Upload
lamdieu
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Rima dan Kualitas Terjemahan dalam Buku Dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
TESIS
Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik
Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Oleh:
Bayu Budiharjo S130809003
PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Rima dan Kualitas Terjemahan dalam Buku Dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
Disusun Oleh : BAYU BUDIHARJO
NIM: S130809003
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Pada Tanggal:
Pembimbing I
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 19630328 199201 1 001
Pembimbing II
Prof. Dr. Djatmika, M.A. NIP. 19670726 199302 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 19630328 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Rima dan Kualitas Terjemahan dalam Buku Dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
Disusun Oleh : BAYU BUDIHARJO
NIM: S130809003
Telah disetujui oleh Tim Penguji: Pada Tanggal:
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Prof. Dr. M. Sri Samiati T. NIP 19440602 196511 2 001
Sekertaris Dr. Tri Wiratno, M.A. NIP 19610914 198703 1 001
Anggota Penguji Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D. NIP 19630328 199201 1 001
Anggota Penguji Prof. Dr. Djatmika, M.A. NIP 19670726 199302 1 001
Mengetahui
Direktur Program Pasca Sarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 19630328 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Bayu Budiharjo NIM : S130809003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Rima dan Kualitas Terjemahan dalam Buku Dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
Bayu Budiharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Dengan usaha dan doa, aku bisa.
Hal yang mustahil seringkali adalah yang tak pernah dicoba
(Jim Goodwin)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
· ibu dan bapak tercinta
· kakak, kakak ipar dan adikku yang aku sayangi
· semua yang aku sayangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan
ridho, rahmat, hidayah, nikmat, petunjuk serta kemudahan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis ini. Atas kehendak Allah
SWT serta semua doa dan dukungan orang tua, keluarga dan rekan-rekan semua,
penulis mampu menghadapi segala tantangan dan mengatasi semua kesulitan yang
dihadapi dan pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta dukungan yang sangat berarti selama proses
penelitian dan penyusunan tesis ini. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan
dan menyelesaikan penelitian ini.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada
peneliti untuk belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret serta
memberikan izin kepada peneliti .
3. Prof. Drs. M.R Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak memberikan motivasi, masukan dan pembimbingan kepada
peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Prof. Dr. Djatmika, M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, masukan dan informasi kepada peneliti selama proses
pembimbingan.
5. Segenap dosen di lingkungan Program Studi Linguistik Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, khususnya Minat Utama Penerjemahan yang telah
memberikan pengetahuan dan informasi yang bermanfaat. Segenap karyawan
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kemudahan dan pelayanan kepada peneliti selama peneliti belajar di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
6. Para pengelola dan pengurus PAKYM, yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melibatkan adik-adik yang ada di sana sebagai responden dalam
penelitian ini.
7. Para rater dan responden yang telah bersedia dilbatkan dalam penelitian ini
dan memberikan informasi yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian dan
penyusunan tesis ini.
8. Bapak dan ibu yang tidak pernah lelah memberikan motivasi serta dukungan
moral, doa maupun dukungan finansial selama peneliti belajar di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, terutama selama proses penyelesaian
tesis ini.
9. Adik, kakak, kakak ipar serta segenap keluarga besar, yang telah mendoakan
dan selalu memberikan dukungan dan semangat, yang membangkitkan
semangat peneliti ketika mengalami kesulitan.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Linguitik Minat Utama
Penerjemahan angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan, semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
serta doa untuk peneliti dalam penyelesaian tesis ini. Mba’ Rohmita dan Mba’
Prima yang telah membantu pengumpulan data dari responden anak-anak.
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Linguitik Minat Utama
Penerjemahan angkatan 2007, 2008 dan 2010 yang juga memberikan
dukungan, semangat serta doa kepada peneliti.
12. Pemilik sekaligus pengelola Nevicom, Mas Nevi, atas dukungan teknis yang
telah diberikan sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam tesis ini. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait
dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya Kajian Penerjemahan.
Amin.
Surakarta, Juni 2011
Bayu Budiharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiv
ABSTRACT ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan ................................................................................... 11
1.1 Pengretian Penerjemahan .......................................................... 11
1.2. Ideologi Penerjemahan .............................................................. 12
1.3. Metode Penerjemahan ............................................................... 15
1.4. Teknik Penerjemahan ............................................................... 21
1.5. Kualitas Terjemahan .................................................................. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Menerjemahkan Buku Bergambar .................................................... 33
3. Menerjemahkan Teks untuk Anak.................................................... 34
4. Rima ................................................................................................. 36
5. Buku Erlangga for Kids ................................................................... 41
6. Penelitian yang Relevan ................................................................... 42
B. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 45
B. Objek Penelitian ................................................................................... 47
C. Data dan Sumber Data ......................................................................... 49
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 51
E. Triangulasi ............................................................................................ 55
F. Teknik Cuplikan ................................................................................... 57
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 58
H. Prosedur Penelitian .............................................................................. 64
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian ............................................................................... 67
B. Pembahasan .......................................................................................... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 133
B. Saran .................................................................................................... 134
Daftar Pustaka ................................................................................................. 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram V Metode Penerjemahan ................................................ 15
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 44
Gambar 3. Triangulasi Sumber ....................................................................... 56
Gambar 4. Triangulasi Metode ....................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Pembahasan .......................................................................... 3
Tabel 2. Skala Tingkat Keakuratan ................................................................. 52
Tabel 3. Skala Tingkat Keberterimaan ........................................................... 52
Tabel 4. Skala Tingkat Keterbacaan ............................................................... 53
Tabel 5 Contoh Analisis Komponen ............................................................... 62
Tabel 6. Teknik Penerjemahan dalam Buku A Kiss Goodnight (Kecupan
Selamat Malam) ............................................................................................... 68
Tabel 7. Teknik Penerjemahan dalam Buku Me and My Dad! (Aku dan
Ayahku!) ............................................................................................. 79
Tabel 8. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan
terhadap Kualitas Terjemahan Buku A Kiss Goodnight
(Kecupan Selamat Malam) ................................................................ 96
Tabel 9. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan
terhadap Kualitas Terjemahan Buku Me and My Dad! (Aku dan
Ayahku!) ............................................................................................. 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Bayu Budiharjo S130809003. 2011. Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Rima dan Kualitas Terjemahan dalam Buku Dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik,
metode, dan ideologi penerjemahan, serta dampaknya terhadap reproduksi rima dan kualitas terjemahan dari aspek keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan dua buku dwibahasa yang diterbitkan oleh Erlanga for Kids.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif, terpancang berkasus tunggal. Sumber data dalam penelitian ini ialah dua buku dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) dan informan. Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa teknik penerjemahan, yang diperoleh dari kedua buku dwibahasa, serta informasi mengenai kualitas terjemahan, yang diperoleh dari informan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pengkajian dokumen, kuesioner dan wawancara. Teknik sampling yang digunakan ialah sampling bertujuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 macam teknik penerjemahan dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam), yaitu 17 (24,6%) penerjemahan harfiah, 10 (14,5%) padanan lazim, 7 (10,1%) amplifikasi, 6 (8,7%) kompensasi, 5 (7,2%) transposisi, 5 (7,2%) reduksi, 4 (5,8%) modulasi, 4 (5,8%) adaptasi, 3 (4,3%) kreasi diskursif, 2 (2,9%) kompresi linguistik, 2 (2,9%) amplifikasi, 1 (1,5%) partikularisasi, 1 (1,5%) generalisasi, 1 (1,5%) peminjaman dan 1 (1,5%) kalke. Metode yang dipilih oleh penerjemah ialah penerjemahan komunikatif dan ideologi yang digunakan ialah domestikasi.
Terdapat 9 teknik penerjemahan dalam buku dwibahasa Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), yaitu 24 (45,3%) penerjemahan harfiah, 7 (13,2%) kompensasi, 6 (11,3%) padanan lazim, 5 (9,4%) amplifikasi, 4 (7,5%) amplifikasi linguistik, 3 (5,7%) modulasi, 2 (3,8%) reduksi, 1 (1,9%) transposisi dan 1 (1,9%) kreasi diskursif. Metode yang digunakan ialah penerjemahan komunikatif dan ideologi yang digunakan ialah domestikasi.
Teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan buku dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) dapat menghasilkan rima pada beberapa bagian teks bahasa sasaran.
Teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) menghasilkan terjemahan yang akurat, kurang berterima dan mudah dipahami. Sementara itu, dalam buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), teknik, metode dan ideologi penerjemahan menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami.
Kata Kunci: teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan, rima, keakuratan, keberterimaan, keterbacaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Bayu Budiharjo S130809003. 2011. Analysis on Translation Techniques, Method and Ideology and Its Influence to Reproduction of Rhyme and Translation Quality in Bilingual Books Entitled A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) and Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) Postgraduate Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies. Sebelas Maret University Surakarta.
This research aims to identify and describe translation techniques, method and
ideology and its influence to reproduction of rhyme and translation quality, observed from the accuracy, acceptability and readability of two bilingual books published by Erlangga for Kids.
This research is a descriptive qualitative, single-case, embedded research. The source of data consists of two bilingual books entitled A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) and Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) and informants. The data which are analyzed are in the forms of translation techniques, obtained from both bilingual books and information about translation quality, obtained from the informants. The method of data collection used in this research consists of document analysis, questionnaire and interview. The sampling technique used in this research is purposive sampling technique.
The result shows that there are 15 kinds of translation techniques in A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam), which are 17 (24,6%) literal translations, 10 (14,5%) established equivalences, 7 (10,1%) amplifications, 6 (8,7%) compensations, 5 (7,2%) transpositions, 5 (7,2%) reductions, 4 (5,8%) modulations, 4 (5,8%) adaptations, 3 (4,3%) discursive creations, 2 (2,9%) linguistic compressions, 2 (2,9%) amplifications, 1 (1,5%) particularization, 1 (1,5%) generalization, 1 (1,5%) borrowing dan 1 (1,5%) calque. The method chosen by the translation is communicative translation and the ideology used in the translation is domestication.
There are 9 kinds of translation techniques in Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), which are 24 (45,3%) literal translations, 7 (13,2%) compensations, 6 (11,3%) established equivalents, 5 (9,4%) amplifications, 4 (7,5%) linguistic amplifications, 3 (5,7%) modulations, 2 (3,8%) reductions, 1 (1,9%) transposition dan 1 (1,9%) discursive creation. The method used by the translator is communicative translation and the ideology is domestication.
The techniques, method and ideology used in translating bilingual books entitled A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) and Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) can reproduce rhymes in some parts of the target text.
The techniques, method and ideology used in the bilingual book entitled A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) results accurate, less acceptable and readable translation. Meanwhile, in the book entitled Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), the techniques, method and ideology results accurate, acceptable and readable translation.
Keywords: translation technique, translation method, translation ideology, rhyme, accuracy, acceptability, readability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku merupakan salah satu jenis media yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan. Buku dapat dipergunakan sebagai media
publikasi, informasi, pembelajaran maupun hiburan.
Saat ini, berbagai macam buku beredar di Indonesia, mulai dari buku-
buku ilmu pengetahuan, bacaan ringan, pengembangan diri hingga karya
sastra. Buku-buku yang beredar di pasaran tersebut tidak hanya ditujukan bagi
pembaca dewasa, tetapi sebagian juga ditulis untuk pembaca anak-anak,
misalnya buku cerita anak, komik dan sebagainya.
Di antara berbagai jenis buku yang ada di Indonesia, selain buku-buku
yang berbahasa Indonesia, terdapat pula buku berbahasa asing serta buku-
buku berbahasa asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
untuk memudahkan masyarakat yang tidak menguasai bahasa asing
mengakses buku-buku tersebut. Masyarakat menyambut baik adanya buku-
buku semacam ini karena banyak di antara mereka tidak memahami bahasa
asing.
Saat ini, di Indonesia banyak beredar buku terjemahan yang ditujukan
untuk anak-anak. Terdapat dua jenis buku anak terjemahan, yaitu buku-buku
yang hanya berisi terjemahan dalam bahasa Indonesia dan buku-buku yang
berisi terjemahan sekaligus bahasa aslinya, atau yang dikenal dengan buku
dwibahasa. Buku-buku semacam ini banyak diminati sehingga banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan penerbitan, termasuk penerbit-
penerbit besar seperti Gramedia, Erlangga dan Tiga Serangkai.
Buku-buku dwibahasa selain berfungsi sebagai media hiburan juga
dapat berfungsi sebagai media pembelajaran, terutama bahasa Inggris. Melalui
buku-buku semacam ini, anak-anak dapat belajar kosa kata bahasa Inggris.
Selain itu, anak-anak juga dapat belajar mengenai budaya masyarakat lain
yang terdapat di dalamnya.
Dua di antara sekian banyak buku dwibahasa yang beredar di
Indonesia ialah buku bergambar berjudul A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat
Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!). Kedua buku ini termasuk
berbeda karena kalimat-kalimat di dalamnya disusun tidak seperti kalimat-
kalimat dalam buku-buku lainnya. Oleh penulis aslinya, kalimat-kalimat
dalam kedua buku tersebut disusun dengan pola-pola bunyi yang sama atau
rima.
Terjemahan yang ada di dalam kedua buku tersebut menjadi sesuatu
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut karena dalam menerjemahkan kedua
buku dwibahasa ini, penerjemah tidak hanya harus dapat mempertahankan
makna dan pesan yang terkandung dalam teks aslinya saja tetapi juga harus
mempertahankan gaya yang digunakan oleh penulis dalam teks bahasa
sumber..
Akan tetapi, hal tersebut tidak mudah dilakukan karena adanya
perbedaan sistem dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, misalnya
struktur sintaksis dan kosa kata. Selain itu, perbedaan antara budaya Barat dan
budaya Indonesia serta bentuk kebahasaan yang sesuai dengan pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sasaran juga harus menjadi pertimbangan penerjemah. Oleh karena itu,
penerjemah perlu menggunakan teknik dan metode yang tepat untuk dapat
menghasilkan terjemahan dengan kualitas tinggi.
Berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat asli dan terjemahan yang
terdapat dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me
and My Dad! (Aku dan Ayahku)!. serta contoh pembahasan.yang dilakukan
oleh penulis dalam penelitian ini:
Tabel 1. Contoh Pembahasan
A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
No B Su B Sa
1 Splish! Splash! I love my bath, I love
my bathtime hug. For when I’m wrapped up in my
towel, I feel so warm and snug.
Kecipak! Kecipuk! Aku suka
mandi, Aku suka dekapan saat mandi.
Karena ketika aku dalam balutan
handuk, Aku merasa sangat hangat dan nyaman.
2 Hushabye, lullaby, sing you to sleep,
Drift on the music that plays soft and
deep.
Lagu nina bobo lembut kan
mengantarmu tidur, Larut dalam
alunan musik yang lembut dan
merdu.
3 Feeling dozy, Sleepy, cosy, Mummy holds you tight.
Blinking, yawning, Soon be morning,
Sleep well through the night.
Rasanya ingin tidur, Mengantuk, nyaman sekali, Saat ibu
mendekapmu erat.
Mengerjap, menguap, Sebentar lagi pagi datang, Tidurlah dengan lelap
sepanjang malam.
Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
No B Su B Sa
4 We find sticky honey, our favourite
snack.
Kami menemukan madu yang
lengket, makanan ringan kesukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Watch my dad run when the bees
want it back.
kami.
Lihat bagaimana ayahku berlari saat
lebah-lebah itu menginginkan madunya kembali.
5 My dad twirls me round and the
world whizzes past.
Ayah mengangkatku sambil
berputar-putar dan dunia terasa
bergerak cepat.
Dari contoh-contoh yang disajikan di atas, penulis menemukan bahwa
penerjemah berusaha menerjemahkan teks bahasa sumber dengan pilihan kata
yang alamiah dalam bahasa Indonesia, misalnya “Splish! Splash!” yang ada
dalam contoh pertama diterjemahkan menjadi “Kecipak! Kecipuk!”.
Ungkapan tersebut biasa digunakan dalam bahasa Indonesia untuk menirukan
suara percikan air. Akan tetapi, pola bunyi yang sama antara kata-kata “hug”
dan “snug” yang ada dalam bahasa sumber tidak muncul dalam terjemahan.
Hal ini terjadi karena padanan kata-kata tersebut dalam bahasa sasaran tidak
memiliki bunyi yang sama.
Pada contoh kedua, penerjemah mengalihkan “hushabye, lullaby”
menjadi “lagu nina bobo lembut”, yang telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Kata-kata “hushabye” dan “lullaby” diterjemahkan seperti itu
karena memang keduanya merujuk pada nyanyian pengantar tidur untuk anak-
anak. Dalam budaya Indonesia, lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan
ialah “Nina Bobo”.
Penerjemah juga menggunakan ungkapan yang alamiah dalam bahasa
sasaran ketika menerjemahkan “Drift on the music that plays soft and deep.”
menjadi “Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.”. Kata “deep”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
diterjemahkan menjadi “merdu” karena dalam bahasa Indonesia, kata “musik”
berkolokasi dengan kata “merdu”.
Pada contoh yang ketiga, penerjemah berusaha menemukan padanan
yang paling mendekati makna teks aslinya. Dengan terjemahan semacam ini,
rima yang muncul berbeda dengan rima dalam teks aslinya. Dalam teks
aslinya, terdapat rima /-ait/ pada “tight” dan “night” tetapi dalam bahasa
sasaran, bunyi yang sama hanya bunyi vokal /a/ dalam “erat” dan “malam”..
Pada contoh keempat, penerjemah dapat menghasilkan terjemahan
yang pesannya sepadan dengan pesan dalam teks aslinya sekaligus dapat
menciptakan bunyi yang sama pada akhir setiap kalimatnya. Meskipun rima
yang ada dalam terjemahan berbeda dengan rima dalam teks aslinya,
penerjemah dapat dikatakan berhasil mempertahankan gaya kalimat bahasa
sumber dalam terjemahannya.
Contoh kelima menunjukkan bahwa penerjemah berusaha membuat
terjemahannya mudah dipahami oleh pembacanya, yaitu anak-anak.
Penerjemah menerjemahkan “twirls me round” menjadi “mengangkatku
sambil berputar-putar” bukan “memutarku”. Ungkapan yang dipakai
penerjemah tersebut akan lebih mudah dipahami oleh pembaca karena apabila
ungkapan yang digunakan ialah “memutarku”, kemungkinan pembaca akan
salah memahaminya.
Berdasar temuan-temuan di atas, penulis mengkaji lebih lanjut ideologi
penerjemah dalam menerjemahkan kalimat-kalimat bahasa Inggris yang ada
dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!) ke dalam bahasa Indonesia melalui teknik-teknik dan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penerjemahan yang dapat diamati dari semua kalimat yang diambil dari buku
tersebut. Penulis juga akan mengkaji dampak teknik-teknik dan metode
penerjemahan terhadap reproduksi rima yang ada dalam teks asli serta terhadap
kualitas terjemahan yang dihasilkan. Penelitian terhadap buku dwibahasa pernah
dilakukan oleh Novalinda (2011). Akan tetapi, kajiannya hanya terbatas pada
teknik, metode, ideologi dan dampaknya terhadap kualitas terjemahan.
Lefevere dalam Baker dan Saldanha (2009: 137) menyatakan bahwa
“translation is governed above all by patronage, which consists of
ideological, economic and status components”. Ideologi di sini merujuk pada
kerangka konseptual yang terdiri atas pemikiran dan perilaku yang dinilai
berterima dalam suatu masyarakat tertentu pada suatu waktu tertentu, yang
digunakan pembaca dan penerjemah sebagai pendekatan terhadap teks.
Ideologi penerjemah ini akan mengarahkan dan mempengaruhi metode
dan teknik-teknik yang dipilih penerjemah serta pengambilan keputusan
dalam menerjemahkan suatu teks. Teknik-teknik yang digunakan serta
keputusan-keputusan yang diambil penerjemah tentu saja akan mempengaruhi
kualitas terjemahan suatu teks yang diterjemahkan.
Kualitas terjemahan ditentukan berdasarkan tiga aspek, yaitu
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Keakuratan terkait dengan
kesepadanan pesan dalam teks sumber dan teks sasaran, keberterimaan
berkaitan dengan kesesuaian terjemahan dengan norma-norma kebahasaan dan
budaya bahasa sasaran dan keterbacaan tekait dengan seberapa mudah
terjemahan dipahami oleh pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
melakukan penelitian ini, yang terfokus pada teknik, metode dan ideologi
penerjemah dalam terjemahan kalimat-kalimat bahasa Inggris dalam buku A
Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan
Ayahku)! ke dalam bahasa Indonesia serta pengaruhnya terhadap reproduksi
rima dalam teks bahasa sasaran serta kualitas terjemahannya.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya mengkaji teknik, metode dan
ideologi penerjemahan dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat
Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) dan dampaknya terhadap
reproduksi rima yang ada serta dampaknya terhadap kualitas terjemahannya
dengan cara mengamati teks dalam bahasa sumber dan terjemahannya.
Pengkajian terhadap terjemahan kedua buku tersebut juga dapat
dikembangkan menjadi pengkajian mengenai terjemahan buku bergambar
tetapi penulis membatasi cakupan kajian hanya pada masalah-masalah yang
disebutkan sebelumnya agar hasil penelitian ini lebih terfokus. Meskipun
pengkajian dalam penelitian ini hanya dibatasi pada hal-hal di atas, penulis
tetap memperhatikan keberadaan dan fungsi gambar dalam melakukan analisis
karena dalam buku bergambar, gambar dan tulisan atau narasi sama-sama
memiliki peran yang penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan tiga rumusan masalah,
yaitu
1. Teknik, metode dan ideologi penerjemahan apa yang digunakan
penerjemah dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan
Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)?
2. Bagaimanakah dampak teknik, metode dan ideologi penerjemahan dalam
buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!) terhadap reproduksi rima dalam teks bahasa sasaran?
3. Bagaimanakah dampak teknik, metode dan ideologi penerjemahan dalam
buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!) terhadap kualitas terjemahannya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk:
1. mendeskripsikan teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang
digunakan penerjemah dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat
Malam) dan (Me and My Dad!) Aku dan Ayahku!.
2. mengetahui dampak teknik, metode dan ideologi penerjemahan dalam
buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad!
(Aku dan Ayahk)! terhadap reproduksi rima dalam teks bahasa sasaran.
3. mengevaluasi dampak teknik, metode dan ideologi penerjemahan dalam
buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!) terhadap kualitas terjemahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada dunia akademis
dalam bidang penerjemahan mengenai penerjemahan teks berima,
terjemahan untuk pembaca anak-anak serta dampak teknik, metode dan
ideologi penerjemahan terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan
penerjemah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat:
a. dimanfaatkan oleh para penerjemah untuk memberikan
gambaran mengenai berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas karya terjemahan, terutama teknik,
metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan
b. dimanfaatkan oleh penerjemah sebagai bahan pertimbangan
menentukan teknik-teknik, metode dan ideologi dalam
menerjemahkan buku-buku yang akan diterbitkan, terutama buku
yang berisi teks berima agar kualitas terjemahan yang dihasilkan
lebih baik
c. digunakan sebagai bahan pertimbangan penerjemah dalam
menerjemahkan teks untuk anak-anak karena karakteristik
terjemahan untuk anak-anak berbeda dengan karakteristik
terjemahan untuk pembaca dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. digunakan sebagai referensi oleh peneliti lain yang mengkaji
aspek yang sama, yang terkait dengan penelitian ini atau
mengkaji aspek-aspek lain yang dapat diungkap dari penelitian
ini secara lebih mendalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
1.1 Pengertian Penerjemahan
Para ahli di bidang penerjemahan mengemukakan berbagai definisi
penerjemahan. Salah satunya adalah pendapat Catford (1965: 20) yang
mendefinisikan penerjemahan sebagai proses penggantian suatu teks dengan
teks dalam bahasa sasaran. Bell juga mengemukakan definisi penerjemahan
yang menyatakan bahwa penerjemahan sebagai “the replacement of
representation of a text in one language by a representation of an equivalent
text in a second language” (1991: 6). Pendapat lain dikemukakan oleh Nida
dan Taber (1982:12), yaitu “Translation consists of reproducing in the
receptor language the closest natural equivalent of the source-language
message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” Dari
definisi-definisi tersebut, dapat diketahui bahwa penerjemahan merupakan
penggantian representasi teks bahasa sumber dengan padanannya dalam
bahasa sasaran dengan memperhatikan kesepadanan makna dan gaya.
Pengertian penerjemahan tersebut belum terlalu memperhatikan unsur
budaya, unsur yang selalu terkait dalam kegiatan penerjemahan. Pengertian di
atas dilengkapi dengan pendapat Toury (dalam Shuttleworth dan Cowie, 1997:
182) yaitu “A translation is taken to be any-target language utterance which is
presented or regarded as such within the target culture, on what ever ground.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Kridalaksana (2008: 181) memberikan definisi penerjemahan yang
lebih lengkap, yaitu pengalihan amanat antarbudaya dan/atau antarbahasa
dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud, efek atau ujud yang
sedapat mungkin tetap dipertahankan. Selain mencakup unsur budaya, definisi
tersebut juga menyebutkan bahwa tidak hanya unsur makna dan/atau pesan
yang.harus dipertahankan, tetapi juga unsur efek dan bentuk.
Dari beberapa definisi penerjemahan yang dikemukakan para ahli yang
telah dipaparkan sebelumnya, penulis mengajukan definisi penerjemahan
sebagai berikut: “Proses pengalihan makna dan/atau pesan dari satu bahasa
dan budaya ke dalam bahasa dan budaya yang lain dengan mempertahankan
makna, gaya, bentuk teks dan efek yang ditimbulkan”.
1.2 Ideologi Penerjemahan
Secara umum, istilah “ideologi” seringkali dikaitkan dengan bidang
politik, agama dan faham yang dianut oleh seseorang; Ideologi dapat
dipandang sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi seseorang dalam
bertingkah laku dan mengambil keputusan.
Istilah “ideologi” dalam penerjemahan memiliki kesamaan dengan
istilah tersebut dalam bidang lain. Ideologi penerjemahan mendasari setiap hal
yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu menerjemahkan,
termasuk penentuan metode dan teknik-teknik yang digunakannya. Ideologi
penerjemahan juga mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh penerjemah tesebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Ideologi mempengaruhi semua hal yang dilakukan penerjemah selama
menerjemahkan dan dapat ditelusuri melalui produk atau terjemahan yang
dihasilkan. Melalui pengamatan terhadap teknik dan metode penerjemahan
yang digunakan dalam suatu teks, ideologi yang dipilih oleh seorang
penerjemah dapat diketahui.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ideologi penerjemah antara
lain pembaca dan maksud penulis teks yang diterjemahkan. Keduanya dapat
mempengaruhi ideologi penerjemah karena kedua hal tersebut menjadi
pertimbangan penerjemah dalam menentukan teknik dan metode yang
digunakan agar teks terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik
pembaca dan tujuan teks asli.
Ideologi penerjemahan bukanlah sesuatu yang mutlak tetapi
merupakan suatu kecenderungan antara dua kutub yang berlawanan.
Keputusan mengenai penentuan ideologi yang digunakan diambil penerjemah
sebelum ia menerjemahkan. Selama proses menerjemahkan, keputusan-
keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh ideologi yang telah ditetapkan
tersebut.
. Ideologi dibedakan menjadi domestikasi dan foreignisasi. Keduanya
merujuk pada cara yang dipilih oleh penerjemah ketika menerjemahkan suatu
teks (Mazi dan Leskovar, 2003: 354). Domestikasi digunakan ketika
terjemahan cenderung lebih dekat kepada norma-norma dan kaidah-kaidah
bahasa dan budaya sasaran, misalnya struktur kalimat dan peristilahan,
sedangkan foreignisasi digunakan ketika terjemahan yang dihasilkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
seorang penerjemah cenderung lebih dekat dengan norma-norma dan kaidah-
kaidah bahasa dan budaya sumber.
Oittinen dalam tulisannya “Where the Wild Things Are: Translating
Picture Books”, mengutip pernyataan Venuti, menyatakan bahwa “…
domestication accommodates itself to target cultural and linguistic values:
through domestication, we adapt the text according to its future readers,
culture, society, norms, and power relations.”. Selanjutnya ia menyatakan
bahwa seorang penerjemah juga memiliki pilihan lain: “Translators may also
choose otherwise and foreignize by maintaining traces of the original text,
depicting cultural differences and a foreign origin.” (2003).
Seorang penerjemah biasanya menggunakan salah satu di antara
metode-metode yang mengarah pada ideologi domestikasi ketika ia merasa
bahwa istilah-istilah asing yang ada dalam teks bahasa sumber akan
mempersulit pemahaman pembaca terhadap teks terjemahan. Kesulitan ini
mungkin disebabkan oleh pengetahuan dan pengalaman pembaca yang sangat
terbatas terkait dengan istilah-istilah tersebut. Bahkan di antara pembaca yang
menjadi sasaran terjemahan, kemungkinan ada yang tidak memiliki
pengetahuan sama sekali mengenai istilah-istilah tersebut.
Penerjemah yang menggunakan metode-metode yang mengarah pada
ideologi foreignisasi cenderung mempertahankan istilah-istilah asing yamg
tidak lazim dalam budaya bahasa sasaran. Penggunaan metode-metode ini
berdampak pada tingkat keakuratan yang tinggi tetapi di sisi lain, foreignisasi
mengakibatkan terjemahan cenderung memiliki tingkat keterbacaan rendah.
Tingkat keakuratan cenderung tinggi karena istilah-istilah asing dipertahankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sehingga tidak ada pergeseran makna sama sekali. Tingkat keterbacaan
cenderung rendah karena istilah-istilah yang dipertahankan tersebut mungkin
sulit dipahami oleh pembaca sehingga mempengaruhi pemahaman pembaca
terhadap keseluruhan teks.
1.3 Metode Penerjemahan
Mengutip definisi dari Macquarie Dictionary, Machali (2000: 48)
menyatakan bahwa metode adalah cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkaitan dengan rencana tertentu. Jadi, metode penerjemahan merujuk pada cara
melakukan penerjemahan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Yang
dimaksud dengan rencana dalam hal ini terkait dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh penerjemah (Molina dan Albir, 2002). Menurut Newmark (1988:
45-47), ada delapan jenis metode penerjemahan, yang dapat dikelompokkan
berdasarkan kecenderungan masing-masing pada bahasa sumber dan bahasa
sasaran. Newmark mengilustrasikan metode-metode ini dalam diagram V berikut
ini:
Gambar 1. Diagram V (Newmark 1988: 45)
SL Emphasis
Word for Word Translation
Adaptation
TL Emphasis
Faithful Translation
Semantic Translation
Literal Translation Free Translation
Idiomatic Translation
Communicative Translation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Metode-metode berikut ini merupakan metode-metode yang
berorientasi pada bahasa sumber:
1. Penerjemahan Kata demi Kata (Word for Word Translation)
Dalam penerjemahan kata demi kata, penerjemah hanya terbatas
mencari padanan kata-kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran tanpa
mengubah susunan katanya, Penerjemahan kata demi kata tidak dapat
digunakan untuk menerjemahkan suatu teks karena antara teks bahasa
sumber dan bahasa sasaran pasti terdapat perbedaan struktur tata bahasa.
Namun, penerjemahan kata demi kata dapat digunakan dalam mengatasi
masalah ketika menerjemahkan. Ketika penerjemah kesulitan
menerjemahkan suatu teks, ia dapat menerjemahkan teks tersebut dengan
metode ini untuk memahami makna bagian-bagiannya lalu hasil
terjemahan disesuaikan dengan kaidah-kaidah dalam bahasa sasaran untuk
menghasilkan terjemahan yang alamiah.
2. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Penerjemahan ini mirip dengan penerjemahan kata demi kata tetapi
penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata terjemahan sesuai
dengan aturan dalam bahasa sasaran. Akan tetapi, terjemahan yang
dihasilkan masih lepas konteks sehingga seringkali maknanya janggal atau
tidak bermakna sama sekali. Penerjemah biasanya tidak hanya
menggunakan penerjemahan harfiah dalam menerjemahkan sebuah teks
karena suatu teks seringkali mengandung ungkapan-ungkapan idiomatis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang memiliki makna nonliteral. Metode ini juga dapat digunakan sebagai
langkah awal mengatasi masalah ketika menerjemahkan.
contoh:
BSu : The Consular Section will be closed on Friday, March 11. Nonimmigrant and immigrant visa services will not be available. American Citizens Services will be available on an emergency basis only. If you are a U.S. citizen in need of emergency consular service, please call us at (62-21) 3435-9050.
BSa : Bagian Konsuler akan ditutup pada Jumat 11 Maret. Layanan visa
nonimigran dan imigran tidak akan tersedia. Pelayanan Warga Negara Amerika akan tersedia pada dasar darurat saja. Jika Anda adalah seorang warga negara AS dalam kebutuhan layanan konsuler darurat, silakan telepon kami di (62-21) 3435-9050.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Dengan metode ini, penerjemah memproduksi makna kontekstual
teks asli tetapi masih terikat struktur gramatikal bahasa sumber. Kata-kata
dan peristilahan yang terikat budaya bahasa sumber diterjemahkan tetapi
masih sering ada ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah bahasa sasaran.
Penerjemahan ini berpegang teguh pada makna dan tujuan teks asli
sehingga hasilnya seringkali terasa kaku.
contoh: BSu : It is normal that someone gets shocked when he/she arrives for
the first time at a country with different culture. The new culture may be very different from that in the country where he/she lives. He/she will gradually adapt him/herself to the new culture and the cultural difference will no longer be a problem.
BSa : Adalah normal bahwa seseorang mengalami keterkejutan ketika ia
datang untuk pertama kali di negara dengan budaya yang berbeda. Budaya yang baru mungkin sangat berbeda dari budaya di negara di mana dia tinggal. Dia akan secara pelan-pelan menyesuaikan dirinya dengan budaya baru dan perbedaan budaya tidak akan lagi menjadi masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Penerjemahan semantik lebih memperhatikan kaidah-kaidah bahasa
sasaran daripada penerjemahan setia. Apabila penerjemahan setia masih
terikat bahasa sumber, metode ini lebih fleksibel. Kata-kata dan istilah
yang memiliki muatan budaya dapat diterjemahkan menjadi kata-kata atau
ungkapan yang mudah dimengerti oleh pembaca.
contoh:
BSu : A professional football player is tied to a club by contract. Normally, a contract lasts for three to four years. When a player’s contract has expired, the player is no longer tied to any club. A club can approach and sign a player with expired contract without spending any transfer fee. This kind of player transfer is usually called free transfer.
BSa : Seorang pemain sepakbola profesional terikat kontrak dengan
sebuah klub. Ikatan kontrak biasanya berlangsung selama tiga hingga empat tahun. Ketika kontrak seorang pemain telah habis, maka pemain tersebut tidak memiliki ikatan dengan klub manapun. Sebuah klub dapat melakukan pendekatan dan mengontrak pemain yang kontraknya telah habis tanpa mengeluarkan biaya transfer. Kepindahan pemain semacam ini biasanya disebut bebas transfer.
Keempat metode yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan
metode-metode yang berorientasi pada bahasa sumber. Keempat metode
berikut lebih berorientasi pada bahasa sasaran:
1. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas
dalam hal keterikatan dengan bahasa dan budaya sumber dan paling dekat
dengan budaya dan bahasa sasaran. Ketika seorang penerjemah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menggunakan metode ini, unsur-unsur budaya teks sumber dapat diganti
dengan unsur-unsur yang lebih dekat dan akrab dengan budaya bahasa
sasaran. Salah satu contohnya ialah drama Macbeth karya Shakespeare
yang disadur W.S. Rendra. Semua karakter dan alur cerita dipertahankan
tetapi dialognya disesuaikan dengan budaya Indonesia (Machali, 2000: 53).
2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Penerjemahan ini mengutamakan kesepadanan pesan teks bahasa
sumber dengan pesan teks bahasa sasaran. Seringkali, bentuk teks bahasa
sasaran berbeda dengan bentuk bahasa teks bahasa sumber. Terjemahan
yang dihasilkan seorang penerjemah yang menggunakan metode
penerjemahan bebas bisa lebih panjang maupun lebih pendek daripada teks
aslinya karena penerjemahan bebas biasanya dilakukan dengan cara
memparafrase teks bahasa sumbernya.
contoh:
BSu : Smoking is a bad behaviour. Some of the widely-known risks of smoking are causing serious illnesses, such as cancer, heart and lung diseases, causing addition and affecting pregnancy. Not only does smoking endanger the smoker him/herself but it also endangers the surrounding non-smokers or what we usually call secondhand smokers.
BSa : Merokok memiliki risiko yang sudah tidak asing lagi, antara lain:
menyebabkan kanker, penyakit jantung dan paru-paru, menyebabkan kecanduan dan berdampak pada kehamilan. Itulah mengapa merokok merupakan kebiasaan yang buruk. Selain membahayakan dirinya sendiri, perokok juga membahayakan orang-orang di sekitarnya yang bukan perokok atau yang sering disebut perokok pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan teks bahasa sumber
dengan lebih banyak menggunakan ungkapan idiomatik yang tidak ada
dalam bahasa sumber, misalnya “sing you to sleep” diterjemahkan menjadi
“mengantarmu tidur”. Hal tersebut dilakukan agar teks terjemahan lebih
dekat dengan pembaca. Namun dengan metode ini, seringkali terdapat
distorsi nuansa apabila terjemahan dibandingkan dengan teks aslinya.
contoh: BSu : Father : How were the exam questions?
Son : Easy Father : Then why look so unhappy? Son : The questions didn't give me any trouble, just the
answers! BSa : Ayah : Gimana soal-soal ujiannya?
Anak : Keciiil. Ayah : Terus kenapa mukamu ditekuk begitu? Anak : Soal-soalnya sih bukan masalah buatku, tapi
jawabannya itu yang aku nggak bisa.
4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)
Metode penerjemahan ini menitikberatkan pada reproduksi makna
kontekstual teks bahasa sumber dalam bahasa sasaran dengan
mengusahakan agar aspek kebahasaan maupun isinya langsung dapat
dimengerti pembaca. Keberterimaan juga menjadi salah satu faktor yang
dipertimbangkan. Penerjemahan ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi.
contoh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BSu : Unicellular organisms are those which consist only a single cell. Some of the examples are organisms under the category of prokaryote and some kinds of fungi. These organisms usually live together in colonies .Each of them however has to do its own life process. Due to its characteristics, unicellular organisms are often considered to be unique creatures.
BSa 1 : Organisme uniseluler adalah organisme yang hanya terdiri atas
satu sel. Beberapa contohnya antara lain organisme yang termasuk kategori prokaroita dan beberapa jenis fungi. Organisme ini biasanya hidup bersama dalam koloni-koloni. Akan tetapi, masing-masing harus melakukan daur hidupnya sendiri. Karena karakteristiknya,, organisme uniseluler seringkali dianggap makluk yang unik.
BSa 2 : Makhluk bersel tunggal adalah makhluk hidup yang hanya terdiri
atas satu sel. Beberapa contohnya antara lain makhluk hidup yang termasuk kategori makhluk tak berdinding sel dan beberapa jenis jamur. Makhluk bersel tunggal biasanya hidup bersama dalam kelompok-kelompok. Akan tetapi, masing-masing harus melakukan siklus kehidupannya sendiri. Karena karakteristiknya,, makhluk bersel tunggal seringkali dianggap makluk yang unik.
1.4 . Teknik Penerjemahan
Istilah teknik penerjemahan merujuk pada langkah-langkah yang
dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan. Perbedaan utama teknik dengan
metode penerjemahan terletak pada tatarannya. Metode penerjemahan
diterapkan pada tataran makro sedangkan teknik penerjemahan diterapkan
pada tataran mikro. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan
merujuk pada “actual steps taken by the translators in each textual micro-
unit”. Berikut ini merupakan teknik-teknik penerjemahan yang dikemukakan
Molina dan Albir:
1. Adaptasi (Adaptation)
Dengan teknik ini, unsur-unsur khas budaya sumber diganti dengan
elemen lain yang lazim dikenal dalam bahasa sasaran. Teknik ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
digunakan apabila unsur atau eleman tersebut memiliki padanan dalam
bahasa sasaran.
BSu : Hush a bye, lullaby, sing you to sleep,
BSa : Lagu nina bobo lembut kan mengantarmu tidur,
2. Penambahan (Amplification)
Teknik ini berupa penambahan detail informasi yang tidak ada
dalam teks bahasa sumbernya. Apa yang ditambahkan hanyalah informasi
yang dapat membantu penyampaian pesan atau pemahaman pembaca.
Penambahan informasi ini tidak boleh mengubah pesan dalam teks asli.
BSu : up here so am I!
BSa : begitu pula aku saat di atas pundaknya!
Penerjemah menerjemahkan “up here” menjadi “di atas
pundaknya” karena halaman tersebut menampilkan gambar beruang kecil
yang mengucapkan kalimat tersebut sedang berada di atas pundak
ayahnya.
3. Peminjaman (Borrowing)
Mengambil istilah asing secara langsung tanpa melakukan
perubahan apapun atau mengambil istilah asing lalu dinaturalisasi sesuai
dengan ejaan bahasa sasaran.
BSu : Drift on the music that plays soft and deep.
BSa : Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kata “musik” merupakan naturalisasi dari kata bahasa Inggris
“music”. Ejaan dalam bahasa Inggris diubah dan disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia.
4. Kalke (Calque)
Penerjemahan harfiah sebuah kata atau frasa yang ada dalam
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam tataran leksikal atau
struktural.
BSu : A Kiss Goodnight.
BSa : Kecupan Selamat Malam.
Pada contoh di atas, teks bahasa sasaran merupakan terjemahan
harfiah kata-kata dalam bahasa sumber dan memiliki struktur yang sama
dengan struktur teks asli.
5. Kompensasi (Compensation)
Mengganti posisi unsur informasi atau efek stilistik teks bahasa
sumber dalam bahasa sasaran karena informasi atau efek stilistik tersebut
tidak dapat tercermin pada posisi yang sama. Kompensasi biasanya
digunakan untuk dalam penerjemahan karya sastra.
BSu : Wave to the moon,
Silvery-white.
Count all the stars,
Twinkling so bright.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BSa : Lambaikan tanganmu ke bulan,
Yang putih keperakan.
Hitunglah semua bintang.
Yang berkelap-kelip dengan terang.
Efek stilistik yang ada dalam contoh ini ialah rima. Pada teks
bahasa sumber, rima terdapat pada akhir setiap kalimat. Dalam teks bahasa
sasaran, rima muncul pada akhir setiap baris.
6. Deskripsi (Description)
Mengganti suatu istilah dalam teks bahasa sumber dengan
deskripsinya dalam bahasa sasaran. Teknik ini seringkali dilakukan ketika
suatu istilah dalam bahasa sumber tidak memiliki istilah padanan dalam
bahasa sasaran.
BSu : He’s got a drive through penalty.
BSa : Ia mendapat hukuman melewati jalur pit stop.
7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
Menggunakan padanan sementara yang tidak terduga atau di luar
konteks.
BSu : Snuggly, huggly, sleepyhead.
BSa : Berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk.
Kata “berbaringlah” muncul dalam terjemahan, yang bukan
merupakan padanan unsur manapun dalam teks bahasa sumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
8. Padanan Lazim (Established Equivalence)
Menerjemahkan istilah dalam bahasa sumber dangan istilah yang
sudah lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Umumnya, istilah yang
digunakan merupakan istilah yang khusus.
BSu : Goodnight
BSa : Selamat malam
Ucapan “goodnight” memiliki padanan yang khusus dalam bahasa
sasaran, yaitu “selamaat malam”.
9. Generalisasi (Generalization)
Menerjemahkan suatu istilah dengan istilah yang lebih umum.
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik Partikularisasi. Teknik ini
biasanya digunakan apabila suatu istilah asing merujuk pada suatu kategori
yang spesifik, yang padanannya dalam bahasa sasaran tidak ada yang
merujuk pada kategori yang sama. Oleh karena itu, digunakan istilah yang
merujuk pada kategori yang lebih umum.
BSu : I feel so warm and snug.
BSa : Aku merasa sangat hangat dan nyaman.
BSu : Feeling dozy, Sleepy cosy,
BSa : Rasanya ingin tidur, Mengantuk, nyaman sekali,
Dalam bahasa Inggris, terdapat dua istilah berbeda, yaitu “snug”
dan “cosy” . Keduanya diterjemahkan menjadi “nyaman” karena dalam
bahasa Indonesia, tidak ada padanan yang lebih spesifik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Menambah unsur-unsur linguistik yang ada dalam teks bahasa
sumber dalam bahasa sasaran. Teknik ini sering digunakan dalam
penerjemahan lisan dan sulih suara.
BSu : Tickle my toes and cuddle me tight.
BSa : Gelitik jari kakiku dan peluk aku dengan erat.
11. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Mengumpulkan dan menyatukan unsur-unsur linguistik yang ada
dalam teks bahasa sumber. Teknik ini biasanya digunakan dalam
terjemahan film dan juga sering digunakan dalam penerjemahan lisan. Dua
kata “light” dalam contoh di bawah disatukan dalam bahasa sasaran.
BSu : Starlight and moonlight
BSa : Cahaya bintang dan bulan
12. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Menerjemahkan suatu kata atau ungkapan bahasa sumber secara
harfiah. Teknik ini mirip dengan kalke tetapi dalam penerjemahan harfiah,
satu kata tidak harus dipadankan dengan satu kata dalam bahasa sasaran
serta terjemahan disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran..
BSu : Tickle my toes and cuddle me tight.
BSa : Gelitik jari kakiku dan peluk aku dengan erat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Terjemahan kklausa tersebut merupakan terjemahan masing-
masing kata penyusunnya tetapi terdapat penyesuaian struktur penjelas
frasa benda pada terjemahan “my toes” menjadi “jari kakiku”.
13. Modulasi (Modulation)
Mengganti, fokus, sudut pandang atau kategori dalam kaitannya
dengan bahasa sumber.
BSu : to dodge all the raindrops we have to be quick!
BSu : kita harus bergerak cepat untuk menghindari tetesan air!
Dalam teks asli, fokus kalimat tersebut ialah “to dodge all the
raindrops”. Dalam terjemahan, terjadi perubahan fokus karena konstruksi
kalimat berubah. Dalam terjemahan, yang menjadi fokus ialah “kita”.
14. Partikularisasi (Particularization)
Menerjemahkan suatu istilah dengan istilah yang lebih khusus.
Seperti teknik generalisasi, teknik ini biasanya dilakukan karena dalam
bahasa sasaran, tidak ada istilah yang merujuk pada kategori yang sama.
BSu : Cuddling with our favourite toy,
BSa : Sambil mendekap boneka kesayangan kita,
15. Reduksi (Reduction)
Memadatkan informasi yang ada dalam bahasa sumber dalam
bahasa sasaran. Seperti dalam teknik penambahan, pemadatan informasi
yang dilakukan tidak boleh mengubah pesan dalam teks bahasa sumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BSu : If loud thunder roars
BSa : Saat petir bergemuruh kencang.
Dalam bahasa sumber, makna “kencang” terdapat dalam “loud”
dan “roars” tetapi dalam bahasa sasaran, makna “kencang” sebagai
penjelas “petir” dihilangkan.
16. Substitusi (Substitution)
Mengganti unsur-unsur linguistik dengan unsur-unsur
paralinguistik atau sebaliknya, misalnya menerjemahkan ujaran dengan
intonasi tinggi dengan kata-kata yang dicetak dengan huruf kapital.
17. Transposisi (Transposition)
Mengganti kategori gramatikal, misalnya kelas kata, kata menjadi
frasa, dan sebagainya. Teknik ini biasanya dilakukan karena adanya
perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
BSu : Splish! Splash! I love my bath.
BSa : Aku suka mandi.
18. Variasi (Variation)
Mengganti unsur-unsur linguistik atau paralinguistik, seperti
intonasi, yang berdampak pada variasi linguistik, misalnya memunculkan
atau mengganti penanda dialek karakter tertentu ketika menerjemahkan
untuk pementasan teater atau mengubah nada bicara ketika mengadaptasi
novel untuk anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1.5 Kualitas Terjemahan
Kualitas terjemahan telah menjadi perhatian banyak ahli
penerjemahan. Mereka juga telah mengajukan berbagai macam metode dan
instrumen untuk mengukur kualitas terjemahan. Akan tetapi, metode-metode
yang diajukan tersebut sebagian besar hanya bersifat parsial, yaitu hanya dapat
digunakan untuk mengukur sebagian aspek yang menentukan kualitas
terjemahan (Nababan, 2010).
Kualitas terjemahan ditentukan oleh tiga aspek yaitu keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan. Ketiganya memegang peranan penting dan
idealnya, seorang penerjemah harus bisa menghasilkan terjemahan dengan
tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang tinggi. Akan tetapi,
seringkali seorang penerjemah menghadapi stuasi ketika ia harus lebih
mengutamakan salah satu dari ketiga aspek tersebut dan mengorbankan aspek
yang lain. .
1. Keakuratan
Keakuratan merujuk pada kesepadanan antara informasi dalam
bahasa sumber dengan informasi dalam bahasa sasaran (Shuttleworth dan
Cowie, 1997:3). Penerjemahan merupakan kegiatan pengalihan pesan atau
makna dari satu bahasa ke dalam bahasa lainnya. Oleh karena itu,
kesepadanan pesan atau makna merupakan hal yang utama. Sepadan
bukan berarti satu kata dalam bahasa sumber harus selalu diterjemahkan
menjadi satu kata dalam bahasa sasaran atau yang sering disebut sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
korespondensi satu-satu. Bentuk kebahasaan dapat berbeda tetapi makna
harus dipertahankan sedekat-dekatnya.
Kesepadanan yang dimaksud bukanlah kesepadanan dalam tataran
kata, frasa atau kalimat semata tetapi juga kesepadanan dalam tataran teks.
Kesepadanan ini tidak hanya dalam hal pesan tetapi juga mencakup tujuan
dan maksud ditulisnya suatu teks. Jika teks yang diterjemahkan
merupakan teks eksplanasi yang bertujuan menjelaskan suatu fenomena,
maka teks terjemahan juga harus berupa teks eksplanasi.
2. Keberterimaan
Istilah ini diperkenalkan oleh Toury (dalam Shuttleworth and
Cowie, 1997:2) untuk merujuk pada kesesuaian terjemahan dengan
norma-norma linguistik dan tekstual bahasa sasaran. Toury (dalam
Munday, 2001:114) juga menyatakan bahwa keberterimaan juga terkait
dengan budaya bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan yang
dilakukan oleh seorang penerjemah,. pesan atau makna yang telah
dialihkan diungkapkan dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan
kaidah-kaidah dan norma-norma bahasa dan budaya yang berlaku. Karena
terdapat perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran,
maka seringkali struktur frasa, klausa dan kalimat teks terjemahan berbeda
dengan struktur yang ada dalam teks sumbernya.
Selain terkait dengan tata bahasa dalam bahasa sasaran,
keberterimaan juga terkait dengan budaya dalam bahasa sasaran.
Penerjemah harus dapat menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
norma budaya dalam bahasa sasaran. Salah satu contohnya ialah ketika
seorang penerjemah menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia. Dalam budaya Barat, menyapa Ayah dengan menyebut
namanya merupakan hal yang wajar tetapi dalam budaya Indonesia hal
tersebut dipandang tidak sopan. Oleh karena itu, penerjemah harus
mengganti sapaan dalam bahasa Indonesia agar terjemahannya tidak
bertentangan dengan norma budaya Indonesia.
Keberterimaan terjemahan juga seringkali disebut kealamiahan
terjemahan. Kealamiahan terkait dengan kesesuaian terjemahan dengan
kaidah-kaidah kebahasaan dan budaya sasaran. Terjemahan yang tingkat
keberterimaannya tinggi akan terasa alamiah (bahkan tidak terasa seperti
terjemahan sama sekali), sedangkan terjemahan yang masih terlalu terikat
dengan bahasa dan budaya sumber akan terdengar asing atau kaku.
3. Keterbacaan
Keterbacaan merupakan indikator kualitas terjemahan yang ketiga.
Terjemahan yang baik ialah terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi,
yaitu yang mudah dipahami. Ini karena pembaca karya terjemahan ialah
mereka yang tidak memahami bahasa sumber dan penerjemahan
merupakan proses pengalihan pesan dengan tujuan dapat dipahami
pembaca (Houbert, 1998). Melalui karya terjemahan, pesan dan makna
yang ada dalam teks bahasa sumber dapat tersampaikan kepada pembaca.
Richards et. al. (2002: 442) menyatakan bahwa tingkat keterbacaan
suatu teks terjemahan dipengaruhi oleh panjang rata-rata kalimat, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kata-kata baru dan kompleksitas gramatika bahasa yang digunakan. Selain
itu, mudah atau sulitnya suatu teks untuk dipahami pembaca juga
dipengaruhi oleh kompleksitas kalimat dalam teks tersebut. Terkait
dengan tingkat pemahaman pembaca terhadap suatu teks terjemahan,
keterampilan membaca yang dimiliki juga berpengaruh terhadap mudah
atau sulitnya pembaca memahami suatu terjemahan.
Di antara ketiga aspek tersebut, kesepadanan pesan dalam bahasa
sumber dan dalam bahasa sasaran merupakan aspek yang paling utama
Keakuratan merupakan unsur yang paling utama karena penerjemahan
merupakan proses pengalihan pesan atau makna. Oleh karena itu, pesan
atau makna dalam teks bahasa sumber diusahakan dapat dipertahankan
dan sepadan dengan pesan atau makna dalam teks terjemahan.
Meskipun keakuratan merupakan unsur yang utama, bukan berarti
keberterimaan tidak penting. Terjemahan yang dihasilkan oleh seorang
penerjemah diusahakan sedapat-dapatnya sesuai dengan kaidah-kaidah
dan norma-norma yang berlaku dalam budaya dan bahasa sasaran. Hal ini
dilakukan agar terjemahan yang dihasilkan terdengar alamiah, tidak kaku,
janggal bahkan aneh.
Keterbacaan juga merupakan unsur yang penting karena
keterbacaan terkait dengan pemahaman pembaca. Terjemahan yang akurat
dan berterima tetapi sulit dipahami bukan merupakan terjemahan yang
baik karena pesan atau makna dalam bahasa sumber.tidak dapat
dimengerti oleh pembaca. Keterbacaan dipengaruhi oleh karakteristik
pembaca, misalnya kemampuan berbahasa, usia dan tingkat pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Oleh karena itu, karakteristik pembaca harus dijadikan pertimbangan
ketika seorang penerjemah menerjemahkan suatu teks. Terjemahan yang
dihasilkannya dibuat sedemikian rupa agar mudah dipahami pembaca
yang menjadi sasarannya.
2. Menerjemahkan Buku Bergambar
Penggunaan gambar dalam tulisan, baik yang berupa buku, berita di
surat kabar, slide dalam presentasi atau tulisan-tulisan lainnya merupakan hal
yang umum dilakukan. Gambar-gambar semacam ini dapat berupa foto,
grafik, tabel dan sebagainya. Fungsi gambar-gambar ini antara lain
memperjelas apa yang disampaikan lewat tulisan dan menceritakan apa yang
tidak tercakup dalam tulisan.
Dalam buku bergambar, peran gambar atau ilustrasi bahkan lebih
penting. Gambar dan tulisan atau narasi bercerita secara bersamaan, saling
mendukung dalam menggambarkan keseluruhan cerita maupun bagian-bagian
dari cerita dalam buku tersebut. Dapat dikatakan bahwa dalam buku-buku
semacam ini, selalu ada keterkaitan antara narasi dan gambar. Oittinen
menyatakan bahwa “As a whole, illustrations are never quite straightforward
but always elaborate, complement, and amplify the verbal narration.”
(2003).
Menerjemahkan buku bergambar memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda karena selain mengalihkan pesan dan memperhatikan aspek
kebudayaan yang ada dalam buku tersebut, penerjemah juga harus
memperhatikan kesesuaian antara narasi dan terjemahannya dengan gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
yang ada. Narasi dan gambar merupakan satu kesatuan dan keseluruhan cerita
atau adegan dalam buku tersebut dibangun oleh kedua unsur tersebut. Oleh
karena itu, penerjemah harus dapat mengalihkan semuanya secara utuh ke
dalam bahasa sasaran.
3. Menerjemahkan Teks untuk Anak
Menerjemahkan teks dengan pembaca sasaran anak-anak pada
dasarnya tidak berbeda dengan menerjemahkan teks untuk pembaca dewasa.
Axelle Chazal (2003: 19) menyatakan bahwa:
The process of translating for children is naturally the same as the one of translating for adults. The only differences are the target audience, very often the presence of illustrations and the possibility of the text being read aloud. Teks-teks atau buku-buku yang pembaca sasarannya anak-anak
memang seringkali disertai ilustrasi yang antara lain berfungsi untuk
menggambarkan kejadian yang ada dalam cerita serta untuk menceritakan
kejadian yang tidak tertulis dalam narasinya. Selain itu, terdapat pula
kemungkinan bahwa cerita semacam ini akan dibaca secara nyaring, baik oleh
anak-anak maupun oleh orang tua mereka atau orang lain.
Sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Chazal, Radegundis Stolze
(2003) juga berpendapat bahwa menerjemahkan teks atau buku untuk anak
sama seperti menerjemahkan teks untuk pembaca dewasa. Ia menyatakan
bahwa penulis asli sudah menyesuaikan isi teksnya agar sesuai untuk anak-
anak. Ia menyatakan, “When children’s books are being translated for children,
the original content is already adapted to the world of thought of children. So the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
translation could focus on its task of presenting the original text in another
language”.
Dari pernyataan yang diungkapkan Stolze tersebut, dapat dilihat
bahwa penerjemah hanya perlu terfokus pada menyajikan teks bahasa sumber
dalam bahasa sasaran. Penerjemah tidak perlu memikirkan isi buku yang
diterjemahkan.
Namun demikian, seorang penerjemah juga perlu melakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam menerjemahkan teks-teks atau buku-buku
untuk anak-anak. Penyesuaian yang dilakukan terutama terkait dengan
perbedaan budaya. Pada umumnya, anak-anak masih memiliki pengetahuan
yang terbatas mengenai budaya, terutama budaya bahasa sumber. Penerjemah
juga perlu menyesuaikan isi terjemahan dengan norma dan nilai yang berlaku
dalam budaya bahasa sasaran karena apa yang dianggap berterima dalam
budaya bahasa sumber belum tentu berterima dalam budaya bahasa sasaran.
Oleh karena itu, terjemahan istilah-istilah asing serta khas budaya sumber
perlu disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan anak, salah satunya
dengan cara menerjemahkan dengan istilah-istilah yang mudah dipahami oleh
anak-anak.
Dalam teks-teks dengan pembaca sasaran anak-anak seringkali
terdapat kata-kata yang bernuansa khas anak-anak. Kata-kata semacam ini
berbeda dengan kata-kata yang biasa digunakan orang dewasa dan seringkali
digunakan untuk menambah efek stilistik dan hiburan. Selain itu, kata-kata
semacam ini dapat membuat suatu teks lebih dekat kepada anak-anak. Seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penerjemah idealnya dapat menciptakan efek yang sama di dalam
terjemahannya..
4. Rima
Pembahasan mengenai rima terkait dengan teks yang akan dikaji
dalam penelitian ini. Seperti yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya,
kalimat-kalimat yang ada dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat
Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) disusun dengan pola-pola bunyi
(rima) di dalamnya.
Rima seringkali digunakan dalam karya sastra, terutama puisi dan lagu.
Mugijatna (2009: 53) mendefinisikan rima sebagai “persamaan bunyi yang terdapat
pada dua kata atau lebih”. Menurut definisi tersebut, hal yang sama dalam rima
ialah bunyi, bukan ejaan. Dalam bahasa Inggris, terdapat kata-kata yang ejaannya
hampir sama tetapi bunyinya berbeda, misalnya “one” dan “gone”. Akan tetapi
terdapat pula kata-kata yang ejaannya berbeda tetapi memiliki bunyi yang hampir
sama, seperti “bright” dan “white”.
Rima dalam puisi dibedakan menjadi beberapa kategori. Selain
kategori rima, terdapat pula kategori pola-pola rima, misalnya a b a b atau a b
b a. Akan tetapi pembahasan mengenai rima dalam penelitian ini hanya
sampai pada kategori rima karena data yang dikaji dalam penelitian ini bukan
merupakan puisi, melainkan buku bergambar. Adapun pembagian kategori
rima ialah sebagai berikut (Mugijatna, 2009: 54 - 57):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. End Rhyme
End rhyme (rima akhir) ialah rima yang dibentuk oleh kesamaan
bunyi yang terdapat pada akhir dua baris atau lebih.
contoh: Lambaikan tanganmu ke bulan,
Yang putih keperakan.
Hitunglah semua bintang.
Yang berkelap-kelip dengan terang.
Suku kata terakhir baris pertama memiliki bunyi yang sama
dengan bunyi suku kata terakhir baris kedua. Baris ketiga dan keempat
juga diakhiri bunyi yang sama.
2. Internal Rhyme
Internal rhyme ialah rima yang dibentuk oleh kesamaan bunyi
yang terdapat dalam satu baris.
contoh: Snuggly, huggly, sleepyhead,
3. Masculine Rhyme
Masculine rhyme (rima jantan) ialah rima yang terbentuk oleh
kesamaan bunyi kata yang terdiri atas satu suku kata dengan kata lain
yang juga terdiri atas satu suku kata.
contoh: Wave to the moon,
Silvery-white.
Count all the stars,
Twinkling so bright.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Meskipun kedua kata yang dicetak tebal ejaannya berbeda, tetapi
keduanya memiliki bunyi yang sama. Sesuai dengan definisi rima yang
telah disampaikan sebelumnya, kedua kalimat tersebut dikategorikan
memiliki rima.
4. Feminine atau Double Rhyme
Feminine atau double rhyme (rima betina atau rima ganda)
merupakan rima yang terbentuk oleh kesamaan bunyi dua suku kata
terakhir sebuah kata dengan dua suku kata terakhir kata yang lain.
contoh: yawning dengan morning.
5. Tripple Rhyme
Triple rhyme ialah rima yang terbentuk oleh kesamaan bunyi tiga
suku kata terakhir sebuah kata dengan tiga suku kata terakhir kata yang
lain.
contoh: ascendency dengan descendency
Sementara itu, rima (Hatikah dkk., 2007: 48-49) juga dikelompokkan
menjadi kategori-kategori berikut:
1. Rima Sempurna
Rima sempurna adalah pengulangan bunyi yang sama pada bagian
suku (vokal dan konsonan) sama.
contoh: ma-lang dengan pa-lang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Rima Tak Sempurna
Rima tak sempurna adalah pengulangan bunyi yang sama pada
bagian suku kata.
contoh: pu-lang dengan tu-kang
3. Rima Mutlak
Rima mutlak adalah pengulangan bunyi yang sama dengan
penggunaan kata yang sama.
contoh: muncul jua dengan datang jua
4. Rima Terbuka
Rima terbuka adalah pengulangan bunyi yang sama pada suku
akhir suku terbuka (vokal sama).
contoh: bu-ka dengan lu-ka
5. Rima Tertutup
Rima tertutup adalah pengulangan bunyi yang sama pada suku
akhir suku tertutup (konsonan sama).
contoh: su-lut dengan ta-kut
6. Aliterasi
Aliterasi adalah pengulangan bunyi yang sama pada awal tiap
kata.
contoh: bukan beta bijak berperi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7. Asonansi
Asonansi adalah pengulangan bunyi yang sama pada vokal-vokal
yang menjadi rangka kata-kata.
contoh: tum-bang dengan mun-dam
8. Disonansi
Disonansi adalah bunyi-bunyi vokal yang menjadi rangka kata
seperti pada asonansi, memberi kesan bunyi-bunyi yang berlawanan,
contoh: tin-dak dengan tan-duk
9. Rima Awal
Rima awal adalah bunyi sama yang terdapat pada awal-awal
kalimat/ larik.
contoh: kan timang di pangkuan
kan saying dengan dendang
kan sabar hadapi tingkah
kan tak pernah lelah
10. Rima Tengah
Rima tengah adalah bunyi/ kata sama yang terdapat di tengah-
tengah setiap kalimat/ larik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
11. Rima Akhir
Rima akhir adalah bunyi/ kata sama yang terdapat di akhir setiap
kalimat/ lirik.
12. Rima Tegak
Rima tegak adalah bunyi/ kata sama pada kalimat/ larik yang
berbeda.
13. Rima Datar
Rima datar adalah bunyi/ kata sama pada kalimat/ larik yang
sama.
14. Rima Sejajar
Rima sejajar adalah bunyi/ kata sama dipakai berulang-ulang pada
kalimat/ larik yang beruntut.
5. Buku Erlangga for Kids
Kedua buku yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini
merupakan buku-buku yang diterbitkan oleh Erlangga for Kids, yang
merupakan salah satu divisi Penerbit Erlangga yang khusus menerbitkan
buku-buku dengan pembaca sasaran anak-anak. Erlangga for Kids berdiri
pada tahun 2003 dan telah menerbitkan berbagai jenis buku, seperti buku
cerita, ensiklopedi, buku seri, buku dwibahasa serta buku jenis lift the flap dan
pop up.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My
Dad! (Aku dan Ayahku!) merupakan dua judul dari seri buku bergambar
dwibahasa yang diterbitkan oleh Erlangga for Kids. Judul-judul yang lain
antara lain. The Crunching Munching Caterpillar (Ulat yang Suka Makan),
Tickly Octopus (Gurita yang Suka Menggelitik) dan The Very Lazy Ladybird
(Kepik yang Sangat Malas).
6. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah penelitian yang
dilakukan oleh Novalinda (2011).berjudul Analisis Teknik, Metode, Ideologi dan
Kualitas Terjemahan Cerita Anak Serial Erlangga for Kids. Penelitian ini mengkaji
teknik, metode, ideologi dan kualitas terjemahan buku cerita anak Erlangga for
Kids.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Novalinda, penelitian ini juga
mengkaji teknik, metode, ideologi dan dampaknya terhadap kualitas terjemahan.
Akan tetapi, terdapat satu aspek kajian yang berbeda. Penelittian ini juga
mengkaji dampak teknik, metode dan ideologi terhadap reproduksi rima dalam
teks bahasa sasaran..
B. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir berikut ini merupakan alur berpikir penulis dalam
penelitian ini. Teknik-teknik yang digunakan penerjemah diamati dari teks
asli dan terjemahan kedua buku bergambar. Setelah semua teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
didentifikasi, penulis menentukan kecenderungan metode dan ideologi yang
dipakai penerjemah.
Teknik, metode dan ideologi yang digunakan dalam menerjemahkan
akan mempengaruhi kualitas terjemahan yang dihasilkannya. Ketiga hal
tersebut dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kualitas
terjemahan. Sementara itu, rima termasuk salah satu aspek bentuk terjemahan
dan oleh karena itu, rima berdampak pada tingkat keberterimaan terjemahan.
Penulis dapat mengukur kualitas terjemahan dengan cara melakukan
analisis terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan teks
terjemahan. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji hasil penilaian yang
dilakukan oleh rater dan pembaca sasaran. Rater menilai tingkat keakuratan
dan keberterimaan terjemahan sedangkan pembaca sasaran menilai tingkat
keterbacaan terjemahan. Penulis mengilustrasikan alur berpikir melalui
gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Metode
Teknik
Ideologi
Kualitas Terjemahan
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
Pembaca Sasaran Rater
Teks Asli & Terjemahan
Rima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupkan penelitian kualitatif di bidang penerjemahan
yang bersifat deskriptif, terpancang dan merupakan studi kasus. Metode
kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena bidang kajian penelitian ini
ialah bahasa, yang merupakan salah satu bidang dalam ilmu humaniora.
Secara lebih khusus, penelitian ini merupakan penelitian di bidang
penerjemahan yang terfokus pada pengkajian mendalam terhadap produk
terjemahan. Penulis mengkaji teknik, metode dan ideologi penerjemahan
dalam dua buku dwibahasa Erlangga for Kids yang berjudul A Kiss
Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My Dad! (Aku dan
Ayahku!) serta dampaknya terhadap rima dan kualitas terjemahannya.
Dalam The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods
(2008: xxix) dinyatakan bahwa metode kualitatif digunakan dalam penelitian-
penelitian di berbagai bidang, termasuk ilmu-ilmu humaniora. Pendekatan
kualitatif digunakan salah satunya untuk memperoleh pemahaman terhadap
makna. Oleh karena itu, sesuai dengan pernyataan pada bagian sebelumnya,
penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif.
Moleong (2000: 18) menyatakan bahwa jenis data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif berupa kalimat, bukan data numerik. Akan tetapi,
bukan berarti data numerik dan statistik tidak boleh digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
penelitian kualitatif. Dalam The Sage Encyclopedia of Qualitative Research
Methods (2008: 831) dinyatakan bahwa:
“Statistics is divided into two categories: descriptive and
inferential. … In general, the goals of qualitative research … are
quite different from the goals of quantitative research …; therefore,
the use of statistics is not the same in the two approaches.”.
Dalam penelitian ini terdapat perhitungan statistik namun penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif karena data yang berupa angka hanya digunakan
sebagai alat bantu untuk menentukan kualitas terjemahan.
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif karena penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, yaitu teknik, metode dan
ideologi penerjemahan serta pengaruhnya terhadap reproduksi rima dalam
teks bahasa sasaran dan kualitas terjemahan dua buku dwibahasa, yaitu A Kiss
Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me dan My Dad! (Aku dan
Ayahku!).
Dalam pembahasan mengenai teknik penerjemahan, penulis merujuk
pada teknik-teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir
(2002). Sementara itu, pengkajian mengenai metode penerjemahan didasarkan
pada metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark (1988: 45-47)
dan istilah “ideologi penerjemahan” yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada istilah yang digunakan oleh Hoed (2003).
Penelitian ini bersifat terpancang karena penulis telah menentukan
fokus penelitian dan pembatasan masalah, seperti yang telah disebutkan dalam
Bab I. Karena penelitian ini merupakan studi kasus, maka penelitian ini tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dirancang untuk menggeneralisasi. Pada penelitian kualitatif, termasuk studi
kasus, penulis tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil penelitiannya
terhadap kasus-kasus lain meskipun kasus-kasus tersebut memiliki kesamaan
dengan kasus yang ditelitinya.
Penelitian ini juga termasuk penelitian etnografi karena penelitian ini
bertujuan membangun pemahaman terhadap fenomena yang diteliti
(Spreadley,1997: 12). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan ciri
penelitian etnografi yang lain. Data dalam penelitian ini dihimpun dari
lapangan, yang dilakukan dengan kuesioner dan wawancara.
B. Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini merupakan semua kalimat
dalam buku dwibahasa yang berjudul A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat
Malam) dan Me dan My Dad! (Aku dan Ayahku!) yaitu kalimat-kalimat asli
dalam bahasa Inggris dan kalimat-kalimat terjemahannya. Penulis merujuk
pada definisi kalimat menurut Verspoor dan Sauter (2000: 34), yaitu
sekumpulan kata yang dalam penulisannya dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri titik, tanda tanya atau tanda seru. Selain itu, Verspoor dan Sauter
menyatakan bahwa sebuah kalimat yang secara ketatatbahasaan lengkap
mengungkapkan paling tidak sebuah kejadian atau keadaan yang lengkap serta
bahwa kalimat bisa hanya terdiri atas sebuah klausa tetapi sebuah kalimat bisa
juga terdiri atas dua klausa atau lebih. Satuan-satuan kebahasaan yang lebih
rendah, klausa, frasa dan kata juga menjadi objek kajian penelitian ini. Dalam
hal ini, menggunakan pendekatan linguistik struktural.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pengamatan terhadap objek penelitian ini dilakukan oleh penulis untuk
memperoleh data berupa teknik penerjemahan. Satuan lingual dalam bahasa
sumber dibandingkan dengan terjemahannya kemudian diidentifikasi teknik
penerjemahannya sesuai dengan karakteristik masing-masing teknik
penerjemahan yang dikemukakan Molina dan Albir (2002). Pengamatan
terhadap objek penelitian ini juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kualitas terjemahan, berupa skor dan komentar. Penilaian kualitas terjemahan
dilakukan oleh para rater dan responden untuk mengukur tingkat keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan terjemahan.
Objek penelitian, terutama dalam tataran kalimat dalam kedua buku
dwibahasa dikaji dalam bait-bait karena kalimat-kalimat dalam satu bait
memiliki keterkaitan makna. Selain itu, dengan cara tersebut, penulis dapat
melakukan pengkajian terhadap rima baik dalam bahasa sumber maupun
dalam bahasa sasaran.
Semua kalimat, klausa, frasa dan kata dalam kedua buku dwibahasa
diambil sebagai objek penelitian. Penentuan objek penelitian ini disesuaikan
dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji rima dalam
kedua buku dwibahasa. Karena semua bagian teks mengandung rima, maka
penulis mengambil semua bagian teks sebagai objek penelitian. Alasan lain
yang mendasari pengambilan seluruh bagian teks sebagai objek penelitian
ialah fokus penelitian ini terhadap kualitas terjemahan secara keseluruhan.
Penulis tidak mengkaji terjemahan bagian-bagian tertentu dalam kedua buku,
melainkan terjemahan secara utuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data berupa teknik
penerjemahan. Teknik penerjemahan digunakan oleh penulis untuk
mengetahui metode serta kecenderungan ideologi penerjemahan yang
digunakan oleh penerjemah.
Penulis juga menggunakan data lain berupa informasi yang didapat
dari narasumber melalui kuesioner. Informasi dari narasumber berupa skor
serta komentar narasumber yang akan digunakan untuk mengukur kualitas
terjemahan, yaitu tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah buku
dwibahasa berjudul A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) yang
diterbitkan oleh Penerbit Erlangga yang ditulis oleh Sheridan dan Tanya
Linch; dan buku berjudul Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) yang ditulis
oleh Alison Ritchie. Kedua buku dwibahasa tersebut diterjemahkan oleh Eka
Cahyani.
Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) merupakan salah
satu judul buku terbitan Erlangga for Kids.. Buku bergambar ini tidak berisi
cerita, melainkan pengantar tidur untuk anak-anak dengan karakter berbagai
jenis binatang. Di dalamnya ditampilkan berbagai aktivitas yang biasa
dilakukan sebelum tidur. Edisi asli buku ini diterbitkan oleh Little Tiger Press
pada tahun 2006 dan diterjemahkan serta diedarkan di Indonesia oleh
Erlangga for Kids tahun 2006. Buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
berisi cerita mengenai berbagai hal yang dilakukan oleh seekor beruang kecil
dengan ayahnya. Dalam buku ini, ditampilkan aktivitas dan kebiasaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
biasa dilakukan oleh kedua beruang tersebut mulai dari saat mereka bangun
tidur. Edisi asli buku ini juga diterbitkan oleh Little Tiger Press dan
diterjemahkan di Indonesia oleh Erlangga for Kids. Buku Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!) diterbitkan di Inggris, diterjemahkan dan diedarkan di
Indonesia tahun 2007.
Di antara seri buku bergambar dwibahasa terbitan Erlangga for Kids,
kedua buku tersebut berbeda dengan buku-buku yang lain karena kalimat-
kalimat yang ada dalam kedua buku tersebut disusun dengan rima di
dalamnya. Oleh karena itu, penulis menjadikan kedua buku tersebut sebagai
sumber data dalam penelitian ini.
Sumber data yang lain ialah tiga orang informan (rater) yang berperan
menilai kualitas terjemahan, dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Rater
yang dilibatkan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan oleh penulis. Kriteria tersebut antara lain:
1. menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik
2. memiliki pengetahuan tentang penerjemahan
3. bersedia dilibatkan dalam penelitian ini
Selain kedua jenis sumber data tersebut, sumber data lain yang
digunakan dalam penelitian ini ialah responden. Responden yang dilibatkan
ialah pembaca sasaran kedua buku dwibahasa tersebut. yang berjumlah lima
orang. Responden yang akan menilai tingkat keterbacaan kedua teks tersebut
akan dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. menguasai bahasa Indonesia
2. berusia 10 hingga 12 tahun
3. bersedia dilibatkan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
D. Metode Pengumpulan Data
1. Pengkajian dokumen
Data diperoleh dari kedua buku dwibahasa dengan pengkajian
dokumen dan teknik yang digunakan merupakan teknik analisis kontrastif.
Pengkajian dokumen merupakan cara untuk menemukan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peneliti (Yin dalam Sutopo, 2006: 81).
Teknik analisis kontrastif dilakukan dengan cara membandingkan teks dalam
teks bahasa sumber dengan teks dalam teks bahasa sasaran untuk memperoleh
data berupa teknik-teknik penerjemahan. Penggunaan analisis kontrastif sesuai
dengan karakteristik teknik penerjemahan yang dikemukakan Molina dan
Albir (2002), yaitu “They [teknik-teknik penerjemahan] are classified by
comparison”.
2. Kuesioner
Data dari informan dikumpulkan dengan cara memberikan kuesioner
kepada informan. Kuesioner berisi dua macam pertanyaan, yaitu pertanyaan
tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup yang terdapat dalam
kuesioner berupa skala dan pilihan untuk mengukur tingkat keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan terjemahan. Para informan diminta
menentukan kualitas terjemahan berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
Selain berisi skala dan pilihan pengukur tingkat keakuratan, keberterimaan
dan keterbacaan, kuesioner juga berisi pertanyaan terbuka, yaitu kolom bagi
para informan untuk memberikan alasan, catatan dan komentar yang berkaitan
dengan penilaian yang mereka berikan terhadap setiap data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berikut ini merupakan tabel skala yang digunakan oleh penulis untuk
mengukur tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan kalimat-kalimat
dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My
Dad! (Aku dan Ayahku!):
Tabel 2. Skala Tingkat Keakuratan
Skala Kategori Indikator
3 Akurat Pesan tersampaikan secara tepat, tidak ada perubahan informasi.
2 Kurang Akurat Pesan tersampaikan secara kurang tepat,
terdapat beberapa perubahan informasi.
1 Tidak Akurat Pesan tidak tersampaikan secara tepat, terdapat
banyak perubahan informasi.
(diadaptasi dari: Nagao, Tsujii dan Nakamura dalam Nababan, 2004)
Tabel 3. Skala Tingkat Keberterimaan
Skala Kategori Indikator
3 Berterima Terjemahan terdengar alamiah dan sesuai
dengan kaidah budaya dan bahasa sasaran.
Rima muncul dalam teks terjemahan, baik terdapat di bagian yang sama maupun di bagian
yang berbeda
2 Kurang Berterima Terjemahan terdengar kurang alamiah, terdapat
bagian-bagian yang tidak sesuai dengan kaidah budaya dan bahasa sasaran tetapi rima muncul
dalam terjemahan.
Terjemahan terdengar alamiah tetapi rima tidak
muncul dalam terjemahan.
1 Tidak Berterima Terjemahan terdengar kaku atau tidak sesuai dengan kaidah budaya dan bahasa sasaran.
Rima tidak muncul dalam terjemahan
(diadaptasi dari: Machali, 2000: 119-120)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4. Skala Tingkat Keterbacaan
Skala Kategori Indikator
3 Mudah Dipahami Terjemahan mudah dipahami. Tidak ada
bagian-bagian yang sukar dipahami.
2 Agak Sulit
Dipahami
Terjemahan agak sulit dipahami. Terdapat
beberapa bagian yang sukar dipahami.
1 Sulit Dipahami Terjemahan sulit dipahami. Banyak bagian
yang sukar dipahami
(diadaptasi dari: Nababan, 2004)
Kuesioner diserahkan secara langsung kepada informan penilai tingkat
keakuratan dan keberterimaan dalam bentuk soft copy agar kuesioner dapat
disesuaikan dengan isian yang diberikan oleh informan, terutama ketika
informan menuliskan alasan, catatan dan komentar mereka dalam kolom yang
telah disediakan. Penulis juga menyertakan teks asli beserta gambar dari hasil
scan kedua buku dwibahasa yang digunakan sebagai sumber data. Ini
dilakukan untuk memberikan informasi secara lengkap kepada para informan
karena dalam buku bergambar, kata-kata dan gambar yang ada merupakan
satu kesatuan.
Pengumpulan data dari informan penilai tingkat keterbacaan akan
dilakukan dengan cara yang berbeda. Penulis akan secara langsung
mendatangi dan mendampingi para informan dalam mengisi kuesioner yang
diberikan. Ini dilakukan karena penilai tingkat keterbacaan dalam penelitian
ini adalah anak-anak yang kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam
mengisi kuesioner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berikut ini merupakan contoh kuesioner untuk mengukur tingkat
keakuratan dan keterbacaan:
07/BSu/A/11 BSu :Under the covers, we lie head to head,
Reading by torchlight, huddled in bed. Just one last story, then turn off the light, Snuggle together, and whisper “Night-night!”
07/BSa/A/11 BSa :Di bawah selimut, kita berbaring berdampingan,
Membaca ditemani cahaya senter, kita berdampingan di ranjang, Satu cerita lagi dan padamkan lampu, Meringkuk bersama dan bisikkan “Selamat malam!”
Nilai Keakuratan Alasan/Komentar
Nilai Keberterimaan Alasan/Komentar
Sedangkan contoh berikut merupakan contoh kuesioner untuk
mengukur tingkat keterbacaan:
07//BSa/A/11 Di bawah selimut, kita berbaring berdampingan, Membaca ditemani cahaya senter, kita berdampingan di ranjang, Satu cerita lagi dan padamkan lampu, Meringkuk bersama dan bisikkan “Selamat malam!”
a. mudah dipahami b. agak sulit dipahami c. sulit dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara seringkali dilakukan untuk
memperoleh data dari informan. Dibandingkan dengan informasi yang
diperoleh dari kuesioner, informasi yang didapat penulis dari wawancara
seringkali lebih lengkap. Data dari wawancara lebih lengkap karena
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis dapat berkembang. Pada waktu
melakukan wawancara, penulis dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang lebih mendalam sehingga informasi yang diperoleh lebih kaya.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan narasumber yang
sama dengan informan yang akan diminta mengisi kuesioner apabila penulis
menemui kesulitan dan memerlukan informasi lebih lanjut mengenai data
yang diperoleh dari kuesioner, terutama informasi yang berupa jawaban
pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap, yang digunakan dalam analisis data mengenai
kualitas terjemahan yang dikaji. .
E. Triangulasi
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber juga seringkali disebut triangulasi data.
Triangulasi sumber digunakan ketika seorang peneliti memanfaatkan berbagai
sumber data dalam proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh informasi yang lebih meyakinkan mengenai data yang
digunakan. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dari berbagai
sumber data, yaitu dokumen, berupa buku dwibahasa, rater dan pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sasaran. Berikut ini merupakan gambar triangulasi sumber dalam penelitian
ini:
pengkajian dokumen dokumen
data
rater
kuesioner
pembaca sasaran
Gambar 3. Triangulasi Sumber
Penulis memperoleh data berupa skor untuk tingkat keakuratan dan
keberterimaan dari rater melalui kuesioner serta skor tingkat keterbacaan dari
para pembaca sasaran. Selain itu, penulis juga mengamati kalimat-kalimat dari
kedua buku dwibahasa sebagai objek yang diamati dan memberikan penilaian
kemudian membandingkan penilaian tersebut dengan skor yang diperoleh dari
para rater dan pembaca sasaran.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan untuk menguji validitas data. Dalam
proses pengumpulan data, penulis menggunakan lebih dari satu metode. Data
yang diperoleh dari para informan melaui kuesioner akan dibandingkan
dengan data yang diperoleh dari wawancara secara langsung dengan para
informan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kuesioner
data sumber data
wawancara
Gambar 4. Triangulasi Metode
F. Teknik Cuplikan
Terdapat berbagai jenis teknik cuplikan yang sering digunakan dalam
melakukan penelitian. Di antara teknik-teknik tersebut yaitu sampling acak
(random sampling), sampling berstrata (stratified sampling), sampling
sistematik (systematic sampling), sampling berdasar kuota (quota sampling)
sampling bertujuan (purposive sampling) dan sebagainya.
Teknik cuplikan yang digunakan pada penelitian ini ialah sampling
bertujuan (purposive sampling). Dalam The Sage Encyclopedia of Qualitative
Research Methods (2008: 697) dinyatakan bahwa penggunaan sampling
bertujuan menunjukkan bahwa seseorang memandang sampling sebagai
serangkaian pilihan strategik mengenai dengan siapa, di mana dan bagaimana
seseorang melakukan penelitian. Dalam melakukan sampling bertujuan,
seorang peneliti harus mangacu pada tujuan penelitian.serta teknik terbaik
tergantung konteks serta karakteristik penelitian. Sampling ini digunakan
dalam menentukan sumber data dalam penelitian ini. Penulis menggunakan
sampling bertujuan karena penulis dapat menentukan sumber data yang dapat
menyediakan data sesuai dengan yang diperlukan. Bloor dan Wood
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
menyatakan bahwa “theoretical sampling (sometimes referred to as purposive
sampling) involves the selection of cases on the basis of the researcher’s own
judgment about which will be the most useful “ (2006: 154).
Teknik sampling ini digunakan dalam menentukan informan yang
akan dilibatkan dalam penelitian ini. Dengan teknik ini, penulis menentukan
kriteria yang harus dipenuhi oleh para informan. Hal ini dilakukan agar
informasi yang diperoleh dari para informan terpercaya.
Penulis menggunakan teknik sampling bertujuan karena tidak semua
orang dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis. Hanya
mereka yang memenuhi syarat tertentu yang dapat memberikan informasi.
Oleh karena itu, sampling jenis inilah yang paling tepat digunakan dalam
penelitian ini.
Selain sampling bertujuan, penulis juga menggunakan teknik sampling
total. Teknik ini digunakan untuk menentukan objek penelitian. Semua
kalimat, klausa, frasa dan kata dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran
diambil sebagai objek penelitian. Teknik ini digunakan karena penulis
mengkaji reproduksi rima dan kualitas terjemahan semua bagian teks dalam
sumber data.
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, terdapat beberapa tahapan yang dilalui penulis,
yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan pencarian
tema budaya. Teknik analisis data ini diadaptasi dari teknik analisis data
dalam penelitian etnografi (Spreadley, 1997: 181).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1. Analisis Domain
Dalam penelitian ini, analisis domain dilakukan dengan mengambil
semua bagian isi kedua buku sebagai objek penelitian. Hal ini dilakukan
karena penulis ingin mengkaji terjemahan kedua buku dwibahasa secara
keseluruhan, sesuai apa yang telah dinyatakan dalam tujuan penelitian.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dilakukan terhadap teknik-teknik penerjemahan
yang digunakan oleh penerjemah. Teknik-teknik penerjemahan yang ada
digolongkan berdasarkan pendapat Molina dan Albir (2002). Hasil analisis
taksonomi terhadap teknik-teknik penerjemahan digunakan untuk menentukan
metode dan ideologi yang digunakan oleh penerjemah.
contoh:
BSu: In the glowing lamplight, We’re tucked up oh – so – snug. Cuddling with our favourite toy, We share a good night hug! BSa: Di bawah cahaya lampu yang berpijar, Kita berselimut, nyaman sekali. Sambil mendekap boneka kesayangan kita, Kita berbagi pelukan selamat malam!
Dalam menerjemahkan data di atas, penerjemah menggunakan
berbagai teknik yang berbeda. Teknik yang pertama yaitu adaptasi. Adaptasi
digunakan dalam menerjemahkan baris pertama. Teknik yang digunakan
termasuk teknik adaptasi karena penerjemah mengganti ungkapan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sumber dengan ungkapan yang alamiah dalam bahasa sasaran. Kata depan
“in” diterjemahkan menjadi “di bawah”, bukan “di dalam”.
Teknik kedua yaitu amplifikasi, yang digunakan untuk menerjemahkan
frasa “are tucked up”. Secara umum, ungkapan tersebut bermakna “berbaring
di tempat tidur”. Akan tetapi, ungkapan tersebut diterjemahkan menjadi
“berselimut” karena gambar yang ada pada halaman tersebut menampilkan
dua kelinci kecil tertidur berselimut sambil memeluk sebuah boneka. Oleh
karena itu, teknik ini termasuk amplifikasi; terjemahan yang digunakan
memperjelas apa yang dimaksud penulis dengan “are tucked up”.
Teknik berikutnya ialah terjemahan harfiah. Teknik ini digunakan
dalam menerjemahkan “so snug” dan baris terakhir bait tersebut. Teknik yang
digunakan termasuk teknik terjemahan harfiah karena terjemahan terikat
dengan bahasa sumber tetapi terdapat perubahan susunan kata-kata, yang
disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran.
Dua teknik yang lain digunakan dalam terjemahan baris ketiga. Kedua
teknik tersebut yaitu partikularisasi dan amplifikasi linguistik. Partikularisasi
digunakan dalam menerjemahkan “toy” menjadi “boneka”, sedangkan
amplifikasi linguistik ditunjukkan oleh munculnya kata “sambil” dalam
terjemahan, yang membuat hubungan waktu dalam kalimat tersebut menjadi
eksplisit.
Selanjutnya, untuk menentukan metode dan ideologi, teknik-teknik
tersebut dikelompokkan menjadi dua, berdasarkan orientasi terhadap bahasa
sumber dan bahasa sasaran, sebagaimana ditunjukkan dengan contoh berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
teknik penerjemahan
1.1.1. berorientasi ke bahasa sumber
a. terjemahan harfiah
1.1.2. berorientasi ke bahasa sasaran
a. adaptasi
b. amplifikasi
c. partikularisasi
d. amplifikasi linguistik
3. Analisis Komponen
Analisis komponen dilakukan dengan menampilkan data, teknik dan
kualitas terjemahan (dalam bentuk skala) dalam tabel. Hal ini sesuai dengan
tujuan penelitian, yaitu: mengetahui teknik, metode dan ideologi yang
digunakan penerjemah serta dampaknya terhadap rima dan kualitas
terjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 5 Contoh Analisis Komponen
Teks Teknik Metode Ideologi Kualitas
Keakuratan Keberterimaan Keterbecaan BSu: In the glowing lamplight, We’re tucked up oh – so – snug. Cuddling with our favourite toy, We share a good night hug! BSa: Di bawah cahaya lampu yang berpijar, Kita berselimut, nyaman sekali. Sambil mendekap boneka kesayangan kita, Kita berbagi pelukan selamat malam!
terjemahan harfiah adaptasi amplifikasi partikularisasi amplifikasi linguistik
3 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel tersebut menunjukkan bahwa teknik-teknik yang digunakan oleh
penerjemah dalam menerjemahkan data tersebut menghasilkan terjemahan
yang akurat. Pesan yang terkandung dalam bahasa sumber tersampaikan
dalam bahasa sasaran. Akan tetapi, terjemahan tersebut kurang berterima
karena rima tidak muncul dalam terjemahan. Teknik-teknik yang digunakan
oleh penerjemah juga berdampak positif terhadap tingkat keterbacaan
terjemahan data tersebut.
4. Tema Budaya
Tema budaya yang dimaksud dalam penelitian ini ialah gambaran
umum yang dapat diketahui dari penelitian ini. Tema budaya dapat diketahui
penulis setelah dilaksanakannya ketiga analisis di atas. Berikut ini merupakan
contoh tema budaya dalam penelitian ini, yang disimpulkan dari penelitian
pendahuluan yang telah dilakukan:
Secara umum, teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang
digunakan dalam menerjemahkan kedua buku dwibahasa tersebut berdampak
positif terhadap tingkat keakuratan dan keterbacaan terjemahan. Akan tetapi,
teknik-teknik, metode dan ideologi tersebut menghasilkan terjemahan yang
tingkat keberterimaannya tidak terlalu tinggi. Hal ini terutama disebabkan
oleh banyaknya rima yang tidak muncul dalam bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
H. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1. membaca buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and
My Dad! (Aku dan Ayahku!)
2. mencatat dan melakukan pemilahan objek penelitian
Objek penelitian, teks asli dan terjemahan, dicatat sekaligus dipilah
berdasarkan urutannya dalam sumber data. Setelah dipilah, teks kemudian
diberi nomor sesuai dengan urutannya., misalnya teks yang ada pada
halaman setelah halaman judul diberi nomor 01, teks pada halaman
selanjutnya diberi nomor 02 dan seterusnya.
3. memberikan kode
Pemberian kode dilakukan untuk memudahkan penulis dalam
melakukan analisis data. Pemberian kode didasarkan pada nomor urut
teks, bahasa sumber, bahasa sasaran, judul buku dan nomor halaman buku.
Berikut ini beberapa contoh kode dan keterangannya:
kode : 06/BSu/A/11
keterangan : 06 : nomor urut teks
BSu : bahasa sumber
A : buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
11 : halaman 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kode : 07/BSa/A/12, 13
keterangan : 07 : nomor urut teks
BSa : bahasa sasaran
A : buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
12, 13 : halaman 12 dan 13
kode : 03/BSu/M/5
keterangan : 03 : nomor urut teks
BSu : bahasa sumber
M : buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
5 : halaman 5
kode : 07/BSa/M/13
keterangan : 07 : nomor urut teks
BSa : bahasa sasaran
M : buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
13 : halaman 13
4. menganaliis teknik, metode dan ideologi penerjemahan
Teknik-teknik yang digunakan oleh penerjemah dalam
menerjemahkan kedua buku tersebut diidentifikasi, dikelompokkan
berdasarkan jenis dan kecenderungan terhadap bahasa sumber atau bahasa
sasaran kemudian digunakan sebagai dasar dalam mengetahui metode dan
ideologi yang dipilih oleh penerjemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Menganalisis dampak penggunaan teknik, metode dan ideologi tersebut
terhadap rima dan kualitas terjemahan
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis juga
akan melihat dampak penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang
digunakan penerjemah terhadap rima dan kualitas terjemahan yang
dihasilkan. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan data mengenai
teknik-teknik yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan dengan
teks kedua buku dwibahasa serta data berbentuk nilai dan komentar yang
diperoleh dari informan.
6. Menarik kesimpulan
Langkah terakhir yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah
penarikan kesimpulan. Penulis menarik kesimpulan berdasarkan analisis
yang dilakukan sebelumnya. Selain melakukan penarikan kesimpulan,
penulis juga akan memberikan saran-saran yang relevan dengan rumusan
masalah penelitian serta kesimpulan yang didapatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis memaparkan temuan penelitian serta pembahasan
tentang teknik, metode, ideologi dan dampaknya terhadap rima dan kualitas
terjemahan buku dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me
and My Dad! (Aku dan Ayahku!).
Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu temuan penelitian dan
pembahasan. Temuan penelitian berisi temuan meengenai teknik-teknik serta
kecenderungan metode dan ideologi yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan kedua buku dwibahasa tersebut. Pembahasan berisi uraian
mengenai pengaruh teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang
digunakan penerjemah terhadap reproduksi rima dalam teks bahasa sasaran,
pengaruh teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan
penerjemah terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan dan tema budaya yang
dapat diungkap dari penelitian ini .
A. Temuan Penelitian
1. Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan
1.1. Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
1.1.1. Teknik Penerjemahan
Dalam menerjemahkan buku dwibahasa ini, penerjemah menggunakan
15 teknik yang berbeda. Klasifikasi teknik penerjemahan dilakukan penulis
dengan analisis taksonomi. Dalam satu nomor teks, seringkali terdapat lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari satu teknik penerjemahan. Hal ini terjadi karena sebagian besar teks
objek penelitian ini berupa bait, yang terdiri dari lebih dari satu kalimat,
sedangkan teknik penerjemahan terdapat pada satuan kebahasaan yang lebih
kecil, misalnya kata dan frasa. Tabel berikut ini menunjukkan jenis-jenis
teknik penerjemahan dan frekuensi kemunculannya.
Tabel 6. Teknik Penerjemahan dalam Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
No Teknik Jumlah Prrosentase
1. penerjemahan harfiah 17 24,6%
2. padanan lazim 10 14,5%
3. amplifikasi linguistik 7 10,1%
4. kompensasi 6 8,7%
5. transposisi 5 7,2%
6. reduksi 5 7,2%
7. modulasi 4 5,8%
8. adaptasi 4 5,8%
9. kreasi diskursif 3 4,3%
10. kompresi linguistik 2 2,9%
11. amplifikasi 2 2,9%
12. partikularisasi 1 1,5%
13. generalisasi 1 1,5%
14. peminjaman 1 1,5%
15. kalke 1 1,5%
Jumlah Keseluruhan 69 100%
Dari tabel teknik penerjemahan di atas, teknik yang paling banyak
digunakan penerjemah dalam menerjemahkan buku dwibahasa ini ialah
teknik penerjemahan harfiah. Dari total 69 teknik yang digunakan, terdapat
sebanyak 17 (24,6%) teknik penerjemahan harfiah.. Teknik terbanyak kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ialah padanan lazim, yaitu sebanyak 10 (14,5%). Teknik amplifikasi
linguistik digunakan sebanyak 7 kali (10,1%). Teknik kompensasi
digunakan 6 kali (8,7%) sedangkan teknik transposisi dan reduksi dalam
teks ini berjumlah masing-masing 5 (7,2%). Teknik modulasi dan adaptasi
digunakan masing-masing 4 kali (5,8%). Sementara itu, terdapat 3 (4,3%)
teknik kreasi diskursif, sedangkan teknik kompresi linguistik dan
amplifikasi masing masing berjumlah 2 (2,9%). Selain teknik-teknik
tersebut, terdapat pula teknik partikularisasi, generalisasi, peminjaman dan
kalke, yang masing-masing berjumlah 1 (1,5%).
Berikut ini pembahasan masing-masing teknik penerjemahan yang
terdapat dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) beserta
beberapa contohnya:
1. Penerjemahan Harfiah
Teknik penerjemahan harfiah digunakan dalam menerjemahkan klausa
dalam teks nomor 06, “Let’s jump to the bed”, menjadi “Ayo naik ke tempat
tidur”. Teknik ini tepat digunakan untuk menerjemahkan klausa tersebut
karena dalam klausa tersebut, tidak terdapat bagian yang mengandung
makna nonliteral. Kata “jump” tidak diterjemahkan menjadi “melompat”
karena “jump” tidak selalu bermakna demikian; kata tersebut dapat
bermakna “melakukan tindakan dengan bersemangat”. Selain itu,
penggunaan “naik” sebagai padanan “jump” menghasilkan terjemahan yang
alamiah.
Dalam menerjemahkan teks nomor 10, teknik penerjemahan harfiah
juga tepat digunakan. Kata-kata “blinking” dan “yawning” diterjemahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
menjadi “mengerjap” dan “menguap”. Selain makna dapat tersampaikan
dengan teknik tersebut, terjemahan yang dihasilkan pun memiliki rima.
Berbeda dengan kedua contoh sebelumnya, penggunaan teknik
penerjemahan harfiah dalam teks nomor 04 tidak tepat karena terjemahan
yang dihasilkan terdengar janggal. Ungkapan “go to bed” tidak tepat apabila
diterjemahkan menjadi “pergi tidur” dalam Bahasa Indonesia karena
ungkapan semacam itu tidak biasa digunakan oleh penutur Bahasa
Indonesia.
2. Padanan Lazim
Teknik padanan lazim digunakan untuk menerjemahkan ekspresi-
ekspresi bahasa sumber dengan ekspresi-ekspresi alamiah bahasa sasaran,
misalnya “goodnight” dan “night-night” menjadi “selamat malam”, “are in
bed” menjadi “tidur” dan “cuddle up close” menjadi “berpelukan erat”.
Teknik ini membuat terjemahan terdengar alamiah.
3. Amplifikasi Linguistik
Teknik ini digunakan dalam menerjemahkan teks nomor 02. Klausa
“cuddle me tight” diterjemahkan menjadi “peluk aku dengan erat”.
Penerjemah menambahkan kata “dengan” dalam terjemahannya. Pada teks
nomor 06, teknik ini juga digunakan untuk menerjemahkan kalimat “Let’s
read another one!”. Penerjemah memunculkan kata “cerita” di dalam
terjemahannya. Sementara itu, pada teks nomor 07, teknik ini dilakukan
dengan memunculkan subjak “kita” dalam terjemahan..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4. Kompensasi
Teknik kompensasi digunakan untuk mempertahankan rima yang ada
dalam teks bahasa sumber. Teknik ini digunakan untuk memunculkan rima
pada bagian teks yang lain atau memnunculkan rima dengan kategori yang
berbeda. Pada teks nomor 04, terdapat rima internal yang muncul dari kata-
kata “snuggly” dan “huggly”. Selain itu, terdapat pula rima pada akhir setiap
baris. Dalam terjemahan, rima-rima tersebut diganti hanya dengan rima
akhir pada setiap baris.
BSu: Snuggly, huggly, sleepyhead. Time for you to go to bed! BSa: Berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk, Sudah waktunya kau pergi tidur!
Pada teks nomor 10, rima dalam terjemahan terdapat pada bagian yang
sama tetapi bunyi yang ada berbeda.
BSu: Blinking, yawning, Soon be morning, Sleep well through the night! BSa: : Mengerjap, menguap, Sebentar lagi pagi datang, Tidurlah dengan nyenyak sepanjang malam!
5. Transposisi
Pada teks nomor 03, transposisi digunakan dengan tepat karena
terjemahan yang dihasilkan akurat dan berterima. Frasa “my bath”
diterjemahkan menjadi kata “mandi”. Terjemahan ini tepat karena pesan
dalam bahasa sumber tersampaikan sekaligus terjemahan terdengar alamiah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
“Aku suka mandi.”. Apabila frasa tersebut dipertahankan mengikuti bentuk
teks bahasa sumber, terjemahan justru terdengar janggal. Dalam
menerjemahkan klausa “For when I’m wrapped up in my towel”, penerjemah
juga menggunakan teknik transposisi dengan tepat. Predikat klausa tersebut
dalam bahasa sumber berupa kata kerja (am wrapped up) tetapi dalam
bahasa sasaran, predikat tersebut diubah sehingga menghasilkan klausa
nominal, bukan klausa verbal (Karena ketika aku dalam balutan handuk).
Apabila bentuk teks bahasa sumber tidak diubah, terjemahan akan terdengar
janggal.
Penerjemah juga menggunakan teknik transposisi dalam
menerjemahkan teks nomor 10. Akan tetapi, terjemahan yang dihasilkan
kurang akurat karena hubungan antarbaris dalam teks tersebut menjadi
berubah. Kalimat “Mummy holds you tight”, yang merupakan kalimat baru
yang berbeda, diubah menjadi “Saat ibu mendekapmu erat”, sebuah
klausa.yang terkait dengan baris sebelumnya.
”
6. Reduksi
Terdapat 5 teknik reduksi dalam buku dwibahasa ini. Salah satunya
digunakan dalam menerjemahkan teks nomor 06. Dalam menerjemahkan
kalimat “Our story times such fun”, penerjemah menghilangkan kata “our”.
Meskipun kata tersebut dihilangkan, makna kalimat asli tetap tersampaikan.
Dalam menerjemahkan teks nomor 07, penerjemah juga menggunakan
teknik reduksi. Kalimat “Just one last story, then turn off the light”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
diterjemahkan menjadi “Satu cerita lagi dan padamkan lampu”. Kata “just”
tidak diterjemahkan tetapi terjemahan tetap akurat.
7. Modulasi
Teknik modulasi digunakan dalam terjemahan teks nomor 10. Ungkapan
“feeling dozy” diterjemahkan menjadi “rasanya ingin tidur”. Penggunaan teknik
ini tepat karena pesan terjemahan sepadan dengan pesan teks asli, terjemahan
terdengar alamiah serta tepat ditujukan kepada anak-anak. Selain itu,
penggunaan teknik ini tepat untuk menghindari pengulangan kata “mengantuk”,
yang merupakan padanan kata “sleepy” dalam teks tersebut.
Teknik modulasi juga digunakan untuk menerjemahkan “Warm in the
glow of the lantern’s soft beams” dalam teks nomor 13 menjadi “Dalam
kehangatan cahaya lembut dari lentera yang redup”. Dalam bahasa sumber, fokus
terdapat pada kata “glow” sedangkan dalam terjemahan, fokus berubah menjadi
“cahaya”. Ini menyebabkan makna dalam bahasa sasaran berubah.
8. Adaptasi
Teknik adaptasi digunakan untuk menerjemahkan ungkapan-ungkapan
dan istilah khas bahasa sumber, yaitu “splish! splash!”, “hushabye, lullaby”,
“deep” sebagai penjelas kata “music” dan “in the glowing lamplight”.
Ungkapan “splish! splash!”, yang merupakan tiruan suara percikan air
dalam bahasa sumber, diterjemahkan menjadi ungkapan sejenis dalam
bahasa sasaran, yaitu “kecipak! kecipuk!”. Sementara itu, istilah “hushabye,
lullaby” diterjemahkan menjadi “lagu nina bobo” dan “deep” diterjemahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menjadi “merdu”, yang tepat disandingkan dengan kata “musik”. Ungkapan
“in the glowing lamplight” diterjemahkan menjadi “di bawah cahaya lampu
yang berpijar” bukan “di dalam cahaya lampu yang berpijar”. Teknik ini
membuat terjemahan lebih dekat dengan bahasa sasaran.
9. Kreasi Diskursif
Teknik ini digunakan penerjemah dalam menerjemahkan “just one
more game” menjadi “lakukan sekali lagi” (teks nomor 02). Teknik ini
menyebabkan makna terjemahan menjadi berbeda. Selain itu, teknik kreasi
diskursif juga dapat diamati dalam terjemahan teks nomor 04 dan 05.
Ungkapan “snuggly, huggly, sleepyhead” diterjemahkan menjadi “Berbaringlah
dalam pelukan jika mengantuk”, sedangkan “up overhead” diterjemahkan
menjadi “jauh di angkasa”. Seperti pada teks nomor 02, teknik ini pun
menghasilkan terjemahan yang maknanya berbeda dengan makna teks asli.
10. Kompresi Linguistik
Teknik kompresi linguistik digunakan dalam menerjemahkan “starlight
and moonlight,” (teks nomor 05). Dalam teks bahasa sumber, terdapat dua kata
“light” yang menyatu dengan kata-kata “star” dan “moon” sedangkan dalam
teks terjemahan, kedua kata “light” digabungkan sehingga hanya terdapat satu
kata “sinar”. Teknik ini juga digunakan dalam menerjemahkan teks nomor 13,
yaitu ungkapan “dreaming sweet dreams”. Ungkapan tersebut diterjemahkan
menjadi “bermimpi indah”. Meskipun teks bahasa sumber dipadatkan, makna
yang terkandung tidak mengalami perubahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
11. Amplifikasi
Dalam buku dwibahasa ini, terdapat dua teknik amplifikasi, yaitu pada
teks nomor 05 dan 09. Pada teks nomor 05, ungkapan “wave to the moon”
diterjemahkan menjadi “lambaikan tanganmu ke bulan” sedangkan pada
teks nomor 09, “are tucked up” diterjemahkan menjadi “berselimut”. Dalam
terjemahan teks nomor 05, terdapat tambahan informasi, yaitu kata
“tangan”. Dalam terjemahan teks nomor 09, “tuck up” secara harfiah
bermakna “berbaring” tetapi diterjemahkan menjadi “berselimut” karena
pada halaman itu, terdapat gambar dua ekor kelinci yang sedang berselimut.
12. Partikularisi
Teknik partikularisasi digunakan pada teks nomor 09. Kata “toy”
diterjemahkan menjadi “boneka”. Kata “toy” lebih umum daripada kata
“boneka” tetapi terjemahan tepat karena dalam gambar, yang dirujuk kata
“toy” ialah sebuah boneka.
13. Generalisasi
Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kata “cosy” pada teks
nomor 10. Kata “cosy” diterjemahkan menjadi “nyaman” karena dalam
bahasa sasaran, tidak terdapat padanan pada tataran yang sama. Oleh karena
itu, teknik penerjemahan tersebut tepat digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
14. Peminjaman
Teknik peminjaman digunakan dalam menerjemahkan kata “music”
menjadi “musik”. Teknik ini merupakan teknik peminjaman dengan
penyesuaian (naturalized borrowing) karena terdapat penyesuaian ejaan.
Teknik ini tepat digunakan karena dalam bahasa sasaran, tidak terdapat kata
asli (bukan pinjaman) yang mengungkapkan makna yang sama.
15. Kalke
Kalke digunakan dalam terjemahan teks nomor 01, “A Kiss
Goodnight”. Frasa tersebut diterjemahkan menjadi “Kecupan Selamat
Malam”. Kata-kata dan struktur dalam terjemahan terikat dengan kata-kata
dan struktur teks bahasa sumber.
Dari 15 teknik penerjemahan tersebut, 3 teknik berorientasi pada
bahasa sumber, yaitu (1) penerjemahan harfiah, (2) peminjaman dan (3)
kalke. Sementara itu, 12 teknik yang lain berorientasi pada bahasa sasaran.
Teknik-teknik tersebut yaitu: (1) padanan lazim, (2) amplifikasi linguistik,
(3) kompensasi, (4) transposisi, (5) reduksi, (6) modulasi, (7) adaptasi,
(8) kreasi diskursif, (9) kompresi linguistik, (10) amplifikasi, (11)
partikularisasi dan (12) generalisasi.
Teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
berjumlah 19 (27,6%) sedangkan teknik-teknik yang berorientasi pada
bahasa sasaran berjumlah 50 (72,4%). Perbandingaan ini menunjukkan
bahwa terjemahan buku dwibahasa ini lebih dekat pada bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1.1.2. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan yang dipergunakan penerjemah tidak dapat
ditentukan secara langsung, tetapi ditentukan berdasarkan hasil analisis
terhadap teknik-teknik yang telah diidentifikasi dan disajikan di atas.
Dalam bahasan mengenai kecenderungan teknik-teknik
penerjemahan di atas, dapat diketahui bahwa terjemahan buku dwibahasa ini
lebih dekat pada bahasa sasaran. Oleh karena itu, metode yang digunakan
penerjemah ialah salah satu dari metode-metode yang berorientasi pada
bahasa sasaran berikut: adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan
idiomatik atau penerjemahan komunikatif.
Penulis melihat bahwa metode penerjemahan yang dipergunakan
oleh penerjemah dalam buku ini ialah penerjemahan komunikatif. Menurut
Newmark (1988: 47), penerjemahan komunikatif berusaha mengalihkan
makna kontekstual teks asli yang tepat sedemikian rupa sehingga isi dan
bahasanya berterima bagi pembaca dan dengan mudah dipahami oleh
pembaca.
Ciri-ciri metode ini dapat ditemukan pada terjemahan buku
dwibahasa ini. Salah satunya ialah penggunaan istilah-istilah khas bahasa
sasaran yang digunakan untuk menerjemahkan istilah-istilah yang
digunakan dalam budaya bahasa sumber, misalnya “kecipak! kecipuk!” dan
“lagu nina bobo” sebagai padanan “splish! splash!” dan “hushabye,
lullaby”.. Dengan digunakannya istilah-istilah tersebut, terjemahan menjadi
lebih alamiah dan berterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Ciri lainnya ialah pengalihan makna kontekstual yang dilakukan
sedemikian rupa untuk memudahkan pemahaman pembaca. Penerjemah
menerjemahkan “We’re tucked up oh – so – snug” menjadi “Kita
berselimut, nyaman sekali.”. Dapat diamati di sini bahwa frasa “are tucked
up” diterjemahkan menjadi “berselimut”. Meskipun secara harfiah
terjemahan ini kurang sesuai, terjemahan ini dapat dikatakan tepat karena
“berselimut” sesuai dengan gambar yang ditampilkan pada halaman
munculnya terjemahan tersebut, yaitu dua ekor kelinci tidur berselimut
sambil memeluk sebuah boneka. Terjemahan ini memudahkan pemahaman
anak-anak yang membaca karena terjemahan sesuai dengan gambar yang
mereka lihat.
Contoh terjemahan yang memudahkan pemahaman pembaca lainnya
ialah terjemahan kalimat “The stars have switched their lights on”.
Penerjemah tidak menerjemahkan kalimat tersebut secara harfiah tetapi
menerjemahkannya menjadi “Bintang-bintang mulai berkelap-kelip”.
Penerjemah menggunakan ungkapan yang lazim digunakan dalam budaya
bahasa sasaran.
”
1.1.3. Ideologi Penerjemahan
Ideologi penerjemahan yang dipilih penerjemah dalam
menerjemahkan buku dwibahasa ini ialah ideologi domestikasi karena
terjemahan dibuat dekat dengan budaya dan bahasa sasaran. Hal ini dapat
diketahui dari teknik-teknik dan metode penerjemahan yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Sesuai dengan langkah-langkah penelitian, penelusuran dimulai dari teknik,
metode kemudian dapat diketahui ideologi yang dipilih penerjemah.
1.2. Buku Me and My Dad (Aku dan Ayahku!)
1.2.1. Teknik Penerjemahan
Dalam terjemahan buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!),
terdapat 9 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah.
Tabel 7. Teknik Penerjemahan dalam Buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
No Teknik Jumlah Prrosentase
1. penerjemahan harfiah 24 45,3%
2. kompensasi 7 13,2%
3. padanan lazim 6 11,3%
4. amplifikasi 5 9,4%
5. amplifikasi linguistik 4 7,5%
6 modulasi 3 5,7%
7. reduksi 2 3,8%
8. transposisi 1 1,9%
9. kreasi diskursif 1 1,9%
Jumlah Keseluruhan 53 100%
Dalam buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), terdapat 53
teknik penerjemahan. Dari semua teknik yang ada, terdapat 24 (45,3%)
teknik penerjemahan harfiah, 7 (13,2%) teknik kompensasi, 6 (11,3%)
teknik padanan lazim, 5 (9,4%) teknik amplifikasi, 4 (7,5%) teknik
amplifikasi linguistik, 3 (5,7%) teknik modulasi dan 2 (3,8%) teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
reduksi. Sementara itu, dalam buku dwibahasa ini, terdapat masing-masing
1 (1,9%) teknik transposisi dan kreasi diskursif.
Berikut ini disajikan pembahasan lebih rinci masing-masing teknik
penerjemahan yang terdapat dalam buku Me and My Dad! (Aku dan
Ayahku!) beserta beberapa contohnya:
1. Penerjemahan Harfiah
Teknik penerjemahan harfiah ialah teknik yang paling banyak digunakan
oleh penerjemah. Salah satunya digunakan dalam menerjemahkan teks nomor
05, yaitu kalimat “We find sticky honey, our favourite snack”. Teknik ini
digunakan penerjemah baik dalam menerjemahkan kalimat tersebut maupun
klausa penjelas frasa “sticky honey”. Penggunaan teknik ini tepat karena
kalimat tersebut tidak mengandung makna nonliteral.
Teknik ini juga digunakan dalam menerjemahkan klausa “the skies turn
to grey” menjadi “langit menjadi kelam” (teks nomor 07). Penerjemah
menggunakan kata “kelam” (yang dapat menggantikan “kelabu”) sebagai
padanan kata “grey” karena kata tersebut bersanding dengan kata “skies”
(langit).
Pada teks nomor 08, teknik penerjemahan harfiah digunakan dalam
menerjemahkan “staying-dry trick”. Karena dalam bahasa sasaran tidak ada
padanan lazim yang dapat digunakan untuk menerjemahkan istilah tersebut,
teknik ini digunakan dan terjemahan yang dihasilkan ialah “caranya tetap
kering”.
Teknik penerjemahan harfiah juga digunakan dalam terjemahan teks
nomor 10. Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kalimat “My dad is so
strong” menjadi “Ayahku kuat sekali”. Penerjemah tidak menggunakan kata
“sangat” sebagai padanan “so”, melainkan kata “sekali”. Dengan cara ini,
terjemahan lebih dekat dengan pembaca anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2. Kompensasi
Seperti dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam),
teknik kompensasi juga digunakan untuk mempertahankan bentuk teks
bahasa sumber, yaitu teks berima. Salah satu contohnya ialah teknik
kompensasi pada teks nomor 04. Dalam bahasa sumber, rima terdapat pada
akhir setiap kalimat sedangkan dalam bahasa sasaran, rima muncul pada
akhir setiap baris.
BSu: My dad is a giant – Up here so am I! If I stretch really hard I can touch the sky. BSa: Badan ayahku tinggi besar – begitu pula aku saat di atas pundaknya! Jika aku menggapai tinggi sekali aku dapat menyentuh langit.
Pada teks nomor 05, penggunaan teknik kompensasi menghasilkan
rima pada bagian yang sama tetapi bunyi yang muncul dalam bahasa sasaran
berbeda dengan bunyi yang ada dalam bahasa sumber.
BSu: We find sticky honey, our favourite snack. Watch my dad run when the bees want it back! BSa: Kami menemukan madu yang lengket, makanan ringan kesukaan kami. Lihat bagaimana ayahku lari saat lebah-lebah itu menginginkan madunya kembali!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Selain digunakan untuk mempertahankan rima, teknik kompensasi
dalam buku ini juga digunakan untuk mengganti posisi informasi. Teknik
kompensasi informasi digunakan dalam terjemahan teks nomor 10, pada
bagian “Semoga aku juga kuat seperti ayah saat dewasa nanti.”. Dalam teks
aslinya, “I hope I’m strong too when I’m grown up like him.”, “like him” terletak
di akhir kalimat, sedangkan dalam bahasa sasaran, “seperti ayah” muncul di
tengah kalimat.
3. Padanan Lazim
Teknik padanan lazim dalam terjemahan buku dwibahasa ini
digunakan untuk menerjemahkan ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan
penutur bahasa sumber, misalnya “wakes me up”, “gives me a kiss” dan
“keeps me safe”. Ungkapan-ungkapan tersebut diterjemahkan menjadi
ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan dalam bahasa sumber, yaitu
“membangunkanku”, “menciumku” dan “melindungiku”.
4. Amplifikasi
Teknik amplifikasi digunakan sebanyak 5 kali, di antaranya pada teks
nomor 03, 08 dan 09. Pada teks nomor 03, teknik ini digunakan untuk
menambah frasa “dunia luar”. Teks bahasa sumber berbunyi “We go out
exploring” sedangkan teks bahasa sumber berbunyi “Kami pergi menjelajahi
dunia luar”. Penambahan ini sesuai karena dalam gambar pada halaman
tersebut, beruang kecil dan ayahnya menjelajahi alam terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sementara itu, pada teks nomor 08, teknik amplifikasi digunakan
dalam menerjemahkan klausa “my dad plays a staying-dry-trick” menjadi
“ayah mengajari bagaimana caranya tetap kering”. Dalam terjemahan, terdapat
kata “mengajari”, yang membuat makna terjemahan menjadi berbeda
dengan makna teks aslinya.
Pada teks nomor 09, teknik amplifikasi digunakan dalam
menerjemahkan “my dad jumps straight in” menjadi “ayahku langsung
melompat ke dalam sungai”. Tambahan “ke dalam sungai” tepat digunakan
karena sesuai dengan gambar yang terdapat pada halaman tersebut.
5. Amplifikasi Linguistik
Dalam buku dwibahasa ini, terdapat 2 teknik amplifikasi linguistik.
Teknik amplifikasi linguistik yang pertama digunakan dalam
menerjemahkan teks nomor 05. Klausa “watch my dad run” diterjemahkan
menjadi “lihat bagaimana ayahku lari”. Dalam terjemahan, dimunculkan
kata “bagaimana” yang tidak ada dalam teks bahasa sumber. Penggunaan
teknik ini membuat terjemahan lebih alamiah.
Teknik yang sama digunakan dalam menerjemahkan klausa “the world
whizzes fast” (teks nomor 06). Klausa tersebut diterjemahkan menjadi
“dunia terasa bergerak cepat”. Dalam teks bahasa sumber, makna kata
“terasa” tersirat dalam klausa tersebut. Dimunculkannya kata “terasa”
memperjelas makna terjemahan karena dunia tidak benar-benar bergerak
cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
6. Modulasi
Teknik modulasi digunakan dalam terjemahan teks nomor 08. Fokus
kalimat-kalimat terjemahan berubah karena terdapat perubahan struktur
kalimat.
BSu: When it’s raining my dad plays a staying-dry trick – To dodge all the raindrops we have to be quick! BSa: Ayah mengajari bagaimana caranya, tetap kering saat hari hujan – Kita harus bergerak cepat untuk menghindari tetesan air!
Dengan perubahan struktur kalimat ini, terjemahan menjadi lebih
dekat dengan pembaca anak-anak.
7. Reduksi
Teknik reduksi digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan
klausa “If loud thunder roars” dalam teks nomor 07. Dalam klausa tersebut,
makna “kencang” terdapat pada kata “loud” dan “roar”. Akan tetapi, dalam
terjemahan, kata “loud” tidak diterjemahkan karena makna kata tersebut
sudah tercakup dalam frasa “bergemuruh kencang”.
Teknik reduksi juga terdapat pada teks nomor 12. Kata “twinkling”
dalam “in the twinkling lights” tidak diterjemahkan. Penggunaan teknik
reduksi ini kurang tepat karena mengurangi tingkat keakuratan terjemahan
yang dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
8. Transposisi
Teknik transposisi terdapat dalam teks nomor 12, pada klausa “and
day turns to night”. Klausa tersebut diterjemahkan menjadi “dan saat siang
berganti malam”. Dengan munculnya kata “saat”, maka klausa-klausa dalam
terjemahan menunjukkan hubungan waktu. Oleh karena itu, makna
terjemahan menjadi tidak sesuai dengan makna teks aslinya.
9. Kreasi Diskursif
Teknik yang terakhir ialah teknik kreasi diskursif. Pada teks nomor 04.
Klausa “If I stretch really hard” diterjemahkan menjadi “Jika aku
menggapai tinggi sekali”. Terjemahan yang dihasilkan tidak menyimpang
terlalu jauh karena dalam gambar yang ditampilkan pada halaman tersebut,
beruang kecil mengangkat tangannya berusaha menggapai langit.
Dari 9 teknik penerjemahan yang telah diidentifikasi, hanya terdapat 1
teknik yang berorientasi pada bahasa sumber, sedangkan 8 teknik yang lain
berorientasi pada bahasa sasaran. Teknik penerjemahan yang berorientasi
pada bahasa sumber ialah teknik penerjemahan harfiah, yang berjumlah 24
atau kurang lebih 45,3% dari keseluruhan teknik yang digunakan. Teknik-
teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran yaitu
(1) kompensasi (2) padanan lazim (3) amplifikasi (4) amplifikasi linguistik,
(5) modulasi, (6) reduksi, (7) transposisi dan (8) kreasi diskursif. Jumlah
keseluruhan teknik-teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran ialah 29
atau sekitar 54,7%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1.2.2. Metode Penerjemahan
Berdasarkan penggolongan teknik-teknik penerjemahan di atas, dapat
diketahui bahwa terjemahan buku ini juga lebih dekat dengan bahasa
sasaran. Oleh karena itu, metode yang digunakan juga merupakan salah satu
dari keempat metode yang berorientasi pada bahasa sasaran, seperti dalam
terjemahan buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam).
Pengamatan terhadap teks terjemahan secara keseluruhan
menunjukkan bahwa metode yang digunakan ialah metode penerjemahan
komunikatif. Dalam terjemahan ini, penerjemah berusaha mengalihkan
makna kontekstual ke dalam bahasa sasaran yang alamiah dan mudah
dipahami pembaca.
Dalam terjemahan buku ini, penerjemah banyak menggunakan
padanan lazim yang biasa digunakan dalam bahasa sasaran. Salah satunya
ialah “menciumku” sebagai padanan “gives me a kiss”. Contoh lainnya yaitu
pengalihan klausa “go for a swim” menjadi “berenang”. Selain itu,
penerjemah juga membuat terjemahannya mudah dipahami pembaca anak-
anak. Salah satunya dilakukan dengan menerjemahkan “my dad is a giant”
menjadi “badan ayahku tinggi besar”.
1.2.3. Ideologi Penerjemahan
Sama dengan ideologi yang dipilih penerjemah dalam
menerjemahkan buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam),
ideologi yang dipilih penerjemah dalam menerjemahkan buku ini juga
ideologi domestikasi. Ideologi yang dipilih penerjemah dapat diketahui dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
teknik-teknik dan metode penerjemahan yang digunakan penerjemah, yang
berorientasi pada bahasa sasaran.
Dari pengamatan terhadap teknik—teknik, metode dan ideologi yang
digunakan oleh penerjemah, dapat disimpulkan bahwa terjemahan kedua buku
tersebut dibuat agar pesan teks asli dapat tersampaikan (melalui frekuensi
penggunaan teknik penerjemahan harfiah yang tinggi) dan agar mudah dipahami
pembaca (melalui metode dan ideologi yang digunakan). Terjemahan semacam ini
disebut Venuti (1995: 5) sebagai “fluent translation”, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut: “immediately recognizable and intelligible, ‘familiarised,’
domesticated, not ‘disconcerting[ly]’ foreign, capable of giving the reader
unobstructed ‘access to great thoughts’, to what is ‘present in the original’.”
B. Pembahasan
1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap
Reproduksi Rima dalam Bahasa Sasaran
Pada bagian ini, penulis memaparkan dampak teknik-teknik, metode
dan ideologi penerjemahan dalam kedua buku dwibahasa terhadap
reproduksi rima dalam bahasa sasaran. Pembahasan ini merupakan aspek
kajian yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian Novalinda
yang berjudul Analisis Teknik, Metode, Ideologi dan Kualitas Terjemahan
Cerita Anak Serial Erlangga for Kids. Dalam penelitian Novalinda, aspek
yang dikaji terbatas pada teknik, metode dan ideologi serta kualitas
terjemahan..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1.1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap
Reproduksi Rima dalam Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
Teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang dipilih dalam
menerjemahkan buku ini dapat menghasilkan terjemahan yang memiliki
rima meskipun rima tidak muncul pada semua bait serta tidak selalu
muncul pada baris (bagian) yang sama. Rima dalam bahasa sasaran terdapat
pada teks nomor 02, 04, 05, 07, 08 dan 10. Bunyi rima yang dihasilkan
dalam bahasa sasaran berbeda dengan bunyi yang terdapat dalam teks asli.
Berikut ini beberapa contoh dampak teknik, metode dan ideologi
penerjemahan terhadap rima dalam buku ini:
05/BSu/A/8 BSu: Wave to the moon, Silvery-white. Count all the stars, Twinkling so bright. Starlight and moonlight, Up overhead, Sparkling gently, While we’re in bed. 05/BSa/A/8 BSa:: Lambaikan tanganmu ke bulan, Yang putih keperakan, Hitunglah semua bintang, Yang berkelap-kelip dengan terang. Cahaya bintang dan bulan, Jauh di angkasa, Bersinar lembut, Saat kita tidur.
Dalam bahasa sumber, terdapat persamaan bunyi pada kedua bait.
Persamaan bunyi tersebut merupakan rima sempurna dan terletak pada
akhir setiap kalimat, yaitu dari kata-kata “white” dan “bright” serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
“overhead” dan “bed”. Karena perbedaan kosa kata dalam bahasa sasaran,
bunyi-bunyi tersebut tidak dapat direproduksi dalam bahasa sasaran. Oleh
karena itu, dalam terjemahan digunakan bunyi-bunyi yang berbeda. Selain
itu, rima muncul pada bagian yang berbeda. Pada bait pertama, rima tak
sempurna /a/ muncul pada akhir setiap baris sedangkan pada bait kedua,
rima tak sempurna /a/ terdapat pada baris pertama dan kedua, sementara
bunyi /u/ terdapat pada baris ketiga dan keempat.
08/BSu/A/13-14 BSu: Hushabye, lullaby, sing you to sleep, Drift on the music that plays soft and deep. 08/BSa/A/13-14 BSa: Lagu nina bobo lembut kan mengantarmu tidur, Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.
Dalam terjemahan, rima muncul di tempat yang sama, yaitu di akhir
setiap baris. Akan tetapi, bunyi yang muncul berbeda. Rima dalam bahasa
sumber berasal dari bunyi /i/ sedangkan dalam bahasa sasaran, bunyi yang
sama ialah /u/, dari “tidur” dan “merdu” sebagai padanan “sleep” dan”deep”.
Dalam beberapa bagian teks yang lain, rima tidak dapat direproduksi
dalam bahasa sasaran. Tidak munculnya rima terutama karena aspek yang
lebih diutamakan ialah keakuratan. Berikut ini merupakan salah satu contoh
terjemahan yang tidak berima:
09/BSu/A/16 BSu: In the glowing lamplight, We’re tucked up oh - so - snug. Cuddling with our favourite toy, We share a goodnight hug!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
09/BSa/A/16 BSa: Di bawah cahaya lampu yang berpijar, Kita berselimut, nyaman sekali. Sambil mendekap boneka kesayangan kita, Kita berbagi pelukan selamat malam!
Dalam teks bahasa sumber, terdapat rima yang tercipta dari kata-kata
“snug” dan “hug”, yang ada di akhir baris kedua dan keempat. Dalam teks
terjemahan, terdapat bunyi yang sama, yaitu /a/, pada akhir baris pertama,
ketiga dan keempat tetapi bunyi yang terdapat pada akhir baris kedua
berbeda. Ini membuat bunyi-bunyi yang ada tidak dapat dikategorikan rima.
Munculnya bunyi /i/ pada akhir baris kedua disebabkan oleh pilihan
kata yang digunakan oleh penerjemah untuk menerjemahkan “oh – so –
snug”. Penulis mengamati bahwa pesan dalam terjemahan dibuat sedekat-
dekatnya dengan pesan aslinya dan dikemas dalam bahasa yang dekat
dengan pembaca. Akan tetapi, ini membuat bunyi yang muncul pada akhir
baris tersebut berbeda dengan bunyi pada baris yang lain. Sebenarnya, bunyi
pada akhir baris kedua dapat dibuat sama dengan menerjemahkan “oh – so
– snug” menjadi “oh, sungguh nyaman”.
Contoh yang lainnya ialah teks berikut. Dalam teks bahasa sasaran,
tidak terdapat rima, seperti yang terdapat pada teks aslinya.
11/BSu/A/20 BSu: Six little mice in one big bed, Curled up head To sleepyhead!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
11/BSa/A/20 BSa: Enam tikus kecil di satu ranjang besar, Mereka bergelung hingga tertidur!
Bait dalam bahasa sumber memiliki rima yang dihasilkan dari kata-
kata “bed” dan “sleepyhead”. Bunyi tersebut dimunculkan pada akhir setiap
bagian, yaitu frasa “six little mice in one big bed” dan “curled up head to
sleepyhead!”. Dalam teks terjemahan, terdapat bunyi /u/ pada akhir baris
kedua dan ketiga, yang yang bila digabungkan menjadi kalimat “Mereka
bergelung hingga tertidur!”. Bunyi tersebut tetapi bukan merupakan rima
karena pada dua baris sebelumnya, tidak muncul bunyi yang sama sehingga
secara keseluruhan, bunyi dalam bait tersebut tidak teratur. Penulis
mengamati bahwa fokus terjemahan tersebut ialah pada keakuratan pesan
sehingga kata-kata yang digunakan tidak menghasilkan rima. Menurut
penulis, rima dapat muncul bila “sleep” diterjemahkan menjadi “terlelap”.
1.2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap
Reproduksi Rima dalam Buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
Teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang dipilih
penerjemah dalam buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) juga dapat
menghasilkan rima pada beberapa bagian teks. Dalam terjemahan di buku
ini, rima muncul pada teks nomor 02, 04, 05, 06, 07, 11 dan 12. Berikut ini
contoh-contoh terjemahan yang berima:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
04/BSu/M/5 BSu: My dad is a giant – Up here so am I! If I stretch really hard I can touch the sky. 04/BSa/M/5 BSa: Badan ayahku tinggi besar – begitu pula aku saat di atas pundaknya! Jika aku menggapai tinggi sekali aku dapat menyentuh langit.
Rima dalam bahasa sumber muncul dari penggunaan kata-kata “I” dan
“sky”. Teknik-teknik penerjemahan yang digunakan dapat menghasilkan
terjemahan yang berima tetapi bunyi dan posisi rima dalam terjemahan
berbeda dengan bunyi dan posisi rima aslinya. Rima yang muncul dalam
terjemahan muncul dari kata-kata “besar” dan “pundaknya” serta “sekali”
dan “langit”.
Dalam contoh di bawah ini, rima dalam terjemahan dapat
dimunculkan di bagian yang sama. Akan tetapi, bunyi rima yang ada dalam
bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda.
05/BSa/M/7 BSu: We find sticky honey, our favourite snack. Watch my dad run when the bees want it back! 05/BSa/M/7 BSa: Kami menemukan madu yang lengket, makanan ringan kesukaan kami. Lihat bagaimana ayahku lari saat lebah-lebah itu menginginkan madunya kembali!
Dalam teks asli, rima yang ada merupakan rima tertutup yang
dihasilkan dari penggunaan kata-kata “snack” dan “back” sedangkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
teks bahasa sasaran, rima yang muncul merupakan rima terbuka dengan
bunyi vokal /i/.
Dalam buku dwibahasa ini, terdapat pula bagian-bagian yang tidak
berima. Beberapa contohnya antara lain:
03/BSu/M/4 BSu: We go out exploring there’s so much to see. My dad knows where all the best secrets will be! 03/BSa/M/4 BSa: Kami pergi menjelajahi dunia luar banyak sekali yang bisa dilihat. Ayahku tahu semua tempat yang menyimpan rahasia terbaik!
Dalam contoh di atas, rima /i/ yang terdapat pada akhir baris kedua
dan keempat teks asli tidak dapat direproduksi dalam teks terjemahan. Dapat
diamati bahwa terjemahan dibuat agar alamiah dan mudah dipahami
pembaca dengan teknik-teknik yang digunakan. Di antaranya ialah
penambahan “dunia luar” pada baris kedua dan penggunaan “tempat yang
menyimpan rahasia terbaik” sebagai padanan “where the best secrets will
be”.
Terjemahan yang dihasilkan terdengar alamiah tetapi bunyi yang
terdapat pada akhir baris keempat menjadi berbeda dengan bunyi yang ada
pada akhir baris-baris sebelumnya sehingga tidak dapat dikategorikan
sebagai rima.
09/BSu/M/15 BSu: We race to the river and Dad jumps straight in. I climb on his back and we go for a swim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
09/BSa/M/15 BSa: Kami berlomba menuju sungai dan Ayah langsung melompat ke dalam sungai. Aku naik di atas punggungnya dan kami berenang bersama.
Terjemahan yang dihasilkan terdengar alamiah dan disesuaikan
dengan gambar yang ada sehingga terjemahan ini dekat dengan pembaca
sasaran. Akan tetapi, teknik-teknik yang digunakan penerjemah tidak dapat
mereproduksi rima yang ada dalam bahasa sumber. Ini terjadi karena pilihan
kata yang digunakan penerjemah. Bunyi yang dihasilkan dari kata ‘sungai’
pada baris kedua tidak berima dengan bunyi pada akhir baris-baris lainnya.
Terjemahan dapat dibuat berima dengan cara mengganti klausa “Ayah
langsung melompat ke dalam sungai” dengan “Ayah langsung melompat ke
dalamnya” sehingga terjemahan menjadi:
Kami berlomba menuju sungai dan Ayah langsung melompat ke dalamnya. Aku naik di atas punggungnya dan kami berenang bersama.
Dengan demikian, muncul rima kesamaan bunyi pada akhir baris
kedua dan keempat (akhir setiap kalimat).
2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap
Kualitas Terjemahan
Analisis ini dilakukan berdasarkan apa yang dikemukakan Molina dan
Albir (2002) bahwa teknik mempengaruhi terjemahan yang dihasilkan dan
teknik dipengaruhi oleh metode penerjemahan, pilihan global yang
mempengaruhi keseluruhan teks. Sementara itu, Hoed (2003) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
bahwa metode penerjemahan dipengaruhi oleh ideologi yang dipilh oleh
penerjemah.
Berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
teknik, metode dan ideologi yang digunakan penerjemah mempengaruhi
terjemahan yang dihasilkan, termasuk kualitas terjemahan.
2.1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas
Terjemahan Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
Dalam buku ini, penerjemah menggunakan 15 teknik yang
berbeda, metode penerjemahan komunikatf dan ideologi domestikasi.
Berikut ini pembahasan mengenai dampak teknik, metode dan ideologi
tersebut terhadap kualitas terjemahannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 8. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Buku A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam)
Teks Teknik metode ideologi Kualitas
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan 01/BSu/A/D BSu: A Kiss Goodnight 01/BSa/A/D BSa: Kecupan Selamat Malam
kalke padanan lazim
penerjemahan kom
uikatif
domestikasi
3 3 2,8
02/BSu/A/1 BSu: Tickle my toes and cuddle me tight, Just one more game and then it’s “Goodnight!” 02/BSa/A/1 BSa: Gelitik jari kakiku dan peluk aku dengan erat, Lakukan sekali lagi dan kemudian ucapkan “Selamat malam!”
penerjemahan harfiah amplifikasi linguistik kreasi diskursif padanan lazim kompensasi
2,66 2 2,2
03/BSu/A/4 BSu: Splish! Splash! I love my bath, I love my bathtime hug., For when I’m wrapped up in my towel, I feel so warm and snug!
adaptasi transposisi (2) reduksi penerjemahan harfiah
3 2,33 2,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
03/BSa/A/4 BSa: Kecipak! Kecipuk! Aku suka mandi. Aku suka dekapan saat mandi. Karena ketika aku dalam balutan handuk, Aku merasa sangat hangat dan nyaman! 04/BSu/A/5 BSu: Snuggly, huggly, sleepyhead. Time for you to go to bed! 04/BSa/A/5 BSa: Berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk, Sudah waktunya kau pergi tidur!
kreasi diskursif amplifikasi linguistik penerjemahan harfiah kompensasi
2,33 2,66 3
05/BSu/A/8 BSu: Wave to the moon, Silvery-white. Count all the stars, Twinkling so bright. Starlight and moonlight, Up overhead, Sparkling gently, While we’re in bed.
amplifikasi penerjemahan harfiah (2) reduksi kompresi linguistik kreasi diskursif transposisi padanan lazim kompensasi
3 3 2,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
05/BSa/A/8 BSa:: Lambaikan tanganmu ke bulan, Yang putih keperakan, Hitunglah semua bintang, Yang berkelap-kelip dengan terang. Cahaya bintang dan bulan, Jauh di angkasa, Bersinar lembut, Saat kita tidur. 06/BSu/A/9 BSu: Let’s jump to the bed and cuddle up close – Our story times such fun. We point to the pictures and say all the words. Let’s read another one! 06/BSa/A/9 BSa: Ayo naik ke tempat tidur dan berpelukan erat – Saat membaca cerita sangat menyenangkan. Kita menunjuk gambar-gambar dan menyebut semua kata. Ayo baca satu cerita lagi!
penerjemahan harfiah (3) padanan lazim reduksi amplifikasi linguistik
3 2,33 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
07/BSu/A/11 BSu: Under the covers, we lie head to head, Reading by torchlight, huddled in bed. Just one last story, then turn off the light, Snuggle together, and whisper “Night-night!” 07/BSa/A/11 BSa: Di bawah selimut, kita berbaring berdampingan Membaca ditemani cahaya senter, kita berdampingan di ranjang. Satu cerita lagi dan padamkan lampu, Meringkuk bersama dan bisikkan “Selamat malam!”
penerjemahan harfiah (2) amplifikasi linguistik reduksi padanan lazim (2) kompensasi
2,66 2,66 2,8
08/BSu/A/13-14 BSu: Hushabye, lullaby, sing you to sleep, Drift on the music that plays soft and deep. 08/BSa/A/13-14 BSa: Lagu nina bobo lembut kan mengantarmu tidur, Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.
adaptasi (2) peminjaman kompensasi
3 3 3
09/BSu/A/16 BSu: In the glowing lamplight, We’re tucked up oh - so - snug. Cuddling with our favourite toy, We share a good night hug!
adaptasi amplifikasi penerjemahan harfiah (2) partikularisasi amplifikasi linguistik padanan lazim
3 2,33 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
09/BSa/A/16 BSa: Di bawah cahaya lampu yang berpijar, Kita berselimut, nyaman sekali. Sambil mendekap boneka kesayangan kita, Kita berbagi pelukan selamat malam! 10/BSu/A/17 BSu: Feeling dozy, Sleepy, cosy, Mummy holds you tight. Blinking, yawning, Soon be morning, Sleep well through the night! 10/BSa/A/17 BSa: Rasanya ingin tidur, Mengantuk, nyaman sekali, Saat ibu mendekapmu erat. Mengerjap, menguap, Sebentar lagi pagi datang, Tidurlah dengan nyenyak sepanjang malam!
modulasi penerjemahan harfiah (3) generalisasi transposisi amplifikasi linguistik kompensasi
3 3 2,6
11/BSu/A/20 BSu: Six little mice in one big bed, Curled up head To sleepyhead!
penerjemahan harfiah amplifikasi linguistik transposisi padanan lazim
2,66 2,66 2,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
11/BSa/A/20 BSa: Enam tikus kecil di satu ranjang besar, Mereka bergelung hingga tertidur! 12/BSu/A/22 BSu: The stars have switched their lights on, The shimmering moon shines bright, Just one last kiss, before you sleep, I love you SO, night-night! 12/BSa/A/22 BSa: Bintang-bintang mulai berkelap-kelip, Gemerlap bulan bersinar terang, Satu lagi kecupan sebelum kau tidur, Aku SANGAT sayang padamu, selamat malam!
padanan lazim (2) modulasi reduksi penerjemahan harfiah
2,66 3 2,8
13/BSu/A/24 BSu: Warm in the glow of the lantern’s soft beams, Snuggled together, we’re dreaming sweet dreams! 13/BSa/A/24 BSa: Dalam kehangatan cahaya lembut dari lentera yang redup, Kita berpelukan dan bermimpi indah!
modulasi (2) kompresi linguistik
2,66 2 2,6
Nilai Rata-Rata 2,79 2,64 2,77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2.1.1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keakuratan
Teknik, metode dan ideologi yang digunakan penerjemah
menghasilkan 12 (92,3%) terjemahan akurat dan 1 (7,7%) terjemahan
yang kurang akurat.
1. Terjemahan Akurat
Terjemahan yang termasuk dalam kategori ini ialah teks yang
rata-rata nilai keakuratannya 2,66 – 3. Berikut ini beberapa contoh
terjemahan akurat dalam buku dwibahasa ini:
06/BSu/A/9 BSu: Let’s jump to the bed and cuddle up close – Our story times such fun. We point to the pictures and say all the words. Let’s read another one! 06/BSa/A/9 BSa: Ayo naik ke tempat tidur dan berpelukan erat – Saat membaca cerita sangat menyenangkan. Kita menunjuk gambar-gambar dan menyebut semua kata. Ayo baca satu cerita lagi!
Terjemahan ini dinilai akurat oleh ketiga rater. Dalam
terjemahan ini, pesan tersampaikan secara tepat dalam bahasa sasaran
dengan teknik-teknik yang digunakan penerjemah. Salah satunya ialah
penggunaan teknik penerjemahan harfiah dalam menerjemahkan
kalimat “Let’s jump to the bed” menjadi “Ayo naik ke tempat tidur”. Karena
termasuk teknik yang dekat dengan bahasa sumber, maka teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
penerjemahan ini menghasilkan terjemahan yang pesannya sepadan
dengan pesan aslinya. Selain digunakan untuk menerjemahkan kalimat
tersebut, teknik penerjemahan ini juga digunakan dalam
menerjemahkan “we point to the pictures” dan “say all the words”,
meskipun terjemahan disesuaikan dengan aturan-aturan dalam bahasa
sasaran.
Selain teknik penerjemahan harfiah yang dekat dengan bahasa
sumber, terdapat pula teknik-teknik yang dekat dengan bahasa sasaran.
Salah satunya ialah teknik padanan lazim, yang digunakan dalam
menerjemahkan “cuddle up close” menjadi “berpelukan erat”. Teknik
lainnya ialah reduksi, dalam menerjemahkan “Our story times such fun”
menjadi “Saat membaca cerita sangat menyenangkan”, dan amplifikasi
linguistik, dalam menerjemahkan “Let’s read another one” menjadi “Ayo
baca satu cerita lagi”. Meskipun terjemahan menjadi lebih dekat dengan
bahasa sasaran, pesan dalam teks tersebut tetap sepadan.
08/BSu/A/13-14 BSu: Hushabye, lullaby, sing you to sleep, Drift on the music that plays soft and deep. 08/BSa/A/13-14 BSa: Lagu nina bobo lembut kan mengantarmu tidur, Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.
Dalam terjemahan ini, teknik adaptasi, peminjaman dan
kompensasi digunakan. Teknik adaptasi membuat terjemahan lebih
dekat dengan bahasa sasaran. Beberapa di antaranya ialah adaptasi
istilah “Hushabye, lullaby” menjadi “lagu nina bobo” dan ungkapan “the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
music that plays soft and deep” menjadi “musik yang lembut dan merdu”.
Meskipun terjemahan dekat dengan bahasa sasaran, pesan yang
terkandung dalam teks bahasa sumber tetap dapat dipertahankan.
Terjemahan ini dinilai akurat oleh ketiga rater.
02/BSu/A/1 BSu: Tickle my toes and cuddle me tight, Just one more game and then it’s “Goodnight!” 02/BSa/A/1 BSa: Gelitik jari kakiku dan peluk aku dengan erat, Lakukan sekali lagi dan kemudian ucapkan “Selamat malam!”
Terjemahan di atas termaasuk akurat meskipun terdapat
perbedaan penilaian rater. Rater 2 dan Rater 3 berpendapat bahwa pesan
dalam bahasa sumber tersampaikan dengan tepat dan tidak ada
perubahan informasi. Menurut Rater 1, ada perubahan informasi dalam
terjemahan ini. Pada baris ini, “just one more game” diterjemahkan
dengan teknik kreasi diskursif menjadi “lakukan sekali lagi”. Dalam
bahasa sasaran, “lakukan sekali lagi” mengacu pada “menggelitik dan
memeluk”, sedangkan dalam bahasa sumber, kata “game” dapat
mengacu pada hal yang lebih umum, yaitu dapat mengacu pada
permainan yang lain.
13/BSu/A/24 BSu: Warm in the glow of the lantern’s soft beams, Snuggled together, we’re dreaming sweet dreams! 13/BSa/A/24 BSa: Dalam kehangatan cahaya lembut dari lentera yang redup, Kita berpelukan dan bermimpi indah!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Rater 1 memberikan nilai 2 terhadap keakuratan terjemahan teks
tersebut, sedangkan dua rater lainnya memberikan nilai 3. Menurut
Rater 2 dan Rater 3, tidak ada perubahan informasi dalam terjemahan
tersebut. Akan tetapi, Rater 1 berpendapat bahwa terdapat perubahan
informasi dalam terjemahan “Warm in the glow of the lantern’s soft beams”
menjadi “Dalam kehangatan cahaya lembut dari lentera yang redup” sebagai
dampak penggunaan teknik modulasi. Menurut Rater 1, makna kata
“glow” dalam terjemahan tersebut digabungkan dalam makna kata
“cahaya”. Akan lebih baik apabila kata “glow” diterjemahkan menjadi
“kemilau” sehingga terjemahan menjadi “terasa hangat di bawah
kemilau cahaya lentera yang lembut”.
2. Terjemahan Kurang Akurat
Terjemahan yang termasuk kategori ini ialah terjemahan yang
memiliki nilai 1,34 – 2,65. Teks yang termasuk dalam kategori ini ialah:
04/BSu/A/5 BSu: Snuggly, huggly, sleepyhead. Time for you to go to bed! 04/BSa/A/5 BSa: Berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk, Sudah waktunya kau pergi tidur!
Nilai keakuratan untuk terjemahan di atas ialah 2,33. Rater 1 dan
2 menilai kurang akurat karena terdapat perbedaan pesan dalam teks
bahasa sumber dengan pesan teks bahasa sasaran. Makna kata “snug”
tidak muncul dalam terjemahan. Kata tersebut dipadankan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
“berbaring”, yang menyebabkan kurang akuratnya terjemahan karena
keduanya memiliki makna yang berbeda. Kata “berbaring” muncul
terkait dengan gambar yang ada pada halaman tersebut, yang
menampilkan kelinci kecil yang tertidur dalam pelukan.
Menurut rater 1, selain terdapat perbedaan makna teks dalam
bahasa sumber dan bahasa sasaran, terdapat pula perbedaan yang lain.
Teks dalam bahasa sumber dapat dinyanyikan (dilagukan) sedangkan
teks bahasa sasaran tidak dapat dilagukan.
Berdasarkan penghitungan yang dilakukan, nilai rata-rata
keakuratan terjemahan dalam buku dwibahasa ini ialah 2,79. Nilai rata-
rata tersebut berarti terjemahan termasuk dalam kategori akurat.
2.1.2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keberterimaan
Selain menghasilkan terjemahan yang 92,3% akurat, teknik,
metode dan ideologi yang digunakan penerjemah menghasilkan 8
(61,5%) terjemahan yang berterima. Sementara itu, 5 (39,5%) lainnya
dinilai kurang berterima.
1. Terjemahan Berterima
08/BSu/A/13-14 BSu: Hushabye, lullaby, sing you to sleep, Drift on the music that plays soft and deep. 08/BSa/A/13-14 BSa: Lagu nina bobo lembut kan mengantarmu tidur, Larut dalam alunan musik yang lembut dan merdu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Terjemahan di atas termasuk dalam kategori terjemahan berterima.
Ketiga rater memberikan nilai 3 untuk keberterimaan terjemahan ini.
Keberterimaan terjemahan merupakan dampak penggunaan teknik
adaptasi. Pada baris pertama terdapat peristilahan khas bahasa sumber yang
diterjemahkan dengan padanan yang khas dalam bahasa sasaran, yaitu
“hushabye, lullaby” menjadi “lagu nina bobo” dan ungkapan “to sing one
to sleep” menjadi “mengantar tidur”.
Selain itu, teknik adaptasi juga digunakan pada baris kedua.
Penggunaan teknik ini tampak dalam terjemahan kata “drift” menjadi
“larut” karena kata ini bersanding dengan kata “musik”. Terjemahan kata
“deep” menjadi “merdu” juga menunjukkan penggunaan teknik adaptasi.
Terjemahan dengan teknik adaptasi ini membuat terjemahan terdengar
alamiah.
Keberterimaan terjemahan ini juga merupakan dampak dari
penggunaan teknik kompensasi. Teknik ini digunakan untuk
mereproduksi gaya yang digunakan penulis asli, yaitu teks berima.
Pada teks ini, teknik kompensasi tidak digunakan untuk
menghasilkan rima di tempat yang berbeda melainkan untuk
menghasilkan rima dengan bunyi yang berbeda. Dalam teks bahasa
sumber, rima yang muncul dihasilkan dari kata-kata “sleep” dan
“deep”, sedangkan dalam bahasa sasaran, rima muncul dari bunyi
vokal /u/ dalam “tidur” dan “merdu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
10/BSu/A/17 BSu: Feeling dozy, Sleepy, cosy, Mummy holds you tight. Blinking, yawning, Soon be morning, Sleep well through the night! 10/BSa/A/17 BSa: Rasanya ingin tidur, Mengantuk, nyaman sekali, Saat ibu mendekapmu erat. Mengerjap, menguap, Sebentar lagi pagi datang, Tidurlah dengan nyenyak sepanjang malam!
Nilai keberterimaan terjemahan tersebut ialah 3. Terjemahan
tersebut terdengar alamiah karena kata-kata yang ada lazim digunakan
dalam bahasa sasaran. Dalam terjemahan tersebut, kata “dozy”
diterjemahkan menjadi “ingin tidur”. Kata tersebut memiliki kemiripan
makna dengan kata “sleepy”, yang bermakna “mengantuk”. Terjemahan
kedua kata tersebut membuat di dalam terjemahan tidak ada
pengulangan. Meskipun “dozy” diungkapkan dengan cara yang berbeda,
terjemahan tetap terdengar alamiah.
Nilai keberterimaan terjemahan tersebut tinggi karena dalam
teerjemahan tersebut, terdapat rima, seperti dalam teks bahasa sumber.
Rima yang ada merupakan dampak penggunaan teknik kompensasi.
Berbeda dengan rima dalam contoh sebelumnya, rima dalam contoh ini
muncul di tempat yang berbeda. Dalam bahasa sumber, terdapat rima
datar pada bait pertama dan kedua serta terdapat rima di akhir setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
bait. Dalam bahasa sasaran, rima terdapat pada bait kedua, yaitu rima
datar dan rima akhir /a/.
2. Terjemahan Kurang Berterima
Terjemahan yang masuk kategori kurang berterima ialah
terjemahan yang nilai keberterimaannya 1,34 – 2,65. Dari 13 teks yang
ada, terdapat 5 teks yang masuk kategori ini. Terjemahan ini dinilai
kurang berterima karena tidak terdapat rima di dalamnya. Teks yang
termasuk kategori ini antara lain:
03/BSu/A/4 BSu: Splish! Splash! I love my bath, I love my bathtime hug., For when I’m wrapped up in my towel, I feel so warm and snug! 03/BSa/A/4 BSa: Kecipak! Kecipuk! Aku suka mandi. Aku suka dekapan saat mandi. Karena ketika aku dalam balutan handuk, Aku merasa sangat hangat dan nyaman!
Terdapat teknik-teknik yang berdampak positif terhadap
keberterimaan terjemahan tersebut, yaitu teknik adaptasi dan
transposisi. Teknik adaptasi digunakan dalam menerjemahkan “splish!
splash!” menjadi “kecipak! kecipuk!”. Dalam bahasa sumber, “splish!
splash!” merupakan kata-kata tiruan bunyi percikan air. Kata-kata
tersebut diterjemahkan menjadi “kecipak! kecipuk!”, yang merupakan
tiruan bunyi percikan air dalam bahasa sasaran. Dengan digunakannya
teknik ini, terjemahan terdengar alamiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Teknik lainnya, yaitu transposisi, digunakan dalam
menerjemahkan “for when I’m wrapped up in my towel” menjadi “karena
ketika aku dalam balutan handuk”. Dalam klausa bahasa sumber, terdapat
konstruksi pasif sedangkan dalam terjemahan, konstruksi tersebut
berubah menjadi frasa preposisi. Perubahan tersebut membuat
terjemahan lebih alamiah karena terjemahan akan terdengar janggal
apabila klausa tersebut diterjemahkan secara harfiah menjadi “karena
ketika aku terbalut dalam handuk”.
Hal yang membuat terjemahan tersebut kurang berterima ialah
rima dalam bahasa sasaran. Rater 1 dan 2 menilai bahwa dalam
terjemahan tersebut. tidak terdapat rima. Akan tetapi, menurut rater 3,
terdapat rima dalam terjemahan tersebut, yaitu yang muncul dari
pengulangan kata “mandi” pada baris pertama dan kedua. Penilaian
ketiga rater menghasilkan nilai keberterimaan rata-rata 2,33. Oleh
karena itu, terjemahan ini masuk kategori kurang berterima.
09/BSu/A/16 BSu: In the glowing lamplight, We’re tucked up oh - so - snug. Cuddling with our favourite toy, We share a goodnight hug! 09/BSa/A/16 BSa: Di bawah cahaya lampu yang berpijar, Kita berselimut, nyaman sekali. Sambil mendekap boneka kesayangan kita, Kita berbagi pelukan selamat malam!
Terjemahan tersebut dinilai kurang berterima oleh rater 1 dan 3
karena meskipun tidak ada bagian yang terdengar janggal, tidak terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
rima di dalamnya. Sementara itu, terjemahan teks di atas dinilai
berterima oleh rater 2 karena rater 2 hanya memperhatikan kesesuaian
terjemahan dengan kaidah bahasa sasaran dan kealamiahan terjemahan.
13/BSu/A/24 BSu: Warm in the glow of the lantern’s soft beams, Snuggled together, we’re dreaming sweet dreams! 13/BSa/A/24 BSa: Dalam kehangatan cahaya lembut dari lentera yang redup, Kita berpelukan dan bermimpi indah!
Teknik-teknik yang digunakan dalam menerjemahkan teks
tersebut dapat menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan kaidah
bahasa sasaran serta terdengar alamiah. Salah satu contohnya ialah
teknik yang digunakan dalam menerjemahkan “snuggled together, we’re
dreaming sweet dreams” menjadi “kita berpelukan dan bermimpi
indah”. Teknik yang digunakan menghasilkan terjemahan yang
berterima. Akan tetapi, nilai keberterimaan terjemahan tersebut
berkurang karena tidak terdapat rima di dalamnya.
Berdasarkan penghitungan terhadap nilai rata-rata keberterimaan
terjemahan dalam buku dwibahasa ini, diperoleh nilai 2,64. Nilai rata-
rata 2,64 membuat terjemahan termasuk dalam kategori kurang
berterima.
2.1.3. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keterbacaan
Berbagai teknik penerjemahan, metode penerjemahan
komunikatif dan ideologi domestikasi dalam buku ini berdampak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
dihasilkannya sebanyak 12 (92,3%) terjemahan yang mudah dipahami
pembaca dan hanya 1 (7,7%) terjemahan yang agak sulit dipahami.
1. Terjemahan yang Mudah Dipahami
Terjemahan yang mudah dipahami ialah terjemahan-terjemahan
yang memiliki nilai keterbacaan 2,6 – 3. Berikut ini diberikan contoh-
contoh terjemahan yang mudah dipahami beserta pembahasannya:
04/BSu/A/5 BSu: Snuggly, huggly, sleepyhead. Time for you to go to bed! 04/BSa/A/5 BSa: Berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk, Sudah waktunya kau pergi tidur!
Meskipun salah satu teknik penerjemahan yang digunakan
menyebabkan terjemahan kurang akurat, teknik-teknik yang digunakan
dalam menerjemahkan teks ini berdampak positif terhadap keterbacaan
terjemahan. Semua responden memberi nilai 3 untuk terjemahan ini.
Teknik kreasi diskursif yang digunakan dalam menerjemahkan “snuggly,
huggly, sleepyhead” menjadi “berbaringlah dalam pelukan jika mengantuk”
mengakibatkan adanya perubahan informasi tetapi menyebabkan
terjemahan mudah dipahami.
03/BSu/A/4 BSu: Splish! Splash! I love my bath, I love my bathtime hug., For when I’m wrapped up in my towel, I feel so warm and snug!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
03/BSa/A/4 BSa: Kecipak! Kecipuk! Aku suka mandi. Aku suka dekapan saat mandi. Karena ketika aku dalam balutan handuk, Aku merasa sangat hangat dan nyaman!
Terjemahan di atas termasuk kategori terjemahan dengan tingkat
keterbacaan tinggi. Teknik-teknik yang digunakan menghasilkan
terjemahan yang mudah dipahami. Di antara lima responden, hanya ada
satu responden yang menilai terjemahan ini agak sulit dipahami, yaitu
responden 4. Penyebab Responden 4 merasa agak sulit memahami
terjemahan tersebut ialah kata “dekapan”, yang dirasakan terdengar
asing. Kata yang lebih sering digunakan ialah “pelukan”.
07/BSu/A/11 BSu: Under the covers, we lie head to head, Reading by torchlight, huddled in bed. Just one last story, then turn off the light, Snuggle together, and whisper “Night-night!” 07/BSa/A/11 BSa: Di bawah selimut, kita berbaring berdampingan Membaca ditemani cahaya senter, kita berdampingan di ranjang. Satu cerita lagi dan padamkan lampu, Meringkuk bersama dan bisikkan “Selamat malam!”
Seperti contoh sebelumnya, teknik-teknik penerjemahan dalam
terjemahan di atas juga menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami
karena nilai keterbacaannya 2,8. Responden 1, 2, 3 dan 4 memberikan
nilai 3 sedangkan rater 5 memberi nilai 2. Responden 5 agak sulit
memahami terjemahan tersebut karena responden 5 mengalami
kesulitan dalam memahami makna kata “meringkuk”. Kata tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sebenarnya tepat digunakan karena dalam konteks terjemahan tersebut,
padanan “snuggle” yang terdekat ialah “meringkuk”.
2. Terjemahan yang Agak Sulit Dipahami
Terjemahan yang masuk kategori agak sulit dipahami ialah
terjemahan-terjemahan yang memiliki nilai keterbacaan 1,41 – 2,59. Di
antara 13 teks dalam buku dwibahasa ini, hanya terdapat 1 teks yang
dinilai agak sulit dipahami, yaitu teks nomor 02. Berikut ini
pembahasan mengenai teks tersebut:
02/BSu/A/1 BSu: Tickle my toes and cuddle me tight, Just one more game and then it’s “Goodnight!” 02/BSa/A/1 BSa: Gelitik jari kakiku dan peluk aku dengan erat, Lakukan sekali lagi dan kemudian ucapkan “Selamat malam!”
Empat responden memberi nilai 2 untuk tingkat keterbacaan teks
tersebut sedangkan responden yang lain memberi nilai 3. Teknik-teknik
yang digunakan dalam menerjemahkan teks tersebut membuat pembaca
agak sulit memahami terjemahan teks tersebut. Masing masing
responden yang memberi nilai 2 mengalami kesulitan dalam memahami
teks tersebut pada bagian yang berbeda. Responden 1 mengalami
masalah dengan konstruksi kalimat secara keseluruhan. Responden 2
mengalami masalah dalam memahami baris kedua sedangkan
Responden 3 dan 4 mengalami kesulitan memahami makna kata
“gelitik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Nilai rata-rata keterbacaan terjemahan dalam buku dwibahasa ini
ialah 2,77. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, tingkat keterbacaan
terjemahan termasuk tinggi. Ini berarti terjemahan dinilai mudah
dipahami oleh pembaca sasaran.
2.2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap
Kualitas Terjemahan Buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
Terdapat 9 teknik yang berbeda yang terdapat dalam terjemahan ini.
Sementara itu, metode penerjemahan yang digunakan ialah metode
penerjemahan komunikatf dan ideologi yang dipilh penerjemah ialah
ideologi domestikasi. Teknik, metode, ideologi serta dampaknya terhadap
kualitas terjemahan buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!) disajikan
dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Tabel 9. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Buku Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!)
Teks Teknik metode ideologi Kualitas
Keakuratan Keberterimaan Keterbecaan 01/BSu/M/D BSu: Me and My Dad! 01/BSa/M/D BSa: Aku dan Ayahku!
penerjemahan harfiah
penerjemahan kom
unikatif
domestikasi
3 3 3
02/BSu/M/2 BSu: My dad wakes me up every morning, like this – He tickles my nose and gives me a kiss. 02/BSa/M/2 BSa: Ayahku membangunkanku setiap pagi, seperti ini.. Dia menggelitik hidungku dan menciumku.
penerjemahan harfiah (2) padanan lazim (2)
3 2,66 2,6
03/BSu/M/4 BSu: We go out exploring there’s so much to see. My dad knows where all the best secrets will be!
amplifikasi penerjemahan harfiah modulasi
3 2,33 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
03/BSa/M/4 BSa: Kami pergi menjelajahi dunia luar banyak sekali yang bisa dilihat. Ayahku tahu semua tempat yang menyimpan rahasia terbaik! 04/BSu/M/5 BSu: My dad is a giant – Up here so am I! If I stretch really hard I can touch the sky. 04/BSa/M/5 BSa: Badan ayahku tinggi besar – begitu pula aku saat di atas pundaknya! Jika aku menggapai tinggi sekali aku dapat menyentuh langit.
amplifikasi kreasi diskursif penerjemahan harfiah kompensasi
3 3 3
05/BSu/M/7 BSu: We find sticky honey, our favourite snack. Watch my dad run when the bees want it back! 05/BSa/M/7 BSa: Kami menemukan madu yang lengket, makanan ringan kesukaan kami. Lihat bagaimana ayahku lari saat lebah-lebah itu menginginkan madunya kembali!
penerjemahan harfiah (3) amplifikasi linguistik kompensasi
3 3 2,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
06/BSu/M/10 BSu: My dad twirls me round and the world whizzes fast My head gets all dizzy, I’m spinning so fast! 06/BSa/M/10 BSa: Ayah mengangkatku sambil berputar-putar dan dunia terasa bergerak cepat. Kepalaku jadi pusing , Aku berputar sangat cepat!
penerjemahan harfiah (3) amplifikasi linguistik kompensasi
3 3 3
07/BSu/M/11 BSu: If loud thunder roars and the skies turn to grey, My dad keeps me safe, till the storm goes away. 07/BSa/M/11 BSa: Saat petir bergemuruh kencang dan langit menjadi kelam, Ayah melindungiku, sampai badai berlalu.
reduksi penerjemahan harfiah (2) padanan lazim kompensasi
3 3 2,6
08/BSu/M/13 BSu: When it’s raining my dad plays a staying-dry trick – To dodge all the raindrops we have to be quick!
modulasi (2) amplifikasi penerjemahan harfiah (2)
2,66 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
08/BSa/M/13 BSa: Ayah mengajari bagaimana caranya, tetap kering saat hari hujan – Kita harus bergerak cepat untuk menghindari tetesan air! 09/BSu/M/15 BSu: We race to the river and Dad jumps straight in. I climb on his back and we go for a swim. 09/BSa/M/15 BSa: Kami berlomba menuju sungai dan Ayah langsung melompat ke dalam sungai. Aku naik di atas punggungnya dan kami berenang bersama.
amplifikasi penerjemahan harfiah (2) padanan lazim amplifikasi linguistik
3 2,33 2,8
10/BSu/M/17 BSu: My dad is so strong, he can lift anything. I hope I’m strong too when I’m grown-up like him. 10/BSa/M/17 Bsa: Ayahku kuat sekali, ia bisa mengangkat apa saja. Semoga aku juga kuat seperti ayah saat dewasa nanti.
penerjemahan harfiah (2) kompensasi
3 2,33 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
11/BSu/M/19 BSu: When I get sleepy, Dad gives me a hug And carries me home, all cosy and snug. 11/BSa/M/19 BSa: Saat aku mengantuk, Ayah memelukku. dan membawaku pulang. Rasanya hangat dan nyaman.
penerjemahan harfiah (2) padanan lazim amplifikasi linguistik kompensasi
3 3 3
12/BSu/M/22 BSu:: My dad tells me stories and day turns to night. We cuddle up close in the twinkling lights 12/BSa/M/22 BSa: Ayahku bercerita dan saat siang berganti malam, Kami berpelukan erat di bawah cahaya bintang.
padanan lazim transposisi penerjemahan harfiah reduksi amplifikasi kompensasi
2,33 3 3
13/BSu/M/23 BSu: My dad is the best daddy bear there could be. We’re together forever – my dad and me.
penerjemahan harfiah (2) 3 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
13/BSa/M/23 BSa: Ayahku adalah ayah beruang terbaik yang pernah ada. Kami bersama untuk selamanya – Ayahku dan aku.
Nilai Rata-Rata 2,92 2,66 2,90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
2.2.1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keakuratan
Teknik, metode dan ideologi yang digunakan penerjemah dalam
buku ini menghasilkan 12 (92,3%) terjemahan akurat dan 1 (7,7%)
terjemahan yang kurang akurat.
1. Terjemahan Akurat
Terdapat 12 teks yang termasuk kategori akurat, yaitu
terjemahan yang nilai keakuratannya antara 2,66 – 3. Beberapa
contohnya antara lain:
03/BSu/M/4 BSu: We go out exploring there’s so much to see. My dad knows where all the best secrets will be! 03/BSa/M/4 BSa: Kami pergi menjelajahi dunia luar banyak sekali yang bisa dilihat. Ayahku tahu semua tempat yang menyimpan rahasia terbaik!
Teknik-teknik yang digunakan dalam menerjemahkan teks ini
yaitu amplifikasi, penerjemahan harfiah dan modulasi. Meskipun teknik
amplifikasi dan modulasi menyebabkan adanya perubahan dalam
terjemahan, pesan dalam teks bahasa sumber tetap tersampaikan dengan
baik. Oleh karena itu, ketiga rater memberikan nilai 3.
Teknik amplifikasi digunakan dalam menerjemahkan “we go out
exploring” menjadi “kami menjelajahi dunia luar”. Tambahan “dunia
luar” dalam terjemahan tidak mengubah pesan teks asli karena
tambahan tersebut hanya mengeksplisitkan makna yang tersirat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Sementara itu, penggunaan teknik modulasi dalam
menerjemahkan kalimat “My dad knows where all the best secrets will be!”
menjadi “Ayahku tahu semua tempat yang menyimpan rahasia terbaik!” juga
tidak mengubah pesan dalam teks asli. Selain akurat, terjemahan yang
dihasilkan lebih alamiah dibandingkan dengan terjemahan harfiahnya,
“Ayahku tahu semua tempat di mana rahasia-rahasia terbaik ada”
06/BSu/M/10 BSu: My dad twirls me round and the world whizzes fast My head gets all dizzy, I’m spinning so fast! 06/BSa/M/10 BSa: Ayah mengangkatku sambil berputar-putar dan dunia terasa bergerak cepat. Kepalaku jadi pusing , Aku berputar sangat cepat!
Terjemahan di atas dinilai akurat oleh ketiga rater. Tingkat
keakuratan terjemahan yang tinggi tersebut merupakan dampak
penggunaan teknik penerjemahan harfiah yang dominan. Hampir semua
bagian teks asli diterjemahkan dengan teknik penerjemahan harfiah.
Klausa “my dad twirls me round” diterjemahkan dengan teknik
penerjemahan harfiah, dengan penyesuaian terhadap terjemahan
terjemahan gambar, menjadi “Ayah mengangkatku sambil berputar-
putar”. Teknik ini juga digunakan untuk menerjemahkan kalimat “My
head gets all dizzy” menjadi “Kepalaku jadi pusing” serta “I’m spinning
so fast!” menjadi “Aku berputar sangat cepat!”. Teknik lainnya ialah
amplifikasi linguistik, yang dapat diamati dari munculnya kata “terasa”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
08/BSu/M/13 BSu: When it’s raining my dad plays a staying-dry trick – To dodge all the raindrops we have to be quick! 08/BSa/M/13 BSa: Ayah mengajari bagaimana caranya, tetap kering saat hari hujan – Kita harus bergerak cepat untuk menghindari tetesan air!
Nilai keakuratan terjemahan di atas ialah 2,66. Rater 2 dan 3
menilai bahwa tidak ada perubahan informasi dalam terjemahan tetapi
Rater 1 melihat bahwa ada informasi yang menjadi implisit sebagai
dampak teknik modulasi yang digunakan untuk menerjemahkan teks
tersebut. Makna “plays” tidak tampak dalam terjemahan meskipun
informasi tersebut tercakup dalam gambar yang ada pada halaman
tersebut. Karena pembaca buku ini anak-anak, menurut rater 1
sebaiknya makna “plays” tetap dimunculkan supaya lebih jelas.
2. Terjemahan Kurang Akurat
Terjemahan yang dikategorikan kurang akurat ialah terjemahan
yang nilai keakuratannya antara 1,34 – 2,65. Hanya terdapat satu teks
yang termasuk kurang akurat, yaitu teks nomor 12.
12/BSu/M/22 BSu:: My dad tells me stories and day turns to night. We cuddle up close in the twinkling lights
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
12/BSa/M/22 BSa: Ayahku bercerita dan saat siang berganti malam, Kami berpelukan erat di bawah cahaya bintang.
Teknik-teknik yang digunakan dalam menerjemahkan teks ini
yaitu padanan lazim, transposisi, penerjemahan harfiah, reduksi,
amplifikasi dan kompensasi. Teknik yang berdampak pada
berkurangnya tingkat keakuratan ialah transposisi. Teknik tersebut
mengakibatkan perubahan hubungan antarklausa. Rater 1 dan 2
berpendapat bahwa klausa “and day turns to night” kurang tepat
diterjemahkan menjadi “dan saat siang berganti malam”. Kata “saat”
membuat klausa dalam terjemahan terkait dengan klausa setelahnya.
Dalam teks aslinya, klausa tersebut terkait dengan klausa sebelumnya.
Kedua rater memberi nilai 2.
Nilai rata-rata keakuratan terjemahan tersebut ialah 2,92, yang
berarti tingkat keakuratan terjemahan tinggi. Pesan terjemahan dapat
dikatakan mendekati sepadan dengan pesan yang terkandung dalam teks
bahasa sumber.
2.2.2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keberterimaan
Terkait dengan tingkat keberterimaan terjemahan, teknik,
metode dan ideologi yang digunakan penerjemah menghasilkan 8
(61,5%) terjemahan yang berterima. Sementara itu, 5 (39,5%) lainnya
kurang dinilai kurang berterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
1. Terjemahan Berterima
Kategori terjemahan berterima terdiri dari terjemahan yang nilai
keberterimaannya antara 2,66 - 3. Terjemahan berterima terdengar alamiah
dan terdapat rima di dalamnya. Berikut disajikan beberapa contoh
terjemahan berterima beserta pembahasannya:
04/BSu/M/5 BSu: My dad is a giant – Up here so am I! If I stretch really hard I can touch the sky. 04/BSa/M/5 BSa: Badan ayahku tinggi besar – begitu pula aku saat di atas pundaknya! Jika aku menggapai tinggi sekali aku dapat menyentuh langit.
Terjemahan tersebut dinilai 3 oleh ketiga rater. Teknik-teknik yang
digunakan selain dapat mempertahankan pesan teks asli dalam bahasa
sumber, juga dapat membuat terjemahan terdengar alamiah. Selain itu,
teknik-teknik yang digunakan dapat mereproduksi rima dalam bahasa
sasaran.
Teknik-teknik yang digunakan dalam menerjemahkan “my dad is
a giant” menjadi “badan ayahku tinggi besar” dan yang digunakan dalam
menerjemahkan “Up here so am I!” menjadi “Begitu pula aku saat di atas
pundaknya!” dapat menghasilkan bunyi yang sama di akhir tiap baris,
yaitu bunyi /a/. Teknik-teknik yang digunakan untuk menerjemahkan
kedua baris yang lain, yaitu kreasi diskursif dan penerjemahan harfiah,
juga dapat menghasilkan bunyi yang sama pada akhir tiap baris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
07/BSu/M/11 BSu: If loud thunder roars and the skies turn to grey, My dad keeps me safe, till the storm goes away. 07/BSa/M/11 BSa: Saat petir bergemuruh kencang dan langit menjadi kelam, Ayah melindungiku, sampai badai berlalu.
Seperti contoh sebelumnya, teknik-teknik yang digunakan dalam
menerjemahkan teks ini dapat menghasilkan terjemahan yang alamiah.
Kealamiahan terjemahan ini juga dipengaruhi oleh pilihan kata. Pilihan
kata dalam terjemahan juga dapat menghasilkan rima dalam bahasa
sasaran. Sebagai contohnya kata-kata “kelam” dan “berlalu”. Selain
berkolokasi dengan “langit” dan “badai”, kata-kata tersebut juga
memiliki kesamaan bunyi dengan kata terakhir pada baris sebelumnya.
02/BSu/M/2 BSu: My dad wakes me up every morning, like this – He tickles my nose and gives me a kiss. 02/BSa/M/2 BSa: Ayahku membangunkanku setiap pagi, seperti ini.. Dia menggelitik hidungku dan menciumku.
Rater 1 dan Rater 3 memberikan nilai 3 untuk teks ini. Teknik-
teknik yang digunakan membuat terjemahan terdengar alamiah. Salah
satunya ialah padanan lazim,.yang digunakan untuk menerjemahkan
“gives me a kiss” menjadi “menciumku”. Rater 2 menilai terjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
tersebut kurang sesuai karena menggunakan kata ganti “dia” untuk
merujuk pada “ayah”.
2. Terjemahan Kurang Berterima
Terjemahan yang termasuk kategori ini merupakan terjemahan
yang nilai keberterimaannya antara 1,34 – 2,65. Dalam terjemahan yang
kurang berterima, terdapat bagian-bagian yang tidak alamiah atau tidak
terdapat rima. Berikut disajikan beberapa contoh beserta pembahasannya.
03/BSu/M/4 BSu: We go out exploring there’s so much to see. My dad knows where all the best secrets will be! 03/BSa/M/4 BSa: Kami pergi menjelajahi dunia luar banyak sekali yang bisa dilihat. Ayahku tahu semua tempat yang menyimpan rahasia terbaik!
Teknik-teknik yang digunakan dalam menerjemahkan teks di
atas dapat menghasilkan terjemahan yang alamiah. Salah satunya ialah
penggunaan teknik modulasi, yang menghasilkan kalimat-kalimat
dengan susunan yang berbeda dalam teks bahasa sasaran. Akan tetapi,
teknik-teknik yang digunakan tidak dapat mereproduksi rima dalam
bahasa sasaran. Oleh karena itu, terjemahan dinilai kurang berterima.
08/BSu/M/13 BSu: When it’s raining my dad plays a staying-dry trick – To dodge all the raindrops we have to be quick!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
08/BSa/M/13 BSa: Ayah mengajari bagaimana caranya, tetap kering saat hari hujan – Kita harus bergerak cepat untuk menghindari tetesan air!
Terjemahan di atas dinilai 2 oleh semua rater. Ketiga rater memberi
nilai 2 karena teknik-teknik yang digunakan dalam terjemahan tersebut
tidak menghasilkan rima. Selain itu, terdapat ungkapan yang terdengar
janggal, yaitu “saat hari hujan”. Ungkapan yang lebih alamiah yang dapat
menggantikan ungkapan tersebut ialah “saat hujan”.
Nilai rata-rata keberterimaan terjemahan buku dwibahasa ini
ialah 2,66, yang berarti termasuk kategori berterima. Akan tetapi, nilai
tersebut merupakan nilai minimum kategori berterima Nilai
keberterimaan terjemahan ini tidak maksimal karena rima muncul tidak
pada semua bagian teks.
2.2.3. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keterbacaan
Kesembilan teknik penerjemahan di atas, metode penerjemahan
komunikatif dan ideologi domestikasi yang digunakan penerjemah
berdampak pada dihasilkannya terjemahan yang mudah dipahami
pembaca. Beberapa di antaranya antara lain:
10/BSu/M/17 BSu: My dad is so strong, he can lift anything. I hope I’m strong too when I’m grown-up like him. 10/BSa/M/17 Bsa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Ayahku kuat sekali, ia bisa mengangkat apa saja. Semoga aku juga kuat seperti ayah saat dewasa nanti.
Teknik-teknik yang digunakan berdampak positif terhadap
keterbacaan. Hal ini terbukti dengan penilaian yang diberikan oleh
kelima responden. Semua responden tidak menemui kesulitan dalam
memahami maksud terjemahan. Meskipun terdapat perubahan letak
informasi dengan teknik kompensasi, terjemahan yang dihasilkan
mudah dipahami pembaca.
02/BSu/M/2 BSu: My dad wakes me up every morning, like this – He tickles my nose and gives me a kiss. 02/BSa/M/2 BSa: Ayahku membangunkanku setiap pagi, seperti ini.. Dia menggelitik hidungku dan menciumku.
Terjemahan di atas termasuk dalam kategori terjemahan yang
mudah dipahami karena memiliki nilai keterbacaan 2,6. Responden 1, 2
dan 5 menganggap terjemahan tersebut mudah dipahami sedangkan
responden 3 dan 4 mengalami kesulitan memahami maksud terjemahan
karena terdapat kata “menggelitik”. Kata tersebut menyebabkan
responden 3 dan 4 kesulitan memahami maksud terjemahan meskipun
kata tersebut merupakan padanan yang tepat untuk kata “tickle”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Berdasarkan nilai rata-rata keterbacaan terjemahan tersebut (2,90),
tingkat keterbacaan terjemahan buku dwibahasa ini tinggi. Terjemahan
tepat ditujukan kepada anak-anak karena responden relatif tidak menemui
kesulitan memahami terjemahan. .
3. Tema Budaya
Secara umum, teknik-teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang
digunakan berdampak positif terhadap keakuratan dan keterbacaan. Akan
tetapi, terjemahan cenderung kurang berterima karena banyak rima yang
hilang dalam terjemahan. Selain itu, teknik-teknik penerjemahan dalam kedua
buku menunjukkan ciri penerjemahan teks bergambar, yaitu disesuaikan
dengan gambar yang ada,
Berdasarkan pembahasan mengenai dampak teknik, metode dan
ideologi terhadap kualitas terjemahan kedua buku dwibahasa, penulis juga
menemukan bahwa teknik, metode dan ideologi yang berorientasi pada
bahasa sasaran dapat menghasilkan terjemahan yang cenderung akurat.
Menurut Yang (2010), domestikasi menghasilkan terjemahan yang
alamiah namun seringkali mengorbankan pesan teks sumber. Ia
menyatakan, “Domesticating translation is easier for the readers to
understand and accept. However, the naturalness and smoothness of the TT
are often achieved at the expense of the cultural and stylistic messages of
the ST.”. Berdasar pernyataan tersebut, terjemahan dalam kedua buku
dwibahasa tersebut termasuk perkecualian karena memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tingkat keakuratan terjemahan tersebut tinggi karena dalam
terjemahan kedua buku tersebut, teknik-teknik yang berorientasi pada
bahasa sumber juga digunakan. Selain itu, teknik-teknik yang berorientasi
pada bahasa sasaran yang ada tidak banyak mengakibatkan distorsi makna.
Beberapa contohnya ialah adaptasi, padanan lazim, amplifikasi dan reduksi.
Penggunaan teknik-teknik ini cenderung sebatas membuat terjemahan lebih
alamiah dan memunculkan unsur yang tersirat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai teknik, metode, ideologi dan
dampaknya terhadap rima dan kualitas terjemahan pada buku A Kiss Goodnight
(Kecupan Selamat Malam) dan Me and MY Dad! (Aku dan Ayahku!), penulis
dapat mearik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 15 teknik yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan
buku dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam). Teknik-
teknik tersebur yaitu penerjemahan harfiah, padanan lazim, amplifikasi
linguistik, kompensasi, transposisi, reduksi, modulasi, adaptasi, kreasi
diskursif, kompresi linguistik, amplifikasi, partikularisasi, generalisasi,
peminjaman dan kalke. Metode yang dipilih oleh penerjemah ialah
penerjemahan komunikatif dan ideologi yang digunakan ialah domestikasi.
Terdapat 9 teknik penerjemahan dalam buku dwibahasa Me and My Dad!
(Aku dan Ayahku!), yaitu penerjemahan harfiah, kompensasi, padanan
lazim, amplifikasi, amplifikasi linguistik, modulasi, reduksi, transposisi dan
kreasi diskursif. Sama seperti dalam buku A Kiss Goodnight (Kecupan
Selamat Malam), metode yang digunakan ialah penerjemahan komunikatif
dan ideologi yang digunakan ialah domestikasi.
2. Teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam buku
dwibahasa A Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) dan Me and My
Dad! (Aku dan Ayahku!) dapat menghasilkan rima dalam bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Akan tetapi, rima hanya dapat dihasilkan pada beberapa bait, tidak pada
seluruh bait dalam kedua teks.
3. Teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam buku A
Kiss Goodnight (Kecupan Selamat Malam) menghasilkan terjemahan yang
akurat, kurang berterima dan mudah dipahami. Sementara itu, dalam buku
Me and My Dad! (Aku dan Ayahku!), teknik,metode dan ideologi
penerjemahan menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah
dipahami.
B. Saran
1. Penerjemah sebaiknya lebih memperhatikan kesepadanan makna
terjemahan kata hubung. Penerjemah harus memahami makna hubungan
antarklausa dan memutuskan diksi yang tepat sebagai padanan kata hubung.
Terjemahan kata hubung yang tidak tepat dapat mempengaruhi hubungan
antarklausa dan makna kalimat dan teks secara keseluruhan.
2. Penerjemah teks-teks yang mengandung unsur stilistika seharusnya lebih
memperhatikan aspek gaya selain kesepadanan makna. Teknik-teknik,
metode dan ideologi yang dipilih hendaknya dapat menciptakan efek
stilistik yang sepadan atau setidaknya sedekat-dekatnya. Hal tersebut juga
sebaiknya menjadi pertimbangan penerjemah dalam pengambilan
keputusan. Aspek gaya perlu mendapatkan perhatian lebih karena dalam
teks-teks semacam ini, bukan hanya aspek isi (content) yang merupakan
aspek utama, tetapi gaya juga merupakan aspek penting.