Upload
lytruc
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE
DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
SUKARELA (VOLUNTARY DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
WAHYUNI WIJAYANTI
NIM : 109082000157
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Wahyuni Wijayanti
2. Tempat, Tanggal lahir : Pekalongan, 6 Oktober 1989
3. Alamat : Slawi Kulon RT 003/001
Kec. Slawi, Kab. Tegal
4. Telepon : 0856 9788 0265
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Panjang Wetan 02 Pekalongan Tahun 1995-2001
2. SMP Negeri 01 Pekalongan Tahun 2001-2004
3. SMA Negeri 01 Pekalongan Tahun 2004-2007
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Akuntansi)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi Keuangan Usaha ATK Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah periode 2011
2. Divisi Keuangan Usaha Cafetaria Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah periode 2012
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Katnawi
2. Ibu : Endang Sugati
3. Alamat : Slawi Kulon RT 003/001, Kab. Tegal
4. Anak ke dari : 6 dari 6 bersaudara
vii
ABSTRACT
This study was to analyze the effect of voluntary disclosure in the annualreport to the corporate governance and company characteristic. Corporategovernance was reflected by the proportion of independent commissioners andcommissioners size, while the characteristic of the company was reflected bycompany size, profitability and leverage. In this study, the population was publiclytraded manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange the period2009 to 2011. Sampling technique was done by purposive sampling. Number ofmanufacturing companies that used a sample of 58 companies for a total studysample was 174 annual reports. The analytical method used was multipleregression analysis.
Results of this study indicated that company size has significant effectpositively with regression coefficient 0,016 and significant degree is 0,035.Leverage has negative significant effect with regression coefficient -0,024 andsignificant degree is 0,009. While the proportion of independent commissioners,commissioners size, and profitability didn’t have significant effect on voluntarydisclosure in the annual report.
Keywords: Voluntary Disclosure, Proportion of Independent Commissioners,Commissioners Size, Company Size, Profitability, and Leverage
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh antara pengungkapansukarela dalam laporan tahunan dengan corporate governance dan karakteristikperusahaan. Corporate governance dicerminkan dengan proporsi dewan komisarisindependen dan ukuran dewan komisaris, sedangkan karakteristik perusahaandicerminkan dengan ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Populasidalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar diBEI periode 2009 sampai 2011. Teknik pengambilan sampel dilakukan denganpurposive sampling. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampelsebanyak 58 perusahaan sehingga total sampel penelitian adalah 174 laporantahunan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruhsignifikan positif dengan koefisien regresi sebesar 0,016 dan tingkat signifikansi0,035. Variabel leverage berpengaruh signifikan negatif dengan koefisien regresisebesar -0,024 dan tingkat signifikansi 0,009. Sedangkan proporsi dewankomisaris independen, ukuran dewan komisaris dan profitabilitas tidakberpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
Kata kunci : Pengungkapan Sukarela, Proporsi Dewan Komisaris Independen,Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, danLeverage.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
sebagai uswatun khasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju
terang benderang.
Tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik bantuan secara moril
maupun materiil. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada
1. Kedua orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang, motivasi,
doa tiada henti dan dukungan untuk menjadi yang terbaik.
2. Keluarga besar di Pekalongan dan Tegal yang selalu mendoakan dan
memberi semangat kepada penulis. Semua kakak penulis yang selalu
memberikan motivasi untuk menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri
terutama makis. Terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan
skripsi ini.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan serta
dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
x
8. Seluruh dosen yang telah mengajarkan ilmunya dan karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
materiil kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik. Namun tidak mustahil jika pepatah, ”tak ada
gading yang tak retak“ masih ada dalam penyusunan skripsi ini. Kesempurnaan
skripsi ini memang semata-mata adalah berkat karunia Allah SWT. Oleh karena
itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Mei 2013
Wahyuni Wijayanti
xi
DAFTAR ISI
No Keterangan Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................1
B. Perumusan Masalah..........................................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................10
1. Tujuan Penelitian ......................................................................10
2. Manfaat Penelitian ....................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur .........................................................................12
xii
1. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan ...................................12
a. Pengertian Pengungkapan ....................................................12
b. Tujuan Pengungkapan ......................................................... 14
c. Jenis Pengungkapan .............................................................15
d. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) ..................16
2. Corporate Governance .............................................................21
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen .............................. 23
b. Ukuran Dewan Komisaris .................................................... 24
3. Karakteristik Perusahaan ......................................................... 26
a. Ukuran Perusahaan ............................................................. 27
b. Profitabilitas ........................................................................ 29
c. Leverage .............................................................................. 31
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ................ 34
1. Proporsi dewan komisaris independen dengan pengungkapan
sukarela .................................................................................... 34
2. Ukuran dewan komisaris dengan pengungkapan sukarela ...... 34
3. Ukuran perusahaan dengan pengungkapan sukarela ............. 35
4. Profitabilitas dengan pengungkapan sukarela .......................... 35
5. Leverage dengan pengungkapan sukarela ............................... 36
6. Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage dengan
pengungkapan sukarela ............................................................ 36
C. Penelitian Sebelumnya ................................................................ 37
xiii
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 42
E. Hipotesis ...................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 48
1. Penelitian Pustaka (Library Research) .................................... 48
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ......................................48
D. Metode Analisis Data .................................................................... 49
1. Statistik Deskriptif .....................................................................49
2. Uji Asumsi Klasik......................................................................49
a. Uji Multikolonieritas.............................................................50
b. Uji Heteroskedatisitas ...........................................................50
c. Uji Normalitas.......................................................................51
d. Uji Autokorelasi ...................................................................51
3. Uji Hipotesis ..............................................................................52
4. Uji Statistik ................................................................................53
a. Koefisien Determinasi .........................................................53
b. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F)..................................54
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t) ..............55
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 55
1. Variabel Dependen (terikat) ......................................................55
2. Variabel Independen (bebas) ....................................................60
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 64
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 64
1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................64
2. Deskripsi Sampel Penelitian ......................................................66
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian..................................................69
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................69
2. Uji Asumsi Klasik .....................................................................73
a. Uji Multikolonieritas.............................................................74
b. Uji Heteroskedatisitas .......................................................... 75
c. Uji Normalitas ..................................................................... 77
d. Uji Autokorelasi ...................................................................79
3. Uji Hipotesis ..............................................................................81
a. Koefisien Determinasi ..........................................................81
b. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F)..................................82
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t) ...............83
4. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 86
BAB V PENUTUP...........................................................................................93
A. Kesimpulan.....................................................................................93
B. Implikasi ........................................................................................95
C. Saran ...............................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................101
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian – penelitian Terdahulu.............................................................. 37
3.1 Operasional Variabel ................................................................................ 63
4.1 Proses Seleksi Sampel .............................................................................. 67
4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ............................................................. 68
4.3 Statistik Deskriptif .................................................................................... 70
4.4 Uji Multikolonieritas Sebelum Lag Y....................................................... 74
4.5 Uji Multikolonieritas Setelah Lag Y ........................................................ 75
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Lag Y ......................................... 76
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Lag Y ........................................... 77
4.8 Hasil Uji Normalitas Sebelum Lag Y ...................................................... 78
4.9 Hasil Uji Normalitas Setelah Lag Y.......................................................... 79
4.10 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Lag Y ................................................... 80
4.11 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Lag Y....................................................... 80
4.12 Koefeisien Determinasi (Adjusted R Square) ......................................... 82
4.13 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................................... 83
4.14 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............................. 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran..................................................................... 44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Nama Perusahaan Sampel Berdasarkan Jenis Produk ................. 101
2 Indeks Pengungkapan Sukarela (VD) .................................................. 105
3 Corporate Governance ........................................................................ 108
4 Karakteristik Perusahaan ..................................................................... 111
5 Hasil Output SPSS Sebelum lag Y ...................................................... 116
6 Hasil Output SPSS Setelah Lag Y ....................................................... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan – perusahaan di Indonesia yang sudah melakukan
penawaran saham kepada publik (go public) wajib menyampaikan laporan
keuangan perusahaan secara periodik. Hal ini dikarenakan laporan
keuangan perusahaan merupakan sumber informasi bagi para investor
untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal. Selain itu, laporan
keuangan perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban pihak
manajemen kepada pemegang saham atas pengelolaan sumber daya
perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tujuan laporan
keuangan yaitu menyampaikan informasi yang menyangkut posisi
keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan perusahaan yang disampaikan kepada Bapepam dapat berupa
laporan keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan tersebut
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian
integral laporan keuangan. Sedangkan laporan tahunan adalah laporan
yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan keuangan)
dan informasi non-keuangan (Sudarmadji dan Sularto, 2007:1).
1
2
Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan merupakan suatu
komponen yang signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas publik.
Perusahaan diharapkan lebih transparan dan akuntabilitas dalam
pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Informasi yang ada dalam
laporan tahunan menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan
seperti investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya. Informasi
tersebut diharapkan mampu mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian
yang dihadapi para pengambil keputusan. Agar informasi yang terdapat
dalam laporan tahunan dapat dipahami oleh penggunanya, perusahaan
memerlukan pengungkapan (disclosure) secara memadai. Disclosure yang
luas dibutuhkan oleh pengguna informasi khususnya investor dan kreditor
guna mengambil keputusan investasi. Namun, tidak semua informasi yang
dimiliki perusahaan harus diungkapkan secara detail dan transparan.
Menurut Darrough (1993) dalam Almilia dan Retrinasari (2007:1),
pengungkapan laporan tahunan dibagi menjadi dua, yaitu pengungkapan
wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah
pengungkapan yang disyaratkan oleh standar akuntansi dan peraturan yang
berlaku. Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah
pengungkapan yang bebas dilakukan manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang
relevan untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan tahunan.
3
Selama ini, kebijakan luas pengungkapan sukarela dapat berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perbedaan luas
pengungkapan sukarela tersebut menurut Hardiningsih (2008:67) dapat
dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti budaya perusahaan,
bidang usaha, proses produksi, pasar, sumber daya dan lain-lain. Struktur
meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban. Kinerja (performance) meliputi likuiditas perusahaan
dan laba (profitabilitas). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi faktor-
faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan.
Pengungkapan (disclosure) dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan
terkadang membuat pengungkapan yang lebih luas guna mendapatkan
keuntungan. Tampaknya, kompetisi atas investasi dana merupakan faktor
pendorong utama dalam meningkatkan pengungkapan oleh perusahaan.
Disclosure juga menjadi salah satu upaya mewujudkan transparansi dalam
dunia bisnis sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan
keuangan. Merebaknya skandal akuntansi yang terjadi di dunia menjadi
penyebab menurunnya tingkat kepercayaan para pengguna laporan
tahunan terutama para investor.
Skandal akuntansi yang pernah terjadi menimpa perusahaan tekstil
raksasa Jepang, Kanebo Limited. Perusahaan melambungkan keuntungan
sebesar $2 milyar lebih dari 5 tahun periode. Health South Corporation
juga melakukan kecurangan dengan overstated pendapatan perusahaan
sebesar $14 milyar untuk memenuhi harapan investor. Kasus – kasus ini
4
telah melanggar prinsip corporate governance (www.bizcovering.com/
history). Prinsip ini meliputi prinsip transparansi terutama informasi dalam
mengambil keputusan dan mempengaruhi harga saham. Kasus akuntansi
tersebut dapat diminimalisir apabila perusahaan menerapkan
pengungkapan yang lebih transparan dan lebih luas guna melindungi
kepentingan publik dan mampu menjawab kekhawatiran investor.
Di sisi lain pengungkapan sukarela juga menjadi value added di mata
investor. Salah satunya pengungkapan sukarela mengenai pengelolaan
lingkungan hidup yang penting bagi keberlangsungan industri manufaktur.
Isu lingkungan menjadi salah satu pendorong inovasi dan peningkatan
daya saing bagi perusahaan (www.menlh.go.id). Peningkatan daya saing
ini akan berdampak pada nilai perusahaan di mata investor yang
mempengaruhi harga saham perusahaan.
Perusahaan yang menerapkan corporate governance akan menjadi
daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Penerapan
corporate governance akan berdampak pada pengungkapan informasi
perusahaan kepada publik sehingga mengurangi asimetri informasi.
Investor menjadi merasa yakin bahwa dana yang diinvestasikannya
digunakan secara efisien dan efektif untuk kepentingan perusahaan, bukan
kepentingan manajemen. Corporate governance yang baik sejatinya akan
memberikan perlindungan bagi para pihak pemangku kepentingan dalam
perusahaan seperti misalnya pemegang saham (investor) dan kreditor,
sehingga mereka akan mendapat feedback atas investasi yang ditanamkan.
5
Selain itu, karakteristik perusahaan juga erat kaitannya dengan
pengungkapan (disclosure) informasi atas perusahaan. Karateristik
perusahaan seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage
menunjukkan posisi keuangan dan kondisi perusahaan. Kondisi ini
mencerminkan bagaimana manejemen mengelola perusahaan dengan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Apabila
kinerja perusahaan baik, manajemen akan melakukan pengungkapan yang
lebih luas, begitu pun sebaliknya.
Penelitian mengenai pengaruh corporate governance telah dilakukan
oleh Linda dan Febrianty (2010). Dalam penelitiannya tersebut
membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan
positif dengan voluntary disclosure. Allegrini dan Greco (2011) serta Al-
Janadi, et al (2013) juga menemukan bukti adanya korelasi positif antara
ukuran dewan komisaris dengan jumlah pengungkapan sukarela. Namun,
Primastuti dan Achmad (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
jumlah dewan komisaris tidak berhubungan dengan luas pengungkapan
informasi strategis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi
dewan komisaris independen berpengaruh signifikan dan positif terhadap
luas pengungkapan informasi strategis. Nandi dan Ghosh (2012)
mengemukakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap voluntary disclosure. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Wijaya (2009) dan Achmad (2012) yang menunjukkan bahwa
proporsi dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap
6
pengungkapan sukarela. Hasil yang masih beragam membuat peneliti
tertarik untuk menguji kembali pengaruh ukuran dewan komisaris dan
proporsi dewan komisaris independen terhadap pengungkapan sukarela.
Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang luas. Hal ini
sejalan dengan penelitian Hardiningsih (2008), Mujiyono dan Nany
(2010), dan Septiani (2011). Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas akan melakukan disclosure
yang lebih luas. Barako (2007) dalam penelitiannya di Kenya
membuktikan adanya korelasi positif antara ROA dan pengungkapan
sukarela. Hal ini sejalan dengan penelitian Rouf (2010) yang menemukan
bukti bahwa profitabilitas mempunyai hubungan dengan pengungkapan
sukarela. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2008) dan
Septiani (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan sukarela.
Barako (2007), Nandi dan Ghosh (2012) serta Primastuti dan Achmad
(2012) menemukan bukti adanya pengaruh signifikan antara leverage dan
pengungkapan sukarela. Namun, Mujiyono dan Nany (2010) dan Septiani
(2011) mengungkapkan bahwa leverage perusahaan tidak berpengaruh
terhadap luas voluntary disclosure.
Berdasarkan uraian di atas, penting untuk mencermati penerapan
mekanisme corporate governance sehingga diharapkan pengungkapan
sukarela dapat diterapkan oleh perusahaan. Corporate governance dalam
7
penelitian ini mengacu pada proporsi dewan komisaris independen dan
ukuran dewan komisaris dalam sebuah perusahaan. Karakteristik dari
masing-masing perusahaan juga akan mempengaruhi perusahaan dalam
melakukan voluntary disclosure. Karakteristik perusahaan ini meliputi
ukuran perusahaan, profitabilitas yang diperoleh perusahaan dan leverage
perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate Governance dan
Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela
(Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2011)“.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Primastuti dan Achmad (2012). Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Penelitian ini menggunakan tiga tahun periode laporan tahunan yaitu
tahun 2009, 2010 dan 2011. Penelitian yang dilakukan sebelumnya
hanya menggunakan dua periode yaitu tahun 2009 dan 2010.
2. Penelitian ini tidak menggunakan variabel kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian
ini hanya menggunakan variabel proporsi dewan komisaris
independen dan jumlah dewan komisaris dalam memproksikan
penerapan corporate governance di perusahaan sampel. Hal ini
dikarenakan pada penelitian sebelumnya kepemilikan institusional
8
dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap luas pengungkapan sukarela. Selain itu, proporsi dewan
komisaris independen dan jumlah dewan komisaris yang digunakan
dalam penelitian ini sudah mampu mewakili penerapan corporate
governance yang bertindak sebagai dewan komisaris dalam
mengawasi kegiatan agen (manajemen) dan melindungi kepentingan
prinsipal (pemegang saham).
3. Indeks pengungkapan sukarela dalam penelitian ini menggunakan 47
item pengungkapan, sedangkan penelitian terdahulu hanya
menggunakan 8 item indeks pengungkapan informasi strategis.
Peneliti menggunakan variabel corporate governance yang terdiri atas
proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris.
Sedangkan karakteristik perusahaan dalam penelitian ini terdiri atas
ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Pemilihan variabel
proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris ini
menjadi menarik perhatian karena kedua komponen ini sangat erat
kaitannya dengan pengungkapan yang akan dilakukan perusahaan.
Karakteristik perusahaan juga menjadi sorotan dalam pengungkapan
karena hal ini menyangkut kondisi perusahaan itu sendiri yang akan
diinformasikan ke publik. Selain itu, penelitian terdahulu yang masih
memberikan hasil beragam membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
6. Apakah proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan
berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
a. Menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen tehadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
b. Menguji pengaruh ukuran dewan komisaris tehadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
c. Menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
d. Menguji pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
e. Menguji pengaruh leverage terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
f. Menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage
perusahaan secara simultan terhadap pengungkapan sukarela
11
(voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu
pengetahuan khususnya bidang ekonomi. Hasil penelitian juga
diharapkan memperluas dan memperkuat penelitian sebelumnya.
b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan aspek
pengungkapan laporan tahunan perusahaan khususnya
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) agar akuntabilitas
publik dan transparansi dapat tercapai.
c. Investor
Penelitian ini dapat menambah informasi bagi investor sebagai
alat bantu pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
d. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong pemerintah
memperluas item pengungkapan dalam laporan tahunan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
a. Pengertian Pengungkapan
Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan menjadi ajang
untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor terutama
pengungkapan yang bersifat sukarela. Laporan tahunan adalah laporan
yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan
keuangan) dan informasi non-keuangan. Laporan keuangan adalah
informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan
kepada pihak eksternal dan internal perusahaan. Sedangkan informasi
non-keuangan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan
pengungkapannya tergantung dari kondisi dan kebutuhan masing-
masing perusahaan. Laporan tahunan menjadi media komunikasi
informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham,
kreditor, dan stakeholder. Selain itu, laporan tahunan juga dijadikan
media pertanggungjawaban manajer dalam pelaksanaan tugasnya
menjalankan perusahaan.
Hendriksen dan Breda (2002:429) mengemukakan bahwa
pengungkapan diartikan sebagai penyampaian (release) informasi.
Para akuntan cenderung menggunakan dalam batasan yang lebih
12
13
sempit, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang perusahaan
dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan.
Pengungkapan (disclosure) berarti memberikan data yang
bermanfaat kepada pihak yang memerlukan, dalam hal ini
stakeholder. Dalam laporan keuangan, disclosure mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan
yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri, 2001
dalam Hardiningsih, 2008:69). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan adalah penyampaian informasi atau data mengenai
kegiatan perusahaan kepada para pemangku kepentingan, terutama
shareholder (pemegang saham).
Standar dan praktik dalam pengungkapan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu undang-undang, tingkat perkembangan
ekonomi, politik, pendidikan, budaya, dan faktor lainnya. Perusahaan
go public yang kepemilikannya ada pada pemegang saham
menekankan proteksi terhadap investor. Pengungkapan yang lebih
luas menjadi salah satu upaya dalam merespon akuntabilitas
perusahaan terhadap masyarakat luas (publik). Perlindungan terhadap
investor dilakukan oleh sebagian besar bursa saham dengan lembaga
peraturan professional dan pemerintah dengan menentukan laporan
dan kebutuhan akan adanya pengungkapan informasi perusahaan.
Informasi ini diharapkan mampu dijadikan dasar bagi investor untuk
mengevaluasi kinerja dan prospek perusahaan.
14
Proteksi terhadap investor dilakukan dengan cara penerimaan
informasi dan pengawasan secara berkala. Pengungkapan yang
dilakukan perusahaan harus memadai agar investor dapat
membandingkan antar perusahaan (komparabilitas) sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Selain itu,
pengungkapan yang menyeluruh dan dapat dipercaya akan
meningkatkan kepercayaan investor, di mana akan berdampak pada
peningkatan likuiditas, penurunan biaya transaksi, dan meningkatkan
kualitas pasar secara keseluruhan (Frost dan Lang, 1996 dalam Choi
dan Meek, 2010:179).
b. Tujuan Pengungkapan
Menurut Belkaoui dan Riahi (2006:338) tujuan dari
pengungkapan dinyatakan sebagai berikut:
1) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan
pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar
pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan
pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut.
3) Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan
kreditor menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui
dan tidak diakui.
4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan melakukan perbandingan dalam
15
satu tahun dan diantara beberapa tahun.
5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau
arus kas keluar di masa depan.
6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari
investasi mereka.
c. Jenis Pengungkapan
Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan terdiri atas
dua jenis (Meek, et al, 1995 dalam Hardiningsih, 2008:67) antara lain:
1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi yang
diwajibkan dalam laporan tahunan perusahaan yang diwajibkan
dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal.
2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi
melebihi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan
kebutuhan pemakai laporan keuangan.
Informasi yang terdapat dalam laporan tahunan harus
diungkapkan yang proporsi pengungkapannya tidak hanya bergantung
pada kemampuan pembacanya, tetapi juga bergantung pada standar
yang ditetapkan. Menurut Hendriksen dan Breda (2002:432) terdapat
tiga konsep pengungkapan yaitu:
16
1) Pengungkapan cukup (adequate disclosure)
Pengungkapan yang cukup yaitu pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana informasi dan
angka-angka yang disajikan dalam laporan tahuanan dapat
diinterpretasikan oleh investor dan para pihak yang
berkepentingan.
2) Pengungkapan wajar (fair disclosure)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan
suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada
semua pemakai laporan keuangan untuk menerima informasi
yang handal sehingga tidak ada ketimpangan informasi antar
para pembacanya.
3) Pengungkapan penuh (full disclosure)
Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang
relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti
penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat.
Menurut mereka terlalu banyak informasi akan membahayakan.
Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan
mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan
keuangan sulit ditafsir oleh para penggunanya.
d. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
Semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi
pengungkapan minimum, tetapi secara substansial perusahaan akan
17
berbeda-beda dalam hal jumlah pegungkapan informasinya ke pasar
modal (Healy dan Palepu,1993 dalam Hardiningsih, 2008:70).
Tingkatan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tergantung
pada tingkatan pengungkapan yang disediakan oleh sumber-sumber
lain. Salah satu pertimbangan manajemen dalam mengungkapkan
informasi perusahaan secara sukarela (voluntary disclosure) lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Perusahaan akan
mengungkapkan informasi secara sukarela apabila manfaat yang
diperoleh perusahaan dari pengungkapan informasi tersebut lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan (cost-benefit consideration). Oleh
karena itu, sebelum manajemen menyebarkan informasi perusahaan,
biaya dan manfaat dari penyediaaan informasi tersebut harus
diperbandingkan.
Informasi dalam laporan keuangan merupakan sinyal bagi para
investor dalam memberikan prospek atau pandangan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan informasi yang
disajikan oleh manajemen harus dapat dipercaya, lengkap, dan tepat
waktu, sehingga memungkinkan investor untuk melakukan
pengambilan keputusan investasi yang tepat. Keputusan tepat yang
diambil investor sebelum berinvestasi akan berdampak pada hasil
(feedback) yang sesuai harapan.
Manajemen sebagai agen diberi wewenang oleh pemegang
saham (principal) untuk mengelola perusahaan. Manajemen
18
perusahaan mempunyai lebih banyak informasi daripada pihak luar
mengenai kinerja perusahaan saat ini maupun kinerja masa depan.
Padahal, pemegang saham sebagai pihak yang memberikan mandat
membutuhkan informasi yang mendetail dan berkala mengenai
perusahaan. Manajemen berinisiatif untuk mengungkap informasi
perusahaan secara sukarela dalam laporan tahunan. Menurut Choi dan
Meek (2010:176), pengungkapan informasi ini juga dilakukan
manajemen karena:
1) Voluntary disclosure berdampak pada likuiditas saham
perusahaan
2) Voluntary disclosure dapat mengurangi cost of capital (biaya
modal)
3) Voluntary disclosure berdampak pada biaya transaksi yang lebih
rendah dalam perdagangan sekuritas perusahaan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
voluntary disclosure sejatinya sangat bermanfaat bagi perusahaan.
Karena dengan adanya voluntary disclosure, maka nilai perusahaan di
mata investor akan meningkat yang tercermin dari harga saham
perusahaan tersebut. Harga saham bagi perusahaan mengindikasikan
kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana di pasar modal.
Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan salah
satu indikator adanya praktek good corporate governance. Beberapa
aspek internal yang dianggap mempengaruhi keputusan voluntary
19
disclosure adalah corporate governane dan culture characteristic.
Perusahaan - perusahaan yang sudah listed di bursa saham bersaing
untuk mendapatkan dana dari para investor dengan cara memberikan
informasi akuntansi. Biasanya, manajemen akan secara sukarela
memberikan informasi kepada para investor sehingga diharapkan
pasar akan meresponnya. Respon pasar ini tercermin melalui harga
saham yang meningkat. Harga saham yang meningkat ini akan
meningkatkan pula nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan
dianggap baik di mata investor. Pemberian informasi akuntansi juga
diharapkan mampu mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara
pihak manajemen (agen) dengan para pemegang saham (prinsipal)
sehingga agency conflict dapat diminimalisir.
Teori keagenan (agency theory) dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976. Teori ini menganalogikan bahwa
manajemen berlaku sebagai agen dan pemegang saham (shareholder)
berlaku sebagai prinsipal. Prinsipal mendelegasikan wewenangnya
kepada agen untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan
yang terkait dengan perusahaan guna kepentingan prinsipal. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban, agen akan melaporkan keadaan
perusahaan melalui pelaporan keuangan. Dalam teori keagenan
terkadang timbul asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Hal ini
disebabkan agen berinteraksi secara langsung dalam kegiatan
operasional perusahaan sehingga mengetahui lebih banyak informasi
20
mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal hanya mengandalkan
laporan yang dibuat oleh agen untuk mengetahui informasi
perusahaan.
Pengungkapan berkaitan erat dengan praktik corporate
governance dalam sebuah perusahaan. Hal ini tercermin melalui suatu
teori agensi (agency theory). Teori agensi berdasarkan literatur
empiris menyatakan adanya hubungan substitusi dan pelengkap antara
corporate governance dan pengungkapan. Selain itu, tata kelola
perusahaan (corporate governance) dan pengungkapan sukarela
adalah dua mekanisme kontrol yang digunakan untuk melindungi
investor dan mengurangi konflik keagenan (Septiani, 2011:5).
Shareholder hanya mengandalkan laporan tahunan perusahaan
saja untuk mengetahui kondisi dan kinerja manajemen dalam sebuah
perusahaan. Terkadang ada konflik yang timbul antara shareholder
dan manajemen (agency conflict). Oleh karena itu,guna mengurangi
konflik keagenan diperlukan suatu mekanisme eksternal seperti
pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan. Adanya
suatu pengungkapan seyogyanya mampu menjembatani kepentingan
pemegang saham dengan manajemen perusahaan Selain itu, praktik
corporate governance dalam perusahaan juga diharapkan mampu
meminimalisir agency conflict yang terjadi antara agen dan prinsipal.
Pihak manajemen perusahaan berkeinginan untuk memberi
sinyal berupa informasi akuntansi dan pengungkapan sukarela
21
(voluntary disclosure) kepada pasar untuk bersaing mendapatkan dana
dari investor (signalling theory). Signalling theory menyebutkan
bahwa manajemen perusahaan yang bertindak sebagai agen memiliki
dorongan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal sebagai
mekanisme untuk mengurangi asimetri informasi. Untuk mendapatkan
respon pasar maka perusahaan memberikan sinyal berupa
pengungkapan informasi perusahaan yang menggambarkan
bagaimana perusahaan mampu menjadi investasi yang potensial bagi
investor. Informasi ini meningkatkan ekspektasi investor terhadap
perusahaan dan diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan di
mata publik. Perusahaan dianggap dapat memberikan prospek masa
depan yang lebih menjanjikan sehingga hal ini berimbas terhadap
harga saham yang lebih tinggi (Alvarez, et al, 2008:601).
2. Corporate Governance
Salah satu kriteria suatu perusahaan dikatakan baik apabila
perusahaan itu telah menerapkan corporate governance (CG). Berbagai
atribut CG berguna untuk mengendalikan agency problem dengan
memastikan bahwa para manajer telah bertindak sesuai dengan
kepentingan para pemegang saham (Wijaya, 2009:396).
OECD (2004) dalam Linda dan Febrianty (2010:190), corporate
governance adalah seperangkat tata hubungan di antara manajemen,
direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku
22
kepentingan (stakeholder) lainnya yang mengatur dan mengarahkan
kegiatan perusahaan. Corporate governance memiliki 5 asas, antara lain
akuntabilitas, transparansi, responsibilitas, independensi dan fairness.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2012)
dalam publikasinya dengan menerapkan corporate governance, ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh, antara lain:
a. Mudah untuk meningkatkan modal
b. Menurunkan biaya modal
c. Meningkatkan kinerja bisnis dan peningkatan kinerja ekonomi
d. Berdampak baik pada harga saham (karena situasi Indonesia saat ini,
privatisasi BUMN dapat berkontribusi secara signifikan terhadap
anggaran negara)
Pemerintah juga mengeluarkan Surat Keputusan Menteri
Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha
Milik Negara No. Kep-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000,
yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP-
117/MMBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik CG
pada BUMN. BUMN diwajibkan menjadikan prinsip-prinsip CG sebagai
landasan operasional kegiatan usaha dan memberikan pedoman yang lebih
rinci bagi BUMN untuk menerapkan CG berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, responsibilitas, serta kewajaran.
Keberadaan corporate governance menjadi salah satu alat proteksi
bagi kepentingan pemegang saham (prinsipal) yang hanya memiliki sedikit
23
informasi tentang perusahaan. Corporate governance menjadi suatu
mekanisme pengawasan yang mendorong direksi melakukan kegiatan
operasional perusahaan demi kepentingan pemegang saham. Dalam
penelitian ini hanya ada dua proksi yang menggambarkan corporate
governance, yaitu proporsi dewan komisaris independen dan ukuran
dewan komisaris.
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal
dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi. Komisaris yang terafiliasi adalah pihak
yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris
lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan
dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk
jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (Komite
Nasional Kebijakan Governance, 2006:13).
Unsur komisaris independen dalam struktur organisasi
perusahaan beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan berfungsi untuk menyeimbangkan dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang
saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Juniarti dan
Sentosa, 2009:90). Ketentuan mengenai dewan komisaris independen
diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No:Kep-
24
305/BEJ/07-2004 Tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat
Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Berdasarkan peraturan tersebut, perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia harus memiliki dewan komisaris independen yang
jumlahnya sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota
dewan komisaris.
Komisaris independen diharapkan dapat bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan, dalam hal ini pemegang saham.
Komisaris independen menjamin adanya mekanisme pengawasan
terhadap kinerja manejemen dapat berjalan secara efektif. Namun,
komisaris independen memiliki akses yang terbatas terhadap
informasi yang menyangkut perusahaan. Hal ini disebabkan dewan
komisaris independen tidak turut andil dalam kegiatan operasional
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengungkapan
informasi akuntansi perusahaan agar asimetri informasi dapat
diminimalisir dan agency conflict dapat dicegah. Selain itu, fungsi
pengawasan yang dilakukan dewan komisaris dapat mendorong
terlaksananya good corporate governance (Achmad, 2012:3).
b. Ukuran Dewan Komisaris
Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2007 pasal 108 Tentang
Perseroan Terbatas, dewan komisaris bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta
memberikan nasehat kepada direksi. Selain itu, ditegaskan kembali
25
dalam UUPT No 40 Tahun 2007 pasal 108 ayat (5) dijelaskan bahwa
perusahaan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat atau berbentuk Perseroan Terbuka wajib memiliki paling
sedikitnya 2 (dua) anggota dewan komisaris. Oleh karena itu, jumlah
anggota dewan komisaris dalam tiap perusahaan berbeda – beda yang
disesuaikan dengan komplekstisitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.
Dalam susunan keanggotaan dewan komisaris terdiri atas
komisaris utama, komisaris independen, dan komisaris. Kedudukan
masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama
adalah setara. Komisaris utama sebagai primus inter pares bertugas
mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2006:13).
Di Indonesia, perusahaan - perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia maupun Bursa Efek Syariah harus melaporkan laporan
keuangannya secara periodik sesuai peraturan berlaku. Perusahaan
yang go public dan listed di BEI ini diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Undang-undang ini mengatur fungsi dewan direksi dan
dewan komisaris. Dewan direksi ini mempunyai tanggung jawab
untuk memimpin perusahaan dan terlibat secara langsung dalam
kegiatan operasional. Sedangkan dewan komisaris hanya bertugas
untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen dan
26
bertindak untuk memberikan masukan kepada dewan direksi. Dewan
komisaris dalam melakukan tugas pengawasannya juga memberikan
jaminan transparansi yang dilakukan oleh manajemen.
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam
pelaksanaan corporate governance. Dewan komisaris juga diberikan
wewenang untuk mengambil keputusan atas nama pemilik (Patelli dan
Prencilpe, 2007 dalam Achmad, 2012:2). Namun, pengambilan
keputusan yang dilakukan dewan komisaris hanya dalam lingkup
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan mengenai kegiatan
operasional perusahaan tetap menjadi tanggung jawab dewan direksi.
3. Karakteristik Perusahaan
Lang dan Lundolm (1993) dalam Hardiningsih (2008:67)
menggolongkan karakteristik perusahaan dalam 3 pendekatan.
Karakteristik perusahaan tersebut berkaitan dengan struktur, kinerja, dan
pasar. Struktur perusahaan meliputi ukuran (size) perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (leverage). Kinerja
(performance) perusahaan meliputi likuiditas perusahaan dan laba
(profitabilitas). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi faktor-faktor
kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan. Namun,
dalam penelitian ini tidak semuanya akan diungkap, hanya beberapa
variabel saja yang menjadi sorotan antara lain ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage perusahaan.
27
a. Ukuran Perusahaan (size)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dan
struktur kepemilikan yang dimilikinya. Ukuran perusahaan berkaitan
dengan pengungkapan yang akan dilakukannya dalam rangka
penawaran umum (go public). Perusahaan besar yang telah go public
akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada
perusahaan kecil karena menyangkut beberapa hal, salah satunya teori
keagenan. Teori keagenan (agency theory) menjadi sorotan dalam
pengungkapan informasi perusahaan go public karena menyangkut
berbagai macam pihak yang berkepentingan. Perusahaan besar akan
memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil.
Oleh karena itu, agar biaya keagenan dapat diminimalisir, perusahaan
besar akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas
(Hardiningsih, 2008:71).
Ukuran perusahaan juga mencerminkan jaringan operasional
perusahaan. Perusahaan besar memiliki berbagai macam produk yang
dihasilkan dan beroperasi di berbagai tempat, termasuk di luar negeri.
Selain itu, perusahaan besar juga memiliki karyawan berketrampilan
tinggi dalam rangka pengungkapan informasi. Oleh karenanya, ukuran
perusahaan dapat mempengaruhi dalam pengungkapan informasi.
Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh
pasar maupun oleh publik.Pengungkapan informasi yang lebih banyak
menjadi bagian dari upaya perusahaan guna menghindari resiko dan
28
mewujudkan akuntabilitas publik. Di samping itu, perusahaan besar
memiliki sumber daya yang besar pula. Adanya sumber daya yang
besar tersebut, perusahaan besar perlu dan mampu membiayai
penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi yang
diungkapkan perusahaan sekaligus menjadi bahan utuk keperluan
pengungkapan informasi kepada pihak eksternal. Hal ini membuat
perusahaan besar tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk
melakukan pengungkapan secara lengkap (Sudarmadji dan Sularto,
2007:3).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan
ukuran (size) sebuah perusahaan, antara lain:
1) Ukuran total asset
Asset yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan
usahanya terdiri atas asset lancar dan asset tetap. Perusahaan
yang memiliki asset tetap yang besar menunjukkan bahwa
kegiatan operasi perusahaan akan dapat ditopang dengan baik
yang tercermin melalui revenue yang diperoleh perusahaan.
2) Hasil penjualan bersih
Analisis penjualan selama ini memberikan perhatian kepada
pertumbuhan permintaan produk perusahaan sebagai hal yang
penting terhadap kesuksesan investasi. Namun, pertumbuhan
dalam kemampuan menghasilkan laba, bukan penjualan per unit
merupakan tujuan yang ingin dicapai.
29
3) Kapitalisasi pasar (market capitalized)
Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Hal ini menyebabkan
perusahaan semakin dikenal masyarakat (investor).
Oleh karena itu dapat dilihat bahwa ukuran perusahaan
menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar
kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki, atau total
penjualan yang diperolehnya.
b. Profitabilitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009), indikator kinerja
perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor untuk
berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan
pengungkapan yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan.
Rasio profitabilitas menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa rasio profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan asset maupun modal perusahaan (Sjahrial dan
Purba, 2011:40). Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan
berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
30
Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur
profitabilitas, antara lain:
1) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio NPM mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam
tingkat penjualan. Semakin tinggi NPM menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pula pada
tingkat penjualan tertentu.
2) Return On Assey (ROA)
Return On Assey (ROA) merupakan asset yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset
setelah dikurangi beban bunga dan pajak. ROA mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa lalu.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan akan
semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return)
yang semakin besar.
3) Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE
merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal
31
sendiri yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan laba
yang tersedia bagi pemegang saham
4) Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang
mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap penjualan.
5) Operating Ratio
Operating ratio merupakan rasio yang mengukur biaya operasi
dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban
(leverage) berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, apakah
perusahaan didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal
yang berasal dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage
suatu perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam
hal ini perusahaan akan cenderung mengungkapkan mengapa kondisi
kewajiban mereka berada pada angka tersebut kepada publik sehingga
diharapkan investor cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban
perusahaan.
Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana
32
yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang
sehingga dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor
pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya
karena jika terjadi likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat
diminimalisir (Widyantari, 2011:28).
Menurut Syamsudin (2001) dalam Hardiningsih (2008:72)
leverage dapat dihitung melalui 3 pendekatan yaitu:
1) Debt Ratio (rasio utang)
Utang mencakup kewajiban / utang lancar (jangka pendek)
maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai
rasio kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian
berarti tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditor apabila
terjadi likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik (insider)
rasio kewajiban yang tinggi dapat melipatgandakan laba atau
mungkin dapat juga mengurangi kendali atas perusahaan karena
adanya penjualan saham ke pasar modal. Rasio ini mengukur
berapa besar asset perusahaan yang dibiayai oleh kreditor yang
diperoleh dengan membandingkan total kewajiban (total
liabilities) dengan total asset. Rasio ini merupakan rasio yang
paling menyeluruh karena memasukkan proporsi kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang terhadap
asset. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan
tersebut didanai oleh kreditor.
33
2) Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan
proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak-hak
kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban
(utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang
melibatkan rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan
semua jenis kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas
pemilik. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh kreditor dengan jumlah
modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Rasio ini
diperoleh dari perbandingan rasio total liabilities terhadap
stockholders equity.
3) Debt to Total Capitalization Ratio
Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang
lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka
panjang terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai
jumlah klaim jangka panjang terhadap perusahaan baik
kewajiban maupun ekuitas pemilik yang tidak termasuk
didalamnya kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar). Rasio
ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan
(total capitalization) yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini
diperoleh dari perbandingan long term debt dengan total
capitalization.
34
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid,
2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan
penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh
corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan.
1. Proporsi dewan komisaris independen dengan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
Akhtaruddin, et al, (2009) mengungkapkan bahwa proporsi dewan
komisaris independen yang tinggi berhubungan dengan transparansi
perusahaan dalam bentuk luasnya pengungkapan informasi. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Barako (2007) dan Al Janadi (2013)
menemukan bukti bahwa proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan. Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ha1 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
2. Ukuran dewan komisaris dengan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure)
Ukuran dewan komisaris yang besar akan meningkatkan kapasitas
pengawasan terhadap manajemen, mengurangi masalah keagenan dan
35
pengungkapan yang lebih transparan (Hasan, 2013). Hal ini karena adanya
peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen dan transparansi
yang lebih besar bagi pemegang saham (Allegrini dan Greco, 2011).
Penelitian Rouf (2010) dan Achmad (2012) juga menemukan bukti
hubungan positif ukuran dewan dan luas pengungkapan sukarela.
Berdasarkan argument , maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
3. Ukuran perusahaan (size) dengan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure)
Pengungkapan informasi secara sukarela dilakukan sebagai cara
untuk mengurangi biaya-biaya keagenan (Hardiningsih, 2008). Nuryaman
(2009) menambahkan bahwa perusahaan besar banyak disorot oleh publik
dan analis pasar modal sehingga akan memberikan informasi yang lebih
banyak. Nandi dan Ghosh (2012) serta Al Janadi (2013) menemukan bukti
ukuran perusahaan berhubungan positif dengan tingkat pengungkapan
sukarela. Berdasarkan argument tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
4. Profitabilitas dengan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Kondisi perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan
mendorong manajer untuk mengungkapkan lebih banyak informasi
36
akuntansi dalam laporan tahunannya karena menyangkut kompensasi bagi
para manajernya (Lang dan Lundholm, 1993 dalam Nandi dan Ghosh,
2012). Penelitian Al-Moataz dan Hussaainey (2009) dan Kolsi (2012) juga
menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela. Berdasarkan argumen tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
5. Leverage dengan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Kolsi (2012) mengungkapkan bahwa leverage yang tinggi akan
berdampak pada pengungkapan informasi yang lebih luas sebagai bentuk
perlindungan kepada investor dan kreditur. Al Shammari (2008) juga
mengemukakan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi akan
mengungkapkan informasi untuk memenuhi tuntutan dari pemegang
saham karena resiko ekuitas yang lebih tinggi. Berdasarkan argumen
tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha5 : Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure)
6. Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage dengan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
Primastuti dan Achmad (2012) mengungkapkan bahwa secara
bersama-sama (simultan) indeks pengungkapan informasi strategis dapat
37
dijelaskan oleh variabel jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris
independen, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Berdasarkan
argumen tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha6 : proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh
positif terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pengungkapan sukarela telah banyak dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Tabel 2.1 di bawah ini menunjukkan hasil – hasil
penelitian mengenai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Tabel 2.1Penelitian – penelitian Terdahulu
No
NamaPeneliti(Tahun)
JudulPenelitian
VariabelDependen
VariabelIndependen
Hasil Penelitian
1. YaseenAl-Janadi,et al(2013)
Corporategovernan-cemechanis-ms andvoluntarydisclosureinSaudiArabia
Voluntarydisclosure
a. Direktur non-eksekutif
b. ukuran dewanc. kualitas auditd. kepemilikan
pemerintahe. CEO dualityf. Proporsi
Angota dewanyangberhubungankeluarga
g. anggotakomite audityangindependen
a.Direktur non-eksekutif, ukurandewan, kualitas audit danukuran perusahaanmempunyai hubungan yangsignifikan positif terhadapvoluntary disclosure.
b. CEO duality, kepemilikanpemerintah berpengaruhsignifikan negatif terhadapvoluntary disclosure.
c. Proporsi dewan yanghubungan keluarga, anggotakomite auditindependen,tidakberhubungan signifikanterhadap voluntary disclosure
38
NoNama
Peneliti(Tahun)
JudulPenelitian
VariabelDependen
Variabel Independen Hasil Penelitian
2. SinungPrimastutidanTarmiziAchmad(2012)
PengaruhCorporategovernancedankarakteris-tikPerusahaanterhadapLuasPengungka-panInformasi
LuasPengung-kapanInformasiStrategis
a. Kepemilikanmanajerial
b. Kepemilikaninstitusional
c. Jumlah dewankomisaris
d. Proporsi komisarisindependen
e. Jumlah rapatdewan komisaris
f. Ukuranperusahaan
g. Leverageh. Profitabilitas
a.Kepemilikanmanajerial, proporsikomisarisindependen,ukuranperusahaan danprofitabiltasberhubungan signifikandengan arah positifterhadap luaspengungkapaninformasi strategis.
b. Kepemilikaninstitusional danleverage berhubungansignifikan negatif
c.Jumlah dewankomisaris dan jumlahrapat dewan komisaristidak berhubungandengan luaspengungkapaninformasi strategis.
3. SunilNandi danSantanuKumarGhosh(2012)
Corporategovernanceattributes,firmcharacteris-tics andthe level ofcorporatedisclosure:Evidencefrom theIndianlisted firms
The LevelofCorporateDisclosure
a. Ukuran dewanb. Proporsi dewan
non eksekutifc. Proporsi anggota
komite auditd. Kontrol
hubunganKeluarga
e. Struktur dualleadership
f. Ukuranperusahaan
g. Profitabilitash. Leveragei. Likuiditasj. Umur perusahaan
a.Ukuran dewan, Proporsianggota komiteaudit,kontrol hubungankeluarga,Struktur dua leader-ship,ukuran perusahaanprofitabilitas,danlikuiditas berpengaruhpositif terhadapvoluntary disclosure.
b.Leverage,Umur peru-sahaan,dan Proporsidireksi non-eksekutifberpengaruh negatif ter-hadap voluntarydisclosure.
Lanjutan Tabel 2.1
Bersambung ke halaman berikutnya
39
NoNama
Peneliti(Tahun)
JudulPenelitian
VariabelDependen
VariabelIndependen
Hasil Penelitian
4. TarmiziAchmad(2012)
Dewankomisarisdantransparansi:Teorikeagenanatau teoristewardship
Luaspengungkapansukarela
Teorikeagenanterdiri atas
a. Ukuran dewanb. Intensitas
pertemuandewan
c. Komite audit
Teoristewardship:
a. Proporsi dawnindependen(outsider)
b. Proporsidewan insider
a. Ukuran dewan, intensitaspertemuan dewan, jumlahinsider dan jumlah komiteaudit berpengaruhsignifikan terhadapvoluntary disclosure
b. Proporsi dewanindependen tidakmemiliki pengaruh positifdan signifikan terhadappengungkapan sukarela
5. AdityaSeptiani(2011)
AnalisisDewanKomisaris,KomiteAudit dalamkaitannnyadenganPelaksanaanPengungka-pan Sukarela(voluntarydisclosure)
PengungkapanSukarela(voluntarydisclosure)
a. KomposisiDewanKomisaris
b. UkuranDewanKomisaris
c. Komite Audit,KomiteKompensasidan Nominasidilakukanoleh DireksiIndependen
d. AktifitasDewanKomisaris danKomite Audit
e. UkuranPerusahaan
f. Leverageg. Profitabilitas
c. Proporsi dewankomisaris independen,komite audit, komitekompensasi dan nominasidilakukan oleh direksiindependen, profitabilitasdan leverage tidakberpengaruh signifikanterhadap jumlahinformasi yangdiungkapkan
b. Jumlah dewankomisaris,jumlahpertemuan, dan ukuranperusahaan ada korelasipositif dengan jumlahpengungkapan sukarelalaporan tahunan
Bersambung ke halaman berikutnya
Lanjutan Tabel 2.1
40
NoNama
Peneliti(Tahun)
JudulPenelitian
VariabelDependen
VariabelIndependen
Hasil Penelitian
6. MarcoAllegrinidanGiulioGreco(2011)
Corporateboards,auditcommitteesandvoluntarydisclosure:evidencefrom ItalianListedCompanies
Voluntarydisclosurelaporantahunanperusahaan
a. DewanIndependen
b. Ukuran Dewanc. CEO-dualityd. Direktur
Independene. Komite Dewanf. Ketentuan
Komite Dewandan KomiteAudit
a.Ukuran dewan,frekuensi pertemuankomite auditberhubungan positifdengan tingkatpengungkapan sukarela.
b.Komite dewan,komposisi dewan,direktur independentidak berpengaruhterhadap pengungkapansukarela.
c.CEO-duality berpe-ngaruh negatif terhadappengungkapan sukarela
7. Linda danMayaFebriantyL (2010)
KinerjaPerusahaandalamPerspektifAgencyTheori danSignalingTheori
Kinerjakeuanganperusahaan
a. CorporateGovernance
b. VoluntaryDisclosureterhadapHubunganCorporategovernance
Hubungan corporategovernance dan voluntarydisclosure sebagaivariabel interveningterhadap kinerja keuanganberpengaruh positif secarasignifikan
8. Md.AbdurRouf(2010)
CorporateCharacteris-ticsGovernance attributesand theextent ofVoluntarydisclosureinBangladesh
LuasVoluntaryDisclosureLaporanKeuanganTahunan diBangladesh
a. KarakteristikPerusahaan(Ukuran peru-sahaan danprofitabilitas)
b. Atributgovernance(Direktur Inde-penden noneksekutif,komi-te audit,strukturkepemimpinan,ukurandewan,strukturkepemilikan)
a. Ukuran dewan, strukturkepemimpinan dewan,komite audit danukuran perusahaanmempunyai hubunganpositif denganvoluntary disclosure
b. Voluntary disclosureberhubungan negatifdengan proporsiDirektur IndependenNon Eksekutif, strukturkepemilikan danprofitabilitasperusahaan.
Lanjutan Tabel 2.1
Bersambung ke halaman berikutnya
41
NoNama
Peneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
DependenVariabel
IndependenHasil Penelitian
9. MujiyonodanMagdalenaNany (2010)
PengaruhLeverage,Saham Publik,Size, danKomite Auditterhadap LuasPengungka-panSukarela
LuasPengung-kapanSukarela
a. Leverageb. Saham
Publikc. Sized. Proporsi
KomiteAuditIndependen
a. Size berpengaruhpositif signifikandengan luas peng-ungkapansukarela.
b. leverage,sahampublik dan komiteaudit independenberpengaruhnegatif tidaksignifikanterhadap luaspeng- ungkapansukarela
10. Riesanti EdieWijaya(2009)
KeberadaanCorporategovernance danKon-disiFinancialDistressedterhadapVoluntaryDisclosure
Voluntarydisclosure
a. KondisiFinancialDistress
b. ProporsiDewankomisarisIndependen
c. Keberadaan KomiteAuditor
d. KualitasAuditor
a.Financial distress,proporsi dewankomisaris,keberada-an komiteaudit tidakberpengaruhdengan voluntarydisclosure
b.Kualitas audit ber-pengaruhsignifikanvoluntarydisclosure
11. PancawatiHardiningsih(2008)
Analisis factor-faktor yangMempengaruhiVoluntaryDisclosureLaporanTahunanPerusahaan
Voluntarydisclosure
a. PorsiKepemilikan saham
b. Basisperusahaan
c. Return OnInvestment
d. SizePerusahaan
e. Leverage
a.Porsi kepemilikansaham, basisperusahaan, sizeberpengaruhterhadap voluntarydisclosure
b.ROI dan leveragetak berpengaruhdengan voluntarydisclosure
Lanjutan Tabel 2.1
Bersambung ke halaman berikutnya
42
NoNama
Peneliti(Tahun)
JudulPenelitian
VariabelDependen
VariabelIndependen
Hasil Penelitian
12. DulachaBarako(2007)
Determinantsof voluntarydisclosuresin Kenyancompaniesannualreports
Voluntarydisclosure
a. Corporategover-nance(proporsidirektur non-eksekutif,strukturkepemimpinan,komite audit)
b. Strukturkepemili-kan(publik daninstitusional)
c. Karakteristik pe-rusahaan(ukuranperusahaan,leverage,diaudit BigFour, profita-bilitas,likuiditas)
Atribut corporategovernance,strukturkepemilikan dankarakteritikperusahaanberpengaruhterhadappengungkapansukarela
D. Kerangka Pemikiran
Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran
merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan
pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori
dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang
ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi
kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada beberapa masalah yang
terdapat dalam penelitian ini yaitu corporate governance dan karakteristik
Sumber : Diolah Dari Berbagai Referensi
Lanjutan Tabel 2.1
43
perusahaan. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan
proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris.
Sedangkan karakteristik perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan
ukuran (size) perusahaan, profitabilitas dan leverage. Variabel tersebut,
corporate governance dan karakteristik perusahaan, diduga mempengaruhi
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran
dalam penelitian ini. Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran
dalam penelitian yaitu menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
44
Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
UkuranPerusahaan (SIZE)
X3
Profitabilitas(PROFIT)
X4
Leverage (LEV)X5
Pengungkapan
Sukarela (VD)
Y
Proporsi DewanKomisaris
Independen (IND)X1
Ukuran DewanKomisaris (COM)
X2
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Metode Analisis : Regresi Berganda
Adanya asimetri informasi antara investor (prinsipal) dan manajemen (agen)
sehingga menimbulkan agency conflict
Basis Teori
Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) dalam Laporan Tahunan
45
E. Hipotesis
Dari uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha1 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Ha2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
Ha4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure)
Ha5 : Leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure)
Ha6 : Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh
positif terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai 2011.
Data yang berkaitan dengan permasalahan ini diperoleh dengan
mengambil sampel penelitian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data laporan tahunan selama
periode penelitian yaitu tahun 2009, 2010 dan 2011. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis pengaruh proporsi dewan komisaris
independen (ind), ukuran dewan komisaris (com), ukuran perusahaan
(size), profitabilitas (profit), dan leverage (lev) terhadap pengungkapan
sukarela (vd) dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
observasi 2009 sampai 2011. Peneliti mengumpulkan data dari laporan
keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Sampel pada penelitian ini
adalah perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur yang
terdaftar di BEI selama periode tahun 2009-2011. Metode yang digunakan
peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling
46
47
dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang
merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Teknik penarikan
sampel purposive ini dilakukan dengan cara memilih sampel dari suatu
populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati,
2010:50). Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian, yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2009
sampai 2011 dan telah menerbitkan serta mempublikasikan laporan
keuangan auditan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2009, 31 Desember 2010 dan 31 Desember 2011.
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berarti bahwa
laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan sehingga
ketersediaan dan kemudahan memperoleh data dapat terpenuhi.
3. Laporan tahunan perusahaan manufaktur menggunakan bahasa
Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah
dalam pelaporan unit moneternya.
4. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode
pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
Pengambilan sampel pada periode 2009-2011 didasarkan karena
peneliti ingin memperoleh informasi terkini mengenai keterkaitan antara
mekanisme penerapan corporate governance dan karakteristik perusahaan
terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan suatu
48
perusahaan. Laporan tahunan menjadi salah satu sumber informasi bagi
keputusan investor dalam menginvestasikan dananya melalui pasar saham.
Keputusan investasi ini biasanya dipengaruhi oleh ketersediaan informasi
akuntansi pada laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan
dalam laporan tahunan perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh
pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147).
Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari:
1. Penelitian pustaka (library research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, laporan penelitian, tesis,
internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (field research)
Seluruh data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari IDX
Fact Book dan laporan tahunan perusahaan dalam industri
manufaktur tahun 2009, 2010 dan 2011 yang telah dipublikasikan
secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI).
49
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 20.0.
Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pegaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi
linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan
regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih
dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis
dan uji statistik.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
maksimum dan nilai minimum. Statistik deskriptif ini
menggambarkan sebuah data menjadi informasi yang lebih jelas dan
mudah untuk dipahami dalam menginterpretasikan hasil analisis data
dan pembahasannya. Statistik deskriptif dalam penelitian juga menjadi
proses transformasi data dalam bentuk tabulasi. Tabulasi menyajikan
ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel
numerik dan grafik (Indriantoro dan Supomo, 2002:170).
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah
persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang
50
dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini
terdiri dari:
a. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukkan
satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan
variabel independen lainnya. Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ada korelasi antar variabel
independen (bebas).
Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Adanya multikolonieritas dapat dilihat
dari tolerance value atau nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF
adalah 10. Apabila nilai tolerance dibawah 0,01 atau nilai VIF
diatas 10 maka terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2011:108).
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu
yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi,
sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik karena lebih dapat menginterpretasikan hasil pengamatan.
51
Uji statistik yang digunakan adalah uji glejser. Uji glejser
dilakukan dengan cara meregres nilai absolute residual terhadap
variabel independen. Kebanyakan data crossection mengandung
situasi heteroskedatisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun besar
(Ghozali, 2011:139).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu
(residual) dalam model regresi memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal
atau mendekati normal. Uji F dan uji t mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Variabel pengganggu atau
residual dapat dideteksi berdistribusi normal dengan menggunakan
dua pendekatan analisis, yaitu analisis grafik dan uji statistik.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik non-
parametik Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya
(t-1). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan”
52
pada seorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi
“gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode
berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2011:110).
Autokorelasi dapat dideteksi dengan beberapa cara yaitu uji
Durbin-Watson, uji Lagrange Multiplier, Run Test dan uji Box
Pierce dan Ljung Box. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Run Test. Uji run test sebagai bagian dari statistik non-parametik
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
yang tinggi. Apabila nilai Asymp. Sig. > 0,05 maka data terjadi
secara random dan tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda
umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari model regresi
dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan atas
enam variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis
seperti di bawah ini:
53
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4X4 + β5X5 + ε
Dimana :
Y = Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
α = Konstanta (tetap)
β1- β5 = Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif
maka akan terjadi kenaikan pada variabel dependen
(Y), sedangkan jika nilai β negatif akan terjadi
penurunan pada variabel dependen (Y)
X1 = Proporsi dewan komisaris independen (IND)
X2 = Ukuran dewan komisaris (COM)
X3 = Ukuran perusahaan (SIZE)
X4 = Profitabilitas (PROFIT)
X5 = Leverage (LEV)
ε = Kesalahan baku/ error
4. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
54
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum
koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan.
Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen
ditambah, R2 akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel
tersebut berpengaruh secara siginifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai
adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R2
mampu naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien
determinasi (R2), nilai adjusted R2 juga berkisar antara nol dan
satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya
(Ghozali, 2011:97).
b. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi > 0,05
55
maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
Ha diterima (Ghozali, 2011:98).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test
ini pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:99). Kriteria
pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5 %.
Hipotesis diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05)
dan hipotesis ditolak apabila tingkat signifikansi > 5%.
E. Operasional Variabel Penelitian
Data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua variabel
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan
diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan
dimensi,operasional, indikator dan skala pengukurannya.
1. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan
atau dipengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo,
2002:63). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil voluntary
disclosure (VD) sebagai variabel dependen. Pengungkapan sukarela
56
adalah pengungkapan informasi melebihi yang diwajibkan karena
dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.
Indikator luas pengungkapan sukarela berupa indeks voluntary
disclosure, yang merupakan rasio antara jumlah item informasi yang
diungkapkan dengan jumlah item informasi yang seharusnya
diungkapkan. Makin besar indeks voluntary disclosure berarti semakin
luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.
Indeks voluntary disclosure pada penelitian ini menggunakan
empat indikator. Indikator tersebut sebelumnya telah digunakan oleh
Barako (2007) pada perusahaan go public di Kenya. Selain itu, indeks
ini juga pernah diterapkan di Indonesia melalui penelitian yang
dilakukan oleh Linda dan Febrianty (2010). Indikator voluntary
disclosure tersebut terdiri atas :
a. Indikator informasi umum dan strategis, sebanyak 13 item
b. Indikator data ekonomi, sebanyak 9 item
c. Indikator informasi mengenai gambaran ke depan, sebanyak 8 item
d. Indikator pengungkapan sosial dan dewan, sebanyak 17 item
Berikut adalah rincian item indeks voluntary disclosure yang
digunakan dalam penelitian ini :
a. Indikator informasi umum dan strategis
1) Informasi yang berkaitan dengan pandangan umum ekonomi
2) Misi perusahaan
3) Riwayat atau sejarah singkat perusahaan
57
4) Struktur organisasi
5) Deskripsi barang yang diproduksi
6) Deskripsi jaringan pemasaran barang (produk)
7) Kontribusi perusahaan terhadap perekonomian nasional
8) Strategi bisnis perusahaan saat ini
9) Kemungkinan adanya pengaruh strategi bisnis perusahaan
terhadap kinerja masa kini
10) Analisis pasar saham
11) Pengungkapan tentang persaingan industri
12) Pembahasan mengenai perkembangan ekonomi regional
13) Informasi tentang stabilitas politik regional
b. Indikator data ekonomi
1) Ikhtisar data keuangan 6 (enam) tahun terakhir atau lebih
2) Ulasan hasil keuangan saat ini
3) Pembahasan faktor yang mendasari kinerja perusahaan
4) Pernyataan yang berfokus untuk menciptakan kekayaan
seperti misalnya pernyataan nilai tambah perusahaan
5) Tambahan informasi inflasi yang disesuaikan dengan laporan
keuangan
6) Return On Assets (ROA)
7) Pengembalian dana pemegang saham
8) Rasio likuiditas
58
9) Rasio gearing
c. Indikator informasi mengenai gambaran atau prospek ke depan
1) Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja masa depan
perusahaan
2) Kemungkinan adanya pengaruh strategi bisnis perusahaan
terhadap kinerja masa depan
3) Pengembangan produk baru
4) Rencana belanja modal
5) Rencana pengeluaran untuk riset dan pengembangan
6) Rencana pengeluaran untuk iklan dan publisitas
7) Ramalan atau prediksi laba per saham
8) Ramalan atau prediksi pendapatan dan laba
d. Indikator pengungkapan sosial dan dewan
1) Jumlah karyawan untuk 2 tahun terakhir atau lebih
2) Alasan atau penyebab perubahan jumlah karyawan
3) Produktivitas per karyawan
4) Indikator produktivitas karyawan
5) Indikasi tentang moril karyawan seperti absensi dan
pemogokan karyawan
6) Informasi tentang keselamatan kerja karyawan
7) Data kecelakaan kerja
8) Pernyataan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
9) Pernyataan tentang kebijakan lingkungan
59
10) Aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan
11) Informasi tentang keterlibatan atau partisipasi masyarakat
12) Nama direktur
13) Umur direktur
14) Kualifikasi akademik direktur
15) Pengalaman bisnis direktur
16) Kepemilikan saham oleh dewan direksi dan pihak lain yang
berkepentingan seperti opsi saham
17) Pengungkapan yang berkaitan dengan tanggung jawab,
pengalaman dan latar belakang manajemen senior
Pengukurannya dengan menggunakan indeks artinya sebuah item
diberi skor 1 jika diungkapkan dan skor 0 jika tidak diungkapkan.
Perhitungan untuk mencari angka indeks ditentukan dengan formulasi
sebagai berikut:
Indeks =
Dimana :
n = jumlah item indeks voluntary disclosure yang diungkapkan
K = total indeks voluntary disclosure yang seharusnya diungkapkan
Semakin banyak item voluntary disclosure yang dimuat dalam
laporan tahunan berarti semakin besar indeks tingkat voluntary
disclosure perusahaan. Perusahaan dengan angka indeks yang lebih
60
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktek
pengungkapan sukarela secara lebih komprehensif dibandingkan
dengan perusahaan lain.
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat
variabel dependen maka variabel independen juga harus hadir, dan di
setiap unit kenaikan dalam variabel independen maka akan terdapat
pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari 2 kelompok yaitu
corporate governance (proporsi dewan komisaris independen dan
ukuran dewan komisaris) dan karakteristik perusahaan (ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan leverage). Tujuan peneliti adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi apakah penerapan CG dan karakteristik
perusahaan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi voluntary
disclosure laporan tahunan suatu perusahaan. Hal itu dapat secara
umum dipaparkan sebagai berikut:
a. Corporate Governance
1) Proporsi Dewan Komisaris Independen
Unsur komisaris independen dalam struktur organisasi
perusahaan beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan. Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa
Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan
61
Nomor I-A tertanggal 19 Juli 2004, perusahaan yang listed di
Bursa Efek Indonesia harus memiliki dewan komisaris
independen dengan jumlah yang sekurang-kurangnya 30% dari
seluruh jumlah anggota dewan komisaris. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini menggunakan variabel proporsi dewan
komisaris independen yang diukur:
Proporsi komisaris independen = jumlah komisaris independenjumlah anggota dewan komisaris
Data proporsi komisaris independen disajikan dalam skala rasio
yang dilambangkan dengan IND.
2) Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan
direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan
nasehat kepada direksi. Ukuran dewan komisaris diproyeksikan
dengan jumlah anggota dewan komisaris yang terdapat dalam
perusahaan. Data ukuran dewan komisaris disajikan dalam
skala nominal dengan lambang COM.
b. Karakteristik Perusahaan
1) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan berkaitan dengan besarnya perusahaan
yang diukur berdasarkan total asset. Secara umum, perusahaan
besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak
62
daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dalam penelitian
ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Ukuran perusahaan = log (total asset)
Penelitian ini menggunakan total aset dalam mengetahui
ukuran perusahaan, karena berdasarkan penelitian Fitriani
(2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) total asset lebih
menunjukkan ukuran perusahaan dibandingkan dengan
kapitalisasi pasar. Data ukuran perusahaan disajikan dalam
skala nominal dengan lambang SIZE.
2) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga menunjukkan
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. Analisis rasio profitabilitas yang
digunakan adalah ROA yang dirumuskan sebagai berikut:
ROA = laba bersih setelah pajaktotal asset
Rasio ROA menunjukkan besarnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan apabila diukur dari total nilai asset. Data
profitabilitas disajikan dalam skala rasio dengan lambang
PROFIT.
63
3) Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Data
leverage disajikan dalam skala rasio dengan lambang LEV.
Besarnya leverage diukur dengan rasio:
Debt Ratio = total kewajibantotal asset
Berdasarkan penjelasan di atas, maka operasional variabel
penelitian dapat disajikan dalam Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Dep
ende
n Pengungkapan sukarelalaporan tahunanperusahaan (VD)
Indeks VD = nK
Rasio
Inde
pend
en
Proporsi DewanKomisaris Independen
(IND)
Proporsi dewan =
jumlah komisaris independentotal anggota dewan komisaris
Rasio
Ukuran DewanKomisaris (COM)
Ukuran dewan = jumlah dewan
komisarisNominal
Ukuran perusahaan(SIZE)
Ukuran perusahaan = log (total asset) Nominal
Profitabilitas (PROFIT) ROA = laba bersih setelah pajaktotal asset
Rasio
Leverage (LEV) Debt ratio = total kewajibantotal asset
Rasio
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009
sampai 2011. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
termasuk dalam sektor industri manufaktur. Hal ini dipilih karena
pertimbangan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori industri
manufaktur paling banyak dibandingkan dengan industri lain di BEI.
Dengan demikian, industri manufaktur mampu mewakili perusahaan-
perusahaan dari industri lain yang terdaftar di BEI. Selain itu, industri
manufaktur merupakan salah satu sektor yang paling diminati oleh
kalangan investor seiring mulai pulihnya perdagangan internasional
(www.imq21.com). Sehingga industri ini menjadi sorotan bagi para
investor dalam menanamkan investasinya.
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu
tahun 2009, 2010, dan 2011. Penggunaan data yang up to date juga
diharapkan mampu menggambarkan kondisi pada saat ini sehingga lebih
relevan dengan tahun penelitian.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
diklasifikasikan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, antara lain:
64
65
a. Industri Dasar dan Kimia, meliputi:
1) Industri semen
2) Industri keramik, porselen dan kaca
3) Industri logam dan sejenisnya
4) Industri kimia
5) Industri plastik dan kemasan
6) Industri pakan ternak
7) Industri kayu dan pengolahan
8) Industri pulp dan kertas
b. Aneka Industri, meliputi:
1) Industri otomotif dan komponen
2) Industri tekstil dan garmen
3) Industri alas kaki
4) Industri kabel
5) Industri elektronika
c. Industri Barang Konsumsi, meliputi:
1) Industri makanan dan minuman
2) Industri rokok
3) Industri farmasi
4) Indusrti peralatan rumah tangga
5) Industri kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
66
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel dengan metode
purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan (judgement sampling). Sampel yang dipilih oleh peneliti
adalah perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, yaitu dewan komisaris independen, jumlah dewan
komisaris, total laba bersih, total asset, dan total kewajiban.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian, yaitu:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2009
sampai 2011
b. Perusahaan menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan
auditan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2009, 31 Desember 2010 dan 31 Desember 2011.
c. Laporan tahunan perusahaan manufaktur menggunakan bahasa
Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah
dalam pelaporan unit moneternya.
d. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode
pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
Tabel 4.1 di bawah ini menyajikan proses seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
67
Tabel 4.1Proses Seleksi Sampel
No KriteriaPelanggaran
KriteriaJumlah
1. Total perusahaan manufaktur yang listing diBEI tahun 2009-2011
131
2. Perusahaan yang melaporkan laporankeuangan periode 2009-2011
(64) 67
3. Laporan keuangan perusahaan untuk tahunyang berakhir 31 Desember
(1) 66
4. Laporan keuangan menggunakan bahasaIndonesia dan mata uang rupiah dalampelaporan keuangannya
(8) 58
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 58
Tahun pengamatan 3Jumlah total sampel 174
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah 131. Namun, berdasarkan
hasil seleksi sampel hanya ada 58 perusahaan manufaktur. Periode
pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah 3 (tiga) tahun, yaitu tahun
2009, 2010, dan 2011. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 174 data
laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Dari proses seleksi sampel tersebut diperoleh perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.2 menyajikan daftar nama
perusahaan sampel.
68
Tabel 4.2Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1. PT Akasha Wira International Tbk ADES
2. PT Polychem Indonesia Tbk ADMG3. PT Alaska Industrindo Tbk ALKA4. PT Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI5. PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG6. PT Argo Pantes Tbk ARGO7. PT Arwana Citra Mulia Tbk ARNA8. PT Astra International Tbk ASII9. PT Astra Auto Part Tbk AUTO10. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA11. PT Indo Kordsa Tbk BRAM12. PT Berlina Tbk BRNA13. PT Beton Jaya Manunggal Tbk BTON14. PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI15. PT Delta Djakarta Tbk DLTA16. PT Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA17. PT Ever Shine Textile Industry Tbk ESTI18. PT Eterindo Wahanatama Tbk ETWA19. PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW20. PT Gudang Garam Tbk GGRM21. PT Gajah Tunggal Tbk GJTL22. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP23. PT Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR24. PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI25. PT Indofarma Tbk INAF26. PT Indal Aluminium Industry Tbk INAI27. PT Indofood Sukses Makmur TbK INDF28. PT Indospring Tbk INDS29. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP30. PT Jembo Cable Company Tbk JECC31. PT Kimia Farma Tbk KAEF32. PT KMI Wire and Cable Tbk KBLI33. PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk KBRI34. PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS35. PT Kalbe Farma Tbk KLBF36. PT Krakatau Steel Tbk KRAS37. PT Lion Metal Works Tbk LION38. PT Lionmesh Prima Tbk LMSH
Bersambung ke halaman berikutnya
69
No Nama Perusahaan Kode39. PT Multistrada Arah Sarana Tbk MASA40. PT Merck Tbk MERK41. PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI42. PT Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL43. PT Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS44. PT Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN45. PT Pyridam Tbk PYFA46. PT Bentoel International Investama Tbk RMBA47. PT Siearad Produce Tbk SIPD48. PT Sekar Laut Tbk SKLT49. PT Holcim Indonesia Tbk SMCB50. PT Selamat Sempurna Tbk SMSM51. PT Suparma Tbk SPMA52. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM53. PT Mandom Indonesia Tbk TCID54. PT Trias Sentosa Tbk TRST55. PT Tempo Scan Pasifik Tbk TSPC56. PT Unilever Indonesia UNVR57. PT Voksel Electric Tbk VOKS58. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS
Sumber : Data Diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan model
regresi berganda. Tujuannya adalah memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (corporate governance
dan karakteristik perusahaan) terhadap variabel dependen yaitu
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Uji data statistik deskriptif menggambarkan kualitas data
penelitian yang tercermin pada nilai mean dan standar deviasi. Apabila
nilai mean lebih besar daripada standar deviasi maka kualitas data
Lanjutan Tabel 4.2
70
dapat dikatakan baik. Deskripsi variabel penelitian mengenai
pengungkapan sukarela laporan tahunan, proporsi dewan komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas
dan leverage dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
IND 174 .25000 1.00000 .4328107 .14366080
COM 174 2 11 4.57 1.909
SIZE 174 10.84376 14.18617 12.1362773 .68684715
PROFIT 174 -.61852 .41620 .0838103 .11031604
LEV 174 .07391 3.21000 .5103084 .40469409
VD 174 .49000 .79000 .6539655 .05910526
Valid N (listwise) 174
Sumber : Data Diolah (Output SPSS 20.0)
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel pengungkapan
sukarela atau voluntary disclosure (VD) memiliki nilai rata – rata
sebesar 0,6539 lebih besar dibandingkan standar deviasinya yaitu
0,059. Variabel proporsi dewan komisaris independen (IND)
menunjukkan rata – rata 0,4328 lebih besar dibandingkan dengan
standar deviasinya sebesar 0,1436. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara rata-rata perusahaan sampel telah memenuhi syarat minimal
30% anggota dewan komisaris independen sesuai peraturan Bapepam.
Variabel jumlah dewan komisaris (COM) menunjukkan rata – rata
71
4,57 lebih besar dibandingkan dengan standar deviasinya sebesar
1,909. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan rata – rata
12,136 dan variabel leverage menunjukkan rata-rata sebesar 0,5103.
Sedangkan variabel profitabilitas memiliki mean 0,0838 lebih kecil
dibandingkan dengan standar deviasinya sebesar 0,1103. Hal ini
menunjukkan kualitas data profitabilitas kurang baik.
Pada variabel pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
(VD) yang minimum adalah 0,49 atau 49% yang diperoleh PT Sunson
Textile Manufacturer Tbk (SSTM) untuk tahun 2009, sedangkan
tingkat pengungkapan sukarela maksimal diperoleh PT Indocement
Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebesar 79% pada tahun 2011. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) atas laporan tahunan perusahaan.
Namun, perusahaan masih menimbang antara cost and benefit atas
kebijakannya dalam melakukan pengungkapan sukrela. Manajemen
perusahaan akan melakukan pengungkapan yang lebih luas apabila
benefit (manfaat) yang didapatkan lebih besar dari biaya
pengungkapan (cost) informasi itu sendiri. Biaya pengungkapan
informasi yang harus dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya
pengumpulan, biaya pemrosesan pengumpulan, biaya pemrosesan,
biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi. Sedangkan biaya
tidak langsung meliputi biaya litigasi yaitu biaya yang timbul karena
72
pengungkapan informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan
informasi yang menyesatkan (Hardiningsih, 2008:70).
Variabel proporsi dewan komisaris independen (IND) yang
diproyeksikan dengan rasio komisaris independen dengan jumlah
dewan komisaris mempunyai nilai minimum sebesar 25% yang
dimiliki oleh 5 perusahaan yaitu PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA),
PT Berlina Tbk (BRNA), PT Ever Shine Textile Industry Tbk (ESTI),
PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA), dan PT Krakatau Steel Tbk
(KRAS). Sedangkan nilai maksimum 100% dimiliki PT Arwana Citra
Mulia Tbk (ARNA). Hal ini mencerminkan bahwa masih ada
perusahaan yang belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Bapepam yaitu proporsi komisaris independen di perusahaan minimal
30% dari keseluruhan jumlah dewan komisaris.
Variabel jumlah dewan komisaris (COM) paling sedikit 2 orang
dimiliki oleh PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA), PT Beton Jaya
Manunggal Tbk (BTON), PT Merck Tbk (MERK), PT Inti Keramik
Alam Asri Industri Tbk (IKAI), PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia
Tbk (KBRI), dan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS).
Sedangkan nilai maksimum dari jumlah dewan komisaris dimiliki oleh
PT Astra International Tbk (ASII) sebanyak 11 orang. Hal ini
mencerminkan bahwa perusahaan telah memenuhi UU No 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas karena mempunyai paling sedikit 2
orang anggota dewan komisaris.
73
Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan transformasi
logaritma dari total asset menunjukkan nilai minimum sebesar 10,843
dimiliki oleh PT Beton Jaya Manunggal Tbk (BTON) dan nilai
maksimum sebesar 14,186 dimiliki oleh PT Astra International Tbk
(ASII). Variabel profitabilitas diukur menggunakan Return On Assets
(ROA) yang menunjukkan nilai ROA minimum diperoleh -0,6185 atau
-61,85% dan ROA terbesar adalah 0,4162 atau 41,62%. Perusahaan
dengan nilai ROA terendah yaitu PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia
Tbk (KBRI), dan perusahaan dengan nilai ROA tertinggi adalah PT
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Perusahaan yang memiliki
nilai ROA yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik
yang diproyeksikan melalui perbandingan antara laba bersih dan total
asetnya. Nilai leverage minimum diperoleh sebesar 0,0739 dan nilai
leverage maksimum adalah sebesar 3,21. Perusahaan dengan leverage
terendah yaitu PT Beton Jaya Manunggal Tbk (BTON) dan perusahaan
dengan nilai leverage tertinggi diperoleh PT Primarindo Asia
Infrastructur Tbk (BIMA).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji
autokorelasi.
74
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya multikoloniearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF) yang
terdapat pada masing-masing variabel seperti pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4Uji Multikoloniearitas sebelum Lag Y
Coefficientsa
ModelCollinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
IND .825 1.213
COM .527 1.897
SIZE .504 1.983
PROFIT .934 1.071
LEV .933 1.072a. Dependent Variable : VDSumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan
menunjukkan tidak ada variabel independen yang nilai tolerance
kurang dari 0,10. Hal ini berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen. Suatu model regresi juga dinyatakan bebas dari
multikolonieritas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel
4.4 juga dapat diketahui bahwa pada model regresi, semua variabel
75
independen memiliki nilai VIF yang rendah dan jauh di bawah
angka 10 yang berarti bahwa tidak terjadi multikolonieritas dalam
model regresi.
Tabel 4.5Uji Multikolonieritas Setelah Lag Y
Coefficientsa
ModelCollinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
IND .825 1.212
COM .525 1.905
SIZE .490 2.039
PROFIT .932 1.073
LEV .930 1.076
lag_VD .942 1.061a. Dependent Variable : VD
Sumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai tolerance berada di
atas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10. Oleh karena itu, model regresi
dalam penelitian ini tidak terjadi multikoloniearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi yang
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun berbagai data yang
76
mewakili semua ukuran baik kecil, sedang, maupun besar (Ghozali,
2011:139). Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan uji
glejser. Apabila variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen (kurang dari 5%), maka terjadi
heteroskedastisitas. Namun, apabila probabilitas signifikansi di atas
5% maka dapat dikatakan bahwa model regresi tidak mengandung
adanya heteroskedatisitas. Hasil dari uji heteroskedatisitas dapat
dilihat dalam tabel 4.6 adalah:
Tabel 4.6Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum lag Y
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .155 .059 2.651 .009
IND -.013 .020 -.052 -.631 .529
COM -.002 .002 -.085 -.830 .407
SIZE -.008 .005 -.154 -1.474 .142
PROFIT -.032 .025 -.100 -1.300 .195
LEV -.004 .007 -.045 -.579 .564a. Dependent Variable : ABSRES1
Sumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi
semua variabel di atas 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
77
Tabel 4.7Hasil Uji Heteroskedastisitas setelah lag Y
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .105 .056 1.872 .063
IND .002 .018 .008 .099 .921
COM .000 .002 .010 .095 .924
SIZE -.008 .005 -.181 -1.673 .096
PROFIT -.021 .023 -.075 -.950 .344
LEV .003 .006 .044 .561 .575
lag_VD .044 .042 .082 1.044 .298
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dalam model regresi
tingkat signifikansi semua variabel di atas 5% atau 0,05. Hasil
output dalam tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel
dependen nilai absolut lag VD. Kondisi ini menunjukkan bahwa
dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel
pengganggu atau residual dalam model regresi mempunyai
distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis uji statistik untuk mengetahui residual
berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik non parametik
Kolmogorov Smirnov (K-S) mempunyai kriteria jika nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) < 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan terkena
a. Dependent Variable : ABSRES2
78
problem normalitas. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik
tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Data mengenai uji
normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8Hasil Uji Normalitas Sebelum Lag Y
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 174
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .05427280
Most Extreme Differences
Absolute .085
Positive .070
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z 1.122
Asymp. Sig. (2-tailed) .161
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.Sumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Dari data pada tabel 4.8 dapat dikatakan bahwa data
residual terdistribusi normal. Hal ini tercermin dari nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,161.
Data dalam tabel 4.9 di bawah ini menunjukkan hasil
bahwa residual terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,177. Kondisi ini
berarti bahwa data residual tetap terdistribusi normal.
79
Tabel 4.9Hasil Uji Normalitas Setelah Lag Y
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 173
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .04580391
Most Extreme
Differences
Absolute .084
Positive .051
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z 1.100
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.Sumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Problem autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Kondisi ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena adanya
“gangguan” pada individu atau kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang
sama pada periode berikutnya. Penelitian ini menggunakan
pengujian run test untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05
maka persamaan regresi dikatakan terkena problem autokorelasi.
80
Tabel 4.10Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Lag Y
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00267
Cases < Test Value 87
Cases >= Test Value 87
Total Cases 174
Number of Runs 49
Z -5.930
Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Median
Sumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa residual dalam persamaan
regresi tidak random dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini
menyimpulkan terjadi autokorelasi dalam data penelitian. Oleh
karena itu, problem autokorelasi perlu dilakukan pengobatan
dengan cara lag terhadap variabel Y (Hamja, 2012:166).
Tabel 4.11Hasil Uji Autokorelasi Setelah Lag Y
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00301
Cases < Test Value 86
Cases >= Test Value 87
Total Cases 173
Number of Runs 83
Z -.686
Asymp. Sig. (2-tailed) .493a. MedianSumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
81
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa residual dalam persamaan
regresi random atau acak dengan nilai signifikansi 0,493 > 0,05.
Hal ini menyimpulkan bahwa setelah dilakukan pengobatan dengan
lag Y tidak terjadi autokorelasi dalam data tersebut.
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dalam
pengolahan datanya. Analisis ini menggunakan uji statistik t dan uji
statistik F dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% atau
0,05. Apabila tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima, sebaliknya apabila tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05
maka Ha ditolak.
a. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1.
Apabila nilai koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
dalam memprediksi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan
koefisien determinasi dengan menggunakan nilai adjusted R-square
untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R-square dalam
penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.12 di bawah ini.
82
Tabel 4.12Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .635a .403 .381 .04662435
a. Predictors: (Constant), lag_VD, COM, LEV, IND, PROFIT, SIZE
b. Dependent Variable: VDSumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Dari tampilan output SPSS dalam tabel 4.12 dapat dilihat
bahwa besarnya adjusted R-square sebesar 0,381 atau 38,1%. Hal
ini berarti 38,1% variabel dependen tingkat pengungkapan sukarela
(VD) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel
independen. Variabel independen tersebut adalah proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan leverage. Sedangkan sisanya sebesar
61,9% (100% - 38,1%) dijelaskan oleh variabel lain di luar model
regresi dalam penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Simultan (Statistik F)
Uji F menunjukkan semua variabel independen yang ada
dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
Ha diterima. Pengaruh secara simultan variabel proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran
perusahaan, profitabilitas dan leverage dapat dilihat pada tabel 4.13
83
Tabel 4.13Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .243 6 .041 18.667 .000b
Residual .361 166 .002
Total .604 172a. Dependent Variable: VDb. Predictors: (Constant), lag_VD, COM, LEV, IND, PROFIT, SIZESumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Hasil pengolahan data dalam tabel 4.13 melalui uji Anova
atau F-test terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Nilai probabilitas pengujian lebih kecil dari 0,05 menunjukkan
model regresi dapat digunakan secara bersama - sama untuk
memprediksi tingkat pengungkapan sukarela (VD). Hal ini
membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage
bersama – sama secara simultan berpengaruh positif terhadap
indeks pengungkapan sukarela. Hal ini menyimpulkan bahwa Ha
diterima dalam model regresi penelitian ini.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabel -
variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05.
Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi signifikan
84
dan Ha diterima. Sedangkan apabila nilai probabilitas lebih dari
0,05 maka koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak.
Tabel 4.14Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .142 .083 1.716 .088
IND -.010 .027 -.024 -.369 .713
COM .001 .003 .016 .199 .842
SIZE .016 .007 .182 2.124 .035
PROFIT .026 .033 .049 .790 .430
LEV -.024 .009 -.165 -2.655 .009
lag_VD .510 .062 .510 8.247 .000
a. Dependent Variable: VDSumber : Data Diolah (output SPSS 20.0)
Pada tabel 4.14 terlihat bahwa ada 3 variabel independen
yaitu proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan (variabel dependen)
yaitu sebesar 0,713, 0,842 dan 0,430 (karena lebih besar daripada
tingkat signifikansi 5%). Sedangkan variabel independen ukuran
perusahaan dan leverage mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel tingkat pengungkapan sukarela, dengan tingkat
signifikansi masing-masing sebesar 0,035 dan 0,009 (lebih kecil
85
dari tingkat signifikansi 5%). Berikut ini akan dijelaskan lebih
lanjut mengenai hasil dari tabel 4.14
1) Proporsi Dewan Komisaris Independen (IND)
Proporsi dewan komisaris independen yang
dilambangkan dengan IND berdasarkan tabel mempunyai nilai
t sebesar -0,369 dan tingkat signifikansi sebesar 0,713 atau
lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara
parsial variabel proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan perusahaan manufaktur.
2) Ukuran Dewan Komisaris (COM)
Variabel ukuran dewan komisaris yang diukur dengan
jumlah dewan komisaris dalam suatu perusahaan mempunyai
nilai t sebesar 0,199 dan tingkat signifikansi sebesar 0,842 atau
lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara
parsial variabel ukuran dewan komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan perusahaan manufaktur.
3) Ukuran Perusahaan (SIZE)
Variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan
logaritma dari total asset mempunyai nilai t sebesar 2,124 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,035 atau lebih kecil dari 0,05.
Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel ukuran
86
VD = 0,142 - 0,010IND + 0,001COM + 0,016SIZE + 0,026PROFIT - 0,024LEV + Ɛ
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur.
4) Profitabilitas (PROFIT)
Variabel profitabilitas yang diproksikan Return on Asset
(ROA) mempunyai nilai t sebesar 0.790 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,430 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela
dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.
5) Leverage (LEV)
Variabel leverage yang diproksikan dengan Debt Ratio
mempunyai nilai t sebesar -2,655 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,009 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyimpulkan
bahwa secara parsial variabel leverage berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur.
4. Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel 4.14
dengan persamaan regresi sebagai berikut :
87
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta
sebesar 0,142 yang berarti jika variabel independen yaitu proporsi
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan leverage bernilai 0 atau diabaikan maka nilai
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan (VD)
bernilai 0,142 atau 14,2%.
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
mempunyai nilai minimum sebesar 49% dan nilai maksimum sebesar
79% dengan nilai rata-rata 65,396%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan paling
rendah sebesar 23 item dari total 47 item pengungkapan sukarela,
sedangkan paling tinggi sebesar 37 item yang diungkapkan. Rata –
rata pengungkapan sukarela yang ada dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur sebesar 31 item yang diungkapkan. Hal ini
menyiratkan bahwa perusahaan telah melakukan pengungkapan
sukarela guna memenuhi informasi kepada publik. Pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) diharapkan mampu untuk mengurangi
asimetri informasi antara agen dan principal, sehingga agency conflict
dapat diminimalisir. Pengungkapan sukarela juga menjadi bentuk
akuntabilitas kepada publik terutama para pemangku kepentingan.
Berdasarkan analisis regresi dapat dilihat bahwa variabel
corporate governance yang diwakili oleh proporsi dewan komisaris
88
independen dan ukuran dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
regresi negatif sebesar -0,010 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,713 > 0,05 untuk variabel IND. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari α = 5% ,maka Ha1 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil
membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya
(2009), Allegrini dan Greco (2011), Achmad (2012) dan Yunita
(2012). Berbagai kemungkinan dapat menjadi alasan ketidakefisienan
keberadaan dewan komisaris independen seperti tingkat independensi
dan keprofesionalan dalam menjalankan tugas sebagai komisaris
independen. Walaupun proporsi dewan komisaris independen tinggi
bukan berarti independensi dan tingkat profesionalitasnya tinggi pula.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja dewan komisaris itu
sendiri. Selain itu, pemegang saham mayoritas memegang kendali
perusahaan sehingga dewan komisaris independen tidak dapat
meningkatkan kinerjanya. Ada kemungkinan perusahaan memenuhi
kriteria keberadaan komisaris independen sebesar 30% hanya
mengikuti peraturan BAPEPAM sebagai bentuk formalitas belaka.
Variabel ukuran dewan komisaris menunjukkan koefisien regresi
positif sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,842 > 0,05.
89
Kondisi ini menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
Hal ini terlihat dari variabel COM yang mempunyai tingkat
signifikansi lebih besar dari α = 5% ,sehingga Ha2 ditolak. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Primastuti
dan Achmad (2012) dan Hasan (2013). Keberadaan dewan komisaris
yang besar dalam perusahaan tidak serta merta meningkatkan
pengungkapan sukarela. Ukuran dewan komisaris yang besar justru
akan semakin sulit dalam penerapan kebijakan pengawasan
perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya keanekaragaman pendapat,
masalah koordinasi dan komunikasi dalam menentukan kebijakan
sehingga menjadi kurang efektif dalam hal pengawasan. Jumlah
dewan komisaris yang ada di perusahaan seharusnya disesuaikan
dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006:13).
Variabel karakteristik perusahaan dalam penelitian ini mengacu
pada 3 aspek yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage.
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang mempunyai koefisien regresi
positif sebesar 0.016 dan tingkat signifikansi 0,035 < 0,05
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 diterima
karena tingkat signifikansi variabel SIZE lebih kecil dari α = 5%.
90
Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma total asset
menunjukkan perusahaan berukuran besar cenderung mempunyai
biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Pengungkapan informasi yang lebih luas diharapkan akan
mampu mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Selain itu, perusahaan besar biasanya menjadi sorotan bagi
publik dan pasar dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan
investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar akan
memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan
kecil. Pengungkapan informasi perusahaan yang melebihi ketentuan
yang ada menjadi salah satu upaya bagi perusahaan guna mencapai
akuntabilitas publik. Di sisi lain, perusahaan besar juga memerlukan
informasi yang besar pula guna memenuhi keperluan internal
perusahaan. Informasi yang diungkapkan tersebut sekaligus menjadi
bahan bagi pengungkapan informasi kepada pihak di luar perusahaan
(pihak eksternal). Hal ini menyimpulkan bahwa perusahaan besar
tidak memerlukan biaya tambahan untuk dapat melakukan
pengungkapan informasi yang lebih lengkap. Kondisi ini didukung
oleh ketrampilan karyawan yang tinggi di perusahaan besar untuk
menerapkan sistem pelaporan manajemen dengan teknologi modern
sehingga mampu mengungkapkan informasi yang lebih luas. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih
91
(2008), Nuryaman (2009), Mujiyono dan Nany (2010), Septiani
(2011), Nandi dan Ghosh (2012) dan Al-Janadi (2013).
Variabel profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Asset
(ROA) mempunyai koefisien regresi positif sebesar 0,026 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,430 > 0,05. Hal ini menujukkan bahwa variabel
PROFIT tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%
maka Ha4 ditolak. Profitabilitas yang tinggi sudah menjadi sumber
informasi bagi investor sehingga perusahaan tidak memerlukan
pengungkapan sukarela lebih luas lagi guna menarik perhatian
investor. Hal ini menyiratkan bahwa informasi laba nampaknya sudah
menjadi suatu informasi yang informatif bagi investor. Selain itu,
variabel profitabilitas memiliki mean 0,0838 lebih kecil dibandingkan
dengan standar deviasinya 0,1103. Hal ini menunjukkan kualitas data
profitabilitas kurang baik yang memungkinkan hasil penelitian yang
diperoleh mengalami bias. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sudarmadji dan Sularto (2007),
Alvarez, et al (2008), Hardiningsih (2008), dan Septiani (2011).
Variabel leverage yang diukur dengan debt ratio mempunyai
koefisien regresi -0,024 dan tingkat signifikansi sebesar 0,009 < 0,05.
Hal ini memperlihatkan bahwa variabel LEV mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sukarela karena tingkat signifikansi
lebih kecil dari α = 5%. Nilai koefisien regresi -0.024 menunjukkan
92
hubungan yang negatif, artinya peningkatan leverage justru akan
menurunkan tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
Karena mempunyai pengaruh yang signifikan negatif, maka Ha5
ditolak. Rasio leverage mengukur seberapa besar aset perusahaan yang
dibiayai oleh kreditor dengan cara membandingkannya dengan total
liabilitas, baik liabilitas jangka pendek maupun liabilitas jangka
panjang. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan
didanai oleh kreditor. Dalam kondisi yang demikian maka perusahaan
akan cenderung melakukan pengungkapan sukarela yang lebih sedikit.
Hal ini dikarenakan rasio leverage yang tinggi akan membuat investor
ragu dalam mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan tersebut.
Di sisi lain, perusahaan yang berada dalam kondisi debt market
kurang prima akan mencoba memanfaatkan bank dan lembaga
keuangan non-bank untuk tujuan penggalangan dana. Situasi ini
memungkinkan perusahaan untuk tidak mengungkapkan informasi
yang lebih luas kepada publik. Bank tidak memperhatikan apakah
perusahaan telah memberikan informasi yang lebih mendalam dalam
hal pengungkapan sukarela kepada pihak kreditor. Pihak bank akan
lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan perusahaan pada 5C,
yaitu character, capability, collateral, condition of economy, dan
capital (Juniarti dan Sentosa, 2009:97). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandi dan Ghosh (2012) dan
Primastuti dan Achmad (2012).
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji tentang pengaruh corporate governance dan
karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan. Analisis pengaruh yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 20. Data
sampel yang digunakan sebanyak 174 perusahaan manufaktur go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011.
Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009), Allegrini dan Greco
(2011), Achmad (2012) dan Yunita (2012).
2. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Primastuti dan Achmad (2012) dan Hasan (2013).
93
94
3. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hardiningsih (2008), Nuryaman (2009),
Mujiyono dan Nany (2010), Septiani (2011), Nandi dan Ghosh (2012)
dan Al-Janadi, et al (2013).
4. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sudarmadji dan Sularto (2007), Alvarez, et al (2008),
Hardiningsih (2008) dan Septiani (2011).
5. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nandi dan Ghosh (2012) dan Primastuti dan
Achmad (2012).
6. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage secara
simultan berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela
95
(voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Primastuti dan Achmad (2012).
B. Implikasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang ilmu
pengetahuan. Penelitian ini juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan memperkuat penelitian yang telah ada sebelumnya. Hasil penelitian ini
akan menambah keberagaman informasi dan hasil penelitian yang terkait
dengan pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang besar akan melakukan pengungkapan yang besar pula
untuk kepentingan internal maupun eksternal perusahaan. Implikasinya
perusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas selain
yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Hal ini diharapkan mampu
untuk meningkatkan aspek transparansi dan akuntabilitas publik.
Pengungkapan yang lebih luas dan relevan seyogyanya mampu
meningkatkan kualitas informasi laporan tahunan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan juga dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi investor untuk menilai kinerja, kondisi, dan prospek
perusahaan sebelum investor melakukan keputusan berinvestasi.
Perusahaan yang mempunyai leverage akan melakukan pengungkapan
sukarela guna melindungi kepentingan kreditur dalam kaitannya dengan
96
pemenuhan kebutuhan informasi. Namun di sisi lain, perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi akan membuat investor ragu dalam mengambil
keputusan berinvestasi di perusahaan tersebut. Implikasinya adalah
perusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih sedikit
apabila rasio leverage tinggi. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
kreditur, maka perusahaan akan memberikan private access untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi para kreditur.
C. Saran
Penelitian mengenai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) di
masa mendatang diharapkan dapat mempertimbangkan saran berikut ini:
1. Penelitian selanjutnya agar menggunakan jenis perusahaan yang
berbeda sebagai pembanding dan menggunakan periode penelitian
lebih dari 3 tahun agar hasil penelitian lebih akurat.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel corporate
governance lainnya seperti kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, dewan direksi, dan komite audit.
3. Penelitian selanjutnya menggunakan item-item pengungkapan
sukarela lebih terkini yang berlaku untuk perusahaan go public di
Indonesia.
97
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tarmizi, “Dewan Komisaris dan Transparansi : Teori Keagenan atauTeori Stewardship”, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 16 No. 1, 2012.
Akhtaruddin, Mohamed, et al, “Corporate Governance and Voluntary Disclosurein Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”, Vol. 7 No. 1, 2009
Al-Janadi, Yaseen et al, “Corporate Governance Mechanisms and VoluntaryDisclosure I in Saudi Arabia”, Research Journal of Finance and Accounting,Vol 4 No 4, 2013.
Allegrini, Marco dan Giulio Greco, “Corporate boards, audit committees andvoluntary disclosure: evidence from Italian Listed Companies”, SpringerScience - Business Media, LLC, 2011.
Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, “Analisis Pengaruh KarakteristikPerusahaan Terhadap kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan TahunanPerusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ”, Proceeding SeminarNasional FE Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.
Al-Moataz, Ehsan dan Khaled Hussainey, “Determinants of CorporateGovernance Disclosure in Saudi Companies”, Journal of Economic andManagement, 2009.
Al-Shammari, Bader, “Voluntary Disclosure in Kuwait Corporate AnnualReport”, Review of Business Research, Vol.8, 2008.
Alvarez, I.G., et al, “Voluntary and compulsory information disclosed online: Theeffect of industry concentration and other explanatory factors”, OnlineInformation Review, Emerald Group publishing Limited, Vol 32 No 5, 2008.
Barako, Dulacha, “Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan CompaniesAnnual Reports”, African Journal of Business Management Vol 1 (5)”,2007.
Belkaoui, Ahmed Riahi, “Teori Akuntansi”, Edisi Kelima, Penerbit SalembaEmpat, Jakarta, 2006.
Bursa Efek Indonesia, “IDX Fact Book”, diakses pada tanggal 12 Februari 2013dari http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/factbook.aspx
98
Bursa Efek Indonesia, “Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia”, diakses padatanggal 10 Februari 2013 dari http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
Choi, Frederick dan Gary Meek, “Akuntansi Internasional”, Buku 1 Edisi 6,Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), ”What is CorporateGovernance”, diakses pada tanggal 2 Februari 2013 darihttp://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-governance. html.
Gernon dan Meek, “Akuntansi Perspektif Internasional Edisi 5”, Andi Publisher,Yogyakarta, 2006.
Ghozali Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS19”, Edisi 5 Cetakan V, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 2011.
Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UINJakarta, 2012.
Hamja, Yahya, “Ekonometri”, Diktat Kuliah, Bandung , 2012.
Hardiningsih, Pancawati, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VoluntaryDisclosure Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol15 No. 1, 2008.
Hasan, Mostafa Kamal, ”Corporate Governance Characteristics and VoluntaryDisclosure: The Case of UAE Listed Corporations”, International Conferenceon Business, Economics, and Accounting, 2013.
Hendriksen, Eldon dan Michael Van Breda, “Teori Akunting”, Edisi Kelima,Penerbit Interaksara, Jakarta, 2002.
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,Jakarta, 2009.
Indra, “Industri Manufaktur Makin Diminati Investor Asing”, diakses padatanggal 18 Januari 2013 dari http://www.imq21.com/news/read/82820/20120808/150422/Industri-Manufaktur-Makin-Diminati-Investor-Asing.html
99
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis UntukAkuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, Lembaga Penerbit BPFE,Yogyakarta, 2002.
Juniarti dan Agnes Andriyani Sentosa, “Pengaruh Good Corporate Governance,Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debts)”, JurnalAkuntansi dan Keuangan, Vol 11 No 2, 2009.
Kementrian Lingkungan Hidup, “Hasil Penilaian Program Peringkat KinerjaPerusahaan (PROPER) Dalam Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganPeriode 2011-2012”, diakses pada tanggal 29 Juli 2013 darihttp://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-program-peringkat-kinerja-perusahaan-proper-dalam-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-periode-2011-2012/
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004 diaksestanggal 3 Maret 2013 dari www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/.../id-ID/Peraturan_I-A_Gabung.pdf
Kolsi, Mohamed Chakib, “The Determinants of Corporate Voluntary Disclosure :Evidence from the Tunisian Capital Market”, The IUP Journal of AccountingResearch & Audit Practices, Vol. XI No. 4, 2012.
Komite Nasional Kebijakan Governance, “Pedoman Umum Good CorporateGovernance Indonesia 2006”, diakses pada 2 Maret 2013 dariwww.bapepam.go.id/.../Pedoman%20GCG%20Indonesia%202006.pdf.
Linda dan Maya Febrianty. “Kinerja Perusahaan dalam Perspektif Agency Theoridan Signaling Theori”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 9 No 2, 2010.
Mujiyono dan Magdalena Nany, “Pengaruh Leverage, Saham Publik, Size danKomite Audit terhadap Luas Pengungkapan Sukarela”. Jurnal DinamikaAkuntansi. Vol 2 No 2, 2010.
Nandi, Sunil dan Santanu Kumar Ghosh, “Corporate governance attributes, firmcharacteristics and the level of corporate disclosure: Evidence from theIndian listed firms”, Decision Science Letters 2, 2012.
Nuryaman, ”Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan danMekanisme Corporate Governance Terhadap pengungkapan Sukarela”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 6 No 1, 2009.
Primastuti, Sinung dan Tarmizi Achmad, “Pengaruh Corporate Governance danKarakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan InformasiStrategis”, Diponegoro Journal of Accounting, Vol 1 No 2, 2012.
100
Rouf, Abdur, “Corporate Characteristics, Governance Attributes and The Extentof voluntary Disclosure in Bangladesh”, Asian Journal of ManagementResearch, 2010.
Sarvani, Valli, “10 Major Accounting Scandals”, diakses pada tanggal 13 Januari2013 dari http://bizcovering.com/history/10-major-accounting-scandals/
Sarwono, Jonathan dan Ely Suhayati, “Riset Akuntansi menggunakan SPSS”,Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Sjahrial, Dermawan dan Djahotman Purba, ”Analisa Laporan Keuangan : CaraMudah dan Praktis Memahami Laporan Keuangan”, Jakarta : Penerbit MitraWacana Media, 2011.
Septiani, Aditya, “Analisis Dewan Komisaris, Komite Audit dalam Kaitannyadengan Pelaksanaan Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)”,Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Universitas Diponegoro Semarang, 2011.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto, “Pengaruh Ukuran Perusahaan,Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap LuasVoluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESATGunadarma. Vol 2, 2007.
Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/MMBU/2002 tanggal 1 Agustus2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada BUMN diakses pada tanggal 2Maret 2013 dari www.iicg.org/.../ Kepmen_BUMN_ 2002_117 _ Praktek _GCG_BUMN.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PerseroanTerbatas diakses pada tanggal 2 Maret 2013 dariwww.bapepam.go.id/.../UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas
Widyantari, A.A. Ayu Putri, “Opini Audit Going Concern dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya : Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa EfekIndonesia”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar,2011.
Wijaya, Riesanti Edie, “Keberadaan Corporate Governance dan KondisiFinancial Distressed terhadap Voluntary Disclosure”, Jurnal Keuangan danPerbankan. Vol 13 No 3, 2009.
Yunita, Nancy. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosuredan Biaya Hutang”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol 1 No 1, 2012.
102
LAMPIRAN 1
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL BERDASARKAN JENIS PRODUK
INDUSTRI DASAR KIMIA
SEMENPT Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
PT Holcim Indonesia Tbk SMCB
KERAMIK,PORSELEN DAN
KACA
PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
PT Arwana Citra Mulia Tbk ARNA
PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI
PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS
LOGAM DANSEJENISNYA
PT Alaska Industrindo Tbk ALKA
PT Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
PT Beton Jaya Manunggal Tbk BTON
PT Indal Aluminium Industry Tbk INAI
PT Krakatau Steel Tbk KRAS
PT Lion Metal Works Tbk LION
PT Lionmesh Prima Tbk LMSH
PT Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
KIMIAPT Budi Acid Jaya Tbk BUDI
PT Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
PLASTIK DANKEMASAN
PT Berlina Tbk BRNA
PT Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
PT Trias Sentosa Tbk TRST
PT Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS
PAKAN TERNAK PT Siearad Produce Tbk SIPD
PULP DAN KERTAS
PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk KBRI
PT Suparma Tbk SPMA
SEKTOR ANEKA INDUSTRI
OTOMOTIF DANKOMPONEN
PT Astra International Tbk ASII
PT Astra Auto Part Tbk AUTO
PT Indo Kordsa Tbk BRAM
PT Gajah Tunggal Tbk GJTL
PT Indospring Tbk INDS
Bersambung ke halaman berikutnya
103
LANJUTAN TABEL DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL
BERDASARKAN JENIS PRODUK
OTOMOTIF DANKOMPONEN
PT Multistrada Arah Sarana Tbk MASA
PT Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
TEKSTIL DANGARMENT
PT Polychem Indonesia Tbk ADMG
PT Argo Pantes Tbk ARGO
PT Ever Shine Textile Industry Tbk ESTI
PT Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM
ALAS KAKI PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA
KABEL
PT Jembo Cable Company Tbk JECC
PT KMI Wire and Cable Tbk KBLI
PT Voksel Electric Tbk VOKS
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
MAKANAN DANMINUMAN
PT Akasha Wira International Tbk ADES
PT Delta Djakarta Tbk DLTA
PT Indofood Sukses Makmur TbK INDF
PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
PT Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN
PT Sekar Laut Tbk SKLT
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
ROKOK
PT Gudang Garam Tbk GGRM
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
PT Bentoel International Investama Tbk RMBA
FARMASI
PT Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
PT Indofarma Tbk INAF
PT Kimia Farma Tbk KAEF
PT Kalbe Farma Tbk KLBF
PT Merck Tbk MERKPT Pyridam Tbk PYFAPT Tempo Scan Pasifik Tbk TSPC
KOSMETIKA DANBARANG
KEPERLUANRUMAH TANGGA
PT Mandom Indonesia Tbk TCID
PT Unilever Indonesia UNVR
Sumber : Data Diolah
105
INDEKS PENGUNGKAPAN SUKARELA (VD)
No KodeTahun
2009 2010 2011
1. ADES 0,66 0,66 0,64
2. ADMG 0,68 0,66 0,68
3. ALKA 0,55 0,55 0,55
4. ALMI 0,53 0,57 0,60
5. AMFG 0,64 0,64 0,64
6. ARGO 0,64 0,66 0,68
7. ARNA 0,64 0,66 0,66
8. ASII 0,68 0,64 0,66
9. AUTO 0,68 0,68 0,70
10. BIMA 0,57 0,60 0,57
11. BRAM 0,64 0,66 0,66
12. BRNA 0,72 0,72 0,72
13. BTON 0,60 0,64 0,62
14. BUDI 0,68 0,68 0,68
15. DLTA 0,66 0,68 0,68
16. DVLA 0,60 0,68 0,68
17. ESTI 0,60 0,62 0,64
18. ETWA 0,70 0,68 0,68
19. FASW 0,66 0,64 0,68
20. GGRM 0,64 0,70 0,70
21. GJTL 0,62 0,68 0,68
22. HMSP 0,68 0,68 0,64
23. IGAR 0,51 0,53 0,55
24. IKAI 0,74 0,74 0,74
25. INAF 0,70 0,68 0,72
26. INAI 0,55 0,55 0,55
27. INDF 0,68 0,70 0,66
28. INDS 0,66 0,68 0,66
29. INTP 0,72 0,77 0,79
LAMPIRAN 2
Bersambung ke halaman berikutnya
106
No Kode 2009 2010 2011
30. JECC 0,57 0,57 0,60
31. KAEF 0,74 0,70 0,72
32. KBLI 0,64 0,62 0,64
33. KBRI 0,66 0,64 0,62
34. KIAS 0,66 0,66 0,68
35. KLBF 0,70 0,77 0,77
36. KRAS 0,70 0,72 0,70
37. LION 0,66 0,66 0,68
38. LMSH 0,70 0,70 0,70
39. MASA 0,64 0,66 0,64
40. MERK 0,66 0,66 0,66
41. MLBI 0,64 0,64 0,64
42. NIKL 0,70 0,72 0,66
43. PRAS 0,51 0,53 0,53
44. PSDN 0,64 0,64 0,66
45. PYFA 0,68 0,72 0,77
46. RMBA 0,70 0,68 0,66
47. SIPD 0,66 0,66 0,66
48. SKLT 0,55 0,57 0,57
49. SMCB 0,72 0,72 0,70
50. SMSM 0,77 0,77 0,77
51. SPMA 0,72 0,72 0,72
52. SSTM 0,49 0,57 0,57
53. TCID 0,66 0,64 0,66
54. TRST 0,64 0,62 0,60
55. TSPC 0,55 0,55 0,62
56. UNVR 0,68 0,68 0,66
57. VOKS 0,62 0,64 0,64
58. YPAS 0,57 0,60 0,66
Sumber : Data Diolah
LANJUTAN TABEL INDEKS PENGUNGKAPAN SUKARELA (VD)
108
No KodeProporsi Dewan Komisaris
Independen Ukuran Dewan Komisaris
2009 2010 2011 2009 2010 20111. ADES 0,33 0,33 0,33 3 3 3
2. ADMG 0,40 0,40 0,40 5 5 5
3. ALKA 0,25 0,25 0,25 4 4 4
4. ALMI 0,40 0,40 0,40 5 5 5
5. AMFG 0,428 0,33 0,33 7 6 6
6. ARGO 0,40 0,40 0,40 5 5 5
7. ARNA 1 1 1 2 3 3
8. ASII 0,50 0,45 0,45 10 11 11
9. AUTO 0,33 0,30 0,40 9 10 10
10. BIMA 0,50 0,50 0,50 4 4 4
11. BRAM 0,285 0,428 0,428 7 7 7
12. BRNA 0,25 0,50 0,50 4 4 4
13. BTON 0,50 0,50 0,50 2 2 2
14. BUDI 0,40 0,40 0,33 5 5 3
15. DLTA 0,40 0,40 0,40 5 5 5
16. DVLA 0,33 0,50 0,428 3 6 7
17. ESTI 0,25 0,33 0,33 4 3 3
18. ETWA 0,67 0,67 0,25 3 3 4
19. FASW 0,33 0,33 0,33 3 3 3
20. GGRM 0,80 0,75 0,75 5 4 4
21. GJTL 0,428 0,375 0,375 7 8 8
22. HMSP 0,40 0,40 0,40 5 5 5
23. IGAR 0,67 0,33 0,33 3 3 3
24. IKAI 0,50 0,50 0,50 2 2 2
25. INAF 0,33 0,50 0,40 3 4 5
26. INAI 0,40 0,40 0,40 5 5 5
27. INDF 0,30 0,30 0,33 10 10 9
28. INDS 0,33 0,33 0,33 3 3 3
29. INTP 0,428 0,428 0,428 7 7 7
CORPORATE GOVERNANCE
LAMPIRAN 3
Bersambung ke halaman berikutnya
109
LANJUTAN TABEL CORPORATE GOVERNANCE
No. KodeProporsi Dewan Komisaris
Independen Ukuran Dewan Komisaris
2009 2010 2011 2009 2010 201130. JECC 0,67 0,67 0,67 3 3 3
31. KAEF 0,60 0,60 0,40 5 5 5
32. KBLI 0,40 0,40 0,40 5 5 5
33. KBRI 0,50 0,33 0,67 2 3 3
34. KIAS 0,50 0,33 0,33 2 3 6
35. KLBF 0,33 0,33 0,33 6 6 6
36. KRAS 0,25 0,50 0,40 4 4 5
37. LION 0,33 0,33 0,33 3 3 3
38. LMSH 0,33 0,33 0,33 3 3 3
39. MASA 0,60 0,50 0,40 5 4 5
40. MERK 0,33 0,50 0,33 3 2 3
41. MLBI 0,40 0,285 0,428 5 7 7
42. NIKL 0,40 0,33 0,33 5 6 6
43. PRAS 0,33 0,33 0,33 3 3 3
44. PSDN 0,33 0,33 0,33 6 6 6
45. PYFA 0,33 0,33 0,33 3 3 3
46. RMBA 0,50 0,50 0,40 4 4 5
47. SIPD 0,40 0,67 0,67 5 3 3
48. SKLT 0,33 0,33 0,33 3 3 3
49. SMCB 0,428 0,57 0,57 7 7 7
50. SMSM 0,33 0,33 0,33 3 3 3
51. SPMA 0,60 0,60 0,60 5 5 5
52. SSTM 0,33 0,33 0,33 6 6 6
53. TCID 0,40 0,40 0,40 5 5 5
54. TRST 0,33 0,33 0,33 3 3 3
55. TSPC 0,67 0,67 0,67 3 3 3
56. UNVR 0,75 0,75 0,80 4 4 5
57. VOKS 0,50 0,40 0,40 4 5 5
58. YPAS 0,33 0,33 0,33 3 3 3
Sumber : Data Diolah
111
No KodeUkuran Perusahaan Profitabilitas Leverage
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
1. ADES 11,25112 11,51121 11,49975 0,09154 0,09756 0,08185 0,61736 0,69220 0,60213
2. ADMG 12,57053 12,57590 12,71993 0,01447 0,00998 0,05507 0,70689 0,66827 0,50979
3. ALKA 11,12932 11,20193 11,41243 0,05434 0,02611 0,03857 0,74066 0,75497 0,81213
4. ALMI 12,1703 12,17729 12,25322 0,01770 0,02907 0,01807 0,68813 0,66374 0,71163
5. AMFG 12,29499 12,37523 12,42985 0,03412 0,13949 0,12525 0,22464 0,22327 0,20270
6. ARGO 12,16467 12,15480 12,16223 -0,05184 -0,08753 -0,07467 0,97487 0,85163 0,92882
7. ARNA 11,91523 11,94109 11,91987 0,07766 0,09052 0,11393 0,57660 0,52464 0,41892
8. ASII 13,94909 14,05253 14,18617 0,11289 0,12729 0,11585 0,44982 0,47997 0,50601
9. AUTO 12,66698 12,74709 12,84287 0,16540 0,20430 0,14456 0,27176 0,26544 0,32184
10. BIMA 10,97718 10,94089 10,96154 0,13004 0,10488 0,02662 3,12932 3,21000 3,08074
11. BRAM 12,13022 12,17398 12,22014 0,05343 0,08988 0,04065 0,16662 0,19016 0,27612
12. BRNA 11,70520 11,74108 11,80886 0,03994 0,06310 0,06801 0,60323 0,59346 0,60478
13. BTON 10,84376 10,95339 11,07451 0,13453 0,09344 0,16128 0,07391 0,18514 0,22399
14. BUDI 12,20380 12,29394 12,32701 0,09158 0,02344 0,02965 0,51014 0,59213 0,61803
15. DLTA 11,88106 11,85039 11,84271 0,16636 0,19697 0,20841 0,21147 0,16261 0,17701
16. DVLA 11,89410 11,93151 11,96768 0,09223 0,12982 0,13026 0,29184 0,24998 0,21585
17. ESTI 11,71505 11,76586 11,80409 0,01481 0,00255 0,00514 0,50507 0,56076 0,59581
Bersambung ke halaman berikutnya
LAMPIRAN 4
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
112
No KodeUkuran Perusahaan Profitabilitas Leverage
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
18. ETWA 11,72900 11,72704 11,79289 0,01944 0,07154 0,11754 0,50574 0,43194 0,39431
19. FASW 12,56481 12,65273 12,69338 0,07538 0,06296 0,02681 0,56838 0,59720 0,63500
20. GGRM 13,43506 13,48773 13,59205 0,12690 0,13487 0,12520 0,32494 0,30647 0,37192
21. GJTL 12,94827 13,01584 13,06274 0,10198 0,08009 0,05917 0,69915 0,65997 0,61652
22. HMSP 13,24838 13,31229 13,28727 0,28715 0,31286 0,41620 0,40925 0,50230 0,47349
23. IGAR 11,50271 11,54092 11,55094 0,07785 0,09253 0,10257 0,19114 0,15607 0,18278
24. IKAI 11,88361 11,80874 11,73941 -0,04653 -0,06090 -0,09224 0,59388 0,47207 0,47361
25. INAF 11,86215 11,86567 12,04724 0,00292 0,01709 0,03316 0,58969 0,57590 0,45359
26. INAI 11,67248 11,58996 11,73582 -0,02726 0,04094 0,04843 0,86442 0,79510 0,80513
27. INDF 13,60620 13,67464 13,72905 0,05140 0,06246 0,05743 0,61627 0,47430 0,41010
28. INDS 11,79319 11,88639 12,05680 0,09461 0,09237 0,10548 0,73325 0,70561 0,44526
29. INTP 13,12308 13,18600 13,25891 0,20688 0,21015 0,19816 0,19375 0,14633 0,13318
30. JECC 11,76892 11,74974 11,79729 0,02697 0,00182 0,04737 0,82543 0,82435 0,79667
31. KAEF 12,19385 12,21940 12,25388 0,04000 0,08370 0,09573 0,36305 0,32780 0,30193
32. KBLI 11,69084 11,77420 12,03484 0,04219 0,08126 0,05879 0,53205 0,51112 0,33557
33. KBRI 12,04080 11,89551 11,87191 0,01835 -0,61852 -0,02502 0,51430 0,18261 0,09354
34. KIAS 12,12074 12,10248 12,31168 0,02070 0,01151 -0,01010 0,83670 0,79489 0,47796
35. KLBF 12,81174 12,84711 12,91774 0,14331 0,18291 0,17913 0,26094 0,17922 0,21253
Bersambung ke halaman berikutnya
LANJUTAN TABEL KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
113
No KodeUkuran Perusahaan Profitabilitas Leverage
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
36. KRAS 13,10707 13,24512 13,33267 0,03866 0,06043 0,04765 0,54307 0,46397 0,51863
37. LION 11,43356 11,48273 11,56326 0,12387 0,12712 0,14361 0,16055 0,14469 0,17428
38. LMSH 10,86232 10,89321 10,99131 0,03296 0,09400 0,11118 0,45459 0,40172 0,41641
39. MASA 12,40416 12,48265 12,67544 0,06895 0,05795 0,03014 0,42444 0,46382 0,62692
40. MERK 11,63746 11,63826 11,76670 0,33804 0,27324 0,39556 0,18385 0,16503 0,15436
41. MLBI 11,99715 12,05579 12,08665 0,34270 0,38952 0,41549 0,89396 0,58546 0,56564
42. NIKL 11,78414 11,96268 11,96439 0,06904 0,08127 -0,02091 0,29726 0,46884 0,51796
43. PRAS 11,62399 11,66461 11,68297 -0,08608 0,00066 0,00281 0,81332 0,70720 0,70991
44. PSDN 11,54855 11,61764 11,62466 0,09176 0,03116 0,03047 0,50861 0,53326 0,51043
45. PYFA 10,99973 11,00254 11,07201 0,03775 0,04175 0,04382 0,2928 0,23225 0,30192
46. RMBA 12,68970 12,69043 12,80168 -0,03023 0,04459 0,04831 0,60958 0,56563 0,64520
47. SIPD 12,21519 12,31297 12,42187 0,02267 0,02975 0,00835 0,28176 0,40021 0,51883
48. SKLT 11,29267 11,29967 11,33090 0,06526 0,02424 0,02790 0,42161 0,40662 0,42634
49. SMCB 12,86126 13,01859 13,03943 0,12329 0,07937 0,09709 0,54356 0,34600 0,31261
50. SMSM 11,97389 12,02821 12,05571 0,14108 0,14096 0,17668 0,42202 0,46727 0,41012
51. SPMA 12,15614 12,17320 12,19083 0,01880 0,01988 0,02131 0,51923 0,51787 0,51574
52. SSTM 11,94311 11,94074 11,92606 0,03549 0,01137 -0,02857 0,64290 0,62958 0,64541
53. TCID 11,99766 12,02005 12,05341 0,12529 0,12552 0,12383 0,11444 0,09430 0,09767
Bersambung ke halaman berikutnya
LANJUTAN TABEL KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
114
No KodeUkuran Perusahaan Profitabilitas Leverage
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
54. TRST 12,28368 12,30740 12,32888 0,07487 0,06737 0,06753 0,40430 0,39002 0,37798
55. TSPC 12,51363 12,55505 12,62843 0,11031 0,13620 0,13318 0,25119 0,26322 0,28337
56. UNVR 12,87419 12,93958 13,02046 0,40669 0,38925 0,39718 0,50453 0,53468 0,64884
57. VOKS 12,09271 12,05172 12,19674 0,04327 0,00894 0,07032 0,69647 0,65732 0,68428
58. YPAS 11,28134 11,30289 11,34930 0,09700 0,10548 0,07436 0,35298 0,34532 0,33731
LANJUTAN TABEL KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
116
HASIL OUTPUT SPSS SEBELUM LAG Y
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .095 5 .019 6.250 .000b
Residual .510 168 .003
Total .604 173a. Dependent Variable: VDb. Predictors: (Constant), LEV, IND, COM, PROFIT, SIZE
2. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00267
Cases < Test Value 87
Cases >= Test Value 87
Total Cases 174
Number of Runs 49
Z -5.930
Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Median
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .155 .059 2.651 .009
IND -.013 .020 -.052 -.631 .529
COM -.002 .002 -.085 -.830 .407
SIZE -.008 .005 -.154 -1.474 .142
PROFIT -.032 .025 -.100 -1.300 .195
LEV -.004 .007 -.045 -.579 .564a. Dependent Variable : ABSRES1
117
4. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .351 .093 3.786 .000
IND -.008 .032 -.019 -.249 .804
COM -.001 .003 -.045 -.466 .642
SIZE .027 .009 .310 3.110 .002
PROFIT .037 .039 .070 .949 .344
LEV -.029 .011 -.198 -2.697 .008
a. Dependent Variable: VD
5. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 174
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .05427280
Most Extreme Differences
Absolute .085
Positive .070
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z 1.122
Asymp. Sig. (2-tailed) .161
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
6. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IND 174 .25000 1.00000 .4328107 .14366080
COM 174 2 11 4.57 1.909
SIZE 174 10.84376 14.18617 12.1362773 .68684715
PROFIT 174 -.61852 .41620 .0838103 .11031604
LEV 174 .07391 3.21000 .5103084 .40469409
VD 174 .49000 .79000 .6539655 .05910526
Valid N (listwise) 174
119
HASIL OUTPUT SPSS SETELAH LAG Y
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .243 6 .041 18.667 .000b
Residual .361 166 .002
Total .604 172a. Dependent Variable: VDb. Predictors: (Constant), lag_VD, COM, LEV, IND, PROFIT, SIZE
2. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .00301
Cases < Test Value 86
Cases >= Test Value 87
Total Cases 173
Number of Runs 83
Z -.686
Asymp. Sig. (2-tailed) .493a. Median
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .105 .056 1.872 .063
IND .002 .018 .008 .099 .921
COM .000 .002 .010 .095 .924
SIZE -.008 .005 -.181 -1.673 .096
PROFIT -.021 .023 -.075 -.950 .344
LEV .003 .006 .044 .561 .575
lag_VD .044 .042 .082 1.044 .298a. Dependent Variable: ABSRES2
120
4. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .142 .083 1.716 .088
IND -.010 .027 -.024 -.369 .713
COM .001 .003 .016 .199 .842
SIZE .016 .007 .182 2.124 .035
PROFIT .026 .033 .049 .790 .430
LEV -.024 .009 -.165 -2.655 .009
lag_VD .510 .062 .510 8.247 .000
a. Dependent Variable: VD
5. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 173
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .04580391
Most Extreme
Differences
Absolute .084
Positive .051
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z 1.100
Asymp. Sig. (2-tailed) .177a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
6. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .635a .403 .381 .04662435a. Predictors: (Constant), lag_VD, COM, LEV, IND, PROFIT, SIZEb. Dependent Variable : VD