37
BAB II DASAR TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Definisi Laporan Kuangan Sebuah perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing manajemen pada setiap akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dari masing-masing manajemen kepada perusahaan dan juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Salah satu bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen akuntansi. Soemarso (2004, p. 7) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Di sisi lain, Baridwan (2004, p. 17) dalam bukunya menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses kegiatan 6 Politeknik Aceh

Analisis Rasio Keuangan Bab II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis rasio

Citation preview

Page 1: Analisis Rasio Keuangan Bab II

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Definisi Laporan Kuangan

Sebuah perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing

manajemen pada setiap akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan

suatu bentuk pertanggungjawaban dari masing-masing manajemen kepada

perusahaan dan juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Salah satu bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah penyajian laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen akuntansi. Soemarso (2004, p. 7)

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah laporan

yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan,

mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang

dibuat oleh perusahaan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak

tertentu yang mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.

Di sisi lain, Baridwan (2004, p. 17) dalam bukunya menjelaskan bahwa

laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan

suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku

yang bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses

kegiatan akuntansi. Transaksi-transaksi yang terjadi, diidentifikasi, dicatat, dan

digolongkan serta dilaporkan sedemikian rupa dalam bentuk laporan keuangan.

Menurut PSAK No.1 (2012, p. 1-2), laporan keuangan merupakan bagian

dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang

dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas

atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang

merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk

skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya

informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh

perubahan harga.

6 Politeknik Aceh

Page 2: Analisis Rasio Keuangan Bab II

7

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun buku yang

bersangkutan yang ditujukan kepada pihak pembuat keputusan. Laporan keuangan

dibuat dengan maksud sebagai alat komunikasi dan memberi gambaran mengenai

posisi dan kondisi keuangan serta kinerja perusahaan pada tahun yang

bersangkutan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan menggunakan

laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda

sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 (2012, p. 3), laporan keuangan bertujuan untuk :

1.Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

2.Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara

umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan

tidak diwajbkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

3.Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen

(stewardship), atau pertanggungjawaban menajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Sedangkan menurut Kieso (2008, p.5) tujuan pelaporan keuangan adalah

untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit,

informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi

mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut. Dapat

dijelaskan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai bahan penilaian dan

pengambilan keputusan investasi serta memberikan informasi tentang sumber

daya perusahaan yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang tepat atas posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang dapat bermanfaat bagi

beberapa pihak seperti investor, kreditur, serta memberikan informasi keuangan

dalam menilai arus kas dimasa yang akan datang.

Politeknik Aceh

Page 3: Analisis Rasio Keuangan Bab II

8

2.1.3 Komponen-Komponen Laporan Keuangan

PSAK No. 1 (2012, p. 6) menyatakan bahwa laporan keuangan yang

lengkap yang disusun oleh manajemen suatu perusahaan harus meliputi

komponen-komponen berikut ini:

1. Neraca (laporan posisi keuangan pada akhir periode)

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan.

Walsh (2004, p. 10-12) juga menuturkan bahwa dalam laporan keuangan

terdapat tiga dokumen yang memberikan kita data mentah untuk melakukan

analisis. Ketiganya yaitu :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan arus kas

1. Neraca

Menurut PSAK No. 1 (2012, p. ) laporan posisi keuangan adalah suatu

laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal

sendiri (owner’s equity).

Soemarso (2004, p. 34) menjelaskan bahwa neraca merupakan laporan

keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liability), dan

modal (owner’s equity) pada akhir periode akuntansi. Neraca dapat memberi

informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber

pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan

perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif

Menurut PSAK No.1 (2012, p. ) laporan laba rugi komprehensif

merupakan suatu laporan sistematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan

dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif

perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan berbagai unsure

kinerja keuangan selama suatu periode tertentu.

Politeknik Aceh

Page 4: Analisis Rasio Keuangan Bab II

9

Kasmir (2011, p. 29), mengungkapkan bahwa laporan laba rugi merupakan

laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu

periode tertentu. Laporan laba rugi ini merupakan ringkasan yang logis dari

hasil penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Laba

bersih yang dihasilkan dari perhitungan laporan laba rugi merupakan selisih

total penerimaan atas total pengeluaran. Jika total pengeluaran lebih besar dari

total penerimaan, maka perusahaan akan melaporkan sebagai rugi bersih yang

dapat mengurangi modal awal. Begitu juga sebaliknya, jika total penerimaan

perusahaan lebih besar daripada total pengeluaran, maka perusahaan akan

melaporkannya sebagai laba bersih yang dapat menambah modal awal

perusahaan.

3. Laporan Arus Kas

Menurut Baridwan (2004, p. 40) laporan arus kas adalah laporan yang

menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas

yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada

suatu periode.

Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung

berhubungan dengan laba, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan

pembayaran gaji karyawan perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas

investasi mencakup arus kas yang terkait dengan akuisisi atau penjualan aset

produktif perusahaan, seperti pembelian dan penjualan aset tetap perusahaan.

Arus kas pendanaan merupakan arus kas yang berhubungan langsung dengan

pendanaan perusahaan, seperti penerimaan dan pembayaran utang kepada

investor dan kreditor.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Soemarso (2004, p. 54). mengungkapkan bahwa laporan perubahan

ekuitas adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi

selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal melaporkan

bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan keuangan

perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh setiap

tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen

Politeknik Aceh

Page 5: Analisis Rasio Keuangan Bab II

10

kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses

meningkat dan mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan

antara laporan laba rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir

periode akan dibawa ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

PSAK No.1 (2012, p. 8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan

keuangan adalah catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan

informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi

yang relevan untuk memahami laporan keuangan.

Menurut Kasmir (2011, p. 31) laporan catatan atas laporan keuangan

merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan

yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau

nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu

sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak

salah dalam menafsirkannya.

2.2 Analisis Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Salah satu sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan

keuangan dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi adalah melalui laporan

keuangan. Laporan keuangan menyajikan banyak informasi mengenai kinerja

manajemen dan kesehatan perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa

laporan keuangan masih memiliki banyak kekurangan dalam menyajikan

informasi yang dibutuhkan oleh beberapa pihak, oleh karena itu dibutuhkanlah

analisis atas laporan keuangan yang digunakan untuk menganalisis dan

menafsirkan laporan tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang berarti

bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan hasil kinerja

perusahaan.

Jumingan (2011, p. 42) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan

meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau tren utnuk

mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan

Politeknik Aceh

Page 6: Analisis Rasio Keuangan Bab II

11

perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan

mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana

perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah

perkembangannya. Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan

tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan

dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan acuan dalam pengambilan keputusan.

Harahap (2008, p. 190) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah

menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil

dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna

antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-

kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang

sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan

keuangan dihitung dengan cara membandingkan satu pos dengan pos laporan

keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui

hubungan di antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi.

Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan alat ukur yang

digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Dengan

menggunakan analisis laporan keuangan, analis dapat mengetahui baik dan

buruknya keadaan dan posisi keuangan suatu perusahaan dari satu periode ke

periode berikutnya. Di sisi lain, dengan menggunakan analisis laporan keuangan,

para manajer keuangan perusahaan dapat memprediksikan cara-cara yang harus

mereka tempuh agar perusahaan mendapatkan tambahan dana dari para investor.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Harahap (2008, p. 195) menjelaskan bahwa ada 10 tujuan dari analisis

laporan keuangan, antara lain :

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)

dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan

(implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

Politeknik Aceh

Page 7: Analisis Rasio Keuangan Bab II

12

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan

komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi

yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-

model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi,

peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan

keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.

7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yuang

sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain

dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau

standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami

perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan

sebagainya.

10. Bisa juga memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami

perusahaan di masa yang akan datang.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kasmir, (2011, p. 68) bahwa tujuan

analisis laporan keuangan antara lain adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode

tertentu, baik aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah

dicapai untuk beberapa periode tertentu,

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan,

3. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan

saat ini,

4. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak,

Politeknik Aceh

Page 8: Analisis Rasio Keuangan Bab II

13

5. Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan perusahaan sejenis

tentang hasil yang mereka capai,

Dari poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari analisis

laporan keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan

keuangan dari tahun-tahun sebelumnya, dengan cara membandingkan angka rasio

laporan keuangan dengan standar yang ditetapkan. Melalui cara tersebut pihak

manajemen dapat menilai apakah kinerja perusahaan mengalami penigkatan atau

mengalami penurunan pada tahun tersebut, sehingga pihak manajemen dapat

mengambil tindakan untuk menanggapi kenaikan dan penurunan tersebut. Apabila

perusahaan berada dibawah standar, maka pihak manajemen akan mencari faktor-

faktor yang menyebabkan penurunan tersebut untuk pengambilan kebijakan guna

menaikkan kembali angka rasio perusahaannya.

2.2.3 Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

Hanafi (2009, p. 78) mengutarakan bahwa meskipun analisis laporan

keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu

diperhatikan, antara lain:

1. Data yang mencatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan

pada harga perolehan.

2. Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk

memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan tampak bagus.

3. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan

yang bergerak pada beberapa bidang usaha (industri), yang mengakibatkan

analis susah dalam memilih pembanding perusahaan dikarenakan

perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.

4. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang

berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi

jangka panjang.

5. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.

Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai dalam

perhitungan rata-rata industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya

harus berada di atas rata-rata rasio industri, bukannya sama dengan rata-

rata industri. Begitu juga sebaliknya, angka yang lebih rendah

Politeknik Aceh

Page 9: Analisis Rasio Keuangan Bab II

14

dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti jelek. Ada banyak

hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik buruknya suatu

angka.

Di sisi lain Harahap (2008, p. 192) mengemukakan terdapat beberapa

kelemahan analisis laporan keuangan, antara lain :

1. Analisa laporan keuangan bergantung pada laporan keuangan, oleh karena

itu kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari

analisis itu tidak salah.

2. Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Angka-angka di

dalam laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu laporan

keuangan tetapi harus melihat juga aspek lainnya seperti tujuan

perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya

manajemen dan budaya masyarakat.

3. Objek analisis data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi

ini berbeda dengan kondisi masa depan.

4. Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab

perbedaan angka jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain

misalnya :

a) Prinsip Akuntansi,

b) Ukuran Perusahaan,

c) Jenis Industri,

d) Periode Laporan,

e) Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,

f) Jenis perusahaan spek profit motive atau non profit motive.

2.3 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Jumingan (2011, p. 118) analisis rasio keuangan yaitu :

“Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah

Politeknik Aceh

Page 10: Analisis Rasio Keuangan Bab II

15

rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan”

Dalam bukunya Harahap (2008, p.297) juga menjelaskan bahwa angka

yang didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan

keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan

signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan

penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.

Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu

perhitungan yang dilakukan untuk membantu dan menginformasikan suatu

laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dalam

artian, informasi berupa persentase dan tingkatan angka yang sederhana tersebut

menggambarkan hubungan satu akun dengan akun lainnya yang terdapat dalam

suatu laporan keuangan pada periode tertentu.

2.3.1 Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Wild (2005, p. 36) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan

dalam analisis laporan keuangan, antara lain :

1. Melalui perhitungan rasio keuangan diharapkan agar informasi yang

terkandung di dalam laporan keuangan lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Lebih memudahkan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah industri

lain.

3. Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan model prediksi.

4. Mengukur standar perusahaan.

5. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain, atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

6. Lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan prediksi di masa yang

akan datang.

2.3.2 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Harahap (2008, p. 298) berpendapat bahwa rasio keuangan mempunyai

beberapa keunggulan, antara lain :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan

Politeknik Aceh

Page 11: Analisis Rasio Keuangan Bab II

16

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam model-model pengambilan

keputusan

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik

6. Lebih mudah melihat trend serta melakukan prediksi di masa yang akan

datang.

2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Harahap (2013, p.298) mengungkapkan bahwwa selain memiliki beberapa

keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya,

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga

menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,

a. Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar,

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,

3. Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan

menghitung rasio,

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan

bisa menimbulkan kesalahan.

Politeknik Aceh

Page 12: Analisis Rasio Keuangan Bab II

17

2.3.4 Rasio – Rasio Keuangan

1) Rasio Modal Kerja (Rasio Likuiditas)

Libby (2008, p. 714) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rasio

likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo pada periode ini. Rasio likuiditas

berfokus pada hubungan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban lancar merupakan faktor yang penting

dalam mengevaluasi kekuatan keuangan perusahaan. Perusahaan yang tidak

memiliki aset kas untuk membayar pembelian tepat waktu akan kehilangan

beberapa peluang untuk memanfaatkan potongan tunai dan akan menghadapi

risiko kreditur menghentikan pemberian kredit.

“Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek

yang kuat apabila: (1) mampu memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek

tepat pada waktunya, (2) mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk

membelanjai operasi perusahaan yang normal, (3) mampu membayar bunga

utang jangka pendek dan dividen, dan (4) mampu memelihara kredit rating

yang menguntungkan” Jumingan (2011, p. 123). Rasio likuiditas yang

digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan asuransi, antara lain

current ratio (rasio lancar), dan cash ratio (rasio kas).

Sedangkan Harahap (2008, p. 301) menuturkan bahwa rasio likuiditas

dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber

informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.

Berikut adalah contoh dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi pada

PT Asuransi ABC.

Politeknik Aceh

Page 13: Analisis Rasio Keuangan Bab II

18

PT ASURANSI ABCLaporan Posisi Keuangan

31 Desember 2011 dan 2010      Final Balance

(Rp.)Final Balance

(Rp.)D e s c r i p t i o n s      12/31/2010 12/31/2011

ASET LANCAR      Kas dan Bank 800,000 150,000 Investasi    

Deposito berjangka - Jaminan 10,000,000 27,000,000 Deposito berjangka - Biasa 24,000,000 34,000,000 Unit penyertaan reksadana 10,000,000 17,000,000

Jumlah Investasi 44,000,000 78,000,000

Piutang premi    Pihak hubungan istimewa 15,000,000 21,000,000 Pihak ketiga 30,000,000 46,000,000

Piutang reasuransi    Pihak hubungan istimewa 12,000,000 17,000,000 Pihak ketiga 18,000,000 16,000,000

Piutang lain-lain 100,000 200,000 Uang Muka dan Biaya dibayar

dimuka 600,000 700,000 Aset pajak tangguhan 90,000 150,000 JUMLAH ASET LANCAR 120,590,000 179,200,000

Aset tetap - bersih 22,000,000 25,000,000 Aset lain-lain 160,000 200,000 JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 22,160,000 25,200,000

       TOTAL ASET 142,750,000 204,400,000

Sumber : Edit Penulis 2014

PT ASURANSI ABCLaporan Posisi Keuangan

31 Desember 2011 dan 2010

  Final Balance (Rp.)

Final Balance (Rp.)D e s c r i p t i o n s

  12/31/2010 12/31/2011LIABILITIS    

Hutang klaim    Pihak hubungan istimewa 290,000 150,000 Pihak ketiga 19,000,000 15,000,000

Estimasi klaim retensi sendiri 810,00 1,070,000

Politeknik Aceh

Page 14: Analisis Rasio Keuangan Bab II

19

0 Premi yang belum merupakan

pendapatan 23,000,00

0 28,000,000 Hutang reasuransi -

Pihak hubungan istimewa 15,000,00

0 12,000,000

Pihak ketiga 790,00

0 730,000 Hutang komisi -

Pihak hubungan istimewa 500,00

0 750,000

Pihak ketiga 590,00

0 980,000

Hutang pajak 50,00

0 50,000

Biaya yang masih harus dibayar 460,00

0 790,000

Premi yang ditangguhkan 18,000,00

0 19,000,000

Kewajiban pajak tangguhan

- -

Kewajiban imbalan paska kerja 230,00

0 380,000

Jumlah Kewajiban 78,720,0

00 78,900,000  

Cadangan Dana Umum 470,00

0 660,000    

Modal saham  

Nilai nominal

- 15,000,000

Tambahan modal disetor 15,000,00

0 50,000,000 Saldo laba  

Ditentukan penggunaannya 24,500,00

0 29,000,000

Belum ditentukan penggunaannya 24,060,00

0 30,840,000    

Jumlah Ekuitas 63,560,0

00 124,840,000    

TOTAL LIABILITIS & EKUITAS 142,750,0

00 204,400,000

Sumber : Edit Penulis (2014)

PT ASURANSI ABC

Politeknik Aceh

Page 15: Analisis Rasio Keuangan Bab II

20

Laporan Laba RugiUntuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

-

  Final Balance(Rp.)

Final Balance (Rp.)D e s c r i p t i o n s

  12/31/2010 12/31/2011PENDAPATAN UNDERWRITING  

Premi bruto 100,000,000 130,000,000 Premi reasuransi (1,900,000) (2,400,000)(Kenaikan) penurunan PYBMP (330,000) 250,000

Jumlah Pendapatan Underwriting 97,770,000 127,850,000      

Pendapatan U/W lainnya 100,000 95,000    BEBAN UNDERWRITING    

Klaim bruto 15,000,000 35,000,000 Klaim reasuransi (930,000) (940,000)Kenaikan (penurunan) EKRS 130,000 (540,000)

Jumlah Beban Klaim 14,200,000 33,520,000       Beban komisi - bersih 20,000,000 15,000,000 Beban underwriting lainnya - 20,000 Jumlah Beban Underwriting 20,000,000 15,020,000       Hasil underwriting 63,670,000 79,405,000 Hasil investasi 690,000 970,000 Beban usaha 41,000,000 51,000,000 Laba usaha 23,360,000 29,375,000      Penghasilan (beban) lain-lain - bersih 810,000 1,720,000      Laba sebelum pajak penghasilan 24,170,000 31,095,000      Penghasilan (beban) pajak    

Pajak kini 160,000 300,000 Pajak tangguhan 50,000 45,000

     Laba Bersih 24,060,000 30,840,000

Sumber : Edit Penulis (2014)

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Libby (2008, p. 715) mengemukakan bahwa rasio lancar digunakan

untuk mengukur hubungan antara total aset lancar dengan total kewajiban

Politeknik Aceh

Page 16: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Current Ratio = Aktiva Lancar

Kewajiban Lancar …………............................. (2.1)

21

lancar pada tanggal tertentu. Disimpulkan bahwa rasio lancar sangat

berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Jika perusahaan kesulitan dalam

membayar kewajiban lancarnya yang sudah jatuh tempo, maka salah satu

langkah yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan cara menguangkan

beberapa jenis aktiva lancarnya sesegera mungkin.

Kasmir (2011, p. 134) menyatakan bahwa rasio lancar merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Dalam hal ini para kreditur memperhatikan tingkat likuiditas

perusahaan. Ketika perusahaan mendapatkan dana dari para kreditur, maka

secara langsung tingkat rasio lancar perusahaan akan menurun. Begitu juga

sebaliknya, jika perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya, maka

rasio lancar pun akan meningkat.

Jumingan (2011, p. 123) menuturkan bahwa rasio lancar adalah rasio

yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan. Rasio lancar

memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan. Rasio

lancar dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang

dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Sedangkan utang lancar

merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).

Nilai current ratio yang tinggi memang baik dari beberapa sudut

pandang, namun bisa saja menunjukkan adanya kas yang berlebihan

dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar

yang rendah likuiditasnya seperti persediaan yang berlebihan di gudang.

Sebaliknya current rasio yang rendah juga kerap dipandang kurang baik,

tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar

secara efektif. Saldo kas dibuat seminimum sesuai dengan kebutuhan dan

Politeknik Aceh

Page 17: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Cash Ratio = Kas+Ekuivalen KasKewajiban Lancar

………...………………........ (2.2)

Current Ratio = Rp . 180.170 .000Rp . 79.930 .000

= 2,25 kali

Cash Ratio = Rp . 78.000 .000Rp . 79.930 .000

= 0,97 kali

22

tingkat perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum

(Jumingan, 2007, p. 124).

Contoh :

Current ratio pada PT Asuransi ABC pada tahun 2011 menunjukkan

angka 1,53 kali. Hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa dari setiap

Rp. 1 utang lancar perusahaan dijamin oleh Rp. 2,25 aktiva lancar yang siap

dicairkan dalam waktu yang dekat.

b. Cash Ratio (Rasio Kas)

Libby (2008, p. 715) menjelaskan bahwa rasio kas digunakan sebagai

salah satu ukuran ketersediaan kas perusahaan. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang yang harus segera dilunasi

dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang

dapat segera dicairkan. Dalam menghitung rasio ini, tingkat tersedianya kas

dan aset likuid lain seperti surat-surat berharga dibagi dengan total

kewajiban jangka pendek perusahaan, di mana beban penyusutan tidak ikut

diperhitungkan karena beban penyusutan bukan merupakan pengeluaran

kas. Rasio kas dapat dihitung menggunakan rumus:

Contoh :

Politeknik Aceh

Page 18: Analisis Rasio Keuangan Bab II

23

Pada perhitungan PT Asuransi ABC tahun 2011 menunjukkan hasil

sebesar 0,97 kali. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 utang

lancar perusahaan dapat dijamin oleh kas dan setara kas sebesar Rp. 0,97.

2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Libby (2008, p. 719) mengemukakan bahwa solvabilitas mengacu pada

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang

perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan solvable adalah apabila perusahaan

tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua

hutang-hutangnya, terutama saat perusahaan tersebut dilikuidasi.

Kasmir (2011, p. 151) menyatakan bahwa rasio solvabilitas merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang. Dalam pengertian, seberapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Kasmir juga menambahkan arti

solvabilitas dalam artian luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh

kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

dibubarkan. Rasio leverage yang digunakan dalam menganalisis suatu laporan

keuangan perusahaan asuransi, antara lain : Debt to Equity Ratio dan Debt to

Total Assets Ratio

a) Debt to Equity Ratio (Rasio Utang atas Ekuitas)

Libby (2008, p. 720) menjelas bahwa rasio utang atas ekuitas

mengungkapkan utang perusahaan sebagai proporsi dari ekuitas pemegang

saham. Dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal

yang ada. Modal yang dimaksudkan di sini adalah modal sendiri yang

berasal dari perusahaan sendiri atau berasal dari perusahaan (cadangan dan

laba), dan dari peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain-

lain).

Kasmir (2011, p. 157) mengungkapkan bahwa debt to equity ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio

ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam

Politeknik Aceh

Page 19: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Debt to Equity Ratio = Total Utang

Modal Sendiri x 100% ……....…..…... (2.3)

Debt to Equity Ratio = Rp . 79.930 .000

Rp . 124.840 .000 x 100% = 64%

24

(kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi

untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan

utang.

Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan bagi

Bank (kreditur) karena akan semakin besar risiko yang harus ditanggung

jika terjadi kegagalan pada operasi perusahaan. Dari sudut pandang kreditur

menilai rasio ini akan baik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah

hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa utang lebih berisiko bagi

perusahaan karena pembayaran bunga harus dilakukan, walaupun pada saat

penagihan perusahaan tidak memperoleh laba yang cukup untuk membayar

bunga. Sebaliknya, dividen tergantung pada pilihan perusahaan dan bukan

kewajiban legal, sampai dividen tersebut diumumkan oleh dewan direksi.

Oleh karena itu, modal ekuitas biasanya dianggap lebih tidak berisiko

dibandingkan dengan kewajiban (Libby, 2008, p. 720). Contoh perhitungan

debt to equity ratio pada PT Asuransi ABC adalah sebagai berikut :

Perhitungan debt to equity ratio di atas menunjukkan hasil sebesar

64%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kreditur

menyediakan Rp. 64 untuk setiap Rp. 100 yang disediakan oleh pemegang

saham.

Politeknik Aceh

Page 20: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Debt to Total Asset Ratio = TotalUtangTotal Aktiva x 100% ……..…..... (2.4)

Debt to Total Asset Ratio = Rp. 79.930 .000

Rp . 205.370 .000 x 100% = 38,9%

25

b) Debt to Total Asset Ratio (Rasio Total Hutang terhadap Total

Aktiva)

Sawir (2008, p.13) menjelaskan bahwa debt to total assets ratio

merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga

rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Di sisi

lain Perhitungan rasio ini mengungkapkan seberapa besar perusahaan

dibiayai oleh hutang.

Total utang dalam perhitungan mencakup utang lancar dan utang

jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena

semakin rendah rasio ini maka akan semakin kecil risiko perusahaan dalam

mengembalikan pinjamannya dan semakin besar perlindungan terhadap

kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Rasio ini dapat dihitung

menggunakan rumus :

Contoh perhitungan debt to total assets ratio pada PT Asuransi ABC

pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Perhitungan debt to total assets ratio pada PT Asuransi ABC pada

tahun 2011 di atas menunjukkan hasil sebesar 38,9%. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan setiap Rp. 100 dari dana

perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp. 38.

3) Rasio Profitabilitas

Libby (2008, p. 710) dalam bukunya menuturkan bahwa profitabilitas

merupakan alat ukur kesuksesan sebuah perusahaan yang utama. Beberapa uji

profitabilitas memfokuskan pada pengukuran kecukupan laba dengan

Politeknik Aceh

Page 21: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Return On Equity Ratio = Laba Bersih

Modal Sa ham x 100% ….……..…..…. (2.5)

26

membandingkan laba dengan item lain yang dilaporkan dalam laporan laba

rugi. Pengembalian atas ekuitas merupakan ukuran profitabilitas yang sering

digunakan. Bagi para pemegang saham, rasio ini menunjukkan tingkat

penghasilan mereka dalam investasi.

Kasmir (2011, p. 196) berpendapat rasio profitabilitas merupakan rasio

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, dalam hal

ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini mengukur dan menunjukkan

efektivitas manajemen perusahaan melalui laba yang dihasilkan dari penjualan

dan investasi perusahaan. Rasio ini terbagi menjadi :

a) Return On Equity Ratio (ROE)

Libby (2008, p. 710) menjelaskan bahwa return on equity ratio atau

pengembalian atas ekuitas terdapat keterkaitan dengan laba yang diperoleh

atas investasi yang dilakukan oleh pemilik. Rasio ini menjelaskan fakta

bahwa investor berharap akan mendapatkan lebih banyak uang jika mereka

menginvestasikan lebih banyak dana. Return on equity ratio menunjukkan

efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba.

Walsh (2003, p. 56) mengungkapkan bahwa rasio ini merupakan rasio

yang paling penting dalam keuangan perusahaan. Return on equity ratio

mengukur tingkat pengembalian yang akan diberikan perusahaan kepada

para pemegang saham. Rasio pengembalian atas ekuitas dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

Persentase return on equity ratio yang bagus akan membawa

keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham

dan membuat perusahaan dengan mudah mendapatkan dana baru, sehingga

Politeknik Aceh

Page 22: Analisis Rasio Keuangan Bab II

ROA = Laba BersihTotal Aset x 100% …………..……………………..…. (2.6)

Return On Equity Ratio = Rp . 30.840 .000

Rp . 124.840 .000 x 100% = 24,7%

ROA = Rp. 30.840 .000

Rp . 205.370 .000 x 100% = 15%

27

memungkinkan perusahaan untuk berkembang dan menciptakan kondisi

pasar yang sesuai yang dapat meningkatkan laba yang lebih besar.

Pada tahun 2011, return on equity ratio perusahaan PT Asuransi ABC

menunjukkan angka sebesar 24,7%. Persentase ini dapat diartikan untuk

setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pada PT Asuransi ABC, pemegang saham

memperoleh tambahan nilai ekuitas Rp. 0,24. Bisa juga dikatakan, dari total

investasi, pemegang saham akan memperoleh kenaikan nilai ekuitas sebesar

24,7%.

b) Return On Asset (ROA)

Return on assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset

tertentu (Hanafi, 2006, p. 84). Rasio ini juga menunjukkan tingkat

pengembalian atas aktiva yang digunakan perusahaan. Hal ini juga

mengindikasikan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh aset yang

tersedia dengan baik. Return on equity ratio dapat dihitung menggunakan

rumus :

Berikut adalah perhitungan persentase return on equity ratio

perusahaan PT Asuransi ABC pada tahun 2011.

Politeknik Aceh

Page 23: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Solvency Margin = Modal disetor+Cadangan Dana+Laba

Premi x 100% .... (2.7)

Solvency Margin = Rp .50 .000 .000+600.000+30.840 .000

Rp .130 .000 .000 x 100% = 62,6%

28

Persentase sebesar 15% tersebut dapat diartikan bahwa PT Asuransi

ABC hanya mampu menghasilkan Rp. 0,15 laba bersih. Dapat juga

diartikan, PT Asuransi ABC hanya mempu menghasilkan laba bersih

sebesar 15% dari total aset yang digunakan.

4) Rasio Solvency Margin

Maria Indah Agustina (2011) dalam penelitiannya mengemukakan rasio

solvency margin digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan

keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang

mungkin timbul akibat dari penutupan resiko yang telah dilakukan. Rasio ini

dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Berikut adalah perhitungan rasio solvency margin pada PT Asuransi ABC di

tahun 2011:

Pada tahun 2011, solvency margin ratio menunjukkan hasil sebesar 62,6%.

Dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1 kewajiban yang timbul dari penerimaan

premi akan dijamin oleh Rp. 0,62 dari modal dan cadangan dana serta laba yang

diperoleh perusahaan.

PSAK No. 28 (rev. 2010, p.15) menyatakan bahwa premi yang diperoleh

sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan

selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang

diberikan. Pada paragraf 16 dalam PSAK No. 28 (rev. 2010, p. 15) juga dijelaskan

Politeknik Aceh

Page 24: Analisis Rasio Keuangan Bab II

Underwriting = HasilUnderwritingPendapatan Premi

x 100% ……………………….….. (2.8)

Underwriting = Rp. 79.405 .000

Rp .130 .000 .000 x 100% = 61%

29

apabila premi masih dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan pada akhir

kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak pertanggungan, maka

pendapatan premi diakui sebagai berikut : (a) apabila jumlah premi dapat

diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak

dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk

mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. (b) apabila jumlah premi tidak

dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunkaan

metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara

layak.

5) Rasio Underwriting

Menurut Ludovicus Sensi W (2006, p.172) Underwriting ratio adalah salah

satu rasio keuangan asuransi berdasarkan Early Warning System yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni asuransi.

Peningkatan keuntungan usaha murni tersebut sebagai usaha utama perusahaan

dalam meningkatkan laba perusahaan dengan arah yang sama. Rasio underwriting

merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan asuransi.

Hasil underwriting merupakan selisih antara pendapatan premi dengan

beban klaim dan beban komisi serta beban underwriting lainnya. Underwriting

ratio mengukur perbandingan antara hasil underwriting dengan pendapatan premi.

Rasio ini menunjukkan tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh serta

dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari

usaha utamanya, yaitu asuransi kerugian. Rasio ini dihitung dengan rumus :

Rasio underwriting yang rendah menunjukkan adanya kemungkinan tarif

premi yang lebih rendah dari semestinya. Berikut adalah contoh perhitungan rasio

underwriting pada PT Asuransi ABC pada tahun 2011.

Politeknik Aceh

Page 25: Analisis Rasio Keuangan Bab II

30

Pada tahun 2011 PT Asuransi ABC memiliki nilai persentase rasio

underwriting sebesar 61%. Dapat diartikan juga bahwa dari setiap Rp. 1

pendapatan premi, perusahaan hanya memperoleh keuntungan murni sebesar Rp.

0,61 yang dinyatakan dalam akun “hasil underwriting”, setelah dikurangi dengan

beberapa beban sebesar Rp. 0,39.

Persentase yang berada diatas 50% menunjukkan bahwa perusahaan berada

dalam kondisi yang sehat. Persentase tersebut juga dapat diartikan bahwa premi

yang ditetapkan perusahaan lebih besar dari yang semestinya. Pernyataan ini

diungkapkan karena hasil underwriting perusahaan telah melebihi dari setengah

pendapatan premi dan melebihi dari beban-beban yang harus ditanggung

perusahaan.

Politeknik Aceh