Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SIKAP KERJA TERHADAP MUSCULOSKELETAL
DISORDER PADA PEMBATIK SUKA MAJU GIRI LOYO
YOGYAKARTA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister Kesehatan
Oleh
ASYHARA NAELA ARIFIN
0613515041
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain),dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap”. ( Q.s AL Insyirah 6-8)
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada orang yang kusayangi yaitu :
1. Orang tua, Suami dan anak tercinta yang telah memotivasi dalam
menyelesaikan karya tulis ini
2. Sahabat dan rekan kerja di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta yang selalu
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini
3. Almamater tercinta Universitas Negeri Semarang yang saya banggakan
v
ABSTRAK
Asyhara, Arifin. 2019, “ Analisis Sikap Tubuh Terhadap Gangguan Muskuloskeletal
Pada Pembatik Suka Maju Giri Loyo Yogyakarta”. Tesis. Program Studi
Kesehatan Masyarakat. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I dr. RR.Sri Ratna Rahayu., M.Kes.,Ph.d, Pembimbing II Dr.
Eunike Raffy Rustiana,M.Si,Psi.
Kata Kunci : Sikap tubuh,Batik Giriloyo,sukamaju
Pada tahun 2009 batik telah ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya
dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization). Pembatik cendrung dalam posisi membungkuk pada leher dan tangan
memegang alat atau canting yang kecil. Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja pada
posisi duduk yang memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin
elastis, tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat
merasa lelah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peregangan otot
yang belebihan (faktor beban berat) dan sikap kerja tidak alamiah (faktor postur
janggal) pada pembatik tulis di kelompok batik Sukamaju desa Giriloyo Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan mix methods. Data kuantitatif menggunakan
populasi dengan jumlah 67 pembatik. Teknik pengambilan sampel dengan metode
Total Sampling dengan jumlah 67 pembatik. Instrument penelitian menggunakan
kuseioner dan untuk analisis data menggunakan analisi regresi linear .Untuk data
kualitatif subjek penelitian meliputi pembatik di sukamaju Giriloyo Yogyakarta.
Objek penelitian meliputi analisis sikap kerja dan musculoskeletal disorder pada
pembatik di kampung batik Sukamaju. Data primer diperoleh langsung dengan
melakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sikap
kerja tidak alamiah (factor postur janggal) dan peregangan otot yang belebihan
(faktor beban berat) mempengaruhi keluhan muskulos skeletal disorder pada
pembatik tulis di kelompok batik suka maju desa Giriloyo. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah postur kerja pengrajin batik tulis di batik Giriloyo Yogyakarta
diperlukan tindakan perbaikan dan keluhan subyektif Pengrajin Batik Tulis dalam
jangka waktu lama menerima beban statis diperlukan peregangan otot.
vi
ABSTRACT
Asyhara, Arifin. 2019, " Analysis of Postures Towards Musculoskeletal Disorders
Experienced By Batik Artisans of Sukamaju Giriloyo Yogyakarta". Thesis.
Public Health Study Program. Graduate program. Semarang State University.
Supervisor I Dr. RR.Sri Ratna Rahayu., M.Kes., Ph.d, Supervisor II Dr. Eunike
Raffy Rustiana, M.Sc, Psi.
Key Word : Posture, Batik, Giriloyo, Sukamaju
In 2009 batik was designated as one of the world cultural heritages by UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Batik tends to bend in
the neck and hands holding small tools or canting. Viewed from the health aspect, working in
a sitting position that requires a long time can cause the stomach muscles to become more
elastic, the spine curved, the muscles of the eyes concentrated quickly to feel tired. This study
aims to analyze the effect of excessive muscle stretching (heavy load factor) and unnatural
work attitudes (odd posture factors) on written batik in Sukamaju batik group in Giriloyo
village, Yogyakarta.
This research uses mix methods. Quantitative data uses a population of 67 batik.
The sampling technique was using Total Sampling method with 67 batik makers. The
research instrument used questionnaires and for data analysis using linear regression analysis.
For qualitative data the research subjects included batik in Sukamaju Giriloyo Yogyakarta.
The object of the study includes the analysis of work attitudes and musculoskeletal disorder
in batik in Sukamaju batik village. Primary data obtained directly by conducting in-depth
interviews. The results showed there was an influence of unnatural work attitude (odd posture
factor) and excessive muscle stretching (heavy load factor) affecting the complaints of
skeletal musculoskeletal disorders in written batik in the like-progressing batik group in
Giriloyo village. The conclusion of this study is the work posture of batik craftsmen in
Giriloyo Yogyakarta Yogyakarta. Corrective actions and subjective complaints of Batik
Written Craftsmen are needed in a long time to receive the static burden required muscle
stretching.
vii
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada
umatnya hingga akhir zaman, amin.
Tesis ini disusun guna melengkapi tugas dan memenuhi syarat
kelulusan program pendidikan S2 Kesehatan Masyarakat dengan judul
“Analisis Sikap Tubuh Terhadap Musculoskeletal Disorder Pada Pembatik
Suka Maju Giri Loyo Yogyakarta”.
Dalam penyusunan Tesis ini, penulis berupaya semaksimal
mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak, namun penulis
menyadari tentunya penulisan Tesis ini tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang
disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki
penulis sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu kesehatan masyarakat di masa yang
akan datang.
Dalam kesempatan ini, penulis tak lupa menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan,
motivasi, didikan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karna itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin., M.Hum, Selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang
2. dr.RR.Sri Ratna Rahayu,M.Kes,Ph.D, selaku Kepala Program Studi S2
Kesehatan Masyarakat serta Pembimbing I saya yang selalu memberikan
motivasi dan membimbing tesis saya dari awal hingga akhir.
viii
3. Prof.Dr.dr. Oktia Woro Kasmini Handayani, M.Kes., Ph.D., selaku
Penguji tesis saya yang telah memberikan dukungan dan semangat.
4. Dr. Eunike Raffy Rustiana,M.si,Psi selaku Pembimbing II saya yang
selalu sabar dalam membimbing dalam penyusunan tesis ini sehingga
saya dapat menyelesaikan tesis.
5. Segenap dosen pengajar di S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang yang memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Kepada responden Pembatik desa Suka maju Giriloyo Yogyakarta,
terimakasih banyak atas ketersediaannya menjadi sampel penelitian ini.
Akhir kata, semoga Tesis ini ada bermanfaat, khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi kita semua dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan dan pemikiran kita.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 9
November 2019
Asyhara Naela Arifin
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEBIMBING .................................................................................... i
PENGESAHAN UJIAN TESIS .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................. vi
PRAKATA .................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi masalah ................................................................................... 5
1.3 Cakupan masalah ....................................................................................... 6
1.4 Rumusan masalah ...................................................................................... 6
1.5 Tujuan penelitian ........................................................................................ 7
1.6 Manfaat penelitian ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 8
2.1 Ergonomi ..................................................................................................... 8
2.1.2 Postur dan Sikap Kerja ............................................................... 16
2.1.3 Proses Membatik ........................................................................ 23
2.1.4 Keluhan Musculoskeleal Disorder ............................................. 25
x
2.1.5 Jenis Keluhan Muskuloskeletal .................................................. 29
2.2 Kerangka Teori .......................................................................................... 31
2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 31
2.3 Hipotesa Penelitian .................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 33
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 33
3.1.1 Kuantitatif .................................................................................. 33
3.1.2 Definisi Operasional................................................................... 33
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 34
3.2.1 Populasi ...................................................................................... 34
3.2.2 Sampel ........................................................................................ 34
3.2.2.1 Tehnik Sampel ............................................................ 35
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................... 35
3.3.1 Variabel Independen .................................................................. 35
3.3.2 Variabel Dependen ..................................................................... 35
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 35
3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 35
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 35
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................. 36
3.7 Kualitatif ................................................................................................... 40
3.7.1 Fokus Penelitian ......................................................................... 40
3.7.2 Sumber Data ............................................................................... 40
3.7.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 41
3.7.3.1 Instrumen Pengumpulan Data ..................................... 41
xi
3.7.3.2 Teknik Pengambilan Data ........................................... 41
3.7.4 Uji Keabsahan Data.................................................................... 42
3.7.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 45
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 45
4.1.1 Gambaran Umum ....................................................................... 45
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 47
4.1.3 Hasil Analisis Data ....................................................................... 48
4.1.3.1 Analisis Kuantitatif ..................................................... 48
4.1.3.1.1 Uji Validitas dan Realibilitas ................................... 48
4.1.3.1.2 Analisis Regresi Linear Berganda ............................ 49
4.1.3.1.3 Uji Hipotesis Penelitian............................................ 50
4.1.3.1.4 Uji Kelayakan Model ............................................... 51
4.1.3.1.5 Uji Kelayakan Determinasi ...................................... 51
4.1.3.2 Analisis Kualitatif ....................................................... 52
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 60
5.2 Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Uji Analisis regresi linear ............................................................... 49
Tabel 4.2 Uji Kelayakan Model .................................................................................. 51
Table 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Etichal Clearence
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Pasca Sarjana UNNES
Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian Dari Kepala Desa Wukir sari kampung
batik Giriloyo Yogyakarta
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 kuesioner
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas
Lampiran 7 Hasil Analisis Data
Lampiran 8 Dokumentasi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan disektor industri akhir-akhir ini terus meningkat, baik
industri besar ,sedang maupun kecil. Salah satunya adalah industri batik
yang telah berkembang pesat di dalam negeri maupun luar negeri. Pada
tahun 2009 batik telah ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya
dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization). Akibatnya permintaan batik pun meningkat salah
satu industri batik dikota Yogyakarta.
Berdasarkan cara kerjanya terdapat 2 tipe pembatik yaitu batik Cap
atau printing dan pembatik tulis. Salah satu lokasi pusat industri batik
tulis di kota Yogyakarta adalah kampung batik Giriloyowukirsari
Yogyakarta. Giriloyo adalah sebuah dusun di Desa Wukirsari, Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak
kurang lebih 17 km arah selatan kota Yogyakarta. Pembatik cenderung
dalam posisi membungkuk pada leher dan tangan memegang alat atau
canting yang kecil dalam waktu yang lama sekitar 12 jam. Ditinjau dari
aspek kesehatan, bekerja pada posisi duduk yang memerlukan waktu lama
2
dapat menimbulkan otot perut semakin elastis, tulang belakang
melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi cepat merasa lelah. Kejadian
tersebut, jika tidak diimbangi dengan rancangan tempat duduk yang tidak
diimbangi dengan keleluasaan gerak atau alih pandangan yang tidak
memadahi tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian
punggung belakang, ginjal, dan mata (Kuswana,2014).
Pada saat proses membatik juga membutuhkan posisi berdiri dalam
waktu yang lama, sikap kerja berdiri dalam waktu yang lama akan
menyebabkan pekerja berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya dan
akan mengakibatkan terjadinya beban kerja statis pada otot- otot
punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya
darah pada anggota tubuh bagian bawah (Pangaribuan, 2009). Energi
yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitasakan lebih tinggi jika pekerja
bersikap kerja tidak fisiologis (Takahashi, 2002).
Riset yang dilakukan badan dunia ILO menempatkan anggaran
untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terbanyak yaitu
penyakit musculoskeletal sebanyak 40%, penyakit jantung 16%,
kecelakaan 16%, dan 19% penyakit saluran pernafasan (ILO, 2013).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Huldani, (2013) menunjukkan
prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher di masyarakat selama 1
tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama
1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah leher pada pekerja
3
besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi
dibandingkan pria. Gangguan kesehatan bersifat kumulatif yang makin
lama akan bertambah berat sehingga akan mengganggu kesehatan dan
berakhir pada menurunnya produktivitas kerja. Disamping harus
menghasilkan batik yang sangat banyak tetapi kesehatan jangka panjang
yang tidak diperhatikan.
Dilihat dari data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan
Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan yang
melibatkan 800 orang dari 8 sektorin formal di Indonesia menunjukkan
keluhan nyeri punggung bawah, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta
,18% perajin onix di Jawa Barat, 16% penambang emas di Kalimantan
Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa
Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta
menderita keluhan NPB masing- masing 76,7% dan 41,6%
(Heriyanto,2004).
Studi lebih lanjut data dari puskesmas Imogiri tahun 2006 mengenai
Musculosceletal Disorder juga sebanyak 67.7% kasus menimpa pembatik
yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder di bagian leher,
punggung bagian kanan, dan pinggang (Anjani, 2013). Dari studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 100 orang pembatik
mengeluhkan Musculoskeletal Disorder nyeri kemungkinan besar adalah
dampak dari kegiatan yang dilakukan setiap hari oleh para pembatik di
4
kampong batik Giriloyo Yogyakarta Seperti pada penelitian Wulandhari
2017 pada pembatik cap di kampung batik cap Toppo HP hasil dari REBA
(Rapid Entire Body Assessment) pada sikap kerja membungkuk pekerja
diperoleh skor 9 artinya bahwa pekerjaan ini berisiko tinggi dan
membutuhkan intervensi segera hal ini menunjukkan besar resiko
terhadap gangguan Musculoskeletal Disorder hal tersebut berdampak
pada berkurangnya produktivitas, kehilangan waktu kerja dan biaya
pengobatan yang cukup besar (WHO, 2010).
Terlihat bahwa postur kerja sangatlah erat kaitannya dengan
keilmuan ergonomi dimana pada keilmuan ergonomi dipelajari bagaimana
untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat
kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental, oleh karena itu
perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif
dan efisien.
Untuk mendapatkan postur kerja yang baik harus melakukan
penelitian – penelitian serta memiliki pengetahuan dibidang keilmuan
ergonomi itu sendiri dengan tujuan agar dapat menganalisis dan
mengevaluasi postur kerja yang salah dan kemudian mampu memberikan
postur kerja usulan yang lebih baik sebab masalah postur kerja sangatlah
penting untuk diperhatikan karena langsung berhubungan keproses
operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah serta dilakukan dalam
5
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan beberapa gangguan-
gangguan otot skeletal dan gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat
mengakibatkan jalannya proses produksi tidak optimal.
Berdasarkan hasil survey awal mengeluhkan nyeri di area punggung ,
leher, dan bahu kemungkinan besar adalah dampak dari kegiatan yang
dilakukan setiap hari oleh para pembatik dari beberapa pembatik di suka
maju dan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini
berusaha menganalisis faktor sikap kerja yang berpengaruh terhadap
keluhan Musculoskeletal Disorder pada pembatik di kelompok batik suka
maju kampung batik Giriloyo Yogyakarta.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah seperti diuraikan diatas dan guna
membatasi permasalahan yang akan dibahas, maka peneliti mengambil
Identifikasi masalah sebagai berikut :
(1) Data dari puskesmas Imogiri tahun 2006 mengenai Musculosceletal
Disorder juga sebanyak 67.7% kasus menimpa pembatik yang
mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder di bagian leher,
punggung bagian kanan, dan pinggang
(2) Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 100 orang
pembatik mengeluhkan nyeri Musculoskeletal Disorder.
6
(3) Sikap kerja tidak alamiah (faktor postur janggal ) menyebabkan
keluhan muskuloskeletal disorder pada pembatik tulis di kelompok
batik suka maju desa Giriloyo Yogyakarta.
(4) Peregangan otot yang belebihan (faktor beban berat) menyebabkan
keluhan muskuloskeletal disorder pada pembatik tulis di kelompok
batik suka maju desa Giriloyo Yogyakarta.
(5) Postur kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang
lama dapat mengakibatkan beberapa gangguan-gangguan otot
skeletal dan gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat
mengakibatkan jalannya proses produksi tidak optimal.
1.3 Cakupan masalah
(1) Faktor resiko postur dan sikap kerja pada pembatik menggunakan
metode Rapid Entire Body Assesment Modified
(2) Subjek survei yang dilakukan hanya kepada pembatik di kelompok
batik Suka Maju kampung batik Giriloyo Yogyakarta
(3) Analisis dilakukan pada faktor – faktor risiko Musculoskeletal
Disorder menggunakan Nordik Body Map
1.4 Rumusan masalah
(1) Apakah ada pengaruh Sikap kerja tidak alamiah (factor postur
janggal) terhadap keluhan MuskuloskeletalDisorder pada pembatik
tulis di kelompok batik sukamaju desa Giriloyo Yogyakarta?
7
(2) Apakah ada pengaruh peregangan otot yang belebihan (faktor beban
berat) terhadap keluhan MuskuloskeletalDisorder pada pembatik tulis
di kelompok batik sukamaju desa Giriloyo Yogyakarta?
1.5 Tujuan Penelitian
(1) Untuk menganalisis pengaruh Sikap kerja tidak alamiah (faktor
postur janggal) mempengaruhi keluhan MuskuloskeletalDisorder
pada pembatik tulis di kelompok batik sukamaju desa Giriloyo
Yogyakarta
(2) Untuk menganalisis pengaruh peregangan otot yang belebihan (faktor
beban berat) mempengaruhi keluhan MuskuloskeletalDisorder pada
pembatik tulis di kelompok batik sukamaju desa Giriloyo
Yogyakarta.
1.6 Manfaat penelitian
(1) Manfaat akademis
a. Diharapkan sebagai pengembangan riset dibidang ergonomic
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti
lain dalam melakukan penelitian sejenis.
(2) Aplikatif
a. Mengurangi faktor resiko postur dan sikap kerja pada pembatik
b. Mengurangi keluhan Muskuloskeletal disorder pada pembatik
c. Memberikan rekomendasi pada pembatik yang mengalami
keluhan Muskuloskeletal disorder.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Ergonomi
2.1.1.1 Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi dikenal dalam bahasa yunani dari kata ergos dan nomos
yang memiliki arti “kerja” dan “ aturan atau kaidah”, dari dua kata tersebut
secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni suatu aturan
atau kaidah yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan. Ditinjau dari factor
historis, ergonomic telah menyatu dengan budaya manusia sejak zaman
megalitik, dalam proses perancangan dan pembuatan benda – benda seperti
alat kerja dan barang buatan sesuai dengan kebutuhan manusia pada
zamannya (Kuswana,2014)
Istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ”ergon” yang artinya kerja
dan ”nomos” yang artinya hokum dan dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/
perancangan (Nurmianto, 2008).
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi - informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia
untuk merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
9
pada system itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang
optimal ,perlu diperhatikan performansi pekerjanya.Salah satu faktor yang
mempengaruhi nya adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan
aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil
produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur
kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat
lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi
lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada
akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas (Gempur Santosa, 2004).
Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah cedera dan gangguan pada sistem
muskuloskeletal. Studi yang terdokumentasi dalam literatur di seluruh dunia
telah menunjukkan prevalensi MSDs yang tinggi (Moshavee.,et al.2015).
Ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja
dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusia, ergonomi disebut juga sebagai
humanfactor (Wignjosoebroto, S, 1995). Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat
kerja, dirumah, dan tempat rekreasi.Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip
fittingthe task/the job to the man, yang artinya pekerjaan harus disesuaikan
dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia.
10
2.1.1.2 Tujuan penerapan ergonomi
(1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
(2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kontak sosial
(3) Menciptakan/berkontribusi di dalam meningkatkan keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan budaya dari system
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi (Tarwaka,2004).
2.1.1.3 Manfaat penerapan ergonomi
(1) Pekerjaan bisa cepat selesai
(2) Risiko kecelakaan kerja lebih kecil/berkurang
(3) Man-days/hours tidak banyak yang hilang
(4) Risiko penyakit akibat kerja lebih kecil/berkurang
(5) Gairah/kepuasan kerja lebih tinggi/meningkat
(6) Biaya ekstra untuk kecelakaan/penyakit akibat kerja bisa ditekan
(7) Absensi/tidak masuk kerja rendah
(8) Kelelahan berkurang
(9) Rasa sakit lebih kecil/berkurang
(10) Produktivitas kerja meningkat.
11
2.1.1.4 Annis dan Mc Conville (1996) dalam Tarwaka (2004) membagi aplikasi
ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri menjadi dua devisi utama
yaitu:
a. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta saran
pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari
devinisi ini adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada
pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus
terpelihara serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat
dihasilkan dengan optimal.
b. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
2.1.1.3 Aspek dalam penerapan ergonomi
1. Faktor manusia
Penataan dalam system kerja menuntut faktor manusia sebagai pelaku/
pengguna menjadi titik sentralnya. Pada bidang rancang bangun dikenal
istilah Human Centered Design (HCD) atau perancangan berpusat pada
manusia. Perancangan denganprinsip HCD, berdasarkan pada karakter –
karakter manusia yang akan berinteraksi dengan produknya. Sebagai titik
sentral maka unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam
penataan suatu produk yang ergonomis. Ada beberapa faktor pembatas
yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman ,nyaman dan
sehat ,yaitu: faktor dari dalam (internal factors) dan faktor dari luar
12
(external factor).Tergolong dalam faktor dari dalam (internal factors) ini
adalah yang berasal dari dalam diri manusia seperti ,umur, jenis kelamin
,kekuatan otot ,bentuk dan ukuran tubuh ,dll. Sedangkan faktor dari luar
(external factor) yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi dan adat
istiadat, dll.
2. Faktor Anthropometri
Anthropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia,
terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang
atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh
penggunanya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga
kerja, dengan demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna
menjamin adanya sistem kerja yang baik. Ukuran alat – alat kerja erat
kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat – alat tersebut tidak sesuai,
maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban
dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau gejala
penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak
alamiah. Adapun tujuan dari anthropometri adalah:
1) Tenaga kerja memperoleh rasa aman dan nyaman dalam bekerja
2) Meminimalisir kelelahan.
13
3) Menghindari gerakan dan upaya yang tidak perlu.
4) Tenaga yang dikeluarkan sedikit dengan hasil yang maksimum.
5) Mengurangi beban kerja yang berlebihan.
3. Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana
kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain
SOP (Standard Operating Procedures)yang terdapat pada setiap jenis
pekerjaan.
Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja ,misalnya sikap
menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan.
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki
ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.
Sikap atau potur tubuh saat bekerja berkaitan erat dengan sikap tubuh saat
bekerja yang langsung mempengaruhi tulang belakang berhubungan
dengan fase pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perilaku tersebut
dilakukan terus menerus selama bertahun-tahun yang dapat mengakibatkan
risiko serius terhadap struktur tulang belakang mereka (Souza,2015).
Postur dapat didefinisikan sebagai posisi yang digunakan individu untuk
melakukan aktivitas statis atau dinamis setiap hari, menggunakan sistem
muskuloskeletal
14
4. Faktor Manusia dan Mesin
Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan
suatu hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin
sebagai sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubunga nini menjadi
sangat erat sehingga merupakan satu kesatuan. Secara ergonomis,
hubungan antara manusia dengan mesin haruslah merupakan suatu
hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.
5. Faktor Pengorganisasian Kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu
istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat
kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu
kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang
berat.Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari diusahakan sedapat mungkin
tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group
kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaanl embur
sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit.
6. Faktor lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang manusiawi merupakan faktor pendorong bagi
kegairahan dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang buruk
(melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan),yang melebihi
toleransi manusia untuk menghadapinya, tidak hanyaakan menurunkan
15
produktivitas kerja tetapi juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja
,kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat dan
selamat.
Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap
kesehatan, keselamatan dan efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor
fisik seperti pengaruh kebisingan, penerangan, iklimkerja, getaran, faktor
kimia seperti pengaruh bahan kimia ,gas ,uap ,debu, faktor fisiologis seperti
sikap dan cara kerja,penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja
lembur, faktor psikologis seperti suasana tempat kerja ,hubungan antar
pekerja dan faktor biologis ,seperti infeksi karena bakteri, jamur, virus,
cacing, dsb.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan/ cara yaitu pengendalian secara teknik ,pengendalian secara
administratif dan pengendalian dengan pemberian alat pelindung diri
(APD).
7. Faktor Postur dan Sikap kerja
Beberapa jenis pekerjaan ada yang harus dilayani oleh pekerja sambil
duduk, seperti juru tik, pekerjaan laboratorium, tukang jahit manual, atau
bertenaga motor listrik (garment), pengeditan film, sopir, dan sebagainya.
16
Meskipun pelayanan sambil duduk, masing – masing memiliki bobot yang
berbeda baik dilihat dari faktor tuntutan intelektual, persepsi, dan tenaga.
Menurut pelayanan pekerjaan dengan posisi duduk memiliki keuntungan,
antara lain pembebanan pada kaki, penggunaan energi sehingga keperluan
untuk sirkulasi darah dapat dikurangi, dibandingkan dengan posisi berdiri
(grandjean,1993).
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja pada posisi duduk memerlukan
waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin elastis, tulang belakang
melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat merasa
lelah.Kejadian tersebut apabila tidak diimbangi dengan rancangan tempat
duduk yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau alih pandang yang
memadahi tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung
belakang, ginjal, dan mata.
Meskipun duduk biasanya lebih menguntungkan dari pada berdiri,
duduk dalam jangka waktu yang lama harus dihindari karena berpengaruh
dalam kesehatan tubuh.Oleh karena itu tempat duduk harus disesuaikan
dengan kebutuhan.
2.1.2 Postur dan sikap Kerja
2.1.2.1 Pengertian postur dan sikap kerja
Fisiologi kerja dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan
menerapkan proses fisiologis seseorang saat bekerja. Secara fisiologis saat seseorang
bekerja akan terjadi koordinasi dari berbagai sistem tubuh seperti sistem indera,
17
sistem musculoskeletal, sistem saraf, dll. Secara fisiologis, banyak faktor yang
mempengaruhi proses bekerja diantaranya beban kerja, organ tubuh, faktor waktu,
dan faktor lingkungan kerja yang memungkinkan seseorang dapat mengalami
perubahan secara fisiologis akibat dari faktor - faktor ini.
Adaptasi tubuh yang secara terus- menerus terhadap lingkungan dan beban
kerja akan mengakibatkan perubahan sistem tubuh baik secara fisiologis maupun
anatomi (Soedirman & Prawirakusumah, 2014). Saat bekerja diperlukan kesesuaian
antara ukuran tubuh dengan alat- alat ataupun media dalam bekerja. Sehingga kita
mengenal sebuah istilah yaitu ilmu antropometri. Ilmu antropometri adalah ilmu yang
mempelajari 21 bagaiaman kesesuaian ukuran tubuh baik dalam keadaan statis
maupun dinamis saat bekerja. Otot dan tulang merupakan kesatuan organ tubuh yang
kontribusinya paling banyak dalam proses kerja. Ukuran tinggi dan besarnya tubuh,
atau bagian- bagiannya ditentukan oleh sebuah faktor yaitu otot dan tulang.
Ketidaksesuaian ukuran tinggi dan besarnya tubuh terhadap beban kerja dan alat- alat
pekerjaan sering mengakibatkan pekerja memiliki keluhan Musculoskeletal
Disorder(Soedirman & Prawirakusumah, 2014).
Definisi Ergonomi pada dasarnya bidang ergonomi sangat erat kaitannya
dengan bidang teknik atau enginering, namun bidang ergonomi juga ditemukan di
berbagai bidang nonteknik seperti kedokteran dan psikologi. Secara umum, ergonomi
adalah sebuah ilmu yang membahas interaksi dan proses adaptasi antara manusia,
fasilitas kerja, dan lingkungan kerja agar terbentuk optimalisasi, efisiensi, kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja(Stanton et al., 2004). Istilah
18
ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergos (kerja) dan nomos (aturan atau hukum
alam) yang memiliki pengertian sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan
manusia dalam lingkungan kerjanya sehingga tercapai optimalisasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan 22 dalam proses bekerja (Karwowski,
2006; Soedirman & Prawirakusumah, 2014). Jika terdapat kesesuaian antara manusia
dengan lingkungan kerjanya akan mengurangi timbulnya bahaya potensial akibat
kerja. Oleh karena itu, setiap pihak penyedia pekerjaan harus menyediakan
lingkungan yang sesuai dengan pekerja agar tidak terdapat gangguan fisik maupun
mental bagi pekerja saat melakukan tugasnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
terjadinya penyakit akibat kerja (Harrington & Gill, 2003).
Biomekanika Material kerja, mesin atau peralatan kerja, lingkungan kerja, dan
manusia merupakan komponen penting dalam sistem kerja. Selama proses 23 kerja
keempat komponen ini akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dan
yang lain. Manusia memegang kendali dalam setiap proses kerja dan memiliki peran
untuk merancang, merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan setiap material,
mesin atau peralatan, dan lingkungan kerja.Oleh karena itu, pihak penyedia kerja
harus merancang metode produksi yang standar dan fasilitas kerja yang ergonomis.
Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya keluhan- keluhan musculoskeletal
disorder akibat fasilitas kerja yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan postur
kerja yang seharusnya. Namun dalam melakukan fungsinya, manusia sebagai pekerja
perlu mengetahui apakah sudah terdapat kesesuaian antara operator dan alat kerja
19
dengan postur tubuhnya saat kerja. Oleh karena itu sangat diperlukan analisa
biomekanika untuk mengetahui kesesuaian interaksi antara manusia dan alat ataupun
operator kerja (Nugraha et al., 2006).
Secara umum biomekanika adalah sebuah ilmu mekanika teknik yang bertujuan
untuk menganalisis sistem kerangka otot manusia atau dengan kata lain, biomekanika
adalah kombinasi antara ilmu mekanika terapan, fisiologi, anatomi, dan biologi.
Namun dalam bidang okupasi, biomekanika memiliki pengertian yang lebih spesifik
yaitu biomekanika terapan yang mempelajari interaksi fisik antara tenaga kerja
dengan mesin, material, dan peralatan kerja dengan tujuan untuk meminimalkan
keluhan pada sistem musculoskeletal agar produktivitas kerja meningkat. Ilmu
biomekanika digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan konsep, analisis, desain,
dan pengembangan peralatan serta sistem dalam biologi dan kedokteran.
Biomekanika mencakup dua perspektif, yaitu kinematika dan kinetika.
kinematika menjelaskan gerakan- gerakan yang menyebabkan berapa ketinggian,
berapa jauh, dan seberapa cepat sebuah objek bergerak dalam lingkup ruangan dan
waktu yang telah ditentukan. Kinetika menjelaskan seluruh gaya yang menyebabkan
sebuah gerakan pada objek sebuah sistem kerja, misalnya tubuh manusia. Manusia
memiliki kemampuan fisik, kognitif, maupun keterbatasan dalam menerima sebuah
beban kerja. Gerakan atau postur kerja dan beban kerja merupakan dua hal yang
termasuk dalam kemampuan dan keterbatasan manusia. Agar produktivitas kerja
dapat meningkat tanpa mengakibatkan timbulnya keluhan musculoskeletal, setiap
pekerja harus memahami dengan pasti mengenai postur kerja yang ergonomis saat
20
bekerja (Soedirman & Prawirakusumah, 2014; Sanjaya et al., 2013; Anggraini &
Pratama, 2012).
Pergerakan organ tubuh saat bekerja (flexion, extension, abduction) sangat
berpengaruh terhadap postur kerja yang baik. Pada beberapa pekerjaan seperti
perawat akan mengalami pergerakan tubuh yang cukup banyak seperti mengangkat
pasien, mendorong, memasang infus, dan lain- lain. Pekerja yang memiliki postur
kerja yang benar akan memerlukan istirahat yang sedikit, lebih cepat, lebih efisien
dalam bekerja. Sebaliknya, pekerja yang memiliki postur kerja yang tidak ergonomis
akan mengakibatkan gangguan kesehatan seperti Musculoskeletal Disorder (Chung et
al., 2013; Munabi et al., 2014)
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut tidak ergonomis maka operator
tersebut akan mudah kelelahan. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka
hasil pekerjaan yang dilakukan operator tersebut juga akan mengalami penurunan dan
tidak sesuai dengan yang diharapkan (Susihono, 2012)..
Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur dan sikap tubuh
pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja
21
akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja
menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada
akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas.
Perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif dan
efisien, tentu saja untuk mendapatkan postur kerja yang baik kita harus melakukan
penelitian-penelitian serta memiliki pengetahuan dibidang keilmuan ergonomi itu
sendiri dengan tujuan agar kita dapat menganalisis dan mengevaluasi postur kerja
yang salah dan kemudian mampu memberikan postur kerja usulan yang lebih baik
sebab masalah postur kerja sangatlah penting untuk diperhatikan karena langsung
berhubungan ke proses operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah serta
dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator akan
mengalami beberapa gangguan-gangguan otot (Musculoskeletal) dan gangguan-
gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses produksi tidak
optimal (Andrian, 2013).
2.1.2.2 Klasifikasi sikap dalam bekerja :
1. Sikap Kerja Duduk
Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk
menimbulkan masalah musculoskeletal terutama masalah punggung
karena terdapat tekanan pada tulang belakang (Salvendy, 2012).
Menurut Nurmianto (2004), keuntungan bekerja dengan sikap kerja
22
duduk adalah mengurangi beban statis pada kaki dan berkurangnya
pemakaian energi.
Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri,karena hal
itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki, tekanan
pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan
dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan, tekanan
tersebut sebesar 100%, cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture)
dapat menyebabkan tekanan mencapai 140% dan cara duduk yang
dilakukan secara membungkuk ke depan menyebabkan tekanan
tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak
memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang dari pada sikap duduk
yang condong kedepan. Posisi duduk pada otot rangka
(muskuloskeletal) dan tulang belakang terutama pada nyeri pinggang
harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri
dan cepat lelah (Nurmianto, 2004).
2. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik sikap fisik maupun mental,
sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti namun
berbagai masalah bekerja dengan sikap kerja berdiri dapat menyebabkan
kelelahan, nyeri dan terjadi fraktur pada otot tulang belakang
(Santoso,2013).
23
3. Sikap Kerja Duduk Berdiri
Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi kedua sikap kerja
untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa dalam satu
posisi kerja. Posisi duduk berdiri merupakan posisi yang lebih baik
dibandingkan posisi duduk atau posisi berdiri saja.
Penerapan sikap kerja duduk - berdiri memberikan keuntungan di
sektor industri dimana tekanan pada tulang belakang dan
pinggang 30 % lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk
maupun berdiri saja terus menerus (Tarwaka, 2010).
2.1.3 Proses Membatik
Dilihat dari cara proses membatik tulis Tahap-tahap pembuatan batik-tulis
adalah sebagai berikut. Sebelum kain mori dibatik, biasanya
dilemaskan.Caranya adalah dengan digemplong, yaitu kain mori digulung
kemudian diletakkan di tempat yang datar dan dipukuli dengan alu yang terbuat
dari kayu.menurut Kroemer dan Grandjean (2000) pekerjaan yang dilakukan
secara repetitif akan cepat menimbulkan kelelahan, dan mengganggu kesehatan.
Setelah kain menjadi lemas, maka tahap berikutnya adalah mola, yaitu
membuat pola pada mori dengan menggunakan malam.Setelah pola terbentuk,
sikap kerja pada tahapan ini adalah membungkuk dalam posisi yang cukup
lama pada meja.kerja tahap selanjutnya adalah nglowong, yakni menggambar di
sebalik mori sesuai dengan pola. Kegiatan ini disebut nembusi. Setelah itu,
nembok yang prosesnya hampir sama dengan nglowong tetapi menggunakan
24
malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah unutk menahan rembesan zat warna
biru atau coklat.kemudianselanjutnya adalah medel atau nyelup untuk memberi
warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Proses medel
dilakukan beberapa kali agar warna biru menjadi lebih pekat. Selanjutnya,
ngerok yaitu menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga bekasnya
berwarna coklat.
Setelah dikerok, kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam proses ini
bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan
menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan nyoga, yakni memberi warna coklat dengan
ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran dan lain-lain.Untuk memperoleh warna
coklat yang matang atau tua, kain dicelup dalam bak berisi ramuan soga,
kemudian ditiriskan. Proses nyoga dilakukan berkali-kali dan kadang memakan
waktu sampai beberapa hari. Namun, apabila menggunakan zat pewarna kimia,
proses nyoga cukup dilakukan sehari saja. Proses selanjutnya yang merupakan
tahap akhir adalah mbabar atau nglorot, yaitu membersihkan malam. Caranya,
kain mori tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih yang telah diberi air
kanji supaya malam tidak menempel kembali.Setelah malam luntur, kain mori
yang telah dibatik tersebut kemudian dicuci dan diangin-anginkan supaya
kering. Sebagai catatan, dalam pembuatan satu potong batik biasanya tidak
hanya ditangani oleh satu orang saja, melainkan beberapa orang yang tugasnya
25
berbeda proses ini menyebabkan pembatik dalam kondisi membungkuk dalam
waktu yang lama dan berulang kali.
2.1.4 Keluhan musculoskeletal disorder
Musculoskeletal disorder adalah cedera pada otot, saraf, tendon,ligament,
sendi,tulang rawan, atau cakram tulang belakang. MSDS biasanya adalah hasil
dari setiap peristiwa sesaat atau akut (slip, perjalanan , atau jatuh).
(Sunaryo,2014). MSDs sangat lazim di alami pekerja pada sektor tertentu dan
industri seperti transportasi dan pergudangan, ekspor dan impor barang,
perawatan kesehatan dan bantuan sosial, petani ,pegawai kehutanan, nelayan ,
konstruksi, layanan masyarakat, pekerja seni, industry hiburan, dan rekreasi
(Charless.et.,all.2017)
Menurut Rizka 2012 Musculoskeletal disorder adalah gangguan pada bagian
otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara
berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
2.1.4.1 Faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal:
1. Peregangan otot yang belebihan (faktor beban berat)
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya
dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan
tenaga yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan
menahan beban yang berat.Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi
26
karena pengerahan tenaga yang diperlukan melapaui kekuatan optimum
otot.
2. Aktivitas berulang (faktor frekuensi)
Frekensi yang tinggi atau aktivitas yang berulang dengan sedikit variasi,
dapatmenimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh
karena kurang istirahat (relaksasi) untuk pemulihan penggunaan yang
berlebihan pada otot, tendon dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau
radang sendi dan tendon.Radang ini meningkatkan tekanan pada saraf.
3. Sikap kerja tidak alamiah (faktor postur janggal)
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian – bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepada
terangkat keatas dsb.Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot
skeletal.Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis &
McCnville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000).
2.1.4.2 Faktor penyebab sekunder
1. Tekanan
Terjadinya tekanan pada jaringan otot yang lunak. Contoh pada saat
tangan harus memegang alat, maka jaringan otot yang lunak akan
27
menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering
terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri toto yang menetap.
2. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
(Suma’mur, 1982)
3. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot
(Wilson & Corlet, 1992).
4. Umur
Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia
25 – 65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun
dan akan semakin meningkat semakin bertambahnya usia. Hal ini terjadi
karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot akan
meningkat (Dryastiti, 2013).
5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.Hal ini
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah
daripada pria.Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan
28
lebih menonjol pada wanita dibandingkan pria (3:1) sehingga daya tahan
otot wanita untuk bekerja lebih rendah dibandingkan pria.
6. Kebiasaan merokok
Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi merokok, semakin
tinggi pula keluhan otot yang dirasakan.Kebiasaan merokok dapat
menurunkan kapasitas paru - paru sehingga kemampuan untuk
mengkosumsi oksigen menurun. Apabila perawat denga kebiasaan
merokok melakukan aktivitas kerja dengan beban kerja yang tinggi, maka
akan sangat mudah mengalami kelelahan otot.
7. Kesegaran jasmani
Keluahan otot jarang terjadi pada perawat yang memiliki waktu istirahat
yang cukup, tetapi perawat memiliki system kerja shift malam yang
memungkinkan tidak mendapat waktu istirahat yang cukup. Tingkat
kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya
keluhan otot.
8. Kekuatan fisik
Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang
mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya.
Apabila dengan kekuatan otot yang sama, perawat diberikan beban kerja
yang tinggi, maka cenderung perawat yang memiliki kekuatan yang lebih
rendah akan mengalami cidera otot.
29
9. Ukuran tubuh (antropometri)
Keluhan muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih
disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam
menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan.
2.1.5 Jenis Keluhan Muskuloskeletal
2.1.5.1 Jenis-jenis keluhan keluhan muskuloskeletal antara lain:
1. Sakit Leher
Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai
leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku
leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang
menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan
mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku.Sakit pada leher ini
biasanya dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara menjunjung
dengan kepala, menunduk atau menengadah dengan beban.
2. Nyeri Punggung
Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri
punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme
otot.Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur
yang buruk saat menggunakan computer. Keluhan ini dikaitkan dengan
pekerjaan dengan cara mengangkat atau orang yang menngerakkan objek
dengan beban berat.
30
3. Carpal Tunnel Syndrome
Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan
tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus.Keadaan ini
disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada
nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik,
arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal,
atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus
medianus.
4. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang
ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut.
Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher
tertekan. Thoracic outlet syndromedisebabkan oleh gerakan berulang
dengan lengan diatas atau maju kedepan.
5. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon
yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan
tangan. Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada
tendon ekstensor.
6. Low Back Pain
Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4
dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk
31
ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus. Hal ini berhubungan
dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan
peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja.
2.2 Kerangka teori
2.2 Kerangka berpikir
Faktor Ergonomi:
1. Peregangan otot
2. Aktivitas otot
3. Sikap kerja tidak alamiah
(faktor postur janggal)
4. Lama kerja
Musculuskeletal disorder
pada pembatik tulis di
kelompok batik suka maju
desa Giriloyo Yogyakarta
Musculuskeletal disorder
Sikap kerja tidak
alamiah (faktor
postur janggal)
mempengaruhi
Faktor Manusia
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Gizi
4. Status Kesehatan
peregangan otot
yang belebihan
(faktor beban berat)
Variabel bebas Variabel terikat
32
2.4 Hipotesis penelitian
Ha : ada pengaruh Sikap kerja tidak alamiah (faktor postur janggal) terhadap
keluhan muskuloskeletal disorder pada pembatik tulis di kelompok batik
sukamaju desa Giriloyo Yogyakarta.
Ha : ada pengaruh peregangan otot yang belebihan (faktor beban berat)
terhadap keluhan muskuloskeletal disorder pada pembatik tulis di kelompok
batik sukamaju desa Giriloyo Yogyakarta.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Sikap Tubuh Terhadap
Musculoskeletal Disorder Pada Pembatik Suka Maju Giri Loyo Yogyakarta
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penghitungan menggunakan spss, dapat diketahui bahwa t
Hitung terletak didalam daerah kritis (t-hitung (2,703), maka Ho
ditolak yang berarti pernyataan hipotesis I penelitian “ ada pengaruh
Sikap kerja tidak alamiah (factor postur janggal) terhadap keluhan
muskulosskeletal disorder pada pembatik tulis di kelompok batik
Suka Maju desa Giriloyo Yogyakarta”. Karena pembatik dalam
keadaan membungkuk dimana punggung dan dada lebih condong ke
depan membentuk sudut ≥ 20o terhadap garis vertikal, pengrajin batik
tersebut juga memuntirkan leher ketika mengambil malam dari
wajan.
2. Hasil penelitian menjunjukan bahwa t Hitung terletak diluar daerah
kritis (t-hitung (2,026)), maka Ho ditolak yang berarti pernyataan
hipotesis II penelitian. “ada pengaruh peregangan otot yang
belebihan (factor beban berat) terhadap keluhan muskulosskeletal
disorder pada pembatik tulis di kelompok batik Suka Maju desa
Giriloyo Yogyakarta”. Dikarenakan posisi statis lama didaerah leher
63
tengkuk dan lengan, hampir tidak ada melakukan aktivitas olahraga,
dan tidak memaksimalkan istirahatnya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis disarankan kepada pihak perusahaan
diantaranya adalah :
1. Perbaikan sikap dan posisi tubuh pada saat bekerja dengan kategori
level tinggi dan sedang.
2. Standar Oprasional Prosedure (SOP) cara kerja yang ergonomis dan
ditempelkan pada tempat kerja.
3. Program olah raga rutin dan peregangan saat jeda atau setelah bekerja.
4. Dilakukan pengkajian tentang kursi dan meja yang sesuai untuk
pembatik.
5. Mengganti posisi tubuh apabila sudah mulai merasakan lelah. Serta
beristirahat jika sudah mulai lelah atau merasakn nyeri otot.
64
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, Deni. 2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara Biomekanika
Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: PT. Semen Baturaja).
Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik Universitas Binadarma, Palembang.
Bahar 2011. “The Relation between Risk Factors and Musculoskeletal Impairment
in Dental Students: a Preliminary Study”. Journal of Dentistry Indonesia, Vol.
18, No. 2, 33-37
Bhattacharya 2015. “ Muscular Activity Of Lower Limb Muscles Associated With
Working On Inclined Surfaces”. Ergonomics. Author Manuscript; Available
In PMC September 02. Author Manuscript.
Binarfi ka Maghfi roh Nuryaningtyas dan Tri Martiana 2014. “Analisis Tingkat
Risiko Muskuloskeletal Disorders (Msds) Dengan The Rapid Upper Limbs
Assessment (Rula) Dan Karakteristik Individu Terhadap Keluhan msds”. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 2 Jul-Des
2014: 160–169.
Bo-Young Jang1 2017. “Characteristics Of Occupational Musculoskeletal
Disorders Of Five Sectors In Service Industry Between 2004 And 2013”. Choi
Et Al. Annals Of Occupational And Environmental Medicine 1186/S40557-
017-0198-4.
Chen Zhang 2018.” The Status Of Musculoskeletal Disorders And Its Influence
On The Working Ability Of Oil Workers In Xinjiang, China”. Int. J. Environ.
Res. Public Health, 15, 842
Douglas L. 2016. “Safety Voice For Ergonomics (SAVE) Project: Protocol For A
Workplace Clusterrandomized Controlled Trial To Reduce Musculoskeletal
Disorders In Masonry Apprentices”. Kincl Et Al. BMC Public Health (2016)
S12889-016-2989-X.
Dryastiti, P.E, (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Tingkat Keluhan
Muskuloskeletal pada Perawat di Ruang Ratna dan Ruang Medical Surgical
RSUP Sanglah Denpasar. Skripsi tidak dipublikasikan: Denpasar: Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Ekawati Wasis Wijayati , Nurwijayanti , Koesnadi 2018. “The Analysis of
Musculoskeletal Complaints and the Influencing Factors on Shoe-Craftsmen
in Leather Crafs Center, Magetan”. Journal for Quality in Public Health
ISSN: 2614-4913 (Print), 2614-4921 (Online) Vol. 1, No. 2
65
Gillespie 2015. “Ergonomic Task Reduction Prevents Bone Osteopenia In A Rat
Model Of Upper Extremity Overuse”. Industrial Health, 53, 206–221.
Gangopadhyay1 2016. “Examination Of Postures And Frequency Of
Musculoskeletal Disorders Among Manual Workers In Calcutta, India”.
International Journal Of Occupational And Environmental Health VOL. 22
NO. 2 151.
Hany winihastuti 2016. “hubungan faktor risiko ergonomi dan keluhan cumulative
trauma disorders pada dokter gigi di pt. X tahun 2014”. Jurnal administrasi
rumah sakit volume 3 nomor 1oktober 2016.
Hartanti 2017. “risiko ergonomi dan keluhan muskuloskeletaldisorders pada
pekerja jahit (studi di ud. Ilfa jaya konveksi banyuwangi - indonesia)”.
Prosiding seminar nasional dalam rangka osh week, 22 oktober 2017. Page.
119-131 universitas airlangga,isbn:978-602-50779-0-6.
Heri Satria Setiawan 2017. “ Pengaruh ergonomi dan antropometri bagi user
gudang bahan pt.mi guna meningkatkan produktifitas serta kualitas kerja”.
Jurnal String Vol. 2 No.2 Desember 2017 p-ISSN: 2527 - 9661 e-ISSN: 2549 -
2837.
Holtermann 2018. “Participatory Ergonomic Intervention Aiming At Reducing
Physical Exertion And Musculoskeletal Pain Among Childcare Workers (The
TOY-Project): Study Protocol For A Wait-List Cluster-Randomized
Controlled Trial”. Rasmussen Et Al. Trials 19:411
Humantech 2012. Humantech Apllied Ergonomic Training Manual:Prepared For
Procter&Gamble Inc.,2nd
Edition.Berkeley Valey Australia.
Iin Viradiani 2018. “Faktor Resiko Ergonomi Dengan Terjadinya Keluhan
Muskuloskeletaldisorder pada pekerja overhaul workers”. The Indonesian Of
Occupatinal Safety and Health,Vol 7.No 1, Jan- Apr 2018
ILO (international labourorganization),2003. Encyclopedia of Occupational
Health and Safety.Penerbit :Geneva. 2003.
Kurniawan 2017. “Analisis Postur Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal
Disorders (Msds) Pada Pekerja Mekanik Bengkel Sepeda Motor X
Semarang”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 5,
Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346Kroemer.,K.H.E., and E,Grandjean
2005.Fitting The Task to The Human.A textbook Of Occupational
Ergonomics.Boca.Raton.FL:CEC Press
Kuswana,2014. Ergonomi dan K3.PT Remaja Rosida Karya.Bandung.,2014.
66
Lubis hidayatullah 2018. “ analisis faktor risiko ergonomi terhadap keluhan
musculoskeletal disorders (msds) pada teller bank”. Jurnal ilmu kesehatan
masyarakat vol. 07, no. 02, juni 2018.
Luenda E. Charles,2017. Vibration and Ergonomic Exposures Associated With
Musculoskeletal Disorders of the Shoulder and Neck. Safety and Health at
Work 9 (2018) 125e132 journal homepage: www.e-shaw.org. Engineering
and Control Technology Branch, Health Effects Laboratory Division,
National Institute for Occupational Safety and Health, Centers for Disease
Control and Prevention, Morgantown, WV, USA.,2017.
Luthfianto,2011.Beban kerja dan keluhan sistem musculoskeletal pada pembatik
tulis di kelurahan kalinyamat wetan kota tegal: Teknik Industri Universitas
Pancasakti Tegal Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal
Made Ary Pradnyawati1,2, I Ketut Tunas1, Ni Luh Gede Ari Natalia Yudha1.
2017 “. Intervensi Sikap Kerja Dapat Menurunkan Kelelahan Kerja Dan
Keluhan Muskuloskeletal Pada Karyawan Pt. Sucofindo Cabang
Denpasar”.Jurnal Kesehatan Terpadu 1(1) : 30 - 37 Issn : 2549 – 8479 J.
Kes. Terpadu – Maret 2017.
Mariani Juliana,1anita Camelia 2018, Anita Rahmiwati. “ Analisis Faktor Risiko
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Pt. Arwana Anugrah
Keramik, Tbk, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63.
Made Adhyatma Prawira N. K1 , Ni Putu Nita Yanti A1 , Endri Kurniawan1 , Luh
Putu Wulandari Artha 2017. “Faktor Yang Berhubungan Terhadap Keluhan
Muskuloskeletal Pada Mahasiswa Universitas Udayana Tahun 2016”. Journal
Of Industrial Hygiene And Occupational Health Vol. 1, No. 2,
March1,2 2018. Use Of The Global Alliance For Musculoskeletal Health Survey
Module For Estimating The Population Prevalence Of Musculoskeletal Pain:
Findings From The Solomon Islands”. Hoy Et Al. BMC Musculoskeletal
Disorders 19:292
Mahfud,2014.Analisis Ergonomi Pada Proses Pembuatan Batik Di Sentra Batik
Bogor Tradisiku,Fak Teknik UPN. BINA TEKNIKA,Volume 1o
no1.,Jakarta.,2014.
Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Editor: Sritomo
Merdekawati 2018.” Faktor risiko keluhan nyeri punggung bawah pada Pemulung
di tpa talang gulo”. Jurnal endurance 3(2) juni 2018 (337-341).
67
Moosavi,2015. Ergonomic analysis to study the intensity of MSDs among
practicing Indian dentists. Procedia Manufacturing 6th International
Conference on Applied Human Factors and Ergonomics (AHFE 2015) and
the Affiliated Conferences, AHFE .,2015.
Musenge 2018. “ Ergonomic Behaviour Of Learners In A Digitally Driven School
Environment: Modification Using An Ergonomic Intervention Programme”.
South African Journal Of Physiotherapy ISSN: (Online) 2410-8219, (Print)
0379-6175 Published: 11 Apr.
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna
Widya.Jakarta.
Oesman, T.I., Yusuf, M., & Irawan, L. 2012. Analisi sikap kerja dan posisi kerja
pada perajin batik tulis di rumah batik nakula sadewa sleman. Yogyakarta:
Institut sains & teknologi AKPRIND.
Pham Minh Khue . 2018. “Musculoskeletal Disorders: Prevalence And Associated
Factors Among District Hospital Nurses In Haiphong, Vietnam”. Hindawi
Biomed Research International Volume 2018, Article ID 3162564, 9 Pages
Perez,2015. Task analysis and ergonomic evaluation in camshaft production
operations. Procedia Manufacturing 3 ( 2015 ) 4244 – 4251. 6th International
Conference on Applied Human Factors and Ergonomics (AHFE 2015) and
the Affiliated Conferences, AHFE 2015.
Quarcoo1. 2016. “Work-Related Musculoskeletal Disorders In The Automotive
Industry Due To Repetitive Work - Implications For Rehabilitation”. Journal
Of Occupational Medicine And Toxicology 2010, 5:6.
Rovanaya Nurhayuning Jalajuwita 2016.“ hubungan posisi kerja dengan keluhan
musculoskeletal Pada unit pengelasan pt. X bekasi The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–42
Rizka, Z. W. 2012. MUSCULOSKELETAL DISORDERS. (online, 10 Oktober
2013).
Souza,2015. Ergonomic analysis of a clothing design station. Procedia
Manufacturing 3 ( 2015 ) 4362 – 4369. 6th International Conference on
Applied Human Factors and Ergonomics (AHFE 2015) and the Affiliated
Conferences, AHFE 2015.
Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004
.
68
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005
Susihono, Wahyu. 2012. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi Keluhan
Musculoskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS (Studi Kasus Di UD.
Rizki Ragil Jaya - Kota Cilegon). Spektrum Industri Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Suryabrata,
Sumadi. 2000. Pengujian Signifikansi Hipotesis Nol dalam penelitian Psikologis.
Jakarta: Buletin Psikologi 8.
Suma’mur 2009 PK. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :Gunung
Agung.
Suma’mur P.K., MSc., Dr. (2013). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). Edisi 2. Penerbit CV Sagung Seto. Jakarta.
Takahashi, M.,2002, The Journal of neuroscience : the official journal of the
Society for Neuroscience 22(10): 3929-3938 (Journal).
Tarwaka 1995. Penyerasian Alat Kerja terhadap Perkembangan Antopometri
Tenaga Kerja Wanita Pada Sektor Industri Pakaian Jadi di Bali. Majalah
Hiperkes dan Keselamatan kerja. Jakarta:XXVIII(2):47-55
Tarwaka, Solichul Hadi A. Bakri dan Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi untuk
Keselamatan Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Uniba Press. Surakarta.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Implementasi K3 di
tempat Kerja. Cet 1, Harapan Press, Surakarta.
Tarwaka, PGDip.sc. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press, Solo
Tri Hastuti Sulistiyo, Rico J. Sitorus, Ngudiantoro 2018. “Analisis faktor risiko
ergonomi dan musculoskeletal disorders pada radiographer instalasi radiologi
rumah sakit di kota palembang ”. JKK, Volume 5, No 1, Januari 2018: 26-37
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411
Ulfah, Harwanti, & Nurcahyo 2014, Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal
Disorders”.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 7, Februari
2014.
UNESCO ,2014""Indonesian Batik", Inscribed in 2009 on the Representative List
of the Intangible Cultural Heritage of Humanity".. Archived from the original
on 12 October. Retrieved 10 October 2014.
Wardhaningsih, 2010. Pengaruh Sikap Kerja Duduk Pada Kursi Kerja yang Tidak
Ergonomis Terhadap Keluhan Otot - otot Skeletal Bagi Pekerja Wanita
Bagian Mesin Cucuk di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.Skripsi ,
69
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.Surakarta.,2010
Wiranto. 2000. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000. Guna Wijaya.
Surabaya. 1-4.
Windari. 2018. “Tinjauan Aspek Ergonomi Ruang Filing Berdasarkan
Antropometri Petugas Filing terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Petugas”. Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Volume 1 Nomor 2
(Oktober 2018).
Wibisono 2017. “Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder
Tenaga Kerja”. Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 01, Februari 2017, pp.
19-28 ISSN 1978-1431 print / ISSN 2527-4112 online
Yayan Harry Yadi† 2017.“perilaku kesehatan kerja operator roster terhadap
pencegahan kelelahan kerja Menggunakan Pendekatan Kualitatif”. Journal
Industrial Servicess Vol. 3 No. 1 Oktober 2017.
Yulianto Wahyono, Erayanti Saloko 2014. “Pengaruh Workplace Exercise
Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Sewing Cv.
Cahyo Nugroho Jati (Cnj) Sukoharjo”. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Volume 3, No 2, November 2014, hlm 106-214.
LAMPIRAN 1 Etichal Clearence
LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian dari Pasca Sarjana UNNES
Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian Dari Kepala Desa Wukir sari kampung batik Giriloyo
Yogyakarta
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 kuesioner
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas
Lampiran 7 Hasil Analisis Data
Lampiran 8 Dokumentasi
Gambar 1.1 Sikap Kerja Pembatik Dengan Leher Membungkuk
Gambar 1.2 posisi Sikap Kerja Pembatik Dengan Posisi Malam Terlalu Jauh
Gambar 1.3 penjelasan Inform Consent