25
ANALISIS MISKONSEPSI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI PADA BUKU TEKS IPA SMP NEGERI SE-KOTA MEDAN Oleh: Nurazizah (Guru SMP Negeri 12 Medan) E-mail: [email protected] ABSTRAK NURAZIZAH, Analisis Miskonsepsi Tumbuhan Tingkat Tinggi pada Buku Teks IPA SMP Negeri se-kota Medan. Tesis, Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Juni, 2011 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi dalam buku teks IPA yang digunakan oleh SMP Negeri se-kota Medan khususnya pada materi respirasi, fotosintesis, reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan, struktur tumbuhan, gerak tropisme pada tumbuhan. Menghitung persentase miskonsepsi pada tiap buku, sub konsep tumbuhan tingkat tinggi, persentase miskonsepsi pada tiap kelas dan tiap kategori miskonsepsi pada seluruh buku teks IPA. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri sekota Medan dengan teknik pengambilan sampel buku teks IPA dalam penelitian ini digunakan sampel wilayah atau area probability sample. Sampel buku terdiri dari 13 buku teks IPA. Buku yang diteliti terdiri dari buku kelas VII, VIII, dan IX. Objek penelitian terdiri dari seluruh materi yang berkaitan dengan tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada buku kelas VII, VIII, dan IX. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase miskonsepsi pada buku teks IPA. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa persentase buku yang paling tinggi miskonsepsi adalah buku VIII-1T (20,68%). Persentase miskonsepsi pada tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub konsep fotosintesis (34,28%) dan yang paling rendah sub konsep struktur tumbuhan (3,44%). Persentase miskonsepsi pada tiap kelas, menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi buku kelas VIII (58,62%), kelas VII (34,48%) dan kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi terbesar pada buku teks IPA SMP di Medan adalah pada kategori overgeneralization (37,93%), dan terkecil adalah misidentification (3,44%). Hasil penelitian menunjukkan secara umum buku teks IPA menggunakan miskonsepsi, terutama buku kelas VIII. Kata kunci : Miskonsepsi, tumbuhan tingkat tinggi, buku teks IPA

ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

ANAL I S I S M I SKONSEPS I TUMBUHAN

TINGKAT TINGGI PADA BUKU TEKS IPA

SMP NEGERI SE-KOTA MEDAN

Oleh: Nurazizah (Guru SMP Negeri 12 Medan)

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

NURAZIZAH, Analisis Miskonsepsi Tumbuhan Tingkat Tinggi pada Buku Teks IPA SMP Negeri se-kota Medan. Tesis, Medan: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, Juni, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi dalam buku teks IPA yang digunakan oleh SMP Negeri se-kota Medan khususnya pada materi respirasi, fotosintesis, reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan, struktur tumbuhan, gerak tropisme pada tumbuhan. Menghitung persentase miskonsepsi pada tiap buku, sub konsep tumbuhan tingkat tinggi, persentase miskonsepsi pada tiap kelas dan tiap kategori miskonsepsi pada seluruh buku teks IPA. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri sekota Medan dengan teknik pengambilan sampel buku teks IPA dalam penelitian ini digunakan sampel wilayah atau area probability sample. Sampel buku terdiri dari 13 buku teks IPA. Buku yang diteliti terdiri dari buku kelas VII, VIII, dan IX. Objek penelitian terdiri dari seluruh materi yang berkaitan dengan tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada buku kelas VII, VIII, dan IX. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase miskonsepsi pada buku teks IPA. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa persentase buku yang paling tinggi miskonsepsi adalah buku VIII-1T (20,68%). Persentase miskonsepsi pada tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub konsep fotosintesis (34,28%) dan yang paling rendah sub konsep struktur tumbuhan (3,44%). Persentase miskonsepsi pada tiap kelas, menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi buku kelas VIII (58,62%), kelas VII (34,48%) dan kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi terbesar pada buku teks IPA SMP di Medan adalah pada kategori overgeneralization (37,93%), dan terkecil adalah misidentification (3,44%). Hasil penelitian menunjukkan secara umum buku teks IPA menggunakan miskonsepsi, terutama buku kelas VIII.

Kata kunci : Miskonsepsi, tumbuhan tingkat tinggi, buku teks IPA

Page 2: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

2

The Misconceptions Analysis about Higher plants used in Junior High School Scientific Textbooks in Medan

Oleh: Nurazizah

(Guru SMP Negeri 12 Medan) E-mail: [email protected]

ABSTRACT

NURAZIZAH, The Misconceptions Analysis about Higher plants used in Junior High School Scientific Textbooks in Medan. Tesis Medan : Postgraduate of

Medan State University,June 2011

This study aimed to analyze the misconceptions about higher plants used in junior high school scientific textbooks used in Medan, to special in topic respiration, photosynthesis, reproduction process, growth, plant structure and tropisme. The calculating misconception scientific texbooks, sub conceps higher plant, percentage in class and percentage misconception category in scientific texbooks. Research was conducted for at Junior high schools in Medan with science textbooks used area probability sample. The samples were 13 scientific textbooks for junior high school for grade VII, VIII, and IX. The data analyzeed by calculating the percentage of misconceptions used in those scientific textbooks. The finding of the study showed that the highest percentage of misconception used in VIII-1T (20,68%). The percentage misconception of each sub-concept of higher plants, showed that the sub concepts of the highest percentage of misconception was about sub concept of photosynthesis (34,28%) and the lowest percentage was a sub concept of plant structure (3,44%). Every percentage misconception showed that the misconception used in grade VIII books was (58,62%), VII (34,48%) and was IX (6,89%). The highest percentage was overgeneralization category (37,93%), and the lowest was misidentification category (3,44%). The results of this study showed that general scientific textbooks used misconception, especially the books for grade VIII.

Keywords: Misconceptions, Higher plants, Scientific textbooks

Page 3: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Buku teks merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari proses

pembelajaran baik di sekolah

maupun di perguruan tinggi.

Pengalaman penulis sebagai guru

pada waktu memberikan

pembelajaran di sekolah menengah

pertama sering menemukan

kesalahan-kesalahan di dalam buku

teks biologi baik terbitan

Departemen Pendidikan Nasional

maupun terbitan lainnya. Kesalahan

tersebut tentu dapat mempengaruhi

pemahaman siswa tentang konsep

yang kurang atau tidak tepat tersebut.

Sampai saat ini buku teks

masih merupakan sumber informasi

utama di dalam proses pembelajaran,

baik bagi guru maupun siswa. Storey

(1989:271) menuliskan bahwa

“Pembelajaran sains pada umumnya

dan biologi khususnya berpusat pada

buku teks”. Buku teks digunakan

guru untuk menyampaikan materi

dan bahkan menentukan strategi

pembelajarannya dan siswa

menggunakannya sebagai sumber

informasi untuk mengerjakan tugas

di sekolah dan pekerjaan rumah.

Buku teks sering dianggap

“kurikulum sains” yang harus

dialami siswa sehingga menjadi

sumber utama pengetahuan untuk

siswa (Gottfried,1992:35). Dengan

demikian, ketersediaan buku teks

akan memberikan pengaruh yang

utama terhadap hasil belajar siswa

terutama di negara dunia ketiga

(Soyibo, 1995:345).

Buku teks memegang

peranan penting di dalam proses

pembelajaran IPA. Oleh karena itu

kemampuan guru untuk memilih

buku teks IPA yang baik sangat

diperlukan. Buku teks IPA sangat

banyak dan beragam yang tersedia di

pasaran dan tentu dengan kualitas

yang berbeda. Pada buku teks IPA

menurut beberapa hasil penelitian,

Abimbola dan Baba dalam

Deshmukh & Deshmukh, (2008:122)

menyatakan bahwa guru biologi di

Amerika menggunakan buku teks

dalam proses pembelajarannya.

Lebih dari 90% guru menggunakan

buku teks dari 90% waktu

pembelajaran. Menurut Blystone

(1987:419) buku teks digunakan

dalam 75% proses pembelajaran dan

90% dalam mengerjakan pekerjaan

Page 4: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

4

rumah. Di Indonesia juga guru IPA

menggunakan buku teks dalam

proses pembelajaran.

Begitu pentingnya buku teks

maka guru sangat berperan penting

di dalam memilih buku teks. Guru

memiliki fungsi sebagai “filter”

untuk menyeleksi ketidaktepatan isi

atau metodologi sains. Apakah buku

teks telah menampilkan isi (content),

hakekat, dan metodologi sains yang

tepat? Pertanyaan tersebut

merupakan pertanyaan yang sering

didiskusikan pada akhir-akhir ini.

Hal ini disebabkan meningkatnya

kecenderungan banyaknya buku

sains yang ditulis secara “inhouse”,

yaitu para penulis bekerja untuk

penerbit. Hal ini akan mengikis

integritas ilmiah dan isi sains, para

penulis cenderung tidak menjadi

seorang ilmuwan dan teks yang

ditulisnya tidak direview oleh

komunitas ilmiah. Berdasarkan

pengalaman sendiri masih

ditemukan konsep-konsep yang

kurang tepat, miskonsepsi dan

memerlukan konsepsi alternatif.

Oleh karena itu guru harus memiliki

kemampuan dan pedoman untuk

memilih buku teks IPA.

Penelitian yang berkaitan

dengan buku teks IPA sangat penting

untuk dilakukan untuk memperbaiki

kesalahan dan miskonsepsi pada

buku teks IPA. Finley et al.

(1992:313) menuliskan bahwa:”

buku teks memiliki peranan penting

dalam pengajaran IPA, isi dari buku

teks IPA sangat menentukan

bagaimana siswa dapat memahami

buku teks tersebut sehingga perlu

sekali dilakukan penelitian terhadap

buku.” Jelaslah bahwa buku masih

merupakan bahan penelitian yang

masih perlu dikembangkan.

Dari hasil survei pada 19

SMP Negeri se-kota Medan terhadap

judul buku teks IPA yang digunakan,

diketahui ada 13 macam judul buku

IPA yang digunakan di SMP Negeri

sekota Medan. Hal yang akan

diketahui dari buku tersebut yaitu

miskonsepsi pada konsep: Respirasi,

Fotosintesis, Reproduksi, Klasifikasi,

Pertumbuhan, Struktur Tumbuhan,

Gerak tropisme, Transportasi

tumbuhan dan Respon tumbuhan.

Penelitian ini dibatasi pada analisis

miskonsepsi pada materi tumbuhan

tingkat tinggi, karena materi

tumbuhan tingkat tinggi merupakan

materi esensial yang terdapat pada

Page 5: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

5

buku IPA kelas VII, VIII dan IX,

pentingnya pemahaman siswa

terhadap konsep tumbuhan tingkat

tinggi yang terdapat pada buku kelas

VII, VIII, dan IX, sering

menimbulkan miskonsepsi pada

siswa dan guru berdasarkan

penelitian-penelitian

terdahulu.Temuan hasil penelitian

Hersey dalam Dikmenli, Cardak,

Oztas (2009:430) juga menunjukkan

berbagai miskonsepsi pada konsep

tumbuhan terdapat pada buku teks

yang digunakan siswa.

Buku yang mengandung

miskonsepsi jika diajarkan oleh guru

tanpa memperbaiki miskonsepsi

tersebut tentu dapat menyebabkan

miskonsepsi pula terhadap siswa.

Selanjutnya miskonsepsi tersebut

akan melekat pada diri siswa tersebut

dan dapat mempengaruhi

pemahamannya tentang konsep

biologi di masa depan.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : (1) Apa saja miskonsepsi

dalam buku teks IPA yang

digunakan di SMP sekota Medan

khususnya pada materi respirasi?, (2)

Apa saja miskonsepsi pada materi

fotosintesis?, (3) Apa saja

miskonsepsi pada materi proses

reproduksi pada tumbuhan?, (4) Apa

saja miskonsepsi materi klasifikasi?,

(5) Apa saja miskonsepsi materi

pertumbuhan?, (6) Apa saja

miskonsepsi pada materi struktur

tumbuhan, (7) Apa saja miskonsepsi

materi gerak tropisme pada

tumbuhan?, (8) Apa saja

miskonsepsi materi transportasi

tumbuhan?, (9) Berapa persentase

miskonsepsi pada tiap buku teks

IPA?, (10) Berapa persentase

miskonsepsi tiap sub konsep

tumbuhan tingkat tinggi?, (11)

Berapa persentase miskonsepsi pada

tiap kelas?, (12) Berapa persentase

kategori miskonsepsi pada seluruh

buku teks IPA?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis miskonsepsi dalam

buku teks IPA yang digunakan di

SMP sekota Medan khususnya pada

materi respirasi, fotosintesis, proses

reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan,

struktur tumbuhan, gerak tropisme

pada tumbuhan dan transportasi

tumbuhan. Menghitung persentase

miskonsepsi pada tiap buku teks

IPA, tiap sub konsep tumbuhan

Page 6: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

6

tingkat tinggi, persentase

miskonsepsi pada tiap kelas dan

persentase kategori miskonsepsi pada

seluruh buku teks IPA.

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Peranan Buku Teks dalam

Pembelajaran IPA

Buku teks merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dalam

pembelajaran IPA dan kurikulum

sains serta memegang peranan sangat

penting di dalam membentuk

pembelajaran sains. Abimbola dan

Baba dalam Deshmukh &

Deshmukh, (2008:122) menyatakan

bahwa guru biologi di Amerika

menggunakan buku teks dalam

proses pembelajarannya. Lebih dari

90% guru sekolah menengah

menggunakan dan mengandalkan

buku teks untuk memberikan

instruksi dan memberikan pekerjaan

rumah menurut Chiappetta, Ganesha,

Lee dan Philips dalam

Dikmenli,Cardak, dan Oztas

(2009:430). Hal ini tidak jauh

berbeda dengan kondisi di Indonesia

bahwa kebanyakan guru

menggunakan paling tidak satu buku

ajar baik untuk pembelajaran di kelas

maupun untuk memberi tugas dan

pekerjaan rumah menurut Adisenjaya

(2007:2). Di dalam proses

pembelajaran, guru dan siswa tidak

pernah lepas dari buku teks. Guru

hanya menyandarkan

pembelajarannya pada buku teks.

Begitu pentingnya peranan

buku teks dalam proses pembelajaran

maka, buku teks yang mengalami

miskonsepsi dapat menyebabkan

miskonsepsi pada guru maupun

siswa. Miskonsepsi dapat terjadi di

dalam dan di luar sekolah. Jika

miskonsepsi terjadi di sekolah maka

guru dan buku merupakan sumber

terjadinya miskonsepsi pada siswa.

Selain kedua hal tersebut, faktor

lingkungan di luar sekolah juga

merupakan komponen yang dapat

turut berperan dalam menimbulkan

terjadinya miskonsepsi dalam

pelajaran. Terdapatnya kesalahan

dan miskonsepsi pada buku teks

biologi telah dilaporkan oleh Storey

(1989, dan 1992) untuk konsep

fotosintesis, struktur sel,

metabolisme sel, energetika sel dan

fisiologi sel. Odom (1993:472) juga

menyatakan adanya miskonsepsi

pada konsep potensial sistem saraf

pada lima buku teks dari enam buah

buku teks yang diteliti.

Page 7: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

7

Buku teks merupakan sumber

pengetahuan yang harus

dikomunikasikan oleh sekolah,

merupakan instrumen dasar dalam

mengorganisasikan kurikulum dan

sebagai alat dasar dalam proses

pembelajaran. Tamir (1985:93)

menyatakan bahwa buku teks

merupakan faktor penentu dan masih

akan tetap menjadi penentu utama

dari kurikulum sains di sekolah.

Guru masih tetap memerlukan

kehadiran buku teks karena guru

memiliki kecenderungan untuk

percaya pada buku teks. Buku teks

berfungsi sebagai storehouse,

organizer, dan communicator

pengetahuan standar bagi siswa

(Dreyfus, 1992:11).

Blystone dan Wandersee

dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:435), menyatakan bahwa para

penulis buku pelajaran harus berhati-

hati dengan isu dan istilah tidak

sepenuhnya diterima oleh opini

publik tentang sains sehingga tidak

harus digunakan dalam buku teks

biologi. Oleh karena itu, buku

sebagai bahan pengajaran harus

diatur dalam urutan yang sistematis

dalam dari segi konten (isi).

Buku pelajaran harus ditulis dalam

bahasa fasih yang dapat dengan

mudah dipahami oleh siswa dan

harus menjamin peningkatan

sistematis dalam belajar,

pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep (Ajewole,

Shymansky, Yore & Bagus, dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:436).

Beberapa miskonsepsi

berasal dari buku teks yang

digunakan siswa. Untuk itulah sangat

penting bahwa buku teks dibuat

dengan benar dan secara konseptual

juga benar. Kesalahan yang tertulis

dalam buku teks akan mudah dicerna

siswa dan dengan demikian mereka

memperoleh miskonsepsi. Buku teks

perlu dilihat secara teliti, baik oleh

pakar IPA maupun oleh pakar

pendidikan IPA. Kerja sama antar

mereka menjadi penting dalam

menyusun buku teks yang baku.

2.2. Peranan Guru dalam Memilih

Buku Teks

Guru sangat berperan penting

di dalam memilih buku teks. Guru

memiliki fungsi sebagai “filter”

untuk menyeleksi ketidaktepatan isi

atau metodologi sains. Apakah buku

teks telah menampilkan isi (content),

Page 8: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

8

hakekat, dan metodologi sains yang

tepat? Pertanyaan tersebut

merupakan pertanyaan yang sering

didiskusikan pada akhir-akhir ini.

Hal ini disebabkan meningkatnya

kecenderungan banyaknya buku

sains yang ditulis secara “inhouse”,

yaitu para penulis bekerja untuk

penerbit. Hal ini akan mengikis

integritas ilmiah dan isi sains, para

penulis cenderung tidak seorang

ilmuwan dan teks yang ditulis tidak

direview oleh komunitas ilmiah.

Seharusnya buku teks sains

harus ditulis oleh penulis yang selalu

mengendalikan teks yang ditulisnya.

Buku teks IPA harus menampilkan

sains sebagai ilmu yang dinamis,

sebagai sains eksperimen bukan

merupakan kumpulan fakta-fakta dan

istilah-istilah. Keterampilan proses

sains harus digunakan untuk

membangun dasar sains yang perlu

dialami siswa. Maka siswa perlu

mengalami sains dengan

mengerjakan sains (learning science,

learning about science, and doing

sceience). Rasionalnya adalah bahwa

pengembangan keterampilan proses

sains merupakan hal yang sangat

penting dalam belajar sains dan

memiliki aspek penerapan praktis

untuk membuat keputusan dalam

kehidupan sehari-hari.

Buku teks merupakan

falsafah baru dalam pendidikan yang

terpusat pada inkuiri ilmiah dan tidak

lagi merupakan alat utama tetapi

merupakan produk antara diantara

yang dimaksudkan oleh pengembang

dengan situasi pembelajaran. Dengan

demikian peranan guru adalah

mentransformasikan dan men-

terjemahkan materi pembelajaran ke

dalam situasi belajar. Buku teks

merupakan buku yang berisi materi

dan pengalaman inkuiri yang

dirancang untuk menolong siswa

belajar mengubah informasi faktual

dalam kerangka refleksi dan analisis

.

2.3. Peranan Siswa dalam

Memahami BukuTeks

Aşcı, Ozkan, & Tekkaya

(2001: 35) menyatakan bahwa siswa

memiliki banyak konsep-konsep

alternatif dalam biologi di Turki.

Miskonsepsi dapat terjadi pada

siswa karena siswa tidak menguasai

konsep-konsep yang merupakan

suatu prasyarat bagi pemahaman

konsep lanjutannya. Storey (1989)

di dalam mereview kesalahan buku

teks menyatakan : "Pemberian nama

Page 9: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

9

("reaksi gelap") adalah contoh suatu

kesalahan dan pemberian nama

tersebut tidak akurat, yang

berimplikasi pada pemahaman reaksi

fotosintesis sehingga disebut sebagai

reaksi gelap pada tumbuhan hijau".

Ketidakpahaman siswa tentang

konsep fotosintesis menyebabkan

terjadinya miskonsepsi mengenai

konsep reaksi gelap dan terang pada

proses fotosintesis. Banyak siswa

menganggap reaksi gelap pada

fotosintesis terjadi pada malam hari.

Faktor lain yang dapat

menjadi penyebab terjadinya

miskonsepsi ialah karena

beragamnya contoh yang ada di alam

bebas sementara jumlah contoh yang

tersedia tidak cukup memadai untuk

merepresentasikan suatu konsep.

Situasi ini menjadi lebih rumit pada

konsep yang bersifat abstrak. Konsep

abstrak umumnya disajikan dalam

bentuk analogi ataupun visualisasi

dalam bentuk gambar, bagan, atau

reaksi kimia. Terjadinya miskonsepsi

konsep-konsep IPA pada siswa maka

akan menurunkan prestasi belajar

IPA dan dapat menghambat

perkembangan IPA.

Ada banyak studi yang

diselenggarakan dalam beberapa

tahun terakhir yang difokuskan pada

penentuan konsepi alternatif dalam

ilmu pengetahuan dan pengaruhnya

bagi pemahaman siswa di masa

depan. Konsepsi alternatif

merupakan faktor negatif yang

mempengaruhi aktivitas utama

belajar siswa . Alternatif atau

kesalahpahaman menyiratkan pola

berpikir yang tidak sesuai dengan

realitas ilmiah (Bahar, 2003:63;

Tekkaya, 2002:265). Karena pola

pemikiran ini dikembangkan oleh

sebagian besar siswa berdasarkan

interpretasi mereka sendiri dan

bertentangan dengan sains, dan

merupakan hambatan besar terhadap

pendidikan sains menurut Driver

dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:429). Hal ini akan

menyebabkan konsepsi alternatif

atau kesalahpahaman yang biasanya

terjadi pada buku, guru dan siswa.

Pemahaman guru atau pemahaman

siswa dalam buku pelajaran juga

dapat menyebabkan konsep-konsep

alternatif menurut Barrass dan

Sewell dalam Dikmenli, Cardak, dan

Oztas (2009:430)

Miskonsepsi banyak di-

temukan baik pada siswa sekolah

dasar, lanjutan dan mahasiswa. Hasil

Page 10: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

10

studi tentang miskonsepsi telah

menghasilkan sejumlah informasi

tentang konsepsi alternatif dan telah

meningkatkan kesadaran para guru

sains tentang kesulitan mengajar

sains menurut Odom dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas (2009:

430). Penelitian yang berkaitan

dengan miskonsepsi telah banyak

dilakukan menurut Odom dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:430) , diantaranya

miskonsepsi siswa tentang

pembelahan sel (Dikmenli,

2010:246); seleksi alam dan evolusi

(Bishop dan Anderson, 1990:426).

Hal yang paling penting dari

penemuan adanya miskonsepsi ini

adalah bahwa miskonsepsi yang

pernah diperoleh siswa waktu

sekolah masih tetap ada atau

menetap pada dirinya menurut

Odom dalam Dikmenli, Cardak, dan

Oztas (2009:430).

Konsep-konsep alternatif

sangat luas dalam pendidikan formal

menurut Bishop & Anderson dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:430) dan secara signifikan

tahan terhadap perubahan. Jika

kesalahan dan miskonsepsi tidak

terdeteksi sangat dini, maka hal

tersebut dapat berlanjut sepanjang

tahun dan mungkin merupakan

hambatan yang signifikan dalam

proses pemahaman siswa menurut

Bahar dalam Dikmenli, Cardak, dan

Oztas (2009:430).

2.4. Klasifikasi Miskonsepsi pada

Buku Teks Biologi

Para peneliti miskonsepsi

menemukan ada berbagai macam

miskonsepsi pada buku teks. Hershey

dalam Dikmenli, Cardak, oztas

(2009:430) telah menyatakan bahwa

setiap konsep alternatif yang ada

dalam buku teks, artikel atau

kurikulum dapat menyesatkan

banyak guru dan siswa,

diklasifikasikan lebih dari 50

konsep-konsep alternatif dari hasil

penelitiannya dan bahan tertulis yang

terkait dengan tumbuhan ada 5

kategori. Kategori tersebut yaitu :

misidentifications, overgeneraliza-

tions, oversimplifications, obsolete

concepts and terms, under-

generalizations. Misidentifications

adalah kesalahan dalam

mengidentifikasi suatu konsep

biologi. Contoh :” Oksigen yang kita

konsumsi digunakan oleh organ-

organ dalam tubuh kita". Oksigen

diambil tubuh tidak digunakan organ

Page 11: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

11

tetapi digunakan oleh sel/ jaringan.

Overgeneralizations adalah terlalu

mengumumkan

(menggeneralisasikan) contoh: ruang

lingkup keanekaragaman hayati

tanaman kadang-kadang diminimal-

kan. Overgeneralizations memini-

malkan keanekaragaman hayati.

Dalam pengajaran biologi guru

sering menyatakan bahwa semua

tanaman melakukan fotosintesis.

Meskipun kurang dari 1% dari jenis

tumbuhan, termasuk bunga terbesar,

Rafflesia arnoldii. Buku pelajaran

Buku Biologi sering menggambarkan

tumbuhansebagai organisme tanah.

Seagrasses, tumbuhan berbunga

yang hidup tenggelam di perairan

laut dangkal.

Oversimplifications adalah

Penyederhanaan. Banyak

kesalahpahaman yang terlalu

menyederhanakan konsep, terutama

di tingkat sekolah dasar. Seperti "

penyederhanaan ekstrem " dalam

mengajar tumbuhan bukanlah hal

miskonsepsi baru. Persamaan

fotosintesis adalah beberapa dari

contoh penyederhanaan, yaitu:

6 CO 2 + 6 H 2 O Cahaya matahari, klorofil

6O 2 + C 6 H 12 O 6

Penjelasan fotosintesis adalah

contoh oversimplifikasi. Klorofil

saja tidak cukup untuk fotosintesis

tumbuhan. Banyak enzim dan

senyawa organik yang diperlukan

"Kloroplas" dibutuhkan tumbuhan

untuk proses fotosintesis . Glukosa

bukanlah produk fotosintesis utama.

Hampir tidak ada glukosa bebas yang

dihasilkan dalam fotosintesis. Untuk

mengurangi kesalahpahaman

(miskonsepsi) ini perlu memberikan

persamaan ringkasan berikut untuk

fiksasi karbon fotosintesis pada

tumbuhan:

kloroplas, cahaya, mineral nutrisi

H 2 O + CO 2 —>—>—>—>—>—

>—> O 2 + (C 6 H 10 O 5 ) n [pati]

Obsolete concepts and terms

adalah konsep dan istilah yang sudah

lama (usang), contoh : beberapa

istilah usang pada kingdom plantae

setelah direstrukturisasi. Saprophyte

didefinisikan sebagai tanaman yang

mendapatkan energi dari bahan

organik mati. Tanaman pernah

dianggap saprophytes, seperti

Monotropa uniflora, kini dikenal

Cendawan mikoriza. "Saprofit"

adalah istilah yang usang karena

organisme yang mendapatkan energi

dari bahan organik mati, seperti

beberapa jamur, tidak lagi di

masukkan dalam Kingdom plantae.

Undergeneralizations adalah

suatu konsep yang terlalu

Page 12: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

12

dikhususkan. Misal kloroplas adalah

organel yang ada hanya pada

tumbuhan hijau, sebenarnya

kloroplas juga terdapat pada protista.

Contoh: Euglena memiliki kloroplas

dan mampu berfotosintesis.

BAB III

METODE RISET

3.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian

ini adalah seluruh materi Tumbuhan

tingkat tinggi yang terdapat pada

buku teks IPA yang digunakan oleh

SMP Negeri se-kota Medan pada

Tahun Pelajaran 2010/2011. Buku

teks tersebut terdiri dari kelas VII,

VIII dan IX. Dalam pengambilan

sampel buku teks IPA digunakan

sampel wilayah atau area probability

sample.

3.2. Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kuantitatif, karena

bertujuan untuk menganalisis

miskonsepsi pada konsep tumbuhan

tingkat tinggi yang terdapat di dalam

buku teks IPA yang digunakan oleh

SMP Negeri se-kota Medan. Seluruh

miskonsepsi yang terdapat pada

materi tumbuhan tingkat tinggi yang

dianalisis terdiri dari 5 kategori

miskonsepsi.

3.3. Defenisi Operasional

Fowler dalam Suparno

(2005:5) menjelaskan bahwa

miskonsepsi adalah pengertian yang

tidak akurat akan konsep,

penggunaan konsep yang salah,

klasifikasi contoh-contoh yang salah,

kekacauan konsep-konsep yang

berbeda, dan hubungan hirarkis

konsep-konsep yang tidak benar.

Suparno (2005: 4)

mendefenisikan miskonsepsi sebagai

salah konsep menunjuk pada suatu

konsep yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah atau pengertian

yang diterima para pakar dalam

bidang tersebut.

Defenisi miskonsepsi yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah defenisi yang digunakan oleh

Hersey dalam Dikmenli, Cardak,

Oztas (2009:430). Miskonsepsi

dalam buku teks ada 5 kategori.

Kategori tersebut yaitu:

oversimplifications, overgeneraliza-

tions, obsolete concepts and terms,

undergeneralizations dan misid-

entifications. Oversimplifications

adalah menyederhanakan suatu

konsep. Overgeneralizations adalah

kesalahan dalam buku teks yang

terlalu mengumumkan suatu konsep.

Page 13: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

13

Obsolete concepts and terms adalah

kesalahan pada buku teks yang masih

menggunakan istilah yang sudah

tidak sesuai lagi dengan

perkembangan.

Undergeneralizations adalah

kesalahan yang terdapat pada buku

teks yang terlalu mengkhususkan

suatu konsep. Misidentifications

adalah kesalahan dalam

mengidentifikasi suatu konsep.

3.4. Tehnik Pengumpul Data

Data dikumpulkan melalui

tehnik analisis buku teks. Teknik ini

terdiri dari analisis miskonsepsi buku

teks pada materi Tumbuhan Tingkat

Tinggi berdasarkan 5 kategori.

Kategori yang dijadikan referensi

meliputi: Oversimplification

(Penyederhanaan suatu konsep),

Overgeneralization (Me-ngumumkan

suatu konsep), Obsolete Concepts

And Terms (Konsep dan istilah yang

telah usang),

Misidentification,(Kesalahan

identifikasi suatu konsep),

Undergeneralization

(Mengkhususkan suatu konsep),

menurut Hersey dalam Dikmenli,

Cardak, Oztas (2009:430).

3.5. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan

tehnik analisis buku teks, dengan

metode statistik deskriptif. Dengan

cara menuliskan perbandingan

konsep dari buku yang diteliti

dengan buku sumber teks asing yang

dijadikan acuan dalam hal ini buku

teks Biologi karangan Campbell,

Reece, Mitcell (2006), Kimball

(terjemahan 1996), dan jurnal

internasional yang berkaitan dengan

konsep tersebut.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

4.1. Pembahasan

Hasil persentase kategori

miskonsepsi pada tiap buku teks

IPA, menunjukkan bahwa persentase

buku yang paling banyak mengalami

miskonsepsi adalah buku VIII-1T

(20,68%) dan yang tidak mengalami

miskonsepsi adalah buku IX-1WT

dan IX-3W.

Page 14: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

14

Gbr. 4.1 Persentase Miskonsepsi pada tiap

buku teks IPA

Buku kelas VIII SMP sangat

banyak membahas materi tentang

Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan

antara lain: Struktur Tumbuhan,

Proses Transportasi, Cara Tumbuhan

Memperoleh Energi, Macam Gerak

pada Tumbuhan serta Hama dan

Penyakit pada Tumbuhan. Buku teks

IPA yang tidak benar tentang konsep

tumbuhan dikhawatirkan akan

mempengaruhi pemahaman siswa

tersebut nantinya di kelas XI SMA.

Berdasarkan hasil

persentase, umumnya seluruh buku

teks IPA yang digunakan oleh SMP

Negeri di Medan mengalami

miskonsepsi pada tiap kategori di

beberapa sub konsep yang terdapat

pada buku IPA.Dari 13 buku yang

menjadi objek penelitian ini 10 buku

mengalami miskonsepsi dan hanya 3

buku teks IPA yang tidak mengalami

miskonsepsi pada materi tumbuhan

tingkat tinggi. Siswa dan guru dapat

mengalami berbagai miskonsepsi

apabila buku teks IPA yang

mengandung miskonsepsi tersebut

tidak diperbaiki sedini mungkin.

Persentase miskonsepsi pada

tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat

Tinggi, menunjukkan bahwa sub

konsep yang paling banyak

mengalami miskonsepsi adalah sub

konsep fotosintesis (34,28%) dan

yang paling sedikit adalah sub

konsep struktur tumbuhan (3,44%).

Hal ini disebabkan buku teks yang

digunakan guru dan siswa tidak

sesuai dengan konsep ilmiah pada

saat penulisan buku tersebut,

pemahaman guru yang dangkal

tentang konsep fotosintesis

dikhawatirkan tidak dapat

memperbaiki kesalahan pada buku

teks dan akhirnya hal tersebut akan

mempengaruhi siswa. Untuk itu

diperlukan penelitian lebih lanjut

tentang konsep-konsep yang terdapat

pada buku teks IPA secara

keseluruhan untuk menghilangkan

miskonsepsi buku teks di masa

depan.

Page 15: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

15

Gambar4.2Persentase miskonsepsi pada seluruh kategori miskonsepsi pada tiap sub konsep tumbuhan tingkat tinggi.

Persentase miskonsepsi pada

tiap kelas, menunjukkan bahwa

persentase miskonsepsi buku kelas

VIII (58,62%), kelas VII (34,28%)

dan kelas IX (6,89%). Buku

kelasVIII merupakan buku yang

paling banyak membahas materi

tumbuhan , oleh karena itu

diperlukan konsep yang benar

tentang tumbuhan di buku kelas

VIII. Sedangkan buku kelas VII dan

IX hanya sedikit membahas tentang

konsep tumbuhan.

Gambar 4.3. Persentase miskonsepsi

tiap kelas pada seluruh kategori

miskonsepsi

Kategori miskonsepsi

terbesar pada buku teks IPA SMP di

Medan adalah pada kategori

Overgeneralization (37,93%), dan

terkecil adalah Misidentification

(3,44%).

Gambar 4.4. Persentase Kategori Miskonsepsi pada buku teks IPA SMP

4.2 Diskusi

Penelitian ini mendukung

hasil penelitian terdahulu diantaranya

Bishop dan Anderson (1990:427);

Soyibo(1995:351), miskonsepsi

siswa tentang res-pirasi), Schussler

(2008:1696), miskonsepsi tentang

reproduksi tumbuhan, bunga dan

buah, Hersey dalam Dikmenli,

Cardak, Oztas (2009: 434)

miskonsepsi tentang respirasi

anaerob pada pertumbuhan biji dan

Page 16: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

16

reaksi fotosintesis. Hal yang paling

penting dari penemuan adanya

miskonsepsi ini adalah bahwa

miskonsepsi yang pernah diperoleh

siswa waktu sekolah masih tetap ada

atau menetap pada dirinya menurut

Odom dalam Dikmenli, Cardak, dan

Oztas (2009:430).

Beberapa miskonsepsi

berasal dari buku teks digunakan

siswa SMP Negeri di Medan. Untuk

itulah sangat penting bahwa buku

teks dibuat dengan benar dan secara

konseptual juga benar. Kesalahan

yang tertulis dalam buku teks akan

mudah dicerna siswa dan dengan

demikian mereka memperoleh

miskonsepsi. Buku teks perlu dilihat

secara teliti, baik oleh pakar IPA

maupun oleh pakar pendidikan IPA.

Kerja sama antar mereka menjadi

penting dalam menyusun buku teks

yang baku.

Hasil persentase miskonsepsi

pada buku teks IPA yang paling

banyak mengalami miskonsepsi

adalah buku VIII-1T (20,68%) dan

yang tidak mengalami miskonsepsi

adalah buku IX-1WT dan IX-3W.

Persentase sub konsep yang paling

banyak mengalami miskonsepsi

adalah sub konsep fotosintesis

(34,28%) dan yang paling sedikit

mengalami miskonsepsi yaitu konsep

struktur tumbuhan (3,44%).

Hal yang perlu mendapatkan

penekanan pada konsep tumbuhan

tingkat tinggi adalah sub konsep

fotosintesis, respirasi dan reproduksi

tumbuhan. Buku teks harus disusun

dengan konsep yang benar sehingga

tidak membingungkan siswa dan

menimbulkan miskonsepsi.

Blystone dan Wandersee

dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:435), menyatakan bahwa para

penulis buku pelajaran harus berhati-

hati dengan isu dan istilah tidak

sepenuhnya diterima oleh opini

publik tentang sains sehingga tidak

harus digunakan dalam buku teks

IPA. Oleh karena itu, buku sebagai

bahan pengajaran harus disusun

secara sistematis dalam dari segi

konten (isi). Buku pelajaran harus

ditulis dalam bahasa fasih yang dapat

dengan mudah dipahami oleh siswa

sehingga menjamin peningkatan

kualitas belajar, pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep

(Ajewole, Shymansky, Yore &

Bagus, dalam Dikmenli, Cardak, dan

Oztas (2009:436).

Page 17: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

17

Buku pelajaran harus

memadai dari segi isi secara

keseluruhan (Kaptan, dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:436). Kombinasi isi dan

kalimat yang mudah dipahami siswa

dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman siswa pada buku teks.

Sampai sekarang, konsep-konsep

ilmiah memiliki label (nama) dan isi

(arti) yang dipelajari harus

melibatkan pemahaman konsep. Jadi,

penting bagi guru untuk mengetahui

bagaimana siswa

menginterpretasikan konsep-konsep

dalam pembelajarannya. Schmidt

dan Volke dalam Dikmenli, Cardak,

dan Oztas (2009:436). telah

menyarankan agar ada perbedaan

antara istilah dan makna konsep.

Beberapa peneliti lain Pines & West,

dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:436), menyatakan bahwa

konsep-konsep memiliki arti yang

berbeda dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dapat membingungkan

siswa. Misal istilah ilmiah yang

digunakan dalam konteks yang

berbeda telah bergeser maknanya

dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, (Schmidt, dalam

Dikmenli, Cardak, dan Oztas

(2009:43).

Bila buku IPA terlalu sulit

dimengerti siswa karena tingkat

kesulitan penulisannya tinggi, maka

penulisannya perlu disesuaikan

dengan daya tangkap siswa. Untuk

membantu hal ini, ada baiknya buku

IPA ditulis oleh ahli IPA, sebelum

disebarkan ke pasaran, dibaca oleh

guru sekolah. Akan lebih baik lagi

bila buku itu dbaca oleh siswa SMP

yang menjadi sasaran. Bila mereka

tidak mengalami kesulitan untuk

memahaminya, maka baru

diperbanyak dan dipasarkan. Bila

siswa kesulitan menangkap, maka

bahasanya perlu disederhanakan lagi.

Page 18: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

18

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN

REKOMENDASI

5.1. Simpulan

Dari hasil analisis miskonsepsi

dalam buku teks IPA yang digunakan di

SMP sekota Medan khususnya pada materi

respirasi terdapat pada pengertian respirasi

pada tumbuhan dan fotosintesis terdapat

pada rumus reaksi fotosintesis yang

menyebabkan oversimplifikasi

(penyederhanaan suatu konsep).

Miskonsepsi pada materi reproduksi

terdapat pada pengertian pembuahan pada

tumbuhan yang menimbulkan miskonsepsi

overgeneralization (mengumumkan suatu

konsep).

Miskonsepsi pada materi

klasifikasi tumbuhan menyebabkan

misidentifikasi (kesalahan dalam

mengidentifikasi) pada klasifikasi

gymnospermae. Miskonsepsi pada materi

pertumbuhan dan struktur tumbuhan

menyebabkan overgeneralization

(mengumukan suatu konsep). Materi gerak

tropisme pada tumbuhan menyebabkan

miskonsepsi karena buku teks IPA masih

menggunakan istilah yang tidak digunakan

lagi yaitu geotropisme dan seharusnya

gravitropisme. Transportasi tumbuhan dan

respons tumbuhan meyebabkan

miskonsepsi undergeneralization (terlalu

mengkhususkan suatu konsep).

Persentase buku yang paling tinggi

miskonsepsi adalah buku VIII-1T

(20,68%). Persentase miskonsepsi pada

tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat

Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep

yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub

konsep fotosintesis (34,28%) dan yang

paling rendah sub konsep struktur

tumbuhan (3,44%). Persentase

miskonsepsi pada tiap kelas, menunjukkan

bahwa persentase miskonsepsi buku kelas

VIII (58,62%), kelas VII (34,28%) dan

kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi

terbesar pada buku teks IPA SMP di

Medan adalah pada kategori

overgeneralization (37,93%), dan terkecil

adalah misidentification (3,44%).

5.2. Implikasi dan Keterbatasan

Hal yang dapat menghilangkan

miskonsepsi pada buku teks IPA

diantaranya perlu beberapa rekomendasi

dari hasil penelitian tentang miskonsepsi

pada buku teks sebagai sumber dalam

penulisan buku, penulisan buku teks yang

berkualitas perlu segera dilakukan.

Miskonsepsi perlu di pelajari dalam

perkuliahan (pendidikan guru), sehingga

calon guru nantinya dapat memberikan

konsep –konsep IPA yang benar.

Dalam penelitian selanjutnya perlu

dilakukan riset terhadap seluruh materi

IPA yang terdapat pada seluruh buku IPA

baik pada tingkat SD, SMP dan SMA.

Page 19: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

19

5.3. Rekomendasi

Hasil penelitian yang diperoleh

secara teoritis/akademis, yaitu

diketahuinya berbagai kategori

miskonsepsi pada tumbuhan tingkat tinggi

yang terdapat dalam buku IPA SMP, sub

konsep yang sering mengalami

miskonsepsi pada tumbuhan tingkat tinggi,

kelas dari tiap buku yang mengalami

miskonsepsi sehingga dapat menjadi

rekomendasi dalam penulisan buku teks

IPA di Medan. Guru dapat memperluas

wawasan, menghilangkan miskonsepsi

pada buku teks IPA, mencegah

miskonsepsi berlanjut dimasa depan,

memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran tumbuhan tingkat tinggi

dengan memberikan konsep-konsep yang

benar pada siswa dan membaca hasil

penelitian sehingga dapat memperbaiki

pembelajaran IPA. Guru harus

mendiskusikan konsep-konsep alternatif

dengan siswa, dapat meyakinkan siswa

tentang konsep-konsep alternatif yang

tidak ilmiah dan tidak valid. Guru juga

harus membantu siswa dalam proses

menghilangkan miskonsepsi, yaitu

mengubahnya menjadi informasi yang

memiliki konsep ilmiah. Pempropsu

hendaknya dapat melakukan seleksi yang

ketat terhadap buku bos yang layak untuk

dipakai di sekolah Sumatera utara.

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja (2007). Analisis buku ajar

sains berdasarkan literasi ilmiah

untuk memilih untuk memilih buku

ajar sains(biologi).Makalah yang disajikan dalam seminar Nasional Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 25-26 Mei.

Arini, Silvianita, Taufiq, Suryana, Kartika,

Edi (2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Widya Utama

Ascı, Z., Özkan, S., & Tekkaya, C. (2001).

Students’ misconceptions about respiration. Education and Science, 26(120), 29-36.

Bahar, M. (2003). Misconceptions in

biology education and conceptual change strategies. Educational Sciences: Theory & Practice, 3(1), 55-64.

Barrass, R. (1984). Some misconceptions

and misunderstandings perpetuated by teachers and textbooks of biology. Journal of Biological

Education, 18(3), 201-206. Bishop, B.A., & Anderson, C.W. (1990).

Student conceptions of natural selection and its role in evolution. Journal of Research in Science

Teaching, 27(5), 415-427. Blystone, R.V. (1987). College

introductory biology textbooks: An important communication tool. The American Biology Teacher, 49(7), 418-425.

Campbell, Reece, Mitchell, (2006).

Biology. 6nd ed. California: Benjamin Cummings PublishingCompany.

Page 20: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

20

Campbell, Reece, Mitchell (1987). Biologi.Edisi Kelima Jilid II. Terjemahan oleh Wasmen Manalu. 1999. Jakarta. Erlangga.

Campbell, Reece, Mitchell, (1987).

Biologi.Edisi Kelima Jilid III. Terjemahan oleh Wasmen Manalu. 1999. Jakarta. Erlangga.

Dikmenli, M., & Çardak, O. (2004). A

study on misconceptions in the 9th grade high school biology textbooks. Eurasian Journal of Educational

Research, 17, 130-141. Dikmenli, M., & Çardak, O. (2009).

Conceptual Problem In Biology-Related Topics In Primary Science And Technology Texbooks In Turkey. Internasional Journal Of

Enviromental &Science education , Vol 4,429-440

Dikmenli,M (2010). Misconceptions of

cell division held by student teachers in biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay Vol. 5

(2), pp. 235-247 Deshmukh, N.D., & Deshmukh, V.M.

(2008).Textbook: A Source of Students’ Misconceptions at the Secondary School Level. Proceedings of epiSTEME-2: Homi

Bhabha Centre for Science

Education, College of Education,

(122-126) Dreyfus, A. (1992). “Content Analysis of

School Textbooks: The Case of a Technology- Oriented Curriculum”. International Journal of Science

Education. 14 (1): 3-12 Finley, F., Lawrence, F., and Heller, P.

(1992). “Analysis of Science Textbooks”. Journal of Science

Education. 76 (3): 313-316.

Gottfried, S. S. & Kyle, W. C. Jr. (1992). “ Textbook Use and the Biology Education Desired State”. J. of Res. in Science Teaching. 29 (1): 35-49

Hersey, D.R. (2005) Avoid misconceptions

when teaching about plants. (online) hhtp://www.actionbioscience.org /education/hershey3.html. Diakses 20 maret 2011

Karim, Kaniawati, Fauziah, Sopandi,

(2008), Belajar IPA Membuka

Cakrawala Alam Sekitar, Jakarta: Depdiknas

Kartika, Edi, Taufiq, Suryana, Wani,

(2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Widya Utama

Kimball. Jhon W.(1983). Biologi. Edisi

Kelima. Jilid 2 Terjemahan oleh Siti Soetarmi Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri. 1996. Erlangga

Odom, A.L. (1993). Action potentials and

biology textbooks: Accurate, misconceptions or avoidance? The American Biology Teacher, 55(8), 468-472.

Purjiiyanta, Sutanto, Cahyo, Subagiya,

Triyono. (2007), IPA TERPADU

UNTUK SMP Kelas VII Jakarta: Erlangga

Purjiiyanta Eka, Sutanto Agus, Suryo

Cahyo, Subagiya, Triyono. (2007), IPA TERPADU UNTUK SMP Kelas

VIII Jakarta: Erlangga Purjiiyanta, Sutanto, Cahyo, Subagiya,

Triyono. (2007), IPA TERPADU UNTUK SMP Kelas IX Jakarta: Erlangga

Schmidt, H.J., & Volke, D. (2003). Shift of meaning and students’ alternative concepts. International Journal of

Page 21: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

21

Science Education, 25(11), 1409-1424.

Schussler, E.E. (2008). From flowers to fruits: How children’s books represent plant reproduction. International Journal of Science

Education, 30(12), 1677-1696. Silvianita, Arini, Herlina, Saputra, Budi,

Sawitar, (2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: untuk SMP dan MTs kelas 9: Widya Utama

Soyibo, K. (1995). “Using Concept Maps To

Analyze Textbook Presentations of Respiration”. The American Biology Teacher. 57 (6): 344-351.

Storey, R. D. (1989).“Textbook Errors &

Misconceptions in Biology: Photosynthesis”.The American

Biology Teacher. 51 (5): 271-274 Sudibyo, Widodo, Wasis, Suhatanti,

(2008), Mari Belajar IPA, Jakarta:Depdiknas

Sugiyono,(2009), Metode Penelitian

Pendidikan(pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif dan R&D),

Bandung: Alfabeta Sugiarto, Ismawati. (2008), Ilmu

Pengetahuan Alam, Jakarta: Depdiknas

Suparno, (2005), Miskonsepsi dan

Perubahan Konsep dalam

Pendidikan Fisika, Jakarta: Grasindo Tekkaya, C. (2002). Misconceptions as

barrier to understanding biology. Journal of Hacettepe University

Educaion Faculty, 23, 259-266.

Tamir, P. (1985). “Content Analysis focussing on Inquiry”. Journal of Curriculum Studies. 17 (1): 87-94

Wariyono, Muharomah, (2008), Mari

Belajar Ilmu Alam Sekitar, Jakarta: Depdiknas

Wasis,Irianto, (2008), Ilmu Pengetahuan

Alam, Jakarta: Depdiknas Winarsih, Nugroho, Sulityoso, Zajuri,

Supliyadi, Suyanto, (2008), IPA TERPADU, Jakarta: Depdiknas

Page 22: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

22

Lampiran 1. Wacana yang mengandung

miskonsepsi pada buku teks

1) BUKU KODE VII-1W

Buku VII-1W Hal.243

Udara pernapasan pada tumbuhan masuk melalui lubang kecil pada seluruh bagian tumbuhan, yaitu stomata (pada daun) dan lentisel (pada batang) pada batang.

Buku VII-1W Hal. 260

Tumbuhan Gymnospermae yang ada, di antaranya dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu Cycadine, Gnetinae, dan Coniferinae. Contoh pakis haji (Cycas rumphii), melinjo (Gnetum gnemon), tusam/ pinus (Pinus merkusii), damar (Agathis alba), dan pohon balsam (Abies balsamea) yang merupakan bahan pembuat balsam.

2) BUKU KODE VII-2W

Buku VII-2W Hal.188

Tumbuhan, pada daun bernafas melalui stomata, pada batang melalui lentisel dan di akar melalui bulu-bulu akar.

Buku VII-2W Hal 191

Pertumbuhan pada manusia dan hewan bersifat terbatas, artinya hanya tumbuh sampai usia tertentu dan sesudah itu pertumbuhannya akan berhenti. Sedangkan pertumbuhan pada tumbuhan umumnya tidak terbatas, artinya tumbuhan akan selalu tumbuh selama hidupnya.

3) BUKU KODE VII-3W

Buku VII-3W Hal 188

Perhatikan reaksi fotosintesis berikut ini.

6 CO2 + 6 H 2O C6 H12 O6 + 6 O

karbon dioksida air Karbohidrat Oksigen

Buku VII-3W Hal.100

Reaksi fotosintesis dapat dirumuskan sebagai berikut. 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 Karbon dioksida Air Karbohidrat Oksigen

cahaya matahari

klorofi

Cahaya matahari

Klorofil

Page 23: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

23

Dari rumus tersebut diketahui bahwa dalam proses fotosintesis membutuhkan karbon dioksida dari udara dan air dari dalam tanah. Dengan menggunakan energi dari cahaya matahari, melalui reaksi kimia tertentu, maka dihasilkan karbohidrat yang diperlukan oleh tumbuhan dan melepaskan oksigen ke udara.

4) BUKU KODE VII-4 WT

Buku VII-4WT. Hal.240

Reaksi singkat Fotosintesis

Karbondioksida + air Gula sederhana + Oksigen.

Buku VII-4WT, hal.240

Anggota kingdom Plantae memiliki tubuh yang tersusun atas banyak sel, mempunyai klorofil, dan dapat menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk berfotosintesis.

5) BUKU KODE VII-5T

Buku VII-5T hal.124

Tumbuhan hijau dapat menyusun makanannya sendiri dari air dan karbon dioksida dengan bantuan sinar matahari melalui proses yang disebut fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa zat tepung dan zat gula.

Tumbuhan bernapas untuk mengambil oksigen melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut stomata dan lubang kecil dibatang yang disebut lentisel.

6) BUKU KODE VIII-1T

Buku VIII-1T, hal.3

Setelah terjadi penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sperma (gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot.

Buku VIII-1T, hal. 54

Pertukaran gas adalah proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida melalui alat pernapasan tumbuhan.

Buku VIII-1T, hal. 66

Fotosintesis merupakan proses pembentukan bahan organik (karbohidrat) dengan bantuan sinar matahari. Fotosintesis ini terjadi hanya pada sel-sel yang mempunyai klorofil, yaitu bakteri dan tumbuhan.

Buku VIII-1T, hal. 67

energi cahaya

Page 24: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

24

Air sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Jika tidak tersedia air dengan cukup, dapat mengganggu pembentukan karbohidrat.

Buku VIII-1T, hal. 72

Geotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan pengaruh gravitasi bumi.

7) BUKU KODE VIII-2 WT

Buku VIII-2WT, hal. 79

Glukosa berguna untuk pertumbuhan dan proses-proses lain dalam kehidupan tumbuhan.

Sumber energi terbesar untuk fotosintesis adalah matahari. Cahaya matahari di tangkap oleh klorofil di dalam kloroplas.

Buku VIII-2WT, hal 80

Karbon dioksida dan cahaya merupakan dua faktor penting yang sangat mempengaruhi fotosintesis.

Buku VIII-2WT, hal 84

Akar tumbuh ke arah pusat gravitasi bumi (geotropisme positif), sedangkan batang tumbuh menjauhi pusat gravitasi bumi (geotropisme neg

atif).

8) BUKU VIII-3 W

Buku VIII-3W, hal.5

Dari percobaan tersebut, kita ketahui bahwa pupuk sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Zat-zat yang dikandung pupuk digunakan bagi pembentuk selsel baru dan kelancaran metabolisme tanaman. Tumbuhan memerlukan sejumlah mineral. Tanaman yang tidak diberi pupuk akan kekurangan mineral sehingga pertumbuhannya terganggu ataupun agak terhambat. Dari percobaan tersebut, kita ketahui bahwa pupuk sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.

Buku VIII-3W, hal.99

Kamu telah mengetahui bahwa tumbuhan mampu berfotosintesis karena tumbuhan mempunyai klorofil.

Buku VIII-3W, hal. 100

6CO2 + 6H2O

C6H12O6 + 6O2

Buku VIII-3 W, hal. 103

Adapun geotropisme merupakan gerak yang dipengaruhi oleh rangsang berupa gravitasi bumi.

9) BUKU VIII-4 W

Cahaya matahari

Klorofil

Page 25: ANALISIS_ MISKONSEPSI.pdf

25

Buku VIII-4W Hal.71 Geotropisme/gravitropisme, adalah gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan gaya gravitasi bumi.

Buku VIII-4W Hal.5

Pertumbuhan pada manusia dan hewan ada batasnya. Setelah mencapai usia tertentu, manusia dan hewan tidak tumbuh lagi. Sedangkan tumbuhan hampir selalu tumbuh sepanjang hidupnya.

Buku VIII-4W Hal.8

Coba kamu amati, tanaman padi yang terlambat dipupuk, daunnya akan berwarna kekuningan. Setelah dipupuk, daun tanaman padi itu akan kembali berwarna hijau dan tumbuh dengan baik.

10) BUKU KODE IX-1WT

11) BUKU KODE IX-2W

Buku IX-2W hal. 87

Penyerbukan adalah peristiwa sampainya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah peleburan antara sel sperma dan sel telur yang akan menghasilkan zigot dan berkembang menjadi individu baru yang memiliki sifat bervariasi di antara kedua induknya.

12) BUKU KODE IX-3

13) BUKU KODE IX-4T

Buku IX-4T, hal. 53

Peristiwa jatuhnya atau menempelnya serbuk sari di atas kepala putih disebut penyerbukan (polinasi).