Upload
ngoquynh
View
248
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND
IMAGE, DAN BRAND LOVE TERHADAP WORD OF MOUTH
FASHION SPORTSWEAR
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
BINTANG ASHARI NURROKHMANA
B 100 120 198
PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
ANALISIS PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND IMAGE
DAN BRAND LOVE TERHADAP WORD OF MOUTH FASHION
SPORTSWEAR
Abstrak
Meningkatnya penggunaan media sosial di Indonesia merupakan indikator
bahwa perilaku konsumen mulai berubah dari konvensional ke teknologi digital
yaitu media sosial. Media sosial kini telah digunakan sebagai media pemasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh social media marketing, brand
image, dan brand love terhadap word of mouth fashion sportswear. Metode
penelitian yang digunakan adalah riset kuantitatif. Pemilihan sampel dengan
metode teknik non-probability sampling tipe purposive sampling. Dengan
menyebarkan kuesioner berbasis elektronik, data dikumpulkan dari 130 responden
di berbagai kota di Jawa Tengah. Teknik analisis menggunakan program software
Statistical Package for Social Science (SPSS). Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa social media marketing, brand image, dan brand love
berpengaruh secara positif terhadap word of mouth.
Kata kunci : social media marketing, brand image, brand love, dan word of
mouth.
Abstract
The increasing use of social media in Indonesia is an indicator that
consumer behavior starts to change from conventional to digital technology that
is social media. Social media has now been used as a marketing medium. This
study is aims to measure the influence of social media marketing, brand image,
and brand love towards word of mouth fashion sportswear. The research method
used is quantitative research. The sample selection technique is using non-
probability sampling type of purposive sampling. By spreading electronic based
questionnaire, the data collected from 130 respondents in various city in Central
Java. The analysis technique used a software program Statistical Package for
Social Science (SPSS). The results of this study indicates that social media
marketing, brand image, and brand love affects positively towards word of mouth.
Keywords: social media marketing, brand image, brand love, and word of mouth
1. PENDAHULUAN
2
Pasar Indonesia sangat potensial untuk merek fashion dan sportswear
Internasional dalam memperluas pangsa produk mereka. Survei komprehensif
dilakukan oleh McKinsey & Company "Konsumen Baru Indonesia", yang
menunjukkan pengeluaran tahunan pakaian jadi di Indonesia adalah $ 22 miliar
dan diprediksi akan tumbuh hingga $ 57 miliar pada tahun 2030 dengan tingkat
pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 5%. Kemudian jumlah pengguna internet
di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 132,7 jiwa dan terus tumbuh tiap tahunnya
(APJII & Puskakom UI, 2014).
Lalu media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi
pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi yang meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual (Kaplan & Haenlein, 2010).
Tingkat aktivitas pengguna media sosial di Indonesia tahun 2017
menunjukkan pengguna platform Instagram 14%, Twitter 11%, Facebook 9%,
Pinterest 6%, Skype 6%, Line 6%, Whatsapp messaging 12%, dan LinkedIn 7%
(http://tukangmarketing.com). Pada Top Brand Index kategori fashion sportswear
2014-2017 menunjukkan empat merek teratas di Indonesia adalah Nike, Adidas,
Puma, dan Reebok (http:\\www.topbrand-award.com).
Menurut Cowden (2014) social media marketing tidak hanya
memungkinkan perusahaan untuk berinteraksi dengan pelanggan mereka, tetapi
juga memungkinkan perusahaan untuk berinteraksi dengan pelanggan lain. Untuk
melakukan social media marketing penting untuk menentukan segmen pelanggan
untuk bisnis tersebut. Masyarakat sekarang mempunyai pola konsumsi dalam
membeli suatu produk. Mereka cenderung lebih menyukai membeli barang
bermerek. Fenomena ini dapat menguntungkan namun menantang bagi manajer
merek untuk menemukan faktor-faktor yang membuat konsumen untuk selalu
terikat dengan merek favoritnya (Cengiz dan Layla, 2007).
Ketertarikan orang terhadap beberapa merek tertentu bisa dikatakan
karena mereka memiliki semacam "cinta" kepada merek itu sendiri, atau biasanya
disebut brand love (Caroll dan Ahuvia, 2006). Konsumen mencintai merek
3
fashion mereka karena gairah dan semangat merek itu menginspirasi mereka
(Ismail dan Spinelli, 2012). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis:
1. Pengaruh social media marketing terhadap word of mouth fashion
sportswear
2. Pengaruh brand image terhadap word of mouth fashion sportswear
3. Pengaruh brand love terhadap word of mouth fashion sportswear
Word of mouth adalah proses menyampaikan informasi dari orang-orang
dan memainkan peran utama dalam keputusan pembelian pelanggan (Richins &
Root-Shaffer, 1998). Word of mouth melibatkan pelanggan untuk berbagi sikap,
opini, atau reaksi tentang bisnis, produk, atau jasa dengan orang lain (Dellarocas,
2003). Word of mouth juga dianggap sebagai media pemasaran yang kuat bagi
perusahaan untuk mempengaruhi pelanggan. (Duana, Gub, & Whinston, 2008).
Word of mouth merupakan komunikasi informal antara para pelanggan
mengenai produk atau jasa tertentu yang dianggap sebagai informasi paling
penting pada pembelian karena word of mouth memiliki dampak paling kuat pada
perilaku pelanggan (Livin, 2008).
Social Media Marketing merupakan jenis pemasaran interaktif, yaitu
manfaatkan internet dengan media sosial untuk interaksi langsung ke pelanggan
(Kotler & Keller, 2009). Masyarakat di situs jejaring sosial dan pengguna di suatu
media sosial berkumpul dan sering berbagi minat yang sama (Jadhav dan Kamble,
2014).
Brand Image adalah konsep yang dibangun oleh konsumen, karena
konsumen menciptakan citra personal yang terkait dengan merek yang berkaitan
dengan pengetahuan dan persepsi mereka (Nandan, 2005). Pada pengetian lain
menyebutkan brand image sebagai persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh
konsumen, sebagaimana tercermin dalam asosiasi yang disimpan dalam ingatan
pelanggan” (Kotler dan Keller, 2009), dan “sekumpulan asosiasi itu biasanya
diorganisasikan dengan cara yang berarti” (Aaker, 1991 ).
4
Brand Love adalah tingkat ketertarikan emosional yang bergairah yang
dimiliki seseorang untuk nama merek tertentu (Carroll dan Ahuvia, 2006). Albert
(2008) mengidentifikasi brand love dalam 11 dimensi, yaitu: (1) gairah, (2)
lamanya hubungan, (3) kesesuaian diri, (4) mimpi, (5) ingatan, (6) kesenangan,
(7) ketertarikan, (8) keunikan, (9) kecantikan, (10) kepercayaan, dan (11)
deklarasi.
2. METODE
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu metode non probability
sampling. Teknik non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Sampel yang diambil atau digunakan berjumlah 130
responden menggunakan kuesioner online dengan Google Docs. Data yang
digunakan dalam penelitian yaitu data primer yang bersumber dari kuesioner.
Metode analisis data yang digunakan adalah Uji Regresi Linear Berganda.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Uji Validitas
Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas
Hasil Pengujian Validitas
Variabel R hitung R tabel Keterangan
Social Media
Marketing
Brand Image
0,611
0,598
0,716
0,716
0,730
0,668
0,666
0,758
0,659
0,750
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
5
Brand Love
Word of Mouth
0,774
0,708
0,702
0,730
0,724
0,587
0,819
0,779
0,802
0,719
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
0,1723
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa semua item pembentuk variabel
penelitian valid. Hal ini mengandung arti bahwa semua indikator mampu
mengkonstruksi variabel-variabel penelitian.
3.1.2 Uji Reliabilitas
Tabel 2. Hasil Pengujian Reliabilitas
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Role of Thumb Keterangan
Social Media Marketing
Brand Image
Brand Love
Word of Mouth
0,702
0,743
0,778
0,795
0,60
0,60
0,60
0,60
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk semua
variabel penelitian nilainya > 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa instumen
dalam penelitian ini adalah reliabel dan layak untuk digunakan.
3.1.3 Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Pengujian Normalitas
Hasil Pengujian Normalitas
Kolmogorove-Sminov Asymp.Sig Kriteria Keterangan
1.090 0,186 > 0,05 Berdistribusi
normal
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
6
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan pada Asym.sig
sebesar 0,186 lebih besar daripada 0,05 maka dapat dikatakan data berdistribusi
normal.
3.1.4 Uji Multikolinearitas
Tabel 4. Hasil Pengujian Multikolinearitas
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Social Media Marketing
Brand Image
Brand Love
0,737
0,719
0,941
1,357
1,391
1,063
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat setiap variabel bebas mempunyai nilai
tolerance < 1 dan nilai VIF < 10 , maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variable bebas dalam model regresi ini.
3.1.5 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Variabel T hitung T sig. Keterangan
Konstanta
Social Media
Marketing
Brand Image
Brand Love
2.894
- 0,182
- 0,922
- 0,599
0,004
0,856
0,358
0,550
Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa semua variabel independen
mempunyai nilai sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
3.1.6 Analisis Regresi Berganda
7
Tabel 6. Hasil Pengujian Analisis Regresi Berganda
Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Koefisien β Standar Error
Konstanta
Social Media Marketing
Brand Image
Brand Love
0,304
0,383
0,204
1,874
0,093
0,092
0,071
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien β merupakan bentuk
sebuah persamaan regresi yang dapat dihasilkan sebagai berikut:
Y = 0,304X1 + 0,383X2+ 0,204X3+ e
Dari persamaan diatas maka dapat dijadikan acuan untuk diinterpretasikan
sebagai berikut:
- Koefisien social media marketing bernilai positif artinya bahwa bila social
media marketing dari konsumen semakin baik maka akan secara simultan
meningkatkan terjadinya word of mouth.
- Koefisien brand image bernilai positif artinya bila brand Image dari Nike,
Adidas, Puma, ataupun Reebok pada konsumen semakin baik maka akan
meningkatkan word of mouth salah satu dari brand itu sendiri, bahkan brand
image memiliki pengaruh terbesar diantara yang lain.
- Koefisien brand love bernilai positif artinya bila brand love konsumen pada
merek fashion sportswear semakin kuat maka akan berbanding secara garis
lurus meningkatkan word of mouth. Walaupun begitu, brand love memiliki
pengaruh yang paling kecil diantara yang lain.
3.1.7 Pengujian Hipotesis
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel t hitung Sig. Keterangan
Social Media Marketing
Brand Image
Brand Love
3.976
4.942
3.010
0,000
0,000
0,003
Signifikan
Signifikan
Signifikan
F hitung
F sig.
35,355
0,000
R Square
0,444
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
8
a. Pengujian Signifikan (Uji t)
Nilai t hitung yang dihasilkan pada variabel social media marketing adalah
3,976 dengan sig. 0,000. Hasil analisis sig. 0,000 lebih kecil daripada 0,05 artinya
secara individu variabel social media marketing berpengaruh signifikan terhadap
word of mouth.
Nilai t hitung yang dihasilkan pada variabel harga adalah 4,942 dengan
sig. 0,000. Hasil analisis sig. 0,000 lebih kecil daripada 0,05 artinya secara
individu variabel brand image berpengaruh signifikan terhadap word of mouth.
Nilai t hitung yang dihasilkan pada variabel brand love adalah 3,010
dengan sig. 0,003. Hasil analisis sig. 0,003 lebih besar daripada 0,05 artinya
secara individual variabel brand love berpengaruh signifikan terhadap word of
mouth.
b. Pengujian Ketetapan model (Uji F)
Berdasarkan tabel 7 didapat nilai F hitung 35,355 dengan F sig. 0,000
dimana F sig. 0,000 lebih kecil daripada 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti variabel
social media marketing, brand image, dan brand love secara simultan berkaitan
terhadap variabel terikat yaitu word of mouth.
c. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) untuk mengukur kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pada tabel diperoleh nilai Adjusted R² =
0,444 = 44,4%. Hal ini berarti besarnya variabel independen (social media
marketing, brand image, brand love) terhadap terjadinya word of mouth sebesar
44,4 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk penelitian
ini
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh Social Media Marketing terhadap Word of Mouth
Pengujian ada tidaknya pengaruh social media marketing terhadap word of
mouth menghasilkan t hitung sebesar 3,976, dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena nilai t hitung (3,976) > nilai t table (1,979) dan nilai signifikansi
(0,000) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa social media marketing terbukti
9
berpengaruh positif signifikan terhadap word of mouth. Hal ini sesuai dengan
penelitian Monica Bija (2014) bahwa semakin tinggi social media marketing,
maka semakin tinggi pula tingkat word of mouth.
3.2.2 Pengaruh Brand Image terhadap Word of Mouth
Pengujian ada tidaknya pengaruh brand image terhadap word of mouth
menghasilkan t hitung sebesar 4,942 , dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh
karena nilai t hitung (4,942) > nilai t table (1,979) dan nilai signifikansi (0,000)
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa brand image terbukti berpengaruh positif
signifikan terhadap word of mouth. Hal ini sesuai dengan penelitian Ismail dan
Spinelli (2010) bahwa semakin tinggi brand image di benak konsumen, maka
semakin tinggi pula tingkat word of mouth yang terjadi pada konsumen.
3.2.3 Pengaruh Brand Love terhadap Word of Mouth
Pengujian ada tidaknya pengaruh brand love terhadap word of mouth
menghasilkan t hitung sebesar 3,010 , dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Oleh
karena nilai t hitung (3,010) > nilai t table (1,979) dan nilai signifikansi (0,003)
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa brand love terbukti berpengaruh positif
signifikan terhadap word of mouth. Hal ini sesuai dengan penelitian Ismail dan
Spinelli (2010) bahwa semakin tinggi brand love pada diri konsumen, maka
semakin tinggi pula tingkat word of mouth yang terjadi pada konsumen.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Variabel Social Media Marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
word of mouth fashion sportswear merek Nike, Adidas, Puma, dan Reebok.
2. Variabel Brand Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap word of
mouth fashion sportswear merek Nike, Adidas, Puma, dan Reebok.
3. Variabel Brand Love berpengaruh positif dan signifikan terhadap word of
mouth fashion sportswear merek Nike, Adidas, Puma, dan Reebok.
4.2 Saran
4.2.1 Implikasi kebijakan
10
Mengacu pada kesimpulan dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan oleh Nike, Adidas, Puma, maupun Reebok untuk
diambil menjadi kebijakan di masa yang akan datang. Berikut adalah kebijakan-
kebijakan tersebut:
1) Bagi menajemen marketing and sales baiknya tetap secara intensif dalam
menciptakan kultur suatu produk di media sosial dengan tagline dan
hashtag yang dapat menjadi acuan konsumen dalam mencari informasi
berkaitan dengan produk tersebut. Konten yang diunggah agar tetap kreatif
dan menarik, baik pada gambar dan video konten yang diunggah di tiap
akun resmi masing-masing. Hal tersebut merupakan sebagai daya tarik
utama konsumen dalam mengunjungi akun resmi masing-masing.
2) Sebagaimana telah diungkapkan dalam penelitian ini, brand image
mempunyai pengaruh paling dominan. Oleh karena itu, Nike, Adidas,
Puma, dan Reebok harus tetap mempertahankan kualitas dan standar
produknya. Hal ini dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan retailer-
retailer dan outlet resmi yang bekerjasama menjadi seller merek Nike,
Adidas, Puma, dan Reebok.
4.3 Saran Penelitian Mendatang
Dikarenakan variabel independen yang digunakan hanya mampu
menjelaskan pengaruh terhadap variabel dependen yaitu word of mouth sebesar
44% , dan 66% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain, maka agar dapat
menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif dan tingkat validitasnya,
penelitian mendatang disarankan untuk untuk menambah jumlah variabel bebas
seperti harga, kesadaran merek (brand awareness), perceived value dan promosi..
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya pembentukan kerangka teoritis
untuk pengaruh brand image tidak langsung diarahkan ke word of mouth, namun
dimediasi oleh variabel lain seperti perceived value.
11
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada variabel
social media marketing pada platform Instagram dan berfokus pada salah satu
brand.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meriset merek fashion sportswear
global yang belum diteliti seperti UnderArmour dan Skechers.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A. (1996). Managing brand equity: Capitalizing on the value of the
brand name. New York: The Free Press.
Aaker, D. A., & Joachimsthaler, E. (2000). Brand Leadership. New York: The
Free Press
Akar, E., dan Topcu, B. (2011). An examination of the factors influencing
consumers’ attitudes toward social media marketing. Journal of Internet
Commerce, 10:1, 35-67.
Albert, N., & Merunka, D. (2013). The role of brand love in consumer-brand
relationships. Journal of Consumer Marketing, 30(3), 258–266.
Albert, N., Merunka, D., Iae, C. A., Marseille, E., Albert, N., Merunka, D., &
Marseille, E. (2009). The Feeling of Love Toward a Brand : Concept and
Measurement, 36, 300–307.
Ana Maria Soares José Carlos Pinho , (2014),"Advertising in online social
networks: the role of perceived enjoyment and social influence", Journal
of Research in Interactive Marketing, Vol. 8 Iss 3 pp. 245 – 263
Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Bashar, A., Ahmad, I. and Wasiq, M. 2012. Effectiveness of social media as a
marketing tool: An empirical study. International Journal of Marketing,
Financial Services and Management Research, 1(11):88-99.
Brogi, Stefano., Armando., dan Di Pillo, Francesca. (2013). The Effect of Online
Brand Communities on Brand Equty in The Luxury Fashion Industry.
International Journal of Enginering Business Management 2013 Vol.5
DOI: 10.5772/56854 pp.4-12.
Dae Hee Kim., Lisa Spiller., dan Matt Hettche. (2015). “Analyzing Media Types
and Content Orientations in Permanent for Global Brands”, Journal of
Research in Marketing, Vol 9 Iss 1 pp. 4-30. USA: Virginia.
12
Damianos P. Sakasa., Nasiopoulos K. Dimitriosa., dan Androniki Kavourab.
(2015). The development of Facebook’s competitive advantage for brand
awareness. Greece: University of Peloponnese.
Durkin, M., McGowan, P., & McKeown, N. (2013). Exploring social media
adoption in small to medium-sized enterprises in Ireland. Journal of Small
Business and Enterprise Development Vol. 20 No. 4, pp. 716-734.
Deniarni, Leni dan Lisnawati. (2016). Journal of Business Management and
Enterpreneurship Education Vol 1 hal.158-173 “Analisis Persepsi Virtual
Brand Community terhadap Kinerja Ekuitas Merek Disopable Diaper
Merek Sweety”.
Georgi, Dominik and Moritz Mink. 2012. “eCCIq: The quality of electronic
customer-to customer interaction,” Journal of Retailing and Consumer
Services http://dx.doi.org/10.1016/j.jretconser.2012.08.002
Green, Michael Robert. (2016).The Impact of Social Networks in Development of
a Personal Brand, Sport Business and Management: An International
Journal, Vol.6 Iss 3 pp. 274-294. UK: UWE Hartpury College.
Hu, Xiao dan Louisa Ha (2014), “Who are fans of Instagram pages? An electronic
word of mouth communication perspective”. USA : Bowling Green
University
Ismail and Spinelli (2010) "Effects of brand love, personality and image on word
of mouth: The case of fashion brands among young consumers", Journal of
Fashion Marketing and Management: An International Journal, Vol. 16
Issue: 4, pp.386-398.
Jeanine D. Guidry., Marcus Messner., Yan Jin., and Vivian Medina Messner.
(2015).An Analysis of Instagram images about the largest 10 fast food
companies.“From #mcdonaldsfail to #dominosucks”, Corporate
Communications: An International Journal, Vol 20 Iss 3pp. 344-359.
USA.
Jadhav, N.P. & Kamble, R.S. & Patil, M.B. (n.d.). Social media marketing: the
next generation of business trends. IOSR Journal of Computer Engineering
(IOSR-JCE), 45-49. Retrieved from http://www.iosrjournals.org/iosr-
jce/papers/sicete-volume2/21.pdf
Kaplan, A. M., & Hanlenhein, M. (2010). Users of the world unite! The
challenges and opportunities of Social Media. Bussines Horizons, 53(1),
59-68.
13
Kenneth C. Laudon dan Carol Guercio Traver. (2012). E-Commerce 2012:
business, technology, society. England: Pearson.
Kimberly A. Whitler (2014). “Why Word Of Mouth Marketing Is The Most
Important Social Media “. USA.
https://www.forbes.com/sites/kimberlywhitler/2014/07/17/why-word-of-mouth-
marketing-is-the-most-important-social-media/#62db6e0954a8
Kotler, P., & Keller, K., L. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Keller, K., L. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2004). Priciple of Marketing. Perason
Prentice Hall: New Jersey.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2006). Marketing Management 12th
ed). Pearson-
Prentice Hall.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. (2011). 10 th Edition. “Marketing an
Introduction”.Indonesia: Perason.
Kirby, J., & Marsden, P. (2006). Connected Marketing: The Viral, Buzz and Word
of Mouth Revolution. Oxford: Elseveir Ltd.
Lim Sok Huey dan Dr Rashad Yazdanifard. (2015). How Instagram Can Be Used
as a Tool in Social Network Marketing. Malaysia: Center for Southern
New Hampshire University (SNHU) Program HELP College of Art and
Technology, Kuala Lumpur.
Mangold, W. G., dan Faulds, D. J. (2009).Social Media: The New Hybrid
Element of The Promotion Mix.Business Horizon, 52, 357-365.
Marsha L. Richins and Teri Root-Shaffer (1988) ,"The Role of Evolvement and
Opinion Leadership in Consumer Word-Of-Mouth: an Implicit Model
Made Explicit", in NA - Advances in Consumer Research Volume 15, eds.
Micheal J. Houston, Provo, UT : Association for Consumer Research,
Pages: 32-36. McCann, Margaret, & Barlow, Alexis. (2015). Use and measurement of social
media for SMEs, Journal of Small Business and Enterprise Development,
Vol. 22 Iss 2 pp. –
Muñiz, Albert M. and Hope Jensen Schau. 2007. “Vigilante Marketing and
Consumer Created Communications.” Journal of Advertising 36: 35-50.
14
Nisar, Tahir M. dan Whitehead, Caroline. (2015). Brand Interactions and Social
Media: Enhacing User Loyalty Through Social Networking Sites. UK:
University of Southampton.
Noel, Hayden. 2006. Consumer Behaviour. UK. AVA Publishing SA.
Wirtz Jochen., B. Ramaseshan., Joris van de Klundert., Zeynep Gurhan Canli.,
dan Jay Kandampully. (2013). “Managing Brands and Costumer
Engagement in Online Brand Communities”, Journal of Service
Management Vol.24 Iss 3 pp.223-244.
Yulisar, Husein (2013), “Analisis Pengaruh Brand Love, Brand Personality , dan
Brand Image pada Word of Mouth: Studi Kasus pada Merek Fashion
diantara Konsumen Muda di Yogyakarta”. Indonesia : Manajemen,
Universitas Gadjah Mada