Upload
votuyen
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM
SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
FEBRY HANGGA BIWARA
NIM : F 120 60 92
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
MOTTO
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar (QS Al-Baqarah: 153)
Allah tidak membebani sesorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(Q.S Al Baqarah 286)
Cinta dan kasih sayang orang tua tidak dapat dinilai dengan apapun.
(Penulis)
Nasehat-nasehat yang mampu memberikan inspirasi, jalan keluar, dan
membuka hati merupakan nasehat dari orang tua.
(Penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah.........dengan penuh rasa syukur karya sederhana ini
ku persembahkan setulus hati untuk orang-orang yang paling
kucintai dan kusayangi…
Bapak dan Ibuku tercinta terima kasih atas perhatian, kasih
sayang, doa, materi, dan pengorbanannya sehingga aku menjadi
seperti saat ini.
Kakak-kakaku Yosi dan Welly serta saudara-saudaraku terima
kasih atas suportnya selama ini.
Pak Bambang H., selaku pembimbing skripsiku, terima kasih
atas bimbingan dan saran yang telah diberikan selama aku
kuliah.
Sahabat-sahabatku yang tak bisa kusebut satu persatu
Pacar dan mantan-mantanku yang udah support.
Teman-teman Non Reg 06 yang tak bisa ak sebut satu persatu
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK
UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA) TAHUN 2010.”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itulah penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.
2. Dr. Hunik Sri Runing S., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Drs.Wiyono, M.M selaku sekretaris Program Studi Non Reguler Manajemen
yang telah memberikan dukungan selama masa studi di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak Drs. Bambang Hadinugroho, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis.
5. Bapak-Ibu dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
6. Kepada orang tua terima kasih atas segalanya yang telah diberikan.
7. Kakak saya Devi Yosiwara dan Welly Desrina. Terima kasih atas semangat
dan doanya serta dukungan-dukungan yang lain.
8. Netty dan Wijang, terima kasih sudah memberikan semangat dan selalu
menemani sehingga skripsi ini selesai.
9. Alm. Roby Bahtiar Rifai. Kamu adalah sahabat sejatiku, kamu sudah
menemaniku selama aku kuliah ini, suka duka sudah kita lalui, ketika aku mau
lulus kamu malah meninggalkanku. Semoga kamu bahagia disana.
10. Teman-teman nonreg 06 dan teman-temenku yang lain yang tidak bisa disebut
satu persatu terima kasih dukungannya
11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu
terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi keutuhan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ . iii
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii
ABSTRAKSI .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 5
A. Kelembagaan Bank .................................................................... 5
1. Pengertian Bank ................................................................... 5
2. Jenis Bank ............................................................................ 6
3. Sejarah Perbankan Syariah ................................................... 7
4. Penggunaan Dana Bank Umum Syariah .............................. 9
5. Sumber Dana Bank Umum Syariah........................................ 10
B. Kinerja Keuangan ....................................................................... 12
C. Kinerja Keuangan dengan Rasio ................................................ 14
D. Teori Efisiensi ............................................................................ 17
1. Proses Produksi .................................................................... 17
2. Kurva Isoquant ..................................................................... 18
3. Garis Isocost ......................................................................... 20
4. Jenis Efisiensi ....................................................................... 21
E. Kinerja Efisiensi dengan Dea ..................................................... 23
F. Penelitian Terdahulu .................................................................. 26
G. Kerangka Pemikiran ................................................................... 28
H. Hipotesis ..................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................ 30
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 30
B. Sumber Data ............................................................................... 30
C. Teknik dan Pengumpulan Data .................................................. 31
D. Pengukuran Variabel .................................................................. 32
1. Variabel Analisis DEA (Tingkat Efisiensi) .......................... 32
2. Variabel Analisis Rasio Keuangan ....................................... 34
E. Metode Analisis Data ................................................................. 36
1. Metode Analisis dengan DEA ............................................. 36
2. Metode Analisis Uji Korelasi Hasil Efisiensi DEA dengan
Rasio Keuangan .................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......... 44
A. Analisa Deskriptif ...................................................................... 44
B. Analisis Efisiensi ....................................................................... 45
C. Analisa Korelasi ........................................................................ 49
D. Pembahasan ............................................................................... 50
1. Analisis Data dengan Metode DEA ..................................... 50
2. Analisis Data Dengan Rasio Keuangan ............................... 51
3. Analisis Korelasi DEA Score dengan Rasio Keuangan ...... 56
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................ 57
A. Kesimpulan ................................................................................ 57
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 58
C. Implikasi ..................................................................................... 59
Daftar Pustaka ............................................................................... 62
Lampiran
ABSTRAK
“ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH
DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)”
FEBRY HANGGA BIWARA
NIM : F1206092
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah dengan analisis DEA, untuk mengetahui adanya korelasi antara
hasil analisis DEA dengan hasil analisis rasio-rasio keuangan pada bank umum
syariah. Penelitian ini merupakan study kasus karena dalam penelitian ini akan
mengamati kinerja yang tercermin dari efisiensi Bank Umum Syariah tahun 2010
yang diambil dari situs resmi bank-bank tersebut dan data yang dikeluarkan oleh
bank Indonesia (BI). Bank-bank yang diteliti terdiri dari 10 Bank Umum Syariah.
Analisis data menggunakan DEA dan Korelasi.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan mengambil data
keuangan bank pada tahun 2010. Metode yang dipilih untuk mengetahui kinerja
efisiensi perbankan adalah menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
Penerapan metode DEA berguna untuk mendapatkan nilai berupa tingkat efisiensi
yang dihitung dengan membandingkan hasil output dengan sumber daya yang
digunakan sebagai input. Penelitian ini mengambil populasi Bank Umum Syariah
sebanyak 10 bank pada tahun 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian
karakterisik dengan kriteria sampel yang ditentukan agar diperoleh sampel yang
representatif. Dalam penelitian ini diambil 10 Bank Umum Syariah sebagai
sampel.
Bank dikatakan memiliki kinerja yang efisien jika memiliki efisiensi
angka 1 (100%) dan semakin tidak efisien jika mendekati 0. Hasil analisis
terhadap 10 Bank Umum Syariah tidak semua efisien, karena ada 4 Bank Umum
Syariah yang tidak memiliki efisiensi 100%.
Implikasi dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis korelasi antara
hasil analisis DEA Score dengan rasio-rasio keuangan maka terdapat korelasi
yang signifikan antara DEA Score dengan rasio keuangan, yaitu ROA dan BOPO.
Adanya hubungan signifikan DEA Score dengan rasio keuangan maka akan
memberikan bukti dan memperkuat statement bahwa metode DEA baik untuk
dijadikan alat pendamping pengukuran kinerja keuangan secara formal.
Kata kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), CAMEL financial ratio, Bank
Syariah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan ekonomi dalam pandangan islam merupakan kelaziman
dan tuntutan kehidupan disamping juga ada dimensi ibadah. Kegiatan
ekonomi dalam pandangan islam bertujuan untuk (1) Memenuhi kebutuhan
hidup seseorang secara cukup dan sederhana, (2) Memenuhi kebutuhan
keluarga, (3) Memenuhi kebutuhan jangka panjang, (4) Menyediakan
kebutuhan keluarga yang ditingalkan, dan (5) Memberikan bantuan sosial dan
sumbangan menurut jalan Allah SWT.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pembiayaan
perbankan syariah juga mengalami peningkatan yang tajam. Kualitas
pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja yang membaik dengan
ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan bagi hasil yaitu
mudharobah dan musyarokah.
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Umum Syariah
(dalam Milliar Rp)
Indikator Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pembiayaan 15.232 20.445 27.944 38.195 46.886 68.181
Penyaluran Dana 16.132 19.839 25.663 33.026 46.386 76.602
Perkembangan Aset 17.111 21.151 27.286 34.036 48.014 79.186
*Sumber Bank Indonesia
Sama seperti bank lainnya perbankan syariah juga harus diketahui
kinerjanya. kinerja bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku (Totok dan Sigit : 2006)
Dengan adanya analisa laporan keuangan dapat diketahui tingkat
kinerja keuangan suatu bank, karena tingkat kinerja merupakan salah satu alat
pengontrol kelangsungan hidup. Dari laporan keuangan, akan diketahui
tingkat kinerja suatu bank. Dengan mengetahui kinerja keuangan suatu
perusahaan diharapkan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan kedepan.
Selama ini pengukuran kinerja lembaga keuangan hanya
menggunakan metode rasio dengan analisis CAMEL. Sementara itu saat ini
penggunaan metode DEA untuk menganalisis kinerja keuangan mulai banyak
digunakan. DEA adalah metode pengukuran matematis dengan pendekatan
non parametrik yang digunakan untuk mengukur efisiensi relatif antar DMU
yang memiliki input dan output yang sama. Metode DEA pertama kali
diperkenalkan oleh Charness, Cooper, dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978,
dan sekarang telah banyak digunakan oleh literatur luar negeri maupun dalam
negeri. Data Envelopment Analysis (DEA) mengukur tingkat efisiensi dengan
membandingkan variabel output dengan variabel input suatu Unit Kegiatan
Ekonomi (UKE) atau Decision Making Unit (DMU). DEA tidak hanya
digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan namun juga bisa digunakan
untuk mengevaluasi efisiensi relatif antar Decision Making Unit (DMU)
berupa sekolah, RS, universitas, dan lain-lain.
Efisiensi yang diukur oleh analisis DEA memiliki karakter yang
berbeda dengan konsep efisiensi pada umumnya. (1) efisiensi yang diukur
adalah bersifat teknis, bukan ekonomis. Artinya, analisis DEA hanya
memperhitungkan nilai absolut dari suatu variabel. Oleh karenanya
dimungkinkan suatu pola perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan
satuan yang berbeda-beda. (2) nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif
atau hanya berlaku dalam lingkup sekumpulan UKE (unit kegiatan ekonomi)
yang diperbandingkan tersebut (Nugroho,1995)
Kemudian hasil efisiensi DEA dikorelasikan dengan rasio
keuangan yang umum dipakai. Hasil analisis korelasi bertujuan untuk
memperkuat dasar bahwa analisis DEA baik untuk pengukuran kinerja
keuangan suatu lembaga. Dengan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas maka penulis melakukan sebuah penulisan dengan judul: “ANALISIS
KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DENGAN
METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) TAHUN 2010.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, permasalahan yang
dihadapi dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efisiensi kinerja keuangan Bank Umum Syariah bila diukur
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
2. Bagaimana korelasi antara hasil analisis DEA dengan rasio keuangan
Bank Umum Syariah.
C. Pembatasan Masalah
1. Penulisan ini hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah skala nasional
yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2010.
2. Rasio keuangan yang digunakan untuk uji korelasi adalah Capital
Adequate Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest
Margin (NIM), Return of Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya
Operasi per Pendapatan Operasi (BOPO), dan Loan to Debt Ratio (LDR)
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dengan
analisis DEA.
2. Untuk menganalisis adanya korelasi antara hasil analisis DEA dengan
hasil analisis rasio-rasio keuangan pada bank umum syariah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi tambahan mengenai perubahan struktur modal perusahaan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat
penanaman modal (keputusan investasi).
2. Bagi perusahaan bermanfaat untuk mengetahui kinerja keuangan berupa
tingkat efisiensi yang kemudian bisa digunakan untuk pengambilan
keputusan dan kebijakan kedepan.
3. Bagi peneliti lain bermanfaat untuk mengetahui aplikasi teori-teori di
bangku kuliah dan mengembangkan analisis kinerja keuangan dengan
Data Envelopment Analysis (DEA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelembagaan Bank
1. Pengertian Bank
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2004: 2). Menurut Syarif Arbi, bank
adalah lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok
masyarakat yang berlebihan dana dan menyalurkannya kepada kelompok
masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana tersebut serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut.
(Syarif Arbi, 2003: 5-6).
Dalam Al-Quran, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit.
Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur
seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu
disebutkan dengan jelas seperti zakat, sadaqah, ghanimah, (rampasan
perang), bai’ (jual-beli), dayn ( hutang), maal (harta), dan sebagainya,
yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam
kegiatan ekonomi (Sudarsono, 2003:27).
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pada pasal 1
disebutkan bahwa bank adalah bentuk dana usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan dalam
pasal 2 disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank
dalam pembangunan ekonomi (Kuncoro, 2002: 68-69).
a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan.
b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit.
c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
peredaran uang.
2. Jenis Bank
Menurut Lukman 2003 : 26, jenis perbankan dilihat dari segi
penentuan harga, yaitu :
a. Bank Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada
nasabahnya menggunakan metode penetapan bunga, sebagai harga
untuk produk simpanan demikian juga dengan produk pinjamannya.
Penentuan harga seperti ini disebut spreaa based.Sedangkan untuk
jasa bank lainnya menerapkan biaya dengan nominal atau
presentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan
istilah fee based.
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga berdasarkan
prinsip syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarokah), prinsip jual
beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
pembiayaan barang modal berdasrkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atau
barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak penyewa
(ijarahwa igtina). Sedangkan penentuan harga biaya jasa bank
lainnya juga sesuai dengan prinsip syariah islam, sebagai dasar
hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah Rosul
3. Sejarah Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam.
Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam
untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut
dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang
dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional.
Sejarah perbankan syariah pertama kali muncul di mesir pada
tahun 1963. Berbagai prinsip perbankan syariah telah diterapkan dengan
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Adapun jenis produk atau
jasa perbankan syariah adalah jasa untuk peminjam dana dan jasa untuk
penyimpan dana.
Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim
membuat negara ini menjadi pasar terbesar di dunia bagi perbankan
syariah. Besarnya populasi muslim itu memberikan ruang yang cukup
lebar bagi perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia.
Di Indonesia, Bank Umum Syariah pertama baru lahir tahun 1991
dan beroperasi secara resmi tahun 1992. Padahal, pemikiran mengenai
hal ini sudah terjadi sejak dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Raharjo,
saat memberikan Kata Pengantar buku Bank Islam Analisa Fiqih dan
Keuangan penghalangnya adalah faktor politik, yaitu bahwa pendirian
bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita mendirikan Negara
Islam (Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan : Adiwarman Karim –
IIIT Indonesia, 2003).
Namun, sejak 2000-an, setelah terbukti keunggulan Bank Umum
Syariah (bank Islam) dibandingkan bank konvensional – antara lain,
Bank Muamalat tidak memerlukan suntikan dana, ketika bank-bank
konvensional menjerit minta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
ratusan triliunan akibat negative spread – bank-bank Umum Syariah pun
bermunculan di Indonesia.
Hingga akhir Desember 2010, di Indonesia terdapat sebelas Bank
Umum Syariah (BUS) dan 17 Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdaftar
pada Bank Indonesia.
4. Penggunaan Dana Bank Umum Syariah
Alokasi penggunaan dana Bank Umum Syariah pada dasarnya dapat
dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank yaitu:
1. Aktiva yang menghasilkan, berupa investasi dalam bentuk:
a pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
b Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
c Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli
d Penbiayaan berdasarkan prinsip sewa
e Surat-surat berharga syariah dan infestasi lainnya
2. Aktiva yang tidak menghasilkan, terdiri dari :
a Aktiva dalam bentuk tunai
Aktiva dalam bentuk tunai terdiri dari uang tunai dalam vault,
cadangan likuiditas yang harus dipelihara pada bank central,
giro pada bank dan barang-barang tunai lainnya yang masih
dalam proses penagihan.
b Qard (pinjaman)
Pinjaman Qard al hasan adalah salah satu kegiatan Bank Umum
Syariah dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai
dengan ajaran islam. Untuk kegiatan ini bank tidak memperoleh
penghasilan karena bank dilarang untuk meminta imbalan
apapun dari para penerima qard
c Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris
Penanaman dana dalam bentuk ini juga tidak menghasilkan
pendapatan bagi bank, tetapi merupakan kebutuhan bank untuk
memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya. Fasilitas ini
terdiri dari bangunan gedung, kendaraan, dan peralatan lainnya
yang dipakai oleh bank dalam rangka penyediaan layanan
kepada nasabahnya.
Jadi sumber pendapatan Bank Umum Syariah terdiri dari :
a Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah
b Keuntungan atas kontrak jual beli
c Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina, dan
d Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya
5. Sumber Dana Bank Umum Syariah
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai
lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa
dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain
bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Sumber dana Bank Umum Syariah terdiri dari:
1. Modal inti
Adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Modal inti terdiri dari:
a Modal yang disetor oleh para pemegang saham, hal ini
dikarenakan sumber utama dari modal perusahaan adalah
saham.
b Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang
disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian
dikemudian hari.
c Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan
kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham
sendiri (melalui rapat umum pemegang saham) diputuskan
untuk ditanam kembali dalam bank.
2. Quasi ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah,
yaitu akad kerja sama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk
melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh
mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang
diperoleh dibagi antar keduanya dengan perbandingan yang telah
disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik
dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha
yang dilakukan.
Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai pengusaha,
bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:
a. Rekening investasi umum
b. Rekening investasi khusus
c. Rekening tabungan mudharabah
3. Titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya berupa giro atau tabungan. Motivasi utama orang
menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan
memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-
waktu.
B. Kinerja Keuangan
Analisa kinerja keuangan yang dilakukan pada dasarnya dilakukan
untuk melakukan evaluasi kinerja dimasa yang lalu, dengan melakukan
berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Dan berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja dimasa lalu, dapat
dilakukan prediksi terhadap kinerja perusahaan yang akan mendatang,
sehingga evaluasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan
berbagai keputusan-keputusan investasi (termasuk kredit) yang harus
dilakukan pada saat ini (Lesmana&Suryanto, 2004:11).
Kinerja merupakan salah satu ukuran yang menunjukkan efektifitas
dan efisiensi suatu organisasi atau perusahaan dalam rangka mencapai
tujuannya. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu
organisasi penilaian kinerja diproyeksikan dengan berbagai indikator.
Pemilihan indikator penilaian sebagai ukuran kinerja perusahaan merupakan
faktor yang penting karena menyangkut ketepatan hasil penilaian itu sendiri
dalam riset-riset yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Pada umumnya
penulis memilih ukuran kinerja perusahaan berdasarkan pertimbangan:
1. Hasil penulisan sejenis sebelumnya.
2. Menggunakan standar penilaian yang telah ditetapkan oleh otoritas yang
berwenang misalnya standar CAMEL oleh BI.
3. Kelaziman dalam praktik.
4. Mengembangkan model pengukuran melalui pengujian secara statistik
terlebih dahulu untuk memilih tolok ukur yang sesuai dengan tujuan
risetnya.
Menurut Sumarta (2001: 1) untuk memahami informasi dan kinerja
keuangan perusahaan diperlukan analisis laporan keuangan yang meliputi
perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Rasio yang dimaksud adalah
suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan.
Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 27/119/KEP/DIR
tanggal 25 Januari 1995 laporan keuangan bank terdiri dari (i) neraca, (ii)
laporan komitmen dan kontijensi, (iii) laporan laba/rugi, (iv) laporan arus kas,
dan (v) catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan Bank Umum Syariah yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Qordul Hasan, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Penyajian laporan keuangan Bank Umum Syariah harus disajikan
secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, arus kas,
perubahan investasi terikat, sumber dan penggunaan dana qordul hasan
disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(Hidayat, 2006). Prinsip akuntansi Bank Umum Syariah baik dari segi
penyajian maupun pelaporannya.
Laporan akuntansi Bank Umum Syariah terdiri dari :
a. Laporan posisi keuangan / neraca
b. Laporan laba-rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan modal
e. Laporan perubahan investasi tidak bebas /terbatas
f. Catatan atas laporan keuangan
g. Laporan sumber dan penggunaan zakat
h. Laporan sumber dan penggunaan dana qard/qardul hasan
Prinsip akuntansi Bank Umum Syariah ini mengacu pada Accounting
and Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang diterbitkan oleh
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution yang
berpusat di Bahrain yang didirikan pada tahun 1991 atas prakarsa IDB dan
beberapa lembaga keuangan syariah besar dan sekarang telah mempunyai
anggota hampir seluruh lembaga keuangan syariah.
C. Kinerja Keuangan dengan Rasio
Mengukur kinerja keuangan dengan menganalisis rasio keuangan
biasa dipakai oleh setiap lembaga perusahaan sendiri, pihak ekstern
perusahaan maupun lembaga pemerintah untuk mengawasi kinerja. Analisis
rasio ini menjadi standar dalam pengukuran kinerja seperti di perbankan dan
lembaga keuangan mikro. Macam-macam rasio keuangan yang menjadi dasar
penilaian bank berbeda dengan rasio keuangan perusahaan manufaktur.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur melalui berbagai rasio keuangan
yang diperoleh dari laporan keuangan.
Dalam sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan bisa
dimanfaatkan untuk membantu mengantisipasi kondisi dimasa depan dan
sebagai titik awal untuk perencanaan keuangan dimasa depan. Banyak study
dilakukan untuk meneliti kinerja lembaga dengan mendasarkan pada laporan
keuangan yang dipublikasikan pengukuran tingkat kinerja perbankan
menggunakan analisis rasio CAMEL, unsur-unsurnya yaitu:
1. Capital
Capital adalah kecukupan permodalan. Digunakan untuk
mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung
kegiatan bank secara efisien komponen yang diukur adalah total modal
dibagi dengan asset. Untuk mengukur permodalan maka rasio yang
digunakan adalah CAR (Capital Adequate Ratio).
2. Assets Quality
Bisa diproksikan dengan rasio NPL (Net Performing Loan),
yang merupakan rasio antara total kredit bermasalah dengan rasio
seluruh kredit.
3. Management
Penilaian manajemen dimaksudkan untuk menilai kemampuan
manajerial pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan
prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan
kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip
kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan
komitmen bank kepada Bank Indonesia.
4. Earnings
Bagaimana tingkat kemampuan Bank Umum Syariah dalam
menghasilkan profit melalui operasional diukur dengan menggunakan
analisis rentabilitas dan efisiensi. Rentabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan: (a) laba dibanding total aktiva yang
disebut Return Of Asset (ROA) dan (b) laba dibanding dengan modal
yang dimiliki yang disebut Return Of Equity (ROE). Sedangkan untuk
pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen
dalam menggunakan semua aktiva secara efisien. Komponen yang
diukur meliputi jumlah biaya operasional dan jumlah pendapatan
operasi yang disebut rasio BOPO.
5. Liquidity
Liquidity merupakan kemampuan kelancaran dana Bank Umum
Syariah. Untuk mengukur jumlah pembiayaan yang disalurkan
dibanding jumlah dana pihak ketiga disebut Loan to Debt Ratio
(LDR).
Mekanisme penilaian kinerja umum dengan analisis rasio dalam
penulisan ini akan menggunakan data keuangan yang diberikan oleh
bank. Komponen penilaian kinerja bank terdiri dari beberapa jenis
rasio keuangan yang menjadi standar penilaian. Rasio-rasio yang
digunakan dala penulisan ini meliputi rasio capital, assets quality,
management, earnings, dan liquidity seperti yang dijelaskan diatas.
D. Teori Efisiensi
1. Proses Produksi
Efisiensi berhubungan erat dengan proses produksi karena dalam
produksi dilakukan proses pengolahan input menjadi output. Semakin
sedikit input yang digunakan dalam menghasilkan output yang sama
maka semakin efisien. Menurut Sadono Sukirno (2002: 188) dalam teori
ekonomi berbagai jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit usaha
yang mempunyai tujuan yang sama yaitu “mencapai keuntungan yang
maksimum” untuk tujuan itu, ia menjalankan usaha yang bersamaan,
yaitu mengatur penggunaan faktor produksi dengan cara seefisien
mungkin sehingga usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai
dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang sebagai cara yang paling
efisien.
Menurut Boediono (1993: 64) persamaan fungsi produksi yaitu:
Q = f (X1, X2, X3, … , Xn)
Keterangan:
Q = Tingkat produksi (output)
X1, X2, X3, …, Xn = Berbagai input yang digunakan
Maksud dari persamaan diatas adalah output berupa jumlah produksi
sangat dipengaruhi oleh input berupa faktor-faktor produksi misalnya
jumlah stok modal, jumlah tenaga kerja, dan biaya.
Proses produksi lebih jelas digambarkan sebagai berikut:
Gambar Proses Produksi
Gambar diatas dapat diuraikan bahwa produksi berasal dari input berupa
faktor-faktor produksi yang diproses sehingga menghasilkan output
berupa barang dan jasa. Umpan dan evaluasi dilakukan untuk perbaikan
efisiensi dan produktivitas.
2. Kurva Isoquant
Kurva Isoquant adalah kurva yang menggambarkan gabungan tenaga
kerja dan modal yang akan menghasilkan tingkat produksi tertentu atau
kurva kombinasi yang menunjukkan kombinasi input untuk
menghasilkan kuantitas output yang sama.
INPUT
Tenaga kerja
(barang &
jasa)
Modal
Material
Energi
Tanah
Informasi
Managerial
PROSES
Proses
transformasi
OUTPUT
Produk
Umpan balik untuk
pengendaliaan, input,
proses, dan teknologi
1
6
3
2
A
B
C
D
Kurva Isoquant digambarkan sebagai berikut:
unit
IQ3 = 4000
IQ2 = 3000
IQ1 = 2000
IQ = 1000
Unit
1 2 3 6
Tenaga kerja
Gambar Kurva Isoquant
Keterangan:
Dalam gambar tersebut tingkat produksi 1000 yaitu IQ dengan kombinasi
input tenaga kerja dan modal yang besarnya variatif yang ditunjukkan
oleh titik A, B, C, D sebagai contoh titik B maka kombinasi inputnya
adalah 2 tenaga kerja dan B unit modal untuk menghasilkan produksi
sebesar 1000 untuk kurva Q1, Q2, Q3 berturut-turut sebanyak 2000 unit,
3000 unit, 4000 unit. Masing-masing kurva menunjukkan gabungan
tenaga kerja dan modal yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat
produksi semakin jauh dari titik 0 letaknya kurva semakin tinggi tingkat
produksinya dan input yang diperlukan juga semakin besar.
M
O
D
A
L
TC3
TC2
TC1
TC
5
6
7
3. Garis Isocost
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimalkan keuntungan
perusahaan harus meminimumkan biaya produksi. Kurva Isocost adalah
garis yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibeli
untuk suatu tingkat pengeluaran biaya tertentu.
Gambar:
Unit
4
3
2
1
0 2 4 6 8 10 12 14
Tenaga Kerja
Gambar Kurva Isocost
Keterangan:
Garis TC menunjukkan gabungan tenaga kerja dan modal yang dapat
diperoleh dengan menggunakan biaya sebesar Rp 80.000. Jika upah
tenaga kerja Rp 10.000 dan biaya modal per unit Rp 20.000 maka bisa
diperoleh kombinasi untuk tenaga kerja dengan 2 unit modal yang
ditunjukkan untuk titik B. Hal ini sesuai dengan perhitungan (4 x 10.000)
+ (2 x Rp 20.000) = Rp 80.000. Titik Adan C yg kombinasi input yang
bisa diperoleh dengan menggunakan biaya sebesar Rp 80.000 untuk garis
TC1, TC2, dan TC3 merupakan garis yang menunjukkan jumlah biaya
tertentu yang lebih besar di garis TC.
4. Jenis Efisiensi
Dalam sebuah perusahaan, efisiensi merupakan hal yang sangat
diperhatikan oleh pihak manajemen untuk mendapatkan keuntungan
maksimum. Menurut Coelli (1996: 3) pengukuran efisiensi modern
dimulai oleh Farell (1957) yang ditarik atas konsep kerja dari Debrew
(1951) dan Koopmans (1951) untuk menjelaskan ukuran sederhana
efisiensi perusahaan yang dapat menghitung banyak input. Farell
mengusulkan bahwa esifisensi perusahaan terdiri dari dua komponen: 1)
efisiensi teknik yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh output yang maksimal dari kumpulan input, 2) efisiensi
alokatif yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan input dengan proporsi yang maksimal, dengan harga
masing-masing. Kedua ukuran tersebut bila dikombinasikan akan
menjadi ukuran efisiensi ekonomis.
Efisiensi merupakan sebuah keunggulan bagi suatu organisasi
atau perusahaan karena dengan kemampuan efisiensi yang baik maka
bisa bersaing dengan yang lain. Konsumen lebih memilih produk yang
lebih murah dengan kualitas sama sehingga perusahaan bisa membuat
strategi untuk mengefisiensikan biaya produksi.
Secara grafis dapat dijelaskan sebagai berikut:
X2
X1 SS’
AA’
Y
Gambar Efisiensi Teknis dan Alokatif
Keterangan:
XI = Input 1
X2 = Input 2
Y = Output
SS’ = Kurva Isoquat
AA’ = Rasio harga input /Garis Isocost
Menurut Coelli (1996: 4-5) dianggap perusahaan menggunakan jumlah
input, digambarkan oleh titik P untuk memproduksi unit output, efisiensi
teknik perusahaan dapat digambarkan oleh jarak QP, dimana jumlah
semua input secara proporsional berkurang tanpa mengurangi output
produksi. Ini biasanya dinyatakan dalam ukuran presentase oleh rasio
QP/OP, yang menggambarkan presentase semua input yang dapat
dikurangi. Efisiensi teknis/technical efficiency (TE) pada perusahaan
pada umumnya diukur dengan rasio:
TE= 0Q/0P
Sedangkan untuk QP/OP bisa menyediakan indikator tingkat
ketidakefisiensian teknik pada perusahaan. Nilai satu menunjukkan
perusahaan dalam efisiensi teknis yang sempurna. Sebagai contoh, titik Q
dalah efisiensi teknik karena ini berada pada kurva efisiens isoquant.
Jika rasio harga input.isocost digambarkan oleh garis AA’ maka efisiensi
alokatif bisa juga dihitung. Efisiensi alokatif/allocative efficiency (AE)
pada operasi OP digambarkan rasio:
AE = 0R/0Q
Jarak RQ menggambarkan pengurangan biaya produksi maka terjadi
efisiensi alokatif titik Q’, sedangkan di titik Q tidak terjadi efisiensi
alokatif.
Total economic efficiency (EE) merupakan gabungan antara efisiensi
teknik dan alokatif yang digambarkan oleh rasio:
EE= 0R/0P
Dimana jarak RP dapat juga dianggap ukuran pengurangan biaya.
Sebagai catatan efisiensi teknik dan alokatif menyediakan efisiensi
ekonomis keseluruhan:
TE x AE = (0Q/0P) X (0R/0Q) = (OR/0P) = EE
E. Kinerja Efisiensi dengan DEA
Semua perusahaan mempunyai tujuan mencapai titik efisiensi dalam
mencapai laba yang maksimal. Jadi bagaimana input yang digunakan untuk
mencapai output bisa seminimal mungkin. Perusahaan bisa dikatakan efisien
jika:
1. Perusahaan tersebut mampu meminimalkan biaya tanpa menurunkan
output yang dihasilkan.
2. Perusahaan tersebut mampu menghasilkan output yang maksimal dengan
biaya yang sama.
Pengukuran sebuah efisiensi dari sebuah perusahaan dapat dilihat dari
rasio antara input dan output sebagai pedoman, hubungan antara input dan
output harus didasarkan bahwa hanya variabel input yang digunakan dalam
pengukuran saja yang mempengaruhi output. Salah satu metode untuk
mengukur tingkat efisiensi adalah Data Envelopment Analysis (DEA).
Dengan metode ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan dan lembaga bisnis lainnya.
DEA adalah sebuah teknik pemrograman matematis yang digunakan
untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit untuk
pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) dalam mengelola sumber
daya (input) dengan jenis yang sama sehingga menghasilkan output dengan
jenis yang sama pula, dimana hubungan bentuk fungsi dari input ke output
tidak diketahui (Siswandi, 2004:23)
DEA pada awalnya dikembangkan oleh Farell (1957) yang mengukur
efisiensi teknik satu input dan satu output menjadi multi input dan multi
output. Kemudian dipopulerkan oleh Charness, Cooper, dan Rhodes (1978)
dengan metode Constan Return to Scale (CRS) dan dikembangkan lagi oleh
Bunker, Charness, dan Cooper (1994) dengan metode Variable Return to
Scale (VRS). Kedua metode ini akhirnya terkenal sebagai model CCR dan
BCC. Model DEA paling dasar adalah model CCR (Charness, Cooper, dan
Rhodes) yang dikembangkan tahun 1978. Dalam model ini untuk setiap
entitas pengukuran DMU (Decision Making Unit) dibentuk virtual input dan
output yang pembobotannya vi (input) dan vr (output) memiliki nilai yang
belum diketahui.
Virtual input = v1 x10 + . . . + vm xm0
Virtual output = u1 y10 + . . . + us ys0
Nilai bobot akan ditentukan dengan menggunakan teknik Linear
programming dengan fungsi tujuan memaksimalkan.
Rasio = putvirtualout
utvirtualinp
Dalam hal ini bobot optimal kemungkinan dan pada umumnya akan
berbeda untuk setiap DMU. Jadi dalam DEA Bobot dihasilkan dari data dan
bukan ditentukan dari awal. Setiap DMU akan diarahkan kepada penggunaan
sel bobot yang akan menghasilkan nilai tujuan terbaik oleh setiap DMU
tersebut.
Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi
Constan Return to Scale yang membawa implikasi pada bentuk efisien set
yang linier. Hal tersebut akan memberikan konsekuensi penilaian bahwa
penambahan satu unit input harus menghasilkan penambahan satu unit output
atau input dan output bergerak searah dengan kekuatan yang sama besar.
F. Penelitian Terdahulu
1. Penulisan Donsyah Yudistira (2003)
Dalam penelitiannya yang berjudul Efficiency in Islamic
Banking: an Empirical Analysis of 18 Banks, menggunakan variabel
input yang terdiri dari biaya staf, aktiva tetap, total deposito/simpanan,
dan variabel output terdiri dari total pinjaman, pendapatan lainnya dan
aktiva-aktiva likuid. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Hasil-hasil efisiensi menyeluruh menunjukkan bahwa
ketidakefisiensian pada 18 bank Islam adalah 10% lebih sedikit,
yang dianggap sebanding dengan berbagai rekan konvensionalnya.
Dengan cara yang sama, bank-bank Islam dalam sampel tersebut
mengalami krisis global pada tahun 1998-1999 namun memiliki
performa yang sangat bagus setelah periode-periode yang sulit. Ini
akan menunjukkan bahwa saling ketergantungan bank-bank Islam
terhadap system finansial lainnya masih berhubungan erat dan suatu
regulator, terutama di mana bank tersebut beroperasi, hendaknya
mempertimbangkan perbankan Islam dalam penelitian stabilitas
finansial global.
b. Temuan-temuan selanjutnya mengindikasikan bahwa ada skala
disekonomi untuk bank-bank Islam berskala kecil-menengah yang
menunjukkan bahwa M&A seharusnya ditingkatkan. Didukung oleh
teknik non-parametrik dan analisis regresi, bank-bank di daerah
Timur Tengah kurang efisien ketimbang rekan-rekannya diluar
daerah tersebut. Juga, kekuatan pasar, yang bersifat umum di Timur
Tengah, tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas efisiensi.
Alasannya adalah bahwa bank-bank Islam dari luar daerah Timur
Tengah relatif baru dan sangat ditopang oleh regulator-regulatornya.
Lebih lanjut, bank-bank Islam yang terdaftar secara publik kurang
efisien dibandingkan dengan rekan-rekannya yang tak terdaftar.
2. Penulisan Maysun (2005)
Dalam penulisannya tentang analisis kinerja bank umum dan
Bank Umum Syariah, Maysun menggunakan variable input, yaitu modal,
tenaga kerja, jumlah kantor cabang dan untuk variable outputnya yaitu
pembiayaan dan dana pihak ketiga. Kesimpulan dari penulisan ini adalah
dari 14 bank yang diteliti dengan analisis DEA terdapat 7 bank yang
sudah mencapai score efisiensi sebesar 100% sedangkan masih ada 7
bank yang belum mencapai score maksimal.
3. Agus Riyadi (2006)
Dalam penelitiannya tentang analisis kinerja keuangan lembaga
pembiayaan mikro syariah dengan metode data envelopment analysis
(DEA), menggunakan variabel input yaitu modal, jumlah tenaga kerja,
dan biaya total, dan untuk variabel outputnya yaitu DPK, Jumlah
pembiayaan, dan total pendapatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. BMT di wilayah karisidenan Surakarta tidak semua efisien. Dari 32
BMT yang diteliti hanya 9 BMT yang efisien.
b. Berdasarkan analisis korelasi DEA dengan rasio keuangan terdapat
korelasi yang signifikan dengan score 3 dari rasio keuangan NPM,
ROE, dan BOPO.
c. BMT di karisidenan Surakarta yang belum efisien ada 23 BMT
dengan perincian sebagai berikut:
1) Tingkat efisien 90% - 99,9% : 13 BMT
2) Tingkat efisien 80% - 89,9% : 9 BMT
3) Tingkat efisien 70% - 79,9% : 1 BMT
4. Paryati (2009)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Paryati dengan judul
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia Dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan Analisis CAMELS,
peneliti mengambil sampel 36 Bank Umum Syariah yang terdiri dari 3
umum Bank Umum Syariah dan 33 unit usaha syariah. Dari penelitian
tersebut terdapat 25 bank yang sudah efisien.
5. Denny Prasetyaningrum (2010)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Denny Prastyaningrum
dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA) Pada Bank Konvensional dan Bank Umum
Syariah. Peneliti mengambil sample 26 bank konvensional dan 4 Bank
Umum Syariah. Didapat tingkat efisiensi bank konvensional dan bank
umum syariah yang tercatat di BEJ dan BI dinilai cukup efisien dengan
nilai efisiensi yang berkisar antara 86.55% - 97.58%.
CAR
NPL
NIM
ROA
ROE
BOPO
LDR
G. Kerangka Pemikiran
Data Keuangan
Analisis DEA Analisis CAMEL
Input Output
a. Modal a. DPK
b. Tenaga kerja b. Jumlah Pembiayaan
c. Biaya total c. Total pendapatan
Dari kerangka pemikiran di atas bisa diuraikan bahwa dalam penulisan ini
menggunakan data kuantitatif yaitu data keuangan Bank Umum Syariah.
Tujuan penulisan adalah mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
dengan metode DEA. Penilaian kinerja juga dilakukan dengan
menggunakan analisis rasio-rasio keuangan kemudian diteliti hubungan
antara tingkat efisiensi dengan rasio-rasio keuangan dengan maksud
memperkuat pernyataan bahwa metode DEA baik sebagai metode
penilaian kinerja.
Hasil tingkat efisiensi bisa dijadikan pertimbangan manajemen
bank umum dan bank swasta untuk menetapkan kebijakan ke depan.
Variabel yang digunakan dalam metode DEA ini yaitu variable input
terdiri dari modal, jumlah tenaga kerja, dan biaya total sedangkan untuk
Uji Statistik
Korelasi Data Hasil Efisiensi
variable outputnya terdiri dari jumlah DPK, jumlah pembiayaan, dan total
pendapatan. Untuk variable yang digunakan dalam analisis rasio-rasio
keuangan yang umum digunakan pada lembaga keuangan yaitu CAR,
NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO, dan LDR.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
ditemukan dalam masalah yang diteliti yang harus dibuktikan kebenarannya.
Menurut Sumarni dan Wahyuni (2005: 32) Hipotesis merupakan pernyataan
atau dugaan sementara yang diungkapkan secara deklaratif. Hipotesis dalam
penulisan ini adalah:
1. Diduga bahwa Bank Umum Syariah memiliki kinerja keuangan yang
efisien bila diukur dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
2. Diduga bahwa ada korelasi yang signifikan antara hasil analisis DEA
dengan rasio-rasio keuangan Bank Umum Syariah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan study kasus karena dalam penelitian ini akan
mengamati kinerja yang tercermin dari efisiensi Bank Umum Syariah tahun
2010 yang diambil dari situs resmi bank-bank tersebut dan data yang
dikeluarkan oleh bank Indonesia (BI). Bank-bank yang diteliti terdiri dari 10
Bank Umum Syariah. Bank umum syariah yang dijadikan objek penelitian
adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BCA Syariah, Bank BRI Syariah,
Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Viktoria Syariah, Bank
Maybank Syariah Indonesia.
Kriteria kinerja yang digunakan adalah efisiensi yang merupakan rasio
dari pencapaian output terhadap penggunaan input. Dimana input adalah
modal, jumlah tenaga kerja (JTK), Biaya total, sedangkan outputnya adalah
DPK, Jumlah pembiayaan, dan total pendapatan.
B. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dilaporkan oleh suatu badan, sedang badan ini
tidak langsung mengumpulkan sendiri melainkan diperoleh dari pihak lain
yang telah mengumpulkan terlebih dahulu dan menerbitkannya (Djarwanto,
1998:9). Data sekunder ini meliputi data tentang jumlah modal, jumlah tenaga
kerja, biaya total, dana pihak ketiga, jumlah pembiayaan, dan total
pendapatan. Yang masing-masing diperoleh dari masing-masing bank umum
dan Direktori Perbankan Syariah Indonesia (Bank Indonesia).
C. Teknik dan Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik
kepustakaan, yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari literatur-
literatur yang diperlukan yang berhubungan dengan data dan teori didalam
penelitian ini. Studi kepustakaan ini diperoleh melalui Bank Indonesia,
idx, melalui internet, dan berbagai sumber-sumber pendukung yang
berhubungan dengan penelitian.
2. Teknik pengambilan sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive
sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakterisik dengan
kriteria sampel yang ditentukan agar diperoleh sampel yang representatif
(Jogiyanto,2004). Kriteria bank syariah yang dapat menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah :
1. Bank yang terdaftar dan diakui Bank Indonesia sampai akhir tahun
2010
2. Bank umum syariah berskala nasional
3. Periode laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan
per 31 desember.
4. Bank mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap selama
periode pengamatan.
D. Pengukuran Variabel
1. Variabel Analisis DEA (Tingkat Efisiensi)
Identifikasi variabel input-output yang digunakan dalam pengukuran
perbandingan efisiensi kinerja merupakan langkah pertama dan
terpenting (Purwantoro, 2005: 15). Sebagai pedoman dapat dikatakan
bahwa hubungan antar variabel input dan output harus didasarkan pada
exclusivity dan exhaustiveness yang berarti bahwa hanya variabel input
yang dapat mempengaruhi variabel output dan hanya variabel output
yang digunakan dalam pengukuran saja yang dapat dipengaruhi. Tetapi
syarat ini dapat diperlunak dengan mengasumsikan bahwa variabel diluar
variabel pengukuran tidak akan merusak hubungan proporsionalitas nilai
variabel input dan output yang digunakan antar DMU. Variabel
pengukuran yang digunakan untuk memperoleh variabel tingkat efisiensi
dalam penulisan analisis Bank Umum Syariah dengan DEA, yaitu:
1. Variabel Input, terdiri dari:
a. Modal
Dalam Penelitian ini variable modal lebih ditekankan pada
modal disetor karena modal ini digunakan untuk sarana
perkantoran, pengadaan, peralatan kantor, dan promosi untuk
menarik minat masyarakat. Hal ini berarti modal disetor
berhubungan erat dengan proses produksi untuk menghasilkan
output. Modal yang digunakan (dalam rupiah).
b. Jumlah Tenaga Kerja (JTK)
Menunjukkan tenaga kerja yang dipergunakan bank dalam
operasionalnya baik yang berhubungan langsung dengan
nasabah maupun tidak yang terdaftar sebagai karyawan (dalam
satuan ruang).
c. Biaya total
Biaya total bank yang dikeluarkan oleh Bank Umum Syariah
untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dinyatakan dalam
rupiah.
2. Variabel Output, terdiri dari:
a. Dana Pihak Ketiga
Dana yang dikumpulkan oleh Bank Umum Syariah dari
masyarakat terdiri dari 3 macam produk yaitu tabungan,
deposito, dan giro (dalam rupiah).
b. Jumlah pembiayaan
Jumlah dana yang disalurkan oleh bank yang beroperasi secara
syariah kepada debitur dengan berbagai macam produk
penyaluran dana. Dalam satuan rupiah.
c. Total Pendapatan
Seluruh laba yang diperoleh perusahaan dari kegiatan
pembiayaan.
3. Efisiensi
Merupakan suatu ukuran yang membandingkan nilai output dari satu
proses dengan nilai inputnya. Nilai efisien dengan menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA) diperoleh bilamana nilai
efisiensinya 1 dan dikatakan inefisien jika nilainya semakin
mendekati 0. Data diolah dengan software DEA. Dapat dihitung
dengan cara :
Maksimumkan
m
i
ikik
s
r
rkrk
k
Xv
Yu
Z
1
1
.
.
Keterangan:
Zk= Efisiensi relatif
Urk= bobot untuk output UKE k
Uik=Bobot untuk input UKE k
Yrk= jumlah output r yang dihasilkan UKE k
Xik= jumlah input i yang dihasilkan UKE k
S= jumlah jenis output
M = jumlah jenis input
2. Variabel Analisis Rasio Keuangan
Analisis keuangan dengan rasio keuangan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran kinerja perbankan dilihat dari faktor rasio
keuangan. Rasio yang biasa di pakai adalah rasio yang biasa dipakai
perusahaan untuk menilai dan menjaga kinerja keuangan mereka.
Variabel rasio yang digunakan yaitu:
1) Capital
Menurut Sumarta (2006:26) kecukupan modal dianalisis dengan
menggunakan Leverage ratio berupa Capital to Assets Ratio,
sebagai berikut:
CAR x 100% = …%
CAR = Capital Adequate Ratio
CAR merupakan kemampuan permodalan. Semakin besar CAR
maka kondisi keuangan semakin baik karena jumlah modal
semakin besar terhadap aktiva.
2) Asset Quality
NPL = x 100% = …%
NPL = Non Performing Loan
3) Earnings
ROA = x 100% = …%
ROE x 100% = …%
NIM x 100% = …%
BOPO x 100% = …%
ROA = Return of Assets
ROE = Return of Equity
NIM = Net Interest Margin
BOPO = Biaya Operasi per Pendapatan Operasi
Earnings merupakan profitabilitas dengan ukuran ROA dan ROE
dan untuk efisiensi menggunakan ukuran BOPO. Semakin tinggi
ROA dan ROE maka kinerja perusahaan makin baik sedangkan
makin rendah BOPO kinerja makin baik.
4) Likuidity
LDR = x 100% = …%
LDR = Loan to Debt Ratio
Likuiditas juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menyalurkan pembiayaan dan memenuhi permintaan pembiayaan
dari masyarakat dengan ditunjukkan oleh rasio LDR. Semakin
tinggi rasio CR dan LDR maka kinerja perusahaan makin baik.
E. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di
sebuah unit entitas. Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan
rasio input dan output yang merupakan satuan pengukuran
produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial (misal: input tenaga
kerja, input modal, output penjualan, output profit dan lain-lain)
ataupun secara total (melibatkan semua output dan input suatu entitas
ke dalam pengukuran) yang dapat membantu menunjukkan faktor
input (output) apa yang paling berpengaruh.
Langkah-Langkah efisiensi DEA
1. Analisis unit-unit yang akan dikendalikan yang meliputi penentuan
sumber daya (input) yang dimanfaatkan output yang dihasilkan.
2. Menghitung model matematis DEA
Efisiensi relatif suatu DMU atau Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
didefinisikan sebagai rasio antara total output tertimbang dengan
total input tertimbang (total weighted output/total weighted input).
Inti dari analisis DEA adalah menentukan bobot atau timbangan
untuk setiap output dan input suatu UKE.
Bobot tersebut memiliki sifat:
a. Tidak bernilai negatif.
b. Bersivat universal.
Artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan
seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasio (total
weighted output atau total weighted input) dan nilainya lebih kecil
dari satu. Asumsi yang digunakan yaitu bahwa setiap UKE akan
memiliki bobot yang memaksimalkan rasio efisiensi. Setiap UKE
akan menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk
menghasilkan output yang berbeda pula. Oleh karena itu setiap
UKE akan memilik seperangkat bobot yang mencerminkan
keragaman tersebut. Pada umumnya UKE akan menetapkan bobot
yang lebih tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan
untuk output yang diproduksi dalam jumlah banyak. Bobot tersebut
sebagai penentu untuk memaksimumkan efisensi suatu Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE).
Formulasi terdapat n buah UKE yang akan dibandingkan
efisiensinya, dimana setiap UKE menggunakan sejumlah m jenis
input untuk menghasilkan s jenis output.
Misal Xij > 0 merupakan input i yang digunakan oleh UKE j dan
misalkan Yrj> 0 merupakan jumlah output r yang dihasilkan oleh
UKE j.
Misal Xik>0 merupakan input i yang digunakan oleh UKE k dan
misalkan Yrk>0 merupakan jumlah output r yang dihasilkan oleh
UKE k.
Variabel keputusan dari kasus tersebut adalah bobot yang harus
diberikan pada setiap input dan output oleh UKE k.
Misal:
Vik = bobot yang diberikan pada input i oleh UKE k
Urk = bobot yang diberikan pada output r oleh UKE k
Sehingga Vik dan Urk merupakan variabel keputusan yaitu variabel
yang dinilainya akan ditentukan melalui interaksi program linear.
Selanjutnya diformulasikan sejumlah n program fraksional, satu
formulasi program linear untuk setiap UKE didalam sampel. Fungsi
tujuan dari setiap program linear fraksional tersebut adalah rasio
dari output tertimbang (total weighted output) dari UKE k dibagi
dengan input tertimbang totalnya. Formulasi tujuan tersebut adalah
sebagai berikut:
Maksimumkan
m
i
ikik
s
r
rkrk
k
Xv
Yu
Z
1
1
.
.
Keterangan:
Zk= Efisiensi relatif
Urk= bobot untuk output UKE k
Uik=Bobot untuk input UKE k
Yrk= jumlah output r yang dihasilkan UKE k
Xik= jumlah input i yang dihasilkan UKE k
S= jumlah jenis output
M = jumlah jenis input
Kriteria universalitas mensyaratkan UKE k untuk memilih bobot
dengan batasan/kendala bahwa tidak ada UKE lain yang akan
memiliki efisiensi lebih besar dari 1 atau 100% jika UKE lain
tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh UKE Sehingga
formulasi selanjutnya adalah:
1
.
.
1
1
m
i
ijik
s
r
rjrk
k
Xv
Yu
Z ; j = 1, …… , n
Keterangan:
Yrj = jumlah output r yang dihasilkan UKE j
Xij = jumlah input i yang dihasilkan UKE j
Bobot yang dipilih untuk bernilai negatif:
urk 0 ; r = 1, … , s
vik 0 ; r = 1, … , m
Program linear fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam
program linear biasa dan metode simpleks dapat digunakan untuk
menyelesaikannya. Transformasi program linear yang disebut
dengan DEA adalah sebagai berikut:
(DEA) maksimum :
s
r
rkk uZ1
Yrk
Dengan batasan
0..11
m
i
ijik
s
r
rjrk XvYu ; j = 1, …. , n
1.1
m
i
ikik Xv
urk 0 ; r = 1, … , s
vrk 0 ; I = 1, …. , m
Dalam pengolahan data input dan output akan digunakan
software DEA.
2. Metode Analisis Uji Korelasi Hasil Efisiensi DEA dengan Rasio-
Rasio Keuangan.
Analisis ini untuk mengetahui apakah ada korelasi positif antara hasil
efisiensi DEA dengan rasio-rasio keuangan. Untuk mengetahui
korelasi antara analisis DEA dengan rasio keuangan maka dalam
penulisan ini ditetapkan tingkat signifikansi sebesar 5%. Karena
penelitian dilakukan antara tahun 2010, maka uji korelasi diambil
sample hanya pada tahun 2009. Uji korelasi merupakan teknik yang
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua
variabel. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berkaitan
dengan ada tidaknya pengaruh variabel independen (DEA) terhadap
variabel dependen (rasio keuangan). Hipotesis null (H0) menyatakan
tidak adanya hubungan/korelasi dari variabel independen terhadap
variabel dependen. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah lawan
pernyataan dari hipotesis null yang menunjukkan adanya
hubungan/korelasi dari variabel independen terhadap variabel
dependen. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode korelasi Pearson.
Tabel 3.1
PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRESTASI
KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00-0.199 Sangat Rendah
0.20-0.399 Rendah
0.40-0.599 Sedang/cukup
0.60-0.799 Kuat
0.80-0.1000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2007)
Teknik analisis korelasi dan pengujian hipotesa :
1) Menentukan hipotesis
2) Menentukan input dan output DEA
3) Untuk korelasi
a. Menentukan tingkat signifikansi 5% (0.05)
b. Menentukan t hitung
Keterangan:
rs : Koefisien korelasi
n : Jumlah pasang rank
Menentukan t table
4) Dengan taraf signifikansi (a) sebesar 5% maka bisa dihitung nilai t
tabel. Nilai t tabel dihitung dengan melihat tabel nilai t yaitu:
ta/2, n-2
5) Menentukan hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut:
Uji korelasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah uji korelasi
product moment pearson.
Hipotesis dalam penulisan ini yaitu:
H0: Korelasi antara dua variable adalah sama dengan nol atau
variabel hasil analisis DEA tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan masing-masing rasio keuangan bank.
H1: Korelasi antara dua variable adalah tidak sama dengan nol atau
variable hasil analisis DEA mempunyai hubungan yang
signifikan dengan masing-masing rasio keuangan bank.
Dengan taraf signifikansi (a) sebesar 5% maka kita bisa menghitung
nilai t tabel. Nilai t tabel dihitung dengan melihat tabel nilai t. Jika t
hitung lebih besar dari tabel maka H0 ditolak artinya dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil analisis DEA mempunyai korelasi yang
signifikan dengan masing-masing rasio keuangan Bank Umum
Syariah. Untuk mengolah data korelasi maka digunakan software
SPSS.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Deskriptif
Tabel 4.1
DESKRIPTIF STATISTIK
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEA 10 46.05 100.00 81.9500 23.60107
CAR 10 .00 .58 .1999 .18817
ASSET 10 .36 .65 .4369 .08235
ROA 10 .05 5.87 1.6049 2.04242
ROE 10 .01 2.92 .4273 .89746
NIM 10 .00 1.83 .4258 .61836
BOPO 10 .50 3.14 1.4235 .70679
LDR 10 .00 .37 .1181 .11364
Valid N (listwise) 10
Sumber: Data diolah tahun 2011
Hasil deskriptif dari tujuh rasio di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1. CAR mempunyai nilai minimum 0,00 terjadi pada bank Syariah
Bukopin, nilai maksimal 0,58 terjadi pada bank Maybank Syariah
Indonesia, mean 0,199 dan standar deviasi adalah 0,188.
2. ASSET mempunyai nilai minimum 0,36 terjadi pada bank BNI Syariah,
nilai maksimal 0,65 terjadi pada bank Syariah Bukopin, mean 0,43 dan
standar deviasi adalah 0,08.
3. ROA mempunyai nilai minimum 0,05 terjadi pada bank Syariah
Bukopin, nilai maksimal 5,87 terjadi pada bank Panin Syariah, mean
1,6049 dan standar deviasi adalah 2,04242.
4. ROE mempunyai nilai minimum 0,01 terjadi pada bank BCA Syariah,
nilai maksimal 2,92 terjadi pada bank Syariah Bukopin, mean 0,4273 dan
standar deviasi adalah 0,897.
5. NIM mempunyai nilai minimum 0,0 terjadi pada bank Syariah Bukopin,
nilai maksimal 1,83 terjadi pada bank Victoria Syariah, mean 0,4258 dan
standar deviasi adalah 0,61836.
6. BOPO mempunyai nilai minimum 0,50 terjadi pada bank Maybank
Syariah Indonesia, nilai maksimal 3,14 terjadi pada bank Panin Syariah,
mean 0,4258 dan standar deviasi 0,70679.
7. LDR mempunyai nilai minimum 0,0 terjadi pada bank Victoria Syariah,
nilai maksimal 0,37 terjadi pada bank Maybank Syariah Indonesia, mean
1,4235 dan standar deviasi 0,11634.
B. Analisis Efisiensi
Pengukuran efisiensi didasarkan pada pengembangan programisasi
linear pada empat titik pengamatan yaitu CAR, ASET QUALITY, ROA,
ROE, NIM, BOPO dan LDR. Pemilihan periode ini didasarkan pada
pengamatan perilaku efisiensi.
Tabel 4.2
DATA INPUT DAN OUTPUT
Bank
input output
modal
jumlah
tenaga
kerja
total
biaya
dana
pihak
ketiga
Pem-
biayaan
total
penda-
patan
PT Bank Syariah Mandiri 100 28.9 100 32.2 40 94
PT Bank Muamalat Indonesia 100 100 100 100 100 100
PT Bank BNI Syariah 100 100 100 100 100 100
PT Bank Syariah Mega Indonesia 100 100 100 100 100 100
PT Bank Victotia Syariah 11.9 0.9 100 73.3 1.3 89
PT Bank Maybank Syariah Indonesia 100 100 100 100 100 100
PT Bank Panin Syariah 14.7 2.2 100 78.8 83.7 44.4
PT Bank BRI Syariah 45.2 42.8 100 62.6 30.1 77.1
PT Bank Bca Syariah 100 100 100 100 100 100
PT Bank Syariah Bukopin 100 100 100 100 100 100
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk bank syari’ah mandiri
input modal dan biaya oprasional sudah menunjukkan efisien secara
sempurna tetapi jumlah tenaga kerja tingkat efisiensinya sebesar 28,9%
artinya jumlah tenaga kerja belum mencapai tingkat efisien sempurna karena
adanya perubahan dikarenakan terjadinya penurunan pada tingkat output,
sementara dana pihak ketiga sebesar 32,2%, pembiayaan 40% dan total
pendapatan sebesar 94% menunjukkan belum mencapai tingkat efisien
sempurna karena variable tersebut memang belum ditingkatkan mengingat
banyaknya kredit macet pada Bank tersebut.
Bank Mu’amalat menunjukkan input adalah untuk modal telah
mencapai efisiensi sempurna (100%), tenaga kerja telah mencapai efisiensi
sempurna 100%, total biaya telah mencapai efisiensi sempurna 100%, sedang
untuk outputnya adalah dana pihak ketiga yaitu telah mencapai efisiensi
sempurna (100%), pembiayaan yaitu telah mencapai efisiensi sempurna
(100%) dan total pendapatan telah mencapai efisiensi sempurna (100%). Dari
hal tersebut dapat diketahui bahwa Bank mampu memanfaatkan outputnya
secara optimal.
Bank BNI Syari’ah menunjukkan input adalah untuk modal telah
mencapai efisiensi sempurna (100%), tenaga kerja telah mencapai efisiensi
sempurna 100%, total biaya telah mencapai efisiensi sempurna 100%, sedang
untuk outputnya adalah dana pihak ketiga yaitu telah mencapai efisiensi
sempurna (100%), pembiayaan yaitu telah mencapai efisiensi sempurna
(100%) dan total pendapatan telah mencapai efisiensi sempurna (100%).
Bank Viktoria syari’ah input, total biaya sudah menunjukkan efisien
secara sempurna tetapi modal dan jumlah tenaga kerja belum mencapai
tingkat efisien sempurna pada tingkat output seluruh variable belum mencapai
tingkat efisiensi yang sempurna.
Bank Maybank Syari’ah menunjukkan input adalah untuk modal telah
mencapai efisiensi sempurna (100%), tenaga kerja telah mencapai efisiensi
sempurna 100%, total biaya telah mencapai efisiensi sempurna 100%, sedang
untuk outputnya adalah dana pihak ketiga yaitu telah mencapai efisiensi
sempurna (100%), pembiayaan yaitu telah mencapai efisiensi sempurna
(100%) dan total pendapatan telah mencapai efisiensi sempurna (100%).
Bank Panin syari’ah input total biaya sudah menunjukkan efisien
secara sempurna tetapi modal dan jumlah tenaga kerja belum mencapai
tingkat efisien sempurna pada tingkat output seluruh variable belum mencapai
tingkat efisiensi yang sempurna.
Bank BRI syari’ah input total biaya sudah menunjukkan efisien secara
sempurna tetapi modal dan jumlah tenaga kerja belum mencapai tingkat
efisien sempurna pada tingkat output seluruh variable belum mencapai tingkat
efisiensi yang sempurna.
Bank BCA Syari’ah menunjukkan input adalah untuk modal telah
mencapai efisiensi sempurna (100%), tenaga kerja telah mencapai efisiensi
sempurna 100%, total biaya telah mencapai efisiensi sempurna 100%, sedang
untuk outputnya adalah dana pihak ketiga yaitu telah mencapai efisiensi
sempurna (100%), pembiayaan yaitu telah mencapai efisiensi sempurna
(100%) dan total pendapatan telah mencapai efisiensi sempurna (100%). Dari
hal tersebut dapat diketahui bahwa Bank mampu memanfaatkan outputnya
secara optimal.
Bank Syari’ah Bukopin menunjukkan input adalah untuk modal telah
mencapai efisiensi sempurna (100%), tenaga kerja telah mencapai efisiensi
sempurna 100%, total biaya telah mencapai efisiensi sempurna 100%, sedang
untuk outputnya adalah dana pihak ketiga yaitu telah mencapai efisiensi
sempurna (100%), pembiayaan yaitu telah mencapai efisiensi sempurna
(100%) dan total pendapatan telah mencapai efisiensi sempurna (100%). Dari
hal tersebut dapat diketahui bahwa Bank mampu memanfaatkan outputnya
secara optimal.
Tabel 4.3
HASIL EFISIENSI
Nama Perusahaan Efisiensi (dlm %)
Bank Syariah Mandiri 100
Bank Muamalat Indonesia 100
Bank BNI Syariah 100
Bank Syariah Mega Indonesia 59,84
Bank Victoria Syariah 46,05
Bank Maybank Syariah Indonesia 100
Bank Panin Syariah 53,97
Bank BRI Syariah 59,64
Bank BCA Syariah 100
Bank Syariah Bukopin 100
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011
Tabel diatas menujukkan bahwa Bank Syari’ah Mega Indonesia, Bank
Viktoria Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dan BRI Syari’ah mencapai efisiensi
yang kurang baik hal ini belum dimanfaatkannya modal secara maksimal,
tenaga kerja kurang optimal sedangkan outputnya seperti pembiayaan, total
pendapatan dan dana pihak ketiga juga belum dimanfaatkan secara maksimal
mengingat kurang efektifnya total biaya yang dikeluarkan.
C. Analisa Korelasi
Hasil korelasi menunjukkan:
Table 4.4
HASIL KORELASI
Correlations
1 .006 .490 -.499 .646* -.098 .613 -.127
.986 .150 .142 .044 .787 .059 .726
10 10 10 10 10 10 10 10
.006 1 -.056 .848** -.020 -.209 -.085 .224
.986 .877 .002 .956 .563 .815 .534
10 10 10 10 10 10 10 10
.490 -.056 1 -.329 .756* .673* .120 -.654*
.150 .877 .353 .011 .033 .741 .040
10 10 10 10 10 10 10 10
-.499 .848** -.329 1 -.334 -.166 -.369 .319
.142 .002 .353 .346 .646 .294 .368
10 10 10 10 10 10 10 10
.646* -.020 .756* -.334 1 .110 .109 -.444
.044 .956 .011 .346 .762 .765 .199
10 10 10 10 10 10 10 10
-.098 -.209 .673* -.166 .110 1 -.095 -.681*
.787 .563 .033 .646 .762 .794 .030
10 10 10 10 10 10 10 10
.613 -.085 .120 -.369 .109 -.095 1 .315
.059 .815 .741 .294 .765 .794 .375
10 10 10 10 10 10 10 10
-.127 .224 -.654* .319 -.444 -.681* .315 1
.726 .534 .040 .368 .199 .030 .375
10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
CAR
ASSET
ROA
ROE
NIM
BOPO
LDR
DEA
CAR ASSET ROA ROE NIM BOPO LDR DEA
Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini,
maka data yang telah diperoleh harus dianalisis. Rumus yang digunakan
untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan Rumus Korelasi
Product Moment dari Peaeson, hasil yang diperoleh CAR adalah -0,127 atau
12,7%. Dengan tingkat signifikan 0,726 berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara CAR terhadap tingkat efisiensi bank. Hasil yang diperoleh
ASSET adalah 0,224 atau 22,4%, dengan tingkat signifikan 0,534 berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara ASSET terhadap tingkat efisiensi
bank. Hasil yang diperoleh ROA adalah -0,654 atau 65,4%, dengan tingkat
signifikan 0,040 berarti ada hubungan yang signifikan antara ROA terhadap
tingkat efisiensi bank. Hasil yang diperoleh ROE adalah 0,319 atau 31,9%,
dengan tingkat signifikan 0,368 berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara ROE terhadap tingkat efisiensi bank. Hasil yang diperoleh NIM adalah
-0,444 atau 44,4%, dengan tingkat signifikan 0,199 berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara NIM terhadap tingkat efisiensi bank. Hasil
yang diperoleh BOPO adalah -0,681 atau 68,1%, dengan tingkat signifikan
0,030 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara BOPO terhadap
tingkat efisiensi bank. Hasil yang diperoleh LDR adalah 0,315 atau 31,5%,
dengan tingkat signifikan 0,375 berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara LDR terhadap tingkat efisiensi bank.
D. Pembahasan
Dari hasil analisis data di atas maka dapat diambil beberapa pembahasan
terkait dengan teori yang ada dan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah
organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input
yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat
pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada,
atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output
tertentu. Dengan di identifikasikannya alokasi input dan output, dapat
dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas
kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan.
Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang
baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi
peraturan. Sebagaimana diketahui industri perbankan adalah industri yang
paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi
ukuran kinerja dunia.
Terkait dengan penelitian terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh Agus
Riyadi (2006) dengan mengambil sampel 32 BMT di Karesidenan
Surakarta. Dari 32 sampel yang diambil hanya 9 BMT saja yang efisien.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Paryati (2009) dengan
mengambil sampel 36 bank syariah yang terdiri dari 3 umum bank syariah
dan 33 unit usaha syariah. Dari penelitian tersebut terdapat 25 bank yang
sudah efisien. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain:
1) Obyek yang diambil berbeda
Obyek yang diambil dalam penelitian ini adalah bank umum syariah
di Indonesia berskala makro atau berskala nasional, sedangkan obyek
yang diambil oleh Paryati adalah bank syariah berskala mikro dan
obyek yang diambil Agus Riyadi adalah BMT yang berskala mikro.
2) Jumlah sampel yang diambil berbeda
Jumlah sampel dari penelitian ini 10 bank umum syariah dengan
mengambil 10 laporan keuangan tahunan tahun 2010, sedangkan
penelitian oleh denny prastyaningrum 26 bank konvensional dan 4
bank umum syariah dengan mengambil 26 laporan keuangan semester
1 dan semester 2 tahun 2008, sampel yang diambil oleh paryati
penelitian ini 18 bank syariah dengan mengambil 36 laporan keuangan
semester 1 dan semester 2 tahun 2008 dan sampel yang diambil oleh
Agus Riyadi sebanyak 32 BMT dengan laporan keuangan tahunan
tahun 2005.
3) Variabel Input dan variabel output data berbeda
Input yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan input yang
digunakan dalam penelitian Agus Riyadi antara lain modal, jumlah
tenaga kerja, dan biaya total, sedangkan outputnya adalah dana pihak
ketiga (DPK), jumlah pembiayaan, dan total pendapatan. Dalam
penelitian Parsiah input yang digunakan antara lain biaya staf, aktiva
tetap, total simpanan, sedangkan outputnya adalah total pembiayaan,
jumlah pendapatan, dan aktiva likuid.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Donsyah Yudistira (2003)
yang meneliti tentang efisiensi di 18 bank syariah di dunia, penelitian ini
sangat bertolak belakang, karena periode yang diteliti Donsyah Yudistira
tahun 1997-2000 dimana tahun 1998 terjadi krisis global yang berdampak
pada kinerja bank konvensional dan bank umum syariah meskipun
akhirnya tetap bisa bertahan terhadap terpaan krisis, tetapi input dan output
yang digunakan hampir sama.
2. Analisis Data dengan Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan
karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan dari data akuntansi dan
laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan
efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan
keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan analisis rasio
keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam
perbandingan, yaitu:
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio
sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis. Perhitungan kinerja
keuangan bank syariah menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut:
1) Rasio CAR
Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank
dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi
serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar-kecilnya
kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para
pemegang sahamnya. Untuk menghitung rasio permodalan
digunakan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya hubungan dengan
tingkat efisiensi bank.
2) Rasio ASSET
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari
besarnya total asset yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan
aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.
Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan
semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.
Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap
perusahaan, dimungkinkan pihak kreditor tertarik menanamkan
dananya ke perusahaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak
adanya hubungan dengan tingkat efisiensi bank.
3) Rasio ROA dan ROE
ROA dan ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau
net income after tax (NIAT) terhadap total asset. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return
semakin besar. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
hubungan dengan tingkat efisiensi bank.
4) Rasio NIM
Net Interest Margin (NIM) yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih semakin besar maka akan
meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank, sehingga semakin besar Net Interest Margin (NIM)
menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva
perusahaan dalam bentuk kredit, sehingga Return On Asset (ROA)
bank akan meningkat. Atau dengan kata lain, semakin besar Net
Interest Margin (NIM) suatu bank maka semakin besar juga Return
On Asset (ROA) yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja
keuangan bank semakin membaik dan meningkat. Rasio NIM
mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi
pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan,
2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga
dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat
pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga
dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008). Semakin besar NIM
yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang
bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Hasil
yang diperoleh menunjukkan tidak adanya Hubungan dengan
tingkat efisiensi bank.
5) Rasio BOPO
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum
pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas
(ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika BOPO meningkat yang
berarti efisiensi menurun, maka Return On Asset (ROA) yang
diperoleh bank akan menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat
efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap
pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika
kegiatan operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai
rasio BOPO rendah) maka pendapatan yang dihasilkan bank
tersebut akan naik. Selain itu, besarnya rasio BOPO juga
disebabkan karena tingginya biaya dana yang dihimpun dan
rendahnya pendapatan bunga dari penanaman dana. Hasil yang
diperoleh menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat efisiensi
bank.
6) Rasio LDR
Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut
mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali
kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang
disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun
banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir,
2004).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kemampuan
bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang
terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang
diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan laba bank yang
bersangkutan, dengan kata lain kenaikan Loan to Deposit Ratio
(LDR) akan meningkatkan Return On Asset (ROA), sehingga
kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga
jumlah kredit macetnya akan kecil). Hasil yang diperoleh
menunjukkan tidak adanya hubungan dengan tingkat efisiensi bank.
3. Analisis Korelasi DEA Score dengan Rasio Keuangan
Dalam penelitian ini korelasi antara DEA Score dengan Rasio Keuangan
yang mempunyai korelasi yang kuat adalah korelasi antara DEA Score
dengan rasio ROA, dan BOPO.
a. Korelasi antara DEA Score dengan ROA
Rentabilitas atau profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba, atau rasio yang mengukur efisiensi
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memiliki hubungan yang
positif terhadap pertumbuhan laba. Pengembalian dari modal (ROA)
bila melebihi dari biaya modal yang dikeluarkan, berarti perusahaan
telah efisiensi dalam mengelola modal sendiri, yang menyebabkan laba
perusahaan akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Semakin tinggi ROA semakin tinggi pertumbuhan laba. Dengan tingkat
efisiensi yang tinggi yang diukur dengan DEA Score maka perusahaan
telah melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik dan dengan
kegiatan operasional yang baik maka perusahan dapat memperoleh
laba. Untuk itulah pengukuran tingkat efisiensi perusahaan dengan
DEA Score memiliki hubungan dengan rasio yang mengukur efisiensi
perusahaan dalam memperoleh laba yakni ROA.
b. Korelasi antara DEA Score dengan BOPO
Efisiensi kinerja perusahaan yang diukur dengan DEA Score dan
analisis atas biaya operasional perusahaan berupa BOPO penting bagi
manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan
pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sehingga dari hasil penelitian
ini memberi bukti semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada analisis Bab IV penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis dengan Data Envelopment Analysis (DEA) dapat dilihat
dari 10 bank terdapat 6 bank yang telah melakukan proses kerja secara
efisien yaitu Bank Syari’ah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI
Syari’ah, Bank Maybank Syariah, Bank BCA Syariah, Bank Bukopin
Syari’ah yang ditunjukkan skore efisiensi yang mencapai angka 100%.
Sedangkan bank yang inefisien dalam proses produksinya yaitu Bank
Mega Syari’ah, Bank Victoria Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dan Bank
BRI Syari’ah.
Sumber inefisiensi yang terjadi pada bank-bank yang inefisien menurut
hasil analisis DEA pada umumnya berasal dari input-input yang digunakan
yaitu modal, jumlah tenaga kerja dan beban operasional juga terjadi pada
outputnya yang berupa pembiayaan. Inefisiensi yang terjadi pada bank-
bank tersebut dapat dilihat dari nilai target yang lebih kecil dari actual-
nya. Disamping itu DEA juga memberi informasi ketidakefisienan yang
terjadi melalui nilai achived yang belum mencapai 100% menunjukkan
produktifitas input atau output yang belum optimal.
2. Berdasarkan analisis korelasi antara hasil analisis DEA score dengan rasio
keuangan maka terdapat korelasi yang signifikan anatara DEA Score
dengan rasio keuangan yaitu ROA dan BOPO
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penulisan ini hanya dilakukan pada 10 bank syari’ah, sedangkan populasi
bank syari’ah berjumlah 11 bank. Sedangkan tahun yang diteliti hanya
pada tahun 2010. Untuk penulisan mendatang diharapkan meneliti semua
bank yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI)
sehingga hasil efisiensi bisa mencerminkan semua populasi bank. Dan
diharapkan tidak hanya satu tahun penelitian melainkan membandingkan
efisiensi bank dari tahun ke tahun agar diketahui perkembangan setiap
bank.
2. Dalam penelitian ini ditemui beberapa keterbatasan terutama dalam hal
ketersedian data, kasus semacam ini akan sering ditemui dalam studi-studi
efisiensi kinerja dengan menggunakan DEA sebagai metode analisis. DEA
memiliki berbagai keunggulan, yang bisa menangani banyak input dan
output yang dapat saja memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa
membutuhkan asumsi mengenai hubungan fungsional antara kedua
variabel tersebut.
Berdasarkan hal itulah memungkinkan peneliti untuk menyertakan semua
variabel aktivitas yang berhubungan erat dengan dihasilkannya output dan
juga semua variabel output yang dapat dihasilkan dari kumpulan input
yang ada di suatu unit analisis. Tetapi masalahnya tidak semua variabel
tersebut tercatat dan terorganisir secara baik ataupun kontinyu untuk setiap
periode. Hal itulah yang menyebabkan penulis hanya menganalisis jangka
waktu 1 tahun yaitu tahun 2010.
C. Implikasi dan Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengajukan beberapa kebijakan
yang dapat dilakukan untuk perbaikan kinerja khususnya 10 bank syari’ah
dengan kinerja keuangan sangat bagus pada aset 1-10 triliun tahun 2010 dan
dunia perbankan pada umumnya, yaitu sebagai berikut :
1. Bank-bank yang efisien hendaknya tetap mempertahankan efisiensinya,
namun bukan berarti harus mempertahankan output atau input yang ada
saat ini. Hal itu karena pengukuran efisiensi bank bersifat relatif jadi
walaupun tahun 2010 efisien tetapi ada kemungkinan tahun berikutnya
tidak efisien karena unit-unit lain produktifitasnya lebih baik atau
produktifitasnya meningkat. Oleh karena itu sumber daya yang
berkualitas, pelayanan yang baik dan teknologi yang unggul harus
diutamakan agar tercapai kondisi yang efisien.
2. Untuk menjadi efisien bank-bank yang belum efisien hendaknya
memperbaiki produktifitas input-inputnya untuk mencapai output
optimum dan kondisi efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai
kebijakan berikut :
a. Penggunaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sehingga
dapat tercipta manajemen bank yang berkualitas.
b. Pemaksimalan fungsi modal sebagai upaya perluasan pangsa pasar
bank dan perbaikan kualitas pelayanan bank.
c. Pemaksimalan fungsi kantor bank dalam melaksanakan kebijakan
bank dengan menetapkan strategi pemasaran yang tepat , pemilihan
lokasi yang menguntungkan bagi pertumbuhan bank, pemilihan
segmen pasar lebih difokuskan.
d. Perbaikan kualitas pelayanan pada nasabah memberikan kemudahan
bagi nasabah dalam bertransaksi dan lebih memahami karakter bagi
nasabah-nasabahnya.
e. Dalam skala ekonominya (economic of scale), bank perlu melakukan
inovasi teknologi agar biaya operasinal dapat diturunkan.
3. Dengan keunggulan yang diberikan DEA hendaknya ke depan
pengukuran kinerja keuangan tidak hanya menggunakan analisis
CAMEL melainkan disertakan juga metode analisis menggunakan DEA
sebagai pelengkap dikarenakan dari hasil analisis DEA Score
mempunyai hubungan yang signifikan dengan rasio keuangan yang
umum dipakai terutama pada rasio ROA dan BOPO.
4. Dengan melihat segala keterbatasan yang ada dalam analisis ini
hendaknya ke depan lebih dikembangkan lagi penelitian menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menilai kinerja dengan melihat
efisiensi teknisnya. Namun demikian penerapan metode DEA dalam
dunia perbankan masih memerlukan adanya penyempurnaan model, baik
karena adanya faktor lingkungan ataupun adanya nilai batasan-batasan
yang diberikan. Oleh karena itu DEA ke depan juga perlu dilengkapi
dengan alat analisis yang bersifat kualitatif untuk mendapatkan gambaran
lengkap mengenai faktor lingkungan yang lain.