13
ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN SESAR SORONG DI WILAYAH HALMAHERA SELATAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI STRESS DAN MODEL PERUBAHAN COULOMB STRESS Hana Yudi Perkasa 1 , Reza Rizki 1 , Erlangga Ibrahim Fattah 1 1 Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera E-mail: [email protected] Abstrak: Halmahera Selatan adalah wilayah yang berada pada zona interaksi tektonik lempeng yang cukup aktif. Interaksi tektonik lempeng ini melibatkan segmen sesar Sorong dan Lempeng Laut Maluku. Hal ini yang menyebabkan wilayah Halmahera Selatan memiliki potensi kegempaan yang cukup tinggi. Untuk mengetahui seismisitas dan pola kegempaan di wilayah Halmahera Selatan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode inversi stress dan membuat model perubahan coulomb stress statik. Data yang digunakan adalah informasi gempa bumi yang diperoleh dari Global Centroid Moment Tensor (GCMT) dalam periode Januari 1985 hingga Desember 2019. Perhitungan inversi stress menghasilkan informasi berupa nilai principal stress, shape ratio, dan koefisien friksi. Perhitungan inversi stress menghasilkan orientasi dari principal stress pada tiap segmen. Segmen 4 menunjukkan seismisitas yang tinggi dengan arah azimuth = 16°, 154°E dan = 36°, 51°E dengan nilai shape ratio 0.6. Pola perubahan coulomb stress statik menggunakan metode coulomb stress. Hasil dari model perubahan coulomb stress statik menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi di wilayah Halmahera Selatan terjadi secara periodik. Model perubahan coulomb stress statik periode 1985-2019 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan distribusi stress yang ekstrem ketika terjadi peristiwa gempa bumi pada tanggal 14 Juli 2019 yang dapat memicu terjadinya gempa bumi susulan ( aftershock). Kata Kunci: Seismisitas, Sesar Sorong, Lempeng Laut Maluku, Inversi Stress, Coulomb Stress Abstract: South Halmahera is a region that is in a zone of the plate tectonic interaction that is quite active. The plate tectonic interactions involve the segments of the Sorong fault and the Maluku Sea Plate. This has caused the South Halmahera region to have a high seismic potential. To find out seismicity and seismic patterns in South Halmahera, the research was carried out using the stress inversion method and the model of coulomb static stress change. The data used is the earthquake information obtained from the Global Centroid Moment Tensor (GCMT) in the January 1985 to December 2019 period. The calculation of the stress inversion produces the information that is the value of the principal stress, shape ratio, and the coefficient of friction. Calculation of the stress inversion results in orientation of the principal stress in each segment. The segment 4 showing a high seismicity with azimuth direction = 16°, 154° and = 36°, 51° with a shape ratio value of 0.6. The coulomb static stress change uses the coulomb stress method. The results of the coulomb static stress change model show that the earthquakes that occur in the South Halmahera region occur periodically. The model of the coulomb static stress change for the 1985-2019 period shows that there was an extreme stress distribution increase when an earthquake occurred on July 14, 2019 which could trigger the aftershock. Keywords: Seismicity, Sorong Fault, Maluku Sea Plate, Stress Inversion, Coulomb Stress PENDAHULUAN Pulau Halmahera berada pada batas interaksi lempeng yang sangat kompleks. Kondisi tatanan tektonik yang ada di Pulau Halmahera ini mengakibatkan wilayah ini memiliki potensi kegempaan yang cukup aktif, sehingga wilayah ini sering mengalami peristiwa gempa bumi. Dalam menentukan stress yang diakibatkan oleh suatu gempa bumi, metode yang paling umum digunakan adalah metode yang digagas oleh Gephart & Forsyth (1984) dan Anglier (2002), dan Michael (1984) yang kemudian dimodifikasi oleh Vavrŷcuk (2014), Arnold & Townend (2007), Hardebeck & Michael (2006). Metode ini menggunakan asumsi bahwa: (1) stress tektonik pada suatu wilayah bersifat homogen, (2) gempa bumi yang terjadi pada sesar yang telah terbentuk sebelumnya dengan orientasi yang bervariasi, (3) titik- titik vektor slip berada pada arah dari shear stress pada suatu sesar (Bott, 1959; Wallace, 1951). Apabila asumsi ini telah terpenuhi, metode inversi stress dapat digunakan untuk menentukan parameter stress tensor yang mendefinisikan arah dari principal stress yaitu 1 , 2 , dan 3 . Kemudian selain tiga sumbu principal stress, informasi yang dihasilkan dari inversi stress yaitu shape ratio dan koefisien friksi. Penelitian yang dilakukan menggunakan katalog gempa bumi dimulai dari Januari 1985 hingga

ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN SESAR SORONG DI WILAYAH HALMAHERA SELATAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI STRESS DAN MODEL PERUBAHAN COULOMB STRESS

Hana Yudi Perkasa1 , Reza Rizki1, Erlangga Ibrahim Fattah1

1Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera

E-mail: [email protected]

Abstrak: Halmahera Selatan adalah wilayah yang berada pada zona interaksi tektonik lempeng yang cukup aktif. Interaksi tektonik lempeng ini melibatkan segmen sesar Sorong dan Lempeng Laut Maluku. Hal ini yang menyebabkan wilayah Halmahera Selatan memiliki potensi kegempaan yang cukup tinggi. Untuk mengetahui seismisitas dan pola kegempaan di wilayah Halmahera Selatan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode inversi stress dan membuat model perubahan coulomb stress statik. Data yang digunakan adalah informasi gempa bumi yang diperoleh dari Global Centroid Moment Tensor (GCMT) dalam periode Januari 1985 hingga Desember 2019. Perhitungan inversi stress menghasilkan informasi berupa nilai principal stress, shape ratio, dan koefisien friksi. Perhitungan inversi stress menghasilkan orientasi dari principal stress pada tiap segmen. Segmen 4 menunjukkan seismisitas yang tinggi dengan arah azimuth 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 = 16°, 154°E dan 𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 = 36°, 51°E dengan nilai shape ratio 0.6. Pola perubahan coulomb stress statik menggunakan metode coulomb stress. Hasil dari model perubahan coulomb stress statik menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi di wilayah Halmahera Selatan terjadi secara periodik. Model perubahan coulomb stress statik periode 1985-2019 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan distribusi stress yang ekstrem ketika terjadi peristiwa gempa bumi pada tanggal 14 Juli 2019 yang dapat memicu terjadinya gempa bumi susulan (aftershock).

Kata Kunci: Seismisitas, Sesar Sorong, Lempeng Laut Maluku, Inversi Stress, Coulomb Stress

Abstract: South Halmahera is a region that is in a zone of the plate tectonic interaction that is quite active. The plate

tectonic interactions involve the segments of the Sorong fault and the Maluku Sea Plate. This has caused the South

Halmahera region to have a high seismic potential. To find out seismicity and seismic patterns in South Halmahera, the

research was carried out using the stress inversion method and the model of coulomb static stress change. The data

used is the earthquake information obtained from the Global Centroid Moment Tensor (GCMT) in the January 1985 to

December 2019 period. The calculation of the stress inversion produces the information that is the value of the principal

stress, shape ratio, and the coefficient of friction. Calculation of the stress inversion results in orientation of the principal

stress in each segment. The segment 4 showing a high seismicity with azimuth direction 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 = 16°, 154°𝐸 and

𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 = 36°, 51°𝐸 with a shape ratio value of 0.6. The coulomb static stress change uses the coulomb stress method.

The results of the coulomb static stress change model show that the earthquakes that occur in the South Halmahera

region occur periodically. The model of the coulomb static stress change for the 1985-2019 period shows that there

was an extreme stress distribution increase when an earthquake occurred on July 14, 2019 which could trigger the

aftershock.

Keywords: Seismicity, Sorong Fault, Maluku Sea Plate, Stress Inversion, Coulomb Stress

PENDAHULUAN

Pulau Halmahera berada pada batas interaksi lempeng

yang sangat kompleks. Kondisi tatanan tektonik yang

ada di Pulau Halmahera ini mengakibatkan wilayah ini

memiliki potensi kegempaan yang cukup aktif,

sehingga wilayah ini sering mengalami peristiwa

gempa bumi.

Dalam menentukan stress yang diakibatkan oleh suatu

gempa bumi, metode yang paling umum digunakan

adalah metode yang digagas oleh Gephart & Forsyth

(1984) dan Anglier (2002), dan Michael (1984) yang

kemudian dimodifikasi oleh Vavrŷcuk (2014), Arnold &

Townend (2007), Hardebeck & Michael (2006). Metode

ini menggunakan asumsi bahwa: (1) stress tektonik

pada suatu wilayah bersifat homogen, (2) gempa bumi

yang terjadi pada sesar yang telah terbentuk

sebelumnya dengan orientasi yang bervariasi, (3) titik-

titik vektor slip berada pada arah dari shear stress pada

suatu sesar (Bott, 1959; Wallace, 1951). Apabila asumsi

ini telah terpenuhi, metode inversi stress dapat

digunakan untuk menentukan parameter stress tensor

yang mendefinisikan arah dari principal stress yaitu 𝜎1,

𝜎2, dan 𝜎3. Kemudian selain tiga sumbu principal

stress, informasi yang dihasilkan dari inversi stress

yaitu shape ratio dan koefisien friksi.

Penelitian yang dilakukan menggunakan katalog

gempa bumi dimulai dari Januari 1985 hingga

Page 2: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Desember 2019. Data yang digunakan merupakan data

mekanisme fokus gempa bumi yang berhubungan

dengan geometri dan orientasi sesar yang terbentuk

ketika terjadi gempa bumi. Model perubahan coulomb

stress digunakan untuk mengetahui distribusi stress

yang masih tersimpan dan stress yang sudah terlepas

ketika terjadi gempa bumi serta untuk mengetahui

wilayah yang memiliki potensi terjadinya gempa bumi

pada masa yang akan datang.

Wilayah Halmahera bagian Barat didominasi oleh

batuan vulkanik muda berumur Pre-Miocene. Batuan

vulkanik ini tersusun dari batuan gunung api yang ada

di sepanjang busur vulkanik Pulau Halmahera bagian

Barat. Selain itu terdapat juga endapan sedimen

berumur Tersier hingga Kuarter yang luasnya

memanjang dari Morotai, Ternate, Tidore, hingga ke

Bacan. Wilayah Halmahera bagian Timur didominasi

oleh batuan sedimen dan batuan metamorf terutama

batuan ophiolitic yang berusia berumur Mesozoic awal

hingga Tersier (Hall, 1988).

Gambar 1. Peta geologi pulau Halmahera modifikasi

dari Apandi dan Sudana (1980), Silitonga dkk., (1981), Supriatna (1980),dan Yasin (1980) (Hall, 1980)

Pulau Halmahera berada pada batas interaksi Lempeng

Eurasia, Lempeng Pasifik bagian Timur, Lempeng

Filipina bagian Utara, dan Lempeng Indo-Australia

bagian Selatan. Pulau Halmahera memiliki sistem

subduksi ganda yang terdapat pada Lempeng Laut

Maluku. Sistem subduksi ini yaitu subduksi berarah

Barat di bawah Busur Sangihe dan subduksi berarah

Timur di bawah Busur Halmahera. Dua sistem subduksi

ini menghasilkan pegunungan vulkanik di sebelah Barat

dan pegunungan non-vulkanik di sebelah Timur (Hall

dkk, 1988).

Di bagian Selatan Pulau Halmahera terdapat sesar

memanjang yang melintasi wilayah Halmahera Selatan

seperti Kepulauan Bacan, Pulau Obi, Kepulauan Sula,

dan memanjang hingga ke wilayah Papua. Sesar

tersebut adalah segmen sesar Sorong yang bertipe

strike slip mengiri (Hall, 2000). Zona sesar Sorong

membentang sepanjang 1900 km mulai dari Pesisir

Timur Teluk Cendrawasih ke arah Barat hingga

berujung di Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Zona

sesar Sorong cenderung aktif dengan rata-rata slip-rate

sekitar 32 mm/yr.

Gambar 2. Tatanan tektonik lempeng wilayah

Halmahera (Hall, 1995)

METODOLOGI

Lokasi penelitian berada di Halmahera Selatan, Maluku

Utara. Data yang digunakan untuk perhitungan Inversi

stress menggunakan katalog Global Centroid Moment

Tensor (GCMT). Data yang digunakan berupa data

moment tensor gempa bumi dengan kekuatan ≥ 4.8

Mw mulai dari Januari 1985 Hingga Desember 2019.

Setelah mendapatkan data, dilakukan filter dan

segmentasi data pada daerah segmen sesar Sorong,

Halmahera Selatan. Untuk dapat melakukan

segmentasi, diperlukan data sebaran hiposenter

gempa bumi.

Data input pengolahan perubahan coulomb stress

berupa data moment tensor gempa bumi yang memiliki

kekuatan ≥ 6 Mw. Terdapat 14 data event gempa besar

yang digunakan mulai dari Januari 1985 hingga

Desember 2019. Selain itu terdapat data event gempa

aftershock yang digunakan mulai dari setelah terjadi

gempa bumi utama pada tanggal 14 Juli 2019 hingga

Desember 2019.

Page 3: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Tabel 1. Data mainshock gempa bumi dengan kekuatan ≥ 6 Mw

Proses segmentasi menggunakan data solusi

mekanisme fokus dan data sebaran gempa bumi yang

terjadi di daerah penelitian. Pada penelitian ini,

wilayah Halmahera Selatan dibagi menjadi empat

segmen. Segmen 1 berada pada zona interaksi segmen

sesar Sorong dengan zona subduksi Lempeng Laut

Maluku. Segmen 2 dan 4 berada pada zona segmen

sesar Sorong yang memanjang hingga ke Pulau Bacan.

Dan segmen 3 berada pada segmen sesar Sorong di

sekitar Pulau Obi. Segmen sesar Sorong yang berada di

sekitar Pulau Obi berbeda dengan zona segmen sesar

Sorong yang berada di sekitar Pulau Bacan namun

sama-sama terbentuk karena aktifitas sesar Sorong.

Gambar 3. Segmentasi daerah penelitian. a) pola titik

sebaran hiposenter gempa bumi dengan magnitude ≥

6 Mw. b) sebaran solusi mekanisme fokus gempa

bumi yang telah disegmentasi.

Tahapan pengolahan penentuan perubahan coulomb

stress menggunakan software Coulomb 3.3. Dengan

menggunakan data mekanisme fokus gempa bumi

mainshock dengan magnitude moment Mw ≥ 6 pada

periode Januari 1985 sampai Desember. Dalam proses

input data mekanisme fokus, yang harus disiapkan

adalah pembuatan peta daerah penelitian dengan

memanfaatkan koordinat penelitian. Kemudian

menentukan titik referensi. Titik referensi ini berada

pada koordinat tengah penelitian yang digunakan.

Tahapan selanjutnya adalah input fault elements. Pada

bagian ini, data moment tensor yang digunakan adalah

koordinat hiposenter, magnitudo gempa (Mw), dan

nodal plane (strike, dip, rake). Dalam menentukan

geometri (panjang dan lebar) rekahan (rupture) di

bawah permukaan, dapat digunakan hubungan empiris

antara area dengan magnitudo gempa (Wells dan

Coppersmith, 1994).

Tabel 2. Hubungan antara regresi panjang rupture,

lebar rupture, area rupture, dan moment magnitude

(Wells dan Coppersmith, 1994).

DIAGRAM ALIR

Gambar 4. Diagram alir penelitian dan pengolahan data.

Inversi Stress

Model Perubahan Coulomb Stress Statik

Page 4: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

HASIL DAN PEMBAHASAN

INVERSI STRESS

Setelah dilakukan proses pengolahan data dengan

menggunakan metode inversi stress didapat hasil

inversi stress pada tiap masing-masing segmen. Hasil

yang didapat berupa informasi principal stress (𝜎1, 𝜎2,

dan 𝜎3), shape ratio, dan koefisien friksi. Shape ratio

digunakan untuk menentukan seberapa aktif

seismisitas suatu wilayah, dan koefisien friksi

digunakan untuk membuat model perubahan coulomb

stress di wilayah Halmahera Selatan.

Gambar 5. Hasil inversi stress segmen 1

Pada segmen 1 digunakan data solusi mekanisme fokus

dengan jumlah 16 data. Gambar 5 (a) menunjukkan

sumbu tekan dan regang (P/T) yang merupakan arah

dari principal stress. Lingkaran berwarna merah

merupakan sumbu kompresi (pressure) sedangkan

tanda tambah berwarna biru merupakan sumbu

regang (tensional). Lingkaran berwarna hijau

merupakan nilai stress maksimum (𝜎1), sehingga jika

ditinjau dari pola distribusi peningkatan stress dan

hubungannya dengan nilai stress maksimum (𝜎1),

maka benar bahwa zona kompresi berada pada daerah

stress maksimum. Gambar 5 (b) menunjukkan diagram

lingkaran Mohr-Coulomb. Simbol berwarna biru

merupakan posisi bidang nodal sesar pada tiap data.

Urutan lingkaran Mohr-Coulomb dimulai dari stress

minimum (𝜎3), (𝜎2), dan stress maksimum (𝜎1).

Gambar 5 (c) menunjukkan sumbu principal stress yang

diperkirakan yang menentukan orientasi principal

stress. Berdasarkan sumbu principal stress ini dan jika

dihubungkan dengan klasifikasi sesar menurut

Anderson (1951) dapat disimpulkan bahwa orientasi

sesar merupakan strike-slip. Gambar 5 (d) merupakan

bidang nodal sesar pada tiap data yang digunakan.

Gambar 5 (e) merupakan bidang nodal sesar setelah

dilakukan inversi stress. Gambar 5 (f) merupakan

model mekanisme fokus hasil inversi dari segmen 1.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi sesar

pada segmen ini merupakan sesar strike-slip dan jika

dihubungkan dengan tatanan tektonik pada daerah

penelitian, segmen 1 berada pada zona segmen sesar

Sorong yang berada di perairan Halmahera bagian

Selatan yang berinteraksi dengan zona subduksi

Lempeng Laut Maluku.

Gambar 6. Hasil inversi stress segmen 2

Pengolahan inversi stress pada segmen 2

menggunakan data solusi mekanisme fokus sebanyak 9

data. Dari Gambar 6 (a) dapat dilihat bahwa zona

kompresi (simbol lingkaran berwarna merah) berada

pada zona peningkatan stress maksimum (𝜎1),

sedangkan area penurunan stress (𝜎3). Gambar 6 (b)

merupakan diagram lingkaran Mohr-Coulomb, dan

Page 5: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

tanda berwarna biru merupakan posisi bidang nodal

sesar dari data yang digunakan. Selanjutnya Gambar 6

(c) merupakan gambar posisi sumbu principal stress

hasil inversi yang akan digunakan untuk menentukan

orientasi pada tiap masing-masing komponen principal

stress. Berdasarkan pola posisi sumbu principal stress

pada Gambar 6 (c) dan jika dihubungkan dengan

klasifikasi yang digagas oleh Anderson (1951), maka

dapat diketahui bahwa orientasi sesar pada segmen 2

merupakan sesar normal yang memiliki komponen

geser (strike-slip). Jenis sesar ini dapat kita ketahui

sebagai sesar oblique. Gambar 6 (d) adalah bidang

nodal sesar pada tiap data yang digunakan. Gambar 6

(e) adalah bidang nodal sesar hasil inversi stress.

Gambar 6 (f) merupakan model mekanisme fokus hasil

inversi pada segmen 2. Dari hasil inversi stress tersebut

dapat kita ketahui bahwa orientasi sesar pada segmen

2 merupakan sesar oblique. Komponen geser (strike-

slip) pada sesar normal yang ada pada segmen 2 ini

diperkirakan disebabkan karena aktifitas segmen sesar

Sorong yang ada di wilayah Pulau Bacan. Namun tidak

menutup kemungkinan jika segmen 2 juga dikontrol

oleh zona subduksi Lempeng Laut Maluku karena jika

dilihat dari tatanan tektoniknya, secara keseluruhan

daerah penelitian berada pada zona interaksi segmen

sesar Sorong dengan Lempeng Laut Maluku.

Gambar 7. Hasil inversi stress segmen 3

Pengolahan inversi stress pada segmen 3

menggunakan data solusi mekanisme fokus dengan

jumlah sebanyak 8 data. Dari Gambar 7 (a) dapat

dilihat pola persebaran stress maksimum (simbol

berwarna merah) dan persebaran stress minimum

(simbol berwarna biru). Gambar 7 (b) merupakan

diagram lingkaran Mohr-Coulomb. Lingkaran kecil dan

lingkaran besar merupakan lingkaran Mohr-Coulomb

yang terbentuk sesuai dengan orientasi dari principal

stress. Selanjutnya Gambar 7 (c) merupakan posisi

sumbu principal stress hasil inversi. Dari gambar ini

dapat disimpulkan bahwa sesar yang terbentuk adalah

sesar normal dengan sedikit adanya komponen geser

(strike-slip) atau disebut sebagai sesar oblique. Gambar

7 (d) adalah bidang nodal sesar pada tiap data yang

digunakan. Gambar 7 (e) adalah bidang nodal sesar

hasil inversi stress. Gambar 7 (f) merupakan hasil

inversi stress berupa model solusi mekanisme fokus

pada segmen 3. Sehingga dari hasil inversi stress

tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi sesar pada

segmen 3 bertipe oblique.

Gambar 8. Hasil inversi stress segmen 4

Hasil pengolahan inversi stress pada segmen 4

menggunakan data solusi mekanisme fokus dengan

jumlah sebanyak 7 data. Gambar 8 (a) merupakan pola

distribusi stress yang disimbolkan dengan tanda merah

Page 6: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

sebagai stress maksimum dan tanda biru sebagai stress

minimum. Dari gambar ini selanjutnya akan didapat

orientasi dari principal stress pada segmen 4. Gambar

8 (b) merupakan diagram lingkaran Mohr-Coulomb.

Tanda berwarna biru merupakan posisi dari bidang

nodal sesar yang digunakan. Lingkaran Mohr-Coulomb

ini akan digunakan untuk menentukan nilai instability

patahan (𝐼) untuk mendapatkan orientasi dari principal

stress yang optimal. Proses untuk mendapatkan nilai

instability patahan ini dilakukan menggunakan proses

inversi secara iteratif dimana hasil dari tiap iterasi akan

ditinjau untuk mendapatkan nilai yang optimal. Selain

itu proses ini juga akan mendapatkan nilai berupa

koefisien friksi (𝜇). Gambar 8 (c) merupakan orientasi

dari principal stress. Berdasarkan Gambar 8 (c) dapat

diidentifikasi bahwa tipe pergeseran sesar pada

segmen 4 adalah sesar geser (strike-slip). Gambar 8

(d)adalah bidang nodal sesar pada tiap data yang

digunakan. Gambar 8 (e) adalah bidang nodal sesar

hasil inversi stress. Gambar 8 (f) merupakan hasil solusi

mekanisme fokus pada segmen 4. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa sesar yang terdapat

pada segmen 4 merupakan sesar strike-slip.

Selain hasil tersebut, dalam pengolahan inversi stress

juga didapat nilai berupa posisi dari komponen

principal stress (𝜎1, 𝜎2, dan 𝜎3), shape ratio (𝑅), dan

koefisien friksi (𝜇). Nilai dari principal stress yang

didapat berupa azimuth dan plunge yang dapat

digunakan untuk menentukan arah dari principal stress

pada tiap segmen. Shape ratio merupakan ukuran

stress relatif pada tiap segmen yang dianggap

homogen. Segmen yang memiliki shape ratio tinggi

menujukkan tingkat seismisitas yang tinggi (Gephart &

Forsyth, 1984 dalam Yuliza, 2019). Sedangkan koefisien

friksi yang berkaitan dengan bidang sesar yang

terbentuk saat terjadi gempa bumi didefinisikan

sebagai besar hambatan yang menahan terjadinya

gempa bumi. Hasil output inversi stress pada tiap

segmen ada pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil output inversi stress pada keseluruhan

segmen

Setelah didapat orientasi principal stress dari masing-

masing segmen, maka akan didapat model orientasi

principal stres dan model mekanisme fokus pada tiap

segmen. Gambar 9 merupakan gambaran dari orientasi

principal stress dari tiap segmen (a) dan model solusi

mekanisme fokus (b). Jika dikaitkan dengan kondisi

tatanan tektonik di sekitar daerah penelitian, principal

stress yang didapatkan dari pengolahan inversi stress

memiliki kecocokan dengan kondisi tektonik di wilayah

Halmahera Selatan. Segmen 1 menunjukkan pola

pergerakan sesar strike-slip dengan arah stress

horizontal maksimum yang sejajar dengan segmen

sesar Sorong yang berada di perairan sekitar Pulau

Bacan. Sedangkan segmen 2 menunjukkan pola

pergerakan oblique, dimana komponen geser dari

segmen ini terbentuk karena interaksi segmen 2

terhadap segmen 4 yang memiliki pola pergerakan

strike-slip. Sedangkan pola pergerakan sesar normal

pada segmen 2 disebabkan karena interaksi segmen

sesar Sorong dengan zona subduksi Lempeng Laut

Maluku. Segmen 3 yang terdapat di wilayah sekitar

Pulau Obi menunjukkan pola pergerakan oblique.

Komponen geser (strike-slip) pada segmen ini juga

dikontrol oleh aktifitas segmen sesar Sorong yang

berada di Selatan Pulau Obi sedangkan komponen

sesar normal nya dikontrol oleh interaksi segmen sesar

Sorong dengan zona subduksi Lempeng Laut Maluku.

Segmen 4 yang berada di salah satu segmen sesar

Sorong memiliki tipe pergeseran sesar strike-slip

dengan arah stress horizontal maksimum (𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥) yang

sejajar dengan arah pergerakan segmen sesar Sorong.

Halmahera Selatan merupakan wilayah yang memiliki

potensi kegempaan yang cukup tinggi. Peristiwa

gempa bumi yang terjadi pada tanggal 14 Juli 2019

merupakan gempa bumi terbesar yang pernah terjadi

dalam kurun waktu 34 tahun terakhir. Gempa bumi

yang terjadi ini berkaitan dengan seismisitas yang aktif

di wilayah Halmahera Selatan. Untuk mengetahui

tingkat seismisitas di suatu wilayah dapat ditentukan

dengan mempertimbangkan nilai shape ratio, dengan

catatan kondisi tektonik suatu wilayah bersifat

homogen.

Tabel 4. Orientasi principal stress pada masing-masing

segmen Segmen 𝝈𝟏 𝝈𝟐 𝝈𝟑

Segmen 1 Shmax Sv Shmin

Segmen 2 Sv Shmax Shmin

Segmen 3 Sv Shmin Shmax

Segmen 4 Shmax Sv Shmin

Page 7: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Gambar 9. Pola orientasi principal stress (a) dan

solusi mekanisme fokus (b) berdasarkan hasil

inversi stress pada tiap segmen.

Gambar 10. Shape ratio pada tiap masing-masing

segmen. a) segmen 1, b) segmen 2, c) segmen 3, dan

d) segmen 4.

Pada penelitian ini, didapat nilai shape ratio pada tiap

segmen yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan didapat

histogram shape ratio pada tiap segmen yang dapat

dilihat pada Gambar 10. Histogram shape ratio

diperoleh dari perhitungan inversi stress secara iteratif

dari bidang nodal sesar hingga didapat nilai shape ratio

yang optimal. Dari variasi nilai shape ratio pada

masing-masing segmen pada Tabel 3, menunjukkan

nilai yang tidak seragam. Hal ini disebabkan karena

tatanan tektonik yang cukup kompleks dimana seperti

yang diketahui bahwa wilayah Halmahera Selatan

merupakan zona interaksi antara subduksi Lempeng

Laut Maluku dengan sesar Sorong yang melintas di

sepanjang Laut Halmahera Selatan. Dengan

mempertimbangkan kondisi tektonik yang cukup

kompleks ini, nilai shape ratio pada masing-masing

segmen belum cukup untuk menjelaskan seismisitas di

wilayah Halmahera Selatan.

MODEL PERUBAHAN COULOMB STRESS

Metode perubahan coulomb stress digunakan untuk

mengetahui pola distribusi stress yang masih

tersimpan dan stress yang sudah terlepas ketika gempa

bumi terjadi. Sebelumnya perhitungan inversi stress

menghasilkan nilai koefisien friksi (𝜇) pada tiap segmen

nya. Pada dasarnya nilai koefisien friksi sudah

ditentukan dengan asumsi nilai koefisien friksi efektif

0.4 (Stein, 1994). Namun dengan pertimbangan bahwa

tiap wilayah memiliki tatanan tektonik yang berbeda-

beda, maka dilakukan proses inversi stress untuk

menentukan nilai koefisien friksi pada wilayah yang

lebih kecil (Vavrŷcuk, 2014). Nilai koefisien friksi ini

digunakan untuk membuat pemodelan perubahan

coulomb stress statik gempa bumi. Dengan adanya dua

asumsi tersebut, dilakukan perbandingan pemodelan

perubahan coulomb stress statik gempa bumi pada

periode 1985-2019 dengan menggunakan koefisien

friksi efektif 0.4 dan koefisien friksi pada masing-

masing segmen.

Gambar 12 merupakan hasil pemodelan perubahan

coulomb stress statik (∆𝐶𝐹𝑆) dengan menggunakan

nilai koefisien friksi hasil inversi stress pada masing-

masing segmen. Nilai koefisien friksi hasil inversi stress

dapat dilihat pada Tabel 3 Untuk koefisien friksi pada

segmen 2 tidak digunakan karena tidak terdapat

gempa bumi dengan kekuatan besar (≥ 6 Mw) pada

segmen tersebut, sehingga nilai koefisien friksi yang

digunakan adalah koefisien friksi pada segmen 1, 3, dan

4. Sedangkan Gambar 11 merupakan hasil pemodelan

perubahan coulomb stress statik dengan menggunakan

koefisien friksi 0.4. Dari kedua gambar tersebut didapat

perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini

disebabkan karena variasi nilai koefisien friksi hasil dari

inversi stress pada segmen 1, 3, dan 4 yang tidak jauh

berbeda yaitu sekitar 0.8, sehingga hasil perbandingan

yang didapat tidak menunjukkan pola yang berbeda.

Pada Gambar 12 jika dilihat dari distribusi stress dan

hubungannya dengan serangkaian peristiwa gempa

bumi besar pada periode 1985-2019 menunjukkan

beberapa fakta bahwa beberapa gempa bumi besar

yang terjadi memiliki hubungan yang terkait. Gambar

12 (a) merupakan model perubahan coulomb stress

gempa bumi pertama yang tercatat pada tahun 1985

dengan kekuatan 6.7 Mw. Kemudian terjadi gempa

bumi besar pada tahun 1986 dengan kekuatan 6.1 Mw.

Pada Gambar 12 (b) menunjukkan bahwa distribusi

stress pada gempa yang terjadi pada tahun 1985

dengan gempa yang terjadi pada tahun 1986

Page 8: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

menyebabkan meningkatnya stress (lobus berwarna

merah) di wilayah perairan Pulau Bacan, sehingga pada

tahun 1992 terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6.2

Mw (Gambar 12 bagian c). Dari pola perubahan

coulomb stress pada Gambar 12 (c) dapat dilihat

bahwa zona peningkatan stress pada area tersebut

semakin luas sehingga menyebabkan terjadinya dua

peristiwa gempa bumi besar pada tahun 1994 dengan

kekuatan masing-masing yaitu 6.8 dan 6.4 Mw.

Gambar 12 (e) menunjukkan zona peningkatan stress

berpindah di sekitar Pulau Obi. Hal ini menyebabkan

terjadinya tiga rangkaian peristiwa gempa bumi pada

13 Februari 1995 dengan kekuatan masing-masing

yaitu 6.2, 6.1, dan 6.7 Mw secara berurutan. Peristiwa

gempa bumi besar ini menjadi akhir dari pola kejadian

gempa bumi pada periode 1985-1995.

Kemudian pada tahun 2003, terjadi gempa bumi

dengan kekuatan 6.1 Mw yang bersumber dari zona

segmen sesar Sorong yang berada di batas interaksi

Lempeng Laut Maluku dengan segmen sesar Sorong.

Gempa bumi ini berada pada sumber yang sama

dengan gempa bumi yang terjadi pada tahun 1986,

sehingga diduga gempa bumi ini disebabkan karena

stress yang masih tersimpan pada zona tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 20 Februari 2007 terjadi

serangkaian gempa bumi besar. Gempa bumi pertama

memiliki kekuatan 6.7 Mw, gempa bumi kedua dan

ketiga memiliki kekuatan 6 Mw. Berdasarkan peta

perubahan coulomb stress statik pada Gambar 12 (i)

hingga Gambar 12 (k) dapat dilihat bahwa rangkaian

gempa bumi ini berada pada lobus berwarna biru yang

artinya gempa bumi yang terjadi tidak diakibatkan oleh

gempa bumi sebelumnya. Namun pada tahun 2011

terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6.4 Mw yang

bersumber di batas interaksi Lempeng Laut Maluku

dengan segmen sesar Sorong. Diduga gempa bumi ini

terjadi karena distribusi stress positif yang masih

terakumulasi di wilayah tersebut. Terakhir pada

tanggal 14 Juli 2019 terjadi gempa bumi dahsyat

dengan kekuatan 7.2 Mw yang menyebabkan

banyaknya korban jiwa dan kerusakan yang cukup

parah di wilayah Halmahera Selatan. Gempa bumi ini

merupakan gempa bumi terbesar yang tercatat di

wilayah Halmahera Selatan. Namun dari peta

perubahan coulomb stress statik pada Gambar 12 (n)

menunjukkan bahwa gempa bumi ini berada pada

lobus berwarna biru yang artinya peristiwa gempa

bumi yang terjadi tidak disebabkan oleh gempa bumi

sebelumnya. Diduga gempa bumi ini disebabkan

karena aktifitas segmen sesar Sorong di bagian Utara.

Dari Gambar 12 (n) tersebut menjelaskan bahwa

distribusi stress positif meningkat jauh lebih besar

setelah pecahnya gempa bumi besar pada tanggal 14

Juli 2019. Zona peningkatan stress yang semakin

meluas ini memungkinkan terjadinya gempa bumi

pada masa yang akan datang.

Page 9: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Gambar 11. Model perubahan coulomb stress statik gempa bumi 1985-2019 dengan kekuatan ≥ 6 Mw menggunakan

koefisien friksi efektif 0.4.

Page 10: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Gambar 12. Model perubahan coulomb stress statik gempa bumi 1985-2019 dengan kekuatan ≥ 6 Mw menggunakan

koefisien friksi hasil inversi stress pada tiap segmen.

MODEL PERUBAHAN COULOMB STRESS GEMPA

BUMI 14 JULI 2019

Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 14 Juli 2019

menyebabkan meningkatnya stress pada wilayah

Halmahera Selatan. Dengan area peningkatan stress

yang cukup luas, sangat memungkinkan jika akan

terjadi gempa bumi susulan (aftershock) di masa yang

akan datang. Pada Gambar 13 Model perubahan stress

coulomb ini dibangkitkan dengan menggunakan nilai

∆𝐶𝐹𝑆 sebesar 10 KPa. Area peningkatan stress

ditunjukkan pada lobus berwarna merah, dan area

penurunan stress ditunjukkan pada lobus berwarna

biru.

Selanjutnya dilakukan penelitian tentang hubungan

antara gempa bumi utama (mainshock) terhadap

gempa bumi susulan (aftershock) yang terjadi

sepanjang Juli hingga Desember 2019. Setelah terjadi

gempa bumi pada tanggal 14 Juli 2019, setidaknya

terdapat 25 kejadian gempa bumi yang terjadi

sepanjang Juli hingga Desember 2019 dengan kekuatan

yang bervariasi.

Gambar 13. Model perubahan coulomb stress gempa

bumi Halmahera Selatan 14 Juli 2019 dengan

kekuatan 7.2 Mw. Lobus berwarna merah merupakan

daerah peningkatan stress yang masih tersimpan

sedangkan lobus biru merupakan daerah penurunan

stress.

Page 11: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Pada Gambar 14 dapat disimpulkan bahwa gempa

bumi susulan yang terjadi berada pada zona

peningkatan stress gempa bumi pada tanggal 14 Juli

2019. Untuk memastikan hal tersebut, dilakukan cross-

section untuk membuktikan bahwa gempa susulan

yang terjadi memang berada pada zona peningkatan

stress. Dari hasil cross-section dapat disimpulkan

bahwa gempa bumi susulan berada pada zona

peningkatan stress dengan kedalaman hoposenter

gempa bumi susulan dominan berada pada kedalaman

sekitar 15 km hingga 30 km. Dari hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa gempa bumi yang terjadi pada

tanggal 14 Juli 2019 memicu gempa bumi susulan

hingga Desember 2019.

Gambar 14. Cross section model perubahan coulomb

stress gempa bumi Halmahera Selatan 14 Juli 2019

dengan kekuatan 7.2 Mw. titik berwarna kuning

merupakan gempa bumi susulan sepanjang bulan Juli

hingga Desember 2019.

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL INVERSI STRESS

DENGAN POLA PERUBAHAN COULOMB STRESS

STATIK

Untuk mengetahui seismisitas suatu wilayah perlu

dilakukan beberapa penelitian. Namun semua

penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan

kondisi tektonik yang ada. Metode inversi stress

memiliki keakuratan yang lebih baik dalam

menentukan orientasi sesar pada suatu segmen sesar

yang dianggap homogen. Akurasi nilai yang didapat

merupakan hasil dari perhitungan inversi secara iteratif

untuk mendapatkan nilai yang optimum. Dalam

perhitungan inversi stress, nilai shape ratio dapat

digunakan untuk mengetahui seismisitas yang aktif

pada suatu wilayah. Nilai shape ratio yang tinggi

menunjukkan seismisitas yang tinggi. Pada penelitian

ini, nilai shape ratio yang paling tinggi berada pada

segmen 3 dan 4. Jika menganggap bahwa segmen 3 dan

4 memiliki seismisitas yang tinggi, hal tersebut belum

bisa menjadi suatu kepastian. Karena jika dilihat semua

segmen berada pada sistem yang sama, yaitu berada

pada zona interaksi Lempeng Laut Maluku dengan

sesar Sorong. Sehingga nilai shape ratio yang didapat

pada proses inversi stress ini belum cukup untuk

menentukan seberapa aktif seismisitas di Halmahera

Selatan.

Selanjutnya dilakukan penelitian lain untuk

menentukan seberapa aktif seismisitas yang ada di

wilayah Halmahera Selatan. Metode perubahan

coulomb stress statik digunakan untuk mengetahui

pola distribusi stress gempa bumi yang terjadi selama

periode 1985-2019. Hasil yang didapat menunjukkan

bahwa peristiwa gempa bumi terjadi secara periodik

dan berada pada zona peningkatan stress. Untuk

gempa bumi pada tahun 2007 memiliki sistem yang

berbeda, karena gempa bumi ini berada pada lobus

berwarna biru yang artinya tidak dipicu oleh gempa

bumi yang terjadi sebelumnya. Namun hal ini justru

menghasilkan peningkatan distribusi stress yang

bervariasi.

Kemudian untuk gempa bumi yang terjadi pada tanggal

14 Juli 2019 dengan kekuatan 7.2 Mw berada pada

sistem yang berbeda juga, hal ini dapat dilihat pada

Gambar 15 (a dan b). Pada gambar tersebut dapat

dilihat bahwa gempa bumi ini terjadi pada lobus

berwarna biru, yang artinya gempa ini tidak dipicu oleh

gempa bumi sebelumnya. Diperkirakan bahwa gempa

bumi ini terjadi karena aktifitas segmen Sesar sorong

pada segmen 4. Gempa bumi yang terjadi pada tanggal

14 Juli 2019 menghasilkan pola peningkatan distribusi

stress yang ekstrem pada wilayah tersebut. Dapat

dilihat pada Gambar 15 (a) menunjukkan lobus positif

berwarna merah yang merepresentasikan peningkatan

stress yang terdiri dari beberapa lobus berwarna

merah, sedangkan Gambar 15 (b) menunjukkan akibat

dari gempa bumi besar yang terjadi pada tanggal 14 Juli

2019 menyebabkan zona peningkatan stress semakin

meluas.

Page 12: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Gambar 15. Distribusi perubahan coulomb stress

statik. a) ΔCFS pada periode 1985-2011. Titik

berwarna kuning merupakan lokasi peristiwa gempa

bumi pada tanggal 14 Juli 2019. b) ΔCFS pada periode

1985-2019 dan model mekanisme fokus hasil inversi

stress pada tiap segmen.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa aktif

seismisitas di Halmahera Selatan, dilakukan penelitian

dengan mengetahui hubungan antara mainshock pada

tanggal 14 Juli 2019 terhadap aftershock yang terjadi

sepanjang Juli hingga Desember 2019. Dari penelitian

ini dapat diketahui bahwa sebaran aftershock yang

terjadi berada pada zona peningkatan stress, sehingga

dapat disimpulkan bahwa aftershock yang terjadi

dipicu oleh gempa bumi yang terjadi sebelumnya yaitu

pada tanggal 14 Juli 2019. Dari penelitian yang sudah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa wilayah

Halmahera memiliki seismisitas yang cukup aktif.

KESIMPULAN

Dari penelitian inversi stress dan perubahan coulomb

stress statik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa Halmahera Selatan memiliki seismisitas yang

aktif terutama pada segmen 4. Dalam proses inversi

stress, segmen 4 memiliki memiliki tipe pergerakan

sesar strike-slip dengan arah azimuth 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 =

16°, 154°E dan 𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 = 36°, 51°E dengan nilai shape

ratio 0.6 dan koefisien friksi 0.8.

Model perubahan coulomb stress dalam periode 1985-

2019 menunjukkan bahwa pola gempa bumi terjadi

secara periodik. Gempa bumi yang terjadi secara

periodik ini menghasilkan pola distribusi stress positif

yang semakin meningkat di wilayah Halmahera

Selatan. Model perubahan coulomb stress statik

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan distribusi

stress secara ekstrem ketika terjadi peristiwa gempa

bumi pada tanggal 14 Juli 2019, tepatnya berada di

zona segmen sesar Sorong yang melintas di perairan

antara Pulau Bacan hingga Pulau Obi yang dapat

memicu terjadinya gempa bumi susulan (aftershock).

Penelitian lebih lanjut dengan mengetahui hubungan

antara mainshock pada tanggal 14 Juli 2019 dengan

aftershock sepanjang Juli hingga Desember 2019. Hasil

cross-section distribusi coulomb stress menunjukkan

bahwa sebaran aftershock berada pada zona

peningkatan stress dengan kedalaman berkisar antara

15 km hingga 30 km dibawah permukaan laut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada dosen pembimbing Reza Rizki,

S.T., M.T. dan Erlangga Ibrahim Fattah, S.Si., M.T. atas

bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. M., 1951. The Dynamics of Faulting and

Dyke Formation with Applications to Britain,

Edinburg, Oliver and Boyld. Standford

University.

Angelier, J., 2002. Inversion of earthquake focal

mechanism to obtain the seismotectonic stress

IV- a new method free of choice among nodal

lines, Geophys. J. Int., 150, 588-609.

Apandi, T. dan Sudana, D., 1978. Peta Geologi Lembar

Ternate Maluku Utara, P3G, Bandung.

Bott, M.H.P., 1959. The Mechanics of Oblique Slip

Faulting, J. Geology. Mag., 96, 109-117.

Gephart, J.W. dan Forsyth, D.W., 1984. An improved

method for determining the regional stress

tensor using earthquake focal mechanism

data: application to the San Fernando

earthquake sequance, J. Geophys. Res, 89,

9305-9320.

Hall, R., Ali, J.R., Anderson, C.D., 1995. Cenozoic motion

of the Philippine Sea Plate: Palaeomagnetic

evidence from eastern Indonesia, Journal of the

Geological Society, 14, 1117-1132.

Hall, R., Audley, M.G., Hidayat, S., dan Tobing, S.L.,

(1988) : Late Paleogene -Quaternary geology

of Halmahera, Eastern Indonesia: Initiation of a

volcanic island arc, Journal of the Geological

Society, 48, 557-590.

Hall, R., (1999): Neogene history of collision in the

Halmahera region, Indonesia, Proc. 27th Ann.

Conv. Indonesian Petrol. Assoc.

Hall, R. dan Wilson, M.E.J., 2000. Neogene sutures in

Eastern Indonesia, Jurnal of Asian Earth

Sciences, 18, 781-808.

King, G. C. P., R.S. Stein, and J. Lin, 1994. Static Stress

Change and the Triggeringof Earthquakes,

Page 13: ANALISIS SEISMISITAS DAN POLA KEGEMPAAN SEGMEN …

Bulletin of the Seismological Society of

America, 84, 935-953.

Lay, T. and Wallace, T.C., 1995. Modern Global

Seismology, Academic Press.

Lund, B. dan Slunga, R., 1999. Stress tensor inversion

using detailed microearthquake information

stability constraints: application to Oflus in

southwest Iceland, J. Geophys. Res, 104, 14

947-14964.

Lutgens, F. K., Tarbuck, E. J., & Tasa, D. G., (2017).

Essentials of geology. Pearson.

Michael, A.J., 1984. Determination of Stress Form Slip

data: Faults and Folds, J. geophysics, Res, 89,

11 517 11 526.

Okada, M., 1985, Surface Deformation Due to Shear

and Tensile Faults in a Half-Space, Bulletin of

the Seismological Society of America, 82, 1018-

1040.

Okada, Y., 1992. International Deformation Due to

Shear and Tensile Faults in a Half-Space,

Bulletin of the Seismological Society of

America, 82, 1018-1040.

Reid, H.F., 1910. The mechanics of the earthquake, Vol.

II of Lawson, A.C., Chairman, The California

earthquake of April 18, 1906: Report of the

State Earthquake Investigation Commission:

Carnegie Institution of Washington Publication

87, 192 p.

Stein, R.S. and M Lisowski, 1983. The 1979 Homestead

Valey Earthquake Sequence, California: Control

of Aftershocks and Postseismic Deformation. J.

geophys. Res, 88(138): 6477-6490.

Stein, R.S., 1999. The role of stress transfer in

earthquake occurrence, Nature, 402, 605-609.

Toda, Shinji, Stein, R.S., Sevilgen, Volkan, Lin, Jian,

2011. Coulomb 3.3 Graphic-rich deformation

and stress change software for earthquake,

tectonic, and volcano research and teaching -

user guide: USGS 2011-1060, 63 p.

http://pubs.usgs.gov/of/2011/1060/.

USGS (1996). Schematic diagram of a focal mechanism.

Diakses melalui:

https://www.usgs.gov/media/images/schema

tic-diagram-a-focal-mechanism. Diakses pada

tanggal 20 Januari 2020.

Vavrŷcuk, V., 2014. Iterative joint inversion for stress

and fault orientations from focal mechanism,

Geophys. J. Int., 199, 69-77

Wallace, R.E., 1951. Geometry of shearing stress and

relation to faulting, J. Geol., 59, 118–130.

Wells dan Coppersmith, K., 1994. New Empirical

Relationships among Magnitude, Rupture

Length, Rupture Width, Rupture Area, and

Surface Displacement, Bulletin of the

Seismological Society of America, Vol. 84, No.

4, pp, 974-1002.

Yuliza, D.R., 2019. Heterogenitas Stress Sepanjang

Sesar Palu–Koro Hingga Matano Serta

Pengaruhnya Terhadap Pola Kegempaan.