94
65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003–2005) Oleh BUDI HARTONO H24102032 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN … · 66 2006 ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana

  • Upload
    hanga

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

65

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN

LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN

DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG

(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan

Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003–2005)

Oleh

BUDI HARTONO

H24102032

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

66

2006

ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi. Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/ negara. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi pada masa yang akan datang dengan laebih baik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan. (3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan

67

metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %.

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN

LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN

DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG

(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan

Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

BUDI HARTONO

H24102032

68

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN

KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE

YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi

Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode

2003-2005)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

BUDI HARTONO

H24102032

Menyetujui, Agustus 2006

69

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc. Kepala Departemen Manajemen

Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu

Isnaini.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar

Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan

pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 Jakarta dan lulus pada tahun

2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI

IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.

70

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi

Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN

(Persero AJ Kramat Jati Periode 2003-2005)

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah

memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk dan saran.

3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran.

4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat Jati, Bapak Suwardi dan

Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian.

5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.

Acep, Asep, Udin, Joko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua

bantuannya.

7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya.

8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

71

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga

skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak

Bogor, Agustus 2006

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5

72

2.1. Laporan Keuangan ........................................................................ 5 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 5

2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan ........................................ 5 2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan ............................................... 6 2.1.4. Komponen Laporan Keuangan ........................................... 7 2.4.1.1. Neraca .................................................................... 7 2.1.4.1.1. Aktiva..................................................... 8 2.1.4.1.2. Kewajiban .............................................. 9 2.1.4.1.3. Ekuitas.................................................... 10 2.1.4.2. Laporan Laba Rugi................................................. 11 2.1.4.3. Laporan Saldo Laba ............................................... 12 2.1.4.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 12 2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan ........................................ 12

2.2. Analisa Laporan Keuangan .......................................................... 13 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 13

2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan ...................................... 13 2.2.2.1. Index Number Trend Series ................................... 13 2.2.2.2. Common Size Financial Statement ........................ 13 2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan ........................................ 14 2.2.2.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 20 2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 21 2.4. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 24

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 26 3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 26 3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 26 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 27 3.4.2. Analisis Tren ...................................................................... 27 3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 27 3.4.5. Proyeksi Keuangan ............................................................ 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30 4.1. Data Perusahaan........................................................................... 30

4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ................................................ 30 4.1.1.1 Visi ....................................................................... 30 4.1.1.2 Misi....................................................................... 30 4.1.1.3 Tujuan ................................................................... 30 4.2. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 31 4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 35 4.3.1. Peluang............................................................................... 35 4.3.2. Keunggulan ........................................................................ 35 4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat Jati .......... 35 4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat Jati .......... 38 4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat Jati .................................... 42 4.6.1. Analisis Likuiditas ............................................................. 42 4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 44 4.6.3. Analisis Profitabilitas ......................................................... 47

73

4.6.4. Analisis Aktivitas ............................................................... 49 4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan ......... 53

4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja BUMN.......................... 54 4.8.1. Aspek Keuangan ................................................................ 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 61 5.2. Saran............................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 64

LAMPIRAN.............................................................................................. 65

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca .............................................. 36

2. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi......................................... 37

3. Perkembangan Nilai Komponen aktiva Terhadap Total Aktiva .......... 39

4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva .......... 40

5. Perkembangan Nilai Komponen Laba rugi Terhadap Rugi Bersih...... 41

6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas .................................................. 42

7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas ............................................... 44

8. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas ............................................. 47

9. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas ................................................... 50

10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan .................................. 55

74

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran konseptual ........................................................... 25

2. diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ................................................... 29

3. Perkembangan (Tren) Neraca............................................................... 36

4. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi ...................................... 38

5. Perkembangan (Tren) Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva ....... 39

6. Perkembangan (Tren) Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva........ 40

7. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih .. 41

8. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 44

9. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 45

10. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 48

75

11. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 49

12. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 50

13. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 52

14. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 53

15. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 56

16. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 57

17. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 58

18. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 59

19. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 60

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Hasil Analisis rasio PT. PLN AJ Kramat Jati ...................................... 65

2. Tata Cara Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN .................................. 66

3. Perhitungan Analisis Rasio .................................................................. 71

4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005 .......... 73

5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 ---2005 ................................................................................................ ............ 79

76

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia

sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an,

dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini

kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang

makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana

pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup

dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-

77

an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah

melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor

swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta

mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan

saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996).

Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk

yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom

(1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut:

1. Pelimpahan hak kepemilikan

a. Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik,

melalui bursa efek.

b. Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik

maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui

join venture.

2. Pelimpahan kendali manajemen

a. Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan

manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.

b. Seluruhnya, dengan cara sub contracting.

c. Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan

otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini,

manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan

kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan

kebutuhan sumber daya manusianya.

Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah

kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan

pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia.

Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian

agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam

situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi

ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan

produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya

peningkatan daya saing.

78

Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti

karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di

sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan

secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri

yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah

produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke

waktu.

Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur

dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap

aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari

pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu

kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehingga setiap orang

berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini

masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang

besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak

tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang

menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah

lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar

Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi perusahaan

menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.

1.2. Perumusan Masalah

Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT.

PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja

perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun

melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai

pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen.

Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus

ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut

menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan

meminta perusahaan untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih

besar.

79

Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

- Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ?

- Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?

- Faktor – faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?

1.3. Tujuan Penelitian

- Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.

- Mengetahui langkah – langkah yang telah diambil dan memberi masukan

alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

- Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.

- Menganalisis sebab – sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja

yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih

besar.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi instansi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan

dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya

peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi penulis

Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan

diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh

saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan

dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.

1.5. Ruang Lingkup

80

Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan

neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan

penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas.

Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis

trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis

vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas)

serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya.

Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan

keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang

meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat

sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area

Jaringan Kramat Jati selama empat periode terakhir (2003- 2005).

81

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Keuangan

2.1.1. Pengertian

Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan

keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus

kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994).

Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak

diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat

karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :

82

1. Dapat dipahami

Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk

mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa

masa lalu.

3. Keandalan

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak

bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh

ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan

beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan

antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi

dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi

kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:

1. Investor

83

Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan

resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka

membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga

tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi

mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik

dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,

dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat

dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar

pada saat jatuh tempo.

5. Pelanggan

84

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam

perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

7. Masyarakat

Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan

(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

rangkaian aktivitasnya.

2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan laba-

rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

2.1.4.1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan

posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H.

Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk

menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva

yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh

pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat

dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi

perusahaan.

85

Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan

pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan

ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan:

Aktiva = kewajiban + modal

Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994):

2.1.4.1.1. Aktiva

Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh

perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari

mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan

diperoleh perusahaan.

Aktiva dikelompokkan menjadi:

A. Aktiva Lancar

Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam

waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi

perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994).

Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari:

1. Kas dan bank,

86

2. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak

dimaksudkan untuk ditahan,

3. Deposito jangka pendek,

4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu

tahun,

5. Piutang,

6. Persediaan,

7. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar,

8. Pembayaran pajak di muka,

9. Biaya dibayar di muka.

B. Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang

dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu

tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana

yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi

perusahaan (Williams et al, 1992).

Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya

adalah:

- Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i)

saham, (ii) obligasi

- Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu

- Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan

dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan

untuk spekulasi.

C. Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh

dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,

yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak

87

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal

perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu

tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan,

mesin, bangunan, dan lain-lain.

D. Aktiva Tak Berwujud

Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang

memberikan hak keekonomian dan hukum kepada

pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup

secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI,

1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak

cipta, franchise atau merk dagang.

E. Aktiva Lain-lain

Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak

digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat

digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan,

maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak

digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang

ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam

kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994).

2.1.4.1.2. Kewajiban

Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini

yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya

diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

88

perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI,

1994).

A. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban

yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau

yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus

operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI,

1994), yang meliputi (IAI, 1994):

1. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,

2. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh

tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,

3. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,

4. Uang muka penjualan,

5. Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan

rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan

dalam waktu satu tahun,

6. Penyisihan kewajiban pajak,

7. Utang dividen,

8. Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan

uang muka dari pelanggan,

9. Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil

akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat

dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak

terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti

terjadi di masa depan.

B. Kewajiban Jangka Panjang

89

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban

yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau

penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau

satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih

lama. Contohnya utang obligasi, utang wesel, utang pajak

penghasilan (Williams et al, 1992).

2.1.4.1.3. Ekuitas

Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan

setelah dikurangi semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang

ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran

aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi

dua, yaitu:

A. Modal Disetor (Paid in Capital)

Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh

para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams,

1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham,

(ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital).

B. Saldo Laba (Retained Earning)

Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha

periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan

koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994).

2.1.4.2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja

perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk

90

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang

mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994).

Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi:

A. Penghasilan (Income)

Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi

selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/

penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik

pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).

Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas

perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang

berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga

royalti dan sewa (IAI, 1994).

B. Beban

Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat

ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus

keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut

pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994).

2.1.4.3. Laporan Saldo Laba

Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba

perusahaan selama satu periode dan menghubungkan

laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan

91

ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan

nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang

disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam

bentuk dividen.

2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase

Terhadap Penjualan

Salah satu metode yang digunakan untuk

mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah

dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap

penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase

tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat

hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya

dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari

data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan

(Mushlih, 2003).

Proyeksi keuangan dengan metode persentase

tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan

keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu

tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini,

detail dari komponen yang direncanakan kurang

ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi

kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu

yang cukup panjang.

2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan

92

Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan

keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002)

laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya:

1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan

satuan mata uang.

2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan

estimasi).

3. Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history.

4. Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan

keuangan.

2.2. Analisa Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian

Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang

bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi

pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan

estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan

pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989).

2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan

Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan

yang dapat digunakan, yaitu:

2.2.2.1. Index Number Trend Senses

Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih

dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi

tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari

periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka

indeks (Bernstein, 1989).

93

Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena

hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan

hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Rxt = o

t

PxPx x 100%

Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t

Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis

Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

2.2.2.2. Common Size Financial Statement

Common Size Financial Statement merupakan analisa

vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya

proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok

yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan

dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992).

Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur

internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya

difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva

perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi

digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan

tersebut dengan penjualan.

Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis

rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan

hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ryt = o

t

PyPy x 100%

Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan

94

Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t

Pyo = pos dasar sebagai pembanding

2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan

Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan

memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan

mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan

juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu

ke waktu (Mushlih, 2003).

Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai

beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak

melihat faktor kualitatif.

2. Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.

3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena

perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan.

4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri

dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di

lebih dari satu industri.

5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang

berbeda.

6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka

perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam

membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda.

Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa

rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio

tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan

perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat

keterbatasan tersebut.

95

Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang

meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas

(Munawir, 2002).

A. Analisis Likuiditas

Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo

(Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah

perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan

jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan

menggunakan rasio berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005).

Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva

2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak

memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan

merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah

sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu

yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya.

Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:

96

Rasio cepat = LancarHutang

PersediaanLancarAktiva −

B. Analisis Solvabilitas

Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum

digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002).

1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan

dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi

nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko

perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005).

Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio utang = AktivaTotalHutang Total

2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas

(modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan

kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat

dirumuskan:

Rasio utang terhadap ekuitas = Ekuitas Total

Hutang Total

3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan

untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai

rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang

97

digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio

ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:

Rasio ekuitas terhadap total aktiva = AktivaTotalEkuitas Total

4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)

Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang

digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva

tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan

lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang.

Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri

supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-

waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap = Tetap AktivaTotal

Ekuitas Total

5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset

to long Term Debt Ratio)

Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap

seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini

merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang

terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin

tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan

kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang

=Panjang Jgk. Hutang

Tetap AktivaTotal

C. Analisis Profitabilitas

98

Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam

periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk

mengukur profitabilitas adalah:

1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan

yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio

maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio marjin Laba kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan

Penjualan

2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

Dapat dirimuskan sebagai berikut:

Rasio Marjin Laba Bersih = Penjualan

Bersih Laba

3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)

Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam

memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin

besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio marjin operasi = Penjualan

Usaha Laba

4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang

tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan

dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan,

dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

99

Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) = Ekuitas

Bersih Laba

5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)

Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi

yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen

dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan

yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar

dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

=AktivaTotal

Bersih Laba

6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)

Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan

tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan

menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan

operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva

(ROA) =AktivaTotal

Usaha Laba

D. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi

dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan

asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan.

Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio

sebagai berikut:

1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

100

Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas

penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan

penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini

menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh

untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal

Penjualan

2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)

Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam

kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini

berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam

menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan

pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Tetap Aktiva

Penjualan

3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over

Ratio)

Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan

modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah)

yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Modal Kerja = Bersih Kerja Modal

Penjualan

4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

101

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan

persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya

nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap

persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan

Penjualan

5. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over

Ratio)

Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih

piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Piutang = Piutang

Penjualan

2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode

Persentase Terhadap Penjualan

Teknik yang digunakan untuk memproyeksi kebutuhan

keuangan ini dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai berikut

(Mushlih, 2003) :

1. Hitung proporsi dari aktiva lancar dan aktiva tetap terhadap

penjualan. Proporsi ini diasumsikan tetap sama untuk periode

proyeksi tahun yang akan datang.

2. Hitung kenaikan dalam total aktiva yang disebabkan oleh

kenaikan penjualan. Kenaikan dalam total aktiva ini harus

dibiyai dengan sumber dana baik utang atau modal sendiri.

3. Sumber dana utang diperoleh antara lain dari sumber spontan,

yaitu utang dagang, dan biaya- biaya yang akan dibayar karena

timbulnya penjualan.

102

4. Kekurangan dari sumber dana ini dapat di biayai dari retained

earnings sesudah dikurangi dividen dan pembiayaan dari utang

luar lainnya.

Teknik penentuan kebutuhan pembiyaan dari luar ini

secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut :

EF = [{(TA – CL) / So} x ^S] – {(SI x NPM) (1 – DP)}

Dimana :

EF = Dana luar yang dibutuhkan.

TA = Total Aktiva perusahaan.

CL = Utang Lancar.

So = Penjualan pada tahun awal.

^S = Tambahan penjualan yang direncanakan.

S1 = Penjualan pada tahun proyeksi 1.

NPM = Net Profit Margin.

DP = Rasio Pembayaran Dividen Terhadap Earning Per Share

(dividen pay out ratio).

2.3. Penilaian Kinerja BUMN

Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan

Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN

No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek,

yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam

penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri

BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN

berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek

103

keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian

Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1.

Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan

Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi

tiga kategori yaitu:

a. Sehat, yang terdiri dari :

AAA apabila total skor (TS) > 95

AA apabila 80<TS<=95

A apabila 65<TS<=80

b. Kurang Sehat, yang terdiri dari :

BBB apabila 50<TS<=65

BB apabila 40<TS<=50

B apabila 30<TS<=40

c. Tidak Sehat, yang terdiri dari :

CCC apabila 20<TS<=30

CC apabila 10<TS<=20

C apabila TS<=10

Bagi BUMN yang tergolong kurang sehat atau tidak sehat dapat

melakukan restrukturisasi dalam rangka peningkatan efisiensi dan

produktivitas. Restrukturisasi perusahaan tersebut, meliputi:

1. Perubahan status hukum BUMN ke arah yang lebih menunjang pencapaian

maksud dan tujuan perusahaan.

2. Kerjasama operasi/ kontrak manajemen dengan pihak ketiga.

3. Konsolidasi/ merger.

4. Pemecahan badan usaha.

5. Penjualan saham melalui pasar modal.

6. Penjualan saham secara langsung (direct placement).

7. Pembentukan perusahaan patungan.

2.4. Penelitian Terdahulu

Irwan, tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul Kinerja

Keuangan PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan

104

dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan

perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis

kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari

tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi

yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa

yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain

menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio

yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta

analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan

yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang

efisien. Sedangkan faktor eksternal bersifat sementara dan tidak bisa

dikontrol perusahaan.

Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan

Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT.

(Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah

mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis

kinerja keuangan perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi

keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam

penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen,

analisis rasio serta analisis Du Pont. Berdasarkan hasil analisisnya, kondisi

perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup

baik.

Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul

Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta.

Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasi-

BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementrian

Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi

kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja

Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam

penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend,

105

persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga

metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja

koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam

penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi

maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori

Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area

Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh

mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan

keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat

diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya

keuangannya didalam usahanya. Selain itu kinerja keuangan juga

mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan

berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan

keuangannya.

Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat

diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan

keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi

yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area

Jaringan Kramat Jati dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan

keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja

106

keuangannya dianalisis melalui analisis laporan keuangan, diantaranya

analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas,

solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis laporan keuangan yang

berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-

BUMN/2002 berdasarkan aspek keuangan, serta proyeksi kebutuhan dana

untuk periode berikutnya.

Dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui

perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat

Jati untuk empat periode terakhir (2003-2005) dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat

digambarkan dalam bagan berikut:

107

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Analisis Keuangan; - Analisis Trend - Analisis Vertikal - Analisis Rasio - Proyeksi Kebutuhan Dana

Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK Menteri BUMN

No.100/M-BUMN/2002

Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN

No.100/M- BUMN/2002

Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PLN (persero) AJ Kramat Jati

(2003-2005)

Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero)

Pelaksanaan Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

Periode 2003-2005

Aspek Administrasi

Aspek Operasional

Aspek Keuangan

108

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan

Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di PT. PLN (Persero) Area Jaringan

Kramat Jati yang berlokasi di Jl.Raya Bogor Km 20 No. 1 Kramat Jati,

Jakarta Timur.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui

wawancara tidak terstruktur dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi

laporan neraca kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), laporan

laba-rugi kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), profil perusahaan

serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data

penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah

diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BPS dan Kementrian Keuangan,

serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing)

dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan

alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah

kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif.

Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area

Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis common

size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis; yakni

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, serta proyeksi kebutuhan

dana untuk periode mendatang.

Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan, penilaian

kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan

109

SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja

perusahaan dalam aspek keuangan.

3.4.1 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN

Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan pada ketentuan Kementrian

BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.100/M-

BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap aspek keuangan. Analisis

laporan keuangan perusahaan mengacu pada standar penilaian kinerja

perusahaan tersebut untuk diketahui tingkat kinerja keuangan PT. PLN

(Persero) Area Jaringan Kramat Jati periode 2003-2005.

3.4.2. Analisis Trend

Rxt = o

t

PxPx x 100%

Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t

Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis

Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement)

Ryt = o

t

PyPy x 100%

Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan

Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t

Pyo = pos dasar sebagai pembanding

3.4.4. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai

kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis

yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio

(Sawir, 2005). Analisis rasio ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis

aktivitas.

Analisis Likuiditas, yang terdiri atas;

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

110

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas;

1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)

2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)

4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)

5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to long

Term Debt Ratio)

Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas;

1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)

4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)

5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)

6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)

Analisis Aktivitas, yang terdiri atas;

1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)

3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)

4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio)

3.4.5. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap

Penjualan

EF = [{(TA – CL) / So} x ^S] – {(SI x NPM)

(1 – DP)}

111

Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Ya

Penentuan Desain Penelitian

Studi Pustaka

Ruang Lingkup Penelitian

Metode Penelitian

Tujuan Penelitian

Penentuan Teknik Pengumpulan data

Penentuan Cara Pengolahan dan Analisis data

Pengumpulan Data - Data Gambaran Umum PT.

PLN - Laporan keuangan PT. PLN

Periode 2003-2005

Metode Pengolahan Data & Analisis Data

- Analisis Trend - Analisis Persentase Per-

Komponen - Analisis Rasio Keuangan - Proyeksi kebutuhan dana

OK Tabulasi Data yang diperoleh Ya Tidak

Perhitungan - Perhitungan Trend - Perhitungan Persentase Per-

komponen - Perhitungan Rasio - Perhitungan kebutuhan dana

OK

Interpretasi (Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan)

Tidak

Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan

Standar Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No.100/M-

BUMN/2002

112

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA PERUSAHAAN

Nama : PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan

Tangerang.

Ditetapkan : 16 Januari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN

(Persero)

No. 010.K/010/DIR/2003

Kantor Induk : Jl. M.I. Ridwan Rais No. 1 Jakarta 10110

Indonesia

Bisnis Utama : • Penjualan Tenaga Listrik

• Pengoperasian, Pemeliharaan dan

Pengembang Jaringan Tenaga Listrik Sistem

Tegangan Menengah (20 KV) dan Jaringan

Tegangan Rendah (220 V)

Total Aset : Rp. 2,8 Trilyun

SDM : 3.475 Orang ( status Agustus 2005 )

Jumlah

Pelanggan

: 3.073.413 Pelanggan ( status Maret 2005 )

4.1.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PERUSAHAAN

4.1.1.1. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

Diakui sebagai Perusahaan Publik Utility dengan kinerja

kelas dunia yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada

potensi insani.

4.1.1.2. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

Melaksanakan Distribusi dan Penjualan Tenaga Listrik

serta mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan

113

kaidah Industri dan Usaha yang sehat yang berorientasi kepada

Kepuasan Pelanggan, Anggota Perusahaan dan Pemegang Saham.

4.1.1.3. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

• Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang

mandiri.

• Transparansi/akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung

jawab dan wewenang.

• Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.

Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

• Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang

mandiri.

• Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee

Value.

• Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.

• Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai

ekonominya (Customer Oriented Company).

• Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang

memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.

4.1.2. STRUKTUR ORGANISASI

114

4.2. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh

salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian

pusat pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir.

Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka

pada masa pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh

Pemerintah Jepang yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki

Jogyosha Djakarta Shisha.

Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka

dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya

dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan

namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa

konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan

nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan

Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01

Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke

Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta

Raya dan Ranting Kebayoran & Tangerang.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terus bergulir

sesuai kronologi berikut ini:

1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,

dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU

PLN) khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan

Listrik Negara Exploitasi XII.

2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62

tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII

dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.

3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN

Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta

115

Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang

Tanjung Priok pada tahun 1970.

4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik

Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.

5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23

Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik

Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota,

Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tngerang dan Bengkel

Karet.

6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8

Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN

Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No.

025/PST/1976 tanggal 17 April 1976).

7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang

pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978,

PLN yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan

menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi.

8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit

Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur

distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang

disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang.

9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN

yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi

PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)

Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

10. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka

Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor

Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No.

39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero)

Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya &

116

Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment

Centre.

11. Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah

mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September

2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi

Jakarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut, maka

susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta

Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut:

a. Unsur Pimpinan adalah General Manager

b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:

1. Pemasaran dan Pengembangan Usaha

2. Pelayanan Pelanggan

3. Komersil

4. Perencanaan

5. Operasi dan Pelayanan Gangguan

6. Pemeliharaan

7. Logistik

8. Teknologi Informasi

9. Keuangan

10. Akuntansi

11. Organisasi dan SDM

12. Hukum

13. Hubungan Masyarakat

14. Umum

c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern

d. Unit Pelayanan (UP)

e. Unit Pengelola Jaringan (UPJ)

f. Unit Gardu Induk

g. Unit Pengatur Distribusi (UPD)

12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)

No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang

Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali, maka

117

susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali

sebagai berikut :

a. Unsur Pimpinan adalah General Manager

b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:

1. Perencanaan

2. Distribusi

3. Niaga

4. Keuangan

5. SDM dan Organisasi

6. Komunikasi Hukum dan Administrasi

c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern

d. Area Pelayanan (AP)

e. Area Jaringan (AJ)

f. Area Pengatur Distribusi (APD)

g. Area Pelayanan dan Jaringan :

- Unit Pelayananan

- Unit Pelayananan Jaringan

- Unit Pelayananan dan Jaringan

4.3. PELUANG DAN KEUNGGULAN

4.3.1. Peluang

Tingginya pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang mencapai

11% sebelum terjadinya krisis moneter, merupakan suatu peluang bisnis yang

menjanjikan.

Pemulihan ekonomi yang mulai bergulir saat ini diharapkan dapat

mendongkrak pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang sempat

terpuruk pada tahun 1998. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang

bergerak naik dari -8,96% pada tahun 1998 menjadi 6,45% pada tahun 1999

dan sesuai perkiraan menjadi 12,75% pada akhir tahun 2000.

4.3.2. Keunggulan

Memiliki sistem kelistrikan yang andal, dengan dukungan sistem

Jaringan Tenaga Listrik (JTL) yang terdiri dari:

118

• Sistem JTL yang lengkap yang terdiri dari JTM 11.510 Kms, JTR

25.087 Kms, Gardu Distribusi (GD) 11.006 unit, Gardu Hubung

(GH) 173 unit (status Januari 2003) dan konfigurasi jaringan yang

sedemikian rupa sehingga menjamin keandalan pasokan tenaga

listrik ke konsumen.

• Tersebarnya Area-Area Pelayanan yang berjumlah 35 unit di

Wilayah Distribusi Jakarta dan Tangerang yang mendekati

konsentrasi pelanggan, sehingga menjamin kecepatan pelayanan

kepada masyarakat pelanggan.

4.4. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ

Kramat Jati

Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan

menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau

yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal)

digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam

laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat

diketahui kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun

hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah

meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain

itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam

menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen

yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam

analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai

tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2003, dengan alasan bahwa

tahun 2003 adalah tahun awal dari penelitian. Terlihat dari lampiran terdapat

susunan neraca yang tidak lazim, hal ini terjadi karena perusahaan melihat

jumlah nilai yang terbesar dulu untuk mengetahui komposisi dari struktur

aktivanya. Berdasarkan panduan tata cara penyusunan laporan keuangan,

terdapat ketentuan yang mempersilakan tiap-tiap Area Jaringan dalam

penyusunan laporan keuangannya memakai cara-cara agar lebih mudah

dalam menginterpretasikannya. Hasil analisis trend terhadap laporan

119

keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat pada gambar 3

dibawah ini.

0

100

200

300

400

500

600

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Aktiva lancar

Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap

Aktiva lain-lain

Utang Lancar

Ekuitas

Gambar 3. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

Tabel 1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca (%)

Komponen 2003 2004 2005

Aktiva

Lancar

100 55 70

Pekerjaan

Dalam

Pelaksanaan

100

188

258

Aktiva

Tetap

100 98 115

Aktiva Lain

- lain

100 120 102

Utang

Lancar

100 110 510

Ekuitas 100 101 116

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode

2003 –2005 (diolah)

120

Hasil analisis trend dari komponen neraca selama tahun 2003-2005

menunjukkan bahwa komponen pekerjaan dalam pelaksanaan menunjukkan

kecenderungan yang meningkat sebesar 158 %. Kenaikan ini terjadi karena

cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di kawasan AJ Kramat Jati, terutama

maraknya pusat- pusat perbelanjaan baru yang memerlukan instalasi listrik

dengan segera.

Disisi pasiva kenaikan juga terjadi pada komponen utang lancar, di

mana kenaikan dari jumlah utang lancar selama periode 2003-2005

mencapai 410 %, kenaikan ini terutama disebabkan naiknya harga minyak

bumi pada pertengahan dan akhir 2005 sehingga utang usaha yang

merupakan komponen penyumbang terbesar pada jumlah utang lancar

meningkat drastis.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Komponen laba Rugi (%)

Komponen 2003 2004 2005

Pendapatan

Bersih

100 113,33 126,67

Beban

Usaha

100 88,31 68,4

Rugi Bersih 100 87,4 58,9

0

20

40

60

80

100

120

140

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Pendapatan BersihBeban UsahaRugi Bersih

Gambar 4. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Laba-Rugi PT.

PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

121

Analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya penurunan

dari sisi rugi bersih yang diterima perusahaan dari periode 2003-2005

seperti yang terlihat dalam gambar 4. Penurunan ini disebabkan adanya

kenaikan dalam pendapatan bersih pada periode 2003-2005 dan penurunan

beban usaha sehingga mengurangi rugi bersih yang diperoleh perusahaan.

Penurunan terbesar rugi bersih perusahaan terjadi di 2005 dengan penurunan

rugi bersih sebesar 41,1 % dari tahun dasar.

4.5. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ

Kramat Jati

Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan

analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan

dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan

metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan

komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam

tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan

keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi

investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi

biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu

analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam

menginterpretasikannya. Hasil analisis persentase per-komponen terhadap

laporan keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati terlihat pada gambar 5.

122

0102030405060708090

100

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Aktiva Lancar

Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap

Aktiva lain-lain

Gambar 5. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap

Total Aktiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

Tabel 3. Perkembangan Nilai Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva (%)

Komponen 2003 2004 2005

Aktiva

Lancar

1 0,5 0,6

Pekerjaan

Dalam

Pelaksanaan

4

6,9

8

Aktiva

Tetap

94 92,2 91,1

Aktiva Lain

– lain

1 0,4 0,3

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode

2003-2005 (diolah)

Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca

menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki

proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva

lancar dan aktiva lain-lain serta pekerjaan dalam pelaksanaan. Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak

123

mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang.

Investasi yang dilakukan yakni penggantian minyak trafo dan pendirian gardu

induk baru untuk masa operasi 25 tahun ke depan.

Tabel 4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva (%)

Komponen 2003 2004 2005

Total Utang 1 1 4

Ekuitas 99 99 96

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

-2005 (diolah)

0102030405060708090

100

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Total UtangEkuitas

Gambar 6. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

Disisi pasiva, komponen ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang

lebih besar terhadap total pasiva dibandingkan dengan total kewajibannya.

Selama empat periode terakhir tidak terjadi perubahan yang signifikan,

dimana jumlah ekuitas menurun sebesar 3 % pada tahun 2005 dibandingkan

tahun sebelumnya. Total utang yang meningkat sebesar 3 % pada tahun 2005

karena kenaikan utang lancar yang cukup besar. Disisi pasiva juga terlihat

124

komponen akun antar satuan administrasi, pada dasarnya nilai yang terdapat

dalam komponen tadi merupakan penilaian kembali atas aktiva tetap.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih

(%)

Komponen 2003 2004 2005

Pendapatan

Lain – lain

0,9 0 10

Pendapatan

Bersih

7 9 15

Beban

Usaha

107,9 109 125

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

– 2005 (diolah)

0

20

40

60

80

100

120

140

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Pendapatan Lain- lainPendapatan BersihBeban Usaha

125

Gambar 7. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa

komponen beban usaha merupakan komponen dengan proporsi penyumbang

terbesar terhadap rugi bersih. Di mana dalam komponen ini terdapat beban

fungsi distribusi yang terdiri dari perawatan/pemeliharaan atas sistem

distribusi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),

trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi yang berada

dalam wilayah Area Jaringan Kramat Jati. Dalam gambar 7 terlihat angka

proporsi beban usaha terhadap rugi bersih yang rata-ratanya hampir 114 %.

Sedangkan komponen pendapatan usaha berfluktuatif dengan kecenderungan

yang meningkat di bandingkan dengan tahun dasar. Dalam laporan ini juga

terlihat bahwa pendapatan usaha perusahaan hanya didapatkan dari

penyambungan listrik pelanggan, sesungguhnya nilai tersebut sudah

merupakan jumlah dari penjualan listrik secara kumulatif dari tiap unit

pelayanan yang berada di bawah kontrol Area Jaringan Kramat Jati.

4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan

menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran

mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio

juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam

analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama

periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga

membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya

atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok ukur tertentu dalam

memperbandingkannya.

4.6.1. Analisis Likuiditas

Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendeknya, yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini

126

juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek.

Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat

pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat

likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati menggunakan rasio kas, rasio

lancar dan rasio cepat.. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. PLN (Persero)

AJ Kramat Jati dapat dilihat dalam gambar 8.

Tabel 6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas (%)

Komponen 2003 2004 2005

Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2

Rasio Cepat 32 23,3 7,5

Rasio Kas 4,4 3,2 1,05

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

-2005 (diolah)

a. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini

persediaan diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan

aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari

hasil analisis, rata-rata rasio cepat PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah

21,9 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp.

21,9,- aktiva lancar tanpa persediaan, nilai rasio ini dianggap kurang baik

karena berada dibawah standar yang ditentukan yakni >100 %.

Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada gambar 8 dengan tren yang

menurun tiap tahunnya dengan penurunan terbesar terjadi di tahun 2005.

Keadaan ini terjadi karena di tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah utang

lancar yang sangat besar.

b. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan

membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil

analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 55,4

127

% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,-

aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, kemampuan perusahaan kurang baik

karena berada dibawah standar yang ditetapkan sebesar 200 %.

Perkembangan nilai rasio ini selama tiga periode terakhir menunjukkan tren

menurun. Penurunan ini disebabkan naiknya jumlah kewajiban lancar

perusahaan dalam tiga periode terakhir dan adanya tren menurun dari jumlah

aktiva lancarnya.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam

mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.

PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp.

100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank.

Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan kurang baik

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan

komponen aktiva yang sangat likuid karena berada di bawah standar minimal

yaitu 40 %. Jika dilihat dalam gambar 7 dibawah, perkembangan indikator

rasio kas dalam empat periode terakhir cenderung menurun.

0

20

40

60

80

100

120

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Rasio LancarRasio CepatRasio Kas

128

Gambar 8. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

4.6.2. Analisis Solvabilitas

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum

tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Analisis

solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dilakukan dengan

menggunakan rasio utang, rasio utang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap

total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap. Perkembangan nilai rasio-

rasio solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati tersaji dalam gambar 9.

Tabel 7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas (%)

Komponen 2003 2004 2005

Rasio Utang 1 1,1 4,3

Rasio Utang

dengan

Modal

1

1,1

4,5

Rasio

Modal

Dengan

Aktiva

95,6

96,8

98,9

Rasio

Modal

Terhadap

Aktiva

Tetap

104,3

105,1

105

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode

2003 -2005 (diolah)

129

0

20

40

60

80

100

120

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Rasio Utang

Rasio Utang Dengan Modal

Rasio Modal Dengan Aktiva

Rasio Modal TerhadapAktiva Tetap

Gambar 9. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Utang (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan rasio untuk menunjukkan banyaknya jumlah

aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama tiga periode

(2003-2005), nilai rata-rata rasio ini sebesar 2,27 % yang berarti bahwa

jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 2,27 %, dan sisanya

dibiayai dari modal sendiri sebesar 97,73 %, nilai untuk rasio ini dianggap

baik karena berada diatas standar yang ditetapkan sebesar <50 %. Kondisi ini

menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan relatif kecil karena hampir

seluruhnya kepemilikan aktiva dibiayai sendiri. Dalam gambar 9 terlihat

adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman

yang lebih besar untuk membiayai aktivanya.

b. Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri dapat menjamin

utang perusahaan. Rata-rata rasio ini untuk empat periode terakhir adalah

2,33 %. Menurut standar angka ini dianggap baik karena perusahaan mampu

130

menjamin utang Rp. 2,33,- dengan modal Rp. 100,- artinya perusahaan

mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Nilai standar

yang ditetapkan adalah minimal 100 %. Seperti yang terlihat dalam gambar 8,

perkembangan nilai rasio ini cenderung menurun. Penurunan ini terjadi

karena peningkatan jumlah ekuitas yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan kenaikan dari jumlah utang perusahaan.

c. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap

Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai

dari modal sendiri. Nilai rata-rata rasio adalah sebesar 104,8 %. Angka ini

menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan sebagian aktiva lancarnya

dibiayai oleh modal sendiri karena nilainya yang berada diatas standar umum

sebesar >100 %. Nilai rasio yang sangat baik tersebut memperlihatkan

keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya

aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri sehingga tidak mengganggu terhadap

likuiditas perusahaan saat pembayaran utang tiba (jatuh tempo). Namun jika

dilihat dari perkembangannya, nilai rasio ini berfluktuasi seperti yang terlihat

dalam gambar 8 diatas. Perubahan nilai ini disebabkan adanya perubahan dari

jumlah aktiva tetap perusahaan.

d. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan

pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga

menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang

memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka

rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva

yang dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang

dibiayai pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-

2005) mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena perusahaan

selalu mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk membiayai aktivanya.

4.6.3. Analisis Profitabilitas

Analisis Profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

131

tertentu. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan

perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang

digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni

imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang

mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas

modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah

sebesar -15,8 %. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan, akan

menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- .

Walaupun untuk indikator ini nilainya negatif, namun perkembangan

indikator ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan seperti yang terlihat

dalam gambar 10.

Tabel 8. Perkembangan Nilai Rasio Profitbilitas (%)

Komponen 2003 2004 2005

ROE - 19,9 - 17,5 - 10

ROI - 19,7 - 17 - 9,6

ROA - 19,9 - 17 - 10,7

Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1

-20

-18

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

(%)

2003 2004 2005

Tahun

ROEROIROA

132

Gambar 10. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

b Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)

Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan

dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan

investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas

investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat

keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini

adalah sebesar -15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva

yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp.

15,43,-.

c. Tingkat Pengembalian Atas Total Aktiva (Return Of Asset)

Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan

tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat

efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Dari gambar 10 di atas,

selama tiga periode terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus

meningkat dengan nilai rata- rata untuk rasio ini -15,87 % yang berarti bahwa

setiap Rp. 100,- modal akan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15,87,-.

133

-1600

-1400

-1200

-1000

-800

-600

-400

-200

0

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Margin Laba Bersih

Gambar 11. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)

Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang

diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai

rasio ini adalah –1063,03 % yang berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan

yang dilakukan mampu menghasilkan kerugian (rugi bersih) sebesar

Rp.1063,03,-. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun (2003-2005)

menunjukkan trend yang meningkat tiap tahunnya. Tercatat kenaikan paling

besar terjadi di tahun 2005 dengan nilai rasio sebesar -663,1 % atau naik

sebesar 426,1 % dari tahun 2003. Peningkatan ini lebih dikarenakan

meningkatnya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena semakin

menurunnya beban usaha.

4.6.4. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan

kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan

134

dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran

persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap.

Tabel 9. perkembangan Nilai Rasio Aktivitas

Komponen 2003 2004 2005

Perputaran

Total

Aktiva

0,01

0,01

0,01

Perputaran

Aktiva

Tetap

0,01

0,02

0,02

Perputaran

Persediaan

1,93 4,96 5

Perputaran

Piutang

233,3 0 18833

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

– 2005 (diolah)

135

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0.016

0.018

0.02

Kali

2003 2004 2005Tahun

Perputaran Total AktivaPerputaran Aktiva Tetap

Gambar 12. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang

semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap.

Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 0,01 kali yang mengandung arti bahwa

dalam satu periode produksi, aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan

penjualan sebanyak 0,01 kali. Nilai ini menunjukkan kurangnya efisiensi

yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk

melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini cenderung statis

yang terlihat dalam gambar 12. Kisaran nilai untuk rasio ini adalah hampir

mendekati nol yang menunjukkan hampir tidak menggunakan aktiva

tetapnya.

b. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)

136

Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan

dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan

memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva

cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 0,01. Angka ini menunjukkan

bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk

melakukan penjualan adalah sebanyak 0,01 kali. Rendahnya nilai rasio ini

menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva

perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang

menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk

yang masih dalam proses pembangunan.

c. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator

ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan

produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 13 terlihat tingkat

perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati yang menunjukkan

perkembangan yang meningkat pada periode 2003-2005. Peningkatan ini

menunjukkan bahwa perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan

efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran

persediaan perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah

3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN

(Persero) AJ Kramat Jati disimpan dalam gudang (trafo) selama kurang lebih

4 hari. Persediaan ini terutama berkaitan dengan oerasional perusahaan,

seperti kabel, tiang, pcb dan lain sebagainya. Tingkat perputaran persediaan

yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin

rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena

modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya

tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya

kegiatan operasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan modal kerja

sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan.

137

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

Hari

2003 2004 2005Tahun

Perputaran Persediaan

Gambar 13. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ

Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang

diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya

dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk

mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio

ini adalah 6355,43 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu

melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 6355 kali.

Terlihat dalam gambar 14 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode

terakhir. Besarnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang

perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.

138

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Kali

2003 2004 2005

Tahun

Perputaran Piutang

Gambar 14. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan

- Total Aktiva 2005 = Rp. 1,3 Milyar

- Total utang lancar = Rp. 56,7 Milyar

- Penjualan tahun 2005 = Rp. 18,8 Milyar

- Laba bersih sesudah pajak = - 58,9 %

Misalkan pada tahun 2006, perusahaan mengestimasi jumlah

penjualannya Rp. 18,88 Milyar, dimana nilai ini didapat dari jumlah

pendapatan perusahaan selama tiga bulan terakhir dikali dengan empat (Rp.

4,72 Milyar x 4) dengan asumsi tidak terjadi kenaikan pendapatan yang

jumlahnya signifikan maupun kenaikan yang besar dalam beban operasional

perusahaan, maka kebutuhan dana luar dapat dihitung sebagai berikut :

(perhitungan dalam milyar)

EF = [{(1,3 – 56,7) : 18,8} x 0,08 ] – [(18,8 x - 0,589) (1 – 0)

EF = - 0,23 + 11,07

EF = 10,84

139

Dari perhitungan ini terlihat bahwa jika perusahaan akan

meningkatkan penjualannya, perusahaan harus mencari dana sebanyak Rp.

10,84 Milyar. Dana ini digunakan perusahaan untuk membiayai operasinya

seperti memfungsikan kembali trafo yang ada tetapi belum digunakan secara

optimal, maupun digunakan untuk out sourcing yakni perekrutan pegawai

untuk tenisi, pencatat meter listrik maupun pegawai untuk rumah tangga

perusahaan. Proyeksi kebutuhan dana untuk tahun berikutnya dapat dilakukan

dengan cara yang sama. Jika proyeksi penjualan telah ditentukan, kebutuhan

dana luar dapat pula dihitung. Dengan demikian perusahaan dapat

mengantisipasi mencari dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya.

4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN

Analisis ini ditujukan untuk menilai perkembangan kinerja PT. PLN

(Persero) AJ Kramat Jati dalam suatu periode tertentu, berdasarkan pada

ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri

BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga

aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.

Penilaian kinerja ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN yang

didasarkan pada penilaian kinerja perusahaan yang meliputi penilaian atas

ketiga aspek tersebut. Tapi dalam pembahasan ini hanya di batasi pada aspek

keuangannya saja.

4.8.1. Aspek Keuangan

Penilaian kinerja dalam aspek keuangan meliputi penilaian terhadap

indikator-indikator di dalam aspek keuangan. Indikator aspek keuangan yang

dinilai yaitu Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE), Imbalan Investasi

(ROI), Rasio Kas, Rasio Lancar, Collection Period, Perputaran Persediaan,

Perputaran total asset, dan Rasio modal sendiri terhadap total aktiva. Untuk

setiap indikator yang dinilai, diberikan bobot atau skor sesuai dengan nilai

indikator yang diperoleh. Hasil penilaian terhadap aspek keuangan pada PT.

PLN (Persero) AJ Kramat Jati empat periode terakhir (2003-2005) dapat

dilihat pada tabel 10.

140

Tabel 10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005.

Indikator 2003 2004 2005 Rata2 SkorROE (%) -19,9 -17,5 -10 -15,8 1 ROI (%) -19,7 -17 -9,6 -15,43 0 Cash Ratio (%) 4,4 3,2 1,05 2,88 0

Current Ratio (%) 101,2 50,8 14,2 55,4 0

Collection Period (hari)

1,56 0 0,01 0,52 4

Inventory Turn Over (hari)

1,93 4,96 5 3,96 4

Total Asset Turn Over (%)

1 2 1 1 0,5

Equity to Total Asset (%)

95,6 96,8 98,9 97,1 3,5

Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

–2005 (diolah)

a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang

digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni

imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang

mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas

modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah

sebesar -15,8 persen. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan,

akan menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- Sesuai dengan

standar kementrian BUMN nilai ini berada pada kisaran yang paling rendah

dengan nilai rata-rata yang lebih dari -15 persen.

141

Walaupun untuk indikator ini kinerja perusahaan sudah termasuk tidak

baik namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami

kenaikan seperti yang terlihat dalam gambar 15.

-20

-18

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

(%)

2003 2004 2005

Tahun

ROEROI

Gambar 15. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero)

AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

b. Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)

Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan

dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan

investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas

investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat

keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini

adalah sebesar -15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva

yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp.

15,43,-. Sesuai dengan standar kementrian BUMN nilai ini berada direntang

terendah dengan nilai rata-rata lebih dari -15 %.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

142

Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam

mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.

PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp.

100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank,

nilai untuk rasio ini berada pada kisaran terendah dengan skor 0 menurut

standar kementerian BUMN. Situasi ini memberikan gambaran bahwa

kemampuan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid. Jika

dilihat dalam gambar 16 dibawah, perkembangan indikator rasio kas dalam

tiga perode terakhir cenderung menurun.

d. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan

membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil

analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati adalah 55,4

% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,-

aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, skor yang diperoleh berada pada

tingkat terendah, juga selama tiga periode terakhir menunjukkan tren

menurun.

143

0

20

40

60

80

100

120

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Rasio LancarRasio Kas

Gambar 16. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

e. Collecting Period (CP)

Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang

diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya

dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk

mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio

ini adalah 0,52 hari. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu

melakukan kegiatan penagihan piutang dalam waktu 0,52 hari. Terlihat

dalam gambar 17 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode

terakhir. Kecilnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang

perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.

144

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Hari

2003 2004 2005

Tahun

Collection PeriodPerputaran Persediaan

Gambar 17. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ

Kramat Jati Periode 2003- 2005

f. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator

ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan

produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 17 terlihat tingkat

perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati yang menunjukkan

perkembangan yang meningkat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa

perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan efisiensi dalam

mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan

perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar

3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN

(Persero) AJ Kramat Jati disimpan selama kurang lebih 4 hari. Tingkat

perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan

persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan

operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan

semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah

menunjukkan tidak efisiennya kegiatan operasi perusahaan dalam

145

mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil

keuntungan yang diperoleh perusahaan. Skor yang didapatkan untuk rasio ini

merupakan skor yang tertinggi karena berada pada kisaran <60.

g. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)

Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan

dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan

memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva

cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 1 %. Angka ini menunjukkan

bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk

melakukan penjualan adalah sebanyak 1 %. Rendahnya nilai rasio ini

menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva

perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang

menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk

yang masih dalam proses pembangunan. Nilai yang diperoleh sebesar 0,5

karena berada pada rentang terendah.

0

0.5

1

1.5

2

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Total Asset TurnOver

Gambar 18. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 – 2005

146

h. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan

pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga

menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang

memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka

rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva yang

dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang dibiayai

pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-2005)

mengalami peningkatan. Nilai yang didapatkan berada pada kisaran 90< x <

100 dengan skor yang didapatkan 3,5.

93.594

94.595

95.596

96.597

97.598

98.599

(%)

2003 2004 2005

Tahun

Rasio Modal Dengan Aktiva

Gambar 19. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

147

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Analisis trend menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang

cenderung stabil dan kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam

pelaksanaan selama tiga periode terakhir. Sedangkan pada sisi pasiva

terjadi peningkatan kewajiban jangka pendek dalam tiga periode terakhir.

Peningkatan kewajiban jangka pendek ini disebabkan utang perusahaan

yakni utang jangka pendek pada salah satu BUMN energi yang nilainya

cukup besar. Trend pada laporan laba rugi menunjukkan penurunan pada

komponen rugi bersih. Penurunan ini disebabkan penurunan beban operasi.

2. Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki

proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva

ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan

dengan kewajibannya yaitu akun antar satuan administrasi yang

merupakan nilai dari penilaian kembali atas aktiva tetap. Sedangkan

komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar

terhadap rugi bersih perusahaan terutama sistem distribusi yang terdiri atas

biaya perawatan untuk SUTET, trafo step up, trafo step down, gardu

hubung dan gardu distribusi.

3. Hasil analisis rasio memperlihatkan (1) Tingkat likuiditas memiliki

kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal

periode 2006. (2) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko

yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup

besar. (3) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (4)

Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran

total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan,

sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik.

4. Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan metode persentase terhadap

penjualan di dapatkan hasil perusahaan harus mencari dana sebanyak

10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini

terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing

148

yakni pencarian sumber daya manusia dari luar perusahaan saeperti

teknisi, petugas pencatat meter listrik, maupun pegawai untuk rumah

tangga perusahaan.

5. Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No.

Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang

baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari

hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari

50 atau sekitar 26 %. Hal ini menandakan perusahaan masih belum mampu

untuk berbuat banyak dalam meningkatkan performa keuangannya,

disebabkan perusahaan hanya bergerak di satu jenis usaha dengan satu

jenis produk pula.

5.2. Saran

1. Angka ROE yang sangat rendah mencerminkan lemahnya manajemen

perusahaan dalam pengelolaan sumber daya untuk memaksimalkan

keuntungan. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan

operasionalnya agar pengelolaan sumber dayanya dapat dikelola seefisien

mungkin sehingga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang

diperoleh. Kemungkinan dari banyaknya aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan merupakan investasi yang mendukung operasi perusahaan

pada masa yang akan datang.

2. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan meningkatkan angka

penjualan atau dengan meminimalkan biaya-biaya operasi dalam kegiatan

operasional perusahaan, misalnya dengan pemetaan kerja trafo setiap satu

bulan sekali sehingga dapat terlihat yang mana yang lebih memerlukan

perbaikan atau perawatan dengan segera yang tercermin dari kapasitas

maksimal trafo tadi, sehingga teknisi dapat terfokus dalam mengefisienkan

waktu serta biaya.

3. Peningkatan pendapatan dari penjualan dapat dilakukan dengan

meningkatkan pengawasan pada konsumen yang dicurigai berbuat curang

dengan melakukan operasi penertiban karena diperkirakan lebih dari 30 %

konsumen rumah tangga ditengarai melakukan pencurian listrik maupun

149

kecurangan lain dan setidaknya 42,5 % industri melakukan hal yang sama

pada daerah operasional Area Jaringan Kramat Jati.

4. Mempercepat alih teknologi untuk menekan biaya operasional perusahaan,

tidak hanya melalui program hemat listrik. Alih teknologi yang dilakukan

secara bertahap dengan melakukan penggantian mesin-mesin (trafo) dari

menggunakan bahan bakar minyak menjadi berbahan bakar gas alam cair

yang lebih murah dan ramah lingkungan.

5. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih jelas dalam menafsirkan

angka yang terdapat dalam laporan keuangan, catatan-catatan keuangan

perusahaan yang lain dapat diperoleh karena mempermudah dalam proses

analisis data selanjutnya.

150

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, L. 1989. Financial Statement Analysis : Theory, Application And Interpretation. Irwin : Illionis.

Gultom, M. September 1995. Perkembangan Dan Peranan BUMN dalam Era

Globalisasi. Manajemen dan Usahawan Indonesia. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Keuangan, Buku satu.

Salemba Empat. Jakarta. Irwan. 2003. Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Periode 1997-2001.

Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.

Kementrian BUMN. Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002.

Kieso R. W. 1992. Intermediate Accounting. John Wiley & Sons, Inc. : Canada. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan . Liberty. Yogyakarta. Mushlih,MM.2003. Manajemen Keuangan Modern. Salemba Empat. Jakarta. Nurhasanah, W. 2005. Analisis Laporan Keuangan dan Upaya Perbaikan Kinerja

Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB.

Oktaviani, S. 2004. Analisis kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat

Statistik Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB.

Robert, H. C, et al. 1998. Corporate Financial Reporting And Analysis. Richard

D. Irwin, Inc : Illinois. Sawir, A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keungan. PT.

Gramedia : Jakarta. Simamora, H. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Williams, et al. 1992. Intermediate Accounting, 4th ed. Harcourd Jova : Florida.

151

HASIL ANALISIS RASIO PT. PLN (Persero) AREA JARINGAN KRAMAT JATI PERIODE 2003-2005

o INDIKATOR 2003 2004 2005 Rata2 STANDAR KONDISI Analisis Likuiditas (%)

Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2 55,4 Kementrian BUMN Kurang Baik Rasio Cepat 32 23,3 75,8 21,9 >100% Kurang Baik Rasio Kas 4,4 3,2 1,05 2,88 Kementrian BUMN Sangat Baik

2 Analisis Solvabilitas (%) Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva 1 1,1 4,3 2,13 <50% Baik Rasio Hutang Terhadap Ekuitas 1 1,1 4,5 2,33 <100% Baik Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva 95,6 96,8 98,9 97,1 Kementrian BUMN Baik Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 104,3 105,1 105 104,8 >100% Sangat Baik

3 Analisis Profitabilitas (%)

Rasio Marjin Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1-

1063,03 Meningkat Meningkat Rasio Tingkat Pengembalian Asset (ROA) - 19,9 -17 - 10,7 -15,87 Meningkat Berfluktuasi Rasio Tingkat PengembalianInvestasi (ROI) - 19,9 - 17 - 9,6 -15,43 Kementrian BUMN KurangBaik Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) - 19,9 - 17,5 - 10 -15,8 Kementrian BUMN Kurang Baik

4 Analisis Aktivitas Collection Period (hari) 1,56 0 0,019 0,53 Kementrian BUMN Sangat Baik Inventory Turn Over (hari) 1,93 4,96 5 3,96 Kementrian BUMN Sangat Baik Total Assets Turn Over (%) 0,01 0,02 0,01 0,01 Kementrian BUMN Kurang Baik Rasio Perputaran Aktiva Tetap (kali) 0,015 0,017 0,016 0,01 Meningkat Berfluktuasi

Sumber : Laporan Keuangan Internal PT. PLN AJ Kramat Jati Periode 2003-2005 Keterangan : Standar Kementerian BUMN mengacu kepada SK. Meneg BUMN No. KEP-100/M-BUMN/2002

Lampiran 1

152

TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP–100/M-BUMN/2002

I. ASPEK KEUANGAN

1. Total Bobot • BUMN INFRA STRUKTUR (Infra) 50 • BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non-Infra) 70

2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Tabel 1 : Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan

Bobot Indikator Infra Non Infra 1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 15 20 2. Imbalan Investasi (ROI) 10 15 3. Rasio Kas 3 5 4. Rasio Lancar 4 5 5. Colection Periods 4 5 6. Perputaran Persediaan 4 5 7. Perputaran Total Asset 4 5 8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 6 10

Total Bobot 50 70 3. Metode Penilaian a. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE)

Rumus : (ROE) = Ekuitas

Bersih Laba

Definisi : • Laba Setelah Pajak adalah Laba Setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil

penjualan dari: Aktiva Tetap, Aktiva Non Produktif, Aktiva lain-lain, dan Saham Penyertaan Langsung

• Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan dan Laba Tahun Berjalan

• Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan

Tabel 2 : Daftar skor penilaian ROE

Skor ROE (%) Infra Non Infra 15 < ROE 15 20

13 < ROE <= 15 13,5 18 11 <ROE <= 13 12 16 9 < ROE <= 11 10,5 14 7,9 < ROE <= 9 9 12

6,6 < ROE <= 7,9 7,5 10

Lampiran 2

153

5,3 < ROE <= 6,6 6 8,5 4 < ROE <= 5,3 5 7 2,5 < ROE <= 4 4 5,5 1 < ROE <= 2,5 3 4 0 < ROE <= 1 1,5 2

ROE <= 0 1 0 b. Imbalan Investasi/Return on Investment (ROI)

Rumus : (ROI) =AktivaTotal

Bersih Laba

Definisi : • EBIT adalah laba sebelum bunga dan dikurangi laba dari hasil penjualan :

Aktiva Tetap, Aktiva Lain-lain, Aktiva Non Produktif dan Saham Penyertaan Langsung.

• Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva

dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian ROI

Skor ROI (%) Infra Non Infra 18 < ROI 10 15

15 < ROI <= 18 9 13,5 13 <ROI <= 15 8 12 12 < ROI <= 11 7 10,5 10,5 < ROI <= 9 6 9 9 < ROI <= 7,9 5 7,5 7 < ROI <= 6,6 4 6 5 < ROI <= 5,3 3,5 5 3 < ROI <= 4 3 4

1 < ROI <= 2,5 2,5 3 0 < ROI <= 1 2 2

ROI <= 0 0 1 c. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus : Rasio Kas = Kas + Deposito Hutang Lancar Definisi :

• Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada akhir tahun buku.

• Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku.

Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio

Skor Cash Ratio = x (%) Infra Non Infra

154

35 <= x 3 5 25 <= x < 3,5 2,5 4 15 <= x < 25 2 3 10 <= x < 15 1,5 2 5 <= x < 10 1 1 0 <= x < 5 0 0

d. Rasio Lancar/Current Ratio

Rumus : Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva

Definisi : • Current Assets adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku • Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun

buku Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio

Skor Current Ratio = x (%) Infra Non Infra 125 <= x 3 5

110 <= x < 125 2,5 4 100 <= x < 110 2 3 95 <= x < 100 1,5 2 90 <= x < 10 1 1

X < 90 0 0 e. Collection Periods (CP) Rumus : CP = Piutang x 365 Penjualan Definisi :

• Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku

• Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku

Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods

Skor CP = x (hari) Perbaikan = x (hari) Infra Non Infra x <= 60 x > 35 4 5

60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2

155

270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0

Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 6 diatas.

f. Perputaran Persediaan (PP)

Rumus : Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan

Penjualan

Definisi : • Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses

produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang

• Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan

Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan

Skor PP = x (hari) Perbaikan = x (hari) Infra Non Infra x <= 60 35 < x 4 5

60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2 270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6

300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 7 diatas. g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)

Rumus : Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal

Penjualan

Definisi : • Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak

termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva

dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset

TATO = x (%) Perbaikan = x (%) Skor

156

Infra Non Infra x > 120 20 < x 4 5

105 < x <= 120 15 < x <= 20 3,5 4,5 90 < x <= 105 25 < x <= 15 3 4 75 < x <= 90 20 < x <= 10 2,5 3,5 60 < x <= 75 15 < x <= 5 2 3 40 < x <= 60 10 < x <= 0 1,5 2,5 20 < x <= 40 x < 0 1 2

x <= 20 x < 0 0,5 1,5 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 8 diatas. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus : TMS terhadap TA = Ekuitas Total Aktiva Definisi :

• Total Modal Sendiri adalah komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.

• Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan

Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset

Skor TMS terhadap TA = x (%) Infra Non Infra 0 > x 0 0

0 < x < 10 2 4 10 < x < 20 3 6 20 < x < 30 4 7,25 30 < x < 40 6 10 40 < x < 50 5,5 9 50 < x < 60 5 8,5 60 < x < 70 4,5 8 70< x < 80 4,25 7,5 80 < x < 90 4 7 90 < x < 100 3,5 6,5

157

Perhitungan Analisis Rasio PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Analisis Likuiditas 1.Rasio Lancar Tahun Aktiva Lancar (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b) 2003 11,44 11,30 1,01 2004 6,30 12,4 0,5 2005 8,06 56,7 0,75 2. Rasio Cepat Tahun Aktiva Lancar -

Persediaan (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b)

2003 3,61 11,3 0,32 2004 2,89 12,4 0,5 2005 4,3 5,677 0,75 3. Rasio Kas Tahun Kas + Deposito (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b) 2003 0,5 11,3 4,4 2004 0,4 12,4 3,2 2005 0,6 56,7 1,05 % Analisis Solvabilitas 4. Rasio Hutang Tahun Total Hutang (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 11,3 1089 0,01 2004 12,4 1106 0,01 2005 56,77 1310 0,04 5. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Tahun Total Hutang (a) Total Ekuitas (b) Nilai (a: b) 2003 11,3 1078 0,01 2004 12,4 1071 0,01 2005 56,77 1253 0,04 6. Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 1078 1089 0,98 2004 1071 1106 0,97 2005 1253 1310 0,95 7. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva tetap

(b) Nilai (a: b)

2003 1078 1033 1,04 2004 1071 1019 1,05 2005 1253 1193 1,05

Lampiran 3

158

Analisis Profitabilitas 8. ROE Tahun Laba Bersih (a) Ekuitas (b) Nilai (a: b) 2003 - 214,45 1089 - 0,19 2004 - 187, 27 171 - 0,17 2005 - 126,39 1253 - 0,1 9. ROI Tahun Laba Bersih (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 - 214,45 1089 - 0,19 2004 - 187, 27 1106 - 0,17 2005 - 126, 39 1310 - 0,09 10. ROA Tahun Total Usaha (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 - 216,56 1089 - 0,19 2004 - 187, 42 1106 - 0,17 2005 - 139,89 1310 - 0,1 11. Margin Laba Bersih Tahun Laba Bersih (a) Penjualan (b) Nilai (a: b) 2003 - 214,45 15,16 - 14,26 2004 - 187, 27 16,94 - 11 2005 - 126,39 18,83 - 6,63 Analisis Aktifitas 12. Perputaran Total Aktiva Tahun Penjualan (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 15,16 1089 0,01 2004 16,94 1106 0,01 2005 18,83 1310 0,01 13. Perputaran Aktiva Tetap Tahun Penjualan (a) Total Aktiva

Tetap (b) Nilai (a: b)

2003 15,165 1033 0,01 2004 16,94 1019 0,01 2005 18,83 1193 0,01 14. Perputaran Persediaan Tahun Penjualan (a) Persediaan (b) Nilai (a: b) 2003 15,16 7,86 1,9 2004 16,94 3,41 4,97 2005 18,83 3,76 5 15. Perputaran Piutang Tahun Penjualan (a) Piutang (b) Nilai (a: b) 2003 15,16 0,06 233,33 2004 16,94 0 0 2005 18,833 0,001 18833