Upload
pii-lyra-ramadati
View
89
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Anatomi dan fisiologi janin 30 minggu
Janin memperoleh kontur yang membulat karena adanya endapan lemak di bawah kulit. Kulit
dibungkus oleh zat lemak keputih-putihan yang terbentuk dari produk-produk sekresi kelenjar
sebum. Pertumbuhan panjang badan = 20-30 cm. Berat badan = 900-1300 gram (2xlipat dari BB
awal)
Denyut jantung
Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120-140 denyutan
per menit. Jika jumlah denyutan jantung >160x/min disebut takikardi, sedangkan jika
<120x/min disebut bradikardia. Dengan mengadakan pencatatan denyut jantung yang
dikaitkan dengan pencatatan his, dapat diramalkan ada atau tidaknya hipoksia pada janin.
Ketika partus denyut jantung ini sebaiknya didengar satu meit setelah his terakhir.
Fisiologi vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus Myometrium
berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteria radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri
spiralis.
Pada hamil normal, tanpa sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan
otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan zsekitar arteri spiralis,
sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi
dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero
plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan "remodelling arteri spiralis".
Pada kehamilan normal, uterus dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus
miometrium berupa arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri
spiralis.
2d. Bagaimana hubungan usia dan hamil pertama dengan keluhan ?
Jawab :
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Nullipara berusia <20 tahun lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi (prematur).
4a. Interpretasi pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Berat badan 1400 g 2500-4000 g (aterm)
32 minggu = 1200- 2200
g
34 minggu = 1500- 2700
g
BBLSR
<2500 = BBLR
<1500 = BBLSR
<1000 = Extremely low
birth weight
Sesuai dengan usia
kehamilan = AGA (kurva
1. persentile BB,PB,
lingkar kepala)
prematuritas murni.
Panjang badan 40 cm 30 minggu = 37.5 cm
32 minggu = 40 cm
34 minggu = 42.5 cm
36 minggu = 45 cm
40 minggu = 50 cm
Sesuai dengan usia
kehamilan = AGA (kurva
1. persentile BB,PB,
lingkar kepala)
Lingkar kepala 30cm 31-36 cm (aterm)
32 minggu = 27-32 cm
34 minggu = 29-34 cm
Sesuai dengan usia
kehamilan = AGA (kurva
1. persentile BB,PB,
lingkar kepala)
Tonus otot Menurun Prematur paru belum
sempurna bayi
berusaha memenuhi
kebutuhan oksigennya
energy yg dibutuhkan
banyak cadangan
energy bayi akan makin
berkurang tonus otot
melemah
Ekstrimitas Sedikit
fleksi
Prematur
Skor Ballard = 1
Kulit Tipis Kulit sudah agak
tebal ,kasar.
Tebal jaringan subcutan
0,25-0,5 cm
Tanda bayi Prematur
Skor Ballard = 1 atau 2.
Proses keratinisasi blm
sempurna dan lemak pun masih
tipis sehingga kulit terlihat lebih
tipis dan pembuluh darahpun
jadi lebih terlihat jelas hingga
warnanya kemerahan.
Lanugo Seluruh
tubuh
Tidak ada lanugo Prematur
Skor Ballard= 1
Plantar creases 1/3 anterior Seluruh telapak kaki Prematur
Skor Ballard = 2 atau 3
merintih
Sianosis seluruh tubuh
Tidak grunting dan tidak
sianosis
Gangguan pernapasan
BBLSR, prematuritas
murni (AGA) bayi
lahir dengan kondisi
paru belum matang
asfiksia neonatorum
bayi melakukan usaha
bernafas (gasping)
yang terdengar sebagai
rintihan (grunting)
Asfiksia neonatorum
kurangnya kadar
oksigen pada seluruh
tubuh sianosis
10. Tatalaksana
a. Perawatan awal
Kontrol suhu tubuh (Cegah hipotermia)
- Keringkan bayi terlebih dahulu
- Ganti segera handuk yang telah basah dengan handuk kering
- Pasang topi pada kepala bayi
- Suhu bayi dijaga agar tetap normal dengan meletakkan bayi dalam inkubator antara
70 – 80%.
Nutrisi dan cairan
- Dalam 48 jam pertama biasanya cairan yang diberikan terdiri dari glukosa/dek-
strose 10% dalam jumlah 100 ml/KgBB/hari.
- Dengan pemberian secara ini diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/KgBB/
hari) untuk mencegah katabolisme tubuh dapat dipenuhi.
- Monitor kadar glukosa serum dan segera koreksi jika menurun
Atasi asidosis jika terjadi asidosis
- Cairan yang diberikan dapat pula berupa campuran glukosa 10% dan natrium bikar-
bonat 1,5% dengan perbandingan 4 : 1
- Jumlah bikarbonat = B.E X BB (kg) X 0,3
b. Tindakan khusus
Oksigen : Intra nasal, head box, continous positive airway pressure (CPAV) atau bisa
dengan ventilator
- Konsentrasi O2 yang diberikan harus dijaga agar cukup untuk mempertahankan
tekanan PaO2 antara 80 – 100 mmHg
- Oksigen intranasal 1-2 liter/menit dan rangsangan taktil dengan menepuk telapak
kaki atau memijit tendo achilles atau mengusap punggung bayi
- Pada PMH yang berat, kadang-kadang perlu dilakukan ventilasi dengan respirator.
Cara ini disebut Intermitten Positive Pressure Ventilation (I.P.P.V.). I.P.P.V. ini
baru dikerjakan apabila pada pemeriksaan O2 dengan konsentrasi tinggi (100%),
bayi tidak memperlihatkan perbaikan dan tetap menunjukkan : PaO2 kurang dari 50
mmHg, PaCO2 lebih dari 70 mmHg dan masih sering terjadi asphyxial attact
Pemberian surfaktan
- Dulu dapat diberikan Aminofilin dan kortikosteroid IV pada bayi untuk membantu
pematangan paru.
- Surfaktan artifisial yang dibuat dari dipalmitoilfosfatidilkolin dan fosfatidilgliserol
dengan perbandingan 7 : 3
- Bayi tersebut diberi surfaktan artifisial sebanyak 25 mg dosis tunggal dengan
menyemprotkan ke dalam trakea penderita.
- Akhir-akhir ini telah dapat dibuat surfaktan endogen yang berasal dari cairan am-
nion manusia. Surfaktan ini disemprotkan ke dalam trakea. Beberapa jenis surfak-
tan endogen yang dapat digunakan yaitu :
ALEC (Pumactant) : 100 mg (1,2 ml) diulang setelah 1 dan 24 jam
Curosurf (Poractant) : 100 mg/kg (1,25 ml/kg) bisa diulang setelah 12 dan
24 jam
Exosurf (Colfosceril) : 67,5 mg/kg (5 ml/kg) diulang setelah 12 dan 24 jam
Survanta (Beractant) : 100 mg/kg (4 ml/kg) diulang tiap 6 jam
c. Pencegahan perdarahan intrakranial
Pemberian vitamin K
d. Pemberian antibiotik
Setiap penderita PMH perlu mendapat antibiotika untuk menegah terjadinya infeksi
sekunder.
Antibiotik diberikan adalah yang mempunyai spektrum luas penisilin (50.000 U-
100.000 U/KgBB/hari) atau ampicilin (100 mg/KgBB/hari) dengan gentamisin (3-5
mg/KgBB/hari).
Antibiotik diberikan selama bayi mendapatkan cairan intravena sampai gejala gang-
guan nafas tidak ditemukan lagi.
e. Perawatan bayi BBLR & Prematur:
Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu 36,5-37,5°C
Bila bayi <1500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum lebih dini (2 jam setelah
lahir)
Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia
Jenis cairan
BB <2000 gr : dekstrose 7,5% 500cc dan NaCl 15% 6cc
Hari ketiga diberi protein 1gr/kgBB/hari
Dinaikkan perlahan-lahan 1,5gr, 2gr, 2,5gr, 3gr.
Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB<1500gr secara sonde dan
dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari ibu, secara bertahap 1x/hari
dilanjutkan 2-3x/hari dan seterusnya akhirnya sampai penuh sampai bayi
dipulangkan.
Terapi medikamentosa
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat
dan pemijatan dada.
- Asistolik.
Dosis :
- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya
pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat.
Jenis cairan :
- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila
ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai
dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena
dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.
Nalokson :
- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi
pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam
sebelum persalinan.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat
narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Terapi Suportif
· Jaga kehangatan.
· Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
· Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
Bagan Resusistasi neonatus
Uji kembali efektifitas :
- Ventilasi
- Kompresi dada
- Intubasi Endotrakeal
- Pemberian epinefrin
Pertimbangkan kemungkinan :
Resusitasi dinilai tidak berhasil
jika :
apnea dan denyut jantung 0
setelah dilakukan resusitasi secara
efektif selama 15 menit.
Monitoring dan Perencanaan Pulang
1) Berikan pengajaran perawatan bayi pada orang tua dengan simulasi. Kenalkan pada orang tua
utuk mengidentifikasi tanda dan gejala distress pernafasan.
2) Ajarkan pada orang tua bagaimana cara melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dan
disimulasikan bila perlu untuk perawatan dirumah.
3) Jika bayi menggunakan monitor di rumah, ajarkan pada orang tua bagaimana mengatasi bila
ada alarm.
4) Jelaskan kepada orang tua pentingnya sentuhan dan suara-suara nada sayang didengar oleh
bayi.
5) Tekankan pentingnya kontrol ulang dan deteksi dini bila ada kelainan.
11. Komplikasi
1. Perdarahan intrakranial oleh karena belum berkembangnya sistem saraf pusat terutama
sistem vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang kadang-kadang disertai
renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis iskemik terutama pada pembuluh
darah kapiler di daerah periventrikular dan dapat juga di ganglia basalis dan jaringan
otak.
2. kelainan pada retina ( fibroplasi retrolenta). Hal ini terjadi akibat pemberian oksigen
yang tidak semestinya.
3. Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang menurun, apneu, gerakan bola
mata yang aneh, kekakuan extremitas dan bentuk kejang neonatus lainnya.
4. Komplikasi pneumotoraks atau pneuma mediastinum mungkin timbul pada bayi yang
mendapatkan bantuan ventilasi mekanis. Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak
terkontrol baik, mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara pernafasan
yang memasuki rongga-rongga toraks atau rongga mediastinum.