Upload
vuongkhuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN INSIDENTIL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
BOYOLALI TAHUN 2008-2011
TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
DIAN SUPRAYOGO NIM F3409024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE EFFECTIVENESS LEVEL OF INCIDENTAL ENTERTAINMENT TAX AND ITS CONTRIBUTION TO THE LOCAL
ORIGINAL INCOME IN BOYOLALI IN 2008-2011
DIAN SUPRAYOGO
F3409024
This research aims to find out the effectiveness level of Incidental entertainment tax on Local Original Income, to find out the effectiveness level of Local Original Income, and to find out its contribution to Local Original Income. The data used was secondary data obtained based on the information to the study, literature, and other information. The result of analysis on the effectiveness level of incidental entertainment tax during 2008-2011 period showed the sufficiently good effectiveness level with mean effectiveness of 152%. Viewed from the effectiveness level, the Local Original Income of 2008-2011 showed good effectiveness level (effective) with the mean calculation value of 101.10%. Meanwhile viewed from the ratio of incidental entertainment tax to Local Original Income, it showed the relatively small contribution with the mean value of 0.00186%. From the analysis on the incidental entertainment tax and its contribution to Local Original Income of Boyolali, the writer recommended the DPPKAD of Boyolali to improve and to optimize its performance in the attempt of improving the effectiveness level of incidental entertainment tax and its contribution to the local original income.
Keywords: effectiveness level, contribution, local original income
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan judul “Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Boyolali Tahun 2008-2011”
telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli
Madya Program Studi DIII Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas
Maret.
Surakarta, Juni 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Arif Lukman Santoso, SE., MM, Ak
NIP. 19800523 200501 1 003
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan.
Nama : Dian Suprayogo
NIM : F3409024
Judul Tugas Akhir : Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Boyolali
Tahun 2008-2011
Surakarta, Juni 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Titik Setyaningsih, SE. (..............................)
NRP. 340800001
Dosen Penguji
2. Arif Lukman Santoso, SE., MM., Ak (..............................)
NIP. 198000523 200501 1 003
Dosen Pembimbing
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Mereka itulah yang mendapat kebahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.
(QS Al Baqoroh: 202)
Kebahagian datang jika kita berhenti mengeluh tentang kesulitan-kesulitan yang kita
hadapi dan mengucapkan terima kasih atas kesulitan yang tidak menimpa kita.
(Imam Education)
Banyak kegagalan dalam hidup ini karena orang-orang tidak menyadari betapa dekat
mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(my self)
If you dream it, you can do it. You can, if you think you can.
(my self)
Penulis persembahkan kepada:
- Kedua orang tuaku
- Kakakku Minang Ardeniati
- Keluarga besarku,
- Sahabat dan Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang maha besar
yang telah melimpahkan segala kesempatan dan pertolongan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul ANALISIS TINGKAT
EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN INSIDENTIL DAN KONTRIBUSINYA
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERRAH DI BOYOLALI TAHUN 2008-
2011.
Adapun maksud dari penyusunan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi
syarat mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam usaha untuk menyusun Tugas Akhir ini, penulis telah mendapat
banyak bantuan dan bimbingan yang tak ternilai dari berbagai pihak, baik berupa
dukungan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Hanung Triatmaka,S.E, M.Si. Ak. selaku Ketua Program Diploma
III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku pembimbing Akademis yang telah
memberikan pengarahan selama perkuliahan.
4. Bapak Arif Lukman Santosa, SE, MM, Ak. selaku pembimbing tugas akhir yang
telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir ini.
vii
5. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu praktik dan teori selama
perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak dan Ibu di Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kabupaten
Boyolali, terimakasih atas bantuan dalam mancari datanya.
7. Yang tercinta Bapak Sumanto dan Ibu Sri Rahayu yang telah mendoakan setiap
waktu.
8. Mbak Minang dan keluarga besar yang telah memberi motivasi.
9. Teman-teman SMA yang masih sering kumpul sampai sekarang, terimakasih
pengalamannya.
10. Vidia yang selalu membantu dan mendoakan.
11. Teman-teman pajak 2009 yang tetap semangat.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan dan menyusun Tugas Akhir ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi akademi, perusahaan serta para
pembaca yang budiman.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM DPPKAD KABUPATEN BOYOLALI
1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Boyolali ................................ 1
2. Struktur Oraganisasi DPPKAD Boyolali ............................. 5
3. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Boyolali ...................... 6
B. LATAR BELAKANG ..................................................................... 14
C. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 17
D. TUJUAN PENELITIAN ................................................................. 18
E. MANFAAT PENELITIAN ............................................................. 18
F. METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian .................................................................. 19
ix
2. Jenis Data ............................................................................ 19
3. Sumber Data ........................................................................ 20
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 20
5. Metode Pelaporan ................................................................ 21
6. Teknik Analisis Data ........................................................... 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 22
1. Pengertian Efektivitas dan Kontibusi .................................. 22
2. Pengertian Pajak .................................................................. 22
3. Pajak Daerah ........................................................................ 28
4. Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 33
5. Prosedur Pengajuan Izin Penyelenggaraan Pajak Hiburan
Insidentil .............................................................................. 34
6. Prosedur Tata Cara Perhitungan dan Penetapan
Pajak Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten Boyolali ... 36
B. PEMBAHASAN ............................................................................. 38
1. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil
Terhadap PAD ..................................................................... 38
2. Analisis Tingkat Efektivitas PAD pada DPPKAD
Kabupaten Boyolali ............................................................. 41
3. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil
Terhadap PAD ..................................................................... 44
4. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala dalam
x
Pemungutan Pajak Hiburan Insidentil ................................. 47
5. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengurangi Kendala yang
Terjadi Dalam Pemungutan Pajak Hiburan Insidentil ........ 49
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN .................................................................................. 51
B. KELEMAHAN ................................................................................ 52
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 53
B. REKOMENDASI ............................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1 Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD
di Boyolali Tahun 2008-2011 ...................................................... 38
II.2 Tingkat Efektivitas PAD DPPAKD Boyolali Tahun 2008-2011 41
II.3 Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD Tahun
2008-2011 .................................................................................... 45
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Bagan Struktur Organisasi DPPKAD
Kabupaten Boyolali ................................................................ 5
II.1 Bagan Alir Prosedur Perizinan Hiburan Insidentil DPPKAD
Kabupaten Boyolali ............................................................. 35
II.2 Bagan Alir Prosedur Penghitungan dan Penetapan Pajak
Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten Boyolali .............. 37
II.3 Grafik Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil
Terhadap PAD di Boyolali Periode Tahun 2008-2011 ........ 39
II.4 Grafik Tingkat Efektivitas PAD DPPAKD Boyolali
Periode Tahun 2008-2011 .................................................... 42
II.5 Grafik Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD
di Boyolali Periode Tahun 2008-2011 ................................. 45
ii
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE EFFECTIVENESS LEVEL OF INCIDENTAL ENTERTAINMENT TAX AND ITS CONTRIBUTION TO THE LOCAL
ORIGINAL INCOME IN BOYOLALI IN 2008-2011
DIAN SUPRAYOGO
F3409024
This research aims to find out the effectiveness level of Incidental
entertainment tax on Local Original Income, to find out the effectiveness level of Local Original Income, and to find out its contribution to Local Original Income. The data used was secondary data obtained based on the information to the study, literature, and other information. The result of analysis on the effectiveness level of incidental entertainment tax during 2008-2011 period showed the sufficiently good effectiveness level with mean effectiveness of 152%. Viewed from the effectiveness level, the Local Original Income of 2008-2011 showed good effectiveness level (effective) with the mean calculation value of 101.10%. Meanwhile viewed from the ratio of incidental entertainment tax to Local Original Income, it showed the relatively small contribution with the mean value of 0.00186%. From the analysis on the incidental entertainment tax and its contribution to Local Original Income of Boyolali, the writer recommended the DPPKAD of Boyolali to improve and to optimize its performance in the attempt of improving the effectiveness level of incidental entertainment tax and its contribution to the local original income.
Keywords: effectiveness level, contribution, local original income
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Dinas/Instansi
1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali
Pada awalnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Boyolali belum merupakan dinas tetapi hanya merupakan seksi
dari bagian perekonomian pemerintah daerah Boyolali. Mengingat tugas
dari bagian tersebut semakin lama semakin luas, maka salah satu seksi
diubah menjadi dinas penghasilan. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Daerah Tingkat II Boyolali 7 Maret 1974 No. Hukum B.3/III/1974 yaitu
dengan nama Dinas Penerimaan Daerah Tingkat II Boyolali.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 1979 sesuai dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPP/12/41/101 tertanggal 6 Juni
1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II Boyolali. Wewenang pemerintah daerah dalam rangka
mengelola pendapatan daerah, oleh pemerintah pusat ditetapkan undang-
undang yang mengatur pengadaan pendapatan daerah dengan
terbentuknya:
a. Undang-Undang No. 11/DRT/1957 tentang pajak daerah
b. Undang-Undang No. 12/DRT/1957 tentang pajak daerah
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1957 tentang pemerintah daerah.
2
Seiring dengan perkembangan daerah, Peraturan Daerah No. 7
Tahun 1979 tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, diterbitkan Peraturan
Daerah No. 9 Tahun 1991 sebagai pemberlakuan sistem dan prosedur
MAPATDA (Manual Pendapatan Daerah) yaitu sistem dan prosedur yang
saling berhubungan antara sub dinas dan sub dinas lainnya. MAPATDA
sebagai sistem baru di bidang perpajakan, restribusi daerah, pendapatan
lain-lain serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di wilayah
Boyolali, maka dibentuklah Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II
Boyolali. Cabang Dinas dipimpin oleh Kepala Cabang dan dibantu oleh
Urusan Tata Usaha dan beberapa sub seksi dengan diberlakukannya
otonomi daerah maka pemerintah daerah menerbitkan Peraturan Daerah
No. 7 Tahun 1979 dan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 1991 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah. Kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah harus
disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang
diserahkan tersebut. Seiring diberlakukannya otonomi daerah, Peraturan
Daerah No. 9 Taun 1991 diubah menyeluruh sehingga Pemerintah
Kabupaten Boyolali mengeluarkan Peraturan Daerah baru yaitu Peraturan
Daerah No. 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-dinas Kabupaten Boyolali.
Pada Tanggal 31 Januari 2008 Pemerintah Kabupaten Boyolali
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali N0. 3 tahun 2008
3
tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Boyolali. Dimana STOK
sebelumnya pengelolaan pendapatan dikelola pada satu dinas (Dinas
Pendapatan Daerah) dan pada STOK baru (DPPKAD) pengelolaan
pendapatan dikelola pada bidang pendapatan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Kas dan Aset Daerah.
2. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan
Aset Daerah terdiri atas:
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris terdiri dari:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2) Sub Bagian Keuangan.
3) Sub Bagian Perencanaan, Penelitian, dan Pelaporan.
c. Bidang Pendapatan Terdiri dari:
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah.
2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang sah.
3) Seksi Pengendalian Operasional Pendapatan.
d. Bidang Anggaran terdiri dari:
1) Seksi Penyusunan APBD.
2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah.
3) Seksi Evaluasi Administrasi APBD.
4
e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan terdiri dari:
1) Seksi Pembukuan dan Pelaporan.
2) Seksi Perbendaharaan.
3) Seksi Pengelolaan Kas Daerah.
f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset terdiri dari:
1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah.
2) Seksi Pendapatan Aset Daerah.
3) Seksi Utang Piutang dam Investasi.
g. Unit Pelaksana Teknis
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun struktur organisasi DPPKAD Kabupaten Boyolali dapat
dilihat pada gambar berikut ini: (Gambar I.1)
5
Gambar I.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN BOYOLALI
Sumber : DPPKAD Kabupaten Boyolali
KEPALA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUB BAG UMUM&
PEGAWAI
SUB BAG
KEUANGAN
SUB BAG PERRENCANAAN
, PENELITIAN DAN PELAPORAN
BIDANG PENDAPATAN
BIDANG ANGGARAN
SEKSI PENYUSUNAN
APBD
SEKSI PEMBINAAN& PENGELOLAAN
DANA BANTUANDAERAH
SEKSI EVALUASI ADM APBD
SEKSI PENGENDALIAN OPERASIONAL PENDAPATAN
SEKSI DANA PERIMBANGAN& PEND LAIN SAH
SEKSI PAD
BIDANG AKUNTANSI&
PERBENDAHARAAN
BIDANG PEMBIAYAAN& PENGELOLAAN ASET DAERAH
SEKSI PENGELOLAAN KAS DAERAH
SEKSI PAD
SEKSI UTANG PIUTANG & INVESATASI
SEKSI PEMBUKUAN&
PELAPORAN
SEKSI PERBENDAHARAAN
SEKSI PENGELOLAAN KAS DAERAH
UPT
6
3. Tugas Pokok dan Fungsi Masing-masing Bagian Organisasi DPPKAD
Kabupaten Boyolali
a. Kepala Dinas
1) Tugas Pokok Kepala Dinas:
Mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkoordinasi
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
2) Fungsi Kepala Dinas:
a) Merumuskan kebijakan di bidang pendapatan,
pengelolaan dan aset daerah.
b) Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan
kinerja, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
c) Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah.
d) Memberikan saran, pendapat, dan pertimbangan kepada
atasan.
e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
7
b. Sekretariat
1) Tugas Pokok Sekretariat:
Melaksanakan urusan surat-menyurat, rumah tangga,
hubungan masyarakat, keprotokolan, barang, urusan umum dan
kepegawaian, keuangan, perencanaan, penelitian, dan pelaporan.
2) Fungsi Sekretariat:
a) Pengelolaan urusan umum dan kepegawaian.
b) Pengelolaan keuangan.
c) Pengelolaan perencanaan, penelitian, dan pelaporan.
3) Sekretariat terdiri dari:
a) Sub Bagian Pokok dan Kepegawaian, mempunyai tugas
pokok:
Melaksanakan pengelolaan administrasi umum,
meliputi surat menyurat, kearsipan, rumah tangga,
hubungan masyarakat, keprotokolan, pelayanan umum,
dan administrasi kepegawaian serta pengelolaan barang.
b) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas pkok:
Melaksanakan administrasi penatausahaan
keuangan, pengelolaan keuangan, dan
pertanggungjawaban administrasi keuangan.
c) Sub Bagian Perencanaan, Penelitian, dan Pelaporan,
mempunyai tugas pokok:
8
Melaksanakan pengumpulan data, penyusunan
dokumen satuan kerja dan rencana anggaran, meneliti
dan menilai serta menyusun laporan.
c. Bidang Pendapatan
1) Tugas Pokok:
Melaksanakan pendapatan, penetapan wajib pajak,
menyusun target atau menghitung realisasi, melaksanakan kegiatan
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah serta menyusun
dan menyiapkan naskah rancangan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan pendapatan daerah.
2) Fungsi Bagian Pendapatan:
a) Perencanaan, pendapatan, penetapan, pemungutan,
penerimaan dan penagihan yang meliputi pajak daerah,
retribusi daerah serta pendapatan lain-lain yang sesuai
dengan kewenangannya.
b) Perencanaan, pengawasan, penelitian, dan
pengembangan guna peningkatan kinerja yang berdaya
guna dan berhasil guna dibidang pendapatan daerah dan
pelayanan masyarakat.
c) Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam hal pendapatan dan
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
9
d) Pelaksanaan konsultasi, koordinasi, komunikasi, dan
kerjasama dengan pihak lain dalam upaya peningkatan
pendapatan daerah.
e) Pemantauan realisasi sumber pendapatan daerah bagi
hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan bukan pajak serta
pendapatan daerah lainnya.
f) Pelaksanaan peyuluhan dan sosialisasi serta teknis
mengenai pajak daerah, retribusi, PBB dan pendapatan
lainnya yang sesuai dengan kewenangannya.
3) Bidang Pendapatan terdiri dari:
a) Seksi Pendapatan Asli Daerah, mempunyai tugas pokok:
Merencanakan, mengawasi, dan mengendalikan di
bidang pendapatan asli daerah.
b) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang
Sah, mempunyai tugas pokok:
Merencakan, memantau, dan mengawasi dana
perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah.
c) Seksi Pengendalian Operasional Pendapatan, mempunyai
tugas pokok:
Merencanakan, mengawasi, dan melaksanakan
kegiatan pengendalian operasional pendapatan.
10
d. Bidang Anggaran
1) Tugas Pokok Bidang Anggaran:
Melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian dan
pengendalian program atau kegiatan di bidang anggaran.
2) Fungsi Bidang Anggaran:
a) Perencanaan, pengkoordinasian, penyiapan, dan
penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD.
b) Pengesahan DPA-SKPD/DPAA-SKPD.
c) Penyusunan APBD, pedoman keputusan APBD,
pedoman pelaksanaan APBD.
d) Pengelolaan dana bagi hasil dan bantuan keuangan serta
belanja tak terduga.
3) Bidang Anggaran terdiri dari:
a) Seksi penyusunan APBD, mempunyai tugas pokok:
Merencanakan dan mempersiapkan bahan
rancangan penyusunan APBD, perubahan APBD,
menyiapkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD, meyiapkan
anggaran kas dan SPD.
b) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah,
mempunyai tugas pokok:
11
Melaksanakan, mengelola dana belanja daerah
tidak langsung SKPD, monitoring, pengendalian,
pembinaan dan analisa pelaksanaan dana bantuan daerah.
c) Seksi Evaluasi Administrasi APBD, mempunyai tugas
pokok:
Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan,
pedoman realisasi APBD dan petunjuk teknis di bidang
evaluasi administrasi APBD.
e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan
1) Tugas pokok Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan:
Melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian, dan
pengendalian program atau kegiatan di bidang akuntansi dan
perbendaharaan.
2) Fungsi Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan:
a) Pelaksanaan sistem akuntansi dan petunjuk teknis
pengelolaan kas daerah dan melakukan fungsi
pengelolaan dan perbendaharaan daerah serta
menyiapkan bahan penyusunan pertanggunngjawaban
APBD dan pemeriksaan terhadap realisasi anggaran
belanja langsung dan tidak langsung.
b) Pelaksanaan fungsi bendaharawan umum daerah (BUD),
menyiapkan anggaran kas, SPD dan penerbitkan SP2D
12
belanja langsung dan tidak langsung, serta menyiapkan
seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah.
3) Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan terdiri dari:
a) Seksi Pembukuan dan Pelaporan, mempunyai tugas
pokok:
Melaksanakan pembukuan dan pelaporan secara
sistematis dan kronoligis serta menyiapkan bahan
penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban APBD.
b) Seksi Pembedaharaan, mempunyai tugas pokok:
Melaksanakan pengujian kebenaran data urusan
kepegawaian dan meneliti data gaji pegawai, rutin non
gaji, membina kebijaksanaan keuangan, penyelesaian
perbendaharaan khusus gaji pegawai dan belanja
pegawai.
c) Seksi Pengendalian Kas Daerah, mempunyai tugas
pokok:
Melaksanakan pengelolaan, penerimaan, dan
pendapatan secara tunai maupun surat berharga dan
penyimpanan uang daerah di bank yang ditunjuk oleh
pemerintah yang ditentukan dalam bentuk rekening giro
maupun deposito.
13
f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah
1) Tugas pokok Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah:
Melaksanakan pengelolaan kepemilikan kekayaan daerah dan
transaksi utang piutang dan investasi.
2) Fungsi Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah:
a) Perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
program atau kegiatan di bidang pengelolaan
kepemilikan kekayaan daerah.
b) Perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
program atau kegiatan di bidang transaksi utang piutang
dan investasi.
3) Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah terdiri dari:
a) Seksi Pengelolaan Asset Daerah mempunyai tugas
pokok:
Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan
penatausahaan barang-barang kekayaan yang menjadi
aset daerah.
b) Seksi Pendataan aset daerah, mempunyai tugas pokok:
Melaksanakan pengurusan, pengaturan, pencatatan
dan pelaporan barang-barang yang menjadi aset daerah.
c) Seksi Utang Piutang dan Investasi, mempunyai tugas
pokok:
14
Melaksanakan penatausahaan utang piutang dan investasi
daerah serta merealisasikan pembayaran atas perjanjian akibat yang
lain kepada pihak ketiga.
g. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
1) Kelompok jabatab fungsional adalah sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.
2) Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang coordinator
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan fungsional
dibidang masing-masing sesuai dengan keahliannya.
B. LATAR BELAKANG
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia terus berupaya
untuk meningkatkan pembangunan di berbagai bidang. Pembangunan
tersebut dilakukan merata di seluruh bagian di Indonesia yang bertujuan
untuk mencapai masyarakat yang mampu memiliki kesejahteraan dan
kemakmuran. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dana yang tidak
sedikit. Dalam memperoleh dana pemerintah menerapkan pajak pada
setiap daerah. Melalui peran serta sektor pajak yang disesuaikan dengan
otonomi daerah yang berlaku kepentingan hajat hidup rakyat banyak dapat
dipenuhi karena hampir sebagianbesar perolehan negara Indonesia berasal
dari sektor pajak.
Untuk lebih mengoptimalkan penerimaan pajak, pemerintah
memberikan sebuah aturan yang di keluarkan dalam bentuk undang-
15
undang. Melalui sistem perundangan tersebut di harapkan masyarakat
lebih menyadari tentang pentingnya pajak karena pajak tersebut nantinya
akan berguna bagi masyrakat itu sendiri. Selain itu untuk mengoptimalkan
dan mengefisiensikan penerimaan pajak pemerintah pusat memberikan
hak, wewenang, dan kewajiban kepada pemerintah daerah untuk
mengurusi dan mengatur sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan perundang-undangan yang lebih
dikenal dengan sebutan otonomi daerah.
Atas pungutan yang di lakukan oleh pemerintah daerah, nantinya
pemerintah daerah akan menerima pendapatan asli daerah (PAD). Menurut
Abdul halim dalam Nurfitrian (2010:7) pendapatan asli daerah merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber ekonomi
daerah. Sumber-sumber PAD meliputi pajak daerah, restribusi daerah,
hasil, perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahakan, lain-lain PAD yang sah.
Pajak daerah menurut Resmi (2004:6) yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
Kabupaten Boyolali sebagai kabupaten yang berkembang harus
dapat menyelenggarakan pembangunan daerah dan juga harus dapat
mengoptimalisasikan pajak daerahnya dengan baik. Semakin banyaknya
pertumbuhan penduduk dan semakin bertambahnya aktifitas masyarakat,
16
membuat masyarakat semakin membutuhkan hiburan untuk menyegarkan
dari berbagai kegiatannya.
Berdasarkan PERDA Kabupaten Boyolali NO. 7 tahun 2011 pajak
hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, sedangkan hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan dan atau keramaian
yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak hiburan insidentil adalah
pajak atas penyelenggaraan hiburan yang bersifat sewaktu-waktu atau
tidak regular. Misalnya konser musik, pasar malam, pameran, kontes
kecantikan. Namun sering kali banyak kecurangan yang terjadi pada saat
penyelenggara menyelenggarakan hiburan, banyak penyelenggara yang
tidak melaporkan ke petugas pemda akan adanya hiburan. Ada juga yang
banyak penyelenggara memalsukan data jumlah tiket ke petugas. Apabila
kejadian ini sering terjadi maka DPPKA sebagai dinas yang mengurusi
kegiatan tersebut akan mengalami kepenurunan pendapatan. Dengan
penurunan tersebut akan mengalami penurunan pendapatan atau
pendapatan pajak hiburan insidentil yang diperoleh tidak sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan sehingga tingkat efektivitasnya buruk.
Seperti yang terjadi pada tahun 2008 pendapatan pada sektor pajak hiburan
insidentil yang diperoleh sebesar Rp. 2.925.000 dari target anggaran
sebesar Rp.3.750.000 meskipun pada tahun-tahun berikutnya mengalami
kenaikkan yang signifikan namun menunjukkan peningkatan yang belum
stabil. Penurunan dan pemungutan pajak dari sektor hiburan insidentil
yang kurang efektif akan berakibat pada pendapatan asli daerah yang juga
17
akan ikut menurun dan berakibat lebih buruk lagi pembangunan daerah
juga akan mengalami keterlambatan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik ingin melakukan penelitian
terhadap pajak hiburan insidentil yang merupakan salah satu objek pajak yang
memberikan andil dalam pendapatan asli daerah. Maka dalam penelitian ini
mengambil judul: “ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK
HIBURAN INSIDENTIL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI BOYOLALI TAHUN 2008-2011”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efektifitas pajak hiburan insidentil dan PAD di
Boyolali tahun 2008-2011?
2. Bagaimana konstribusinya dalam meningkatkan PAD di Boyolali tahun
2008-2011?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pemungutan pajak
hiburan insidentil?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengurangi kendala yang terjadi
dalam pemungutan pajak hiburan insidentil?
18
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pajak hiburan insidentil dan PAD di
Boyolali tahun 2008-2011.
2. Untuk mengetahui konstribusi dalam meningkatkan PAD di Boyolali
tahun 2008-2011.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pemungutan
pajak hiburan insidentil di Boyolali.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengurangi kendala yang
terjadi pada pemungutan pajak hiburan insidentil.
D. MANFAAT PENELITIAN
Diharapkan penelitian ini dapat berguna secara nyata pada pihak yang
terkait. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya
Dengan penilitian ini diharapkan penulis dapat menambah
pengetahuan dan berguna bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti
tentang pajak hiburan insidentil.
2. Bagi Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Boyolali
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberi
sumbangan saran atau masukan kepada Pemerintah Kabupaten Boyolali,
khususnya Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah
mengenai pajak hiburan insidentil.
19
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan
dan kesadaraan masyarakat akan adanya pajak. Dan lebih pentingnya
untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat penyelenggara hiburan
insidentil untuk lebih mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
E. METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pengelolaan Pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah Boyolali (DPPKAD) yang beralamatkan di
Jalan Teratai No. 6, Boyolali. Penelitian ini difokuskan pada kepatuhan
wajib pajak dan pengaruh pajak hiburan insidentil terhadap PAD.
2. Jenis Data
Penelitian yang dilakukan menggunakan data :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bersifat deskriptif analisis
yang mana data yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan dan juga perilaku yang nyata, diteliti, dan dipelajari sebagai
sesuatu yang utuh.
b. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk
angka-angka. Dalam hal ini penulis menggunakannya untuk
menghitung efektifitas dan konstribusi pajak hiburan insidentil
Kabupaten Boyolali.
20
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan
secara langsung ojek yang akan diteliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data
sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau gambar
serta segala informasi yang berasal dari literatur yang ada
hubungannya dengan teori-teori mengenai topik penelitian. Dimana
data yang dipakai adalah data laporan target dan realisasi penerimaan
pajak hiburan, serta pendapatan asli daerah.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan berupa dokumen yang diambil
dalam penelitian ini dokumen yang berkaitan dengan sistem
pemunguntan pajak hiburan. Dalam hal ini, dokumen yang digunakan
berupa catatan, agenda, notulen, dan arsip surat.
b. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melalui tanya jawab secara
lisan dengan sumber data yang bersangkutan secara langsung.
Daftar Pertanyaan Wawancara pada DPPKAD Kabupaten
Boyolali:
21
1.) Bagaimana prosedur Perizinan Hiburan Insidentil DPPKAD
Kabupaten Boyolali dan prosedur tata cara penghitungan dan
penetapan Pajak Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten
Boyolali?
2.) Apakah upaya yang dilakukan untuk mengurangi kendala yang
terjadi dalam pemungutan Pajak Hiburan Insidentil?
3.) Apakah faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pemungutan
Pajak Hiburan Insidentil?
5. Metode Pelaporan
Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan
sesuatu secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh
orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Metode ini digunakan
untuk menggambarkan profil perusahaan dan menggambarkan berbagai
kebijakan yang diterapkan instansi atau lembaga atau perusahaan dalam
hal ketenagakerjaan, pemasaran, dan tugas serta tanggung jawab masing-
masing pegawai.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan secara lengkap, langkah
selanjutnya yang ditempuh adalah melakukan analisis data. Analisis data
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan
kuantitatif.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk lebih mendukung penelitian ini, penulis memuat teori-teori
yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian.
1. Pengertian Efektivitas dan Kontribusi
Menurut Mardiasmo (2005: 4) efektivitas adalah tingkat
pencapaian hasil program yang telah dilaksanakan dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome
dengan output. Sedangkan menurut Devas dalam Setiawan (2009: 28)
efektivitas merupakan pengukuran hubungan antara hasil pungutan suatu
pajak dan potensi pajak dengan asumsi semua wajib pajak membayar
masing-masing pajak dan membayar seluruh pajak terhutang.
Kontribusi merupakan suatu bentuk pemberian bagian atau
sumbangan baik berupa iuran sejumlah uang, barang atau bentuk lainnya,
yang diberikan kepada perkumpulan atau organisasi atas suatu kepentingan
atau program yang memberikan dampak tertentu maupun nilai tambah
bagi kepentingan itu sendiri (Nirmala dan Aditya A. Pratama, 2003: 224).
2. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo
(2004:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal
23
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pelayanan umum.
Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat dalam buku Resmi
(2004: 1) adalah Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian
dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan.
Dari kedua pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pajak merupkan suatu iuran yang wajib diserahkan oleh rakyat kepada
negara, yang mana pajak yang telah dibayarkan oleh rakyat tersebut
digunakan untuk melayani dan mensejahterakan rakyat itu sendiri.
Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan peraturan undang-undang yang
telah ditetapkan pemerintah.
a. Fungsi Pajak
Menurut Valentino Sri dan Suryo Aji (2003: 4) pajak
merupakan iuran rakyat yang berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara untuk kepentingan umum. Namun
demikian, fungsi pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.) Fungsi Pendanaan (Budgetair) yaitu pajak berfungsi sebagai
sumber dana bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah. Ditunjukkan dengan masuknya pajak ke dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2.) Fungsi Mengatur (Regulair) yaitu fungsi pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan
ekonomi. Contoh: PPnBM, Pajak Ekspor 0%.
24
b. Sistem pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2004: 7) dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.) Official Assessment System
Merupakan suatu sistem yang memberi kewenangan
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya adalah
(a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus.
(b) Wajib pajak bersifat pasif.
(c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
2.) Self Assessment System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri-cirinya adalah
(a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada wajib pajak sendiri.
(b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
(c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
25
3.) With Holding System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.
c. Pengelompokan pajak
Menurut Waluyo dan Ilyas (2003: 13) pajak dikelompokan
menjadi tiga, yaitu:
1.) Menurut golongannya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak
Penghasilan (PPh).
b.) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).
2.) Menurut sifatnya pajak digolongkan menjadi dua, yaitu:
a.) Pajak Subyektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subyeknya yang selanjutnya dicari syarat
obyektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib
Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
26
b.) Pajak Obyektif adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Contoh: PPN, PPnBM, PBB.
3.) Menurut Pemungutannya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: PPh, PBB.
b.) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan.
d. Syarat Pemungutan Pajak
Karena pajak merupakan kekayaan dari sektor swasta ke sektor
negara maka pemungutannya agar tidak menimbulkan berbagai
hambatan atau perlawanan, maka menurut Munawir (1990: 8)
pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat, antara lain adalah
sebagai berikut:
1.) Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan-peraturan yang
menghubungkan antara Pemerintah sebagai pemungut pajak
dengan masyarakat sebagai Wajib Pajak yang antara lain
mengatur siapa-siapa yang sebenarnya sebagai Wajib Pajak atau
Subyek Pajak, Objek Pajak, timbulnya kewajiban pajak, cara
pemungutan pajak, cara penagihannya dan sebagainya.
27
Tujuan dari setiap hukum adalah membuat adanya
keadilan, demikian pula dalam hukum pajakpun mempunyai
tujuan yang sama dengan tujuan hukum-hukum lainnya yaitu
membuat adanya keadilan dalam hal pemungutan pajak, baik adil
dalam perundang-undangannya maupun adil dalam
pelaksanaannya.
2.) Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-undang (Syarat
Yuridis)
Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum
yang perlu untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk
negara, maupun untuk warganya. Bagi negara hukum, maka
segala sesuatu harus diatur atau ditetapkan dalam undang-undang
termasuk pemungutan pajak. Dalam hal ini diatur dalam UUD
1945 pasal 23 ayat 2.
3.) Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Kebijaksanaan pemungutan pajak harus diusahakan
supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik dalam
bidang produksi maupun perdagangan dan jangan sampai
merugikan kepentingan umum dan menghalangi usaha rakyatnya
dalam menuju kebahagiaan.
4.) Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansiil)
Untuk melaksanakan pemungutan pajak hendaknya tidak
memakan biaya pemungutan yang besar, dan pemungutan ini
28
hendaknya dapat mencegah inflasi. Untuk mencapai efisiensi
pemungutan pajak serta untuk memudahkan wajib pajak untuk
menghitung dan memperhitungkan pajaknya maka harus
diterapkan sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah
dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan
permasalahan pajak yang sulit sehingga dapat menimbulkan
infisiensi.
5.) Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana.
Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk
memudahkan warga masyarakatnya untuk menghitung dan
memperhitungkan pajaknya. Maka harus diterapkan sistem pajak
yang sederhana yang mudah dilaksanakan sehingga masyarakat
tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit.
3. Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan penerimaan yang diterima oleh
pemerintah daerah untuk pembangunan daerahnya.
Menurut Mardiasmo (2004: 6), pada dasarnya, pajak dapat
digolongkan berdasarkan lembaga pemungut. Adapun
penggolongannya dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
29
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
2) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas :
a) Pajak Propinsi
Misalnya: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor.
b) Pajak Kabupaten atau Kota
Misalnya: pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak
hiburan.
Menurut Suandy (2002: 41) pajak daerah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Sedangkan menurut Resmi (2004:6) pajak daerah yaitu pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I maupun daerah tingkat
II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-
masing.
30
b. Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah,
jenis-jenis pajak adalah
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
c. Pengertian Pajak Hiburan
Menurut Perda Nomor 7 Tahun 2011 Tantang Pajak Daerah,
hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan dan atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Sedangkan pajak
hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
1) Objek pajak hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan
yang dipungut bayaran.
Merupakan objek pajak hiburan menurut Perda Boyolali
Nomor 7 Tahun 2011 adalah
a) Tontonan film
31
b) Pargelaran kesenian, musik, tari dan atau busana
c) Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya
d) Pameran
e) Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya
f) Sirkus, akrobat dan sulap
g) Permainan biliyar, golf, dan bowling
h) Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan
i) Panti pijat, refleksi, mandi uap (spa), pusat kebugaran (fitness
center)
j) Pertandingan olah raga
2) Bukan Objek Pajak Hiburan
Menurut Perda Nomor 7 Tahun 2011 Boyolali, yang
merupakan bukan objek pajak adalah pergelaran kesenian rakyat
atau tradisional dalam rangka usaha pelestarian kesenian dan
budaya tradisional daerah.
3) Subyek dan Wajib Pajak Hiburan
Subyek pajak hiburan adalah orang pribadi atau atau badan
yang menikmati hiburan.
Sedangkan, Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan hiburan.
4) Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang
diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara. Jumlah
32
yang diterima termasuk potongan harga atau tiket cuma-cuma yang
diberikan kepada penerima jasa hiburan.
5) Tarif Pajak Hiburan
a) Tontonan film sebesar 10 %
b) Pargelaran kesenian, musik, tari dan atau busana sebesar
10%
c) Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya sebesar 10%
d) Pameran sebesar 5%
e) Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar
20%
f) Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 10%
g) Permainan biliyard, golf, dan bowling sebesar 10%
h) Pacuan kuda, kendaraan bermotor sebesar 10%
i) Permainan ketangkasan sebesar 15%
j) Panti pijat, refleksi, mandi uap atau spa, pusat kebugaran
(fitness center) sebesar 15%
k) Pertandingan olahraga sebesar 10%
6) Masa Pajak Hiburan
Masa Pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1
(satu) bulan takwim, untuk penyelenggara hiburan dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan atau lebih, atau jangka waktu yang lamanya
sama dengan jangka waktu penyelenggaraan hiburan, untuk
penyelenggaraan hiburan yang lamanya kurang dari 1 (satu) bulan.
33
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Dalam pembangunan daerah dibutuhkan pendapatan yang berasal
dari pungutan-pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Menurut Abdul halim dalam Nurfitrian (2010: 7) pendapatan asli
daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber-
sumber ekonomi daerah.
l) Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No 25 Tahun 1999 yang dikutip oleh Nurlan
Darise (2009: 67), sumber-sumber pendapatan daerah baik di
kabupaten atau kota adalah
a) Hasil Pajak Daerah
b) Hasil Restribusi Daerah
c) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Lainnya
d) Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah.
34
5. Prosedur Pengajuan Izin Penyelenggaraan Hiburan Insidentil
a. Wajib Pajak mengajukan perizinan penyelenggaraan hiburan ke
Dinas Pariwisata.
b. Dinas Pariwisata menerima pengajuan surat izin dari wajib pajak.
c. Dinas Pariwisata menindak lanjuti surat izin penyelenggaraan
tersebut untuk disurvey dan dipertimbangkan kelayakan
pelaksanaannya.
d. Dinas Pariwisata memberikan keputusan (persetujuan) atas
pelaksanaan penyelenggaraan hiburan.
e. Jika hasil survey Dinas Pariwisata menyatakan keputusan
(persetujuan) pengajuan tersebut layak maka Dinas Pariwisata
membuatkan surat rekomendasi perizinan untuk ditindak lanjuti ke
kantor DPPKAD, namun bila tidak disetujui berarti wajib pajak
harus mengkaji ulang rencana pelaksanaan hiburan dan memulai
proses dari awal.
f. DPPKAD menerima dan menindak lanjuti surat rekomendasi
perizinan dari Dinas Pariwisata.
g. DPPKAD membuatkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD), kemudian SPTPD tersebut untuk diarsip sementara
berdasar nomer urut dan tanggal dan digunakan sebagai dasar
penghitungan dan penetapan pajak yang harus dibayar wajib pajak.
35
Gambar II.1
Bagan alir Prosedur Perizinan Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten Boyolali
Dinas Pariwisata DPPKAD
Tidak
Ya
SPTPD : Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
Sumber : DPPKAD Kabupaten Boyolali
Menerima Pengajuan Surat Izin
Surat Rekomendasi Perizinan
Mulai
Surat Izin
1
1
Surat Perizinan dari Dinas Pariwisata
Membuat
SPTPD
SPTPD
N
2
36
6. Prosedur Tata Cara Penghitungan dan Penetapan Pajak Hiburan Insidentil
DPPKAD Kabupaten Boyolali
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD),
DPPAKD menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Daerah (SKPD) rangkap 3 (tiga). Rangkap 1 (satu) dan 2 (dua)
untuk diarsip permanen berdasar nomer urut dan tanggal oleh DPPKAD
dan rangkap 3 (tiga) untuk diberikan kepada Wajib Pajak.
37
Gambar II.2
Bagan alir Prosedur Penghitungan dan Penetapan Pajak Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten Boyolali
DPPKAD
7.
WP
SKPD : Surat Ketetapan Pajak Daerah
Sumber : DPPKAD Kabupaten Boyolali
2
SPTPD
Menghitung dan
menetapkan pajak
3 2
SKPD
N
Selesai
38
B. PEMBAHASAN
Pajak hiburan insidentil merupakan salah satu pendapatan asli daerah
yang berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dalam hal
ini data yang akan dianalisis yaitu selama periode tahun 2008-2011.
1. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD
Analisis tingkat efektivitas pajak hiburan insidentil dilakukan
dengan cara membandingkan realisasi pajak hiburan insidentil dengan
target pajak hiburan insidentil. Analisis efektivitas digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian atau dampak dari perolehan
pajak dari sektor hiburan insidentil dengan hasil atau nilai tambah yang
dicapai. Untuk menghitung efektivitas pajak hiburan insidentil dapat
menggunakan rumus:
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat efektivitas pajak hiburan
insidentil Kabupaten Boyolali selama tahun 2008 sampai dengan tahun
2011 ditunjukan dengan tabel di bawah ini:
Tabel II.1 Perhitungan Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil Kabupaten Boyolali Periode 2008-2011
Tahun Target Pajak
Hiburan Insidentil (Rp)
Realisasi Pajak Hiburan Insidentil
(Rp)
Tingkat Efektivitas
(%) 2008 3.750.000 2.925.000 78 2009 3.750.000 11.080.000 295 2010 22.235.000 27.107.500 122 2011 27.410.000 30.885.000 113
Rata-rata 14.286.250 17.999.375 152 Sumber: Data sekunder yang telah diolah
39
Gambar II.3 Grafik Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil terhadap PAD Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
efektivitas pajak hiburan insidentil pada periode tahun 2008-2011 cukup
baik. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa efektivitas dalam empat
tahun terakhir menunjukkan hasil yang belum stabil, dengan hasil
efektivitas dari tahun ke tahun yang cenderung fluktuatif. Pada tahun 2008
menunjukkan tingkat efektivitas yang paling rendah jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sesudahnya, hal itu terjadi karena jumlah realisasi
yang dicapai kurang dari jumlah target yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Berikut ini merupakan hasil analisis secara terperinci:
a. Pada tahun 2008 target yang telah ditetapkan sebesar Rp 3.750.000
didapatkan realisasi sebesar Rp 2.925.000 sehingga memperoleh tingkat
efektivitas sebesar 78%. Realisasi yang tidak memenuhi target
membuat tingkat efektivitas juga rendah, hal tersebut dikarenakan
jumlah realisasi lebih kecil dari jumlah target yang ditetapkan.
40
b. Pada tahun 2009 target yang telah ditetapkan sebesar Rp 3.750.000
didapatkan realisasi sebesar Rp 11.080.000 sehingga memperoleh
tingkat efektivitas sebesar 295%. Realisasi yang diperoleh 5 kali lebih
besar dari realisasi tahun 2008 dengan target yang sama, hal itu
menyebabkan tingkat efektivitas pajak hiburan insidentil pada tahun
2008 juga mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan
tahun 2008.
c. Pada tahun 2010 target yang telah ditetapkan sebesar Rp 22.235.000.
Target tersebut naik hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya, karena
prediksi terhadap potensi terlaksananya hiburan insidentil di Boyolali
pada tahun 2010 akan terjadi peningkatan sehingga berpengaruh
terhadap pendapatan dari sektor pajak hiburan insidentil yang ikut
meningkat. Target yang naik signifikan pada tahun 2010 wajar terjadi
karena jika dilihat dari tahun 2009 realisasi yang terjadi mencapai
perolehan tiga kali lebih besar dari terget yang telah ditetapkan.
Berdasarkan target yang telah ditetapkan tersebut didapatkan realisasi
sebesar Rp 27.107.500 sehingga memperoleh tingkat efektivitas sebesar
122%. Tingkat efektivitas yang turun disebabkan oleh peningkatan
jumlah target dan realisasi dari tahun-tahun sebelumnya.
d. Pada tahun 2011 target yang telah ditetapkan sebesar Rp 27.410.000
didapatkan realisasi sebesar Rp 30.885.000 sehingga memperoleh
tingkat efektivitas sebesar 113%. Hasil perhitungan tingkat efektivitas
pada tahun ini juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh jumlah
41
nominal target dan realisasi mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya, dengan jumlah realisasi lebih besar dibanding dengan
target.
2. Analisis Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada DPPKAD
Kabupaten Boyolali
Analisis Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dilakukan
dengan cara membandingkan realisasi pendapatan asli daerah dengan
target pendapatan asli daerah. Analisis efektivitas digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian atau dampak dari pendapatan
asli daerah dengan hasil atau nilai tambah yang dicapai. Untuk menghitung
efektivitas pendapatan asli daerah (PAD) menggunakan rumus:
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat efektivitas pendapatan
asli daerah DPPKAD Kabupaten Boyolali selama tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011 ditunjukan dengan tabel di bawah ini:
Tabel II.2 Perhitungan Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah DPPKAD Kabupaten Boyolali Periode 2008-2011
Tahun Target PAD (Rp) Realisasi PAD (Rp) Tingkat
Efektivitas (%)
2008
768.845.762.000
782.528.309.413 101,78
2009
834.603.309.000
836.169.374.817 100,19
2010
914.037.650.000
917.631.642.102 100,39
2011
1.078.432.493.200
1.100.461.937.431 102,04 Rata-rata 898.979.803.550 909.197.815.941 101,10
42
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Gambar II.4 Grafik Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah DPPKAD Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas PAD dari tahun 2008 sampai tahun 2011 sudah efektif atau
baik. Dari tahun 2008 sampai 2011 target yang ditetapkan semakin naik
dikarenakan jumlah realisasi yang diperoleh lebih besar dibandingkan
dengan jumlah target yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan hasil
analisis secara terperinci:
a. Pada tahun 2008 target yang ditetapkan pemerintah daerah sebesar
Rp 768.845.762.000 dan realisasi yang diperoleh sebesar Rp
782.528.354.413 sehingga didapatkan tingkat efektivitas sebesar
101,78%. Hal ini berarti dengan realisasi PAD sebesar Rp
782.528.354.413 memberikan outcome atau nilai tambah terhadap
PAD sebesar 101,78%.
90%
92%
94%
96%
98%
100%
102%
104%
2008 2009 2010 2011
Efe
ktiv
itas
Tahun
Grafik Tingkat Efektivitas PAD DPPKAD Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2008-2011
43
b. Pada tahun 2009 target yang ditetapkan lebih besar dari tahun 2008
yaitu sebesar Rp 834.603.309.000 dan memperoleh realisasi
sebesar Rp 836.169.374.817, sehingga didapatkan tingkat
efektivitas 100,19%. Tingkat efektivitas tersebut menurun dari
tahun sebelumnya dikarenakan kenaikkan jumlah target yang
cukup besar. Hal tersebut menunjukkan hasil perbandingan yang
efektif, meskipun hasil tingkat efektivitas mengalami penurunan
namun jumlah realisasi lebih besar dibandingkan dengan target
yang telah ditetapkan. Dengan realisasi PAD sebesar Rp
836.169.374.817 memberikan outcome atau nilai tambah terhadap
PAD sebesar 100,19%.
c. Pada tahun 2010 tingkat efektivitas meningkat sebesar 9,7% dari
tahun sebelumnya dengan hasil perolehan efektivitas sebesar
100,39%. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya target yang
ditetapkan yang diikuti dengan peningkatan realisasi. Ini
menunjukkan bahwa hasil perbandingan antara target PAD dengan
realisasi PAD sudah efektif. Dengan realisasi PAD sebesar Rp
917.631.642.102 memberikan outcome atau nilai tambah terhadap
PAD sebesar 100,39%.
d. Pada tahun 2011 target yang ditetapkan sebesar Rp
1.078.432.493.200 dan memperoleh realisasi sebesar Rp
1.100.461.937.431 sehingga memperoleh tingkat efektivitas
sebesar 102,04%. Hasil tingkat efektivitas yang diperoleh dari
44
perhitungan tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan
sebesar 19,9% dari tahun sebelumnya dan menunjukkan hasil
perbandingan yang efektif. Dengan realisasi PAD sebesar Rp
1.100.461.937.431 memberikan outcome atau nilai tambah
terhadap PAD sebesar 102,04%.
3. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD
Analisis kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap PAD
digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi yang diberikan dari
sektor pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli daerah. Semakin
besar kontribusi sektor pajak hiburan insidentil, maka semakin besar pula
jumlah realisasi PAD yang diterima. Selain itu, kontribusi dari sektor pajak
hiburan insidentil menunjukkan ketaatan wajib pajak hiburan insidentil
akan kewajiban pajaknya yang meningkat, hal tersebut berarti juga
meningkatkan kinerja DPPKAD dalam pengelolaan pajak hiburan
insidentil. Untuk menghitung kontribuasi pajak hiburan insidentil terhadap
PAD digunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh, kontribusi pajak hiburan
insidentil terhadap PAD selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
ditunjukan dengan tabel di bawah ini:
45
Tabel II.3 Perhitungan Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil DPPKAD Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2008-2011
Tahun Realisasi Penerimaan
PAD (Rp) Realisasi Pajak
Hiburan Insidentil (Rp) Kontribusi
(%) 2008 782.528.354.413 2.925.000 0,00037 2009 836.169.374.817 11.080.000 0,00133 2010 917.631.642.102 27.107.500 0,00295 2011 1.100.461.937.431 30.885.000 0,00281 Rata-rata
909.197.827.191 17.999.375 0,00186
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Gambar II.5 Grafik Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2008-2011
0,00000%
0,00050%
0,00100%
0,00150%
0,00200%
0,00250%
0,00300%
0,00350%
2008 2009 2010 2011
Kon
trib
usi
Tahun
Grafik Kontribusi Pajak Hiburan Insidentil Terhadap PAD Kabupaten Boyolali Periode tahun
2008-2011
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diperoleh bahwa
kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli daerah masih
relatif kecil dibandingkan dengan pajak daerah yang lainnya. Hal itu
terjadi karena anggaran yang diberikan pemerintah daerah lebih sedikit
dari anggaran untuk pajak daerah lainnya. Kontribusi terbesar terjadi pada
tahun 2010 dengan persentase sebesar 0,00295% dan terendah terjadi pada
46
tahun 2008 dengan persentase 0,00037%. Berikut ini penjelasan secara
terperinci:
a. Pada tahun 2008 kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap
pendapatan asli daerah sebesar 0,00037% yang diperoleh dari realisasi
penerimaan PAD sebesar Rp 782.528.354.413 dan penerimaan pajak
hiburan insidentil sebesar 2.925.000.
b. Pada tahun 2009 kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap
pendapatan asli daerah sebesar 0,00133% meningkat signifikan sebesar
259,5% dibanding tahun 2008. Hal tersebut terjadi karena jumlah
realisasi pajak hiburan insidentil yang meningkat sehingga berdampak
pada peningkatan PAD. Kontribusi tersebut diperoleh dari realisasi
penerimaan PAD sebesar Rp 836.169.374.817 dibandingkan dengan
penerimaan pajak hiburan insidentil sebesar Rp 11.080.000.
c. Pada tahun 2010 kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap
pendapatan asli daerah sebesar 0,00295% meningkat 121,8% dari tahun
2009 dan meningkat 697,3% dari tahun 2008. Kenaikan kontribusi
yang terjadi dikarenakan jumlah realisasi pajak hiburan insidentil yang
mengalami peningkatan. Kontribusi tersebut diperoleh dari realisasi
penerimaan PAD sebesar Rp 917.631.642.102 dibandingkan dengan
penerimaan pajak hiburan insidentil sebesar Rp 27.107.500.
d. Pada tahun 2011 kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap
pendapatan asli daerah sebesar 0,00280% menurun namun tidak
signifikan, dengan penurunan sebesar 5,08% dari tahun 2010.
47
4. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala dalam Pemungutan Pajak Hiburan
Insidentil
a. Wajib Pajak yang terlambat dalam melakukan pelaporan
kegiatan sehingga dapat menghambat petugas untuk mengawasi
Keterlambatan wajib pajak dalam melaporkan kegiatan
penyelenggaraan hiburan insidentil yang masih sering terjadi
mengakibatkan kinerja petugas DPPKAD menjadi terhambat.
Hal tersebut disebabkan oleh masih minimnya kesadaran wajib
pajak akan kewajiban pajaknya, berdasarkan informasi dari
DPPKAD minimnya kesadaran ini terjadi karena adanya
kesengajaan wajib pajak dengan cara menunda-nunda waktu
pembayaran pajak yang harus dibayarnya, banyak
penyelenggara pajak hiburan insidentil di Boyolali berasal dari
luar Kabupaten Boyolali, kemudian penyebab yang ketiga
adalah luasnya jangkauan atau wilayah Kabupaten Boyolali
yang tidak diimbangi dengan jumlah tim pengawas yang
seimbang, sehingga tidak memungkinkan pelaksanaan
pengawasan akan adanya hiburan insidentil di semua wilayah
Kabupaten Boyolali, bahkan hingga ke polosok daerah. Hal ini
perlu perhatian khusus mengingat intensitas akan
terselenggaranya hiburan insidentil sering terjadi. Selain itu,
meskipun jumlah penerimaan dari sektor pajak hiburan
insidentil hanya memberikan pengaruh yang kecil bagi PAD,
48
namun bila ketaatan wajib pajak terhadap kewajiban pajaknya
baik akan tetap berkontribusi terhadap besar kecilnya
pendapatan asli daerah yang diperoleh.
b. Adanya Wajib Pajak yang melakukan kecurangan dengan cara
memanipulasi jumlah tiket yang tersedia
Faktor kendala yang kedua yang terjadi dalam
pemungutan pajak hiburan insidentil adalah adanya Wajib
Pajak yang melakukan kecurangan dengan cara memanipulasi
jumlah tiket yang tersedia, hal itu dilakukan oleh penyelenggara
hiburan (Wajib Pajak) dengan cara mengurangi jumlah tiket
maupun menurunkan harga tiket yang dijual dari harga yang
sebenarnya. Manipulasi yang sering dilakukan tersebut
dimaksudkan agar pajak yang dibayarkannya lebih sedikit.
c. Keterbatasan SDM dari Dinas Pengelolaan Pendapatan
Keuangan dan Aset dalam pemantauan kegiatan menyebabkan
tersendatnya pemungutan pajak
Terbatasnya jumlah sumber daya manusia (SDM) dan
profesionalitas kinerja dalam pengelolaan sektor pajak hiburan
insidentil mengakibatkan terhambatnya pemungutan pajak ini.
Selaian itu, luasnya jangkauan atau wilayah Kabupaten
Boyolali yang tidak diimbangi dengan jumlah SDM yang
seimbang, dengan jumlah petugas DPPKAD yang bertugas
memantau secara langsung di lapangan hanya sekitar 4 orang.
49
Sehingga, tidak memungkinkan pelaksanaan pengawasan akan
adanya hiburan insidentil di semua wilayah Kabupaten
Boyolali, bahkan hingga ke polosok daerah. Hal ini perlu
perhatian khusus mengingat intensitas akan terselenggaranya
hiburan insidentil sering terjadi.
5. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Kendala yang Terjadi Dalam
Pemungutan Pajak Hiburan Insidentil
a. Melakukan pendekatan kepada Wajib Pajak untuk lebih mengerti
kapan waktu untuk pelaporan pajak
Pendekatan yang dilakukan oleh DPPKAD dengan metode
jemput bola (mendatangi Wajib Pajak secara langsung). Hal ini
dilakukan ketika Wajib Pajak sudah melebihi jatuh tempo waktu
pelunasan pajak.
b. Melakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak untuk lebih jujur dalam
penyampaian kegiatan hiburan
Sosialisasi kepada Wajib Pajak ini dilakukan pada saat
pendaftaran wajib pajak, sebelum jangka waktu pembayaran pajak
berakhir, dan ketika Wajib Pajak mendatangi kantor DPPKAD yaitu
saat mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).
Sosialisasi dilakukan dengan cara pemberitahuan supaya Wajib
Pajak benar-benar jujur dalam penyampaian jumlah pajaknya.
50
c. Dilakukan penambahan SDM pada DPPKAD dengan mengangkat
pegawai baru yang berkompeten dan dibentuk tim pengawasan
terhadap penyelenggaraan hiburan insidentil
Penambahan sumber daya manusia (SDM) pada DPPKAD
yang berkompeten dan tim pengawas sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan kinerja DPPKAD dalam mengawasi ketertiban wajib
pajak akan kewajiban pajaknya, mengingat luasnya wilayah
Kabupaten Boyolali. Hal tersebut dilakukan agar dapat
meminimalisir terjadinya kendala dalam pemungutan pajak hiburan
insidentil dan penyimpangan wajib pajak akan kewajiban pajak
yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
51
BAB III
TEMUAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh adanya
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut:
A. KELEBIHAN
1. Tingkat efektivitas pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli
daerah tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 295% meskipun
targetnya sama dengan tahun 2008 tetapi realisasi yang diperoleh jauh
lebih besar.
2. Penggunaan metode jemput bola merupakan cara yang sangat efektif
ketika Wajib Pajak kurang sadar dalam pelaporan pajaknya.
3. Keberhasilan pihak DPPKAD Boyolali dalam mencapai target pajak
hiburan insidentil meskipun dengan jumlah petugas lapangan 4 orang.
4. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Boyolali sebagai
dinas terkait telah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi kendala
dalam upaya pengoptimalan pajaknya seperti melakukan pendekatan
dengan metode jemput bola dan melakukan sosialisasi kepada Wajib
Pajak sebelum menyelenggarakan kegiatannya.
52
B. KELEMAHAN
1. Tingkat efektivitas pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli
daerah terendah yaitu pada tahun 2008 sebesar 78% yang terjadi
karena realisasi tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
2. Tingkat kontribusi pajak hiburan insidentil Kabupaten Boyolali
terhadap pendapatan asli daerah masih rendah dibandingkan pajak
daerah lainnya yaitu rata-rata hanya sebesar 0,00186%.
3. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajak
dengan sering terlambatnya melaporkan pajaknya. Hal itu dapat
menghambat kinerja dari petugas DPPKAD.
4. Letak wilayah Boyolali yang luas mempersulit petugas dalam
pemantauan kegiatan dan pemungutan pajaknya.
53
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menganalisis efektivitas dan kontibusi Pajak Hiburan Insidentil
di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Boyolali dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerimaan pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli daerah dan
penerimaan pendapatan asli daerah dapat dikatakan efektif dan baik
meskipun hasil perhitungan yang diperoleh kurang stabil. Perhitungan
rasio tersebut menunjukkan hasil yang efektif dan baik karena rata-rata
realisasinya sudah mencapai target yang ditetapkan oleh DPPKAD.
2. Tingkat kontribusi pajak hiburan insidentil terhadap pendapatan asli
daerah masih terbilang sangat kecil apabila dibandingkan dengan pajak
daerah lainnya. Pada tahun 2008 kontribusi yang didapat 0,00037%,
pada tahun 2009 0,00133%, pada tahun 2010 0,00295%, dan pada
tahun 2011 diperoleh 0,00281%. Dari hasil analisis selama empat tahun
tersebut diperoleh rata-rata tingkat kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah sebesar 0,00186%.
3. Kinerja dari DPPKAD sudah optimal. Hal itu dapat diketahui dengan
hanya 4 orang petugas lapangan yang tersedia namun realisasi pajak
hiburan insidentil rata-rata dapat melebihi target.
4. Untuk Wajib Pajak yang terlambat untuk melaporkan pajaknya, Pihak
DPPKAD menerapkan metode jemput bola atau dihubungi via telepon.
54
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Boyolali tentang Analisis
Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan Insidentil dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Asli Daerah selama kurun waktu empat tahun (2008-2011),
penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Harus ada hubungan yang baik antara Wajib Pajak dengan pihak dari
DPPKAD.
2. Memberikan sanksi yang lebih tegas kepada Wajib Pajak yang melanggar.
3. Melakukan penambahan jumlah petugas atau SDM yang kompeten pada
DPPKAD Boyolali supaya kinerja dan pemungutan pajaknya lebih
optimal.
4. Bekerja sama dengan dinas-dinas terkait atau pihak lain untuk lebih
meningkatkan potensi hiburan insidentil di Kabupaten Boyolali.