161
ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA DANAU YANG BERKELANJUTAN (STUDI KASUS DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT) A S N I L SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN

PEMANFAATAN SUMBERDAYA DANAU YANG

BERKELANJUTAN

(STUDI KASUS DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT)

A S N I L

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Penilaian Ekonomi dan

Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus

Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Asnil

NRP P062050291

Page 3: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

3

ABSTRACT

ASNIL. Economic assessment and management policy of lake resources

sustainability (Case study in Maninjau Lake of West Sumatera) Guided by

Kooswardhono Mudikdjo, Soedodo Hardjoamidjojo, and Ahyar Ismail

Maninjau Lake that lays in the Tanjung Raya district, Agam Regency,

West Sumatra Province, has potential in nature resources and environment that

can be used for supporting the economic in this regency. The economic function

i.e as water sources for irrigation, fisheries ( Catch and mariculture), Local or

international tourism, domestic needs, and as an electrics generator that produce

energy 205 MW annualy. The objectives of this research are : (1) Knowing total

economics value of Maninjau Lake utility, (2) Knowing perception of society

around the lake on Maninjau lake utility, (3) Formulating policy to preserve

Nature resoure functions that be conected to Maninjau Lake utility. This research

shown Total Economic Value of Maninjau Lake amount Rp 350,921,949,238,

This value consist direct use value (DUV) Rp. 339,527,739,838,-, indirect use

value (IUV) Rp 5,121,289,600,-, option value (OV) Rp 3,237,103,800 and non

use value (NUV) Rp. 3,035,816,000,-. The result of Analysis public perception

about the existence of the Maninjau lake varies greatly. This variation relate to

the characteristics of the communities. Characteristics of the communities that

have a significant relationship with the perception, namely: age, educational

level, and type of the work. Bureau of Maninjau Lake Territory Management

(BPKDM), Nagari Government and Central Government as the key variable that

influenced another lower level institution in the hierarchy below. Sub elements

that have high moving power to the successful management of natural resources

and environment of Maninjau lake are understanding values about the lake to

the public society, biodiversity maintenance, maintenance of hydrological and

ecological functions, and maintaining Environmental Hygiene. Strong driving

for the successful management program of Maninjau Lake are increasing

knowledge and awarness public about the Lake, expanding alternative economic

opportunity and increasing income of society around the Maninjau lake,

increasing participation of society on the management of lake and making good

management strategy for a fishery with society and empowerman organizational

management of the lake. The ultimate obstacle are the low understanding about

the values of the lake as the God creation that needs conservation sustainability,

less coordinations among instantional on the management maninjau lake, The

low active of public role in conserving the lake,yet of collective willingness on

lake maintaining, unclear about responsibility of lake property, and not active

monitoring of changes about lake water quality.

Key words: Economic assessment , total economic value, sustainability,

Maninjau Lake

Page 4: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

4

RINGKASAN

ASNIL. Analisis Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya

Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat). Di

bawah bimbingan Kooswardhono Mudikdjo, Soedodo Hardjoamidjojo, and

Ahyar Ismail

Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten

Agam, Sumatra Barat mempunyai peran yang penting bagi kehidupan. Danau

Maninjau mempunyai fungsi ekonomi, yaitu sebagai sumber air untuk irigasi,

perikanan, budidaya ikan dengan keramba apung maupun dengan menangkap di

perairan danau, pariwisata lokal maupun pariwisata internasional, dan

kebutuhan domestik. Fungsi ekonomi terbesar adalah sebagai pembangkit

tenaga listrik yang menghasilkan energi rata-rata tahunan sebesar 205 MW.

Dengan adanya manfaat yang diberikan oleh danau, maka dapat

dikuantifikasikan nilai manfaat tersebut dalam bentuk uang dan akan diperoleh

nilai ekonomi total (total economic value). Nilai ekonomi total ini akan dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam formulasi kebijakan pengelolaan danau

Maninjau secara berkelanjutan.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menghitung nilai ekonomi total

pemanfaatan Danau Maninjau, (2) Mengetahui persepsi masyarakat di sekitar

Danau terhadap pemanfaatan Danau Maninjau, (3) Merumuskan kebijakan untuk

melestarikan fungsi SDAL yang berkaitan dengan pemanfaatan Danau

Maninjau.

Penelitian dilakukan selama 1 (satu) tahun di Danau Maninjau Kabupaten

Agam Provinsi Sumatera Barat. Responden penelitian dari kalangan pemerintah,

swasta,LSM, dan masyarakat sekitar danau Maninjau.Pemilihan responden

dilakukan dengan cara purposive sampling yakni memilih pihak-pihak yang

memahami masalah penelitian. Teknik pengumpulan data: wawancara,

kuesioner, dokumentasi.Teknik pengolahan dan analisis data yaitu data diperoleh

dilakukan analisis terhadap data tersebut melalui 3 jalur kegiatan secara

bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data

diperoleh dilakukan analisis terhadap data tersebut melalui 3 jalur kegiatan

secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan bahwa dari hasil pemanfaatan Danau

Maninjau oleh masyarakat diperoleh Nilai Ekonomi Total (NET) sebesar Rp

354.675.887.453,09,- yang terdiri dari Nilai Guna Langsung Danau Maninjau

(NGL) untuk pemanfaatan perikanan, pemanfaatan irigasi, pemanfaatan

pembangkit listrik, pemanfaatan rekreasi, dan pemanfaatan kebutuhan domestik

adalah sebesar Rp 339,527,739,838,- Nilai Guna Tidak Langsung (NGTL)

sebesar Rp 5.272.883.139.59,- Nilai Pilihan (NP) adalah sebesar Rp

5.378.340.802.39,- dan Nilai Bukan Guna (NBG) adalah sebesar Rp

4.496.923.673,11,-

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi

masyarakat terhadap keberadaan Danau Maninjau sangat bervariasi. Variasi

persepsi tersebut berhubungan dengan karakteristik masyarakatnya. Karakteristik

masyarakat yang memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsinya adalah

umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan

Page 5: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

5

BPKDM dan Pemerintahan Nagari serta Pemerintah Pusat merupakan

peubah kunci yang mempengaruhi lembaga lain pada hirarki di bawahnya. Sub

elemen yang memiliki daya penggerak terbesar terhadap keberhasilan

pengelolaan SDAL Danau Maninjau adalah : pemahaman nilai-nilai yang

dimiliki danau kepada masyarakat, terpeliharanya keanekaragaman hayati,

terpeliharanya fungsi hidrologi dan ekologi, menjaga kebersihan lingkungan.

Program yang diperlukan dalam keberhasilan pengelolaan Danau Maninjau

yang memiliki daya penggerak yang kuat adalah peningkatan pengetahuan dan

kepedulian masyarakat terhadap danau, pengembangan peluang ekonomi

alternatif masyarakat di sekitar Danau Maninjau dan peningkatan

pendapatan masyarakat sekitar danau, peningkatan peran serta masyarakat

dalam pengelolaan danau serta membuat strategi pengelolaan perikanan yang baik

bersama masyarakat dan pemberdayaan organisasi pengelola danau. Kendala utama

yang memiliki daya penggerak yang kuat adalah rendahnya pemahaman nilai-

nilai danau sebagai ciptaan tuhan yang maha esa yang perlu dilindungi

kelestariannya dan kurangnya koordinasi a n t a r i n s t a n s i dalam pengelolaan

D a n a u Ma n i n j a u , masih rendahnya peranaktif masyarakat menjaga

kelestarian danau, belum terwujudnya kemauan bersama dalam memelihara

danau, tanggungjawab kepemilikan danau tidak jelas, dan belumadanya

monitoring secara aktif terhadap perubahan kualitas air danau.

Kata Kunci: Penilaian Ekonomi, Nilai Ekonomi Total, Keberlanjutan, Danau

Maninjau

Page 6: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

6

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 7: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

7

ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN

PEMANFAATAN SUMBERDAYA DANAU YANG

BERKELANJUTAN

(STUDI KASUS DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT)

A S N I L

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 8: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

8

Judul Disertasi : Analisis Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Pemanfaatan

Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau

Maninjau Sumatera Barat).

N a m a : Asnil

NRP : P 062050291

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc

Ketua Prof. Dr. Ir. Soedodo Hardjoamidjojo, M.Sc. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah,

MSc.Agr.

Page 9: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

9

Tanggal Ujian : 24 Januari 2012 Tanggal Lulus :

Page 10: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

10

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Topik dalam

penelitian ini adalah kebijakan pengelolaan danau dengan judul penelitian

Analisis Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau

yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Kooswardhono mudikdjo, M.Sc, selaku ketua komisi

pembimbing atas perhatian tulus yang telah dicurahkan kepada penulis

selama pembimbingan, sejak penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan

penelitian sampai penyusunan disertasi ini. Berkat bimbingan, kesabaran dan

ketulusan beliau, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini dengan baik.

2. Prof. Dr. Ir. Soedodo Hardjoamidjojo, M.Sc, selaku anggota komisi

pembimbing atas segala arahan dan bimbingan selama penyusunan disertasi.

Berkat dukungan semangat beliau, penulis termotivasi untuk dapat

menyelesaikan disertasi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail,M.agr, selaku anggota komisi pembimbing atas segala

arahan dan bimbingan selama penyusunan disertasi ini. Berkat dorongan

semangat beliau, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S, selaku Ketua Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB yang telah memberikan arahan

dalam proses penyusunan disertasi dan penyelesaian studi.

5. Kepala Bappeda Prov. Sumatera Barat, Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera

Barat, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, Kepala Kantor

Lingkungan Hidup Kab.Agam, Kepala Bappeda Kab.Agam, Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan Kab.Agam, Kepala Dinas Pariwisata

Kab.Agam,Limnologi Perwakilan di Danau Maninjau, Camat Tanjung Raya.

6. Isteri tercinta dan anak-anak serta, kakak-kakak dan famili tercinta atas do’a

dan segala dukungannya.

7. Seluruh teman mahasiswa Program Studi PSL-IPB atas segala saran dan

masukannya selama penyusunan disertasi ini.

Page 11: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

11

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan kontribusi

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan.

Bogor, Januari 2012

Asnil

Page 12: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

12

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 10 Agustus 1966,

sebagai anak kelima dari pasangan Jaliluddin (alm) dan Asnah (alm). Pada tahun

1993, penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas

Bung Hatta Sumatera Barat, dan pada tahun 2001 menyelesaikan pendidikan S2

di Program Studi Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana UGM. Tahun

2005 penulis menempuh pendidikan S3 pada Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Pada tahun 1994, penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada

Pemda Kota Bukittinggi, dan pada tahun 2007 penulis pindah tugas ke Pemda

Kota Padang. Penulis menikah dengan Yessy Priska Dona, SE, MM yang

bekerja pada Pemda Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Penulis

dikaruniai tiga orang anak yaitu Putri Ingá Lestari dan Alysa Faustina Pandita

serta Obama Falencio Nilsy.

Page 13: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

13

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4.

1.5

Kerangka Berpikir

Hipotesis

. 6

11

1.6 Manfaat Penelitian . 11

1.7. Novelty 11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EkosistemDanau 15

2.2 Penelitian Sumberdaya Air 16

2.3 Konflik Pengelolaan Sumberdaya Alam 17

2.4 Analisis Kebijakan Publik 17

2.5 Analisis Biaya Manfaat Dalam Kebijakan Publik 20

2.6 Status Kepemilikan Sumberdaya Air 23

2.7.

Pendekatan Dalam Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

28

2.8.

Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

40

2.9 Teori Tentang Persepsi Masyarakat 44

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 51

3.2 Responden Penelitian 51

3.3 Teknik Pengumpulan Data 51

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 51

Page 14: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

14

3.4.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Total SDAL

Danau Maninjau

52

3.4.1.1. Nilai Guna Langsung 52

3.4.1.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan 53

3.4.1.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi 54

3.4.1.1.3. Nilai Ekonomi Rekreasi 55

3.4.1.1.4. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Domestik 58

3.4.1.1.5. Nilai Ekonomi Listrik 59

3.4.1.2. Nilai Guna Tidak Langsung 59

3.4.1.3. Nilai Pilihan 60

3.4.1.4. Nilai Bukan Guna 60

3.4.3. Analisis Persepsi Masyarakat 60

3.4.5. Perumusan Rancangan Kebijakan 61

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah terbentuknya Danau Maninjau 62

4.2 Letak Geografis 63

4.3 Fisiografi 64

4.4 Hidrologi 65

4.5 Biologi 71

4.6.

Kondisi Umum Adminstrasi Administrasi Danau Maninjau

73

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Maninjau 87

5.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan 87

5.1.1.1. Nilai Ekonomi KJA 87

5.1.1.2. Nilai Ekonomi Perikanan Tangkap 90

5.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi 91

5.1.3. Nilai Ekonomi Listrik 93

5.1.4. Nilai Ekonomi Rekreasi 94

5.1.5. Nilai Ekonomi Domestik 99

5.2. Nilai Guna Tidak Langsung 100

Page 15: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

15

5.3. Nilai Pilihan 101

5.4. Nilai Bukan Guna 101

5.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Danau Maninjau

101

5.5.1. Status Kepemilikan Danau Maninjau 102

5.5.2. Hak Pemanfaatan Danau untuk Perikanan 103

5.5.3. Hak Pemanfaatan Danau Untuk Pariwisata 105

5.5.4. Hak Pemanfaatan Danau untuk Irigasi 106

5.5.5. Hak Pemanfaatan Danau Untuk Kebutuhan

Domestik

108

5.5.6. Hak untuk Mengatur Pengelolaan Danau

Maninjau

110

5.5.7. Kondisi Pengelolaan Eksisting Danau Maninjau 111

5.5.8. Dampak Usaha Perikanan KJA terhadap

Masyarakat

113

5.5.9. Dampak Operasional PLTA terhadap

Masyarakat

114

5.6. Rancangan Kebijakan Untuk Melestarikan Fungsi Berkaitan Dengan Pemanfaatan Danau Maninjau

117

5.6.1. Lembaga Yang Terlibat Untuk Melestarikan

Fungsi Danau Maninjau

119

5.6.2. Tujuan Yang Ingin Dicapai Untuk Melestarikan

Fungsi Danau Maninjau

122

5.6.3. Kebutuhan Program 125

5,6,4, Elemen Kendala Dalam Melestarikan Fungsi

Danau Maninjau

127

V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 131

6.1.1. Nilai Ekonomi Total Pemanfaatan Danau

Maninjau

131

6.1.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan

Danau Maninjau

131

6.1.3. Rancangan Kebijakan 132

Page 16: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

16

6.2. Saran 134

DAFTAR PUSTAKA 135

Page 17: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

17

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Taksonomi Penilaian Yang Relevan 33

2. Hubungan Kontekstual Antar Sub Elemen pada Teknik ISM

49

3 Morfometri Danau Maninjau 65

4 Rata-rata Curah Hujan Danau Maninjau 66

5 Neraca Air Danau Maninjau 67

6 Jenis Ikan Danau Maninjau 71

7 Jumlah Penduduk Kec.Tanjung Raya 73

8 Luas Panen dan Produksi Pertanian dan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman

75

9 Jumlah KJA 76

10 Data Perikanan Tangkap Danau Maninjau 77

11 Kondisi Umum PLTA 78

12 Jumlah Kunjungan Wisata Ke Kab.Agam 1999 sd 2009 79

13 Jumlah Pembudidaya KJA tahun 2009 87

14 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga petani KJA di Sekitar Danau Maninjau

88

15 Distribusi Persentase Pendidikan Responden Rumah Tangga Petani KJA di Sekitar Danau Maninjau

89

16 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga Nelayan Tangkap di Sekitar Danau Maninjau

91

17 Jumlah sampel Dususn Rumah Tangga Petani Pemanfaat Air Irigasi Aliran Sungai Antokan Danau Maninjau

92

18 Produksi Listrik dan Pemakaian Air Danau Maninjau dari Tahun 2001 – 2010

93

19 Pengunjung yang Datang berwisata ke Danau Maninjau

Berdasarkan Usia

94

20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

95

Page 18: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

18

21 Jumlah Pengunjung Rata-rata, Lama Kunjungan dan Biaya Rata-rata Perjalanan dari Masing-masing Zona Kunjungan

96

22 Jumlah Kunjungan per 1000 orang penduduk per tahun 97

23 Hasil Penghitungan Nilai Ekonomi Wisata Danau Maninjau 98

24 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal

Dengan Danau

99

25 Persepsi Masyarakat terhadap Kepemilikan Danau Maninjau 102

26 Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Status Kepemilikan Danau Maninjau Dengan Karakteristik Responden

103

27 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Perikanan 104

28 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau Untuk Perikanan

104

29 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Pariwisata 105

30 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau Untuk Pariwisata

106

31 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Irigasi 107

32 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau Untuk Irigasi

107

33 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Domestik 108

34 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau Untuk Domestik

109

35 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Untuk Mengatur Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Maninjau

110

36 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Maninjau

111

37 Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Pengelolaan

Eksisting Danau Maninjau 112

38 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan

Eksisting Danau Maninjau 112

39 Dampak Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Terhadap 113

Page 19: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

19

Masyarakat

40 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Usaha Perikanan

Keramba Jaring Apung

114

41 Persepsi Masyarakat terhadap Damapak Operasional PLTA

Terhadap Masyarakat

115

42 Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Dampak Operasional PLTA oleh PLN Telah Dilakukan Dengan Baik

116

43 Lembaga Yang Terlibat untuk Melestarikan Fungsi SDAL Dalam Pemanfaatan Danau Maninjau

120

44 Tujuan yang ingin dicapai untuk melestarikan fungsi SDAl Danau Maninjau

123

45 Kebutuhan Program untuk melestarikan fungsi SDAl Danau Maninjau

125

46 Sub elemen kendala dalam pengelolaan SDAL Danau Maninjau

127

Page 20: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

20

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran 10

2. Analisis Kebijakan Yang Berorientasi Pada Masalah 20

3. Pengelompokan Atribut Nilai Ekonomi Untuk Penilaian Lingkungan

30

4. Peningkatan Manfaat Dengan Perbaikan Kualitas Aset Lingkungan

31

5. Alokasi Sumberdaya Milik Bersama 41

6. Kurva permintaan Wisata Danau Maninjau 99

7. Struktur sistem elemen lemabag yang terlibat 120

8. Matriks driver power-dependence sub-elemen pada elemen sektor lembaga yang terpengaruhi

121

9 Strukuts system elemen tujuan 123

10 Matriks driver power-dependence sub-elemen pada elemen Tujuan

124

11 Struktur sistem elem program yan dibutuhkan 126

12 Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D)

sub elemen program yang dibutuhkan.

127

13 Diagram hierarki kendala utama dalam melestarikan SDAL 128

14 Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) sub elemen kendala utama

129

Page 21: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

21

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang

relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan laut dan daratan. Bagi

manusia, kepentingan danau jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas

daerahnya. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang

menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumahtangga, industri, dan pertanian).

Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut: (1) sebagai

sumber plasma nuftah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik ikan;

(2) sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting,

(3) sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat

sekitarnya (rumahtangga, industri dan sebagai sumber air yang paling praktis dan

murah untuk kepentingan domestik maupun industri,pertanian); (4) sebagai

tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan,

sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah; (5) memelihara iklim

mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban

dan curah hujan setempat; (6) sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan

hasil-hasil pertanian dari satu tempat ke tempat lainnya; (7) sebagai penghasil

energi listrik melalui PLTA; (8) sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata;

(9) sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah (Connell &

Miller 1995).

Dalam Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air pada Pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber

daya air ialah sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya.

Pengelolaan danau sebagai salah satu sumber air, tidak dapat berdiri sendiri,

harus diintegrasikan ke dalam pengelolaan DAS sebagai kesatuan wilayah,

begitu pula pemanfaatannya

Indonesia memiliki lebih dari 700 danau dengan luas keseluruhan lebih

dari 5.000 Km2

atau sekitar 0,25% luas daratan Indonesia (Davies et al., 1995),

namun kondisi sebagian besar danau tersebut akhir-akhir ini sudah sangat

memprihatinkan. Danau terluas di Indonesia adalah Danau Toba (110.260 ha) di

Page 22: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

22

Sumatera Utara, dan danau yang dalam adalah Danau Matano (600 m) di

Sulawesi Selatan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pemanfaatan sumberdaya

danau yang tidak terkendali dan lemahnya koordinasi antar sektor dan antar

wilayah .

Munculnya masalah lingkungan merupakan suatu akibat yang tidak

diniatkan atau akibat yang tidak dapat dielakkan dan bahkan akibat yang tidak

terduga sebelumnya dari hasil interaksi antara aktivitas ekonomi dengan

eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL), baik produksi, distribusi.

maupun konsumsi. Interaksi yang dapat menimbulkan munculnya masalah

lingkungan tersebut adalah interaksi yang berlangsung secara tidak seimbang

dan tidak harmonis. Makin tinggi tingkat interaksi tersebut, maka dampaknya

terhadap degradasi SDAL juga akan makin tinggi. Masalah lingkungan bersifat

sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dan waktu. Dalam dimensi

ruang, masalah lingkungan bisa berdampak lokal, setempat, wilayah tertentu,

negara, internasional, dan bahkan global, sedangkan dalam dimensi waktu,

masalah lingkungan dapat berdampak jangka pendek, jangka panjang, sesaat,

dan ada yang berkelanjutan.

Danau merupakan salah satu SDAL yang penting bagi kehidupan

manusia. Dilihat dari jenis barang dan kepemilikannya, danau merupakan barang

publik (public goods) yang dimiliki bersama oleh masyarakat (common

property), sehingga semua orang terbuka untuk memanfaatkannya (open access)

secara bebas sesuai dengan kebutuhannya. Keadaan ini akan mengakibatkan

sumberdaya danau akan cenderung dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat di sekitarnya, tanpa memperhitungkan kepentingan orang lain dan

kelestariannya. Pada gilirannya akan muncul suatu kondisi yang tidak dapat

dihindari yaitu konflik kepentingan, baik dalam pemanfaatan maupun

kewenangan dalam pengelolaannya, sehingga dapat mengancam kelestarian

sumberdaya tersebut (Ginting, 1998).

Salah satu danau penting di Indonesia adalah Danau Maninjau terletak

pada 0° 17' – 07.04" LS dan 100° - 09' .58.0" BT dengan ketinggian 461,5 meter

di atas permukaan laut yang merupakan danau tipe vulkanis yaitu berasal dari

letusan gunung berapi. Pada saat ini Danau Maninjau digunakan sebagai sumber

Page 23: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

23

air untuk pembangkit tenaga listrik dengan energi Iistrik tahunan rata-rata

sebesar 205 MW, sebagai sumber air irigasi, lahan budidaya ikan dalam

keramba, dan merupakan salah satu tujuan wisata. Hasil pemetaan batimetri

menunjukkan bahwa kedalaman maksimum danau 165 m, panjang garis pantai

52,68 km, luas permukaan air 9.737,50 ha, panjang maksimum 16.46 km, lebar

maksimum 7,5 km dan volume air 10.226.001.629,2 m3. Berdasarkan data curah

hujan dan Stasiun Maninjau tahun 1994 - 2004 menunjukkan bahwa pola hujan

bulanan relatif merata sepanjang tahun, dengan curah hujan bulanan rata-rata

sebesar 299 mm dan curah hujan tahunan rata-rata 3.588 mm.

Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten

Agam, Sumatra Barat mempunyai peran yang penting bagi kehidupan. Danau ini

mempunyai tiga macam fungsi, yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi. Fungsi

ekologi Danau Maninjau merupakan habitat bagi organisme, mengontrol

keseimbangan air tanah, dan mengontrol iklim mikro. Fungsi sosial antara lain

tempat masyarakat untuk mandi cuci kakus (MCK), dan memberikan

pemandangan indah. Fungsi ekonomi, sebagai sumber air untuk irigasi,

perikanan, budidaya ikan dengan keramba apung maupun dengan menangkap di

perairan danau, pariwisata lokal maupun pariwisata internasional, dan fungsi

ekonomi terbesar adalah sebagai pembangkit tenaga listrik yang menghasilkan

energi rata-rata tahunan sebesar 205 MW. Melihat fungsi-fungsi tersebut, maka

Danau Maninjau perlu dilestarikan.

Di Danau Maninjau hidup berbagai jenis ikan antara lain; ikan

rinuak/asang (Ostrochilus brochynopterus CV), turik (Cyclocheilichthys dezwain

CV), sasau (Hampala sp.) dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya. Ikan tersebut

ditangkap oleh masyarakat dengan menggunakan alahan, jaring insang, bubu,

jala, pancing, dan kadang-kadang ada juga yang rnenggunakan bahan peledak

serta arus listrik. Hasil tangkapan ini selain dikonsumsi secara lokal, juga

diekspor dalam bentuk olahan (Syandri, 1996). Selain ikan tangkap yang ada,

masyarakat sekitar juga memanfaatkan Danau Maninjau untuk budidaya

Keramba Jaring Apung yang telah dikembangkan sejak tahun 1992, dan setiap

tahunnya terjadi peningkatan jumlah budidaya Keramba Jaring Apung.

Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2006 berjumlah 8.955 petak

Page 24: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

24

Keramba Jaring Apung. Danau Maninjau memiliki pemandangan yang indah,

sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek rekreasi. Setiap hari

orang yang berkunjung ke sana untuk tujuan rekreasi, yaitu untuk melihat

pemandangan yang indah, menghirup udara yang segar, memancing, bermain-

main, berolah raga, dan sebagainya. Pada umumnya pengunjung yang banyak

adalah pada akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu, sementara kunjungan

yang paling banyak adalah pada masa liburan dan masa lebaran. Masyarakat

yang tinggal disekitar danau tersebut masih banyak yang memanfaatkan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan domestik seperti untuk sumber air minum, mandi,

dan mencuci.

Ada sembilan sungai besar dan kecil yang mengalir masuk danau

(inflow), dan hanya satu sungai sebagai tempat pembuangannya (outflow) yaitu

sungai Antokan. Besar debit outflow di hulu Sungai Antokan rata-rata 59,6

m3/detik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani yang tinggal pada

daerah Sub-DAS Antokan sejak dahulu kala untuk mengairi pertanian dan

mengolah padi menjadi beras dengan menggunakan teknologi sederhana berupa

“kincir air”. Namun sejak tahun 1970an pemanfaatan kincir hanya terbatas

untuk irigasi saja, karena untuk mengolah padi menjadi beras telah berkembang

teknologi baru berupa mesin penggiling padi (rice milling).

1.2. Perumusan Masalah

Dilihat dari topografinya, Danau Maninjau terletak pada posisi 461,5

meter di atas permukaan laut dan adanya outflow yang relatif besar dari danau

tersebut, sehingga dipandang berpotensi untuk digunakan sebagai pembangkit

energi listrik. Kemungkinan pemanfaatan potensi tenaga air Danau Maninjau

untuk pembangkit tenaga listrik telah dilakukan studi oleh berbagai konsultan

sejak tahun 1965-1980, yang akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa air

Danau Maninjau dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.

Berdasarkan hasil studi tersebut diambil suatu kebijakan pengembangan

pemanfaatan Danau Maninjau melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga

Air (PLTA), dengan menggunakan pompa sebanyak 20 unit dengan kapasitas

0,5m3 per detik per unit untuk pemenuhan kebutuhan listrik Sumatera Barat dan

Page 25: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

25

Riau. Pembangunan PLTA dimulai sejak tahun 1982 dan mulai beroperasi sejak

tahun 1992.

Setelah PLTA mulai beroperasi muncul berbagai tuntutan dari

masyarakat baik yang tinggal di sekitar danau maupun masyarakat yang tinggal

di Sub-DAS Antokan. Pada musim hujan masyarakat yang tinggal di sekitar

danau lahannya di genangi air akibat pembendungan pada hulu sungai Antokan

yang menyebabkan naiknya elevasi danau melebihi keadaan normal, dan

masyarakat yang berada di Sub-DAS Antokan kelebihan debit air yang

mengakibatkan banyaknya peralatan dan perlengkapan irigasi sederhana (kincir)

hanyut dibawa arus air yang besar akibat pintu bendungan dibuka. Pada musim

kemarau, masyarakat yang tinggal di sekitar danau Maninjau mengeluh karena

sumur-sumur mereka mengalami kekeringan akibat turunnya elevasi danau dan

masyarakat yang tinggal di Sub-DAS Antokan juga mengeluh karena

kekurangan debit air untuk menggerakkan kincirnya.

Pertumbuhan pemukiman di sekitar danau mengakibatkan pemanfaatan

ruang tumpang tindih. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman di DAS yang

bermuara ke danau membawa limbah domestik masuk ke danau melalui sungai,

serta endapan erosi akibat pembukaan lahan pemukiman. Pesatnya pemanfaatan

ruang di sekitar danau berdampak masuknya limbah cair dan limbah padat ke

danau yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air dan ekosistem danau

terutama kelengkapan struktur rantai makanan dan energi alamiah danau.

Besarnya kontribusi limbah padat yang masuk ke danau disebabkan belum

adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di sekitar danau. Disamping itu

kualitas sumberdaya manusia setempat masih rendah, sehingga masyarakat tidak

mengetahui pentingnya kelestarian ekosistem danau di masa datang (PSLH,

2002). Berbagai aktivitas masyarakat disempadan danau, seperti pemukiman,

perhotelan, pertanian dan peternakan merupakan sumber bahan pencemar yang

masuk ke perairan danau.

Danau maninjau pada saat ini dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan

yaitu: domestik, pertanian, industri, rekreasi, akuakultur, estetika dan sumber

energi. Hal ini menimbulkan permasalahan pencemaran perairan, penurunan

kualitas air, dan penurunan debit air. Pemanfaatan Danau Maninjau melalui

Page 26: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

26

pembangunan PLTA untuk menghasilkan energi listrik telah menimbulkan

masalah eksternal. Masalah eksternal yang muncul bersifat positif maupun

negatif. Bila masalah eksternal ini tidak diambil kebijakan, maka kegiatan

pembangunan yang diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

justru menurunkan tingkat kesejahteraannya.

Pemanfaatan danau sebagai daerah tujuan wisata telah menyebabkan

masuknya limbah cair dan padat ke danau. Tumbuhnya pemukiman dan

pengembangan fasilitas fisik di sekitar danau menyebabkan pemanfaatan tata

ruang tumpang tindih. Penurunan kualitas air pada Danau Maninjau antara lain

adalah akibat dari kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) yang sudah

melampaui daya dukung perairan danau (Bapedalda Sumatera Barat 2001).

Bila tidak diintervensi dengan reformasi kebijakan, maka kondisi di atas

akan berlanjut terus sehingga kegiatan pengelolaan Danau Maninjau akan

merusak danau dan berdampak kepada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji dampak dari

pemanfaatan Danau Maninjau melalui kajian valuasi ekonomi terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya dan kelestarian danau, sehingga

dapat dirumuskan beberapa alternatif kebijakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

Secara rinci permasalahan yang akan dijawab dari penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemanfaatan Danau Maninjau dapat memberikan nilai

ekonomi bagi masyarakat yang ada di sekitarnya ?

2. Bagaimana persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau terhadap

eksistensi Danau Maninjau?

3. Kebijakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk melestarikan fungsi

SDAL berkaitan dengan pemanfaatan Danau Maninjau ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menghitung nilai ekonomi total pemanfaatan Danau Maninjau.

Page 27: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

27

2. Untuk membuktikan persepsi masyarakat di sekitar Danau terhadap

pemanfaatan Danau Maninjau.

3. Merumuskan kebijakan untuk melestarikan fungsi SDAL yang berkaitan

dengan pemanfaatan Danau Maninjau.

1.4. Kerangka Berpikir

Setiap sumberdaya memiliki nilai, karena dapat digunakan oleh manusia

untuk memenuhi berbagai kebutuhan baik secara langsung maupun tidak

langsung, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Besar nilai

sumberdaya sangat ditentukan oleh sampai sejauh mana kemajuan teknologi dan

peradaban manusia dalam mengambil manfaat yang disediakan oleh sumberdaya

tersebut. Makin tinggi kemajuan teknologi dan peradaban manusia, maka akan

makin tinggi pula nilai yang diberikan terhadap suatu sumberdaya.

Danau Maninjau sebagai suatu sumberdaya dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat di sekitarnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Pertama, berupa

produk yang dapat dikonsumsi secara langsung seperti ikan sebagai bahan

makanan, air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (domestik), sumber

energi listrik, irigasi, petanian, dan keindahan alamnya untuk rekreasi. Kedua,

danau dapat bermanfaat secara tidak langsung, dalam bentuk manfaat fungsional

berupa fungsi ekologi, hidrologi, pengendali banjir dan fungsi perlindungan

lainnya. Ketiga, danau dapat memberikan manfaat langsung dan tidak langsung

untuk masa yang akan datang, berupa media penyimpanan keanekaragaman

hayati dan habitat yang terkonservasi. Keempat, danau dapat memberikan

manfaat dari eksistensinya yang dapat dipertahankan seperti habitat dan spesies

langka.

Dengan adanya manfaat yang diberikan oleh danau tersebut, maka dapat

dikuantifikasikan nilai manfaat tersebut dalam bentuk uang. Untuk

mengkuantifikasikan nilai manfaat tersebut dapat digunakan beberapa

pendekatan, yang pada hakekatnya didasarkan pada konsep kesediaan untuk

membayar atau willingness to pay (WTP) dari individu. Dalam penggunaan

konsep WTP ini dapat didasarkan pada perilaku individu yang aktual dan yang

potensial. Jika pasar konvensional maupun pasar implisit tidak tersedia, maka

Page 28: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

28

dapat diciptakan pasar yang dibangun. Penetapan teknik penilaian yang akan

dipakai bergantung pada pertimbangan karakteristik dari sumberdaya yang akan

dinilai.

Setelah melakukan penilaian terhadap seluruh manfaat suatu

sumberdaya, maka akan diperoleh nilai ekonomi total (total economic value).

Nilai ekonomi total ini akan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

formulasi kebijakan pengelolaan danau Maninjau secara berkelanjutan.

Kebijakan yang diambil akan berdampak positif (manfaat) dan dampak

negatif (kerugian) bagi masyarakat. Kebijakan yang akan dipilih tentu saja

kebijakan yang memberikan manfaat yang lebih besar dari pada kerugiannya.

Bila dilihat dari sudut kepentingan kelompok masyarakat tertentu, suatu

kebijakan akan memberikan manfaat yang lebih besar dari pada kerugiannya,

sedangkan bila dilihat dari sudut kelompok masyarakat lainnya akan

memberikan kerugian yang besar dari pada manfaatnya.

Pada tahap penentuan kebijakan baru, analisis kebijakan dilakukan

dengan pendekatan prospektif yaitu dengan cara mensintesakan informasi untuk

dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan

secara komparatif dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan dalam

pengambilan keputusan kebijakan. Secara sederhana pendekatan prospektif

digunakan untuk menentukan apa yang akan terjadi dan apa yang harus

dilakukan berkaitan dengan suatu kebijakan yang akan diambil, sedangkan

setelah suatu kebijakan diambil, analisis kebijakan harus dilakukan dengan

pendekatan retrospektif untuk menciptakan dan mentransformasikan informasi

sesudah aksi kebijakan dilakukan.

Pada kasus pemanfaatan Danau Maninjau digunakan analisis kebijakan

retrospektif untuk mendapatkan informasi tentang apakah manfaat yang diterima

lebih besar dari kerugian yang diderita setelah aksi kebijakan dijalankan, dan

aksi-aksi apa yang perlu dilakukan berkaitan dengan informasi tersebut. Manfaat

tersebut adalah setiap kondisi yang dapat menambah kesejahteraan masyarakat

baik dalam bentuk tambahan pendapatan maupun dalam bentuk pengurangan

biaya, sedangkan biaya atau kerugian adalah setiap kondisi yang dapat

mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat baik dalam bentuk hilangnya

Page 29: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

29

kesempatan untuk memperoleh pendapatan maupun munculnya tambahan biaya

setelah kebijakan dilaksanakan.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka yang termasuk ke dalam manfaat

dari kebijakan pemanfaatan Danau Maninjau adalah meningkatnya produksi

pertanian pada daerah pembuangan air pemutar turbin, sedangkan yang termasuk

biaya atau kerugian adalah peningkatan biaya irigasi pertanian dan pengurangan

produksi pertanian pada daerah aliran sungai Antokan serta pengurangan jumlah

tangkapan ikan pada perairan umum Danau Maninjau. Baik manfaat maupun

biaya dapat dinyatakan dalam satuan ukuran yang sama yaitu moneter (rupiah).

Setelah manfaat dan biaya dinyatakan dalam satuan ukuran yang sama,

kemudian diperbandingkan untuk menentukan apakah yang terjadi peningkatan

atau penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan informasi ini

akan dirumuskan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki keadaan atau menciptakan kondisi menjadi semakin lebih baik.

Namun sebelum alternatif-alternatif tindakan dirumuskan, perlu

dilakukan analisis terhadap kondisi lingkungan danau terutama kualitas fisik,

kimia dan biologi danau, dan persepsi masyarakat terhadap eksistensi Danau

Maninjau serta respon yang diberikan oleh masyarakat berkaitan dengan

kebijakan pemanfaatan Danau Maninjau yang telah dilakukan pada masa yang

lalu. Semua informasi ini menentukan akar persoalan, sehingga keputusan

diambil dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.

Secara skematis berbagai permasalahan yang dijadikan objek penelitian

dan bagaimana interaksi satu dengan yang lainnya diringkas pada Gambar 1.

Page 30: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

30

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

Pengelolaan dan Pemanfaatan

Sumberdaya Danau Maninjau

Perikanan Irigasi Rekreasi Domestik PLTA

Nilai Ekonomi Total

Danau Maninjau

Persepsi

Masyarakat

Kebijakan Pengelolaan

Danau Maninjau

Penilaian Ekonomi

Nilai Guna Nilai Bukan Guna

Nilai Guna

Langsung

Nilai Guna Tidak

Langsung Nilai Pilihan Nilai Eksistensi

Ika

n Air Keindahan

Analisis

Peraturan,

Perundangaan

Page 31: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

31

1.5. Hipotesis

1. Nilai Ekonomi Irigasi Danau Maninjau lebih besar dibandingkan dengan

Nilai Ekonomi Sumberdaya danau lainnya.

2. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan Sumberdaya Danau Maninjau

selama ini sudah berpihak kepada kepentingan masyarakat di sekitar

Kawasan danau Maninjau.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah sebagai sumber informasi untuk pengambilan

keputusan yang tepat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang

sedang dihadapi dan untuk pengelolaan SDAL danau secara

berkelanjutan.

2. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi untuk menentukan

besarnya kompensasi yang dapat diklaimnya atas kerugian yang

ditimbulkan akibat pemanfaatan Danau Maninjau.

3. Sebagai sumber informasi untuk menentukan besarnya kewajiban atau

kompensasi yang seharusnya dibayarkan kepada masyarakat yang

menderita kerugian sebagai akibat operasionalnya.

4. Sebagai sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengelolaan

SDAL pada masa mendatang, khususnya dalam pengembangan

pemanfaatan SDAL danau secara berkelanjutan.

1.7. Novelty

Secara garis besar, penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam

upaya mengkaji lebih dalam tentang eksistensi sumberdaya air sebagai input

produksi pertanian dan untuk kebutuhan domestik dapat diklasifikasikan atas 3

aspek, yaitu (1) aspek ekonomi, (2) aspek sosial kelembagaan, dan (3) aspek

teknis.

Pada umumnya penelitian lebih banyak dititik beratkan pada eksistensi

sistem irigasi dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat petani,

sedangkan penelitian yang dititik beratkan pada penentuan nilai ekonomi air

serta pendugaan kurva permintaannya masih relatif sedikit

Page 32: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

32

Penelitian-penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau selama ini

masih bersifat sporadik dan parsial. Kebaruan utama dalam penelitian ini

terdapat pada pemanfaatan Danau Maninjau dari berbagai aspek khususnya yang

berkaitan dengan ekonomi lingkungan.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang terkait dengan

aspek ekonomis, sebagai berikut;

1) Wardin (1989) telah melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan

petani dalam membayar biaya operasional dan pemeliharaan irigasi di

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dari penelitian tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa besarnya biaya irigasi untuk daerah irigasi sederhana

ternyata lebih mahal apabila dibandingkan dengan daerah irigasi teknis.

Penelitian tersebut pendekatan perhitungan investasi melalui amortisasi pada

berbagai tingkat suku bunga dan kemampuan petani untuk membayar iuran

irigasi yang tercermin dari kebutuhan hidup minimum dan adanya kelebihan

pendapatan dari usaha taninya, maka disimpulkan bahwa sebenarnya petani

mampu untuk membayar iuran irigasi. Dari pengujian efisiensi irigasi

disimpulkan bahwa pada daerah irigasi teknis variable yang mempunyai

pengaruh besar terhadap keuntungan adalah: upah tenaga kerja pria, ternak,

dan obat-obatan. Pada daerah irigasi sederhana, variable yang berpengaruh

adalah kesuburan lahan. Pada daerah irigasi teknis menunjukkan tingkat

efisiensi teknis yang lebih baik jika dibandingkan dengan daerah irigasi

sederhana.

2) Ismintarti (1992) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menduga faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan air rumah tangga, membuat kurva

permintaan air dan menduga nilai air sebagai salah satu manfaat hidrologi

Gunung Gede Pangrango khususnya dari sektor rumah tangga. Dari

penelitian yang dilakukan di Sub-DAS Cisokan Tengah-Hilir DAS Citarum,

Jawa Barat ditemukan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pemintaan

air untuk keperluan rumah tangga, yaitu biaya pengadaan air, tingkat

pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga. Dengan anggapan perubah

bebas lainnya tetap (cateris paribus), maka hubungan antara jumlah air yang

dikonsumsi dengan biaya pengadaannya pada periode tertentu diestimetkan

Page 33: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

33

sebagai ln Y = 8,647 – 0,550- ln X1. Kurya permintaan air yang dibatasi oleh

tingkat biaya minimum berdasarkan perhitungan biaya secara langsung dan

biaya maksimum berdasarkan hasil wawancara terhadap penawaran

kesediaan membayar untuk satu satuan air, maka nilai air dapat diduga

sebesar Rp 146,9 milyar dan surplus konsumen sebesar Rp 131,9 milyar.

Berarti keberadaan Gunung Gede Pangrango dilihat dari fungsi hidrologi

khususnya dari segi produk air yang dikonsumsi masyarakat untuk keperluan

rumah tangga di Sub-DAS Cisokan Tengah-Hilir DAS Citarum, Jawa Barat

bernilai ekonomi sebesar Rp 146,9 milyar dan keuntungan yang dapat

dinikmati oleh masyarakat setempat adalah sebesar surplus konsumen yaitu

sebesar Rp 131,9 milyar. Sedangkan berdasarkan metode kontingensi nilai

air sebagai manfaat hidrologi adalah sebesar kesediaan masyarakat untuk

membayar terhadap sejumlah air yang dikonsumsi yaitu Rp 1,11 triliyun dan

sebesar kesediaan masyarakat untuk menerima kompensasinya sebesar Rp

1,16 triliyun.

3) Darusman (1991), dalam penelitiannya telah mengkaji nilai ekonomi air

untuk keperluan pertanian dan rumah tangga di daerah Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango. Dengan menggunakan pendekatan willingness to

pay dirumuskan kurva permintaan untuk aktivitas pertanian dan rumah

tangga. Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan model logaritma

linear diperoleh hasil bahwa permintaan air untuk rumah tangga sangat nyata

dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) biaya pengadaan air, (b) tingkat

pendapatan keluarga, dan (c) jumlah anggota keluarga. Untuk aktivitas

pertanian, permintaan air sangat nyata dipengaruhi oleh faktor-faktor (a)

biaya pengadaan air, (b) luas lahan pertanian, dan (c) jenis usaha tani. Dari

studi tersebut dihasilkan kurya permintaan untuk kedua aktivitas yang dikaji,

sehingga dapat diperkirakan (manfaat) air dan juga besarnya surplus

konsumen yang terjadi. Perkiraan nilai manfaat ekonomi air dari Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango untuk keperluan rumah tangga sebesar Rp

4,181 milyar dan pertanian sebesar Rp 4,248 milyar.

4) Idris (2002) dalam penelitiannya telah mengkaji pemanfaatan sumberdaya

danau singkarak yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat diperoleh Nilai

Page 34: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

34

Ekonomi Total Rp 175,21 milyar pertahun terdiri dari nilai ekonomi

pemanfaatan perikanan Rp 7,59 milyar, nilai ekonomi pemanfaatan irigasi

Rp 0,78 milyar, nilai ekonomi pemanfaatan rekreasi Rp 4,18 milyar, nilai

ekonomi untuk pemanfaatan kebutuhan domestik Rp 7,72 milyar, dan nilai

ekonomi pemanfaatan listrik Rp 154,95 milyar.

5) Ismail (2007), dalam penelitiannya penilaian ekonomi dan kebijakan

pengelolaan lingkungan waduk dalam pembangunan studi kasus Waduk

Ir.H.Juanda Hasil penelitian dari pemanfaatan langsung sumberdaya waduk

diperoleh Nilai Ekonomi Total adalah Rp 160.197.824.439 dari nilai guna

langsung, nilai pemanfaatan tertinggi yaitu dari listrik yaitu Rp

72.131.819.815, disusul berturut-turut hasil dari pemanfaatan perikanan Rp

44.524.512.963, pemanfaatan untuk irigasi Rp 27.427.796.000, pemanfaatan

untuk transportasi air Rp 3.081.045.600, pemanfaatan untuk industri Rp

1.477.723.900, pemanfaatan untuk rekreasi Rp 652.912.510, nilai terkecil

adalah pemanfaatan air baku bernilai negatif Rp 29.421.032.

Page 35: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Danau

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-

komponen yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Nelson

(1973) menyatakan bahwa danau adalah tempat genangan air yang luas di

pedalaman, dimana terdapat aliran tersendiri dengan air berwarna jernih atau

keruh. Genangan air yang terdapat pada danau dapat bersumber dari mata air atau

aliran sungai. Jumlah air yang masuk pasti lebih besar dari air yang keluar.

Kandungan nutrien di perairan akan mempengaruhi produktivitas danau.

Produktivitas yang tinggi terjadi di perairan yang eutrofik, dimana perairan

tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan manusia. Dengan meningkatnya

kegiatan biologi dalam danau per unit waktu dan volume air tertentu, maka

produksi sampah organikpun akan meningkat dan akhirnya mengendap di dasar

danau sehingga dapat terjadi pendangkalan (Watt, 1974).

Di dalam ekosistem danau terdapat unsur abiotic, primary producer,

consumers and decomposers yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan

saling mempengaruhi. Semua organisme yang ada di danau akan menggunakan air

sebagai alat transportasinya. Keadaan dan jumlah organisme danau ditentukan

oleh tiga hal yaitu asal mulanya terjadi danau, erosi, dan letak geografisnya

(Golterman, 1975).

Pada danau eutrofik umumnya memiliki perairan yang dangkal. Tumbuhan

litoral melimpah, kepadatan plankton besar, sering terjadi blooming alga dan

tingkat penetrasi cahaya umumnya rendah. Pada danau oligotrofik biasanya

memiliki perairan yang dalam, dengan hypolimnion lebih luas dari epilimnion.

Tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya

tinggi. Konsentrasi nutriennya rendah dan blooming plankton jarang terjadi,

sehingga air danau memiliki penetrasi cahaya yang besar (Jorgensen, 1983).

Danau sebagai suatu ekosistem, secara fisik merupakan suatu tempat yang

luas yang mempunyai air yan tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu

(Lincoln et al., 1984).

Page 36: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

36

Berdasarkan proses terbentuknya, danau dapat dibagi atas dua, yaitu danau

alam dan danau buatan. Danau alam terbentuk sebagai akibat dari kegiatan

alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik, dan kegiatan tektonik (Odum.

1993), sedangkan danau buatan terbentuk oleh kegiatan manusia dengan sengaja

untuk tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah

dataran rendah.

Menurut Ekspedisi Sunda yang dilakukan pada tahun 1928 - 1929, Danau

Maninjau dikategorikan sebagai danau vulkanis, yaitu bekas letusan gunung

berapi yang pada masa Kwarter dimana ditemukan jenis batu-batuan beku

vulkanis dan instrusi hampir seluruh daerah disekitar danau tersebut. Daerah

tebing dekat pintu Barat dan Timur danau dilalui oleh dua jalur geseran yang

menandakan daerah tersebut tidak stabil.

Danau Maninjau memiliki luas 9.737,50 ha dengan panjang maksimum

16,46 km, lebar maksimum 7,5 km. Sebagai suatu sumberdaya alam dan

lingkungan, Danau Maninjau memiliki arti yang penting bagi kehidupan manusia,

baik bagi masyarakat yang tinggal disekitar danau maupun bagi masyarakat yang

tinggal pada daerah aliran sungai tempat air danau keluar serta masyarakat lain

pada umumnya.

Bila tidak ada intervensi manusia, maka volume air danau relatif tetap

yang ditunjukkan oleh tingkat elevasinya. Sumber air danau dapat berasal dari

sungai, air rembesan (air tanah), dan air hujan. Sebaliknya kehilangan air danau

dapat melalui saluran pengeluaran (oulflow), sungai, rembesan, serta evaporasi

(Payne, 1986). Danau selalu menerima masukan air dari daerah sekitarnya (DAS),

dengan demikian danau cenderung menerima bahan-bahan terlarut yang terangkut

bersamaan dengan air yang masuk. Menurut Payne (1986) konsentrasi ionik

perairan danau merupakan resultante ionik dari air yang masuk. Kualitas air danau

sangat tergantung pada pengelolaan daerah aliran sungai yang mengalir ke danau

tersebut.

2.2. Penelitian Sumberdaya Air

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam upaya mengkaji lebih

dalam tentang eksistensi sumberdaya air sebagai input produksi pertanian dan

Page 37: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

37

untuk kebutuhan domestik dapat diklasifikasikan atas 3 aspek, yaitu (1) aspek

ekonomi,(2) aspek sosial kelembagaan, dan (3) aspek teknis. Umumnya penelitian

lebih banyak dititik beratkan pada eksisten sistem irigasi dan pengaruhnya

terhadap kesejahteraan masyarakat petani, sedangkan penelitian yang menitik

beratkan pada penelitian nilai ekonomi air serta pendugaan kurva permintaannya

masih relatif sedikit.

2.3. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Alam

Persyaratan terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan adanya

komunikasi. Proses interaksi yang pokok adalah proses asosiatif dan proses dis-

asosiatif. Bentuk proses asosiatif adalah kerjasama dan akomodasi, sedangkan

proses dis-asosiatif adalah persaingan, kontroversi dan pertentangan atau konflik

(Sukanto, 1990).

Fisher (2001), mendefinisikan konflik sebagai hubungan antara dua pihak

atau lebih yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang satu

sama lain tidak sejalan. Konflik adalah pertentangan antara banyak kepentingan,

nilai, tindakan atau arah serta merupakan bagian yang menyatu sejak kehidupan

ada. Oleh karena itu, konflik adalah sesuatu yang tak terelakkan yang dapat

bersifat positif /negatif.

Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, konflik dapat

diartikan sebagai sengketa lingkungan. Untuk menyelesaikan konflik tersebut

dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan

sukarela dari pihak-pihak yang berkonflik. Penyelesaian konflik diluar pengadilan

dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk tindakan penyelesaian

guna menjamin tidak terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan

hidup.

2.4. Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan adalah aktivitas untuk menciptakan pengetahuan

tentang dalam proses pembuatan kebijakan (Lasswell, 1971, di dalam Dunn,

1994). Tujuan kebijakan publik adalah menyelesaikan berbagai masalah publik

yang mencakup dan berdampak kepada kehidupan publik. Kebijakan publik

Page 38: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

38

merupakan agenda kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah yang merupakan

tanggapan terhadap lingkungan atau masalah publik. Dalam menyelesaikan

masalah publik yang terpenting adalah hubungan yang normative antara pejabat

publik dengan masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pejabat publik harus

memahami kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya.

Thoha (1986: 56-57) memberikan dua aspek pokok Public Policy, yaitu:

(1) Policy merupakan praktika sosial, bukan event yang tunggal atau terisolir.

Dengan demikian sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian

dalam masyarakat dan digunakan pula untuk kepentingan masyarakat; (2) Policy

adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh baik untuk mendamaikan “claim”

dari pihak-pihak yang konflik atau untuk menciptakan “incentive” bagi tindakan

bersama.

Dye (1992) memberikan definisi Public Policy is whatever government

choose to do or not to do. Kebijakan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu. Islamy (1992), menyatakan sesuatu yang tidak

dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan publik. Hal ini disebabkan

karena “sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh

(dampak) yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan pemerintah. Udoji

(dalam Wahab:1991) mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai suatu tindakan

bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang dipusatkan pada suatu

masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan dan

mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat. Dari pendapat para pakar di atas

dapat disimpulkan kebijakan publik adalah berbagai tindakan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Menurut Parker (dalam Santoso, 1998:4), Kebijakan Publik adalah suatu

tujuan tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu pemerintah

pada periode tertentu dalam hubungannya dengan suatu subjek atau tanggapan

pada suatu krisis. Menurut William Dunn (1981:70) kebijakan publik adalah

serangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan untuk

tidak berbuat) yang dibuat oleh badan badan atau kantor-kantor pemerintah,

diformulasikan dalam bidang-bidang issue yaitu arah tindakan actual atau

Page 39: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

39

potensial dari pemerintah yang didalamnya terkandung konflik diantara kelompok

masyarakat.

Masalah kebijakan publik tidak hanya masalah organisasi publik semata,

tetapi merupakan masalah kehidupan masyarakat secara menyeluruh, oleh karena

itu untuk memecahkan masalah publik tersebut diperlukan berbagai disiplin ilmu.

Dengan demikian dalam memecahkan masalah publik seorang analis tidak bekerja

sendirian tetapi dibantu oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam membuat analisis kebijakan publik, seorang analis akan melalui

tahap-tahap kerangka pemikiran sebagaimana yang dikemukakan oleh Dunn

(2000), yaitu:

a. Merumuskan masalah-masalah kebijakan, yaitu kebutuhan, nilai-nilai, atau

kesempatan-kesempatan yang tidak terealisir tetapi yang dapat dicapai

melalui tindakan publik.

b. Meramal masa depan kebijakan. Peramalan (forecasting) adalah suatu

prosedur untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa depan

atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan.

c. Rekomendasi aksi-aksi kebijakan. Prosedur analisis-kebijakan dari

rekomendasi memungkinkan analis menghasilkan informasi tentang

kemungkinan serangkaian aksi dimasa mendatang untuk menghasilkan

konsekuensi yang berharga bagi individu, kelompok, atau masyarakat

seluruhnya. Didalamnya terkandung informasi mengenai aksi-aksi kebijakan,

konsekuensi di masa depan setelah melakukan alternatif tindakan, dan

selanjutnya ditentukan alternatif mana yang akan dipilih.

d. Pemantauan dalam analisis kebijakan, merupakan prosedur analisis kebijakan

yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari

kebijakan publik. Mengevaluasi Kinerja Kebijakan adalah prosedur analisis-

kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai atau

manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan atau masa depan.

Page 40: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

40

Suatu kebijakan yang baik, menurut Dunn (1994) harus melalui tahap-

tahap kegiatan. Tahap-tahap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Agenda

Setting, 2) Policy Formulating, 3) Policy Adoption, 4) Policy Implementation, 5)

Policy Assessment. Dunn (1998), menggambarkan proses suatu kebijakan publik

dibuat, yaitu sebagai berikut (Gambar 2).

Sumber : Dunn (1998)

Gambar 2 Analisis Kebijakan yang Berorientasi pada Masalah

Gambar tersebut merupakan prosedur analisis kebijakan publik yang

harus dilalui oleh analis kebijakan, sebagai alat untuk menunjukkan keterkaitan

antara metode-metode dan teknik-teknik analisis kebijakan.

Dunn (2000) menyatakan untuk menentukan alternatif terpilih ada 3 hal

yang harus diperhatikan, yaitu : (1) Efektivitas, apakah alternatif kebijakan

tersebut efektif untuk memecahkan masalah kebijakan (2) Efisiensi, apakah

alternatif tersebut efisien untuk memecahkan masalah kebijakan (3) Adequacy,

apakah proporsi alternatif kebijakan tersebut cukup mampu mengatasi masalah

kebijakan.

2.5. Analisis Biaya Manfaat Dalam Kebijakan Publik

Metode analisis biaya manfaat diterapkan untuk menciptakan informasi

yang bersifat evaluatif dan normatif. Analisis biaya manfaat dapat menilai

kebijakan yang telah diambil atau dilaksanakan telah meningkatkan atau

Pemantauan

Evaluasi Peramalan

Rekomendasi

Kinerja Kebijakan

Masalah Kebijakan

Aksi Kebijakan

Hasil

Kebijakan

Masa

Depan

Kebijakan

Perumusanan

Masalah

Perum

usan Masal

ah

Perum

usan Masal

ah

Perumusa

Page 41: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

41

menurunkan kesejahteraan masyarakat dan selanjutnya merekomendasikan

alternatif tindakan memperbaiki keadaan, bila yang terjadi adalah penurunan

tingkat kesejahteraan.

Banyak analisis biaya manfaat moderen diterapkan dalam Ekonomi

kesejahteraan yang secara khusus diarahkan pada cara investasi publik dapat

memberikan kontribusi untuk memaksimalkan pendapatan bersih sebagai ukuran

agregat kepuasan (kesejahteraan) dalam masyarakat.

Menurut Dunn (1994), pada saat diterapkan di sektor publik, maka analisis

biaya manfaat akan memiliki beberapa ciri khusus, yaitu;

1. Berusaha mengukur semua biaya dan manfaat bagi masyarakat yang

kemungkinan dihasilkan dari program publik, termasuk berbagai hal yang

tidak terlihat (bersifat intangible) dalam bentuk uang (moneter). Ukuran

untuk biaya dan manfat adalah nilai ekonomis dan bukan nilai finansial.

karena harga pasar tidak selalu sama dengan nilai ekonomis (Hufschmidt et

al., 1983).

2. Secara tradisional melambangkan rasionalitas ekonomi, karena kriteria

ditentukan dengan pengukuran efisiensi ekonomi secara global. Suatu

kebijakan dikatakan efisien bila manfaat bersih (total manfaat dikurangi total

biaya) lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin

dapat dihasilkan dari sejumlah alternatif investasi lainnya.

3. Masih menggunakan pasar swasta sebagai titik tolak didalam memberikan

rekomendasi, misalnya dalam menentukan biaya kemungkinan dari suatu

investasi selalu dihitung berdasarkan manfaat bersih apa yang mungkin dapat

diperoleh dengan menginvestasikannya di sektor swasta,

4. Analisis biaya manfaat kontemporer atau analisis biaya manfaat sosial. dapat

juga digunakan untuk mengukur pendistribusian kembali manfaat.

Dalam penggunaan analisis biaya manfaat untuk menganalisis suatu

kebijakan yang telah diambil pada masa lalu, sangat penting untuk

mempertimbangkan semua biaya dan manfaat yang timbul dalam masyarakat

baik yang memiliki kaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan

kebijakan tersebut, baik internal maupun eksternal dan baik yang terukur secara

langsung maupun terukur secara tidak langsung.

Page 42: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

42

Lebih lanjut Dunn (1994), mengemukakan bahwa metode analisis biaya

manfaat sebagai suatu metode dalam analisis kebijakan publik memiliki beberapa

keunggulan dan keterbatasan. Keunggulannya adalah meliputi: (1) biaya maupun

manfaat dinyatakan dalam satuan ukuran yang sama (uang); (2) memungkinkan

untuk melihat manfaat dan biaya pada masyarakat secara keseluruhan, dan ; (3)

memungkinkan analisis yang dapat membandingkan program secara luas dalam

lapangan yang berbeda.

Keterbatasan Analisa Biaya Manfaat meliputi : (1) tekanan yang terlalu

eksklusif pada efisiensi ekonomi yang dapat berarti bahwa kriteria keadilan

menjadi tidak berarti atau tidak dapat diterapkan. Dalam pelaksanaannya kriteria

Kaldor-Hick telah mengabaikan masalah-masalah redistribusi manfaat. Sementara

kriteria pareto jarang memecahkan konflik antara efisiensi dan keadilan; (2) nilai

uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap, karena adanya variasi

pendapatan masyarakat; (3) ketika harga pasar tidak ada bagi suatu barang yang

penting, analisis sering memaksa diri untuk membuat harga bayangan berdasarkan

pendekatan kesediaan membayar atau WTP yang bersifat subjektif.

Semua manfaat dan biaya yang timbul dari suatu kebijakan harus

diperhitungkan secara lengkap, namun dalam penerapannya sulit untuk dilakukan,

besar kemungkinan akan terabaikan. Untuk mengurangi kesalahan tersebut

dilakukan klasifikasi biaya dan manfaat atas: internalitas terhadap ekstemalitas;

nyata terhadap tidak nyata; primer terhadap sekunder,efisien bersih terhadap

efisiensi semu.

Dalam analisis kebijakan restrospektif pemanfaatan Danau Maninjau, tipe

ABM yang akan diperbandingkan adalah yang bersifat eksternalitas, karena yang

bersifat internalitas telah diperhitungkan secara lengkap pada saat analisis

prospektif. Manfaat dan biaya eksternalitas yang akan diperbandingkan adalah

mencakup semua jenis biaya baik yang dapat terukur secara langsung maupun

tidak langsung dengan cara penaksiran atas dasar dasar harga pasar yang tidak

berhubungan langsung dengan sasaran pokok program (sekunder). Hasil

perbandingan manfaat dan biaya menimbulkan kenaikan dalam agregat

Page 43: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

43

pendapatan atau hanya akan menghasilkan pergeseran pendapatan diantara

berbagai kelompok dalam masyarakat

Menurut Dunn (1994), ada empat cara untuk menilai seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memaksimalkan kesejahteraan sosial, yaitu:

1. Memaksimalkan kesejahteraan individu secara simultan,yangmenuntut agar

peringkat preferensi transitif tunggal dikonstruksikan berdasarkan nilai semua

Individu. Berdasarkan Dalil Kemustahilan Arrow, hal ini tidak mungkin

untuk dicapai.

2. Melindungi kesejahteraan Minimum, didasarkan pada kriteria Pareto yang

menyatakan suatu keadaan sosial dikatakan lebih baik dari yang lainnya jika

paling tidak ada satu orang yang diuntungkan dan tidak ada satu orangpun

yang dirugikan. Pareta optimum adalah suatu keadaan sosial di mana tidak

mungkin membuat satu orang diuntungkan (better off) tanpa membuat yang

lain dirugikan (worse off).

3. Memaksimalkan kesejahteraan bersih, didasarkan pada kritetia Kaldor-Hicks

yang menyatakan bahwa suatu keadaan sosial lebih baik dari yang lainnya

jika terdapat perolehan bersih dalam efisiensi (manfaat total dikurangi biaya

total) dan jika mereka yang memperoleh manfaat dapat mengganti mereka

yang kehilangan.

4. Memaksimalkan kesejahteraan redistributif, berusaha memaksimalkan

manfaat redistributif untuk kelompok-kelompok yang terpilih, seperti secara

rasial tertekan, miskin atau sakit.

2.6. Status Kepemilikan Sumberdaya Air

Sebagai suatu sumberdaya milik bersama, Danau Maninjau dapat

dimanfaatkan secara bebas oleh siapa saja atau bersifat bebas (common good). Air

bisa diperoleh tanpa membayar sehingga mengarah pada sumberdaya milik

bersama (common property resource) yang pemanfaatannya berdasarkan prinsip

(first come first served). Karena bersifat terbuka dan menjadi milik umum, maka

sumberdaya danau mudah sekali mengalami perubahan dalam kuantitas dan

kualitasnya sebagai akibat dari ketidak jelasan hak-hak atas pengelolaan dan

pemanfaatannya.

Page 44: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

44

Status kepemilikan sumberdaya akan menentukan apakah pengalokasian

sumberdaya tersebut efisien atau tidak. Menurut Tietenberg (1992), status

kepemilikan sumberdaya untuk dapat menghasilkan pengalokasian yang efisien

dalam mekanisme pasar harus memilki 4 ciri penting yaitu; (1) universality,

artinya suatu sumberdaya dimiliki secaraa pribadi dan hak-hak yang melekat dari

kepemilikan tersebut dapat diungkapkan secara lengkap dan jelas, (2) exclusivity,

artinya semua manfaat dan biaya yang timbul dari kepemilikan dan pemanfaatan

sumberdaya tersebut, baik secara langsung maupun tidak, hanya dimiliki oleh

pemilik sumberdaya tersebut, (3) transferability, artinya seluruh hak

kepemilikannya itu dapat dipindah tangankan dari satu pemilik ke pihak lain

melalui transaksi yang bebas, dan (4) enforceability, artinya hak kepemilikan

tersebut tidak dapat dirammpas atau diambil alih oleh pihak lain secara paksa. Jika

salah satu dari keempat faktor ini tidak terpenuhi, maka pengalokasian

sumberdaya tersebut akan menjadi tidak efisien.

Lebih lanjut Tietenberg (1994) menyatakan bahwa agar air permukaan

merata maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu (a) keseimbangan antara

penggunaan-penggunaan yang saling bersaing, dan (b) variabilitas air yang

seimbang dari waktu ke waktu dan dapat memenuhi kebutuhan manusia akan

sumberday air. Sumberdaya air harus dialokasikan dengan baik sehingga manfaat

bersih marjinal (Marginal net benefit) adalah sama untuk semua penggunanya, di

mana manfaat bersih marjinal adalah jarak vertikal antara kurva permintaan

terhadap air dengan kurva biaya marjinal dari ekstraksi dan distribusi air dari unit

terakhir air yang dikonsmsi.

Dengan demikian wajar kalau pihak yang terlibat dalam pemanfaatan

sumberdaya milik bersama tidak memiliki kendali dan tanggung jawab yang jelas

terhadap kualitas sumberdaya tersebut. Sumberdaya ini tidak dikuasai oleh

individu atau agen ekonomi tertentu, sehingga terhadap sumberdaya ini tidak

dibatasi, yang pada gilirannya akan mendorong terjadinya pengeksploitasian yang

berlebihan yang dapat berdampak negatif terhadap kelanjutan lingkungan. Setiap

orang cenderung untuk mengeksploitasi tanpa memperhitungkan kepentingan

orang lain. Hal ini didasarkan pada suatu persepsi, bahwa orang lain yang punya

kesempatan untuk mengeksploitasi sumberdaya tersebut juga akan bertindak

Page 45: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

45

demikian. Maka terjadilah tragedi massal atau the tragedy of the commons

(Hardin, 1977). Hardin mengilustrasikan dengan sebuah kasus pada padang

penggembalaan umum. Tiap peternak akan menggembalakan ternaknya dalam

jumlah yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa mempertimbangkan

ketersediaan rumput bagi peternak lainnya sehingga timbul penggembalaan secara

berlebihan.

Bila dikaitkan dengan sumberdaya danau, maka hal tersebut dapat juga

terjadi dimana setiap nelayan akan menangkap ikan dengan berbagai cara dan

macam tanpa mempertimbangkan jumlah ketersediaan ikan dan kepentingan

nelayan lain, sehingga pada suatu saat akan terjadi kelangkaan dan bahkan

kepunahan terhadap berbagai jenis ikan tertentu. Kondisi semacam ini disebut

sebagai penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing.

Anwar (1999), mengemukakan bahwa sumberdaya air memiliki beberapa

karakteristik khusus, yaitu (a) mobilitas air, di mana air bersifat cair mudah

mengalir, menguap dan meresap di berbagai media, sehingga sulit untuk

melaksanakan penegasan hak atas sumberdaya tersebut secara eksklusif agar dapat

dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar; (b) sifat skala ekonomi yang melekat,

di mana dalam penyimpanan, penyampaian dan distribusi air terjadi skala

ekonomi yang melekat pada komoditas air,sehingga menyebabkan penawaran air

bersifat monopoli alami (natural monopoly ), (c) penawaran air berubah-ubah

menurut waktu, ruang dan kualitasnya, dimana dalam keadaan kekeringan dan

banjir sumberdaya air ini hanya dapat ditangani oleh pementah untuk kepentingan

umum; (d) kapasitas dan daya asimilasi dari badan air, di mana zat cair

mempunyai daya larut untuk mengasimilasikan berbagai zat padat (pencemar)

tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui, sehingga mengarah kepada

komoditas yang bersifat umum di mana setiap orang menganggapnya sebagai

keranjang sampah, (e) penggunaannya bisa dilakukan secara beruntun (sequential

use), dimana ketika mengalir dari hulu ke hilir sampai ke laut, dan dengan

beruntunnya penggunaan selama perjalanan alirannya akan merubah kuantitas dan

kualitasnya,sehingga menimbulkan eksternalitas, (f) penggunaan yang

serbaguna,dimana dengan kegunaannya yang banyak tersebut maka pihak

individu (swasta) dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum

Page 46: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

46

yang dapat menimbulkan eksternalitas, (g) berbobot besar dan memakai

tempat,ditambah dengan biaya tinggi untuk mewujudkan hak kepemilikannya,

menjadikan sumberdaya air bersifat akses terbuka (open access), (h) nilai kultural

yang melekat pada sumberdaya air,sebagian besar masyarakat masih mempunyai

nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan yang tidak

patut dikomersialisasikan, sehingga menjadi kendala dalam alokasinya ke dalam

pasar.

Tietenberg (1992) mengemukakan bahwa pengalokasian sumberdaya air

dikatakan efisien apabila telah memperhatikan dua hal pokok yaitu (a)

keseimbangan antara penggunaan-penggunaan yang saling bersaing, dan (b)

variabilitas air yang seimbang dari waktu ke waktu dan dapat memenuhi

kebutuhan manusia akan sumberdaya air. Dalam pengalokasian sumberdaya air,

manfaat bersih marjinal adalah sama untuk semua penggunaan, dengan manfaat

bersih marjinal adalah jarak vertikal antara kurva permintaan terhadap air dengan

kurva biaya marjinal dari ekstraksi dan distribusi air dari unit terakhir yang

dikonsumsi. Jika manfaat bersih marjinal tidak merata, sering terjadi kenaikan

manfaat bersih dengan adanya transfer air dari pemanfaatan yang memberikan

manfaat bersih yang rendah ke penggunaa yang memberikan manfaat yang lebih

tinggi.

Cara pemanfaatan dan pengembangan suatu SDAL sangat ditentukan oleh

peraturan perundangan baik formal maupun non formal yang mengatur tentang

status kepemilikan dan hak pemanfaatannya. Undang-undang Dasar 1945 sebagai

dasar konstitusional Negara mengamanatkan bahwa bumi dan air serta kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat. McKean (1992) mengelompokkan pemilikan sumberdaya

alam atas 6 bagian yaitu; (a) tanpa pemilik, (b) milik masyarakat tertentu, (c)

milik pemerintah yang tidak boleh dimasuki oleh orang sembarangan, (d) milik

pemerintah yang boleh dimasuki oleh khalayak umum, (e) milik swasta

perusahaan, (f) milik pribadi. Berdasarkan pembagian di atas maka pola pemilikan

dan penguasaan SDAL dapat dibagi atas 4 kelompok, yaitu;

(a) Tanpa pemilik adalah milik semua orang atau tidak jelas status

kepemilikannya. Tidak ada seorangpun yang berhak untuk memanfaatkannya

Page 47: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

47

sumberdaya tersebut demi kepentingan pribadi atau kelompoknya serta tidak

bisa mempertahankannyaagar tidak digunakan orang lain.

(b) Milik masyarakat atau komunal adalah milik sekelompok masyarakat yang

telah melembagadengan norma-norma atau hukum adat yang mengatur

pemanfaatan SDAL dan dapat melarang pihak lain untuk mengeksploitasinya.

(c) Milik pemerintah adalah milik dibawah kewenangan pemerintah sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku. Individu atau kelompok orang

dapat memanfaatkan SDAL tersebut atas izin, persetujuan, lisensi atau hak

pengelolaan dari pemerintah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

(d) Milik pribadi/swasta adalah milik perorangan atau sekelompok orang secara

sah yang ditunjukkan oledh bukti-bukti kepemilikannya yang memiliki

kekuatan hukum.Pemilik dijamin secara hukum dan sosial untuk menguasai

dan memanfaatkannya dan dapat melarang pihak lain untuk

menggunakannya.

Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusional Negara Repoblik

Indonesia telah mengamanatkan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Kemakmuran rakyat tersebut haruslah dapat dimiliki oleh generasi masa

kini dan generasi masa datang secara berkelanjutan. Sumberdaya alam bukanlah

merupakan warisan yang kita terima begitu saja dari nenek moyang kita, akan

tetapi harus disadari bahwa sumberdaya alam tersebut merupakan titipan yang

harus dijaga dan dipelihara kelestariannya agar dapat dinikmati oleh anak cucu

kita pada masa depan.

Undang-undang Dasar 1945 maupun Undang-undang Nomor 23 tahun

1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup tidak merumuskan secara jelas

tentang status kepemilikan sumberdaya alam, melainkan hanya menggariskan

masalah hak pemanfaatannya.

Untuk masalah SDAL di Provinsi Sumatera Barat, sebenarnya di dalam

hukum adat (Hukum adat Minangkabau), telah ada ketentuan-ketentuan yang

mengatur masalah status kepemilikan dan hak pemanfaatan sumberdaya alam.

Dalam hukum adat minangkabau dikenal “ tanah ulayat” dengan hiraki; (a) hak

ulayat kaum, di bawah pengawasan mamak sebagai kepala waris; (b) hak ulayat

Page 48: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

48

suku, yang berada di bawah pengawasan penghulu suku; (c) hak ulayat nagari, di

bawah pengawasan dewan penghulu nagari; (d) hak ulayat rajo, yang

penguasaannya di bawah majelis penghulu dari federasi nagari-nagari (Hakimy

1988). Ulayat mengandung arti bahwa masyarakat adat hanya boleh mengambil

hasil dan menikmati hasil dari tanah yang dikuasai, hanya boleh menguasai saja,

tapi tidak memiliki.

Hak yang paling tinggi atas tanah di minangkabau adalah “hak ulayat” dan

hak ulayat ini hanya bisa dimiliki bersama dan tidak boleh dimiliki perorangan.

Oleh sebab itu yang mempunyai hak ulayat adalah nagari, persekutuan dari nagari,

kampuang, suku dan kaum. Prinsip yang dianut dalam hukum pertanahan

mengenai hak ulayat, yaitu keterpisahan antara tanah dengan ulayat. Hak ulayat

dimiliki oleh masyarakat hukum adat, sedangkan anggota masyarakat, perorangan

atau badan usaha lainnya hanya boleh memetik hasilnya.

2.7. Pendekatan dalam Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan

Lingkungan

Pembangunan ekonomi yang ada di negara maju maupun negara

berkembang pada umumnya bertumpu pada sumberdaya alam dan produktivitas

sistem alami (lingkungan). Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan ekonomi

tersebut adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melaiui produksi

barang-barang dan jasa konvensional dengan memanfaatkan sumberdaya alam

sebagai konsekuensi dari pembangunan itu akan terjadi pertumbuhan ekonomi.

Pada sisi lain pertumbuhan ekonomi tersebut sering diikuti oleh tekanan yang

makin berat pada sistem alami (sumberdaya alam) dan dampak negatif pada

kualitas lingkungan (degradasi). Oleh sebab itu untuk meghindarai dampak

negatif yang tidak diinginkan itu, maka pembangunan ekonomi harus

dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga dapat melestarikan produktivitas jangka

panjang sistem alami.

Dixon (1986), baik di negara maju maupun di negara berkembang kegiatan

pembangunan ekonomi masih belum diberikan perhatian yang cukup untuk

memelihara sistem alami dari kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan oleh suatu

pandangan, bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan

merupakan alternatif-alternatif kerusakan dalam kualitas lingkungan merupakan

Page 49: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

49

biaya yang harus dibayar dari adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dengan

kata lain terjadinya degradasi lingkungan adalah merupakan biaya yang harus

dibayar dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini adalah pandangan

yang menyesatkan, sebab kalau pembangunan ekonomi dan kualitas lingkungan

diberikan perhatian yang seimbang, maka kondisi tersebut tidak akan terjadi.

Pada hakekamya kemunduran yang terjadi pada sistem alami dan kualitas

lingkungan adalah merupakan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkannya

atau munculnya tambahan biaya memanfaatkannya. Hal inilah yang disebut oleh

Field (1997) sebagai konsep opportunity cost, yaitu biaya yang harus

diperhitungkan akibat hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan suatu

sumberuaya tertentu atau munculnya tambahan untuk memanfaatkannya, karena

sumberdaya tersebut telah diputuskan untuk digunakan pada tujuan yang lain.

Untuk menentukan nilai moneter dari hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan

suatu sumberdaya dan lingkungan atau timbulnya tambahan biaya untuk

memanfaatkannya, perlu dilakukan pendekatan yang hati-hati

Penilaian ini sangat penting artinya, karena akan menentukan apakah suatu

kebijakan lingkungan efektif atau tidak dan menjadi dasar yang penting untuk

mengembangkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, disamping faktor-

faktor sosial, ekonomi, dan politik yang menyertainya (Yakin, 1997).

Menurut Munasinghe (1992), secara koseptual nilai ekonomi total (total

economic value) dari suatu sumberdaya terdiri atas; (1) nilai guna (use value), dan

(2) nilai bukan guna (non-use value). Nilai guna termasuk didalamnya nilaiguna

langsung (direct use value), nilai guna tak langsung (indirect use value), dan nilai

pilihan (option value), nilai guna potensial (potential use value) Sehingga secara

matematis nilai ekonomi total dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:

NET = NG + NBG

NET = (NGL + NGTL + NP) + NBG

di mana:

NET =Nilai Ekonomi Total

NG = Nilai Guna

NBG = Nilai Bukan Guna

NGL = Nilai Guna Langsung

Page 50: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

50

NGTL = Nilas Guna Tak Iangsung

NP =Nilai Pilihan

Secara skematis pengelompokan nilai ekonomi suatu sumberdaya bila

dikaitkan dengan tingkat tengabilitas penilaian individu dapat dibuat seperti

gambar berikut ini (Gambar 3).

Gambar 3 Pengelompokan atribut nilai ekonomi untuk penilaian lingkungan

(diadopsi dari Pearce 1994)

Nilai guna langsung ditentukan oleh kontribusi suatu asset lingkungan

membuat produksi dan konsumsi sekarang. Nilai guna tidak langsung adalah

keuntungan yang diperoleh secara mendasar dari fungsi jasa yang disediakan

lingkungan untuk mendukung produksi dan konsumsi sekarang. Selanjutnya nilai

pilihan secara mendasar adalah kelebihan yang mana konsumen bersedia untuk

membayar atas suatu asset yang tidak digunakan, untuk menghindari resiko dan

Nilai Pilihan Nilai

Keberadaan

Nilai Non

Guna Lain

Manfaat

fungsional

Nilai guna langsung

dan tak langsung

Masa Y.a.d

Nilai dari

keberadaan yang

dipertahankan

Hasil yang

dapat

dikumsumsi

secara

langsung

• Makanan

• Biomassa

• Rekreasi

• Kesehatan

• Fungsi Ekologi

• Flood Control

• Storm

Protection

• Keanekaragaman

Hayati

• Habitat

tekonservasi

• Habitat

• Spesies langka

Nilai Ekonomi Total

Nilai Guna Nilai Bukan Guna

Nilai Guna

Langsung

Nilai Guna Tak

Langsung

Peningkatan Tangibilitas nilai

Page 51: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

51

ketidak bersediaanya pada masa yang akan datang. Akhirnya nilai eksistensi

adalah nilai yang diberikan oleh individu terhadap keberadaan barang lingkungan

tertentu yang didasarkan pada etika norma tertentu.

Selanjutnya Opschor (1989 di dalam Yakin, 1997) menambahkan satu

kelompok/kategori nilai yaitu nilai masa depan (Begues value), nilai masa depan

diberikan oleh seorang individu terhadap sumberdaya karena sumberdaya tersebut

dapat digunakan untuk generasi yang akan datang, misalnya spesies, alam dan

sebagainya.

Teknik Penilaian

Konsep dasar dari hakekat penilaian ekonomi dari semua teknik yang ada

bertumpu pada kesediaan membayar atau WTP dari individu untuk suatu jasa

liungkungan atau sumberdaya alam. Kesediaan untuk membayar itu sendiri

didasarkan pada daerah yang berada di bawah kurva permintaan seperti

diilustrasikan pada gambar berikut ini (Gambar 4).

Nilai D

A

p E B C

D(S1)

F G D(So)

0 X0 X1

Gambar 4 Peningkatan manfaat dengan perbaikan kualitas asset

lingkungan

Gambar 4 memperlihatkan bahwa kurva D (So) mengindikasikan

permintaan untuk suatu sumberdaya lingkungan (misalnya jumlah kunjungan

perbulan), Xo adalah tingkat permintaan original pada harga p (misalnya biaya

perjalanan termasuk nilai dari waktu yang dikeluarkan untuk perjalanan). Total

WTP atau nilai dari jasa yang disediakan oleh sumberdaya lingkungan diukur oleh

Page 52: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

52

daerah OABF yang teriri dari dua komponen utama, yaitu daerah OEBF atau

(pXo), yang menggambarkan biaya total, dan dua yaitu daerah EBA yang disebut

sebagai daerah surplus konsumen atau keuntungan bersih. Titik A menunjukan

harga batas pada permintaan 0 atau tidak ada.

Selanjutnya jika kualitas lingkungan diperbaiki,maka sebagai responnya

permintaan akan meningkat, dimana kurva D (So) akan berpindah ke D (S1),

tingkat permintaan yang baru adalah X1 (diasumsikan harga tetap P), maka total

WTP sama dengan daerah ODCG dan keuntungan bersih yang baru adalah

sebesar daerah EDC. Dengan demikian maka perbaikan kualitas lingkungan akan

menghasilkan suatu tambahan peningkatan nilai sumberdaya lingkungan sebesar

daerah ABCD.

Untuk melakukan penilaian terhadap SDAL sampai sekarang telah banyak

teknik yang berkembang dalam pemilihan teknik yang akan digunakan harus

disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan sistem alam yang akan dinilai.

Menurut Hufschmidt, et al.(1983), secara garis besarnya penilaian manfaat

dari perubahan kualitas lingkungan dapat dibaigi atas tiga katagori, yaitu (1)

teknik yang langsung didasarkan pada nilai pasar atau produktivitas, (2) teknik

yang menggunakan nilai pasar barang substitusi atau pelengkap/komplementer,

dan (3) pendekatan yang menggunakan teknik survey.

Dalam menggunakan teknik penilaian ini, pertama-tama harus dilihat

apakah nilai pasar dari suatu sumberdaya tersedia atau tidak. Jika tersedia, maka

sebaiknya menggunakan nilai pasar tetapi jika tidak tersedia maka dapat

digunakan nilai pasar barang substitusi. Bila penggunaan nilai pasar substitusi

belum bisa dilakukan, maka baru digunakan teknik survey.

Berkaitan nilai pasar atau produktivitas lebih menitik beratkan pada nilai

ekonomi dampak kualitas lingkungan pada sistem alami atau sistem buatan

manusia. Dampak pada sistem ini dicerminkan oleh tingkat produktivitas sistem

(komponen fisik dan manusia) dan dalam produk yang berasal dari padanya dan

yang masuk dalam transaksi pasar. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori

pasar pengganti adalah barang/jasa yang dipasarkan sebagai pengganti jasa

lingkungan, nilai milik, biaya perjalanan dan nilai pasar yang lain.

Page 53: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

53

Teknik penilaian berdasarkan survai mempercayakan kepada survai

langsung kesediaan konsumen untuk membayar (WTP) untuk menentukan nilai

suatu sistem alami atas jasa lingkungan. Pendekatan ini mencari ukuran pilihan

konsumen dalam situasi hipotesis dan bukan berdasarkan pada perilaku konsumen

dalam situasi nyata. Yang termasuk dalam pendekatan ini adalah pendekatan

permainan penawaran,pendekatan permainan alih tukar, pendekatan pilihan tanpa

biaya, teknik penilaian prioritas dan teknik penilaian Delpi.

Selanjutnya Munasinghe (1992) telah menyusun matrik taksonomi dari

teknik penilaian SDAL berdasarkan perilaku yang aktual dan yang potensial

seperti Tabel 1

Tabel 1 Taksonomi Teknik Penilaian Yang Relevan (Diadopsi dari Manasinghe

1992)

Keterangan Pasar

Konvensional Pasar Implisit

Pasar Yang

Dibangun

Berdasarkan

Perilaku yang

aktual

Efek Produksi

Efek Kesehatan

Biaya Depensif

Biaya Preventif

Biaya Perjalanan

Perbedaan Upah

Nilai Kepemilikan

Barang Pasar

Pengganti

Pasar Artifisial

Berdasarkan

Perilaku

potensial

Biaya Pengganti

Proyek Bayangan

Penilaian Konti-

Ngensi

Lain-lain

Penjelasan:

• Teknik Efek Produksi adalah suatu teknik penilaian ekonomi terhadap jasa

lingkungan yang didasarkan pada perubahan yang terjadi pada produksi, baik

bersifat peningkatanmaupunpenurunan. Berdasarkan teknik ini nilai jasa

perbaikan lingkunan adalah sebesar tambahan produksi yang terjadi (dalam

unit) akibat adanya upaya perbaikan kualitas lingkungan dikali dengan harga

per unit atau sebesar nilai kerugian yang dapat dihindari dari upaya perbaikan

kualitas lingkungan tersebut. Harga per unit yang dimaksud disini adalah

harga pengganti (replacement cost), bukan harga jual, karena dalam harga jual

sudah termasuk keuntungan yang diharapkan.

Page 54: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

54

• Teknik Efek Kesehatan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang

dikaitkan dengan kondisi kesehatan masyarakat. Berdasarkan metode ini nilai

jasa lingkungan dihitung sebesar biaya berobat (biaya dokter, beli obat-obatan,

dll) yang dikeluarkan masyarakat untuk penyembuhan penyakit yang

ditimbulkan oleh penurunan kualitas lingkungan.

• Teknik Biaya Pertahanan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang

dikaitkan dengan jumlah biaya dikeluarkan untuk mempertahankan kualitas

berada pada suatu tingkat tertentu.

• Teknik Biaya Pencegahan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan

berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya

degradasi lingkungan.

• Teknik Biaya Perjalanan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan untuk

sumberdaya rekreasional. Penggunaan metode ini memanfaatkan informasi

tentang waktu dan pengeluaran moneter yang dilakukan oleh para pengunjung

suatu tempat rekreasi untuk mengadakan perjalanan ke dan dari tempat

rekreasi. Teknik ini adalah untuk memprediksi kurva permintaan untuk

pemakaian suatu tempat rekreasi baik yang menggunakan pungutan masuk

maupun tidak.

• Teknik Perbedaan Upah adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang

dikaitkan dengan kondisi lingkungan kerja. Upah yang tinggi akan diberikan

pada pekerja yang bekerja pada daerah yang kualitas lingkungan tempat (kota)

kerja yang kurang baik, sebagai perangsang agar orang mau bekerja di sana.

Teknik ini pertama kalli digunakan oleh Mayer dan Leone (1977) di dalan

Hufschmidt et al.,(1983) yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa

perbedaan dalam upah berbagai kota ditafsirkan sebagai cerminan WTP

(dalam bentuk upah lebih rendah) untuk hidup dan bekerja di kota dengan

kondisi lingkungan dan kenikmatan lain yang lebih tinggi, atau Willingness to

accept (WTA) (dalam bentuk upah lebih tinggi) untuk hidup dan bekerja di

kota dengan kondisi lingkungan yang kurang baik.

• Teknik Nilai Milik adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang

didasarkan pada anggapan bahwa perubahan dalam kualitas lingkungan sekitar

akan mempengaruhi aliran manfaat milik pada waktu yang akan datang

Page 55: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

55

(diasumsikan faktor-faktor yang lain tetap) atau harga jualnya akan mengalami

perubahan. Menurut Rosen (1970, di dalam Hufschmidt et al., 1983), harga

kenikmatan didefenisikan sebagai harga tersirat karakteristik suatu milik

(misalnya luas, lokasi, kualitas, dan karakteristik unit perumahan) dan

dipertanyakan pada para pelaku ekonomi dari harga berbagai milik yang

diamati dan jumlah tertentu karakteristik yang berhubungan dengan hak

tersebut.

• Teknik Barang Pasar Pengganti, adalah suatu teknik penilaian jasa

lingkungan yang didasarkan pada nilai atau harga barang untuk penyediaan

barang-barang sebagai pengganti jasa lingkungan atau sumberdaya alam.

• Teknik Pasar Artifisial, adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan dengan

jalan menciptakan pasar tiruan untuk menentukan WTP untuk suatu barang

atau jasa lingkungan.

• Teknik Biaya Pengganti, adalah suatu teknik yang dapat digunakan bila

manfaat sosial bersih pemanfaatan tertentu tak dapat diperkirakan secara

langsung. Berdasarkan metode ini, nilai barang atau jasa lingkungan dihitung

sebesar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti atau membuat barang

atau jasa lingkungan dapat memberikan manfaat yang setara dengan

sebelumnya.

• Teknik Proyek bayangan, adalah suatu teknik penilaian untuk mengukur nilai

lingkungan yang terkena dampak dari proyek asli dengan jalan membuat

sebuah proyek bayangan untuk mengganti aset lingkungan tersebut.

Pariwisata

Gilbert (1990), dalam Vanhove, (2005) meyebutkan bahwa pariwisata

adalah kegiatan wisata yang meliputi kegiatan perjalanan ketempat tujuan atau

komonitas yang terkenal dalam jangka waktu singkat dalam rangka mwujudkan

kepuasan konsumen untuk satuatau kombinasi kegiatan

Rekreasi

Menurut Soekadijo (2000) rekreasi adalah kegiatan menyenangkan yang

dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia, kegiatan

tersebut bisa olahraga, membaca, mengerjakan hobi juga bisa dengan tamasya

singkat.

Page 56: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

56

Permintaan Rekreasi

Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang

diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan rekreasi secara mum yang dapat diharapkan (Douglas 1970).

Permintaan dalam rekreasi dapat berupa benda bebas yang didapat tanpa

membelinya, tetapi menjadi daya tarik bagi wisatawan sebagai objek pariwisata,

misalnya pemandangan yang indah, cahaya matahari, danau, pantai.

Menurut Wahab (1992) permintaan rekreasi dapat dibagi dalam dua

bagian, yaitu: 1) Permintaan potensial, yaitu sejumlah orang yang memenuhi

unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka dalam kondisi yang

siap untuk berpergian. 2) Permintaan aktual, yaitu orang-orang yang secara nyata

berpergian ke suatu daerah tujuan wisata.

Hedonic Price Method

Metode HDM adalah melakukan estimasi nilai implisit karakteristik atau

atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara

karakteristik yang dihasilkan dengan permintaan barang dan jasa (Fauzi,2004).

Misal permintaan rumah di tepi danau banyak ditentukan oleh karakteristik yang

dihasilkan dari danau tersebut. Metode biaya hedonik dapat digunakan untuk

estimasi manfaat ekonomi atau biaya ekonomi yang berhubungan dengan : 1)

kualitas lingkungan meliputi polusi udara, polusi air dan polusi suara. 2)

keindahan lingkungan seperti pemandangan yang indah/estetis atau kedekatan

dengan tempat rekreasi (King. M.D. dan Mazzota, 2000).

Metode HDM mempunyai asumsi-asumsi dasar sebagai berikut (Turner et

al., 1994): 1) harga yang diamati merupakan cermin kondisi keseimbangan pasar

yang sesungguhnya. 2) baik pihak penjual maupun pembeli mempunyai

pengetahuan yang sempurna mengenai komponen-komponen yang ada, baik

barang yang ada pasarnya maupun barang yang tidak ada pasarnya, serta

menganggap bahwa konsumen dalam hal ini adalah pengunjung akan bereaki

terhadap perubahan-perubahan yang berpengaruh pada tempat wisata tersebut. 3)

bahwa kesediaan membayar dari individu untuk suatu atribut tidak dipengaruhi

oleh atribut yang lain.

Page 57: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

57

Kesulitan metode biaya hedonik adalah (1) pengukuran manfaat rekreasi

dilihat dari perubahan lingkungan selalu menimbulkan bias dari nilai sebenarnya,

(2) metode biaya hedonik hanya dapat diaplikasikan bila rumahtangga atau

responden yang tingal di tempat itu mengetahui biaya atau manfaat tanda-tanda

lingkungan dan mereka mampu membatasi lokasi tempat mereka untuk memilih

atau kombinasi sifat lingkungan yang mereka inginkan.

Contingent Valuation Method

Metode CVM merupakan sebuah metode dalam mengumpukan informasi

mengenai preferensi individu atau kesediaan membayar atau WTP dengan

pertanyaan secara langsung (Haab dan McConnel, 2002). Pendekatan ini disebut

contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat

tergantung pada hipotesis yang dibangun (Fauzi,2004) CVM pertama kali

diperkenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di

Miami. Pendekatan ini populer pertengahan 1970-an ketika pemerintah Amerika

Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumberdaya alam.

Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non

pemanfaatan) sumberdaya alam atau nilai keberadaan. CVM bertujuan untuk

mengetahui keinginan membayar atau WTP dan keinginan menerima

(Willingness to accept) terhadap kerusakan lingkungan (Fauzi, 2004).

Menurut Garrod dan Willis (1999), Metode Kontingensi (CVM) adalah

suatu metode yang digunakan untuk memperoleh tanggapan terhadap WTP

sesorang untuk kualitas lingkungan yang berdasarkan pada kondisi hypothetical

market. Metode ini menanyakan berapa kesediaan membayar mereka untuk

memperoleh suatu manfaat. CVM memiliki dua kelebihan, yaitu 1) pada kasus

tertentu metode ini merupakan satu-satunya teknik yang dapat mengukur suatu

manfaat, 2) Metode ini dapat diaplikasikan pada berbagai kebijakan lingkungan.

Pendekatan CVM lebih fleksibel dan dapat digunakan bila data biaya

perjalanan tidak dapat diperoleh. Namu CVM memiliki beberapa kelemahan .

Kelemahan yang utama adalah timbulnya bias (Fauzi, 2004). Bias ini terjadi jika

nilai yang overstate dan understate secara sistematis dari nilai yang sebenarnya.

Sumber bias terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu :

Page 58: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

58

1. Bias yang disebabkan oleh strategi yang keliru. Hal ini terjadi karena pada saat

dilakukan wawancara dan dalam kuisioner dinyatakan bahwa responden akan

dipungut fee untuk perbaikan lingkungan, sehingga akan timbul

kecenderungan pada responden untuk memberi nilai understate dari nilai fee

tersebut, dan sebaliknya.

2. Bias yang disebabkan oleh rancangan penelitian. Biasini bisa terjadi jika

informasi yang diberikan kepada responden mengandung hal-hal yang

kontroversial.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran

sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan yang mendekati nilai sebenarnya, jika

pasar dari sumberdaya non-market tersebut benar-benar ada. Pasar hipotetik

sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus

mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotesis

yang digunakan untuk pembayaran.

Asumsi dasar dari metode CVM adalah, bahwa individu-individu

memahami benar pilihan mereka dan bahwa mereka cukup familiar konsidi

lingkungan yang dinilai, dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh-

sungguh apa yang akan mereka lakukan jika pasar untuk sumberdaya non-market

(lingkungan) benar-benar terjadi.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metode CVM ada enam (Hanley

dan Spash, 1993) :

1. Membuat pasar hipotesis

2. Memberikan tawaran

3. Mengestimasi nilai tengah WTP atau WTA

4. Estimasi kurva penawaran

5. Mengagregasi data

6. Evaluasi penggunaan CVM

Travel Cost Method (TCM)

Metode biaya perjalanan dapat dikatakan metode yang tertua untuk pengukuran

nilai ekonomi tidak langsung terhadap sumberdaya alam. Metode ini kebanyakan

digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka.

Page 59: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

59

Prinsip dari metode ini mengkaji biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu

untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut.

Metode biaya perjalanan dapat digunakan unuk mengukur manfaat dan

biaya akibat (Fauzi, 2004) :

a. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi

b. Penambahan tempat rekreasi baru

c. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi

d. Penutupan tempat rekreasi yang ada

Tujuan dari TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari

sumberdaya alam melalui pendekatan Proxy. Biaya yang dikeluarkan untuk

mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai Proxy untuk

menentukan harga dari sumberdaya alam (Fauzi, 2004). Waktu dan biaya

perjalanan yang dikeluarkan pengunjung merupakan harga untuk masuk ke tempat

rekreasi. Keinginan membayar seseorang dapat diduga berdasarakan jumlah

perjalanan yang disebabkan biaya perjalanan tiap pengunjung yang berbeda-beda,

analisis ini digunakan untuk menduga WTP seseorang berdasarkan jumlah

permintaan pada tiap harga yang berbeda.

Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan

mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan dari rekreasi pada umumnya .

Pendekatan biaya perjaanan (TCM) adalah suatu cara menilai barang yang tidak

memiliki harga (Hufschimdt et al ., 1987). Asumsi mendasar yang digunakan

pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap

aktivitas, misalnya bersifat dapat dipisahkan. Artinya, fungsi permintaan dari

kegiatan-kgiatan yang berlangsung di lokasi yang menjadi objek penelitian tidak

dipngaruhi oleh permintaan kegiatan rileks, seperti menonton televisi, dan belanja

(Fauzi, 2004).

Secara umum, terdapat dua teknik sederhana yang digunakan untuk

menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM (Fauzi, 2004), yaitu:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasi, yaitu pendekatan yang relatif simpel

dan murah karena data yang diperlukan relatif lebih banyak menggunakan

data sekunder dan beberapa data sederhana dariresponden saat survey. Tempat

rekreasi dibagi dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data jumlah

Page 60: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

60

pengunjung per tahun untuk memperoleh data kunjungan per 1000 penduduk.

Dengan memperoleh data ini dan jarak, waktu perjalanan, serta biaya setiap

perjalanan per satuan jarak (km), maka diperoleh biaya perjalanan secara

keseluruhan dan kurva permintaan kunjungan ke tempat wisata.

2. Pendekatan indvidual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari

survey, metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan

sistem zonasi, namum pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data

primer yang diperoleh melalui survey dan teknik statistik yang relatif

kompleks. Kelebihan metode ini adalah hasil yang lebih akurat.

Kelebihan metode biaya perjalanan (TCM) menurut King dan Mazzotta

tahun 2000, adalah : 1) metode biaya perjalanan menggunakan teknik empiris

konvensional, yang digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengukur nilai-nilai

ekonomi berdasarkan harga pasar, 2) metode biaya perjalanan mengacu pada

sikap dan tindakan yang nyata dan benar-benar pengunjung lakukan pada

situasi hipotetik, 3) metode ini mudah dilakukan, 4) survey di tempat akan

mendapatkan contoh yang benar, 5) hasil dari metode ini mudah untuk

dijelaskan.

Metode biaya perjalanan memeiliki beberapa kelemahan diantaranya :1)

Metode biaya perjalanan (TCM) dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap

individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang

dituju, 2) Metode biaya perjalanan tidak membedakan individu yang memang

dating dari kalangan pelibur (holiday makers) dan mereka datang dari wilayah

setempat, 3) pengukuran nilai dari waktu

2.8. Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Adanya keterpaduan antara pembangunan ekonomi dan lingkumgan

adalah merupakan syarat mutlak untuk melaksanakan pengendalian masalah

lingkungan dan penilaian keberhasilan pembangunan secara efektif. Untuk

mencapai keterpaduan tersebut diperlukan berbagai aturan atau kebijakan-

kebijakan yarg memungkinkan dilakukan untuk pencegahan dan pengurangan

tindakan-tindakan pengrusakan lingkungan. Berbagai alternatif instrumen

kebijakan telah dikembangkan, dianalisa, dan dipraktekkan untuk menghadapi

masalah-masalah lingkungan tersebut.

Page 61: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

61

Ada beberapa instrumen kebijakan yang dapat digunakan untuk

menangani masalah lingkungan, yaitu ( l ) pendekatan negosiasi langsung antara

pihak-pihak yang terlibat; (2) pendekatan perintah dan pengendalian; dan (3)

pendekatan mekanisme pasar.Tidak ada satu pendekatan yang dapat digunakan

untuk segala macam situasi, karena masing-masing pendekatan tersebut cocok

untuk suatu masalah dan tidak untuk yang lain(Tietenberg, 1992).

Pendekatan Negosiasi

Pendekatan negosiasi ini cocok digunakan bila pihak-pihak yang terlibat

relatif sedikit sehingga negosiasi bisa berlangsung dengan efisien. Untuk

menjelaskan bagaimana penggunaan pendekatan ini, Tietenberg (1992),

mengilustrasikan sebuah kasus di mana seseorang memutar kaset yang

menghasilkan suara musik stereo dengan keras sehingga mengganggu tetangganya

berupa polusi suara. Bagaimana hubungan antara harga suara perdecible dengan

kuantiatas suara per decible dilukiskan pada Gambar 5.

Harga Suara S’

D B

E

p C F

S D

G

0 q’ q Kualitas Suara (decible)

Gambar 5 :Alokasi Sumberdaya Milik Bersama

Gambar 5 memperlihatkan bahwa kurva DD’ adalah menggambarkan

permintaan tingkat suara oleh pemilik stereo, sedangkan kurva SS’

menggambarkan biaya marginal dari tingginya suara bagi tetangga. Bila pemilik

stereo tidak memperhitungkan kenyamanan tetangganya, maka dia pasti akan

memilih kuantitas suaranya sebesar q, yaitu tingkat suara yang hanya semata-mata

ditentukan oleh pemilik stereo sesuai dengan kenyamanannya, walaupun tingkat

suara yang efisien sebesar q’,yaitu tingkat keuntungan bersih yang maksimum.

Melalui negosiasi tingkat atau kuantitas suara yang efisien (q’) dapat

dicapai dengan jalan tetangga menawarkan pembayaran sebesar p untuk setiap

Page 62: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

62

secible suara yang dikurangi. Pemilik stereo akan mau mengurangi volume

stereonya pada tingkat q’ dengan demikian pemilik stereo akan kehilangan

keuntungan sebesar q’Eq dan memperoleh keuntungan sebesar Efq. Dilain pihak

tetangga akan menjadi lebih baik dari sebelumnya, walau membayar sebesar Efq,

tetapi tidak lagi memikul biaya yang lebih besar yaitu seluas daerah Ebqq’.

Secara teori kelihatannya sangat mudah, tetapi dalam kenyataanya sulit

untuk diterapkan, karena terbentur dalam masalah hak kepemilikan (property

right), sehingga terjadi konflik kepentingan. Untuk mengatasi masalah ini salah

satu jalan yang dapat ditempuh adalah melalui proses pengadilan guna

menetapkan aturan hak kepemilikan (properti rules) ataupun aturan liabilitas atau

pertanggungjawaban. Pengaturan hak akan menentukan siapa yang memegang

hak, sedangkan pengaturan pertanggung jawaban akan menentukan siapa yang

bertanggungjawab terhadap perbuatan yang mengganggu orang.

Dalam kasus ini menurut teori Caos (Caos, 1960 di dalam Yakin, 1997)

dikatakan bahwa kegagalan pasar dalam mengalokasikan sumberdaya tidak akan

terjadi kalau semua hak-hak telah didefenisikan dengan jelas.Selanjutnya

dikatakan bahwa di dunia di mana informasi lengkap, biaya transaksi atau

negosiasi rendah, serta pelaksanaan kontrak yang ketat,distorsi akibat eksternalitas

bisa dipecahkan dengan pendefinisian yang jelas tentang hak-hak tersebut.

Dikatakan bahwa alokasi sumberdaya yang efisien bisa juga dicapai terlepas dari

alokasi hak-hak diantara pihak-pihak yang bermasalah. Pengadilan bisa

mengalokasikan hak pada pihak-pihak yang bermasalah dan suatu alokasi yang

efisien bisa dicapai.

Bila negosiasi tidak tercapai maka pengadilan dapat beralih ke

pemberlakuan aturan pertanggungjawaban liabilitas. Dengan aturan ini pihak yang

terkena dampak akibat tindakan pihak tertentu, berhak menerima kompensasi

kerusakan sebesar kerugian yang dideritanya. Dengan demikian pada kasus di

atas, tetangga mengalami gangguan sebesar area di bawah garis EB. Jika pemilik

stereo menaikkan volume sampai pada tingkat q, maka pemilik stereo harus

membayar sebesar daerah Ebq. Bila pemilik stereo tahu akan membayar sebesar

daerah tersebut, maka dia akan menurunkan volume stereonya pada titik efisien

q’.

Page 63: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

63

Pendekatan Regulasi (Command and Control Approach)

Dalam pendekatan ini pemerintah mengeluarkan intruksi atau aturan yang

harus dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan atau

sumberdaya alam, kemudian melakukan pengendalian untuk memastikan apakah

ketentuan atau aturan-aturan yang telah ditetapkan dilaksanakan atau tidak. Jika

tidak maka pemerintah dapat memberikan sangsi hukum kepada setiap pelanggar.

Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dapat dibentuk standar

tertentu yang tidak boleh dilanggar, artinya sesuatu yang dikeluarkan oleh pelaku

ekonomi tidak boleh melebihi suatu ukuran tertentu. Pemerintah juga dapat

melakukan pelarangan atau pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan dan

peralatan-peralatan tertentu untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan.

Pendekatan Mekanisme Pasar

Pada dekade ini pendekatan mekanisme pasar menjadi perhatian yang

serius baik oleh praktisi lingkungan maupun pengambil kebijakan. Hal ini

disebabkan karena pendekatan ini lebih murah biayanya, bila dibandingkan

dengan pendekatan lainnya, tetapi lebih efektif. Pendekatan ini menggunakan

instrumen ekonomi untuk mencapai efisiensi dalam alokasi SDAL. Ada beberapa

instrumen ekonomi yang dapat digunakan, yaitu (1) pajak, (2) subsidi, (3) denda,

(4) pembatasan penggunaan input, (5) pembatasan terhadap output, dan (6) izin

emisi yang bisa diperjualbelikan.

2.9. Teori Tentang Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah merupakan suatu proses pengamatan individu yang berasal

dari komponen kognisi, yang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti

pengalaman,pendidikan, umur, kebudayaan, agama/kepercayaan dan sebagainya.

Manusia mengamati sesuatu objek psikologik yang berupa peristiwa, ide atau

situasi tertentu dengan kacamata yang diwarnai oleh nilai kepribadiannya. Pada

tahap selanjutnya komponen konasi yang menentukan kesediaan/kesiapan

jawaban berupa tindakan terhadap objek. Atas dasar tindakan ini, maka situasi

semula kurang/tidak seimbang menjadi seimbang. Keseimbangan ini mengandung

Page 64: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

64

arti bahwa antara objek yang dilihat sesuai dengan penghayatannya dimana unsur

nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional.

Menurut Krech (1975), persepsi atau pemaknaan individu terhadap suatu

objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data yang

diperoleh terhadap suatu objek tertentu akan masuk ke dalam kognisi mengikuti -

prinsip organisasi kognitif yang sama dan proses ini tidak hanya berkaitan dengan

penglihatan tetapi juga melalui semua indera manusia.

Persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan daya memahami sesuatu.

Asngari (1996), persepsi adalah interpretasi seseorang mengenai suatu objek yang

diinformasikan kepadanya.

2.10 Pemodelan Interpretasi Struktural

Salah satu teknik permodelan yang dikembangkan untuk

perencanaan kebijakan strategis adalah Teknik Permodelan Interpretasi Struktural

(Interpretative Structural Modelling – ISM). Menurut Eriyatno (2003) ISM

merupakan proses pengkajian kelompok yang berguna untuk memberikan

gambaran perihal yang kompleks dari suatu sistem dan melalui pola yang

dirancang secara saksama dengan menggunakan grafis dan kalimat akan

menghasilkan model-model struktural. Teknik ISM meskipun utamanya

ditujukan untuk pengkajian oleh sebuah kelompok, tetapi bisa juga

digunakan oleh seorang peneliti dengan melibatkan pakar multi disiplin.

Teknik ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk

menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang

sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau

aplikasi statistik deskriptif.

Menurut Saxena et al., (1992), analisis sistematis dari suatu program

atau objek secara holistik sangat bermanfaat agar tujuan program dapat

diimplementasikan dengan efektif dan memberikan manfaat bagi masyarakat

karena memenuhi kebutuhannya saat ini maupun masa mendatang. ISM

merupakan interpretasi dari suatu program atau objek yang utuh dan

mentransformasikan model mental yang tidak terang dan lemah penjelasannya

Page 65: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

65

menjadi model sistem yang terdefinisikan secara jelas hingga dapat dimanfaatkan

untuk perencanaan strategik dan formulasi kebijakan.

ISM merupakan salah satu metode permodelan berbasis komputer yang

dapat membantu kelompok untuk mengidentifikasi hubungan antara ide dan

struktur tetap pada isu yang kompleks. ISM dapat digunakan untuk

mengembangkan beberapa tipe struktur, termasuk struktur pengaruh, struktur

prioritas, ataupun kategori ide. ISM merupakan sebuah metode yang interaktif

dan diimplementasikan dalam sebuah wadah kelompok sehingga metode ini

memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya dan

memperluas pandangan dalam konstruksi yang cukup kompleks. ISM

menganalisis elemen-elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafis

dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. Elemen-elemen

dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, maupun faktor-faktor

penilaian. Sedangkan hubungan langsung dapat dalam konteks yang beragam

(Marimin 2005). Menurut Kanungo and Bhatnagar (2002), Eriyatno (2003)

dan Marimin (2005), langkah-langkah permodelan dengan menggunakan ISM

mencakup:

1) Identifikasi elemen: Elemen sistem diidentifikasi dan didaftar. Identifikasi

elemen dapat diperoleh melalui penelitian, diskusi curah pendapat

maupun cara yang lainnya.

2) Hubungan kontekstual: Sebuah hubungan kontekstual antar elemen

dibangun berdasarkan pada tujuan dari permodelan.

3) Matriks interaksi tunggal terstruktur (Structural Self Interaction Matrix

– SSIM): Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap

hubungan elemen yang dituju.

Empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang terdapat

antar dua elemen dari sistem yang dikaji adalah:

• V ..... hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, dan tidak sebaliknya

• A ..... hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, dan tidak sebaliknya

• X ..... hubungan interrelasi antara Ei dan Ej, dan dapat sebaliknya

• O ..... menunjukkan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan

4) Matriks Reachability (Reachability Matrix – RM) : Sebuah RM yang

Page 66: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

66

dipersiapkan kemudian mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah

matriks biner. Konversi SSIM menjadi SM menggunakan aturan-aturan

berikut,

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM maka elemen Eij = 1 dan

Eji = 0 dalam RM.

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM maka elemen Eij = 0 dan

Eji = 1 dalam RM.

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM maka elemen Eij = 1 dan

Eji = 1 dalam RM.

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM maka elemen Eij = 0 dan

Eji = 0 dalam RM.

RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh direct dan

indirect reachability, yaitu jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1.

5) Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi elemen-elemen

dalam level-level yang berbeda dari struktur ISM. Untuk tujuan ini, dua

perangkat diasosiasikan dengan tiap elemen Ei dari sistem: Reachability set

(Ri) adalah sebuah set dari seluruh elemen yang dapat dicapai dari

elemen Ei, dan Antecedent Set (Ai) adalah sebuah set dari seluruh elemen

dimana elemen Ei dapat dicapai. Pada iterasi pertama seluruh elemen,

dimana Ri = Ri ∩ Ai adalah elemen-elemen level 1. Pada iterasi-iterasi

berikutnya elemen-elemen diidentifikasi seperti elemen-elemen level dalam

iterasi-iterasi sebelumnya dihilangkan, dan elemen-elemen baru diseleksi

untuk level-level berikutnya dengan menggunakan aturan yang sama.

Selanjutnya, seluruh elemen-elemen sistem dikelompokkan ke dalam level-

level yang berbeda.

6) Matriks Canonnical: Pengelompokan elemen-elemen dalam level yang

sama mengembangkan matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian

besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan terendah

1. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph.

7) Digraph adalah konsep yang berasal dari Directional Graph, yaitu sebuah

grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan

Page 67: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

67

level hierarki. Digraph awal dipersiapkan dalam basis matriks canonical.

Graph awal tersebut selanjutnya dipotong dengan memindahkan semua

komponen yang transitif untuk membentuk digraph akhir.

8) Interpretive Structural Model: ISM dibangkitkan dengan memindahkan

seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual. Oleh sebab itu ISM

memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem dan

alur hubungannya.

Eriyatno (2003) menyatakan bahwa metode dan teknik ISM

dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub

elemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu

sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem

secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Struktur dari

suatu sistem yang berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman

tentang perihal yang dikaji. Menentukan jenjang dapat dilakukan dengan

berbagai pendekatan, namun harus memenuhi kriteria: a) kekuatan pengikat

dalam dan antar kelompok atau tingkat, b) frekuensi relatif dari oksilasi

dimana tingkat yang lebih rendah lebih cepat terguncang dari yang diatas, c)

konteks dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu

yang lebih lambat daripada ruang yang lebih luas, d) liputan dimana tingkat

yang lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah, dan e) hubungan

fungsional, dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat

yang mempengaruhi peubah cepat tingkat dibawahnya. Teknik ISM dapat

memberikan basis analisis program dimana informasi yang dihasilkan sangat

berguna dalam formulasi kebijakan dan perencanaan strategis. Selanjutnya,

Saxena et al. (1992) menyatakan bahwa penggunaan ISM dalam analisis,

program dapat dibagi menjadi sembilan elemen utama:

1) Sektor masyarakat yang terpengaruh

2) Kebutuhan dari program

3) Kendala utama program

4) Perubahan yang diinginkan

5) Tujuan dari program

6) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan

Page 68: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

68

7) Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan

8) Ukuran aktivitas untuk mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas

9) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program

Untuk setiap elemen dari program yang dikaji, selanjutnya dijabarkan

menjadi sejumlah sub-elemen. Kemudian ditetapkan hubungan kontekstual antara

sub-elemen yang mengandung adanya suatu pengarahan pada perbandingan

berpasangan. Hubungan kontekstual pada teknik ISM selalu dinyatakan dalam

terminologi sub-ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan antar sub-

elemen yang mengandung suatu arahan pada hubungan tersebut. Menurut

Eriyatno (2003) hubungan kontekstual dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif.

Keterkaitan antar sub-elemen dapat meliputi berbagai jenis hubungan seperti

disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan hubungan kontekstual tersebut, maka disusun Structural

SelfInteraction Matrix dengan menggunakan simbol:

V jika eij = 1 dan eji = 0

A jika eij = 0 dan eji = 1

V jika eij = 1 dan eji = 1

V jika eij = 0 dan eji = 0

Page 69: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

69

Tabel 2 Hubungan kontekstual antar sub-elemen pada teknik ISM

No Hubungan Interpetasi

1.

2.

3.

4.

5.

Pembandingan

(comparative)

Pernyataan

(definitive)

Pengaruh

(influence)

Keruangan

(spatial)

Kewaktuan

(temporal/time scale)

A lebih penting/besar/indah dari B

A 20% lebih berat dari B

A adalah atribut B

A termasuk di dalam B

A mengartikan B

A menyebabkan B

A adalah sebagian penyebab B

A mengembangkan B

A menggerakkan B

A meningkatkan B

A adalah

selatan/utara B A

diatas B

A sebelah kiri B

A mendahului B

A mengikuti B

Nilai eij = 1 berarti ada hubungan kontekstual antara elemen ke-i dan

elemen ke-j, sedangkan eij = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara

elemen ke-i dan elemen ke-j.Hasil penilaian ini kemudian dibuat dalam

Structural Self Interaction Matrix yang berbentuk tabel Reachability Matrix

(RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks

RM selanjutnya dikoreksi sampai menjadi matriks tertutup yang memenuhi

kaidah transitivitas.

Matriks RM yang telah memenuhi kaidah transitivitas kemudian

diolah untuk mendapatkan nilai Driver-Power (DP) dan nilai Dependence (D)

Page 70: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

70

untuk menentukan klasifikasi sub elemen. Eriyatno (2003) menyebutkan bahwa

untuk mengetahui peran masing-masing sub elemen, sub elemen

dikelompokkan ke dalam 4 sektor:

Sektor 1: Weak driver-weak dependent variables (Autonomous), sub elemen

yang berada pada sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan

sistem,mungkin mempunyai hubungan yang sedikit walaupun

hubungan tersebut bisa saja kuat.

Sektor 2 : Weak driver-strongly dependent variables (Dependent), sub elemen

yang berada pada sektor ini umumnya sub elemen yang tidak bebas

atau dipengaruhi oleh sub elemen lain.

Sektor 3 : Strong driver-strongly dependent variables (Linkage), sub elemen

yang berada pada sektor ini perlu dikaji secara hati-hati sebab

hubungan antar sub elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada

sub elemen tersebut akan memberikan dampak terhadap peubah

lain dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak.

Sektor 4 : Strong driver-weak dependent variables (Independent), sub

elemenyang berada pada sektor ini umumnya merupakan sub

elemen bebas yang memiliki kekuatan penggerak yang besar

terhadap sub elemen lain dalam sistem.

Page 71: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 (satu) tahun di Danau Maninjau Kabupaten

Agam Provinsi Sumatera Barat yang meliputi survei pemanfaatan danau untuk

perikanan, pemanfaatan irigasi, rekreasi dan domestik serta pemanfaatan PLTA.

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah peta lokasi penelitian. (Gambar 6)

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a) Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap sumber informasi dengan

menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka.

b) Kuesioner, yaitu memberikan pertanyaan tertutup terhadap responden.

c) Dokumentasi. Penggunaan teknik dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data yang berasal dari arsip laporan, dan dokumen tertulis

lainnya seperti literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni data primer

dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara,

kuesioner dan observasi, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan

penelusuran dokumen atau instansi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Setelah data diperoleh dilakukan analisis terhadap data tersebut melalui 3

jalur kegiatan secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992:16). Reduksi data adalah

proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”

yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan

kegiatan analisis data berupa penyusunan/penggabungan sekumpulan informasi

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Sedangkan penarikan kesimpulan adalah tahapan dalam analisis data

untuk menguji kebenaran atau validitas data .

Page 72: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

72

Gambar 6 Peta lokasi penelitian

Page 73: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

73

3.3.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Total SDAL Danau Maninjau

Untuk menentukan nilai ekonomi total Danau Maninjau sebagai suatu

SDAL, dilakukan identifikasi pemanfaatannya. Dari studi pendahuluan telah

diidentifikasi bahwa pemanfaatan Danau Maninjau adalah meliputi Nilai Guna

Langsung (NGL), Nilai Guna Tidak Langsung (NGTL), Nilai Pilihan (NP), dan

Nilai Bukan Guna (NBG). Nilai Guna Langsung dihitung berdasarkan nilai

pasar. Nilai Guna Tidak Langsung, Nilai Pilihan dan Nilai Bukan Guna dihitung

berdasarkan kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness to Pat = WTP)

Atas dasar pemanfaatan di atas, maka Nilai Guna Langsung (NGL)

Danau Maninjau diformulasikan sebagai berikut :

3.3.1.1. Nilai Guna Langsung (NGL)........................................... (1)

NGL = NEP + NEI + NER + NED + NEL

Dimana :

NGL = Nilai Guna Langsung

NEP = Nilai Ekonomi Perikanan

NEI =Nilai Ekonomi Irigasi

NER = Nilai Ekonomi Rekreasi

NED = Nilai Ekonomi Domestik

NEL = Nilai Ekonomi Listrik

3.3.1.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan

Untuk menentukan nilai ekonomi perikanan, dikumpulkan data primer

dari masyarakat sebagai pembudidaya dan nelayan penangkap ikan. Pemanfaatan

untuk perikanan terdiri dari dua bentuk yaitu budidaya Keramba Jala Apung

(KJA) dan ikan yang tumbuh secara alami (non-budidaya). Ikan yang tumbuh

secara alami ini ditangkap dan dipancing oleh nelayan dengan persyaratan yang

telah ditetapkan. Penentuan sampel untuk Petani Keramba Jala Apung dan

nelayan tangkap dilakukan metode simple random sampling yakni berdasarkan

usaha yang mereka jalankan. Sealanjutnya dilakukan wawancara terhadap

responden yang terpilih, yang tersebar di sekitar danau.

Nilai ekonomi perikanan adalah merupakan kumulatif dari seluruh

Page 74: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

74

manfaat yang dapat didefinisikan dari sumberdaya perikanan. Perhitungan nilai

ekonomi dengan menggunakan Analisis Manfaat Biaya (Gittinger, 1986) dimana

Manfaat bersih adalah berupa keuntungan dirumuskan sebagai berikut :

Keuntungan = Penerimaan - Biaya

Dengan demikian nilai ekonomi perikanan total dapat dihitung dengan

formulasi:

NEP = NEKJA + NENT .................................................(2)

NEP = NEKJA + NENT + NENP

NEP = (MBKJA x PKJA) + (MBNT x PNT) + (MBNP x PNT)

Dimana:

NEP = Nilai Ekonomi Perikanan

MBKJA=Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata petani per kg ikan

(Rp/kg)

PKJA= Produksi ikan dari KJA selama setahun (kg)

MBNT = Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata nelayan tangkap per

kg ikan (Rp/kg)

PNT = Hasil tangkapan ikan selama setahun (kg)

MBNP = Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata pemancing per kg

ikan(Rp/kg)

PNP = Hasil tangkapan memancing ikan selama setahun (kg)

3.3.1.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi

Dalam menentukan nilai ekonomi pemanfaatan irigasi diperlukan data

primer dan data sekunder. Data primer adalah berkaitan dengan semua biaya atau

pengorbanan untuk mendapatkan air guna mengairi sawah mulai dari pengolahan

awal sampai panen. Data primer dikumpulkan dari para petani di Daerah Aliran

Sungai (DAS) Antokan yang memanfaatkan air sungai Antokan sebagai

sumberdaya untuk irigasi pertanian. Data sekunder yang dibutuhkan adalah luas

areal sawah yang dapat diairi oleh Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Antokan

yang didapat dari instansi terkait dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Page 75: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

75

Untuk menentukan nilai manfaat irigasi digunakan metode biaya

pengadaan yang bertumpu pada WTP. Berdasarkan pendekatan ini maka semua

pengorbanan untuk dapat memanfaatkan air irigasi pertanian diasumsikan

sebagai kesediaannya untuk membayar. Jumlah pengorbanan yang dimaksud

adalah untuk iuran irigasi, perbaikan tanggul dan saluran irigasi, tenaga kerja

yang dibayar maupun yang diperhitungkan dan pengeluaran peralatan lain untuk

keperluan irigasi.

Seluruh biaya yang dikalkulasikan dari masing-masing rumahtangga

petani distandarisasi kedalam biaya pengadaan air irigasi per ha yaitu dengan

membagi seluruh biaya yang telah diperhitungkan dengan luas areal yang

dimilikinya, dengan rumus sebagai berikut;

NEI = BPA x LAI x IPR .......................................................(3)

Dimana:

NEI = Nilai Ekonomi Irigasi

BPA = Biaya pengadaan air/ha (Rp/tahun)

LAI = Luas areal sawah irigasi (Ha)

IPR = Intensitas Penanaman Rata-rata (kali/tahun)

3.3.1.1.3. Nilai Ekonomi Rekreasi

Untuk menentukan nilai ekonomi rekreasi digunakan pendekatan biaya

perjalanan (travel cost) dengan memanfaatkan informasi tentang waktu dan

pengeluaran uang yang dilakukan oleh pengunjung untuk perjalanan ke dan dari

danau (Fauzi, 2004). Dari informasi ini akan dapat digunakan untuk menghitung

surplus konsumen yang dinikmati oleh para pengunjung danau tersebut.

Pendekatan ini akan diasumsikan bahwa : (1) biaya dalam bentuk uang dan

waktu yang digunakan untuk mengadakan perjalanan ketempat rekreasi yang

tidak dipungut bayaran merupakan pencerminan dari kesediaan masyarakat

untuk membayar (WTP) tempat tersebut, (2) sehubungan dengan anggapan

pertama maka perubahan dalam biaya perjalanan akan merubah permintaannya

terhadap rekreasi tersebut.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yang dihimpun yaitu karakteristik pengunjung, jumlah

pengunjung perhari, biaya perjalanan ketempat rekreasi, waktu yang

Page 76: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

76

dikorbankan, serta penghasilan rata-rata pengunjung. Data sekunder yang

dihimpun adalah data tentang jumlah penduduk disetiap zona kunjungan.

Populasi dalam penentuan nilai ekonomi rekreasi ini adalah pengunjung

yang datang ketempat rekreasi selama tahun 2009. Penentuan sampel dari

populasi pengunjung dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu

sebagai berikut (Umar, 2003)

n = N/ (1+Ne2)..........................................................(4)

Keterangan

n = Jumlah sampel (orang)

N = Jumlah populasi (orang)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang

tidak bisa ditoleransi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara accidential sampling yaitu

pengambilan sampel secara kebetulan berdasarkan kesediaan pengunjung untuk

diwawancarai. Untuk pengunjung yang berkelompok/rombongan diambil

beberapa orang sebagai perwakilan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya

dikelompokkan berdasarkan daerah asal (zona) pengunjung.

Untuk mengetahui kurva permintaan dilakukan pengolahan data dengan

membuat regresi antara jumlah kunjungan per seribu penduduk dari daerah asal

(zona) pengunjung dengan biaya perjalanan dan faktor sosial ekonomi

pengunjung. Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi ini adalah sebagai

berikut (Hufschmidt,1983) dan penelitian Widada, 2004) :

1) Menentukan kurva permintaan dengan meregresikan antara permintaan (Y),

yaitu jumlah kunjungan per seribu penduduk dari masing-masing zona

dengan biaya perjalanan (X1), dan variabel sosial ekonomi lainnya (X2,

X3,... Xn)

Yw = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + µ…………..(5)

Keterangan:

Yw = Jumlah kunjungan per seribu penduduk (orang)

β0 = Intersep

X1 = Biaya perjalanan rata-rata (Rp)

β1,2,3,4,5 = Koefisien regresi

Page 77: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

77

X2,3,4,5 = Variabel sosial ekonomi

µ = Galat

Y = a + b1X 1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Є…………..(6)

Dimana masing-masing variabel adalah :

Y = Kunjungan per 1000 penduduk

X1 = Total rata-rata biaya perjalanan dari masing-masing zona (Rp/orang)

X2 = Rata-rata umur pengunjung

X3 = Pendapatan rata-rata (Rp/kapita/tahun)

X4 = Tingkat pendidikan

X5 = Lama kunjungan

Є = Galat

Jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

JK1000i = {(JSi/JSt) JPdm2009 x 1000} / JPi

Keterangan :

JK1000i = Jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dari zona ke-i

JSi = Jumlah sampel yang tersensus ddari zona ke-i

JSt = Total jumlah sampel yang disensus

JPdm2009 = Jumlah kunjungan ke lokasi rekreasi Danau Maninjau pada

tahun 2009

JPi = Jumlah penduduk zona ke-i pada tahun 2009

2) Menentukan intersep baru β0’ fungsi permintaan dalam keadaan peubah

bebas lain (X2,X3 ... Xn) tetap yaitu nilai rata-rata.

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + + β3X3 + ... + + βnXn

Y = (β0 + β2X2 + + β3X3 + ... + + βnXn) + β1X1

Y = β0’ + β1X1

3) Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X1 menjadi peubah tidak bebas

dan Y sebagai peubah bebas :

Y = β0’ + β1X1 → X1 = (Y- β0’ ) / β1

4) Menduga rata-rata total biaya perjalanan per seribu penduduk dari seluruh

zona dengan menggunakan persamaan matematik sebagai berikut :

U = ∫ f(Y)õ Y

Page 78: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

78

Keterangan :

U = Rata-rata total biaya perjalanan

F(Y) = Fungsi permintaan rekreasi

a = Rata-rata jumlah kunjungan per seribu penduduk

5) Menentukan nilai X1 (biaya perjalanan) pada saat Y rata-rata dengan

mensubtitusikan nilai Y rata-rata pada persamaan :

X1 = (Y - β0’ ) / β1

6) Menentukan rata-rata nilai yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan dengan

mengalikan X1 rata-rata pada langkah ke-5 di atas dengan Y rata-rata.

7) Menentukan surplus konsumen per seribu penduduk yaitu :

Surplus konsumen = Total kesediaan membayar – Nilai yang

dibayarkan

8) Memntukan Total Nilai Ekonomi Rekreasi yaitu terdiri dari kesediaan

membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen wisatawan yang

berkunjung ke lokasi rekreasi Danau Maninjau dengan cara mengkonversi

nilai tersebut dengan total jumlah penduduk di seluruh zona pengunjung

dengan rumus sebagai berikut :

TNER = (Nilai rata-rata x Jumlah penduduk) / 1000

3.3.1.1.4. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Domestik

Untuk menentukan nilai ekonomi pemanfaatan domestik digunakan dua

metode yaitu: (1) Metode berdasarkan jumlah waktu yang dikorbankan dan (2)

Metode penilaian kontingensi. Dalam penggunaan metode berdasarkan waktu

yang dikorbankan, data dikumpulkan dari masyarakat yang memanfaatkan air

danau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, dan

mencuci. Untuk memenuhi kebutuhan domestik tersebut masyarakat tidak perlu

mengeluarkan biaya, yang diperlukan hanya pengorbanan waktu untuk pergi dan

pulang mengambil air, untuk minum, mandi, dan mencuci. Hal ini didasarkan

pada asumsi bahwa pengorbanan waktu tersebut mencerminkan kesediaan

konsumen untuk membayar (WTP) dalam rangka menikmati manfaat domestik.

Manfaat ekonomi domestik ini dihitung dengan rumus:

NPD = P x t x Ht x 360 ......................................................(7)

Dimana:

Page 79: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

79

P = Jumlah Penduduk yang memanfaatkan air untuk kebutuhan domestik

T = Waktu (menit) yang dibutuhkan untuk pergi dan pulang ke/dari

danau

Ht = Harga waktu permenit

Data dikumpulkan dari penduduk yang tinggal di sekitar danau Maninjau

yang berpotensi memanfaatkan air untuk penggunaan domestik.

3.3.1.1.5. Nilai Ekonomi Listrik

Untuk mengetahui Nilai Ekonomi listrik ditentukan dengan cara

mengalikan jumlah energi listrik yang dihasilkan PLTA pertahun dengan harga

tarif dasar listrik.

Energi listrik yang dihasilkan per tahun ditentukan berdasarkan pola

pengoperasian PLTA Maninjau yang didasarkan pada prinsip keseimbangan air

pada tahun normal dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama,

menghitung ketersediaan volume air yang dapat dipergunakan untuk pemutar

turbin, Kedua, menghitung energi listrik yang dapat dihasilkan dengan cara

membagi jumlah volume air yang tersedia untuk pemutar turbindengan nilai

SWC (standar untuk menghasilkan 1 kwh listrik = 1,583m3 air). Ketiga,

menentukan nilai ekonomi listrik dengan cara mengalikan energi listrik yang

dapat dihasilkan dengan tarif listrik per kWh yang berlaku pada saat studi

dilakukan.

3.3.1.2. Nilai Guna Tidak Langsung (NGTL)

Untuk menghitung Nilai Guna Tidak Langsung dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kesediaan membayar atau WTP dari masyarakat

untuk membiayai upaya pelestarian danau. Nilai guna tidak langsung merupakan

mafaat fungsional dari proses ekologi dari sumberdaya danau diantaranya

sebagai pengendali banjir, tempat pembesaran ikan peliharaan, pemijahan dan

tempat mencari makan biota, wahana penelitian dan pendidikan konservasi.

Page 80: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

80

3.3.1.3. Nilai Pilihan

Nilai pilihan merupakan manfaat di masa yang akan datang dari

sumberdaya danau dengan penilaian berapa besarnya seorang individu atau

masyarakat sanggup membayar atau WTP untuk melindungi sumberdaya danau

untuk kepentingan masyarakat di masa depan.

3.3.1.4. Nilai Bukan Guna

Nilai bukan guna danau dihitung berdasarkan nilai eksistensi yaitu berapa

manfaat yang diperoleh dan dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan

sumberdaya danau, setelah manfaat lainnya dihilangkan, sehingga nilai yang

diperoleh merupakan cerminan nilai ekonomi keberadaan suatu komponen

sumberdaya.

3.3.2. Analisis Persepsi Masyarakat

Analisis ini untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar

Danau Maninjau terhdap eksistensi SDAL Danau Manijau dan dampak PLTA

Danau Maninjau, yaitu meliputi; (a) status kepemilikan SDAL Danau Maninjau;

(b) hak pemanfaatan SDAL Danau Maninjau untuk perikanan; (c) hak

pemanfaatan SDAL Danau Maninjau untuk pariwisata; (d) hak pemanfa atan

SDAL Danau Maninjau untuk irigasi; (e) hak pemanfaatan SDAL Danau

Maninjau untuk keperluan domestic; (f) kewajiban menjaga kelestarian Danau

Maninjau; (g) hak mengatur pengelolaan Danau Maninjau; (h) kondisi

pengelolaan eksisting Danau Maninjau; (i) pengelolaan dampak PLTA Maninjau

oleh PLN. Persepsi masyarakat tersebut dilihat dari karakteristik masyarakat

tersebut. Karakteristik masyarakat dapat dilihat dari beberapa factor, yaitu: (1)

umur, (2) tingkat pendidikan, (3) jenis pekerjaan, (4) pendapatan, dan (5) jarak

tempat tinggal dengan danau. Untuk melihat hubungan antara persepsi

masyarakat dengan karakteristiknya digunakan analisis Chi-Kuadrat. Bila

hubungan signifikan akan dilanjutkan dengan uji keeratan hubungan dengan

menentukan koefisien kontingensi.

Page 81: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

81

3.3.3. Perumusan Rancangan Kebijakan

Untuk merumuskan rancangan kebijakan perlu perumusan masalah

secara tepat. Rumusan masalah tersebut dilanjutkan dengan penetapan tujuan

dan sasaran yang ingin dicapai sebagai ukuran dari kinerja kebijakan.

Selanjutnya dilakukan peramalan tentang situasi dan kondisi yang akan terjadi

pada masa yang akan dating.

Metode pengumpulan data: data yang diperlukan berupa data primer dan

data sekunder. Data primer yang diperlukan dalam penyusunan rancangan

kebijakan pengelolaan danau berkelanjutan dilakukan dengan wawancara,

diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang

terdiri dari tokoh masayarakat di lingkungan danau, pembudidaya ikan,

pedagang pengumpul ikan, kelompok LSM, dan pejabat setempat, serta

wawancara dengan berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan kegiatan

tersebut.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan

dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait yaitu dari Dinas Perikanan,

Dinas Pertanian, Dinas Tataruang, Dinas Pariwisata, Dinas Meteorologi dan

Geofisika, Dinas Lingkungan Hidup, serta PLN.

Metode Analisis data: Data yang telah dikumpulkan baik data primer

maupun sekunder diolah dengan menggunakan program software ISM.

Page 82: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Sejarah terbentuknya Danau Maninjau

Danau maninjau merupakan danau tipe vulkano tektonik, yang diduga

masih terdapat aktivitas vulkanik di daerah tersebut dengan ditandai munculnya

belerang pada saat tertentu. Bentuk kaldera yang memanjang menunjukkan masa

erupsi yang lama pada waktu terjadi pergeseran lateral kanan pada jalur patahan

utama Sumatera. Gunung Maninjau tidak memperlihatkan sebuah gunung api

sempurna, hanya berbentuk kerucut terpancung. Puncak-puncak gunung yang

tinggi hampir mengelilingi kaldera maninjau, terutama di utara dengan

ketinggian mencapai 1.500 meter (Gn.Rangkian) dan di selatan dengan

ketinggian mencapai 1.252 meter (Gn.Tanjung Balit).

Daerah Danau Maninjau merupakan bagian dari sistem patahan besar

Sumatera. Pada bagian tengah merupakan patahan utama yang aktif. Pergerakan-

pergerakan pada patahan ini pada saat ini sudah diketahui di beberapa tempat

seperti yang terakhir berasosiasi dengan gempa bumi tanggal 9 Maret 1997 di

wilayah Pasaman, sekitar 75 km utara Maninjau. Tubuh raksasa gunung api

Maninjau diperkirakan berasal dari gunung api yang berbeda atau dari sebuah

gunung api kompleks yang tersusun dengan arah utara – selatan. Berdasarkan

bukti-bukti geomorfologi dan kemiripan fenomena, maka aktivitas gunung api

Maninjau berangsur-angsur bergeser dari utara ke selatan.

Tahapan pembentukan danau Maninjau adalah sebagai berikut:

� Pra Aktivitas Gunung Api

Tahap ini adalah suatu masa ketika tekanan tektonik yang meningkat di

sepanjang kawasan bagian barat Sumatera dan diikuti oleh pembentukan

patahan-patahan. Di bagian barat sepanjang Zona Patahan Besar Sumatera

muncul patahan-patahan yang merencong dan berarah vertikal, khususnya di

daerah Maninjau.

Pra Pembentukan Kaldera

Naiknya magma telah melahirkan sejumlah gunung api, salah satu

diantaranya adalah Gn. Maninjau, yang dapat mencapai ketinggian 3.000

Page 83: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

83

meter. Pipa kepundannya secara berangsur-angsur berpindah-pindah dari

utara ke selatan, yang juga merupakan pusat-pusat letusan. Melalui cara-cara

tersebut sebuah gunung api kompleks terbentuk, dan gunung api pertama

terbentuk di utara mempunyai kerucut tertinggi dan terbesar, sebagaimana

dapat dideduksi dari geomorfologinya. Dengan cara yang sama aktifitas

vulkanik ke arah selatan ini juga telah mengakibatkan lahirnya gunung api

kembar yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat.

� Endapan Tufa di Sumatera Barat

Endapan merupakan hasil erupsi celah Sistem Patahan Besar Sumatera.

Kaldera Maninjau merupakan hasil dari tiga letusan utama yang meledakkan

sampai hancur inti gunung api sentral tersebut dan mengubur daerah

sekitarnya dengan tufa.

� Pembentukan Kaldera Maninjau dan Ganesa Lembah Antokan

Setelah magma asam disembur, tubuh raksasa gunung api Maninjau

terbongkar dari penyangganya dan mulai tenggelam. Gunung api tersebut

berlokasi dekat dengan dapur magmanya. Oleh karena itu, kaldera Maninjau

adalah juga sisa gunung api Maninjau yang telah mengalami perubahan

amat besar sebagai hasil amblasan dan runtuhan. Bersamaan dengan

terjadinya perubahan-perubahan bentuk-bentuk lain di kedalaman dan

ditambah dengan rekahan-rekahan konsentris yakni kerusakan-kerusakan

radial di bagian barat dari tunuh gunung api tersebut, serta diikuti oleh

pelengkungan dan perosotan bagian permukaan yang membentuk lobang

terobosan Antokan, maka selanjutnya terjadi proses lembah Antokan.

Fenomena tubo belerang dimana munculnya belerang yang di danau

Maninjau pada waktu yang lalu diperkirakan tidak lepas dari sisa-sisa

kegiatan vulkanis pada masa lalu seperti dikemukakan di atas.

4.2. Letak Geografis

Danau Maninjau sendiri terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten

Agam – Sumatera Barat (Gambar 2.1) dan posisinya terletak pada 100' 08'

53,84" BT - 100' 14' 02,39" BT dan 0' 14' 52,50" - 0' 24' 12,17" LS. Berdasarkan

peta iklim oleh Oldman (1979) dan hidroklimat dasar oleh Bakosurtanal (1987),

Page 84: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

84

Kabupaten Agam dibagi atas 4 kelas curah hujan (Kabupaten Agam, 2001).

Kabupaten Agam termasuk dalam daerah dengan curah hujan mencapai 2.500 –

3.500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1 – 2 bulan berturut-turut. Dengan

didasari pada pengamatan hujan 1983 – 2004, wilayah Danau Maninjau secara

klimatologis berdasarkan Schmid dan Fergusson sangat basah dan berdasarkan

klasfikasi Mohr termasuk wilayah basah.

4.3. Fisiografi

Kondisi fisiografi Danau Maninjau meliputi kondisi topografi, kemiringan

lereng, morfologi dan jenis tanah. Kondisi tersebut tergantung pada proses

pembentukannya seperti letusan gunung api longsoran pada danau, sedimentasi,

kebocoran karena perlarutan pada batuan atau adanya sesar. Kawasan Maninjau

dan sekitarnya terletak pada ketinggian 461,50 meter diatas permukaan laut

(mdpl). Dominasi kondisi topografi di kawasan Maninjau adalah datar

(kemiringan 0 – 2%) seluas 115,51 Ha dan merupakan wilayah sempadan danau

dimana terdapat permukiman (perumahan, hotel, restoran dan sebagainya) dan

persawahan. Sedangkan wilayah perbukitan dengan lereng > 15% seluas 95,79

ha dimana sebagian berupa hutan, disamping itu juga ada persawahan. Danau

Maninjau terletak di wilayah pegunungan yang terbentuk dari 2 jalur utama,

yaitu Basin Batang Agam di bagian utara dan Batang Antokan di bagian selatan.

Morfologi dataran pembentuk danau Maninjau berupa endapan alluvium sungai

dan danau, yang berupa bahan- bahan lepas dan berukuran lempung hingga

kerakal serta endapan kipas alluvium. Selain morfologi dataran, daerah danau

Maninjau juga termasuk ke dalam satuan morfologi gunung api strato dengan

kemiringan terjal hingga melandai ke arah barat sekitar Lubuk Basung dan

sungai Limau. Bahan induk tanahnya terdiri dari tuf vulkanik, baik yang telah

lapuk maupun segar. Tanah yang terbentuk adalah kelompok inceptisol, entiso,

dan oxisol atau yang dikenal dengan andosol dan latosol.

Page 85: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

85

4.4. Hidrologi

Berdasarkan peta batimetri Danau Maninjau dari LIPI (2001), morfometri

Danau Maninjau dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Morfometri Danau Maninjau

No. Parameter Satuan Nilai

1. Luas permukaan air Ha 9.737,50

2. Panjang maksimum Km 16,46

3. Lebar maksimum Km 7,50

4. Kedalaman maksimum M 168,00

5. Kedalamam rata-rata M 105,20

6. Panjang garis pantai Km 52,68

7. Volume air m3 10.226.001.629,20

8. Catchment area Ha 13.260,00

Sumber: RTRW Kabupaten Agam 2004

Dari Tabel di atas, Danau Maninjau berkedudukan memanjang arah utara –

selatan dengan panjang 16,46 Km dan lebar 7,5 km, dan memiliki outlet yaitu

sunhai Batang Antokan yang mengalir ke arah Barat. Direktorat Geologi Tata

Lingkungan (1997) menyebutkan Danau Maninjau merupakan kaldera yang

berada di bagian tengah gunung Maninjau yang berukuran panjang 20 km dan

lebar 8 km. Di dalam danau terdapat beberapa pulau kecil dengan luas hanya

beberapa ratus m2. Semakin ke arah selatan danau kedalaman semakin

meningkat dengan kemiringan dasar yang semakin curam. Titik-titik terdalam

dari danau ini berada di wilayah bagian selatan. Daerah bagian barat danau

memiliki kedalaman lebih dari 20 meter dengan dasar danau yang terjal. Dinding

kaldera secara keseluruhan hampir berupa tangga (undak-undak), khususnya di

bagian selatan dan tenggara, yang merupakan hutan primer. Dibagian utara

relatif landai dan terbuka, merupakan areal persawahan penduduk.

Sumber Air Danau

Keberadaan Danau Maninjau tidak terlepas dari siklus hidrologis. Air yang

masuk ke danau berasal dari:

1) Air hujan yang langsung masuk danau

Page 86: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

86

Dengan didasari pada pengamatan hujan selama 1983 – 2004, rata-rata curah

hujan bulanan di Maninjau dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 tersebut,

wilayah Danau Maninjau secara klimatologis berdasarkan Schmidt dan

Fergusson sangat basah.

Tabel 4 Rata-Rata Curah Hujan Danau Maninjau (dalam mm) Tahun

1983 – 2004

No. Bulan Curah Hujan (mm)

1 Januari 261

2 Pebruari 169

3 Maret 277

4 April 309

5 Mei 260

6 Juni 167

7 Juli 271

8 Agustus 256

9 September 317

10 Oktober 320

11 Nopember 473

12 Desember 338

Rata-Rata Tahunan 3.418

Neraca air danau (inflow dan outflow serta evaluasi muka air danau) erat

kaitannya dengan curah hujan seperti terlihat pada Tabel 4.

2) Air permukaan

Air permukaan yang mengalir melalui penyaluran yang telah terbentuk,

berdasarkan data yang ada (Laporan Rencana Tata Ruang Danau Maninjau,

2003) ada 88 sungai-sungai kecil yang bermuara di Danau Maninjau dan 33

sungai yang senantiasa berair sepanjang tahun. Sisanya hanya berair pada

musim hujan. Berdasarkan laporan LIPI (2001), fluktuasi permukaan air

danau adalah sebanding dengan pola curah hujan. Hal ini mengindikasikan

bahwa curah hujan yang jatuh ke danau maupun yang mengalir melalui pola

penyaluran memiliki kontribusi sangat besar. Jadi komponen yang terkait

Page 87: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

87

dengan aliran permukaan (run off) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kuantitas dan kualitas air Danau Maninjau.

Tabel 5 Necara Air Danau Maninjau 2001 – 2005

N

o.

Neraca Air Bulan

Jan Peb Mar April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nop Des

I Tahun

2001

1. Curah

Hujan (mm)

169 257 160 159 200 193 99 224 200 428 278 115

2. Inflow (m3/dtk)

13.40 29.56 16.12 17.84 14.12 12.91 7.35 8.28 11.23 10.44 13.40 11.12

3. Outflow

(m3/dtk)

12.79 34.31 22.69 12.90 15.75 15.67 17.01 12.36 12.59 12.00 13.02 13.49

4. Elevasi

(mdpl)

463.98 463.82 463.55 463.88 463.23 463.37 463.34 463.05 462.71 463.71 463.02 463.33

II Tahun

2002

1. Curah

Hujan

(mm)

144 88 188 400 387 255 288 150 435 368 441 409

2. Inflow

(m3/dtk)

9.43 6.41 7.17 11.83 15.70 10.51 11.28 9.70 14.96 18.04 17.04 17.84

3. Outflow

(m3/dtk)

8.82 9.03 4.44 4.00 6.49 5.50 10.56 15.73 18.43 21.40 10.60 9.14

4. Elevasi (mdpl)

462.57 462.38 462.48 462.88 463.23 463.23 463.34 463.05 462.71 462.71 463.02 463.33

II

I

Tahun

2003

1. Curah

Hujan

(mm)

503 56 432 554 203 131 26 347 207 165 208 288

2. Inflow

(m3/dtk)

12.09 7.70 13.56 33.64 19.22 9.48 9.24 15.14 17.55 19.20 22.24 28.48

3. Outflow

(m3/dtk)

7.91 8.37 6.58 22.57 28.54 8.25 9.56 12.53 18.87 17.03 18.45 25.16

4. Elevasi

(mdpl)

463.48 463.42 463.50 464.05 463.66 463.61 463.61 463.69 463.62 463.67 463.81 463.84

I

V

Tahun

2004

1. Curah Hujan

(mm)

29 165 96 238 90 36 163 61 240 361 163 361

2. Inflow

(m3/dtk)

20.12 17.29 15.91 11.82 11.77 6.59 9.84 6.38 9.93 11.77 16.35 6.38

3. Outflow

(m3/dtk)

20.27 17.29 15.99 11.75 13.60 13.07 14.81 11.87 11.67 11.16 10.63 11.93

4. Elevasi

(mdpl)

463.39 463.30 463.08 463.34 463.27 463.03 462.84 462.63 462.54 462.84 463.11 463.45

V Tahun

2005

1. Curah

Hujan (mm)

290 185 162 238 90 36 163 81 241 361 163 163

2. Inflow

(m3/dtk)

13.80 5.60 9.80 12.30 8.40 2.80 5.10 14.60 24.10 20.05 19.50 18.00

3. Outflow

(m3/dtk)

12.89 9.89 7.32 7.04 7.47 7.78 8.86 12.86 19.13 20.76 24.26 22.83

4. Elevasi

(mdpl)

463.45 463.47 463.31 463.39 463.57 463.59 463.50 463.34 463.39 463.56 463.49 463.29

Sumber: Laporan PLTA-Maninjau – Tahun 2005

Page 88: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

88

Sungai-sungai yang bermuara di Danau Maninjau memiliki perbedaan tipe.

Sungai-sungai yang bermuara di utara danau memiliki pola linier (tidak

bercabang) dan yang sungai-sungai yang bermuara di sebelah barat danau

berpola dendritik. Artinya di daerah yang sungai berpola linier, keterbatasan

air menjadi persoalan. Sementara itu di daerah dengan pola dendritik,

pembukaan lahan lebih cepat terjadi.

3) Air tanah

Pada dasarnya air tanah merupakan air permukaan yang tertampung dalam

bumi dan terakumulasi pada lapisan batuan pembawa air atau yang disebut

sebagai akuifer. Berdasarkan peta hidrogeologi Indonesia tahun 1990 dapat

diketahui bahwa daerah sekitar Danau Maninjau termasuk dalam satuan

morfologi gunung api strato yang tersusun terutama atas litologi andesit dan

tufa batu apung. Dengan satuan litologi seperti diatas, maka sistim akuifer

daerah ini dikelompokkan kedalam sistim akuifer dengan aliran melalui

ruang antar butir dan rekahan. Struktur hidrogeologi seperti diatas juga

menyebabkan di beberapa daerah sekitar Danau Maninjau merupakan daerah

dengan ketersediaan air tanah langka.

Kondisi hidrologi seperti diatas berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan

air penduduk. Makin mendekati bibir danau, maka penduduk di sekitar danau

akan cenderung untuk langsung mengambil air danau dan memanfaatkannya.

Danau Maninjau mempunyai daerah resapan seluas 13.260 Ha. Luas daerah

resapan tersebut relatif kecil dibandingkan dengan luas permukaan air danau

(9.737,50 Ha) dengan volume air danau sebesar 10.226.001.629,2 m3 dimana

Volume Quotient dan Area Quotient masing-masing sebesar 0,013 dan 1,38

(LIPI, Juli 2001). Hal ini merupakan indikator peranan aliran air tanah cukup

besar.

Erosi dan Sedimentasi

Dengan melihat pentingnya air permukaan dan air tanah sebagai pemasok

air Danau Maninjau, maka pengelolaan daerah tangkapan (catchment area)

menjadi kunci dalam pengelolaan dan pemanfaatan Danau Maninjau.

Penggunaan tanah pada daerah tangkapan, disamping berpengaruh terhadap

neraca air (water balance) juga berpengaruh terhadap kualitas air danau seperti

Page 89: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

89

penggunaan pupuk dan pestisida dari kegiatan pertanian, dan sampah domestic

yang berasal dari permukiman sekitar danau serta pakan dari keramba apung.

Pola pemanfaatan tanah di kawasan danaupun mengalami perubahan yang cukup

signifikan selama 20 tahun terakhir. Tekanan ekonomi menyebabkan migrasi

petani ke lereng-lereng gunung sehingga menyebabkan terjadinya erosi akibat

kerusakan hutan, perubahan pola tata air.

Spot penyebaran pembukaan dan pemanfaatan lahan terlihat semakin

meluas di daerah sebelah utara dan timur danau. Berdasarkan kenampakan citra

satelit, penggunaan tanah existing didominasi oleh kegiatan lading, hutan, sawah

dan semak belukar. Kegiatan yang sifatnya produktif adalah lahan basah dan

persawahan. Semak belukar mengindikasikan adanya lahan terlantar di kawasan

danau, penggunaan lahan juga tersebar di dalam kawasan.

Dampak dari penggunaan tanah diatas bahwa kalau pada tahun 1929

kedalaman maksimum danau Maninjau 169 meter (Thienemann, 1957), maka

kedalaman maksimum pada tahun 2001 (Laporan LIPI, Nop 2001) adalah 165

meter. Berarti dalam jangka waktu 72 tahun terjadi perubahan kedalaman

maksimum danau Maninjau sebesar 4 meter. Perubahan ini karena adanya

endapan sediment akibat erosi karena terbukanya lahan-lahan di sekitar danau

Maninjau.

Kualitas Air Danau

Kajian mengenai kualitas air danau Maninjau yang dilaksanakan oleh

Tim Geologi dan Sumberdaya Mineral, Kanwil Deptamben Sumatera Barat

tahun 1997 di 8 titik lokasi air permukaan sekitar danau Maninjau dan pada

kedalaman 10 meter terlihat bahwa kondisi keasaman (pH) di 8 lokasi adalah

normal. Hanya Nitrit di lokasi yakni Muko-Muko yang melebihi nilai ambang

batas, sementara 6 lokasi lainnya tidak terdeteksi. Kadar oksigen cukup baik, dan

kandungan sulfide dan asam sulfat tidak terdeteksi. Tingginya konsentrasi asam

tersebut tidak terlepas dari fenomena tubo belerang. Fenomena tubo belerang

merupakan sebuah fenomena alam. Dalam sejarah geologi pembentukan danau

Maninjau bahwa di dasar terdapat deposit senyawa belerang sebagai sisa-sisa

kawah/kaldera gunung api. Kandungan belerang yang terendapkan di kedalaman

yang tidak memungkinkan cahaya masuk telah mengakibatkan terjadinya proses

Page 90: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

90

anaerob oleh bakteri, sehingga belerang yang sebelumnya tidak membahayakan

bereaksi membentuk senyawa kimia beracun. Senyawa inilah yang

menyebabkan matinya ikan-ikan jala apung di Danau Maninjau.

Hampir setiap tahun di kala musim angin kencang (angin darek istilah

lokal) yaitu bulan Desember, Januari, dan Pebruari, tubo belerang keluar dari

bagian dasar danau dan menghantam tempat-tempat tertentu di permukaan

danau. Seringnya tubo belerang naik ke permukaan menyebabkan matinya ikan

dalam jumlah yang besar. Pada tahun 1997 jumlah ikan yang mati sebanyak 30,5

ton. Daerah perairan bagian barat Danau Maninjau pada umumnya terhindar dari

bencana itu. Sebelum budidaya ikan dalam jala apung berkembang di danau

Maninjau, justru tubo belerang sangat menguntungkan bagi penduduk karena

dapat mengambil ikan yang telah mabok akibat tubo belerang dengan mudah.

Disamping kasus tubo belerang juga terjadi kasus blooming microcytis dimana

permukaan danau dipenuhi oelh ganggang microcytis yang mengapung dan

menyebabkan air danau menjadi berwarna hijau. Kasus itu diindikasikan adanya

eutrofikasi air danau, yaitu penumpukan unsure hara secara berkelebihan pada

badan air danau. Bentuk morfologi danau dengan kedalaman mencapai 165

meter menyebabkan tidak terhindarinya endapan bahan organic dari pakan ikan

yang terendapkan di dasar danau yang secara alamiah akan terdegradasi secara

anaerobic (degradasi mikrobiologis pada kondisi tanpa adanya udara) yang akan

menghasilkan beberapa gas, diantaranya menimbulkan bau dan beracun. Gas ini

akan keluar pada periode tertentu tergantung seberapa besar akumulasi gas di

dasar danau.

Penelitian mengenai kualitas air Danau Maninjau oleh Universitas Bung

Hatta memperlihatkan bahwa sebelum bulan Desember 1999 ternyata suhu air,

kecerahan, pH, O2, CO2, NH3, H2SO dan PO4 mendukung aktivitas budaya ikan

keramba apung. Namun kualitas air Danau Maninjau pada bulan Desember 1999

sangat jelek, karena pada waktu itu terjadi peristiwa umbalan (pembalikan masa

air) akibat hujan, angina dan arus air yang kencang sehingga air permukaan

mengalami Sindrom Oksigen Terlarut /SOT (Hafrijal Sandri, 2004) yang diikuti

meningkatnya kandungan CO2 bebas, NH3, dan turunnya pH, terlepasnya gas

beracun H2S dan kekeruhan sangat tinggi.

Page 91: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

91

4.5. Biologi

Berkaitan dengan kehidupan biota yang ada di danau Maninjau, ada 3

jenis yang utama yakni:

• Jenis ikan ekonomis penting

• Kelimpahan Fitoplankton

• Enceng gondok yang tumbuh subur di Danau Maninjau

Jenis ikan ekonomis penting

Program pengelolaan perikanan berbasis budidaya (Culture Based

Fisheries) adalah pengelolaan perikanan tangkap di Danau Maninjau oleh

kelompok masyarakat setempat dengan dukungan kegiatan pembenihan dari

kegiatan budidaya. Tujuan dasar pengelolaan perikanan berbasis budaya adalah :

(1) penambahan atau mempertahankan satu atau sejumlah spesies ikan, (2)

peningkatan produksi total spesies yang diinginkan sampai tingkatan aman bagi

keberadaan stok.

Tabel 6 Jenis Ikan Danau Maninjau Hasil Penelitian

No Jenis Ikan Tahun 1984 Jenis Ikan Hasil

Pemantauan 2005

Nama

Indonesia

Nama Lokal

1. Osteochilus haselti CV Osteochilus haselti CV Nilam Asang

2. Rasbora lateristriata Rasbora lateristriata Rasbora Bada

3. Puntius swanefeldi * Lampam Kapiek

4. Puntius fasciatus * Kparas Sipareh

5. Labeobarbus tambroides * Garing Garieng

6. Hampala macrolepidota Hampala macrolepidota Hampal Barau

7. Tilapia musambica * Mujair Mujaie

8. Macrones numerus * Baung Baung

9. Osphronemus gurami * Gurami Kalai

10. Anabas tertudineus Anabas tertudineus Betok Puyu

11. Dermogenya pussilus Dermogenya pussilus * Ideh-ideh

12. Anguilla mauritiana * Sidat Kaelan/Panjang

13. Ophicephalus stritus Ophicephalus stritus Chana Kiuang

14. * * Rinuk Rinuek

Keterangan:

* : tidak ditemukan

Data 1984 : Hasil Studi PSL Unand 1984

Data 2005 : Hasil Studi LPPM Bung Hatta ( Syandri dkk, 2005)

Dari hasil penelitian seperti disajikan pada Tabel 6, ternyata jenis ikan

lokal yang terdapat di Danau Maninjau sudah berkurang dari 14 spesies menjadi

7 spesies. Penyebab berkurangnya ikan lokal antara lain oleh penangkapan yang

tidak terkendali, perubahan kualitas air, adanya ikan pemakan telur dan

Page 92: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

92

terputusnya ruayanya ikan antara sungai dengan danau yang disebabkan oleh

weir PLTA. Jenis ikan yang terputus ruayanya akibat weir antara lain ikan

eel/sidat (ikan panjang), dan ikan garing. Ikan sidat dan ikan garing memiliki

nilai ekonomis. Tingkah laku ikan panjang (sidat) tergolong unik, pada stadia

juvenil sampai dewasa, ikan ini hidup di air tawar seperti pernah ditemukan di

danau Maninjau. Proses pematangan gonad dimulai di danau dan selama

perjalanan di sungai menuju laut dalam. Kemudian ikan ini akan memijah di laut

dalam, setelah memijah induk ikan panjang akan mati, sedangkan larva dan

anakannya akan kembali ke Danau Maninjau melalui batang Antokan, akibat

dari adanya weir ikan panjang tidak dapat melaksanakan siklus hidupnya karena

ruayanya terputus.

Kelimpahan Fitoplankton

Jenis-jenis fitoplankton yang terdapat di Danau Maninjau berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan tahun 2005 terdiri dari 70 jenis yang

tergolong kedalam 5 devisi yaitu Cyanophyta, terdiri dari 20 jenis, Chlorophyta

35 jenis, Bacillariophyta terdiri dari 12 jenis, Eulenophyta 2 jenis dan

Phyrophyta 1 jenis. Perairan Danau Maninjau dinyatakan tergolong eutrof.

Tingginya kelimpahan plankton disebabkan karena banyak terdapat budidaya

ikan dengan keramba jarring apung, limbah pellet yang tidak termakan oleh ikan

hasil eksresi dapat meningkatkan kandungan hara berupat Nitrat dan Fospat.

Hasil dekomposisi selalu mengandung nutrient (N dan P) yang dapat memacu

pertumbuhan fitoplankton yang ada, dan jika suplai nutrient terjadi secara

continue bias terjadi blooming yang pada gilirannya akan merugikan kehidupan

semua organisme yang ada dalam badan air tersebut termasuk ikan yang

dibudidayakan. Menurut Michael (1984) nitrat dan fospat merupakan dua unsure

hara yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan merupakan factor pembatas untuk

pertumbuhan plankton.

Realitas Tumbuhan Air (Enceng Gondok) di Danau Maninjau

Enceng gondok (Eichornia crassipes) di Danau Maninjau mulai terjadi

peningkatan pertumbuhannya sejak tahun 1998. Dipicu oleh terjadi penyuburan

perairan dari unsur Fospor yang berasal dari limbah KJA, limbah pertanian dan

limbah detergen yang berasal dari penduduk sekitarnya. Manfaat enceng gondok

Page 93: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

93

di Danau Maninjau dari segi pencegahan pencemaran dapat merubah nutrient

anorganik menjadi bahan organic, melalui aktifitas fotosintesa, enceng gondok

memproduksi oksigen ke lingkungan sekitarnya. Selain itu juga dapat

menyediakan naungan bagi biota ikan local dan sebagai sumber makanan bagi

ikan herbivore.

Untuk menjaga tumbuhan air (enceng gondok) agar mempunyai nilai estetika

yang baik, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penebaran ikan Grass Carp untuk memanen secara biologis enceng gondok.

2. Pemanfaatan enceng gondok sebagai makanan ternak dalam bentuk kompos,

karena enceng gondok mempunyai nilai nutrisi yang baik.

3. Pembatasan pemasukan unsur Fosfor ke danau yang berasal dari budidaya

ikan dengan KJA, limbah pertanian dan limbah detergen.

4. Membuat perangkap/batas penyebaran enceng gondok pada kawasan yang

ditumbuhi enceng gondok.

4.6. Kondisi Umum Administrasi Danau Maninjau

Secara administrasi, sebagian besar catchment area Danau Maninjau

termasuk dalam Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Jumlah penduduk

Kecamatan Tanjung Raya dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Raya Tahun 2009

No. Nagari Jumlah Penduduk

1. Maninjau 3.676

2. Bayur 5.442

3. Duo Koto 3.283

4. Paninjauan 1.742

5. Koto Kaciak 3.541

6. Koto Gadang 2.020

7. Koto Malintang 3.577

8. Tanjung Sani 4.766

9. Sungai Batang 4.951

Total 32.998

Dengan bertambahnya penduduk, maka jumlah kebutuhan akan lahan dan

pemanfaatan penggunaan air danau akan meningkat dan limbah domestikpun

akan meningkat pula.

Page 94: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

94

Pola penggunaan tanah di Kecamatan Tanjung Raya adalah untuk

permukiman, persawahan, kebun campuran, semak belukar, hutan dan perairan

umum.

Permukiman

Sebaran kawasan permukiman di sekitar Danau Maninjau Kecamatan

Tanjung Raya adalah sebagai berikut:

• Kawasan terbangun terkonsentrasi tertinggi di bagian utara dan timur Danau

Maninjau (Nagari Koto Kaciak hingga Sungai Batang) karena fisiografi

relatif datar.

• Wilayah bagian timur merupakan tempat konsentrasi kegiatan, sekaligus

ibukota Kecamatan Tanjung Raya. Sebagai konsekuensi konsentrasi

kegiatan, maka aktifitas yang berkembang adalah perdagangan, jasa,

pelayanan dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penduduk skala

kecamatan.

• Kawasan yang terletak di bagaian barat dan selatan Danau Maninjau (Nagari

Tanjung Sani) dimana permukimannya relative besar dan kepadatan

bangunan masih jarang mengingat fisiografinya sebagian besar merupakan

bukit dengan lereng yang terjal.

Pertanian

Kegiatan pertanian yang ada disekitar Danau Maninjau adalah bersawah,

berkebun dan beternak. Kegiatan bersawah merupakan kegiatan sebagian besar

di kawasan Simpang Maninjau. Komoditi utama adalah padi, dan komoditi

lainnya adalah jagung, tomat, terung kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah)

dan umbi-umbian. Perkebunan yang ada adalah perkebunan rakyat, komoditi

utamanya adalah pala dan kayu manis, seperti terlihat pada Tabel 8

Page 95: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

95

Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Pertanian dan Perkebunan Menurut

Jenis Tanaman

No. Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Padi Sawah 4.848 24.427

2 Jagung 90 332

3 Ubi Jalar 11 147

4 Kacang Tanah 110 219

5 Kacang Hijau 53 93

6 Kelapa 173 573

7 Karet 3 4

8 Cengkeh 149 3

9 Kulit Manis 579 1022

10 Kopi 251 84

11 Kemiri 72 567

12 Pinang 79 106

13 Pala 445 1258

Sumber : Kec Tanjung Raya dalam Angka 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk sektor pertanian produksi terbesar

adalah padi sawah pada tahun 2009 adalah sebesar 24.427 ton dengan luas lahan

4.848 ha, sedangkan untuk sektor perkebunan adalah pala dan kulit manis, pada

tahun 2009 produksi kulit manis adalah 1.022 ton untuk luas lahan 579 ha,

sedangkan pala produksi tahun 2009 adalah 1.258 dengan luas lahan 445 ha.

Perikanan

Kegiatan perikanan berupa Keramba Jaring Apung (KJA) dan perikanan

tangkap seluruhnya berada di Danau Maninjau. Jumlah Keramba Jala Apung

dapat dilihat pada Tabel 9

Page 96: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

96

Tabel 9 Jumlah Keramba Jala Apung di Danau Maninjau (unit)

Tahun Keramba Jaring Apung (petak) Keterangan (Sumber Data)

1992 12 Universitas Bung Hatta (UBH)

1997 2.854 UBH & Dinas Perikanan Sumbar

1998 2.952 LPPM UBH

1999 3.500 LPPM UBH

2000 3.150 LPPM UBH

2001 3.184 LPPM UBH

2002 3.608 APBIAT, PAPERLA

2003 3.205 LPPM UBH

2005 4.920 PLTA Maninjau

2006 8.955 PLTA Maninjau

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah keramba jaring apung

pada tahun 1992 hanya 12 petak, sedangkan pada tahun 2006 berjumlah 8.955,

terjadi peningkatan yang sangat tinggi setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh

karena selama ini usaha keramba jaring apung menghasilkan keuntungan yang

menjanjikan.

Pada bulan Januari 2009, terjadi musibah di Danau Maninjau yaitu

matinya ikan-ikan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) diperkirakan

mencapai 13.500 ton dengan kerugian Rp150 miliar, musibah ini adalah yang

terbesar selama Danau Maninjau dijadikan tempat usaha budidaya Keramba

Jaring Apung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Limnologi LIPI yang

ada di Danau Maninjau, penyebab matinya ikan-ikan KJA adalah akibat tubo

belerang dan sisa-sisa pakan ikan naik kepermukaan air danau saat musim angin

kencang yang biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari.

Untuk Perikanan Tangkap yang dilakukan oleh masyrakat sekitar Danau

Maninjau sebagai mata pencaharian terlihat pada Tabel 10.

Page 97: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

97

Tabel 10 Data Perikanan Tangkap Danau Maninjau Kec.Tanjung Raya

Kab.Agam tahun 2009

No. Nagari Jumlah Nelayan Jaring

1 Koto Malintang 23 17

2 Koto Kaciak 50 50

3 Koto Gadang 12 8

4 II Koto 35 33

5 Maninjau 2 2

6 Tanjung Sani 155 155

7 Sungai Batang 32 32

Jumlah 309 297

Data : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Agam

PLTA Maninjau

PLTA Maninjau sebagai pusat pembangkit listrik mempunyai arti yang

sangay penting dan strategir dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat akan energi

listrik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Energi listrik sudah menjadi

kebutuhan pokok masyarakat. Sejak operasi tahun 1983, PLTA Maninjau telah

memberikan sumbangan yang cukup besar bagi ketersediaan energi listrik untuk

masyarakat sekitar dan Sumatera Barat pada umumnya. Dengan dibangunnya

PLTA Maninjau membantu industri pariwisata maupun pertanian dan perikanan

yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga memberikan

kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Agam. Kondisi

umum PLTA Maninjau dapat dijelaskan Tabel 11.

Page 98: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

98

Tabel 11 Kondisi umum PLTA Maninjau.

No Kondisi Umum Keterangan

1 Nama PLTA PLTA Maninjau

2 Lokasi Operasi Sebelah Barat Daya Danau Maninjau

3 Tahun Operasi September 1983

4 Jumlah Unit 4 Unit Turbin dan Generator

5 Kapasitas Pembangkit 4 x 17 MG = 68 MG

6 Tipe PLTA Dam (Single function)

7 Reservior Waduk alami

8 Catchment Area 23.500 ha

9 Luas Genangan pd EL.Maks 9.400 ha (danau vulkanik)

10 Debit pembangkit (total) 4 x 8,7 m3/dt

11 Debit efektif 16,2 m3/dt

12 Debit Maks 164 m3/dt

13 Elevasi maks.operasi 464 masl

14 Elevasi normal operasi 464 – 463 masl

15 Elevasi darurat operasi 463 – 462,5 masl

16 Elevasi Intake Gate 458,5 masl

17 Bendungan Tinggi 2 meter, lebar 60 meter

18 Panjang terowongan utama 4.300 meter

Pariwisata

Sektor Pariwisata adalah salah satu sektor unggulan di Kabupaten Agam

karena memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan

perekonomian masyarakat melalui kunjungan wisatawan. Wisatawan yang

masuk ke Kabupaten Agam dapat dilihat pada Tabel 12

Page 99: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

99

Tabel 12 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Agam

tahun 1999 sd 2009

Tahun Wisatawan

Mancanegara

Wisatawan

Nusantara Jumlah

1999 15.837 26.921 42.758

2000 14.254 23.537 37.791

2001 15.503 24.612 40.115

2002 12.451 19.690 32.141

2003 7.535 18.356 25.891

2004 11.264 21.646 32.910

2005 13.423 22.734 36.157

2006 9.896 20.973 30.869

2007 12.912 67.377 80.289

2008 7.848 69.895 77.743

2009 8.623 151.311 159.934

Pada Tabel 12 terlihat bahwa wisatawan nusantara yang datang

berkunjung ke Kabupaten Agam cenderung mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 1999, jumlah wisatawan nusantara yang datang

berkunjung ke Kabupaten Agam berjumlah 26.921 orang dan pada tahun 2009,

meningkat menjadi 151.311 orang. Wisatawan Mancanegara yang datang

berkunjung ke Kabupaten Agam pada tahun 1999 adalah 15.837 orang dan pada

tahun 2009, berjumlah 8.623 orang,terjadi penurunan kunjungan yang dilakukan

oleh wisatawan mancanegara hal ini disebabkan oleh kondisi sosial politik di

Indonesia yang kurang stabil.

Danau Maninjau merupakan salah satu tujuan tujuan wisata di Kabupaten

Agam oleh wisatawan baik domertik maupun internasional selain udaranya yang

sejuk juga ditambah dengan pemandangan alamnya yang sangat indah . Terdapat

beberapa objek wisata yang tersedia di Danau Maninjau diantaranya :

1. Panorama Danau Maninjau

2. Pantai Tepian Danau

3. Pemandian Air Panas

4. Wisata perkotaan

Page 100: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

100

5. Bangunan Budaya dan Bersejarah

6. Makam Ulama

7. Wisata Bukit Berhutan

8. Wisata Agro

9. Bangunan Mesjid

10. Bangunan Budaya dan Bersejarah

11. Atraksi Wisata

Sosial Budaya

Selain kondisi fisik, sebaran permukimann dan pemanfaatan lahan dalam

arti yang lebih luas juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat. Tanah

Minang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia, sebagai wilayah yang

kaya akan budaya. Terdapat 2 budaya di kawasan Danau Maninjau, yaitu Nagari

dan Matrilineal.

A. Fisiologi Masyarakat Minang

Masyarakat Minangkabau secara tradisional telah memiliki beberapa

prinsip fisiologis yang mengatur konsepsi hidup dan kehidupan masyarakatnya.

Filosofi adat Minang tersebut adalah Alam Takambang Jadi Guru (Filosofi

alam). Masyarakat Minang telah memasukkan alam sebagai bagian dari

kehidupan mereka secara integral. Mereka belajar dari alam untuk kemudian

menjadikannya sebagai inspirasi bagi prinsip hidup dan kehidupannya. Dengan

memahami sepenuhnya prinsip hubungan sebab akibat dalam fenomena alam

(dikenal dengan bakarano bakajadian). Pemahaman mereka akan substansi

alamiah seperti air, udara, tanah dan api sebagai unsur bebas di alam dibarengi

dengan pemahaman yang cukup mengenai bagaimana unsur-unsur bebas

tersebut dapat bersatu dan membentuk sebuah kesatuan universal, yaitu dunia.

Mereka memahami bagaimana justru perbedaan yang memungkinkan dunia ini

berkembang secara dinamis dan saling melengkapi satu sama lain. Pemahaman

filosofi seperti ini diyakini telah melekat pada pribadi orang Minang, melalui

konsepsi keberadaan seseorang dan umat manusia secara umum.

Page 101: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

101

Beberapa filosofi hidup dalam masyarakat Minang antara lain adalah:

o Tagak samo tinggi duduak samo randah. Filosofi ini mengajarkan

masyarakat Minang bersikap egaliter terhadap sesama. Namun di sisi lain,

mereka mengakui adanya perbedaan peran seorang (individu) dalam

masyarakat berdasarkan kemampuannya. Filosofi ini pula yang mengajarkan

masyarakat Minang untuk selalu siap bersaing.

o Mambangkik batang tarandam. Mendukung usaha setiap individu untuk

meraih sukses, terutama karena ada keinginan untuk mengemban

kabanggaan (gengsi) keluarga.

o Awak samo awak. Atau dapat diartikan sebagai kekitaan. Prinsip ini

dipengaruhi oleh struktur komunal masyarakat. Prinsip yang menganggap

orang lain sebagai bagian dari diri kita sendiri. Secara singkat, prinsip ini

sarat dengan makna solidaritas, baik sesuku, senagari, bahkan se-Alam

Minangkabau. Prinsip solidaritas ini sangat penting, karena membentuk

paradigma di kalangan masyarakat Minang untuk membantu siapapun yang

masih berdarah Minang (beridentitas sama) ketika mengalami kesulitan.

o Saiyo sakato. Prinsip seiya sekata dalam masyarakat komunal secara

sosiologis sangat penting karena keinginan seseorang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, keputusan dibuat

secara bersama, melalui mekanisme musyawarah. Kesepakatan yang

kemudian dicapai dikenal sebagai istilah mufakat.

o Di ma bumi dipijak, di sinan langit dijunjuang. Prinsip ini mengajarkan

sikap mampu beradaptasi secara harmonis. Sebagaimana hukum alam yang

memperlihatkan bahwa dunia selalu dalam proses perubahan, pertambahan

waktu dan kemajuan jaman sangat mempengaruhi hidup manusia.

Masyarakat Minang memiliki semangat dan optimisme yang besar dalam

mengantisipasi perubahan. Hal ini terlihat dalam di ma bumi dipijak, di

sinan langit dijunjuang. Sebuah petitih yang sarat dengan makna.

Filosofi masyarakat tersebut merupakan sekelumit saja dari sekian

banyak prinsip hidup adat Minang. Apabila ditelaah secara lebih mendalam, adat

Minang pada dasarnya membuat sistem hidup masyarakatnya komunal, hidup

selaras dengan alam dan sangat memperhatikan dinamika serta keharmonisan

Page 102: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

102

hubungan antarwarganya. Sebagai sebuah norma kehidupan, filosofi masyarakat

Minang relatif lebih efektif mempengaruhi sikap dan kepatuhan terhadap

pengaturan hubungan antar elemen masyarakat, jika dibandingkan dengan aturan

baku pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari peran Nagari (sebagai konsep

pemrintahan tradisional ala Minang).

B. Sistem Nagari

Dalam historis ketatanegaraan NAGARI merupakan sebutan sebuah desa

dijaman dahulu, dari sistem filosofinya, memiliki makna yang berbeda. Nagari

menurut Muchtar Naim, merupakan lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan

yang lebih luas. Di dalam konsep nagari tersebut terkandung makna sebuah

negara dalam artian miniatur. Ikatan bernagari di Minangkabau, dahulunya,

bukan saja ikatan daerah dan kekerabatan adat sifatnya tetapi juga struktural

fungsional dalam artian toritorial-pemerintahan yang efektif. Oleh karena itu

kaitannya ke atas, ke luhak dan ke alam, dan ke samping antara sesama nagari,

terutama adalah kaitan emosional. Nagari bersifat self=contained, otonom, dan

mampu membenahi diri sendiri. Perangkat pemerintahan nagari juga mencakup

unsur legislatif, eksekutif dan yudikatif seperti layaknya sebuah negara , dimana

unsur tersebut merupakan kesatuan holostik bagi berbagai perangkat tatanan

sosual budaya lainnya.

Konsep Nagari dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengelolaan lahan,

terutama yang berkaitan dengan hak kepemilikan tanah ulayat. Tanah ulayat

didasari pada prinsip kepemilikan komunal yang penggunaan dan

pendistribusiannya tunduk kepada hukm adat. Semua keputusan menyangkut

penggunaan dan pendistribusian lahan didasari pada persetujuan Kerapatan Adat

Nagari. Secara umum, lembaga pemerintahan suatu nagari terdiri dari:

1. KAN Merupakan Lembaga ninik mamak yang dalam adat minangkabau

merupakan orang yang dianggap sebagai pemimpin dalam sukunya masing-

masing. Sebagai pemimpin terdepan dalam suatu suku. Ninik mamak

mempunyai peran untuk menggali aspirasi anak kemenakan dan

mensosialisasikan peraturan-peraturan yang dihasilkan di tingakat nagari

Page 103: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

103

2. BPN. Merupakan Lembaga Legislatif yang terdiri dari unsur-unsur yang ada

dalam masyarakat, oleh karena BPN merupakan wakil-wakil unsur dalam

masyarakat, maka kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan atau diusulkan

dalam Nagari adalah usulan masyarakat secara umum, sehingga ketentuan-

ketentuan/kebijakan tingkat Nagari akan dengan mudah untuk diterapkan

dalam masyarakat.

3. MTTS. Merupakan lembaga pertimbangan atau pensehat yang terdiri dari

unsur Ninik Manak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai. Lembaga MTTS

mempunyai peran untuk menilai dan mempertimbangkan

kebijakan/ketentuan yang akan diterapkan dalam masyarakat.

4. Pemerintahan Nagari. Merupakan lembaga pelaksana pada

kebijakan/ketentuan yang telah diusulkan dan dinilai oelh lembaga yang ada

dalam Nagari, serta diterapkan sebagai suatu ketentuan dalam Nagari atau

berbentuk peraturan nagari (PERNA).

Dengan memperhatikan komposisi lembaga-lembaga kenagarian, maka

dapat disimpulkan bahwa masing-masing lembaga mempunyai andil dalam

kebijakan ditingkat Nagari sebagai:

• Lembaga Pengusul dan Pensosialisasi Kebijakan (KAN)

• Lembaga Pengawas Kebijakan (BPN)

• Lembaga Penilai/Penasehat Kebijakan (MTTS)

• Lembaga Pelaksana Kebijakan (Pemerintahan Nagari)

Kewenangan pengambilan keputusan strategis dalam sebuah Nagari

berada di tangan seorang pemimpin yang dikenal dengan sebutan Wali Nagari

melalui mekanisme Majelis Musyawarah Adat dan Syara’ Nagari, yang

melibatkan komponen yang ada di dalam masyarakat. Karena prinsip dasar

dalam komunitas Nagari adalah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,

maka peraturan Nagari tidak boleh bertentangan dengan adat dan syarak,

kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan yang dibuat oleh Nagari tidak memerlukan pengesahan Bupati untuk

pemberlakuannya. Dalam hal ini terlihat jelas kewenangan mutlak yang dimiliki

oleh pemerintahan Nagari dalam kehidupan masyarakat Minang.

Page 104: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

104

Berdasarkan ketentuan hukum Peraturan Daerah Kabupaten Agam

Nomor 31 tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, sebuah Nagari memiliki

kewenagang (Pasal 11): (a) kewenangan yang sudah ada berdasarkan asal usul

Nagari, (b) kewenangan yang oleh Peraturan Perundangan yang berlaku belum

dilaksanakan oleh Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah, serta (c) Pemerintah,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dapat memberikan tugas

pembantuan kepada Pemerintah Nagari. Beberapa sumber kekayaan Nagari

antara lain Nagari, tanah lapang atau tempat rekreasi Nagari, bahkan termasuk

diantaranya adalah danau yang menjadi ulayat Nagari, pasal :

Ketentuan pasal 62 ayat 2 Perda Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001

tersebut secara jelas telah membatasi kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi

maupun Daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam yang berada dalam wilayaj

ulayat Nagari. Persoalannya adalah ketika sebuah sumberdaya alam merupakan

aset negara, dan sifatnya sebagai public space (ruang publik), maka seharusnya

sumberdaya tersebut dapat dinikmati pula manfaatnya oleh sebanyak-banyaknya

anggota masyarakat, bukan hanya oleh Nagari tertentu saja.

Dalam pasal 119 ayat 1 Perda tersebut dikemukakan, bahwa Pemerintah

Daerah dapat membatalkan Peraturan Nagari dan Keputusan Wali Nagari yang

bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundangan yang lebih

tinggi dengan Keputusan Kepala Daerah.

Dimensi lain dari sistem pemerintahan Nagari adalah perlunya alokasi

ruang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pemerintahan Nagari. Berdasarkan

Perda Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pasal 6

ayat 2 disebutkan bahwa dalam pemerintahan Nagari harus memenuhi syarat-

syarat adanya:

Pasal 62

(2) Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh Nagari

tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau

Pemerintah Daerah.

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001 tentang

Pemerintahan Nagari

Page 105: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

105

1. babalai bamusajik

2. balabuah batapian

3. basawah baladang

4. babanda buatan

5. batanaman nan bapucuak

6. mamaliaro nan banyao

7. basuku basako

8. niniak Mamak nan ampek suku

9. baadat balimbago

10. bapandam pakuburan

11. bapamendanan

12. kantua Nagari

Di Kawasan Danau Maninjau terdapat 7 buah Nagari (sekarang

dimekarkan menjadi 9 buah Nagari), Nagari II Koto, Koto Kaciak, III Koto,

Bayur, Maninjau, Sei Batang, dan Tanjung Sani. Secara administratif, masing-

masing Nagari terdiri atas jorong-jorong, yang mana salah satunya menjadi pusat

Nagari. Di dalam Nagari terdapat suku-suku yang cukup bderagam. Secara

keseluruhan di Kabupaten Agam terdapat 73 Nagari dan 224 Desa pada tahun

2001.

Di kawasan danau maninjau terdapat 7 buah nagari, masing-masing

nagari membutuhkan fasilitas tersebut, perlu perencanaan yang baik untuk

alokasi ruang yang tepat. Konsep nagari saat ini digunakan untuk mengelola

hutan di Desa Koto Malintang , Kanagarian Duo Koto Kabupaten Agam. Pada

pengelolaan ini, bagian hulu hutan dibiarkan menjadi kawasan lindung (hutan

suaka alam wilayah Maninjau utara hingga selatan), sedangkan di bawah

kawasan suaka alam dijadikan hutan penyangga. Di bagian tengah dimanfaatkan

sebagai kawasan permukiman dan budidaya hutan, sedangkan di hilir berupa

pengembangan Danau Maninjau, termasuk pengembangan pariwisata.

Page 106: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

106

C. Matrilineal

Konsep matrilineal merupakam turunan dari konsep keluarga (sistem

kekerabatan) yang mengikuti garis keturunan ibu. Menurut Tsuyoshi Kato

(1989)4, terdapat 4 ciri nasab matrilineal, yaitu 1) keturunan melalui nasab

perempuan, 2) satu kumpulan keturunan bersatu di bawah penghulu lelaki, 3)

pola tempat tinggal bercorak matrilokal atau tepatnya dwilokal, dan 4)

kekuasaan satu kumpulan terletak di tangan mamak. Pengaruh konsep ini

terhadap penggunaan lahan terutama dalam hal pola menetap (bermukim),

dimana keluarga akan cenderung berkumpul dekat dengan keluarga ibu (seperti

membentuk koloni), sehingga akhirnya konsentrasi permukiman akan kurang

menyebar. Namun dalam kehidupan sehari-hari, pembagian tugas antara wanita

dan pria tetap sama dengan masyarakat lainnya, dimana wanita tinggal di rumah

atau bertani, sedangkan pria bepergian jauh untuk bisnis atau berdagang.

Berdasarkan uraian mengenai tradisi masyarakat Minangkabau di atas

dapat ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa dilihat dari segi kemasyarakatan,

tata aturan nilai dan lembaga pemerintahan yang mengaturnya, masyarakat adat

Minang sangat terbuka terhadap dinamika dan progress (kemajuan) yang terjadi

di wilayahnya. Selain itu, sebagai sebuah lembaga pemerintahan yang diakui

oleh masyarakat setempat, Pemerintahan Nagari akan membutuhkan alokasi

ruang tertentu untuk melayani masyarakat. Memperhatikan kajian tradisi

masyarakat Minang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sistem Pemerintahan

Nagari merupakan salah satu kegiatan lokal yang berpengaruh terhadap Kawasan

Danau Maninjau.

Budaya yang kuat dan kental ini mengindikasikan perlunya identifikasi

lebih lanjut menyangkut aspek-aspek budaya apakah yang perlu diakomodir

dalam ruang yang direncanakan nantinya. Aspek-aspek budaya ini akan menjadi

komponen yang akan ikut “mewarnai” ruang Kawasan Danau Maninjau,

diantaranya perlunya alokasi ruang bagi kawasan perkantoran Nagari, penentuan

tanah pusako, dan lain-lain.

Page 107: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Maninjau

5.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan

5.1.1.1. Nilai Ekonomi KJA

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2009, jumlah

Keramba jaring Apung di sekitar Danau Maninjau berjumlah 10.243 petak dan

jumlah pembudidaya sebanyak 1548 kepala keluarga yang tersebar di delapan

nagari dari sembilan nagari yang berada di sekitar kawasan Danau Maninau.

Petani KJA di Danau Maninau melakukan bidaya ikan nila, berdasarkan

pengalaman petani budidaya KJA setempat bahwa ketahanan fisik ikan nila lebih

kuat dibandingkan ikan mas pada saat terjadinya upwelling dan juga benih ikan

nila lebih mudah didapat karena para petani yang mmbudidayakan benih ikan

nila banyak terdapat disekitar kawasan danau maninjau dan juga didatangkan

dari daerah tetangga yaitu Rao Kabupaten Pasaman. Untuk jumlah KJA dan

Petani KJA yang terdapat di sekitar kawasan danau maninjau dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah Pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Maninjau

Tahun 2009

No Nama Nagari Jumlah KJA

(Petak)

Jumlah

Pembudidaya

1 Koto Malintang 1934 64

2 Koto Kaciak 659 41

3 Koto Gadang 84 10

4 II Koto 503 32

5 Bayur 878 86

6 Maninjau 679 45

7 Tanjung Sani 4188 391

8 Sungai Batang 1318 90

Jumlah 10.243 759

Data:Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam 2010.

Page 108: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

108

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah petani KJA yang terbesar berada

di Nagari Tanjung Sani yaitu 391 pembudidaya dengan jumlah KJA yaitu 4188

petak, hal ini disebabkan oleh letak Nagari Tanjung Sani berada di pinggir danau

maninjau dan kondis lahan yang datar serta akses jalan yang tersedia serta

pedagang pakan ikan yang terbesar berada di Nagari Tanjung Sani.

Karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

meliputi usia, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Untuk mengetahui usia para

petani usaha KJA di sekitar Danau Maninjau dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga petani KJA

di Sekitar Danau Maninjau

No Usia (tahun) Jumlah Persentase

1 21 – 30 12 13

2 31 – 40 30 33

3 41 – 50 36 38

4 51 – 60 10 11

5 61 – 70 4 5

92 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah petani KJA yang

terbanyak berada pada usia 41 – 50 yaitu sebanyak 36 orang (38%) dan yang

paling sedikit yaitu usia 61 – 70 sebanyak 4 orang (5%) . Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat yang melakukan usaha KJA di danau maninjau adalah mereka

yang sudah bekeluarga dan berada dalam usia kerja dan produktif, meskipun

demikian masih ada sebanyak 5% diantara mereka yang sudah memiliki usia tua.

Untuk karakteristik pendidikan dari responden petani KJA ini dapat

disajikan pada Tabel 15.

Page 109: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

109

Tabel 15 Distribusi Persentase Pendidikan Responden Rumah Tangga Petani KJA

di Sekitar Danau Maninjau

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 18 17

2 SLTP 31 35

3 SLTA 39 42

4 Diploma 2 2

5 S1 4 4

Total 92 100

Tabel 15 memperlihatkan bahwa para petani KJA memiliki latar

belakang pendidikan yang cukup bagus dan beragam , dan terbanyak tamat

SLTA sebanyak 39 orang (42%) dan malahan dianatar mereka ada yang

berpendidikan relatif tinggi(sarjana) sebanyak 4 orang. Hal ini membuktikan

bahwa usaha KJA sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat karena

menguntungkan dan usaha KJA tidak sulit untuk dipelajari.

Nilai Ekonomi KJA dihitung dengan melakukan survey kepada petani

KJA di delapan nagari (Lampiran 2) yang berada di sekitar kawasan danau

maninjau. Jumlah responden diambil secara acak sederhana sebanyak 92 orang

yang tersebar di delapan nagari. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan seperti

disajikan pada Lampiran 1, didapat informasi bahwa lama pemeliharaan ikan nila

berkisar antara 4-5 bulan dan produksi ikan dua kali selama 1 tahun. Produksi

ikan nila rata-rata 4283 kg/petak/tahun dengan luas petak KJA 6 x 6 meter) dan

tingkat keberhasilan 85% yaitu rata-rata 3641 kg/petak/tahun dengan harga rata-

rata perkilogram Rp 16352.

Biaya produksi yang harus dikeluarkan selama pemeliharaan oleh petani

KJA yaitu, pembelian benih ikan rata-rata 400 kg/petak/tahun dengan harga rata-

rata Rp 16318, Pakan ikan/tahun rata-rata Rp 31226404, biaya tenaga kerja/tahun

rata-rata Rp 4506400, biaya transportasi/tahun rata-rata Rp 3431900, penyusutan

jaring/tahun Rp 300000, biaya listrik/tahun rata-rata Rp 326957. Untuk biaya

pemasaran yaitu, pembelian plastik/tahun Rp 1256478 , penyediaan

oksigen/tahun Rp 826913, dan karet untuk pengikat plastik/tahun Rp 50202.

Page 110: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

110

Berdasarkan data di atas, maka untuk menghitung nilai ekonomi KJA

yang terdapat di Danau Maninjau adalah:

Produksi rata-rata/pertahun adalah = 3641 kg/petak/tahun

Harga/kg = Rp 16352

Jumlah Produksi seluruhnya = 3641 kg/ptk/tahun x 10243 ptk

= 37294763kg/tahun x Rp 16 352

= Rp 609.843.964.576

Biaya Produksi :

Jumlah biaya prod. Seluruh = Rp 470.306.187.541

Biaya Pemasaran :

Jumlah biaya pemasaran = Rp 21.854.393.099

Total biaya = Rp 492.160.580.640

Nilai ekonomi KJA = Rp 117.683.383.936

5.1.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan Tangkap

Dari hasil survey dan wawancara yang dilakukan di lapangan dengan

jumlah responden 77 orang, diperoleh informasi bahwa masyarakat yang bekerja

dibidang perikanan tangkap di danau maninjau sangat tergantung kehidupannya

sehari-hari dari hasil penangkapan ikan di danau, karena masyarakat tersebut

kebanyakan tidak memiliki keahlian atau keterampilan lain untuk mencari

nafkah dan kebanyakan diatara mereka hanya berpendidikan sekolah dasar atau

sekolah lanjutan pertama. Petani perikanan tangkap yang ada di Danau

Maninjau adalah orang-orang yang berada dalam usia produktif yaitu rata-rata 41

tahun seperti terlihat pada tabel 16.

Tabel 16 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga Nelayan

Tangkap di Sekitar Danau Maninjau

No Usia Jumlah Persentase

1 21 – 30 11 14,3

2 31 – 40 25 32,5

3 41 – 50 31 40,3

4 51 – 60 10 12,9

Jumlah 77 100

Page 111: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

111

Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa nelayan perikanan tangkap

terbesar yaitu usia 41 – 50 tahun sebanyak 31 orang (40,3%), dan yang paling

sedikit yaitu usia 51 – 60 tahun sebanyak 10 orang (12,9%). Untuk usia 21 – 30

hanya 11 orang (14,3%), hal ini disebabkan oleh masyarakat di kawasan Danau

Maninjau terkenal dengan budaya merantau bagi generasi muda , motivasi

mereka beragam diantaranya, mencari pekerjaan yang lebih baik di kota,

berdagang, menuntut ilmu dan lain-lain dan sangat banyak tokoh nasional yang

sudah berhasil di rantau saat ini.

Untuk menghitung Nilai Ekonomi Perikanan Tangkap dilakukan

wawancara dengan responden dan didapat data bahwa peralatan yang

dipergunakan untuk menangkap ikan adalah jaring dan ikan yang didapat adalah

ikan bilih, para nelayan perikanan tangkap melakukan penangkapan ikan dalam

satu minggu rata-rata 5 hari dengan hasil tangkapan setiap harinya rata-rata

sebanyak 3,39 kg/hari dan dalam satu minggu adalah 17,45/minggu. Para

nelayan melakukan penangkapan ikan dalam satu tahun hanya delapan bulan.

Harga ikan bilih rata-rata Rp 9500/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh para nelayan

pada saat menangkap ikan adalah biaya konsumsi Rp 24500/hari, biaya

penyusutan jaring Rp 640700/tahun dan penyusutan perahu Rp 377200/tahun.

Dengan demikian nilai ekonomi perikanan tangkap (lampiran 3) adalah,

hasil penangkapan ikan dalam setahun Rp 1 639 183 200, dikurang biaya yang

dikeluarkan oleh nelayan untuk menangkap ikan selama satu tahun Rp 6 897

900, =Rp 1632 285 300.

Nilai Ekonomi SDAL danau maninjau untuk pemanfaatan perikanan

pertahun adalah Rp 119.315.669.236

5.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi

Untuk menghitung nilai ekonomi irigasi telah dilakukan survai terhadap

para petani yang berada disekitar aliran sungai Antokan yang memanfaatkan air

irigasi. Survey ini bertujuan untuk mengumplkan data tentang biaya pengadaan

air per hektar per tahun.

Page 112: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

112

Survai ini dilakukan terhadap petani sebanyak 98 orang Rumah Tangga

Petani dari tujuh dusun dengan wawancara dengan menggunakan kusioner yang

telah disiapkan. Dusun-dusun yang dijadikan sampel disajikan pada Tabel 17

Tabel 17 Jumlah sampel Dusun Rumah Tangga Petani Pemanfaat Air

Irigasi Aliran Sungai Antokan Danau Maninjau

No Dusun Jumlah RTP

1 Parit Panjang 41

2 Bandar Baru 4

3 Lumbuk Basung 24

4 Buwaan 7

5 Balai Akat 17

6 lumbuk Kumbuk 1

7 Koto Batu 4

Jumlah 98

Dari hasil wawancara dan survai yang dilakukan terhadap para petani

bahwa mereka tergabung ke dalam Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A),

kelompok tani cukup aktif mengadakan pertemuan untuk berdiskusi tentang

permasalahan yang dihadapi. Intensitas penanaman padi yang dilakukan oleh

petani setiap tahunnya rata-rata dua kali.

Biaya pengadaan air irigasi yang dibebankan kepada petani di setiap

dusun berbeda-beda tergantung dari hasil kesepakatan yang diperoleh dari rapat

kelompok tani. Biaya yang dibebankan kepada petani biasanya digunakan untuk

,perbaikan saluran yang rusak, ada juga yang digunakan untuk ritual tolak bala,

digunakan untuk warung kelompok yang menjual obata-obat tanaman, untuk

gotong royong mengeruk saluran yang sudah dangkal dan membersihkan semak-

semak sekitar irigasi. Iuran yang dibebankan kepada para petani biasanya

disepakati berdasarkan luas lahan pertanian yang dimiliki dan dibayarkan pada

saat setelah panen dilakukan dengan hitungan gantang. Untuk saat ini satu

gantang tersebut dikonversi ke rupiah adalah Rp 5000. Untuk luas lahan 1 ha

biasanya dikenakan iuran kepada petani sebesar 20 gantang/musim panen.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan diolah, maka biaya

pengadaan air adalah = Rp 3.620.000/35 ha

Page 113: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

113

= Rp 103 429/ha/musim

Nilai Ekonomi Irigasi = Rp 103 429 x 3471ha

= Rp 359.002.059/musim

Nialai Ekonomi Irigasi 1 tahun =Rp 359.002.059 x 2 = Rp 718.004.118

5.1.3. Nilai Ekonomi Listrik

Untuk menghitung nilai ekonomi listrik digunakan data sekunder yang

diperoleh dari PLTA Danau Maninjau. PLTA Maninjau merupakan pembangkit

listrik tenaga air yang memamanfaatkan air dari danau maninjau melalui sungai

antokan. Pola pengoperasian PLTA maninjau diatur oleh Unit Pengatur Beban

(UPB) yang mengacu kepada data tahun hidrologi, yang terdiri dari musim

kemarau, basah dan basah sekali.

PLTA Maninjau dioperasikan sesuai dengan kapasitas air yang tersedia

yaitu pada elevasi 464 – 463 Msal. Produksi listrik dan pemakaian air danau

maninjau dari tahun 2001 – 2010, dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Produksi listrik dan pemakaian air Danau Maninjau dari tahun

2001 – 2010

Elevasi

Tahun Produksi

MWT Maksimum

Masl

Minimum

Masl

Fluktuasi

(m)

Outflow turbin

(m3/tahun)

2001 237177 464,98 464,57 1,41 438478.488

2002 173607 463,37 462,38 0.99 320954118

2003 230025 464,05 462,92 1,13 425256303

2004 226810 463,84 462,53 1,31 419312606

2005 230203 463,59 463,29 0,30 425585379

2006 205592 463,21 462,95 0,90 507532606

2007 242099 464,22 462,24 0,98 43665974

2008 316117 463,04 462,76 1,30 436659329

2009 214964 463,52 462,17 1,51 495473278

Rataan 230733 463,76 462,87 390324231

Page 114: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

114

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata jumlah produksi listrik yang

dihasilkan oleh PLTA maninjau adalah 230733mwh/tahun dengan elevasi rata-

rata 463,76 Msal. Produksi yang dihasilkan tersebut dijual ke PLN sebesar97%,

sedangkan 3% dipergunakan sendiri oleh PLTA sebagai pembangkit dan

ditambah losses. PLN menjual kepada masyarakat 89%, sedangkan 8%

dipergunakan oleh PLN bagian pembangkit, bagian penyalur dan bagian

distribusi ditambah losses. PLN menetapkan harga jual kepada masyarakat Rp

480/kwh. Nilai ekonomi listrik pertahun adalah = 230733.000 kwh x 89%

=205352370 kwh x R 480

= Rp 98.569.137.600.

5.1.4. Nilai Ekonomi Rekreasi.

Untuk menghitung nilai ekonomi rekreasi ini telah dilakukan wawancara

dengan menggunkan kusioner yang telah ditetapkan kepada pengunjung yang

datang ke Danau Maninau sebanyak 97 orang. Dari data yang diperoleh dapat

dikemukakan beberapa karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini yang meliputi, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan per bulan,

status perkawinan, tanggungan keluarga, waktu luang perminggu, pengalokasian

uang wisata secara rutin, sumber informasi. Karakter pengunjung yang datang

berwisata ke Danau Maninjau berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 19

Tabel 19 Pengunjung yang Datang berwisata ke Danau Maninjau Berdasarkan

Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 21-30 16 16,49

2 31-40 46 47,42

3 41-50 32 32,99

4 51-60 3 3,09

Jumlah 97 100

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa usia pengunjung yang terbanyak

datang untuk berwisata ke Danau Maninjau adalah usia 31 – 40 tahun yaitu

sebanyak 46 orang (47,42%). Pada usia ini sebagian besar responden sudah

bekeluarga dan bekerja. Untuk usia 41 – 50 tahun sebanyak 32 orang (32%),

Page 115: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

115

sedangkan usia pengunjung yang terkecil yaitu usia 51 – 60 tahun yaitu sebanyak

3 orang (3,09%). Pengunjung yang datang berwisata ke Danau Maninjau

kebanyakan beserta keluarga untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan

dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari. Para remaja yang berusia 21 – 30 tahun

banyak menikmati keindahan panorama kelok 44 dan olah raga paralayang yang

terdapat di sekitar Danau Maninjau.

Karakteristik responden yang datang berkunjung untuk rekreasi ke Danau

Maninjau berdasarkan pendidikan dapat disajikan pada tabel 20.

Tabel 20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 5 5,15

2 SLTP 11 11,34

3 SLTA 52 53,61

4 PT 29 29,90

Jumlah 97 100

Tabel 20 memperlihatkan bahwa pengunjung yang datang berwisata ke

Danau Maninjau adalah masyarakat yang berpendidikan SLTA dengan jumlah

52 orang (53,61%), diteruskan dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi

dengan jumlah 29 orang (29,90 %), dan SLTP yaitu sebanyak 11 orang (11,34%)

serta yang berpendidikan SD sebanyak 5 orang (5,15%). Data di atas

menunjukkan bahwa Danau Maninjau merupakan tempat wisata yang

pengunjungnya memiliki latar belakang pendidikan yang beragam.

Untuk menghitung nilai ekonomi rekreasi digunakan metode biaya

perjalanan (Fauzi, 2004) dengan didasarkan pada asumsi:

1. Kunjungan wisata ke lokasi rekreasi Danau Maninjau merupakan tujuan

utama tanpa melakukan kunjungan ke tempat lain.

2. Semua pengunjung memiliki preferensi yang sama terhadap objek wisata

Danau Maninjau, sehingga biaya yang dikeluarkan mendapatkan nilai

kepuasan yang sama.

3. Biaya perjalanan dari suatu zona mencerminkan harga dari wisata dan

jumlah kunjungan per seribu penduduk dari suatu zona mencerminkan

permintaan wisata, dengan demikian berdasarkan teori permintaan semakin

Page 116: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

116

besar biaya perjalanan maka jumlah kunkungan per seribu penduduk akan

semakin menurun.

Jumlah pengunjung rata-rata, lama kunjungan dan biaya rata-rata

perjalanan dari masing-masing zona kunjungan dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21 Jumlah Pengunjung Rata-rata, Lama Kunjungan dan Biaya

Rata-rata Perjalanan dari Masing-masing Zona Kunjungan

No Zona Jarak

(km)

Jumlah

Kunjungan

(orang)

Rata-rata

biaya

Kunjungan

Rata-rata

waktu

kunjungan

(menit)

1 Padang 114 15 111667 314

2 Pariaman 58 12 64583 283

3 Bukittinggi 63 8 61250 271

4 Payakumbuh 96 9 80000 267

5 Padang Panjang 88 6 120000 277

6 Batusangkar 104 5 113000 250

7 Painan 191 7 231429 463

8 Lubuk Sikaping 159 11 226364 481

9 Sawahlunto 110 6 160000 280

10 Muaro Sijunjung 195 12 271667 367

11 Solok 138 3 185000 290

12 Kayoaro 154 3 203333 340

Jumlah 97

Berdasarkan data di atas trlihat bahwa jumlah pengunjung terbanyak

adalah datang dari Kota Padang yaitu sebanyak 15 orang, hal ini disebabkan oleh

Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat juga merupakan pusat

perekonomian terutama perdagangan sehingga tingkat kesejahteraan

masyarakatnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat di

Kabupaten/Kota lain yang ada di Sumatera Barat , seperti daerah lain yang ada di

Indonesia ini bahwa setiap Ibukota Provinsi disana juga terdapat pusat

perekonomian terutama perdagangan. Selanjutnya Pariaman dan Sijunjung

dengan jumlah pengunjung 12 orang.

Page 117: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

117

Untuk menghitung nilai ekonomi wisata maka dilakukan penghitungan

jumlah kunjungan per 1000 orang penduduk per tahun seperti disajikan pada

Tabel 22.

Tabel 22. Jumlah Kunjungan per 1000 orang penduduk per tahun

Sampel

No Zona

Jumlah

Penduduk

(orang) orang %

Prediksi

jumlah

pengunjung

Dari Zona

(orang)

Kunjungan

per 1000

penduduk

(orng/th)

1 Padang 335.926 15 15,5 10.809 32,176729

2 Pariaman 387.195 12 12,4 8.646,8 22,3319

3 Bukittinggi 106.045 8 8,2 5.765 54,363714

4 Payakumbuh 105994 9 9,3 6.485 61,182708

5 Padang Panjang 54.218 6 6,2 4.323 79,733668

6 Batusangkar 335.926 5 5,2 3.603 10,725576

7 Painan 442.257 7 7,2 5.044 11,405133

8 Lubuk Sikaping 333.192 11 11,3 7.926 23,788086

9 Sawahlunto 54.307 6 6,2 4.323 79,602998

10 Muaro Sijunjung 202.275 12 12,4 8.647 42,748733

11 Solok 58.473 3 3,1 2.161,7 36,969199

12 Kayoaro 355.105 3 3,1 2.162 6,0883401

Jumlah 2.770.913 97 100 69.895

Sumber : BPS tahun 2009

Jumlah pengunjung tahun 2008 adalah 69.895 orang.

Dari kunjungan per 1000 penduduk (Y), dan biaya perjalanan serta

peubah-peubah sosial ekonomi X) diregresikan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Y = a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + E………………(6)

Dimana :

Y = Kunjungan per 1000 penduduk

X1 = Total biaya perjalanan dari masing-masing zona (Rp/orang)

X2 = Rata-rata umur pengunjung

X3 = Pendapatan rata-rata (Rp juta/kapita/tahun)

X4 = Tingkat pendidikan

Page 118: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

118

X5 = Lama kunjungan

E = Galat

Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 17,

didapat persamaan permintaan wisata Danau Maninjau adalah :

Y = -86,5506 – 0,002X1 + 5,2792X2 + 0,1318X3 – 7,0214X4 – 10,0792X5

Hasil persamaan di atas mempunyai nilai koefisien diterminan (R2)

sebesar 89,8 persen. Dari hasil ini terlihat bahwa jumlah kunjungan wisata ke

Danau Maninjau per 1000 penduduk di masing-masing zona berkorelasi negatif

dengan total biaya perjalanan dan berkorelasi positif dengan pendapatan rata-

rata. Untuk nilai koefisien diterminan (R2) sebesar 89,8 persen menggambarkan

bahwa fungsi di atas dapat menjelaskan sebesar 89,8 persen.

Untuk menentukan nilai ekonomi total wisata Danau Maninjau (nilai

kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen) didasarkan

pada biaya perjalanan dengan menganggap peubah-peubah lainnya tetap dengan

persamaan sebagai berikut :

Y = 72,2241 – 0,0002X1

Persamaan tersebut di atas diinfersi menjadi X1 = -98000,50 –

4126,05Y, dan selanjutnya diintegralkan dengan batas bawah Y = 0 dan batas

atas Y = nilai rata-rata. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata kesediaan

membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen seperti terlihat pada

Tabel 23 dan Gambar 7

Tabel 23. Hasil Penghitungan Nilai Ekonomi Wisata Danau Maninjau

Nilai Ekonomi

Rata per 1000

penduduk

(Rp/kunjungan)

Populasi

Nilai Total

(2)x(3)/1000

(Rp/tahun)

(1) (2) (3) (4)

Kesediaan membayar

Nilai yang dibayarkan

Surplus konsumen

35,66

35,66

158.183,00

139.817,50

3.147.860

5.640.806

2.492.946

Page 119: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

119

X1 = -4126,05Y + 29800,50

-

50.000,00

100.000,00

150.000,00

200.000,00

250.000,00

300.000,00

350.000,00

0 20 40 60 80

Nilai yang

dibayarkanS eries 1

L inear (S eries 1)

Jumlah kunjungan per 1000 penduduk

Gambar 7 Kurva permintaan Wisata Danau Maninjau

5.1.5. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Domestik

Hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di

sekitar Danau Maninjau, diperoleh data yang berkaitan dengan pemanfaatan

domestik (mandi, mencuci, dan mengambil air minum) sebanyak 169 responden.

Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal dengan danau dapat

dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal dengan

Danau

Jarak (meter) Frekwensi Persentase

≤ 100 32 18,93

101 – 200 61 36,09

201 – 300 42 24,85

301 – 400 28 16,57

≥ 401 6 3,55

Jumlah 169 100

Berdasarkan Tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa jarak tempat tinggal

penduduk yang dapat memanfaatkan air Danau Maninjau untuk kebutuhan

sehari-hari sangat bervariasi, penduduk yang paling banyak memanfaatkan air

Danau Maninjau untuk kebutuhan sehari-hari yaitu penduduk yang memiliki

Page 120: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

120

jarak pemukimam dengan danau 101 – 200 meter sebanyak 61 orang ( 36,09 %)

dan yang terkecil yaitu jarak ≥ 401meter sebanyak 6 orang (3,55 %).

Dari hasil survey yang dilakukan, diperoleh rata-rata waktu yng

dikorbankan setiap hari oleh masyarakat untuk pergi dan pulang ke Danau

Maninjau sebanyak 21,12 menit. Untuk setiap menit waktu yang dikorbankan

dihargai Rp 104,- (upah harian yang berlaku di daerah sekitar Danau Maninjau

Rp.50.000,-). Jumlah masyarakat yang memanfaatkan air danau untuk kebutuhan

domestik 30% dari jumlah penduduk di sekitar Danau Maninjau. Nilai ekonomi

pemanfaatan domestik berdasarkan nilai waktu yang dikorbankan dapat dihitung.

Nilai Ekonomi Domestik = 32.998 x 30% x 21,12 x 360 x Rp104,-

7.827.780.280,-

Dengan menggunakan metode kontingensi diketahui rata-rata kesediaan

masyarakat membayar untuk setiap hari untuk mempertahankan agar tetap

dapat memanfaatkan danau untuk kebutuhan sehari-hari sebesar Rp 908,88.

Maka nilai ekonomi domestik dapat dihitung sebagai berikut.

Nilai Ekonomi Domestik = 32.998 x 30% x 360 x 908 =Rp 3.239.052.002.

Untuk menentukan nilai ekonomi domestik digunakan nilai berdasarkan

waktu yang dikorbankan, karena hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

masyarakat belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk

memberikan penilaian.

5.2. Nilai Guna Tidak Langsung

Dari hasil wawancara dengan responden kesediaan membayar

masyarakat (Willingness to pay) terhadap Nilai Guna Tidak Langsung yaitu

fungsi ekologis danau dengan pekerjaan dan variabel sosial ekonomi lainnya

diperoleh persamaan

WTP NGTL = 155200

Maka nilai WTP NGTL total dikalikan jumlah penduduk sekitar Danau

Maninjau 32998 orang = 155200 x 32998

= 5,121,289,600.00

Page 121: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

121

5.3. Nilai Pilihan

Dari hasil wawancara dengan responden kesediaan membayar

masyarakat (Willingness to pay) terhadap Nilai Pilihan, yaitu mempertahankan

eksistensi danau dengan pekerjaan dan variabel sosial ekonomi lainnya diperoleh

persamaan

WTP NP = 98100

Maka nilai WTP NP total dikalikan jumlah penduduk sekitar Danau Maninjau

32998 orang = 98100 x 32998 = 3,237,103,800.00

5.4. Nilai Bukan Guna

Dari hasil regresi kesediaan membayar masyarakat (Willingness to pay)

terhadap Nilai Bukan Guna, yaitu danau sebagai warisan dengan pekerjaan dan

variabel sosial ekonomi lainnya diperoleh persamaan

WTP NBG = 92000

Maka nilai WTP NBG total dikalikan jumlah penduduk sekitar Danau Maninjau

32998 orang = 92000 x 32998 = 3,035,816,000.00

5.5. Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan Danau Maninjau

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau telah dilakukan survey terhadap 169 responden

masyarakat yang berdomisili di sekitar Danau Maninjau. Karakteristik responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini telah dijelaskan pada bagian

penghitungan nilai ekonomi pemanfatan domestik terdahulu.

Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya : a) status kepemilikan

SDAL Danau Mainjau, b) hak pemanfaatan Danau Maninjau untuk perikanan, c)

hak pemanfaatan Danau Maninjau untuk irigasi, d) hak pemanfaatan Danau

Maninjau untuk pariwisata, e) hak pemanfaatan Danau Maninjau untuk

kebutuhan domestik, f) kewajiban untuk menjaga kelestarian Danau Maninjau,

g) hak untuk mengatur pengelolaan Danau Maninjau, h) kondisi eksisting Danau

Maninjau, i) dampak PLTA terhadap masyarakat sekitar Danau Maninjau, j)

dampak perikanan budidaya keramba jaring apung terhadap masyarakat, k)

pengelolaan dampak PLTA Maninjau oleh PLN.

Page 122: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

122

5.5.1. Status Kepemilikan Danau Maninjau

Hasil survey tentang persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau

terhadap status kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau

disajikan pada Tabel 25

Tabel 25 Persepsi Masyarakat terhadap Kepemilikan Danau Maninjau

No Status Kepemilikan

Danau Maninjau Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

41

29

81

18

24,3

17,2

47,9

10,7

Jumlah 169 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 47,9% atau sebanyak 81 orang

responden menyatakan bahwa status kepemilikan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau adalah milik masyarakat yang ada di sekitar Danau

Maninjau. Responden yang menyatakan bawa sumberdaya alam dan lingkungan

Danau Maninjau adalah milik bersama (common property right) adalah 24,3%

atau 41 orang dan responden yang menyatakan bahwa sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau milik pemerintah dalah 17,2%, serta ragu-ragu

adalah 10,7% atau 18 orang, ragu-ragu.

Terjadinya perbedaan persepsi masyarakat terhadap status kepemilikan

Sumberdaya Alam dan Lingkungnan Danau Maninjau dapat dilihat dari

karakteristik masyarakat itu. Hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada Tabel 26

Page 123: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

123

Tabel 26 Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Status Kepemilikan Danau

Maninjau Dengan Karakteristik Responden

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

18,678

21,054

6,394

24,535

10,808

0,028

0,135

0,700

0,017

0,289

0,315

0,333

0,191

0,356

0,245

Keterangan : ** nyata pada p<0,05

***nyata pada p<0,2

Berdasarkan Tabel 26 di atas terlihat bahwa hubungan antara antara

jarak tempat tinggal dengan danau, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan

masyarakat dengan persepsi terhadap status kepemilikan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau terdapat hubungan yang signifikan seperti

ditunjukkan oleh Asym. Sig < 0,05 (Pendidikan dan Jarak tempat tinggal) dan

Asymp. Sig. < 0.2 (Pekerjaan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbeda

jarak tempat tinggal, jenis pekerjaan dan pendidikan, maka akan berbeda pula

persepsinya terhadap status kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan

Danau Maninjau. Dilihat dari keeratan hubungannya antara jarak tempat tinggal

dengan danau, jenis pekerjaan dan pendidikan dengan persepsinya terhadap

status kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau tidak

terdapat hubungan yang erat, karena koefisien kontigensinya < 0,50.

5.5.2. Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau Untuk Perikanan

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap responden tentang

persepsi masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau untuk perikanan disajikan pada Tabel 27

Page 124: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

124

Tabel 27 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau

Maninjau Untuk Perikanan

No Hak Pemanfaatan Danau Maninjau

Untuk Perikanan Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

49

9

105

7

28,4

5,3

62,1

4,1

Jumlah 169 100

Berdasarkan Tabel 27 di atas terlihat bahwa 62,1% atau sebanyak 105

orang responden menyatakan bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya

alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk perikanan adalah masyarakat

setempat dan 28,4% atau sebanyak 49 orang menyatakan bahwa yang berhak

memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

perikanan adalah semua orang sedangkan 5,3% atau 9 orang menyatakan bahwa

yang berhak memanfaatkan untuk perikanan adalah pemerintah serta 4,1% atau 7

orang menyatakan ragu-ragu.

Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap hak pemanfaatan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk perikanan dapat dilihat

hubungannnya dengan karakteristik masyarakat tersebut. Hasil uji Chi-Square

disajikan pada Tabel 28

Tabel 28 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Perikanan

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

3.500

15.265

5.620

37.905

1.197

0,744

0,123

0,467

0,000

0,977

0,142

0,288

0,179

0,428

0,084

Keterangan : * Sangat nyata p<0,01

** nyata pada p<0,05

***nyata pada p<0,2

Page 125: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

125

Berdasarkan Tabel 28 di atas terlihat bahwa hubungan antara jenis

pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat dengan persepsi terhadap hak

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk perikanan

terdapat hubungan yang signifikan seperti ditunjukkan oleh Asym. Sig < 0,01

(Pendidikan) dan Asym. Sig < 0,2 (Pekerjaan). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa berbeda jenis pekerjaan dan pendidikan, maka akan berbeda

pula persepsinya terhadap hak pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan

Danau Maninjau untuk perikanan. Dilihat dari keeratan hubungannya antara

jarak tempat tinggal dengan danau, jenis pekerjaan dan pendidikan dengan

persepsinya terhadap hak pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau untuk perikanan tidak terdapat hubungan yang erat, karena koefisien

kontigensinya < 0,50.

5.5.3. Hak Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau

Maninjau untuk Pariwisata

Hasil survey tentang persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau

terhadap pemanfaatan Sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

pariwisata disajikan pada Tabel 29

Tabel 29 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau

Maninjau Untuk Pariwisata

No Hak Pemanfaatan Danau

Maninjau Untuk Pariwisata Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

62

43

57

8

36,1

25,4

33,7

4,7

Total 169 100

Tabel 29 menunjukkan bahwa 36,1% atau sebanyak 62 responden

menyatakan bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau untuk pariwisata adalah semua orang. 33,7% atau

57 orang responden mengatakan bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya

alam dan lingkungan danau untuk pariwisata adalah masyarakat setempat serta

Page 126: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

126

25,4% atau 43 oarng menyatakan yang berhak adalah pemerintah serta 4,7%

atau 8 orang ragu-ragu.

Perbedaan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam

dan lingkungan Danau Maninjau untuk pariwisata dapat dilihat pada uji Chi-

quare pada Tabel 30

Tabel 30 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Pariwisata

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

7,208

19,352

10,663

5,967

6,327

0,615

0,198

0,300

0,918

0,707

0,202

0,321

0,244

0,185

0,190 Keterangan : ***nyata pada p<0,2

Dari Tabel 30 di atas terlihat bahwa antara antara jenis pekerjaan dan

persepsi terhadap hak pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau untuk pariwisata terdapat hubungan yang signifikan seperti

ditunjukkan oleh Asym. Sig < 0,2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

berbeda jenis pekerjaan, maka akan berbeda pula persepsinya terhadap hak

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

pariwisata. Dilihat dari keeratan hubungannya antara jenis pekerjaan dengan

persepsinya terhadap hak pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau untuk pariwisata tidak terdapat hubungan yang erat, karena koefisien

kontigensinya < 0,50.

5.5.4. Hak Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau

Maninjau untuk Irigasi

Berdasarkan hasil survey di lapangan tentang persepsi masyarakat di

sekitar Danau Maninjau yang berhubungan dengan hak pemanfaatan sumberdaya

alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk irigasi dapat dilihat pada Tabel 31

Page 127: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

127

Tabel 31 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau Maninjau

Untuk Irigasi

No Hak Pemanfaatan Danau Maninjau

Untuk Irigasi Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

38

56

70

5

22,5

33,1

41,4

3,0

Total 169 100

Dari Tabel 31 di atas terlihat bahwa 41,4% atau sebanyak 70 orang

responden menyatakan bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau untuk irigasi adalah masyarakat setempat dan

33,1% atau sebanyak 56 orang menyatakan bahwa yang berhak memanfaatkan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk perikanan adalah

pemerintah sedangkan 22,5% atau 38 orang menyatakan bahwa yang berhak

memanfaatkan untuk perikanan adalah semua orang serta 3% atau 5 orang

menyatakan ragu-ragu.

Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap hak pemanfaatan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk irigasi dapat dilihat

dalam kaitannya dengan karakteristik masyarakat tersebut. Hasil uji asosiasi Chi-

Square pada Tabel 32

Tabel 32 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Irigasi

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

12,284

27,799

13,766

10,876

7,509

0,198

0,023

0,131

0,540

0,584

0,260

0,376

0,274

0,246

0,206

Keterangan : ** nyata pada p<0,05

***nyata pada p<0,2

Page 128: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

128

Dari Tabel 32 di atas memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara

jarak tempat tinggal, pekerjaan dan umur dengan persepsinya terhadap hak

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk irigasi

terdapat hubungan yang signifikan seperti ditunjukkan oleh Asym.Sig < 0,05

(Pekerjaan) dan Asym.Sig. <0,2 (Jarak tempat tinggal dan Umur). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa berbeda jarak tempat tinggal, pekerjaan dan

umur maka berbeda pula persepsinya terhadap hak pemanfaatan sumberdaya

alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk irigasi. Dilihat dari keeratan

hubungannya, antara jarak tempat tinggal, pekerjaan dan umur dengan

persepsinya terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk

irigasi tidak terdapat hubungan yang erat karena koefisien kontigensinya < 0,50.

5.5.5. Hak Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau

Maninjau untuk Kebutuhan Domestik

Persepsi masyarakat yang berada di sekitar Danau Maninjau yang

berkaitan dengan hak pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk

kebutuhan domestik dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL Danau

Maninjau Untuk Domestik

No Hak Pemanfaatan Danau Maninjau

Untuk Kebutuhan Domestik Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

70

29

58

12

41,4

17,2

34,3

7,1

Total 169 100

Tabel 33 terlihat bahwa 41,4% atau sebanyak 70 responden menyatakan

bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau untuk kebutuhan domestik adalah semua orang, dan 34,3% atau 58

orang responden mengatakan bahwa yang berhak memanfaatkan sumberdaya

alam dan lingkungan danau untuk pariwisata adalah masyarakat setempat serta

Page 129: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

129

17,2% atau 29 oarng menyatakan yang berhak adalah pemerintah serta 7,1%

atau 12 orang ragu-ragu.

Untuk melihat adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

kebutuhan domestik dapat dilihat dalam kaitannya dengan karakteristik

masyarakat tersebut pada hasil uji asosiasi Chi-Square pada Tabel 34

Tabel 34 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pemanfaatan SDAL

Danau Maninjau Untuk Domestik

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

7,417

30,699

12,626

11,697

13,235

0,594

0,010

0,180

0,470

0,152

0,205

0,392

0,264

0,254

0,269

Keterangan : ** nyata pada p<0,05

***nyata pada p<0,2

Berdasarkan Tabel 34 di atas terlihat bahwa hubungan antara antara

pekerjaan, umur dan pendapatan masyarakat dengan persepsi terhadap hak

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

kebutuhan domestik terdapat hubungan yang signifikan seperti ditunjukkan oleh

Asym. Sig < 0,05 (Pekerjaan) dan Asyp. Sig. < 0,2 (Umur dan Pendapatan).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbeda jenis pekerjaan, umur dan

pendapatan, maka akan berbeda pula persepsinya terhadap hak pemanfaatan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk kebutuhan domestik.

Dilihat dari keeratan hubungannya antara jenis pekerjaan, umur dan pendapatan

dengan persepsinya terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan lungkungan

Danau Maninjau untuk kebutuhan domestik Maninjau tidak terdapat hubungan

yang erat, karena koefisien kontigensinya < 0,50.

Page 130: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

130

5.5.6. Hak Untuk Mengatur Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Danau Maninjau

Hasil survey yang dilakukan kepada masyarakat di sekitar Danau

Maninjau yang berkaitan dengan hak untuk mengatur pengelolaan Danau

Maninjau dapat dilihat pada Tabel 35

Tabel 35 Persepsi Masyarakat terhadap Hak Untuk Mengatur Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Maninjau

No Hak Untuk Mengatur Pengelolaan

Danau Maninjau Frekuensi Persentase

1

2

3

4

Semua Orang

Pemerintah

Masyarakat Setempat

Ragu-Ragu

19

58

79

13

11,2

34,3

46,7

7,7

Total 169 100

Dari Tabel 35 terlihat bahwa 46,7% atau sebanyak 79 orang responden

menyatakan bahwa yang berhak mengatur pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan Danau Maninjau adalah masyarakat setempat, dan 34,3% atau 58

orang responden mengatakan bahwa yang berhak mengatur pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau adalah pemerintah serta

11,2% atau 19 oarng menyatakan yang berhak adalah semua orang,sedangkan

7,7% atau 13 orang ragu-ragu.

Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap hak pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau dapat dilihat dalam kaitannya

dengan karakteristik masyarakat tersebut. Hasil uji asosiasi Chi-Square pada

tabel 36.

Page 131: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

131

Tabel 36 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Hak Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Maninjau

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

12.202

10.802

9.113

5.026

2.714

0,058

0,373

0,167

0,755

0,844

0,259

0,245

0,226

0,170

0,126 Keterangan : ***nyata pada p<0,2

Dari Tabel 36 di atas memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara

jarak tempat tinggal dan umur dengan persepsinya terhadap hak pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau terdapat hubungan yang

signifikan seperti ditunjukkan oleh Asym.Sig < 0,2. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa berbeda jarak tempat tinggal dan umur maka berbeda pula

persepsinya terhadap hak pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Danau

Maninjau. Dilihat dari keeratan hubungannya, antara jarak tempat tinggal dan

umur dengan persepsinya terhadap hak pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan tidak terdapat hubungan yang erat karena koefisien kontigensinya <

0,50.

5.5.7. Kondisi Pengelolaan Eksisting Danau Maninjau

Hasil survey tentang persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau

terhadap pemanfaatan Sumberdaya alam dan lingkungan Danau Maninjau untuk

pariwisata disajikan pada Tabel 37

Page 132: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

132

Tabel 37 Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Pengelolaan Eksisting

Danau Maninjau

No Kondisi Pengelolaan Pemanfaatan

Danau Maninjau Saat ini Frekuensi Persentase

1

2

3

4

5

Sangat Teratur

Teratur

Ragu-Ragu

Kurang Teratur

Tidak Teratur

9

20

12

91

37

5,3

11,8

7,1

53,8

21,9

Total 169 100

Dari Tabel 37 di atas terlihat bahwa 53,8% atau sebanyak 91 orang

responden menyatakan bahwa kondisi eksisting Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Danau Maninjau kurang teratur dan 21,9% atau sebanyak 37 orang

menyatakan bahwa kondisi eksisting Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau

Maninjau tidak teratur serta 11,8% atau 20 orang menyatakan bahwa kondisi

eksisting Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Maninjau teratur, 7,1% atau

12 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5,3% atau sebanyak 9 orang menyatakan

sangat teratur.

Terdapat perbedaan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan eksisting

Danau Maninjau dapat dilihat dalam kaitannya dengan karakteristik masyarakat

tersebut. Hasil uji asosiasi Chi-Square pada Tabel 38

Tabel 38 Hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Eksisting Danau

Maninjau

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

4,893

12,711

13,548

8,671

0,299

0,961

0,889

0,330

0,926

0,168

0,168

0,264

0,272

0,221

0,299

Keterangan : ***nyata pada p<0,2

Page 133: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

133

Berdasarkan Tabel 38 di atas terlihat bahwa hubungan pendapatan

masyarakat terhadap persepsi pengelolaan eksisting Danau Maninjau terdapat

hubungan yang signifikan seperti ditunjukkan oleh Asym. Sig < 0,2. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa berbeda pendapatan, maka akan berbeda pula

persepsinya terhadap pengelolaan eksisting sumberdaya alam dan lingkungan

Danau Maninjau. Dilihat dari keeratan hubungannya antara pendapatan dengan

persepsinya terhadap pengelolaan eksisiting sumberdaya alam dan lungkungan

Danau Maninjau tidak terdapat hubungan yang erat, karena koefisien

kontigensinya < 0,50.

5.5.8. Dampak Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung terhadap

Masyarakat

Persepsi masyarakat yang berada di sekitar Danau Maninjau yang

berkaitan dengan dampak usaha perikanan keramba jaring apung terhadap

masyarakat dapat dilihat pada Tabel 39

Tabel 39 Dampak Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Terhadap

Masyarakat

No

Dampak Usaha Perikanan

Keramba Jaring Apung Terhadap

Masyarakat

Frekuensi Persentase

1

2

3

4

5

Sangat Menguntungkan

Menguntungkan

Kurang Menguntungkan

Merugikan

Sangat Merugikan

60

92

13

3

1

35,5

54,4

7,7

1,8

0,6

Total 169 100

Dari Tabel 39 di atas terlihat bahwa 54,48% atau sebanyak 92 orang

responden menyatakan bahwa dampak usaha keramba jaring apung

menguntungkan, dan 35,5% atau sebanyak 60 orang menyatakan bahwa dampak

usaha keramba jaring apung sangat menguntungkan, serta 7,7% atau 13 orang

menyatakan bahwa dampak usaha keramba jaring apung kurang menguntungkan,

1,8% atau 3 orang menyatakan merugikan, dan 0,63% atau sebanyak 1 orang

menyatakan sangat merugikan.

Page 134: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

134

Untuk melihat adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap dampak

usaha perikanan keramba jaring apung dapat dilihat dalam kaitannya dengan

karakteristik masyarakat tersebut. Hasil uji asosiasi Chi-Square pada Tabel 40

Tabel 40 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Usaha Perikanan Keramba

Jaring Apung

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

11,454

20,935

18,214

24,875

9,299

0,490

0,401

0,109

0,072

0,677

0,252

0,332

0,312

0,358

0,228

Keterangan ***nyata pada p<0,2

Berdasarkan Tabel 40 di atas terlihat bahwa hubungan antara, umur dan

pendididkan masyarakat dengan persepsi terhadap dampak usaha perikanan

keramba jaring apung terdapat hubungan yang signifikan seperti ditunjukkan

oleh Asym. Sig < 0,2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbeda, umur

dan pendidikan, maka akan berbeda pula persepsinya terhadap dampak usaha

perikanan keramba jaring apung. Dilihat dari keeratan hubungannya antara umur

dan pendidikan dengan persepsinya terhadap dampak usaha keramba jaring

apung tidak terdapat hubungan yang erat, karena koefisien kontigensinya < 0,50.

5.5.9. Dampak Operasional PLTA terhadap Masyarakat

Hasil survey tentang persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau

terhadap pengelolaan dampak operasional PLTA oleh PLN telah dilakukan

dengan baik disajikan pada Tabel 41

Page 135: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

135

Tabel 41 Persepsi Masyarakat terhadap Damapak Operasional PLTA Terhadap

Masyarakat

No

Pengelolaan Dampak Operasional

PLTA Maninjau Oleh PLN telah

dilakukan dengan Baik

Frekuensi Persentase

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Ragu-Ragu

Kurang Setuju

Tidak setuju

22

31

46

43

27

13,0

18,3

27,2

25,4

16,0

Total 169 100

Berdasarkan Tabel 41 di atas terlihat bahwa 27,2% atau sebanyak 46

orang responden menyatakan ragu-ragu bahwa pengelolaan dampak operasional

PLT oleh PLN telah dilakukan dengan baik, 25,4% atau sebanyak 43 orang

menyatakan kurang setuju bahwa pengelolaan dampak operasional PLT oleh

PLN telah dilakukan dengan baik, dan 18,3% atau 31 orang menyatakan setuju

bahwa dampak operasional PLT oleh PLN telah dilakukan dengan baik,serta16%

atau 27 orang menyatakan ragu-ragu bahwa pengelolaan dampak operasional

PLT oleh PLN telah dilakukan dengan baik, 13% atau sebanyak 22 orang

menyatakan sangat setuju bahwa pengelolaan dampak operasional PLT oleh

PLN telah dilakukan dengan baik.

Terdapat perbedaan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan dampak

operasional PLTA oleh PLN telah dilakukan dengan baik dapat dilihat dalam

kaitannya dengan karakteristik masyarakat tersebut pada hasil uji Chi-Square

pada Tabel 42

Page 136: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

136

Tabel 42 Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Dampak Operasional

PLTA oleh PLN Telah Dilakukan Dengan Baik

No Karakteristik

Responden Value Asyp.Sig

Contigency

Coeficient

1

2

3

4

5

Jarak tempat tinggal

Jenis Pekerjaan

Umur

Pendidikan

Pendapatan

25,875

26,122

5,702

15,320

8,384

0,011

0,162

0,930

0,501

0,754

0,364

0,366

0,181

0,288

0,217

Keterangan : ** nyata pada p<0,05

***nyata pada p<0,2

Berdasarkan Tabel 42 di atas terlihat bahwa hubungan antara, jarak

tempat tinggal dan pekerjaan dengan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan

dampak operasional PLTA telah dilakukan dengan baik terdapat hubungan yang

signifikan seperti ditunjukkan oleh Asym. Sig < 0,05 ( Jarak tempat tinggal) dan

Asymp.Sig. <0,2 ( Pekerjaan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbeda

jarak tempat tinggal dan pekerjaan, maka akan berbeda pula persepsinya

terhadap pengelolaan dampak operasional PLTA telah dilakukan dengan baik.

Dilihat dari keeratan hubungannya antara jarak tempat tinggal dan pekerjaan

dengan persepsinya terhadap pengelolaan dampak operasional PLTA telah

dilakukan dengan baik tidak terdapat hubungan yang erat, karena koefisien

kontigensinya < 0,50.

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi

masyarakat terhadap keberadaan Danau Maninjau sangat bervariasi. Variasi

persepsi tersebut berhubungan dengan karakteristik masyarakatnya. Karakteristik

masyarakat yang memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsinya adalah

umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Menurut Krech (1975), masuknya

objek persepsi selalu melalui dua faktor, yaitu factor structural dan faktor

fungsional. Faktor struktural terkait dengan tingkat pendidikannya melalui sistem

syaraf manusia secara biologik, dan factor fungsional terkait dengan pengalaman

yang direpresentasikan oleh umurnya dan kebutuhannya direpresentasikan

melalui jenis pekerjaannya.

Page 137: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

137

Menurut Hamilton (1985, di dalam Jordan & Elnagheeb 1993), anggota

masyarakat yang berusia lebih muda akan memberikan perhatian yang lebih

terhadap kualitas lingkungan. Lowe et al (1980) dan Liere & Dunlap (1980), di

dalam Jordan & Elnagheeb (1993) mengemukakan bahwa anggota masyarakat

yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan upaya-upaya

pelestarian kualitas lingkungan dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih

rendah.

5.6. Rancangan Kebijakan Untuk Melestarikan Fungsi SDAL Berkaitan

Dengan Pemanfaatan Danau Maninjau.

Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaanya dalam

UU No.23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 82

tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air

Berdasarkan UU No.7 tahun 2004, tentang Sumberdaaya Air, yang terdiri tiga

komponen utama yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak

air, danau merupakan sumber daya air yang telah banyak mengalami penurunan

fungsi dan kerusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh karena pengelolaan

danau yang banyak mengalami kendala karena permasalahannya bersifat

kompleks.

Tujuan yang ingin dicapai dari rancangan kebijakan yaitu, untuk

melestarikan fungsi SDAL berkaitan pemanfaatan Danau Maninjau, sehingga

dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat secara

keseluruhan. Hal ini sejalan dengan tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang

diatur dalam UU No 23 tahun 1997, tentang pengelolaan lingkungan hidup.

Metode ISM digunakan untuk menganalisis keterkaitan dan

ketergantungan antar elemen yang membentuk r a n c a n g a n k e b i j a k a n

u n t u k m e l e s t a r i k a n f u n g s i S D A L b e r k a i t a n p e ma n f a a t a n

D a n a u M a n i n j a u dan mengidentifikasi peubah kunci serta driver power

masing-masing elemen serta struktur/hirarki elemen dalam model. Untuk

mencapai tujuan tersebut, berdasarkan hasil diskusi dengan pakar dan hasil

analisa lapangan maupun studi literatur, dipilih 4 elemen yang dipakai untuk

melestarikan fungsi SDAL Danau Maninjau yaitu:

Page 138: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

138

1. Lembaga yang terlibat dalam pengelolaan Danau Maninjau,

2. Tujuan yang ingin dicapai

3. Kebutuhan program yang diperlukan,

4. Kendala progam.

Dari elemen yang diperoleh akan diuraikan menjadi beberapa sub

elemen dalam Kebijakan pengelolaan Danau Maninjau. Pada penelitian ini

diperoleh 14 lembaga yang terlibat yaitu :Pemerintah Pusat, Bapedalda Provinsi

Sumatera Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Kantor

Lingkungan Hidup Kabupaten Agam, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Agam, PLTA, Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Akademisi, Perbankan,

Pengusaha Pariwisata, LSM, Lembaga Keuangan Mikro, Koperasi,

Pemerintahan Nagari.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan pengelolaan Danau

Maninjau ada 12 yaitu : Pemahaman nilai-nilai yang dimiliki danau kepada

masyarakat, terpeliharanya keanekaragaman hayati danau, terpeliharanya fungsi

hidrologi dan ekologi danau, penyesuaian tataletak KJA, terjaganya debit air

danau yang dimanfaatkan PLTA, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan

kesempatan kerja, terpeliharanya kebersihan lingkungan, pengelolaan perikanan

yang baik bersama masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar

danau, terpeliharanya kualitas air danau, penegakan regulasi,terlaksananya

koordinasi kelembagaan antar instansi terkait.

Kendala utama dalam pelaksanaan program ada 12 yaitu : kurangnya

pemahaman nilai-nilai tentang danau, penetapan zonasi KJA tidak jelas,

rendahnya kemampuan untuk pengelolaan bersama, belum adanya partisipasi

aktif masyarakat, belum adanya pengaturan penggunaan air danau oleh PLTA,

tanggungjawab kepemilikan danau tidak jelas, kerjasama lintas sektoral masih

lemah, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, belum adanya monitoring

secara aktif terhadap pengaruh setiap intervensi, belum adanya strategi

pengelolaan perikanan, tidak adanya ketegasan penegakan regulasi, tidak ada

koordinasi yang sinergis antar instansi.

Kelompok masyarakat yang terkena dampak dalam pemanfaatan danau

ada 14 yaitu: petani KJA, petani perikanan tangkap, masyarakat setempat,

Page 139: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

139

masyarakat perkotaan, pemerintah, wisatawan, investor, pedagang penyedia

pakan ikan, pedagang penyedia bibit ikan, tenaga kerja yang bergerak di bidang

pariwisata, pedagang alat perikanan, pedagang hasil kerajinan rakyat, petugas

penyuluhan, pengusaha jasa pariwisata.

Berdasarkan pengolahan matriks yang telah memenuhi kaidah

transitivitas maka keluaran model struktural dari masing-masing elemen akan

memberikan gambaran hirarki dari masing-masing sub-elemen.

5.6.1. Lembaga Yang Terlibat untuk Melestarikan Fungsi SDAL Dalam

Pemanfaatan Danau Maninjau

Kelembagaan merupakan suatu tatanan dan pola hubungan antar

anggota atau kelompok masyarakat yang saling mengikat dan diwadahi dalam

suatu organisasi atau lembaga dengan faktor-faktor pengikat dan pembatas

berupa norma, aturan formal maupun informal sebagai pengendali perilaku

sosial dan insentif untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan

demikian, kelembagaan dapat dilihat sebagai organisasi dan sekaligus juga

mengandung pengertian aturan main. Kebijakan merupakan unsur penting

dalam lembaga dan dapat diturunkan dalam bentuk strategi, rencana,

peraturan, kesepakatan, konsensus maupun program yang merupakan

landasan untuk tindakan-tindakan nyata (Djogo et al. 2003).

Lembagaan yang tel ibat dalam pengelolaan Danau Maninjau

merupakan sistem yang kompleks karena menyangkut aspek ekologi, sosial

ekonomi, politik maupun teknologi. Berdasarkan pemikiran serta hasil

pendapat pakar, elemen lembaga yang berperan dalam pengelolaan Danau

Maninjau dijabarkan menjadi 14 sub elemen seperti Tabel 43.

Page 140: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

140

Tabel 43 Lembaga yang terlibat dalam pemanfaatan Danau Maninjau

Sub Elemen

1 Pemerintah pusat

2 Bapedalda Provinsi Sumatera Barat

3 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat

4 Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Agam

5 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam

6 PLTA

7 Dinas Pertanian Kabupaten Agam

8 Akademisi

9 Perbankan

10 Pengusaha Pariwisata

11 LSM

12 Koperasi

13 Pemerintahan Nagari

14 BPKDM

Struktur hirarki dari masing-masing sub elemen disajikan dalam

Gambar 8.

2 3

9 10 12

11

8

6 7

4 5

1 13 14

Gambar 8 Struktur sistem elemen lemabaga yang terlibat

Struktur hirarki peubah lembaga yang terlibat terdiri dari 7

tingkat. Lembaga yang terlibat dan menempati hirarki yang tertinggi adalah

Badan Pengelola Kawasan Danau Maninjau (BPKDM) dan Pemerin tahan

Page 141: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

141

Nagar i se r ta Pemerin tah Pusa t . BPKDM dan Pemerintahan Nagari serta

Pemerintah Pusat merupakan peubah kunci yang mempengaruhi lembaga lain

pada hirarki di atasnya. Badan Pengelola Kawasan Danau Maninjau (BPKDM)

merupakan institusi yang ditunjuk untuk melakukan pengelolaan Danau

Maninjau yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Agam No.620

tahun 2009, namun sampai saat ini keberadaan BPKDM belum bisa berfungsi

dengan maksimal karena kepengurusan badan ini tingkat ketergantungan kepada

penguasa sangat tinggi. Level 6 terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Agam, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Agam. Level 5 terdiri

dari PLTA, Dinas Pertanian. Level 4 adalah Akademisi. Level 3 adalah LSM.

Level 2 adalah Perbankan, Koperasi dan Pengusaha Pariwisata. Sedangkan level

1 adalah Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dan Dinas Kelautan dan Perikanan

Sumatera Barat.

Gambar 9 menunjukkan klasifikasi masing-masing sub elemen

berdasarkan driver power dan dependence.

1, 13, 14

2, 3

4, 5

6, 7

8

9, 10, 12

11

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 9 Matriks driver power-dependence sub-elemen pada elemen

sektor lembaga yang terpengaruhi

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa sub elemen yang termasuk

dalam kuadran independent adalah kelompok: 1)Pemerintah Pusat, 2)

BPKDM, 3) Pemerintahan Nagari, 4) Kan tor Lingkungan Hidup

Kab .Agam, 5) Dinas Ke lau tan dan Pe r ikanan Kab .Agam, 6)

Independent Linkage

Dependent Autonomous

Page 142: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

142

PLTAdan 7) Dinas Pertanian Kab.Agam. Sedangkan kelompok sub

elemen yang berada dalam kuadran dependent meliputi: 1) Aka demis i , 2)

LSM, 3) Pe rb an kan , 4) Pen gu sa ha pa r i wi sa t a , 5) Koperasi, 6)

Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, dan 7) Dinas Keluatan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan matriks tersebut, tidak ada

sub elemen yang termasuk dalam kuadran linkage dan Autonomous.

Kelompok masyarakat yang merupakan peubah dependent, seperti

Akademisi, LSM, Perbankan, Pengusaha pariwisata, Koperasi dan lainnya.

Posisi ini memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan agar sub elemen

yang berada pada sektor tersebut dikaji secara seksama dan hati-hati, sebab

interaksi antar sub elemen dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan

Danau Maninjau, dalam konteks dampak pengelolaan merupakan kelompok

yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat yang merupakan peubah

independent, seperti Pemerintah Pusat, BPKDM, Pemerintahan Nagari

dan yang lainnya.

5.6.2. Tujuan yang Ingin Dicapai untuk Melestarikan Fungsi SDAL dalam

Pemanfaatan Danau Maninjau

Tujuan yang ingin dicapai untuk melestarikan fungsi SDAL dalam

pemanfaatan Danau Maninjau untuk kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan

hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan konsultasi pakar,

elemen p rogra m dijabarkan menjadi 12 sub elemen seperti ditampilkan pada

Tabel 44. Untuk hubungan kontekstual yang digunakan untuk menganalisis

keterkaitan antar peubah p r o g r a m adalah hubungan pengaruh, yaitu suatu

p r o g r a m akan membantu tercapainya program yang lainnya. Struktur

hirarki dari dalam elemen yang menggambarkan posisi masing-masing sub

elemen disajikan pada Gambar 8. Sedangkan Gambar 9 menunjukkan

klasifikasi masing-masing sub elemen berdasarkan driver power dan

dependence.

Page 143: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

143

Tabel 44. Tujuan yang ingin dicapai untuk melestarikan fungsi SDAL Danau

Maninjau

No. Sub Elemen

1 Pemahaman nilai-nilai yang dimiliki danau kepada masyarakat

2 Terpeliharanya keanekaragaman hayati

3 Terpeliharanya fungsi hidrologi dan ekologi

4 Penyesuaian tataletak dan rasionalisasi KJA

5 Terjaganya debit air danau

6 Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja

7 Menjaga Kebersihan Lingkungan

8 Pengelolaan perikanan yang baik bersama masyarakat

9 Peningkatan kesejahteraan masyarakat danau

10 Terpeliharanya kualitas perairan danau

11 Penegakan regulasi pemerintah

12 Terlaksananya koordinasi kelembgaan antar instansi terkait

9

6 8

11 12

4 5 10

2 3 7

1

Gambar 10 Strukutur system elemen tujuan

Dari hasi analisis ISM dari 12 sub elemen yang ada, diperoleh 6 level

hirarki tujuan yang ingin dicapai untuk mempertahankan fungsi SDAl Danau

Maninjau. level 6 adalah pemahaman nilai-nilai yang disampaikan oleh tokoh-

tokoh agama kepada masyarakat bahwa danau itu adalah ciptaan tuhan yang

maha esa yang perlu dijaga kelestariannya dan tidak boleh serakah dalam

pemanfaatannya. Level 5 adalah melestarikan keanekaragaman hayati,

menjamin terpeliharanya fungsi hidrologi dan ekologi serta menjaga kebersihan

lingkungan di sekitar danau oleh masyarakat. Level 4 adalah penyesuaian

Page 144: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

144

tataletak dan rasionalisasi KJA, terjaganya debit air danau dan terpeliharanya

kualitas peraian danau. Level 3 adalah penegakan regulasi pemerintah dan

terlaksananya koordinasi kelembagaan antar instansi terkait dalam pengelolaan

danau. Level 2 adalah memperluas lapangan kerja dan pengelolaan perikanan

yang baik bersama masyarakat. Level 1 adalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitar danau.

1

2, 3, 7

4, 5, 10

6, 8

9

11, 12

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 11 Matriks driver power-dependence sub-elemen pada elemen

Tujuan

Dari Gambar 11 terlihat hasil analisis ISM berdasarkan Driver Power

(DP) dan Dependence ke 12 sub elemen kebutuhan program dikelompokkan ke

dalam 4 sektor. Sub elemen yang masuk ke dalam sektor independent (IV)

adalah (1) Pemahaman nilai-nilai yang dimiliki danau kepada masyarakat, (2)

terpeliharanya keanekaragaman hayati, (3) Terpeliharanya fungsi hidrologi dan

ekologi, (7) Menjaga Kebersihan Lingkungan. Hal ini berarti bahwa ke 4 sub

elemen tersebut memiliki kekuatan penggerak yang besar terhadap keberhasilan

pengelolaan SDAL Danau Maninjau. Sub elemen yang masuk ke dalam sektor

lingkage (III) adalah (1) Penyesuaian tataletak dan rasionalisasi KJA, (2)

Terjaganya debit air danau dan (3) Terpeliharanya kualitas perairan danau .

Posisi ini memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan agar sub elemen

yang berada pada sektor tersebut dikaji secara seksama dan hati-hati, sebab

interaksi antar sub elemen dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan

Independent Linkage

Autonomous Dependent

Page 145: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

145

danau. Sedangkan yang masuk ke dalam sektor dependent (II) adalah (1)

Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja, (2) Pengelolaan perikanan

yang baik bersama masyarakat, (3) Peningkatan kesejahteraan masyarakat

danau, (4) Penegakan regulasi pemerintah, (5) Terlaksananya koordinasi

kelembgaan antar instansi terkait. Sub elemen yang berada pada sektor ini

umumnya sub elemen yang tidak bebas atau dipengaruhi oleh sub elemen lain.

4.6.3. Kebutuhan Program

Program yang diperlukan dalam pengelolaan SDAL D anau

Maninj au diuraikan menjadi 12 sub elemen seperti ditampilkan pada Tabel

45.Struktur hirarki dari dalam elemen yang menggambarkan posisi masing-

masing sub elemen disajikan dalam Gambar 12. Sedangkan Gambar 11

menunjukkan klasifikasi masing-masing sub elemen berdasarkan driver power

dan dependence.

Tabel 45. Kebutuhan Program untuk melestarikan fungsi SDAl Danau Maninjau

No. Sub Elemen

1. Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap

danau

2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Danau

3. Peningkatan dan pengembangan pemanfaatan sumber daya hayati

d a n a u

4. Penentuan zonasi KJA

5. Pengembangan peluang kegiatan ekonomi alternatif di sekitar

kawasan danau

6. Penentuan Regulasi yang jelas tentang kepemilikan danau

7. Peningkatan pendapatan masyarakat lokal di sekitar danau

8. Pengelolaan sampah domestic

9. Membuat strategi pengelolaan perikanan bersama masyarakat

10. Monitoring perubahan perairan danau

11. Pemberdayaan organisasi pengelola danau

12. Peningkatan pengetahuan/kesadaran pejabat/pegawai pemerintah

daerah

Page 146: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

146

Struktur hirarki elemen program yang diperlukan dalam

pengelolaan Danau Maninjau terdiri dari 3 tingkat.

3 4 6 8 10 12

2 9 11

1 5 7

Gambar 10 Struktur sistem elemen program yan dibutuhkan

Berdasarkan gambar 12 terlihat bahwa Program peningkatan

pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap danau, pengembangan

peluang ekonomi alternatif masyarakat di sekitar Danau Maninjau dan

peningkatan pendapatan masyarakat sekitar danau yang berada pada

tingkat tiga merupakan peubah kunci dari elemen program yang diperlukan.

Peubah kunci ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi peubah

pada tingkat di bawahnya.

Pengklasifikasian sub elemen program yang diperlukan berdasarkan

pada driver power dan dependence menunjukkan bahwa program

peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap danau,

pengembangan peluang ekonomi alternatif masyarakat di sekitar Danau

Maninjaudan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar danau, peningkatan

peran serta masyarakat dalam pengelolaan danau serta membuat strategi

pengelolaan perikanan yang baik besera masyarakat dan pemberdayaan organisasi

pengelola danau masuk ke sektor merupakan peubah independent. Sub elem

peningkatan dan pengembangan pemanfaatan sumberdaya hayati, penetapan

zonasi KJA, penentuan regulasi yang jelas tentang kepemilikan danau,

pengelolaan smpah domestik, monitoring perubahan perairan danau dan

peningkatan pengetahuan pegawai pemerintah daerah masuk ke sektor

dependent. Hal ini memberikan makna sub elemen ini merupakan variabel yang

tergantung atau dipengaruhi oleh variabel lain.

Page 147: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

147

1, 5, 7

2, 9, 11

3, 4, 6, 8, 10, 12

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 12 Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) sub elemen

program yang dibutuhkan.

4.6.4. Elemen Kendala Dalam Melestarikan Fungsi SDAL Berkaitan

Dengan Pemanfaatan Danau Maninjau.

Untuk mengetahui kendala utama dalam melestarikan fungsi

SDAL Danau Maninjau dijabarkan menjadi 12 sub elemen seperti

ditampilkan pada Tabel 46.

Tabel 46. Sub elemen kendala dalam pengelolaan SDAL Danau Maninjau

No. Sub Elemen

1 Rendahnya pemahaman nilai-nilai danau sebagai ciptaan tuhuan

yang maha esa oleh masyarakat

2 Masih rendahnya peranaktif masyarakat menjaga kelestarian danau

3 Belum terwujudnya kemauan bersama dalam memelihara danau

4 Belum adanya penentuan zonasi peruntukan usaha KJA

5 Tanggungjawab kepemilikan danau tidak jelas

6 Belumadanya monitoring secara aktif terhadap perubahan kualitas

air danau

7 Kurangnya peluang usaha ekonomi alternatif masyarakat sekitar

danau

8 Kurangnya penyuluhan oleh aparat terkait kepada masyarakat

9 Minimnya alokasi dana untuk pengelolaan danau

10 Kurangnya kepedulian pejabat daerah dalam pengelolaan danau

11 Penegakan regulasi masih rendah

12 Kurangnya koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan

danau

Independent Linkage

Autonomous Dependent

Page 148: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

148

8 10 11

7

4 9

2 3 5 6

1 12

Gambar 13 Diagram hierarki kendala utama dalam melestarikan SDAL Danau

Maninjau

Berdasarkan Hasil wawancara dengan pakar dan pengisian kuesioner

yang dilakukan berdasarkan teknik ISM Struktur hirarki elemen kendala

utama terdiri dari 5 l e v e l s e p e r t i t e r l i h a t p a d a G a m b a r 1 1 .

Rendahnya pemahaman nilai-nilai danau sebagai ciptaan tuhan yang maha esa

yang perlu dilindungi kelestariannya dan Kurangnya koordinasi a n t a r

i n s t a n s i dalam pengelolaan D a n a u Ma n i n j a u berada pada tingkat 5

merupakan peubah kunci elemen kendala utama. Level 4 adalah masih

rendahnya peranaktif masyarakat menjaga kelestarian danau, belum

terwujudnya kemauan bersama dalam memelihara danau, tanggungjawab

kepemilikan danau tidak jelas, dan belumadanya monitoring secara aktif

terhadap perubahan kualitas air danau. Level 3 adalah belum adanya penentuan

zonasi peruntukan usaha KJA, minimnya alokasi dana untuk pengelolaan

danau. Level 2 adalah kurangnya peluang usaha ekonomi alternatif masyarakat

sekitar danau. Untuk level 1 adalah kurangnya penyuluhan oleh aparat terkait

kepada masyarakat, kurangnya kepedulian pejabat daerah dalam pengelolaan

danau, penegakan regulasi masih rendah ,

Page 149: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

149

1, 12

2, 3, 5, 6

4, 9

7

8, 10, 11

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Dambar 14 Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) sub

elemen kendala utama

Dari Gambar 14 terlihat bahwa Pengklasifikasian sub elemen kendala

utama yang didasarkan pada driver power dan dependence menunjukkan

bahwa Rendahnya pemahaman nilai-nilai danau sebagai ciptaan tuhan yang

maha esa yang perlu dilindungi kelestariannya dan Kurangnya koordinasi

a n t a r i n s t a n s i dalam pengelolaan D a n a u M a n i n j a u , Masih rendahnya

peranaktif masyarakat menjaga kelestarian danau, Belum terwujudnya kemauan

bersama dalam memelihara danau, Tanggungjawab kepemilikan danau tidak

jelas, dan Belumadanya monitoring secara aktif terhadap perubahan kualitas air

danau merupakan peubah independent. Sedangkan peubah Belum adanya

penentuan zonasi peruntukan usaha KJA, Minimnya alokasi dana untuk

pengelolaan danau, Kurangnya peluang usaha ekonomi alternatif masyarakat

sekitar danau, Kurangnya penyuluhan oleh aparat terkait kepada masyarakat,

Kurangnya kepedulian pejabat daerah dalam pengelolaan danau, Penegakan

regulasi masih rendah merupakan peubah dependent. Dalam elemen kendala

utama ternyata tidak ada sub elemen yang masuk ke dalam kuadran linkage

maupun autonomous.

Secara umum hasil pengklasifikasian sub elemen memberikan arti

bahwa kendala utama rendahnya pemahaman nilai-nilai danau sebagai ciptaan

Page 150: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

150

Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dilindungi kelestariannya dan kurangnya

koordinasi a n t a r i n s t a n s i dalam pengelolaan Da na u Ma n i n j a u ,

masih rendahnya peranaktif masyarakat menjaga kelestarian danau, belum

terwujudnya kemauan bersama dalam memelihara danau, tanggungjawab

kepemilikan danau tidak jelas, dan belumadanya monitoring secara aktif

terhadap perubahan kualitas air danau, merupakan peubah bebas yang

mempengaruhi kendala belum adanya penentuan zonasi peruntukan usaha

KJA, minimnya alokasi dana untuk pengelolaan danau, Kurangnya peluang

usaha ekonomi alternatif masyarakat sekitar danau, kurangnya penyuluhan oleh

aparat terkait kepada masyarakat, kurangnya kepedulian pejabat daerah dalam

pengelolaan danau, penegakan regulasi masih rendah.

Page 151: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Nilai Ekonomi Total Pemanfaatan Danau Maninjau

Dari hasil pemanfaatan Danau Maninjau oleh masyarakat diperoleh Nilai

Ekonomi Total (NET) sebesar Rp 350,921,949,238,- yang terdiri dari

Nilai Guna Langsung Danau Maninjau (NGL) untuk pemanfaatan

perikanan, pemanfaatan irigasi, pemanfaatan pembangkit listrik,

pemanfaatan rekreasi, dan pemanfaatan kebutuhan domestik adalah

sebesar Rp 339,527,739,838,- Nilai Guna Tidak Langsung (NGTL)

sebesar Rp 5,121,289,600,- Nilai Pilihan (NP) adalah sebesar Rp

3,237,103,800,- dan Nilai Bukan Guna (NBG) adalah sebesar Rp

3,035,816,000,-

6.1.2. Persepsi Masyarakat terhadap pemanfaatan Danau Maninjau

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi

masyarakat terhadap keberadaan Danau Maninjau sangat bervariasi.

Variasi persepsi tersebut berhubungan dengan karakteristik

masyarakatnya. Karakteristik masyarakat yang memiliki hubungan yang

signifikan dengan persepsinya adalah tingkat pendidikan, umur, dan jenis

pekerjaan. Karakteristik lain yang mempengaruhi persepsi yaitu

pendapatan dan jarak rumah responden ke danau .Berdasarkan hasil

analisis Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya alam dan lingkungan

Danau Maninjau dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya : a) status

kepemilikan SDAL Danau Mainjau, b) hak pemanfaatan Danau

Maninjau untuk perikanan, c) hak pemanfaatan Danau Maninjau untuk

irigasi, d) hak pemanfaatan Danau Maninjau untuk pariwisata, e) hak

pemanfaatan Danau Maninjau untuk kebutuhan domestik, f) kewajiban

untuk menjaga kelestarian Danau Maninjau, g) hak untuk mengatur

pengelolaan Danau Maninjau, h) kondisi eksisting Danau Maninjau, i)

dampak PLTA terhadap masyarakat sekitar Danau Maninjau, j) dampak

perikanan budidaya keramba jaring apung terhadap masyarakat, k)

pengelolaan dampak PLTA Maninjau oleh PLN.

Page 152: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

152

6.1.3. Rancangan Kebijakan

1. Lembagaan yang telibat dalam pengelolaan Danau Maninjau

adalah Pemerintah pusat, Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Kantor Lingkungan

Hidup Kabupaten Agam, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Agam, PLTA, Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Akademisi, Perbankan,

Pengusaha Pariwisata, LSM, Koperasi, Pemerintahan Nagari, BPKDM.

Lembaga yang terlibat dan menempati hirarki yang tertinggi adalah

Badan Pengelola Kawasan Danau Maninjau (BPKDM) dan

Pemerintahan Nagar i se r ta Pemerintah Pusa t . BPKDM dan

Pemerintahan Nagari serta Pemerintah Pusat merupakan peubah kunci

yang mempengaruhi lembaga lain pada hirarki di bawahnya.

2. Tujuan yang ingin dicapai untuk melestarikan fungsi SDAL dalam

pemanfaatan Danau Maninjau adalah Pemahaman nilai-nilai yang

dimiliki danau kepada masyarakat, terpeliharanya keanekaragaman

hayati, terpeliharanya fungsi hidrologi dan ekologi, penyesuaian tataletak

dan rasionalisasi KJA, Terjaganya debit air danau, Memperluas lapangan

kerja dan kesempatan kerja, menjaga Kebersihan Lingkungan,

Pengelolaan perikanan yang baik bersama masyarakat, Peningkatan

kesejahteraan masyarakat danau, terpeliharanya kualitas perairan danau,

penegakan regulasi pemerintah.terlaksananya koordinasi kelembgaan

antar instansi terkait. Sub elemen yang memiliki daya penggerak terbesar

terhadap keberhasilan pengelolaan SDAL Danau Maninjau adalah :

Pemahaman nilai-nilai yang dimiliki danau kepada masyarakat,

terpeliharanya keanekaragaman hayati, terpeliharanya fungsi hidrologi

dan ekologi, menjaga Kebersihan Lingkungan.

3. Program yang diperlukan dalam pengelolaan SD A L D an au M an in jau

ad a l ah Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat

terhadap danau, peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan

Danau, Peningkatan dan pengembangan pemanfaatan sumber daya

hayati d a n a u , penentuan zonasi KJA, pengembangan peluang

kegiatan ekonomi alternatif di sekitar kawasan danau, Penentuan

Page 153: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

153

Regulasi yang jelas tentang kepemilikan danau, Peningkatan pendapatan

masyarakat lokal di sekitar danau, Pengelolaan sampah domestic,

Membuat strategi pengelolaan perikanan bersama masyarakat,

Monitoring perubahan perairan danau, Pemberdayaan organisasi

pengelola danau, Peningkatan pengetahuan/kesadaran pejabat/pegawai

pemerintah daerah. Program yang diperlukan dalam keberhasilan

pengelolaan Danau Maninjau yang memiliki daya penggerak yang kuat

adalah peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat

terhadap danau, pengembangan peluang ekonomi alternatif masyarakat

di sekitar Danau Maninjau dan peningkatan pendapatan

masyarakat sekitar danau, peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan danau serta membuat strategi pengelolaan perikanan yang baik

besera masyarakat dan pemberdayaan organisasi pengelola danau.

4. Kendala utama dalam melestarikan fungsi SDAL Danau

Maninjau adalah Rendahnya pemahaman nilai-nilai danau sebagai

ciptaan tuhuan yang maha esa oleh masyarakat, Masih rendahnya

peranaktif masyarakat menjaga kelestarian danau, Belum terwujudnya

kemauan bersama dalam memelihara danau, Belum adanya penentuan

zonasi peruntukan usaha KJA, Tanggungjawab kepemilikan danau tidak

jelas, Belumadanya monitoring secara aktif terhadap perubahan kualitas

air danau, Kurangnya peluang usaha ekonomi alternatif masyarakat

sekitar danau, Kurangnya penyuluhan oleh aparat terkait kepada

masyarakat, Minimnya alokasi dana untuk pengelolaan danau,

Kurangnya kepedulian pejabat daerah dalam pengelolaan danau,

Penegakan regulasi masih rendah, Kurangnya koordinasi antar instansi

terkait dalam pengelolaan danau. Kendala utama yang memiliki daya

penggerak yang kuat adalah Rendahnya pemahaman nilai-nilai danau

sebagai ciptaan tuhan yang maha esa yang perlu dilindungi

kelestariannya dan Kurangnya koordinasi a n t a r i n s t a n s i dalam

pengelolaan D a n a u M a n i n j a u , Masih rendahnya peranaktif

masyarakat menjaga kelestarian danau, Belum terwujudnya kemauan

bersama dalam memelihara danau, Tanggungjawab kepemilikan danau

Page 154: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

154

tidak jelas, dan Belum adanya monitoring secara aktif terhadap

perubahan kualitas air danau.

6.1. Saran

1. Perlunya peran aktif para tokoh masyarakat, pemuka adat dan pemuka

agama dalam memberikan pemahaman tentang nilai-nilai tentang danau

sebagai ciptaan tuhan yang maha esa.

2 Peran aktif Pemerintah Daerah untuk memediasi permasalahan yang

timbul dalam pemanfaatan Danau Maninjau.

3. Keseriusan Pemerintah dalam penetapan regulasi yang bertanggungjawab

dalam pengelolaan danau .

Page 155: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

155

DAFTAR PUSTAKA

Agustiyani, D. 2004. Proses Terjadinya Penyuburan dan Dampaknya di Perairan. Di

dalam Maryanto, I., dan R. Ubaidilah, [Editor]. Manajemen Bioregional

Jabodetabek Profil & Strategi Pengelolaan Sungai & Aliran Sungai. LIPI.

Cibinong Bogor.

Anonim, 2004. Undang-Undang Pengelolaan Sumberdaya Air. Fokusmedia. Bandung.

Anwar, A. 1999. Masalah Pengembangan Sumberdaya Air dan Pembiayaan Investasi

Irigasi. Makalah disajikan Pada Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan Manajemen

Kebijakan Publik Angkatan III dan IV Di Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.

Anwar, A, 2002. Peranan Pengembangan Ekonomi Komunitas sebagai Komplemen

Terhadap Ekonomi Pasar dan Ekonomi Publik. Makalah Panduan Bagi Kegiatan

Mahasiswa. Bogor.

Arnold, Frank S. 1995, Economic Analysis of Environmental Policy And Regulation

John wiley & Sons, Inc. Canada

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta.

Berck, Peter and Michael Robert. 1996. Natural Resource Prices: Will they ever Turn

Up? Journal Of Environmental Economics And Management 31, Artikel

No.0032, Academic Press Inc.

Charles W. 1986. Natural Resource Economics: Issues, Analysis and Policy, J.W. &

Sons. New York.

Connell, D.W. & G.J. Miller. 1995 Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran (terjemahan

Yanti Koestoer). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Darusman, Dudung. 1991. Nilai Ekonoi Air Untuk Pertanian dan Rumah Tangga di

daerah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Lembaga Penelitian IPB. Tidak

Dipublikasikan. Bogor.

Davies, J., G. Claridge, dan Nirarita. 1995. Manfaat Lahan Basah: Potensi Lahan Basah

dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Asean Wetland Bureau.

Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat. 2008. Buku Statistik 2008. Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam.

Direktorat Geologi Tata Lingkungan. 1997. Audit Lingkungan dan Kajian Sosial Danau

Maninjau. Bapedalda Sumatera Barat.

Page 156: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

156

Dixon, John A and Maynard M. Hufschmidt. 1986. Economic Valuation Techniques For

The Environment. A Case Study Work-Book, The Johns Hopkins University

Press.

Djajaningrat, Surna T. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Djogo T, Sunaryo, Suharjito D, Sirait M. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan

Dalam Pengembangan Agroforestri. Bogor: World Agroforestry

Centre (ICRAF).

Douglass, RW. 1970. Forest Recreation. Pergamon Press. New York.

Dunn, WN. 1981. Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall, Inc.

Englewood Cliffs, New Jersey.

Dunn, WN. 1994. Public Policy Analysis: An Introduction, Second Edition, Prentice-

Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Dunn, WN. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Gadjahmada

University Press. Yogyakarta.

Dye, Thomas R. 1992. Understnding Public Policy. Prentice- Hall.Inc. Englewood Cliffs,

New Jersey.

Ekaputra, E. 2000. Perspektif Terpadu Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di Era

Otonomi Jurnal VISI No.18 Pusat Studi Irigasi, Sumberdaya Air, Lahan dan

Pembangunan Universitas Andalas. Padang.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor:

IPB Press.

Fauzi, Noer. 2001. Otonomi Daerah : Sumber Daya Alam – Lingkungan. Lapera Pustaka

Utama. Yogyakarta

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Field, Barry C. 1997. Environmental Economic, An Introduction. The McGraw-Hill

Companies, Inc. Published by Zed Book Ltd., U.K. SMK Grafika Desa Putra.

Jakarta.

Fisfher, S. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak (edidi

bahasa Indonesia); Judul asli Working with Conflict: Skill and Strategies for

Action.

Page 157: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

157

Garrod, G and Kennet G.Willis.1999. Economics Valuation of the Environment. Edward

Elgar Publitions Limited. Northampton, MA.USA.

Giesen, W. & A. Julia 2000. Introduction to Danau Sentarum National Park West

Kalimantan. Borneo Research Bulletin 31: 5-28 Indonesia.

Ginting, S.P. 1998. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Kelautan di Sulawesi Utara dapat

mengancam kelestarian pemanfaatannya. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

& Kelautan IPB Vol.1 No.2.

Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press-Johns

Hopkins. Jakarta.

Golterman,. H.L. 1975. Physicological Limnology. Elsevier SPC. Amsterdam

Gray, Clive. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Haab, T.C., and K.E. McConnel.2002. Valuing Environmental and Natural Resources :

The Economics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publitions, USA.

Haeruman, H. 1999. Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Tata

Ruang. Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk.

Kerjasama PPLH-IPB dengan Ditjen Bangda Depdagri. Ditjen Pengairan dan

Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Bogor 30 Nopember 1999.

Hakimy, I. 1988. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak Di Minangkabau. CV. Remaja

Karya. Bandung.

Hanley, N dan C.L. Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and environmental. Edward Elger

Publishing . England.

Hardin, Garret. 1977. The Tragedy of Commons. W.H. Freeman and co. San Fransisco

Hardoy, J., D. Mitlin & D. Satterthwaite. 2001. Environmental Problem in an Urbanizing

World. Earthscan. London.

Hayami, Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa Suatu Pendekatan Ekonomi terhadap

Perubahan Kelembagaan di Asia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Helmi, Ifdal, E. Ekaputra, Osmet dan Sugianto.2000. Studi Penggunaan dan Pengelolaan

Air Sub-DAS Ombilin. PSI-SDAL Universitas Andalas.

Hufschmidt, M., D.E. James, A.D. Meister, Blair,T. Brower.J.A. Dixson. 1983.

Environmental, Natural Sistems, and Development-An Economics Valuation

Guide. Published by The Johns Hopkins University Press.

Page 158: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

158

Hufschmidt, M., D.E. James, A.D. Meister, Blair,T. Brower.J.A. Dixson. 1987.

Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan : Pedoman Penilaian Ekonomis

(Reksohadiprojo, S. Penterjemah). Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Idris. 2002. Analisis Kebijakan Pengembangan Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Danau. Disertasi Program Pasca Sarjana IPB Bogor.

Islamy. 1992. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

Ismail, 2007. Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Waduk Dalam

Pembangunan. Disertasi Program Pascasarjana IPB Bogor.

Ismintarti. 1992. Studi Permintaan Air Rumah Tangga sebagai Manfaat Hidrologi

Gunung Gede Pangrango di Sub-DAS Cisokan Tengan-Hilir DAS Citarum Jawa

Barat. Tesis Program Pasca Sarjana IPB Bogor.

Jorgensen, S.E. 1983. Lake Management. Pergamon Press. New York.

Kanungo S, Bhatnagar VK. 2002. Beyond generic models for information system

quality, the use of Interpretive Structural Modelling (ISM). Syst Res 19:531-

549.

Kartodirdjo, S. & Surjo. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia; Kajian Sosial Ekonomi.

Aditya Media. Jogyakarta.

Kartodihardjo, H. 2001. Reorientasi Sistem Perijinan dan Pengesahan: Menuju Perubahan

Budaya Pengelolaan Hutan Skala Besar. Bahan Seri Jurnal Komuniti Forestri

LATIN . Bogor.

Kementrian Lingkungan Hidup. 1997. Agenda 21 Indonesia

King.M.D. and M. Mazzotta. 2000. Travel Cost Method.

www.ecosystemvaluation.org/travel-cost.htm.[ 17 Juni 2009].

Krech. D. C. 1975. Theory and Problem of Social Psycology, New Delhi. Mc.Grow Hill.

Lincoln, R.J., B. Shall, & G.A. Clark. 1984. A. Dictionary of Ecology Evolution and

Systematics. Reprinted Cambridge University Press. Melborne Australia.

Limnologi LIPI.2009. Musibah Budidaya Keramba Jaring Apung 2009. Padang Ekspres.

MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child & J. Thorsell. 1990. Pengelolaan Kawasan yang

dilindungi di Daerah tropika, terjemahan dari: Managing Protected Areas in the

Tropics (1986). UGM Press. Jogyakarta.

Page 159: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

159

Mc.Kean, M.A. 1992. Management of Traditional Common Land in Japan. Institute for

Company Press. San Fransisco.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.

Jakarta: Grasindo.

Miles, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tantang metode-metode

baru. UI Press. Jakarta

Munasinghe, M. 1992. Environmental Economics and Valuation in Development

Decisionmaking. The World Bank. Washington.D.C.

Mangkoesoebroto, Guritno. 1997. Ekonomi Publik. BPFE Jogyakarta.

[NRTEE] National Round Table on The Environment and the Economiy. 1998.

Sustainable Strategies foe oceans: A Co-management Guide. NRTEE. Ontario.

Nelson, A., & K.D. Nelson. 1973. Dictionary and Water Engineering. Ist. Published.

Butterwarths. London.

Odum, E.P. 1993. Fundamental of Ecology. Saunders & Toppan. Tokyo.

Omara, O. 1991. Resource Management in Developing Countries. Harlow. Longman.

Ortolano, L. 1984. Environment Planning and Decision Making. John Wiley & Sons Inc.

Canada.

Payne, A.I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. John Wiley and Sons

Singapore.

Pearce, David & Dominic Moran. 1994. The Economic Value of Biodiversity, Earthscan

Publication Limited. Canada.

PSLH. 2002. Kajian Ekosistem Danau Singkarak. Pusat Studi Lingkungan Hidup

Universitas Andalas Padang.

Ramdan H. 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wilayah di Kawasan Gunung

Ciremai Provinsi Jawa Barat. Disertasi Pascasarjana IPB Bogor.

Reksohadiprodjo, S. dan A. B. P. Brodjonegoro. 1992. Ekonomi Lingkungan Suatu

Pengantar. BPFE. Yogyakarta

Redclift, M. 1987. Sustainable Development. Exploring the Contradictions Routledge.

New York.

Santoso, 1998. Analisis Kebijakan Publik. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta

Page 160: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

160

Saxena JP, Sushil, Vrat P. 1992. Hierarchy and classification of program plan

elements using Interpretive Structural Modeling: a case study of energy

conservation in the Indian Cement Industry. Syst Practice 5(6):651-670.

Serageldin, I. 1996. Sustainable and Wealth of Nation First Step in an ongoing Journey.

Environmentally Sustainable Development Studies and Monograph Series No. 5

The World Bank, Washington, D.C.

Soekadijo, R.G. 2000, Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai Sistemic

Lingkagr. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sukanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supriatna, J., A. Sanjaya, I. Setiawati & M.R. Syachrizal. 2000. Ekowisata Sebagai

Usaha Pemanfaatan yang Berkelanjutan di Kawasan Lindung. Makalah

Disampaikan Dalam Workshop Komisi Koordinasi Pemanfaatan Objek Wisata

Alam, Balikpapan. 6-8 Maret 2000. Balikpapan: Departemen Kehutanan.

Syandri, H. 1996. Aspek Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleus Padangenis) dan

Kemungkinan Pembenihannya di Danau Singkarak. Program Pascasarjana IPB

Bogor.

Thoha. 1986. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. CV. Rajawali. Jakarta.

Tietenberg, T. 1992. Innovation in environmental Policy : Economic and Legal Aspects

of Recent Development in environmental Enforcement and Liability. Edward

Elgar. Vermont USA.

Tietenberg, T. 1994. Environmental and Natural Resources Economics. Harper Collins

Publishers. New York USA.

Turner, K.D. Pearce and Bateman. 1994. Environmental Economics : An Elementary

Introduction. Centre For Social and Economic Research on the Global

Environment University of East Anglia and Universty College London.

Vanhove, N. 2005. The Economics of Turism Destination, Elsevvier, Burington.

Wahab. 1991. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

Wahab, 1992. Manajemen Pariwisata. Paradya Paramita. Jakarta

Wardin, A. 1989. Analisis Pemanfaatan Beragam Sistem Irigasi dan Kemampuan Petani

Dalam Rangka Membayar Iyuran Operasi dan Pemeliharaan Irigasi. Thesis

Program Pascasarjana IPB Bogor.

Page 161: ANALISIS PENILAIAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN ... · Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat) adalah karya saya

161

Watt, K. E. F. 1974. Principles of Environmental Science. McGraw-Hillm. New York.

Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Teori dan Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo. Jakarta.