56
ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK POLITIK TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI) (Skripsi) Oleh JIMMY SEPTIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

  • Upload
    vohanh

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAKPOLITIK TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI)

(Skripsi)

Oleh

JIMMY SEPTIAN

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF CRIMINAL CLIMATE CLAIMING THEPOLITICAL RIGHTS TO THE CRIMINAL ACT OF CORRUPTION

(Study of Decision Number 36 / PID / TPK / 2013 / PT.DKI)

By:

Jimmy Septian. Student of Criminal Law Department Faculty of LawUniversity of Lampung. Email: [email protected]. Maroni,DiahGustiniati M. Criminal Law Department Faculty of Law University ofLampung Jalan Soemantri Brojonegoro Number 1 Bandar Lampung 35145.

Corruption is a special crime and is an extraordinary crime stipulated in a specialcriminal law. The imposition of criminal revocation of political rights obtained byconvict Djoko Susilo in the corruption case imposed by the judges of Jakarta HighCourt resulted in pros and cons among Indonesian society. As for the formulationof the problem in this study is the basis of judges' consideration in the impositionof criminal deprivation of political rights against the perpetrators of corruptionand whether the application of the imposition of criminal deprivation of politicalrights against the perpetrators of corruption crimes fulfills the sense of justice forthe defendant and the people as victims in a human rights perspective.

This research uses normative juridical approach and empirical jurisdiction becausethis research is a combination of normative research with empirical. The data usedare primary data and secondary data consisting of primary legal materials,secondary legal materials, and tertiary legal materials. This research is thenanalyzed descriptively qualitative.

The results of the study and discussion pointed to the judges' consideration in thecriminal imposition in the case of Djoko Susilo in the addition of additionalpenalty in the form of the revocation of political rights in terms of juridicalaspects of the panel of judges using the theory of scientific approach anddecidendi ratio. The application of this criminal in terms of philosophical andsociological aspects is a means of penal to overcome corruption that has the effectof harassment for the convicted person. The perspective of justice in therevocation of the political rights of corruption convicted crime is inconsistent,because it is not contradictory to human rights and clearly there are arrangementsand limitations in accordance with the Constitutional Court Decision Number 4 /PUUVII / 2009.

The suggestion given is that the Judge in imposing additional criminal repeal ofpolitical rights must state how long the right is revoked, as regulated in Article 38of the Criminal Code and which is stipulated by the Constitutional Court DecisionNo 4 / PUUVII / 2009Kata Kunci: Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-HakPolitik, Korupsi.

Page 3: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

i

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAKPOLITIK TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI)

Oleh:

JIMMY SEPTIAN

Korupsi merupakan tindak pidana khusus dan merupakan extra ordinary crimeyang diatur dalam hukum pidana khusus. Penjatuhan pidana pencabutan hak-hakpolitik yang didapatkan oleh terpidana Djoko Susilo dalam kasus korupsi yangdijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menimbulkan prodan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Adapun yang menjadi rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhkanpidana pencabutan hak-hak politik terhadap pelaku tindak pidana korupsi danapakah penerapan penjatuhan pidana pencabutan hak-hak politik terhadap pelakutindak pidana korupsi memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa dan rakyat selakukorban dan dalam perspektif HAM.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yurisdis empiriskarena penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian normatif denganempiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang terdiridari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.Penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan dasar pertimbangan hakim dalampenjatuhan pidana pada kasus Djoko Susilo dalam penjatuhan pidana tambahanberupa pencabutan hak politik dari segi aspek yuridis majelis hakim menggunakanteori pendekatan keilmuan dan ratio decidendi. Penerapan pidana ini dari segiaspek filosofis dan sosiologis merupakan sarana penal untuk menanggulangitindak pidana korupsi yang memiliki efek penjeraan bagi terpidana. Perspektifkeadilan dalam pencabutan hak politik terpidana korupsi sudah sesuai, karena haltersebut tidak bertentangan dengan HAM dan jelas ada pengaturannya danbatasannya sesuai dengan Putusan MK Nomor 4/PUUVII/ 2009.

Saran yang diberikan adalah Hakim dalam menjatuhkan pidana tambahanpencabutan hak-hak politik harus mencantumkan berapa lama hak tersebutdicabut, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 38 KUHP dan yang diatur PutusanMK No 4/PUUVII/2009

Kata Kunci: Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik, Korupsi.

Page 4: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAKPOLITIK TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI)

Oleh

JIMMY SEPTIAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum PidanaFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK
Page 6: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK
Page 7: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK
Page 8: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 18 September 1993,

dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak

Rusdan dan Ibu Nizma.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Kencana Palembang yang

diselesaikan pada tahun 1999, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 14

Palembang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

ditempuh di SMP Negeri 17 Palembang diselesaikan pada tahun 2008, dan

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Palembang pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2011.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan pada

Universitas Lampung maupun pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu

dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas penulis aktif dalam Badan Eksekutif

Mahasiswa Unila (BEM-U) yang bermula menjadi Korps Muda BEM-U pada

tahun 2011 dan diangkat sebagai Staf Ahli sekaligus menjadi Wakil Menteri pada

Kementrian Aksi dan Propaganda pada tahun 2012. Dalam Kegiatan BEM-U

penulis pernah mendapat penghargaan Orator dan Propaganda terbaik pada tahun

2012. Dalam organisasi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung penulis ikut

serta dalam Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum FH Unila (BKBH) sebagai

Page 9: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

vi

Paralegal periode 2013/2014. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa

Fakultas (UKM-F) Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) dan diangkat sebagai

Ketua Umum periode pada tahun 2014. Dalam kegiatan UKM-F PSBH penulis

pernah dikirim untuk mewakili Universitas Lampung untuk mengikuti Kompetisi

Peradilan Semu atau yang sering disebut National Moot Court Competition

(NMCC) Piala Jaksa Agung III di Universitas Pancasila Jakarta pada tahun 2012.

Page 10: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

vii

MOTO

Hidup Itu Seperti Sebuah Game Bertemakan Petualangan, Kita Harus Selalu

Berusaha Untuk Mencapai Tujuan Dari Game Tersebut, Sampai Nanti Berhenti

Jika “Game Over”

(Jimmy Septian)

“Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu

yang tidak dipahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian

untuknya”.

(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

“Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya

menyambut saudaramu dengan muka yang manis”.

(HR. Muslim)

Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan hiduplah

dengan sebaik-baiknya karena Tuhan tidak mengharuskan kita sukses, Tuhan

hanya mengharapkan kita mencoba

(Mario Teguh)

Page 11: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

ix

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Ayah yang aku hormati Rusdan dan Ibu yang kusayangi Nizma,

Yang selama ini telah banyak berkorban, selalu berdoa dan menantikan

keberhasilanku

Kepada kedua adikku tersayang Joddy Franata, A.md dan Jenny Agustriani,

Yang selalu memberikan semangat, mendukung, dan mendoakanku

Almamater tercinta Universitas Lampung

Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi yang menjadi sebagian jejak

langkahku menuju kesuksesan.

Page 12: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

x

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh

isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Yuridis Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap

Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor

36/PID/TPK/2013/PT.DKI)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung

2. Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung

Page 13: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

xi

3. Bapak Dr. Maroni, S.H.,M.H, selaku Pembimbing I atas kesabaran dan

kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Diah Gustiniati M, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah

bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya,

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini

5. Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini

6. Ibu Dona Raisa Monica, S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini

7. Ibu Rini Fathonah, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi

dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan

yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku Ayah Rusdan dan Ibu Nizma yang telah

menjadi pahlawan terhebat dalam hidupku, yang tiada hentinya melelahkan

diri memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tak pernah putus untuk

kebahagian dan kesuksesanku. Terimakasih atas segalanya semoga kelak

dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa membuat kalian

tersenyum dalam kebahagiaan

Page 14: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

xii

10. Kedua Adikku Joddy Franata, A.md dan Jenny Agustriani, terima kasih

untuk selalu mendoakan dan menyemangati. Aku akan berusaha menjadi

saudara yang mampu membanggakan kalian Semoga kita dapat menjadi anak

yang dibanggakan oleh ayah dan ibu

11. Untuk Kedua Orang Tua Angkatku, Bapak H. Bambang Basuki dan Ibu Hj.

Satmiati. Terima kasih kalian telah menjadi orang tuaku di tanah rantauan ini,

terima kasih telah menerimaku dan merawatku selayaknya anak sendiri. Aku

tidak akan melupakan jasa kalian kepadaku.

12. Untuk Kakak Angkatku Angga Adiyama Dasa Putra, dari beliau mendapatkan

banyak sekali ilmu tentang arti kehidupan dan agama islam, dan dari beliau

juga penulis merasakan sosok dari seorang kakak yang sangat dewasa dan

mengayomi penulis.

13. Orang terhebat yang ada di hidupku Yola Dwi Anggraeni, S.H. Darinya

penulis banyak belajar untuk tidak pernah menyerah dan selalu memperbaiki

diri. Terima kasih telah menjadi penyayang yang baik, pendengar setia,

pemerhati, dan penasihat tersabar bagi Penulis

14. Sahabat-sahabatku tersayang Muhammad Akbar, S.H., Muhammad Haris

Fikri, S.H., Birsye Niadora, S.H., M. Harry Satya, S.H., Muhammad Agung

Akbar, S.kom., Alfat Febrian Dani, A.md dan Bowo, A.md terimakasih untuk

persahabatan selama ini semoga kita bisa tetap saling membantu dan

menyemangati satu sama lain dalam menyelesaikan studi di Universitas

Lampung ini

Page 15: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

xiii

15. Teman-Teman Game Online DOTA 2, Yaitu Nando, Feri, Rizki Begal,

Deffilu, Candyko, Tryo, Alpat, Bowo, firman, akbar. Terima kasih untuk

kesenangan bermain bersama dan menemani penulis selama ini.

16. Keluarga besar UKMF PSBH, Tim MCC UP, kalian keluarga yang luar biasa,

terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman serta ilmu yang berharga yang

tidak saya temukan dalam perkuliahan dan hanya saya temukan di PSBH

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis

dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, April 2017

Penulis,

Jimmy Septian

Page 16: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

xiv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... iHALAMAN JUDUL .. ................................................................................... iiHALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ivRIWAYAT HIDUP .........................................................................................vMOTO .......................................................................................................... viiiHALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ixSANWACANA ................................................................................................xDAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . .................................................................................. 1

B. Permasalahan Dan Ruang Lingkup .................................................... 7

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian . ..................................................... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ..................................................... 8

E. Sistematika Penulisan . ..................................................................... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana dan Tindak Pidana Korupsi .................... 17

B. Macam-Macam Hak Politik Warga Negara Indonesia (WNI) . ....... 21

C. Jenis Pidana Pada Tindak Pidana Korupsi MenurutUU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun2001 .................................................................................................. 23

D. Tugas dan Kewenangan Hakim dalam MenanganiPerkara Pidana.. ................................................................................ 26

Page 17: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

xv

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ......................................................................... 29

B. Sumber dan Jenis Data ..................................................................... 29

C. Penentuan Narasumber . ................................................................... 31

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data . .................................. 31

E. Analisis Data ........................................................................ ............ 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Pada Putusan Pencabutan Hak Politik Kasus Joko

Susilo Pada Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI ................... 34

1. Aspek Yuridis ................................................................................. 36

2. Aspek Kelembagaan........................................................................ 48

2.a. Komisi Pemberantasan Korupsi ............................................... 48

2.b. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.......................................... 56

B. Penjatuhan Pidana Tambahan Pencabutan Hak Politik Djoko Susilo Dari

Perspektif Keadilan Dan HAM . ......................................................... 59

1. Aspek Filosofis dan Aspek Sosiologis............................................ 61

2. Pencabutan Hak Politik Dalam Perspektif HAM ........................... 70

V. PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................... 74

B. Saran . ............................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kesatuan dan merupakan Negara Hukum yaitu

dimana segala hal diatur secara hukum baik itu tertulis maupun tidak tertulis. Ilmu

hukum dibagi menjadi lima bidang yaitu hukum perdata, hukum pidana, hukum

tata negara, hukum administrasi negara dan hukum International. 1 Dalam

kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada suatu kebutuhan yang

mendesak, kebutuhan pemuas diri. Bahkan kebutuhan itu timbul karena keinginan

atau desakan untuk mempertahankan status diri. Untuk memenuhi kebutuhan yang

mendesak biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran matang yang dapat

merugikan lingkungan atau manusia lain. Hal seperti itu akan menimbulkan suatu

akibat negatif yang tidak seimbang dengan suasana dan kehidupan yang bernilai

baik. Untuk mengembalikan kepada sususan dan kehidupan yang bernilai baik,

diperlukan suatu pertanggungjawaban dari pelaku yang telah menciptakan

ketidakseimbangan.

Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah tindak pidana tidak dapat dihindari dan

memang selalu ada, sehingga wajar menimbulkan keresahan. Manusia

mempunyai naluri alami di dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi

terkadang manusia memenuhi kebutuhan akan dirinya dalam keadaan mendesak

1 Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm 5.

Page 19: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

2

baik dari dalam dirinya maupun desakan dari luar. Dalam pemenuhan kebutuhan

dirinya itu tidak jarang manusia melakukan dengan segala cara meskipun itu

melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Contoh konkrit di

dalam kehidupan yang terjadi adalah tindak pidana korupsi.

Korupsi merupakan tindak pidana khusus dan merupakan extraordinary crimedan

diatur di dalam hukum pidana khusus. Artinya adalah ketentuan-ketentuan hukum

pidana yang ditetapkan berlaku untuk golongan orang tertentu atau yang

berhubungan dengan perbuatan-perbuatan tertentu. 2 Contohnya: KUHPM,

Undang-Undang Peradilan Militer, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi,

Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi, Undang-Undang Narkotika, dan

sebagainya. Jadi hukum pidana khusus, mengatur kekhususan terhadap

pelaku/orangnya yang melakukan tindak pidana maupun perbuatan tertentu yang

dilarang.

Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio atau Corruptus, yang kemudian

diadopsi oleh banyak bahasa di Eropa, misalnya di Inggris dan Perancis

Corruption serta belanda Corruptie, dan selanjutnya dipakai pula dalam bahasa

Indonesia Korupsi.3 Secara harafiah/bahasa sehari-hari korupsi berarti kebusukan,

keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Korupsi diartikan sebagai perbuatan

yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.4

Sementara korupsi itu sendiri diatur didalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

2 Tri Andrisman, Hukum Pidana : Asas-Asas Dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia,Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2011, hlm 9.

3 Ibid, hlm 37.4 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,1976, hlm 70.

Page 20: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

3

Pidana Korupsi diatur di dalam Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang yang

secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara, dipidana penjara dengan pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”. 5 Berdasarkan

pemaparan Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi maka terlihat sanksi pidana yang dijatuhkan baik sanksi

berupa denda maupun sanksi berupa penjara yang tergolong lama.

Rangka mewujudkan supremasi hukum, pemerintah telah meletakkan landasan

kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi. Semua

kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2001, badan khusus tersebut disebut Komisi

Pemberantasan Korupsi yang memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan

supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. 6

Komisi pemberantasan korupsi telah memberikan kontribusi yang positif dan

pesat dalam memberantas korupsi di Indonesia, kewenangannya yang independen

dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penututan terlepas dari intervensi

5Pasal 2 Ayat 1Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

6 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2012,hlm 69.

Page 21: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

4

dari pihak pemerintah maupun pihak politik. Terlepas dari hal tersebut, KPK

haruslah tetap menyerahkan dalam hal mengadili terdakwa ke pihak kehakiman

yaitu pengadilan tindak pidana korupsi yang khusus dibangun untuk mengadili

para terdakwa tindak pidana korupsi. Pengadilan tindak pidana korupsi dalam

sejarah berdirinya hingga sekarang telah banyak menjatuhkan vonis pidana

penjara dari yang tergolong ringan sampai berat sekalipun. Banyak keluhan dari

pihak masyarakat yang merindukan dan mengharapkan hukuman yang berat dan

membuat jera para pelaku tindak pidana korupsi ini sendiri. Sementara di dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 (Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan

Pasal 14) mengatur hukuman pokok itu seperti hukuman denda, pidana penjara,

sementara waktu, seumur hidup dan pidana mati.7

Terlepas dari pidana pokok yang telah diatur secara khusus di Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diatur juga

dalam Pasal 18 bahwa pidana tambahan berupa perampasan barang bergerak,

pembayaran uang pengganti, penutupan seluruh atau sebagian perusahaan,

pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu, jika tidak dapat membayar

uang pengganti maka barang milik dilelang dan disita negara.8

Selama ini hakim pengadilan tindak pidana korupsi hanya menjatuhkan pidana

penjara yang tergolong ringan dan tidak terlalu lama, hanya dijatuhkan pidana

penjara 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun bahkan hanya dijatuhkan satu tahun. Hal

itu dikarenakan para pelaku tindak pidana korupsi selalu mencari celah hukum

dan memanfaatkan hasil uang korupsi mereka untuk membayar pengacara mahal

7 Darman Prinst, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,2002,hlm 69.

8Ibid, hlm 71.

Page 22: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

5

dan berkualitas dan selalu berusaha untuk mengajukan upaya banding pada

pengadilan tinggi dan kasasi pada mahkamah agung akan putusan hakim yang

sebelumnya yang dirasa berat menurut terdakwa.

Tahun 2013 terjadi hal yang mengejutkan di daerah kekuasaan kehakiman

pengadilan tindak pidana korupsi sampai di tingkat kasasi yaitu pada kasus

simulator untuk ujian memperoleh surat izin mengemudi (SIM) yaitu terdakwa

Djoko Susilo yang dijatuhi pidana tambahan di dalam amar putusan hakim yaitu

berupa penjatuhan pidana pencabutan hak-hak politik, hilangnya jabatan publik di

pemerintahan dan hilangnya hak untuk memilih dan hak untuk dipilih. Penjatuhan

pidana tambahan seperti ini sungguh mengagetkan dikarenakan selama berdirinya

KPK dan pengadilan yang memutus dan mengadili tindak pidana korupsi tidak

pernah dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak politik. Pidana

pencabutan hak politik sebenarnya bukan pidana baru dalam sistem pemidanaan

Indonesia. Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur

tentang jenis pidana. Dimana pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana

penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana tutupan, sedangkan pidana

tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang

tertentu, dan pengumuman putusan hakim.

Pencabutan hak-hak politik yang dijatuhkan pengadilan tinggi mengakibatkan

Djoko Susilo tidak dapat memiliki jabatan di pemerintahan ataupun dalam hal

berpolitik, terdakwa juga tidak mempunyai hak lagi untuk dipilih masyarakat dan

memilih dalam pemilihan politik berarti secara langsung terdakwa kehilangan hak

politiknya dan hak suaranya. Kehilangan hak politik sama dengan kehilangan hak

asasi manusia. Hak politik masuk dalam salah satu hak yang dilindungi dalam diri

Page 23: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

6

manusia. Banyak kalangan pengamat hukum pidana berpendapat tidak sepakat

dengan dijatuhkannya pidana berupa pencabutan hak-hak politik tapi tidak sedikit

juga dari kalangan masyarakat dan para pengamat berpendapat putusan pidana

pencabutan hak-hak politik yang dijatuhi hakim telah memenuhi rasa keadilan dan

membuat jera pelaku dan membuat takut masyarakat atau pejabat yang ingin

melakukan tindak pidana korupsi.

Melihat kenyataan dan berdasarkan pemaparan tentang kasus Djoko Susilo yang

dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak politik dan untuk

mengetahui pertimbangan hakim pengadilan tinggi dalam menjatuhkan pidana

tambahan ini, maka penulis tertarik menyusun skripsi yang berjudul “Analisis

Yuridis Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI)”.

Page 24: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

7

B. Permasalahan Dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini ada

beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesainnya secara ilmiah.

Beberapa masalah tersebut sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhkan pidana

pencabutan hak-hak politik terhadap pelaku tindak pidana korupsi ?

2. Apakah penerapan penjatuhan pidana pencabutan hak-hak politik terhadap

pelaku tindak pidana korupsi dapat memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa dan

rakyat selaku korban dan dalam perspektif HAM ?

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam Hukum

Pidana yang mana membahas mengenai Analisis Yuridis Penjatuhan Pidana

Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Studi

Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI). Ruang lingkup penelitian yaitu di

Pengadilan Tinggi Lampung terkait dijatuhkan pidana pencabutan hak politik.

C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhkan pidana

pencabutan hak-hak politik terhadap pelaku tindak pidana korupsi.

Page 25: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

8

2. Untuk mengetahui penjatuhan pidana pencabutan hak-hak politik telah

memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa dan rakyat selaku korban dan dalam

perspektif HAM.

2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu

pengetahuan hukum khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka

memberikan penjelasan mengenai Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik

Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor

36/PID/TPK/2013/PT. DKI).

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti program perkuliahan Hukum Pidana

khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dan masyarakat umum

mengenai Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI).

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

Page 26: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

9

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.9

Adapun teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teori dasar-dasar

pertimbangan hakim dan teori keadilan substantif.

Teori dasar pertimbangan hakim adalah dasar pertimbangan Hakim dalam

menjatuhkan putusan dalam tindak pidana korupsi didasarkan pada banyak hal.

Diantaranya adalah bukti-bukti yang diajukan, keterangan saksi, keterangan

terdakwa, dan surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Hakim

dalam memeriksa dan memutus perkara memiliki kebebasan, namun kebebasan

hakim tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sistem pemerintahan,

politik, ekonomi dan sebagainya. Kebebasan Hakim tersebut diberikan dalam

rangka mengemban tugas untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Pancasila dengan jalan menafsirkan hukum dan mencari dasar-dasar serta asas-

asas yang jadi landasannya, melalui perkara-perkara yang dihadapkan kepadanya,

sehingga keputusannya mencerminkan perasaan keadilan Bangsa dan Rakyat

Indonesia.

Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman menyatakan bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,

dituntut dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. Menurut Pasal 28 Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

9Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 2010, hlm.125

Page 27: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

10

Hakim sebagai orang yang menjalankan hukum berdasarkan keadilan dalam

menjatuhkan putusan terhadap perkara yang ditanganinya tetap berlandaskan

aturan yang berlaku dalam Undang-Undang dan memakai pertimbangan

berdasarkan data-data yang autentik serta para saksi yang dapat dipercaya. Tugas

hakim tersebut dapat dilihat dalam Pasal 191 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) yang menyatakan “jika

pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan sidang, kesalahan terdakwa

atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas”.

Mengenai alat bukti yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan hakim,

terdapat dalam Pasal 183 dan 184 KUHAP yang menyebutkan bahwa harus ada

alat-alat bukti yang sah, dimana alat bukti tersebut berupa keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa seperti hal ini bertujuan

untuk mendapat keyakinan hakim bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan

terdakwalah yang bersalah. Menurut Mackenzie ada beberapa teori pendekatan

yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan

putusan dalam suatu perkara yaitu sebagai berikut:10

a. Teori Keseimbangan

Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan oleh Undang-Undang dan kepentingan pihak-pihak yang

tersangkut atau berkaitan dengan perkara.

b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

10 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta, SinarGrafika, 2010, hlm. 106.

Page 28: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

11

Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan,

lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada pengetahuan dari hakim.

c. Teori Pendekatan Keilmuan

Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam

memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau

instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan

juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus

diputuskannya.

d. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam

menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari.

e. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar,

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang

disengketakan.

f. Teori Kebijaksanaan

Aspek ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang

tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, membina, mendidik, dan

melindungi anak agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi

keluarga, masyarakat, dan bagi bangsanya.

Putusan hakim harus berdasar penafsiran hukum yang sesuai dengan rasa keadilan

yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat, juga faktor lain yang

mempengaruhi faktor budaya, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Hakim dalam

Page 29: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

12

memberikan putusan terhadap kasus yang sama dapat berbeda karena antara

hakim yang satu dengan yang lainnya mempunyai cara pandang serta dasar

pertimbangan yang berbeda pula.

Selanjunya adalah teori keadilan substantif. Teori ilmu hukum membagi hukum

keadilan menjadi 2 jenis yaitu keadilan substantif dan keadilan prosedural. Jika

dikaitkan dengan hukum pidana teori keadilan substantif berkaitan dengan hukum

materiil. Teori keadilan substantif adalah keadilan yang diberikan sesuai dengan

aturan-aturan hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan

prosedural yang tidak berpengaruh pada hak-hak substantif dari pihak

penggugat.11

Hakim berpedoman pada paradigma keadilan substantif. Penekanan pada keadilan

substantif dimaksudkan bahwa meskipun suatu perbuatan formal-prosedural

mengandung kesalahan tetapi tidak melanggar substansi keadilan dan kesalahan

tersebut bersifat tolerable, maka dapat dinyatakan tidak salah. Jika Undang-

Undang dilanggar dengan sengaja apalagi sampai berkali-kali tentulah dapat

dikatakan introlerable dan mengandung ketidakadilan. Selama Undang-Undang

masih memberi rasa keadilan, maka Undang-Undang akan dijadikan sebagai dasar

dalam pengambilan putusan, sebaliknya jika penerapan bunyi Undang-Undang

tidak dapat memberi keadilan, maka hakim dapat mengabaikannya untuk

kemudian membuat putusan sendiri. Inilah inti hukum progresif atau hukum

responsif yang dipahami dan diterima oleh hakim.

11 Black’s Law Dictionary edisi 7, hlm. 869

Page 30: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

13

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah.12 Supaya tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok

permasalahan, maka penulis memberikan beberapa konsep yang dapat dijadikan

acuan sebagai pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul yaitu

Analisis Yuridis Penjatuhan Pidana Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT. DKI).

Adapun pengertian istilah-istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.13

b. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, barang

siapa melanggar larangan tersebut.14 Simons berpendapat bahwa tindak pidana

adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja

ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya dan yang oleh Undang-Undang telah dinyatakan sebagai suatu

tindakan yang dapat dihukum.15

12 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press., 2010, hlm. 3213 Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997, hlm. 3214 Adam Chazawi.Pelajaran Hukum Pidana bagian I.Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2002.hlm.

71.15 Tongat.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan.Malang.UMM

Press. 2009. hlm.105.

Page 31: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

14

c. Pemidanaan adalah suatu proses atau cara untuk menjatuhkan hukuman /

sanksi terhadap orang yang telah melakukan tindak pidana maupun

pelanggaran.16

d. Pencabutan hak tertentu adalah pencabutan hak seseorang yang merupakan

salah satu pidana tambahan secara pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak

tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang

telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.

e. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional

maupun nonkonstitusional. Politik juga memiliki pengertian sebagai proses

pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain

berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.17

f. Pelaku tindak pidana adalah orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

melakukan tidak pidana berupa perbuatan atau melakukan sesuatu yang oleh

peraturan perUndang-Undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana.18

g. Tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan

manipulasi dan perbuatan perbuatan melawan hukum yang merugikan atau

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara merugikan

kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum.19

Pencabutan hak-hak politik adalah suatu perbuatan dalam hal memberikan

hukuman terhadap pelaku tindak pidana korupsi sebagai sanksi tambahan yang

16 Satochit Kartanegara,Kumpulan Catatan Kuliah Hukum Pidana II, disusun oleh MahasiswaPTIK Angkatan V,1955, hlm 276.

17 Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Politik. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul20.00.

18 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakkan Pidana, Bandung, Alumni, 2005,hlm 3

19 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Semarang, Sinar Grafika, 2012, hlm 5

Page 32: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

15

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 5 (lima) bab yang saling

berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

I. Pendahuluan

Bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang pengertian tindak pidana dan tindak pidana korupsi, macam-

macam hak politik warga negara Indonesia (WNI), jenis pidana pada tindak

pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

serta tugas dan kewenangan hakim dalam menangani perkara pidana.

III. Metode Penelitian

Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan

narasumber, metode pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa

analisis data.

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan

masalah, yaitu dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhkan pidana pencabutan

Page 33: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

16

hak-hak politik terhadap pelaku tindak pidana korupsi dan penjatuhan pidana

pencabutan hak-hak politik telah memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa dan

rakyat selaku korban.

V. Penutup

Bab ini merupakan kumpulan tulisan mengenai kesimpulan dan saran.

Page 34: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu, barang siapa melanggar larangan tersebut.20

Adapun beberapa tokoh yang memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang

istilah “strafbaarfeit”atau tindak pidana, antara lain:

1. Simons berpendapat bahwa tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum

yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang

yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh Undang-

Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.21

2. Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana, kata perbuatan dalam

perbuatan pidana mempunyai arti yang abstrak yaitu suatu pengertian yang

merujuk pada dua kejadin yang konkret, yaitu:22

a. Adanya kejadian yang tertentu yang menimbulkan akibat yang dilarang

b. Adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.

20 Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.71.

21 Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, Malang,UMM Press, 2009, hlm.105.22 Suharto RM, Hukum Pidana Materil, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, hlm. 29

Page 35: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

18

Jadi pengertian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu

aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.23

3. Pompe berpendapat bahwa suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap

tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah

dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku

tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya

kepentingan umum sebagai “denormovertreding (verstoring de rechtsorde),

waaran deovertrederschuldheeft en waarvan de bestraffing is voor de

handhaving der rechtsorde en de behartiging van het algemeenwelzijn”.24

4. Van Hattum, Perkataan “Strafbaar” itu berarti “voorsraaf in aanmerking

komend” atau “straafverdienend” yang juga mempunyai arti sebagai pantas

untuk dihukum, sehingga perkataan “strafbaarfeit” seperti yang telah

digunakan oleh pembentuk Undang-Undang dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana itu secara“eliptis” haruslah diartikan sebagai suatu “tindakan”,

yang karena telah melakukan tindakan semacam itu membuat seseorang

menjadi dapat dihukum atau suatu “feitterzake van hetwelkeen person

strafbaar is”.25

5. Marshall mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang

dilarang oleh hukum untuk melindungi masyarakat, dan dapat dipidana

berdasarkan prosedur hukum yang berlaku.26

23 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2008,hlm. 59.

24 PAF Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997,hlm.182

25 Ibid, hlm. 184.26 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, hlm. 89.

Page 36: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

19

6. Menurut Vos, peristiwa pidana (strafbaar feit) adalah suatu kelakuan

manusia (menselijke gerdragring) yang oleh peraturan perundang-undangan

diberi hukuman.27

7. Menurut Hukum Positif, peristiwa pidana itu suatu peristiwa yang oleh

Undang-Undang ditentukan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan

hukuman.28

Korupsi dalam bahasa Latin disebut Corruptio – corruptus, dalam bahasa Belanda

disebut corruptie, dalam Bahasa Inggris disebut corruption, dalam Bahasa

Sansekerta dalam Naskah Kuno Negara Kertagama tersebut corrupt arti

harfiahnya menunjukkan kepada perbuatan yang rusak, busuk, bejat, tidak jujur

yang disangkutpautkan dengan keuangan.29 Kamus Umum Bahasa Indonesia,

istilah ‘korup’ diartikan buruk, rusak; suka menerima uang sogok; memakai

kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Sedangkan istilah ‘korupsi’ diartikan,

penyelenggaraan atau penggelapan uang negara untuk kepentingan pribadi.

Dalam terminologi Hukum istilah ‘corrupt’ diartikan sebagai berlaku immoral;

memutarbalikkan kebenaran. Istilah ‘corruption’, berarti menyalahgunakan

wewenang, untuk menguntungkan dirinya sendiri. Berdasarkan pengertian-

pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengertian korupsi adalah

penyelahgunaan wewenang demi kepentingannya sendiri. Perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam istilah–istilah tersebut tidak mempunyai efek yuridis sama sekali,

sebelum dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, karena korupsi

merupakan kejahatan dalam arti yuridis.

27 E Utrecht. Hukum Pidana 1, Bandung : Pustaka Tinta Mas, 1986, hlm. 25128 Ibid., hlm. 25329 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1996), hlm 115.

Page 37: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

20

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud dengan korupsi adalah sebagai berikut:

Pasal 2

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah).

2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 diuraikan bahwa yang

dimaksud keadaan tertentu dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat

dijadikan alasan pemberatan pidana (dana penanggulangan keadaan bahaya,

bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,

penanggulangan ksrisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana

korupsi.

Pasal 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

Page 38: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

21

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun clan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Berdasarkan ketentuan di atas diketahui bahwa unsur-unsur tindak pidana korupsi

sebagaimana dimaksud adalah setiap orang yang melawan hukum dengan cara

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi atau menyalahgunakan

wewenang yang dapat merugikan keuangan atau perekonimian negara.

B. Macam-Macam Hak Politik Warga Negara Indonesia (WNI)

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal

dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.

Hak asasi manusia juga hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana

karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia yang dirujuk sekarang

adalah seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang

dunia II yang tidak mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai

konsekuensinya, negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM

yang bukan warga negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan

HAM setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab,

utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam

jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran

tertentu, akan menjadi sangat salah untuk mengidentikan atau menyamakan antara

HAM dengan hak-hak yang dimiliki warga negara. Hak asasi manusia dimiliki

oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.

Page 39: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

22

Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai HAM tanpa

membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.30

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di

Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus

permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM.

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum

terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di

Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di

Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju

Belanda dari Indonesia. Hak politik termasuk dalam salah satu HAM. Hak Asasi

Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih maksudnya hak untuk

dipilih, contohnya: mencalonkan sebagai Bupati, dan memilih dalam suatu pemilu

contohnya memilih Bupati atau Presiden), hak untuk mendirikan parpol, dan

sebagainya.

Macam-macam hak politik warga negara Indonesia (WNI) antara lain:31

1. Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan

presiden dan kepala daerah

2. Hak Asasi Politik dalam dipilih dalam pemilihan contohnya pemilihan bupati

atau presiden

3. Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

30 Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusi. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015pukul 02.00.31 Pengertian, Macam Dan Jenis Hak Asasi Manusia / HAM Yang Berlaku Umum Global -Pelajaran Ilmu Ppkn / Pmp Indonesia, http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-macam-dan-jenis-hak-asasi-manusia-HAM-yang-berlaku-umum-global-pelajaran-ilmu-ppkn-pmp-indonesia.html. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 02.28.

Page 40: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

23

4. Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik

5. Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik

6. Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang

berupa usulan petisi.

C. Jenis Pidana Pada Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, jenis pidana yang

dapat dilakukan hakim terhadap pelaku tindak pidana korupsi adalah sebagai

berikut:

1. Pidana Mati, baik berdasarkan Pasal 69 KUHP, Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK) maupun berdasarkan hak

tertinggi manusia pidana mati adalah pidana terberat karena pelaksanaannya

berupa penyerangan terhadap hak hidup manusia yang merupakan hak asasi

manusia yang utama. Selain itu, tidak dapat dikoreksi atau diperbaiki eksekusi

yang telah terjadi apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan. Untuk itu

hanya perbuatan pidana yang benar- benar berat yang diancam oleh pidana

mati. Setiap Pasal yang mencantumkan pidana mati selalu disertai alternatif

pidana lainnya sehingga hakim tidak disertai merta pasti menjatuhkan

hukuman mati kepada pelanggar Pasal yang diancam pidana mati. Misalnya

pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana sementara paling lama 20

tahun sebagaimana tercantum dalam Pasal 340 KUHP, prinsip ini juga diikuti

Undang-Undang lain termasuk Undang-Undang PTPK.32 Dalam Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 hanya terdapat tindak pidana yang diancam

32 Efi Laila Kholis, Pembayaran Uang Pengganti dalam Perkara Korupsi, Penerbit SolusiPublishing, Jakarta 2010, hlm 7.

Page 41: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

24

mati yaitu Pasal 2 ayat 2. Pidana mati di sini “dapat diancam apabila tindak

pidana yang diatur pada ayat 2 beserta penjelasannya. Keadaan tertentu

dijelaskan dalam penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang PTPK yaitu

sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana

tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan

Undang-Undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana nasional, sebagai

pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan

krisis ekonomi atau moneter.

2. Pidana Penjara merupakan perampasan kemerdekaan yang merupakan hak

dasar diambil secara paksa. Mereka tidak bebas pergi ke mana saja dan tidak

dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial sesuai yang ia kehendaki. Namun,

waktu pemidanaannya dipergunakan demi kepentingan reclassering

(pemasyarakatan atau pembinaan). Pengaturan pidana penjara menurut KUHP

adalah sebagai berikut:

a. Seumur hidup (tanpa minimal atau maksimal).

b. Sementara dengan waktu paling pendek satu hari dan paling lama 15 tahun

sesuai Pasal 12 ayat 2 KUHP. Pidana penjara dapat melewati batas

maksimum umum yaitu 15 tahun menjadi hingga 20 tahun dalam hal:

(1) Hakim boleh memilih antara pidana mati atau pidana penjara seumur

hidup atau penjara sementara 20 tahun.

(2) Hakim boleh memilih antara pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara sementara 20 tahun.

(3) Ada pemberatan umum yaitu, concursus / pembarengan yang diatur

dalam Pasal 65 hingga Pasal 70, reseidve / pengulangan yang diatur

Page 42: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

25

dalam Pasal 486 hingga Pasal 488, Pasal 52 mengenai pengalahgunaan

wewenang jabatan, dan Pasal 52 a tentang menyalahgunakan bendera

RI.

(4) Ada pemberatan khusus, seperti Pasal 355 jo. Pasal 356 mengenai

penganiayaan seorang anak terhadap ibu kandungnya.

Semua tindak pidana yang diatur dalam Undang-Undang PTPK, diancam dengan

pidana penjara baik penjara seumur hidup maupun sementara. Pidana penjara

seumur hidup terdapat dalam Pasal 2 ayat 1, Pasal 3, Pasal 12, Pasal 12 huruf B

ayat 2. Pidana penjara sementara diancam dengan batas maksimum dan batas

minimum. Batas minimum ditentukan dalam Pasal-Pasal dalam Undang-Undang

ini sebagai salah satu upaya dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif

untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi. Pidana penjara

sementara berkisar antara 1 tahun hingga 20 tahun. Pidana 20 tahun sebagai

alternatif penjara seumur hidup.33

3. Pidana Tambahan34

a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud

atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari

tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana

tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang

menggantikan barang- barang tersebut.

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama

dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi

33 Ibid, hlm 7-9.34 Evi Hartantai, Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta 2008, hlm 14-15

Page 43: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

26

c. Penuntupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1

tahun.

d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan

seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan

oleh pemerintah kepada terpidana.

e. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama waktu 1 bulan

sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk

menutupi uang pengganti tersebut.

f. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk

membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang

lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya

sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya

pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

D. Tugas dan Kewenangan Hakim dalam Menangani Perkara Pidana

Dalam suatu negara hukum seperti halnya Indonesia, maka tugas hakim dalam

menegakkan hukum dan keadilan merupakan salah satu dasar yang pokok dan

utama. Tugas dan kewenangan hakim diatur dalam Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 menyebutkan bahwa hakim harus menerima, memeriksa

dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.

Hakim dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya karena hakim sebagai organ

Page 44: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

27

pengadilan dianggap memahami hukum. Pencari keadilan datang kepadanya

untuk mohon keadilan. Andai kata hakim tidak menemukan hukum tertulis, dia

wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus perkara berdasarkan hukum

sebagai seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 4 ayat 1 menyebutkan hakim mengadili menurut hukum dengan tidak

membeda-bedakan orang. Pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa dalam perkara perdata,

harus hakim membantu para pencari keadilan (justitiabelen) dan berusaha

sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat

tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Pasal 5 Ayat 1

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

menyebutkan hakim sebagai penegak hukum wajib menggali, mengikuti, dan

memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat,

ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa

keadilan masyarakat.

Dalam menangani suatu perkara pidana, hakim mempunyai wewenang antara lain:

1. Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan

penetapannya berwenang melakukan penahanan (Pasal 20 ayat 3, dan Pasal 26

ayat 1 KUHAP).

2. Memberikan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau

orang, berdasarkan syarat yang ditentukan (Pasal 31 ayat 1 KUHAP).

3. Mengeluarkan “penetapan” agar terdakwa yang tidak hadir di persidangan

tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah kedua kalinya, dihadirkan

dengan paksa pada sidang pertama dan berikutnya (Pasal 154 ayat 6 KUHAP).

Page 45: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

28

4. Menentukan tentang sah atau tidaknya segala alasan atas permintaan orang

yang karena pekerjaanya, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan

menyimpan rahasia dan minta dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi (Pasal

170 KUHAP).

5. Mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang saksi yang diduga telah

memberikan keterangan palsu di persidangan baik karena jabatannya atau atas

permintaan penuntut umum atau terdakwa (Pasal 174 ayat 2 KUHAP).

6. Memerintahkan perkara yang diajukan oleh penuntut umum secara singkat

agar diajukan ke sidang pengadilan dengan acara biasa setelah adanya

pemeriksaan tambahan dalam waktu 14 (empat belas) hari akan tetapi

penuntut umum belum dapat juga menyelesaikan pemeriksaan tambahan

tersebut (Pasal 203 ayat 3 huruf b KUHAP).

7. Memberikan penjelesan terhadap hukum yang berlaku, bila dipandang perlu di

persidangan, baik atas kehendaknya sendiri mapun atas permintaan terdakwa

atau penasehat hukumnya (Pasal 221 KUHAP)

8. Memberikan perintah kepada seorang untuk mengucapkan sumpah atau janji

di luar sidang (Pasal 223 ayat 1 KUHAP).

Page 46: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

29

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian data penelitian ini digunakan pendekatan

secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah

suatu pendekatan yang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data

dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta

peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan

penulisan skripsi ini.35 Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk

mempelajari hukum dan kenyataan yang ada serta penegakan hukum di

Indonesia.36

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.37

Dengan demikian data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian di

lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penelitian. Penulisan mengkaji

dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara responden, dalam

35 Soerjono Soekanto, Op.cit,hlm 10.36 Ibid37 Ibid, hlm 12

Page 47: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

30

hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam perkara Penjatuhan Pidana

Pencabutan Hak-Hak Politik Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Studi

Putusan Nomor 36/PID/TPK/2013/PT.DKI).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan

dengan cara melakukan studi kepustakaan, yaitu melakukan studi dokumen, arsip

dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-

konsep, pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan

dengan pokok penulisan, serta ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri

dari bahan hukum antara lain:38

a. Bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan seperti

Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)39

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan

hukum primer antara lain literatur dan referensi.40

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus,

biografi, karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-hasil penelitian para sarjana

berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.41

38 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Abadi, 2004,hlm.175

39 Ibid, hlm. 176.40 Ibid.41 Ibid.

Page 48: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

31

C. Penentuan Narasumber

Populasi yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisa yang dapat diduga-duga.

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan

karakteristik yang sama. Sampel merupakan sejumlah objek yang jumlahnya

kurang dari populasi. Ada pun responden dalam penelitian ini sebanyak:

1. Hakim Pengadilan Tinggi Lampung : 1 orang

2. Dosen Bagian Hukum Tata Negara : 1 orang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan

dan studi lapangan.

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh data-data sekunder. Dalam hal ini

penulis melakukan serangkaian kegiatan studi dokumenter dengan cara membaca,

mencatat, menyadur, mengutip buku-buku atau referensi dan menelaah

perundang-undangan, dokumen dan informasi lain yang ada hubungannya dengan

permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan usaha untuk mendapatkan data primer dan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara terpimpin, yaitu dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang

Page 49: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

32

ada dalam penelitian ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan kepada

pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk mendapatkan data,

tanggapan, dan juga jawaban dari responden. Selain itu, untuk melengkapi

penulisan ini penulisa juga melakukan observasi untuk melengkapi data-data dan

fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun dari studi kepustakaan

kemudian diolah dengan cara sebagai berikut: 42

a. Seleksi data, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti mengenai

kelengkapan, kejelasan, kebenaran, sehingga terhindar dari kekurangan dan

kesalahan.

b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diseleksi dengan

mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat masing-

masing data.

c. Penyusunan data, yaitu dengan menyusun dan menempatkan data pada pokok

bahasan atau permasalahan dengan susunan kalimat yang sistematis sesuai

dengan tujuan penelitian.

E. Analisis Data

Setelah data sudah terkumpul data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya

adalah dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan

mendeskripsikan data dan fakta yang dihasilkan atau dengan kata lain yaitu

dengan menguraikan data dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci,

sistematis dan analisis, sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan

42 Ibid, hlm. 90-91.

Page 50: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

33

dari penelitian dilapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi dan pengetahuan

umum.43 Setelah data dianalisis maka kesimpulan terakhir dilakukan dengan

metode induktif yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus,

kemudian dilanjutkan dengan pengambilan yang bersifat umum.

43 Ibid, hlm. 105.

Page 51: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dasar pertimbangan pada putusan pencabutan hak politik pada kasus

Djoko Susilo pada putusan No. 36/PID/TPK/2013/PT.DKI Pengadilan

Tinggi DKI adalah berdasarakan pada teori pendekatan keilmuan dan teori

Ratio Decidendi, sehingga putusan sudahlah tepat oleh karena tindak

pidana korupsi merupakan Extra Ordinary Crime sehingga penanganannya

juga harus extra ordinary. Dalam aspek filosofis dan sosiologis pidana

pencabutan hak-hak politik untuk menimbulkan efek jera kepada pelaku

tindak pidana korupsi dan meminilmalisir para pelaku koruptor untuk

mengisi jabatan publik serta menimbulkan rasa keadilan bagi masyarakat.

2. Dalam perspektif keadilan, pencabutan hak politik terpidana korupsi sudah

tepat, karena putusan tersebut tidak bertentangan dengan HAM dan

pengaturannya dan batasannya sesuai dengan Putusan MK Nomor

4/PUUVII/2009. Dalam perspektif HAM, pencabutan hak politik tidak

melanggar Hak Politik warga negara. hak politik masuk dalam kategori

derogable rights atau hak yang bisa dilanggar penegak hukum dalam

rangka penegakan hukum dan demi rasa keadilan dalam masyarakat.

Page 52: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

75

B. Saran

1. Hakim dalam menjatuhkan pidana tambahan pencabutan hak-hak politik

harus mempertimbangkan berapa lama hak tersebut dicabut, sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 38 KUHP dan yang diatur Putusan MK No

4/PUUVII/ 2009 (tanggal 24 Maret 2009). Sehingga tidak terjadi

pelanggaran HAM dalam vonis yang dijatuhkan, karena dalam HAM hanya

dikenal pembatasan hak warga negara bukan meniadakan, menghilangkan

atau mencabut hak warga negara secara utuh.

2. Mengingat besarnya intensitas kejahatan korupsi di negeri ini, kiranya

diperlukan landasan hukum yang lebih kuat, seperti Undang-Undang, agar

pencabutan hak politik bisa menjadi ancaman sah bagi para terpidana.

Page 53: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku/Literatur

Andrisman, Tri, 2011, Hukum Pidana : Asas-Asas Dan Dasar Aturan UmumHukum Pidana Indonesia, Bandar Lampung, Penerbit UniversitasLampung.

Anwar, Yesmil dan Adang, 2008, Pembaharuan Hukum Pidana ReformasiHukum Pidana, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Andi Hamzah, 2008, Azas-azas hukum pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Aji Lukman Ibrahim, 2014, Analisis Yuridis Terhadap Penjatuhan PidanaTambahan Tipikor, Supremasi Hukum Vol. 3

Artidjo Alkostar, 2007, Korelasi Korupsi Politik dengan Hukum danPemerintahan di Negara Modern, Disertasi tidak diterbitkan, Semarang:Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Diponegoro.

Bagir Manan, 2004, Hukum Positif Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta.

Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Cet. Ke-2, Jakarta: SinarGrafika.

Barda Nawawi Arief, 2002, Bunga Rampai Kebijakan hukum Pidana, Bandung:Citra Aditya

Binsar Gultom, 2006, Kualitas Putusan Hakim Harus Didukung Masyarakat,Suara Pembaruan.

Chazawi, Adam, 2002, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Jakarta, Raja GrafindoPersada.

Hamzah, Andi, 2008, Asas – Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta.

Hartanti, Evi, 2012, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika.

Page 54: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

Kartanegara, Satochit, 1955, Kumpulan Catatan Kuliah Hukum Pidana II, disusunoleh Mahasiswa PTIK Angkatan V.

Kholis, Efi Laila, 2010, Pembayaran Uang Pengganti dalam Perkara Korupsi,Jakarta, Penerbit Solusi Publishing.

Kamri, A. 2005, Korupsi, Pidana Mati Dan HAM Sekilas Tinjauan SistemPeradilan Pidana, Dalam Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep DanImplikasinya Dalam Perspektif Hukum Dan Masyarakat (Muladi ed.).Bandung: Refika Aditama.

Lamintang, PAF, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, CitraAditya Bakti.

Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang. Hukum Penitensier Indonesia. EdisiKedua. Cet. Ke-2. Jakarta: Sinar Grafika. 2012. Roesman Saleh, 1982,Pikiran-pikiran tentang pertanggungan jawab pidana. Jakarta: GhaliaIndonesia.

Mertokusumo, R.M. Sudikno, 1993, Tentang Penemuan Hukum, Bandung, CitraAditya.

Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi,Rineka Cipta.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT.Citra Abadi.

Poerwadarminto, WJS, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, BalaiPustaka.

Prinst, Darwan, 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti.

Rifai, Ahmad, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif HukumProgresif, Sinar Grafika, Jakarta.

Ravena, Dey, 2012, Wacana Konsep Hukum Progresif Dalam Penegakan HukumIndonesia, Dalam Wajah Hukum Pidana Asas Dan Perkembangan(Nuraeny, Henny ed.). Jakarta: Gramata Publishing.

Sudarto, 1996, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni.

Suharto, 1996, Hukum Pidana Materil, Jakarta : Sinar Grafika.

Page 55: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UAI Press.

Tongat, 2009, .Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam PerspektifPembaharua, Malang, UMM Press.

Teguh Prasetyo, 2010, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung: NusaMedia Bakti.

Tribun Timur, Mencabut Hak Politik Koruptor, http://makassar.tribunnews.com/

Waluyo, Bambang. 2004, Pidana dan Pemidanaan. Cet. Ke-2. Jakarta: SinarGrafika.

Warih Anjari, 2015, Pencabutan Hak Politik Terpidana Korupsi dalam PerspektifHak Asasi Manusia, Jurnal Yudisial Vol. 8 No. 1 April 2015, KomisiYudisial RI.

Utrecht, E, 1986, Hukum Pidana 1, Bandung : Pustaka Tinta Mas.

B. Peraturan Perundang- Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Hukum Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementrian Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

Convenant on Civil and Political Rights (Konvenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

TAP MPR Nomor XVII /MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia

Page 56: ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN …digilib.unila.ac.id/30526/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA PENCABUTAN HAK-HAK

C. Sumber Lain

Black’s Law Dictionary edisi 7.

Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997.

Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia.

Pengertian, Macam Dan Jenis Hak Asasi Manusia / Ham Yang Berlaku UmumGlobal - Pelajaran Ilmu Ppkn / Pmp Indonesia,http://www.organisasi.Org/1970/ 01/pengertian-macam-dan-jenis-hak-asasi-manusia-ham-yang-berlaku-umum-glo bal-pelajaran-ilmu-ppkn-pmp-indonesia.html.

www.hukumonline.com, Pencabutan Hak Tertentu, diakses 22 November 2015.Pukul 20.29

Fredy De Sousa, Pencabutan Hak Politik Koruptor ("Hukum Baru yangKonvensional") http://www.kompasiana.com/desousa/pencabutan-hak-politik-koruptor-hukum-baru-yang-konvensional_551fad458133111d6e9de4ff, Diakses tanggal 22 November 2015 pukul 21.30.