17
6 1. Pendahuluan Kota Magelang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang, sebelah timur dengan Kecamatan Tegalrejo, sebelah selatan dengan Kecamatan Mertoyudan dan sebelah barat dengan Kecamatan Bandongan [1]. Menurut pendapat kepala bagian sarana prasarana pembangunan ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Magelang (Bappeda), Kota Magelang memiliki keadaan ekonomi yang tidak merata, keadaan pada pusat kota sangat berkembang berdasarkan keberadaan fasilitas ekonomi yang ada, sedangkan pada pinggiran kota jarang terdapat fasilitas ekonomi. Maka dari itu, kota Magelang memerlukan penataan ruang ekonomi agar keadaan ekonomi kota lebih merata. Pada penelitian ini, dilakukan analisis untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan pembangunan tiga kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan indutri, pasar tradisional, dan pasar swalayan. Penelitian ini menggunakan data perusaahaan industri, pasar tradisional, dan pasar swalayan dari tahun 2007, 2008, dan 2009. Penataan ruang ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), metode AHP menggunakan beberapa kriteria dalam menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini, digunakan beberapa kriteria, yaitu kriteria kepadatan penduduk, jumlah Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM), jumlah fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, puskesmas, dan kantor pemerintahan), jumlah pasar tradisional, serta luas area kosong. Selain itu, digunakan 14 alternatif yang dibandingkan dengan kriteria, alternatif tersebut adalah kelurahan-kelurahan yang terdapat di kota Magelang, yaitu kelurahan Jurangombo, Magersari, Rejowinangun Selatan, Tidar, Kemirirejo, Cacaban, Magelang, Panjang, Gelangan, Rejowinangun Utara, Potrobangsan, Wates, Kedungsari, dan kelurahan Kramat. AHP merupakan metode yang tepat digunakan karena pada AHP menggunakan multicriteria yang dibandingkan dengan alternatif, maka sesuai dengan tujuan penghitungan yang membandingkan jenis kegiatan ekonomi dengan lokasi yang akan dilakukan pembangunan jenis kegiatan. Hasil perhitungan kriteria dan alternatif tersebut digunakan untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan penataan ruang ekonominya dengan menggunakan metode AHP dan output berupa SIG berbasis web dan kesesuaian dengan peraturan daerah. Seluruh proses penghitungan, tujuan, dan hasil daerah sasaran pembangunan diimplementasikan ke dalam sistem agar dapat membantu dalam perencanaan pembangunan kota Magelang. 2. Kajian Pustaka Penelitian yang pertama menuliskan tentang “Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis dalam Manajemen Tanah Perkotaan” membahas isu-isu tentang manajemen perkotaan, khususnya manajemen tanah perkotaan dengan menggunakan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis digunakan sebagai alat prediksi dan perencanaan jangka panjang, serta alat untuk memonitor secara rutin perkembangan dan persoalan tanah kota. Manajemen tanah perkotaan di Indonesia harus dikembangkan secara lebih progresif, dan sistem informasi geografis merupakan sarana yang sesuai untuk mendukung tercapainya manajemen tanah perkotaan, yakni efisiensi dan keadilan dalam penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah. Kinerja sistem informasi geografis akan sangat ditentukan

Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

6

1. Pendahuluan Kota Magelang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang

terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang, sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Secang, sebelah timur dengan Kecamatan Tegalrejo, sebelah

selatan dengan Kecamatan Mertoyudan dan sebelah barat dengan Kecamatan

Bandongan [1]. Menurut pendapat kepala bagian sarana prasarana pembangunan

ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Magelang (Bappeda), Kota

Magelang memiliki keadaan ekonomi yang tidak merata, keadaan pada pusat kota

sangat berkembang berdasarkan keberadaan fasilitas ekonomi yang ada,

sedangkan pada pinggiran kota jarang terdapat fasilitas ekonomi. Maka dari itu,

kota Magelang memerlukan penataan ruang ekonomi agar keadaan ekonomi kota

lebih merata.

Pada penelitian ini, dilakukan analisis untuk menentukan lokasi yang akan

dilakukan pembangunan tiga kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan indutri, pasar

tradisional, dan pasar swalayan. Penelitian ini menggunakan data perusaahaan

industri, pasar tradisional, dan pasar swalayan dari tahun 2007, 2008, dan 2009.

Penataan ruang ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan metode AHP

(Analytical Hierarchy Process), metode AHP menggunakan beberapa kriteria

dalam menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini, digunakan beberapa kriteria,

yaitu kriteria kepadatan penduduk, jumlah Usaha Masyarakat Kecil Menengah

(UMKM), jumlah fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, puskesmas, dan kantor

pemerintahan), jumlah pasar tradisional, serta luas area kosong. Selain itu,

digunakan 14 alternatif yang dibandingkan dengan kriteria, alternatif tersebut

adalah kelurahan-kelurahan yang terdapat di kota Magelang, yaitu kelurahan

Jurangombo, Magersari, Rejowinangun Selatan, Tidar, Kemirirejo, Cacaban,

Magelang, Panjang, Gelangan, Rejowinangun Utara, Potrobangsan, Wates,

Kedungsari, dan kelurahan Kramat. AHP merupakan metode yang tepat

digunakan karena pada AHP menggunakan multicriteria yang dibandingkan

dengan alternatif, maka sesuai dengan tujuan penghitungan yang membandingkan

jenis kegiatan ekonomi dengan lokasi yang akan dilakukan pembangunan jenis

kegiatan. Hasil perhitungan kriteria dan alternatif tersebut digunakan untuk

menentukan lokasi yang akan dilakukan penataan ruang ekonominya dengan

menggunakan metode AHP dan output berupa SIG berbasis web dan kesesuaian

dengan peraturan daerah. Seluruh proses penghitungan, tujuan, dan hasil daerah

sasaran pembangunan diimplementasikan ke dalam sistem agar dapat membantu

dalam perencanaan pembangunan kota Magelang.

2. Kajian Pustaka

Penelitian yang pertama menuliskan tentang “Aplikasi Teknologi Sistem

Informasi Geografis dalam Manajemen Tanah Perkotaan” membahas isu-isu

tentang manajemen perkotaan, khususnya manajemen tanah perkotaan dengan

menggunakan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis digunakan sebagai alat

prediksi dan perencanaan jangka panjang, serta alat untuk memonitor secara rutin

perkembangan dan persoalan tanah kota. Manajemen tanah perkotaan di Indonesia

harus dikembangkan secara lebih progresif, dan sistem informasi geografis

merupakan sarana yang sesuai untuk mendukung tercapainya manajemen tanah

perkotaan, yakni efisiensi dan keadilan dalam penguasaan, pemilikan dan

pemanfaatan tanah. Kinerja sistem informasi geografis akan sangat ditentukan

Page 2: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

7

oleh kepekaan para manajer kota untuk mendeteksi persoalan paling kritis yang

sedang dihadapi lingkungan perkotaan.

Sistem Informasi Geografis mempunyai peluang dalam membantu dalam

delapan cakupan manajemen perkotaan, yaitu pemetaan basis, penggunaan dan

penutupan lahan, perubahan penggunaan tanah, infrastruktur, populasi, kepadatan

perumahan dan tipologi, serta pengawasan lingkungan [2]. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan, membahas tentang pemanfaatan Sistem Informasi

Geografis yang digunakan sebagai alat untuk memonitor suatu lokasi dalam tata

ruang ekonomi. Pada sistem ini terdapat peta yang dapat digunakan sebagai alat

melihat lokasi-lokasi yang akan dilakukan pembangunan pasar, pusat perdagangan

maupun daerah industri. Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

lokasi yang tepat.

Penelitian yang kedua berjudul “Evaluasi Perencanaan Tata Guna Lahan

Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)”

mengungkapkan bahwa pembangunan diwilayah perkotaan saat ini memerlukan

pengelolaan perencanaan spasial yang lebih efektif dan efisien yang memberikan

manfaat secara optimal, serasi dan lingkungan yang berkelanjutan. Pengelolaan

tersebut mengacu pada peraturan pemerintah serta undang-undang terkait

perencanaan spasial di wilayah perkotaan dimana fokusnya yaitu pada penataan

ruang, pembatasan luas wilayah administrasi, penguasaan dan pemilikan tanah

perkotaan, dan perubahan pemanfaatan lahan perkotaan. Penelitian ini memuat

analisa tentang perubahan dan kesesuaian tata guna lahan menggunakan aplikasi

Google Earth dari tahun 2005 sampai tahun 2009, Kota Malang. Penggunaan

lahan pada tahun 2005 masih didominasi oleh klasifikasi RTH (sawah, sungai,

ladang, tegalan,sempadan dan taman). Dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang

sangat pesat bepengaruh pula pada sector perdagangan dan jasa. Berdasarkan

perubahan penggunaan yang ada maka didapatkan hasil bahwa masih banyak

lahan yang belum sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh Pemerintah

Kota [3]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, membahas tentang tata

ruang ekonomi kota Magelang yang akan dilakukan pembangunan jenis kegiatan

pasar tradisional, swalayan/pusat perdagangan, dan industri, dengan tujuan

memeratakan pembangunan ekonomi dengan memusatkan pembangunan di

daerah yang keadaan ekonominya kurang baik dan fasilitas-fasilitas ekonominya

kurang.

Penelitian yang ketiga berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi

Promosi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana berbasis

AHP (Analytical Hierarchy Process)” [4]. Penelitian membahas tentang

pemanfaatan metode AHP sebagai metode untuk menentukan tempat promosi

yang tepat bagi sebuah fakultas, digunakan tiga kriteria yaitu biaya promosi dan

jumlah mahasiswa, serta empat alternatif yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, dan

rendah. Hasil dari perhitungan perbandingan kriteria dan alternatif kemudian

digunakan untuk melakukan analisis terhadap data nyata yang telah ada, kemudian

ditampilkan ke dalam sistem berdasarkan biaya promosi untuk suatu daerah dan

jumlah mahasiswa dari daerah tersebut. Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan, membahas mengenai pemanfaatan AHP sebagai metode untuk

menentukan lokasi yang akan dilakukan pembangunan, dengan tiga sasaran

kegiatan, yaitu kegiatan ekonomi pasar tradisional, swalayan/pusat perdagangan,

dan industri. Masing-masing dari sasaran kegiatan tersebut memiliki 14 alternatif

Page 3: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

8

yaitu kelurahan yang terdapat di kota Magelang dan tiga kriteria untuk masing-

masing tujuan, kegiatan swalayan/pusat industri memiliki kriteria kepadatan

penduduk, jumlah pasar tradisional dan koperasi, dan luas area kosong, kegiatan

pasar tradisional memiliki kriteria kepadatan penduduk, luas area kosong, dan

jumlah UMKM, sedangkan untuk kegiatan industri memiliki tiga kriteria yaitu

kepadatan penduduk, luas area kosong, dan fasilitas umum yang meliputi jumlah

rumah sakit, puskesmas, dan sekolah. Dari hasil AHP tersebut dilakukan analisis

untuk memperoleh lokasi yang tepat untuk dibangun dan kegiatan yang tepat

untuk suatu daerah sasaran tersebut, sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Sistem Informasi Geografi

SIG adalah data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh melalui data

satelit atau data lain terdigitasi. SIG merupakan sebuah rangkaian sistem yang

memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini

memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan

data seperti perolehan dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, pembaruan dan

perubahan, manajemen dan pertukaran, manipulasi, penyajian, analisis. Pemanfaat

SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah untuk

memperbaiki hasil klarifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat

diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit [5].

SIG merupakan sistem yang cenderung selalu dibuat untuk interaktif dan

dapat mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel

sistem basis data). SIG memiliki kemampuan dasar sebagai perangkat lunak

mapping system dengan kemampuan kartografisnya adalah kemampuannya dalam

menjawab hal-hal terkait analisis (query). SIG dapat memecahkan masalah-

masalah analisis spasial,atribut, dan kombinasinya. Dengan demikian, dengan

memanfaatkan SIG, setiap pengguna dapat mengoptimasikan proses-proses

analisis dan pembuatan peta (kartografis) dijital yang sebelumnya dilakukan

secara manual atau semi-otomatis secara cepat, akurat, dan dapat diulang secara

cermat [6].

Metode Analitycal Hierarchi Proccess (AHP)

Pada prinsipnya, metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP) ini

memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian-

bagian secara lebih terstruktur. Pembuat keputusan kemudian membuat

perbandingan sederhana hirarki tersebut untuk memperoleh prioritas seluruh

alternatif yang ada [7]. Bagan Hirarki keputusan dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Hirarki Keputusan [7]

Prinsip Dasar AHP

AHP memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya, yaitu membuat

hirarki dengan cara memecah sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen

Page 4: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

9

pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya. Setelah

membuat hirarki, memecah dan menggabungkan, dibuat penilaian kriteria dan

alternatif dengan melakukan perbandingan berpasangan, untuk berbagai persoalan

skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan

definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan bisa diukur menggunakan

tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Setiap kriteria dan alternatif,

perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk dapat menentukan prioritas.

Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan

dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.

Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks. Setelah penentuan

prioritas selesai, dilakukan sebuah konsistensi logis yaitu obyek-obyek yang

serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi, dan

menyangkut tingkat hubungan antar obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Tabel skala penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 1[8] Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan [8]

Nilai Interpretasi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya.

9 Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen lainnya.

Tabel 1 menunjukkan skala perbandingan berpasangan yang digunakan untuk

mengekspresikan pendapat dan tingkat kepentingan sebuah kriteria.

Pada pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik

konsistensi yang ada. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan nilai konsistensi

dengan menggunakan Daftar Indeks Random Konsistensi (IR), IR adalah nilai

rata-rata CI yang dipilih secara acak pada A seperti yang dapat dilihat pada Tabel

2 [7] Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi [8]

n RIn

2 0

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

Tabel 2 merupakan tabel yang berisi daftar indeks random yang akan digunakan

dalam perhitungan konsistensi.

Berdasarkan peraturan daerah dan hasil wawancara yang dilakukan dengan

kepala bagian sarana dan prasarana pembangunan ekonomi Badan Perencamaam

Pembangunan Daerah Kota Magelang, diperoleh tiga jenis kegiatan ekonomi yang

akan dibangun pada sistem, yaitu Kegiatan Industri, Kegiatan Pasar

Swalayan/Pusat Perdagangan, serta Kegiatan Pasar Tradisional. Kegiatan industri

memiliki tiga kriteria yaitu kepadatan penduduk, luas area kosong, dan jumlah

fasilitas umum. Kegiatan swalayan/pusat perdagangan memiliki tiga kriteria yaitu

jumlah pasar tradisional dan jumlah UMKM dan jumlah koperasi, luas area

kosong, serta kepadatan penduduk. Kegiatan pasar tradisional memiliki tiga

kriteria yaitu luas area kosong, kepadatan penduduk, dan jumlah UMKM.

Page 5: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

10

3. Metode Perancangan Sistem

Metode Waterfall

Sistem dibuat dengan sasaran penggunanya adalah pemerintah kota

Magelang dan masyarakat kota Magelang. Perancangan sistem informasi geografi

tata ruang ekonomi perencanaan pembangunan ini menggunakan metode

Waterfall. Secara lengkap, alur model waterfall yang merupakan model klasik

akan digambarkan seperti pada Gambar 3 [9]

Gambar 3 Bagan metode Waterfall [9]

Metode waterfall memiliki lima tahap, yaitu analisis kebutuhan, desain sistem

dan software, penulisan kode program, pengujian program, dan penerapan

program.

Tahap Analisis kebutuhan, menganalisis kebutuhan apa saja yang dibutuhkan

untuk perancangan dan pembangunan sistem. Selain perangkat keras dan

perangkat lunak, dibutuhkan data-data yang akan digunakan sebagai acuan dan

penentuan kriteria dan alternatif dalam perhitungan AHP dan pembuatan sistem.

Pengumpulan data, kriteria, dan alternatif dilakukan dengan cara melakukan

wawancara dengan Bapak Yonas yang merupakan kepala bagian sarana prasarana

pembangunan ekonomi Bappeda kota Magelang, serta dari peraturan daerah kota

Magelang. Selain itu juga mengambil data langsung mengenai kegiatan industri,

pasar, dan swalayan di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Sedangkan pada tahap desain sistem, akan dilakukan penyusunan proses,

data, aliran proses dan hubungan antar data. Pada tahap ini dilakukan penyusunan

proses dari data dan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Bappeda

mengenai keadaan ekonomi dan perencanaan pembangunan, serta aliran proses

pembuatan sistem dan hubungan antar data yang telah diperoleh dengan

menggunakan UML. Tahap ini menjelaskan aliran bagaimana data akan diproses

dan menjadi sebuah sistem. Berikut adalah use case diagram dan class diagram

dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Use case diagram dapat dilihat pada

gambar 4, yang menjelaskan tentang hak akses user yang dapat melihat seluruh isi

dalam sistem, baik data tentang industri, pasar, swalayan, daerah sasaran maupun

pemetaan untuk setiap kegiatan di kelurahan-kelurahan kota Magelang.

Sedangkan admin memiliki hak akses yang lebih banyak dibandingkan dengan

user, admin dapat melakukan manage seluruh data yang meliputi add/edit/delete

data. Jika yang dipilih adalah add data maka form pengisian data akan mucul, lalu

data disimpan ke dalam database. Demikian pula jika yang dipillih adalah edit

data, akan muncul form edit data kemudian admin dapat merubah data dan data

yang baru akan dimasukkan ke dalam database sistem, sedangkan untuk delete

data, data akan dihapus setelah admin memilih delete data.

Page 6: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

11

add/edit/delete

manage matrik Industri

<<include>>

manage matrik Pasar

manage matrik swalayan

add/edit/delete

add/edit/delete

<<include>>

<<include>>

View matrik Industri

<<extend>>

view matrik Pasar

<<extend>>

view matrik swalayan

<<extend>>

manage data industri add/edit/delete

<<include>>

add/edit/delete

add/edit/delete

manage data pasar

manage data swalayan

<<include>>

<<include>>

view data / peta industri

<<extend>>

view data/peta pasar

<<extend>>

view data/peta swalayan

<<extend>>

add/edit/delete

admin

manage data sasaran

<<include>>

user

view data/peta sasaran

<<extend>>

Gambar 4 Use Case Diagram

Sistem memiliki class diagram seperti pada Gambar 5, menjelaskan bahwa pada

sistem terdapat beberapa tabel database yang saling berhubungan, tabel sasaran

memiliki relasi satu ke banyak, artinya tabel sasaran dapat menerima data dari

tabel pasar dan industri. Keseluruhan tabel dalam sistem memiliki relasi dengan

tabel admin. Tabel admin memiliki relasi satu ke banyak dengan semua tabel.

Page 7: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

12

Gambar 5 Class Diagram

Tahap yang ketiga merupakan tahap penulisan kode. Penulisan kode ini

dilakukan untuk pembuatan sistem yang berupa SIG berbasis web yang akan

menampilkan data-data dan peta untuk kegiatan ekonomi kota Magelang beserta

daerah sasaran pembangunan. Program dibangun dengan menggunakan PHP 5

untuk web, mySql untuk database, dan Google Map API untuk pemetaan

program.

Tahap yang keempat adalah tahap pengujian program, pada tahap ini

akan dilakukan uji coba terhadap sistem yang telah dibuat, apakah sistem yang

dibuat telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak, apakah sistem yang dibuat telah

dapat berjalan dengan baik dengan menampilkan data-data, dan agar mengetahui

kekurangan dari sistem yang dibuat sehingga dapat dibenahi apabila terdapat

kesalahan dalam pembuatan sistem.

Page 8: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

13

Tahap yang terakhir merupakan tahap penerapan program yang berupa

sistem informasi geografi, serta melakukan pemeliharaan program, agar program

dapat terus berjalan dengan baik dan melakukan pembenahan apabila terdapat eror

atau kesalahan pada program ketika program telah diterapkan.

Rumusan Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pada AHP, memiliki hirarki keputusan untuk memperoleh prioritas

seluruh alternatif yang ada. Bagan hirarki keputusan dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 menjelaskan bahwa tujuan dari AHP adalah untuk

pembangunan kegiatan indutri, memiliki 3 kriteria yaitu kepadatan, luas area

kosong, dan jumlah fasilitas umum, dengan sub-objective skala 1, skala 2, dan

skala 3. Alternatif berupa kelurahan yang terdapat di kota Magelang.

Tahap-tahap dalam AHP antara lain menentukan kriteria, tujuan, dan

alternatif, membuat matriks perbandingan berpasangan, membuat matriks nilai

kriteria, membuat matriks penjumlahan setiap baris untuk kriteria, membuat

matriks perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria, membuat

matriks nilai kriteria untuk masing-masing kriteria, matriks penjumlahan setiap

baris untuk masing-masing kriteria, penghitungan konsistensi untuk masing-

masing kriteria, membuat matriks hasil [7].

Pada AHP, tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan

tujuan, kriteria dan alternatif. Sistem memiliki tiga tujuan pada penghitungan

AHP, yaitu sasaran kegiatan industri, sasaran kegiatan pasar tradisional, dan

sasaran kegiatan swalayan/pusat perdagangan. Kriteria dan alternatif diperoleh

dari hasil wawancara dan dari perda kota Magelang, alternatif untuk setiap

kriteria adalah kelurahan-kelurahan yang ada di kota Magelang, yaitu Kelurahan

Jurangombo, Kelurahan Magersari, Kelurahan Rejowinangun Selatan, Kelurahan

Tidar, Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan Cacaban, Kelurahan Magelang,

Kelurahan Panjang, Kelurahan Gelangan, Kelurahan Rejowinangun Utara,

Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Wates, Kelurahan Kedungsari, Kelurahan

Kramat. Sedangkan untuk kriteria berbeda untuk setiap tujuan, pada tujuan

kegiatan industri memiliki kriteria, yaitu kepadatan penduduk yang diperoleh

dengan penghitungan jumlah penduduk/luas daerah, luas area kosong, jumlah

fasilitas umum yang meliputi rumah sakit, sekolah, dan puskesmas. Pada tujuan

kegiatan pasar tradisional memiliki kriteria kepadatan penduduk yang diperoleh

dari hasil perhitungan Jumlah penduduk/luas daerah, luas area kosong, jumlah

UMKM. Tujuan kegiatan swalayan/pusat perdagangan memiliki kriteria

Kepadatan Penduduk yang diperoleh dari perhitungan jumlah penduduk/luas

daerah, luas area kosong, jumlah pasar tradisional dan jumlah koperasi.

Page 9: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

14

Setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda untuk setiap

tujuan. Tingkat kepentingan diperoleh berdasarkan wawancara, yaitu pada tujuan

kegiatan industri kepadatan penduduk sangat jauh lebih penting dari luas area

kosong, kepadatan penduduk sangat jauh lebih penting dari jumlah fasilitas

umum, luas area kosong lebih penting dari jumlah fasilitas umum. Dari hasil

tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka yaitu kepadatan

penduduk tujuh kali lebih penting dari luas area kosong, kepadatan penduduk

tujuh kali lebih penting dari jumlah fasilitas umum, luas area kosong tiga kali

lebih penting dari jumlah fasilitas umum. Setiap kriteria memiliki range skala

yang berbeda-beda pada setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil

wawancara dengan pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan

skala rendah ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan

ekonomi, kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan

skala 3. Range skala kriteria untuk tujuan industri dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Range Skala Kriteria Tujuan Industri

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3

Kepadatan Penduduk ≥ 14001 jiwa 7001-14000 jiwa 0-7000 jiwa

Luas Area Kosong 0 - 100m² 101m² - 200m² ≥ 201m²

Fasilitas Umum ≥ 21 buah 11-20 buah 0-10 buah

Tabel 3 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan industri,

range skala tersebut digunakan dalam penghitungan AHP yaitu pada

penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Pada tujuan swalayan/pusat perdagangan, tingkat kepentingan kriterianya

adalah jumlah pasar sangat lebih penting dari kepadatan penduduk, jumlah pasar

lebih penting dari luas area kosong, luas area kosong lebih penting dari kepadatan

penduduk. Dari hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka

yaitu jumlah pasar lima kali lebih penting dari kepadatan penduduk, jumlah pasar

tiga kali lebih penting dari luas area kosong, luas area kosong tiga kali lebih

penting dari kepadatan penduduk Setiap kriteria memiliki range skala yang

berbeda-beda pada setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil

wawancara dengan pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan

skala rendah ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan

ekonomi, kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan

skala 3. Range skala kriteria untuk tujuan swalayan/pusat perdagangan dapat

dilihat pada Tabel 4 Tabel 4 Range Skala Kriteria Tujuan Swalayan/Pusat Perdagangan

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3

Kepadatan Penduduk 0-7000 jiwa 7001-14000 jiwa ≥ 14001 jiwa

Luas Area Kosong 0 - 100m² 101m² - 200m² ≥ 201m²

Jumlah Pasar Tradisional dan Koperasi 60-100 buah 31-60 buah 0-30 buah

Tabel 4 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan

swalayan/pusat perdagangan, range skala tersebut digunakan dalam penghitungan

AHP yaitu pada penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Pada tujuan kegiatan pasar tradisional luas area kosong sangat lebih

penting dari jumlah UMKM, luas area kosong lebih penting dari kepadatan

penduduk, kepadatan penduduk lebih penting dari jumlah UMKM. Dari hasil

tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka yaitu luas area kosong

lima kali lebih penting dari jumlah UMKM, luas area kosong tiga kali lebih

Page 10: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

15

penting dari kepadatan penduduk, kepadatan penduduk tiga kali lebih penting dari

jumlah UMKM Setiap kriteria memiliki range skala yang berbeda-beda pada

setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil wawancara dengan

pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan skala rendah

ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan ekonomi,

kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan skala 3.

Range skala kriteria untuk tujuan pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Range Skala Kriteria Tujuan Kegiatan Pasar Tradisional

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3

Kepadatan Penduduk 0-7000 jiwa 7001-14000 jiwa ≥ 14001 jiwa

Luas Area Kosong 0-100m² 101m² - 200m² ≥ 201m²

Jumlah UMKM 0-20 buah 21-40 buah ≥ 41 buah

Tabel 5 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan pasar

tradisional, range skala tersebut digunakan dalam penghitungan AHP yaitu pada

penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Tahap kedua adalah Membuat matriks perbandingan

berpasangan/Pairwise Comparison untuk kriteria. Pada tahap ini dilakukan

penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Penilaian

dilakukan berdasarkan pada Tabel 1 yaitu Skala Penilaian Perbandingan

Pasangan. Jika hasil matriks perbandingan berpasangan telah diperoleh, dibuat

matriks nilai kriteria dengan cara menentukan jumlah kolom, angka-angka dalam

tabel matrik perbandingan berpasangan tersebut dibagi dengan jumlah kolom

masing-masing.

Tahap ketiga adalah membuat matriks nilai kriteria. Tahap keempat

penjumlahan setiap baris/Weight Sum Vector untuk kriteria dengan penentuan

konsistensi logis, dimulai dengan menentukan matrik penjumlahan setiap baris.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkalikan nilai prioritas dengan matriks

perbandingan berpasangan.

Tahap kelima membuat matriks perbandingan berpasangan/Pairwise

Comparison untuk masing-masing kriteria. Dilakukan penilaian perbandingan

antara satu kriteria dengan kriteria yang lain untuk masing-masing kriteria.

Penilaian dilakukan berdasarkan Skala Penilaian Perbandingan Pasangan yang

dapat dilihat pada Tabel 1. Setelah menentukan jumlah kolom, angka-angka

dalam tabel matrik perbandingan berpasangan tersebut dibagi dengan jumlah

kolom masing-masing. Langkah tersebut dilakukan untuk membuat matriks nilai

kriteria untuk masing-masing kriteria.

Tahap keenam yaitu menghitung matriks penjumlahan setiap baris/Weight

Sum Vector untuk masing-masing kriteria dengan penentuan konsistensi logis,

dimulai dengan menentukan matrik penjumlahan setiap baris. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengkalikan nilai prioritas dengan matriks perbandingan

berpasangan. Setelah penghitungan matriks untuk setiap kriteria, diperlukan

penghitungan konsistensi untuk untuk masing-masing kriteria. Penghitungan ini

digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Jika

ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan

untuk subkriteria harus diperbaiki. Perhitungan konsistensi untuk subkriteria

dicari menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Page 11: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

16

CR (Consistency Ratio) = CI/RI

Keterangan :

CI (Consistency Index) = (λ maks – n) / (n-1)

λ maks = (Jumlah/n)

n = Jumlah subkriteria

Jumlah = Penjumlahan dari kolom hasil

RI = Daftar Indeks Random Konsistensi

Tahap yang terakhir adalah membuat matriks hasil, setelah semua proses

perhitungan selesai dilakukan maka berdasarkan prioritas hasil perhitungan akan

dibuat sebuah matrik hasil yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam

menentukan daerah sasaran kegiatan ekonomi.

4. Hasil dan Pembahasan

Implementasi Sistem

Gambar 7 Tampilan peta industri

Gambar 7 merupakan tampilan untuk peta industri, halaman ini berguna untuk

melihat letak-letak perusahaan industri yang ada di kota Magelang, serta melihat

perusahaan industri apa saja yang terdapat di kota Magelang. Selain itu, user

dapat melihat daerah-derah industri dalam kota dan daerah yang jarang terdapat

perusahaan industri. Perusahaan industri yang terdapat dalam peta meliputi

industri aneka, industri kompor, industri pembuatan sepatu sandal, dan industri

yang memproduksi makanan ringan dan makanan kemasan. Pada peta terdapat

jenis industri, alamat industri, dan nama industri, serta letak industri tersebut.

Gambar 8 Tampilan menu data industri (user)

Page 12: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

17

Gambar 8 merupakan tampilan menu data industri untuk user, user dapat melihat

data perusahaan industri yang terdapat di kota Magelang, terdapat alamat, jenis

perusahaan, dan jumlah tenaga kerja. Data industri dibuat dengan beberapa

kelompok industri, terdapat industri aneka, industri kompor, industri makanan

ringan dan kemasan, serta industri sandal dan sepatu. User dapat menggunakan

fasilitas seacrh yang terdapat pada sistem, untuk mencari jenis perusahaan industri

yang ingin dilihat. Data perusahaan industri mencakup tiga tahun yaitu tahun

2007, 2008, dan 2009.

Gambar 9 Tampilan menu matriks kegiatan industri AHP

Gambar 9 merupakan tampilan menu nilai AHP yang terdapat pada sistem, pada

halaman ini terdapat perhitungan metode AHP terhadap 3 (tiga) kriteria dan 14

alternatif. Seluruh penghitungan tujuan industri yang telah dilakukan ditampilkan

pada halaman matriks kegiatan industri, dari tahap awal penentuan matriks

perbandingan berpasangan hingga hasil yang diperoleh dari penghitungan.

Halaman ini hanya dapat diakses oleh admin dari sistem.

Perhitungan Matriks Kegiatan Industri

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria

dengan kriteria yang lain. Penilaian dilakukan dengan memberikan skala 1 sampai

9 sesuai dengan Tabel 1.

Tahap pertama yang dilakukan dalam penghitungan AHP tujuan industri

adalah penentuan matriks perbandingan berpasangan untuk masing-masing

kriteria, sesuai dengan bobot nilai kriteria yang telah ditentukan Kepadatan Luas Fasilitas

Kepadatan 7/7 7/1 7/1

Luas 1/7 1 3/1

Fasilitas 1/7 1/3 1

Kemudian dilakukan penjumlahan matriks perbandingan berpasangan, untuk

memudahkan proses penghitungan, maka bilangan yang berbentuk pecahan dibuat

menjadi bentuk desimal Kepadatan Luas Fasilitas

Kepadatan 1 7 7

Luas 0,14 1 3

Fasilitas 0,14 0,33 1

Jumlah 1,28 8,33 11

Page 13: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

18

Setelah matriks dijumlahkan, dihitung lagi dengan cara membagi nilai setiap

kriteria dengan jumlah kriteria. Lalu didapatkan matriks nilai kriteria, hasilnya

sebagai berikut Kepadatan Luas Fasilitas Jumlah

Kepadatan 0,78 0,84 0,636 = 2,256

Luas 0,109 0,12 0,272 = 0,501

Fasilitas 0,109 0,039 0,09 = 0,238

Kemudian dari matriks nilai kriteria tersebut dihitung nilai W untuk setiap kriteria

dengan cara menjumlahkan nilai matriks setiap baris, lalu jumlah nilai tiap baris

tersebut dibagi dengan jumlah baris yang ada

Jumlah Kepadatan = 2,256/3 = 0,752

Jumlah Luas = 0,501/3 = 0,167

Jumlah Fasilitas = 0,238/3 = 0,079

Langkah selanjutnya adalah menghitung rasio konsistensi (RK) yang dihitung

dengan mengalikan matriks W dengan matriks hasil penjumlahan perbandingan

berpasangan

matriks perbandingan berpasangan W RK

1 7 7 0,752 = 2,454

0,14 1 3 x 0,167 = 0,509

0,14 0,33 1 0,079 = 0,239

Kemudian untuk penghitungan selanjutnya adalah pembagian nilai RK dan nilai

W untuk mendapatkan nilai elemen ke-i

2,454/0,752 = 3,263

0,509/0,167 = 3.047

0,239/0,079 = 3,025

Setelah mendapatkan nilai elemen ke-i, kemudian dihitung CI

n (jumlah kriteria) = 3

t = 1/n ( 3,263 + 3,047 + 3,025)

= 1/3 (9,335)

= 3,111

CI = 3,111 – n

n – 1

= 3,111 – 3

2

= 0,055 (konsisten)

Kemudian dilakukan pembobotan kriteria setiap tujuan kegiatan industri, bobot

nilai kriteria digunakan untuk menghitung nilai per kriteria. Bobot nilai kriteria

tujuan industri dapat dilihat pada Tabel 6

Page 14: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

19

Tabel 6 Bobot Kriteria Industri

No Kelurahan Kepadatan Luas Area Kosong Fasilitas Umum

1 Jurangombo 2 3 2

2 Magersari 3 3 2

3 Rejowinangun Selatan 1 1 2

4 Tidar 2 3 2

5 Kemirirejo 2 2 2

6 Cacaban 2 1 2

7 Magelang 3 3 2

8 Panjang 1 1 3

9 Gelangan 2 2 2

10 Rejowinangun Utara 2 2 2

11 Potrobangsan 3 2 2

12

13

14

Wates

Kedungsari

Kramat

2

3

2

3

2

3

2

2

1

Tabel 6 menunjukkan bobot kriteria yang akan digunakan untuk menghitung nilai

per kriteria, bobot kriteria diperoleh dari range skala yang telah ditentukan

sebelumnya.

Kemudian dari bobot kriteria industri tersebut dilakukan penghitungan

matriks seperti langkah sebelumnya untuk mendapatkan nilai W pada setiap

alternatif, dilakukan matriks perbandingan berpasangan, penjumlahan, lalu

mencari hasil rata-rata sebagai nilai W, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

W alternatif pada fasilitas umum (0,130; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,1002; 0,066;

0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,517)

W alternatif pada kepadatan penduduk (0,144; 0,092; 0,033; 0,057; 0,057; 0,057; 0,092; 0,033;

0,057; 0,057; 0,092; 0,057; 0,092; 0,057)

W alternatif pada luas area kosong (0,146; 0,092; 0,031; 0,092; 0,041; 0,031; 0,092; 0,031; 0,041;

0,041; 0,041; 0,092; 0,041; 0,092)

W alternatif pada fasilitas umum memiliki arti besarnya nilai W seluruh kelurahan

(alternatif) dalam kriteria fasilitas umum. Setelah mendapatkan 14 nilai W

alternatif, diambil nilai W alternatif tertinggi pada setiap kriteria untuk kemudian

dikalikan dengan nilai W kriteria, misalnya dari nilai W alternatif pada fasilitas

umum diambil nilai tertingginya yaitu 0,517 (kelurahan Kramat), kemudian nilai

tersebut dikalikan dengan W kriteria fasilitas umum yaitu 0,079. Tabel 7 Total AHP Industri

W kriteria W alternatif Hasil

Kepadatan 0,752 0,144 0,108

Luas 0,167 0,146 0,024

Fasilitas 0,079 0,517 0,04

Tabel 7 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari

nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil

diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil

tertinggi pertama dan kedua yang didapatkan dari perkalian W tersebut

merupakan hasil akhir dari kelurahan Jurangombo, namun karena pada kelurahan

Jurangombo merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk cukup

tinggi dan jumlah fasilitas umum yang terlalu banyak, maka tidak memenuhi

syarat untuk pembangunan daerah industri karena kegiatan industri dapat

mengganggu masyarakat sekitar terutama pencemaran lingkungan sebagai

Page 15: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

20

dampak negatif dari kegiatan industri. Maka dari itu, hasil akhir daerah sasaran

industri menggunakan total AHP tertinggi ketiga yaitu kelurahan Kramat, dengan

total AHP 0,04. Tabel 8Total AHP Pasar Tradisional

W kriteria W alternatif Hasil

Luas 0,633 0,146 0,092

Kepadatan 0,259 0,127 0,032

Jumlah UMKM 0,105 0,122 0,012

Tabel 8 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari

nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil

diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil

tertinggi yang didapatkan dari perkalian W tersebut merupakan hasil akhir daerah

sasaran dan jenis kegiatan, yaitu kelurahan Jurangombo. Tabel 9 Total AHP Swalayan/pusat perdagangan

W kriteria W alternatif Hasil

Pasar Tradisional 0,633 0,143 0,90

Luas 0,259 0,146 0,037

Kepadatan 0,105 0,127 0,133

Tabel 9 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari

nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil

diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil

tertinggi yang didapatkan dari perkalian W tersebut merupakan hasil akhir daerah

sasaran dan jenis kegiatan, yaitu kelurahan Jurangombo. Tabel 10 Tabel Hasil Pengujian Sistem

No Point

Pengujian

Validasi Hasil Uji Status

Uji

1

Proses login

Username

kosong

Password

kosong gagal login Berhasil

Username

benar

Password

salah gagal login Berhasil

Username

salah

Password

benar gagal login Berhasil

Username

benar

Password

benar

berhasil

login sebagai

admin

Berhasil

2 Proses

Melihat Data

Melihat data salah satu

kegiatan ekonomi

Berhasil

melihat data

kegiatan

Berhasil

3

Proses edit

data

Melakukan edit pada

alamat

Berhasil

melakukan

penggantiaan

data

Berhasil

4 Proses

Hapus data

Menghapus salah satu

data pada salah satu

kegiatan

Berhasil

melakukan

hapus data

Berhasil

5 Proses

tambah data Menambah data

Berhasil

menambah

data

Berhasil

6 Proses

tambah

gambar pada

galeri

Menambah gambar pada

galeri

Berhasil

menambah

gambar

Berhasil

Page 16: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

21

Tabel 10 menjelaskan hasil pengujian sistem yang telah dilaksanakan, admin

dapat melakukan login ke dalam sistem dengan menggunakan password dan

username sesuai dengan yang telah ditentukan. Pengujian untuk melihat data

kegiatan, ubah data, tambah data, dan hapus data mendapatkan hasil bahwa sistem

dapat berjalan dengan baik dan tidak terdapat error, sistem dapat melakukan apa

yang diperintahkan oleh admin dengan baik dan tepat. Selain menambah data,

sistem juga dapat digunakan untuk menambah gambar pada galeri, proses

penambahan gambar berjalan dengan baik, dan tidak terdapat error. Pengujian

juga dilakukan dengan pengecekan langsung oleh user dari Bappeda kota

Magelang, berdasarkan uji yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sistem sudah

memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan

pembangunan kota. Pada pengujian ini, user memberi saran agar suatu hari nanti

ditambahkan beberapa kriteria dalam sistem.

Terdapat perbedaan perhitungan manual dan sistem, perbedaan tersebut

berupa perbedaan nilai dibelakang koma. Perhitungan pada sistem menggunakan

pembulatan nilai dibelakang koma, sedangkan pada perhitungan manual tidak

dilakukan pembulatan, dan menggunakan nilai 4 angka dibelakang koma.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil pembangunan sistem informasi geografi perencanaan

tata ruang ekonomi ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistem dapat

memberikan saran dalam penentuan kegiatan ekonomi dan daerah sasaran yang

tepat di wilayah kota Magelang. Saran dalam penentuan kegiatan ekonomi dan

daerah sasaran ini dihitung dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process

(AHP), dengan menggunakan tiga kriteria berdasarkan hasil wawancara dan perda

kota Magelang yaitu kegiatan industri, kegiatan pasar tradisional, dan kegiatan

swalayan/pusat perdagangan modern, serta menggunakan 14 alternatif yaitu

kelurahan Jurangombo, Magersari, Kramat, Potrobangsan, Rejowinangun Selatan,

Rejowinangun Utara, Kedungsari, Panjang, Magelang, Cacaban, Tidar,

Kemirirejo, Gelangan, dan Wates, dilakukan pembobotan dengan menggunakan

perhitungan AHP.

Berdasarkan perhitungan AHP tersebut, dapat dibangun kegiatan-kegiatan

ekonomi pada kelurahan Jurangombo sebagai daerah sasaran paling tepat untuk

dilaksanakan kegiatan ekonomi pasar tradisional dan swalyan/pusat perdagangan

modern, sedangkan daerah tepat sasaran kegiatan industri adalah kelurahan

Kramat. Pada kelurahan-kelurahan tersebut yang akan dilakukan penataan ruang

ekonomi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini. Selain itu, sistem dapat

digunakan oleh masyarakat dan pemerintah kota untuk mencari letak perusahaan

industri, pasar swalayan dan pasar tradisional yang ada di wilayah kota Magelang,

serta melihat perencanaan daerah yang akan dilakukan pembangunan.

Page 17: Analisis Tata Ruang Ekonomi di Wilayah Kota Magelang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2388/2/T1_672007021_Full... · Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada

22

6. Daftar Pustaka [1] Anonim, 2009, Daerah Dalam Angka, Magelang : Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah.

[2] Prabawani, Veronica, 2003, Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis dalam

Manajemen Tanah Perkotaan:1

[3] Hutabarat, Fransiscus Hamonangan & Muhammad Taufik, 2009, Evaluasi

Perencanaan Tata Guna Lahan Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan

Lowokwaru, Kota Malang) (2009):1

[4] Dewi, Christine, 2011, Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Fakultas Teknologi

Informasi Universitas Kristen Satya Wacana berbasis AHP (Analytical Hierarchy

Process), Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana

[5] Budiyanto, Eko, 2002, Sistem Informasi Geografi Menggunakan ArcView GIS,

Yogyakarta : Andi

[6] Prahasta, Edi, 2007, Sistem Informasi Geografi : Membangun Aplikasi Web Based GIS

dengan MapServer, Bandung : Informatika

[7] Forman, Ernest H & Mary Ann Selly, 2001, Decision by Objectives.

[8] Kusumadewi, Sri, Sri Hartanti, Agus Hardjoko, Retantyo Wardoyo, 2006, Fuzzy

Multiple Atribute Decission Making (Fuzzy MADM), Yogyakarta : Graha Ilmu

[9] Pressman, R.S, 2001, Software Engineering : A Practitioner’s Approach, Amerika

Serikat : R.S. Pressman and Associates.