Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA
DALAM FILM HUJAN BULAN JUNI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
AHMAD SOPYAN ASAURI
NIM : 1112051000166
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2019 M
i
ABSTRAK
Ahmad Sopyan Asauri, 1112051000166, Analisis Semiotika
Makna Toleransi Agama Dalam Film Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni merupakan film yang bergenre drama
pada tahun 2017. Film ini dibuat dari novel Hujan Bulan Juni.
Film yang berlokasi di kota Jakarta dan Manado ini,
mengindikasikan bagaimana toleransi yang terjadi didalam
kehidupan yang multikultural. Film Hujan Bulan Juni dapat
dijadikan contoh betapa pentingnya melihat toleransi antar
golongan dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan.
Maka, dalam hal ini peneliti merumuskan dua pertanyaan,
Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam Hujan Bulan
Juni? Kemudian, apa makna toleransi agama yang terdapat dalam
film Hujan Bulan Juni?
Penelitian ini berfokus pada makna denotasi, konotasi dan
mitos dalam semiotik yang kemudian dikaitkan dengan unsur-
unsur toleransi. Dalam penelitian ini menggunakan metode
semiotika dengan menggunakan teori Roland Barthes, dimana ia
menjelaskan tentang makna denotasi, konotasi serta mitos.
Film Hujan Bulan Juni ini menjelaskan bagaimana cara
berkomunikasi dengan orang berbeda agama dan budaya yang
perlu dikaji secara semiosis. Karena banyak simbol- simbol atau
tanda-tanda yang mungkin menghadirkan berbagai interpretasi
dan pesan simbolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi agama dan
budaya yang terdapat pada makna simbol yang muncul dalam
beberapa scene atau adegan di dalam film Hujan Bulan Juni.
Peneliti menjelaskannya dalam tabel-tabel yang menjelaskan
makna denotasi, konotasi, dan mitos. Kemudian terdapat pula
scene atau adegan yang berkaitan dengan unsur-unsur toleransi.
Kata kunci : Film, Hujan Bulan Juni, Toleransi Agama dan
Budaya, Denotasi, Konotasi, Mitos dan Semiotik.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin
Segala puji bagi Allah Subhanu wa Ta’ala yang telah
memberikan kasih sayang-Nya serta kemudahan dan kelancaran
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Analisis Semiotika Makna Toleransi Agama Dalam Film
Hujan Bulan Juni” Sholawat serta salam dipanjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan hingga
akhir penulisan skripsi ini selesai. Atas bantuan dan dukungannya
maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Dekan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti
Napsiyah, MSW. Sebagai Wakil Dekan I Bidang
Akademik. Dr. Sihabudin N, M.Ag sebagai Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Sastrawijaya, MA. Sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.si.., sebagai Ketua Jurusan
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A sebagai Sekretaris
iii
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI).
3. Ade Masturi, M.A sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang tidak bosan-bosannya meluangkan waktu dan
selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
5. Prof. Dr. Andi M. Faisal Bakti, M.A. sebagai Dosen
Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Fakultas, serta
bagian Tata Usaha yang telah membantu penulis
dalam mempergunakan buku-buku dan pembuatan
surat menyurat.
7. Kedua orang tua tercinta, bapak H. Nurhadi, ibu
Hj.Haryati. yang selalu mendoakan saya di setiap
sujudnya. Bapak kolot, emak kolot dan emak oyot
yang berada dikampung tercinta. Tidak lupa juga
mang Herman dan bi Nun beserta keluarga besar pak
RT Marsan dan Hj. Harkat yang selalu mendoakan
saya dikampung halaman.
iv
8. Pemuda pemudi kampung Garudug desa Ranca Iyuh
yang selalu memberi semangat dan suport pada
penulis
9. Seluruh Mahasiswa Fakultas Dakwan dan Ilmu
Komunikasi khususnya jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam tahun angkatan 2012, yang telah
menemani dan membuat cerita selama kuliah
dikampus ini
10. Motor kesayangan, vebi alias vespa biru, nengsih
vespa putih dan vario tecno yang selalu setia
menemani penulis kemanapun hingga dapat
menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran skripsi ini. Semoga Allah Subhnahu wa Ta’ala
memberikan kebaikan dan karunia yang tidak terhingga kepada
kita semua.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan dapat memberikan kontribusi positif bagi
bidang keilmuan.
Jakarta, 27 Mei 2018
Ahmad Sopyan Asauri
v
Daftar Isi
ABSTRAK .....................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................... 7
1. Batasan Masalah..................................................... 7
2. Rumusan Masalah .................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 8
1. Tujuan Penelitian ................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................. 8
D. Metodologi Penelitian .................................................. 9
1. Subjek dan Objek Penelitian .................................. 9
2. Paradigma Penelitian ............................................ 10
3. Pendekatan Penelitian ......................................... 10
4. Metode Penelitian................................................. 11
5. Teknik Pengumpulan Data ................................... 12
6. Teknik Analisis Data ............................................ 14
E. Tinjauan Pustaka ........................................................ 14
F. Sistematika Penulisan................................................. 17
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP ................. 21
A. Landasan Teori .......................................................... 21
1. Tinjauan Umum Semiotika .................................. 21
2. Semiotika Roland Barthes ................................... 24
B. Tinjauan Umum Tentang Film ................................. 29
1. Pengertian Film .................................................... 29
vi
2. Sejarah Film ........................................................ 32
3. Jenis-Jenis Film .................................................... 34
4. Unsur-unsur Film ................................................. 37
5. Struktur Dalam Film ............................................ 41
6. Sinematografi Film............................................... 42
C. Tinjauan Umum Tentang Toleransi .......................... 45
D. Unsur-unsur Toleransi ............................................... 57
BAB III GAMBARAN UMUM................................................. 61
A. Gambaran Umum Film Hujan Bulan Juni ................. 61
B. Sinopsis Film Hujan Bulan Juni ................................. 63
C. Profil SutradaraFilm Hujan Bulan Juni ...................... 66
D. Profil Pemain Film Hujan Bulan Juni ........................ 67
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN .............................. 79
A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Film
Hujan Bulan Juni .................................................. ..... 80
B. Makna Toleransi Agama dan Budaya Dalam Film
Hujan Bulan Juni ...................................................... 106
BAB V PENUTUP .................................................................... 111
A. Kesimpulan .............................................................. 111
B. Saran ......................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Daftar Tabel
1. Tabel 4.1 ............................................................................... 81
2. Tabel 4.2 ............................................................................... 87
3. Tabel 4.3 ................................................................................ 92
4. Tabel 4.4 ................................................................................ 97
5. Tabel 4.5 .............................................................................. 102
viii
Daftar Gambar
1. Gambar 2. 1 Peta Roland Barthes .......................................... 25
2. Gambar 2.2 Order Signification ............................................. 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk mulai dari
agama, suku, bahasa dan adat istiadat. Kemajemukan bangsa
Indonesia menjadi negeri yang menarik dan kaya akan tradisi.
Dari berbagai keragaman dan kebhinekaan yang ada, tidak
terkecuali keberagaman agama, merupakan suatu anugerah yang
sangat luar biasa dari sang maha kuasa. Dan juga telah menjadi
bukti sejarah bahwa bangsa ini bisa menumbuhkan rasa toleransi
dalam perbedaan keyakinan hingga budaya sehingga menjadi
pendorong kemerdekaan negara Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa bangsa ini telah berhasil
menjadikan keragaman agama sebagai salah satu alat pemersatu
yang sangat efektif, sehinga mampu menciutkan perbedaan yang
ada.1
Akan tetapi, pada saat ini keadaan toleransi dalam
kebhinekaan nyaris menjadi buruk dan sedikit demi sedikit
seperti menghilang dari kehidupan bangsa. Hal ini bisa
berdampak buruk bagi masa depan bangsa Indonesia. Hilangnya
1 H.Mubarok, Kompendium Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta:
Pusat Kerukunan Umat Beragama), h. 6
2
toleransi juga dapat menghancurkan kesatuan dan persatuan.
Intoleransi yang mulai meluas bisa terjadi akibat masyarakat kita
mudah terpengaruh dengan informasi bohong atau hoaks. Hal itu
terbukti ketika informasi dari orang ke orang, dan banyak juga
berita yang dilebih-lebihkan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab di media sosial. Dalam hal ini, komunikasi massa
merupakan media yang sangat berpengaruh bagi umat manusia,
yakni melalui pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
Salah satu bentuk media komunikasi tersebut adalah film.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang
dapat menyampaikan pesan secara massif dan mempunyai
sasaran yang beragam baik dari agama, etnis, status, umur dan
letak geografis yang dapat memainkan peran untuk
menyampaikan pesan tertentu terhadap masyarakat.2. film juga
dapat dipandang melalui dua hal, yaitu dari segi fisik dan non
fisik. Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh penemuan dan
kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak pada
wujud teknologi perekaman maupun penyajian. Sedangkan dari
2Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola
Alternatif Dakwah Melalui TV (Bandung: Pusday Press, 2000), h. 95
3
segi non fisik atau sisi cerita, film lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor perkembangan budaya.3
Saat ini film merupakan salah satu hiburan yang memiliki
daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat, dalam berbagai
macam genre yang dihasilkan. Namun, film yang bagus dan
berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja, akan
tetapi mempunya pesan moral maupun dakwah yang disampaikan
kepada penonton. Melalui tanda-tanda, simbol dan ikon yang
terkandung di dalamnya.
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, menonton film
sangat mudah di dapatakan. Setiap hari, bahkan setiap jam kita
dapat menyaksiskan berbagai film melalui televisi, bioskop,
hingga internet yang sudah tersebar dimana-mana. Namun, film
juga bisa menjadi media pendidikan, terutama terkait dengan
pesan-pesan yang disampaikan pada film tersebut agar dapat
diterima oleh masyarakat tanpa terasa menggurui. Film bukan
hanya sekedar hiburan yang berbagai ceritanya mudah dilupakan
begitu saja. Sebaliknya, film juga banyak menanamkan sebuah
pelajaran, hikmah menarik dan menghayati kisahnya sembari kita
3Estu niyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk
Pembelajaran Sinematografi (Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1
4
menikmati alur cerita. Terdapat beberapa film yang memberikan
pelajaran tentang nilai-nilai toleransi antara lain; film Tiga Hati
Dua Dunia Satu Cinta yang rilis pada tahun 2010.
Film ini menceritakan tentang kisah seorang laki-laki yang
menikahi dua orang perempuan dengan dua agama yang berbeda.
Selanjutnya, film Mencari Hilal (2015). Film ini menceritakan
tentang perbedaan prinsip antara ayah dan anak, yang tujuannya
sama-sama ingin menemukan jalan kebenaran. Film yang tak
kalah menarik lainnya adalah film karya Hanung Bramantyo yang
berjudul Tanda Tanya. Film tersebut menggambarkan perbedaan
dari sisi konflik dan benturan prinsip. Dan banyak lagi film yang
mengandung nilai-nilai toleransi di dalamnya.
Penulis dalam hal ini, tertarik untuk meneliti film karya pria
kelahiran Yogyakarta Rani Nurcahyo Hestu Saputra, seorang
sutradara kondang yang berhasil membuat film edukasi berbasis
nilai-nilai toleransi dalam beragama dan berbudaya, sehingga
menjadi pembelajaran bagi kalangan anak muda di negeri ini.
Film yang dibut oleh Reny Nurcahyo Hestu Saputra ini diangkat
dari sebuah novel berjudul “Hujan Bulan Juni” karya seorang
sastrawan Sapardi Djoko Damono.
5
Sebelum dijadikan sebuah film, Hujan Bulan Juni telah
lebih dahulu dijadikan lagu, komik, novel dan akhirnya di layar
lebar. Sebuah film drama Indonesia yang mengambil lokasi
syuting 80% di kota Manado, Jakarta hingga Jepang ini
menceritakan tentang hubungan dua orang remaja yang bekerja
sebagai staf departemen di Universitas Indonesia. Pingkan
(Kristen), diperankan oleh Velove Vexia yang diproyeksikan
sebagai dosen muda jurusan Sastra Jepang.
Sarwono (Islam) sebagai akademisi Antropologi. Film ini
bukan seperti film-film remaja lainnya, akan tetapi film ini
terlihat menuntun orang untuk lebih dewasa. Terutama dilihat
dari cara Sarwono dan Pingkan menjalani hubungan mereka,
walaupun dalam keadaan berbeda dalam keyakinan (agama) dan
budaya, mereka menghabiskan hidupnya di lingkungan
Universitas. Sarwono adalah akademisi Antropologi dan Pinkan
seorang dosen muda yang mendapat kesempatan kuliah di Jepang
selama dua tahun, karena takut kesepian dan khawatir kekasihnya
diambil orang. Sarwono pun meminta pingkan untuk menjadi
asistennya selama berada di Manado untuk tugas presentasi
6
kerjasama antar jurusan Antropologi ke Universitas Sam
Ratulangi.
Disanalah Pingkan bertemu dengan keluarga besar
almarhum ayahnya. Dalam pertemuan ini Pingkan dipojokan
pertanyaan-pertanyaan tentang hubungannya dengan Sarwono
oleh keluarga almarhum ayahnya, karena ia orang Solo bukan
Manado. Ben sepupu Pingkan yang diperankan oleh Baim Wong
juga selalu memojokan Pingkan tentang hubungannya dengan
Sarwono yang beda agama dan budaya.
Hal ini terekam jelas dalam film Hujan Bulan Juni pada
menit ke 59: 26, saat Sarwono, pingkan dan Baim dalam
perjalanan menuju Gorontalo. Di dalam mobil Baim menanyakan
keseriusan hubungan Pingkan dan Sarwono. Seperti: Baim:
“Kamu serius berhubungan dengan dia? Kamu mau menikah
dengan dia? Dan Pingkan pun menjawab‟berani gimana maksud
kamu?” lalu Ben menanyakan lagi: “kalau kamu punya anak
nanti anak kamu ikut siapa? lalu Pingkan menjawab:”yaaa ikut
orang tuanya lah.
Melihat bagaimana bisa dua orang yang berbeda agama dan
budaya tersebut bisa menjalani hubungan dengan harmonis, maka
7
penulis akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS
SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM
HUJAN BULAN JUNI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Melihat latar belakang masalah diatas, untuk
menghindari meluasnya pembahasan dan mempertajam
analisis penelitian, peneliti memberikan batasan masalah
dengan berfokus hanya pada rangkaian gambar scene dan
dialog terkait toleransi agama dan budaya dalam film Hujan
Bulan Juni dengan menggunakan analisis semiotik Roland
Barthes. Karena menurut Bhartes semua objek kultural dapat
dioleh secara tekstual. Dengan demikian dapat meneliti
bermacam-macam teks seperti film, berita, fiksi dan drama.4
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang telah penulis buat yakni
sebagai berikut:
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing,(bandung: Remaja Rosdakarya,
2006),hal.123
8
a. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos
yang terdapat dalam film Hujan Bulan Juni?
b. Apa saja pesan-pesan toleransi agama dan budaya
dalam film Hujan Bulan Juni
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini diantaranya:
a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan
mitos yang terdapat dalam film Hujan Bulan Juni.
b. Untuk mengetahui bagaimana toleransi agama dan
budaya dalam film Hujan Bulan Juni.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik dari segi akademis maupun praktis.
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapan dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan tentang makna toleransi
agama dan budaya dalam sebuah film. Selain itu
penelitian ini diharapkan menjadi sebuah referensi di
9
bidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam
mengembangkan penelitian skripsi menggunakan teori
semiotika Roland Barthes.
b. Manfaat Praktis
Dalam pengembangan wawasan bagi masyarakat
tentang pentingnya pemamfaatan dalam segala bentuk
media yang ada sebagai alat bantu atau media dakwah,
juga untuk masyarakat muslim agar bisa ikut berperan
aktif dalam pengembangan tugas dakwah tanpa
terkecuali bagi para seniman sastra, penulis, produser
atau sutradara yang meningkatkan nilai toleransi
beragama dengan perannya masing-masing. Yang
mengutamakan cinta kasih sayang sesama manusia
dalam kehidupan multikultural. dan juga penelitian ini
dapat mengembangkan pemikiran dan pengetahuan bagi
pembaca.
D. Metodologi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah film Hujan Bulan Juni,
sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah potongan
10
adegan (scene) dalam film Hujan Bulan Juni yang berkaitan
dengan tanda nilai-nilai toleransi agama dan budaya yang
disampaikan.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan perspektif yang digunakan untuk
mempelajari fenomena dan menginterpretasikan temuan.5
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konstruktif. Dalam pandangan kaum konstrukif,
relitas dianggap sebagai hasil konstruksi manusia dan tidak
pernah bebas nilai.6
Peneliti menggunakan paradigma ini
karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman
yang membantu proses interpretasi atau pandangan suatu
peristiwa.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji
atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada
5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ; Teori dan Praktik, (
Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 25
6Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, h. 49
11
manipulasi di dalamnya tanpa ada pengujian hipotesis, dengan
metode-metode alamiah ketika hasil penelitian bukanlah
generalisasi berdasarkan ukuran kuantitas, namun dari segi
kualitas dari fenomena yag diamati.7
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotika yang di gagas oleh roland barthes. Barthes
menggunakan istilah “orders of significatin”. First order
signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi adalah
second oder of signification. Lewat model ini Barthes
menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu
yang di sebut barthes sebagai denotasi yaitu makna paling
nyata dari tanda (sign).
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya difahami
sebagai makna harfiyah, makna yang sesungguhnya, bahkan
terkadang juga disebut dengan referensi atau acuan. Konotasi
adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan
signifikasi tahap kedua. hal ini menggambarkan interaksi yang
7Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualittif dalam Prespektif
Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2016), h.24
12
terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya.
Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang telah
digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna
konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Pada
signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas
dan gejala alam. Mitos adalah suatu wahana dimana suatu
ideologi berwujud. Siapa pun bisa menemukan ideologi dalam
teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat di
dalamnya.8
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengambil data ini, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pertama
yang digunakan dalam penelitian ini dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap
8Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, ,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013),h.21-22
13
fenomena-fenomena yang di selidiki.9 Dalam hal ini
penulis membaca dan memahami isi pesan dan
makna dari tanda atau simbol yang ada pada film
Hujan Bulan Juni. Setelah itu penulis mengutip dan
kemudian mencatat dialog-dialog yang mengandung
pesan pada film ini. Sebagai rangkayan pencatatan
lambang atau pesan secara sistematis dan kemudian
diberika interpretasi.
b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, buku-buku yang menunjang
penulisan skripsi, internet dan lain sebagainya.
Selanjutnya penulis akan mengumpulkan data yang
diperoleh dari hasil pemilihan scene dan dialog dalam film
Hujan Bulan Juni. Lalu mengolah hasil temuan atau data dan
meninjau kembali data yang telah terkumpul yang kemudian
dianalisis.
9Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006) Cet. Ke-1
14
6. Teknik Analisis data
Analisis data penelitian ini diawali dengan
mengklasifikasikan adegan- adegan film Hujan Bulan Juni
yang berhubungan dengan rumusan masalah. Kemudian, data
dianalisis dengan menggunakan konsep semiotika Roland
Barthes yaitu dengan cara menganalisis setiap adegan yang
berhubungan dengan rumusan masalah berupa makna
denotasi, konotasi, dan mitos.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk membedakan antara
penelitian ini dan penelitian sebelumya. Untuk memastikan
bahwasannya belum ada penelitian yang sama dengan
penelitian yang akan dilakukan dan juga sebagai bahan
rujukan bagi penelitian. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Skripsi dengan judul “Gaya Bahasa Kumpulan Puisi
Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Siswa di Sekolah”
yang ditulis oleh Tri Wulandari, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
15
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2014. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan berlangsung adalah sama-sama
meneliti Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono. Perbedaannya adalah dari bagian subjek
penelitian, yang dimana penelitian ini meneliti tentang
sastra yang ada dalam film Hujan Bulan Juni sedangkan
penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan
Bulan Juni dengan menggunakan teori semiotika Roland
Bhartes.
2. Skripsi yang berjudul “Alur Dalam Novel Hujan Bulan
Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Rancangan
Pembelajaran di SMA”, yang ditulis oleh Nadya Oktami,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung 2016. Penelitian ini meneliti tentang sastra
Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Namun
penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan
Bulan Juni. Inilah yang menjadi perbedaan dalam
penelitian di atas dengan penilitian yang akan datang.
16
Diman penelitian yang akan datang meneliti tentang
dengan menggunakan Semiotika Roland Bhartes.
3. Skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Pada Novel
Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan
Skenario Pembelajarannya di SMA” Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhamadiyah Purwokerto 2016. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan berlangsung adalah
sama-sama meneliti Hujan Bulan Juni karya Sapardi
Djoko Damono. Perbedaannya adalah dari bagian subjek
penelitian, yang dimana penelitian ini meneliti tentang
sastra yang ada dalam film Hujan Bulan Juni sedangkan
penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan
Bulan Juni dengan menggunakan teori semiotika Roland
Bhartes.
4. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Islam
Dalam Film Pengabdi Setan” yang ditulis oleh Dimas
Lazuardi Abdullah, Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu
17
Komunikasi, Tahun 2018. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada
analisa dan teori yang digunakan. Dimana penelitian ini
menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes.
Adapun perbedaan penelitian ini dengssan penelitian
yang kan dilakukan yaitu dari segi subyek yang di teliti.
Dimana penelitian ini menggunakan film Pengabdi Setan
sebagai subyeknya sedangkan penelitian yang akan
dilakukan menggunakan film Hujan Bulan Juni sebagai
subyek penelitian yang akan dilakukan.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, penulis membahas lima bab dan
masing-masing bab terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan, disini penulis memaparkan
latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian,metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
18
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Landasan teoritis dan kerangka konsep,
disini penulis menjelaskan tentang
semiotika, konsep semiotika Roland
Barthes, tinjauan tentang toleransi agama
dan budaya serta membahas tentang
sejarah film, jenis-jenis film, unsur-unsur
film, dan teknik pengambilan gambar.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Gambaran umum tentang film Hujan
Bulan Juni, penulis memaparkan sinopsis
film, profil film, pruduser fim, sutradara
film dan profil para pemain film.
BAB IV : TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
Temuan dan analisa data, dalam bab ini
penulis fokus membahas hasil penelitian
berupa makna denotasi, konotasi dan
mitos yang terdapat pada adegan (scene)
dalam film Hujan Bulan Juni dan
19
representasi makna toleransi agama dan
budaya dalam film tersebut.
BAB V : PENUTUP
Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil
penelitian serta kritik dan saran.
20
21
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum Semiotika
Secara epistimologi, semiotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu semion yang berarti tanda. Tanda sendiri di
definisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konsvensi sosial
ayang terbangun sebelumnya, dapat dianggap dan diwakili
sesuatu yanga lain.10
Secara terminologis, semiotika dapat
didefinisikan sebagai ilmu yaang mempelajari sederetan luas
objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan
sebagai tanda.11
Menurut Morisson semiotika adalah studi mengenai
tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting
dalam pemikirian tradisi komunikasi. Tradisi semiotika
mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili
objek, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.95 11
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013 ), h.7
22
di luar diri.12
Sumbo Tinarbuko mendefinisikan semiotika
sebagai ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya
tanda dan produksi makna.13
Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai
semiologis. Artinya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”.
Menurut Ferdinand De Saussure di dalam bukunya “Course In
General Linguistik” bahasa adalah suatu sistem tanda yang
mengekspresikan ide-ide ( gagasan-gagasan) dan karena itu
dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf dan
orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan
sopan-santun dan sebagainya.14
Analisis semiotika modern dikembangkan oleh
Ferdinand De Saussure, ahli linguistik dari benua eropa dan
Charles Sanders Pierce, seorang filosop asal benua Amerika.
Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya, “semiologi”
yang membagi tanda menjadi dua komponen yaitu penanda
yang terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud
12
Morissan, Teori komunikasi: Individu Hingga Masa, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2013 ), h.32 13
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2009), h.12 14
Atrhur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam
Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2004), h.4
23
tau merupakan fisik seperti huruf, kata, gambar, dan bunyi
komponen yang lain adalah petanda. Yang terletak dalam
tingkatan isi atau gagasan dari apa yang telah diungkapkan,
serta sarannya bahwa hubugan kedua komponen ini adalah
sewenang-wenang yang merupakan hal penting dalam
perkembangan semiotik, sedangkan bagi Pierce lebih
memfokuskan dari pada tiga aspek tanda yaitu dimensi ikon,
indeks dan simbol.15
Sedangkan pusat perhatian semiotika dalam kajian
komunikasi itu sendiri menggali apa yang tersembunyi di balik
bahasa, karena bahasa beroperasi sebagai simbol yang
mengartikan makna yang ingin dikomunikasikan oleh
pelakunya, kalau dalam film yakni bagaimana seroang
sutradara menyampaikan maksud atau pesan yang akan
disampaikan pada penonton. Melalui audio visual, sehingga
khalayak mengerti apa yang dimaksud dari film trsebut.
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framming, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.125
24
2. Analisis Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah
protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil
pantai atlatik di sebelah barat daya Prancis. Ia dikenal sebagai
salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktekan
model linguistik dan semiologi Sausssure. Ia berpendapat
bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan
asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu16
Semiotika dalam pandangan Barthes pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-
hal. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan
dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-
objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi
sistem struktur dari tanda.17
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.63 17
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.15
25
1. Signifer (penanda) 2. Signified (petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)
4. Connotative signifier (penanda konotatif)
5. Connotative
signified (petanda
konotatif)
6. Connotatifive sign (tanda konotatif)
Gambar 2. 1 Peta Roland Barthes
Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas petanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat
bersamaan tanda denotatif adalah juga tanda konotatif(4)
dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: jika
anda mengenal kata “singa”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.18
Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar
memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua
bagian tanda denotatif yng melandasi kebenarannya.
Sesugguhnya inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti
18
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.69
26
bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada
penandaan pada tataran denotatif.19
Berthes melontarkan konsep tentang konotasi dan
denotasi sebagai kunci analisisnya.20
Barthes mengunakan
istilah “ orders of signification”. First signification adalah
denotasi sedangkan konotasi adalah seccond orders of
signification. Lewat simbol ini Barthes menjelaskan bahwa
signifikasi tahap pertama merupakan hubungan-hubungan
sebuah tanda terhadap realitas eksternal. itu yang disebut
Barthes sebagai makna denotasi yaitu makna yang paling
nyata dari tanda.21
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), 20
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013 ), h.21 21
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013 ), h.21
27
Gambar 2.2 order signification
Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified
mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran
konsep mental. Suatu tanda mitos bisa dikatakan sebagai
ideologi dominan pada waktu tertentu denotasi dan konotasi
memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa
dikategorikan sebagai third of signification ( istilah ini bukan
dari Barthes). Barthes menyebut konsep ini sebagi mitos.22
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar
memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua
bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Konotasi
22
Papilon Manurung, Metedologi Penelitian Komunikasi: Teori dan
Aplikasi, (Yogyakarta:Gitanyali,2004),h.58
First Order
culture signs reality
Second order
denotatio
n
Signifier
signified
myth
connotation
content
form
28
identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos
yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu. Menurut Barthes, mitos adalah pengkodean
makna dan nilai-nilai sosial sebagai suatu yang dianggap
alamiah.23
Kata mitos berasal dari kata Yunani mythos yang artinya
kata-kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa
didefinisikan sebagai narasi yang dalam karakter-karakternya
para dewa, pahlawan dan makhluk-makhluk mistis dengan
plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu yag tentang
peristiwa metafisis yang berlangsung didalam kehidupan
manusia.24
Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua dimana
rangkayan tanda yang terkombinasikan sebagaimana dalam
film disebut dengan teks yang akan membantu pemaknaan
tingkat kedua. Ide-ide dari Barthes banyak digunakan untuk
memahami realitas budaya media kontemporer yang
23
Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa
Agama, (Malang: UIN Malang Press),h.23 24
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2010),h.56
29
dikonsumsi oleh manusia setiap harinya seperti film, lagu,
novel dan sebagainya.25
Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda
dan tanda yang sudah dibangun oleh rantai pemaknaan yang
telah ada sebelumnya. Jadi mitos adalah bagaimana
kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam.26
Dari skema yang diberikan Barthes, peneliti memilih
teori Roland Barthes untuk penelitian film Hujan Bulan Juni.
Karena teori Roland Barthes lebih tepat bagi peneliti untuk
meneliti makna toleransi agama yang ada dalam film Hujan
Bulan Juni.
B. Tinjauan Umum Tentang film
1. Pengertian Film
Secara epitimologis, film berarti gambar yang bergerak.
Film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. Film
pertama kali ditemukan sebagai hasil dari pengembangan
prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Seperti televisi siaran,
25
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta; UIN
Jakarta Press, 2006),h.101 26
Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa
Agama,(Malang: UIN Malang Press),h.91
30
tujuan khalayak menonton film hanya untuk memperoleh
hiburan. Akan tetapi, dalam film juga terkandung fungsi
informatif maupun edukatif bahkan persuasif.27
Menurut Alex Sobur, film merupakan bayangan yang
diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan
untuk mencari relevansi antara film dengan kehidupan nyata,
yang kemudian memproyeksikannya keatas layar.28
Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi
massa dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Film
dapat dapat digunakan sebagai penyampaian pesan moral dan
juga kritik sosial. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk
media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi
penontonnya. Oleh karena itu, film adalah medium
komunikasi yang ampuh, bukan hanya untuk hiburan akan
27
Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa
Agama,(Malang: UIN Malang Press), h.91 28
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 ), h.127
31
tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara
penuh ( media yang komplit)29
Dalam kajian semiotika film adalah salah satu produk
media massa yang menciptakan atau mendaur ulang tanda
untuk tujuannya sendiri. Caranya adalah dengan mengetahui
dengan apa yang dimaksudkan atau dipresentasikan oleh
sesuatu, bagaiman makna itu digambarkan dan mengapa ia
memiliki makna sebagaimana ia tampil. Pada tingkat penanda,
film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang
mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam
kehidupan nyata. Pada tingkat penanda, film merupakan
cermin kehidupan metaforsis. Jelas bahwa topik film menjadi
sangat pokok dalam semiotika, karena di dalam genre film
terdapat signifikasi yang ditaggapi oleh orang-orang masa kini
dan memalui film mereka mencari reaksi, inspirasi dan
wawasan pada tingkat interpretant.30
29Onong Uchaja Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Cpta Aditya Bakti,2003), h.207 30
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Jalasutra,, 2010), h.134
32
2. Sejarah film
Para teoritikus film menyatakan bahwa film yang kita
kenal saat ini merupakan perkembangan lanjut dari fotografi.
Fotografi sendiri ditemukan oleh Joseph Nichepore Niepce
asal Prancis pada tahun 1826. Pada saat itu ia berhasil
membuat campuran dengan perak untuk menciptakan gambar
pda sebuah lempengan timah yang tebal dan disinari dalam
beberapa jam.31
Penyempurnaan teknik fotografi terus berlanjut hingga
akhirnya mendorong rintisan penciptaan film atau gambar
hidup. Dua nama penting dalam penemuan rintisan film adalah
Thomas Alva Edison dan Lumiere bersaudara. Pada tahun
1887, Thomas Alva Edison merancang sebuah alat untuk
merekam dan memproduksi gambar yag mirip dengan fungsi
fonograf untuk merekam suara. Meskipun ia telah
menciptakan mekanisme namun ia belum menemukan bahan
dasar untuk membuat gambar.
Akhirnya masalah ini terpecahkan dengan bantuan
Geogre Eastman yang menawarkan gulungan oita souloid,
31
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: Gramedia,
1996), h.2
33
sebuah pita yang mirip plastik dan tembus pandang yang
cukup ulet dan mudah digulung. Akhirnya terciptalah alat
yang dinamakan kinetoskop.32
Penemuan ini lalu dikembangkan oleh kaka beradik asal
Prancis, Aguste dan Loise Luimere. Mereka merancang
perkembangan kinetoskop berupa pranti yang
mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan
proyektor menjadi satu. Piranti ini disebut sinematograf yang
dipatenkan pada maret 1895.33
Alat ini memiliki keunggulan yakni mekanisme gerakan
tersendat yang mirip gerakan mesin jahit, yang memungkinkan
fram dari film yang di putar akan berhenti sesaat ujntuk
disinari lampu proyektor. Sinematograf ini brfungsi sebagai
alat perekam. Aguste dan Luimere pun akhirnya berbuat dan
memutar film untuk pertama kalinya yang mereka
pertontonkan kepada warga Prancis berjudul Workers Leaving
The Luimere’s Factory yang bercerita tentang laki-laki dan
wanita pekerja di pabrik Luimere.34
32
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film. h.2
33
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film. h.3
34
Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film Di
Jawa, (Jakarta: Komunitas Bambu,2009), h. XV
34
Adapun peneliti memilih film Hujan Bulan Juni untuk
membahas objek dalam film tersebut mengenai mengenai
toleransi agama yang terkandung dalam film Hujan Bulan
Juni.
3. Jenis-Jenis Film
Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-
teknik yang semakin canggih maupun tuntunan masa
penonton, pembuatan film semakin bervariasi. Untuk sekedar
memperlihatkan variasi film yang di produksi, maka jenis-
jenis film dapat digolongkan sebagai berikut:35
a. Teatrical Film ( Film Teaterikal)
Film teaterikal disebut juga film cerita,
merupakan film yang terdapat unsur drama yang
memainkan emosi penonton. Film teaterikal ini
digolongkan menjadi empat yaitu :
a) Film aksi adalah film yang sebagian besar
adegannya sebagian besar menonjolkan
kekuatan fisik serta ketangkasan dalam
bertarung seperti peperangan, tembak-
35
Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol. 1, No.1, April 2011, hal. 133.
35
tembakan, perkelahian serta adegan
yangmenebarkan lainnya.
b) Film spikodrama adalah semacam film
horor yang bertemakan mengenai kekuatan
supernatural, maupun hal-hal gaib.
c) Film komedi, film ini di isi denganlelucon
para aktor/artis. Alur ceritanya
penuhlelucon sehingga tidak kaku dan
membuat penonton tertawa.
b. Non teatrical film (film non-teaterikal)
Film-film jenis ini lebih cenderung untuk jadi
alat komunikasi untuk menyampaikan informasi
maupun pendidikan. Film non-drama ini terbagi
menjadi tiga jenis yaitu:
a) Film pendidikan, film ini adalah untuk para
siswa yang sudah tertentu bahan pelajaran
yang akan diikutinya. Sehingga film
pendidikan menjadi pelajaran ataupun
intruksi belajar yang direkam dalam wujud
visual. Isi yang disampaikan sesuai dengan
36
kelompik penontonnya dan dipertunjukan
di depan kelas. Setiap film ini tetap
memerlukan adanya guru atau instruktur
yang membimbing siswa.36
b) Film animasi atau film kartun, ceritanya
biasanya campur. Ada yang drama,
komedi, action, namun aktor/artis yang
ditampilkan tidaklah nyata melainkan
sebuah animasi.
c. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang dibuat dari
hasil interpretasi pembuatnya mengenai sebuah
kenyataan teesebut. Film dokumenter berisikan
peristiwa penting yang diperkirakan tidak akan
terulang lagi karena rekaman kejadian yang diambil
langsung saat kejadian nyata sedang berlangsung.
Danesi juga mendefinisikan film dokumenter
sebagai film nonfiksi yang menggambarkan situasi
36Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:
Jalasutra,2010 ), h.134
37
kehidupan yang nyata dengan setiap individu
menggambarkan perasaannya dan pengalamannya
dalam situasi apa adanya, tanpa persiapan langsung
pada kamera atau pewawancara.37
Film Bujan Bulan Juni adalah termasuk film
cerita, yang menyajikan cerita tentang perilaku
manusia yang hidup di negara yang beragam agama
dan budaya. Peneliti ingin melihat kandungan
toleransi agama dan budaya dalam film Hujan Bulan
Juni.
4. Unsur-Unsur Film
Dalam pembuatan sebuah karya film, diperlukan sebuah
upaya kerja yang kolaboratif, yakni melibatkan sejumla
keahlian kreatif yang menghasilkan suatu keutuhan yang
saling mendukung dan menciptakan perpaduan yang baik
sebagai syarat utama bagi lahirnya film yang baik. Berikut
adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam film:
37
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,( Yogyakarta:
Jalasutra, 2010 ), h.134
38
a. Sutradara
Sutradara menduduki posisi tertinggi dari sebagai
artistik. Ialah yang memimpin pembuatan film tentang
“bagaimana yang harus tampak” oleh penonton.
Sutradara bertanggung jawab untuk mengatur laku di
depan kamera, mengarahkan akting dan dialog serta
mengontrol posisi kamera serta gerak kamera, suara,
pencahayaan, disamping hal-hal lain yang
menyumbang kepada hasil akhir sebuah film.
b. Penulis Skenario
Penulis skenario merupakan seorang yang
memilii keahlian untuk menuangkan sebuah film dalam
bentuk tulisan. Penulis skenario memiliki tugas untuk
menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan
bahasa. Ia menyusun dialog ke dalam bahasa yang
hidup dan sesuai dengan karakter para tokoh.
c. Penata Fotografi
Penata fotografi atau juru kamera adalah tangan
kanan sutradara dalam kerja lapangan. Bersama
sutradara ia bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot
39
dan menentukan jenis lensa dan filter lensa yang
hendak digunakan serta menentukan diafragma kamera
dan mengatur pencahayaan, ia pun bertanggung jawab
untuk memeriksa hasil syuting dan menjadi pengawas
pada proses film di laboratorium agar mendapatkan
hasil akhir yang baik.
d. Penyunting
Penyunting atau editor memiliki tugas menyusun
hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita.
Editor bekerja dibawah pegawasan sutradara tanpa
mematikan kreatifitas sebab pekerja editor berdasrkan
suatu konsepsi. Editor memiliki hak untuk memotong,
menyempurnakan dan membentuk kembali gambar
atau hasil syuting untuk mendapatkan isi yang
diinginkan dalam setiap bagian atau film secara
keseluruhan.
e. Penata Artistik
Penata artistik adalah seorang yang memiliki
keahlian dalam menyusun segala sesuatu yang
melatarbelakangi cerita film. Yakni menyangkut
40
tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah
tempat atau waktu berlangsungnya cerita dalam film.
f. Penata Suara
Penata suara memiliki tugas untuk merekam
suara baik dilapangan maupun di studio. Perpaduan
unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara yang
letaknya bersebalahan dengan jalur gambar dalam hasil
akhir film yang siap diputar.
g. Penata Musik
Penata musik adalah oarng yang bertugas dan
bertnggung jawab atas paduan bunyi yang berfungsi
untuk menambahkan nilai dramatik dalam sebuah film.
h. Pemeran
Pemeran merupakan orang yang bertugas untuk
memainkan peran tokoh dalam sebuah film. Ia
memalui proses penokohan yang akan menggerakan
seorang pemeran dan menyajikan penampilan yang
tepat, seperti cara betingkah laku, ekspresi emosi
dengan mimik dan gerak-gerik, cara berdialog untuk
tokoh cerita yang dibawakannya.
41
5. Struktur Dalam Film
Dalam film panjang maupun pendek terdapat beberapa
struktur fisik yaitu:
a. Shoot
Shoot adalah suatu bagian dari rangkaian gambar
yang begitu panjang, yang hanya direkam dalam satu
take saja. Secara teknis, shoot adalah ketika
kameramen mulai menekan tombol record hingga
menekan tombol record.
b. Scene
Adegan adalah suatu segmen pendek dari
keseluruhan yang memperlihatkan satu aksi
berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi
cerita, tema, karakter, atau motif. Satu adegan biasanya
terdiri dari beberapa shoot yang saling berhubungan.38
c. Squene
Sautu segmen yang besar yang memperlihatkan
suatu peristiwa yang utuh. Satu squene umumnya
terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.
38Himawan Pratista, Memahami Film, ( Jakarta: Homeian Pustaka,
2008 ), h.12
42
Dalam karya literatur squene dapat diartikan sebagai
bab atau sekumpulan bab atau serangkaian adegan
yang disusun secara serangkai.
6. Sinematografi Film
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan
filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil.
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat
dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type
of shoot), yaitu:
a. Big close up atau extreme close up
Ukuran close up dengan framing lebih
memusat/detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi
yang mendukung informasi dalam jalina alur cerita
disebut big close up. Fungsinya untuk menonjolkan
ekspresi yang dikeluarkan objek.
b. Close up
Close up adalah framing pengambilan gambar,
dimana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan
subjek sehingga gambar yang dihasilkan atau gambar
subjek memenuhi ruang frame. Close up disebut juga
43
close shoot. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas
terhadap objek.
c. Medium close up
Medium close up adalah pengambilan gambar
dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari close
up, tetapi lebih dekat dari medium shoot. Fungsinya
untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton
jelas.
d. Medium shoot
Medium shoot merekam gambar subjek kurang
lebih setengah badan. Pada pengambilan gambar
dengan medium shoot biasanya digunakan kombinasi
dengan follow shoot terhadap subjek yang bergerak.
Hal ini bermaksud untuk memperlihatkan detail subjek
dan sedikit memberi ruang pada subjek.
e. Medium full shoot
Disebut knee shoot karena memberi batasan
framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh.
Pengambilan gambar semacam ini memungkinkan
44
penonton untuk medapatkan informasi sambungan
peritiwa dari aksi tokoh tersebut.
f. Full shoot
Full shoot memungkinkan pengambilan gambar
dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga
kaki. Secara teknis, batasan atas diberi sedikit riang
untuk head room. Fungsi full shoot untuk
memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.
g. Medium long shoot
Framing camera dengan mengikutsertakan
setting sebagai pendukung suasana diperlukan karena
ada kesinambungan cerita dan aksi tokoh dengan
setting tersebut.
h. Long shoot
Subjek akan terlihat 2/3 dari tinggi layar dengan
mengambil gambar long shoot bisa menimbulkan suatu
suasana yang dapat memperlihatkan keseluruhan
pemandangan subyek. Pengambilan gambar secara
long shoot mempunyai definisi memperlihatkan seting
45
dan karakter serta makna (petanda ) kontek, scape,
jarak publik.39
i. Extreme long shoot
Pengambilan gambar dengan extreme long shot
yang hampir tak terlihat membuat artis tampak berada
dlam kejauhan. Shoot yang disini, setting ruang ikut
berperan. Shoot yang diambil dari jarak sangat jauh,
mulai dari kira-kira 200 meter sampai dengan jarak
yang lebih jauh lagi. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan situasi geografis.40
C. Tinjauan Umum Tentang Toleransi
Dalam kamus bahasa Indonesia, toleransi berasal dari
kata toleran yag berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan.41
secara etimologi,
toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional dan
kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah terminologi,
toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang
39
Arthur Asa Berger, Media Analysi Techiniques, (Yogyakarta:
Universitas Atmajaya, 2000), h.33
40
Marcelli Sumarno, DSasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiawarna Indonesia, 1996), h.37
41
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001)
h. 87
46
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, panangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang
berbeda dan bertentangan dengan pendiriannya.
Toleransi berarti endurence atau ketabahan, yang bukan
hanya menunjuk pada sikap membiarkan orang lain hidup di
sekitar kita tanpa larangan dan penganiayaan.toleransi dalam
artian seperti ini khususnya di bidangn agama menunjuk pada
kerelaan dan kesediaaan untuk memasuki daln memberlakukan
agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan
orang lain secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh
orang lain dalam dialog tersebut.42
Kata toleransi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu
tolerantia yang artinya kelonggaran, kelembutan hati,
keringanan dan kesabaran.43
Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa toleransi mengandung konsesi, yaitu pemberian yang
hanya didasarkan kemurahan dan kebaikan hati. Toleransi
terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan
42
Victor I. Tanja, Pluralisme Agama dan Problematika Sosial.
Diskusi Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer, (Jakarta: PT Pustaka Cidesindo,
1998), h. 28. 43
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi ( Jakarta : Pustaka
Oasis, 2007), hlm. 161.
47
menghormati prinsip orang lain, tanpa mengorbankan prinsip
sendiri.
Terdapat beberapa pendapat dari para tokoh mengenai
masalah toleransi, secara khusus tentang toleransi antar-umat
beragama yaitu:Azhar Basyir dalam buku “Akidah Islam”
(beragama secara dewasa) menyatakan bahwa toleransi
beragama dalam Islam bukan dengan cara mengidentikan
bahwa semua agama sama saja karena semuanya mengajarkan
kepada kebaikan. Ajaran semacam ini menurut kacamata Islam
sama sekali tidak dapat diterima.44
Karena Islam secara tegas telah memberikan penegasan
bahwa agama yang benar di hadirat Allah hanyalah Islam.
Tetapi Islam juga mewajibkan kepada penganutnya untuk
bersikap hormat terhadap keyakinan agama lain, dan berbuat
baik serta berlaku adil terhadap penganut agamalain.45
Harun Nasution dalam buku “Islam Rasional Gagasan
dan Pemikiran menyatakan bahwa toleransi beragama akan
terwujud jika meliputi 5 hal berikut: Pertama, Mencoba
44
Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa)
Edisi Revisi ( Yogyakarta : UII Press 2013), hlm. 23.
45
Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa)
Edisi Revisi ( Yogyakarta : UII Press 2013), hlm. 23.
48
melihat kebenaran yang ada di luar agama lain. Kedua,
Memperkecil perbedaan yang ada di antara agama-
agama.Ketiga, Menonjolkan persamaan-persamaan yang ada
dalam agama-agama.Keempat, Memupuk rasa persaudaraan
se-Tuhan.Kelima, Menjauhi praktik serang-menyerang
antaragama.46
Kerukunan dan toleransi yang diajarkan oleh Islam itu,
dalam kehidupan antar-umat beragama bukanlah suatu
toleransi yang bersifat pasif. Tetapi aktif, aktif dalam
menghargai dan menghormati keyakinan orang lain serta aktif
dan bersedia senantiasa untuk mencari titik persamaan antar
bermacam-macam perbedaan. Karena kemerdekaan beragama
bagi seorang Muslim adalah suatu nilai hidup yang lebih tinggi
daripada nilai jiwanya sendiri.47
Perwujudan kerukunan dan toleransi beragama dapat
direalisasikan dengan; Pertama, bahwa setiap penganut agama
mengakui eksistensi agama-agama lain dan menghormati
segala hak asasi pengikutnya.Kedua, dalam pergaulan
46Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung:
Mizan, 2000),hlm.275.
47
M. Natsir, Islam dan Kristen, hlm. 205.
49
bermasyarakat, tiap golonganumat Sehingga kerukunan dan
toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas dari segala
macam bentuk tekanan atau terhindar dari pengaruh
hipokrisi.48
Meskipun al-Qur‟an memberi penegasan bahwa Islam
adalah satu- satunya agama yang diterima Allah Swt. Tetapi
dalam waktu yang sama, al-Qur‟an juga melarang melakukan
paksaan kepada siapa pun untuk memeluk suatu agama
sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al- Baqarah (2): 256.
ِن ي دِّ ل ا ِِف َه ا َر ْك ِإ يِّ ۖ ََل َغ ْل ا َن ِم ُد ْش رُّ ل ا َ َّين َ ب َ ت ْد وِت ۖ َق ُغ ا طن ل ا ِب ْر ُف ْك َي ْن َم َف
عُ ْل ا ِب َك َس ْم َت ْس ا ِد َق َ ف ِو لن ل ا ِب ْن ِم ْؤ ُ ي َا َو ََل َم ا َص ِف ْن ا ََل ٰى َق ْ ث ُو ْل ا ِة َو وُ ۖ ْر لن ل ا عٌ َو ي َسَِ
مٌ ي ِل َع
Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama
(Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan
yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar
kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia
48Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta:
Rajawali Press, 2011), hlm. 57.
50
telah berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan
putus. Allah Maha Mendengar, MahaMengetahui.49
Selain itu, di dalam al-Qur‟an terdapat sekitar 40 ayat
yang berbicara mengenai larangan memaksa dan
membenci.Lebih dari sepuluh ayat bicara larangan memaksa,
untuk menjamin kebebasan berfikir, berkeyakinan dan
beragama menekankan sikap saling mengerti menghormati,
dan menghargai.mengutarakan aspirasi.50
Manusia diberi kebebasan sepenuhnya untuk
menentukan pilihannya sendiri, apakah menerima kebenaran
Islam atau menolaknya. Konsekuensi dari ketentuan tersebut
adalah Islam mengakui bahwa umat manusia di atas dunia ini
tidak mungkin semuanya bersepakat dalam segala hal,
termasuk dalam masalah keyakinan beragama.
49
Al-Qur‟an Dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 ( Jakarta : Pustaka Al-
Mubin 2013 ), hlm.53.
50Hamid Fahmy Zarkasyi, Islam, HAM dan Kebebasan Beragama
(Jakarta: INSIST, 2011), hlm. 16.
51
Bentuk-Bentuk Toleransi Beragama
a. Tidak memaksa dalam beragama.
b. Menghormati keyakinan oranglain.
c. Saling tolong-menolong dalam mu‟amalah dunia.
d. Tidak boleh saling mencaci sesembahan.
e. Berbuat adil.
Sejarah panjang umat Islam telah melahirkan teladan
bagi paham kemajemukan dan kebebasan beragama.Hal itu
terjadi bukan tidak beralasan, karena Rasulullah sendiri
penggagasnya seperti yang tertera dalam piagam madinah
(Mitsaq al-Madinah) dalam ruang dan waktu ketika
itu.Meskipun dalam bentuk sederhana, tetapi piagam tersebut
telah menjamin sebuah kebebasan kepada pemeluk agama
yang berbeda untuk menjalankan keyakinannya sesuai dengan
ajaran agamannya masing-masing.51
Hamka berpendapat bahwa semua manusia diberikan
kebebasan oleh Allah SWT untuk memeluk agama apapun
tanpa adanya paksaan.Hal ini sebagaimana yang diuraikan
51
Ma‟ruf Amin, Melawan Terorisme Dengan Iman (Jakarta:
Tim Penanggulangan Terorisme), hlm. 141.
52
oleh Hamka dalam Tafsir Al- Azhar QS. Al-Baqarah (2) : 256.
ِن ي دِّ ل ا ِِف َه ا َر ْك ِإ يِّ ۖ ََل َغ ْل ا َن ِم ُد ْش رُّ ل ا َ َّين َ ب َ ت ْد وِت ۖ َق ُغ ا طن ل ا ِب ْر ُف ْك َي ْن َم َف
ةِ َو ْر ُع ْل ا ِب َك َس ْم َت ْس ا ِد َق َ ف ِو لن ل ا ِب ْن ِم ْؤ ُ ي َا َو ََل َم ا َص ِف ْن ا ََل ٰى َق ْ ث ُو ْل وُ ۖ ا لن ل ا عٌ َو ي َسَِ
مٌ ي ِل َع
Artinya:“Tidak ada paksaan dalam agama. Telah nyata
kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa yang menolak
segala pelanggaran besar dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya telah berpeganglah dia dengan tali yang amat
teguh, yang tidak akan putus selama- lamanya. Dan Allah
Maha Mendengar, lagi maha Mengetahui.52
Hamka mengatakan bahwa sungguh ayat ini adalah suatu
tantangan kepada manusia, karena Islam adalah benar.Orang
tidak akan dipaksa untuk memeluknya, tetapi orang hanya
diajak untuk berfikir. Asal dia berfikir sehat, dia pasti akan
sampai kepada Islam. Tetapi kalau ada paksaan, pastilah
timbul pemaksaan pemikiran, dan mestilah timbul taqlid.
52
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983),
hlm. 20.
53
Ayat ini adalah dasar teguh dari Islam. Musuh-musuh
Islam membuat berbagai macam fitnah yang dikatakan ilmiah
bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Islam dituduh
memaksa manusia untuk memeluk agamanya. Padahal kalau
memang mereka benar-benar ingin mencari data yang ilmiah
hendaknya mereka melihat langsung dari Al-Qur‟an yaitu
seperti terdapat dalam surat al- Baqarah : 256 ini, bahwa
dalam hal agama tidak boleh ada paksaan.
Akan tetapi di samping harus bergaul, tolong-menolong
dan berbuat baik kepada umat agama lain, menurut Hamka
umat Islam juga tetap diminta untuk selalu waspada terhadap
golongan Yahudi dan Nasrani karena dalam hal ini Allah
sendiri telah menjelaskan di dalam QS. al-Baqarah (2) :120.
ْم ُه َ ت لن ِم َع ِب تن َ ت ٰ َّتن َح َرٰى ا َص نن ل ا َوََل وُد ُه َ ي ْل ا َك ْن َع ٰى ْرَض َ ت ْن َل َو
Artinya:“Dan sekali-kali tidaklah akan rela orang-
orang Yahudi dan tidak pula orang Nasrani, sebelum kamu
jadi pengikut agama mereka.”53
53
H. Rusydi, Pribadi dan Martabat, hlm. 293
54
Menurut Hamka, ayat ini mengandung pesan dan
pedoman bagi kita sampai hari kiamat, bahwasanya di dalam
dunia ini akan tetap terus ada perlombaan merebut pengaruh
dan menanamkan kekuasaan agama. Ayat ini juga telah
memberikan peringatan bagi kita bahwa tidaklah begitu
penting bagi orang Yahudi dan Nasrani menyahudikan dan
menasranikan orang yang belum beragama, tetapi yang lebih
penting adalah meyahudikan dan menasranikan pengikut Nabi
Muhammad sendiri yaitu umat Islam.54
Hamka sebagai seorang ulama dikenal tegas dan gigih
membela akidah Islam, hal ini tercermin dalam sikapnya
ketika menyikapi toleransi yang sudah menyangkut masalah
keimanan. Menurut Hamka tidak ada toleransi dalam masalah
yang menyangkut keimanan.
Toleransi dalam beragama adalah sikap sabar dan
menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan
agama atau sistem keyakainan dan ibadah penganut agama-
agama lain. Dari kajian diatas toleransi mengarah pada sikap
54
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz I, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982),
hlm. 295.
55
terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam
perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa,
adat istiadat budaya serta agama. Ini semua menjadi fitrah dan
sunnatullah yang menjadi ketetapan tuhan.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
ا وًب ُع ُش ْم اُك َن ْل َع َوَج ٰى َث ْ ُن َوأ ٍر ذََك ْن ِم ْم اُك َن ْق َل َخ ننا ِإ ُس ننا ل ا ا َه ي ُّ َأ ا َي
ٌم ي ِل َع لنَو ل ا نن ِإ ْم اُك َق ْ ت َأ لنِو ل ا َد ْن ِع ْم ُك َرَم ْك َأ نن ِإ وا َرُف ا َع َ ت ِل َل ِئ ا َب َ ق َو
يٌ ِب َخ
Artinya : “Hai manusia, seungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan da menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa,
sesungguhnya Allah mah mengetahui lahi maha mengenal”55
Dalam ayat lain Allah berfirman :
ْن ِم ْم وُك ِرُج ُُيْ َوََلْ ِن ي دِّ ل ا ِِف ْم وُك ُل ِت ا َق ُ ي ََلْ َن ي لنِذ ا ِن َع لنُو ل ا ُم اُك َه ْ ن َ ي ََل
َّيَ ِط ِس ْق ُم ْل ا بُّ ُُيِ لنَو ل ا نن ِإ ْم ِه ْي َل ِإ وا ُط ِس ْق ُ ت َو ْم وُى رُّ َ ب َ ت ْن َأ ْم رُِك ا َي ِد
55
Al Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Pustaka Al Mubin, 2013),
h.517
56
Artinya : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
menerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.56
(QS.Al-Mumtahanah:8 )
Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-
beda, Al-Quran menjelaskan pada ayat terakhir surat Al-
Kafirun.
ن ي ِد ل ا َويَل ْم ُك ُن ي ِد ْم ُك َل
Artinya : “Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku”57
Dalam islam tidak melarang toleransi antar umat
beragama, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua
belah pihak saling menghormati haknya masing-masing.
Toleransi beragama bukan berarti kita boleh bebas dalam
menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama
yang lainatau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan rutinitas
semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan
56
Al Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Pustaka Al Mubin, 2013),
h.550 57
Al Qur‟an dan Terjemahannya, h.603
57
tetapi toleransi beragama harus dpahami sebagai bentuk
pengakuan kia akan adanya agama-agama lain selain agama
kita dengan segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya
dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan
agama masing-masing.
Bahwa prinsip menganut agama tunggal merupakan
suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut agama
beberapa agama dalam waktu yang sama, atau mengamalkan
ajaran dari berbagai ajaran secara bersamaan. Oleh sebab itu,
Al Quran menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang
teguh pada sistem keEsaan Allah secara mutlak, sedangkan
orang yang non-muslim pada ajaran ketuhanan yang
ditetapkan sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan
tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai
sistem dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling
menghujat.
D. Unsur-Unsur Toleransi
Mengenai toleransi terdapat unsur-unsur yang
ditekankan untuk mengekspresikan terhadap orang lain,
yaitu:
58
1. Memberikan Kebebasan dan Kemerdekaan
Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,
bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga
dalam memilih agama atau kepercayaan. Kebebasan ini
diberikan sejak manusia lahir dan tidak dapat digantikan atau
direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan
ini datang dari tuhan yang maha esa yang harus dijaga dan
dilindungi. Di setiap negara melindungi kebebasa-kebebasan
setiap manusia baik dalam undang-undang baik dalam
peraturan yang ada.58
2. Mengakui Hak Setiap Orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap
orang di dalam menentukan sikap, perilaku dan nasibnya
masing-masing. tentu saja sikap atau perilaku yang
dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain karena
kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan
kacau.
3. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Dalam konteks ini, diberlakukan bagi toleransi
58Maskuri Abdullah, pluralisme Agama dan Kerukunan Dalam
Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2001), h.13
59
antar agama. namun apabila dikaitkan dalam toleransi di
lingkungan sosial, maka menjadi menghormati
keyakinan orang lain dalam memilih suatu kelompok.
Contohnya dalam pengambilan keputusan seseorang
untuk memilih organisasi pencak silat. Sebagai individu
yang toleran seseorang harus menghormati keputusan
orang lain yang berbeda dengan kelompok yang kita
ikuti.
4. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi saling menghormati antara
manusia bila mereka tidak saling mengerti. Saling
membenci dan saling anti saling berebut pengaruh adalah
salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan
saling menghargai antara satu dengan yang lain.59
59Maskuri Abdullah, pluralisme Agama dan Kerukunan Dalam
Keagamaan ,h.13
60
61
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Film Hujan Bulan Juni
Film Hujan Bulan Juni merupakan sebuah film yang
bergenre drama yang di dibuat dari novel karya sastrawan
Sapardi Djoko Damono. Sebelum dijadikan sebuah film, Hujan
Bulan Juni telah lebih dahulu dijadikan lagu, komik, novel dan
akhirnya hadir di layar lebar. Film Hujan Bulan Juni di sutradarai
oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputro dan dirilis pada tanggal 2
November 2017.
62
Film ini mengambil lokasi syuting 80% di Manado, sisanya
di Jepang dan di Jakarta.60
Yang menceritakan tentang hubungan
dua orang staf departemen di Universitas Indonesia yang tanpa
status. Pingkan (Kristen) seorang dosen muda Sastra Jepang
yang diperankan oleh Velove Vexia, dan Sarwono (Islam)
sebagai staf peneliti di jurusan Antropologi yang diperankan oleh
Adipati Dolken.
Dalam film ini Pingkan mendapat kesempatan belajar ke
Jepang. Mendengar hal ini Sarwono pun merasa nelangsa dan ia
pun takut kehilangan pingkan. Karena kebiasaan mereka selalu
bersama menghabiskan waktu di universitas. Sarwono meminta
pingkan untuk menemaninya ke Manado dalam urusan kerjasama
jurusan Antropologi di Universitas Sam Ratulangi Manado.
Film Hujan Bulan Juni bukanlah tipikal konflik percintaan
yang cengeng seperti film-film remaja umumnya. Ia terlihat lebih
dewasa, terutama jika kita melihat cara Sarwono dan Pingkan
memaknai hubungan mereka. Sarwono adalah orang Jawa-Islam
dari Solo. Kulitnya cokelat dan logatnya yang bahasa jawa mudah
dikenali. Dalam hal tersebut menjadi bahan perbincangan
60
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-
juni-adipati-dolken-bioskop/ diakses pada tangal 15 Mei 2019
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-juni-adipati-dolken-bioskop/https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-juni-adipati-dolken-bioskop/
63
keluarga pingkan yang berasal dari keturunan Minahasa-
Kristen.61
Tidak ada acara ngambekan antara satu sama lain
dalam film ini. Namun film ini memberi pesan toleransi dalam
kehidupan kita.
B. Sinopsis Film Hujan Bulan Juni
Film ini menceritakan tentang kisah dosen muda Sastra
Jepang Universitas Indonesia bernama Pingkan yang (diperankan
oleh Velove Vexia) yang mendapatkan kesempatan untuk belajar
ke Jepang selama dua tahun. Sarwomo (diperankan oleh Adipati
Dolken) yang mendengar kabar akan ditinggal pingkan jadi
nelangsa, karena selama ini Pingkan hampir tak pernah lepas dari
sisinya.
Suatu hari Sarwono ditugaskan oleh Kaprodi untuk
melakukan presentasi kerja sama ke Universitas Sam Ratulangi di
Manado, Sulawesi Utara. Sebelum Pingkan berangkat ke Jepang
Sarwono pun mengajak Pingkan untuk menjadi guide-nya selama
di Manado.62
Di Manado, Pingkan dan Sarwono pun bertemu
dengan keluarga besar almarhum ayahnya yang tinggal disana.
61
https://www.duniaku.net/2017/11/09/review-hujan-bulan-juni/
diakses pada tanggal 16 Mei 2019 62
https://sinopsisfilmbioskopterbaru.com/hujan-bulan-juni-2017/
Diakses pada tanggal 15 Mei 2019
https://www.duniaku.net/2017/11/09/review-hujan-bulan-juni/https://sinopsisfilmbioskopterbaru.com/hujan-bulan-juni-2017/
64
Dalam perkumpulan keluarga almarhum ayahnya Pingkan
mulai terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan dari keluarga besar
ayahnya mengenai hubungannya dengan Sarwono. Terutama
perbedaan yang sangat besar yaitu adat dan budaya antar
keduanya di mata keluarga besar pingkan. Mereka bukan tidak
menyadari perbedaan tersebut, akan tetapi mereka sudah terlanjur
nyaman satu sama lain dalam menjalani hubungan yang sudah
bertahun-tahun.63
Kisah Sarwono dan Pingkan dalam film ini
menggambarkan bagaimana kehidupan dan prinsip beragama
yang beragam bisa menjadi sangat romantis ketika dipertemukan
satu sama lain, seperti umumnya di Indonesia. Terlihat saat
pingkan mengajak foto sarwono di depan patung Yesus
memberkati yang berada Manado. Sarwono pun menolak, dan
pingkan berkata “kamu gak mau foto karena itu Yesus ya?”
dengan sederhana Sarwono menjawab, “bukan itu, tapi simpanlah
senyum terbaikmu hingga saat nanti kamu ketemu dengan Yesus
yang sesungguhnya”
63
http://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-
sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-
darmono?page=all Diakses pada tanggal 16 Mei 2019
http://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=allhttp://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=allhttp://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=all
65
Terjadi juga saat mereka dalam perjalanan ke Gorontalo,
Sarwono meminta izin sholat magrib. Mereka berhenti di suatu
tempat, Pingkan dan Ben pun menunggu Sarwono yang sedang
sholat magrib dan membuka rantang makanan mereka berdua.
Setelah shalat Sarwono pun mengahampiri mereka, dan Pingkan
pun memberi piring ke Sarwono dan mereka pun makan bersama.
Disini terlihat mereka pun saling menghargai satu sama lain
dalam berkeyakinan. Seiring berjalannya waktu Pingkan pun
berangkat ke Jepang untuk melakukan studinya.
Dan Sarwono pun selalu memberi kabar setiap hari kepada
Pingkan yang sedang di Jepang. Setelah dua tahun lamanya
pingkan di jepang Sarwono pun terjatuh sakit dan diperasi di
rumah sakit. Dan pada saat Sarwono sakit, Pingkan pun dalam
keadaan pulang ke Indonesia. Disana pingkan merasa sedih dan
tidak sempat berbincang dengan Sarwono, karena Sarwono dalam
keadaan koma dirumah sakit.
66
C. Profil Sutradara Film Hujan Bulan Juni
Reny Nurcahyo Hestu Saputra biasa dipanggil Hestu
kelahiran Yogyakarta 31 Juli 1985. Sutradara lulusan Akdemi
Komunikasi Indonesia ( AKINDO ) Bidang Penyiaran TV ini
pada mulanya membuat film lewat komunitas film di Jogya. Ia
merasa bekerja di televisi akan lebih membatasi dirinya
dibanding berkreasi dan berkesenian lewat film. Pada tahun 2007
ia mengikuti workshop dari dapur film yang di naungi Hanung
Bramantyo kemudian syuting layar lebar pertama kali sebagai
asisten sutradara Hanung pada film Get Maried dan berlanjut
pada Get Maried2.
67
Namun ia membuat beberapa film televisi dan video klip
yang ditawarkan oleh Hanung untuk membantunya terbiasa
memproduksinya.64
D. Profil Pemain Film Hujan Bulan Juni
1. Adipati Dolken Sebagai Sarwono
Adipati Dolken dilahirkan di Bandung, Jawa Barat. Pada
tanggal 19 Agustus 1991. Nama Adipati Dolken mulai dikenal
oleh masyarakat sejak ia memerankan virgo dalam serial
Kepompong. Bakat berakting yang apik serta tampang
blasteran yang sangat mendukung karirnya semakin
meningkat.
64 http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-
hestu-saputra#.XRjZcj8zbIU diakses pada 16 mei 2019
http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-hestu-saputra#.XRjZcj8zbIUhttp://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-hestu-saputra#.XRjZcj8zbIU
68
Selain sinetron, Adipati juga merambah ke dunia layar
lebar, karirnya dimulai pada tahun 2009 dengan membintangi
film yang berjudul Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets. Kemudian
pada tahun-tahun berikutnya Adipati membintangi beberapa
film seperti Pocong Keliling 2010, Perahu Kertas 2012,
Malaikat Tanpa Sayap 2012, Aku, Kau dan KUA 2013,
Jendral Soedirman 2015 dan yang terbaru adalah Pemburu di
Manchester Biru 2018.65
Nama besar Adipati Dolken dalam dunia perfilman
Indonesia tidak bisa diragukan lagi. Selain telah berhasil
membuat beberapa judul laris di pasaran, Adipati juga pernah
beberapa kali masuk nominasi ajang penghargaan bergengsi di
Indonesia. Seperti, pemenang piala citra tahun 2013, nominasi
pemeran utama terbaik pada tahun 2016, nominasi akting
singkat paling memukau pada tahun 2016 dan nominasi
pemeran utama terbaik pada tahun 2017.66
65 https://thegorbalsla.com/adipati-dolken/ Diakses pada tanggal 16 Mei
2019
66
https://thegorbalsla.com/biodata-adipati-dolken/ Diakses pada tanggal
16 Mei 2019
https://thegorbalsla.com/adipati-dolken/https://thegorbalsla.com/biodata-adipati-dolken/
69
2. Velove Vexia Sebagai Pingkan
Velove Vexia lahir di Manado pada 13 Maret 1990.
Velove sejak kecil sudah terjun ke dunia entertaument. Pada
yahun 2000, ketika usianya masih kanak-kanak ia
mengelurakan album Velove, lagu andalannya saat itu berjudul
Tikus Nakal. Hanya saja saat itu pesaing industri musik anak-
anak cukup ketat dan Velova kurang berhasil untuk bersaing
dengan penyanyi cilik lainnya.
Ia mulai dikenal pada tahun 2007 ketika menginjak usia
remaja. Namun, bukan sebagai penyanyi melainkan sebagai