15
PENGARUH BEBAN USAHA, EKSPOR DAN IMPOR PERALATAN ELEKTRONIK, SELISIH KURS, PENJUALAN, SERTA PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP LABA BERSIH PADA PT. METRODATA ELECTRONICS, TBK. Rizko Zanjahaya Putra Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi – Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah pengaruh beban usaha, ekspor dan impor peralatan elektronik, selisih kurs, penjualan, dan piutang tak tertagih terhadap laba bersih pada PT. Metrodata Electronics Tbk, penelitian ini menggunakan laporan keuangan PT Metrodata Electronics tbk, per tri wulan dari tahun 2002-2006, data statistik ekspor impor peralatan elektronik Indonesia dari BPS, dan data kurs rupiah terhadap dollar periode 2002-2006 dari BI. Hasil dari penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa ada 3 variabel yang berpengaruh secra signifikan terhadap laba bersih, dan ada 3 variabel yang tidak berpengaruh terhadap laba bersih. Variabel beban usaha, penjualan, dan piutang tak tertagih mempengaruhi laba bersih secara signifikan, sedangkan variabel ekspor impor peralatan elektronik dan selisih kurs tidak mempengaruhi laba bersih. Kata kunci : pengaruh, laba bersih, PT. Metrodata Electronics tbk PENDAHULUAN Sejak melewati masa krisis moneter yang mengguncang hampir seluruh negara di Asia pada tahun 1998, ekonomi Indonesia semakin membaik dan berkembang walaupun tidak terasa sangat signifikan. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pemerintah dan semua pihak yang telah ikut membantu dan mengangkat ekonomi Indonesia kembali dari keterpurukannya. Setelah berhasil melewati masa krisis, Indonesia mulai beranjak menuju jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu bersiap menghadapi arus globalisasi yang sudah tidak bisa dipungkiri lagi pasti akan masuk menuju Indonesia dikarenakan kemajuan teknologi dan komunikasi dunia yang berkembang sangat pesat. Teknologi di era sekarang ini sudah bukan merupakan sesuatu yang mahal lagi, melainkan menjadi suatu kebutuhan baik itu di dunia ataupun di Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya teknologi yang terbarukan maka semakin tinggi pula permintaan akan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Komputer misalnya, saat ini hampir di seluruh sekolah dan perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta menggunakannya, entah itu untuk kepentingan administrasi, untuk pendidikan

ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

  • Upload
    vonga

  • View
    256

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

PENGARUH BEBAN USAHA, EKSPOR DAN IMPOR PERALATAN ELEKTRONIK, SELISIH KURS,

PENJUALAN, SERTA PIUTANG TAK TERTAGIH TERHADAP LABA BERSIH PADA PT. METRODATA

ELECTRONICS, TBK.

Rizko Zanjahaya Putra Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi – Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah pengaruh beban

usaha, ekspor dan impor peralatan elektronik, selisih kurs, penjualan, dan piutang tak tertagih terhadap laba bersih pada PT. Metrodata Electronics Tbk, penelitian ini menggunakan laporan keuangan PT Metrodata Electronics tbk, per tri wulan dari tahun 2002-2006, data statistik ekspor impor peralatan elektronik Indonesia dari BPS, dan data kurs rupiah terhadap dollar periode 2002-2006 dari BI.

Hasil dari penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa ada 3 variabel yang berpengaruh secra signifikan terhadap laba bersih, dan ada 3 variabel yang tidak berpengaruh terhadap laba bersih. Variabel beban usaha, penjualan, dan piutang tak tertagih mempengaruhi laba bersih secara signifikan, sedangkan variabel ekspor impor peralatan elektronik dan selisih kurs tidak mempengaruhi laba bersih.

Kata kunci : pengaruh, laba bersih, PT. Metrodata Electronics tbk

PENDAHULUAN

Sejak melewati masa krisis moneter yang mengguncang hampir seluruh negara di Asia pada tahun 1998, ekonomi Indonesia semakin membaik dan berkembang walaupun tidak terasa sangat signifikan. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pemerintah dan semua pihak yang telah ikut membantu dan mengangkat ekonomi Indonesia kembali dari keterpurukannya. Setelah berhasil melewati masa krisis, Indonesia mulai beranjak menuju jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu bersiap menghadapi arus globalisasi yang sudah tidak bisa dipungkiri lagi pasti akan masuk menuju Indonesia dikarenakan kemajuan teknologi dan komunikasi dunia yang berkembang sangat pesat. Teknologi di era sekarang ini sudah bukan merupakan sesuatu yang mahal lagi, melainkan menjadi suatu kebutuhan baik itu di dunia ataupun di Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya teknologi yang terbarukan maka semakin tinggi pula permintaan akan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Komputer misalnya, saat ini hampir di seluruh sekolah dan perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta menggunakannya, entah itu untuk kepentingan administrasi, untuk pendidikan

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

para pelajar, atau untuk sekedar ajang promosi. Bahkan untuk saat ini hampir dapat dipastikan tidak ada perkantoran di kota-kota besar di Indonesia yang tidak menggunakan komputer untuk kegiatan operasional sehari-harinya.

Meningkatnya penggunaan komputer dan segala jenis aplikasinya di Indonesia mau tidak mau ikut pula meningkatkan permintaan terhadap salah satu barang elektronik yang masih diimpor dari luar negeri ini. Hal ini pun semakin banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri dan jasa komputerisasi. Selain karena prospeknya yang cerah dan perkembangan serta penemuan-penemuan terbaru yang selalu up to date, pasar komputer tidak pernah sepi dari hiruk pikuk permintaan dan penawaran dikarenakan kebutuhan pasar yang sangat tinggi terhadap komputer (baik itu piranti lunak ataupun perangkat keras). Semua hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam indusri ini seperti mendapat “durian runtuh”. Permintaan yang meningkat, teknologi yang terbarukan, serta pasar yang tak pernah lesu membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam industri komputer di Indonesia mendapatkan kinerja keuangan yang sehat, terutama apabila dilihat dari hal yang paling signifikan dari laporan keuangan dan yang selalu diperhatikan oleh para investor yaitu laba bersih setiap tahunnya. Laba bersih merupakan magnet yang paling ampuh untuk menjaring investor. Sudah tidak bisa disangkal lagi bahwa sebaik dan sesehat apapun sebuah perusahaan, tidak akan ada satu investor pun yang akan tertarik apabila perusahaan tersebut mengalami Break Even Point atau yang lebih buruk lagi merugi. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa industri komputer di Indonesia merupakan salah satu industri yang ikut menopang ekonomi Indonesia, oleh karena keikutsertaannya menarik investor ke Indonesia dikarenakan daya tarik laba bersihnya.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran Laba bersih perusahaan indutri komputer di Indonesia memang memilik daya magis tersendiri. Namun, laba bersih tersebut tidak bisa datang dengan sendirinya, ada banyak hal yang dapat mempengaruhinya. Di perusahaan yang bergerak di dalam industri komputer hal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai macam hal yaitu, beban usaha, selisih kurs, penjualan, ekspor dan impor barang elektronik, serta piutang tak tertagih. Beban usaha merupakan unsur yang terpenting karena semakin kecil bebannya semakin besar kemungkinan laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Penjualan komputer baik di dalam negeri maupun di luar negeri tak terlepas dari pengaruh ekspor dan impor negara terhadap peralatan elektronik yang termasuk perlengkapan komputer di dalamnya. Selisih kurs dapat dikatakan mempengaruhi laba bersih dikarenakan belum adanya produsen penyedia produk-produk komputer terutama perangkat keras di Indonesia, sehingga perusahaan industri komputer harus mengimpor dari luar negeri yang dapat menyebabkan terjadinya selisih kurs karena transaksi produk komputer dilakukan dengan menggunakan mata uang dolar Amerika (US $) dan dolar Singapura (Sin $), yang kemudian hasilnya yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang sudah siap pakai (installed) dijual baik itu di dalam negeri ataupun diekspor ke luar negeri. Selanjutnya penjualan, tanpa adanya penjualan perusahaan industri komputer tentu tidak akan menerima pendapatan. Terkadang demi meningkatkan minat dan

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

daya beli konsumen perusahaan pada umumnya memberikan fasilitas sistem penjualan barang dagangan secara kredit. Perusahaan di industri komputer juga melakukan transaksi penjualan melalui sistem kredit, maka resiko mengalami piutang tak tertagih tidak dapat dihindari. Keenam hal inilah yang diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah besarnya laba bersih yang diterima perusahaan di industri komputer di Indonesia. Sehingga apabila ada salah satu atau lebih dari kelima faktor ini yang terganggu maka kemungkinan tingkat penerimaan laba bersih pun akan ikut terganggu.

LANDASAN TEORI

Beban operasi menurut Simamora (2000) adalah “Beban-beban berkala yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan”.

Menurut Tri Santoso (1994) ekspor adalah “Prosedur perdagangan antarnegara di mana negara yang satu mengirimkan barang kepada negara lainnya dengan menggunakan sarana laut, darat, maupun udara”.

Menurut Wikipedia Indonesia (www.wikipedia.co.id) Impor adalah “Proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan”.

Definisi kurs dan selisih kurs menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 10 (IAI 1994: 86) adalah sebagai berikut : “kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang”. Sedangkan selisih kurs adalah : “selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama, dalam mata uang pelaporan kurs yang berbeda.”

Dengan adanya prospek laba ekonomis inilah yang merupakan hubungan EVA terhadap kekayaan pemegang saham, yaitu hasil akhir yang diinginkan dari tolak ukur berdasarkan nilai. EVA merupakan laba bersih setelah pajak dikurangkan dengan biaya kapital. Biaya capital merupakan beban bunga hutang dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham.

Menurut Simamora (2000), “Penjualan (sales) menggambarkan suatu ukuran dari kenaikan aktiva (biasanya dalam bentuk peningkatan kas atau piutang dagang) disebabkan penjualan produk atau persediaan barang dagangan perusahaan bagi perusahaan dagang dan penjualan jasa pada perusahaan jasa”.

Menurut Giri (1999) piutang tak tertagih adalah “sejumlah piutang yang sudah diperkirakan atau dianalisa, tidak akan dapat diterima kembali pembayarannya dalam jangka waktu yang ditentukan”.

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

METODE PENELITIAN Dalam skripsi ini penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan, data statistik ekspor impor Indonesia, dan arsip kurs US$ terhadap Rupiah Indonesia untuk menghitung pengaruh beban usaha, ekspor dan impor peralatan elektronik, selisih kurs, penjualan serta piutang tak tertagih terhadap laba bersih pada PT Metrodata Electronics tbk selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

Alat analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu dengan menggunakan bantuan software statistik SPSS 15 dengan menggunakan alat statistik deskriptif dan regresi linier berganda dengan satu variabel tidak bebas (Y1) dan enam variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6).

Rumus regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisa adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Dimana: Y = laba bersih X1 = beban usaha a = konstanta X2 = ekspor peralatan elektronik b1-2 = koefisien regresi X3 = impor peralatan elektronik e = kesalahan estimasi X4 = selisih kurs X5 = penjualan X6 = piutang tak tertagih Sedangkan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara

simultan terhadap variabel tidak bebas digunakan analisa anova atau uji f dengan menggunakan rumus :

F-hitung = (KT Regresi / KT Sisa)

PEMBAHASAN

1. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda adalah alat yang digunakan untuk menentukan

persamaan regresi yang menunjukan hubungan variabel tidak bebas yang ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan SPSS, dapat diketahui hal-hal yang penting dalam analisis regresi, yaitu:

a. Koefisien Korelasi (r / R) Adalah koefisien yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel X dan Y.

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

Tabel 1 Korelasi

Correlations

1.000 -.132 .494 .599 -.050 .279 -.288-.132 1.000 -.373 -.387 .492 -.966 .151

.494 -.373 1.000 .856 -.128 .555 .222

.599 -.387 .856 1.000 -.137 .523 -.180

-.050 .492 -.128 -.137 1.000 -.525 -.025.279 -.966 .555 .523 -.525 1.000 -.053

-.288 .151 .222 -.180 -.025 -.053 1.000. .289 .013 .003 .417 .117 .109

.289 . .053 .046 .014 .000 .262

.013 .053 . .000 .295 .006 .173

.003 .046 .000 . .283 .009 .224

.417 .014 .295 .283 . .009 .458

.117 .000 .006 .009 .009 . .412

.109 .262 .173 .224 .458 .412 .20 20 20 20 20 20 2020 20 20 20 20 20 20

20 20 20 20 20 20 20

20 20 20 20 20 20 20

20 20 20 20 20 20 2020 20 20 20 20 20 2020 20 20 20 20 20 20

Laba BersihBeban UsahaEkspor PeralatanElektronikImpor PeralatanElektronikSelisih KursPenjualanPiutang tak TertagihLaba BersihBeban UsahaEkspor PeralatanElektronikImpor PeralatanElektronikSelisih KursPenjualanPiutang tak TertagihLaba BersihBeban UsahaEkspor PeralatanElektronikImpor PeralatanElektronikSelisih KursPenjualanPiutang tak Tertagih

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Laba Bersih Beban Usaha

EksporPeralatanElektronik

ImporPeralatanElektronik Selisih Kurs Penjualan

Piutang takTertagih

Berdasarkan hasil pengolahan diatas dapat diambil analisa sebagai berikut: • Hubungan antara variabel beban usaha dengan laba bersih adalah -0,132

dengan tingkat signifikan 0,289, yang berarti hubungan antara beban usaha dengan laba bersih sangat lemah dan bersifat tidak searah.

• Hubungan antara variabel ekspor peralatan elektronik dengan laba bersih adalah 0,494 dengan tingkat signifikan 0,013, yang berarti hubungan antara ekspor peralatan elektronik dengan laba bersih kuat dan bersifat searah serta signifikan.

• Hubungan antara variabel impor peralatan elektronik dengan laba bersih adalah 0,599 dengan tingkat signifikan 0,003, yang berarti hubungan antara impor peralatan elektronik dengan laba bersih kuat dan bersifat searah serta signifikan.

• Hubungan antara variabel selisih kurs dengan laba bersih adalah -0,050 dengan tingkat signifikan 0,417, yang berarti hubungan antara selisih kurs dengan laba bersih sangat lemah dan bersifat tidak searah.

• Hubungan antara variabel penjualan dengan laba bersih adalah 0,279 dengan tingkat signifikan 0,117, yang berarti hubungan antara penjualan dengan laba bersih cukup dan bersifat searah.

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

• Hubungan antara variabel piutang tak tertagih dengan laba bersih adalah -0,288 dengan tingkat signifikan 0,109, yang berarti hubungan antara penjualan dengan laba bersih cukup dan bersifat tidak searah.

b. Koefisien Determinasi (r2 / R2) Digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas (X)

mempengaruhi variabel tidak bebas (Y). Dari hasil penelitian pada tabel 4.6 diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,651. Hal ini berarti 65,1% laba bersih bisa dijelaskan dengan variabel BU, EPE, IPE, SK, PJ, PTT. Sedangkan sisanya (100% - 65,1% = 34,9%) dijelaskan oleh faktor lain.

c. Kesalahan Standar Estimasi

Digunakan untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi. Dapat digunakan dengan mengukur besar kecilnya kesalahan standar estimasi (semakin kecil nilai kesalahannya, maka semakin tinggi ketepatannya). Dari hasil pengolahan nilai standar estimasi pada tabel 4.6 sebesar Rp. 10.425.142.073,71 (satuan yang dipakai adalah variabel tidak bebas yaitu laba bersih). Bandingkan nilai standar deviasi laba bersih pada tabel 4.5 sebesar Rp. 14.595.442.616,293 jauh lebih besar dari standard error of estimate yang hanya Rp. 10.425.142.073,71. Dapat disimpulkan ketepatan persamaan estimasi atau persamaan regresi tinggi.

d. Persamaan Regresi Berganda

Dalam analisis regresi, untuk mengetahui hubungan beban usaha (X1), ekspor peralatan elektronik (X2), impor peralatan elektronik (X3), selisih kurs (X4), penjualan (X5), piutang tak tertagih (X6), terhadap laba bersih (Y), maka digunakan analisis linier berganda yang dapat dirumuskan, yaitu :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Dimana: Y = laba bersih X1 = beban usaha a = konstanta X2 = ekspor peralatan elektronik b1-2 = koefisien regresi X3 = impor peralatan elektronik e = kesalahan estimasi X4 = selisih kurs X5 = penjualan X6 = piutang tak tertagih

Hasil perhitungan penulis menggunakan perhitungan komputer dengan perangkat lunak SPSS 15.0 (Statistical Program for Social science) di bawah operasi Windows. Berdasarkan tabel 2 diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e

Y = 7.806.899.862 - 1,320 X1 - 0.006X2 + 0.004 X3 + 0.95 X4 + 0,121 X5 -

4,784 X6 + e ……1

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

Tabel 2 Hasil uji Regresi berganda

Coefficientsa

7806899862.017 48537596971.5 .161 .875-1.320 .452 3.158 -2.921 .012

-.006 .013 -.271 -.468 .648

.004 .010 .182 .384 .707

.095 .107 .193 .889 .390

.121 .044 3.461 2.760 .016-4.784 2.573 -.483 -2.859 .086

(Constant)Beban UsahaEkspor PeralatanElektronikImpor PeralatanElektronikSelisih KursPenjualanPiutang tak Tertagih

Model1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Laba Bersiha.

Dari persamaan 1 dapat dijelaskan konstanta sebesar Rp. 7.806.899.862 menyatakan bahwa jika tidak ada BU, EPE, IPE, SK, PJ, dan PTT, maka laba bersih adalah sebesar Rp. 7.806.899.862. • Koefisien regresi untuk beban usaha (X1) sebesar -1,320. Berarti jika BU

(X1) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami penurunan sebesar 1,320 satuan.

• Koefisien regresi untuk ekspor peralatan elektronik (X2) sebesar -0,006. Berarti jika ekspor peralatan elektronik (X2) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami penurunan sebesar 0,006 satuan.

• Koefisien regresi untuk impor peralatan elektronik (X3) sebesar 0,004. Berarti jika impor peralatan elektronik (X3) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami kenaikan sebesar 0,004 satuan.

• Koefisien regresi untuk selisih kurs (X4) sebesar 0,095. Berarti jika selisih kurs (X4) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami kenaikan sebesar 0,095 satuan.

• Koefisien regresi untuk penjualan (X4) sebesar 0,121. Berarti jika penjualan (X5) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami kenaikan sebesar 0,121 satuan.

• Koefisien regresi untuk piutang tak tertagih (X6) sebesar -4,784. Berarti jika piutang tak tertagih (X6) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami penurunan sebesar 4,784 satuan.

e. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Untuk membuktikan pengaruh dari masing-masing variabel bebas

secara parsial atau individu terhadap variabel tidak bebas digunakan analisis uji t. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial BU (X1), EPE

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

(X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X4) terhadap LB (Y), langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

• BU (X1) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh BU (X1) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar -2,92. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila -t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (-2,92) > t-tabel (2,160), maka H1 diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BU (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

• EPE (X2) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh EPE (X2) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh EPE (X2) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar -0,468. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t table

o Keputusan: Karena t-hitung (-0,468) < t-tabel (2,145), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa EPE (X2) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB(Y).

• IPE (X3) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh IPE (X3) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh IPE (X3) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar 0,384. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (0,384) < t-tabel (2,160), maka H1 ditolak dan Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPE(X3) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

• SK(X4) terhadap LB (Y)

o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh SK (X4) LB (Y) H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh SK (X4) terhadap LB (Y)

o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas (df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.

o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,889.

o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu : Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (0,889) < t-tabel (2,160), maka H1 ditolak dan Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SK (X4) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PJ (X5) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PJ (X5) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PJ (X5) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar 2,76. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (2,76) > t-tabel (2,160), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PJ(X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PTT (X6) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PTT (X6) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PTT (X6) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar -2,859. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (-2,859) > t-tabel (2,160), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PTT(X6) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

Dikarenakan terdapat 3 variabel (EPE,IPE,SK) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel y (LB) maka dilakukan regresi ulang terhadap 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel y, yaitu variabel BU, PJ, dan PTT. Berikut adalah hasil regresi ulangnya:

Tabel 3

Regresi Berganda Ulang Variabel X1, X5, X6

Coefficientsa

-13648602658.1 6027298856.0 -2.264 .038-1.209 .268 -2.893 -4.518 .000

.106 .022 3.044 4.802 .000-5.574 1.640 -.563 -3.398 .004

(Constant)Beban UsahaPenjualanPiutang tak Tertagih

Model1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Laba Bersiha.

Hasil yang didapat dari regresi ulang tersebut tidak terlihat begitu berbeda dari regresi yang sebelumnya, berikut pengujiannya:

• BU (X1) terhadap LB (Y) o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh BU (X1) LB (Y)

H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1) terhadap LB (Y) o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas

(df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120. o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-

hitung sebesar -4,518. o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (-4,518) > t-tabel (2,120), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BU(X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PJ (X5) terhadap LB (Y)

• Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PJ (X5) LB (Y) H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PJ (X5) terhadap LB (Y)

o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas (df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120.

o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 3,044.

o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :

Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

o Keputusan: Karena t-hitung (3,044) > t-tabel (2,120), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PJ(X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PTT (X6) terhadap LB (Y)

o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PTT (X6) LB (Y) H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PTT (X6) terhadap LB (Y)

o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas (df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120.

o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-hitung sebesar -3,398.

o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu : Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel

o Keputusan: Karena t-hitung (-3,398) > t-tabel (2,120), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PTT(X6) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

Dari hasil perhitungan kedua regresi di atas, yaitu tabel 2 dan 3 dapat

diambil dua analisa, yaitu: • EPE (X2), IPE (X3), dan SK (X4) tidak memiliki pengaruh terhadap LB

(Y). Hasil ini juga tercermin di dalam data angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dan statistik ekspor impor peralatan elektronik Indonesia. Ekspor peralatan elektronik memperlihatkan nilai yang naik turun dari tahun ke tahunnya, sedangkan nilai laba bersih cenderung meningkat per tahunnya, contohnya ketika pada kuartal pertama tahun 2003 ekspor peralatan elektronik sebesar Rp 4.151.974.260.635 dan pada akhir tahun atau kuartal keempat turun ke Rp 4.071.192.015.344, sementara laba bersih perusahaan dari awal tahun 2003 berjumlah Rp 1.153.383.678 naik secara signifikan pada akhir tahun 2003 ke Rp 12.253.473.645. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya laba bersih tidak ikut terpengaruh oleh menurunnya tingkat ekspor peralatan elektronik. Fenomena ini mungkin disebabkan karena nilai ekspor yang digunakan merupakan skala nasional, sehingga tidak mencerminkan keadaan dan tingkat ekspor perusahaan yang seungguhnya. Hal yang sama juga terjadi pada impor peralatan elektronik terhadap laba, sebagai contoh misalnya nilai impor pada tahun 2002 meningkat dari Rp 1.064.872.396.973 pada kuartal pertama menjadi Rp 1.492.809.243.554 pada akhir tahun, sedangkan tingkat penerimaan laba bersih berbanding terbalik secara tidak signifikan yaitu dari Rp (8.470.926.615) turun ke Rp (37.935.371.396), sedangkan tahun-tahun selanjutnya nilai impor terus naik dan turun akan tetapi nilai laba bersih justru tidak ikut terpengaruh dan terus naik, sehingga semakin membuktikan bahwa impor peralatan elektronik memang tidak mempengaruhi tingkat laba bersih. Analisa ini bisa jadi disebabkan oleh karena unsur-unsur impor peralatan elektronik sendiri bukanlah hanya semata peralatan komputer. Bisa saja berupa

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

barang-barang elektronik yang lain, seperti kulkas, tv, ac, dan sebagainya, sehingga tidak menjamin kalau nilai impor peralatan elektronik turun maka laba bersih perusahaan ikut turun. Sementara itu, selisih kurs juga memperlihatkan hal yang sama dengan yang terjadi pada impor peralatan elektronik. Penulis mengambil contoh pengamatan pada tahun 2006, nilai selisih (rugi) kurs meningkat secara drastis menembus angka Rp (132.738.787.837), padahal pada awal tahun hanya sekitar Rp (239.344.553), namun rugi kurs ini tidak mempengaruhi tingkat penerimaan laba bersih perusahaan yang meningkat dari Rp 1.877.909.275 ke Rp 20.775.872.997. Jikalau dilihat dari sudut teoritisnya memang selisih kurs secara tidak langsung akan memiliki pengaruh terhadap laba bersih walaupun tidak seberapa besarnya, namun dalam kasus ini membuktikan bahwa selisih (rugi kurs) memang tidak berpengaruh sedikit pun terhadap laba bersih, ini bisa disebabkan karena selisih kurs hanya akan berpengaruh terhadap laba bersih apabila nilai ekspor dan impor juga mempengaruhi laba bersih, karena selisih kurs timbul akibat adanya perbedaan nilai tukar mata uang yang terjadi akibat adanya transaksi luar negeri yaitu ekspor dan impor, sehingga secara langsung selisih kurs hanya akan berpengaruh terhadap nilai ekspor dan impor.

• BU (X1), PJ (X5), dan PTT (X6) memiliki pengaruh terhadap LB (Y). asumsi ini berdasarkan hasil penghitungan regresi dan hasil dari pengamatan laporan keuangan per tahunnya. BU (X1) atau beban usaha terlihat sangat mempengaruhi laba bersih. Jika diperhatikan dengan seksama, semakin tinggi nilai beban usaha maka semakin rendah nilai laba bersih, contohnya tahun 2002 beban usaha meningkat secara drastis dari Rp (22.634.872.505) pada awal tahunnya menjadi Rp (109.001.878.426) pada akhir tahun, sehingga tingkat laba bersih pun ikit menurun dari Rp (8.470.926.615) pada awal tahun, menjadi turun ke Rp (37.935.371.396) pada akhir tahun. Secara logika memang sangat masuk akal bahwa semakin besar biaya suatu kegiatan maka semakin sedikit pula tingkat labanya, oleh karena itulah mengapa laba bersih selalu berbanding terbalik dan dipengaruhi oleh beban usaha. Agar meminimalisir pengaruh beban usaha yang cukup besar, maka perusahaan harus mempertimbangkan variabel PJ (X5) atau penjualan. Penjualan di dalam kasus ini memiliki andil dan pengaruh yang sangat besar terhadap laba bersih. Di dalam bentuk angkanya saja sudah terlihat jelas bahwa penjualanlah yang sangat menentukan laba bersih, misalnya ketika pada tahun 2005, dikala tingkat penjualan hanya mencapai Rp 304.501.593.552 pada awal tahun, laba bersih hanya berjumlah Rp 1.856.159.996, namun ketika jumlah penjualan meningkat drastis sebesar Rp 1.503.906.103.070 pada akhir tahun, maka tingkat laba bersih pun ikut naik menjadi Rp 16.306.998.038. Dari hasil-hasil ini dapat terlihat bahwa laba bersih sangat dipengaruhi oleh besarnya tingkat penjualan, karena semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin tinggi pula tingkat laba bersih. Akan tetapi, walaupun penjualan ikut berpengaruh secara langsung dan positif terhadap laba bersih, belum tentu

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

semua penjualan dapat menghasilkan laba bersih. Salah satu penjualan yaitu penjualan kredit dapat mengakibatkan kerugian piutang (piutang tak tertagih). Dari hasil perhitungan regresi di atas terlihat jelas bahwa piutang tak tertagih memiliki pengaruh negatif terhadap laba bersih. Jika diamati secara kasat mata saja piutang tak tertagih memang sudah terlihat mempengaruhi laba bersih. Tahun 2002 contohnya, pada kuartal pertama piutang tak tertagih perusahaan sebesar Rp (981.178.642) dan tingkat laba bersih sebesar Rp (8.470.926.615), namun ketika jumlah piutang tak tertagih semakin meningkat menjadi Rp (3.879.704.355) tingkat laba bersih pun ikut merosot tajam ke Rp (37.935.371.396), maka dapat disimpulkan bahwa piutang tak tertagih sangat mempengaruhi laba bersih secara negatif, karena apabila jumlah piutang tidak tertagih meningkat, jumlah laba bersih pun akan menurun.

f. Uji Regresi secara simultan (uji F)

Tabel 4 Uji F

ANOVAb

2634625323803992000000 6 439104220633998700000.0 4.040 .017a

1412886634340519000000 13 108683587256963000000.04047511958144511000000 19

RegressionResidualTotal

Model1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Piutang tak Tertagih, Selisih Kurs, Impor Peralatan Elektronik, Beban Usaha,Ekspor Peralatan Elektronik, Penjualan

a.

Dependent Variable: Laba Bersihb.

Pada tabel ANOVA di atas kita dapat mengetahui uji F untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keenam variabel independent secara simultan (bersamaan) terhadap variabel dependent.

Pengujian F test dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel.

Berikut langkah-langkah pengujiannya: • Hipotesis :

H0 : b1= b2= 0, tidak ada pengaruh BU (X1), EPE (X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X6) terhadap laba bersih (Y). H1 : semua atau salah satu dari bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1), EPE (X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X6) terhadap laba bersih (Y).

• Ketentuan : Jika F hitung > F tabel (α 0,005), maka H0 : ditolak Jika F hitung < F tabel (α 0,005), maka H0 : diterima

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

• Kesimpulan : Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 4,040. Menggunakan tarif signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = (6;13) sehingga diketahui F tabel adalah 2,92.

• Kriteria penerimaan dan penolakan yaitu: H0 ditolak bila F hitung > F tabel H0 diterima bila F hitung < F tabel

• Karena F hitung lebih besar daripada F tabel (4,040 > 2,92) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada pengaruh BU (X1), EPE (X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X6) secara simultan terhadap laba bersih (Y).

PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan bantuan software computer SPSS 15 dapat diambil kesimpulan, yaitu :

a. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa BU (beban usaha) memiliki pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap LB (laba bersih).

b. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa EPE (ekspor peralatan elektronik) tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).

c. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa IPE (impor peralatan elektronik) tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).

d. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa SK (selisih kurs) tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).

e. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa PJ (penjualan) memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap LB (laba bersih).

f. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa PTT (piutang tak tertagih) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (laba bersih).

g. Sedangkan pada uji regresi secara simultan, dimana uji simultan (serempak) atau uji F dilakukan, diketahui bahwa semua variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap LB (laba bersih).

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Syahri . 2003.Aplikasi Statistik Praktis Dengan Menggunakan SPSS

10 For Windows. Edisi kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE UGM

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN METODE KONVENSIONAL DENGAN

Giri, Efraim F. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan 2. Jakarta:

Salemba Empat.

Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin. Statistika 1 (Deskriptif). Jakarta:

Penerbit Gunadarma

Machmud, Ali. Pengantar Akuntansi 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Nainggolan, Pahala. 2006. Cara Mudah Memahami Akuntansi. Edisi 3. Jakarta:

Lembaga Manajemen PPM.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan 7.

Yogyakarta: BPFE.

Santoso, Iman. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate

Accounting). Bandung: Refika Aditama.

Santoso, Tri. 1994. Pembiayaan Transaksi Luar Negeri. Yogyakarta: Andi

Offset

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.

Yogyakarta: Andi Offset.

SR, Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 5. Jakarta: Salemba

Empat.

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.metrodata.co.id