94
ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG (Studi Kasus Kota Jakarta Selatan) SKRIPSI Oleh : Nama : Dedy Suprihatin Nomor Mahasiswa : 00313053 Program Studi : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2008

Analisis pendapatan industri ayam potong

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis pendapatan industri ayam potong

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG (Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

Nama : Dedy Suprihatin

Nomor Mahasiswa : 00313053

Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

Page 2: Analisis pendapatan industri ayam potong

Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong

(Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna

memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Program Studi Ilmu Ekonomi,

pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Oleh :

Nama : Dedy Suprihatin

Nomor Mahasiswa : 00313053

Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008

Page 3: Analisis pendapatan industri ayam potong

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah

ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan

penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman

penyusunan skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di

kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka Saya

sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.“

Yogyakarta, 28 Februari 2008

Penulis,

Dedy Suprihatin

Page 4: Analisis pendapatan industri ayam potong

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG

(Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)

Nama : Dedy Suprihatin

Nomor Mahasiswa : 00313053

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta, 28 Januari 2008

Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing

(Drs. Nur Feriyanto, M.Si)

Page 5: Analisis pendapatan industri ayam potong

BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI BERJUDUL

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG

(Studi Kasus di Kota Jakarta Selatan)

Disusun Oleh : DEDY SUPRIHATIN

Nomor Mahasiswa : 00313053

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS

Pada tanggal : 17 Maret 2008

Penguji/Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto M.Si ………

Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.Sc ……...

Penguji II : Dra. Indah Susantun, M.Si ……...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M. Bus, Ph. D

Page 6: Analisis pendapatan industri ayam potong

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang

tak pernah berhenti menyayangiku, saudara-saudaraku tercinta dan

keluarga besar tersayang

Page 7: Analisis pendapatan industri ayam potong

Motto

Pada hari itu bergembiralah orang-orang beriman karena pertolongan

Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Yang

Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (sebagai) janji yang sebenar-

benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.

Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Ruum

[30]: 4-6).

Dia (Allah) telah menamai kalian (sebagai) orang-orang Muslim dari

dulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran) ini, supaya Rasul itu

menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian sekalian menjadi

saksi atas segenap manusia. Oleh karena itu, dirikanlah oleh kalian

shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kalian pada tali Allah.

Dia adalah Pelindung kalian. Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-

baik Penolong. (TQS. al-Hajj [20]: 78).

Siapa saja yang mati sementara di pundaknya tidak ada baiat (kepada

khalifah), matinya adalah mati jahiliah. (HR Muslim).

Page 8: Analisis pendapatan industri ayam potong

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin dan kepada-Nya kami memohon bantuan atas

segala urusan duniawi dan agama, sholawat dan salam penulis panjatkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, serta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong “ ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada Jurusan Ilmu

Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas, Islam Indonesia.

Pada kesempatan ini, kendati belum setimpal penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Nur Feriyanto M. Si, selaku Dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan dan meluangkan begitu banyak

waktu, arahan serta bimbingannya.

Bapak – Ibu atas segalanya yang telah diberikan, cintanya, kasihnya,

kesabarannya, tak bisa ku sebutkan satu persatu dan tak akan pernah bisa ku

menggantinya dengan apapun dalam seluruh hidupku.

Saudaraku tercinta Mbak Nti, Budi dan si kecil Irul yang tiada pernah

bosan memberikanku semangat, ejekan, motivasi, dan kasih, aku tahu kalian

sangat menyayangi aku.

Teman – teman seperjuangan di basecamp EP 2000 ( Eko, Oki Kancil, Oki

Jeruk, Dod y Jemblung and Pandu ) friends for ever!!, my team “||Brigade||”

Page 9: Analisis pendapatan industri ayam potong

ii

dalam permainan Counter Strike (Deny, Topan, Aji, Endra) jangan berhenti

berlatih siapa tau suatu saat kita bisa menjuarai World Cyber Game.

Untuk temen-temen EP ; Bondan, Dandi, Big, Rano, Kincex, Pras, Itong,

Bagus, Lia, Melani, Savitri dan semua teman-teman yang mustahil disebutkan

satu persatu.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengusaha

ayam potong Kota Jakarta, pegawai Badan Pusat Statistik Pusat DKI Jakarta dan

semua pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan

penulisan skripsi ini

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan permohonan maaf

apabila di dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.

Mengingat skripsi ini adalah tulisan pertama dan keterbatasan penulis dalam

pikiran dan waktu. Dan pada akhirnya mudah – mudahan skripsi ini akan

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Amiiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 28 Januari 2008

Dedy Suprihatin

Page 10: Analisis pendapatan industri ayam potong

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Pernyataan Bebas Plagiarisme

Lembar Pengesahan

Lembar Berita Acara

Halaman Persembahan

Halaman Motto

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 6

1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ................................... 8

1.1 Geografis ......................................................................................... 8

2.2 Keadaan Alam ......................................................................... ........ 8

2.3 Keadaan Penduduk .......................................................................... 9

Page 11: Analisis pendapatan industri ayam potong

iv

2.4 Kesehatan dan Keluarga Berencana ................................................ 11

2.5 Pertanian .......................................................................................... 12

2.6 Keadaan Ekonomi ........................................................................... 12

BAB III KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 15

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................................... 18

A. Landasan Teori....................................................................................... 18

4.1 Teori Produksi ................................................................................. 18

4.2 Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang .................... 20

4.3 Pendapatan ...................................................................................... 23

4.4 Penjualan ......................................................................................... 25

4.5 Persaingan Pasar............................................................................... 26

B. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 27

BAB V METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 28

5.1 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 28

5.2. Metode Dasar ........................................................................................... 28

5.2.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 29

5.2.2 Populasi dan Sampling ...................................................................... 30

5.2.3 Definisi Variabel ............................................................................... 31

5.3. Metode Analisis Data .............................................................................. 31

5.3.1 Metode Regresi Kuadrat Terkecil ...................................................... 32

5.3.2 Pemilihan Model Regresi................................................................... 33

5.3.3 Uji Statistik ....................................................................................... 34

5.3. Pengujian Asumsi Klasik ......................................................................... 37

Page 12: Analisis pendapatan industri ayam potong

v

a. Multikolinieritas..................................................................................... 37

b. Heteroskedastisitas................................................................................. 38

c. Autokorelasi ........................................................................................... 39

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 41

6.1. Diskripsi Data ........................................................................................... 41

a. Jenis Usaha.................................................................................... 41

b. Umur ............................................................................................. 42

c. Tingkat Pendidikan ....................................................................... 42

d. Lama Berusaha.............................................................................. 43

e. Jumlah Pekerja .............................................................................. 43

f. Prospek Usaha ............................................................................... 44

6.2. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis ....................................... 45

6.2.1 Pemilihan Model Regresi .................................................................. 45

6.2.2. Hasil Regresi .................................................................................... 46

6.2.3 Analisis Statistik ............................................................................... 47

1. Uji Tanda ........................................................................................ 47

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ................................................ 48

6.2.4 Uji F-Statistik .................................................................................... 54

6.2.5 Penaksiran Koefisien Determinasi (R²) ............................................. 55

6.3 Pengujian Asumsi Klasik ........................................................................... 56

6.3.1 Uji Heteroskedastisitas....................................................................... 56

6.3.2 Uji Autokorelasi ................................................................................. 58

6.3.3 Uji Multikolinieritas........................................................................... 59

Page 13: Analisis pendapatan industri ayam potong

vi

6.4 Pembahasan Hasil Analisis ........................................................................ 60

6.4.1 Jumlah Pesaing (X1 ) .......................................................................... 60

6.4.2 Biaya Transportasi (X ) .................................................................... 61 2

6.4.3 Jumlah Ayam Terjual (X ) ................................................................ 62 3

6.4.4 Variabel Dummy Flu Burung (dm).................................................... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 64

7.1. Kesimpulan .............................................................................................. 64

7.2. Implikasi ................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Analisis pendapatan industri ayam potong

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 :Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai

Dengan 28 Januari 2008 3

Tabel 2.1 :Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut

Kecamatan 2005 9

Tabel 2.2 :Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut

Kecamatan 2004 10

Tabel 2.3 :Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak

Balita Menurut Kecamatan, 2005 11

Tabel 2.4 :Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 14

Tabel 6.1 : Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha 42

Tabel 6.2 : Karakteristik Responden Menurut Umur 42

Tabel 6.3 : Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 43

Tabel 6.4 : Karakteristik Responden Menurut Lama Berusaha 44

Tabel 6.5 :Karakteristik Responden Menurut Jumlah Pekerja 44

Tabel 6.6 :Uji Statistik Durbin-Watson 45

Tabel 6.7 :Hasil Regresi LogLinear 46

Tabel 6.8 :Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas 49

Tabel 6.9 :Hasil Uji White Test 57

Tabel 6.10 :Hasil Uji LM Test 59

Page 15: Analisis pendapatan industri ayam potong

viii

Tabel 6.11 :Hasil Pengujian Multikolinearitas 60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang ............... 21

Gambar 5.1 : Statistik Durbin-Watson ............................................................... 43

Gambar 6.1 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing ............................ 50

Gambar 6.2 : Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi ......................... 51

Gambar 6.3 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual .................. 52

Gambar 6.4 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy ........................................ 54

Page 16: Analisis pendapatan industri ayam potong

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk

Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk

bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis

ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di

mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di

samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi

telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat

terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong

mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam

potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim

Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari

http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar

yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat

diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang

relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang

publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.

Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat

usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah

merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang

mencapai 100% pada akhir 2005.

Page 17: Analisis pendapatan industri ayam potong

2

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan

ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian

infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik

Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia

dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan

transportasi unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,

Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat

dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya

kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi

terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian

influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di

10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang

paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian

1.541.427 ekor.

Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada

tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal

dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan

Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008

Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian

pada manusia yang disebabkan virus flu burung dengan rincian sebagai

berikut :

Page 18: Analisis pendapatan industri ayam potong

3

Tabel 1

Data Kasus Flu Burung pada Manusia

di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008

Positif Flu Burung No Propinsi

Jumlah Kasus Meninggal

1 Jawa Barat 31 25

2 DKI Jakarta 29 25

3 Banten 24 20

4 Sumatera Utara 8 7

5 Jawa Timur 7 5

6 Jawa Tengah 9 8

7 Lampung 3 0

8 Sulawesi Selatan 1 1

9 Sumatera Barat 3 1

10 Sumatera Selatan 1 1

11 Riau 6 5

12 Bali 2 2

Jumlah 124 100

Sumber : Depkes RI, 2008

Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan

melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi

mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan

denda maksimal 50 juta rupiah.

Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan

flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga

meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan

akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti

dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para

aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4

Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk

memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.

Page 19: Analisis pendapatan industri ayam potong

4

Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam

mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi

takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600

pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang

tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena

secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu

hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu

menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar

tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen

Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00

naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik

menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut

akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut

tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual

Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu

1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam

potong?

2. Apakah biaya transportasi mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam

potong?

Page 20: Analisis pendapatan industri ayam potong

5

3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan

pengusaha ayam potong?

4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam

potong?

5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan

jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi

pendapatan pengusaha ayam potong?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian :

1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan

pengusaha ayam potong.

2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan

pengusaha ayam potong.

3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap

pendapatan pengusaha ayam potong.

4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha

ayam potong.

5. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya

transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy Flu

burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Page 21: Analisis pendapatan industri ayam potong

6

1.3.2. Manfaat Penelitian :

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu

penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di

lapangan.

2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi

banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang

sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan

memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental

mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

Bab ini menerangkan mengenai diskripsi wilayah penelitian yang

menguraikan tentang keadaan wilayah Kotamadya Jakarta Selatan.

Page 22: Analisis pendapatan industri ayam potong

7

BAB III KAJIAN PUSTAKA

Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian

ini.

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi

acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.

BAB V METODE PENELITIAN

Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi

operasional penelitian

BAB VI ANALISIS DATA

Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta

pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh

dan pembahasannya.

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi pembahasan,

kesimpulan dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab

sebelumnya.

Page 23: Analisis pendapatan industri ayam potong

8

BAB II

TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

2.1. Geografis

Kota Jakarta Selatan merupakan salah satu dari 5 kota yang

terdapat di Propinsi DKI Jakarta. Kota ini mempunyai luas daerah

seluruhnya 145,73 km (22,41% dari Luas DKI Jakarta) yang berada pada

posisi 06 15 40.8 Lintang Selatan dan 106 45 0.00 Bujur barat. Kota

Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 kecamatan yaitu Kebayoran Baru,

Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Cilandak, Pasar Minggu, Jagakarsa,

Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. Secara administratif

batas – batas wilayah dari Kota Jakarta Selartan adalah sebagai berikut :

2

- Sebelah Utara : Banjir kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan Tanah

Abang, Jalan Kebayoran Lama dan Kebon Jeruk

(Kota Jakarta Barat)

- Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Jakarta Timur)

- Sebelah Selatan : Kotamadya Depok

- Sebelah Barat : Kecamatan Ciputat dan Cileduk, Kabupaten

Tangerang, Propinsi Jawa Barat)

2.2. Keadaan Alam

Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada ketinggian 26,2 m di atas

permukaan laut, bercirikan daerah yang beriklim khas tropis dengan

tempratur udara sekitar 27,5 celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 o

Page 24: Analisis pendapatan industri ayam potong

9

persen, yang disapu angin dengan kecepatan sekitar 0,2 knot sepanjang

tahun. Curah hujan mencapai ketinggian rata-rata 1999,5 mm per-hari

yang terjadi selama 210 hari dalam setahun. Penggunaan tanah 71,56%

untuk perumahan, 12,26% untuk perkantoran, 1,62% untuk perindustrian,

1,06% untuk taman, 1,04% untuk tempat tidur, 10,48% untuk waserda dan

1,93% untuk lahan pertanian.

Tabel 2.1

Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya

menurut Kecamatan 2005

Sumber:Survei Fisik Kecamatan, BPS Jakarta Selatan

Kecamatan Perumahan Industri

Kantor dan

Gudang Taman Pertanian Lahan Tidur Waserda

1 Jagakarsa 52,76% 1,54% 3,81% 2,48% 19,13% 4,44% 15,84% 2 Pasar Minggu 78,01% 0,43% 6,44% 3,38% 0,06% 0,53% 11,15% 3 Cilandak 77,61% 1,50% 6,65% 0,09% 0,23% - 13,92% 4 Pesanggrahan 80,61% 1,33% 1,22% 0,54% 1,62% 1,62% 13,06%

5 Kebayoran Lama 70,01% 8,00% 18,58% 0,48% - 0,5% 2,43%

6 Kebayoran Baru 68,25% 0,08% 19,97% 2,32% 0,03% 0,2% 9,15%

7 Mampang Prapatan 77,13% 0,01% 3,03% - - - 19,83%

8 Pancoran 77,42% 3,67% 10,71% 1,21% 0,08% 0,83% 6,08% 9 Tebet 73,94% 0,38% 14,57% 0,31% - 0,29% 10,51% 10 Setia Budi 65,42% 0,78% 22,82% 0,97% - 2,17% 7,84% Jumlah 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48% 2004 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48%

2.3. Keadaan Penduduk

Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Jakarta Selatan 1.707.767

jiwa kemudian pada tahun 2005 naik menjadi 1.745.195 jiwa, dengan

kepadatan penduduk mencapai 11.976 per Km . Dari Jumlah tersebut,

jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan seperti

terlihat pada sex ratio yang lebih besar dari 100 yaitu 110. Penduduk laki-

laki berjumlah 914.951 jiwa dan penduduk perempuan 830.244 jiwa.

2

Page 25: Analisis pendapatan industri ayam potong

10

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio

menurut Kecamatan 2004

Penduduk Hasil Registrasi

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan

Sex Ratio

1 Jagakarsa 111.781 102.817 214.598 8.580 108,72 2 Ps. Minggu 141.038 111.284 252.322 11.522 126,74 3 Cilandak 76.546 76.821 153.367 8.427 99,64 4 Pesanggrahan 82.099 73.829 155.928 11.576 111,20 5 Keb. Lama 120.850 108.585 229.435 11.876 111,30 6 Keb. Baru 74.837 72.322 147.159 11.399 103,48 7 Mp. Prapatan 54.779 49.235 104.014 13.456 111,26 8 Pancoran 63.886 59.577 123.463 14.474 107,23 9 Tebet 127.310 115.171 242.481 26.793 110,54 10 Setia Budi 61.825 60.603 122.428 12.740 102,00 Jumlah Total 914.951 830.244 1.745.195 11.976 110,20 2004 894.784 812.983 1.707.767 11.719 110,06 2003 892.059 809.317 1.701.376 11.675 110,00

Sumber : Statistik Wilayah DKI Jakarta

Status kewarganegaraan di Jakarta Selatan terdiri WNA sebanyak

574 jiwa, sementara warga negara asing yang terbanyak adalah warga

Cina. Kegiatan penduduk berusia 10 tahun ke atas dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja; yang masing-

masing tercatat 58,39 persen dan 41,61 persen. Dari angkatan kerja

tersebut terdapat 49,51 persen penduduk bekerja dan 8,88 persen yang

mencari pekerjaan.

Pada kelompok bukan angkatan kerja terdapat 17,31 persen yang

sekolah 19,89 mengurus rumah tangga dan 4,39 persen lainnya.

Dibandingkan tahun 2004, jumlah penduduk yang bekerja naik, jika pada

tahun 2004 ada 57,95 persen penduduk bekerja dan 42,60 persen tidak

Page 26: Analisis pendapatan industri ayam potong

11

bekerja. Jumlah rumahtangga miskin di Jakarta Selatan ada sebanyak

11.196 rumahtangga.

2.4. Kesehatan dan Keluarga Berencana

Fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan terdiri dari 66 rumah sakit

(3.398 tempat tidur), 130 poliklinik atau balai kesehatan, 78 puskesmas, 19

laboratorium, 283 apotik, 101 toko obat, 1.037 dokter praktek, 750 praktek

dokter gigi dan 103 praktek bersama. Infeksi saluran pernapasan bagian

atas (ISPA) masih menunjukkan persentase tertinggi dibandingkan dengan

penyakit lain yang berarti pencemaran lingkungan masih tinggi, sedangkan

penderita diare mengalami kenaikan pada tahun ini dibandingkan tahun

lalu. Peserta KB Aktif perbulan rata-rata 178.688 akseptor, sedangkan

peserta KB baru 45.843 akseprot.

Tabel 2.3

Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak Balita

Menurut Kecamatan, 2005

Kecamatan Lahir Hidup

Lahir Mati

Jumlah bayi mati 0-28 Hari

Jumlah Bayi Mati 0-<1 Tahun

Jagakarsa 0 0 0 0 Pasar Minggu 1.385 55 55 3 Cilandak 2.373 94 72 135 Pesanggrahan 1.200 4 0 0 Keb. Lama 4.579 12 7 1 Keb. Baru 5.777 60 31 0 Mp.Prapatan 0 0 0 0 Pancoran 1.561 14 2 0 Tebet 201 2 0 0 Setiabudi 2.683 15 11 3 Jumlah 19.759 250 178 248

Sumber :Sudin Yankes Kodya Jakarta Selatan

Page 27: Analisis pendapatan industri ayam potong

12

2.5. Pertanian

1. Pertanian

Produk tanaman jagung tahun 2005 sekitar 167 ton, ubi kayu 414 ton

dan kacang tanah 45 ton. Komoditi ekspor tanaman hias jenis anggrek

merupakan komoditi unggulan, produksi tanaman anggrek segala

jenins mencapai lebih dari 1,6 juta tangka dengan nilai mencapai

hampir 5 milyar lebih.

2. Perikanan

Produksi ikan darat selama 2005 sebanyak 365.758 kg dengan nilai

lebih dari 30 juta rupiah.

3. Peternakan

Pada tahun 2005 populasi kambing 2.465 ekor, sapi perah 2.432 ekor,

kuda 74 ekor dan kambing 2.465 ekor. Produksi susu sebanyak

4.553.352 liter, telur 217.058 butir dan ayam buras 25.000 ekor.

2.6. Keadaan Ekonomi

Perekonomian Jakara selatan tahun 2005 (angka sementara)

didominasi oleh empat sektor utama, yaitu sektor keuangan (45,04%),

sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,18%), sektor bangunan (13,46)

dan sektor jasa (13,46%). Jumlah pasar wilayah di Jakarta Selatan

sebanyak 27 pasar yang menyediakan fasilitas tempat usaha/dagang

sebanyak 22.944 tempat usaha dagang atau jualan, yang terdiri dari 9.639

kios, 4.860 kios, 4.860 counter, 2.600 tempat jualan sayur dan buah, 644

tempat jualan daging sapi, 26 tempat jualan daging babi, 375 tempat jual

Page 28: Analisis pendapatan industri ayam potong

13

ikan basah, 47 tempat jual ikan hidup, 352 tempat jual ayam potong, 43

tempat jual ayam hidup, 1.118 tenda, 2.020 kaki lima dalam pasar, 1.120

kaki lima di luar pasar. Adapun jenis barang yang diperdagangkan

meliputi kebutuhan pokok, mulai dari jasa konsumsi, logam mulia, barang

teknik, restoran dan warung, kelontong, tekstil dan jasa produksi.

Realisasi penerimaan pajak-pajak sebagian didapat dari denda

pajak yang antara lain dari pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, PPABT

dan parkir sebesar 168,920 milyar rupiah. Selama lima tahun terakhir sejak

tahun 2000 sampai tahun 2005, nilai produk domestik regional bruto

(PDRB) Kotamadya Jakarta Selatan setiap tahunnya telah mengalami

peningkatan yang cukup berarti. Nilai PDRB pada tahun 2003 atas harga

berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 75.078.360 juta rupiah,

naik sekitar 54,87 persen dari tahun sebelumnya. Nilai PDRB tahun 2005

atas harga berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 97.352.170 juta

rupiah. Angka PDRB perkapita secara tidak langsung bisa dijadikan salah

satu indikator untuk mengukur kemakmuran suatu wilayah dan

keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pada tahun 2005 PDRB

perkapita penduduk Jakarta Selatan atas dasar harga kosdtan 2000

mencapai hampir 60 juta rupiah.

Page 29: Analisis pendapatan industri ayam potong

14

Tabel 2.4

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut

Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan usaha 2003 2004 * 2005 **

(1) (5) (6) (7) 1 Pertanian 84.748 90.498 91.934 2 Industri 1.516.588 1.640.447 1.900.262 3 Listrik, gas dan air bersih 302.584 442.934 497.199 4 Bangunan 9.897.863 10.964.039 13.111.7575 Perdagangan, hotel dan restoran 13.954.404 15.615.757 17.893.3496 Pengangkutan dan komunikasi 3.960.043 4.950.506 6.097.015

7 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 34.998.025 38.862.567 43.848.334

8 Jasa-jasa 10.364.104 11.869.681 13.912.318 Produk Domestik Regional Bruto 75.078.360 84.436.429 97.352.170

Sumber : BPS Kotamadya Jakarta Selatan Keterangan : *) angka perbaikan **) angka sementara

Page 30: Analisis pendapatan industri ayam potong

15

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

Laporan penelitian M.Faisal,Drs,MM (2008) yang berjudul "Analisis

Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam

Pedaging/potong" yang merupakan suatu studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat,

Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Perumusan masalah adalah variabel manakah yang signifikan pengaruhnya

serta memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan peternak. Alat analisis

yang digunakan adalah analisa regresi Linier Berganda, yaitu suatu analisa untuk

mengetahui pengaruh antara variabel bebas yang meliputi jumlah ayam (X1), biaya

pakan (X2), biaya pemeliharaan (X3), dan upah tenaga kerja (X4) serta variabel

terikat (Y), yaitu tingkat pendapatan peternak.

Dari hasil analisa ditunjukkan bahwa budidaya ternak ayam potong

dipengaruhi oleh jumlah ayam (ekor), biaya pakan (Rp), biaya pemeliharaan (Rp) dan

upah tenaga kerja (Rp). Demikian pula pada analisa secara keseluruhan juga

menunjukkan bahwa keempat variabel bebas tersebut mempengaruhi tingkat

pendapatan peternak sebesar 99,98%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel

lain yang diluar perhitungan regresi. Kesimpulan yang didapat adalah perlu adanya

pengembangan dan peningkatan budidaya ternak ayam potong, selain sebagai

penunjang ekspor non migas juga untuk meningkatkan pendapatan peternak dan

masyarakat sekitarnya.

Page 31: Analisis pendapatan industri ayam potong

16

Ir. Ikrar Moh. Saleh, M.Sc. (2005) dalam penelitiannya “Analisis Efisiensi

Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Berbagai Slaka Usaha di Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa” yang bertujuan untuk megetahui tingkat pendapatan

yang diperoleh peternak ayam broiler pada skala usaha yang berbeda, dan mengetahui

pada skala usaha berapa yang memberikan efesiensi finansial yang paling tinggi pada

peternak ayam broiler. Penelitian ini menggunakan metode stratified purposive

random sampling, yaitu mengambil peternak yang menggunakan jenis pakan dan

bibit yang sama dari berbagai skala usaha dengan wawancara langsung pada peternak

ayam yang berpedoman pada kusioner yang telah dibuat..Sampel penelitian ini

sebanyak 50% dari keseluruhan peternak di Kecamatan Palangga yang jumlahnya 62

orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak semakin

bertambah seiring dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana

pendapatan tertinggi pada skala usaha 2500 yaitu Rp. 8.363.748,- Efesiensi finansial

semakin meningkat dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pada

skala 2500 memperoleh efesiensi finansial tertinggi yaitu 1.37554428.

Ibnu Edy Wiyono (2007) dalam Analisis ekonomi mingguan Charoen

Pokphand Indonesia yang berjudul “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan”

mengungkapkan beberapa hal penting yang mampu merangsang pertumbuhan usaha

peternakan di Indonesia, yaitu :

a. Pertumbuhan pendapatan dan laju urbanisasi berdampak pada

meningkatnya asupan protein hewani masyarakat Indonesia, dimana

daging dan telur ayam masih menjadi sumber utama protein hewani

daging.

Page 32: Analisis pendapatan industri ayam potong

17

b. Dengan tingkat pendapatan dan kondisi urbanisasi seperti saat ini, sektor

perunggasan Indonesia dimungkinkan untuk dapat meningkatkan

konsumsi daging ayam perkapita sebesar 2 kg melalui kampanye sadar

gizi.

c. Dampak negatif flu burung telah dapat dikelola dengan baik. Meskipun

demikian, Industri peternakan masih harus mencari solusi efektif untuk

mengurangi tekanan biaya produksi akibat kenaikan harga jagung dan

bungkil kacang kedelai.

Page 33: Analisis pendapatan industri ayam potong

18

BAB IV

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

4.1. Teori Produksi

Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan mengacu pada

teori perilaku produsen, khususnya teori produksi. Teori produksi merupakan

analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen,

dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam

faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, seefisien

mungkin ( Ari Sudarman, 1989 : 120 )

Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input

menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah Penentuan kombinasi

faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah

penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil

produksi yang didapat menjadi optimal. Input pada suatu proses produksi

terdiri dari tanah, tenaga kerja, kapital dan bahan baku, jadi input adalah

barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi

sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang

dihasilkan dari suatu proses produksi.

Suatu perekonomian senantiasa menggunakan teknologi yang dimiliki

untuk mengkombinasikan berbagai input guna menghasilkan output.

Page 34: Analisis pendapatan industri ayam potong

19

4.1.1. Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi

dengan hasil produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah

barang yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang

digunakan.

Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Keterangan :

Q = output

K = kapital / modal

L = labour / tenaga kerja

R = resuources / sumber daya

T = teknologi

Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi

suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja,

jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah

produksi yang berbeda – beda tentunya memerlukan faktor produksi yang

berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama

akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah

faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan

perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah

Page 35: Analisis pendapatan industri ayam potong

20

tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana

perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang

sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah

namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau

input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input

variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang

yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin

semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak

mengalami perubahan.

4.2. Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah

umum dan tingkat perubahan umum output perusahaan bila salah satu sumber

yang digunakan berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika

salah satu input ditambah secara terus – menerus maka produksi total akan

semakin meningkat sampai pada suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan

apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus

ditambah maka produksi total akan semakin menurun.

Page 36: Analisis pendapatan industri ayam potong

21

Q

Q 3

Q 2 TP

Q1

0 L1 L 2 L L L 3 4

Q

Tahap 1 Tahap II Tahap III

AP L

0 L 2 L 3 MP L L

Gambar 4.1 Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang

Keterangan :

TP adalah total produksi

L adalah tenaga kerja

MP adalah marginal produk tenaga kerja L

AP adalah produksi rata-rata tenaga kerja L

Page 37: Analisis pendapatan industri ayam potong

22

Dimana :

LTPMPL Δ

Δ=

LTPAPL =

Gambar diatas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi

yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal

dan teknologi dianggap tetap. Sumbu horisontal menunjukkan jumlah input

tenaga kerja dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah produksi yang

dihasilkan. Tahap I menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang masih sedikit

dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya menjadi L 2 maka total produksinya

akan meningkat dari Q1 menjadi Q , produksi rata-rata dan produksi

marjinalnya juga turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih

menambah jumlah tenaga kerjanya. Pada tahap ini kita juga dapat melihat

bahwa laju kenaikan produksi marjinal juga semakin besar sehingga dalam

tahap ini dikatakan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin

meningkat. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena adanya spesialisasi faktor

produksi tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakun

memungkinkan produsen melakukan spesialisasi tenaga kerja sehingga dapat

meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu produksi rata-rata pada tahap

ini terus meningkat hingga mencapai titik puncak pada saat penggunaan

tenaga kerja sebanyak L dan pada saat itu kurva MP berpotongan dengan

kurva AP . Pada kondisi demikian jika tenaga kerja terus ditambah lagi

2

2 L

L

Page 38: Analisis pendapatan industri ayam potong

23

penggunaannya hingga mencapai L 3 atau masuk pada tahap II maka total

produksi terus meningkat hingga mencapai Q 3 atau mencapai titik optimum

produksi. Pada tahap II tersebut produksi total terus meningkat sedangkan

produksi rata-rata mulai menurun dan produksi marjinal bertambah dengan

proporsi yang semakin menurun pula hingga pada akhirnya produksi marjinal

mencapai titik nol. Hal demikian berlaku hukum penambahan hasil produksi

yang semakin berkurang dan jika pada kondisi tersebut penggunaan tenaga

kerja masih saja ditambah maka memasuki tahap III, dimana penambahan

tenaga kerja akan menyebabkan turunnya total produksi. Jadi penggunaan

tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan

produksi marjinal menjadi negatif. ( Ida Nuraini, 2001 : 57 )

4.3. Pendapatan

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa

uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa

manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan

dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang

diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain.

(Samuelson dan Nordheus, 1995:255). Kondisi seseorang dapat diukur dengan

menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang

yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

(Samuelson dan Nordhaus, 1995:258)

Page 39: Analisis pendapatan industri ayam potong

24

Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan

bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan

dapat digolongkan menjadi 3

1. Gaji dan upah

Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu

pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.

2. Pendapatan dari kekayaan

Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi

dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya,

tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak

diperhitungkan

3. Pendapatan dari sumber lain

Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja

antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa

aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan

(income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang

individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau

sumber-sumber pendatapan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 1995:250)

4.3.1. Hubungan Pendapatan dengan Produksi

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki

oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada

pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh

pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh

Page 40: Analisis pendapatan industri ayam potong

25

sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh

keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing – masing jenis faktor

produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing – masing

faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh

berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu

barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. ( Sadono Sukirno,

1996 : 329)

4.4 . Penjualan

Adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh

penjual pada umumnya untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli

barang atau jasa yang ditawarkan oleh si penjual. Penjualan sangat penting

dalam mekanisme pasar karena dapat menciptakan seatu proses pertukaran

barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Dalam perekonomian kita

(perekonomian uang), seseorang yang menjual sesuatu akan mendapatkan

imbalan berupa uang. Oleh karena itu, jika seseorang makin pandai untuk

menawarkan barang atau jasanya akan semakin cepat pula mencari kesuksesan

dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tujuan yang diinginkan akan

segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus

digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat

memberikan kepuasan. (Basu, 1993:8)

Page 41: Analisis pendapatan industri ayam potong

26

4.5 Persaingan Pasar

Para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang memuaskan

kebutuhan konsumen yang sama Ada lima kekuatan yang menentukan daya

tarik laba jangka panjang. Lima kekuatan tersebut adalah para pesaing

industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. ( Philip Kotler,

2006:417)

Mengindentifikasi pesaing sepertinya merupakan tugas sederhana

perusahaan. Akan tetapi perusahaan bahkan lebih mungkin terpukul oleh

pesaing yang baru muncul atau teknologi terbaru ketimbang oleh pesaing

sekarang. Berfokus pada pada pesaing saat ini dan bukan pada pesaing

tersembunyi telah menyebabkan beberapa perusahaan tersingkir.

Setelah mengidentifikasi para pesaing utamanya, perusahaan harus

mengetahui dengan pasti kekuatan dan kelemahan serta tujuan strategis

mereka. Hal yang harus segera dilakukan adalah menentukan strategi, tujuan

dan menganalisis kekuatan dan kelemahan.

Secara umum setiap perusahaan harus memantau tiga variabel ketika

menganalisis para pesaingnya. ( Philip Kotler, 2006:419 )

1. Pangsa pasar atau sasaran pasar

2. Pangsa ingatan, atau persentase pelanggan yang menyebut nama

pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “sebutkan perusahaan pertama

di Industri ini yang ada dalam pikiran anda.”

Page 42: Analisis pendapatan industri ayam potong

27

3. Pangsa hati atau persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing

dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan yang produknya

lebuh anda sukai untuk dibeli.”

Setelah perusahaan melakukan analisis nilai pelanggannya, ia dapat

memusatkan serangannya pada salah satu kelas pesaing yaitu pesaing kuat

versus lemah, pesaing dekat versus jauh dan kelas pesaing yang “baik”

versus “buruk”.

Untuk bertahan, perusahaan dituntut untuk melakukan tindakan di tiga

bidang. Pertama, perusahaan tersebut harus mencari cara untuk

memperbesar permintaan pasar keseluruhan, melindungi pangsa pasar dan

tetap berusaha meningkatkan pangsa pasarnya lebih jauh walaupun ukuran

pasarnya tetap sama. ( Philip Kotler, 2007:417)

B. Hipotesis Penelitian

Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini disusun hipotesis sebagai

berikut :

1. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan

signifikan oleh jumlah pesaing.

2. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan

signifikan oleh besarnya biaya transport per bulan.

3. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara positif dan

signifikan oleh jumlah ayam terjual per bulan.

4. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan

signifikan oleh pengaruh kasus flu burung.

Page 43: Analisis pendapatan industri ayam potong

28

BAB V

METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengusaha ayam

potong sebagai unit analisisnya. Pengertian pengusaha ayam potong di sini

adalah pengusaha ayam potong yang melayani pembelian maupun penjualan

ayam potong hidup ataupun mati, termasuk di dalamnya adalah peternak,

rumah potong dan penjual. Daerah penelitian yang diambil adalah Kota

Jakarta Selatan.

5.2 Metode Dasar

Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptis analitis, yaitu

suatu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan obyek

penelitian pada saat sekarang, berdasarkan pada penemuan fakta-fakta atau

keadaan yang sebenarnya (Nawawi dan Martini, 1994). Tujuan

digunakannya metode ini adalah untuk menggali faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong.

Teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan studi kasus.

Studi kasus adalah teknik studi dengan memusatkan perhatian pada suatu

kasus secara intensif dan mendetail. Obyek yang diteliti terdiri dari satu unit

atau kesatuan unit yang dipandang sebagai suatu kasus (Surakhmad, 1990).

Page 44: Analisis pendapatan industri ayam potong

29

5.2.1. Jenis dan Sumber Data

a. Data primer

Adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuisioner (Umar, 2002). Penelitian ini menggunakan data

Croos Section yaitu data yang dikumpulkan dalam kurun waktu

tertentu dari sample. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan

september sampai dengan bulan oktober tahun 2007.

Cara memperoleh data :

- Interview (wawancara)

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pengusaha

ayam potong yang terpilih sebagai sampel.

- Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan

secara cermat dan sistematis terhadap pola perilaku orang, obyek, atau

kejadian-kejadian tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan orang,

obyek, atau kejadian tersebut. Metode ini dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran awal tentang seberapa besar pengaruh variabel

independen terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Page 45: Analisis pendapatan industri ayam potong

30

- Metode Angket / Kuisioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempersiapkan daftar

pertanyaan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti yang

kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi.

b. Data Sekunder

Adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku,

majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau

dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga

yang dianggap kompeten.

5.2.2. Populasi dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ayam potong

yang berdomisili di Kota Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi. Pada penelitian ini metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling menggunakan metode purposive random sampling yaitu

teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan

pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan,

keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lainnya (H.B.

Sutopo, 2002 : 185).

Page 46: Analisis pendapatan industri ayam potong

31

Selanjutnya dari seluruh populasi pengusaha ayam potong di Kota

Jakarta Selatan diambil 100 pengusaha ayam potong yang tersebar di

wilayah Kota Jakarta Selatan sebagai sample.

5.2.3. Definisi Variabel

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan pengusaha ayam potong (Y) adalah pendapatan kotor atau

besarnya rata – rata pendapatan yang diterima oleh pengusaha ayam

potong sebelum dikurangi dengan total biaya operasional usaha dan

dihitung dalam satuan Ribu rupiah.

2. Jumlah pesaing (X1) adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi

sampel dan dinyatakan dalam satuan unit.

3. Biaya transportasi (X2) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarakan

untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dan

dinyatakan dalam satuan ribu rupiah.

4. Jumlah ayam yang terjual (X3) yaitu jumlah ayam yang terjual dalam

satu bulan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

5. Dummy flu burung (Dm) adalah persepsi responden tentang pengaruh

penyakit flu burung terhadap usaha ayam potong. Dinyatakan dengan

nilai “1” apabila flu burung dianggap berpengaruh dan diberi nilai “0”

apabila flu burung dianggap tidak berpengaruh.

5.3. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

dan kualitatif.

Page 47: Analisis pendapatan industri ayam potong

32

1. Metode kualitatif adalah metode mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian terhadap pendapat dan tanggapan responden, serta teori-

teori yang ada dengan masalah penelitian.

2. Metode kuantitatif adalah metode yang disarankan pada dianalisis

variabel-variabel yang dapat dinyatakan dengan jelas atau menggunakan

rumus yang pasti yaitu:

5.3.1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil

Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat

Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi Produksi Cobb

Douglass. Model hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Y = f (X1, X2, X3, DM)

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat

ditarik suatu model ekonometrik sebagai berikut:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + DM + e

Keterangan:

Y = Pendapatan Pengusaha Ayam Potong (Rp/Bulan)

X1 = Jumlah Pesaing (unit)

X2 = Biaya Transportasi (Rp/Bulan)

X3 = Jumlah ayam terjual (ekor)

Dm = Dummy Variabel

1 = Terpengaruh flu bururng

0 = Tidak terpengaruh flu burung

Page 48: Analisis pendapatan industri ayam potong

33

β0 = Konstanta regresi

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

e = Kesalahan pengganggu

5.3.2. Pemilihan Model Regresi

Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white

and Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model

yang akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Persamaan

matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier adalah sebagai

berikut :

Linier Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4+ e

Log Linier LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+e

Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa

Ho :Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)

Ha :Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log linier)

Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :

1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value)

dan selanjutnya dinamai F1.

2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan

selanjutnya dinamai F2.

3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1

4. Estimasi persamaan berikut ini :

Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4 + β5 Z1 + e

Page 49: Analisis pendapatan industri ayam potong

34

Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak

hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model

log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima

hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier

5. Estimasi persamaan berikut :

LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+ β5 Z1 + e

Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis

alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier

dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis

alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier.

(Agus Widarjono ; 2005).

5.3.3. Uji Statistik

Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu

dilakukan beberapa pengujian : (Gujarati, 2003)

a. Uji t Statistik

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen.

1. Hipotesis yang digunakan :

a. Jika Hipotesis positif

Ho : βi ≤ 0 variabel independent tidak

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

Ha : βi > 0 variabel independen mempengaruhi

variabel dependen secara positif dan signifikan

Page 50: Analisis pendapatan industri ayam potong

35

b. Jika Hipotesis negatif

Ho : βi ≥ 0 variabel independent tidak

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

Ha : βi < 0 variabel independent mempengaruhi

variabel dependen secara negatif dan signifikan

2. Pengujian satu sisi

Jika T table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen

secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Jika T table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen

secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

b. Uji F statistik

Uji F digunakan untuk menghitung apakah model yang

digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat

kepercayaan tertentu (Sritua Arief, 1993 : 13)

Adapun langkah – langkah pengujian untuk uji f adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis

0: 4321 ==== ββββoH

(tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden

terhadap variabel dependen secara bersama – sama)

0: 4321 ≠≠≠≠ ββββoH

Page 51: Analisis pendapatan industri ayam potong

36

(ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden

terhadap variabel dependen secara bersama – sama)

2. Perhitungan nilai F-tes:

( )( ) ( )kNR

kRFhitung −−−

= 2

2

11

keterangan :

k = jumlah variabel

N = jumlah sample

2R = koefisien determinasi

Daerah Ho ditolak

Daerah Ho diterima

f-tabel

3. Pengambilan keputusan uji f

Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara

bersama – sama variabel independen secara signifikan

mempengaruhi variabel dependen

Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti

secara bersama – sama variabel independen secara signifikan

tidak mempengaruhi variabel dependen.

Page 52: Analisis pendapatan industri ayam potong

37

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar

varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi

variabel-variabel independent. Nilai R2 paling besar 1 dan paling

kecil 0 (0<R2<1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak

dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab

variabel-variabel yang dimasukan kedalam persamaan regresi tidak

mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0. Semakin

dekat R2 dengan 1, maka semakin tepat regresi untuk meramalkan

variabel dependen, dan hal ini menunjukan hasil estimasi keadaan

yang sebenarnya.

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya

autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Apabila terjadi

penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan

sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan

kesimpulan

a. Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu

atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear

dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya

multikolinearitas adalah dengan pengujian terhadap masing-masing

variabel independen untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) yang

Page 53: Analisis pendapatan industri ayam potong

38

dapat kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi

secara bersama variabel independent dengan variabel dependen. Jika r2

melebihi R2 pada model regresi maka dari hasil regresi tersebut terdapat

multikolinearitas, sebaliknya apabila R2 lebih besar dari semua r2 maka ini

menunjukan tidak terdapatnya multikolinearitas pada model regresi yang

diuji.

b. Heteroskedastisitas

Adanya heteroskedastisitas dalam model analisis mengakibatkan

varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi minimum dan penaksir-

penaksir OLS menjadi tidak efisien meskipun penaksir OLS tetap tidak

bias dan konsisten. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah pengujian White, langkah

pengujiannya antara lain:

Estimasi persamaan model dan dapatkan residualnya.

a. Melakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi

auxiliary

b. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji

White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2

yang akan mengikuti distribusi Chi-squares dengan degree of

freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta

dalam regresi auxiliary. Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat

dicari dengan formula sebagai berikut:

n R2 ≈ χ2df

Page 54: Analisis pendapatan industri ayam potong

39

c. Jika nilai Chi-squares hitung (n. R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis

dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada

heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Chi-squares hitung lebih

kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya

heteroskedastisitas

c. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota

serangkaian observasi menurut waktu. Dalam konteks regresi, model

linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat

dalam disturbansi atau gangguan Ui dengan menggunakan lambang:

E (Ui Uj) = 0 ; 1 ≠J

Secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan

bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak

dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan

dengan pengamatan lain yang manapun (Gujarati, 2003)

GAMBAR 5.1

STATISTIK DURBIN-WATSON

autokorelasi

positif

Ragu-

ragu

tidak ada

autokorelasi

ragu-

ragu

autokorelasi

negatif

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Page 55: Analisis pendapatan industri ayam potong

40

Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam gambar 5.1 berikut ini :

TABEL 5.6

UJI STATISTIK DURBIN-WATSON

Nilai Statistik Hasil 0<d<dl

dl≤d≤du

du≤d≤4-du

4-du≤d≤4-dl

4-dl≤d≤4

Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menurut hipotesis nul; tidak ada autokorelasi

positif/negatif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi

negative

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan

Durbin Watson (DW test), dengan hipotesa sebagai berikut:

1) Jika nilai DW statistik < DL, atau DW statistik > 4-DL, maka Ho

ditolak yang berarti terdapat autokorelasi

2) Jika nilai DU < DW < 4-DU, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat autokorelasi.

3) Jika DL ≤ DW ≤ DU atau 4- DU ≤ DW ≤ 4-DL, berarti dianggap

tidak meyakinkan (Widarjono, 2005)

Page 56: Analisis pendapatan industri ayam potong

41

BAB VI

ANALISIS DATA

6.1. Diskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer

yang diperoleh dari sejumlah pengusaha ayam potong di Kota Jakarta

Selatan melalui metode observasi, wawancara dan kuisioner sebagaimana

disebutkan dalam bab sebelumnya.

Dari seluruh populasi pengusaha ayam di Kota Jakarta Selatan

diambil 100 pengusaha untuk dijadikan sample dengan karakterisrik

responden sebagai berikut :

a. Jenis Usaha

Jenis usaha ayam potong bisa dibedakan menjadi 3, yaitu peternak,

rumah potong dan penjual. Namun hasil data primer menunjukkan

bahwa di Kota Jakarta Selatan tidak terdapat peternakan ayam

potong. Hal tersebut bisa dimengerti dengan alasan bahwa

peternakan membutuhkan lahan yang luas dan jauh dari

pemukiman. Sedangkan data primer menunjukkan 73 responden

merupakan penjual dan sisanya adalah rumah potong. Secara rinci

jumlah responden yang dikelompokkan menurut jenis usaha

disajikan dalam tabel 6.1 :

Page 57: Analisis pendapatan industri ayam potong

42

Tabel 6.1

Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha

Jenis Usaha Jumlah Peternakan 0Rumah Potong 27Penjual 73Total 100

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

b. Umur

Data primer yang diperoleh dari pengusaha ayam potong di Kota

Jakarta Selatan menunjukkan bahwa pengusaha ayam potong di

Kota Jakarta Selatan paling banyak berusia antara 39 sampai umur

45 tahun yaitu sebesar 37% dan rata-rata pengusaha ayam potong

berumur 39,69 tahun. Umur terendah 19 tahun sedangkan umur

tertinggi 61 tahun. Secara rinci jumlah responden yang

dikelompokkan menurut umur disajikan dalam tabel 6.2 :

Tabel 6.2

Karakteristik Responden Menurut Umur

Umur Jumlah responden Persentase 18 - 24 3 3% 25 - 31 16 16% 32 - 38 22 22% 39 - 45 37 37% 46 - 52 16 16% 53 - 59 4 4% 60 - 66 2 2% 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

c. Tingkat Pendidikan

Menurut data primer yang diperoleh dari para dari pengusaha ayam

potong di Kota Jakarta Selatan, para pengusaha ayam potong paling

Page 58: Analisis pendapatan industri ayam potong

43

banyak berpendidikan tamatan SLTP yaitu sebesar 36% dari jumlah

responden, dan sebagian kecil tamatan perguruan tinggi yaitu

sebesar 7 pengusaha atau sebesar 7% dari jumlah sample pengusaha

ayam potong. Secara rinci jumlah responden menurut tingkat

pendidikan ditunjukkan pada tabel 6.3 sebagai berikut :

Tabel 6.3

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan terakhir Jumlah responden Persentase Sekolah dasar 29 29% Sekolah Menengah Pertama 36 36% Sekolah Menengah Atas 28 28% Sarjana 7 7%

Total 100 100% Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

d. Lama Usaha

Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam

potong di Kota Jakarta Selatan, lama usaha dari para pengusaha

ayam potong paling banyak antara 2 - 5 tahun yaitu sebesar 27

pengusaha atau 27% dari total responden, paling sedikit antara 26-

29 tahun yaitu ada 3 pengusaha atau sebesar 3% , dengan rata-rata

lama usaha adalah 11,34 tahun. Secara rinci lama usaha dalam

menjalankan usaha ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.4.

sebagai berikut :

Page 59: Analisis pendapatan industri ayam potong

44

Tabel 6.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berusaha

Lama Berusaha (tahun) Jumlah responden Persentase 2 – 5 27 27% 6 – 9 15 14% 10 – 13 22 22% 14 – 17 17 17% 18 – 21 12 12% 22 – 25 4 4% 26 – 29 3 4% Total 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

e. Jumlah Pekerja

Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam

potong di Kota Jakarta Selatan, 85 pengusaha ayam potong

mempekerjakan 0 – 5 karyawan, dengan rata-rata jumlah

karyawan adalah 3 orang. Secara rinci karakteristik pengusaha

ayam berdasarkan jumlah karyawan dalam menjalankan usaha

ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.5. sebagai berikut :

Tabel 6.5

Karakteristik Sample Berdasarkan Jumlah Karyawan

Jumlah Karyawan Jumlah responden Persentase 0 - 4 85 85% 5 - 9 11 11% 10 - 14 2 2% 15 - 19 2 2% Total 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

f. Prospek Usaha

Kebanyakan pengusaha ayam potong mengeluhkan tentang

lambatnya penanganan kasus flu burung sehingga banyak dari

mereka merasa pendapatannya merosot dengan tajam. Flu burung

dianggap telah mengurangi stok ayam sehat dan menurunnya minat

Page 60: Analisis pendapatan industri ayam potong

45

masyarakat untuk mengkonsumsi. Hal tersebut diperparah dengan

tingginya harga ayam potong pada saat masyarakat banyak yang

takut mengkonsumsi ayam potong akibat flu burung, sehingga para

pengusaha sulit menentukan harga jual.

Namun ada juga yang merasa bahwa usaha ayam potong ini masih

menguntungkan karena mereka merasa kasus flu burung tidak

mempengaruhi pendapatan mereka.

6.2 Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis

6.2.1. Pemilihan Model Regresi

Spesifikasi model untuk menentukan bentuk suatu fungsi suatu

model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah nonlinier dalam

suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji

tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji

MacKinnon, White, Davidson (MWD test). Hasil estimasi dari uji MWD

dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 6.6 Hasil Uji MWD

Variabel Nilai Statistik t Nilai Tabel t α

(=5%) Probabilitas Z1 13,46416 1,658 0,0000

Z2 -1,359798 1,658 0,1771

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)

Berdasarkan dari hasil regresi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa dengan menggunakan uji MWD ditemukan adanya perbedaan

antara kedua bentuk fungsi model empiris (linier dengan log - linier).

Page 61: Analisis pendapatan industri ayam potong

46

Dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%) bentuk fungsi model empiris

linier tidak bisa digunakan untuk analisis karena Z1 signifikan sedangkan

untuk log linear bisa digunakan untuk analisis karena Z2 tidak signifikan

secara statistik.

6.2.2. Hasil Regresi

Tabel 6.7 Hasil Regresi LogLinear

Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220 LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187 LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000

DM -0.051521 0.019951 -2.582334 0.0113 C 3.308057 0.200084 16.53334 0.0000

R-squared 0.990817 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990430 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.058022 Akaike info criterion -2.807267 Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009 Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521 Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran) Dari hasil regresi tersebut di atas dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai

berikut :

EDmLogXLogXLogXLogY +−+−−= 051521,0956544,0001583,0033245,0308057,3 321

)53334,16( )328768,2(− )-0.102368( )51.80643 ( )-2.582334(

R-squared = 0,990817

Adjusted R-squared = 0,990430

F-statistic = 2562,521

Di mana :

Y adalah rata – rata pendapatan kotor pengusaha ayam potong (Rupish/bulan)

X1 adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi sampel (Unit usaha)

Page 62: Analisis pendapatan industri ayam potong

47

X2 adalah biaya transportasi perbulan (Rupiah/bulan)

X3 adalah jumlah ayam terjual (Kilogram/bulan)

Dm adalah dummy variabel pengaruh flu burung terhadap usaha menurut persepsi

sample

6.2.3 Analisisi Statistik

Untuk menentukan parameter dalam model, metode yang digunakan

adalah Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diharapkan

dapat diperoleh penaksiran tidak bias linier terbaik (Best Linear Unbiased

Estimator / BLUE), pada dasarnya isi dari metode tersebut adalah

penentuan normal melalui peminimuman jumlah error kuadrat.

1. Uji Tanda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya transport dan

dummy variabel flu burung mempunyai koefisien regresi negatif. Hal

ini menunjukkan suatu hubungan negatif antara variabel independen

dan variabel dependen (pendapatan pengusaha ayam potong) artinya

jika terjadi peningkatan dalam jumlah pesaing, biaya transport dan

pengaruh flu burung maka pendapatan pengusaha ayam potong akan

menurun.

Sedangkan variabel independen jumlah ayam terjual memiliki

koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif

antara variabel independen dan variabel dependen (pendapatan

pengusaha ayam potong) yang berarti jika terjadi peningkatan dalam

Page 63: Analisis pendapatan industri ayam potong

48

jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha ayam potong

juga akan meningkat.

2. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial

Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t statistik

satu sisi terhadap masing-masing variabel independen, dari hasil

pengujuan regresi didapat nilai t hitung dari masing-masing variabel

independen untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel. Cara

yang dilakukan untuk menentukan t tabel adalah :

T tabel = α df (n-k)

Di mana :

α adalah tingkat signifikansi

df adalah derajat bebas

n adalah jumlah data

k adalah jumlah variabel independen yang digunakan termasuk

konstanta kemudian dicari pada tabel t

Dengan demikian dapat ditentukan nilai t tabel yang dipakai dalam

penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05

dan derajat bebas (100-5) sebesar 95 maka nilai t tabel didapat 1,658.

Apabila nilai t hitung > t tabel; maka variabel independen berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya jika t

hitung < t tabel; berarti variabel independen tidak signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

Page 64: Analisis pendapatan industri ayam potong

49

Dari hasil pengujian regresi didapat t hitung seperti tercantum dalam

tabel berikut:

Tabel 6.8

Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas

Variabel t-hitung t-tabel Keterangan X1 |-2,328768| |-1,658| Signifikan

X2 |-0,102368| |-1,658| Tidak signifikan

X3 51,806434 1,658 Signifikan

Dm |-2,582334| |-1,658| Signifikan

Sumber : Data priner diolah

2.1 Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah pesaing (β1)

Hipotesanya

Bila Ho : β1 ≤ 0 Variabel jumlah pesaing tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha

ayam potong.

Bila Ha : β1 > 0 Variabel jumlah pesaing berpengaruh secara negatif

dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha

ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen

secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

variabel dependen.

Page 65: Analisis pendapatan industri ayam potong

50

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100 - 5)

Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,328768

Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,328768 │> │-1,658│ maka

Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Gambar 6.1 Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing

Daerah Ho diterima

Daerah Ho ditolak

│-1,658│ │-2,328768│

2.2 Uji t-Statistik terhadap variabel biaya transportasi (β2)

Hipotesanya

Bila Ho : β2 ≤ 0 Variabel biaya transportasi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha

ayam potong.

Bila Ha : β2 > 0 Variabel biaya transportasi berpengaruh secara

negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan

pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Page 66: Analisis pendapatan industri ayam potong

51

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen

secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)

Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -0,102368

Karena nilai t hitung < t tabel atau │-0,102368│ < │ -1,658 │ maka

Ho ditolak, sehingga biaya transportasi berpengaruh secara negatif

namun tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam

potong.

Gambar 6.2 Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi

Daerah Ho diterima

Daerah Ho ditolak

│-0,102368││- 1,658│ 2.3 Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah ayam terjual (β3)

Hipotesanya

Bila Ho : β3 ≤ 0 Variabel jumlah ayam terjual tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha

ayam potong.

Page 67: Analisis pendapatan industri ayam potong

52

Bila Ha : β3 > 0 Variabel jumlah ayam terjual berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap variabel pendapatan

pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen

secara individual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)

Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = 51,80643

Karena nilai t hitung > t tabel atau 51,80643 > 1,658 maka Ho

ditolak, sehingga jumlah ayam terjual berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Gambar 6.3 Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual

1,658 51,8064

Daerah Ho ditolak

Daerah Ho diterima

Page 68: Analisis pendapatan industri ayam potong

53

2.4 Uji t-Statistik terhadap variabel dummy variabel pengaruh flu burung

(β4)

Hipotesanya

Bila Ho : β4 ≤ 0 Variabel pengaruh flu burung tidak berpengaruh

terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Bila Ha : β4 > 0 Variabel pengaruh flu burung berpengaruh secara

negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan

pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen

secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)

Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,582334

Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,582334│ >│-1,658│ maka

Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Page 69: Analisis pendapatan industri ayam potong

54

Gambar 6.4 Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy

Daerah Ho diterima

Daerah Ho ditolak

│-2,582334│ │-1,658│

6.2.4. Uji F-Statistik

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. (Gujarati, 2003)

F-hitung = )/()1(

)/(2

2

knRIkR−−

F-tabel = ( α : k-1, n-k ) α = 5 %, ( 5 - 1= 4 ; 100 - 5 = 95 )

Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel independen, tetapi jika F-tabel ≥ F-hitung berarti Ho

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Page 70: Analisis pendapatan industri ayam potong

55

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara

keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel independen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara

keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen.

Hasil perhitungan yang didapat adalah F-hitung = 2562,521

sedangkan F-tabel = 2,53 ( α = 0,05 ; 4, 95),sehingga F-hitung > F-

tabel (2562,521 > 2,53 ).

Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang

menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel jumlah

pesaing (X1), biaya transportasi (X2) dan jumlah ayam terjual (X3)

serta dummy variabel flu burung secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap pendpatan pengusaha ayam potong.

6.2.5. Penaksiran Koefisien Determinasi (R²)

Untuk mengukur koefisien garis regresi dengan sebaran

data/dengan kata lain R² digunakan untuk mengukur

proporsi/prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu

dijelaskan oleh model regresi yang diperoleh. Dari hasil R² 0,990817

artinya variabel independen (jumlah pesaing, biaya transportasi dan

jumlah ayam terjual serta dummy ) variabel adanya flu burung

mampu menjelaskan variasi total variabel dependen (pendapatan

Page 71: Analisis pendapatan industri ayam potong

56

pengusaha ayam potong) sebesar 99,08 % sedangkan sisanya

dijelaskan oleh variabel lain.

6.3. Pengujian Asumsi Klasik

Adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut di atas

akan menyebabkan uji statistik (uji t-statistik dan f-statistik) yang

dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan

kesimpulan yang diperoleh.

6.3.1. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan

tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test,

yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel

bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Dapatkan nilai R2 untuk menghitung χ2, di mana χ2 = Obs*R square

(Gujarati, 2003).

Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya heterokedastisitas.

Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas

Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada heterokedastisitas

Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2 -

hitung ) = 18,37865 sedangkan χ2 -tabel = 23,6848 ( df =14 ,α = 0,05 ),

sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (18,37865 < 23,6848). Perbandingan

antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <

Page 72: Analisis pendapatan industri ayam potong

57

χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji White Test

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada heterokedastisitas

Tabel 6.9 Hasil Uji White Test

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.489584 Probability 0.137812 Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633

LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688 (LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641

(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627 (LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425

(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700 LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638

(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729 (LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994

(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811 LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603

(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951 (LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471

DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825

R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198 Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138 Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414 Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584 Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)

Page 73: Analisis pendapatan industri ayam potong

58

6.3.2. Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara

anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.

Dalam kaitannya dengan asumsi OLS, autokorelasi merupakan

korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Pengujian

terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-

Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-

godfrey,dimana uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi

yang paling akurat ( Kuncoro, 2001 : 107), apalagi jika sampel yang

digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini

dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi

Serial Correlation LM Test Lag.

Uji Lagrange Multiplier ( LM Test ).

Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya autokorelasi.

Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada autokorelasi

Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada autokorelasi

Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2 -

hitung ) = 6,586913 sedangkan χ2 -tabel = 7,81473 ( df = 3 ,α = 0,05 ),

sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (6,586913< 7,81473 ). Perbandingan

antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <

χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji LM tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.

Page 74: Analisis pendapatan industri ayam potong

59

Tabel 6.10 Hasil Uji LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.162424 Probability 0.097786 Obs*R-squared 6.586913 Probability 0.086297

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:04

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) 0.002392 0.014184 0.168632 0.8665 LOG(X2) 0.003344 0.015499 0.215741 0.8297 LOG(X3) 0.007157 0.018754 0.381626 0.7036

DM 0.007340 0.020019 0.366678 0.7147 C -0.095004 0.201284 -0.471991 0.6381

RESID(-1) 0.033103 0.105833 0.312786 0.7552 RESID(-2) -0.191287 0.102204 -1.871616 0.0644 RESID(-3) -0.162931 0.105188 -1.548951 0.1248

R-squared 0.065869 Mean dependent var 2.29E-15 Adjusted R-squared -0.005206 S.D. dependent var 0.056838 S.E. of regression 0.056986 Akaike info criterion -2.815406 Sum squared resid 0.298761 Schwarz criterion -2.606992 Log likelihood 148.7703 F-statistic 0.926753 Durbin-Watson stat 2.005873 Prob(F-statistic) 0.489770

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran) 6.3.3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan yang terjadi diantara

variabel-variabel independen atau variabel independen yang satu

fungsi dari variabel independen yang lain. Pengujian terhadap gejala

multikolinieritas dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien

determinasi parsial (r2) dengan koefisien determinasi majemuk (R2),

jika r2 lebih kecil dari R2 maka tidak ada multikolinieritas.

Page 75: Analisis pendapatan industri ayam potong

60

Tabel 6.11 Hasil Pengujian Multikolinearitas

Variabel

r2

R2

Keterangan

X1 dengan X2, X3,

DM

0,376075

0,990817

Tidak ada multikolinieritas

X2 dengan X1, X3,

DM

0,056871

0,990817

Tidak ada multikolinieritas

X3 dengan X1, X2, DM 0,709709 0,990817

Tidak ada multikolinieritas

DM dengan X1, X2, X3

0,623095

0,990817 Tidak ada multikolinieritas

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)

Hasil dari uji klien diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat

multikolenieritas dimana seluruh nilai r2 lebih kecil dibandingkan

nilai R2.

6.4. Pembahasan Hasil Analisis

Hasil estimasi dan pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan

ternyata hasil estimasi pendapatan pengusaha ayam potong tidak terdapat

Multikolinieritas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi sehingga hasil dari

pengujian tersebut dapat diaplikasikan lebih lanjut.

6.4.1. Jumlah Pesaing (X1)

Variabel jumlah pesaing (X1) secara statistik berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong sebesar -

0.033245 berarti sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap adanya

penambahan jumlah pesaing 1 persen maka pendapatan pengusaha

Page 76: Analisis pendapatan industri ayam potong

61

ayam potong akan turun sebesar -0.033245 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya jumlah pesaing akan mengakibatkan

adanya penurunan jumlah pendapatan pengusaha ayam potong di Kota

Jakarta Selatan. Hal ini cukup beralasan karena dengan bertambahnya

jumlah pesaing akan mengakibatkan perebutan konsumen yang sama.

Hal yang kemudian mungkin terjadi adalah perang harga yang berarti

pengurangan laba bersih. Mungkin perlu ada penetapan harga sehingga

sesama pengusaha ayam potong tidak harus saling menjatuhkan dan

laba bersih masih dapat dipertahankan atau malah ditingkatkan.

6.4.2. Biaya Transportasi (X ) 2

Variabel biaya transportasi (X ) secara statistik negatif dan tidak

signifikan dan berbeda dengan hipotesa awal, hal tersebut berarti biaya

transportasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan

pengusaha ayam potong. Hal tersebut bisa dijelaskan dengan dengan

beberapa alasan:

2

1. Sebagian besar biaya transportasi sudah ditanggung oleh

pengusaha di atasnya seperti biaya transportasi penjual yang

ditanggung oleh rumah potong.

2. Kenaikan biaya transportasi masih bisa ditutupi dengan menaikkan

harga jual ayam potong.

3. Kebanyakan pengusaha berupaya mencari ayam potong dari dalam

kota sehingga biaya transportasi tidak terlalu tinggi

Page 77: Analisis pendapatan industri ayam potong

62

6.4.3. Jumlah Ayam Terjual (X3)

Variabel jumlah ayam terjual (X3) secara statistik positif

signifikan dan sesuai dengan hipotesa awal, hal tersebut menunjukkan

bahwa banyaknya jumlah ayam terjual berpengaruh terhadap

pendapatan pengusaha ayam potong sebesar 0.956544. Artinya setiap

penambahan jumlah ayam yang terjual sebesar 1 persen

mengakibatkan kenaikan pendapatan pengusaha ayam potong sebesar

0.956544 persen.

Peningkatan pendapatan akan dapat dicapai bila mampu

meningkatkan jumlah ayam yang terjual. Walaupun dalam prakteknya

hal tersebut sulit karena penjualan ayam potong sangatlah bergantung

pada demand pasar. Beberapa jalan yang dapat ditempuh adalah

memperluas pasar dengan membuka cabang di tempat lain, usaha

meyakinkan konsumen yang sama untuk mengkonsumsi ayam potong

lebih banyak atau bila perlu dengan periklanan. Dengan semakin

banyaknya jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha

ayam akan meningkat.

6.4.4. Variabel Dummy Flu Burung (dm)

Variabel dummy pengaruh flu burung (dm) secara statistik

negatif signifikan dan sesuai dengan hipotesa awal, hal tersebut

menunjukkan bahwa adanya flu burung berpengaruh terhadap

penurunan pendapatan pengusaha ayam potong. Flu burung merupakan

penyakit yang sangat merugikan bagi pengusaha ayam potong.

Page 78: Analisis pendapatan industri ayam potong

63

Ditingkat peternak, jika ayam mereka terkena flu burung maka ayam-

ayam tersebut akan mati menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat

ataupun distributor. Meskipun ayam – ayam yang mati tersebut

tidaklah terlalu banyak sehingga pendapatan berkurang drastis, namun

masyarakat yang takut mengkonsumsi ayam potong akan menurunkan

jumlah permintaan, belum lagi dinas kesehatan yang kemungkinan

besar akan ngotot untuk memusnahkan seluruh stok ayam yang

dikuatirkan telah terjangkit virus flu burung. Oleh karena itu hal yang

harus dilakukan adalah pemberatasan flu burung, pelaksanaan langkah

– langkah untuk mengurangi penyebaran dan usaha penyuluhan agar

masyarakat sadar bahwa virus flu burung bisa dihindari penularannya

terhadap manusia dengan beberapa cara seperti mencuci tangan dengan

sabun atau memasak daging ayam dengan suhu selama minimal 1

menit. Jika langkah – langkah tersebut berhasil dijalankan pemerintah

ataupun pengusaha ayam potong sendiri, diharapkan pendapatan

pengusaha ayam potong bisa ditingkatkan atau minimal kembali

seperti semula sebelum adanya flu burung.

080

Page 79: Analisis pendapatan industri ayam potong

BAB VII

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

7.1 KESIMPULAN

Berkaitan dengan penelitian tentang analisis pendapatan pengusaha ayam

potong dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha ayam potong ternyata

dipengaruhi oleh variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya

transport, jumlah ayam terjual dan pengaruh flu burung. Hal ini dibuktikan

dari hasil uji F, dimana nilai Fhitung yang diperoleh lebih besar daripada

nilai Ftabel, yang berarti bahwa secara keseluruhan terdapat hubungan

yang signifikan antara seluruh variabel independen dengan variabel

dependen . Pernyataan ini kemudian diperkuat dengan 2R yang diperoleh

sebesar 0,990817 yang berarti 99,0817% variasi variabel jumlah pesaing,

biaya transport, jumlah ayam terjual dan pengaruh flu burung menjelaskan

variasi pendapatan pengusaha ayam potong. Sedangkan 0,9183%

dijelaskan variabel lain diluar model.

2. Variabel jumlah pesaing, jumlah ayam yang terjual dan pengaruh flu

burung mempunyai nilai yang sangat signifikan dalam hasil perhitungan

regresi, yang berarti tingkat pendapatan seorang pengusaha ayam potong

sangat dipengaruhi oleh kombinasi ketiga faktor tersebut. Besar kecilnya

tingkat pendapatan tergantung pada proporsi besar kecilnya jumlah

pesaing, jumlah ayam yang terjual dan pengaruh flu burung. Sedangkan

Page 80: Analisis pendapatan industri ayam potong

untuk variabel biaya transport tidak mempunyai pengaruh yang begiru

besar terhadap pendapatan pengusaha ayam potong dikarenakan kenaikan

biaya transport masih bisa ditutupi oleh hasil penjualan, kebanyakan biaya

transport yang ditanggung oleh pengusaha diatasnya (seperti barang yang

dikirim oleh pemotong kepada para penjual) dan relatif dekatnya lokasi

pengambilan barang dagangan.

7.2 IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, implikasi

kebijaksanaan berkaitan dengan hasil penelitian adalah :

1. Menentukan strategi untuk memenangkan persaingan dengan pengusaha

ayam potong lainnya seperti dengan menjaga atau meningkatan kualitas

ayam yang dijual, potongan harga, menyediakan barang yang lebih

murah dengan kualitas di bawah atau hampir sama dengan barang yang

lebih mahal, inovasi produk, atau bahkan periklanan. Mengingat

pengurangan jumlah pesaing tidak dapat dikurangi, maka perlu dibentuk

suatu paguyuban yang mampu menentukan standar kualitas ayam potong

dan minimal harga jual sehingga sesama pengusaha ayam potong tidak

perlu saling menjatuhkan.

2. Untuk meningkatkan pendapatan pengusaha ayam potong, hal yang

harus dilakukan adalah menambah jumlah ayam potong yang terjual

dengan cara mencari pasar baru untuk menjual ayam potong tersebut

atau dengan usaha meningkatkan konsumsi konsumen yang sudah ada.

Page 81: Analisis pendapatan industri ayam potong

3. Secepatnya melakukan pemberantasan terhadap flu burung sehingga stok

ayam akan kembali normal, sosialisasi terhadap masyarakat bahwa virus

flu burung bisa dimatikan dengan cara-cara tertentu sehingga masyarakat

tidak perlu merasa khawatir untuk mengkonsumsi ayam potong sehingga

pendapatan pengusaha ayam potong akan kembali normal dan

meningkat.

Page 82: Analisis pendapatan industri ayam potong

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono, Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonisia, Yogyakarta, 2005

Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta, Edisi Ketiga, 1998 Badan Pusat Statistik, Jakarta Selatan dalam angka 2005, BPS DKI Jakarta,

2006 Basu Swasta, Manajemen Penjualan, BPFE, Yogyakarta, Edisi Ketiga, 1993 Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, Edisi Kelima, 1998 H.Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University

Press, Surakarta Husain Umar, Metode Riset Bisnis, Gramedia Pustaka Jakarta, 2002

Ibnu Edy Wiyono, (2007), “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan”, Analisis Ekonomi Mingguan Charoen Pokphand Indonesia, 1 Oktober 2007, diambil dari http://www.cp.co.id

Ida Nuraini, Pengantar Ekonomi Mikro, UMM Press, 2001

Ikrar Moh. Saleh, (2005), “Analisis Efisiensi Finansial Peternakan Ayam Broiler Pada Berbagai Skala Usaha Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gow”a, Laporan Penelitian UNHAS (Tidak dipublikasikan), Universitas Hassanudin

M.Faisal, (2000), "Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Pedaging/potong studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri Jawa Timur”, Laporan penelitian lembaga penelitian UMM (Tidak dipublikasikan), Universitas Muhammadiyah Malang

Nawawi dan Martina, Penelitian Terapan, UGM Press, Yogyakarta, 1994

Page 83: Analisis pendapatan industri ayam potong

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi, Erlannga,

Jakarta, 1995

Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketting Management, Pearson Education Inc, New Jersey, 2006

Sadono Sukirno, Pengantar TE Mikro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Edisi Kedua, 1996

Sritua Arif, 1993, Metodologi Penelitian Ekonomi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

Sri Adiningsih & YB. Kadarusman, 2003, Teori Ekonomi Mikro, BPFE,

Yogyakarta Surakhmad dan Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1990

Page 84: Analisis pendapatan industri ayam potong

DAFTAR PERTANYAAN

1. Nama / umur : / th

2. Pendidikan terakhir :

3. Alamat :

4. Nama yang digunakan untuk usaha anda :

5. Sampai saat ini anda sudah menjadi pengusaha ayam potong selama . . . . .th

6. Jumlah karyawan / pekerja . . . . . . . . . . orang

7. Jenis usaha ayam potong

a. Peternak

b. rumah potong

c. penjual

7. Berapakah rata – rata pendapatan perbulan dari usaha ayam potong tersebut

(Rp/bulan) ? . . . . . . . . . .

8. Berapakah rata – rata biaya transportasi yang dikeluarkan untuk menjalankan

usaha anda (Rp/bulan) ? . . . . . . . . .

9. Di tempat anda berjualan / menjalankan usaha ayam potong, berapakah jumlah

pesaing anda (unit)? . . . . . . . . . .

10. Berapakah rata – rata penjualan ayam potong dalam satu bulan (Kg/bulan) ? . .

. . . . . . . .

11. Menurut anda, apakah usaha anda terpengaruh oleh adanya kasus flu burung ?

a. Terpengaruh

b. Tidak terpengaruh

12. Menurut anda bagaimanakah prospek usaha ayam potong untuk saat ini dan

untuk masa yang akan datang ? . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Page 85: Analisis pendapatan industri ayam potong

Data Hasil Penelitian

obs Y X1 X2 X3 DM 1 76500 35 3800 4500 0 2 108000 20 3100 6000 0 3 19200 45 4500 1200 1 4 34500 40 3400 2300 1 5 32000 35 5300 2000 1 6 27000 43 5500 1500 1 7 51000 21 4500 3000 0 8 120000 15 3500 7500 0 9 27000 35 5900 1800 1 10 64800 25 2500 3600 0 11 12750 45 3200 750 1 12 122400 15 2500 7200 0 13 57600 25 4300 3200 0 14 28800 30 5500 1800 1 15 42000 35 4300 3000 1 16 15000 40 1500 1000 1 17 40000 25 5200 2500 0 18 26350 32 5000 1550 1 19 12600 45 1500 700 1 20 85000 15 2500 5000 0 21 18000 35 3900 1200 1 22 20800 37 2500 1300 1 23 37800 52 4500 2100 1 24 59500 21 3500 3500 0 25 64000 18 4500 4000 0 26 43200 35 4500 2700 1 27 32400 10 6000 1800 1 28 25500 27 3200 1500 1 29 48000 10 5000 3000 1 30 36000 30 3200 2000 1 31 22100 21 2500 1300 1 32 28800 24 4500 1600 1 33 36000 18 4000 2250 1 34 21600 14 2800 1200 1 35 12000 23 3100 750 1 36 30600 12 4500 1800 1 37 41400 21 3400 2300 1 38 63750 9 1500 3750 0 39 34000 30 3300 2000 1 40 51000 31 5000 3000 0 41 40000 6 6000 2500 1 42 38000 11 2400 2000 1 43 30400 10 2200 1900 1 44 34000 20 3200 2000 1 45 51000 8 6000 3000 0 46 80000 15 2600 5000 0 47 40000 25 6000 2500 1 48 16200 52 1500 900 1 49 34000 35 4400 2000 1 50 24000 30 5450 1500 1

Page 86: Analisis pendapatan industri ayam potong

51 51000 32 3200 3000 0 52 135000 8 3900 7500 0 53 30600 25 3500 1800 1 54 61200 10 2800 3600 0 55 29750 35 4500 1750 1 56 115200 12 2000 7200 0 57 60800 25 2500 3200 0 58 28800 30 4500 1800 1 59 51000 24 3500 3000 0 60 17000 45 3500 1000 1 61 40000 35 3700 2500 1 62 24800 46 3000 1550 1 63 21600 49 2000 1200 1 64 39100 14 3600 2300 1 65 34000 15 1200 2000 1 66 22500 42 3450 1500 1 67 48000 22 3350 3000 1 68 135000 13 2000 7500 0 69 30600 25 3900 1800 1 70 57600 24 3400 3600 0 71 12000 51 1500 750 1 72 129600 10 3500 7200 0 73 22100 24 2100 1300 1 74 33600 32 1500 2100 1 75 63000 15 3400 3500 0 76 68000 12 3800 4000 0 77 48600 10 4600 2700 1 78 30600 40 2200 1800 1 79 25500 35 6000 1500 1 80 54000 25 2100 3000 0 81 32000 32 3400 2000 1 82 18200 48 1200 1300 1 83 45000 23 3450 3000 1 84 120000 15 2450 7500 0 85 30600 35 2000 1800 1 86 64800 25 3900 3600 0 87 12750 53 2100 750 1 88 122400 15 3100 7200 0 89 22100 42 5350 1300 1 90 33600 25 4500 2100 1 91 56000 30 3200 3500 0 92 36000 25 2500 2000 1 93 51000 23 2650 3000 0 94 80000 30 3450 5000 0 95 42500 15 5500 2500 1 96 16200 47 3200 900 1 97 36000 30 3400 2000 1 98 25500 43 5900 1500 1 99 48000 24 4300 3000 1

100 127500 10 3150 7500 0

Page 87: Analisis pendapatan industri ayam potong

Keterangan Y = Pendapatan pengusaha ayam potong dalam ribu rupiah per bulan X1 = Jumlah pesaing dalam satuan unit X = Biaya transport per bulan dalam ribu rupiah per bulan 2

X 3 = Jumlah ayam terjual per bulan dalam satuan kilogram Dm = Dummy variabel (flu burung) 1 = terpengaruh flu burung 0 = tidak terpengaruh flu burung

Page 88: Analisis pendapatan industri ayam potong

LAMPIRAN II. HASIL REGRESI LINEAR Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:08 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -40.34925 30.16101 -1.337795 0.1842 X2 -0.218784 0.241778 -0.904896 0.3678 X3 16.52623 0.283248 58.34539 0.0000 DM -1740.788 969.3966 -1.795744 0.0757 C 3879.796 1983.490 1.956045 0.0534

R-squared 0.991082 Mean dependent var 46572.50 Adjusted R-squared 0.990707 S.D. dependent var 30592.76 S.E. of regression 2949.192 Akaike info criterion 18.86516 Sum squared resid 8.26E+08 Schwarz criterion 18.99541 Log likelihood -938.2578 F-statistic 2639.467 Durbin-Watson stat 1.996251 Prob(F-statistic) 0.000000

LAMPIRAN III. HASIL REGRESI LOGLINEAR Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220 LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187 LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000

DM -0.051521 0.019951 -2.582334 0.0113 C 3.308057 0.200084 16.53334 0.0000

R-squared 0.990817 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990430 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.058022 Akaike info criterion -2.807267 Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009 Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521 Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 89: Analisis pendapatan industri ayam potong

LAMPIRAN IV. HASIL MWD LINEAR Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -40.01019 17.71813 -2.258150 0.0262 X2 -0.144994 0.142138 -1.020088 0.3103 X3 16.50380 0.166403 99.17980 0.0000 DM -1834.916 569.5159 -3.221886 0.0018 Z1 41282.90 3066.133 13.46416 0.0000 C 3732.485 1165.255 3.203149 0.0019

R-squared 0.996955 Mean dependent var 46572.50 Adjusted R-squared 0.996793 S.D. dependent var 30592.76 S.E. of regression 1732.506 Akaike info criterion 17.81065 Sum squared resid 2.82E+08 Schwarz criterion 17.96696 Log likelihood -884.5325 F-statistic 6155.009 Durbin-Watson stat 2.088359 Prob(F-statistic) 0.000000

LAMPIRAN V. HASIL MWD LOGLINEAR Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:02 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.033716 0.014217 -2.371603 0.0198 LOG(X2) -0.001470 0.015398 -0.095480 0.9241 LOG(X3) 0.955587 0.018395 51.94736 0.0000

DM -0.053372 0.019909 -2.680763 0.0087 Z2 -1.23E-06 9.05E-07 -1.359798 0.1771 C 3.317965 0.199329 16.64566 0.0000

R-squared 0.990994 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990515 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.057765 Akaike info criterion -2.806747 Sum squared resid 0.313658 Schwarz criterion -2.650437 Log likelihood 146.3373 F-statistic 2068.708 Durbin-Watson stat 1.832947 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 90: Analisis pendapatan industri ayam potong

LAMPIRAN VI. HASIL UJI LM UNTUK MENDETEKSI

AUTOKORELASI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.162424 Probability 0.097786 Obs*R-squared 6.586913 Probability 0.086297

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:04

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) 0.002392 0.014184 0.168632 0.8665 LOG(X2) 0.003344 0.015499 0.215741 0.8297 LOG(X3) 0.007157 0.018754 0.381626 0.7036

DM 0.007340 0.020019 0.366678 0.7147 C -0.095004 0.201284 -0.471991 0.6381

RESID(-1) 0.033103 0.105833 0.312786 0.7552 RESID(-2) -0.191287 0.102204 -1.871616 0.0644 RESID(-3) -0.162931 0.105188 -1.548951 0.1248

R-squared 0.065869 Mean dependent var 2.29E-15 Adjusted R-squared -0.005206 S.D. dependent var 0.056838 S.E. of regression 0.056986 Akaike info criterion -2.815406 Sum squared resid 0.298761 Schwarz criterion -2.606992 Log likelihood 148.7703 F-statistic 0.926753 Durbin-Watson stat 2.005873 Prob(F-statistic) 0.489770

Page 91: Analisis pendapatan industri ayam potong

LAMPIRAN VII. HASIL UJI WHITE UNTUK MENDETEKSI

HETEROKEDASTISITAS

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.489584 Probability 0.137812 Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633

LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688 (LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641

(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627 (LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425

(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700 LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638

(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729 (LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994

(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811 LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603

(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951 (LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471

DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825

R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198 Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138 Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414 Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584 Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812

Page 92: Analisis pendapatan industri ayam potong

LAMPIRAN VIII. HASIL UJI KLIEN UNTUK MENDETEKSI

MULTIKOLINEARITAS Dependent Variable: LOG(X1) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X2) -0.007057 0.110572 -0.063826 0.9492 LOG(X3) -0.631025 0.115226 -5.476402 0.0000

DM -0.153391 0.141775 -1.081931 0.2820 C 8.220196 1.158598 7.094950 0.0000

R-squared 0.376075 Mean dependent var 3.171394 Adjusted R-squared 0.356577 S.D. dependent var 0.517144 S.E. of regression 0.414820 Akaike info criterion 1.117235 Sum squared resid 16.51928 Schwarz criterion 1.221442 Log likelihood -51.86174 F-statistic 19.28821 Durbin-Watson stat 1.397684 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LOG(X2) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.006013 0.094203 -0.063826 0.9492 LOG(X3) 0.232355 0.119511 1.944205 0.0548

DM 0.285943 0.128381 2.227291 0.0283 C 6.136999 1.162318 5.279966 0.0000

R-squared 0.056871 Mean dependent var 8.107368 Adjusted R-squared 0.027398 S.D. dependent var 0.388242 S.E. of regression 0.382887 Akaike info criterion 0.957022 Sum squared resid 14.07381 Schwarz criterion 1.061229 Log likelihood -43.85111 F-statistic 1.929615 Durbin-Watson stat 2.040681 Prob(F-statistic) 0.129935

Page 93: Analisis pendapatan industri ayam potong

Dependent Variable: LOG(X3) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:06 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.377229 0.068883 -5.476402 0.0000 LOG(X2) 0.163038 0.083859 1.944205 0.0548

DM -0.793855 0.074819 -10.61033 0.0000 C 8.148327 0.729124 11.17550 0.0000

R-squared 0.709709 Mean dependent var 7.749853 Adjusted R-squared 0.700638 S.D. dependent var 0.586193 S.E. of regression 0.320730 Akaike info criterion 0.602742 Sum squared resid 9.875286 Schwarz criterion 0.706949 Log likelihood -26.13711 F-statistic 78.23433 Durbin-Watson stat 2.105402 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: DM Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.078535 0.072588 -1.081931 0.2820 LOG(X2) 0.171839 0.077152 2.227291 0.0283 LOG(X3) -0.679901 0.064079 -10.61033 0.0000

C 4.785037 0.899524 5.319521 0.0000

R-squared 0.623095 Mean dependent var 0.660000 Adjusted R-squared 0.611317 S.D. dependent var 0.476095 S.E. of regression 0.296819 Akaike info criterion 0.447789 Sum squared resid 8.457742 Schwarz criterion 0.551996 Log likelihood -18.38945 F-statistic 52.90210 Durbin-Watson stat 2.130296 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 94: Analisis pendapatan industri ayam potong