Upload
vuphuc
View
221
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PAD SEBELUM DAN
SESUDAH OTONOMI PERIODE TAHUN 2006-2010 PADA KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
DISUSUN OLEH:
JAMALUDDIN MALIK
NIM:’ 106082002626
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi…………………………………………………….. i
Lembar Ujian Komprehensif……………………………………………………. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……………………………………………… iii
Surat Pernyataan……………………………………………………………....... iv
Daftar Riwayat Hidup………………………………………………………….. v
Abstract…………………………………………………………………………… vi
Abstrak…………………………………………………………………………… vii
Kata Pengantar………………………………………………………………….. viii
Daftar Isi…………………………………………………………………………. xi
Daftar Gambar………………………………………………………………….. xiv
Daftar Tabel……………………………………………………………………… xv
Daftar Lampiran………………………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis……………………………………………………… 9
1 Negara Hukum dan Otonomi Daerah…………………………………. 9
2 Pendapatan Daerah…………………………………………………….. 15
3 Pendapatan Asli Daerah……………………………………………….. 15
4 Dana Perimbangan…………………………………………………….. 18
5 Lain-lain Pendapatan yang Sah………………………………………… 19
B. Pengertian Pajak………………………………………………………… 20
xii
C. Sistem PemungutanPajak………………………………………………. 21
D. Pedoman Pemungutan Pajak…………………………………………… 22
E. Pajak Daerah……………………………………………………………. 23
1 Definisi Pajak Daerah………………………………………………….. 23
2 Jenis-jenis Pajak Daerah………………………………………………. 24
3 Jenis-jenis Penggolongan Pajak Daerah……………………………….. 24
4 Surat Ketetapan Pajak Daerah…………………………………………. 28
3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah………………………………… 30
F. Retribusi Daerah………………………………………………………… 32
1 Pengertian Retribusi Daerah…………………………………………… 32
2 Penentuan Objek, Sujek dan Wajib Pajak………………………………32
3 Tata Cara Penghitungan Retribusi……………………………………... 34
4 Pemungutan Retribusi………………………………………………….. 35
G. Penilitian Terdahulu…………………………………………………….. 36
H. Kerangka Pemikiran…............................................................................. 43
I. Keterkaiatan Antar Variabel……………………………………………. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………. 46
B. Objek Kajian…………………………………………………………… 46
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………… 47
D. Jenis dan sumber data…………………………………………………. 47
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 48
F. Definisi operasional variabel………………………………………….. 50
G. Metode Analisis dan Uji Hipotesisi……………………………………… 50
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Kota Tangerang Selatan………………………………. 54
1 Gambaran Umum Profil Kota Tangerang Selatan…………………….. 54
xiii
2 Struktur Pemerintahan…………………………………………………..58
3 Kondisi Geografis……………………………………………………… 64
4 Kondisi Sosial Ekonomi……………………………………………….. 64
B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang…………… 71
1 Orientasi Wilayah……………………………………………………… 72
2 Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk……………………………….. 73
3 Kondisi Perekonomi Daerah…………………………………………. 74
4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)…………………………………. 74
C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan
DIPENDA Kabupaten Tangerang............................................................ 75
1 Kedudukan…………………………………………………………….. 75
2 Tugas Pokok…………………………………………………………….76
3 Susunan Oragnisasi…………………………………………………….. 76
D. Hasil Uji Mann Whitney U Test………………………………………. 76
1 Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli
Daerah……………………………………………………………….. 77
2 Uji SPSS……………………………………………………………… 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 83
B. Implikasi………………………………………………………………… 84
C. Keterbatasan Masalah…………………………………………………. 85
D. Saran……………………………………………………………………. 86
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 87
LAMPIRAN……………………………………………………………………… 89
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran………………………………………………………… 47
4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2004-2009…………….. 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada di provinsi Banten, maka
Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah Otonom Baru (DOB) Kota
Tangerang Selatan yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tangerang juga sedang berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya.
Sejak disahkan Kota Tangerang Selatan sebagai Daerah Otonom Baru (DOB)
pada 29 Oktober 2008, Diresmikan Oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia dan
Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna
DPR-RI dan setelah berdirinya Kota Tangerang Selatan sebagai DOB, maka
Kabupaten Tangerang selaku induk dari Kota Tangerang Selatan melimpahkan
semua hasil yang berkaitan/bersumber dari Pendapatan Daerah khususnya yang
ada wilayah Kota Tangerang Selatan Dipungut oleh Pemerintah daerah setempat
atau Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) guna
untuk menata pembangunan wilayah Kota Tangerang tersebut.
Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari World Bank
berpendapat bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk
menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20%, maka
daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri
2
(Mohammad Riduansyah, 2003). Namun yang memegang peranan penting dan
sangat menentukan agar pembangunan tersebut berjalan dengan lancar yaitu
tersedianya dana yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan-kegiatan
tersebut. Dana tersebut diperoleh dari pemerintah dari berbagai sumber pajak
yang digunakan, seperti pajak daerah dan retribusi daerah. Realisasi yang diterima
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh Pemerintah Daerah Kota Tengerang
Selatan setiap tahunnya digunakan untuk membelanjai usaha-usaha pembangunan
di dalam berbagai bidang, misalnya sarana periklanan, sarana pembangunan,
sarana sosial yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah itu sendiri. Hal ini
yang tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dari
APBD akan tersimpul adanya usaha dan harapan suatu daerah untuk melangkah
lebih maju. Jika ditinjau dari segi pengaruhnya maka, Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ini sangat penting artinya sebagai salah satu sumber dana pembangunan di
Kota Tangerang Selatan, berhubung sebagian besar Pendapatan Asli Daerah ini di
peroleh dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Namun demikian, Akai dan Sakata (2002) pendekatan di atas kurang dapat
menghitung derajat/tingkatan desentralisasi fiskal secara tepat, kecuali apabila
mempertimbangkan dua hal berikut. Pertama, pengeluaran oleh pemerintah
propinsi dan kabupaten/kota dapat bersumber dari block transfer yang berasal dari
pemerintah pusat. Dengan demikian, porsi pengeluaran oleh pemerintah daerah
yang besar tidak serta merta mengindikasikan adanya kemandirian (otonomi
daerah). Isu kedua adalah, terkait dengan pelaksanaan otonomi. Kendati porsi
3
pengeluaran atau penerimaan pemerintah daerah terhadap pos penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat tidak besar, namun suatu daerah dapat dikatakan
memiliki kemampuan fiskal secara otonom apabila terdapat sumber PAD yang
cukup besar
Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Derah
dan Retribusi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pengesahan Undang-undang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (UUPDRD). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait
dengan hasil dari penerimaan Pajak Daerah, seperti Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengembalian Bahan Galian Golongan C dan Pajak
Parkir, sedangkan hasil dari penerimaan Retribusi Daerah adalah Retribusi Jasa
Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu. Meskipun
penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi terhadap
penerimaan pajak yang relatif kecil, namun merupakan sumber penerimaan yang
sangat potensial bagi daerah. Sebagai salah satu PAD, maka sumber pendapatan
daerah sepenuhnya milik daerah untuk dikelola sebagai sarana utama penunjang
pembangunan daerah.
Mengingat pentingnya peran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi
kelangsungan dan kelancaran pembangunan, maka perlu penanganan dan
pengelolaan yang lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan
mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi
4
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Untuk menaikkan penerimaan
pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur pajak dengan memberlakukan
komputerisasi, peningkatan mutu para pegawainya dan penggunaan system
pemungutan pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pada prinsipnya system perpajakan nasional menganut System Self
Assesment dalam system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri.
Namun mengingat besarnya jumlah obyek pajak dan beragamnya tingkat
pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, terutama dipedesaan maka belum
sepenuhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan
melaporkan obyek pajaknya dengan baik. Oleh karena itu untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik, dilakukan pendataan terhadap obyek dan subyek
pajak, yang wilayah kerjanya meliputi letak/lokasi obyek pajak. Pendaftaran
tersebut dilakukan dengan mengisi formulir yang disebut Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD) dan untuk menentukan besarnya jumlah pajak terutang disebut
dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) sedangkan untuk Retribusi Daerah
adalah Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) dan untuk menentukan besarnya
jumnlah pajak terutang disebut Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
tersebut disetorkan ke kas daerah atau ke tempat.lain yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah (pasal 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah
5
diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui
kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009).
Puji wibowo (2008) Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan
nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom
yang diberikan kepada daerahnya. Tanda dukungan dalam bentuk besarnya
perolehan PAD penting artinya bagi suatu pemerintah daerah agar memiliki
keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari maupun
pembangunan yang ada di wilayahnya.
Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,
dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama.
Untuk mewujudkan pelaksanaan asas desentralisasi tersebut maka dibentuklah
daerah otonom yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah
kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang
tersebut dirumuskan bahwa “Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan Republik
Indonesia Rona Rositawati (2009). Pengertian daerah otonom dimaksud agar
daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya
sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat, oleh karena itu daerah
otonom harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur
6
rumah tangganya sendiri melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Hal
ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas
kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua
kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Jadi
agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya perlu ada
sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan Soedjito yaitu
“Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah
untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban
umum, sosial, kebudayaan dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan
penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mohammad Riduansyah
(2003), Akai dan Sakata (2002), Puji Wibowo (2008), Rona Rositawati (2009)
dan Asmy Asmauri (2006). Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian
sebelumnya adalah:
1. Periode penelitian
Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003, 2002, 2008, 2009 dan
2006 sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010
2. Tempat penelitian
Penelitian sebelumnya melakukan riset diberbagai daerah kabupaten/kota
yang berbeda sedangkan pada pnelitian ini mengambil tempat di Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
7
Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui
sebenarnya “Analisi Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan
Sesudah Otonomi Daerah Periode Tahun 2006-2010 Pada Kota Tangerang
Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan sesudah
dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?
2. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Retribusi Daerah terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan
sesudah dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan Pajak Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah dilakukannya
Otonomi Daerah Kota Tangerang Selatan pada Periode Tahun 2006-2010
8
2. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan Retribusi Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah dilakukannya
Otonomi Daerah Kota Tangerang Selatan pada Periode Tahun 2006-2010.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya:
1. Bagi Akademik
Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan
dibidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang pemungutanya
merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah.
2. Bagi Instansi
Dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang berguna dan
dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan penulis.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Peneletian
Dalam melakukan studi penelitian yang berhubungan dengan judul skripsi
peneliti yang berhubungan dengan Peneriman Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dalam kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setelah
melakukan survey di berbagai tempat, maka peneliti mengambil dua tempat
berbeda sebagai objek penelitian di salah satu kantor Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang berada di Kota
Kabupaten Tangerang beralamat Komplek Perkantoran Tiga Raksa – Tangerang
15720 dan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang berada di Kota
Tangerang Selatan beralamat Jl. Witana Harja Komplek Sasmita Jaya Kel.
Pamulang Barat Kec. Pamulang.
B. Objek Kajian
Objek kajian penelitian adalah objek kajian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2000:99). Objek kajian dalam
penelitian ini adalah penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
47
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
Metode Diskriptis Analitif Yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya berdasarkan apa yang tampak kemudian digunakan untuk
memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan
menginterpretasikan data sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
D. Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder atau
sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2004:129), sumber sekunder yang secara
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengertian tersebut
dapat dijelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-
bahan yang tersedia di buku-buku, jurnal, majalah dan sumber lainnya yang
secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan
dalam penilitian ini adalah:
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Jenis data
kualitatif ini ialah data sekunder yaitu data yang telah mengalami proses
pengolahan oleh sumbernya.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif
yang disajikan dalam bentuk angka. Data ini meunjukkan nilai terhadap
48
besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah rentet waktu
yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk keperluan analisi data, maka penulis memerlukan sejumlah data
pendukung yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dan
menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.
(Suharsimi Arikunto, 2000: 106). Metode dokumentasi ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang penerimaan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung suatu objek yang akan diteliti
dalam waktu singkat dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai objek penelitian. Observasi dilakukan penulis dengan
mengamati bagaimana sistem pemungutan serta Penerimaan Pajak Daerah
49
dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
F. Definisi operasional variabel
Definisi opersional variabel adalah penjelasan dari variable-variabel yang
digunakan sebagai objek pengamatan dalam penelitian ini. Oprasionalisasi
variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Analisis Perbandingan Penerimaan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Pada Kota Tangerang Selatan. Maka
variabel yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.
2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus diediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
50
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
G. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Statistik Nonparametrik
Pengujian hipotesis statistik non parametrik pada dasarnya sama
dengan pengujian hipotesis statistik parametrik. Asumsi yang digunakan pada
pengujian hipotesisi statistik nonparametrik hanyalah bahwa observasi-
observasi independen dan variabel yang diteliti memiliki kontinuitas. Asumsi
bahwa variabel yang diteliti memiliki kontinuitas juga diperlukan dalam uji
parametrik, namun dalam uji nonparametrik, asumsi tersebut lebih longgar
(M Iqbal Hasan, 2008:301 ).
Langkah-langkah pengujian hipotesis statistik nonparametrik ialah sebagai
berikut.
a. Menentukan formulasi hipotesis.
b. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel.
c. Menentukan kriterian pengujian.
d. Menentukan nilai uji statistik.
e. Membuat kesimpulan.
51
Sehubungan dengan penggunaan statistik nonparametrik pada skripsi ini
dalam menentukan perbandingan angka tahun sebelum dan sesudah otonomi,
maka peneliti menggunakan uji MU Test (Mean Whitney Test).
2. Uji Mann-Whitney (U Test)
Uji Mann-Whitney disebut juga pengujian U. Pengujian U digunakan untuk
menguji rata-rata dari dua sampel berukuran tidak sama, dikembangkan oleh
H.B. Mann dan D.R. Whitney pada tahun 1947.
Langkah-langkah Pengujiannya ialah sebagai berikut.
a. Menentukan formulasi hipotesis
H0 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang sama (N1 = N2)
H1 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang berbeda.
b. Menentukan taraf nyata (ά) dan nilia U tabel
Uά(n1)(n2) = …
Pengujiannya dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi.
c. Menentukan kriteria pengujian
H0 diterima apabila U ≥ Uά(n1)(n2)
H0 ditolak apabila U < Uά(n1)(n2)
c. Menentukan nilai uji statistik
Nilai uji statistik ditentuksn dengan tahap-tahap berikut.
1) Menggabungkan kedua sempel dan memberi urutan tiap-tiap anggota,
dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.
2) Menjumlahkan urutan masing-masing (R1 dan R2)
52
3) Menhitung statistik U dengan rumus:
Atau:
Nilai U yang diambil adalah nilai U yang terkecil. Untuk memeriksa
ketelitian perhitungan dipergunakan rumus:
d. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan H0 diterima atau ditolak.
3. Analisi Statistik Descriptif
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan statistik deskriptif
yaitu memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari range,
mean, sum, dan standar deviation dari jumlah penerimaan sebelum dan
sesudah otonomi daerah. Jadi metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi
atau keadaan dari perbedaan penerimaan tersebut (Ghozali, 2009:19).
U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1
2
U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2
2
Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar
53
4. Uji SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb
Pengujian SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb.
Singgih
Santoso (2009:425) untuk memperkuat hasil uji statistik U diawal secara
manual dengan menggunakan rumus. Adapun hipotesis dan pengambilan
keputusannya:
1. Hipotesis :
H0 : Kedua populasi tidak berbeda atau sama
H1: Kedua populasi tidak identik atau berbeda
2. Pengambilan keputusan :
Dasar pengambilan keputusan :
• Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
• Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
61
j) Pengendalian Lingkungan Hidup
k) Pelayanan Pertanahan
l) Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
m) Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan
n) Pelayanan Administrasi Penanaman Modal.
Sedangkan urusan pilihan yang ditetapkan menjadi urusan pemerintah
Kota Tangerang Selatan adalah:
a) Pertanian;
b) Kelautan dan Perikanan;
c) Pariwisata
d) Perindustrian dan Perdagangan
e) Ketransmigrasian
f) Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral.
Urusan tersebut dalam implemtasinya disusun melalui berbagai program
dan kegiatan yang disusun dalam rangka mewujudkan agenda utama
pembangunan Kota Tangerang Selatan.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Kota Tangerang
Selatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 yang telah
diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2009 dan
diubah oleh Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 Tahun 2009
terdiri dari 3 Asisten, Sekretariat DPRD, 11 Dinas Daerah, 8 Lembaga Teknis
Daerah dan 5 staf ahli yaitu:
62
a). Sekretariat Daerah
1). Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahkan
• Bagian Pemerintahan
• Bagian Kesejahteraan Sosial
• Bagian Pertanahan
2). Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan
• Bagian Perekonomian
• Bagian Pembangunan
• Bagian Pengelola Teknologi Informasi
3). Asisten Administrasi Umum
• Bagian Hukum dan Organisasi
• Bagian Umum dan Perlengkapan
• Bagian Humas dan Protokol
b). Staf Ahli
• Staf Ahli Hukum dan Politik;
• Staf Ahli Pemerintahan;
• Staf Ahli Pembangunan;
• Staf Ahli Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia;
• Staf Ahli Ekonomi dan Keuangan.
63
c). Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
• Bagian Risalah dan Persidangan
• Bagian Umum dan Keuangan
d). Dinas
• Dinas Pendidikan
• Dinas Pekerjaan Umum
• Dinas Pertanian dan Perikanan.
• Dinas Kesehatan.
• Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman.
• Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
• Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi
• Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
• Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata.
• Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
e). Badan
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
• Badan Lingkungan Hidup
• Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
• Badan Kepegawaian Daerah.
64
• Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.
• Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana.
f). Inspektorat Kota.
g). Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
h). Kecamatan.
i). Kelurahan.
3. Kondisi Geografis
Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 tercatat
1.042.026 jiwa, yang terdiri dari 519.851 jiwa laki-laki dan 522.175 jiwa
perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Pondok Aren
sebanyak 261.064 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah yaitu
Kecamatan Setu sebanyak 54.839 jiwa.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan Tahun 2009
KECAMATAN LUAS
(KM2)
JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)
PAMULANG 26,82 217.466
SERPONG UTARA 17,84 90.625
PONDOK AREN 29,88 261.064
SETU 14,80 54.839
CIPUTAT 18,38 150.509
CIPUTAT TIMUR 15,43 160.971
SERPONG 24,04 106.552
Jumlah 147,19 1.042.026
Sumber : Profil Kecamatan Tahun 2009
65
Melihat jumlah penduduk diatas, maka Kota Tangerang Selatan
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.042.026 jiwa termasuk dalam kategori
kota besar dengan jumlah penduduk antara 500.000 jiwa sampai dengan
1.000.000 jiwa.
4. Kondisi Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
pembangunan daerah, dengan tersedianya Sumber Daya Manusia yang
berkualitas dapat memacu percepatan pembangunan di Kota Tangerang
Selatan.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan sangat mendudukung kemajuan
Sektor pendidikan, hal ini didukung dengan beberapa diantaranya program
peningkatan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pengembangan
budaya baca dan pembinaan perpustakaan dan program pendidikan non
formal.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan, Angka Partisipasi Kasar (APK)
da Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tangerang Selatan pada tiap-tiap
kecamatan masih rendah terutama pada pendidikan tingkat menengah
yang ditunjukan dengan APK 63,95 dan APM 48,72. Selain Karena
tingkat partisipasi, rendahnya APK dan APM disebabkan banyaknya
penduduk usia sekolah yang bersekolah di luar Kota Tangerang Selatan
seperti di Kota Tangerang dan DKI Jakarta.
66
b. Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan kemauan hidup sehat masyarakat Kota
Tangerang Selatan sehinggga nantinya perilaku hidup sehat bukan karena
paksaan melainkan karena kesadaran masyarakat. Upaya Pemerintah Kota
Tangerang Selatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
dengan antara lain dengan akan dibangunnya Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010, pembangunan
puskesmas rawat inap pada tiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan,
pengadaan puskesmas keliling roda empat 10 unit.
c. Agama
Selama tahun 2009 tercatat jumlah sarana peribadatan beberapa agama
di Kota Tangerang Selatan sebanyak 497 Masjid 1.015 Mushola, 40
Gereja, 3 Pura, 6 Vihara,dan 2 Klenteng. Nuansa Islami memang lebih
mewarnai kehidupan masyarakat Kota Tangerang Selatan, namun
demikian kerukunan antar umat beragama tidak menjadi hambatan. Hal ini
dapat dilihat pada kondisi hidup berdampingan yang tenang dan damai
yang telah terjalin selama ini.
Jumlah penduduk Tangerang Selatan berdasarkan agama yang dipeluk
oleh masing-masing masyarakat yaitu Islam sebanyak 902.282 jiwa,
Kristen sebanyak 58.237 jiwa, Katholik sebanyak 41.185, Hindu
sebanyak 24.384 jiwa, Budha sebanyak 13.844 jiwa, Konghucu sebanyak
67
1.974 jiwa dan Aliran Kepercayaan sebanyak 120 jiwa. Dari jumlah
tersebut mayoritas penduduk Kota Tangerang Selatan memeluk Agama
Islam sebanyak 86,59 %.
d. Ketenagakerjaan
Pada sektor ketenagakerjaan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
menyusun kebijakan, strategi dan penyusunan program dibidang
ketenagakerjaan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun program yang dilaksanakan oleh
pemerintah Kota Tangerang Selatan pada urusan tenaga kerja diantaranya:
1). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Program ini diarahkan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan bago pencari
kerja, peningkatan profesionalisme tenaga pelatih dan instruktur BLK,
pengembangan system informasi manajemen ketenagakerjaan.
2). Program peningkatan kesempatan kerja
Program ini diarahkan untuk penyebarluasan informasi tenaga kerja
dan penyiapan tenaga kerja siap pakai.
3). Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
Program ini diarahkan untuk penempatan OTJ di perusahaan,
pengendalian dan pembinaan lembaga penyalur tenaga kerja,
pembentukan dewan pengawas tenaga kerja, peningkatan pengawasan,
68
perlindungan dan penegakan hokum terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
4). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Program ini diarahkan untuk pelatihan dan kursus dan pembinaan
generasi muda di kecamatan.
Pada tabel 4.3 berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut
jenis pekerjaan pada tahun 2009, penduduk Kota Tangerang Selatan
banyak yang bekerja pada instansi BUMN/BUMD/Swasta dengan
jumlah 521.192 orang atau 50,01% sedangkan yang bekerja pada
sektor peternakan hanya berjumlah 210 orang atau 0,02 %.
e. Sektor Perdagangan dan Jasa
Prioritas Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada sektor perdagangan
dan jasa, adalah meningkatkan akses pasar dan permodalan bagi usaha
mikro dan kecil serta industri kecil. Fokus dari prioritas dalam mencapai
sasaran tersebut adalah pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui
peningkatan akses terhadap pasar dan permodalan. Kegiatan perdagangan
dan jasa tersebar di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan, namun yang
paling menonjol hanya di beberapa kecamatan diantaranya, Kecamatan
Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pamulang, Kecamatan
Ciputat Timur. Fasilitas perdagangan dan jasa sebagian besar hanya
tersebar di Kecamatan Serpong, Ciputat Timur dan Pamulang.
69
f. Target dan Realisasi Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD.
Tabel 4.4
Pendapatan Daerah dan Realisasi
( Dalam Rupiah)
Tahun Pendapatan Daerah Realisasi Persentase
(%)
2006 1.261.750.836.799 _ _
2007 1.481.126.786.000 1.532.411.945.309 112,29
2008 1.680.196.071.000 1.906.196.738.614 113,48
2009 1.745.093.634.719 1.470.862.668.904 87,81.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang
Dengan melihat perincian angka-angka dalam tabel 1 dapat dikatakan
bahwa pada tahun Anggaran 2006 tidak direalisasikan terlihat tidak ada angka
yang tercantum dalam tebel tersebut. Pada tahun 2007 dalam, realisasinya
mengalami peningkatan dengan persentase 112,29%, pada tahun 2008 juga
mengalami peningkatan yang begitu pesat jika bandingkan tahun 2008, realisasi
tahun 2009 dari hasil Pendapatan Daerah yang direlisasikan
1.906.196.738.614.531 dengan persentase 113,48%,
Sedangkan pada tahun 2009 relisasi dari pendapatan daerah tersebut
sampai bulan oktober terlihat menurun dari tahun sebelumnya, disebabkan adanya
pemekaran Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang selatan yang sebelumnya
adalah Kabupaten Tangerang. Menurut peraturan dan perundang-undangan
mengenai pemekaran daerah dalam hal ini tersebut sesuai dengan keputusan
pemerintah pusat.
70
Tabel 4.5
Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Realisasi
( Dalam Rupiah)
Tahun Pendapatan Asli
Daerah
Realisasi Persentase
(%)
2006 246.846.682.381 251.241.734.728 _
2007 239.911.906.000 285.899.513.074 119,17
2008 294.773.029.000 336.921.813.888 114,30
2009 334.992.634.719 286.992.406.406.733* _
* Realisasi sampai Bulan Oktober
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang
Tabel 4.6
Target Pajak Daerah dan Realisasi
(Dalam Rupiah)
Tahun Pajak Daerah Realisasi Persentase (%)
2006 106.450.995.267 97.165.000.000 109,56
2007 131.780.751.102 106.650.000.000 123,56
2008 148.148.805.725 110.725.641.162 113,48
2009 150.231.260.735 107.531.358.396 98,93
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kab. Tangerang
Tabel 4.7
Target Retribusi Daerah dan Realisasi
(Dalam Rupiah)
Tahun Retribusi Realisasi Persentase (%)
2006 96.161.266.544 99.702.900.00 96,45
2007 123.374.361.907 134..872.425.157 105,70
2008 70.604.589.953 60.185.000.000 117,31
2009 61.523.494.270 .66498.516.719 87,50
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kab. Tangerang
71
Dalam Tabel 2.5 dan 2.4 target pajak daerah dan Retribusi Daerah pada
tahun 2006-2009 mengalami perubahan kenaikan tingkat persentase, terlihat pada
tahun 2006 untuk Retribusi Daerah persentasenya terlihat 96,45% dan pada tahun
2007-2008 mengalami peningkatan persenatsenya 105,70% meningkat menjadi
117,31%. Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan Retribusi daerahnya
menurun menjadi 87,50% bahkan lebih dibanding tahun 2006, sedangkan untuk
Pajak Daerah persentasenya terlihat 109,56% dan pada tahun 2007-2008
mengalami peningkatan persenatsenya 123,56% meningkat menjadi 113,48%.
Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan pajak daerahnya menurun menjadi
98,93% bahkan lebih dibanding tahun 2006 terlihat bahwa pada september tahun
2008 telah berdirinya Kota Tangerang sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) dan
pada 2009 Kab.tangerang telah mengalami pemekaran yang sekarang menjadi
Kota Tangerang Selatan. Sejak awal januari Tangerang sudah memungut pajak
daerah dan retribusi daerahnya yang termasuk dalam Penerimaan PAD Tangerang
Selatan.
B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota
Tangerang memiliki keuntungan dan sekaligus kerugian. Keuntungannya kota
tersebut bisa nebeng nama besar ibukota negara. Para warganya bisa
memanfaatkan fasilitas publik sebuah metropolitan, baik itu berupa jalan-jalan
yang mulus, tempat-tempat rekreasi dan pusat komersial yang modern, atau
72
berbagai kemudahan komunikasi canggih. Namun kerugian berdekatan dengan
sebuh ibukota, yang secara khusus sangat dirasakan oleh pemda. Banyak warga
Kota Tangerang yang tinggal di daerah perbatasan dengan Jakarta, enggan
mengakui berdomisili di Kota Tangerang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
papan nama yang mencantumkan nama ”Jakarta Selatan” atau ”Jakarta Barat”
padahal sebenarnya berada dalam wilayah Tangerang.
Tabel 4.8
Luas Wilayah Kabupaten Tangerang
No Kecematan Luas (Km²)
1 Ciledug 8,76
2 Larangan 9,39
3 Karang Tengah 10,47
4 Cipondoh 17,91
5 Pinang 21,59
6 Tangerang 15,78
7 Karawaci 13,47
8 Cibodas 9,61
9 Jatiuwung 14,40
10 Periuk 9,54
11 Neglasari 16,07
12 Batu Ceper 11,68
13 Benda 25,61
jumlah 184,23
Sumber : Kab Tangerang dalam Angka tahun 2002
1. Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 LS - 6º 13 LS
dan 106º 36 - 106º - 42º BT dengan luas wilayah 184,23 Km² termasuk
Bandara Sukarno Hatta seluas 19,69 Km² dengan batasbatas sebagai berikut:
73
• Batas Utara: Berbatasan dengan Laut Jawa
• Batas Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Lebak
• Batas Timur: Berbatasan dengan DKI Jakarta Kabupaten Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan
• Batas Barat: Berbatasan Dengan Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang
relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara.
Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah
Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar
daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan
daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara
administratif pada tahun 2009 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah
Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan.
2. Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2009 adalah
2.508.967 jiwa yang terdiri dari 1.274.151 jiwa laki-laki dan 1.234.816 jiwa
perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang rata-rata 3,825
jiwa/km2. Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur
penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk “usia
produktif” dengan 65,38 % penduduk adalah kelompok umur 15-64
tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan berumur > 65 tahun adalah
74
sebanyak 34,62 % . Untuk Dependency Ratio atau Angka Ketergantungan
Penduduk adalah 53 %, menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk usia
produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban 53 penduduk yang tidak
produktif (usia 0-14 tahun dan >65 tahun).
3. Kondisi Perekonomian Daerah
Sumber utama perekonomian Kota Tangerang berasal dari sektor
industri pengolahan sebesar 58,45%, menyusul perdagangan, hotel dan
restoran. Kedua sektor ini menguasai hampir 85% kegiatan ekonomi dan
dapat dipastikan bahwa sektor tersebut memberikan kontribusi utama pada
pendapatan asli daerah. Pada bagian tenaga kerja di atas juga telah disebutkan
bahwa sekitar 75% angkatan kerja yang ada di Kota Tangerang bergerak di
sektor industri, perdagangan dan jasa. Hal tersebut selaras dengan kondisi
perekonomian daerah yang mengandalkan sektor-sektor yang menyerap
banyak tenaga kerja.
APBD tahun 2002 Kota Tangerang masih didominasi oleh dana yang
merupakan dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, yaitu sebesar 70%
dari total APBD, sedangkan pendapatan asli daerah hanya memberikan
kontribusi sebesar 19%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan
perekonomian yang didominasi oleh sektor industri dan perdagangan masih
belum memberikan kontribusi yang cukup besar pada APBD Kota Tangerang.
75
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap
pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas
penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek
intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) serta
aspek moralitas sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan
meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu
Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan
Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat
dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.1
Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2004 – 2009
Sumber:BPS Tangerang
76
C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan DIPENDA Kabupaten
Tangerang
1. Kedudukan
a) Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang
menyelenggarakan Pelayanan bidang Pendapatan;
b) Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
2. Tugas Pokok
Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan dibidang
pendapatan sesuai kebijakan pemerintah daerah.
3. Susunan Organisasi
a). Susunan Organisasi DPPKAD dan DISPENDA terdiri dari:
1). Kepala Dinas;
2). Sekretariat;
� Sub. Bagian Perencanaan
� Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
� Sub. Bagian Keuangan
3). Bidang Pajak;
• Seksi Pendaftaran dan Pendataan ;
77
• Seksi Penetapan;
• Seksi Penagihan
4). Bidang Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan;
• Seksi Dana Perimbangan;
• Seksi PBB dan Biaya Peralihan Hak Tanah dan Bangunan;
• Seksi Lain-lain Pendapatan.
5). Bidang Akuntansi dan Pelaporan
• Seksi Penerimaan Daerah dan Pembiayaan;
• Seksi Akuntansi dan Pelaporan;
• Seksi Benda Berharga dan Quasi.
6). Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pendapatan
• Seksi Perencanaan Pendapatan;
• Seksi Pengawasan dan Evaluasi;
• Seksi Kebijakan Pendapatan.
7). Unit Pelaksana Teknis;
8). Kelompok Jabatan Fungsional.
78
D. Hasil Uji Mann Whitney U Test
1. Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Dalam pengujian ini digunakan dua variabel independen yang berbeda antara
sebelum dan sesudah otonomi daerah, maka diperlukan adanya pengukuran
dengan menggunakan ranking dari urutan penerimaan dari mulai rangking 1
yang terkecil sampai dengan rangking 3 yang terbesar dengan tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Penerimaan Pajak Daerah
(Dalam 000)
Tahun Sebelum
Otonom Daerah
Sampel
I
Urutan Tahun Sesudah
Otonomi
Daerah
Sampel
2
Urutan
2006 106.450.995.267 1 1.5 2009 15.397.425.025 1 1.5
2007 148.148.805.725 3 5 2010 59.000.000.000 2 3.5
2008 131.780.751.102 2 3.5
386.380.552.094 R1=10 74.397.425.025 R2=5
Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
Tabel 4.10
Penerimaan Retribusi Daerah
(Dalam 000)
Tahun Sebelum
Otonom Daerah
Sampel
I
Urutan Tahun Sesudah
Otonomi
Daerah
Sampel
2
Urutan
2006 90.652.470.125 2 3.5 2009 12.557.450.000 1 1.5
2007 125.374.361.907 3 5 2010 45.688.570.000 2 3.5
2008 70.604.589.953 1 1.5
276.631.421.965 R1=10 58.246,020.000 R2=5
Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
79
Tabel 4.11
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(Dalam 000)
Tahun Sebelum
Otonom Daerah
Sampel
I
Urutan Tahun Sesudah
Otonomi
Daerah
Sampel
2
Urutan
2006 251.241.734.728 1 1.5 2009 94.680.457.980 1 1.5
2007 285.899.513.074 2 3.5 2010 109.000.000.000 2 3.5
2008 336.921.813.888 3 5
874.063.061.690 R1=10 203.680.457.980 R2=5
Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
Dari ketiga tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:
U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1
2
= (3)(2) + 3(3+1) – 10
2
= 6 + 6 – 10
= 2
U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2
2
= (3)(2) + 2(2+1) – 5
2
= 6 + 3 – 5
= 4
Jadi U = 2
Pemeriksaan U: Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar
2 = 3(2) - 4
= 2
Taraf nyata (ά) dan nilai U tabelny:
Gunakan asumsi ά = 5% = 0,05 dengan n1 = 3 dan n2 = 2
Uά(n1)(n2) = 11, maka H0 ditolak karena, U = 2 < Uά(n1)(n2) = 11
80
Jadi, kesimpulan rata-rata sampel I berbeda dengan rata-rata sampel II atau
keduanya terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah.
2. Uji SPSS
Mann-Whitney Test
NPAR TESTS
/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2)
/STATISTICS=DESCRIPTIVES
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
PenerimaanSBLM 3 2.5714 1.51186 1.00 3.00
PenerimaanSSDH 2 1.2857 .48795 1.00 2.00
Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.12 menunjukkan bahwa adanya
perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya
otonomi daerah dalam penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dalam
Peningkatan PAD, terlihat bahwa sebelum otonomi daerah memilik rata-rata
mean 2.5714 sedangkan sesudah otonomi daerah mean 1.2857 . Hal ini dapat
dikatakan bahwa keduanya berbeda secara signifikan, dengan std deviation
memiliki rata 1,51186 terhadap sebelum otonomi daerah dan 0,48957
terhadap sesudah otonomi daerah. Dalam penelitian ini statistik deskriptif
dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum dan sesudah otonomi daerah yang
dihitung dalam jumlah angka tahun sesuai penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah dalam peningkatan PAD. Sebelum otonomi daerah diambil
81
sempel selama 5 tahun periode 2006-2010 pada Kab. tangerang dalam
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan PAD.
sedangkan Untuk membandingkannya diambil sempel selama 2 tahun periode
2009-2010 pada Kota Tangerang Selatan dalam penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah sesudah otonomi daerah terhadap peningkatan PAD.
Mann-Whitney Test
Tabel 4.13
Ranks
PenerimaanPa
ajaKdanRetrib
usiDaerah N Mean Rank Sum of Ranks
Sampel Sebelum 3 3.60 10.00
Sesudah 2 2.50 5.00
Total 5
Pada Tabel 4.13 Pada sempel sebelum memiliki Mean Rank 4.60 selama 5
tahun dengan Sum of Ranks sebesar 23.00. sedangkan untuk sempel sesudah
memilik Mean Rank 2.50 selama 2 tahun dengan Sum of Ranks 5.00. hal ini
membuktukan adanya persamaan dengan pengujian mann whitney U test pada
pengujian pertama yang menunjukkan adanya perbedaan/perbandingan
sempel 1 dan sempel 2 dalam segi penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah dalam peningkatan PAD sebelum dan sesudah diberlakukannya
otonomi daerah pada kota Tangerang Selatan.
82
Tabel 4.14
Test Statisticsb
Sebelum
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 5.000
Z -1.183
Asymp. Sig. (2-tailed) .237
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .381a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Sesudah
Terlihat pada Tabel 4.14 kolom Asymp. Sig. (2-tailed) dua sisi adalah
0,237 dan Mann-Whitney U adalah 2.000, maka didapat hipotesis
probabilitasnya di atas 0,05. Maka, H1: Pajak Daerah dan H2: Retribusi
Daerah diterima atau terdapat perbedaan secara signifikan antara sebelum dan
sesudah penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan
PAD, dengan kata lain Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi terhadap
peningkatan PAD sesudah diberlakukannya Otonomi daerah Kota Tangerang
Selatan jumlah penerimaan pajak daerah dan retribusi daerahnya masih jauh
dibandingkan penerimaan sebelum diberlakukannya otonomi daerah yaitu
Kabupaten Tangerang.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilitian ini mengambil sempel dua instansi pemerintah yang berbeda
yaitu; DPPKAD Kota Tangerang Selatan sebagai sempling pertama sesudah
otonomi daerah dan DISPENDA Kabupaten Tangerang sebagai sempling kedua
dalam waktu periode tahun 2006-2010, untuk pengujian dilakukan dengan
menggunakan Mann Whitney U test yaitu pengambilan sempel dengan dua
variabel independent yang berbeda, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebelum dan sesudah otonomi daerah keduanya terdapat perbedaan
secara signifikan dikarenakan adanya usaha atau kontribusi yang besar dari
daerahnya masing-masing dalam meningkatkan PAD yang bersumber dari
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut pada periode tahun 2006-2010.
2. Penerimaan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebelum dan sesudah otonomi daerah keduanya terdapat perbedaan
secara signifikan dikarenakan adanya usaha atau kontribusi yang besar dari
daerahnya masing-masing dalam meningkatkan PAD yang bersumber dari
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut pada periode tahun 2006-2010.
85
B. Implikasi
Berdasarkan Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah
otonomi daearah dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah berbeda secara signifikan, dikarena adanya
hubungan kedua sempel variabel independent yang berbeda tersebut. Pajak daerah
dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang
pemungutanya berada didaerah sesuai dengan UU mengenai perda tersebut, dan
yang melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut adalah
instansi pemerintah yang diberi kewenangan khusus untuk memungut dan
mengelola sumber PAD tersebut, instansi pemerintah tersebut adalah DISPENDA
dan DPPKAD, guna untuk memaksimalkan pajak daerah dan retribusi daerah
tersebut, maka diperlukan adanya pendataan mengenai apa saja yang menjadi
objek dan subjek pajak sehingga dapat diketahui dari mana saja sumber pajak dan
retribusi daerah tersebut. Kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tersebut sangat berpengaruh dalam peningkatan PAD, tergambar
dalam Realisasinya gunak utuk pembangunan daerah tersebut, Kota Tangerang
Selatan Merupakan DOB yang mulai memaksimalkan potensi sumber daya yang
ada di daerahnya salah satunya melalui PAD. Kabupaten Tangerang memberikan
kewenang khusus untuk Kota Tangerang Selatan untuk memungut dan mengelola
Sumber PAD tersebut sesuai dengan UU PERDA tersebut, jadi bagi para wajib
pajak yang ingin membayarkan pajaknya tidak perlu bayar ke Kab. Tangerang
lagi, sudah dapat dibayar di Kota Tangerang Selatan itu sendiri.
86
C. Keterbatasan Masalah
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari berbagai
keterbatasan ataupun kelemahan yang kemungkinan dapat menimbulkan ketidak
akuratan pada hasil penelitian. Keterbatsan dan kelemahan tersebut anatara lain:
1. Penelitian ini menggunakan obervasi dan dokumentasi sebagai bahan
penelitian dari sumber instansi pemerintahan yang berbeda.
2. Hasil penelitian ini hanya dapat dijadikan analisis pada subyek penelitian
yang terbatas pada instansi pemerintahan pemerintah kota tangerang selatan
dan kabupaten tangerang.
3. Penelitian hanya dilakukan dalam lingkup Kota Tangerang selatan dan
Kabupaten Tangerang, karena peneliti terbatasi oleh tenaga dan kondisi dan
ruang lingkup wilayahnya.
4. Waktu penelitian selama dua bulan dilakukan di dua instansi pemerintah yang
berbeda yaitu selama bulan Oktober - November 2010.
D. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Peneiliti selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel guna untuk
menganalisa dan mengetahui apakah variabel tersebut dapat memperkuat
atau memperlemah variabel independennya (Variabel bebas).
87
2. Peneliti selanjutanya dapat menambahkan jumlah sempel untuk memperluas
wilayah sempel penilitian tidak hanya dalam dua instansi saja
3. Penelitian selanjutnya dapat mencoba metode penilitian lain yang terkait
dan dapat digunakan sebagai kesimpulan pada bab akhir nanti
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Penerimaan Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD……………………90
2. Hasil Uji SPSS…………………………………………………………………. 91
3. Surat Riset……………………………………………………………………… 92
4. Bagan Struktur Oragnisasi DPPKAD Kota Tangerang Selatan………………. 93
5. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2006-2010 Kab.Tangerang……. 94
6. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2009-2010 Kota Tangerang
7. Selatan…………………………………………………………………………102
88
DAFTAR PUSTAKA
Akai, N. dan Sakata, M., 2002. Fiscal Decentralization Contributes to Economic
Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United
States Journal of Urban Economics, LII:93-108 Political Economy,
LXXXII(6): 1095-1117.
Amuri , Asmi. “Pengaruh Reformasi Perpajakan Terhadap Panerimaan Pajak
Daerah Provinsi DKI Jakarta”, Skripsi S1. Prodi IESP UII, 2006
Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang
Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tangerang dan Dinas
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota
Tangerang selatan
Elita, Dewi. Jurnal Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka
Pelaksanaan Otonomi Daerah, FSIP USU, digitized by USU digital library
2002.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP
Undip, Semarang. 2005.
Hamroliie Harun, 2002 Pnenetuan analisis peningkatan dan pembangunan
kota. Edisi ke-3. Cet-3, Yogyakarta
Kaho. Riwo Yosef. 1998 Ekonomi daerah di negara RI, Suatu Analisis. Jakarta
M. Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi STATISTIK 2 (Statistik Inferensi) Edisi
Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Muhammad Riduansyah. 2003 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonom Daerah
(Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor) Sosial Humaniora, Vol.7
No. 2, DesemberJurnal Makara.
89
Pandiangan liberti. 2005 Perpajakan di Indonesia. PT Erlangga, Jakarta
R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi Revisi Ke.4 Bandung
Rositawati Rona. 2009. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Dalam Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Tesis Program Magister Pasca
Sarjana UNDIP Semarang
Santoso, Singgih (2009). Mengatasi Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11.5,
Elek Madia Komputindo. Jakarta
Saragih, Juli Panglima (2003), Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah
dalam Otonomi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta.
Suandy Early. 2002. Hukum Pajak. Yogyakarta. Salemba Empat.
Subaryono and Lukito E. N. October 3-7, 2004 Journal. Assessment of the
Development of Land Information System in the Directorate of Land and
Building Taxes Ministry of Finance Republic Of Indonesia., Indonesia
diakses tanggal 20 september 2010 WWW.SSRN.COM 3rd
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=271310 FIG Regional
Conference Jakarta, Indonesia, .
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV alfabeta. Bandung
Target Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi. WWW.Newsklip21.COM diakses
pada tanggal 21 september 2010 dari, file:///D:/jurnal%20web/5000-pad-
kabupaten-tangerang-pasca-lahirnya-kota-tangerang-selatan.htm
Wibowo, Puji, “Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhdap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Jurnal Keuangan Publik , Vol 8, No 1,
Oktober 2008, Hal 55-83
Yani, Ahmad (2002), Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Undang-Undang
Undang-undang No.34 Pasal 1 ayat 6 Tahun 2004 tentang perubahan atas
undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang Pendapatan Daerah dan
Retribusi Daerah.
90
UU. No. 22 Pasal 1ayat 1 Tahun 1999 tentang Daerah Otronom.
UUD RI 1945 Pasal 1 ayat 3 Perubahan ketiga tentang Negara Hukum.
Undang-undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang – Undang Otonomi Daerah 2004, Penerbit Absolut Tentang Pemerintah
Daerah.
Undang-undang No.25 Tahun1999 dan PP No.4014 Tahun 2000 Tentang
Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 51 tentang Pembentukan Tangsel
UU Nomor 18 tahun 1997 dan No. 34 tahun 200 tentang Otonomi Daerah
UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Pasal 1 angka 15 tentang Pendapatan Asli
Daerah dan Perimbangan Keuangn Pemerintah Pusat dan Daerah
UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 156, 157, 158, 151, 160 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang-
undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.
Peraturan Pemerintah 129 tahun 2000 tentang Daerah Pemekaran. dan
PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006 tentang Pendapatan Daerah.
PP No.164 Pasal 19 ayat 1 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tarif Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota…………………………………… 27
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………………… 40
4.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Kota Tangearang Selatan…………………….. 58
4.2 Nama Kelurahan dan Desa Kota Tangerang Selatan…………………………58
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tangerang Selatan Tahun 2009…… 64
4.4 Pendapatan Daerah dan Realisasi……………………………………………. 68
4.5 Target PAD dan Realisasi…………………………………………………….69
4.6 Target Pajak Daerah dan Realisasi………………………………………….. 70
4.7 Target Retribusi Daerah dan Realisasi………………………………………. 70
4.8 Luas Wilayah Kabupaten Tangerang………………………………………… 72
4.9 Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah…………………………………………. 78
4.10 Retribusi Daerah Sebelum dan Sesudah…………………………………….. 78
4.11 PAD Sebelum dan Sesudah…………………………………………………. 78
4.12 Uji Descriptive Statistics……………………………………………………. 80
4.13 Ranks………………………………………………………………………… 81
4.14 Test Statisticsb……………………………………………………………….. 82
HASIL UJI SPPS
NPAR TESTS
/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2)
/STATISTICS=DESCRIPTIVES
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum 5 3.0000 1.58114 1.00 5.00
Sesudah 2 1.5000 .70711 1.00 2.00
Ranks
Sesuda
h N Mean Rank Sum of Ranks
Sebelum 1 1 1.00 1.00
2 1 2.00 2.00
Total 2
Test Statisticsb
Sebelum
Mann-Whitney U 5.000
Wilcoxon W 1.000
Z -1.000
Asymp. Sig. (2-tailed) .317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Sesudah