Upload
lamdiep
View
235
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK
KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH PERIODE 2012 - 2017
(Studi Kasus Bank Milik Pemerintah)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Oleh:
Vicka Shafira
NIM : 11140850000081
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Vicka Shafira
Tempat, Tinggal Lahir : Jakarta, 18 April 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Barokah RT. 002 RW. 010 No.1
Kel. Larangan Utara, Kec. Larangan
Tangerang, Banten
Telepon : 081385914702
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1. 2001 – 2002 : TK. Al-Mubarokah
2. 2002 – 2008 : SDN Larangan 1
3. 2008 – 2011 : SMPN 153 Jakarta
4. 2011 – 2014 : SMAN 32 Jakarta
5. 2014 – 2018 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2015 : Divisi Konsumsi 2nd Islamic Banking Days (Prodi Perbankan
Syariah)
2. 2016 : Divisi Humas 3rd Islamic Banking Days (Prodi Perbankan
Syariah)
3. 2016 : Karang Taruna tingkat RT
PENGALAMAN KERJA
1. 2017 : Bank BRI Syariah KCP Meruya ( Magang )
vii
ABSTRACT
This study aimed to compare the financial risk of conventional banks and Islamic
banks on the period time quarterly year 2012 – 2017. This study used yearly
financial report. The sample in this study is based on criteria of four conventional
government banks (Mandiri Bank, BNI Bank, BRI Bank and BJB bank) and four
Islamic government bank (Syari’a Mandiri Bank, Syari’a BNI Bank, Syari’a BRI
Bank, Syari’a BJB Bank. This study uses financial ratios of Non Performing Loan
(NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Operational Costs to Operating Income
(BOPO) and Net Interest Margin (NIM) to describe credit risk, liquidity risk,
operational risk and market risk. Data analysis technique used is normality test
and Mann-whitney different test. The results showed that there is significant
differences in credit risk, liquidity risk and operational risk. Meanwhile there is
no significant differences in market risk between conventional banks and Islamic
government banks.
Keyword : Government bank, credit risk, liquidity risk, operational risk, market
risk
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan risiko keuangan
pada bank konvensional dan bank syariah periode triwulan tahun 2012 – 2017.
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan. Sampel dalam
penelitian ini berdasarkan kriteria adalah 4 bank konvensional milik pemerintah
(Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BJB) dan 4 bank syariah milik
pemerintah (Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank
BJB Syariah). Penelitian ini menggunakan rasio keuangan Non Performing Loan
(NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM) untuk menggambarkan
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko pasar. Teknik analisis
data yang digunakan adalah uji normalitas dan uji beda Mann-whitney. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada risiko
kredit, risiko likuiditas dan risiko operasional. Sedangkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada risiko pasar antara bank konvensional dan bank
syariah milik pemerintah,.
Kata kunci : Bank milik pemerintah, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko pasar
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
menjadikan manusia sebagai kholifah dimuka bumi ini. Sholawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing dan
mendidik umat manusia menuju jalan kebenaran. Berkat rahmat Allah SWT,
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir mengenai “ Analisis komparatif risiko
keuangan bank konvensinal dan bank syariah (Studi Kasus Bank Milik
Pemerintah).”
Skripsi yang penulis buat merupakan salah satu persyaratan untuk
kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali
menemui hambatan-hambatan akan tetapi Alhamdulillah berkat doa, semangat,
motivasi, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Oleh sebab itu, pada kesempatan
kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, Ayah Karmawan Usman dan Mama Jaiyah Jariin yang telah
membesarkanku. Serta senantiasa selalu memberi semangat dan doa di setiap
harinya. Kalian juga telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis
selama ini. Aamiin Ya Rabbal’alamin.
2. Bapak.Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarf Hidayatullah Jakarta, beserta
jajarannya.
3. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, ME. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Ade A. Terminanto, MM. selaku Dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan
x
mengarahkan penulis dalam menyusuk skripsi ini serta motivasinya yang
begitu besar pada penulis.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah,SE, MBA. Selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Perbankan syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, ME. selaku Dosen Penasihat Akademik yang
telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus
ini.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu
yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Staf Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lainnya.
9. Adik Audia Ramadhani dan sepupu-sepupu Ka Jihan, Tania dan Rafly yang
selalu memberikan dukungan dan membantu penulis.
10. Keluarga Besar H.Jariin yang selalu memberikan dukungan, doa dan
semangat.
11. Sahabat - sahabat seperjuangan yang selalu memberikan semangat, motivasi
serta tawa canda yaitu Almira, Zulisa, Lita, Rahmi, Arin, Ilham dan anggota
Balajaer lainnya Lulu, Lavena, Qisthi dan Dewi.
12. Perpustakaan FEB dan Pepustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah yang telah banyak memberikan inspirasi dalam penyusunan
skripsi ini.
13. Teman – teman Perbankan Syariah angkatan 2014 atas pertemanan dan kerja
samanya selama ini.
14. Semua pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala bantuan
selama proses penulisan skripsi ini.
xi
Demi kesempurnaan tugas akhir ini penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Kritik dan saran penulis butuhkan agar tugas akhir ini menjadi
lebih baik dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, 28 April 2018
Penulis,
Vicka Shafira
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI …..……………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMREHENSIF …………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………………. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………………. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………….. vi
ABSTRACT …………………………………………………………………… vii
ABSTRAK ………………………………………………………………….… viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..… xvii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 10
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 12
A. Landasan Teori ………………………………………………………… 12
1. Pengertian Bank …………………………………………………… 12
2. Pengertian Bank Konvensional ……………………………………. 15
3. Pengertian Bank Syariah ………………………………………….. 18
4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ……………….. 21
xiii
5. Risiko Keuangan ………………………………………………….. 26
6. Analisis rasio keuangan …………………………………………… 35
B. Penelitian Terdahulu ………………………………………………….. 35
C. Kerangka Pemikiran …………………………………………………… 44
D. Hipotesis ……………………………………………………………… 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 47
A. Ruang lingkup penelitian …………………………………………….. 47
B. Metode Penentuan sampel …………………………………………… 47
C. Metode Pengumpulan data ……………………………………………. 48
D. Metode Analisis Data …………………………………………………. 49
1. Analisis rasio keuangan …………………………………………… 49
2. Uji Normalitas Data ………………………………………………. 49
3. Uji Beda …………………………………………………………… 50
a. Uji Independent sampel t-test …………………………………. 50
b. Uji Mann-whitney ……………………………………………... 52
E. Definisi operasional variabel penelitian ……………………………….. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….. 59
A. Sekilas gambaran umum objek penelitian ……………………………... 59
B. Analisis Deskriptif …………………………………………………….. 67
1. Risiko Kredit ………………………………………………………. 67
2. Risiko Likuiditas …………………………………………………... 69
3. Risiko Operasional ………………………………………………… 71
4. Risiko Pasar ……………………………………………………….. 72
C. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………… 74
1. Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov – smirnov) …………….. 74
2. Uji Beda (Mann-Whitney test) …………………………………….. 78
D. Interpretasi ……………………………………………………………... 83
1. Risiko kredit ……………………………………………………….. 83
xiv
2. Risiko likuiditas …………………………………………………… 84
3. Risiko operasional ………………………………………………… 85
4. Risiko pasar ……………………………………………………….. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 88
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 88
B. Saran …………………………………………………………………… 89
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 92
LAMPIRAN – LAMPIRAN ………………………………………………….. 96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan rata-rata rasio keuangan bank milik pemerintah ... 3
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ……………… 23
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu ……………………………………………… 39
Tabel 3.1 Tabel operasional variabel ……………………………………… 53
Tabel 3.2 Kriteria penilaian rasio NPL/NPF ………………………………. 56
Tabel 3.3 Kriteria penilaian rasio LDR/FDR ……………………………… 57
Tabel 3.4 Kriteria penilaian rasio BOPO ………………………………….. 58
Tabel 3.5 Kriteria penilaian rasio NIM ……..……………………………… 58
Tabel 4.1 Tabel NPF/NPL Periode Triwulan tahun 2012 – 2017 …………. 67
Tabel 4.2 Tabel LDR/FDR Periode Triwulan tahun 2012 – 2017 …………. 70
Tabel 4.3 Tabel BOPO Periode Triwulan tahun 2012 – 2017 ……………... 71
Tabel 4.4 Tabel NIM Periode Triwulan tahun 2012 – 2017 ……….……… 73
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ………………………………………… 75
Tabel 4.6 Ringkasan hasil uji normalitas data ..……………………………. 76
Tabel 4.7 Hasil uji beda Mann-whitney test …...……………………………. 79
Tabel 4.8 Hasil uji beda Mann-whitney test …...……………………………. 80
Tabel 4.9 Hasil uji beda Mann-whitney test …...……………………………. 81
Tabel 4.10 Hasil uji beda Mann-whitney test …...…………………………... 82
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 …………………………………………………………………… 21
Gambar 2.2 …………………………………………………………………… 22
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rasio variabel yang digunakan ……………………………… 96
Lampiran 2 : NPL/NPF Bank Konvensional dan Bank Syariah ………….. 98
Lampiran 3 : LDR/FDR Bank Konvensional dan Bank Syariah …………. 99
Lampiran 4 : BOPO Bank Konvensional dan Bank Syariah ……….…….. 99
Lampiran 5 : NIM/NOM Bank Konvensional dan Bank Syariah ……….. 100
Lampiran 6 : Uji Normalitas Kolomogrov-smirnov Bank Konvensional …100
Lampiran 7 : Uji Normalitas Kolomogrov-smirnov Bank Syariah ………. 101
Lampiran 8 : Uji Beda Mann-whitney …………………………………….. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan mempunyai peran penting di dalam kehidupan masyarakat.
Bank juga dianggap sebagai penggerak roda perekonomian suatu Negara
karena fungsi dari bank sendiri sangat vital. Misalnya menciptakan peredaran
uang sebagai penunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan uang, melakukan
pembayaran atau penagihan, dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya dari
bank (Nainggolan, 2016: 1).
Selain itu, peran perbankan sangat besar dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Hampir semua sector usaha, yang meliputi sector
industry, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa dan perumahan sangat
membutuhkan perbankan sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan.
Semua sector usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan datang tidak
akan lepas dari perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan
aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha.
Perbankan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Bank syariah lahir dengan konsep dan
filosofi yang berbeda jika dibandingkan dengan bank konvensional. Di sini,
bank konvensional menerapkan bunga menjadi bagian integral dari seluruh
kegiatan bisnisnya, sedangkan bank syariah melarang penerapan bunga dalam
2
semua transaksi perbankan. Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank
syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi sistem informasi yang digunakan, syarat-syarat
umum memperoleh pembiayaan dan laporan keuangan. Perbedaan mendasar
antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada aspek legal, struktur
organisasi, usaha yang dibiayai dan dasar perhitungan keuntungan/kerugian
(Rianto, 2013: 5)
Pada masa ini baik bank konvensional maupun bank syariah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang dibutuhkan masyarakat luas dalam
menyimpan dan memberikan fasilitas pendanaan untuk membantu
mempertahankan perekonomian keluarga, badan usaha, pemerintahan,
maupun Negara. Bank syariah maupun bank konvensional berlomba-lomba
untuk menawarkan produk-produk dan meningkatkan pelayanan dengan
segala kelebihannya dalam menarik minat masyarakat. Industri perbankan
saat ini merupakan salah satu industri yang menunjukkan persaingan yang
begitu ketat. Persaingan ketat dapat dilihat dari banyaknya jumlah bank yang
beroperasi. Menurut Data Statistik Perbankan Indonesia Januari 2018 terdapat
sebanyak 115 Bank Umum Konvensional, sedangkan ada sebanyak 13 bank
untuk Bank Umum Syariah. Walaupun dari angka bank umum syariah terlihat
tertinggal jauh, namun pada kenyataannya bank umum syariah mampu
menyaingi bank umum konvensional. Terlihat dari besarnya kualitas asset,
penghimpunan dana pihak ketiga dan pemberian kredit atau pembiayaan.
Menghadapi persaingan ketat menjaga atau bahkan meningkatkan kinerja
3
perusahaan merupakan suatu tuntunan untuk dapat bertahan di industri
perbankan.(Marvil, 2016: 2)
Sumber : Laporan keuangan masing-masing bank (data diolah)
Rasio NPF menggambarkan seberapa besar risiko kredit pada kedua bank
milik pemerintah. Dilihat dari Tabel 1.1 rasio NPF bank syariah milik
pemerintah lebih besar jika dibandingkan dengan bank konvensionalnya, pada
bank konvensional milik pemerintah cenderung stabil di angka 2%. Rata-rata
rasio NPL terbesar yaitu 2.67% di tahun 2016 setelah itu mengalami
penurunan ditahun 2017 menjadi 2.34%, menurut ketentuan BI angka 2%
masuk kedalam kategori baik atau sehat. Sedangkan, pada rata-rata bank
syariah milik pemerintah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari
angka sebesar 3.16% di tahun 2012 naik menjadi 4.85% di tahun 2015 hingga
mencapai angka 7.84% di tahun 2017, angka tersebut melebih batasan
maksimum yang diatur oleh BI yaitu sebesar 5%, menunjukkan bahwa bank
syariah milik pemerintah kurang memperhatikan pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah. Tinggi rendahnya rasio NPF sangat dipengaruhi oleh
Tabel 1.1
Perbandingan rata-rata rasio keuangan bank milik pemerintah
RASIO
(%)
BANK KONVENSIONAL MILIK PEMERINTAH BANK SYARIAH MILIK PEMERINTAH
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
NPF 2.11% 2.04% 2.37% 2.48% 2.67% 2.34% 3.16% 3.55% 4.70% 4.85% 7.24% 7.84%
FDR 77.28% 88.32% 86.17% 87.47% 87.68% 87.04% 92.61% 96.83% 88.16% 90.71% 85.98% 81.72%
BOPO 68.54% 67.38% 71.52% 74.11% 76.17% 73.54% 83.78% 89.90% 93.50% 94.25% 99.00% 102.45%
NIM 6.59% 7.08% 6.86% 6.69% 7.04% 6.46% 8.21% 7.42% 6.63% 6.70% 6.48% 6.52%
4
kemampuan bank dalam menjalankan proses pemberian pembiayaan/kredit
dari segi pengelolaan pembiayaan maupun pengawasan pada saat proses
pemberian setelah pembiayaan tersalurkan. Hal ini sangat berisiko bagi bank
karena semakin tinggi rasio NPF maka semakin besar bank mengalami risiko
kredit.
Pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio
(FDR) menggambarkan seberapa besar bank mengalami risiko likuiditas.
Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata kedua bank milik pemerintah cenderung
mengalami fluktuasi. Menurut ketentuan BI batas minimum rasio LDR/FDR
sebesar 85%-110% yang masuk dalam kategori cukup baik. Pada bank
konvensional milik pemerintah rata-rata rasio LDR di tahun 2012 masuk ke
dalam kategori baik karena berada dibawah 85% yaitu sebesar 77.28%,
setelah itu mengalami kenaikan di tahun 2013 sebesar 88.32% dan di tahun
selanjutnya kembali mengalami penurunan menjadi 86.17% di tahun 2014
hingga tahun 2017 rasio LDR bank konvensional milik pemerintah berada di
angka aman yaitu sebesar 87.04%. Sedangkan pada sisi bank syariah milik
pemerintah rata-rata rasio FDR tertinggi berada di tahun 2012 sebesar 96.83%
walaupun masuk dalam angka yang tinggi bank syariah mampu menurunkan
rasio FDR di tahun selanjutnya menjadi 88. 16%. Hingga di tahun 2017 rasio
FDR bank syariah berada di angka aman yaitu 81.72%. Semakin tinggi rasio
LDR/FDR tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio yang
5
tinggi menunjukkan bahwa suatu bank memberikan pinjaman seluruh dananya
(loan up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah
menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap
untuk dipinjamkan.
Rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
menggambarkan seberapa efisien biaya operasional yang digunakan pada
kedua bank. Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata rasio BOPO pada bank syariah
milik pemerintah lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional milik
pemerintah. Pada bank konvensional milik pemerintah rasio BOPO tertinggi
sebesar 76.17% di tahun 2016 dan mengalami penurunan di tahun 2017
menjadi 73.54%. Sedangkan pada bank syariah milik pemerintah rata-rata
tertinggi berada di tahun 2017 yaitu sebesar 102.45%, dimana angka tersebut
telah melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh BI yaitu 100%.
Tingginya rasio BOPO pada bank syariah mungkin dikarenakan bank syariah
sebagai bank yang baru berkembang dan harus terus memperbaiki dan
meningkatkan fasilitas-fasilitasnya dan pelayanan bagi nasabah. Hal ini
menunjukkan bahwa bank konvensional milik pemerintah lebih efisien dalam
menggunakan biaya operasionalnya dibandingkan dengan bank syariah milik
pemerintah. Karena semakin efisien semakin kecil potensi bank mengalami
risiko operasional, Bank syariah milik pemerintah harus mampu mengurangi
atau mengatur pengeluaran biaya yang digunakan untuk kegiatan
operasionalnya agar lebih efisien.
6
Pada rasio Net Interest Margin untuk menggambarkan seberapa besar
bank mengalami risiko pasar, karena salah satu risiko pasar adalah risiko
tingkat suku bunga. Rata-rata rasio NIM pada bank syariah milik pemerintah
cenderung mengalami penurunan sedangkan pada bank konvensional milik
pemerintah mengalami fluktuasi. Pada bank konvensional rata-rata rasio NIM
terbesar berada di tahun 2013 sebesar 7.08% dan terkecil di tahun 2017 6.46%
sedangkan pada bank syariah milik pemerintah angka terbesar berada di tahun
2012 yaitu 8.21% ditahun selanjutnya mengalami penurunan hingga di tahun
2017 menjadi 6.52%. Menurut ketentuan BI, kedua bank masih masuk
kedalam kategori sehat karena masih berada diatas angka 5%.
Jika dilihat dari keadaan bank konvensional maupun bank syariah milik
pemerintah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, namun sebenarnya ada
berbagai risiko yang harus dihadapi dalam kegiatan operasionalnya. Seperti
yang telah diketahui, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapinya. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank
sangatlah perlu mengetahui tingkat resiko keuangan suatu bank agar dapat
beroperasi secara maksimal. Untuk mencapai tujuan usaha, bank perlu
mencari keseimbangan yang optimal antara bisnis, operasional dan
manajemen risiko. Bank mempunyai perlu unit bisnis yang berorientasi risiko
dan mempunyai unit manajemen risko yang berorientasi bisnis. Pengelolaan
risiko penting agar bank tidak terperangkap pada berbagai bisnis yang secara
teoritis atau secara historis dapat memberikan keuntungan atau marjin yang
tinggi, namun risiko terkait juga tinggi. Bank seringkali tidak menyadari
7
bahwa keuntungan besar yang diperoleh dimasa lampau memiliki risiko
tinggi, namun secara kebetulan kondisi yang terjadi dipasar sesuai dengan
yang diharapkan bank sehingga risiko tersebut tidak menjadi kenyataan
(Ikatan Bankir Indonesia, 2015: 6)
Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan
sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang
seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing,
inkaso dan berbgai bentuk keputusan financial lainnya, dimana itu telah
menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut, dan kerugian terbesar adalah
dalam bentuk financial (Fahmi, 2014: 101). Risiko yang sering dihadapi oleh
bank adalah risiko kredit (pembiayaan), risiko likuiditas, risiko pasar, risiko
operasional, risiko strategic, risiko hukum, risiko yuridis, risiko kepatuhan
(Sulhan dan Siswanto, 2008: 152)
Menurut Idroes (2008 : 21), pada dasarnya risiko yang dihadapi dapat
dibagi dua kelompok besar, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial.
Risiko finansial terkait dengan berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko
yang terjadi. Risiko yang termasuk dalam risiko keuangan adalah risiko
kredit/pembiayaan, risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Analisis risiko keuangan sangat membantu manajemen dalam mengetahui
kinerja bisnisnya. Analisis risiko keuangan merupakan alat penting untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan dengan hasil-
hasil yang telah dicapai dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan
diterapkan. Dengan melakukan analisis keuangan perusahaan, maka pemimpin
8
dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan serta
hasil – hasil yang telah dari dulu dan yang sedang berjalan. Untuk
meningkatkan produktifitas perusahaan harus mengetahui kesehatan suatu
perusahaan sehingga mampu memperoleh keuntungan untuk menghindari
adanya potensi kebangkrutan (Megasari: 2014). Sebagai lembaga intermediasi
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana, diperukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat,
sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan dengan lancar. Salah satu sumber
utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank,
berdasarkan laporan tersebut dapat dilihat sejumlah rasio keuangan yang lazim
digunakan sebagai dasar penilaian kinerja bank, dengan analisis rasio tersebut
dapat diperoleh gambaran baik buruknya kinerja suatu bank serta risiko yang
dihadapi.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini bermaksud untuk menggunakan
pendekatan risiko sebagai indikator dari kinerja keuangan bank, dimana dari 8
risiko bank pada kegiatan operasionalnya hanya 4 risiko yang dapat diukur
secara kuantitatif dikarenakan instrumen data yang diperlukan berupa data
sekunder. Analisis risiko keuangan dapat dilakukan analisis data
menggunakan analisis rasio keuangan, analisis Uji Independent Sample t-Test
jika data terdistribusi normal dan Uji Mann-whitney jika data tidak
terdistribusi normal. Rasio yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio
Non Performing Loan (NPL) pada Bank Konvensional dan rasio Non
Performing Financing (NPF) pada Bank syariah untuk menggambarkan risiko
9
kredit pada bank. NPL atau NPF adalah rasio yang sama, hanya saja istilah
loan dan financing yang membedakan antara bank konvensional dan bank
syariah. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional dan rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bank syariah untuk menggambarkan
risiko likuiditas pada bank atau mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional) untuk menggambarkan risiko operasional dan Rasio
NIM (Net Interest Margin) pada bank konvensional dan NOM (Net Operating
Margin) bank syariah. Penulis terdorong untuk melakukan perbandingan
risiko keuangan bank konvensional dan bank syariah pada periode triwulan
tahun 2012 – 2017 dengan memilih bank milik pemeintah sebagai populasi
dan 4 bank konvensional milik pemerintah serta 4 bank syariah milik
pemerintah sebagai sampel. Penulis juga ingin melakukan perbandingan
terhadap penelitian terdahulu dengan periode tahun yang berbeda serta objek
penelitian dan adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dari
permasalahan yang dipilih dalam penelitian dengan kondisi nyata yang terjadi.
Berdasarkan rasio keuangan dengan harapan dapat membantu para pihak
internal dan eksternal dalam menganalisa laporan keuangan sebagai bahan
pertimbangan untuk keputusan. Penelitian ini dibuat dalam bentuk skripsi
dengan judul “Analisis Komparatif Risiko Keuangan pada Bank
Konvensional dan Bank Syariah Periode tahun 2012 - 2017 ( Studi Kasus
Bank Milik Pemerintah )”.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
dapat mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko
kredit/pembiayaan pada bank konvensional milik pemerintah dan bank
syariah milik pemerintah dilihat dari rasio NPL/NPF?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko Likuiditas pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
dilihat dari rasio LDR/FDR?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko Operasional pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
dilihat dari rasio BOPO?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko Pasar pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah dilihat
dari rasio NIM/NOM?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis perbedaan risiko kredit/pembiayaan pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
11
2. Untuk menganalisis perbedaan risiko likuiditas pada bank konvensional
milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
3. Untuk menganalisis perbedaan risiko operasional pada bank konvensional
milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
4. Untuk menganalisis perbedaan risiko pasar pada bank konvensional milik
pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan memahami secara luas
fenomena-fenomena ekonomi nasional dan internasional khususnya dalam
ilmu perbankan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi wahana pengetahuan mengenai
dunia perbankan bagi peneliti yang tertarik untuk penelitian di bidang
yang sama.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank
Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk –bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Bank merupakan suatu jenis lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan
pinjaman,mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang,
bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga dan lain-
lain. Bank juga satu-satunya lembaga keuangan depositori. Sebagai
lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro,
tabungan dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan
kedalam aktiva dalam bentuk pemberian pinjaman dan investasi.
Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan
bank dengan lembaga keuangan lainnya. (Dendawijaya, 2009: 14)
Di samping kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau
dana pihak ketiga tersebut bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha
yang sama dengan usaha lembaga keuangan lain.
13
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998, fungsi bank di Indonesia
adalah (1) sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat, bank
bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta
simpanan dalam rekening Koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan
fungsi utama bank. (2) sebagai penyalur dana atau pemberi kredit, bank
memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk
usaha-usaha produktif.
Secara umum terdapat 4 jenis tipe bank yang ada di Indonesia,
yaitu:
a. Bank sentral, adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk
menjaga stabilitas harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah
inflasi. Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia
b. Bank umum, merupakan bagian dari perbankan nasional yang
memiliki fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta pemberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Secara
umum, bank umum terbagi menjadi 5 jenis, yaitu
(1) Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang didirikan oleh
pemerintah dan sebagian besar modalnya juga berasal dari
pemerintah. Seperti Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri dan
Bank Negara Indonesia.
(2) Bank Umum Milik Swasta, yaitu bank yang seluruh atau sebagian
besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga
14
keuntungannya menjadi milik swastas. Seperti Bank BCA, Bank
Mega, Bank Danamon dll.
(3) Bank Umum Campuran, yaitu bank yang sahamnya di miliki oleh
warga Indonesia dan pihak asing. Seperti Bank ANZ, Bank Agris
dll.
(4) Bank Milik Pemerintah daerah
Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula.
Terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi.
Seperti BPD sumatera utara, BPD DKI Jakarta dll (Kasmir, 2015:
29)
(5) Bank Milik Asing, merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu
Negara. Contoh bank milik asing antara lain ABN AMRO bank,
American express bank, bank of America dll
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran. BPR
lebih utama dalam penyaluran kredit untuk ukm dalam skala kecil dan
memiliki modal wajib minimum lebih rendah daripada bank-bank
umum
15
d. Bank Syariah, Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Meisanti, 2015: 225).
Namun pada umumnya jika ditinjau dari segi cara penentuan harga,
perbankan hanya terbagi menjadi 2 jenis yaitu Perbankan Konvensional
dan Perbankan Syariah.
2. Pengertian Bank Konvensional
Bank Umum Konvensional adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran yaitu seperti bank yang berlaku pada
umumnya.(Iskandar, 2013: 34)
a. Bentuk Hukum Bank Umum Konvensional
1) Perseroan terbatas
2) Koperasi, atau
3) Perusahaan daerah
b. Usaha Bank Umum Konvensional meliputi:
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa: (Kasmir, 2015: 37)
a) Giro (demand deposit), merupakan simpanan pada bank di
mana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek atau bilyet giro.
16
b) Deposito berjangka (time deposit), merupakan simpanan pada
bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan
dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito.
c) Tabungan (saving deposit),yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank
dengan nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip
penarikan, buku tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan
lainnya.
2) Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk:
a) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk
membiayai kegiatan suatu usaha
b) Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada para
investor untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.
c) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.
d) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada para
pedagang, baik agen maupun pengecer
e) Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa. (Kasmir, 2015: 37)
3) Memberikan jasa bank lainnya dalam bentuk:
a) Transfer atau pengiriman uang
b) Kliring
c) Jual beli valuta asing
17
d) Menerbitkan referensi bank
e) Bank garansi
f) L/C dan Surat kredit berdokumenter
g) Inkaso
h) Safe deposit box
i) Jual-beli surat-surat berharga
4) Menerima setoran pembayaran dari instansi/perusahaan seperti:
a) Pembayaran listrik
b) Pembayaran telepon,air dll
5) Melayani pembayaran seperti;
a) Pembayaran gaji/pensiun pegawai
b) Pembayaran deviden, kupon
6) Menempatkan dana, meminjam dana baik dengan menggunakan
surat, sarana komunikasi maupun wesel unjuk, cek atau surat
lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
8) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek,
melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat.
18
9) Menyediakan pembiayaan dana dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
10) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan
perundang-undangan yang berlaku (Iskandar, 2013: 36)
3. Pengertian Bank Syariah
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU
No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (Soemitra,
2009: 61).
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain adalah
kegiatan yang tidak mengandung unsur:
i. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) anatar lain
dalam transaksi pertukaran barang sejenis tidak sama kualitas,
kuantitas dan wakt penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi’ah).
19
ii. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang
tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
iii. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
iv. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah
v. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya. Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan
ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan,
pemerataan dan kemanfaatan.(Karim, 2010: 32)
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, penerapan bunga di Bank
Syariah dinyatakan riba dan sebagai gantinya diberlakukan sistem bagi
hasil yang ditentukan dimuka pada awal akad usaha yang disepakati
dengan nasabahnya. Sesuai Fatwa DSN-MUI No. 15 Tahun 2000, yaitu
Lembaga Keuangan Syariah noleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net
Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian
hasil usaha dengan mitranya (nasabah) (Iskandar, 2013: 37).
a. Bentuk umum Bank Umum Syariah
1) Perseroan Terbatas
b. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
1) Penghimpunan Dana
a) Giro Wadiah
b) Tabungan Wadiah
20
c) Deposito Mudharabah
d) Tabungan Mudharabah
2) Penyaluran dana
a) Jual Beli
Akad Murabahah
Akad Istishna
Akad Salam
b) Bagi Hasil
Akad Mudharabah
Akad Musyarakah
c) Sewa
Ijarah
Ijarah Muntahiyah Bittamlik
3) Jasa keuangan lainnya
a) Wakalah (Perwakilan)
b) Kafalah (Bank Garansi)
c) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
d) Rahn (Gadai)
e) Qardh
f) Sharf
21
4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
a. Konsep dasar
Pada bank konvensional terdapat dua perjanjian yang saling terpisah,
yaitu: pertama, perjanjian antara pihak bank dengan nasabah
penabung, di mana penabung menaruh dananya di bank tersebut
dengan mendapat sejumlah persentase tertentu bunga dari pihak bank;
kedua, perjanjian antara pihak bank dengan nasabah peminjam, di
mana bank meminjamkan dananya kepada nasabah peminjam dan
berhak mendapatkan sejumlah persentase tertentu bunga dari nasabah
peminjam. Keuntungan bank adalah dengan mengambil selisih tingkat
bunga dari yang ditawarkan kepada nasabah penabung dengan tingkat
bunga yang dikenakan kepada nasabah peminjam. Ini dapat dilihat dari
gambar berikut: (Al Arif, 2011: 305).
GAMBAR 2.1
1.Menabung 2.Kredit
3.Bunga Tabungan 4.Bunga Pinjaman
Sumber: Al-Arif, 2011
Sementara pada bank syariah terdapat kesatuan perjanjian antara bank
dengan nasabah penabung dan antara bank dengan nasabah
pembiayaan. Nasabah penabung menaruh dananya di bank syariah
dengan mendapatkan sejumlah nisbah bagi hasil. Kemudian dana
Penabun
g
Peminjam Bank
22
tersebut digunakan untuk pembiayaan kepada nasabah pembiayaan dan
bank mendapatkan sejumlah tertentu nisbah bagi hasil atas usaha yang
dibiayai tersebut. Sehingga bagi hasil yang adakan didapatkan oleh
nasabah penabung tergantung kepada bagi hasil yang diterima bank
syariah dan nasabah pembiayaannya (Al-Arif, 2011: 306). Hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut:
GAMBAR 2.2
1.Menabung 2.Pembiayaan
3.Bagi Hasil 4.Bagi Hasil
Sumber: Al-Arif, 2011
b. Segi Akad
Dalam bank syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam. Sering kali nasabah berani melanggar kesepakatan atau
perjanjian yang telah dilakukan apabila hukum itu hanya berdasarkan
hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut
memiliki pertanggung jawaban sampai yaumilkiyamah nanti. Setiap
akad dalam perbankan syariah baik dalam hal barang, pelaku, transaksi
maupun ketentuan lainnya haruslah memenuhi syarat-syarat berikut
Penabung Peminjam Bank
23
ini; (i) barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan
jasa yang haram menjadi batal karena hukum syariah, (2) harga barang
dan jasa harus jelas, (3) tempat penyerahan harus jelas karena akan
berdampak pada biaya transportasi, (4) barang yang ditransaksikan
harus sepenuhnya dalam kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu
yang belum dimiliki seperti yang terjadi pada transaksi short sale
dalam pasar modal. Sedangkan dalam bank Konvensional, transaksi
atas barang dan jasa yang ditawarkan oleh bank mencakup halal dan
haram, serta diperbolehkannya transaksi short sale dalam pasar modal
(Ichsan, 2014: 168).
c. Segi Pembiayaan
TABEL 2.1
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
Pembiayaan Bank Syariah Pembiayaan Bank Konvensional
Melakukan Investasi-investasi
yang halal saja
Investasi halal dan haram
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli atau sewa
Memakai perangkat bunga
Profit dan Falah Oriented Profit Oriented
Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitor-kreditor
Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengurus Syariah (DPS)
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: Al-Arif, 2011
24
d. Segi Risiko
Pada dasarnya bank konvensional dan bank syariah memiliki risiko
yang sama yaitu 8 risiko bank, yaitu:(Karim, 2010: 36)
1. Risiko kredit, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya.
2. Risiko pasar, yaitu risiko yang kerugian yang terjadi pada
portofolioyang dimiliki leh bank akibat adanya pergerakan
variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar.
3. Risiko Likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau asset likuid berkualitas tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa menganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank.
4. Risiko operasional, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai; kegagalan proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan adanya
kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasional
bank.
5. Risiko hukum, yaitu risiko akibat tuntunan hukum atau
kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan para pemangku kepentingan yang bersumber dari
persepsi negative terhadap bank
25
7. Risiko strategis, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
kegagalan dalam megantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan
Namun pada bank syariah harus pula menerapkan manajemen
risiko untuk risiko imbal hasil dan risiko investasi.
9. Risiko imbal hasil, yaitu risiko akibat perubahan tingkat imbal
hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi
perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari
penyaluran dana yang dapat memengaruhi perilaku nasabah
dana pihak ketiga bank.
10. Risiko investasi, yaitu risiko akibat bank ikut menanggung
kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi
hasil berbasis bagi hasil.
e. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalm hal komisaris dan direksi, tetapi ada
tambahan satu struktur lagi di dalam struktur organisasi bank syariah,
yaitu dengan masuknya unsur Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
untuk mengawasi operasionalisasi bank agar produk-produknya sesuai
dengan prinsip syariah.(Al-arif, 2011: 309)
26
5. Risiko Keuangan
Risiko adalah kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari
harapan yang bersifat merugikan dari harapan ang bersifat merugikan.
Kredit macet merupakan risiko akibat pemberian kredit atau penjualan
secara kredit, kesalahan pencatatan transaksi merupakan risiko dari suatu
kegiatan operasional suatu perusahaan dan lain sebagainya. Kredit macet
maupun kesalah pencatatan merupakan penyimpangan hasil dari yang
diharapkan bersifat negative; jika penyimpangan hasil tersebut merupakan
sesuatu yang menguntungkan, maka hal itu tidak bisa dikatakan sebagai
risiko.(Sulhan dan Siswanto: 2008)
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu cara yang proaktif,
terkoordinasi, bernilai efektif, dan memahami pemrioritasan dalam
menanggulangi ancaman terhadap perusahaan. Risiko perbankan
dipengaruhi oleh lingkungan sumberdaya manusia, layanan keuangan dan
neraca. Berdasarkan karakteristik perbankan tersebut, maka risiko terdapat
diklasifikasikan atas: environmental risk (Risiko lingkungan),
management risks (Risiko Manajemen), delivery risks (Risiko operasi),
dan Financial Risks (Risiko Keuangan). (Hampel dalam Andi Wijaya,
2006: 5).
Risiko keuangan adalah segala macam risiko yang berkaitan
dengan keuangan, biasanya diperbandingkan dengan risiko non keuangan,
seperti risiko operasional. Dalam dunia perbankan terdapat 8 risiko, yaitu
Risiko kredit/pembiayaan, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
27
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategis dan Risiko
Kepatuhan. Namun hanya ada 4 risiko yang berkaitan dengan
keuangan,yaitu Risiko Kredit/Pembiayaan, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas
dan Risiko operasional. Bank Indonesia mewajibkan struktur manajemen
risiko dari seluruh bank untuk mencakup risiko-risiko tersebut.(Idroes,
2006: 67)
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko keuangan sehubungan
dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau
memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang
dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
Pinjaman yang dimaksud dalam pembahasan risiko kredit ini
adalah aktiva produktif bank, yaitu alokasi dana bank yang
ditempatkan pada pihak lawan transaksi atau peminjam atau debitur
(Counterparty of borrower) dimana peminjam berkewajiban untuk
mengembalikkannya kembali pada waktu yang disepakati.(Idroes,
2006:79)
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis bank.
Pada sebagian besar bank, pemberian pembiayaan merupakan sumber
risiko kredit yang terbesar. Selain pembiayaan, bank menghadapi
risiko kredit dari berbagai instrument keuangan seperti surat berharga,
akseptasi, transaksi antarbank, transaksi pembiayaan perdagangan,
transaksi nilai tukar, dan derivatif, serta komitmen dan kontigensi
28
(Rianto, 2013: 55). Pada bank umum kovensional, pembiayaan disebut
pinjaman. Sementara pada bank syariah tetap disebut pembiayaan,
sedangkan untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank
umum berupa bunga dalam persentase yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat balas jasa terukur oleh sistem
bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan pengajuan
kredit/pembiayaan pada bank syariah lebih ketat daripada perbankan
konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil
daripada perbankan konvensional.
Dalam penelitian ini, risiko kredit dapat dilihat dari seberapa besar
atau seberapa tinggi tingkat pembiayaan bermasalah pada suatu bank.
Pada bank konvensional dapat diukur menggunakan rasio NPL (Non
Performing Loan), yang digunakan untuk menilai persentase jumlah
kredit bermasalah terhadap total kredit yang dikeluarkan oleh bank.
Sedangkan dalam bank syariah dapat dilihat dari rasio NPF (Non
Performing Financing), yang digunakan untuk menilai persentase
jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank. Pada dasarnya NPL (Non Performing Loan)
dan NPF (Non Performing Financing) merupakan rasio yang sama,
hanya istilah kredit dalam bank konvensional dan pembiayaan dalam
bank syariah yang membedakan keduanya.
Rasio NPL/NPF itu sendiri sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004, dapat dirumuskan sebagai berikut:
29
NPL =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%
Seperti diketahui bahwa NPL merupakan salah satu indicator
tingkat kesehatan bank umum. Sebab tingginya NPL menunjukkan
ketidakmampuan bank umum dalam proses penilaian sampai dengan
pencairan kredit kepada debitur (Latumaerissa, 2014: 164)
Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun
pembiayaan (financing), sehingga modifikasi rumus tersebut untuk bank
syariah menjadi :
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
Kredit/pembiayaan bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang
dikaitkan degan kemungkinan kegagalan klien membayar
kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi
hutangnya. Kriteria rasio NPL/NPF dibawah 5%.
b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau asset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa
menganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. .(Rianto, 2013: 147)
Ketidak mampuan memperoleh sumber pendanaan arus kas
sehingga menimbulkan risiko likuiditas dapat disebabkan antara lain
oleh hal-hal sebagai berikut: (i) ketidakmampuan menghasilkan arus kas,
baik yang berasal dari asset produktif maupun yang berasal dari
30
penjualan asset termasuk asset likuid, (ii) ketidakmampuan
menghasilkan arus kas yang berasal dari penghimupunan dana,
transaksis antarbank dam pinjaman yang diterima.
Risiko likuiditas sering pula dimaknai sebagai kerugian potensial
yang di dapat dari ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo, baik mendanai asset yang dimiliki maupun mendanai
pertumbuhan asset bank tanpa mengeluarkan biaya atau mengalami
kerugian yang melebihi toleransi bank. Risiko kredit dan risiko likuiditas
merupakan risiko yang paling fundamental dalam industri perbankan.
Disebut fundamental karena pemicu utama kebangkrutan yang dialami
oleh bank bukanlah kerugian yang dideritanya melainkan karena
ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
Menurut Antonio (2008) dalam Bambang (2013), menyatakan
likuiditas penting untuk suatu bank dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya, mengatasi kebutuhan mendesak, memuaskan permintaan
nasabah terhadap pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam meraih
kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan.likuiditas yang
tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga menganggu
kebutuhan operasional sehari-hari tetapi juga tidak boleh terlalu besar
karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya
profitabilitas.
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis risiko likuiditas dilihat
dari rasio LDR (Loan to Deposit ratio) pada bank konvensional dan
31
rasio FDR (Financing to Depsit Ratio) pada bank syariah. LDR (Loan to
Deposit ratio) dapat dihitung dengan rumus:
𝐿𝐷𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛
Total Deposit 𝑥 100%
Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun
pembiayaan (financing), sehingga modifikasi rumus tersebut untuk bank
syariah menjadi :
𝐹𝐷𝑅 =Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan
Total Deposit 𝑥 100%
LDR (Loan to Deposit ratio) maupun FDR (Financing to Depsit
Ratio) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit
dapat mengimbang kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit/pembiayaan (Dendawijaya, 2009: 116).
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar. Rasio yang tinggi mennjukkan bahwa suatu
memebrikan pinjaman seluruh dananya (loan up) atau relative tidak
likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang
32
likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.
Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk member isyarat apakah suatu
pinjaman masih dapat mengalami ekpansi atau sebaliknya harus dibatasi.
(Latumaerissa, 2014:96)
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari
suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman
rasio LDR/FDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi
berkisar antara 85% dan 100%.(Dendawijaya, 2009: 117)
c. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian
eksternal yang memengaruhi operational bank. (Bambang, 2013:175)
Risiko operasional mempunyai banyak jenis, mulai dari penipuan
dan kegagalan proses yang relative sering muncul. Peristiwa seperti itu
biasanya mengakibatkan kerugian dalam tingkat peristiwa perseorangan
yang pengaruhnya kecil atau disebut sebagai frekuensi tinggi/dampak
kerugian rendah dan dapat diatur oleh bank-bank melaluli prosedur
harian dan kebijakan seperti pengawasan dalam penggunaan teknologi
serta pengamanan transaksi. Sebaliknya, peristiwa besar seperti
kebakaran atau seranagn teroris jarang terjadi tetapi menghasilkan
pengaruh besar terhadap kerugian atau disebut sebagai frekuensi
rendah/dampak kerugian tinggi.(Idroes, 2006: 136)
33
Adapaun jenis-jenis kejadian risiko operasional lainnya yang dapat
digolongkan menjadi beberapa tipe kejadian seperti internal fraud,
eksternal fraud, praktik ketenagakerjaan, dan keselamatan lingkungan
kerja, nasabah, produk, serta praktik bisnis, kerusakan asset fisik,
agngguan aktivitas bisnis, dan kegagalan sistem dan kesalahan proses
serta eksekusi. Risiko operasional merupakan risiko yang memengaruhi
semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inheren dalam
pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.
Risiko Operasional dapat dianalisis dengan melakukan perhitungan
rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional):(Dendawijaya,2009:147)
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
Menurut Lukman Dendawijaya (2009), rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan mengukur kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Biaya operasional terhadap
pendapatan operasional digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Semakin
kecil nilai BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank.
d. Risiko Pasar
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian pada posisi
neraca serta pencatatan tagihan dan kewajiban diluar neraca (on-and-off-
34
balance sheet) yang timbul dari pergerakan harga pasar (market
prices).(Idroes, 2006: 101)
Factor-faktor utama yang menimbulkan risiko pasar adalah risiko
ekuitas, risiko suku bunga, risiko valuta asing dan risiko komoditas.
Keempat risiko tersebut dapat dikategorikan sebagai risiko pasar umum
(general market risk). Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan
nilai posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh
perubahan nilai tukar valuta asing atau perubahan harga emas. Risiko
tingkat bunga adalah risiko yang disebabkan karena berubahnya tingkat
suku bunga (Interest rate).
Risiko pasar dapat dianalisis dengan melakukan perhitungan rasio
NIM (Net Interest Margin) pada bank konvensional dan rasio NOM (Net
Operating Margin) pada bank syariah. Perbedaan ini disebabkan karena
dalam bank syariah tidak mengenal istilah bunga. Rasio NIM digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Sedangkan
rasio NOM untuk mengetahui kemampuan asset produktif dalam
menghasilkan laba.
Menurut SE Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
rasio NIM dapat dihitung dengan rumus:
𝑁𝐼𝑀 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
Menurut SE Bank Indonesia No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober
2007, rasio NOM dapat dihitung dengan rumus
35
𝑁𝑂𝑀 = 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 − 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
6. Analisis Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan
antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan
mempergunakan formula-formula yang dianggap representative untuk
diterapkan. Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya
untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Manfaat
dari rasio keuangan adalah untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja
dan prestasi perusahaan, sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan, dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan,
bermanfaat bagi kreditor untuk memperkirakan potensi risiko yang akan
dihadapi.(Fahmi, 2012: 49)
B. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Umar hamdan dan Andi wijaya tahun 2006, dengan judul penelitian
Analisis komparatif resiko keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Jurnal Dosen
Fakultas Ekonomi dan program studi MM Unsri. Variabel utama dalam
penelitian ini adalah pos-pos dalam neraca terdiri dari Kas, giro, kredit
36
yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lainnya, kewajiban segera,
tabungan, deposito, pinjaman dan ekuitas serta rasio likuiditas (cash
ratio,LDR, NPL), rasio solvabilitas ( Capital to Debt ratio, CAR) dan rasio
rentabilitas ( GPM, NPM dll). Metode yang digunakan yaitu analisis
altman z score. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil
diskriminan (z score) menunjukkan kedua BPR berada pada posisi “grey”.
Namun nilai z pada BPR Syariah relative lebih tinggi disbanding BPR
Konvensional, yang berarti resiko BPR Syariah lebih rendah daripada BPR
Konvensional.
2. Asshofiyyul hully tahun 2012, dengan judul penelitian Analisis komparatif
tingkat risiko keuangan bank umum konvensional dan bank umum syariah
periode 2007-2010. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi
Keuangan Islam Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Variabel yang
digunakan quick ratio (Rasio Likuiditas), CAR (Rasio Solvabilitas) dan
ROE (Rasio Rentabilitas). Metode yang digunakan yaitu uji hipotesis
independent sample t-Test dan altman z score. Hasil penelitian
menunjukkan pertumbuhan quick ratio dan rasio CAR bank konvensional
dan bank syariah dari tahun 2007-2010 mengalami fluktuasi/tidak stabil.
Sedangkan pada rasio ROE tingkat pertumbuhan bank konvensional
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, berbeda dengan bank umum
syariah yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan Uji t-
test dan altman z score yang dilakukan, secara umum tingkat risiko
37
keuangan bank umum konvensional dan bank umum syariah dari tahun
2007-2010 tidak berbeda signifikan.
3. Yudiana Febrita Putri tahun 2015, dengan judul penelitian Analisis
perbandingan kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah.
Jurnal Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Jember.
Variabel yang digunakan yaitu rasio LDR, ROE, ROA, CAR, NPL dan
BOPO. Metode yang digunakan yaitu uji hipotesis Independent Sample t-
Test. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
pada rasio LDR, ROA, CAR, BOPO pada bank konvensional dan bank
syariah. Sedangkan pada rasio ROE dan NPL tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
4. Garin Sashy Novista tahun 2016, dengan judul penelitian Analisis
perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah devisa dan bank
umum syariah non devisa di Indonesia periode tahun 2013-2015. Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Jakarta. Variabel yang digunakan yaitu Rasio
CAR, ROE, ROA dan FDR. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis
Independent sample t-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bank
umum syariah devisa dan bank umum syariah non devisa terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio ROE dan rasio FDR. Sedangkan
pada rasio CAR dan ROA tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Andita Jefri Ananto tahun 2014, dengan judul penelitian Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah dengan PT. Bank
38
Central Asia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Variabel yang
digunakan yaitu rasio ROA,ROE,NIM,FDR,NPL. Penelitian ini
menggunakan uji hipotesis Independent sample t-Test. Hasil penelitian ini
menunjukkan kinerja lebih baik pada rasio ROE, NOM , FDR untuk PT
Bank Syariah Mandiri, sedangkan rasio ROA, CAR, NPL lebih baik pada
PT. Bank BCA. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA,
NIM, LDR dan NPL. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio
CAR dan ROE.
6. Ari Setyaningsih dan Setyaningsih Tri Utami tahun 2013, dengan judul
penelitian Analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah
dengan perbankan konvensional periode 2009-2011. Jurnal Ekonomi dan
kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Variabel yang digunakan yaitu CAR, BOPO, LDR, NPF, ROA. Hasil
penelitian ini menunjukkan Kinerja keuangan pada PT. Bank BRI lebih
baik pada rasio CAR, ROA, BOPO dan LDR. Sedangkan kinerja
keuangan pada PT. Bank syariah Muamalat lebih baik pada rasio NPF.
7. Yusvita Nena Arina tahun 2016, dengan judul penelitian analisis
perbandingan kinerja keungan bank konvensional dan bank syariah (studi
kasus pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri). Jurnal ekonomi
STIESS Kendal. Variabel yang digunakan CAR,ROA,ROE,NIM,NPL dan
LDR. Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja keuangan bank syariah
39
mandiri lebih baik pada rasio ROE, NIM, LDR sedangkan Bank mandiri
lebih baik kinerja keuangan pada rasio CAR,ROA dan NPL
8. Rexsa Lombogia tahun 2015, dengan judul penelitian analisi komparasi
kinerja keuangan berdasarkan risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas
dan liquidity coverage ratio (studi kasus pada bank BUMN go public
sebelum dan sesudah pemberlakuan OJK). Jurnal ekonomi. Variabel yang
digunakan NPL, PDN, SD Sales, LDR dan Cash ratio. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan LCR pada bank BUMN go
public di Indonesia sebelum dan sesudah.
TABEL 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Penulis,
tahun
Judul
Penelitian
Metode penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Umar
Hamdan dan
Andi
Wijaya,
2006
Analisis
komparatif
Resiko
keuangan
Bank
Perkreditan
Rakyat (BPR)
Konvensional
dan Bank
Perkreditan
Rakyat
Syariah
Terdapat
variabel LDR,
NPL
Tidak
terdapat
variabel
NIM dan
BOPO,
Objek
penelitian
dan uji
analisis yang
digunakan
berbeda
Kedua BPR
dalam posisi
‘grey’ pada uji
diskriminan z-
score, Namun
nilai Z BPR
Syariah
relatif lebih tinggi
dibanding BPR
Konvensional ,
yang berarti
40
No. Penulis,
tahun
Judul
Penelitian
Metode penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(BPRS) resiko BPR
Syariah relatif
lebih rendah
dibanding BPR
Konvensional.
2. Asshofiyyul
hully, 2012
Analisis
komparatif
tingkat risiko
keuangan
bank umum
konvensional
dan bank
umum
syariah
periode 2007-
2010
Uji analisis
menggunakan
uji hipotesis
independent
sample t-test
Rasio yang
digunakan
(quick ratio,
CAR dan
ROE) dan
uji analisis
yang
digunakan
(altman z
score)
Berdasarkan Uji
t-test dan altman
z score yang
dilakukan, secara
umum tingkat
risiko keuangan
bank umum
konvensional dan
bank umum
syariah dari tahun
2007-2010 tidak
berbeda
signifikan.
3. Yudiana
Febrita
Putri, 2015
Analisis
perbandingan
kinerja bank
konvensional
dan bank
syariah
Terdapat
variabel LDR
dan BOPO
Tidak
terdapat
variabel
NPF dan
NIM, Objek
penelitian
berbeda
Terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
rasio LDR,
ROA,CAR,BOPO
dan tidak
signifikan pada
rasio ROE dan
NPL pada bank
41
No. Penulis,
tahun
Judul
Penelitian
Metode penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
konvensional dan
bank syariah
4. Garin Sashy
Novista,
2016
Analisis
perbandingan
kinerja
keuangan
bank umum
syariah
devisa dan
bank umum
syariah non
devisa di
Indonesia
periode tahun
2013-2015
Terdapat
variabel FDR
dan Uji analisis
menggunakan
uji hipotesis
independent
sample t-test
Tidak
terdapat
variabel
NPF, NIM,
BOPO dan
Objek
penelitian
yang
berbeda
Bank umum
syariah devisa
dan bank umum
non devisa
terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
rasio ROE dan
FDR. Sedangkan
pada rasio CAR
dan ROA tidak
terdapat
perbedaan yang
signifikan
5
.
Andita Jefri
Ananto,
2014
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
PT. Bank
Syariah
dengan PT.
Bank Central
Asia
Terdapat
variabel FDR,
NIM dan NPL
Tidak
terdapat
variabel
BOPO dan
objek
penelitian
yang
berbeda
Kinerja lebih baik
pada rasio ROE,
NOM , FDR
untuk PT Bank
Syariah Mandiri,
sedangkan rasio
ROA, CAR, NPL
lebih baik pada
PT. Bank BCA.
Terdapat
perbedaan yang
42
No. Penulis,
tahun
Judul
Penelitian
Metode penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
signifikan pada
rasio ROA, NIM,
LDR dan NPL.
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
rasio CAR dan
ROE.
6. Ari
Setyaningsih
dan
Setyaningsih
tri utami,
2013
Analisis
perbandingan
kinerja
keuangan
perbankan
syariah
dengan
perbankan
konvensional
periode 2009-
2011
Terdapat
variabel NPL,
LDR dan BOPO
dan
Tidak
terdapat
variabel
NIM dan
objek
penelitian
berbeda
Kinerja keuangan
pada PT. Bank
BRI lebih baik
pada rasio CAR,
ROA, BOPO dan
LDR. Sedangkan
kinerja keuangan
pada PT. Bank
syariah Muamalat
lebih baik pada
rasio NPF.
7. Yusvita
Nena Arina,
2016
Analisis
perbandingan
kinerja
keuangan
bank
konvensional
dan bank
syariah (studi
kasus pada
Terdapat
variabel LDR,
NPL dan NIM
Tidak
Terdapat
variabel
BOPO dan
objek
penelitian
berbeda
Kinerja keuangan
bank syariah
mandiri lebih baik
pada rasio ROE,
NIM, LDR
sedangkan Bank
mandiri lebih baik
kinerja keuangan
pada rasio
43
No. Penulis,
tahun
Judul
Penelitian
Metode penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
bank syariah
mandiri dan
bank mandiri
konvensional)
CAR,ROA dan
NPL
8. Rexsa
Lombogia,
2015
Analisis
komparasi
kinerja
keuangan
berdasarkan
risiko kredit,
risiko pasar,
risiko
likuiditas dan
Liquidity
coverage
ratio (studi
kasus pada
bank BUMN
go public
sebelum dan
sesudah
pemberlakuan
OJK)
Terdapat
variabel NPL
dan LDR
Tidak
terdapat
variabel
BOPO dan
NIM, objek
penelitian
berbeda
Tidak terdapat
perbedaan kinerja
keuangan
berdasarkan
risiko kredit,
risiko pasar,
risiko likuiditas,
dan LCR pada
bank BUMN go
public di
Indonesia
sebelum dan
sesudah
pemberlakuan
OJK
44
C. Kerangka Pemikiran
Bank syariah
milik pemerintah
Bank
konvensional
milik pemerintah
Bank Umum
Bank Mandiri Konvensional
Bank BNI Konvensional
Bank BRI Konvensional
Bank BJB Konvensional
Bank Mandiri Syariah
Bank BNI Syariah
Bank BRI Syariah
Bank BJB Syariah
Rasio NPL
Rasio LDR
Rasio BOPO
Rasio NIM
Rasio NPF
Rasio FDR
Rasio BOPO
Rasio NOM
Uji Normalitas
Interpretasi dan Kesimpulan
Uji Independent Sample t-Test Uji Mann-Whitney
Data tidak terdistribusi normal Data terdistribusi normal
45
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang telah ditampilkan,
maka ditemukanlah hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan Risiko Kredit yang signifikan pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
jika dilihat dari Rasio NPL/NPF periode 2012 -2017
Ha1 : Terdapat perbedaan Risiko Kredit yang signifikan pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah jika
dilihat dari Rasio NPL/NPF periode 2012 - 2017
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan Risiko Likuiditas yang signifikan pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
jika dilihat dari Rasio LDR/FDR periode 2012 - 2017
Ha2 : Terdapat perbedaan Risiko Likuiditas yang signifikan pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah jika
dilihat dari Rasio LDR/FDR periode 2012 - 2017
3. H0 : Tidak terdapat perbedaan Risiko Operasional yang signifikan
pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah jika dilihat dari Rasio BOPO periode 2012 - 2017
Ha3 : Terdapat perbedaan Risiko Operasional yang signifikan pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
jika dilihat dari Rasio BOPO periode 2012 - 2017
46
4. H0 : Tidak terdapat perbedaan Risiko Pasar yang signifikan pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah jika
dilihat dari Rasio NIM/NOM periode 2012 - 2017
Ha4 : Terdapat perbedaan Risiko Pasar yang signifikan pada bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah jika
dilihat dari Rasio NIM/NOM periode 2012 - 2017
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian
yang bersifat membandingkan.Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif yang
menggambarkan data informasi berdasarkan fakta yang diperoleh. Penelitian
ini menggunakan analisis kuantitatif dari data-data rasio keuangan seperti Non
Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beban Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM) pada bank
konvensional milik pemerintah dan Non Performing Loan (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
dan Net Operating Margin (NOM) pada bank syariah milik pemerintah.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak kedua (biasanya
diperoleh melalui badan/instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan
data, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta)(Sugiyono, 2013: 35). Data
ini diambil dengan tujuan untuk melengkapi informasi yang akan disajikan
pada penyusunan skripsi. Data operasional yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
48
adalah Bank Konvensional dan Bank Syariah, dengan mengambil sampel bank
milik pemerintah. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian
meliputi:
1) Bank konvensional milik pemerintah yang terdaftar di Bank Indonesia yang
telah berdiri lebih dari 5 tahun dan menyajikan laporan keuangan yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dalam periode 2012-2017, yaitu Bank
Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BJB.
2) Bank syariah milik pemerintah yang terdaftar di Bank Indonesia yang telah
berdiri lebih dari 5 tahun dan menyajikan laporan keuangan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dalam periode 2012-2017, yaitu Bank Syariah Mandiri,
Bank BNI syariah, Bank BRI Syariah dan Bank BJB Syariah.
C. Metode Pengumpulan data
Data penelitian ini diperoleh langsung dari website resmi masing-masing
bank serta website resmi dari OJK dan Bank Indonesia. Dalam penelitian ini
pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik penelitian sebagai berikut :
a. Field Research
Penelitian menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) dengan skala triwulan yang diambil dari laporan keuangan
masing-masing bank periode triwulan tahun 2012 - 2017 berupa rasio
keuangan Non Performing Loan (NPL)/ Non Performing Financing (NPF),
Loan to Deposit Ratio (LDR)/ Financing to Deposit Ratio (FDR, Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Net Interest Margin
(NIM) /Net Operating Margin (NOM).
b. Library Research
49
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari membaca literature, buku, artikel, jurnal, dan sejenisnya.
c. Internet Research
Untuk mengatasi buku yang tertinggal atau kadaluarsa, penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Rasio Keuangan
Penelitian ini bertujuan membandingkan risiko keuangan bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah. Risiko
keuangan bank konvensional dan bank syariah dapat dipresentasikan oleh
rasio keuangan yang terdapat dalam menggambarkan risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko operasional dan risiko pasar. Meskipun pada akhirnya
risiko keuangan bank konvensional dan bank syariah dapat dinilai oleh
faktor-faktor lain, keuangan. Adapun dalam penelitian ini, rasio keuangan
yang dianalisis adalah NPL, LDR, BOPO, NIM pada Bank Konvensional
dan NPF, FDR, BOPO, NOM pada Bank Syariah
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel terdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016: 154). Data yang
enting dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal. Adapun cara mendeteksi normalitas suatu data yang
digunakan dan penelitian ini menggunakan analisis non parametik test
50
untuk melakukan tes one sampel kolomogrof smoirno (K-S),
pertimbangannya adalah karena belum mengetahui apakah data tersebut
merupakan data non parametik. Karena diasumsikan data non parametik
maka analisis yang digunakan adalah analisi non parametik.
Jika data yang di uji memiliki distribusi normal maka akan dilakukan
uji Independent Sample t-Test, sedangkan jika data yang diuji tidak
terdistribusi secara normal maka akan dilakukan uji Mann-whitney.
Hipotesis :
H0 : Sampel data berdistribusi normal.
Ha1 : Sampel data tidak berdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah :
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
3. Uji Beda
a. Uji Independen sampel T-Test
Uji Independent Sample t-test adalah uji yang digunakan untuk
menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai
rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standard
error dari perbedaan rata-rata dan sampel. Jadi, tujuan dari uji beda t-
test adalah membandingkan rata-rata dan grup yang tidak berhubungan
51
satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai
rata-rata yang sama secara signifikan (Ghozali, 2016: 64)
Jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua
varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan kedua
varians sama. Jika kedua varians dinyatakan sama maka sebaiknya
menggunakan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua
varian sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig. < 0.05 dapat dikatakan
risiko keuangan antara bank konvensional milik pemerintah dan bank
syariah milik pemerintah tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Jika F hitung equal variance assumed (diasumsikan kedua varians
sama) memiliki nilai sig. 0.05 maka dinyatakan kedua varians berbeda.
Jika kedua varians berbeda maka menggunakan dasar equal variance
not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) untuk t hitung.
Jika t hitung untuk equal variance not assumed (diasumsikan kedua
varians tidak sama) memiliki sig > 0.05 maka dapat dinyatakan risiko
keuangan antara bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah tidak memiliki perbedaan yang signifikan, sebaliknya
jika t hitung untuk equal variance not assumed (diasumsikan kedua
varians tidak sama) memiliki sig. < 0.05 maka dapat dinyatakan risiko
keuangan antara bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah memiliki perbedaan yang signifikan.
Hipotesis uji F sebagai berikut :
H0 : Kedua varians adalah sama
52
Ha1 : Kedua varians adalah berbeda
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.sig (2-tailed) <0.05 maka Ha1 ditolak.
b. Uji Mann-Whitney
Statistik nonparametik digunakan bila asumsi distribusi dati
statistic parametik tidak terpenuhi .salah satu uji statistic nonparametik
yaitu uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) disebut juga uji U. Uji
Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji T dua sampel independen
dengan tujuan melakukan uji beda statistik nonparametik. Ada dua
kriteria utama yang digunakan untuk menentukan apakah uji statistic
nonparametik diperlukan (Stanislaus, 2006: 321).
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada risiko
keuangan pada bank konvensional milik pemerintdah dan
bank syariah milik pemerintah
Ha1 : Terdapat perbedaan signifikan pada pada risiko
keuangan pada bank konvensional milik pemerintdah dan
bank syariah milik pemerintah Dasar pengambilan
keputusan :
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka H0 diterima, Ha1
ditolak
53
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) < 0.05 maka H0 ditolak, Ha1
diterima.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menganalisis dan membandingkan risiko keuangan pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko operasional dan risiko pasar. Keempat variabel tersebut akan
diukur dengan cara menganalisis rasio keuangan pada bank, kemudian diuji
dengan menggunakan uji t-test Independent apabila data terdistribusi dengan
normal, sebaliknya apabila data tidak terdistribusi dengan normal maka
digunakan uji Mann-whitney untuk mengetahui perbedaan.
Adapun operational dan pengukuran variabel penelitian yang penulis
gunakan sebagai berikut:
TABEL 3.1
TABEL OPERASIONAL VARIABEL
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
pengukuran
1. Risiko
Kredit
Risiko
akibat
kegagalan
nasabah/piha
k lain dalam
memenuhi
kewajiban
kepada bank
sesuai
dengan
perjanjian
yang
Bank Konvensional:
NPL =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%
Bank Syariah :
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
Rasio
54
disepakati.
2. Risiko
Likuiditas
Risiko
akibat
ketidakmam
puan bank
untuk
memenuhi
kewajiban
jatuh tempo
dari sumber
pendanaan
arus kas atau
asset likuid
berkualitas
tinggi yang
dapat
digunakan,
tanpa
menganggu
aktivitas dan
kondisi
keuangan
bank
Bank Konvensional:
𝐿𝐷𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛
Total Deposit 𝑥 100%
Bank Syariah :
𝐹𝐷𝑅 =Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan
Total Deposit 𝑥 100%
Rasio
3. Risiko
Operasion
al
Risiko
kerugian
yang
diakibatkan
oleh proses
internal yang
kurang
memadai,
kegagalan
proses
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
Rasio
55
Adapun uraian dari table diatas adalah sebagai berikut :
1. Risiko Kredit
Risiko kredit dapat dilihat dari seberapa besar atau seberapa tinggi
tingkat pembiayaan bermasalah pada suatu bank. Pada bank konvensional
internal,
kesalahan
manusia,
kegagalan
sistem,
dan/atau
adanya
kejadian-
kejadian
eksternal
yang
memengaruh
i operational
bank
4. Risiko
Pasar
Risiko
kerugian
pada posisi
neraca serta
pencatatan
tagihan dan
kewajiban
diluar neraca
(on-and-off-
balance
sheet) yang
timbul dari
pergerakan
harga pasar
(market
prices
Bank Konvensional:
𝑁𝐼𝑀 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
Bank Syariah :
𝑁𝑂𝑀
= 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 − 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
Rasio
56
dapat diukur menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan), yang
digunakan untuk menilai persentase jumlah kredit bermasalah terhadap
total kredit yang dikeluarkan oleh bank. Sedangkan dalam bank syariah
dapat dilihat dari rasio NPF (Non Performing Financing), yang digunakan
untuk menilai persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total
pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank.
TABEL 3.2
Kriteria Penilaian Rasio NPF
Nilai Kredit Predikat
< 2% Sangat Baik
2% - 5% Baik
5% - 8% Cukup Baik
8% - 12% Kurang Baik
≥12% Sangat Kurang
2. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat dilihat dari menganalisis rasio LDR/FDR
pada bank. LDR (Loan to Deposit ratio) maupun FDR (Financing to
Depsit Ratio) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit
dapat mengimbang kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit/pembiayaan. Semakin tinggi rasio tersebut
57
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan.
TABEL 3.3
Kriteria Penilaian Rasio LDR/FDR
Nilai Kredit Predikat
≤75% Sangat Baik
75% - 85% Baik
85% - 100% Cukup Baik
100% - 120% Kurang Baik
≥120% Sangat Kurang
Sumber : SEBI No.6/23/DPNP/2004
3. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang memengaruhi semua
kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inheren dalam
pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional. Risiko Operasional
dapat dianalisis dengan melakukan perhitungan rasio BOPO (Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan mengukur kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Biaya operasional terhadap
pendapatan operasional digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Semakin
kecil nilai BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank.
58
TABEL 3.4
Kriteria Penilaian Rasio BOPO
Nilai Kredit Predikat
BOPO ≤ 100% Efisien
BOPO ≥ 100 % Tidak Efisien
4. Risiko Pasar
Risiko pasar dapat dianalisis dengan melakukan perhitungan rasio
NIM (Net Interest Margin) pada bank konvensional dan rasio NOM (Net
Operating Margin) pada bank syariah. Rasio NIM digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Sedangkan
rasio NOM untuk mengetahui kemampuan asset produktif dalam
menghasilkan laba.
TABEL 3.5
Kriteria Penilaian Rasio NIM
Nilai Kredit Predikat
NIM ≥ 5% Sehat
NIM ≤ 5% Tidak Sehat
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Sampel yang diambil merupakan bank konvensional dan bank syariah
yang masuk dalam kategori bank milik pemerintah yang beroperasi di
Indonesia dan telah menerbitkan laporan keuangan periode triwulan tahun
2012 – 2017 dan telah di publikasikan.
Berdasarkan perincian di atas, adapun sampel yang diambil yaitu 4 Bank
Konvensional milik pemerintah dan 4 Bank Syariah milik pemerintah yang
masuk dalam kategori dan memilik laporan keuangan yang telah
dipublikasikan sebagai berikut:
Bank konvensional milik pemerintah terdiri dari:
a. Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank
Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan
Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana
masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank
Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia
(www.bankmandiri.co.id).
60
b. Bank BNI
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya
disebut “BNI” atau “Bank”) pada awalnya didirikan di Indonesia
sebagai Bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia”
berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2
tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan Undang-
Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara
Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.
Selanjutnya, peran BNI sebagai Bank yang diberi mandat untuk
memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan
nasional dikukuhkan oleh UU No. 17 tahun 1968 tentang Bank
Negara Indonesia 1946. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 1992, tanggal 29 April 1992, telah dilakukan penyesuaian
bentuk hukum BNI menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas
(Persero). Penyesuaian bentuk hukum menjadi Persero, dinyatakan
dalam Akta No. 131, tanggal 31 Juli 1992, dibuat di hadapan Muhani
Salim, S.H., yang telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 73 tanggal 11 September 1992 Tambahan No. 1A.
BNI merupakan Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama
yang menjadi perusahaan publik setelah mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. Untuk
memperkuat struktur keuangan dan daya saingnya di tengah industri
perbankan nasional, BNI melakukan sejumlah aksi korporasi, antara
61
lain proses rekapitalisasi oleh Pemerintah di tahun 1999, divestasi
saham Pemerintah di tahun 2007, dan penawaran umum saham
terbatas di tahun 2010. Saat ini, 60% saham-saham BNI dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki
oleh masyarakat, baik individu maupun institusi, domestik dan asing.
BNI kini tercatat sebagai Bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia,
dilihat dari total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga.
Dalam memberikan layanan finansial secara terpadu, BNI didukung
oleh sejumlah perusahaan anak, yakni Bank BNI Syariah, BNI
Multifinance, BNI Sekuritas, BNI Life Insurance, dan BNI
Remittance. BNI menawarkan layanan penyimpanan dana maupun
fasilitas pinjaman baik pada segmen korporasi, menengah, maupun
kecil. Beberapa produk dan layanan terbaik telah disesuaikan dengan
kebutuhan nasabah sejak kecil, remaja, dewasa, hingga pension
(www.bankbni.co.id.
c. Bank BRI
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei
Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank
der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum
Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang
berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16
62
Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih
100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini,
sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini
(www.ir.bri.com).
d. Bank BJB
Bank BJB adalah bank umum milik pemerintah didaerah jawa
barat dan banten yang memiliki nasabah dari berbagai lapisan berupa
perorangan, pekerja, koperasi, badan usaha milik pemerintah maupun
badan usaha swasta lainnya. Pihak bjb dan anak perusahaannya
mempunyai 44 cabang kantor konvensional, 6 cabang kantor syariah, 135
cabang kantor pembantu konvensional, 15 cabang kantor syariah, 48
kantor untuk kas, 42 untuk payment point, 1 mobil untuk edukasi, 385
mesin atm menurut perhitungan sampai tanggal 31 desember 2010. Namun
pada bulan januari jaringan kantor tersebut bertambah 1 kantor cabang, 36
cabang kantor pembantu, 4 payment point, 6 untuk mobil edukasi dan 11
untuk mesin atm. Badan usaha tersebut telah memiliki nasabah sebanyak
1.293.157 yang terdiri dari 85.69 persen nasabah personal, 13.07 persen
nasabah dari koperasi, 1.24 persen nasabah dari pemerintah. Pihak
63
perusahaan itu sendiri telah menyalurkan kredit kepada 438.625 nasabah
diseluruh wilayah operasional perusahaan. Badan usaha itu berdiri pada
tahun 1961, pendiriannya sendiri bermula dari peraturan pemerintah
republik indonesia tahun 1960 nomor 33 tentang penentuan perusahaan
diindonesia milik belanda yang dinasionalkan. Perusahaan tersebut dalam
meluaskan bentuk usaha dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat
akan jasa layanan perbankan berasaskan syariah maka perusahaan tersebut
menjalankan dual banking sistem pertama didaerah yang memberikan
layanan perbankan dengan sistem konvesional dan syariah. Pada tahun
2007 terjadi perubahan sebutan menjadi bank jabar banten dan terjadi
pemisahan unit usaha syariah bank jabar banten menjadi anak perusahaan
yang berdiri sendiri dengan nama bank jabar banten syariah maka pada
tanggal 2 agustus 2010 Pt bank jabar banten telah resmi berubah dengan
nama bank bjb.(www.bankbjb.co.id)
Bank Syariah milik pemerintah:
a. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah
Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan
nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya.
Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi
salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
64
perbankan Indonesia. Per Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki
737 kantor layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000
jaringan ATM.(www.syariahmandiri.co.id)
b. Bank BNI Syariah
Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada
tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,
Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang
menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana
pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah
sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan
Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi
yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat
dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat.
65
c. Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari
Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir
mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima
(service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai
harapan nasabah dengan prinsip syariah. Aktivitas PT. Bank BRISyariah
semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta
pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off) yang
berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan
oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur
Utama PT. Bank BRISyariah. Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank
syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh
dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana
66
pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank
BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan
berbagai ragam produk dan layanan perbankan. (www.brisyariah.co.id)
d. Bank BJB Syariah
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada
tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb syariah berdasarkan Akta
Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010. Pada
tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah diperoleh
Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30
April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit
Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. yang menjadi cikal bakal bank bjb syariah. Akta Pendirian PT. Bank
Jabar Banten Syariah terakhir diubah dengan Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Lainnya nomor 03 tanggal 19 Februari 2014 yang dibuat
dihadapan Notaris Maryanti Tirtowijoyo, S.H., M.kn, dan disahkan dengan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH-
04317.AH.01.10-10438.(www.bjbsyariah.co.id)
67
B. Analisis Deskriptif
1. Risiko Kredit
Salah satu cara untuk menilai risiko kredit suatu bank dapat dilakukan
dengan cara menganalisis rasio keuangannya. Pada penelitian ini risiko
kredit diukur dari seberapa besar rasio NPL (Non Performing Loan) pada
bank konvensional milik pemerintah dan rasio NPF (Non Performing
Financing) pada bank syariah milik pemerintah.
NPL/NPF merupakan rasio yang menunjukkan kredit bermasalah
sebagai akibat ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah
pinjaman yang diterima dari bank beserta imbalannya sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan yang diklasifikasikan kedalam kredit
kurang lancar, diragukan dan macet. Bank Indonesia telah menetapkan
batasan untuk rasio NPL/NPF adalah < 5 % baik pada Bank Konvensional
maupun Bank Syariah. Tabel dibawah ini menunjukkan rasio NPL/NPF
periode triwulan 2012 – 2017:
TABEL 4.1
TABEL NPL/NPF PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 – 2017 (Dalam %)
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank (data diolah)
68
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa rasio NPL/NPF pada bank
milik pemerintah konvensional maupun syariah memiliki perbedaan dan
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Rasio NPL ke 4 bank konvensional
milik pemerintah cenderung dibawah angka 5% yang mana masuk
kategori “cukup baik” menurut ketentuan BI. NPL tertinggi sebesar 4.19%
pada bank BJB konvensional di Triwulan ke-I tahun 2015 dan NPL
terendah sebesar 1.51% pada Bank BJB Konvensional di Triwulan ke-IV
tahun 2017. Sedangkan rasio NPF pada ke 4 bank syariah milik
pemerintah menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 22.04%
pada Bank BJB syariah di Triwulan ke-IV tahun 2017 dan NPF terendah
sebesar 1.43% pada Bank BNI Syariah di Triwulan ke-1 tahun 2012.
Angka tersebut masuk kategori “tidak baik”. Hal ini dikarenakan pada
akhir tahun 2017 bank BJB syariah membukukan kerugian sebesar Rp.
422,89 Miliar. Kondisi tersebut secara mayoritas dipengaruhi oleh
menurunnya pembiayaan yang terlihat dari masih tingginya rasio NPF.
Hasil analisis rasio NPL/NPF menunjukkan bahwa rata-rata rasio
NPF pada bank syariah milik pemerintah jauh lebih tinggi daripada rata-
rata rasio NPL bank konvensional milik pemerintah. Ke 4 bank syariah
milik pemerintah masih kurang mampu dalam mengelola pembiayaan
bermasalah, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya rasio NPF. Hal ini
menyebabkan bank syariah milik pemerintah lebih besar potensinya
mengalami risiko kredit daripada bank konvensionalnya.
69
2. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas suatu bank dapat dilakukan dengan cara
menganalisis rasio keuangannya. Rasio yang digunakan adalah Rasio LDR
(Loanto Deposit Ratio) pada Bank Konvensional milik pemerintah dan
FDR (Financing to Deposit Ratio) pada Bank Syariah milik pemerintah.
LDR (Loan to Deposit ratio) maupun FDR (Financing to Depsit
Ratio) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit
dapat mengimbang kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit/pembiayaan. Semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Besar minimum rasio
LDR/FDR yang telah ditetapkan BI yaitu sebesar 85%.
70
TABEL 4.2
TABEL LDR/FDR PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 – 2017 (Dalam %)
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank (data diolah)
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rasio LDR/FDR pada bank
konvensional maupun syariah milik pemerintah mengalami fluktuasi. Dari
ke 4 bank konvensional yang memiliki rasio LDR paling tinggi adalah
Bank BJB Konvensional pada Triwulan ke-IV tahun 2013 sebesar 96.47%,
sedangkan pada 4 bank syariah yang memiliki rasio FDR tertinggi adalah
Bank BJB Syariah sebesar 107.02% di Triwulan ke-IV di tahun 2016.
Angka yang dimiliki Bank BJB Syariah melebihi batasan yang ditentukan
oleh BI dan masuk kategori “tidak baik”.
Hasil rata-rata rasio LDR/FDR pada Bank Konvensional milik
pemerintah sebesar 84.16% dan bank syariah milik pemerintah sebesar
90.28%. Rata-rata pada bank syariah milik pemerintah lebih besar
daripada Bank Konvensional milik pemerintah . Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi likuiditas pada Bank Konvensional milik pemerintah lebih
baik daripada Bank Syariah milik pemerintah.
71
3. Risiko Operasional
Rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis risiko
operasional adalash rasio BOPO. Rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan mengukur kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Biaya operasional terhadap pendapatan
operasional digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Semakin kecil nilai BOPO
maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank.
TABEL 4.3
TABEL BOPO PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 – 2017
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank (data diolah)
Pada tabel 4.3 menunjukkan rasio BOPO bahwa ke 4 bank
konvensional milik pemerintah cenderung dibawah angka 100%
sedangkan pada bank syariah milik pemerintah terdapat angka yang
melebih 100% pada Bank BJB Syariah. Rasio BOPO tertinggi pada bank
konvensional milik pemerintah sebesar 87.41% pada Bank BNI
Konvensional di Triwulan ke-II tahun 2015 sementara di bank syariah
72
sebesar 134.63% pada bank BJB Syariah di Triwulan ke-IV tahun 2017.
Hal ini dikarenakan Bank BJB Syariah mengalami kerugian pada akhir
tahun 2017. Sehingga berakibat bank melakukan pencadangan pembiayaan
sehingga rasio efisiensi BOPO mengalami kenaikan.
Hasil rata-rata rasio BOPO pada bank konvensional milik
pemerintah sebesar 71.49% dan bank syariah milik pemerintah sebesar
92.32%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata rasio BOPO pada bank
syariah milik pemerintah lebih besar daripada bank konvensional milik
pemerintah. Tingginya rasio BOPO pada bank syariah milik pemerintah
dikarenakan sebagai bank yang baru berkembang sehingga bank syariah
terus memperbaiki fasilitas-fasilitas dan pelayanan bagi nasabah. Besarnya
rasio BOPO tersebut menggambarkan bahwa bank konvensional milik
pemerintah lebih efisien dalam menggunakan biaya operasinya
dibandingkan bank syariah milik pemerintah. Dengan kata lain, Risiko
operasional bank syariah milik pemerintah lebih besar dibandingkan bank
konvensional milik pemerintah.
4. Risiko Pasar
Risiko pasar dapat dianalisis dengan melakukan perhitungan rasio
NIM (Net Interest Margin) pada bank konvensional dan rasio NOM (Net
Operating Margin) pada bank syariah.
73
TABEL 4.4
TABEL NIM PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 - 2012
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank (data diolah)
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa besarnya rasio NIM kedua
bank milik pemerintah konvensional maupun syariah mengalami fluktuasi.
Rasio NIM terbesar pada bank konvensional sebesar 9.06% dimiliki oleh
Bank BRI Konvesional di Triwulan ke-I tahun 2014, sementara bank
syariah sebesar 11.03% pada Bank BNI Syariah di Triwulan ke-IV tahun
2012. Menurut ketentuan BI, rasio NIM diatas 5% masuk kedalam
kategori “sehat”. Maka, angka kedua bank milik pemerintah konvensional
maupun syariah masuk kedalam kategori yang aman. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan pendapatan bank dan membaiknya cost of fund.
Hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio NIM pada bank syariah
milik pemerintah 6.73% lebih besar daripada bank konvensional milik
pemerintah 6.99%. Kedua bank aman dalam hal risiko pasar.
74
C. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov – Smirnov)
Sebelum melakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji
normalitas untuk melihat data terdistribusi normal. Uji normalitas data
menggunakan One Sample Kolomogrov Smirnov Test dengan melihat
tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui metode uji beda statistic yang
digunakan pada penelitian ini. Jika data terdistribusi normal, maka alat uji
beda yang digunakan adalah uji statistic parametrik Uji Independent
Sample T-test. Sebaliknya, jika data tidak terdistribusi normal maka alat
uji beda yang digunakan adalah uji Mann Whitney.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (independent) antara bank konvensional milik pemerintah
dan bank syariah milik pemerintah. Dasar pengambilan keputusan dalam
pengujian ini adalah jika nilai probabilitas > 0.05 maka variabel residual
terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas < 0.05 maka
variabel residual tidak terdistribusi normal.
Hipotesis yang dapat dibuat adalah
H0 : Variabel residual terdistribusi normal
Ha1 : Variabel residual tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima.
Jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.
75
Tabel 4.5 adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan uji kolomogrov
smirnov. Rasio yang digunakan yaitu NPL/NPF, LDR/FDR, BOPO dan
NIM/NOM.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data (Bank Konvensional Milik Pemerintah)
Sumber : Output IBM SPSS 22
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPL LDR BOPO NIM
N 96 96 96 96
Normal Parametersa,b Mean .024884 .841329 .715471 .067290
Std. Deviation .0072949 .0669552 .0701021 .0107762
Most Extreme Differences Absolute .148 .128 .068 .158
Positive .148 .094 .068 .158
Negative -.090 -.128 -.049 -.139
Test Statistic .148 .128 .068 .158
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .001c .200c,d .000c
76
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data (Bank Syariah Milik Pemerintah)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPF FDR BOPO NIM
N 96 96 96 96
Normal Parametersa,b Mean .050800 .902789 .923164 .069944
Std. Deviation .0389595 .0835449 .1121654 .0126184
Most Extreme Differences Absolute .234 .059 .168 .081
Positive .234 .059 .168 .081
Negative -.194 -.052 -.123 -.046
Test Statistic .234 .059 .168 .081
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .200c,d .000c .133c
Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov Test pada Tabel 4.5 diringkas dalam Tabel
4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Kolomogrov-smirnov
Variabel Kategori Asymp.Sig Keterangan Distribusi
NPL/NPF BK 0.000 P < 0.05
Tidak Normal BS 0.000 P > 0.05
LDR/FDR BK 0.001 P < 0.05
Tidak Normal BS 0.200 P > 0.05
BOPO BK 0.200 P > 0.05
Tidak Normal BS 0.000 P < 0.05
NIM/NOM BK 0.000 P < 0.05
Tidak Normal BS 0.133 P > 0.05
*BK : Bank Konvensional milik pemerintah
*BS : Bank Syariah milik pemerintah
77
Dari hasil uji normalitas data pada tabel 4.6 diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel NPL/NPF untuk bank konvensional milik pemerintah dan
bank syariah milik pemerintah tidak signifikan dengan Asymp.sig (2-
tailed) < α = 0.05 maka H0 ditolak. Variabel NPL/NPF tidak
terdistribusi dengan normal.
2. Variabel LDR/FDR untuk bank konvensional milik pemerintah dan
bank syariah milik pemerintah tidak signifikan dengan Asymp.sig (2-
tailed) < α = 0.05 maka H0 ditolak. Variabel LDR/FDR tidak
terdistribusi dengan normal.
3. Variabel BOPO untuk bank konvensional milik pemerintah dan bank
syariah milik pemerintah tidak signifikan dengan Asymp.sig (2-tailed)
< α = 0.05 maka H0 ditolak. Variabel BOPO tidak terdistribusi dengan
normal.
4. Variabel NIM/NOM untuk bank konvensional milik pemerintah dan
bank syariah milik pemerintah tidak signifikan dengan Asymp.sig (2-
tailed) < α = 0.05 maka H0 ditolak. Variabel NIM/NOM tidak
terdistribusi dengan normal.
Uji Kolomogrov-Smirnov Test sangat membantu penelitian untuk
mengetahui apakah sample yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi
dengan normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal digunakan Uji
Sampel Independent t-Test, sebaliknya jika data tidak terdistribusi normal
maka dilakukan Uji Beda non parametik dengan menggunakan Uji Mann-
whitney test.
78
Dari hasil normalitas data, diketahui bahwa variabel NPL/NPF,
LDR/FDR, BOPO dan NIM/NOM tidak terdistribusi normal. Selanjutnya
Uji beda non parametik dengan menggunakan Uji Beda Mann-Whitney
test akan dilakukan.
2. Uji Beda ( Uji Mann-Whitney)
Uji Mann-Whitney ini dilakukan pada variabel-variabel rasio
keuangan yang datanya tidak terdistribusi normal yang sudah diolah
menggunakan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov.
Hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa rasio
keuangan yang tidak terdistribusi normal adalah Non Performing
Loan/Non Performing Financing (NPL/NPF), Loan to Deposit
Ratio/Financing to deposit Ratio (LDR/FDR), Beban Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Net Interest Margin/Net Operating
Margin (NIM/NOM).
Pada Uji Mann-Whitney terdapat dua hipotesis yaitu
H0: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank
konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah
Ha1: Terdapat perbedaan yang signifikan pada bank konvensional
milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.Sig > 0.05 maka H0 diterima, Ha1 ditolak
Jika Asymp.Sig < 0.05 maka H0 ditolak, Ha1 diterima
79
Setelah dilakukan uji beda Mann-Whitney dengan menggunakan
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah
sebagai sampel dengan periode Triwulan tahun 2012 - 2017, maka hasil
pengujian yang diperoleh sebagai berikut:
a. Variabel NPL/NPF ( Risiko Kredit )
Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji Mann-Whitney Test pada rasio
NPL/NPF bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah.
Tabel 4.7
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
RISIKO KREDIT
Mann-Whitney U 1539.500
Wilcoxon W 6195.500
Z -7.970
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
Sumber : Output IBM SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa nilai Z hitung
dari Uji Mann-Whitney adalah -7.970 dengan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha1 diterima. Dengan kata
80
lain, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko
kredit pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah jika dilihat dari Rasio NPL/NPF periode triwulan
tahun 2012 - 2017.
b. Variabel LDR/FDR ( Risiko Likuiditas )
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji Mann-Whitney Test pada rasio
LDR/FDR bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah.
Tabel 4.8
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
RISIKO LIKUIDITAS
Mann-Whitney U 2824.000
Wilcoxon W 7480.000
Z -4.634
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
Sumber : Output IBM SPSS 22
Berdasarkan table 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Z hitung
dari Uji Mann-Whitney adalah -4,634 dengan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolah dan Ha2 ditolak. Dengan kata lain,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko operasional
81
pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah jika dilihat dari Rasio LDR/FDR periode triwulan tahun 2012
– 2017.
c. Variabel BOPO ( Risiko Operasional )
Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji Mann-Whitney Test pada rasio
BOPO bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah.
Tabel 4.9
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
RISIKO OPERASIONAL
Mann-Whitney U 377.000
Wilcoxon W 5033.000
Z -10.990
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
Sumber : Output IBM SPSS 22
Berdasarkan table 4.9 di atas dapat dilihat bahwa nilai Z hitung
dari Uji Mann-Whitney adalah -10.990 dengan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha3 diterima. Dengan kata
lain, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko
82
operasional pada bank konvensional milik pemerintah dan bank
syariah milik pemerintah jika dilihat dari Rasio BOPO periode
triwulan tahun 2012 – 2017.
d. Variabel NIM/NOM ( Risiko Pasar )
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji Mann-Whitney Test pada rasio
NIM/NOM bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah.
Tabel 4.10
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
RISIKO PASAR
Mann-Whitney U 3909.500
Wilcoxon W 8565.500
Z -1.814
Asymp. Sig. (2-tailed) .070
a. Grouping Variable: BANK
Sumber : Output IBM SPSS 22
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Z hitung dari
Uji Mann-Whitney adalah -1,814 dengan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.070 > α = 0.05 artinya H0 diterima dan Ha4 ditolak. Dengan kata
lain, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
risiko pasar pada bank konvensional milik pemerintah dan bank
83
syariah milik pemerintah jika dilihat dari Rasio NIM/NOM periode
triwulan tahun 2012 – 2017.
D. Interpretasi
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada risiko
kredit, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko pasar jika dilihat dari
rasio NPL/NPF, LDR/FDR, BOPO dan NIM/NOM maka dilakukan
perhitungan uji beda menggunakan Uji Independent T-test. Sebelum
melakukan Uji Independent t-test dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan Uji One Sample Kolomogrov-Smirnov yang menunjukkan data
terdistribusi normal. Untuk data yang tidak terdistribusi dengan normal diuji
menggunakan Uji Mann-whitney test. Dalam penelitian ini, data tidak
terdistribusi dengan normal, maka penulis menggunakan Uji Mann-whitney
sebagai alat perhitungan uji beda.
1. Risiko Kredit ( Non Performing Loan/ Non Performing Financing)
Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-
tailed) = 0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha1 diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada risiko kredit bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah. Hasil penelitian ini didukung oleh Arinta (2016) dan
Widya (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja secara
signifikan dilihat dari rasio NPL/NPF antara bank syariah dan bank
konvensional.
84
Jika dilihat dari hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio NPF pada
bank syariah milik pemerintah 5.08% jauh lebih besar dibandingkan rasio
NPL bank konvensional milik pemerintah 2.47%, artinya bank syariah
milik pemerintah lebih besar mengalami risiko kredit. Menurut ketentuan
BI antara 2% - 5% masuk dalam kategori “baik”, maka bank konvensional
milik pemerintah masuk kedalam kategori “baik” sedangkan bank syariah
milik pemerintah masuk kedalam kategori “cukup baik”. Mungkin dalam
hal ini, manajemen bank syariah kurang memperhatikan dan mengawasi
pembiayaan yang diberikan sehingga angka pembiayaan bermasalah bank
syariah jauh lebih tinggi daripada bank konvensional. Hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian Setyoningsih (2013) dan Umardani (2016)
yang mengemukakan bahwa NPF bank syariah lebih baik daripada NPL
bank konvensional.
2. Risiko Likuiditas ( Loan to Deposit Ratio/Financing to Deposit Ratio )
Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-
tailed) = 0.00 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha2 diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
risiko likuiditas pada bank konvensional milik pemerintah dan bank
syariah milik pemerintah. Hasil penelitian ini didukung oleh Edistyani
(2014) dan Arieska (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada rasio LDR bank syariah dan bank konvensional.
Jika dilihat dari hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio FDR pada
bank syariah milik pemerintah 90.28% lebih besar dibandingkan rasio
85
LDR bank konvensional milik pemerintah 84.16%, artinya bank syariah
milik pemerintah lebih besar mengalami risiko likuiditas. Menurut
ketentuan BI antara 85% - 100% masuk dalam kategori “cukup baik”,
maka kedua bank tersebut berada dalam posisi yang cukup baik dan masih
aman. Tingkat FDR yang dimiliki bank menunjukkan bahwa bank
memiliki likuiditas yang baik dan relatif stabil dan juga mencerminkan
bahwa bank cukup selektif dalam menyalurkan pinjaman, dengan
mempertimbangkan kondisi saat ini dan di masa yang akan datang. Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian Fadah (2015) yang menyatakan
bahwa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada risiko likuiditas
bank syariah dan bank konvensional.
3. Risiko Operasional (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-
tailed) = 0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha3 diterima. Dengan
kata lain, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko
operasional pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah. Hasil penelitian ini didukung oleh Putri (2015) dan
Widya (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah yang diukur
berdasarkan rasio BOPO.
Jika dilihat dari hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio BOPO
pada bank syariah milik pemerintah 92.32% lebih besar dibandingkan
rasio BOPO bank konvensional milik pemerintah 71.48%, artinya bank
86
syariah milik pemerintah lebih besar risikonya mengalami risiko
operasional. Menurut Dendawijaya (2009) semakin kecil rasio BOPO
maka semakin efisien biaya operasional yang digunakan, maka diantara
keduanya bank konvensional milik pemerintah lebih efisien dalam
mengunnakan biaya operasionalnya. Hasil penelitian ini tidak didukung
oleh penelitian Karihata (2016) yang mengemukakan tidak terdapat
perbedaan yang cukup signifikan rasio BOPO pada bank syariah dan bank
konvensional.
4. Risiko Pasar (Net Interest Margin/Net Operating Margin)
Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-
tailed) = 0.070 > α = 0.05 artinya Ho diterima dan Ha4 ditolak. Dengan
kata lain, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
risiko pasar pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah
milik pemerintah. Hasil penelitian ini didukung oleh Edistyani (2014) dan
Azizah (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio NIM/NOM pada bank konvensional dan bank
syariah.
Jika dilihat dari hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio NOM
pada bank syariah milik pemerintah 6.99% lebih besar dibandingkan rasio
NIM bank konvensional milik pemerintah 6.73%, artinya bank syariah
milik pemerintah lebih kecil risikonya mengalami risiko pasar. Rasio NIM
yang tinggi mencerminkan bank selama ini beroperasi dengan suku bunga
kredit yang terlampau tinggi, namun mencerminkan rendahnya efisiensi
87
perbankan. Menurut ketentuan BI, > 5% adalah kategori yang baik untuk
bank, maka kedua bank masih masuk dalam kategori yang baik. Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian Arinta (2015) yang
mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NIM
bank syariah dan bank konvensional.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan setelah melalui beberapa tahap
dalam menganalisa perbandingan risiko keuangan pada bank konvensional
milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah periode 2012 - 2017,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha1 diterima. Dengan kata lain,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko kredit pada
bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik pemerintah.
Hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio NPF pada bank syariah milik
pemerintah 5.08% lebih besar dibandingkan rasio NPL bank konvensional
milik pemerintah 2.47%, maka bank syariah milik pemerintah lebih besar
mengalami risiko kredit.
2. Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan Ha2 diterima. Dengan kata lain,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko likuiditas
pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah. Hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio FDR pada bank
syariah milik pemerintah 90.28% lebih besar dibandingkan rasio LDR
bank konvensional milik pemerintah 84.16%, maka bank syariah milik
pemerintah lebih besar mengalami risiko likuiditas.
89
3. Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.000 < α = 0.05 artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan risiko operasional
pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah. Hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio BOPO pada bank
syariah milik pemerintah 92.32% lebih besar dibandingkan rasio BOPO
bank konvensional milik pemerintah 71.48%, maka bank syariah milik
pemerintah lebih besar mengalami risiko operasional.
4. Berdasarkan uji beda Mann-whitney didapatkan Asymp. Sig (2-tailed) =
0.070 > α = 0.05 artinya Ho diterima dan Ha4 ditolak. Dengan kata lain,
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan risiko pasar
pada bank konvensional milik pemerintah dan bank syariah milik
pemerintah. Hasil rata-rata menunjukkan bahwa rasio NIM pada bank
syariah milik pemerintah 6.99% lebih besar dibandingkan bank
konvensional milik pemerintah 6.73%, maka bank konvensional milik
pemerintah lebih besar mengalami risiko pasar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Bagi perbankan
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada pihak
manajemen baik bank konvensional milik pemerintah maupun bank
90
syariah milik pemerintah agar lebih baik lagi dalam mengelola risiko pada
bank tersebut.
a. Mengurangi pemberiaan kredit atau pembiayaan yang cukup besar dan
berjangka panjang dan lebih teliti dalam menganalisa calon debitur.
b. Apabila terjadi kredit/pembiayaan yang kurang lancar, hal ini bisa
diselesaikan dengan cara menagih kepada nasabah bisa melalui telepon
ataupun surat pemberitahuan, bisa juga mendatangi nasabah secara
langsung
c. Perusahaan perbankan harus bisa menumbuhkan kesadaran akan beban
biaya di benak setiap karyawan. Agar karyawan berusaha menapatkan
harga untuk setiap penawaran dan kontrak yang ditujukan untuk
perusahaan.
d. Mengurangi pemberian hadiah kepada nasabah berupa cash back dll
agar tidak membuat biaya operasional naik
e. Diharapkan kedua bank dapat tetap menjaga dan menstabilkan rasio
keuangan masing-masing, agar dapat meningkatkan kinerja
keuangannya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Di dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan
dikarenakan keterbatasan penulis, yaitu penulis hanya mengutamakan
risiko keuangan untuk menilai kinerja keuangan bank, penulis hanya
menggunakan bank milik pemerintah sebagi sampel penelitian, variabel
yang penulis gunakan hanya 4 variabel dan data yang digunakan dalam
91
penelitian hanya periode triwulan tahun 2012 -2017. Diharapkan penulis
selanjutnya dapat mengembangkan variabel yang digunakan sebagai
penelitian agar dapat disempurnakan lagi, serta peneliti dapat mengunakan
objek/sampel, data dan fakta yang berbeda agar lebih akurat.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto. 2011. Dasar dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra
Intermedia.
Ari Setyaningsih dan Setyaningsih Sri Utami, 2013. Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13 No. 1
Arinta, Yusvita Nena. 2016. Analisis perbandingan kinerja keuangan antara bank
syariah dan bank konvensional (studi kasus pada Bank Syariah Mandiri dan
Bank Mandiri). Jurnal Ekonomi Vol. 7 No. 1 hal. 3
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Graha Indo
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBV SPSS
23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ichsan, Nurul. 2014. Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar). Jakarta: Referensi.
Idroes, Ferry N dan Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks
Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irham, Fahmi. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung: Alfabeta.
Iskandar, Syamsu. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: In Media
Karim, Adiwarman. 2010. Analisis Fiqih dan Keuangan Bank Islam. Jakarta: Raja
Grafindo.
93
Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo
Latumaerissa, R. Julius. 2013. Manajemen bank umum. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Lombogia, Rexsa. 2015. Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Berdasarkan
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas dan Liquidity Coverage Ratio
(Studi kasus pada bank BUMN Go Public sebelum dan sesudah pemberlakuan
OJK). Jurnal Ekonomi Vol 3 No.3 Hal. 2
Megasari, Nur. 2014. Analisis resiko keuangan pada PT. Bank Mandiri Tbk
dengan menggunakan metode Altman Z-score. Artikel Publikasi Ilmiah
Nainggolan, Hermin. 2017. Analisis resiko keuangan dengan model Altman z-
score pada perusahaan perbankan di Indonesia (Listed di Bursa Efek
Indonesia).Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan Vol.6 No.1 Hal. 5
Novista, Garin Shasy. 2016. Analisis Perbanidngan Kinerj Keuangan Bank
Umum Syariah devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia
(periode 2013-2015). Skripsi Universitas Islam Negeri jakarta
Prasetyandari, Cici Widya. 2016. Analisis Komparatif risiko pada bank
konvensional dan bank syariah di Indonesia. Skripsi Universitas Jember
Rianto, Bambang. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.
94
Rollando Marvil, Marjam Mangantri dan Paulina. 2016. Analisis perbandingan
kinerja keuangan bank milik pemerintah dengan bank milik swasta nasional di
Indonesia (Periode 2009-2014). Jurnal EMBA Vol. 4 No. 1 Hal. 6
Santi, Mei. 2015. Bank Konvensional vs Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah
Vol. 02 No. 01
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Stanislaus, S. Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.
Bandung:Alfabeta
Sulhan dan Siwanto, Ely. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah.
Malang: UIN-Malang Press
Umardani, Dwi. 2016. Analisis perbandingan kinerja keuangan bank syariah dan
bank konvensional di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Vol. 9
No. 1 Hal 9
Umar Hamdan dan Andi Wijaya. 2006. Analisis komparatif resiko keuangan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah. Jurnal Manajemen
& Bisnis Sriwijaya Vol. 4 No.7 Hal. 8
Yudiana Febrita Putri, Isti Fadah dan tatok Endhiarto. 2015. Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah.
Jurnal Ekonomi Vol. XI Hal. 9
95
www.bankmandiri.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.bankbni.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.ir-bri.com diakses pada tanggal 28 April 2018
www.bankbjb.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.syariahmandiri.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.bnisyariah.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
www.bjbsyariah.co.id diakses pada tanggal 28 April 2018
96
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Rasio Variabel yang digunakan
TAHUN
BANK MANDIRI KONVENSIONAL
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2.18 1.95 1.91 1.74 78.97 81.42 82.23 77.66 65.82 64.60 63.56 63.93 5.22 5.38 5.55 5.58
2013 1.90 1.77 1.71 1.60 80.95 82.75 85.65 82.97 62.17 62.32 63.00 62.41 5.50 5.42 5.52 5.66
2014 1.76 1.77 1.68 1.66 86.61 85.40 84.34 82.02 63.58 64.77 64.95 64.98 5.94 5.89 5.87 5.94
2015 1.81 2.00 2.41 2.29 83.80 82.97 84.27 87.05 65.02 67.75 70.26 69.67 5.41 5.58 5.63 5.90
2016 2.89 3.74 3.69 3.96 86.72 87.19 89.90 85.86 75.22 78.56 77.13 80.94 6.28 6.06 6.40 6.29
2017 3.95 3.79 3.74 3.45 89.22 88.61 89.05 88.11 75.98 73.17 71.85 71.78 5.69 5.65 5.64 5.63
TAHUN
BANK BNI KONVENSIONAL
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 3.58 3.44 3.39 2.84 74.36 73.61 76.82 77.52 72.56 72.13 71.98 70.99 5.97 5.77 5.84 5.93
2013 2.79 2.55 2.44 2.17 82.57 84.00 84.69 85.30 67.43 66.69 66.82 67.09 6.16 6.18 6.09 6.11
2014 2.32 2.19 2.23 1.96 88.39 80.28 85.74 87.81 69.19 68.57 70.63 68.02 6.08 5.95 6.13 6.31
2015 2.14 2.98 2.83 2.70 87.76 87.63 87.67 87.77 70.55 87.41 78.59 75.48 6.52 6.53 6.50 6.42
2016 2.84 2.95 3.13 2.96 87.97 91.40 92.85 90.41 68.45 78.06 74.61 73.59 6.12 6.06 6.22 6.17
2017 3.04 2.83 2.75 2.26 89.33 88.93 87.86 85.58 70.49 71.02 70.30 70.99 5.62 5.55 5.52 5.50
TAHUN
BANK BRI KONVENSIONAL
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2.73 2.38 2.33 1.78 84.03 82.13 85.23 79.85 61.31 61.81 61.76 59.93 8.37 8.49 8.43 8.42
2013 1.97 1.81 1.77 1.55 89.62 89.25 90.88 88.54 60.46 60.91 61.54 60.58 8.19 8.08 8.25 8.55
2014 1.78 1.97 1.89 1.69 92.01 94.00 85.29 81.68 62.96 63.77 66.01 65.42 9.06 8.93 8.78 8.51
2015 2.17 2.33 2.24 2.02 80.47 87.87 84.89 86.88 68.04 69.26 69.40 67.96 7.57 7.88 8.08 8.13
2016 2.22 2.31 2.22 2.03 88.81 90.03 90.68 87.77 71.11 71.37 71.55 68.69 8.09 8.26 8.24 8.00
2017 2.16 2.23 2.23 2.10 93.15 89.76 90.39 88.13 71.73 72.55 72.32 60.14 8.08 8.12 8.13 7.93
TAHUN BANK BJB KONVENSIONAL
NPL LDR BOPO NIM
97
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 1.95 1.98 1.67 2.76 56.00 65.02 64.01 74.34 76.00 75.01 76.05 80.32 6.00 6.01 6.98 6.02
2013 2.11 2.31 2.46 2.83 83.24 80.77 82.16 96.47 74.40 75.93 77.01 79.41 8.16 8.16 8.05 7.96
2014 3.82 3.97 4.14 4.15 78.18 80.49 79.72 93.18 79.60 84.98 85.16 85.94 6.77 6.42 6.68 6.79
2015 4.19 3.65 3.52 2.91 74.57 65.05 70.73 88.13 78.05 84.40 84.26 83.31 6.76 6.03 6.05 6.32
2016 2.84 2.02 1.73 1.69 74.10 84.23 86.33 86.70 78.08 77.55 77.36 82.70 6.93 7.20 7.23 7.40
2017 1.62 1.57 1.53 1.51 80.24 85.85 81.50 87.27 79.05 80.20 80.53 82.25 6.51 6.76 6.73 6.76
TAHUN
BANK MANDIRI SYARIAH
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2.52 3.04 3.10 2.82 87.25 92.21 93.90 94.40 70.47 70.11 71.14 73.00 6.88 6.80 7.00 7.25
2013 3.44 2.90 3.40 4.32 95.61 94.22 91.29 89.37 69.24 81.63 87.53 84.03 7.09 7.31 7.23 7.25
2014 4.88 6.46 6.76 6.84 90.34 89.91 85.68 81.92 81.99 93.03 93.02 100.60 6.39 6.20 6.04 6.20
2015 6.81 6.67 6.89 6.06 81.67 85.01 84.49 81.99 91.57 96.16 97.41 94.78 6.31 6.27 6.36 6.53
2016 6.42 5.58 5.43 4.92 80.16 82.31 80.40 79.19 94.44 93.76 93.93 94.12 5.81 6.54 6.01 6.75
2017 4.91 4.85 4.69 4.53 77.75 80.03 78.29 77.66 93.82 93.89 94.22 94.44 6.26 7.13 6.47 7.35
TAHUN
BANK BNI SYARIAH
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 4.27 2.45 2.33 2.02 78.78 80.94 85.36 84.99 91.20 92.81 86.46 85.39 7.92 9.97 9.97 11.03
2013 2.13 2.11 2.06 1.86 80.11 92.13 96.37 97.86 82.95 84.44 84.06 83.94 10.28 9.07 9.22 9.51
2014 1.96 2.00 1.99 1.86 96.67 98.98 94.32 92.60 89.41 90.36 90.54 89.80 7.61 7.42 7.37 8.15
2015 2.22 2.42 2.54 2.53 90.10 96.65 89.65 91.94 89.87 90.39 91.60 89.63 8.12 8.15 8.21 8.25
2016 2.77 2.80 3.03 2.94 86.26 86.92 85.79 84.57 85.37 85.88 86.28 86.88 8.17 8.19 8.20 8.32
2017 3.16 3.38 3.29 2.89 82.32 84.44 81.40 80.21 87.29 86.50 87.62 87.62 8.40 8.23 8.24 8.10
TAHUN
BANK BRI SYARIAH
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 3.31 2.88 2.87 3.00 101.76 102.77 99.99 103.07 99.15 91.16 84.49 86.63 7.70 7.68 8.36 7.15
2013 3.04 2.89 2.98 4.06 100.90 103.67 105.61 102.70 85.54 87.55 80.80 95.24 6.61 6.57 7.48 6.27
2014 4.04 4.38 4.79 4.60 102.13 95.14 94.85 93.90 92.43 99.84 97.35 99.77 6.09 5.97 5.90 6.04
2015 4.96 5.31 4.90 4.86 88.24 92.05 86.61 84.16 96.20 93.84 93.91 93.79 7.00 7.11 6.85 6.66
2016 4.84 4.87 5.22 4.57 82.73 87.92 83.98 81.47 90.70 90.41 90.99 91.33 6.33 6.49 6.48 6.67
98
LAMPIRAN 2: NPL/NPF Bank Konvensional dan Bank Syariah
2017 4.71 4.82 4.82 6.43 77.56 76.79 73.14 71.87 93.67 92.78 92.03 95.24 5.73 5.57 5.79 5.84
TAHUN
BANK BJB SYARIAH
NPL LDR BOPO NIM
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 1.43 5.68 4.80 4.00 90.92 91.55 103.48 98.77 90.28 98.76 90.46 110.01 9.20 7.34 7.22 7.00
2013 4.35 3.92 3.97 1.98 85.69 96.82 104.29 98.75 71.47 84.52 85.04 85.87 7.13 6.30 6.49 6.31
2014 4.58 2.89 6.81 5.00 87.55 89.87 102.11 99.78 133.60 92.98 92.89 91.76 5.63 6.83 6.00 8.00
2015 7.18 6.00 6.00 6.93 88.50 95.02 103.00 104.75 98.73 99.00 104.00 98.78 6.25 5.98 5.01 5.68
2016 6.93 16.99 12.01 17.91 92.53 93.22 107.01 98.73 95.12 106.00 108.01 122.77 6.36 4.99 5.01 5.16
2017 18.13 16.52 19.23 22.04 87.70 89.14 97.14 93.03 97.76 108.03 132.49 134.63 5.13 5.10 4.79 4.68
99
LAMPIRAN 3: LDR/FDR Bank Konvensional dan Bank Syariah
LAMPIRAN 4: BOPO Bank Konvensional dan Bank Syariah
100
LAMPIRAN 5: NIM/NOM Bank Konvensional dan Bank Syariah
LAMPIRAN 6: Uji Normalitas Kolomgrov – Smirnov Bank Konvensional
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPL LDR BOPO NIM
N 96 96 96 96
Normal Parametersa,b Mean .024884 .841329 .715471 .067290
Std. Deviation .0072949 .0669552 .0701021 .0107762
Most Extreme Differences Absolute .148 .128 .068 .158
Positive .148 .094 .068 .158
Negative -.090 -.128 -.049 -.139
Test Statistic .148 .128 .068 .158
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .001c .200c,d .000c
101
LAMPIRAN 7: Uji Normalitas Kolomgrov – Smirnov Bank Syariah
LAMPIRAN 8: Uji Beda Mann-whitney
Test Statisticsa
RISIKO KREDIT
Mann-Whitney U 1539.500
Wilcoxon W 6195.500
Z -7.970
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPF FDR BOPO NIM
N 96 96 96 96
Normal Parametersa,b Mean .050800 .902789 .923164 .069944
Std. Deviation .0389595 .0835449 .1121654 .0126184
Most Extreme Differences Absolute .234 .059 .168 .081
Positive .234 .059 .168 .081
Negative -.194 -.052 -.123 -.046
Test Statistic .234 .059 .168 .081
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .200c,d .000c .133c
102
Test Statisticsa
RISIKO LIKUIDITAS
Mann-Whitney U 2824.000
Wilcoxon W 7480.000
Z -4.634
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
Test Statisticsa
RISIKO OPERASIONAL
Mann-Whitney U 377.000
Wilcoxon W 5033.000
Z -10.990
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: BANK
Test Statisticsa
RISIKO PASAR
Mann-Whitney U 3909.500
Wilcoxon W 8565.500
Z -1.814
Asymp. Sig. (2-tailed) .070