99
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH: DEWI SARTIKA SIANIPAR NIM : 121000332 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS

PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH:

DEWI SARTIKA SIANIPAR

NIM : 121000332

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS

PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2016

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

DEWI SARTIKA SIANIPAR

NIM : 121000332

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Analisis

Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur

Batu Tahun 2016” ini beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri,

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan

yang berlaku dalam masyarakat keilmuan, dan juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2016

Yang membuat pernyataan

Dewi Sartika Sianipar

NIM. 121000332

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iii

ABSTRAK

Penyakit menular sampai saat ini masih menjadi perhatian pemerintah

salah satunya adalah program pengendalian penyakit diare. Puskesma Pancur Batu

Kecamatan Pancur Batu menunjukan jumlah penderita diare meningkat tiap

tahunnya dari 1021 orang tahun 2013, menjadi 1539 orang tahun 2014 dan 1782

orang tahun 2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian

ini berjumlah 8 orang, yang terdiri dari 1 informan kepala Puskesmas Pancur

Batu, 1 informan dokter puskesmas, 1 informan petugas diare puskesmas, 1

informan pegawai Kecamatan Medan Deli, 1 informan anggota PKK, 1 informan

kader posyandu, 1 informan tokoh masyarakat, 1 informan ibu balita yang

anaknya menderita diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program diare di

Puskesmas Pancur Batu belum berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan tidak

rutinnya penyuluhan diare di masyarakat dan home visit, tidak maksimalnya

penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), belum adanya poster tentang diare di

Puskesmas Pancur Batu dan partisipasi masyarakat dalam mendukung

pelaksanaan program diare masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu

agar meningkatkan penyuluhan diare, melaksanakan tatalaksana diare, serta

kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kata kunci : Pelaksanaan, Diare, Puskesmas Pancur Batu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iv

ABSTRACT

Contagious diseases program which until now is still being concerned in

the government is a diarrheal disease control program. Pancur Batu Health Center

at Pancur Batu districts showed that people who were infected diarrhea increase

from 1021 people in 2013 to 1539 people in 2014 and 1782 people in 2015.

This research, which is qualitative research. There are 8 infomant In this

research, consisting of one head of Pancur Batu Health Center, one doctor clinic,

one officer diarrhea clinic, one employee district of Medan Deli, one PKK

member, one Posyandu member, one community leader, and one mother whose

children are suffering from diarrhea.

The result from the research showed that the implementation of the

diarrhea program in Pancur Batu Health Center is not going well. It is being

caused by lack of consistency of doing counseling for the citizen and home visit,

the implementation of the diarrhea program is not appropriate to the standart in

health facilities based on the five steps to eradicate diarrhea, there is no poster

about diarrhea in Pancur Batu Health Center and the participation from the

community in supporting the implementation of diarrhea program is still low.

Based on the research conducted, it is expected that the Pancur Batu

Health Center to improve diarrhea counseling, do the diarrhea program according

to the standart, and for the citizen to maintain a healthy environment and

implement the behavior of clean and healthy lifestyle.

Keyword : Implementation, Diarrhea, Pancur Batu Health Center.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Sartika Sianipar

Tempat Lahir : Laguboti

Tanggal Lahir : 07 Desember 1994

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawaninan : Belum Menikah

Nama Ayah : N. Sianipar

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : M. Pangaribuan

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Ganefo Pasar 1 Padang

Bulan

Jumlah Bersaudara : 5 (lima) bersaudara

Pendidikan Formal :

Tahun 2000 – 2006 : SD N 2 Sidulang

Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 2 Laguboti

Tahun 2009 – 2012 : SMA N 1 Laguboti

Tahun 2012 – 2016 : FKM USU Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasih–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan

Pancur Batu Tahun 2016” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak

memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji

yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran,

dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Puteri Citra Cinta Asyura Nst, SKM, MPH selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vii

6. Destanul Aulia, SKM, MBA, PhD selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. dr. Fauzi, SKM. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan

kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.

9. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik

10. Kepala Puskesmas dan seluruh pegawai Puskesmas Pancur Batu yang telah

banyak membantu penulis menyelesaikan penelitian

11. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah

memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

12. Orangtuaku tercinta, Nusi Sianipar dan Mareni Pangaribuan yang telah

memberikan motivasi serta yang selalu mendukung doa dan dana kepada

penulis dan juga kepada abang dan kakak ku, Pargaulan Sianipar, Princy

Sianipar, Wandy Sianipar dan Sumiati Sianipar atas semangat yang diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Saudara-saudariku terkasih kordinasi UKM POMK FKM USU Periode 2014,

2015 dan 2016 dan sahabat terkasih 10 bersaudara untuk setiap doa, motivasi,

dan semangatnya.

14. Keluarga kecil ku Mevasser ; Violent, Iana, Yohana dan Febrina. Adik-adik

kelompok yang kukasihi Godelava Crestella; Elisabeth, Trisiska Simanjuntak,

Ria Athalia, Cindy dan Inrika terimakasih untuk semangat dan doanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

viii

15. PKK ku yang kukasihi Olivia Stephany Turnip yang telah memberikan

motivasi, doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK FKM USU angkatan 2012

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

17. Teman-teman seperjuangan PBL dan LKP yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu, memberikan semangat, dukungan, dan doa selama ini

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala

kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk

kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2016

Penulis

Dewi Sartika Sianipar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

ABSTRAK ............................................................................................................... iii

ABSTRACT ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….

xiv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1 Puskesmas ......................................................................................... 7

2. 1.1. Pengertian Puskesmas .......................................................... 7

2.1.2. Tujuan Puskesmas ................................................................. 7

2.1.3. Fungsi Puskesmas ................................................................. 7

2.2. Diare ............................................................................................................... 9

2.2.1.Pengertian Diare ....................................................................... 9

2.2.2. Penyebab Diare ....................................................................... 9

2.2.3.Jenis-Jenis Diare ...................................................................... 9

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diare ............................... 9

2.2.5. Derajat Dehidrasi dalam Diare ................................................ 10

2.2.6. Tanda-Tanda Diare .................................................................. 11

2.3. Program Pengendalian Diare ......................................................................... 11

2.3.1. Tujuan Pengendalian Diare ..................................................... 11

2.3.2. Kebijakan Pengendalian Diare ............................................... 12

2.3.3. Strategi Pengendalian Diare ................................................... 13

2.3.4 Kegiatan Program Diare ......................................................... 13

2.4. Fokus Penelitian ........................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37

3.1. Desain dan jenis Penelitian ............................................................... 37

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................... 38

3.3. Informan Penelitian ........................................................................... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 39

3.5. Triangulasi ....................................................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

x

3.6. Analisis Data ..................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 40

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Pancur Batu ....................................... 40

4.2. Karekteristik Informan ...................................................................... 41

4.3. Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Pancur Batu .......................... 42

4.4. Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare ......................... 43

4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang

Terlibat

dalam Pelaksanaan Program Diare............................................

43

4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana kesehatan yang

Tersedia

dalam Pelaksanaan Program Diare............................................

44

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik

di Puskesmas Pancur

Batu......................................................... 45

4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana Diare

di Puskesmas Pancur Batu ......................................................

46

4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Promosi Diare

di Puskesmas Pancur Batu........................................................

47

4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan Diare

dalam Pelaksanaan Penanggulangan Diare ............................

48

4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kordinasi dalam Mendukung

Pelaksanaan Program Diare......................................................

49

4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Upaya yang dilakukan dalam

Penyehatan Lingkungan .......................................................

50

4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Tingkat Partisipasi Masyarakat

dalam Mendukung Program Diare ............. ...........................

51

4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Surveilans Epidemologi

di Puskesmas Pancur Batu......................................................

52

4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan Evaluasi

di Puskesmas Pancur Batu......................................................

53

4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang Dirasakan

dalam Pelaksanaan Program Diare..........................................

54

4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Output

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xi

dalam Pelaksanaan Program Diare..........................................

55

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................ 56

5.1. Masukan (input) ................................................................................ 56

5.1.1 Tenaga Kesehatan .................................................................... 56

5.1.2 Sarana Kesehatan .................................................................... 57

5.2. Proses ............................................................................................... 60

5.2.1 Tatalaksana Penderita Diare ..................................................... 60

5.2.2 Pengelolaan Logistik ............................................................... 62

5.2.3 Promosi Kesehatan .................................................................. 63

5.2.4 Pencegahan Diare .................................................................... 65

5.2.5 Surveilans Epidemologi Diare ................................................. 68

5.3. Keluaran .......................................................................................... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 71

6.1. Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 71

6.1.1 Kesimpulan ............................................................................. 71

6.1.2 Saran ........................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Fokus Penelitian ………………………………………………. 35

Gambar 3.1 Tahapan Desain Penelitian …………………………………… 37

Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare ……………………………………….. 42

Gambar 5.1 Prosedur Surveilans Epidemologi …………………………… 68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2016 ………………………………………………… 40

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2016 ………………………………………………… 41

Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2016 ………………………………………………… 41

Tabel 4.4 Karakteristik Informan……………………………………… 42

Tabel 4.5 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat

dalam Pelaksanaan Program Diare …………………………… 43

Tabel 4.6 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan

dalam Pelaksanaan Program Diare …………………………… 45

Tabel 4.7 Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 46

Tabel 4.8 Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana Diare

di Puskesmas Pancur Batu …………..……………………. 46

Tabel 4.9 Pernyataan Informan Tentang Promosi Diare di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 47

Tabel 4.10 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 48

Tabel 4.11 Pernyataan Informan Tentang Kerja Sama/ Kordinasi di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 49

Tabel 4.12 Pernyataan Informan Tentang Upaya Penyehatan Lingkungan di

Puskesmas Pancur Batu …………..………………………… 50

Tabel 4.13 Pernyataan Informan Tentang Partisipasi Masyarakat di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 52

Tabel 4.14 Pernyataan Informan Tentang Surveilans Epidemologi di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 53

Tabel 4.15 Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan Evaluasi di Puskesmas

Pancur Batu …………..…………………………………… 53

Tabel 4.16 Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang dirasakan dalam

Pelaksanaan Pogram Diare …………..……………………. 54

Tabel 4.17 Pernyataan Informan Tentang Output dalam Pelaksanaan

Pogram Diare …………..…………………………..; 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Selesai Penelitia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

menimbulkan kesakitan, kematian dan kecacatan yang tinggi sehingga pemerintah

melakukan penyelenggaraan penanggulangan melalui upaya pencegahan,

pengendalian, dan pemberantasan yang efektif dan efisien. Penanggulangan

penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

penularan serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antar daerah maupun

antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa / wabah

(Permenkes RI No. 82, 2014).

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan dalam meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pengendalian penyakit

menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program

pemerintah di antaranya adalah program pegendalian penyakit diare yang

bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama

lintas program dan sector terkait (Kemenkes RI, 2011).

Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi tinja yang lembek atau mencair bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (3 kali atau lebih) dalam sehari. Diare merupakan

penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau

tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat (Kemenkes RI,

2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah

menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada

tahun 2015. Evaluasi target pencapaian MDG’s menyebutkan bahwa air dan

sanitasi yang buruk berdampak pada meningkatnya jumlah kasus diare 423/1.000

orang. Kelanjutan dari MDG’s ialah SDG’s dengan 17 tujuan, salah satunya

mendukung pengembangan vaksin dan obat penyakit menular.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT), Studi Mortalitas dan Riskesdas dari tahun ke tahun diketahui bahwa

diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia ( Kemenkes RI,

2011). Diare merupakan penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian.

Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 propinsi, 8 kabupaten dengan

jumlah penderita 646 dengan kematian 7 orang (CFR 1,08% ) Sedangkan pada

tahun 2014 terjadi 6 KLB diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota

dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%).

Secara nasional angka kematian pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%

sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1% (Balitbangkes, 2014).

Penderita diare pada KLB diare menurun secara signifikan dibandingkan

tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. KLB diare pada

tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa

Tengah yang mencapai 294 kasus. Diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu

sebesar 11,76% ( Balitbangkes, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3

Penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) kabupaten yang

melebihi perkiraan kasus yaitu Padang Lawas 224 %, Labuhan Batu Selatan

204,31 % Samosir (118,33%), Penemuan dan penanganan kasus diare terendah

Nias Utara 19,1%, Nias Barat 18,7% dan Karo 8,4% (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara 2013).

Upaya pemerintah dalam menurunkan diare yaitu melaksanakan tata

laksana penderita diare yang sesuai standar, surveilans epidemologi dan

penanggulangan kejadian luar biasa, mengembangkan pedoman pengendalian

diare, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan

program, mengembangkan jejaring lintas sektoral, pembinaan teknis dan

monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare (Kemenkes RI, 2011).

Oralit dan zinc sangat dibutuhkan dalam pengelolaan diare pada balita.

Oralit dibutuhkan sebagai rehidrasi yang penting saat anak banyak kehilangan

cairan akibat diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita akan membantu

proses penyembuhan. Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc terbukti

efektif menurunkan tingginya angka kematian akibat diare sampai 40%

(Balitbangkes, 2013).

Proporsi tatalaksana diare sesuai standar mengalami fluktuasi, angka

paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu 35.5% dan yang terendah pada tahun

2009 yaitu 9,1%. Belum tercapainya target tatalaksana diare sesuai standar ini

mungkin disebabkan belum tersosialisasinya tatalaksana diare sesuai standar ke

seluruh petugas di daerah, oralit belum seluruhnya diberikan pada penderita diare,

penggunaan antibiotika masih berlebihan, di samping itu rotasi perpindahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4

petugas di daerah sangat tinggi, pelatihan petugas dalam tatalaksana diare sangat

kurang. Pengetahuan ibu sudah ada bahwa ASI harus tetap diberikan pada anak

yang menderita diare meskipun belum keseluruhan para ibu (Kemenkes RI, 2011).

Penderita diare di Kabupaten Deli Serdang setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Cakupan diare yang ditemukan dan ditangani dikabupaten deli

serdang tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013. Dilaporkan dari 42.470

target penemuan kasus diare pada tahun 2014, ditemukan 31.871 (75%) yang

terkena diare (Dinkes Kabupaten Deli Serdang, 2015).

Penelitian Henrikus (2012) menyatakan bahwa cakupan distribusi logistik

oralit yang tersedia untuk tiap penderita sebesar 33,33% dari target 100%,

cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebesar 33,3% dari target

100%, cakupan pelatihan kader khusus penanganan diare 0% dari target 100% dan

cakupan kegiatan pojok oralit/ upaya rehidrasi oral sebanyak 0% dari target 100%

di Puskesmas Batu Jaya. Berdasarkan hasil penelitian oleh Harianto (2004)

penyuluhan penggunaan oralit untuk menanggulangi diare masih diperlukan

karena belum seluruhnya masyarakat mengetahui dengan benar faedah oralit

untuk mengatasi dehidrasi.

Penelitian Astika (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan program diare di

puskesmas belum berjalan baik hal ini ditandai dengan kurangnya sarana

kesehatan yang tersedia, tidak rutinnya penyuluhan diare di masyarakat, tidak

maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan melalui

Lima Langkah Tuntaskan Diare ( LINTAS Diare), pengawasan dan pembinaan

dari dinas kesehatan kurang berjalan dengan baik dan partisipasi masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5

dalam mendukung pelaksanaan program diare masih rendah di Puskesmas Medan

Deli.

Puskesmas Pancur Batu merupakan salah satu puskemas di Sumatera

Utara yang berada di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Puskesmas Pancur Batu memiliki wilayah kerja 22 desa dan desa yang paling

banyak penderita diare di desa Tanjung Anom. Pada survei awal yang dilakukan

peneliti di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu penderita diare 1021

orang (2013), 1539 orang (2014) dan 1782 orang 2015, dari data diatas terdapat

peningkatan tiap tahunnya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat

diketahui bahwa puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan

Deli Serdang dan pemerintah setempat untuk mengatasi kasus diare. Selain itu

pihak Puskesmas Pancur Batu melakukan penyuluhan setiap bulan dengan rotasi

pada 22 desa yang berarti didalam satu desa hanya dilakukan satu kali

penyuluhan dalam dua tahun. Puskesmas mengumpulkan data laporan dari bidan

desa. Petugas puskesmas melakukan pemberian oralit pada penderita diare

berdasarkan laporan dari bidan desa dan yang datang ke puskesmas. Petugas

puskesmas belum rutin turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan

peningkatan jumlah penderita, pengamatan hanya dilakukan ketika penyuluhan.

Berdasarkan data diatas maka penulis ingin melakukan penelitian untuk

menganalisis pelaksanaan program penatalaksanaan diare di Puskesmas Pancur

Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program

penatalaksanaan diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu ”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program

diare Pancur batu Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Deli

Serdang mengenai pelaksanaan program diare, sehingga dapat

meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

program diare.

b. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pancur Batu mengenai

pelaksanaan program diare.

c. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang

berhubungan dengan pelaksanaan program diare dan sebagai tambahan

informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes 75, 2014).

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas ada tiga yaitu

a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat

di wilayah kerjanya melalui upaya menggerakkan lintas sektor dan dunia

usaha diwilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8

berwawasan kesehatan, keaktifan memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan dan

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat yang berupaya agar perorangan terutama

pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran,

kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

hidup sehat serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan dan memberikan bantuan yang bersifat

bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan

kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

ketergantungan.

c. Pusat pelayanan kesehatan pertama yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan melalui pelayanan kesehatan perorangan dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan

puskemas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi

pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan),

kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan ). Upaya

kesehatan masyarakat esensial berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014

ialah pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi

dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Setiap puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut

untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten atau

kota bidang kesehatan.

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih

sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Ditjen PP&PL,

Kemenkes RI, 2011).

2.2.2 Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan

besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),

malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.

Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare

yang disebabkan infeksi dan keracunan (Kemenkes RI, 2011).

2.2.3 Jenis-Jenis Diare

Pembagian diare ada dua yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare

kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara

Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

(Kemenkes RI, 2011).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diare

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare

biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja

penderita.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor penjamu dapat meningkatkan insiden. Faktor-faktor tersebut ialah

tidak memberikan ASI esklusif, kurang gizi, campak dan imunodefesiensi.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.

Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat yaitu melalui

makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare

( Kemenkes RI, 2011).

2.2.5 Derajat dehidrasi dalam Diare

a) Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan <5% berat badan penderita diare.Tanda-tandanya balita

tetap aktif, memiliki keinginan minum seperti biasa, mata tidak cekung

dan turgor kembali segera.

b) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang

Kehilangan cairan 5-10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya

gelisah atau rewel, mata cekung, inginan minum terus/rasa haus

meningkat, dan turgor kembali lambat.

c) Diare dengan dehidrasi berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

Kehilangan cairan >10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya

lesu, tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat

lambat ( Kemenkes RI, 2011).

2.2.6 Tanda-Tanda Diare

Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah

berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan

tinja berdarah (Kemenkes RI, 2011).

2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare

Program merupakan rangkaian kegiatan yang disusun dan dilaksanakan

oleh perorangan,lembaga,organisasi,dan institusi. Program dapat berjalan baik

harus diatur dan dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan dan pengawasan yang

artinya mengintegrasikansumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi system

total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Setyoko, 2014) .

2.3.1 Tujuan Pengendalian Penyakit Diare

Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas

program dan sektor terkait.

Tujuan Khusus

1. Tercapainya penurunan angka kesakitan

2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar

3. Diketahuinya situasi epidemologi dan besarnya masalah penyakit diare di

masyarkat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12

penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang

pelayanan.

4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan

hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga

kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu

wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistic dan pengelolaannya

(Kemenkes RI, 2011).

2.3.2 Kebijakan Pengendalian Penyakit Diare

1. Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan

maupun dirumah tangga/ masyarakat

2. Melaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) diare

3. Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar

biasa

4. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan

program aspek managerial dan teknis medis

6. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor

7. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit

diare

8. Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes

RI, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

2.3.3 Strategi Pengendalian Penyakit Diare

1. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga

2. Melaksanakan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)

3. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) diare dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB)

4. Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

5. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia)

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).

2.3.4 Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Diare

1. Tatalaksana penderita diare

2. Pengelolaan logistik

3. Promosi kesehatan

4. Pencegahan Diare

5. Surveilans epidemologi

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).

2.3.5 Melaksanakan Tatalaksana Penderita Diare

Prinsip dasar dalam tatalaksana penderita diare yaitu Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) terdiri atas

1. Berikan Oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida,

kalium klorida, dan trisodium sitrat hidrat serta glukosa anhidrat.oralit diberikan

untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan

baik oleh usus penderita diare.Bila diare segera beri oralit sampai diare berhenti.

Cara pemberian oralit dengan satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas

air matang (200 cc), anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap

kali buang air besar dan anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit

setiap kali buang air besar.

2. Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan

pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar

ketika anak mengalami diare, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,

anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga

agar anak tetap sehat. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan

pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka

kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%. Manfaat pemberian zinc yaitu

mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan

mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan

tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 hari bulan

setelah anak sembuh dari diare.

Zinc sebagai pengobatan diare dapat mengurangi insidens pneumonia

sebesar 26%, durasi diare akut sebesar 20 %, durasi diare persisten sebesar 24%

dan kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%. Zinc

merupakan mineral penting bagi tubuh dan diperlukan oleh berbagai organ tubuh

seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi

kekebalan tubuh secara keseluruhan. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang

larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam

satu sendok air matang atau ASI dan untuk anak yang lebih besar, zinc dapat

dikunyah. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan

dosis balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10mg)/hari dan balita umur > 6 bulan: 1

tablet (20mg)/hari.

3. Teruskan ASI ( Air Susu Ibu ) dan pemberian Makan

Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah

diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang masih

mendapatkan ASI harus diteruskan pemberian ASI dan anak harus diberi makan

seperti biasa dengan frekuensi lebih sering, dilakukan sampai dua minggu setelah

anak berhenti diare karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat

penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang

dari 2 tahun dianjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya

dengan ASI.

4. Berikan antibiotik secara selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi seperti diare berdarah atau

diare karena kolera atau diare dengan disertai penyakit lain. Pemberian antibiotik

yang tidak tepat bisa menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik bila tidak

dihabiskan sesuai dosis dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan

tubuh. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang

seharusnya dikeluarkan justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit).

Kondisi ini berbahaya karena memerlukan tindakan operasi,oleh karena itu anti

diare seharusnya tidak boleh diberikan.Resep antibiotik seharusnya hanya boleh

dikeluarkan oleh dokter.

5. Berikan Nasihat pada Ibu / Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian

oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke

petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-

ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam,

tinjanya berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.

2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare

1. Riwayat Penyakit

a. Berapa lama anak diare ?

b. Berapa kali diare dalam sehari ?

c. Adakah darah dalam tinjanya ?

d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?

e. Apakah ada demam ?

f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?

g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?

h. Obat apa yang sudah diberikan ?

i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?

j. Apakah ada keluhan lain ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

2. Menilai Derajat Dehidrasi

Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi

PENILAIAN A B C

Bila ada 2 tanda atau lebih

Lihat :

Keadaan umum

Mata

Rasa haus (beri

air minum)

Baik, sadar

Normal

Minum biasa,

Tidak haus

Gelisah, rewel

cekung

Haus, ingin

minum banyak

Lesu, lunglai /

tidak sadar

cekung

Malas minum

atau tidak bisa

minum

Raba/Periksa :

Turgor kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat

lambat (lebih dari

2 detik)

Tentukan

Derajat

Dehidrasi

Tanpa Dehidrasi Dehidrasi

Ringan-Sedang

Dehidrasi Berat

Rencana

Pengobatan

Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah

2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di

Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana

Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena

2.3.5.2 Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau

lebih dikenal nama pojok oralit.

1. Pojok Oralit

Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas

kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana

untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.

melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan

petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi

oral.

a. Fungsi

1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral

2) Memberi pelayanan penderita diare

3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu)

b. Tempat

Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan

tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat

mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk

suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi Ringan-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan

dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus

diminum oleh penderita.

c. Sarana Pendukung

1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih

2) Prasarana :

a) Tempat pendaftaran

b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas,

sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun

(wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare.

3) Cara membuat pojok oralit

a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :

- Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi

muka yang tidak berdesakan

- Dekat dengan toilet atau kamar mandi

- Nyaman dan baik ventilasinya

b) Pengaturan model di Pojok Oralit

- Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan

larutan

- Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk

dengan nyaman saat memangku anaknya

- Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang

berisi larutan oralit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

- Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)

- Botol susu/gelas ukur

- Gelas

- Sendok

- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati

atau merawat anak diare

- Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah

Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu

disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat

bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal

penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan,

penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,

penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.

d. Kegiatan Pojok Oralit

1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral

a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit

dan bagaimana cara memberikannya

b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit

bila ada muntah

c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan

pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan

pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama

anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa

kembali ke Puskesmas.

e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung

Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta

cara pencegahan diare.

2) Pelayanan Penderita

Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di

ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya

dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :

a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit

b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit

c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam

sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)

d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan

e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas

dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

2.3.6 Pengelolaan Logistik

Perhitungan kebutuhan logistik diare ditentukan berdasarkan perkiraan

jumlah penderita diare yang datang ke sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas

atau kader). Perkiraan jumlah penderita diare dihitung berdasarkan perkiraan

penemuan penderita, angka kesakitan, jumlah penduduk di suatu wilayah. Target

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

yang dilayani suatu puskesmas adalah: Perkiraan penderita diare yang datang x

angka kesakitan x jumlah penduduk

a. Perhitungan kebutuhan Oralit & Zinc

Oralit = target penderita diare x6 bungkus + cadangan – stok

Zinc = jumlah penderita diare balita x 10 tablet

b. Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah

kebutuhan.

Cadangan = Jumlah balita x episode (10% x jumlah penduduk x 2 kali).

Ket: angka 10% adalah proporsi jumlah balita

2.3.7 Melakukan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah suatu proses/upaya agar masyarakat mampu

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan atau upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu kelompok atau masyarakat

sehingga berprilaku yang kondusif untuk kesehatan yaitu perubahan perilaku,

pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku dari yang baik menjadi lebih

baik. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan yang menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan

(Notoadmojo, 2010).

Tujuan promosi kesehatan adalah tersosialisasinya program-program

kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat ,serta

terwujudnya gerakan hidup sehat dimasyarakat untuk menuju terwujudnya

kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.

Ruang lingkup promosi kesehatan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

1. Promosi kesehatan pada aspek promotif. Sasaran: kelompok orang sehat

Tujuan: agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya

2. Promosi kesehatan pada aspek preventif. Sasaran: kelompok beresiko

tinggi. Tujuan: tidak jatuh sakit

3. Promosi kesehatan pada aspek kuratif Sasaran: kelompok penderita

penyakit. Tujuan : sembuh dan tidak menjadi parah

4. Promosi kesehatan pada aspek rehabilitative. Sasaran:kelompok orang

yang baru sembuh. Tujuan : agar segera pulih kesehatannya (Syafrudin,

2009).

Mewujudkan visi dan misi promosi atau pendidikan kesehatan diperlukan

cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Strategi

adalah bagaimana cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi

pendidikan kesehatan secara efektif dan efisien.

Strategi promosi kesehatan adalah cara atau langkah yang diperlukan

untuk mencapai,memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi

kesehatan. Strategi promosi kesehatan ada 3 yaitu :

1. Advokasi

Advokasi adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuatan keputusan

atau penentu kebijakan baik dibidang kesehatan maupun sektor lain diluar

kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan publik. Strategi

advokasi kesehatan yaitu usaha mempengaruhi kebijakan public /pengambilan

keputusan dengan melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif atau

suatu upaya agar pembuat keputusan secara aktif mendukung suatu masalah atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

isu dan mencoba mendapatkan dukungan dari pihak lain. Tujuan advokasi

kesehatan ialah mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk kebijakan lisan atau

tertulis dalam bentuk surat keputusan, surat edaran, himbauan, pembentukan

kelembagaan, ketersediaan dan sarana, tenaga, mendorong para pengambil

keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan dan

mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan

dalam pemecahan masalah.

Sasaran advokasi ada 3 yaitu

a) Pengambil keputusan tingkat pusat seperti DPR, Menteri, Dirjen

departemen terkait, bappenas, lembaga donor, Lsm, internasioanal, partai

politik

b) Pengambil kebijakan tingkat provinsi seperti DPRD, Bappeda, Gubernur

dan kesejahteraan rakyat, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga

swasta/industri, partai politik

c) Pengambil kebijakan tingkat kabupaten/kota seperti DPRD

kabupaten/kota, komisi E, Bapedda, Bupati/walikota, Kepala Dinas

Kesehatan, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri,

partai politik.

2. Dukungan Sosial/Bina Suasana

Dukungan sosial adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini

publik dengan berbagai kelompok opini yang ada dimasyarakat sehingga dapat

menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma, situasi dan

kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya perilaku hidup bersih dan sehat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

di semua tatanan. Dukungan sosial dilakukan agar kegiatan atau promosi

kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat dan tokoh

agama.

Tujuan dukungan sosial /bina suasana dilakukan yaitu

a) Adanya ajuran atau contoh positif dan petugas kesehatan atau pemuka

masyarakat

b) Adanya dukungan lembaga-lembaga masyarakat

c) Adanya dukungan media massa / pembuat opini umum

d) Adanya kesiapan penyelenggara kesehatan dan sektor terkait

e) Tersedianya sasaran dan sumber daya lainnya

f) Sasaran penyelenggaran dukungan sosial /bina suasana

g) Tenaga professional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, organisasi

masa, organisasi promosi kesehatan

h) Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM )

i) Para pemuka dan orang –orang yang berpengaruh di masyarakat,

kelompok media massa

j) Kelompok pengusaha yang terkait kesehatan,kelompok peduli kesehatan.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan ditujukan langsung kepada masyarakat sebagai sasaran

primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat

memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya mereka

sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai

kegiatan antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan keterampilan

dalam rangka meningkat pendapatan keluarga.

Gerakan masyarakat yaitu memberi kemampuan pada individu/kelompok

untuk memberdayakan sasaran primer adan sekunder agar berperan aktif dalam

kegiatan kesehatan. Tujuan gerakan masyarakat ialah untuk meningkatkan

perilaku sehat di masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

upaya kesehatan masyarakat. Sasaran pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat

secara perorangan/kelompok, masyarakat pengguna, tokoh masyarakat yang

menjadi panutan dan karyawan.

2.3.8 Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare bertujuan untuk mencegah penyakit

(mengurangi morbiditas) dan mencegah komplikasi (mengurangi mortalitas).

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan

adalah

1. Perilaku Sehat

a) Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal

oleh bayi. ASI saja sudah cukup umtuk menjaga pertumbuhan samapai umur 6

bulan. ASI bersifat steril dan mengandung nutrient dengan kualitas yang tinggi

dan perbandingan yang optimal, ASI juga mengandung enzim, zat anti mikrobial

dll. Bayi harus disusui secara penuh sampai 6 bulan, setelah 6 bulan pemberian

ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain. ASI mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain.ASI

turut memberikan perlindungan terhadap diare. Berdasarkan penelitian Winda

(2010) bahwa adanya hubungan antara pemberian ASI Eklusif dengan angka

kejadian diare. Pada bayi yang diberi ASI Ekslusif presentase bayi yang tidak

diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami diare.

b) Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Beberapa saran untuk

meningkat pemberian makanan pendamping ASI yaitu perkenalkan makanan

lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI tambahkan

macam makanan setelah anak berumur 9 bulanatau lebih, tambahkan minyak,

lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energy, tambahkan hasil

olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran

berwarna hijau dan cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi

anak, suapi anak dengan sendok yang bersih dan masak makanan dengan benar,

simpan sisanya dengan tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum

diberikan ke anak. Berdasarkan penelitian Zulfikar (2014) usia pemberian

makanan pendamping ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

diare dan merupakan faktor risiko kejadian diare dengan nilai p=0,000 dan

didapatkan OIR= 14,875 berarti bayi yang diberikan makanan pendamping ASI

pada usia 0-6 bulan beresiko 14,875 kali lipat terkena diare dibanding bayi yang

tidak diberi makanan pendamping ASI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

c) Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare dilakukan melalu face-oral

melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja. Masyarakat

yang terjangkau penyediaan air bersih mempuyai resiko menderita diare lebih

kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dan kontaminasi mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Berdasarkan penelitian Candra

(2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keadaan sanitasi sarana air

bersih dengan kejadian diare, dengan tingkat kekuatan hubungan termasuk dalam

kategori sedang.

d) Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan dan sebelum makan. Berdasarkan penelitian Ali (2014)

menyatakan bahwa adanya hubungan antara variabel perilaku mencuci tangan

dengan variabel kejadian diare p= 0.015 dimana perilaku mencuci tangan yang

baik kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan perilaku mencuci tangan yang

kurang baik semakin besar kemungkinan untuk terkena diare.

e) Menggunakan Jamban

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyaki diare.keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban .hal yang perlu

diperhatikan yaitu keluarga harus mempunyai jamban,bersihkan jamban secara

teratur dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

f) Membuang Tinja Bayi yang Benar

Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya,

tinja bayi harus dibuang dengan benar. Keluarga harus memperhatikan beberapa

hal yaitu kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban ,bantu anak buang air

besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, bila tidak ada jamban

pilih tempat untuk membuang tinja seperti didalam lubang atau kebun kemudian

ditimbun.

g) Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

Sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,

mengganggu estetika dan dapat menjadi perindukan nyamuk dan bersarangnya

tikus kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis. Bila

ada saluran pembuangan air limbah di halaman secara rutin harus dibersihakan

agar air limbah dapat mengalir sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap

dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

h) Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai

dengan diare sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

Berdasarkan penelitian Wisna (2014) menyatakan bahwa adannya hubungan

antara kelengkapan imunisasi terhadap kejadian diare p=0,003.

2. Penyehatan Lingkungan

a) Penyediaan Air Bersih

Penyedian air bersih baik secara kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan

diri dan lingkungan. Setiap rumah tangga harus tersedia sehingga perilaku hidup

bersih harus terlaksana.

b) Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Tempat sampah harus

disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ketempat

penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan

sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah

dengan cara ditimbun dan dibakar. Berdasarkan penelitian Kotrun (2014)

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemisahan sampah dan

penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat

Tahun 2014.

2.3.9 Surveilans epidemologi

Surveilans epidemologi penyakit diare adalah kewaspadaan dalam

mengamati timbulnya dan penyebaran penyakit diare serta faktor-faktor yang

mempengaruhi pada masyarakat yang kegiatannya dilakukan secara terus-

menerus, cepat dan tepat ( Kemenkes RI, 2011 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31

Tujuan meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan

KLB yaitu

a) Menumbuhkan sikap tanggap terhadap adanya perubahan dalam

masyrakat yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian

b) Mengarahkan sikap tanggap tersebut terhadap tindakan penanggulangan

secara cepat dan tepat untuk mengurangi/mencegah kesakitan/kematian

c) Memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.

2.3.9 Prosedur Surveilans

Pengumpulan data diare ada tiga cara yaitu ;

1. Laporan rutin

Dilakukan oleh puskesmas dan rumah sakit melalui SP2TP,SPRS,STP dan

rekapitulasi diare. Diare termasuk dalam penyakit yang dapat menimbulkan

wabah maka perlu dibuat laporan mingguan(W2). Membuat laporan rutin perlu

pencatatan setap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan

agar dapat dideteksi tanda-tanda akan terjadinya KLB/Wabah sehingga dapat

segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya.Laporan rutin ini

dikompilasi oleh petugas RR/diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke tingkat

kabupaten/kota melalui laporan bulanan dan STP setiap bulan. Petugas /pengelola

diare kabupaten/kota membuat rekapitulasi dari masing-masing puskesmas dan

secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat propinsi ke tingkat propinsi dengan

menggunakan formulir rekapitulasi diare, dari tingkat propinsi di rekap

berdasarkan kabupaten/kota secara rutin dan dikirim ke pusat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32

2. Laporan KLB Diare

Setiap terjadi KLB /Wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam

(W1) dan Dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi kronologi terjadinya

KLB, cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, keadaan

epidimiologis penderita, hasil penyelidikan yang telah dilakukan dan hasil

penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.

3. Pengumpulan data melalui studi kasus

Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali misalnya pada

pertengahan atau akhir Tahun tujuannya untuk mengetahui base line data sebelum

atau sesudah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan

untuk perencanaan di tahun yang akan datang.

Data –data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk

tabel-tabel atau grafik kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini

sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat sehingga kalau

terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan

pemecahannya.

Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan,

diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan

di daerah untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya .

KLB yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian

yang bermakna secara epidemologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah .

Kriteria KLB Diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33

a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada

atau tidak dikenal pada suatu daerah.

b) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan

periode sebelumnya dalam kurun waktu jam,hari atau minggu.

c) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu

dalam jam,hari atau minggu berturut-turut.

d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per

bulan dalam tahun sebelumnya

e) Rata-rata jumalah kejadian kesakitan perbulan salaam satu tahun

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata

jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya .

f) Angka kematian kasus dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan

kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada

suatu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Manajemen KLB/Wabah diare dapat dibagi 3 fase yaitu

1. Pra-KLB/Wabah

Persiapan yang perlu diperhatikan pada pra-KLB/Wabah adalah kab/kota

propinsi dan pusat perlu membuat surat edaran atau instruksi

kesiapsiagaan disetiap tingkat, meningkatkan kewaspadaan dini di wilayah

puskesmas terutama di desa rawan KLB, mempersiapkan tenaga dan

logistik yang cukup di puskesmas kab/kota dan propinsi dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34

membentuk tim gerak cepat (TGC), meningkatkan uapaya promosi

kesehatan dan meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.

2. Saat KLB/Wabah

Kegiatan saat KLB/Wabah yaitu penyelidikan KLB.Tujuan nya adalah

untuk memutus rantai penularan, menegakkan diagnosa penderita yang

dilaporkan, mengidentifikasi etiologi diare, memastikan terjadinya KLB diare,

mengetahui distribusi penderita menurut waktu/tempat/orang,

Mengidentifikasi sumber dan cara penularan penyakit diare dan

mengidentifikasi populasi rentan yaitu

a) Pemutusan rantai penularan meliputi peningkatan kualitas kesehatan

lingkungan yang mencakup air bersih, jamban, pembuangan sampah,

dan air limbah dan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan

jamban, air bersih dan minum air yang sudah dimasak dan

pengendalian serangga/lalat

b) Penanggulangan KLB dengan mengaktifkan tim gerak cepat yang

terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor dan pembentukan

pusat rehidrasi untuk menampung penderita diare yang memerlukan

perawatan dan pengobatan. Tempat yang dapat dijadikan sebagai

pusat rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lok.asi KLB diare dan

terpisah dari pemukiman

3. Pra dan saat KLB/Wabah

Setelah KLB tenang, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan ialah

pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut-turut untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

melihat kemungkinan timbulnya kasus baru, perbaikan sarana lingkungan yang

diduga penyebab penularan dan promosi kesehatan tentang PHBS.

2.4. Fokus penelitian

Pelaksanaan program dapat diukur melalui indikator masukan (input),

proses (process) dan luaran (output).

Gambar 2.1 Fokus penelitian

Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan definisi fokus penelitian

sebagai berikut:

1.` Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan program diare dengan baik

a. Tenaga adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program

diare di Puskesmas Pancur Batu.

b. Sarana adalah seluruh bahan, peralatan serta fasilitas yang digunakan

dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu.

Input

1.Tenaga

2.Sarana

Proses

1. Tatalaksana penderita diare

2. Pengelolaan logistik

3. Promosi kesehatan

4. Pencegahan Diare

5. Surveilans epidemologi

6. Melaksanakan monitoring &

evaluasi

Output

Penurunan

kasus Diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36

2. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yaitu

a. Tatalaksana penderita diare ialah kegiatan yang dilakukan dalam tuntaskan

diare meliputi riwayat penyakit, menilai derjat dehidrasi, menentukan

tindakan dan memberi pengobatan

b. Pengelolaan logistik ialah perhitungan kebutuhan logistik diare bagi

jumlah penderita diare.

c. Promosi kesehatan ialah pemberian informasi tentang diare kepada

masyarakat.

d. Pencegahan diare ialah proses mencegah diare melalui peningkatan

kesehatan lingkungan dan penyuluhan tentang perilaku sehat.

e. Surveilans epidemologi ialah pengamatan diare dan kegiatan pengumpulan

data melalui laporan rutin, laporan KLB diare dan melalui studi kasus.

f. Melaksanakan monitoring&evaluasi ialah melakukan analisis informasi

dan proses penilaian pencapaian.

3. Keluaran adalah hasil dari pelaksanan program diare yang menurunnya

jumlah kasus diare di Puskesmas Pancur Batu yang dinilai dari kegiatan

yang telah dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi deskriptif

sebagai desain penelitian. Menggunakan metode kualitatif maka data yang

didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sebagai

tujuan penelitian dapat dicapai.

Gambar 3.1 Tahapan desain penelitian

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kulitatif yang bertujuan untuk

mengetahui secara jelas dan mendalam tentang pelaksanaan program Diare di

Puskemas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.

Tahap 1

Perencanaan

1.Penetapan

tempat

penelitian

2.Rancangan

penelitian

3.Penyusunan

instrument

penelitian

4. Penentuan

informan

Tahap 2

Pelaksanaan

1.Melakukan

wawancara

2.Observasi

tenaga dan

sarana

3.Pengumpulan

data

4.Mengikuti

beberapa

kegiatan

puskesmas

Tahap 3

Analisis

1.Analisis

data yang

dikumpulan

2. Analisis

tenaga dan

sarana

Tahap 4

Evaluasi

Analisis

program

dalam

penurunan

kasus diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu,

dengan pertimbangan berdasarkan data penderita diare 1021 orang (2013), 1539

orang (2014) dan 1782 orang 2015 yang mengalami peningkatan tiap tahunnya.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2016.

3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive

sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan

sampel yang diperlukan dengan memilih informan yang berada dan mampu

memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu pelaksanaan

program diare di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu

berjumlah 8 orang yang terdiri dari :

1. Kepala Puskesmas Pancur Batu

2. Dokter Puskesmas Pancur Batu

3. Penanggung jawab program diare di Puskesmas Pancur Batu

4. Pegawai Kecamatan Pancur Batu

5. Anggota PKK

6. Kader Posyandu

7. Tokoh Masyarakat

8. Ibu balita yang anaknya menderita Diare

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu:

1. Data primer menggunakan wawancara mendalam kepada informan dengan

berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

2 Data sekunder yang diperoleh dari profil puskesmas, data penderita diare

di wilayah kerja Puskesmas Pancur batu, profil Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara, profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan sumber-

sumber lain yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian

3.6 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,

yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama,

yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2011).

3.7 Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses

pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matrik untuk mempermudah dalam

melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah,

2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pancur Batu

Puskesmas Pancur Batu terletak di Jalan Jamin Ginting km 17,5 Desa

Tengah luas wilayah 93.12 ha Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu terdiri dari 22 desa yaitu : Desa Baru,

Bintang Meriah, D.Simbelang, Durin Jangak, Durian Tonggal, Hulu, Lama, Namo

Simpur, Namo Riam, Namo Rih, Namo Bintang, Pertampilen, Salam Tani,

Simalingkar A, Semabahe Baru, Sugau, Tanjung Anom, Tuntungan I, Tuntungan

II, Tiang Layar, Tengah, dan P.Simalingkar. Jumlah lingkungan adalah sebesar 96

lingkungan dengan jumlah penduduk adalah 77.723 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur

Batu Tahun 2016

No Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah

Lingkungan

Luas

Wilayah/Ha

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Baru

Bintang Meriah

D.Simbelang

Durin Jangak

Durian Tonggal

Hulu

Lama

Namo Simpur

Namo Riam

Namo Rih

Namo Bintang

Pertampilen

Salam Tani

Simalingkar A

Semabahe Baru

Sugau

Tanjung Anom

Tuntungan I

7201

1326

2783

2156

2157

4113

5855

1339

1892

1489

6480

1797

1667

2783

3300

1528

10.118

4880

5

4

3

3

5

5

7

4

5

3

5

3

4

5

2

5

6

4

272

699

489

491

911

436

168

219

515

409

499

436

974

341

357

419

524

344

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

19

20

21

22

Tuntungan II

Tiang Layar

Tengah

P.Simalingkar

2156

1686

2772

7795

4

3

4

7

352

415

115

119

Jumlah 77.723 96 93.12

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2016

No Tenaga Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Dokter Umum

Dokter Gigi

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Sarjana Keperawatan

Tenaga Promosi Kesehatan

D3 Keperawatan

D3 Kebidanan

4

3

2

2

1

10

20

Tabel 4.3 Data Sarana di Puskesmas Pancur BatuTahun 2016

No Sarana Jumlah

1

2

3

4

5

6

Ruangpoliklinik MTBS

Ruang pemeriksaan Umum

Ambulans

Kendaraan roda dua

Mobil Puskesmas Keliling

Ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

dan KB ( Keluarga Berencana)

1

1

1

1

1

1

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini ada 8 informan yaitu Kepala Puskesmas

Pancur Batu, Dokter Puskesmas Pancur Batu, Penanggungjawab Program Diare

Puskesmas Pancur Batu, Pegawai Kecamatan Pancur Batu , Tokoh Masyarakat,

Anggota PKK, Kader Posyandu, Ibu Balita yang Anaknya Menderita Diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42

Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No Informan Jenis

Kelamin

Umur

(tahu

n)

Pendidikan Jabatan

1

2

3

4

5

6

7

8

dr.Hj. Tetti Rossanti

Keliat

dr. Susi Margaretha

Alamria br. Bangun

Juna Guru Singa

Yuni Eka

Isa

Sri wahyuni

Juliana br. Tarigan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

39

55

48

35

34

22

55

41

S1

S1

D3

SMA

D3

D3

D3

SMA

Kepala

Puskesmas

Dokter

Puskesmas

Penanggung

jawab Diare

Tokoh

Masyarakat

Anggota

PKK

Kader

Posyandu

Pegawai

Ibu balita

yang

anaknya

menderita

diare

4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Puskesmas Pancur Batu

Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare

4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas

Pancur Batu

Datang Pendaftaran

di loket

Pemeriksaan Status gizi

(oleh tenaga gizi)

Pengukuran berat badan

dan tinggi badan

Tindakan Pengobatan di Ruang Poli

Umum (oleh Dokter) : Bertanya

tentang riwayat penyakit diare,

Melakukan pemeriksaan, Terapi,

Konseling, Penulisan resep.

Pengambilan

obat Pulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat

dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang tenaga kesehatan yang terlibat

dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari

tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan

yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di

Puskesmas Pancur Batu

Dari pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan

yang terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya pemegang program

diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat seperti Kepala Puskesmas,

Dokter, tenaga Kesehatan Lingkungan, Tenaga Gizi, Tenaga Surveilans

Epidemiologi dan Tenaga UKS sehingga semua nya dapat bekerjasama untuk

menanggulangi diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44

Informan Pernyataan

Kepala puskesmas

Dokter

Banyak yang terlibat dalam program diare

termasuk saya sebagai kepala puskesmas,

dokter, pemegang program diare, Mtbs,

Promkes tenaga UKS, tenaga kesehatan

lingkungan dan surveilans epidemiologi,

jadi semua itu terlibat dimana nanti

masing-masing tenaga kesehatan itu akan

melakukan tugasnya masing-

masing.Bekerja sama juga dengan Dinas

kesehatan yang biasanya juga melakukan

pelatihan. seperti kepala puskesmas ya

menanggungjawabi staf-staf nya, dokter

tugasnya menangani pasien, kalau

pemegang program diare itu tugasnya

melakukan penyuluhan diare dan merekap

data diare dalam bentuk mingguan baik

kasus yang ada di puskesmas ataupun

temuan kader di posyandu jadi setiap

minggunya direkap dan dikirim ke Dinas

Kesehatan, kalau surveilans epidemiologi

tugasnya mendata jangan sampai ada KLB,

sedangkan Tenaga UKS mereka

memberikan penyuluhan PHBS ke

sekolah.

Yang terlibat bukan hanya pemegang

program diare tetapi juga kepala

puskesmas, petugas surveilans, petugas

kesehatan lingkungan, petugas gizi,

petugas SP2TP dan dokter, jadi semua

petugas kesehatan saling bekerjasama

menyelesaikan permasalahan diare

Penanggung jawab program

diare

semua tenaga kesehatan terlibat termasuk

tenaga promkes, tenaga kesling,teanga

surveilans epidemolgi dan yang laiinya.

4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia

dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur

Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang sarana kesehatan yang tersedia

dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu dapat

dilihat dari tabel 4.6 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

45

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan

yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare

di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Sarana yang tersedia itu kita mengadakan

poskesdes MTBS di puskesmas, karena

pertolongan pertama dari diare itu adalah

pemberian oralit .

Obat-obatan seperti oralit, tablet zinc, cairan

infuse, dll.

Kalau persediaan oralit ada, tapi biasanya

kalau tidak ada tablet zinc di puskesmas

diresepkan agar pasien bisa beli di luar. kalau

poster-poster diare belum ada, peralatan lain

yang mendukung juga lengkap tapi kalau

pojok oralit tidak ada.

Sarana di puskesmas sudah cukup lengkap

tapi untuk yang program diare masih belum

dimana pojok oralit dan poster diare belum

ada tersedia.

Sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas

sudah cukup lengkap

Berdasarkan ukuran suatu puskemas yang

tersedia sudah cukup lengkap.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan 6 informan menyatakan

bahwa sarana kesehatan yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program

diare di puskesmas sudah lengkap, obat-obatan seperti oralit dan tablet zinc

merupakan harus tersedia di setiap puskesmas, 2 informan menyatakan bahwa

pojok oralit tidak ada di puskesmas padahal perlu ada.

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik di

Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang dapat dilihat Pengelolaan Logistik

di Puskesmas Pancur Batu dari tabel 4.7 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

46

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengelolaan Logistik di

Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Oralit selalu tersedia di puskesmas

Oralit di puskemas selalu tersedia kadang

yang tidak ada itu tablet zinc. Klw sedang

tidak tersedia saya meresepkanny untuk beli

diluar.

Oralit selalu tersedia di puskesmas

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan

bahwa oralit selalu tersedia di puskesmas

4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana Diare di

Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang Proses Tatalaksana Diare di

Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Tatalaksana

Diare di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Proses tatalaksana dilakukan dimulai dengan

pendafataran diloket, pemeriksaan oleh tenaga

kesehatan kemudian diberikan tindakan sesuai

indikasi nya misalnya pemberian oralit pada

penderita diare

Ya dimulai dengan bertanya sudah berapa

hari diarenya? Muntah atau demam? Ada

darah ditinja atau tidak dsb sehingga

Penderita dapat diperiksa untuk mengetahui

apakah sudah dehidrasi agar dapat

memberikan tindakan misalnya dengan

Pemberian oralit dan tablet zinc untuk proses

penyembuhan.

Penanggung jawab program

diare

Tatalaksana diare yang dilakukan dengan

pemberian oralit dan menganjurkan pada ibu

yang anaknya menderita diare untuk teruskan

ASI dan pemberian makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan

bahwa proses tatalaksana diare ( LINTAS DIARE) sudah dilakukan dengan

pemberian oralit, pemberian tablet zinc dan nasihat pada ibu yang anaknya

mederita diare.

4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Promosi Diare yang

Dilakukan puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang promosi diare yang dilakukan puskesmas

Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Promosi Diare yang

Dilakukan puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Kader posyandu

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Promosi kesehatan yang dilakukan itu salah

satu nya pemberian informasi melalui poster

yang ditempel, home visit dan penyuluhan di

Posyandu pada masyarakat

Penjelasan sedikit tentang kesehatan saat

mengobati pasien dan ada poster yang

ditempel didinding puskemas.

Ya home visit yang dilakukan bidan desa dan

penyuluhan di posyandu

Paling penyuluhan aja

Home visit jarang dikerjakan sih paling

pembagian buku KIA saat posyandu aja

Paling itu kalau saya bertanya ke dokter nya

tentang apa yang saya derita dll lumayan

ditanggapi dengan baik dan diberi masukan

Seringan itu promosi nya itu penyuluhan aja

jaran yang pendekatan pribadi ke masyrakat

saat berobat ataupun kerumah ( home visit)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan promosi kesehatan yang dilakukan

puskesmas itu ialah melalui poster, penjelasan singkat oleh dokter dan penyuluhan

di posyandu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

48

4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan Diare yang

Selama ini Berjalan di puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan penyuluhan diare yang selama

ini berjalan di puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Penyuluhan

Diare yang Selama ini Berjalan di puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Tokoh masyarakat

Kader posyandu

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Penyuluhan dilakukan seperti ke sekolah-

sekolah dan saat posyandu namun masih

harus ditingkatkan.

Penyuluhan dilakukan dimasyarakat

Penyuluhan diare dilakukan di sekolah-

sekolah dan posyandu.namun dua bulan

terkahir ini belum dilakukan penyuluhan dari

puskesmas kesekolah tentang diare karena

yang harusnya penanggang jawab diare sudah

pensiun saya baru dua bulan dialihtugaskan

makanya kurang paham

Penyuluhan dilakukan namun belum rutin

Kalau di masyarakat kemarin ada kegiatan

fogging karena disini juga masih tinggi dbd

Penyuluhan diare kurang karena masyarakat

juga menganggap diare hal biasa dan masih

bisa diobati dengan obat sembur.

Penyuluhan dilakukan sekali dalam sebulan

disaat posyandu namun jarang tentang

diare,dbd dan malaria lebih ke ibu hamil dan

Kms. Penyuluhan dilakukan saat di meja ke 5

secara singkat dan memberikan buku tentang

kesehatan ibu dan anak yang didalam buku

terdapat tentang diare namun kurang ditanya

apakah dibaca atau tidak.

Penyuluhan tentang diare jarang dilakukan

bahkan hampir tidak pernah baik di posyandu

maupun di puskesmas dan kalau anak saya

menderita diare biasanya hanya saya kasih

obat sembur ( temulawak,jahe) /obat

tradisional sudah sembuh

Penyuluhan sering dilakukan dengan kerja

sama pada puskesmas maupun posyandu

namun jarang tentang diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

49

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah dan saat posyandu namun sangat jarang

penyuluhan tentang diare di posyandu namun ada 2 informan yang menyatakan

selama ini penyuluhan diare belum ada/hampir tidak ada lebih sering melakukan

fogging.

4.4.7 Pernyataan Informan Tentang kordinasi dalam mendukung

pelaksanaan program diare dimasyarakat di wilayah kerja

puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang kordinasi dalam mendukung pelaksanaan

program diare di masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu dapat

dilihat dari tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kordinasi dalam

Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Masyarakat di

Wilayah Kerja puskesmas Pancur Batu

Berdasarkan uraian di bawah , dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

kerjasama sudah dilakukan dalam mendukung pelaksanaan program diare yang

melibatkan pendidikan, kader posyandu, tokoh masyarakat ataupun pemerintahan

setempat seperti kecamatan dan kelurahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

50

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Tokoh masyarakat

Kader posyandu

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Kordinasi yang dilakukan oleh puskesmas

biasanya dengan pendidikan misalnya dalam

hal penyuluhan tentang PHBS ke sekolah-

sekolah, dengan kepala desa, posyandu dan

anggota pkk .

Kerja sama dengan kader posyandu dimana

kader sudah dibekali tentang cairan gula

garam

Adanya kerja sama dengan kader posyandu

dan keluraha untuk melaksanakan gotong

royong ataupun ke guru uks di sekolah

Ya,puskemas sudah menjalin kerjasama baik

dengan pendidikan ataupun posyandu.

Kerja sama cukup baik antara kelurahan dan

puskemas tentang gotong royong .

Puskesmas sudah menjalin kordinasi ke

posyandu ,bidan desa dan kelurahan

Ada,misalnya dalam hal gotong royong dan

posyandu

Berkejasamalah baik dari kami anggota pkk

ke puskemas dan ke posyandu ataupun ke

kelurahan dalam kebersihan lingkungan

namun kami hanya terlibat dalam kegiatan

besar misalnya PIN.

4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Upaya yang dilakukan Dalam

Penyehatan Lingkungan

Hasil penelitian yang dilakukan tentang upaya yang dilakukan dalam penyehatan

lingkungan dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Upaya yang dilakukan

Dalam Penyehatan Lingkungan

Berdasarkan uraian di bawah, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

dalam upaya penyehatan lingkungan yang dilakukan yaitu gotong royong dengan

melibatkan masyarakat namun belum dilakukan rutin dan ada 2 informan yang

menyatakan bahwa satu/ dua bulan terakhir belum ada dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

51

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Tokoh masyarakat

Kader posyandu

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Diare kan berhubungan dengan kebersihan

lingkungan jadi kegiatan yang dilakukan

gotong royong yang melibatkan masyarakat.

Melakukan gotong royong

Dalam penyehatan lingkungan yang

dilakukan ya kerjasama dengan pemerintah

setempat untuk melakukan gotong royong

biasanya tiap bulan.

Gotong royong dilakukan dengan masyarakat

Ya,kami berkordinasi dengan puskemas

dalam melakukan gotong royong dan

mengumumkan kemasyarakat agar

berpartisipasi

Melakukan gotong royong meskipun belum

rutin dan satu bulan trakhir belum ada

dilakukan

Kegiatan yang dilakukan disini ya gotong

royong tapi satu/dua bulan terakhir ini belum

ada dilakukan

Penyehatan lingkungan yang dilakukan yaitu

gotong royong untuk mendukung program

pemerintah Deli Serdang berseri,kampung

hijau dan ada juga bulan bakti gotong royong

( april-mei) tiap tahun meskipun belum rutin

dikerjakan.

4.4.9 Pernyataan Informan Tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam

mendukung program diare

Hasil penelitian yang dilakukan tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam

mendukung program diare dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang partisipasi masyarakat

dalam mendukung pelaksanaan program diare

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pegawai

Tokoh masyarakat

Kader posyandu

Ibu yang anaknya menderita

diare

Anggota pkk

Partisipasi masyarakat masih kurang dalam

mendukung pelaksanaan program diare

misalnya dalam gotong royong ataupun ikut

dalam penyuluhan yang dilakukan.

Masyarakat masih mau aktif terlibat dalam

gotong royong meskipun tidak keseluruhan

Gotong royong kadang-kadang dilakukan dan

bidan desa mewakili puskemas kalau gotong

royong selalu di hayo hayokan namun hanya

sedikit yang mau terlibat.

Masih banyak juga yang mau terlibat

meskipun masih ada masyarakat kurang

peduli dengan gotong royong.

Yang terlibat dalam gotong royong hanya

50% dari jumlah masyarakat

Kalau ada dilakukan gotong royong,

masyarakat cukup antusias.

Kurang banyak sih masyarakat yang mau

terlibat dalam hal gotong royong

Kalau ada gotong royong selalu di umumkan

namun masih sedikit yang mau terlibat

dengan berbagai alasan dari masyarakat

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare sudah

lumayan baik meskipun belum keseluruhan masyarakat terlibat dan ada yang tidak

aktif dalam kegiatan gotong royong.

4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Surveilans Epidemologi

yang selama ini berjalan di Puskesmas Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang Pelaksanaan Surveilans Epidemologi

yang selama ini berjalan di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.14

berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan

Surveilans Epidemologi yang selama ini berjalan di Puskesmas

Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Dilakukan untuk memantau jumlah penderita

diare apakah terjadi peningkatan sehingga

mencegah adanya KLB

Ada petugas surveilans yang turun ke

masyarakat

Kalau banyak yang menderita diare dalam

satu kelurahan secara bersamaan kami akan

turun ke lapangan namun sejauh ini belum

pernah ada KLB

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

kegiatan surveilans epidemologi dilakukan terkhusus ketika jumlah nya

bertambah banyak maka petugas akan turun kelapangan untuk memantau.

4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan Evaluasi di Puskesmas

Pancur Batu

Hasil penelitian yang dilakukan tentang monitoring dan evaluasi di Puskesmas

Pancur Batu dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Monitoring dan

Evaluasi di Puskesmas Pancur Batu

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Pelaksanaan program diare ya harus dipantau

melalui laporan mingguan atau bulanan untuk

memantau jumlah penderita dan jangan

sampai KLB dan juga evaluasi kinerja

petugas puskemas.

Pengawasan dan evaluasi dilakukan untuk

melihat jumlah penderita diare berdasarkan

laporan.

Dilakukan berdasarkan laporan rutin tiap

bulan dari bidan desa dan kunjungan

penderita diare di puskemas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan bulanan ataupun

mingguan

4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang Dirasakan Dalam

Pelaksanaan Program Diare

Hasil penelitian yang dilakukan tentang hambatan yang dirasakan dalam

pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini :

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan yang

Dirasakan Dalam Pelaksanaan Program Diare

Informan Pernyataan

Kepala puskemas

Dokter

Penanggung jawab program

diare

Kader Posyandu

Hambatan tidak terlalu ada paling partisipasi

masyarakat yangmasih kurang karena diare

kan berhubungan dengan kebersihan

lingkungan dan perorangan.

Hambatan tidak ada yang dirasakan sejauh ini

Masyarakat kurang peduli karena merasa

diare adalah penyakit biasa aja bagi balita dan

bisa ditangani sendiri dengan obat sembur

Masyarakat lebih tertarik pada pengobatan

dibandingkan dengan pencegahan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

hambatan dalam pelaksanaan program diare yaitu masyarakat yang kurang aktif

atau peduli terhadap kebersihan lingkungan maupaun perorangan dan lebih

tertarik pada pengobatan dibandingkan pencegahan.

4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Ouput Pelaksanaan Program Diare

Hasil penelitian yang dilakukan tentang output pelaksanaan program diare dapat

dilihat dari tabel 4.17 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan

Program Diare

Informan Pernyataan

Pegawai

Tokoh Masyarakat

Anggota pkk

Ibu yang anaknya menderita

diare

Kader Posyandu

Menurunnya angka kesakitan/kematian diare

pada balita di wilayah kerja puskesmas

pancur Batu

Ya kasus diare menurun lah dan pengetahuan

masyarakat semakin meningkat tentang

pencegahan diare

Penyakit diare semakin berkurang di

masyarakat

Yang jelas penderita diare berkurang pada

bayi dan balita

Penderita diare ini kita bisa atasi bersama

terutama pada bayi dan balita jadi diharapkan

pada masyarakat terutama ibu dapat terlibat

dalam pencegahan diare

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan informan menyatakan bahwa

keluaran yang diharapkan ialah kasus diare semakin menurun dan pengetahuan

masyarakat meningkat dan terlibat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Masukan (input)

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input)

dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli yaitu : tenaga

kesehatan dan sarana kesehatan.

5.1.1 Tenaga Kesehatan

Agar program diare dapat berjalan secara optimal, peran dari tenaga

kesehatan sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan

program diare bukan hanya tanggung jawab petugas diare saja tetapi tenaga

kesehatan lain juga ikut terlibat. Petugas diare tidak akan mampu mengatasi

permasalahan diare tanpa adanya kerjasama/koordinasi dengan tenaga kesehatan

lainnya.

Dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus diare, petugas diare

berperan dalam melakukan penyuluhan dan membuat laporan rutin diare.

Penyuluhan dilakukan di puskesmas maupun di luar puskesmas yaitu di posyandu

melalui kader posyandu dan di sekolah. Petugas diare juga rutin membuat laporan

diare dalam bentuk mingguan (W2) dan bulanan (LB) yang selanjutnya akan

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Deli Serdang.

Petugas penanggung jawab diare di Puskemas Pancur Batu baru menjabat

dikarenakan petugas diare sebelumnya baru pensiun dan penanggungjawab diare

tersebut memiliki tugas lain sebagai petugas laboratorium. Penanggung jawab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57

diare cukup sibuk menangani pasien di bagian laboratorium sehingga tidak fokus

pada pelaksanaan program diare.

Di Puskesmas Pancur Batu dalam mewaspadai peningkatan kasus diare,

penanggung jawab diare telah menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan

lingkungan, promosi kesehatan, tenaga Uks dan Surveilans epidemologi. Tenaga

kesehatan lingkungan berperan dalam hal memantau sanitasi dasar masyarakat,

seperti : Persediaan air bersih (PAB), Jamban Keluarga (JAGA), Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah. Apabila di masyarakat

terjadi peningkatan kasus diare karena pengaruh lingkungan yang buruk, maka

petugas diare bersama dengan tenaga kesehatan lingkungan segera turun ke

masyarakat untuk melakukan tindakan penanggulangan

Dalam pemberian pengobatan diare di masyarakat, tenaga kesehatan

dibantu oleh peran dari kader-kader posyandu. Apabila terdapat balita yang sakit

diare di posyandu, maka kader segera memberikan oralit. Kader posyandu juga

mengajari ibu balita tentang pertolongan pertama saat anak diare yaitu dengan

membuat larutan gula garam untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pengetahuan

dan keterampilan kader dalam menangani balita yang sakit diare di posyandu

dinilai sudah baik. Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pelatihan

diare secara khusus belum pernah dilakukan, namun tenaga kesehatan selalu

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kader sebelum pelaksanaan

posyandu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58

5.1.2 Sarana Kesehatan

Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan

dalam pelaksanaan suatu program. Dalam mendukung pelaksanaan program diare

di puskesmas sarana yang dibutuhkan adalah logistik, pojok oralit, peralatan

kesehatan dan media penyuluhan. Hasil penelitian Dwi (2013) menyatakan bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah memiliki hubungan

yang signifikan dengan peningkatan perilaku hidup sehat.

Dalam pengendalian penyakit diare, Logistik yang dibutuhkan adalah

oralit, tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan

adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit,

Ringer Laktat 500 ml, giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V.

catheter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI,

2011).

Logistik yang ada di Puskesmas Pancur Batu cukup tersedia, walaupun

ada logistik yang tidak tersedia. Adapun logistik yang sudah tersedia yaitu obat-

obatan seperti oralit 200 ml, Ringer Laktat 500 ml, dan Tetrasiklin 500 mg.

Sedangkan logistik yang tidak tersedia yaitu tablet Zinc 20 mg. Pemberian tablet

zinc penting diberikan segera setelah anak mengalami diare. Pemberian zinc

selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI,

2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) merupakan intervensi yang cost

effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi

Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi, dan yang sering

merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Langkah pendekatan MTBS adalah

dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh tenaga kesehatan

untuk mengatasi masalah kesakitan pada balita. Keberhasilan penerapan MTBS

berkaitan dengan adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi

perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan

MTBS termasuk kecukupan obat-obatan.

Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Pancur Batu, Sarana

kesehatan yang mendukung dalam pelaksanaan program diare adalah ruangan

MTBS, sehingga penanganan balita sakit tidak digabungkan dengan pasien

lainnya di ruangan poli umum. Tenaga kesehatan sudah dilatih dalam tatalaksana

kasus balita sakit dengan pendekatan MTBS.

Penyuluhan yang dilakukan membutuhkan adanya media promosi

kesehatan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,

baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, Radio, komputer, dll) dan media

luar ruang. Sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya

diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2010).

Media penyuluhan yang ada di Puskesmas Pancur Batu yaitu berupa poster

yang diletakkan di ruangan tunggu pasien, pasien yang menunggu giliran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60

pengobatan dapat dengan mudah membaca informasi dan penanganannya, namun

poster diare tidak ada di puskesmas Pancur Batu. Pemberian konseling kepada

penderita diare di puskesmas tenaga kesehatan tidak ada menggunakan media

penyuluhan apapun. Konseling hanya dilakukan dengan komunikasi dua arah saja

yaitu antara tenaga kesehatan dan pasien.

5.2 Proses (process)

Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program diare di

Puskesmas Medan Deli adalah terdiri dari: Tatalaksana penderita diare,

pengelolaan logistik, promosi kesehatan, pencegahan diare, dan surveilans

epidemologi.

1. Tatalaksana penderita diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Seluruh balita sakit yang datang ke

puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, termasuk penyakit

diare. MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana

balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara

menyeluruh (Depkes RI, 2008).

Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 mengeluarkan kebijakan

tatalaksana diare yaitu LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang

terdiri atas: pemberian oralit, pemberian tablet zinc selama 10 hari berturut-turut,

meneruskan ASI-Makan, pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian

nasihat pada ibu/keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61

Depkes RI, 2008 menegaskan bahwa seluruh balita sakit yang datang ke

puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah

kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari). Akan tetapi bila

perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah

kunjungan balita sakit per hari cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas

dilakukan secara bertahap.

Di Puskesmas Pancur Batu balita sakit diare yang datang ke puskesmas

ditangani dengan pendekatan MTBS. Langkah-langkah yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan yaitu menanyakan pada ibu mengenai masalah balita, melakukan

pemeriksaan, menanyakan keluhan utama, menentukan klasifikasi dan melakukan

tindakan. Namun hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan alur pengobatan pada balita tanpa

dehidrasi (Terapi A) dan balita dengan dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi B). Pada

balita dengan dehidrasi ringan-sedang tidak ada diberikan oralit dalam 3 jam

pertama di sarana kesehatan. Ibu/keluarganya tidak ada diajarkan bagaimana cara

menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.

Puskesmas Pancur Batu merupakan puskesmas perawatan yang melayani

pasien berobat jalan dan rujukan juga pasien rawat inap. Pasien yang memerlukan

perawatan lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke Rumah Sakit

terdekat. Dalam penanganan balita dengan dehidrasi berat (Terapi C), tenaga

kesehatan segera merujuk balita ke rumah sakit terdekat.

Prosedur Tatalaksana penderita diare yaitu dengan melakukan

pemeriksaan terhadap balita dengan menggunakan tabel penilaian derajat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62

dehidrasi sehingga dapat menentukan rencana pengobatan yang sesuai. Penderita

diare tanpa dehidrasi tenaga kesehatan menerangkan empat cara terapi diare

dirumah, penderita diare dehidrasi ringan tenaga kesehatan memberikan oralit di

sarana kesehatan dan penderita diare dehidrasi berat dengan memberikan cairan

intravena atau merujuk ke sarana kesehatan lain ( Kemenkes RI,2011).

Berdasarkan hasil penelitian, Dalam hal memberikan konseling untuk

menjelaskan kepada ibu balita tentang mengobati penderita diare dirumah bila

anak tanpa dehidrasi dan memantau ibu balita untuk meneruskan ASI-makan

masih kurang terlaksana sehingga secara umum pelaksanaan tatalaksana diare di

Puskesmas Pancur Batu belum berjalan dengan maksimal.

2. Pengelolaan Logistik

Pengelolaan Logistik bertujuan untuk melakukan penyimpanan dan

distribusi, persediaan sehingga tidak mengalami kekosongan dan memantau

penyimpanan, distribusi dan persediaan dilapangan. Dalam pengendalian penyakit

diare, Logistik yang dibutuhkan adalah oralit, tablet zinc dan obat paket KLB

Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg,

untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml, giving set dan

wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai

kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI, 2011).

Logistik yang ada di Puskesmas Pancur Batu sudah cukup tersedia,

walaupun ada beberapa logistik yang tidak selalu tersedia yaitu obat-obatan

seperti tablet Zinc 20 mg. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu

diketahui bahwa posyandu menyediakan oralit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63

Pemberian tablet zinc penting diberikan segera setelah anak mengalami

diare. Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,

serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes

RI, 2011).

3. Promosi Kesehatan

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi

kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan

perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2010).

Salah satu strategi promosi kesehatan yaitu pemberdayaan terhadap

individu, keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan

perilaku baru yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktekkan

misalnya dalam perilaku membuang air besar, Bina keluarga balita, dan upaya

kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan penelitian, bidan bekerja sama dengan kader posyandu

melakukan kunjugan rumah namun sasaran lebih ke ibu hamil. Salah satu yang

dilakukan bidas dalam meningkatkan cakupan program pelayanan KIA yaitu

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader posyandu, pemberian

informasi tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan melalui

penyuluhan di posyandu yang bertujuan untuk penanggulangan diare. Kader

posyandu juga memantau kejadian diare serta melakukan rujukan bila perlu.

Berdasarkan penelitian kegiatan penyuluhan diare yang dilakukan di

posyandu dan di sekolah belum terprogram dengan baik dan kurang berjalan.

Penyuluhan di posyandu hanya singkat ke masyarakat saat di meja 5 dan itupun

seringan hanya tentang penjelasan kms dan hampir tidak maksimal penyuluhan

tentang diare di posyandu.

Terkait dengan diare, informasi yang diterima masyarakat lebih dominan

pada kegiatan kuratif sementara informasi tentang tindakan yang harus dilakukan

untuk upaya preventif terjadinya diare kurang mendapat perhatian dari petugas

kesehatan dan masyarakat. Masyarakat kurang memahami peranan lingkungan

dalam terjadinya penyakit sehingga kurang ada usaha untuk meningkatkan

kebersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya diare.

Hal ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dalam menerima suatu

informasi yaitu masyarakat lebih tertarik dengan penanganan diare karena

informasi tersebut membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi

dan akan menimbulkan akibat yang merugikan apabila tindakan penanganan tidak

dilakukan.

Kurang berhasilnya promosi kesehatan di masyarakat dipengaruhi oleh

kegiatan yang dilakukan selama ini. Informasi yang diberikan kepada masyarakat

selama ini lebih menonjolkan sisi kuratif. Masyarakat lebih banyak tertarik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65

dengan pengobatan dibandingkan pencegahan. Pemahaman masyarakat mengenai

faktor risiko terjadinya diare dari sisi lingkungan masih kurang sehingga

kebutuhan masyarakat untuk mengetahui peranan lingkungan dalam pencegahan

diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan

lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare di daerah tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan

pencegahan akan tetapi masyarakat terbiasa untuk melakukan tindakan setelah

masalah muncul.

Dari hasil penelitian, masyarakat mengharapkan agar penyuluhan diare

dilakukan rutin setiap bulan dan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat di

suatu tempat tidak dengan hanya saat di posyandu yang kurang efektif. Untuk itu

peran kader kesehatan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi sumber pesan

yang dipercayai dan dianggap mampu memberikan informasi. Usaha yang dapat

dilakukan antara lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan rutin

sehingga kader mampu menjadi penyuluh kesehatan yang handal.

Kader yang sebagian besar merupakan anggota PKK, mempunyai tugas

yang mulia. Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi

kesehatan kepada masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-

pesan kesehatan seperti mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan

sehat. Disamping itu kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali

menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke

tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66

dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat

(Kemenkes RI, 2010)

4. Pencegahan Diare

Pencegahan diare bertujuan utuk penurunan angka kesakitan dan kematian

akibat diare. Adanya hubungan kejadian diare dengan faktor lingkungan yaitu

ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan hygiene

perorangan. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah

terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya adalah penyakit diare.

Berdsarkan wawancara dengan petugas penanggung jawab diare diketahui

bahwa sudah menjalin kerjasama dengan petugas lintas program dalam hal

pencegahan diare salah satunya dengan petugas UKS dalam melaksnakan

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah serta pembinaan

kebersihan lingkungan kepada dokter kecil dan guru UKS.

Penggunaan jamban oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Pancur Batu sudah baik walaupun masih ada beberapa masyarakat

yang tidak memiliki fasilitas jamban. Berdasarkan wawancara dengan kader

posyandu dan kader PKK diketahui bahwa masih ada penduduk yang buang air

besar (BAB) sembarangan seperti di parit, pekarangan rumah, sungai, dll.

Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dinilai

masih rendah, Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pengelolaan

sampah tidak terkelola dengan baik, masyarakat masih ada yang buang sampah

sembarangan ke sungai, ke parit dan di pekarangan rumah. Kegiatan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal Pencegahan diare meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67

penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan lintas sektor yaitu Pihak

Kecamatan dan Pihak Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan adalah melalui

kegiatan gotong royong.

Hambatan dalam kegiatan penceghan diare adalah rendahnya peran serta

masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menjaga kebersihan lingkungan dan

Hygiene perseorangan. Masyarakat banyak yang tidak perduli dan beranggapan

bahwa kebersihan lingkungan hanya merupakan tanggungjawab pemerintah

setempat saja yaitu : Camat, lurah dan kepala lingkungan. Padahal seperti

kegiatan gotong royong sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat.

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini hanya berupa

himbauan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Tidak ada sanksi atau

teguran yang tegas kepada masyarakat yang tidak rutin ikut gotong royong dan

tidak menjaga fasilitas umum yang telah disediakan oleh pemerintah seperti parit

yang sudah dibangun dan tempat sampah yang sudah disediakan.

Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan rendahnya pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya sekedar tahu bahwa

lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa mau dan mampu untuk

berbuat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh

pemerintah. Pemerintah harus lebih dekat dengan masyarakat dan menanamkan

kesadaran masyarakat bahwa kebersihan itu penting untuk mencegah penularan

penyakit dan keterlibatan masyarakat dalam hal itu sangat dibutuhkan.

Pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko terjadinya diare dari sisi

lingkungan masih kurang sehingga kebutuhan masyarakat untuk mengetahui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68

peranan lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan

hasil observasi diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam

memengaruhi terjadinya diare di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan pencegahan akan tetapi masyarakat

terbiasa untuk melakukan tindakan setelah masalah muncul.

5. Surveilans Epidemiologi Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan

wabah, oleh karena itu pelaksanaan surveilans epidemiologi diare merupakan

salah satu upaya pencegahan dalam mewaspadai timbulnya wabah diare. Sesuai

dengan surat instruksi dari Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tentang Pengendalian penyakit diare,

menegaskan bahwa untuk mewaspadai terjadinya KLB Diare, perlu dilakukan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terus-menerus, melalui laporan

mingguan (W2), dan membuat laporan secara berjenjang. Selain itu pada lokasi

yang rawan KLB Diare, yaitu wilayah yang cakupan faktor resiko rendah seperti

cakupan air bersih, penggunaan jamban keluarga, SPAL, tempat pembuangan

sampah, dan PHBS perlu diberikan intervensi yang lebih baik. Tujuan dari

surveilans epidemiologi adalah agar diketahuinya situasi epidemiologi dan

besarnya masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat

perencanaan untuk pencegahan, penanggulangan maupun pengendaliannya di

semua jenjang pelayanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69

Prosedur dari surveilans epidemiologi diare

Gambar 5.1 Prosedur surveilans epidemologi

Di Puskesmas Pancur Batu pemegang program diare belum rutin

melakukan pencatatan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan maupun

temuan kader di poyandu. Laporan ini selanjutnya dikompilasi oleh

penanggungjawab program diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Deli Serdang melalui laporan bulanan (LB) setiap bulannya.

Selanjutnya petugas diare Dinas Kesehatan Deli Serdang membuat rekapitulasi

dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat

Propinsi. Dari tingkat propinsi direkap berdasarkan Kabupaten/Kota secara rutin

(bulanan) dan dikirm ke Pusat dengan menggunakan Formulir Rekapitulasi Diare.

Dari hasil wawancara dengan Pemegang Program Diare diperoleh

keterangan bahwa belum pernah terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di

Puskesmas Pancur Batu. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak

Puskesmas untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu :

penyuluhan diare, pemberian oralit, penyelidikan epidemiologi (PE) diare, dan

home visit.

Wuryanto, 2008 menyatakan bahwa surveilans epidemiologi merupakan

suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan

penanggulangan penyakit menular. Pelaksanaan suveilans epidemiologi yang

Pengumpulan Data

Diare Penyebarluasan

Hasil Interpretasi

Pengolahan, Analisis

dan Interpretasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70

belum berjalan dengan baik, tentunya akan berdampak pada proses penularan

yang terus berlangsung di masyarakat.

Di tingkat Dinas Kesehatan Deli Serdang, surveilans epidemiologi hanya

dipantau dari rekapitulasi laporan diare dari seluruh puskesmas setiap bulannya.

Apabila terjadi peningkatan kasus diare hingga tiga kali lipat, Petugas Diare Dinas

Kesehatan Deli Serdang bersama dengan Petugas Surveilans dan Petugas

Kesehatan Lingkungan segera turun ke lapangan untuk melihat penyebab

terjadinya KLB Diare dan cepat melakukan tindakan penanggulangan. Apabila

tidak terjadi peningkatan kasus yang mencolok, maka pemantauan hanya

berdasarkan laporan diare tiap bulan saja, tidak ada tindakan khusus yang

dilakukan.

5.3 Keluaran (output)

Tujuan umum pengendalian penyakit diare adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.

Keluaran (output) dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu

dapat dinilai dari upaya pencegahan dan upaya pengobatan yang telah dilakukan.

Pencegahan diare yang telah dilakukan di Puskesmas Pancur Batu belum

berjalan dengan maksimal. Penyuluhan diare yang dilakukan selama ini tidak

terprogram dengan baik dan masih kurang efektif terkhusus saat penyuluhan di

posyandu. Dalam penyehatan lingkungan tidak ada intervensi lebih yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai sanitasi

lingkungan yang kurang baik hanya melakukan gotong royong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

71

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas

Pancur Batu dapat disimpulkan bahwa :

1. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam mendukung pelaksanaan program diare

tidak hanya petugas diare saja. Petugas penanggung jawab diare di Puskemas

Pancur Batu baru menjabat dikarenakan petugas diare sebelumnya baru

pensiun dan penanggungjawab diare tersebut memiliki tugas lain sebagai

petugas laboratorium. Penanggung jawab diare cukup sibuk menangani pasien

di bagian laboratorium sehingga tidak fokus pada pelaksanaan program diare.

2. Pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Pancur Batu kurang

berjalan dengan maksimal sehingga mengakibatkan pelaksanaan tatalaksana

diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan DIare

kurang berjalan dengan maksimal.

3. Pengelolaan logistik oralit di Puskesmas Pancur Batu dalam hal penyimpanan,

distribusi dan persediaan oralit sudah sesuai ketentuan.

4. Penyuluhan diare belum rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan dan belum

terprogram dengan baik. Pemasangan poster tentang diare di Puskesmas Pancur

Batu untuk memberikan informasi kepada masyarakat belum ada.

5. Pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko terjadinya diare dari sisi

lingkungan masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya partisipasi

masyarakat dalam kegiatan gotong royong dan pengelolaan sampah belum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72

terkelola dengan baik, dimana masyarakat masih ada yang buang sampah

sembarangan ke sungai, parit dan pekarangan rumah.

6. Surveilans epidemiologi diare di Puskesmas Pancur Batu belum berjalan

dengan baik. Hal ini terlihat dari belum rutinnya tenaga kesehatan

merekapitulasi data diare yang di luar dan di dalam gedung puskesmas serta

kurang terlaksananya deteksi secara dini terhadap peningkatan penderita diare.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada Kepala Puskesmas Pancur Batu agar lebih mempersiapkan

pengganti tenaga kesehatan yang mau pensiun, sehingga setiap unit kerja

berjalan dengan baik dan maksimal

2. Mengingat pentingnya kelengkapan dan ketersediaan sarana dalam mendukung

pelaksanaan program diare, maka perlu untuk terus memantau penyimpanan,

distribusi dan persediaan oralit.

3. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu agar melaksanakan pendekatan

Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Pancur Batu dengan maksimal

sehingga tatalaksana diare lebih maksimal. Serta melakukan pelatihan

tatalaksana diare terhadap kader posyandu sehingga pengetahuan dan

keterampilan tenaga kesehatan dapat meningkat.

4. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu agar melakukan kegiatan gotong

royong, penyuluhan di posyandu dan penyuluhan di sekolah lebih rutin dan

terprogram dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

5. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu untuk lebih meningkatkan

kerjasama/koordinasi dengan lintas sektoral sehingga pelaksanaan program

diare mendapat dukungan yang baik di masyarakat.

6. Diharapkan kepada Puskesmas Pancur Batu agar lebih rutin dalam

merekapitulasi data yang di luar dan di dalam gedung puskesmas serta

melaksanakan pengamatan sistem kewaspadaan dini untuk mencegah adanya

KLB diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2014. Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare.

SkripsiFakultas Keperawatan, Universitas Widya Mandala. Surabaya

Astika,Riri. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Diare Di Puskesmas Medan

Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.SkripsiFKM, Universitas

Sumatera Utara. Medan

Balitbangkes.2013.Riset Kesehatan Dasar,Departemen kesehatan, Jakarta

2014.Riset Kesehatan Dasar, Departemen kesehatan, Jakarta

Candra, Yennie. 2013. Hubungan Antara Keadaan Sanitasi Sarana Air Bersih

dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Denbatas Tabanan.

Jurnal Kesehatan lingkungan.4 (1), 112-11 (diakses pada tanggal 26

April 2016).

Depkes RI. 2007. Buku Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat

dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta

2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Sk/V/2007

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Jakarta

2007.Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1216/Menkes/Sk/XI/2001

tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta

2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta

Dinas kesehatan Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012. Medan

DinasKesehatan Kabupaten Deli Serdang. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang 2015.

Harianto, 2004. Analisis Penggunaan Oralit dalam Menanggulangi Diare.

Skripsi Fakultas Keperawatan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu

Sosial. Salemba Humanika. Jakarta

Henrikus. 2012. Analisis Cakupan Distribusi Logistic Oralit, Penyuluhan,

Pelatihan Kader dan Kegiatan Pojok Oralit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak

2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare

2011. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lngkungan tentang Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare.

Jakarta

2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan tentang Situasi

Diare di Indonesia.

2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012 (http://depkes.go.id). (20 februari

2016).

2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 (http://depkes.go.id). (20

februari 2016).

Kotrun. 2014. Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Terhadap

Daya Tarik Vektor Musca Domestica dengan Risiko Diare pada

Baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014. Skripsi Fakultas

Kedokteran dan ILmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidaytullah. Jakarta

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka

Cipta. Jakarta

Permenkes 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

2014. Penanggulangan Penyakit Menular No. 82 Tahun 2014. Jakarta

Setyoko, 2014. Hakikat Program. Trans Info Media. Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Alfabeta. Bandung

Syafrudin.2009. Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info

Media. Jakarta

Dwi. 2013. Hubungan Antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana Usaha

Kesehatan Sekolah dengan Perilaku Hidup Siswa kelas VI SD

Negeri Mungkung Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.

Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76

Winda. 2010. HubunganPemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian

Diare. Skripsi Fakultas kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Wisna. 2014. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dan Pembuangan Sampah

Terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita. Skripsi FKM.

Universitas Negeri Gorontalo.

Wuryanto Arie. 2008. Surveilans Penyakit Demam Berdarah Dengue dan

Permasalahannya di Kota Semarang. Seminar Nasional Mewujudkan

Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis preventif dan promotif.

Zulfikar, Ryan. 2014. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI

dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi di Kabupaten

Merauke.SkripsiFK, Universitas Muhammadyah. Yogyakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77

Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS

PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2016

I. Identitas Informan 1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan untuk :

A. Kepala Puskesmas Pancur Batu

B. Dokter di Puskesmas Pancur Batu

C. Penanggung Jawab Program Diare di Puskesmas Pancur Batu

1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang dilatih dalam

pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing

pihak tersebut ?

2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung

pelaksanaan program diare di Puskesmas ?

3. Sesuai dengan jabatan yang Bapak/Ibu emban, bagaimana proses tatalaksana

diare (LINTAS DIARE) di puskesmas ?

4. Bagaimana pengelolaan logistik diare yang dilakukan di puskesmas ?

5. Bagaimana kegiatan promosi diare yang dilakukan puskesmas ?

6. Apakah penyuluhan diare telah dilakukan ? dan bagaimana hasil dari kegiatan

sosialisasi tersebut?

7. Apakah program diare melibatkan semua sektor? Kepada siapa saja kordinasi

yang dilakukan? Dan bagaimana dengan pelaksanaanya?

8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program

diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78

9..Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

10.Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini

berjalan ?

11.Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap

pelaksanaan program diare ?

12.Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan

selama ini ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79

Daftar pertanyaan untuk :

A. Pegawai di Kecamatan Pancur Batu

B. Pegawai di Kelurahan Tanjung Anom

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas

Pancur Batu ?

2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas

ini?

3. Bagaimana kegiatan promosi diare yang dilakukan puskesmas ?

4. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di

masyarakat?

5. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan

pengamatan penyakit diare di masyarakat?

6. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada kerjasama atau kordinasi dilakukan dalam

mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ?

7. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

8. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

program diare ?

9. Menurut Bapak/Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan

program diare di masyarakat ?

10.Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan

program diare kedepannya?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80

Daftar pertanyaan untuk :

A. Anggota PKK

B. Kader Posyandu

C. Tokoh Masyarakat

D. Ibu balita yang anaknya menderita diare

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tatalaksana diare (LINTAS DIARE) di

Puskesmas Pancur Batu ?

2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas

ini?

3. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di

masyarakat?

4. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan

pengamatan penyakit diare di masyarakat?

5. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada kordinasi dalam mendukung pelaksanaan

program diare di masyarakat ?

6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?

7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

program diare ?

8. Menurut Bapak/Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan

program diare di masyarakat ?

9. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan

program diare kedepannya?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

81

Lampiran II

Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

82

Lampiran III

Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA