102
ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN BUILDING PADA PROSES VULKANISIR BAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) (Studi Kasus di PT. Inti Vulkatama) SKRIPSI Oleh: DERI SAPUTRA 1410024425012 TEKNIK INDUSTRI YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG 2018

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN BUILDING PADA PROSES VULKANISIR BAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

(Studi Kasus di PT. Inti Vulkatama)

SKRIPSI

Oleh:

DERI SAPUTRA 1410024425012

TEKNIK INDUSTRI YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

2018

Page 2: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN BUILDING PADA PROSES VULKANISIR BAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

(Studi Kasus di PT. Inti Vulkatama)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Gelar sarjana teknik industri

Oleh:

DERI SAPUTRA 1410024425012

TEKNIK INDUSTRI YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

2018

Page 3: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall

Equipment Effectiveness (OEE)

Nama : Deri Saputra NPM : 1410024425012 Program Studi : Teknik Industri

Padang, Juli 2018 Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Riko Ervil, MT Ir. GamindraJauhari, MP NIDN.1014057501 NIDN. 0027115902

Ketua Prodi, Ketua STTIND Padang,

Tri Ernita, ST, MP RikoErvil, MT NIDN. 1028027801 NIDN. 1014057501

Page 4: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall

Equipment Effectiveness (OEE) (Studi Kasus di PT. Inti Vulkatama)

Nama : Deri Saputra NPM : 1410024425012 Dosen Pembimbing 1 : Riko Ervil, MT Dosen Pembimbing 2 : Ir. Gamindra Jauhari, MP

ABSTRAK

PT. Inti Vulkatama adalah salah satu perusahaan industri manufaktur yang

bergerak di sektor vulkanisir ban. Berdasarkan dari permasalahan yang ditemukan kinerja mesin atau peralatan produksi kurang maksimal dijalankan. Hal tersebut terlihat dari tidak tercapainya target produksi yaitu 37.440 unit proses dingin dan 29.640 unit proses panas. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat efektivitas mesin, terutama pada mesin building. Metode yang digunakan yaitu metode OEE, merupakan suatu metrik best practice yang mengidentifikasi persentase waktu produksi yang direncanakan yang benar-benar produktif. Pengukuran OEE dilakukan dengan memperhatikan tiga hal penting, yaitu availability ratio, peformance ratio, dan quality ratio. Untuk menemukan faktor-faktor penurunan terhadap tingkat efektivitas mesin building digunakan fishbone diagram. Hasil dan kesimpulan dengan menggunakan metode OEE diperoleh nilai OEE pada mesin building proses panas sebesar 63% dan proses dingin sebesar 66%. Hal tersebut menunjukan bahwa kedua nilai OEE tidak memenuhi standar world class OEE yaitu sebesar 85%. Sedangkan untuk faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas mesin building berdasarkan fishbone diagram terdiri dari 4 faktor utama yaitu: manusia, mesin, metode dan lingkungan kerja.

Kata kunci: OEE, availability ratio, peformance ratio, quality ratio, fishbone

diagram

Page 5: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Measurement Analysis of Building Machine Effectiveness Rate on Tire Retreading Process Using Overall Equipment Effectiveness

(OEE) Method (Case Study at PT Inti Vulkatama)

Name : Deri Saputra Student ID : 1410024425012 Supervisor : Riko Ervil, MT Co-Supervisor : Ir. Gamindra Jauhari, MP

ABSTRACT

PT. Core Vulkatama is one of the manufacturing industry companies engaged in the tire retreading sector. Based on the problems found the performance of machines or production equipment less than the maximum run. This is evident from the non-achievement of production targets of 37,440 cold-process units and 29,640 units of heat process. For that we need to measure the level of effectiveness of the machine, especially on the building machine. The method used is the OEE method, is a best practice metric that identifies the percentage of planned production time that is truly productive. Measurement of OEE is done by considering three important things, namely availability ratio, peformance ratio, and quality ratio. To find the decreasing factors on the effectiveness level of building machine used fishbone diagram. Results and conclusions using OEE method obtained OEE value on hot building machine process by 63% and cold process by 66%. It shows that both OEE values do not meet the OEE world class standard of 85%. As for the factors that affect the level of building machine effectiveness based on fishbone diagram consists of 4 main factors are: human, machine, method and work environment. Keywords: OEE, availability ratio, peformance ratio, quality ratio, fishbone

diagram

Page 6: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

segalanya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Pengukuran Tingkat

Efektivitas Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan

Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)”. Sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana pada Prodi Tenik

Industri STTIND Padang.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.Adapun pihak-pihak itu adalah:

1. Bapak H. Riko Ervil, MT, selaku dosen pembimbing I tugas akhir

2. Bapak Ir.H. Gamindra Jauhari, MP, selaku dosen pembimbing II tugas

akhir

3. Bapak Alamsyah selaku pembimbing lapangan PT. Inti Vulkatama

4. Kepada Ibu, kakak, adik, dan keluarga tercinta atas perhatian, motivasi,

dan doa serta kasih sayang yang tiada terbalas.

5. Teman-teman dari jurusan Teknik Industri yang selalu memberikan

dukungan, dorongan dan semangat.

Kami berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan dapat menambah wawasan kita tentang cara penyusuan dan penulisan

skripsi.

Padang, Juli 2018

Penulis

Page 7: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

LAMPIRAN ....................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ...................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 4

1.4 Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.5 TujuanPenelitian ........................................................................... 5

1.6 ManfaatPenelitian ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LandasanTeori .............................................................................. 7

2.1.1 Pengertian Efektivitas ......................................................... 7

2.1.1.1 Ukuran Efektivitas ................................................. 7

2.1.2 Vulkanisir Ban. ................................................................... 8

2.1.2.1 PengertianVulkanisir Ban .................................... 8

2.1.2.2 Proses Vulkanisir Ban ( Panas dan Dingin ) ........ 8

2.1.3 Sistem Menajemen Pemeliharaan ....................................... 14

2.1.3.1 Perkembangan Manajemen Peralatan .................... 14

2.1.4 Tujuan Manajemen Pemeliharaan ...................................... 23

2.1.5 Pengertian dan Tujuan Maintenance .................................. 23

2.1.5.1 Pengertian Maintenance ......................................... 23

2.1.5.2 Tujuan Maintenance .............................................. 25

2.1.6 Jenis – jenis Maintenance ................................................... 26

2.1.6.1 Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) . 26

2.1.6.2 Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak

Terencana) .............................................................. 28

Page 8: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2.1.6.3 Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)..28

2.1.7 Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance.................. 29

2.1.8 Total Productive Maintenance (TPM) ..................................... 30

2.1.8.1 Sejarah Total Productive Maintenance (TPM) ...... 31

2.1.9 Definisi TPM ...................................................................... 31

2.1.10 Komponen - Komponen TPM .......................................... 34

2.1.11 Keuntungan Implementasi Total Productive

Maintenance (TPM) ........................................................... 37

2.1.12 Tujuan TPM ...................................................................... 38

2.1.13 Overall Equipment Effectiveness (OEE) .......................... 39

2.1.13.1 Sejarah Perkembangan Metode OEE ................. 39

2.1.14 Defenisi Overall Equipment Effectiveness (OEE) ............ 41

2.1.15 Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) 46

2.1.16 Tujuan Implementasi Overall Equipment ........................ 49

2.1.17 Fishbone Diagram ............................................................ 50

2.1.18 Kuesioner .......................................................................... 52

2.1.18.1 Jenis Kuesioner ................................................... 52

2.1.18.2 Keuntungan dan Kelebihan Kuesioner ............... 52

2.1.19 Populasi dan Sampel ......................................................... 53

2.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 56

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 56

3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 56

3.3.1 Populasi .............................................................................. 56

3.3.2 Sampel ................................................................................ 57

3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 57

3.5 Data dan Sumber Data ................................................................. 57

3.5.1 Data .................................................................................... 57

3.5.2 Sumber Data ...................................................................... 57

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................... 58

Page 9: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

3.6.1 Menghitung Nilai OEE ....................................................... 58

3.2.2 Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) ...................... 60

3.7 Kerangka Metodologi ................................................................. . 61

BAB IVPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ....................................................................... 63

4.1.1 Loading Time ...................................................................... 63

4.1.2 Waktu Setup ........................................................................ 64

4.1.3 Mesin Berhenti atau Menganggur ...................................... 65

4.1.4 Actual Cycle Time ............................................................... 67

4.1.5 Theoritical Cycle Time ....................................................... 68

4.1.6 Output ................................................................................. 69

4.1.7 Reject atau Rework ............................................................. 70

4.1.8 Pengisian Angket ................................................................ 71

4.2 Pengolahan Data .......................................................................... 72

4.2.1 Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Proses

Vulkanisir Ban ................................................................... 72

4.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Efektivitas

Mesin Building Proses Vulkanisir Ban .............................. 80

BAB V ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisa Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Proses

Vulkanisir Ban ............................................................................. 81

5.2 Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Efektivitas

Mesin Building Proses Vulkanisir Ban ........................................ 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 82

6.2 Saran ............................................................................................ 83

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

LEMBARAN KONSULTASI

Page 10: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Produksi Vulkanisir Ban Tahun 2017 .......................................... 2

Tabel 2.1 World Class OEE .................................................................................. 46

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner ................................................ 52

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan OEE ........................................................ 53

Tabel 4.1 Data Loading Time Mesin Building Proses Vulkanisir Ban . ............... 63

Tabel 4.2 Data Waktu Setup Proses Vulkanisir Ban ............................................. 65

Tabel 4.3 Data Lamanya Mesin Building Berhenti atau Menganggur.................. 66

Tabel 4.4 Data Actual Cycle Time Proses Vulkanisir Ban ................................... 67

Tabel 4.5 Data Theritical Cycle Time Proses Vulkanisir Ban .............................. 68

Tabel 4.6 Data Hasil Produksi Proses Vulkanisir Ban .......................................... 69

Tabel 4.7 Data Hasil Produk Reject/Rework Proses Vulkanisir Ban ................... 70

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket .................................................... 71

Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan Nilai Availability Ratio Mesin Building

Proses Panas ......................................................................................... 72

Tabel 4.10 Data Hasil Perhitungan Nilai Availability Ratio Mesin Building

Proses Dingin ....................................................................................... 73

Tabel 4.11 Data Hasil Perhitungan Nilai Performance Ratio Mesin Building

Proses Panas ........................................................................................ 74

Tabel 4.12 Data Hasil Perhitungan Nilai Performance Ratio Mesin Building

Proses Dingin ........................................................................................ 75

Tabel 4.13 Data Hasil Perhitungan Nilai Quality Ratio Mesin Building

Proses Panas ......................................................................................... 76

Tabel 4.14 Data Hasil Perhitungan Nilai Quality Ratio Mesin Building

Proses Dingin ........................................................................................ 77

Tabel 4.15 Data Hasil Perhitungan Nilai OEE Mesin Building Proses Panas ...... 78

Tabel 4.16 Data Hasil Perhitungan Nilai OEE Mesin Building Proses Dingin .... 79

Page 11: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin inspeksi ................................................................................... 9

Gambar 2.2 Mesin Parut ....................................................................................... 9

Gambar 2.3 Proses Cementing .............................................................................. 10

Gambar 2.4 Mesin Building ................................................................................. 11

Gambar 2.5 Mesin Envelope ................................................................................ 11

Gambar 2.5 Proses Pemasangan Velg .................................................................. 12

Gambar 2.7 Mesin Cetak Panas ........................................................................... 13

Gambar 2.8 Mesin Cetak Dingin ......................................................................... 13

Gambar 2.9 Delapan Pilar TPM ............................................................................ 35

Gambar 2.10 Konsep Perhitungan Nilai OEE....................................................... 47

Gambar 2.11 Bagan Kerangka Konseptual .......................................................... 54

Gambar 3.1 Fishbone Diagram ........................................................................... 60

Gambar 3.2 Kerangka Metodologi Penelitian .................................................... 62

Gambar 5.1 Fishbone Diagram Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Efektivitas Mesin Building ............................................... 80

Page 12: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner

Page 13: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Inti Vulkatama adalah salah satu perusahaan industri manufaktur yang

bergerak di sektor vulkanisir ban. Vulkanisir ban adalah suatu proses daur ulang

terhadap ban yang sudah gundul melalui beberapa tahapan, seperti inspeksi/

pemeriksaan, pemarutan (buffing), knifing, repair, cementing, building, envelope

(pada proses dingin), rim dan flange (pemasangan velg), curing (memasukan

kedalam masing-masing cetakan, baik proses panas dan dingin) dan pemeriksaan

akhir. PT. Inti Vulkatama sendiri memiliki tiga jenis proses produksi yaitu proses

panas, proses dingin dan OTR (Off The Road).

Untuk menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen, PT. Inti Vulkatama

harus melakukan perbaikan secara berkelanjutan (continuos improvement)

terhadap lini produksi, terutama pada peralatan atau mesin yang berada di lantai

produksi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi,

efektivitas mesin serta kelancaran dalam proses produksi.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka perusahaan PT. Inti Vulkatama

harus mengukur kinerja efektivitas peralatan atau mesin yang ada dilantai

produksi pada bagian mesin building.

Page 14: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Berikut ini laporan hasil data produksi vulkanisir ban tahun 2017:

Tabel 1.1 Data Produksi Vulkanisir Ban Tahun 2017

Sumber Data: PT. Inti Vulkatama

Berdasarkan dari data hasil produksi vukanisir ban pada tahun 2017,

wawancara dan observasi lansung kelantai produksi, terdapat beberapa

permasalahan yang dialami oleh PT. Inti Vulkatama, yaitu tidak tercapainya target

produksi yang direncanakan oleh PT. Inti Vulkatama pada proses dingin sebanyak

37.440 unit dan proses panas sebanyak 29.640 unit. Hal tersebut terjadi karena

tingkat kesadaran dan kepedulian operator tentang efektivitas mesin yang masih

rendah, maksudnya adalah penggunaan mesin building belum di manfaatkan

secara maksimal, yang penulis temui pada saat survei ke lapangan banyak mesin

yang menganggur pada proses pemasakan ban, selain itu operator banyak

menghabiskan waktu untuk bersantai menunggu cetakan ban masak, sehingga

target yang direncanakan oleh perusahaan tidak tercapai dengan maksimal . Tidak

adanya dokumentasi (catatan) terhadap kinerja mesin yang ada di lantai produksi

seperti lamanya waktu setup dilakukan dan lamanya breakdown terjadi, yang

nantinya akan berfungsi sebagai alat perbandingan kinerja mesin dimasa yang

NO BulanTahun 2017 Tahun 2017 Tahun 2017

1 Januari 1120 1385 127 182

29640 37440

2 Februari 1350 1642 130 1803 Maret 1200 1450 128 1804 April 1390 1875 130 1845 Mei 1345 1500 135 1826 Juni 1550 1985 125 1867 Juli 1267 1790 128 1808 Agustus 1345 1648 130 1839 September 1500 1860 129 180

10 Oktober 1425 1675 133 18511 November 1530 1800 130 18012 Desember 1450 1560 135 182

Jumlah Produksi Produk Reject/Rework Target Produksi

Proses Panas Proses Dingin Proses Panas Proses Dingin Proses Panas Proses Dingin

TO TAL 16472 20170 1560 2184 29640 37440

Page 15: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

akan datang. Selanjutnya yaitu sistem perawatan mesin belum dilakukan secara

maksimal oleh perusahaan.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka perusahaan PT. Inti

Vulkatama melakukan pengukuran terhadap tingkat efektivitas mesin building

dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode Overall Equipment

Effectiveness (OEE).

Metode OEE adalah suatu metrik best practice yang mengidentifikasi

persentase waktu produksi yang direncanakan yang benar-benar produktif. Pada

awalnya OEE adalah sebuah bentuk modifikasi dari Total Productive

Maintenance (TPM) yang dikembangkan oleh Seiichi Nakajima Japan Institute of

Plan Maintenance untuk mencapai performa ideal dan tidak terjadinya kerugian.

Untuk mengetahui seberapa baik efektivitas suatu mesin, maka dapat dilakukan

pengukuran nilai OEE dari mesin tersebut.

Pengukuran OEE dilakukan dengan memperhatikan tiga hal penting, yaitu

availability ratio, peformance ratio, dan quality ratio. Adapun penilaian terkait

dengan standar world class OEE adalah 90% untuk nilai availability rate, 95%

performance rate, dan 85% quality rate.

Dari latar belakang diatas maka perlu dan diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan yang ada di PT. Inti Vulkatama, penulis merumuskan penelitian

dengan judul“ Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada

Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment

Effectiveness (OEE)”.

Page 16: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi

masalah yang dihadapi yaitu :

1. Penggunaan mesin building belum di manfaatkan secara maksimal

2. Banyak mesin yang menganggur pada proses pemasakan ban

3. Tidak adanya dokumentasi (catatan) terhadap kinerja mesin yang ada di

lantai produksi seperti lamanya waktu setup dilakukan dan lamanya

breakdown terjadi, yang nantinya akan berfungsi sebagai alat

perbandingan kinerja mesin dimasa yang akan datang.

4. Sistem perawatan mesin belum dilakukan secara maksimal oleh

perusahaan.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan

pembatasan masalah yaitu pengukuran tingkat efektivitas mesin building

dengan metode OEE dan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

mesin building dengan fishbone diagram.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dibahas yaitu:

1. Apakah tingkat efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban

sudah sesuai standar world class OEE dengan menggunakan metode

OEE?

Page 17: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin building

pada proses vulkanisir ban dengan menggunakan fishbone diagram?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang akan dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas mesin building pada proses

vulkanisir ban sesuai atau belum dengan standar world class OEE

menggunakan metode OEE.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin

building vulkanisir ban berdasarkan fishbone diagram.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya

mengenai metode Overall Equipment Effectiviness dengan menerapkan

ilmu yang didapat dari perkuliahan.

2. Bagi kampus( STTIND ) sebagai bahan tambahan untuk literature bagi

Mahasiswa sebagai salah satu bahan jurnal ilmu pengetahuan dan

teknologi.

3. Bagi Perusahaan:

a) Perusahaan mendapatkan informasi mengenai metode Overall Equipment

Effectiveness sebagai metode yang digunakan untuk mengukur kinerja

perawatan mesin.

Page 18: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b) Memberikan masukan kepada manajemen perusahaan dalam perawatan

mesin, sehingga diharapkan meningkatkan availabiity, performance, dan

rate of quality mesin produksi.

Page 19: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada landasan teori ini penulis akan memaparkan beberapa teori yang

dipergunakan dalam penelitian ini. Dasar teori tersebut meliputi teori mengenai

Efektivitas, Proses Vulkanisir Ban, Sistem manajemen pemeliharaan,

Maintenance, Total Productive Maintenance (TPM), Overall Equipment

Effectiveness (OEE), Fishbone Diagram, Kuesioner, Populasi dan Sampel.

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Evektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase

target yang tercapai, makin tinggi efektivitasnya. (Hidayat, 2006)

2.1.1.1 Ukuran Efektivitas

Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat tidak berwujud

(intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas

sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran tingkat efektivitas

tersebut karena pencapaian outcome seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka

pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga

ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif, artinya apabila mutu

yang dihasilkan baik maka efektivitasnya baik pula.

Efektivitas = Outcome : Output

Sumber: Hidayat, 2006

Page 20: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Berikut ini adalah beberapa indikator yang dapat diukur dalam efektivitas:

a) Produktivitas: Kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan

mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

b) Kualitas: Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

c) Efisiensi: Perbandingan (ratio) antara output dengan input

d) Fleksibelitas: Suatu perubahan yang terjadi pada suatu organisasi

e) Kepuasan: Ukuran untuk menunjukan tingkat dimana dapat memenuhi

kebutuhan

f) Keunggulan: Kemampuan bersaing terhadap perubahan yang ada

g) Pengembangan: Mengukur kemampuan untuk meningkatkan kapasitas.

2.1.2 Vulkanisir Ban

2.1.2.1 Pengertian Vulkanisir Ban

Vulkanisir Ban adalah suatu proses daur ulang terhadap ban yang sudah

gundul melalui beberapa tahapan, seperti pemeriksaan terhadap kondisi ban,

apakah layak untuk divulkanisir kembali atau tidak. Vulkanisir ban terbagi 2 yaitu

proses panas dan proses dingin.

2.1.2.2 Proses Vulkanisir Ban ( Proses Panas dan Proses Dingin )

Berikut ini adalah penjelasan dari alur proses vulkanisir ban baik secara

panas maupun dingin:

1. Inspeksi ( Proses panas dan dingin )

Tahap pemeriksaan fisik ban, disini ban diperiksa keadaannya dari

berlubang, robek, retak dan sebagainya. Apabila ban tersebut dinilai layak

digunakan maka ban akan memasuki tahapan selanjutnya.

Page 21: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Gambar 2.1 Mesin Inspeksi

2. Parut atau Buffing ( Proses panas dan dingin )

Proses pemarutan bertujuan untuk menghilangkan tapak yang sudah aus

dan membuat pemukaan ban agar rata dan simetris. Sehingga casing dapat

ditempeli dengan karet compound dan tread rubber.

Gambar 2.2 Mesin Parut

3. Knifing ( Proses panas dan dingin )

Pemarutan kembali casing yang telah melalui proses buffing. Disini

benang yang keluar dari ban bekas buffing dihilangkan, selain itu lubang

Page 22: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

yang ada akan dibersihkan. Serta menyingkirkan benda yang tertanam

untuk memastikan permukaan bersih dan padat.

4. Repair ( Proses panas dan dingin )

Pada tahap ini semua cacat pada casing diperbaiki, lubang pada casing

dibersihkan kemudian di tambal dengan cushion gum, cekungan diratakan

dengan filling, sedangkan luban dan kawah dengan diameter besar

ditambal dari dalam dengan tyre patch.

5. Cementing ( Proses panas dan dingin )

Proses pemberian cairan keseluruh permukaan ban, cairan ini berfungsi

sebagai lem untuk menempelkan cushion gum ke casing.

Gambar 2.3 Proses Cementing

6. Building ( Proses panas dan dingin )

Proses Panas: proses penempelan karet compound dengan casing, disini

casing ban yang telah diberi oleh cairan cement ditempel lansung dengan

karet compound untuk diprose lebih lanjut.

Page 23: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Proses Dingin: proses penempelan cushion gum dan tread rubber dengan

casing, disini casing ban yang telah diberi cairan cement dilapisi dengan

cushion gum terlebih dahulu, setelah itu baru ditempel dengan tread

rubber dengan bantuan mesin builder.

Gambar 2.4 Mesin Building

7. Envelope ( Proses Dingin )

Proses pembungkusan ban yang hendak divulkanisir dengan bungkusan

khusus untuk memastikan agar casing ban yang telah diproses building

dapat ditempel menjadi satu dengan baik.

Gambar 2.5 Mesin Envelope

Page 24: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

8. Rim dan Flange ( Proses panas dan dingin )

Proses pemasangan ban dalam dan marset ke dalam ban yang hendak

divulkanisir yang kemudian ditutup dengan pelek khusus. Tujuannya

adalah untuk dapat memasukan tekanan angin ke dalam ban saat dimasak

didalam cetakan mold atau chamber.

Gambar 2.6 Proses Pemasangan Vleg

9. Curing

Panas: saat proses curing ban yang sudah ditempel dengan karet

compound di press ke mold atau cetakan lalu dipanaskan dengan

temperature 140c selama 2-3 jam.

Page 25: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Gambar 2.7 Mesin Cetak Panas

Dingin: saat proses curing ban di press dua arah yaitu dari dalam dengan

bantuan ban dalam dan dari luar dengan menggunakan envelope, dan di

panaskan dengan suhu 110c selama 2 jam. Akibat dari tekanan dan panas

cushion gum yang berada diantara casing dan tread rubber mengalami

vulkanisasi dan menyatu menjadi satu.

Gambar 2.8 Mesin Cetak Dingin

Page 26: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

10. Pemeriksaan Akhir

Untuk memastikan bahwa ban yang telah seselai diproses dapat

dipertanggung jawabkan dan memenuhi standar kualitas sebelum

dipasarkan kembali.

2.1.3 Sistem Menajemen Pemeliharaan

2.1.3.1 Perkembangan Manajemen Peralatan

Persepsi dasar dari fungsi-fungsi pemeliharaan telah mengalami

perkembangan dalam tiga dekade terakhir. Persepsi pemeliharaan secara

tradisional adalah untuk memperbaiki komponen peralatan yang rusak. Sehingga

dengan demikian kegiatan pemeliharaan terbatas pada tugas-tugas reaktif tindakan

perbaikan atau penggantian komponen peralatan.

Pendekatan ini dengan demikian lebih dikenal dengan perawatan reaktif,

pemeliharaan kerusakan atau pemeliharaan korektif. Pandangan yang lebih baru

mengenai pemeliharaan didefinisikan dengan merujuk pada Gits (1992) sebagai:

"Semua kegiatan yang ditujukan untuk menjaga suatu item dalam, atau

mengembalikan ke, keadaan fisik yang dianggap perlu untuk memenuhi fungsi

produksi". Lingkup tampilan yang diperbesar ini juga termasuk tugas proaktif

seperti inspeksi pelayanan dan periodik rutin, penggantian pencegahan, dan

pemantauan kondisi.

Dalam rangka "mempertahankan" dan "mengembalikan" peralatan,

pemeliharaan harus melakukan beberapa kegiatan tambahan. Kegiatan ini meliputi

perencanaan kerja, pengendalian pembelian bahan, manajemen personalia,dan

pengendalian kualitas (Priel, 1974). Tugas dan kegiatan yang sangat beragam ini

Page 27: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

dapat membuat pemeliharaan menjadi suatu fungsi yang rumit untuk dikelola.

Dalam upaya mendukung produksi, fungsi pemeliharaan harus mampu

memastikan ketersediaan peralatan untuk menghasilkan produk pada tingkat

kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.

Dukungan ini juga harus dilakukan secara aman dan dengan biaya yang

efektif (Pintelon dan Gelders, 1992). Maintenance Engineering Society of

Australia (MESA) menjabarkan perspektif yang lebih luas dari pemeliharaan dan

mendefinisikan fungsi pemeliharan sebagai: “rekayasa keputusan dan tindakan

terkait yang diperlukan dan cukup untuk mengoptimalkan kemampuan khusus”.

"Kemampuan" dalam definisi ini adalah kemampuan untuk melakukan tindakan

tertentu dalam berbagai tingkat kinerja. Karakteristik. kemampuan meliputi

fungsi, kapasitas, kecepatan, kualitas, dan respon. Ruang lingkup manajemen

pemeliharaan, oleh karena itu, harus mencakup setiap tahap dalam siklus hidup

sistem teknis (pabrik, mesin, peralatan dan fasilitas), spesifikasi, akuisisi,

perencanaan, operasi, evaluasi kinerja, perbaikan, dan pembuangan (Murray dan

kawan-kawan,1996). Dalam konteks yang lebih luas, fungsi pemeliharaan juga

dikenal sebagai manajemen aset fisik.

Manajemen peralatan telah berkembang melalui banyak tahapan dan

selama bertahun-tahun konsep pemeliharaan berevolusi mengikutinya.

a) Breakdown Maintenance: Mengacu pada strategi, di mana perbaikan

dilakukan setelah terjadinya kegagalan peralatan/penghentian atau

pada saat terjadinya penurunan kinerja yang parah (Wireman, 1990a).

Strategi pemeliharaan ini diterapkan secara luas dalam industri

Page 28: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

manufaktur sebelum tahun 1950. Pada tahap ini, mesin diservis hanya

bila diperlukan perbaikan besar. Konsep ini memiliki kelemahan-

kelemahan dengan adanya penghentian operasi yang tidak

direncanakan sebelumnya, kerusakan yang berulangkali,

permasalahan suku cadang, biaya perbaikan tinggi, waktu tunggu dan

trouble shooting yang tinggi (Telang, 1998).

b) Preventive Maintenance: Konsep ini diperkenalkan dalam tahun

1951, yang menerapkan pemeriksaan fisik atas peralatan untuk

mencegah kerusakan dan memperpanjang usia layanan peralatan. PM

adalah merupakan kegiatan yang dilakukan setelah jangka waktu

tertentu atau lamanya pengoperasian mesin (Herbaty, 1990). Selama

perioda ini, fungsi pemeliharaan dikembangkan dan kegiatan

perawatan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance - TBM)

lazim dilakukan (Pai, 1997). PM dilaksanakan berdasarkan perkiraan

probabilitas bahwa suatu peralatan akan mengalami kerusakan atau

penurunan kinerja pada interval yang ditentukan. Pemeliharaan

preventif yang dilakukan mencakup pelumasan peralatan,

pembersihan, penggantian suku cadang, mengencangkan, dan

penyetelan. Pemeriksaan atas peralatan produksi juga dapat dilakukan

jika ada tanda-tanda kerusakan ditemukan selama pelaksanaan PM

(Telang, 1998).

c) Predictive Maintenance: Pemeliharaan prediktif sering juga disebut

sebagai pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Based

Page 29: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Maintenance CBM). Dalam strategi ini, tindakan perawatan diambil

sebagai tanggapan terhadap kondisi peralatan tertentu atau ketika

peralatan mengalami penurunan kinerja (Vanzile dan Otis, 1992).

Teknik diagnostik yang digunakan mengukur kondisi fisik peralatan

seperti temperatur mesin, kebisingan, getaran, pelumasan dan korosi

(Brook, 1998). Bila satu atau lebih dari indikator ini mencapai

ambang batas yang telah ditentukan, inisiatif pemeliharaan dilakukan

untuk mengembalikan peralatan kepada kondisi yang diinginkan. Ini

berarti bahwa peralatan dikeluarkan dari jalur produksi hanya jika ada

bukti langsung bahwa telah terjadi kemerosotan kinerja yang nyata.

Pemeliharaan prediktif didasarkan pada prinsip yang sama dengan

pemeliharaan preventif meskipun menggunakan kriteria yang berbeda

untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan tertentu. Kelebihan

lainnya adalah bahwa kebutuhan untuk melakukan pemeliharaan

hanya terjadi ketika kebutuhan itu nyata, dan bukannya setelah

berlalunya jangka waktu tertentu (Herbaty, 1990).

d) Corrective Maintenance: Diperkenalkan pada tahun 1957, di mana

konsep untuk menghindari kegagalan peralatan diperluas menjadi

peningkatan keandalan peralatan sehingga kegagalan peralatan dapat

dihilangkan (peningkatan keandalan), dan peralatan dapat dengan

mudah dipelihara (peningkatan kemampuan pemeliharaan peralatan)

(Steinbacher dan Steinbacher, 1993). Perbedaan utama antara

pemeliharaan korektif dan preventif adalah bahwa masalah harus ada

Page 30: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

sebelum tindakan korektif diambil (Higgins dan kawan-kawan, 1995).

Tujuan dari perawatan korektif adalah meningkatkan kehandalan

peralatan, kemampuan pemeliharaan, keamanan, kelemahan desain

(bahan, bentuk); peralatan yang mengalami reformasi struktural,

mengurangi kerusakan dan kegagalan, dan bertujuan dicapainya

kondisi alat yang bebas pemeliharaan. Informasi yang diperoleh dari

CM berguna untuk menghindari perlunya pemeliharaan atas peralatan

yang akan datang serta peningkatan atas fasilitas manufaktur yangada.

Tersedianya sarana untuk memberikan umpan balik informasi

pemeliharaan menjadi penting.

e) Maintenance Prevention: Diperkenalkan pada tahun 1960-an, MP

adalah kegiatan dimana peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga

menjadikannya bebas perawatan dan dicapainya kondisi ideal akhir

dari "bagaimana semestinya suatu peralatan dan jalur produksi"

(Steinbacher dan Steinbacher, 1993). Dalam perkembangan peralatan

baru, inisiatif MP harus dimulai dari tahap desain dan secara strategis

harus bertujuan untuk memastikan peralatan yang handal, mudah

untuk dirawat dan digunakan (user friendly), sehingga operator dapat

dengan mudah melakukan “retooling”, penyetelan (adjustment), dan

menjalankannya (Shirose, 1992) . Pencegahan pemeliharaan belajar

dari kegagalan peralatan sebelumnya, produk yang tidak berfungsi,

umpan balik dari lini produksi, pelanggan dan fungsi pemasaran untuk

Page 31: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

memastikan suatu pengoperasian yang bebas dari kerumitan baik

untuk sistem produksi yang ada maupun yang akan datang.

f) Reliability Centered Maintenance: Diperkenalkan pada tahun 1960-

an yang pada awalnya berorientasi pada perawatan pesawat terbang

dan digunakan oleh produsen pesawat terbang, maskapai

penerbangan, dan instansi pemerintah (Dekker, 1996). RCM dapat

didefinisikan sebagai proses, struktur logis untuk mengembangkan

atau mengoptimalkan kebutuhan pemeliharaan dari suatu sumber daya

fisik dalam konteks operasi untuk mewujudkan “keandalan yang

melekat”, dimana tingkat kehandalan ini dapat dicapai melalui

program pemeliharaan yang efektif. RCM merupakan suatu proses

yang digunakan untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan dari aset

fisik apapun dalam konteks operasional dengan mengidentifikasi

fungsi aset, penyebab kegagalan dan dampak dari kegagalan. Untuk

memenuhi tantangan-tantangan ini RCM menerapkan filosofi tujuh-

review langkah logis (Samanta dan kawan-kawan, 2001). Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Menentukan area pabrik yang signifikan,

b) Menentukan fungsi-fungsi utama dan standarstandar kinerja

c) Menentukan kegagalan-kegagalan fungsi yangmungkin terjadi

d) Menentukan modus-modus kegagalan yang mungkin terjadi

dan dampak-dampaknya

e) Memilih taktik perawatan layak dan efektif

Page 32: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

f) Penjadwalan dan pelaksanaan taktik yang dipilih

g) Mengoptimalkan taktik dan program (Moubray , 1997).

Berbagai alat yang digunakan untuk meningkatkan keefektifan

pemeliharaan meliputi Analisa Mode Kegagalan dan Dampaknya

(Failure Mode and Effect Analysis - FMEA), Analisa Efek Mode

Kegagalan dan Kekritisan (Failure Mode Effect and Criticality

Analysis - FMECA), Physical Hazard Analysis (PHA), Fault Tree

Analysis (FTA), Optimalisasi Fungsi Pemeliharaan (Optimizing

Maintenance Function - OMF) dan Hazard & Operability (HAZOP)

Analisis.

g) Productive Maintenance: Diartikan sebagai pemeliharaan yang paling

ekonomis yang meningkatkan produktivitas peralatan. Tujuan

pemeliharaan produktif adalah untuk meningkatkan produktivitas dari

suatu peralatan dengan mengurangi biaya keseluruhan peralatan

sepanjang usia pakainya dari tahapan desain, pabrikasi, operasi dan

pemeliharaan, dan menekan kerugian yang disebabkan oleh

menurunnya kehandalan dan kinerja peralatan. Karakteristik utama

dari filosofi pemeliharaan ini adalah kehandalan peralatan dan fokus

kemampuan-perawatan, disamping kesadaran atas biaya-biaya

kegiatan pemeliharaan. Strategi yang melibatkan semua kegiatan

untuk meningkatkan produktivitas peralatan dengan melakukan PM,

CM dan MP sepanjang siklus hidup peralatan ini disebut

Pemeliharaan Produktif (Wakaru dan Bhadury, 1988).

Page 33: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

h) Computerized Maintenance Management System: Komputerisasi

sistem manajemen pemeliharaan membantu dalam mengelola

berbagai informasi mengenai tenaga kerja pemeliharaan, persediaan

suku cadang, jadwal perawatan & perbaikan peralatan, dan riwayat

mesin. Sistem ini dapat digunakan untuk merencanakan dan

menjadwalkan perintah-perintah kerja pemeliharaan, mempercepat

pengiriman panggilan gangguan, dan untuk mengelola beban kerja

perawatan secara keseluruhan. CMMS juga dapat digunakan untuk

mengotomatisasi fungsi PM, dan untuk membantu mengendalikan

persediaan pemeliharaan dan pembelian bahan. CMMS berpotensi

memperkuat kemampuan pelaporan dan analisa (Hannan dan Keyport,

1991; Singer, 1999). Kemampuan CMMS untuk mengelola informasi

pemeliharaan berkontribusi meningkatkan komunikasi dan

kemampuan pengambilan keputusan dalam fungsi pemeliharaan

(Higgins dan kawan-kawan, 1995). Aksesibilitas informasi dan

hubungan komunikasi pada CMMS meningkatkan komunikasi yang

lebih baik mengenai kebutuhan perbaikan dan prioritas kerja,

koordinasi ditingkatkan melalui hubungan kerja yang lebih erat antara

pemeliharaan dan produksi, dan peningkatan responsivitas

pemeliharaan (Dunn dan Johnson, 1991).

i) Total Productive Maintenance (TPM): TPM adalah filosofi

pemeliharaan yang berasal dari Jepang yang dikembangkan

berdasarkan konsep-konsep dan metodologi Pemeliharaan Produktif.

Page 34: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Nippon Denso Co Ltd

dari Jepang, sebuah perusahaan pemasok Toyota Motor Company

pada tahun 1971. TPM adalah sebuah pendekatan inovatif yang

mengoptimalkan keefektifan peralatan, meniadakan gangguan dan

mempromosikan pemeliharaan otonom oleh para operator dalam

kegiatan sehari-hari yang melibatkan keseluruhan pekerja (Bhadury,

2000). Pendekatan strategis untuk meningkatkan kinerja kegiatan

pemeliharaan adalah dengan cara mengadaptasi dan

mengimplementasikan inisiatif-inisiatif TPM strategis dalam

organisasi manufaktur. TPM lebih mengfokuskan kegiatan

pemeliharaan dan menjadikannya sebagai bagian penting dari

bisnis.Inisiatif TPM diarahkan kepada peningkatan daya saing

perusahaan yang dijabarkan dengan pendekatan terstruktur yang kuat

untuk mengubah pola pikir karyawan sehingga membuat perubahan

terlihat nyata dalam budaya kerja perusahaan. TPM berusaha untuk

melibatkan semua tingkat dan fungsi dalam organisasi untuk

memaksimalkan keefektifan peralatan produksi. Lebih lanjut lagi

metode ini juga memperbaiki proses dan peralatan yang ada dengan

mengurangi tingkat kesalahan dan kecelakaan. TPM adalah inisiatif

manufaktur kelas dunia (World Class Manufacturing - WCM) yang

bertujuan untuk mengoptimalkan keefektivitasan peralatan pabrik

(Shirose, 1995). Dimana departemen pemeliharaan secara tradisional

adalah pusat dari pengelolaan program pemeliharaan preventif (PM),

Page 35: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

disisi lain TPM merangkul pekerja dari semua departemen dan

tingkatan, dari pekerja pabrik hingga eksekutif senior, dalam upaya

memastikan pengoperasian peralatan yang efektif

2.1.4 Tujuan Manajemen Pemeliharaan

Tujuan dari kegiatan manajemen pemeliharaan secara umum adalah:

a) Memaksimalkan produksi pada biaya yang rendah dan kualitas yang

tinggi dalam standar keselamatan yang optimum.

b) Mengidentifikasi dan mengimplementasikan pengurangan biaya

c) Memberikan laporan yang akurat tentang pemeliharaan peralatan

d) Mengumpulkan informasi yang penting tentang biaya pemeliharaan

e) Mengoptimalkan sumberdaya pemeliharaan

f) Mengoptimalkan usia peralatan

g) Meminimalkan penggunaan energi

h) Meminimalkan persediaan

2.1.5 Pengertian dan Tujuan Maintenance

2.1.5.1 Pengertian Maintenance

Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur

yang sama pentingnya dengan funsi – fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena

apabila kita mempunyai mesin / peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha

untuk tetapdapat mempergunakan mesin / peralatan sehingga kegiatan produksi

dapat berjalan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus mesin /

peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-

kegiatan pemeliharaan yang meliputi: (Stephens, 2004 : 3)

Page 36: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

a. Kegiatan pengecekan.

b. Meminyaki (lubrication).

c. Perbaikan / reparasi atas kerusakan – kerusakan yang ada.

d. Penyesuaian / penggantian spare part atau komponen.

Ada dua jenis penurunan kemampuan mesin / peralatan, yaitu:

a. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara

alami akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan

selama waktu pemakaian walaupun penggunaan secara benar.

b. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin / perlatan

akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat

keausan mesin /peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan

yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin / peralatan. Dalam usaha

mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang timbul

ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk

mengatisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan

mesin/peralatan. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk

memelihara atau menjaga mesin atau peralatan dan mengadakan perbaikan

ayau penyesuaian / penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu

keadaan operasi produksi yang memuaskan sasuai dengan apa yang

direncakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance maka mesin atau

peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami

kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum

jangka waktu tertentu direncanakan tercapai.

Page 37: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan

(equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut:

1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin / peralatan

agar berfungsi dengan baik sehingga komponen – komponen yang terdapat

dalam mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.

2. Replecement maintenanceyaitu mempertahankan tindakan perbaikan dan

penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal

yang telah direncanakan.

2.1.5.2 Tujuan Maintenance

Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka

seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah.

Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin / peralatan produksi dapat

digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka

waktu tertentu yang telah direncakan tercapai (Wati, 2009). Beberapa tujuan

maintenance yang utama antara lain, yaitu:

a. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

rencana produksi.

b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu.

c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang

diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasiakn dalam perusahaan

Page 38: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan

mengenai investasi tersebut.

d. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien

keseluruhannya.

e. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana

tersebut.

f. Memaksimalkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi

(mengurangi downtime).

g. Untuk memperpanjang umur / masa pakai dari mesin / peralatan.

2.1.6 Jenis – jenis Maintenance

2.1.6.1 Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Planned Maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang

terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan

pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh Karena

itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan

pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui

informasi dari catatan riwayat mesin / peralatan. Konsep planned maintenance

ditujukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan pelaksanaan kegiatan

maintemance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat member

data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam

kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan

pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain – lain. Pemeliharaan terencana (planned

maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu: (Stephen, 2004 :15)

Page 39: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

1. Preventive Maintenance (pemeliharaan pencegahan)

Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan yang tidak

terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan

fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam

proses produksi.Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan

preventive maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu

diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk

setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah

dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan

perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat

2. Corrective Maintenance (pemeliharaan perbaikan)

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang

dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin /

peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

3. Predictive Maintenance

Predictive maintenance adalah tindakan – tindakan maintenance yang

dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa

dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive

maintenance itu dapat berupa getaran, temperature, vibrasi, flow rate

danlain – lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan

berdasarkan data dari operator di lapangan yang diajukan melalui work

Page 40: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat

sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

2.1.6.2 Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

Unplanned Maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

maintenance. Breakdown / emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin / peralatan yang masih

dapat beroperasi, sampai mesin / peralatan tersebut rusak dan tidak dapat

berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini,

diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur

dari mesin / perlatan dandapat memeprkecil frekuensi kerusakan.

2.1.6.3 Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)

Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu

untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan melalui

kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin

/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip – prinsip yang terdapat pada

5S,merupakan prinsip yang mendasari autonomous maintenance, yaitu:

a. Seiri (clearing up): Menyinkirkan benda – benda ynng tidak diperlukan.

b. Seiton (organizing): Menempatkan benda – benda yang diperlukan

dengan rapi.

c. Seiso (cleaning): Membersihkan peralatan dan tempat kerja.

d. Seiketsu (standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan

inspeksi.

e. Shitsuke (training and discipline): Meningkatkan skill dan moral.

Page 41: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Autonomous Maintenance diimplemetasikan melalui 7 langkah yang akan

membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mengetahui tindakan apa

yang harus dilakukan. Tujuh langkah yang terdapat dalam autonomous

maintenance adalah:

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect).

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan.

3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau

(eliminate problem and anaccesible area).

4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous

maintenance).

5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection).

6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance).

7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness).

2.1.7 Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance

Semua tugas – tugas atau kegiatan dari pada maintenance dapat

digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut:

1. Inspeksi (Inspections)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan

secara berkala (routine schedule check) terhadap mesin / peralatan

sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah

perusahaan selalu mempunyai fasilitas mesin / peralatan yang baik

untuk menjamin kelancaran proses produksi.

Page 42: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru

dibeli adan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang

perlu diganti, serta melakukan penelitian – penelitian terhadap

kemungkinan pengembangan komponen atau peralatan juga berusaha

mencegah terjadinya kerusakan.

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya

yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin / peralatan produksi.

4. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan – pencatatan mengenai biaya – biaya yang terjadi dalam

melakukan kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan

schedulling, yaitu rencana kapan kegiatan suatu mesin / peralatan

tersebut harus diperiksa, diservis dan diperbaiki.

5. Pemeliharaan Bangunan

Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak

termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

2.1.8 Total Productive Maintenance (TPM)

Total Productive Maintenance mula mula berasal dari pemikiran PM

(Preventive Maintenance dan Production Maintenance), dari Amerika masuk ke

Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas Jepang yang kemudian

dikenal sebagaiTPM (Total Productive Maintenance).

Page 43: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2.1.8.1 Sejarah Total Productive Maintenance (TPM)

Total Productive Maintenance merupakan suatu konsep baru tentang

kegiatan pemeliharaan yang berasal dari Amerika yang dipopulerkan di Jepang

dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas jepang yang dikenal sebagai

sistem total productive maintenance yang kita kenal seperti sekarang ini. Total

productive maintenance berkembang dari filosofi yang dibawa oleh Dr. W.

Edward Deming yang mempopulerkannya di Jepang setelah perang dunia ke-2

dengan pendekatan pemanfaatan data untuk melakukan kontrol kualitas dalam

produksi, dan lambatlaun pendekatan pemanfaatan data juga dilakukan untuk

melakukan kegiatan pemeliharaan dalam berproduksi. Perusahaan yang pertama

kali mengimplementasi penggunaan total productive maintenance adalah Nippon

Denso corp, yang dipelopori oleh Seiichi Nakajima. Tidak lama kemudian,

Nippon Denso meraih pengakuan dan penghargaan atas kesuksesan

mengimplementasikan total productive maintenance dari Japanese Institute Of

Plant Engineering (JIPE). Seiichi nakajima-lah yang kemudian mempopulerkan

dan mengkampanyekan total productive maintenance dengan menulis berbagai

buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus berkembang di awal tahun 90an.

2.1.9 Definisi TPM

TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan

oraganisasi produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produksi, mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan

kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada

perusahaan manufaktur.

Page 44: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

TPM sesuai dengan namanya terdiri atas tiga buah suku kata, yaitu:

1. Total

Hal ini mengindikasikan bahwa TPM mempertimbangkan berbagai aspek

dan melibatkan seluruh personil yang ada, mulai dari tingkatan atas hingga ke

jajaran yang bawah.

2. Productive

Menitikberatkan pada segala usaha untuk mencoba melakukan

pemeliharaan dengan kondisi produksi tetap berjalan dan meminimalkan masalah-

masalah yang terjadi di produksi saat pemeliharaan dilakukan.

3. Maintenance

Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara mandiri yang dilakukan

oleh operator produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan terpelihara dengan

jalan membersihkannya, melakukan pelumasan dan memperhatikannya.

Ada banyak sekali definisi TPM lainnya yang diberikan oleh para

pemerhati di bidang pemeliharaan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

Nakajima (1989), seorangyang memiliki kontribusi besar terhadap TPM,

mendefinisikan TPM sebagai sebuah pendekatan inovatif pemeliharaan yang

mengoptimalkan keefektifan peralatan, mengurangi terjadinya kerusakan

(breakdown), dan mendorong melakukan pemeliharaan mandiri (autonomous

maintenance) oleh operator melalui aktifitas sehari-hari yang melibatkan pekerja

secara menyeluruh. Menurut Chaneski (2002), TPM merupakan sebuah program

manajemen pemeliharaan yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan peralatan.

Besterfield et al. (1999) berpendapat bahwa TPM membantu memelihara plant

Page 45: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

dan peralatan pada tingkatan tertinggi produktivitasnya melalui kerjasama dari

semua area fungsional yang ada dalam sebuah organisasi. TPM merupakan bentuk

kerjasama yang baik antara bagian pemeliharaan dan produksi dalam organisasi

untuk meningkatkan kualitas produk, mengurangi pemborosan (waste),

mengurangi biaya manufaktur, meningkatkan ketersediaan (availability)

peralatan, serta meningkatkan kondisi pemeliharaan perusahaan.

Blanchard (1997) mengatakan bahwa TPM adalah sebuah pendekatan daur

hidup (life-cycle) yang terintegrasi dengan pemeliharaan pabrik. TPM dapat

dimanfaatkan dengan efektif oleh organisasi untuk mengembangkan keterlibatan

pekerja pada setiap langkah proses manufaktur dan pemeliharaan fasilitas untuk

lebih mengefektifkan aliran produksi (production flow), meningkatkan kualitas

produk dan mengurangi biaya operasi. Keterlibatan pekerja secara total,

pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) oleh operator, aktivitas-aktivitas

kelompok kecil untuk meningkatkan kehandalan (reliability), kemudahan untuk

dipelihara (maintainability), produktivitas peralatan serta perbaikan

berkesinambungan (kaizen) merupakan prinsip-prinsip yang tercakup dalam TPM.

Mobley (2008) mendefinisikan TPM sebagai sebuah strategi pemeliharaan

komprehensif yang didasarkan atas pendekatan daur hidup (life cycle) alat yang

dapat meminimumkan terjadinya kerusakan pada peralatan, cacat produksi dan

kecelakaan kerja. TPM melibatkan siapapun dalam organisasi, mulai dari top level

management hingga ke teknisi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

ketersediaan (availability) secara berkesinambungan dan mencegah terjadinya

penurunan kinerja alat dalam usaha memperoleh efektivitas yang maksimal.

Page 46: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance mencakup

lima elemen, yaitu sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 3)

1. TPM bertujuan menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)

untuk memperpanjang umur penggunaan mesin / peralatan.

2. TPM diterapkan pada bebagai departemen (seperti engineering, bagian

produksi dan bagian maintenance).

3. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin / peralatan

secara keseluruhan (overall effectiveness).

4. TPM melibatkan semua orang dari tingkatan manajemen tertinggi

hingga para karyawan / operator lantai produksi.

5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan

PM melalui manajemen motivasi.

2.1.10 Komponen - Komponen TPM

Ahuja dan Kahamba (2008) berpendapat bahwa TPM akan memberikan

jalan untuk memperoleh kesempurnaan dalam hal perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengawasan (monitoring) dan pengaturan

(controlling) melalui metode delapan pilar uniknya yang terdiri dari pemeliharaan

mandiri (autonomous maintenance), perbaikan yang fokus (focused improvement),

pemeliharaan terencana (planned maintenance), pemeliharaan yang berkualitas

(quality maintenance), pendidikan dan pelatihan (education and training);

keselamatan, kesehatan dan lingkungan (safety, health and environment); TPM

kantor (office TPM), dan majemen pengembangan (development management).

Page 47: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Gambar 2.9 Delapan Pilar TPM

Mobley (2008) membagi komponen TPM menjadi tiga bagian yang

berbeda yaitu : autonomous maintenance, planned maintenance dan maintenance

reduction

. a) Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)

Ide utama dari pemeliharaan mandiri adalah menugaskan operator untuk

melakukan beberapa tugas pemeliharaan rutin (routine maintenance). Tugas

tersebut antara lain pembersihan rutin setiap harinya, melakukan pemeriksaan

terhadap peralatan, mengencangkan komponen peralatan, dan melumasi sesuai

kebutuhan peralatan. Karena operator merupakan sosok yang paling dekat dengan

peralatan yang mereka gunakan, maka mereka akan dapat dengan cepat untuk

mendeteksi setiap terjadinya kelainan pada alat tersebut. Penerapan pemeliharaan

mandiri sering sekali termasuk di dalamnya adalah pengawasan secara visual.

Pengawasan visual merupakan salah satu cara untuk memudahkan operator

melakukan pemeliharaan dengan cara memberi tanda ataupun petunjuk pada

Page 48: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

peralatan, disertai dengan indikator yang membandingkan kondisi alat normal

dengan kondisi alat yang tidak normal. Contohnya adalah permukaan gauge

diberikan warna untuk menunjukkan rentang kondisi normalnya, jarum penunjuk

pelumasan diberi warna agar pelumas yang diberikansesuai dengan kapasitas dan

jenis yang benar, dsb. Semua pemeriksaan ini didokumentasikan dalam bentuk

checklist yang sederhana termasuk denah kerja dan rute pemeriksaannya. Operator

juga diharapkan memberikan informasi harian berupa data kesehatan peralatan

seperti downtime, kualitas produk serta segala jenis pemeliharaan yang dilakukan.

b) Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Dengan menghilangkan beberapa tugas pemeliharaan rutin melalui

pemeliharaan mandiri, staf pemeliharaan dapat mulai bekerja secara proaktif.

Pemeliharan terencana (juga dikenal sebagai pemeliharan pencegahan) merupakan

pekerjaan yang telah dijadwalkan untuk melakukan perbaikan ataupun

penggantian komponen sebelum peralatan tersebut rusak. Secara teoritis, jika

pemeliharaan terencana meningkat maka pemeliharaan tak terencana atau

breakdown akan mengalami penurunan, sehingga total biaya pemeliharaan yang

dikeluarkan akan menurun pula.

c) Maintenance Reduction ( Mengurangi Jumlah Pemeliharaan)

Dengan cara bekerja bersama-sama dengan penyedia peralatan,

pengetahuan yang diperoleh dari memelihara peralatan dapat jadikan sebagai

masukan untuk merancang peralatan yang akan digunakan di masa mendatang,

sehingga akan dihasilkan peralatan yang mudah dipelihara dan dapat secara

Page 49: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

mudah mendukung pemeliharaan mandiri. Hal ini diharapkan akan dapat

mengurangi jumlah total pemeliharaan yang dibutuhkan.

Cara lain untuk mengurangi jumlah pemeliharaan yang dibutuhkan adalah

dengan melakukan pengumpulan data kondisi peralatan secara khusus dan

menganalisa hasilnya agar dapat memprediksi kerusakan (failure) yang akan

terjadi. Adapun data yang dianalisa termasuk suhu, suara dan getaran yang terjadi

pada komponen peralatan yang memungkinkan teknisi memperoleh informasi

yang dapat menterjemahkan apa yang sebenarnya terjadi dengan perlatan tersebut.

Analisa ini dapat dilakukan secara berkala dengan frekuensi yang dapat diatur

menyesuaikan dengan kebutuhan peralatan. Harapannya akan diperoleh suatu tren

yang dapat mewakili kesehatan alat secara keseluruhan, sehingga dapat juga

menyelesaikan permasalahan yang kronis yang tidak dapat dihilangkan dengan

pemeriksaan berkala yang dilakukan operator maupun pemeliharaan terencana

yang berkala.

2.1.11 Keuntungan Implementasi Total Productive Maintenance (TPM)

Keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh oleh perusahaan yang

menerapkan TPM bisa secara langsung maupun tidak langsung. Keuntungan

secara langsung yang mungkin diperoleh adalah:

1. Mencapai OPE (Overall Plant Efficiency) minimum 80%.

2. Mencapai OEE minimum 90%.

3. Memperbaiki perlakuan sehingga tidak ada lagi komplen dari

pelanggan.

4. Mengurangi biaya manufaktur sebesar 30%.

Page 50: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

5. Memenuhi pesanan konsumen sebesar 100%.

6. Mengurangi kecelakaan.

7. Mengikuti ukuran kontrol polusi.

Sedangkan keuntungan yang didapat secara tidak langsung adalah:

1. Tingkat keyakinan tinggi antara karyawan.

2. Menjaga tempat kerja bersih, rapi, dan menarik.

3. Perubahan perilaku operator.

4. Mencapai tujuan dengan bekerja sebagai tim.

5. Penjabaran horizontal dari konsep baru di semua area organisasi.

6. Membagi pengetahuan dan pengalaman.

7. Pekerja memiliki rasa kepemilikan terhadap mesin.

2.1.12 Tujuan TPM

Tujuan TPM adalah mempertinggi efektifitas peralatan dan

memaksimumkan keluaran peralatan (PQCDSM) dengan berusaha

mempertahankan dan memelihara kondisi optimal dengan maksud untuk

menghindari kerusakan mesin, kerugian kecepatan, kerusakan barang dalam

proses. Semua efisiensi termasuk efisiensi ekonomis dicapai dengan meminimasi

biaya pemeliharaan, memelihara kondisi peralatan yang optimal selama umur

pakainya atau dengan kata lain, meminimasi biaya daur hidup peralatan.

Maksimasi efektifitas peralatan dan minimasi biaya daur hidup peralatan dicapai

dengan keterlibatan semua anggota organisasi dalammengurangi apa yang disebut

dengan enam kerugian besar (six big losses) yang menurunkan efektifitas

peralatan.

Page 51: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Nakajima juga menyarankan Overall Equipment Effectiveness untuk

mengevaluasi perkembangan dari TPM karena keakuratan data peralatan produksi

sangat esensial terhadap kesuksesan perbaikan berkelanjutan dalam jangka

panjang. Jika data tentang kerusakan peralatan produksi dan alasan

kerugiankerugian produksi tidak dimengerti, maka aktifitas apapun yang

dilakukan tidak akan dapat menyelesaikan masalah penurunan kinerja sistem

operasi. Kerugian produksi bersama-sama dengan biaya tidak langsung dan biaya

tersembunyi merupakan mayoritas dari total biaya produksi. Itulah sebabnya

Nakajima mengatakan OEE sebagai suatu pengukuran yang mencoba untuk

menyatakan/menampakkan biaya tersembunyi ini. Inilah yang menjadi salah satu

kontribusi penting OEE, dengan teridentifikasinya kerugian tersembunyi yang

adalah merupakan pemborosan besar yang tidak disadari.

2.1.13 Overall Equipment Effectiveness (OEE)

2.1.13.1 Sejarah Perkembangan Metode Overall Equipment Effectiveness

(OEE)

Pada awalnya OEE adalah sebuah bentuk modifikasi dari Total

Productive Maintenance (TPM) yang dikembangkan oleh Seiichi Nakajima Japan

Institute of Plan Maintenance yang menggambarkan TPM untuk mencapai

performa ideal dan tidak terjadinya kerugian. Dengan kata lain berarti tidakada

scrap atau cacat produksi, tidak ada breakdown, tidak ada kecelakaan, tidak ada

sampah/limbah dalam proses produksi atau changeover. Kualifikasi dari

keseluruahan waktu yang terbuang dan dibandingkan dengan waktu yang tersedia

dapat memberikan performa aktual terhadap produksi dan pemeliharaan kepada

Page 52: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

manajemen dan membantu untuk fokus terhadap kerugian yang lebih besar

(R.Almeanazel,2010).

Pada pertengahan tahun 1990, dikoordinasikan oleh SEMATECH,industri

pembuatan semi konduktor mengadopsi OEE untuk meningkatkan produktivitas

dari pabrik. Sejak saat itu, manufaktur di berbagai industri diseluruh dunia

memakai prinsip OEE. Tujuan dari penerapan OEE ini adalah menaikkan

produktivitas, menurunkan biaya, meningkatkan kepedulian dari kebutuhan

produktivitas mesin, dan meningkatkan umur dari mesin. Hasil dari penerapan

OEE ini adalah menaikkan keuntungan dan mencapai atau meningkatkan

persaingan industri, identifikasi kepemilikan mesin dan mengurangi biaya.

OEE juga digunakan sebagai alat ukur untuk jejak progress mesin yang di

indikatorkan dari :

1. Total available time: waktu yang dibutuhkan mesin untuk bekerja

selama satu shift, yang diasumsikan tidak ada downtime baik yang

terencana maupun yang tidak terencana

2. Planned downtime: waktu yang dihasilkan selama mesinberhenti

beroperasi yang dikarenakan aktivitas yang terencana seperti rapat,

istirahat, makan siang dan lain-lain.

3. Unplanned downtime: waktu yang dihasilkan selama mesin berhenti

beroperasi karena kerusakan, setup, penyesuaian, dan lain-lain.

4. Ideal Cycle Time : waktu siklus yang terbaik yang dapat dicapai,atau

estimasi waktu siklus.

Page 53: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2.1.14 Defenisi Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah sebuah metrik yang

berfokus pada seberapa efektif suatu operasi produksi dijalankan. Hasil

dinyatakan dalam bentuk yang bersifat umum sehingga memungkinkan

perbandingan antara unit manufaktur di industri yang berbeda. Pengukuran OEE

juga biasanya digunakan sebagai indikator kinerja utama Key Performance

Indicator (KPI) dalam implementasi lean manufacturing untuk memberikan

indikator keberhasilan.

OEE bukan hal baru dalam dunia industri dan manufaktur, teknik

pengukurannya sudah dipelajari dalam beberapa tahun dengan tujuan

penyempurnaan perhitungan. Tingkat keakuratan OEE dalam pengukuran

efektivitas memberikan kesempatan kepada semua usaha bidang manufaktur

untuk mengaplikasikan sehingga dapat dilakukan usaha perbaikan terhadap proses

itu sendiri.

OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengindentifikasikan tingkat

produktifitas mesin / peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat

penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivita

sataupun efisiensi mesin / peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck

yang terdapat pada lintasan produksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk

mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk jaminan peningkatan

produktivitas penggunaan mesin / peralatan.

Untuk mencapai efektivitas peralatan keseluruhan (overall equipment

effectiveness), maka langkah pertama yaitu fokus untuk menghilangkan kerugian

Page 54: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

utama (six big losses) yang dibagi dalam 3 kategori yang merupakan penghalang

terhadap efektivitas peralatan, adapun losses tersebut adalah:

1. Downtime

a) Kerusakan Alat (Equipment failure/breakdown losses)

Equipment failure merupakan perbaikan peralatan yang belum

dijadwalkan sebelumnya dimana waktu yang terserap oleh kerugian ini terlihat

dari seberapa besar waktu yang terbuang akibat kerusakan peralatan/mesin

produksi. Kerugian ini masuk dalam katagori kerugian Down Time yang

menyerap sebagian waktu yang tersedia pada waktu yang telah dijadwalkan untuk

proses produksi (Loading Time). Secara teknis pada mesin injeksi dan mesin press

kerugian ini terbagi dua yaitu kerusakan teknis (Technical Failure) dan gangguan

operasi yang terjadi berulang-ulang (Operational Disturbances). Technical

Failure merupakan kerusakan akibat menurunnya secara degradasi fungsi elemen-

elemen mekanikal baik akibat fatique maupun karena gesekan. Kerusakan ini

sebenarnya dapat dengan mudah diprediksi,berbeda dengan kerusakan berat (hard

failure) yang terjadi secara tiba-tiba pada elemen elektrikal seperti PC controller

yang sangat sulit diprediksi. Dengan preventive maintenance sebenarnya kedua

tipe technical failure ini dapat dikurangi. Operational disturbances dapat

didefinisikan sebagai kerusakan singkat yang terjadi berulang-ulang dan dapat

diatasi sendiri oleh operator. Seringkali penyebabnya tidak dapat dijelaskan, tetapi

umumnya disebabkan oleh kerusakan limit switch atau kesalahan operasi oleh

operator itu sendiri. Kerusakan ini walaupun menyita waktu yang sedikit dengan

kisaran waktu detik hingga beberapa menit tetapi sangat mengganggu karena

Page 55: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

menginterupsi proses otomatis. Latar belakang pendidikan, keahlian serta sikap

dan perilaku serta pengetahuan sangat mempengaruhi kerugian ini. Data tentang

operational disturbances sangat sulit untuk dikumpulkan secara manual

disebabkan berulangnya kejadian serta frekuensi kejadian yang tinggi.

b) Setup and Adjustment

Setup and Adjustment merupakan waktu yang terserap untuk pemasangan,

penyetelan dan penyesuaian parameter mesin untuk mendapatkan spesifikasi yang

diinginkan pada saat pertama kali mulai memproduksi komponen tertentu. Sama

dengan Equipment Failure, losses ini dikatagorikan dalam Down Load Time.

Kerugian ini dimulai dari diberhentikannya mesin, menurunkan mold/press tool

dengan menggunakan hoist/hand lift, menyerahkan cetakan berikut laporannya

kepada seksi maintenance, mengambil cetakan baru, pemasangan ke mesin, input

set-up data , pemanasan mold dan barrel mesin hingga percobaan dan penyesuaian

hingga mendapatkan spesifikasi yang ditetapkan serta diijinkan start produksi oleh

seksi QC.

2. Speed Losses

a) Idling and minor stoppages

Idling and minor stoppages merupakan kerugian akibat berhentinya

peralatan sebagai akibat terlambatnya pasokan material atau tidak adanya operator

walaupun WIP tersedia. Hampir semua Mesin press harus diawasi oleh seorang

operator walaupun cetakan yang digunakan progressive sekalipun, sehingga

kerugian akibat ketiadaan operator ini sangat nyata terlihat. Pada mesin injection

beberapa mesin menggunakan robot sehingga kerugian yang terjadi yang dominan

Page 56: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

adalah minor stoppage dengan berhentinya mesin akibat tidak sempurnanya robot

dalam mengambil produk atau runner. Lain halnya dengan mesin injeksi yang

dijalankan secara manual. Kedua kerugian ini merupakan bagian yang

menyumbang terhadap Speed Losses.

b) Reduced Speed

Menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi aktual

kecildari kecepatan mesin / peralatan yang telah dirancang beroperasi dalam

kecepatannormal. Menurunnya kecepatan produksi antara lain disebabkan oleh:

(Wireman,2004 : 8)

1. Kecepatan mesin / peralatan yang dirancang tidak dapat karenaberubahnya

jenis produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin /peralatan yang

digunakan.

2. Kecepatan produksi mesin / peralatan menurun akibat operator tidak

mengetahui berapa kecepatan normal mesin / peralatan sesungguhnya.

3. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mencegah timbulnya masalah

pada mesin / peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika diproduksi

pada kecepatan produksi yang lebih tinggi.

3. Quality Losses

a) Defects in process (Quality defect)

Defects in process waktu peralatan yang terbuang untuk menghasilkan

produk jelek serta pengerjaan ulang pada saat mesin berjalan terus menerus

setelah proses penyetelan dan penyesuaian.

Page 57: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b) Reduced Yield (Start-up losses)

Reduced Yield waktu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan

produk rusak saat penyetelan dan penyesuaian untuk stabilisasi.

Dari keenam kerugian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis

kerugian terkait dengan kegiatan dengan proses produksi yang harus di antisipasi,

yaitu:

1. Downtime loss yang mempengaruhi Availabillity Rate

2. Speed loss yang mempengaruhi Performance Rate

3. Quality loss yang mempengaruhi Quality Rate

Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM) telah menetapkan standar

benchmark yang telah dipraktekkan secara luas di seluruh dunia. Adapun ukuran

OEE Benchmark adalah sebagai berikut:

1. OEE 100% atau lebih, produksi dianggap sempurna. Memproduksi produk

tanpa cacat, bekerja dalam performance yang cepat dan tidak ada

downtime.

2. OEE 85% atau lebih, produksi dianggap kelas dunia. Bagi banyak

perusahaan nilai ini merupakan nilai yang baik untuk dijadikan goal

jangka panjang.

3. OEE 60% atau lebih, produksi dianggap wajar tetapi menunjukan ada

ruang yang besar untuk improvment.

4. OEE 40% atau lebih, produksi dianggap memiliki nilai rendah. Akan tetapi

dalam kebanyakan kasus dapat dengan mudah dilakukan improve melalui

Page 58: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

pengukuran lansung ( misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime

dan mengenai sumber-sumber penyebab downtime ).

Tabel berikut menunjukan skor yang perlu dicapai untuk masing-masing

faktor OEE untuk mendapatkan nilai standar world class yang dianjurkan oleh

JIPM.

Tabel 2.1 World Class OEE

OEE Factor World Class

Availability 90.0%

Performance 95.0%

Quality 99.9%

Overall OEE 85.0%

2.1.15 Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Keenam kerugian besar tersebut diukur untuk mengetahui berapa besar

Overall Equipment Effectiveness sebagai fungsi dari Availability Ratio,

Performance Ratio dan Quality Ratio. Secara grafis prosedur perhitungan Overall

Equipment Effectiveness.

Page 59: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Gambar 2.10 Konsep Perhitungan Nilai OEE

Dimana perhitungan OEE dan semua fungsinya serta kerugian yang

terjadi, dilakukan dalam beberapa tahap yang disertai dengan penjelasan yang

diuraikan sebagai berikut :

1. Availability Ratio

Availability Ratio mengukur keseluruhan waktu dimana sistem tidak

beroperasi karena terjadinya kerusakan alat, persiapan produksi dan penyetelan.

Dengan kata lain Availability diukur dari total waktu dimana peralatan

dioperasikan setelah dikurangi waktu kerusakan alat dan waktu persiapan dan

penyesuaian mesin yang juga mengindikasikan rasio aktual antara Operating Time

terhadap waktu operasi yang tersedia (Planned TimeAvailable atau Loading

Time). Waktu pembebanan mesin dipisahkan dari waktu produksi secara teoritis

serta waktu kerusakan dan waktu perbaikan yang direncanakan. Tujuan batasan

ini adalah memotivasi untuk mengurangi Planned Downtime melalui peningkatan

Page 60: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

efisiensi penyesuaian alat serta waktu untuk aktifitas perawatan yang sudah

direncanakan.

Keterangannya:

a. Operating Time: Lama mesin beroperasi setelah dikurangi waktu setup

dan lamanya mesin menganggur

b. Loading Time: Waktu yang tersedia dikurangi waktu planned downtime

yang direncanakan

2. Performance Ratio

Performance Ratio diukur sebagai rasio kecepatan operasi aktual dari

peralatan dengan kecepatan ideal berdasarkan kapasitas desain. Nakajima

mengatakan bahwa Performance mengindikasikan deviasi dari ideal cycletime.

Keterangannya:

a. Total Produksi: Jumlah produksi yang dihasilkan

b. Operating Time:Lama mesin beroperasi setelah dikurangi waktu setup dan

lamanya mesin mengangur

c. Theoritycal Cycle Time: Waktu siklus yang ideal

3. Quality Ratio

Quality Ratio difokuskan pada kerugian kualitas berupa berapa banyak

produk yang rusak yang terjadi berhubungan dengan peralatan, yang selanjutnya

Page 61: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

dikonversi menjadi waktu dengan pengertian seberapa banyak waktu peralatan

yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk yang rusak tersebut.

Keterangannya:

a. Output:Jumlah produksi yang dihasilkan

b. Reject: Produk cacat

4. Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Merupakan metode yang digunakan untuk mengukur efektivitas sebuah

mesin, apakah mesin tersebut memenuhi standar kinerja mesin atau tidak. Untuk

mendapatkan nilai OEE, maka terlebih dahulu mencari nilai Availability Ratio,

Performance Ratio dan Quality Ratio.

Satuan nilai OEE adalah persentase dengan tolak ukar mengacu kepada

standar world class OEE.

2.1.16 Tujuan Implementasi Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Penggunaan OEE sebagai performance indicator , mengambil periode

basis waktu tertentu, seperti : shif, harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.

Pengukuran OEE lebih efektif digunakan pada suatu peralatan produksi. OEE

dapat digunakan dalam beberapa jenis tingkatan pada sebuah lingkungan

perusahaan.

1. OEE dapat digunakan sebagai “Benchmark” untuk mengukur rencana

perusahaan dalam performansi.

Page 62: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2. Nilai OEE, perkiraan dari suatu aliran produksi, dapat digunakan

untuk membandingkan garis performansi melintang dari perusahaan,

maka akan terlihat aliran yang tidak penting.

3. Jika proses permesinan dilakukan secara individual, OEE dapat

mengidentifikasikan mesin mana yang mempunyai performansi buruk,

dan bahkan mengindikasikan fokus dari sumber daya TPM.

Selain untuk mengetahui performa peralatan, suatu ukuran OEE dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk keputusan pembelian peralatan

baru. Dalam hal ini, pihak pengambil keputusan mengetahui dengan jelas

kapasitas peralatan yang ada sehingga keputusan yang tepat dapat diambil dalam

rangka memenuhi permintaan pelanggan.

Dengan menggabungkan dengan metode lain, seperti Basic quality tools

(seperti Pareto Analysis, Cause-Effect Diagram), dengan diketahuinya nilai OEE,

maka melalui metode tersebut faktor penyebab menurunnya nilai OEE dapat

diketahui. Lebih lanjut, melalui faktor-faktor penyebab tersebut tindakan-tindakan

perbaikan dapat segera dilakukan sehingga dapat mengurangi usaha untuk

pencarian area perbaikan.

2.1.17 Fishbone Diagram

Diagram Sebab Akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun

1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram Sebab Akibat

menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara

akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk

mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan

Page 63: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan

penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini dikelompokan menjadi 5 bagian yang

terdiri dari material, manusia, mesin, metode dan lingkungan kerja.

Adapun beberapa manfaat dari diagram sebab-akibat sebagai berikut:

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah

2. Menganalisis kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki

peningkatan kualitas

3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut

5. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan

dilaksanakan

6. Sarana pengambilan keputusan dan tindakan perbaikan.

Berikut ini adalah contoh gambar dari fishbone diagram:

Gambar 2.11 Fishbone Diagram

Page 64: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2.1.18 Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik

secara lansung maupun tidak lansung.

2.1.18.1 Jenis Kuesioner

1. Kuesioner Terbuka: Daftar pertanyaan yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menuliskan pendapat mengenai pertanyaan yang

diberikan penelitian.

2. Kuesioner Tertutup: Daftar pertanyaan yang alternatif jawabannya telah

disediakan oleh peneliti.

3. Kuesioner Campuran: Perpaduan antara bentuk kuesioner terbuka dan

tertutup.

2.1.18.2 Keuntungan dan Kelebihan Kuesioner

Berikut ini adalah keuntungan dan kelemahan dari kuesioner:

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner

Keuntungan Kelemahan

1. Tidak memerlukan kehadiran

peneliti

2. Waktu fleksibel, bergantung

waktu senngang responden

3. Dapat dibagikan ssecara

bersama-sama lepada seluruh

responden

4. Identitas responden dapat

dibuat anonym

1. Responden sering tidak teliti

dalam mengisi angket

2. Responden sering tidak jujur

meskipun anonym

3. Responden dengan tingkat

pendidikan tertentu

kemungkinan kesulitan dalam

mengisi kuesioner

Page 65: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2.1.19 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Sedangkan sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011).

2.2 Kerangka Konseptual

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah sebuah metrik yang

berfokus pada seberapa efektif suatu operasi produksi dijalankan. Selain untuk

mengetahui performa peralatan, suatu ukuran OEE dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk keputusan pembelian peralatan baru.

Dalam hal ini, pihak pengambil keputusan mengetahui dengan jelas

kapasitas peralatan yang ada sehingga keputusan yang tepat dapat diambil dalam

rangka memenuhi permintaan pelanggan.

Jika dilihat dari hubungannya maka dapt dianalisa bahwa untuk

memaksimalkan kerja dari suat mesin atau peralatan produksi maka diperlukan

kesadaran dari operato dan pihak maintenance untuk menjaga kelacaran dalam

proses produksi. Untuk melihat arah dari penelitian yang akan dilaksanakan maka

dapat dilihat dalam kerangka konseptual peneltian dibawah ini:

Page 66: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

INPUT PROSES OUTPUT

1. Data Primer a. Observasi b. Wawancara c. Loading Time d. Actual Capacity

Production e. Waktu Setup f. Planned Downtime g. Lamanya mesin

menganggur 2. Data Sekunder

a. Output b. Rework/reject

1. Perhitungan Nilai OEE: a. Availability Ratio b. Performance Ratio c. Quality Ratio d. OEE (%) =AR x PR x

QR 2. Menggunakan fishbone

diagram

3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban sesuai atau belum dengan standar world class OEE menggunakan metode OEE.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin building vulkanisir ban berdasarkan fishbone diagram.

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual di atas terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1. Input, merupakan dasar permasalahan yang dibutuhkan untuk dilakukan tindak

lanjutnya. Pada skripsi penelitian ini menemukan beberapa hal yang dijadikan

input pada penelitian ini sebagai berikut:

a) Loading Time

b) Actual Capacity Production

c) waktu setup

d) Planned Downtime

e) Lamanya mesin menganggur

f) Output

g) Reject/Rework

Page 67: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

2. Proses, merupakan langkah yang akan di lakukan untuk memecahkan

permasalahaan yang ada dari penelitian ini, sehingga output yang di tuju

tercapai secara maksimal. Adapun proses yang dilakukan adalah perhitungan

nilai OEE dari mesin building. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk

mencari nilai OEE:

a) Availability Ratio

b) Performance Ratio

c) Quality Ratio

d) OEE(%)= ARxPRxQR

3. Output, merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan sebelumnya. Output

yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas mesin building pada proses

vulkanisir ban sesuai atau belum dengan standar world class OEE

menggunakan metode OEE.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin

building vulkanisir ban berdasarkan fishbone diagram.

Page 68: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. Deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan sesuatu yang sedang berlansung pada saat penelitian dilakukan

selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk

lingkungan dan kondisi masa lalu dan dilengkapi dengan deskriptif data diolah

secara kuantitatf melalui pendekatan matematik/statistik. (Natsir, 1998)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Inti Vulkatama yang beralamat di Lubuk

Buaya, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Sedangkan untuk waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Sedangkan sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011).

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang berada di PT.

Inti Vulkatama yang berjumlah 20 orang.

Page 69: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

3.3.2 Sampel

Sedangkan untuk jumlah sampel yang diambil adalah keseluruhan jumlah

populasi yang ada. Sesuai dengan teknik pengambilan sampel jenuh, jika jumlah

populasi kurang dari 30, maka semua jumlah populasi dijadikan sampel dalam

penelitian ini.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan pengelompokan yang logis dari dua atau

lebih atribut (Singarimbun,1989). Dari identifikasi masalah yang telah ditetapkan

sebelumnya, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yaitu :

1. Mengukur tingkat efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban

dengan menggunakan metode OEE

2. Mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penurunnan terhadap tingkat

efektivitas mesin building menggunakan fishbone diagram.

3.5 Data dan Sumber Data

3.5.1 Data

Pada pengumpulan data dalam penelitian analisis terhadap tingkat

efektivitas mesin ini dengan mencari nilai OEE terlebih dahulu. Untuk

mendapatkan nilai tersebut maka dibutuhkan data primer dan data skunder.

3.5.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 70: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara lansung.

Data yang diperoleh adalah loading time, operating time Lamanya mesin

menganggur theoritical cycle time dan waktu setup.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh atau didapatkan lansung dari

perusahaan. Data yang diperoleh adalah Output dan Reject.

3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Adapun yang akan dilakukan dalam pengolahan data yaitu melakukan

perhitungan nilai OEE dan menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

efektivitas mesin building dengan menggunakan diagram sebab-akibat.

3.6.1 Menghitung Nilai OEE

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mencari nilai efektivitas mesin

building dengan menggunakan metode OEE:

1. Menghitung Nilai Availability Ratio

Availability Ratio adalah rasio yang menujukan penggunaan waktu yang

tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Adapun data-data yang

digunakan dalam pengukuran availability ratio ini adalah machine working time,

planned downtime, setup dan lama mesin menganggur.

Keterangannya:

a. Operating Time: Lama mesin beroperasi setelah dikurangi waktu setup

dan lamanya mesin menganggur

Page 71: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b. Loading Time: Waktu yang tersedia dikurangi waktu planned downtime

yang direncanakan

2. Menghitung Nilai Performance Ratio

Performance Ratio adalah rasio yang menunjukan kemampuan peralatan

dalam menghasilkan produksi. Adapun data-data yang digunakan dalam

pengukuran performance ratio yaitu theoretical cycle time, actual cycle time,

output dan operation time.

Keterangannya:

a. Total Produksi: Jumlah produksi yang dihasilkan

b. Operating Time:Lama mesin beroperasi setelah dikurangi waktu setup dan

lamanya mesin menganggur

c. Theoritycal Cycle Time: Waktu siklus yang ideal

3. Menghitung Nilai Quality Ratio

Quality Ratio adalah rasio yang menunjukan kemampuan peralatan dalam

menghasilkan produk sesuai dengan standar. Adapun data yang digunakan dalam

pengukuran quality ratio adalah output dan rework atau produk reject.

Keterangannya:

a. Output: Jumlah produksi yang dihasilkan

b. Reject: Produk cacat

Page 72: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4. Menghitung Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Perhitungan nilai OEE dilakukan setelah nilai availability ratio,

performance ratio dan quality ratio telah didapatkan terlebih dahulu.

3.6.2 Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram)

Diagram sebab-akibat adalah salah satu bagian dari seven tools yang

digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Diagram sebab-akibat

menggambarkan garis dan simbol yang menunjukan hubungan antara akibat dan

penyebab suatu masalah, sehingga dapat mengambil tindakan perbaikan

selanjutnya.

Penulis menggunakan fishbone diagram ini untuk menganalisis faktor

penyebab terjadinya penurunan efektivitas mesin building. Penyebab dari

permasalahan tersebut berasal dari berbagai sumber misalnya, mesin, metode

kerja, lingkungan kerja, dan material. Nantinya semua penybab atau permasalahan

tersebut akan tergambarkan di fishbone diagram.

Berikut ini adalah contoh gambar dari fishbone diagram:

Gambar 3.1 Fishbone Diagram

Page 73: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

3.7 Kerangka Metodologi

Dalam melakukan penelitian ini penulis akan melakukan kegiatan seperti

yang tercantum dalam kerangka metodologi penelitian seperti dibawah ini :

Mulai

Survey Lapangan 1. Interview 2. Observasi

Study Literatur Mempelajari buku, jurnal yang berkaitan dengan metode penelitian dan dasar teori yang mendukung penelitian

Identifikasi Masalah 1. Penggunaan mesin building belum di manfaatkan secara maksimal 2. Banyak mesin yang menganggur pada proses pemasakan ban 3. Tidak adanya dokumentasi (catatan) terhadap kinerja mesin yang ada

di lantai produksi seperti lamanya waktu setup dilakukan dan lamanya breakdown terjadi, yang nantinya akan berfungsi sebagai alat perbandingan kinerja mesin dimasa yang akan datang.

4. Sistem perawatan mesin belum dilakukan secara maksimal oleh perusahaan.

Rumusan Masalah 1. Apakah tingkat efektivitas mesin building pada proses

vulkanisir ban sudah sesuai standar world class OEE dengan menggunakan metode OEE?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban dengan menggunakan fishbone diagram?

Page 74: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Gambar 3.2 Kerangka Metodologi Penelitian.

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas mesin building pada

proses vulkanisir ban sesuai atau belum dengan standar world class OEE menggunakan metode OEE.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mesin building vulkanisir ban berdasarkan fishbone diagram.

Kesimpulan dan saran.

Selesai

Analisa PengolahanData

Pengumpulan Data 1. Data Primer

a) Observasi b) Wawancara c) Loading Time d) Actual Capacity Production e) Waktu setup f) Planned downtime g) Lama mesin menganggur

2. Data Skunder a) Output b) Rework/Reject

Pengolahan Data 1. Menghitung nilai Availability Ratio,

Performance Ratio, Quality Ratio dan menghitung nilai OEE.

2. Menggunakan Fishbone Diagram

Page 75: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan

maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam pengukuran

tingkat efektivitas mesin building proses panas dan dingin seperti loading time,

waktu setup, actual capacity production, lama mesin yang mengangur, output

produk rework/reject. Serta data pengisian angket untuk menemukan faktor yang

mempengaruhi efektivitas mesin building.

Berikut ini adalah data-data yang digunakan dalam penelitian penulis:

4.1.1 Loading Time

Loading time adalah waktu yang didapatkan dari hasil pengurangan antara

waktu kerja mesin dengan planned downtime. PT. Inti vulkatama sendiri memiliki

jam kerja selama 8 jam/hari. Untuk planned downtime perusahaan menetapkan

selama 2 jam/hari, Sehingga waktu proses operasi mesin building pada proses

panas dan dingin memiliki 6 jam/hari.

Berikut ini adalah data loading time pada mesin building proses vulkanisir

ban:

Tabel 4.1 Data Loading Time Mesin Building Proses Vulkanisir Ban

Periode Loading Time Proses Panas (menit) Loading Time Proses Dingin (menit)

1 360 3602 360 3603 360 3604 360 3605 360 360

Page 76: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Tabel 4.1 Data Loading Time Mesin Building Proses Vulkanisir Ban (Lanjutan)

4.1.2 Waktu Setup

Waktu setup adalah lamanya waktu penyetelan yang dilakukan dalam

proses operasi di sebuah perusahaan. Berikut ini adalah data waktu setup pada

mesin building proses vulkanisir ban di PT. Inti Vulkatama:

6 360 3607 360 3608 360 3609 360 36010 360 36011 360 36012 360 36013 360 36014 360 36015 360 36016 360 36017 360 36018 360 36019 360 36020 360 36021 360 36022 360 36023 360 36024 360 36025 360 36026 360 36027 360 36028 360 36029 360 36030 360 360

Page 77: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Tabel 4.2 Data Waktu Setup Proses Vulkanisir Ban

4.1.3 Mesin Berhenti atau Menganggur

Tidak adanya kegiatan operasi yang berjalan akibat dari operator yang

bersantai pada saat proses memasak ban. Waktu yang dibuang oleh para operator

Periode Waktu Setup Proses Panas (menit) Waktu Setup Proses Dingin (menit)

1 17 122 15 103 15 144 16 135 17 136 15 117 17 158 15 129 16 1310 16 1311 17 1112 17 1313 16 1414 15 1415 16 1216 17 1217 16 1118 15 1219 17 1320 16 1421 17 1422 15 1123 17 1124 15 1325 17 1226 16 1527 17 1528 16 1329 15 1030 15 14

Page 78: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

rata-rata selama 45 menit dibagian proses panas dan 40 menit dibagian proses

dingin.

Berikut ini adalah data waktu lamanya mesin building berhenti atau

menganggur pada proses vulkanisir ban:

Tabel 4.3 Data Lamanya Mesin Building Berhenti atau Menganggur

Periode Mesin Menganggur Proses Panas (menit) Mesin Menganggur Proses Dingin (menit)

1 45 402 45 403 45 404 45 405 45 406 45 407 45 408 45 409 45 4010 45 4011 45 4012 45 4013 45 4014 45 4015 45 4016 45 4017 45 4018 45 4019 45 4020 45 4021 45 4022 45 4023 45 4024 45 4025 45 4026 45 4027 45 4028 45 4029 45 4030 45 40

Page 79: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.1.4 Actual Cycle Time

ACT adalah kecepatan aktual mesin saat operasi pemasangan karet

compound di bagian mesin bulding pada proses panas yaitu rata-rata sebesar 4.4

menit/unit, sedangkan di bagian proses dingin selama 4 menit/unit.

Berikut ini adalah data actual cycle time pada proses vulkanisir ban:

Tabel 4.4 Data Actual Cycle Time Proses Vulkanisir Ban

Periode Actual Cycle Time Proses Panas (menit) Actual Cycle Time Proses Dingin (menit)

1 4,4 3,9 2 4,5 3,6 3 4,2 3,7 4 4,3 3,9 5 4,4 3,8 6 4,6 4,0 7 4,4 3,6 8 4,5 3,9 9 4,3 3,9 10 4,0 3,7 11 4,3 4,1 12 4,4 3,8 13 4,5 3,6 14 4,5 3,9 15 4,4 4,0 16 4,4 3,9 17 4,2 3,7 18 4,3 3,9 19 4,4 3,7 20 4,5 3,4 21 4,3 3,7 22 4,1 4,1 23 4,5 3,9 24 4,5 3,8 25 4,3 4,0 26 4,3 3,6 27 4,5 3,8 28 4,4 3,9 29 4,4 4,0 30 4,3 3,6

Page 80: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.1.5 Theoritical Cycle Time

TCT adalah waktu tebaik saat operasi mesin berlansung di sebuah

perushaan. Di PT. Inti Vulkatama menetapkan operasi pemasangan karet

compound dengan waktu rata-rata selama 3.5 menit/unit pada proses panas dan

3.2 menit dibagian proses dingin.

Berikut ini adalah data theoritical cycle time mesin building pada proses

vulkanisir ban:

Tabel 4.5 Data Theoritical Cycle Time Mesin Building

Periode Theoritical Cycle Time Proses Panas (menit) Theoritical Cycle Time Proses Dingin (menit)

1 3,5 3,2 2 3,5 3,2 3 3,5 3,2 4 3,5 3,2 5 3,5 3,2 6 3,5 3,2 7 3,5 3,2 8 3,5 3,2 9 3,5 3,2

10 3,5 3,2 11 3,5 3,2 12 3,5 3,2 13 3,5 3,2 14 3,5 3,2 15 3,5 3,2 16 3,5 3,2 17 3,5 3,2 18 3,5 3,2 19 3,5 3,2 20 3,5 3,2 21 3,5 3,2 22 3,5 3,2 23 3,5 3,2 24 3,5 3,2 25 3,5 3,2 26 3,5 3,2 27 3,5 3,2 28 3,5 3,2 29 3,5 3,2 30 3,5 3,2

Page 81: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.1.6 Output

Output adalah hasil produksi yang dicapai oleh perusahaan. Output yang

dihasilkan oleh PT. Inti Vulkatama adalah rata-rata sebanyak 66-71 unit/hari pada

proses panas, sedangkan pada proses dingin rata-rata 78-86 unit/hari.

Berikut ini adalah data hasil produksi proses vulkanisir ban:

Tabel 4.6 Data Hasil Produksi Proses Vulkanisir Ban

4 69 785 68 806 65 787 67 848 66 799 70 7910 74 8211 69 7612 67 8013 66 8514 67 7915 68 7716 68 8017 72 8418 70 7819 67 8220 66 8921 69 8322 73 7623 66 7924 67 8125 70 7726 69 8427 66 8028 68 7829 68 7830 70 86

Total 2050 2418

Page 82: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.1.7 Reject/ Rework

Reject/rework adalah produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah

ditentukan oleh perusahaan. Jumlah produk yang mengalami reject/rework di PT.

Inti vulkatama rata-rata sebanyak 3-5 unit/hari pada proses panas, sedangkan pada

proses dingin sebesar 5-7 unit/hari.

Berikut ini adalah data hasil produk reject/rework pada proses vulkanisir

ban:

Tabel 4.7 Data Hasil Produk Reject/Rework Pada Proses Vulkanisir Ban

Periode Rework/Reject Proses Panas (unit) Rework/reject Proses Dingin (unit)

1 4 62 5 63 5 54 4 55 4 66 3 77 4 68 5 59 4 610 3 611 3 612 4 513 5 514 3 615 4 616 3 717 5 518 4 619 3 620 5 621 3 522 3 623 4 624 5 725 3 626 3 527 5 628 4 629 3 630 3 7

Total 116 176

Page 83: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.1.8 Pengisian Angket

Para pekerja atau responden yang berjumlah 20 orang akan mengisi

pernyataan angket yang telah tersedia berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi.

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi dari jawaban responden yang

mempengaruhi tingkat efektivitas mesin building:

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket

Hasil rekapitulasi jawaban responden ini didapatkan dari jumlah

responden yang menjawab setuju (S) dan sangat setuju (SS) berdasarkan kendala-

kendala yang ada dalam pernyataan penulis buat. Sehingga hasilnya akan di input

kedalam fishbone diagram.

No Bagian Pernyataan/Angket Jumlah Responden

SS S

1 ManusiaBeban kerja yang tinggi 9 7Tingkat kelelahan yang tinggi 7 9

2 Mesinwaktu delay tinggi 8Sistem perawatan mesin belum optimal 3 7Peralatan mesin penunjang belum lengkap 2 9

3 MetodeSuhu yang digunakan tinggi 5 9Metode kerja yang ada belum terjalankan sesuai dengan SOP 6

4 LingkunganLingkungan kerja panas dan berdebu 6 8Penerangn cahaya yang kurang 3 7

Page 84: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.2 Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis pengukuran tingkat efektivitas mesin building

dengan menggunakan metode OEE, maka ada tiga hal yang penting harus

diperhatikan yaitu availability ratio, performance ratio dan quality ratio.

Tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas mesin building sudah memenuhi

standar world class OEE atau belum. Serta mencari faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat efektivitas mesin building dengan fishbone diagram.

4.2.1 Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada Proses

Vulkanisir Ban

1. Menghitung Nilai Availability Ratio

Adapun data-data yang digunakan dalam perhitungan availability ratio ini

adalah machine working time, planned downtime, setup dan lama mesin

menganggur.

Berikut ini adalah data hasil perhitungan nilai availability ratio mesin

building pada proses vulkanisir ban:

a) Nilai Availability Ratio Mesin Building Proses Panas

Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan Nilai Availability Ratio Mesin building Proses Panas

Periode Machine Working Times Loading Time Planned Downtime Downtime

Operating Time AR(%)Setup Mesin Menganggur

1 480 360 120 17 45 298 82,78 2 480 360 120 15 45 300 83,33 3 480 360 120 15 45 300 83,33 4 480 360 120 16 45 299 83,06 5 480 360 120 17 45 298 82,78 6 480 360 120 15 45 300 83,33 7 480 360 120 17 45 298 82,78 8 480 360 120 15 45 300 83,33 9 480 360 120 16 45 299 83,06 10 480 360 120 16 45 299 83,06 11 480 360 120 17 45 298 82,78 12 480 360 120 17 45 298 82,78 13 480 360 120 16 45 299 83,06

Page 85: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan Nilai Availability Ratio Mesin building Proses Panas ( Lanjutan )

b) Nilai Availability Ratio Mesin Building Pada Proses Dingin

Tabel 4.10 Data Hasil Perhitungan Nilai Availability Ratio Mesin building Proses Dingin

14 480 360 120 15 45 300 83,33 15 480 360 120 16 45 299 83,06 16 480 360 120 17 45 298 82,78 17 480 360 120 16 45 299 83,06 18 480 360 120 15 45 300 83,33 19 480 360 120 17 45 298 82,78 20 480 360 120 16 45 299 83,06 21 480 360 120 17 45 298 82,78 22 480 360 120 15 45 300 83,33 23 480 360 120 17 45 298 82,78 24 480 360 120 15 45 300 83,33 25 480 360 120 17 45 298 82,78 26 480 360 120 16 45 299 83,06 27 480 360 120 17 45 298 82,78 28 480 360 120 16 45 299 83,06 29 480 360 120 15 45 300 83,33 30 480 360 120 15 45 300 83,33

Rata-rata 83,05

Periode Machine Working Times Loading TimeDowntime

Operating Time AR(%)Planned Downtime Setup Mesin Menganggur

1 480 360 120 12 40 308 85,56 2 480 360 120 10 40 310 86,11 3 480 360 120 14 40 306 85,00 4 480 360 120 13 40 307 85,28 5 480 360 120 13 40 307 85,28 6 480 360 120 11 40 309 85,83 7 480 360 120 15 40 305 84,72 8 480 360 120 12 40 308 85,56 9 480 360 120 13 40 307 85,28 10 480 360 120 13 40 307 85,28 11 480 360 120 11 40 309 85,83 12 480 360 120 13 40 307 85,28 13 480 360 120 14 40 306 85,00 14 480 360 120 14 40 306 85,00 15 480 360 120 12 40 308 85,56 16 480 360 120 12 40 308 85,56 17 480 360 120 11 40 309 85,83 18 480 360 120 12 40 308 85,56 19 480 360 120 13 40 307 85,28 20 480 360 120 14 40 306 85,00 21 480 360 120 14 40 306 85,00 22 480 360 120 11 40 309 85,83 23 480 360 120 11 40 309 85,83 24 480 360 120 13 40 307 85,28 25 480 360 120 12 40 308 85,56 26 480 360 120 15 40 305 84,72 27 480 360 120 15 40 305 84,72 28 480 360 120 13 40 307 85,28 29 480 360 120 10 40 310 86,11 30 480 360 120 14 40 306 85,00

Rata-rata 85,37

Page 86: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Berdasarkan dari perhitungan tabel diatas, nilai rata-rata yang didapatkan

pada availability ratio mesin bulding proses panas sebesar 83.05%, sedangkan

untuk mesin building proses dingin yaitu 85.37%. Hal tersebut menunjukan

bahwa nilai availability ratio mesin building pada proses vulkanisir ban belum

memenuhi standar world class OEE yaitu sebesar 90%.

2. Menghitung Nilai Performance Ratio

Adapun data-data yang digunakan dalam perhitungan performance ratio

yaitu theoretical cycle time, actual cycle time, output dan operation time.

Berikut ini adalah data hasil perhitungan nilai performance ratio mesin

bulding pada proses vulkanisir ban:

a.) Nilai Performance Ratio Mesin Building Proses Panas

Tabel 4.11 Data Hasil Perhitungan Nilai Performance Ratio Mesin building Proses Panas

Periode Output Operating Time ACT TCT PR(%)1 68 298 4,4 3,5 79,87 2 66 300 4,5 3,5 77,00 3 71 300 4,2 3,5 82,83 4 69 299 4,3 3,5 80,77 5 68 298 4,4 3,5 79,87 6 65 300 4,6 3,5 75,83 7 67 298 4,4 3,5 78,69 8 66 300 4,5 3,5 77,00 9 70 299 4,3 3,5 81,94 10 74 299 4,0 3,5 86,62 11 69 298 4,3 3,5 81,04 12 67 298 4,4 3,5 78,69 13 66 299 4,5 3,5 77,26 14 67 300 4,5 3,5 78,17 15 68 299 4,4 3,5 79,60 16 68 298 4,4 3,5 79,87 17 72 299 4,2 3,5 84,28 18 70 300 4,3 3,5 81,67 19 67 298 4,4 3,5 78,69 20 66 299 4,5 3,5 77,26 21 69 298 4,3 3,5 81,04 22 73 300 4,1 3,5 85,17 23 66 298 4,5 3,5 77,52 24 67 300 4,5 3,5 78,17 25 70 298 4,3 3,5 82,21 26 69 299 4,3 3,5 80,77 27 66 298 4,5 3,5 77,52 28 68 299 4,4 3,5 79,60 29 68 300 4,4 3,5 79,33 30 70 300 4,3 3,5 81,67

Rata-rata 80,00

Page 87: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b.) Nilai Performance Ratio Mesin Building Pada Proses Dingin

Tabel 4.12 Data Hasil Perhitungan Nilai Performance Ratio Mesin building Proses

Dingin

Berdasarkan dari perhitungan tabel diatas, nilai rata-rata yang didapatkan

pada performance ratio mesin bulding proses panas sebesar 80.00%, sedangkan

untuk mesin building proses dingin yaitu 83.93%. Hal tersebut menunjukan

bahwa nilai performance ratio mesin building pada proses vulkanisir ban belum

memenuhi standar world class OEE yaitu sebesar 90%.

Periode Output Operating Time ACT TCT PR(%)1 79 308 3,9 3,2 82,08 2 85 310 3,6 3,2 87,74 3 82 306 3,7 3,2 85,75 4 78 307 3,9 3,2 81,30 5 80 307 3,8 3,2 83,39 6 78 309 4,0 3,2 80,78 7 84 305 3,6 3,2 88,13 8 79 308 3,9 3,2 82,08 9 79 307 3,9 3,2 82,35 10 82 307 3,7 3,2 85,47 11 76 309 4,1 3,2 78,71 12 80 307 3,8 3,2 83,39 13 85 306 3,6 3,2 88,89 14 79 306 3,9 3,2 82,61 15 77 308 4,0 3,2 80,00 16 80 308 3,9 3,2 83,12 17 84 309 3,7 3,2 86,99 18 78 308 3,9 3,2 81,04 19 82 307 3,7 3,2 85,47 20 89 306 3,4 3,2 93,07 21 83 306 3,7 3,2 86,80 22 76 309 4,1 3,2 78,71 23 79 309 3,9 3,2 81,81 24 81 307 3,8 3,2 84,43 25 77 308 4,0 3,2 80,00 26 84 305 3,6 3,2 88,13 27 80 305 3,8 3,2 83,93 28 78 307 3,9 3,2 81,30 29 78 310 4,0 3,2 80,52 30 86 306 3,6 3,2 89,93

Rata-rata 83,93

Page 88: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

3. Menghitung Nilai Quality Ratio

Adapun data yang digunakan dalam perhitungan quality ratio adalah

output dan rework atau produk reject.

Berikut ini adalah data hasil perhitungan nilai Quality ratio mesin building

pada proses vulkanisir ban:

a) Nilai Quality Ratio Mesin Building Proses Panas

Tabel 4.13 Data Hasil Perhitungan Nilai Quality Ratio Mesin building Proses Panas

Periode Output Rework QR(%)1 68 4 94,12 2 66 5 92,42 3 71 5 92,96 4 69 4 94,20 5 68 4 94,12 6 65 3 95,38 7 67 4 94,03 8 66 5 92,42 9 70 4 94,29 10 74 3 95,95 11 69 3 95,65 12 67 4 94,03 13 66 5 92,42 14 67 3 95,52 15 68 4 94,12 16 68 3 95,59 17 72 5 93,06 18 70 4 94,29 19 67 3 95,52 20 66 5 92,42 21 69 3 95,65 22 73 3 95,89 23 66 4 93,94 24 67 5 92,54 25 70 3 95,71 26 69 3 95,65 27 66 5 92,42 28 68 4 94,12 29 68 3 95,59 30 70 3 95,71

Total 2050 116 94,32

Page 89: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b) Nilai Quality Ratio Mesin Building Proses Dingin

Tabel 4.14 Data Hasil Perhitungan Nilai Quality Ratio Mesin building Proses Dingin

Berdasarkan dari perhitungan tabel diatas, nilai rata-rata yang didapatkan

pada quality ratio mesin bulding proses panas sebesar 94.32%, sedangkan untuk

mesin building proses dingin yaitu 92.71%. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai

quality ratio mesin building pada proses vulkanisir ban belum memenuhi standar

world class OEE yaitu sebesar 99%.

Periode Output Rework QR(%)1 79 6 92,41 2 85 6 92,94 3 82 5 93,90 4 78 5 93,59 5 80 6 92,50 6 78 7 91,03 7 84 6 92,86 8 79 5 93,67 9 79 6 92,41 10 82 6 92,68 11 76 6 92,11 12 80 5 93,75 13 85 5 94,12 14 79 6 92,41 15 77 6 92,21 16 80 7 91,25 17 84 5 94,05 18 78 6 92,31 19 82 6 92,68 20 89 6 93,26 21 83 5 93,98 22 76 6 92,11 23 79 6 92,41 24 81 7 91,36 25 77 6 92,21 26 84 5 94,05 27 80 6 92,50 28 78 6 92,31 29 78 6 92,31 30 86 7 91,86

Total 2418 176 92,71

Page 90: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4. Menghitung Nilai OEE Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban

Perhitungan nilai OEE dilakukan setelah nilai availability ratio,

performance ratio dan quality ratio telah didapatkan terlebih dahulu.

Berikut ini adalah data hasil perhitungan nilai OEE terhadap mesin

building pada proses vulkanisir ban:

a.) Nilai OEE Mesin Building Proses Panas

Tabel 4.15 Data Hasil Perhitungan Nilai OEE Mesin building Proses Panas

Periode AR (%) PR (%) QR (%) OEE (%)1 82,78% 79,87% 94,12% 62%2 83,33% 77,00% 92,42% 59%3 83,33% 82,83% 92,96% 64%4 83,06% 80,77% 94,20% 63%5 82,78% 79,87% 94,12% 62%6 83,33% 75,83% 95,38% 60%7 82,78% 78,69% 94,03% 61%8 83,33% 77,00% 92,42% 59%9 83,06% 81,94% 94,29% 64%10 83,06% 86,62% 95,95% 69%11 82,78% 81,04% 95,65% 64%12 82,78% 78,69% 94,03% 61%13 83,06% 77,26% 92,42% 59%14 83,33% 78,17% 95,52% 62%15 83,06% 79,60% 94,12% 62%16 82,78% 79,87% 95,59% 63%17 83,06% 84,28% 93,06% 65%18 83,33% 81,67% 94,29% 64%19 82,78% 78,69% 95,52% 62%20 83,06% 77,26% 92,42% 59%21 82,78% 81,04% 95,65% 64%22 83,33% 85,17% 95,89% 68%23 82,78% 77,52% 93,94% 60%24 83,33% 78,17% 92,54% 60%25 82,78% 82,21% 95,71% 65%26 83,06% 80,77% 95,65% 64%27 82,78% 77,52% 92,42% 59%28 83,06% 79,60% 94,12% 62%29 83,33% 79,33% 95,59% 63%30 83,33% 81,67% 95,71% 65%

Rata-rata 63%

Page 91: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

b.) Nilai OEE Mesin Building Proses Dingin

Tabel 4.16 Data Hasil Perhitungan Nilai OEE Mesin building Proses Dingin

Berdasarkan dari perhitungan tabel diatas, nilai rata-rata yang didapatkan

pada nilai OEE mesin bulding proses panas sebesar 63%, sedangkan untuk mesin

building proses dingin yaitu 66.43%. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai OEE

mesin building pada proses vulkanisir ban belum memenuhi standar world class

OEE yaitu sebesar 85%.

Periode AR (%) PR (%) QR (%) OEE (%)1 85,56% 82,08% 92,41% 64,89%2 86,11% 87,74% 92,94% 70,22%3 85,00% 85,75% 93,90% 68,44%4 85,28% 81,30% 93,59% 64,89%5 85,28% 83,39% 92,50% 65,78%6 85,83% 80,78% 91,03% 63,11%7 84,72% 88,13% 92,86% 69,33%8 85,56% 82,08% 93,67% 65,78%9 85,28% 82,35% 92,41% 64,89%10 85,28% 85,47% 92,68% 67,56%11 85,83% 78,71% 92,11% 62,22%12 85,28% 83,39% 93,75% 66,67%13 85,00% 88,89% 94,12% 71,11%14 85,00% 82,61% 92,41% 64,89%15 85,56% 80,00% 92,21% 63,11%16 85,56% 83,12% 91,25% 64,89%17 85,83% 86,99% 94,05% 70,22%18 85,56% 81,04% 92,31% 64,00%19 85,28% 85,47% 92,68% 67,56%20 85,00% 93,07% 93,26% 73,78%21 85,00% 86,80% 93,98% 69,33%22 85,83% 78,71% 92,11% 62,22%23 85,83% 81,81% 92,41% 64,89%24 85,28% 84,43% 91,36% 65,78%25 85,56% 80,00% 92,21% 63,11%26 84,72% 88,13% 94,05% 70,22%27 84,72% 83,93% 92,50% 65,78%28 85,28% 81,30% 92,31% 64,00%29 86,11% 80,52% 92,31% 64,00%30 85,00% 89,93% 91,86% 70,22%

Rata-rata 66,43%

Page 92: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

4.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Efektivitas Mesin

Building Pada Proses Vulkanisir Ban

Fishbone diagram adalah salah satu metode untuk menganalisa penyebab

dari sebuah masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi. Untuk

mengetahui permasalahan yang terjadi pada mesin building proses vulkanisir ban,

maka dilakukan tindakan perbaikan atau mengelompokan faktor-faktor yang

menjadi penyebab rendahnya tingkat efiktivitas mesin bulding.

Berikut ini adalah hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban:

Gambar 4.1 Fishbone Diagram Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Efektivitas Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban

Mesin Manusiawaktu delay tinggi

Sistem perawatan mesin belum optimal

Beban kerja yang tinggi

Peralatan mesin penunjang belum lengkapTingkat kelelahan yang tinggi

Tingkat Efektivitas Mesin Tidak Memenuhi Nilai Standar OEE

Suhu digunakan tinggi

Metode kerja yang ada belum terjalankan sesuai dengan SOP Penerangan cahaya yang kurangLingkungan kerja panas dan berdebu

Metode Lingkungan

Building World Class

Page 93: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB V

ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisa Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada Proses

Vulkanisir Ban

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, untuk mengukur

tingkat efektivitas mesin building hal yang pertama dilakukan adalah mencari

nilai availability ratio, performance ratio dan quality ratio terlebih dahulu.

Setelah hasil dari ketiga faktor penunjang itu diperoleh, maka langkah selanjutnya

adalah mencari nilai OEE. Tujuannya untuk mengukur tingkat efektivitas mesin

pada saat melakukan proses operasi sudah atau belum memenuhi standar dari

world class OEE.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, tingkat efektivitas mesin building

pada proses panas dan dingin tidak memenuhi standar world class OEE yaitu

sebesar 85%. Nilai OEE yang dicapai oleh mesin building pada proses panas

hanya 63%, sedangkan untuk mesin building proses dingin nilai OEE didapatkan

sebesar 66.43%.

5.2 Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Efektivitas

Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban

Dari hasil pengolahan data yang terdapat pada fishbone diagram, ada 4

faktor utama yang mempengaruhi tingkat efektivitas mesin building pada proses

vulkanisir ban. Faktor-faktor tersebut terdiri dari mesin, manusia, metode dan

lingkungan kerja. Sedangkan untuk menemukan kendala-kendala yang menjadi

Page 94: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

penyebab rendahnya tingkat efektivitas mesin building di dapatkan dari hasil

jawaban responden para pekerja terhadap pernyataan angket yang ada.

Berikut ini adalah akar penyebab yang mempengaruhi tingkat efektivitas

mesin building pada proses vulkanisir ban:

a. Manusia: Beban kerja yang tinggi dan tingkat kelelahan yang

tinggi

b. Mesin: Sistem perawatan mesin belum optimal dan peralatan mesin

peunjang belum lengkap

c. Metode: Suhu yang digunakan tinggi dan metode kerja yang ada

belum terjalankan sesuai dengan SOP

d. Lingkungan kerja: Penerangan cahaya yang kurang dan lingkungan

panas dan berdebu

Page 95: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dan analisa data terhadap tingkat pengukuran

efektivitas mesin building pada proses vulkanisir ban, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat efektivitas mesin building proses vulkanisir ban tidak memenuhi

nilai standar dari world class OEE yaitu sebesar 85%. Nilai OEE yang

dicapai pada mesin building proses panas hanya 63%, sedangkan pada

proses dingin sebesar 66.43%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat

efektivitas mesin building masih rendah.

2. Dari hasil analisa fishbone diagram terdapat 4 bagian utama yang

mempengaruhi tingkat efektivitas mesin building pada proses vulkanisir

ban yaitu:

a. Manusia: Beban kerja yang tinggi dan tingkat kelelahan yang

tinggi

b. Mesin: Sistem perawatan mesin belum optimal dan peralatan

mesin penunjang belum lengkap

c. Metode: Suhu yang digunakan tinggi dan metode kerja yang ada

belum terjalankan sesuai dengan SOP

d. Lingkungan kerja: Penerangan cahaya yang kurang dan

lingkungan panas dan berdebu.

Page 96: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

6.2 Saran

Dari kesimpulan diatas maka, penulis dapat memberikan beberapa

masukan untuk PT. Inti Vulkatama Padang sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan efektivitas mesin building pada proses panas dan

dingin dengan menggunakan metode OEE, perusahaan harus

memperhatikan ketiga faktor dari penilaian OEE yang terdiri dari

Availability Ratio, Performance Ratio dan Quality Ratio, agar tetap

menjaga keseimbangannya.

2. Menggunakan alat bantu yang dapat mengurangi beban kerja, agar dapat

mengurangi rasa lelah yang berlebihan terhadap para pekerja.

3. Melakukan perawatan yang optimal terhadap fasilitas peralatan/mesin,

terutama pada mesin building dengan melakukan pengecekan sekali dalam

15 hari. Serta memberikan fasilitas peralatan atau mesin yang mendukung

bagi pekerja, agar memudahkan kelansungan proses operasi.

4. Menetralisirkan suhu di lantai produksi dengan menggunakan alat bantu

yang memadai, serta melakukan pelatihan dan sosialisai terhadap tata cara

atau metode keja yang sesuai dengan SOP.

5. Menambahkan sistem pencahayaan atau penerang dilantai produksi, serta

memakai APD (masker) untuk menjaga kesehatan.

Page 97: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ariani, Wahyu Dorothea. Manajemen Kualitas. Penerbit Andi. Yogyakarta. 1999. Borris, Steven. Total Productive Maintenance. Mc-Graw-Hill Companies Inc.

United Stated. 2006. Corder, Anthony S, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Erlangga, Jakarta, 1996. Ervil Riko, dkk. Buku Panduan Penulisan Dan Ujian Skripsi. STTIND Padang.

Padang. 2014. Heizer Jay dan Barry Render. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba

Empat. Jakarta. 2001. Hery Suliantoro, dkk. Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Pada

Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall Equiptment Effectiveness (OEE): Penerapan Metode Overall Equiptment Effectiveness (OEE) Dan Fault Tree Analysis (FTA) Untuk Mengukur Efektivitas Mesin Reng. Universitas Diponegoro. Semarang. 12(2): 105-118. 2017.

Hidayat. Teori Efektivitas. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 2006. Ida Nursanti dan Yoko Susanto. Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas

Mesin Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall Equiptment Effectiveness (OEE): Analisis Perhitungan Overall Equiptment Effectiveness (OEE) Pada Mesin Packing Untuk Meningkatkan Nilai Availability Mesin. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 13(1): 96-102. 2017.

Nakajima, S. Introduction to Total Productive Maintenance. Productive Press.

Cambridge. 1998. Nasrullah Setiawan dan Mauvina Annisa. Analisis Pengukuran Tingkat

Efektivitas Mesin Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall Equiptment Effectiveness (OEE): Pengukuran Kinerja Produksi Hot Strip Mill Dengan Metode Overall Equiptment Effectiveness (OEE). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 17(2): 153-160. 2017.

Prawiro Sentono, S. Manajemen Operasi. Bumi Aksara. Jakarta. 2001. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Afabeta.

Bandung. 2011

Page 98: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

Tina Kanti Agustiady dan Elizabeth A.Cudney. Total Productive Maintenance. CRC Press ( Taylor dan Francis Group). United Stated. 2015.

Tampubolon, Manahan. Manajemen Operasional. Ghalia Indonesia. Jakarta.

2004.

Page 99: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Responden

Nama:

Umur:

Pendidikan:

Bagian:

Petunjuk Pengisian Angket

1. Isilah identitas responden terdahulu

2. Berilah tanda ceklis (√) pada lembaran angket yang telah tersedia dengan

jujur dan tanpa pengaruh dari luar.

3. Perhatikan simbol-simbol dibawah ini:

Keterangan Skor

SS : Sangat Setuju 5

S : Setuju 4

RG : Ragu-ragu 3

KS : Kurang Setuju 2

TS : Tidak Satuju 1

No Bagian Pernyataan/Angket Keterangan SS S RG KS TSSkor nilai 5 4 3 2 1

1 Manusia

Beban kerja yang tinggiSkill operator belum maksimal dikeluarkanTingkat kelelahan yang tinggiTingkat kesadaran operator rendah

2 Mesin

waktu tinggijam kerja tinggiSistem perawatan mesin belum optimalPeralatan mesin penunjang belum lengkapMesin banyak yang menganggur

MetodeTata cara penggunaan mesin belum maksimalSuhu yang digunakan tinggiMetode kerja yang ada belum terjalankan sesuai dengan SOP

4 LingkunganLingkungan kerja panas dan berdebuPenerangn cahaya yang kurang

delay

Page 100: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BUKTI PENGAMBILAN DATA PENELITIAN

Nama : Deri Saputra

NPM : 1410024425012

Program Studi : Teknik Industri

Tempat Penelitian : PT. Inti Vulkatama ( Lubuk Buaya, Koto Tangah, Kota

Padang, Sumatera Barat)

Penelitian : 1. Data Hasil Produksi

2. Data Produk Rework

3. Kuesioner

Pembimbing 1 : Riko Ervil, MT

Pembimbing 2 : Ir. Gamindra Jauhari, MP

Mahasiswa yang bersangkutan telah melakukan penelitian dari bulan Juni

sampai dengan Juli 2018 melakukan analisis tingkat efektivitas mesin dalam

rangka Tugas Akhir di Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Padang, 2018

Alamsyah

Page 101: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Deri Saputra

NPM : 1410024425012

Pogram Studi : Teknik Industri

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :

“Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas Mesin Building Pada Proses Vulkanisir Ban Dengan Menggunakan Metode Overall

Equipment Effectiveness (OEE)” Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut prediket kelulusan dan gelar sarjana saya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, maka dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, Juli 2018

Pembuat pernyataan

Deri Saputra NPM: 1410024425012

Page 102: ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT EFEKTIVITAS MESIN …

BIODATA WISUDAWAN

No. Urut : -

Nama : Deri Saputra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tgl Lahir : Kurai Taji / 19 Desember 1995

NPM : 1410024425012

Program Studi : Teknik Industri

Tanggal Lulus : 18 Desember 2017

IPK : 3,70

Predikat Lulus : Dengan Pujian

Judul Skripsi : Analisis Pengukuran Tingkat

Efektivitas Mesin Building Pada

Proses Vulkanisir Ban Dengan

Menggunakan Metode Overall

Equipment Effectivenes (OEE)

Dosen Pembimbing : 1. Riko Ervil ,MT

2. Ir. Gamindra Jauhari, MP

Asal SMA : SMA 3 Pariaman

Nama Orang Tua : Ayah: (Alm) Syamsul Bahri

Ibu: Darlis

Alamat / Tlp / Hp : Lubuk Ipuh, Kurai Taji, Kec.

Nan Sabaris, Kab. Padang

Pariaman/ 082384490942