan Cb
1. PENDAHULUAN
Cuaca ekstrim berupa banjir bandang terjadi di
Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung pada Rabu sore hingga Kamis pagi
hari (25-26/10). Berdasarkan informasi media massa,
hujan yang terjadi pada siang hingga dini hari yang
terjadi di hulu sungai menyebabkan air sungai meluap,
sehingga mengakibatkan banjir bandang. Sedikitnya
terdapat 3 desa yang dilanda banjir bandang, yakni
Pekon Napal, Pekon Sinar Harapan dan Pekon Sinar
Maju, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.
Arus banjir juga telah menyebabkan jembatan yang
merupakan akses menuju lokasi dari arah Kecamatan
Cukuh Balak terputus. Selain itu, sekitar seratus meter
dari batas Pekon Napal, material longsoran telah
memenuhi badan jalan. Lihat lampiran II hal.9
Kondisi topografi wilayah di Kabupaten Tanggamus
secara umum terdiri atas wilayah pegunungan dan
perairan. Wilayah disebelah barat dan selatan
berbatasan dengan Teluk Semangka dan perairan Selat
Sunda, sedangkan disebelah utara dan timur berbatasan
dengan gunung dan perbukitan serta dekat dengan laut
(Teluk Semangka). Ditinjau dari kondisi topografi
Kabupaten Tanggamus, keadaan cuaca di daerah
tersebut sangat mudah berubah dan potensi cuaca
ekstrim seperti hujan lebat yang mengakibatkan banjir
memungkinkan terjadi di daerah tersebut.
Peristiwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat
yang berdurasi lama terjadi di Kecamatan Kelumbayan
Kabupaten Tanggamus pada Rabu sore hingga Kamis
dini hari Tanggal 25-26 Oktober 2017, tidak hanya
merusak pemukiman dan fasilitas umum, banjir juga
menyebabkan akses terputus karena tanah longsor dan
kerusakan jembatan. (Lampungpost.co.id, 2017) lihat
lampiran I hal.8. Hujan yang melanda Kecamatan
Kelumbayan pada tanggal 25-26 Oktober 2017 mulai
siang hingga dini hari tergolong ekstrim.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis kondisi
cuaca dan mengidentifikasi penyebab hujan lebat yang
terjadi pada tanggal 25-26 Oktober 2017 di wilayah
Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus
Provinsi Lampung yang mengakibatkan tanah longsor
dan banjir bandang. Hasil analisis diharapkan menjadi
bahan informasi bagi masyarakat untuk meminimalisir
dampak buruk yang mungkin timbul dari kejadian
serupa di masa mendatang.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Data
2.1.1 Data SATAID
Data SATAID yang penulis gunakan dalam
menganalisa kejadian cuaca ekstrim (banjir) yaitu data
Satelit Himawari 8 dengan kanal WV (Water Vavor)
tanggal 25 Oktober 2017 jam 03-23 UTC dan 26
Oktober 2017 jam 00-05 UTC.
2.1.2 Data Angin 3000 feet
Data angin yang penulis gunakan adalah data angin
3000 feet jam 00 dan 12 UTC tanggal 25 Oktober 2017.
Data ini digunakan karena dapat mewakili kondisi cuaca
Skala Meso. Dari data angin 3000 feet juga dapat
diketahui pengaruh gangguan cuaca skala Meso yang
berdampak (triger) pada gangguan cuaca skala lokal.
2.1.3 Data Presipitasi GSMap
Data ini digunakan untuk melihat distribusi presipitasi
di sekitar wilayah kejadian cuaca ekstrim. Data spasial
presipitasi GSMap merupakan solusi bilamana tidak ada
data pengamatan di tempat kejadian cuaca ekstrim.
Adapun data yang penulis gunakan data tanggal 26
Oktober 2017 dari jam 00 – 23 UTC.
2.2 Metode
Metode untuk membahas kejadian cuaca ekstrim ini
adalah dengan menganalisa kondisi awan mulai dari
tahap tumbuh hingga punah dengan aplikasi SATAID,
Analisis Medan Angin dan Analisis Peta Spasial Hujan
GSMap.
2.2.1 Analisa SATAID
Metode ini sudah lama dikembangkan oleh JMA
(Jepang Meteorological Agents), dimana dengan
software ini, dapat mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan awan samapai tahap matang. Pada fungsi
Measure terdapat beberapa tool seperti: (a) Brit,
digunakan untuk mengetahui Reflektansi/ Temperatur
Kanal, (b) Time, digunakan untuk membuat plot time
series di satu titik,dan (c) Contour, digunakan untuk
membuat kontur di wilayah tertentu.
2.2.2 Analisa Medan Angin
Tujuan analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat
gerakan dan aliran udara. Di daerah Tropik analisa
medan angin perlu diperhatikan karena peubah ruang
dan waktu cukup cepat. Dalam menganalisa medan
angin biasanya kita membuat Streamline. Khusus pada
peta sinoptik permukaan antara 200
LU dan 200
LS,
analisa Isobar perlu diganti, dengan Streamline dengan
pertimbangan kurang signifikan hubungan antara
tekanan udara dan cuaca di sekitar Equator. Pola medan
angin lebih memberikan informasi yang berkaitan
dengan cuaca. Dalam menganalisa streamline akan kita
temui titik simpang, anti siklon, siklon, low depression,
Shear, trough, ridge, konvergen, dan divergen serta
masih ada variasai-variasi streamline lainnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data SATAID
Berdasarkan gambar 1, terlihat tampilan kontur suhu
puncak awan Cumulunimbus (Cb), terlihat suhu puncak
awan Cb dapat mencapai rata-rata -50 s.d -70 dan
suhu yang sangat dingin ini merupakan kreteria jenis
awan Cb yang sangat kuat dan menjulang tinggi.
Kemudian dari gambar 2, terlihat historis pertumbuhan
awan dari tahap tumbuh sampai tahap matang dan
meluruh. Pada jam 03.00 s/d 05.00 UTC (10.00 s/d
13.00 WIB) pertumbuhan awan konvektif mulai terjadi,
dan pada jam 05.00-11.00 UTC (12.00-18.00 WIB)
tahap dewasa awan mulai terbentuk dimana suhu
puncak awan mencapai rata-rata -55 s.d -70 , dan pada
jam 22.00-04.00 UTC (05.00-11.00 WIB) awan CB
mulai terbentuk kembali dan menghasilkan hujan
dengan intensitas sedang hingga lebat dengan durasi
hujan yang lama.
Pada times series citra Satelit Himawari kanal WV lihat
gambar.3, terlihat tahap-tahap pertumbuhan awan, dari
awan tunggal (singel sel) sampai menjadi multi sel.
Kondisi awan singel sel (Cb tunggal) bisa terjadi
bilamana faktor lokal lebih dominan yang membentuk
awan itu sendiri. Sebaliknya awan multi sel (Cb
berkelompok) terbentuk bilamana faktor skala Meso
(efek adanya Shearlines) ikut berperan dalam
mempengaruhi faktor lokal. Diperkirakan intensitas
hujan yang turun dengan kategori sedang hingga lebat
dengan periode waktu yang lama sehingga
menyebabkan terjadi banjir bandang dan longsor di
beberapa desa di kecamatan kelumbayan.
Gambar 1. Peta Kontur Suhu Puncak Awan Cumulunimbus (Cb)
Gambar 2. Historis Pertumbuhan Awan Cumulunimbus (Cb)
Gambar 3. Times Series Awan Cumulunimbus (Cb) pada Citra Satelit.
3.3 Data Angin 3000 Feet
Dari data angin 3000 feet pada gambar 4, terlihat
bahwa di sebelah selatan Provinsi Lampung terbentuk
pola yang membentuk daerah shearlines(belokan angin)
sehingga memperkuat mekanisme pengangkatan massa
udara dan memperlama proses labilitas atmosfer skala
lokal, sehingga sebagian Lampung bagian selatan
banyak terdapat awan-awan konvektif yang nantinya
berkembang menjadi awan-awan Cb yang terbentuk
sangat kuat dan berkelompok menjadi awan Cb multi
sel.
Awan Cb Dini hari
hingga pagi hari
Awan Cb Siang dan
Sore hari
Gambar 4. Analisis Angin 3000 feet Tanggal 25 Oktober 2017jam 00 dan 12 UTC.
3.4 Data Presipitasi GSMap
Dari data GSMap terlihat wilayah sebagian besar
Lampung bagian selatan memiliki intensitas curah hujan
sedang hingga lebat lihat gambar 5, meskipun tidak ada
data pengamatan di titik kejadian. Tapi dapat
diperkirakan cuaca ekstrim yang terjadi pada tanggal 25
Oktober 2017 Siang, Sore, Malam dan dini hari, berasal
dari awan Cb yang sangat kuat dan berkelompok (multi
sel). Dari Gambar 6, terlihat frekuensi Hujan lebat
terjadi 2 kali selama 1 hari. Dapat diperkirakan cuaca
ekstrim (banjir) yang melanda Kecamatan Kelumbayan
wilayah Kabupaten Tanggamus di Lampung bersumber
dari pengaruh gangguan cuaca skala lokal.
Gambar 5. Data Jumlah Presipitasi GSMap Tanggal 26 Oktober 2017.
SHEARLINE
S
00 UTC 12 UTC
SHEARLINE
S
Gambar 6. Frekuensi Hujan Lebat GSMap Tanggal 26 Oktober 2017
4 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan analisis SATAID, terlihat suhu
puncak awan Cb dapat mencapai rata-rata -50 s.d -
70 dan suhu yang sangat dingin ini merupakan
kreteria jenis awan Cb yang sangat kuat dan
menjulang tinggi. Pada times series citra Satelit
Himawari kanal WV, terlihat tahap-tahap
pertumbuhan awan, dari awan tunggal (singel sel)
sampai menjadi multi sel. Kondisi awan singel sel
(Cb tunggal) bisa terjadi bilamana faktor lokal
lebih dominan yang membentuk awan itu sendiri.
Sebaliknya awan multi sel (Cb berkelompok)
terbentuk bilamana faktor skala meso ikut
berperan dalam mempengaruhi faktor lokal.
2. Dari data angin 3.000 feet pada gambar 4, terlihat
bahwa di sebelah selatan Provinsi Lampung
terbentuk pola yang membentuk daerah
shearlines(belokan angin) sehingga memperkuat
mekanisme pengangkatan massa udara dan
memperlama proses labilitas atmosfer skala lokal
sehingga hampir sebagian besar Lampung bagian
selatan banyak terdapat awan-awan konvektif
yang nantinya berkembang menjadi awan-awan Cb
yang terbentuk sangat kuat dan berkelompok
menjadi awan Cb multi sel.
3. Dari data GSMap terlihat wilayah sebagian besar
Lampung bagian selatan memiliki intensitas curah
hujan sedang hingga lebat lihat gambar 5,
meskipun tidak ada data pengamatan di titik
kejadian. Tapi dapat diperkirakan cuaca ekstrim
yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2017 Siang,
Sore, Malam dan dini hari, berasal dari awan Cb
yang sangat kuat dan berkelompok (multi sel).
Tapi dapat diperkirakan cuaca ekstrim yang terjadi
pada tanggal 25-26 Oktober 2017 Siang, Sore dan
Dini hari, berasal dari awan Cb yang sangat kuat
dan berkelompok (multi sel).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lampost.co/berita-kelumbayan-diterjang-
banjir-dan-longsor. diakses tanggal 27 Oktober 2017.
Pusdiklat BMKG. 2017. Pemanfaatan Data Presipitasi
GSMAP Untuk Analisis Kejadian Cuaca Ekstrim.
Online Group Discussion BMKG, Jakarta.
Puslitbang BMKG. 2009. Kajian Cuaca Ekstrim di
Wilayah Indonesia. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian
dan Pengembangan, Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika, Jakarta.
Suharsono.1973. Pedoman Analisa Cuaca. Pusat
Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Tjasyono, B. 2006. Meteorologi Indonesia Volume 1.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
Tjasyono, B. 2006. Meteorologi Indonesia Volume 2.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta