Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN BANK DAN NASABAH
ANTARA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK MUAMALAT
SURABAYA DAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL DENGAN METODE
SISTEM DINAMIK
Ratih Prameswari Wardhani, Ahmad Rusdiansyah, Naning Aranti Wessiani
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email : [email protected] ; [email protected]; [email protected]
Abstrak
Sistem perbankan di Indonesia saat ini banyak menganut sistem perbankan ganda
atau dual banking system, dimana perbankan tersebut menggunakan dua jenis sistem, yaitu
sistem syariah (bagi hasil) dan sistem konvensional (suku bunga). Produk Mudharabah
menjadi salah satu produk pembiayaan yang dikelola oleh bank syariah, dimana investasi
dana usaha 100% berasal dari pihak bank. Produk ini menerapkan sistem bagi hasil, dimana
keuntungan usaha akan dibagihasilkan dengan kesepakatan antara pihak nasabah peminjam
dengan pihak bank. Dengan sistem bagi hasil dan berdasarkan besar keuntungan usaha yang
tidak dapat diprediksi, maka besar keuntungan bagi pihak bank serta nasabah syariah pun
akan berfluktuatif. Berbeda dengan sistem konvensional yang besar bunganya sudah
ditetapkan di awal dan tidak berubah-ubah menurut kondisi pendapatan usaha. Sehingga,
dalam penelitian ini, dilakukan simulasi dinamis terhadap perubahan rasio bagi hasil
dengan keuntungan bank syariah, serta skenario terhadap perubahan nilai rate kegagalan
usaha. Dari hasil simulasi skenario yang dilakukan, didapatkan bahwa nisbah bank yang
menghasilkan keuntungan yang lebih baik yaitu sebesar 0.88, dan dengan besar rate gagal
usaha 10%. Keuntungan yang lebih baik bagi kedua belah pihak (nasabah dan bank) berada
pada nisbah sebesar 40 untuk pihak nasabah sehingga menghasilkan keuntungan nasabah
total Rp 130.056.620,- dan nisbah bank sebesar 60 sehingga menghasilkan keuntungan bank
sebesar Rp. 1.724.206.216,-. Selain itu, keuntungan bank konvensional cenderung lebih besar
dan tidak fluktuatif seperti halnya keuntungan bank syariah. Hal ini dikarenakan hasil
pendapatan usaha berpengaruh terhadap besar pendapatan bagi hasil untuk pihak bank.
Sehingga, kondisi keuntungan usaha lebih berpengaruh terhadap keuntungan bank syariah,
jika dibandingkan dengan keuntungan bank konvensional yang selalu meningkat.
Kata kunci : Mudharabah, bagi hasil, Simulasi dinamis
ABSTRACT
Today, Indonesia's banking system has many embrace dual banking system or the
dual banking system, where banks are using two types of systems, namely Islamic system
(sharing system) and the conventional system (interest rates). Mudharabah product become
one of financing products managed by Islamic banks, which invest 100% of operating funds
come from the bank. This product applies sharing system, which profit will be distributed to
the agreement between the parties with the bank's borrowers. With profit-sharing system and
based on the large business profits that can not be predicted, then the big advantage for the
customers of Islamic banks and the Islamic banks it self, also will fluctuate. Unlike
conventional systems of interest have been defined at the beginning and did not vary
according to state revenue. Thus, in this study, dynamic simulation of changes in profit-
sharing ratio of Islamic banks, as well as the scenario of changing exchange rate of business
failure. From the simulation scenario assessment, indicate that the ratio of banks that
produce a better profit that is equal to 0.88, and with a great rate of 10% of business failure.
The advantage which better for both parties (customer and the bank) is in the ratio of 40 to
the customer resulting in total customer profit of Rp 130.056.620, - and the ratio of 60 banks
so that banks make a profit of Rp. 1.724.206.216, -.
In addition, conventional bank profits tend to be large and do not fluctuate as profit Islamic
bank. This is because the results affect the big revenue-sharing revenues to the bank. Thus,
the condition affects profit more Islamic bank profits, as compared with conventional bank
profits are always increasing.
Key Words : Mudharabah, profit-sharing, Dynamic programming
1. Pendahuluan
1.1Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, Bank Syariah
pertama baru lahir tahun 1991 dan
beroperasi secara resmi tahun 1992.
Sedangkan, pemikiran pemikiran tentang
hal ini telah terjadi sejak tahun 1970-an.
Hal ini karena adanya peranan pemerintah
dalam pendirian Bank Syariah (Karim,
2004). Pengembangan sistem perbankan
syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka system dual banking atau sistem
perbankan ganda pada dasar sistem
Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada
masyarakat Indonesia. Secara bersama-
sama, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional secara sinergis
mendukung mobilisasi dana masyarakat
secara lebih luas untuk meningkatkan
kemampuan pembiayaan bagi sektor-
sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah
yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan alternatif sistem
perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta
menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan
dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam
bertransaksi keuangan. Dengan
menyediakan beragam produk serta
layanan jasa perbankan yang beragam
dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi
alternatif sistem perbankan yang kredibel
dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian
makro, meluasnya penggunaan berbagai
produk dan instrumen keuangan syariah
akan dapat merekatkan hubungan antara
sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua
sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah
disamping akan mendukung kegiatan
keuangan dan bisnis masyarakat juga akan
mengurangi transaksi-transaksi yang
bersifat spekulatif, sehingga mendukung
stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan, yang pada gilirannya akan
memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pencapaian kestabilan harga
jangka menengah-panjang. Dengan telah
diberlakukannya Undang-Undang no.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan
hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih
cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang
mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih
dari 65% pertahun dalam lima tahun
terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin
signifikan (Bank Indonesia, 2010).
Saat ini, begitu banyak bank yang
mengadopsi nama ‘syariah’. Padahal pada
awalnya bank-bank tersebut adalah bank
konvensional yang menerapkan sistem riba
dalam bentuk bunga bank. Dalam masa
perkembangan sistem syariah, perbankan
di Indonesia perlu melakukan kajian
terhadap penerapan sistem syariah dan
dibandingkan dengan sistem konvensional
melalui sudut pandang sistem pembiayaan,
keuntungan, serta kriteria yang lain
berdasarkan karakteristik tiap-tiap jenis
perbankan. Perbedaan yang mendasar
antara bank syariah dengan bank
konvensional adalah pada sistem
keuntungannya. Pada bank syariah, sistem
keuntungannya berupa bagi hasil,
sementara pada bank konvensional sistem
keuntungannya berupa bunga bank.
Banyak masyarakat awam di Indonesia
yang menganggap bahwa perbedaan dari
kedua jenis bank tersebut hanyalah pada
sistem keuntungannya tersebut. Padahal
sistem keuntungan tersebut hanyalah
sebuah ‘perbedaan mendasar’ dari kedua
jenis bank. Masih banyak sekali
perbedaan-perbedaan yang ada pada bank
syariah dengan bank konvensional. Dalam
sistem bank syariah, dana nasabah dikelola
dalam bentuk titipan maupun investasi.
Cara titipan dan investasi jelas berbeda
dengan deposito pada bank konvensional,
dimana deposito merupakan upaya
membungakan uang. Konsep dana titipan
berarti kapan saja si nasabah
membutuhkan, maka bank syariah harus
dapat memenuhinya, akibatnya dana
titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas
yang tinggi inilah membuat dana titipan
kurang memenuhi syarat suatu investasi
yang membutuhkan pengendapan dana.
Karena pengendapan dananya tidak lama
atau cuma titipan, maka bank boleh saja
tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan
jika dana nasabah tersebut diinvestasikan,
maka karena konsep investasi adalah usaha
yang menanggung risiko, artinya setiap
kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari usaha yang dilaksanakan,
didalamnya terdapat pula risiko untuk
menerima kerugian, maka antara nasabah
dan banknya sama-sama saling berbagi
baik keuntungan maupun risiko.
Sesuai dengan fungsi bank
sebagai intermediary, yaitu lembaga
keuangan penyalur dana nasabah
penyimpan kepada nasabah peminjam,
dana nasabah yang terkumpul dengan cara
titipan atau investasi tadi kemudian,
dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam
traksaksi perniagaan yang diperbolehkan
pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari
pemanfaatan dana nasabah yang
disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah
yang akan dibagikan kepada nasabah.
Hasil usaha semakin tinggi, maka semakin
besar pula keuntungan yang dibagikan
bank kepada nasabahnya. Namun, jika
keuntungannya kecil, otomatis semakin
kecil pula keuntungan yang dibagikan
bank kepada nasabahnya. Jadi, konsep
bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana
nasabah di bank diinvestasikan terlebih
dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan
usahanya dibagikan. Berbeda dengan
simpanan nasabah di bank konvensional,
tidak peduli apakah simpanan tersebut
disalurkan ke dalam usaha atau tidak, bank
tetap wajib membayar bunganya. Dengan
demikian, sistem bagi hasil membuat besar
kecilnya keuntungan yang diterima
nasabah mengikuti besar kecilnya
keuntungan bank syariah. Semakin besar
keuntungan bank syariah semakin besar
pula keuntungan nasabahnya. Berbeda
dengan bank konvensional, keuntungan
banknya tidak dibagikan kepada
nasabahnya. Tidak peduli berapapun
jumlah keuntungan bank konvesional,
nasabah hanya dibayar sejumlah
prosentase dari dana yang disimpannya
saja. Jika bank konvensional membayar
bunga kepada nasabahnya, maka bank
syariah membayar bagi hasil keuntungan
sesuai dengan kesepakatan. Sistem bank
syariah memiliki bermacam produk
perbankan yang terbagi lagi menjadi
berbagai jenis pembiayaan, salah satu jenis
pembiayaan yang diterapkan oleh bank
syariah yaitu, pembiayaan murabahah.
Dimana jenis pembiayaan ini terjadi pada
proses jual beli suatu barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang
nilainya disepakati kedua belah pihak
(pihak bank dan peminjam). Kesepakatan
bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu
angka rasio bagi hasil atau nisbah. Nisbah
antara bank dengan nasabahnya ditentukan
di awal, misalnya ditentukan porsi masing-
masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil
usaha yang diperoleh akan didistribusikan
sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi
bank. (www.danareksa.com)
Dengan melihat berbagai
pertimbangan dari jenis perbankan
tersebut, maka perlu dilakukan analisa
terhadap penerapan masing-masing sistem
tersebut dengan menggunakan metodologi
sistem bagi hasil untuk salah satu jenis
pembiayaan pada bank syariah, yaitu
pembiayaan mudharabah, dan bayar
bunga, serta dengan pertimbangan
skenario keputusan lainnya.
1.2 Perumusan Masalah, Tujuan, dan
Manfaat
Penelitian mengenai sistem
perbankan syariah terutama dalam segi
penganalisaaan sistem bagi hasil sudah
pernah ada. Diantaranya yaitu, penelitian
milik Liza Fajarningtyas (2009), yang
membahas mengenai besar keuntungan
yang didapat dari studi kasus usaha sapi
perah dan perkebunan tebu menggunakan
dan membandingkan keuntungan sistem
produk pembiayaan musyarakah, istishna,
dan mudharabah. Selain itu, juga melihat
perbandingan margin yang didapat oleh
usaha tersebut apabila menggunakan
sistem pembiayaan konvensional.
Sedangkan, pada penelitian yang
dilakukan oleh Erna Rindawati (2007)
lebih condong menguraikan permasalahan
terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah jika dibandingkan dengan bank
konvensional untuk masing-masing rasio
keuangan, serta melihat perbedaan yang
signifikan atas kinerja keuangan
perbankan syariah jika dibandingkan
dengan perbankan konvensional secara
keseluruhan. Namun sepengetahuan kami
sebagai peneliti, masih belum terdapat
penelitian yang fokus terhadap
perbandingan keuntungan antara pihak
bank dan pihak nasabah. Kita hanya
sebatas tahu bahwa perbankan
konvensional menggunakan sistem bunga,
sedangkan perbankan syariah
menggunakan sistem bagi hasil. Selama
ini, belum ada penelitian yang
membicarakan mengenai perbandingan
secara garis besar antara keuntungan pihak
bank dan pihak nasabah pada bank
konvensional dengan keuntungan pihak
bank dan nasabah bank syariah, dalam hal
penghimpunan dana dan penyaluran dana.
Sistem pembagian hasil pada
perbankan syariah serta keuntungan yang
didpatkan merupakan fungsi dari waktu,
dimana kondisi sistem dapat berubah
setiap saat dikarenakan adanya pengaruh
penghimpunan dana (tabungan, deposito,
dll) dan penyaluran dana (peminjaman
dana Mudharabah) yang bersifat uncertain.
Maka dari itu, metode yang tepat untuk
penelitian ini adalah simulasi sistem
dinamik yang dikembangkan oleh
Forrester. Dengan menggunakan model
simulasi ini, dapat diketahui hubungan
antar komponen yang berinteraksi pada
sistem bagi hasil perbankan syariah secara
keseluruhan dan dengan berbagai skenario
yang bisa dievaluasi untuk bisa dijadikan
pertimbangan rekomendasi kebijakan yang
dapat dterapkan. Maka dari itu, pada
penelitian ini dilakukan pengembangan
model terhadap sistem bagi hasil bank
syariah, juga sistem konvensional, yang
tidak hanya memperhatikan keuntungan
pihak bank tapi juga keuntungan pihak
nasabah. Dengan kata lain, perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana melakukan pemodelan terhadap
sistem bagi hasil pada pembiayaan
mudharabah serta melakukan simulasi
terhadap skenario bagi hasil sehingga
dihasilkan keuntungan bank yang lebih
baik.
Tujuan dari penelitian ini yaitu,
untuk mendapatkan pemodelan sistem bagi
hasil yang diterapkan oleh bank syariah,
dengan menggunakan produk pembiayaan
mudharabah, dan sistem bank
konvensional serta nasabah kedua jenis
bank. Selain itu, untuk mendapatkan rasio
sistem bagi hasil yang mencapai tingkat
keuntungan bank yang lebih baik dan
membandingkan dengan keuntungan bank
konvensional, serta membandingkan
keuntungan lebih baik yang diperoleh
nasabah bank konvensional dengan
nasabah bank syariah. Tujuan lainnya yaitu,
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
baik untuk pihak bank syariah dan pihak
nasabah syariah.
Sedangkan untuk manfaat dari
penelitian ini, yaitu bisa mendapatkan
skenario berupa rasio sistem bagi hasil
melalui penggambaran perilaku sistem
proses bagi hasil yang disimulasikan
hingga dihasilkan nilai keuntungan yang
lebih baik. Selain itu, bisa didapatkan
pemahaman yang lebih mengenai
keterkaitan antar hubungan komponen
dalam sistem bagi hasil perbankan syariah.
1.3. Batasan dan Asumsi
Penelitian ini hanya dibatasi pada
pembuatan model sistem yang hanya
meneliti sistem bagi hasil untuk jenis
produk mudharabah saja. Selain itu,
asumsi yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu besar biaya bank syariah dan
bank konvensional pada model dianggap
sama.
2. Metode Penelitian
Berikut ini merupakan tahapan
yang dilakukan pada penelitian ini.
(a) Identifikasi Permasalahan
Sistem Bagi hasil
Tahap awal di dalam penelitian
ini adalah melakukan pengidentifikasian
masalah yang akan diselesaikan. Masalah
yang akan diteliti kali ini adalah mengenai
analisa perilaku sistem pembagian hasil
terhadap keuntungan bank syariah dan
membandingkannya dengan bank
konvensional. Selain nantinya bertujuan
untuk melihat keuntungan bank, penelitian
ini juga akan melihat keuntungan nasabah
dari kedua sistem perbankan tersebut lalu
membandingkannya. Setelah didapatkan
model yang merepresentasikan keadaan
sistem, selanjutnya membuat skenario
yang menghasilkan keuntungan yang lebih
baik.
(b) Perumusan Tujuan dan
Manfaat Penelitian
Setelah melakukan identifikasi
masalah dan mempelajari gambaran umum
sistem, maka untuk dapat merencanakan
langkah-langkah yang dapat diambil pada
penelitian ini, maka harus dilakukan
perumusan masalah yaitu melakukan
pemodelan terhadap sistem bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah dan melakukan
simulasi terhadap skenario kebijakan bank
yang lebih baik. Selain itu, nantinya akan
dilakukan perbandingan antara kebijakan
sistem bank syariah dengan sistem bank
konvensional serta keuntungan yang
didapatkan oleh bank dan nasabah.
(c) Tinjauan Pustaka mengenai
Perbankan Syariah dan
Perbankan Konvensional
Tinjauan pustaka merupakan
tahap memahami dan menelusuri literatur-
literatur buku, jurnal, artikel, dan lainnya
yang berkaitan dengan sistem perbankan
syariah hingga produk mudharabah yang
akan menjadi sasaran penelitian. Selain itu,
juga literatur mengenai sistem bank
konvensional secara umum. Sebagai dasar
penelitian, harus ada studi literatur yang
digunakan sebagai pedoman dalam
menyelesaikan masalah dan pencapaian
tujuan penelitian. Sebagai tahapan dalam
penyelesaian masalah, maka dibutuhkan
metode yang dapat mendukung
penyelesaian tersebut. Maka dari itu, juga
dipaparkan tinjauan pustaka yang
berkaitan dengan metode penyelesaian
yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu
metode sistem dinamik. Dengan adanya
studi pustaka ini, maka diharapkan dapat
menjadi pembanding antara yang terjadi di
dunia nyata dan sebagai penuntun
langkah-langkah atas tindakan yang akan
diambil untuk penelitian ini.
(d) Pengumpulan data dan proses
Konseptualisasi Sistem
Proses ini merupakan suatu
upaya untuk memperoleh gambaran
mengenai kondisi riil perbankan syariah
yang berkaitan dengan proses alur
pembiayaan mudharabah, alur
penghimpunan dana, perbedaan mengenai
perbankan syariah dengan perbankan
konvensional melalui brainstorming
langsung dengan pihak bank syariah.
Selain itu, dalam mendukung representasi
model sistem yang dibuat, maka
dibutuhkan salah satu data usaha
mudharabah yang ditangani oleh pihak
bank syariah. Pengumpulan data yang
dilakukan juga harus sejalan dengan
batasan-batasan penelitian serta metode
penyelesaian yang dilakukan pada
penelitian agar tidak terlalu luas dan
menyimpang sehingga nantinya dapat
mencapai tujuan penelitian yang
diharapkan. Dalam proses brainstorming
dan mendapatkan data sekunder pada
pihak perbankan, perlu juga
diidentifikasikan batasan-batasan yang
dipakai sesuai kondisi yang terjadi pada
perusahaan. Tahap dimulainya pengolahan
data disini yaitu, konseptualisasi sistem
yang dilakukan melalui proses causal-loop.
Proses ini dimulai setelah benar-benar
dipahami sistem amatan yang menjadi
penelitian kali ini serta batasan dan asumsi
yang telah ditetapkan. Konseptualisasi
sistem ini digunakan untuk
menggambarkan secara umum mengenai
simulasi sistem dinamis yang akan
dilakukan.
(e) Formulasi model sistem
Pada tahap formulasi model ini,
dilakukan langkah-langkah spesifikasi dari
struktur model, melakukan estimasi
parameter, hubungan timbal balik, serta
kondisi initial. Memahami dan menguji
konsistensi model apakah sudah sesuai
dengan tujuan dan batasan yang dibuat.
(f) Simulasi, Verifikasi, dan
Validasi Model
Setelah mendapatkan model,
maka langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan simulasi atau running model
sistem. Setelah didapatkan hasilnya,
dilakukan analisa dan pemahaman
terhadap hasil simulasi. Setelah itu,
dilakukan tahap verifikasi, dimana
merupakan tahapan pengecekan bahwa
model yang dibuat benar dan masuk akal,
serta satuan unitnya sudah sesuai. Lalu,
dilakukan tahap validasi model dimana
untuk memastikan bahwa model yang
dibuat benar-benar dapat
merepresentasikan kondisi riil sistem.
(g) Pengembangan skenario
Setelah didapatkan hasil simulasi
kondisi riil saat ini, selanjutnya dilakukan
simulasi untuk skenario pengembangan
yang telah dibuat. Skenario dalam
simulasi sistem dinamis ini dilakukan
untuk mengetahui dampak perubahan nilai
dari beberapa variabel yang dianggap
berpengaruh terhadap kondisi sistem.
Perlakuan terhadap skenario model sistem
ini, salah satunya dengan merubah rasio
nisbah.
(h) Analisa dan Kesimpulan Saran
Hasil Penelitian
Tahap ini melakukan analisa dan
interpretasi terhadap pengolahan data dan
hasil simulasi terhadap model sistem
perbankan syariah yang telah dilakukan,
serta membandingkan dengan bank
konvensional. Selain itu, juga melakukan
analisa terhadap skenario-skenario
simulasi. Dari hasil analisa dan
interpretasi terhadap hasil simulasi
pemodelan yang dibuat, maka dapat
ditarik kesimpulan yang menjawab tujuan
dari penelitian ini. Melalui kesimpulan
yang diambil dapat dilihat mengenai hal-
hal apa saja yang telah diperoleh dari
keseluruhan tahapan. Selain itu, pada
tahap ini dapat diberikan saran untuk
penelitian selanjutnya.
3. Hasil dan Analisa
Berdasarkan teori perspektif, bank
Islam berbeda dengan bank konvensional
karena bunga hukumnya haram (tidak
diperbolehkan) bagi Islam. Karakteristik
khusus yang dapat dilihat dari bank Islam,
yaitu mengenai paradigma profit-and-loss
sharing (PLS). Paradigma ini dipengaruhi
oleh dasar konsep mudharabah (profit-
sharing) dan musyarakah (kerjasama). Hal
inilah yang dibawa oleh perbankan syariah
di Indonesia, salah satunya yaitu Bank
Muamalat. Dalam melakukan proses
peminjaman dana untuk usaha pada pihak
bank, perlu melengkapi beberapa syarat
yang diajukan. Hal ini dikarenakan pihak
bank sebagai peminjam modal usaha
100% harus lebih selektif terhadap usaha
yang akan dibangun. Pembiayaan dalam
bentuk modal/dana yang diberikan oleh
bank untuk peminjam (mudharib) kelola
dalam usaha, telah disepakati bersama.
Selanjutnya dalam pembiayaan ini, pihak
mudharib dan bank sepakat untuk berbagi
hasil atas pendapatan usaha tersebut.
Resiko kerugian ditanggung penuh oleh
pihak bank kecuali kerugian yang
diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,
kelalaian dan penyimpangan pihak
nasabah seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis
usaha yang dapat dibiayai antara lain
usaha perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar
kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja
dan investasi. Ada 3 macam persyaratan
umum yang ditentukan oleh bank, yaitu
pembiayaan perorangan dengan pengajuan
minimal Rp. 50 juta, pembiayaan koperasi,
dan pembiayaan korporasi (PT/CV).
Berdasarkan hasil wawancara
dengan bagian operational manager Bank
Syariah mengenai kondisi secara garis
besar perbankan syariah dengan
perbankan konvensional, Beliau
menjelaskan bahwa perbedaan yang
mendasar antara kedua jenis bank tersebut
adalah bagaimana bank tersebut
mendapatkan keuntungan. Pendapatan
bank syariah tidak hanya bergantung pada
DPK (Dana Pihak Ketiga) saja, tetapi juga
bergantung pada dana bagi hasil dan
angsuran pinjaman dari biaya usaha yang
dipinjamkan pihak bank ke pihak nasabah.
Jika usaha yang didirikan atas kesepakatan
antara pihak bank dan pihak nasabah
gagal/rugi, maka pihak nasabah hanya
berkewajiban untuk membayar biaya
pinjaman saja. Namun, di sisi lain, hal
tersebut sangat merugikan pihak bank
karena proses pengangsurannya tanpa bagi
hasil tersebut justru menghambat
pemasukan bank. Sedangkan, pada bank
konvensional, pihak bank tidak akan turut
campur terlalu dalam mengenai
perkembangan usaha pihak nasabah yang
meminjam dana pada bank. Satu hal yang
penting disini yaitu, pihak nasabah harus
membayar angsuran tepat waktu dan
dengan bunga yang telah ditetapkan oleh
pihak bank. Bunga bank bersifat tetap
(flat). Sehingga, jika ternyata usaha pihak
nasabah terjadi kerugian, maka pihak bank
tidak ikut menanggung kerugian karena
pinjaman apapun harus dikembalikan
dengan tambahan bunga yang sudah
ditetapkan per bulannya atau per periode
penetapan angsurannya. Selain jumlah
deposito dan tabungan yang masuk ke kas
pendapatan bank, besar kecilnya bagi hasil
yang berubah-ubah sesuai kondisi hasil
pengembalian pinjaman serta bagi hasil
sesuai keuntungan (berdasar kesepakatan)
dan besarnya dana yang dikeluarkan oleh
bank sebagai peminjaman untuk usaha
yang lain, mempengaruhi fluktuatifnya
pendapatan bank. Sedangkan, untuk bank
konvensional, sebesar apapun pinjaman
nasabah kepada bank, digunakan untuk
usaha apapun, rugi ataupun untung, yang
penting nasabah wajib membayar
angsuran pinjaman tepat waktu dengan
tambahan bunga yang flat (tetap). Hal ini
tentu lebih banyak menguntungkan pihak
bank.
Berbagi hasil dalam bank syariah
menggunakan istilah nisbah bagi hasil,
yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah
dan bank syariah. Misalnya, jika customer
service bank syariah menawarkan nisbah
bagi hasil Tabungan iB sebesar 65:35, itu
artinya nasabah bank syariah akan
memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari
return investasi yang dihasilkan oleh bank
syariah melalui pengelolaan dana-dana
masyarakat di sektor riil. Sementara itu
bank syariah akan mendapatkan porsi bagi
hasil sebesar 35%. Penetapan bagi hasil di
Bank Muamalat dilakukan dengan terlebih
dahulu menghitung HI-1000, yakni angka
yang menunjukkan hasil investasi yang
diperoleh dari penyaluran setiap Rp. 1.000
dana nasabah. HI-1000 ini merupakan
sebuah cara perhitungan yang lebih
kompetitif dan dengan transparasi
pengelolaan dana lebih tinggi melalui
laporan keuangan bank setiap bulan.
Dalam menyusun suatu sistem,
harus dipahami terlebih dulu konseptual
sistem yang akan dibuat. Lalu, setelah itu,
baru dibuat sub-sub model sistemnya.
Aliran sistem pembiayaan mudharabah
dengan salah satu kasus yang ditangani
bank yaitu koperasi, dapat digambarkan
pada alur sebagai berikut.
Transaksi
Jual Beli dan angsuran
Penempatan dana 1x angs dan kewajiban bulanan
BMI KOPERASI
ANGGOTA Gambar 3.1 Alur Pembiayaan Mudharabah pada
sistem Koperasi (Bank Muamalat, 2010)
Sebagai salah satu sumber pembiayaan,
BMI (Bank Muamalat Indonesia)
menyalurkan 100% dana untuk
pembiayaan usaha koperasi dengan
pertimbangan data dan laporan keuangan
koperasi beberapa tahun lalu. Berdasarkan
tren historis dan kemampuan usaha dalam
menghasilkan keuntungan, maka pihak
bank menyetujui proposal usaha dalam
upaya peminjaman dana. Namun,
sebelumnya dilakukan kesepakatan atau
dalam syariah dinamakan akad untuk
menyepakati peraturan bagi hasil
keuntungan usaha. Pihak bank dalam hal
ini telah memperkirakan bagi hasil yang
akan disepakati melalui estimasi cashflow
pembiayaan mudharabah kepada anggota
koperasi.
Gambar 3.2 Model penelitian sistem syariah
Dari garis besar model tersebut, maka
dapat didetailkan lagi kedalam model
causal-loop yang nantinya akan dipecah
lagi menjadi sub-sub model. Sehingga,
dari garis besar model penelitian yang
dibuat seperti pada gambar 3.2, maka bisa
didapatkan model causal-loop sebagai
berikut.
Gambar 3.3 Causal-loop diagram model sistem
syariah
Model sistem syariah dapat digambarkan
melalui causal loop diagram berdasarkan
variabel yang telah diidentifikasi oleh
pembuat model. Setelah variabel-variabel
telah ditentukan oleh pembuat model dan
dihubungkan keterkaitan di antara variabel
tersebut, maka diberikan polarity yang
menggambarkan hubungan umpan balik
positif atau negatif. Model untuk
membandingkan keuntungan nasabah
bank syariah dengan keuntungan nasabah
bank konvensional khususnya untuk
penabung ditunjukkan pada gambar
sebagai berikut.
Pembiayaan
Keuntungan bank dan nasabah
0.00
5,000,000,000.00
10,000,000,000.00
15,000,000,000.00
20,000,000,000.00
1 2
Bank vs nasabah
Konvensional
Syariah
Gambar 3.4. Sub model nasabah bank syariah
Pada sub model ini, langsung
diinputkan keuntungan kotor dikurangi
dengan pembagian keuntungan dari
bank kepada nasabah sesuai porsi yang
ditetapkan. Hal ini dikarenakan
keuntungan tersebut sudah dimodelkan
pada sub model- sub model sistem
syariah sebelumnya.
Gambar 3.5. Sub model nasabah bank konvensional
Sedangkan, untuk model nasabah bank
konvensional, perlu memasukkan
kembali variabel hasil usaha dengan
beban operasional dan juga besar
tabungan, karena pertimbangan bunga
yang diinputkan.
3.1 Analisa Hasil Skenario Perubahan
Nisbah dan Rate Kegagalan Usaha
Dengan berbagai percobaan
mulai dari rate nisbah bank sebesar 40
hingga nisbah bank sebesar 80, maka
didapatkan besar nilai masing-masing
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Numerical Experiment untuk
bagi hasil
Running simulation
Rp0.00
Rp500,000,000.00
Rp1,000,000,000.00
Rp1,500,000,000.00
Rp2,000,000,000.00
Rp2,500,000,000.00
1 2 3 4 5
10
20
30
Gambar 3.6. Grafik Keuntungan Bank dengan
Perubahan Nisbah
Berdasarkan gambar grafik 3.6
diatas, untuk bank konvensional tidak
terpengaruh dengan perubahan rate
kegagalan karena sistem perbankan
tersebut tidak dipengaruhi oleh kondisi riil
nasabah peminjam. Angsuran peminjaman
harus dikembalikan dengan tambahan
bunga yang ditetapkan. Sehingga, rate
kegagalan yang dialami nasabah tidak
akan berpengaruh terhadap pemasukan
bank konvensional.
Gambar 3.7. Grafik Keuntungan Bank dengan
Nasabah
Berdasarkan gambar 3.7 di atas,
dapat disimpulkan bahwa besar
keuntungan konvensional jauh melebihi
keuntungan bank syariah dikarenakan
sistem bunga yang lebih berlaku pada
perbankan tersebut. Sedangkan untuk
keuntungan nasabah, jelas mengikuti pada
keuntungan yang didapat oleh masing-
masing bank. Berikut ini merupakan tabel
hasil perhitungan dimana didapat bahwa
nilai yang menguntungkan perbankan
syariah dengan nasabah bank syariah
masing-masing adalah dengan nisbah
sebesar 0.60 untuk pihak bank dan 0.40
untuk pihak nasabah. Tabel 3.2 Jumlah Keuntungan terbaik pihak bank
dan nasabah
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, setelah
dilakukan pembandingan nilai dengan
numerical experiment untuk kedua belah
pihak dan dengan pertimbangan historical
data yang dimiliki, maka didapatkan
nisbah tersebut yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Untuk
pihak bank mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 1.724.206.216,- sedangkan
untuk pihak nasabah menghasilkan
keuntungan nasabah total Rp
130.056.620,-
4. Kesimpulan Dan Saran
Berikut ini merupakan beberapa
kesimpulan yang didapatkan dari hasil
penelitian yang dilakukan.
1. Keuntungan bersih bank
konvensional secaraakumulasi
memang cenderung lebih tinggi
dibanding dengan keuntungan bank
syariah. Walau pada bulan-bulan awal,
keuntungan bank syariah lebih besar,
namun secara akumulasi hingga bulan
ke sekian, keuntungan bank
konvensional lebih besar. Hal ini
dikarenakan pengaruh sistem bunga
berbunga.
2. Skenario keuntungan perbankan
syariah yang lebih baik berada
pada kondisi nisbah bank
sebesar 0.88, namun hal ini
berbanding terbalik bagi keuntungan
pihak nasabah bank syariah dengan
nisbah nasabah sebesar 0.12. Skenario
keuntungan perbankan syariah dengan
rate kegagalan 20% cenderung lebih
besar daripada dengan rate kegagalan
80%. Hal ini dikarenakan pendapatan
bank dipengaruhi langsung oleh besar
kecilnya pendapatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian usaha
juga menjadi tanggungan pihak bank.
3. Keuntungan yang lebih baik bagi
kedua belah pihak (nasabah dan
bank) berada pada
nisbah sebesar 40 untuk pihak nasabah
sehingga menghasilkan keuntungan
nasabah total Rp 130.056.620,- dan
nisbah bank sebesar 60 sehingga
menghasilkan keuntungan bank
sebesar Rp. 1.724.206.216,-.
Untuk memperoleh penelitian
dengan lebih kompleks dan general,
terutama dari segi produk perbankan
syariah yang digunakan, maka dapat
dilakukan penelitian dengan m elihat
pengaruh sistem perbankan syariah
dengan penerapan lebih dari satu
produk atau satu produk saja selain
produk mudharabah. Selain itu, bisa
juga dengan meneliti resiko
pembiayaan satu produk perbankan
syariah atau lebih dari satu produk
pembiayaan syariah terhadap
keuntungan bank dan dibandingkan
dengan resiko pembiayaan perbankan
konvensional.
5. Daftar Pustaka
Aminy, M. Muhajir. 2010. Kata ‘
Syariah’ Pada Bank Syariah.
<URL:http://kompas.com/kompas
iana>.Diakses pada tanggal 4
Oktober 2010.
Antonio, M.Syafi’i. 2001. Bank
Syariah : Dari Teori ke Praktik.
Tazkia Cendekia.
Bank Indonesia. Tabungan iB,
menabung sekaligus
berinvestasi.
<URL:http://www.bi.go.id.>.
Diakses pada tanggal 23
Desember 2010
Chairi, Zulfi. 2005. Pelaksanaan
Kredit Perbankan Syariah
MenurutUndang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998. Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera
Utara.
Fajarningtyas, Liza. 2009. Pemodelan
Sistem Pembiayaan di Bank
Syari’ah dengan
Pendekatan Metodologi
Sistem Dinamik : Studi Kasus
Pembiayaan Pada Usaha Sapi
Perah dan Perkebunan Tebu.
Jurusan Teknik Industri, ITS.
Nurbaya, Ferial. 2010. Kendala-
kendala yang Dihadapi
Perbankan Syari’ah di
Indonesia. <URL:
http://kompas.com/kompasiana>.
Diakses pada tanggal 22
September 2010.
Rindawati, Erna. 2007. Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah dengan
PerbankanKonvensional.
Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Rini, Mike. 2000. Simpanan Bagi
Hasil Di Bank. Safir Senduk &
Rekan.<URL:http://danareksa.co
m/Simp.BagiHasilSyariah>.
Diakses pada tanggal 4 Oktober
2010.
Wahid, Abdul.2007. Perencanaan
Strategi Menggunakan Model
Sistem Dinamik. Departemen
Teknik Gas dan Petrokimia FTUI.
Wirjodirdjo, Budisantoso. 2007.
Sistem Dinamik. Jurusan Teknik
Industri, ITS.
Yunani, Siti. 2004. Kajian atas
perbedaan pengakuan pendapatan
pada bank syariah dan bank
konvensional dalam kaitannya
dengan penyajian laporan laba
rugi. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Kesatuan Bogor.