Upload
phungkien
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS),
RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO
(DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN-
PERUSAHAAN DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
PERIODE TAHUN 2005-2007
Anisa Ika Hanani
Dosen Pembimbing : Drs. Dul Muid, M.Si., Akt
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the influence of Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) and Debt to Equity Ratio (DER) towards stocks return in the companies at Jakarta Islamic Index (JII) period 2005-2007. Sharia stocks in Jakarta Islamic Index (JII) are corporations stocks while are in operation not contradiction with Islamic Sharia, either in forms of their products or management.
Sample of this research consist of 17 companies with 51 total observations. But after reduced the outliers, sample of research became 49 observations. Purposive sampling method were used as samples determining method. Hypothesis testing method used is multiple regression analysis.
The result showed only partially Return on Equity (ROE) variables, which has positive affect on stocks returns. While Earning Per Share (EPS) and Debt to Equity Ratio (DER) variables did not affect the stocks returns. The results simultaneously showed that Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) and Debt to Equity Ratio (DER) have a positive impact on stock returns.
Keywods : Stock Returns, Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and Debt to Equity Ratio (DER).
2
I. PENDAHULUAN
Investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena
dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi lebih produktif dan juga
mendatangkan manfaat bagi orang lain dan merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syariah. Dalam perspektif Islam, semua harta yang dimiliki oleh seorang muslim
terdapat zakat yang harus dibagi kepada muslim lain yang membutuhkan. Jika
harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah
satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim untuk
menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang
menarik dan menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam maupun yang minoritas beragama non Islam. Perbedaan
mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat
dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai
indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada
kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah.
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai
dengan diterbitkannya reksadana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan
diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Selanjutnya, pada bulan Juli 2000
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana Reksa Invesment
Management (DIM) menerbitkan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30
(tiga puluh) jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi
syariah Islam. Penentuan kriteria dari komponen Jakarta Islamic Index (JII)
tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM
(Dana Reksa Invesment Manajement).
Saham-saham yang masuk kriteria Jakarta Islamic Index (JII) adalah
saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi, permodalan
perusahaan juga bukan mayoritas dari hutang. Jadi bisa kita katakan bahwa
saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini adalah saham-
saham yang pengelolaan dan manajemennya terbilang sudah transparan. Saham
3
yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini juga memiliki kriteria.
Bahkan kategori dan kriterianya cukup ketat, sebab yang masuk dalam Jakarta
Islamic Index (JII) adalah saham-saham yang terbebas dari unsur riba atau dengan
kata lain harus sesuai syariah.
Untuk dapat menghasilkan return yang diinginkan investor (shahib al-mal)
di masa yang akan datang, diperlukan analisis untuk mengetahui apakah saham di
pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari saham perusahaan yang
diperdagangkan tersebut. Penilaian investor (shahib al-mal) terhadap suatu saham
perusahaan diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang
menerbitkan saham. Oleh karena itu return saham sangat penting bagi perusahaan
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan,
sehingga perusahaan bertanggung jawab untuk menjaga dan memperbaiki
kinerjanya yang dapat mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang
diinvestasikan meningkat.
Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan
sebagai parameter. Salah satu faktor dari alat ukur ini adalah informasi keuangan
dari perusahaan tersebut. Untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang
dihasilkan sudah dapat bermanfaat untuk memprediksi harga atau return saham di
pasar modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan, adalah
dengan cara melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk memprediksi return saham antara lain Earning Per Share (EPS),
Return on Equity (ROE) Dan Debt to Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini
digunakan bagi investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Samsul,
2006).
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada
saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per Share
(EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan
jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS) digunakan
sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan.
4
Return on Equity (ROE) juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan investor (shahib al-mal) untuk mengetahui kemampuan perusahaan
atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk
aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997). Return on Equity (ROE)
merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal
saham sendiri.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya
dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya (Robert
Ang, 1997). Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan
suatu hutang (Suharli, 2005).
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: pertama, apakah ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap
return saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)?
Kedua, apakah ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return
saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)? Ketiga,
apakah ada pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham
pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII)?
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memberikan bukti empiris pada :
1. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada
perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada
perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham pada
perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
5
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Signaling Theory
Signaling Theory adalah sinyal informasi yang dibutuhkan oleh para
investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya
pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Sebelum dan sesudah dalam
melakukan sebuah investasi, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh
investor. Teori ini berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi investor untuk
mengembangkan sahamnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam
menentukan arah atau prospek perusahaan ke depan.
Salah satu informasi dari pihak perusahaan yang ingin diketahui oleh pihak
eksternal atau luar yaitu laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil
keputusan investasi (Ulupui, 2005). Laporan keuangan menjadi penting pula bagi
pihak eksternal sebab kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya, sehingga sangat membutuhkan informasi yang berkaitan
dengan laporan keuangan sebuah perusahaan tersebut.
2.2 Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII)
Saham dikategorikan menjadi dua yaitu saham syariah dan saham non
syariah. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya. Menurut
Junaidi (2009), saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik
sesuai dengan syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant.
Sedangkan saham non syariah adalah saham yang kegiatan usahanya tidak sesuai
dengan prinsip syariah Islam. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan
Peraturan Bapepam – LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis
kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam
adalah sebagai berikut :
• Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
6
• Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual
beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
• Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan: barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-
dzatihi), barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, serta barang dan atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat.
• Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah :
• Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.
• Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang atau jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan
palsu.
• Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut :
- Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%).
- Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari
10%.
Di pasar modal Indonesia sendiri, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks
saham yang dibuat berdasarkan syariat islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
Saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) terdiri atas 30 jenis saham yang
dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam, yang dievaluasi setiap
6 bulan. Penentuan komponen indeks setiap bulan Januari dan Juli. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus
7
berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan Jakarta Islamic Index
(JII) dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan metode
perhitungan indeks yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), yaitu
dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini
juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data
emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi.
Jakarta Islamic Index (JII) dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok
ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan
basis syariah. Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Untuk
menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index
(JII) dilakukan proses seleksi sebagai berikut (Junaidi, 2009) :
• Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES)
yang dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
• Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah (DES) tersebut berdasarkan
urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
• Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas
yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama satu tahun terakhir.
2.3 Return Saham
Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama,
yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama,
investor (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap
investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama
untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak
langsung.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas
suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Tujuan investor dalam
berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara
memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return
8
saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif
diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk
membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang
disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di
sisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan
nilai dari sebuah saham.
2.4 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa
dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua
keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan.
Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 1997).
Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon
investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba
berdasarkan saham yang dipunyai yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per
lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim (1995), Earning Per Share (EPS) biasa
digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, Earning Per Share (EPS)
digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat
berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu
saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio
(PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price)
dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang, 1997).
2.5 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity)
yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat
utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan.
9
Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari
pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin
mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham
tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE)
akan mempengaruhi perubahan harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return
yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Ang, 1997).
2.6 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio Levarage.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman
(hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) adalah
perbandingan antara total utang dengan total modal. Debt to Equity Ratio (DER)
digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997).
Menurut Horne dan Wachoviz (dalam Suharli, 2005), “Debt to equity is
computed by simply dividing the total debt of the firm (including current
liabilities) by its shareholders equity”. Debt to Equity Ratio (DER) dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity
Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan
hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi
beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para
investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity
Ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara
absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya
akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan.
10
Hipotesis Penelitian
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (dalam Widodo, 2007), Earning Per
Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi
nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan pemegang saham.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat
keterkaitan antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan
hubungan yang nyata dengan return saham. Signaling theory menjelaskan bahwa
informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor
sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Earning Per
Share (EPS) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat
diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga.
Peningkatan Earning Per Share (EPS) akan membuat pasar bereaksi positif
(mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa
peningkatan Earning Per Share (EPS) dianggap sebagai sinyal tentang prospek
cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan
bereaksi negatif jika terjadi penurunan Earning Per Share (EPS), yang dianggap
sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.
Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return
saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index
(JII).
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity)
yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) yang tinggi
mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga
11
bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan
modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan
naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan
memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan
untuk dibeli.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (dalam Wira, 2008),
terdapat keterkaitan antara return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang
diperoleh adalah bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi
memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Signaling theory
menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang
digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal
perubahan Return on Equity (ROE) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi
harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai
perubahan harga.
Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif
(mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa
peningkatan Return on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek
cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan
bereaksi negatif jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap
sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini
sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya
informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para
investor yang akan membeli saham tersebut. Landasan teori tersebut
menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return
saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index
(JII).
Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar
hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang
digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi
12
atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka
pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal
sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
atau kreditur (Ang, 1997).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat
keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham. Signaling theory menjelaskan bahwa
informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor
sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Debt to Equity
Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat
diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga.
Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) akan membuat pasar bereaksi
positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan
bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER)) dianggap sebagai sinyal tentang
prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar
akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio (DER), yang
dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa
mendatang. Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Ada pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return
saham pada perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index
(JII).
13
III. METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang tercatat dalam
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode 2005
hingga 2007. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Multi
Shapes Purpose Sampling. Kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang listed
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang menggumumkan laporan keuangan tahunan
selama tahun 2005-2007 dan difokuskan saham-saham perusahaan yang masuk
dalam Jakarta Islamic Index (JII).
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Return Saham
Variabel dependennya adalah return saham yaitu hasil yang diperoleh dari
penanaman modal di dalam saham syariah pada periode tertentu. Perhitungan
return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang digunakan untuk
mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung
dengan rumus (Jogiyanto, 2003) :
�� � �� � ���
����
Keterangan :
Ri = return saham i pada periode t. Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir). Pt-1 = harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal).
3.2.2 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan variabel independen dalam penelitian
ini. Earning Per Share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh untuk
setiap lembar saham. EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. EPS dapat
dihitung dengan rumus (Ang,1997: 18.32) :
�� �� ��
������ ����� ���� �������
14
Dimana :
NIAT = Net Income After Tax.
3.2.3 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan variabel independen dalam penelitian
ini. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki. Return on Equity (ROE) merupakan
perbandingan laba setelah pajak dengan total modal. Return on Equity (ROE)
dapat dihitung dengan rumus (Ang,1997:18.33) :
�� �� �� � �� !
�"����� ������#����$ %�&'�
Dimana : Dp = deviden saham preferen.
3.2.4 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan variabel independen dalam
penelitian ini. Debt to Equity Ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang
terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity
Ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus (Ang ,1997:18.33) :
�� ��#'�� ��('$
�#'�� ������#���$ %�&'�
3.3 Kerangka Pemikiran
Earning Per Share (EPS)
Return on Equity (ROE)
Debt to Equity Ratio (DER)
RETURN SAHAM
H1
1
H2
1
H3
1
15
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis yang pertama adalah uji asumsi klasik. Pengujian
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi
klasik penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.1.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan
analisis statistik yang menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov Test dan
analisis grafik berupa Normal P-P Plot. Data yang normal ditunjukkan dengan
nilai One-sample Kolmogorov-Smirnov Test yang memiliki signifikansi diatas
0,05. Sedangkan dengan uji Normal P-P Plot, data yang normal ditunjukkan
dengan titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal (garis normal). Hasil
pengujian normalitas data regresi dapat dilihat pada P-P Plot berikut ini :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation
.12278477
Most Extreme Differences Absolute .233
Positive .210
Negative -.233
Kolmogorov-Smirnov Z 1.666
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
16
Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) pada pengujian terhadap 51 data menunjukkan bahwa model regresi
memiliki nilai residual yang tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) tersebut lebih
kecil dari 0,05. Grafik Normal P-P Plot juga menunjukkan adanya penyimpangan
yang jauh dari garis diagonal.
Hasil pengujian normalitas diatas menunjukkan nilai residual yang tidak
berdistribusi normal, sehingga dibutuhkan pernomalan data. Penormalan data
dilakukan dengan mengeluarkan data-data residual yang ekstrim. Hasil pengujian
setelah mengeluarkan data outlier diperoleh sebagai berikut :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 49
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .03927972
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .071
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .496
Asymp. Sig. (2-tailed) .966
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Hasil pengujian normalitas setelah mengeluarkan dua (2) data outlier atau
pada pengujian terhadap empat puluh sembilan (49) data menunjukkan bahwa
model regresi memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S)
tersebut lebih besar dari 0,05. Grafik Normal P-P Plot juga menunjukkan kecilnya
penyimpangan yang tidak jauh dari garis diagonal.
17
4.1.2 Hasil Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah yang di
dalamnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas nilai
tolerance yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,10 dan batas nilai VIF adalah
10. Jika nilai tolerance kurang dari 0,1 atau VIF lebih dari 10 maka terjadi
multikolinearitas.
Hasil Uji Multikolinearitas: Nilai Tolerance dan VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
EPS .895 1.117
ROE .972 1.029
DER .920 1.087
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas, dapat dilihat bahwa nilai
ketiga variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas
0,10 yang berarti bahwa tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Hasil
yang sama dilihat dari nilai VIF keempat variabel independen yang menunjukkan
angka dibawah 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari
multikolonieritas antarvariabel.
4.1.3 Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar
variabel pengganggu dalam satu model regresi linier. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Autokorelasi
menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi adanya
autokorelasi, digunakan pengujian Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai
berikut :
18
Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < d1 Tidak ada autokorelasi positif No decision d1 ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-d1 ≤ d ≤ 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-d1 Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak Du ≤ d ≤ 4-du
Hasil Uji Autokorelasi : Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .418a .175 .120 .0405679 2.242
a. Predictors: (Constant), DER, ROE, EPS
b. Dependent Variable: RETURN
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi tersebut di atas, maka dapat dilihat
bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,242. Nilai tersebut akan
dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel
49 dan jumlah variabel independen 3 ( k = 3 ). Oleh karena nilai DW 2,242 lebih
besar dari batas atas (du) 1,72 dan kurang dari (4-du) 2,28 , maka keputusannya
adalah H0 tidak ditolak. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak
terdapat autokorelasi (sesuai dengan tabel pengambilan keputusan).
4.1.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
19
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot pada gambar 4.3
antara SRESID sebagai sumbu X dan ZPRED sebagai sumbu Y tidak
menunjukkan pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan tersebut.
4.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
4.2.1 Koefisien Determinasi
Hasil nilai adjusted R-Square (R2) dari regresi digunakan untuk mengetahui
besarnya struktur modal yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independen.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .418a .175 .120 .0405679 2.242
a Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b Dependent Variable: RETURN
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi dalam tabel 4.8, dapat
dilihat bahwa besarnya Adjusted R2 adalah sebesar 0,120. Hal ini berarti 12,0%
variasi return saham dapat dijelaskan oleh 3 variabel independen yaitu Earning
Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER).
20
Sedangkan sisanya (100% - 12,0% = 88,0%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di
luar model. Sebab-sebab lain yang dapat digunakan untuk memprediksi return
saham yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas,
dan rasio pasar.
4..2.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f)
Uji f atau uji ANOVA bertujuan untuk menguji hubungan antara satu
variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. ANOVA
digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh
interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal (sering disebut
faktor) terhadap variabel dependen metrik (Ghozali, 2006). Pengambilan
keputusannya adalah jika probabilitas uji f > taraf signifikansi 5% maka secara
simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Hasil Uji f
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .016 3 .005 3.177 .033a
Residual .074 45 .002 Total .090 48
a. Predictors: (Constant), DER, ROE, EPS b. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji f, diperoleh f hitung sebesar 3,177
dengan nilai probabilitas 0,033 (signifikan). Karena nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi return
saham atau dapat dikatakan bahwa Earning Per Share (EPS), Return On Equity
(ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap return saham.
21
4.2.3 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2006).
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .013 .012 1.070 .290
EPS 9.143E-7 .000 .016 .110 .913
ROE .001 .000 .390 2.840 .007
DER .006 .005 .161 1.141 .260
Sumber: Output SPSS, data sekunder yang diolah
Berdasarkan uji t, dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model regresi yaitu variabel Earning Per Share (EPS),
Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER), hanya variabel Return
On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitas pada masing-masing variabel independen. Earning
Per Share (EPS) sebesar 0,913 dan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,260
yang jauh di atas taraf signifikansi 0,05. Sedangkan variabel Return On Equity
(ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham, dengan nilai probabilitas
0,007.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yaitu Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu return saham dengan persamaan sistematis
sebagai berikut :
RETURN = 0,013 + 9,143.10-7 EPS + 0,001 ROE + 0,006 DER + e
Keterangan :
RETURN = Return saham EPS = Earning Per Share (EPS) ROE = Return on Equity (ROE)
DER = Debt to Equity Ratio (DER)
22
4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian t yang telah dilakukan, maka berikut ini adalah
ringkasan hasil pengujian hipotesis :
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
No Hipotesis Hasil Uji
H1 Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.
Ditolak
H2 Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham.
Diterima
H3 Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap return saham.
Ditolak
Nilai B untuk variabel Earning Per Share (EPS) pada kolom
unstandardized coefficients menunjukkan nilai yang positif yaitu 0,0000009143
dan nilai probabilitas untuk variabel Earning Per Share (EPS) adalah 0,913.
Karena nilai probabilitas ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka
kesimpulannya adalah Earning Per Share (EPS) secara individual tidak
mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Nilai B untuk Return on Equity (ROE) menunjukkan nilai yang positif yaitu
sebesar 0,001. Nilai probabilitas Return on Equity (ROE) sebesar 0,007. Karena
nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Ini berarti Return
on Equity (ROE) secara individual mempunyai pengaruh positif terhadap return
saham.
Pada output regresi dapat dilihat bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
mempunyai nilai B yang positif yaitu 0,006 dan nilai probabilitas sebesar 0,260.
Nilai probabilitas ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) secara individual tidak
berpengaruh terhadap return saham.
23
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya, dihasilkan simpulan sebagai berikut :
1. Variabel Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga apabila
terjadi kenaikan pada Earning Per Share (EPS), maka tidak akan
mempengaruhi return saham.
2. Variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05. Perusahaan
dengan nilai Return on Equity (ROE) yang lebih besar cenderung memiliki
return saham yang lebih besar.
3. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga
apabila terjadi kenaikan pada Debt to Equity Ratio (DER), maka tidak akan
mempengaruhi return saham.
4. Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio
(DER) secara simultan dengan taraf signifikansi 5% mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih
baik lagi. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Meskipun tahun pengamatan selama tiga (3) tahun dari tahun 2005-2007
dengan kriteria adanya konsistensi perusahaan yang masuk dalam Jakarta
Islamic Index (JII) selama periode penelitian, tetapi total sampel hanya
berjumlah 49 perusahaan.
2. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,120 menunjukkan bahwa 12% variasi return
saham dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yaitu Earning Per
24
Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER).
Sedangkan sisanya (100% - 12% = 88%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di
luar model. Sebab-sebab lain yang dapat digunakan untuk memprediksi
return saham yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, dan rasio pasar.
Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan
keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan agar
mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu :
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbesar jumlah sampel dan
memperpanjang tahun pengamatan dan disarankan untuk tidak menggunakan
syarat ada kontinyuitas sebagai sampel penelitian untuk mendapatkan sampel
yang lebih banyak.
2. Dengan tidak diperolehnya pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap return saham, maka investor nampaknya perlu
mempertimbangkan menggunakan variabel lain.
25
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert. 1997. Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia
Auliyah, Robiatul dan Hamzah, Ardi, 2006, “Analisa Karakteristik Perusahaan,
Industri Dan Ekonomi Makro Terhadap Return Dan Beta Saham Syariah Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006
Bhandari, Laxmi Chand. 1998. “Debt/Equity Ratio and Expected Common Stock
Return: Empirical Evidence”. Journal of Finance Darmadji, Tjiptono dan Hendy Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS:
Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Malang: Salemba Empat Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 1995. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal
Syariah. Jakarta: Kencana Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas: Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta:
BPFE Junaidi. 2009. “Sekilas Mengenai Saham Syariah dan Jakarta Islamic
Index (JII)”. Available at: (www.google.com) Kennedy J.S.P. 2003. “Analisis Pengaruh dari Return on Asset, Return on Equity,
Earnings Per Share, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001).” Tesis tidak dipublikasikan, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Kurniawan, Todi. 2008. “Volatilitas Saham Syariah (Analisis atas Jakarta Islamic
Index)”. Available at: (www.google.com)
26
Natarsyah, Syahib, (2000), ”Analisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan resiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Barang Konsumsi Yang Go-Publik di Pasar Modal Indonesia)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.3, p.294-312
Na’im, Ainun dan Sinarti, 2010, “Kinerja Akuntansi dan Kinerja Pasar Modal
pada Perusahaan-perusahaan dalam Jakarta Islamic Index”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 13-14 Oktober 2010
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Surabaya:
Penerbit Erlangga Sari, Ratna Candra dan Zuhrohtun. 2006. “Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi
dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006
Sidarta, Wahyu. 2009. “Indeks JII; Saham-saham Berbasis Syariah Memberikan
Keuntungan yang Cukup Atraktif”. Available at: (www.google.com) Sudarto, Krisnhoe, F., dan Tohir, R. 1999. “Analisis Return Saham dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya”, JEBA, vol 1,No 1:43-51 Suharli, Michell. 2005. “Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Industri Food & Beveranges Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, NO. 2, November 2005: 99- 116
Ulupui. (2005). “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ)”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, jurnal, dalam wibesite.
Widodo, Saniman. 2007. “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas,
Dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro
Wira, Variyetmi, 2008, “Analisa Karakteristik terhadap Return dan Beta
Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis & Manajemen. Vol. 4, No. 3, 2008
http://www.idx.co.id