33
ANALISIS MAKNA DALAM PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA SHIMAZAKI TOSON (Melalui Pendekatan Semiotika) MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Nihonbungaku Dosen Pembina Tinny R. Male, M.Hum Oleh 1. Vanya Rahma Putri (180610060004) 2. Wiisti Fenty Fevrieranty (180610090005) 3. Saefah Ruhaniyah (180610090014) 4. Yuliana Karolin (180610090027) 5. Shifa Fauzia Afrianne (180610090031)

Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Citation preview

Page 1: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

ANALISIS MAKNA DALAM PUISI KITSUNE NO WAZA

KARYA SHIMAZAKI TOSON

(Melalui Pendekatan Semiotika)

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Nihonbungaku

Dosen Pembina

Tinny R. Male, M.Hum

Oleh

1. Vanya Rahma Putri (180610060004)

2. Wiisti Fenty Fevrieranty (180610090005)

3. Saefah Ruhaniyah (180610090014)

4. Yuliana Karolin (180610090027)

5. Shifa Fauzia Afrianne (180610090031)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,

karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam

makalah ini kami membahas “ANALISIS MAKNA DALAM PUISI KITSUNE NO WAZA

KARYA SHIMAZAKI TOSON”, apa saja makna dan unsur yang terdapat dalam puisi ini.

Pengkajian yang dilakukan pada puisi menggunakan metode semiotika.

Makalah ini dibuat agar kita mampu mengambil langkah-langkah apa saja dalam

mengkaji suatu puisi dan apa saja unsur puisi yang terdapat didalamnya serta memenuhi

tugas dari Nihnbungaku.

Dalam proses pendalaman materi Nihonbungkau ini, tentunya kami mendapatkan

bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya

kami sampaikan :

Ibu Tinny R. Male, M.Hum selaku dosen mata kuliah “Nihonbungaku”.

Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Jatinangor, November 2012

Penulis

Page 3: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................

1.2 Pembatasan Masalah.....................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................

1.4 Pendekatan Penelitian...................................................................................................

1.5 Metode Penelitian.........................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Puisi............................................................................................................

2.2 Unsur-unsur Puisi.........................................................................................................

2.2.1 Struktur Fisik Puisi.........................................................................................

2.2.2 Struktur Batin Puisi........................................................................................

2.3 Jenis-jenis Puisi.............................................................................................................

2.4 Semiotika......................................................................................................................

BAB III UNSUR-UNSUR PUISI KITSUNE NO WAZA

3.1 Struktur Fisik Puisi.......................................................................................................

3.1.1 Diksi...............................................................................................................

3.1.2 Pengimajian....................................................................................................

3.1.3 Bahasa Figuratif.............................................................................................

Page 4: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

3.1.4 Kata Konkret..................................................................................................

3.1.5 Versifikasi......................................................................................................

3.1.6 Tipografi.........................................................................................................

3.2 Struktur Batin Puisi.......................................................................................................

3.2.1 Tema...............................................................................................................

3.2.2 Perasaan.........................................................................................................

3.2.3 Nada...............................................................................................................

3.2.4 Amanat...........................................................................................................

BAB IV ANALISIS PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA SHIMAZAKI TOSON

4.1 Analisis Puisi Kitsune no Waza....................................................................................

4.2 Tujuan Penyair Menulis Puisi Kitsune no Waza..........................................................

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan...................................................................................................................

5.2 Saran.............................................................................................................................

5.3 Kritik.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENGARANG

Page 5: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam dunia sastra umumnya terbagi atas tiga genre sastra, yaitu puisi, novel,

dan naskah drama. Namun yang akan penulis bahas dalam makalah ini hanyalah puisi.

Puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Poesis yang berarti penciptaan atau pembuatan.

Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah

dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7). Selain itu, puisi juga merupakan

curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Dengan

kata lain, puisi adalah hasil cipta manusia yang terdiri atas satu atau beberapa larik (baris)

yang memperhatikan pertalian makna dan membentuk bait.

Puisi yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah salah satu puisi karya

Shimazaki Toson (島崎藤村), yaitu puisi dengan judul “Kitsune no Waza” (狐のわざ)

yang berarti “Tipu Daya Serigala”. Puisi ini diambil dari salah satu dari buku kumpulan

puisi Shimazaki Toson yang berjudul “Wakanashuu” (若菜集 ), yang di terbitkan di

Sendai pada tahun 1897. Buku kumpulan puisi “wakanashuu” ini sebagai buku kumpulan

puisi pertamanya dan juga sekaligus sebagai awal dari keberhasilannya berkarir di dunia

sastra.

Shimazaki Toson adalah seorang musafir. Lirik-lirik di dalam puisinya

merupakan esensi dari dirinya yang seorang pengendara yang tinggal di tempat terpencil,

seperti Sendai. Puisi-puisi yang terdapat di dalam buku kumpulan puisi “Wakanashuu”,

bukanlah puisi orang yang sedang jatuh cinta, melainkan puisi orang yang ditinggal cinta.

Awal kisah cinta Shimazaki Toson dengan Sato Sukeko adalah saat Toson

mengajar bahasa Inggris di Meiji Jogakko (sekolah wanita Meiji), dimana Sato Sukeko

merupakan salah satu siswa di sekolah itu. Walaupun Toson adalah gurunya Sukeko,

namun umur Sukeko lebih tua setahun dari Toson. Sayangnya ternyata Sukeko sudah

bertunangan dengan laki-laki lain bernama Shinshiuchi Toyotaro, dan tak lama mereka

pun menikah saat Toson baru mengenal Sukeko. Kejadian ini adalah kejadian yang paling

memilukan dalam hidupnya.

Page 6: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Karena kegalauan hatinya, maka bisa dilihat curahan hati Toson yang mendalam

di dalam puisi-puisinya yang terdapat dalam buku kumpulan puisi “Wakanashuu”, salah

satu puisinya adalah puisi “kitsune no Waza”. Kegagalan cintanya dengan Sukeko

barangkali merupakan titik balik yang paling penting dalam hidupnya. Toson mungkin

tidak akan menjadi seorang penyair terkenal jika ia tidak patah hati dari Sato Sukeko.

Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat pembahasan ini ke dalam makalah.

1.2 Pembatasan Masalah

Guna pembahasan bisa lebih terfokus pada apa yang dibahas dab memudahkan dalam

memahami karya sastra, maka penulis membuat batasan-batasan permasalahan. Pada

makalah ini, penulis memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Bagaimana pengalaman pribadi Shimazaki Toson bisa menginspirasinya untuk

berkarya?

b. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan oleh Shimazaki Toson?

1.3 Tujuan Penelitian

Agar makalah dapat terfokus pada satu arah dan satu batasan masalah, maka berikut ini

tujuan-tujuan dari pembuatan makalah ini:

a. Untuk menunjukkan unsur intrinsik dalam puisi “Kitsune no Waza” karya Shimazaki

Toson

b. Untuk menunjukkan unsur ekstrinsik dalam puisi “Kitsune no Waza” karya

Shimazaki Toson

c. Ingin melatih dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisa suatu karya sastra,

khususnya puisi

d. Untuk menambah pengetahuan tentang puisi dan diharapkan dapat bermanfaat bagi

kita semua

1.4 Pendekatan Penelitian

Pembuatan makalah ini menggunakan pendekatan semiotika. Artinya penelitian

yang memiliki teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan

simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan

informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory

(semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita

miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis

Page 7: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku

manusia Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotika, tanda yang

berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda–tanda yang menunjukkan

hubungan sebab-akibat.

1.5 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methods yang akar katanya adalah meta yang berarti

menuju, mengikuti, sesudah; sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian

yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas;

langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Selain

menggunakan pendekatan semiotika, makalah ini juga menggunakan metode kepustakaan

(library research). Metode kepustakaan adalah studi kepustakaan atau pengumpulan data

dan informasi yang bersumber dari buku. Selain itu juga menggunakan metode non-

kepustakaan, yaitu melalui internet.

Page 8: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Puisi

Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni

tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain

arti semantiknya. Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan rima dan

irama sebagai media penyampaian untuk membuahkan ekspresi ilusi dan imajenasi, serta

ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan

menyatu.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja, seperti melingkar, zigzag dan lain-

lain. Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya.

Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulang-ulang.

Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti.

Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada

yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Didalam puisi juga

biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada

bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.

2.2 Unsur-unsur Puisi

2.2.1 Struktur Fisik Puisi

a. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang tepat yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

b. Imaji

Imaji adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat

Page 9: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti

apa yang dialami penyair.

c. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau

kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas.

d. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau

lambang.

e. Versifikasi

Versifikasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,

frase, dan kalimat dalam puisi. Pengulangan yang teratur dalam puisi

menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan.

f. Tipografi

Tipografi adalah yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-

kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu

dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut

sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2.2.2 Struktur Batin Puisi

a.   Tema/makna (sense)

media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan

makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun

makna keseluruhan.

b. Rasa (feeling)

Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam

puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang

sosial dan psikologi penyair. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan

Page 10: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair

memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak

bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang

terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

c.   Nada (tone)

Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan

tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,

mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,

menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,

menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

d.   Amanat (itention)

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Sadar

maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan

tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui

dalam puisinya.

2.3 Jenis-jenis Puisi

Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi dapat dibedakan menjadi:

1. Puisi epic, yaitu suatu puisi yang didalamnya mangandung cerita kepahlawanan, baik

kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah.

2. Puisi naratif, yaitu puisi yang didalamnya mengandung suatu cerita, mejadi pelaku,

perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.

Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif adalah balada yang dibedakan

menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang

kehidupan manusia dengan segala macam sifat.

3. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala

macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

4. Puisi dramatic, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan

perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga

mengandung suatu gambaran kisan tertentu.

5. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya

ditampilkan secara eksplisit.

Page 11: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

6. Puisi satiric, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan

atau ketidak beresan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

7. Puisi romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang

kekasih.

8. Puisi elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan

seseorang.

9. Puisi ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau

sikap kepahlawanan.

10. Puisi hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa

cinta terhadap bansa dan tanah air.

2.4 Semiotik

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merajuk pada ilmu yang sama.

Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai

oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti

‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda

seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.

Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis

mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya

terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan

perantaraan tanda-tanda proses kehidupan menjadi efisien, dengan perantaraan tanda-

tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan

pemahaman yang lebih baik terhadap dunia.

Pendekatan semiotik pada dasarnya adalah pengembangan dari pendekatan

struktural. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa

pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda

sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi

kehidupan ini walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap

dan sempurna. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata,

mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni,

sastra, lukis, patung, film, musik, dan yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan

Page 12: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

demikian, teori semiotik bersifat multidisiplin karena semiotik dapat diterapkan pada

linguistik, seni, sastra, film, filsafat, antropologi, arsitektur, dan lain sebagainya.

Semiotik sebagai ilmu kebahasaan mempunyai komponen dasar yaitu komponen

utama yang membentuk keutuhan dalam suatu disiplin ilmu dan dapat memperjelas

komunikasi. Komponen dasar itu adalah:

a. Tanda adalah arti yang statis, umum, bagus, dan objektif. Tanda merupakan bagian

dari ilmu semiotik yang menandai suatu hal atau keadaan untuk menerangkan atau

memberitahukan objek kepada subjek. Tanda selalu menunjukkan hal nyata, misalnya

petir yang menandakan hujan dan daun-daun pohon yang mulai berubah dan

berguguran menandakan musim gugur.

b. Lambang adalah hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada objek.

Lambang selalu dikaitkan dengan tanda–tanda yang sudah diberikan sifa-sifat

kultural, situasional, dan kondisional. Pierce berpendapat bahwa lambang merupakan

bagian dari tanda. Setiap lambang adalah tanda, tetapi tidak setiap lambang adalah

tandamisalnya warna hitam melambangkan duka dan warna merah muda

melambangkan jatuh cinta atau kasih sayang.

c. Isyarat adalah hal atau keadaan yang diberikan subjek kepada objek. Subjek selalu

berbuat sesuatu untuk memberitahukan kepada objek yang diberi isyarat pada waktu

itu juga. Misalnya anggukan kepala mengisyaratkan kesetujuan dan gelengan kepala

mengisyaratkan tidak tahu.

Page 13: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

BAB III

UNSUR-UNSUR PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA

SHIMAZAKI TOSON

3.1 Struktur Fisik Puisi

3.1.1 Diksi

Dalam diksi terdapat kata dengan makna konotatif. Beberapa contoh yang terdapat

dalam puisi ini adalah sebagai berikut:

Serigala kecil bersembunyi di dalam kebun

Ke dalam bayangan pohon anggur musim gugur

Diam-diam mencuri setandan buah anggur

3.1.2 Pengimajian

Imaji terbagi dalam beberapa jenis, yaitu imaji penglihatan (visual), imaji

pendengaran (auditory), imaji rasa dan kecap (tactile). Namun dalam puisi ini

hanya ada beberapa contoh imaji penglihatan serta imaji perasaan, sebagai berikut :

Di malam hari ketika semuanya menyelinap masuk. (imaji penglihatan)

Diam-diam mencuri setandan buah anggur. (imaji penglihatan)

Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya. (imaji perasaan)

3.1.3 Bahasa Figuratif

Metafora (perbandingan)

Tetapi cintaku bukanlah serigala

Kau pun bukanlah buah anggur

Paralelisme (perulangan)

Tetapi cintaku bukanlah serigala

Page 14: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Kau pun bukanlah buah anggur

3.1.4 Kata Konkret

Kata-kata kongkrit yang terdapat dalam puisi ini adalah sebagai berikut:

Tetapi cintaku bukanlah serigala

Kau pun bukanlah buah anggur

Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya

Hatiku telah kau curi

3.1.5 Versifikasi

Versifikasi (pengulangan) dalam puisi ini adalah sebagai berikut :

Tetapi cintaku bukanlah serigala

Kau pun bukanlah buah anggur

3.1.6 Tipografi

Tipografi dalam puisi ini bersifat standar, hanya dengan menampilkan tata letak bait

dalam bentuk baku atau berbentuk segi empat, tidak menggunakan variasi bentuk

lain.

3.2 Struktur Batin Puisi

3.2.1 Tema

Tema dalam puisi ini adalah “perasaan cinta.”

3.2.2 Perasaan

Rasa (emosional) dalam puisi ini adalah memiliki rasa cinta yang digambarkan

sama halnya seperti kejahatan. Perasaan cinta seolah-olah telah diambil paksa.

3.2.3 Nada

Nada dalam puisi ini adalah bersifat menggambarkan perasaan, yaitu dengan

membicarakan tentang perasaan cinta yang dengan mudah dapat dicuri oleh

siapapun, dan hal itu dapat terjadi kapanpun tanpa dapat kita duga sebelumnya.

Page 15: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

3.2.4 Amanat

Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah mengharapkan pembaca agar

selalu ingat terhadap suatu hal, bahwa dalam kehidupan ini terdapat berbagai

macam perasaan yang kita miliki. Salah satunya adalah perasaan cinta yang harus

dijaga hati-hati agar tidak sembarang orang dapat mencurinya dengan mudah.

Page 16: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

BAB IV

ANALISIS PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA SHIMAZAKI

TOSON

狐のわざ

庭にかくるゝこきつね

小狐の

人なきときによる

夜いでて

秋のぶ ど う

葡萄の樹の影に

しのびてぬすむつゆのふさ

恋は狐にあらねども

君は葡萄にあらねども

人しれずこそしの

忍びいで

君をぬすめる吾心

Kitsune no Waza

Niwa ni kakuru ko kitsune no

Hito naki toki ni yoru idete

Aki no budou no ki no kage ni

Shinobite nusumu tsuyu no fusa

Koi wa kitsune ni aranedomo

Kimi wa budou ni aranedomo

Hito shirezu koso shinobi ide

Kimi o nusumeru wagakokoro

Page 17: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Tipu Muslihat Serigala

Serigala kecil bersembunyi di dalam kebun

Di malam hari ketika semuanya menyelinap masuk

Ke dalam bayangan pohon anggur musim gugur

Diam-diam mencuri setandan buah anggur

Tetapi cintaku bukanlah serigala

Kau pun bukanlah buah anggur

Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya

Hatiku telah kau curi

4.1 Analisis Puisi Kitsune no Waza

Di dalam dongeng-dongeng, serigala sering digambarkan sebagai hewan yang licik

dan suka mencuri. Di dalam puisi ini Shimazaki Toson menggunakan perumpamaan

yang serupa. Ia menggambarkan serigala sama halnya seperti pujaan hati kita. Serigala

menyelinap masuk ke dalam kebun tanpa sepengetahuan orang. Kemudian dengan

serakahnya serigala mencuri setandan anggur. Begitu juga halnya dengan pujaan hati

kita. Serigala digambarkan sebagai pujaan hati kita, pohon anggur digambarkan sebagai

diri kita, sedangkan buah anggur digambarkan sebagai hati kita. Pujaan hati kita diam-

diam mendekati kita. Kemudian tanpa kita sadari, dia telah mencuri hati kita.

Shimazaki Toson menuliskan “dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya,

hatiku telah kau curi”. Puisi ini memiliki unsur romantisme, yaitu perasaan cinta yang

digambarkan sama halnya seperti kejahatan. Perasaan cinta seolah-olah telah diambil

paksa atau dicuri, padahal sebetulnya memang perasaan cinta terhadap seseorang terjadi

begitu saja tanpa kita inginkan ataupun rencanakan sebelumnya.

4.2 Tujuan Penyair Menulis Puisi Kitsune no Waza

Puisi Kitsune no Waza ditulis karena terinspirasi dari perasaan pengarang sendiri.

Pada saat itu Shimazaki Toson mengagumi seorang wanita yang ternyata dia adalah

tetangganya sendiri, namun Shimazaki Toson tidak berani secara langsung

mengungkapkan perasaannya. Sehingga pada suatu saat dia mencurahkan isi hatinya

Page 18: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

tersebut melalui puisinya ini, bahwa wanita pujaan hatinya telah berhasil mencuri

hatinya.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan rima dan irama sebagai

media penyampaian untuk membuahkan ekspresi ilusi dan imajenasi, serta ungkapan

perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu.

Puisi Kitsune no Waza karya Shimazaki Toson menceritakan tentang perasaan

pengarang sendiri. Suatu ketika, Ia menaruh hati pada seorang wanita yang merupakan

tetangganya sendiri. Dengan atau tanpa disadari bahwa wanita tersebut telah berhasil

mencuri hatinya, seperti seekor serigala yang diam-diam menerkam mangsanya.

Shimazaki Toson perlahan-lahan berusaha untuk mengendalikan perasaannya, dan

meyakinkan hatinya, serta bertanya-tanya apakah wanita tersebutlah yang telah mencuri

hatinya. Namun, pada akhirnya dia yakin bahwa wanita tersebut memang benar-benar

telah mencuri hatinya.

5.2 Kritik

Puisi tersebut agak bertele-tele dan tidak fokus pada maksud dan tujuan

pengarang, karena pada bait pertama pengarang mengungkapkan bahwa Si Srigala yang

telah mencuri buah anggur, namun pada bait kedua ternyata pengarang menganggap

hatinyalah yang telah dicuri. Jadi, pada kedua bait puisi tersebut terjadi ketidaksesuaian

makna.

5.3 Saran

Sebaiknya pengarang tidak terlalu bertele-tele dalam membuat sebuah karangan.

Antara bait pertama dan kedua, dst hendaknya lebih diperhatikan kesesuaian maknanya,

Page 19: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

sehingga tidak menimbulkan kebingungan tentang maksud dan tujuan pengarang oleh

pembaca. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang sederhana pun mempermudah pembaca

untuk menginterpretasikan makna dari puisi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2152818-jenis-jenis-puisi/

http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2259085-struktur-puisi/

Page 20: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

RIWAYAT HIDUP PENGARANG

Shimazaki Toson adalah sastrawan zaman Kindai yang memulai aktivitasnya pada tahun

20 Meiji. Ketika lulus dari perguruan Meiji, Toson menerbitkan karya sastra terjemahan dari

riwayat perjalanan Francis Wirald dalam majalah Jogakko Zasshi berjudul “Jinsei ni Kisu”

berupa karangan yang menceritakan tentang kemanusiaan.

Sebagai seorang yang hidup di masa modern, Toson dianggap sebagai pelopor sastrawan

yang banyak menerima pengarih kesusastraan Eropa Barat bersama dengan Mori Ogai dan

Natsume Soseki. Tooson merupakan sastrawan yang mampu memahami dan menghargai

gagasan gagasan para filsuf Barat secara lebih mendalam daripada rekan-rekannya.

Shimazaki Toson memulai karirnya sebagai penyair yang memperkenalkan karya-

karyanya melalui majalah Jogakko Zasshi. Pada tahun 1889 Tooson menerbitkan puisinya

yang berjudul “Sumire Gusa” (rumput violet). Pada tahun 1893, masih pada majalah yang

sama, terbit puisinya yang berjudul “Betsuri” (perpisahan), “Hikyoku” (nyanyian pilu),

“Biwa Hoshi” (pendeta budha berkecapi). Tahun berikutnya terbit karyanya yang berjudul

“Nozue Monogatari” (cerita ladang yang jauh) dan “tsuchikure Matsuri” (perayaan

gumpalan tanah). Selanjutnya, Tooson aktif menerbitkan puisi yang bersifat romantis.

Shimazaki Toson lahir pada tanggal 25 Maret 1872 (5 Meiji),di desa Mosaka Magome,

daerah Nishi Shikuna, propinsi Nagano, dengan nama kecil Haruki. Toson merupakan anak

bungsu dari 7 bersaudara, 4 laki – laki, dan 3 perempuan. Ia lahir dari pasangan Shimazaki

Page 21: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Masaki dan Nui. Shimazaki Masaki bekerja di kantor pemerintahan dan aktif berkecimpung

di dunia seni. Ia sering menulis syair dan kaligrafi.

Pada usia 6 tahun, Toson memasuki sekolah dasar Misaka yang terletak di Misaka

Magome, desa kelahirannya. Namun pada usia 9 tahun, ia diajak oleh kakak tertuanya ke

Tokyo untuk melanjutkan sekolahnya disana. Pada usia 11 tahun, Toson dititipkan pada

keluarga Yashimura Tadamichi, yang bekerja disebuah kantor administrasi angkatan laut

Jepang. Dikarenakan masa kanak – kanaknya yang dikelilingi oleh para politikus dan

pengusaha, membuat dia bercita – cita untuk menjadi seorang politikus.

Ketika menginjak usia 14 tahun, Toson sering menbaca novel – novel karya Natsume

Soseki, Akutagawa Ryunotsuke, dan Hori Tasuo. Meski ia tidak begitu memahami isi novel

tersebut, namun hal itu malah membuatnya makin tertarik dengan dunia menulis. Pada

tanggal 29 November 1886 (19 Meiji) ayahnya meninggal dunia pada usia 55 tahun setelah

beberapa lama mengalami gangguan jiwa.

Sementara kakaknya Hideo sibuk menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala keluarga,

Toson mulai memasuki sekolah Meiji di Tokyo yang beorientasi barat. Guru – gurunya

sebagian besar berasal dari Amerika dan mengajar dengan menggunakan buku – buku

pelajaran barat yang baru diterjemahkan. Disamping itu, mereka mereka menebarkan misi

ajaran Kristen diiringi dengan suasana – suasana yang menyebabkan siswa tertarik dengan

ajaran Kristen, termasuk Toson. Pada umur 16 tahun, Toson dibaptis menjadi pemeluk agama

kristen protestan.

Pada tahun 1892 (24 Meiji), Toson lulus dari sekolah meiji dan bekerja sebagai pelayan

toko sebelum menjadi penerjemah bahasa inggris untuk majalah Jogakko Zassshi. Disini dia

mulai berkenalan dengan sastrawan – sastrawan terkenal saat itu, terutama Kitamura Tokoku.

Sejak itu ia mulai menerbitkan majalah Bungakukai bersama dengan Hirata Tokuboku

menulis cerpen, cerita bersambung dan puisi yang beraliran romantisme.

Pada bulan September tahun 29 Meiji (1896) Toson menerbitkan kumpulan puisi

pertamanya berjudul wakanashu yang menjadi momen bersejarah bagi kemunculan puisi

modern di Jepang. Wakanashu merupakan karya yang menampilkan berbagai judul yang

mengungkapkan romantisme muda Toson berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri.

Kumpulan puisi tersebut pertama kali di perkenalkan di majalah Bungakukai.

Tahun berikutnya ia menulis cerpennya yang berjudul “Utatane” (kantuk) yang

diterbitkan oleh majalah Shinshusetsu. Setahun kemudian ia mengikuti kursus musik di

Tokyo Ongaku Gakuin. Pada saat itu Tooson mulai dipersiapkan untuk menikah dengan putri

seorang profesor, Hata Fuyu.

Page 22: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Pada bulan April 32 meiji (1899) Tooson menikah dengan Fuyu. Kemudian mereka

pindah dari Tokyo menuju ke pedalaman Nagano. Disana ia membangun sebuah rumah

sederhana dan menjadi guru bahasa Jepang dan bahasa Inggris di sebuah SMP.

Pada tanggal 3 Mei tahun 1901 lahir anak perempuannya yang pertama bernama Midori.

Dua tahun kemudian lahir anak perempuannya yang kedua bernama Oshieko. Pada tahun

yang bersamaan muncul kumpulan karya – karya sastra Kitamura Tokoku berjudul

“Tokokushu” yang diterbitkan untuk mengenang sahabatnya itu. Pada tanggal 9 April 1904

lahir anaknya yang ketiga dan diberi nama Nuiko. Namun tak lama kemudian Nuiko

meninggal dunia. Pada tanggal 12 Oktober 1905 lahir anak laki – lakinya yang diberi nama

Kasuo. Setahun kemudian 7 April anaknya yang kedua, Oshieko, meninggal dan dua bulan

kemudian Midori juga meninggal. Secara medis, kematian mereka itu disebabkan oleh

penyakit meningitis dan peradangan usus. Namun peristiwa yang sangat menyedihkan

tersebut tidak lepas dari kesulitan keuangan yang dialami oleh Tooson sehingga tidak mampu

untuk membiayai pengobatan anaknya.

Saat itu, terbit novel pertamanya yang berjudul “Hakai” (pelanggaran) yang mendapat

bantuan biaya dari istrinya. Meski karyanya itu berhasil mendapat tempat di hati masyarakat

dan namanya menjadi tenar sebagai penyair dan penulis novel, ia tetap hidup miskin.

Pada tanggal 8 September lahir anak laki – lakinya yang kedua bernama Keiji. Dua tahun

kemudian lahir Osuke, anak laki – lakinya yang ketiga, dan setahun kemudian pada tanggal 6

Agustus 1910 Ryuko, anak perempuannya lahir. Namun tak lama kemudian, Fuyu istrinya,

meninggal karena mengalami pendarahan. Karena kematian istrina itu, maka Tooson dibantu

oleh Komako, anak perempuan kakaknya untuk mengurus anak – anaknya. Seiring

berjalannya waktu, tumbuhlah perasaan cinta diantara mereka berdua. Kisah cinta yang

dijalin secara diam – diam ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul Shinco Nihon

Bungaku Arubumu. Dalam novel ini diungkapkan bahwa hubungan tersebut merupakan

hubungan yang paling berbahaya dalam hidup Tooson. Mereka masih memiliki hubungan

darah yang cukup dekat dan tentunya akan ditentang oleh saudara – saudara meraka.

Oleh karena rasa bersalah yang disarakannya, maka Tooson memutuskan untuk

melakukan perjalanan jauh menuju Eropa untuk melakukan peninjauan terhadap kehidupan

sosial, ekonomi, dan kebudayaan barat. Dimulai dari Kanto, Singapura, Hongkong, Swiss,

dan kemudian ke Paris.

Pada tahun 1918, pengalaman perjalanannya itu dituangkan dalam karyanya berupa

cerita bersambung berjudul “Shinsei” (kehidupan baru) yang dimuat di surat kabar Asahi

Sinbun.

Page 23: Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza

Pada tahun 1921 diadakan perayaan ulang tahun Tooson yang ke-49 di Ueno Seiyoken,

yang diselenggarakan oleh perkumpulan penggemar puisi Shimazaki Tooson. Pada

kesempatan itu, Tooson mulai dekat dengan seorang gadis bernama Kato Shizuko. Pada

bulan April 1924, Tooson melamar Shizuko. Pada usianya yang ke-52, Tooson mulai

diserang penyakit stroke, berupa pendarahan di otak yang masih ringan. Karena penyakit

tersebut, Tooson mengundurkan diri dari keanggotaan Panitia Penelitian Bahasa Jepang.

Pada tahun 1928, Tooson menikah dengan gadis pilihan hatinya, Kato Shizuko. Setahun

kemudian Tooson kembali ke Perancis untuk menimba ilmu. Sejak saat itu, Tooson sering

melakukan perjalanan kelilung dunia bersama istrinya.

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan di Eropa, Argentina, Brasil dan sejumlah negara

di Amerika, pada tahun 1937 Tooson kembali ke Jepang. Setelah itu ia ditawari untuk

menjadi anggota persatuan kesenian Jepang, namun ia menolaknya karena pada saat itu ia

mulai terserang penyakit pengkerutan ginjal. Namun setelah didesak, akhirnya pada tahun 15

Showa, ia menerima tawaran tersebut.

Pada tahun 1943, Tooson mulai menulis novel lagi yang berjudul “Toho no Mon” (pintu

di gerbang timur) yang ditulis sewaktu mengadakan perjalanan ke Tokyo. Pada tanggal 1

Januari, novel yang baru terdiri dari 2 bab tersebut diterbitkan dan dijual kepada masayarakat

luas. Tanggal 21 Agustus, ketika ia hendak menyelesaikan novel tersebut, ia jatuh pingsan

dan meninggal secara mengejutkan di usianya yang ke-71.