12
I. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN: 1. PENYIAPAN EKSTRAK METANOL RIMPANG TEMULAWAK Pada percobaan pertama, yaitu menyiapkan ekstrak metanol rimpang temulawak. Pada tahap ini, langkah awal menimbang serbuk rimpang temulawak yang telah dikeringkan dengan cara diangin- anginkan saja, tidak dijemur langsung di bawah terik matahari. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan diblender maupun ditumbuk sampai halus. Sehingga diperoleh serbuk rimpang temulawak berwarna kuning dalam bentuk serbuk. Serbuk rimpang temulawak tersebut berwarna kuning yang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml kemudian ditimbang sebanyak 5 gram diatas timbangan. Setelah ditimbang, 5 gram serbuk rimpang temulawak tersebut direndakm dalam 15 ml metanol 60-80%. Metanol 60-80% merupakan larutan tidak berwarna. Proses ini disebut maserasi yaitu proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruang. Adanya penambahan 15 ml metanol 60-80% ini menguntungkan dalam senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi perpecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di luar dan di dalam sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan

ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

I. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN:

1. PENYIAPAN EKSTRAK METANOL RIMPANG TEMULAWAK

Pada percobaan pertama, yaitu menyiapkan ekstrak metanol

rimpang temulawak. Pada tahap ini, langkah awal menimbang serbuk

rimpang temulawak yang telah dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan saja, tidak dijemur langsung di bawah terik matahari.

Setelah kering kemudian dihaluskan dengan diblender maupun

ditumbuk sampai halus. Sehingga diperoleh serbuk rimpang

temulawak berwarna kuning dalam bentuk serbuk.

Serbuk rimpang temulawak tersebut berwarna kuning yang

kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml kemudian

ditimbang sebanyak 5 gram diatas timbangan. Setelah ditimbang, 5

gram serbuk rimpang temulawak tersebut direndakm dalam 15 ml

metanol 60-80%. Metanol 60-80% merupakan larutan tidak

berwarna. Proses ini disebut maserasi yaitu proses perendaman

sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruang. Adanya

penambahan 15 ml metanol 60-80% ini menguntungkan dalam

senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan

akan terjadi perpecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

tekanan di luar dan di dalam sel sehingga metabolit sekunder yang

ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Pemilihan

pelarut untuk proses maserasi akan memberi efektifitas yang tinggi dengan

memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam karena pelarut tersebut .

Saat 5 gram serbuk rimpang temulawak ini dicampur dengan

metanol terbentuk dua lapisan, terdapat endapan kuning pada lapisan

bawah dan larutan berwarna jingga pada lapisan atas. Kemudian

larutan tersebut dipanaskan secukupnya diatas kompor listrik

sehingga larutan menjadi tercampur. Adanya pemanasan ini untuk

mempercepat proses ekstraksi. Setelah itu disaring dengan

menggunakan corong buchner. Setelah larutan tersebut disaring dan

terdapat residu serta filtrat. Dimana residu berbentuk gumpalan

Page 2: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

kuning dari serbuk-serbuk rimpang temulawak yang tidak digunakan

lagi, sedangkan filtrat yang dihasilkan berwarna kuning segera

dipekatkan dengan cara diuapkan dalam penangas air. Gunanya untuk

menguapkan senyawa selain rimpang temulawak sehingga diperoleh

filtrat yang lebih kental. Setelah filtrat dipekatkan, hasilnya sampel

tersebut tetap berwarna kuning namun menjadi lebih kental.

2. IDENTIFIKASI ALKALOID DENGAN METODE CULVENOR

FITZGERALD

Pada percobaan kedua, yaitu mengidentifikasi adanya alkaloid

dengan metode culvenor fitzgerald. Pada tahap pertama, ekstrak atau

sampel pada percobaan pertama diambil 1 ml dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml kloroform yang

merupakan larutan tidak berwarna. Saat 1 ml sampel ditambahkan

dengan 1 ml klorofom terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas

berwarna kuning tua dan lapisan bawah berwarna kuning. Dengan

adanya penambahan 1 ml kloroform ini berfungsi untuk memutuskan

ikatan yang terjadi antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara

ionik. Dimana atom N dari alkaloid berikatan stabil dengan gugus

hidroksil genolik dari asam tanin. Dengan terputusnya ikatan ini

alkaloid akan bebas, sedangkan asam tanin akan terikat oleh

kloroform.

Kemudian ditambahkan 1 ml amoniak, dimana amoniak

merupakan larutan tidak berwarna dan memiliki bau yang sangat

menyengat. Setelah ditambahkan amoniak 1 ml terdapat tiga lapisan

secara berurutan dimulai dari yang paling atas hingga ke lapisan

paling bawah yaitu merah-merah tua-kuning. Kemudian larutan

tersebut dikocok dengan baik sehingga warna larutan berubah

menjadi merah pekat-merah-kekuningan. Kemudian campuran

larutan disaring dengan menggunakan kertas saring sehingga

didapatkan filtrat yang berwarna merah pekat.

Page 3: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Filtrat yang dihasilkan dibagi ke dalam tiga tabung reaksi, yaitu

tabung 1, 2 dan 3. Setelah filtrat dimasukkan ke dalam masing-masing

tabung kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N encer. Larutan H2SO4

2N encer tidak berwarna. Dengan ditambahkan H2SO4 terbentuk 2

lapisan yaitu merah tua-kuning di ketiga tabung reaksi. Adanya

penambahan larutan H2SO4 2N encer berfungsi untuk mengikat

kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan

pereaksi-pereaksi logam berat. Untuk alkaloid yang menghasilkan

kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan

metabolik sekundernya. Kemudian larutan dikocok dengan kuat

untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara

tepat dan sempurna sehingga bercampur merata. Kemudian

didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 lapisan.

Setelah larutan terpisah, pada setiap tabung diambil bagian

atas pada lapisan tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

lain dengan menggunakan pipet sehingga diperoleh larutan bagian

atas di dalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Ketiga tabung reaksi yang

berbeda tersebut diberi perlakuan yang berbeda pula.

Tabung reaksi 1 ditambahkan pereaksi meyer, dimana pereaksi

meyer merupakan larutan tidak berwarna. Pada tabung 1 ini

terbentuk endapan jingga. Fungsi dari penambahan pereaksi meyer

pada tabung 1 untuk mendeteksi adanya alkaloid, dimana pereaksi

meyer berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara

atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan

senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna

putih.

Berikut ini adalah reaksi pada uji alkaloid dengan pereaksi

Meyer adalah :

+ +

Page 4: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Pada tabung reaksi 2 ditambahkan larutan yang berbeda yaitu

pereaksi wayner berwarna tidak berwarna, sehingga didapatkan

endapan berwarna coklat.

Berikut ini adalah reaksi pada uji penambahan pereaksi

wayner:

+ KI + I2 + I3-

Tabung reaksi 3 ditambahkan pereaksi dragendorf. Pereaksi

dragendorf diketahui tidak berwarna. Sehingga dengan penambahan

pereaksi dragendorf maka terbentuk endapan putih.

Berikut ini adalah reaksi dari penambahan pereaksi

dragendorf:

+ K[BiI4] + K[BiI4]-

Dari hasil yang didapatkan pada ketiga tabung reaksi, yaitu

pada tabung reaksi 1 terbentuk endapan jingga, pada tabung reaksi

terbentuk endapan coklat dan pada tabung reaksi 3 terbentuk

endapan putih. Maka ketiga tabung reaksi tersebut membuktikan

bahwa sampel temulawak positif mengandung alkaloid yang ditandai

dengan adanya endapan jingga pada pereaksi meyer, endapan coklat

pada pereaksi wayner dan endapan putih pada pereaksi dragendorf.

3. IDENTIFIKASI FLAVONOID

Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi

adanya flavonoid atau tidak pada sampel temulawak. Pertama-tama

diambil 1 ml sampel temulawak yag berwarna kuning tersebut ke

dalam tabung reaksi. Kemudian dicampur dengan 2 ml etanol 70%

dimana larutan etanol 70% tidak berwarna sehingga campuran

larutan menjadi berwarna jingga.

Page 5: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Campuran larutan berwarna jingga tersebut pada tabung

reaksi kemudian dipanaskan dalam penangas sehingga larutan

menjadi larut. Setelah larutan menjadi larut kemudian dikocok

kembali dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang

dihasilkan setelah disaring itu berwarna jingga. Yang kemudian

ditambah 0,1 gram Mg sehingga terbentuk endapan di bagian dasar

tabung.

Setelah itu campuran tersebut ditambahkan 2 tetes HCl pekat.

HCl pekat merupakan larutan asam yang tidak berwarna. Sehingga

dengan penambahan HCl pekat didapatkan endapan menjadi larut dan

berwarna merah.

Fungsi dari penambahan Mg dan HCl pekat adalah untuk

Penambahan logam Mg dan HCl untuk mendeteksi adanya senyawa

flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi dengan Mg setelah

penambahan asam klorida pekat dengan terjadinya perubahan warna

merah kecoklatan sebab flavanoid mengalami perubahan serapan

cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar akibat adanya

reaksi reduksi oleh HCl.

Dari percobaan ketiga yang telah dilakukan, terbukti bahwa

sampel temulawak positif mngandung flavonoid dibuktikan dengan

adanya perubahan warna merah setelah ditambahkan Mg dan HCl

pekat.

4. IDENTIFIKASI SAPONIN

Percobaan keempat bertujuan untuk mengidentifikasi adanya

saponin pada sampel temulawak. Pertama 10 ml air dimasukkan ke

dalam gelas kimia dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah

mendidih, air panas 10 ml tersebut dituangkan ke dalam tabung

reaksi yang telah berisi 1 ml sampel berwarna kuning.

Saat penambahan air panas ke dalam sampel terlihat ada busa

pada tabung reaksi dan setelah didiamkan masih terdapat busa. Hal

ini membuktikan bahwa sampel temulawak mengandung saponin.

Page 6: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Hal ini dapat terjadi karena saponin merupakan komponen

lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan

gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan

terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan

dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan

molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan

ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut,

ekor hidrokarbon terbuka  sehingga terhindar dari air dan lapisan

hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang

disebut dengan busa. Sehingga terbukti adanya saponin pada sampel

temulawak.

5. IDENTIFIKASI STEROID

Pada percobaan kelima ini, yaitu mengidentifikasi adanya

steroid pada sampel temulawak. Maka langkah pertama yang

dilakukan adalah 1 ml sampel temulawak berwarna kuning diambil

dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian dicampur dengan

3 ml etanol 7%. Larutan etanol 7% ini merupakan larutan tidak

berwarna. Penambahan etanol 7% ini menjadikan sampel berwarna

jingga.

Setelah larutan tercampur, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4

2N encer sehingga terbentuk endapan berwarna jingga. Adanya

penambahan H2SO4 2N encer yang merupakan larutan tidak berwarna

ini adalah berfungsi untuk untuk mengikat steroid.

Setelah itu campuran larutan ditambahkan 2 ml asam asetat

anhidrat tidak berwarna yang merupakan reagen Lieberman-

Burchard, sehingga terbentuk adanya endapan jingga dan larutan

berwarna merah kecoklatan. Fungsi adanya penambahan asam asetat

anhidrat adalah untuk mengikat air sehingga tidak mengandung air.

Dengan adanya endapan jingga dan larutan berwarna merah

kecoklatan ini menandakan bahwa sampel temulawak negatif tidak

mengandung steroid. Jika sampel yang dihasilkan berwarna ungu

Page 7: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

kebiruan atau kehijauan, maka sampel positif. Namun, pada

percobaan yang kami lakukan sampel negatif dengan reagen

Lieberman-Burchard.

6. IDENTIFIKASI TRITERPENOID

Pada percobaan keenam untuk mengidentifikasi adanya

triterpenoid pada sampel temulawak. Pertama-tama 1 ml sampel

temulawak yang berwarna kuning diambil dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 ml kloroform yang

merupakan larutan tidak berwarna. Penambahan 2 ml kloroform ini

menjadikan larutan berwarna jingga. Fungsi dari penambahan

kloroform ini untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam

pelarut organik.

Setelah itu ditambahkan 2 ml H2SO4 2N encer yang merupakan

larutan tidak berwarna. Dengan adanya penamabahan H2SO4 2N encer

ini terbentuk larutan merah kecoklatan antar permukaan.

Penambahan H2SO4 2N encer ini berfungsi untuk mereduksi tripenoid.

Pada percobaan keenam yang telah dilakukan diperoleh

larutan merah kecoklatan antar permukaan. Hal ini membuktikan

bahwa sampel temulawak tersebut positif mengandung triterpenoid.

7. IDENTIFIKASI TANIN

Pada percobaan ketujuh adalah untuk mengidentifikasi adanya

saponin pada sampel temulawak. Pertama sampel temulawak diambil

1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian dididihkan

dengan 20 ml air di dalam penangas.

Setelah itu disaring, dan filtrat yang dihasilkan diuji dengan 2-3

tetes pereaksi FeCl3 1%. Dimana FeCl3 1% merupakan larutan tidak

berwarna. Dengan penambahan 2-3 tetes pereaksi FeCl3 1% ini

terbentuk larutan berwarna coklat kehijauan.

Page 8: ANALISIS PEMBAHASAN-KESIMPULAN

Timbulnya warna larutan coklat kehijauan ataupun biru

kehitaman ini menunujukkan bahwa percobaan sampel temulawak

kelompok kami positif mengandung tanin.

J. KESIMPULAN :

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

diantaranya:

1. Sampel temulawak teridentifikasi positif mengandung alkaloid yang

ditandai dengan adanya endapan jingga pada pereaksi meyer,

endapan coklat pada pereaksi wayner dan endapan putih pada

pereaksi dragendorf.

2. Sampel temulawak teridentifikasi positif mengandung flavonoid

dibuktikan dengan adanya perubahan warna merah setelah

ditambahkan Mg dan HCl pekat.

3. Sampel temulawak teridentifikasi mengandung saponin. Hal ini

terlihat ada busa pada tabung reaksi dan setelah didiamkan masih

terdapat busa.

4. Sampel temulawak tidak teridentifikasi adaya steroid. Atau tidak

mengandung steroid ditandai dengan adanya endapan jingga dan

larutan berwarna merah kecoklatan.

5. Sampel temulawak teridentifikasi positif mengandung triterpenoid

ditandai dengan larutan merah kecoklatan antar permukaan.

6. Sampel temulawak teridentifikasi positif mengandung tanin. Terbukti

timbulnya warna larutan coklat kehijauan ataupun biru kehitaman

saat percobaan.