22
UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek Makalah Non-Seminar Candra Bayu Salam 1206230145 Pembimbing Eliza Gustinelly, M.A. 196108041993032001 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK JUNI 2016

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel

Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek

Makalah Non-Seminar

Candra Bayu Salam

1206230145

Pembimbing

Eliza Gustinelly, M.A.

196108041993032001

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI BELANDA

DEPOK

JUNI 2016

Page 2: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

i

Page 3: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

ii

Page 4: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

iii

Page 5: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

iv

Page 6: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

1

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja

Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek

Candra Bayu Salam (1206230145)

Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,

16424, Indonesia.

E-mail: [email protected]

Abstrak

Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi antara sesama manusia. Ragam

bahasa pada setiap orang dapat berbeda karena banyak faktor. Ragam bahasa laki-laki dan

perempuan memiliki karakteristik masing-masing menurut para ahli. Penelitian ini bertujuan

untuk melihat perbedaan antara ragam bahasa remaja laki-laki dan perempuan melalui ujaran-

ujaran tokoh didalam novel Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Setelah dianalisis, ditemukan

bahwa terdapat beberapa ujaran yang tidak sesuai dengan ciri ragam bahasa laki-laki dan

perempuan menurut para ahli linguistik didalam novel remaja ini.

kata kunci: bahasa, laki-laki, perempuan, ujaran, novel remaja.

The Analysis of Language Variety of Youth Men and Women in Teen Novel

Ik ben jouw vriend niet meer by Peter van Beek

Abstract

Language plays an important role in communication among people. Variety of language on

every person can vary due to many factors. Language varieties of men and women have their

own characteristics, according to experts. This study aims to look at the differences between

the various languages of teenage boys and girls through the utterances of the characters in the

novel Ik ben jouw vriend niet meer by Peter van Beek. The method used in this study is a

literature review. Once analyzed, it was found that there are several utterances that do not fit

with the explanation of the notion based on the experts in the novel.

keywords: language, male, female, speech, young adult novels

I. Pendahuluan

Menurut Fodor (1974), Bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan

sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan

yang dimaksud dengan sitem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan

konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi

Page 7: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

2

yang dimaksud. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan satu sama lain. Akan tetapi,

ragam bahasa yang digunakan oleh satu orang dengan yang lainnya cenderung dapat berbeda

karena banyak faktor. Menurut Chaer dan Agustina (2003), variasi bahasa merupakan

keragaman atau perbedaan dalam penggunaan bahasa. Variasi bahasa terjadi karena penutur

bahasa yang tidak homogen. Perbedaan bahasa terjadi karena banyak faktor. Misalnya faktor

kelas sosial atau pendidikan, yang biasa disebut elaborated code dan resticted code atau

bahasa formal dan informal. Selain itu bahasa juga dapat dipengaruhi oleh usia. Orang yang

sudah dewasa biasanya akan lebih menggunakan ragam bahasa yang formal karena telah

memiliki banyak kosakata. Sedangkan pada anak-anak, mereka biasanya menggunakan

ragam bahasa yang lebih sederhana. Perbedaan ini juga dapat terjadi karena adanya

perbedaan jenis kelamin antar penutur, yaitu laki-laki dan perempuan.

Apa yang membedakan seorang laki-laki dan perempuan berbeda? Yang membedakan tidak

hanya jenis kelamin, pakaian, sikap, cara bergerak, mereka juga berbicara dan mendengar

dengan cara yang berbeda (Oppermann dan Weber, 1997). Oleh karena itu, secara tidak

langsung dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari, laki-laki dan perempuan

berbicara menggunakan ragam bahasa yang berbeda, baik secara sadar maupun tidak.

perbedaan cara berbahasa laki-laki dan perempuan bertumpu pada konteks jaringan sosial dan

maksud pembicara. Maksud pembicara ditentukan oleh beberapa konteks, yaitu waktu,

tempat, peristiwa, etnik, agama, lingkungan sosial, ekonomi, politik dan mitra tutur.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti novel Ik ben jouw vriend niet meer

karya Peter van Beek sebagai korpus. Peter van Beek merupakan seorang penulis laki-laki

yang berkewarganegaraan Belanda. Buku ini merupakan salah satu karyanya yang diterbitkan

pada tahun 1997 oleh penerbit Kok Educatief. Novel Ik ben jouw vriend niet meer bercerita

tentang percintaan sekaligus pertemanan. Novel ini dibangun dengan tiga tokoh sentral, yaitu

Daaf, Bram dan Elsa. Cerita cinta, persahabatan dan persaingan sangat kental didalam novel

ini. Tokoh Daaf dan Elsa berusaha untuk menjebak temannya, yaitu Bram karena Bram

dianggap selalu superior dibanding mereka berdua.

Didalam suatu novel tentunya banyak hal yang dapat disorot dan diteliti lebih dalam seperti,

alur, ruang, waktu dan penokohan. Pada novel remaja biasanya akan terdapat penggunaan

bahasa yang lebih menarik karena sesuai dengan tujuan pembaca yaitu remaja yang bi

asanya lebih sering menggunakan bahasa yang sedang trend. Novel remaja biasanya

Page 8: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

3

dibangun oleh dua tokoh sentral, yaitu tokoh laki-laki dan perempuan. Masalah penelitian

yang akan dibahas didalam penulisan ini adalah ini adalah:

Bagaimana ragam bahasa remaja laki-laki dan perempuan dalam novel Ik ben jouw vriend

niet meer karya Peter van Beek ditampilkan, dilihat dari ujaran-ujaran yang lugas dan tegas,

penggunaan kata sifat dan ujaran-ujaran yang penuh dengan keyakinan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara ragam bahasa laki-laki dan

perempuan yang terdapat pada novel remaja Ik ben jouw vriend niet meer lewat percakapan

antara tokoh-tokoh yang terdapat didalam cerita.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi pustaka. Peneliti pertama-tama akan

membaca teori mengenai ragam bahasa laki-laki dan perempuan menurut para ahli linguistik.

Lalu peneliti akan mencari korpus yang sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya peneliti

akan memilah-memilah dialog yang terdapat didalam cerita. Kemudian peneliti akan

menganalisis potongan-potongan dialog yang terdapat dalam cerita dengan teori-teori yang

dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik. Langkah terakhir peneliti akan membuat

kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

Landasan Teori

Menurut Oppermann dan Weber (1997) ragam bahasa laki-laki yang sering muncul adalah

laki-laki biasanya berbicara seputar status dan kekuasaan, laki-laki berbicara secara tegas,

jelas dan langsung, laki-laki memformulasikan kalimat-kalimatnya secara sederhana dan

tanpa rasa keragu-raguan, laki-laki cenderung kompetitif dan nonkooperatif. Sebaliknya, ciri

ragam bahasa perempuan yang sering muncul adalah perempuan sering mengeluarkan

pendapatnya dengan hati-hati, seperti menggunakan bentuk kalimat tanya (Oppermann dan

Weber: 1997), perempuan sering menggunakan “saya kira” walaupun mereka sebenarnya

sangat yakin , perempuan memperhalus kata-kata mereka seperti menggunakan; bentuk

konjungtif yang tidak perlu, partikel, permintaan maaf, pernyataan yang menjadi pertanyaan.

Selain itu, Robin Lakoff dalam buku nya yang berjudul Language and women's place (1973)

membuat beberapa stereotipe mengenai ragam dan gaya berbicara yang lekat dengan

perempuan. Berikut 10 stereotipe ragam bahasa perempuan yang lekat dengan perempuan :

1. Kontur intonasi berbicara perempuan lebih bervariasi daripada laki-laki.

Page 9: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

4

2. Perempuan lebih banyak menggunakan eufemis atau diminutif daripada laki-laki.

3. Perempuan lebih banyak menggunakan bentuk-bentuk ekspresif seperti kata sifat.

4. Perempuan menggunakan pola intonasi dengan nada pertanyaan, mengindikasi

ketidakpastian atau membutuhkan penerimaan.

5. Suara perempuan lebih mendesah daripada laki-laki.

6. Perempuan lebih menggunakan bahasa-bahasa yang tersirat dan lebih sopan daripada

laki-laki

7. Didalam percakapan perempuan lebih sering diinterupsi.

8. Gaya komunikatif perempuan lebih bersifat kolaboratif daripada kompetitif.

9. lebih banyak perempuan yang berekspresi secara non-verbal (melalui gestur dan

intonasi) daripada laki-laki.

10. Ketika berbicara, perempuan cenderung berhati-hati dalam penggunaan bahasanya,

seperti menggunakan gramatika yang lebih baik daripada laki-laki.

Perempuan juga sering menungkapkan sesuatu secara tidak lansung, mengutamakan intonasi

bertanya pada kalimat pernyataan dan permintaan (Samel: 1995), menggunakan tag-questions

, menggunakan bentuk penghalusan, mengungkapkan kalimat dengan lebih baik dan benar

secara sintaksis, dan bersifat kooperatif. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa laki-laki

berbicara secara langsung atau frontal. Sedangkanmenurut Dede Brouwer (1991), perempuan

berkomunikasi satu dengan lainnya atas dasar sesama perempuan atau tidak mengenal

klasifikasi sosial dan laki-laki berkomunikasi satu dengan lainnya atas dasar kekuasaan.

Perempuan sering membicarakan mengenai perasaan dan hubungan ketika mereka sedang

berbincang-bincang, sedangkan laki-laki lebih sering membicarakan tentang olahraga,

kompetisi dan bisnis yang pernah mereka baca atau dengar. Perempuan sering menggunakan

bentuk kata-kata yang tersirat dan tidak jelas maksudnya. Bentuk kata-kata tersebut sering

digunakan perempuan ketika berbicara dengan laki-laki.

Ketika perempuan berbicara mereka lebih ke arah penerimaan dan pengakuan. Mereka juga

dapat saling bertukar pengalaman pribadi. (Brouwer: 1991). Laki-laki lebih mengambil jarak

ketika berbicara satu sama lain. Mereka lebih memilih membicarakan aktivitas umum

daripada membicarakan masalah mereka. Mereka lebih sering membicarakan masalah

mereka dengan perempuan. Mereka lebih merujuk kepada hierarki/tingkatan dan menghindari

segala hal yang menunjukkan kelemahan mereka. Selain itu, laki-laki sangat rasional dan

teknis (Brouwer: 1991). Oleh karena itu perempuan ketika berbicara, perempuan lebih

terlihat kooperatif sedangkan laki-laki ketika berbicara laki-laki lebih terlihat kompetitif

(Brouwer: 1991).

Page 10: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

5

Batasan Masalah

Peneliti hanya akan melihat dan membahas dialog yang diujarkan oleh tiga tokoh sentral,

yaitu Daaf, Bram dan Elsa.

Penelitian ini hanya berfokus pada ragam bahasa laki-laki yang berbicara secara langsung,

tegas dan jelas. sedangkan perempuan biasanya lebih memperhalus ujarannya. Kedua

penelitian ini juga membahas tentang penggunaan kata sifat. Terakhir penelitian ini juga akan

berfokus pada keyakinan ujaran antara laki-laki dan perempuan.

II. Analisis dan Pembahasan

Pada bagian pembahasan peneliti akan memetakan bagian-bagian dialog yang memunculkan

ciri-ciri ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Kemudian potongan-potongan dialog tersebut

akan dianalisis secara mendalam. Selanjutnya peneliti akan membuktikan apakah potongan-

potongan dialog tersebut sesuai atau tidak dengan ciri-ciri ragam bahasa laki-laki maupun

perempuan. Peneliti pertama akan membahas tentang ujaran secara tegas, lugas dan jelas

yang merupakan ciri ragam bahasa laki-laki. Namun sangat sering ditampilkan didalam novel

remaja ini. Kedua Peneliti akan membahas tentang penggunaan kata sifat. Terakhir peneliti

akan membahas dan menganalisis tentang keyakinan ujaran didalam novel Ik ben jouw vriend

niet meer karya Peter van Beek.

II.1

Pada pembahasan yang pertama peneliti akan melihat dan menganalisis mengenai ujaran

secara langsung dan tidak langsung pada ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Menurut

para ahli laki-laki biasanya berbicara secara langsung, tegas dan jelas, sedangkan perempuan

biasanya lebih memperhalus kata-kata saat berbicara dengan lawan bicara.

1. Elsa :Het kan niet mislukken. We hebben het goed voorbereid. Straks haal je

vijfhonderd gulden1 van de bank. Het geld breng je naar mij. Ik doe het geld in

een portemonne. Het is een gaaf plan.

(Rencana ini tidak akan gagal. Kita sudah mempersiapkannya dengan sangat

baik. Segera ambil uang lima ratus gulden dari tabunganmu. Kemudian

1Merupakan mata uang negara Belanda sebelum negara Belanda menggunakan mata uang Euro.

Page 11: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

6

berikan uang itu kepadaku. Aku akan menyimpan uang itu kedalam dompet.

Ini rencana yang bagus)

2. Daaf :Als het maar goed afloopt. Anders ben ik vijfhonderd gulden kwijt.

(Semoga saja berhasil. Apabila gagal maka aku akan kehilangan uang lima

ratus gulden)

3. Elsa: Je moet niet zo twijfelen. Het mislukt echt niet.

(Kamu tidak boleh ragu. Rencana ini tidak akan gagal)

4. Daaf: Ik doe het voor jou.

(Aku melakukan ini untuk kamu)

Ciri ragam bahasa laki-laki terlihat pada ujaran nomor 2 saat Daaf berbicara kepada Elsa.

Ketika Daaf merasa takut kehilangan uangnya. Daaf mengatakan langsung bahwa ia benar-

benar takut apabila rencana nya gagal dan ia kehilangan uangnya tanpa menggunakan bentuk

penghalusan (Oppermann dan Weber: 1997)

5. Elsa: Waar denk je aan?

(Apa yang kamu pikirkan?)

6. Daaf: Aan Bram

(Tentang Bram)

7. Elsa: Hij is overal goed in. Hij haalt hoge cijfers. Hij is de beste van de klas. En hij

speelt graag de baas over iedereen. Daarom heeft hij een lesje nodig. We

nemen het plan nog een keer door.

(Dia itu bisa apa saja. Dia mendapat nilai yang bagus. Dia yang terbaik di

kelas. Dia selalu seolah olah membuat dirinya menjadi bos diantara kita

semua. Oleh karena itu kita harus memberikan dia sedikit pelajaran. Kita

lakukan rencana ini sekali saja.)

8. Daaf: Goed

(Baiklah)

Pada dialog nomor 6 dan 8 juga terdapat ciri ragam bahasa laki-laki pada ujaran Daaf. Daaf

memformulasikan kata-kata nya dengan singkat dan jelas. Laki-laki sering menjawab dengan

Page 12: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

7

singkat (respon minimal) dibanding perempuan yang biasanya menggunakan lebih banyak

kata-kata (Lakoff: 1973).

9. Daaf: Komt snel, naar mijn kamer. Het is hetzelfde handschrijft.

(Cepat kesini. ke kamarku. Ini tulisan yang sama.)

10. Bram: Wat een gemene streek!

(Apa-apaan ini!)

Pada dialog antara Daaf dan Bram nomor 9 terlihat ragam bahasa remaja laki-laki. Daaf

mengatakan kata-katanya dengan lugas dan jelas tanpa ada kiasan kata sedikitpun. Hal ini

tentunya sesuai dengan teori yang dikemukankan oleh Oppermann dan Weber dimana laki-

laki memformulasikan kata-kata nya dengan jelas,lamgsung dan tegas.

11. Bram: Dus je gaat niet mee?

(Jadi kamu tidak mau ikut?)

12. Daaf: Nee, het is jouw geld. Je doet het maar allen.

(Tidak. Itu uangmu. Kamu gunakan saja sendiri.)

Pada percakapan antara Bram dan Daaf diatas, terlihat pada nomor 12 bahwa Daaf

mengatakan sesuatu secara langsung dan jelas tanpa memperhalus ataupun memformulasikan

kata-katanya agar terdengar lebih baik. Satu dari sepuluh stereotipe yang dirumuskan oleh

Robin Lakoff (1973) mengatakan bahwa perempuan biasanya lebih menggunakan bahasa

yang tersirat dan lebih sopan. Sedangkan laki-laki berbicara secara langsung, tegas dan lugas.

13. Bram: Zet de muziek uit! Ik wil iets zeggen. Laten we het mooiste meisje uit de klas

kiezen. Alleen de jongens mogen stemmen.

(Matikan musik! Aku ingin mengatakan sesuatu. Bagaimana kalau kita pilih

perempuan yang paling cantik di kelas. Hanya anak laki-laki yang boleh

bersuara.)

14. Jongens: Doen, doen, doen!

(Ayo, ayo, ayo!)

15. Bram: Allemaal stil!

(Semua tenang!)

Page 13: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

8

Pada ujaran Bram diatas terlihat di nomor 13 dan 15. Bram mengungkapkan dan

memformulasikan kata-katanya secara langsung, tegas dan jelas saat Bram meminta untuk

mematikan musik dan memberikan instruksi. Ujaran Bram tentunya sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997), dimana laki-laki memformulasikan kata-

katanya dengan jelas dan tegas tanpa menggunakan penghalusan.

16. Elsa: Waar ligt een grote steen?

(Dimana letak batu besar?)

17. Daaf: Bij de molen!

(Di dekat kincir angin!)

18. Elsa: Dat is niet in het midden van de stad.

(Tetapi itu tidak berada ditengah kota.)

Pada ujaran Daaf nomor 17 di atas, Daaf menjawab pertanyaan Elsa dengan lugas dan jelas.

Hal ini tentunya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997).

Menurut Oppermann dan Weber (1997), pria berbicara lebih jelas dan langsung, pria

memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti, pria cenderung kompetitif

dan nonkooperatif.

19. Elsa: Die N is Nederland! In het midden van Nederland ligt grote steen.

(N adalah Belanda! Di tengah negara Belanda terletak batu besar.)

20. Daaf: Het middelpunt van Nederland. Waar is dat?

(Sebuah titik tengah di negara Belanda. Di manakah itu?)

21. Elsa: In Lunteren2. Vorig jaar ben ik er geweest.

(Di Lunteren. Tahun lalu aku di sana.)

22. Daaf: Lunteren?

(Lunteren?)

23. Elsa: Een dorp op de Veluwe3. We gaan erheen!

(Sebuah desa di Veluwe. Kita akan ke sana.)

2 Merupakan sebuah kota kecil di provinsi Gelderland, Belanda.

3 Merupakan sebuah daerah yang dipenuhi pepohonan di provinsi Gelderland, Belanda.

Page 14: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

9

Pada ujaran Elsa kepada Daaf di atas, Elsa menjawab pertanyaan Daaf secara lugas dan pasti.

Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997), perempuan sering menggunakan kata

"saya kira" walaupun sebenarnya mereka sangat yakin dengan ujaran mereka.

24. Elsa: Je kunt nu kiezen. Bram of mij.

(Sekarang kamu bisa memilih. Bram atau aku.)

25. Daaf: Stik jij maar!

(Mati saja kau!)

Pada ujaran nomor 25 ketika Daaf berbicara kepada Elsa diatas, Daaf mengatakan secara

lugas dan pasti. Daaf menggunakan umpatan dan menanggapi secara langsung pernyataan

Elsa. Hal ini tentunya sesuai dengan teori ragam bahasa laki-laki dan perempuan dan

perempuan menurut Oppermann dan Weber (1997), pria berbicara lebih jelas dan langsung,

pria memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti.

26. Bram: Ben je bang of zo?

(Apakah kamu takut?)

27. Daaf: Helemaal niet.

(Tidak sama sekali.)

28. Bram: Nou, kom op dan!

(Ayo masuk!)

Ujaran Daaf kepada Bram pada nomor 27 diatas, memperlihatkan bahwa Daaf benar-benar

tidak takut kepada Bram. Daaf mengatakan itu secara tegas dan pasti. Menurut Robin Lakoff,

laki-laki cenderung berbicara secara langsung, tanpa memformulasikan kata-kata untuk

memperhalus ujarannya.

II.2

Pada pembahasan selanjutnya peneliti akan melihat penggunaan kata sifat. Menurut para ahli

linguistik perempuan biasanya lebih sering menggunakan kata sifat untuk mengekspresikan

ujarannya.

29. .Elsa: Hoi.

(Hai.)

Page 15: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

10

30. Daaf: Je laat me schrikken.

(Kamu mengejutkanku.)

31. Elsa: Grapje! Die Bram is minder slim dan ik dacht. Je speelt goed toneel.

(Bercanda! Bram tidak sepintar yang aku pikirkan. Kamu berperan baik.)

32. Daaf: Het was jouw plan

(Itu kan rencanamu)

Pada dialog percakapan nomor 31 diatas saat Elsa mengungkapkan kata sifat minder slim dan

juga goed gaya bahasa remaja perempuan terlihat. Hal ini senada dengan teori Robin Lakoff

dalam buku nya Language and women's place (1973). Lakoff mengungkapkan bahwa

perempuan sering menggunakan kata-kata ekspresif seperti kata sifat daripada laki-laki.

Namun pada ujaran Elsa selanjutnya justru teori yang diungkapkan Lakoff tidak

tergambarkan. Lakoff menerangkan bahwa gaya komunikasi perempuan lebih kolaboratif

daripada kompetitif. Tetapi ujaran Elsa diatas justru lebih kompetitif karena Elsa

menganggap Bram tidak lebih pintar dari yang ia bayangkan. Hal ini mungkin terjadi karena

Elsa yang tidak suka kepada Bram.

33. Elsa: Hij denkt dat hij alles kan, ik ben nog steeds kwaad op hem. Hoe kun je vriend

zijn met zo'n gozer.

(Dia berpikir bahwa ia dapat melakukan semuanya. Aku masih masih marah

padanya. Bagaimana bisa kamu berteman dengan laki-laki seperti itu.)

34. Daaf: Dit is de laatste dag. Daarna zijn we geen vrienden meer.

(Ini hari terakhir. Selanjutnya aku tidak akan berteman lagi dengannya.)

35. Elsa: Jij ben te lief.

(Kamu terlalu baik.)

Pada ujaran Elsa nomor 33 dan 35 diatas, Elsa menggunakan kata sifat untuk

mengungkapkan perasaanya kepada Daaf. Hal ini tentunya serupa dengan teori yang

dikemukakan oleh Robin Lakoff (1973), Lakoff mengatakan bahwa perempuan lebih sering

menggunakan kata sifat untuk mengambarkan perasaan mereka.

Page 16: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

11

II.3

Pada pembahasan yang terakhir peneliti akan membahas tentang keyakinan dalam berbicara

dalam ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Menurut para ahli linguistik perempuan

biasanya berhati-hati dan sering penuh keraguan dalam berbicara, sedangkann laki-laki lebih

lugas dan jelas.

36. Elsa: Het kan niet mislukken. We hebben het goed voorbereid. Straks haal je

vijfhonderd gulden van de bank. Het geld breng je naar mij. Ik doe het geld in

een portemonne. Het is een gaaf plan.

(Rencana ini tidak akan gagal. Kita sudah mempersiapkannya dengan sangat

baik. Segera ambil uang lima ratus Gulden dari tabunganmu. Kemudian

berikan uang itu kepadaku. Aku akan menyimpan uang itu kedalam dompet.

Ini rencana yang bagus.)

37. Daaf: Als het maar goed afloopt. Anders ben ik vijfhonderd gulden kwijt.

(Tetapi jika itu berhasil. Apabila gagal maka aku akan kehilangan uang lima

ratus Gulden.)

38. Elsa: Je moet niet zo twijfelen. Het mislukt echt niet.

(Kamu tidak boleh ragu. Rencana ini tidak akan gagal.)

39. Daaf: Ik doe het voor jou.

(Aku lakukan ini untuk kamu.)

Ciri ragam bahasa perempuan tidak terlihat pada ujaran Elsa di nomor 36 dan 38. Elsa terlihat

sangat yakin dengan ujarannya kepada Daaf. Bahkan Elsa juga coba membuat Daaf yakin

dengan ujarannya. Sedangkan Oppermann dan Weber (1997) menerangkan bahwa

perempuan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat walaupun sebenarya sangat

yakin dengan ujarannya.

40. Daaf: Maar wat gebeurt er als Bram het geld toch opmaakt?

(Namun apa yang terjadi jika Bram menghabiskan seluruh uangnya?)

41. Elsa: Dat doet hij niet. Hij brengt het geld vanavond terug. Hij heeft de envelop toch

meegenomen?

(Dia tidak akan melakukan itu. Dia mengembalikan uangnya malam ini. Dia

membawa amplopnya kan?)

Page 17: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

12

42. Daaf: Het is al mijn spaargeld.

(Ini semua uang tabunganku.)

Menurut teori yang dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997). Perempuan sering

memperhalus kata-kata mereka dengan konjungtif yang tidak perlu, partikel, permintaan maaf

dan pernyataan yang dibuat pertanyaan. Menurut Lakoff hal ini terjadi karena perempuan

meminta kepastian dari lawan bicara atau mengidentifikasikan keraguan perempuan terhadap

ujarannya. Hal ini tentunya serupa dengan ujaran Elsa kepada Daaf pada nomor 41. Elsa

memberikan bentuk pertanyaan kepada Daaf karena Elsa ragu akan pendapatnya dan Elsa

meminta kepastian jawaban itu dari Daaf.

43. Elsa: Om acht uur vanavond heb je al je gel terug. Deze avond zal hij nooit

meer vergeten.

(Pada pukul delapan malam uangmu akan dikembalikan seluruhnya.

Dia tidak akan pernah melupakan malam ini.)

44. Daaf: Maken we het niet te erg? Is het niet strafbaar wat we doen?

(Apakah kita tidak keterlaluan? Apakah yang kita lakukan ini tidak

kena hukuman?)

45. Elsa: Hij heeft een lesje nodig. Bram is een verwaande kwal.

(Dia membutuhkan pelajaran. Bram adalah anak yang sombong.)

Pada percakapan Daaf nomor 44 di atas ragam bahasa remaja laki-laki tidak terlihat karena

Daaf justru terlihat ragu dengan ujarannya karena Daaf merasa bersalah melakukan sesuatu

kepada Bram. Daaf memformulasikan kata-katanya dengan pertanyaan kepada Elsa.

Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997) laki-laki mengatakan sesuatu dengan

jelas, lugas dan tegas.

46. Elsa: Bram zal zo wel komen. We hebben nog een half uur.

(Bram pasti akan datang. Kita masih punya waktu setengah jam lagi.)

47. Daaf: Toch vind ik dat we te ver zijn gegaan.

(Namun menurutku kita sudah kelewatan.)

48. Elsa: Bram heeft straf verdiend.

(Bram telah mendapat ganjarannya.)

Page 18: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

13

49. Daaf: Jij wilt wraak. Dat is wat anders. Het is al twee maanden geleden. Je

moet dingen kunnen vergeten.

(Kamu ingin balas dendam. Itu lain lagi. Itu sudah dua bulan berlalu.

kamu harus bisa melupakan.)

Pada percakapan nomor 46 diatas terlihat Elsa sangat yakin dengan ujarannya. Elsa yakin

bahwa Bram akan datang. Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan teori yang dikatakan

oleh (Samel: 1995) Perempuan juga sering menungkapkan sesuatu secara tidak langsung,

mengutamakan intonasi bertanya pada kalimat pernyataan dan permintaan, menggunakan

tag-questions , menggunakan bentuk penghalusan,.

Namun sebaliknya pada ujaran nomor 47 Daaf berujar secara tidak lugas dan tegas oleh Daaf,

Daaf justru ragu. Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997),laki-laki

memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti. Hal ini tentunya tidak

sesuai dengan ujaran Daaf kepada Elsa. Daaf menjawab dengan keraguan dan penuh

ketidakpastian.

50. Elsa: Daar doen wij net aan mee!

(Kita baru saja ikut melakukannya!)

51. Bram: Jij hoeft niet ook niet mee te doen. Lelijke meiden mogen naar huis.Jij

kunt toch niet winnen. Klopt dat jongens?

(Kamu tidak perlu ikut serta. Gadis-gadis jelek boleh pulang. Kamu

juga tidak akan menang kan. Benar tidak teman-teman?)

52. Jongens: Ja!

(Iya!)

Pada percakapan nomor 51 di atas Bram terlihat kurang yakin dengan ujarannya. Bram justru

meminta pengakuan dari lawan berbicara lainnya. Bram mengharapkan respon yang baik dari

teman-temannya sehingga Bram menggunakan bentuk pertanyaan dan menggunakan kata

tochmenekanan pertanyaanya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan gaya bahasa laki laki,

dimana seharusnya yang sering menggunakan bentuk pertanyaan itu adalah perempuan bukan

laki-laki. Seperti yang dirumuskan Samel (1995), perempuan juga sering menungkapkan

sesuatu secara tidak lansung, mengutamakan intonasi bertanya pada kalimat pernyataan dan

permintaan.

Page 19: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

14

53.Daaf: Nog een minuut.

(Satu menit lagi.)

54.Elsa: Komt hij wel?

(Apakah dia akan datang?)

55.Daaf: Daar is hij.

(Itu dia)

Pada ujaran Elsa nomor 54 di atas. Memperlihatkan kekhawatiran Elsa. Sehingga Elsa

memformulasikan kata-katanya dengan bentuk pertanyaan, dan berharap mendapat kepastian

dari Daaf. Artinya ujaran Elsa sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robin Lakoff

(1973), pada salah satu stereotipe yang dirumuskannya mengatakan bahwa, Perempuan

menggunakan pola intonasi dengan nada pertanyaan, mengindikasi ketidakpastian atau

membutuhkan penerimaan.

56. Elsa: Wat zei hij?

(Apa yang dia katakan?)

57. Daaf: Het was een andere stem. Misschien was het Bram niet.

(Itu suara yang berbeda. Mungkin itu bukan Bram.)

58. Elsa: Natuurlijk wel. Wat heeft hij gezegd?

(Tentu saja. Apa yang dia katakan?)

59. Daaf: Schrijf maar op: In het midden van N ligt een grote steen. Vanmiddag om een

uur. Dit raadsel is honderd gulden waard.

(Tulis saja: Di tengah N terletak batu besar. Siang ini pukul satu. Teka-teki

ini bernilai ratusan gulden)

Pada percakapan nomor 57 antara Daaf dan Elsa di atas terlihat bahwa Daaf terlihat ragu

karena Daaf berdua menggunakan adverbia misschien. Ujaran dengan keragu-raguan dan

penuh kehati-hatian mungkin lebih sering digunakan oleh perempuan dibanding laki-laki.

Menurut Oppermann dan Weber (1997), ciri ragam bahasa perempuan yang sering muncul

adalah wanita sering mengeluarkan pendapatnya dengan hati-hati.

Page 20: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

15

Sedangkan Elsa justru memberikan jawaban dengan lugas dan pasti pada ujaran nomor

58.Menurut Robin Lakoff (1973), Ketika berbicara, perempuan cenderung berhati-hati dalam

penggunaan bahasanya, seperti menggunakan adverbia dan modalitas. Maka ujaran Elsa

diatas kurang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli linguistik.

60. Elsa: We moeten eerst weten wat die N betekent.

(Pertama kita harus tahu apa maksud dari N)

61. Daaf: Een plaats?

(Sebuah tempat?)

62. Elsa: Misschien.

(Mungkin)

63. Daaf: Ik wil dit niet.

(Aku tidak menginginkan ini.)

Pada ujaran nomor 62 Elsa kepada Daaf di atas, Elsa kembali menggunakan kata misschien

untuk memperlihatkan kehati-hatiannya dalam menjawab. Hal ini tentunya selaras dengan

pendapat yang dikatakan oleh Oppermann dan Weber (1997), ciri ragam bahasa perempuan

yang sering muncul adalah; wanita sering mengeluarkan pendapatnya dengan hati-hati.

Ujaran Elsa diatas memperlihatkan kehati-hatian Elsa dalam mengemukakan pendapatnya.

64. Daaf: Weet jij de weg?

(Kamu tahu jalan ini?)

65. Elsa: Ongeveer. Het is in het bos.

(Ya kira-kira. Itu terletak di sebuah hutan.)

66. Daaf: We vragen het aan het loket.

(Kita bertanya di loket.)

Menurut Robin Lakoff (1973), perempuan sering memberikan jawaban yang ragu-ragu

walaupun sebenarnya mereka sangat yakin. Pada ujaran nomor 65 ketika Elsa menjawab

pertanyaan Daaf memperlihatkan keragu-raguan Elsa. Padahal Elsa yakin akan jawabannya

karena Elsa pernah berkunjung ke tempat itu sebelumnya.

67. Daaf: Toch had je haar niet zo moeten laten afgaan.

(Kamu tidak harus meninggalkannya kan.)

Page 21: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

16

68. Bram: Misschien niet. Wie heeft het plan met de portemonne bedacht?

(Mungkin tidak. Siapa yang memikirkan rencana dompet itu?)

69. Daaf: Elsa. Ze wilde je een lesje leren.

(Elsa. Dia ingin memberikanmu sedikit pelajaran.)

Pada percakapan antara Daaf dan Bram nomor 68 di atas, ketika Bram menjawab pertanyaan

dari Daaf, Bram terlihat ragu-ragu akan ujarannya. Menurut Oppermann dan Webber, laki-

laki berbicara secara lugas dan tegas. Ujaran Bram diatas tentunya kurang tepat dengan teori

tersebut.

III.Kesimpulan

Novel yang berjudul Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek ini adalah novel yang

menarik untuk dibaca oleh para remaja karena cerita didalam novel ini dekat dengan

kehidupan sehari-hari.Sehingga dapat diambil nilai moral yang baik pada novel ini. Ragam

bahasa laki-laki dan perempuan sangat terlihat didalam novel ini. Melalui penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat beberapa ujaran-ujaran yang sesuai dengan teori-teori para ahli.

Seperti ungkapan yang lugas dan jelas yang sering diucapkan oleh laki-laki sangat sering

muncul di dalam novel ini. Dapat dilihat pada ujaran yang bernomor 2,6,8,9,12,13,15,17,25

dan 27, pada semua ujaran tersebut laki-laki memformulasikan kata-katanya sesuai dengan

teori yang telah dibuat para ahli. Tetapi ujaran nomor 22 tidak sesuai dengan teori para ahli

karena ujaran lugas dan jelas tersebut dituturkan oleh perempuan, sedangkan untuk

penggunaan kata sifat penulis hanya menemukan sedikit kata sifat yang diujarkan. Seperti

pada ujaran nomor 31,33 dan 35, pada ujaran tersebut perempuan yang menggunakan kata

sifat sehingga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik. Untuk

bagian keraguan dalam berbicara, penulis juga banyak menemukan ujaran-ujaran yang

terliahat ragu-ragu. Akan tetapi tidak semua ujaran tersebut diujarkan oleh perempuan

sehingga ada banyak yang tidak sesuai dengan teori. Pada nomor ujaran 41,54,62 dan 65

ujaran yang ragu-ragu diungkapkan oleh perempuan sehingga untuk nomor-nomor ujaran

tersebut sangat sesuai dengan teori para ahli linguistik. Sedangkan pada nomor ujaran

36,38,44,46,47,51,57,58 dan 68 ujaran yang terlihat ragu-ragu diungkapkan oleh laki-laki.

Sehingga semua ujaran tersebut tidak sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini.

Page 22: Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam

17

Daftar Refrensi:

Sumber Data:

Beek, Peter van. 1997. Ik ben jouw vriend niet meer. Kampen: Kok Educatief

Sumber Pustaka:

Brouwer, Dede. 1991. Gender Variation in Dutch. Amsterdam: Walter De Gruyter & Co.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka

Cipta

Lakoff, Robin Tolmach. 1973. Language and women's place. Cambridge: University Press.

Oppermann, Katrin dan Erika Weber. 1997. Frauensparche - Mannersprache. Die

verschiedenen Kommunikationsstile von Mannern und Frauen. Landsberg am Lech:

mvg-verlag.

Rahayu, Purwiati. 2008. Analisis Ragam Bahasa Pria dan Wanita dalam Novel Das

Superweib Karya Hera Lind Ditinjau dari Implikatur Percakapan. Depok:

Universitas Indonesia

Samel. Ingrid. 1995. Einfuhrung in die feministische Sprachwissenschaft. Berlin: Erich

Schmidt verlag.

Sumber Elektronik

https://www.academia.edu/5783317/_Pengertian_Bahasa_Menurut_Para_Ahli, diakses pada

12Maret pukul 13.15 WIB

http://www.merriam-webster.com/dictionary/gulden, diakses pada 17 Mei pukul 10.30 WIB

http://www.lunteren.com/, diakses pada 23 Mei pukul 13.50 WIB

http://www.visitveluwe.com/, diakses pada 23 Mei pukul 14.15 WIB