Upload
others
View
19
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN
KAYU (HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII
HULU KABUPATEN SAROLANGUN
SUCI ANDIKA
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN
KAYU (HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII
HULU KABUPATEN SAROLANGUN
SUCI ANDIKA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperolah Sarjana Kehutanan
pada Program Studi Kehutanan Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun
Nama : SUCI ANDIKA
NIM : L1A117044
Program Studi : KEHUTANAN
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Fazriyas, M.Si., IPU Rince Muryunika, S.P, M.Si
NIP. 196707271993031007 NIDN. 0007118901
Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Dr. Forst. Ir. Bambang Irawan, S.P., M.Sc., IPU
NIP. 19690611 1994031003
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SUCI ANDIKA
NIM : L1A117044
Jurusan/Fakultas : KEHUTANAN/PERTANIAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimana
pun juga dan/atau oleh siapa pun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan/dinyatakan
pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiarisme.
3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan dan dalam
proses pengajuan oleh pihak lain dan/atau terdapat plagiarisme di dalam skripsi
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Pasal 12 Ayat (1) butir (g)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni
Pembatalan Ijazah.
Jambi, Juli 2021
Yang membuat pernyataan,
Suci Andika
RINGKASAN
ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU
(HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII HULU KABUPATEN
SAROLANGUN (Suci Andika dibawah bimbingan Bapak Ir. Fazriyas, M.Si., I.PU
dan Ibu Rince Muryunika, S.P., M.Si)
KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun merupakan salah satu instansi pengelolaan
hutan pada tingkat tapak di Provinsi Jambi. Pembentukan KPHP Limau Unit VII
Hulu Kabupaten Sarolangun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.714/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang Penetapan
Wilayah KPHP Model Limau di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi seluas ±
121.102 Ha. Kawasan hutan di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun menyimpan
potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Masyarakat desa yang tergabung dalam
Kelompok Tani Hutan (KTH) bersama KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
menjalin kemitraan dalam memanfaatkan dan mengelola HHBK unggulan yaitu
madu dan kepayang. Penelitian ini bertujuan mengetahui berapa besar pendapatan
petani yang bermitra dengan KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun
dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) madu Trigona sp. dan minyak kepayang
serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
yaitu Desa Raden Anom, Sungai Bemban dan Sungai Baung di Kecamatan Batang
Asai. Data pendapatan diambil dengan cara wawancara serta bantuan kuisioner.
Penentuan responden menggunakan metode Purpossive sampling dengan jumlah
responden sebanyak 89 responden yang terdiri dari 3 KTH.
Hasil dari dari penelitian ini menunjukkan pendapatan petani HHBK madu Trigona
sp. yang bermitra dengan KPHP Limau VII Hulu Sarolangun di KTH Harapan Jaya
dan KTH Puding Mas masing-masing Rp. 67.084/Tahun dan Rp. 52.167/Tahun dari
pendapatan KTH Rp. 1.341.687/Tahun dan Rp. 1.304.187/Tahun. Pendapatan
petani HHBK minyak kepayang di KTH Talun Sakti adalah Rp. 42.365/Tahun dari
pendaptan total KTH Rp. 1.864.062/Tahun. Kontribusi pendapatan petani HHBK
madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani KTH Harapan Jaya dan KTH
Puding Mas yaitu 0,05% dan 0,06%. Sedangkan kontribusi pendapatan petani
HHBK minyak kepayang KTH Talun Sakti terhadap pendapatan total petani yaitu
0,04%.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun“. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
pembimbing skripsi yaitu Bapak H. Fazriyas, M.Si., I.PU selaku pembimbing I dan
Ibu Rince Muryunika, S.P., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan baik dari segi penyusunan maupun dari penulisannya. Kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan skripsi
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Jambi, Juli 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun ................................... 4
2.2 Kemitraan .................................................................................. 4
2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ............................................. 5
2.4 Madu ........................................................................................... 6
2.5 Kepayang .................................................................................... 8
2.6 Pendapatan dan Kontribusi ......................................................... 9
2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................... 10
2.8 Kerangka Pemikiran ................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 14
3.1 Ruang Lingkup Penenlitian ........................................................ 14
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 15
3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 15
3.4 Metode Pengumpulan Data......................................................... 15
3.5 Metode Pengambilan Sampel ..................................................... 16
3.6 Metode Analasis Data ................................................................. 17
3.6.1 Analisis Pendapatan ........................................................... 17
3.6.2 Analisis Kontribusi Pendapatan ........................................ 18
3.7 Konsepsi Pengukuran ................................................................. 19
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 20
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................... 20
4.1.1 Aksesibilitas ...................................................................... 21
4.1.2 Luas Wilayah dan Kependudukan ..................................... 21
4.2 Identitas Responden .................................................................... 22
4.2.1 Umur Responden ............................................................... 22
4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................ 22
4.2.3 Luas Lahan Responden ...................................................... 23
4.3 Kemitraan KTH Bersama KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun .................................................................................. 24
4.4 Produksi Madu Trigona sp. dan Minyak Kepayang ................... 25
4.2.1 Produksi Madu Trigona sp. ............................................... 25
4.2.2 Produksi Minyak Kepayang .............................................. 26
4.5 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Budidaya
Trigona Sp .................................................................................. 28
4.5.1 Penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas .... 28
4.5.2 Biaya Produksi KTH Harapan Jaya dan KTH
Puding Mas ....................................................................... 29
4.5.3 Pendapatan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas .... 29
4.6 Kontribusi Pendapatan Petani Dari HHBK Madu Trigona sp.
Terhadap Pendapatan Total Petani ............................................. 30
4.7 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang .... 33
4.7.1 Penerimaan KTH Talun Sakti .......................................... 33
4.7.2 Biaya Produksi KTH Talun Sakti ..................................... 33
4.7.3 Pendapatan KTH Talun Sakti ........................................... 34
4.8 Kontribusi Pendapatan Petani Dari HHBK Minyak Kepayang
Terhadap Pendapatan Total Petani .............................................. 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 37
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 37
5.2 Saran ............................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
iv
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 13
2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 14
3. Proses pemanenan madu Trigona sp. ............................................ 25
4. Pencucian dan perebusan biji kepayang ........................................ 27
5. Pencongkelan, perendaman dan pengeringan air kepayang .......... 27
6. Pencincangan dan penepungan kepayang ..................................... 28
7. Pengepressan kepayang ................................................................. 28
8. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di
KTH Harapan Jaya ........................................................................ 32
9. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total. di
KTH Puding Mas .......................................................................... 32
10. Grafik pendapatan petani terhadap pendapatan total petani di
KTH Talun Sakti ........................................................................... 36
v
DAFTAR TABEL
1. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ................................. 15
2. Jenis dan Jumlah KTH di Kecamatan Batang Asai ...................... 16
3. Sampel KTH dan Jumlah Responden ........................................... 17
4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelas Umur ...... 22
5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ..................................................................................... 23
6. Luas Lahan Responden ................................................................. 23
7. Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. ............................... 29
8. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH
Harapan Jaya Terhadap Pendapatan Total Petani ......................... 30
9. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH
Puding Mas Terhadap Pendapatan Total Petani............................ 31
10. Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang .............................. 34
11. Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang
KTH Talun Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani ................... 35
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian Kelompok Tani (Minyak Kepayang) ......... 43
2. Kuisioner Kelompok Tani (Madu) ................................................ 55
3. Identitas Responden KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung ..... 67
4. Identitas Responden KTH Puding Mas, Desa Sungai Bemban .... 68
5. Identitas Responden Talun Sakti, Desa Raden Anom .................. 69
6. Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH
Harapan Jaya dan KTH Puding Mas ............................................ 71
7. Biaya Produksi Padi KTH Harapan Jaya ...................................... 73
8. Biaya Produksi Karet KTH Harapan Jaya .................................... 75
9. Pendapatan Total Petani KTH Harapan Jaya ................................ 77
10. Biaya Produksi Padi KTH Puding Mas ......................................... 78
11. Biaya Produksi Karet KTH Puding Mas ....................................... 81
12. Pendapatan Total Petani KTH Puding Mas .................................. 84
13. Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang di KTH
Talun Sakti .................................................................................... 86
14. Biaya Produksi Padi KTH Talun Sakti ......................................... 90
15. Biaya Produksi Karet KTH Talun Sakti........................................ 94
16. Pendapatan Total Petani KTH Talun Sakti ................................... 99
17. Dokumentasi Hasil Wawancara .................................................... 102
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan yang luas. Namun, dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Tercatat kurang lebih 126,094 juta ha hutan dan kawasan hutan yang
tersisa di Indonesia (BPS, 2018). Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi
yang memiliki wilayah hutan yang cukup luas. Menurut SK.No.421/Kpts-II/1999
luas hutan di Jambi 2.179.440 ha. Di dalam kawasan hutan yang ada di Provinsi
Jambi, terdapat suatu instansi pengelolaan hutan pada tingkat tapak yaitu Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH). Peraturan Menteri Kehutanan No.P.6/Menhut-II/2009,
menjelaskan bahwa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari. KPH meliputi KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung
(KPHL) dan KPH Produksi (KPHP). Salah satu KPHP yang mengelola hutan di
Provinsi Jambi yaitu KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun.
Pembentukan KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.714/Menhut-II/2011
tanggal 19 Desember 2011 tentang Penetapan Wilayah KPHP Model Limau di
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi seluas ± 121.102 Ha. Kondisi tutupan lahan
pada wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun didominasi areal berhutan
(60%) dan sisanya terdiri dari tanaman budidaya masyarakat, tanah kosong,
tambang dan pemukiman. Kawasan hutan di KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun menyimpan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Potensi HHBK di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun meliputi
kepayang, madu, rotan, bambu, karet, dan lain sebagainya (RPHJP KPHP Model
Unit VII Limau Hulu Kabupaten Sarolangun, 2016). Keberadaan potensi HHBK
sangat penting untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan mengingat
produktivitas kayu dari hutan alam semakin menurun (Palmolina, 2014). Nilai
ekonomi yang dihasilkan dari pemanfaatan HHBK jauh lebih besar dari kayu selain
itu, tidak menyebabkan kerusakan hutan seperti hilangnya fungsi-fungsi dan nilai
jasa dari hutan (Pohan et al., 2014). Sehingga, HHBK dapat dijadikan sebagai suatu
peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber mata pencaharian sekaligus
2
untuk mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.
Karena, HHBK merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peranan
beragam untuk lingkungan dan kehidupan manusia. Sesuai dengan pernyataan
Herwanti (2017), menyatakan bahwa masyarakat yang hidup di sekitar hutan
mempunyai hubungan interaksi dan ketergantungan yang sangat erat dengan hutan
dan HHBK serta sumber daya yang ada didalamnya.
Masyarakat di sekitar kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
sebagian besar memanfaatkan HHBK untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Umumnya masyarakat bermata pencaharian dari sektor pertanian berupa
persawahan irigasi dan non irigasi, pertanian lahan kering, perkebunan khususnya
kebun karet dan sebagian lagi dari penduduk bekerja dibidang perdagangan dan
pegawai negeri sipil (RPHJP KPHP Model Unit VII Limau Hulu Kabupaten
Sarolangun). Pada wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun masyarakat
desa yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) memanfaatkan dan
mengelola HHBK unggulan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yaitu madu
dan kepayang.
Masyarakat Kecamatan Batang Asai aktif melakukan pengelolaan madu dan
kepayang di Desa Raden Anom, Sungai Bemban dan Sungai Baung. Madu dan
kepayang memiliki manfaat serta nilai tambah ekonomi yang tinggi. Tetapi dalam
pengelolaan dan peningkatan nilai tambahnya belum optimal karena pengetahuan,
teknologi dan keterampilan masyarakat setempat masih rendah. Sehingga untuk
mengatasi kendala tersebut KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun bersama
Kelompok Tani Hutan (KTH) menjalin kemitraan. Kelompok Tani Hutan sebagai
penghasil madu dan kepayang sedangkan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
berperan dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran.
Setiap kegiatan tersebut membutuhkan biaya dalam pelaksanaanya yaitu mulai dari
proses produksi hingga pemasaran. Oleh karena itu, perlunya pertimbangan
ekonomi untuk pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan biaya-biaya
yang akan dikeluarkan dalam pengelolaan madu dan kepayang.
Menurut Soeparmoko (2001), setiap pengusaha dalam menjalankan
usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya
dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya dan
3
memaksimumkan penjualan. Dengan berjalannya kemitraan, petani dapat
meningkatkan nilai tambah dari madu dan kepayang. Maka hal ini akan
mempengaruhi pendapatan petani. Karena, menurut Hafsah (2003), salah satu
tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yaitu untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dan usaha kecil serta meningkatkan nilai tambah bagi
pelaku kemitraan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun “.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan hal yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan petani madu budidaya yang bermitra dengan KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun?
2. Berapa besar pendapatan petani minyak kepayang yang bermitra dengan KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun?
3. Berapa besar kontribusi pendapatan dari HHBK Madu Budidaya dan Minyak
Kepayang terhadap pendapatan total petani?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk:
1. Menganalisis pendapatan petani madu budidaya yang bermitra dengan KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun.
2. Menganalisis pendapatan petani minyak kepayang yang bermitra dengan KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun.
3. Mengetahui kontribusi pendapatan petani dari HHBK Madu Budidaya dan
Minyak Kepayang terhadap pendapatan total petani.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan
kemitraan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Batang Asai bersama KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun agar dapat berjalan dengan baik serta memperoleh
hasil yang optimal. Serta digunakan sebagai sumber referensi dan informasi bagi
pihak-pihak yang memerlukan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
Penetapan wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri Kehutanan melalui
SK.No.77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah
Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 Ha terdiri dari Hutan Lindung
(HL) dengan luas ±175.483 Ha, Hutan Produksi (HP) ± 981.530 Ha dan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) ±301.922 Ha. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP
Model Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Secara geografis KPHP Limau Unit VII
Hulu Sarolangun terletak pada 102º46’12” sampai dengan 103º15’36” Bujur Timur
dan 02º45’00” sampai dengan 03º16’48” Lintang Selatan.
Secara administrasi pemerintahan, wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun terletak di 4 (empat) Kecamatan, yaitu Kecamatan Pelawan, Kecamatan
Limun, Kecamatan Cermin Nan Gedang dan Kecamatan Batang Asai. Berdasarkan
analisis Peta Kelas Lereng Provinsi Jambi dan berdasarkan pengamatan secara
umum kawasan hutan KPHP Limau Unit VII Hulu mempunyai medan datar sampai
dengan bergelombang dengan persentase kelerengan yang bervariasi yang terdiri
dari 80% areal bertopografi datar (0 – 8%), 10% bertopografi landai (8 – 15%) dan
10% areal bertopografi agak curam (15 – 25%). Kawasan KPHP Limau Unit VII
Hulu mempunyai ketinggian diantara 50 – 300 dari permukaan laut.
2.2 Kemitraan
Dalam melakukan pengelolaan hutan, berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016
tentang Perhutanan Sosial, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) wajib
melaksanakan pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan.
Kemitraan kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan
pengelola hutan, pemegang izin kawasan hutan/jasa hutan, izin pinjam pakai
kawasan hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan.
Kemitraan Kehutanan (KK) merupakan salah satu dari 5 skema Perhutanan
Sosial, yaitu Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman
Rakyat (HTR), dan Hutan Adat (HA). Kemitraan Kehutanan diwilayah KPH
adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan KPH, yang bertujuan untuk
5
menyelesaikan permasalahan tenurial dan keadilan bagi masyarakat setempat yang
berada disekitar kawasan hutan dalam rangka kesejahteraan masyarakat dan
pelestarian fungsi hutan melalui prinsip keadilan, keberlanjutan, kepastian hukum,
partipatif dan bertanggung gugat. Kemitraan merupakan strategi bisnis yang
dilakukan oleh 2 (dua) pihak atau lebih, dalam jangka waktu tertentu, untuk meraih
keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan
(Soemardjo, 2004).
Kemitraan merupakan pemecah masalah untuk meningkatkan kesempatan
petani kecil dalam perekonomian nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih
yang membentuk ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan
(Sulistyani, 2004). Menurut Hafsah (2003), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah :
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.
b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.
c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil.
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
e. Memperluas lapangan kerja.
f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.P.35/Menhut-II/2007, Hasil
Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati
baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari hutan. HHBK merupakan sumber daya alam yang masih banyak
terdapat di Indonesia dan keberadaannya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian
oleh masyarakat. HHBK meliputi rotan, bambu, getah, daun, kulit, buah dan madu
serta masih banyak lagi. Jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya bahkan
memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila dijadikan produk olahan. Banyaknya
jenis HHBK dapat dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar hutan (Nono et al.,
2017).
Beberapa produk HHBK di Indonesia sudah sejak lama diusahakan dan
diambil hasilnya oleh masyarakat di sekitar hutan. Bahkan ada sebagian masyarakat
6
yang menjadikan pemanfaatan HHBK sebagai sumber utama atau bahkan satu –
satunya sumber penghasilan. Hasil hutan bukan kayu merupakan hal yang sangat
penting sebagai mata pencaharian penduduk miskin di pedesaan. Hasil hutan bukan
kayu memberikan kontribusi sebesar 7 – 95 % pendapatan keluarga per tahun, dan
menyediakan cadangan pangan manakala sumber pendapatan lain gagal (Marshall
et al., 2006) dalam (Chairan & Aidar, 2018).
Walaupun peranan HHBK sudah dirasakan masyarakat sebagai salah satu
sumber pendapatan, namun sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional
sehingga kualitas yang dihasilkan masih jauh dari standar yang diharapkan dan
harganya masih tergolong rendah (Sakala et al., 2012). HHBK atau Non-Timber
Forest Product memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK merupakan salah satu
sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan yang kooperatif dan bersinggungan
langsung dengan masyarakat sekitar hutan (Moko, 2008).
HHBK merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki
keunggualan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat di sekitar
hutan. Kontribusi HHBK (rotan, damar, arang, getah-getahan, gaharu dan lain-lain)
pada tahun 1999 tercatat sebesar US $ 8,4 juta, kemudian meningkat menjadi US $
19,74 juta pada tahun 2002. Jumlah tersebut belum termasuk kontribusi dari
perdagangan flora dan fauna yang tidak dilindungi sebesar US $ 61,3 ribu kemudian
meningkat menjadi US $ 3,34 juta pada tahun 2003. Hasil ini terus meningkat
sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat secara signifikan (Hidayat,
2008).
2.4 Madu
Madu merupakan bahan makanan yang baik untuk dikonsumsi karena rasa,
nilai gizi dan khasiatnya yang tinggi. Madu banyak disukai oleh banyak orang
sebagai jenis makanan yang unik sekaligus bersifat obat serta dapat memberikan
tambahan tenaga bagi tubuh. Telah berabad-abad lamanya madu memiliki peranan
penting bukan hanya sebgai bahan makanan dan pemanis tetapi juga sebagai
pencegah berbagai penyakit. Nilai gizi madu yang tinggi membuat madu bagus
untuk dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang dewasa terlebih bagi orang-orang
yang telah lanjut usia. Secara tradisional madu sudah lama digunakan untuk tujuan
medis dan therapis, dan perawatan kecantikan serta keperluan industri (Sarwono,
7
2001). Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan
budidaya lebah madu, karena kondisi iklimnya yang mendukung dalam
pengembangan usaha budidaya lebah madu (Radam, 2011). Menurut data Badan
Pusat Statistik, jumlah produksi madu di Indonesia yaitu berkisar antara 52 – 540
ton/tahun dalam dalam rentang waktu dari tahun 2011 - 2015 (BPS, 2012). Produksi
madu yang ada di Indonesia umumnya diperoleh dari empat jenis lebah madu yaitu
Apis dorsata (lebah hutan), Apis florea, Apis cerana (lebah lokal) dan Apis mellifera
(lebah Eropa) (Hadisoesilo, 2001). Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk
dikonsumsi secara langsung maupun digunakan sebagai bahan baku industri
kosmetik/farmasi diperkirakan mencapai 10.000 - 15.000 ton/tahun (Bank
Indonesia, 2012). Tingginya permintaan akan madu yang tidak diimbangi oleh
jumlah produksi madu nasional merupakan permasalahan yang penting. Sehingga
peningkatan peningkatan jumlah produksi madu nasional perlu dilakukan untuk
dapat memenuhi permintaan madu nasional maupun global (Sarah et al., 2019).
Madu terdiri dari dua jenis yaitu madu hutan dan madu ternak/budidaya.
Pembuatan sarang lebah madu ini dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan
menghasilkan jumlah lebah madu yang lebih banyak. Di Indonesia pada dasarnya
terdapat dua cara yaitu cara tradisional yang menggunakan tikung (sarang buatan),
lalau (lebah bersarang di kayu besar) dan repak (lebah yang bersarang disembarang
tempat). Sedangkan cara modern dengan menggunakan stup dari kayu yang berisi
bingkai sisiran atau kotak kayu (Kurniawan & Rafik, 2015).
Lebah kelulut disebut juga “Lanceng” dengan nama latin (Trigona itama).
Lebah ini tidak menyengat seperti lebah madu pada umumnya, berukuran kecil,
produksi madunya sedikit dan bisa hidup disekitar manusia (Dewantari &
Suranjaya, 2019). Pendapatan peternak lebah Apis cerana lebih besar dibandingkan
pendapatan peternak lebah Trigona sp. dikarenakan lebih sedikitnya biaya produksi
yang dikeluarkan peternak lebah Apis cerana dan besarnya nilai produksi yang
diterima oleh peternak lebah Apis cerana menyebabkan pendapatan peternak lebah
Apis cerana lebih besar dibandingkan pendapatan peternak lebah Trigona sp.
Faktor pendukung dan penghambat dalam membudidayakan lebah Trigona sp
terdiri dari aspek habitat lebah, aspek teknik budidaya, aspek dukungan kapasitas
atau pelatihan, dan aspek pemasaran (Kamaria et al., 2015).
8
2.5 Kepayang
Tanaman kepayang atau disebut juga Pangi merupakan salah satu plasma
nutfah flora yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi dan berpotensi
sebagai obat serta ramu-ramuan. Tumbuhan pangi tersebar di wilayah Malaysia,
Indonesia dan Papua Nugini (Sari & Suharti, 2015). Tanaman kepayang dalam
IUCN Red-List adalah berstatus kelangkaan atau Least Concern. Klasifikasi ilmiah
jenis kepayang menurut IUCN RediList (2016) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Achariacea
Genus : Pangium
Spesies : Pangium Edule Reinw.
Ciri-ciri fisik dari buah kepayang adalah bulat lonjong, tekstur kulit harus
bewarna kecoklatan seperti sawo matang tidak beduri. Daging buahnya berwarna
putih, namun setelah dibusukkan berubah warna menjadi kekuning-kuningan.
Setiap buah yang siap panen memiliki bji yang berbeda tergantung dari ukuran
besar buah kepayang dan umumnya buah kepayang rata-rata memiliki 14-18 biji
dari setiap buahnya (Mahandari et al., 2011).
Pohon kepayang tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai nama. Di
daerah Sunda pohon kepayang dikenal sebagai pohon picung, di daerah Batak dan
Bali dikenal sebagai pangi, di Jawa disebut pakem atau pucung dan di Sumbawa
dan Makassar disebut kalowa. Pohon kepayang tumbuh pada daerah ketinggian
1.000 mdpl dengan tinggi pohonnya dapat mencapai 40 meter serta besar batangnya
sampai 2,5 meter. Biji buah kepayang mengandung asam sianida oleh karena itu
dalam pengelolaannya menjadi bumbu masak asam sianida ini harus dihilangkan
terlebih dahulu dengan proses penyimpanan selama 10-14 hari kemudian direbus
dan dikubur dalam tanah selama 40 hari. Pengolahan secara tradisional untuk
memperoleh minyak dari kepayang pada zaman dahulu adalah dengan merebus
buah yang matang selama 2-3 jam kemudian dikupas dan dikeringkan sampai
minyaknya keluar kemudian dikempa dengan papan (Wahyuni et al., 2011).
9
Pemanfaatan buah kepayang terutama pada bagian daging bijinya telah
dikenal diseluruh Indonesia dengan hasil akhir bervariasi sebelum dikonsumsi.
Beberapa bentuk hasil pengelolaan daging biji kepayang yang dikenal untuk
dikonsumsi antara lain : minyak goreng, daging biji kepayang kering (pedo) dan
bahan sayur (Yohar, 2012).
2.6 Pendapatan dan Kontribusi
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas
prestasi kerjanya selama satu periode tertentu baik harian, mingguan, bulanan
ataupun tahunan (Sadono & Sukirno, 2006). Pendapatan adalah penerimaan total
dari penjualan hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya
pendapatan dipengaruhi oleh jumlah barang yang dihasilkan atau diproduksi dan
harga masing-masing jenis serta kualitas produk (Trianggana, 2012). Pendapatan
merupakan hasil pengurangan anatara hasil penjualan dengan semua biaya yang
dikeluarkan mulai dari produksi sampai produk tersebut berada ditangan konsumen
(Mubyarto,2004).
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan semua biaya.
Analisis pendapatan usaha tani dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah
suatu usaha tani menguntungkan atau merugikan, sampai seberapa besar
keuntungan atau kerugian tersebut (Soekartawi, 2006). Menurut Suhartati dan
Fathorrozi (2003), biaya dapat dibagi berdasarkan sifatnya, artinya mengkaitkan
antara pengeluaran yang harus dibayar dengan produk atau output yang dihasilkan
yaitu :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu
perusahaan per satuan waktu tertentu untuk keperluan pembayaran semua input
tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.
2. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah kewajiban yang harus dibayar oleh suatu
perusahaan pada waktu tertentu untuk pembayaran semua input variabel yang
digunakan dalam proses produksi.
3. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel dalam proses produksi.
Kontribusi memiliki arti sebagai sumbangan atau bagian (Saad, 2006).
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution maknanya
10
adalah keikutsertaan, keterlibatan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini
kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Menurut Supriadi & Saliem
(2006), sumber pendapatan keluarga petani berasal dari usaha tani yang dilakukan
sendiri (on farm), dari sektor bukan pertanian (non farm) yaitu dagang, jasa, serta
dari luar usaha tani sendiri seperti berburuh tani (off farm).
Pendapatan rumah tangga petani dipedesaan pada umumnya tidak hanya
berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan
(Wokas, 2002). Beragamnya sumber pendapatan tersebut dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan usahatani. Tingkat pendapatan yang relatif rendah
mengharuskan anggota rumah tangga petani untuk lebih giat bekerja. Bagi sebagian
rumah tangga petani, upaya tersebut tidak hanya menambah waktu jam kerja tetapi
juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu oleh Taha & Alam (2016) dengan judul Analisis
Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Industri Minyak Nilam Di Desa Lumbutarombo
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala didapatkan hasil pendapatan atau
keuntungan sangat tergantung pada jumlah penerimaan dan besarnya biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh usaha industri
minyak nilam per Bulan sebesar Rp. 15.950.375. Pendapatan ini diperoleh dari
selisih antara penerimaan total produksi minyak nilam per Bulan sebesar Rp.
100.000.000 dan dikurangi dengan biaya sebesar Rp. 84.049.625. Hal ini berarti
usaha industri minyak nilam baik untuk diusahakan. Usaha industri minyak nilam
dalam memproduksi minyak nilam layak untuk diusahakan yang diindikasikan nilai
a ˃ 1 sebesar 1.18.
Pada penelitian Simarmata (2017) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha
Industri Minyak Kepayang Di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun didapatkan
hasil pengusahaan minyak kepayang di Desa Sungai Bemban belum layak karena
pengusahaan tersebut belum mengalami keuntungan (tidak berada pada titik impas
produksi, harga dan penerimaan). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C Ratio dan
B/C Ratio di Desa Sungai Bemban yang nilainya lebih kecil dari satu yaitu 0,60 dan
-0,39 dengan nilai BEP produksi, harga dan penerimaan berturut-turut yaitu -14,53,
Rp. 174.357,57/kg dan Rp. 2.533.415,49. Nilai R/C Ratio dan B/C Ratio di pihak
11
KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yaitun 1,48 dan 0,48. Hanya nilai R/C
Ratio yang lebih besar dari 1 yang artinya dari segi penerimaan sudah layak namun
dari segi pendapatan bersih belum layak. Nilai BEP produksi, harga dan penerimaan
di pihak KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun sudah berada pada titik impas
dengan nilai masing-masing yaitu 87,34 botol, Rp. 1.080.808,08/botol dan Rp.
94.397.777,70. Aspek sosial yang mempengaruhi pengusahaan minyak kepayang
di Desa Sungai Bemban terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga dan lama usaha.
Penelitian Terdahulu Kamaria (2016) dengan judul Studi Komparatif
Pendapatan Peternak Lebah Madu Apis cerana Dan Trigona Sp Di Kecamatan
Gangga Kabupaten Lombok Utara dari hasil analisisnya menunjukan rata-rata
pendapatan peternak lebah Apis cerana sebesar Rp. 2.875.037 atau 58.741 per stup
per periode pemeliharaan, sedangkan rata-rata pendapatan peternak lebah Trigona
sp sebesar Rp. 2.488.028 atau Rp. 33.471 per stup per periode pemeliharaan. Hasil
Uji-T menunjukan nilai thitung
0,22 < ttabel
1,69, yang artinya pendapatan peternak
lebah Apis cerana dan peternak lebah Trigona sp tidak bedanyata. Faktor
pendukung budidaya lebah Apis cerana dan Trigona sp adalah kedua jenis lebah ini
mudah dipelihara dan mudah dalam memasarkan madu, sedangkan faktor
penghambat budidaya lebah Apis cerana dan Trigona sp adalah kurangnya jumlah
pakan, terserang hama, cuaca yang tidak menentu sehingga lebah Apis cerana
rentan kabur. Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya modal untuk pembelian
stup dan kurangnya pelatihan budidaya lebah madu dari pemerintah sehingga
kurangnya pengetahuan peternak dalam membudidayakan lebah madu.
Pada penelitian Harijah et al., (2018) yang berjudul Kontribusi Industri
Kerajinan Rotan (Calamus spp) dan Bambu (Bambusa sp) Terhadap Pendapatan Petani
di Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, di dapatkan hasil
bahwa masyarakat di Desa Pihaung bermata pencaharian sampingan yaitu sebagai
pembuat kerajinan rotan dan bambu yang berbentuk anyaman seperti lanjung, tangguk,
nyiru, dan cupikan. Pendapatan dari hasil kerajinan anyaman/tahun yaitu sebesar Rp.
129.055.000,- dan pendapatan total Rp. 471.805.000,- sehingga kontribusi kerajinan
rotan dan bambu terhadap pendapatan total petani pengrajin anyaman yaitu 27,35%
12
yang artinya pendapatan pengrajin anyaman berpengaruh terhadap pendapatan total
petani pengrajin anyaman.
Hasil Penelitian Kartila et al., (2018) yang berjudul Kontribusi Hasil Hutan
Bukan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Pendapatan Petani HKm
Tangga Desa Selengen Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara didapatkan
bahwa kontribusi pendapatan yang diberikan dari usaha kemiri di dalam kawasan
HKm Tangga adalah sebesar 51,3 % per luas lahan garapan per tahun atau 52,6%
per hektar per tahun dengan total pendapatan Rp. 2.630.893 per luas lahan garapan
per tahun atau Rp. 3.417.632 per hektar per tahun. Faktor pendukung dalam usaha
kemiri didalam kawasan HKm Tangga adalah tidak memerlukan modal dalam
kegiatan penanaman, teknologi peralatan yang sederhana dalam kegiatan
pemeliharaan, pemanenan yang mudah dilakukan oleh semua kalangan dan harga
produksi yang cukup tinggi. Sedangkan faktor penghambat dalam usaha kemiri
ialah kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki petani dilihat dari
jenjang pendidikan formal yang ditempuh.
13
2.8 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
HHBK
Minyak Kepayang
Madu Trigona sp
NON HHBK
Perkebunan
Pertanian
Pekerjaan lain
Analisis Pendapatan
Kelompok Tani Hutan
(KTH)
KPHP Limau Unit VII
Hulu Sarolangun
Kontribusi Pendapatan
HHBK terhadap
pendapatan total petani
14
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun,
yang terfokus di Kecamatan Batang Asai yaitu Desa Raden Anom, Sungai Bemban
dan Sungai Baung. Desa tersebut dipilih karena merupakan desa yang aktif dalam
mengelola madu dan kepayang serta bermitra dengan KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun. Penelitian dilakukan ± 2 bulan dimulai pada bulan April sampai Mei
2021.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun, 2020).
HHBK Madu dan kepayang merupakan HHBK yang dominan dikelola oleh
masyarakat di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Responden pada
penelitian ini yaitu petani madu budidaya dan petani kepayang yang tergabung
kedalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Penentuan sampel KTH menggunakan
metode Purposive Sampling dan penentuan responden menggunakan metode
sampling jenuh.
15
3.2 Alat dan Bahan Peneltian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat dokumentasi
berupa kamera dan alat rekam, laptop, Software pengelola angka dan kuesioner
sebagai panduan dalam melakukan wawancara.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder. Data Primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti untuk menjawab masalah ataupun tuijuan penelitian. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan kuisoner.
Sedangkan Data Sekunder adalah data yang dihimpun dari sumber-sumber yang
relevan dengan sasaran penelitian , serta jurnal maupun karya tulis ilmiah (studi
pustaka yang terkait dalam penelitian).
Tabel 1. Data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Jenis Data
Data yang diambil
(Madu dan
Kepayang)
Sumber Data
Metode Desa
Raden
Anom
Desa
Sungai
Baung
Desa
Sungai
Bemban
Data Primer
Jumlah
biaya
produksi
Analisis
Harga
penjualan Wawancara
Volume
produksi Wawancara
Pendapatan
dari non
HHBK
Wawancara
Data
Sekunder
Deskripsi
KTH
Studi
Pustaka Potensi
HHBK
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan cara sebagai berikut :
1. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi yaitu dengan
melakukan pengamatan dan peninjauan langsung ke lokasi penelitian dan
menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan mengajukan pertanyaan-
16
pertanyaan kepada responden dengan panduan kuisoner yang berhubungan
dengan penelitian ini
2. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari literatur atau jurnal karya
ilmiah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian, serta
penelusuran dokumen untuk penunjang dari pengumpulan data di lapangan
3.5 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara sengaja atau menggunakan
metode Purposive Sampling. Menurut Bungin (2005), untuk menggunakan teknik
purposive ini peneliti seharusnya mengetahui karakteristik populasi. Berikut tabel
jenis dan jumlah KTH yang ada di Kecamatan Batang Asai.
Tabel 2. Jenis dan Jumlah KTH di Kecamatan Batang Asai
Sumber: RPHJP KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun Tahun 2020
Ditentukan sebagai sampel penelitian yaitu Desa Sungai Bemban, Desa
Sungai Baung dan Desa Raden Anom Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun yang berada di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Desa
tersebut dipilih karena sebagai desa yang aktif dan bermitra dengan KPHP Limau
Unit VII Hulu Sarolangun. KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun dipilih karena
merupakan salah satu KPH yang terkenal dengan produk HHBK unggulannya yaitu
madu dan minyak kepayang. Sedangkan untuk penentuan responden menggunakan
metode sampling jenuh karena jumlah populasi relatif kecil yaitu 20 – 44 orang
petani. Istilah lain sampel jenuh menurut sugiyono (2013) adalah sensus dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel. Berikut tabel sampel KTH dan jumlah
responden pada penelitian ini.
Jenis KTH Jumlah KTH
KTH Madu Budidaya (Trigona Sp) 2
KTH Kepayang 26
17
Tabel 3. Sampel KTH dan Jumlah Responden
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif dilakukan untuk mengetahui proses produksi dari pengolahan minyak
kepayang dan madu Trigona sp. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk
menganalisis pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp dan Minyak
Kepayang serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani. Metode analisis
mencakup antara lain biaya total, penerimaan total, pendapatan, pendapatan total
petani dan kontribusi pendapatan HHBK. Teknik analisis tersebut diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel.
3.6.1 Analisis Pendapatan
Menurut (Rahayu et al., 2004) dalam (Handayani et al., 2019) besarnya
pendapatan petani dari hasil pengelolaan HHBK dapat dihitung dengan rumus :
Π = TR – TC
Keterangan :
Π = Total pendapatan (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Biaya total (Rp)
Sedangkan menurut Pane et al., (2013) analisis biaya dan pendapatan dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = P X Q
Jenis KTH Sampel KTH Jumlah Anggota KTH
KTH Madu Budidaya
(Trigona Sp) KTH Harapan Jaya 20 Petani
KTH Madu Budidaya
(Trigona Sp) KTH Puding Mas 25 Petani
KTH Kepayang KTH Talun Sakti 44 Petani
Jumlah 89 Petani
18
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Harga (Rp)
Q = Kuantitas (Unit)
TC = Biaya total (Rp)
TFC = Biaya tetap (Rp)
TVC = Biaya variabel (Rp)
Menurut Diniyati &Achmad (2015) Pendapatan petani dari Non HHBK
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Pn = Pkb + Ppt + Ppl
Keterangan :
Pn = Pendapatan petani dari Non HHBK (Rp)
Pkb = Pendapatan petani dari perkebunanan (Rp)
Ppt = Pendapatan petani dari pertanian (Rp)
Ppl = Pendapatan petani dari pekerjaan lainnya (Rp)
3.6.2 Analisis Kontribusi Pendapatan
Untuk menghitung kontribusi dari pendapatan HHBK menggunakan rumus
(Suratiyah, 2008) :
K = Ph
Ptx 100%
Keterangan :
K = Kontribusi pendapatan dari HHBK (%)
Ph = Pendapatan petani dari HHBK (Rp)
Pt = Pendapatan total petani (Rp)
Pendapatan total petani dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang
diperoleh petani dari HHBK dan Non HHBK.
19
Pt = Ph + Pn
Keterangan :
Pt = Pendapatan total petani (Rp)
Ph = Pendapatan dari HHBK (Rp)
Pn = Pendapatan dari Non HHBK (Rp)
3.7 Konsepsi Pengukuran
1. Pendapatan petani merupakan semua penghasilan yang diterima oleh petani dari
usahanya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan produsen dalam
usahanya yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi tingkat produksi.
3. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara
proporsional dengan perubahan total kegiatan atau volume yang berkaitan
dengan biaya variabel tersebut.
4. Biaya Total (Total Cost) merupakan semua biaya yang digunakan dalam usaha
yang dilakukan oleh petani yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, yang
dinyatakan dengan satuan rupiah.
5. Penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara
total produk (Q) dan harga produk (P).
6. Pendapatan total petani didapatkan dengan menjumlahkan pendapatan yang
diperoleh petani dari HHBK dan pendapatan dari Non HHBK.
7. Kontribusi pendapatan dari HHBK dapat dihitung dengan pendapatan petani dari
HHBK dibagi pendapatan petani total dikali seratus persen (100%).
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara administratif KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun berada di
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000, wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu termasuk
lahan kering dengan topografi datar sampai bergunung, dengan ketinggian 26 -
2380 mdpl. Berikut batas-batas wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun :
a. Sebelah utara berbatasan dengan APL dan HP. Batang Asai (Kabupaten
Merangin).
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan HL. Hulu Landai Bukit Pale (Kabupaten
Merangin).
d. Sebelah Timur berbatasan dengan APL.
Adapun kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yang dijadikan
sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Sungai Baung, Desa Sungai Bemban dan Desa
Raden Anom, Kecamatan Batang Asai. Berikut batas-batas wilayah Desa sungai
Baung :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Rayo
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai Bemban
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pulau Salak Baru dan Desa Lubuk
Bangkar
d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Muara Cuban
Desa Sungai Bemban merupakan salah satu desa binaan KPHP Limau Unit
VII Hulu Sarolangun, Batas-batas wilayah Desa Sungai Bemban Kecamatan
Batang Asai Kabupaten Sarolangun adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Muara Cuban
b. Sebelah timur berbtasan dengan Desa Kasiro
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bukit Kalimau Ulu
d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Sungai Baung
Desa Raden Anom juga termasuk kedalam desa binaan KPHP Limau Unit
VII Hulu Sarolangun. Dimana memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
21
a. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Kalimau Ulu
b. Sebelah timur berbtasan dengan Desa Padang Jering Barat
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Napal Melintang Kec. Limun dan
berbatasan langsung dengan Sumatera Selatan
d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pekan Gadang
4.1.1 Aksesibilitas
Akses menuju KPHP Limau dapat ditempuh melalui jalur darat dari Ibukota
Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Jambi. Wilayah Batang Asai merupakan Jarak
terjauh dari ibukota kabupaten Sarolangun yang memerlukan perjalanan 5 jam
dengan jalan menuju lokasi Desa Sungai Baung, Sungai Bemban dan Desa Raden
Anom sebagian sudah jalan aspal dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah.
Perjalanan menuju batang asai akan menempuh jalan yang membelah kawasan
hutan yaitu Bukit Raya. Sehingga akses menuju lokasi dapat dilalui menggunakan
kendaraan roda empat Double Gardan maupun kendaraan roda dua. Namun untuk
akses lokasi ke Dusun Muaro Seluro, Desa Raden Anom hanya dapat menggunakan
kendaraan roda dua karena jalan hanya bisa dilewati motor dan harus melewati 2
jembatan gantung untuk sampai ke lokasi.
4.1.2 Luas Wilayah dan Kependudukan
Desa Sungai Baung memiliki luas wilayah ±3.600 Ha, dengan jumlah
penduduk pada tahun 2020 yaitu 1.025 jiwa yang terdiri dari 471 laki-laki dan 554
perempuan dengan persentase masing-masing 45,95% dan 54,04% mayoritas
penduduk dari suku melayu jambi dan beragama islam.
Desa Sungai Bemban memiliki luas wilayah ±6.000 Ha dengan jumlah
penduduk pada tahun 2020 yaitu 1.150 jiwa yang terdiri dari 580 jiwa laki-laki dan
570 perempuan dengan persentase masing-masing 50,43% dan 49,56% mayoritas
penduduk dari suku melayu dan penduduk Desa Sungai Bemban beragama islam
100%.
Desa Raden Anom memiliki luas wilayah ±20.722 Ha dengan jumlah
penduduk 1.807 jiwa yang terdiri dari 833 laki-laki dan 974 perempuan dengan
persentase masing-masing 46,09% dan 53,90%. Penduduk Desa Raden Anom
mayoritas berasal dari suku melayu dan beragama islam.
22
4.2 Identitas Responden
4.2.1 Umur Responden
Umur responden merupakan salah satu karakteristik individu yang berperan
dalam menentukan kemampuan kerja seseorang (Kadir et al., 2012). Umur yang
produktif adalah umur penduduk antara 15–59 tahun dan umur non produktif antara
0-14 tahun serta lebih atau sama dengan dari 60 tahun. Jumlah dan persentase
responden berdasarkan kelas umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelas Umur.
umur (Tahun) KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti
JR (orang) persentase (%) JR
(orang) Presentase (%) JR (orang) presentase (%)
25-30 0 0 8 32 4 9
31-35 0 0 4 16 5 11
36-40 6 30 3 12 18 41
41-45 9 45 6 24 12 27
46-50 4 20 1 4 3 7
51-55 1 5 1 4 2 5
56-60 0 0 2 8 0 0
Jumlah 20 100 25 100 44 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua anggota petani KTH Harapan Jaya dan
KTH Talun Sakti berumur produktif. Sedangkan petani KTH Puding Mas dari 25
petani terdapat 2 petani yang berumur non produktif. Pada umur produktif tersebut,
masyarakat masih potensial dalam menjalankan usaha HHBK madu Trigona sp.
dan minyak kepayang hanya saja perlu pelatihan dan pembinaan kembali oleh
KPHP Limau agar tercapainya produktivitas petani yang tinggi.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Disamping kemampuan dan keterampilan petani juga memerlukan
pendidikan. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir petani dalam menjalankan
umur
(Tahun)
KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti
ΣR
(orang)
persentase
(%)
ΣR
(orang)
Presentase
(%)
ΣR
(orang)
presentase
(%)
25-30 - - 8 32 4 9
31-35 - - 4 16 5 11
36-40 6 30 3 12 18 41
41-45 9 45 6 24 12 27
46-50 4 20 1 4 3 7
51-55 1 5 1 4 2 5
56-60 - - 2 8 - -
Jumlah 20 100 25 100 44 100
23
usahanya dan pengambilan keputusan dalam pemasaran produk yang
dihasilkannya. Kemudian, pendidikan juga akan mempengaruhi petani dalam
menyerap informasi terbaru yang dapat diterapakan dalam kegiatan usahanya.
Berikut tabel jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat sebagian besar responden dari KTH
Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan KTH Talun Sakti bahwa sebagian besar adalah
tamatan SD (Sekolah Dasar) dengan persentase masing-masing 40%, 48% dan
50%. Pada umumnya masyarakat tidak melanjutkan ketingkat pendidikan
selanjutnya dikarenakan masalah biaya pendidikan, jarak sekolah yang jauh dari
tempat tinggal dan ada juga yang lebih tertarik kerja daripada sekolah.
4.2.3 Luas Lahan Responden
Luas lahan yang dimiliki oleh responden dapat mempengaruhi pendapatan
total yang diterima, semakin luas lahan maka semakin besar pendapatan. Luas lahan
responden KTH Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan KTH Talun Sakti sebagian
besar memiliki luas lahan berkisar 0-4 Ha dengan persentase 50%, 92% dan 64%.
Luas lahan responden dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Luas Lahan Responden
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tingkat
Pendidikan
KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti
ΣR
(orang)
persentase
(%)
ΣR
(orang)
Presentase
(%)
ΣR
(orang)
presentase
(%)
Tidak sekolah 0 0 0 0 0 0
SD 8 40 12 48 22 50
SMP 3 15 2 8 12 27
SMA 5 25 8 32 7 16
Perguruan
Tinggi 4 20 3 12 3 7
Jumlah 20 100 25 100 44 100
Luas Lahan
(Ha)
KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti
ΣR
(orang)
persentase
(%)
ΣR
(orang)
Presentase
(%)
ΣR
(orang)
presentase
(%)
0-4 10 50 23 92 28 64
5-9 9 45 2 8 16 36
10-14 1 5 - - - -
Jumlah 20 100 25 100 44 100
24
4.3 Kemitraan KTH Bersama KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
Kemitraan merupakan solusi untuk meningkatkan kesempatan petani kecil
dalam perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kemitraan adalah salah satu dari 5 skema perhutanan sosial. Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH) wajib melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No.P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016.
KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun melaksanakan kemitraan bersama
petani HHBK madu dan kepayang yaitu KTH Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan
KTH Talun Sakti di Kecamatan Batang Asai yang merupakan wilayah kerja dari
KPHP Limau. Kemitraan antara KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dalam
pengelolaan madu Trigona sp. bersama KPHP Limau dimulai pada tahun 2017.
Sedangkan kemitraan pengelolaan minyak kepayang bersama KTH talun Sakti
sejak tahun 2013. Kemitraan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahtraan masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan.
Dalam pelaksanaan kemitraan KPHP Limau membantu dalam aspek
pemasaran dimana KTH sebagai penghasil madu/minyak kepayang dan KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun sebagai penampung dan melakukan pemasaran
kembali minyak kepayang dalam bentuk kemasan serta diberi label. Selain itu
KPHP Limau bersama Forest Investment Program II (FIP-II ) juga membantu pada
aspek pelatihan, pembinaan serta alat pengolahan HHBK kepada KTH.
KTH Talun Sakti mendapatkan bantuan alat produksi dan rumah produksi
untuk pengolahan minyak kepayang. Alat produksi yang diberikan yaitu mesin
pemecah biji kepayang, mesin pengering kepayang (oven), mesin penepung
kepayang, mesin press, alat pengukusan, mesin pencincang, kawah, tungku, terpal,
tank penampung minyak, drigen, ember dan keranjang. Sedangkan KTH Harapan
Jaya dna KTH Puding Mas masing-masing mendapatkan bantuan 25 stup madu
beserta lebah/bibitnya dan tempat stup madu. Dengan adanya bantuan alat secara
tidak langsung KPHP Limau membantu mengurangi biaya produksi KTH dalam
pengolahan madu dan minyak kepayang.
25
4.4 Produksi Madu Trigona sp. dan Minyak Kepayang
4.4.1 Produksi Madu Trigona sp.
Produksi madu Trigona sp. oleh KTH Harapan Jaya dan KTH Puding mas
dilakukan 3 kali dalam setahun yaitu 6 bulan sekali dan 3 bulan dua kali. Rata-rata
1 stup menghasilkan 0,5 ons madu. Harga jual madu Trigona sp. ke KPHP Limau
yaitu Rp. 350.000/Kg. Pada tahun 2020 KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
masing-masing menjual 4 Kg madu Trigona sp. ke KPHP Limau. Jumlah stup yang
dimiliki KTH Harapan Jaya yaitu 33 stup sedangkan KTH Puding Mas memiliki 25
stup. Banyaknya madu yang dihasilkan tergantung dengan musim jika musim
bunga lebah akan mendapatkan banyak pakan dan produksi madu yang dihasilkan
banyak. Dalam melakukan pemanenan harus pada saat cuaca bagus karena jika saat
cuaca hujan dilakukan pemanenan lebah dapat berserakan dan tidak kembali ke
stup. Alat yang digunakan dalam pemanenan madu sangat sederhana yaitu hanya
menggunakan pisau, saringan, baskom dan sarung tangan. Proses pemanenan madu
yang dilakukan oleh KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas sama saja yaitu
dengan cara :
a. Buka stup madu terlebih dahulu kemudian buka plastik yang ada didalam stup
b. Pukul pelan-pelan stup madu sampai induknya/ratu keluar, agar pada saat
pemanenan induk tidak menempel pada madu karena jika menempel pada madu
maka induk akan mati.
c. Ambil madu menggunakan pisau kemudian diperas dan disaring untuk
memisahkan madu dari ampasnya sehingga madu yang dihasilkan bersih.
Berikut disajikan proses pemanenan madu Trigona sp. pada gambar 3.
(a) (b)
Gambar 3. (a) Buka plastik stup (b) Ambil madu menggunakan pisau.
26
4.4.2 Produksi Minyak Kepayang
Pengolahan minyak kepayang oleh petani diawali dari tahap pengumpulan
bahan baku sampai proses pengepressan dan menghasilkan minyak kepayang.
Minyak kepayang kemudian di jual ke KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
dalam satuan kg dengan harga Rp. 50.000/Kg. Dalam melakukan kemitraan KTH
sebagai penghasil minyak kepayang dan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
sebagai penampung dan melakukan pemasaran kembali minyak kepayang dalam
bentuk kemasan serta diberi label.
Proses pembuatan minyak kepayang membutuhkan waktu yang relatif lama
±15 hari dan melibatkan seluruh anggota KTH Talun Sakti. Pada tahun 2020 KTH
Talun Sakti mendapat bantuan alat produksi yang diberikan oleh KPHP Limau
bersama program FIP-II. Semua alat produksi dalam pembuatan minyak kepayang
sudah difasilitasi/diberikan oleh KPHP Limau bersama FIP-II jadi KTH Talun
Sakti tidak mengeluarkan biaya produksi yaitu biaya tetap alat dan bahan dalam
pembuatan minyak kepayang. KTH Talun Sakti hanya mengeluarkan biaya variabel
yaitu biaya bahan bakar dan biaya tenaga kerja. Berikut proses pembuatan minyak
kepayang di KTH Talun Sakti :
a. Pengumpulan biji kepayang
Pengumpulan biji kepayang dari buah yang telah masak dilakukan oleh
petani anggota KTH Talun Sakti. Buah yang masak adalah buah dengan ciri-ciri
daging buah berwarna kuning dan biji yang keras serta jatuh secara alami (tidak
diambil dari atas pohon). Biji buah kepayang yang terkumpul pada tahun 2020 yaitu
635 Kg biji. Biji dikumpulkan selama ±1 bulan sampai sudah tidak ada lendir.
b. Pencucian Biji, Perebusan dan pemecahan biji
Biji kepayang dimasukkan kedalam karung dan dicuci dengan air yang
mengalir. Setelah bersih biji kepayang direbus menggunakan kawah selama
3jam/kawah. Waktu yang dihabiskan untuk proses pencucian dan perebusan ±3
hari. Setelah direbus selanjutnya biji dipecah menggunakan mesin pemecah biji
kepayang. Proses pemecahan biji membutuhkan waktu selama ±1 hari. Berikut
disajikan gambar 4. proses pencucian dan perebusan biji kepayang.
27
(a) (b)
Gambar 4. (a) Pencucian biji (b) Perebusan biji.
c. Pencongkelan, perendaman dan pengeringan air pada kepayang
Selanjutnya setelah pemecahan biji yaitu pencongkelan isi biji buah
kepayang. Proses ini membutuhkan waktu yang lama ±4 hari untuk pencongkelan
biji kepayang sebanyak 635 Kg. Isi biji kepayang yang sudah dicongkel direndam
selama 2 hari 2 malam tujuannya untuk membuang racun alami (asam sianida) yang
terdapat di kepayang. Kemudian setelah direndam dilakukan pengepressan untuk
pengeringan kepayang dari air setelah direndam. Proses pencongkelan, perendaman
dan pengeringan kepayang dapat dilihat pada gambar 5.
(a) (b)
(c)
Gambar 5. (a) Pemecahan biji (b) Pencongkelan biji (c) Pengeringan air.
d. pencincangan, penjemuran dan penepungan.
Daging kepayang kemudian dicincang menggunakan mesin pencincang
kepayang selama 3 jam. Selanjutnya proses penjemuran kepayang, proses ini
tergantung cuaca jika cuaca panas ±5 hari sampai warna kepayang coklat dan
28
mengeluarkan minyak. Proses penjemuran/pengeringan kepayang ini dapat juga
dilakukan dengan menggunakan oven. Namun, hasil minyak kepayang tidak
memuaskan menjadi kuning dan tidak bagus oleh karena itu dilakukan penjemuran
dengan panas matahari. Kepayang yang sudah kering selanjutnya
dihaluskan/dilakukan penepungan menggunakan mesin penepung selama 1 jam.
Berikut disajikan gambar 6. Proses pencincangan dan penepungan kepayang
menggunakan mesin.
(a) (b)
Gambar 6. (a) pencincangan daging kepayang (b) Penepungan kepayang.
e. Pengukusan dan pengepressan
Setelah menjadi tepung kepayang dikukus selama 30 meit/kukus. Dan
proses terakhir kepayang dipress untuk menghasilkan minyak kepayang dengan
waktu yang diperlukan 3jam/pengepresan.
Gambar 7. Pengepressan kepayang.
4.5 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Budidaya Trigona Sp
Trianggana (2012) menyatakan bahwa pendapatan adalah penerimaan total
dari penjualan hasil produksi dikurangi dengan biaya produksi. Besarmya
pendapatan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga produk.
4.5.1 Penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
Penerimaan merupakan nilai uang dari total produksi yang dihasilkan atau
penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dari HHBK madu Trigona
sp. adalah total produksi madu yang dihasilkan oleh KTH dikali dengan Harga
29
madu. Pada tahun 2020 KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas sama-sama
memproduksi madu sebanyak 4 Kg dengan harga madu Rp. 350.000/Kg. Sehingga
penerimaan masing-masing KTH dari madu Trigona sp. pada tahun 2020 yaitu Rp.
1.400.000/Tahun.
4.5.2 Biaya Produksi KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
Biaya produksi adalah semua biaya yang digunakan dalam pengelolaan
madu budidaya Trigona sp. yang tediri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap pada pengelolaan madu di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas yaitu
pisau, baskom, saringan, sarung tangan dan plastik. Biaya variabel adalah biaya
tenaga kerja. Stup dan tempat stup tidak dihitung sebagai biaya tetap karena bantuan
dari KPHP Limau sehingga KTH tidak mengeluarkan biaya untuk itu.. Sedangkan
untuk biaya variabel bahan baku, transportasi tidak ada karena bahan baku/bibit
Trigona sp. diberi oleh KPHP Limau dan biaya transportasi juga tidak ada karena
bila madu telah diproduksi tim dari KPHP Limau yang langsung membeli madu ke
KTH. Untuk uraian lebih rinci biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 10.
4.5.3 Pendapatan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
Pendapatan KTH madu budidaya Trigona sp. yaitu KTH Harapan Jaya dan
KTH Puding Mas adalah penghasilan yang diterima oleh KTH dari usaha budidaya
madu yang dihitung dengan total penerimaan dikurangi total biaya produksi.
Sedangkan pendapatan anggota KTH dapat dihitung dari pendapatan KTH dibagi
dengan jumalah anggota KTH. Berikut hasil analisis pendapatan petani madu
Trigona sp. KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas.
Tabel 7. Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp.
Nama KTH Penerimaan
(Rp/Tahun)
Biaya Produksi
(Rp/Tahun)
Pendapatan KTH
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Anggota
(Rp/Tahun)
KTH Harapan Jaya 1.400.000 58.313 1.341.687 67.084
KTH Puding Mas 1.400.000 95.813 1.304.187 52.167
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 7 menunjukkan pendapatan KTH Harapan Jaya Desa Sungai Baung
Rp. 1.341.687/Tahun dan pendapatan anggota KTH dari HHBK Madu budidaya
Trigona sp. masing-masing Rp. 67.084/Tahun. Total produksi Madu Trigona sp.
KTH Harapan Jaya tahun 2020 adalah 5 Kg dari 33 stup dengan frekuensi
pemanenan 3 kali/Tahun. Hasil produksi tersebut di jual ke KPHP Limau sebanyak
30
4 Kg dan sisanya dibagi untuk anggota KTH. Sedangkan masing-masing
pendapatan Anggota KTH dari HHBK madu Trigona sp. pada KTH Puding Mas
yaitu Rp. 1.304.187/Tahun. Total produksinya pada tahun 2020 adalah 4 Kg dari
total stup yang dimiliki 25 stup. KTH menjual madu Trigona sp. ke KPHP Limau
dengan Harga Rp. 350.000/Kg. Biaya produksi dalam budidaya madu Trigona sp.
cukup rendah karena tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaannya.
Namun, produksi madu sangat dipengaruhi oleh musim yaitu jika musim
bunga/buah maka akan semakin banyak pakan lebah sehingga produksi madu lebih
banyak selain itu juga dipengaruhi tempat peletakan stup dimana stup yang
diletakkan di sekitar pekarangan rumah akan menghasilkan produksi madu lebih
sedikit dibanding stup yang diletakkan dikebun karena sumber pakannya lebih
banyak.
4.6 Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp Terhadap
Pendapatan Total Petani
Kontribusi adalah sumbangan atau pemasukan yang dalam hal ini kontribusi
pendapatan yaitu sumbangan atau pemasukan yang ada didalam pendapatan petani
(Anton, 2016). Kontribusi pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. KTH
Harapan Jaya terhadap pendapatan total petani dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH Harapan
Jaya Terhadap Pendapatan Total Petani
Sumber Pendapatan Pendapatan Petani
(Rp/Tahun)
Kontribusi Terhadap
Pendapatan Total (%)
HHBK (Madu Trigona sp.) 67.084 0,05
NON HHBK 131.012.143 99,95
Perkebunanan (Karet) (Ha/Tahun) 34.890.000 26,62
Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.265.000 3,25
PNS 30.000.000 22,89
Pedagang 22.857.143 17,44
Bengkel 15.800.000 12,05
Meubel 16.000.000 12,21
Buruh 7.200.000 5,49
Total 131.079.227 100
Sumber : Data Primer Diolah,2021
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pendapatan petani KTH Harapan
Jaya dari HHBK madu Trigona sp. memberikan kontribusi 0,05% terhadap
pendapatan total petani. Sedangkan kontribusi pendapatan petani dari Non HHBK
31
memberikan kontribusi jauh lebih besar yaitu 99,95% terhadap pendapatan total
petani. Pendapatan Non HHBK dari sektor perkebunan yaitu karet memberikan
kontribusi paling besar 26,62% hal ini dikarenakan rata-rata responden menjadikan
perkebunan sebagai pekerjaan utama. Pada KTH Puding Mas kontribusi
pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani
juga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH Puding
Mas Terhadap Pendapatan Total Petani
Sumber Pendapatan Pendapatan Petani
(Rp/Tahun)
Kontribusi Terhadap
Pendapatan Total (%)
HHBK (Madu Trigona sp.) 52.167 0,06
NON HHBK 87.076.667 99,94
Perkebunan (Karet) (Ha/Tahun) 34.690.000 39,81
Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.136.667 4,75
Pedagang 25.500.000 29,27
Pegawai 12.000.000 13,77
Jasa 10.750.000 12,34
Total 87.128.834 100
Sumber : Data Primer Diolah,2021
Tabel 9 menunjukkan bahwa hanya 0.06% kontribusi pendapatan petani
dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani. Kontribusi paling
besar 99,94% pendapatan petani dari Non HHBK. Kontribusi pendapatan petani
dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan petani di KTH Harapan Jaya
dan KTH Puding Mas sangat rendah yaitu 0,05% dan 0,06% dapat dilihat dari tabel
9 dan tabel 10. Rendahnya kontribusi tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu
sedikitnya jumlah produksi madu yang dihasilkan oleh KTH. Sesuai dengan
sedikitnya jumlah stup yang dimiliki KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas.
Dari tahun 2017 bantuan 25 kotak stup dan tempat stup yang diberikan oleh KPHP
Limau Unit VII Hulu Sarolangun dikembangkan KTH Harapan Jaya menjadi 33
stup pada tahun 2020. Namun di KTH Puding Mas pada tahun 2020 jumlah stup
madu yang ada masih tetap 25 tidak ada perkembangan. berdasarkan data yang
didapatkan hambatan petani dalam pengembangan budidaya madu Trigona sp.
yaitu sulitnya mendapatkan bibit/koloni serta pembuatan stup yang banyak akan
membutuhkan biaya yang banyak pula. Untuk mendapatkan produksi yang banyak
seharusnya stup madu diletakkan dikebun agar mendapatkan banyak pakan dari
32
bunga/buah yang ada dikebun, tetapi karena sering adanya pencurian stup madu
maka stup madu hanya diletakkan di pekarangan rumah. Hambatan lainnya petani
juga hanya mendapatkan satu kali pelatihan mengenai pengelolaan madu Trigona
sp. yang diwakilkan oleh masing-masing ketua KTH pada tahun 2017 dan hingga
saat ini belum ada pelaksanaan pelatihan lanjutan. Untuk melihat lebih jelas
kontribusi sumber pendapatan petani lainnya terhadap pendapatan total petani di
KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 yaitu
grafik kontribusi masing-masing sumber pendapatan petani terhadap pendapatan
total petani.
Gambar 8. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di KTH Harapan Jaya
Gambar 9. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total. di KTH Puding Mas
Berdasarkan gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa kontribusi pendapatan
petani dari sektor perkebunan di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas yaitu
karet paling besar yaitu 26,62% dan 39,81%. Hal ini dikarenakan mayarakat di
Sungai Baung dan Desa Sungai Bemban sebagian besar merupakan petani karet dan
rata-rata memiliki kebun karet sendiri. Selanjutnya 22,89% dari PNS di KTH
Harapan Jaya dan di KTH Puding Mas kontribusi 29,27% sumber pendapatan
0,05
26,62
3,25
22,89
17,44
12,05 12,21
5,49
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Madu
Trigona sp.
Karet Padi PNS Pedagang Bengkel Meubel Buruh
Ko
ntr
ibusi
(%
)
Sumber Pendapatan
Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp. KTH Harapan Jaya
Terhadap Pendapatan Total Petani
0,06
39,81
4,75
29,27
13,77 12,34
0
10
20
30
40
50
Madu Trigona
sp.
Perkebunan
(Karet)
Pertanian
(Padi)
Pedagang Pegawai Jasa
Kon
trib
usi
(%
)
Sumber Pendapatan
Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp. KTH
Puding Mas Terhadap Pendapatan Total Petani
33
petani dari pedagang. Untuk sumber pendapatan ketiga terbesar yang berkontribusi
terhadap pendapatan petani pada masing-masing KTH Harapan Jaya dan KTH
Puding Mas adalah pendapatan dari Pedagang 17,44% dan pegawai13,77%.
Pegawai yang dimaksud adalah responden yang bekerja sebagai aparat desa seperti
Kepala Desa, Kepala Dusun, Pegawai sarak dan guru honorer. Sedangkan
kontribusi dari sektor pertanian yaitu padi hanya berkontribusi 3,25% di KTH
Harapan Jaya dan dan 4,75% di KTH Puding Mas. Jenis padi yang dikelola oleh
masyarakat Desa Sungai Baung dan Desa Sungai Bemban adalah padi ladang
pemanenan padi dilakukan selama satu tahun sekali. Sedangkan kontribusi
pendapatan paling rendah terhadap pendapatan total petani di KTH Harapan Jaya
dan KTH Puding Mas adalah 0,05% dan 0,06% pendapatan petani dari HHBK
madu Trigona sp.
4.7 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang
KTH Talun Sakti Desa Raden Anom melakukan pengolahan HHBK
Minyak Kepayang. Pendapatan KTH Talun Sakti dari pengolahan minyak
kepayang dipengaruhi oleh total penerimaan dan biaya produksi selama pengolahan
minyak kepayang.
4.7.1 Penerimaan KTH Talun Sakti
Penerimaan KTH Talun Sakti dari HHBK minyak kepayang pada tahun
2020 adalah Rp. 2.500.000/Tahun. Penerimaan KTH Talun Sakti dihitung dari total
produksi minyak kepayang yang dijual ke KPHP Limau pada tahun 2020 yaitu 50
Kg dikali dengan harga minyak kepayang Rp. 50.000/Kg.
4.7.2 Biaya Produksi KTH Talun Sakti
Dalam pengolahan minyak kepayang KTH Talun Sakti telah mendapatkan
bantuan alat produksi dari KPHP Limau melalui program FIP-II. Sehingga KTH
Talun Sakti tidak mengeluarkan biaya tetap. Sedangkan untuk biaya variabel yaitu
biaya bahan bakar seperti solar, bensin dan kayu bakar serta biaya variabel lainnya
yaitu tenaga kerja. Biaya tenaga kerja mempengaruhi besarnya biaya produksi
berdasarkan Lampiran 9. Dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di KTH Talun
Sakti sebanyak 44 orang dalam satu kali produksi dengan total 215 HOK kegiatan
mulai dari pengumpulan biji kepayang sampai pengepressan minyak kepayang.
34
Jadi, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh KTH Talun Sakti dalam
pengolahan minyak kepayang pada tahun 2020 adalah Rp. 635.938/Produksi.
4.7.3 Pendapatan KTH Talun Sakti
Pendapatan KTH Talun Sakti dari pengolahan minyak kepayang dapat
dihitung dengan cara total penerimaan KTH Talun Sakti dari minyak kepayang
dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengolahan minyak
kepayang. Sedangakan pendapatan anggota KTH adalah total pendapatan KTH
dibagi dengan jumlah anggota KTH. Berikut hasil analisis pendapatan KTH dan
pendapatan anggota KTH dari HHBK Minyak Kepayang KTH Talun Sakti dapat
dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang
Nama KTH Penerimaan
(Rp/Tahun)
Biaya
Produksi
(Rp/Tahun)
Pendapatan KTH
(Rp/Tahun)
Pendapatan Anggota
(Rp/Tahun)
KTH Talun Sakti 2.500.000 635.938 1.864.062 42.365
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Besarnya hasil produksi minyak kepayang di KTH Talun Sakti pada tahun
2020 yaitu sebanyak 65 Kg minyak kepayang dari bahan baku biji kepayang 635
Kg atau 10,23% minyak kepayang yang dihasilkan dari biji. Minyak kepayang
dijual ke KPHP Limau 50 Kg dan sisanya untuk anggota KTH. Berdasarkan tabel
10 dapat diketahui pendapatan KTH Talun Sakti dari HHBK minyak kepayang
adalah Rp. 1.864.062/Tahun yang didapatkan setelah penerimaan Rp.
2.500.000/Tahun dikurangi dengan biaya produksi Rp. 635.938/Produksi.
Sedangkan pendapatan masing-masing anggota yaitu pendapatan KTH dibagi
dengan jumlah anggota KTH, maka pendapatan petani HHBK minyak kepayang
Rp. 42.365/Tahun. Rendahnya pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang
dikarenakan kepayang merupakan tanaman musiman yang hanya berbuah setahun
sekali sehingga produksi juga dilakukan setahun sekali. Musim buah kepayang pada
bulan juli – agustus dan buah jatuh dari pohon pada bulan september – oktober.
Selanjutnya petani pengumpul biji kepayang mengumpulkan biji setiap hari agar
tidak dimakan hama. Populasi pohon kepayang yang ada di desa Raden Anom
cukup banyak namun tidak semuanya mencapai umur berbuah. Oleh karena itu,
35
pentingnya dilakukan budidaya kepayang agar kedepannya produksi minyak
kepayang semakin meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.
4.8 Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang
Terhadap Pendapatan Total Petani
Pendapatan Petani dari Usahatani minyak kepayang oleh KTH Talun sakti
memberikan kontribusi yang sangat rendah terhadap pendapatan total petani.
Sumbangan/Kontribusi pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang terhadap
pendapatan total petani dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang KTH Talun
Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani
Sumber Pendapatan Pendapatan Petani
(Rp/Tahun)
Kontribusi Terhadap
Pendapatan Total (%)
HHBK (M. Kepayang) 42.365 0,04
NON HHBK 99.791.396 99,96
Perkebunanan (Karet) (Ha/Tahun) 32.724.052 32,78
Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.530.677 4,54
PNS 30.000.000 30,05
Pedagang 25.336.667 25,38
Buruh 7.200.000 7,21
Total 99.833.761 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 11 menunjukkan bahwa hanya 0,04% kontribusi pendapatan petani
dari HHBK minyak kepayang terhadap pendapatan total petani. Kontribusi
pendapatan terbesar adalah dari sektor perkebunan yaitu karet dimana total
pendapatan petani Rp. 32.724.052 Ha/Tahun dengan kontribusi 32,78%.
Rendahnya kontribusi pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang terhadap
pendapatan total petani KTH Talun Sakti disebabkan pengolahan minyak kepayang
hanya dilakukan satu kali dalam setahun dan kepayang merupakan tanaman
musiman. Pengolahan minyak kepayang juga membutuhkan waktu yang lama ±15
hari dari tahap pengumpulan hingga pengepressan menjadi minyak kepayang.
Maka dibutuhkan banyak tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahannya hal ini
juga akan mempengaruhi besarnya biaya produksi untuk tenaga kerja dan
mengurangi pendapatan yang akan diterima oleh petani.
36
Gambar 10. Grafik pendapatan petani terhadap pendapatan total petani di KTH Talun Sakti
Gambar 10. Menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan petani dari sektor
perkebunan yaitu karet memberikan kontribusi paling besar 32,78%. Selanjutnya
kontribusi dari PNS 30,05%, pedagang 25,38%, buruh 7,21%, padi 4,54% dan
pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang memberikan kontribusi paling
kecil yaitu hanya 0,04% terhadap pendapatan total petani. Hal ini dikarenakan
mayoritas masyarakat di Desa Raden Anom menjadikan sektor perkebunan yaitu
karet sebagai pekerjaan utama mereka. Berdasarkan tabel 6 Luas lahan responden
di KTH Talun Sakti sebanyak 60% responden memiliki luas lahan 0-4 Ha. Selain
karet sumber pendapatan masyarakat Desa Raden Anom juga berasal dari sektor
pertanian yaitu komoditi padi ladang.
0,04
32,78
4,54
30,05
25,38
7,21
0
5
10
15
20
25
30
35
M. Kepayang Karet Padi PNS Pedagang Buruh
Ko
ntr
ibusi
(%
)
Sumber Pendapatan
Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK M. Kepayang KTH
Talun Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. yang bermitra dengan KPHP
Limau VII Hulu Sarolangun di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
masing-masing Rp. 67.084/Tahun dan Rp. 52.167/Tahun dari
pendapatan KTH Harapan Jaya Rp. 1.341.687/Tahun dan KTH Puding
Mas Rp. 1.304.187/Tahun. Rendahnya pendapatan petani disebabkan
oleh stup madu yang dimilki masing-masing KTH sangat sedikit
sehingga produksi madu yang dihasilkan selama satu tahun juga sedikit.
Selain itu kurangnya pembinaan dan pelatihan bagi KTH untuk
pengembangan dan pengelolaan madu Trigona sp.
2. Pendapatan petani HHBK minyak kepayang yang bermitra dengan
KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun di KTH Talun Sakti adalah Rp.
42.365/Tahun dari pendaptan total KTH Rp. 1.864.062/Tahun.
3. Kontribusi pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. terhadap
pendapatan total petani di KTH Harapan Jaya dan KTH Sungai baung
adalah 0,05% dan 0,06%. Sedangkan kontribusi pendapatan petani
HHBK minyak kepayang KTH Talun Sakti terhadap pendapatan total
petani yaitu 0,04%.
5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp.
disetiap KTH perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan agar
pengembangan dan pengelolaan HHBK dapat dilakukan oleh petani
secara efektif dan efisien. Seperti pelatihan pengembangan stup madu
dan penempatan stup madu agar pakan yang diperoleh lebah lebih
banyak. Kemudian pentingnya pengawasan stup madu yang dikelola.
2. Agar pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang tinggi maka perlu
dilakukan perluasan wilayah budidaya kepayang agar bahan baku biji
kepayang kedepannya semakin banyak dan produksi minyak kepayang
pun meningkat.
38
3. KPHP Limau sebaiknya melakukan kemitraan dengan KTH yang
menjadikan pengelolaan dan pengembangan HHBK sebagai fokus utama
dibandingkan pekerjaan petani lainnya. Agar produksi HHBK meningkat
dan pendapatan juga meningkat sehingga kontribusi pendapatan petani
dari HHBK terhadap pendapatan total petani semakin besar.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anton G dan Marhawati. (2016). Kontribusi Usahatani Padi Sawah Pada
Pendapatan Usahatani Keluarga di Desa Ogamas II Kecamatan Sojol Utara
Kabupaten Donggala. Jurnal Agro Tekdis, 4(1):106-112.
Badan Pusat Statistik. 2012-2016. Jawa Barat dalam Angka. Pages: 261-374. Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
Bank Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK): Budidaya Lebah
Madu. Pages: 11.
Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media
Grup. Jakarta.
Chairan dan Aidar N. 2018. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap
Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Desa Panton Pawoh). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah,
3 (3) : 379 - 390.
Dewantari M dan Suranjaya IG. 2019. Pengembangan Budidaya Lebah Madu
Trigona Spp Ramah Lingkungan di Desa Antapan Kecamatan Baturiti
Kabupaten Tabanan. Buletin Udayana Mengabdi. 18(1):114-119.
Diniyati D dan Achmad B. 2015. Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pada Usaha Hutan Rakyat Pola Agroforestri Di Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal Ilmu Kehutanan ,9 (1) : 23-31.
Hadisoesilo S. 2001. Keanekaragaman spesies lebah madu asli Indonesia.
Biodiversitas 2: 123-128.
Hafsah MJ. 2003. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Handayani Y, Hardiansyah G dan dham M. 2019. Studi Pemanfaatan Rotan oleh
Masyarakat Desa Landau Mentail Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten
Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 7 (2) : 835 - 843.
Harijah R, Itta D dan Yoesran M. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan Rotan
(Calamus spp) dan Bambu (Bambusa sp) Terhadap Pendapatan Petani di
Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Jurnal
Sylva Scienteae, 1 (2) : 272 - 279.
Herwanti S, Safe’I R dan Hidayat W. 2017. Jenis hasil hutan bukan kayu yang
dikembangkan di taman hutan raya Wan Abdul Ranchman. Prosiding
seminar nasional pengabdian kepada masyarakat. pp. 117-122.
40
Kamaria N. 2016. Studi Komparatif Pendapatan Peternak Lebah Madu Apis Cerana
Dan Trigona Sp Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Thesis.
Universitas Mataram.
Kartila N, Ichsan AC dan Markum M. 2018. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu
Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Pendapatan Petani Hutan
Kemasyarakatan (HKm) Tangga Desa Selengen Kecamatan Kayangan
Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Belantara, 1(2), 89-100.
KPHP Limau. 2016. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model
Unit VII - Hulu Kabupaten Sarolangun 2016-2025. Jambi.
Kurniawan TA dan Rafik A. 2015. Beda Madu Hutan dan Madu Ternak. Tempo.
Jakarta.
Mahandari CP, Wiwik dan A Fatoni. 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar
Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar Dengan Kluwek: Prosiding Seminar
Nasional AVoER ke-3. Palembang. pp 472-473.
Moko. 2008. Menggalakan Hasil Hutan Bukan KayuSebagai Produk Unggulan.
Informasi Teknis Vol.6 No.2. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemulian Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Mubyarto. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Nono, Diba F dan Fahrizal. 2017. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh
Masyarakat di Desa Labian Ira'ang dan Desa Datah Diaan di Kabupaten
Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 5 (1) : 76 - 87.
Novandra A dan IW Made. 2013. Peluang pasar produk perlebahan indonesia.
Balai Penelitian, Jakarta.
Palmolina M. 2014. Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Kasus di Desa Hargorejo, Kokap,
Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, 8 (2) : 117 - 125.
Pane OP, Azhar I dan Sucipto T. 2013. Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan
Analisis Ekonomi Pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota
Medan. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara, 2 (1) : 168 - 175.
Pohan RM, Purwoko A dan Martial T. 2014. Kontribusi hasil hutan bukan kayu
dari hutan produksi terbatas bagi pendapatan rumah tangga masyarakat.
Peronema Forestry Science Journal. 3(2).
Radam R. 2011. Produktivitas dan Kontribusi Peternakan Lebah Madu Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Desa Muara Pamangkih Kabupaten Hulu Sungai
Tengah. Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No.32. Program Studi Teknologi
Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat.
41
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Sadono dan Sukirno. 2006. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali
Press.
Sakala FJ, Nugroho B dan Nurrochmat DR. 2012. Strategi Kebijakan Pemasaran
Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi
Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 50-65.
Sarah D, Suryana RN dan Kirbrandoko K. 2019. Strategi Bersaing Industri Madu
(Studi Kasus: CV Madu Apiari Mutiara). Jurnal Aplikasi Bisnis dan
Manajemen (JABM), 5(1), 71-71.
Sari R dan Suhartati. 2015. Pangi (Pangium edule Reinw) sebagai Tanaman
Serbaguna dan Sumber Pangan. Info Teknis Eboni Vol. 12 No.1, Juli 2015:
23-37.
Sarwono B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Setiadi A, Ekowati T. 2017. Kontribusi Usahatani Bunga Krisan Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 1(1),26-33.
Simarmata A. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Industri Minyak Kepayang Di
KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Skripsi. Fakultas Kehutanan,
Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.
Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Grafindo Persada.
Jakarta.
Soeparmoko. 2001. Ekonomika Untuk Manajerial. BPFE. Yogyakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta,
Bandung.
Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Salemba
Empat. Jakarta.
42
Sulistiyani AT. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media,
Jogjakarta.
Supriadi H dan Saliem PH. 2006. Kondisi Sosial Ekonomi dan Implikasi Kebijakan
terhadap Upaya Pengembangan Pertanian di Lahan Kering Marginal. Balai
Penelitian, Jakarta.
Suratiyah K. 2006. Ilmu Ushatani. Jakarta : Penebar Swadaya.
Taha AM dan Alam MN. 2016. judul Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha
Industri Minyak Nilam Di Desa Lumbutarombo Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala. e-J. Agrotekbis 4 (6) : 719 – 724.
Trianggana O. 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga dan Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat (Studi di Desa
Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 1 - 64.
Wahyuni RS, Mahandari CP, Fatoni A dan Wiwik. 2011. Kajian Awal Biji Buah
Kepayang sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar. Seminar Nasional
Teknik Industri Universitas Gadjah Mada Juli 2011. Yogyakarta.
Yohar. 2012. Kepayang Tanaman Konservasi Bernilai Ekonomi. Yayasan Genesis
dan Fauna dan Flora Internasional. Mukomuko.
43
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kelompok Tani (Minyak Kepayang)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama/Umur : ......................./ .......... tahun /No HP............
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Alamat
Dusun : ...............................................................
Desa : ...............................................................
Kecamatan : ...............................................................
4. Pekerjaan
a. Utama : ...........(Petani/PNS/Pedagang/Buruh Tani)
b. Sampingan : ...............................................................
5. Status Penduduk : Asli Pendatang
6. Jika “Asli atau pendatang”
a. Suku : ..............................................................
b. Tahun Tinggal : ..............................................................
c. Alasan Penetap di sekitar Kawasan: Pekerjaan Lainnya
d. Jika “alasan pekerjaan” sebagai: Buruh Tani Lahan baru
Petani ...................
........................
7. Anggota kelompok Tani Hutan : YA TIDAK...Nama Kelompok..
8. Nama Perhutan sosial ( PS) : ...................................................................
Jika Ya, Kelompok.......................................
9. Status Tempat Tinggal : Rumah Sendiri Menumpang
........................
10. Kondisi pemukiman/Perumahan :
Nama Enumerator : ..................................................................
Hari/Tanggal : ..................................................................
Jam : ..................................................................
Desa/Dusun : Desa Raden Anom....................................
44
Luas Lahan : ..............................
Luas Bangunan : ..............................
Type Rumah : Permanen/Tidak Permanen/Papan
Sumber Air Minum : Sumur/Sungai/Mata Air/Air Hujan/Lainnya.............
Sumber Penerangan: PLN/Diesel/Kincir/Lam[u Minyak/Lainnya..............
11. Status Sosial Dalam Masyarakat :
Masyarakat Biasa Tokoh Agama Tokoh Adat
Tokoh Pemuda Tokoh Wanita Aparat Desa/Pemerintahan
12. Struktur Anggota Keluarga
No Nama dan Umur
Jenis
Kelamin
Hubungan
Kekerabatan
Pendidikan
Terakhir Pekerj
aan
saat ini
Jumlah
tanggung
keluarga
saat ini
Lk Pr S/I A K L TS SD S SMP SSMA PT
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan: S/I = suami/isteri, A = Anak, K = Kerabat/saudara dan L = Lainnya
II. Proses dan Produksi Minyak Kepayang
1. Apakah status pekerjaan usaha minyak kepayang?
a. Pekerjaan Utama
45
b. Pekerjaan Sampingan
Jika utama alasannya............................................................................
Jika sampingan alasannya ……………………………………………
2. Sejak kapan bapak/ibu mulai usaha minyak kepayang ? tahun………………….
3. Apa yang menjadi alasan utama Bapak/Ibu dalam melakukan usaha minyak
kepayang?
a. Keinginan sendiri
b. Ajakan teman
c. Dukungan KPHP ?
d. Penghasilan dan harga yang baik
e. Potensi buah kepayang yang banyak?
f. …………….
Alasan: ………………………………..
4. Ilmu dan Pengetahuan Usaha Minyak Kepayanng diperoleh dari ……?
a. turun temurun dari orang tua atau nenek moyang
b. dari penyuluh/ KPH
c. dari teman
d……………………
5. Menurut bapak/ibu ketersedian/potensi biji kepayang di desa saat ini
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Sedang
d. Sedikit
Kira-kira berapa ton potensi biji kepayang yang dapat dihasilkan desa ini per
tahun….(ton)
6. Dimanakah lokasi pengambilan biji kepayang ?
a. Dikebun sendiri… luasnya……..ha
b. Dihutan…………..luasnya ……..ha..
c. …………
7. Berapa waktu tempuh (jam) untuk pergi mengambil biji/buah kepayang dari
rumah?.........Jam
8. Bulan apa saja untuk mengambil biji/buah kepayang….
46
a. bulan…………..dan ………………bulan …………..dan ………bulan…
b. Berapa lama waktu memungut buah kepayang..? jam………atau hari….
c. Berapa jarak tempuh bapak pergi mengambil buah kepayang ?..........km
d. Berapa kali dalam sebulan pergi mengambil biji kapayang……………….
Atau berapa kali bapak pergi mengambil buah kepayang dalam 1 kali musim ?
Uraikan frekwensi pengambilan buah kepayang………………….....................
………………………………………………………………………………......
9. Memungut buah/biji kepayang apakah
a. sendiri……….
b. dengan keluarga
c. bersama kelompok/KTH …….. (berapa orang)
Berapa lama waktu diperlukan memungut buah kepayang ?...............jam/hari….
10. Alat dan Bahan yang digunakan untuk memungut/mengambil biji kepayang..
No Jenis alat dan bahan Jumlah ( unit)
1
2
3
4
5
Adakah peraturan terkait teknik pemanenan buah kepayang dari pihak desa atau
KPHP Limau?
a. Ada
b. Tidak ada
Jika ada apa ………………………………………………………...........
11. Berapa jumlah produksi biji kepayang saat sekali pemungutan ?.... kg atau ton.
12. Berapa total produksi biji kepayang yang diambil dalam 1 kali musim buah
.....kg/ton.
13. Berapa kira2 jika 1 kilo biji kepayang menjadi minyak kepayang………ons
14. Ceritakan tahap-tahap buah kepayang menjadi minyak kepayang
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
47
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
15. Berapakah produksi minyak kepayang dihasilkan oleh kelompok tani dalam
a. satu kali produksi…………………kg
b. total produksi minyak kepayang selama musim buah kepayang …….kg
16. Berapa harga jual minyak kepayang ……………………………………Rp/kg
17. Dalam bentuk apa bapak menjual minyak kepayang ?
a. bentuk curah (kiloan…..)
b. bentuk kemasan ( jelaskan macam2 kemasan…….)
c. Derijen ( jelaskan ukuran nya………..)
d. ……………….
18. Pemasaran Hasil Minyak Kepayang
Kemanakah bapak menjual hasil minyak kepayang ?
a. Lansung ke konsumen …. Jika ada berapa banyak ?.......................
b. Kepasar …………………Jika ada berapa banyak ? ………………
c. Ke UPTD KPHP Lima Jika ada berapa banyak ……………….
d. Pihak lain ( sebutkan………………….) jika ada berapa banyak …….?
19. Kemitraan KTH dengan KPHP LIMAU
A. Sejak kapan dilakukan kemitraan KTH dengan KPHP ? tahun …………
B. Apa saja bentuk kemitraan dengan KPH
1. Kemitraan pemasaran……..uraikan………………………….............
2. Kemitraan pengolahan hasil……uraikan …………………...............
3. Kemitraan pelatihan ……………uraikan ……………………..........
4. Kemitraan pengemasan produk …….uraikan………………….........
5. ……………………………………………………….........................
C. Apakah Bapak/ibu atau KTH mendapat bantuan dari KPHP dalam bentuk?
1. Bantuan modal dari KPHP jika ada berapa …………………..............
2. Bantuan teknologi dari KPHP jika bentuk apa ?..dan berapa banyak...
3. Bantuan pelatihan dari KPHP jika ada bentuk apa….dan berapa kali...
4. Bantuan pemasaran dari KPHP jika ada berapa banyak………..........
D. Selama ini apakah ada bantuan dari pihak lain selain KPHP Unit Limau?
48
1. LSM ? jika ada……apa
2. Pemerintah sarolangun jika ada apa……..
3. KLHK …………………………………
4. Lainnya……. ………………………………………….
III. Penerimaan dan Biaya Produksi Minyak Kepayang
1. Jumlah produksi minyak kepayang yang dijual per satuan kg……..(dalam 1 kali
musim)
2. Harga jual yang diterima petani dalam satuan Rp/kg…………………............
3. Kegiatan apa saja yang dilakukan baik secara individu dan kelompok pada saat
pengolahan minyak kepayang?
Nama.
Responden
Kegiatan (Jam) Total
jam kerja HOK
a b c d e f g h
Jumlah
Rataan
Keterangan kegiatan:
a = Pengumpulan buah
b = Pembersihan/pembusukan biji
c = Perebusan biji
d = Pencungkilan daging biji
e = Pencucian dan perendaman daging biji
f = Pencincangan, pengayakan dan penjemuran daging biji
g = Penghalusan dan pengukusan daging biji
h = Pengempaan
D. Biaya-biaya Minyak Kepayang di Desa Raden Anom
1. Biaya Tetap
No. Nama Alat Jumlah
(Unit)
Harga Perolehan
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Pemakaian
(tahun ke-)
49
2. Biaya Variabel
2.1 Bahan Baku
No. Uraian Jamlah (Kg) Harga/Kg (Rp/Kg)
2.2 Bahan Bakar
No. Bahan Bakar Jamlah (unit) Harga/Kg (Rp/unit)
2.3 Transportasi
No. Uraian Upah(Rp)
2.4 Tenaga Kerja
No. Uraian Jamlah tenaga
kerja (orang)
Hari Orang
Kerja(HOK)
Upah tenaga
kerja
(Upah/hari)
IV. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN USAHA MINYAK KEPAYANG KTH
TERHADAP MASING ANGGOTA……………………………………………..
………………………………………………………………………………………
V. PRODUKSI, BIAYA, PENERIMAAN RUMAH TANGGA DILUAR
USAHA MINYAK KEPAYANG
1. Luas lahan milik : ………………. Ha
2. Lokasi lahan : Satu Tempat Terpisah
50
3. Lokasi lahan jika “terpisah” :
No Luas
(Ha)
Jenis
Tanaman
Lokasi Lahan Akses ke lahan
Dusun
Sendiri
Dusun
Lain
Desa
Lain Jarak Waktu
Cara Mencapai
Jalan Sepeda Motor Perahu
1
2
3
4
5
a. Lokasi Lahan garapan
No Jenis Lahan Jenis
Tanaman Luas (Ha)
Cara Memperoleh
(Buka sendiri/Beli/Sewa.........)
1 Lahan Kosong
2 Lahan Kebun
3 Lahan Pangan
4 Lainnya
(Pemukiman)
5
51
b. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pangan
No Jenis
Komoditas
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendi
ri
Desa
Lain Luas
Produksi
Terakhir
Frekuen
si
Tanam/t
hn
Harga
Jual
Teta
p
Vari
abl dll
1 Padi
2
3
4
5
c. Produksi dan Penerimaan Usahatani Perkebunan
No
Jenis
Komodita
s
Umur/
Tahun
Tanam
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendiri
Kawas
an
Lua
s
Produksi
Terakhir
Frekuen
si/ Thn
Harga
Jual
Teta
p
Teta
p dll
1 Kelapa
sawit
2 Karet
3
4
5
Keterangan: Jika komoditas sama tetapi pada lokasi berbeda agar diberi tanda 1
atau 2 misalnya Kelapa 1, Kelapa 2 dst
52
d. Produksi dan Penerimaan Hasil Hutan
No Jenis
Komoditas
Umu
r/
Tahu
n
Tana
m
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendiri
Kawas
an
Lua
s
Produksi
Terakhir
Frekuen
si/ Thn
Harga
Jual
Teta
p
Vari
abel dll
1 Kayu
2 Rotan
3 Madu
4 Jernang
5.
6.
7.
8.
e. Produksi dan Penerimaan Usaha Perikanan
No Jenis
Sarana
Jumlah dan Tahun
Pembangunan/Pembelian
Kondisi Alat dan
Perlengkapan Biaya
Jumla
h Luas
Tahu
n
Status Masih
Baik
Kurang
Baik
Rusa
k
Rusa
k
Total
G
S SW
S
H
Perikanan
Sungai
1 Perahu
2 Kapal
Keterangan: GS = Digunakan Sendiri, SW = Disewakan tunai pada orang lain, SH
= Disewakan dalam bentuk bagi hasil
53
f. Sumber Pendapatan Keluarga Lainnya
No Jenis Pekerjaan dan Siapa yang Bekerja Penerimaan (Rupiah) Sifat Pekerjaan
Tetap Musiman
1
2
3
VI. PERSEPSI
1. Selama ini pengembangan minyak kepayang apa saja hambatan yang
bapak hadapi ?
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
2. Menurut bapak/ibu apa saja kebutuhan jika ingin pengembangan minyak
kepayang ini biasa berkembangan dengan lebih maju ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Menurut bapak/ibu apa saja peran UPTD KPHP Limau dalam membantu
pengembangan minyak kepayang (KTH) di desa bapak/ibu?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Kedepannya kira-kira apa-apa saja menurut bapak/ibu peran UPTD KPHP
dalam pengembangan minyak pada kelompok tani (KTH) di desa ini ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
..
54
Kotak Catatan Penting:
55
Lampiran 2. Kuisioner Kelompok Tani (Madu)
Nama Enumerator : ..................................................................
Hari/Tanggal : ..................................................................
Jam : ..................................................................
Desa/Dusun : Sungai Baung-Sungai Bemban................
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama/Umur :........................../..........tahun/No HP...........
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Alamat
Dusun : ...............................................................
Desa : ...............................................................
Kecamatan : ...............................................................
4. Pekerjaan
a. Utama : .............(Petani/PNS/Pedagang/Buruh Tani)
b. Sampingan : ...............................................................
5. Status Penduduk : Asli Pendatang
6. Jika “Asli atau pendatang”
c. Suku : ..............................................................
d. Tahun Tinggal : ..............................................................
e. Alasan Menetap di sekitar Kawasan : Pekerjaan Lainnya
f. Jika “alasan pekerjaan” sebagai : Buruh Tani Lahan baru
Petani .................
7. Anggota kelompok Tani Hutan : YA TIDAK..
Nama Kelompok..................
8. Nama Perhutan sosial ( PS) : …………………………….
Jika Ya, Kelompok................
9. Status Tempat Tinggal : Rumah Sendiri Menumpang
........................
56
10. Kondisi pemukiman/Perumahan :
Luas Lahan : ..............................
Luas Bangunan : ..............................
Type Rumah : Permanen/Tidak Permanen/Papan
Sumber Air Minum : Sumur/Sungai/Mata Air/Air Hujan/Lainnya.........
Sumber Penerangan : PLN/Diesel/Kincir/Lampu/ Minyak/Lainnya.......
11. Status Sosial Dalam Masyarakat :
Masyarakat Biasa Tokoh Agama Tokoh Adat
Tokoh Pemuda Tokoh Wanita Aparat Desa/Pemerintahan
12. Struktur Anggota Keluarga
No Nama dan Umur
Jenis
Kelamin
Hubungan
Kekerabat
an
Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
saat ini
Jumlah
tanggun
g
keluarga
saat ini Lk Pr S/I A K L TS SD SMP SMA PT
1
2
3
4
5
6
Keterangan: S/I = suami/isteri, A = Anak, K = Kerabat/saudara dan L = Lainnya
II. Proses dan Produksi Madu Budidaya
1. Apakah status pekerjaan usaha Madu Budidaya?
c. Pekerjaan Utama
d. Pekerjaan Sampingan
Jika utama alasannya.............................................................................................
57
Jika sampingan alasannya ……………………………………………………….
2. Sejak kapan bapak/ibu mulai usaha Madu Budidaya ?
tahun……………………….
3. Apa yang menjadi alasan utama Bapak/Ibu dalam melakukan usaha Madu
Budidaya?
g. Keinginan sendiri
h. Ajakan teman
i. Dukungan KPHP ?
j. Penghasilan dan harga yang baik
k. Potensi hasil madu yang banyak?
l. …………….
Alasan: ………………………………..
4. Menurut bapak/ibu ketersediaan/potensi madu Trigona sp di desa saat ini
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Sedang
d. Sedikit
Kira-kira berapa ton potensi madu sialang yang dapat dihasilkan desa ini per
tahun …..(ton)
5. Apakah saat ini bapak masih membudidyakan madu Trigona sp.?
Jika iya……….berapa produksi madu Trigona sp yang pernah bapak dapat
dalam satu kali musim panen ?
Berapa kali panen dalam satu kali musim madu sialng bapak mengambil di
pohon sialang ?..........
Berapa harga jual madu alam ? ...............
Bagaimana bentuk pengemasan madu alam
(sialang)……………..........................
Pemasaran madu alam (sialang) kemana ?...................................................
Berapa jarak pemanenan madu sialang…….Km atau berapa jam ………
5. Ilmu dan Pengetahuan Usaha madu budidaya diperoleh dari ……?
a. turun temurun dari orang tua atau nenek moyang
b. dari penyuluh/ KPH
58
c. dari teman
d……………………
6. Jenis madu budidaya yang bapak/ibu usahakan jenis apa?
a. Madu kelulut ( Trigona sp)
b. Madu lebah besar ( apis cerana)
c. Apis melivera
d. ……………..
Kenapa bapak memilih budidaya salah satu jenis madu diatas ?
…………………………………………………………………………………
6. Dimanakah lokasi madu budidaya yang bapak usahakan ?
a. Dikebun sendiri… ……….Jumlah stup yang dimiliki……….
b. Dihutan…………………..Jumlah stup…………
c. …………
7. Berapa waktu tempuh (jam) untuk pergi mengambil hasil madu budidaya dari
rumah ?.........Jam
8. Panen madu budidaya
a. Panen madu sekali berapa ?…………..
b. 1 stup madu berapa produksi madunya ?..........kg
c. Berapa banyak stup madu yang bapak punya ?...........buah atau unit
d. Berapa kali dalam sebulan pergi mengambil hasil madu budidaya ?…………
Atau berapa kali bapak pergi mengambil hasil madu dalam 1 kali musim ?
9. Pemanenan madu apakah
a. sendiri……….
b. dengan keluarga
c. bersama kelompok/KTH …….. (berapa orang)
Berapa lama waktu diperlukan memungut madu ?.....................jam/hari….
Jika berkelompok bagaimana mekanisme kerja kelompok?...........................
Jika berkelompok bagaimana bagi hasilnya ……………………………….
10. Alat dan Bahan yang digunakan untuk panen madu…………….
No Jenis alat dan bahan Jumlah ( unit)
1
2
3
59
11. Adakah peraturan terkait teknik pemanenan madu budidaya dari pihak desa atau
KPHP Limau?
c. Ada
d. Tidak ada
Jika ada apa? …………………………………………………………………
12. Ceritakan tahap-tahap proses panen Madu Budidaya
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
13. Berapa harga jual Madu Budidaya …………………………………… Rp/kg .
14. Dalam bentuk apa bapak menjual Madu Budidaya ?
a. bentuk curah (kiloan…..)
b. bentuk kemasan ( jelaskan macam2 kemasan…….)
c. Derijen ( jelaskan ukuran nya………..)
d. ……………….
15. Pemasaran Hasil Madu Budidaya
Kemanakah bapak menjual hasil Madu Budidaya ?
e. Lansung ke konsumen …. Jika ada berapa banyak ?.......................
f. Kepasar …………………Jika ada berapa banyak ? ………………
g. Ke UPTD KPHP Lima Jika ada berapa banyak ……………….
h. Pihak lain ( sebutkan………………….) jika ada berapa banyak …….?
16. KEMITRAAN KTH DENGAN KPHP LIMAU
A. Sejak kapan dilakukan kemitraan KTH dengan KPHP ? tahun ................
B. Apa saja bentuk kemitraan dengan KPH
1. Kemitraan pemasaran……..uraikan………………………………….
2. Kemitraan pengolahan hasil……uraikan …………………………….
3. Kemitraan pelatihan ……………uraikan ……………………………
4. Kemitraan pengemasan produk …….uraikan………………………..
5. ……………………………………………………………..................
C. Apaakah Bapak/ibu atau KTH mendapat bantuan dari KPHP dalam bentuk?
60
1. bantuan modal dari KPHP jika ada berapa …………………..............
2. bantuan teknologi dari KPHP jika bentuk apa ?...dan berapa banyak…
3. bantuan pelatihan dari KPHP jika ada bentuk apa……..dan berapa kali...
4. bantuan pemasaran dari KPHP jika ada bentuk apa……………………
D. Selama ini apakah ada bantuan dari pihak lain selain KPHP Unit Limau ?
1. LSM ? jika ada……apa
2. Pemerintah sarolangun jika ada apa……..
3. KLHK …………………………………
4. Lainnya……. ………………………………………….
III. Penerimaan dan Biaya Produksi Madu Budidaya
1. Jumlah produksi Madu Budidaya yang dijual per satuan kg………..(dalam 1
kali musim)
2. Harga jual yang diterima petani dalam satuan Rp/kg......................................
3. Kegiatan apa saja yang dilakukan baik secara individu dan kelompok pada saat
pengolahan Madu Budidaya?
Nama.
Responden
Kegiatan (Jam) Total
jam kerja HOK
a b c d e f g h
Jumlah
Rataan
Keterangan kegiatan:
61
D. Biaya-biaya Madu Budidaya
1. Biaya Tetap
No. Nama Alat Jumlah
(Unit)
Harga Perolehan
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Pemakaian
(tahun ke-)
1. Stup
2. Biaya Variabel
2.1 Bahan Baku/……..
No. Uraian Jamlah (Kg) Harga/Kg (Rp/Kg)
2.2 Bahan Bakar/……….
No. Bahan Bakar Jamlah (unit) Harga/Kg (Rp/unit)
2.3 Transportasi/……..
No. Uraian Upah(Rp)
62
2.4 Tenaga Kerja
No. Uraian Jamlah tenaga
kerja (orang)
Hari Orang
Kerja(HOK)
Upah tenaga
kerja
(Upah/hari)
IV. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN USAHA MADU BUDIDAYA KTH
TERHADAP MASING ANGGOTA…………..
………………………………………………………………………………………
V. PRODUKSI, BIAYA, PENERIMAAN RUMAH TANGGA DILUAR
USAHA MADU BUDIDAYA
1. Luas lahan milik : ………………. Ha
2. Lokasi lahan : Satu Tempat Terpisah
3. Lokasi lahan jika “terpisah” :
No Luas
(Ha)
Jenis
Tanaman
Lokasi Lahan Akses ke lahan
Dusun
Sendiri
Dusun
Lain
Desa
Lain Jarak Waktu
Cara Mencapai
Jalan Sepeda Motor Perahu
1
2
3
4
5
63
a. Lokasi Lahan garapan
No Jenis Lahan Jenis
Tanaman Luas (Ha)
Cara Memperoleh
(Buka sendiri/Beli/Sewa.........)
1 Lahan Kosong
2 Lahan Kebun
3 Lahan Pangan
4 Lainnya
(Pemukiman)
5
b. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pangan
No Jenis
Komoditas
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendi
ri
Desa
Lain Luas
Produksi
Terakhir
Frekuen
si
Tanam/t
hn
Harga
Jual
Teta
p
Vari
abl dll
1 Padi
2 Jagung
3
4
64
c. Produksi dan Penerimaan Usahatani Perkebunan
No
Jenis
Komodita
s
Umur/
Tahun
Tanam
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendiri
Kawas
an
Lua
s
Produksi
Terakhir
Frekuen
si/ Thn
Harga
Jual
Teta
p
Teta
p dll
1 Kelapa
sawit
2 Karet
3
4
5
Keterangan: Jika komoditas sama tetapi pada lokasi berbeda agar diberi tanda 1
atau 2 misalnya Kelapa 1, Kelapa 2 dst
d. Produksi dan Penerimaan Hasil Hutan
No Jenis
Komoditas
Umur/
Tahun
Tanam
Lokasi Produktivitas Biaya
Desa
Sendir
i
Kawas
an Luas
Produksi
Terakhir
Frekue
nsi/
Thn
Harga
Jual Tetap
Vari
abel dll
1 Kayu
2 Rotan
3 Minyak
Kepayang
4
5.
6.
7.
65
e. Produksi dan Penerimaan Usaha Perikanan
No Jenis
Sarana
Jumlah dan Tahun
Pembangunan/Pembelian
Kondisi Alat dan
Perlengkapan Biaya
Jumla
h Luas
Tahu
n
Status
Masih
Baik
Kurang
Baik
Rusa
k
Rusa
k
Tota
l
G
S SW
S
H
Perikanan
Sungai
1 Perahu
2 Kapal
Keterangan: GS = Digunakan Sendiri, SW = Disewakan tunai pada orang lain, SH
= Disewakan dalam bentuk bagi hasil
f. Sumber Pendapatan Keluarga Lainnya
No Jenis Pekerjaan dan Siapa yang Bekerja Penerimaan (Rupiah) Sifat Pekerjaan
Tetap Musiman
1
2
3
VI. PERSEPSI.
1. Selama ini pengembangan Madu Budidaya apa saja hambatan yang bapak
hadapi?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Menurut bapak/ibu apa saja kebutuhan jika ingin pengembangan Madu
Budidaya ini biasa berkembangan dengan lebih maju ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
66
3. Menurut bapak/ibu apa saja peran UPTD KPHP Limau dalam membantu
pengembangan Madu Budidaya (KTH) di desa bapak/ibu?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Kedepannya kira-kira apa-apa saja menurut bapak/ibu peran UPTD KPHP
dalam pengembangan madu budidaya pada kelompok tani (KTH) di desa
ini ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Kotak Catatan Penting:
67
Lampiran 3. Identitas Responden KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung
No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)
Tingkat Pendidikan Padi Karet
1. Yulius Arpan L 47 Guru (PNS) 1 5 PT
2. Usmar L 42 Petani 1 10 SMA
3. Antoni L 40 Petani 2 3 SD
4. Muslen L 40 Petani 1 2 PT
5. Abu Mansur L 45 Meubel 0 0 SD
6. Darhan L 43 petani 2 2 SMP
7. Endang L 50 Petani 2 3 SMA
8. M. Saib L 54 Petani 1 3 SMP
9. Darul Keni L 43 Guru (PNS) 1 3 PT
10. Sami'i L 40 Petani 1 1 SMP
11. M. Aziz L 48 Petani 1 2 SD
12. Amantubillahi L 43 Buruh 0 2 SD
13. Arsih L 38 Petani 1 1 SMA
14. Masri L 44 Petani 2 2 SD
15. Kholidin L 42 Petani 1 5 PT
16. Akadi L 42 Petani 1 3 SD
17. Kamri L 40 Petani 2 3 SMA
18. Darwi L 45 petani 1 4 SD
19. Amin L 50 Petani 2 1 SD
20. Agon nasrik L 38 Petani 1 1 SMA
68
Lampiran 4. Identitas Responden KTH Puding Mas, Desa Sungai Bemban
No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)
Tingkat Pendidikan Padi Karet
1. Sofyan L 45 Petani 1 2 SMA
2. Hendri L 43 KADES 2 2 PT
3. Sayuji L 59 Petani 1 1 SD
4. Suwir L 55 Petani 1 1 SD
5. Saruni L 60 Petani 1 2 SD
6. Syehnal L 28 Guru 2 2 PT
7. M. Syukur L 25 Petani 1 2 SMA
8. Muhajirin L 35 Petani 2 2 SD
9. Pawaris L 42 Petani 2 3 SMA
10. Sakir L 38 Petani 1 2 SD
11. Abu Bakar L 40 Petani 1 2 SD
12. Bustari L 47 Petani 2 1 SD
13. Robi Yahya L 38 Petani 1 3 SD
14. M. Zen L 32 Petani 1 2 SMA
15. Sattar L 42 Petani 2 2 SD
16. Habi L 27 Petani 1 2 SMA
17. Dimastra L 30 Petani 1 2 SMA
18. Saupi L 35 Petani 1 3 SD
19. Siti Rohana P 40 Petani 1 1 SD
20. Emilianti P 26 Pedagang 1 3 PT
21. Wartiani P 31 Pedagang 1 2 SMA
22. Harlen L 27 Petani 1 2 SMP
23. Amerudin L 45 KADUS 2 3 SMP
24. Munandar L 26 Petani 1 2 SMA
25. Saparudin L 30 Petani 1 2 SD
69
Lampiran 5. Identitas Responden Talun Sakti, Desa Raden Anom
No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)
Tingkat Pendidikan Padi Karet
1. M. Safar L 50 Petani 1 5 SD
2. Misnar L 32 Guru (PNS) 3 3 PT
3. Rafles Hendratno L 29 Buruh 0 0 PT
4. Ria Junita P 32 Guru (PNS) 2 3 PT
5. Asmawi L 27 Petani 2 2 SMA
6. Samsuarni L 40 Petani 1 2 SD
7. Hari Warhadi L 45 Petani 2 2 SD
8. Ahmad Sation L 43 Petani 1 3 SD
9. Karnadi L 38 Petani 3 5 SMA
10. Marjoni L 40 Petani 2 2 SMP
11. Asmulhadi L 43 Petani 2 3 SMP
12. Baijuri L 50 Petani 2 2 SD
13. Herauwati P 38 Petani 3 2 SMP
14. Titing Yani P 48 Petani 2 5 SD
15. Sutri Lasmini P 38 Petani 1 3 SMP
16. Gusni P 40 Petani 2 2 SD
17. Heni P 37 Petani 1 2 SD
18. Maryana P 35 Petani 2 3 SMP
19. Ahmad Nadar L 55 Petani 1 3 SD
20. Ermayana P 37 Petani 2 2 SMP
21. Nurhasanah P 38 Petani 1 2 SMA
22. Siska Yeni P 28 Petani 3 0 SMA
23. Patima Wati P 36 Petani 2 2 SMP
70
24. Yulisnawati P 39 Petani 2 3 SD
25. Hadiyati P 35 Petani 1 2 SMP
26. Yudarti P 35 Petani 3 3 SMP
27. Eli P 29 Petani 2 2 SMA
28. Rita P 38 Petani 2 1 SMP
29. Bakri L 54 Petani 3 3 SD
30. Yusmanidar L 45 Petani 1 2 SD
31. Asnadi L 40 Petani 2 2 SMP
32. Ahmda Toni L 42 Petani 2 2 SD
33. Rosmiya P 37 Petani 1 3 SD
34. Darul Aris L 45 Petani 2 2 SD
35. Saipul Bahri L 45 Petani 2 0 SD
36. Rudison L 40 Pedagang 3 2 SMA
37. Diayarti P 42 Petani 3 4 SD
38. Anuar Sadat L 44 Petani 2 2 SD
39. Ramaini P 38 Petani 1 0 SD
40. Bastoni L 45 Petani 3 3 SMA
41. Mulyadi P 42 Petani 2 3 SD
42. Sayuti L 40 Petani 2 2 SD
43. Ahmad Rodi L 45 Petani 1 2 SD
44. Maskur L 40 Petani 3 3 SMP
71
Lampiran 6. Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH
Harapan Jaya dan KTH Puding Mas
Biaya Produksi Madu Trigona sp. KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas :
a. Biaya Tetap
No. Nama Alat Jumlah
(Unit)
Harga
(Rp)
Total
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Penyusutan
(Rp)
1. Pisau 1 10.000 10.000 2 5.000
2. Baskom 1 8.000 8.000 1 8.000
3. Saringan 1 15.000 15.000 2 7.500
4. Sarung tangan
plastik
1 5.000 5.000 1 5.000
Total Rp. 25.500
b. Biaya Variabel, Tenaga Kerja
KTH
pemerasan
madu
(menit)
penyaringan
(menit)
pembersihan
kotak
(menit)
jumlah
jam kerja
(menit)
Total
HOK
(jam)
biaya
TK
(Rp)
Harapan
Jaya 65 10 30 105 0,66 32.813
Puding
Mas 195 5 25 225 1,41 70.313
Penerimaan KTH Harapan Jaya = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)
= 4 Kg x Rp. 350.000
= Rp. 1.400.000
Pendapatan KTH Harapan Jaya = Total Penerimaan - Total Biaya
= Rp. 1.400.000 - Rp. 58.313
= Rp. 1.341.637
Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH
= Rp. 1.341.637 : 20 orang
= Rp. 67.084/orang
Penerimaan KTH Puding Mas = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)
= 4 Kg x Rp. 350.000
= Rp. 1.400.000
72
Pendapatan KTH Puding Mas = Total Penerimaan - Total Biaya
= Rp. 1.400.000 - Rp. 95.813
= Rp. 1.304.187
Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH
= Rp. 1.304.187 : 25 orang
= Rp. 52.167/ orang
73
Lampiran 7. Biaya Produksi Padi KTH Harapan Jaya
a. Biaya Tetap
No. Nama Cangkul
(Rp)
Parang
(Rp)
Sabit
(Rp)
Karung
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Yulius Arpan 80.000 25.000 20.000 90.000 215.000
2. Usmar 40.000 25.000 25.000 75.000 165.000
3. Antoni 80.000 45.000 30.000 150.000 305.000
4. Muslen 37.500 25.000 20.000 90.000 172.500
5. Abu Mansur 0 0 0 0 0
6. Darhan 53.333 45.000 30.000 180.000 308.333
7. Endang 53.333 50.000 30.000 210.000 343.333
8. M. Saib 37.500 16.667 25.000 90.000 169.167
9. Darul Keni 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000
10. Sami'i 26.667 16.667 25.000 90.000 158.334
11. M. Aziz 40.000 16.667 20.000 105.000 181.667
12. Amantubillahi 0 0 0 0 0
13. Arsih 37.500 25.000 20.000 90.000 172.500
14. Masri 75.000 33.333 37.500 165.000 310.833
15. Kholidin 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000
16. Akadi 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000
17. Kamri 53.333 50.000 20.000 180.000 303.333
18. Darwi 37.500 25.000 25.000 105.000 192.500
19. Amin 80.000 33.333 25.000 165.000 303.333
20. Agon nasrik 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000
74
b. Biaya Variabel
No. Nama Benih
(Rp)
Tenaga Kerja
(Rp)
Sewa mesin padi
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Yulius Arpan 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
2. Usmar 280.000 1.475.000 300.000 2.055.000
3. Antoni 560.000 2.025.000 600.000 3.185.000
4. Muslen 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
5. Abu Mansur 0 0 0 0
6. Darhan 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000
7. Endang 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000
8. M. Saib 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
9. Darul Keni 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
10. Sami'i 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
11. M. Aziz 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
12. Amantubillahi 0 0 0 0
13. Arsih 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
14. Masri 560.000 2.150.000 660.000 3.370.000
15. Kholidin 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
16. Akadi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
17. Kamri 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000
18. Darwi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
19. Amin 560.000 2.150.000 660.000 3.370.000
20. Agon nasrik 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
75
Lampiran 8. Biaya Produksi Karet KTH Harpan Jaya
a. Biaya Tetap
No. Nama Pisau sadap
(Rp)
Ember
(Rp)
Parang
(Rp)
Bak getah
(Rp)
Mangkok
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Yulius Arpan 33.333 40.000 26.667 100.000 4.600.000 4.800.000
2. Usmar 66.667 66.667 33.333 250.000 8.000.000 8.416.667
3. Antoni 33.333 26.667 13.333 90.000 4.000.000 4.163.333
4. Muslen 50.000 35.000 17.500 50.000 1.600.000 1.752.500
5. Abu Mansur 0 - - - 0
6. Darhan 50.000 15.000 30.000 100.000 3.200.000 3.395.000
7. Endang 50.000 40.000 16.667 110.000 2.925.000 3.141.667
8. M. Saib 50.000 30.000 25.000 100.000 2.400.000 2.605.000
9. Darul Keni 50.000 40.000 25.000 100.000 2.400.000 2.615.000
10. Sami'i 25.000 20.000 16.667 55.000 1.000.000 1.116.667
11. M. Aziz 25.000 20.000 16.667 110.000 2.025.000 2.196.667
12. Amantubillahi 50.000 35.000 25.000 110.000 3.600.000 3.820.000
13. Arsih 25.000 40.000 16.667 100.000 1.125.000 1.306.667
14. Masri 25.000 40.000 16.667 100.000 3.600.000 3.781.667
15. Kholidin 33.333 40.000 50.000 100.000 4.800.000 5.023.333
16. Akadi 33.333 20.000 16.667 90.000 2.800.000 2.960.000
117. Kamri 33.333 20.000 16.667 100.000 3.000.000 3.170.000
18. Darwi 50.000 30.000 26.667 100.000 7.600.000 7.806.667
19. Amin 25.000 20.000 13.333 50.000 2.250.000 2.358.333
20. Agon nasrik 25.000 20.000 15.000 50.000 1.125.000 1.235.000
76
b. Biaya Variabel
No. Nama Pestisida
(Rp)
Tenaga Kerja
(Rp)
Cuka getah
(Rp)
Transportasi
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Yulius Arpan 1.260.000 7.350.000 900.000 240.000 9.750.000
2. Usmar 2.520.000 13.720.000 1.800.000 240.000 18.280.000
3. Antoni 750.000 4.410.000 540.000 120.000 5.820.000
4. Muslen 560.000 3.430.000 360.000 120.000 4.470.000
5. Abu Mansur 0 0 0 0 0
6. Darhan 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
7. Endang 1.008.000 4.410.000 540.000 120.000 6.078.000
8. M. Saib 840.000 4.410.000 540.000 120.000 5.910.000
9. Darul Keni 980.000 4.900.000 540.000 120.000 6.540.000
10. Sami'i 280.000 1.470.000 180.000 120.000 2.050.000
11. M. Aziz 600.000 2.940.000 360.000 240.000 4.140.000
12. Amantubillahi 720.000 3.430.000 360.000 240.000 4.750.000
13. Arsih 280.000 1.960.000 180.000 120.000 2.540.000
14. Masri 560.000 3.430.000 360.000 120.000 4.470.000
15. Kholidin 1.400.000 7.350.000 900.000 240.000 9.890.000
16. Akadi 864.000 4.410.000 540.000 240.000 6.054.000
17. Kamri 980.000 4.410.000 540.000 120.000 6.050.000
18. Darwi 1.120.000 5.880.000 720.000 120.000 7.840.000
19. Amin 280.000 1.960.000 180.000 120.000 2.540.000
20. Agon nasrik 300.000 1.715.000 180.000 240.000 2.435.000
77
Lampiran 9. Pendapatan Total Petani KTH Harapan Jaya
No. Nama Padi
(Rp/Tahun)
Karet
(Rp/Tahun)
Pendapatan dari
madu pribadi
(Rp/Tahun)
Pendapatan
dari madu
KTH
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Lainnya
(Rp/Tahun)
Pendapatan Total
Petani (Rp/Tahun)
1. Yulius Arpan 4.265.000 174.450.000 0 67.084 42.000.000 208.782.084
2. Usmar 3.292.500 351.303.333 0 67.084 34.857.142 377.520.060
3. Antoni 7.535.000 103.416.667 0 67.084 0 111.018.751
4. Muslen 4.307.500 69.377.500 0 67.084 0 73.752.084
5. Abu Mansur 0 0 0 67.084 28.000.000 16.067.084
6. Darhan 9.491.667 68.225.000 0 67.084 0 77.783.751
7. Endang 9.456.667 104.180.333 0 67.084 0 113.704.084
8. M. Saib 4.380.833 104.885.000 0 67.084 0 109.332.917
9. Darul Keni 4.375.000 104.245.000 674.500 67.084 42.000.000 139.361.584
10. Sami'i 4.391.666 34.633.333 0 67.084 0 39.092.083
11. M. Aziz 4.368.333 69.263.333 499.500 67.084 7.200.000 81.398.250
12. Amantubillahi 0 67.030.000 499.500 67.084 24.000.000 85.596.584
13. Arsih 4.307.500 33.953.333 0 67.084 0 38.327.917
14. Masri 8.446.667 67.348.333 0 67.084 0 75.862.084
15. Kholidin 4.375.000 174.086.667 0 67.084 0 178.528.751
16. Akadi 4.375.000 104.386.000 0 67.084 0 108.828.084
17. Kamri 9.496.667 104.180.000 0 67.084 0 113.743.751
18. Darwi 4.357.500 135.553.333 0 67.084 22.400.000 155.777.917
19. Amin 8.454.167 32.901.667 0 67.084 0 41.422.918
20. Agon nasrik 4.305.000 34.130.000 0 67.084 0 38.502.084
Total 2.184.402.822
78
Pendapatan Lainnya KTH Harapan Jaya
No. Nama Sumber Pendapatan
Lainnya
Modal
awal (Rp)
biaya variabel
(TK,Rp/tahun)
Lama
usaha
(Tahun)
Total
penerimaan
(Rp/tahun)
Total
Pendapatan
(Rp/tahun)
1. Yulius arpan PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000
2. Abu mansur Meubel 10.000.000 1 (6.000.000) 5 24.000.000 16.000.000
3. M.aziz buruh tani( Jernang) 0 0 0 7.200.000 7.200.000
4. Usmar pedagang 8.000.000 0 7 24.000.000 22.857.143
5. Amantubillahi Tukang Bangunan 0 0 0 18.000.000 18.000.000
6. Darul PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000
7. Darwi Bengkel 8.000.000 1(6.000.000) 5 18.000.000 15.800.000
Lampiran 10. Biaya Produksi Padi KTH Puding Mas
a. Biaya Tetap
No. Nama Cangkul
(Rp)
Parang
(Rp)
Sabit
(Rp)
Karung
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Sofyan 53.333 50.000 25.000 90.000 218.333
2. Hendri 75.000 45.000 30.000 165.000 315.000
3. Sayuji 40.000 25.000 12.500 75.000 152.500
4. Suwir 40.000 25.000 15.000 90.000 170.000
79
5. Saruni 40.000 16.667 10.000 105.000 171.667
6. Syehnal 50.000 45.000 25.000 180.000 300.000
7. M. Syukur 40.000 25.000 15.000 98.000 178.000
8. Muhajirin 80.000 33.333 25.000 165.000 303.333
9. Pawaris 75.000 50.000 25.000 180.000 330.000
10. Sakir 53.333 16.667 12.500 90.000 172.500
11. Abu Bakar 50.000 16.667 15.000 90.000 171.667
12. Bustari 53.333 40.000 16.667 180.000 290.000
13. Robi Yahya 40.000 16.667 12.500 90.000 159.167
14. M. Zen 40.000 25.000 12.500 84.000 161.500
15. Sattar 50.000 26.667 30.000 177.000 283.667
16. Habi 40.000 25.000 12.500 90.000 167.500
17. Dimastra 40.000 45.000 16.667 93.000 194.667
18. Saupi 26.667 25.000 15.000 90.000 156.667
19. Siti Rohana 40.000 16.667 12.500 90.000 159.167
20. Emilianti 40.000 25.000 12.500 90.000 167.500
21. Wartiani 40.000 25.000 10.000 75.000 150.000
22. Harlen 53.333 25.000 12.500 90.000 180.833
23. Amerudin 75.000 30.000 25.000 180.000 310.000
24. Munandar 80.000 30.000 20.000 105.000 235.000
25. Saparudin 50.000 25.000 15.000 84.000 174.000
80
b. Biaya Variabel
No. Nama Benih
(Rp)
TK
(Rp)
Sewa mesin padi
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Sofyan 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000
2. Hendri 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000
3. Sayuji 280.000 1.425.000 336.000 2.041.000
4. Suwir 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
5. Saruni 280.000 1.600.000 336.000 2.216.000
6. Syehnal 560.000 2.350.000 720.000 3.630.000
7. M. Syukur 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000
8. Muhajirin 560.000 2.250.000 696.000 3.506.000
9. Pawaris 560.000 2.300.000 720.000 3.580.000
10. Sakir 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
11. Abu Bakar 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
12. Bustari 560.000 2.250.000 660.000 3.470.000
13. Robi Yahya 560.000 1.625.000 300.000 2.485.000
14. M. Zen 560.000 1.500.000 360.000 2.420.000
15. Sattar 560.000 1.875.000 720.000 3.155.000
16. Habi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000
17. Dimastra 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000
18. Saupi 280.000 1.500.000 360.000 2.140.000
19. Siti Rohana 280.000 1.675.000 336.000 2.291.000
20. Emilianti 280.000 1.500.000 300.000 2.080.000
21. Wartiani 280.000 1.925.000 360.000 2.565.000
22. Harlen 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
23. Amerudin 560.000 2.300.000 720.000 3.580.000
81
24. Munandar 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000
25. Saparudin 280.000 1.425.000 336.000 2.041.000
Lampiran 11. Biaya Produksi Karet KTH Puding Mas
a. Biaya Tetap
No. Nama Pisau sadap
(Rp)
Ember
(Rp)
Parang
(Rp)
Bak getah
(Rp)
Mangkok getah
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Sofyan 50.000 40.000 50.000 100.000 2.000.000 2.240.000
2. Hendri 50.000 35.000 40.000 200.000 2.000.000 2.325.000
3. Sayuji 25.000 13.333 16.667 50.000 2.000.000 2.105.000
4. Suwir 25.000 20.000 25.000 50.000 2.250.000 2.370.000
5. Saruni 25.000 26.667 22.500 100.000 1.800.000 1.974.167
6. Syehnal 25.000 40.000 33.333 100.000 1.600.000 1.798.333
7. M. Syukur 25.000 40.000 13.333 50.000 3.600.000 3.728.333
8. Muhajirin 25.000 40.000 33.333 50.000 1.800.000 1.948.333
9. Pawaris 33.333 70.000 45.000 100.000 2.600.000 2.848.333
10. Sakir 25.000 40.000 16.667 90.000 2.025.000 2.196.667
11. Abu Bakar 25.000 40.000 50.000 100.000 1.800.000 2.015.000
12. Bustari 25.000 20.000 25.000 100.000 2.025.000 2.195.000
13. Robi Yahya 33.333 52.500 26.667 90.000 2.600.000 2.802.500
14. M. Zen 33.333 35.000 25.000 100.000 3.600.000 3.793.333
15. Sattar 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000
82
16. Habi 50.000 35.000 16.667 100.000 2.025.000 2.226.667
17. Dimastra 50.000 70.000 16.667 100.000 1.800.000 2.036.667
18. Saupi 50.000 53.333 23.333 100.000 2.800.000 3.026.666
19. Siti Rohana 16.667 23.333 25.000 50.000 2.000.000 2.115.000
20. Emilianti 50.000 60.000 33.333 90.000 2.600.000 2.833.333
21. Wartiani 16.667 40.000 25.000 50.000 1.800.000 1.931.667
22. Harlen 25.000 40.000 25.000 100.000 3.600.000 3.790.000
23. Amerudin 33.333 80.000 33.333 90.000 2.600.000 2.836.666
24. Munandar 16.667 40.000 22.500 50.000 1.800.000 1.929.167
25. Saparudin 33.333 40.000 25.000 50.000 2.025.000 2.173.333
b. Biaya Variabel
No. Nama Pestisida
(Rp)
Tenaga Kerja
(Rp)
Cuka getah
(Rp)
Transportasi
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Sofyan 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
2. Hendri 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
3. Sayuji 300.000 1.470.000 180.000 120.000 2.070.000
4. Suwir 280.000 1.225.000 360.000 120.000 1.985.000
5. Saruni 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000
6. Syehnal 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
7. M. Syukur 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000
8. Muhajirin 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000
83
9. Pawaris 840.000 3.920.000 540.000 120.000 5.420.000
10. Sakir 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
11. Abu Bakar 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
12. Bustari 560.000 1.225.000 180.000 240.000 2.205.000
13. Robi Yahya 780.000 4.410.000 540.000 120.000 5.850.000
14. M. Zen 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
15. Sattar 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000
16. Habi 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
17. Dimastra 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000
18. Saupi 560.000 3.920.000 540.000 120.000 5.140.000
19. Siti Rohana 280.000 1.470.000 180.000 120.000 2.050.000
20. Emilianti 780.000 3.920.000 540.000 120.000 5.360.000
21. Wartiani 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
22. Harlen 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
23. Amerudin 840.000 3.920.000 540.000 120.000 5.420.000
24. Munandar 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000
25. Saparudin 600.000 2.940.000 360.000 120.000 4.020.000
84
Lampiran 12. Pendapatan Total Petani KTH Puding Mas
No. Nama Padi (Rp/Tahun) Karet
(Rp/Tahun)
Pendapatan dari
madu pribadi
(Rp/Tahun)
Pendapatan
dari madu
KTH
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Lainnya
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Total Petani
(Rp/Tahun)
1. Sofyan 4.136.667 69.380.000 0 52.167 10.750.000 50.718.834
2. Hendri 9.460.000 69.295.000 0 52.167 18.000.000 63.207.167
3. Sayuji 3.980.500 33.625.000 0 52.167 6.000.000 26.857.667
4. Suwir 4.380.000 33.445.000 0 52.167 0 17.577.167
5. Saruni 3.786.333 69.525.833 0 52.167 0 39.764.333
6. Syehnal 9.300.000 69.821.667 0 52.167 12.000.000 57.573.834
7. M. Syukur 4.177.000 67.771.667 0 52.167 0 38.400.834
8. Muhajirin 8.979.667 69.551.667 0 52.167 0 44.983.501
9. Pawaris 9.320.000 105.131.667 1.374.500 52.167 0 58.128.334
10. Sakir 4.377.500 69.423.333 0 52.167 0 40.253.000
11. Abu Bakar 4.308.333 69.605.000 0 52.167 0 40.365.500
12. Bustari 8.367.500 33.400.000 0 52.167 0 21.519.667
13. Robi Yahya 2.868.333 104.747.500 0 52.167 0 57.268.000
14. M. Zen 4.033.500 67.826.667 0 52.167 0 38.312.334
15. Sattar 9.791.333 69.540.000 0 52.167 0 45.783.500
16. Habi 4.382.500 69.393.333 0 52.167 0 40.228.000
17. Dimastra 4.160.333 69.463.333 0 52.167 0 40.075.833
18. Saupi 4.318.333 105.233.334 0 52.167 0 52.203.834
19. Siti Rohana 3.723.833 33.635.000 0 52.167 0 20.611.000
20. Emilianti 3.265.000 105.206.667 0 52.167 27.500.000 78.623.834
85
21. Wartiani 3.900.000 69.688.333 1.024.500 52.167 23.500.000 64.565.000
22. Harlen 4.299.167 67.830.000 0 52.167 0 38.581.334
23. Amerudin 9.340.000 105.143.334 0 52.167 12.000.000 69.135.501
24. Munandar 4.120.000 69.690.833 0 52.167 0 40.263.000
25. Saparudin 3.959.000 69.406.667 0 52.167 0 39.817.834
Total 1.124.818.843
Pendapatan Lainnya KTH Puding Mas
No. Nama Pendapatan Lainnya Modal awal
(Rp)
biaya variabel
(TK,Rp/Tahun)
Lama
usaha
(Tahun)
Total penerimaan
(Rp/Tahun)
Total Pendapatan
(Rp/Tahun)
1. Sofyan Jasa las 5.000.000 1(6.000.000) 3 18.000.000 10.333.334
2. Wartani Pedagang 2.500.000 0 5 24.000.000 23.500.000
3. Amerudin Kadus 0 0 0 12.000.000 12.000.000
4. Sayuji Pegawai sarak 0 0 0 6.000.000 6.000.000
5. Syehnal Guru honor 0 0 0 12.000.000 12.000.000
6. Emilianti Pedagang ,konter 10.000.000 0 4 30.000.000 27.500.000
7. Hendri Kades 0 0 0 18.000.000 18.000.000
86
Lampiran 13. Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang di KTH Talun Sakti
a. Biaya Variabel
No. Nama kegiatan (jam)
Total jam
kerja HOK
Biaya TK
(Rp/produksi)
a b c d e f g h i j k l 1. M. Safar 12 1 x x x 1 x 1 x 1 x 1 17 0,53 26.563
2. Misnar x 1 x x 1 x x x x 1 x x 3 0,09 4.688
3.
Rafles
Hendratno 8 1 x 1 x x 1 1 x 1 x x 13 0,41 20.313
4. Ria Junita x x x x 1 x x x 1 x 1 x 3 0,09 4.688
5. Asmawi x 1 x 1 x x x x x x x 1 3 0,09 4.688
6. Samsuarni 4 x x x x x x x x x x 1 5 0,16 7.813
7. Hari Warhadi x x x 1 x x x x x 1 x 1 3 0,09 4.688
8. Ahmad Sation x x 1 x x x x x x 1 x x 2 0,06 3.125
9. Karnadi x x 1 x x 1 x x x x x 1 3 0,09 4.688
10. Marjoni 6 x x 1 x x x x x x x 1 8 0,25 12.500
11. Asmulhadi x x 2 x x x x x x x x x 2 0,06 3.125
12. Baijuri 4 1 x x x 1 x x x x x x 6 0,19 9.375
13. Herauwati x x x x 4 x x x x x 1 1 6 0,19 9.375
14. Titing Yani x x x x 2 x x x 1 x 1 x 4 0,13 6.250
15. Sutri Lasmini x x x x 2 x x x x x 1 x 3 0,09 4.688
16. Gusni x x x 1 2 x x x x x 1 x 4 0,13 6.250
17. Heni x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
18. Maryana x x x x 3 x x x x x x x 3 0,09 4.688
87
19. Ahmad Nadar 5 x 1 x x x 1 x x x x 1 8 0,25 12.500
20. Ermayana x x x x 2 x x x x x 1 x 3 0,09 4.688
21. Nurhasanah x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
22. Siska Yeni x x x x 2 x x x 1 x 1 x 4 0,13 6.250
23. Patima Wati x x x x 1 x x x x x 1 x 2 0,06 3.125
24. Yulisnawati x x x x 1 x x x x x 1 x 2 0,06 3.125
25. Hadiyati x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
26. Yudarti x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
27. Eli x x x x 1 x x x x x x x 1 0,03 1.563
28. Rita x x x x 2 x x x 1 x x x 3 0,09 4.688
29. Bakri 6 x x x x x 1 1 x x x 1 9 0,28 14.063
30. Yusmanidar x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
31. Asnadi 4 1 x 1 x x x 1 x x x 1 8 0,25 12.500
32. Ahmda Toni 7 x x x x x x 1 x x x 1 9 0,28 14.063
33. Rosmiya x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
34. Darul Aris 4 x x x x x 1 1 x x x 1 7 0,22 10.938
35. Saipul Bahri 8 x 1 x x x x x x x x 1 10 0,31 15.625
36. Rudison 4 x x 1 x x x x x x x 1 6 0,19 9.375
37. Diayarti x x x x 1 x x x x x x x 1 0,03 1.563
38. Anuar Sadat 4 1 x x x x 1 x x x x 1 7 0,22 10.938
39. Ramaini x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125
40. Bastoni 5 x x x x x x x x x x 1 6 0,19 9.375
41. Mulyadi x x x x 1 x x x x 1 x x 2 0,06 3.125
42. Sayuti 7 x x x x x x x x x x 1 8 0,25 12.500
43. Ahmad Rodi 4 1 x x x 1 1 x x x x 1 8 0,25 12.500
88
44. Maskur 8 x x x x x x x x x x 1 9 0,28 14.063
Jumlah 100 8 6 7 40 4 6 6 4 6 9 19 215 6,72 335.938
Keterangan :
a. pengumpulan biji g. Pengepresan untuk pengeringan air
b. Pencucian/pembersihan biji h. Pencincangan menggunakan mesin
c. perebusan biji i. penjemuran
d. pemecahan biji menggunakan mesin j. Penepungan/penghalusan
e. Pencongkelan isis biji buah k.Pengukusan tepung
f. perendaman l. Pengepresan
89
Total Biaya Variabel
No. Uraian Satuan Biaya (Rp)
1. Kayu bakar 2,5 kubik 100.000
2. Solar 10 L 100.000
3. Bensin 10 L 100.000
4. Tenaga Kerja 44 orang 335.938
Jumlah 635.938
Penerimaan KTH Talun Sakti = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)
= 50 Kg x Rp. 50.000
= Rp. 2.500.000
Pendapatan KTH Talun Sakti = Total Penerimaan - Total Biaya
= Rp. 2.500.000 - Rp. 635.938
= Rp. 1.864.062
Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH
= Rp. 1.864.062 : 44 orang
= Rp. 42.365/orang
90
Lampiran 14. Biaya Produksi Padi KTH Talun Sakti
a. Biaya tetap
No. Nama Cangkul
(Rp)
Parang
(Rp)
Sabit
(Rp)
Karung
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. M. Safar 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000
2. Misnar 80.000 75.000 37.500 135.000 327.500
3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0
4. Ria Junita 80.000 75.000 25.000 180.000 360.000
5. Asmawi 80.000 45.000 30.000 180.000 335.000
6. Samsuarni 80.000 50.000 25.000 84.000 239.000
7. Hari Warhadi 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500
8. Ahmad Sation 80.000 50.000 30.000 90.000 250.000
9. Karnadi 80.000 45.000 25.000 135.000 285.000
10. Marjoni 80.000 50.000 30.000 180.000 340.000
11. Asmulhadi 80.000 45.000 37.500 180.000 342.500
12. Baijuri 53.333 50.000 25.000 180.000 308.333
13. Herauwati 120.000 50.000 37.500 135.000 342.500
14. Titing Yani 80.000 45.000 25.000 180.000 330.000
15. Sutri Lasmini 80.000 50.000 25.000 84.000 239.000
16. Gusni 80.000 25.000 37.500 180.000 322.500
17. Heni 80.000 50.000 37.500 90.000 257.500
91
18. Maryana 120.000 25.000 37.500 180.000 362.500
19. Ahmad Nadar 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000
20. Ermayana 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000
21. Nurhasanah 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000
22. Siska Yeni 120.000 50.000 37.500 135.000 342.500
23. Patima Wati 120.000 50.000 30.000 180.000 380.000
24. Yulisnawati 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000
25. Hadiyati 80.000 50.000 30.000 90.000 250.000
26. Yudarti 112.500 50.000 37.500 135.000 335.000
27. Eli 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000
28. Rita 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000
29. Bakri 112.500 75.000 37.500 135.000 360.000
30. Yusmanidar 42.500 50.000 30.000 90.000 212.500
31. Asnadi 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500
32. Ahmda Toni 80.000 45.000 25.000 90.000 240.000
33. Rosmiya 42.500 50.000 12.500 84.000 189.000
34. Darul Aris 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500
35. Saipul Bahri 53.333 50.000 45.000 165.000 313.333
36. Rudison 80.000 45.000 37.500 270.000 432.500
37. Diayarti 80.000 50.000 33.333 270.000 433.333
38. Anuar Sadat 75.000 50.000 37.500 180.000 342.500
39. Ramaini 40.000 50.000 30.000 90.000 210.000
40. Bastoni 80.000 75.000 50.000 135.000 340.000
92
b. Biaya Variabel
No. Nama Benih
(Rp)
TK
(Rp)
Sewa mesin padi
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. M. Safar 280.000 1.400.000 360.000 2.040.000
2. Misnar 840.000 2.750.000 1.080.000 4.670.000
3. Rafles Hendratno 0 0 0 0
4. Ria Junita 560.000 1.975.000 720.000 3.255.000
5. Asmawi 560.000 1.875.000 720.000 3.155.000
6. Samsuarni 280.000 1.525.000 336.000 2.141.000
7. Hari Warhadi 560.000 2.200.000 720.000 3.480.000
8. Ahmad Sation 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000
9. Karnadi 840.000 2.650.000 1.080.000 4.570.000
10. Marjoni 280.000 1.975.000 720.000 2.975.000
11. Asmulhadi 280.000 2.100.000 720.000 3.100.000
12. Baijuri 280.000 2.100.000 720.000 3.100.000
13. Herauwati 840.000 2.425.000 1.080.000 4.345.000
14. Titing Yani 700.000 2.075.000 720.000 3.495.000
15. Sutri Lasmini 350.000 1.475.000 336.000 2.161.000
41. Mulyadi 80.000 45.000 37.500 180.000 342.500
42. Sayuti 56.667 50.000 37.500 180.000 324.167
43. Ahmad Rodi 40.000 25.000 25.000 90.000 180.000
44. Maskur 53.333 45.000 37.500 135.000 270.833
93
16. Gusni 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000
17. Heni 280.000 1.575.000 360.000 2.215.000
18. Maryana 560.000 2.225.000 720.000 3.505.000
19. Ahmad Nadar 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000
20. Ermayana 560.000 2.225.000 720.000 3.505.000
21. Nurhasanah 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000
22. Siska Yeni 840.000 2.550.000 1.080.000 4.470.000
23. Patima Wati 560.000 1.950.000 720.000 3.230.000
24. Yulisnawati 560.000 1.850.000 720.000 3.130.000
25. Hadiyati 350.000 1.625.000 360.000 2.335.000
26. Yudarti 840.000 2.425.000 1.080.000 4.345.000
27. Eli 560.000 1.850.000 720.000 3.130.000
28. Rita 560.000 1.950.000 720.000 3.230.000
29. Bakri 840.000 2.250.000 1.080.000 4.170.000
30. Yusmanidar 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000
31. Asnadi 560.000 2.425.000 720.000 3.705.000
32. Ahmda Toni 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000
33. Rosmiya 280.000 1.500.000 336.000 2.116.000
34. Darul Aris 560.000 2.050.000 720.000 3.330.000
35. Saipul Bahri 560.000 1.950.000 660.000 3.170.000
36. Rudison 840.000 2.800.000 1.080.000 4.720.000
37. Diayarti 840.000 2.800.000 1.080.000 4.720.000
38. Anuar Sadat 560.000 2.275.000 720.000 3.555.000
39. Ramaini 350.000 1.525.000 360.000 2.235.000
94
40. Bastoni 840.000 2.675.000 1.080.000 4.595.000
41. Mulyadi 560.000 2.275.000 720.000 3.555.000
42. Sayuti 560.000 1.975.000 720.000 3.255.000
43. Ahmad Rodi 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000
44. Maskur 840.000 2.675.000 1.080.000 4.595.000
Lampiran 15. Biaya Produksi Karet KTH Talun Sakti
a. Biaya Tetap
No. Nama Pisau sadap
(Rp) Ember (Rp) Parang (Rp)
Bak getah
(Rp) Mangkok getah (Rp) Jumlah (Rp)
1. M. Safar 50.000 60.000 50.000 100.000 3.066.667 3.326.667
2. Misnar 50.000 40.000 50.000 100.000 1.600.000 1.840.000
3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0 0
4. Ria Junita 45.000 40.000 30.000 100.000 1.600.000 1.815.000
5. Asmawi 50.000 40.000 25.000 100.000 1.350.000 1.565.000
6. Samsuarni 33.333 40.000 25.000 100.000 1.800.000 1.998.333
7. Hari Warhadi 50.000 35.000 25.000 100.000 1.200.000 1.410.000
8. Ahmad Sation 50.000 40.000 75.000 100.000 2.400.000 2.665.000
9. Karnadi 67.500 35.000 67.500 60.000 2.333.333 2.563.333
10. Marjoni 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000
11. Asmulhadi 50.000 40.000 50.000 60.000 2.000.000 2.200.000
12. Baijuri 50.000 35.000 67.500 50.000 1.800.000 2.002.500
95
13. Herauwati 50.000 20.000 25.000 50.000 1.200.000 1.345.000
14. Titing Yani 50.000 60.000 50.000 60.000 2.566.667 2.786.667
15. Sutri Lasmini 50.000 35.000 67.500 100.000 1.600.000 1.852.500
16. Gusni 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000
17. Heni 33.333 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.943.333
18. Maryana 67.500 40.000 50.000 100.000 1.750.000 2.007.500
19. Ahmad Nadar 67.500 80.000 50.000 100.000 2.400.000 2.697.500
20. Ermayana 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000
21. Nurhasanah 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000
22. Siska Yeni 0 0 75.000 100.000 0 175.000
23. Patima Wati 50.000 40.000 75.000 50.000 1.600.000 1.815.000
24. Yulisnawati 75.000 40.000 75.000 100.000 2.400.000 2.690.000
25. Hadiyati 50.000 40.000 50.000 45.000 1.600.000 1.785.000
26. Yudarti 75.000 70.000 50.000 100.000 1.866.667 2.161.667
27. Eli 50.000 40.000 22.500 90.000 1.800.000 2.002.500
28. Rita 25.000 40.000 25.000 50.000 800.000 940.000
29. Bakri 30.000 70.000 50.000 100.000 1.600.000 1.850.000
30. Yusmanidar 50.000 40.000 22.500 100.000 1.800.000 2.012.500
31. Asnadi 30.000 40.000 25.000 90.000 1.800.000 1.985.000
32. Ahmda Toni 50.000 26.667 25.000 100.000 1.800.000 2.001.667
33. Rosmiya 50.000 40.000 45.000 60.000 1.866.667 2.061.667
34. Darul Aris 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000
35. Saipul Bahri 33.333 40.000 0 0 0 73.333
36. Rudison 50.000 35.000 50.000 100.000 1.800.000 2.035.000
96
37. Diayarti 67.500 40.000 50.000 90.000 2.400.000 2.647.500
38. Anuar Sadat 50.000 26.667 25.000 100.000 1.800.000 2.001.667
39. Ramaini 0 0 0 0 0 0
40. Bastoni 50.000 35.000 50.000 100.000 1.600.000 1.835.000
41. Mulyadi 50.000 40.000 50.000 60.000 1.600.000 1.800.000
42. Sayuti 50.000 26.667 50.000 100.000 1.800.000 2.026.667
43. Ahmad Rodi 50.000 40.000 50.000 100.000 1.800.000 2.040.000
44. Maskur 67.500 35.000 30.000 90.000 1.600.000 1.822.500
b. Biaya Variabel
No. Nama Pestisida (Rp) Tenaga Kerja
(Rp) Cuka getah (Rp) Transportasi (Rp) Jumlah (Rp)
1. M. Safar 1.260.000 5.390.000 900.000 240.000 7.790.000
2. Misnar 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0
4. Ria Junita 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
5. Asmawi 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
6. Samsuarni 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
7. Hari Warhadi 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
8. Ahmad Sation 840.000 3.272.500 540.000 120.000 4.772.500
9. Karnadi 1.260.000 5.582.500 720.000 240.000 7.802.500
10. Marjoni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
97
11. Asmulhadi 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
12. Baijuri 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000
13. Herauwati 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000
14. Titing Yani 1.260.000 5.390.000 900.000 120.000 7.670.000
15. Sutri Lasmini 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
16. Gusni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
17. Heni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
18. Maryana 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
19. Ahmad Nadar 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000
20. Ermayana 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000
21. Nurhasanah 560.000 2.310.000 360.000 120.000 3.350.000
22. Siska Yeni 0 0 0 0 0
23. Patima Wati 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
24. Yulisnawati 840.000 5.390.000 540.000 240.000 7.010.000
25. Hadiyati 560.000 2.117.500 360.000 120.000 3.157.500
26. Yudarti 840.000 5.390.000 540.000 240.000 7.010.000
27. Eli 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
28. Rita 280.000 1.155.000 360.000 120.000 1.915.000
29. Bakri 840.000 3.465.000 360.000 120.000 4.785.000
30. Yusmanidar 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
31. Asnadi 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000
32. Ahmda Toni 560.000 2.310.000 360.000 120.000 3.350.000
33. Rosmiya 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000
34. Darul Aris 560.000 2.117.500 360.000 120.000 3.157.500
98
35. Saipul Bahri 0 0 0 0 0
36. Rudison 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
37. Diayarti 1.120.000 4.427.500 360.000 240.000 6.147.500
38. Anuar Sadat 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500
39. Ramaini 0 0 0 0 0
40. Bastoni 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000
41. Mulyadi 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000
42. Sayuti 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000
43. Ahmad Rodi 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000
44. Maskur 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000
99
Lampiran 16. Pendapatan Total Petani KTH Talun Sakti
No. Nama Padi
(Rp/Tahun)
Karet
(Rp/Tahun)
Pendapatan dari
Kepayang
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Lainnya
(Rp/Tahun)
Pendapatan Total
Petani
(Rp/Tahun)
1. M. Safar 4.330.000 177.883.333 42.365 0 77.255.698
2. Misnar 14.847.500 106.475.000 42.365 30.000.000 91.964.865
3. Rafles Hendratno 0 0 42.365 7.200.000 7.242.365
4. Ria Junita 9.615.000 106.500.000 42.365 30.000.000 86.757.365
5. Asmawi 9.740.000 70.757.500 42.365 0 37.939.865
6. Samsuarni 3.794.000 70.324.167 42.365 0 31.560.532
7. Hari Warhadi 9.402.500 70.912.500 42.365 0 37.757.365
8. Ahmad Sation 4.250.000 105.962.500 42.365 0 47.854.865
9. Karnadi 14.990.000 178.634.167 42.365 0 91.666.532
10. Marjoni 9.915.000 70.115.000 42.365 0 40.472.365
11. Asmulhadi 9.787.500 106.115.000 42.365 0 56.544.865
12. Baijuri 9.821.667 69.987.500 42.365 0 40.251.532
13. Herauwati 15.157.500 70.645.000 42.365 0 46.244.865
14. Titing Yani 9.405.000 178.543.333 42.365 0 82.990.698
15. Sutri Lasmini 3.774.000 106.462.500 42.365 0 50.878.865
16. Gusni 9.452.500 70.170.000 42.365 0 40.064.865
17. Heni 4.142.500 70.186.667 42.365 0 34.771.532
18. Maryana 9.362.500 106.307.500 42.365 0 56.312.365
19. Ahmad Nadar 4.235.000 105.617.500 42.365 0 50.494.865
20. Ermayana 9.390.000 69.975.000 42.365 0 39.807.365
21. Nurhasanah 4.255.000 70.290.000 42.365 0 34.987.365
22. Siska Yeni 15.032.500 0 42.365 0 15.074.865
100
23. Patima Wati 9.620.000 70.507.500 42.365 0 37.569.865
24. Yulisnawati 9.765.000 103.700.000 42.365 0 84.107.365
25. Hadiyati 4.030.000 70.657.500 42.365 0 32.129.865
26. Yudarti 15.165.000 104.228.333 42.365 0 90.035.698
27. Eli 9.765.000 70.127.500 42.365 0 40.334.865
28. Rita 9.665.000 34.945.000 42.365 0 24.852.365
29. Bakri 15.315.000 106.765.000 42.365 0 62.722.365
30. Yusmanidar 4.287.500 70.117.500 42.365 0 34.847.365
31. Asnadi 9.177.500 70.145.000 42.365 0 39.764.865
32. Ahmda Toni 9.535.000 70.248.333 42.365 0 40.225.698
33. Rosmiya 3.869.000 106.433.333 42.365 0 50.944.698
34. Darul Aris 9.552.500 70.427.500 42.365 0 37.422.365
35. Saipul Bahri 8.644.167 0 42.365 0 8.686.532
36. Rudison 14.692.500 70.287.500 42.365 28.400.000 70.822.365
37. Diayarti 14.691.667 142.405.000 42.365 0 74.939.032
38. Anuar Sadat 9.332.500 70.320.833 42.365 0 37.095.698
39. Ramaini 4.170.000 0 42.365 0 4.212.365
40. Bastoni 14.910.000 106.660.000 42.365 0 62.212.365
41. Mulyadi 9.332.500 106.695.000 42.365 22.333.334 79.003.199
42. Sayuti 9.650.833 69.963.333 42.365 0 40.056.531
43. Ahmad Rodi 4.320.000 69.950.000 42.365 0 34.712.365
44. Maskur 14.979.167 106.672.500 42.365 0 62.294.032
Total 2.147.887.726
101
Pendapatan Lainnya KTH Talun Sakti
No. Nama Pendapatan Lainnya Modal Awal
(Rp)
Biaya Variabel
(TK,Rp/Tahun)
Lama Usaha
(Tahun)
Total Penerimaan
(Rp/Tahun)
Total
Pendapatan
(Rp/Tahun)
1. Rafles hendratno buruh 0 0 0 7.200.000 7.200.000
2. Misnar PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000
3. Ria junita PNS 0 0 0 36.000.000 30.000.000
4. Rudi shon Pedagang 8.000.000 0 5 30.000.000 28.400.000
5. Mulyadi Pedagang 5.000.000 0 3 24.000.000 22.333.334
102
Lampiran 17. Dokumentasi Hasil Wawancara
Wawancara anggota KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung
Wawancara Anggota KTH Talun Sakti, Desa Raden Anom
Wawancara Anggota KTH Puding Mas dan Aparat Desa Sungai Bemban