Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SEMIOTIK SOSIAL PEMBERITAAN
PERSEKUSI TERHADAP NENO WARISMAN
PADA PROGRAM DUA SISI TV ONE
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Hawa Muharrama
NIM 11140510000101
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hawa Muharrama
NIM : 11140510000101
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS
SEMIOTIK SOSIAL PEMBERITAAN PERSEKUSI
TERHADAP NENO WARISMAN PADA PROGRAM DUA
SISI TV ONE” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedian
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyaytaan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 20 Juni 2021
Hawa Muharrama
NIM 11140510000101
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “ANALISIS SEMIOTIK SOSIAL PEMBERITAAN
PERSEKUSI TERHADAP NENO WARISMAN PADA
PROGRAM DUA SISI TV ONE” telah diajukan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9 Juli 2021. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Program Studi Jurnalistik pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Jakarta, 9 Juli 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua
Kholis Ridho, M.si.
NIP. 19780114 200912 1 002
Sekretaris
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.
NIP. 19710412 200003 2 001
Anggota:
Penguji I
Dr. Rubiyanah, M.A
NIP. 19730822 199803 2 001
Penguji II
Ali Irfani, M.HI
NIDN. 2008087803
Dosen Pembimbing
Dr. Suhaimi, M.Si.
NIP. 196709061994031002
i
ABSTRAK
Hawa Muharrama. ANALISIS SEMIOTIK SOSIAL
PEMBERITAAN PERSEKUSI TERHADAP NENO
WARISMAN PADA PROGRAM DUA SISI TV ONE.
Pemberitaan gerakan #2019GantiPresiden menjadi
perhatian publik dan media massa karena adanya tindakan
persekusi yang terjadi kepada Neno Warisman dan sejumlah
aktifis #2019GantiPresiden di beberapa daerah. Dalam hal ini,
salah satu media televisi yang memberitakan kasus pesekusi
terhadap Neno Warisman adalah Dua Sisi TV One.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini
memunculkan pertanyaan mayor dan minor. Adapun pernyataan
mayornya adalah Bagaimana analisis Semiotik Sosial pada
pemberitaan persekusi di Dua Sisi? Kemudian, pertanyaan
minornya adalah Bagaimana Dua Sisi TV One
mengkonstruksikan pemberitaan persekusi yang terjadi kepada
Neno Warisman dan aktifis #2019GantiPresiden dilihat dari segi
medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacara?
Penelitian yang digunakan adalah paradigma kontruktivis
dengan pendekatan kualitatif. Kemudian peneliti menggunakan
metode penelitian Semiotik Sosial M.A.K. Halliday dalam
memaknai teks sebuah berita dan menelaah sistem tanda berupa
bahasa yang dihasilkan oleh manusia.
Dari tanda yang dikaji melalui Semiotik Sosial M.A.K.
Halliday, diperoleh data, yaitu: medan wacana di sini
menggambarkan situasi apa yang di wacanakan oleh Dua Sisi
mengenai kasus persekusi terhadap Neno Warisman. Pelibat
wacana pada berita tersebut dilihat dari siapa saja yang
dicantumkan pada teks tersebut. Selain itu, bagaimana peranan
dan kedudukan narasumber itu digambarkan pada teks berita
tersebut. Sarana wacana menggambarkan bagaimana Dua Sisi
menggunakan gaya bahasa dalam penulisan naskah berita
persekusi terhadap Neno Warisman.
Kata kunci: Persekusi, Neno Warisman,
#2019GantiPresiden, Semiotik Sosial
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahhirrabbil’alamin, puja dan puji syukur
peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat yang begitu melimpah, sehingga dengan ridho-Nya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
juga tidak lupa peneliti junjungkan kepada suri tauladan nabi
besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari
zaman jahiliah yang penuh dengan kegelapan menuju ke zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang terang benderang
seperti saat ini.
Begitu banyak kesan dan maanfat yang didapat oeleh
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti tidak hanya
mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga mendapatkan
pelajaran berharga bahwa niat, ikhtiar, istiqomah dan doa tidak
akan pernah menghanati hasil.
Peneliti secara khusus ingin mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua, yaitu Ummi Suharti dan Almarhum Abi
Setyo Hadi Seputro yang telah melahirkan, membesarkan,
merawat dan mendidik Hawa dengan penuh cinta, kasih, sayang,
kesabran dan pengorbanan, serta doa-doa yang tiada hentinya
untuk Hawa supaya Hawa bisa menjadi manusia yang selalu ingat
Allah, beriman, bertaqwa dan selamat di dunia dan akhirat.
Dengan ini Hawa memepersembahkan gelar sarjana Hawa untuk
Ummi dan Abi, semoga Hawa bisa selalu menjadi kebanggaan
Ummi dan Abi kapanpun dan dimanapun Hawa berada. Semoga
iii
Allah mengampuni kesalahan Abi selama hidup di dunia dan
semoga Ummi diberikan kesehatan dan umur yang panjang oleh
Allah, serta senantiasa dalam dindungan-Nya.
Skripsi ini tentu juga tidak serta merta terselesaikan
dengan baik tanpa keterlibatan para pihak yang dari awal hingga
akhir penulisan skripsi ini memberikan bantuan dan
kerjasamanya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan
terima kasih tak terhingga kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Amany Umar Burhanuddin Lubis, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D.,
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW.,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin
Noor, MA., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Alumni dan Kerjasama Drs. Cecep Castawijaya, MA.
3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si., serta
Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah
Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan akademis dan administrasi.
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Suhaimi, M.Si., yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberikan banyak pelajaran, serta
menyemangati peneliti dengan kesabaran untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
iv
5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan
buku serta fasilitas lainnya, sehingga peneliti mendapat
banyak referensi dalam penelitian ini.
7. Dodi Nasution selaku produser Dua Sisi TV One dan
seluruh tim redaksi Dua Sisi yang telah memberikan waktu
dan bantuannya dalam proses wawancara. Semoga Allah
SWT membalas amal dan kebaikannya.
8. Guru panutan peneliti Dr. Tubagus Wahyudi, ST., Msi.,
MCHt., CHI. yang telah mengajarkan peneliti supaya
menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang
banyak.
9. Kakak dan adik peneliti, yaitu Matryan Mauludin Putra dan
Ali Ma’ruf, serta mas Muhammad Hilal Baqi yang selalu
mendukung, memberi semangat, dan bantuan dalam bentuk
apapun sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik.
10. Sahabat peneliti sejak 2008 Ines Nur Afifah, Sarah Fadhilah,
Eka Unfa, Ratu Yanra yang tidak pernah bosan menjadi
teman di saat suka maupun duka walaupun sering
terpisahkan oleh jarak dan waktu.
11. Sobat-sobat terbawel Nani Yulianti, Khairunisa, Dede
Uswatun, Sinaida Fahima, dan Sururoh Tullah Adedoin
v
Uthman. Terimakasih selalu memberi semangat dan
menjadi bawel agar skripsi ini segera selesai.
12. Sahabat DNK TV 5.0 Abdul Hafiz, Ahmad Muhajirin, Arita
Ambarani, Dede Uswatun, Devi Agustiana, Faradhita A.
Manaf, Irna Syahputri, Perwita Suci, Rosiana Efendi, Siti
Afifah, Sofie Medina Pasha, Wilu Analia, Sayyid Furqon,
kak Khairunnisa, kak Dhiyaurrahman, dan kak Ryan
Alamsyah. Terimakasih sudah mau berbagi kisah, tertawa,
dan menangis bersama menjadi keluarga. Momen bersama
kalian tak akan terlupakan.
13. Teman-teman Jurnalistik 2014 yang telah berjuang bersama
dalam mengikuti perkuliahan selama hampir empat tahun.
Terima kasih atas pertemanan, pembelajaran, dan
pengalaman yang telah diberikan kepada peneliti.
14. Keluaga besar Incredible Bee Kahfi BBC Motivator School
Angkatan 18, teman bertumbuhku untuk menjadi manusia
yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Juga kepada para
Dewan Wali, senior, dan seluruh masyrakat Kahfi.
15. Dedi Fahrudin, M.Ikom, General Manager Komunitas
Dakwah dan Komunikasi Televisi (DNK TV), kakak-kakak,
teman-teman serta adik-adikku yang telah memberikan
pengalaman dan berbagi ilmu seputar dunia pertelevisian
selama bergabung menjadi anggota DNK TV.
16. Teman curhat, main, dan jalan-jalan, Santri Eka, Devy
Nurul, Galuh Ayu, Anzah Muhimatul, Qory Maulidini,
Milah Karmilah.
vi
17. My roommates selama tinggal di Ciputat, Ines, Sarah, Dhita,
Faizah, Dede, Wilu, dan Gege, juga tetangga kosan yang
selalu meramaikan suasana Caca dan Wiwin.
18. KKN Galaksi 39 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak
terlupakan. Semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap
terjaga selamanya.
19. Tim Arena Sepak Bola Indonesia TV One yang telah
memberikan pengalaman kepada peneliti selama menjadi
intern.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
mendukung, mendo’akan, dan meluangkan waktu untuk berbagi
informasi dalam menyusun skripsi, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.
Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai
kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2021
Hawa Muharrama
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Batasan Masalah ....................................................... 7
C. Rumusan Masalah ..................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 7
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................ 8
F. Metodologi Penelitian ................................................ 10
G. Sistematika Penulisan ................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Semiotik Sosial .......................................................... 20
1. Pengertian Semiotik ............................................. 20
2. Semiotik Sosial M.A.K Halliday ........................ 26
B. Konstruksi Sosial Media Massa ................................. 34
C. Talkshow sebagai Media Pemberitaan ...................... 37
D. Teori Persekusi .......................................................... 43
1. Pengertian Persekusi ........................................... 43
2. Faktor Penyebab Terjadinya Persekusi ............... 47
3. Larangan Persekusi ............................................. 50
4. Unsur-unsur Yang Ada Pada Persekusi .............. 56
viii
E. Majas sebagai Gaya Bahasa ...................................... 61
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. TV One ...................................................................... 70
1. Sejarah Singkat dan Profil TV One ..................... 70
2. Visi dan Misi TV One ......................................... 73
3. Struktur Organisasi ............................................. 74
B. Program Dua Sisi ...................................................... 75
1. Sejarah Singkat dan Profil Dua Sisi .................... 75
2. Struktur Redaksi Dua Sisi ................................... 77
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Medan Wacana (Field of Discourse) ........................ 80
Analisis Data Dua Sisi .............................................. 81
B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse) ....................... 95
Analisis Data Dua Sisi .............................................. 96
C. Sarana Wacana (Mode of Discourse) ........................ 101
Analisis Data Dua Sisi .............................................. 102
BAB V PEMBAHASAN
Interpretasi Penelitian ..................................................... 110
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ................................................................... 115
B. Implikasi .................................................................... 116
C. Saran .......................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................. 123
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Organisasi TV One
Tabel 3.2 Struktur Redaksi Dua Sisi
Tabel 4.1 Rekap Analisis Semiotik Sosial
Tabel 4.2 Data Medan Wacana
Tabel 4.3 Data Pelibat Wacana
Tabel 4.4 Data Sarana Wacana
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo TV One
Gambar 3.2 Program Dua Sisi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjelang Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019,
perang tanda pagar (tagar) antara pendukung calon presiden
mulai berlangsung di media sosial. Diketahui ada beberapa
tagar yang menggenggama di dunia maya. Di antaranya
#2019GantiPresiden dan #2019TetapJokowi.
Tagar #2019GantiPresiden pertama kali digagas oleh
politikus PKS Mardani Ali Sera, pada awalnya tagar tersebut
tidak dipermasalahkan, namun tagar ini mulai
dipermasalahkan karena eksistensi dalam bentuk deklarasi di
berbagai wilayah. Menyikapi tagar tersebut muncul tagar-tagar
seperti #Jokowi2Periode dan #2019TetapJokowi. Tagar
#2019GantiPresiden dianggap terlalu kontroversial oleh
pendukung Prabowo-Sandi, karena banyaknya kasus yang
membuat konflik di daerah, maka didengungkan tagar baru
#2019PrabowoPresiden.1
Dampak dari adanya gerakan #2019GantiPresiden
menyebabkan sejumlah daerah mengalami konflik antara
masyarakat pendukung dan penolak gerakan
#2019GantiPresiden. Seperti yang terjadi kepada Neno
Warisman, salah satu tokoh pendukung gerakan ini sekaligus
penyumbang terbesar yang juga menjadi korban persekusi
1 https://nasional.tempo.co/amp/1086128/deklarasi-hari-ini-begini-
awal-mula-gerakan-2019gantipresiden, diakses pada Minggu, 28 Oktober 2018
Pukul 22:19 WIB.
2
akibat gerakan ini. Pada pukul 24.00 antara 19 dan 20 Juli,
mobilnya terbakar di depan rumahnya. Selepas insiden
kebakaran mobil, pada malam 28 Juli, sejumlah warga
menyatakan menolak kedatangannya melalui spanduk dan yel-
yel di Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Kedatangan Neno
ini dalam rangka menghadiri tablig akbar dan deklarasi
#2019GantiPresiden di Batam. Penolakan tersebut sempat
menimbulkan keributan warga yang berupaya merangsek
kawasan kedatangan penumpang dengan polisi yang berjaga.
Neno menduga warga yang menolak kedatangannya
merupakan anggota Projo. Neno menyebut sekitar ratusan
orang menolak kedatangannya, tetapi sekitar 10.000 orang
berkumpul untuk menjemputnya. Neno menuturkan bahwa
semasa berada di bandara, warga mengepung Neno dan
mengambil foto Neno. Ketika Neno meminta untuk keluar dari
bandara, Neno dilempari tong sampah. Akibat peristiwa
tersebut, polisi menyatakan tabligh akbar dan deklarasai
#2019GantiPresiden dibatalkan.
Tidak hanya Neno Warisman, musisi Ahmad Dhani
yang juga merupakan aktifis #2019GantiPresiden juga
mengalami hal serupa. Dhani yang datang ke Surabaya untuk
menghadiri acara deklarasi 2019 ganti presiden, tiba-tiba
dikepung di tempat penginapannya oleh masa yang menolak
kedatangannya di kota Surabaya. Penolakan tak hanya dialami
aktivis #2019GantiPresiden, Ratna Sarumpet dan Rocky
Gerung juga mengalami hal serupa, mereka ditolak saat akan
3
mengisi acara diskusi gerakan selamatkan Indonesia di
kepulauan Bangka Belitung.
Dari peristiwa persekusi yang banyak terjadi, tiba-tiba
istilah persekusi menjadi populer dan sering digunakan dalam
judul berita. Tidak lama setelah itu, Indonesia disibukkan
dengan kasus yang kebanyakan orang menamakan sebagai
persekusi. Media massa besar di Indonesia ramai-ramai
mengulas kasus persekusi yang ternyata menjamur dan sangat
banyak di Indonesia. Meskipun telat, karena ternyata kasus
persekusi ini sering terjadi di Indonesia dan mungkin tidak
disadari oleh sebagian besar orang.
Penggunaan istilah persekusi dan pemberitaan oleh
berbagai media memunculkan dugaan bahwa tindakan
persekusi telah terjadi dan nyata adanya di Indonesia. Akibat
aksi persekusi ini, muncul berbagai koalisi di masyarakat yang
meminta polisi bertindak dan mengamankan pelaku persekusi
karena dinilai meresahkan dan sudah tidak sesuai dengan
kaidah hukum yang berlaku.
Persekusi dalam perspektif komunikasi, sesungguhnya
hadir akibat dari berbagai komunikasi yang terhambat atau
tersumbat selama ini. Persekusi terjadi akibat kebebasan
berpendapat yang kebablasan di media sosial. Orang-orang
dengan bebas dan seenaknya menghina ulama atau tokoh lain.
Jadi, bisa dikatakan, maraknya persekusi akibat krisis
kepercayaan kepada penegak hukum dan tidak beretikanya
pengguna media sosial yang melakukan penghinaan pelecehan
terhadap orang lain.
4
Bagaimanapun, selalu ada pemicu munculnya sebuah
tindakan, termasuk persekusi. Pelaku persekusi sudah muak
terhadap fenomena pengguna media sosial yang suka
menghina dan melecehkan dalam statusnya.2
Kasus persekusi yang melibatkan Neno Warisman ini
marak diperbincangkan di berbagai media massa. Media
berlomba-lomba memberitakan untuk mencari kebenaran atas
kasus ini. Media massa sendiri mempunyai peran penting
dalam menyebarluaskan isu-isu yang sedang terjadi, namun
setiap media mempunyai cara pandang tersendiri dalam
mengkonstruk sebuah peristiwa yang terjadi.
Dalam setiap pemberitaan yang dilakukan oleh media
tentu memiliki perbeaan pandangan atau persepsi dalam
memaknai setiap isu. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
bagaimana media memaknai isu yang terjadi dari angle atau
sudut pandang berita yang ditonjolkan, gaya penulisan berita,
kata atau kalimat yang digunakan dalam berita, dan unsur-
unsur lainnya. Karena berita yang melibatkan Neno Warisman
dan beberapa aktifis #2019GantiPresiden ini merupakan isu
yang sangat sensitive maka menjadi tantangan tersendiri untuk
media dalam menyajikan informasi yang aktual, faktual dan
berimbang. Pemilihan dan penggunaankata tendu bisa saja
mengkonstruksi tokoh terkait menjadi buruk atau baik dalam
pandangan masyarakat.
2 https://www.komunikasipraktis.com/2017/06/pengertian-persekusi
.html diakses pada Rabu, 16 Januari 2019 pukul 12:00 WIB.
5
Pasca terjadinya persekusi terhadap Neno Warisman,
berbagai media gencar memberitakan masalah terkait gerakan
ini, seperti pro-kontra dan juga dampak yang terjadi. Salah satu
yang memberitakan persekusi terhadap Neno Warisman adalah
Dua Sisi TV One. Dua Sisi merupakan salah satu program
berita dengan format talk show yang tayang di TV One.
Program ini merupakan salah satu acara gelar wicara yang
ditayangkan sejak 11 Agustus 2017, yang membahas soal isu
politik, hukum, kriminalitas dan berbagai macam topik hangat
di masyarakat selama 60 menit. Dua Sisi tayang setiap satu
minggu sekali pada hari Rabu pukul 20:30 - 21:30 WIB dan
dipandu oleh Indiarto Priadi. Program ini selalu membahas
topik-topik yang sedang hangat diperbincangkan oleh
masyarakat, salah satunya isu persekusi yang menimpa
presidium gerakan #2019GantiPresiden Neno Warisman
Dua Sisi pada episode dengan tema “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persekusi” yang tayang pada Rabu, 29
Agustus 2018 menarik perhatian penulis. Episode ini
membahas tentang kasus persekusi yang menimpa dua tokoh
Gerakan 2019 Ganti Presiden, Neno Warisman dan Ahmad
Dhani. Keduanya dipersekusi saat menghadiri kegiatan aksi
pada Minggu, 27 Agustus 2018. Menariknya Dua Sisi selalu
menghadirkan narasumber dari dua sisi, pro dan kontra. Pada
episode ini Dua Sisi menghadirkan Fadli Zon dan
NenoWarisman sebagai narasumber yang pro terhadap gerakan
#2019GantiPresiden dan juga Ali Mochtar Ngabalin dan Arsul
6
Sani sebagai narasumber yang kontra terhadap gerakan
#2019GantiPresiden.
Dari hal ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
Dua Sisi mengkonstruksi topik berita yang dibahas. Penelitian
ini menggunakan analisis Semiotika Sosial untuk menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia berupa lambang dan
kalimat.
Ahli semiotika, Umberto Eco menyebut tanda sebagai
suatu “kebohongan” dan dalam tanda ada sesuatu yang
tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu
sendiri.3 Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda itu
tidak pernah membawa makna tunggal. Kenyataannya teks
media memiliki ideologi atau kepentingan tertentu, memiliki
ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut.4
Berdasarkan uraian di atas, maka melalui penelitian ini
penulis ingin mengetahui bagaimana Dua Sisi mengkonstruk
teks pada pemberitaan persekusi terhadap presidium
#2019GantiPresiden Neno Warisman dengan judul
ANALISIS SEMIOTIK SOSIAL PEMBERITAAN
PERSEKUSI TERHADAP NENO WARISMAN PADA
PROGRAM DUA SISI TV ONE.
3 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, (Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media, 2013) Cet 2, h. 9 4 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, (Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media, 2013) Cet 2, h. 11
7
B. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, penulis membatasi
masalah penelitian dan memfokuskan penelitian pada
pemberitaan persekusi terhadap Neno Warisman yang terjadi
karena adanya dugaan makar dalam deklarasi gerakan
#2019GantiPresiden.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah
penelitian dan memfokuskan penelitian pada episode
“Kebebasan Berpendapat Berujung Persekusi” yang tayang
pada 29 Agustus 2018 dalam program Dua Sisi TV One.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis
merumuskan tentang bagaimana Dua Sisi mengkontsruksi
pemberitaan tentang persekusi terhadap Neno Wrisman dilihat
dari segi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil analisis Semiotik Sosial yang
terdiri dari medan wacana, pelibat wacana, dan sarana
wacana dalam episode “Kebebasan Berpendapat Berujung
Persekusi” pada program Dua Sisi TV One.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
8
Sebagai sumbangan dari perspektif akademis untuk
pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan
pengembangan ilmu jurnalistik pada khususnya.
Penelitian ini memfokuskan dengan teknik analisis
Semiotik Sosial terhadap institusi sebuah media
dalam penulisan berita tentang politik. Bagaimana
cara pandang media dalam melihat dan memaknai
suatu peristwa melalui sebuah teks di media. Selain
itu juga sebagai penjelas dari konstruksi media massa.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan
penambah wawasan bagi penelitian selanjutnya.
Terutama pada sebuah metode penelitian Semiotik
Sosial dan memberikan gambaran tentang bagaimana
sebenarnya media massa televisi mengkonstruksi
berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat pada pemikiran institusi media televisi
dalam menayangkan berita seputar dunia politik
kepada khalayak.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa
tinjauan pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang
diteliti oleh penulis. Diantaranya sebagai berikut:
a. Judul Skripsi “Analisis Semiotika Sosial Pemberitaan
Mahar Politik dari La Nyala kepada Prabowo Subianto
9
dalam Program ILC TV One” oleh Dede Uswatun
Hasanah Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Judul Skripsi “Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Melalui Media Internet Dari Perspektif Hukum Pidana”
oleh Aditya Burhan Mustofa Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
c. Judul Skripsi “Analisis Semiotika Sosial Pemberitaan
Pernikahan Beda Agama pada Asmirandah dengan Jonas
Rivano di Situs TEMPO.CO” oleh Ika Suci Agustin
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Judul Skripsi Kesenjangan Antara Motif dan Tingkat
Kepuasan Penonton Terhadap Tayangan Talkshow
Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One oleh Azmy Azis
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Jurnal dengan judul “Jejak Halliday dalam Linguistik
Kritis dan Analisis Wacana Kritis” oleh Anang Santoso
jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma, menurut Dani Vardiansyah, diartikan
sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan
10
lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam berfikir,
bersikap, dan bertingkah laku.5
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah paradigma konstruktivis. Paradigma ini
menyatakan bahwa kebenaran suatu realitas sosial dilihat
sebagai hasil konstruksi sosial dan kebenaran suatu
realitas sosial bersifat relatif. Paradigma ini mempunyai
posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks
berita yang dihasilkan.
Rancangan konstruktivis melihat realitas
pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial.
Menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari
segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna
yang terdapat dalam bahasa itu. Analisis menurut
pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar
maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang
disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan.
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita
tentang realitas dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-
tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.6 Dengan
demikian paradigma ini ingin mengungkapkan makna
yang tersembunyi di balik suatu realitas. Paradigma
konstruktivis bermaksud untuk mengetahui bagaimana
5 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 27. 6 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, h. 9.
11
realitas mengenai pemberitaan persekusi terhadap Neno
Warisman di Dua Sisi TV One.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif untuk menganalisis isi dan teks berita di Dua Sisi
TV One yang berhubungan dengan berita persekusi
terhadap Neno Warisman.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan
secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.7
Penelitian kualitatif dipakai untuk mengetahui dan
menganalisis apa yang justru tidak terlihat, atau dengan
kata lain penelitian kualitatif justru ingin melihat isi
komunikasi yang tersirat.8
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif
menggunakan metode pengumpulan data dan metode
analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan
instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.
7 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h.6. 8 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, h. 27.
12
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
analisis Semiotik Sosial model M.A.K Halliday. Semiotik
sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupun lambang berwujud kalimat. Analisis semiotik
merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang
aneh. Sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika
membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Analisisnya
bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan
makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik
sebuah teks.9
Penggunaan Semiotik Sosial dari M.A.K Halliday
dalam analisis isi media adalah untuk menemukan hal
terkait dengan tiga komponen Semiotik Sosial, yaitu
medan wacana (field of discourse), pelibat wacana (tenor
of discourse), dan sarana wacana (mode of discourse).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
media massa mengkonstruksi realitas pada suatu peristiwa
menjadi sebuah berita. Penelitian ini mengenai episode
“Kebebasan Berpendapat Berujung Persekusi” pada
program Dua Sisi TV One.
4. Subjek dan Objek Penelitian
9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, h. 8.
13
Subjek penelitian ini adalah program Dua Sisi TV One,
sedangkan objek yang dimaksud adalah teks berita dalam
“Kebebasan Berpendapat Berujung Persekusi” yang
ditayangkan pada Rabu, 29 Agustus 2018 pukul 20.30 –
21.30 WIB.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu
terhitung dari Januari 2019 hingga Mei 2021. Sehubung
dengan subjek penelitian yang merupakan media massa
televisi dalam analisis Semiotik Sosial, maka peneliti
melakukan wawancara penelitian di gedung TV One Jl.
Rawa Terate II No. 2 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta
13260, Indonesia.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses tanya jawab
antara pewawancara dengan narasumber yang
dianggap memahami masalah atau peristiwa tertentu
untuk mendapatkan keterangan dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal ini
wawancara digunakan sebagai alat pelengkap untuk
melengkapi informasi yang telah diperoleh.
14
Wawancara dilakukan dengan Dodi Renaldi
Nasution selaku produser Program Dua Sisi mengenai
pemberitaan persekusi terhadap Neno Warisman
sebagai upaya untuk menemukan data yang lebih
akurat sesuai penelitian ini.
b. Observasi
Observasi adalah proses memerhatikan dan
mengamati secara teliti dan sistematis pada sasaran
objek yang dituju. Dalam metode ilmiah, observasi
adalah suatu cara bagi peneliti untuk memperoleh data
dengan pengamatan secara sistematis terhadap
fenomena yang diselidiki.10 Dalam penelitian ini
observasi yang dilakukan merupakan observasi
tayangan pada episode “Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi” pada program Dua Sisi TV One.
c. Dokumentasi
Peneliti mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku-buku, video,
jurnal, dan lain sebagainya yang dapat menunjang
penulisan skripsi ini.
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
10 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,
1989), h.92.
15
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.11
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan
oleh peneliti adalah model analisis semiotik M.A.K
Halliday. Pada umumnya ada tiga jenis masalah yang
hendak diulas dalam analisis semiotik. Pertama adalah
masalah makna (the problem of meaning) bagaimana orang
memahami pesan? Informasi apa yang terkandung dalam
struktur sebuah pesan? Kedua, masalah tindakan atau
pengetahuan tentang bagaimana memperoleh sesuatu
melalui pembicaraan. Ketiga masalah koherensi yang
menggambarkan bagaimana membentuk pola pembicaraan
masuk akal dan logis dan dapat dimengerti.12
Semiotik Sosial digunakan untuk menafsikan
konteks sosial teks, yaitu lingkungan terjadinya pertukaran
makna dengan menggunakan tiga konsep sebagai berikut:13
a. Medan wacana (field of discourse) menunjuk pada hal
yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang
berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang
disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya
11 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Imu
Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) Cet ke-3, h.143. 12 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi “Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”, h. 30. 13 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1992) Cet. ke-1, h. 16.
16
bahasa ikut serta sebagai unsur pokok penentu
maksud dari kesimpulan pembahasan yang
terkandung dalam suatu konteks.
b. Pelibat wacana (tenor of discourse) menunjuk pada
orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para
pelibat, kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis
hubungan peranan apa yang terdapat di antara para
pelibat, termasuk hubungan–hubungan tetap dan
sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka
lakukan dalam percakapan maupun rangkaian
keseluruhan hubungan-hubungan yang secara
kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan
mereka.
c. Sarana wacana (mode of discourse) menunjuk pada
bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang
diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam
situasi itu; organisasi simbolik teks, kedudukan yang
dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk
salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau
semacam gabungan keduanya) dan juga mode
retorikanya, yaitu apa yang akan dicapai teks
berkenaan dengan pokok pengertian seperti bersifat
membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.
8. Pedoman Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku
pedoman yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
17
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman tersebut dipakai
penulis untuk mengikuti aturan tentang keseragaman
penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya ilmiah ini
diterbitkan berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka
penulis membaginya menjadi enam bab, yang pada tiap-tiap
babnya terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang digunakan yaitu
definisi semiotik, semiotik sosial M.A.K Halliday, Definisi
Konstruksi Sosial Media Massa, Definisi Pemberitaan, dan
Hukum Persekusi.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini memaparkan tetang profile dan sejarah
berdirinya TV One, visi dan misi TV One, profil program Dua
Sisi, dan redaksi program Dua Sisi.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
18
Bab ini berisi analisis Semiotik Sosial, membahas
konstruksi terhadap pemberitaan persekusi di Dua Sisi dengan
cara mengurai realitas objektif pemberitaan persekusi terhadap
Neno Warisman. Temuan penelitian menggunakan analisis
Semiotik Sosial M.A.K Halliday yang dilihat dari medan
wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan
penelitian dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan dalam perumusan masalah, serta menyampaikan
implikasi, saran-saran dan lampiran-lampiran yang terkait
dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Menguraikan judul-judul sumber bacaan selama
penelitian ini baik dari buku, jurnal, skripsi dan lain-lain.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Semiotik Sosial
1. Pengertian Semiotik
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan
sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang
memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”.1 Secara
etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani
Semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis,
semiotik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan
seluruh kebudayaan sebagai tanda.2
Seperti dikutip oleh Alex Sobur dalam Analisis Teks
Media, Preminger menjelaskan bahwa semiotik adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu
nmerupakan tanda-tanda. Maka secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semiotik itu mempelajari sistem-sistem,
aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Oleh Ferdinanrd de Saussure semiotik didefinisikan di
dalam Course in General Linguistic sebagai ilmu yang
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012) Cet. ke-6, h. 87. 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95.
21
mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari
kehidupan sosial. Sementara itu Charles Sanders Pierce
mendefinisikan semiotik sebagai studi tentang tanda dan
segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya
(sintaksis semiotik), hubungan dengan tanda-tanda lain
(semantik semiotik), serta pengirim dan penerimanya oleh
mereka yang menggunakannya (pragmatik semiotik).3
Oleh karena itu, melalui tanda memungkinkan manusia
berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada
fenomena alam.
Konsep dasar dari semiotik sendiri adalah ‘tanda’ yang
diartikan sebagai a stimulus designating something other
than itself (suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang
bukan dirinya sendiri).4 Menurut Umberto Eco tanda
merupakan suatu yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain.5
Di antara tipologi tanda yang terkenal adalah
pengelompokan tanda menjadi tiga jenis oleh Founding
Father Semiotik Charles Sanders Pierce yaitu ikon (icon),
indeks (index), dan simbol (symbol). Icon adalah tanda
yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu
3 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotik: Paradigma, Teori, dan Metode
Interpretasi Tanda dari Semiotik Struktural hingga Dekonstruksi Praktis, h. 22. 4 Bambang Mujiyanto, Emilsyah Nur, Semiotik dalam Metode
Penelitian Komunikasi Semiotics in Research Method of Communication, Vol.
16 No 1, April 2013, h. 74. 5 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 7.
22
mudah dikenali oleh para pemakainya. Index adalah tanda
yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks,
hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret,
aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial
atau kausal. Symbol merupakan jenis tanda yang bersifat
abriter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi
sejumlah orang atau masyarakat. Menurut Pierce, tanda-
tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.6
Teori semiotik dari Pierce lebih menekankan pada
logika dan filosofi tanda-tanda yang ada di masyarakat dan
seringkali disebut sebagai ‘grand theory’. Semiotik bagi
Pierce terbagi atas tiga unsur yaitu tanda (sign), objek
(object), dan interpretan (interpretant).
“Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata.
Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.
Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak
seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang
diwakili oleh tanda tersebut.”
Ferdinand de Saussure merupakan tokoh semiotik
linguistik yang menganggap bahasa sebagai sistem tanda.
Saussure melihat bahasa sebagai sebuah sistem yang utuh
dan harmonis. Dalam istilah Saussure atau secara internal
6 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 18.
23
disebut sebagai langue. Sedikitnya ada lima pandangan
Saussure yang terkenal yaitu soal penanda dan petanda,
bentuk dan isi, bahasa (langue) dan tuturan (parole),
synchronic dan diachronic, serta syntagmatic dan
paradigmatik.
Penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes
mendefinisikan tanda sebagai sebuah sistem yang terdiri
dari sebuah ekspresi (signifier) dalam hubungannya dengan
content (signified). Gagasan Barthes ini dikenal dengan
“Order of Significations” (tatanan pertandaan). Barthes
membahas konsep tanda melalui konotasi dan denotasi
sebagai kunci dari analisisnya. Lewat model ini Barthes
menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content)
di dalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang
disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata
dari tanda (sign).7 Sedangkan konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi
ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.8 Pada
signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana
7 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 21. 8 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 21.
24
kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam.9
Pada dasarnya, analisis semiotik memang merupakan
sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang “aneh”,
sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika
membaca atau mendengar suatu teks atau narasi tertentu.
Analisisnya bersifat paradigmatik, dalam arti berupaya
menemukan makna termasuk dari hal-hal yang
tersembunyi di balik sebuah teks. Maka itu, orang lebih
sering mengatakan bahwa semiotik adalah upaya
menemukan makna “berita di balik berita”.10
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan dari
definisi di atas bahwa semiotik adalah ilmu yang
mempelajari tanda. Tanda dapat menunjukkan adanya
suatu peristiwa, sifat, benda, dan lain sebagainya. Seperti,
bendera kuning menandakan adanya kematian, lampu
merah menandakan kendaraan untuk berhenti, gambar api
pada benda tertentu menandakan benda mudah terbakar,
menangis tanda kesedihan, dan sebagainya.
Secara keseluruhan, luas atau tidaknya cakupan
semiotik bergantung pada batasan pengertian terhadap
fokus kajiannya, yakni tanda. Mansoer Pateda
menyebutkan ada sembilan macam semiotik yang dikenal
9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotik Komunikasi: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 22. 10 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.117.
25
sekarang. Jenis-jenis semiotik itu diantaranya sebagai
berikut:11
a. Semiotik analitik merupakan semiotik yang
menganalisis sistem tanda. Pierce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
b. Semiotik deskriptif merupakan semiotik yang
memerhatikan sistem tanda yang dapat dialami oleh
setiap orang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu
tetap seperti yang disaksikan sekarang.
c. Semiotik faunal (zoosemantic) merupakan semiotik
yang menganalisis sistem tanda yang dihasilkan
oleh hewan ketika berkomunikasi di antara mereka
dengan menggunakan tanda-tanda tertentu.
d. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
e. Semiotik naratif merupakan semiotik yang
menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (folklore).
f. Semiotik natural merupakan semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
g. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang dibuat manusia
berwujud norma-norma.
11 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotik: Paradigma, Teori, dan Metode
Interpretasi Tanda dari Semiotik Struktural hingga Dekonstruksi Praktis, h. 35.
26
h. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia berwujud lambang, baik lambang
berwujud kata maupun kalimat.
i. Semiotik struktural merupakan semiotik yang
khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Adapun fokus yang menjadi objek kajian penelitian
ini termasuk ke dalam Semiotik Sosial. Peneliti
bermaksud untuk menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik
lambang berwujud kata maupun lambang berwujud
kata dalam satuan yang disebut kalimat. Untuk itu,
yang akan menjadi bahan kajian di sini adalah setiap
tanda yang disusun oleh pogram Dua Sisi. Secara
spesifik, adalah tiap kata dan kata dalam satuan yang
disebut kalimat, dalam naskah Dua Sisi mengenai
kasus persekusi yang terjadi kepada Neno Warisman.
2. Analisis Semiotik Sosial M.A.K Halliday
Semiotik sosial dijelaskan oleh Michael Alexander
Kirkwood Halliday (M.A.K. Halliday) dalam bukunya
yang berjudul Language Social Semiotic. Semiotik sosial
merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang,
baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud
kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan demikian,
27
semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam
bahasa.12
Halliday dan Hasan menjelaskan bahwa istilah
semiotik sosial harus ditafsirkan secara berbeda yaitu
semiotik dan sosial. Konsep ‘semiotik’ mulanya berasal
dari konsep tanda, dan kata modern ini ada hubungannya
dengan istilah semainon (penanda) dan semainomenon
(petanda) yang digunakan dalam ilmu bahasa Yunani kuno
oleh pakar filsafat stoik.13 Sedangkan istilah ‘sosial’
memiliki dua arti yaitu kebudayaan dan sistem sosial.
Dengan demikian semiotik sosial merupakan suatu
pendekatan yang memberi tekanan pada konteks sosial,
yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk bahasa.
Perhatian utama dari semiotik sosial terletak pada
hubungan antara bahasa dengan struktur sosial yang
memandang struktur sosial sebagai satu segi dari sistem
sosial.14 Halliday menilai, karena teks itu ditentukan oleh
fungsi sosial, maka di balik sebuah teks sesungguhnya
terdiri dari makna-makna.
Halliday mengembangkan semiotik sosial sebagai
pendekatan studi makna yang tidak hanya melihat bahasa
12 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis FrAmieng, h.101. 13 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h.3. 14 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h.5.
28
sebagai entitas yang secara otomatis dirujuk sebagai
hubungan antara “yang ditandai” dan “yang menandai”.
Pendekatan ini lebih melihat bahasa sebagai suatu
realitas sosial sekaligus realitas semiotik. Sebagai realitas
sosial, bahasa merupakan fenomena sosial yang digunakan
masyarakat penutur untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu.
Sedangkan sebagai realitas semiotik, bahasa dianggap
sebagai simbol yang merealisasikan realitas-realitas sosial
di atas dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu
pula. Dengan demikian, konsep semiotik lebih melihat
bahasa sebagai sistem makna yang diperoleh melalui
jaringan hubungan antara sistem sosiokultural suatu
masyarakat dan sistem bahasa yang dipakainya.15
Halliday dalam berbagai tulisannya selalu menegaskan
bahwa bahasa adalah produk proses sosial. Tidak ada
fenomena bahasa yang vakum sosial, bahasa selalu
berhubungan erat dengan aspek-aspek sosial. Menurut
Halliday, dalam proses sosial konstruk realitas tidak dapat
dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu
dikodekan.
Formulasi ‘bahasa sebagai semiotik sosial’ berarti
menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural tempat
kebudayaan itu ditafsirkan dalam terminologis semiotis
15 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotik: Paradigma, Teori, dan Metode
Interpretasi Tanda dari Semiotik Struktural hingga Dekonstruksi Praktis, h.
217.
29
sebagai sebuah ‘sistem informasi’. Dalam level yang
konkret, bahasa tidak berisi kalimat-kalimat, tetapi bahasa
itu berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna
(exchange of meaning) dalam konteks interpersonal.
Mengkaji bahasa hakikatnya mengkaji teks atau wacana.16
Dalam kajian bahasa berkaitan pula dengan teks dan
konteks. Istilah teks dan konteks merupakan dua aspek dari
proses yang sama. Ada teks dan ada teks lain yang
menyertainya. Menurut Halliday dan Hasan, teks adalah
bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk
mengekspresikan fungsi atau makna sosial dalam konteks
situasi.17
Mengutip dari Ricoer, Alex sobur mengatakan bahwa
teks adalah wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke
dalam bentuk tulisan. Teks juga diartikan sebagai
seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang
pengirim kepada seorang penerima melalui medium
tertentu dan dengan kode-kode tertentu.18
Sedangkan teks yang menyertai teks disebut sebagai
konteks. Namun pengertian mengenai konteks tidak hanya
meliputi yang dilisankan atau ditulis, melainkan termasuk
16 Anang Santoso, Jejak halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis
Wacana Kritis, No 1 Februari 2018, h.2. 17 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h. 13. 18 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.53.
30
pula kejadian-kejadian yang nirkita (non-verbal) lainnya
(keseluruhan lingkungan teks itu).19
Konteks situasi itu sendiri adalah keseluruhan
lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun
lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau
ditulis). Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa,
seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks
tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan
sebagainya.20
Dalam pandangan Halliday, konteks situasi terdiri atas
tiga unsur yang biasa disebut Trilogi Konteks Situasi, yaitu
medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana.21
a. Medan Wacana (field of discourse)
Medan wacana (field of discourse)
menunjuk pada hal yang sedang terjadi serta latar
institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul.
Apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh
para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta
sebagai unsur pokok tertentu. Medan wacana
merujuk pada apa yang dijadikan wacana oleh
pelaku mengenai sesuatu yang sedang terjadi.
19 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h. 6. 20 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.56. 21 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h. 16.
31
Untuk menganalisis medan wacana bisa
menggunakan pertanyaan yang mencakup tiga hal
yakni ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan
tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk
kepada ketransitifan yang mempertanyakan apa
yang terjadi dengan seluruh ‘proses’, ‘partisipasi’,
dan ‘keadaan’. Tujuan jangka pendek merujuk pada
tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan ini
bersifat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk
pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang
lebih besar. Tujuan ini bersifat lebih abstrak.22
Maka melalui medan wacana ini peneliti
ingin melihat apa sebenarnya yang diwacanakan
oleh Dua Sisi terkait dengan kasus persekusi yang
terjadi kepada Neno Warisman. Di mana dalam
acara Dua Sisi tak hanya dibahas mengenai kasus
persekusi terhadap Neno Warisman, tetapi juga ada
pembicaraan lain mengenai tidakan makar yang
dilakukan oleh Neno Warisman dan para aktifis
#2019GantiPresiden yang juga mengalami
tindakan anarkis berupa persekusi di berbagai
daerah.
b. Pelibat Wacana (tenor of discourse)
Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang
yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat,
22 Anang Santoso, Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis
Wacana Kritis, No 1, Februari 2018, h.4.
32
kedudukan, dan peranan mereka. Jenis-jenis
hubungan peranan apa yang terdapat di antara para
pelibat, termasuk hubungan–hubungan tetap dan
sementara. Baik jenis peranan tuturan yang mereka
lakukan dalam percakapan maupun rangkaian
keseluruhan hubungan-hubungan yang secara
kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan
mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip
dan bagaimana sumber itu digambarkan sifatnya.
Melalui pelibat wacana ini peneliti ingin
melihat siapa saja sebenarnya yang dilibatkan oleh
program Dua Sisi TV One yang mengambil bagian
dalam pembahasan kasus persekusi ini. Bagaimana
pula Dua Sisi memilih para pelibat terkait dengan
kedudukan dan peran mereka dalam kasus
persekusi ini. Di mana terlihat para pelibat yang
dikutip atau diminta pendapatnya justru lebih
banyak yang berada di pihak Neno Warisman yang
diangkap melakukan tindakan makar sehingga
mengalami tindakan persekusi di beberapa daerah.
c. Sarana Wacana (mode of discourse)
Sarana wacana menunjuk pada bagian yang
diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh
para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu.
Sarana wacana merujuk pada bagaimana
komunikator (media massa) menggunakan gaya
bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan
33
pelibat (orang-orang yang dikutip). Apakah
menggunakan bahasa yang diperhalus atau
hiperbolik, eufemistik atau vulgar. Termasuk
salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau
semacam gabungan keduanya) dan juga mode
retorikanya, yaitu apa yang akan dicapai teks
berkenaan dengan pokok pengertian seperti bersifat
membujuk, menjelaskan, mendidik, dan
semacamnya.
Melalui sarana wacana ini ingin melihat
bagaimana sebenarnya Dua Sisi menggambarkan
wacana dan para pelibat dengan gaya bahasa yang
dipilih. Selain itu, melalui sarana wacana juga
ingin mengetahui apa sebenarnya yang ingin
dicapai oleh Dua Sisi dalam proses pembentukan
wacana terkait dengan kasus persekusi yang terjadi
kepada Neno Warisman. Di mana dalam tayangan
Dua Sisi, ada wacana mengenai Persekusi, sesuai
tema yang di angkat pada episode ini “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persekusi”.
Menurut sudut pandang Halliday dan Hasan,
semiotik sosial melihat teks dari segi prosesnya sebagai
peristiwa yang timbal balik, suatu pertukaran makna yang
bersifat sosial. Teks, sebagaimana telah dikemukakan,
adalah suatu contoh proses dan hasil dari makna sosial dan
konteks situasi tertentu. Konteks situasi, tempat teks itu
34
terbentang, dipadatkan dalam teks melalui suatu hubungan
yang sistematis antara lingkungan sosial di satu pihak,
dengan organisasi bahasa yang berfungsi di lain pihak.
Dalam hal ini teks dijadikan sebagai mode of meaning
dalam semiotik.23
Dalam penerapannya, metode semiotik ini
menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari semua
isi berita (teks), termasuk cara pemberitaan (frame)
maupun istilah-istilah yang digunakannya. Penelitian
metode semiotik ini memperhatikan koherensi makna antar
bagian dalam teks dan koherensi teks dengan konteksnya.
Karena itu dalam penelitian ini pun analisis dilakukan
terhadap semua isi berita.24
B. Konstruksi Sosial Media Massa
Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh
sosiolog interpretatif Peter L. Berger bersama dengan Thomas
Luckman melalui buku The Social Construction of Reality: A
Treatise in the Sociological of Knowledge. Teori ini
menjelaskan tentang proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu
realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Dalam pandangan ini, menurut Berger, manusia dan
23 MAK Halliday, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial, h. 16. 24 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.148.
35
masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan
plural.25
Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak
juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia
dibentuk dan dikonstruksi. Dengan demikian, realitas bersifat
ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang
berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai
pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan
pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial
itu dengan konstruksinya masing-masing.26
Menurut Berger dan Luckman, realitas sosial dikonstruksi
melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa,
namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.27
Berkaitan dengan konstruksi realitas, pada dasarnya
pekerjaan media massa adalah pekerjaan yang berhubungan
dengan pembentukan realitas. Media sibuk mengkonstruksi
realitas yang akan disiarkan dari berbagai peristiwa yang ada.
Proses konstruksi realitas oleh pelaku dalam media massa
dimulai dengan adanya realitas pertama berupa keadaan,
benda, pikiran, orang, peristiwa, dan sebagainya. Untuk
melakukan konstruksi realitas, pelaku konstruksi memakai
25 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang), h. 16. 26 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
h. 18. 27 Alex Sobur, Analiss Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana , Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 91.
36
strategi tertentu. Tidak terlepas dari pengaruh eksternal dan
internal, strategi konstruksi ini mencakup pilihan bahasa mulai
dari kata hingga paragraf. Hasil proses ini adalah wacana atau
realitas yang dikonstruksikan berupa tulisan (text), ucapan
(talk), tindakan (act) atau peninggalan (artifact). Karena
wacana yang terbentuk sudah dipengaruhi oleh berbagai faktor,
wacana itu pun mengandung citra dan makna yang diinginkan
serta kepentingan yang diperjuangkan.28
Konstruksionis melihat komunikasi sebagai produksi dan
pertukaran makna. Titik perhatian dalam pendekatan
konstruksionis bukanlah pesan, melainkan makna. Karena
pesan tidak hanya cukup dari apa yang terlihat atau tertulis,
tetapi juga apa yang tak terkatakan yang justru menjadi maksud
utama. Konstruksionis melihat sisi lain, pesan adalah suatu
konstruksi tanda melalui hubungan dalam produksi dan
pertukaran makna. Penekanan terletak pada teks dan
bagaimana ia dibaca. Pembacaan itu adalah suatu proses dan
penemuan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi dan
berhubungan dengan teks.29
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan
konstruksionisme. Pertama, pendekatan konstruksionis yang
menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas. Kedua,
28 Karman, Wacana Media Massa tentang Keikutsertaan Unjuk Rasa
Kepala Daerah Menolak Kenaikan Harga BBM, Vol 16 No 2, (Juli-Desember
2012), 125. 29 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
h. 49.
37
pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi
sebagai proses yang dinamis.30
Sebagai hasil dari konstruksi sosial maka realitas tersebut
merupakan realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus.
Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna,
interpretasi, dan hasil relasi antara individu dan objek.
Sedangkan realitas objektif berkaitan dengan sesuatu yang
dialami, bersifat eksternal, berada di luar – atau dalam istilah
Berger, tidak dapat ditiadakan dengan angan-angan. 31
Jadi paradigma ini ingin mengungkapkan makna yang
tersembunyi di balik suatu realitas. Paradigma konstruktivis
bermaksud untuk mengetahui bagaimana realitas pemberitaan
persekusi terhadap Neno Warisman dalam program Dua Sisi
TV One.
C. Talkshow sebagai Media Pemberitaan
Pada dasarnya program televisi dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu program hiburan dan program informasi.32 Program
hiburan biasanya berisikan segala bentuk siaran yang bertujuan
untuk menghibur penonton dalam bentuk sinetron, musik,
drama, film atau permainan.
30 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
h. 47. 31 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
h. 18. 32 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2010), h.
25.
38
Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya,
memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu
penonton terhadap berbagai hal-hal menarik yang sedang
terjadi. Program informasi adalah segala jenis siaran yang
tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan atau
informasi kepada khalayak. Daya tarik dari program ini adalah
informasi dan informasi itulah yang menjadi daya jual kepada
audiens. Dengan demikian, program informasi tidak selalu
program berita di mana presenter atau penyiar membacakan
berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga
talkshow.
Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news):
a. Berita keras (hard news)
Berita keras atau hard news merupakan segala
informasi penting dan menarik yang harus segera
disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus
segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak
secepatnya. Aktualitas merupakan unsur penting dari
berita langsung.33 Peristiwa atau kejadian yang sudah lama
terjadi tidak lagi bernilai untuk berita langsung. Namun,
aktualitas bukan hanya menyangkut waktu, makin baru
(aktual) berita itu disiarkan, maka berita-berita tersebut
makin baik. Aktualitas juga menyangkut sesuatu yang
33 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, h. 70.
39
baru diketahui atau diketemukan. Misalnya, cara baru, ide
baru, penemuan baru, dan lain-lain.
Berita keras dapat dibagi lagi ke dalam beberapa
bentuk berita yakni straight news, features, dan
infotainment. Straight news merupakan bentuk berita
langsung yang singkat yang hanya menyajikan informasi
terpenting saja yang mencakup 5W + 1 H (who, what,
where, when, why, dan how) terhadap suatu peristiwa yang
diberitakan. Feature merupakan bentuk berita ringan yang
berdurasi singkat namun menarik. Pengertian “menarik”
di sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh,
menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. Sedangkan
Infotainment merupakan jenis berita yang menyajikan
informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal
masyarakat seperti celebrity. Infotainment termasuk ke
dalam bentuk berita keras karena memuat informasi yang
harus segera ditayangkan.34
b. Berita lunak (softnews)
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi
yang penting dan menarik yang disampaikan secara
mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera
ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan
pada satu program tersendiri di luar program berita.
Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini
34 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h. 26-27.
40
yaitu magazine, current affair, dokumenter, dan
talkshow.35
Magazine adalah program yang menampilkan
informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain
magazine adalah feature dengan durasi yang lebih
panjang. Currrent affair adalah program berita yang
menyajikan informasi ringan terkait dengan suatu berita
penting yang dibuat secara lengkap dan mendalam.
Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan
dengan menarik. Talkshow atau perbincangan adalah
program yang menampilkan satu atau beberapa orang
untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh
seorang pembawa acara (host). Narasumber yang
diundang adalah orang-orang yang berpengalaman
langsung dengan peristiwa atau topik yang
diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah
yang tengah dibahas.
Sampai saat ini, talkshow merupakan format berita
paling mutakhir yang digemari khalayak.36 Program
talkshow merupakan kombinasi seni berbicara dan seni
wawancara yang dikemas secara santai dan mengangkat
35 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h.27. 36 Hasan Asy’ari Oramahi, Jurnalistik Televisi, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2015), h. 60.
41
tema-tema yang menjadi fenomena terkini di
masyarakat.37
Mengutip dari Harley Prayuda, Juniawati
mengatakan bahwa talkshow menjadi bagian dari
keterampilan pemandu acara dalam mewawancarai
narasumber terkait suatu permasalahan yang sedang
menjadi sorotan, interaktif dengan narasumber dan
menghasilkan kesimpulan terbuka.38 Peran pemandu atau
moderator juga sangat menentukan sukses-tidaknya acara
talkshow. Program talkshow akan lebih menarik jika
moderatornya cukup cekatan, komunikatif, dan menguasai
persoalan secara detail dan rinci. Pemandu atau moderator
juga harus fair dan rapi dalam menjelaskan fakta atau opini
kepada pendengar.
Menurut instruktur radio Klaus Kastan, pemandu
acara harus memiliki talkshow skill berupa harmony,
actual, responsible, leading, entertainment, dan yield.39
Maksudnya pemandu harus mampu melakukan beberapa
tindakan yang meliputi (1) mengambil keputusan, (2)
menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat, (3)
37 Juniawati, Program Talk show dan Ruang Public Sphere: Upaya
Media Sebagai Industri Pro Publik,
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/79/73, di
akses pada 9 Juli 2018, pukul 10.47 WIB. 38 Juniawati, Program Talk show dan Ruang Public Sphere: Upaya
Media Sebagai Industri Pro Publik,
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/79/73, di
akses pada 9 Juli 2018, pukul 10.47 WIB. 39 Masduki, Jurnalistik Radio, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2001),
h. 44.
42
memotong pembicaraan narasumber yang melenceng, (4)
kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan
narasumber, dan (5) memadukan kemasan program secara
interaktif.
Talkshow memiliki daya tarik tersendiri karena
beberapa pelaku berita hadir sekaligus, seperti moderator,
panelis, narasumber, dan audiensi. Selain itu, talkshow juga
bisa disiarkan secara langsung/interaktif dan atraktif. Dua
komponen yang selalu ada dalam program talkshow yaitu
obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan.40
Perbedaan paling penting antara talkshow dan
wawancara berita adalah talkshow bersifat dinamis, tidak
terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam
tayangnya fleksibel.41
Berdasarkan Keputusan Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Nomor 009/SK/KPI/8/2004 Tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
Komisi Penyiaran Indonesia pada Pasal 8 disebutkan
bahwa talkshow termasuk ke dalam program faktual.
Adapun pengertian program faktual merujuk pada program
siaran yang menyajikan fakta non-fiksi.42
Saluran televisi di Indonesia mempunyai beberapa
acara talkshow berita yang unik dan menarik. TV One
40 Masduki, Jurnalistik Radio, h. 45. 41 Masduki, Jurnalistik Radio, h.45. 42http://pusdatin.rri.co.id/file/docs/1/1496367778Kep%20KPI%20Ttg
%20Pedoman%20Perilaku%20Penyiaran.pdf, diakses pada Senin, 9 Juli 2018
pukul 10.33 WIB.
43
adalah salah satu saluran televisi di Indonesia yang
memproduksi program-program acara talkshow berita yang
unik dan menarik. Salah satu program talkshow TV One
adalah Dua Sisi. Program talkshow berita ini dipandu oleh
Indiarto Priadi dan tayang setiap Rabu pukul 20:30 - 21:30
WIB.
Berita (news) sendiri diartikan sebagai informasi
yang layak disajikan kepada publik. Berita yang tergolong
layak adalah informasi yang sifatnya faktual, aktual,
akurat, objektif, penting, dan tentu saja menarik perhatian
publik. Biasanya berita berupa pertanyaan yang
dipublikasikan melalui media massa.43
Menurut Mitchel V. Charnley dalam buku
Jurnalistik Suatu Pengantar, berita adalah laporan yang
tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya
tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat
luas.
D. Teori Persekusi
1. Pengertian Persekusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap
seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau
ditumpas. Adapun memersekusi (kata kerja persekusi)
adalah menyiksa, menganiaya tanpa memikirkan lagi
43 Indah Suryawati, Jurnalistik suatu pengantar, h.67.
44
keadilan atau kemanusiaan, mereka (lawan politiknya)
bagai iblis.44
Selain itu istilah Persekusi menurut Sufmi Dasco
Ahmad, anggota Komisi III DPR menilai bahwa “Persekusi
yang dimaksud KBBI berbeda dengan yang dilakukan
Ormas-ormas tertentu di Indonesia. Justru, Persekusi itu
bisa ditujukan pada kelompok penjahat bermotor yang
membabibuta menganiaya korbannya di jalanan.” 45
Meskipun istilah persekusi masih mengandung banyak
penafsiran, namun istilah kejahatan persekusi (persecution)
ini setidak-tidaknya telah dirumuskan secara jelas dalam
Statuta Roma tentang Pengadilan Pidana Internasional
(Rome Statute of the International Criminal Court) pada 17
Juli 1998. Ada 124 negara pihak (state parties) dari statuta
ini. Kebetulan Indonesia belum termasuk di dalamnya.
Tidak bisa sembarangan menggunakan istilah persekusi
(persecution) yang dalam hukum internasional Statuta
Roma tentang ICC mengakui tiga jenis kejahatan luar biasa
yang dapat diadili di ICC, yaitu pembunuhan massal
(genosida), kejahatan atas kemanusiaan (crimes against
humanity), dan kejahatan perang (war crimes).46
44 Diakses di http://www.kompasiana.com/pardosi/memaknai-
perbedaan-main-hakim-sendiri-dan-persekusi pada tanggal 16 Agustus 2017
pukul 12:12 WIB 45 Diakses di http://poskotanews.com/2017/06/04/dpr-nilai-persekusi-
bukan-istilah-hukum-kuhp/ pada tanggal 11 Juli 2017, pukul 14.07 WIB 46 Diakses di https://nasional.sindonews.com/read/kejahatan-persekusi-
atau-tindakan-intimidasi pada tanggal 16 Agustus 2017 pukul 12:25 WIB
45
Maka perbuatan Persekusi (bahasa Inggris:
persecution) adalah perlakuan buruk atau penganiyaan
secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap
individu atau kelompok lain, khususnya karena suku,
agama, atau pandangan politik. Persekusi adalah salah satu
jenis kejahatan kemanusiaan yang didefinisikan di dalam
Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional. Timbulnya
penderitaan, pelecehan, penahanan, ketakutan, dan
berbagai faktor lain dapat menjadi indikator munculnya
persekusi, tetapi hanya penderitaan yang cukup berat yang
dapat dikelompokkan sebagai persekusi.47
Dalam Statuta Roma tentang Pengadilan Pidana
Internasional tersebut, kejahatan persekusi setara dengan
kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity)
sebagaimana diatur dalam Pasal 7(h). Untuk masuk
kategori tindak pidana ini, perbuatan penyerangan itu
dilakukan secara tersebar luas atau sistematis terhadap
kelompok sipil dengan kesadaran oleh pelaku. Ini artinya
suatu kejahatan untuk dapat dikategorikan sebagai
persekusi apabila memenuhi enam unsur kejahatan.
Keenam unsur tersebut adalah sebagai berikut: Pertama,
pelaku kejahatan secara nyata menghilangkan hak-hak
dasar orang lain. Kedua, pelaku kejahatan menargetkan
seseorang atau sekelompok orang atas dasar identitas yang
berbeda. Ketiga, orang atau kelompok yang disasar atas
47 Diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Persekusi, diakses pada Rabu,
16 Januari 2019 pukul 12:00 WIB.
46
dasar politik, ras, kewarganegaraan, etnik, budaya, agama,
gender atau atas alasan lain yang secara universal dilarang
dalam hukum internasional. Keempat, yang harus dipenuhi
untuk dikategorikan sebagai kejahatan persekusi,
perbuatan itu dikaitkan dengan perbuatan mana pun
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 1 (di antaranya
pembunuhan, pembasmian, perbudakan, deportasi atau
pemindahan paksa penduduk, pemenjaraan atau tekanan-
tekanan kebebasan fisik yang kejam yang melanggar
peraturan dasar hukum internasional, penyiksaan,
penculikan/ penghilangan paksa, kejahatan apartheid) atau
kejahatan lain yang menjadi yurisdiksi ICC. Kelima,
kejahatan itu dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas dan sistematik yang ditujukan kepada sekelompok
sipil tertentu. Keenam, pelaku kejahatan (persekusi)
mengetahui bahwa perbuatannya merupakan atau dengan
niat menjadi bagian serangan yang meluas dan sistematis
terhadap kelompok sipil tertentu. 48
Meskipun definisi persekusi dan implikasi moralnya
yaitu "apa yang salah" belum mendapat banyak perhatian
dari banyak akademisi, namun Jaakko Kuosmanen (2014)
telah menetapkan definisi persekusi dengan membongkar
asumsi umum berdasarkan kasus historis. Menurutnya,
agar sebuah pelanggaran dianggap sebagai bentuk
persekusi, ada tiga syarat yang diperlukan, tapi tidak
48 https://nasional.sindonews.com/read/kejahatan-persekusi-atau-
tindakan-intimidasi, diakses pada Rabu, 16 Januari 2019 pukul 12.25 WIB.
47
mencukupi, kondisi yang harus ditetapkan: (1) ancaman
asimetris dan sistemik; (2) bahaya berat dan berkelanjutan;
dan, (3) sasaran diskriminatif yang tidak adil.49
2. Faktor Penyebab Terjadinya Persekusi
a. Kebebasan berpendapat yang kebablasan di media
sosial
Salah satu penyebab terjadinya persekusi
sebenarnya merupakan dampak dari keterbukaan era
informasi di dunia sekarang ini, khususnya dalam
memfungsikan media sosial sebagai sarana
mengekspresikan pemikiran-pemikiran politik atau
bidang-bidang kehidupan kemasyarakatan lainnya.
Intinya adalah, pihak-pihak yang tidak suka atau yang
tidak dapat menerima pandangan seseorang dalam
media sosial (khususnya) tentang suatu isu yang
bertentangan dengan pandangan-pandangan pihak-
pihak yang tidak suka tersebut, menunjukan
ketidakpuasannya dengan melakukan aksi
“menghukum” orang yang mengeluarkan pendapat
yang tidak disukai tersebut dengan cara “main hakim
sendiri” dan hal inilah yang menyebabkan perbuatan
tersebut melanggar aturan yang berlaku .50
49
https://www.kontras.org/data/20170615_Pilkada_Persekusi_dan_Teror_Negar
a_pdf, diakses pada Selasa, 15 Januari 2019 pukul 22.37 WIB.
50 Aryojati Ardipandanto, Persekusi: Perspektif Demokrasi, Majalah info
singkat pemerintah dalam negeri, vol. IX, No. 11/I/Puslit, (Juni, 2017), h. 19.
48
Disini kemudian terjadi apa yang seharusnya
dipraktikkan sebagai demokrasi yang konsekuen dan
bertanggung jawab menjadi mobokrasi. Mobokrasi
adalah istilah demokrasi yang “kebablasan” baik dari
sisi pihak yang menyatakan pendapat maupun dari
pihak yang tidak suka dengan pendapat itu. Dalam
demokrasi, sudah seharusnya kedua belah pihak
memiliki “rem”. Pihak yang berpendapat hendaknya
menahan diri agar tidak terlalu menyinggung perasaan
pihak-pihak tertentu terkait dengan keyakinan atau
kepercayaan, lebih-lebih terkait dengan masalah
agama. Pihak yang tidak suka dengan penyebab
pendapat seseorang juga tidak boleh “kebablasan”
dalam menyatakan ketidaksukaannya dengan cara
melakukan persekusi. Jadi, penyebab terjadinya
persekusi akhir-akhir ini adalah karena adanya
“kebablasan” dalam berdemokrasi. Demokrasi yang
“kebablasan” adalah demokrasi yang kurang dilandasi
oleh sikap saling menghormati dalam menyikapi
pandangan orang atau pihak lain.51
b. Krisis kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum
Maraknya persekusi tidak terlepas dari lambatnya
pihak kepolisian dalam menindaklanjuti laporan
penghinaan yang terjadi di media sosial. Sehingga
51 Aryojati Ardipandanto, Persekusi: Perspektif Demokrasi, Majalah
info singkat pemerintah dalam negeri, vol. IX, No. 11/I/Puslit, (Juni, 2017), h.
19.
49
melihat hal itu maka ormas atau simpatisannya
menggunakan kekuatan massa dalam menyelesaikan
ujaran kebencian di media sosial tersebut. Oleh karena
cepat proses penyelesaiannya maka pola itu dijadikan
sebagai “Trend” untuk diterapkan terhadap orang-
orang yang dianggap menista agama atau ulama
menurut versinya.52
Kemudian Hidayat Nur Wahid berpendapat bahwa
menurutnya, lahirnya persekusi akibat lambatnya
aparat kepolisian dalam menindak kasus ujaran
kebencian (hate speech). Bahkan aparat kepolisian
cenderung melakukan pembiaran terhadap ujaran
kebencian (karena lambat bertindak). Oleh karena itu
agar persekusi tidak muncul ia meminta agar polisi
menindak cepat ujaran kebencian. Masyarakat
cenderung menggunakan cara mereka sendiri ketika
polisi tidak bertindak terhadap pelaku ujaran
kebencian. Polisi menurutnya harus bertindak adil.
Siapa pun yang melanggar hukum harus ditindak.
Pelaku ujaran kebencian adalah pelanggar hukum
sehingga polisi harus berani menindak, sebagaimana
yang dilakukan terhadap pelaku persekusi.53
52 http://www.hukumonline.com/berita/baca/persekusi-bukan-solusi--
dahulukan-mediasi-dan-litigasi-oleh--reda-manthovani, diakses pada tanggal 11
Januari 2019, pukul 14.07 WIB. 53 Mohammad Teja, Media Sosial: Ujaran Kebencian dan Persekusi,
Majalah info singkat pemerintah dalam negeri, vol. IX, No. 11/I/Puslit, (Juni,
2017), h. 11.
50
Maka salah satu upaya agar hukum dapat efektif
berlaku di masyarakat adalah dengan adanya
penegakan hukum. Yang dimaksud dengan penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku manusia dalam
melakukan kontak sosial.54
c. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum
Pada umumnya kesadaran terhadap hukum yang
baik akan menyebabkan masyarakat akan mematuhi
ketetapan peraturan undang-undang negara yang
berlaku. Dan juga sebaliknya, jika kesadaran
masyarakat terhadap hukum lemah maka akan terjadi
kepatuhan terhadap peraturan negara yang berlaku pun
lemah.
Salah satu ciri dari lemahnya kesadaran suatu
masyarakat akan penegakan hukum adalah terjadinya
tindakan main hakim sendiri oleh massa tanpa
melaporkan atau melibatkan aparat penegak hukum
untuk menangani kasus yang tengah terjadi di tengah
masyarakat tersebut.
3. Larangan Persekusi
Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia. Maka
untuk membicarakan hukum kita tidak dapat lepas
54 Sudarto, Kapita Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 2006), h. 112.
51
membicarakannya dari kehidupan manusia. Hukum
sebagai produk budaya yang timbul dan berkembang bukan
sekedar memenuhi aspek fisik, melainkan juga untuk
memenuhi aspek eksistensial manusia dalam hidup
bermasyarakat.55
Karenanya manusia dalam kehidupan sehari-hari
berinteraksi satu sama lain dipandu oleh norma-norma
dalam kehidupan sosial. Norma yang ada dalam
masyarakat sekiranya mampu dijadikan pedoman
masyarakat dalam memperoleh ketentraman, perdamaian
dan kesejahteraan sebagai tujuan hidup karena norma
memberikan batas-batas pada perilaku individu,
mengindentifikasi individu dengan kelompoknya, menjaga
solidaritas antar anggota masyarakat. Pada kenyataannya
sangat sulit menerapkan norma yang ada dalam masyarakat
mengingat tidak sedikit dari sebagian masyarakat itu
melanggar norma dengan keserakahan, keangkuhan dan
lebih mementingkan kepentingan pribadi.
Tindakan tersebut dapat memicu masyarakat untuk
melakukankejahatan karena menurut perspektif teori
kontrol sosial bahwa pola-pola perilaku jahat merupakan
masalah sosial (dan hukum) yang membawa masyarakat
pada keadaan anomie, yakni keadaan kacau karena tidak
adanya patokan tentang perbuatan-perbuatan apa yang baik
55 Rayon Syaputra, Penegakan Hukum Terhadap Kasus Perbuatan
Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor
Cerenti, vol. I, No. 1 (Februari 2015), h. 2.
52
dan yang tidak baik. Para ahli (misalnya para kriminolog)
beranggapan bahwa setiap masyarakat mempunyai warga
yang jahat, karena masyarakat dan kebudayaan yang
memberikan kesempatan atau peluang kepada seseorang
untuk menjadi jahat. Perilaku jahat adalah perbuatan-
perbuatan yang menyeleweng dari kaidah-kaidah yang
berlaku, menyeleweng dari perbuatan-perbuatan yang
secara wajar dapat ditoleransikan oleh masyarakat.56
Telah diketahui bahwasannya negara Indonesia
merupakan negara hukum, sesuai dengan maksud
ketentuan pasal 1 ayat (3) UUD 1945 pascaamandemen.
Itulah sebabnya cara untuk mengakhiri polemik dan upaya
menyelesaikan kasus-kasus hukum yang terkait dengan
dugaan pelanggaran hukun hanya dapat dilakukan dengan
konsensus supremasi hukum berdasarkan KUHP dan
KUHAP. Tentu dengan melibatkan aparatur hukum (polisi,
jaksa dan hakim) dan diputuskan oleh institusi pengadilan.
Bukan atas dasar supremasi kelompok tertentu.57
Oleh karena itu perbuatan persekusi yang dilakukan
oleh kelompok tertentu tidak disebut sebagai bentuk
pelanggaran oleh pelakunya, pelaku persekusi tidak
melihat salah dalam tindakan mereka atau membiarkan
kesalahan kecil untuk melawan apa yang mereka lihat
sebagai kesalahan yang lebih besar dan lebih serius.
56 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 214. 57 Agus Riewanto, Bahaya Persekusi dan Pelecehan Hukum, (Jakarta:
Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, 2017), h. 12.
53
Persekusi biasanya dinyatakan sebagai upaya untuk
melindungi diri sendiri, keluarga, kelompok atau
masyarakat dari apa yang mereka lihat sebagai potensi
ancaman atau berlawanan dengan kepercayaannya.58
Namun sejatinya ormas atau simpatisannya yang
melakukan persekusi adalah korban kejahatan dan korban
persekusi adalah pelaku kejahatan (pelaku
penghinaan/pencemaran) namun karena ulah provokator
yang menyebarkan ujaran kebencian maka situasi jadi
terbalik. Korban yang “main hakim sendiri” akhirnya
menjadi “pelaku kejahatan persekusi” dan pelaku kejahatan
(penghinaan) yang “dipersekusi malah jadi korban
kejahatan”.59
Facebook, Twitter, Instagram dan Path ataupun media
sosial yang lainnya, lazim digunakan untuk berinteraksi di
dunia maya. Akan tetapi media sosial kini bukan hanya
sebagai sarana komunikasi dan interaksi, tetapi sudah
menjadi sarana untuk eksis, bisnis online, berbagi ide,
menyebarkan informasi bahkan efektif digunakan untuk
berbagai penipuan, intimidasi, fitnah, provokasi kebencian
58https://www.kontras.org/data/20170615_Pilkada_Persekusi_dan_Te
ror _NegaRa_pdf, diakses pada Selasa, 15 Januari 2019, pukul 22.37 WIB. 59 http://www.hukumonline.com/berita/baca/persekusi-bukan-solusi--
dahulukan-mediasi-dan-litigasi-oleh--reda-manthovani, diakses pada Jumat, 11
Januari 2019, pukul 14.07 WIB.
54
dan sejenisnya. Singkatnya media sosial kini dapat
digunakan untuk tujuan apapun dan sulit di bendung.60
Maka tindakan persekusi di Indonesia kendati masih
berskala kecil tidak bisa dibiarkan. Karena akan dapat
menjalar menjadi konflik etnis, agama, suku dan ras, hanya
karena memiliki pandangan politik yang berbeda. Maka tak
ada jalan lain kecuali pemerintah melalui Kapolri perlu
melakukan tindakan tegas agar tak boleh ada seseorang dan
juga ormas di negeri ini yang dapat menafsirkan kebenaran
dan lalu melakukan tindakan persekusi terhadap siapapun
di negeri ini yang memiliki pandangan yang berbeda.
Perbuatan persekusi membuat demokrasi terancam
karena sekelompok orang mengambil alih negara untuk
menetapkan seseorang bersalah dan melakukan
penghukuman tanpa melalui proses hukum. Ketakutan
yang menyebar akan menjadi teror yang melumpuhkan
fungsi masyarakat sebagai ruang untuk saling berbicara
dan berdebat secara damai sehingga menjadi masyarakat
yang dewasa dalam menyikapi perdebatan. Untuk dapat
melakukan hal itu kebebasan berpendapat adalah
syaratnya.61
60 Mohammad Teja, Media Sosial: Ujaran Kebencian dan Persekusi,
Majalah info singkat pemerintah dalam negeri, vol. IX, No. 11/I/Puslit, (Juni,
2017), h. 10. 61 Aryojati Ardipandanto, Persekusi: Perspektif Demokrasi, Majalah
info singkat pemerintah dalam negeri, vol. IX, No. 11/I/Puslit, (Juni, 2017), h.
19.
55
Karena dalam alam demokrasi, pandangan politik yang
berbeda adalah merupakan keniscayaan. Itulah sebabnya
setiap orang dijamin Pasal 28 UUD 1945 untuk
mengekspresikan pendapat, gagasan, dan pikirannya
melalui media apapun, sepanjang dilakukan bertanggung
jawab disertai dengan bukti-bukti yang kuat.
Maka dalam kasus tindakan persekusi yang
menghakimi seseorang menulis ujaran kebencian di sosial
media ini, pihak yang mem-posting dapat dikenakan Pasal
27 Ayat 3 UU ITE jika kontennya memiliki unsur fitnah
dan pencemaran nama baik seseorang. Jika kontennya
dapat menyebabkan rasa permusuhan dan kebencian yang
mengandung unsur SARA, ia melanggar Pasal 28 Ayat 2
UU ITE. Sedangkan, pelaku atau kelompok yang
melakukan persekusi dapat dikenakan pasal-pasal dalam
KUHP, seperti pengancaman Pasal 368, penganiayaan 351,
pengeroyokan 170, dan lain-lain. 21 Selain itu apabila
pihak yang mempersekusi tersebut memaksa masuk ke
rumah atau kantor yang merupakan wilayah privasi, turut
melanggar KUHP Pasal 167 ayat 1 tentang masuk
pekarangan orang lain dimana dapat dikenakan sanksi
pidana penjara 9 bulan. Dan juga memaksa seseorang
untuk menandatangani pernyataan maaf, juga melanggar
KUHP Pasal 335 ayat 1, butir 1, tentang perbuatan tidak
menyenangkan, dikenakan sanksi pidana penjara 1 tahun.
Serta jika pihak yang mempersekusi membawa paksa
target ke suatu tempat diluar kehendak yang bersangkutan,
56
melanggar KUHP Pasal 333 ayat 1 tentang penculikan,
sanksinya pidana penjara 8 tahun.62
Tindakan main hakim sendiri atau persekusi
merupakan suatu tindakan yang dilarang menurut peraturan
perundang undangan di Indonesia terlebih lagi menurut
Syari'at Islam. Tentu pelaku tindakan main hakim sendiri
sudah melakukan perbuatan keji yang sungguh dilarang
dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam Al-Qur’an surat
An-Nahl ayat 90, Allah SWT berfirman:
حسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء يأمر بالعدل وال إن الل
كر والبغي يعظكم لعلكم تذكرونوالمن
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (Q.S. An-Nahl:90)
Di dalam surat An-Nahl ayat 90, sudah dituliskan
dengan jelas bahwa Allah SWT. melarang perbuatan
persekusi karena persekusi adalah perbuatan keji, mungkar
dan permusuhan. Selain tindak kekerasan fisik, persekusi
juga bisa berupa kekerasan verbal, berupa hinaan, cacian
atau ejekan dengan kata-kata, dan hal ini juga sangat
62 http://www.jawapos.com/read/2017/06/04/kawal-persekusi-pelaku-
bisa-dipidana-berdasarkan-uu-ini, diakses pada Rabu, 16 Januari 2019, pukul
12:30 WIB.
57
dilarang oleh Allah SWT, hal ini ada dalam firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11;
أن يكونوا ن قوم عسى أيها ٱلذين ءامنوا ل يسخر قوم م ي
ا نهن ول تلمزو أن يكن خيرا م ن ن ساء عسى نهم ول نساء م خيرا م
ن ومن لم يم ب بئس ٱلسم ٱلفسوق بعد ٱل أنفسكم ول تنابزوا بٱللق
لمون ئك ه م ٱلظ
يتب فأول
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim. (QS. Al-Hujurat : 11)
4. Usur-unsur Yang Ada Pada Persekusi
Usur-unsur yang terdapat pada perbuatan persekusi
atau dapat dikatakan juga sebagai tindakan-tindakan
kejahatan yang terkandung pada persekusi. Jika dilihat dari
kasus-kasus persekusi yang ada di Indonesia maka dapat
dikatakan dalam persekusi mengandung perbuatan
intimidasi dan penganiayaan serta pencemaran nama baik
terhadap korban persekusi.
a. Intimidasi
Intimidasi (intimidation dalam bahasa Inggris)
bermakna “menakut-nakuti”, atau intimidatie (dalam
bahasa Belanda) sebagai perbuatan menakut-nakuti.
58
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia intimidasi
dimaknai sebagai tindakan menakut-nakuti (terutama
untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu);
gertakan, ancaman.
Intimidasi Menurut Peraturan Perundang-
undangan, bahwasannya pada kata intimidasi
terkandung makna secara memaksa, menggertak atau
mengancam. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), khususnya Buku II (Kejahatan), tidak
ada tertera langsung tema “intimidasi”. Dalam hukum
pidana Indonesia, “intimidasi” umumnya dirumuskan
sebagai “dengan kekerasan atau ancaman kekerasan‟
(door geweld atau door bedreiging met geweld).63
Kemudian dalam tindak pidana di luar KUHP,
rumusan intimidasi itu juga dikenal. Misalnya istilah
“ancaman kekerasan” yang dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(UU TPPO). Disini, ancaman kekerasan dimaknai
sebagai setiap perbuatan secara melawan hukum
berupa ucapan, dtulisan, gambar, simbol, atau gerakan
tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana
yang menimbulkan rasa takut atau mengekang
kebebasan hakiki seseorang. Penggunaan ancaman
63 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/makna-intimidasi-
menurut-hukum-pidana, diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 pukul 10.08 WIB.
59
juga disebut dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP jo.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-
XI/2013, yaitu dengan melawan hukum memaksa
orang lain supaya melakukan sesuatu, tidak melakukan
sesuatu, atau membiarkan sesuatu. Paksaan itu
dilakukan dengan memakai kekerasan atau dengan
memakai ancaman kekerasan,baik terhadap orang itu
sendiri maupun orang lain.64
b. Penganiayaan
Secara umum, tindak pidana terhadap tubuh pada
KUHP disebut “penganiayaan”. Dibentuknya
pengaturan tentang kejahatan terhadap tubuh manusia
ini ditujukan bagi perlindungan kepentingan hukum
atas tubuh dari perbuatan-perbuatan berupa
penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka
yang sedemikian rupa pada tubuh dapat menimbulkan
kematian.
Penganiayaan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dimuat artinya sebagai berkut: “perlakuan
yang sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan
sebagainya)”. Pengertian tersebut adanya pengertian
dalam arti luas yakni, termasuk yang menyangkut
64http://www.hukumonline.com/klinik/detail/makna-intimidasi-
menurut-hukum-pidana,
diakses pada Rabu, 6 Februari 2019 pukul 10.08 WIB.
60
“perasaan” atau batiniah.
Menurut yurisprudensi, maka yang diartikan
dengan “penganiayaan” yaitu sengaja menyebabkan
perasaan tidak enak, rasa sakit, atau luka. Jadi
pengeniayaan adalah dengan sengaja menimbulkan
rasa sakit atau luka, yang akibatnya merupakan tujuan
si petindak.65
c. Pencemaran nama baik
Dalam KUHP pencemaran nama baik diistilahkan
sebagai penghinaan/penistaan terhadap seseorang,
terdapat dalam Bab XVI, Buku II KUHP khususnya
pada Pasal 310 ayat (1) dan (2), Pasal 311 ayat (1) dan
Pasal 318 ayat (1) KUHP yang menyebutkan:66
Pasal 310 KUHP
(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau
nama baik seseorang, dengan menuduh sesuatu hal
yang maksudnya terang supaya diketahui oleh umum,
diancam karena pencemaran, dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak
tiga ratus rupiah.
65 Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami
Hukum Pidana, Jakarta: kencana prenadamedia group, 2014. h. 96-97. 66 Aditya Burhan Mustofa, Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Melalui Media Internet Dari Perspektif Hukum Pidana, Ilmu Hukum, Fak.
Hukum, Universitas Sebelas Maret, Tahun 2010, h. 31.
61
(2) Jika hal itu di dilakukan dengan tulisan atau
gambaran yang disiarkan, dipertunjukan atau
ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah,
karena pencemaran tertulis, diancam pudan apenjara
paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling
banyak tiga ratus rupiah.
Pasal 311 ayat (1)
“Jika yang melakukan pencemaran atau pencemaran
tertulis, dalam hal dibolehkan untuk membuktikan
bahwa apa yang dituduhkan itu benar, tidak
membuktikannya dan tuduhan dilakukan bertentangan
dengan apa yang diketahui, maka dia diancam karena
melakukan fitnah, dengan pidana penjara paling lama
empat tahun”.
Pasal 318 ayat (1)
“Barang siapa dengan sesuatu perbuatan sengaja
menimbulkan secara palsu persangkaan terhadap
seseorang bahwa dia melakukan perbuatan pidana,
diancam, karena menimbulkan persangkaan palsu,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.67
E. Majas Sebagai Gaya Bahasa
67 Aditya Burhan Mustofa, Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Melalui Media Internet Dari Perspektif Hukum Pidana, Ilmu Hukum, Fak.
Hukum, Universitas Sebelas Maret, Tahun 2010, h. 31.
62
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingan suatu benda atau hal tertentu dengan benda
atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya
bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi
tertentu. Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa
secara imajinatif, bukan dalam pengertian secara kalamiah
saja.68
Secara umum, majas atau gaya bahasa terdiri atas empat
bagian besar yaitu majas pertentangan, majas perbandingan,
majas penegasan, dan majas sindiran.69
1. Majas Pertentangan
Biasanya dalam suatu konteks terdapat kata-kata yang
berkias menyatakan suatu pertentangan, macam-macam
majas pertentangan diantaranya:70
a. Antithesis
Majas yang menggunakan kata-kata berlawanan atau
antonim untuk mengungkapkan suatu maksud tertentu.
b. Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung makna pertentangan
antara pernyataan dengan fakta sebenarnya.
c. Oksimoron
68 As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan
Jurnalis, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 146. 69 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus
Kesusastraan Indonesia, (Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2014)
Cet.1, h.2. 70 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus
Kesusastraan Indonesia, h.2-4.
63
Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat pertentangan.
Gaya bahasa ini biasanya menggunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frase yang sama.
d. Anakronisme
Gaya bahasa yang mengandung ketidaksesuaian antar
peristiwa dengan waktu terjadinya.
e. Kontradiksi Interminus
Gaya bahasa yang di dalamnya berisi sangkalan
terhadap suatu pernyataan yang telah disebutkan
sebelumnya. Biasanya berisikan pengecualian.
2. Majas Perbandingan
Majas yang di dalamnya terdapat maksud perbandingan
untuk membandingkan sesuatu yang nantinya akan
menimbulkan makna perbandingan di antara yang
dimaksud. Ada beberapa macam majas perbandingan
diantaranya:71
a. Metafora
Gaya bahasa yang mengungkapkan perbandingan
antara dua benda dengan perbandingan analogis.
b. Sinestesia
Gaya bahasa yang mempertukarkan dua indera yang
berbeda.
c. Simile
71 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus
Kesusastraan Indonesia, h.5-16
64
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan kata
depan dan kata penghubung seperti layaknya, ibarat,
seperti, umpama, dan bagai.
d. Alegori
Gaya bahasa yang menggunakan kiasan atau
penggambaran untuk mengungkapkan suatu hal.
e. Alusio
Gaya bahasa yang menyugestikan bahwa ada kesamaan
antara orang, tempat, atau peristiwa.
f. Metonimia
Gaya bahasa yang menggunakan nama merk atau
atribut tertentu untuk menyebut suatu benda dalam
sebuah kalimat.
g. Antonomasia
Gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi,
atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
h. Antropomorfisme
Gaya bahasa yang menggunakan kata atau bentuk lain
yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang
bukan manusia.
i. Hiperbola
Gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan sesuatu.
j. Litotes
Gaya bahasa yang maknanya mengecilkan fakta yang
tujuannya untuk merendahkan diri.
k. Hipokorisme
65
Gaya bahasa yang menggunakan nama timangan atau
kata yang mengandung hubungan karib antara
pembicara dengan topik yang dibicarakan.
l. Personifikasi
Gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-
benda mati seolah-olah memiliki sifat-sifat
kemanusiaan.
m. Sinekdoke
Gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang
dimakusd ialah seluruh bagian atau sebaliknya. Pars
pro toto (sebagian untuk seluruh bagian) dan totem pro
parte (keseluruhan untuk sebagian).
n. Eufemise
Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang halus
untuk menggantikan kata-kata yang dipandang
kasar/tabu.
o. Perifrase
Gaya bahasa untuk menggantikan suatu kata atau
kelompok kata lain. Kata atau kelompk kata tersebut
dapat berupa nama tempat, negara, benda, atau sifat
tertentu.
p. Simbolik
Gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan
menggunakan simbol atau lambang.
q. Kiasmus
Gaya bahasa yang terdiri dari atas dua bagian, baik
frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan
66
dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa
atau klausanya itu terbalik bila dibanding dengan frasa
atau klausa lainnya.
3. Majas Penegasan
Gaya bahasa yang berisikan gagasan yang sifatnya
terdapat penjelasan sebagai penegasan, macam-macam
majas penegasan diantaranya:72
a. Repetisi
Gaya bahasa yang terdapat pengulangan kata, frase,
atau kalimat untuk memberikan penekanan.
b. Apofasis atau Preterisio
Gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan cara
seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan.
c. Aliterasi
Pengulangan konsonan pada awal kata secara
berurutan.
d. Pleonasme
Gaya bahasa yang menyampaikan suatu pemikiran atau
gagagasan secara berlebihan, sehingga ada beberapa
keterangan yang kurang dibutuhkan.
e. Paralelisme
Gaya bahasa yang menggunakan kata, frase, atau
klausa yang kedudukannya sama atau sejajar.
f. Tautologi
72 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan peribahasa Plus
kesusastraan indonesia, h. 17-28.
67
Gaya bahasa yang berupa pengulangan kata dengan
menggunakan sinonimnya.
g. Inversi
Gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum
subjek dalam suatu kalimat.
h. Ellipsis
Gaya bahasa yang menghilangkan beberapa unsur
kalimat. Biasanya unsur-unsur yang hilang itu mudah
ditafsirkan oleh pembaca.
i. Retoris
Gaya bahasa untuk menanyakan sesuatu yang
jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan
tersebut.
j. Klimaks
Gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan secara
berturut-turut dari yang sederhana meningkat kepada
gagasan yang lebih kompleks.
k. Antiklimaks
Gaya bahasa yang menentukan gagasan penting
menurun kepada gagasan yang sederhana.
l. Antanaklasis
Gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata
yang sama tetapi maknanya berlainan.
m. Pararima
Gaya bahasa yang berupa pengulangan konsonan awal
dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
n. Koreksio
68
Gaya bahasa yang pada mulanya menegaskan sesuatu
yang dianggap kurang tepat, kemudian diperbaiki.
o. Asindeton
Gaya bahasa yang bersifat padat, beberapa kata. Frasa
atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung, biasanya hanya dipisahkan dengan
koma.
p. Polisindeton
Gaya bahasa kebalikan dari asindeton, menggunakan
kata penghubung unuk kata dan frasa yang berurutan.
q. Eklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru.
r. Alonim
Gaya bahasa yang menggunakan varian nama untuk
menegaskan.
s. Interupsi
Gaya bahasa yang menyisipkan keterangan tambahan
di antara unsur-usnur kalimat.
t. Silepsis
Gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi
sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung. Namun
hanya salah satu konstruksi yang maknanya utuh.
4. Majas Sindiran
69
Majas yang di dalamnya terdapat makna berupa kata
sindiran. Majas ini terbagi ke dalam beberapa jenis
diantaranya:73
a. Ironi
Gaya bahasa untuk menyatakan maksud tertentu
dengan menggunakan kata-kata yang berlainan dengan
maksud tersebut.
b. Sarkasme
Gaya bahasa yang berisi sindiran yang kasar.
c. Sinisme
Gaya bahasa sindiran yang mengandung ejekan
terhadap suatu ketulusan hati.
d. Antifrasis
Gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata
yang maknanya berlawanan.
e. Inuendo
Gaya bahasa sindiran yang bersifat mengecilkan fakta
sesungguhnya.
73 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan peribahasa Plus
kesusastraan Indonesia, h. 29-31.
70
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. TV One
1. Sejarah Singkat dan Profil TV One
TV One adalah salah satu stasiun televisi swasta di
Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan pada 9 Agustus
2002 oleh pengusaha Abdul Latief dan dimiliki oleh
Alatief Corporation. Awalnya stasiun televisi ini bernama
Lativi dengan konsep penyusunan acara lebih banyak
menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita
kriminalitas, dan beberapa program hiburan lainnya.
Pada 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti
nama menjadi TV One. Peresmian dilakukan oleh
Presiden Republik Indonesia (2004) Susilo Bambang
Yudhoyono di istana negara. TV One menjadi staisun TV
pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan
untuk diresmikan secara langsung di Istana Presiden
Republik Indonesia.1
Setelah resmi berganti nama, Abdul latief tidak lagi
berada dalam kepemilikan saham TV One. Pada tahun
2006, sebagian saham TV One juga sudah dimiliki oleh
Grup Bakrie yang juga memiliki stasiun televisi ANTV.
Kini komposisi kepemilikan saham TV One terdiri dari PT
Visi Media Asia Tbk sebesar 49 %, PT Redal Semesta 31
1 http://www.tvonenews.tv/profil, diakses pada Rabu, 27 Maret 2019
pukul 14.25 WIB.
71
%, Good Response Ltd 10 %, dan Promise Result Ltd
10%.2 Direktur Utama TV One saat ini adalah Ahmad R.
Widarmana.
TV One kini hadir dengan kemasan program yang lebih
fresh dengan komposisi 70% program berita dan sisanya
gabungan program olahraga dan hiburan. TV One secara
progresif menginspirasi masyarakat Indonesia melalui
berbagai program news dan sport. Hal ini dilakukan agar
pemuda Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas mampu
berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri
dan masyarakat sekitar.
TV One membuktikan keseriusannya dalam
menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan
format-format yang inovatif dalam hal penerbitan dan
penyajian program.3
TV One mengklasifikasikan programnya dalam
kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One.
Gambar 3.1 Logo TV One
2 https://www.merdeka.com/tvone/, diakses pada Rabu, 10 April 2019
pukul 11.49 WIB. 3 http://www.tvonenews.tv/profil, diakses pada Rabu, 27 Maret 2019
pukul 14.25 WIB.
72
sumber: www.tvonenews.tv
Di awal tahun berdirinya TV One mempunyai tag line
“MEMANG BEDA”, karena menyajikan berbagai
informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan penyajian
yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya. Seperti
Apa Kabar Indonesia yang merupakan program informasi
dalam bentuk diskusi ringan yang membahas topik-topik
terhangat bersama para narasumber dan masyarakat yang
disiarkan secara langsung pada pagi hari. Sedangkan
untuk program hardnews TV One dikemas dengan judul:
Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang,
Kabar Petang, dan Kabar Malam.4
Pada ulang tahun ke-2, TV One mengubah tag line-nya
menjadi “TERDEPAN MENGABARKAN”. Perubahan
ini dilakukan sebagai pembuktian hasil share dan rating
kepemirsaan dalam kurun waktu dua tahun. TV One
selalu menjadi yang terdepan dalam mengabarkan dan
menayangkan program-program berita seperti Breaking
News yang tayang setiap saat secara langsung, yang mana
tidak dapat dilakukan oleh televisi lain.
Menginjak usia ke-3 tahun, TV One “GO
INTERNASIONAL” dengan membuat terobosan baru
sebagai langkah untuk terus berkembang dan
mengepakkan sayap dikancah internasional. TV One
4 http://www.tvonenews.tv/profil, diakses pada Rabu, 27 Maret 2019
pukul 14.25 WIB.
73
membuka kantor biro dibeberapa negara seperti Amerika
Serikat, Australia, Jerman, Rusia, Timur Tengah, dan
Malaysia. Tak hanya itu, TV One juga menjalin
kerjasama dengan Televisi Berita Internasional seperti
CNN dan Al Jazeera.
TV One memiliki beberapa program unggulan
diantaranya Indonesia Lawyers Club, Kabar Pagi, Kabar
Petang, Apa Kabar Indonesia Malam, One Pride
Indonesia MMA, dan Damai Indonesiaku yang mengupas
berbagai isu, fakta, dan peristiwa di tanah air dengan
kemasan penyajian yang menarik.5
Selain itu, ada juga program sport pilihan seperti
World Boxing yang menampilkan pertandingan tinju
kelas dunia dalam perebutan gelar yang disertai dengan
pertandingan partai-partai tinju dengan kelas bawahnya.
Serta Kabar Arena yang merupakan program berita
olahraga dengan mengusung informasi terbaru seputar
dunia olahraga baik dalam negeri maupun luar negeri.
2. Visi dan Misi TV One
a. Visi
Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat
yang pada akhirnya memajukan bangsa.
5 http://www.tvonenews.tv/program, diakses pada Selasa, 9 April
2019 pukul 14.35 WIB.
74
b. Misi
a) Menjadi stasiun TV olahraga & berita nomor satu
b) Menanyangkan program news & sport yang secara
progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju,
positif, dan cerdas.
c) Memilih program news & sport yang informatif
dan inovatif dalam penyajian dan kemasan.
3. Struktur Organisasi TV One
Tabel 3.1
Struktur Organisasi TV One
Direktur Utama Ahmad R. Widarmana
Wakil Direktur Utama/Editor
in Chief
Karni Ilyas
Direktur Technical & Sports Reva Deddy Utama
Direktur Finance Andi Pravidia Saliman
Direktur Operation &
Synergy
David Eric Burke
Vice Editor in Chief Totok Suryanto
Chief Bussiness Development
& Corporate Communication
Harya M. Hidayat
Chief Human Capital
Development
Budi Benzani
sumber: www.tvonenews.tv
75
B. Program Dua Sisi
1. Sejarah Singkat dan Profil Dua Sisi
Gambar 3.2 Program Dua Sisi
sumber: www.tvonenews.tv
Dua Sisi adalah salah satu acara gelar wicara yang
ditayangkan di TV One sejak 11 Agustus 2017. Acara
ini membahas soal isu politik, hukum, kriminalitas dan
berbagai macam topik hangat yang sedang terjadi di
masyarakat dengan durasi 60 menit.
Sepanjang perjalannya, TV One selalu punya
program yang memiliki unsur debat di dalamnya,
karena selalu menuai kontroversi dikarenakan ada dua
pendapat yang bersebrangan. Bermula ketika Pemilu
tahun 2014, bermunculanlah program debat dan
berlanjut sampai awal 2015. Ketika Pilkada DKI
terdapat banyak pro-kontra, dan TV One membuat
program debat yang bernama Dua Sisi untuk
mengakomodir ada dua pandangan yang berbeda, yang
76
memang sedang menjadi headline atau berita yang
sedang diperbincangkan di tengah masyarakat.6
Untuk pertama kalinya program Dua Sisi
mengudara pada 11 Agustus 2017 dengan durasi 60
menit. Saat ini, acara ini tayang setiap hari Rabu pukul
20.30 – 21.30 WIB. Awalnya acara ini dipandu oleh
Dwi Anggia, namun sejak Dwi Anggia sedang berfokus
pada kehamilannya, pembawa acaranya digantikan
oleh Indiarto Priadi. Pada tahun 2018, posisi Dwi
Anggia yang sebelumnya menjadi pembawa acaranya
kini ia berperan sebagai produser acara ini.
Program ini diberi nama Dua Sisi karena program
ini selalu menghadirkan dua pendapat yang berbeda,
yang pro dan yang kontra sebagai pembahasan
utamanya. Oleh kerena itu, disetiap episode tayangan
Dua Sisi juga selalu menghadirkan narasumber yang
akan beradu argument dengan tempo yang cepat dari
dua sisi yang berbeda.
Sesuai dengan citra TV One, Dua Sisi juga selalu
menampilkan fakta-fakta dan kejadian yang ada di
lapangaan dan dibawa ke layar, dengan mengutamakan
6 Wawancara pribadi dengan Dodi Renaldi Nasution Produser Dua
Sisi, Jakarta 15 Mei 2020, via telepon, pukul 15.55 WIB.
77
cover both side, untuk menjaga keseimbangan dan
kenetralan program ini.
2. Struktur Redaksi Dua Sisi
Berikut ini merupakan susunan redaksi tim Dua Sisi:7
Tabel 3.2
Struktur Redaksi Dua Sisi
Pemimpin Redaksi Karni Ilyas
Wakil Pemimpin Redaksi Reva Deddy Utama
General Manager Indiarto Priadi
Manager Andianto Prasetyo
Produser Eksekutif Dwi Anggia
Produser Dedi Nurstanyo
Dodi Renaldi Nasution
Production Assistant Kholid
Yane
Reporter Desi
7 Wawancara pribadi dengan Dodi Renaldi Nasution Produser Dua
Sisi, Jakarta 15 Mei 2020, via telepon, pukul 15.55 WIB.
78
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Sebelum menganalisis data, dalam bab ini penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu mengenai pemberitaan persekusi
terhadap Neno Warisman yang diberitakan dalam program Dua
Sisi TV One.
Pemberitaan persekusi ini menarik untuk diperbincangkan
di semua media massa terutama di program Dua Sisi Tv One,
karena pemberitaan langsung menghadirkan narasumber utama,
yaitu Neno Warisman. Pemberitaan ini dimulai sejak terjadinnya
aksi penolakan terhadap gerakan #2019GantiPresiden di sejumlah
daerah yang dimulai pada akhir Juli 2018, Neno Warisman yang
merupakan presidium #2019GantiPresiden dihadang warga di
bandara Hang Nadim Batam saat akan menghadiri acara deklarasi
2019 ganti presiden.
Kemudian tim redaksi Dua Sisi mengangkat berita tersebut
karena ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi kepada
Neno Warisman, kenapa Neno Warisman dipersekusi, dan oleh
siapa Neno Warisman dipersekusi. Dalam kesempatan ini juga
Dua Sisi menghadirkan langsung Neno Warisman sebagai
narasumber utama, untuk mngetahui secara langsung apa yang
terjadi.
Pada bab ini akan membahas mengenai masalah pokok
yang diambil untuk bahan penelitian. Penulis menggunakan teori
Semiotik sosial M.A.K Halliday yang mengungkapkan makna di
balik suatu teks, diantaranya medan wacana (field of discourse),
79
pelibat wacana (tenor of discourse), dan sarana wacana (mode of
discourse). Sehingga tiga unsur inilah yang akan diteliti oleh
penulis dalam memaknai dan mangamati makna teks di dalam
pemberitaan persekusi terhadap Neno Warisman pada Program
Dua Sisi TV One.
Program Dua Sisi TV One memberitakan kasus pesekusi
ini pada pada Rabu, 29 Agustus 2019 dalam episode “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persekusi”. Topik ini diangkat saat masih
menjadi perbincangan hangat di tengah kalangan masyarakat dan
media massa. Isu persekusi dibahas secara mendalam oleh Dua Sisi
dalam empar segmen.
Tabel 4.1
Rekap Analisis Semiotik Sosial
Medan Wacana
(Field of Discourse)
Pelibat
Wacana
(Tenor of
Discourse)
Sarana
Wacana
(Mode of
Discourse)
Adanya aksi penolakan
terhadap gerakan
#2019GantiPresiden di
sejumlah daerah yang
dimulai pada akhir Juli
2018, Neno Warisman
yang merupakan
presidium
#2019GantiPresiden
dihadang warga di
bandara Hang Nadim
Batam saat akan
menghadiri acara
deklarasi 2019 ganti
presiden.
12 Narasumber Majas Perifrase
Majas Retoris
Majas Paradoks
Majas Tautologi
Majas
Pleonasme
Majas Alegori
Majas Simbolik
Majas Repetisi
80
Dengan demikian peneliti akan merinci secara jelas sesuai
tiga unsur yang menjadi fokus penelitian pada Analisis Semiotik
Sosial, yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana.
A. Medan Wacana (Field of Discourse)
Tabel 4.2
Data Medan Wacana
Tanggal Temuan
29 Agustus
2019
Medan wacana ini membahas mengenai
persekusi atau aksi penolakan terhadap
gerakan #2019GantiPresiden di sejumlah
daerah yang dimulai pada akhir Juli 2018,
Neno Warisman yang merupakan
presidium #2019GantiPresiden dihadang
warga di bandara Hang Nadim Batam saat
akan menghadiri acara deklarasi 2019 ganti
presiden.
1. Analisis Data (Kebebasan Berpendapat Berujung
Pesekusi)
Terkait temuan mengenai aspek medan wacana
pada pemberiataan ini, maka wacana yang ingin
dikemukakan oleh Dua Sisi bukan hanya persoalan adanya
kasus pesekusi terhadap Neno Wrisman dan para aktifis
gerakan #2019GantiPresiden, wacana lain yang dibahas
adalah mengenai dugaan makar disejumlah daerah yang
dilakukan oleh Neno Wrisman dan para aktifis gerakan
#2019GantiPresiden.
81
Wacana ini dimulai dengan pembahasan mengenai
persekusi yang terjadi kepada Neno Wrisman pada akhir
Juli 2018. Neno Warisman yang merupakan presidium
#2019GantiPresiden dihadang warga di bandara Hang
Nadim Batam saat akan menghadiri acara deklarasi 2019
ganti presiden. Pernyataan ini diungkapkan oleh Neno
Warisman pada video wawancara yang ditampilkan
sebagai pembuka acara talkshow Dua Sisi, yakni sebagai
berikut:
“Dan hampir juga tangan saya juga ditarik lalu saya
bilang saya ngga mau kekerasan, saya ngga suka
kekerasan, saya bilang gitu, tolong biarkan saya di
sini silahkan pergi semuanya. Saya bilang sama
polisi-polisi perempuan, ga usah, ga usah ini saya,
saya mau solat kata saya. Saya mewakili sebuah
hak bagi warga negara untuk menjalankan
demokrasi ini sehingga saya bertanya kedalam diri
saya, saya mempertanyakan ini negara apa ya gitu,
kenapa hak kita yang dijamin undang-undang ini
terus-menerus dihalangi seperti ini.” (segmen 1)1
Penolakan tak hanya dialami Neno Warisman dan
aktifis #2019GantiPresiden, Ratna Sarumpet dan Rocky
Gerung juga mengalami hal serupa, mereka ditolak saat
akan mengisi acara diskusi gerakan selamatkan Indonesia
di kepulauan Bangka Belitung. Menaggapi aksi gerakan
#2019GantiPresiden yang kian meluas, Ali Mochtar
1 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
82
Ngabalin pun angkat bicara. Sesuai dengan naskah berikut
ini:
“Hati-hati itu yang saya sebut dengan makar, ganti
itu kata kerja, Bahasa Arabnya fi’il amar, fi’il amr
itu artinya perintah dengan segala macam cara
dipakai untuk menggantikan presiden itulah yang
saya bilang amar itu saya sebut dengan makar.”
(segmen 1)2
Pernyataan dalam video wawancara Neno
Warisman dan Ali Mochtar Ngabalin tersebut mewakilkan
dua pendapat dari dua kubu pro dan kontra dalam
pembahasan yang dibahas Dua Sisi pada episode ini,
pernyataan ini sesuai dengan kalimat pebuka Indiarto
Priadi selaku host Dua Sisi pada saat talkshow
berlangsung, yakni sebagai berikut:
“Ketika pesta olahraga Asia berlangsung kita
sebagai tuan rumah sudah menunjukan kita orang
hebat, semua pihak bersatu padu untuk merayakan
kehebatan ini, tapi pada saat yang sama ada hal-hal
yang kemudian banyak orang mengatakan, kenapa
masyarakat Indonesia harus terpecah ketika ada
sekelompok manusia berbeda pendapat dan ada
tindakan-tindakan yang kemudian dianggap sebuah
tindakan negatif berupa persekusi.” (segmen 1)3
Selain Neno Warisman, salah satu musisi tanah air
yang juga aktifis gerakan 2019 ganti presiden, Ahmad
2 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 3 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
83
Dhani juga mengalami hal serupa seperti yang terjadi oleh
Neno Warisman. Kutipan ini sesuai dengan naskah berita
berikut:
“Inikan negara hukum ya, kenapa kok anarkisme
yang didahulukan gitu loh, dikedepankan, saya kan
bingung. Orang saya ini musisi, saya bukan
penguasa kok didemo gitu loh, aneh kan.” (segmen
1)4
Pembahasan secara live di studio Dua Sisi dia awali
oleh pernyataan host Indiarto Priadi mengenai pernyataan
Ali Mochtar Ngabalin dalam video wawancaranya pada
awal segmen yang mengatakan bahwa
#2019GantiPresiden itu berperadaban rendah. Berikut
percakapannya:
“Ali Mochtar Ngabalin:
Ya saya harus mengatakan bahwa gerakan
#2019GantiPresiden itu memang selain memang
memiliki value terkait dengan peradaban rendah,
peradaban moral paling terendah dalam sebuah
proses demokrasi, karena apa? Karena kita memang
perlu memberikan pendidikan, dan tanggungjawab
kita kepada publik memberikan edukasi tentang
sebuah proses demokrasi. Kita bergeser dari sebuah
rezim feodal kepada rezim demokrasi. Karena itu
saya, pak sekjen, mbak Neno, Fadli Zon, dan
kawan-kawan sebagai the young generation the
next ini punya tanggung jawab untuk memberikan
pendidikan kepada rakyat Indonesia.
Indiarto Priadi:
4 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
84
Kenapa harus pake kata rendah?
Ali Mochtar Ngabalin:
Iya dong, karena kalau anda mengemas itu dengan
tabligh akbar mbak Neno, Fadli Zon, kemudian
pengajian, sillaturahmi, tapi intinya adalah anda
menyebarkan kebencian kepada masyarakat,
kepada umat, kepada bangsa, itu peradaban apa?
Moral apa yang dipakai? Sementara kita ini adalah
orang-orang yang mempunyai intelektual
knowledge yang bagus, punya pengetahuan pejabat
negara, tokoh yang dikenal, tapi kita menggunakan
narasi dan diksi yang mencederai orang lain dalam
proses demokrasi, peradaban apa itu?” (segmen 1)5
Menanggapi pernyataan Ngabalin yang menuding
gerakan 2019 ganti presiden berperadapan rendah dan
menyebarkan kebencian, Neno Warisman membantah
pernyataan tersebut dan menegaskan bahwa kultur 2019
ganti presiden menjunjung nilai-nilai keluhuran dan tidak
berafiliasi pada partai tertentu. Berikut kutipannya:
“Ya tidak apa-apa, pak Ngabalin kan tugasnya
memang seperti itu jadi kita pahami saja. Pak
Ngabalin memang senang dengan diksi itu kalau
saya tidak senang, yang jelas didalam kultur 2019
ganti presiden kami menjunjung nilai-nilai
keluhuran bahkan walaupun saya kenal baik dengan
Fadli Zon saya tetap mengatakan bahwa 2019 ganti
presiden tidak berafiliasi ke partai, tidak menjadi
underbong ke suatu entitas tertentu, kita hanya
kumpulan orang-orang yang memiliki keluhuran
budi saja, peduli pada negeri ini, kita peduli pada
persoalan-persoalan yang ada di masyarakat,
5 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
85
apalagi saya mewakili para ibu, kami tahu persis
bagaimana susahnya hidup hari ini dan saya kira
seluruh emak-emak di negeri ini semuanya ibu-ibu
tahu gimana susahnya, dan juga gimana susahnya
mendidik anak, gimana susahnya kita menjaga
kehidupan kita dalah hal sosial yang sulit sekali.”
(segmen 1)6
Melihat kejadian persekusi yang telah beberapa kali
dialami oleh Neno Warisman, host menanyakan kenapa
Neno dan aktifis 2019 ganti presiden lainnya masih
melakukan deklasi ke daerah-daeran padahal sudah pernah
ditolak sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pertanyaan host
kepada Neno yang dijawab secara langsung sebagai
berikut:
“Indiarto Priadi:
Bulan lalu anda ditolak masuk di batam, tapi anda
juga dan teman-teman masih kemudian berkeliling,
itu sengaja atau ular cari gebuk atau gimana?
Neno Warisman:
Yah saya sih gak terlalu paham soal hukum,
masalahnya sih saya cuma bisa bilang itu para ahli
hukum tahu saya sekedar bisa mengatakan saya
ibu-ibu, saya perempuan biasa, ini hak setiap warga
negara.” (segmen 1)7
Neno Warisman menyatakan bahwa ia tidak
mencari popularitas dan tujuan mengadakan deklarasi
6 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 7 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
86
hanya untuk mengungkapkan aspirasinya melalui
kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pertanyaan host kepada Neno sebagai berikut:
“Indiarto Priadi:
Tidak mencari popularitas?
Neno Warisman:
Yang di berikan, melekat kedalam setiap diri untuk
mengungkapkan aspirasinya, berkumpul,
melakukan kegiatan-kegiatan yang menyampaikan
aspirasi kita dan saya kira itupun sudah cukup untuk
dimengerti bahwa kita memang tidak pernah keluar
dari sana.
Indiarto Priadi:
Saya garis bawah, tidak ingin mencari popularitas,
sengaja agar terjadi fiktimisasi terhadap anda dan
teman-teman?
Neno Warisman:
Saya suka bilang saya ini sudah terkenal dari dulu
dari kecil bahkan jadi enggak lah, sama sekali
engga lah, kalau kayak gitu tuh jauh dari adab kita.
Seperti saya katakan kita menjunjung nilai-nilai
yang tinggi, yang luhur, bahkan berpolitik pun kita
berpolitik yang luhur berpolitik yang
bermasyarakat, good will from the society, kita
benar-benar merekan jejak perasaan dan hati
masyarakat itu adalah nilai-nilai yang saya kira
luhur.” (segmen 1)8
Menaggapi pernyatan Neno Warisman mengenai
gerakannya yang tidak berafiliasi pada partai politik, Ali
8 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
87
Mochtar Ngabalin menganggap gerakan 2019 ganti
presiden adalah makar, dan pernyataan ini langung
dibantah oleh Neno Warisman. Pernyaan tersebut
ditegaskan sebaiberikut:
“Ali Mochtar Ngabalin:
Tadi mbak Neno bilang tidak ada afiliasi terhadap
partai politik, intentitas yang baru, tapi
menggunakan diksi dan narasi berpolitik yang
luhur, what is it lifes happend? Narasi apa itu? Satu,
yang kedua rakyat Indonesia tahu bahwa
#2019GantiPresiden itu produksi siapa itu, pikiran
siapa itu, gerakan siapa itu, iya dong itukan dibikin
oleh Mardani Ali Sera dengan Fadli Zon dan
kawan-kawan PKS
Neno Warisman:
Salah, salah
Ali Mochtar Ngabalin:
Artinya apa, biarkan anda menggunakan narasi dan
diksi apa, dan masyarakat akan menilai, orang
boleh bekuasa pak, tapi jangan kebelet, jangan
terasa seperti memaksakan keadaan situasi gitu loh,
ketika anda menggukan narasi dan diksi, kemudian
#2019gantipresiden, kemudian saya menyebutkan
itu adalah makar kok seperti kebakaran jenggot,
lucu, kayak tidak siap menghadapi sebuah
pedebatan panjang.” (segmen 1)9
Segmen pertama episode ini ditutup dengan
perdebatan Ali Mochtar Ngabalin dan Neno Warisman.
Dan segmen kedua dibuka dengan tayangan video
9 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
88
wawancara ketua DPR, Fahri hamzah yang mengatakan
bahwa menyampaikan pendapat adalah hak bagi setiap
warga negara. Berikut kutipannya:
“Kita menyatakan pendapat itu bagian dari pada
rakyat Indonesia itu sendiri apa pun pendapatnya
apa lagi kalau sekedar minta orang yang kita angkat
untuk turun, itu punya hak kita itu.” (segmen 2)10
Sebaliknya, di video wawancara kedua yang
ditayangkan Dua Sisi salah satu politisi partai Nasdem, Irna
Chaniago berpendapat bahwa Neno dan timnya bukanlah
korban persekusi melainkan pelaku demo ganti presiden
sehingga Neno ditolak masuk ke daerah-daerah. Berikut
pernyataannya:
“Saya kira Neno tuh bukan korban, Neno tuh
pelaku loh, pelaku bukan korban jangan salah ya,
yang melakukan deklarasi atau demo ganti presiden
itukan dia, dia dedengkotnya loh, dia dengan
timnya, ini bukan rakyat, bukan rakyat biasa, kalau
rakyat biasa seperti kejadian rakyat yang menolak-
menolak itu.” (segmen 2)11
Sama seperti pendapat Fahri Hamzah di video
wawancara sebelumnya, salah satu politisi parta Gerindra,
Muhammad Syafi’i mengatakan bahwa setiap rakyat punya
hak untukmenyampaikan aspirasinya, seperti 2019 ganti
10 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 11 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
89
presiden, selama tidak melanggar aturan. Berikut
kutipannya:
“Dengan hak yanga dimiliki rakyat Indonesia
sesuai dengan konstitusi bahwa masa tugas
presiden ynag sekarang akan berakhir di 2019 tentu
rakyat boleh kemudian menyampaikan aspirasinya
2019 ganti presiden, jadi tidak ada aturan yang
dilanggar.” (segmen 2)12
Video wawancara selanjutnya menunjukan
pendapat sebaliknya, Hasto Kristanto yang merupakan
Sekjen PDIP berpendapat bahwa gerakan 2019 ganti
presiden merupakan gerakan yang bukan intitusional dan
tidak sesuai dengan harkat martabat bangsa. Berikut
kutipan wawancaranya:
“Gerakan untuk ganti presiden merupakan gerakan
bukan institusional, boleh saja mereka
mempromosikan gerakan presiden A, presiden B,
gerakan presiden baru, silahkan tapi ketika ganti
presiden itu merupakan hal yang tidak sesuai
dengan harkat dan martabat kita.” (segmen 2)13
Setelah video wawancara dari beberpa tokoh
ditampilkan, segmen kedua secara live diawali dengan
pertannyan host yang meminta tanggapan Fadli Zon
terhadap penyataan Ali Mochtar Ngabalin yang menyatkan
bahwa gerakan 2019 berperadaban rendah, menanggapi
12 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 13 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
90
pernyataan itu Fadli Zon berpendapat sebaliknya, bahwa
pelaku persekusi yang harus dikatakan sebagai
berperadaban rendah. Berikut pernyataan Fadli Zon:
“Tadi saudara Ali mengatakan #2019gantipresiden
ini berperadaban rendah, kalau menurut saya
terbalik, yang melakukan persekusi itulah yang
peradabannya rendah, bahkan menurut saya bukan
peradaban rendah itu biadab, itu melanggar
konstitusi, jelas hak berpendapat itu dijamin,
tertulis, bahkan undang-undang juga menjamin
demikian, dan kalau ada tuduhan makar itu lebih
ngawur lagi, tidak mengerti hukum saudara Ali ini,
makar itu adalah kata pengganti dari anslah, anslah
itu artinya suatu perbuatan yang harus dengan
kekerasan, ada violence attack, ketika seseorang
berbicara apalagi 2019 ganti presiden terlihat
berbicara nama dan 2019 memang waktunya untuk
melakukan pergantian presiden itu adalah hak
konstitusional, bahkan KPU, Banwaslu
mengatakan bahwa itu bukan kampanye, kampenye
apa, sampai hari ini, sampai detik ini belum ada
calon presiden, calon wakil presiden, nanti calon
presiden calon wakil presiden itu baru ada pada
tanggal 23 September.” (segmen 2)14
Selain itu Fadli Zon juga menyayangkan atas tidak
tanggapnya pihak kepolisian yang tidak tanggap dengan
masalah keamanan yang mengakibatkan terjadinya
persekusi. berikut cuplikannya:
“Yang jelas ada polisi disana yang bertanggung
jawab terhadap masalah keamanan, ada yang
namanya objek vital itu, instalasi vital itu adalah
14 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
91
bandara yang harusnya netral secure dari tindakan
apapun, masa ada orang bakar ban disitu
didiamkan.” (segmen 2)15
Setelah mendengar pernyataan Fadli Zon, tim Dua
Sisi menayangkan video wawancara dengan Kabid Humas
Polda Riau, Kombes Pol Sunarto mengenai hal yang terjadi
diwilayah TKP persekusi. Berikut pernyataanya:
“Jadi yang kita lakukan adalah mengamankan,
rekan-rekan ketahui kemarin kita juga sampai
tempatkan personil dan polwan disitu. Yang kedua,
bahwa wilayah TKP itu berada dalam otoritas
bandara. Yang kedua dari wasari tidak ada
persekusi yang ada adalah kita mengamankan
semua pihak dari potensi gangguan.” (segmen 2)16
Mendengar pernyataan dari Kombes Pol Sunarto,
Fadli Zon tidak menerima pernyataan sepihak dari
kepolisian Riau, yang tidak bisa mengamanka Neno
Warisman. Berikut kutipannya:
“Ya contoh, inikan sepihak dari polisi, dari kapolda
riau, bagaimana Kapolda tidak mampu
mengamankan, bu Neno ini disandra dihadang
selama 7,5 jam di dalam mobil, ya 7,5 jam
bagaimana tidak bisa mengamankan satu orang ini,
melindungi warga negara dari segala macam, kita
kan udah lama jadi orang Indonesia, orang-orang
itukan bisa saja direkayasa ya kan, kemudian
setelah sekian jam orang itu sudah tidak ada tapi
15 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 16 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
92
tidak boleh melaju, ini Republik Indonesia.”
(segmen 2)17
Segemen kedua ditutup dengan perdebatan antara
Ali Mochtar Ngabalin dan Fadli Zon dan juga walkout-nya
Neno Warisman dari studio Dua Sisi. Dan segmen ketiga
dibuka dengan pertanyaan host kepada Neno Warisman
tentang alasan Neno walkout dari studio. Berikut jawaban
Neno Warisman:
“Kekerasan nggak menyelesaikan masalah, bangsa
ini sudah terlalu banyak melakukan kekerasan.”
(segmen 3)18
Neno Warisman juga meceritakan hal-hal yang
terjadi kepadanya saat persekusi terjadi. Sesuai dengan
pernyataan Neno Warisman berikut:
“Gak tau pokoknya saya kan di dalam mobil, batu
beterbangan terus kemudian sebelumnya kan ada
air mineral dipukul ada benda keras 2 atau 3 kali,
tapi ini hujan batu sungguh-sungguh membuat
semua di dalam mobil sedikit kaget, nah ketika
kemudian, adalagi mengetuk disebelah kanan, ibu
ini situasinya gawat, terus saya bilang, pak, bapak
yang bertugas untuk mengamankan saya, maka
bapak tolong amankan keadaan, ada hal yang saya
rasakan sendiri, jadi kan yang punya mobil kan
sayang sama mobilnya, mobil itu supaya mundur,
mau dimundurin nggga bisa, mobil itu diganjal,
siapa yang ganjal saya ngga tau, mengganjal
17 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 18 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
93
kemudian bertubi-tubi lagi, seperti yang teman-
teman dengar atau lihat, itu ada seorang bapak ada
beberapa tangan menggebrak kemudian
mengeluarkan paksa semuanya diseret, supir
diseret, jadi seketika kejadian yang terjadi.”
(segmen 3)19
Neno Warisman juga menyatakan harapannya
kedepan agar tidak ada lagi hal-hal yang telah terjadi
seperti sebelumnya. Berikut kutipannya:
“Yang menolak itu gini, spanduknya kan juga sama
dimana-mana, perilakunya juga sama, saya kira
akan reda dengan sendirinya, apalagi kemarin kan
pak Jokowi juga sudah mengatakan jangan bersikap
barbar apalagi kepada, saya ga tau jelasnya,
pokoknya ada kata jangan persekusi itu barbar jadi
jangan seperti itu, jadi saya kira insyaallah relawan
ganti presiden akan aman melakukan deklarasi
dimana-mana.” (segmen 4)20
Selanjutnya Arsul Sani juga menyatakan dengan
telah terjadi penolakan-penolakan yang terjadi, kepada
pihak yang bersangkutan supaya bisa mengintropeksi diri.
Berikut kutipannya:
“Nah saya ingin meminta pertama tentu kepada
koalisi saya sendiri dan kepada yang ada di
koalisinya pak Prabowo hal-hal yang kemudian
mendatangkan katakanlah penolakan yang meluas,
penolakan massa memang harus kita sikapi dengan
bijak masing-masing kita itu ya harus punya
19 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 20 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
94
keberanian untuk bermuhasabah tadi, mengoreksi,
merenungkan diri, jangan-jangan pada diri kita ada
yang salah dengan apa yang kita lakukan.” (segmen
4)21
Fadli Z on pun berharap agar perbedaan pendapat
bisa dihargai, karena tidak ada demokrasi tanpa perbedaan
pendapat. Berikut kutipannya:
“Saya kira kita sudah berdemokrasi ini lebih dari 20
tahun ya artinya di era reformasi demokrasi
menjadi jalan yang sudah kita pilih dalam
bernegara, jangan sampai kita ditarik mundur lagi,
marilah kita berdemokrasi secara dewasa, kita
saling menghargai pendapat orang, mereka
mempunyai sikap yang berbeda, dan saya kira ini
yang kita harapkan, kita demokrasi yang dewasa itu
menghargai perbedaan pendapat, tidak ada
demokrasi tanpa ada perbedaan pendapat dan saya
kira ini yang harus kita tunjukan apalagi hak warga
negara yang dijamin oleh konstitusi kita jadi sejauh
ini selama ini ya yang #2019gantipresiden mereka
bikin deklarasi dimana-mana jauh sebelum itu dan
saya kira baik-baik saja, kalau sekarang kebetulan
sudah ada calon itu hak mereka, kalau kemarin ada
3-4 calon jugakan akan berbeda situasinya saya kira
apapun termasuk mau 2019 tetap Jokowi saya kira
itu sah-sah saja semuanya ini baik-baik saja tinggal
bagaimana aparat juga berpihak secara netral,
berpihaknya juga kepada netralistas dan
profesionalitas jadi jangan sampai ada lagi kedepan
ini presekusi dan sebagainya karena itu yang
menimbulkan apa yang disebut juga oleh pak Arsul
persekusi itu menimbulkan aksi reaksi di
21 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
95
masyarakat ini yang kita harapkan kedepan.”
(segmen 4)22
B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse)
Tabel 4.3
Data Pelibat Wacana
Tanggal Temuan
29 Agustus
2018
Dalam naskah ini terdapat 12 orang sebagai
pelibat wacana, yaitu Neno Warisman
sebagai Presidium #2019gantipresiden dan
juga korban persekusi, Ali Mochtar
Ngabalin sebagai tenaga ahli utama Kantor
Staf Presiden, Fadli Zon sebagai wakil
ketua DPR RI dan juga Politisi Gerindra,
Arsul Sani sebagai wakil ketua tim
kampanye Jokowi – Ma’ruf Amin, Ahmad
Dhani sebagai aktifis #2019gantipresiden
dan juga seorang musisi, Fahri Hamzah
sebagai ketua DPR RI, Irna Chaniago
sebagai Politisi Nasdem, Muhammad Syafii
sebagai Politisi Gerindra, Hasto Kristianto
sebagai Sekjen PDIP, Kombes Pol Sunarto
sebagai Kabid Humas Polda Riau,
Mahendradatta sebagai pengacara Neno
Warisman, Indiarto Priadi sebagai host Dua
Sisi dan sekaligus sebagai General Manager
program Dua Sisi TV One.
1. Analisis Data (Kebebasan Berpendapat Berujung
Pesekusi)
22 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
96
Dari hasil temuan pada segmen satu hingga segmen
empat dalam teks berita Dua Sisi episode “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persukusi”, maka dapat diketahui
bahwa pelibat wacana terdapat sebanyak 12 orang, yakni
pertama, Neno Warisman yang merupakan Presidium
#2019gantipresiden. Narasumber di sini berperan sebagai
korban persekusi. pada pernyataannya Neno mengaku
dihadang warga di bandara Hang Nadim Batam saat akan
menghadiri acara deklarasi 2019 ganti presiden. Sesuai
dengan kutipan wawancaranya pada awak media berikut:
“Dan hampir juga tangan saya juga ditarik lalu saya
bilang saya ngga mau kekerasan, saya ngga suka
kekerasan, saya bilang gitu, tolong biarkan saya di
sini silahkan pergi semuanya. Saya bilang sama
polisi-polisi perempuan, ga usah, ga usah ini saya,
saya mau sholat kata saya. Saya mewakili sebuah
hak bagi warga negara untuk menjalankan
demokrasi ini sehingga saya bertanya kedalam diri
saya, saya mempertanyakan ini negara apa ya gitu,
kenapa hak kita yang dijamin undang-undang ini
terus-menerus dihalangi seperti ini.” (segmen 1)23
Kedua, Ali Mochtar Ngabalin sebagai tenaga ahli
utama Kantor Staf Presiden, salah satu pihak yang kontra
terhadap gerakan #2019GantiPresiden. Ia mengatakan
bahwa tidakan dekalarasi #2019GantiPresiden yang
dilakukan Neno Warisman dan aktifis #2019GantiPresiden
23 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
97
lainnya adalah tindakan makar. Berikut pernyataannya
sesuai dengan naskah:
“Jadi kalau anda datang ke daerah-daerah kemudian
mengganggu wilayah orang di daerah itu dia berhak
punya kewenangan untuk bisa menolak anda,
bahkan harus diusir, diusir keluar, seperti di
Surabaya itu, karena itu mengacau, maka
#2019GantiPresiden itu dimaknai bahwa pada
tanggal 1 Januari 2019 pukul 00.00 ganti presiden,
hati-hati itu yang saya sebut dengan makar.”
(segmen 1)24
Ketiga, Fadli Zon sebagai wakil ketua DPR RI yang
juga merupakan Politisi Partai Gerindra yang pro terhadap
gerakan #2019GantiPresiden dan juga membela Neno
Warisman sebagai korban persekusi. Keempat, Arsul Sani
sebagai wakil ketua tim kampanye Jokowi – Ma’ruf Amin
yang mengatakan bahwa deklarasi #2019GantiPresiden
mengandung unsur-unsur ujaran kebencian di dalamnya,
sehingga Neno Warisman dan aktifis #2019GantiPresiden
ditolak masuk disuatu daerah dan mengalami persekusi.
Kelima, Ahmad Dhani sebagai musisi dan sebagai salah
satu aktifis #2019gantipresiden yang juga dipersekusi.
Dalam wawancaranya dengan awak media, Ahmad Dhani
hadir ke Surabaya untuk deklarasi sebagai musisi bukan
24 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
98
sebagai politisi. Berikut pernyataan Ahmad Dhani pada
media:
“Inikan negara hukum ya, kenapa kok anarkisme
yang didahulukan gitu loh, dikedepankan, saya kan
bingung. Orang saya ini musisi, saya bukan
penguasa kok didemo gitu loh, aneh kan.” (segmen
1)25
Keenam, Fahri Hamzah sebagai ketua DPR RI,
yang mendukung gerakan #2019GantiPresiden, dalam hal
ini Fahri Hamzah mengatakan bahwa menyatakan
pendapat itu bagian dari hak rakyat Indonesia, dan ia juga
mengatakan bahwa meminta orang yang rakyat angkat
untuk turun juga adalah hak rakyat. Ketujuh, Irna Chaniago
sebagai Politisi Nasdem, yang menentang gerakan
#2019GantiPresiden, ia juga mengatakan bahwa Neno
Warisman bukanlah korban persekusi, melainkan pelaku.
Berikut kutipannya:
“Saya kira Neno tuh bukan korban, Neno tuh
pelaku loh, pelaku bukan korban jangan salah ya,
yang melakukan deklarasi atau demo ganti presiden
itukan dia, dia dedengkotnya loh, dia dengan
timnya, ini bukan rakyat, bukan rakyat biasa, kalau
rakyat biasa seperti kejadian rakyat yang menolak-
menolak itu.” (segmen 2)26
25 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 26 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
99
Kedelapan, Muhammad Syafii sebagai Politisi
Gerindra, yang mendukung gerakan #2019GantiPresiden
mengakatakan bahwa dengan hak yang dimiliki rakyat
Indonesia sesuai dengan konstitusi bahwa masa tugas
presiden yang sekarang akan berakhir di 2019 tentu rakyat
boleh kemudian menyampaikan aspirasinya 2019 ganti
presiden, jadi tidak ada aturan yang dilanggar. Kesembilan,
Hasto Kristianto sebagai Sekjen PDIP yang menentang
gerakan #2019GantiPresiden mengatakan bahwa gerakan
ini bukan gerakan institutional karena tidak sesuai dengan
harkat dan martabat bangsa. Ke-10, Kombes Pol Sunarto
sebagai Kabid Humas Polda Riau, yang mengatakan bahwa
tidak ada persekusi yang ada personil sudah mengamankan
semua pihak dari potensi gangguan. Berikut pernyataan
Kombes Pol Sunarto:
“Jadi yang kita lakukan adalah mengamankan,
rekan-rekan ketahui kemarin kita juga sampai
tempatkan personil dan polwan disitu. Yang kedua,
bahwa wilayah TKP itu berada dalam otoritas
bandara. Yang kedua dari wasari tidak ada
persekusi yang ada adalah kita mengamankan
semua pihak dari potensi gangguan.” (segmen 2)27
Ke-11, Mahendradatta sebagai pengacara Neno
Warisman yang dihubungi oleh tim Dua Sisi melalui
telepon, ia mengatakan bahwa kliennya, Neno Warisman
27 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
100
datang ke Riau dan daerah-daerah lainnya hanya untuk
berdeklarasi dan menyampaikan keinginannya. Ke-12,
Indiarto Priadi sebagai host Dua Sisi dan juga sebagai
General Manager program Dua Sisi TV One. Dalam hal ini
Indiarto Priadi yang menengahi diskusi sekaligus
memoderatori dan juga menggiring kemana arah
berjalannya diskusi. Pada awal acara ini berlangsung, ia
mengungkapakan sedikit kekecewaan ditengah
kegembiraan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games
dan sudah memenagkan 29 emas, yang seharusnya semua
pihak bersatu padu untuk merayakan kehebatan ini, tapi
pada saat yang sama masyarakat Indonesia harus terpecah
kerena ada sekelompok masyarakat yang berbeda pendapat
dan disusul dengan tindakan-tindakan negatif berupa
persekusi.
C. Sarana Wacana (Mode of Discourse)
Tabel 4.4
Data Sarana Wacana
Tanggal Temuan
29 Agustus
2019
Sarana wacana yang terdapat di naskah ini
adalah Majas Perifrase, Majas Retoris,
Majas Paradoks, Majas Tautologi, Majas
Pleonasme, Majas Alegori, Majas Simbolik,
dan Majas Repetisi.
Majas Perifrase adalah Gaya bahasa untuk
menggantikan suatu kata atau kelompok
kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut
101
dapat berupa nama tempat, negara, benda,
atau sifat tertentu.
Majas Retoris adalah Gaya bahasa untuk
menanyakan sesuatu yang jawabannya telah
terkandung dalam pertanyaan tersebut.
Majas Paradoks adalah Gaya bahasa yang
mengandung makna pertentangan antara
pernyataan dengan fakta sebenarnya.
Majas Tautologi adalah Gaya bahasa yang
berupa pengulangan kata dengan
menggunakan sinonimnya.
Majas Pleonasme adalah Gaya bahasa yang
menyampaikan suatu pemikiran atau
gagagasan secara berlebihan, sehingga ada
beberapa keterangan yang kurang
dibutuhkan.
Majas Alegori adalah Gaya bahasa yang
menggunakan kiasan atau penggambaran
untuk mengungkapkan suatu hal.
Majas Simbolik adalah Gaya bahasa untuk
melukiskan suatu maksud dengan
menggunakan simbol atau lambang.
Majas Repetisi adalah Gaya bahasa yang
terdapat pengulangan kata, frase, atau
kalimat untuk memberikan penekanan.28
1. Analisis Data (Kebebasan Berpendapat Berujung
Pesekusi)
Sarana wacana di dalam naskah ini ditemukan
Majas Perifrase. Majas Perifrase merupakan Gaya bahasa
untuk menggantikan suatu kata atau kelompok kata lain.
Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama
28 Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus
Kesusastraan Indonesia, h.2-28.
102
tempat, negara, benda, atau sifat tertentu, seperti pada
kalimat berikut:
“Hati-hati itu yang saya sebut dengan makar, ganti
itu kata kerja, Bahasa Arabnya fi’il amar, fi’il amr
itu artinya perintah dengan segala macam cara
dipakai untuk menggantikan presiden itulah yang
saya bilang amar itu saya sebut dengan makar.”
(segmen 1)29
Pengunaan kata makar pada kaliamat di atas
memiliki sinonim yaitu pengkhianatan negara, atau juga
sama dengan kejahatan pidana berupa penghianatan yang
dilakuakn oleh seorang warga negara atau bangsanya seniri
dengan melakukan satu atau beberapa tindak kejahatan
yang serius. Dalam kalimat di atas, Ali Mochtar Ngabalin
berpendapat bahwa Neno Warisman dan aktifis
#2019GantiPresiden melakukan makar di sejumlah daerah,
yang mengakibatkan Neno Warisman dan beberapa aktifis
#2019GantiPresiden ditolak masuk ke daerah-daerah
tertentu.
Selain majas perifrase, dalam naskah ini juga
ditemukan majas retoris pada kalimat pertanya host Dua
Sisi Indiarto Priadi pada kalimat di bawah ini. Majas
Retoris adalah Gaya bahasa untuk menanyakan sesuatu
yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan
tersebut.
29 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
103
“Kenapa masyarakat Indonesia harus terpecah
ketika ada sekelompok manusia berbeda pendapat
dan ada tindakan-tindakan yang kemudian
dianggap sebuah tindakan negatif berupa
persekusi?” (segmen 1)30
Pada naskah selanjutnya ditemukan Majas Repetisi.
Majas Repetisi adalah Gaya bahasa yang terdapat
pengulangan kata, frase, atau kalimat untuk memberikan
penekanan. Majas Repetisi ditemukan pada pernyataan
Neno Warisman berikut ini:
“Dan hampir juga tangan saya juga ditarik lalu saya
bilang saya ngga mau kekerasan, saya ngga suka
kekerasan, saya bilang gitu, tolong biarkan saya di
sini silahkan pergi semuanya.” (segmen 1)31
Dalam pernyataan tersebut Neno Warisman
mengulang kata kekerasan. Pengulan kata ini untuk
memberikan penekanan bahwa dalam situasi tersebut ia
benar-benar tidak mau terjadi kekerasan dan tidak suka
dengan kekerasan.
Selain itu dalam pernyataan Neno Warisman juga
ditemukan Majas Paradoks. Majas Paradoks adalah Gaya
bahasa yang mengandung makna pertentangan antara
pernyataan dengan fakta sebenarnya.
“Saya mewakili sebuah hak bagi warga negara
untuk menjalankan demokrasi ini sehingga saya
30 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 31 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
104
bertanya kedalam diri saya, saya mempertanyakan
ini negara apa ya gitu, kenapa hak kita yang dijamin
undang-undang ini terus-menerus dihalangi seperti
ini?” (segmen 1)32
Dalam kalimat tersebut terdapat majas paradoks
dalam kalimat kenapa hak kita yang dijamin undang-
undang ini terus-menerus dihalangi seperti ini. Kalimat
tersebut bertentanggan maknanya karena kalimat hak kita
yang dijamin undang-undang bertentangan dengan kalimat
terus-menerus dihalangi seperti ini, karena seharusnya
kata hak diiringi dengan kata kebebasan, bukan kata
dihalangi. Terlebih lagi kata hak tersebut berdampingan
dengan kalimat dijamin undang-undang.
Selanjutnya ditemukan juga Majas Tautologi.
Majas Tautologi adalah Gaya bahasa yang berupa
pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Majas ini ditemukan dalam penyataan Ahmad Dhani
berikut ini:
“Inikan negara hukum ya, kenapa kok anarkisme
yang didahulukan gitu loh, dikedepankan, saya kan
bingung. Orang saya ini musisi, saya bukan
penguasa kok didemo gitu loh, aneh kan.” (segmen
1)33
Dalam pernyataan tersebut Ahmad Dhani,
mengulang kata didahulukan dengan kata
32 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 33 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
105
dikedepankan,dan kedua kata tersebut memiliki makna
yang sama.
Selain pernyataan Ahmad Dhani di atas, majas
Taotologi juga ditemukan dalam pernyataan Ali Mochtar
Ngabalin berikut ini:
“Karena itu berbohong, itu menipu, itu pernyataan
menipu, krisis kepemimpinan apa yang anda
maksud, kau bilang krisis kepemimpinan apa?
Akhlak mulia apa? Narasi itu yang anda keliru,
anda menipu orang banyak kau menipu rakyat,
narasimu tidak benar, itu berbohong, menipu,
menipu.” (segmen 3)34
Ali Mochtar Ngabalin mengatakan kata berbohong
dan menipu secara berulang, dimana kata berbohong dan
menipu memili arti dan makna yang sama. Selain itu dalam
pernyataan Ali Mochtar Ngabalin lainnya juga terdapat
majas taotologi. Berikut kutipannya:
“Di situlah ketidaktahuanmu, kedunguanmu,
kebodohanmu” (segmen 3)35
Dalam kalimat tersebut Ali Mochtar Ngabalin
mengukang kata ketidaktahuanmu, kedunguanmu dan
kebodohanmu dalam satu kalimat, ketiga kata tersebut
memiliki arti kata dan makna yang sama. Majas Tautologi
34 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 35 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
106
juga ditemukan dalam pernyataan Arsul Sani. Berikut
kutipannya:
“Kita itu ya harus punya keberanian untuk
bermuhasabah tadi, mengoreksi, merenungkan
diri, jangan-jangan pada diri kita ada yang salah
dengan apa yang kita lakukan” (segemen 4)36
Arsul Sani mengulang kata bermuhasabah,
mengoreksi dan merenungkan, ketiga kata ini memiliki ati
kata dan makna yang sama.
Selain itu ditemukan juga Majas Pleonasme dalam
pernyataan Ali Mochtar Ngabalin. Majas Pleonasme
adalah Gaya bahasa yang menyampaikan suatu pemikiran
atau gagagasan secara berlebihan, sehingga ada beberapa
keterangan yang kurang dibutuhkan.
“Jadi kalau anda datang ke daerah-daerah kemudian
mengganggu wilayah, orang di daerah itu dia
berhak punya kewenangan untuk bisa menolak
anda, bahkan harus diusir, diusir keluar, seperti di
Surabaya itu, karena itu mengacau, maka
#2019GantiPresiden itu dimaknai bahwa pada
tanggal 1 Januari 2019 pukul 00 ganti presiden,
hati-hati itu yang saya sebut dengan makar.”
(segmen 1)37
Ali Mochtar Ngabalin mengatakan kalimat diusir
keluar, kalimat tersebut dianggap berlebihan, karena bisa
36 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 37 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
107
saja memamangkas kata keluar dan hanya menggunakan
kata diusir saja.
Selanjutnya ditemukan Majas Alegori pada kalimat
pertanyaan yang dilontarkan host kepada Neno Warisman.
Majas Alegori adalah Gaya bahasa yang menggunakan
kiasan atau penggambaran untuk mengungkapkan suatu
hal.
“Bulan lalu anda ditolak masuk di batam, tapi anda
juga dan teman-teman masih kemudian berkeliling,
itu sengaja atau ular cari gebuk atau gimana?”
(segmen 1)38
Kalimat “ular cari gebuk” dalam pertanyaan host
tersebut bisa bermakna mencari bahaya, atau bisa juga
bermakna mencari masalah. Selain itu, majas alegori juga
ditemukan dalam pernyataan Ali Mochtar Ngabalin berikut
ini:
“Artinya apa, biarkan anda menggunakan narasi
dan diksi apa, dan masyarakat akan menilai, orang
boleh bekuasa pak, tapi jangan kebelet, jangan
terasa seperti memaksakan keadaan situasi gitu loh,
ketika anda menggunakan narasi dan diksi,
kemudian #2019gantipresiden, kemudian saya
menyebutkan itu adalah makar kok seperti
kebakaran jenggot, lucu, kayak tidak siap
menghadapi sebuah pedebatan panjang.” (segmen
1)39
38 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018 39 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
108
Kalimat kebakaran jenggot memiliki makna dalam
kodisi yang bingung dan tidak karuan. Kiasan ini
digunakan Ali Mochtar Ngabalin untuk memojokan lawan
diskusinya.
Ditemukan juga Majas Simbolik dalam kalimat
pernyataan yang diungkapkan oleh Neno Warisman. Majas
Simbolik adalah Gaya bahasa untuk melukiskan suatu
maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Berikut pernyatannya:
“Kekerasan gak menyelesaikan masalah, bangsa ini
sudah terlalu banyak melakukan kekerasan.”
(segmen 3)40
Dalam kalimat tersebut Neno Warisman
menggunakan kata “bangsa” sebagai simbol untuk
mewakilkan banyak orang atau sekelompok orang yang
telah melakukan kekerasan terhadap dirinya.
40 Transkrip naskah Dua Sisi, episode Kebebasan Berpendapat
Berujung Persekusi, pada Rabu, 29 Agustus 2018
109
BAB V
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Penelitian
Sebagaimana telah diungkapkan pada awal tulisan ini,
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah berupaya untuk
mengetahui bagaimana program Dua Sisi TV One
mengkonstruksi melai tampilan simbol dan tanda-tanda dalam
talkshownya mengenai kasus persekusi yang dialami oleh
Neno Warisman khususnya dan beberapa aktifis
#2019GantiPresiden di beberapa daerah. Guna kepentingan
tersebut penelitian ini menjadikan tayangan Dua Sisi pada
Rabu, 29 Agustus 2019 sebagai sumber datanya dengan
ditranskrip terlebih dahulu.
Kasus persekusi ini erat kaitannya dengan gerakan
#2019GantiPresiden. Dampak dari adanya deklarasi gerakan
#2019GantiPresiden menyebabkan sejumlah daerah
mengalami konflik antara masyarakat pendukung dan penolak
gerakan #2019GantiPresiden.
Dari peristiwa yang menimpa Neno Warisman, tiba-
tiba istilah persekusi menjadi populer dan sering digunakan
dalam judul berita. Tidak lama setelah itu, Indonesia
disibukkan dengan kasus yang kebanyakan orang menamakan
sebagai persekusi. Media massa besar di Indonesia ramai-
ramai mengulas kasus persekusi yang ternyata menjamur dan
sangat banyak di Indonesia. Meskipun telat, karena ternyata
110
kasus persekusi ini sering terjadi di Indonesia dan mungkin
tidak disadari oleh sebagian besar orang.
Persekusi dalam perspektif komunikasi, sesungguhnya
hadir akibat dari berbagai komunikasi yang terhambat atau
tersumbat selama ini. Onong Uchjana Efendy dalam buku
Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003: 47) berpendapat
bahwa hambatan komunikasi terjadi karena beberapa hal
yakni; pertama, gangguan yang bersifat mekanik dimana
terjadinya gangguan pada saluran komunikasi atau kegaduhan
yang bersifat fisik, gangguan ini lebih mengarah kepada
medium yang digunakan dalam berkomunikasi seperti suara
ganda pada radio karena gelombang yang berimpitan, atau
suara riuh hadirin ketika orang berpidato. Kedua, karena
gangguan semantik. Gangguan jenis ini bersangkutan dengan
pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan
pengertian kata-kata. Lambang kata-kata yang sama
mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang
berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-
kata mempunyai pengertian denotatif atau sesuai dengan apa
yang ada di dalam kamus, serta konotatif yakni pengertian
yang bergantung kepada emosional dan latar belakang
seseorang.
Persekusi terjadi akibat kebebasan berpendapat yang
kebablasan di media sosial. Orang dengan bebas dan
seenaknya menghina ulama atau tokoh lain.
Jadi, bisa dikatakan, maraknya persekusi akibat krisis
kepercayaan kepada penegak hukum dan tidak beretikanya
111
pengguna media sosial yang melakukan penghinaan pelecehan
terhadap orang lain.
Telah diketahui bahwasannya negara Indonesia
merupakan negara hukum, sesuai dengan maksud ketentuan
pasal 1 ayat (3) UUD 1945 pascaamandemen. Itulah sebabnya
cara untuk mengakhiri polemik dan upaya menyelesaikan
kasus-kasus hukum yang terkait dengan dugaan pelanggaran
hukun hanya dapat dilakukan dengan konsensus supremasi
hukum berdasarkan KUHP dan KUHAP. Tentu dengan
melibatkan aparatur hukum (polisi, jaksa dan hakim) dan
diputuskan oleh institusi pengadilan. Bukan atas dasar
supremasi kelompok tertentu.
Oleh karena itu perbuatan persekusi yang dilakukan
oleh kelompok tertentu tidak disebut sebagai bentuk
pelanggaran oleh pelakunya, pelaku persekusi tidak melihat
salah dalam tindakan mereka atau membiarkan kesalahan kecil
untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai kesalahan yang
lebih besar dan lebih serius. Persekusi biasanya dinyatakan
sebagai upaya untuk melindungi diri sendiri, keluarga,
kelompok atau masyarakat dari apa yang mereka lihat sebagai
potensi ancaman atau berlawanan dengan kepercayaannya.
Berita mengenai persekusi bermula karena semakin
meluasnya aksi penolakan terhadap gerakan
#2019GantiPresiden disejumlah daerah, yang menyebabkan
Neno Warisman yang merupakan salah satu aktifis
#2019GantiPresiden dihadang warga di bandara Hang Nadim,
Batam, saat akan menghadiri acara deklarasi
112
#2019GantiPresiden. Neno Warisman juga dihadang ratusan
orang saat akan menghadi acara deklarasi #2019GantiPresiden
di Pekanbaru, Riau.
Dalam tayangannya, Dua Sisi lebih membahas isu tersebut
pada kronologis peristiwa persekusi terjadi dan kenapa bisa
terjadi pesekusi atau penolakan-penolakan di sejumlah daerah.
Selain itu hal yang juga banyak dibahas dalam talkshow ini
adalah adanya dugaan makar dalam deklarasi
#2019GantiPresiden yang digawangi oleh Neno Warisman.
Supaya peristiwa ini memiliki kualitas berita yang baik
maka haruslah ditentukan narasumber dan sumber berita yang
dikutip. Pernyataan dan kutipan dari narasumber yang
berkompeten dapat menunjukan berita itu berbobot atau tidak.
Sesuai dengan nama programnya, Dua Sisi yang selalu
mengedepankan cover both side, pada setiap episodenya Dua
Sisi selalu mengundang narasumber dari sisi pro dan kontra
dengan kuantitas jumlah yang sama. Dari sisi yang pro dengan
gerakan #2019GantiPreasiden Dua Sisi menghadirkan Neno
Warisman dan Fadli Zon, sedangkan dari sisi kontra Dua Sisi
menghadirkan Ali Mochtar Ngabalin dan Arsul Sani. Dilihat
dari narasumber ini maka peneli menyimpulkan bahwa
narasumber yang dipilih oleh Dua Sisi menandakan simbol
kenetralan Dua Sisi terhadap kasus ini.
Citra yang ingin ditampilkan oleh Dua Sisi kepada publik
adalah program talkshow berita yang menyajikan berita
Persekusi terhadap Neno Warisman dengan cara berimbang
dan netral. Hal ini bisa dilihat dari kuntitas jumlah narasumber
113
yang dihadirkan baik itu secara live maupun melalui cuplikan
wawancara yang di tampilkan. Selain itu juga host selalu
menengahi diskusi yang berlangsung jika terjadi perdebatan,
dan memberi waktu kepada masing-masing narasumber untuk
berbicara sesuai dengan pendapatnya.
B. Perspektif Islam
Membahas hukum dan Islam adalah hal sangat penting bagi
kehidupan seorang muslim yang hidup di negara hukum seperti
Indonesia. Seperti yang kita banyak ketahui juga bahwa Islam
adalah agama yang sangat menjujung tinggi syariatnya.
Di Indonesia sebagai negara yang penuduknya mayoritas
beragama Islam juga banyak mengadaptasi dan menetapkan
hukum negara dari syari’at islam yang terulis dalam Al-Qur’an
dan Hadist. Tapi dalam praktiknya tidak jarang banyak oknum-
oknum yang melanggar dan meremehkan hukum yang telah
ditepakan negara yang sesuai dengan syariat Islam, contohnya
seperti pelanggaran hukum tindak pidan kekerasan.
Di Indonesia, kekerasan masih menjadi hal yang sepele dan
sangat sering terjadi, padahal tindakan kekerasan adalah hal
yang dilarang oleh Allah dan diperingatkan oleh Allah berkali-
kali dalam Al-Qur’an. Hal ini juga berlaku untuk tindakan
persekusi.
Tidakan persekusi adalah tindak pidana kekerasan baik
berupa tindakan taupun perkataan, hal ini bisa menyakiti fisik
maupun mental orang lain dan dapat menyebabkan perpecahan
dan perselisihan.
114
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dari penelitian skripsi yang telah
peneliti paparkan tentang pemberitaan persekusi terhadap
Neno Warisman yang di tayangkan oleh Dua Sisi TV One pada
Rabu, 29 Agustus 2019, maka peneliti dapat menarik hasil
penelitian terhadap medan wacananya yaitu dengan memaknai
isi teks yang diproduksi oleh Dua Sisi. Dalam hal ini, makna
yang diproduksi oleh Dua Sisi menunjukan bahwa adanya
persekusi terhadap Neno Warisman dan beberapa aktifis
#2019GantiPresiden di sejumlah daerah. Dalam pernyataan
Neno Warisman mengaku di demo oleh sejumlah massa dan
mengalami tidakan kekerasan secara verbal. Tindakan
pesekusi ini dipicu karena adanya dugaan makar dalam
deklarasi #2019GantiPresiden yang membuat para aktifis
#2019GantiPresiden ditolak masuk ke daerah-daerah dan
dipersekusi. Dugaan adanya makar dalam deklarasi
#2019GantiPresiden ini pertama kali dicetuskan oleh Ali
Mochtar Ngabalin kepada media massa.
Selain memberitakan persoalan persekusi, Dua Sisi
juga memproduksi makna teks yang menunjukan bahwa
adanya dugaan makar dalam deklarasi #2019GantiPresiden
yang menjadi penyebab adanya persekusi.
Dalam peberitaannya, dilihat dari sisi pelibat
wacananya, yakni narasumber yang dihadirkan oleh Dua Sisi
115
sebagai simbol dari pihak pro dan kontra terhadap gerakan
#2019GantiPresiden. Dari pihak pro ada dua narasumber, yaitu
Neno Warisman yang merupakan Presidium
#2019gantipresiden dan juga korban persekusi, dan juga Fadli
Zon sebagai wakil ketua DPR RI dan juga Politisi Gerindra.
Selain itu dari pihak kontra juga ada dua narasumber, yaitu Ali
Mochtar Ngabalin sebagai tenaga ahli utama Kantor Staf
Presiden, dan Arsul Sani sebagai wakil ketua tim kampanye
Jokowi – Ma’ruf Amin.
Pemilihan narasumber ini menjadi simbol bahwa Dua
Sisi tidak berpihak kepada pihak pro maupun pihak kontra.
Kerena menghadirkan narasumber dengan jumlah yang
seimbang dan masing-masing memiliki peran dalam wacana
pemberitaan yang sedang diangkat.
Kemudian terdapat pernyataan langsung dari Neno
Warisman saat live Dua Sisi, ia mengatakan bahwa Gerakan
#2019GantiPresiden tidak berafiliasi pada partai politik dan
dalam deklarasinya ia hanya menyatakan pendapat dan
aspirasinya yang mewakili masyarakat khususnya kalangan
ibu-ibu dan wanita. Tetapi dari lain sisi, Ali Mochtar Ngabalin
mengatakan bahwa gerakan #2019GantiPresiden digagas oleh
partai politik dan ada dugaan makar didalamnya.
Sarana wacana di Dua Sisi terdapat penggunaan majas
pertentangan, majas perbandingan, dan majas penegasan.
Setelah meneliti tayangan Dua Sisi episode “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persekusi” Peneliti dapat memaknai
lebih dalam pada wacana yang ada dalam tayang tersebut.
116
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kejahatan pesekusi yang marak terjadi dan menimpa tokoh atau
aktifis menjelang Pemilu di Indonesia. Seharusnya pemerintah
dan aparat keamanan negara menindak tegas terhadap pelaku
persekusi yang telah terjadi di beberapa daerah, seperti yang
terjadi kepada aktifis #2019GantiPresiden yang akan
mengadakan deklasi. Pasca kejadian persekusi yang menimpa,
diketahui apparat keamanan hanya mengamankan korban
tanpa tahu siapa-siapa saja pelaku pesekusi.
Pemerintah dan DPR juga seharusnya menyusun
undang-undang tentang tindak pidana persekusi yang efektif
dan menegaskannya kepada rakyat Indonesia mana saja hal-hal
atau tindakan yang termasuk dalam persekusi. Dengan begitu,
bisa meminimalisir dan mencegah terjadinya tindakan
persekusi di masyarakat.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan,
maka peneliti ingin memberikan beberapa saran baik kepada
segenap akademisi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, khususnya Program Studi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta bagi penikmat tayangan televisi,
yaitu sebagai berikut:
1. Melihat hasil penelitian ini berupa simbol yang
memaknai terkait tayangan pemberitaan persekusi
117
dengan cara menggunakan metode analisis Semiotik
Sosial M.A.K. Halliday untuk memahami makna teks
dalam peristiwa yang terjadi. Sehingga metode M.A.K.
Halliday ini bisa menjadi acuan dalam meneliti simbol,
tanda, dan makna yang terdapat pada teks berita.
2. Peneliti berharap kepada masyarakat sebagai penikmat
berita supaya lebih selektif dalam melihat dan memaknai
tayangan berita dengan mencermati kata, kaliamat, isi
berita, dan keakuratan sumber informasi yang di berikan
oleh media massa baik itu secara verbal atau pun non-
verbal. Oleh karena itu sebagai penikmat berita
seharusnya khalayak tidak hanya menerima informasi
dari satu sumber saja tapi juga bisa membaca, menonton,
dan mendengarkan berita dari berbagai media massa agar
mengetahui kualitas kebenaran dari suatu informasi.
118
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan
Politik Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Gunadi, Ismu, Jonaedi Efendi. 2014. Cepat dan Mudah Memahami
Hukum Pidana. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi
Offset.
Halliday, M.A.K, Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan
Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-Imu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Maleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masduki. 2001. Jurnalistik Radio. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.
Morissan. 2010. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana.
Oramahi, Hasan Asy’ari. 2015. Jurnalistik Televisi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotik: Paradigma, Teori, dan
Metode Interpretasi Tanda dari Semiotik Struktural hingga
Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Riewanto, Agus. 2017. Bahaya Persekusi dan Pelecehan Hukum.
Jakarta: Surat Kabar Kedaulatan Rakyat.
119
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. 2006. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sudarto. 2006. Kapita Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sumadiria, As Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis
Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Indeks.
Waridah, Ernawati. 2014. Kumpulan Majas, Pantun, dan
Peribahasa Plus Kesusastraan Indonesia. Bandung: Ruang
Kata Imprint Kawan Pustaka.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi
“Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi”.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Jurnal
Ardipandanto, Aryojati. (2017). Persekusi: Perspektif Demokrasi,
Majalah info singkat pemerintah dalam negeri, 9(11), 19.
Karman. (2012). Wacana Media Massa tentang Keikutsertaan
Unjuk Rasa Kepala Daerah Menolak Kenaikan Harga BBM,
16(2), 125.
Mujiyanto, Bambang, Emilsyah Nur. (2013). Semiotik dalam
Metode Penelitian Komunikasi Semiotics in Research
Method of Communication, 16(1), 74.
120
Santoso, Anang. (2018). Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis
dan Analisis Wacana Kritis, (1), 2&4.
Syaputra, Rayon. (2015). Penegakan Hukum Terhadap Kasus
Perbuatan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Di Wilayah
Hukum Kepolisian Sektor Cerenti, 1(1), 2.
Teja, Mohammad. (2017). Media Sosial: Ujaran Kebencian dan
Persekusi, Majalah info singkat pemerintah dalam negeri,
9(11), 10&11.
Referensi Pendukung
Company Profile TV One, diakses pada Rabu, 27 Maret 2019
pukul 14.25 WIB, dari situs http://www.tvonenews.tv/profil.
Program TV One, diakses pada Selasa, 9 April 2019 pukul 14.35
WIB, dari situs http://www.tvonenews.tv/program.
Juniawati, Program Talk show dan Ruang Public Sphere: Upaya
Media Sebagai Industri Pro Publik. Diunduh pada 9 Juli
2018, pukul 10.47 WIB, di
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/
download/79/73.
Mustofa, Aditya Burhan. (2010). Tindak Pidana Pencemaran
Nama Baik Melalui Media Internet Dari Perspektif Hukum
Pidana. Ilmu Hukum, Fak. Hukum, Universitas Sebelas
Maret. 31
http://www.hukumonline.com/berita/baca/persekusi-bukan-
solusi--dahulukan-mediasi-dan-litigasi-oleh--reda-
manthovani, diakses pada Jumat, 11 Januari 2019, pukul
14.07 WIB.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/makna-intimidasi-
menurut-hukum-pidana, diakses pada Rabu, 6 Februari 2019
pukul 10.08 WIB.
121
http://www.jawapos.com/read/2017/06/04/kawal-persekusi-
pelaku-bisa-dipidana-berdasarkan-uu-ini, diakses pada
Rabu, 16 Januari 2019, pukul 12:30 WIB.
http://www.kompasiana.com/pardosi/memaknai-perbedaan-main-
hakim-sendiri-dan-persekusi diakses pada tanggal 16
Agustus 2017 pukul 12:12 WIB
https://www.komunikasipraktis.com/2017/06/pengertian-
persekusi.html diakses pada Rabu, 16 Januari 2019 pukul
12:00 WIB.
https://www.kontras.org/data/20170615_Pilkada_Persekusi_dan_
Teror_Negara_pdf, diunduh pada Selasa, 15 Januari 2019
pukul 22.37 WIB.
https://www.merdeka.com/tvone/, diakses pada Rabu, 10 April
2019 pukul 11.49 WIB.
https://nasional.tempo.co/amp/1086128/deklarasi-hari-ini-begini-
awal-mula-gerakan-2019gantipresiden, diakses pada
Minggu, 28 Oktober 2018 Pukul 22:19 WIB.
https://nasional.sindonews.com/read/kejahatan-persekusi-atau-
tindakan-intimidasi diakses pada tanggal 16 Agustus 2017
pukul 12:25 WIB
http://poskotanews.com/2017/06/04/dpr-nilai-persekusi-bukan-
istilah-hukum-kuhp/ diakses pada tanggal 11 Juli 2017,
pukul 14.07 WIB
http://pusdatin.rri.co.id/file/docs/1/1496367778Kep%20KPI%20
Ttg%20Pedoman%20Perilaku%20Penyiaran.pdf, diunduh
pada Senin, 9 Juli 2018 pukul 10.33 WIB.
122
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Dodi Renaldi Nasution
Jabatan : Produser Dua Sisi
Hari, Tanggal : Jumat, 15 Mei 2020, Via Telpon
Waktu : 15.55 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya dua sisi?
Dua sisi itu kan dulu, sepanjang perjalan TV One kan selalu
punya program debat, selalu kontroversi, ada dua pendapat
yang bersebrangan, pas 2014 itu selesai semuanya, jadi
program-program yang bergenre debat 2014 masih ada sampai
awal 2015 udah ngga ada, ketika Pilkada DKI ada pro kontra
lagi, ada banyak pro kontra, kita coba bikin lagi program yang
sejenis namanya Dua Sisi memang untuk mengakomodir ada
dua pandangan yang berbeda pro konta yang memang menjadi
headline atau berita di masyarakat, kalau ngga salah 11
Agustus 2017, itu dibikin juga karena 2018nya kan ada pilpres,
jadi memang itu persiapan kita di 2018 bakal ada pilpres, bakal
ada banyak ….. program dua sisi, gitu awal-awalnya.
2. Mengapa diberi nama dua sisi?
Karena memang kan ada dua pro kontra, kalau pro kontra kan
ada beberapa pendapat, ada sisi-sisi yang berbeda, makanya
kita ngambil namanya dua sisi, kita diputuskan usulan dari kita
tim di redaksi kemudian diputuskan oleh pemimpin redaksi.
3. Berapa rating & share rata-rata program Dua Sisi?
Kalau di 2018-2019 saya ngga terlalu aware dengan angka
pastinya, 0.9/1 kalau ngga salah, nah kalau sekarang ini di 2020
sampai bulai mei ini 0.8, 0.8 kalau dibandingkan dengan
stasiun lain itu lumayan banget. Data lama dari 2017-2019,
year to date Dua Sisi 2020 rating 0.8 share 3.1.
4. Apa prestasi yang pernah diraih oleh program Dua Sisi?
Nominasi Panasonic award program talkshow terfavorit, kalau
pemenangnya sudah bisa dipastikan ILC atau mata najwa
karena kan kita satu genre dengan program-program itu. Kalau
dari perusahaan ada target dan di tahun sebelumnnya tercapai.
5. Bagaimana Konsep program Dua Sisi?
Konsepnya ya itu tadi ada dua pihak yang bersebrangan, ada
isu pro dan kontra, ada dua pihak yang bersebrangan, itu yang
kita mainkan nanti di layar itu memang akan beradu argumen
dengan tempo yang cepat, kalau dua sisi yang biasanya ya
bukan posisi yang sekarang. Makanya ketika kondisi politik
kita DI 2018, 2019, ada pilpres itu memang bagus banget dan
kalau misalnya ada kasus-kasus besar dari dulu itu ada E-KTP,
setya novanto, semua orang berpolemik soal itu biasanya
disukai sama publik.
6. Siapa target penonton program Dua Sisi?
Kalau target penonton ya sesuai target penontonya TV One
yang meature, 30-an lah, kalau secara operan station sih 15+,
tapi TV One kan banyak penontonnya yang di atas 30-45 lebih
spesifik lagi, karena kalau dibawah 15 kita ngga ada.
7. Apa kesan atau citra yang ingin dibentuk oleh Dua Sisi
dihadapan penonton?
Sesuai dengan TV One, kita menampilkan fakta-fakta
dilapangaan terus kita bawa ke layar nanti penonton yang bisa
mengambil kesimpulan, kita kan ngga berpihak, kita cuma
menampilkan ada permasalahan ada pandangan dari sisi A ada
opini dari sisi B. nah, kita ada di tengah, dan kita selalu cover
both side, jadi kalau misalnya narasumber kita 4 orang, dua-
dua, dua yang setuju dengan A, duanya lagi kontra A.
8. Bagaimana tahapan pelaksanaan produksi program Dua Sisi,
mulai dari pra prodksi, produksi, hingga pasca produksi?
Kalau di sini pasca produksi ngga ada ya, karena kan kita live,
jadinya ya memang pra produksi kita ada meeting harian untuk
menentukan tema, dan tema itu bisa berubah, jadi kalau kita
tayang hari kamis kita sudah mulai meeting hari senin, untuk
mengecek tema belum tentu tema itu yang akan kita pakai, kita
juga akan mengecek narasumber pedapatnya seperti apa soal
tema yang sudah kita proyeksikan, nah nanti bisa jadi juga tema
berubah dihari H, kalau tiba-tiba ada isu yang lebih besar dan
di hari H dikejar lagi narasumber yang semuanya, biasanya
narasumbernya based on wawancara, jadi memang ada pra-
interview dulu ke narasumber-narasumber, politisi-politisi,
ataupun ke pejabat-pejabat publik.
9. Apakah terdapat SOP yang berlaku dalam memproduksi
program Dua Sisi?
Kita harus cover both side, harus ada dua sisi, dua orang, kalau
dia satu orang ya lawannya satu, kalau dua orang ya lawannya
dua. Misalnya kalau ada anggota DPR atau ada orang
pemerintahan ya dia ada yang nemenin, jadi ga mungkin kita
bikin di sini di program debatnya ini ngga imbang, jadi
memang harus imbang dua-duanya sama, dari dua sisinya itu
tinggal nanti kan mereka beradu argumennya bisa berbeda,
cuma kalau secara kuantitasnya itu memang pasti sama.
10. Apa yang menentukan tayangan Dua Sisi dilakukan secara
live?
Memang dari awal konsepnya program live, karena isu-isunya
hard issue, kalau hard issue kan kita sudah menentukan
dibeberapa hari sebelumnya pasti live dan dari awal memang
selalu live, kecuali untuk kondisi-kondisi tertentu, kalau
misalnya lebaran, atau apa, kita berubah hari karena sesuatu,
kita beradaptasi bisa menyesuaikan, ngga harus berdebat keras.
11. Bagaimana tim Dua Sisi memilih isu masyarakat untuk
diangkat menjadi materi produksi atau tema mingguan?
Dipilih, nanti diputuskan di redaksi mana yang bakal
ditayangkan, mana isu yang lebih kuat kira-kira, mana yang
lebih jadi concern publik, dan kemungkinan untuk
meningkatkan rating, makannya pertimbangan subjektif di
redaksi nanti untuk memutuskan itu.
12. Seperti apakah riset yang dilakukan untuk memperdalam
tema?
Bisa pra-interview narasumber, bisa riset dari internet, tapi
yang paling penting ya pasti pra-interview dulu kan, kita harus
tahu dulu orang itu mau ngomong apa, apa opininya dia atau
pendapatnya dia tentang satu tema itu.
13. Siapa saja yang terlibat dalam proses penentuan tema?
Semua tim, satu tim, satu tim itu terdiri dari ada manager kalau
di kita tim produksinya itu kan, kemudian ada produser
eksekutif, produser eksekutif ini nanti ynag menentukan
penanggung jawab untuk proses produksinya, kemudian ada
produser, asisten produser, dan reporter, ya dari hasil meeting
produksi itu nanti di tentukan mana temanya siapa
narasummbernya dan anglenya ke arah mana.
14. Apakah tema dapat di-cancel atau diubah apabila sewaktu-
waktu terdapat hambatan?
Bisa jadi, kalau misalnya ada isu-isu yang lebih besar lagi ya
pasti di ubah itu hal yang lumrah dan ngga berarti kalau kita
sudah undang orang terus kita menetukan tema sebelumnya
tapi tiba-tiba di hari H ada suatu peristiwa besar ya bisa saja
berubah.
15. Bagaimana Dua Sisi sebagai program talkshow membingkai
isu yang diangkat?
Tadi kan saya sudah jelaskan soal pemilihan isu dan segala
macamnya itu, apa yang menjadi concern publik, nanti kita
juga bakal menentukannya juga di redaksi, misalnya ada isu A,
B, C, nanti ditentukannya di redaksi.
16. Bagaimana menentukan pertanyaan yang sekaligus menjadi
bahan diskusi dalam Dua Sisi?
Bisa dari VT, bisa dari pernyataan-pernyataan pejabat publik
jadi ga harus dari kita langsung duluan, tapi memang kalau
pertanyaan dan turunannya itu sesuai dengan angle dari tema
yang kita pilih itu, kita bawa angle nya kemana baru kita bikin
turunannya kan.
17. Apakah host Dua Sisi, Indiarto Priadi ikut terlibat dalam
menentukan pertanyaan?
Pasti, dulu iya, sekarang hostnya Tisa, beliau pasti terlibat, kita
pasti diskusi.
18. Bagaimana menentukan tokoh yang akan menjadi narasumber
dalam Dua Sisi?
Tadikan proses produksi kita menentukan tema itu sekalian
dengan narasumbernya, kalau kita sudah menentukan tema kan
kita bisa tahu siapa-siapa yang terlibat dengan tema itu.
19. Apa yang akan dilakukan jika tim Dua Sisi tidak mendapatkan
narasumber atau narasumber yang sudah ditentukan
berhalangan hadir?
Pasti ada alternative kan, kita juga bikin proyeksi bukan hanya
satu dua orang saja, kalau kita butuh dua narasumber
diproyeksinya kita pasti ada tiga atau empat atau malah lima
orang narasumber untuk tema tersebut, jadi bukan hanya harus
dia, kecuali memang dia itu narasumber utama jadi ngga bisa
diganti, kayak yang kamu teliti itu soal Neno Warisman, ya
Neno Warismannya harus ada, kalau Neno Warismannya ngga
ada ya ngga bisa tayang programnya, karena siapa yang mau
bercerita, tapi kalau pendampingnya Neno Warisman di situ
Fadli Zon, kalau Fadli Zon kan bisa diganti siapapun ngga
harus Fadli Zon, tapi kalau Nenonya kan wajib ada, karena
memang kan story-nya itu tentang Neno, Neno yang diusir di
Batam, dia mau datang ke Batam diusir , nah kalau untuk sisi
sebelahnya kan ada Ali Mochtar Ngabalin sama Arsul Sani itu
kita pilihnya ada anggota DPR, Arsul Sani ini dari Komisi III
ini kenapa kayak gini, Fadli Zon juga dari anggota DPR Cuma
dia satu kubu sama Neno waktu itu kubunya Prabowo,
sementara waktu itu Arsul Sani sama Ngabalin itu kubunya
Jokowi, Ngabalin itu mobilnya pemerintah waktu itu dia KSP
kan staff presiden, ya kayak gitu penentuan narasumbernya.
20. Apakah jawaban dari narasumber diarahkan oleh tim Dua Sisi
ataupun host?
Engga, kita cuma menggali, sebenernya kalau udah
ditayanginkan kita udah tahu dia bakal apa tinggal kita
menggalinya mau ke sudut mananya kan angle yang mananya,
tapi kita tidak menentukan dia harus kesini, engga, kita hanya
menggali, kita hanya mengarahkan, diarahkannya dari
angelnya itu dari tema yang kita tentukan tema dan anglenya
kemana.
21. Kenapa program Dua Sisi memberitakan kasus persekusi yang
terjadi pada Neno Warisman dan beberapa tokoh pergerakan
aksi 2019 ganti presiden?
Karena memang waktu itu jadi head line kan, ketika Neno
diusir kemudian menjadi head line, dan secara rasional semua
pemberitaan pasti mengankat tema soal itu termasuk kita, kita
juga ketika bisa mastiin Nenonya hadir baru kita angkat
temanya soal itu dan kalau ga salah itu berdebat keras dan Neno
sampai walk out itu keluar dari segmen, cuma dua segmen
kalau ngga salah, dia walk out, segmen tiganya dia sendiri,
setelah itu dia cabut udah ga mau lagi dia ngomong.
22. Apa tujuan yang ingin dicapai pada episode “Kebebasan
Berpendapat Berujung Persekusi”?
Tujuannya kita ingin membuka seperti apa sih kejadian pada
saat itu, kenapa bisa ada orang dilarang untuk berpindah dari
satu kota ke kota yang lain, kenapa harus dilarang-larang,
kenapa harus sampe diusir dari sumber A-1 langsung yang
bersangkutan, terus juga ada konfirmasinya dari tim kapanye
sebelahnya itu ada Arsul Sani yang waktu itu posisinya kalau
ngga salah dia posisi direktur TKN, selain dari petinggi di
polisi pemerintah dia juga direktur di tim kampanye nah di satu
sisinya Fadli Zon salah satu jubir di tim kampanye nasional kan
di sisinya Prabowo PKN, apakah memang pengusiran Neno
mengandung politik atau apa, itu yang kita gali di program ini.
23. Apakah sejauh ini pemberitaan tersebut berpengaruh pada
pihak-pihak yang bersangkutan?
Iya, dengan adanya remnya pemerintahan soal itu, kan akhinya
neno kan udah ga mau lagi, dia juga di-bully kan , itu terakhir
kalau ngga salah, kita undang berikutnya juga udah ngga mau
lagi kalau lawannya TKN, karena dia juga merasa ngga bakal
ada solusi, padahal dia ngerasa dia itu dipersekusi bahkan
sampe ke aparat pemerintah, aparat pengamanan polisi.
24. Apa yang menyebabkan terjadinya persekusi menurut program
Dua Sisi?
Pasti karena persoalan politiklah, kan udah jelas 2019 ganti
presiden, kan digagas oleh Neno dan kawan-kawannya itu,
pasti karena itu, dia juga dilarang kesana oleh pendukung-
pendukungnya TKN, tapi memang persoalanynya persoalan
politik.
25. Bagaiman Dua Sisi melihat peran pemerintah pada kasus
tersebut?
Ya kita kan posisinya di tengah, kita cuma menyajikan ini
fakta, nah ada orang pemerintahan , ada pihak dari istana, ya
tinggal dari masyarakat yang melihat, kita cuma
menyajikannya , kita ngga ada berpihak pemerintah harus gini,
engga, kita cuma menyajikan ini fakta-fakta dilapangan tuh ada
kejadian seperti ini, nah tinggal masyarakatlah yang menilai.
26. Seperti apa gaya bahasa yang digunakan dalam naskah episode
ini?
Gaya bahasa kita pasti netral lah, kita ngga mungkin menghujat
salah satu pihak juga, kita memberitakan apa yang memang
menjadi fakta, nah termasuk di narasi itu.
27. Bagaimana evaluasi program Dua Sisi khususnya episode
“Kebebasan Berpendapat Berujung Persekusi”?
Evaluasi kalau dari ini kan jadi concern publik dan apa yang
kita sampaikan itu menerut kita tersampaikan , apa yang kita
tampilakan itu ter-delivery dengan baik, cuma memang ada
beberapa hal, kayak Neno yang walk out karena ngga suka
sama Ngabalin yang marah-marah, tinggal publik aja yang
melihat dan yang memutuskan.
28. Apakah sejauh ini isu-isu yang diangkat oleh Dua Sisi
berpengaruh pada penilaian khalayak, sehingga berpengaruh
pada kebijakan pemerintah?
Beberapa kali iya, karena memang ada kadang dari istana yang
menghubungi ke redaksi, ya berarti kan jadi concern juga di
pemerintah ya bukan cuma istana lah, dari pemerintaan ada
dari kementrian, artinya dari kementrian juga ada concern,
cuma kalau isu-isu yang diangkat.
TRANSKRIP NASKAH DUA SISI TV ONE
Kebebasan Berpendapat Berujung Persekusi
Rabu, 29 Agustus 2019
SEGMENT 1
[VIDEO TYPE]
Neno Warisman:
Saya mewakili sebuah hak bagi warga negara untuk menjalankan
demokrasi ini sehingga saya bertanya ke dalam diri saya, saya
mempertanyakan ini negara apa ya gitu, kenapa hak kita yang
dijamin undang-undang ini terus-menerus dihalangi seperti ini.
Ali Mochtar Ngabalin:
Hati-hati itu yang saya sebut dengan makar, ganti itu kata kerja,
Bahasa Arabnya fi’il amar, fi’il amr itu artinya perintah dengan
segala macam cara dipakai untuk menggantikan presiden itulah
yang saya bilang amar itu saya sebut dengan makar.
[LIVE]
Indiarto Priadi:
Selamat malam, pemirsa sampai malam hari ini sebetulnya
Indonesia sedang berpesta, sedikitnya 29 emas sudah di tangan.
Ketika pesta olahraga Asia berlangsung kita sebagai tuan rumah
sudah menunjukan kita orang hebat, semua pihak bersatu padu
untuk merayakan kehebatan ini, tapi pada saat yang sama ada hal-
hal yang kemudian banyak orang mengatakan, kenapa masyarakat
Indonesia harus terpecah ketika ada sekelompok manusia berbeda
pendapat dan ada tindakan-tindakan yang kemudian dianggap
sebuah tindakan negatif berupa persekusi. Kami ajak anda untuk
berdiskusi pada malam hari ini sebelum kami memperkenalkan
narasumber, kami ajak anda untuk melihat tayangan berikut ini.
[VIDEO TYPE]
Narator Dua Sisi:
Aksi penolakan terhadap gerakan #2019GantiPresiden kian meluas
disejumlah daerah, sebelumnya akhir Juli lalu, Neno Warisman
yang merupakan presidium #2019GantiPresiden dihadang warga
di bandara Hang Nadim Batam saat akan menghadiri acara
deklarasi 2019 ganti presiden. Yang terkini, Minggu 29 Agustus
Neno Warisman kembali dihadang ratusan orang saat menghadi
acara deklarasi #2019GantiPresiden di Pekanbaru, Riau. Kala itu
Neno Warisman dihadang di pintu gerbang bandara Sultan Syarif
Hasyim 2 Pekanbaru, Riau.
Neno Warisman:
Dan hampir juga tangan saya juga ditarik lalu saya bilang saya
ngga mau kekerasan, saya ngga suka kekerasan, saya bilang gitu,
tolong biarkan saya di sini silahkan pergi semuanya. Saya bilang
sama polisi-polisi perempuan, ga usah, ga usah ini saya, saya mau
solat kata saya. Saya mewakili sebuah hak bagi warga negara untuk
menjalankan demokrasi ini sehingga saya bertanya kedalam diri
saya, saya mempertanyakan ini negara apa ya gitu, kenapa hak kita
yang dijamin undang-undang ini terus-menerus dihalangi seperti
ini.
Narator Dua Sisi:
Musisi Ahmad Dhani yang juga merupakan aktifis
#2019GantiPresiden juga mengalami hal serupa. Dhani yang
datang ke Surabaya untuk menghadiri acara deklarasi 2019 ganti
presiden, tiba-tiba dikepung di tempat penginapannya oleh masa
yang menolak kedatangannya di kota Surabaya.
Ahmad Dhani:
Inikan negara hukum ya, kenapa kok anarkisme yang didahulukan
gitu loh, dikedepankan, saya kan bingung. Orang saya ini musisi,
saya bukan penguasa kok didemo gitu loh, aneh kan.
Narator Dua Sisi:
Penolakan tak hanya dialami aktivis #2019GantiPresiden, Ratna
Sarumpet dan Rocky Gerung juga mengalami hal serupa, mereka
ditolak saat akan mengisi acara diskusi gerakan selamatkan
Indonesia di kepulauan Bangka Belitung. Menaggapi aksi gerakan
#2019GantiPresiden yang kian meluas, Ali Mochtar Ngabalin pun
angkat bicara.
Ali Mochtar Ngabalin:
Jadi kalau anda datang ke daerah-daerah kemudian mengganggu
wilayah orang di daerah itu dia berhak punya kewenangan untuk
bisa menolak anda, bahkan harus diusir, diusir keluar, seperti di
Surabaya itu, karena itu mengacau, maka #2019GantiPresiden itu
dimaknai bahwa pada tanggal 1 Januari 2019 pukul 00 ganti
presiden, hati-hati itu yang saya sebut dengan makar.
Narator Dua Sisi:
Ya, semoga saja demokrasi negeri ini tak tercederai dengan adanya
perbedaan pilihan politik ditengah masyarakat.
[LIVE]
Indiarto Priadi:
Pemirsa kami ajak anda untuk berdiskusi dengan para narasumber
disini bahkan saya sudah diprotes oleh bang Ali Mochtar Ngabalin,
salah satu narasumber, kenapa tadi pendek. Ada bang Ali Mochtar
Ngabalin tenaga ahli dari kantor staf kepresidenan, kemudian ada
pak Arsul Sani sekjen PPP yang juga wakil ketua tim kampanye
kemudian ada bung Fadli Zon
Fadli Zon:
Assalamualaikum
Indiarto Priadi:
Waalaikumsalam, di tim kampanye jadi apa? Belum ada tim
kampanyenya ya?
Fadli Zon:
Sedang dibentuk
Indiarto Priadi:
Sedang dibentuk ya, belum ketauan ya, itu sudah keliatan soalnya.
Serta mbak Neno beliau adalah salah satu dari tiga nama yang kami
ketahui yang mengalami persekusi. Kalau tidak salah sekitar
sebulan yang lalu anda ditolak di Batam kemudian di Pekanbaru,
Riau. Saya ke bang Ali dulu, anda kok keras sekali tadi terakhir
pada saat potongan itu?
Ali Mochtar Ngabalin:
Ya saya harus mengatakan bahwa gerakan #2019GantiPresiden itu
memang selain memang memiliki value terkait dengan peradaban
rendah, peradaban moral paling terendah dalam sebuah proses
demokrasi, karena apa? Karena kita memang perlu memberikan
pendidikan, dan tanggungjawab kita kepada publik memberikan
edukasi tentang sebuah proses demokrasi. Kita bergeser dari
sebuah rezim feodal kepada rezim demokrasi. Karena itu saya, pak
sekjen, mbak Neno, Fadli Zon, dan kawan-kawan sebagai the
young generation the next ini punya tanggung jawab untuk
memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia.
Indiarto Priadi:
Kenapa harus pake kata rendah?
Ali Mochtar Ngabalin:
Iya dong, karena kalau anda mengemas itu dengan tabligh akbar
mbak Neno, Fadli Zon, kemudian pengajian, sillaturahmi, tapi
intinya adalah anda menyebarkan kebencian kepada masyarakat,
kepada umat, kepada bangsa, itu peradaban apa? Moral apa yang
dipakai? Sementara kita ini adalah orang-orang yang mempunyai
intelektual knowledge yang bagus, punya pengetahuan pejabat
negara, tokoh yang dikenal, tapi kita menggunakan narasi dan diksi
yang mencederai orang lain dalam proses demokrasi, peradaban
apa itu?
Indiarto Priadi:
Akan kita tanyakan, mbak Neno kalimat yang muncul adalah anda
dan teman-teman 2019 ganti presiden berperadaban rendah,
menyebarkan kebencian terutama kepada rezim yang sekarang
Ali Mochtar Ngabalin:
Iya, tidak mendidik kepada masyarakat
Indiarto Priadi:
Tidak mendidik, sehingga anda ditolak masuk
Neno Warisman:
Ya tidak apa-apa, pak Ngabalin kan tugasnya memang seperti itu
jadi kita pahami saja. Pak Ngabalin memang senang dengan diksi
itu kalau saya tidak senang, yang jelas didalam kuntur 2019 ganti
presiden kami menjunjung nilai-nilai keluhuran bahkan walaupun
saya kenal baik dengan Fadli Zon saya tetap mengatakan bahwa
2019 ganti presiden tidak berafiliasi ke partai, tidak menjadi
underbong ke suatu entitas tertentu, kita hanya kumpulan orang-
orang yang memiliki keluhuran budi saja, peduli pada negeri ini,
kita peduli pada persoalan-persoalan yang ada di masyarakat,
apalagi saya mewakili para ibu, kami tahu persis bagaimana
susahnya hidup hari ini dan saya kira seluruh emak-emak di negeri
ini semuanya ibu-ibu tahu gimana susahnya, dan juga gimana
susahnya mendidik anak, gimana susahnya kita menjaga
kehidupan kita dalah hal sosial yang sulit sekali
Indiarto Priadi:
Bulan lalu anda ditolak masuk di batam, tapi anda juga dan teman-
teman masih kemudian berkeliling, itu sengaja atau ular cari gebuk
atau gimana?
Neno Warisman:
Yah saya sih gak terlalu paham soal hukum, masalahnya sih saya
cuma bisa bilang itu para ahli hukum tahu saya sekedar bisa
mengatakan saya ibu-ibu, saya perempuan biasa, ini hak setiap
warga negara
Indiarto Priadi:
Tidak mencari popularitas
Neno Warisman:
Yang di berikan, melekat kedalam setiap diri untuk
mengungkapkan aspirasinya, berkumpul, melakukan kegiatan-
kegiatan yang menyampaikan aspirasi kita dan saya kira itupun
sudah cukup untuk dimengerti bahwa kita memang tidak pernah
keluar dari sana
Indiarto Priadi:
Saya garis bawah, tidak ingin mencari popularitas, sengaja agar
terjadi fiktimisasi terhadap anda dan teman-teman?
Neno Warisman:
Saya suka bilang saya ini sudah terkenal dari dulu dari kecil bahkan
jadi enggak lah, sama sekali engga lah, kalau kayak gitu tuh jauh
dari adab kita. Seperti saya katakan kita menjunjung nilai-nilai
yang tinggi, yang luhur, bahkan berpolitik pun kita berpolitik yang
luhur berpolitik yang bermasyarakat, good will from the sociaty,
kita benar-benar merekan jejak perasaan dan hati masyarakat itu
adalah nilai-nilai yang saya kira luhur.
Indiarto Priadi:
Pernyataan ini bang Ali Mochtar ngaak cukup untuk mengatakan
ini perbincangan yang coba ingin kita jelaskan bahwa tidak ingin
ada terjadi perpecahan di masyarakat, pendidikan, keluhuran,
bukan seperti kerendahan seperti yang anda katakan.
Ali Mochtar Ngabalin:
Tadi mbak Neno bilang tidak ada afiliasi terhadap partai politik,
intentitas yang baru, tapi menggunakan diksi dan narasi berpolitik
yang luhur, what is it lifes happend? Narasi apa itu? Satu, yang
kedua rakyat Indonesia tahu bahwa #2019GantiPresiden itu
produksi siapa itu, pikiran siapa itu, gerakan siapa itu, iya dong
itukan dibikin oleh Mardani Ali Sera dengan Fadli Zon dan
kawan-kawan PKS
Neno Warisman:
Salah, salah
Ali Mochtar Ngabalin:
Artinya apa, biarkan anda menggunakan narasi dan diksi apa, dan
masyarakat akan menilai, orang boleh bekuasa pak, tapi jangan
kebelet, jangan terasa seperti memaksakan keadaan situasi gitu loh,
ketika anda menggukan narasi dan diksi, kemudian
#2019gantipresiden, kemudian saya menyebutkan itu adalah
makar kok seperti kebakaran jenggot, lucu, kayak tidak siap
menghadapi ssebuah pedebatan panajang
Indiarto Priadi:
Bang Fadli Zon akan menjawab setelah pariwara di Dua Sisi
SEGMENT 2
[VIDEO TYPE]
Fahri Hamzah:
Kita menyatakan pendapat itu bagian dari pada rakyat Indonesia
itu sendiri apa pun pendapatnya apa lagi kalau sekedar minta orang
yang kita angkat untuk turun, itu punya hak kita itu
Irma Chaniago:
Saya kira Neno tuh bukan korban, Neno tuh pelaku loh, pelaku
bukan korban jangan salah ya, yang melakukan deklarasi atau
demo ganti presiden itukan dia, dia dedengkotnya loh, dia dengan
timnya, ini bukan rakyat, bukan rakyat biasa, kalau rakyat biasa
seperti kejadian rakyat yang menolak-menolak itu.
Muhammad Syafii:
Dengan hak yanga dimiliki rakyat Indonesia sesuai dengan
konstitusi bahwa masa tugas presiden ynag sekarang akan berakhir
di 2019 tentu rakyat boleh kemudian menyampaikan aspirasinya
2019 ganti presiden, jadi tidak ada aturan yang dilanggar
Hasto Kristiyanto:
Gerakan untuk ganti presiden merupakan gerakan bukan
institusional, boleh saja mereka mempromosikan gerakan presiden
A, presiden B, gerakan presiden baru, silahkan tapi ketika ganti
presiden itu merupakan hal yang tidak sesuai dengan harkat dan
martabat kita
[LIVE]
Indiarto Priadi:
Kembali ke dua sisi kami persilahkan bung Fadli untuk
menanggapi bang Ali
Fadli Zon:
Ya terimakasih, saya tertarik dengan saudara Ali Mochtar
Ngabalin tentang peradaban, ini saya menulis catatan tentang
peradaban dalam bentuk puisi,
Sajak tangan besi
Kini kau tak malu lagi
Topengmu yang terbuka menampakkan wajah sebenarnya
Disaksikan ratusan juta mata
Kau adalah penguasa durjana
Menindas segala cara
Kau tak segan lagi memberangus diskusi
Memperbanyak pesekusi
Membegal demokrasi
Kau tak segan lagi memaki samabil main hakim sendiri
Memperalat aparat keparat
Merusak hak berpendapat
Menginjak hukum
Menghujat daulat rakyat
Kau tebar intimidasi dimana-mana
Adu domba anak bangsa
Kau sang tirani tangan besi
Keadilan kini kian mati
Tapi jangan pernah kau mimpi
Harga diri tak bisa dibeli
Suara kebenaran tak mungkin dibungkam
Ketakutan menumpuk sekam
Terpercik bara menjadi api
Api perlawanan tak akan padam
Samapi kau tumbang dihantam badai gelombang
Dan seterusnya. Ini adalah… tadi saudara Ali..
Indiarto Priadi:
Tapi anda tunjukan ke siapa itu, kenapa harus ada puisi seperti itu?
Fadli Zon:
Inikan catatan peradaban, saya berekspresi, berekspresi adalah
bagian dari berpendapat yang dijamin oleh konstitusi kita, jelas itu
adalah hak yang pertama kali diperjuangkan oleh para pendiri
bangsa untuk merdeka
Indiarto Priadi:
Atau seperi sebuah tuduhan terhadap seseorang atau sesuatu atau
beberapa orang?
Fadli Zon:
Tadi saudara Ali mengatakan #2019gantipresiden ini berperadaban
rendah, kalau menurut saya terbalik, yang melakukan persekusi
itulah yang peradabannya rendah, bahkan menurut saya bukan
peradaban rendah itu biadab, itu melanggar konstitusi, jelas hak
berpendapat itu dijamin, tertulis, bahkan undang-undang juga
menjamin demikian, dan kalau ada tuduhan makar itu lebih ngawur
lagi, tidak mengerti hukum saudara Ali ini, makar itu adalah kata
pengganti dari anslah, anslah itu artinya suatu perbuatan yang
harus dengan kekerasan, ada violence attack, ketika seseorang
berbicara apalagi 2019 ganti presiden terlihat berbicara nama dan
2019 memang waktunya untuk melakukan pergantian presiden itu
adalah hak konstitusional, bahkan KPU, Banwaslu mengatakan
bahwa itu bukan kampanye, kampenye apa, sampai hari ini, sampai
detik ini belum ada calon presiden, calon wakil presiden, nanti
calon presiden calon wakil presiden itu baru adapada tanggal 23
September.
Indiarto Priadi:
Tapi pelaku persekusi bisa saja bukan siapa-siapa tanpa arahan
sekelompok orang atau sebuah institusi
Fadli Zon:
Yang jelas ada polisi disana yang bertanggung jawab terhadap
masalah keamanan, ada yang namanya objek vital itu, instalasi
vital itu adalah bandara yang harusnya netral secure dari tindakan
apapun, masa ada orang bakar ban disitu didiamkan.
Indiarto Priadi:
Kita putar tayangan berkaitan dengan hal ini tentang jawaban dari
kepolisian daerah Riau.
[VIDEO TYPE]
Kombes Pol Sunarto (Kabid Humas Polda Riau):
Jadi yang kita lakukan adalah mengamankan, rekan-rekan ketahui
kemarin kita juga sampai tempatkan personil dan polwan disitu.
Yang kedua, bahwa wilayah TKP itu berada dalam otoritas
bandara. Yang kedua dari wasari tidak ada persekusi yang ada
adalah kita mengamankan semua pihak dari potensi gangguan.
[LIVE]
Fadli Zon:
Ya contoh, inikan sepihak dari polisi, dari kapolda riau, bagaimana
Kapolda tidak mampu mengamankan, bu Neno ini disandra
dihadang selama 7,5 jam di dalam mobil, ya 7,5 jam bagaimana
tidak bisa mengamankan satu orang ini, melindungi warga negara
dari segala macam, kita kan udah lama jadi orang Indonesia, orang-
orang itukan bisa saja direkayasa ya kan, kemudian setelah sekian
jam orang itu sudah tidak ada tapi tidak boleh melaju, ini Republik
Indonesia.
Indiarto Priadi:
Anda menuduh siapa pelakunya itu?
Fadli Zon:
Harus diselidiki dong
Indiarto Priadi:
Anda akan minta polisi untuk menyelidiki itu?
Fadli Zon:
Tapi yang jelas polisi di riau atau ada oknum polisi di riau sudah
gagal untuk melakukan pengamanan di situ
Indiarto Priadi:
Saya ingin menanyakan pak Arsul
Arsul Sani:
Iya jadi kalau para politisi atau aktivis politik itu bicara biasanya
itu dia memang selalu gagah mengarahkan telunjuknya kepada
pihak lain, tapi pada saat yang sama dia lupa bahwa 4 jarinya itu
sedang mengarah kepada dirinya sendiri.
Indiarto Priadi:
Maksudnya bagaimana itu?
Fadli Zon:
Yang jelas bukan saya
Arsul Sani:
Nah jadi yang ingin saya sampaikan misalnya kalau tadi
menaggapi mbak Neno gitu yak an bukan politik tonenya tone
agama, pendidikan, ibu-ibu, dan sebagainya, kita kebetulan sama-
sama muslim ya, saya gak tahu nih apakah misalnya mbak Neno
itu setelah mengalami beberapa kejadian ini ada muhasabahnya
ga, kenapa kok saya mengalami seperti itu, apa ada yang salah pada
cara saya, pada diri saya, introspeksinya itu penting, karna
memang kalau kemudian kita angkat ini dalam koridor demokrasi
jelas dalam demokrasi ada hak, tetapikan kemudian hak ini ketika
dilaksanakan tidak dalam sebuah ruang yang kosong, ketika
kemudian itu dilaksanakan karena begitu banyak elemen
masyarakat yang bisa jadi berbeda dengan posisi-posisi kita maka
kemudian terjadilah, kalau saya boleh pinjam istilah yang alektika
dialektika ada aksi ada reaksi mesitinya kemudian menimbulkan
sebuah sintesa. Nah, saya ingin misalnya mengutip, ini bukan
pendapat saya, tapi ada di twittnya prof. jimbley, jadi
#2019gantipresiden as a hastag oke saja sebagai bagian dari hak
demokrasi, persoalnannya kemudian timbul ketika itu dibawa
kesebuah ruang, ke sebuah forum yang bersifat publik melibatkan
begitu banyak konsentrasi massa dan di dalamnya itu si isi oleh apa
yang prof. jimley disebut adalah nada-nada kebencian, konten-
konten kebencian disitulah mulai terjadi masalah
Fadli Zon:
Sekarang to the point aja, misalnya kebenciannya itu apa? Ini kan
deklarasi, pernyataan publik dan bukan di ruang kosong, mana ada
ruang kosong semuanya adalah ruang publik
Arsul Sani:
Betul di dalam ruang publik tetapi kan tidak sekedar misalnya
mengeluhkan kenaikan harga ini, kan ada juga misalnya kata-kata
bohong, antek asing dan segala macem, itukan sebuah
Fadli Zon:
Apakah itu bu Neno yang mengatakan itu
Arsul Sani:
Loh kan saya tidak mengatakan bu Neno sebagaimana bu Neno
tidak mengatakan ini, yang ingin saya sampaikan adalah ya mesti
ada introspeksi kenapa itu kemudian ditolak berulang
Fadli Zon:
Berapa orang sih yang menolak? Dalam kasus ini berapa ribu
orang yang menolak paling cuma beberapa puluh orang
Arsul Sani:
Kan bukan hanya riau, anda kan liahat juga di Surabaya, kenapa
kok kenapa ya kita itu sebagai politisi ingin agar proses demokrasi
ini
Fadli Zon:
Sekarang saya tanya, anda setuju ngga dengan persekusi terhadap
bu Neno?
Ali Mochtar Ngabalin:
Begini saya jawab, yang mau anda tuduh itu adalah Kombes
Sunarko polisi Riau dan polisi Indonesia melakukan persekusi, tadi
anda bilang polisi itu biadab kau yang bilang polisi biadab,
Fadli Zon:
Saya mengatakan begini bahwa tindakan ini
Ali Mochtar Ngabalin:
Fadli kau yang bilang polisi biadab?
Fadli Zon:
Loh iya,
Ali Mochtar Ngabalin:
Polisi biadab karena melakukan persekusi?
Fadli Zon:
Saya tidak mengatakan itu tindakan polisi
Ali Mochtar Ngabalin:
Saya mau bilang seluruh polisi Indonesia, wakil ketua DPR RI
Fadli Zon bilang kalian biadab melakukan persekusi
Fadli Zon:
Ini salah besar, bahwa tindakan persekusi adalah tidakan biadab
Ali Mochtar Ngabalin:
Kau wakil ketua DPR RI yang bilang polisi persekusi
Fadli Zon:
Anda ini mewakili presiden atau mewakili apa
Ali Mochtar Ngabalin:
Sudah, narasimu tidak bagus, kau yang bilang
Fadli Zon:
Salah
Ali Mochtar Ngabalin:
Kau yang bilang polisi persekusi
Fadli Zon:
Salah besar
SEGMENT 3
[LIVE]
Indiarto Priadi:
Pemirsa saya mengajak mbak Neno karena tadi dia keluar dari
tempat diskusi, kenapa anda keluar?
Neno Warisman:
Kekerasan gak menyelesaikan masalah, bangsa ini sudah terlalu
banyak melakukan kekerasan
Indiarto Priadi:
Tapi andakan bisa menyampaikan bahwa anda tidak suka dalam
diskusi tadi
Neno Warisman:
Biasanya saya lebih senang bicara yang teratur yang jernih dan
itulah ciri khas dari ganti presiden, kita teratur, bersih, hatinya
bersih, pikirannya jernih, itu yang menjadi ciri khas yang kita
sosialisasikan
Indiarto Priadi:
Salah satu pertanyaan dari pak Arsul adalah mengatakan bahwa
mengapa bu Neno dan teman-teman dari 2019 ganti presiden yang
ditolak masuk itu tidak introspeksi, kenapa anda ditolak?
Bukankah itu karena anda dan teman-teman itu dianggap bikin
“masalah”, apa komentar anda?
Neno Warisman:
Ya saya mencatat hal-hal ini mulai dari deklarasi tanggal 6 Mei,
jadi deklarasinya ada kita mengungkapkan keprihatinan kita
kepadakeadaan negara ini dan kita ingin sekali mengawal proses
sampai ke jelas tertulis 17 April 2019
Indiarto Priadi:
Pertanyaannya belum anda jawab, kenapa apakah anda pernah
introspeksi?
Neno Warisman:
Sebentar, sabar. Kemarin juga puluhan orang mengetuk jendela
dan meminta saya membelokan mobil supaya saya kembali, saya
hanya bilang, bapak, bapak jalani tugas bapak
Indiarto Priadi:
Yang mengetuk siapa itu?
Neno Warisman:
Ada dir intel, ada sabara, ada petugas dari macem-macem,
petinggi-petinggi, semua menginginkan saya kembali dan
kemudian saya tetap mengatakan, pak, bapak sabar menjalankan
tugas bapak dalam mengatasi aksi, kita juga bisa lihat itu hanya
anak-anak remaja ada 30 orangan bakar-bakar ban, kemudian ada
yang nari-nari seperti mabuk dan akhirnya
Indiarto Priadi:
Kok bisa anda bilang seperti mabuk?
Neno Warisman:
Gerakannya tuh begitu-gitu, yah gerakannya seperti tidak terlalu
konsen, gapapa itu ga masalah, nah tapi yang penting adalah saya
selalu mengatakan pak, saya sabar, bapak juga sabar, saya sabar
menunggu sampai gerbang dibuka, tetapi terusmenerus ketika
terjadi negosiasi dari datuk budi ya dari pihak LAM, terus menerus
tidak kunjung datang sampai pukul 9, nah ada yang menarik
sebenarnya di pukul 9 setengah itu yah, waktu itu sudah gak ada
apa-apa, sekali lagi saya katakana bahwa jiwa saya adalah jiwa
yang penyayang sehingga kalau saya bilang saya punya makanan
saya kepengen kasih polisi-polisi yang sudah kecapean dan itu saya
katakana kepada diana tabrani disebelah saya, saya sedih
melihatnya, aduh mereka jalanin kerjaan tugasnya, nah baru saya
ngomong kayak begitu datang makanan, gak lama kemudian ga
lama ada hujan batu, bang bang bak bak, hujan batu yang bunyinya
sangat keras dan bertubi-tubi
Indiarto Priadi:
Pelakunya gak tau anda?
Neno Warisman:
Gak tau pokoknya saya kan di dalam mobil, batu beterbangan terus
kemudian sebelumnya kana da air mineral dipukul ada benda keras
2 atau 3 kali, tapi ini hujan batu sungguh-sungguh membuat semua
di dalam mobil sedikit kaget, nah ketika kemudian, adalagi
mengetuk disebelah kanan, ibu ini situasinya gawat, terus saya
bilang, pak, bapak yang bertugas untuk mengamankan saya, maka
bapak tolong amankan keadaan, ada hal yang saya rasakan sendiri,
jadi kan yang punya mobil kan sayang sama mobilnya, mobil itu
supaya mundur, mau dimundurin ga bisa, mobil itu diganjal, siapa
yang ganjal saya ngga tau, mengganjal kemudian bertubi-tubi lagi,
seperti yang teman-teman dengar atau lihat, itu ada seorang bapak
ada beberapa tangan menggebrak kemudian mengeluarkan paksa
semuanya diseret, supir diseret, jadi seketika kejadian yang terjadi.
Indiarto Priadi:
Jadi hal-hal yang tidak menyenangkan saat itu, saya tau anda pasti
merasa sedih, tertekan, marah dan sebagainya
Neno Warisman:
Saya gini, saya gini, saya gini, saya ini ibu-ibu, saya ini
perempuan, saya ga suka kekerasan makannya saya bilang itu
siapap yang teriak-teriak itu, tolong jangan teriak-teriak kita bisa
ngomong baik-baik dan empat mata
Indiarto Priadi:
Siap, saya harus kembali kesana, mbak Neno terimakasih. Bang,
Bang Ali ikutan kesini, kalau ini perlakuan terhadap mbak Neno
Warisman atau kemudian terhadap beberapa yang lainnya intinya
beliau mengatakan tadi tuh ngga nyaman, ketika disana dilemparin
dan sebagainya, artinya dugaannya orang yang tidak setuju dengan
gerakan hastag itu tagar itu dan itu pasti arahnya ketempat yang
bersebrangan dengan mereka
Ali Mochtar Ngabalin:
Bapak tahu ga, pertanyaannya sederhana, kenapa? Karena anda
datang membuat kekacauan ditempatnya orang, orang tenang
memikirkan hidup saja dengan bagus, anda datang membuat
kekacauan membuat orang terhambat dengan aktifitas keseharian,
anda membawa massa dengan begitu besar, orang terganggu orang
datang membuat deklarasi di kampungnya
Indiarto Priadi:
Dia masih didalam, dia belum melakukan apa-apa, tapi kemudian
dianggap sudah mengganggu
Ali Mochtar Ngabalin:
Karena itu preventif perintah undang-undang kepada kepolisian
negara, undang-undang nomer Sembilan tahun 1998, karena
mereka tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal 15, saya bekas
DPR, ini DPR, ini DPR, yang mengerti
Fadli Zon:
Kalau yang kita lihat, apa yang disampaikan dalam deklarasi-
deklarasi, nih saya juga baru liat kok ini, deklarasi, apa sih yang
dideklarasikan, deklarasi luar biasa bagus, “kami relawan nasional
2019 ganti presiden dengan ini menyatakan sikap atas kemiskinan,
ketidakadilan, ketidakberpihakan, dan ancaman terhadap
kedaulatan, serta krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini di bumi
NKRI, karena itu kami bertekad akan terus berjuang bersama
seluruh rakyat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik,
berdaulat, bermartabat, adil, makmur, dan berakhlaq mulia.
Dengan memohon ridho Allah SWT. dan dukungan dari seluruh
rakyat kami siap mengawal jalannya proses pemilihan umum
yang..”
Indiarto Priadi:
Baik sudah cukup
Fadli Zon:
Apa yang ditakutkan
Ali Mochtar Ngabalin:
Karena itu berbohong, itu menipu, itu pernyataan menipu, krisis
kepemimpinan apa yang anda maksud, kau bilang krisis
kepemimpinan apa? Akhlak mulia apa? Narasi itu yang anda
keliru, anda menipu orang banyak kau menipu rakyat, narasimu
tidak benar, itu ber bohong, menipu, menipu.
Arsul Sani:
Tadikan saya katakana, persoalan 2019 ganti presiden itu kan ada
pada forum dan forum itu kan bukan cuma kemudian membacakan
deklarasi setelah itu bubar, kan tidak seperti itu,
Fadli Zon:
Jangan beranda-andai
Arsul Sani:
yang ada kemudian anda pidato
Fadli Zon:
terus kenapa dengan pidato, ada masalah apa dengan pidato?
Arsul Sani:
Kalau anda bilang terserah pada pidato, berarti saya juga berhak
mengatakan terserah pada reaksi masyarakat setempat, jangan
seperti itu, itu namanya anda mau menang sendiri
Fadli Zon:
Itu hak berpendapat, berekspresi
Arsul:
Hak berpendapat kita hormati, tapi juga ada rambu-rambunya
Fadli Zon:
Apa rambu-rambunya?
Ali Mochtar Ngabalin:
Ada rambu-rambunya, dengar sini, sebagai wakil ketua DPR RI
saya ingatkan anda, dengar baik-baik Fadli, UU no. 9 98 pasal 6
menghargai hak perbedaan orang
Fadli Zon:
Persis
Ali Mochtar Ngabalin:
Satu, menjanga norma-norma yang belaku ditengah-tengah
kehidupan masyarakat
Fadli Zon:
Dijaga selama ini baik-baik saja
Ali Mochtar Ngabalin:
Persoalan keamanan
Fadli Zon:
Persoalan keamanan ngga ada masalah
Ali Mochtar Ngabalin:
Apa yang kau bilang? Dimana?
Fadli Zon:
Disitulah kewajiban aparat keamanan
Ali Mochtar Ngabalin:
Di situlah ketidaktahuanmu, kedunguanmu, kebodohanmu
Fadli Zon:
Anda yang tidak tahu, kamu yang bodoh
Ali Mochtar Ngabalin:
Kau tidak mengerti, gimana ketua DPR tidak mengerti
Fadli Zon:
Belajar dulu demokrasi saudara Ali
Indiarto Priadi:
Cukup-cukup, ini diksi yang dibangun, narasi yang dibangun,
mohon maaf, mohon maaf, saya harus jadi moderator yang baik,
cukup, cukup, cukup, ini perbincangannya menjadi tidak moderasi
lagi. Baik, saya ingin memberi kesempatan, sebentar, silakan di
ujung telpon ada Mahendradatta, ini akan ngomong pada hukum
karena tadi sudah disinggung-singgung soal hukum, bung
Mahendradatta sebagai penasehat hukum Neno Warisman, silakan.
Ali Mochtar Ngabalin:
Siapa ini namanya?
Indiarto Priadi:
Mahendradatta
Ali Mochtar Ngabalin:
Nah ngomong, saya mau dengar apa pernyataanmu
Mahendradatta: (pengacara Neno Warisman)
Apa yang mau ditanyakan?
Indiarto Priadi:
Apa yang mau anda sampaikan? Karena anda merasa ada hal
hukum yang harus anda teruskan sebagai penasehat hukum dari
Neno Warisman
Mahendradatta:
Iya, inikan sesuai dengan fakta yang sudah saya pelajari yang yang
diberikan kepada saya bahwa RGT ini sebetulnya cuma sekedar
deklarasi, menyatakan keinginan, menyatakan keingingin kok
masa ga boleh, yah, ga usahlah bentak-bentak, ga usahlah teriak-
teriak kayak gitu, saya denger kayak saya ga bisa denger
Ali Mochtar Ngabalin:
Kayak apa, kau mau apa?
Mahendradatta:
Hei, apa kamu? Mau apa?
Ali Mochtar Ngabalin:
Saya tunggu kau di studio, datang kemari cepat
Mahendradatta:
Saya mau bicara baik-baik, kita mau bicara baik-baik, ga boleh?
Inikan talk show
Ali Mochtar Ngabalin:
Saya tunggu kau di studio
Indiarto Priadi:
Maaf, silakan bicara, bang Ali cukup
Mahendradatta:
Sekarang begini saya tidak akan mengikuti dia
Ali Mochtar Ngabalin:
Ga usah kau bilang bentak-bentak, kemari kau mahendradatta,
saya tunggu kau
Mahendradatta:
Saya ngga mau ngikuti dia, sekarang masalahnya itu Cuma
tanggung aja, sekarang saya katakan kalau ada orang yang
tersinggung dengan deklarasi-deklarasi RGT apakah kemudian
dipikirkan orang yang deklarasi RGT juga tersinggung dengan
deklarasi-deklarasi , oleh karena itu jangan baper sama-samalah
tidak ada dalam hal ini Cuma ingin menyatakan keinginan saja,
orang menyatakan keninginan saja kok dimarah-marahin kamu, ga
boleh? Orang cuma ingin bilang bahwa saya itu ingin begini di
tahun 2019, boleh-boleh ajalah, keinginan saja sudah
dipermasalahkan, baru keinginan sudah dipermasalahkan,
keinginan kan konstitusional jangan terlalu sadis lah, jangan terlalu
kejam, orang itu ingin menyatakan keinginannya, masa ga boleh
sih
Indiarto Priadi:
Pak mahendra, saya ingin mengunci pernyataan anda, kalau
keinginan tersebut dianggap negatif oleh kelompok yang lain
bukan kah itu sebuah hak juga bagi orang lain?
Mahendradatta:
Yah kita berpikir dengan dua sisi, namanya aja dua sisi, yah kalau
kita menyinggung kelompok yang lain, yah apakah kita tidak
tersinggung bahwa orang-orang yang ingin ganti presiden itu tidak
tersinggung dengan pernyataan dukungan-dukungan ke pak
presiden, kan sama aja, hanya saja penyelesaiannya yang berbeda
Indiarto Priadi:
Baik, terimakasih pak Mahendradatta, kita dengarkan suara pak
Arsul
Arsul Sani:
Jadi sekali lagi mau saya samapaikan, persoalan itu bagi
masyarakat yang menolak bukan ada pada isi deklarasi tapi kan
sebagaimana bisa kita saksikan misalnya ketika deklarasi pertama
kAli itukan tidak hanya sekedar membaca itu selesai, ada pidato-
pidato yang dalam istilah professor jimbley assidiqi itulah yang
menggambar kebencian
Fadli Zon:
Tidak ada masalah pada pidato pak, gini loh pak, mau 2019 tetap
Jokowi kita hargai, mau 2019 ganti presiden kita hargai, itulah
demokrasi
Arsul Sani:
Setuju saya, persoalannya bukan di hastag, persoalannya itu tadi
pada konten
Fadli Zon:
Kalau deklarasi Jokowi dua periode, tetap Jokowi, kok diaman
kan?
Arsul Sani:
Karena tidak menjelek-jelekan pak Prabowo misalnya, tidak
Fadli Zon:
Ini juga menyatakan keadaan kok, kalau punya bukti laporan saja
Arsul Sani:
Coba, anda pasti akan marah kalau ada deklarasi Jokowi dua
periode yang disertai dengan ujaran kebencian kepada pak
Prabowo, persoalannya kan ada disitu
Fadli Zon:
Ada ujaran kebencian ngga?
Arsul Sani:
Ya ada, ketika orang bicara soal
Indiarto Priadi:
Saya harus menghentikan perbincangan ini karena, maaf tidak ada
alasan. Bapak Mahendradata yang terakhir, apakan anda akan
menuntut seseorang atau kelompok karena anda sudah mengatakan
sendiri sebagai penasehat hukum dari seorang Neno Warisman,
pak Mahendradata? Sudah tidak ada, oke kita akan break, kami
akan kembali sesaat lagi.
SEGMENT 4
[LIVE]
Indiarto Priadi:
Pemirsa ini segmen terakhir, saya akan minta dulu komentar dari
mbak Neno Warisman, mbak Neno, apa pernyataan terakhir anda,
apa anda mau menuntut seseorang atau suatu kelompok
masyarakat karena apa yang anda alami?
Neno Warisman:
Saya cuma mau bilang bahwa bangsa ini masa depan itu bukan
milik kita tapi milik anak cucu kita, karena itu anak cucu kita
membutuhkan keteladanan, membutuhkan kepastian akan nasib
mereka di masa datang, maka kita harus memberi teladan yang
baik, acara ini bukan hanya orang dewasa tapi anak remaja juga
ikut menyaksikan sehingga kita punya tanggung jawab untuk
memberikan teladan kepada mereka
Indiarto Priadi:
Khusus pada kasus anda bagaimana?
Neno Warisman:
Soal kasus yang kemarin
Indiarto Priadi:
Anda ditolak, apa yang akan anda sampaikan kepada publik?
Neno Warisman:
Yang menolak itu gini, spanduknya kan juga sama dimana-mana,
perilakunya juga sama, saya kira akan reda dengan sendirinya,
apalagi kemarin kan pak Jokowi juga sudah mengatakan jangan
bersikap barbar apalagi kepada, saya ga tau jelasnya, pokoknya ada
kata jangan persekusi itu barbar jadi jangan seperti itu, jadi saya
kira insyaallah relawan ganti presiden akan aman melakukan
deklarasi dimana-mana
Indiarto Priadi:
Terimakasih semoga pesan anda sampai. Pak Arsul Sani, sebagai
pernyataan terakhir, apa yang ingin anda sampaikan terutama
kepada mereka yang masih mendukung hashtag 2019 ganti
presiden? Mungkin akan deklarasi lagi akan pindah ketempat yang
lain juga
Arsul Sani:
Yang ingin saya sampaikan pak Jokowi dan pak Prabowo sore ini
dibalut oleh merah putih telah berpelukan nah kita harus bisa
mengambil makna, mengambil makna itu artinya kita menjaga
kesejukan menjelang menuju pilpres di bulan April 2019 nanti, nah
saya ingin meminta pertama tentu kepada koalisi saya sendiri dan
kepada yang ada di koalisinya pak Prabowo hal-hal yang kemudian
mendatangkan katakanlah penolakan yang meluas, penolakan
massa memang harus kita sikapi dengan bijak masing-masing kita
itu ya harus punya keberanian untuk bermuhasabah tadi,
mengoreksi, merenungkan diri, jangan-jangan pada diri kita ada
yang salah dengan apa yang kita lakukan
Indiarto Priadi:
Yang hastag ini maupun yang disini
Arsul Sani:
Meskipun itu hak berdemokrasi
Indiarto Priadi:
Yang dijamin oleh konstitusi
Arsul Sani:
Betul, itu saja yang ingin saya sampaikan
Indiarto Priadi:
Bang Fadli yang terakhir
Fadli Zon:
Saya kira kita sudah berdemokrasi ini lebih dari 20 tahun ya artinya
di era reformasi demokrasi menjadi jalan yang sudah kita pilih
dalam bernegara, jangan sampai kita ditarik mundur lagi, marilah
kita berdemokrasi secara dewasa, kita saling menghargai pendapat
orang, mereka mempunyai sikap yang berbeda, dan saya kira ini
yang kita harapkan, kita demokrasi yang dewasa itu menghargai
perbedaan pendapat, tidak ada demokrasi tanpa ada perbedaan
pendapat dan saya kira ini yang harus kita tunjukan apalagi hak
warga negara yang dijamin oleh konstitusi kita jadi sejauh ini
selama ini ya yang #2019gantipresiden mereka bikin deklarasi
dimana-mana jauh sebelum itu dan saya kira baik-baik saja, kalau
sekarang kebetulan sudah ada calon itu hak mereka, kalau kemarin
ada 3-4 calon jugakan akan berbeda situasinya saya kira apapun
termasuk mau 2019 tetap Jokowi saya kira itu sah-sah saja
semuanya ini baik-baik saja tinggal bagaimana aparat juga
berpihak secara netral, berpihaknya juga kepada netralistas dan
profesionalitas jadi jangan sampai ada lagi kedepan ini presekusi
dan sebagainya karena itu yang menimbulkan apa yang disebut
juga oleh pak Arsul persekusi itu menimbulkan aksi reaksi di
masyarakat ini yang kita harapkan kedepan
Indiarto Priadi:
Terakhir dari istana keprisedanan
Ali Mochtar Ngabalin:
Ya saya mau bilang kepada masyarakat Indonesia utamanya Fadli,
Neno Warisman dan semua para penyebar kebencian
#2019gantipresiden
Indiarto Priadi:
Tolong yang adem-adem
Fadli Zon:
Kalau itu dianggap sebagai penyebar kebencian saya sangat
keberatan
Ali Mochtar Ngabalin:
Ingat, freedom of ekspresion itu adalah… kau dengar dulu karena
kau bicara tadi saya dengar
Fadli Zon:
Anda menyebut penyebar kebencian, ya tapi tadi anda menuduh
penyebar kebencian
Ali Mochtar Ngabalin:
Tidak usah kau panas dingin dengan komentar saya
Fadli Zon:
Anda menuduh penyebar kebencian
Ali Mochtar Ngabalin:
Memang anda penyebar kebencian
Fadli Zon:
Tidak penyebar kebencian itu berpendapat
Ali Mochtar Ngabalin:
Jadi kebebasan berpendapat itu adalah kebebasan yang tidak
absolute, memang diatur oleh undang-undang dasar 1945 pasal 28
e tapi ada turunannya undang-undang nomer 9
Fadli Zon:
Tapi anda tidak boleh menuduh itu penyebaran kebencian
Ali Mochtar Ngabalin:
Ada ketentuan ada aturan karena negara ini negara ada aturannya,
negara ini ada sistemnya yang mengatur sebuah proses tetapi kalau
proses itu diatur dengan cara-cara menipu, berbohong,
mengkalabuhi publik mengatas namakan agama, itulah yang saya
katakana anda menipu, berbohong gitu loh
Fadli Zon:
Itu salah, anda yang menipu dan berbohong
Indiarto Priadi:
Cukup, anda kami ajak untuk melihat tayangan berikut ini karena
ini menunjukkan bahwa pada saat ini hal yang melegakan terjadi
ketika di final pencak silat pemenangnya Hanifan kalau tidak salah
memeluk pak Jokowi dan memeluk pak Prabowo bersama-sama,
berbeda pendapat boleh tapi kalau sudah urusan negeri ini yang
harus menang adalah Indonesia, NKRI harus satu.
DOKUMENTASI