16
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN UANG M1 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammmadiyah Surakarta Disusun oleh : TINA HIRMAWATI B 300 090 020 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT ...eprints.ums.ac.id/25859/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk ... tingginya animo publik dan

  • Upload
    ngomien

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT

PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI

INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN

UANG M1

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi

Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program

Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammmadiyah Surakarta

Disusun oleh :

TINA HIRMAWATI B 300 090 020

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI

INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN UANG M1

Tina Hirmawati (B 300 090 020)

Fakultas ekonomi dan bisnis UMS Surakarta

ABSTRAKSI

Pembayaran non tunai dengan kartu kredit, kartu debet, maupun kartu ATM menjadi pilihan terbaru masyarakat dalam bertransaksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) terhadap permintaan uang M1 di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk urut waktu(time serries) bulanan dari tahun 2010:01 sampai 2012:12. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan Uang M1 sebagai variabel dependen, sedangkan transaksi pembayaran menggunakan kartu debet/ATM, transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit, Kurs, Inflasi dan SBI sebagai variabel independen. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Kointegrasi Eangle-Granger dan Error Correction Model (ECM). Hasil analisisnya dalam jangka panjang hanya transaksi menggunakan kartu debet/kartu Atm yang memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang M1, sedangkan dalam jangka pendek hasil yang sama ditunjukan oleh variabel transaksi menggunakan kartu debet/kartu ATM yang juga memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang M1, dan variabel lain yang dimasukan kedalam penelitian yaitu Inflasi dan SBI yang memiliki pengaruh negatif terhadap Permintaan Uang M1 dalam jangka pendek. Ternyata transaksi menggunakan kartu kredit belum mampu mempengaruhi Permintaan Uang M1 baik dalam jangka panjang maupun pendek.

Kata kunci: Alat Pembayaran Menggunakan Kartu, Permintaan Uang M1,

Sistem Pembayaran.

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca artikel publikasi dengan judul :

“ ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN

MENGGUNAKAN KARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMEN PEMBAYAR AN

NON TUNAI TERHADAP PERMINTAAN UANG M1”

Yang ditulis oleh :

TINA HIRMAWATI B300 090 020

Penandatangan berpendapat bahwa artikel publikasi tersebut telah memenuhi syarat

untuk diterima.

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi yang tumbuh pesat, tranformasi

sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah satunya adalah sistem

pembayaran dengan kartu elektronik atau yang sering disebut dengan

Electronic Payment Sistem. Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh

semakin besarnya volume transaksi yang dilakukan oleh masyarakat,

peningkatan resiko, kompleksitas transaksi, dan perkembangan teknologi itu

sendiri. Sistem pembayaran tunai ini berkembang dari commodity money

sampai fiat money, sedangkan sistem pembayaran non tunai berkembang dari

yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, nota debet dan sebagainya) sampai

kepada yang berbasis elektronik (kartu elektronik maupun electronic money).

Mengingat sistem pembayaran ini merupakan salah satu komponen penting

dalam dunia perekonomian, baik perdagangan maupun transaksi-transaksi

pembayran yang terjadi di masyarakat.

Sistem pembayaran dan pola bertransaksi ekonomi terus mengalami

perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan

uang tunai (currency) sebagai alat pembayaran non tunai yang lebih efisien dan

ekonomis. ( Pramono, 2006).

Kartu elektronik ini dibuat dengan tujuan untuk kemudahan masyarakat

dalam bertransaksi. Jika dulu sebelum munculnya sistem pembayaran

elektronik, maka ketika bertransaksipun kita harus bertemu dengan pihak yang

kita ajak untuk bertransaksi, setelah kemunculan elektronic payment sistem ini

kita mampu menghemat biaya, maupun mendapatan kepraktisan dan

kemudahan dalam bertransaksi. Dalam hal ini perbankan berlomba-lomba

dalam berinovasi dalam sistem pembayaran elektronik, yaitu diantranya kartu

debit, kartu ATM, kartu kredit, smart cart, e money dll.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/30/PBI/2004 kartu kredit adalah

alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk

melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan

ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan

penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi

terlebih dahulu oleh penerbit atau aquirer, dan pemegang kartu berkewajiban

melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang

disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran.

Kartu ATM dan kartu debit memiliki definisi yang hampir sama yaitu alat

pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk

melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana kewajiban

pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung

simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat

untuk menghimpun dana.

Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan

bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk

semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non

tunai berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu

elektronis (electronic card payment) yang aman, cepat dan efisien, serta

bersifat global (Santomero dan Seater, 1996). Pembayaran elektronis tersebut,

pada awal perkembangannya masih selalu terkait langsung dengan rekening

nasabah bank yang menggunakannya (pramono, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan Bank Indonesia (2012) memperlihatkan

tingginya animo publik dan dunia usaha untuk memakai alat pembayaran non

tunai. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di Indonesia, baik ATM,

kartu kredit, maupun kartu ATM yang juga berfungsi sebagai kartu debit yang

beredar terus meningkat jumlahnya.

Berkembangnya alat pembayaran menggunakan kartu akan mengurangi

transaksi tunai (cash transaction) dan diharapkan menciptakan efisiensi,

mengingat pengelolaan uang tunai sangat mahal dan bagi bank sentral itu

adalah biaya terbesar kedua setelah biaya sumber daya manusia (SDM).

Sedangkan bagi masyarakat, transaksi non tunai (non cash transaction) akan

lebih mudah, cepat, praktis, dan mengurangi risiko kejahatan. (Nirmala, 2011).

Topik ini menjadi semakin relevan seiring dengan perkembangan

perekonomian Indonesia dewasa ini. Wacana yang kini menjadi pusat perhatian

oleh ekonom dan Bank Indonesia dalam kebijakan moneter adalah mengenai

keberadaan simpanan tabungan (saving deposit) dalam M2. Padahal,

sebagaimana diketahui, kebanyakan tabungan yang ditawarkan oleh perbankan

adalah jenis tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Ditambah dengan

kemudahan pelayanan melalui penggunaan kartu ATM, sifat simpanan

tabungan dinilai sama dengan simpanan giral, bahkan hampir sama dengan

uang tunai. Dengan demikian simpanan tabungan jenis tersebut seharusnya

digolongkan ke dalam jenis uang M1, bukan M2. (Mutaqhin, 2006)

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh peningkatan

pembayaran dengan mengguankan kartu (APMK) sebagai instrumen

pembayaran non tunai terhadap permintaan uang (M1) dalam jangka panjang

dan dalam jangka pendek.

2. LANDASAN TEORI

Teori tentang uang dan permintaan uang, antara lain.

1. Teori Irving Fisher

Irving Fisher merumuskan teorinya pada suatu persamaan:

M × V = P × T

Dimana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat perputaran uang

(velocity), P adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang

menjadi objek transaksi.

Dari persamaan di atas, V (velocity of money), didefinisikan sebagai

jumlah rata-rata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi

barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2001).

Persamaan ini tidak cukup baik menggambarkan keadaan keseimbangan.

Keberadaan uang hanyalah untuk memfasilitasi transaksi dan tidak memiliki

kegunaan intrinsik.

2. Pendekatan Cambridge/Marshall Equation

Disamping menganalisis permintaan uang secara institusional,

ekonom Cambridge lebih dalam menganalisis bagaimana individu

memegang uang daripada keseimbangan pasar (Mishkin, 2001). Tingkat

kesejahteraan masyarakat mempengaruhi permintaan uang. Uang dalam

pendekatan ini tidak saja berfungsi sebagai alat pertukaran, melainkan

sebagai penyimpan nilai. Para ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred

Marshall memformulasikan pendekatan ini melalui persamaan:

Md = k × PY

dimana Md= permintaan uang, P = tingkat harga, Y = tingkat pendapatan,

dan k = konstanta.

3. Teori Keynes

Keyness memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu:

1) Motif Transaksi. Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas

untuk tujuan transaksi ini tergantung pada besarnya pendapatan

yang masyarakat peroleh.

2) Motif Berjaga-jaga. Keynes berpendapat bahwa masyarakat akan

memegang uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi

sebelumnya (untuk berjaga-jaga).

3) Motif Spekulasi. Keyness mempertegas teori Cambridge, bahwa

ketidakmenentuan di masa datang mempengaruhi masyarakat untuk

meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan, dan

masyarakat kadangkala akan menggunakan uang untuk

kepentingan spekulasi.

4. Teori Baumol dan Tobin

Baumol dan tobin dengan inventory modelnya menyebutkan bahwa

ada dua hal yg dipertimbangkan dalam pilihan untuk memegang uang atau

aset yakni: biaya transaksi yang harus dikeluarkan ketika memilih untuk

memegang aset karena dengan memegang aset berkurang likuiditasnya serta

return yang diperoleh dengan memegang aset. Tingkat optimal uang yang

dipegang masyarakat dapat dirumuskan sebagai berikut:

M* = �� ��� �

M* : tingkat optimal stok uang

c : biaya transaksi

i : return dari aset

Py : harga barang y

Dalam konteks inventory model, permintaan non-interest bearing

money, yakni uang kartal dan demand deposit (dalam hal ini diasumsikan

tidak ada bunga atas simpanan dalam bentuk rekening giro) ditentukan oleh

pendapatan riil, suku bunga dan biaya transaksi. Tingkat suku bunga dan

biaya transaksi tersebut dalam hal ini adalah berbagai jenis simpanan yang

tidak termasuk dalam kategori M1 (time deposit dan saving deposit) serta

berbagai aset lainnya (seperti obligasi). Rumsuan tersebut dapat pula

digunakan untuk menganalisis permintaan uang kartal dan M2, tentunya

dengan menggunakan besaran tingkat suku bunga dan biaya transaksi yang

relevan.

3. METODE PENELITIAN

Objek yang akan diteliti dalam penelitian adalah Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu (APMK), yang termasuk didalamnya kartu kredit, kartu

debit, dan kartu ATM. Penelitian ini akan menganalisis penggaruh penggunaan

alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) terhadap permintaan uang M1

periode 2010:1 sampai dengan 2012:12, dengan metode analisis uji kointegrasi

Eangle-Granger dan Erorr Correction Model (ECM).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk deret waktu (time serries) bulanan dari tahun 2010:1 sampai dengan

2012:12 meliputi data nominal transaksi dengan kartu debet/kartu ATM, kartu

kredit, kurs, inflasi, SBI. Data diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik

Ekonomi dan Keuangan (SEKI) dan statistik pembayaran Bank Indonesia.

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian

ini adalah uji Kointegrasi Eangle-Granger dan Erorr Correction Model (ECM).

Adapun beberapa tahapan analisisnya adalah sebagai berikut.

Pertama, uji akar unit (unit root test) untuk mengetahui apakah data

tersebut stasioner atau tidak. Ada tidaknya akar unit dapat diketahui dengan

menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) Test.

Kedua, uji kointegrasi untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang

dan meramalkan keseimbangan dengan menggunakan Engle-Granger

Cointegration Test.

Ketiga, melakukan pengkoreksian kesalahan (error correction) dengan

menggunakan ECM untuk model yang digunakan. Adapun syarat untuk

menggunakan model koreksi kesalahan yaitu jika minimal ada salah satu

variabel yang tidak stasioner. Apabila seluruh data yang digunakan ternyata

stasioner, maka persamaan tersebut tidak dapat dianalisa dengan menggunakan

ECM.

Keempat, dilakukan pengujian asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji

hetreoskedastisitas, uji otokorelasi dan uji Ramsey Reset.

4. HASIL PENELITIAN

Koefisien Regresi dalam Jangka Pendek dan jangka Panjang

Variabel Koefisien Regresi

Jangka Pendek Jangka Panjang C 1.503254** 12,019758

DLOG(DATM) 0.281691 2,4283972 LOG(DATM(-1)) -0.180068 - DLOG(KRED) 0.091374 0,86707028

LOG(KRED(-1)) -0.433353 - DLOG(KURS) 0.462068 1,060104

LOG(KURS(-1)) -0.455845 - D(INF) -0.001971 1,0075498 INF(-1) -0.543424* - D(SBI) 0.029653 0,93366131 SBI(-1) -0.548979** -

ECT 0.542926* - Sumber : Data sekunder yang Diolah

Keterangan :

* = signifikan pada derajat kepercayaan (α) 1%

** = signifikan pada derajat kepercayaan (α) 5%

*** = signifikan pada derajat kepercayaan (α) 10%

Interpretasi ekonomi dalam jangka panjang, menunjukan hubungan yang

positif antara kartu debet dengan M1. Koefisien transaksi kartu debet dan ATM

menunjukan elastisitasnya, artinya bahwa peningkatan transaksi kartu debet

dan kartu ATM sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan uang

M1 sebesar 2,43 persen. Transaksi kartu kredit dan SBI mempunyai koefisien

negatif tetapi variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

M1, begitu juga dengan kurs dan inflasi walaupun mempunyai koefisien yang

positif tetapi tidak mempengaruhi variabel dependennya.

Interpretasi ekonomi dalam jangka pendek, menunjukan tidak semua

variabel memiliki hubungan jangka pendek terhadap permintaan uang M1.

Variabel kartu kredit dan variabel kurs tidak memiliki pengaruh baik jangka

panjang maupun jangka pendek terhadap variabel M1. Selain variabel kartu

debet/ATM dan variabel kartu kredit yang menjadi inti dalam penelitian ini,

ternyata variabel lain inflasi dan SBI yang dimasukan kedalam penelitian juga

memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek terhadap permintaan

uang M1.

Pengaruh penggunaan kartu debet/ATM berpengaruh secara signifikan

terhadap permintaan uang M1 dengan tingkat kepercayaan 5 persen dan 10

persen. Pengaruh penggunaan kartu debet/ATM dengan proxy nilai transaksi

ternyata memiliki pengaruh dalam jangka pendek terhadap permintaan uang

M1. Kenaikan 1 persen dari nilai transaksi kartu debet/ATM akan menaikan

0,28 persen permintaan uang M1, begitu juga sebaliknya setiap nilain transaksi

kartu debet/kartu ATM turun sebesar 1 persen maka permintaan uang M1 juga

akan turun sebesar 0,28 persen. Hubungan penggunaan kartu debet/ATM ini

ternyata berbanding lurus dengan permintaan uang M1, ketika penggunaan

transaksi kartu debet/ATM naik permintaan uang M1 juga akan naik begitu

juga sebaliknya.

Varibel lain yang dimasukan dalam penelitian yaitu inflasi dan SBI

ternyata juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek

terhadap permintaan uang M1. Berbeda dengan variabel kurs, yang ternyata

tidak memliliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang M1. Inflasi

berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 1 persen, 5 persen dan

10 persen memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan uang M1.

Setiap kenaikan 1 persen inflasi makan aka menurunkan 0,54 persen

permintaan uang M1, begiru juga sebaliknya ketika inflasi turun sebesar 1

persen makan akan menaikan permintaan uang sebesar 0,54 persen.

Variabel SBI memiliki pengaruh yang singnifikan dan berhubungan

negatif dalam jangka pendek terhadap permintaan uang M1 pada tingkat

kepercayaan 5 persen dan 10 persen. Setiap kenaikan 1 persen SBI maka akan

menurunkan 0,55 persen permintaan uang M1, begitu juuga sebaliknya ketika

SBI turun sebesar 1 persen maka permintaan uang M1 akan naik sebesar 0,55

persen.

5. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil estimasi persamaan jangka panjang ternyata hanya variabel kartu

debet dan ATM yang memiliki pengaruh positif dalam jangka panjang

terhadap permintaan uang M1 yaitu sebesar 0,77 persen. Hasil estimasi

persamaan jangka pendeknya variabel kartu debet/kartu ATM, Inflasi dan

SBI saja yang memiliki pengaruh jangka pendek terhadap permintaan uang

M1. Pengaruhnyapun bervariasi, kartu debet dan kartu ATM memiliki

pengaruh positif terhadap permintaan uang M1 sebesar 0,28 persen, artinya

meningkatnya transaksi menggunakan kartu debet maupun ATM juga dapat

meningkatkan permintaan uang M1. Inflasi dan SBI dalam jangka pendek

memiliki pengaruh negatif maing-masing sebesar 0,54 persen dan 0,55 persen

terhadap permintaan uang M1, artinya naiknya inflasi dan SBI justru dapat

menurunkan permintaan uang M1.

Saran

Hasil penelitian menujukan bahwa hanya kartu debet/kartu ATM yang

memiliki pengaruh baik jangka panjang maupun pendek terhadap permintaan

uang, berbeda dengan kartu kredit yang tidak memliki pengaruh sama sekali.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan kartu kredit masih sedikit

jika dibandingkan dengan kartu debet maupun ATM. Sehingga bagi pihak

perbankan yang menerbitkan APMK khususnya kartu kredit diharapkan

perhatiannya untuk menunjang atau megiatkan penggunaan kartu kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 Tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2007 Tentang

Perkembangan Sistem Pembayaran. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan.

Bank Indonesia. 2011. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2011 Tentang

Kelancaran Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang. Pusat pendidikan dan Studi Kebanksentralan.

Bank Indonesia. 2013. Statistik Sistem Pembayaran-Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 10 februari 2013.

Bank Indonesia. 2013. Statistik Ekonomi Dan Keuangan Indonesia.

http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 10 februari 2013. Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics, fourth edition, Mc Graw-Hill:

International Edition. Humphrey, D. B. 2001. Payment Systems: Principles, Practice, and

Improvements. The World Bank, Washington, D. C. Mankiw N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi, Edisi ke 4. Jakarta: Erlangga. Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets.

Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia University, Columbia.

Muttaqin, Z. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu dan Variabel-Variabel Makroekonomi terhadap Permintaan Uang di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Nirmala, T. 2011. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dan Permintaan Uang

Kartal (Studi Kasus Indonesia dan Malaysia). [Tesis]. Program Ilmu Magister dan Sains Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada.

Nirmala, T., Tri Widodo. 2011. “Effect Of Increasing Use Card Payment

Eqiupment On The Indonesian Economy”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 36 – 45 Vol. 18, No. 1. ISSN: 1412-3126.

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Buku I, Edisi ke 4. Yogjakarta: BPFE UGM. Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter. Buku II, Edisi ke 1, Cetakan kesepuluh.

Yogjakarta: BFFE UGM. Pramono, Bambang, Tri Yuniarti, Pipih D Purusitawati, dan Yosefin Tyas Emmy

D. K. 2006. “Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian Dan Kebijakan Moneter”. Working Paper Bank Indonesia, No WP/11/ September.

Sitorus S. R. 2006. Analisis Penggaruh Penggunaan Kartu Pembayaran

Elektronik dan Daya Subtitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sriram, S. S. 1999. “Survey of Literature on Demand for Money: Theoritical and

Empirical Work with Special Reference to Error-Correction Models”. IMF Working Paper. WP/99/64.

Subari dan Ascarya. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK BI. Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi ke 3. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. Syarifuddin, Ferry, Ahmad Hidayat, dan Tarsidin. 2009. “Dampak Peningkatan

Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian dan Implikasinya Terhadap Pengendalian Moneter”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April.

Thomas, R. L. 1997. Modern Econometrics an Introduction. Addison Wesley

Longman, England.

Utomo, P. Y. 2011. Buku Praktek Komputer Statistik II Eviews. Surakarta: Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Warjiyo, P. 2006. Non-Cash Payments and Monetary Policy Implications in

Indonesia. Di dalam: Bank Indonesia. Seminar Internasional “Toward Less Cash Society in Indonesia”; Jakarta, 17 Mei 2006 – 18 Mei 2006. Jakarta: Bank Indonesia.

Yilmazkuday, H. 2006. “The Effects of Credit and Debit Cards On the Money

Demand of a Small Open Economy”. Preliminary journal .