Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2012 - 2017
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Yudi Faridsyah Putra Toreh
155020101111049
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
”Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2012 - 2017”
Yang disusun oleh :
Nama : Yudi Faridsyah Putra Toreh
NIM : 155020101111049
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 25 November 2019
Malang, 25 November 2019
Dosen Pembimbing,
Bahtiar Fitanto, SE., MT.
NIP. 197410181999031001
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 - 2017
Yudi Faridsyah Putra Toreh*, Bahtiar Fitanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya#
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Berkembangnya industri pariwisata merupakan salah satu instrumen yang berpotensi sebagai penyerap tenaga
kerja. Perkembangan ini memberikan dampak positif bagi perekonomian disetiap daerah-daerah yang ada di
Indonesia. Sektor pariwisata diproyeksikan akan menjadi industri berorientasi ekspor yang menjadi sumber
penerimaan devisa terbesar bagi Indonesia dimasa datang. Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya
membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga dapat menarik pendatang-pendatang baru dari luar
daerah. Dari pertumbuhan pariwisata tentunya setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda di dukung
dengan adanya faktor penunjang seperti jumlah wisatawan yang datang, jumlah hotel dan restoran dan PDRB yang
masuk di daerah tersebut.Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data,
Competitivness Monitor dan Regresi Panel Data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Jumlah Hotel, Jumlah Restoran, Jumlah Wisatawan, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau. Dan hasil dari model Competitivness Monitor bahwa daya saing
pariwisata memberikan dampak positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Pariwisata, Competitivness Monitor, Kepulauan Riau.
A. PENDAHULUAN
Perkembangan sektor pariwisata yang pesat di Indonesia memberikan dampak yang positif bagi perekonomian
disetiap daerah-daerah yang ada di Indonesia. Kontribusi sektor parawisata dalam penyerapan tenaga kerja memiliki peran penting dalam memperluas lapangan kerja terutama dalam sektor industri. Kesempatan kerja bagi orang-orang
terampil di bidang ini makin bertambah jumlahnya, pendapatan negara dari sektor pajak dan devisa makin
bertambah, keadaan sosial masyarakat yang terlibat dalam sektor ini makin baik, kebudayaan bangsa makin
memperoleh apresiasi (Pendit, 2006:6).
Pembangunan aspek kemaritiman bidang pariwisata memiliki keunggulan dibandingkan pembangunan baik pada
sektor minyak dan gas maupun perikanan. Pariwisata yang merupakan sebuah industri jasa lebih memanfaatkan
sumber daya manusia ketimbang sumber daya mesin/peralatan seperti pada industri minyak dan gas sehingga
dengan demikian industri pariwisata akan mampu membuka lapangan pekerjaan serta mengurangi angka
pengangguran. Menurut (Spillane,1987:60) Perkembangan industri pariwisata berpengaruh positif terhadap
perluasan kesempatan kerja, banyak dari usaha wisata yang membutuhkan tenaga kerja karena sifat industri
pariwisata adalah sektor berbasis padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan penduduk.
Dampak sektor pariwisata saat ini secara positif berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun pada
tenaga kerja melalui ukuran (PDB) baik secara langsung dan tidak langsung. Dampak parawisata juga
mempengaruhi tingkat kemiskinan di setiap daerah secara tidak langsung dengan meningkatkan mata pencaharian
masyarakat.
Salah satu provinsi dengan perkembangan pariwisata menjanjikan adalah provinsi Kepulauan Riau. Provinsi
dengan letak yang strategis menjadikan jalur dagang untuk para wisatawan mancanegara dan dengan berbagai
macam objek wisatanya ini merupakan salah satu destinasi unggulan bagi wisatawan nusantara maupun
mancanegara. Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja bagi penduduk
setempat, tetapi juga dapat menarik pendatang-pendatang baru dari luar daerah
Pembangunan pada sektor pariwisata maritim di tunjang dengan letak strategis Kepulauan Riau yang berada pada
pengembangan jalur New Regional Cruise Corridors dari Singapura-Manila-Hongkong. Pariwisata Berbasis Kemaritiman merupakan segala bentuk kegiatan wisata yang di dukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang
tersedia pada objek-objek wisata maritimDari pertumbuhan pariwisata ini tentunya setiap daerah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda didukung dengan adanya faktor penunjang seperti jumlah wisatawan yang datang,
jumlah hotel dan restoran dan PDRB yang masuk di daerah tersebut.
B. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (usia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dari suatu negara yang
melakukan aktifitas perekonomian barang dan jasa (Subri, 2003:59). Tenaga kerja sendiri terbagi menjadi dua, yaitu
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. untuk kategori angkatan kerja dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu bekerja
dan tidak bekerja (menganggur/mencari pekerjaan). Sedangkan yang bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan
yaitu bersekolah; mengurus rumah tangga dan golongan lain- lain.
Setengah pengangguran juga diklasifikasikan dibagi menjadi dua golongan yaitu kentara dan tidak kentara,
setengah pengangguran kentara yaitu jika seseorang bekerja tidak sesuai waktu kerja biasanya, sedangkan setengah
pengangguran tidak kentara yaitu golongan yang dilihat dari tingkat produktivitasnya (Subri, 2003:60-61).
B. Analisa Permintaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi karena tenaga kerja menggunakan faktor produksi lain dalam menghasilkan barang dan jasa. Permintaaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas,
maka sehubungan dengan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara upah (yang dilihat dari sisi
pengusaha adalah tenaga kerja) dan kuantitas yang dikehendaki oleh perusahaan untuk dipekerjakan.
Dalam jangka pendek perubahan terjadi sepanjang garis permintaan yang dapat disebabkan oleh perubahan
tingkat upah yang mengakibatkan perubahan akan permintaan terhadap pekerja. Sedangkan dalam jangka panjang
perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan atau pergeseran (shift) dapat terjadi karena adanya
tambahan hasil produksi secara besar-besaran, peningkatan produktivitas kerja karyawan serta penggunaan
teknologi baru.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Sumarsono (2003:105) permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi dimana faktor yang mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja adalah tingkat upah,
nilai produksi, nilai investasi dan faktor lain. Sedangkan faktor-faktor lain yang lebih bersifat individualis namun
juga sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah faktor keahlian dan pengalaman, faktor umur, faktor
jenis kelamin dan faktor pendidikan
D. Pengertian Pariwisata
Menurut definisi secara luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat
sementaran dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian
dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, dalam, dan ilmu (Spillane, 2002:21).
Dalam aspek kepariwisataan sendiri terdapat subyek yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan pariwisata dan
obyek wisata yang merupakan tujuan dari wisatawan.
Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Pasal 7 tentang Kepariwisataan mengatakan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata, usaha
sarana pariwisata, dan usaha lain dibidang tersebut.
E. Jenis dan Pengembangan Pariwisata
Sesuai dengan potensi alam yang dimiliki suatu negara, maka jenis pariwisata yang muncul juga bermacam-
macam sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai ciri tersendiri. Menurut pengaruhnya terhadap
pembayaran yaitu pariwisata aktif dan pasif. Dikatakan aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut,
berarti dapat memasukan devisa negara yang dikunjungi, yang secara otomatis akan memperkuat posisi neraca
pembayaran negara tersebut. Disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa kegiatan ini justru
merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.
F. Pariwisata dalam Perekonomian
Menurut Yoeti (2008: 63) Di dalam pengertian ilmu ekonomi akan memusatkan perhatiannya kepada barang-
barang atau benda-benda yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang jumlahnya terbatas. Seperti yang kita
ketahui itu sebenarnya dalam rangka mencapai kemakmuran hidupnya, yaitu keadaan di mana orang-orang dapat
memenuhi kebutuhannya dalam suatu keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dan banyaknya benda-benda yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat ditinjau sebagai suatu yang dapat memberikan kenikmatan kepada
pendatang dan kesejahteraan bagi penduduk sekiranya. Harga yang dikehendaki oleh kepariwisataan tidak akan
ditinjau dalam bentuk investasi prasarana dan sarana suatu proyek dan biaya untuk keperluaan impor berupa valuta
asing, tetapi hendaknya dilihat dari sudut lain yang bersifat nonmoneter. (Yoeti. 2008: 71)
G. Industri Pariwisata dan Penyerapan Tenaga Kerja
Pada umumnya ada beberapa keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dalam pengembangan sektor pariwisata antara lain: peningkatan pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan prasarana dan
saraba kepariwisataan dalam suatu wilayah atau daerah tujuan, kegiatan beberapa industri yang berhubungan dengan
pelayanan wisatawan seperti perusahan angkutan, akomodasi, perhotelan, dan restoran, kesenian daerah, perusahaan
meubel dan lain-lain, meningkatnya produk hasil kebudayaan disebabkan meningkatnya konsumsi para wisatawan,
menyebabkan pemerataan pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, salah satu usaha pemerintah
dalam rangka meningkatkan penghasilan devisa negara, memperluas pasaran barang-barang yang dihasilkan dalam
negeri.
Agar potensi pariwisata dapat dimaksimalkan dengan baik maka diperlukan tenaga kerja yang terampil di bidang
pariwisata. Tidak hanya itu diperlukan juga tenaga ahli bidang kepariwisataan agar perencanaan pariwisata dapat
lebih optimal. Tenaga ahli yang memiliki wawasan luas, baik di bidang perencanaan, pengembangan, maupun
pemasaran. Semuanya itu, baik tenaga terampil di industri maupun tenaga ahli harus memiliki sikap yang benar-
benar professional (Spilane, 2002:94).
H. Penawaran Pariwisata
Penawaran pariwisata merupakan semua maca produk jasa atau pelayanan yang dihasilkan oleh kelompok
perusahaan indsutri yang bergerak di bidang pariwisata, baik yang ditawarkan kepada wisatawan yang datang secara
langsung maupun yang melalui Agen Perjalanan (AP) atau Biro Perjalanan Wisata (BPW) sebagai perantara (Yoeti,
2008:22). Keseimbangan penawaran dan permintaan dikatakan stationer artinya sekali harga keseimbangan tercapai,
biasanya cenderung tetap dan tidak berubah selama permintaan dan penawaran tidak berubah.
I. Daya Saing Pariwisata
Konsep daya saing pariwisata bukan hanya terkait dengan sektor ekonomi, tetapi juga terkait langsung dengan
aspek sosial dan budaya. Daya saing pariwisata didalamnya termasuk industri pariwisata merupakan pendorong pembangunan ekonomi bagi suatu negara atau daerah. Daya saing pariwisata adalah sebuah konsep umum yang
mencakup perbedaan harga ditambah dengan pergerakan nilai tukar, tingkat produktivitas berbagai komponen
industri pariwisata dan faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi daya tarik atau destinasi.
J. Competitivness Monitor
Competitiviness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digukan untuk melihat daya saing industry
pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council
(WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur daya saing pariwisata. Analisis ini menggunakan 8 indikator yang
digunakan untuk melihat daya saing. Indikator tersebut adalah Human Tourism Indicator (HTI), Price
Competitivness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI , Environment Indicator (EI),
Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI,) Social Development Indicator (SDI).
C. MODEL PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
data panel dan analisis daya saing. Penelitian ini menganalisis beberapa variabel yang berpengaruh pada penyerapan
tenaga kerjadi Kepulauan Riau.
A. Definisi Operasional
Tabel 1 : Rangkuman Definisi Operasional
Nama Variabel Nama dalam Persamaan
Penyerapan Tenaga Kerja Y
Jumlah Hotel X1
Jumlah Restoran X2
Jumlah Wisatawan X3
PDRB Pariwisata X4
Sumber: penulis (2019)
Tabel 2 : Rangkuman Analisis Daya Saing
Human Tourism Indicator 𝑇𝑃𝐼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
Price Competitivness Indicator
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛
× 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 ℎ𝑜𝑡𝑒𝑙
× 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
Infrastructure Development Indicator
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑋 100
Environment Indicator
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑎
Technology Advancement Indicator
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑡𝑎
Human Resources Indicator
𝑃𝑛𝑑𝑑𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑡𝑎 ℎ𝑢𝑟𝑢𝑓 / 𝑘𝑜𝑡𝑎
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑑𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝐷, 𝑆𝑀𝑃, 𝑆𝑀𝐴, 𝐷𝑖𝑝𝑙𝑜𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑟𝑗𝑎𝑛𝑎 / 𝑘𝑜𝑡𝑎
Openess Indicator
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝐴𝐷 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑎
Social Development Indicator Rata - rata masa tinggal turis
Sumber: penulis (2019)
B. Metode Analisis dan Model Penelitian
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan
perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program E-views. Penelitian ini menggunakan
regresi data panel. Model ekonometrika dari penelitian sebagai berikut:
Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β4X4 + e
Dimana:
Y = Penyerapan Tenaga Kerja
α = Konstanta X₁ = Jumlah Hotel
X₂ = Jumlah Restoran
X₃ = Jumlah Wisatawan
X4 = Jumlah PDRB Sektor Pariwisata
β₁ β₂ β₃ β4 = koefisien regresi
e = error
Teknis analisis data perhitungan indeks daya saing pariwisata menggunakan tahapan sebagai berikut:
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 =𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
Keterangan:
X1c: Koefisien normalisasi suatu lokasi (c) dan variabel (i)
Indeks Komposit: 𝑌𝑘𝑐 =
1
𝑛Ʃ𝑋1
𝑐
Keterangan:
𝑌𝑘𝑐 : Indeks Komposit k
c : Lokasi
k : Indikator indikator daya saing
n : Jumlah Variabel dari K
Ʃ𝑋1𝑐 : Perhitungan penjumlahan setiap indikator
Indeks Daya Saing Pariwisata : 𝑍𝑐 = Ʃ𝑊𝑘𝑌𝑘𝑐
Keterangan:
𝑍𝑐 : Daya saing pariwisata
𝑌𝑘𝑐 : Bobot asosiasi pada setiap inidikator
Ʃ𝑊𝑘 : Perhitungan Penjumlahan bobot asosiasi setiap indikator
Nilai indeks 0 menunjukkan kemampuan daya saing rendah sedangkan nilai 1 menunjukkan kemampuan daya
saing tinggi/ baik.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Regresi
Dalam analisis data panel terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengestimasi model. Tiga model tersebutyaitu Pooled Least Square, Fixed Effect, dan Random Effect. Untuk menentukan metode yang akan
digunakan terlebih dahulu melakukan pengujian melalui uji Chow dan uji Hausman. Berikut adalah hasil pengujian
tersebut:
Tabel 3: Rangkuman Hasil Uji Chow, Uji Hausman, Uji Lagrange Multiplier
Keterangan Nilai Probabilitas
Uji Chow 0.0000
Uji Hausman 0.0009
Uji Lagrange Multiplier 0.0000
Sumber: E-views9 diolah penulis (2019)
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model terbaik antara Common Effect dengan Fixed Effect. Uji Chow dapat
dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (Prob.) untuk cross-section F. Jika nilainya lebih besar dari 0,05
(ditentukan di awal sebagai tingkat signifikansi atau alpha) maka model yang terpilih adalah common effect. Tetapi
jika lebih rendah dari 0,05 maka model yang terpilih adalah fixed effect.
2. Uji Hausman Dikarenakan hasil uji Chow memperlihatkan hasil fixed effect lebih baikdibandingkan dengan model common
effect, maka perlu dilakukan uji Hausman untuk mengetahui model terbaik antara model fixed effect dengan model
random effect. Uji Hausman dilakukan dengan cara membandingkan nilai probability cross-section random
(pvalue) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilainya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka model yang
terpilih adalah random effect, tetapi jika lebih kecil dari0,05 maka model yang terpilih adalah fixed effect.
Berdasarkan tabel 3 uji Hausman diatas dapat dilihat nilai probability cross-section random (pvalue) adalah 0.0009,
lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0,05. Ini menunjukkan bahwa model terbaik adalah fixed effect.
3. Uji Lagrange Multiplier
Dikarenakan hasil uji Hausman memperlihatkan bahwa model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan
random effect maka tidak perlu dilakukan uji Lagrange Multiplier karenadapat disimpulkan bahwa dari tabel 3 diatas
model yang terbaik adalah Fixed Effect. Berikut ini adalah hasil dari Fixed Effect:
Tabel 4: Hasil Fixed Effect
Dependent Variable: TENAGAKERJA
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2017
Periods included: 6 Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 42
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.415681 0.436890 14.68489 0.0000
HOTEL 0.057889 0.022729 2.546929 0.0161
RESTORAN 0.060548 0.018727 3.233216 0.0029
WISATAWAN 0.122020 0.040631 3.003133 0.0052
PDRB 0.163132 0.025675 6.353702 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.999514 Mean dependent var 11.08275
Adjusted R-squared 0.999358 S.D. dependent var 1.039120
S.E. of regression 0.026336 Akaike info criterion -4.215623
Sum squared resid 0.021501 Schwarz criterion -3.760519
Log likelihood 99.52808 Hannan-Quinn criter. -4.048809
F-statistic 6379.705 Durbin-Watson stat 2.011290 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: E-views, diolah (2019)
B. Hasil Penelitian
Uji Statistik
1. Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Pada tabel diatas dapat diliat R2 dari keseluruhan mencapai angkan 0.999514. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel independen pada model regresi dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 99,9
persen adapun sisanya sebesar 0,01 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi.
2. Uji F
Pengujian F atau pengujian secara serempak atau simultan merupakan uji yang ditujukan untuk mengetahui
apakah variabel indpenden mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan
tabel diatas didapatkan nilai F hitung sebesar 6379.7 dan F tabel (α = 0,05: db regresi = 4 ; db residual = 37) adalah
sebesar 2,626. Maka F hitung>F tabel yaitu 6379,705>2,626 atau nilai Prob>F sebesar 0,0000, yang artinya nilai ini
lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji t
Uji parsial atau Uji t merupakan uji yang ditujukan untuk melihat bagaimana pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengukuran signifikansi dari persamaan tersebut dilihat dari hasil
perhitungan t-hitung dan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel maka dapat dikatakan variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan regresi cross-section dapat dilihat nilai t-statistik
dari masing-masing variables bebas yaitu:
Pada variabel independen jumlah hotel (HOTEL) didapatkan T hitung sebesar 2.54, sedangkan T tabel (α =
0,05; db residual = 37) adalah sebesar 2.02. Karena T hitung > T tabel yaitu 2.54 > 2.02 dan nilai P>(t)
sebesar (0.016) < α (0,05), maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat dikatakan bahwa
variabel jumlah hotel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Pada variabel independen jumlah restoran (RESTORAN) didapatkan T hitung sebesar 3.23, sedangkan T
tabel (α = 0,05; db residual = 37) adalah sebesar 2.02. Karena T hitung > T tabel yaitu 3.23 >2.02 dan nilai
P>(t) sebesar (0.002) < α (0,05), maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat dikatakan bahwa
variabel jumlah hotel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Pada variabel independen jumlah wisatawan (WISATAWAN) didapatkan T hitung sebesar 3.00, sedangkan
T tabel (α = 0,05; db residual = 37) adalah sebesar 2.02. Karena T hitung > T tabel yaitu 3.00 >2.02 dan
nilai P>(t) sebesar (0.005) < α (0,05), maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat dikatakan bahwa variabel jumlah hotel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Pada variabel independen jumlah PDRB (PDRB) didapatkan T hitung sebesar 6.35, sedangkan T tabel (α =
0,05; db residual = 37) adalah sebesar 2.02. Karena T hitung > T tabel yaitu 6.35 >2.02 dan nilai P>(t)
sebesar (0.000) < α (0,05), maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat dikatakan bahwa
variabel jumlah hotel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian statistik yang memiliki tujuan untuk mencari tahu apakah data yang telah
terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini dilanggar maka data dalam penelitian ini menjadi tidak
valid. Pada penelitian ini, pengujian apakah residual berdistribusi normal atau tidak menggunakan uji Jarque-
Bera. Berikut ini adalah hasil dari uji normalitas:
Tabel 5: Hasil Uji Normalitas
Jarque-Bera Nilai α
Probability 0,649727 0,05
Sumber: E-views, diolah (2019)
Berdasarkan tabel 5 diatas nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,649727 > 0,05 maka dapat disimpulkan data telah terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 6: Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Centered VIF
HOTEL 3.601622
RESTORAN 4.255539
WISATAWAN 1.466651
PDRB 7.440726
Sumber: E-views, diolah (2019)
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena seluruh variabel
independen nilai centered VIF kurang dari 10.
3. Uji Heterokedastisitas
Terjadinya permasalahan heterokedastisitas akan menyebabkan hasil estimasi OLS terhadap interval
kepercayaan menjadi tidak dapat dipercayadan nilai statistik t menjadi tidak valid. Permasalahan
heterokedastisitas dapat diketahui melalui perbandingan Prob (Chi-Square) dengan tingkat signifikansi. Jika Prob
(Chi-Square) besar dari tingkat signifikansi maka model tidak terkena heterokedastisitas. Apabila Prob (Chi-
Square) kecil dari tingkat signifikansi maka model terkena heterokedastisitas. Berikut hasil uji heterkedastisitas:
Tabel 7: Hasil Uji Heterokedastisitas
Heterokedasiticity Test Nilai α
Prob Chi-Square 0,4962 0,05
Sumber: E-views, diolah (2019)
Berdasarkan tabel 7 diatas nilai Prob (Chi-Square) sebesar 0,4962 lebih besar daripada tingkat signifikansi
yaitu 0,05 sehingga model tdak terkena heterokedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah pengujian statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Permasalahan autokorelasi dapat diketahui melalui perbandingan Prob (Chi-Square) dengan
tingkat signifikansi. Jika Prob (Chi-Square) besar dari tingkat signifikansi maka model tidak terkena autokorelasi. Apabila Prob (Chi-Square) kecil dari tingka signifikansi maka model terkena autokorelasi. Berikut
hasil uji autokorelasi:
Tabel 8: Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Durbin-Watson
1.841
Sumber: E-views, diolah (2019)
Berdasarkan tabel 8 diatas Durbin-Watson untuk n=42 dan k=4 (banyaknya variabel bebas) diketahui du
sebesar 1.7202 dan 4-du sebesar 2,2798, sehingga dengan hasil uji Durbin-Watson sebesar 1.841 yang terletak di
antara 1.7202 dan 2.2798, maka dapa disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
Tabel 9: Hasil Uji Analisis Indeks Komposit dan Indeks Daya Saig Pariwisata
Indikator Indeks Komposit Indeks Daya Saing
Pariwisata
Tourism Participation Indicator 0.250941486 0.371211117
Price Competition Indicator 0.193101418 0.285649832
Infrastructure Development
Indicator
0.170128445 0.251666519
Technology Advancement Indicator 0.199870447 0.199870447
Human Resources Indicator 0.18236847 0.269772865
Openess Indicator 0.094184468 0.139324598
Social Development Indicator 0.17325228 0.256287525
Environment Indicator 0.215426597 0.31867488
Sumber: Diolah (2019)
C. Analisis Pengujian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari jumlah hotel, jumlah restoran, jumlah wisatawan, dan
PDRB pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data yang bersifat sekunder
yang didapat dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata di Kepulauan Riau. Hasil data tersebut kemudian
dianalisis menggunakan metode regresi panel data yang diolah menggunakan E-views9. Berikut ini merupakan
pembahasan secara rinci dari variabel indipenden terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
1. Pengaruh Antara Jumlah Hotel Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Hotel berdampak positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Kondisi tersebut berarti jika semakin banyak
pertumbuhan jumlah hotel maka dapan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Melihat hasil estimasi
tersebut hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mbaiwa, 2011) bahwa jumlah hotel berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata, penelitian tersebut membahas bahwa
industir pariwisata di Delta Okavango, Botswana mengandalkan perusahaan pariwisata multinasional yang berasal dari negara-negara kaya dan Afrika Selatan. Dengan adanya efek tersebut pembangunan hotel
menjadi sangat menguntungkan karena berdampak secara sosio-ekonomi meliputi pengembangan usaha
wisata, akomodasi dan layanan restoran, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain itu
masyarakat disana juga mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis alam untuk mencehag dampak
negatif industri perhotelan.
Teori penawaran pariwisata oleh (Spillane, 2001: 122), menyatakan jika pariwisata ingin berkembang
mengikuti permintaan dan penawarannya maka dibutuhkan penunjangan dalam industri pariwisata itu sendiri
yaitu penyediaan akomodasi hotel untuk menunjang keperluan penginapan para wisatawan, dengan adanya
penyediaan akomodasi tersebut akan membuka perluasan tenaga kerja. Keseimbangan tercapai selama
pemintaan dan penawaran kamar hotel ini juga dikatakan stationer, artinya sekali keseimbangan tercapai
selama permintaan dan penawaran tidak berubah maka akan cenderung tetap. Seperti yang diketahuit
pertumbuhan jumlah hotel di tujuh daerah yang diteliti ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
selama tahun 2012 sampai 2017 kenaikannya mencapai angka
Sektor akomodasi saat ini memang menjadi sektor usaha yang terus dikembangkan mengingat sektor ini
dapat membuka tenaga kerja secara luas karena banyak aspek-aspek perhotelan yang membutuhkan banyak
tenaga kerja karena sifat industri perhotelan adalah hospitality management dimana dalam menghasilkan servis yang baik kepada pelanggan diarahkan dari sumber daya manusianya itu sendiri. Artinya modal utama
yang dimiliki oleh perhotelan adalah tenaga kerja, semakin baik kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh
tenaga kerjanya semakin banyak wisatawan yang merasa puas akan pelayanan hotel tersebut. Melihat hasil
penelitian ini yang menunjukan koefisien yang positif hal yang terjadi adalah jumlah hotel yang berkembang
akan sebanding dengan jumlah wisatawan yang meningkat pada setiap tahunnya. Jika wisatawan yang
masuk terus meningkat akan menyebabkan pendapatan hotel meningkat.
2 Pengaruh Antara Jumlah Restoran Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Restoran berdampak signifikan dan positif
terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Artinya jika semakin banyak pertumbuhan jumlah
restoran maka tenaga kerja yang terserap akan semakin banyak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Murray et al., 2017) yang menyatakan jumlah permintaan terhadap akomodasi restoran dan
hotel berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Penelitian tersebut membahas bahwa sektor pariwisata di Kanada memiliki permintaan yang sangat tinggi, sehingga industri yang berbasis
sektor jasa pelayanan terus berkembang mengikuti permintaan pariwisata tersebut. Menjamahnya industri
restoran dan hotel meningkatkan lapangan pekerjaan secara signifikan, selain itu pengembangan sumber daya
manusia sangat dikedepankan oleh pihak-pihak terkait agar menjaga kualitas output yang dihasilkan dari
sektor tersebut.
Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Astina, Hamzah dan Nasir, 2013) bahwa jumlah usaha
industri pariwisata restoran dan perhotelan berpangaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Kondisi
disana menunjukkan bahwa Provinsi Aceh terus mengalami perkembangan di sektor pariwisata, ditandai
dengan perkembangan industri restoran dan hotel yang terus bertambah. Adanya hal tersebut lapangan
pekerjaan yang terserap akan lebih banyak, karena kualitas dari pelayanan selalu diutamakan oleh mereka.
Sektor usaha restoran ini mengalami peningkatan setiap tahunnya di tujuh daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Sektor ini terus berjalan mengikuti permintaan wisata yang tinggi di Kepulauan Riau, dari mulai
restoran kaki lima hingga bintang lima terlah menjamur menjadi industri yang menjanjikan. Hal ini tentu
membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di Kepulauan Riau, khususnya di daerah wisata.
3. Pengaruh Antara Jumlah Wisatawan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Wisatawan berdampak positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Hal ini menunjukkan jika semakin banyak jumlah
wisatawan yang masuk akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan
(Maria, 2016) bahwa jumlah wisatawan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
di sektor pariwisata di Provinsi Kalimantan Timur. Hasil pembahasan dari penelitian tersebut menyebutkan
bahwa jumlah wisata yang data tidak menunjukkan keuntungan ekonomi khususnya bagi penyerapan tenaga
kerja hal ini dikarenakan wisatawan yang hadir tidak menunjukkan tren yang positif di Kalimantan Timur,
sebaliknya mereka menunjukkan tren yang negatif. Artinya pengembangan pariwisata di Kalimantan Timur tidak berjalan dengan maksimal, tidak adanya regulasi kebijakan yang baik adalah salah satu faktor terjadinya
hal tersebut, sehingga pariwisata yang dikatakan dapat membawa keuntungan ekonomi yang besar tidak
terjadi disana.
Tetapi hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pavlic, Tolic dan Svikolos, 2012) dan
(Manente, 2000) yang membuktikan bahwa kedatangan wisatawan dapat menyerap tenaga kerja di sektor
pariwisata. Pembahasan dari hasil penelitian tersebut bahwa kedatangan pariwisata membawa dampak
ekonomi yang besar di negara Kroasia. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan secara langsung dan tidak
langsung yang dirasakan, dampak secara langsung seperti penambahan devisa negara dan pendapatan
masyarakat sekitar. Secara tidak langsung hal ini dirasakan dari penambahan lapangan kerja dan
pertumbuhan produk domestik bruto di sektor pariwisata. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi negara mereka
untuk terus mengembangkan kualitas sumber daya manusianya terlebih lagi rata-rata pekerja pariwisata di negara mereka berusia dibawah 25 tahun, sehingga tenaga kerja muda ini dapat dikembangkan potensinya.
Jumlah wisatawan ini mengalami peningkatan yang tidak cukup signifikan setiap tahunnya di tujuh
daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Melihat geografis dan kebijakan pemerintah daerah akan mendukungnya
pada sektor pariwisata tersebut. Hal ini yang menjadi tujuan dari pemerintah daerah untuk meningkatkan
pendapatan domestik regional bruto dan menarik wisatawan untuk datang dengan adanya kebijakan tersebut
terbuka lapangan kerja untuk mendorong sektor pariwisata tersebut.
4. Pengaruh Antara PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa PDRB berdampak signifikan dan positif terhadap penyerapan
tenaga kerja di sektor pariwisata. Hasil tersebut menunjukkan ketika PDRB sektor pariwisata terus bertambah maka akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika dilihat dari hasil tersebut penelitian ini
sejalan dengan (Dimas dan Woyanti, 2009), yang menyatakan bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di DKI Jakarta tidak mencerminkan pada penyerapan tenaga kerja yang
maksimal disana. Kondisi penyerapan tenaga kerja disana juga masih terbatas terutama pada sektor formal
dengan kualifikasinya yang tinggi. Jika dilihat dari PDRB yang tinggi maka tentu dampak yang dihasilkan
bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Seperti yang dapat diketahui konsep dari PDRB itu sendiri adalah nilai tambah yang dihasilkan seluruh
unit usaha dalam wilayah tertentu, yang hasil tersebut merupakan nilai barang dan jasa akhir dari sebuah
sektor di dalam perekonomian. Hubungan dari penelitian ini bahwa PDRB di sektor pariwisata di ketujuh
daerah ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai angka pertumbuhan rata-rata
sebesar 7,68%. Dalam kaitannya dengan fungsi produksi kenaikkan output akan meningkat bila terdapat peningkatan tenaga kerja di dalamnya. Saat ini permintaan di sektor pariwisata terus berkembang diiringi
dengan pertumbuhan jumlah industri pariwisata, sehingga berakibat penyerapan tenaga kerja.
5. Pengaruh Daya Saing Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor pariwisata sebagai sektor dominan di Kepulauan Riau tetap harus menjadi prioritas perhatian dari
pemerintah daerah. Pemerintah Kepulauan Riau memiliki visi untuk menjadikan Kepulauan Riau
terwujudnya Kepulauan Riau sebagai bunda tanah melayu yang sejahtera, berakhlak mulia, ramah
lingkungan dan unggul di bidang maritim, oleh karena itu pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata
Kepulauan Riau. Pembangunan bidang kepariwisataan menuju kondisi masa depan disesuaikan dengan
keunggulan yang dimiliki Kepulauan Riau, yaitu keunggulan geografis yang mendukung pariwisata,
peningkatan status menjadi kepariwisataan internasional diharapkan mampu menggerakkan roda
perekonomian masyarakat, meningkatkan pendapatan asli daerah, meningkatkan investasi dan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Disisi lain pengelolaan pariwisata yang lebih menarik diharapkan mampu
mendukung pembangunan sektor Industri dengan meningkatkan wisatawan yang berkunjung serta
menjadikan wisatawan sebagai segmen pasar.
Dari hasil analisis menggunakan metode Competitivness Monitor dapat diketahui bahwa 8 indikator yang
digunakan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana dijelaskan bahwa nilai indeks
menunjukkan mendekati 1 yang berarti dapat dikatakan kemampuan daya saing tinggi/ baik.
E. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independen Jumlah Hotel, Jumlah
Restoran, Jumlah Wisatawan, dan PDRB terhadap variabel dependen, penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di
tujuh daerah Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu penelitian ini juga melihat bagaimana dampak dari daya saing
terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan model competitiveness monitor. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel jumlah hotel berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata
tujuh daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Pertambahan jumlah hotel di tujuh daerah tersebut terus bertambah setiap tahunnya, hal ini didukung dengan pertumbuhan jumlah wisatawan yang meningkat di setiap tahunnya
sehingga hotel akan terus beroperasi dan akan terjadinya penambahan tenaga kerja.
2. Variabel jumlah restoran berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
pariwisata tujuh daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Menjamurnya restoran di daerah pariwisata menjadikan
sebuah peluang untuk menyerap tenaga kerja lebih luas lagi. Artinya sektor ini memang membutuhkan modal
manusia agar pelayanan jasa di restoran tersebut lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas.
3. Variabel jumlah wisatawan berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
pariwisata tujuh daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Artinya pemerintah telah membuat serta melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan sektor pariwisata.
4. Variabel Jumlah PDRB berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
pariwisata tujuh daerah di Provinsi Kepulauan Riau. PDRB sektor pariwisata tujuh daerah di Provinsi
Kepulauan Riau menunjukkan bahwa permintaan akan pariwisata akan berdampak pada penambahan jumlah
industri pariwisata sehingga hal ini itu tercermin dari nilai tambah bruto pada sektor pariwisata, atas kondisi
penyerapan tenaga kerja akibat pertambahan PDRB akan terjadi.
5. Berdasarkan hasil analisis Competitivness monitor dengan menilai indeks daya saing pariwisata daerah, nilai
dari Openess Indicator relatif rendah dari pada indikator yang lainnya, hal ini dikarenakan di Kepulauan Riau
sendiri memiliki kelemahan dalam pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan professional untuk mendukung tujuan kepariwisataan daerah, selain itu kondisi masyarakat yang belum sadar dan antusias
terhadap pembinaan menjadi manusia pariwisata juga mempengaruhi nilai indeks daya saing pariwisata
untuk indikator keterbukaan. Dari hasil Competitiveness Monitor tersebut dapat dilihat indikator indikator
yang terendah sehingga pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mampu memberikan perbaikan terhadap
komponen kompenen pendukung kepariwisataan Kepulauan Riau.
F. SARAN
Mengacu pada kesimpulan penelitian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan
bermanfaat bagi pemangku kebijakan maupun pihak-pihak terkait. Adapun saran yang diberikan adalah:
1. Melihat potensi pariwisata yang tinggi di tujuh daerah yang diteliti, hal ini dapat menjadi acuan bagi pihak
pemprov, pemkot, pemkab, dinas pariwisata maupun pihak-pihak terkait agar terus memaksimalkan
pengembangan sektor pariwisata. Pasalnya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja di level nasional
maupun regional. Tetapi melihat hasil penelitian diatas bahwa saat ini wisata berbasis alam belum mampu
memberikan kontribusi yang cukup signifikan dilihat dari kecenderungan jumlah wisatawan yang datang
lebih banyak pada pariwisata padat modal. Pengembangan pariwisata berbasis alam ini bisa dilakukan
dengan memperbaiki infrastruktur menuju objek wisata, melakukan branding wisata secara massif, serta
penyuluhan kepada warga setempat tentang pentingnya potensi wisata tersebut, yang nantinya pengembangan akan membawa kepada dampak multiplier yang besar.
2. Meningkatkan promosi objek objek wisata Kepulauan riau melalui city branding Provinsi Kepulauan Riau
yang saat ini sudah memiliki grand design pembangunan dan pengembangan destinasi wisata, namun melihat
masih rendahnya keterbukaan pariwisata Provinsi Kepulauan Riau maka diperlukan adanya promosi-promosi
yang ada saat ini masih kurang efektif sehingga diperlukan dengan memperluas jaringan promosi hingga
international dengan pengoptimalan putra puteri terbaik Provinsi Kepulauan Riau sebagai Duta wisata
daerah. Sarana-sarana yang saat ini sudah ada seperti Tourism Information and Center harus lebih
dioptimalkan dalam memberikan informasi kepada wisatawan dan calon wisatawan yang akan datang. Selain
itu, dalam promosinya Provinsi Kepulauan Riau harus menonjolkan keunggulan kondisi alam yang dimiliki
untuk menarik wisatawan dengan pengembangan dan pengelolaan media branding Provinsi Kepulauan Riau
yang lebih menarik serta pengaktifan website wisata daerah.
3. Mendukung industri pariwisata dan pendukung pariwisata seperti industri umkm, industri pengelohan hasil laut Provinsi Kepulauan Riau, baik yang dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun milik swasta yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap pariwisata Provinsi Kepulauan Riau dengan sering mengadakan
dan berkolaborasi dengan event daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau untuk mengenalkan hasil
produk industri umkm Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah khususnya dinas koperasi, industri dan
perdagangan harus meningkatkan kerjasama dengan pelaku industri yang ada di kawasan wisata untuk
meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi dengan melakukan
pendekatan secara intens kepada pelaku industri yang ada dan sering melakukan pengkajian terhadap hasil
industri Provinsi Kepulauan Riau. Menyelenggarakan kegiatan pariwisata mulai pengelolaan destinasi
pariwisata, pengelolaan tempat penginapan atau hotel, pengelolaan angkutan, usaha rumah makan dan usaha
wisata lain yang dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar objek wisata
4. Menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan Provinsi Kepulauan Riau sehingga wisatawan yang datang merasa nyaman dan aman sehingga tidak bosan untuk berwisata di kawasan wisata Provinsi Kepulauan Riau
dengan memaksimalkan peran Satuan Polisi Pamong Praja dan Kesbangpol untuk mewujudkan ketentraman
dan ketertiban umum
5. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk memperluas objek penelitian ke daerah-daerah lain yang
potensi pariwisatanya terus berkembang khususnya di Provinsi Kepulauan Riau.
6. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan faktor-faktor
lain dalam penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata seperti jumlah objek wisata, tingkat hunian hotel,
hingga pendapatan tenaga kerja itu sendiri.
7. Untuk pihak-pihak atau instansi yang berwenang dalam mempublikasikan data, diharapkan untuk lebih
melengkapi data di sektor kepariwisataan agar penelitian selanjutnya data yang didapat bisa lebih mudah dan
akurat
DAFTAR PUSTAKA
Astina, C., Hamzah, A. and Nasir. ‘Pengaruh Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Aceh’1(4),
pp. 14-24.
Austriana, Ida.2005. Analisis Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata di Jawa
Tengah. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang
Aykac, A. 2007. ‘Labor Transformation: Through The Prism of The Household: Evidence from Turkish Tourism
Industry’, Proquest Dissertations and Theses, 37(37), pp. 87-113.
Badan Pertanahan Nasional. (1990). Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan. Retrieved November 17, 2017, from file:///C:/Users/USER/Downloads/UNDANG-
UNDANG-NOMOR-9-TAHUN-1990.pdf Badan Pusat Statistik. (201, September). Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau 2017. Retrieved Febuari 24,
2019, from www.bps.go.id: https://kepri.bps.go.id/dynamictable/2018/04/27/161/ penduduk-umur-15-yang-
bekerja-seminggu-lalu-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-dan-tempat-tinggal-2017.html
Badan Pusat Statistik. (2017, Agustus). Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 1986-2017.
Retrieved Febuari 24, 2019, from www.bps.go.id:
https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/971/penduduk-15-tahun-ke-atas-menurut-status-pekerjaan-
utama-1986---2017.html
Badan Pusat Statistik. (2017). Perkembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan RIau Desember 2018. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Retrieved Febuari 26, 2019, from https://kepri.bps.go.id/pressrelease/2019/02/01/1083/
perkembangan-pariwisata-provinsi-kepulauan-riau-desember-2018.html Balaguer, J., & M, C. J. (2002). Tourism as A Long Run Economic Growth Factor: The Spanish Case. Applied
Economics, 877-884. Retrieved November 20, 2017, from
http://web2011.ivie.es/downloads/docs/wpasec/wpasec-2000-10.pdf
Bellante, D., & Jonson, M. (2006). Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
BPS. (2018). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018. Jakarta-Indonesia 10710: Nurma Midayanti,
S.Si, M.Env.Sc Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan.
BPS. (2018, 9 25). Konsep dan Definisi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Retrieved from
ntb.bps.go.id: https://ntb.bps.go.id/subject/16/pariwisata.html
BPS. (2018). Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka Kepulauan Riau Province in Figures . BPS Provinsi
Kepulauan Riau/Statistics of Kepulauan Riau Province.
Budiarto. A, Dewi, M. 'Pengaruh PDRB dan Upah Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Melalui Mediasi Investasi di Provinsi Bali' 4(10), pp.1219-1246.
Darmadjati, R. (2002). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Dimas dan Woyanti, N. 2009. 'Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta'. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 16(1),
pp. 32-41.
Djojohadikusumo, S. (1994). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Pustaka Ekonomi.
Dumairy (1997), Perekonomian Indonesia ,Jakarta: Erlangga.
Firdaus, M. 2011. Ekonometrika: Suatu Pendekatan Aplikatif. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS . Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Gujarati, D. N. dan Porter, D. C. 2015. Dasar Dasar Ekonometrika Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (1969). Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969
tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional. Retrieved Oktober 17, 2017, from ditjenpp.kemenkumham.go.id:
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1969/Inpres_1969_9_PedomanPembinaanPengembanganPari
wisataNasional.pdf
Kuncoro, H. (2002). Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian
Ekonomi Negara Berkembang, Vol.7, No.1, 2002, 45-56. Retrieved Desember 26, 2017, from
https://media.neliti.com/media/publications/69585-ID-upah-sistem-bagi-hasil-dan-penyerapan-te.pdf
Ladkin, A. 2011. ‘Exploring Tourism Labor’, Annals of Tourism Research. Elsevier Ltd, 38(3), pp. 1135–1155.
Lemma, A. (2014). Economic and Private Sector Professional Evidence and Applied Knowledge Service . Tourism
Impacts Evidence of Impacts on employment, gender, income , 2-3.
Manente, M. 2000. ‘Tourism Consumption and Interregional Economic Impacts in Italy’, International Journal of
Contemporary Hospitality Management, 12(7), pp. 417–423.
Mankiw N,Gregory. 2006. Makro Ekonomi, Terjemahan: Fitria Liza, Imam Nurmawan, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006,195
Maria, S. 2016. ‘Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja Pariwisata di Provinsi Kalimantan
Timur’,Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) pp. 632–641.
Mbaiwa, Joseph, E. 2011. 'Hotel Companies, Poverty and Sustainable Tourism in The Okavanga Delta, Botswana',
World Jurnal of Entrepreneurship, Management and Sustainable Development, 7(1).
Murray, W. C. et al. 2017. 'Human Resource Challenges in Canada's Hospitality and Tourism Industry: Finding
Innovative Solutions'. Worldwide Hospitality and Tourism Themes, 9(4), pp. 391-401.
Nyoman S. Pendit. (2006). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Edisi Terbaru. Jakarta. PT. Pradnya Pramita.
Onetiu, A. N. dan Predonu, A. M. 2013. ‘Effects of Tourism on Labour Market’, Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 92, pp. 652–655.
Pavlic, I., Tolic, M. S. dan Svikolos, T. 2012. ‘Impact of Tourism on the Employment in Croatia’, Recent Advances
in Buseiness Management and Marketing, pp. 219–224. Porter, M. E. (1995). Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Erlangga, Jakarta.
Putra, Floriyana Indra. 2012. Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata
Kabupaten Cianjur, (skripsi). Institut Pertanian Bogor
Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Simanjuntak, P. J. (1998). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbita Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Spillane, J. J. (2002). Ekonomi Pariwisata : Sejarah dah Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.
Subri, M. (2003). Ekonomi SDM dalam Prespektif Pembangunan. Jakarta: PT. Grafindo Perasa.
Sumarsono, S. (2003). Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sumitro, Djojohadikusumo, (1987), Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Pembangunan, Jakarta : Bagian Penerbitan : LP3ES.
Sumodiningrat, G. 2007. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Suwantoro, G. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Todaro, M. P. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.
World Tourism Organization. 2008. Tourism Highlight 2008 Edition. UNWTO Publication Department, Peru.
Yoeti, O. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Impelementasi. Jakarta: Kompas.