Upload
ngongoc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BMT MUHAJIRIN SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan DIII Perbankan Syariah
Disusun oleh:
TITIN SADATINAH
NIM : 23113001
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
i
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BMT MUHAJIRIN SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan DIII Perbankan Syariah
Disusun oleh:
TITIN SADATINAH
NIM : 23113001
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
Tugas Akhir Saudara:
Nama : Titin Sadatinah
NIM : 231-13-001
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
Judul : ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BMT MUHAJIRIN SALATIGA
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Tugas Akhir. Demikian surat ini dibuat
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 9 Juni 2017
Pembimbing
Fetria Eka Yudiana, M.Si.
NIP. 19740228 200901 2005
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Titin Sadatinah
NIM : 231-13-001
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
menyatakan bahwa naskah Tugas Akhir ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/ karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Salatiga, 9 Juni 2017
Saya yang Menyatakan,
Titin Sadatinah
NIM: 231-13-001
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Titin Sadatinah
NIM : 231 13 001
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa naskah Tugas Akhir ini secara keseluruhan bebas dari
plagiasi. Jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiasi maka saya siap
ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Salatiga, 9 Juni 2017
Saya yang menyatakan,
Materai 6000
Titin Sadatinah
NIM: 231-13-001
v
vi
MOTTO
“Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu kamu
menggantungkan pengharapan” (Q.S Al-insyirat 6-8)
“Don’t stop when you’re tired, stop when you’re done”
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sutikno dan Ibu Siti Prihatin tercinta yang
telah sabar, penuh kasih sayang serta tulus ikhlas merawat, mendidik dan
mengajarkan tentang segala sesuatu kebaikan kepada penulis dalam
menjalani hidup ini, agar menjadi manusia yang berguna.
2. Kukuh Edi Kurniawan yang selalu ada, menemaniku, menyangiku dan
menyemangatiku untuk selalu bersemangat mengerjakan tugas akhir ini.
3. Sahabatku Ratri Arum, riza nurul, masrifatul ayu, mutia, ulfah islamiati,
bina nahjal yang telah memberikan semangat dalam mengerjakan Tugas
Akhir ini
4. Kerabat dan saudara yang telah memberikan perhatian dan kasih
sayangnya selama ini.
5. Seluruh pengelola BMT Muhajirin Salatiga yang telah membantu saya
dalam penyusunan Tugas Akhir.
6. Semua teman-teman D3 Perbankan Syariah angkatan 2014 khususnya PS
D3 B terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, semoga kita selalu
bisa menjalin silaturahmi ini hingga akhir hayat kita.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta Alam yang telah
melimpahkan semua rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kita. Tak lupa
shalawat serta salam selalu kami haturkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW. Sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini yang
berjudul: “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH
DI BMT MUHAJIRIN”. Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat guna menyelesaikan pendidikan di Jurusan D3 Perbankan Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dikarenakan oleh
keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun penulis sangat harapkan untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulisnya mohon maaf atas semua kesalahan dan menghaturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dan
memberikan dorongan semangat selama penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga
Allah meridhoi dan laporan ini dapat bermanfaaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses
penyusunan Tugas Akhir ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak,
bimbingan dan dorongan serta perhatiannya. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
ix
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
beserta wakil-wakilnya.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Drs. H. Alfred L, M. Si. selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen pengajar program Diploma 3 Perbankan Syariah IAIN
Salatiga.
6. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis percaya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis akan sangat berterimakasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Salatiga, 9 Juni2017
Penulis
x
Titin Sadatinah
23113001
ABSTRAK
Titin Sadatinah, 2017. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Di
BMT Muhajirin Salatiga. Tugas Akhir. Jurusan D-3 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing : Fetria Eka Yudiana, M.Si.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan sebagai berikut: untuk
mengetahui prosedur prosedur pembiayaan murabahah di BMT Muhajirin
Salatiga, untuk mengetahui risiko-risiko pembiayaan murabahah yang dihadapi
oleh BMT Muhajirin periode 2012-2016, untuk mengetahui usaha yang dilakukan
oleh BMT Muhajirin Salatiga untuk meminimalisir risiko pembiayaan
murabahah.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder yang data
primernya diperoleh dengan cara observasi dan wawancara terhadap pihak BMT
Muhajirin Salatiga.
Prosedur pembiayaan murabahah di BMT Muhajirin Salatiga memiliki
persyaratan dan tahapan yang akan dilalui dalam pembiyaan murabahah antara
lain: pengajuan pembiayaan yang harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai
berikut: 1) Nasabah datang langsung ke BMT Muhajirin Salatiga, 2) Sudah
menjadi anggota penabung selama 3 bulan di BMT Muhajirin Salatiga, 3)
Bertempat tinggal di wilayah gerak BMT Muhajirin, 4) Foto copy KTP suami istri
yang masih berlaku sebanyak 2 lembar, 5) Foto copy KK sebanyak 2 lembar, 6)
Foto copy STNK dan BPKB (kendaraan) sebanyak 2 lembar, 7) Foto copy SPPT
dan Sertifikat (tanah) sebanyak 2 lembar, 8) Slip gaji/SK pegawai (untuk
pegawai), laporan keuangan (untuk usaha min 1 tahun), 9) Pas foto suami istri 2
lembar, 10) Jaminan milik sendiri dan bersedia disurvey. Kemudian survey lokasi
usaha dan tempat tinggal, setelah disurvey diadakan rapat komite untuk
menentukan apakah pengajuan tersebut disetujui atau tidak, apabila pengajuan
telah disetujui tahap akhir adalah pencairan.
Risiko-risiko pembiayaan murabahah yang dihadapi BMT Muhajirin
Salatiga terjadi karena dua faktor, yaitu dari pihak nasabah dan pihak bmt.
Dimana faktor dari pihak nasabah terdiri dua unsur yaitu: 1) unsur kesengajaan,
2) unsur ketidaksengajaan. Sedangkan faktor penyebab dari pihak bmt sendiri
terdiri dari beberapa hal yaitu analisa yang kurang akurat dan AO dikejar target.
Manajemen risiko pembiayaan murabahah yang di hadapi BMT Muhajirin
Salatiga, yaitu dengan cara persuasif, dan apabila dengan cara ini belum menjadi
solusi maka pihak BMT Menyelesaikan melalui jaminan yaitu dengan
penyitaan/penjualan jaminan, baik itu dilakukan secara sukarela oleh nasabah
maupun penjualan paksa oleh BMT.
xi
Kata Kunci: Pembiayan Murabahah, Prosedur Pembiayaan, Risiko-risiko
Pembiayaan, Manajemen Risiko, BMT Muhajirin Salatiga
DAFTAR ISI
HALAMAAN JUDUL ............................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ............................................................................ iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................................... iv
PENGESAHAN ....................................................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 7
D. Metode Penelitian ........................................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11
II. LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 13
A. Telaah Pustaka .............................................................................................. 13
B. Kerangka Teori ............................................................................................. 15
C. Pengertian Risiko ......................................................................................... 15
D. Pengertian Manajemen Risiko .................................................................... 15
E. Pengertian Pembiayaan................................................................................ 20
F. Pengertian Murabahah ................................................................................. 21
G. Risiko Pembiayaan Murabahah .................................................................. 21
xii
H. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) ................................................................. 22
I. Prosedur Pengajuan Pembiayaan ............................................................... 25
III. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......................................................... 30
A. Gambaran Umum BMT Muhajirin Salatiga ............................................. 30
B. Struktur Organisasi dan Job Description BMT Muhajirin Salatiga ....... 33
C. Produk-produk BMT Muhajirin Salatiga .................................................. 38
D. Persyaratan Pembiayaan Murabahah di BMT Muhajirin Salatiga ........ 41
E. Prosedur Manajemen Risiko BMT Muhajirin Salatiga ........................... 42
F. Bagan/Alur Manajemen Risiko BMT Muhajirin Salatiga ...................... 44
IV. ANALISIS DATA ......................................................................................................... 45
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah BMT Muhajirin Salatiga .................. 45
B. Bagan/Alur Pembiayaan Murabahah BMT Muhajirin Salatiga ............. 50
C. Risiko-risiko Pembiayaan Murabahah BMT Muhajirin Salatiga .......... 51
D. Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah BMT Muhajirin Salatiga 54
V. PENUTUP ........................................................................................................................ 59
A. Kesimpulan ................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Nasabah Pembiayaan, .................................... 5
Tabel 1.2 Data Pembiayaan Murabahah Bermasalah, ......................................... 6
Tabel 4.1 Pembiayaan Murabahah Periode 201-2016, ..................................... 53
Tabel 4.2 Pembiayaan Murabahah Bermasalah periode 2012-2016, .............. 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Muhajirin Salatiga, .................................. 33
Gambar 3.2 Alur/Bagan Manajemen Risiko, ......................................................... 44
Gambar 4.1 Prosedur Pemberian Pembiyaan Murabahah, ................................... 50
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Institusi keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah Islam, namun
prinsip-prinsip pertukaran dan pinjam-meminjam sudah ada dan banyak terjadi
pada zaman Nabi Muhammad SAW. Kemajuan pembangunan ekonomi dan
perdagangan telah mempengaruhi lahirnya institusi yang berperan dalam lalu
lintas keuangan. Para pedagang dan pengusaha sudah tidak mungkin lagi
mengurusi keuangan secara sendiri (Ridwan, 2005: 51).
Konsep organisasi atau lembaga keuangan sesungguhnya sudah dikenal
sejak sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul. Lembaga baitul maal
merupakan lembaga bisnis dan sosial yang pertama dibangun oleh Nabi. Lembaga
ini berfungsi sebagai alat penyimpanan (Ridwan, 2005: 56). Lembaga keuangan
telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat
industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi yang
membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan lembaga
keuangan. Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi para pengusaha untuk
mendapatkan tambahan modalnya melalui mekanisme kredit dan menjadi
tumpuan investasi melalui mekanisme saving. Lembaga keuangan telah
memainkan peranan yang sangat besar dalam mendistribusikan sumber-sumber
daya ekonomi dikalangan masyarakat, meskipun tidak sepenuhnya dapat
mewakili kepentingan masyarakat.
2
Lahirnya lembaga keuangan mikro Islam yang berorientasi sebagai
lembaga sosial keagamaan, kemudian popular dengan istilah BMT sebagai
lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah
dan menengah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena
BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini, maka
BMT menjadi salah satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam skala mikro sebagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP), BMT
merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandasan syariah. Selain itu, BMT
juga dapat dikatakan sebagai suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
bergerak dibidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak hanya bergerak
dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam
pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Ini merupakan sebuah
konsekuensi dari namanya itu sendiri yaitu bait al-mal wat tamwil yang
merupakan gabungan dari kata baitul mal dan bait at-tamwil.
Secara singkat, bait at-mal merupakan lembaga pengumpulan dana
masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-tamwil
merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan dengan orientasi
profit dan komersial (Sumiyanto, 2008: 15). Di samping itu peranan lembaga
ekonomi Islam yang berfungsi sebagai lembaga yang dapat mengantarkan
masyarakat yang berada di daerah-daerah untuk terhindar dari sistem bunga yang
diterapkan pada bank konvensional. Kelahiran BMT sangat menunjang sistem
3
perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah karena di samping sebagai
lembaga keuangan Islam, BMT juga memberikan pengetahuan-pengetahuan
agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai pemahaman agama yang
rendah. Dengan demikian, fungsi BMT sebagai lembaga ekonomi dan sosial
keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya.
Lahirnya BMT ini di antaranya dilatar belakangi oleh beberapa alasan
sebagai berikut :
1. Agar masyarakat terhindar dari pengaruh sistem ekonomi kapitalis dan
sosial yang hanya memberikan keuntungan bagi mereka yang mempunyai
modal banyak. Sehingga ditawarkanlah sebuah sistem ekonomi yang
berbasis syariah. Ekonomi yang dimaksud adalah suatu sistem yang
dibangun atas dasar adanya nilai etika yang tertanam seperti pelarangan
tentang penipuan dan bentuk kecurangan, adanya hitam di atas putih
ketika terjadi transaksi, dan adanya penanaman kejujuran terhadap semua
orang dan lain-lain.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan pada masyarakat menengah ke
bawah secara intensif dan berkelanjutan.
3. Agar masyarakat terhindar dari rentenir-rentenir yang memberikan
pinjaman modal dengan sistem bunga yang sangat tidak manusiawi.
4. Agar ada alokasi dana yang merata pada masyarakat, yang fungsinya
untuk menciptakan keadilan sosial.
4
Realitas menunjukkan, adanya BMT di daerah sangat membantu
masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi yang saling
menguntungkan dengan memakai sistem bagi hasil. Di samping itu juga ada
bimbingan yang bersifat pemberian pengajian kepada masyarakat dengan tujuan
sebagai sarana transformatif untuk lebih mengakrabkan diri pada nilai-nilai agama
Islam yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat (Sumiyato,
2008: 21).
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Muhajirin yang beralamatkan kompleks
Masjid “Al-Muhajirin”. Jl. Suropti No. 16 Togaten Salatiga adalah salah satu
lembaga alternatif yang menghimpun dana langsung dari masyarakat dan
menyalurkan dalam bentuk pembiayaan pada usaha kecil dan menengah yang
berprinsip secara syariah di daerah Salatiga dan sekitarnya.
BMT Muhajirin Salatiga mempunyai kegiatan yang hampir sama dengan
lembaga keuangan syariah yang lainnya, yaitu funding dan financing. Salah satu
kegiatan dari financing adalah murabahah. Murabahah adalah salah satu bentuk
jual beli ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang
akan dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat
keuntungan yang diiinginkan. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum atau
prosentase tertentu dari biaya (Ascarya, 2007: 83).
5
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Nasabah Pembiayaan BMT Muhajirin Salatiga Tahun
2012-2016
No Tahun Mudharabah Murabahah
1 2012 50 nasabah 75 nasabah
2 2013 89 nasabah 88 nasabah
3 2014 53 nasabah 140 nasabah
4 2015 89 nasabah 144 nasabah
5 2016 104 nasabah 170 nasabah
Sumber data: BMT Muhajirin Salatiga
Dari tabel di atas dapat diketahui pada periode 2012-2016 jumlah nasabah
pembiayaan mudharabah dan murabahah. Pada tahun 2012 selisih nasabah
mencapai 45 orang. Tahun 2013 jumlah nasabah pembiayaan mudharabah dan
murabahah hampir berimbang hanya saja selisih 1 orang anggota. Tahun 2014
jumlah nasabah pembiayaan mudharabah menurun hingga 36 orang dari jumlah
tahun sebelumnya sedangkan nasabah pembiayaan murabahah terus meningkat
hingga 140 orang. Tahun 2015 jumlah nasabah jumlah nasabah masih di duduki
oleh pembiayaan murabahah (144 orang) dan mudharabah (89 orang). Pada tahun
2016 jumlah nasabah pembiayaan mudharabah sudah mencapai angka 100 yaitu
dengan 104 orang dan nasabah murabahah kian meningkat hingga 170 orang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah nasabah pembiayaan murabahah
sangat berkembang pesat dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah.
6
Tabel 1.2
Pembiyaan Murabahah yang Bermasalah di BMT Muhajirin Periode 2012-2016
No Tahun Jumlah Nasabah Bermasalah
1 2012 25 nasabah
2 2013 33 nasabah
3 2014 55 nasabah
4 2015 40 nasabah
5 2016 45 nasabah
Sumber data: BMT Muhajirin Salatiga
Data di atas menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah bermasalah di
BMT Muhajirin mengalami naik turun selama periode 2012-2016. Pada tahun
2012 ada sekitar 25 orang, tahun 2013 ada 33 orang, tahun 2014 ada 55 orang,
tahun 2015 ada 40 orang dan tahun 2016 ada 45 orang. Faktor-faktor terjadinya
pembiayaan diatas menurut narasumber dikarenakan ada dua faktor penyebabnya
yaitu faktor dari pihak nasabah dan dari pihak BMT.
Dengan jumlah nasabah pembiayaan murabahah yang semakin meningkat.
BMT harus siap dalam menghadapi risiko-risiko akibat pembiayaan, sehingga
perlu di terapkan manajemen yang baik, yang dapat meminimalisir risiko yang
timbul dari pembiayaan murabahah. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin
meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan murabahah ini dan melakukan
penelitian yang berjudul “Analaisis Manajemen Risiko Pembiyaan Murabahah di
BMT Muhajirin Salatiga”.
7
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat terperinci dan terarah sesuai
dengan latar belakang permasalahan diatas, rumusan masalah yang
dikemukakan oleh penulis yaitu :
1. Bagaimana prosedur pembiayaan Murabahah di BMT Muhajirin
Salatiga?
2. Risiko pembiayaan apa sajakah yang dihadapi oleh BMT Muhajirin
pada periode 2012-2016?
3. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh BMT Muhajirin Salatiga untuk
meminimalisir risiko pembiayaan murabahah?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan Murabahah di BMT
Muhajirin Salatiga.
b. Untuk mengetahui risiko pembiayaan yang dihadapi oleh BMT
Muhajirin pada periode 2012-2016.
c. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh BMT Muhajirin Salatiga
untuk meminimalisir risiko pembiayaan murabahah.
2. Kegunaan
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan untuk menambah dan memperluas
pengetahuan penulis, khususnya berkaitan dengan masalah
pembiayaan murabahah di BMT (lembaga keuangan mikro syariah),
8
serta menumbuhkan sikap profesionalisme kerja melalui berfikir dan
meningkatkan daya penalaran dalam melakukan penelitian,
perumusan, dan pemecahan masalah secara ilmiah
b. Bagi almamater/IAIN Salatiga
Sebagai karya ilmiah yang dapat di jadikan sebagai referensi maupun
tambahan informasi bagi civitas akademika IAIN Salatiga.
c. Bagi Lembaga (BMT Muhajirin Salatiga)
Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat atau kegunaan sebagai
bahan pertimbangan bagi karyawan dan manajemen dalam
melaksanakan prosedur pembiyaan murabahah.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, bukan berupa angka
(Supranto, 1987: 11). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun rekayasa manusia, karena penelitian ini bertujuan
untuk memperjelas keadaan subjek yang akan diteliti. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau dokumen.
9
2. Sumber Data
a. Data primer
Yaitu data yang digunakan untuk melengkapi dari tempat
magang yaitu BMT Muhajirin Salatiga, sedangkan data yang
diperlukan dalam penelitian antara lain prosedur pembiayaan
murabahah, risiko-risiko yang dihadapi BMT periode 2012-
2016, manajemen risiko BMT Muhajirin Salatiga.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh
secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik,
yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen,
laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan penelitian ini. (Wahyu, 2010: 79)
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh adalah :
a. Observasi
Obeservasi merupakan cara-cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. Penelitian mengamati secara lansung tentang tatacara
akad murabahah, dan prosedur-prosedur yang dilakukan, baik dari
nasabah dan dari pihak BMT MUHAJIRIN Salatiga.
10
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
mengajukan suatu pertanyaan lansung kepada sumber informasi.
Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari
pihak-pihak yang di wawancarai. Wawancara ini dilakukan
terhadap staf-staf BMT MUHAJIRIN SALATIGA, terutama pihak
finance.
c. Dokumentasi
Selain itu penulis juga menggunakan data dari dokumentasi.
Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data dari peristiwa
yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya dari seseorang (Sugiyono, 2007: 329). Dapat juga diartikan
sebagai metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian untuk menelusuri data historis (Bungin, 2007: 121).
Dalam penelitian ini penulis mengambil data dokumentasi dari
pihak manager yang berupa tabel-tabel pembiayaan murabahah,
dan naik turunnya pembiayaan murabahah di BMT MUHAJIRIN
Salatiga.
d. Kepustakaan
Yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dari
berbagai sumber yang di dapat diperoleh dari: buku, jurnal, hasil-
hasil penelitian sesuai data yang dibutuhkan.
11
E. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa
sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Bab ini berisi pendahuluan yang Menguraikan tentang Latar
Belakang Pemilihan Judul, Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, dan Kegunaan masalah, Penelitian Terdahulu,
Metode Pengumpulan Data, Penegasan istilah, Sistematika
Penulisan sehingga permasalah tersebut memiliki titik fokus
dan tidak mengambang dari judul yang telah dibuat.
Bab II : Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi
telaah pustaka berdasarkan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dan kerangka teoritik mengenai
konsep pembiayaan, konsep prosedur dan konsep manjemen
risiko.
Bab III : Pada bab ini berisi tentang gambaran umum BMT
Muhajirin Salatiga yang menjelaskan mengenai laporan
objek yang berisi tentang sejarah berdirinya BMT
Muhajirin Salatiga, visi dan misi, struktur organisasi,
kegiatan usaha BMT, praktek pembiayaan murabahah,
prosedur manajemen risiko.
Bab IV : Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
yang menguraikan tentang hasil penelitian yang telah
12
dilakukan dan pembahasan permasalahan yakni mengenai
analisis pembiayaan, prosedur praktek pembiayaan
murabahah, risiko-risiko manajemen risiko dan manajemen
risiko BMT.
Bab V : Bab kelima ini merupakan bab penutup yang memuat
kesimpulan dari semua pembahasan dan sekaligus jawaban
dari permasalahan yang dikaji. Bab ini meliputi kesimpulan,
saran, dan penutup.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, penyusun sejauh ini belum menemukan satu
karyapun yang khusus membahas tentang analisis manajemen risiko
pembiayaan murabahah pada BMT Muhajirin Salatiga. Untuk itu penulis
membandingkan literatur-literatur maupun dari penelitian yang sekiranya
hampir sama:
Penelitian Yenti Afrida yang berjudul Analisis Pembiayaan
Murabahah Di Perbankan Syariah, tahun 2016. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa salah satu keunggulan perbankan syariah terletak
pada sistem bagi hasilnya, akan tetapi pada kenyataannya pembiayaan di
perbankan syariah tidak didominasi oleh pembiayaan mudharabah dengan
konsep bagi hasilnya, akan tetapi lebih didominasi oleh pembiayaan
murabahah.
Penelitian Fathul Mufid yang berjudul Strategi Penanganan Risiko
Pembiayaan Murabahah pada BMT Se Kabupaten Demak, tahun 2015,
penelitian ini menyimpulkan strategi yang digunakan dalam menghadapi
risiko pembiayaan murabahah yaitu “transendentalisme” dalam mengelola
risiko, selain itu juga melakukan analisis harus teliti dan peka tidak serta
merta member pembiayaan, namun harus melihat 5C, memperbanyak
jumlah nasabah daripada jumlah nominal dan pemerataan usaha.
13
14
Penelitian Ahmad Ali Afandi yang berjudul Analisis Pembiayaan
Murabahah Pada Nasabah Di Bmt Harapan Ummat Kudus, tahun 2015,
penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam prosedur pembiayaan ada tiga
tahap yaitu pemohon telah memenuhi syarat-syarat sebagai pemohon,
kemudian bagian pembiayaan mengumpulkan beberapa berkas yang telah
diajukan si pemohon guna dilakukan penanganan oleh tim surveyor,
setelah semua selesai barulah tugas tim surveyor melakukan analisa
kelapangan atau terhadap calon nasabah atau anggota nasabah yang ingin
melakukan pembiayaan.
Penelitian Yuliah Astuti yang berjudul Murabahah di BMT
Jogjatama, tahun 2005, penelitian ini menyimpulkan sistem murabahah
masih menjadi sebuah pro dan kontra dikalangan sarjana muslim karena
prakteknya masih dianggap berdasarkan bunga mengenai pengambilan
keuntungan yang terkadang masih tinggi bahkan terkadang ada yang lebih
tinggi dari bunga, dan masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa
lembaga keuangan islam tidak berbeda dengan konvensional hanya
pergantian nama saja yang islami.
Penelitian Sen Yung yang berjudul Manajemen Resiko dalam
Dunia Perbankan, tahun 2006, penelitian ini menyimpulkan manajemen
risiko merupakan suatu ilmu yang peranannya sangat penting dan
sebaiknya diterapkan dalam semua bidang ilmu. Pada intinya manajemen
risiko ini memberikan pandangan yang sistematis dan terstruktur dalam
memecahkan masalah yang mungkin muncul di masa akan datang.
15
Penerapan manajemen resiko ini dalam dunia perbankan dirasakan sangat
perlu karena kondisi keuangan di suatu perbankan di suatu negara sangat
menentukan kondisi finansial negara tersebut.
Dari hasil kelima penelitian diatas terdapat kesamaan pembahasan
penelitian yaitu sama-sama mengkaji masalah manajemen risiko
pembiayaan murabahah sedangkan perbedaan dari penelitian di atas
adalah pada lokasi penelitian atau studi kasusnya. Yenti (2016) dalam
penelitiannya menjelaskan pembiayaan murabahah di perbankan syariah.
Fathul Mufid (2015) penelitiannya menjelaskan strategi penanganan
pembiayaan murabahah pada BMT se kabupaten Demak . Ahmad (2015)
penelitiannya menjelaskan pembiayaan murabahah di BMT Ummat
Kudus. Yuliah (2005) penelitiannya menjelaskan sistem murabahah di
BMT Jogjatama. Sen Yung (2006) penelitiannya menjelaskan tentang
manajemen resiko dalam dunia perbankan. Sedangkan dalam penelitian ini
akan lebih berfokus pada manajemen risiko pembiayaan murabahah di
BMT Muhajirin Salatiga. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data primer diperoleh
dengan cara observasi dan wawancara sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan metode kuantitatif.
B. Kajian Teoritik
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah kemugkinan kejadian hasil yang menyimpang dari
harapan yang bersifat merugikan (Sulhan dan Siswanto, 2008: 105).
16
Risiko muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang dicapai dari suatu
usaha. Sering kali risiko muncul karena adanya lebih dari satu pilihan dan
dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui dengan pasti,
sebagaimana tidak pastinya masa depan. Risiko didefinisikan sebagai
konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang berpotensi
mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak negatif lainnya
(Wahyudi dkk, 2013: 4).
2. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan
terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok
dalam suatu proyek (Muhamad, 2002: 148).
Manajemen risiko dapat diartikan sebagai penerapan fungsi-fungsi
manajemen dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh organisasi
jadi, manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko
yang dihadapi organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan
nilai perusahaan (Sulhan dan Siswanto, 2008: 109).
Manajemen risiko pada BMT seharusnya merupakan suatu proses
berkelanjutan tentang bagaimana BMT mengelola risiko yang
dihadapinya. Meminimalkan potensi keterjadian dan dampak yang
ditimbulkan pada berbagai risiko yang tidak dikehendaki. Pada sisi lain,
menerima dan beroperasi dengan risiko tersebut. Bahkan dalam tataran
yang lebih tinggi, jika memungkinkan BMT dapat mengonversi risiko
17
menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Lebih jauh, manajemen
risiko adalah tentang bagaimana BMT secara aktif memilih jenis dan
tingkat risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha BMT tersebut.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk memastikan bahwa
seluruh kebijakan risiko dan bisnis bisa diimplementasikan secara konsisten
(Wahyudi dkk, 2013: 59).
Dalam kerangka manjemen risiko, kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan perlu dilakukan pada suatu
program penanggulangan risiko agar tujuan program tersebut dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Program penanggulangan risiko suatu organisasi
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kegiatan di antaranya:
a) Identifikasi Risiko (Risk Identification)
Identifikasi risiko adalah proses dimana suatu perusahaan secara
sistematis dan terus menerus mengidentifikasi, properti, liability, dan
personel exposure dan lain sebagainya sebelum terjadi peril. Agar risiko
dapat dikelola, ia harus diukur. Agar risiko dapat diukur, maka ia harus
diidentifikasi terlebih dahulu. Hal ini merupakan alasan utama kenapa
risiko harus diidentifikasi. Mengidentifikasi adalah proses menelusuri
sumber risiko, mentabulasi banyaknya atau jumlah risiko yang
mengancam dan sekaligus membagi dan mengklasifikasikan masing-
masing risiko berdasarkan skala prioritas. Teknik yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi risiko diantaranya:
1) Menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan
18
2) Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan untuk
melihat risiko suatu proses produksi dan operasi
3) Menganalisis kontrak yang telah dan sedang dibuat perusahaan dengan
para kliennya
4) Melihat catatan statistik kerugian dan laporan kerugian perusahaan
5) Survey dan wawancara terhadap manajer sehubungan dengan risiko
yang biasa dihadapi sehari-hari
b) Pengukuran dan Evaluasi Risiko (Risk Assessment)
Pengukuran dan evaluasi risiko adalah proses sistematis yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur tinggi rendahya risiko yang
dihadapi perusahaan melalui kuantifikasi risiko. Tujuannya untuk
memahami karakteristik risiko, sehingga risiko akan lebih mudah
dikendalikan. Beberapa contoh teknik untuk mengukur risiko antara lain
probabilitas (untuk membuat prioritas), teknik duration (untuk mengukur
risiko perubahan tingkat bunga) dan VAR (value at risk) yang digunakan
untuk mengukur risiko pasar.
Ada dua dimensi dalam pengukuran risiko yaitu frekuensi terjadinya
kerugian dan signifikansi dan kegawatan (saverity) dari suatu
kejadian/risiko. Frekuensi suatu kejadian bisa dikelompokkan ke dalam
beberapa tingkatan seperti:
1) Hampir tidak mugkin terjadi (almost nil)
2) Kemungkinan kecil terjadi (slight)
3) Mungkin terjadi (moderate)
19
4) Mungkin sekali terjadi (definite)
Sedangkan tingkatan signifikansi suatu kejadian suatu risiko dapat
dibagi dalam:
1) Normal loss expectancy, bila kerugian masih dapat dikelola sendiri
2) Probably maximum loss, kerugian bila pegaman tidak berfungsi
3) Maximum foreseeable loss, kerugian yang tidak dapat diatasi sendiri
4) Maximum possible loss, kerugian yang tidak dapat diamankan (baik
secara pribadi maupun melalui asuransi)
c) Pengelolaan Risiko
Setelah risiko diidentifikasi dan diukur serta dievaluasi, barulah
kita dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko. Beberapa alternatif
pengelolaan terhadap risiko dilakukan dengan antara lain penghindaran,
ditahan (retention), diversifikasi, transfer risiko, dan pendanaan risiko.
Penghindaran risiko dilakukan jika frekuensi terjadinya risiko sangat besar
dan signifikansi/tingkat kegawatan jika risiko itu terjadi sangat besar serta
perusahaan tidak akan mampu mengelolanya ataupun menanggung
kerugian risiko tersebut, bahkan pihak asuransi pun tidak mampu
menahannya (Veithzal dkk, 2007: 27-29).
Alternatif pengelolaan berikutnya adalah menahan risiko. Menahan
risiko adalah menghadapi risiko dengan kemampuan sendiri dan sumber
daya yang ada tanpa meminta bantuan pihak lain separti perusahaan
asuransi. Risiko ditahan jika frekuensi maupun signifikansi terjadinya
20
risiko masih dapat diatasi sendiri dengan kemampuan sendiri, dan
perusahaan diperkirakan masih dapat mengelolanya sendiri.
Diversifikasi adalah penempatan kekayaan pada beberapa asset
yang berbeda dengan tujuan meminimalkan risiko. Diversifikasi bisa
dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sumber daya yang cukup.
Semakin besar diversifikasi, atau semakin banyak macam asset yang
dimiliki, semakin kecil risiko kerugian total akibat investasi tersebut.
Transfer risiko adalah proses pengalihan sebagian atau seluruh
risiko yang ditanggung pada pihak lain (penanggung) yang biasanya
adalah perusahaan asuransi. Transfer risiko dapat dilakukan hanya pada
jenis risiko yang bersifat murni. Pengalihan risiko dapat dilakukan pada
sebagian kecil risiko sampai pada seluruh risiko tergantung besarnya
retensi perusahaan asuransi dan tergantung pada besarnya premi yang
dibayarkan.
Sedangkan pendanaan risiko dilakukan dengan mengalokasikan
sebagian dana perusahaan sebagai kompensasi dan cadangan jika risiko
benar-benar terjadi. Pendanaan risiko hanya dapat dilakukan pada risiko-
risiko yang kecil sampai pada risiko sedang. Jika risiko terlalu tinggi,
maka penanganan paling tepat adalah dengan melakukan transfer risiko
(Veithzal dkk, 2007: 272).
3. Pengertian Pembiayaan
Dalam Undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1
ayat 12, pembiayaan berarti penyediaan uang atau tagihan yang dapat
21
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesempatan antara
pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dengan mengembalikan sejumlah uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan berupa bagi hasil. (Kasmir, 2004:
92).
Pengertian pembiayaan atau qard dalam fiqh muamalah secara
bahasa berarti potongan yaitu istilah yang diberikan untuk sesuatu yang
diberikan sebagai modal usaha, sesuatu itu terputus atau terpotong.
Sedangkan pembiayaan (qard) secara istilah bearti penyerahan dari pihak
lain berupa sesuatu yang bernilai kebendaan. Pemberian modal yang bagi
pemberinya berhak mengambil uang tersebut dari orang yang mendapat
modal.
Berdasarkan pasal 1 ayat 25 UU No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah menyatakan: “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna.
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk transaksi qardh.
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa”.
22
4. Pengertian Murabahah
Murabahah merupakan salah satu prinsip jual beli dalam Islam
selain Salam dan Istishna’. Dalam Kamus Istilah Keuangan dan
Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah,
Bank Indonesia mengemukakan bahwa murabahah adalah penjualan
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba
(Wiroso, 2011: 109).
5. Risiko Pembiayaan Murabahah
Menurut Ir. Adiwarman A. Karim (2004: 272), dalam bank
syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko
terkait pembiyaaan.
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan
adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayarannya kemudian,
baik dalam bentuk angsuran atau maupun dalam bentuk lumpsum
(sekaligus). Dengan demikian, pembeian pembiayaan murabahah dengan
jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga.
Lembaga Keuangan Syariah dapat menetapkan jangka panjang waktu
maksimal untuk pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
1) Tingkat (margin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahannya di
masa mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah
23
2) Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa
mendatang yang berlaku dipasar perbankan konvensional
3) Ekspektasi bagi hasil kepada dana pihak bank ketiga yang
kompetitif di pasar perbankan syariah.
6. Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian BMT
BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri
Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro
(LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, atau balai
usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil
dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang, pembiayaan
kegiatan ekonominya (Djazuli, 2002: 451).
BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu :
1) Baitul Mal wat Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonomi.
2) Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya (Soemitro, 2010: 451).
24
b. Mekanisme Operasional BMT
Beberapa pemakarsa yang mengetahui mengenai BMT
menyampaikan dan menjelaskan ide atau gagasan itu kepada rekan-
rekannya termasuk apa itu BMT, visi dan misi tujuan dan usaha-
usahanya. Sehingga para pemakarsa dapat bertambah. Dengan
berbekal modal awal, pengelola membuka kantor dan menjalankan
BMT, dengan giat menggalakkan simpanan masyarakat dengan
memberikan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil disekitarnya.
Pembiayaan dengan menggunakan bagi hasil sesuai dengan
akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor semampunya
(bertahap dan membesar), sewa kantor, listrik, ATK, dan lain-lain.
Yang paling penting adalah bahwa, dari bagi hasil ini pengelola
membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, di usahakan lebih
besar sedikit dibandingkan dengan bunga pada bank konvensional.
Dengan memberikan bagi hasil kepada para penabung dan penjelasan
yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan
BMT akan semakin bertambah diimbangi dengan pembiayaan pada
usaha mikro dan kecil semakin banyak dengan lancar. BMT akan
semakin maju dan berkembang (Muhammad, 2007: 61).
c. Mekanisme Operasional Koperasi Syariah
Pada prinsipnya, operasional Koperasi Syariah tidak berbeda
dengan BMT (Baitul Mal wat Tamwil), Bank Umum Syariah (BUS)
atau Usaha Unit Syariah (UUS), dan BPR Syariah, hanya skalalanya
25
saja yang berbeda. Di koperasi syariah ini justru lebih luas lagi
pengembangannya terutama dalam mempraktekkan akad-akad
muamalat yang sulit dipraktekkan di perbankan syariah karena adanya
keterbatasan PBI (Peraturan Bank Indonesia).
d. Peraturan Hukum terkait BMT
BMT berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan
profesionalisme. Secara hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi
sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah
sehingga produk-produk yang berkembang alam BMT seperti yang ada
di Bank Syariah.
Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk
pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam
oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004
tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Undang-undang tersebut
sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Islam).
Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai karena simpan pinjam
dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi anggota koperasi saja,
sedangkan didalam BMT, pembiayaan yang diberikan tidak hanya
kepada anggota tetapi juga untuk di luar anggota atau tidak lagi
anggota jika pembiayaannya telah selesai (Sudarsono, 2004: 15).
26
7. Prosedur Pengajuan Pembiayaan
Menurut Kasmir (2012: 101), secara umum dapat dijelaskan
prosedur pemberian pembiayaan oleh badan hukum sebagai berikut:
a. Pengajuan berkas-berkas
1) Latar belakang perusahaan
Latar belakang ini berisi seperti riwayat hidup singkat
perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama
pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya,
perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak
pemerintah dan swasta.
2) Maksud dan tujuan
Pembiayaan yang diajukan apakah untuk memperbesar
omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi, atau
mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
3) Besarnya pembiayaan dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah
pembiayaan yang ingin diperoleh dan jangka waktu
pembiayaannya. Penilaian kelayakan besarnya pembiayaan dan
jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir.
Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka
pihak BMT tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka
27
dalam memutuskan jumlah pembiayaan dan jangka waktu
pembiayaan yang diberikan kepada si pemohon.
4) Cara pemohon mengembaikan pembiayaan
Penjelasan secara rinci cara nasabah dalam
mengembalikan pinjamannnya apakah dari hasil penjualan atau
cara lain-lainnya.
5) Jaminan pembiayaan
Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala
risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu pembiayaan baik
yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan
pembiayaan haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa,
palsu dan sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan asuransi
tertentu.
b. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuan penyelidikan berkas ini adalah untuk mengetahui
apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan
sudah benar. Jika menurut pihak BMT belum lengkap atau belum
cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan
apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan pembiayaan
dibatalkan.
28
c. Wawancara I
Tahap wawancara pertama ini dilakukan dengan penyidikan
kepada calon peminjam dengan lansung berhadapan dengan calon
peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai
dan lengkap seperti yang BMT inginkan. Wawancara ini juga
untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang
sebenarnya.
d. Kunjungan pada nasabah (survey)
Tujuannya untuk mempertimbangkan dan memantau efektivitas
dana yang akan di manfaatkan oleh calon nasabah pembiayaan
sesuai dengan syariah Islam (Muhammad, 2005: 311).
e. Wawancara II
Wawancara kedua ini mencakup kegiatan perbaikan berkas,
jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the
spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada
saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah
ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran. Analisis
permohonan pembiayaan adalah untuk menganalisa semua faktor
risiko yang berkaitan dengan faktor permohonan pembiayaan dan
untuk menilai sejauh mana hal tersebut beralasan/layak dibiayai,
memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek lembaga
keuangan yang sehat.
29
f. Keputusan pembiayaan
Keputusan pembiayaan adalah menentukan apakah
pembiayaan akan diberikan atau ditolak. Jika diterima, maka
kemudian dipersiapkan administrasinya yang mencakup jumlah
uang yang diterima, jangka waktu pembiayaan, dan biaya. Apabila
ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan
alasan penolakannya.
g. Penandatangan akad pembiayaan/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya
pembiayaan. Sebelum pembiayaan dicairkan. Calon nasabah
menandatangani akad pembiayaan dan kemudian mengikat
jaminan dengan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap
perlu. Penandatanganan dapat dilaksanakan antara BMT dengan
debitur secara langsung atau melalui notaris.
h. Realisasi pembiayaan
Realisasi pembiayaan diberikan setelah penandatanganan
surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening tabungan di
BMT yang bersangkutan
i. Penyaluran atau penarikan dana
Adalah pecairan atau pengambilan uang dari rekening
sebagai realisasi dari pemberian pembiayaan dan dapat diambil
sesuai ketentuan dan tujuan pembiayaan sekaligus atau secara
bertahap (Kasmir, 2012: 101).
30
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BMT Muhajirin Salatiga
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Muhajirin merupakan lembaga
keuangan yang berlokasi di tempat yang cukup mudah dijangkau. Yaitu
berada di kompleks masjid al-Muhajirin Togaten yang bersebelahan
dengan SD Muhammadiyah Plus Salatiga. Tepatnya BMT ini
beralamatkan di Jl Suropati 16 Togaten, Mangunsari Kecamatan
Sidomukti Salatiga.
Di dalam kantor kita akan menemukan fasilitas kantor yang
lumayan memadai, seperti komputer, printer, mesin ketik, alat tulis,
brankas dan lain sebagainya.
BMT ini mendukung perekonomian para pedagang di pasar
Rejosari Salatiga atau yang lebih dikenal sebagai pasar sapi lama. Selain
itu BMT juga menjadi lembaga intermediasi yang menghimpun dan
menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat sekitar serta sekolah yang
mempercayakan dananya terhadap BMT muhajirin yaitu SD
Muhammadiyah Plus Salatiga.
1. Sejarah Pendirian BMT Muhajirin Salatiga
Kesadaran akan pentingnya bermuamalah yang sesuai syariah serta
30
31
fakta yang menunjukkan bahwa lembaga keuangan konvensional sangat
rentan terhadap terpaan krisis, para masyarakat mulai menggagas tentang
pembentukan suatu lembaga keuangan yang mampu menjawab kebutuhan
masyarakat. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 yang
menghambat sektor keuangan, hingga banyak bank konvensional yang
terpuruk dan collapse merupakan contoh betapa lemahnya lembaga
keuangan konvensional terhadap terpaan krisis.
Dari alasan tersebut para dokter muslim, ulama dan tokoh
masyarakat memprakarsai dan saling mengumpulkan dana untuk
membentuk BMT Muhajirin. BMT Muhajirin mulai beroperasi mulai
tanggal 19 oktober 1998. Dana dikumpulkan dalam bentuk uang, ada pula
masyarakat yang memberi sumbangan berupa meja, kursi, mesin ketik dan
lain sebagainya.
Mulanya BMT Muhajirin belum terdaftar sebagai badan hukum
yang sah. Baru pada tanggal 9 juni 2003 BMT muhajirin mendapatkan
keputusan menteri negara urusan koperasi dan UMKM RI bahwa BMT
Muhajirin telah berbadan hukum koperasi dengan nomer
518/023/BH/VI/2003. Sehingga mulai sejak itu BMT Muhajirin telah sah
sebagai lembaga yang berbadan hukum koperasi. Dan saat ini BMT
Muhajirin terus tumbuh dan berkembang serta ikut melestarikan usaha
kecil dan menengah.
32
2. Visi dan Misi BMT Muhajirin Salatiga
Visi BMT Muhajirin Salatiga sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan
lingkungan kerja
b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan sistem syariah
c. Mengembangkan sikap hemat
d. Mendorong usaha-usaha produktif anggota
e. Mempermudah bagian kerja serta penempatan orang sesuai
keahliannya, berlaku prisip-prinsip the right on the right place.
Misi BMT Muhajirin Salatiga sebagai berikut :
a. Mengusahakan pemupukan modal dari simpanan-simpanan nasabah
dengan sistem syariah
Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para nasabah untuk
tujaun-tujuan produktif dengan sistem pelayanan yang cepat, layak,
dan tepat sasaran
b. Mengusahakan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi
nasabah untuk menambah pengetahuan
c. Usaha lain bermanfaat bagi nasabah.
33
B. Struktur Organisasi dan Job Description BMT Muhajirin Salatiga
1. Struktur Organisasi BMT Muhajirin Salatiga
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi BMT Muhajirin
Sumber : BMT Muhajirin Salatiga
Penasehat
Ketua
Direktur Sekretaris Bendahara
Dewan Syariah Manager Dewan Ekonomi
Teller Accout Officer
34
Susunan Pengurus Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Muhajirin Salatiga adalah
sebagai berikut :
Ketua : Nono Rohana S.Ag
Sekretaris : Amin Sholihah S.Ag
Bendahara : Gatot Hardono
Dewan Syariah : Sukarman S.Pd
Dewan Ekonomi : Parjono. S.Pt
Susunan Pengelola Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Muhajirin Salatiga adalah
sebagai berikut :
Direktur : Sularman Amd
Manager : Wiyono
Teller : Ema Alifiani Nur Agustin
Account Officer : Hendrawan Andhika & Dhyan Purnamananda
2. Job Description BMT Muhajirin Salatiga
1. Pengurus BMT Muhajirin Salatiga
Adalah organisasi perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau serta memberikan nasehat dan arahan kepada
direksi dalam menjalankan perseroan.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang :
a. Melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan direktur dalam
menjalankan perseroan
35
b. Mempertimbangkan dan menyempurnakan dalam memutuskan
perumusan kebijakan ummat perseroan yang baru diusulkan oleh
direktur untuk dilaksanakan perseroan dimasa akan datang
c. Menyelenggarakan rapat umum/rapat anggota dalam hal pembebasan
tugas dan kewajiban direktur.
2. Dewan Pengawas Syariah BMT Muhajirin Salatiga
Merupakan lembaga independen yang berfungsi menjadi lembaga
pengawasan terhadap pelaksanaan sistem syariah oleh lembaga keuangan.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab :
a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional lembaga
keuangan syariah terhadap fatwa DSN
b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan prosuk yang
akan dikeluarkan lembaga keuangan syariah
c. Memberikan opini dari aspek operasional lembaga keuangan syariah
secara keseluruhan
d. Mengkaji produk dan jasa baru yang akan dikeluarkan oleh lembaga
keuangan syariah dimintakan fatwa kepada DSN.
3. Direktur BMT Muhajirin Salatiga
Tugas dan tanggung jawab direktur :
a. Menjabarkan kebijakan umum lembaga keuangan yang telah dibuat
oleh pengurus
b. Menyusun dan menghasilkan rencana kerja dan anggaran, proyeksi
finansial
36
c. Menyetujui penyaluran dana sesuai dengan batas wewenangnya
d. Mempertimbangkan dan melakukan penambahan, pengangkatan serta
pemberhentian karyawan sesuai tujuan perusahaan
e. Mengelola dan mengawasi pengeluaran biaya-biaya harian untuk
tercapainya target pemasukan yang telah ditetapkan secara
keseluruhan
Wewenang direktur :
a. Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan
b. Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan alasan yang jelas
c. Menyetujui atau menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan batas
wewenang
4. Manager BMT Muhajirin Salatiga
Tugas dan tanggung jawab manager :
a. Membantu direktur dalam menjabarkan kebijakan umum lembaga
keuangan yang telah dibuat oleh pengurus
b. Membantu direktur dalam menyusun dan menghasilkan rencana kerja
dan anggaran, proyeksi finansial
c. Mengkoordinir, memonitor dan memfasilitasi kegiatan operasional
secara efisien dan efektif dengan sistem dan prosedur berlaku
37
Wewenang manager :
a. Memimpin rapat komite apabila direktur berhalangan hadir untuk
memberikan keputusan terhadap pengajuan pembiayaan
b. Menyetujui/menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan batas
wewenang
c. Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan biaya
operasional lain sesuai dengan batas wewenang
d. Memberikan masukan dan saran kepada direktur dalam
menyetujui/menolak penggunaan keuangan yang diajukan yang tidak
melalui prosedur
e. Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
karyawan.
5. Teller
a. Mengatur dan bertanggung jawab atas dana kas yang tersedia
b. Memberikan pelayanan transaksi tunai
c. Bertanggung jawab atas kecocokan pencatatan transaksi dana kas
yang terjadi secara harian
6. Account Officer
a. Bertanggung jawab dalam upaya menyalurkan dana dalam bentuk
pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat yang di nilai
produktif
b. Mencari nasabah potensial yang layak diberikan fasilitas pembiayaan
38
c. Melakukan analisa untuk menentukan layak tidaknya pengajuan
pembiayaan dari masyarakat
d. Bertanggung jawab atas kelancaran pengembalian dana ynag telah
disalukan
e. Melakukan penagihan, pengawasan dan pembinaan terhadap nasabah
yang telah memperoleh fasilitas pembiayaan dari lembaga keuangan
syariah
C. Produk – produk BMT Muhajirin Salatiga
1. Produk simpanan
a. Simudah (simpananan mudharabah)
Merupakan simpanan dari “shahibul maal” atau orang yang harta
berlebih yang akan digunakan oleh BMT Muhajirin yang mana akan
memperoleh keuntungan ganda karena simpanan dikelola dengan
sistem bagi hasil sesuai dengan syariah Islam dan dimanfaatkan bagi
pengembangan kualitas terhadap masyarakat Islam.
b. Siberkah (simpanan mudharabah berjangka/deposito)
Merupakan pihak ketiga dengan harapan BMT dapat memuat uang
tersebut kepada calon debitur dan menyimpan uang tersebut dalam
jangka waktu tertentu dengan mengharapkan pembagian keuntungan
sesuai kesepakatan yang ditetapkan pada awal pendapatan dana.
39
c. Sipendi (simpanan pendidikan)
Merupakan simpanan anggota untuk persiapan biaya pendidikan tahun
ajaran baru.
d. Sifitri (simpanan idul fitri / hari raya)
Merupakan simpanan anggota untuk persiapan hari raya idul fitri.
e. Siqurban (simpanan qurban)
Simpanan yang dilakukan oleh anggota untuk persiapan pembelian
hewan qurban.
f. Simpanan umroh
Simpanan ini baru di buka dan masih dalam proses promosi.
Simpanan ini merupakan simpanan untuk persiapan biaya ibadah
umroh.
Prosedur pembukaan rekening simpanan di BMT Muhajirin Salatiga:
1) Mengisi aplikasi pembukaan rekening
2) Melampirkan foto copy identitas diri
3) Setoran awal sebesar Rp. 20.000
4) Setoran selanjutnya Rp. 10.000
5) Biaya penutupan rekening sebesar Rp. 5.000 serta bebas biaya
administrasi setiap bulan.
40
2. Produk pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada
anggota dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan kepada
anggota sebagai nasabah atau debitur. Anggota menyediakan usaha
dan sistem manajemennya, sedangkan hasil keuntungannya akan
dibagi sesuai kesepakatan.
b. Pembiayaan Musyarakah
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada seorang anggota atau
lebih berupa sebagian modal dari modal keseluruhan dan pihak BMT
dapat dilihatkan dalam pengelolaannya. Pembagian keuntungan yang
proporsional dilakukan sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak,
namun kalau terjadi kerugian, maka semua pihak turut menanggung
kerugian sebanding dengan menyerahkan masing-masing.
c. Pembiayaan Murabahah
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk
pembelian barang-barang yang akan dijadikan modal kerja.
Pembiayaan ini diberikan dalam jangka waktu yang pendek,
keuntungan bagi BMT dari harga yang dinaikkan. Pinjaman pokok
yang dikembalikan pada saat jatuh tempo yang disepakati.
d. Pembiayaan Bai’ bitsaman ajil
Merupakan pembiayaan untuk pembelian barang atau alat usaha,
pembiayaab ini mempunyai cara seperti murabahah, yang berbeda
41
adalah pembayaran baik pinjaman pokok maupun kenaikan harga
yang diangsur secara rutin sesuai kesepakatan dan dalam jangka
waktu yang disepakati pula.
e. Pembiayaan Qordul hasan
Pembiayaan yang diperuntukkan kepada anggota yang tidak
dikenakan bagi hasil, produk ini khusus diberikan kepada peadagang
kecil yang mengalami musibah, kerugian yang bukan karena
keteledoran atau kebutuhan-kebutuhan darurat seperti ongkos
pengobatan dan lain-lain kepada peminjam atau memberikan infaq.
f. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk menyewa
suatu barang atau tempat usaha, cara angsuran pada pembiayaan
angsuran ijarah ini bisa menggunakan cara murabahah maupun bai’
bitsaman ajil.
D. Persyaratan Pemberian Pembiayaan Murabahah di BMT Muhajirin
Salatiga sebagai berikut:
a. Nasabah datang langsung ke BMT Muhajirin Salatiga
b. Sudah menjadi anggota penabung selama 3 bulan di BMT
Muhajirin Salatiga
c. Bertempat tinggal di wilayah gerak BMT Muhajirin Salatiga
d. Foto copy KTP/ identitas diri suami istri 2 lembar
e. Foto copy Kartu Keluarga (KK) 2 lembar
f. Foto copy STNK dan BPKB (kendaraan)
42
g. Foto copy SPPT dan Sertifikat (tanah) 2 lembar
h. Slip gaji/SK pegawai (untuk pegawai), laporan keuangan (untuk
usaha min 1 tahun)
i. Mengisi atau menandatangani formulir pengajuan pembiayaan
j. Melampirkan pas foto suami istri 2 lembar
k. Bersedia disurvey
l. Jaminan milik sendiri (Wiyono, Manager BMT).
E. Prosedur Manajemen Risiko BMT Muhajirin Salatiga
Teknik manajemen risiko yang digunakan di gunakan di BMT
Muhajirin sebagai berikut :
a) Brainstoming groups : pejabat atau pegawai satuan kerja berkumpul
untuk mendiskusikan atau menyatakan pendapat (brainstorm) atas
sebuah atau beberapa isu
b) Workshop : BMT sebaiknya mulai memfasilitasi workshop yang fokus
pada risiko yang akan menolong pegawai untuk menetapkan dan
memprioritaskan tujuan, mengidentifikasi, dan menilai risiko
c) Filters : risiko dikaji terhadap beberapa filter seperti dampak yang
tidak besar, risiko yang terkendali, rendahnya tingkat kemungkinan
terjadi, dan lain-lain
d) Risk identification templates : satuan kerja mendapatkan template
yang akan membimbing mereka untuk mengidentifikasi dan mengkaji
risiko mulai saat mereka merencanakan dan menjalankan proses
43
e) Bottom up risk assements : satuan kerja mengidentifikasi dan menilai
risiko
f) Value at Risk (VaR) : menilai risiko dengan cara mengestimasi
potensi rugi terhadap nilai sebuah posisi dan portofolio dalam satu
jangka waktu tertentu berdasarkan faktor-faktor
g) Prioritizing risk : risiko akan ditempatkan atau diatasi berdasarkan
jenjang (rank) masing-masing.
44
F. Bagan/Alur Manajemen Risiko
Gambar 3.2 : Prosedur Manajemen Risiko BMT Muhajirin Salatiga
Sumber data : BMT Muhajirin
Prosedur Manajemen
Risiko BMT Mujahirin
Salatiga
Brainstoming
groups
Workshop
Filters
Risk identification
templates
Bottom up risk
assement
Value at Risk
(VaR)
Prioritizing risk
45
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Muhajirin Salatiga
Sebelum nasabah mendapatkan pembiayaan, pihak BMT terlebih
dahulu menanyakan kebutuhan calon nasabah, kemudian mencarikan jalan
keluar ataupun arahan kepada nasabah dalam pengambilan pembiayaan
yang sesuai dengan kebutuhan yang dinginkan nasabah, serta kemampuan
dalam pengembalian pembiayaan yang nantinya akan dilakukan sesuai
waktu yang telah disepakati. Setelah nasabah mendapatkan kepastian
dalam pengambilan pembiayaan, nasabah harus mengajukan beberapa
syarat dan melalui beberapa tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan
pembiayaan murabahah, adapun persyaratan yang harus di penuhi antara
lain :
1. Permohonan Pembiayaan
Mengisi formulir dan menandatangani permohohanan menjadi anggota
BMT kemudian permohonan pembiayaan yang intinya adalah modal
diperlukan nasabah. Nasabah pembiayaan yang mengajukan
permohonan dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :
a. Nasabah datang langsung ke BMT Muhajirin Salatiga
b. Bertempat tinggal di wilayah gerak BMT Muhajirin Salatiga
c. Foto copy KTP suami istri yang masih berlaku sebanyak 2 lembar
48
46
d. Foto copy KK sebanyak 2 lembar
e. Foto copy surat STNK dan BPKB (kendaraan) 2 lembar
f. Foto copy SPPT dan sertifikat (tanah) sebanyak 2 lembar
g. Slip gaji/SK pegawai (untuk pegawai), laporan keuangan (untuk
usaha min 1 tahun)
h. Mengisi atau menandatangani formulir pengajuan pembiayaan
i. Melampirkan pas foto suami istri 2 lembar
j. Bersedia di survey
k. Jaminan milik sendiri
l. Sudah menjadi nasabah Simudah selama 3 bulan.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Wiyono selaku Manager
di BMT Muhajirin Salatiga, bahwa foto copy STNK dan BPKB
(jaminan), slip gaji/SK pegawai, nasabah bersedia di survey, jaminan
milik sendiri akan diketahui kemampuan nasabah untuk
mengembalikan pinjaman. Hal ini sesuai dengan dengan yang
disampaikan oleh Kasmir (2012: 101) penilaian kelayakan besarnya
pembiayaan dan jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta
laporan keuangan (neraca dan rugi laba) tiga tahun terakhir.
2. Pemeriksaan dan proses pengajuan
Setelah melalui prosedur permohonan di BMT Muhajirin
Salatiga, maka dilanjutkan dengan prosedur pemeriksaan dan proses
pengajuan pembiayaan. Secara terperinci, prosedur tersebut tertera
dibawah ini :
47
a. Memeriksa surat permohonan pembiayaan dan kelengkapan
persyaratan
b. Mecocokkan foto copy berkas pengajuan dengan aslinya
c. Mengisi formulir surat permohonan pembiayaan
d. Mencatat permohonan pembiayaan dalam buku permohonan
pembiayaan murabahah
e. Permohonan tersebut disampaikan kepada manager untuk diproses
lebih lanjut
f. Memasukkan file calon debitur tersebut dalam daftar proses
pembiayaan dan digolongkan dalam nasabah baru atau lama
Adapun ketentuan yang berbeda untuk nasabah baru dan nasabah lama
i. Nasabah baru
a) Mengisi surat permohonan pembiayaan
b) Melengkapi syarat-syarat
c) Harus sudah menjadi nasabah simpanan minimal 3 bulan
d) Harus diadakan survey terhadap nasabah pembiayaan
ii. Nasabah lama
a) Mengisi surat permohonan pembiayaan
b) Melengkapi berkas-berkas yang sudah ada
c) Petugas akan mengadakan penilaian terhadap nasabah apakah
termasuk nasabah yang lancar atau bermasalah pada
pembiayaan sebelumnya
48
d) Diadakan survey kembali jika pembiayaan yang diajukan
jauh lebih besar dari sebelumnya
Dari hasil wawancara dengan Bapak Wiyono selaku Manager
di BMT Muhajirin Salatiga, bahwa dengan prosedur pemeriksaan
maka dapat diketahui kelengkapan berkas-berkas dan mengetahui
keaslian berkas persyaratan calon nasabah pembiayaan. Menurut
Kasmir (2012: 101) pemeriksaan berkas-berkas calon nasabah ini
guna untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap dan sesuai persyaratan yang sudah benar. Jika menurut
pihak BMT belum lengkap maka nasabah diminta untuk segera
melengkapinya apabila sampai batas tertentu nasabah tidak
sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaliknya
permohonan pembiyaan dibatalkan.
3. Survey
BMT Muhajirin Salatiga dalam melakukan pembiayaan melalui
prosedur survey. Kegiatan survey tersebut dilakukan terhadap nasabah,
baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. Prosedur survey
mengidentifikasi nasabah melalui pihak ketiga (tetangga, teman, rekan
seprofesi, saudara pemohon, orang tua, ketua RT dan sebagainya).
Berdasarkan identifikasi tersebut maka dilakukan pendataan
tempat usaha (analisis usaha) dengan cara mewawancarai pemohon
yang meliputi kondisi usaha, sistem manajemen, data keuangan, teknik
produksi, faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi,
49
siklus produksi, karakter pemohon, dan sumber pendapatan,
melakukan transaksi jaminan dan penilaian kelayakan usaha.
Penilaian jaminan dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Jaminan berbentuk BPKB
BPKB harus diwilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Nilai jaminan 50% dari harga jual kendaraan. Misalnya, nasabah A
menjaminkan Honda Beat 2008 yang mempunyai nilai jual pada
saat ini Rp 10.000.000,00. Maka BMT dapat merealisasi
pembiayaan Rp 5.000.000,00.
b. Jaminan berbentuk Sertifikat Tanah
Sertifikat tanah harus diwilayah Kota Salatiga dan harus atas nama
sendiri. Nilai jaminan 50% dari harga jual tanah. Misalnya,
Nasabah B menjaminkan tanahnya seluas 1.000 meter persegi.
Harga jual pada saat ini Rp 100.000.000,00. Maka BMT dapat
merealisasi pembiayaan sebesar Rp 50.000.000,00.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Wiyono selaku Manager
BMT Muhajirin Salatiga, tahapan mengenai pemberian pembiayaan
nasabah harus bersedia di survey tempat tinggal atau tempat usaha
yang di milikinya. Menurut Muhammad (2005: 311) prosedur survey
ini digunakan untuk mempertimbangkan dan efektivitas dana yang
akan di manfaatkan sesuai dengan syariah Islam.
50
4. Rapat Komite
Setelah survey lokasi usaha dan lokasi tempat tinggal dilakukan
oleh bagian marketing/AO, kemudian akan diadakan rapat komite
pembiayaan yang membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi terhadap setiap proposal pembiayaan dan
analisisnya sesuai dengan aturan-aturan yang ada di BMT
Muhajirin Salatiga dan selalu memperhatikan prinsip transaksi
syariah.
b. Menentukan hasil pengajuan proposal apakah pengajuan
diterima atau ditolak.
5. Pencairan
Dari hasil rapat komite selanjutnya tahap yang akan dilakukan
oleh pihak BMT kepada nasabah adalah pencairan. Pencairan akan
dilakukan dengan menggunakan akad terlebih dahulu antara pihak
BMT dengan pihak nasabah apabila pengajuan pembiayaan di terima
oleh pihak BMT. Dalam akad tersebut akan dijelaskan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan jalannya pembiayaan sampai dengan pelunasan
yang telah ditentukan oleh pihak BMT sesuai dengan hukum dan
prinsip syariah.
51
B. Bagan/Alur Prosedur Pemberian Pembiayaan
Gambar 4.1 : Bagan Pemberian Pembiayaan BMT Muhajirin Salatiga
Sumber data: BMT Muhajirin Salatiga
Nasabah
Datang ke
BMT
Mengisi
formulir
Menyerahkan form
& persyaratan
pembiayaan
Pemeriksaan
persyaratan
pembiayaan Survey
Rapat komite
Ditolak Diterima
Berkas
dikembalikan
Pemberitahuan
Pencairan
52
C. Risiko-risiko pembiayaan murabahah di BMT Muhajirin Salatiga
Dalam lembaga keuangan risiko-risiko pembiayaan merupakan hal
yang seringkali terjadi dan berakibat pada penilaian kesehatan BMT.
Dalam pemberian fasilitas pembiayaan, sebelumnya telah di jelaskan
bahwa untuk mendapatkan pembiayaan. Nasabah harus memenuhi
persyaratan dan tahapan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
BMT, meskipun proses dan prosedur telah dilakukan dengan benar sesuai
dengan aturan yang ada, terkadang masih terjadi risiko-risiko pembiayaan
macet yang diakibatkan oleh beberapa faktor.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada manager
BMT Muhajirin Salatiga Bapak Wiyono pada tanggal 24 Januari 2017
pukul 10.15. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada produk
murabahah di BMT Muhajirin Salatiga adalah:
1. Dari pihak nasabah
Dalam pembiayaan murabahah nasabah nasabah satu dengan nasabah
lain memiliki analisa pembiayaan yang berbeda pemasalahan dan
kemampuan yang berbeda pula. Kemacetan pembiayaan yang
disebabkan oleh nasabah terdapat dua unsur, yaitu:
a. Ada unsur kesengajaan, nasabah senagaja tidak mau membayar
kewajibannya kepada BMT sehingga pembiayaan yang diberikan
dengan sendiri macet. Hal-hal yang menjadi unsur kesengajaan
meliputi:
53
1) Kecerobohan nasabah, terjadi karena kekeliruan dalam
penilaian karakter, nasabah sebenarnya mampu melunasi
pembayaran akan tetapi mengabaikan kewajibannya untuk
mendahulukan kepentingan yang lain.
2) Pembiayaan di BMT lain, nasabah terkadang melakukan
pembiayaan di beberapa tempat masalah tersebut menjadi
penyebab kemacetan nasabah dikarenakan besarnya kewajiban
yang didapat lebih besar daripada pendapatannya.
b. Ada unsur ketidaksengajaan, nasabah memiliki kemauan untuk
membayar akan tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang
dibiayai terkena musibah seperti bencana dan penipuan, hal lain
yang menyebabkan ketidaksengajaan nasabah adalah nasabah
pembiayaan meninggal dunia dan apabila nasabah memiliki
kemauan untuk membayar, akan tetapi disaat bersamaan
mengalami musibah terkena penyakit dan harus mempergunakan
dananya berobat dan kemampuan untuk membayar tidak ada,
dikarenakan ekonomi nasabah menurun misalnya usaha yang
dijalankan nasabah tidak mengalami peningkatan dan cenderung
kepada kerugian yang mengakibatkan tidak adanya pendapat.
2. Dari pihak BMT
Faktor dari pihak BMT sendiri yang menyebabkan pembiayaan
bermasalah bisa terjadi, disebabkan karena berbagai hal, seperti:
1) Analisa yang kurang akurat
54
Dalam menganalisa pengajuan pembiayaan, pihak marketing/AO
kurang teliti dalam menganalisa data nasabah yang mengakibatkan
terjadinya kekeliruan dalam penilaian data nasabah.
2) Marketing/AO dikejar target
AO dikejar target menjadikan salah satu faktor yang menyebabkan
pembiayaan macet, sehingga marketing/AO sendiri menggunakan
bermacam cara supaya pembiayaan yang diajukan nasabah tersebut
dapat dicairkan.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Wiyono selaku
Manager BMT Muhajirin Salatiga, bahwa risiko-risiko pembiayaan
ini merupakan hal-hal yang menyebabkan kerugian bagi BMT dan
berakibat pada penilaian kesehatan BMT. Hal ini sesuai menurut
Sulhan dan Siswanto (2008: 105) risiko adalah kemungkinan
kejadian hasil yang menyimpang dari harapan yang bersifat
merugikan.
Tabel 4.1
Pembiayaan Murabahah BMT Muhajirin Salatiga
Periode 2012-2016
No Tahun Pembiyaan Murabahah
1. 2012 75 nasabah
2. 2013 88 nasabah
3. 2014 140 nasabah
4. 2015 144 nasabah
5. 2016 170 nasabah
Sumber data : BMT Muhajirin Salatiga
55
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah di BMT
Muhajirin mengalami peningkatan setiap tahunnya pada periode 2012-
2016.
Tabel 4.2
Pembiayaan Murabahah Bermasalah Periode 2012-2016 BMT
Muhajirin Salatiga
No Tahun Jumlah Nasabah Bermasalah
1. 2012 25 nasabah
2. 2013 33 nasabah
3. 2014 55 nasabah
4. 2015 40 nasabah
5. 2016 45 nasabah
Sumber data : BMT Muhajirin Salatiga
Dari tabel diatas terdapat pembiayaan murabahah bermasalah periode
2012-2016 di BMT Muhajirin Salatiga. Diatas dapat diketahui bahwa
pembiayaan murabahah bermasalah paling tinggi yaitu pada tahun 2014
yaitu sebanyak 55 nasabah sedangkan jumlah nasabah pembiayaan
murabahah bermasalah paling sedikit yaitu pada tahun 2012 dengan 25
nasabah.
D. Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT Muhajirin
Salatiga
Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan sesuatu hal yang
cukup penting dan harus segera dilakukan dalam BMT. Namun demikian
mengatasi pembiayaan bermasalah tidaklah semudah sepeti teorinya.
Dalam penanganannya, BMT sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
56
Islam, selain harus memperhatikan faktor dana pembiayaan itu sendiri,
juga harus mempertimbangkan juga aspek sosial kemanusian dan syariah
Islam khususnya. BMT tidak boleh melupakan salah satu tujuannya yaitu
menegakkan syariah Islam dengan baik, khususnya dalam bidang
ekonomi.
Pihak BMT tidak boleh semena-mena dan seenaknya sendiri
memaksakan kehendak demi untuk memenuhi atau menyelesaikan
pembiayaan yang bermasalah. Sedangkan pihak nasabah juga tidak boleh
menghindar begitu saja dari tanggung jawabnya karena sudah ada
komitmen dan perjanjian dari awal dengan BMT. Menurut Bapak Wiyono
selaku manager BMT Muhajirin Salatig pada tanggal 24 Januari 2017
pukul 10.15, manajemen risiko pembiayaan murabahah di BMT Muhajirin
Salatiga adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan
a) Pencegahan oleh pejabat pembiayaan
1. pengusaan dan penelitian kembali aspek bisnis nasabah
2. analisis pembiayaan sesuai dengan persyaratan
3. perhatian lebih detail terhadap gejala dini pembiayaan
bermasalah dan segera mengambil langkah penyelamatan
4. pengawasan dan pembinaan lebih jauh terhadap account
officer (marketing) supaya secara cepat dapat diketahui
langkah-langkah yang harus segera dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari pembiayaan-pembiayaan
57
yang dipegang oleh masing-masing AO masuk dalam
pembiayaan bermasalah, sehingga tingkat kesehatan AO
tetap sehat dan dapat memberi kontribusi positif pada
tingkat kesehatan pembiayaan BMT keseluruhan.
b) Pencegahan oleh Account Officer (AO)
1. Mengikuti prosedur yang telah ditentukan
2. Menghindari sifat subyektif dalam menyalurkan
pembiayaan
3. Berpegang teguh berdasarkan prinsip berdasarkan analisis
4. Tidak segan dalam menolak calon debitur
5. Dokumen lengkap sebelum realisasi/pencairan
pembiayaan
6. Memantau perkembangan industri atau hal-hal yang
berkaitan dengan usaha debitur
7. Melakukan kunjungan secara teratur pada nasabah
8. Melakukan pengawasan terhadap ketertiban debitur dalam
memenuhi kewajibannya.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Wiyono selaku
Manager BMT Muhajirin Salatiga, bahwa dalam meminimalisasi
risiko pembiayaan perlu di perlakukan pecegahan dengan pihak
BMT. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Sulhan dan
Siswanto (2008: 109) penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam
menanggulangi risiko yang dihadapi oleh organisasi.
58
2. Penanganan
a) Persuasif
Tahap pertama yang dilakukan oleh pihak BMT dalam
mengatasi pembiayaan macet kepada nasabah yaitu dilakukan
secara persuasif, persuasif adalah diskusi antara pihak BMT
dengan nasabah, yang dilakukan dengan pendekatan melalui
kunjungan silahturahmi dari pihak BMT ke rumah nasabah,
dilakukan dengan diskusi guna membahas hal-hal yang
mengakibatkan kemacetan dapat terjadi dan mencari solusi
terbaik untuk meringankan nasabah. Misalnya, diberi jangka
waktu dan memastikan kesanggupan nasabah dalam
menyelesaikan angsurannya/kewajibannya, dari diskusi tersebut
akan terjadi kesepakatan antara pihak BMT dengan nasabah agar
angsuran dapat kembali lancar atau pelunasan pada pembiayaan.
b) Penyelesaian Melalui Jaminan
a. Eksekusi
Eksekusi yaitu merupakan langkah penyelesaian
pembiayaan dengan menjual dan mengusai jaminan yang
diberikan debitur pada awal transaksi pembiayaan.
Eksekusi ini dilakukan karena usaha debitur sudah tidak
mempunyai prospek lagi atau debitur sudah memiliki
kemampuan lagi untuk memenuhi kewajibannya.
b. Likuidasi Usaha
59
Likuidasi usaha yaiu upaya penjualan
stok/persediaan, sarana produksi atau bahkan penjualan
tempat usaha yang dijaminkan untuk menutup hutang yang
tertunggak.
c. Parate Eksekusi
Parate eksekusi yaitu eksekusi jaminan tanpa
melalui pengajuan gugatan perdata terlebih dahulu (secara
sukarela oleh nasabah). Dengan kata lain parate eksekusi
ini yaitu upaya pembayaran/pelunasan pembiayaan dengan
cara penjualan jaminan secara sukarela oleh nasabah.
c) Asuransi jiwa
Asuransi ini dipergunakan apabila nasabah pembiayaan
meninggal dunia, sebelum nasabah mendapatkan pembiayaan ada
persyaratan yang harus dipenuhi salah satunya bersedia mengikuti
asuransi jiwa yang ditetapkan oleh pihak BMT, jadi apabila
nasabah meninggal dunia sebelum melunasi pembiayaan dapat
ditutup dengan asuransi jiwa yang akan dibantu oleh pihak baik
dalam pengurusnya.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah di buat pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa :
Prosedur pembiayaan murabahah di BMT Muhajirin Salatiga memiliki
persyaratan dan tahapan yang akan dilalui dalam pembiyaan murabahah antara
lain: pengajuan pembiayaan yang harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai
berikut: 1) Nasabah datang langsung ke BMT Muhajirin Salatiga, 2) Sudah
menjadi anggota penabung selama 3 bulan di BMT Muhajirin Salatiga, 3)
Bertempat tinggal di wilayah gerak BMT Muhajirin, 4) Foto copy KTP suami istri
yang masih berlaku sebanyak 2 lembar, 5) Foto copy KK sebanyak 2 lembar, 6)
Foto copy STNK dan BPKB (kendaraan) sebanyak 2 lembar, 7) Foto copy SPPT
dan Sertifikat (tanah) sebanyak 2 lembar, 8) Slip gaji/SK pegawai (untuk
pegawai), laporan keuangan (untuk usaha min 1 tahun), 9) Pas foto suami istri 2
lembar, 10) Jaminan milik sendiri dan bersedia disurvey. Kemudian survey lokasi
usaha dan tempat tinggal, setelah disurvey diadakan rapat komite untuk
menentukan apakah pengajuan tersebut disetujui atau tidak, apabila pengajuan
telah. Jaminan milik sendiri dan bersedia disurvei
60
61
1. Risiko-risiko pembiayaan murabahah yang dihadapi BMT Muhajirin
Salatiga terjadi karena dua faktor, yaitu dari pihak nasabah dan pihak
bmt. Dimana faktor dari pihak nasabah terdiri dua unsur yaitu: 1)
unsur kesengajaan, 2) unsur ketidaksengajaan. Sedangkan faktor
penyebab dari pihak bmt sendiri terdiri dari beberapa hal yaitu analisa
yang kurang akurat dan AO dikejar target.
2. Manajemen risiko pembiayaan murabahah yang di hadapi BMT
Muhajirin Salatiga, yaitu dengan cara persuasif, dan apabila dengan
cara ini belum menjadi solusi maka pihak BMT Menyelesaikan
melalui jaminan yaitu dengan penyitaan/penjualan jaminan, baik itu
dilakukan secara sukarela oleh nasabah maupun penjualan paksa oleh
BMT..
B. Saran
Dari pembahasan yang terdapat di bab sebelumnya, maka penulis
menyarankan :
1. Dalam memberikan pembiayaan sebaiknya BMT Muhajirin Salatiga lebih
selektif mengenai sasaran pembiayaan dituju dan lebih memperhatikan
atau mengawasi kondisi-kondisi nasabah di lapangan dalam rangka untuk
meminimalisir risiko-risiko terjadinya pembiyaan bermasalah.
2. Ada kalanya BMT Muhajirin Salatiga harus lebih tegas terhadap nasabah
yang terindikasi memang sengaja menunda atau bahkan tidak mau untuk
melunasi hutangnya.
62
3. Adanya sanksi kepada Account Officer yang tidak profesional dalam
memberikan pembiayaan, misalnya nasabah yang sebenarnya tidak layak
untuk dibiayai tetapi membuat analisis pembiayaan layak untuk tujuan
mengejar target dan lainnya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ahmad Ali. 2105. “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Nasabah Di
Bmt Harapan Ummat Kudus.” Skripsi UIN Walisongo.
Ascarya. 2007. Akad Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Afrida, Yenti. 2016. Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JEBI), Vol. 1. No. 2: 155-166.
Astuti, Yuliah. 2005. “Murabahah di BMT Jogjatama.” Tugas Akhir UIN Sunan
Kalijaga.
Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Grafindo Persada.
Mufid, Fathul. 2015. Strategi Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah pada
BMT Se Kabupaten Demak. Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
3. No. 2: 254-270.
Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN.
Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syariah, Yogyakarta.
Muhammad. 2007. Lembaga Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudarsono, Hendri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta.
Suprapto. 1987. Statistik Ekonomi dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Sumiyanto Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). CV Alfabeta. Bandung.
Sulhan, Muhamad dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan
Syariah. Malang: UIN-Malang Press.
Suyuti. 2012. “Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Murabahah d KJKS
Binama Semarang.” Tugas Akhir FEBI IAIN Salatiga.
Veitzhal, Rivai, dkk, 2007. Bank and Finanscial Institutiton Management:
Conventional and Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
64
Wahyudi, Imam dan Miranti Kartika Dewi dkk. 2013. Manajemen Risiko Bank
Islam. Jakarta: Salemba Empat.
(Wawancara dengan Manager di BMT Muhajirin Salatiga, Bapak Wiyono, Selasa
24 Januari 2017.)
Wiroso, 2011. Akuntansi Transaksi Syari’ah. Ikatan akuntan Indonesia (IAI).
Jakarta
Yung, Sen. 2009. Manajemen Resiko dalam Dunia Perbankan. Maranatha
Journal, Vol. 1. No. 1: 63-71.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Titin Sadatinah
Tempat/tgl. Lahir : Pasuruan, 20 Maret 1995
Alamat Rumah : Desa Randugunting RT/RW 007/003 Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang
Nama Ayah : Bambang Irawan (Alm)
Nama Ibu : Siti Prihatin
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD/MI : SDN Wotgalih I lulus 2007
b. SMP/MTs : SMP N 3 Nguling lulus 2010
c. SMA/MA : SMA N 1 Bergas lulus 2013
d. D3 : IAIN Salatiga lulus 2017
Salatiga, 9 Juni 2017
(Titin Sadatinah)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Titin Sadatinah
NIM : 231-13-001
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat temuan orang
lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip/dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Tugas Akhir ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository
IAIN Salatiga.
Salatiga, 9 Juni 2017
Saya yang menyatakan,
Titin Sadatinah
NIM. 231-13-001
DECLARATION
In the name of Allah the most gracious and merciful.
Hereby the writer fully declares that the graduating paper is made by the writer
himself, and it is not cotained the materials writen or has been published by other
people and others’ people ideas except the information from the refferences.
The writer is capable to account for this graduating paper if in the future it can be
proved of containing other’s ideas or fact the writer imitates the others’ graduating
paper.
Like wise the declaration made by the writer and he hopes that this declaration
can be understood.
Salatiga, 9 Juni 2017
Saya yang
menyatakan,
Titin Sadatinah
NIM. 231-13-001