Upload
dinhxuyen
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS RASIO CAMEL
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Oleh :
Moh. Nurul Shobah
104081002468
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009
ANALISIS RASIO CAMEL
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Moh. Nurul Shobah
104081002468
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM.
NIP : 150317955 NIP : 150326913
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1430H/2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Moh. Nurul Shobah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 27 Agustus 1986
3. Alamat : Ds. Kubang, Logandeng. No.27. RT.07.
RW.04. Karang Dadap, Pekalongan 51173
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Telepon : 085691011886/02193350921
7. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan
1. TK Muslimat NU, Kaliketing, Pekalongan (1991-1992)
2. MIS Kaliketing, Pekalongan (1992-1998)
3. Mts Negeri 1 Buaran, Pekalongan (1998-2001)
4. SMA Negeri 1 Kedungwuni, Pekalongan (2001-2004)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen (2004-2009)
III. Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Seksi Kewirausahaan
OSIS SMA N 1 Kedungwuni, Pekalongan (2002-2003)
2. Koordinator Kaderisasi PMII
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (2004-2005)
3. Koordinator Penelitian dan Pengembangan
BEM Jurusan Manajemen, FEIS, UIN Jakarta (2005-2006)
4. Ketua BEM Jurusan Manajemen, FEIS, UIN Jakarta (2006-2007)
5. Presiden BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Jakarta (2007-2008)
IV. Pengalaman Lainnya
1. Peserta Pertamina Youth Program Nasional 2007 (2007)
2. Peserta Workshop Wirausaha Muda Mandiri
Se-Jabodetabek (2008)
3. Peserta Economic and Business Summit BEM FE Se-ASEAN (2008)
ABSTRACT
This research attempts to provide an analysis of CAMEL ratios to predict
the financial performances of the Foreign Exchange Bank (FEB) and Non
Foreign Exchange Bank (NFEB). Besides that, the research also examine the
statistically differences of CAMEL ratios between FEB and NFEB. This research
uses annually data of financial reports, ten FEB and also ten NFEB period 2003-
2007 as research sample, and applies purposive sampling method. To predict the financial performances of the banks, Statistic method that
applied in this research was Binary Logistic Regression. Independent Sample T-
test and Mann-Whitney Test was applied to analyze whether CAMEL ratios of
FEB and NFEB has significant differences.
The result of this research shows the statistically significant differences of
CAMEL ratios between FEB and NFEB. But there is no significant differences of
PPAP variable between FEB and NFEB. This research also shows empirically
that only NPM and BOPO ratios can affect the financial performances of FEB
and NFEB statistically significant.
Keywords : CAMEL ratios, Binary Logistic Regression, Independent Sample T-
Test and Mann-Whitney Test.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis rasio CAMEL
memprediksi kinerja keuangan pada bank devisa dan bank non devisa. Selain itu juga dilakukan pengujian perbedaan secara statistik antara rasio CAMEL pada
bank devisa dan bank non devisa. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan, sampel penelitian ini adalah sepuluh bank devisa dan sepuluh
bank non devisa periode 2003-2007 dengan menggunakan metode purpossive
sampling. Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk
memprediksi kinerja keuangan bank adalah regresi logistik binary. Independent
Sample T-Test dan Mann-Whitney Test digunakan untuk menganalisis apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio CAMEL bank devisa dengan bank
non devisa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
secara statistik antara rasio CAMEL bank devisa dengan bank non devisa, namun
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel PPAP pada bank devisa
dan bank non devisa. Penelitian ini juga menunjukkan bukti empiris bahwa hanya
rasio NPM dan rasio BOPO yang secara signifikan mempengaruhi kinerja
keuangan bank devisa dan bank non devisa.
Kata kunci : Rasio CAMEL, Regresi Logistik Binary, Independent Sample T-Test
dan Mann-Whitney Test.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wasyukrulillah ala ni’matillah, segala puji bagi Allah SWT
yang merajai segala kehidupan. Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa
dikasihi-Nya dan hidup dalam ridha-Nya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Sang Suri Tauladan umat manusia, Rasulullah SAW, semoga
kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat diyaumul hisab kelak, amin.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya skripsi yang berjudul “Analisis
Rasio CAMEL dengan Metode Regresi Logistik pada Bank Devisa dan Bank Non
Devisa” ini telah selesai. Peneliti sadar akan kekurangan skripsi ini yang terlalu
jauh dari sempurna karena terbatasnya pengetahuan Peneliti, namun semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Allah SWT telah memberikan kekuatan kepada Peneliti hingga skripsi ini
dapat diselesaikan, akan tetapi banyak pihak yang telah mendukung Peneliti
dalam mengerjakan skripsi ini. Dengan segala ketulusan hati Peneliti memberikan
penghargaan setingi-tingginya dan mengucapkan untaian terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Ayahanda H. M. Su’ud dan Ibunda Hj. Khofiyah tercinta, yang tidak pernah
lelah memberikan kasih sayang, mendoakan, dan mensupport Peneliti baik
materi maupun spiritual agar senantiasa istiqomah dalam mengejar cita-cita.
Terima kasih Adik-adikku tersayang, Ayu, Dian, Anita, dan si kecil Imel yang
selalu menginspirasi dan memberikan semangat baru kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, sekaligus Penguji Ahli pada sidang Komprehensif yang senantiasa
mengingatkan Peneliti untuk tetap semangat. Semoga dibawah kepemimpinan
Prof. Dr. Abdul hamid, MS., kedepan FEIS akan lebih maju dan kompetitif.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni., selaku Ketua Jurusan manajemen dan
pembimbing I yang telah memberikan saran, ilmu pengetahuan dan
meluangkan waktunya hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM., selaku pembimbing II yang telah sabar
memberikan arahan dan saran kostruktif kepada peneliti agar hasil skripsi
menjadi lebih baik.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah mentransfer
ilmunya kepada peneliti selama belajar di bangku kuliah. Segenap civitas
akademika FEIS yang telah mendukung kegiatan perkuliahan.
6. Teman-teman yang telah membantu bertukar informasi dalam mengerjakan
skripsi ini, Vera, Lya, dan Niar. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang
setimpal.
7. Kawan-kawan seperjuangan manajemen kelas B ankatan 2004, Safri, Uyo,
Rifat, Edwin, Hendro, Eko, Tya dan Sahabat-sahabat terbaik ”Ikatan
Mahasiswa Kost”, Wawan, Anwar, Bintang, Fahri, dan Napay. Keluarga besar
Pengurus BEM-FEIS periode 2007-2008, spesial untuk sahabat Bram, Arif,
Badri, Ayu, Ita, Bana, Fifi, Najahi, Polo dan ”Si Neng”. Pengurus BEMJ
Manajemen 2005-2006, dan Keluarga Besar PMII Kom.FEIS khususnya
untuk Sahabat Sutan, Badru, Ilham, Bembenk, Pay, Paul, Rany, Dek Aey,
Rofik, Japen, Abi, Ocit Kost, dan Kang Alwi. Tanpa mengurangi rasa hormat
peneliti tidak dapat menulis satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan
moralnya, semoga tali persahabatan yang indah ini membawa manfaat dan
kekal hingga akhir zaman.
Atas segala kontribusinya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih
sayang dan pahala-Nya kepada pihak-pihak dan sahabat-sahabat yang telah
mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dari skripsi ini, namun semoga
dapat membawa manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Januari 2009
Moh. Nurul Shobah
(Peneliti)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan .............................................................................................i
Daftar Riwayat Hidup ...........................................................................................ii
Abstract ................................................................................................................iv
Abstrak ..................................................................................................................v
Kata Pengantar .....................................................................................................vi
Daftar Isi ............................................................................................................viii
Daftar Tabel .........................................................................................................xi
Daftar Gambar ....................................................................................................xii
Daftar Lampiran ................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan.............................................................................13
A.1. Definisi Laporan Keuangan ......................................................13
A.2. Tujuan Laporan Keuangan ........................................................14
A.3. Jenis Laporan Keuangan ...........................................................17
A.4. Pemakai Laporan Keuangan .....................................................18
B. Bank ..................................................................................................19
B.1. Definisi Bank ............................................................................19
B.2. Fungsi Bank dalam Perekonomian ...........................................21
B.3. Peran Bank ................................................................................22
B.4. Kegiatan Pokok Bank.................................................................23
B.5. Jenis-jenis Bank .........................................................................24
B.6. Pelayanan Jasa Bank ..................................................................27
B.7. Sumber Dana dan Modal Bank ..................................................29
B.8. Resiko Bank ...............................................................................33
B.9. Masalah Yang Dihadapi Perbankan ...........................................35
C. Rasio CAMEL ...................................................................................37
C.1. Faktor Permodalan .....................................................................37
C.2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif................................................40
C.3. Faktor Manajemen .....................................................................44
C.4. Faktor Rentabilitas .....................................................................45
C.5. Faktor Likuiditas ........................................................................46
D. Penelitian Sebelumnya ......................................................................48
E. Kerangka Pemikiran ..........................................................................51
F. Hipotesis ............................................................................................56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................57
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................58
C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................60
D. Metode Analisis ................................................................................61
E. Definisi Variabel Penelitian ..............................................................72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Bank Indonesia .......................................77
A.1. Sejarah Singkat Bank Indonesia ………..…………...………..77
A.2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia ….…………...………78
A.3. Misi Bank Indonesia ……………………..… ………………79
A.4. Visi Bank Indonesia ……………………...………………..….79
A.5. Nilai-nilai Bank Indonesia ……………………….…………...79
A.6. Sasaran Strategis Bank Indonesia ………………...………..…80
A.7. Kedudukan BI sebagai Lembaga Negara ……………..………80
A.8. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan) ........81
A.9. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Independen .......82
A.10. Kedudukan Kerjasama Bank Indonesia dengan Pemerintah ...83
A.11. Bank Devisa dan Bank Non Devisa ........................................84
B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif ..........................................85
C. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov ……...………..…………....89
D. Uji Mann-Whitney Test .....................................................................92
E. Uji Independent Sample T-Test …………………………………….95
F. Analisis Regresi Logistik …………………………………………..98
F.1. Ketepatan Model Prediksi ……………………...……………...99
F.2. Koefisien Cox & Snell dan Nagelkerke R Square ………...…102
F.3. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow …………...………....103
F.4. Ketepatan Prediksi Klasifikasi ……………………………….103
F.5. Uji Wald …………………………...........................................105
G. Interpretasi ……………………………....………………………...107
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .....................................................................................112
B. Implikasi .........................................................................................113
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran .................................................114
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................116
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................119
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
2.1 Kriteria Bank Sehat 48
3.1 Daftar Sampel Penelitian 58
4.1 Daftar Statistik Deskriptif 84
4.2 Hasil Uji Normalitas Data 86
4.3 Hasil Ringkas Uji Normalitas Data 87
4.4 Hasil Uji Mann-Whitney Test 89
4.5 Hasil Ringkas Uji Mann-Whitney Test 90
4.6 Output Group Statistic Uji Independent Sample T-Test 92
4.7 Hasil Uji Independent Sample T-Test 92
4.8 Hasil Ringkas Uji Independent Sample T-Test 93
4.9 Hasil Uji Data yang diproses Pada Regresi Logistik 97
4.10 Hasil Uji Identifikasi Data Pada Regresi Logistik 98
4.11 Hasil Uji Ketepatan Model dalam memprediksi Blok Pertama 98
4.12 Hasil Uji Ketepatan Model dalam memprediksi Blok Kedua 99
4.13 Hasil Uji Cox & Snell dan Nagelkerke R Square 100
4.14 Hasil Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow 101
4.15 Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi 102
4.16 Hasil Uji Wald 103
4.17 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik 104
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 54
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Output Data Statistik Deskriptif 116
2 Output SPSS One Sample Kolmogorov-Smirnov 117
3 Output SPSS Mann-Whitney Test 118
4 Output SPSS Independent Sample T-Test 119
5 Output SPSS Regresi Logistik 120
6 Rasio CAMEL Bank Devisa dan Bank Non Devisa
Periode 2003-2007 125
ANALISIS RASIO CAMEL
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Moh. Nurul Shobah
104081002468
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM.
NIP : 150317955 NIP : 150326913
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
NIP : 131474891
Hari ini, Kamis tanggal 7 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Moh. Nurul Shobah, NIM :
104081002468, dengan judul skripsi : ANALISIS RASIO CAMEL DENGAN
METODE REGRESI LOGISTIK PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si.
NIP : 150317955 NIP : 150368746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
NIP : 131474891
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sistem perekonomian modern ini, perbankan memainkan peranan
yang sangat urgent. Bank hadir sebagai lembaga keuangan yang sangat vital
dalam lalu lintas perekonomian masyarakat modern, khususnya dalam
pengalokasian sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat.
Dalam sarana-sarana yang diciptakan dan kemudahan yang diberikan, bank
telah banyak memberikan kemudahan kepada masyarakat. Bank telah berhasil
menjadi perantara dalam dunia keuangan yang diwujudkan dalam bentuk
memberikan kemudahan pertukaran, membantu pembentukan modal, dan
membantu kemungkinan berproduksi dalam skala massal (Arafat, 2004:8).
Bank sebagai lembaga keuangan menjalankan usahanya dengan
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit. Bank memiliki andil yang sangat penting
dalam perekonomian dan pembangunan negara ini. Bank merupakan lembaga
perantara (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus unit) dengan pihak lain yang memerlukan dana (deficit unit). Selain
hal tersebut, bank juga memberikan pelayanan dalam transaksi pembayaran
dalam negeri atau luar negeri serta berfungsi sebagai pihak yang dapat
mengaplikasikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral.
Krisis keuangan melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
memberikan dampak sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator
kunci perbankan pada tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk.
Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah
untuk melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi
beroperasi. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap
industri perbankan (Maharani dan Toto, 2007)
Perbankan memiliki peranan yang strategis dalam menunjang berjalannya
roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai
lembaga intermediasi dan lembaga yang memperlancar lau lintas pembayaran.
Namun krisis moneter yang melanda Indonesia sejak 1997 telah
menghancurkan sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan. Peristiwa
tersebut menyebabkan dilikuidasinya beberapa bank yang dinyatakan
insolvent. Semua itu telah berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan. Hal ini bisa dilihat ketika terjadinya
penarikan dana secara besar-besaran (rush) di beberapa bank.
Terpuruknya sektor perbankan pada masa krisis moneter telah
menghadirkan masalah tersendiri bagi pemerintah dan Bank Indonesia, yaitu
bank-bank di Indonesia menjadi sangat sulit bersaing dengan bank-bank luar
negeri. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus untuk memulihkan
kondisi perbankan Indonesia dari keterpurukan. Salah satu langkah yang telah
diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia adalah program penyehatan
perbankan melalui rekapitulasi bank umum yang bertujuan untuk mengatasi
berbagai permasalahan akibat krisis tersebut.
Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan akibat
krisis lalu dapat diperbaiki kembali melalui pemulihan tingkat kesehatan
perbankan. Pemulihan tingkat kesehatan suatu bank dapat dilakukan dengan
menganalisa laporan keuangannya oleh pihak manajemen bank yang
bersangkutan secara berkelanjutan dan selalu mematuhi ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan demikian suatu bank tidak mudah
goyah jika dilain waktu mengalami kondisi serupa seperti yang dialami ketika
terjadi krisis moneter.
Kinerja keuangan suatu bank selalu menjadi sorotan bagi semua kalangan,
tidak hanya pengelola, pemerintah, maupun investor. Namun masyarakat
sebagai stake holder dan penyumbang dana pihak ketiga juga harus
mengetahui bagaimana kinerja perbankan. Hal ini tentu saja yang menjadi
daya tarik sekaligus kelebihan penelitian ini bagi semua kalangan yang
mempunyai kepentingan. Hasil penelitian ini akan menunjukkan perbandingan
tingkat kinerja keuangan antara bank devisa dan bank non devisa yang
menjadi sampel penelitian yang diharapkan merepresentasikan dari populasi
penelitian. Alasan itu pula yang menjadikan penelitian ini menjadi sangat
penting bagi para pencari informasi dan pengambil keputusan agar nantinya
dapat merumuskan dan mengambil kebijakan yang tepat sesuai dengan sasaran
yang telah ditentukan.
Dari tahun ketahun dunia perbankan selalu berusaha untuk meningkatkan
produktifitasnya, walaupun sempat diguncang krisis moneter tahun 1998,
namun kini perbankan sudah kembali bergeliat untuk berbenah diri,
memperbaiki image dan menata kembali manajemen internal perbankan,
semua itu dilakukan demi menyongsong kebangkitan bisnis perbankan
nasional. Hal ini dapat dilihat dari adanya kecenderungan dunia perbankan
yang sedang mengalami peningkatan aset dan produktifitas kinerja perbankan.
Pada pertengahan tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an bisnis
perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada
akhir tahun 2002 perbankan menguasai sekitar 90,46% pangsa pasar sektor
keuangan di Indonesia. Berdasarkan data Biro Riset Info Bank, industri
perbankan menguasai 90,46% -pangsa pasar keuangan di Indonesia, diikuti
oleh industri asuransi 3,38%, dana pensiun 3,01%, industri pembiayaan
2,32%, sekuritas 0,65%, dan pegadaian 0,20%, (Supriyanto, 2003:56).
Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak mendorong terciptanya industri
perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang buruk pada sektor perbankan.
Beberapa indikator kunci perbankan pada tahun 1998 berada pada kondisi
yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada kurun waktu
tersebut lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia
yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea selatan, Malaysia,
Philipina, dan Thailand. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial
mencapai 50%, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus
15%, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15%,
(Hawkins, 1999). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi
memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang tidak sehat dan tidak layak
beroperasi. Hal ini tentu menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat
terhadap industri perbankan.
Analisa laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk
memprediksi kinerja keuangan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk
mengukur kinerja keuangan bank melalui rasio-rasio yang ada. Salah satu
untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah dengan menggunakan analisis
rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) (Almilia
dan Herdiningtyas, 2002:15).
Sebagai lembaga intermediasi antara surplus Unit dan deficit Unit,
diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi
intermediasi dapat berjalan lancar. Beberapa penelitian tentang perbandingan
kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari
laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya, antara lain adalah
penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan
yang dilakukan dengan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara
bank pemerintah, bank swasta nasional, dan swasta asing serta bank publik.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari
Return on Asset, Net Profit Margin, dan Return on Equity. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bank publik mempunyai tingkat efisiensi diatas rata-rata
seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta
nasional secara kesuluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank, (Ventje,
1993).
Di Indonesia pernah juga dilakukan penelitian terhadap efisiensi
perbankan dengan menggunakan pendekatan Frontier Economic. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah total biaya perbankan, sedangkan
variable independennya antara lain adalah demand deposit, saving deposit,
time deposit, loan, ratio profit per jumlah tenaga kerja dan ratio profit per
modal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan Indonesia
secara umum menjadi makin efisien setelah adanya deregulasi 1988,
(Goeltom, 1997).
Penelitian lain mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada
bank devisa dan non devisa yang didasarkan pada Return on Equity, Return
on Asset, dan Loan to Deposit Ratio pernah dilakukan. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja bank devisa dengan bank non devisa sebelum krisisi ekonomi,
(Wijaya, 1998). Penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri
perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan
juga pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian mengenai
perbandingangan kinerja pada industri perbankan yang dilakukan dengan
pengujian secara empiris terhadap kinerja bank devisa dan bank non devisa
pada periode krisis ekonomi didasarkan pada Return on Equity, Return on
Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa
dengan bank non devisa pada periode krisisi ekonomi jika dilihat dari variable
Return on Equity dan Return on Asset. Perbedaan kinerja terlihat secara nyata
jika dilihat dari variable Loan to Deposit Ratio (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Penelitian tentang kinerja industri perbankan juga dilakukan mengenai
perbandingan kinerja bank devisa dan bank non devisa periode 2002-2006,
penelitian tersebut juga didasarkan pada rasio Return on Equity, Return on
Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa
dengan bank non devisa pada periode 2002-2006 (Maharani dan Toto, 2007).
Almilia dan Herdiningtyas (2002) meneliti tentang analisis rasio CAMEL
terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-
2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL
memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang
mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.
Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL,
PPAPAP, ROA, NPM dan BOPO secara statistic berbeda untuk kondisi bank
bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut
dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga
memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang
secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan
kesulitan keuangan pada sector perbankan.
Untuk melihat performa suatu bank dibanding dengan bank lain dapat
dilakukan dengan membandingkan angka-angka absolut maupun dalam
bentuk rasio keuangan yang dicapai bank tersebut. Namun perbandingan
dalam bentuk rasio menghasilkkan angka yang lebih objektif karena
pengukuran performa tersebut lebih dapat diperbandingkan dengan bank-bank
lain dengan periode sebelumnya (Usman, 2003 : 59-60). Oleh karena itu rasio
keuangan selalu dijadikan alat oleh para pengambil keputusan baik bagi pihak
internal maupun eksternal dalam menentukan kebijakan berikutnya.
Sebagai lembaga keuangan yang menjunjung tinggi asas trust, setiap bank
selalu berupaya meningkatkan pelayanan kepada nasabah sebagai variabel
untuk meningkatkan produktifitas kinerjanya, karena kinerja keuangan bank
akan dilihat dari semua aspek yang terkait. Namun pada penelitian ini hanya
akan mengukur perbandingan kinerja keuangan bank dengan menggunakan
rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) pada bank
devisa dan bank non devisa, serta untuk melihat apakah rasio CAMEL
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa
dan bank non devisa yang menjadi sampel penelitian.
Perbandingan dalam bentuk rasio dapat mengetahui apakah kinerja
keuangan bank dikatakan baik atau tidak. Jika ditinjau dari segi rasio
keuangannya dapat dianalisis dengan menggunakan rasio CAMEL (Capital,
Assets, Management, Earnings, Liquidity). CAMEL digunakan dibeberapa
negara untuk menilai kinerja keuangan bank, CAMEL sudah menjadi standar
bagi bank sentral di dunia untuk menilai kinerja bank yang bersangkutan.
Dalam rasio CAMEL menilai beberapa aspek keuangan bank, yaitu aspek
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian terdahulu tentang
kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, peneliti tertarik untuk
meneliti perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa yang didasarkan
pada rasio CAMEL, selain itu juga peneliti ingin membuktikan secara empiris
apakah rasio CAMEL mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan bank devisa dan bank non devisa.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada penelitian ini menggunakan periode setelah krisis ekonomi yaitu periode
2003-2007, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah rasio
CAMEL yang terdiri dari rasio Capital yang diwakili oleh rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR), rasio Assets yang diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio
(BDR) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti (PPAP), rasio
Management yang diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM), rasio
earnings yang diwakili oleh rasio Return on asset (ROA) dan rasio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan rasio Liquidity
yang diwakili oleh rasio Loan to Deposit ratio (LDR).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh dari bank
Devisa dan sepuluh dari bank devisa. Jumlah tersebut dapat memberikan hasil
yang representatif untuk menggambarkan perbandingan kinerja keuangan
bank devisa dan bank non devisa.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, ”Analisis Rasio Camel Dengan Metode Regresi
Logistik Pada Bank Devisa Dan Bank Non Devisa”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel
pembanding dan melakukan perbandingan antara bank devisa dengan bank
non devisa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan bukti empiris
bahwa rasio CAMEL dapat memprediksi ataupun mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa periode
2003-2007. Adapun permasalahan-permasalahan pokok yang diangkat dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio-rasio CAMEL
antara bank devisa dan bank non devisa?
2. Variabel independen manakah (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO
dan LDR) yang paling dominan dapat memprediksi kinerja keuangan
antara bank devisa dengan bank non devisa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
C.1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis perbedaan yang signifikan kinerja keuangan (rasio
CAMEL) antara bank devisa dan bank non devisa.
b. Menganalis variabel CAMEL (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA,
BOPO dan LDR) yang paling dominan memprediksi kinerja
keuangan bank devisa dan bank non devisa.
C.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain :
a. Bagi Pengelola Bank
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola bank,
yaitu agar Pengelola dapat lebih berhati-hati dalam mengelola bank
dan diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga perbankan
dalam menilai kinerja keuangan bank. Selain itu, agar bank dapat
mengembalikan kepercayaan masyarakat sehingga mereka dapat
tetap menyimpan dananya di bank. Selain itu, penelitian ini berguna
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemberian kredit.
b. Bagi Investor
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor, yaitu agar investor
mengetahui bagaimana keadaan bank tempat mereka
menginvestasikan dananya dengan baik. Dengan informasi yang
mereka dapatkan, maka para investor dapat berinvestasi dan juga
dapat menanamkan modalnya dalam industri perbankan di pasar
modal tanpa suatu rasa khawatir dengan keadaan banknya.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat juga bagi masyarakat. Masyarakat
yang selalu ikut serta dalam kegiatan perekonomian dapat
mengetahui bagaimana kinerja perbankan. Selain itu, penelitian ini
memungkinkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan, dengan informasi tersebut masyarakat dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dalam melakukan transaksi dan kegiatan
lainnya yang terkait dengan bank.
d. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai wahana untuk merealisasikan ilmu yang telah
diperoleh selama mengikuti kuliah dan mencoba menerapkan pada
keadaan nyata. Selain itu, penelitian ini adalah sebagai persyaratan
untuk lulus Strata 1 (S1), guna mencapai gelar sarjana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
A.1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
Standar Akuntansi Indonesia No.7 (2002:2) adalah sebagai berikut :
”Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca,
Laporan Perubahan Posisi Keuangan, Catatan dari laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan”.
Menurut Munawir (1999:2), pengertian Laporan Keuangan adalah :
”hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara dat keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut”
Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas,
dan catatan atas akun-akun keuangan yang integral dari laporan
keuangan yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
tersebut.
A.2. Tujuan Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
No.12 (2002:4), tujuan Laporan Keuangan sebagai berikut :
”Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”.
Menurut Kieso dan Weygandt (2001:5) Laporan Keuangan bertujuan :
”The objectives of financial reporting are to provide (1) information that
is useful in investment and credit dicisions, (20 information that is useful
in accessing cash flow prospects, and (3) information about enterprise
resources, claims to those resources, and changes in them”.
Berdasarkan APB Statement No.4 Bab 4 yang dikutip oleh
Harahap dalam Buku Teori Akuntansi (1993:98), mengelompokkan
tujuan laporan keuangan menjadi tiga yaitu :
1) Tujuan Khusus
Tujuan Laporan Keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, posisi
keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
2) Tujuan Umum
Tujuan Umum Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
a) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber
daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan
untuk :
� Mengevaluasikan kekuatan dan kelemahan.
� Menunjukkan posisi keuangan dan investasinya.
� Menilai kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
hutang-hutangnya.
� Menunjukkan kemampuan sumber kekayaan yang ada untuk
pertumbuhan perusahaan.
b) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber
kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari
laba dengan maksud :
� Memberi gambaran tentang deviden yang diharapkan
pemegang saham.
� Menunjukkan kemampuan perusahaan-perusahaan untuk
membayar kewajiban kepada kreditor dan pemasok,
menyelesaikan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak
dan menghasilkan dana untuk ekspansi.
� Menyediakan informasi bagi manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
� Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan
laba dalam jangka panjang.
c) Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d) Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan
sumber harta kewajiban.
e) Menggunakan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan
pemakai.
3) Tujuan Kualitatif
Tujuan Kualitatif Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut :
a) Relevan
Memilih informasi yang mungkin membantu pemakai dalam
pembuatan kepuasan ekonomi.
b) Dapat Dipahami
Selain informasi harus jelas, informasi yang dipilih juga harus dapat
dipahami pemakai.
c) Dapat Diuji Kebenarannya
Hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independen,
menggunakan metode pengukuran yang sama.
d) Netral
Informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum dan bukan
kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e) Tepat Waktu
Mengkomunikasikan informasi harus seawal mungkin untuk
menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
f) Dapat Dibandingkan
Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan
akuntansi yang berbeda.
g) Kelengkapan
Semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif
lain harus dilaporkan.
2. Jenis Laporan Keuangan
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002:1.3) jenis
laporan keuangan adalah terdiri dari komponen sebagai berikut :
1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan,
yang menunjukkanm aktiva, kewajiban dan equitas suatu perusahaan
pada tanggal tertentu.
2) Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan
untuk periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang
timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.
3) Laporan Perubahan Equitas
Laporan yang menunjukkan perubahan equitas perusahaan yang
menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau
kekayaan selama periode pelaporan.
4) Laporan Arus Kas
Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam
aktivitas perusahaan selama periode tertentu dan aktivitas perusahaan
tersebut diklasifikasikan menurut aktiva operasi, investasi dan
pendanaan.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perubahan,
ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan
informasi penting lainnya.
3. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:2), Pemakai Laporan
Keuangan meliputi Investor Sekarang dan Investor Potensial, Karyawan,
Pemberi Pinjaman, Pemasok, Kreditor lainnya, Pelanggan, Pemerintah
serta Lembaga-lembaganya dan Masyarakat. Mereka menggunakan
laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang
berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
1) Investor
Mereka yang membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar
deviden.
2) Karyawan
karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
3) Pemberi Pinjaman
Pemberi Pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman seta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4) Pemasok dan Kreditor Lainnya
Pemasok dan kreditor lainnya tertarik informasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
terbayar pada saat jatuh tempo.
5) Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6) Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyususn
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7) Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagi cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan
serta rangkaian aktivitasnya.
B. Bank
1. Definisi Bank
Setiap orang mengkaitkan bank dengan uang, hal ini disebabkan
karena bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di negara-negara maju,
bank merupakan sarana utama dalam dunia usaha untuk melakukan
transaksi.
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan Giro, Tabungan dan Deposito. Kemudian bank
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkan. Disamping itu, bank dikenal sebagai tempat untuk
menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah, dan transaksi lainnya.
Bank adalah ”Department Store of Finance”, yang merupakan
organisasi jasa atau pelayanan berbagai macam jasa keuangan. Slogan
promosi bank yang dianjurkan oleh sinkey adalah ”One Stop Banking:
atau Full-Service Banking”.
Pengertian bank menurut undang-undang RI No. 10 tahun 1998
tentang perbankan adalah sebagai berikut :
”Bank adalah ”Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.
Sesuai dengan difinisi dan pengertian bank sebagaimana diatur dalam
undang-undang tersebut, bank merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam
bidang keuangan.
Berdasarkan definisi, pengertian, dan cakupan kegiatan operasional
bank sebagaimana diatur oleh ketentuan yang berlaku, dapat bervariasi
antara satu negara dengan negara yang lain. Meskipun demikian, terdapat
kesamaan sifat-sifat dasar dari suatu bank. Sifat-sifat tersebut adalah :
1) Memiliki kewajiban yang harus dibayar setiap saat apabila ditagih
(yaitu dana-dana yang disimpan oleh masyarakat).
2) Memiliki harta yang tidak likuid, yang penilainnya tidak mudah serta
berjangka waktu lebih lama dibandingkan dengan kewajiban yang
dimiliki (Diamond dan Dybvig, 1983)
2. Fungsi Bank Dalam Perekonomian
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan secara garis besar memiliki
beberapa fungsi yang dapat mendorong kelancaran perekonomian, yaitu :
1) Bank sebagai Lembaga Intermediasi, dimana bank sebagai perantara
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana.
2) Bank sebagai lembaga yang memberikan jasa atau pelayanan dalam
lalu lintas pembayaran. Dengan adanya bank, maka berbagai cara
pembayaran yang diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi
masyarkat dapat berjalan dengan lebih lancar.
3) Bank sebagai lembaga yang berfungsi sebagai media dalam
mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral.
Kebijakan moneter disini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Peran Bank
Bank merupakan institusi keuangan yang paling penting dalam
perekoniomian. Ketika konsumen dan produsen harus melakukan
pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, mereka menggunakan bank
untuk menyediakan fasilitas cek atau kartu kredit.
Secara umum, bank meiliki beberapa peran, antara lain :
1) Perantara (The Intermediation Role)
Memindahkan tabungan yang diterima masyarakat pada sektor bisnis
(pinjaman) untuk pembiayaan pembangunan gedung, perlengkapan,
dan barang-barang modal lainnya.
2) Pembayar (The Payment Role)
Melakukan pembayaran barang dan jasa yang dilakukan konsumen
dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu debet, dan
lain-lain.
3) Penjamin (The Guarantor Role)
Menjamin pemimpin nasabah yang melakukan transaksi impor barang
dan jasa, seperti letter of credit.
4) Wakil (The Agency Role)
Membantu nasabah dalam mengelola dan melindungi kekayaan
maupun securitas yang dimilikinya.
5) Kebijakan (The Policy Role)
Melayani dan mengatur kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan berbagai tujuan sosial lainnya.
4. Kegiatan Pokok Bank
Baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat melakukan banyak
sekali kegiatan atau aktivitas sehari-harinya. Namun hanya ada beberapa
kegiatan saja yang tergolong dalam kegiatan pokok bank. Berikut ini
adalah tiga kegiatan pokok bank :
1) Penghimpun Dana (Giro, Tabungan, Deposito), dengan sasaran
meminimumkan biaya perolehan dana.
2) Alokasi Dana (Kredit dan Investasi), dengan sasaran memaksimumkan
pendapatan bank.
3) Pelayanan Jasa Keuangan (Transfer, letter of credit, Cek Perjalanan,
Money Changer, Bank Garansi, dan lain-lain) dan jasa non keuangan
(pelatihan pegawai, kotak pengaman, dan lain-lain), dengan sasaran
memaksimumkan kepuasan nasabah.
5. Jenis-jenis Bank
Jenis bank di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam UU No. 7
tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 tahun 1998 hanya meliputi Bank Umum, dan BPR saja. Namun secara
teoritis, klasifikasi bank adalah sebagai berikut :
1) Menurut Fungsi :
a) Bank Sentral, merupakan bank milik pemerintah yang memegang
otoritas moneter, dengan tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang
dalam negeri.
b) Bank Umum, yaitu bank yang menerima simpanan dana
masyarakat dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito serta
memberikan kredit jangka pendek dan kredit jangka panjang.
c) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang hanya menerima
simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka dan Tabungan,
lingkup opersainya biasanya terbatas di Pedesaan.
2) Menurut kepemilikan
a) Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank yang seluruh sahamnya
dimiliki pemerintah pusat.
b) Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang seluruh sahamnya
dimiliki pemerintah daerah.
c) Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki
pihak swasta nasional.
d) Bank Asing, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak
asing yang membuka kantor cabang di Indonesia, sedangkan
kantor pusatnya di luar negeri.
e) Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki
pihak asing dan sebagian dimilki pihak swasta nasional.
3) Menurut Transaksi Valas :
a) Bank Devisa, yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu mata
uang dalam transaksi perbankan.
b) Bank Non Devisa, yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata
uang (Rupiah) dalam transaksi perbankan.
Menurut Kasmir (1997:37) perbedaan bank devisa dan bank non
devisa adalah sebagai berikut :
”Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, travellers cheque, dan
transaksi lainnya. Sedangkan bank non Devisa adalah bank yang
belum mempunyai ijin untuk melaksankan transaksi sebagai bank
devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
bank devisa”.
Menurut Dahlan Siamat (2004:29) Perbedaan bank devisa dengan
bank non devisa adalah sebagai berikut :
”Bank devisa (foreign exchange bank) adalah bank yang dalam
kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing,
setel;ah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain
menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing
termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing,
misalnya letter of credit, travellers check. Sedangkan bank non devisa
adalah bank yang tidak dapat melakukan kegiatan usaha yang
berkaitan dengan valuta asing”
4) Menurut Stuktur Organisasi :
a) Bank Unit (Unit Bank), adalah bank yang menggabungkan satu
kantor saja untuk melayani semua jenis keuangan.
b) Bang Cabang (Branch bank), yaitu bank yang melayani beberapa
lokasi sehingga ada satu kantor pusat dan beberapa kantor cabang.
c) Holding Company bank, yaitu sebuah bank yang memiliki satu
atau lebih bank.
d) Multi Holding Company Bank, yaitu bank yang meiliki perusahaan
yang bergerak diperbankan dan non-bank.
5) Menurut Tipe Bisnis :
a) Bank Bisnis (wholesale bank), adalah bank yang meiliki sektor
usaha menengah keatas sebagai fokus sasaran pasarnya.
b) Bank Konsumen (Retail Bank), adalah bank yang memiliki
konsumen dan usaha kecil sebagai fokus pasarnya.
c) Wholesale dan retail bank, adalah bank yang melayani semua
pelaku ekonomi.
6) Menurut Geografi :
a) Bank Lokal (Community or Local Bank), adalah bank yang
beroperasi secara terbatas di daerah tertentu.
b) Bank regional (Regional Bank), adalah bank yang beroperasi di
pasar regional.
c) Bank Multinasional (Multinational bank), adalah bank yang
lingkupnya sampai tingkat nasional maupun internasional.
7) Menurut Perhitungan Biaya dan Pendapatan :
a) Bank Komersial, adalah bank yang menggunakan sistem bunga
sebagai sumber pendapatan dan biaya bunga.
b) Bank Bagi Hasil (Syariah), adalah bank yang menggunakan sistem
bagi hasil antar penabung, peminjam, dan bank dalam
penghitungan biaya dan pendapatan.
6. Pelayanan Jasa Bank
Salah satu fungsi bank yaitu memberikan pelayanan, baik jasa
keuangan maupun non keuangan kepada masyarakat. Berikut ini adalah
macam-macam bentuk pelayanan jasa yang diberikan oleh bank, yaitu :
1) Jasa Dalam Negeri
a) Kiriman Uang, adalah jasa yang diberikan bank dalam pengiriman
uang antar bank atas permintaan pihak ketiga pada penerimaan di
tempat lain.
b) Delegasi Kredit, adalah perintah tertulis kepada bank untuk
membayarkan uang secara berkala pada seseorang atau suatu badan
tertentu.
c) Inkaso, adalah permintaan nasabah untuk menagih pembayaran
suatu surat atau dokumen berharga pada pihak ketiga di tempat lain
dimana bank yang bersangkutan mempunyai cabang atau pada
bank yang lain.
d) Bank Guarantee, adalah pernyataan tertulis dari bank yang
menyatkana kesanggupan pihak bank membayar pada pihak ketiga
demi kepentingan nasabah jika nasabah tidak memenuhi
kewajibannya.
e) Surat Keterangan Bank, adalah keterangan tertulis bank untuk
pihak lain mengenai nasabah dalam hubungannya dengan bank.
f) Save Deposit Box (SDB), adalah jasa penyimpanan barang-barang
dan surat-surat berharga dari nasabah.
g) Letter of credit Dalam Negeri, adalah jaminan bersyarat dari bank
pembuat L/C untuk membayar wesel-wesel yang ditarik
beneficiary sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan di
dalam L/C.
h) Automated Teller Machine (ATM), adalah sistem pelayanan
nasabah secara elektronik dengan menggunakan komputer yang
otomatis.
i) Kartu Bank, adalah kartu plastik yang digunakan nasabah untuk
memudahkan transaksi keuangan dengan bank atau pihak lain.
2) Jasa Luar Negeri
a) Transfer Luar Negeri, adalah kiriman uang dari atau keluar negeri
dengan telex, mail atau draft.
b) Draft, adalah surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan
bank kepada korespondennya untuk dibayarkan kepada seseorang
atau perusahaan.
c) Collection, adalah tagihan membayar atau mengakses dari
seseorang atau perusahaan di luar negeri kepada seseorang atau
perusahaan di dalam negeri atas suatu surat atau dokumen berharga
melalui bank.
d) Traveler Checks (TC), adalah cek untuk bepergian ke luar negeri
yang penukarannya pada bank yang ditunjuk.
3) Jasa-jasa lainnya,
a) Pasar Uang (Money Market), adalah transaksi pinjam meminjam
uang dalam jangka pendek dengan harga tertentu.
b) Pertukaran Uang Asing (Foreign Exchange), adalah pertukaran
atau jual beli mata uang asing.
c) Pasar Modal (Capital Market), adalah jual beli saham, obligasi,
atau derivatif lainnya melalui broker/dealer.
d) Layanan Custodian (Custodian Service), adalah pelayanan terpadu
atas kegiatan efek.
e) Layanan broker (Brokerage Service), adalah pelayanan bank untuk
menjual dan membeli saham, obligasi dan lain-lain.
7. Sumber Dana dan Modal Bank
Baik bank pemerintah, maupun bank swasta memiliki modal masing-
masing dalam menjalankan usahanya. Bank Indonesia yang merupakan
bank sentral di Indonesia memiliki wewenang dalam mengawasi aktivitas
perbankan di Indonesia, agar semua bank menjalankan aktivitasnya sesuai
dengan standar ketentuan yang telah ditentukan oleh pemerintah, dalam
hal ini Bank Indonesia.
Menurut Sinungan (1993:84), dana-dana bank yang dipakai sebagai alat
operasional dapat diperoleh dari berbagi sumber, yaitu :
1) Dana Pihak Kesatu (Sumber Dana Sendiri)
Dana Pihak Kesatu diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari
pemegang saham. Dalam neraca bank, dana modal sendiri atas :
a) Modal Disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh
pemegang saham pada saat bank berdiri.
b) Agio Saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan
pemegang saham baru dibandingkan nominal saham.
c) Cadangan-cadangan adalah sebagian laba yang disisihkan dalam
bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakn
untuk menutup kemungkinan timbulnya resiko dikemudian hari.
d) Laba Ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang
diputuskan dalam RUPS untuk tidak dibagikan (deviden), namun
dimasukkan Kembali sebagi modal kerja bank.
2) Dana Pihak Kedua (Sumber Dana Pihak Luar)
Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain
masyarakat, yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank,
pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, pinjaman dari bank
sentral (BI).
a) Call money, adalah pinjaman dari bank lain, yang akan dilakukan
oloeh bank ketika kebutuhannya mendesak. Jangka waktunya dapat
satu hari (Overnight Call Money), beberpa hari, satu minggu, atau
satu bulan.
b) Pinjaman Biasa Antar Bank adalah dari bank lain, yang waktunya
relatif lama. Biasanya terjadi jika ada bantuan pinjaman kerjasama
yang disepakati kedua belah pihak.
c) Pinjamnn Bank Indonesia adalah pinjaman yang diberikan Bank
Indonesia untuk membiayai usaha masyarakat yang berprioritas
tinggi seperti Kredit Program Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Pinjaman dari Bank Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama
kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). KLBI ini merupakan
instrumen moneter dengan tingkat bunga relatif sangat rendah (soft
loan) untuk motivasi gerakan ekonomi masyarakat.
3) Dana Pihak Ketiga (Sumber Dana dari Masyarakat)
Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat, yang berupa
Giro (demand deposit), Tabungan (Saving), deposito (Time Deposit),
dan Simpanan Sementara.
a) Giro adalah simpanan masyarakat (Pihak Ketiga) yang
penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan
menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran
lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan. Rekening giro ini
dapat atas nama perorangan, atas nama badan usaha atau lembaga,
atau rekening bersama.
b) Tabungan adalah simpanan masyarakat pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu.
c) Deposito adalah simpanan berjangka dari masyarakat yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jengka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian.
d) Deposito Berjangka adalah deposito yang dibuka atas nama dan
tidak dapat dipindah tangankan.
e) Sertifikat Deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan
dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan serta dapa
dijadikan jaminan bagi permohonan kredit.
f) Deposit on call adalah deposito berjangka yang pengambilannya
dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan memberi tahukan bank
dua hari sebelumnya.
g) Simpanan Sementara adalah simpanan masyarakat pada bank yang
bersifat sementara. Bentuk dapat berupa uang titipan, uang transfer,
setoran jaminan L/C (Letter of Credit), garansi bank dalam proses
tender suatu proyek.
Modal merupakan sumber dana pihak kesatu yang harus disediakan
bank dalam jumlah yang cukup, karena selain berfungsi sebagai indikator
kepercayaan masyarakat terhadaop bank, juga berfungsi sebagai salah satu
pengukur tingkat kesehatan bank. Bank for International Settlements (BIS)
mewajibkan setiap bank umum untuk menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR),
ketentuan tersebut telah diikuti oleh Bank Indionesia.
8. Resiko Bank
Resiko bank yaitu ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi bankir
dalam berbagai peristiwa yang mendatangkan resiko. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus siap
dalam menghadapi resiko apapun yang mungkin akan terjadi dalam
industrinya. Untuk mencapai kemungkinan memperoleh laba tertinggi
(high profitability), maka bankir harus berkonsentrasi dalam mengelola
enam tipe resiko (Dahlan Siamat, 2004:91-92) sebagai berikut :
1) Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Resiko yang timbul akibat penarikan dana setiap saat oleh deposan
(pihak yang menyimpan dana). Bank harus menyediakan dana kas
yang cukup untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya mismatch
antara sumber dan penanam dana. Bank harus mempehitungkan
likuiditas tidak berarti mengorbankan rentabilitas.
2) Resiko Kredit (Credit Risk)
Resiko yang timbul akibat tidak terpenuhinya kewajiban nasabah
kredit untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit.
Beberapa aset bank, khususnya kredit nilainya akan turun dan bahkan
hilang semua apabila nasabah tidak mampu mengembalikan
pinjamannya. Dua bentuk kerugian akibat kredit macet adalah
hilangnya aset serta tunnya laba. Dalam pemberian kredit, bank harus
melakukan analisis atau studi kelayakan yang mendalam memantau
debitor dan meninjau agunan secara berkala.
3) Resiko Pasar (Market Risk)
Resiko yang timbul akibat perubahan tingkat suku bunga pasar, tingkat
kurs valuta asing, tingkat inflasi, dan lain sebagainya. Likuidasi atau
kematian suatu bank yang besar dapat menyebabkan matinya bank
yang lain. Setiaap saat bank harus mengevaluasi poerkembangan
tingkat suku bunga pasar unuk menetapkan tingkat suku bunga
simpanan dan kredit. Bank harus melakukan evaluasi secara berkala
terhadap kualitas portofolio aktiva produktifnya dengan kurs yang
terakhir, termasuk transaksi derivatifnya.
4) Resiko Tingkat Bunga (Interset Rate Risk)
Resiko yang timbul akibat hasil negatif (spread negative) antara biaya
bunga dan tingkat bunga kredit. Tingkat bunga luar negeri dan laju
inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat bunga dalam negeri.
5) Resiko Pendapatan (Earning Risk)
resiko yang timbul akibat gagalnya penyaluran kredit bank.
Pendapatan bank diperoleh dai pendapatan bunga pinjaman dan
pendapatan selain bunga. Adanya kredit macet, perubahan suku bunga,
perubahan kurs valuta asing, turunnya nilai jaminan (agunan) akan
menyebabkan perubahan dalam pendapatan suatu bank.
6) Resiko Keamanan (Solvency Risk)
Resiko yang timbul akibat ketidakstabilan politik dan keamanan.
9. Masalah Yang Dihadapi Perbankan
1) Masalah Internal Perbankan
a) Struktur Modal Masih Lemah
Masalah krusial yang dialami bank adalah lemahnya modal.
Kecilnya modal, mempengaruhi CAR dan menghambat
pengembangan jaringan kantor cabang. Jaringan kantor yang luas
akan meningkatkan daya saing (pangsa pasar meningkat) sehingga
nasabah dapat dilayani dengan cepat dan sumber-sumber dana
dapat tergali secara efektif.
b) Kualitas Aset Yang Masih Rendah
Kualitas aset meliputi peralatan dan sumber daya manusia. Kualitas
SDM yang rendah mempengaruhi implementasi teknologi dalam
operasionalisasi perbankan. Hal tersebut selanjutnya akan
menyebabkan rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja perbankan.
c) Manajmen Sumber Dana Tidak Profesional
Resiko likuiditas merupakan resiko yang harus dikelola bank
secara hati-hati. Sumber dana bank perlu bervariasi (tidak
bertumpu pada resiko) yang berbiaya tinggi. Bank mengalami
masalah likuiditas karena terlanjur menempatkan sebagian besar
dananya pada investasi yang berjangka menengah dan panjang.
d) Keputusan Pemberian Kredit Masih KKN
Masih menjamurnya budaya KKN sehingga keputusan pemberian
kredit tidak melalui proeses studi kelayakan yang baik. Suatu
proposal kredit harus dianalisis secara profesional, bukan melihat
siapa orang yang mengajukan kredit, tetapi kelayakannya.
Inefisiensi terjadi ketika bank melayani kepentingan kelompok
perusahaannya. Penyaluran kredit tidak lagi berdasarkan motif
timbal balik yang optimal. Tetapi berdasrakan kepentingan
pengadaan dana atau modal kelompok perusahaan.
2) Masalah Eksternal Perbankan
a) Rentetan Krisis yang Belum Sembuh
Krisis moneter yang dimulai juli 1997 (depresiasi rupiah dan
neraca perdagangan negatif) telah mempengaruhi krisis perbankan
(likuidasi 16 bank, BPN, Bank Beku Opersai, utang luar negeri
membengkak). krisis perbankan mengakibatkan krisis ekonomi
(lumpuhnya sektor riil, inflasi tinggi, dan pengangguran), krisis
sosial (kerusuhan dan kriminalitas), krisis kepercayaan
(demonstrasi dan hujat menghujat), krisis politik (partai-partai baru
dan pro kontra kebijakan pemerintah).
b) Kebijakan Berpihak Pada Golongan Kuat dan Tidak Konsisten
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hanya diberikan pada
bank-bank umum yang dianggap bermasalah, sementara BPR tidak
memperoleh perhatian secara penuh. Tingkat suku benga SBI yang
cenderung tinggi, dampakanya hanya akan membuat tidur semua
bankir, investasi turun, dan masyarakat menanggung kerugian
akibat pencetakan uang untuk membayar bunga SBI.
C. Rasio CAMEL
Salah satu untuk melihat kinerja keuangan bank dapat dilihat dari rasio
CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity), adapun rasio
CAMEL terdiri dari :
1. Faktor Permodalan (Capital)
Modal merupakan sumber dana pihak kesatu yang harus disediakan
bank dalam jumlah yang cukup, karena selain berfungsi sebagai indikator
kepercayaan masyarakat terhadap bank, juga berfungsi sebagai salah satu
pengukur tingkat kesehatan suatu bank. Penggunaan modal bank
dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan
opersional bank. Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum
yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Pengertian modal untuk
memenuhi kewajiban modal minimal meliputi modal inti dan modal
pelengkap.
a) Modal Inti
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor oleh
para pemilik atau para pemegang saham. Modal sumbangan dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan
perincian sebagai berikut :
� Modal Disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya sedangkan di Indonesia bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi, modal disetor atas Pinjaman Pokok, Simpanan
Wajib dan Penyertaannya.
� Agio Saham adalah selisih lebih atas setoran modal saham yang
diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi
nilai nominalnya.
� Cadangan Umum adalah cadangan dari penyisihan laba ditahan
atau laba bersih setelah dikurangi pajak setelah mendapat
persetujuan dari rapat umum pemegang saham.
� Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu.
� Laba Ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak.
� Laba Tahun Lalu adalah laba bersih tahun lalu setelah dikurangi
pajak dan belum ditentukan penggunannya oleh rapat umum
pemegang saham. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal inti
hanya 50%.
� Laba Tahun Berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%.
� Bagian kekayaan bersih anak laporan perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan adalah modal inti anak perusahaan
setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak
perusahaan tersebut.
b) Modal Pelengkap
Modal pelengkap atas cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah
pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal.
� Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap adalah cadangan-cadangan yang
tidak dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap, di
Indonesia yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal
Pajak.
� Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan adalah
cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
berjalan.
� Modal Kuasi adalah modal yang didukung instrumen atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
� Pinjaman Sub Ordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi
berbagai syarat.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia pada Akhir Desember
2001, bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR (Capital
Adequacy Ratio) minimum 8%.
Rasio untuk faktor permodalan adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghilangkan resiko.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki oleh bank dan jumlah
aktiva tertimbang. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah
sejumlah aktiva bank baik produktif maupun tidak produktif yang
besarnya dapat diketahui melalui perhitungan perkalian nilai nominal
masing-masing jenis dengan bobot resiko dari masing-masing aktiva.
Rasio Kebutuhan Modal (CAR) dengan ATMR yang dirumuskan
sebagai
berikut.
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset)
Yang dimaksud dengan Aktiva Produktif menurut Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998
adalah :
”Penanam dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan,
termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening
administratif”.
Penilaian terhadap kulitas aktiva produktif suatu bank didasarkan pada
dua jenis rasio yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan kedalam
total aktiva produktif dan rasio pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan
pengahapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
a) Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Total Aktiva
Produktif (BDR)
Modal Sendiri (Modal Inti = modal pelengkap)
CAR = x 100%
ATMR (Aktiva Neraca = Aktiva Administrasi)
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang
penilaian kualitas aktiva Bank Umum, maka aktiva produktif meliputi :
� Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yangdapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-
meminjam antar bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak
meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
� Surat Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, obligasi
sekuritas kredit atau setiap derivatif atau kepentingan lain, atau
surat kewajiban dari penerbut yang lazim diperdagangkan dalam
pasar uang dan pasar modal.
� Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya yang
berupa Giro, Call Money, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito
Kredit yang diberikan pada penempatan lainnya.
� Tagihan Akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagi akibat
akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka.
� Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali adalah
pembelian surat berharga dari pihak lain yang dilengkapi dengan
perjanjian untuk menjual kembali kepada pihak lain yang
dilengkapi dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada pihak
lain tersebut peda akhir periode dengan harga atau imbalan yang
telah disepakati sebelumnya (Reserve Repurchase Agreement).
� Tagihan Derivatif adalah tagihan karena potensi keuntungan dari
suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antar
nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal
laporan), termasuk potensi keuntungan karena mark to market dari
transaksi spot yang masih berjalan.
� Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk
saham pada bank atau perusahaan yang bergerak dibidang
keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya.
� Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal oleh bank
pada perusahaan peminjam untuk mengatasi kegagalan kredit
(Debt to Equity Swap), termasuk penanaman dalam bentuk surat
utang konversi (Convertible Bond) dengan opsi saham (Equity
Options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki
saham pada perusahaan peminjam.
� Transaksi Rekening Administratif adalah kewajiban komitmen dan
kontijensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, letter of
credit (L/C), Stand Letter of Credit (SLBC), dan atau kewajiban
komitmen dan kontijensi lain, kecuali fasilitas kredit yang belum
ditarik.
Besarnya nilai kualitas aktiva produktif yang diklasifikasikan suatu
bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bad Debt Ratio
(BDR) suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
b) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia no.
31/48/KEP/DIR tanggal 12 Novenber 1998, setiap Bank Umum wajib
membentuk cadangan khusus yang ditujukan guna menampung
kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva
produktif. Cadangan ini dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba
dan merupakan persetujuan pemegang saham bank yang dilakukan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Besarnya nilai rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif suatu
bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cadangan yang
Diklasifikasikan sebagai berikut :
3. Faktor Management (Manajemen)
Penialaian manajemen adalah untuk memastikan kualitas dan tingkat
kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat. Menurut
PPAP yang telah dibentuk
PPAP = x 100%
PPAP yang wajib dibentuk
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
BDR = x 100 % Total Aktiva Produktif
peraturan Bank Indonesia penialian manajemen menggunakan 100 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen umum dan manajemen
resiko. Penilaian manajemen umum untuk bank umum bukan devisa
didasarkan pada 85 pertanyaan dan 100 pertanyaan untuk kegiatan usaha
bank umum devisa. Ke-100 pertanyaan tersebut tyerbagi menjadi :
a) Komponen Manajemen Umum (40 Pertanyaan)
b) Komponen Manajemen Resiko (60 Pertanyaan)
Menurut Payamata dan Machfoed (1999) penilaian manajemen juga
dapat diukur, berdasarkan kemampuannya memperoleh margin, yaitu
dengan rumus sebagai berikut :
Menurut Rivai dkk. (2007:p.1358) :
“Net Profit Margin adalah rasio yang dapat memberikan jawaban akhir
tentang seberapa efektif manajemen mengelola perusahaan”.
4. Faktor Earning (Rentabilitas)
Dalam penilaian kesehatan bank, rentabilitas diartikan sebagai
kemampuan bank dalam menghasilkan laba ditinjau dari besarnya volume
usaha bank dan besarnya biaya opersional yang dikeluarkan bank dalam
menghasilkan pendapatan opersionalnya. Selain itu rasio rentabilitas bank
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Laba Bersih
NPM = x 100% Pendapatan Operasional
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999:31,28) Rentabilitas
adalah : kemampuan bank untuk memperoleh laba.
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, Penilaian rentabilitas untuk
mengukur tingkat kesehatan bank didasarkan pada dua rasio yaitu :
a) Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Volume Usaha (ROA)
Besarnya nilai Return on Total Asset atau rasio laba sebelum pajak 12
bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang
sama, adapun rumusnya sebagi berikut :
Besarnya nilai (angka) untuk ”laba sebelum pajak” dapat dibaca pada
perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan,
sedangkan rata-rata total aktiva dapat dilihat pada neraca.
b) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Besarnya nilai BOPO dapat dihitung sebagai berikut :
Besarnya angka untuk biaya operasional maupun untuk pendapatan
Beban operasional dapat dilihat pada perhitungan laba rugi laporan
keuangan bank yang bersangkutan dalam laporan laba rugi, beban dan
Laba sebelum pajak ROA = x 100%
Total Aktiva
Biaya Operasional BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
pendapatan tidak terlihat karena sudah termasuk dalam beban dan
pendapatan operasional.
5) Penilaian Liquidity (Likuiditas)
Pengertian likuiditas menurut SAK yang tertuang dalam PSAK No.31
(2002:31.2) adalah :
”kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada semua pihak
sewaktu-waktu dapat menarik atau mencairkan simpanan dan komitmen
lainnya”.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 penilaian terhadap aspek
likuiditas didasarkan pada rasio kredit terhadap dana yang diterima atau
lebih dikenal dengan Loan to Deposit ratio (LDR), dengan Rumus sebagi
berikut :
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 dana yang diterima meliputi :
a) Giro, Tabungan, dan deposito masyarakat.
b) Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI), yaitu Volume pemberian
kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia Kepada bank yang
bersangkutan.
c) Sertifikat Deposito dan deposito Berjangka.
d) Modal Inti.
Jumlah kredit yang diberikan
LDR = x 100% Total dana dana yang diterima
e) Modal Pinjaman.
f) Surat Berharga Yang Diterbitkan.
g) Pinjaman yang diterima.
Menurut Juli Irmayanto (2000:90) : LDR digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal
sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan kepada
masyarakat. Kredit disini merupakan kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain.
D. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri
perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan
pernah dilakukan sebelumnya, antara lain adalah penelitian mengenai
perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan
pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank
swasta nasional, dan swasta asing serta bank publik. Rasio-rasio keuangan
yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari Return On Asset, Net
Profit Margin, dan return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bank public mempunyai tingkat efisiensi diatas rata-rata seluruh bank,
sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta nasional secara
kesuluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank, (Ventje, 1993).
Di Indonesia pernah juga dilakukan penelitian terhadap efisiensi
perbankan dengan menggunakan pendekatan Frontier Economic. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah total biaya perbankan, sedangkan
variable independennya antara lain adalah demand deposit, saving deposit,
time deposit, loan, ratio profit per jumlah tenag kerja dan ratio profit per
modal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan Indonesia
secara umum menjadi makin efisien setelah adanya deregulasi 1988,
(Goeltom, 1997).
Penelitian lain mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada
bank devisa dan non devisa yang didasarkan pada Return on Equity, Return
on Asset, dan Loan to Deposit Ratio pernah dilakukan. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja bank devisa dengan bank non devisa sebelum krisisi ekonomi,
(Wijaya, 1998). Penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri
perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan
juga pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian mengenai
perbandingangan kinerja pada industri perbankan yang dilakukan dengan
pengujian secara empiris terhadap kinerja bank devisa dan bank non devisa
pada periode krisi ekonomi didasarkan pada Return on Equity, Return on
Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa
dengan bank non devisa pada periode krisisi ekonomi jika dilihat dari variable
Return on Equity dan Return on Asset. Perbedaan kinerja terlihat secara nyata
jika dilihat dari variable Loan to Deposit Ratio (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Penelitian tentang kinerja industri perbankan juga dilakukan mengenai
perbandingan kinerja bank devisa dan bank non devisa periode 2002-2006,
penelitian tersebut juga didasarkan pada rasio Return on Equity, Return on
Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa
dengan bank non devisa pada periode 2002-2006 (Maharani dan Toto, 2007).
Sedangkan Almilia dan Herdiningtyas (2002) meneliti tentang analisis
rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan
periode 2000-2002. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio
keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi
bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami
kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR,
APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistic berbeda untuk
kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang
tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini
juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO
yang secara statistic signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan
kesulitan keuangan pada sector perbankan.
B. Kerangka Pemikiran
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keungan
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
(Surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (Deficit Unit) serta
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank mempunyai arti penting
dalam kegiatan bisnis dewasa ini, sehingga perlu diketahui bagaimana
sebenarnya kinerja keuangan bank dalam menjalankan usahanya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka digunakan rasio CAMEL melalui analisa laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Rasio CAMEL menilai beberapa aspek
kuangan bank, yaitu aspek Permodalan (CAR), Kualitas Aset (BDR dan
PPAP), Manajemen (NPM), Rentabilitas (ROA dan BOPO), dan Likuiditas
(LDR).
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
kinerja keuangan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa.
Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat apakah kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan memberikan
indikasi yang berbeda antara bank devisa dengan bank non devisa. Dari
analisa tersebut diharapkan dapat diketahui bagaimana perbedaan kinerja
keuangan dari bank devisa dan bank non devisa.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank
non devisa. Dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui metode statistik yan akan digunakan. Jika data berdistribusi
normal maka uji statisktik parametrik yang akan digunakan, namun jika
sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang
akan digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%.
Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas data ini adalah dengan
melihat probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2-
tailed) > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal, sebaliknya jika < 0,05
maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis
yang pertama (H1) ini akan diuji dengan menggunakan Uji Independent
Sample T-Test jika data berdistribusi normal, jika data berdistribusi tidak
normal maka akan di uji dengan menggunakan Uji Mann-Whitney Test.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan
(Independent) anatara bank devisa dengan bank non devisa. Jika probabilitas >
0,05 maka bearti tidak ada perbedaan yang signifikan, dan sebaliknya jika
probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua sampel
tersebut.
Kemudian pada Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini akan
menggunakan regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara
keseluruhan terhadap bank devisa dan bank non devisa. Uji regresi logistik
digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang
menggunakan dummy dan memeiliki variabel independen yang diukur dengan
skala rasio (Windarti, 2002:24), sebelum menggunakan uji regresi logistik
terlebih dahulu akan dilakukan pengujian dengan mengggunakan metode
enter, karena penelitian memiliki satu variabel dependen berupa data nominal
yang memiliki dua kriteria (variabel binary), langkah analisis segresi sebagai
berikut :
1. Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood untuk
melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kinerja keuangan bank
devisa. -2loglikelihood ditransformasikan menjadi -2 log L dimana output
spss memberikan dua nilai yaitu pertama untuk model yang hanya
memasukkan konstanta dan -2 log L yang kedua untuk model dengan
konstanta dan variabel bebas, jika terjadi penurunan dalam nilai -2 log L
pada blok kedua jika dibandingkan dengan blok pertama maka dapat
disimpulkan bahwa model kedua regresi menjadi lebih baik.
2. Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square yang meniru
ukuran koefisien R2 pada regresi linear berganda. R2 pada regresi berganda
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien nagelkerke R Square umumnya
lebih besar dari nilai koefisien Cox dan Snell R Square
3. Uji Chi Square Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menilai
kelayakan model regresi dengan menguji hipotesis nol bahwa data empiris
cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan
data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Asymp.sig > ( α) 0,05
berarti keputusan yang diambil adalah menerima H0 yang berarti tidak ada
perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati artinya model regresi logistik bisa digunakan untuk analisis
selanjutnya.
4. Menilai ketepatan prediksi klasifikasi menggunakan tabel klasifikasi 2 X 2
(Classification Table) yang terdapat pada hasil spss pada model regresi
logistik digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct)
dan yang salah (incorrect) pada kolom merupakan 2 nilai prediksi dari
variabel dependen yaitu bank devisa (0) dan bank non devisa (1),
sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang
sesuai dengan data aktual.
5. Uji Wald Statistics pada tabel variabel in the equation digunakan untuk
menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan. Dasar
pengambilan keputusan, jika probabilitas > 0,05 maka tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengn bank
non devisa dan sebaliknya.
Untuk lebih jelas alur penelitian ini, maka Secara skematis kerangka
pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
BANK DEVISA
KINERJA BANK
BANK NON DEVISA
LAPORAN KEUANGAN BANK
ANALISIS RASIO CAMEL
CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
UJI NORMALITAS
INDEPENDENT SAMPLE TEST
CAPITAL MANAGEMENT EARNINGS LIQUIDITY ASSETS
INTERPRETASI
REGRESI LOGISTIK
MANN-WHITNEY TEST
INTERPRETASI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
D. Hipotesis
Perumusan Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan
CAMEL bank devisa dan bank non devisa dengan uji beda
Mann-Whitney Test.
H2
: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan
CAMEL bank devisa dan bank non devisa dengan uji beda
Independent sample T Test.
H 3 : Rasio-rasio keuangan CAMEL (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA,
BOPO, dan LDR) dapat mempredkisi kinerja keuangan bank
devisa dan bank non devisa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metodologi merupakan suatu sistem atau cara bekerja di bidang yang
bersifat sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang memadai
dalam penelitian yang bersifat ilmiah. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
laporan keuangan tahunan sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa
sebagai sampelnya.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahunan bank
devisa dan bank non devisa selama periode 2003-2007 yang dipublikasikan di
Bank Indonesia. Adapun laporan-laporan keuangan pada penelitian ini diambil
dari neraca dan laporan laba rugi yang akan diubah menjadi rasio-rasio
keuangan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non
devisa.
Variabel dalam penelitian ini adalah rasio-rasio CAMEL yang terdiri dari
Rasio Capital diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio Assets
diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio (BDR) dan rasio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP), rasio Management diwakili oleh rasio Net Profit
Margin (NPM), rasio Earnings diwakili oleh rasio Return on Asset (ROA) dan
rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan rasio
Liquidity yang diwakili oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio-rasio
ini yang kemudian dijadikan variabel independen (X), sedangkan variabel
dependen (Y) dalam penelitian ini adalah bank devisa dan bank non devisa..
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel bertujuan (Purposive Sampling). Ada dua jenis metode penentuan
sampel ini, yaitu ; pemilihann sampel berdasarkan pertimbangan (judgment
sampling) dan pemilihan sampel berdasarkan kuota. Penelitian ini
menggunakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan ((judgment
Sampling), yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
dieproleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, pada umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriyanto &
Supomo,2002:131).
Dipilihnya periode 2003-2007 sebagai periode yang akan diteliti dalam
penelitian ini karena pada periode-periode tersebut krisis perbankan yang pada
tahun 1998 sedikit demi sedikit telah mengalami perbaikan kinerja. Dunia
perbankakan telah memperbaiki sistem manajemen dan pengendalian
perbankan untuk lebih hati-hati dalam menjalankan bisnisnya. Periode 2003-
2007 diharapkan dapat dijadikan cerminan sebagai periode pasca krisis
ekonomi.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bank devisa, maka sebagai
perbandingan peneliti juga menggunakan sampel dari sepuluh bank non devisa
agar hasil penelitian lebih representatif.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang
memenuhi kriteria sampel tertentu sebagai berikut :
Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain :
1. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan yang telah
merilis laporan keuangan tahunan periode 2003-2007.
2. Sampel penelitian terdiri dari sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non
devisa. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel dalam penelitian ini, maka
akan disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
Bank Devisa dan Bank Non Devisa
No Bank Devisa Bank Non Devisa
1. PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk PT. Bank AKITA
2. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk PT. Bank Dipo Internasional
3. PT. Bank BUKOPIN, Tbk PT. Bank Eksekutif Internasional
4. PT. Bank DANAMON, Tbk PT. Bank FAMA Internasional
5. PT. Bank LIPPO, Tbk PT. Bank HARDA Internasional
6. PT. Bank MEGA, Tbk PT. Bank Index Selindo
7. PT. Bank NIAGA, Tbk PT. Bank Indomonex
8. PT. Bank NISP, Tbk PT. Bank Jasa Arta
9. PT. Bank PERMATA, Tbk PT. Bank Mayora
10. PT. Bank SWADESI, Tbk PT. Bank Swaguna
3. Sampel penelitian dipilih berdasarkan urutan asset terbesar (peringkat1-10)
baik bank devisa maupun bank non devisa yang ditetapkan bank Indonesia
pada akhir tahun 2007.
4. Data laporan keuangan tahunan konsolidasi, neraca dan laporan rugi laba
periode 2003-3007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia merupakan
data yang akan diolah.
C. Metode Pengumpulan Data
Indriantoro dan Supomo (2002:146-147) teknik pengumpulan data yang
dilakukan menggunakan data dokumenter adalah jenis data penelitian berupa
laporan keuangan konsolidasi yang terdiri dari laporan keuangan konsolidasi,
neraca dan laporan rugi laba bank devisa dan bank non devisa.
Menurut Indriantoro dan Supomo data documenter adalah :
”Data Dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa
faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk
laporan program.”
Sumber data yang diperoleh adalah data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan. Penelitian ini juga menggunakan data
sekunder yang melalui penelusuran secara manual yang disajikan dalam
format kertas hasil cetakan (Indriantoro dan Supomo, 2002:151), dimana
dalam penelitian ini data tersebut berupa laporan keuangan konsolidasi, neraca
dan laporan rugi laba bank devisa dan bank non devisa tahun periode 2003-
2007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Penelitian ini juga
mengambil data dari berbagai media massa, seperti Jurnal, Koran, Majalah
dan Internet.
D. Metode Analisis
Pengujian hipotesis menggunakan program spss (saentific program for
social science) versi 14.0 for windows.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan ukuran statistik deskriptif yang digunakan
adalah minimum, maksimum, mean dan standar deviasi (Indriantoro dan
Supomo, 2002:170)
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji one-sampel kolmogorov-
smirnov test, menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:107) Uji
Kolmogorov-Smirnov sangat membantu peneliti untuk mengetahui apakah
sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi secara normal atau
data yang tidak berdistribusi normal. Almilia dan Herdiningtyas (2005)
Jika data tidak normal maka dilakukan uji beda nonparametrik dengan
mengunakan Mann Whitney U sebaliknya jika data normal digunakan
Independent T-Test
Menurut Imam Ghozali (2005:30) Hipotesis dalam uji one sample
kolmogorov-smirnov adalah :
Hipotesis nol (Ho) : Data terdistribusi secara normal.
Hipotesis Alternatif (Ha) : Data tidak terdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusannya adalah probabilitas asymp. Sig (2-
tailed) > 0.05 maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Sebaliknya jika probabiliats asymp.sig (2-tailed) < 0.05 dapat disimpulkan
bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal (Singgih
Santoso, 2002:36).
3. Independent Samples T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang
tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test
dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-
rata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua sampel dalam nilai
rata-rata terdistribusi secara normal (Imam Ghozali, 2005: 56) :
Dimana :
µ1 : Rata-rata sampel pertama
µ2 : Rata-rata sampel kedua
S.E : Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel.
Menurut Dwi Priyanto (2008:95) Sebelum dilakukan Uji T Test
dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s
Test), artinya jika varian sama maka Uji T menggunakan Equal Variance
Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda mengunakan
Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).
Hipotesisi Uji F sebagai berikut :
H0 = Kedua varian adalah sama (varian TLTA perusahaan FD dan
TLTA NFD adalah sama).
Ha = Kedua varian adalah berbeda (varian TLTA perusahaan FD dan
TLTA NFD adalah berbeda)
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.
Hipotesis Independent Sample T-test ini (Stanislaus, 2006: 114)
adalah:
H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank
devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Jika hasil Levene’s Test menunjukkan bahwa varian kedua populasi
sama atau berbeda. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima sedangkan t
hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Dasar pengambilan keputusan probabilitas:
Jika Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak.
4. Uji Mann-Whitney
Statistika nonparametrik digunakan bila asumsi distribusi dari statistik
parametrik tidak terpenuhi. Salah satu uji statistik nonparametrik yaitu uji
Mann-Whitney (Mann-Whitney test) disebut juga uji U. Uji Mann-Whitney
merupakan alternatif dari uji t dua sampel independent dengan tujuan
melakukan uji beda statistik nonparametrik.
Ada dua kriteria utama yang digunakan untuk menentukan apakah uji
statistik nonparametrik diperlukan (Stanislaus, 2006:265) :
a. Jika asumsi normalitas dan kesamaan variance (homoscedasticity)
tidak dapat terpenuhi, terutama untuk sampel kecil.
b. Jika data diukur pada skala ordinal atau nominal.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :
H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank
devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka Ho diterima.
Jika Asymp. Sig (2-Tailed) < 0.05 maka Ho ditolak.
2. Analisis Regresi Logistik Binary
a. Definisi Regresi Logistik
Menurut Stanislaus (2006:225) Analisis Regresi Logistik
digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen
x1,x2,...,xk terhadap variabel dependen Y yang berupa variabel
kategorik (binomial, multinomial atau ordnal) atau untuk memprediksi
nilai suatu variabel dependen Y (yang berupa variabel kategorik)
berdasarkan niali variabel-variabel independen x1,x2,...,xk. SPSS
menyediakan tiga prosedur regresi logistik, yaitu :Regresi Logistik
Biner (Binary Logistic Regression), Regresi Logistik Multinomial
(Multinomial Logistic Regression), Regresi Logistik Ordinal (Ordinal
Logistic Regression).
Regresi Logistik Biner adalah regresi logistik dimana variabel
dependennya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh
variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses-gagal, ya-tidak,
benar-salah, hidup-mati, hadir-bolos, pria-wanita, bank devisa-bank
non devisa, dan lain sebagainya.
Regresi Logistik Binary sangat tepat digunakan untuk melakukan
pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel respons
bertipe categorical dua pilihan. Nilai kemungkinan kejadian berada
pada rentang 0-1. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier biasa
dimana nilai variabel dependen (variabel respons) bisa bernilai < 0
atau > 1. (Trihendradi, 2007: 63).
Penggunaan regresi logistik tidak mensyaratkan adanya
multivariate normal distribution karena tidak perlu asumsi normalitas
data pada variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2005:211).
b. Nilai Odds Ratio
Probabilitas kadang-kadang digunakan dalam istilah odds.
Hubungan antara probalilitas variabel dependen (Y) dan variabel
independen (X) adalah non-linear, sedangkan hubungan antara log dari
odds dan variabel independen (X) adalah linear. (Imam Ghozali,
2005:214).
Menurut Cornelius Trihendradi (2007:64) kemungkinan kejadian
(probabilitas) dapat ditranformasikan dengan nilai z (odds). Nilai z
menunjukkan propensity towards atau kecenderungan kepada suatu
kejadian. Semakin tinggi nilai z, semakin besar kecenderungan untuk
kinerja keuangan Bank devisa lebih tinggi dari pada kinerja keuangan
Bank Non Devisa.Odds dan probabilitas memberikan informasi yang
sama, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Peneliti dapat merubah odds
menjadi probabilitas atau sebaliknya. Hubungan kenungkinan kejadian
dengan odds sebagai berikut:
Atau
Dimana :
= Kemungkinan (probabilitas) kejadian pada case i
Zi atau odds = Nilai kecenderungan suatu kejadian pada case i
Nilai odds diasumsikan berhubungan linear dengan variabel
prediktor (Variabel independen):
Oddsi = b0 + biXi1 + b2Xi2 + ...+ bpXip
Dimana:
Xij = Variabel prediktor j dengan case i
bj = Koefisien variabel prediktor j
p = Jumlah variabel prediktor.
Jadi, probabilitas adalah :
Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh
sejumlah variabel independen x1,x2,...,xk terhadap variabel dependen
(Y) yang berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua
nilai atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (Y)
(yang berupa variabel biner) berdasarkan nilai variabel independen
x1,x2,...,xk Bentuk umum regresi logistik biner adalah (Stanislaus,
2006:226).
Dimana :
β0 = konstanta
β1-7 = koefisien
Bank Devisa = Probabilitas bahwa faktor atau covariate ke-Bank Devisa
punya respon 0 dari respons regresi logistik biner yang
mempunyai nilai 1 (Bank Non Devisa) dan 0 (1-Bank
Devisa = Bank Non devisa)
X1 = Prediktor ke-1, CAR (Capital Adequacy Ratio)
X2 = Prediktor ke-2, BDR (Bad Debt Ratio)
X3 = Prediktor ke-3, PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktifa
Produktif)
X4 = Prediktor ke-4, NPM (Net Profit Margin)
X5 = Prediktor ke-5, ROA (Return On Asset)
X6 = Prediktor ke-6, BOPO (Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional)
X7 = Prediktor ke-7, LDR (Loan to debt Ratio)
c. Nilai -2 Loglikehood Ratio
Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood
untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kemungkinan
kinerja keuangan Bank Devisa. -2 loglikelihood ditransformasikan
menjadi -2 log L dimana output spss memberikan dua nilai yaitu
pertama untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan -2 log L
yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas, jika
terjadi penurunan dalam nilai -2 log L pada blok kedua jika
dibandingkan dengan blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa
model kedua regresi menjadi lebih baik (Imam Ghozali, 2005:218).
d. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit di interpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R dengan nilai
maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2
dapat di interpretasikan seperti
nilai R2
pada multiple regression (Imam Ghozali, 2005:219).
Koefisien determinasi (R2) pada regresi berganda pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
indenpenden dalam menjekaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:83).
Nilai koefisien Nagelkerke’s R Square umumnya lebih besar dari
nilai koefisien Cox dan Snell’s R Square tapi cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R2
pada regresi linear
berganda (Stanislaus, 2006:236).
e. Hosmer and lemeshow’s Goodness of Fit Test
Keputusan penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan
data sehingga model dapat dikatakan fit). Hipotesis sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati.
Ha = Terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Jika nilai Hosmer and lemeshow goodness of fit statistic sama
dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti
ada perbedaan signifikansi antara model dengan nilai observasinya
sehingga Goodness Fit Model tidak baik, karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Statistics Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol
diterima, berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau
dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya. (Ghozali, 2005:219).
f. Ketepatan Prediksi Klasifikasi
Tabel klasifikasi 2 X 2 digunakan untuk menghitung nilai estimasi
yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Pada kolom
merupakan 2 nilai prediksi dari variabel dependen yaitu, Bank Devisa
(0) dan Bank Non Devisa (1), sedangkan pada baris menunjukkan nilai
observasi sesungguhnya yang sesuai dengan data aktual. Pada model
yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan
tingkat ketepatan peramalan 100% (Imam Ghozali, 2005:220). Jika
model logistik mempunyai asumsi homoskedastisitas maka semua
kasus akan berada di daerah diagonal dengan ketepatan nilai 100%
tetapi model logistik tidak mempunyai asumsi homoskedastisitas
(Stanislaus, 2006:234).
g. Uji Wald Statistics
Uji wald pada tabel Variabels In The Equation digunakan untuk
menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan.
Untuk uji hipotesis masing-masing variabel sebagai berikut :
Ho = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Ha = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan Bank
devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Dasar Pengambilan Keputusan :
Jika Asymp.Sig > 0,05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.Sig < 0,05 maka H0 ditolak.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian yang digunakan terdiri dari variabel
independen dan variabel dependen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa yang
dikaitkan dengan rasio CAMEL yang diambil dari neraca dan laporan rugi
laba. Rasio CAMEL tersebut terdiri dari rasio CAR, BDR, PPAP, NPM,
ROA, BOPO, dan LDR sebagai variabel independen.
Adapun operasional dan pengukuran variabel panelitian yang penulis
gunakan sebagai berikut :
1. Rasio Capital.
Rasio capital diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko. CAR memperlihatkan seberapa
besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari
modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
diluar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
2. Rasio Assets.
Rasio assets diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio (BDR) dan Rasio
(Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif (PPAP).
a) Bad Debt Ratio (BDR)
Modal sendiri (Modal Inti = modal pelengkap)
CAR = x 100%
ATMR (Aktiva Neraca = Aktiva Administrasi
Rasio BDR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva
produktif yang diklasifikasikan dari total aktiva produktif yang
dimiliki oleh sebuah bank. Semakin rendah BDR, maka senakin bagus
kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh bank tersebut, karena total
aktiva produktif yang dimilikinya tergolong lancar. Rumus BDR
adalah sebagai berikut :
b) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).
Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang
wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka kemungkinan kinerja
keuangan bank lebih baik. Penghitungan PPAP yang wajib dibentuk
sesuai dengan ketentuan Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku (SE
BI no.3/30DPNP tgl,14/12/32001). Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
3. Rasio Management
Rasio ini diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM). rasio Net Profit
Margin (NPM) menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank
PPAP yang telah dibentuk
PPAP = x 100%
PPAP yang wajib dibentuk
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
BDR = x 100 % Total Aktiva Produktif
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
4. Rasio Earnings.
Rasio Earnings diwakili oleh rasio Return On Asset (ROA) dan rasio
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
a) Return On Asset (ROA).
Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari
rata-rata total aset bank yang bersangkuatan. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh bank, sehingga
kemungkinan kinerja keuangannya lebih baik. Rumus rasio ROA
sebagai berikut :
b) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio BOPO semakin efisien biaya operasional yang
Laba Bersih
NPM = x 100% Pendapatan Operasional
Laba sebelum pajak
ROA = x 100%
Total Aktiva
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan kinerja
keuangan bank tersebut lebih baik.. Rumus rasio BOPO sebagai
berikut :
5. Rasio Liquidity
Rasio Liquidity diwakili oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Rasio LDR digunakan untuk meniali likuiditas suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan kinerja keuangan bank
semakin buruk.
6. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel X, atau variabel yang diduga sebagai akibat (Indriyantoro dan
supomo, 2002:63). Varaibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank
Devisa dan Bank Non Devisa. Pengukuran variabel ini adalah menggunakan
dummy, diamana dummy ”0” untuk variabel bank devisa, sedangkan dummy
”1” untuk bank non devisa.
Biaya Operasional BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
Jumlah kredit yang diberikan
LDR = x 100% Total dana pihak ketiga
.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Bank Indonesia
1. Sejarah Singkat Bank Indonesia.
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan konsolidasi tahunan yang
berakhir setiap tanggal tutup buku 31 Desember pada bank-bank devisa
dan bank-bank non devisa yang dipublikasikan di Bank Indonesia. Alasan
Bank Indonesia dipilih sebagai sumber dari objek penelitian ini karena
sitiap bank yang beroperasi di Indonesia harus memberikan laporan
keuangannya kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral yang
mengawasi kinerja dari seluruh bank. Bank Indonesia mempunyai otoritas
untuk menentukan kebijakan terkait dengan kinerja bank di Indonesia yang
bersifat mengikat.
Sistem perbankan pertama kali dikenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang
mengekspansi nusantara pada saat penjajahan. Pada tahun 1746, VOC di
Jawa mendirikan De Bank Van Leening yang kemudian menjadi De Bank
Courant en Bank Van Leening pada tahun 1752. bank tersebut adalah bank
yang pertama kali berdiri di Indonesia yang kemudian pada tanggal 24
Januari 1828 Pemerintah Hindia belanda mendirikan Bank sirkulasi
dengan nama De Javasche Bank. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1953
Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia yang resmi terbentuk sebagai Bank Sentral
Indonesia.
2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia
a) Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal
17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan UU. No 3/2004
tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas
dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya.
Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia
mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan
setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk
menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan
agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
b) Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai
badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-
undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas
dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia
dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar
pengadilan.
3. Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem
keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan.
4. Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara
nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang
dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
5. Nilai-nilai Bank Indonesia
a) Kompetensi,
b) Integritas,
c) Transparansi,
d) Akuntabilitas,
e) Kebersamaan.
6. Sasaran Strategis Bank Indonesia
Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank
Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
a) Terpeliharanya Kestabilan Moneter,
b) Terpeliharanya Stabilitas Sistem Keuangan,
c) Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan
akuntabel,
d) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter,
e) Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan pengawasan
bank, surveillance sektor keuangan, dan manajemen krisis serta (ii)
mendorong fungsi intermediasi,
f) Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran,
g) Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi,
h) Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas komunikasi
dan kerangka hukum.
7. Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara
Dilhat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI
sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga
tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama dengan
Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan
efisien. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen,
dalam melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan
koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya.
Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI setiap awal tahun
anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan
kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan datang.
Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan
dan sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan
rencana dan realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR.
Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan kepada BPK.
8. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan)
Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank Indonesia
membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa
diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut. Bank
Indonesia juga bertindak sebagai kasir Pemerintah yang menatausahakan
rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan Pemerintah,
dapat menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama Pemerintah
Indonesia.
Namun demikian, agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar
terfokus serta agar efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu,
pemberian kredit kepada Pemerintah guna mengatasi deficit spending -
yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan undang-
undang yang lama - kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.
9. Hubungan BI dengan Pemerintah (Independensi dalam Interdepen)
Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang
independen, tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan
Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara
keseluruhan. Koordinasi di antara Bank Indonesia dan Pemerintah
diperlukan pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi,
perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank
Indonesia. Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat meminta
pendapat Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga dapat
memberikan masukan, pendapat serta pertimbangan kepada Pemerintah
mengenai Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan
dengan tugas dan wewenangnya.
Di lain pihak, Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan
Gubernur Bank Indonesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak suara. Oleh
sebab itu, implementasi independensi justru sangat dipengaruhi oleh
kemantapan hubungan kerja yang proporsional di antara Bank Indonesia di
satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya di lain
pihak, dengan tetap berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masing-
masing.
10. Kerjasama BI dengan Lembaga lain
Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan
tugasnya, BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai
lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini
dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB),
serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan
kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan
hukum yang lebih efektif.
Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan pihak-pihak sebagai
berikut :
a) Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme Penetapan Sasaran,
Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi di Indonesia, MoU tentang BI
sebagai Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar negeri
Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan Penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dalam rangka penyehatan perbankan),
b) Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara : SKB tentang kerjasama
penanganan tindak pidana di bidang perbankan,
c) Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara : MoU tentang
Pemberantasan uang palsu,
d) Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM : MoU bidang
Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM,
e) Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) : MoU tentang Penyusunan
Master Repurchase Agreement (MRA).
11. Bank Devisa dan Bank Non Devisa.
Penelitian ini dilakukan pada bank-bank devisa dan bank-bank Non
Devisa yang laporan keuangan tahunannya dipublikasikan di Bank
Indonesia. Laporan keuangan yang digunakan sebagai objek penelitian
berasal dari neraca dan laporan laba rugi bank yang bersangkutan.
Adapun Bank-bank Devisa yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai
berikut :
a) PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk.,
b) PT. BANK BUKOPIN,
c) PT. BANK NIAGA Tbk.,
d) PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk.,
e) PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk.,
f) PT. BANK LIPPO Tbk.,
g) PT. BANK MEGA Tbk.,
h) PT. BANK NISP Tbk.,
i) PT. BANK PERMATA Tbk., dan
j) PT. BANK SWADESI Tbk.,
Sedangkan Bank-bank Non Devisa yang menjadi sampel penelitian adalah
sebagai berikut :
a) PT. BANK AKITA.,
b) PT. BANK DIPO INTERNASIONAL.,
c) PT. BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL.,
d) PT. BANK FAMA INTERNASIONAL.,
e) PT. BANK HARDA INTERNASIONAL.,
f) PT. BANK INDEX SELINDO.,
g) PT. BANK INDOMONEX.,
h) PT. BANK JASA ARTA.,
i) PT. BANK MAYORA., dan
j) PT. BANK SWAGUNA.
B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik
deengan menggunakan microsoft excel dan SPSS versi 16.0 untuk windows
untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-
variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan
penentuan sampel dengan metode purpossive sampling atau penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu pada bank devisa dan bank non devisa periode
2003-2007 berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini
sebagai pedoman penentuan kinerja bank.
Tujuan dari penyajian statistik deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran tentang data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Mean
menggambarkan rata-rata (nilai tengah) dari penjumlahan seluruh data dibagi
jumlah data yang ada. Proses pemilihan sampel menghasilkan 100 data
observasi dari sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa untuk periode
penelitian tahun 2003-2007. Pada tabel 4.1 dapat dilihat statistik deskriptif
dari penulisan yang telah ditentukan.
Tabel 4.1
Tabel Statistik Deskriptif
Data Sampel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
CAR 100 9.76 38.25 17.3576 .62865 6.28648
BDR 100 .24 21.45 2.5912 .26872 2.68716
PPAP 100 .41 8.36 2.0967 .13575 1.35754
NPM 100 3.10 16.25 6.0225 .22086 2.20857
ROA 100 .08 7.38 2.2177 .15616 1.56156
BOPO 100 38.84 140.23 85.9417 1.36225 13.62247
LDR 100 19.95 103.33 66.3925 2.05123 20.51235
Valid N (listwise) 100
Rasio Capital dengan proxy CAR pada bank devisa dan bank non devisa
menunjukkan nilai rata-rata 17,3576, sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 9,76 dan 38,25 dan standar deviasinya adalah 6,28648.
Rasio Assets dengan proxy BDR pada bank devisa dan bank non devisa
menunjukkan nilai rata-rata 2,5912, sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah 0,24 dan 21,45 dan standar deviasinya adalah 2,68716.
Rasio Assets dengan proxy PPAP pada bank devisa dan bank non devisa
menunjukkan nilai rata-rata 20,967, sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah 0,41 dan 8,36 dan standar deviasinya adalah 1,35754.
Rasio Management dengan proxy NPM pada bank devisa dan bank non
devisa menunjukkan nilai rata-rata 6,0225 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 3,10 dan 16,25 dan standar deviasinya adalah 2,20857
Rasio Earnings dengan proxy ROA pada bank devisa dan bank non devisa
menunjukkan nilai rata-rata 2,2177, sedangkan nilai minimum dan maksimum
adalah 0,08 dan 7,38 dan standar deviasinya adalah 1,56156.
Rasio Earnings dengan proxy BOPO pada bank devisa dan bank non
devisa menunjukkan nilai rata-rata 85,9417 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 38,84 dan 140,23 dan standar deviasinya adalah 13,62247.
Rasio Liquidity dengan proxy LDR pada bank devisa dan bank non devisa
menunjukkan nilai rata-rata 66,3925 sedangkan nilai minimum dan
maksimum adalah 19,95 dan 103,33 dan standar deviasinya adalah 20,51235
C. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis pertama (H1) perlu
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan One Sample klmogorov-
Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5% untuk mngetahui metode
uji beda statistik yang akan digunakan pada penelitian ini. Jika data
terdsistribusi normal, maka alat uji beda yang akan digunakan adalah uji
statistik parametrik uji Independent Sample T-Test, namun sebaliknya, jika
data tidak terdistribusi dengan normal, maka alat uji beda yang akan
digunakan adalah uji non parametrik uji Mann-Whitney Test.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (Independent) antara bank devisa dengan bank non devisa. Dasar
pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah jika probabilitas > 0,05
maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabuilitas < 0,05
bearti ada perbedaan asecara signifikan antara kedua sampel berikut.
Tabel 4.2 adalah hasil penelitian mengenai perbedaan kinerja keuangan
bank untuk uji normalitas dengan menggunkan One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test pada masing-masing rasio keuangan yang menjadi variabel
bebasnya.
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Normalitas Data
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
N 100 100 100 100 100 100 100
Mean 17.3576 2.5912 2.0967 6.0225 2.2177 85.9417 66.3925 Normal
Parametersa Std. Deviation 6.28648 2.68716 1.35754 2.20857 1.56156 1.36225E1 2.05123E1
Absolute .154 .237 .157 .147 .166 .100 .083
Positive .154 .237 .157 .147 .166 .100 .048
Most
Extreme
Differences Negative -.113 -.194 -.127 -.093 -.095 -.091 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.542 2.374 1.572 1.468 1.657 .996 .827
Asymp. Sig. (2-tailed) .017 .000 .014 .027 .008 .274 .501
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test yang tampak pada Tabel 4.2 dapat
diringkas dalam Tabel 4.3 sebagai berikut :
No Variabel Independen Asymp. Sig Keterangan Distribusi
1. Capital Adequacy Ratio 0,017 P < 0,05 Tidak Normal
2. Bad Debt Ratio 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
3. Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif
0,014 P < 0,05 Tidak Normal
4. Net Profit Margin 0,027 P < 0,05 Tidak Normal
5. Return On Asset 0.008 P < 0,05 Tidak Normal
6. Beban Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional
0,274 P > 0,05 Normal
7. Loan to Debt Ratio 0,501 P > 0,05 Normal
Dari Hasil pengujian normalitas data pada Tabel 4.3 diatas dapat
dijelaskan bahwa :
1. Variabel CAR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,017 < α
= 0,05 maka Ho ditolak, Variabel CAR tidak terdistribusi dengan normal.
2. Variabel BDR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,000 < α
= 0,05 maka Ho ditolak, Variabel BDR tidak terdistribusi dengan normal.
3. Variabel PPAP tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,014 <
α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel PPAP tidak terdistribusi dengan
normal.
4. Variabel NPM tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,027 < α
= 0,05 maka Ho ditolak, Variabel NPM tidak terdistribusi dengan normal.
5. Variabel ROA tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0.008 < α
= 0,05 maka Ho ditolak, Variabel ROA tidak terdistribusi dengan normal.
6. Variabel BOPO signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,274 > α =
0,05 maka Ho diterima, Variabel BOPO terdistribusi dengan normal.
7. Variabel LDR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,501 > α
= 0,05 maka Ho diterima, Variabel LDR terdistribusi dengan normal.
Dari hasil pengujian normalitas data diketahui bahwa Variabel CAR,
BDR, PPAP, NPM, ROA, data tidak terdistribusi dengan normal, sedangkan
variabel BOPO dan variabel LDR data tedistribusi dengan normal.
Selanjutnya Uji Beda Mann-Whitney akan digunakan pada variabel-variabel
yang tidak terdistribusi dengan normal, sedangkan Uji Beda Independent
Sample T-Test akan digunakan pada variabel-variabel yang terdistribusi
normal, karena hipotesis yang Pertama (H1 ) ini diuji dua data sampel yang
tidak saling berhubungan (Independent) yaitu antara bank devisa dan bank non
devisa.
Uji Kolmogorov-Smirnov Test sangat membantu peneliti untuk
mengetahui apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi
dengan normal atau data yang tidak terdistribusi dengan normal. Almilia dan
Herdiningtyas (2005:24) jika data tidak normal maka dilakukan Uji Beda
Nonparametrik dengan menggunakan Mann-Whitney Test, sebaliknya jika
data terdistribusi normal digunakan Uji Parametrik dengan menggunakan Uji
Sample Independent T-Test.
D. Uji Mann-Whitney Test
Uji ini dilakukan pada variabel-variabel rasio keuangan yang datanya tidak
terdistribusi dengan normal dari uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil
pengujian normalitas data diketahui bahwa rasio keuangan yang tidak
terdistribusi dengan normal adalah variabel CAR, BDR, PPAP, NPM, dan
Variabel ROA.
Pada Uji Mann-Whitney Test terdapat dua hipotesis, yaitu :
H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan
bank non devisa.
H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank
non devisa.
♦ Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
♦ Jika probabilitas < 0,05, maka H1 ditolak.
Tabel 4.4
Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test. Test Statistics
a
CAR BDR PPAP NPM ROA
Mann-Whitney U 761.000 873.500 1.194E3 558.000 768.000
Wilcoxon W 2.036E3 2.148E3 2.470E3 1.833E3 2.043E3
Z -3.371 -2.596 -.383 -4.771 -3.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .009 .702 .000 .001
a. Grouping Variable: Kondisi
Hasil Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test yang tampak pada Tabel 4.3 dapat
diringkas dalam Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil pengujian Mann-Whitney Test
Definisi Rasio Tipe Rasio Z
Hitung
Asymp.
Sig.
Kesimpulan
(Ho)
Capital Adequacy Ratio Capital -3,371 0,001 Ditolak
Bad Debt Ratio Assets -2,596 0,009 Ditolak
Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif
Assets -0,383 0,702 Diterima
Net Profit Margin Management -4,471 0,000 Ditolak
Return On Assets Earning -3,323 0,001 Ditolak
Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa variabel-variabel rasio keuangan yang
tidak terdistribusi normal berbeda antara bank devisa dan bank non devisa
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -3,371 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,001 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan CAR pada bank devisa dengan bank non
devisa.
2. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -2,596 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,009 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan BDR pada bank devisa dengan bank non
devisa.
3. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -0,383 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,702 > α = 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan PPAP pada bank devisa dengan bank non
devisa.
4. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -4,471 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,000 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan NPM pada bank devisa dengan bank non
devisa.
5. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -3,323 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,001 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara rasio keuangan ROA pada bank devisa dengan bank non
devisa.
Hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan H 0 ditolak pada empat rasio dan
H 0 diterima pada satu rasio. Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari lima
rasio keuangan yang diuji, empat rasio keuangan menunjukkan hasil yang
signifikan, yaitu satu rasio Capital (CAR), satu rasio Assets (BDR), satu rasio
management (NPM), dan satu rasio Earnings (ROA), artinya bahwa terdapat
perbedaan kinerja antara bank devisa dengan bank non devisa. Satu rasio
lainnya, yaitu rasio assets (PPAP) menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan pada level 5%. Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan kinerja antara bank devisa dan bank non devisa. Hasil Uji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa semakin kecil probabilitas signifikansi, maka
semakin besar perbedaan rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, dan ROA antara
bank devisa dengan bank non devisa. Begitu juga sebaliknya, semakin besar
probabilitas signifikansi maka semakin kecil perbedaan rata-rata rasio PPAP
antara bank devisa dengan bank non devisa. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdinigtyas (2005), yaitu CAR,
BDR, NPM dan rasio ROA yang digunakan pada penelitian terdahulu dan
penelitian sekarang adalah mempunyai perbedaan yang signifikan. Sedangkan
Almilia dan Herdinigtyas tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada
rasio PPAP pada bank pada saat tahun periode penelitian
E. Uji Independent Sample T Test
Uji Independent Sample T-Test dilakukan pada variabel-variabel rasio
keuangan yang datanya terdistribusi dengan normal dari uji normalitas data.
Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa rasio keuangan
yang terdistribusi dengan normal adalah variabel CAR, BDR, PPAP, NPM,
dan Variabel ROA.
Pada Uji Independent Sample T-Test
terdapat dua hipotesis, yaitu :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan
bank non devisa.
H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank
non devisa.
♦ Jika probabilitas > 0,05, maka H 0 diterima.
♦ Jika probabilitas < 0,05, maka H 1 ditolak.
Tabel 4.6
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Variabel BOPO dan Variabel LDR Group Statistics
Kondisi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BANK DEVISA 50 80.3504 11.15077 1.57696 BOPO
BANK NON DEVISA 50 91.5330 13.66710 1.93282
BANK DEVISA 50 60.6864 20.95365 2.96329 LDR
BANK NON DEVISA 50 72.0986 18.56329 2.62525
Pada output tabel group statistic terlihat bahwa rata-rata BOPO pada bank
devisa adalah 80,3504 kali, sedangkan untuk bank non devisa 91,5330 kali.
Kemudian rata-rata LDR pada bank devisa adalah 60,6864 kali, sedangkan
untuk bank non devisa 72,0986 kali. Secara absolute jelas bahwa rata-rata
rasio CAR dan rasio LDR antara bank devisa dengan bank non devisa
berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan ini nyata secara statistik dan akan
dijelaskan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Variabel BOPO dan Variabel LDR Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances
assumed .680 .412 -4.483 98 .000 -11.18260 2.49451 -16.13288 -6.23232
BOPO
Equal variances not
assumed
-4.483 94.205 .000 -11.18260 2.49451 -16.13537 -6.22983
Equal variances
assumed 1.036 .311 -2.883 98 .005 -11.41220 3.95892 -19.26854 -3.55586
LDR
Equal variances not
assumed
-2.883 96.597 .005 -11.41220 3.95892 -19.26997 -3.55443
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test yang tampak pada Tabel 4.7 dapat
diringkas dalam Tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil pengujian Independent Sample T-Test
Definisi Rasio Tipe Rasio F
Hitung
Asym
p. Sig.
Kesimpulan
(Ho)
Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
Earning 0,680 0,000 Ditolak
Loan to Deposit Ratio Liquidity 1,036 0,005 Ditolak
Pada tabel 4.8, rasio BOPO terlihat dari hasil Levene’s Test didapat p-
Value = 0,412 > α = 0,05 maka H0 diterima, dengan kata lain, asumsi kedua
varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi. Karena hasil
Levene’s Test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar
(equal variances assumed) terpenuhi, maka digunakan hasil uji T dua sample
independent dengan asumsi kedua varians sama besar (equal variances
assumed) untuk menguji hipotesis null (H 0) yang memberikan nilai t = -4,483
dengan derajat kebesaran df = 98, yang didapatkan dari (n1 + (n2-2)) = (50 +
(50-2)) = 98. Untuk asumsi kedua varian sama besar (equal variances
assumed) p-value (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05, maka H0 ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio keuangan CAR bank devisa
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rata-rata rasio keuangan CAR
pada bank non devisa.
Kemudian pada tabel 4.7, rasio LDR terlihat dari hasil Levene’s Test
didapat p-value = 0,311 > α = 0,05 maka H 0 diterima, dengan kata lain, asumsi
kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi. Karena hasil
Levene’s Test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar
(equal variances assumed) terpenuhi, maka digunakan hasil uji T dua sampel
independen dengan asumsi kedua varians sama besar (equal variances
assumed) untuk menguji hipotesis null (H 0) yang memberikan nilai t = -2,883
dengan derajat kebesaran df = 98, yang didapatkan dari (n1 + (n2-2)) = (50 +
(50-2)) = 98. Untuk asumsi kedua varian sama besar (equal variances
assumed) p-value (2-tailed) = 0,005 < α = 0,05, maka Ho ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio keuangan LDR bank devisa
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rata-rata rasio keuangan LDR
pada bank non devisa.
Berdasarkan rincian penjelasan dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan dari dua rasio keuangan yang
diuji. Hipotesis pertama dengan pengujian Independent Sample T Test secara
keseluruhan ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan antara kinerja bank
devisa dengan bank non devisa. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Almilia dan Herdinigtyas (2005), yaitu rasio BOPO dan
rasio LDR yang digunakan pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
adalah mempunyai perbedaan yang signifikan di bank pada saat tahun periode
penelitian.
F. Analisis Regresi Logistik Binary
Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah
variabel independen X1, X2, X3,..., XK terhadap variabel dependen Y yang
berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai atau juga
untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen Y (yang berupa variabel
biner) berdasarkan niali-nilai variabel dependen X1, X2, X3,..., XK (stanislaus,
2006:226).
Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 100 atau N 100,
untuk melihat kelengkapan data yang diproses dalam penelitian ini dan tidak
ada missing cases, artinya data yang diproses lengkap ditunjukkan oleh tabel
Case Processing Summary :
Tabel 4.9
Data yang diproses Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 100 100.0
Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 100 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 100 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dalam penelitian ini variable dependen Y bertipe kategorik dua pilihan
yaitu : bank devisa dikategorikan dengan nilai 0 dan bank non devisa diberi
nilai 1. keterangan ini dapat dilihat dalam tabel data dibawah ini :
Tabel 4.10
Identifikasi Data Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
BANK DEVISA 0
BANK NON DEVISA 1
1. Ketepatan Model Prediksi
Untuk melihat model yang lebih baik untuk memprediksi kinerja bank
devisa menggunakan nilai -2 Loglikelihood. Dari hasil perhitungan -2
Loglikelihood pada blok pertama (block number = 0) terlihat nilai -2
Loglikelihood sebesar 138,629 seperti yang terlihat pada tabel 4.11
sebagai berikut :
Tabel 4.11
Ketepatan Model dalam memprediksi Bank Devisa (block number = 0) Iteration History
a,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 138.629 .000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by
less than .001.
Kemudian hasil perhitungan nilai -2 Loglikelihood pada blok kedua (block
number = 1) terlihat nilai -2 Loglikelihood sebesar 68,349 terjadi
penurunan pada blok kedua (block number = 1) yang ditunjukkan pada
table 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12
Ketepatan model dalam memprediksi bank devisa (block number = 1) Iteration History
a,b,c,d
Coefficients
Iteration
-2 Log
likelihood Constant CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
1 92.060 -5.083 -.011 .020 -.345 .364 -.224 .040 .012
2 76.612 -10.882 -.026 -.079 -.466 .818 -.373 .091 .009
3 69.801 -17.049 -.053 -.155 -.600 1.341 -.484 .146 .003
4 68.427 -21.367 -.074 -.185 -.735 1.674 -.511 .186 -.002
5 68.349 -22.667 -.080 -.175 -.790 1.763 -.505 .199 -.003
6 68.349 -22.749 -.081 -.172 -.796 1.768 -.504 .200 -.003
Step 1
7 68.349 -22.749 -.081 -.172 -.796 1.768 -.504 .200 -.003
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by
less than .001.
Penilaian keseluruhan model regresi (Overall Fit Model) menggunakan
nilai -2 Loglikelihood jiika terjadi penurunan pada blok kedua dibanding
blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi
lebih baik, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.11 dan tabel 4.12. pada
blok pertama (block number = 0) nilai -2 Loglikelihood sebesar 138,629
dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -2 Loglikelihood sebesar
68,349. dari hasil ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa model regresi
kedua lebih baik untuk memprediksi kinerja bank devisa.
2. Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square
Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square pada tabel
model summary dapat diinterpretasikan sama seperti koefisien determinasi
R2 (dibikin kuadrat0 pada regresi linier berganda, tetapi karena nilai
maksimum Cox & Snell R Square biasanya lebih kecil dari satu, seperti
yang ditunjukkan oleh tabel 4.12 nilai Cox & Snell R Square adalah 0,505
lebih kecil dari satu, maka menjadi sukar untuk diinterpretasikan seperti R2
dan jarang digunakan.
Tabel 4.13
Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 68.349a .505 .673
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.
Koefisien Nagelkerke R Square pada tabel model Summary merupakan
modifikasi dari Koefisien Cox & Snell R Square agar nilai maksimumnya
bisa mencapai satu dan mempunyai kisaran antara 0 dan sama seperti
koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Seperti yang terlihat
pada tabel 4.13, nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,673 yang
berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat sebesar
67,3%.
3. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow
Untuk menilai kelayakan model regresi dalam memprediksi digunakan Uji
Chi Square Hosmer and Lemeshow, pengujian ini digunakan untuk
menguji hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan
dengan klasifikasi yang diamati.
Ha : Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan
dengan klasifikasi yang diamati.
Tabel 4.14 Hasil Identifikasi prediksi klasifikasi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.713 8 .462
Hasil pengujian pada tabel 4.14 menunjukkan nilai Chi Square sebesar
7,713 dengan nilai Sig 0,462. dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai sig. >
2 = 0,05 berarti H 0 diterima bahwa tidak terdapat perbedaan antara
klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang dimati maka model
regresi ini bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.
4. Ketepatan Prediksi Klasifikasi
Untuk melihat ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati ditunjukkan
oleh Classification Table berupa tabel 2x2 dengan kolom predicted value
dari variabel dependen dan baris berupa nilai data actual yang diamati
seperti pada tabel 4.15 sebagai berikut :
Tabel 4.15
Hasil Identifikasi prediksi klasifikasi Classification Table
a
Predicted
Kondisi
Observed BANK DEVISA BANK NON DEVISA
Percentage
Correct
BANK DEVISA 44 6 88.0 Kondisi
BANK NON DEVISA 7 43 86.0
Step 1
Overall Percentage 87.0
a. The cut value is .500
Dengan menggunakan Tujuh variable independent dalam model ini,
yaitu rasio CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR
menunjukkan bahwa kebenaran prediksi model suatu bank yang
dimasukkan dalam kategori bank devisa sebesar 88,0%, sedangkan untuk
kebenaran suatu prediksi suatu bank yang dimasukkan dalam kategori
bank non devisa sebesar 86,0%.
Dari hasil Identifikasi prediksi klasifikasi menunjukkan bahwa
variabel rasio Capital yang diproksikan dengan rasio CAR, variabel rasio
Assets yang diproksikan dengan rasio BDR dan rasio PPAP, variabel rasio
management yang diproksikan dengan rasio NPM, variabel rasio Earnings
yang diproksikan dengan rasio ROA dan rasio BOPO, dan variabel rasio
liquidity yang diproksikan dengan rasio LDR secara keseluruhan
mempunyai ketepatan klasifikasi sebesar 87,0%. Angka ketepatan prediksi
87,0% mengindikasikan bahwa persamaan regresi tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank.
5. Uji Wald
Tabel 4.16
Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
CAR -.081 .059 1.898 1 .168 .922
BDR -.172 .430 .160 1 .689 .842
PPAP -.796 .439 3.287 1 .070 .451
NPM 1.768 .435 16.551 1 .000 5.860
ROA -.504 .490 1.057 1 .304 .604
BOPO .200 .072 7.771 1 .005 1.221
LDR -.003 .024 .017 1 .896 .997
Step 1a
Constant -22.749 7.584 8.998 1 .003 .000
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Tabel 4.16 tentang koefisien regresi logistik dapat diringkas sebagai
berikut :
Tabel 4.17
Koefisien regresi logistic dan tingkat signifikansi variabel independen
Variabel B Signifikansi Hipotesis Null
(H 0)
CAR -.081 0.168 Diterima
BDR -.172 0.689 Diterima
PPAP -.796 0.070 Diterima
NPM 1.768 0.000 Ditolak
ROA -.504 0.304 Diterima
BOPO .200 0.005 Ditolak
LDR -.003 0.896 Diterima
Hasil perhitungan koefisien dari model regresi logistic terlihat pada tabel 4.17
menunjukkan bahwa variable CAR, BDR, PPAP, ROA dan LDR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa
dan bank non devisa. Variable NPM dan BOPO signifikan pada α = 0,05.
Koefisien variable NPM signifikan pada probabilitas 0,000 < α = 0,05,
variable BOPO signifikan pada probabilitas pada 0,005 < α = 0,05.
Uji Wald menguji masing-masing koefisien regresi logistik, sebagai
berikut :
1. Untuk koefisien variabel CAR : Uji Wald = 1,898, P-Value = 0,168 < α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel CAR signifikan.
2. Untuk koefisien variabel BDR : Uji Wald = 0,160, P-Value = 0,689 > α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel BDR tidak signifikan.
3. Untuk koefisien variabel PPAP : Uji Wald = 3,287, P-Value = 0,070 > α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel PPAP tidak signifikan.
4. Untuk koefisien variabel NPM : Uji Wald = 16,551, P-Value = 0,000 < α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel NPM signifikan.
5. Untuk koefisien variabel ROA : Uji Wald = 1,057, P-Value = 0,304 > α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel ROA tidak signifikan.
6. Untuk koefisien variabel BOPO : Uji Wald = 7,771, P-Value = 0,005 < α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel BOPO signifikan.
7. Untuk koefisien variabel LDR : Uji Wald = 0,017, P-Value = 0,896 > α
0,05, maka koefisien regresi untuk variabel LDR tidak signifikan.
8. Untuk konstanta : Uji Wald = 8,998, P-Value = 0,003 < α 0,05, maka
koefisien regresi untuk konstanta signifikan.
G. Interpretasi
Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan Mann-Whitney Test
menunjukkan rasio CAR, BDR, NPM, dan ROA kelompok bank devisa dan
bank non devisa secara statistik berbeda dan mendukung hipotesis 1 dalam
penelitian ini karena terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio
keuangan pada bank devisa dan bank non devisa. Sedangkan rasio PPAP
menolak hipotesis 1 karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rasio keuangan bank devisa dan bank non devisa.
Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan Independent Sample T -
Test menunjukkan rasio BOPO dan rasio LDR kelompok bank devisa dan
bank non devisa secara statistik berbeda dan mendukung hipotesis 2 dalam
penelitian ini karena terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio
keuangan pada bank devisa dan bank non devisa.
Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan daya
klasifikasi ketepatan prediksi secara keseluruhan sebesar 87,0% dengan
klasifikasi untuk kelompok bank devisa sebesar 88,0% dan untuk kelompok
bank non devisa 86,0%, ini ditunjukkan dengan classification table pada
output spss dengan cut-off value 0,500 dan mendukung hipotesis III dalam
penelitian ini yang berarti rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi
kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa.
Nilai koefisien Nagelkerke R Square menjelaskan bahwa dalam model
regresi ini kemampuan rasio keuangan dalam menjelaskan kinerja keuangan
bank devisa atau bank non devisa sebesar 67,3%, dan sisanya 32,.7%
dijelaskan oleh varabel lain.
Hasil perhitungan yang didapat dari Wald Statistic menunjukkan bahwa
hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen :
bank devisa dan bank non devisa yaitu : variabel Net Profit Margin (NPM),
dan variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
sedangkan variabel yang lainnya tidak signifikan.
Persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut
Bank Devisa = -22,749+1,768NPM+0,200BOPO
Dari persamaan regresi logistik dapat dilihat bahwa variable CAR, BDR,
PPAP, ROA dan LDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa.
Variabel NPM dan variabel BOPO signifikan pada 0,05. dari persamaan
regresi logistik dapat dilihat bahwa log odds bank devisa mempunyai kinerja
diatas rata-rata secara positif dipengaruhi oleh NPM dan BOPO.
Nilai Konstanta -22,749 menyatakan bahwa jika variabel independen
diangap nol, maka probabilitas kinerja keuangan bank devisa mengalami
penurunan sebesar 22,749 dibandingkan kinerja keuangan bank non devisa.
Koefisien regresi NPM sebesar 1,768 dan bernilai positif menunjukkan
bahwa variabel NPM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank
devisa dan bank non devisa, artinya jika variabel lain dianggap konstan maka
setiap unit perubahan variabel NPM kemungkinan kinerja keuangan bank
devisa adalah 5,860 kali lebih tinggi daripada kinerja kauangan bank non
devisa.
Hasil penelitian ini didukung oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)
menyatakan bahwa rasio NPM berpengaruh secara signifikan pada kinerja
keuangan bank devisa dan bank non devisa. Semakin tinggi rasio NPM berarti
semakin besar kemungkinan kemampuan bank untuk mendapatkan
keuntungan.
Dahlan siamat (2004:29) menyebutkan bahwa bank devisa (foreign
exchange bank) adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan
transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank
Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam
bentuk valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan lain yang terkait dengan
valuta asing, misalnya Letter of credit dan travelers chek.
Koefisien regresi BOPO sebesar 0,200 dan bernilai positif menunjukkan
bahwa variabel BOPO berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank
devisa dan bank non devisa, artinya jika variabel lain dianggap konstan maka
setiap unit perubahan variabel BOPO kemungkinan kinerja keuangan bank
devisa adalah 51,221 kali lebih tinggi daripada kinerja kauangan bank non
devisa.
Hasil penelitian ini didukung oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)
menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Artinya semakin tinggi
rasio BOPO maka kemungkinan kinerja keuangan bank devisa semakin besar.
Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio Net profit
Margin (NPM) yang merupakan proxy dari rasio Management dan rasio
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang
merupakan proxy dari rasio Earnings. Variabel NPM adalah sebagai variabel
yang signifikan dalam penelitian ini merupakan variabel rasio keuangan yang
dapat menentukan kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, dengan
rasio NPM sebagai rasio yang menunjukkan kesuksesan manajemen bank
dalam memaksimalkan keuntungan. Sedangkan variabel BOPO sebagai
variabel yang signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesuksesan
bank dalam meningkatkan pendapatannya.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa rasio Capital adequacy
Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), Net profit Margin (NPM), dan
Return on Asset (ROA) berbeda signifikan antara bank devisa dengan bank
non devisa. Sedangkan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank
devisa dengan bank non devisa.
2. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa rasio
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) berbeda signifikan antara bank devisa
dengan bank non devisa.
3. Daya ketepatan prediksi klasifikasi secara keseluruhan sebesar 87,0%.
Klasifikasi untuk kelompok bank devisa sebesar 88,0%, dan untuk
kelompok bank non devisa debesar 86,0%. Hal ini dapat membuktikan
bahwa dengan menggunakan regresi logistik rasio keuangan dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non
devisa.
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan Capital adequacy
Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), rasio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) tidak signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan bank
devisa dan bank non devisa.
5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan yang paling
signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non
devisa adalah rasio Net Profit Margin (NPM) dan rasio Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
B. Implikasi
1. Bank Devisa dan Bank Non Devisa
Rasio keuangan yang memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan
kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa berasal; dari rasio
Management (NPM) dan rasio earnings (BOPO)m yang menjelaskan
kemampuan bank devisa dan bank non devisa dalam memaksimalkan laba
dan meningkatkan pendapatan operasionalnya, sehingga dapat dijadikan
rujukan bagi kelangsungan hidup dan kelancaran bank devisa dan bank
non devisa.
2. Investor/Nasabah
Investor sebagai pemilik modal dapat mengetahui kinerja keuangan
bank sehingga diharapkan tepat pada saat pengambilan keputusan untuk
berinvestasi pada bank devisa agtau bank non devisa. Begitu juga dengan
nasabah, diharapkan nasabah tidak salah pilih dalam mentukan tempat
untuk menyimpan kelebihan dananya.
3. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan yang
nyata dan memberikan manfaat berupa informasi dalam dunia pendidikan.
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran
Beberapa keterbatasan penelitian ini yang masih perlu direvisi pada
penelitian selanjutnya, antara lain :
1. Variabel yang digunakan hanya sebatas variabel rasio keuangan.
2. Proksi yang digunakan pada variabel dependen hanya perbandingan antara
bank devisa dengan bank nondevisa.
3. Sampel dalam penelitian ini hanya sebatas pada sepuluh bank devisa dan
sepuluh bank non devisa.
4. penggunaan tolok ukur kinerja yang digunakan dalam penel;itian ini hanya
menganalisi kinerja bank berdasarkan rasio keuanga, yang hanya
merupakan aspek ekonomis, sementara banyak faktor non ekonomis yang
tidak dapat dimasukkan dalam ukuran kuantitatif. Beberapa aspek kinerja
non ekonomis seperti teknolgi, sumber daya manusia, kualitas pelayanan,
produk-produk bank, budaya bank, dan sebagainya penting untuk
diperhatikan.
Adapun beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dan menjadi
saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Penelitian selanjutnya hendaknya mengikutsertakan variabel non
ekonomis untuk mengukur kinerja bank.
2. variabel dependen yang digunakan dalam paneletian selanjutnya dapat
dikembangkan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel bank
pemerintah, bank swasta atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Herdiningtyas. Winny. “Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-
2002”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1, Hal 1-22,
Desember 2004.
Arkian, Hifni.. ”Menilai Kesehatan Bank”. Pengembangan Perbankan. Edisi No.71. Jakarta : Institut Bankir Indonesia. 1998.
Leon, Boy dan Ericson, Sonny. “Manajemen Aktiva Passiva Bank Non Devisa”,
Jakarta : PT Grasindo, 2007.
Febryani, Anita dan Zulfadin, Rahadian. ”Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank
Non Devisa di Indonesia”, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol., No.4,
Desember 2003.
Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Harahap, Sofyan, Syafri, 2002. Teori Akuntansi. Edisi revisi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Haryati, Sri. “Analisis Kebangkrutan Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol.16, No.4, Hal 336-345. 2001.
Ikatan Akuntansi Indonesia.. ”Standar Akuntansi Kauangan”. Jakarta : Salemba Empat 2004.
Indriantoro, Nur ; dan Supumo, Bambang.. ”Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. 2002.
Irmayanto, Et.Al.. ”Bank dan Lembaga Keuangan”. Jakarta : LPFE USAKTI. Juli
2000.
Kasmir. ”Bank dan Lembaga Kauangan Lainnya”. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 1999
Kasmir, ”Manajemen Perbankan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003.
Lestari, Maharani Ika dan Sugiharto, Toto.”Kinerja Bank Devisa dan Bank Non
Devisa dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Auditorium Kampus
Gunadharma, Vol.2, No.2. 21-22 Agustus 2007.
Murtanto dan Zeny, Arfiana. ”Analaisis Laporan Keuangan dengan
Menggunakan Rasio CAMEL dan Metode Altman sebagai Alat Untuk
Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.2, No.2 Hal. 22-24, Agustus 2002.
Nugroho, Bhuana Agung. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS”, Yogyakarta : Andi, 2005.
Priyanto, Dwi. “ Mandiri Belajar SPSS”, Yogyakarta : Mediakom, 2008.
Trihendradi, Cornelius. “Kupas Tuntas Analisi Regresi”, Yogyakarta : andi, 2007.
Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analsis data Dengan SPSS”, Edisi kedua,
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006.
Warren, dkk. “Pengantar Akuntansi”, edisi 21, Buku Satu, salemba Empat, 2005.
peraturan Bank Indonesia Nomor 6 / 10 / PBI. “Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia 2004.
_____________________. Nomor 6 / 10 / PBI.. ”Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia 2004.
Siamat, Dahlan,. ”Manajemen Lembaga Kauangan”. Edisi Keempat, Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30 / 11 / KEP / DIR . Tata Cara
”Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia.
1997.
_________________________________ Nomor 30 / 277 / KEP / DIR.
”Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30 / 11 /
KEP / DIR . tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”. Jakarta : Bank Indonesia. 1998.
__________________________________Nomor 31 / 147 / KEP / DIR, ”Kualitas
Aktiva Produktif”. Jakarta : Bank Indonesia. 1998..
__________________________________ Nomor 31 / 148 / KEP / DIR.
”Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti”f. Jakarta : Bank Indonesia. 1998.
www.bi.go.id
www.google.com/Bank Devisa
Lampiran 1
Output Data Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
CAR 100 9.76 38.25 17.3576 .62865 6.28648
BDR 100 .24 21.45 2.5912 .26872 2.68716
PPAP 100 .41 8.36 2.0967 .13575 1.35754
NPM 100 3.10 16.25 6.0225 .22086 2.20857
ROA 100 .08 7.38 2.2177 .15616 1.56156
BOPO 100 38.84 140.23 85.9417 1.36225 13.62247
LDR 100 19.95 103.33 66.3925 2.05123 20.51235
Valid N (listwise) 100
Lampiran 2
Output SPSS One Sample Kolmogorov-Smirnov
NPar Tests
[DataSet1]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
N 100 100 100 100 100 100 100
Mean 17.3576 2.5912 2.0967 6.0225 2.2177 85.9417 66.3925 Normal
Parametersa Std. Deviation 6.28648 2.68716 1.35754 2.20857 1.56156 1.36225E1 2.05123E1
Absolute .154 .237 .157 .147 .166 .100 .083
Positive .154 .237 .157 .147 .166 .100 .048
Most
Extreme
Differences Negative -.113 -.194 -.127 -.093 -.095 -.091 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.542 2.374 1.572 1.468 1.657 .996 .827
Asymp. Sig. (2-tailed) .017 .000 .014 .027 .008 .274 .501
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 3
Output SPSS Mann-Whitney Test Mann-Whitney Test
Ranks
Kondisi N Mean Rank Sum of Ranks
BANK DEVISA 50 60.28 3014.00
BANK NON DEVISA 50 40.72 2036.00
CAR
Total 100
BANK DEVISA 50 42.97 2148.50
BANK NON DEVISA 50 58.03 2901.50
BDR
Total 100
BANK DEVISA 50 51.61 2580.50
BANK NON DEVISA 50 49.39 2469.50
PPAP
Total 100
BANK DEVISA 50 36.66 1833.00
BANK NON DEVISA 50 64.34 3217.00
NPM
Total 100
BANK DEVISA 50 60.14 3007.00
BANK NON DEVISA 50 40.86 2043.00
ROA
Total 100
Test Statisticsa
CAR BDR PPAP NPM ROA
Mann-Whitney U 761.000 873.500 1.194E3 558.000 768.000
Wilcoxon W 2.036E3 2.148E3 2.470E3 1.833E3 2.043E3
Z -3.371 -2.596 -.383 -4.771 -3.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .009 .702 .000 .001
a. Grouping Variable: Kondisi
Lampiran 4
Output SPSS Independent Sample T-Test
Group Statistics
Kondisi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BANK DEVISA 50 80.3504 11.15077 1.57696 BOPO
BANK NON DEVISA 50 91.5330 13.66710 1.93282
BANK DEVISA 50 60.6864 20.95365 2.96329 LDR
BANK NON DEVISA 50 72.0986 18.56329 2.62525
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances
assumed .680 .412 -4.483 98 .000 -11.18260 2.49451 -16.13288 -6.23232
BOPO
Equal variances not
assumed
-4.483 94.205 .000 -11.18260 2.49451 -16.13537 -6.22983
Equal variances
assumed 1.036 .311 -2.883 98 .005 -11.41220 3.95892 -19.26854 -3.55586
LDR
Equal variances not
assumed
-2.883 96.597 .005 -11.41220 3.95892 -19.26997 -3.55443
Lampiran 5
Output SPSS Regresi Logistik
Logistic Regression
[DataSet1]
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 100 100.0
Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 100 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 100 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
BANK DEVISA 0
BANK NON DEVISA 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 138.629 .000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
c. Estimation terminated at iteration number 1
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Predicted
Kondisi
Observed BANK DEVISA
BANK NON
DEVISA
Percentage
Correct
BANK DEVISA 0 50 .0 Kondisi
BANK NON DEVISA 0 50 100.0
Step 0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
CAR 7.710 1 .005
BDR 7.052 1 .008
PPAP .425 1 .514
NPM 19.488 1 .000
ROA 5.235 1 .022
BOPO 17.017 1 .000
Variables
LDR 7.817 1 .005
Step 0
Overall Statistics 39.462 7 .000
Block 1: Method = Enter Iteration History
a,b,c,d
Coefficients
Iteration
-2 Log
likelihood Constant CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
1 92.060 -5.083 -.011 .020 -.345 .364 -.224 .040 .012
2 76.612 -10.882 -.026 -.079 -.466 .818 -.373 .091 .009
3 69.801 -17.049 -.053 -.155 -.600 1.341 -.484 .146 .003
4 68.427 -21.367 -.074 -.185 -.735 1.674 -.511 .186 -.002
5 68.349 -22.667 -.080 -.175 -.790 1.763 -.505 .199 -.003
6 68.349 -22.749 -.081 -.172 -.796 1.768 -.504 .200 -.003
Step 1
7 68.349 -22.749 -.081 -.172 -.796 1.768 -.504 .200 -.003
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by
less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 70.281 7 .000
Block 70.281 7 .000
Step 1
Model 70.281 7 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 68.349a .505 .673
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.713 8 .462
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
CAR -.081 .059 1.898 1 .168 .922
BDR -.172 .430 .160 1 .689 .842
PPAP -.796 .439 3.287 1 .070 .451
NPM 1.768 .435 16.551 1 .000 5.860
ROA -.504 .490 1.057 1 .304 .604
BOPO .200 .072 7.771 1 .005 1.221
LDR -.003 .024 .017 1 .896 .997
Step 1a
Constant -22.749 7.584 8.998 1 .003 .000
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Classification Table
a
Predicted
Kondisi
Observed BANK DEVISA BANK NON DEVISA
Percentage
Correct
BANK DEVISA 44 6 88.0 Kondisi
BANK NON DEVISA 7 43 86.0
Step 1
Overall Percentage 87.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
CAR -.081 .059 1.898 1 .168 .922
BDR -.172 .430 .160 1 .689 .842
PPAP -.796 .439 3.287 1 .070 .451
NPM 1.768 .435 16.551 1 .000 5.860
ROA -.504 .490 1.057 1 .304 .604
BOPO .200 .072 7.771 1 .005 1.221
LDR -.003 .024 .017 1 .896 .997
Step 1a
Constant -22.749 7.584 8.998 1 .003 .000
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Lampiran 6
Rasio CAMEL Bank Devisa dan Bank Non Devisa Periode 2003-2007
Nama Bank Rasio Capital Rasio Assets Rasio
Management Rasio Earnings Rasio
Liquidity
CAR BDR PPAP NPM ROA BOPO LDR
BCA 38,25 0,51 0,97 5,22 2,53 73,53 21,70 2003
PERMATA 10,8 4,6 4,8 4,4 1,92 86,53 41,3
MEGA 14,04 0,77 0,61 5,64 3,24 76,79 55,61
NISP 13,78 0,54 1,13 3,69 1,71 86,67 77,95
BUKOPIN 14,86 1,75 6,42 4,74 1,73 83,23 91,82
LIPPO 16,66 3,33 4,85 3,55 1,48 99,81 19,95
BII 23,34 2,06 2,05 3,10 0,76 93,29 35,03
DANAMON 26,84 3,14 5,00 3,20 5,69 82,31 56,95
NIAGA 11,58 2,24 3,09 4,86 2,03 88,79 72,12
SWADESHI 27,03 1,40 3,48 5,77 2,33 83,72 59,17
BCA 28,65 0,24 0,84 3,11 5,44 66,64 27,05 2004
PERMATA 11,4 2,2 4,03 5,84 2,3 83,11 57,2
MEGA 13,53 1,00 0,80 6,36 2,99 73,83 48,80
NISP 15,11 0,60 1,10 4,66 2,50 76,49 77,34
BUKOPIN 15,41 2,78 1,85 5,35 1,91 87,38 85,13
LIPPO 20,87 2,88 4,02 4,12 3,33 81,62 22,60
BII 20,84 1,63 1,33 5,20 2,35 79,68 43,62
DANAMON 27,00 2,20 3,06 7,06 4,51 52,32 72,49
NIAGA 10,43 2,83 2,75 5,80 2,91 79,41 85,37
SWADESHI 25,61 1,80 3,56 5,89 2,55 74,59 62,54
BCA 21,66 0,78 1,21 3,44 6,24 66,82 41,78 2005
PERMATA 9,9 4,4 3,46 5,25 1,2 89,64 78,5
MEGA 11,13 0,73 0,70 4,01 1,25 88,88 51,25
NISP 19,95 1,64 1,20 4,15 1,52 86,52 77,62
BUKOPIN 14,86 2,92 1,60 6,18 2,43 80,96 103,33
LIPPO 24,89 3,08 4,30 4,74 2,12 74,78 24,71
BII 21,23 1,50 1,31 5,07 2,41 76,97 49,11
DANAMON 29,59 1,56 2,33 7,11 6,03 51,23 76,39
NIAGA 10,37 2,87 2,46 5,90 2,75 79,46 93,20
SWADESHI 23,17 2,24 3,16 4,86 2,05 81,33 59,05
BCA 22,21 0,37 1,28 3,80 7,38 38,84 40,30 2006
PERMATA 14,0 4,6 3,2 6,4 1,2 90,0 83,1
MEGA 15,92 0,67 0,63 3,46 0,88 92,78 42,70
NISP 16,64 1,60 1,11 3,94 1,44 88,18 54,83
BUKOPIN 15,93 1,65 0,99 5,18 1,83 87,17 65,26
LIPPO 26,78 0,84 1,90 7,04 1,98 75,14 44,87
BII 24,08 2,71 1,67 5,14 1,43 89,82 57,22
DANAMON 22,37 1,79 2,03 7,38 2,40 80,33 75,51
NIAGA 17,45 2,67 1,65 5,75 2,11 82,83 84,78
SWADESHI 26,55 1,16 1,79 3,92 1,17 91,12 54,89
BCA 18,79 0,37 1,01 3,34 6,30 66,73 43,61 2007
PERMATA 14,4 3,5 3,4 7,0 1,9 84,8 88,0
MEGA 14,20 0,68 0,68 5,06 2,33 79,21 46,74
NISP 17,62 0,92 0,99 3,61 1,29 87,84 49,39
BUKOPIN 12,91 1,98 1,11 4,27 1,63 85,52 58,86
LIPPO 23,82 0,69 1,34 6,05 2,92 72,82 59,75
BII 21,35 2,03 1,45 5,03 1,23 90,40 76,14
DANAMON 20,85 1,65 2,11 8,52 3,53 74.17 85,00
NIAGA 15,41 3,02 2,10 5,74 2,22 82,69 92,53
SWADESHI 20,66 0,94 1,33 3,72 1,28 90,80 62,16
AKITA 10,12 2,21 0,74 6,13 1,21 87,12 79,45 2003 DIPO
INTERNASIONAL 12,07 2,88 1,92 7,38 4,30 75,64 86,47 EKSEKUTIF
INTERNASIONAL 10,40 3,63 1,94 10,55 3,23 82,63 77,09 FAMA INTERNASIONAL 15,24 3,32 2,21 6,25 1,21 89,32 94,12 HARDA
INTERNASIONAL 13,20 1,54 0,81 4,73 1,10 92,25 74,25
INDEX SELINDO 13,50 0,70 0,91 4,63 1,42 89,06 54,31
INDOMONEX 10,02 1,99 1,97 6,41 0,60 95,92 66,55
JASA ARTA 10,55 2,01 2,38 5,06 0,64 96,12 50,99
MAYORA 23,64 1,09 4,19 4,08 0,42 95,48 25,51
SWAGUNA 12,53 4,13 1,21 13,54 4,05 127,40 22,25
AKITA 13,12 3,12 0,95 8,21 2,23 84,25 86,25 2004 DIPO
INTERNASIONAL 14,30 2,88 1,82 9,07 5,06 65,05 93,03 EKSEKUTIF
INTERNASIONAL 14,69 9,15 4,60 12,94 1,06 81,57 89,98 FAMA
INTERNASIONAL 15,45 3,36 2,36 7,36 2,42 81,52 84,21 HARDA
INTERNASIONAL 13,33 1,12 0,41 7,71 2,67 89,46 74,77
INDEX SELINDO 11,17 1,26 1,64 3,14 1,90 85,24 61,83
INDOMONEX 11,55 2,52 1,76 7,24 1,91 84,24 83,96
JASA ARTA 12,19 2,59 2,61 8,40 1,21 91,01 54,70
MAYORA 24,35 0,58 1,93 5,23 0,94 97,94 32,03
SWAGUNA 10,25 21,45 8,36 16,25 7,10 140,23 65,25
AKITA 15,10 2,56 0,90 5,60 1,75 93,25 96,21 2005 DIPO
INTERNASIONAL 16,42 3,08 1,89 8,37 4,58 66,20 98,55 EKSEKUTIF
INTERNASIONAL 11,30 13,10 4,04 6,68 4,04 124,82 83,60 FAMA
INTERNASIONAL 16,41 2,36 1,52 6,42 1,45 78,23 93,56 HARDA
INTERNASIONAL 12,65 1,82 1,24 6,55 0,92 74,77 64,48
INDEX SELINDO 13,69 1,45 1,91 6,67 1,82 85,20 71,99
INDOMONEX 11,11 3,31 1,25 6,62 1,05 94,65 78,31
JASA ARTA 12,7 4,68 4,62 7,65 2,48 83,90 69,51
MAYORA 20,22 1,44 2,43 6,07 1,32 94,38 47,46
SWAGUNA 13,15 0,61 1,56 12,39 1,83 91,14 83,37
AKITA 16,52 2,35 0,80 5,60 1,75 92,31 95,15 2006 DIPO INTERNASIONAL 20,20 2,50 1,44 6,17 3,01 81,34 85,78 EKSEKUTIF
INTERNASIONAL 9,76 5,05 2,53 3,61 0,85 108,49 73,44 FAMA
INTERNASIONAL 21,41 2,25 2,32 6,36 1,42 92,46 84,25
HARDA
INTERNASIONAL 13,35 1,62 1,65 5,35 0,85 76,54 65,24
INDEX SELINDO 16,05 0,89 1,28 4,77 1,24 91,21 55,21
INDOMONEX 13,77 2,53 1,26 6,99 0,26 98,43 53,19
JASA ARTA 13,86 4,88 2,17 4,85 1,27 108,57 64,45
MAYORA 33,14 2,48 1,25 5,05 0,48 98,28 47,11
SWAGUNA 11,92 5,92 4,03 7,88 0,08 100,73 77,58
AKITA 17,96 1,27 0,86 5,97 1,01 96,36 90,04 2007 DIPO
INTERNASIONAL 23,04 2,19 1,26 6,27 3,31 77,25 83,84 EKSEKUTIF INTERNASIONAL 11,80 7,63 2,73 8,29 0,08 100,84 80,13 FAMA INTERNASIONAL 32,21 3,14 1,25 6,32 1,45 86,45 95,36 HARDA
INTERNASIONAL 12,65 1,75 1,65 6,32 0,86 80,12 70,25
INDEX SELINDO 17,77 0,5 1,25 5,18 1,71 87,19 57,35
INDOMONEX 17,90 1,50 0,76 5,36 0,54 94,81 57,12
JASA ARTA 12,70 7,38 1,51 6,43 0,92 92,38 68,35
MAYORA 37,26 1,64 2,46 6,38 0,46 96,87 59,04
SWAGUNA 13,35 1,65 1,89 9,15 5,64 98,03 98,01
ANALISIS RASIO CAMEL
PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
Oleh :
Moh. Nurul Shobah
104081002468
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009