Analisis Struktural Novel Gadis Tangsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Struktural Novel Gadis Tangsi

Citation preview

8

3

BAB II

PEMBAHASAN

Sinopsis

Novel Gadis Tangsi merupakan novel pertama dari tiga rangkaian trilogi karya Suparto Brata. Novel Keduanya adalah Kerajaan Raminem, diterbitkan juga oleh Kompas. Sedangkan yang terakhir Mahligai di Ufuk Timur belum terbit.

Dalam Gadis Tangsi dikisahkan masa kecil Teyi yang anak kolong pada zaman kolonial di Tangsi Garnisun Lorong Belawan, Pangkalan Brandan, Sumatra Utara. Teyi anak pertama dari Serdadu Perang Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) Sersan Kepala Wongsodirjo dan Raminem yang hijrah dari Jawa. Teyi kecil adalah tipe anak nakal, tak memiliki tatakrama, dan liar tetapi cerdas. Teyi berangsur menjadi anak yang berbudi saat menjadi anak angkat Putri Parasi dan Kapten Sarjubehi. Putri Parasi adalah darah biru keturunan Kerajaan Surakarta Hadiningrat.

Digambarkan, bangsa Jawa di Surakarta adalah bangsa yang berperadaban dan berkebudayaan tinggi. Anak negerinya hidup makmur, sopan santun, tertib dan berkecukupan karena rajanya adil dan bijaksana. Putri Parasi yang kesepian dan sakit-sakitan mengajari Teyi yang liar, mulai dari cara berpakaian, tatakrama, budi pekerti, dan membaca. Teyi menuntut ilmu selama tiga tahun secara gratis dan sangat menyenangkan di sela-sela berjualan pisang goreng. Kelak, kecerdasan dan kemahiran Teyi membaca dan berbicara bahasa Jawa kromo inggil serta Belanda menjadi sosok sentral di tangsi dan di pengungsian. Belakangan, kecantikan dan sikap Teyi yang telah berubah menjadi Putri Surakarta juga menarik perhatian Kapten Sarjubehi yang menduda setelah ditinggal almarhum Putri Parasi.

Teyi diharapkan setelah dapat menguasai segala kebutuhan untuk menjadi seorang yang bisa bergaul dilingkungan istana, ia akan diajak oleh Putri Parasi ke Keraton Surakarta. Akan tetapi sebelum semua itu terjadi Putri Parasi meninggal terlebih dahulu. Semua angan-angan Teyi pupus, tidak ada harapan lagi baginya untuk dapat pergi ke Surakarta. Sampai akhirnya ia dikawinkan dengan seorang prajurit tangsi Supardal. Pada malam pengantin, Raden Mas Sarjubehi suami Putri Parasi datang menghadiri acara bersama Raden Mas Kus Bandarkum. Melihat keponakan Putri Parasi, Teyi langsung terawang-awang lamunan, dan semangat pergi ke Surakarta muncul lagi. Lebih-lebih ketika Kus Bandarkum berbisik kepadanya Aku Cinta Kamu.

Baru satu malam dengan Supardal, Teyi esok harinya langsung minta cerai. Dan harus dituruti oleh bapaknya, kalau tidak ia akan minggat bersama Kus Bandarkum ke Surakarta. Dan keinginan cerai pun diluluskan oleh bapaknya.

Femenisme dalam kajian karya sastra pada Novel Gadis Tangsi

Feminisme merupakan Sebagai suatu gerakan, feminism berupaya untuk membangun strategipolitik untuk mencampuri kehidupansosial demi kepentingan perempuan. Dalam novel gadis tangsi diceritakan bahwa ada tiga peran wanita yang membangkitkan feminisme dalam novel ini, yaitu Raminem, Putri Parasi, dan Yeti.

Raminem

Raminem adalah seorang istri dari serdadu kompeni yang bernama Wongsodirjo. Raminem dalam novel ini diceritakan tidak ingin mengandalkan suaminya saja, dia ingin suatu saat pulang ke kampung halaman dengan hasil jerih payahnya sendiri. perjuangannya dalam berjualan keliling Tangsi, dan keinginan yang kuat ini membuat sudut pandang feminisme muncul pada tokoh ini. ketika terompet pertama berbunyi, raminem simbok, teyi mengeluarkan anglo arang, wajan, minyak, tepung, dan pisang dari biliknya(hal.4) perjuangan keluarga Raminem bangun dipagi hari dimana orang-orang masih tertidur lelap. melihatkan perjuangan Raminem yang begitu hebat dan keadaan yang ingin bangkit dari ketergantungan suaminya. seakan membuat Raminem berjuangan dari apa yang melatar belakangi keadaan istri-istri yang hidup di daerah tangsi. Mempunyai kebiasaan, yakni selalu berlindung pada ketiak suaminya mengandalkan jerih payah suaminya, akan tetapi tidak dengan Raminem. Dalam sebuah percakapannya dengan teyi. Raminem mendidik anaknya bernama teyi agar tidak selalu bergantung pada orang lain, meskipun itu adalah suaminya. akan kubuktikan kepada yu camik. Nanti ketika pulang ke jawa kita akan kaya! Kaya! Melebihi kekayaan kang Wongsodrono dan Yu Camik. Dan kekayaan itu kudapat karena aku bekerja, bekerja, bekerja dengan sepenuh tenaga dan pikiran. Teyi kamu harus membantu simbokmu mengumpulkan kekayaan. Kamu juga keturunan perempuan ngombol ! Perempuan Ngombol biasa bekerja dan kaya raya karena kerjanya (hal.17) dari penuturan Raminem, teyi didik untuk menjadi wanita yang kuat. Bekerja dengan sepenuh tenaga dan pikiran. Raminem juga memberikan pernyataan bahwa perempuan Ngombol biasa bekerja dan kaya raya, sehingga untuk memperkuat pernyataan Raminem kepada anaknya teyi tentang sebuah perjuangan yang tidak bergantung pada orang lain dan bermuara pada kesuksesan, yaitu menjadi kaya.

Putri Parasi

Putri Parasi yang mempunyai nama lengkap Gusti Bandara Ajeng Kus Parasi Kusumastuti adalah seorang keturunan bangsawan. Ayahnya adalah seorang pangeran bernama Gusti Pangeran Hariya Jayadiningrat, sedangkan ibundanya adalah kakak perempuan Sri Baginda Raja Ingkang Sinuwun, raja di Surakarta Hadiningrat.

Tokoh Putri Parasi merupakan seorang tokoh yang membentuk Teyi sebagai tokoh utama menjadi sosok perempuan berpikiran maju dari sebelumnya. Dia diajari berbagai macam pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah didapatkan Teyi. Dari masalah berbusana, cara berbicara bercitarasa jawa yang baik atau karma inggil dan diajari membaca dan menulis.

Putri Parasi bercerita tentang kehidupan keraton di Surakarta, mengatakan bahwa jika seorang perempuan mempunyai suami seorang bangsawan dan melahirkan anak dari suami tersebut diibaratkan mendapatkan wahyu dari tuhan karena orang mendapatkan keturunan dari seorang bangsawan adalah seorang perempuan yang terdidik dan beradab. di kerajaan Surakarta, cita-cita seorang ibu atau perempuan adalah mendapatkan wahyu, yaitu mendapatkan anak keturunan dari yang berdarah bangsawan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan anak atau orang yang berkelas adalah dengan memperoleh wahyu dari laki-laki bangsawan. Anak perawan yang sudah terdidik budi pekerti serta tata kramanya seperti kamu termasuk yang paling berhak mendapatkan putra mahkota sekalipun. Jinunjung saking ngandap, sinengkakaken ing luhur (Hal.175). Putri Parasi juga mengatakan bahwa Teyi berhak mendapatkan itu. putri parasi mempunyai keinginan yang kuat untuk membentuk pribadi yang adiluhung serta njawani. Dari didikan Putri Parsi itu teyi menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. memiliki tekat yang kuat untuk mendapatkan keinginannya yang tinggi yaitu mempunyai suami keturunan bangsawan. Putri Parsi yang membentuk tokoh Teyi dengan kemampuan segala aspek. Sehingga membentuk karakter yang dipadang sebagai perempuan yang feminisme, meskipun kedekatan teyi dan Putri Parasi sering digunjingkan oleh penduduk sekitar sehingga membuat Raminem sebagai ibu Teyi marah, tapi Teyi tidak memperdulikan hal itu hingga Putri Parsi meninggal dan melekatkan jiwa seorang Teyi agar menjadi bagian dari kehidupan bangsawan di Surakarta dengan menjunjung adab jawa yang tinggi.

Teyi

Teyi adalalah putri sulung dari suami istri Wongsodirjo dan Raminem. Sejak kecil teyi dididik ibunya dengan keras. Ibunya menyuruhnya untuk selalu berusaha menjadi pandai, meskipun paradigma Teyi berlawanan pada saat itu. Teyi lebih memilih menjadi kaya atau berkuasa. Namun, berkat nasihat ibunya akan pentingnya kepandaian di antara kaya dan kekuasaan, maka Teyi pun mengamini paradigma ibunya itu. Dinukilkan pada: Jangan bodoh, kamu. Simbokmu sekarang ini orang pandai! Perempuan tangsi lainnya tidak berbuat apa-apa, aku bekerja keras dengan otak, dengan akal, dengan kepandaian. Dari kepandaian kita meraih kekayaan. Dari kekayaan kita meraih kekuasaan! (H.17)

Berdasarkan uraian tentang proses pembentukan feminisme dalam diri Teyi oleh Raminem dan Putri Parasi, akhirnya Teyi pun telah menyandang sifat feminisme tersebut. Hal ini dibuktikan dengan perlawanannya terhadap Kamdi dan Sudarmin yang hendak melecehkan Teyi. Kemudian juga diperlihatkan ketika Teyi tertangkap polisi di Medan karena dianggap pencuri di Toko Ashahi. Dia pun tidak tinggal diam dan lansung mengatakan kepada polisi bahwa dia adalah anak serdadu Belanda dan akhirnya dia pun diantarkan pulang dan dengan tidak merasa takut sedikit pun bercerita kepada orang-orang Belanda di kampung halamannya.

Kefeminisan juga muncul akibat dari didikan Putri Parasi. Putri Parasi yang mendidik Teyi dengan adat Keraton Solo menjadikan Teyi bisa berlaku lebih bermartabat, layaknya putri keraton. Teyi yang tak takut dengan ancaman ibunya untuk tidak mengunjungi lojinya Putri Parasi karena dia khawatir jika Teyi akan dimunci oleh Kapten Sarjubehi, suami Putri Parasi. Teyi terus nekat ke loji tersebut dan menimba ilmu kepada Putri Parasi. Hal ini lantas menjadikan Teyi seperti turunan Putri Parasi, yang pandai dalam bertutur kata dan berpakaian.

Kefeminisan juga diterapkan Teyi ketika dia telah bersuami Supardal, pemuda tangsi yang polos. Teyi mengingat pesan mendiang Putri Parasi bahwa dengan perangai yang Teyi miliki saat ini bisa menaikkan derajat Teyi, yakni dengan berjodoh dengan pemuda keturunan Keraton Solo. Merasa tidak puas dengan Supardal dan berkeinginan untuk naik derajat, maka Teyi menceraikan Supardal dan pilih menikah dengan pemuda keturunan Keraton Solo itu, Raden Mas Kus Bandarkum. Hal ini dilakukan dengan dasar bahwa Ini kenikmatan harus diraih, tetapi sekaligus merupakan pemberontakan untuk memenangkan masa depan, medan perjuangan untuk mencapai masa depan yang gemilang, bukan sekedar meraih pekerti Mopi (H. 373).