Analisis Kontribusi Pad Thdp Belanja Pemda

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi anak stan kakak kelas saya, heehhe

Citation preview

  • DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

    SKRIPSI

    ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BESARNYA BELANJA OPERASIONAL PEMERINTAH KOTA KUPANG

    TAHUN 2006-2008

    Diajukan Oleh : EURIKE FERDERIKE DANIELA ADOE

    NPM : 08460004741

    AJUN AKUNTAN

    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2007

    Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

    Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Tahun 2009

  • 2

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Nama : Eurike Ferderike Daniela Adoe

    Nomor Pokok Mahasiswa : 08460004741

    Bidang Skripsi : Manajemen Keuangan Pemerintah

    Judul Skripsi : Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap

    Besarnya Belanja Operasional Pemerintah Kota

    Kupang Tahun 2006-2008

    Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi ini adalah hasil tulisan saya

    sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru

    tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan

    tindakan plagiarisme saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah

    diberikan.

    Tangerang, 23 Oktober 2009 Yang memberi pernyataan,

    Eurike Ferderike Daniela Adoe

  • 3

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

    NAMA : EURIKE FERDERIKE DANIELA ADOE

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004741

    BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH

    JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN

    ASLI DAERAH TERHADAP BESARNYA

    BELANJA OPERASIONAL PEMERINTAH

    KOTA KUPANG TAHUN 2006-2008

    Mengetahui Menyetujui

    Direktur, Dosen Pembimbing,

    Kusmanadji, Ak., MBA Margono, Ak., MM NIP.196009151981121001 NIP.195405251977121001

  • 4

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG

    PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

    NAMA : EURIKE FERDERIKE DANIELA ADOE

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004741

    BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH

    JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN

    ASLI DAERAH TERHADAP BESARNYA

    BELANJA OPERASIONAL PEMERINTAH

    KOTA KUPANG TAHUN 2006-2008

    Tangerang, 23 Oktober 2009

    1. .................................................................... Drs.Achmad Ghozali.,Ak.,ST (Ketua Penguji)

    2. ..................................................................... Margono, Ak., MM (Anggota Penguji/Pembimbing) NIP.195405251977121001

    3. ..................................................................... Budi Mulyana, SE., M.Si (Anggota Penguji) NIP.197201051992031002

  • 5

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan berkat-Nya

    yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

    skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

    mencapai gelar Sarjana Sain Terapan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

    Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan moril maupun

    materiil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan

    hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

    2. Bapak Margono, Ak., MM selaku dosen pembimbing materi skripsi yang telah

    memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan materi dan telah meluangkan waktu

    serta pikirannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    3. Bapak Cucu Pujasetia, SE selaku dosen pembimbing teknis yang telah meluangkan

    waktu untuk memberikan arahan kepada penulis.

    4. Seluruh widyaiswara, dosen dan semua staf pada Bidang Akademis pendidikan

    Akuntan yang telah mendidik, mengajar, membimbing dan memberikan bekal ilmu

    pengetahuan dan wawasan kepada penulis.

    5. Gubernur NTT yang telah memberikan kesempatan dan dukungan moril dan materi

    kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

  • 6

    6. Bapak Drs.Daniel Adoe selaku Walikota Kupang yang telah memberikan izin untuk

    melakukan riset dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Kepala Biro Kepegawaian Setda Provinsi NTT beserta seluruh kabag, kasubag dan

    staf. Atas dukungannya kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Sekolah

    Tinggi Akuntansi Negara.

    8. Bapak Drs.Noldianus.R.Dethan selaku Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota

    Kupang beserta seluruh staf.

    9. Bapak Gabriel Manuain, SE selaku Kepala Bagian Keuangan Setda Kota Kupang

    beserta seluruh staf.

    10. Ibu Maya Edon, Ibu Tien Siokh, Ibu Irma, Ibu Peggy, Bapak Dai Bolle, serta Bapak

    Ope yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

    11. Teman-teman seperjuangan, Ibu Corlin dan Pak Blasius

    12. Teman-teman DIV angkatan 2008 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

    satu per satu, yang telah benyak memberikan bantuan moril maupun materil kepada

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Secara khusus penulis mengucapkan tarima kasih yang tak terhingga kepada

    Ayahanda Daniel Adoe dan Ibunda Welmintje Adoe yang telah melahirkan, merawat,

    mendidik dan membesarkan penulis, Bapa R Bugel dan Mama Heni Bugel, suamiku

    tercinta Renold Alberto Bugel dan anakku tersayang Rilda Welny Putri Bugel, kakak dan

    adikku Tanti-Alti, Emi-Alex, Sandra-Rudi, Elis-Molly, Ina-Sofri, Oland-Vi, Heri-

    Soemin, Adipapa-Citra, Wulan beserta semua keponakanku tersayang, yang senantiasa

  • 7

    memberikan dukungan moril dan materi serta mendoakan setiap langkah penulis. Semoga

    Tuhan Yesus senantiasa memberikan berkat, ramat dan kasih yang berlimpah.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terlalu jauh dari sempurna. Oleh karena

    itu, berbagai masukan, saran dan kritik dari pembaca sangatlah penulis harapkan. Akhir

    kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini

    dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

    Tangerang, 23 Oktober 2009

    Eurike Ferderike Daniela Adoe

  • 8

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................................

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .........................................................................

    TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN SKRIPSI ...............................................

    KATA PENGANTAR ...............................................................................................

    DAFTAR ISI .............................................................................................................

    DAFTAR TABEL .....................................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    viii

    xi

    xiii

    BAB I

    BAB II

    PENDAHULUAN ..

    A. Latar Belakang Penelitian .......

    B. Ruang Lingkup Penelitian ...

    C. Masalah Penelitian..

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

    E. Metodologi Penelitian .

    F. Sistematika Pembahasan .

    LANDASAN TEORI .

    A. Pengertian Kontribusi..

    B. Konsep Otonomi Daerah........................................

    1

    1

    2

    3

    3

    4

    4

    6

    6

    6

  • 9

    BAB III

    1. Pengertian Otonomi Daerah......................................................

    2. Tujuan Otonomi Daerah............................................................

    C. Laporan RealisaiAnggaran...........................................................

    1. Pendapatan Asli Daerah.............................................................

    2. Belanja Daerah...........................................................................

    D. Teknik Analisa Data............................. ..........................................

    1. Analisis Kontribusi PAD Terhadap Besarnya Belanja

    Operasional.......................... .....................................................

    2. Analisis Laju Pertumbuhan PAD..... ........................................

    3. Analisis Kinerja Administrasi Penerimaan PAD......................

    GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN LAPORAN

    REALISASI ANGGARAN KOTA KUPANG TAHUN 2006-2008

    A. Gambaran Organisasi.................................... ..................................

    1. Pemerintah Kota Kupang...........................................................

    a. Sejarah Singkat Kota Kupang..............................................

    b. Kewilayahan, Kondisi Geografis dan Kondisi Ekonomi

    Kota Kupang........................................................................

    2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang....................................

    a. Struktur Organisasi..............................................................

    b. Tugas Pokok dan Fungsi.....................................................

    6

    7

    8

    9

    15

    17

    17

    20

    20

    22

    22

    22

    22

    24

    27

    27

    29

  • 10

    BAB IV

    BAB V

    B. Realisasi PAD dan Belanja Operasional Tahun 2006-2008............

    C. Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2006-2008

    D. Anggaran dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2006-2008.

    E. Biaya Perolehan PAD Tahun 2006-2008

    ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

    TERHADAP BESARNYA BELANJA OPERASIONAL

    PEMERINTAH KOTA KUPANG TAHUN 2006-2008.......

    A. Analisis Kontribusi PAD Terhadap Besarnya Belanja Oparasional

    1. Potensi Pajak Daerah...

    2. Potensi Retribusi Daerah.

    3. Kontribusi PAD Terhadap Belanja Operasional.

    B. Analisis Laju Pertumbuhan PAD.....

    C. Analisis Kinerja Administrasi Penerimaan PAD.............................

    1. Efektivitas PAD.........................................................................

    2. Efisiensi PAD ............................................................................

    3. Kemandirian Keuangan Daerah.

    SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

    A. Simpulan ........................................................................................

    B. Saran ................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

    30

    33

    34

    35

    37

    37

    39

    44

    53

    58

    63

    66

    68

    70

    73

    73

    76

    79

  • 11

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...............................................................

    81

    82

  • 12

    DAFTAR TABEL

    No. Nama Tabel Halaman

    II.1 Matriks Potensi Pajak dan Retribusi Daerah

    18

    III.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Kupang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2007.

    27

    III.2 Anggaran dan Realsiasi PAD Tahun 2006-2008........................

    32

    III.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Operasional Tahun 2006-2008

    33

    III.4 Anggaran dan Realsiasi Pajak Daerah Tahun 2006-2008...........

    34

    III.5 Biaya Perolehan Pendapatan Asli Daerah tahun 2006-2008.......

    36

    IV.1 Matriks Potensi Pajak dan Retribusi Daerah...

    38

    IV.2 Realisasi Pajak Daerah Kota Kupang tahun 2006-2008.............

    40

    IV.3 Matriks Potensi Pajak tahun 2007...

    41

    IV.4 Matriks Potensi Pajak tahun 2008...

    43

    IV.5 Matriks Potensi Retribusi Daerah Tahun 2007........................... 45

  • 13

    IV.6 Matriks Potensi Retribusi Daerah tahun 2008.............................

    47

    IV.7 Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah dalam PAD 2006-2008

    51

    IV.8 Kontribusi PAD dalam Pendapatan Daerah tahun 2006-2008

    52

    IV.9 Perkembangan Peningkatan Belanja Operasional 2006-2008

    54

    IV.10

    IV.11

    Kontribusi PAD terhadap Belanja Operasional 2006-2008

    Transfer pemerintah Pusat Dana Perimbangan 2006-2008......

    56

    57

    IV.12 Realisasi Penerimaan PAD tahun 2006-2008.

    59

    IV.13 Pertumbuhan PAD...

    60

    IV.14 Anggaran dan Realisasi PAD tahun 2006-2008..

    64

    IV.15

    IV.16

    Biaya Perolehan PAD tahun 2006-2008.

    Pendapatan Transfer tahun 2006-2008

    65

    71

  • 14

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Nama Lampiran Halaman

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2006...........................................

    Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2007...........................................

    Laporan Realisasi Anggaran Tahun2008............................................

    Perhitungan Potensi Pajak Daerah Tahun 2007-2008.........................

    Perhitungan Potensi Retribusi Daerah Tahun 2007-2008...................

    Data Perkembangan Penduduk, Pembangunan dan Aset Tahun 2008

    32

    32

    32

    40

    44

    49

  • 15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang pernah melanda Indonesia

    memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi upaya peningkatan kesejahteraan

    seluruh rakyat Indonesia. Di satu sisi, krisis tersebut telah membawa dampak yang luar

    biasa pada tingkat kemiskinan, namun di sisi lain krisis tersebut juga telah membuka

    jalan bagi munculnya reformasi total diseluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah

    satu unsur reformasi total tersebut adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada

    daerah kabupaten dan kota.

    Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

    Daerah, sekarang ini daerah telah diberi kewenangan yang utuh untuk dapat

    merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan serta mengevaluasi kebijakan-

    kebijakan daerah. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan untuk dapat lebih

    menggali sumber-sumber atau potensi daerahnya sendiri agar dapat membiayai

    pengeluaran yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan operasional daerah. Dimana

    anggaran belanja operasional daerah dipergunakan untuk merencanakan kebutuhan

    sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan, serta bersifat rutin karena pengeluaran

    tersebut ada dan berulang-ulang setiap tahunnya.

  • 16

    Kota Kupang sebagai salah satu daerah otonom yang termasuk ke dalam

    Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak lepas dari dampak penerapan

    pelaksanaan otonomi daerah. Pemerintah Daerah Kota Kupang berusaha untuk

    meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pengeluaran yang dipakai untuk

    melaksanakan kegiatan operasional daerah, dimana sejalan dengan tuntutan otonomi

    daerah, telah terjadi peningkatan belanja oparasional setiap tahunnya hal ini terjadi

    karena pengembangan dan peningkatan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang sampai

    dengan tahun 2008 tercatat Pegawai Negeri Sipil Daerah pada pemerintah Kota Kupang

    sebanyak 6.426 orang.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin mengetahui berapa besar kontribusi

    PAD terhadap belanja operasional daerah Kota Kupang dengan melihat terlebih dahulu

    pemetaan potensi pajak dan retribusi daerah, serta melihat bagaimana laju pertumbuhan

    PAD dan akhirnya dapat mengukur kinerja administrasi penerimaan PAD Pemerintah

    Kota Kupang. Untuk itu penulis memilih judul untuk penulisan skripsi ini adalah:

    Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Besarnya Belanja

    Operasional Pada Pemerintah Daerah Kota Kupang Tahun 2006-2008.

    Pada bagian akhir dari penulisan ini, penulis memberikan saran-saran kepada

    Pemerintah Daerah Kota Kupang agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

    B. Ruang Lingkup Penelitian

    Agar penulisan skripsi lebih fokus, penulis membatasi ruang lingkup penulisan

    skripsi sebagai berikut:

  • 17

    1. Penulis hanya melakukan analisis pada Pemerintah Daerah Kota Kupang untuk tiga

    tahun terakhir, yaitu dari tahun 2006-2008.

    2. Pada analisis kontribusi PAD, penulis membuat pembatasan hanya pada belanja

    operasional.

    C. Masalah Penelitian

    Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis mengidentifikasikan masalah

    sebagai berikut:

    1. Berapa besar kontribusi PAD terhadap Belanja Operasional pada Pemerintah Daerah

    Kota Kupang serta bagaimana pemetaan potensi pajak dan retribusi daerah,

    2. Bagaimana laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah,

    3. Bagaimana kinerja administrasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

    D. Tujuan dan Manfaat penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

    1. Memberikan gambaran yang jelas mengenai kontribusi PAD terhadap besarnya

    belanja operasional Pemerintah Daerah Kota Kupang dengan melihat terlebih dahulu

    pemetaan potensi pajak dan retribusi daerah,

    2. Mengukur laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah,

    3. Mengukur kinerja administrasi penerimaan PAD dengan menggunakan ratio

    efektivitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah.

    Selain tujuan diatas, penulis juga mengharapkan agar penulisan ini dapat memiliki

    manfaat selain bagi penulis dalam menambah wawasan dan cara berpikir penulis, juga

  • 18

    bagi Pemerintah Daerah Kota Kupang diharapkan dapat memberikan sumbangan saran

    serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya yang

    berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah serta Belanja Operasional Daerah. Dan juga

    bagi pihak lain diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat menjadi

    bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

    E. Metode Penelitian

    Dalam mengumpulkan data sebagai bahan penulisan skripsi ini, penulis

    menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

    1. Study Kepustakaan (Library Research), dilakukan dengan membaca dan menelaah

    berbagai literatur, artikel maupun bahan-bahan kuliah yang mempunyai relevansi

    dengan materi skripsi.

    2. Penelitian Lapangan (Field Research), penulis mengumpulkan data dari obyek

    penelitian, baik data kuantitatif maupun data kualitatif, dengan mengunjungi langsung

    obyek penelitian serta melakukan wawancara dengan pejabat terkait.

    F. Sistematika Pembahasan

    Skripsi ini terbagi dalam lima bab dan tiap bab terbagi dalam subbab-subbab

    dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang penelitian, ruang lingkup

    penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan

    untuk memperoleh bahan penulisan skripsi ini, serta sistematika penulisan..

  • 19

    BAB II LANDASAN TEORI

    Untuk mendukung dan memperkuat pembahasan yang akan dilakukan, bab ini

    akan menguraikan dasar-dasar teori yang akan digunakan pambahasan

    penulisan yang meliputi konsep Otonomi Daerah, Laporan Realisasi Anggaran,

    konsep PAD, konsep belanja operasional, analisis kontribusi PAD terhadap

    belanja operasional, analisis laju pertumbuhan PAD, serta analisis pengukuran

    kinerja administrasi penerimaan PAD Kota Kupang.

    BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN LAPORAN REALISASI

    ANGGARAN KOTA KUPANG TAHUN2006-2008

    Pada bab ini menguraikan secara ringkas hasil penelitian lapangan, meliputi

    gambaran umum organisasi serta uraian materi yang terkait dengan PAD dan

    Belanja Operasional.

    BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP

    BESARNYA BELANJA OPERASIONAL PEMERINTAH DAERAH KOTA

    KUPANG TAHUN 2006-2008

    Pada bab ini penulis akan menganalisis kontribusi PAD terhadap besarnya

    belanja operasional Pemerintah Daerah Kota Kupang tahun 2006-2008, dengan

    melihat terlebih dahulu pemetaan potensi pajak dan retribusi daerah, laju

    pertumbuhan PAD, serta mengukur kinerja administrasi penerimaan PAD.

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

  • 20

    Dalam bab terakhir ini penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil

    tinjauan yang pada bab sebelumnya, serta akan mencoba untuk memberikan

    saran-saran perbaikan yang penulis pandang perlu.

  • 21

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Kontribusi

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Kontribusi adalah

    sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi (T.Guritno 1992,76) kontribusi adalah

    sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau

    kerugian tertentu. Sedangkan kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang

    diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap besarnya Belanja Operasional.

    B. Konsep Otonomi Daerah

    Sebagai konsekuensi atau akibat dari pelaksanaan desentralisasi dalam system

    pemerintahan di Indonesia, maka timbullah daerah-daerah otonom atau daerah yang

    mempunyai otonomi. Sebelum digunakan cukup luas dalam skripsi ini, maka penulis

    akan berusaha untuk menerangkan pengertian dan hal-hal yang berhubungan dengan

    otonomi daerah tersebut.

    1. Pengertian Otonomi Daerah

    Otonomi atau authonomy berasal dari bahasa yunani, auto berarti sendiri

    dan nomos berarti hukum atau peraturan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah,

    Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

  • 22

    kepentingan setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    Menurut Encyclopedia of social science seperti yang dikutip oleh SerundaJang

    (2001,33):

    Otonomi dalam pengertian asli adalah the legal self sufficiency body and ats actual independence. Dalam kaitannya dengan politik atau pemerintah, Otonomi Daerah berarti self Government atau the condition of living under ones own laws. Jadi Otonomi Daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws. Namun demikian, walaupun otonomi tersebut sebagai self government, self sufficiency, dan actual independence, keotonomian tersebut tetap berada dalam batas yang tidak melampaui wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada daerah.

    Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (5)

    dan (6) menyebutkan :

    Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenag mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    2. Tujuan Otonomi Daerah

    Tujuan dari otonomi daerah dengan sistem desentralisasi adalah agar pemerintah

    daerah memiliki wewenang untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan

    daerahnya masing-masing sesuai dengan aspirasi dan kehendak mereka. Dengan

    wewenang tersebut, pemerintah daerah diharapkan mampu mengurus dan mengatur

    daerahnya sendiri.

  • 23

    Sehubungan dengan sistem pemerintahan dengan berazaskan desentralisasi,

    Suparmoko (2002,16) menyebutkan bahwa tujuan dari desentralisasi adalah: (i)

    Mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah, (ii) Meningkatkan pendapatan

    asli daerah dan mengurangi subsidi dari pemerintah pusat, (iii) Mendorong pembangunan

    daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah.

    Pemberian wewenang yang seharusnya diberikan oleh pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah (hubungan kewenangan) adalah sebagai konsekuensi logis untuk

    tercapainya maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada daerah, serta untuk imbalan

    terhadap kewajiban dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi

    daerahnya.

    C. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

    Laporan Realisasi Anggaran merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib

    dibuat oleh pemerintah daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005

    tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah

    memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding.

    Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target-

    target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan,

    belanja , transfer dan pembiayaan. Informasi dalam LRA berguna bagi para pengguna

  • 24

    laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,

    akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Menurut ketentuan umum Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dimaksud

    dengan Pendapatan Asli Daerah adalah: Pendapatan yang diperoleh daerah yang

    dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pendapatan Asli Daerah bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam

    menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas

    desentralisasi.

    Sedangkan pengertian pendapatan Asli Daerah menurut Indra Bastian (2001,110)

    menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari pos penerimaan

    pajak daerah dan pos retribusi daerah, pos penerimaan pajak yang berisi hasil perusahaan

    milik daerah, pos pengelolaan investasi serta pengelolaan sumber alam.

    b. Komponen-Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Menurut pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

    Daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

    1. Hasil Pajak Daerah;

    2. Hasil Retribusi Daerah;

    3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan

  • 25

    4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

    1) Pajak Daerah

    Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pengertian Pajak Daerah adalah:

    Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi / badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

    Menurut Mardiasmo (2003,98) defenisi Pajak Daerah adalah:

    Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi / badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

    Adapun Jenis-jenis Pajak Daerah adalah sebagai berikut:

    1. Pajak daerah provinsi, terdiri atas:

    a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

    b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

    c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

    d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan aur permukaan

    2. Pajak daerah kabupaten/kota, terdiri atas:

    a. Pajak hotel

    b. Pajak restoran

    c. Pajak hiburan

    d. Pajak reklame

  • 26

    e. Pajak penerangan jalan

    f. Pajak bahan galian golongan C

    g. Pajak parkir

    2) Retribusi Daerah

    Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan

    Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atasa jasa atau pemberian

    ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

    untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

    Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi

    Daerah, dijelasakan bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan

    pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan, pertumbuhan perekonomian

    di daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya

    memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain

    dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan

    jenis retribusi serta pemberian bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan

    khususnya dari sektor retribusi daerah.

    Jenis-jenis retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa

    Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.

    1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah

    daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

  • 27

    orang pribadi atau badan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 66

    Tahun 2001 bahwa jenis-jenis retribusi umum adalah:

    a. Retribusi pelayanan kesehatan

    b. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan

    c. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil

    d. Retribusi pemakaman dan pengabuan mayat

    e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum

    f. Retribusi pelayanan pasar

    g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor

    h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

    i. Retribusi penggantian biaya cetak peta

    j. Retribusi pengujian kapal perikanan

    2. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan pemerintah daerah

    dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh

    sektor swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah sebagai berikut:

    a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

    b. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan

    c. Retribusi tempat pelelangan

    d. Retribusi terminal

    e. Retribusi tempat khusus parkir

    f. Retribusi tempat penginapan /pesanggarahan /villa

  • 28

    g. Retribusi penyedotan kakus

    h. Retribusi rumah potong hewan

    i. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal

    j. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

    k. Retribusi penyebrangan di atas air

    l. Retribusi pengolahan limbah cair

    m. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

    3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah

    dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi / badan yang dimaksud untuk

    pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan

    ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana dan sarana atau fasilitas

    tertentu guna melindungi kepentingan umumdan menjaga kelestarian lingkungan.

    Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah sebagai berikut:

    a. Retribusi izin mendirikan bangunan

    b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol

    c. Retribusi izin gangguan

    d. Retribusi izin trayek

    Rincian dan masing-masing jenis retribusi daerah diatur dalam peraturan daerah

    yang bersangkutan. Selain jenis retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan

    Pemerintah, dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai

    kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

  • 29

    3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

    Menurut penjelasan pasal 157 huruf a ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun

    2004tentang Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan hasil pengelolaan

    kekayaan daerah yang dipisahkan adalah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

    dipisahkan adalah antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak

    ketiga.

    Menurut Abdul Halim (2004,68), yang dimaksud dengan hasil pengelolaan

    kekayaan daerah yang dipisahkan adalah Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang

    dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik

    daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Jenis-jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi objek

    pendapatan berikut:

    a. Bagian laba perusahaan milik daerah

    b. Bagian laba lembaga keuangan bank

    c. Bagian laba lembaga keuangan non bank

    d. Bagian laba atas penyertaan modal / investasi

    4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Yang Sah

    Menurut penjelasan pasal 57 huruf a ayat (4) Undang-undang Nomor 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan lain-lain PAD yang sah

    adalah Lain-lain PAD yang sah antara lain penerimaan daerah diluar pajak dan retribusi

    daerah seperti jasa giro, dan hasil penjualan aset daerah.

  • 30

    Sedangkan pengertian lain-lain PAD yang sah menurut Abdul Halim (2004,67),

    yaitu Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain

    milik Pemerintah Daerah.

    Jenis-jenis lain-lain PAD yang sah meliputi objek pendapatan berikut ini:

    1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

    2. Penerimaan jasa giro

    3. Penerimaan bunga deposito

    4. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

    5. Penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah (TP-TGR)

    Sedangkan menurut pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah,

    bahwa lain-lain PAD yang sah meliputi:

    1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

    2. Jasa giro;

    3. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

    4. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau

    pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

    2. Belanja Daerah

    Pengeluaran daerah (belanja daerah) menurut Undang-Undang 33 Tahun 2004

    pasal 1 ayat (14) merupakan Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang

  • 31

    diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

    bersangkutan.

    Menurut Mahmudi (2007,68) pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

    belanja operasi, belanja modal dan belanja tak terduga.

    a. Belanja Operasi, meliputi: Belanja pegawai, Belanja barang dan jasa, Belanja Bunga ,

    Belanja Subsidi, Belanja Hibah dan Belanja Bantuan sosial.

    b. Belanja Modal, meliputi: Balanja tanah, Belanja peralatan dan mesin, Belanja gedung

    dan bangunan, Belanja jalan, irigasi dan jaringan, Belanja aset tetap lainnya, dan

    Belanja aset lainnya.

    c. Belanja Tak Terduga, meliputi: Bantuan bencana alam, Bantuan bencana social,

    Bantuan korban politik.

    Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

    Akuntansi Pemerintahan, belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis

    belanja), organisasi, dan fungsi.

    a. Klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) adalah pengelompokan belanja

    yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi

    belanja menurut ekonomi terdiri dari:

    1. Belanja Operasional, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-

    hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja

    operasional antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga,

    belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial.

  • 32

    2. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan

    aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja

    modal terdiri dari belanja aset tetap, belanja aset tetap lainnya dan melanja aset

    lainnya

    3. Belanja Tak Terduga, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang

    sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan

    bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya.

    b. Klasifikasi belanja menurut organisasi, merupakan klasifikasi berdasarkan unit

    organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi pada

    Pemerintah Daerah terdiri dari belanja Sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah

    pemerintah provinsi / kabupaten / kota dan lembaga teknis daerah provinsi /

    kabupaten / kota.

    c. Klasifikasi belanja menurut fungsi, merupakan klasifikasi yang didasarkan pada

    fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada

    masyarakat. Klasifikasi ini terdiri atas belanja pelayanan umum, pertahanan,

    ketertiban dan keamanan, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan

    permukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan perlindungan

    sosial.

    Menurut Mardiasmo (2002,66), pengeluaran pemerintah yang dikategorikan

    dalam anggaran operasional adalah Belanja Rutin (recurrent expenditure). Dikatakan

    belanja rutin karena sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahunnya.

  • 33

    Pengertian Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun

    anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.

    Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

    Akuntansi Pemerintah, Belanja Operasional adalah pengeluaran anggaran untuk

    kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberikan manfaat jangka pendek.

    Belanja operasional antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga,

    belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial.

    D. Teknik Analisis Data

    1. Analisis Kontribusi PAD Terhadap Besarnya Belanja Operasional

    Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar kontribusi PAD terhadap

    belanja operasional, apabila semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi

    kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pembelanjaan daerah

    (Mahmudi,2007,131). Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi PAD

    terhadap besarnya belanja operasional adalah sebagai berikut:

    Pendapatan Asli Daerah Kontribusi PAD = X 100% Total Belanja Operasional

    Namun sebelum penulis membahas lebih jauh tentang kontribusi PAD, maka

    terlebih dahulu penulis ingin melihat bagaimana komponen PAD, khususnya pajak dan

    retribusi daerah yang memiliki peranan penting dalam PAD, jika dipetakan dalam matriks

    potensi sesuai dengan yang dikemukakan Mahmudi (2007,135).

  • 34

    Pemetaan dalam matrik potensi dibawah ini dilakukan guna mengetahui jenis

    pajak dan retribusi daerah tertentu apakah masuk dalam kategori potensial, prima,

    berkembang atau terbelakang. Untuk dapat memetakan kategori potensial, prima,

    berkembang dan terbelakang tersebut perlu dibuat matriks potensi pajak/retribusi daerah

    sebagai berikut:

    Tabel II.1. Matriks Potensi Pajak / retribusi daerah

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA

    BERKEMBANG

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL

    TERBELAKANG

    Keterangan:

    Yi : Penerimaan pajak atau retribusi i pada tahun t

    : Nilai rata-rata pajak atau retribusi pada tahun t

    Yi : Tambahan penerimaan jenis pajak atau retribusi i pada tahun t

    Y : Tambahan penerimaan pajak atau retribusi tahun t

    Sementara itu,untuk mengetahui Yi dan Y dihitung dengan rumus:

    Yi,tahun t Yi, tahun(t-1)

    Yi = X 100% Yi, tahun (t-1)

  • 35

    Ytahun t Ytahun (t-1) Y = X 100% Ytahun (t-1)

    Yi : Proporsi suatu jenis pajak atau retribusi i dari rerata pajak atau Retribusi

    Yi : Proporsi tambahan suatu jenis pajak atau retribusi dari total Y Tambahan penerimaan pajak atau retribusi

    Semakin besar suatu proporsi suatu pajak atau retribusi dari rerata pajak atau

    retribusi, maka semakin layak pajak atau retribusi tersebut untuk diupayakan

    peningkatannya dimasa mendatang. Sebaliknya, semakin kecil proporsi pajak atau

    retribusi tersebut maka upaya identifikasi mengenai kelayakan untuk dijadikan sumber

    penerimaan dimasa mendatang perlu diintensifkan. Sementara untuk proporsi tambahan,

    semakin besar proporsi tambahan suatu pajak atau retribusi dari total penerimaan pajak

    atau retribusi, maka semakin layak pajak atau retribusi tersebut untuk diupayakan

    peningkatannya. Sebaliknya semakin kecil proporsi tambahan suatu jenis pajak atau

    retribusi maka upaya identifikasi mengenai kelayakan untuk dijadikan sumber

    penerimaan dimasa mendatang perlu diintensifkan.

    Setelah melihat matriks diatas, maka dapat diketahui faktor-faktor yang

    memengaruhi besar atau kecilnya kontribusi pajak dan retribusi daerah dalam PAD,

    karena banyaknya jenis pajak atau retribusi yang dikategorikan prima atau potensial

    maka hal ini akan mempengaruhi juga besarnya kontribusi PAD terhadap belanja

    operasional.

  • 36

    2. Analisis Laju Pertumbuhan PAD

    Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui apakah PAD mengalami pertumbuhan

    positif ataukah negatif. Diharapkan pertumbuhan PAD tersebut positif dan

    kecenderungannya (trend) meningkat. Sebaliknya jika terjadi pertumbuhan negatif maka

    harus ditelusuri penyebabnya (Mahmudi,2007,125). Rumus yang digunakan untuk

    menghitung laju pertumbuhan PAD adalah sebagai berikut:

    PAD tahun t PAD tahun (t-1) Pertumbuhan PAD tahun t = X 100%

    PAD tahun (t-1)

    3. Analisis Kinerja Administrasi Penerimaan PAD

    Analisis ini dilakukan dengan menggunakan rasio efektivitas, rasio efisiensi dan

    rasio kemandirian keuangan daerah. Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan

    pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan.

    Kemampuan memperoleh PAD dikategorikan efektif apabila rasio ini mencapai minimal

    1 atau 100%. Rasio efisiensi dihitung dengan cara membandingkan biaya yang

    dikeluarkan pemerintah daerah untuk memperoleh PAD dengan realisasi penerimaan

    PAD. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan PAD dikategorikan

    efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 10% (Mahmudi,2007,129). Sedangkan

    rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemandirian keuangan suatu daerah

    dalam menjalankan otonomi daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah dihitung

    dengan cara membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan

  • 37

    jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah.

    Menurut Mahmudi (2007,128) semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan suatu

    pemerintahan daerah dengan tingkat kemandirian keuangan daerah yang tinggi. Rumus

    yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Realisasi penerimaan PAD Rasio Efektivitas PAD =

    Target penerimaan PAD

    Biaya pemerolehan PAD Rasio Efisiensi PAD =

    Realisasi penerimaan PAD

    Pandapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian Daerah = Transfer Pusat + Provinsi + Pinjaman

  • 38

    BAB III

    GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN LAPORAN REALISASI

    ANGGARAN PEMERINTAH KOTA KUPANG

    TAHUN 2006 - 2008

    A. Gambaran Umum Organisasi

    Objek penelitian yang diambil penulis adalah tentang Analisis Kontribusi

    Pendapatan Asli Daerah Terhadap besarnya Belanja Operasional pada Pemerintah Kota

    Kupang khususnya pada Dinas Pendapatan Daerah yang merupakan unsur pelaksana dan

    pengelola Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Kupang yang dipimpin oleh seorang

    Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Kupang.

    Tugas Dinas Pendapatan Daerah adalah melaksanakan sebagian tugas rumah

    tangga Pemerintah Kota Kupang dalam bidang pendapatan daerah yang diserahkan oleh

    Walikota Kupang. Hal tersebut berkaitan erat dengan upaya Pemerintah Kota Kupang

    dalam menggali sumber Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang dalam rangka

    pelaksanaan otonomi daerah.

    1. Pemerintah Kota Kupang

    a. Sejarah Singkat Pemerintah Kota Kupang

    Asal mula nama Kupang sesungguhnya diambil dari nama raja Helong Nai

    Koepan atau Lai koepan yang menguasai dan memerintah wilayah ini sebelum

    kedatangan bangsa barat (Portugis dan Belanda).

  • 39

    Pada tanggal 29 Desember 1645 seorang Padri Portugis yang bernama Antonio

    Desao Jasinto mendarat di Kupang dan selanjutnya membangun benteng pertahanan yang

    disebut Ford Concordia dan pada tahun 1653 VOC Belanda merebut benteng Concordia

    tersebut. Tanggal 23 April 1886 oleh Residen Greeve ditetapkan batas Kota Kupang

    seluas 2 km yang diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 171 Tahun 1886,

    kemudian pada tahun 1949 Kota Kupang berstatus Heminte.

    Melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor PUD.5/16/46 tanggal 22

    Oktober 1955 Kota Kupang disamakan statusnya menjadi Kecamatan, sementara

    penetapan Wilayah Kota Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala

    Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur, Nomor 17/1969 tanggal 12 Mei 1969.

    Dalam perkembangan lebih lanjut, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1978,

    Kota Kupang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif Kupang dengan luas

    wilayah 25,13 km yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1978.

    Pada tahun 1996, dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1996 tanggal 20 Maret

    1996 Kota Administratif Kupang ditingkatkan lagi statusnya menjadi Kotamadya Daerah

    Tingkat II Kupang, dengan luas wilayah 180,27 km. Seiring adanya deregulasi, maka

    dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan di

    Daerah, istilah Kotamadya Kupang mengalami perubahan menjadi daerah Kota Kupang.

    b. Kewilayahan, Kondisi Geografis dan Kondisi Ekonomi Kota Kupang

    Dalam wilayah Kota Kupang sampai dengan tahun 2008 terdapat 4 kecamatan

    dan 49 kelurahan dengan rincian sebagai berikut:

  • 40

    1. Kecamatan Kelapa Lima : 15 Kelurahan

    2. Kecamatan Oebobo : 14 Kelurahan

    3. Kecamatan Maulafa : 9 Kelurahan

    4. Kecamatan Alak : 11 Kelurahan

    Dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2008 berjumlah 282.035

    jiwa yang dirinci menurut jenis kelamin, laki-laki berjumlah 143.164 jiwa dan perempuan

    berjumlah 138.871 jiwa.

    Dilihat dari aspek astronomis, Kota Kupang terletak pada bagian

    Utara : 10 7' 10" Lintang Selatan

    Selatan : 10 17' 39" Lintang Selatan

    Timur : 123 31' 35" Bujur Timur

    Barat : 123 41' 00" Bujur timur

    Sedangkan dari aspek geografis, Kota Kupang berada diujung barat pulau Timor,

    dekat dengan negara baru Timor Leste, berhadapan dengan Australia Bagian Utara.

    Posisi ini menempatkan Kota Kupang sebagai satu-satunya ibukota Provinsi yang terletak

    dibagian paling selatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan

    sendirinya, perkembangan Kota Kupang ke depan akan menjadi pintu gerbang masuk-

    keluar / arus lalu lintas (entry and exit gate) orang, barang dan jasa tidak saja pada aras

    lokal, regional dan nasional tetapi sudah meluas pada lingkup global.

  • 41

    Sebagai ibukota provinsi, Kota Kupang yang luas wilayahnya hanya sebesar

    180,27 km atau 18.027 Ha, memiliki sedikit potensi unggulan jika dibandingkan dengan

    kabupaten lain. Potensi unggulan tersebut antara lain:

    1. Perikanan laut

    2. Pertambangan dan penggalian : Batu gamping, batu mangan

    3. Industri pengolahan : Sektor perikanan dan sektor pertanian sub sektor peternakan

    4. Pariwisata : Wisata alam, wisata bahari dan wisata budaya

    5. Industri kerajinan : Tenun ikat

    Kondisi makro ekonomi Kota Kupang saat ini telah tumbuh dengan peningkatan

    yang positif pada semua sektor antara lain pertanian, perikanan, pertambangan dan

    penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan/konstruksi, perdagangan,

    hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan serta sektor jasa.

    Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Kupang sampai dengan tahun 2008

    juga seiring dengan perkembangan pertumbuhan PAD Kota Kupang yang dipicu antara

    lain dengan bertambahnya jumlah objek pajak dan retribusi sebagai sumber penerimaan

    PAD. Diketahui bahwa sampai dengan tahun 2008 jumlah hotel yang berada di Kota

    Kupang sebanyak 49 hotel, objek pajak reklame sebanyak 202, objek pajak hiburan yang

    terdiri dari tempat karaoke dan panti pijat sebanyak 230, objek pajak restoran sebanyak

    451 dengan rincian restoran sebanyak 79 dan rumah makan kecil sebanyak 372. Selain

    penambahan objek pajak dapat juga dipengaruhi oleh perkembangan penduduk dan

  • 42

    pembangunan serta kekayaan daerah yang dimiliki oleh pemerintah Kota Kupang (lihat

    lampiran 6).

    Dalam kurun waktu empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kota Kupang

    terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,52% per tahun. Pada tahun 2007

    pertumbuhan ekonomi makro berdasarkan asumsi RPMJ Kota Kupang berada pada

    kisaran 5,75%, sedangkan dalam perkembangan dinamis ekonomi makro daerah, BPS

    Kota Kupang mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 7,75% (Laporan

    Pertanggungjawaban Walikota Kupang Tahun 2008,15). Ini membuktikan bahwa

    kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi Kota Kupang dengan memberikan

    pembobotan yang cukup signifikan terhadap sektor tersier, khususnya jasa dan

    perdagangan merupakan pilihan yang tepat.

    Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi

    adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB disajikan atas harga yang

    berlaku dan atas harga konstan. PDRB disajikan atas harga berlaku, semua data agregat

    dinilai atas harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan, sedangkan penyajian atas

    harga konstan, semua data agregat dinilai atas harga tetap yang ditetapkan pada tahun

    dasar, sehingga perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun hanya disebabkan

    oleh perkembangan riil, bukan oleh perkembangan harga.

    Berdasarkan data PDRB menurut harga yang berlaku dan harga konstan, tiga

    sektor yang paling besar memberikan kontribusi bagi peningkatan PDRB Kota Kupang

    adalah sektor jasa umum, disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan yang

  • 43

    ketiga adalah pengangkutan dan komunikasi. Untuk data laju pertumbuhan PDRB Kota

    Kupang atas harga berlaku dan harga konstan tahun 2006-2007 dapat telihat pada tabel

    dibawah ini :

    Tabel III.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Kupang Menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2006 - 2007

    PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan Lapangan Usaha 2006 2007 2006 2007

    2 3 4 5 6

    1. Pertanian

    127.315.511,00

    141.019.143,00 86.014.657,00 90.273.883,00 2. Pertambangan dan

    Penggalian

    50.152.793,00

    56.847.993,00 34.720.845,00 37.007.046,00 3. Industri Pengelolaan 84.502.606,00 93.942.973,00 61.107.817,00 63.739.929,00

    4. Listrik, Gas dan Air

    26.917.746,00

    31.571.228,00 19.071.683,00 22.817.456,00

    5. Bangunan/Konstruksi

    317.188.087,00

    356.499.315,00 131.777.718,00 169.846.224,00 6. Perdaganan, Hotel

    dan Restoran

    649.429.559,00

    722.232.669,00 480.717.788,00 505.362.006,00 7. Pengangkutan dan

    Komunikasi

    321.268.700,00

    360.734.117,00 237.679.150,00 256.531.590,00

    8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

    119.733.135,00

    132.313.727,00 81.950.907,00 85.839.316,00

    9. Jasa-Jasa

    715.709.459,00

    793.359.500,00 514.516.996,00 543.825.840,00

    PDRB 2.412.217.596,00

    2.688.520.665,00 1.647.557.561,00 1.775.313.290,00 Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Walikota Kupang Tahun 2008

    2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota

    Kupang Nomor 34 Tahun 2002 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

    Pendapatan Kota Kupang. Dalam menjalankan tugas, Dinas Pendapatan Daerah Kota

    Kupang sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Kupang dipimpin oleh seorang Kepala

  • 44

    Dinas dengan eselon II-b yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota

    melalui Sekretaris Daerah.

    a. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Kupang

    Struktur organisasi adalah kerangka kerja yang didalamnya mencakup pembagian

    kerja dan kegiatan ke dalam bagian-bagian yang ada baik pada perusahaan swasta

    maupun di pemerintahan, sehingga dapat terjamin koordinasi dan kerja sama untuk

    mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran

    setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang dilaksanakan pada Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Kupang, perlu adanya penyusunan struktur organisasi. Adapun pegawai

    yang melaksanakan tugas pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang berjumlah 131

    orang, dengan rincian eselon II-b sebanyak 1 orang, eselon III-a sebanyak 1 orang,

    eselon III-b sebanyak 6 orang, eselon IV-a sebanyak 21 orang, staf sebanyak 82 orang

    dan tenaga honorer sebanyak 20 orang.

    Struktur organisasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang diatur

    berdasarkan Keputusan Walikota Kupang Nomor 220/KEP/HK/2002 tanggal 26

    Nopember 2002. Berikut ini adalah struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota

    Kupang:

    1. Kepala Dinas

    2. Bagian Tata Usaha, membawahi:

    a. Subbagian Umum dan Perlengkapan

    b. Subbagian Keuangan

  • 45

    c. Subbagian Kepegawaian

    3. Subdinas Program, membawahi:

    a. Seksi Data, Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

    b. Seksi Bimbingan dan Penyuluhan

    c. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

    4. Subdinas Pendaftaran dan Pendataan, membawahi:

    a. Seksi Pendaftaran

    b. Seksi Pendataan

    c. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

    5. Subdinas Penetapan, membawahi:

    a. Seksi Perhitungan

    b. Seksi Angsuran

    c. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan

    6. Subdinas Penagihan, membawahi:

    a. Seksi Penagihan

    b. Seksi Keberatan

    c. Seksi Pendapatan Lain-lain

    d. Seksi pengendalian Operasional

    7. Subdinas Pembukuan dan Pelaporan, membawahi:

    a. Seksi Penerimaan

    b. Seksi Pembukuan dan Persediaan

  • 46

    c. Seksi Pelaporan

    8. Subdinas Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak, membawahi:

    a. Seksi Bagi Hasil Pajak

    b. Seksi Bagi Hasil Non Pajak

    9. Unit Pelaksana Teknis Dinas

    10. Kelompok Jabatan Fungsional

    b. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Kupang

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang merupakan salah satu dinas di lingkungan

    Pemerintah Kota Kupang yang mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam

    melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang pendapatan serta

    melaksanakan tugas-tugas lain yang diserahkan oleh Walikota.

    Untuk melaksanakan tugas pokok diatas, Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang

    memiliki fungsi sebagai berikut:

    1. Perumusan dan pelaksana kebujakan teknis dibidang pendapatan sesuai dengan garis

    kebijaksanaan pemerintah daerah.

    2. Pelaksanaan pendaftaran, pendataan, penetapan, penagihan dan pembagian hasil

    pajak daerah.

    3. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum.

    4. Pelaksanaan koordinasi teknis dengan instansi lain guna memperlancar

    penyelenggaraan pelaksanaan tugas.

    5. Pembinaan kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas.

  • 47

    6. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan Dinas

    7. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota.

    B. Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Operasional Tahun 2006-2008

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh daerah

    yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan. Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Kota Kupang bersumber:

    1. Pajak Daerah, meliputi :

    Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,

    pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir.

    2. Retribusi Daerah, terdiri dari tiga jenis retribusi, yaitu:

    a. Retribusi Jasa Umum

    Meliputi : retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan,

    retribusi pengganti biaya cetak KTP & akte catatan sipil, retribusi pelayanan

    pemakaman, retribusi parkir tepi jalan umum, retribusi pengujian kendaraan

    bermotor, retribusi PHB/Askes, retribusi izin penggunaan tanah, retribusi alat

    mesin pertanian, retribusi izin usaha sarana kesehatan hewan, retribusi jasa

    pelayanan kesehatan hewan, retribusi izin tempat penyimpanan & penjualan BBM

    dan gas, retribusi izin usaha jasa konstruksi, retribusi izin pengelolaan air bawah

    tanah, retribusi izin usaha sarana kesehatan.

    b. Retribusi Jasa Usaha

  • 48

    Meliputi : retribusi terminal, retribusi parkir di tempat khusus, retribusi

    penyediaan / penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan, retribusi tempat

    rekreasi dan olah raga, retribusi penjualan produksi usaha daerah (UPTD).

    c. Retribusi Perizinan Tertentu

    Meliputi : retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan

    minuman beralkohol, retribusi izin gangguan dan keramaian, retribusi izin trayek

    dan retribusi izin usaha perikanan.

    3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, terdiri dari:

    a. Bagian laba perusahaan milik daerah, meliputi bagian bagi hasil laba PD pasar

    dan UPTD air bersih.

    b. Bagian laba atas penyertaan modal / investasi pada pihak ketiga,meliputi deviden

    Bank NTT, deviden Bank Bukopin, Deviden KPN Maju.

    4. Lain-lain PAD yang sah, terdiri dari:

    a. Jasa giro kas daerah

    b. Sumbangan pihak ketiga

    c. Penerimaan lain-lain

    Tujuan dari Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah Kota Kupang adalah untuk

    memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan

    otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah Kota

    Kupang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Sesuai Laporan Realisasi

    Anggaran tiga tahun terakhir (Lampiran 1-3), pada tahun 2006 PAD Kota Kupang

  • 49

    berjumlah Rp25.427.999.965,00 pada tahun 2007 berjumlah Rp30.659.877.526,00

    sedangkan pada tahun 2008 berjumlah Rp32.036.713.530,00. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel III.2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang

    Tahun 2006-2008

    Pendapatan Asli Daerah 2006 2007 2008

    Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan

    Kekayaan Daerah Yang

    Dipisahkan

    Lain-lain PAD yang sah

    6.685.303.661,00 6.228.427.868,00 1.803.363.274,95

    10.710.905.161,85

    8.198.294.642,00 7.593.047.533,00 2.809.443.014,00

    12.059.092.337,00

    9.946.115.049,00 8.898.181.422,00 3.284.624.905,00

    9.907.792.154,94

    Total PAD 25.427.999.965,80 30.659.877.526,00 32.036.713.530,94

    Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Kupang Tahun 2006-2008

    Sedangkan Belanja Operasional merupakan anggaran yang digunakan untuk

    merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Dimana belanja

    operasional tediri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja

    subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial.

    Seiring dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah, Belanja Operasional pun

    juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 berjumlah Rp225.432.911.024,00

    tahun 2007 berjumlah Rp253.537.914.667,00 dan pada tahun 2008 berjumlah

    Rp341.199.025.335,00. Pada Pemerintah Kota Kupang semua Pendapatan Asli Daerah

    diprioritaskan untuk membiayai kegiatan rutin atau membiayai belanja operasional.

  • 50

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian belanja operasional setiap tahunnya pada tabel

    dibawah ini:

    Tabel III.3. Realisasi Belanja Operasional Pemerintah Kota Kupang

    Tahun 2006-2008

    Belanja Operasional 2006 2007 2008

    Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial

    141.230.554.783,00 69.306.068.594,00

    -

    -

    -

    14.896.287.647,00

    187.424.302.848,00 54.156.111.819,00

    -

    -

    -

    11.957.500.000,00

    259.143.152.057,00 66.122.467.778,00

    -

    -

    1.577.090.500,00 14.356.315.000,00

    Total Belanja Operasional 225.432.911.024,00 253.537.914.667,00 341.199.025.335,00

    Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Kupang Tahun 2006-2008

    C. Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2006-2008

    Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi / badan

    kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dipergunakan untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

    Penerimaan pajak daerah Kota Kupang selalu mengalami peningkatan dari tahun

    ke tahun. Pada tahun 2006 pendapatan pajak daerah berjumlah Rp6.685.303.661,00 tahun

    2007 berjumlah Rp8.198.294.642,00 mengalami peningkatan 22,63% dari tahun 2006

    dan pada tahun 2008 mencapai jumlah Rp9.946.115.049,00 dengan peningkatan 21,32%

    dari tahun 2007. Pajak penerangan jalan merupakan penyumbang terbesar, kemudian

  • 51

    pajak hotel dan diikuti oleh pajak restoran. Realisasi pendapatan pajak daerah selalu

    melebihi yang dianggarkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel III.4. Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2006-2008

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang Tahun 2008

    D. Anggaran dan Realisasi Retribusi daerah Tahun 2006-2008

    Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

    pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau yang diberikan oleh Pemerintah

    Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

    Pada Pemerintah Kota Kupang terdapat 25 retribusi yang dipungut, dimana setiap

    tahunnya selama tiga tahun terakhir pendapatan retribusi mengalami peningkatan. Pada

    tahun 2006 pendapatan retribusi daerah berjumlah Rp6.228.472.868,00 pada tahun 2007

    pendapatan retribusi mengalami peningkatan sebanyak 21,90% menjadi

    2006 2007 2008

    Pajak Daerah Anggaran (Rp)

    Realisasi (Rp)

    Anggaran (Rp)

    Realisasi (Rp)

    Anggaran (Rp)

    Realisasi (Rp)

    Pajak Hotel

    Pajak Restoran

    Pajak Hiburan

    Pajak Reklame

    Pajak Penerangan Jalan

    Pajak Bahan Galian

    gol C

    Pajak Parkir

    600.000.000,00

    325.000.000,00

    62.500.000,00

    300.000.000,00

    4.800.000.000,00

    340.000.000,00

    37.500.000,00

    706.935.840,00

    368.175.110,00

    63.840.500,00

    362.429.846,00

    4.796.888.405,00

    363.028.760,00

    24.005.200,00

    750.000.000,00

    400.000.000,00

    62.500.000,00

    350.000.000,00

    5.700.000.000,00

    365.000.000,00

    46.200.000,00

    811.363.475,00

    516.655.894,00

    61.221.200,00

    373.866.160,00

    5.896.824.613,00

    485.547.100,00

    52.816.200,00

    1.110.000.000,00

    715.000.000,00

    85.000.000,00

    460.000.000,00

    5.700.000.000,00

    425.000.000,00

    60.000.000,00

    1.115.942.764,00

    1.244.286.319,00

    89.360.250,00

    574.804.848,00

    6.407.897.575,00

    453.823.293,00

    60.000.000,00

    Jumlah Pajak Daerah

    6.465.000.000,00

    6.685.303.661,00 7.673.700.000,00 8.198.294.642,00

    8.555.000.000,00

    9.946.115.049,00

  • 52

    Rp7.593.047.533,00 sedangkan tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 17,18%

    menjadi Rp8.898.181.422,00 dengan penyumbang terbesar untuk tiga tahun berturut-turut

    adalah retribusi pengganti biaya cetak KTP, retribusi izin mendirikan bangunan dan

    retribusi izan gangguan dan keramaian. Hal ini didukung dengan kondisi yang

    sebenarnya, karena Kota Kupang merupakan Ibukota Provinsi dengan kepadatan

    penduduk yang cukup tinggi serta menjadi pilihan tempat untuk berinvestasi. Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada tabel anggaran dan realisasi retribusi daerah dapat dilihat pada

    lampiran 5.

    E. Biaya Perolehan PAD Tahun 2006-2008

    Dalam melaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Kota Kupang harus

    mempertimbangkan dalam memperoleh Pendapatan Asli Daerah. Salah satu yang

    menjadi pertimbangan penting adalah biaya perolehan yang dianggarkan oleh instansi

    penghasil PAD setiap tahunnya. Dimana idealnya adalah kenaikan biaya perolehan tiap

    tahunnya juga diimbangi oleh kenaikan PAD.

    Biaya perolehan PAD merupakan biaya yang dikeluarkan oleh instansi terkait

    dalam memperoleh PAD. Dalam Pendapatan Asli Daerah, pendapatan yang

    membutuhkan biaya dalam perolehannya adalah pendapatan pajak daerah dan pendapatan

    retribusi daerah.

    Berikut adalah data perolehan Pendapatan Asli Daerah selama tiga tahun terakhir

    mulai dari tahun 2006 - 2008:

  • 53

    Tabel III.5. Biaya Perolehan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2006-2008

    Biaya Perolehan PAD Jumlah (Rp)

    2006

    2007

    2008

    1.472.747.000,00

    1.778.755.340,00

    1.544.714.364,00

    Sumber : Bagian Keuangan dan Dispenda Kota Kupang Tahun 2006-2008

    Dari tabel diatas terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

    Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu 20,78% sedangkan

    pada tahun 2008 terjadi penurunan biaya perolehan sebesar 13,16%. Adapun instansi

    penghasil PAD yang mengeluarkan biaya dalam perolehan PAD antara lain Dinas

    Pendapatan Daerah, Dinas Kependudukan, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan

    Dinas Kebersihan.

  • 54

    BAB IV

    ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

    TERHADAP BESARNYA BELANJA OPERASIONAL PADA

    PEMERINTAH KOTA KUPANG TAHUN 2006-2008

    A. Analisis Kontribusi PAD Terhadap Besarnya Belanja Operasional

    Salah satu sumber keuangan daerah untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintah

    adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan

    yang harus terus digali dan ditingkatkan secara terus menerus oleh Pemerintah Kota

    Kupang khususnya Dinas Pendapatan Daerah, sehingga kedepan bisa mengurus rumah

    tangganya sendiri dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai

    dilingkungan Pemerintah Kota Kupang serta untuk meningkatkan pembangunan

    diberbagai sektor.

    Jika berbicara tentang PAD, maka yang paling berperan adalah pajak daerah dan

    retribusi daerah. Hal ini disebabkan karena pajak dan retribusi daerah merupakan sumber

    penerimaan daerah yang bersifat tetap dan berjangka panjang. Selain itu juga pajak dan

    retribusi daerah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam PAD. Untuk

    mengetahui berapa besar kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap PAD secara

    keseluruhan, maka perlu mengetahui terlebih dahulu potensi pajak dan retribusi yang

  • 55

    dimiliki oleh daerah dengan menggunakan matriks yang dikemukakan oleh Mahmudi

    (2007,135) sebagai berikut:

    Tabel IV.1. Matrks Potensi Pajak / Retribusi Daerah

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA

    BERKEMBANG

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL

    TERBELAKANG

    Keterangan: Yi : Penerimaan pajak atau retribusi i pada tahun t

    : Nilai rata-rata pajak atau retribusi pada tahun t

    Yi :Tambahan penerimaan jenis pajak atau retribusi i pada tahun t

    Y : Tambahan penerimaan pajak atau retribusi tahun t

    Sementara itu, untuk mengetahui Yi dan Y dihitung dengan rumus sebagai

    berikut:

    Yi,tahun t Yi, tahun(t-1) Yi = X 100% Yi, tahun (t-1)

    Ytahun t Ytahun (t-1) Y = X 100% Ytahun (t-1)

  • 56

    Yi : Proporsi suatu jenis pajak atau retribusi i dari rerata pajak atau Retribusi

    Yi : Proporsi tambahan suatu jenis pajak atau retribusi dari total Y Tambahan penerimaan pajak atau retribusi

    Menurut Mahmudi (2007,135), semakin besar suatu proporsi suatu pajak atau

    retribusi dari rerata pajak atau retribusi, maka semakin layak pajak atau retribusi tersebut

    untuk diupayakan peningkatannya dimasa mendatang. Sebaliknya, semakin kecil proporsi

    pajak atau retribusi tersebut maka upaya identifikasi mengenai kelayakan untuk

    dijadikan sumber penerimaan dimasa mendatang perlu diintensifkan. Sementara untuk

    proporsi tambahan, semakin besar proporsi tambahan suatu pajak atau retribusi dari total

    penerimaan pajak atau retribusi, maka semakin layak pajak atau retribusi tersebut untuk

    diupayakan peningkatannya. Sebaliknya semakin kecil proporsi tambahan suatu jenis

    pajak atau retribusi maka upaya identifikasi mengenai kelayakan untuk dijadikan sumber

    penerimaan dimasa mendatang perlu diintensifkan.

    1. Potensi Pajak Daerah

    Jika dilihat dari jenis pajak yang ada pada Pemerintah Kota Kupang, maka pajak

    daerah sangat potensial sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah.

    Perkembangan pembangunan yang cukup pesat pada pemerintah Kota Kupang,

    seharusnya dapat membuat kenaikan penerimaan pajak daerah yang cukup besar.

  • 57

    Berikut ini data mengenai pendapatan Pajak Daerah pada Pemerintah Kota

    Kupang selama tiga tahun terakhir dari tahun 2006-2008, sebagai berikut:

    Tabel IV.2. Realisasi Pajak Daerah Kota Kupang Tahun 2006-2008

    2006 2007 2008

    Pajak Daerah Realisasi (Rp)

    Realisasi (Rp)

    Realisasi (Rp)

    Pajak Hotel Pajak restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir

    706.935.840,00 368.175.110,00

    63.840.500,00 362.429.846,00

    4.796.888.405,00 363.028.760,00

    24.005.200,00

    811.363.475,00 516.655.894,00

    61.221.200,00 373.866.160,00

    5.896.824.613,00 485.547.100,00

    52.816.200,00

    1.115.942.764,00 1.244.286.319,00

    89.360.250,00 574.804.848,00

    6.407.897.575,00 453.823.293,00

    60.000.000,00

    Total Pajak Daerah 6.685.303.661,00 8.198.294.642,00 9.946.115.049,00

    Rata-Rata Pajak Daerah 955.043.380,14,00 1.171.203.591,71

    1.420.873.578,43

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang Tahun 2006-2008

    Jika dilihat pada tabel diatas, penerimaan pajak daerah baik secara total maupun

    dari setiap komponennya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, kecuali pajak hiburan

    yang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan pajak pengambilan bahan galian

    golongan C yang mengalami penurunan pada tahun 2008. Pajak penerangan jalan

    merupakan penyumbang terbesar dalam pajak daerah, kemudian disusul dengan pajak

    hotel dan pajak restoran yang juga memberikan sumbangan yang cukup besar, hal ini

  • 58

    disebabkan karena adanya penambahan objek pajak, baik untuk pajak hotel maupun pajak

    restoran selama tiga tahun terakhir.

    Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung dan dipetakan kedalam matriks

    potensi Pendapatan Asli Daerah (perhitungan lihat lampiran 4).

    a. Potensi Pajak Daerah Tahun 2007

    Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 4) maka jenis-jenis pajak daerah tersebut

    dipetakan sebagai berikut:

    Tabel IV.3. Matriks Potensi Pajak Daerah Tahun 2007

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA :

    - Pajak penerangan jalan

    BERKEMBANG :

    - Pajak restoran - Pajak pengambilan bahan

    galian golongan C - Pajak parkir

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL :

    -

    TERBELAKANG :

    - Pajak hotel - Pajak hiburan - Pajak reklame

    Untuk potensi pajak daerah tahun 2007 sesuai hasil pemetaan pada matriks diatas

    maka dapat terlihat bahwa jenis pajak yang dikategorikan prima hanyalah pajak

    penerangan jalan, sedangkan pajak restoran, pajak pengambilan bahan galian golongan C,

  • 59

    dan pajak parkir masuk kedalam kategori berkembang, dan yang dikategorikan

    terbelakang yaitu pajak hotel, pajak hiburan, serta pajak reklame, dan juga sesuai hasil

    diatas maka tidak ada jenis pajak yang dikategorikan potensial.

    Masuknya pajak penerangan jalan dalam kategori prima karena realisasi

    penerimaan pada tahun 2007, pajak penerangan jalan realisasinya sangat melampaui atau

    rentangannya sangat jauh dari jenis pajak lainnya. Berdasarkan perhitungan dengan

    menggunakan rumus matriks, penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2007

    dibagi rata-rata pajak pada tahun 2007 hasilnya melebihi satu ( >1) yaitu 5,034 dan

    tambahan jenis pajak penerangan jalan dibagi dengan tambahan penerimaan pajak total

    pajak nilainya melebihi 1 ( >1) yaitu 1,013. Hal ini disebabkan karena di kota Kupang

    semua masyarakat membutuhkan listrik yang bersumber dari PLN. Sampai dengan tahun

    2008 Pemerintah Kota Kupang belum memiliki alternatif sumber listrik selain dari PLN.

    Selain itu, hal ini juga dipicu oleh penambahan penduduk dan lahan usaha baru setiap

    tahunnya, dan sistem pembayaran yang dilakukan oleh PLN terbilang cukup keras yaitu,

    apabila pelanggan menunggak hingga dua bulan maka aliran listrik langsung diputuskan.

    Hal ini mempengaruhi penerimaan pajak penerangan jalan yang diterima oleh Kota

    Kupang.

    Pajak Restoran, Pengambilan pajak galian C dan pajak parkir dikategorikan

    berkembang karena dengan menggunakan perhitungan matriks, pajak-pajak ini pada

    tahun 2007 hanya tambahan per jenis dibagi tambahan total penerimaannya pada tahun

    2007 hasilnya melebihi 1 (>1) sedangkan penerimaan masing-masing pajak tersebut pada

  • 60

    tahun 2007 dibagi dengan rata-rata pajaknya pada tahun 2007 kurang dari 1 (< 1),

    sehingga berdasarkan pemetaan ketiganya digolongkan berkembang.

    Pajak hotel, hiburan, reklame dikatakan terkebelakang karena baik penerimaan

    pajak pada tahun 2007 dibagi rata-rata penerimaan tahun 2007 dan juga tembahan per

    jenis pajak 2007 dibagi dengan tambahan penerimaan pajak 2007, dua-duanya kurang

    dari 1. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah Kota Kupang. Untuk pajak hotel,

    hiburan dan reklame yang dikategorikan terbelakang masih harus mendapat perhatian

    lebih dari Pemerintah Kota Kupang, misalnya saja di Kota Kupang masih banyak

    iklan/reklame yang dipasang tanpa izin dari Pemerintah Kota Kupang. Oleh karena itu

    Pemerintah Kota Kupang perlu melakukan peninjauan kembali atas penetapan pajak,

    sistem pemungutan serta Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak-pajak tersebut,

    terutama untuk pajak-pajak yang diketegorikan terbelakang.

    b. Potensi Pajak Daerah Tahun 2008

    Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 4) maka jenis-jenis pajak daerah tersebut

    dipetakan sebagai berikut:

  • 61

    Tabel IV.4. Matriks potensi pajak Daerah Tahun 2008

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA :

    -

    BERKEMBANG :

    - Pajak hotel - Pajak restoran - Pajak hiburan - Pajak reklame

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL :

    - Pajak penerangan jalan

    TERBELAKANG :

    - Pajak pengambilan bahan galian golongan C

    - Pajak parkir

    Dari matriks diatas diketahui bahwa pada tahun 2008 tidak ada jenis pajak di Kota

    Kupang yang tergolong prima. Pajak penerangan jalan yang pada tahun 2007

    dikategorikan prima pada tahun 2008, pajak tersebut masuk kategori potensial karena

    berdasarkan pemetaan matriks penerimaan pajaknya pada tahun 2008 dibagi rata-rata

    pajaknya pada tahun 2008 hasilnya lebih dari 1 (>1), sedangkan tambahan per jenis pajak

    dibagi total pajaknya hasilnya kurang dari 1 (

  • 62

    1 (> 1) yaitu masing masing hotel 1,7, restoran 6,6, hiburan 2,1 dan reklame 2,5

    sedangkan penerimana pajaknya tahun 2008 dibagi dengan rata-rata pajak tahun 2008

    hasilnya kurang dari 1 (< 1).

    Pajak pengambilan bahan galian golongan C dan pajak parkir pada tahun 2008

    justru mengalami kemunduran menjadi terbelakang karena berdasarkan pemetaan

    tambahan per jenis pajak dibagi dengan total penerimaan pajak dan penerimaan masing-

    masing pajak dibagi dengan rata-rata pajak dua-duanya memperoleh hasilnya kurang dari

    1 (< 1). Menurunnya pajak pengambilan bahan galian golongan C menjadi kategori

    terbelakang , hal ini disebabkan karena penurunan realisasi pada tahun 2008, dimana

    dalam pengerjaan proyek kali dendeng pada tahun 2008, ada pengambilan bahan galian

    golongan C yang pajaknya belum dibayar dengan nilai yang cukup besar.

    2. Potensi Retribusi Daerah

    Berdasarkan data realisasi retribusi daerah tahun 2006-2008 (lihat lampiran 5),

    terlihat bahwa realisasi retribusi tahun 2006 mencapai Rp6.228.427.868,00 untuk tahun

    2007 sebesar Rp7.593.047.533,00 sedangkan untuk tahun 2008 sebesar

    Rp8.898.181.422,00. Dari total pendapatan Retribusi Daerah selama tiga tahun terakhir

    mangalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebanyak

    Rp.1.364.619.665,00 dari tahun 2006, sedangkan pada tahun 2008 juga mengalami

    kenaikan sejumlah Rp.1.305.133.889,00 dari tahun 2007. Dari data diatas maka akan

    dihitung sehingga dapat dipetakan kedalam matriks potensi Pendapatan Asli Daerah

    (perhitungan lihat lampiran 5).

  • 63

    a. Potensi Retribusi Daerah Tahun 2007

    Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 5) maka jenis-jenis retribusi daerah

    tersebut dipetakan sebagai berikut:

    Tabel IV.5. Matriks Potensi retribusi Daerah Tahun 2007

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA :

    - Ret penggandaan biaya cetak KTP

    - Ret izin mendirikan bangunan

    BERKEMBANG :

    - Ret parkir tepi jalan umum - Ret izin penggunaan tanah - Ret izin usaha sarana kesehatan

    hewan - Ret izin penyimpanan dan penjualan

    BB Migas - Ret penyedotan kakus - Ret tempat rekreasi dan olah raga - Ret izin trayek

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL :

    - Ret Pelayanan kesehatan - Ret penngujian kendaraan

    bermotor - Ret PHB/Askes - Ret terminal - Ret tempat penjualan

    minuman beralkohol - Retribusi izin gangguan

    TERBELAKANG :

    - Ret kebersihan / sampah - Ret pelayanan pemakaman - Ret alat mesin pertanian - Ret jasa pel kesehatan hewan - Ret izin usaha jasa konstruksi - Ret izin pengolahan air bawah tanah - Ret parkir ditempat khusus - Ret rumah potong hewan - Ret izin usaha perikanan

    Dengan melihat matriks diatas pada tahun 2007, retribusi daerah yang tergolong

    prima adalah retribusi pengadaan KTP dan retribusi izin mendirikan bangunan sedangkan

    yang lainnya termasuk dalam kategori berkembang, potensial dan terbelakang. Retribusi

    izin KTP dan IMB ini dikategorikan prima karena berdasarkan perhitungan pembagian

    penerimaan retribusi dibagi dengan rata-rata retribusi tahun 2007 dan perhitungan

  • 64

    pembagian tambahan penerimaan per jenis dibagi dengan penerimaan total hasilnya

    melebihi 1 (> 1).

    Penerimaan retribusi pengadaan KTP yang tergolong baik menunjukkan bahwa

    adanya kesadaran masyarakat untuk mengurus administrasi kependudukan dibarengi

    dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang selalu meningkat, dan dengan adanya

    peningkatan penerimaan retribusi IMB menunjukkan bahwa adanya peningkatan

    pembangunan diberbagai sektor di Kota Kupang.

    Retribusi parkir di tepi jalan umum, izin penggunaan tanah, izin usaha sarana

    kesehatan hewan, izin penyimpanan dan penjualan BB Migas, penyedotan kakus,

    rekreasi dan olah raga, dan izin trayek dikategorikan berkembang karena berdasarkan

    matriks tambahan per jenis retribusi dibagi dengan total penerimaan retibusi hasilnya

    lebih besar 1 (> 1) sedangkan penerimaan retribusinya pada tahun 2007 dibagi dengan

    rata-rata retribusi tahun 2007 hasilnya kurang dari 1 (< 1).

    Retribusi pelayanan kesehatan, pengujian kendaraan bermotor, PHB/askes,

    terminal, penjualan minuman beralkohol dan izin ganguan dikategorikan potensial karena

    berdasarkan pemetaan matriks penerimaan retribusi pada tahun 2007 dibagi rata-rata

    retribusi hasilnya lebih dari 1 (>1), sedangkan tambahan per jenis retribusi dibagi total

    retribusi hasilnya kurang dari 1 (

  • 65

    tergolong terbelakang karena berdasarkan pemetaan, tambahan per jenis retribusi dibagi

    dengan total penerimaan retribusi dan pembagian penerimaan masing-masing retribusi

    dengan rata-rata retribusi keduanya memperoleh hasilnya kurang dari 1 (< 1).

    b. Potensi Retribusi Daerah Tahun 2008

    Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 5) maka jenis-jenis retribusi daerah tersebut

    dipetakan sebagai berikut:

    Tabel IV.6. Matriks Potensi Retribusi Daerah Tahun 2008

    PROPORSI

    PROPORSI

    Yi 1

    Yi < 1

    Yi 1

    Y

    PRIMA : - Ret kebersihan / sampah - Ret penggandaan biaya

    cetak KTP - Ret penngujian kendaraan

    bermotor - Ret PHB/Askes - Ret tempat penjualan

    minuman beralkohol

    BERKEMBANG : - Ret izin usaha jasa konstruksi - Ret izin pengolahan air bawah

    tanah - Ret parkir ditempat khusus - Ret penyedotan kakus - Ret tempat rekreasi dan olah

    raga

    Yi < 1

    Y

    POTENSIAL : - Ret Pelayanan kesehatan - Ret terminal - Ret penjualan produksi

    usaha daerah (UPTD) - Ret izin mendirikan

    bangunan - Retribusi izin gangguan

    TERBELAKANG : - Ret pelayanan pemakaman - Ret parkir tepi jalan umum - Ret izin penggunaan tanah - Ret alat mesin pertanian - Ret izin usaha sarana kesehatan

    hewan - Ret jasa pel kesehatan hewan - Ret rumah potong hewan - Ret izin trayek - Ret izin usaha perikanan

    Berdasarkan matriks retribusi tahun 2008 terlihat bahwa retribusi yang tergolong

    prima adalah retribusi kebersihan, pengadaan KTP, pengujian kendaraan bermotor,

  • 66

    PHB/Askes, dan izin penjualan minuman beralkohol karena retribusi izin KTP dan IMB

    ini dikategorikan prima karena berdasarkan perhitungan pembagian penerimaan

    retribusi dibagi dengan rata-rata retribusi tahun 2008 dan perhitungan pembagian

    tambahan penerimaan per jenis dengan penerimaan total hasilnya melebihi 1 (> 1).

    Retribusi-retribusi yang tergolong prima diatas berdasarkan data perkembangan

    (lihat lampiran 6), baik itu perkembangan penduduk maupun perkembangan

    pembangunan yang terjadi di Kota Kupang sampai dengan tahun 2008 sangat

    mempengaruhi peningkatan penerimaan retribusi-retribusi tersebut, misalnya saja untuk

    retribusi biaya cetak KTP hal ini di sebabkan karena adanya peningkatan jumlah

    penduduk yang sampai dengan tahun 2008 berjumlah 282.035 jiwa. Untuk itu pemerintah

    berkewajiban untuk tetap bahkan meningkatkan upaya dalam perolehan retribusi-retribusi

    tersebutdi atas, hal yang sangat penting dan berpengaruh adalah kesadaran masyarakat

    Kota Kupang sendiri sebagai wajib retribusi. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

    tersebut maka Pemerintah Kota Kupang harus terus melakukan sosialisasi kepada

    masyarakat.

    Retribusi yang tergolong berkembang pada tahun 2008 adalah retribusi izin usaha

    jasa konstruksi, izin pengolahan air bawah tanah, parkir tempat khusus, penyedotan

    kakus, tempat rekreasi dan olah raga karena berdasarkan matriks tambahan per jenis

    retribusi dibagi dengan total penerimaan retibusi hasilnya lebih besar 1 (> 1) sedangkan

    p