Upload
shifa-fauzia-afrianne
View
107
Download
31
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Makna Dalam Puisi Kitsune No Waza
Citation preview
ANALISIS MAKNA DALAM PUISI KITSUNE NO WAZA
KARYA SHIMAZAKI TOSON
(Melalui Pendekatan Semiotika)
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Nihonbungaku
Dosen Pembina
Tinny R. Male, M.Hum
Oleh
1. Vanya Rahma Putri (180610060004)
2. Wiisti Fenty Fevrieranty (180610090005)
3. Saefah Ruhaniyah (180610090014)
4. Yuliana Karolin (180610090027)
5. Shifa Fauzia Afrianne (180610090031)
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “ANALISIS MAKNA DALAM PUISI KITSUNE NO WAZA
KARYA SHIMAZAKI TOSON”, apa saja makna dan unsur yang terdapat dalam puisi ini.
Pengkajian yang dilakukan pada puisi menggunakan metode semiotika.
Makalah ini dibuat agar kita mampu mengambil langkah-langkah apa saja dalam
mengkaji suatu puisi dan apa saja unsur puisi yang terdapat didalamnya serta memenuhi
tugas dari Nihnbungaku.
Dalam proses pendalaman materi Nihonbungkau ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya
kami sampaikan :
Ibu Tinny R. Male, M.Hum selaku dosen mata kuliah “Nihonbungaku”.
Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,
Jatinangor, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................
1.2 Pembatasan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................
1.4 Pendekatan Penelitian...................................................................................................
1.5 Metode Penelitian.........................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Puisi............................................................................................................
2.2 Unsur-unsur Puisi.........................................................................................................
2.2.1 Struktur Fisik Puisi.........................................................................................
2.2.2 Struktur Batin Puisi........................................................................................
2.3 Jenis-jenis Puisi.............................................................................................................
2.4 Semiotika......................................................................................................................
BAB III UNSUR-UNSUR PUISI KITSUNE NO WAZA
3.1 Struktur Fisik Puisi.......................................................................................................
3.1.1 Diksi...............................................................................................................
3.1.2 Pengimajian....................................................................................................
3.1.3 Bahasa Figuratif.............................................................................................
3.1.4 Kata Konkret..................................................................................................
3.1.5 Versifikasi......................................................................................................
3.1.6 Tipografi.........................................................................................................
3.2 Struktur Batin Puisi.......................................................................................................
3.2.1 Tema...............................................................................................................
3.2.2 Perasaan.........................................................................................................
3.2.3 Nada...............................................................................................................
3.2.4 Amanat...........................................................................................................
BAB IV ANALISIS PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA SHIMAZAKI TOSON
4.1 Analisis Puisi Kitsune no Waza....................................................................................
4.2 Tujuan Penyair Menulis Puisi Kitsune no Waza..........................................................
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................................................
5.3 Kritik.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia sastra umumnya terbagi atas tiga genre sastra, yaitu puisi, novel,
dan naskah drama. Namun yang akan penulis bahas dalam makalah ini hanyalah puisi.
Puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Poesis yang berarti penciptaan atau pembuatan.
Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah
dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7). Selain itu, puisi juga merupakan
curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Dengan
kata lain, puisi adalah hasil cipta manusia yang terdiri atas satu atau beberapa larik (baris)
yang memperhatikan pertalian makna dan membentuk bait.
Puisi yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah salah satu puisi karya
Shimazaki Toson (島崎藤村), yaitu puisi dengan judul “Kitsune no Waza” (狐のわざ)
yang berarti “Tipu Daya Serigala”. Puisi ini diambil dari salah satu dari buku kumpulan
puisi Shimazaki Toson yang berjudul “Wakanashuu” (若菜集 ), yang di terbitkan di
Sendai pada tahun 1897. Buku kumpulan puisi “wakanashuu” ini sebagai buku kumpulan
puisi pertamanya dan juga sekaligus sebagai awal dari keberhasilannya berkarir di dunia
sastra.
Shimazaki Toson adalah seorang musafir. Lirik-lirik di dalam puisinya
merupakan esensi dari dirinya yang seorang pengendara yang tinggal di tempat terpencil,
seperti Sendai. Puisi-puisi yang terdapat di dalam buku kumpulan puisi “Wakanashuu”,
bukanlah puisi orang yang sedang jatuh cinta, melainkan puisi orang yang ditinggal cinta.
Awal kisah cinta Shimazaki Toson dengan Sato Sukeko adalah saat Toson
mengajar bahasa Inggris di Meiji Jogakko (sekolah wanita Meiji), dimana Sato Sukeko
merupakan salah satu siswa di sekolah itu. Walaupun Toson adalah gurunya Sukeko,
namun umur Sukeko lebih tua setahun dari Toson. Sayangnya ternyata Sukeko sudah
bertunangan dengan laki-laki lain bernama Shinshiuchi Toyotaro, dan tak lama mereka
pun menikah saat Toson baru mengenal Sukeko. Kejadian ini adalah kejadian yang paling
memilukan dalam hidupnya.
Karena kegalauan hatinya, maka bisa dilihat curahan hati Toson yang mendalam
di dalam puisi-puisinya yang terdapat dalam buku kumpulan puisi “Wakanashuu”, salah
satu puisinya adalah puisi “kitsune no Waza”. Kegagalan cintanya dengan Sukeko
barangkali merupakan titik balik yang paling penting dalam hidupnya. Toson mungkin
tidak akan menjadi seorang penyair terkenal jika ia tidak patah hati dari Sato Sukeko.
Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat pembahasan ini ke dalam makalah.
1.2 Pembatasan Masalah
Guna pembahasan bisa lebih terfokus pada apa yang dibahas dab memudahkan dalam
memahami karya sastra, maka penulis membuat batasan-batasan permasalahan. Pada
makalah ini, penulis memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana pengalaman pribadi Shimazaki Toson bisa menginspirasinya untuk
berkarya?
b. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan oleh Shimazaki Toson?
1.3 Tujuan Penelitian
Agar makalah dapat terfokus pada satu arah dan satu batasan masalah, maka berikut ini
tujuan-tujuan dari pembuatan makalah ini:
a. Untuk menunjukkan unsur intrinsik dalam puisi “Kitsune no Waza” karya Shimazaki
Toson
b. Untuk menunjukkan unsur ekstrinsik dalam puisi “Kitsune no Waza” karya
Shimazaki Toson
c. Ingin melatih dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisa suatu karya sastra,
khususnya puisi
d. Untuk menambah pengetahuan tentang puisi dan diharapkan dapat bermanfaat bagi
kita semua
1.4 Pendekatan Penelitian
Pembuatan makalah ini menggunakan pendekatan semiotika. Artinya penelitian
yang memiliki teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan
simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan
informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory
(semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis
menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku
manusia Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotika, tanda yang
berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda–tanda yang menunjukkan
hubungan sebab-akibat.
1.5 Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methods yang akar katanya adalah meta yang berarti
menuju, mengikuti, sesudah; sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian
yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas;
langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Selain
menggunakan pendekatan semiotika, makalah ini juga menggunakan metode kepustakaan
(library research). Metode kepustakaan adalah studi kepustakaan atau pengumpulan data
dan informasi yang bersumber dari buku. Selain itu juga menggunakan metode non-
kepustakaan, yaitu melalui internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni
tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain
arti semantiknya. Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan rima dan
irama sebagai media penyampaian untuk membuahkan ekspresi ilusi dan imajenasi, serta
ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan
menyatu.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja, seperti melingkar, zigzag dan lain-
lain. Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya.
Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulang-ulang.
Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti.
Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada
yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Didalam puisi juga
biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada
bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
2.2 Unsur-unsur Puisi
2.2.1 Struktur Fisik Puisi
a. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang tepat yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
b. Imaji
Imaji adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti
apa yang dialami penyair.
c. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas.
d. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang.
e. Versifikasi
Versifikasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,
frase, dan kalimat dalam puisi. Pengulangan yang teratur dalam puisi
menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan.
f. Tipografi
Tipografi adalah yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-
kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.2.2 Struktur Batin Puisi
a. Tema/makna (sense)
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
b. Rasa (feeling)
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair
memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (tone)
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d. Amanat (itention)
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Sadar
maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisinya.
2.3 Jenis-jenis Puisi
Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi dapat dibedakan menjadi:
1. Puisi epic, yaitu suatu puisi yang didalamnya mangandung cerita kepahlawanan, baik
kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah.
2. Puisi naratif, yaitu puisi yang didalamnya mengandung suatu cerita, mejadi pelaku,
perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.
Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif adalah balada yang dibedakan
menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang
kehidupan manusia dengan segala macam sifat.
3. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala
macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.
4. Puisi dramatic, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan
perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga
mengandung suatu gambaran kisan tertentu.
5. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya
ditampilkan secara eksplisit.
6. Puisi satiric, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan
atau ketidak beresan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
7. Puisi romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang
kekasih.
8. Puisi elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan
seseorang.
9. Puisi ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau
sikap kepahlawanan.
10. Puisi hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa
cinta terhadap bansa dan tanah air.
2.4 Semiotik
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merajuk pada ilmu yang sama.
Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai
oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda
seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis
mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya
terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan
perantaraan tanda-tanda proses kehidupan menjadi efisien, dengan perantaraan tanda-
tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan
pemahaman yang lebih baik terhadap dunia.
Pendekatan semiotik pada dasarnya adalah pengembangan dari pendekatan
struktural. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa
pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda
sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi
kehidupan ini walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap
dan sempurna. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata,
mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni,
sastra, lukis, patung, film, musik, dan yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan
demikian, teori semiotik bersifat multidisiplin karena semiotik dapat diterapkan pada
linguistik, seni, sastra, film, filsafat, antropologi, arsitektur, dan lain sebagainya.
Semiotik sebagai ilmu kebahasaan mempunyai komponen dasar yaitu komponen
utama yang membentuk keutuhan dalam suatu disiplin ilmu dan dapat memperjelas
komunikasi. Komponen dasar itu adalah:
a. Tanda adalah arti yang statis, umum, bagus, dan objektif. Tanda merupakan bagian
dari ilmu semiotik yang menandai suatu hal atau keadaan untuk menerangkan atau
memberitahukan objek kepada subjek. Tanda selalu menunjukkan hal nyata, misalnya
petir yang menandakan hujan dan daun-daun pohon yang mulai berubah dan
berguguran menandakan musim gugur.
b. Lambang adalah hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada objek.
Lambang selalu dikaitkan dengan tanda–tanda yang sudah diberikan sifa-sifat
kultural, situasional, dan kondisional. Pierce berpendapat bahwa lambang merupakan
bagian dari tanda. Setiap lambang adalah tanda, tetapi tidak setiap lambang adalah
tandamisalnya warna hitam melambangkan duka dan warna merah muda
melambangkan jatuh cinta atau kasih sayang.
c. Isyarat adalah hal atau keadaan yang diberikan subjek kepada objek. Subjek selalu
berbuat sesuatu untuk memberitahukan kepada objek yang diberi isyarat pada waktu
itu juga. Misalnya anggukan kepala mengisyaratkan kesetujuan dan gelengan kepala
mengisyaratkan tidak tahu.
BAB III
UNSUR-UNSUR PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA
SHIMAZAKI TOSON
3.1 Struktur Fisik Puisi
3.1.1 Diksi
Dalam diksi terdapat kata dengan makna konotatif. Beberapa contoh yang terdapat
dalam puisi ini adalah sebagai berikut:
Serigala kecil bersembunyi di dalam kebun
Ke dalam bayangan pohon anggur musim gugur
Diam-diam mencuri setandan buah anggur
3.1.2 Pengimajian
Imaji terbagi dalam beberapa jenis, yaitu imaji penglihatan (visual), imaji
pendengaran (auditory), imaji rasa dan kecap (tactile). Namun dalam puisi ini
hanya ada beberapa contoh imaji penglihatan serta imaji perasaan, sebagai berikut :
Di malam hari ketika semuanya menyelinap masuk. (imaji penglihatan)
Diam-diam mencuri setandan buah anggur. (imaji penglihatan)
Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya. (imaji perasaan)
3.1.3 Bahasa Figuratif
Metafora (perbandingan)
Tetapi cintaku bukanlah serigala
Kau pun bukanlah buah anggur
Paralelisme (perulangan)
Tetapi cintaku bukanlah serigala
Kau pun bukanlah buah anggur
3.1.4 Kata Konkret
Kata-kata kongkrit yang terdapat dalam puisi ini adalah sebagai berikut:
Tetapi cintaku bukanlah serigala
Kau pun bukanlah buah anggur
Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya
Hatiku telah kau curi
3.1.5 Versifikasi
Versifikasi (pengulangan) dalam puisi ini adalah sebagai berikut :
Tetapi cintaku bukanlah serigala
Kau pun bukanlah buah anggur
3.1.6 Tipografi
Tipografi dalam puisi ini bersifat standar, hanya dengan menampilkan tata letak bait
dalam bentuk baku atau berbentuk segi empat, tidak menggunakan variasi bentuk
lain.
3.2 Struktur Batin Puisi
3.2.1 Tema
Tema dalam puisi ini adalah “perasaan cinta.”
3.2.2 Perasaan
Rasa (emosional) dalam puisi ini adalah memiliki rasa cinta yang digambarkan
sama halnya seperti kejahatan. Perasaan cinta seolah-olah telah diambil paksa.
3.2.3 Nada
Nada dalam puisi ini adalah bersifat menggambarkan perasaan, yaitu dengan
membicarakan tentang perasaan cinta yang dengan mudah dapat dicuri oleh
siapapun, dan hal itu dapat terjadi kapanpun tanpa dapat kita duga sebelumnya.
3.2.4 Amanat
Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah mengharapkan pembaca agar
selalu ingat terhadap suatu hal, bahwa dalam kehidupan ini terdapat berbagai
macam perasaan yang kita miliki. Salah satunya adalah perasaan cinta yang harus
dijaga hati-hati agar tidak sembarang orang dapat mencurinya dengan mudah.
BAB IV
ANALISIS PUISI KITSUNE NO WAZA KARYA SHIMAZAKI
TOSON
狐のわざ
庭にかくるゝこきつね
小狐の
人なきときによる
夜いでて
秋のぶ ど う
葡萄の樹の影に
しのびてぬすむつゆのふさ
恋は狐にあらねども
君は葡萄にあらねども
人しれずこそしの
忍びいで
君をぬすめる吾心
Kitsune no Waza
Niwa ni kakuru ko kitsune no
Hito naki toki ni yoru idete
Aki no budou no ki no kage ni
Shinobite nusumu tsuyu no fusa
Koi wa kitsune ni aranedomo
Kimi wa budou ni aranedomo
Hito shirezu koso shinobi ide
Kimi o nusumeru wagakokoro
Tipu Muslihat Serigala
Serigala kecil bersembunyi di dalam kebun
Di malam hari ketika semuanya menyelinap masuk
Ke dalam bayangan pohon anggur musim gugur
Diam-diam mencuri setandan buah anggur
Tetapi cintaku bukanlah serigala
Kau pun bukanlah buah anggur
Dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya
Hatiku telah kau curi
4.1 Analisis Puisi Kitsune no Waza
Di dalam dongeng-dongeng, serigala sering digambarkan sebagai hewan yang licik
dan suka mencuri. Di dalam puisi ini Shimazaki Toson menggunakan perumpamaan
yang serupa. Ia menggambarkan serigala sama halnya seperti pujaan hati kita. Serigala
menyelinap masuk ke dalam kebun tanpa sepengetahuan orang. Kemudian dengan
serakahnya serigala mencuri setandan anggur. Begitu juga halnya dengan pujaan hati
kita. Serigala digambarkan sebagai pujaan hati kita, pohon anggur digambarkan sebagai
diri kita, sedangkan buah anggur digambarkan sebagai hati kita. Pujaan hati kita diam-
diam mendekati kita. Kemudian tanpa kita sadari, dia telah mencuri hati kita.
Shimazaki Toson menuliskan “dalam rahasia, tanpa seorang pun mengetahuinya,
hatiku telah kau curi”. Puisi ini memiliki unsur romantisme, yaitu perasaan cinta yang
digambarkan sama halnya seperti kejahatan. Perasaan cinta seolah-olah telah diambil
paksa atau dicuri, padahal sebetulnya memang perasaan cinta terhadap seseorang terjadi
begitu saja tanpa kita inginkan ataupun rencanakan sebelumnya.
4.2 Tujuan Penyair Menulis Puisi Kitsune no Waza
Puisi Kitsune no Waza ditulis karena terinspirasi dari perasaan pengarang sendiri.
Pada saat itu Shimazaki Toson mengagumi seorang wanita yang ternyata dia adalah
tetangganya sendiri, namun Shimazaki Toson tidak berani secara langsung
mengungkapkan perasaannya. Sehingga pada suatu saat dia mencurahkan isi hatinya
tersebut melalui puisinya ini, bahwa wanita pujaan hatinya telah berhasil mencuri
hatinya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan rima dan irama sebagai
media penyampaian untuk membuahkan ekspresi ilusi dan imajenasi, serta ungkapan
perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu.
Puisi Kitsune no Waza karya Shimazaki Toson menceritakan tentang perasaan
pengarang sendiri. Suatu ketika, Ia menaruh hati pada seorang wanita yang merupakan
tetangganya sendiri. Dengan atau tanpa disadari bahwa wanita tersebut telah berhasil
mencuri hatinya, seperti seekor serigala yang diam-diam menerkam mangsanya.
Shimazaki Toson perlahan-lahan berusaha untuk mengendalikan perasaannya, dan
meyakinkan hatinya, serta bertanya-tanya apakah wanita tersebutlah yang telah mencuri
hatinya. Namun, pada akhirnya dia yakin bahwa wanita tersebut memang benar-benar
telah mencuri hatinya.
5.2 Kritik
Puisi tersebut agak bertele-tele dan tidak fokus pada maksud dan tujuan
pengarang, karena pada bait pertama pengarang mengungkapkan bahwa Si Srigala yang
telah mencuri buah anggur, namun pada bait kedua ternyata pengarang menganggap
hatinyalah yang telah dicuri. Jadi, pada kedua bait puisi tersebut terjadi ketidaksesuaian
makna.
5.3 Saran
Sebaiknya pengarang tidak terlalu bertele-tele dalam membuat sebuah karangan.
Antara bait pertama dan kedua, dst hendaknya lebih diperhatikan kesesuaian maknanya,
sehingga tidak menimbulkan kebingungan tentang maksud dan tujuan pengarang oleh
pembaca. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang sederhana pun mempermudah pembaca
untuk menginterpretasikan makna dari puisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2152818-jenis-jenis-puisi/
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2259085-struktur-puisi/
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
Shimazaki Toson adalah sastrawan zaman Kindai yang memulai aktivitasnya pada tahun
20 Meiji. Ketika lulus dari perguruan Meiji, Toson menerbitkan karya sastra terjemahan dari
riwayat perjalanan Francis Wirald dalam majalah Jogakko Zasshi berjudul “Jinsei ni Kisu”
berupa karangan yang menceritakan tentang kemanusiaan.
Sebagai seorang yang hidup di masa modern, Toson dianggap sebagai pelopor sastrawan
yang banyak menerima pengarih kesusastraan Eropa Barat bersama dengan Mori Ogai dan
Natsume Soseki. Tooson merupakan sastrawan yang mampu memahami dan menghargai
gagasan gagasan para filsuf Barat secara lebih mendalam daripada rekan-rekannya.
Shimazaki Toson memulai karirnya sebagai penyair yang memperkenalkan karya-
karyanya melalui majalah Jogakko Zasshi. Pada tahun 1889 Tooson menerbitkan puisinya
yang berjudul “Sumire Gusa” (rumput violet). Pada tahun 1893, masih pada majalah yang
sama, terbit puisinya yang berjudul “Betsuri” (perpisahan), “Hikyoku” (nyanyian pilu),
“Biwa Hoshi” (pendeta budha berkecapi). Tahun berikutnya terbit karyanya yang berjudul
“Nozue Monogatari” (cerita ladang yang jauh) dan “tsuchikure Matsuri” (perayaan
gumpalan tanah). Selanjutnya, Tooson aktif menerbitkan puisi yang bersifat romantis.
Shimazaki Toson lahir pada tanggal 25 Maret 1872 (5 Meiji),di desa Mosaka Magome,
daerah Nishi Shikuna, propinsi Nagano, dengan nama kecil Haruki. Toson merupakan anak
bungsu dari 7 bersaudara, 4 laki – laki, dan 3 perempuan. Ia lahir dari pasangan Shimazaki
Masaki dan Nui. Shimazaki Masaki bekerja di kantor pemerintahan dan aktif berkecimpung
di dunia seni. Ia sering menulis syair dan kaligrafi.
Pada usia 6 tahun, Toson memasuki sekolah dasar Misaka yang terletak di Misaka
Magome, desa kelahirannya. Namun pada usia 9 tahun, ia diajak oleh kakak tertuanya ke
Tokyo untuk melanjutkan sekolahnya disana. Pada usia 11 tahun, Toson dititipkan pada
keluarga Yashimura Tadamichi, yang bekerja disebuah kantor administrasi angkatan laut
Jepang. Dikarenakan masa kanak – kanaknya yang dikelilingi oleh para politikus dan
pengusaha, membuat dia bercita – cita untuk menjadi seorang politikus.
Ketika menginjak usia 14 tahun, Toson sering menbaca novel – novel karya Natsume
Soseki, Akutagawa Ryunotsuke, dan Hori Tasuo. Meski ia tidak begitu memahami isi novel
tersebut, namun hal itu malah membuatnya makin tertarik dengan dunia menulis. Pada
tanggal 29 November 1886 (19 Meiji) ayahnya meninggal dunia pada usia 55 tahun setelah
beberapa lama mengalami gangguan jiwa.
Sementara kakaknya Hideo sibuk menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala keluarga,
Toson mulai memasuki sekolah Meiji di Tokyo yang beorientasi barat. Guru – gurunya
sebagian besar berasal dari Amerika dan mengajar dengan menggunakan buku – buku
pelajaran barat yang baru diterjemahkan. Disamping itu, mereka mereka menebarkan misi
ajaran Kristen diiringi dengan suasana – suasana yang menyebabkan siswa tertarik dengan
ajaran Kristen, termasuk Toson. Pada umur 16 tahun, Toson dibaptis menjadi pemeluk agama
kristen protestan.
Pada tahun 1892 (24 Meiji), Toson lulus dari sekolah meiji dan bekerja sebagai pelayan
toko sebelum menjadi penerjemah bahasa inggris untuk majalah Jogakko Zassshi. Disini dia
mulai berkenalan dengan sastrawan – sastrawan terkenal saat itu, terutama Kitamura Tokoku.
Sejak itu ia mulai menerbitkan majalah Bungakukai bersama dengan Hirata Tokuboku
menulis cerpen, cerita bersambung dan puisi yang beraliran romantisme.
Pada bulan September tahun 29 Meiji (1896) Toson menerbitkan kumpulan puisi
pertamanya berjudul wakanashu yang menjadi momen bersejarah bagi kemunculan puisi
modern di Jepang. Wakanashu merupakan karya yang menampilkan berbagai judul yang
mengungkapkan romantisme muda Toson berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri.
Kumpulan puisi tersebut pertama kali di perkenalkan di majalah Bungakukai.
Tahun berikutnya ia menulis cerpennya yang berjudul “Utatane” (kantuk) yang
diterbitkan oleh majalah Shinshusetsu. Setahun kemudian ia mengikuti kursus musik di
Tokyo Ongaku Gakuin. Pada saat itu Tooson mulai dipersiapkan untuk menikah dengan putri
seorang profesor, Hata Fuyu.
Pada bulan April 32 meiji (1899) Tooson menikah dengan Fuyu. Kemudian mereka
pindah dari Tokyo menuju ke pedalaman Nagano. Disana ia membangun sebuah rumah
sederhana dan menjadi guru bahasa Jepang dan bahasa Inggris di sebuah SMP.
Pada tanggal 3 Mei tahun 1901 lahir anak perempuannya yang pertama bernama Midori.
Dua tahun kemudian lahir anak perempuannya yang kedua bernama Oshieko. Pada tahun
yang bersamaan muncul kumpulan karya – karya sastra Kitamura Tokoku berjudul
“Tokokushu” yang diterbitkan untuk mengenang sahabatnya itu. Pada tanggal 9 April 1904
lahir anaknya yang ketiga dan diberi nama Nuiko. Namun tak lama kemudian Nuiko
meninggal dunia. Pada tanggal 12 Oktober 1905 lahir anak laki – lakinya yang diberi nama
Kasuo. Setahun kemudian 7 April anaknya yang kedua, Oshieko, meninggal dan dua bulan
kemudian Midori juga meninggal. Secara medis, kematian mereka itu disebabkan oleh
penyakit meningitis dan peradangan usus. Namun peristiwa yang sangat menyedihkan
tersebut tidak lepas dari kesulitan keuangan yang dialami oleh Tooson sehingga tidak mampu
untuk membiayai pengobatan anaknya.
Saat itu, terbit novel pertamanya yang berjudul “Hakai” (pelanggaran) yang mendapat
bantuan biaya dari istrinya. Meski karyanya itu berhasil mendapat tempat di hati masyarakat
dan namanya menjadi tenar sebagai penyair dan penulis novel, ia tetap hidup miskin.
Pada tanggal 8 September lahir anak laki – lakinya yang kedua bernama Keiji. Dua tahun
kemudian lahir Osuke, anak laki – lakinya yang ketiga, dan setahun kemudian pada tanggal 6
Agustus 1910 Ryuko, anak perempuannya lahir. Namun tak lama kemudian, Fuyu istrinya,
meninggal karena mengalami pendarahan. Karena kematian istrina itu, maka Tooson dibantu
oleh Komako, anak perempuan kakaknya untuk mengurus anak – anaknya. Seiring
berjalannya waktu, tumbuhlah perasaan cinta diantara mereka berdua. Kisah cinta yang
dijalin secara diam – diam ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul Shinco Nihon
Bungaku Arubumu. Dalam novel ini diungkapkan bahwa hubungan tersebut merupakan
hubungan yang paling berbahaya dalam hidup Tooson. Mereka masih memiliki hubungan
darah yang cukup dekat dan tentunya akan ditentang oleh saudara – saudara meraka.
Oleh karena rasa bersalah yang disarakannya, maka Tooson memutuskan untuk
melakukan perjalanan jauh menuju Eropa untuk melakukan peninjauan terhadap kehidupan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan barat. Dimulai dari Kanto, Singapura, Hongkong, Swiss,
dan kemudian ke Paris.
Pada tahun 1918, pengalaman perjalanannya itu dituangkan dalam karyanya berupa
cerita bersambung berjudul “Shinsei” (kehidupan baru) yang dimuat di surat kabar Asahi
Sinbun.
Pada tahun 1921 diadakan perayaan ulang tahun Tooson yang ke-49 di Ueno Seiyoken,
yang diselenggarakan oleh perkumpulan penggemar puisi Shimazaki Tooson. Pada
kesempatan itu, Tooson mulai dekat dengan seorang gadis bernama Kato Shizuko. Pada
bulan April 1924, Tooson melamar Shizuko. Pada usianya yang ke-52, Tooson mulai
diserang penyakit stroke, berupa pendarahan di otak yang masih ringan. Karena penyakit
tersebut, Tooson mengundurkan diri dari keanggotaan Panitia Penelitian Bahasa Jepang.
Pada tahun 1928, Tooson menikah dengan gadis pilihan hatinya, Kato Shizuko. Setahun
kemudian Tooson kembali ke Perancis untuk menimba ilmu. Sejak saat itu, Tooson sering
melakukan perjalanan kelilung dunia bersama istrinya.
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan di Eropa, Argentina, Brasil dan sejumlah negara
di Amerika, pada tahun 1937 Tooson kembali ke Jepang. Setelah itu ia ditawari untuk
menjadi anggota persatuan kesenian Jepang, namun ia menolaknya karena pada saat itu ia
mulai terserang penyakit pengkerutan ginjal. Namun setelah didesak, akhirnya pada tahun 15
Showa, ia menerima tawaran tersebut.
Pada tahun 1943, Tooson mulai menulis novel lagi yang berjudul “Toho no Mon” (pintu
di gerbang timur) yang ditulis sewaktu mengadakan perjalanan ke Tokyo. Pada tanggal 1
Januari, novel yang baru terdiri dari 2 bab tersebut diterbitkan dan dijual kepada masayarakat
luas. Tanggal 21 Agustus, ketika ia hendak menyelesaikan novel tersebut, ia jatuh pingsan
dan meninggal secara mengejutkan di usianya yang ke-71.