Analisis Kesesuaian Kawasan Industri Kecamatan Jetis

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN MOJOKERTO

Boby Setyawan Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang [email protected]

ABSTRACT Industry is a field that uses a livelihoods skill and perseverance of work and use the toolsin the field of processing of agricultural products and their distribution as the basis.Industrial development has contributed greatly to the economy Mojokerto regency. In thearea of the industry itself need to be set up with a clear and coherent pattern to runoptimally. But there are some things that indicate that the development of Industrial areain accordance with Jetis less spatial. It is necessary for analysis to identify the suitabilityof Industrial land in the district Jetis, in order to overhaul the Industrial area of potential for Mojokerto regency. Key words: Industri, perekonomian, pembangunan, analisis, potensial

1.

PENDAHULUAN

terarah, agar fungsi dari Kawasan Industri itu dapat berjalan secara optimal dan terhadap lingkungan sekitarnya dapat

Latar Belakang Perkembangan Industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Industri di Kabupaten Kawasan Mojokerto. Mojokerto

meminimalisir terjadinya dampak negatif. Namun Industri nyatanya Kabupaten penataan Mojokerto Kawasan kurang

dikembangkan secara intensif. Kabupaten Mojokerto juga ditunjang dengan

sesuai dengan rencana tata ruang atau rencana tata wilayah (RTRW), seperti pada Kawasan Industri Kecamatan Jetis.

aksesbilitas yang baik, sehingga memiliki potensi sebagai Kawasan Industri, salah satunya yaitu berada di Kecamatan Jetis. Didalam Kawasan Industri itu sendiri perlu ditata dengan pola yang jelas dan

Sehingga pembangunan tersebut merugikan masyarakat disekitarnya.

Permasalahan adalah adanya

yang indikasi

ditampilkan tentang Kawasan

2.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan di sekitar Kabupaten

ketidaksesuaian

pembangunan

Industri di Kecamatan Jetis. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pembangunan Kawasan Industri di Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Metode Penelitian Studi ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data terlebih dahulu, dimana data yang diperoleh didapatkan dari pelaksanaan penelitian untuk

Mojokerto seperti yang telah diuraikan diatas telah mengembangkan KawasanKawasan Industri secara intensif.

Demikian pula Kabupaten Mojokerto yang ditunjang dengan aksesbilitas yang baik memiliki potensi Kawasan Industri yang salah satu nya berada di Kecamatan Jetis (lihat gambar 1).

kemudian dianalisis kesesuaian lahannya. Data yang diambil meliputi data rencana tata ruang wilayah Kabupaten Mojokerto, data lingkungan dan pencemaran yang didapatkan langsung melalui observasi lapangan. Analisis dilakukan dengan

membandingkan antara rencana tata ruang Industri wilayah Kabupaten Mojokerto dengan parameter lingkungan aslinya, sehingga dapat diketahui kesesuaian lahan Industrinya. Metode yang digunakan dalam Kawasan Industri, adalah satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan Industri dan mempunyai batasan tertentu. Kawasan Industri yang dibangun dan dikelola secara khusus dapat berbentuk suatu kompleks yang disebut Kompleks Gambar 1. Lokasi Kawasan Industri Jetis.

analisis tulisan ini adalah untuk suatu acuan kualitatif. Di dalam acuan ini dipergunakan untuk metode hirarki

tingkatan, dengan bentuk ini, kemudian dirangking berdasarkan seberapa besar tingkat kesesuaian lahan berdasarkan

rencana tata ruang dan syarat suatu daerah Industri.

Industri atau berbentuk estate yang disebut Estate Industri (Industrial Estate). Kawasan Industri Jetis merupakan salah satu Kawasan Industri yang b.

satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien; Mendukung upaya penyedian lapangan kerja; c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto

dikembangkan berupa Kawasan (Industrial Estate). Kawasan ini telah berkambang secara individual di Desa Mojolebak, Desa Parengan dan Desa Perning dengan aneka jenis Industri, luas lahan yang berpotensial seluas 500 Ha. Tabel daftar sentra Industri Kecamatan Jetis No. 1 Nama Pabrik PT Alu Aksara Pratama (pabrik tepung) 2 PT Alam Imrotama Desa Jetis (pabrik kayu) 3 PT Ajinomoto Indonsia 4 5 6 7 Pabrik Kayu Pabrik Karbon Pabrik Baja Pabrik Kaca Dll. Desa Mojolebak Desa Parengan Desa Parengan Desa parengan Desa Mlirip Lokasi Desa Perning

(PDRB) di wilayah yang bersangkutan; d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin

ditimbulkan.

Kriteria umum dan kaidah perencanaan a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan Industri; serta izin usaha Industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1984 tentang PerIndustrian; b. Pemanfaatan Industri Kawasan harus peruntukan

sebesar-besarnya

diperuntukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah yang dan peningkatan akibat

pendapatan

tercipta

efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, Fungsi Utama Dilihat dari fungsi utamanya, suatu Kawasan peruntukan Industri seharusnya memiliki fungsi sebagai berikut: a. Memfasilitasi kegiatan Industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di c. mempertahankan lingkungan hidup; Jenis Industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis Industri yang dikembangkan harus dengan kelestarian tetap fungsi

d.

memiliki hubungan keterkaitan yang kuat 10 dari 28 dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau

Analisis Kesesuaian Kawasan Industri Analisa kesesuaian lahan Kawasan Industri di Kecamatan Jetis diperoleh dengan membandingkan antara

kemudahan akses ke pasar; e. Kawasan peruntukan Industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga

karakteristik lokasi dan kriteria teknis dengan kondisi langsung di lapangan. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan Kawasan peruntukan Industri yang berorientasi bahan mentah yang pertama adalah melihat kemiringan lerengnya.

dapat ditetapkan kriteria jenis Industri yang diijinkan beroperasi di Kawasan tersebut; f. Untuk mempercepat pengembangan Kawasan peruntukan, di dalam

Kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan Industri berkisar antara 0%-25%, sebab pada kemiringan >25%-45% sulit untuk dijadikan Kawasan Industri, namun tetap dapat dikembangkan dengan cara perbaikan kontur serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl. Sementara itu, Kawasan Kecamatan Jetis merupakan

Kawasan peruntukan Industri dapat dibentuk suatu perusahaan Kawasan Industri yang mengelola Kawasan Industri; g. Ketentuan tentang Kawasan Industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri PerIndustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Industri aspek Standar yang substansi Teknis mengatur serta Kawasan beberapa hak dan

daerah landai dengan kemiringan antara 0%-2% atau 0-2 dengan ketinggian antara 0-23 m diatas permukaan laut. Sehingga digunakan daerah sebagai Jetis sesuai untuk Industri

Kawasan

dilihat dari kondisi topografi dan fisiografi tempatnya. Karakteristik kedua dilihat dari

kewajiban Industri,

Perusahaan Perusahaan

Kawasan Pengelola

Kawasan Industri dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri; h. Khusus untuk Kawasan Industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi Amdal sehingga pihak Industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.

kondisi hidrologinya. Kawasan Industri yang baik adalah daerah yang bebas genangan, dekat dengan sumber air,

dengan drainase baik sampai sedang. Namun pada kenyataannya, Kawasan

Industri Jetis merupakan akuifer celah sarang (lihat gambar 2) yang memiliki

drainase rendah dengan produktifitas air yang kecil, dan daerah ini termasuk daerah kering di Mojokerto. Selain itu pada sebagian besar pabrik juga selalu terjadi genangan air seusai hujan deras. Hal ini disebabkan karena tersumbatnya saluran air selokan oleh sampah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah Jetis tidak cocok digunakan sebagai Kawasan Industri apabila dilihat dari kondisi hidrologisnya. Karakteristik ketiga adalah secara klimatologi, lokasi berada pada

kecenderungan minimum arah angin yang menuju pemukiman penduduk. Namun pada kenyataannya pada Industri di Desa Perning, Desa Mojolebak, kecenderungan arah angin mengarah kepada pemukiman penduduk, sehingga sering mengganggu kenyamanan penduduk. Namun sebagian lainnya masih Dapat berada pada kondisi

minimum.

di-simpulkan bahwa

dilihat dari segi klimatologi, daerah Jetis kurang cocok sebagai Kawasan Industri.

Karakteristik keempat berdasarkan kondisi geologinya. Kawasan Industri yang baik harusnya dapat menunjang konstruksi bangunan, dan tidak berada di Kawasan rawan bencana longsor. Secara geologis Kecamatan Jetis merupakan dataran

aluvium dengan jenis batuan miosen fasies sedimen (lihat gambar 3 dan 4) yang merupakan tanah subur dan batuan berupa kerikil pasiran yang biasanya juga

dimanfaatkan penduduk untuk tanaman tegalan. Selain itu karena tanahnya landai jadi daerah ini bukan merupakan salah satu daerah rawan longsor. Berdasarkan kondisi geologisnya daerah Jetis ini cocok

digunakan sebagai Kawasan Industri. Gambar 2. Peta hidrologis Kabupaten Mojokerto

. Gambar 3. Peta Geologis Mojokerto Gambar 4. Peta Lithologis Mojokerto

Keterangan warna:

Karakteristik

kelima

adalah

karakteristik lahan. Untuk syarat Kawasan Industri adalah area lahan cukup luas minimal 20 ha, dengan karakteristik tanah sedang sampai kasar, dan berada pada tanah marginal untuk pertanian. Kawasan Industri Jetis memiliki luas 500 ha, meliputi Desa Parengan, Desa Mojolebak, dan Desa Perning. Dengan karakteristik tanah kerakal-kerikil pasiran (lihat gambar 4) yang merupakan tanah bertekstur kasar. Karakteristik tanah yang berupa tanah aluvial sehingga merupakan tanah yang cocok untuk pertanian. Dapat disimpulkan

bahwa kondisi lahan daerah Jetis sesuai untuk digunakan menjadi lahan Industri.

Kriteria Teknis Pembangunan harus Kawasan Industri kelestarian juga harus Hasil investigasi dari Tim investigasi lingkungan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Surabaya

memperhatikan Selain itu

lingkungan.

dilengkapi dengan unit pengolahan limbah yang baik. Jenis Industri yang

menunjukkan bahwa buangan cair PT Alu Aksara Pratama mengandung padatan

dikembangkan adalah Industri yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kemen-terian

terlarut Total Dissolved Solid (TDS) yang cukup tinggi mencapai 976 ppm (part per million/satu milliliter dalam seribu liter) padahal TDS air sungai yang umum ada di Kawasan Mojokerto seperti air Kali Mlirip, Kanal Mangetan, Kali Brantas jumlah TDS yang diukur tak lebih dari 340 ppm. Tingginya TDS ini menunjukkan bahwa limbah cair PT Alu Aksara Pratama mengandung bahan-bahan organik dan bahan-bahan terlarut yang cukup tinggi sehingga menimbulkan sedimentasi dan meningkatkan kekeruhan sungai, dampak lain yang kini dirasakan oleh sebagaian Warga Pening ini adalah sepanjang aliran sungai Kwangean kini menimbulkan bau busuk, terlebih pada saat malam hari pukul 22.00 WIB atau saat subuh menjelang pagi.

Lingkungan Hidup. Pengelolaan limbah untuk Industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya juga harus dikelola secara terpadu. Namun pada nyatanya masih ditemukan pelaku Industri di Kawasan ini yang membuang limbahnya tanpa diolah

sehingga menimbulkan perubahan fisik, bau dan penurunan kualitas air. Misalkan saja PT Alu Aksara Pratama (produsen rose brand) di Jln. Perning

tepung

Kecamatan Jetis, limbah cair yang dibuang berdampak Kwangean. negatif terhadap Kali

Namun kenyataannya pembangunan Kawasan Industri ini terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga dampak dari pencemaran udara maupun

pencemaran berupa polutan air langsung berdampak bagi penduduk. Bau busuk yang berasal dari limbah pabrik tepung PT Alu Aksara Pratama setiap hari mengganggu warga yang tinggal disepanjang alur Kali Kwangean hingga Kali Brantas, terlebih pada saat malam hari disaat pabrik membuang limbah yang berwarna hitam dan putih pekat. Bahkan terkena bau limbah pabrik yang menyengat membuat puluhan warga desa perning melakukan aksi protes kepada pihak pabrik dan perangkat desa perning, Gambar 5. Pabrik Alu Aksara Produsen TEPUNG ROSE BRAND bebas Buang Limbah. namun tidak digubris oleh pihak pabrik, sampai penduduk mengungsi di balai desa setempat sebagai aksi protes mereka. Selain itu Industri pabrik baja di desa Pembangunan Industri juga harus memperhatikan jarak Kawasannya dengan pemukiman penduduk. Pembangun-an Parengan, pabrik kayu di desa Mojolebak dan pabrik kayu milik PT Alam Imrotama di desa Jetis tak ayal juga menimbulkan polutan berwarna hitam yang mencemari udara. Padahal jarak antara pabrik dengan Kawasan pemukiman penduduk tidak lebih dari 1 km. Penduduk setempat juga pernah melakukan aksi protes kepada pihak pabrik yang bersangkutan agar mereka megolah kembali gas buanganya agar tidak menjadi polutan yang mengganggu warga.

Kawasan Industri minimal berjarak 2 Km dari pemukiman dan berjarak 15-20 Km dari pusat kota. Penggunaan lahan pada Kawasan Industri Industri seharusnya juga terdiri dari penggunaan kavleling Industri, jalan dan saluran ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang Industri yang memadai.

Industri lainnya yaitu PT Ajinomoto yang terdapat di desa Mlirip. Pabrik ini juga pernah mendapat aksi protes

Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik (lihat gambar 6), dan merupakan jalur

transportasi Kabupaten-Kabupaten tersebut menuju kota Mojokerto.

masyarakat sekitar karena terjadi kebocoran tangki amoniak, sehingga menyebabkan puluhan warga mengalami keracunan serta tanaman dan ternak warga mati karena keracunan. Tidak hanya itu, warga juga protes karena air mereka tercemar oleh limbah tersebut. Dari sekian banyak Industri di sisa produksi PT Ajinomoto

Kecamatan Jetis hanya PT Ajinomoto yang mendapatkan perijinan untuk membuang limbah cair. Limbah cair PT Ajinomoto di buang di desa Greyol yang letaknya jauh dari pemukiman dan tidak mengganggu masyarakat. Limbah tersebut sebagian

masih diolah dan bisa dimanfaatkan lagi. Selain itu PT Alam Imrotama khusus juga untuk Gambar 6. Peta administratif Mojokerto

mempunyai

tempat

membuang limbahnya yang jauh dari pemukiman penduduk, namun PT Alam Imrotama perijinan pemerintah. Pendukung Industri Faktor aksesibitas penting utuk Pengembangan Kawasan masih belum mendapatkan limbah dari Pada kenyataannya, akses transportasi sepanjang jalan Kupang Perning Wringinharjo masih sangat buruk. Bahkan jalan sepanjang Industri di desa mojolebak terkesan rusak berat. Jalan berlubang dan bergelombang, debu di musim kemarau dan genangan air di musim penghujan. Hal itu terjadi karena banyaknya kendaraan besar yang sering melintasi Kawasan tersebut.

pembuangan

diperhatikan lagi kelayakannya. Kawasan Jetis merupakan salah satu Kawasan

strategis jalur transportasi, karena letaknya diantara Kabupaten Lamongan, Kabupaten

Selain

itu

infrastruktur

jalan

Fasilitas pelayanan yang terdiri dari sarana dan prasarana juga perlu diperhatikan untuk penunjang teknik

sepanjang jalan Canggu Jetis Perning Lakardowo masih perlu di benahi lagi, mengingat jalan ini adalah jalur transportasi vital yang menghubungkan Kawasan

Kawasan, seperti halnya adanya Kantor Pengelola, bank, poliklinik, sarana ibadah, pos keamanan, kantor pos, dll. kantor PT

Industri ini dengan daerah lain. Penyediaan berfungsi sebagai Kawasan taman hijau atau yang zona

pelayanan

telekomunikasi,

Ajinomoto sudah memiliki hampir sebagian besar sarana dan prasarana tersebut, namun sebagian besar Industri lain hanya memiliki sarana vital seperti sarana ibadah, pos keamanan, dan pelayanan komunikasi saja. Untuk Industri pengembangan perlu Kawasan dilengkapi

penyangga yang ditempatkan di jalan-jalan utama yang berdekatan dengan Kawasan pemukiman. Selain sebagai ruang penyekat antara Kawasan Industri dengan Kawasan pemukiman, adanya tanaman hijau juga dapat difungsikan untuk penyerap polutan yang terdapat di udara. Penyediaan Kawasan hijau ini sudah dilaksanakan oleh PT Ajinomoto dan PT Alam tanaman Imrotama, hijau di dengan penanaman tempat

(perluasan)

dokumen pengendalian lingkungan. Agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Namun sebagian besar sentra Industri di Kecamatan Jetis sering terjadi adu sengketa lahan dengan penduduk sekitar apabila ingin melakukan perluasan lahan. Hal ini tentunya sangat merugikan warga. Kendala lainnya yaitu persebaran Industri di

sekeliling

Industrinya. Namun Industri lainnya masih belum melaksanakan program dari

pemerintah tersebut. Sebuah sentra Industri seharusnya juga membuat jalur lambat pada sepanjang jalan arteri dan kolektor sebagai salah satu indikasi untuk pengembangan Industri. Dari sentra-sentra Industri yang terdapat di Kecamatan Jetis, hanya PT Ajinomoto saja yang sudah membuat jalur lambat.

Kecamatan Jetis tidak merata, sehingga sulit untuk mengembangkannya karena nilai jual lahan menjadi tinggi. Akibatnya sering terjadi sengketa lahan dengan warga sekitar. Kawasan Industri juga harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya

Sedangkan sebagian besar sentra Industri yang lain belum.

masyarakat setempat. Nilai positif dari Kawasan Industri di Kecamatan Jetis adalah mampu membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal

tersebut sangat menguntungkan karena tiap Industri mengutamakan karyawan yang berasal dari warga pada pemukiman di sekitarnya.

Karena pemukiman penduduk yang terlalu dekat dengan sentra produksi. Dan juga masih banyak sarana jalan yang rusak karena kegiatan produksi.

3.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran Kecamatan Jetis merupakan Kawasan

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kualitatif tentang data peraturan pemerintah tentang pembangunan dengan suatu Kawasan Industri di

yang cocok untuk dijadikan Kawasan Industri di Kabupaten Mojokerto, dilihat dari letak lokasinya secara geografis. Namun masih banyak yang harus dibenahi lagi, khususnya dalam pengolahan limbah atau penemuan alternatif untuk menetralisir limbah keluaran Kawasan Industri ini. Perbaikan hubungkan aksesibilitas Kawasan yang Industri mengdengan

analisis

Kawasan

Industri

Kecamatan Jetis, apabila dilihat dari segi lokasi, baik kondisi topografi, fisiografi dan kondisi geologi beserta jenis lahannya, Kecamatan Jetis sesuai untuk Kawasan Industri. Kawasan ini juga sesuai karena letaknya yang strategis mudah dengan di jalur

daerah lain juga perlu dilakukan untuk mempermudah arus transportasi antar

wilayah. Begitu pula dengan pelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang untuk kemjuan Industri, serta yang terakhir yaitu pengadaan Kawasan hijau di sekitar Kawasan Industri untuk mengurangi

transportasi

yang

jangkau.

Adanya Kawasan Industri Jetis ini juga sangat membantu perekonomian warga setempat, karena dari Kawasan Industri tersebut menyerap banyak tenaga kerja dari warga setempat. Namun sisi negatifnya dari

polutan yang ditimbulkan dari kegiatan produksi.

pengolahan limbahnya yang tidak baik, sebagian besar sentra Industri membuang limbahnya tanpa mengolahnya terlebih dahulu, akibatnya polutan dari limbah tersebut mencemari lingkungan. Dampak dari polutan limbah tersebut secara

langsung juga dirasakan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Sumarmi, 2007. Geografi Pengembangan Wilayah. Malang. Penerbit http://regional.kompas.com/read/2009/12/2 3/22081491/Warga.Mojokerto.Pr otes.Industri. Warga Mojokerto Protes Industri PT APP. Diakses tanggal 30 April 2011 Razif, M. 2002. Analisis Resiko

Universitas Negeri Malang(UM PRESS)

Lingkungan: Kumpulan Materi Kuliah. FTSP Jurusan Teknik Lingkungan, ITS. http://www.terranet.or.id/tulisandetil.php?i d=1832. Penegak Hukum Takluk Di Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten http://www.Mojokerto.web.id/2010/03/dam pak-pembuangan-limbah-pabrikhttp://wikipedia.com/Industri.html. Pengertian Industri. Diakses di-desa.html. Dampak Kaki Pencemar. Diakses

tanggal 30 April 2011

Mojokerto. Mojokerto

pembuangan limbah pabrik di Desa Perning. Diakses tanggal 1 Mei 2011

tanggal 20 April 2011

http://wikipedia.co.id/Kawasanperuntukan-Industri.html. Kawasan peruntukan Industri. Diakses tanggal 20 April 2011

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM : Boby Setyawan : 109821417278

Jurusan/Prodi : Geografi/S-1 Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa jurnal yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya ini hasil menjiplak, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 2 Mei 2011 Yang membuat penyataan

Boby Setyawan