Upload
yogieardhensa
View
12.765
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG (Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Dedy Suprihatin
Nomor Mahasiswa : 00313053
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2008
Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong
(Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna
memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ilmu Ekonomi,
pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Oleh :
Nama : Dedy Suprihatin
Nomor Mahasiswa : 00313053
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2008
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah
ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan
penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman
penyusunan skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka Saya
sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.“
Yogyakarta, 28 Februari 2008
Penulis,
Dedy Suprihatin
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG
(Studi Kasus Kota Jakarta Selatan)
Nama : Dedy Suprihatin
Nomor Mahasiswa : 00313053
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Yogyakarta, 28 Januari 2008
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing
(Drs. Nur Feriyanto, M.Si)
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI BERJUDUL
ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA AYAM POTONG
(Studi Kasus di Kota Jakarta Selatan)
Disusun Oleh : DEDY SUPRIHATIN
Nomor Mahasiswa : 00313053
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS
Pada tanggal : 17 Maret 2008
Penguji/Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto M.Si ………
Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.Sc ……...
Penguji II : Dra. Indah Susantun, M.Si ……...
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Asmai Ishak, M. Bus, Ph. D
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang
tak pernah berhenti menyayangiku, saudara-saudaraku tercinta dan
keluarga besar tersayang
Motto
Pada hari itu bergembiralah orang-orang beriman karena pertolongan
Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (sebagai) janji yang sebenar-
benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.
Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Ruum
[30]: 4-6).
Dia (Allah) telah menamai kalian (sebagai) orang-orang Muslim dari
dulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian sekalian menjadi
saksi atas segenap manusia. Oleh karena itu, dirikanlah oleh kalian
shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kalian pada tali Allah.
Dia adalah Pelindung kalian. Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-
baik Penolong. (TQS. al-Hajj [20]: 78).
Siapa saja yang mati sementara di pundaknya tidak ada baiat (kepada
khalifah), matinya adalah mati jahiliah. (HR Muslim).
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin dan kepada-Nya kami memohon bantuan atas
segala urusan duniawi dan agama, sholawat dan salam penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, serta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong “ ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada Jurusan Ilmu
Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas, Islam Indonesia.
Pada kesempatan ini, kendati belum setimpal penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Nur Feriyanto M. Si, selaku Dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan dan meluangkan begitu banyak
waktu, arahan serta bimbingannya.
Bapak – Ibu atas segalanya yang telah diberikan, cintanya, kasihnya,
kesabarannya, tak bisa ku sebutkan satu persatu dan tak akan pernah bisa ku
menggantinya dengan apapun dalam seluruh hidupku.
Saudaraku tercinta Mbak Nti, Budi dan si kecil Irul yang tiada pernah
bosan memberikanku semangat, ejekan, motivasi, dan kasih, aku tahu kalian
sangat menyayangi aku.
Teman – teman seperjuangan di basecamp EP 2000 ( Eko, Oki Kancil, Oki
Jeruk, Dod y Jemblung and Pandu ) friends for ever!!, my team “||Brigade||”
ii
dalam permainan Counter Strike (Deny, Topan, Aji, Endra) jangan berhenti
berlatih siapa tau suatu saat kita bisa menjuarai World Cyber Game.
Untuk temen-temen EP ; Bondan, Dandi, Big, Rano, Kincex, Pras, Itong,
Bagus, Lia, Melani, Savitri dan semua teman-teman yang mustahil disebutkan
satu persatu.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengusaha
ayam potong Kota Jakarta, pegawai Badan Pusat Statistik Pusat DKI Jakarta dan
semua pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan
penulisan skripsi ini
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan permohonan maaf
apabila di dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Mengingat skripsi ini adalah tulisan pertama dan keterbatasan penulis dalam
pikiran dan waktu. Dan pada akhirnya mudah – mudahan skripsi ini akan
memberikan manfaat bagi pembacanya.
Amiiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 28 Januari 2008
Dedy Suprihatin
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Pernyataan Bebas Plagiarisme
Lembar Pengesahan
Lembar Berita Acara
Halaman Persembahan
Halaman Motto
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ................................... 8
1.1 Geografis ......................................................................................... 8
2.2 Keadaan Alam ......................................................................... ........ 8
2.3 Keadaan Penduduk .......................................................................... 9
iv
2.4 Kesehatan dan Keluarga Berencana ................................................ 11
2.5 Pertanian .......................................................................................... 12
2.6 Keadaan Ekonomi ........................................................................... 12
BAB III KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 15
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................................... 18
A. Landasan Teori....................................................................................... 18
4.1 Teori Produksi ................................................................................. 18
4.2 Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang .................... 20
4.3 Pendapatan ...................................................................................... 23
4.4 Penjualan ......................................................................................... 25
4.5 Persaingan Pasar............................................................................... 26
B. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 27
BAB V METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 28
5.1 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 28
5.2. Metode Dasar ........................................................................................... 28
5.2.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 29
5.2.2 Populasi dan Sampling ...................................................................... 30
5.2.3 Definisi Variabel ............................................................................... 31
5.3. Metode Analisis Data .............................................................................. 31
5.3.1 Metode Regresi Kuadrat Terkecil ...................................................... 32
5.3.2 Pemilihan Model Regresi................................................................... 33
5.3.3 Uji Statistik ....................................................................................... 34
5.3. Pengujian Asumsi Klasik ......................................................................... 37
v
a. Multikolinieritas..................................................................................... 37
b. Heteroskedastisitas................................................................................. 38
c. Autokorelasi ........................................................................................... 39
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 41
6.1. Diskripsi Data ........................................................................................... 41
a. Jenis Usaha.................................................................................... 41
b. Umur ............................................................................................. 42
c. Tingkat Pendidikan ....................................................................... 42
d. Lama Berusaha.............................................................................. 43
e. Jumlah Pekerja .............................................................................. 43
f. Prospek Usaha ............................................................................... 44
6.2. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis ....................................... 45
6.2.1 Pemilihan Model Regresi .................................................................. 45
6.2.2. Hasil Regresi .................................................................................... 46
6.2.3 Analisis Statistik ............................................................................... 47
1. Uji Tanda ........................................................................................ 47
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ................................................ 48
6.2.4 Uji F-Statistik .................................................................................... 54
6.2.5 Penaksiran Koefisien Determinasi (R²) ............................................. 55
6.3 Pengujian Asumsi Klasik ........................................................................... 56
6.3.1 Uji Heteroskedastisitas....................................................................... 56
6.3.2 Uji Autokorelasi ................................................................................. 58
6.3.3 Uji Multikolinieritas........................................................................... 59
vi
6.4 Pembahasan Hasil Analisis ........................................................................ 60
6.4.1 Jumlah Pesaing (X1 ) .......................................................................... 60
6.4.2 Biaya Transportasi (X ) .................................................................... 61 2
6.4.3 Jumlah Ayam Terjual (X ) ................................................................ 62 3
6.4.4 Variabel Dummy Flu Burung (dm).................................................... 62
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 64
7.1. Kesimpulan .............................................................................................. 64
7.2. Implikasi ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai
Dengan 28 Januari 2008 3
Tabel 2.1 :Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut
Kecamatan 2005 9
Tabel 2.2 :Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut
Kecamatan 2004 10
Tabel 2.3 :Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak
Balita Menurut Kecamatan, 2005 11
Tabel 2.4 :Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 14
Tabel 6.1 : Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha 42
Tabel 6.2 : Karakteristik Responden Menurut Umur 42
Tabel 6.3 : Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 43
Tabel 6.4 : Karakteristik Responden Menurut Lama Berusaha 44
Tabel 6.5 :Karakteristik Responden Menurut Jumlah Pekerja 44
Tabel 6.6 :Uji Statistik Durbin-Watson 45
Tabel 6.7 :Hasil Regresi LogLinear 46
Tabel 6.8 :Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas 49
Tabel 6.9 :Hasil Uji White Test 57
Tabel 6.10 :Hasil Uji LM Test 59
viii
Tabel 6.11 :Hasil Pengujian Multikolinearitas 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang ............... 21
Gambar 5.1 : Statistik Durbin-Watson ............................................................... 43
Gambar 6.1 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing ............................ 50
Gambar 6.2 : Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi ......................... 51
Gambar 6.3 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual .................. 52
Gambar 6.4 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy ........................................ 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk
Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk
bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis
ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di
mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di
samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi
telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat
terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong
mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam
potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim
Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari
http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar
yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang
relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang
publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.
Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat
usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah
merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang
mencapai 100% pada akhir 2005.
2
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia
dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan
transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya
kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi
terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di
10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang
paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian
1.541.427 ekor.
Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada
tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal
dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan
Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008
Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian
pada manusia yang disebabkan virus flu burung dengan rincian sebagai
berikut :
3
Tabel 1
Data Kasus Flu Burung pada Manusia
di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008
Positif Flu Burung No Propinsi
Jumlah Kasus Meninggal
1 Jawa Barat 31 25
2 DKI Jakarta 29 25
3 Banten 24 20
4 Sumatera Utara 8 7
5 Jawa Timur 7 5
6 Jawa Tengah 9 8
7 Lampung 3 0
8 Sulawesi Selatan 1 1
9 Sumatera Barat 3 1
10 Sumatera Selatan 1 1
11 Riau 6 5
12 Bali 2 2
Jumlah 124 100
Sumber : Depkes RI, 2008
Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan
melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi
mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan
denda maksimal 50 juta rupiah.
Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan
flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga
meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan
akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti
dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para
aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4
Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk
memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.
4
Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam
mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi
takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600
pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang
tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena
secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu
hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu
menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar
tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00
naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik
menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut
akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut
tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual
Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.
1.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu
1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam
potong?
2. Apakah biaya transportasi mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam
potong?
5
3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan
pengusaha ayam potong?
4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam
potong?
5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan
jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi
pendapatan pengusaha ayam potong?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan
pengusaha ayam potong.
2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan
pengusaha ayam potong.
3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap
pendapatan pengusaha ayam potong.
4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha
ayam potong.
5. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya
transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy Flu
burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian :
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat
mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu
penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di
lapangan.
2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi
banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang
sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan
memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental
mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Bab ini menerangkan mengenai diskripsi wilayah penelitian yang
menguraikan tentang keadaan wilayah Kotamadya Jakarta Selatan.
7
BAB III KAJIAN PUSTAKA
Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian
ini.
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi
acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.
BAB V METODE PENELITIAN
Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi
operasional penelitian
BAB VI ANALISIS DATA
Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta
pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh
dan pembahasannya.
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi pembahasan,
kesimpulan dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab
sebelumnya.
8
BAB II
TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
2.1. Geografis
Kota Jakarta Selatan merupakan salah satu dari 5 kota yang
terdapat di Propinsi DKI Jakarta. Kota ini mempunyai luas daerah
seluruhnya 145,73 km (22,41% dari Luas DKI Jakarta) yang berada pada
posisi 06 15 40.8 Lintang Selatan dan 106 45 0.00 Bujur barat. Kota
Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 kecamatan yaitu Kebayoran Baru,
Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Cilandak, Pasar Minggu, Jagakarsa,
Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. Secara administratif
batas – batas wilayah dari Kota Jakarta Selartan adalah sebagai berikut :
2
- Sebelah Utara : Banjir kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan Tanah
Abang, Jalan Kebayoran Lama dan Kebon Jeruk
(Kota Jakarta Barat)
- Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Jakarta Timur)
- Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
- Sebelah Barat : Kecamatan Ciputat dan Cileduk, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Jawa Barat)
2.2. Keadaan Alam
Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada ketinggian 26,2 m di atas
permukaan laut, bercirikan daerah yang beriklim khas tropis dengan
tempratur udara sekitar 27,5 celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 o
9
persen, yang disapu angin dengan kecepatan sekitar 0,2 knot sepanjang
tahun. Curah hujan mencapai ketinggian rata-rata 1999,5 mm per-hari
yang terjadi selama 210 hari dalam setahun. Penggunaan tanah 71,56%
untuk perumahan, 12,26% untuk perkantoran, 1,62% untuk perindustrian,
1,06% untuk taman, 1,04% untuk tempat tidur, 10,48% untuk waserda dan
1,93% untuk lahan pertanian.
Tabel 2.1
Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya
menurut Kecamatan 2005
Sumber:Survei Fisik Kecamatan, BPS Jakarta Selatan
Kecamatan Perumahan Industri
Kantor dan
Gudang Taman Pertanian Lahan Tidur Waserda
1 Jagakarsa 52,76% 1,54% 3,81% 2,48% 19,13% 4,44% 15,84% 2 Pasar Minggu 78,01% 0,43% 6,44% 3,38% 0,06% 0,53% 11,15% 3 Cilandak 77,61% 1,50% 6,65% 0,09% 0,23% - 13,92% 4 Pesanggrahan 80,61% 1,33% 1,22% 0,54% 1,62% 1,62% 13,06%
5 Kebayoran Lama 70,01% 8,00% 18,58% 0,48% - 0,5% 2,43%
6 Kebayoran Baru 68,25% 0,08% 19,97% 2,32% 0,03% 0,2% 9,15%
7 Mampang Prapatan 77,13% 0,01% 3,03% - - - 19,83%
8 Pancoran 77,42% 3,67% 10,71% 1,21% 0,08% 0,83% 6,08% 9 Tebet 73,94% 0,38% 14,57% 0,31% - 0,29% 10,51% 10 Setia Budi 65,42% 0,78% 22,82% 0,97% - 2,17% 7,84% Jumlah 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48% 2004 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48%
2.3. Keadaan Penduduk
Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Jakarta Selatan 1.707.767
jiwa kemudian pada tahun 2005 naik menjadi 1.745.195 jiwa, dengan
kepadatan penduduk mencapai 11.976 per Km . Dari Jumlah tersebut,
jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan seperti
terlihat pada sex ratio yang lebih besar dari 100 yaitu 110. Penduduk laki-
laki berjumlah 914.951 jiwa dan penduduk perempuan 830.244 jiwa.
2
10
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio
menurut Kecamatan 2004
Penduduk Hasil Registrasi
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan
Sex Ratio
1 Jagakarsa 111.781 102.817 214.598 8.580 108,72 2 Ps. Minggu 141.038 111.284 252.322 11.522 126,74 3 Cilandak 76.546 76.821 153.367 8.427 99,64 4 Pesanggrahan 82.099 73.829 155.928 11.576 111,20 5 Keb. Lama 120.850 108.585 229.435 11.876 111,30 6 Keb. Baru 74.837 72.322 147.159 11.399 103,48 7 Mp. Prapatan 54.779 49.235 104.014 13.456 111,26 8 Pancoran 63.886 59.577 123.463 14.474 107,23 9 Tebet 127.310 115.171 242.481 26.793 110,54 10 Setia Budi 61.825 60.603 122.428 12.740 102,00 Jumlah Total 914.951 830.244 1.745.195 11.976 110,20 2004 894.784 812.983 1.707.767 11.719 110,06 2003 892.059 809.317 1.701.376 11.675 110,00
Sumber : Statistik Wilayah DKI Jakarta
Status kewarganegaraan di Jakarta Selatan terdiri WNA sebanyak
574 jiwa, sementara warga negara asing yang terbanyak adalah warga
Cina. Kegiatan penduduk berusia 10 tahun ke atas dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja; yang masing-
masing tercatat 58,39 persen dan 41,61 persen. Dari angkatan kerja
tersebut terdapat 49,51 persen penduduk bekerja dan 8,88 persen yang
mencari pekerjaan.
Pada kelompok bukan angkatan kerja terdapat 17,31 persen yang
sekolah 19,89 mengurus rumah tangga dan 4,39 persen lainnya.
Dibandingkan tahun 2004, jumlah penduduk yang bekerja naik, jika pada
tahun 2004 ada 57,95 persen penduduk bekerja dan 42,60 persen tidak
11
bekerja. Jumlah rumahtangga miskin di Jakarta Selatan ada sebanyak
11.196 rumahtangga.
2.4. Kesehatan dan Keluarga Berencana
Fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan terdiri dari 66 rumah sakit
(3.398 tempat tidur), 130 poliklinik atau balai kesehatan, 78 puskesmas, 19
laboratorium, 283 apotik, 101 toko obat, 1.037 dokter praktek, 750 praktek
dokter gigi dan 103 praktek bersama. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas (ISPA) masih menunjukkan persentase tertinggi dibandingkan dengan
penyakit lain yang berarti pencemaran lingkungan masih tinggi, sedangkan
penderita diare mengalami kenaikan pada tahun ini dibandingkan tahun
lalu. Peserta KB Aktif perbulan rata-rata 178.688 akseptor, sedangkan
peserta KB baru 45.843 akseprot.
Tabel 2.3
Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak Balita
Menurut Kecamatan, 2005
Kecamatan Lahir Hidup
Lahir Mati
Jumlah bayi mati 0-28 Hari
Jumlah Bayi Mati 0-<1 Tahun
Jagakarsa 0 0 0 0 Pasar Minggu 1.385 55 55 3 Cilandak 2.373 94 72 135 Pesanggrahan 1.200 4 0 0 Keb. Lama 4.579 12 7 1 Keb. Baru 5.777 60 31 0 Mp.Prapatan 0 0 0 0 Pancoran 1.561 14 2 0 Tebet 201 2 0 0 Setiabudi 2.683 15 11 3 Jumlah 19.759 250 178 248
Sumber :Sudin Yankes Kodya Jakarta Selatan
12
2.5. Pertanian
1. Pertanian
Produk tanaman jagung tahun 2005 sekitar 167 ton, ubi kayu 414 ton
dan kacang tanah 45 ton. Komoditi ekspor tanaman hias jenis anggrek
merupakan komoditi unggulan, produksi tanaman anggrek segala
jenins mencapai lebih dari 1,6 juta tangka dengan nilai mencapai
hampir 5 milyar lebih.
2. Perikanan
Produksi ikan darat selama 2005 sebanyak 365.758 kg dengan nilai
lebih dari 30 juta rupiah.
3. Peternakan
Pada tahun 2005 populasi kambing 2.465 ekor, sapi perah 2.432 ekor,
kuda 74 ekor dan kambing 2.465 ekor. Produksi susu sebanyak
4.553.352 liter, telur 217.058 butir dan ayam buras 25.000 ekor.
2.6. Keadaan Ekonomi
Perekonomian Jakara selatan tahun 2005 (angka sementara)
didominasi oleh empat sektor utama, yaitu sektor keuangan (45,04%),
sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,18%), sektor bangunan (13,46)
dan sektor jasa (13,46%). Jumlah pasar wilayah di Jakarta Selatan
sebanyak 27 pasar yang menyediakan fasilitas tempat usaha/dagang
sebanyak 22.944 tempat usaha dagang atau jualan, yang terdiri dari 9.639
kios, 4.860 kios, 4.860 counter, 2.600 tempat jualan sayur dan buah, 644
tempat jualan daging sapi, 26 tempat jualan daging babi, 375 tempat jual
13
ikan basah, 47 tempat jual ikan hidup, 352 tempat jual ayam potong, 43
tempat jual ayam hidup, 1.118 tenda, 2.020 kaki lima dalam pasar, 1.120
kaki lima di luar pasar. Adapun jenis barang yang diperdagangkan
meliputi kebutuhan pokok, mulai dari jasa konsumsi, logam mulia, barang
teknik, restoran dan warung, kelontong, tekstil dan jasa produksi.
Realisasi penerimaan pajak-pajak sebagian didapat dari denda
pajak yang antara lain dari pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, PPABT
dan parkir sebesar 168,920 milyar rupiah. Selama lima tahun terakhir sejak
tahun 2000 sampai tahun 2005, nilai produk domestik regional bruto
(PDRB) Kotamadya Jakarta Selatan setiap tahunnya telah mengalami
peningkatan yang cukup berarti. Nilai PDRB pada tahun 2003 atas harga
berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 75.078.360 juta rupiah,
naik sekitar 54,87 persen dari tahun sebelumnya. Nilai PDRB tahun 2005
atas harga berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 97.352.170 juta
rupiah. Angka PDRB perkapita secara tidak langsung bisa dijadikan salah
satu indikator untuk mengukur kemakmuran suatu wilayah dan
keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pada tahun 2005 PDRB
perkapita penduduk Jakarta Selatan atas dasar harga kosdtan 2000
mencapai hampir 60 juta rupiah.
14
Tabel 2.4
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Lapangan usaha 2003 2004 * 2005 **
(1) (5) (6) (7) 1 Pertanian 84.748 90.498 91.934 2 Industri 1.516.588 1.640.447 1.900.262 3 Listrik, gas dan air bersih 302.584 442.934 497.199 4 Bangunan 9.897.863 10.964.039 13.111.7575 Perdagangan, hotel dan restoran 13.954.404 15.615.757 17.893.3496 Pengangkutan dan komunikasi 3.960.043 4.950.506 6.097.015
7 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 34.998.025 38.862.567 43.848.334
8 Jasa-jasa 10.364.104 11.869.681 13.912.318 Produk Domestik Regional Bruto 75.078.360 84.436.429 97.352.170
Sumber : BPS Kotamadya Jakarta Selatan Keterangan : *) angka perbaikan **) angka sementara
15
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Laporan penelitian M.Faisal,Drs,MM (2008) yang berjudul "Analisis
Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam
Pedaging/potong" yang merupakan suatu studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat,
Kabupaten Kediri Jawa Timur.
Perumusan masalah adalah variabel manakah yang signifikan pengaruhnya
serta memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan peternak. Alat analisis
yang digunakan adalah analisa regresi Linier Berganda, yaitu suatu analisa untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas yang meliputi jumlah ayam (X1), biaya
pakan (X2), biaya pemeliharaan (X3), dan upah tenaga kerja (X4) serta variabel
terikat (Y), yaitu tingkat pendapatan peternak.
Dari hasil analisa ditunjukkan bahwa budidaya ternak ayam potong
dipengaruhi oleh jumlah ayam (ekor), biaya pakan (Rp), biaya pemeliharaan (Rp) dan
upah tenaga kerja (Rp). Demikian pula pada analisa secara keseluruhan juga
menunjukkan bahwa keempat variabel bebas tersebut mempengaruhi tingkat
pendapatan peternak sebesar 99,98%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain yang diluar perhitungan regresi. Kesimpulan yang didapat adalah perlu adanya
pengembangan dan peningkatan budidaya ternak ayam potong, selain sebagai
penunjang ekspor non migas juga untuk meningkatkan pendapatan peternak dan
masyarakat sekitarnya.
16
Ir. Ikrar Moh. Saleh, M.Sc. (2005) dalam penelitiannya “Analisis Efisiensi
Finansial Peternakan Ayam Broiler pada Berbagai Slaka Usaha di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa” yang bertujuan untuk megetahui tingkat pendapatan
yang diperoleh peternak ayam broiler pada skala usaha yang berbeda, dan mengetahui
pada skala usaha berapa yang memberikan efesiensi finansial yang paling tinggi pada
peternak ayam broiler. Penelitian ini menggunakan metode stratified purposive
random sampling, yaitu mengambil peternak yang menggunakan jenis pakan dan
bibit yang sama dari berbagai skala usaha dengan wawancara langsung pada peternak
ayam yang berpedoman pada kusioner yang telah dibuat..Sampel penelitian ini
sebanyak 50% dari keseluruhan peternak di Kecamatan Palangga yang jumlahnya 62
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana
pendapatan tertinggi pada skala usaha 2500 yaitu Rp. 8.363.748,- Efesiensi finansial
semakin meningkat dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pada
skala 2500 memperoleh efesiensi finansial tertinggi yaitu 1.37554428.
Ibnu Edy Wiyono (2007) dalam Analisis ekonomi mingguan Charoen
Pokphand Indonesia yang berjudul “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan”
mengungkapkan beberapa hal penting yang mampu merangsang pertumbuhan usaha
peternakan di Indonesia, yaitu :
a. Pertumbuhan pendapatan dan laju urbanisasi berdampak pada
meningkatnya asupan protein hewani masyarakat Indonesia, dimana
daging dan telur ayam masih menjadi sumber utama protein hewani
daging.
17
b. Dengan tingkat pendapatan dan kondisi urbanisasi seperti saat ini, sektor
perunggasan Indonesia dimungkinkan untuk dapat meningkatkan
konsumsi daging ayam perkapita sebesar 2 kg melalui kampanye sadar
gizi.
c. Dampak negatif flu burung telah dapat dikelola dengan baik. Meskipun
demikian, Industri peternakan masih harus mencari solusi efektif untuk
mengurangi tekanan biaya produksi akibat kenaikan harga jagung dan
bungkil kacang kedelai.
18
BAB IV
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
4.1. Teori Produksi
Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan mengacu pada
teori perilaku produsen, khususnya teori produksi. Teori produksi merupakan
analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen,
dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam
faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, seefisien
mungkin ( Ari Sudarman, 1989 : 120 )
Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input
menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah Penentuan kombinasi
faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah
penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil
produksi yang didapat menjadi optimal. Input pada suatu proses produksi
terdiri dari tanah, tenaga kerja, kapital dan bahan baku, jadi input adalah
barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi
sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang
dihasilkan dari suatu proses produksi.
Suatu perekonomian senantiasa menggunakan teknologi yang dimiliki
untuk mengkombinasikan berbagai input guna menghasilkan output.
19
4.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi
dengan hasil produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah
barang yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang
digunakan.
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan :
Q = output
K = kapital / modal
L = labour / tenaga kerja
R = resuources / sumber daya
T = teknologi
Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi
suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja,
jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah
produksi yang berbeda – beda tentunya memerlukan faktor produksi yang
berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama
akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah
faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan
perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah
20
tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana
perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang
sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah
namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau
input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input
variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang
yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin
semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak
mengalami perubahan.
4.2. Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang
Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah
umum dan tingkat perubahan umum output perusahaan bila salah satu sumber
yang digunakan berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika
salah satu input ditambah secara terus – menerus maka produksi total akan
semakin meningkat sampai pada suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan
apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus
ditambah maka produksi total akan semakin menurun.
21
Q
Q 3
Q 2 TP
Q1
0 L1 L 2 L L L 3 4
Q
Tahap 1 Tahap II Tahap III
AP L
0 L 2 L 3 MP L L
Gambar 4.1 Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang
Keterangan :
TP adalah total produksi
L adalah tenaga kerja
MP adalah marginal produk tenaga kerja L
AP adalah produksi rata-rata tenaga kerja L
22
Dimana :
LTPMPL Δ
Δ=
LTPAPL =
Gambar diatas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi
yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal
dan teknologi dianggap tetap. Sumbu horisontal menunjukkan jumlah input
tenaga kerja dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah produksi yang
dihasilkan. Tahap I menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang masih sedikit
dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya menjadi L 2 maka total produksinya
akan meningkat dari Q1 menjadi Q , produksi rata-rata dan produksi
marjinalnya juga turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih
menambah jumlah tenaga kerjanya. Pada tahap ini kita juga dapat melihat
bahwa laju kenaikan produksi marjinal juga semakin besar sehingga dalam
tahap ini dikatakan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin
meningkat. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena adanya spesialisasi faktor
produksi tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakun
memungkinkan produsen melakukan spesialisasi tenaga kerja sehingga dapat
meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu produksi rata-rata pada tahap
ini terus meningkat hingga mencapai titik puncak pada saat penggunaan
tenaga kerja sebanyak L dan pada saat itu kurva MP berpotongan dengan
kurva AP . Pada kondisi demikian jika tenaga kerja terus ditambah lagi
2
2 L
L
23
penggunaannya hingga mencapai L 3 atau masuk pada tahap II maka total
produksi terus meningkat hingga mencapai Q 3 atau mencapai titik optimum
produksi. Pada tahap II tersebut produksi total terus meningkat sedangkan
produksi rata-rata mulai menurun dan produksi marjinal bertambah dengan
proporsi yang semakin menurun pula hingga pada akhirnya produksi marjinal
mencapai titik nol. Hal demikian berlaku hukum penambahan hasil produksi
yang semakin berkurang dan jika pada kondisi tersebut penggunaan tenaga
kerja masih saja ditambah maka memasuki tahap III, dimana penambahan
tenaga kerja akan menyebabkan turunnya total produksi. Jadi penggunaan
tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan
produksi marjinal menjadi negatif. ( Ida Nuraini, 2001 : 57 )
4.3. Pendapatan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa
uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa
manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan
dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang
diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain.
(Samuelson dan Nordheus, 1995:255). Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang
yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.
(Samuelson dan Nordhaus, 1995:258)
24
Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan
bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan
dapat digolongkan menjadi 3
1. Gaji dan upah
Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu
pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
2. Pendapatan dari kekayaan
Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya,
tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak
diperhitungkan
3. Pendapatan dari sumber lain
Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja
antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa
aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan
(income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang
individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau
sumber-sumber pendatapan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 1995:250)
4.3.1. Hubungan Pendapatan dengan Produksi
Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki
oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada
pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh
pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh
25
sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh
keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing – masing jenis faktor
produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing – masing
faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh
berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu
barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. ( Sadono Sukirno,
1996 : 329)
4.4 . Penjualan
Adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh
penjual pada umumnya untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli
barang atau jasa yang ditawarkan oleh si penjual. Penjualan sangat penting
dalam mekanisme pasar karena dapat menciptakan seatu proses pertukaran
barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Dalam perekonomian kita
(perekonomian uang), seseorang yang menjual sesuatu akan mendapatkan
imbalan berupa uang. Oleh karena itu, jika seseorang makin pandai untuk
menawarkan barang atau jasanya akan semakin cepat pula mencari kesuksesan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tujuan yang diinginkan akan
segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus
digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat
memberikan kepuasan. (Basu, 1993:8)
26
4.5 Persaingan Pasar
Para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang memuaskan
kebutuhan konsumen yang sama Ada lima kekuatan yang menentukan daya
tarik laba jangka panjang. Lima kekuatan tersebut adalah para pesaing
industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. ( Philip Kotler,
2006:417)
Mengindentifikasi pesaing sepertinya merupakan tugas sederhana
perusahaan. Akan tetapi perusahaan bahkan lebih mungkin terpukul oleh
pesaing yang baru muncul atau teknologi terbaru ketimbang oleh pesaing
sekarang. Berfokus pada pada pesaing saat ini dan bukan pada pesaing
tersembunyi telah menyebabkan beberapa perusahaan tersingkir.
Setelah mengidentifikasi para pesaing utamanya, perusahaan harus
mengetahui dengan pasti kekuatan dan kelemahan serta tujuan strategis
mereka. Hal yang harus segera dilakukan adalah menentukan strategi, tujuan
dan menganalisis kekuatan dan kelemahan.
Secara umum setiap perusahaan harus memantau tiga variabel ketika
menganalisis para pesaingnya. ( Philip Kotler, 2006:419 )
1. Pangsa pasar atau sasaran pasar
2. Pangsa ingatan, atau persentase pelanggan yang menyebut nama
pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “sebutkan perusahaan pertama
di Industri ini yang ada dalam pikiran anda.”
27
3. Pangsa hati atau persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing
dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan yang produknya
lebuh anda sukai untuk dibeli.”
Setelah perusahaan melakukan analisis nilai pelanggannya, ia dapat
memusatkan serangannya pada salah satu kelas pesaing yaitu pesaing kuat
versus lemah, pesaing dekat versus jauh dan kelas pesaing yang “baik”
versus “buruk”.
Untuk bertahan, perusahaan dituntut untuk melakukan tindakan di tiga
bidang. Pertama, perusahaan tersebut harus mencari cara untuk
memperbesar permintaan pasar keseluruhan, melindungi pangsa pasar dan
tetap berusaha meningkatkan pangsa pasarnya lebih jauh walaupun ukuran
pasarnya tetap sama. ( Philip Kotler, 2007:417)
B. Hipotesis Penelitian
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini disusun hipotesis sebagai
berikut :
1. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan
signifikan oleh jumlah pesaing.
2. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan
signifikan oleh besarnya biaya transport per bulan.
3. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh jumlah ayam terjual per bulan.
4. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan
signifikan oleh pengaruh kasus flu burung.
28
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
5.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengusaha ayam
potong sebagai unit analisisnya. Pengertian pengusaha ayam potong di sini
adalah pengusaha ayam potong yang melayani pembelian maupun penjualan
ayam potong hidup ataupun mati, termasuk di dalamnya adalah peternak,
rumah potong dan penjual. Daerah penelitian yang diambil adalah Kota
Jakarta Selatan.
5.2 Metode Dasar
Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptis analitis, yaitu
suatu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan obyek
penelitian pada saat sekarang, berdasarkan pada penemuan fakta-fakta atau
keadaan yang sebenarnya (Nawawi dan Martini, 1994). Tujuan
digunakannya metode ini adalah untuk menggali faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong.
Teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan studi kasus.
Studi kasus adalah teknik studi dengan memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan mendetail. Obyek yang diteliti terdiri dari satu unit
atau kesatuan unit yang dipandang sebagai suatu kasus (Surakhmad, 1990).
29
5.2.1. Jenis dan Sumber Data
a. Data primer
Adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner (Umar, 2002). Penelitian ini menggunakan data
Croos Section yaitu data yang dikumpulkan dalam kurun waktu
tertentu dari sample. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan
september sampai dengan bulan oktober tahun 2007.
Cara memperoleh data :
- Interview (wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pengusaha
ayam potong yang terpilih sebagai sampel.
- Observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan
secara cermat dan sistematis terhadap pola perilaku orang, obyek, atau
kejadian-kejadian tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan orang,
obyek, atau kejadian tersebut. Metode ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran awal tentang seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
30
- Metode Angket / Kuisioner
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempersiapkan daftar
pertanyaan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti yang
kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi.
b. Data Sekunder
Adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku,
majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau
dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga
yang dianggap kompeten.
5.2.2. Populasi dan Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ayam potong
yang berdomisili di Kota Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi. Pada penelitian ini metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling menggunakan metode purposive random sampling yaitu
teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan
pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan,
keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lainnya (H.B.
Sutopo, 2002 : 185).
31
Selanjutnya dari seluruh populasi pengusaha ayam potong di Kota
Jakarta Selatan diambil 100 pengusaha ayam potong yang tersebar di
wilayah Kota Jakarta Selatan sebagai sample.
5.2.3. Definisi Variabel
Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pendapatan pengusaha ayam potong (Y) adalah pendapatan kotor atau
besarnya rata – rata pendapatan yang diterima oleh pengusaha ayam
potong sebelum dikurangi dengan total biaya operasional usaha dan
dihitung dalam satuan Ribu rupiah.
2. Jumlah pesaing (X1) adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi
sampel dan dinyatakan dalam satuan unit.
3. Biaya transportasi (X2) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarakan
untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dinyatakan dalam satuan ribu rupiah.
4. Jumlah ayam yang terjual (X3) yaitu jumlah ayam yang terjual dalam
satu bulan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.
5. Dummy flu burung (Dm) adalah persepsi responden tentang pengaruh
penyakit flu burung terhadap usaha ayam potong. Dinyatakan dengan
nilai “1” apabila flu burung dianggap berpengaruh dan diberi nilai “0”
apabila flu burung dianggap tidak berpengaruh.
5.3. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dan kualitatif.
32
1. Metode kualitatif adalah metode mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian terhadap pendapat dan tanggapan responden, serta teori-
teori yang ada dengan masalah penelitian.
2. Metode kuantitatif adalah metode yang disarankan pada dianalisis
variabel-variabel yang dapat dinyatakan dengan jelas atau menggunakan
rumus yang pasti yaitu:
5.3.1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi Produksi Cobb
Douglass. Model hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Y = f (X1, X2, X3, DM)
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat
ditarik suatu model ekonometrik sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + DM + e
Keterangan:
Y = Pendapatan Pengusaha Ayam Potong (Rp/Bulan)
X1 = Jumlah Pesaing (unit)
X2 = Biaya Transportasi (Rp/Bulan)
X3 = Jumlah ayam terjual (ekor)
Dm = Dummy Variabel
1 = Terpengaruh flu bururng
0 = Tidak terpengaruh flu burung
33
β0 = Konstanta regresi
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
e = Kesalahan pengganggu
5.3.2. Pemilihan Model Regresi
Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white
and Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model
yang akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Persamaan
matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier adalah sebagai
berikut :
Linier Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4+ e
Log Linier LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa
Ho :Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)
Ha :Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log linier)
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :
1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value)
dan selanjutnya dinamai F1.
2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan
selanjutnya dinamai F2.
3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1
4. Estimasi persamaan berikut ini :
Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4 + β5 Z1 + e
34
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak
hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model
log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima
hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier
5. Estimasi persamaan berikut :
LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+ β5 Z1 + e
Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier
dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier.
(Agus Widarjono ; 2005).
5.3.3. Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu
dilakukan beberapa pengujian : (Gujarati, 2003)
a. Uji t Statistik
Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen.
1. Hipotesis yang digunakan :
a. Jika Hipotesis positif
Ho : βi ≤ 0 variabel independent tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
Ha : βi > 0 variabel independen mempengaruhi
variabel dependen secara positif dan signifikan
35
b. Jika Hipotesis negatif
Ho : βi ≥ 0 variabel independent tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
Ha : βi < 0 variabel independent mempengaruhi
variabel dependen secara negatif dan signifikan
2. Pengujian satu sisi
Jika T table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen
secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika T table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen
secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Uji F statistik
Uji F digunakan untuk menghitung apakah model yang
digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat
kepercayaan tertentu (Sritua Arief, 1993 : 13)
Adapun langkah – langkah pengujian untuk uji f adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
0: 4321 ==== ββββoH
(tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama)
0: 4321 ≠≠≠≠ ββββoH
36
(ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama)
2. Perhitungan nilai F-tes:
( )( ) ( )kNR
kRFhitung −−−
= 2
2
11
keterangan :
k = jumlah variabel
N = jumlah sample
2R = koefisien determinasi
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
f-tabel
3. Pengambilan keputusan uji f
Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara
bersama – sama variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen
Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti
secara bersama – sama variabel independen secara signifikan
tidak mempengaruhi variabel dependen.
37
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar
varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi
variabel-variabel independent. Nilai R2 paling besar 1 dan paling
kecil 0 (0<R2<1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak
dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab
variabel-variabel yang dimasukan kedalam persamaan regresi tidak
mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0. Semakin
dekat R2 dengan 1, maka semakin tepat regresi untuk meramalkan
variabel dependen, dan hal ini menunjukan hasil estimasi keadaan
yang sebenarnya.
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Apabila terjadi
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan
sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan
kesimpulan
a. Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu
atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear
dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
multikolinearitas adalah dengan pengujian terhadap masing-masing
variabel independen untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) yang
38
dapat kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi
secara bersama variabel independent dengan variabel dependen. Jika r2
melebihi R2 pada model regresi maka dari hasil regresi tersebut terdapat
multikolinearitas, sebaliknya apabila R2 lebih besar dari semua r2 maka ini
menunjukan tidak terdapatnya multikolinearitas pada model regresi yang
diuji.
b. Heteroskedastisitas
Adanya heteroskedastisitas dalam model analisis mengakibatkan
varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi minimum dan penaksir-
penaksir OLS menjadi tidak efisien meskipun penaksir OLS tetap tidak
bias dan konsisten. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah pengujian White, langkah
pengujiannya antara lain:
Estimasi persamaan model dan dapatkan residualnya.
a. Melakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi
auxiliary
b. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji
White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2
yang akan mengikuti distribusi Chi-squares dengan degree of
freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta
dalam regresi auxiliary. Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat
dicari dengan formula sebagai berikut:
n R2 ≈ χ2df
39
c. Jika nilai Chi-squares hitung (n. R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis
dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada
heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Chi-squares hitung lebih
kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya
heteroskedastisitas
c. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota
serangkaian observasi menurut waktu. Dalam konteks regresi, model
linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat
dalam disturbansi atau gangguan Ui dengan menggunakan lambang:
E (Ui Uj) = 0 ; 1 ≠J
Secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan
bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak
dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan
dengan pengamatan lain yang manapun (Gujarati, 2003)
GAMBAR 5.1
STATISTIK DURBIN-WATSON
autokorelasi
positif
Ragu-
ragu
tidak ada
autokorelasi
ragu-
ragu
autokorelasi
negatif
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
40
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam gambar 5.1 berikut ini :
TABEL 5.6
UJI STATISTIK DURBIN-WATSON
Nilai Statistik Hasil 0<d<dl
dl≤d≤du
du≤d≤4-du
4-du≤d≤4-dl
4-dl≤d≤4
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menurut hipotesis nul; tidak ada autokorelasi
positif/negatif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi
negative
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan
Durbin Watson (DW test), dengan hipotesa sebagai berikut:
1) Jika nilai DW statistik < DL, atau DW statistik > 4-DL, maka Ho
ditolak yang berarti terdapat autokorelasi
2) Jika nilai DU < DW < 4-DU, maka Ho diterima, berarti tidak
terdapat autokorelasi.
3) Jika DL ≤ DW ≤ DU atau 4- DU ≤ DW ≤ 4-DL, berarti dianggap
tidak meyakinkan (Widarjono, 2005)
41
BAB VI
ANALISIS DATA
6.1. Diskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer
yang diperoleh dari sejumlah pengusaha ayam potong di Kota Jakarta
Selatan melalui metode observasi, wawancara dan kuisioner sebagaimana
disebutkan dalam bab sebelumnya.
Dari seluruh populasi pengusaha ayam di Kota Jakarta Selatan
diambil 100 pengusaha untuk dijadikan sample dengan karakterisrik
responden sebagai berikut :
a. Jenis Usaha
Jenis usaha ayam potong bisa dibedakan menjadi 3, yaitu peternak,
rumah potong dan penjual. Namun hasil data primer menunjukkan
bahwa di Kota Jakarta Selatan tidak terdapat peternakan ayam
potong. Hal tersebut bisa dimengerti dengan alasan bahwa
peternakan membutuhkan lahan yang luas dan jauh dari
pemukiman. Sedangkan data primer menunjukkan 73 responden
merupakan penjual dan sisanya adalah rumah potong. Secara rinci
jumlah responden yang dikelompokkan menurut jenis usaha
disajikan dalam tabel 6.1 :
42
Tabel 6.1
Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha
Jenis Usaha Jumlah Peternakan 0Rumah Potong 27Penjual 73Total 100
Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
b. Umur
Data primer yang diperoleh dari pengusaha ayam potong di Kota
Jakarta Selatan menunjukkan bahwa pengusaha ayam potong di
Kota Jakarta Selatan paling banyak berusia antara 39 sampai umur
45 tahun yaitu sebesar 37% dan rata-rata pengusaha ayam potong
berumur 39,69 tahun. Umur terendah 19 tahun sedangkan umur
tertinggi 61 tahun. Secara rinci jumlah responden yang
dikelompokkan menurut umur disajikan dalam tabel 6.2 :
Tabel 6.2
Karakteristik Responden Menurut Umur
Umur Jumlah responden Persentase 18 - 24 3 3% 25 - 31 16 16% 32 - 38 22 22% 39 - 45 37 37% 46 - 52 16 16% 53 - 59 4 4% 60 - 66 2 2% 100 100%
Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
c. Tingkat Pendidikan
Menurut data primer yang diperoleh dari para dari pengusaha ayam
potong di Kota Jakarta Selatan, para pengusaha ayam potong paling
43
banyak berpendidikan tamatan SLTP yaitu sebesar 36% dari jumlah
responden, dan sebagian kecil tamatan perguruan tinggi yaitu
sebesar 7 pengusaha atau sebesar 7% dari jumlah sample pengusaha
ayam potong. Secara rinci jumlah responden menurut tingkat
pendidikan ditunjukkan pada tabel 6.3 sebagai berikut :
Tabel 6.3
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir Jumlah responden Persentase Sekolah dasar 29 29% Sekolah Menengah Pertama 36 36% Sekolah Menengah Atas 28 28% Sarjana 7 7%
Total 100 100% Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
d. Lama Usaha
Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam
potong di Kota Jakarta Selatan, lama usaha dari para pengusaha
ayam potong paling banyak antara 2 - 5 tahun yaitu sebesar 27
pengusaha atau 27% dari total responden, paling sedikit antara 26-
29 tahun yaitu ada 3 pengusaha atau sebesar 3% , dengan rata-rata
lama usaha adalah 11,34 tahun. Secara rinci lama usaha dalam
menjalankan usaha ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.4.
sebagai berikut :
44
Tabel 6.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berusaha
Lama Berusaha (tahun) Jumlah responden Persentase 2 – 5 27 27% 6 – 9 15 14% 10 – 13 22 22% 14 – 17 17 17% 18 – 21 12 12% 22 – 25 4 4% 26 – 29 3 4% Total 100 100%
Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
e. Jumlah Pekerja
Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam
potong di Kota Jakarta Selatan, 85 pengusaha ayam potong
mempekerjakan 0 – 5 karyawan, dengan rata-rata jumlah
karyawan adalah 3 orang. Secara rinci karakteristik pengusaha
ayam berdasarkan jumlah karyawan dalam menjalankan usaha
ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.5. sebagai berikut :
Tabel 6.5
Karakteristik Sample Berdasarkan Jumlah Karyawan
Jumlah Karyawan Jumlah responden Persentase 0 - 4 85 85% 5 - 9 11 11% 10 - 14 2 2% 15 - 19 2 2% Total 100 100%
Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
f. Prospek Usaha
Kebanyakan pengusaha ayam potong mengeluhkan tentang
lambatnya penanganan kasus flu burung sehingga banyak dari
mereka merasa pendapatannya merosot dengan tajam. Flu burung
dianggap telah mengurangi stok ayam sehat dan menurunnya minat
45
masyarakat untuk mengkonsumsi. Hal tersebut diperparah dengan
tingginya harga ayam potong pada saat masyarakat banyak yang
takut mengkonsumsi ayam potong akibat flu burung, sehingga para
pengusaha sulit menentukan harga jual.
Namun ada juga yang merasa bahwa usaha ayam potong ini masih
menguntungkan karena mereka merasa kasus flu burung tidak
mempengaruhi pendapatan mereka.
6.2 Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis
6.2.1. Pemilihan Model Regresi
Spesifikasi model untuk menentukan bentuk suatu fungsi suatu
model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah nonlinier dalam
suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji
tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji
MacKinnon, White, Davidson (MWD test). Hasil estimasi dari uji MWD
dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 6.6 Hasil Uji MWD
Variabel Nilai Statistik t Nilai Tabel t α
(=5%) Probabilitas Z1 13,46416 1,658 0,0000
Z2 -1,359798 1,658 0,1771
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)
Berdasarkan dari hasil regresi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan uji MWD ditemukan adanya perbedaan
antara kedua bentuk fungsi model empiris (linier dengan log - linier).
46
Dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%) bentuk fungsi model empiris
linier tidak bisa digunakan untuk analisis karena Z1 signifikan sedangkan
untuk log linear bisa digunakan untuk analisis karena Z2 tidak signifikan
secara statistik.
6.2.2. Hasil Regresi
Tabel 6.7 Hasil Regresi LogLinear
Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220 LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187 LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000
DM -0.051521 0.019951 -2.582334 0.0113 C 3.308057 0.200084 16.53334 0.0000
R-squared 0.990817 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990430 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.058022 Akaike info criterion -2.807267 Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009 Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521 Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran) Dari hasil regresi tersebut di atas dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai
berikut :
EDmLogXLogXLogXLogY +−+−−= 051521,0956544,0001583,0033245,0308057,3 321
)53334,16( )328768,2(− )-0.102368( )51.80643 ( )-2.582334(
R-squared = 0,990817
Adjusted R-squared = 0,990430
F-statistic = 2562,521
Di mana :
Y adalah rata – rata pendapatan kotor pengusaha ayam potong (Rupish/bulan)
X1 adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi sampel (Unit usaha)
47
X2 adalah biaya transportasi perbulan (Rupiah/bulan)
X3 adalah jumlah ayam terjual (Kilogram/bulan)
Dm adalah dummy variabel pengaruh flu burung terhadap usaha menurut persepsi
sample
6.2.3 Analisisi Statistik
Untuk menentukan parameter dalam model, metode yang digunakan
adalah Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diharapkan
dapat diperoleh penaksiran tidak bias linier terbaik (Best Linear Unbiased
Estimator / BLUE), pada dasarnya isi dari metode tersebut adalah
penentuan normal melalui peminimuman jumlah error kuadrat.
1. Uji Tanda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya transport dan
dummy variabel flu burung mempunyai koefisien regresi negatif. Hal
ini menunjukkan suatu hubungan negatif antara variabel independen
dan variabel dependen (pendapatan pengusaha ayam potong) artinya
jika terjadi peningkatan dalam jumlah pesaing, biaya transport dan
pengaruh flu burung maka pendapatan pengusaha ayam potong akan
menurun.
Sedangkan variabel independen jumlah ayam terjual memiliki
koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif
antara variabel independen dan variabel dependen (pendapatan
pengusaha ayam potong) yang berarti jika terjadi peningkatan dalam
48
jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha ayam potong
juga akan meningkat.
2. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial
Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t statistik
satu sisi terhadap masing-masing variabel independen, dari hasil
pengujuan regresi didapat nilai t hitung dari masing-masing variabel
independen untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel. Cara
yang dilakukan untuk menentukan t tabel adalah :
T tabel = α df (n-k)
Di mana :
α adalah tingkat signifikansi
df adalah derajat bebas
n adalah jumlah data
k adalah jumlah variabel independen yang digunakan termasuk
konstanta kemudian dicari pada tabel t
Dengan demikian dapat ditentukan nilai t tabel yang dipakai dalam
penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05
dan derajat bebas (100-5) sebesar 95 maka nilai t tabel didapat 1,658.
Apabila nilai t hitung > t tabel; maka variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya jika t
hitung < t tabel; berarti variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
49
Dari hasil pengujian regresi didapat t hitung seperti tercantum dalam
tabel berikut:
Tabel 6.8
Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas
Variabel t-hitung t-tabel Keterangan X1 |-2,328768| |-1,658| Signifikan
X2 |-0,102368| |-1,658| Tidak signifikan
X3 51,806434 1,658 Signifikan
Dm |-2,582334| |-1,658| Signifikan
Sumber : Data priner diolah
2.1 Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah pesaing (β1)
Hipotesanya
Bila Ho : β1 ≤ 0 Variabel jumlah pesaing tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Bila Ha : β1 > 0 Variabel jumlah pesaing berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
50
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100 - 5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,328768
Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,328768 │> │-1,658│ maka
Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
Gambar 6.1 Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing
Daerah Ho diterima
Daerah Ho ditolak
│-1,658│ │-2,328768│
2.2 Uji t-Statistik terhadap variabel biaya transportasi (β2)
Hipotesanya
Bila Ho : β2 ≤ 0 Variabel biaya transportasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Bila Ha : β2 > 0 Variabel biaya transportasi berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
51
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -0,102368
Karena nilai t hitung < t tabel atau │-0,102368│ < │ -1,658 │ maka
Ho ditolak, sehingga biaya transportasi berpengaruh secara negatif
namun tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam
potong.
Gambar 6.2 Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi
Daerah Ho diterima
Daerah Ho ditolak
│-0,102368││- 1,658│ 2.3 Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah ayam terjual (β3)
Hipotesanya
Bila Ho : β3 ≤ 0 Variabel jumlah ayam terjual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
52
Bila Ha : β3 > 0 Variabel jumlah ayam terjual berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = 51,80643
Karena nilai t hitung > t tabel atau 51,80643 > 1,658 maka Ho
ditolak, sehingga jumlah ayam terjual berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
Gambar 6.3 Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual
1,658 51,8064
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
53
2.4 Uji t-Statistik terhadap variabel dummy variabel pengaruh flu burung
(β4)
Hipotesanya
Bila Ho : β4 ≤ 0 Variabel pengaruh flu burung tidak berpengaruh
terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.
Bila Ha : β4 > 0 Variabel pengaruh flu burung berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,582334
Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,582334│ >│-1,658│ maka
Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
54
Gambar 6.4 Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy
Daerah Ho diterima
Daerah Ho ditolak
│-2,582334│ │-1,658│
6.2.4. Uji F-Statistik
Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. (Gujarati, 2003)
F-hitung = )/()1(
)/(2
2
knRIkR−−
−
F-tabel = ( α : k-1, n-k ) α = 5 %, ( 5 - 1= 4 ; 100 - 5 = 95 )
Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel independen, tetapi jika F-tabel ≥ F-hitung berarti Ho
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
55
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara
keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel independen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara
keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah F-hitung = 2562,521
sedangkan F-tabel = 2,53 ( α = 0,05 ; 4, 95),sehingga F-hitung > F-
tabel (2562,521 > 2,53 ).
Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang
menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel jumlah
pesaing (X1), biaya transportasi (X2) dan jumlah ayam terjual (X3)
serta dummy variabel flu burung secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pendpatan pengusaha ayam potong.
6.2.5. Penaksiran Koefisien Determinasi (R²)
Untuk mengukur koefisien garis regresi dengan sebaran
data/dengan kata lain R² digunakan untuk mengukur
proporsi/prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu
dijelaskan oleh model regresi yang diperoleh. Dari hasil R² 0,990817
artinya variabel independen (jumlah pesaing, biaya transportasi dan
jumlah ayam terjual serta dummy ) variabel adanya flu burung
mampu menjelaskan variasi total variabel dependen (pendapatan
56
pengusaha ayam potong) sebesar 99,08 % sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain.
6.3. Pengujian Asumsi Klasik
Adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut di atas
akan menyebabkan uji statistik (uji t-statistik dan f-statistik) yang
dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan
kesimpulan yang diperoleh.
6.3.1. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan
tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test,
yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel
bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
Dapatkan nilai R2 untuk menghitung χ2, di mana χ2 = Obs*R square
(Gujarati, 2003).
Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya heterokedastisitas.
Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas
Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada heterokedastisitas
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2 -
hitung ) = 18,37865 sedangkan χ2 -tabel = 23,6848 ( df =14 ,α = 0,05 ),
sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (18,37865 < 23,6848). Perbandingan
antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <
57
χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji White Test
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada heterokedastisitas
Tabel 6.9 Hasil Uji White Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.489584 Probability 0.137812 Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633
LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688 (LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641
(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627 (LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425
(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700 LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638
(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729 (LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994
(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811 LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603
(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951 (LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471
DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825
R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198 Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138 Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414 Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584 Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)
58
6.3.2. Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara
anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Dalam kaitannya dengan asumsi OLS, autokorelasi merupakan
korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Pengujian
terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-
Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-
godfrey,dimana uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi
yang paling akurat ( Kuncoro, 2001 : 107), apalagi jika sampel yang
digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini
dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi
Serial Correlation LM Test Lag.
Uji Lagrange Multiplier ( LM Test ).
Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya autokorelasi.
Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada autokorelasi
Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada autokorelasi
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2 -
hitung ) = 6,586913 sedangkan χ2 -tabel = 7,81473 ( df = 3 ,α = 0,05 ),
sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (6,586913< 7,81473 ). Perbandingan
antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <
χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji LM tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.
59
Tabel 6.10 Hasil Uji LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.162424 Probability 0.097786 Obs*R-squared 6.586913 Probability 0.086297
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:04
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) 0.002392 0.014184 0.168632 0.8665 LOG(X2) 0.003344 0.015499 0.215741 0.8297 LOG(X3) 0.007157 0.018754 0.381626 0.7036
DM 0.007340 0.020019 0.366678 0.7147 C -0.095004 0.201284 -0.471991 0.6381
RESID(-1) 0.033103 0.105833 0.312786 0.7552 RESID(-2) -0.191287 0.102204 -1.871616 0.0644 RESID(-3) -0.162931 0.105188 -1.548951 0.1248
R-squared 0.065869 Mean dependent var 2.29E-15 Adjusted R-squared -0.005206 S.D. dependent var 0.056838 S.E. of regression 0.056986 Akaike info criterion -2.815406 Sum squared resid 0.298761 Schwarz criterion -2.606992 Log likelihood 148.7703 F-statistic 0.926753 Durbin-Watson stat 2.005873 Prob(F-statistic) 0.489770
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran) 6.3.3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan yang terjadi diantara
variabel-variabel independen atau variabel independen yang satu
fungsi dari variabel independen yang lain. Pengujian terhadap gejala
multikolinieritas dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien
determinasi parsial (r2) dengan koefisien determinasi majemuk (R2),
jika r2 lebih kecil dari R2 maka tidak ada multikolinieritas.
60
Tabel 6.11 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel
r2
R2
Keterangan
X1 dengan X2, X3,
DM
0,376075
0,990817
Tidak ada multikolinieritas
X2 dengan X1, X3,
DM
0,056871
0,990817
Tidak ada multikolinieritas
X3 dengan X1, X2, DM 0,709709 0,990817
Tidak ada multikolinieritas
DM dengan X1, X2, X3
0,623095
0,990817 Tidak ada multikolinieritas
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)
Hasil dari uji klien diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat
multikolenieritas dimana seluruh nilai r2 lebih kecil dibandingkan
nilai R2.
6.4. Pembahasan Hasil Analisis
Hasil estimasi dan pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan
ternyata hasil estimasi pendapatan pengusaha ayam potong tidak terdapat
Multikolinieritas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi sehingga hasil dari
pengujian tersebut dapat diaplikasikan lebih lanjut.
6.4.1. Jumlah Pesaing (X1)
Variabel jumlah pesaing (X1) secara statistik berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong sebesar -
0.033245 berarti sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap adanya
penambahan jumlah pesaing 1 persen maka pendapatan pengusaha
61
ayam potong akan turun sebesar -0.033245 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya jumlah pesaing akan mengakibatkan
adanya penurunan jumlah pendapatan pengusaha ayam potong di Kota
Jakarta Selatan. Hal ini cukup beralasan karena dengan bertambahnya
jumlah pesaing akan mengakibatkan perebutan konsumen yang sama.
Hal yang kemudian mungkin terjadi adalah perang harga yang berarti
pengurangan laba bersih. Mungkin perlu ada penetapan harga sehingga
sesama pengusaha ayam potong tidak harus saling menjatuhkan dan
laba bersih masih dapat dipertahankan atau malah ditingkatkan.
6.4.2. Biaya Transportasi (X ) 2
Variabel biaya transportasi (X ) secara statistik negatif dan tidak
signifikan dan berbeda dengan hipotesa awal, hal tersebut berarti biaya
transportasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
pengusaha ayam potong. Hal tersebut bisa dijelaskan dengan dengan
beberapa alasan:
2
1. Sebagian besar biaya transportasi sudah ditanggung oleh
pengusaha di atasnya seperti biaya transportasi penjual yang
ditanggung oleh rumah potong.
2. Kenaikan biaya transportasi masih bisa ditutupi dengan menaikkan
harga jual ayam potong.
3. Kebanyakan pengusaha berupaya mencari ayam potong dari dalam
kota sehingga biaya transportasi tidak terlalu tinggi
62
6.4.3. Jumlah Ayam Terjual (X3)
Variabel jumlah ayam terjual (X3) secara statistik positif
signifikan dan sesuai dengan hipotesa awal, hal tersebut menunjukkan
bahwa banyaknya jumlah ayam terjual berpengaruh terhadap
pendapatan pengusaha ayam potong sebesar 0.956544. Artinya setiap
penambahan jumlah ayam yang terjual sebesar 1 persen
mengakibatkan kenaikan pendapatan pengusaha ayam potong sebesar
0.956544 persen.
Peningkatan pendapatan akan dapat dicapai bila mampu
meningkatkan jumlah ayam yang terjual. Walaupun dalam prakteknya
hal tersebut sulit karena penjualan ayam potong sangatlah bergantung
pada demand pasar. Beberapa jalan yang dapat ditempuh adalah
memperluas pasar dengan membuka cabang di tempat lain, usaha
meyakinkan konsumen yang sama untuk mengkonsumsi ayam potong
lebih banyak atau bila perlu dengan periklanan. Dengan semakin
banyaknya jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha
ayam akan meningkat.
6.4.4. Variabel Dummy Flu Burung (dm)
Variabel dummy pengaruh flu burung (dm) secara statistik
negatif signifikan dan sesuai dengan hipotesa awal, hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya flu burung berpengaruh terhadap
penurunan pendapatan pengusaha ayam potong. Flu burung merupakan
penyakit yang sangat merugikan bagi pengusaha ayam potong.
63
Ditingkat peternak, jika ayam mereka terkena flu burung maka ayam-
ayam tersebut akan mati menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat
ataupun distributor. Meskipun ayam – ayam yang mati tersebut
tidaklah terlalu banyak sehingga pendapatan berkurang drastis, namun
masyarakat yang takut mengkonsumsi ayam potong akan menurunkan
jumlah permintaan, belum lagi dinas kesehatan yang kemungkinan
besar akan ngotot untuk memusnahkan seluruh stok ayam yang
dikuatirkan telah terjangkit virus flu burung. Oleh karena itu hal yang
harus dilakukan adalah pemberatasan flu burung, pelaksanaan langkah
– langkah untuk mengurangi penyebaran dan usaha penyuluhan agar
masyarakat sadar bahwa virus flu burung bisa dihindari penularannya
terhadap manusia dengan beberapa cara seperti mencuci tangan dengan
sabun atau memasak daging ayam dengan suhu selama minimal 1
menit. Jika langkah – langkah tersebut berhasil dijalankan pemerintah
ataupun pengusaha ayam potong sendiri, diharapkan pendapatan
pengusaha ayam potong bisa ditingkatkan atau minimal kembali
seperti semula sebelum adanya flu burung.
080
BAB VII
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
7.1 KESIMPULAN
Berkaitan dengan penelitian tentang analisis pendapatan pengusaha ayam
potong dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha ayam potong ternyata
dipengaruhi oleh variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya
transport, jumlah ayam terjual dan pengaruh flu burung. Hal ini dibuktikan
dari hasil uji F, dimana nilai Fhitung yang diperoleh lebih besar daripada
nilai Ftabel, yang berarti bahwa secara keseluruhan terdapat hubungan
yang signifikan antara seluruh variabel independen dengan variabel
dependen . Pernyataan ini kemudian diperkuat dengan 2R yang diperoleh
sebesar 0,990817 yang berarti 99,0817% variasi variabel jumlah pesaing,
biaya transport, jumlah ayam terjual dan pengaruh flu burung menjelaskan
variasi pendapatan pengusaha ayam potong. Sedangkan 0,9183%
dijelaskan variabel lain diluar model.
2. Variabel jumlah pesaing, jumlah ayam yang terjual dan pengaruh flu
burung mempunyai nilai yang sangat signifikan dalam hasil perhitungan
regresi, yang berarti tingkat pendapatan seorang pengusaha ayam potong
sangat dipengaruhi oleh kombinasi ketiga faktor tersebut. Besar kecilnya
tingkat pendapatan tergantung pada proporsi besar kecilnya jumlah
pesaing, jumlah ayam yang terjual dan pengaruh flu burung. Sedangkan
untuk variabel biaya transport tidak mempunyai pengaruh yang begiru
besar terhadap pendapatan pengusaha ayam potong dikarenakan kenaikan
biaya transport masih bisa ditutupi oleh hasil penjualan, kebanyakan biaya
transport yang ditanggung oleh pengusaha diatasnya (seperti barang yang
dikirim oleh pemotong kepada para penjual) dan relatif dekatnya lokasi
pengambilan barang dagangan.
7.2 IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, implikasi
kebijaksanaan berkaitan dengan hasil penelitian adalah :
1. Menentukan strategi untuk memenangkan persaingan dengan pengusaha
ayam potong lainnya seperti dengan menjaga atau meningkatan kualitas
ayam yang dijual, potongan harga, menyediakan barang yang lebih
murah dengan kualitas di bawah atau hampir sama dengan barang yang
lebih mahal, inovasi produk, atau bahkan periklanan. Mengingat
pengurangan jumlah pesaing tidak dapat dikurangi, maka perlu dibentuk
suatu paguyuban yang mampu menentukan standar kualitas ayam potong
dan minimal harga jual sehingga sesama pengusaha ayam potong tidak
perlu saling menjatuhkan.
2. Untuk meningkatkan pendapatan pengusaha ayam potong, hal yang
harus dilakukan adalah menambah jumlah ayam potong yang terjual
dengan cara mencari pasar baru untuk menjual ayam potong tersebut
atau dengan usaha meningkatkan konsumsi konsumen yang sudah ada.
3. Secepatnya melakukan pemberantasan terhadap flu burung sehingga stok
ayam akan kembali normal, sosialisasi terhadap masyarakat bahwa virus
flu burung bisa dimatikan dengan cara-cara tertentu sehingga masyarakat
tidak perlu merasa khawatir untuk mengkonsumsi ayam potong sehingga
pendapatan pengusaha ayam potong akan kembali normal dan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Widarjono, Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonisia, Yogyakarta, 2005
Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta, Edisi Ketiga, 1998 Badan Pusat Statistik, Jakarta Selatan dalam angka 2005, BPS DKI Jakarta,
2006 Basu Swasta, Manajemen Penjualan, BPFE, Yogyakarta, Edisi Ketiga, 1993 Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, Edisi Kelima, 1998 H.Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University
Press, Surakarta Husain Umar, Metode Riset Bisnis, Gramedia Pustaka Jakarta, 2002
Ibnu Edy Wiyono, (2007), “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan”, Analisis Ekonomi Mingguan Charoen Pokphand Indonesia, 1 Oktober 2007, diambil dari http://www.cp.co.id
Ida Nuraini, Pengantar Ekonomi Mikro, UMM Press, 2001
Ikrar Moh. Saleh, (2005), “Analisis Efisiensi Finansial Peternakan Ayam Broiler Pada Berbagai Skala Usaha Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gow”a, Laporan Penelitian UNHAS (Tidak dipublikasikan), Universitas Hassanudin
M.Faisal, (2000), "Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Pedaging/potong studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri Jawa Timur”, Laporan penelitian lembaga penelitian UMM (Tidak dipublikasikan), Universitas Muhammadiyah Malang
Nawawi dan Martina, Penelitian Terapan, UGM Press, Yogyakarta, 1994
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi, Erlannga,
Jakarta, 1995
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketting Management, Pearson Education Inc, New Jersey, 2006
Sadono Sukirno, Pengantar TE Mikro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Edisi Kedua, 1996
Sritua Arif, 1993, Metodologi Penelitian Ekonomi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Sri Adiningsih & YB. Kadarusman, 2003, Teori Ekonomi Mikro, BPFE,
Yogyakarta Surakhmad dan Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1990
DAFTAR PERTANYAAN
1. Nama / umur : / th
2. Pendidikan terakhir :
3. Alamat :
4. Nama yang digunakan untuk usaha anda :
5. Sampai saat ini anda sudah menjadi pengusaha ayam potong selama . . . . .th
6. Jumlah karyawan / pekerja . . . . . . . . . . orang
7. Jenis usaha ayam potong
a. Peternak
b. rumah potong
c. penjual
7. Berapakah rata – rata pendapatan perbulan dari usaha ayam potong tersebut
(Rp/bulan) ? . . . . . . . . . .
8. Berapakah rata – rata biaya transportasi yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha anda (Rp/bulan) ? . . . . . . . . .
9. Di tempat anda berjualan / menjalankan usaha ayam potong, berapakah jumlah
pesaing anda (unit)? . . . . . . . . . .
10. Berapakah rata – rata penjualan ayam potong dalam satu bulan (Kg/bulan) ? . .
. . . . . . . .
11. Menurut anda, apakah usaha anda terpengaruh oleh adanya kasus flu burung ?
a. Terpengaruh
b. Tidak terpengaruh
12. Menurut anda bagaimanakah prospek usaha ayam potong untuk saat ini dan
untuk masa yang akan datang ? . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Data Hasil Penelitian
obs Y X1 X2 X3 DM 1 76500 35 3800 4500 0 2 108000 20 3100 6000 0 3 19200 45 4500 1200 1 4 34500 40 3400 2300 1 5 32000 35 5300 2000 1 6 27000 43 5500 1500 1 7 51000 21 4500 3000 0 8 120000 15 3500 7500 0 9 27000 35 5900 1800 1 10 64800 25 2500 3600 0 11 12750 45 3200 750 1 12 122400 15 2500 7200 0 13 57600 25 4300 3200 0 14 28800 30 5500 1800 1 15 42000 35 4300 3000 1 16 15000 40 1500 1000 1 17 40000 25 5200 2500 0 18 26350 32 5000 1550 1 19 12600 45 1500 700 1 20 85000 15 2500 5000 0 21 18000 35 3900 1200 1 22 20800 37 2500 1300 1 23 37800 52 4500 2100 1 24 59500 21 3500 3500 0 25 64000 18 4500 4000 0 26 43200 35 4500 2700 1 27 32400 10 6000 1800 1 28 25500 27 3200 1500 1 29 48000 10 5000 3000 1 30 36000 30 3200 2000 1 31 22100 21 2500 1300 1 32 28800 24 4500 1600 1 33 36000 18 4000 2250 1 34 21600 14 2800 1200 1 35 12000 23 3100 750 1 36 30600 12 4500 1800 1 37 41400 21 3400 2300 1 38 63750 9 1500 3750 0 39 34000 30 3300 2000 1 40 51000 31 5000 3000 0 41 40000 6 6000 2500 1 42 38000 11 2400 2000 1 43 30400 10 2200 1900 1 44 34000 20 3200 2000 1 45 51000 8 6000 3000 0 46 80000 15 2600 5000 0 47 40000 25 6000 2500 1 48 16200 52 1500 900 1 49 34000 35 4400 2000 1 50 24000 30 5450 1500 1
51 51000 32 3200 3000 0 52 135000 8 3900 7500 0 53 30600 25 3500 1800 1 54 61200 10 2800 3600 0 55 29750 35 4500 1750 1 56 115200 12 2000 7200 0 57 60800 25 2500 3200 0 58 28800 30 4500 1800 1 59 51000 24 3500 3000 0 60 17000 45 3500 1000 1 61 40000 35 3700 2500 1 62 24800 46 3000 1550 1 63 21600 49 2000 1200 1 64 39100 14 3600 2300 1 65 34000 15 1200 2000 1 66 22500 42 3450 1500 1 67 48000 22 3350 3000 1 68 135000 13 2000 7500 0 69 30600 25 3900 1800 1 70 57600 24 3400 3600 0 71 12000 51 1500 750 1 72 129600 10 3500 7200 0 73 22100 24 2100 1300 1 74 33600 32 1500 2100 1 75 63000 15 3400 3500 0 76 68000 12 3800 4000 0 77 48600 10 4600 2700 1 78 30600 40 2200 1800 1 79 25500 35 6000 1500 1 80 54000 25 2100 3000 0 81 32000 32 3400 2000 1 82 18200 48 1200 1300 1 83 45000 23 3450 3000 1 84 120000 15 2450 7500 0 85 30600 35 2000 1800 1 86 64800 25 3900 3600 0 87 12750 53 2100 750 1 88 122400 15 3100 7200 0 89 22100 42 5350 1300 1 90 33600 25 4500 2100 1 91 56000 30 3200 3500 0 92 36000 25 2500 2000 1 93 51000 23 2650 3000 0 94 80000 30 3450 5000 0 95 42500 15 5500 2500 1 96 16200 47 3200 900 1 97 36000 30 3400 2000 1 98 25500 43 5900 1500 1 99 48000 24 4300 3000 1
100 127500 10 3150 7500 0
Keterangan Y = Pendapatan pengusaha ayam potong dalam ribu rupiah per bulan X1 = Jumlah pesaing dalam satuan unit X = Biaya transport per bulan dalam ribu rupiah per bulan 2
X 3 = Jumlah ayam terjual per bulan dalam satuan kilogram Dm = Dummy variabel (flu burung) 1 = terpengaruh flu burung 0 = tidak terpengaruh flu burung
LAMPIRAN II. HASIL REGRESI LINEAR Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:08 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -40.34925 30.16101 -1.337795 0.1842 X2 -0.218784 0.241778 -0.904896 0.3678 X3 16.52623 0.283248 58.34539 0.0000 DM -1740.788 969.3966 -1.795744 0.0757 C 3879.796 1983.490 1.956045 0.0534
R-squared 0.991082 Mean dependent var 46572.50 Adjusted R-squared 0.990707 S.D. dependent var 30592.76 S.E. of regression 2949.192 Akaike info criterion 18.86516 Sum squared resid 8.26E+08 Schwarz criterion 18.99541 Log likelihood -938.2578 F-statistic 2639.467 Durbin-Watson stat 1.996251 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN III. HASIL REGRESI LOGLINEAR Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220 LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187 LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000
DM -0.051521 0.019951 -2.582334 0.0113 C 3.308057 0.200084 16.53334 0.0000
R-squared 0.990817 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990430 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.058022 Akaike info criterion -2.807267 Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009 Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521 Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN IV. HASIL MWD LINEAR Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 -40.01019 17.71813 -2.258150 0.0262 X2 -0.144994 0.142138 -1.020088 0.3103 X3 16.50380 0.166403 99.17980 0.0000 DM -1834.916 569.5159 -3.221886 0.0018 Z1 41282.90 3066.133 13.46416 0.0000 C 3732.485 1165.255 3.203149 0.0019
R-squared 0.996955 Mean dependent var 46572.50 Adjusted R-squared 0.996793 S.D. dependent var 30592.76 S.E. of regression 1732.506 Akaike info criterion 17.81065 Sum squared resid 2.82E+08 Schwarz criterion 17.96696 Log likelihood -884.5325 F-statistic 6155.009 Durbin-Watson stat 2.088359 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN V. HASIL MWD LOGLINEAR Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:02 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) -0.033716 0.014217 -2.371603 0.0198 LOG(X2) -0.001470 0.015398 -0.095480 0.9241 LOG(X3) 0.955587 0.018395 51.94736 0.0000
DM -0.053372 0.019909 -2.680763 0.0087 Z2 -1.23E-06 9.05E-07 -1.359798 0.1771 C 3.317965 0.199329 16.64566 0.0000
R-squared 0.990994 Mean dependent var 10.56886 Adjusted R-squared 0.990515 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.057765 Akaike info criterion -2.806747 Sum squared resid 0.313658 Schwarz criterion -2.650437 Log likelihood 146.3373 F-statistic 2068.708 Durbin-Watson stat 1.832947 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN VI. HASIL UJI LM UNTUK MENDETEKSI
AUTOKORELASI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.162424 Probability 0.097786 Obs*R-squared 6.586913 Probability 0.086297
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:04
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) 0.002392 0.014184 0.168632 0.8665 LOG(X2) 0.003344 0.015499 0.215741 0.8297 LOG(X3) 0.007157 0.018754 0.381626 0.7036
DM 0.007340 0.020019 0.366678 0.7147 C -0.095004 0.201284 -0.471991 0.6381
RESID(-1) 0.033103 0.105833 0.312786 0.7552 RESID(-2) -0.191287 0.102204 -1.871616 0.0644 RESID(-3) -0.162931 0.105188 -1.548951 0.1248
R-squared 0.065869 Mean dependent var 2.29E-15 Adjusted R-squared -0.005206 S.D. dependent var 0.056838 S.E. of regression 0.056986 Akaike info criterion -2.815406 Sum squared resid 0.298761 Schwarz criterion -2.606992 Log likelihood 148.7703 F-statistic 0.926753 Durbin-Watson stat 2.005873 Prob(F-statistic) 0.489770
LAMPIRAN VII. HASIL UJI WHITE UNTUK MENDETEKSI
HETEROKEDASTISITAS
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.489584 Probability 0.137812 Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633
LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688 (LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641
(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627 (LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425
(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700 LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638
(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729 (LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994
(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811 LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603
(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951 (LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471
DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825
R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198 Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138 Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414 Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584 Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812
LAMPIRAN VIII. HASIL UJI KLIEN UNTUK MENDETEKSI
MULTIKOLINEARITAS Dependent Variable: LOG(X1) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X2) -0.007057 0.110572 -0.063826 0.9492 LOG(X3) -0.631025 0.115226 -5.476402 0.0000
DM -0.153391 0.141775 -1.081931 0.2820 C 8.220196 1.158598 7.094950 0.0000
R-squared 0.376075 Mean dependent var 3.171394 Adjusted R-squared 0.356577 S.D. dependent var 0.517144 S.E. of regression 0.414820 Akaike info criterion 1.117235 Sum squared resid 16.51928 Schwarz criterion 1.221442 Log likelihood -51.86174 F-statistic 19.28821 Durbin-Watson stat 1.397684 Prob(F-statistic) 0.000000
Dependent Variable: LOG(X2) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) -0.006013 0.094203 -0.063826 0.9492 LOG(X3) 0.232355 0.119511 1.944205 0.0548
DM 0.285943 0.128381 2.227291 0.0283 C 6.136999 1.162318 5.279966 0.0000
R-squared 0.056871 Mean dependent var 8.107368 Adjusted R-squared 0.027398 S.D. dependent var 0.388242 S.E. of regression 0.382887 Akaike info criterion 0.957022 Sum squared resid 14.07381 Schwarz criterion 1.061229 Log likelihood -43.85111 F-statistic 1.929615 Durbin-Watson stat 2.040681 Prob(F-statistic) 0.129935
Dependent Variable: LOG(X3) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:06 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) -0.377229 0.068883 -5.476402 0.0000 LOG(X2) 0.163038 0.083859 1.944205 0.0548
DM -0.793855 0.074819 -10.61033 0.0000 C 8.148327 0.729124 11.17550 0.0000
R-squared 0.709709 Mean dependent var 7.749853 Adjusted R-squared 0.700638 S.D. dependent var 0.586193 S.E. of regression 0.320730 Akaike info criterion 0.602742 Sum squared resid 9.875286 Schwarz criterion 0.706949 Log likelihood -26.13711 F-statistic 78.23433 Durbin-Watson stat 2.105402 Prob(F-statistic) 0.000000
Dependent Variable: DM Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100 Included observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) -0.078535 0.072588 -1.081931 0.2820 LOG(X2) 0.171839 0.077152 2.227291 0.0283 LOG(X3) -0.679901 0.064079 -10.61033 0.0000
C 4.785037 0.899524 5.319521 0.0000
R-squared 0.623095 Mean dependent var 0.660000 Adjusted R-squared 0.611317 S.D. dependent var 0.476095 S.E. of regression 0.296819 Akaike info criterion 0.447789 Sum squared resid 8.457742 Schwarz criterion 0.551996 Log likelihood -18.38945 F-statistic 52.90210 Durbin-Watson stat 2.130296 Prob(F-statistic) 0.000000