7
Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf (SST). SST membawa informasi dari dan ke SSP. SSP tersusun atas sel saraf ata neuron dan neuroglia sebagai sel penyokong di SSP sedangkan SST tersusun atas neuron dan sel schwan sebagai sel penyokong di SST (Scanlon, 2!). merupakan unit fungsional terkecil dari sistem saraf yang memiliki tiga bagia badan sel, dendrit dan akson. "ukleus dan organel sel saraf terdapat pada ba dan merupakan tempat keluarnya dendrit berfungsi memperluas permukaan untuk menerima sinyal dari selsaraf lain. $kson atau serat saraf adalah penjuluran memanjang tubular tunggal yang menghantarkan inpuls menjauhi badan sel. $kson juga memiliki cabang kolateral tetapi tidak semua sel neuron memiliki akson cabang kolateral. $kson memiliki ujung terminal yang berfungsi mentransfer in dari satu neuron ke neuron lain. Serat saraf memiliki selubung yang disebut m yang dapat meningkatkan kecepatan hantaran inpuls. %yelin bukan bagian dari s saraf tetapi terdiri dari sel pembentuk myelin yang membungkus diri mereka mengelilingi akson. Sel pembentuk myelin ini adalah oligodendrodit di SSP dan schwan di SST (Sherwood, 2&&). Struktur neuron $. "euron sensorik' . "euron %otorik

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf

Citation preview

Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf

Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SST membawa informasi dari dan ke SSP. SSP tersusun atas sel saraf atau neuron dan neuroglia sebagai sel penyokong di SSP sedangkan SST tersusun atas neuron dan sel schwan sebagai sel penyokong di SST (Scanlon, 2007). Neuron merupakan unit fungsional terkecil dari sistem saraf yang memiliki tiga bagian dasar: badan sel, dendrit dan akson. Nukleus dan organel sel saraf terdapat pada badan sel dan merupakan tempat keluarnya dendrit berfungsi memperluas permukaan untuk menerima sinyal dari sel saraf lain. Akson atau serat saraf adalah penjuluran memanjang tubular tunggal yang menghantarkan inpuls menjauhi badan sel. Akson juga memiliki cabang kolateral tetapi tidak semua sel neuron memiliki akson dengan cabang kolateral. Akson memiliki ujung terminal yang berfungsi mentransfer inpuls dari satu neuron ke neuron lain. Serat saraf memiliki selubung yang disebut myelin yang dapat meningkatkan kecepatan hantaran inpuls. Myelin bukan bagian dari sel saraf tetapi terdiri dari sel pembentuk myelin yang membungkus diri mereka mengelilingi akson. Sel pembentuk myelin ini adalah oligodendrodit di SSP dan sel schwan di SST (Sherwood, 2011).

Struktur neuronA. Neuron sensorik; B. Neuron MotorikSistem saraf pusat terdiri atas otak atau encephalon dan medulla spinalis. Otak terbagi menjadi telencephalon atau cerebrum, diencephalon, cerebellum dan batang otak. Sedangkan sitem saraf tepi dibagi menjadi divisi aferen (sensorik) dan divisi eferen (motorik) dibagi lagi menjadi somatik dan otonom yang terdiri atas parasimpatis dan simpatis. Secara skematis dapat dilihat sebagai berikut :

Cerebrum atau telencepalon merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi menjadi dua bagian yang sama, hemisfer cerebri dekster et sinister. Masing-masing hemisfer terdiri dari substansia grisea dibagian luar yang disebut korteks cerebri, substansia alba dibagian dalam. Substansia grisea terutama terdiri dari badan sel neuron, sedangkan substansia alba terdiri atas serabut saraf bermyelin yang memiliki lemak myelin berwarna putih. Korteks cerebri memiliki empat lobus utama yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis dan lobus occipitalis. Korteks cerebri berfungsi sebagai pusat persepsi sensorik, kontrol motorik, bahasa, sifat kepribadian dan fungsi luhur. Didalam substansia alba terdapat substansia grisea yaitu nukleus basal yang berfungsi sebagai inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan halus dan lambat, menekan pola gerakan yang tidak bermanfaat (Sherwood, 2011). Dienchepalon terdiri atas talamus dan hipotalamus. Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar atau relay station dari serabut sensorik dan berperan dalam sistem limbik (kesadaran). Hipotalamus berfungsi sebagai regulasi autonomi dan penghubung sistem saraf dan endokrin (Despopoulos and Silbernagl, 2003). Cerebellum adalah bagian otak kecil yang terletak dibawah lobus occipitalis cerebrum. cerebellum memiliki jumlah neuron lebih banyak dari pada tempat lain di otak. Cerebellum dibagi menjadi tiga bagian yaitu vestibuloserebelum yang berfungsi mempertahankan kesimbangan dan kontrol gerakan mata, spinoserebelum berfungsi meningkatkan tonus otot dan mengordinasikan gerakan volunteer terampil dan serebroserebelum berfungsi dalam perencanaan dan inisiasi gerakan volunter dengan memberikan inpuls ke cerebrum. Batang otak terdiri dari medulla oblongata, pons dan mesencephalon (otak tengah). Batang otak adalah penghubung vital antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak yang lebih tinggi. Selain itu batang otak juga berfungsi sebagai pusat kontrol kardiovaskuler dan berperan dalam siklus bangun-tidur (Sherwood, 2011).

Medula spinalis adalah jaringan saraf pusat yang berjalan keluar dari foramen magnum sebagai lanjutan medulla oblongata. Dari medulla spinalis keluar pasang-pasangan nervi spinalis. Nervus spinalis diberi nama sesuai dengan bagian dari kolumna vertrebralis tempat keluarnya. Sistem saraf pusat dilindungi oleh tengkorak pada otak dan vertebrae pada medulla spinalis, keduanya dilapisi selaput otak yang disebut meninges. Meninges memiliki tiga lapisan yaitu: duramater, arachnoidiamater dan pia mater (Sherwood, 2011).

PATOFISIOLOGI MULTIPLE SCLEROSISMultiple sclerosis adalah penyakit inflamasi, autoimun dan demielinisasi pada sistem saraf pusat. Sclerosis berarti plak yang merupakan daerah demielinisasi, multiple menunjukkan bahwa plak tidak hanya terdapat satu dibagian SSP (Kidd, 2001). Patogenesis dari MS belum sepenuhnya dipahami. MS melibatkan proses inflamasi dan non-inflamasi, proses inflamasi melibatkan sel T, sel B dan komponen imunologi sedangkan prosesn non-inflamsi melibatkan degenerasi dari sel pembentuk myelin di SSP. Secara imunopatologi terdapat empat subtipe imunopatologi dari MS : Tipe I melibatkan perivenular, dominan sel T Tipe II melibatkan perivenular, sel T, sel B, immunoglobulin dan komplemen Tipe III distropi oligodendrosit Tipe IV apoptosis oligodendrositTipe ke II merupakan tipe yang paling sering ditemui dari patogenesis MS. MS merupakan penyakit autoimun dimana sistem imun berubah menjadi patologis dan salah mengenali bagian dari host yang kemudian infasi ke SSP dan menyebabkan kerusakan neurologis di SSP. Kerusakan neruorologis tersebut dapat berupa pemecahan mielin ataupun destruksi daripada oligodendrosit sebagai sel pembentuk mielin. Sel T dan sel B menjadi reaktif terhadap protein dasar dari myelin sehingga memicu terjadinya reaksi inflamasi yang membebaskan sitokin serta sel-sel sitotoksisitas. Dan reaksi inflamasi yang terjadi sangat beragam sehingga gejala klinis yang muncul pun beragam mulai dari gejala yang kambuh-kambuhan sampai gejala yang terus progresif (Bennett, 2009; Kumar et al, 2011). Selubung mielin memiliki fungsi yang sangat penting terhadap proses penyaluran inpuls saraf. Dengan cara meningkatkan potensial aksi pada serat akson sehingga mempercepat penyaluran inpuls dari satu neuron ke neuron lain, selain itu mielin juga meningkatan keamanan transmisi inpuls. Pada keadaan demielinisasi proses transmisi inpuls di akson mengalami gangguan, mulai dari penurunan kecepatan transmisi inpuls sampai terjadi block (Jose Sa, 2012).

DapusSherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia Ed 6. Jakarta: EGCKumar., Robin., Cotran. 2011. Buku Ajar Patologi Ed 7. Jakarta: EGCJoe Sa, M. 2012. Physiopathology of symptoms and signs in multiple sclerosis. Arq Neuropsiquitar. 70(9):733-740Bennett, J. 2009. Multiple Sclerosis Pathophysiology update. www.utasip.com Kidd, P. 2001. Multiple Sclerosis, An Autoimmune Inflamatory Disease: Prospects for its Integrative Management. Alternative Medicine Review. Vol 6 (6)Guyton. 2011. Fisiologi. Jakarta: EGCScalon, V., Sanders, T. 2007. Essential of Anatomy and Physiology Ed 5. USA: A. Davis Company. Despopoulos, A., Silbernagl, S. 2003. Color Atlas of Physiology. New York: Thieme