Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU RAUDHATUL ATHFAL DI CIPUTAT TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
JIHAN ANGGI FELISIA
NIM: 11140184000022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
v
ABSTRAK
JIHAN ANGGI FELISIA, 11140184000022, “Analisis Kompetensi Pedagogik
Guru RA di Ciputat Timur”, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Dosen Pembimbing: Siti Khadijah, MA dan Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan kompetensi pedagogik
dan faktor-faktor penghambat peningkatan kompetensi guru RA di Ciputat Timur.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
deskripstif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi,
wawancara dan teknik dokumentasi. Data dalam penelitian diperoleh dari hasil
observasi guru RA sebagai data primer serta hasil wawancara guru RA dan
pengumpulan dokumentasi sebagai data sekunder. Langkah-langkah yang digunakan
peneliti dalam menganalisis data ialah pertama tahap pra lapangan, kemudian
pelaksanaan penelitian dan akhir menyimpulkan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru RA
berkualitas cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan presentase dari hasil
data observasi tertinggi pertama pada kedua guru di RA Salman sebesar 91,42%,
posisi tertinggi kedua di RA melati sebesar 80% pada guru 1 dan 77,14% pada guru
2, kemudian posisi ketiga tertinggi di RA Permata sebesar 77,14% pada guru 1 dan
74,28%, posisi tertinggi keempat di RA Tunas Bangsa sebesar 71,42%, dan paling
terendah di RA Sabilussalam sebesar 65,71%. Adapun aspek kompetensi pedagogik
yang tidak terpenuhi dari 5 RA tersebut sebesar 100%, yaitu aspek kemampuan guru
dalam memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik, Guru Raudhatul Athfal Ciputat Timur
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam
selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.
Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada kedua orang tua
tercinta Ayahanda Hasan Panggih dan Ibunda Erniwana, atas segala doa
dan pengorbanannya telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, you
are my everything.
Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan
dan dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini
banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat
materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing I, atas
bimbingan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi dan
persetujuan dilaksanakannya sidang ujian skripsi.
3. Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.
4. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama saya
kuliah sampai selesainya proses penulisan skripsi.
5. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah
menyampaikan ilmunya kepada penulis.
vii
6. Kepala Sekolah RA Melati Ciputat Timur, beserta pendidik dan anak didik
yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah RA Salman Ciputat Timur, beserta pendidik dan anak
didik yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi
ini.
8. Kepala Sekolah RA Tunas Bangsa Ciputat Timur, beserta pendidik dan
anak didik yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Kepala Sekolah RA Sabilussalam Ciputat Timur, beserta pendidik dan
anak didik yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan
skripsi ini.
10. Kepala Sekolah RA Permata Ciputat Timur, beserta pendidik dan anak
didik yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi
ini.
11. Adik tersayang Dony Anggi Wardana, dan seluruh keluarga besar yang
tidak henti-hentinya memberikan do’a, dukungan baik moril maupun
materi, kasih sayang yang tak ternilai harganya.
12. Calon Imam ku Ka Endin yang selalu memberikan do’a, dukungan,
semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi ini.
13. Sahabat kecil ku Elysia Aprilia yang selalu memberikan do’a, dukungan,
dan semangat dalam proses saya menyusun skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman Cabay Syariah (Pia, Fita, Tadia, Nadia, Irfa, Ody,
Huda, Evi A, Evi Ros, Rizka, Mira, Selfi dan Ae), kak Ibnu dan teman
teman PIAUD 2014 yang selalu kompak untuk saling mendukung,
memberikan semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi
ini.
15. Seluruh teman-teman Distrik PIAUD UIN Jakarta yang telah mendukung
viii
dan memberikan semangat dalam proses saya menyusun skripsi ini.
16. Dewan Pegurus Harian PSM UIN Jakarta (Wangdi, Libika, Lisel dan
Qanun), serta teman-teman PSM UIN Jakarta yang selalu memberikan
do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun
skripsi ini.
17. Seluruh Pengurus HMJ PIAUD 2017 dan Anggota PIAUD MUSICAL
UIN Jakarta yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan
motivasi dalam proses saya menyusun skripsi ini.
18. Adik-adikku angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 PIAUD UIN Jakarta
yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam
proses saya menyusun skripsi ini.
19. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa PGPAUD Se Indonesia (IMPPASI) dan
Ikatan Mahasiswa PIAUD Se Indonesia (IKMAPISI).
20. Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari
ataupun tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini
dengan baik
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
bagi para pengembang produk pendidikan.
Jakarta, 2 November 2018
Jihan Anggi Felisia
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………...………i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………...…...…ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJIAN...…………………...…...iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI…………………………...……..iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR……………….…………………………………...……..vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 9
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA .............................. 13
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru ................................ 13
x
2. Tujuan dan Fungsi Kompetensi Pedagogik Guru .................. 16
3. Dimensi-Dimensi Kompetensi Pedagogik Guru .................... 17
4. Standar Kompetensi Pedagogik Guru .................................... 27
5. Urgensi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ............... 31
6. Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru.................. 32
7. Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Perspektif Islam ........... 33
8. Pengertian Raudhatul Athfal .................................................. 34
B. Standar Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA ................... 35
1. Pengertian Standar Kualifikasi Akademik ............................. 35
2. Tujuan dan Fungsi Standar Kualifikasi Akademik ............... 36
3. Upaya Peningkatan Standar Kualifikasi Akademik ............... 36
C. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 38
D. Kerangka Teoretik ....................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 42
B. Metode Penelitian ........................................................................ 43
C. Sumber Data ................................................................................ 44
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 45
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 48
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................... 50
G. Analisis Data ................................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data………………………………………………….56
xi
1. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 58
2. Kompetensi Pedagogik Guru RA ........................................... 59
3. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru RA ..................................................................................... 86
B. Analisis Deskripsi Data…………………………………………89
1. Kemampuan Mengelola Pembelajaran ................................... 90
2. Mengembangkan Kurikulum Sekolah ................................... 94
3. Merencanakan Rencana Pembelajaran ................................... 98
4. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi ........ 103
5. Berkomunikasi secara Efektif, Empatik, dan Santun ........... 105
6. Menilai Hasil Belajar Anak Secara Otentik ......................... 106
7. Membimbing Anak dalam Berbagai Aspek ......................... 110
8. Mengembangkan Profesionalisme Diri Sebagai Guru ......... 114
9. Melakukan Evaluasi Pembelajaran dan Pengembangan ...... 118
10. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru RA ................................................................................... 120
C. Temuan Penelitian ..................................................................... 123
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 124
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 131
B. Saran. ......................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 133
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran Surat Izin Penelitian…………………………………………………..…137
Lampiran II
Lampiran Surat Disposisi Penelitian……………………………………………….143
Lampiran III
Lampiran Pengesahan Uji Referensi…………………………………………….....149
Lampiran IV
Lampiran Kisi-Kisi Instrumen Observasi Guru RA……………………….....….…154
Lampiran Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah RA………….….........158
Lampiran Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru RA………………...……………159
Lampiran V
Data Sekolah dan Guru RA……………………………………………………..….161
Lampiran VI
Lampiran Hasil Observasi Guru RA……………………………………………..…162
Lampiran Hasil Wawancara Kepala Sekolah RA……………………………….….194
Lampiran Hasil Wawancara Guru RA…………………………………………..….202
Lampiran VII
Lampiran Catatan Dokumentasi……………………………………………………226
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Pedagogik Guru RA…………………………...28
Tabel 3.1 Tempat Penelitian………………..…………………………………..42
Tabel 3.2 Waktu Penelitian……………………………………………………..43
Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian……….……………………………………..45
Tabel 3.4 Instrumen Observasi Penelitian Guru RA….………………………..49
Tabel 3.5 Instrumen Wawancara Kepala Sekolah RA ………………………...49
Tabel 3.5 Instrumen Wawancara Guru RA ………………….………….……..50
Tabel 4.1 Data Guru 5 RA di Ciputat Timur………… …………………….…57
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa 5 RA di Ciputat Timur… ………………………58
Tabel 4.3 Keterangan Subjek Penelitian……………… …………………….…58
Tabel 4.4 Hasil Instrumen Observasi Kompetensi Pedagogik di 5 RA………...90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar M.4.1……………………………………………………………..…59
Daftar Gambar M.4.2……………………………………………………………..…60
Daftar Gambar S.4.1.……………………………………………………………..…61
Daftar Gambar S.4.2.……………………………………………………………..…62
Daftar Gambar T.4.1.……………………………………………………………..…62
Daftar Gambar SS.4..……………………………………………………………..…63
Daftar Gambar P.4.1..……………………………………………………………..…64
Daftar Gambar P.4.2..……………………………………………………………..…65
Daftar Gambar M.4.3...…………………………………………………………..…..65
Daftar Gambar S.4.3…………………………………………………………………66
Daftar Gambar T.4.2…………………………………………………………………67
Daftar Gambar M.4.4...………………………………………………………………69
Daftar Gambar S.4.4…………………………………………………………………70
Daftar Gambar S.4.5…………………………………………………………………71
Daftar Gambar T.4.3…………………………………………………………………72
Daftar Gambar P.4.3…………………………………………………………………74
Daftar Gambar M.4.5...………………………………………………………………76
Daftar Gambar S.4.6…………………………………………………………………77
Daftar Gambar SS.4.2..………………………………………………………………78
Daftar Gambar P.4.3…………………………………………………………………79
Daftar Gambar M.4.6...………………………………………………………………80
xv
Daftar Gambar S.4.7…………………………………………………………………81
Daftar Gambar M.4.7...………………………………………………………………83
Daftar Gambar SS.4.5…………………..……………………………………………85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat
menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi
begitu pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut menurut Sanusi
mencakup social change, turbulence, complexity, and chaos; seperti pasar
bebas (free trade), tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan
masyarakat informasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan budaya yang sangat dahsyat. Bersamaan dengan itu, bangsa
Indonesia sedang dihadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni
rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.1
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam pembangunan
pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru
juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Guru merupakan komponen
yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan
yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.2
1 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 3 2 Ibid., h. 5-6
2
Guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis dalam pembentukan
dan pemberdayaan anak-anak penerus bangsa memiliki peran dan fungsi
yang semakin signifikan dimasa mendatang. Fokus utama dalam pendidikan
adalah terbentuknya peserta didik menjadi manusia baru yang menyadari
posisi kemanusiaan yang melekat. Dalam realitas kemanusiaan, proses ini
bermuara pada upaya pembentukan masyarakat yang berwatak, beretika,
dan berestetika melalui proses yang bukan hanya transfer of knowledge
akan tetapi juga proses transfer of values. Oleh sebab itu, peningkatan mutu
kualitas guru sebagai pendidik merupakan suatu keharusan yang
memerlukan penanganan lebih serius, disamping perluny unsur-unsur
penunjang lain, guru harus mampu menarik simpati sehingga menjadi idola
para siswanya.3
Secara umum, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan,
mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pendidikan dasar,
hingga menengah. Dalam hal ini, untuk dapat melakukan peranan dan
melaksanakan tugas, guru harus memiliki kualifikasi normal yang
dipersyaratkan. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru
dengan manusia-manusia lain pada umumnya.4
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah
kinerjanya di dalam merencanakan, merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran. Hal tersebut jelas sudah terpapar dalam UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 : “Guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
3 Mustamin Fattah, Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Arab Madrasah Aliyah Se Kota
Samarinda, Jurnal Ilmiah Fenomena, Vol. 5, No. 1, 2013, h. 73-74 4 Nini Subini, Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan!, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), h. 9
3
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan
menengah”.5
Oleh karena itu, apabila guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan yang disebutkan di atas, maka guru tersebut dapat dikatakan sudah
professional. Menjadi guru professional harus menempuh beberapa standar
persyaratan yaitu:
Standar yang dipersyaratkan menjadi guru yang profesional, tertera
pada UU No. 14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.6
Salah satunya adalah sertifikasi dan kompetensi yang dimiliki.
Sertifikasi merupakan standarisasi untuk guru. Sertifikasi guru dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas guru. Melalui sertifikasi diharapkan guru-guru
di Indonesia memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik sebagai seorang
guru. Guru yang lolos sertifikasi ini artinya mereka telah memiliki
kualifikasi dan kompetensi ilmu keguruan dan pengajaran yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam menjalankan profesinya.
Guru profesional yang telah mengikuti program sertifikasi, berarti
telah memiliki kompetensi yang diharapkan bukan hanya untuk memenuhi
satu kompetensi saja yaitu kompetensi profesional, tetapi guru profesional
semestinya meliputi semua kompetensi. Beberapa hal pokok pertimbangan
sertifikasi dan profesionalisme guru dan dosen yang dikemukakan pula di
dalam buku Syaiful Sagala terdapat sembilan (9) pembahasan, salah satunya
“Uji sertifikasi pendidikan dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja
sesuai dengan standar kompetensi”.7
5 Undang-Undang Republik Indonesia, No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, BAB 1,
Pasal 1, Ayat 1, h. 3 6 Ibid., BAB IV, Pasal 8, h. 8
7 Syaiful Sagala, kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2013), h. 30-31
4
Sebenarnya pihak pemerintah Indonesia sudah mewajibkan seorang
guru agar melaksanakan standar kompetensi guru. Terpapar dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 10 menyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.8
Masalah kompetensi guru merupakan pekerjaan rumah yang berkaitan
dengan kebutuhan pencapaian kualitas sumber daya manusia yang harus
diupayakan untuk diperbaiki. Kompetensi guru merupakan salah satu
prasyarat untuk dapat mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran untuk
anak didik. Hal ini karena kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh
guru merupakan bakal proses yang paling utama.
Pekerjaan rumah untuk meningkatkan kompetensi guru ini harus terus
mendapat perhatian dari semua pihak. Kerja sama dan sinergisan kerja
memungkinkan pencapaian tujuan secara cepat dan tepat. Pihak-pihak yang
terkait dengan proses peningkatan kompetensi guru ini harus mempunyai
apresiasi dan persepsi yang sama dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Guru, instansi terkait dengan pendidikan, dan masyarakat
secara sinergis melakukan berbagai upaya untuk dapat mengondisikan
proses pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas guru sehingga mempunyai tingkat
kelayakan yang memadai untuk menyelenggarakan proses pendidikan dan
pembelajaran, guru dapat melakukannya dengan menempuh pendidikan
lebih lanjut atau mengikuti program-program peningkatan kualitas diri.
Pendidikan dan program peningkatan kualitas diri ini merupakan satu
bentuk kegiatan efektif yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
8 Undang-Undang Republik Indonesia, Op. Cit., BAB 1, Pasal 1, Ayat 10, h. 4
5
kepada guru agar kualifikasi dirinya memadai, sesuai dengan tuntutan
zaman.9
Mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, guru
PAUD harus memiliki kualifikasi akademik yaitu “Memiliki ijazah Diploma
empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini, dan
kependidikan lain yang relavan dengan sistem pendidikan anak usia dini,
atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi, serta
memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari perguruan
tinggi yang terakreditasi.”10
Dan Pemerintah telah merumuskan empat jenis
kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu “Kompetensi pedagogik,
profesional, kepribadian, sosial yang diperoleh melalui pendidikan
profesi”.11
Keempat kompetensi tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam
menyelenggarakan pendidikan. Hal ini tentu menjadi tantangan yang berat
bagi para guru. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa profesi
seorang guru bukanlah pekerjaan yang sederhana, karena guru merupakan
ujung tombak dalam pendidikan. Berkualitas atau tidaknya pendidikan
sangat bergantung pada guru. Maka guru menjadi faktor penting bagi
kemajuan pendidikan di Indonesia.12
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru PAUD ialah
kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang
9 Mohammad Saroni, PERSONAL BRANDING GURU:Meningkatkan Kualitas dan
Profesionalitas Guru, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2011), h. 212-214 10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014, Pasal 25, ayat 1, tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, h. 10 11
Undang-Undang Republik Indonesia, Op. Cit., BAB IV, Pasal 10, Ayat 1, h. 9 12
Fitri Indriani, Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA di SD dan
MI, Jurnal Fenomena, Vol. 7, No. 1, 2015, h. 18
6
meliputi pemahaman peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.13
Berdasarkan data guru RA di Ciputat Timur yang penulis dapatkan
atas perizinan dari Kementrian Agama Tangerang Selatan, terjadi ketidak
sesuaian terkait kualifikasi akademik guru RA. Berdasarkan data tersebut,
masih banyaknya guru RA yang mengajar tidak memiliki kualifikasi
akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) bidang pendidikan anak
usia dini atau psikologi.14
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis selama melakukan
kegiatan observasi di RA Mumtaza pada tahun 2017, terjadi permasalahan
terkait kualifikasi akademik guru RA dan kompetensi pedagogik guru RA.
Pada kualifikasi akademik guru RA, banyaknya guru yang mengajar bukan
lulusan D4 atau S1 bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi.
Permasalahan tersebut mempengaruhi kompetensi pedagogik guru RA,
yaitu guru kurang menguasai karakteristik anak dari aspek fisik, moral,
sosial, emosional dan intelektual.15
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis selama melakukan
kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu di TK Al Fath Cirendeu pada
tahun 2017, terjadi permasalahan terkait kualifikasi akademik guru RA dan
kompetensi pedagogik guru RA. Pada kualifikasi akademik guru RA,
banyaknya guru yang mengajar bukan lulusan D4 atau S1 bidang
pendidikan anak usia dini atau psikologi. Permasalahan tersebut
mempengaruhi kompetensi pedagogik guru RA, yaitu masih terdapat guru
13
Mustika, Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina di Tarakan,
Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 3, No. 1, Januari 2015, h. 93 14
Data Guru RA di Ciputat Timur, Kementrian Agama Tangerang Selatan, 2016-2017 15
Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, di RA Mumtaza, pada tanggal 14 Agustus
2017
7
yang kurang memahami bagaimana cara membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian di sekolah tersebut.16
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rugaiyah yang
berjudul Pendidikan Anak Usia Dini di DKI Jakarta tahun 2011, terjadi
permasalahan terkait kualifikasi akademik dan kompetensi guru PAUD.
Kualifikasi guru PAUD jalur pendidikan non formal di Provinsi DKI Jakarta
89% masih di bawah S-1 dan lebih banyak non kependidikan. Motivasi guru
PAUD untuk mengabadikan diri di latar belakangi oleh faktor internal dan
eksternal dalam wujud beramal saleh dan untuk membantu masyarakat
ekonomi lemah yang tidak mampu bersekolah di PAUD jalur pendidikan
formal.
Bukan hanya kualifikasi guru PAUD, guru juga harus menghadapi
masalah 4 aspek kompetensi guru. Untuk kompetensi guru PAUD, dilihat
dari kompetensi profesional 83% telah menguasai kompetensi tersebut dan
17% masih perlu mendapat bimbingan. Untuk penguasaan kompetensi
pedagogik 54% kompeten, dan sisanya 46% sangat perlu pembinaan secara
intensif. Kompetensi kepribadian ditemukan 43% kompeten dan 57%
kurang kompeten. Untuk penguasaan kompetensi sosial ditemukan
sebanyak 33% sangat baik dan 67% baik.17
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan
observasi dan wawancara di PAUD Al Hasyr Pamulang tempat penulis
mengajar pada tahun 2018, terjadi permasalahan terkait kualifikasi
akademik guru RA dan kompetensi guru RA. Pada kualifikasi akademik
guru RA, masih terdapat guru yang mengajar bukan lulusan D4 atau S1
bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi. Selanjutnya, pada aspek
kompetensi pedagogik guru RA antara lain: Pertama, terdapat guru yang
16
Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, di RA Mumtaza, pada tanggal 14 Agustus
2017 17
Rugiyah, “Pendidikan Anak Usia Dini di DKI Jakarta”, Jurnal Ilmiah Versi P2TK PAUD
NI, Vol. 6, No. 1, Juni 2011, h. 80-81
8
masih belum memahami mengenai karakteristik anak. Kedua, kurang
mampunya guru dalam menyusun dan mengembangkan Program Tahunan,
Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM),
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Ketiga, serta dalam
proses pembelajaran masih terdapat guru yang belum mampu memanfaatkan
media, teknologi informasi dan komunikasi.18
Kompetensi seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas
mendidik harus sesuai dengan pengetahuan keterampilan yang dimilikinya
dan harus disertai dengan perilaku rasional yang dapat dipertanggung
jawabkan serta layak sebagai bagian dari seorang guru. Berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan peneliti, tingginya problamatika kualifikasi
akademik guru yang sangat mempengaruhi kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA memang perlu penanganan serius.
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan dari standar
kualitas akademik dan kompetensi pedagogik guru PAUD/TK/RA, perlu
dilakukan penelitian dengan judul ”KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
RA DI CIPUTAT TIMUR.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang dibahas dalam
tulisan ini yaitu:
1. Berdasarkan data guru RA di Ciputat Timur yang penulis dapatkan atas
perizinan dari Kementrian Agama Tangerang Selatan, masih banyaknya
guru yang mengajar tidak memiliki kualifikasi akademik diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi
18
Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, di TK/PAUD AL HASYR Pamulang, pada
tanggal 30 Maret 2018
9
2. Berdasarkan fakta tentang kualifikasi akademik penelitian Rugaiyah
yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini di DKI Jakarta tahun 2011,
masih banyak guru PAUD yang mengajar tetapi tidak sesuai dengan
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru PAUD
3. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan
observasi di TB, TK Yayasan Al Hasyr Pamulang tahun 2018, masih
terdapat guru yang mengajar bukan lulusan D4 atau S1 bidang
pendidikan anak usia dini atau psikologi, terdapat guru yang masih
belum memahami mengenai karakteristik anak, kurang mampunya guru
dalam menyusun dan mengembangkan Program Tahunan, Program
Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), serta dalam proses
pembelajaran masih terdapat guru yang belum mampu memanfaatkan
media, teknologi informasi dan komunikasi.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan dalam skripsi
ini, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik yang diteliti dibatasi pada aspek-aspek
sebagai berikut; (1) Kemampuan mengelola pembelajaran yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik; (2) Mengembangkan
kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD), (3) Merencanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan); (4) Memanfaatkan
teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5)
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun; (6) Menilai hasil
belajar anak secara otentik; (7) Membimbing anak dalam berbagai
10
aspek (misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, dan minat); (8)
Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru; dan (9)
Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. RA yang diteliti dibatasi menjadi 5 RA yaitu RA Melati, RA
Salman, RA Tunas Bangsa, RA Sabilussalam, dan RA Permata.
3. Guru yang diteliti dibatasi hanya 8 guru dari 5 RA yaitu 2 guru di
RA Melati, 2 guru di RA Salman, 1 guru di RA Tunas Bangsa, 1
guru di RA Sabilussalam, dan 2 guru di RA Permata.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas maka
penulis merumuskan masalah yang akan diteliti pada kualitas akademik
guru RA dan kompetensi pedagogik guru RA di Ciputat Timur berdasarkan
standar kompetensi inti pedagogik guru RA yang dibatasi, yaitu:
1. Bagaimana Kompetensi Pedagogik guru RA di Ciputat Timur?
2. Apa saja faktor-faktor penghambat peningkatan kompetensi guru RA
di Ciputat Timur?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan
peneliti mengenai kualitas akademik guru RA dan kompetensi pedagogik
guru RA di Ciputat Timur, yaitu:
1. Untuk mengetahui Kompetensi Pedagogik guru RA di Ciputat
Timur.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat peningkatan
kompetensi guru RA di Ciputat Timur.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis pengamatan ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang standar kualifikasi akademik guru RA
dan kompetensi pedagogik guru PAUD/TK/RA yang diteliti berdasarkan
kesimpulan beberapa Teori tentang Kompetensi Pedagogik (pada Bab II)
dan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014, Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini, Tentang Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAUD, yaitu:
a. Kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik
b. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
c. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-
perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan
menyenangkan)
d. Memanfaatkan media teknologi, informasi, dan komunikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan
yang mendidik.
e. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
f. Menilai hasil belajar anak secara otentik
g. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, minat)
h. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
i. Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya Penyelenggaraan kegiatan penilaian, evaluasi proses
dan hasil belajar.
12
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, menambah pengetahuan serta wawasan penulis
tentang permasalahan yang terjadi di sekolah Raudhatul Athfal
terutama dalam segi kompetensi pedagogik guru.
b. Bagi pihak guru RA, penelitian ini diharapkan menjadi
penyemangat mereka dalam meningkatkan kualita dirinya agar
menjadi guru profesional yang disenangi oleh anak murid dan
sesama guru di sekolah.
c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan agar pihak sekolah
lebih memperketat proses rekrutmen guru sesuai dengan standar
kualifikasi akademik guru RA dan terus melakukan upaya kontrol
dan evaluasi saat guru mengajar.
d. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
inspirasi maupun bahan pijakan peneliti lain untuk melakukan
penelitian yang lebih mendalam.
13
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari
bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.19
Kompetensi dapat diartikan pula sebagai kewenangan atau
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone
(1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai gambaran
kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.20
Sedangkan
dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10,
disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”21
Secara etimologis, kata pedagogik berasal dari kata bahasa Yunani,
peados yang berarti anak dan agogos yang berarti mengantar atau
membimbing. Karena itu pedagogik berarti membimbing anak.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang tertua dan bahkan
sudah menjadi tuntutan mutlak bagi manusia sepanjang zaman, karena
19
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27 20
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 25 21
Undang-Undang Republik Indonesia, No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, BAB 1,
Pasal 1, Ayat 1, h. 4
14
kompetensi ini melekat dalam martabat manusia sebagai pendidik,
khususnya pendidik asli yakni orang tua.
Ketika peran pendidik dari orang tua digantikan dengan peran guru
di sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogik ini juga beralih pada
guru. Karena itu guru tidak hanya sebagai pengajar mentransfer ilmu,
pengetahuan dan keterampilan kepada anak tetapi juga merupakan
pendidik dan pembimbing yang membantu anak untuk mengembangkan
segala potensinya terutama terkait dengan potensi akademis maupun non
akademis.22
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip
oleh Jejen Musfah yang dimaksud dengan “Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang
anak didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”23
Pemahaman
tentang anak meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan
anak. Sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan
merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai
proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan.24
Kompetensi pedagogik merupakan elemen penting bagi guru
pendidikan anak usia dini. Menurut Hendayana et al (2007), kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi
22
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h. 28-29 23
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30-31 24
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: KALAM MULIA, 2013), h. 90
15
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.25
Menurut Mulyasa, kompetensi pedagogik sangat penting karena
menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran yang meliputi
peserta didik, perencanaan, implementasi, perancangan, hasil belajar,
evaluasi dan pengembangan peserta yang kurang berprestasi.26
Menurut Slamet P.H. bahwa “Kompetensi pedagogik yaitu terdiri
dari Sub-Kompetensi yang berkontribusi dalam pengembangan KTSP
yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan, mengembangkan
silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD), merencanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan), menilai hasil belajar anak
secara otentik, membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya:
pelajaran, kepribadian, bakat, minat dan karir, dan mengembangkan
profesionalisme diri sebagai guru)”.27
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, penulis menyatakan bahwa
kompetensi pedagogik guru PAUD adalah kemampuan mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD), merencanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan) yaitu Rencana Pelaksanaan
25
Mustika, Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina di Tarakan,
Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 3, No. 1, Januari 2015, h. 93 26
Deasy May Andini dan Endang Supriadi, Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Efektivitas
Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Latar Belakang Pendidikan Guru, Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran, Vo. 2, No. 2, Januari 2018, h. 3 27
Syaiful Sagala, kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2013), h. 31-32
16
Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Harian
(RPPH), menilai hasil belajar anak secara otentik, membimbing anak
dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat,
dan mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru), serta
melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru saat melaksanakan
profesinya, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta
didik.
2. Tujuan dan Fungsi Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru memiliki tujuan dan
fungsi untuk mengembangkan pembelajaran dikelas. Bagaimana seorang
guru dapat menjadikan pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kompetensi pedagogik guru bertujuan dan berfungsi di
antaranya:
a. Membantu anak berkembang secara intelektual, sosial, fisik, dan
emosional
b. Meningkatkan kesan diri anak (self-image)
c. Menyediakan kesempatan untuk sukses
d. Melaksanakan belajar aktif
e. Menguatkan eksplorasi
f. Menyediakan keamanan28
28
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 42
17
3. Dimensi-Dimensi Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3
ayat 4 ditetapkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran anak.29
Kompetensi pedagogik PAUD
mencakup kemampuan untuk dapat:
a. Pemahaman terhadap Karakteristik, Kebutuhan, dan
Perkembangan Anak
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang
khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif,
dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti
bereksplorasi dan belajar.30
Pemahaman karakteristik anak merupakan salah satu
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. dua hal yang
harus dipahami guru dari anak didiknya untuk memahami
karakteristik anak adalah kecakapan dan kepribadian. Berkaitan
dengan kecakapan, ada anak yang cepat menerima pelajaran da
nada yang lambat dalam belajar. Dari segi kepribadian, akan
banyak ditemui kepribadian guru yang khas dan unik.31
Menurut Depdiknas dalam buku Panduan Mengajar di TK/RA
yang dikutip oleh Yuliani Nuraini Sugiono bahwa, “sesuai dengan
keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaran
pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD
29
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 121-122 30
Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks,
2013), h. 6 31
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op. Cit, h. 125
18
bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya
pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pekalsanaan
PAUD diakukan secara terpadu dan komprehensif.”
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua
dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak
dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan
kepadanya untuk megetahui dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,
meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-
ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.32
Menurut Sukmadinata sebagaimana dikutip oleh Jejen Musfah
bahwa, “Guru harus mengenal dan memahami anak didiknya
dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah
dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya,
hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang
memengaruhinya.”33
b. Menguasai Konsep dan Prinsip Pendidikan
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1). Berorientasi pada kebutuhan anak
2). Belajar melalui bermain
3). Menggunakan lingkungan yang kondusif
4). Menggunakan pembelajaran terpadu
5). Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
32
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit., h. 7 33
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 31
19
6). Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar34
c. Menguasai Konsep, Prinsip, dan Prosedur Pengembangan
Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran ntuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.35
Menurut Miller dan Seller sebagaimana dikutip oleh Jejen
Musfah bahwa, guru harus memerhatikan proses pengembangan
kurikulum yang mencakup tiga hal, yaitu; (1) menyusun tujuan
umum (TU) dan tujuan khusus (TK), (2) mengidentifikasi materi
yang tepat untuk kurikulum dan mengidentifikasi kriteria untuk
pemilihannya, yaitu: orientasi sosial, psikologis, filosopis, minat
siswa, dan kegunaan dari kriteria yang digunakan, dan (3)
memilih strategi belajar mengajar yang dapat dipilih menurut
beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian
guru dan minat siswa.36
Kurikulum bagi anak usia dini dikembangkan berdasarkan
sejumlah pendekatan yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan anak usia dini. Landasan konseptual yang digunakan
dalam kurikulum adalah sebagai berikut:
1). Teori Perkembangan Anak
Menurut Jamaris yang dikutip oleh Yuliani Nuraini Sujiono
bahwa, “Perkembangan merupakan suatu proses yang
bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.” Oleh sebab
34
Novan Ardy & Barnawi, Format PAUD: Konsep, Karakteristik, & Implementasi
Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 76-77 35
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op. Cit., h. 131 36
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 34-35
20
itu apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu
maka perkembangan selanjutnya akan cenderung mendapat
hambatan.
Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini
merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh
sebagian besar pakar pendidikan anak, bahwa masa kanak-
kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di
masa akan datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar
pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal,
maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat
memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan minat anak.
2). Pendekatan Berpusat Pada Anak
Pendekatan yang berpusat pada anak (child centered
approach) adalah suatu kegiatan belajar di mana terjadi
interaksi dinamis antara guru dan anak atau antara anak
dengan anak lainnya. Menurut Coughlin yang dikutip oleh
Yuliani Nuraini Sujiono bahwa, “Pendekatan yang berpusat
pada anak diarahkan: (1) agar anak mampu mewujudkan dan
mengakibatkan perubahan; (2) agar anak menjadi pemikir-
pemikir yang kritis; (3) agar anak mampu mebuat pilihan-
pilihan dalam hidupnya; (4) agar anak mampu menemukan
dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan
inovatif; (5) agar anak menjadi kreatif, imajinatif, dan kaya
gagasan, dan; (6) agar anak memiliki perhatian terhadap
masyarakat, Negara dan lingkungannya.
3). Pendekatan Konstruktivisme
21
Menurut Semiawan yang dikutip oleh Yuliani Nuraini
Sujiono bahwa, “Pendekatan konstruktivisme bertolak dari
suatu keyakinan bahwa belajar adalah pembangun (to
construct) pengetahuan itu sendiri, setelah dicernakan dan
kemudian dipahami dalam diri individu, dan merupakan
perbuatan dari dalam diri seseorang. Dalam perbuatan belajar
seperti itu bukan apanya atau isi pembelajarannya yang
penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan
mental untuk menguasai apa yang dipelajari. Pengetahuan itu
diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang
melalui pengamatan, pengalaman dan pemahamannya. 37
d. Menguasai Teori, Prinsip dan Strategi Pembelajaran
Menurut Naegie sebagaimana dikutip oleh Jejen Musfah
bahwa, “Guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan
mereka menyiapkannya. Dihari pertama masuk kelas, mereka telah
memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagaimana
hal itu harus dilakukan. Jika guru memberitahu anak sejak awal
bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di
kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius
dalam belajar.”38
Penguasaan terhadap prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik oleh para guru harus juga diwujudkan dalam proses
pembelajaran aktual. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
mendidik adalah pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Pendekatan ini
harus tercermin dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan
pengorganisasian pembelajaran serta penilaian pembelajaran.
37
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit., h. 202-204 38
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 36
22
Karena itu guru harus menerapkan berbagai strategi, metode,
teknik, dan prosedur yang inovatif, sehingga dapat membuat siswa
bisa belajar dalam situasi atau kondisi yang bebas dari berbagai
macam tekanan, ancaman, ketakutan, dan sebagainya.39
Selain menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
guru PAUD/TK/RA juga harus menguasai prinsip-prinsip
pembelajaran anak usia dini, yaitu:
1). Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan
menghasilkan pembelajar yang aktif. Anak-anak akan
terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan melalui
berbagai aktivitas mengamati, mencari, menemukan,
mendiskusikan, menyimpulkan dan mengemukakan sendiri
berbagai hal yang ditemkan pada lingkungan sekitar. Proses
pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang
bertumpu pada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang
dikenal dengan istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA =
Student Active Learning).
2). Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak
dapat melihat melaui bayangan yang ditangkap oleh
matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui
telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat
perabaannya, anak dapat membedakan bau melaui hidung
dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya.
3). Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
39
Marselus R. Payong, Op. Cit., h. 34
23
Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan. Dalam konsep
ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman
pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
Konsep ini diberikan agar anak dirangsang untuk menambah
pengetahuan yang telah diberikan melalui materi-materi
yang disampaikan oleh guru dengan caranya sendiri.
4). Anak Berpikir melalui Benda Konkret
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran
dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak
menerawang atau bingung. Maksudnya adalah anak
dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran
yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-
materi pelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda
nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-
materi yang diajarkan oleh guru.
5). Anak Belajar dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sngaja
dan terencana untuk membantu anak mengembangkan
potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Pendidikan yang diberikan akan
dapat dimaknai dan berguna bagi anak ketika anak
beradaptasi dengan lingkungannya.40
e. Menciptakan Situasi Pembelajaran yang Interaktif, Inspiratif,
Menyenangkan, Menantang, Memotivasi Anak Didik untuk
Berpartisipasi Aktif, serta Memberi Ruang yang Cukup bagi
Prakarsa, Kreativitas, dan Kemandirian
40
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit., h. 90-94
24
Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari
para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami
pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan
pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu
pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton, baik
dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.41
Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi
anak untuk belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer
pengetahuan dan keterampilan. Karena itu kemasan pembelajaran
yang dibuat guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
motivasional yang baik, sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan anak untuk belajar. Guru dalam kegiatan
pembelajaran yang mendidik hendaknya memposisikan diri
sebagai motivator dan pemberi semangat (inspirator) bagi anak.
Guru hendaknya menantang anak untuk bisa menemukan
pengetahuan sendiri dan menemukan cara-cara pemecahan
masalah sendiri secara kreatif dalam kegiatan pembelajaran.42
Unsur utama dalam pengembangan program pembelajaran bagi
anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa kanak-
kanak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi perumbuhan
dan perkembangan pengetahuan selanjutnya. Menurut Albrecht
dan Miller sebagaimana dikutip oleh Yuliani Nuraini Sujiono
bahwa, “Pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini
seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan
adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan
berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan
41
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 31-37 42
Marselus R. Payong, Op. Cit., h. 36
25
sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.43
”
f. Menguasai Konsep, Prinsip, Prosedur, dan Strategi Bimbingan
Belajar Anak Didik
Bimbingan bukanlah suatu bentuk kontrol terhadap orang lain
dan bimbingan juga bukan usaha untuk mengarahkan orang lain.
Bimbingan merupakan corak bantuan yang bersifat mendampingi
selama diperlukan dan melepaskan diri bila orang yang dibantu
mampu berjalan sendiri.
Bimbingan merupakan salah satu dari bagian pendidikan yang
amat penting dalam upaya memberikan bantuan (pemecahan
masalah) dan motivasi agar anak dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.44
Adapun fungsi bimbingan bagi anak usia dini adalah: (1)
Fungsi pemahaman, yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan
pemahaman pada anak tentang diri sendiri, lingkungannya, dan
cara menyesuaikan dan pengembangan diri; (2) Fungsi
pencegahan, yaitu bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak
didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam
proses perkembangannya; (3) Fungsi perbaikan, yaitu bimbingan
yang akan menghasilkan terpecahkannya berbagai permasalahan
yang dialami oleh anak didik; dan (4) Fungsi pemeliharaan dan
pengembangan, yaitu bimbingan yang menghasilkan
terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi
43
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit., h. 139 44
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op. Cit., h. 143-144
26
positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
mantap dan berkelanjutan.45
g. Menguasai Media Pembelajaran Termasuk Teknologi Komunikasi
dan Informasi
Pamanfaatan teknologi pembelajaran, dimaksudkan untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan
dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem
jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik. Oleh
karena itu, guru dan calon guru perlu dibekali dengan berbagai
kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.46
Semakin luasnya teknologi informasi dan komputer dalam
berbagai segi kehidupan manusia, termasuk dalam latar
pembelajaran, maka guru juga dituntut untuk dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru
harus bisa memanfaatkan teknologi computer ini untuk
memudahkan pembelajaran atau mengemas pesan-pesan
pembelajaran secara menarik, sehingga dapat mengunggah minat
dan motivasi belajar anak.47
h. Menguasai Prinsip, Alat, dan Prosedur Penilaian Proses dan Hasil
Belajar
Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai
pendidik profesional tergantung pada pemahamannya terhadap
penilaian pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif dalam
penilaian. Menurut BSNP sebagaimana dikutip oleh Jejen Musfah
45
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit., h. 15 46
E. Mulyasa, Op. Cit., h. 106-107 47
Marselus R. Payong, Op. Cit., h. 37
27
bahwa, “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif,
psikomotorik, dan/atau efektif sesuai karakteristik mata pelajaran.”
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Pollard sebagaimana
dikutip oleh Jejen Musfah bahwa, belajar merupakan proses di
mana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh,
dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui
perasaan mereka melalui temannya dan belajar. Maka, belajar
merupakan proses kognitif, sosial dan perilaku. Pengajaran
memiliki dua fokus, yaitu perilaku anak yang berhubungan dengan
tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan anak
sebagai pelajar.48
Tahap proses penilaian hasil belajar dilakukan setelah anak-
anak selesai melakukan aktivitasnya, guru memberikan
kesempatan kepada anak-anak secara langsung untuk
mengungkapkan pengalamannya setelah melakukan kegiatan
belajar. Pada tahap ini, guru harus berusaha agar anak-anak
mengungkapkan perasaannya dengan tepat, agar guru mengetahui
bahwa anak sudah atau belum dapat memahami materi kegiatan
belajar.49
4. Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAUD PAUD/TK/RA
PAUD/TK/RA
Standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan
guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan
48
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 40-41 49
Novan Ardy & Barnawi, Op. Cit., h. 117
28
pendidikan pada umumnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman.50
Profesionalisme kemampuan-kemampuan guru
PAUD/TK/RA yang dibutuhkan dalam menciptakan dan megelola
ligkungan belajar, berupa saran-saran imperative (imperative
suggestion) yang perlu dilakukan guru untuk mewujudkan lingkungan
belajar yang diharapkan, baik kemampuan merangsang anak, dan
kemampuan memfasilitasi kegiatan anak.51
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, bahwa standar
kompetensi pedagogik guru PAUD, sebagai berikut:52
Tabel 2.1
Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
No. KOMPETENSI SUB KOMPETENSI
1. Mengorganisasikan
aspek
perkembangan
sesuai dengan
karakteristik anak
usia dini.
1.1 Menelaah aspek perkembangan sesuai
dengan karakteristik anak usia dini.
1.2 Mengelompokkan anak usia dini
sesuai dengan kebutuhan pada
berbagai aspek perkembangan.
1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal
anak usia dini dalam berbagai bidang
pengembangan.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan anak usia
dani dalam berbagai bidang
Pengembangan.
2. Menganalisis teori
bermain sesuai
aspek dan tahapan
perkembangan,
kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat
anak usia dini.
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan
prinsip-prinsip bermain sambil belajar
yang mendidik yang terkait dengan
berbagai bidang pengembangan di
PAUD.
2.2 Menelaah teori pembelajaran dalam
konteks bermain dan belajar yang
50
E. Mulyasa, Op. Cit., h. 17 51
Rita Mariyana dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 137 52
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indoesia, Tentang: Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, (Jakarta: 4 Mei 2007)
29
sesuai dengan kebutuhan aspek
perkembangan anak usia dini.
2.3 Menerapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode, dan teknik bermain
sambil belajar yang bersifat holistik,
sesuai kebutuhan anak usia dini, dan
bemakna, yang terkait dengan berbagai
bidang pengembangan di PAUD.
2.4 Merancang kegiatan bermain sebagai
bentuk pembelajaran yang mendidik
pada anak usia dini
3. Merancang
kegiatan
pengembangan
anak usia dini
berdasarkan
kurikulum.
3.1 Menyusun isi program pengembangan
anak sesuai dengan tema dan
kebutuhan anak usia dini pada
berbagai aspek perkembangan.
3.2 Membuat rancangan kegiatan bermain
dalam bentuk program tahunan,
semester, mingguan, dan harian
4. Menyelenggarakan
kegiatan
pengembangan
yang mendidik.
4.1 Memilih prinsip-prinsip
pengembangan yang mendidik dan
menyenangkan.
4.2 Merancang kegiatan pengembangan
yang mendidik dan lengkap, baik
untuk kegiatan di dalam kelas, maupun
luar kelas.
4.3 Menerapkan kegiatan bermain yang
bersifat holistik, autentik, dan
bermakna
5. Memanfaatkan
teknologi,
informasi dan
komunikasi untuk
kepentingan
penyelenggaraan
kegiatan
pengembangan
yang mendidik.
5.1 Memilih teknologi informasi dan
komunikasi serta bahan ajar yang
sesuai dengan kegiatan pengembangan
anak usia dini.
5.2 Menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan
kualitas kegiatan pengembangan yang
mendidik.
6. Mengembangkan
potensi anak usia
dini untuk
pengaktualisasian
diri.
6.1 Memilih sarana kegiatan dan sumber
belajar pengembangan anak usia dini.
6.2 Membuat media kegiatan
pengembangan anak usia dini.
6.3 Mengembangkan potensi dan
30
kreatifitas anak usia dini melalui
kegiatan bermain sambil belajar.
7. Berkomunikasi
secara efektif,
empatik, dan
santun.
7.1 Memilih berbagai strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik
dan santun dengan anak usia dini.
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan anak usia dini.
8. Menyelenggarakan
dan membuat
laporan penilaian,
evaluasi proses dan
hasil belajar anak
usia dini.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar
anak usia dini.
9. Menentukan
lingkup sasaran
asesmen proses dan
hasil pembelajaran
pada anak usia dini.
9.1 Memilih pendekatan, metode dan
teknik asesmen proses dan hasil
kegiatan pengembangan pada anak
usia dini.
9.2 Menggunakan prinsip dan prosedur
asesmen proses dan hasil kegiatan
pengembangan anak usia dini.
9.3 Mengadministrasikan penilaian proses
dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
mengunakan berbagai instrument.
9.4 Menentukan tingkat capaian
perkembangan anak usia dini.
9.5 Menganalisis hasil penilaian proses
dan hasil belajar untuk berbagai
tujuan.
9.6 Melakukan evaluasi proses dan hasil
belajar.
10. Menggunakan hasil
penilaian,
pengembangan dan
evaluasi program
untuk kepentingan
pengembangan
anak usia dini.
10.1 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk
kesinambungan belajar anak usia dini.
10.2 Melaksanakan program remedial
dan pengayaan
10.3 Memanfaatkan informasi hasil
penilaian dan evaluasi pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
10.4 Mengomunikasikan hasil penilaian
pengembangan dan evaluasi program
31
kepada pemangku kepentingan.
11. Melakukan
tindakan reflektif,
korektif dan
inovatif dalam
meningkatkan
kualitas proses dan
hasil
pengembangan
anak usia dini.
11.1 Melakukan refleksi terhadap
kegiatan pengembangan anak usia dini
yang telah dilaksanakan.
11.2 Meningkatkan kualitas
pengembangan anak usia dini melalui
penelitian tindakan kelas.
11.3 Melakukan penelitian tindakan
kelas.
5. Urgensi peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemberian layanan
pendidikan bagi anak sejak usia dini (0-6 tahun) masih sangat rendah.
Hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Meskipun
selama ini pemerintah dan masyarakat telah menyelenggarakan berbagai
program layanan pendidikan bagi anak usia dini. Namun, kenyataannya
hingga saat ini masih banyak anak usia dini yang belum memperoleh
layanan pendidikan.53
Kemampuan secara pedagogik, kompetensi guru-guru dalam
mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini
penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh
sebagian masyarakat karena dinilai kurang dari aspek pedagogik.54
Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berpikir secara
antisipatif dan proaktif. Guru secara terus menerus harus belajar sebagai
upaya melakukan pembaharuan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Caranya dengan sering melakukan penelitian baik melalui kajian
pustaka, maupun melakukan penelitian seperti penelitian tidakan kelas.55
53
Novan Ardy & Barnawi, Op. Cit., h. 77 54
E. Mulyasa, Op. Cit., h. 75-76 55
Syaiful Sagala, Op. Cit., h. 33
32
6. Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
Peningkatan kualitas anak usia dini juga dipengaruhi oleh faktor
kuantitas guru. Rasio perbandingan anak dan guru yang tidak seimbang
akan menimbulkan masalah baru.56
Pendidik harus memiliki kualifikasi
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran (learning agent). Menurut
BSNP yang dikutip oleh Jejen Musfah mengenai yang dimaksud dengan
pendidik sebagai agen pembelajaran ialah “Peran pendidik antara lain
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi
peserta didik.”
Menurut Sheikh yang dikutip oleh Jejen Musfah adalah “Guru
bukanlah seorang manusia dalam pengertian status; guru adalah
pembuat manusia. Ia membimbing takdir mereka pada tujuan akhir
mereka.” Peran guru sangat besar dan penting itu menuntut tanggung
jawab guru untuk menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan yang
luas, keterampilan yang beragam, dan moral yang tinggi. Yang
terpenting, guru perlu menyadari peran besarnya tersebut, sehingga
dalam menjalankan tugasnya penuh tanggung jawab, kesungguhan dan
persiapan yang matang.57
Dari pembahasan sebelumnya tentang Standar Kualifikasi
Akademik Guru PAUD/TK/RA, menurut Permendiknas nomor 16 2007,
guru harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S-1) dalam bidang pendidikan anak usia dini
atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.58
Selain dibekali disiplin ilmu yang sesuai, sarjana pendidikan dan
diploma IV juga dibekali dengan pengelolaan kelas, penilaian, model-
model pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan dengan keilmuan di
56
Novan Ardy & Barnawi, Op. Cit., h. 23 57
Jejen Musfah, Op. Cit., h. 41-42 58
Zaenal Arifin, Op. Cit., h. 59
33
bidang pendidikan. Inilah yang disebut dengan kemampuan pedagogik.
bekal keilmuan harus dimiliki oleh calon atau bakal guru. sehingga
ketika menjadi guru, memahami apa yang harus dilakukan.
Seberapa jauh kemampuan pedagogik yang dimiliki oleh guru,
maka tercermin di dalam aktivitas guru di kelas. Jika pernah kita
mendengar ada guru yang suka marah kepada anak, suka main pukul,
maka tampak sekali bahwa guru ini belum banyak memiliki bekal
seorang guru. Guru merasa anak belum mengerti apa-apa, guru tidak
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu, maka
hal ini juga pertanda bahwa guru ini masih perlu banyak belajar lagi.59
7. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Perspektif Islam
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dala pengelolaan
pembelajaran peserta didik dengan berbasis pendekatan yang bersifat
mendidik, sehingga melaksanakan fungsi profesionalnya dengan lebih
efektif. Menurut Standar Nasional Pendidikan, Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta
didik, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.60
Ajaran Islam adalah ajaran yang memberikan penghargaan yang tinggi
terhadap guru. Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam islam
merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan
pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang
belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru.
59
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: PT Temprina Media Grafika, 2011),
h. 130-131 60
Fitri Indriani, ”Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA di SD
dan MI”, Jurnal Fenomena, Vol. 7, No. 1, 2015, h. 19
34
Profesi (pekerjaan) menurut Islam harus dilakukan karena Allah.
Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara professional, dalam
arti harus dilakukan secara benar. Itu mungkin hanya dapat dilakukan oleh
orang yang benar benar ahli, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dalam
kitabnya Shaheh Bukhori:
اعة » «إذا وسد األمر إلى غير أهله فانتظر الس
Artinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka
tunggu saja kehancuran yang akan terjadi.” Kata kehancuran, dalam hadits
di atas maknanya sangat luas, salah satunya adalah bila seorang guru tidak
memiliki keahlian yang memadahi, maka yang hancur adalah muridnya.
Oleh karena itu seorang guru idealnya adalah betul-betul seorang yang ahli
(sesuai dengan bidang profesinya) dan memiliki kemampuan sebagai
seorang pendidik yang dapat mengelola, merencanakan serta melaksanakan
pembelajaran peserta didik.61
8. Pengertian Raudhatul Athfal
Pendidikan agama dalam berbagai kegiatannya bertujuan untuk
melatih dan membimbing anak agar ia mampu mengembangkan dirinya
melalui pembiasaan sehingga di kemudian hari memiliki kemampuan dan
keterampilan serta kepribadian terpuji. Dengan demikian tujuan utama
pendidikan agama adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang yang bermoral.
Pendidikan agama islam pada RA adalah pendidikan sebagai mata
pelajaran yang diberikan kepada anak untuk meletakkan dasar-dasar ajaran
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari kearah perkembangan sikap,
pengetahuan dan keterampilan anak yang dilakukan melalui pembiasaan.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
61
Susanto, “Guru Profesionalis dalam Pandangan Islam”, Jurnal Tribakti, Vol. 21, No. 1,
Januari 2010, h. 6
35
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak memiliki kesiapan
untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu pendidikan anak usia
dini adalah RA.62
Raudhatul Athfal (disingkat RA) adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan anak pra sekolah pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan
islam bagi anak berusia 4-6 tahun (Departemen Agama, 2005).
RA merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahu
atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal, di bawah pengelolaan
Departemen Agama, RA setara dengan taman kanak-kanak (TK), dimana
kurikulumnya ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.63
B. Standar Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
1. Pengertian Standar Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia standar berarti antara lain
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran,
takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria
minimal yang harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai
kriteria minimal sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan
sertifikasi profesi. Dalam kasus dunia pendidikan di Indonesia,
seringkali standar bagi pemula atau guru baru belum dapat dipenuhi.64
62
Iyoh Mastiyah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Raudhatul Athfal Dian Al-
Mastiyah”, Jurnal Edukasi, Vol. 12, No. 2, Mei-Agustus 2014, h. 264 63
Fu’ad Arif Noor, “Manajemen Guru Raudhatul Athfal (RA) Dalam Total Quality
Management (TQM)”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 1, Juni 2015, h. 23 64
Syaiful Sagala, kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2013), h. 17
36
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini, guru PAUD harus memiliki kualifikasi akademik yaitu
“Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan anak usia dini, dan kependidikan lain yang relavan dengan
sistem pendidikan anak usia dini, atau psikologi yang diperoleh dari
program studi terakreditasi, serta memiliki sertifikat Pendidikan Profesi
Guru (PPG) PAUD dari perguruan tinggi yang terakreditasi.”65
2. Tujuan dan Fungsi Standar Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Tujuan dari proses sertifikasi guru ini adalah dapat tercapainya
tenaga pendidik atau guru yang profesional yang mampu melakukan
aktivitas pendidikan secara optimal sehingga dapat tercapainya tujuan
institusional dan nasional. Dengan demikian, guru berhak menerima
tunjangan profesi sebagai guru profesional.
Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan,
bahkan sumberdaya pendidikan lain yang memadai menjadi kurang
berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai. Begitu
juga yang terjadi sebaliknya, apabila guru berkualitas kurang ditunjang
oleh sumberdaya pendukung yang lain yang memadai, juga dapat
menyebabkan kurang optimal kinerjanya. Dengan kata lain, guru
merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan,
proses, dan hasil pendidikan. Dalam hal ini, kualitas proses pendidikan
secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dengan kualitas guru.66
3. Upaya Peningkatan Standar Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Upaya peningkatan kualitas guru sehingga mempunyai tingkat
kelayakan yang memadai untuk menyelenggarakan proses pendidikan
65
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014, Pasal 25, ayat 1, tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, h. 10 66
Zaenal Arifin, Profesi Kependidikan Teori dan Praktik di Era Otonomi, (tangerang: PT
Pustaka Mandiri, 2012), h. 15
37
dan pembelajaran, guru dapat melakukannya dengan menempuh
pendidikan lebih lanjut atau mengikuti program-program peningkatan
kualitas diri. Pendidikan dan program peningkatan kualitas diri ini
merupakan satu bentuk kegiatan efektif yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada guru agar kualifikasi dirinya memadai, sesuai
dengan tuntutan zaman. Guru tidak boleh merasa nyaman dengan
kondisi yang dimilikinya sekarang.67
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
dan kompetensi diri memang melalui pendidikan dan pelatihan atau
diklat. Dengan diklat yang guru ikuti, banyak hal yang dapat diperoleh
dan selanjutnya hal tersebut menjadikan guru sebagai sosok yang
sanggup menghadapi kehidupan secara utuh. Ada banyak keuntungan
yang dapat diperoleh jika guru mengikuti proses pendidikan dan
pelatihan. Keuntungan inilah yang sebenarnya ingin didapatkan setiap
kali mengikuti proses diklat.
Ada banyak pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh
dan selanjutnya dapat diaplikasikan dalam menjalankan proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Ini tentunya sangat diharapkan
bagi semua guru. semakin meningkat, kualitas dirinya, semakin berarti
guru tersebut dalam kehidupan. Dari kegiatan tersebut, guru pun akan
mendapatkan recharge kompetensi, mendapatkan banyak ilmu
pengetahuan dan keterampilan, semakin sadar akan banyaknya
kekurangan kualitas diri yang terus harus diperbaiki dan ditingkatkan,
dan dapat menjadikan motivasi perkembangan kualitas diri.68
67
Muhammad Saroni, Personal Branding Guru: Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas
Guru, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), h. 213-214 68
Ibid., h. 118-126
38
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Agar terhindar dari pengulangan penelitian yang sama, penulis
melakukan observasi sehingga mendapatkan informasi yang jelas tentang
pokok permasalahan, termasuk melakukan kajian pustaka terhadap buku-
buku maupun hasil penelitian sejenis. Skripsi yang memiliki keterkaitan
dengan tema permasalahan penulis dijadikan sebagai bahan rujukan dan
perbandingan, yaitu:
1. Hasil penelitian Indah Dwi Wahyuni Dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Pada tahun 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Kompetensi
Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Tingkat SMA Negeri di
Depok” menyimpulkan bahwa: kompetensi pedagogik guru bahasa dan
sastra Indonesia tingkat SMA Negeri di Depok memiliki kualitas
kompetensi pedagogik yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan
guru memiliki wawasan yang luas dan landasan kependidikan yang
jelas; (1) rata-rata merupakan lulusan S1 (sarjana satu) dengan fokus
Bagasa dan Sastra Indonesia; (2) pengalaman mengajar yang sangat
cukup untuk menjadikanmereka guru bahasa dan sastra Indonesia
dengan kompetensi pedagogik yang baik; (3) memahami peserta didik
secara fisik, sosial, moral, intelektual, dan spiritual; (4)
mengembangkan kurikulm atau silabus yang digunakan dalam
pembelajaran; (5) membuat rancangan pembelajaran untuk membentuk
proses pembelajaran yang baik dan sistematis; (6) melaksanakan
pembelajaran secara mendidik dan dialogis; (7) memanfaatkan
teknologi, informasi dan komunikasi dalam pembelajaran; (8)
melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, dan (9)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik dengan maksud
untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Adapun persamaan
dengan penelitian ini ialah memilih kompetensi pedagogik sebagai
subjek penelitian, menjadikan guru sebagai objek penelitian dan
39
menjadikan kepala/wakil kepala sekolah sebagai data sekunder dalam
penelitian ini. Perbedaannya ialah peneliti memilih guru Raudhatul
Athfal sebagai objek penelitian ini dan penelitian tersebut memilih
salah satu kota sebagai tempat penelitian.
2. Hasil penelitian Kokom Komalasari Dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Pada tahun 2015 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di
SMP Negeri 177 Jakarta” menyimpulkan bahwa: (1) kompetensi
pedagogik guru SMPN 177 Jakarta sangat baik. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan presentase rata-rata yang didapat dari hasil penelitian yaitu
sebesar 89,5%, yang meliputi aspek kemampuan guru dalam
pemahaman peserta didik, kemampuan merancang dan melaksanakan
pembelajaran, kemampuan mengevaluasi hasil pembelajaran, dan
kemampuan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki; (2) upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru SMPN 177 Jakarta sudah
optimal. Hal ini dapat diketahui berdasarkan presentase rata-rata yang
diperoleh sebesar 91,43%. Adapun persamaan dengan penelitian ini
ialah memilih kompetensi pedagogik sebagai subjek penelitian.
Perbedaannya ialah peneliti memilih guru SMP sebagai objek
penelitian, menjadikan kepala/wakil kepala sekolah sebagai objek
penelitian dan menjadikan guru sebagai data sekunder dan penelitian
tersebut memilih salah satu sekolah SMP sebagai tempat penelitian.
3. Hasil penelitian Saiful Bahri Dari UIN AR Raniry Banda Aceh Pada
tahun 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Peran Guru Raudhatul
Athfal (RA) dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional di Raudhatul
Athfal (RA) Takrimah Tungkob Aceh Besar” menyimpulkan bahwa: (1)
Peran guru telah dilaksanakan dengan baik, yaitu sebagai pengajar
dalam pembentukan, pembimbing, dan pengasuh kecerdasan
40
emosional; (2) Peran guru dalam memberikan bimbingan, arahan,
memberi tanggung jawabnya, dan membina peserta didik dalam
pembentukan kecerdasan anak di RA Takrimah Tungkob telah
terlaksana dengan baik. Adapun persamaan dengan penelitian ini ialah
memilih sekolah RA sebagai tempat penelitian dan menjadikan guru
sebagai objek penelitian. Perbedaannya ialah peneliti memilih peran
guru Raudhatul Athfal dalam pembentukan kecerdasan emosional dan
penelitian tersebut hanya memilih salah satu sekolah RA sebagai
tempat penelitian.
C. Kerangka Teoretik
Pendidikan akan berjalan baik jika pada prosesnya melibatkan sumber
daya manusia yang berkualitas, memiliki kompetensi, berkomitmen pada
tugas dan tanggung jawab. Termasuk guru RA, yang dikatakan sebagai
kunci keberhasilan proses pendidikan awal pada anak usia dini. Melalui
kegiatan belajar mengajar, guru RA memainkan peran penting dalam
mengelola pembelajaran agar anak mendapatkan hasil maksimal. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pendidikan butuh keberadaan guru RA yang
profesional khususnya dalam bidang pedagogik.
Dewasa ini masih terdapat permasalahan dalam dunia pendidikan kita.
Pertama, Adanya anggapan bahwa profesionalisme guru RA masih rendah
dalam melaksanakan tugasnya. Kedua, Masih banyaknya guru RA yang
tidak memenuhi standar kualitas akademik guru PAUD/TK/RA. Ketiga,
Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru RA dirasa sangat penting.
Keempat, Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru RA perlu ditingkatkan. Kelima, Ada kemungkinan bahwa
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru RA belum rutin.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
kompetensi pedagogik guru RA dan faktor-faktor yang menghambat
41
peningkatan kompetensi pedagogik guru di RA wilayah Ciputat Timur,
yang nantinya diharapkan akan terwujud guru RA yang meningkat
kemampuan pedagogiknya.
Masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi,
maka kepala sekolah sebaga supervisor dapat melakukan strategi untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru, diantaranya yaitu: Memberikan
pembinaan yang efektif; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru
RA; mengadakan studi banding ke sekolah yang dinilai lebih baik kualitas
gurunya; mengadakan program magang bagi guru ke sekolah yang
kualitasnya dinilai lebih baik.
Dengan demikian, diharapkan kompetensi pedagogik guru yang
dimiliki guru RA semakin baik. Proses belajar mengajar menjadi efektif,
sehingga kualitas anak didik menjadi lebih baik pula.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Kementerian Agama Tangerang Selatan,
peneliti mendapatkan izin untuk memperoleh data sekolah RA dan standar
kualifikasi akademik guru RA di Ciputat Timur.
Kemudian penelitian mengenai kompetensi pedagogik guru RA
dilakukan pada sekolah Raudhatul Athfal yang ada di wilayah Ciputat Timur.
Peneliti menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
yang hanya menurut kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel.69
Berdasarkan hasil purposive sampling, keterbatasan biaya dan waktu, maka
terdapat 5 sekolah RA di wilayah Ciputat Timur yang peneliti pilih, yaitu:
Tabel 3.1
Tempat Penelitian
No. Nama Sekolah Alamat Sekolah Akreditasi
1. RA Melati Jl. Legoso Raya, Pisangan A
2. RA Salman Jl. Puri Intan No. 25, Pisangan A
3. RA Tunas
Bangsa
Jl. Legoso Raya, Gg. Cempaka
RT. 003/RW. 007 No. 13-A
Belum
Terakreditasi
4. RA
Sabilussalam
Bacang Rt.02/09 No:81 Belum
Terakreditasi
5. RA Permata Jl. Limun Rt 003/008 Pisangan Belum
Terakreditasi
69
Joko Ade Nursiyono, Kompas Teknik Pengambilan Sampel, (Bogor: IN MEDIA, 2015),
h.25
43
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt
1. Penelitian di
Kemenag Tangerang
Selatan
2. Proses penyusunan
Proposal Skripsi Bab
dan Perbaikan
3. Uji Seminar
Proposal
4. Penelitian ke
lapangan
5. Analisis Data
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam
konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam,
serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.70
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang utama menggunakan
instrument observasi yang terdapat pada instrumen penelitian, selanjutnya untuk
mengecek dan memperkuat validitas data hasil observasi tersebut maka
dilengkapi dengan wawancara yang terdapat pada instrument penelitian atau
pengumpulan teknik dokumentasi. Bila data antara instrumen observasi,
70
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 60
44
wawancara atau dokumentasi tidak sama, maka perlu dilacak/dicari sampai
ditemukan kebenara data tersebut. Apabila sudah demikian maka proses
pengumpulan data seperti triangulasi dalam penelitian kualitatif.
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap data dan informasi sebanyak
mungkin tentang kemampuan Kompetensi Pedagogik Guru RA dari 3 RA di
Ciputat Timur. Penelitian ini tidak diarahkan pada kesimpulan salah-benar, tidak
menguji suatu hipotesis diterima-ditolak, tetapi lebih ditekankan pada
pengumpulan data untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di
lapangan secara mendalam.
C. Sumber Data
Dalam rangka pengumpulan data, terlebih dahulu yang harus
ditentukan adalah sumber data. Sumber data dalam penelitian kualitatif
menurut Spradley sebagaimana yang dikutip Sugyono dinamakan “social
situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (ativity) yang berinteraksi secara
sinergis. Situasi social tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian
yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau
objek penelitian ini dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity)
orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.71
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi, peneliti
memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada
orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan
sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purvosive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tersebut
dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain), apabila
71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 215.
45
situasi sosial tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial
yang diteliti.72
Dalam proses pengumpulan data, penulis mewawancarai beberapa
elemen dalam lembaga yang terkait yang penulis lakukan secara berkala.
Sumber data dalam penelitian ini adalah seseorang yang memberikan
informasi dan keterangan yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru
RA. Selain itu dokumen, foto atau data yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti, yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.
Jenis sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi:
1. Hasil observasi selama proses penelitian.
2. Wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah terkait.
3. Dokumentasi yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Tabel 3.3
Sumber Data Penelitian Kreativitas Guru
No Sumber data Teknik Instrumen
1. Sumber data
Primer: Guru Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Panduan observasi
Pedoman wawancara kepala
sekolah
Form pencatat dokumen
2. Sumber data
sekunder: Kepala
Sekolah
Wawancara Dokumentasi
Pedoman wawancara kepala
sekolah
Form pencatat dokumen
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan dan pengolahan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Penelitian ini memperoleh
data yang diperlukan dari lapangan, dengan cara berikut:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan bentuk teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
72
Ibid, h. 216.
46
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa
berkenaan dengan cara guru mengajar, anak belajar, kepala sekolah yang
sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang
sedang rapat, dan sebagainya.73
Peneliti melakukan observasi saat proses kegiatan belajar mengajar
maupun saat waktu guru beristirahat di 5 sekolah RA Ciputat Timur
dengan maksud untuk mengumpulkan informasi dan data sebelum
melakukan proses penelitian selanjutnya. Selain harus membawa
instrument sebagai pedoman untuk observasi yang dapat dilihat pada
lampiran I, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu
seperti kamera, alat tulis dan material lain yang membantu pelaksanaan
observasi menjadi lancar.
2. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap
muka secara individual. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti
menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara.
Pedoman wawancara ini berisi sejumlah pertanyaan yang mencakup fakta,
data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden
berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara semi
terstruktur. Pewawancara harus menyiapkan topik dan daftar pertanyaan
pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan.
Pewawancara perlu menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan
jawaban yang diberikan partisipan.
73
Ibid., h. 220
47
Pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini adalah peneliti
mengajukan pertanyaan kepada reponden atau informan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan berdasarkan fokus permasalahan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan
dua cara, yaitu wawancara terstuktur dan tidak struktur.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pati
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan.74
Pada wawancara terstruktur dibuat
pertanyaan tertulis yang dirujukan kepada para guru RA Salman, RA
Sabilussalam, dan RA Permata. Dalam penelitian ini peneliti ingin
melihat dan mengetahui lebih jauh tentang kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.75
Dengan demikian ini, peneliti dapat langsung
mengetahui reaksi yang ada pada responden dalam waktu yang relative
singkat.
74
Ibid, h. 138. 75
Ibid, h. 140.
48
3. Teknik Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi (documentation study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik.76
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang berupa
catatan, Program Tahunan, Program Semester, RPPM dan RPPH, foto,
data dan profil sekolah, seperangkat pembelajaran guru, serta dokumen
pelatihan guru (bila ada). Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti di
sesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugyono, menyatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument
penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai
bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
dapat mencapainya.77
Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada
76
Ibid., h. 221 77
Ibid, h. 223.
49
grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data,
analisis dan kesimpulan.78
Agar mendapat instrumen penelitian yang lebih baik, maka sebelum
instrument disusun, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen.
Selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menyusun instrument penelitian. Kisi-
kisi instrument yang disusun peneliti dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4
Instrumen Observasi Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru RA
Tabel 3.5
Instrumen Wawancara Kepala Sekolah RA
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1. Apa Akreditasi RA ini?
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA
ini?
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan
kompetensi pedagogik di RA ini?
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan kompetensi pedagogik guru RA?
78
Ibid, h. 223-224.
Sub Kompetensi
1. Kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik
2. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
3. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
4. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
6. Menilai hasil belajar anak secara otentik
7. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
8. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
9. Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
50
Tabel 3.6
Instrumen Wawancara Guru RA
No Pertanyaan Penelitian Jawaban
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA ini?
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan
Program Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah
merancangnya?
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mingguan (RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran?
Kalau iya, sejak kapan ibu membuatnya?
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran?
Kalau iya, sejak kapan ibu membuatnya?
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas?
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang
berbeda-beda dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau
iya, kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang
belum tercapai perkembangannya kepada orangtua?
10. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kompetensi
pedagogik guru di RA Melati?
11. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
guru di RA Melati?
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Proses pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data pada penelitian ini
menggunakan bentuk uji konfirmabilitas (objektivitas). Penelitian dikatakan
objektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji
konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dihubungkan dengan proses
penelitian yang dilakukan.79
79
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancagan Penelitian,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 275
51
Dalam pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data, peneliti
menggunakan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan dan teknik
triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan cara teknik, sumber dan waktu. Teknik
ini merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding keabsahan data.
1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan pengamatan ini
berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila
telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di
mana kehadiran peneliti tidak mengganggu perilaku yang dipelajari.
Menurut Stainback dalam Sugyono mengatakan “Rapport is a relationship
of mutual trust and emotional affinity between, two or more people.80
2. Triangulasi
Tringulasi dalam pengujuan kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu.81
a). Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk memeriksa keabsahan data dapat dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b). Triangulasi Teknik
80
Ibid, h. 270-271. 81
Ibid, h. 273.
52
Triangulasi teknik untuk memeriksa keabsahan data dapat dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.82
c). Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dala waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.83
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di RA Melati, RA Salman, RA
Tunas Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata dilakukan sejak sebelum terjun
ke lapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di lapangan dan setelah
selesai penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang dimaksud
adalah menghubungkan antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan tersebut dapat dipahami melalui bermacam-macam kegiatan yang ada
hubungannya dengan kreativitas guru dalam pengembangan media pembelajaran
dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah untuk dipahami.
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian.
Miles dan Huberman dalam Sugyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam
82
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2012), h. 274 83
Ibid h. 274.
53
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan
conclustion drawing/ferivication (kesimpulan, penarikan atau verifikasi).84
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.85
Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara
memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam
Sugyono menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.86
Display data ini dilakukan dengan
84
Ibid, h. 246. 85
Sugyono, op.cit, h. 247. 86
Sugyono, op.cit, 249.
54
memaparkan data dengan memilah inti informasi terkait dengan fokus
penelitian, data yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan
dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan
informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan
untuk ditarik kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu tahap
lanjutan di mana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data. Ini adalah interpretasi peneliti atas temuan dari wawancara atau
sebuah dokumen.87
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan.88
Ketiga tahap yang direkomendasikan oleh Miles dan Huberman
tersebut memperlihatkan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif
adalah proses kategorisasi data atau dengan kata lain proses menemukan
pola atau tema-tema dan mencari hubungan antara kategori yang telah
ditemukan dari hasil pengumpulan data. Tiga tahap yang mereka
sampaikan merupakan proses yang dilakukan dalam menganalisis data
dalam penelitian kualitatif.89
Menurut Miles dan Huberman, ketiga langkah tersebut dilakukan atau
diulangi terus setiap atau setelah melakukan pengumpulan data dengan teknik
apa pun. Dengan demikian, ketiga tahap itu, harus dilakukan terus sampai
87
Afrizal, loc.cit, h.180. 88
Sugyono, op.cit, h. 252-253. 89
Afrizal, loc.cit, h. 180.
55
penelitian berakhir. Kaitan antara analisis data dengan pengumpulan data
disajikan oleh Miles dan Huberman dalam diagram berikut.90
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
90
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), h. 180.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Kesimpulan-
kesimpulan,
Penarikan/Verifikasi
Penyajian
Data
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Subjek Penelitian
a). Profil
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian pertama yaitu
RA Melati. Sekolah ini berlokasi di Jl. Legoso Raya, Pisangan. RA
Melati memiliki 6 orang guru yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 2
guru kelas PAUD, 2 guru kelas RA A, 2 guru kelas RA B, dan 1 guru
ekskul tari. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2019 sebanyak 60
siswa yang tebagi menjadi kelompok PAUD sebanyak 10 siswa,
kelompok A sebanyak 30 siswa dan kelompok B sebanyak 20 siswa.
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian kedua yaitu
RA Salman. Sekolah ini berlokasi di Jl. Puri Intan No. 25, Pisangan.
RA Salman memiliki 17 orang guru yang terdiri dari 1 kepala sekolah,
1 wakil bidang kurikulum, 1 wakil bidang kesiswaan, 1 bidang
perpustakaan, 1 bidang tata usaha, 4 guru kelas PAUD, 4 guru kelas
RA A, dan 4 guru kelas RA B. Jumlah siswa pada tahun ajaran
2008/2019 sebanyak 110 siswa yang tebagi menjadi kelompok PAUD
sebanyak 30 siswa, kelompok A sebanyak 40 siswa dan kelompok B
sebanyak 40 siswa.
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian ketiga yaitu
RA Tunas Bangsa. Sekolah ini berlokasi di Jl. Legoso Raya, Gg.
Cempaka RT. 003/RW. 007 No. 13-A. RA Tunas Bangsa memiliki 2
orang guru yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 1 guru bantu. Jumlah
siswa pada tahun ajaran 2008/2019 sebanyak 30 siswa kelompok B.
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian keempat yaitu
RA Sabilussalam. Sekolah ini berlokasi di Gang Bacang RT. 02/09
57
No. 81 Kampung Utan. RA Sabilussalam memiliki 3 orang guru yang
terdiri dari 1 kepala sekolah dan 2 guru bantu. Jumlah siswa pada
tahun ajaran 2008/2019 sebanyak 11 siswa yang terbagi menjadi
kelompok PAUD sebanyak 5 siswa dan kelompok B sebanyak 8
siswa.
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian kelima yaitu
RA Permata. Sekolah ini berlokasi di Jl. Limun RT. 003/008 Pisangan.
RA Permata memiliki 5 orang guru yang terdiri dari 1 kepala sekolah
dan guru kelompok PAUD, 1 guru kelas RA A dan 3 guru kelas RA B.
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2019 sebanyak 49 siswa yang
terbagi menjadi kelompok PAUD sebanyak 8 siswa, kelompok A
sebanyak 14 siswa dan kelompok B sebanyak 27 siswa.
b). Data Guru dan Siswa
Tenaga pendidik di 5 RA Ciputat Timur bahwasanya belum
memiliki guru PNS, melainkan semua guru tetap yang ditetapkan oleh
pihak sekolah, seperti yang terdapat pada tabel.
Tabel 4.1 Data Guru 5 RA di Ciputat Timur
No Nama Lembaga Latar Belakang Pendidikan
Guru
Jumlah
Guru
SMA D1
NP
S1
NP
S1
PAUD
S2
NP
1. RA Melati 1 - 3 1 - 5
2. RA Salman 2 - 10 4 1 17
3. RA Tunas Bangsa 1 - - 1 - 2
4. RA Sabilussalam 2 - 1 - 3
5. RA Permata 1 - 4 - - 5
58
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa 5 RA di Ciputat Timur
No. Nama
Lembaga
PAUD Kelompok
A
Kelompok
B
Jml
Anak
1 2 1 2 1 2 3
1. RA Melati 10 - 15 15 20 - - 60
2. RA Salman 15 15 20 20 20 20 - 110
3. RA Tunas
Bangsa
- - - - 30 - - 30
4. RA
Sabilussalam
5 - - - 8 - - 11
5. RA Permata 8 - 14 - 9 9 9 49
c). Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 1 kepala sekolah dan 2 guru
RA Melati, 1 kepala sekolah dan 2 guru RA Salman, 1 kepala sekolah
dan guru RA Tunas Bangsa, 1 kepala sekolah dan guru RA
Sabilussalam, serta 1 kepala sekolah dan 2 guru RA Permata. Berikut
tabel karakteristik subjek penelitian:
Tabel 4.3 Keterangan Subjek Penelitian
No. Kode Nama Keterangan
1. KSM Hj. Yeti Munjiawati Kepala Sekolah RA Melati
2. L Lystia Priyantika,
S.Pd.I
Guru 1, kelas B RA Melati
3. R RamadhaniaHasan,
S.Pd
Guru 2, kelas PAUD RA
Melati
4. KSS Avrahdiba Fikratania,
SE, MM
Kepala Sekolah RA Salman
5. U Umu Alman Wahab,
S.Pd
Guru1, kelas A RA Salman
6. H Hani Nuraini, S.Pd Guru 2, kelas A RA Salman
7. M Mahrojah, S.Pd.I Kepala Sekolah dan guru
kelas B RA Tunas Bangsa
8. O Hj. Opsanih, S.Pd Kepala Sekolah dan guru
kelas B RA Sabilussalam
9. KSP Nani. S/Pd.I Kepala Sekolah RA Permata
10. Z Siti Zaenab, S.Sos Guru 1, kelas B RA Permata
11. N Nenden Guru 2, kelas A RA Permata
59
2. Kompetensi Pedagogik Guru RA
a). Kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik
1). RA Melati
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di RA
Melati, guru kelas B yaitu L mengajarkan anak mengenal angka
dengan menggunakan media belajar angka (media yang
digunakan: papan tulis, spidol, dan buku lembar kerja angka)
dengan baik sehingga anak-anak dapat memahami materi yang
diajarkan guru dengan mudah (CL.M.k1) (CD.M.4.1).
CD.M.4.1 Guru sedang mengajarkan anak TK B berhitung
dengan media papan tulis dan spidol
Selain itu, L mengajarkan anak mengenal huruf
menggunakan media belajar huruf (media yang digunakan:
papan tulis dan spidol), (CL.M.k2) dan guru merancang
kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan motorik halus
dengan kegiatan mewarnai (mewarnai buku lembar kerja
mengenal angka dan buku lembar kerja mewarnai gambar, dan
menempel karton berbentuk laba-laba) dengan baik sehingga
anak-anak dapat memahami materi yang diajarkan guru dengan
mudah. (CL.M.k3).
60
Guru PAUD di RA Melati, yaitu R mengajarkan kreativitas
membuat laba-laba dan anak diajarkan menghitung jumlah kaki
laba-laba dan mengenal huruf tulisan “laba-laba”, untuk
mengembangkan kemampuan berhitung, (CL.M. k4) mengenal
huruf dan motorik halus anak PAUD, anak-anak sangat tertarik
untuk mulai mengenal angka dan huruf melalui kegiatan
pembelajaran tersebut(CL.M.k5. Seperti yang terdapat pada
gambar CD.M.4.2.
Gambar CD.M.4.2 Guru sedang mengajarkan anak PAUD
membuat kreativitas laba-laba
2). RA Salman
Guru kelas A2 di RA Salman, yaitu U mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan kartu
angka (CL.S,k1). Selain itu untuk mengembangkan kemampuan
mengenal huruf, Bu Umu juga menggunakan kartu huruf dan
untuk mengembangkan motorik halus (CL.S.k2). U
mengajarkan anak melipat dan menempel kertas origami
berbentuk tempat sampah sehingga anak-anak sangat tertarik
dan mudah memahami kegiatan pembelajaran tersebut
61
(CL.S.k3), karena pada hari itu sedang tema kebersihan
lingkungan. Seperti yang terdapat pada gambar CD.S.4.1.
Gambar CD.S.4.1 Guru sedang mengajarkan anak
berhitung menggunakan media kartu angka
Guru kelas A1 di RA Salman, yaitu H mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan jari dan menggunakan
media spidol serta papan tulis (CL.S.k5). Selain itu untuk
mengembangkan kemampuan mengenal huruf, Bu H juga
menggunakan kartu huruf (CL.S.k6) dan untuk
mengembangkan motorik halus, H mengajarkan anak melipat
dan menempel kertas origami berbentuk tempat sampah
sehingga anak-anak sangat tertarik dan mudah memahami
kegiatan pembelajaran tersebut (CL.S.k7), karena pada hari itu
sedang tema kebersihan lingkungan. Seperti yang terdapat pada
gambar CD.S.4.2
62
Gambar CD.S.4.2 Guru sedang mengajarkan anak
berhitung menggunakan media papan tulis, spidol dan jari
tangan
3). RA Tunas Bangsa
Guru kelas B di RA Tunas Bangsa, yaitu M mengajarkan
anak mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan
media spidol dan papan tulis (CL.T.k1). Seperti yang terdapat
pada gambar CD.T.4.1
CD.T.4.1 Guru sedang mengajarkan anak berhitung
menggunakan media papan tulis dan spidol
Selain itu untuk mengembangkan kemampuan mengenal
huruf, M juga menggunakan spidol dan kertas (CL.T.k2), serta
63
untuk mengembangkan motorik halus, M mengajarkan anak
melipat dan menempel kertas origami berbentuk tempat baju
(CL.T.k3). Karena jumlah anak di kelas sangat banyak,
beberapa anak masih ada yang balum paham bagaimana cara
melipat origami namun guru kelas dan 1 guru pendamping tetap
membimbing anak tersebut sampai paham dan bisa
mengerjakan tugas dari materi pembelajaran tersebut.
4). RA Sabilussalam
Guru kelas B di RA Sabilussalam, yaitu O mengajarkan
anak mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan buku
lembar kerja anak (CL.SS.k1). Selain itu untuk
mengembangkan kemampuan mengenal huruf, O juga
menggunakan buku bacaan (CL.SS.k2), serta untuk
mengembangkan motorik halus, O mengajarkan anak mewarnai
dibuku lembar kerja anak (CL.SS.k3). Seperti yang terdapat
pada gambar CD.SS.4.1
CD.SS.4.1 Guru sedang mengajarkan anak berhitung
menggunakan media buku lembar kerja mengenal angka
5). RA Permata
Guru kelas B2 di RA Permata, yaitu Z mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan buku
64
lembar kerja anak (CL.P.k1). Selain itu untuk mengembangkan
kemampuan mengenal huruf, Z juga menggunakan buku bacaan
(CL.P.k2), serta untuk mengembangkan motorik halus, Z
mengajarkan anak mewarnai dibuku lembar kerja anak,
sehingga anak-anak mudah memahami materi yang diajarkan
(CL.P.k3). Seperti yang terdapat pada gambar CD.P.4.1.
CD.P.4.1 Guru TK B2 sedang mengajarkan anak berhitung
menggunakan media buku lembar kerja mengenal angka
Guru kelas A di RA Permata, yaitu N mengajarkan anak
mengenal huruf dengan menggunakan spidol dan papan tulis
(CL.P.k4). Selain itu untuk mengembangkan kemampuan
mengenal huruf, N juga menggunakan buku bacaan (CL.P.k5),
serta untuk mengembangkan motorik halus, N mengajarkan
anak mewarnai dibuku lembar kerja anak sehingga anak-anak
mudah memahami materi yang diajarkan(CL.P.k6). Seperti
yang terdapat pada gambar CD.P.4.2.
65
CD.P.4.2 Guru TK A sedang mengajarkan anak
mengenal huruf menggunakan media papan tulis dan spidol
b). Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
1). RA Melati
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA Melati
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), namun kurikulum
yang digunakan adalah KTSP (CL.M.k6) (CD.M.4.3).
CD.M.4.3 Kurikulum dan Silabus PAUD dan RA Melati
66
Seperti yang dijelaskan oleh L salah satu guru di RA Melati
dalam wawancara dengan peneliti.
“Di RA Melati masih menggunakan kurikulum KTSP
2006. Kami pihak sekolah merancang dan merapatkan
program tahunan dan program semester sebelum
dimulainya tahun ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni
(CW.M.1).”
2). RA Salman
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA Salman
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan
kurikulum 2013 (CL.S.k8). Seperti yang terdapat pada gambar
CD.S.4.3.
CD.S.4.3 Program Tahunan RA Salman
Seperti yang dijelaskan oleh U salah satu guru di RA
Salman dalam wawancara dengan peneliti.
“Di RA Salman menggunakan kurikulum 2013. Kami
pihak sekolah merancang dan merapatkan program tahunan
dan program semester sebelum dimulainya tahun ajaran
baru, yaitu sekitar bulan Juni (CW.S.1).”
67
3). RA Tunas Bangsa
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di RA Tunas
Bangsa, bahwa RA Tunas Bangsa tidak mengembangkan
kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) dikarenakan RA Tunas Bangsa
mendapatkan kurikulum tersebut dari rapat IGRA yang dibuat
pihak Hanimo (CL.T.k4). Seperti yang terdapat pada gambar
CD.T.4.2.
CD.T.4.2 Program Tahunan RA Tunas Bangsa
Seperti yang dijelaskan oleh M guru di RA Tunas Bangsa
dalam wawancara dengan peneliti.
“Pihak sekolah tidak membuat Program Tahunan, tetapi
kami mengembangkan kegiatan pembelajaran dari
kurikulum 2013 yang sudah dirancang oleh pihak Hanimo
yang didapatkan dari rapat IGRA (CW.T.1).”
4). RA Sabilussalam
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA
Sabilussalam tidak mengembangkan kurikulum sekolah
68
berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) (CL.SS.k4). Namun, terdapat ketidaksesuaian dengan
tidak adanya bukti Program Tahunan Sekolah dengan yang
dijelaskan oleh O guru di RA Sabilussalam dalam wawancara
dengan peneliti.
“Di RA Sabilussalam sudah menggunakan kurikulum
2013. Kami merancang Program Tahunan dan Program
Semester sebelum kegiatan tahun ajaran baru dimulai, yaitu
sekitar bulan juni(CW.SS.1).”
5). RA Permata
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di RA Permata
mengembangkan kurikulum sekolah namun tahun ini masih
tahap awal karena menggunakan metode pembelajaran berbasis
sentra (CL.P.k7). Seperti yang dijelaskan oleh Z guru kelas B2
di RA Permata dalam wawancara dengan peneliti.
“Di RA Permata menggunakan kurikulum berbasis sentra.
Namun baru tahun ini diberlakukan pembelajaran berbasis
sentra ini, jadi kami masih banyak kekurangan dan
perbaikan dan dalam penerapan nya saat mengajar.
Terdapat 5 sentra di RA Permata, yaitu sentra persiapan,
sentra agama, sentra bermain peran dan musik, sentra balok
dan sentra seni. Sentra ini dilakukan secara bergantian
setiap harinya oleh 2 kelas B, 2 kelas A dan 1 kelas PAUD
(CW.P.1).”
c). Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-
perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan
menyenangkan)
1). RA Melati
Berdasarkan bukti dokumentasi RPPH dan hasil observasi
peneliti bahwa di RA Melati hanya membuat RPPH, namun
tidak membuat RPPM. Berdasarkan hasil observasi yang
peneliti lakukan di kelas B oleh L yang membuat RPPH dan
69
mengaplikasikan pembelajaran di kelas sehingga membuat anak
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (CL.M.k7). Namun, L
hanya terpaku oleh materi yang akan diajarkan sehingga anak
tersebut harus mengikuti persis kreativitas yang diajarkan,
sehingga pembelajaran tidak mengembangkan kemampuan anak
yang inovatif dan eksperimentatif (CL.M.k8). Seperti yang
terdapat pada gambar CD.M.4.4.
CD.M.4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) RA Melati
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas
PAUD oleh R yang tidak membuat RPPH namun R merancang
kegiatan pembelajaran di kelas sehingga membuat anak aktif,
kreatif, dan menyenangkan (CL.M.k9). Namun, R hanya
terpaku oleh materi yang akan diajarkan sehingga anak tersebut
harus mengikuti persis kreativitas yang diajarkan, sehingga
pembelajaran tidak mengembangkan kemampuan anak yang
inovatif, efektif dan eksperimentatif (CL.M.k10).
70
Seperti yang dijelaskan oleh R salah satu guru PAUD di
RA Melati dalam wawancara dengan peneliti.
“iya, kami hanya mengacu kepada Kurikulum dan Silabus
KTSP yang sudah kami buat untuk membuat RPPH.
Terkadang saya membuat RPPH, tapi untuk hari ini saya
belum membuat RPPH nya, karena biasanya kegiatan
yang sudah saya rencanakan tidak sesuai dengan praktik di
kelas (CW.M.2).”
2). RA Salman
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di RA Salman
membuat RPPM dan RPPH. Berdasarkan hasil observasi yang
peneliti lakukan di kelas A2 oleh U dan A1 oleh H, yaitu
mereka sama-sama membuat RPPH dan mengaplikasikan
pembelajaran di kelas sehingga membuat anak aktif, kreatif,
inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan (CL.S.k9).
Seperti yang terdapat pada gambar CD.S.4.4 dan CD.S.4.5
merupakan bukti dokumentasi RPPM dan RPPH.
CD.S.4.4 RPPM RA Salman
71
CD.S.4.5 RPPH RA Salman
Seperti yang dijelaskan oleh U guru kelas A2 di RA
Salman dalam wawancara dengan peneliti.
“iya, saya dan guru-guru kelas A yang lain selalu
membuat RPPM dan RPPH maksimal seminggu sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung (CW.S.2).”
3). RA Tunas Bangsa
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di RA Tunas
Bangsa tidak membuat RPPM dan RPPH, karena RPPM
tersebut adalah rancangan pihak Hanimo yang menjadi acuan
pembelajaran RA Tunas Bangsa. Berdasarkan hasil observasi
yang peneliti lakukan di kelas B oleh M, beliau
mengaplikasikan RPPH dalam pembelajaran d i kelas sehingga
membuat anak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(CL.T.k5). Namun, M hanya terpaku oleh materi yang akan
diajarkan sehingga anak tersebut harus mengikuti persis
kreativitas yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak
mengembangkan kemampuan anak yang inovatif dan
eksperimentatif (CL.T.k6). Seperti yang terdapat pada gambar
CD.T.4.3 merupakan bukti dokumentasi RPPM.
72
CD.T.4.3 RPPM RA Tunas Bangsa
Seperti yang dijelaskan oleh M guru kelas B di RA Tunas
Bangsa dalam wawancara dengan peneliti.
“Guru hanya mengembangkan RPPM dan RPPH yang
sudah dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari
rapat IGRA (CW.T.2).”
4). RA Sabilussalam
Berdasarkan hasil observasi peneliti di RA Sabilussalam
tidak membuat RPPM dan RPPH. Berdasarkan hasil observasi
yang peneliti lakukan di kelas B oleh O, beliau mengaplikasikan
73
RPPH dalam pembelajaran di kelas sehingga membuat anak
aktif, efektif, dan menyenangkan (CL.SS.k5). Namun, O hanya
terpaku oleh materi yang akan diajarkan sehingga anak tersebut
harus mengikuti persis kreativitas yang diajarkan, sehingga
pembelajaran tidak mengembangkan kemampuan anak yang
kreatif, inovatif dan eksperimentatif (CL.SS.k6).
Namun, ada ketidaksesuaian antara tidak adanya bukti
RPPM dan RPPH dengan hasil wawancara, seperti yang
dijelaskan oleh O dalam wawancara dengan peneliti.
“Guru selalu membuat RPPM dan RPPH seminggu
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung (CW.SS.2).”
5). RA Permata
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di RA Permata
hanya membuat RPPH, namun tidak membuat RPPM.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas B2
oleh Z, ia mengaplikasikan pembelajaran di kelas sehingga
membuat anak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(CL.P.k8). Namun, Z hanya terpaku oleh materi yang akan
diajarkan sehingga anak tersebut harus mengikuti persis
kreativitas yang diajarkan(CL.P.k9), sehingga pembelajaran
tidak mengembangkan kemampuan anak yang inovatif dan
eksperimentatif. Seperti yang terdapat pada gambar CD.P.4.3
merupakan bukti dokumentasi RPPH RA Permata.
74
CD.P.4.3 RPPH RA Permata
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas
A oleh N, ia merancang kegiatan pembelajaran di kelas
sehingga membuat anak aktif dan menyenangkan (CL.P.k10).
Namun, Bu N hanya terpaku oleh materi yang akan diajarkan
dan terlalu banyak kegiatan menulis sehingga anak tersebut
harus mengikuti sesuai yang diajarkan, sehingga pembelajaran
tidak mengembangkan kemampuan anak yang kreatif, inovatif,
efektif dan eksperimentatif(CL.P.k11).
Seperti yang dijelaskan oleh Z salah satu guru kelas B di
RA Permata dalam wawancara dengan peneliti.
“untuk program tahunan karena baru tahun ini kami
mengadakan pembelajaran berbasis sentra, jadi kami
masih dalam tahap uji coba mengikuti beberapa
sumber dari beberapa sekolah TK yang menggunakan
pembelajaran sentra. Dan kami hanya membuat Program
Semester sebagai patokan untuk membuat RPPH
saja(CW.P.2).”
75
d). Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada 2
guru di RA Melati, 2 guru di RA Salman, 1 guru di RA Tunas
Bangsa, 1 guru di RA Sabilussalam dan 2 guru di RA Permata
dalam memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik kurang baik dikarenakan tidak adanya fasilitas sarana
prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran
tersebut(CL.M.k11, CL.S.k10, CL.T.k7, CL.SS.k7, CL.P.k12).
Seperti yang dijelaskan oleh Bu L salah satu guru di RA Melati
dalam wawancara dengan peneliti.
“Kami tidak pernah mengajarkan pembelajaran menggunakan
teknologi, informasi dan komunikasi, karena fasilitas nya
belum ada di RA Melati (CW.M.3).”
e). Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada 2
guru di RA Melati, 2 guru di RA Salman, 1 guru di RA Tunas
Bangsa, 1 guru di RA Sabilussalam dan 2 guru di RA Permata
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan baik karena para guru dapat selalu
sabar saat berkomunikasi dan menjelaskan sesuatu kepada anak,
menggunakan bahasa yang efektif dan mudah dipahami oleh
anak, memiliki sifat empatik kepada anak yang kesulitan dalam
mengerjakan tugasnya, dan guru menggunakan bahasa yang
santun saat berkomunikasi dengan anak (CL.M.k12, CL.S.k11,
CL.T.k8, CL.SS.k8, CL.P.k13).
76
f). Menilai hasil belajar anak secara otentik
1). RA Melati
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa guru RA
Melati melakukan penilaian langsung pada lembar kerja anak
(CL.M.K.13). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila ada
anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.M.K.14)
(CD.M.4.4).
CD.M.4.4 Penilaian Guru RA Melati pada Lembar Kerja
Anak
Seperti yang dijelaskan oleh L wali kelas B dalam
wawancara dengan peneliti.
“Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung
sebagai catatan untuk orang tua mengenai perkembangan
anak, namun karena zaman sekarang sudah canggih, jadi
kami menggunakan chat melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan orang tua (CW.M.4).”
77
2). RA Salman
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa guru RA
Salman melakukan penilaian langsung pada lembar kerja anak
(CL.S.k12). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila ada
anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.S.k13).
Seperti yang terdapat pada gambar CD.S.4.6.
CD.S.4.6 Penilaian Guru RA Salman pada Lembar Kerja
Anak
Seperti yang dijelaskan oleh U wali kelas A2 dalam
wawancara dengan peneliti.
“Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung
sebagai catatan untuk orang tua mengenai perkembangan
anak, namun karena zaman sekarang sudah canggih, jadi
kami menggunakan chat personal dan grup melalui what’s
app untuk berkomunikasi dengan para orang tua
(CW.S.3).”
3). RA Tunas Bangsa
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa guru RA
Tunas Bangsa melakukan penilaian langsung pada lembar kerja
78
anak (CL.T.k9). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila
ada anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang
tua melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.T.k10).
Seperti yang dijelaskan oleh M wali kelas B dalam wawancara
dengan peneliti.
“Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua (CW.T.3).”
4). RA Sabilussalam
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa guru RA
Sabilussalam melakukan penilaian langsung pada lembar kerja
anak (CL.SS.k9). Namun, guru hanya melaporkan secara
langsung tanpa catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orang tua(CL.SS.k10).
Seperti yang terdapat pada gambar CD.SS.4.2.
CD.SS.4.2 Penilaian Guru RA Sabilussalam pada Lembar
Kerja Anak
Seperti yang dijelaskan oleh O wali kelas B dalam
wawancara dengan peneliti.
“Saya hanya melaporkan langsung kepada orang tua
mengenai perkembangan anak saat setelah pulang sekolah
tanpa menggunakan catatan tertulis(CW.SS.3).”
79
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru di RA Sabilussalam
memiliki kemampuan menilai hasil belajar anak secara otentik
dengan cukup baik.
5). RA Permata
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa guru RA
Permata melakukan penilaian langsung pada lembar kerja anak
(CL.P.k14). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila ada
anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.P.k15).
Seperti yang terdapat pada gambar CD.P.3.
CD.P.3 Penilaian Guru RA Permata pada Lembar Kerja
Anak
Seperti yang dijelaskan oleh Z wali kelas B2 dalam
wawancara dengan peneliti.
“Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua (CW.P.3).”
80
g). Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
1). RA Melati
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa guru RA Melati
membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu menyesuaikan
kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran (CL.M.k15). Seperti yang terdapat pada
gambar CD.M.5.
CD.M.4.5 Anak RA Melati sedang Ekskul Tari
Seperti yang dijelaskan oleh L salah satu guru di RA
Melati dalam wawancara dengan peneliti.
“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan
membiarkan anak tersebut untuk main di halaman kelas
dan membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Selain kegiatan pembelajaran
didalam kelas, di RA Melati juga ada ekskul tari, qiroati,
dan seni melukis setiap minggunya untuk mengembangkan
bakat anak (CW.M.5).”
81
2). RA Salman
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA Salman
membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu menyesuaikan
kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran (CL.S.k14). Seperti yang terdapat pada
gambar CD.S.7.
Gambar CD.S.4.7 Anak RA Salman sedang Latihan Tari
Seperti yang dijelaskan oleh U salah satu guru di RA
Salman dalam wawancara dengan peneliti.
“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan
membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Selain kegiatan pembelajaran
didalam kelas, di RA Salman juga ada melukis, menari,
bahasa Inggris, sempoa, tahfidz dan drum band setiap
minggunya untuk mengembangkan bakat anak (CW.S.4).”
3). RA Tunas Bangsa
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA Tunas
Bangsa membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu
menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak,
82
tetapi tidak mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran (CL.T.k11). Seperti
yang dijelaskan oleh M guru di RA Tunas Bangsa dalam
wawancara dengan peneliti.
“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan
membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Kami hanya mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda setiap harinya di
kelas seperti menggambar, mewarnai, dan sebagainya
(CW.T.4).”
4). RA Sabilussalam
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA
Sabilussalam membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu
menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak,
tetapi tidak mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran (CL.SS.k11). Seperti
yang dijelaskan oleh Bu O guru di RA Sabilussalam dalam
wawancara dengan peneliti.
“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan
membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Kami hanya mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda setiap harinya di
kelas seperti menggambar, mewarnai, dan
sebagainya(CW.SS.4).”
5). RA Permata
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa RA Permata
membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu menyesuaikan
kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran setiap harinya di kelas Sentra yang
83
berbeda-beda (CL.P.k16). Seperti yang dijelaskan oleh Z guru
di RA Permata dalam wawancara dengan peneliti.
“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan
membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Selain kegiatan pembelajaran
didalam kelas, di RA Permata setiap harinya akan
bergantian ruang kelas sentra. Disetiap sentra yang ada di
RA Permata dapat mengembangkan dan melati bakat anak
yang berbeda-beda, yaitu dalam bermain peran, bemainkan
alat musik, dan seni (CW.P.4).”
h). Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
1). RA Melati
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa kedua guru di
RA Melati mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru.
Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak sekolah, jadi
guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar sekolah
(CL.M.k16). Seperti yang terdapat pada gambar CD.M.6.
CD.M.4.6 Sertifikat Pelatihan Guru RA Melati
Seperti yang dijelaskan oleh L salah satu guru di RA
Melati dalam wawancara dengan peneliti.
84
“Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan membuat origami yang
diadakan oleh UIN Jakarta dan pelatihan senam yang
diadakan oleh IGRA (CW.M.6).”
2). RA Salman
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa kedua guru di
RA Salman mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru.
Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak sekolah, jadi
guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar sekolah
(CL.S.k15). Seperti yang dijelaskan oleh H salah satu guru di
RA Salman dalam wawancara dengan peneliti.
“Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan menari, mendongeng
bersama bu Umu. Karena sudah lama, jadi sertifikatnya
saya lupa naronya dimana (CW.S.5).”
3). RA Tunas Bangsa
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa guru RA Tunas
Bangsa mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru.
Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak sekolah, jadi
guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar sekolah
(CL.T.k12). Seperti yang dijelaskan oleh M guru di RA Tunas
Bangsa dalam wawancara dengan peneliti.
“Pernah, mengikuti kegiatan pelatihan dari IGRA, tetapi
sertifikatnya saya lupa taro dimana(CW.T.5).”
4). RA Sabilussalam
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa guru RA
Sabilussalam mengembangkan profesionalisme diri sebagai
guru. Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.SS.k12). Seperti yang terdapat pada gambar
CD.SS.5.
85
CD.SS.4.5 Sertifikat Pelatihan Guru RA Sabilussalam
Seperti yang dijelaskan oleh O guru di RA Sabilussalam
dalam wawancara dengan peneliti.
“Pernah, saya sudah mengikuti cukup banyak pelatihan
yang diselenggarakan oleh IGRA, yaitu leadership training
& motivation building, workshop seni motorik halus bagi
guru RA Kota Tangerang Selatan, Pelatihan Kurikulum
Berbasis Kompetensi RA, Pelatihan Administrasi RA,
Pelatihan Tari Anak, dan Pelatihan manajemen RA yang
berkualitas (CW.SS.5).”
5). RA Permata
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa satu guru kelas
B di RA Permata mengembangkan profesionalisme diri sebagai
guru (CL.P.k17) dan satu guru kelas A tidak karena baru 3
bulan mengajar menjadi guru dan hanya lulusan SMA
(CL.P.k18). Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.P.k19). Seperti yang dijelaskan oleh N salah satu
guru di RA Permata dalam wawancara dengan peneliti.
“Belum pernah, karena disini kekurangan pengajar, jadi
saya baru mengajar kurang lebih 3 bulan di RA Permata.
Saya pun hanya lulusan SMA jadi belum pernah mengikuti
kegiatan pelatihan apapun tentang guru RA. Namun, saya
86
sudah banyak belajar bagaimana cara mengajarkan
anak RA dari saudara saya selaku kepala sekolah disini,
saya pun juga sudah memiliki anak kecil jadi saya sudah
paham bagaimana menghadapi anak saat kegiatan
pembelajaran (CW.P.5).”
i). Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
Guru kelas yang peneliti teliti melakukan kegiatan yang
berpusat pada semua aktifitas anak, secara bertahap
(berkesinambungan), secara menyeluruh mengenai pengembangan
perubahan perilaku anak, mengamati proses aktifitas belajar sambil
bermain, berorientasi kepada kompetensi yang diharapkan,
melakukan penilaian se objektif mungkin, memberikan penghargaan
berbentuk stiker/bintang pada hasil usaha/karya anak, melakukan
penilaian yang bermakna bagi orang tua dan pihak-pihak yang
membutuhkan, serta menyesuaikan antara apa yang diajarkan
disekolah dengan laporan yang dibuat (CL.M.k17, CL.S.k16,
CL.T.k13, CL.SS.k13, CL.P.k20). Namun hanya 1 guru di RA
Melati Kelas B (CL.M.k18), dan RA Permata kelas B2 dan A yang
tidak melakukan penilaian oleh 2 guru kelas, dikarenakan hanya ada
1 guru yang mengajar di kelas tersebut (CL.P.k21).
3. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru RA
Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan oleh L salah satu guru
di RA Melati dalam wawancara dengan peneliti mengenai apa saja faktor-
faktor yang menghambat peningkatan kompetensi pedagogik guru RA
Melati dan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru RA
Melati, yaitu:
87
“Menurut saya karna masih kurangnya sarana dan prasarana di
sekolah dan karena beberapa pelatihan guru RA itu memerlukan
biaya dan transportasi yang tidak sedikit, jadi kami hanya ditugaskan
dari pihak sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan
pelatihan tersebut. Maka dari itu, perlunya diadakan kegiatan
pelatihan dengan biaya terjangkau dan di tempat terdekat sekolah
agar banyak guru RA kami yang bisa mengikuti kegiatan pelatihan
tersebut (CW.M.7).”
Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan oleh U salah satu guru
di RA Salman dalam wawancara dengan peneliti mengenai apa saja
faktor-faktor yang menghambat peningkatan kompetensi pedagogik guru
RA Salman dan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru
RA Salman, yaitu:
“Menurut saya karna banyak sekali kegiatan di sekolah jadi kami
hanya mengikuti beberapa pelatihan guru RA yang ditugaskan dari
pihak sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan pelatihan
tersebut. Jadi, perlunya diadakan kegiatan pelatihan di sekolah agar
guru RA kami bisa mengikuti kegiatan pelatihan tersebut (CW.S.6).”
Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan oleh M salah satu guru
di RA Tunas Bangsa dalam wawancara dengan peneliti mengenai apa saja
faktor-faktor yang menghambat peningkatan kompetensi pedagogik guru
RA Tunas Bangsa dan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
guru RA Tunas Bangsa, yaitu:
“Kurangnya ruang kelas di sekolah ini jadi memang kurang membuat
anak-anak nyaman dan membuat guru agak kewalahan membimbing
anak di kelas, karena seharusnya 1 kelas maksimal 15-20 anak, tapi
disini karena hanya ada 1 kelas jadi untuk 30 anak. Kemudian
kurangnya fasilitas sarana prasarana jadi kami melakukan kegiatan
belajar megajar hanya seadanya Kurangnya guru juga karena hanya
ada 2 guru di RA ini, zaman sekarang susah mencari guru RA dengan
gaji minim. Jadi, perlunya ruang kelas baru untuk membuat anak-anak
nyaman dan membuat guru tidak kewalahan membimbing anak di
kelas. Perlunya bantuan dari pemerintah untuk memberikan fasilitas
sarana dan prasarana di sekolah ini, dan sangat dibutuhkan sekali guru
RA dari lulusan PAUD untuk mengajar di RA ini (CW.T.6).”
88
Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan oleh O salah satu guru
di RA Sabilussalam dalam wawancara dengan peneliti mengenai apa saja
faktor-faktor yang menghambat peningkatan kompetensi pedagogik guru
RA Sabilussalam dan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
guru RA Sabilussalam, yaitu:
“Kurangnya guru karena hanya ada 2 guru TK B dan 1 guru PAUD di
RA ini, zaman sekarang susah mencari guru RA dengan gaji minim.
Jadinya, Sangat dibutuhkan sekali guru RA dari lulusan PAUD untuk
mengajar di RA ini (CW.SS.6).”
Berdasarkan hasil wawancara yang dijelaskan oleh Z salah satu guru
di RA Permata dalam wawancara dengan peneliti mengenai apa saja
faktor-faktor yang menghambat peningkatan kompetensi pedagogik guru
RA Permata dan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru
RA Permata, yaitu:
“Karena beberapa pelatihan guru RA itu memerlukan biaya dan
transportasi yang tidak sedikit, jadi kami hanya ditugaskan dari pihak
sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan pelatihan tersebut.
Sempitnya kelas belajar memang membuat kegiatan belajar mengajar
kurang nyaman. Jadi, sangat perlunya diadakan kegiatan pelatihan di
tempat terdekat sekolah agar banyak guru RA kami yang bisa
mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Dan perlunya pembangunan
ruang kelas agar menjadi luas dan nyaman (CW.P.6).”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, maka peneliti
menyimpulkan faktor-faktor yang menjadi penghambat peningkatan
kompetensi pedagogik guru RA adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan rencana
pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 RA, hanya 2 dari 8 guru
yang membuat Rencana Pelaksanaan Mingguan (RPPM) dan
hanya 3 dari 8 guru yang membuat Rencana Pelaksanaan Harian
(RPPH) sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
89
b. Tidak adanya fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi di RA
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 RA, tidak ada satupun
RA yang memiliki fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi.
Sehingga guru tidak dapat mengajarkan anak-anak menggunakan
teknologi, informasi dan komunikasi (seperti komputer, laptop,
dan proyektor).
c. Kurangnya kesadaran guru dalam mengembangkan
profesionalisme diri sebagai guru
Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara dari 8
guru di 5 RA, 7 dari 8 guru yang yang memiliki latar belakang S1
PAUD. Tidak adanya pelatihan tambahan untuk guru di RA
masing-masing dan guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan guru
RA dari luar sekolah secara bergantian karena keterbatasan biaya
sehingga kurangnya guru dalam mengembangkan profesionalisme
dirinya sebagai guru .
B. Analisis Deksripsi Data
8 guru yang peneliti observasi di 5 RA (RA Melati, RA Salman, RA
Tunas Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata), kompetensi pedagogik
guru RA yang paling tinggi diposisi pertama ada di RA Salman yaitu
terdapat 32 poin pernyataan “ya” pada kedua guru dari 35 poin instrumen.
Kemudian kompetensi pedagogik guru RA diposisi terendah ada di RA
Sabilussalam yaitu terdapat 23 poin pernyataan “ya” dari 35 poin instrumen.
Seperti yang terdapat pada tabel 4.4.
90
Tabel 4.4
Hasil Instrumen Observasi Kompetensi Pedagogik di 5 RA Ciputat
Timur
No. Nama RA Jumlah Pernyataan “Ya”
Guru 1 Guru 2
1. RA Melati 28 27
2. RA Salman 32 32
3. RA Tunas Bangsa 25 -
4. RA Sabilussalam 23 -
5. RA Permata 27 26
1. Kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan dan
dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk kemampuan mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
terdapat beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan
melalui catatan lapangan dan dokumentasi yaitu:
Guru kelas B RA Melati yaitu L mengajarkan anak mengenal
angka dengan menggunakan media belajar angka (media yang
digunakan: papan tulis, spidol, dan buku lembar kerja angka) dengan
baik sehingga anak-anak dapat memahami materi yang diajarkan guru
dengan mudah. (CL.M.k1) (CD.M.4.1)
91
CD.M.4.1 Guru sedang mengajarkan anak TK B berhitung
dengan media papan tulis dan spidol
Guru kelas A2 di RA Salman, yaitu U mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan kartu angka
(CL.S,k1). Selain itu untuk mengembangkan kemampuan mengenal
huruf, Bu Umu juga menggunakan kartu huruf dan untuk
mengembangkan motorik halus (CL.S.k2). U mengajarkan anak
melipat dan menempel kertas origami berbentuk tempat sampah
sehingga anak-anak sangat tertarik dan mudah memahami kegiatan
pembelajaran tersebut (CL.S.k3), karena pada hari itu sedang tema
kebersihan lingkungan (CD.S.4.1).
Gambar CD.S.4.1 Guru sedang mengajarkan anak
berhitung menggunakan media kartu angka
92
Guru kelas B di RA Tunas Bangsa, yaitu M mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan media spidol
dan papan tulis (CL.T.k1). Seperti yang terdapat pada gambar
CD.T.4.1
CD.T.4.1 Guru sedang mengajarkan anak berhitung
menggunakan media papan tulis dan spidol
Guru kelas B di RA Sabilussalam, yaitu O mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan buku lembar
kerja anak (CL.SS.k1). Selain itu untuk mengembangkan kemampuan
mengenal huruf, O juga menggunakan buku bacaan (CL.SS.k2), serta
untuk mengembangkan motorik halus, O mengajarkan anak
mewarnai dibuku lembar kerja anak (CL.SS.k3) (CD.SS.4.1)
CD.SS.4.1 Guru sedang mengajarkan anak berhitung
menggunakan media buku lembar kerja mengenal angka
93
Guru kelas B2 di RA Permata, yaitu Z mengajarkan anak
mengenal angka dan berhitung dengan menggunakan buku lembar
kerja anak (CL.P.k1). Selain itu untuk mengembangkan kemampuan
mengenal huruf, Z juga menggunakan buku bacaan (CL.P.k2), serta
untuk mengembangkan motorik halus, Z mengajarkan anak mewarnai
dibuku lembar kerja anak, sehingga anak-anak mudah memahami
materi yang diajarkan (CL.P.k3) ( CD.P.4.1).
b). Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan guru RA dalam mengelola pembelajaran yang meliputi
peahaman terhadap peserta didik. Sajian data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
Kemampuan guru RA dalam
mengelola pembelajaran yang
meliputi peahaman terhadap
peserta didik
CD.M.4.1,CD.M.4.2,
CD.S.4.1, CD.S.4.2,
CD.T.4.1, CD.SS.4.1,
CD.P.4.1, CD.P.4.2
CL.M.k1, CL.M.k2, CL.M.k3, CL.M.k4, CL.M.k5, CL.S.k1,
CL.S.k2, CL.S.k3, CL.S.k4, CL.S.k5, CL.S.k6, CL.S.k7, CL.P.k1,
CL.P.k2, CL.Pk3, CL.SS.k1, CL.SS.k2, CL.SS.k3, CL.P.k1, CL.P.k2,
CL.P.k3, CL.P.k4, CL.P.k5, CL.P.k6
94
c). Verifikasi/kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data kemampuan guru RA dalam mengelola
pembelajaran yang meliputi peahaman terhadap peserta didik.
Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
8 guru di RA Melati, RA Salman, RA Tunas Bangsa, RA
Sabilussalam dan RA Permata yang peneliti observasi, dalam
mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik,
terbukti bahwa para guru mengajarkan anak mengenal angka
(berhitung), mengenal huruf (membaca) dan mengembangkan
kegiatan motorik halus (mewarnai, melipat dan menempel) dengan
media pembelajaran di kelas sehingga anak mudah paham saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
kemampuan mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standard
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) terdapat beberapa data
yang didapatkan dari beberapa informan melalui observasi yaitu:
RA Melati mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), namun
kurikulum yang digunakan adalah KTSP (CL.M.k6), (CD.M.4.3). “Di
95
RA Melati masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Kami pihak
sekolah merancang dan merapatkan program tahunan dan program
semester sebelum dimulainya tahun ajaran baru, yaitu sekitar bulan
Juni (CW.M.1).”
RA Salman mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan
kurikulum 2013(CL.S.k8) (CD.S.4.3). “Di RA Salman menggunakan
kurikulum 2013. Kami pihak sekolah merancang dan merapatkan
program tahunan dan program semester sebelum dimulainya tahun
ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni (CW.S.1).”
CD.S.4.3 Program Tahunan RA Salman
RA Tunas Bangsa, bahwa RA Tunas Bangsa tidak
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) dikarenakan RA Tunas Bangsa
mendapatkan kurikulum tersebut dari rapat IGRA yang dibuat pihak
Hanimo (CL.T.k4). “Pihak sekolah tidak membuat Program Tahunan,
tetapi kami mengembangkan kegiatan pembelajaran dari kurikulum
96
2013 yang sudah dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari
rapat IGRA (CW.T.1).”
RA Sabilussalam tidak mengembangkan kurikulum sekolah
berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
(CL.SS.k4). Namun, terdapat ketidak sesuaian dengan tidak adanya
bukti Program Tahunan Sekolah. “Di RA Sabilussalam sudah
menggunakan kurikulum 2013. Kami merancang Program Tahunan
dan Program Semester sebelum kegiatan tahun ajaran baru dimulai,
yaitu sekitar bulan juni (CW.SS.1).”
RA Permata mengembangkan kurikulum sekolah namun tahun
ini masih tahap awal karena menggunakan metode pembelajaran
berbasis sentra (CL.P.k7). “Di RA Permata menggunakan kurikulum
berbasis sentra. Namun baru tahun ini diberlakukan pembelajaran
berbasis sentra ini, jadi kami masih banyak kekurangan dan perbaikan
dan dalam penerapan nya saat mengajar. Terdapat 5 sentra di RA
Permata, yaitu sentra persiapan, sentra agama, sentra bermain peran
dan musik, sentra balok dan sentra seni. Sentra ini dilakukan secara
bergantian setiap harinya oleh 2 kelas B, 2 kelas A dan 1 kelas PAUD
(CW.P.1).”
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD).
97
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai
berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data kemampuan guru RA dalam mengembangkan
kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD). Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
Kurikulum yang telah disusun oleh RA Melati dan RA Salman
sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
namun di RA Tunas Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata yang
peneliti observasi tidak membuat kurikulum sekolah berstandarkan
kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kemampuan
mengembangkan kurikulum
sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD).
CD.M.4.3,
CD.S.4.3,
CD.T.4.2,
CL.M.k6, CL.S.k8,
CL.T.k4, CL.SS.k4,
CL.P.k7
CW.M.1, CW.S.1,
CW.T.1, CW.SS.1,
CW.P.1
98
3. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-
perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan
menyenangkan)
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti
melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan
dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara dan
dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk kemampuan
merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
terdapat beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan
melalui teknik wawancara yaitu:
Di RA Melati kelas B oleh L membuat RPPH dan
mengaplikasikan pembelajaran di kelas sehingga membuat anak aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (CL.M.k7) (CD.M.4.4).
CD.M.4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) RA Melati
99
Di kelas A2 RA Salman oleh U dan A1 oleh H, mereka
sama-sama membuat RPPH dan mengaplikasikan pembelajaran
di kelas sehingga membuat anak aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan (CL.S.k9). Seperti
yang terdapat pada gambar CD.S.4.4 dan CD.S.4.5 merupakan
bukti dokumentasi RPPM dan RPPH. “Iya, saya dan guru-guru
kelas A yang lain selalu membuat RPPM dan RPPH maksimal
seminggu sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung
(CW.S.2).”
CD.S.4.4 RPPM RA Salman
CD.S.4.5 RPPH RA Salman
100
Guru RA Tunas Bangsa tidak membuat RPPM dan RPPH,
karena RPPM tersebut adalah rancangan pihak Hanimo yang
menjadi acuan pembelajaran RA Tunas Bangsa. Berdasarkan
hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas B oleh M, beliau
mengaplikasikan RPPH dalam pembelajaran di kelas sehingga
membuat anak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(CL.T.k5).“Guru hanya mengembangkan RPPM dan RPPH
yang sudah dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari
rapat IGRA (CW.T.2).”
CD.T.4.3 RPPM RA Tunas Bangsa
RA Sabilussalam tidak membuat RPPM dan RPPH.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas B
oleh O, beliau mengaplikasikan RPPH dalam pembelajaran di
kelas sehingga membuat anak aktif, efektif, dan menyenangkan
(CL.SS.k5). Namun, ada ketidaksesuaian antara tidak adanya
bukti RPPM dan RPPH dengan hasil wawancara, seperti yang
dijelaskan oleh O dalam wawancara dengan peneliti. “Guru
101
selalu membuat RPPM dan RPPH seminggu sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung (CW.SS.2).”91
RA Permata hanya membuat RPPH, namun tidak membuat
RPPM. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di
kelas B2 oleh Z, ia mengaplikasikan pembelajaran di kelas
sehingga membuat anak aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (CL.P.k8). Namun, Z hanya terpaku oleh materi
yang akan diajarkan sehingga anak tersebut harus mengikuti
persis kreativitas yang diajarkan (CL.P.k9), sehingga
pembelajaran tidak mengembangkan kemampuan anak yang
inovatif dan eksperimentatif. (CD.P.4.3). “Untuk program
tahunan karena baru tahun ini kami mengadakan pembelajaran
berbasis sentra, jadi kami masih dalam tahap uji coba mengikuti
beberapa sumber dari beberapa sekolah TK yang menggunakan
pembelajaran sentra. Dan kami hanya membuat Program
Semester sebagai patokan untuk membuat RPPH saja
(CW.P.2).”
CD.P.4.3 RPPH RA Permata
91
Hasil wawancara dengan Guru RA Sabilussalam, di Ruang kelas B, hari Senin, 24
September 2018, jam 10.00-10.30
102
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan. Sajian
data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data kemampuan guru RA dalam merencanakan
pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan. Kesimpulan yang
didapatkan adalah sebagai berikut:
8 guru RA di 5 RA yang peneliti observasi (RA Melati, RA
Salman, RA Tunas Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata)
terdapat 8 guru kelas membuat RPPH yang membuat anak aktif, 6
guru kelas membuat RPPH yang membuat anak kreatif, 2 guru kelas
Merencanakan
pelaksanaan
pembelajaran
yang pro-
perubahan
CD.M.4.4, CD.S.4.4,
CD.S.4.5, CD.T.4.3
CW.M.2, CW.S.2,
CW.T.2, CW.SS.2,
CW.P.2
CL.M.k7, CL.M.k8,
CL.M.k9, CL.M.k10,
CL.S.k9, CL.T.k5, CL.T.k6,
CL.SS.k5, CL.SS.k6,
CL.P.k8, CL.P.k9, CL.P.k10,
CL.P.k11
103
membuat RPPH yang membuat anak inovatif, 2 guru kelas membuat
RPPH yang membuat anak eksperimentatif, 6 guru kelas membuat
RPPH yang efektif, dan 8 guru kelas membuat RPPH yang
menyenangkan.
4. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan
dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk kemampuan dalam
memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
terdapat beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan
melalui teknik observasi yaitu:
Pada 2 guru di RA Melati, 2 guru di RA Salman, 1 guru di RA
Tunas Bangsa, 1 guru di RA Sabilussalam dan 2 guru di RA Permata
dalam memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
kurang baik dikarenakan tidak adanya fasilitas sarana prasarana yang
mendukung kegiatan pembelajaran tersebut(CL.M.k11, CL.S.k10,
CL.T.k7, CL.SS.k7, CL.P.k12). Seperti yang dijelaskan oleh L salah
satu guru di RA Melati dalam wawancara dengan peneliti. “Kami
tidak pernah mengajarkan pembelajaran menggunakan teknologi,
informasi dan komunikasi, karena fasilitas nya belum ada di RA
Melati (CW.M.3).”
104
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi, informasi, dan
komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik. Sajian data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data dalam memanfaatkan teknologi, informasi, dan
komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik. Kesimpulan yang didapatkan adalah 5
RA yang peneliti observasi (RA Melati, RA Salman, RA Tunas
Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata) yang tidak memiliki
fasilitas sarana dan pra sarana teknologi informasi dan komunikasi
sebagai pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Kemampuan dalam
berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun
CW.M.1
CL.M.k11, CL.S.k10, CL.T.k7, CL.SS.k7,
CL.P.k12
105
5. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan
observasi. Dari data yang diperoleh untuk kemampuan berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun terdapat beberapa data yang
didapatkan dari beberapa informan melalui teknik observasi yaitu: 2
guru di RA Melati, 2 guru di RA Salman, 1 guru di RA Tunas Bangsa,
1 guru di RA Sabilussalam dan 2 guru di RA Permata memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan baik karena para guru dapat selalu sabar saat berkomunikasi
dan menjelaskan sesuatu kepada anak, menggunakan bahasa yang
efektif dan mudah dipahami oleh anak, memiliki sifat empatik kepada
anak yang kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, dan guru
menggunakan bahasa yang santun saat berkomunikasi dengan anak
(CL.M.k12, CL.S.k11, CL.T.k8, CL.SS.k8, CL.P.k13).
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
kemampuan dalam
berkomunikasi
secara efektif,
empatik, dan santun
CL.Mk12,
CL.S.k11, CL.T.k8,
CL.SS.k8,
CL.P.k13
106
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data dalam kemampuan berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun. Kesimpulan yang didapatkan adalah 8 guru RA
di 5 RA yang peneliti observasi (RA Melati, RA Salman, RA Tunas
Bangsa, RA Sabilussalam dan RA Permata) yang dapat berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan baik.
6. Menilai hasil belajar anak secara otentik
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
kemampuan menilai hasil belajar anak secara otentik terdapat
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik
observasi yaitu:
Guru RA Melati melakukan penilaian langsung pada lembar
kerja anak (CL.M.K.13). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila
ada anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.M.K.14)
(CD.M.4.4). “Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung
sebagai catatan untuk orang tua mengenai perkembangan anak, namun
karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan chat
melalui what’s app untuk berkomunikasi dengan orang tua
(CW.M.4).”
107
CD.M.4.4 Penilaian Guru RA Melati pada Lembar Kerja
Anak
Guru RA Salman melakukan penilaian langsung pada lembar
kerja anak (CL.S.k12). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila
ada anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.S.k13) (CD.S.4.6).
“Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung sebagai catatan
untuk orang tua mengenai perkembangan anak, namun karena zaman
sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan chat personal dan
grup melalui what’s app untuk berkomunikasi dengan para orang tua
(CW.S.3).”
CD.S.4.6 Penilaian Guru RA Salman pada Lembar Kerja
Anak
108
Guru RA Tunas Bangsa melakukan penilaian langsung pada
lembar kerja anak (CL.T.k9) . Guru juga melaporkan catatan tertulis
apabila ada anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang
tua melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.T.k10).
“Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan chat
personal melalui what’s app untuk berkomunikasi dengan para orang
tua (CW.T.3).”
Guru RA Sabilussalam melakukan penilaian langsung pada
lembar kerja anak (CL.SS.k9). Namun, guru hanya melaporkan secara
langsung tanpa catatan tertulis apabila ada anak yang belum tercapai
perkembangannya kepada orang tua(CL.SS.k10) (CD.SS.4.2). “Saya
hanya melaporkan langsung kepada orang tua mengenai
perkembangan anak saat setelah pulang sekolah tanpa menggunakan
catatan tertulis(CW.SS.3).”
CD.SS.4.2 Penilaian Guru RA Sabilussalam pada Lembar
Kerja Anak
Guru RA Permata melakukan penilaian langsung pada lembar
kerja anak (CL.P.k14). Guru juga melaporkan catatan tertulis apabila
ada anak yang belum tercapai perkembangannya kepada orang tua
melalui chat personal pada aplikasi what’s app (CL.P.k15)
(CD.P.4.3). “Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk berkomunikasi
dengan para orang tua (CW.P.3).”
109
CD.P.4.3 Penilaian Guru RA Permata pada Lembar Kerja
Anak
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan menilai hasil belajar anak secara otentik. Sajian data yang
didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Kemampuan
menilai hasil
belajar anak
secara otentik
CL.M.k13, CL.M.k14,
CL.S.k12, CL.S.k13,
CL.T.k9, CL.T.k10,
CL.SS.k9, CL.SS.k10,
CL.P.k14, CL.P.k15
CW.M.4, CW.S.3,
CW.T.3, CW.SS.3,
CW.P.3
CD.M.4.4, CD.S.4.6,
CD.SS.4.2, CD.P.4.3
110
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data dalam kemampuan menilai hasil belajar anak secara
otentik. Kesimpulan yang didapatkan adalah 8 guru kelas yang
melakukan penilaian pada lembar kerja anak dan terdapat 7 guru yang
melaporkan dengan catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orang tua.
7. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
kemampuan membimbing anak dalam berbagai aspek terdapat
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik
observasi yaitu:
Guru RA Melati membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu
menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran (CL.M.k15) (CD.M.5) .“Terkadang ada 1 atau
2 anak yang tidak mau belajar sesuai dengan yang telah saya ajarkan,
saya akan membiarkan anak tersebut untuk main di halaman kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran
di kelas. Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Melati
juga ada ekskul tari, qiroati, dan seni melukis setiap minggunya untuk
mengembangkan bakat anak (CW.M.5).”
111
CD.M.5 Anak RA Melati sedang Ekskul Tari
Guru RA Salman membimbing anak dalam berbagai aspek, yaitu
menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran (CL.S.k14) (CD.S.7). “Terkadang ada 1 atau 2
anak yang tidak mau belajar sesuai dengan yang telah saya ajarkan,
saya akan membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran
di kelas. Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Salman
juga ada melukis, menari, bahasa Inggris, sempoa, tahfidz dan drum
band setiap minggunya untuk mengembangkan bakat anak (CW.S.4).”
Gambar 4.22 Anak RA Salman sedang Latihan Tari
112
Guru RA Tunas Bangsa membimbing anak dalam berbagai
aspek, yaitu menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai
anak, tetapi tidak mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran (CL.T.k11).“Terkadang ada 1
atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai dengan yang telah saya
ajarkan, saya akan membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di
kelas dan membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan
pembelajaran di kelas. Kami hanya mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang berbeda-beda setiap harinya di kelas seperti
menggambar, mewarnai, dan sebagainya (CW.T.4).”
Guru RA Sabilussalam membimbing anak dalam berbagai aspek,
yaitu menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak,
tetapi tidak mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam
beberapa kegiatan pembelajaran (CL.SS.k11). “Terkadang ada 1 atau 2
anak yang tidak mau belajar sesuai dengan yang telah saya ajarkan,
saya akan membiarkan anak tersebut untuk main sendiri di kelas dan
membujuknya agar ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran
di kelas. Kami hanya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berbeda-beda setiap harinya di kelas seperti menggambar, mewarnai,
dan sebagainya(CW.SS.4).”
Guru RA Permata membimbing anak dalam berbagai aspek,
yaitu menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak
dan mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda dalam beberapa
kegiatan pembelajaran setiap harinya di kelas Sentra yang berbeda-
beda (CL.P.k16).“Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar
sesuai dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membiarkan anak
tersebut untuk main sendiri di kelas dan membujuknya agar ia mau
mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas. Selain kegiatan
pembelajaran didalam kelas, di RA Permata setiap harinya akan
113
bergantian ruang kelas sentra. Disetiap sentra yang ada di RA Permata
dapat mengembangkan dan melati bakat anak yang berbeda-beda,
yaitu dalam bermain peran, bemainkan alat musik, dan seni
(CW.P.4).”
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan dalam membimbing anak dalam berbagai aspek. Sajian
data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data dalam kemampuan membimbing anak dalam
berbagai aspek (misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, dan minat).
Kesimpulan yang didapatkan adalah 8 guru RA di 5 RA yang peneliti
observasi (RA Melati, RA Salman, RA Tunas Bangsa, RA
Kemampuan
dalam
membimbing
anak dalam
berbagai aspek
CL.M.k15, CL.S.k14,
CL.T.k11, CL.SS.k11,
CL.P.k16
CW.M.5, CW.S.4,
CW.T.3, CW.SS.4,
CW.P.4
CD.M.4.5, CD.S.4.7
114
Sabilussalam dan RA Permata) terdapat 8 guru kelas yang
menyesuaikan kegiatan belajar dengan minat yang disukai anak dan
terdapat 6 guru kelas yang mengembangkan bakat anak yang berbeda-
beda dalam kegiatan pembelajaran.
8. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh untuk
kemampuan membimbing anak dalam berbagai aspek terdapat
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik
observasi yaitu:
Kedua guru di RA Melati mengembangkan profesionalisme diri
sebagai guru. Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.M.k16) (CD.M.6). “Pernah, karena guru-guru disini
sering bergantian untuk mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru
ikut beberapa kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan membuat origami
yang diadakan oleh UIN Jakarta dan pelatihan senam yang diadakan
oleh IGRA (CW.M.6).”
115
CD.M.6 Sertifikat Pelatihan Guru RA Melati
Kedua guru di RA Salman mengembangkan profesionalisme diri
sebagai guru. Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.S.k15). “Pernah, karena guru-guru disini sering
bergantian untuk mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut
beberapa kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan menari, mendongeng
bersama U. Karena sudah lama, jadi sertifikatnya saya lupa naronya
dimana (CW.S.5).”
Guru RA Tunas Bangsa mengembangkan profesionalisme diri
sebagai guru. Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.T.k12). “Pernah, mengikuti kegiatan pelatihan dari IGRA,
tetapi sertifikatnya saya lupa taro dimana(CW.T.5).”
Guru RA Sabilussalam mengembangkan profesionalisme diri
sebagai guru. Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.SS.k12) (CD.SS.5). “Pernah, saya sudah mengikuti cukup
banyak pelatihan yang diselenggarakan oleh IGRA, yaitu leadership
training & motivation building, workshop seni motorik halus bagi guru
116
RA Kota Tangerang Selatan, Pelatihan Kurikulum Berbasis
Kompetensi RA, Pelatihan Administrasi RA, Pelatihan Tari Anak, dan
Pelatihan manajemen RA yang berkualitas (CW.SS.5).”
CD.SS.5 Sertifikat Pelatihan Guru RA Sabilussalam
Satu guru kelas B di RA Permata mengembangkan
profesionalisme diri sebagai guru (CL.P.k17) dan satu guru kelas A
tidak karena baru 3 bulan mengajar menjadi guru dan hanya lulusan
SMA (CL.P.k18). Karena tidak adanya kegiatan pelatihan dari pihak
sekolah, jadi guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan dari luar
sekolah (CL.P.k19).92
Seperti yang dijelaskan oleh N salah satu guru
di RA Permata dalam wawancara dengan peneliti. “Belum pernah,
karena disini kekurangan pengajar, jadi saya baru mengajar kurang
lebih 3 bulan di RA Permata. Saya pun hanya lulusan SMA jadi belum
pernah mengikuti kegiatan pelatihan apapun tentang guru RA. Namun,
saya sudah banyak belajar bagaimana cara mengajarkan anak RA
dari saudara saya selaku kepala sekolah disini, saya pun juga sudah
memiliki anak kecil jadi saya sudah paham bagaimana
menghadapi anak saat kegiatan pembelajaran (CW.P.5).”
92
Hasil observasi dengan Guru RA Permata, di Ruang kelas B2 dan A, hari Selasa, tgl 25
September 2018, jam 08.00-11.00
117
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru.
Sajian data yang data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai
berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data guru dalam mengembangkan profesionalisme diri
sebagai guru. Kesimpulan yang didapatkan adalah 8 guru RA di 5 RA
yang peneliti observasi (RA Melati, RA Salman, RA Tunas Bangsa,
RA Sabilussalam dan RA Permata) terdapat 7 guru kelas yang
memiliki latar belakang pendidikan S1 jurusan PAUD, tidak ada guru
yang mengikuti kegiatan pelatihan tambahan yang diadakan oleh pihak
sekolah karena dari sekolah tidak memfasitasi hal tersebut, dan
terdapat 7 guru yang mengikuti kegiatan pelatihan tambahan yang
diadakan oleh pihak di luar sekolah.
Kemampuan
mengembangkan
profesionalisme
diri sebagai guru
CL.M.k16, CL.S.k15,
CL.T.k12, CL.SS.k12,
CL.P.k17, CL.P.k18, CL.P.k19
CW.M.6, CW.S.5,
CW.T.5, CW.SS.5,
CW.P.5
118
9. Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan
observasi. Dari data yang diperoleh untuk kemampuan melakukan
evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya terdapat
beberapa data yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik
observasi yaitu:
Guru kelas yang peneliti teliti melakukan kegiatan yang
berpusat pada semua aktifitas anak, secara bertahap
(berkesinambungan), secara menyeluruh mengenai pengembangan
perubahan perilaku anak, mengamati proses aktifitas belajar sambil
bermain, berorientasi kepada kompetensi yang diharapkan, melakukan
penilaian se objektif mungkin, memberikan penghargaan berbentuk
stiker/bintang pada hasil usaha/karya anak, melakukan penilaian yang
bermakna bagi orang tua dan pihak-pihak yang membutuhkan, serta
menyesuaikan antara apa yang diajarkan disekolah dengan laporan
yang dibuat (CL.M.k17, CL.S.k16, CL.T.k13, CL.SS.k13, CL.P.k20).
Namun hanya 1 guru di RA Melati Kelas B (CL.M.k18), dan RA
Permata kelas B2 dan A yang tidak melakukan penilaian oleh 2 guru
kelas, dikarenakan hanya ada 1 guru yang mengajar di kelas tersebut
(CL.P.k21).
119
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
kemampuan dalam melakukan evaluasi pembelajaran dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Sajian data yang didapat berupa cooding
atau kode sebagai berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data kemampuan guru dalam melakukan evaluasi
pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kesimpulan
yang didapatkan adalah 8 guru kelas yang melakukan penilaian
berpusat pada aktivitas anak, secara berkesinambungan (bertahap),
secara menyeluruh mengenai perkembangan perubahan perilaku anak,
mengamati proses aktifitas belajar anak, berorientasi pada kompetensi
yang diharapkan, melakukan penilaian seobjektif mungkin,
memberikan penghargaan terhadap hasil usaha/karya anak, melakukan
penilaian yang bermakna bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan
Kemampuan
melakukan evaluasi
pembelajaran dan
pengembangan
peserta didik
CL.M.k17,
CL.M.k18,
CL.S.k16,
CL.T.k13,
CL.SS.k13,
CL.P.k20,
CL.P.k21
120
menyesuaikan apa yang diajarkan di sekolah dengan laporan yang
dibuat. Namun hanya 5 guru kelas yang melakukan penilaian oleh
guru pendamping karena 3 guru kelas lainnya hanya memiliki 1 guru
kelas.
10. Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru RA
a). Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan
observasi. Dari data yang diperoleh untuk faktor-faktor Penghambat
Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru RA terdapat beberapa data
yang didapatkan dari beberapa informan masing-masing kepala
sekolah RA melalui teknik wawancara yaitu:
Menurut KSM, yaitu: “Menurut saya karna masih kurangnya
sarana dan prasarana di sekolah dan karena beberapa pelatihan guru
RA itu memerlukan biaya dan transportasi yang tidak sedikit, jadi
kami hanya ditugaskan dari pihak sekolah secara bergiliran untuk
mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Maka dari itu, perlunya
diadakan kegiatan pelatihan dengan biaya terjangkau dan di tempat
terdekat sekolah agar banyak guru RA kami yang bisa mengikuti
kegiatan pelatihan tersebut (CW.M.7).”
Menurut KSS yaitu: “Menurut saya karna banyak sekali
kegiatan di sekolah jadi kami hanya mengikuti beberapa pelatihan
guru RA yang ditugaskan dari pihak sekolah secara bergiliran untuk
mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Jadi, perlunya diadakan
kegiatan pelatihan di sekolah agar guru RA kami bisa mengikuti
kegiatan pelatihan tersebut (CW.S.6).”
121
Menurut KST, yaitu:“Kurangnya ruang kelas di sekolah ini jadi
memang kurang membuat anak-anak nyaman dan membuat guru agak
kewalahan membimbing anak di kelas, karena seharusnya 1 kelas
maksimal 15-20 anak, tapi disini karena hanya ada 1 kelas jadi untuk
30 anak. Kemudian kurangnya fasilitas sarana prasarana jadi kami
melakukan kegiatan belajar megajar hanya seadanya Kurangnya guru
juga karena hanya ada 2 guru di RA ini, zaman sekarang susah
mencari guru RA dengan gaji minim. Jadi, perlunya ruang kelas baru
untuk membuat anak-anak nyaman dan membuat guru tidak
kewalahan membimbing anak di kelas. Perlunya bantuan dari
pemerintah untuk memberikan fasilitas sarana dan prasarana di
sekolah ini, dan sangat dibutuhkan sekali guru RA dari lulusan PAUD
untuk mengajar di RA ini (CW.T.6).”93
Menurut O sebagai kepala sekolah dan guru RA Sabilussalam,
yaitu: “Kurangnya guru karena hanya ada 2 guru TK B dan 1 guru
PAUD di RA ini, zaman sekarang susah mencari guru RA dengan gaji
minim. Jadinya, Sangat dibutuhkan sekali guru RA dari lulusan PAUD
untuk mengajar di RA ini (CW.SS.6).”94
Menurut KSP, yaitu: “Karena beberapa pelatihan guru RA itu
memerlukan biaya dan transportasi yang tidak sedikit, jadi kami hanya
ditugaskan dari pihak sekolah secara bergiliran untuk mengikuti
kegiatan pelatihan tersebut. Sempitnya kelas belajar memang membuat
kegiatan belajar mengajar kurang nyaman. Jadi, sangat perlunya
diadakan kegiatan pelatihan di tempat terdekat sekolah agar banyak
guru RA kami yang bisa mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Dan
93
Hasil wawancara dengan Guru RA Tunas Bangsa, di ruang kelas B, hari Rabu, tgl, 19
September 2018, jam 10.30-11.00 94
Hasil wawancara dengan Guru RA Sabilussalam, di ruang kelas B, hari Senin, tgl 24
September 2018, jam 09.00-09.30
122
perlunya pembangunan ruang kelas agar menjadi luas dan nyaman
(CW.P.6).”
b). Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu
faktor-faktor Penghambat Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
RA. Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai
berikut:
c). Verifikasi/Kesimpulan
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti peneliti menarik kesimpulan
dari temuan data kemampuan guru dalam melakukan evaluasi
pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kesimpulan
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1). Kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan rencana
pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 RA, hanya 2 dari 8 guru
yang membuat Rencana Pelaksanaan Mingguan (RPPM) dan
Faktor-faktor
Penghambat
Peningkatan
Kompetensi
Pedagogik Guru RA
CW.M.7,
CW.S.6,
CW.T.6,
CW.SS.6,
CW.P.6
123
hanya 3 dari 8 guru yang membuat Rencana Pelaksanaan Harian
(RPPH) sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
2). Tidak adanya fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi di RA
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 RA, tidak ada satupun
RA yang memiliki fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi.
Sehingga guru tidak dapat mengajarkan anak-anak menggunakan
teknologi, informasi dan komunikasi (seperti komputer, laptop,
dan proyektor).
3). Kurangnya kesadaran guru dalam mengembangkan
profesionalisme diri sebagai guru
Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara dari 8
guru di 5 RA, 7 dari 8 guru yang yang memiliki latar belakang S1
PAUD. Tidak adanya pelatihan tambahan untuk guru di RA
masing-masing dan guru hanya mengikuti kegiatan pelatihan guru
RA dari luar sekolah secara bergantian karena keterbatasan biaya
sehingga kurangnya guru dalam mengembangkan profesionalisme
dirinya sebagai guru .
C. Temuan Penelitian
Setelah ditemukan baberapa data yang diinginkan, baik dari hasil
penelitian observasi, wawancara, maupun dokumentasi, maka peneliti akan
menganalisa temuan yang ada dan menjelaskan tentang implikasi-implikasi
dari hasil penelitian tentang kompetensi pedagogik Guru di 5RA Ciputat
Timur.
Sebagaimana dijelaskan dalam teknik analisa data dalam penelitian,
peneliti menggunakan analisa kualitatif deskripif (pemaparan) dan data yang
diperoleh peneliti baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari
informan yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun data-datanya sebagai berikut:
124
1. Kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, peneliti melihat
guru mengajarkan anak dengan hanya media spidol dan papan tulis dalam
kegiatan pembelajaran. Namun guru memiliki cara penyampaian tersendiri
yang bermacam-macam dan menyenangkan melalui tebak angka dan
bernyanyi, sehingga anak mudah memahami pembelajaran tersebut.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Salman, peneliti melihat
guru mengajarkan anak dengan media karton huruf dan angka, spidol, dan
papan tulis dalam kegiatan pembelajaran. Guru di RA Salman memiliki
cara penyampaian tersendiri yang bermacam-macam dan menyenangkan
melalui kegiatan menebak angka/huruf, gambar di papan tulis, sambil
bermain dan bernyanyi, sehingga anak tertarik dan mudah memahami
pembelajaran tersebut.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Tunas Bangsa, peneliti
melihat guru mengajarkan anak dengan hanya media spidol dan papan
tulis dalam kegiatan pembelajaran. Namun guru memiliki cara
penyampaian tersendiri yang bermacam-macam dan menyenangkan
melalui tebak angka dan bernyanyi, sehingga anak mudah memahami
pembelajaran tersebut.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Sabilussalam, peneliti
melihat guru mengajarkan anak dengan media buku latihan, spidol dan
papan tulis dalam kegiatan pembelajaran. Namun guru memiliki cara
penyampaian tersendiri yang bermacam-macam dan menyenangkan
melalui gambar dan bernyanyi, sehingga anak dapat memahami
pembelajaran tersebut.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Permata, peneliti melihat
guru mengajarkan anak dengan media buku latihan, spidol dan papan tulis
dalam kegiatan pembelajaran. Namun guru memiliki cara penyampaian
125
tersendiri yang bermacam-macam dan menyenangkan melalui gambar dan
tebak angka/huruf, sehingga anak dapat memahami pembelajaran tersebut.
2. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, RA tersebut
membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester. Sehingga
para guru RA kreatif dan sistematis dalam menyusun kegiatan
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
kemampuan perkembangan anak selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Salman, RA tersebut
membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester. Sehingga
para guru RA kreatif dan sistematis dalam menyusun kegiatan
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
kemampuan perkembangan anak selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Tunas Bangsa, RA tersebut
tidak membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester.
Namun, guru RA tersebut mengacu pada kurikulum yang telah dibuat oleh
pihak Hanimo dari IGRA. Sehingga guru RA tersebut kreatif dalam
menyusun kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan
dapat mencapai kemampuan perkembangan anak selama proses
pembelajaran anak berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Sabilussalam, RA tersebut
tidak membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester.
Namun guru RA tersebut dapat menyusun kegiatan pembelajaran sehingga
dapat berjalan dengan cukup baik dan dapat mencapai kemampuan
perkembangan anak selama proses pembelajaran anak berlangsung.
126
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, RA tersebut
membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester. Sehingga
para guru RA kreatif dan sistematis dalam menyusun kegiatan
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
kemampuan perkembangan anak selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Permata, RA tersebut
membuat kurikulum Program Tahunan dan Program Semester. Sehingga
para guru RA kreatif dan sistematis dalam menyusun kegiatan
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
kemampuan perkembangan anak selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
3. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-
perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan
menyenangkan)
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, peneliti melihat ada
guru RA tersebut yang membuat dan tidak membuat RPPM dan RPPH.
Walaupun RA tersebut ada yang membuat dan tidak membuat dan
memiliki RPPM dan RPPH, para guru RA tetap kreatif dalam menyusun
kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan efektif,
menyenangkan dan dapat mencapai kemampuan perkembangan anak yang
aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Salman, peneliti melihat
guru RA tersebut yang membuat RPPM dan RPPH. Sehingga para guru
RA tetap kreatif dalam menyusun kegiatan pembelajaran sehingga dapat
berjalan dengan efektif, menyenangkan dan dapat mencapai kemampuan
perkembangan anak yang aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif selama
proses pembelajaran anak berlangsung.
127
Saat peneliti melakukan observasi di RA Tunas Bangsa, peneliti
melihat guru RA tersebut tidak membuat RPPM dan RPPH. Namun para
guru RA tetap kreatif dalam menyusun kegiatan pembelajaran sehingga
dapat berjalan dengan efektif, menyenangkan dan dapat mencapai
kemampuan perkembangan anak yang aktif dan kreatif, selama proses
pembelajaran anak berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Sabilussalam, peneliti
melihat guru RA tersebut tidak membuat RPPM dan RPPH. Namun para
guru RA tetap dapat menyusun kegiatan pembelajaran sehingga dapat
berjalan dengan efektif, menyenangkan dan dapat mencapai kemampuan
perkembangan anak yang aktif selama proses pembelajaran anak
berlangsung.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Permata, peneliti melihat
guru RA tersebut tidak membuat RPPM dan RPPH. Namun para guru RA
tetap kreatif dalam menyusun kegiatan pembelajaran sehingga dapat
berjalan dengan efektif, menyenangkan dan dapat mencapai kemampuan
perkembangan anak yang aktif dan kreatif, selama proses pembelajaran
anak berlangsung.
4. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
Saat peneliti melakukan observasi di 5 RA di Ciputat Timur, peneliti
melihat tidak ada RA yang memiliki fasilitas teknologi, informasi, dan
komunikasi.
5. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
Saat peneliti melakukan observasi di 5 RA di Ciputat Timur, peneliti
melihat kemampuan guru yang dapat berkomunikasi secara efektif mudah
dipahami oleh anak ketika anak bertanya dan menjelaskan pembelajaran,
empatik terhadap anak yang kesulitan sampai anak tersebut paham apa
128
yang guru jelaskan kembali, dan santun dalam berkomunikasi kepada
anak.
6. Menilai hasil belajar anak secara otentik
Saat peneliti melakukan observasi di 5 RA di Ciputat Timur, peneliti
melihat para guru melakukan penilaian langsung di lebar kerja anak
setelah selesai pembelajaran. Namun, karena zaman sudah canggih,
kebanyakan guru membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya di grup atau personal chat what’s app.
7. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, peneliti melihat
para guru membimbing anak dalam berbagai aspek disekolah maupun
kegiatan ekskul seperti tari, qiroati dan seni.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Salman, peneliti melihat
para guru membimbing anak dalam berbagai aspek disekolah maupun
kegiatan ekskul seperti tari, melukis, b. Inggris dan tahfidzh
Saat peneliti melakukan observasi di RA Tunas Bangsa dan RA
Sabilussalam, peneliti melihat para guru membimbing anak dalam
berbagai aspek disekolah, namun tidak ada kegiatan ekskul tambahan di
luar jam sekolah.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Permata, peneliti melihat
para guru membimbing anak dalam berbagai aspek disekolah maupun
kegiatan sentra alat musik, sentra balok dan sentra seni.
8. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
Saat peneliti melakukan observasi di RA Melati, RA Sabilussalam
dan RA Salman, peneliti melihat walaupun ada beberapa guru RA yang
bukan berlatar belakang S1 PAUD, namun para guru tetap
129
mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru RA melalui mengikuti
kegiatan pelatihan guru RA di luar sekolah.
Saat peneliti melakukan observasi di RA Tunas Bangsa dan RA
Permata, peneliti melihat walaupun para guru RA bukan berlatar belakang
S1 PAUD, namun para guru mengembangkan profesionalisme diri sebagai
guru RA melalui mengikuti kegiatan pelatihan guru RA di luar sekolah.
9. Melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
Saat peneliti melakukan observasi di 5 RA di Ciputat Timur, peneliti
melihat para guru melakukan evaluasi pembelajaran dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinyadengan baik. Hal ini dapat terlihat dari guru yang melakukan
penilaian seobjektif mungkin terhadap anak dan melakukan kegiatan
tambahan serta memberikan perhatian lebih kepada anak yang belum
tercapai perkembangannya di kelas.
Para guru RA Melati, RA Salman, dan RA Tunas Bangsa melakukan
penilaian langsung dan selalu megevaluasi kegiatan pembelajaran yang
telah tercapai dan belum tercapai sehingga di akhir materi pembelajaran
kembali sedikit diulang agar anak lebih paham. Sedangkan para guru di
RA Tunas Bangsa dan RA Sabilussalam melakukan penilaian langsung,
namun tidak megevaluasi kegiatan pembelajaran anak yang telah tercapai
dan belum tercapai.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, peneliti telah
berusaha mencapai kesempurnaan hasil penelitian, namun karena adanya
keterbatasan penelitian yang disebabkan karena peneliti kurang teliti saat
proses penelitian yang sedang berlangsung baik dari segi waktu, tenaga, dan
130
biaya maka hasil penelitian perlu disempurnakan. Adapun keterbatasan
penelitian tersebut antara lain dijabarkan sebagai berikut:
Penelitian dilakukan hanya di 5 RA di Ciputat Timur karena
terbatasnya persetujuan perizinan, waktu, dan biaya dalam melakukan
penelitian. Maka dari itu peneliti harus memaksimalkan penelitian di 5 RA
tersebut dengan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan data-data hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi selama melakukan penelitian. Peneliti
berharap penelitian ini dapat dilakukan di 13 RA yang ada di Ciputat Timur
agar dapat mengumpulkan data lebih maksimal dan akurat. Dengan demikian,
peneliti dapat mengetahui perbandingan dari kekurangan dan kelebihan
kemampuan kompetensi pedagogik guru RA dengan data yang lebih konkrit
dari 13 RA di Ciputat Timur.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Kompetensi Pedagogik Guru RA di
Ciputat Timur” dapat disimpulkan sebagai berikut, 8 guru dari 5 RA di
Ciputat Timur yang peneliti observasi memiliki 9 poin kompetensi
pedagogik guru RA yang cukup baik. Yang masing-masing memiliki bagian
masing-masing seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu:
1. Kompetensi pedagogik guru RA tertinggi dari 35 pernyataan
instrumen observasi, bukti wawancara dan dokumentasi, ada di RA
Salman yaitu sebanyak 32 peryataan “ya”, sedangkan kompetensi
pedagogik guru RA terendah ada di RA Sabilussalam yaitu sebanyak
23 pernyataan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kompetensi pedagogik
guru RA di Ciputat Timur, yaitu kurangnya kemampuan guru dalam
merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran, tidak adanya
fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi di RA, serta kurangnya
kesadaran guru dalam mengembangkan profesionalisme diri sebagai
guru.
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menyimpulkan hasil penelitian
bahwa kompetensi pedagogik guru RA di Ciputat Timur sudah dilakukan
dengan cukup baik dibuktikan dengan hasil observasi kompetensi pedagogik
guru RA pada lampiran transkip observasi dan wawancara guru RA.
B. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai “Kompetensi Pedagogik Guru RA di
Ciputat Timur”, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
132
1. Bagi Lembaga
Diharapkan bagi lembaga RA untuk melengkapi fasilitas teknologi,
informasi dan komunikasi sehingga para guru dapat mengajarkan
anak sesuai dengan perkembangan di zaman yang modern ini dan agar
anak-anak lebih termotivasi, semangat belajar dan mengikuti sesuai
dengan pembelajaran di zaman yang sudah modern ini. Pihak
lembaga perlu mengembangkan kemampuan kompetensi pedagogik
para guru RA melalui mengikutsertakan para guru mengikuti
pelatihan dari luar maupun mengadakan kegiatan pelatihan tambahan
di sekolah, sehingga para guru RA dapat memiliki kompetensi
pedagogik yang sesuai dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru
Guru perlu terus mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
melalui mengikuti kegiatan pelatihan guru RA yang diadakan dari
pihak luar sekolah dan membaca buku tentang kegiatan pembelajaran
RA.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menindaklanjuti penelitian ini dengan berbagai variansi dan literatur
yang lebih mendalam guna pemahaman lebih lanjut tentang
kompetensi pedagogik guru di Ciputat Timur.
133
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nursiyono, Joko. Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Bogor: IN MEDIA,
2015
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Ardy & Barnawi, Novan. Format PAUD: Konsep, Karakteristik, & Implementasi
Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.
Arifin, Barnawi dan Mohammad. Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media. 2012.
Arifin, Zaenal. Profesi Kependidikan Teori dan Praktik di Era Otonomi. Tangerang:
PT Pustaka Mandiri, 2012.
Arif Noor, Fu’ad. “Manajemen Guru Raudhatul Athfal (RA) Dalam Total Quality
Management (TQM)”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam. Vol. 3, No. 1, Juni
2015.
Data Guru RA di Ciputat Timur, Kementrian Agama Tangerang Selatan, 2016
2017
Fattah, Mustamin. Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Arab Madrasah Aliya Se
Kota Samarinda. Jurnal Ilmiah Fenomena, Vol. 5 No. 1. 2013.
Handini, Oktiana dan Ratna. Kontibusi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi
Profesional Guru terhadap Manajemen Kelas. Jurnal Profesi Pendidik, Vol.
3. No. 1. Mei 2016.
Hidayat, Syarif. Profesi Kependidikan Teori dan Praktik di Era Otonomi.
Tangerang: PT Pustaka Mandiri. 2012.
Indriani, Fitri. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA
di SD dan M., Jurnal Fenomena, Vol. 7, No. 1. 2015.
Konsim, Abdul .Kompetensi Pedagogik Guru dan Mutu Pembalajaran Pendidikan
Agama Islam. Jurnal Madaniyah, Vol. 2, Edisi XI. Agustus 2016.
Mariyana, dkk, Rita. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana. 2010.
134
Mastiyah, Iyoh. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Raudhatul Athfal Dian
Al-Mastiyah”. Jurnal Edukasi. Vol. 12. No. 2. Mei-Agustus 2014.
May Andini, Deasy dan Endang Supriadi. Kompetensi Pedagogik Guru terhadap
Efektivitas Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Latar Belakang
Pendidikan Guru. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. Vo. 2, No. 2.
Januari 2018,.
Mulyasa, E.. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2009.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. 2011.
Mustika. Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina di
Tarakan. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 3, No. 1,
Januari 2015.
Nuraini Sujiono, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks. 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014, Pasal 25, ayat 1, tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancagan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: KALAM MULIA. 2013.
Rozak, Abd.. Bahan Ajar PLPG Pengembangan Profesi Guru. Ciputat: FITK UIN
Jakarta. 2010.
Rugiyah. “Pendidikan Anak Usia Dini di DKI Jakarta”. Jurnal Ilmiah Versi P2TK
PAUD NI. Vol. 6, No. 1. Juni 2011.
R. Payong, Marselus. Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya. Jakarta, PT Indeks. 2011.
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: ALFABETA. 2013.
135
Saroni, Mohammad. PERSONAL BRANDING GURU:Meningkatkan Kualitas dan
Profesionalitas Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Subini, Nini. Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan!. Jogjakarta: Javalitera. 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA,. 2012.
Sukandarrumidi, dan Haryanto. Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2014.
Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: PT Temprina Media
Grafika. 2011.
Susanto. “Guru Profesionalis dalam Pandangan Islam”. Jurnal Tribakti. Vol. 21. No.
1. Januari 2010.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
.
.
194
Hasil Wawancara Kepala Sekolah RA
HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH RA MELATI
Nama : Dra. Hj. Yeti Munjiawarti
Hari/Tanggal : Senin, 17 September 2018
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah RA Melati
Pertanyaan :
1. Apa Akreditasi RA ini?
Jawab : RA Melati Alhamdulillah sudah terakreditasi A.
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
Jawab : ada 6 guru.
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
Jawab : 1 guru lulusan S1 PAUD, dan 5 guru lainnya lulusan S1 non PAUD.
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA ini?
Jawab : karena banyak guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
S1 PAUD, masih banyak kekurangan kemampuan kompetensi
pedagogik guru di RA kami.
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan kompetensi pedagogik
di RA ini?
Jawab : Menurut saya karna masih kurangnya sarana dan prasarana di
sekolah dan karena beberapa pelatihan guru RA itu memerlukan biaya
dan transportasi yang tidak sedikit, jadi kami hanya ditugaskan dari
pihak sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan pelatihan
tersebut.
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA?
195
Jawab : Perlunya diadakan kegiatan pelatihan dengan biaya terjangkau dan di
tempat terdekat sekolah agar banyak guru RA kami yang bisa
mengikuti kegiatan pelatihan tersebut
196
HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH RA SALMAN
Nama : Avrahdiba Fikratania, SE, MM
Hari/Tanggal : Selasa, 18 September 2018
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah RA Salman
Pertanyaan :
1. Apa Akreditasi RA ini?
Jawab : RA Salman sudah terakreditasi A.
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
Jawab : ada 17 guru.
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
Jawab : 1 guru lulusan S2 Non PAUD, 4 guru lulusan S1 PAUD, 8 guru
lulusan S1 non PAUD, dan 4 guru lainnya lulusan SMA.
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA ini?
Jawab : menurut saya, kemampuan kompetensi pedagogic guru di RA kami
sudah cukup baik.
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan kompetensi pedagogik
di RA ini?
Jawab : Menurut saya karna banyak sekali kegiatan di sekolah jadi kami
hanya mengikuti beberapa pelatihan guru RA yang ditugaskan dari
pihak sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan pelatihan
tersebut.
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA?
Jawab : Perlunya diadakan kegiatan pelatihan di sekolah agar para guru RA
kami bisa mengikuti kegiatan pelatihan tersebut
197
HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH RA TUNAS BANGSA
Nama : Mahrojah, S.Pd.I
Hari/Tanggal : Rabu, 19 September 2018
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas B RA Tunas Bangsa
Pertanyaan :
1. Apa Akreditasi RA ini?
Jawab : RA Tunas Bangsa belum terakreditasi
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
Jawab : ada 2 guru.
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
Jawab : 1 guru lulusan S1 PAUD, dan 1 guru lainnya lulusan SMA.
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA ini?
Jawab : karena keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana serta kurangnya
jumlah guru, jadi kemampuan kompetensi pedagogic guru di RA
Tunas Bangsa ini memang masih sangat kurang baik.
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan kompetensi pedagogik
di RA ini?
Jawab : Kurangnya ruang kelas di sekolah ini jadi memang kurang membuat
anak-anak nyaman dan membuat guru agak kewalahan membimbing
anak di kelas, karena seharusnya 1 kelas maksimal 15-20 anak, tapi
disini karena hanya ada 1 kelas jadi untuk 30 anak. Kemudian
kurangnya fasilitas sarana prasarana jadi kami melakukan kegiatan
belajar megajar hanya seadanya Kurangnya guru juga karena hanya
ada 2 guru di RA ini, zaman sekarang susah mencari guru RA dengan
gaji minim.
198
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA?
Jawab : Perlunya ruang kelas baru untuk membuat anak-anak nyaman
dan membuat guru tidak kewalahan membimbing anak di kelas.
Perlunya bantuan dari pemerintah untuk memberikan fasilitas sarana
dan prasarana di sekolah ini, dan sangat dibutuhkan sekali guru RA
dari lulusan PAUD untuk mengajar di RA ini
199
HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH RA SABILUSSALAM
Nama : Hj. Opsanih, S.Pd
Hari/Tanggal : Senin, 24 September
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah RA Sabilussalam
Pertanyaan :
1. Apa Akreditasi RA ini?
Jawab : RA Sabilussalam belum terakreditasi
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
Jawab : ada 3 guru.
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
Jawab : 1 guru lulusan S1 PAUD, dan 2 guru lainnya lulusan SMA.
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA ini?
Jawab : karena keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana serta kurangnya
jumlah guru, jadi kemampuan kompetensi pedagogic guru di RA
Sabilussalam masih kurang baik.
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan kompetensi pedagogik
di RA ini?
Jawab : Kurangnya guru karena hanya ada 2 guru TK B dan 1 guru PAUD di
RA ini, zaman sekarang susah mencari guru RA dengan gaji minim.
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA?
Jawab : Sangat dibutuhkan sekali guru RA dari lulusan PAUD untuk
mengajar di RA ini.
200
HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH RA PERMATA
Nama : Nani, S.Pd.I
Hari/Tanggal : Selasa, 25 September 2018
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah RA Permata
Pertanyaan :
1. Apa Akreditasi RA ini?
Jawab : RA Permata belum terakreditasi
2. Berapa jumlah guru di RA ini?
Jawab : ada 5 guru.
3. Apa saja latar belakang pendidikan guru di RA ini?
Jawab : 1 guru lulusan S1 PAUD, 3 orang guru lulusan non PAUD dan 1
guru lulusan SMA.
4. Bagaimana kemampuan kompetensi pedagogik Guru di RA ini?
Jawab : karena keterbatasan ruang kelas, fasilitas sarana dan prasarana, serta
kurangnya jumlah guru yang memiliki latar belakang S1 PAUD, jadi
kemampuan kompetensi pedagogik guru di RA Permata masih kurang
baik.
5. Apa saja faktor-faktor yang menghambat kemampuan kompetensi pedagogik
di RA ini?
Jawab : Karena beberapa pelatihan guru RA itu memerlukan biaya dan
transportasi yang tidak sedikit, jadi kami hanya ditugaskan dari pihak
sekolah secara bergiliran untuk mengikuti kegiatan pelatihan tersebut.
Sempitnya kelas belajar memang membuat kegiatan belajar mengajar
kurang nyaman.
6. Usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru RA?
201
Jawab : sangat perlunya diadakan kegiatan pelatihan di tempat terdekat
sekolah agar banyak guru RA kami yang bisa mengikuti kegiatan
pelatihan tersebut. Dan perlunya pembangunan ruang kelas agar
menjadi luas dan nyaman.
202
Hasil Wawancara Guru RA
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA MELATI
Nama : Lystia Priyantika, S. Pd.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 34 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Manajemen Pendidikan
Guru Kelas : B
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Melati?
Jawab : Di RA Melati masih menggunakan kurikulum KTSP 2006.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : iya, pihak sekolah merancang dan merapatkan program
tahunan dan program semester sebelum dimulainya tahun
ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : tidak, kami hanya mengacu kepada Kurikulum dan Silabus
KTSP yang sudah kami buat untuk membuat RPPH.
203
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya selalu membuat RPPH maksimal 1 hari sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Melati.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membiarkan anak
tersebut untuk main di halaman kelas dan membujuknya agar
ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Melati juga
ada ekskul tari, qiroati, dan seni melukis setiap minggunya
untuk mengembangkan bakat anak.
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
204
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan membuat origami yang
diadakan oleh UIN Jakarta dan pelatihan senam yang diadakan
oleh IGRA.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung sebagai
catatan untuk orang tua mengenai perkembangan anak, namun
karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan
chat melalui what’s app untuk berkomunikasi dengan orang
tua.
.
205
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA MELATI
Nama : Ramadhania Hasan, S. Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Guru Kelas : PAUD
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Melati?
Jawab : Di RA Melati masih menggunakan kurikulum KTSP 2006.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : iya, pihak sekolah merancang dan merapatkan program
tahunan dan program semester sebelum dimulainya tahun
ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : tidak, kami hanya mengacu kepada Kurikulum dan Silabus
KTSP yang sudah kami buat untuk membuat RPPH.
206
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : Terkadang saya membuat RPPH, tapi untuk hari ini saya
belum membuat RPPH nya, karena biasanya kegiatan yang
sudah saya rencanakan tidak sesuai dengan praktik di kelas.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Melati.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Kalau di PAUD karena pembelajarannya santai, jadi kalau
anak itu memang tidak mau ikut belajar, biasanya dia akan
bermain sendiri dan saya pun akan membimbing lebih untuk
anak tersebut mau mengikuti kegiatan pembelajaran. Tetapi itu
sangat jarang sekali, karena di PAUD memang kegiatannya
semua dominan kegiatan bermain sambil belajar, tidak terlalu
terpaku dengan materi yang ada di buku lembar kerja anak.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Melati juga
ada ekskul tari, qiroati, dan seni melukis setiap minggunya
untuk mengembangkan bakat anak.
207
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan membuat clay yang
diadakan oleh UIN Jakarta.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: zaman sekarang kan sudah canggih, jadi kami menggunakan
chat melalui what’s app untuk berkomunikasi dengan orang
tua.
208
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA SALMAN
Nama : Umu Alman Wahab, S. Pd.
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Guru Kelas : A2
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Salman?
Jawab : Di RA Salman menggunakan kurikulum 2013.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : iya, pihak sekolah merancang dan merapatkan program
tahunan dan program semester sebelum dimulainya tahun
ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya dan guru-guru kelas A yang lain selalu membuat
RPPM maksimal seminggu sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung.
209
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya dan guru pendamping saya selalu membuat RPPH
maksimal 3 hari sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Salman.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membiarkan anak
tersebut untuk main sendiri di kelas dan membujuknya agar
ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Salman
juga ada melukis, menari, bahasa Inggris, sempoa, tahfidz dan
drum band setiap minggunya untuk mengembangkan bakat
anak.
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
210
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan menari, mendongeng
bersama bu Hani.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung sebagai
catatan untuk orang tua mengenai perkembangan anak, namun
karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan
chat personal dan grup melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua.
211
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA SALMAN
Nama : Hani Nuraini, S. Pd.
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Guru Kelas : A1
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Salman?
Jawab : Di RA Salman menggunakan kurikulum 2013.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : iya, pihak sekolah merancang dan merapatkan program
tahunan dan program semester sebelum dimulainya tahun
ajaran baru, yaitu sekitar bulan Juni.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya dan guru-guru kelas A yang lain selalu membuat
RPPM maksimal seminggu sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung.
212
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya dan guru pendamping saya selalu membuat RPPH
maksimal 3 hari sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Salman.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membiarkan anak
tersebut untuk main sendiri di kelas dan membujuknya agar
ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas.
Selain itu, metode pembelajaran yang saya gunakan setiap
harinya selalu berbeda-beda, jadi jarang sekali anak kelas saya
yang tidak mau mengikuti kegiatan pembelajaran.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Salman
juga ada melukis, menari, bahasa Inggris, sempoa, tahfidz dan
drum band setiap minggunya untuk mengembangkan bakat
anak.
213
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan menari, mendongeng
bersama bu Umu.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Dulu kami sempat menggunakan buku penghubung sebagai
catatan untuk orang tua mengenai perkembangan anak, namun
karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami menggunakan
chat personal dan grup melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua.
214
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA TUNAS BANGSA
Nama : Mahrojah, S. Pd.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Guru Kelas : A dan B
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Tunas Bangsa?
Jawab : Di RA Tunas Bangsa menggunakan kurikulum 2013 yang
sudah dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari rapat
IGRA.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : tidak, pihak sekolah hanya mengembangkan kegiatan
pembelajaran dari kurikulum 2013 yang sudah dirancang oleh
pihak Hanimo yang didapatkan dari rapat IGRA.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : tidak, guru hanya mengembangkan RPPM yang sudah
dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari rapat IGRA
215
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : tidak, guru hanya mengembangkan RPPH yang sudah
dirancang oleh pihak Hanimo yang didapatkan dari rapat IGRA
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Tunas
Bangsa.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya membujuknya agar
ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Kami hanya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berbeda-beda setiap harinya di kelas seperti menggambar,
mewarnai, dan sebagainya.
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, mengikuti kegiatan pelatihan dari IGRA.
216
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua
217
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA SABILUSSALAM
Nama : H. Opsanih, S. Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Guru Kelas : B
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Sabilussalam?
Jawab : Di RA Sabilussalam menggunakan kurikulum 2013
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab : Iya, kami merancang Program Tahunan dan Program Semester
sebelum kegiatan tahun ajaran baru dimulai, yaitu sekitar bulan
juni.
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : Iya, kami selalu membuat RPPM, seminggu sebelum kegiatan
pembelajaran.
218
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : Iya, kami selalu membuat RPPH sebelum kegiatan
pembelajaran.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Iya pernah, tahun lalu saya mengajarkan anak cara mengetik
dikomputer.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya membujuknya agar
ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran di kelas.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Kami hanya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berbeda-beda setiap harinya di kelas seperti menggambar,
mewarnai, dan sebagainya.
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, saya sudah mengikuti cukup banyak pelatihan yang
diselenggarakan oleh IGRA, yaitu leadership training & motivation
219
building, workshop seni motoric halus bagi guru RA Kota Tangerang
Selatan, Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi RA, Pelatihan
Administrasi RA, Pelatihan Tari Anak, dan Pelatihan manajemen RA
yang berkualitas.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Saya hanya melaporkan langsung kepada orang tua mengenai
perkembangan anak saat setelah pulang sekolah tanpa
menggunakan catatan tertulis.
220
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA PERMATA
Nama : Siti Zaenab, S. Sos.
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Jurusan Kesejahteraan Sosial
Guru Kelas : B-2
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
1. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Permata?
Jawab: Di RA Permata menggunakan kurikulum berbasis sentra.
Namun baru tahun ini diberlakukan pembelajaran berbasis
sentra ini, jadi kami masih banyak kekurangan dan perbaikan
dan dalam penerapan nya saat mengajar. Terdapat 5 sentra di
RA Permata, yaitu sentra persiapan, sentra agama, sentra
bermain peran dan musik, sentra balok dan sentra seni.
Sentra ini dilakukan secara bergantian setiap harinya oleh 2
kelas B, 2 kelas A dan 1 kelas PAUD.
2. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab: untuk program tahunan karena baru tahun ini kami
mengadakan pembelajaran berbasis sentra, jadi kami masih
dalam tahap uji coba mengikuti beberapa sumber dari beberapa
sekolah TK yang menggunakan pembelajaran sentra. Dan kami
hanya membuat Program Semester sebagai patokan untuk
membuat RPPH saja.
221
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
3. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, kami pihak sekolah selalu membuat RPPM maksimal
1 bulan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya selalu membuat RPPH maksimal 1 hari sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Permata.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
6. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membujuk anak
tersebut agar ia mau mengikuti kembali kegiatan pembelajaran
di kelas.
7. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Permata
setiap harinya akan bergantian ruang kelas sentra. Disetiap
222
sentra yang ada di RA Permata dapat mengembangkan dan
melatih bakat anak yang berbeda-beda, yaitu dalam bermain
peran, memainkan alat musik, dan seni .
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
8. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab :Pernah, karena guru-guru disini sering bergantian untuk
mengikuti kegiatan pelatihan, jadi saya baru ikut beberapa
kegiatan pelatihan, yaitu pelatihan kelas sentra dan pelatihan
komputer di Pusat TIK UIN Jakarta.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua.
223
HASIL WAWANCARA
GURU DI RA PERMATA
Nama : Nenden
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Guru Kelas : A-1
Pertanyaan :
A. Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD)
3. Apakah kurikulum yang digunakan oleh RA Permata?
Jawab: Di RA Melati menggunakan kurikulum berbasis sentra.
Namun baru tahun ini diberlakukan pembelajaran berbasis
sentra ini, jadi kami masih banyak kekurangan dan perbaikan
dan dalam penerapan nya saat mengajar. Terdapat 5 sentra di
RA Permata, yaitu sentra persiapan, sentra agama, sentra
bermain peran dan musik, sentra balok dan sentra seni.
Sentra ini dilakukan secara bergantian setiap harinya oleh 2
kelas B, 2 kelas A dan 1 kelas PAUD.
4. Apakah pihak sekolah merancang Program Tahunan dan Program
Semester sekolah? Kalau iya, kapan pihak sekolah merancangnya?
Jawab: untuk program tahunan karena baru tahun ini kami
mengadakan pembelajaran berbasis sentra, jadi kami masih
dalam tahap uji coba mengikuti beberapa sumber dari beberapa
sekolah TK yang menggunakan pembelajaran sentra. Dan kami
hanya membuat Program Semester sebagai patokan untuk
membuat RPPH saja.
224
B. Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang pro-perubahan
(aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan)
4. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
(RPPM) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, kami pihak sekolah selalu membuat RPPM maksimal
1 bulan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. Apakah ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) sebelum memulai kegiatan pembelajaran? Kalau iya, sejak
kapan ibu membuatnya?
Jawab : iya, saya selalu membuat RPPH maksimal 1 hari sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung.
C. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Apakah ibu pernah mengajarkan anak belajar menggunakan
komputer? Kalau iya, bagaimana cara mengajarnya?
Jawab : Tidak pernah, karena fasilitas nya belum ada di RA Permata.
D. Membimbing anak dalam berbagai aspek (misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, dan minat)
8. Bagaimana cara ibu menghadapi anak yang tidak mau mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas?
Jawab: Terkadang ada 1 atau 2 anak yang tidak mau belajar sesuai
dengan yang telah saya ajarkan, saya akan membujuk anak
dan membimbing anak tersebut agar ia mau mengikuti kembali
kegiatan pembelajaran di kelas.
9. Bagaimana cara ibu mengembangkan bakat anak yang berbeda-beda
dalam beberapa kegiatan pembelajaran?
225
Jawab: Selain kegiatan pembelajaran didalam kelas, di RA Permata
setiap harinya akan bergantian ruang kelas sentra. Disetiap
sentra yang ada di RA Permata dapat mengembangkan dan
melatih bakat anak yang berbeda-beda, yaitu dalam bermain
peran, memainkan alat musik, dan seni .
E. Mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru
9. Apakah ibu pernah mengikuti kegiatan pelatihan guru? Kalau iya,
kegiatan pelatihan apa saja yang ibu ikuti?
Jawab : Belum pernah, karena disini kekurangan pengajar, jadi say
baru mengajar kurang lebih 3 bulan di RA Permata. Saya pun
hanya lulusan SMA jadi belum pernah mengikuti kegiatan
pelatihan apapun tentang guru RA. Namun, saya sudah
banyak belajar bagaimana cara mengajarkan anak RA dari
saudara saya selaku kepala sekolah disini, saya pun juga
sudah memiliki anak kecil jadi saya sudah paham bagaimana
menghadapi anak saat kegiatan pembelajaran.
F. Menilai hasil belajar anak secara otentik
9. Apakah ibu membuat catatan tertulis apabila ada anak yang belum
tercapai perkembangannya kepada orangtua?
Jawab: Karena zaman sekarang sudah canggih, jadi kami
menggunakan chat personal melalui what’s app untuk
berkomunikasi dengan para orang tua.
226
DAFTAR GAMBAR
A. RA MELATI
CD.M.4.1berhitung dengan media CD.M.4.2 membuat kreativitas laba-
papan tulis dan spidol laba
CD.M.4.3 Kurikulum dan Silabus CD.M.4.4 RPPH
CD.M.4.5 Penilaian Guru CD.M.4.6 Kegiatan Ekskul Tari
227
CD.M.4.7 Sertifikat Pelatihan Guru
B. RA SALMAN
CD.S.4.1 Berhitung menggunakan CD.S.4.2 Berhitung menggunakan
media kartu angka papan tulis, spidol dan jari tangan
CD.S.4.3 Program Tahunan CD.S.4.4 RPPM RA Salman
228
CD.S.4.5 RPPH RA Salman CD.S.4.6 Penilaian Guru
CD.S.4.7 Kegiatan Latihan Tari
C. RA TUNAS BANGSA
CD.T.4.1 Berhitung menggunakan CD.T.4.2 Program Tahunan
media papan tulis dan spidol
229
CD.T.4.3 RPPM RA Tunas Bangsa
D. RA SABILUSSALAM
CD.SS.4.1 Berhitung menggunakan CD.SS.4.2 Penilaian Guru
buku lembar kerja mengenal angka
CD.SS.4.5 Sertifikat Pelatihan Guru