Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
26
ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XIV PABRIK GULA TAKALAR
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD RAHMAT
NIM 105730529215
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
i
Analisi Penerpan Target Costing Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik GUla Takalar
SKRIPSI
Oleh
Muahammad rahmat
NIM 105730529215
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan
Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Mulalailah dari Tempat Kamu berada gunakan yang kamu
punya lakukan yang kamu bisa”
Persembahan
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada kedua orang tuaku dan saudara-saudariku yang
senang tiasa membimbingku dan mendoakan disetiap
perjalanan hidupku.
2. Untuk teman kelas saya Ak D 15 yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan bantuan.
3. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan
ilmu dan memberikan pelayanan yang baik selama masa
perkuliahan.
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunianya serta petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini dengan judul “Analisis Penerapan Target Costing
Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT Perkebunan Nusantara
XIV Pabrik Gula Takalar”. Salam dan shalawat tidak lupa peneliti haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang menuntun ummatnya dari alam yang
gelap gulita ke alam yang terang-benderang dengan segala ilmu dan sunnahnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
diberi bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara materi maupun
moril. Oleh karena itu penulis meyampaikan rasa hormat dan sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Andi ArmanSE.,M.SI.,AK.,CA selaku penasehat akademik yang senantiasa
memberikan bimbingan kepada peneliti
vii
5. Ibu Dr. Hj Ruliyaty,MM selaku pembimbing I yang senantiasa mengarahkan
penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Bapak Abd Salam, SE.,M.SI.AK.CA.CSP selaku pembimbing II atas
bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Orang Tua penulis yang telah membantu dan membimbing penulis.
10. Rekan-Rekan akuntansi 2015 yang telah membantu peneliti dalam proses
berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Namun, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
terjadi kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Oleh karena, itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan peneliti.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 15 Februari 2020
Muhammad rahmat
viii
ABSTRAK
Muhammad Rahmat, 2020. Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ruliaty dan Pembimbing II Abd. Salam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perhitungan target costing dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Sumber data yang diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini adalah penerapan perhitungan terget costing dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar, pengendalian biaya produksi dilakukan dengan cara memperoleh bibit tebu dengan melakukan pembibitan sendiri, mengganti merk pupuk dari NPK Mutiara menjadi pupuk merk Urea, mengganti herbisida merk Garlon dan fungisida merk Antracol menjadi herbisida merk Tabas dan fungisida merk Ziplo, sehingga biaya produksi dapat dikendalikan dan target laba yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 40% dapat tercapai dengan adanya pegendalian biaya produksi dengan perhitungan target costing.
Kata Kunci: Target Costing, Pengendalian Biaya Produksi
ix
ABSTRACT
Muhammad Rahmat, Years 2020. Analysis of the implementation of Target Costing as a Production Cost Control Too at PT.Perkebunan Nustara XIV, Takalar Sugar Factory, Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and business, University of Muhammadiyah Makassa. Mentored by supervisor I Ruliyaty and advisor II Abd Salam.
This study aims to determine whether the calculation of terget costing can be used as a means of controlling production costs at PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar Sugar Factory. The type of research used in this study is qualitative analysis. Processed data sources are primary data sources and secondary data.
The reseults of this study are the aplicattons of terget costing calculations can be used a means of controlling production cost at PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar Sugar Factory, contorolling production costs is controlled by obtaining sugar cane seedlings by self-breeding, replacing the NPK Mutiara fertilizers brand into urea, replacing garlon herbicides and antracol brand fungides into tabas brand herbicides and herbicides and ziplo brnad fungicides, so that production costs can be controlled from, so that the desired profit target by the company by 40% can be achieved by controlling production costs by calculating target costing.
Keywords: Target Costing, Control Of Production Costs.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAPTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
A. Biaya ................................................................................................... 5
B. Harga Pokok Produksi ........................................................................ 10
C. Target Costing..................................................................................... 12
D. Laba .................................................................................................... 15
E. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 17
xi
F. Kerangka Fikir ................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
A. Desain Penelitian ................................................................................ 23
B. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ................................. 24
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 24
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 25
BAB IV GAMBAR UMUM OBJEK PENELITIAN .......................................... 26
A. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan XIV Takalar .............................. 26
B. Struktur Organisai dan Job Description Perusahaan ........................ 29
BAB V Hasil Dan Pembahasan .................................................................... 40
A. Hasil .................................................................................................. 40
1. Perhitungan Biaya Produksi Yang Dilakukan Perusahaan .......... 40
2. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dengan Metode
Target Costing............................................................................... 47
B. Pembahasan ...................................................................................... 53
1. Perhitungan Biaya Produksi Yang Dilakukan Perusahaan .......... 53
2. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dengan Metode
Target Costing............................................................................... 54
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 54
A. Kesimpulan ........................................................................................ 60
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 17
5.1 Volume Penjualan Gula Eks Tebu ................................................................ 40
5.2 Unsur-Unsur Pembentuk Perolehan Biaya Bahan Baku Tebu ..................... 41
5.3 Laporan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung ....................................................................................................... 43
5.4 Laporan Biaya Overhead Pabrik ................................................................... 45
5.5 Laporan Harga Pokok Produksi ...................................................................... 46
5.6 Laporan Biaya Non Produksi ......................................................................... 47
5.7 Perbandingan Biaya Bahan Baku Tebu Setelah Target Costing ................... 50
5.8 Perbandingan Biaya Produksi bagian Pemakaian Produk Pupuk
Setelah Target Costing ................................................................................. 51
5.9 Perbandingan Unsur Biaya Bahan Baku Bagian Herbisida Dan
Fungisida Setelah Target Costing ................................................................. 52
5.10 Perbandingan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Dengan
Perhitungan Biaya Produksi Target Costing .............................................. 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Ilustrasi Target Costing ................................................................................... 14
2.2 Rantai Nilai dan Target Costing ...................................................................... 14
2.3 Kerangka Pikir ................................................................................................. 22
4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar ........................ 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1 : Lampiran Wawancara ............................................................... 64
Lampiran 2 : Laporan Volume Penjualan PT Prekebuan Nusantara
XIV Pabrik Gula Takalar ........................................................... 65
Lampiran3 : Unsur-Unsur Pembentuk Perolehan Biaya Bahan Baku
Tebu PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Takalar ............. 65
Lampiran 4 : Laporan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya
Tenaga Kerja Tidak Langsung PT Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar ......................................... 66
Lampiran 5 : Laporan Biaya Overhead Pabrik PT Perkembunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar ......................................... 66
Lampiran 6 : Laporan Biaya Nonproduksi PT Perkebunan Nusantara
XIV Pabrik Gula Takalar ........................................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan usaha manufaktur saat ini mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Usaha manufaktur yang semakin meningkat ini dapat
membantu masyarakat untuk memperoleh pekerjaan. Usaha manufaktur
juga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia dengan adanya
lapangan pekerjaan.
Semakin banyak usaha manufaktur membuat persaingan di dunia
bisnis semakin ketat. Perusahaan yang tidak dapat mengelola usaha
dengan baik akan mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bersaing.
Perusahaan yang memiliki banyak pesaing harus membuat strategi agar
usahanya dapat bersaing. Perusahaan harus dapat menunjukkan kepada
konsumen mengenai keunggualan produk yang mereka produksi. Produk
yang diproduksi harus mempunyai keunggulan dari pada produk pesaing
agar dapat bersaing dan dapat menarik konsumen.
Kondisi pasar inilah yang menbuat metode-metode yang dipakai
sebelumnya seringkali tidak relevan dengan keadaan yang dihadapi
perusahaan. Masalah tersebut di kenal dengan target costing. Penentuan
harga berdasarkan produk yang telah diselesaikan, dihitung harga pokok
biayanya dan siap untuk dipasarkan, tidak selalu berlaku bagi banyak
perusahaan. Perusahaan justru menerapkan urutan sebaliknya, yaitu
perusahaan telah mengetahui harga jual produk terlebih dahulu lalu
menghitung harga pokok biayanya. Persoalan yang dihadapi perusahaan
2
hanya bagaimana cara membuat produk dengan harga jual yang kompetitif
namun tetap menghasilkan margin laba yang diinginkan tanpa mengubaha
kualitas produk.
Sebagai perusahaan manufaktur tentunya perhitungan harga pokok
produksi menjadi sangat penting. Harga pokok produksi atau biaya produk
adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang
diperoleh, dimana di dalamnya terdapat unsur biaya produk berupa biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
(Nafarin 2015). Perhitungan harga, pokok produksi selain digunakan
sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha juga
pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu dalam
menetapkan harga pokok produksi yang tepat akan membantu dalam
menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula.
Target costing merupakan penentuan biaya maksimum yang
dimungkinkan bagi pembuat sebuah produk dan kemudian merancang
prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang
telah ditetapkan. Hal ini perlu diperhatikan perusahaan dalam menjalankan
proses produksi yang perlu menerapkan/target costing. Penerpan target
costing dilakukan agar perusahaan dapat mengelola biaya (cost
management) yang baik dengan tujuan untuk pengembangan produk yang
bertanggungawab dan merancang produk dengan biaya yang tidak lebih
besar dari target biaya yang telah dihitung perusahaan.
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV GULA TAKALAR, merupakan
perusahaan yang bergerak dalam produksi gula dengan anggaran biaya
produksi yang cukup besar, dengan hal itu dalam mengelola anggaran
3
biaya produksi yang cukup besar di butuhkan sistem seperti target costing
agar dapat mengendalikan biaya produksi dengan seminimum mungkin
sehingga dapat memperoleh laba semaksimal mungkin.
Berdasarkan uraian diatas dimana PT. PERKEBUNAN NUSANTARA
XIV memiliki jumlah anggaran biaya produksi yang cukup besar maka
peneliti tertarik untuk meneliti di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV
dengan judul “Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Alat
Pengendalain Biaya Produksi Pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA
XIV GULA TAKALAR”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok
dalam penelitian ini adalah apakah penerapan target costing dapat
digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi pada PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA XIV GULA TAKALAR ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah penerapan target costing dapat di gunakan
sebagai alat pengendalian biaya produksi pada PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XIV GULA TAKALAR.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis,
diantaranya:
4
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran terkait target costing sebagai alat pengendalian biaya
produksi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi PT Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk menyusun suatu kebijakan dan pertimbangan dalam
mengendalikan biaya produksi.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para
pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai wacana
keilmuan bagi yang lainnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2014:8) dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut adalah biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan
pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Menurut Dunia (2018: 22) biaya adalah pengeluaran-pengeluaran
atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang
berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat
melebihi satu periode akuntansi tahunan. Biaya biasanya tercermin
dalam laporan posisi keuangan sebagai aset perusahaan.
Menurut Wildilestariningtyas (2012 : 2) Biaya sebagai Nila tukar,
pengeluran,pengorbanan Untuk menperoleh manfaat. Menurut Sujardi
(2013 : 4) biaya diartikan dalam pengertian luas dan pengertian sempit.
Biaya dalam arti luas pengorban sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan mata uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi dalam
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya
dipandang sebagian dari harga pokok yang dikorbakan dalam usaha
mencapai penghasilan, Menurut B, N (2013: 13) Sistem biaya adalah
6
organisasi dari formulir, catatan dan laporan yang terkoordinasi yang
bertujuan untuk melaksanakan kegiatan dan melapokan informasi biaya
bagi manajemen.
2. Objek Biaya
Menurut Salman (2016:28) dalam konsep akuntansi biaya baik
konsep akuntansi biaya konvensional maupun akuntansi manajemen
kontemporer dikenal dengan istilah yang disebut dengan objek biaya
(cost object). Contoh objek biaya adalah produk, departemen, pesanan,
aktivitas, kontrak, lini produk, divisi, proyek, dan masih banyak contoh
lain. Menurut siregar, dkk (2013:25) objek merupakan unsur berupa apa
pun yang kepadaya biaya diukur dan dibebankan. Menurut Firdaus
(2012) objek biaya dijadikan sebagai dasar pengukuran biaya dalam
pendapatan.
Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan
untuk melakukan perhitungan biaya. Perusahaan dapat memiliki
banyak hal yang dapat dijadikan sebagai objek biaya, diantaranya
adalah: produk, jasa, proyek, pelanggan, merek, aktivitas, dan
departemen. Objek biaya yang paling umum digunakan oleh
perusahaan adalah produk, departemen, dan aktivitas (Dunia,
2018:23).
3. Biaya Produksi
Perusahaan mempunyai fungsi pokok yang lebih kompleks
dibandingkan dengan perusahaan dagang dan jasa. Hal ini disebabkan
karena perusahaan harus mengubah bentuk barang yang dibeli
menjadi pokok jadi atau siap jadi, sedangkan perusahaan dagang
7
langsung menjual barang-barang yang dibeli tanpa melakukan
perubahan bentuk Putra (2014). Dalam memperoleh dan mengelola
bahan-bahan menjadi pokok jadi dalam kegiatan proses produksi
diperlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk menutup pengeluaran
biaya-biaya tersebut biasanya perusahaan memperhitungkan dalam
penetapan pokok harga jual produk.
Menurut Rustrami (2014), biaya produksi adalah biaya yang
digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya Overhead pabrik. Biaya
produksi ini disebut juga biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat
dihubungkan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari
persediaan. Menurut Sutrisono (2012) pengertian biaya produksi adalah
biaya yang di keluarkan untuk mengelolah bahan baku mejadi produk
jadi
Menurut Titin (2016) biaya produksi adalah biaya-biaya yang
berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa sedangakan
Menurut Jannah (2018) biaya produksi adalah biaya-biaya terjadi untuk
megelolah bahan baku menjadi produk yang siap di jual.Menurut
Mulyadi (2012:14) biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk
mengelolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual.
Untuk itu perusahaan berusaha untuk menekan atau memperkecil
pengeluaran biaya, khususnya yang berkaitan dengan dengan kegiatan
proses produksi baik mengenai biaya prolehan bahan baku, biaya yang
dikeluatrkan untuk bahan pembantu atau penolong, biaya tenaga kerja,
penyusutan peralatan, pemeliharaan, dan sebagainya (Putra, 2014).
8
4. Klasifikasi Biaya
Biaya merupakan faktor yang berkaitan dengan aktivistas bisnis
perusahan, selain itu biaya juga berkaitan dengan berbagai tipe bisnis,
non bisnis, manufkatur, dan bidang usaha biaya lainnya.Secara umum,
jenis biaya yang terjadi tergantung pada tipe organisasinya.
Surjaweni (2015:10) mengelompokan angka yang disebut sebagai
biaya diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Berdasarkan Pengelompokan biaya
1) Bahan Baku
Biaya yang dikeluarkan uantuk membeli bahan baku untuk
menproduksikan barang. Contoh : biaya pembelian kain kaos
diperusahan konveksi.
2) Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat
ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diperduksi.
Karyawan mengubah bahan baku menjadi pruduk atau
menyediyakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai
tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung harus
dikeluarkan untuk membayar pekerja terkait langsung dengan
proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Formulanya
adalah sebagai berikut:
Biaya Utama ( Prime Cost ) = Biaya Bahan Baku + Biaya
Pekerja Langsung
9
3) Biaya Overhead Pabrik
Biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang, selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead
pabrikterdiri dari:
a) Bahan Tidak Langsung
Biaya dikeluarkan untuk menbeli bahan yang dibutukan
untuk menyelesaikan suatu produk,namaun pemakaiannya
sedikit. Contoh biaya pembelian barang.
b) Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung untuk menbayar gaji tenaga kerja
namun tenaga kerja tersebut secara tidak langsung
menpengaruhi pembuat barang jadi. Contoh biaya untuk
menbayar pengawas produksi.
c) Biaya Tidak Langsung Lainya
Biaya yang dikeluarkan untuk menproduksi barang yang
secara tidak langsung berkaitan dengan produksi
barangnya.contohnya ketika menbuat kaos,dibutuhkan lisrik
untuk menghidupi mesin,dibutuhkan telpon untuk memesan
bahan baku. jadi biaya listrik dan telpon masuk dalam
kategori ini
d) Biaya Komersial
Biaya komersial terdiri dari dua yaitu:
Biaya Pemasaran
10
Biaya yang di keluarkan untuk keperluan melaksanaka
kegiatan pemasaran atau promosi produk.Contoh biaya
iklan, biaya pengiriman barang.
Biaya Adiministrasi dan Umum
Biaya yang dikeluarkan untuk untuk mengkordinasi dan
mengendaliakan kegiatan produksi. Contoh biaya gaji
manager puncak,biaya keuangan, akuntasi, personalia.
B. Harga Pokok Produksi
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Perusahaan harus menghitung harga pokok produksi suatu barang
karena sangat penting untuk pelaporab keuangan perusahaan. Harga
pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak langsung yang
dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau jasa
tersebut bisa dijual.
Menurut Mulyadi (2014:35) mendefinisikan harga pokok produksi
sebagai biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau
jasa selama periode bersangkutan. Harga pokok produksi merupakan
biaya untuk memperoleh barang dan jasa yang siap jual. Sedangkan
menurut Nafarin (2015) harga pokok produksi atau biaya produk adalah
semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh,
dimana di dalamnya terdapat unsur biaya produk berupa biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Menurut Bustami, N (2013: 24) harga pokok adalah kumpulan biaya
prodiksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
biaya overhed pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan
11
dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Menurut Putra (2014)
harga pokok produksi adalah sebagaian atau keseluruhan factor produksi
yang dikorbakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk.
Menurut Sujarsi, L (2013) harga pokok produksi bahwa harga
perolehan atau harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam
satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lainnya
atau dikorbankan, atau jasa yang diserahkan, atau uatang yang
ditimbulkan atau tambahan modal dalam rangka pemilik barang atau jasa
yang di perlukan perusahaan baik dari masa lalu maupun yang akan
datang
2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Menurut Muliyadi (2014:65) dalam perusahaan yang memproduksi
massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu
tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
a. Menentukan harga jual produk
b. Memantau realisasi biaya produksi
c. Menghitung laba atau rugi periodik
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca
Berdasarkan manfaat informasi harga pokok produksi dapat
disimpulkan bahwa sebagai dasar dalam penetapan harga jual, sebagai
alat untuk menilai efisiensi proses produksi, sebagai alat untuk memantau
realisasi biaya produksi untuk menentukan laba atau rugi periodic, menilai
dan menentukan harga pokok persediaan, dan sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan bisnis (Muliyadi, 2014:65).
12
C. Target Costing
1. Pengertian Target costing
Target costing menjadi salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh
manajemen untuk mengantisipasi adanya permasalahan dalam
penetapan biaya produksi karena sistem ini lebih kompleks dari sistem
biaya standar.
Menurut Salman (2016:226), penetapan biaya berdasarkan target,
dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk
barang atau jasa, berdasakan harga pasar persaingan, dengan demikian
perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Penetapan target
Costing. Konsep target costing ini menbuat perusahan menganalisis apa
yang apayang dilakukan pesaing, bagaimana produk mereka dan
menperkirakan biaya unit di perlukan untuk masuk ke pasar,agar
perusahan manpu menperolah margin lebih tinggi dari pesaing
(Kusumadewi 2017)
Target costing merupakan alat manajemen biaya yang telah
digunakan sejak tahun 1970-an banyak perusahaan dari jepang yang
menggunakan target costing untuk motivasi perencanan produk dalam
pemeliharan desain yang dapat yang di produksi dengan harga yang
rendah (Anriani, 2018). Manfaat utama target costing adalah penetapan
harga poko produk sebgai dasar penetapan harga sehingga target laba
yang diinginkan oleh perusahaan (Anriani, 2018).
Target costing adalah metode penentun harga barang atau jasa yang
didasarkan pada perkiraan harga maksimum yang dapat di bayar oleh
pelanggan. (Eka Anugrah, et all. 2017). Sedangkan menurut Angasta
13
Giovani. (2018) target costing merupaka sistem akuntansi biaya yang
secara efektif dapat digunkan manajemen mengelola biaya pada tahap
desain dan pengembangan produk dan perilaku adanya riset lapangan
Dalam metode target costing perusahaan akan menetapkan biaya
produk yang dianggap sesuai dengan keadaan pusat, menentukan laba
yang diinginkan dan kemudian menentukan harga jual produk tersebut
kepada masyarakat. Manfaat utama target costing adalah penetapan
harga pokok produk sebagai dasar penetapan harga sehingga harga
target laba yang diinginkan akan tercapai.
Penetapan target costing didasarkan pada analisis eksternal dari
pasar dan pesaing perusahaan sehingga target costing dapat menjadi
sebuah metode yang dapat menghasilkan harga sesuai dengan keadaan
dan keinginan pasar tanpa merugikan perusahaan karena berbekal dari
informasi pasar serta pesaing yang ada.
Dalam metode target costing perusahaan akan menetapkan biaya
produk yang dianggap sesuai dengan keadaan pusat, menentukan laba
yang diinginkan dan kemudian menentukan harga jual produk tersebut
kepada masyarakat. Manfaat utama target costing adalah penetapan
harga pokok produk sebagai dasar penetapan harga sehingga harga
target laba yang diinginkan akan tercapai.
14
Gambar 2.1: Ilustrasi target costing
2. Model Penerapan target costing
Perlu dipahami harga pokok tidak terlepas dari kegiatan sepanjang
rantai nilai (value chain).
Target Costing Gambar 2.2 Rantai nilai dan target costing
Menurut Salman (2016:227) ada lima tahap penerapan penetapan
biaya berdasarkan target (target costing).
a. Menentukan harga pasar target
b. Menentukan laba yang diharapkan
c. Menghitung biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan
R&D Design Menu-Facturing
Marketing & Distribution
Customer Service
Market research menentukan harga
jual produk baru
Manajemen menghitung biaya produksi yang memungkinkan tercapai margin
laba yang diinginkan.
Enginerss dan Cost analysis mendesain suatu produk yang mungkin produksi pada biaya tersebut.
Semakin rendah cost design sebagai tujuan definitive yang tampaknya dapat diwujudkan kerap memacu motivasi karyawan
15
d. Menggunakan rekayasa nilai untuk menentukan cara menurunkan
biaya produk, agar biaya produk yang direalisasi dapat sesuai
dengan biaya target.
3. Manfaat target costing
Menurut Salman (2016:233) target costing memberikan manfaat bagi
perusahaan antara lain:
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan, yakni desain di fokuskan pada
nilai-nilai pelanggan.
b. Mengurangi biaya, malalui desain yang lebih efisien dan efektif.
c. Membantu perusahaan mencapai profitabilitas yang diinginkan pada
produk baru atau produk yang di desain ulang.
d. Dapat mengurangi total waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan
produk, melalui peningkatan koordinasi manajer desain, manufaktur,
dan pemasaran.
e. Dapat meningkatkan kualitas produk secara menyeluruh, malalui
desain yang dikembangkan secara hati-hati dan isu-isu manufaktur
yang dianggap penting dipertimbangkan secara jelas dan tahap
desain.
f. Memfasilitasi koordianasi desain, manufaktur, pemasaran, dan
manajemen biaya dalam menentukan biaya produk (product cost)
dan siklus hidup penjualan (sales life cycle)
D. Laba
Menurut Harahap (2015:112) laba adalah sebagai jumlah yang berasal
dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi. Laba adalah pendapatan dan
16
keuntungan dikurangi dengan beban serta kerugian. Laba meringkas
dampak keuangan akibat aktivitas operasi suatu bisnis. Laba dapat
dikatakan sebagai parameter paling penting dari kinerja keuangan sebuah
perusahaan. Tujuan utama laporan laba rugi adalah untuk menjelaskan
bagaimana menentukan laba, dengan melaporkan komponen pentingnya
sebagai pos terpisah (Subramanyam, 2014:370).
Menurut Siregar, et all ( 2013:39) menyatakan bahwa laba adalah
jumlah yang dapat di berikan kesemua pemengangsaham biasa dari induk.
Menurut Sutrisno (2012:303) Pengertian Laba bersih laba yang telah
dikurangi biaya-biaya merupakan beban dalam perusahaan dalam suatu
perode tertentu twermasuk pajak. Sedangkan menurut Mulyadi (2014:46)
laba bersih adalah laba bersih yang berasal dari transaksi
pendapatan,beban, keuntungan,dan kerugian.laba yang di hasilkan dari dari
selisi antara sumber daya masuk dan daya keluar selama periode waktu
tertentu
Menurut Ridzal, N. (2019) laba adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama periode akuntansi (misalnya kenaikan aset atu penurunan
kawajiban) yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang
menyangkut transaksi dengan pemengang saham.sedangkan Menurut Meily
Kalao, et all (2016) Mendefinisikan laba sebagai jumlah berasala dari
penguran harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan
opeasi.Menurut FASB (Financial Acconting standars Bord) statement
mengartikan laba dan rugi sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama
selama perodi akuntansi.
17
Laba atau (earnings) atau laba bersih (net income) mendefinisikan
profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengambilan kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara po-pos dalam
laporan merinci bagaimana laba didapat (Subramanyam, 2014: 370). Laba
yang maksimal dapat didapat dari efisiensi biaya yang dilakukan
perusahaan. Biaya efisien yang akan meningkat laba yang diinginkan oleh
perusahaan. Sistem penggunaan biaya yang tepat dalam perusahaan akan
memaksimalkan laba semaksimal mungkin.
E. Penelitian Terdahulu
Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Hasil
1. Fransiska Kusumadewi 2017
Analisis Pendekatan target costing sebagai alat untuk melekaukan Efinsensi Produksi studi kasus pada askha jaya Lampung
Metode penelitian ini adalah studi kasus.
Hasil dari pembahasan, Maka dapat ditarik kesimpulan yaitu perhitungan target costing menunjukkan efisiensi sebesar Rp 4,286,82/kg.
2. Nurul iksan arifin, Herman karamoy,Meily kalao 2016
Analisis target costing dalam upaya pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba kotor pada Mandala Bakery
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.
Metode target costing sangat efesien untuk diterapkan dalam perhitungan biaya produksi di Mandala Bakery
3. Eka Gusti Anugrah,Imam Mas’ud,Nining Ika Wahyuni 2017
Penerpan target costing dalam pengelolaan biaya produksi untuk optimalisasi laba
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Target Costing pada Sumber Madu adalah cocok dan baik diterapkan.
18
Penerapan metode tersebut dapat meningkatkan laba, sesuai dengan laba yang diharapkan oleh pihak Sumber Madu. Selain itu Sumber Madu juga dapat mengontrol biaya produksi pada produk-produknya dengan baik
4. Anriani 2018
Analisis Target Costing Sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT.Semen Tonasa Pangkep
Metode penelitian deskriptif, kualitatif Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder
Hasil analisis target costing dapat dijadikan sebagai alat untuk pengendalian biaya karena lebih efisien sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat bahwa menurut perusahaan pada tahun 2015 marjin laba yang diperoleh sebesar 19,97% pada tahun 2016 marjin laba yang diperoleh perusahaan sebesar 15,89% dan pada tahun 2017 marjin laba yang diperoleh perusahaan sebesar 26,73%, Sedangkan menurut target costing dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 sampai dengan 2017 perusahaan dapat memperoleh laba sebesar
19
27.83% dengan persentase biaya yang dikeluarkan sebesar 72.17%.
5. Nining asniar ridzal 2019
Biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi pada usaha paving block cv. Batako anugerah bau bau
Jenis metode penelitian yang diunakan adalan kualitatif
Hasil penelitian disimpulkan bahwa antara biaya standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan biaya sesunggunhnya seleisih lebih ,yang terdiri dari : varians bahan baku sebesar Rp 6,606,250 dan varians kuantitatif bahan baku sebesar Rp 1.073.500. .
6. Chaidir Hafid 2017
Analisis harga pokok produksi dan penerapan target costing pada UD Wajuku Makassar
Metode analisi data yang digunakan adalah deskriptif kunantitatif
Penerapan target costing pada ud wajuku makkasar dapat berperan sebagai pengendalian biaya produksi.
7. Angasta Giovani 2015
Analisis penerapan metode target costing dalam penentuan harga jual dan efesiensi biaya produksi pada Restoran Ribbone Hause
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif
Hasil penelitian menunjukakan bahwa hasil perbandingan total biaya yang dikeluarkan menurut perusahaan,dengan metode target costing,diketahui lebih efisien menggunkan target costing dimana dengan menggunakan target costing perusahaan dapat memperoleh penghemtan biaya bahan baku langsung
20
Rp.727/porsi,tenaga kerja langsung Rp.494/porsi dan biaya overhead Rp.436/porsi
8. Amelia A.A lambajang 2013
Analisi biaya produksi mengunakan metode variable costing PT Tropica cocoprima
Jenis penelitian ini berisifat kualititaif
Hasil dari mengunakan variable costing dapat menbantu perusahaan menghitung biaya produksi dimana metode variable costing memisahkan antara biaya produksi dan non produksi yaitu biaya tetap, biaya semi variable da variable. Dimana biaya yang di hasilakan dapat mengurangi biaya poduksi yang ada dalam perusahaan tersebut dan menghasilakan laba yang tinggi.
9. Dienul Ihsan. 2013.
Analisis Penetapan Target Costing Terhadap Harga Pokok Produksi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada PT. Semen Tonasa.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif
Hasil analisis perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan menurut target costing, menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tahun 2009 sebesar Rp.334.864,13, sedangkan menurut target costing sebesar Rp.292.451,22, tahun 2010 menurut
21
perusahaan sebesar Rp.360.842,55 sedangkan menurut target costing sebesar Rp.315.630,25. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp. 372.534,92 dan menurut target costing sebesar Rp.333.112,-
10 Ratna Wijayanti (2011)
Penerapan Activity Based Costing Sistem Untuk menentukan Haraga Pokok Produksi Pada PT. Industri sadang Nusantara Unit patal Secang
Metode Yang Digunaka Penelitian Ini Mengunakan Metode Deskriftif Kualitatif
Berdasarakan hasil penelitian perhitungan harga pokok produksi Pada PT sadang nusantara Unit patal Secang masih menggunakan sistem tradisional sistemtradisonal menbebankan pada semua elemen biaya produksi tetap maupun biya produksi variable ke dalam harga pokok produksi.Sistim ini menbeban biya overhed pabrik mengukakan tariff tunggal bersarkan jumlah unit produksi hasil perhitunagan harga pokok produksi per unit pada tahun 2009 mengunakan sestim tradisional di peroleh hasil harga pokok produksi untuk Cotton 30/1 adalah sebesar
22
Rp1.496.491,00 untuk cotton 40/1 sebesar Rp 1.011.107,00 dan untuk Rayon 30/1 sebesar1.148.254,00.
F. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah penerapan target costing sebagai alat
pengendalian biaya produksi. Berdasarkan uraian di atas, adapun kerangka
konsep di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
PT. Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
Target costing
Biaya Produksi
Biaya Overhead Pabrik
Hasil
Biaya Tenaga Kerja Biaya Bahan Baku
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu data
informasi yang berupa simbol angka atau bilangan. Berdasrakan simbol -
simbol angka tersebut, perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan untuk
menghasilkan kesimpulan yang berlaku umum didalam suatu parameter.
Serta data kualitatif, yaitu data berupa informasi dari hasil studi
kepustakaan dan beberapa sumber yang berguna bagi penulis ini.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis
memilih obyek penelitian pada PT Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar di
Kabupaten Takalar yakni perusahaan yang bergerak dibidang PT
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar. Penelitian ini membutuhkan waktu
kurang lebih 1 bulan dimulai bulan November sampai Desember.
3. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi
langsung dengan staff accounting dan dokumentasi. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa data historis PT
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
24
B. Definisi Operasional Variabel
1. Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan suatu hal yang penting dalam
penelitian. Kejelasan suatu definisi data yang diperlukan dan alat yang
akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan variabel dari penelitian ini
maka dikemukakan definisi operasional variabel dari masing- masing
variabel sebagai berikut:
a. Target Costing adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh
perusahaan PT. Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar agar dengan
harga jual yang telah ditentukan, perusahaan dapat memperoleh laba
yang diharapkannya.
b. Pengendalian biaya adalah proses atau usaha yang sistematis dalam
menetapkan standar pelaksanaan yang bertujuan untuk perencanaan,
sistem informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata
dengan perencanaan, menentukan dan mengatur penyimpangan-
penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif
dan efisien dalam penggunaan biaya.
c. Volume penjualan adalah jumlah produk atau jasa yang dapat dijual.
C. Teknik Pengumpulan Data
Mengelolah data serta keterangan yang diperoleh dalam penyusunan
skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
a. Wawancara yaitu. melakukan tanya jawab dengan pihak keuangan PT.
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
25
b. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan
untuk mendapatkan data yang menyangkut kondisi dan posisi perusahaan,
struktur organisasi dan sejarah perusahaan.
c. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan melihat catatan/
dokumen yang ada dalam perusahaan berupa biaya produksi , laporan laba
rugi, harga jual, serta data-data keuangan lainnya yang dibutuhkan dalam
penelitian
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yaitu yang betujuan untuk
mengungkapkan kejadian atau fakta, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang
sebenarnya terjadi seperti menjelaskan dan menggambarkan hasil-hasil
observasi dan menjabarkan data-data yang diperoleh dengan menggunakan
metode pendekatan target costing.
Penentuan pendekatan target costing Menurut Garrison, dkk (2006: 541)
biaya target untuk suatu produk dihitung dengan mulai pada harga jual yang
diantisipasi dan kemudian menguranginya dengan laba yang diinginkan,
sebagai berikut:
Dimana:
a. Harga jual merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pelanggan atau
dengan kata lain harga jual yang berlaku di pasar.
b. Laba yang diinginkan merupakan margin laba yang ditargetkan perusahaan
dalam penjualan.
Biaya target = Harga jual - laba yang diinginkan
26
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar
PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar terletak didesa Pa’rappunganta,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Jarak dari ibu kota provinsi atau kota Makassar di perkirakan
menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam atau sekitar 50 km. Bila melihat
latar historis, wilayah Polongbakeng merupakan wilayah kesatuan adat
Bajeng, Malewang, Pangkalang, dan Lassang. Pembentukan
Polongbangkeng diperkirakan pada tahun 1816, dimana pada waktu Inggris
meninggalkan Hindia Belanda. Pada waktu itu daerah Polongbangkeng
terdiri dari Malewang, Moncongkomba, Bontokadatto, Lassang dan Lantang
serta daerah Daigaukang perkampungan yakni Pattalassang, Sompu,
Bilacaddi, Pasoleang, Salaka, Sabintang, Tamasongo, Sambila, Sayowang
dan Anaaung. Dari beberapa daerah ini Polongbangkeng dipimpin oleh
Tumalompona Polongbangkeng yakni Daeng Manompo.
Dilihat dari latar geografis, Polongbangkeng merupakan wilayah agraris
dengan sebagian besar lahannya cocok untuk ditanami berbagai tanaman.
Polongbangkeng merupakan wilayah perbukitan dan gunung-gunung relatif
rendah. Pada tahun 1980-an wilayah ini sangat pesat dengan tanaman gula
(tebu). Perkembangan yang dapat terlihat dari 50 tanaman tebu (gula) yakni
berdirinya pabrik gula di polongbangkeng, tepatnya di Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar atau pabrik gula Takalar
didirikan dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pemerintah untuk
40
swasembada gula nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
R.I Nomor 668/Kpts/Org/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981, dibentuk
berdsarkan PP No. 19/1996, PT Perkebunan Nusantara XIV Takalar adalah
satu dari sekian Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang
agribisnis. PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar merupakan
penggabungan kebun-kebun proyek pengembangan PTP Sulawesi, Maluku
dan NTT yaitu eks PTP VII, PTP XXVIII, PTP XXXII dan PT Bina Mulia
Ternak. PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar memiliki 18 unit perkebunan
dan 25 unit pabrik pengolahan dengan komoditi kelapa sawit, kelapa hibrida,
kelapa nias, kopi, gula, pala, pada area konsensi seluas 55.425,25 ha.
Khusus komoditi gula PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar kini
mengelolah tiga pabrik gula yaitu Pabrik Gula Camming, Pabrik Gula Araso
di Kabupaten Bone, dan Pabrik Gula Takalar di Kabupaten Takalar, dengan
total area seluas 14.312 ha. Dalam setahun ketiga pabrik ini memproduksi
36.000 ton atau memasok 1,33% komsumsi gula nasional yang mencapai
2,7 juta ton.
PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar atau pabrik gula takalar
beroperasi di Polongbangkeng sejak tahun 1982. Sebelumnya beroperasi
dengan nama PTP XXIV-XXV. Pabrik gula Gula Takalar PT. Perkebunan
Nusantara XIV Takalar adalah peralihan dari PT Madu Baru, yaitu sebuah
perusahaan Hamengkubuwono yang sebelumnya telah berdiri dan
membebaskan sebagian tanah petani sejak tahu 1978. Namun pada tahun
1980 PT Madu Baru mundur dari rencana pengolahan perkebunan tebu
setelah terjerat kasus penyelewengan dana 51 pembebasan tanah, sehingga
digantikan oleh PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar berdasarkan SK
Bupati Takalar tahun 1980.
Studi kelayakan disusun oleh PT. Agriconsult Internasional pada tahun
1975, dilanjutkan oleh PT. Tanindo pada tahun 1981 dengan menggunakan
fasilitas kredit ekspor dari Taiwan. Pelaksanaan pembangunan diserahkan
pada Tashing Co. (Ptc) Ltd. Agency of Taiwan Machinery Manufacturing Co.
(TMCC) sebagai Main Contractor dengan partner dalam negeri yakni PT.
Sarang Tehnik, PT Multi Mas Corp, PT. Barata Indonesia. Pembangunan
Pabrik Gula Takalar menghabiskan dana sebesar Rp. 63,5 milyar dan
selesai dibangun pada tanggal 27 Nopember 1984. Performance test
dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 11 Agustus 1985 dengan hasil
baik. Pabrik Gula Takalar dibangun dengan kapasitas giling 3.000 ton tebu
per hari (TTH), yang dengan mudah dikembangkan menjadi 4.000 TTH.
PT. Perkebunan Nusantara XIV atau Pabrik Gula Takalar giling perdana
tahun 1984, dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal
23 Desember 1987. Adapun sistem pembibitan PT. Perkebunan Nusantara
XIV atau Pabrik Gula Takalar sebagai berikut: Sistem penyelenggaraan
pembibitan tebu yang dilaksanakan oleh pabrik, sebagai berikut:
1. Sistem pembibitan meliputi KBN, KBI, KBP, KBD, kultur Jaringan dan
Budchips dilakukan oleh pihak PG
2. Pabrik memiliki unit penyelenggara pembibitan kultur
JaringanPembibitan melalui kultur jaringan dilaksanakan oleh Bagian
Ribang.
Pengadaan bahan baku tebu selain oleh pihak Pabrik Gula atau PT.
Perkebunan Nusantara XIV Takalar juga diperoleh dari Pihak Petani Tebu
Rakyat dengan sistem bagi hasil. Mekanisasi Pengolahan tanah di PT.
Perkebunan Nusantara XIV Takalar sudah menggunakan sistem
mekanisasi sepenuhnya, untuk proses penanaman masih menggunakan
sistem manual, untuk pemupukan mengunakan sistem mekanisasi dan
manual, sedangkan pada tahap pemanenan menggunakan sistem semi
mekanisasi dan manual.
B. Struktur Organisasi dan Job Description Perusahaan
1. Struktur Organisasi.
Struktur organisasi berfungsi untuk memberikan petunjuk mengenai
pembagian dan pengelompokkan sistem kerja/kegiatan dalam
melaksanakan aktifitas demi kelangsungan hidup perusahaan. Struktur
organisasi pula dapat menujukkan bagaimana tertib manajemen,
pengawasan dan pengendalian demi perusahaan dalam mengelola
usahanya. Sesuai dengan anggaran dasarkan PT. Perkebunan
Nusantara XIV Takalar perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi, yang
terdiri dari empat orang direktur.
Struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang
penting agar perusahaaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan
akan berhasil mencapai prestasi kerja yang efektif dari karsyawan apabila
terdapat suatu sistem kerja sama yang baik, dimana fungsi-fungsi dalam
organisasi tersebut mempunyai pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang telah dinyatakan dan diuraikan dengan jelas
Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar atau
Pabrik Gula Takalar mengikuti prinsip organisasi fungsional yang telah
dinyatakan dan diuraikan menekankan pada pemisahaan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara jelas dan tegas. Struktur
organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar atau Pabrik Gula
Takalar digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar
2. Job Description
a. Administratur
Administratur merupakan pimpinan tertinggi PT. Perkebunan
Nusantara XIV Takalar mempunyai jabatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan dan program kegiatan secara keseluruhan yang
telah ditentukan oleh direksi dalam pengelolaan pabrik gula.
2) Memimpin dan mengkoordinir tugas pada kepala bagian agar
terdapat kesatuan tindakan dalam melaksanakan kegiatan
KEPALA
TANAMAN
SKK
SKW
WAKIL KEPALA
INSTALASI
ADMINISTRATUR
MASINIS
MANDOR
KEPALA
TMAT
KASUB
AKUNTANSI
KASUB.
SDM
KASUB
KEUANGAN
ASISTEN
MANDOR
AJUN
PENGOLAHAN
CHEMIKER
Kepala
QC
RC. BAHAN
RC. BAHAN
BAKU
KEPALA PELTEK
K
KEPALA
INSTALASI
KEPALA
PENGELOLAAN
KEPALA
AK/U
ASISTEN
MANDOR KEPALA
GUDANG
operasional terpadu guna mencapai target produksi secara
efektif dan efisien.
3) Mengelola serta mempertanggungjawabkan sumber daya
manusia, sumber dan peralatan pabrik sesuai norma yang
berlaku.
4) Bertanggungjawab atas semua tugas dari masing-masing bagian
yang ada diperusahaan.
5) Memelihara keharmonisan dalam hubungan kerja dan
pelaksanaan kegiatan perusahaan sehari-hari dan
mempertahankan kesejahteraan karyawan.
6) Memiliki perusahaan dalam melakukan hubungan keluar dengan
instalasi lain.
7) Bertanggungjawab kepada direksi atas kelancaran pelaksanaan
tugas pengelolaan di pabrik gula atau PT. Perkebunan
Nusantara XIV Takalar.
b. Kepala Bagian Tanaman
Kepala bagian tanaman mempunyai tugas pokok menjalakan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh administratur,
mengkoordinir semua tugas bagian tanaman dan bertindak sebagai
wakil admistratur apabila tidak ada ditempat. Demi kelancaran tugas
dibantu oleh beberapa bagian antara lain:
1. Sinder Kebun Kepala Bagian
Sider kebun wilayah membantu kepala bagian tanaman
mempunyai tugas dan wewenang antara lain:
a) Mengkoordinir semua tugas sinder kebun wilayah sesuai
dengan tanggung jawabnya.
b) Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan rencana kebutuhan
anggaran perusahaan bagian tanaman.
c) Menghimpun data dan informasi untuk kepentingan dibagian
tanaman dan menjamin penyediaan tebu dari rayon sesuai
dengan rencana.
2. Sinder Kebun Kepala Angkutan
Sider kebun kepala angkutan mempunyai tugas dan
tanggung jawab antara lain:
a) Melaksanakaan dan membantu menyusun rencana
kebutuhan anggaran perusahaan dalam bidang angkutan,
tabungan untuk tebu milik sendiri.
b) Menjamin kelancaran penyediaan tebu dalam musim giling
dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan kapasitas
giling.
c) Diluar masa giling mengadakan perbaikan dan
pembenahaan wilayah emplasemen untuk persiapan giling
yang akan dating.
d) Mengatur pelaksanaan tebangan atau jadwal tebang sesuai
dengan kemasakan masa tanam tebu.
3. Sinder Kebun Wilayah
Tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
a) Melaksanakan Policy administrasi cq. Kepala bagian
tanaman dan sinder kebun wilayah baik untuk kegiatan
tanaman maupun untuk tebang angkut tebu.
b) Mengadakan penyuluhan bagi para petani tebu rakyat di
wilayah kerja untuk mencari pemasukan areal tanaman tebu.
c) Memberikan bimbingan kepada para petani tebu rakyat
mengenai cara tanam yang baik agar produksi tebu dapat
tinggi.
d) Mengembangkan tanaman tebu rakyat intensitifikasi meliputi
Tebu Rakyat Intensifikasi Non Kredit (TRINK) dan Tebu
Rakyat Intensifikasi Non kredit (TRIP dan TIRN) sesuai
dengan INPRES No. 9/1975.
e) Mengatur tebang angkut tebu di wilayahnya, mulai dari
penentuan jadwal tebang sampai pelaksanaan penebangan
sesuai dengan besar kecilnya bagian yang telah ditentukan
wilayah.
4. Kepala Bagian Instalasi
Kepala Bagian Instalasi mempunyai tugas dan
tanggungjawab semua kegiatan yang ada dibagian instalasi
termasuk kelancaran jalannya proses produksi dengan
mengadakan pemeliharaan dan pengadaan alat-alat yang
diperlukan dalam proses produksi. Adapun tugas dan
tanggungjawabnya meliputi:
a) Melaksanakan policy administrasi tentang jalannya proses
produksi.
b) Membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan anggaran
perusahaan untuk keperluan instalasi, yaitu biaya
pemeliharaan mesin-mesin dan perlengkapan dalam satu
tahun.
c) Mengusahakan bekerjanya seluruh instalasi pabrik untuk
menjamin kelancaran jalannya produksi (termasuk
penyediaan air, penggunaan uap dan lain-lain).
d) Membina kerjasama yang baik antar bagian, mengingat
proses produksi dilakukan terus menerus dalam musim giling.
Apabila terjadi kerusakan salah satu mesin akan
menghentikan kegiatan proses produksi secara keseluruhan.
5. Kepala Bagian Pengolahaan
Kepala bagian pengolahan mempunyai tugas dan tanggung
jawab dibagian pengolahan yang antara lain meliputi:
a) Melaksanakaan Policy bagian pengolahan administrasi
tentang pelaksanaan operasional di bagian pengolahan.
b) Menyusun rencana kebutuhan anggara perusahaan untuk
bagian pengolahan selama satu tahun.
c) Melaksanakan pembinaan kerjasama yang baik
dalamproses pegolahan bahan baku tebu sehingga menjadi
gula yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
d) Mengusahakan adanya kerjasama dengan bagian instalasi
yaitu masinis kegiatan proses pengolahan gula dapat
berjalan dengan lancer, efisien dan efektif.
e) Menghimpun data dan informasi dalam meningkatkan
pengendalian dan mengadakan evaluasi mengenai besarnya
biaya pengolahan sehingga dapat ditekan biaya produksi.
f) Kepala bagian pengolahan dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari dibantu oleh beberapa chemika atau dokter gula.
6. Kepala Bagian Administrasi Keuangan dan Umum
Kepala bagian administrasi keuangan dan umum mempunyai
tugas pokok melaksanakan kebijakan dari administrasi
mengkoordinir semua kegiatan yang ada di bagian administrasi
keuangan dan umum. Untuk kelancaran tugas yang ada dibagian
administrasi keuangan dan umum dibagi dalam beberapa bagian
1) Bagian Pembukuan
Bagian Pembukuan mempunyai tugas antara lain:
a) Membukukan semua transaksi secara harian yang terjadi di
perusahaan baik secara kas atau tunai maupun non kas
yaitu mengenai penggunaan barang dan hasil produksi.
b) Membuat laporan keuangan secara periode (bulanan)
dalam bentuk neraca dan laporan manajemen.
2) Bagian Sekum (Sekretaris dan umum) mempunyai tugas:
a) Menyelesaikan persuratan baik surat yang keluar maupun
masuk dalam bentuk ekspedisi.
b) Melakukan pengarsipan semua surat-surat atau dokumen.
c) Memproses administrasi pengadaan bahan atau barang
untuk kebutuhan pabrik sesuai produksi.
3) Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai tugas :
a) Merencanakan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan
standar informasi yang ada.
b) Mengadakan pembinaan tenaga kerja melalui pendidikan,
kursus, latihan training.
c) Melakukan pembayaran yang menjadi hak-hak karyawan,
yaitu pembayaran gaji, upah dan santunan.
d) Membuat laporan secara periode mengenai posisi tenaga
kerja dan biaya yang telah dibayarkan pada karyawan.
4) Bagian Gudang mempunyai tugas:
a) Menerima barang atas dasar pengadaan yang dibutuhkan
masing-masing bagian.
b) Menyimpan barang-barang dalam gudang sesuai dengan
jenis barang dan dicatat dalam kartu gudang.
c) Membukukan atas penerimaan dan pengeluaran barang
yang dipakai dalam buku gudang.
d) Membuat laporan posisi persedian barang yang ada di
gudang setiap periode.
e) Mengadakan stock opname persediaan barang pada
akhir tahun
5) Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja merupakan seluruh penduduk yang berada
dalam usia kerja. Menurut UU No, 13 tahun 2003 bab 1 pasal 1
ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
kebutuhan masyarakat. Dikatakan tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun- 64 tahun.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja
disebut sebagai tenaga kerja. Adapun status karyawan pada
PT. Perkebunan Nusantara XIV Takalar Pabrik Gula Takalar di
bagi menjadi dua bagian sebagai berikut:
1. Karyawan Pimpinan
Karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan
perusahaan untuk jangka waktu tidak tertentu.
2. Karyawan pelaksanaan, terdiri dari:
1. Karyawan Tetap.
Karyawan yang mempunyai hubungan dengan
perusahaan untuk jangka waktu yang ditentukan.
Karyawan tetap merupakan pekerja pada sebuah
perusahaan yang tidak memiliki batasan waktu untuk
mengabdi pada perusahaan sampai pensiun.
2. Karyawan Tidak Tetap
Karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan
perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Pada saat
permulaan hubungan kerja melalui masa percobaan.
Seperti Karyawan musiman,
3. Karyawan Musiman
Karyawan yang bekerja hanya dalam satu musim dan
tidak berhubungan dengan proses pembuatan gula.
Karyawan musiman merupan pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan pada waktu-waktu tertentu, biasanya pada saat
perubahan cuaca, ketersediaan bahan baku atau bahan
mentah atau kondisi lainnya. Pada PT. Perkebunan
Nusantara XIV Takalar Pabrik Gula Takalar karyawan
musiman ini di pakai pada saat penggilingan seperti sopir
truk untuk mengangkat bahan baku yakni tebu,serta buruh
tebang. Karyawan musiman ini dibedakan menjadi tiga,
yakni:
4. Karyawan Musiman Tanaman
Karyawan yang melaksanakaan pekerjaan mulai dari
pembukuan tanah, persiapan tanah, pemeliharaan tebu
sampai pada tebu siap tebang, karyawan ini mendapat
upah secaraa harian, bulanan atau borongan.
5. Karyawan Lain-lain
Karyawan yang bekerja diemplasemen yang tidak ada
hubungan dengan penggilingan tebu. Karyawan ini digaji
dengan upah harian, upah bulanan atau borongan.
6. Karyawan Borongan
Karyawan yang melakukan pekerjaan yang bersifat
diborongkan dengan upah borongan.
7. Karyawan Harian Lepas
Karyawan yang hanya bekerja jika ada suatu
pekerjaan tertentu dan bisa berhenti sewaktu-waktu bila
pekerjaan sudah dianggap selesai. Karyawan di beri upah
berdasarkan hari-hari karyawan bekerja.
C. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri di Kawasan Timur
Indonesia yang kompetitif, mandiri, dan memberdayakan ekonomi
rakyat.
2. Misi
a. Menghasilkan produk utama perkebunan berupa gula yang berdaya
saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan atau
internasional.
b. Mengelola bisnis dengan teknologi akrab lingkungan yang
memberikan kontribusi nilai kepada produk dan mendorong
pembangunan berwawasan lingkungan.
c. Melalui kepemimpinan, teamwork, inovasi, dan SDM yang
kompeten, dalam meningkatkan nilai secara terus-menerus kepada
shareholder dan stakeholders.
d. Menempatkan Sumber Daya Manusia sebagai pilar utama
penciptaan nilai (value creation) yang mendorong perusahaan
tumbuh dan berkembang bersama mitra strategis.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perhitungan Biaya Produksi Yang Dilakukan Perusahaan
Perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan terlebih
dahulu mengumpulkan informasi terkait komponen-komponen yang
terkandung dalam biaya produksi diantaranya biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Adapun komponen-komponen
biaya produksi pada PT. Pekebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
a. Biaya Produksi
Data produksi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV GULA
TAKALAR bahwa pada tahun 2018 memproduksi gula eks tebu
16.206,73 ton dengan harga jual gula eks tebu Rp. 9.207.762/ton. Data
volume penjualan gula eks tebu selama tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5.1 Volume Penjualan Gula Eks Tebu
2018
No Uraian Realisasi
2018 1 Penjualan (ton) Gula eks tebu 16.206,73 2 Harga jual (Rp) Gula eks tebu Rp.9.207.762 3 Nilai penjualan (Rp) Gula eks tebu Rp.149.227.712.638 4 Total penjualan Rp.149.227.712.638
Sumber: Laporan Volume Penjualan Pt. Perkebunan Nusantara Xiv Pabrik Gula Takalar (2018)
60
1) Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku menurut akuntansi adalah biaya yang terjadi
untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam
keadaan siap untuk diolah. Dalam biaya produksi bahan baku
utamanya adalah tebu. Adapun unsur-unsur pembentuk perolehan
biaya bahan baku tebu dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.2 Unsur-Unsur Pembentuk Perolehan Biaya Bahan Baku Tebu
2018
No Keterangan Biaya (Rp)
1 Kebun Bibit Utama Pokok Rp. 3.745.111.098
2 Kebun Bibit Pokok Rp. 3.179.657.828
3 Kebun Bibit Nenek Rp. 3.211.381.098
4 Kebun Bibit Induk Rp. 3.199.121.200
5 Kebun Bibit Datar Rp. 3.897.089.989
6 Pupuk NPK Mutiara Rp.14.721.222.313
7 Herbisida, fungisida, inteksida Rp. 6.439.042.671
8 Penggarapan Lahan Rp. 5.875.902.345
9 Imbalan Penggunaan Lahan Rp. 5.764.987.012
10 Lain-Lain Rp. 3.228.228.274
Total Biaya Bahan Baku Tebu Rp.53.261.743.828
Sumber: Laporan Biaya Bahan Baku Tebu PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar (2018)
61
Berdasarkan tabel diatas dalam perolehan bahan baku tebu PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabirik Gula Takalar membeli bibit tebu
dari P3GI hal ini didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan
kepada H. Yusran Muchsin pada tanggal 05 Januari 2020 selaku
Administratur Perusahaan adapun pernyataan beliau adalah:
“perolehan bibit tebu yang dilakukan oleh perusahaan kami yaitu dengan membeli bibit tebu siap tanam dari P3GI dengan harga Rp.10.000 per bibit, dan kami membeli sebanyak 1.723.236 bibit”
Dari hasil wawancara diketahui bahwa perolehan bibit tebu oleh
PT. Perekebenan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar dengan
membeli dari P3GI dengan harga Rp.10.000 per bibit dan jumlah bibit
yang digunakan padda tahun 2018 sebanyak 1.723.236 bibit sehingga
harga keseluruhan bibit pada setiap perkebunan di tahun 2018 adalah
Rp.17.232.360.000.
Unsur-unsur yang lain dari perolehan bahan baku tebu adalah
pupuk, hasil wawancara yang dilakukan kepada H. Yusran Muchsin
pada tanggal 05 Januari 2020 sebagai Administratur perusahaan
terkait penggunaan pupuk adalah:
““penggunaan produk pupuk pada perusahaan kami menggunakan produk pupuk NPK Mutiara 50 kg sebanyak 32.714 karung dan harga setiap karung adalah Rp.450.000”
Pernyataan dari H. Yusran Muchsin terkait penggunaan pupuk
pada tanaman tebu menggunakan pupuk dengan merk NPK Mutiara
50 kg dengan harga Rp.450.000 per karung dan jumlah keseluruhan
pupuk yang digunakan sebanyak 32.714 karung, sehingga biaya yang
62
dikeluarkan dalam penggunaan pupuk sebesar Rp. 14.721.222.313.
Adapun penggunaan produk racun herbisida, fungisida, inteksida dari
hasil wawancara kepada H. Yusran Muchsin pada tanggal 05 Januari
2020 menyatakan bahwa:
“Penggunaan herbisida di perusahaan kami menggunakan merk Garlon senilai Rp.200.000/liter sebanyak 8.724 liter, penggunaan fungisida yang digunakan adalah merk Antracol senilai Rp.119.000/kg sebanyak 18.071 kg, dan produk inteksida menggunakan merk Prevathon 250ml dengan harga Rp.140.000/liter sebanyak 18.170 liter ”
Dari hasil wawancara diketahui total penggunaan racun
Herbisida, Fungisida, Inteksida senilai Rp. 6.439.042.671, dan unsur-
unsur dalam perolehan bahan baku tebu lainnya diperoleh dari
observasi seperti penggarapan lahan, imbalan penggunaan lahan,
lain-lain. Sehingga semua unsur-unsur dalam perolehan bahan baku
tebu dicatat sebagi biaya bahan baku dimana total biaya bahan baku
sebesar Rp. 53.261.743.828.
2) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar terbagi atas dua bagian yaitu Biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga keja tidak langsung, adapun unsur-unsur
biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung
pada PT. Perkebunan Nusantara XIV sebagai berikut:
Tabel 5.3 Laporan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja
Tidak Langsung 2018
No Tenaga Kerja Langsung Biaya (Rp)
63
1 Upah TK Pabrik Rp.13.235.678.293
2 Upah TK Pengemasan Rp. 2.125.873.989
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.20.361.552.282
No Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya (Rp)
1 Gaji Karyawan Pabrik Rp. 3.143.897.265
2 Gaji Karyawan Tanaman Rp. 3.909.756.490
Total Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp.10.053.653.755
Total Biaya Tenaga Kerja Rp.21.415.206.037
Sumber: Laporan Biaya Tenaga Kerja PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar (2018)
Biaya tenaga kerja pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar terdapat dua unsur diataranya tenaga kerja langsung
dan tenaga kerja tidak langsung, dari hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada H. Yusran Muchsin pada tanggal 05 Januari 2020
adalah sebgai berikut:
“Tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar terbagi atas dua yaitu tenaga kerja langsung dan biayanya sebesar Rp.20.361.552.282 dan tenaga kerja tidak langsung dengan biaya sebesar Rp.10.053.653.755”
Dari hasil wawancara di atas diketahui tenaga kerja yang dimiliki
oleh PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar terdiri dari
tenaga kerja langsung dengan biaya Rp. 20.361.552.282 dan tenaga
kerja tidak langsung dengan biaya Rp. 10.053.653.755 adapun
tenaga kerja langsung yang dimiliki perusahaan ini adalah tenaga
kerja pabrik dan tenaga kerja bagian pengemasan dan tenaga kerja
tidak langsung yang dimiliki perusahaan ini adalah karyawan pabrik
dan karyawan tanaman hal ini sesuaai dengan hasil wawancara yang
64
dilakukan kepada H. Yusran Muchsin pada tanggal 05 Januari 2020
adalah sebagai berikut:
“Tenaga kerja langsung yang dimiliki perusahaan terdiri dari tenaga kerja pabrik dan tenaga kerja pengemasan tenaga kerja tidak langsung yang dimiliki oleh perusahaan kami adalah terdiri dari beberapa ahli tanaman tebu sekitar 37 orang dan karyawan pabrik yang bekerja sebagai pengawas produksi”
Dari hasil wawancara yang didapatkan diketahui tenaga kerja
langsung yang dimiliki PT. Nusantara Perkebunan XIV Pabrik Gula
Takalar total biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 20.361.552.282
dan total biaya tenaga kerja tidak langsung adalah
Rp.10.053.653.755. sehingga total biaya tenaga kerja pada PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar sebesar Rp.
21.415.206.037.
3) Biaya Overhead Pabrik
Salah satu komponen biaya overhead pabrik PT. Perkebunan
Nusantara XIV Peabrik Gula Takalar adalah biaya penolong dalam
produksi gula dan juga biaya yang dikeluarkan pada saat proses
produksi gula selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Adapun unsur-unsur biaya overhead pabrik pada PT Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik gula Takalar akan dijelaskan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5.4 Laporan Biaya Overhead Pabrik
65
2018 No Keterangan Biaya (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong Rp.2.776.113.890
2 Asuransi Gedung Rp. 534.978.344
3 Biaya Tebang dan Muat Rp.2.793.400.299
4 Biaya Alat Angkut Rp.5.213.455.097
5 Biaya Jalan dan Jembatan Rp. 213.489.302
6 Biaya Bahan bakar Rp.2.455.987.090
7 Biaya Instalasi Limbah Rp.1.209.380.446
8 Biaya Pemeliharaan Mesin Rp.3.762.900.214
9 Biaya Gedung dan Penataran Rp. 267.998.032
10 Biaya Pengemasan Gula Rp.1.344.097.455
11 Biaya Penimbunan dan angkut Gula Rp. 989.455.201
12 Penyusunan Aktiva Tetap Rp.9.432.391.314
Total Biaya Overhead Pabrik Rp.30.993.646.684
Sumber: Laporan Biaya Overhead Pabrik PT. Perkebunan Nusantara XIV (2018)
Berdasarkan perolehan biaya overhead pabrik PT. Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar pada tahun 2018 dari hasil
obesrvasi diketahui total biaya overhead pabrik adalah Rp.
30.993.646.684
b. Harga Pokok Produksi
Tabel 5.5 Laporan Harga Pokok Produksi
2018 Uraian Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Produksi
66
1. Biaya Bahan Baku Rp. 53.261.743.828
2. Biaya Tenaga Kerja Rp. 21.415.206.037
3. Biaya Overhead Pabrik Rp. 30.993.646.684
Jumlah Unit yang Diperoduksi 16.206,73 ton
Harga Pokok Produksi Rp. 105.670.596.549
Harga Pokok Produksi Per ton Rp.6.520.168
Sumber: Laporan Harga Pokok Produksi PT. Perkebunan Nusantara XIV (2018)
c. Biaya Non Produksi
Biaya non produksi pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar pada tahun 2018 adalah biaya penjualan dan biaya
administrasi/umum. Namun dalam perhitungan biaya non produksi ini tidak
termasuk dalam perhitungan laporan harga pokok produksi. Adapun
rincian biaya non produksi dari PT.Pekebunan Nusantara XIV Pabrik Gula
Takalar sebagai berikut:
Tabel 5.6 Laporan Biaya Non Produksi
2018 No Keterangan Biaya (Rp)
1 Biaya Penjualan Rp.1.765.907.434
2 Biaya Administrasi/Umum Rp. 364.857.763
Total Biaya Nonproduksi Rp.2.130.765.197
Sumber: Laporan Biaya Nonproduksi PT. Perkebunan Nusantara XIV (2018)
67
Dilihat pada penjelasan dari tabel diatas menjelaskan bahwa total
biaya nonproduksi pada PT Perkebunan Nusantara XIV sebesar
Rp.2.130.765.197, total biaya nonproduksi ini diperoleh dari penjumlahan
biaya penjualan dan biaya administrasi/umum.
2. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing
a. Mengumpulkan Informasi Tentang Laba Yang Diinginkan
Perhitungan biaya produksi dengan metode target costing yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengumpulkan informasi
mengenai target laba yang diinginkan oleh perusahaan, dalam
mengumpulkan informasi peneliti menggunakan metode wawancara
yang dilakukan kepada H. Yusran Muchsin selaku administratur PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar pada tanggal 05 Januari
2020. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut.
“pencapaian laba yang diinginkan oleh perusahaan ditargetkan sebesar 40% dari harga pokok produksi, namun pada tahun 2018 pencapaian laba kotor dari perusahaan hanya mencapai 38,5%.
Berdasarkan hasil wawancara informasi yang didapatkan laba yang
diinginkan perusahaan sebesar 40% namun laba yang berhasil dicapai
sebesar 38,5% sehingga dalam hal ini untuk dapat mencapai target laba
sebesar 40% maka dilakukanlah perhitungan biaya produksi dengan
metode target costing. Apabila menginginkan laba kotor sebesar 40% dari
harga jual sebesar Rp.9.207.762 maka perhitungannya adalah sebagai
berikut:
68
Perhitungan laba kotor yang diinginkan perusahaan
berdasarkan harga jual (Rp)
=40% X 9.207.762
=
=3.683.105
b. Menghitung Target Costing Pada Harga Jual Dikurangi Laba Kotor Yang
Diinginkan
Tahap berikutnya adalah menentukan biaya berdasarkan target
perhitungan harga jual dikurangi dengan laba kotor yang diinginkan. Maka
perhitungan biaya produksi untuk setiap unit peroduksi adalah sebagai
berkut:
Perhitungan Target Biaya Untuk Setiap /ton Produksi Yang Akan
Dicapai Dengan Target Costing
=Harga Jual – Laba Kotor Yang Diinginkan
=9.207.762 - 3.683.105
=5.524.657/ton
c. Penggunaan metode pengendalian biaya dalam target costing untuk
mengindentifikasi cara-cara hemat biaya produksi.
Cara untuk mencapai biaya berdasarkan target hal yang paling
utama perlu diperhatikan adalah kualitas dan keunggulan yang
69
ditawarkan. Untuk mencapai target coting yang telah dihitung di langkah
awal penerapan, maka penulis menawarkan adanya pengurangan biaya
produksi tanpa mengurangi nilai kualitas produk tersebut. Pengurangan
biaya produksi akan dilakukan menggunakan metode pengendalian biaya
dengan target costing yaitu dengan melakukan perubahan perolehan bibit
bahan baku tebu, mengganti penggunaan produk pupuk, mengganti
penggunaan produk herbisida, fungisida.
Berikut ini analisis beberapa biaya produksi yang dilakukan untuk
melakukan pengendalian biaya produksi.
1) Bibit Tebu
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada
administratur PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
dengan bapak H. Yusran Muchsin dimana perolehan bibit tebu
sebanyak 1.723.236 bibit tebu diperoleh dari pembelian P3GI dengan
harga Rp.10.000/koker atau per bibit, agar dapat mengendalikan
biaya bibit tebu maka PT. Perkebunan Nusantara harus melakukan
pembibitan sendiri dimana hal ini didukung dengan adanya hasil
wawancara terkait ahli tanaman tebu yang dimiliki oleh PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar sangat mendukung
untuk perusahaan melakukan pembibitan sendiri dengan
mengandalkan tenaga kerja ahli tanaman tebu yang dimiliki dan
diketahui harga benih tebu seharga Rp.4.000 dengan plastik koker
tebu seharga Rp.100/lembar dengan begitu selisih biaya bibit tebu
70
dari harga bibit P3GI mencapai Rp.5.900. Adapun rincian
perbandingan biaya bahan baku setelah target costing:
Tabel 5.7
Perbandingan Biaya Bahan Baku Tebu Setelah Target Costing (2018)
Pemakaian Bahan Baku Menurut Perusahaan
Pemakaian Bahan Baku Setelah Target Costing
1.723.236 X Rp.10.000 = Rp.17.232.360.000
1.723.236 X Rp.4.100 = Rp 7.065.267.600
Sumber: Data Diolah
Perbandingan biaya bahan baku tebu setelah target costing
hasil dari perhitungan perusahaan sebesar Rp.17.232.360 dan
menurut perhitungan target costing sebesar Rp.7.065.600.
2) Produk Pupuk
Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada H. Yusran
Muchsin mengenai produk pupuk yang menggunakan merk Pupuk
NPK Mutiara seharga Rp. 450.000 50kg dan yang digunakan
sebanyak 32.744 karung, sehingga dalam mengendalikan biaya
produksi pupuk maka hendak dilakukan pergantian produk pupuk
yyang lebih murah dengan kualitas yang sama, maka peneliti memiliki
asumsi untuk mengganti produk pupuk menggunakan produk pupuk
urea, adapun harga dari pupuk Urea sebesar Rp.250.000 /50 kg maka
selisih harga pupuk NPK Mutiara dan pupuk Urea sebesar
Rp.200.000, adapun perbandingan unsur-unsur biaya bahan baku
tebu bagian pupuk setelah target costing sebagai berikut:
Tabel 5.8
71
Perbandingan Biaya Produksi bagian Pemakaian Produk Pupuk setelah Target Costing (2018)
Biaya Pemakaian Produk Pupuk Menurut Perusahaan
(NPK Mutiara)
Biaya Pemakaian Produk Pupuk Setelah Target Costing
(Urea) 32.744 X Rp.450.000 =
Rp. 14.721.222.313 32.744 X Rp.250.000 =
Rp.8.186.000.000 Sumber : Data Diolah
Tabel 5.8 menjelaskan bahwa perhitungan biaya pemakian
bagian produk pupuk menurut perusahaan sebesar
Rp.14.721.222.313 dengan menggunakan produk pupuk NPK Mutiara
50 kg dan menurut target costing biaya pemakaian produk pupuk
adalah sebesar Rp.8.186.000.000 dengan menggunakan produk
pupuk Urea 50 kg.
3) Produk Herbisida dan Produk Fungisida
Penggunaan herbisida yang digunakan oleh PT. Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar menggunakan merk Garlon dan
fungisida menggunakan merk Antracol hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan H. Yusran Muchsin diketahui
penggunaan herbisida menggunakan merk Garlon senilai
Rp.200.000/liter dan fungisida menggunakan merk Antracol senilai
Rp.119.000 maka dari itu untuk mengendalikan biaya produksi
penggunaan herbisida dan fungisida akan digantikan oleh merk yang
lain dengan kualitas tidak berbeda. Produk herbisida merk Garlon
akan di ganti dengan merk Tabas yang senilai 180.000/Liter dan
produk fungisida merk Antracol akan diganti dengan produk dengan
merk Ziplo senilai Rp.92.000/kg. Adapun perbandingan biaya produksi
72
bagian biaya herbisida dan fungisida setelah Target Costing sebagai
berikut:
Tabel 5.9 Perbandingan Unsur Biaya Bahan Baku Bagian Herbisida Dan Fungisida
Setelah Target Costing (2018) Pemakaian Unsur Bahan Baku
Bagian Herbisida Dan Fungisida Menurut Perusahaan
Pemakaian Unsur Bahan Baku Bagian Herbisida Dan Fungisida
Setelah Target Costing 1. Herbisida
8.724 X Rp.200.000 = Rp.1.744.867.909
2. Fungisida 18.071 X Rp. 119.000 =
Rp.2.150.408.664
1. Herbisida 8.724 X Rp.120.000 =
Rp.1.570.381.118 2. Fungisida
18.071 X Rp.80.000 = Rp.1.662.500.816
Total Herbisida dan Fungisida = Rp.3.895.276.573
Total Herbisida dan Fungisida = Rp.3.232.881.934
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 5.9 dimana penggunaan produk Herbisida
(Garlon) dan fungisida (Antracol) di ganti dengan produk Herbisida
(Tabas) dan Fungisida (Ziplo), sehingga selisih dari perhitungan
menurut perusahaan sebesar Rp. 662.394.639.
d. Perbandingan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Dengan
Pehitungan Biaya Produksi Menurut Target Costing
Tabel 5.10
Perbandingan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Dengan
Perhitungan Biaya Produksi Target Costing (2018)
Uraian Biaya menurut
perusahaan (Rp).
Biaya Menurut Target Costing
Target
costing
Cost yang dapat
dicapai
(Rp)
73
A. Biaya Produksi
1. Biaya Bahan
Baku
Rp.53.261.743.828 Rp.35.897.033.263
2. Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Rp.21.415.206.037 Rp.21.415.206.037
3. Biaya Overhead
Pabrik
Rp.30.993.646.684 Rp.30.993.646.684
Total Biaya Produksi Rp.105.670.596.549 Rp.88.305.885.984
Jumlah Produksi ton 16.206,73 16.206,73
Total Biaya Produksi
/ton
Rp.6.520.168 Rp.5.524.657 Rp.5.448.717
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan dapat menghemat
biaya produksi sebesar Rp.88.305.885.984 atau Rp.5.448.717 per ton
dengan melakukan metode target costing dan pencapaian laba yang
diinginkan yaitu 40% dengan mengendalikan biaya produksi menjadi
Rp.5.524.657 terpenuhi.
B. Pembahasan
1. Perhitungan Biaya Produksi Yang Dilakukan Perusahaan
Perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan
menggunakan perhitungan sederhana, dilihat dari tabel 5.1 volume
penjualan gula eks tebu dimana penjualan pada tahun 2018 mencapai
16.206,73 ton harga setiap ton Rp.9.207.762 dan total penjualan di tahun
2018 sebanyak Rp.149.227.712.638. Penetapan harga jual dalam PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar dilihat dari seberapa besar
biaya produksi yang dikeluarkan pada tahun 2018. Namun dengan
perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan target laba yang diinginkan
74
belum tercapai dimana dari hasil wawancara telah diperoleh informasi laba
yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 40%, namun pada tahun 2018 PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar hanya mendapatkan laba
sebesar 38,5%.
2. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing
Berdasarkan target laba yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 40%
belum tercapai, dengan demikian solusi untuk mencapai target laba yang
diinginkan sebesar 40% maka perlu dilakukan perhitungan dengan metode
target costing, dalam metode ini biaya produksi akan dikendalikan dengan
cara menekan biaya produksi namun tidak mengurangi kualitas produk yang
dimiliki oleh perusahaan.
Pengendalian biaya produksi dengan metode target costing setelah
menganalisa dari perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh
perusahaan maka pengendalian biaya dilakukan pada biaya bahan baku
tebu diantaranya adalah dengan melakukan pembibitan tebu sendiri oleh
perusahaan, mengganti produk pupuk NPK Mutiara dengan produk pupuk
Urea, mengganti produk herbisida (Garlon) dan fungisida (Antracol) dengan
herbisida (Tabas) dan fungisida (Ziplo).
a. Pengendalian Biaya Bibit Tebu Metode Target Costing
Perolehan bibit tebu pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar diperoleh dengan membelinya di P3GI dengan harga
Rp.10.000 per bibit, jumlah bibit yang dibeli oleh PT. Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar sebanyak 1.723.236 dengan harga
75
keseluruhan mencapai Rp.17.232.360.000. dengan hal pengendalian
biaya yang harus dilakukan adalah dengan cara melakukan pembibitan
sendiri, harga benih bibit seharga Rp.4000 dan plastik koker seharga
Rp.100 sehingga jumlah keseluruhan bibit yang disediakan seharga Rp
7.065.267.600 dengan hal tersebut pengendalian biaya produksi dengan
target costing pada perolehan bibit dengan melakukan pembibitan
sendiri berhasil dilakukan sebanyak Rp.5.900 atau secara keseluruhan
jumlah bibit Rp.10.167.092.400 sehingga dapat disimpulkan bahwa
target costing dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya
produksi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fransiska Kusumadewi dalam penelitiannya “Analisis Pendekatan Terget
Costing sebagai Alat Untuk Melakukan Efisiensi Produksi” tahun 2017
dimana hasil penelitian ini biaya produksi dikendalikan dengan metode
target Costing dengan mengendalikan biaya bahan baku pada produksi
pisang coklat dengan menanam sendiri pisang dengan mengandalkan
lahan kosong pada perusahaan dibanding membeli langsung pada
pemasok pisang.
b. Pengendalian Biaya Penggunaan Produk Pupuk Metode Target Costing
Penggunaan produk pupuk oleh PT. Perkebunan Nusantara XIV
Pabrik Gula Takalar menggunakan produk pupuk NPK Mutiara 50 kg
dengan harga Rp.450.000 per karung dan jumlah pupuk yang digunakan
selama tahun 2018 dalam tanaman tebu sebanyak 32.744 karung, untuk
76
dapat mengendalikan biaya produksi bagian pupuk maka produk pupuk
NPK Mutiara diganti dengan menggunakan produk pupuk Urea dengan
harga Rp.250.000 per karung atau secara keseluruhan sejumlah
Rp.8.186.000.000.
Alasan peneliti mengganti produk pupuk menggunakan pupuk Urea
disamping harganya lebih murah juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas tebu dimana kandungan senyawa nitrogen pada pupuk Urea
mencapai 46% jauh lebih tinggi di banding kandungan senyawa nitrogen
pada pupuk NPK Mutiara yang hanya mencapai 40%. Senyawa nitrogen
sangat berengaruh terhadap tanaman tebu karena dengan asupan
senyawa nitrogen yang cukup besar akan menghasilkan tebu yang
manis dan berkualitas.
Pengendalian biaya produksi dengan metode target costing pada
produk pupuk biaya yang dikendalikan dari Rp. 14.721.222.313 menjadi
Rp.8.186.000.000 sehingga dapat disimpulkan terget costing dapat
digunakan sebagai pengendalian biaya produksi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurul Ikhsan Arifin, Herman Karamo, Melly Kalalo dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Target Costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya
Produksi Untuk Peningkatan Laba Kotor Pada Mandala Bakery” tahun
2016, dimana dalam penelitiannya pengendalian biaya dengan metode
target costing yang dilakukan dalam perolehan bahan baku roti dengan
mengganti produk tepung bintang dengan tepung gunung dengan jumlah
77
kg yang sama dan kualitas yang sama sehingga dapat mengurangi atau
mengendalikan biaya produksi pada mandala bakery.
c. Pengendalian Biaya Penggunaan Produk Herbisida Dan Fungisida
Metode Target Costing
Penggunaan produk herbisida dan fungisida pada perusahaan
yaitu dengan menggunakan herbisida merk Garlon dan fungisida dengan
merk Antracol yang dimana harga dari Garlon sebesar Rp.200.000/liter
dan jumlah keseluruhan liter yang digunakan di tahun 2018 sabanak
8.724 liter untuk Antracol sebesar Rp.119.000/kg dan jumlah kilogram
yang digunakan di tahun 2018 mencapai 18.071 kg.
Pengendalian biaya dengan metode target costing yaitu dengan
mengganti produk herbisida merk Garlon dengan Tabas dan mengganti
fungisida merk Antracol dengan Ziplo. Harga Taba sebesar
Rp.120.000/liter dan harga Ziplo sebesar Rp.80.000/kg alasan peneliti
mengganti produk herbisida dengan merk Tabas karena dimana pada
herbisida merk Tabas dalam membunuh rumput jauh lebih kuat
dibanding dengan Garlon namun kebanyakan petani tidak
menggunakannya disebabkan jika cairan pada tabas menyentuh batang
dari tanaman tebu maka tebu akan mati, sehingga untuk mengatasi
masalah tersebut tenaga kerja tanaman tebu dapat menyemprot terlebih
dahulu lahan yang akan di gunakan dalam menanam bibit tebu sebelum
bibit tebu di tanam sehingga dengan demikian tanaman tebu tidak
dikwatirkan lagi akan mati.
78
Fungisida merk Ziplo alasan peneliti menggunakan fungisida merk
tesebut dimana pada kandungan fungisida merk Antracol dengan
kandungan fungisida merk Ziplo sama namun harga Ziplo terbilang lebih
murah disebabkan merk Ziplo termasuk baru dalam dunia pasar
sehingga harganya relatif rendah guna untuk menarik simpati pelanggan
sebab itu perusahaan dapat memanfaatkan hal tersebut.
Dalam pengendalian biaya metode target costing biaya yang dapat
dikendalikan pada produk herbisida dan fungisida dari Rp.3.895.276.573
menjadi Rp.3.232.881.934 sehingga dapat simpulkan taget costing dapat
digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Anngast
Giovani 2015 dalam penelitiannya “Analisis Penerapan Target Costing
Dalam Penentuan Harga Jual Dan Efesiensi Biaya Produksi Pada
Restoran Ribbone Hause”. Hasil dari penelitian ini dimana metode target
Costing dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi
dimana dalam penggunaan es batu balok ukuran 30cm dengan harga
Rp.1000 di ganti dengan es batu dengan ukuran 100cm dengan harga
Rp.3000 sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat diefesienkan.
Berdasarkan laba yang diinginkan oleh perusahaan PT.
Perkebunan Nusantara XIV menginginkan laba sebesar 40% untuk
dapat mencapai laba yang diinginkan maka biaya produksi harus
dikendalikan sehingga mencapai Rp.5.524.657. Dengan melakukan
pengendalian terhadap biaya produksi menggunakan target costing,
79
pengendalian biaya produksi yang dicapai sebesar Rp.5.448.717
sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya produksi dengan
metode target costing dapat digunakan sebagai pengendalian biaya
produksi pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
80
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan perhitungan target costing dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar dimana
biaya produksi dari Rp.105.670.596.549 dapat dikendalikan menjadi
Rp.88.305.885.984 dari volume penjualan sebesar Rp.149.227.712.638 dan laba
kotor per ton sebesar Rp.2.687.594 meningkat menjadi Rp.3.759.045 per ton
setelah target costing, pengendalian biaya tersebut dilakukan dengan cara
melakukan penangkaran bibit tebu sendiri oleh pihak perusahaan, mengganti
produk pupuk NPK Mutiara menjadi produk pupuk Urea dengan kualitas yang
sama, mengganti produk herbisida (Garlon) dan fungisida (Antracol) menjadi
produk herbisida (Tabas) dan fungisida (Ziplo).
sehingga dalam mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan sebanyak
40% dengan menjalankan metode Target Costing dapat tercapai.
B. Saran
Adapun saran yang diperoleh penulis terhadap hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan disarankan untuk terus berusaha melakukan penghematan
biaya agar memperoleh laba yang diharapkan.
2. Perusahaan PT Perkebunan Nusantara XIV Takalar dapat menerapkan
target costing pada saat pembuatan produk baru agar perusahaan
81
3. mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh laba
yang diharapkan.
4. Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan varibel indpenden yang
berkaitan dalam penelitian ini sehingga dalam mencapai hasil penelitian
yang lebih akurat.
82
DAFTAR PUSTAKA
Amelia A.A lambajang. 2013. Analisi Biaya Produksi Mengunakan Metode Variable Costing PT Tropica Cocoprima: Jurnal EMBA Vol.1 No 3 Juni 2o13
Angasta Giovani. 2015. Analisis penerapan metode target costing dalam penentuan harga jual dan efesiensi biaya produksi pada Restoran Ribbone Hause: Universitas Kristen Marantha.
Anriani. 2018. Analisis Target Costing Sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT.Semen Tonasa Pangke: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Dunia Ahmad, Dan Firdaus. 2018. Akuntansi Biaya. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Eka G Anugrah,Imam M, Dan Nining I Wahyuni. 2017. Penerpan target costing dalam pengelolaan biaya produksi untuk optimalisasi laba: Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi,2017, Volume IV (1): 19-23.
Firdaus,Abdullah, & Wasilah. 2012. Akuntansi Biaya, Jakarta: Salemba empat.
Garrison,H.Ray, Eric W Noreen, Dan Peter C. Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. (terjemahan: A.Totok Budisantoso), Buku I, Edisi Kesebelas. Jakarta: Salembah Empat.
Hafid Chaidir. 2017. Analisis harga pokok produksi dan penerapan target costing pada UD Wajuku Makassar : Universitas Hasanuddin.
Harahap.Sofyan Syafri. 2015. Analisi Kritis atas laporan Keuangan.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ihsan, Dienul. 2013. Analisis Penetapan Target Costing Terhadap Harga Pokok Produksi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada PT. Semen Tonasa: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
Jannah Mukhlishotul. 2018. Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Tingkat Penjualan Terhadap Laba Kotor: UIN Sultan Maulana asanuddin Banten
Kusumadewi Fransiska. 2017. Analisis Pendekatan target costing sebagai alat untuk melekaukan Efinsensi Produksi studi kasus pada askha jaya Lampung: Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yokyakarta.
83
Meily Kalao.Nurul Iksan Arifin, Dan Herman K,.2016. Analisis target costing dalam uapaya pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba kotor pada Mandala Bakery: Jurnal Berkala Llmiah Efisiensi.
Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.
Nafarin, M. 2012. pengangguran Perusahaan. Jakarta: Selemba Empat
Putra.2014.Penerapan Metode Jus In Time untuk meningkatkan Efisensi Biaya Persedian Bahan Baku. Surabaya: Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vo.No 1
Ridzal Nining Asniar.2019. Biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi pada usaha paving block CV. Batako anugerah bau bau: Jurnal Ilmuh akuntansi Manajemen Volume 2 Nomor 1.
Rustami. 2014. Pengaruh Biaya Produksi,Biaya Promosi dan volume penjuala terhadaplaba pada Perusahaan Kopi Bubuk Banyunatis,Universitas Pendidikan Ganesa Vol 2 No 2
Salman, Kaustar Rizal. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Indeks
Siregar, Baldric,dkk. 2013.Akuntansi Biaya.Edisi 2 selemba Empat, Jakarta
Sujarsi,Lukman. 2013.Akuntansi Biaya. Cetakan I PT Ideks,Jakarta
Surbramanyam. K. R Dan John J. Wild. 2014. Analisis laporan Keuangan Penerjemah Dewi Y. Jakarta:Salemba Empat.
Surjaweni,Wiratna. 2015. Akuntansi Biaya Teori dan Penerapannya,Pustaka Baru Press ,Yogyakarta.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: EKONISIA.
Titin. 2016. Peranan Anggaran Produksi Sebagai Dasar Penghitungan Biaya Pemakaian Bahan Baku Pada Ud. Sumberagung Lamongan: Universitas Islam Lamongan
Tertius Cl,Cr. 2016. Analisis penetapan target cossting dan activity-Based Costing sebagai alatnatu manajemen Dalam pengendalian baiya produksi pada bogor bekery: Jurnal EMBA Vol.4 No. Maret 2016,
Widilestariningtyas, Ony, Sri Dewi Anggaadini dony Waluya firdaus. 2012. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama,Graha ilmu Yogyakarta
84
LAMPIRAN
Lampiran 1: Lampiran Wawancara
1. Dalam pencapaian laba perusahaan berapa persenkah pencapaian laba
yang diinginkan oleh perusahaan?
2. Bagaimanakah cara memperoleh bibit tebu oleh perusahaan ini?
3. Berapakah jumlah bibit tebu yang digunakan oleh perusahaan ini?
4. Apakah jenis pupuk yang gunakan oleh perusahaan dalam proses
pertanian tebu?
5. Berapakah jumlah penggunaan pupuk dalam perusahaan ini?
6. Apakah perusahaan memilki ahli tanaman tebu dalam pertanian tebu?
7. Apakah jenis herbisida yang di gunakan dalam pertanian tebu di
perusahaan ini?
8. Berapakah jumlah penggunaan herbisida di perusahaan ini?
9. Apakah jenis fungisida yang digunakan dalam pertanian tebu di
perusahaan ini?
10. Berapakah jumlah fungisida yang digunakan oleh perusahaan ini?
85
Lampiran 2: Laporan Volume Penjualan PT Prekebuan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
Laporan Volume Pejualan
2018 No Uraian Realisasi
1 Penjualan (ton)
Gula eks batu 16.206,73
2 Harga jual (Rp)
Gula eks batu Rp.9.207.762
3 Nilai penjualan (Rp)
Gula eks batu Rp.149.227.712.638
4 Total penjualan Rp.149.227.712.638
Lampiran 3: Unsur-Unsur Pembentuk Perolehan Biaya Bahan Baku Tebu PT Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Takalar
Perolehan Biaya Bahan Baku Tebu
2018 No Keterangan Biaya (Rp)
1 Kebun Bibit Utama Pokok Rp. 3.745.111.098
2 Kebun Bibit Pokok Rp. 3.179.657.828
3 Kebun Bibit Nenek Rp. 3.211.381.098
4 Kebun Bibit Induk Rp. 3.199.121.200
5 Kebun Bibit Datar Rp. 3.897.089.989
6 Pupuk NPK Mutiara Rp.14.721.222.313
7 Herbisida, fungisida, inteksida Rp. 6.439.042.671
8 Penggarapan Lahan Rp. 5.875.902.345
9 Imbalan Penggunaan Lahan Rp. 5.764.987.012
10 Lain-Lain Rp. 3.228.228.274
Total Biaya Bahan Baku Tebu Rp.53.261.743.828
86
Lampiran 4: Laporan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung PT Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
Laporan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
2018
No Tenaga Kerja Langsung Biaya (Rp)
1 Upah TK Pabrik Rp.13.235.678.293
2 Upah TK Pengemasan Rp. 2.125.873.989
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.20.361.552.282
No Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya (Rp)
1 Gaji Karyawan Pabrik Rp. 3.143.897.265
2 Gaji Karyawan Tanaman Rp. 3.909.756.490
Total Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp.10.053.653.755
Total Biaya Tenaga Kerja Rp.21.415.206.037
Lampiran 5: Laporan Biaya Overhead Pabrik PT Perkembunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
Laporan Biaya Overhead Pabrik
2018
No Keterangan Biaya (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong Rp.2.776.113.890
2 Asuransi Gedung Rp. 534.978.344
3 Biaya Tebang dan Muat Rp.2.793.400.299
4 Biaya Alat Angkut Rp.5.213.455.097
5 Biaya Jalan dan Jembatan Rp. 213.489.302
6 Biaya Bahan bakar Rp.2.455.987.090
7 Biaya Instalasi Limbah Rp.1.209.380.446
8 Biaya Pemeliharaan Mesin Rp.3.762.900.214
9 Biaya Gedung dan Penataran Rp. 267.998.032
87
10 Biaya Pengemasan Gula Rp.1.344.097.455
11 Biaya Penimbunan dan angkut Gula Rp. 989.455.201
12 Penyusunan Aktiva Tetap Rp.9.432.391.314
Total Biaya Overhead Pabrik Rp.30.993.646.684
Lampiran 6: Laporan Biaya Nonproduksi PT Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar
Laporan Biaya Nonproduksi
2018
No Keterangan Biaya (Rp)
1 Biaya Penjualan Rp.1.765.907.434
2 Biaya Administrasi/Umum Rp. 364.857.763
Total Biaya Nonproduksi Rp.2.130.765.197
88
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Rahmat, Lahir pada tanggal 09 Agustuss 1996
di Darrah, Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang. Penulis ini adalah anak pertama dari 4 bersaudara
dari pasangan Bapak Amiruddin dan Ibu Anning. Jenjang
pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah
Sekolah Dasar di SDN 123 Banti tahun 2009, setelah tamat dari SD penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Baraka pada tahun 2012, Kemudian
melanjutkan pendidikan di MA Negeri 1 Baraka dan lulus pada tahun 2015.
Selanjutnya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan memilih
program studi akuntansi pada fakultas ekonomi dan bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar dan selesai pada tahun 2020 dengan gelar sarjana
ekonomi . Pengalaman organisasi penulis MA Negeri 1 Baraka yaitu Pakis.
Dalam dunia kampus penulis terus mengembangkan diri dengan bergabung di
beberapa organisasi baik internal maupun eksternal kampus, seperti Himpunan
Mahasiswa Jurusan Akuntansi (Himansi), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
PT. Kampus Biru (HIPMI).