Upload
witha-pasaribu
View
34
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight)
Walp] TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Andhika Aji Nugroho G0008197
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, November 2011
Andhika Aji Nugroho
NIM : G0008197
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Andhika Aji Nugroho, G0008197, 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Metode penelitian: Penelitian ini berupa penelitian eksperimental laboratorik dengan pre and post test with control group design. Tikus putih galur Wistar sebanyak 30 ekor, berat badan ± 200 gram, umur ± 2 bulan, dibagi menjadi 5 kelompok dengan Random sampling, 6 ekor tikus perkelompok. Kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III, IV, dan V (ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis I, II, dan III). Semua kelompok diberi pakan hiperkolemik, kelompok II ditambah gemfibrozil 20 mg/200 gram BB/hari, kelompok III, IV, dan V ditambah ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dengan dosis 0,18 gr, 0,36 gr, dan 0,72 gr/200 gram BB/hari. Penelitian dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-28 dan hari ke-35, semua tikus diambil darahnya dari vena orbitalis untuk diukur kadar trigliserida darah pretest dan posttest. Data dianalisis secara statistik dengan uji one-way Anova dan uji post hoc. Hasil penelitian: Terdapat perbedaan yang signifikan dari selisih kadar trigliserida pretest dan posttest darah tikus putih (p < 0,001), dengan hasil uji post hoc menunjukan perbandingan kontrol negatif dengan gemfibrozil adalah p < 0,001, dan perbandingan kelompok ekstrak daun salam dengan gemfibrozil adalah p > 0,05, serta perbandingan dari ketiga dosis daun salam tersebut adalah p > 0,05. Simpulan: Pemberian ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) secara bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif, sedangkan efek ketiga dosis daun salam tersebut sebanding dengan efek dari pemberian gemfibrozil. Kata kunci: ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] – trigliserida – tikus putih
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Andhika Aji Nugroho, G0008197, 2011. Effect of Salam Leaf Extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] to Decrease Blood Triglyceride White Rats (Rattus norvegicus). Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University. Objectives: This study aims to determine the effect of salam leaf extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] to the decrease in blood triglyceride levels of white rats (Rattus norvegicus). Methods: This research laboratory of experimental research with pre and post test design with control group. Wistar white rats by 30 tails, ± 200 g body weight, age ± 2 months, divided into 5 groups by random sampling, six rats per group. Group I (control negative), group II (positive control), group III, IV, and V (bay leaf extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] doses of I, II, and III). All groups were fed hiperkolemik, group II plus gemfibrozil 20 mg/200 g BW / day, group III, IV, and V plus a salam leaf extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] with a dose of 0.18 g, 0.36 g, and 0.72 g/200 g BW/day. The study was conducted for 35 days. On day 28 and day 35, all rats have blood drawn from the orbital vein for blood triglyceride levels measured pretest and posttest. The data were statistically analyzed with one-way ANOVA test and post hoc test. Results : There are significant differences from the difference between pretest and posttest levels of blood triglycerides white rats (p < 0.001), with post hoc test results showed the negative control comparison with gemfibrozil is p < 0.001, and the comparison group of salam leaf extract with gemfibrozil is p > 0.05 , and comparison of three doses of salam leaves are p > 0.05. Conclusion: Provision of salam leaf extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] can lower blood triglyceride levels of white rats (Rattus norvegicus) significantly compared with the negative control, whereas the effects of three doses is comparable with the bay leaves from the effects of gemfibrozil. Key words : salam leaf extract [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] -
triglycerides - white rats
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKATA
Alhamdulillaah, puji syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan berkat, hidayah,, dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M.ClinEpid, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
4. Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark., M.Or, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
6. Yul Mariyah, Dra., Apt., M.Si, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Bapak, Ibu, kakak-kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-temanku: Abim, Allan, Agil, Fiko, Musa, Teguh serta teman-teman lainnya yang selalu memberikan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, November 2011
Andhika Aji N.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
1. Trigliserida ..................................................................................... 6
2. Gemfibrozil .................................................................................... 10
3. Tanaman Salam .............................................................................. 11
4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam terhadap Penurunan
Kadar Trigliserida Darah ................................................................ 13
5. Tikus Putih ..................................................................................... 16
2. Propiltiourasil (PTU) ...................................................................... 17
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 19
C. Hipotesis ............................................................................................ 20
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 21
A. Jenis Penelitian.............................................................................. ...... 21
B. Lokasi Penelitian................................................................................. 21
C. Subjek Penelitian................................................................................. 21
D. Teknik Sampling ................................................................................ 21
E. Penghitungan Besar Sampel ................................................................ 22
F. Kerangka Penelitian ............................................................................ 23
G. Identifikasi Variabel ........................................................................... 24
H. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 25
I. Penghitungan Dosis ............................................................................ 28
J. Instrumen dan Bahan Penelitian ........................................................ 30
K. Alur Penelitian ................................................................................... 31
L. Cara Kerja .......................................................................................... 32
M. Analisis Data ...................................................................................... 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 38
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 46
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 49
A. Simpulan .......................................................................................... 49
B. Saran................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Pretest Tikus Putih ..................... 39
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Posttest Tikus Putih .................... 40
Tabel 3. Hasil Selisih Kadar Trigliserida Posttest dan Pretest Tikus Putih ......... 42
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Post Hoc terhadap Data Selisih Kadar
Trigliserida ............................................................................................. 44
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Sebelum dan Setelah
Perlakuan ........................................................................................... 39
Gambar 2. Rerata Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Setelah dan
Sebelum Perlakuan ............................................................................. 41
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
Lampiran 2. Data Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
Lampiran 3. Laporan Hasil Sebelum Perlakuan (Pretest)
Lampiran 4. Laporan Hasil Setelah Perlakuan (Posttest)
Lampiran 5. Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pretest
Lampiran 6. Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Posttest
Lampiran 7. Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Posttest dan Pretest
Lampiran 8. Hasil Analisis Post Hoc Test Selisih Kadar Trigliserida Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Posttest dan Pretest
Lampiran 9. Surat Ijin Pemesanan Ekstrak
Lampiran 10. Ethical Clearance
Lampiran 11. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak
Lampiran 12. Surat ijin Penelitian
Lampiran 13. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 14. Surat Ijin Pengukuran Sampel
Lampiran 15. Prosedur Ekstraksi daun salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp]
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. World Health
Organization (WHO) menetapkan bahwa pengobatan tradisional pada masa
kini dan mendatang akan tetap digunakan oleh dua per tiga penduduk dunia
dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2007)
Salah satu tanaman berkhasiat obat yang ada di Indonesia adalah daun
salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]. Daun salam merupakan salah
satu tumbuhan yang diduga memiliki khasiat antioksidan karena
flavonoidnya (Dalimartha, 2008). Penyakit aterosklerosis dapat diperlambat
atau bahkan dicegah dengan cara mengkonsumsi antioksidan (Zino, 1997).
Kandungan flavonoid dapat memberikan efek penghambatan aktivitas
oksidasi LDL sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengobatan aterosklerosis
(American Heart Association, 2009). Kandungan flavonoid dan senyawa
lain dalam herba daun salam dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut etanol sehingga dihasilkan senyawa-senyawa aktif
dalam ekstrak herba daun salam (Voigt, 1994).
Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Dalimartha (2007) belum
diketahui dosis yang efektif dari ekstrak daun salam, maka perlu dilakukan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian yang bertujuan untuk membuktikan potensi ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dalam menurunkan kadar trigliserida
darah, dan menetapkan dosis efektif dari perlakuan dosis bertingkat ekstrak
daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp].
Dalam penelitian ini dipilih metode ekstrak dengan maserasi karena
lebih efektif dalam memisahkan zat-zat aktif pada daun salam yang
digunakan sebagai penurun kadar trigliserida. Sedangkan pada penelitian
yang sebelumnya hanya menggunakan rebusan daun salam yang hasilnya
kurang efektif karena masih tercampurnya zat-zat lain yang dapat
mengacaukan hasil dari penelitian.
Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi
memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya
fasilitas layanan makanan cepat saji yang sangat tinggi lemak, tinggi kalori
dan rendah serat, penggunaan kendaraan bermotor, lift, serta remote control
televisi, yang cenderung mengubah gaya hidup masyarakat (terutama di
perkotaan) menjadi sedentary lifestyle. Apalagi dengan adanya tuntutan
pekerjaan, membuat orang kurang dapat meluangkan waktunya untuk
berolah raga dan kurang memperhatikan pola makan yang sehat (Hellerstein
and Parks, 2001).
Hal ini berpotensi membahayakan kesehatan sebab kelebihan kalori
dari asupan makanan yang tidak digunakan akan diubah oleh tubuh dan
disimpan sebagai cadangan lemak. Lemak utama dalam makanan adalah
trigliserida, sehingga semakin banyak kelebihan kalori tersebut, semakin
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyak pula kadar trigliserida serum dalam tubuh. Apabila berlangsung
terus menerus, keadaan tersebut dapat menimbulkan dislipidemia, sindroma
metabolik, bahkan penyakit kardiovaskular yang fatal (Dalimartha, 2007).
Trigliserida dibentuk oleh tubuh di dalam hepar dari gliserol dan
lemak yang berasal dari makanan atau dari kelebihan kalori akibat makanan
yang berlebihan. Peningkatan trigliserida dalam plasma darah akan
menyebabkan hipertrigliseridemia (American Heart Assosiation, 2010).
Hipertrigliserida memiliki hubungan kausal langsung dengan obesitas.
Hormon leptin, yang fungsinya menginformasikan otak agar bisa berhenti
makan saat kenyang, dapat dihambat oleh trigliserida untuk mencapai otak
sehingga keinginan untuk makan sulit dikendalikan dan bila berlangsung
secara kronis bisa menyebabkan obesitas (Alex, 2004; Stankus, 2009).
Para peneliti juga mengungkapkan bahwa kadar trigliserida dapat
digunakan untuk mengidentifikasi risiko seseorang mengidap stroke iskemik
(American Heart Assosiation, 2010). Tingginya kadar trigliserida dan
kolesterol dalam tubuh akan menimbulkan aterosklerosis, yang selanjutnya
dapat memicu timbulnya penyakit jantung koroner dan stroke, yang
merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di dunia (Mayo Clinis,
2008). Kolesterol yang menempel pada permukaan dalam dinding pembuluh
darah semakin lama akan mengeras membentuk plak ateroskerosis yang
akan menyumbat pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner (Jacobson et al., 2007). Penyumbatan yang terjadi pada
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembuluh darah otak dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan stroke (Brown, 2006).
Saat ini banyak sekali pengobatan terhadap kolesterol dengan
menggunakan obat-obat modern, pengobatan tersebut sangat efektif dalam
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Akan tetapi tidak sedikit
pula efek samping yang ditimbulkan karena obat-obat modern yang
menggunakan zat kimia, selain itu pengobatan dengan terapi ini
membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Dalam penelitian ini, hewan percobaan yang digunakan adalah tikus
putih (Rattus norvegicus), karena tikus putih dan manusia mempunyai
fisiologi dan anatomi yang hampir sama. Berdasarkan kesamaan fungsi
fisiologisnya, proses biokimia antara manusia dan tikus juga mirip
(Koeman, 1987), sehingga metabolisme trigliserida dalam tubuh tikus putih
(Rattus norvegicus) juga serupa dengan metabolisme manusia.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus
norvegicus) ?.
2. Apakah penurunan trigliserida akibat pemberian daun salam dosis I, II,
dan III, sebanding dengan efek penurunan kadar trigliserida akibat
pemberian gemfibrozil?.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Apakah ada perbedaan yang bermakna antar ketiga dosis daun salam
terhadap efek penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus)?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak
daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dapat menurunkan kadar
trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
ilmiah tentang pengaruh pemberian ekstrak daun salam [Syzgium
polyanthum (Wight) Walp] terhadap penurunan kadar trigliserida pada
tikus putih (Rattus Norvegicus).
2. Manfaat Praktis
Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik
serta menggunakan hewan coba yang lebih tinggi tingkatannya.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Trigliserida
a. Sifat dan Fungsi Trigliserida
Trigliserida disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa
lipid utama pada deposit lemak tubuh dan makanan (Mayes, 2003).
Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah sangat
dibutuhkan oleh tubuh, namun konsumsi makanan yang
mengandung lemak jenuh berlebihan akan meningkatkan
trigliserida dalam plasma darah sehingga menyebabkan
hipertrigliseridemia (Mayo Clinic, 2008; American Heart
Assocation, 2010).
Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, dan
merupakan 99 % komponen dari volume sel. Di samping
digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi
menjadi kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau
dibutuhkan. Sel-sel lemak akan berkumpul menjadi jaringan lemak,
yang berfungsi sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi
organ-organ tersebut dari guncangan atau kerusakan (Linder,
1992).
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu juga terdapat kilomikron yang merupakan
lipoprotein terbesar, dibentuk di dalam usus halus dan mengangkut
trigliserida yang berasal dari makanan. Sejumlah kolesterol
diesterifikasi oleh sistem Acyl-CoA: Colesterol Acyl Transferase
(ACAT) yang juga tampak dalam inti kilomikron. Kilomikron
masuk ke ruang limfe ekstraselular, diangkat melalui pembuluh
limfe usus dan ductus toraksikus ke aliran darah (Mayes, 2003).
b. Struktur Kimia Trigliserida
Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga
asam lemak (Mayes, 2003).
Rumus kimia dari trigliserida adalah sebagai berikut.
CH₃ (CH₂)₁₆ COO CH₂
CH₃ (CH₂)₁₆ COO CH
CH₃ (CH₂)₁₆ COO CH₂
Menurut Guyton (2007), Tiga asam lemak yang paling sering
terdapat dalam trigliserida di tubuh manusia adalah
1) Asam stearat, mempunyai 18 rantai karbon dan sangat
jenuh dengan atom hidrogen.
2) Asam oleat, mempunyai 18 rantai karbon tetapi
mempunyai satu ikatan ganda di bagian tengah rantai.
3) Asam palmitat, mampunyai 16 atom karbon dan sangat
jenuh.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah
trigliserida, yang tersusun dari sebuah inti gliserol dan tiga rantai
panjang asam lemak (Guyton dan Hall, 2007; Mayes, 2003).
Sejumlah kecil trigliserida (10 %) dicerna dalam lambung oleh
enzim lipase yang disekresi oleh kalenjar ludah dan ditelan
bersama dengan saliva. Sedangkan sejumlah besar lemak akan
dicerna di dalam usus halus. Tahap awal pencernaan lemak adalah
emulsifikasi lemak, yaitu memecah gumpalan lemak menjadi
ukuran yang sangat kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air
dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak yang lebih kecil.
Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh
empedu yang mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton dan
Hall, 2007).
Enzim yang paling penting untuk pencernaan trigliserida
adalah lipase pankreas (Horton et al.,2002). Hasil pencernaan
trigliserida yang berupa asam lemak dan monogliserida akan
diserap sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif ke bagian
dalam sel epitel (Linder, 1992). Setelah memasuki sel epitel, asam
lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum endoplasma halus,
yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida
baru. Trigliserida baru tersebut kemudian dilepaskan dalam bentuk
kilomikron, yang kemudian mengalir melalui duktus limfe
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
toraksikus dan menuju aliran darah (Guyton dan Hall, 2007).
Kilomikron tidak langsung diambil oleh hati. Senyawa ini akan
dimetabolisme oleh jaringan ekstrahepatik yang mempunyai enzim
lipoprotein lipase, yang akan menghidrolisis trigliserida, dan
kemudian disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi sebagai
bahan bakar (Mayes, 2003).
Trigliserida yang berlebihan baik dari hasil lipogenesis
maupun dari asam lemak bebas akan disekresikan ke dalam darah
sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang akan
mengalami siklus yang serupa dengan kilomikron (Mayes, 2003).
d. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL adalah lipoprotein yang berdensitas sangat rendah,
dan mengandung konsentrasi trigliserida yang tinggi. VLDL
disekresikan oleh hepar dan mengangkut trigliserida yang disintesis
di hepar. VLDL mengandung ApoB-100 dan sejumlah ApoC.
Setelah meninggalkan hepar, trigliserida dihidrolis oleh lipoprotein
lipase yang menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam
jaringan lemak dan untuk oksidasi dalam jaringan seperti jantung
dan otot (Mayes, 2003).
e. Hipertrigliseridemia
Hipertrigliseridemia adalah penumpukan kadar trigliserida
dalam darah yang disebabkan oleh peningkatan sintesis trigliserida
di hati atau gangguan pemecahan kilomikron dan VLDL, yang
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi akibat deferensiasi lipoprotein lipase atau Apo C-II.
Keadaan ini menimbulkan berbagai predesposisi, missal
pankreatitis. Selain itu, High Density Lipoprotein (HDL) juga
berkurang dan risiko aterosklerosis menjadi meningkat karena
berkurangnya pembuangan kolesterol dari dinding pembuluh darah
(Silbernagel, 2007).
2. Gemfibrozil
Gemfibrozil adalah salah satu obat derivat dari asam fibrat.
Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma,
sehingga produksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun.
Gemfibrozil meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga
yang bekerja untuk memecahkan trigliserida. Kadar kolesterol
HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil (Medicastore,
2006). Obat ini berikatan dengan reseptor Peroxisome Proliferator
– Activated Receptors (PPARs), yang mengatur transkripsi gen.
Akibat interaksi obat dengan PPAR isotipe α (PPARα), maka
terjadilah peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis lipoprotein
lipase dan penurunan ekspresi Apo C-III hati akan menurunkan
VLDL, sedangkan HDL akan meningkat karena peningkatan
ekspresi Apo A-I dan Apo A-II.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Tanaman salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
a. Klasifikasi tanaman (Dalimartha, 2000)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight) Walp
b. Sinonim : Syzygium polyanthum Wight
Syzygium lucidula Wight
c. Nama lain
Daun salam mempunyai bermacam-macam nama. Di
Sumatra daun salam disebut dengan meselengan dan ubarserai
(Melayu), sedangkan di Jawa daun salam disebut dengan gowok
(Sunda), dan manting (Jawa). Daun salam juga memiliki nama
asing yaitu Salam leaf, selain itu terdapat pula nama simplisia dari
daun salam yaitu Syzygii polyanthi Folium (Dalimartha, 2000).
d. Deskripsi
Tanaman salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau
ditanam di perkarangan dan sekitar rumah. Pohon ini dapat
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m di
atas permukaan laut.
Tinggi pohon tanaman salam mencapai 25 m, batang bulat,
permukaan licin, berdaun rimbun dan berakar tunggang. Daunnya
tunggal, letak berhadapan, panjang tungkai daun 0,5-1 cm. Helaian
daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang,
ujang meruncing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan
bawah berwarna hijau muda, panjang 5 - 15 cm, lebar 3 - 8 cm.
Bunga majemuk, berwarna putih, baunya harum. Buahnya bulat,
diameter 8-9 cm, buah muda berwarna hijau, setelah masak
berwarna gelap, rasanya agak sepat. Bijinya bulat, diameter 8-9 cm.
Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap
bumbu dapur, sedangkan kulit pohonnya dipakai sebagai bahan
pewarna jala atau anyaman bambu. Salam dapat diperbanyak
dengan biji cangkok atau setek. (Dalimarta, 2000).
e. Kandungan kimia
Daun salam mengandung flavonoid, steroid, minyak atsiri,
polifenol, sitral dan alkaloida (Sudarsono et al., 2002). Selain itu,
daun salam juga mengandung selenium, vitamin A, vitamin C, dan
vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan (Asiamaya, 2007).
Daun salam juga mengandung tannin, saponin dan niasin (Vitamin
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B3) yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Dalimarta,
2000).
f. Ekstrak daun salam (Syzygium polyantum)
Ekstraksi merupakan penyarian zat aktif yang terdapat di
dalam suatu tanaman dengan cairan penyari yang tepat sesuai
dengan tekstur serta kandungan air tanaman tersebut dan juga
sesuai dengan zat yang diisolasi. (Harborne, 1987).
Sistem ekstraksi yang digunakan untuk menyaring zat aktif
dalam daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] adalah
sistem penyarian dengan metode maserasi dengan pelarut etanol
70 %, sehingga pada akhir ekstraksi akan didapatkan ekstrak kental
daun salam. Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol
tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, sehingga
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dengan etanol kadar
70 %, dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan
pengotor hanya larut dalam skala kecil (Voigt, 1994).
4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum
(Wight) Walp] terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Darah
Beberapa zat telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar
trigliserida darah antara lain adalah niasin, tannin, dan vitamin C. Dari
uji kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan uji Kromatografi
Lapis Tipis (KLT), daun salam terbukti mengandung tannin dan niasin
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida darah
(Dalimartha, 2007). Zat-zat tersebut ternyata terkandung dalam daun
salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]. Sehingga ada kemungkinan
bahwa ekstrak daun salam berpotensi menurunkan kadar trigliserida
darah (Dalimarta, 2008).
Niasin merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang disebut
vitamin B3, bersifat larut air dan alkohol, banyak terdapat dalam biji-
bijian dan kacang-kacangan. Niasin meningkatkan aktifitas lipoprotein
lipase yang akan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida
(suyatna, 2007). Niasin juga dapat meningkatkan konsentrasi High
Density Lipoprotein (HDL) (Dalimarta, 2008).
Selain itu, niasin diperlukan tubuh untuk membentuk koenzim
Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD) yang berperan
mendegradasi karbohidrat, lemak, protein, dan alkohol menjadi energi
(Trubus, 2001). Niasin juga berperan dalam merangsang pembentukan
prostaglandin, yaitu hormon yang membantu mencegah pengumpulan
agregasi trombosit. Dengan demikian, niasin dapat menghambat proses
aterosklerosis dan akhirnya mengurang risiko terjadinya serangan
jantung (Hartono, 2001).
Mengkonsumsi 3-6 gram niasin setiap hari dapat menurunkan
kadar kolesterol total sebanyak 15 – 20 %, menurunkan kadar
trigliserida 40 – 50 %, serta meningkatkan HDL kolesterol hingga
20 %. Angka kecukupan gizi niasin sebenarnya relatif kecil. Bayi hanya
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memerlukan 6 - 9 mg niasin sehari, sementara anak-anak membutuhkan
11 - 18 mg, dan orang dewasa cukup dengan 13 - 19 mg per hari.
Konsumsi niasin 1 - 1,5 gr sehari dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan lemak darah di laboratorium (Khomsan, 2001).
Dosis rata-rata 1 gr niasin per hari tidak memberikan efek
samping. Oleh karena dimetabolisme di hati, dosis niasin yang tinggi
akan sedikit memberikan tambahan beban bagi kerja hepar. Walaupun
demikian, sesungguhnya efek samping ini sangat jarang terjadi. Dalam
penelitian yang melibatkan lebih dari 8.000 orang pada tahun 1969 -
1975, Coronary Drug Project menunjukkan bahwa tidak ada efek
samping yang berarti akibat konsumsi niasin (Dalimartha, 2008).
Tanin adalah senyawa polivenol dari kelompok flavonoid yang
berfungsi sebagai anti oksidan kuat, anti peradangan, dan anti kanker,
selain itu tannin juga menyebabkan selaput lendir usus mengganggu
penyerapan lemak dari makanan yang masuk sehingga kadar kolesterol
darah berangsur turun (Dalimarta, 2008).
Vitamin C (asam askorbat) merupakan antioksidan alami yang
mudah dan murah bila dikonsumsi dari alam. Vitamin C dapat
menurunkan kolesterol dan trigliserida pada sejumlah orang yang
biasanya memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi. Sayangnya,
hal itu tidak berlaku pada individu dengan kadar kolesterol dan
trigliserida normal. Jadi, vitamin C diduga berperan menjaga
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keseimbangan (homeostasis) kedua jenis lemak tersebut di dalam tubuh
(Kumalaningsih, 2008).
Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi untuk mengikat oksigen
sehingga menghambat reaksi oksidasi atau sebagai oxygen scavenger.
Sayangnya vitamin C bersifat tidak stabil, bila terkena cahaya dan pada
suhu tinggi mudah mengalami kerusakan (Kumalaningsih, 2008).
Menurut Mart Lam (2002), aktivitas vitamin C dalam melindungi
jantung adalah sebagai berikut :
a. Mencegah kerusakan endotel yang secara normal mengawali
respon radang dan adhesi lipoprotein.
b. Menghancurkan plak yang ada dengan berikatan pada
lipoprotein dan mengeluarkannya dari tubuh.
c. Membangun kolagen dan meningkatkan elastisitas pembuluh
darah.
5. Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam
penelitian karena antara tikus putih dan manusia mempunyai kemiripan
pada fisiologi dan anatomisnya. Bahkan kemiripannya tidak hanya
terbatas pada struktur genomnya saja, tetapi sampai tingkat DNA
sekuens (Wart, 2004).
Tikus putih jantan digunakan sebagai binatang percobaan karena
tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil.
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tikus putih jantan tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan
kehamilan seperti pada tikus betina. Tikus jantan juga mempunyai
kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis
tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Sugiyanto, 1995).
Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Ada satu
sifat lain yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lain yaitu
tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di
tempat esofagus bermuara ke dalam lambung (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus Wistar adalah galur outbreed tikus albino dari spesies
Rattus norvegicus dan merupakan galur tikus pertama yang
dikembangkan sebagai tikus percobaan. Tikus Wistar lebih aktif
dibanding jenis galur lain (Isroi, 2010).
6. Propiltiourasil (PTU)
Propiltiourasil (PTU) adalah zat kimia yang dapat menekan
aktivitas kelenjar tiroid, berupa tablet yang dihaluskan dan dilarutkan
dalam air (Pyto Medica, 1993). Tikus dalam keadaan normal relatif
resisten terhadap perubahan profil lipid karena tikus cenderung
memiliki sifat hipertiroid. Hormon tiroid akan mengaktifkan hormon
sensitif lipase sehingga proses katabolisme lipid dalam tubuh tikus
tinggi. Induksi hiperkolesterol dengan pakan hiperkolemik dipermudah
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan menurunkan aktifitas hormon tiroid pada tikus putih (Murray et
al., 2003).
Propiltiourasil diberikan kepada tikus melalui air minumnya. Air
minum dicampur dengan PTU, sehingga didapatkan konsentrasi PTU
adalah 0,01%, artinya dalam 1 liter air terlarut 10 gram PTU. Air
minum tersebut diberikan ad libitum dalam tempat air minum yang
disediakan (Pyto Medica, 1993).
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pikir
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan : : memicu atau meningkatkan
: menghambat atau menurunkan
: mengandung
: berpengaruh
Variabel tak terkendali : a. Gangguan fungsi empedu b. Gangguan fungsi lipase c. Penyakit hati d. Hormonal
Variabel terkendali : 1) Makanan 2) Jenis kelamin 3) Umur 4) Berat Badan 5) Faktor genetis 6) Stres
Gemfibrozil
· Peningkatan oksidasi asam lemak
· Aktivitas lipoprotein lipase Absorbsi
lemak
Aktivitas lipoprotein lipase
Kadar Trigliserid Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Tanin Niasin
Ekstrak Herba Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp]
Flavonoid
Aktivitas lipoprotein lipase
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
Ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dapat
menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik murni karena ada
randomisasi perlakuan, dan dengan rancangan penelitian pretest and
posttest with control group design (Taufiqurahman, 2009).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi FK UNS.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berupa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan,
strain Wistar, berat badan ± 200 gram, dan berumur 2 bulan. Tikus putih
diperoleh dari Laboratorium Histologi FK UNS.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampling dilakukan dengan Purposive Sampling
sesuai kriteria hewan uji.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Penghitungan Besar Sampel
Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, di
mana (t) merupakan jumlah kelompol dan (n) adalah jumlah sampel
dalam tiap kelompok:
(n-1) (t-1) > 15
Karena terhadap 5 kelompok perlakuan, maka jumlah sampel
minimal yang dibutuhkan tiap kelompok adalah sebagai berikut :
(n - 1) (5-1) > 15
(n - 1) (4) > 15
4n - 4 > 15
4n > 19
n > 4,75 ; (n > 5)
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 6 ekor
tikus putih per kelompok, sehingga jumlah total sampel adalah 30 ekor
tikus putih. Pembagian sampel ke dalam kelompok perlakuan dilakukan
dengan teknik randomisasi menggunakan pengundian (Mustafa, 2006).
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Rancangan Penelitian
Bagan 2. Rancangan Penelitian
Keterangan :
I : Jumlah sampel tikus putih (Rattus norvegicus)
J1 : Kelompok kontrol negatif
J2 : Kelompok kontrol positif
J3 : Kelompok ekstrak daun salam Dosis I
J4 : Kelompok ekstrak daun salam Dosis II
J5 : Kelompok ekstrak daun salam Dosis III
K : Diet hiperkolesterol 28 hari
L1 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J1 Pretest
L2 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J2 Pretest
L3 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J3 Pretest
L4 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J4 Pretest
L5 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J5 Pretest
M1 : Perlakuan pada J1 selama 7 hari
M2 : Perlakuan pada J2 selama 7 hari
I
J1
J2
J3
J4
J5
L1
L2
L3
L4
L5
M3
M2
M1
M4
M5
Analisis
statistik
N1
N2
N3
N4
N5
K
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
M3 : Perlakuan pada J3 selama 7 hari
M4 : Perlakuan pada J4 selama 7 hari
M5 : Perlakuan pada J5 selama 7 hari
N1 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J1 Posttest
N2 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J2 Posttest
N3 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J3 Posttest
N4 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J4 Posttest
N5 : Pengukuran kadar trigliserid pada plasma darah J5 Posttest
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum
(Wight) Walp].
2. Variabel terikat : kadar trigliserid darah tikus putih.
3. Variabel luar :
a. Variabel terkendali : jenis makanan, umur, berat badan, jenis
kelamin tikus putih, faktor genetik, dan
stres.
b. Variabel tak terkendali : gangguan fungsi empedu, gangguan
fungsi lipase, penyakit hati, dan
hormonal.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
Ekstrak daun salam adalah hasil ekstraksi tanaman daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dengan metode maserasi dengan
pelarut etanol 70 % yang dilakukan di LPPT Universitas Gajah Mada.
Daun salam didapatkan dari LPPT Universitas Gajah Mada, daun
salam yang dipakai adalah daun salam yang masih muda, yaitu
diambil dari 5 daun yang terdapat pada pucuk. Skala pengukuran
variabel ini menggunakan skala ordinal.
2. Variabel terikat
Kadar Trigliserid darah tikus putih
Kadar trigliserida yang dimaksud adalah kadar trigliserida dalam
plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus) setelah diberikan diet
hiperkolesterolemia, yang diukur dengan metode spektofotometri yang
dinyatakan dalam mg/dl. Skala pengukuran kadar trigliserida adalah
skala rasio. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Klinik Rahanu,
Karanganyar.
3. Variabel Luar Terkendali
a. Makanan
Makanan yang diberikan selama penelitian terdiri dari dua jenis,
yaitu:
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Makanan hiperkolesterolemik
Pembuatan pakan hiperkolemik berdasarkan panduan pengujian
fitofarmaka yaitu menggunakan kolesterol 1 %, kuning telur
bebek 5 %, lipid babi 10 %, minyak goreng 1 % ditambah
makanan standar sampai 100 % (Phyto Medica, 1993). Makanan
hiperkolesterolemik diberikan secukupnya dua kali sehari pada
setiap pukul 07.00 WIB dan 16.00 WIB dengan melalui sonde
lambung.
2) Makanan standar berupa pelet Broiller II (BR II). Pakan standar
BR II disediakan setiap kandang tikus putih.
b. Jenis Kelamin
Tikus putih yang dipilih adalah tikus putih yang berjenis
kelamin jantan karena kondisi biologis tikus putih jantan lebih
stabil dan tidak dipengaruhi oleh hormon.
c. Umur
Umur merupakan variabel perancu yang dapat dikendalikan
dengan memilih tikus putih (Rattus norvegicus) berumur 2 bulan
untuk membuat sampel homogen dan menghindari peningkatan
kadar trigliserida darah karena faktor umur.
d. Berat Badan
Berat badan dapat dikendalikan dengan cara mengunakan
tikus putih (Rattus norvegicus) yang beratnya ± 200 gram, dengan
toleransi 10 % (180 - 220 gram).
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Faktor genetik
Heterogenitas genetik pada tikus putih dapat memberikan
perbedaan tingkat respon pada makanan, yang akan berpengaruh
terhadap kadar kolesterol. Untuk meminimalkan pengaruh faktor
genetik. Pada penelitian ini digunakan tikus putih dari galur yang
sama yaitu galur Wistar, sehingga sampel bersifat homogen.
f. Stres
Stres merupakan variabel yang dapat dikendalikan dengan
adaptasi, selain itu stres juga dapat dikurangi dengan pemberian
makan dan minuman serta pencahayaan yang cukup.
4. Variabel Luar Tak Terkendali
a. Penyakit Hati
Penyakit hati dapat menimbulkan kelainan pada kadar
kolesterol. Penyakit hati pada tikus merupakan variabel yang tidak
dapat dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini, dan
membutuhkan pemeriksaan yang mahal.
b. Gangguan fungsi empedu
Gangguan fungsi empedu akan menghambat emulsifikasi
lemak dan absorbsinya. Gangguan fungsi empedu pada Rattus
norvegicus sulit dideteksi dan membutuhkan pemeriksaan yang
mahal, oleh karena itu menjadi faktor yang tidak dapat
dikendalikan.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Gangguan Fungsi Lipase
Gangguan fungsi lipase akan menghambat proses pemecahan
trigliserida menjadi asam lemak dan monogliserol. Gangguan
fungsi lipase pada Rattus norvegicus sulit dideteksi dan
membutuhkan pemeriksaan yang mahal, oleh karena itu menjadi
faktor yang tidak dapat dikendalikan.
d. Hormonal
Faktor hormonal mempunyai pengaruh pada pengaturan
kadar kolesterol darah. Hormon yang mempengaruhi metabolisme
kolesterol adalah hormon tiroid. Dalam keadaan normal, tikus putih
bersifat hipertiroid, sehingga untuk meminimalkan pengaruh
hipertiroid pada tikus putih tersebut diberikan propiltiourasil 0,01%
pada air minum tikus (Phyto medica, 1993). Faktor ini tidak dapat
dikendalikan karena sulit dideteksi dan membutuhkan pemeriksaan
yang mahal.
I. Perhitungan Dosis
1. Dosis ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
Untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi pada manusia
digunakan daun salam sebanyak ± 10 gram (Asiamaya, 2007). Konversi
dosis untuk manusia dengan berat badan (BB) 70 kg pada tikus dengan
BB 200 gr adalah 0,018 (Suhardjono, 1995).
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dosis I = 0,018 x 10 gr/hari
= 0,18 gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi (aquades)
Dosis II = 2 x dosis I
= 2 x 0,18 gr/hari
= 0,36 gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi (aquades)
Dosis III = 2 x dosis II
= 2 x 0,36 gr/hari
= 0,72 gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi (aquades)
2. Dosis Gemfibrozil
Dosis yang digunakan untuk manusia adalah 1200 mg/hari, setelah
dikonversi untuk tikus putih dengan berat badan kurang lebih 200 gram
menjadi :
Dosis Gemfibrozil pada tikus putih = 0,018 x 1200 mg/200 gram
BB/hari
= 21,6 mg/200 gram BB/hari
≈ 20 mg/200 gram BB/hari dalam
1 ml suspensi (aquades)
3. Dosis Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
CMC adalah zat yang digunakan untuk mensuspensi larutan. CMC yang
dipakai dalam larutan adalah 1%, penghitungan dosis agar didapatkan
CMC 1% adalah 1 mg CMC dalam 100 ml aquades, sehingga
didapatkan 1% CMC.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
J. Instrumen dan Bahan Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan
a. Kandang hewan percobaan
b. Sentrifuge
c. Pipa kapiler/hematokrit
d. Tabung sentrifuge
e. Spuit
f. Bekker glass
g. Timbangan digital
h. Spektofotometri Stardust
i. Sonde lambung
j. Pipet ukur
k. Cawan petri
2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
b. Makanan standar pelet Broiller II (BR II)
c. Makanan hiperkolesterolemik
d. Tablet Gemfibrozil
e. Aquades ditambah propiltiourasil 0,01%
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
K. Alur Penelitian
Bagan 3. Kerangka Alur Penelitian
Pakan pelet
(7 hari)
Pakan pelet, dan
Gemfibrozil dosis 20
mg/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi
(7 hari)
Pakan pelet, dan ekstrak daun salam dosis 0,18
gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi
(7 hari)
Pakan pelet, dan ekstrak daun salam dosis 0,36
gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi
(7 hari)
Pakan pelet, dan ekstrak daun salam dosis 0,72
gr/200 gram BB/hari dalam 1 ml suspensi
(7 hari)
Diet tinggi kolesterol 28 hari
Puasakan ± 12 jam (hari ke-28)
Pengukuran kadar Trigliserid pretest
Adaptasi 7 hari diberi pakan pelet dan aquades
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V
Puasakan ± 12 jam (hari ke-35)
Pengukuran kadar Trigliserid posttest
Analisis Statistik
Randomisasi
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
L. Cara Kerja
1. Persiapan
a. Pembuatan ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
dilakukan di LPPT Universitas Gajah Mada. Daun salam [Syzgium
polyanthum (Wight) Walp] diekstraksi dengan sistem penyarian
menggunakan metode maserasi dengan etanol 70 %. Hasil ekstraksi
kemudian disimpan di dalam almari pendingin. Pembuatan ekstrak
daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis I dengan cara
mencampurkan 18 gram ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum
(Wight) Walp] dalam 100 mL aquades dan CMC (Carboxy Methyl
Cellulose) 1% secukupnya agar serbuk ekstrak daun salam tidak
mengendap. Dosis II sama dengan dosis I ,hanya ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] yang dicampurkan sebanyak 36
gram, sedangkan untuk dosis III dicampurkan 72 gram ekstrak daun
salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]. Jadi 1 mL suspensi
mengandung 0,18 gr, 0,36 gr, dan 0,72 gr ekstrak daun salam.
b. Kandang tikus yang bersih disiapkan. Tikus putih (Rattus norvegicus)
sebanyak 30 ekor diadaptasikan dengan lingkungan Laboratorium
Histologi FK UNS Surakarta selama 7 hari dan diberi makan pelet BR
II serta aquades yang ditambah propiltiourasil 0,01% ad libitum.
c. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok dengan teknik
randomisasi. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih
(Rattus norvegicus). Kelompok penelitian terdiri dari kelompok
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi
ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis I, II dan
III.
d. Pembuatan suspensi pakan hiperkolesterolemik dilakukan setiap tiga
hari sekali dengan mencampur 5 ml kuning telur bebek, 10 ml lemak
babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1 gr serbuk kolesterol sehingga
didapatkan suatu campuran berbentuk cair.
e. Pembuatan serbuk gemfibrozil dengan cara menghaluskan tablet
gemfibrozil 300 mg menjadi serbuk kemudian dibuat suspensi dalam
aquades 15 mL dan ditambah CMC 1% secukupnya, agar serbuk
gemfibrozil tidak mengendap. Jadi 1 ml suspensi mengandung 20 mg
gemfibrozil.
2. Pemberian Perlakuan
a. Sebelum perlakuan, tikus putih diadaptasikan selama 7 hari dengan
pemberian makanan pelet dan aquades. Setelah itu tikus putih
diinduksi dengan pakan hiperkolesterolemia selama 28 hari dengan
pakan yang sudah disiapkan. Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar
trigliserida darah, tikus putih dipuasakan selama ± 12 jam. Kemudian
diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan
menggunakan pipa kapiler. Darah disentrifuge selama 15 - 20 menit
dengan kecepatan 3000 rpm dan diambil serumnya. Pada serum darah
yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar trigliserida
pretest dengan metode direk menggunakan Spektrofotometer Stardust
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pada hari ke 29-35 setiap tikus diberi perlakuan yang berbeda menurut
kelompoknya masing-masing, yaitu :
1) Kelompok I :
Kelompok Kontrol Negatif
Diberi pakan pelet BR II sebanyak 25 mg/hari serta aquades
sebanyak 20-40 ml/hari ad libitum selama 1 minggu.
2) Kelompok II :
Kelompok Kontrol Positif
Diberi pakan pelet pada pagi hari dan pada sore hari diberikan pelet
ditambah Gemfibrozil sebanyak 20 mg/200 gram BB/hari dan
diberikan dengan sonde lambung.
3) Kelompok III :
Kelompok Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] Dosis I
Diberi pakan pelet BR II sebanyak 25 mg/hari serta aquades
sebanyak 20-40 ml/hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul
16.00 WIB diberikan suspensi berupa pelet dan ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] sebanyak 0,18 gr/200 gram
BB/hari yang dibuat suspensi dalam aquades dan CMC 1%
secukupnya, dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi
yang homogen dan diberikan ke tikus dengan sonde lambung.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Kelompok IV :
Kelompok Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] Dosis II
Diberi pakan pelet BR II sebanyak 25 mg/hari serta aquades
sebanyak 20-40 ml/ hari ad libitum selama 1 minggu. Pada pukul
16.00 WIB diberikan suspensi berupa pelet dan ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] sebanyak 0,36 gr/200 gram
BB/hari yang dibuat suspensi dalam aquades dan CMC 1%
secukupnya, dicampur kemudian diaduk sehingga menjadi suspensi
yang homogen dan diberikan ke tikus dengan sonde lambung.
5) Kelompok V :
Kelompok Ekstrak Daun Salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] Dosis III
Diberi pakan pelet pada pagi hari dan pada sore hari ditambah
ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] sebanyak
0,72 gr/200 gram BB/hari hari yang dibuat suspensi dalam aquades
dan CMC 1% secukupnya, dicampur kemudian diaduk sehingga
menjadi suspensi yang homogen dan diberikan ke tikus dengan
sonde lambung.
3. Sesudah Perlakuan
a. Sesudah perlakuan tikus dipuasakan selama ± 12 jam. Kemudian
diambil darahnya ± 1 ml melalui saccus medianus orbitalis dengan
menggunakan pipa kapiler. Setelah pipa kapiler ditusukkan di daerah
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
saccus medianus orbitalis kemudian darah mengalir ke dalam pipa
kapiler. Darah disentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan
3000 rpm dan diambil serumnya. Serum darah yang telah diambil
kemudian dilakukan pengukuran kadar Trigliserid dengan metode
direk menggunakan Spektofotometri Stardust.
b. Kadar trigliserid pretest dan posttest tiap kelompok akan
dibandingkan dan dilakukan pengolahan data hasil pemeriksaan kadar
trigliserid plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus).
c. Melakukan tabulasi data.
M. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji
normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah memenuhi
asumsi uji parametrik. Normalitas data diuji dengan uji Shapiro-Wilk,
sedangkan homogenitas varian antarkelompok diuji dengan uji Levens.
Bila asumsi parametrik terpenuhi, yaitu distribusi data normal dan
varians antarkelompok homogen, maka data dianalisis dengan uji Anova.
Bila terdapat perbedaan yang signifikan dari uji Anova, dilanjutkan
dengan uji Post Hoc test. Uji Anova adalah uji untuk membandingkan
mean lebih dari dua kelompok, sedangkan uji Post Hoc Test
membandingkan antarkelompok.
Jika asumsi parametrik tidak terpenuhi, data dianalisis dengan uji
alternatif non parametrik yang sebading dengan uji Anova, yaitu uji
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kruskal-Wallis. syarat uji Anova tidak terpenuhi. Bila ditemukan
perbedaan yang signifikan, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney, untuk
mengetahui letak perbedaan tersebut.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Strain
Wistar, berumur kira-kira 2 bulan, dan berat badan ± 200 gram, Tikus putih
(Rattus norvegicus) yang digunakan sebanyak 30 ekor dan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kelompok kontrol negatif), kelompok II
(kelompok kontrol positif), kelompok III, IV dan V (kelompok ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis 0,18 gr/200 gram BB/hari, dosis 0,36
gr/200 gram BB/hari dan dosis 0,72 gr/200 gram BB/hari). Perlakuan diberikan
pada kelima kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) selama 7 hari.
Sebelum diberikan perlakuan, kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) diperiksa menggunakan spektofotometer Stardust dengan metode
direk. Data yang didapat ditetapkan sebagai data pretest.
Penelitian ini menggunakan desain pretest dan posttest. Tujuan dilakukan
pretest adalah untuk melihat apakah data awal menunjukkan tingkat perbedaan
yang bermakna atau tidak. Bila data awal menunjukan hasil yang signifikan (p <
0.05), maka penelitian ini memiliki validitas yang rendah. Namun, apabila data
awal (pretest) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p > 0.05), maka
penelitian ini memiliki tingkat validitas yang tinggi. Dengan kata lain, nilai p
posttest (data akhir) dapat dipercaya atau memiliki tingkat kepercayaan yang baik.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kadar Trigliserid Tikus Putih
a. Pretest
Hasil pemeriksaan kadar trigliserida yang dilakukan sebelum 7 hari
masa perlakuan (pretest) disajikan dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Pretest Tikus Putih
Kelompok Rerata ± simpang baku Median (minimal – maksimal)
Kontrol (+) 144,8 ± 9,8 117,0 (99,0 – 126,0)
Kontrol (-) 102,6 ± 6,0 100,0 (96,0 – 110,0)
Daun Salam Dosis I 101,6 ± 9,0 103,0 (87,0 – 110,0)
Daun Salam Dosis II 106,2 ± 9,9 103,0 (97,0 – 120,0)
Daun Salam Dosis III 100,0 ± 2,7 100,0 (98,0 – 105,0)
Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan kadar trigliserida tikus putih
(Rattus norvegicus) pada masing-masing kelompok. Analisis statistik kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pretest adalah dengan uji
normalitas, uji homogenitas, kemudian uji one-way Anova.
Pada data kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pretest
kelima kelompok tersebut dilakukan uji normalitas, dan hasilnya adalah kontrol
(+) nilai p = 0,499, kontrol (-) nilai p = 0,382, dosis I nilai p = 0,413, dosis II nilai
p = 0,390, dosis III nilai p = 0,656 (p > 0,05). Sedangkan dari uji homogenitas
kelima kelompok menunjukkan p = 0,271 (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal dan varians data antarkelompok homogen.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya dilakukan analisis secara statistik, menggunakan uji one-way
Anova. Hasilnya adalah nilai p = 0,071 (p > 0,05), yang artinya tidak ada
perbedaan kadar trigliserida antar kelima kelompok yang signifikan, sehingga
dapat diberikan perlakuan untuk melanjutkan penelitian.
b. Posttest
Hasil pemeriksaan kadar trigliserida yang dilakukan setelah 7 hari
masa perlakuan (posttest) disajikan dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Posttest Tikus Putih
Kelompok Rerata ± simpang baku Median (minimal – maksimal)
Kontrol (+) 54,8 ± 6,5 56,0 (45,0 –61,0)
Kontrol (-) 99,8 ± 11,6 100,0 (82,0 – 112,0)
Daun Salam Dosis I 57,8 ± 5,8 59,0 (48,0 – 63,0)
Daun Salam Dosis II 54,8 ± 4,6 57,0 (49,0 – 60,0)
Daun Salam Dosis III 56,0 ± 8,3 58,0 (45,0 – 65,0)
Gambar 1 menunjukkan perbandingan kadar trigliserida sebelum dan
sesudah perlakuan.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Sebelum dan Setelah Perlakuan
c. Selisih (posttest-pretest)
Selisih kadar trigliserida dihitung dari kadar trigliserida posttest
dikurangi kadar trigliserida pretest. Karena kadar trigliserida posttest lebih
rendah, maka hasil negatif yang dihasilkan dari penghitungan selisih kadar
trigliserida akan mempermudah pembacaan hasil secara intvitif, tanda minus
pada nilai selisih kadar trigliserida mengindikasikan besarnya penurunan
kadar trigliserida akibat pemberian perlakuan.
Hasil selisih kadar trigliserida setelah perlakuan (posttest) dan
sebelum perlakuan (pretest) disajikan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Selisih Kadar Trigliserida Posttest dan Pretest Tikus Putih
Kelompok Rerata ± simpang baku Median
(minimal – maksimal)
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kontrol (+) -60,0 ± 10,2 -65,0 (-69,0 – -43,0)
Kontrol (-) -2,0 ± 10,3 -2,0 (-14,0 – 12,0)
Daun Salam Dosis I -43,8 ± 3,6 -45,0 (-47,0 – -39,0)
Daun Salam Dosis II -51,4 ± 9,9 -46,0 (-64,0 – -41,0)
Daun Salam Dosis III -44,8 ± 7,7 -41,0 (-57,0 – -38,0)
Diagram batang dalam Gambar 2 menunjukkan rerata selisih kadar
trigliserida darah tikus putih setelah dan sebelum perlakuan.
Gambar 2. Rerata Selisih Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih Setelah dan Sebelum Perlakuan
Kelompok kontrol positif menunjukkan penurunan kadar trigliserida darah
tikus putih (Rattus norvegicus) yang paling banyak di antara kelima kelompok
perlakuan yaitu 60,0 mg/dl. Kelompok kontrol negatif menunjukkan penurunan
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang sangat kecil yaitu 2,0
mg/dl. Kelompok ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis I
menunjukkan penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
sebesar 43,8 mg/dl. Kelompok ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] dosis II menunjukan penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) sebesar 51,4 mg/dl. Kelompok ekstrak daun salam [Syzgium
polyanthum (Wight) Walp] dosis III juga menunjukkan penurunan kadar
trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar 44,8 mg/dl. Akan tetapi
lebih rendah dibandingkan penurunan pada kelompok ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis II. Jadi, di antara ketiga kelompok
yang diberi ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp], kelompok
ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dosis II adalah yang
paling banyak menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus).
Pada hasil selisih kadar trigliserida pretest dan posttest kelima kelompok
tersebut dilakukan uji normalitas, dan hasilnya adalah kontrol (+) nilai p = 0,191,
kontrol (-) nilai p = 0,765, dosis I nilai p = 0,254, dosis II nilai p = 0,278, dosis III
nilai p = 0,279 (p > 0,05), sedangkan dari uji homogenitas kelima kelompok
didapatkan p = 0,303. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal dan varians data antarkelompok homogen.
Selanjutnya dari analisis statistik menggunakan uji one-way Anova,
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan rerata
selisih kadar trigliserida yang signifikan, sehingga perlu dilanjutkan dengan uji
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
post hoc untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan selisih
kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) pretest dan posttest yang
signifikan.
Rangkuman hasil uji post hoc disajikan dalam Tabel 4 dan hasil analisis
selengkapnya terdapat pada Lampiran 8.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji post hoc terhadap Data Selisih Kadar Trigliserida
Kelompok Beda rerata selisih kadar trigliserida (mg / dl)
Nilai p
Kontrol (-) vs Kontrol (+) 57,2 0,000
Kontrol (-) vs Dosis I 41,0 0,000
Kontrol (-) vs Dosis II
Kontrol (-) vs Dosis III
Kontrol (+) vs Dosis I
Kontrol (+) vs Dosis II
Kontrol (+) vs Dosis III
Dosis I vs Dosis II
Dosis I vs Dosis III
Dosis II vs Dosis III
48,6
42,0
16,2
8,6
15,2
7,6
1,0
6,6
0,000
0,000
0,059
0,546
0,084
0,655
1,000
0,758 *signifikan pada p<0,05
Hasil uji Post hoc didapatkan nilai p untuk perbandingan rerata selisih
(posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih kelompok kontrol (-) dengan
kontrol (+) sebesar p = 0,000 (p < 0,05), sehingga didapatkan perbedaan rerata
selisih (posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih yang signifikan.
Hasil uji Post hoc didapatkan nilai p untuk perbandingan rerata selisih
(posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih kelompok kontrol (-) dengan
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daun salam dosis I, II dan III sebesar p < 0,05, sehingga didapatkan perbedaan
rerata selisih (posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih yang signifikan.
Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun salam dosis I, II dan III
dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih secara signifikan
dibandingkan kelompok yang tidak diberikan ekstrak daun salam.
Hasil uji Post hoc didapatkan nilai p untuk perbandingan rerata selisih
(posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih kelompok kontrol (+) dengan
daun salam dosis I, II dan III sebesar p > 0,05, sehingga tidak didapatkan
perbedaan rerata selisih (posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih yang
signifikan dibandingkan kelompok yang diberikan gemfibrozil.
Hasil uji Post hoc didapatkan nilai p untuk perbandingan rerata selisih
(posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih kelompok daun salam dosis I
dengan daun salam dosis II dan III sebesar p > 0,05, begitu juga dengan
perbandingan rerata selisih (posttest-pretest) kadar trigliserida darah tikus putih
kelompok daun salam dosis II dengan daun salam dosis III sebesar p > 0,05,
sehingga tidak didapatkan perbedaan rerata selisih (posttest-pretest) kadar
trigliserida darah tikus putih yang signifikan antarketiga dosis daun salam.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, pemberian pakan hiperlipemik selama 28 hari berupa
lemak babi dan kuning telur bebek dapat meningkatkan kadar trigliserida darah
tikus putih (Rattus norvegicus). Peningkatan kadar trigliserida darah tikus putih
(Rattus norvegicus) ini disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak dan
kolesterol dalam minyak babi dan kuning telur bebek. Minyak babi pada usus
tikus putih (Rattus norvegicus) akan diresintesis menjadi trigliserida dan
didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et al., 2002). Oleh karena itu,
maka kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) akan meningkat
dengan pemberian pakan hiperlipemik ini. Selain itu penambahan propiltiourasil
(PTU) pada air minum yang diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
menekan hormon tiroid juga membantu dalam peningkatan kadar trigliserida
darah pada tikus putih (Rattus norvegicus). Tikus dalam keadaan normal relatif
resisten terhadap perubahan profil lipid karena tikus cenderung memiliki sifat
hipertiroid. Hormon tiroid akan mengaktifkan hormon sensitif lipase sehingga
proses katabolisme lipid dalam tubuh tikus tinggi.
Hasil pengukuran kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
sebelum perlakuan (pretest) dari kelima kelompok dianalisis menggunakan uji
one-way Anova, begitu juga kadar triglserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) posttest. Hasil pengujian kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) pretest tidak digunakan untuk pengambilan simpulan melainkan
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan untuk menentukan layak tidaknya pemberian perlakuan pada hewan
coba. Pemberian perlakuan tidak dapat dilakukan jika kadar trigliserida darah
tikus putih (Rattus norvegicus) pretest kelima kelompok perlakuan memiliki
perbedaan yang signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini, pemberian
pakan hiperlipidemia berhasil meningkatkan kadar trigliserida pretest pada kelima
kelompok perlakuan secara homogen. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
perbedaan yang bermakna dari uji one-way Anova yang dilakukan terhadap data
kadar trigliserida pretest.
Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian murni disebabkan oleh
pengaruh pemberian perlakuan terhadap tikus putih (Rattus norvegicus), dan
bukan akibat perbedaan kadar trigliserida awal sebelum perlakuan. Hasil analisis
selengkapnya terdapat pada Lampiran 5.
Kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus) posttest dan pretest
pada kelompok yang diberi obat gemfibrozil (kontrol positif) jauh lebih rendah
dibanding kelompok kontrol negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberian
gemfibrozil dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus) secara signifikan dibandingkan kelompok yang tidak diberi obat
tersebut.
Penelitian ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] ini
menunjukkan bahwa kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus)
mengalami penurunan yang signifikan secara statistik pada kelompok yang
diberikan perlakuan berupa ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight)
Walp] dosis I, II dan III dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari ketiga dosis ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
yang digunakan, ternyata dosis II (0,36 gr/200 gram BB/hari) merupakan dosis
yang paling banyak menurunkan kadar trigliserida darah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian dosis yang tinggi belum tentu memberikan efek
yang maksimal. Hal ini mungkin salah satunya bisa diakibatkan karena reseptor
mengalami kejenuhan, selain itu juga mungkin bisa diakibatkan karena obat yang
diberikan dimuntahkan ataupun karena human eror, sehingga penambahan dosis
justru tidak lebih efektif dalam menurunkan kadar trigliserida. Meski demikian,
hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa penurunan kadar trigliserida akibat
daun salam dosis I, ternyata tidak berbeda secara bermakna dengan penurunan
yang diakibatkan pemberian daun salam dosis II dan III.
Karena tidak ada perbedaan secara bermakna, maka sulit untuk menentukan
dosis minimal yang sudah bisa menurunkan kadar trigliserida, dan dosis maksimal
yang bisa ditoleransi.
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pemberian ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dapat
menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Penurunan trigliserida akibat pemberian daun salam dosis I, II, dan III,
sebanding dengan efek penurunan kadar trigliserida akibat pemberian
gemfibrozil.
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna antarketiga dosis daun salam
terhadap efek penurunan kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus
norvegicus).
B. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan metode yang lebih
baik terhadap hewan uji untuk mengetahui secara lebih terperinci efek
penurunan kadar trigliserida darah akibat pemberian ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] sehingga didapat rentang dosis yang
optimal dalam penatalaksanaan hipertrigliseridemia.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis minimal
yang sudah dapat menurunkan kadar trigliserida, dan dosis maksimal yang
dapat ditoleransi.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama untuk
mengetahui tingkat keamanannya pada penggunaan ekstrak daun salam
[Syzgium polyanthum (Wight) Walp] dalam jangka waktu yang lama.
4. Perlu dilakukan penelitian terhadap hewan uji yang lebih tinggi
tingkatannya untuk mengetahui kadar trigliserida darah yang diakibatkan
oleh pengaruh ekstrak daun salam [Syzgium polyanthum (Wight) Walp]
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Daftar Pustaka
American Heart Association. 2009. Phytochemicals and cardiovasculer disease.
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4722. (8
Februari 2011).
American Heart Association. 2010. Trigliycerides.
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4778. (2 Maret
2010).
Asiamaya. 2007. Daun Salam.
http://www.asiamaya.com/nutrients/daunsalam.htm (17 Februari 2011).
Brown, C.T. 2006. Penyakit aterosklerotik koroner. In : Sylvia A.P. And Lorraine
M. W. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol.1. Edisi
6. Jakarta: EGC, pp: 576-611.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. IKAPI. Jakarta. pp:
162-5.
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=1024&tbl=alternatif.
(26 September 2007).
Dalimartha, S. 2008. Pilih bahan pengikat lemak.
http://www.susukolustrum.com/index2.php?option=com_content&do_pd
f=1&id=100. (22 Agustus 2008).
Gibney, M.J.,Vorster H.H., Kok F.J. 2002. Introduction to Human Nutrition.
Oxford: Blackwell Science, pp: 92-114.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2007. Metabolisme Lemak. In : Luqman Y.R.,
Huriawati H., Andita N., Nanda W. (eds). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. pp: 893-894.
Harborn, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Jilid II. Terjemahan Padmawinata, K., & Iwang Soediro, I.
ITB. Bandung. pp: 4-7.
Hartono, A. 2001. Cara lain turunkan kolesterol.
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Mei/kolesterol.htm. (4 Februari
2008).
Hellerstein, M.K. and Parks, E.J. 2001. Obesity and overweight. In: Greenspan,
F.S., and David, G.G. (eds). Basic & Clinical Endocrynology. New York:
Lange Medical books/McGraw-Hill. Pp: 356-370.
Horton, R., Moran, L.A., Ochs, R.S., Rawn, D.J., Scrimgeour, K.G. 2002.
Principles of Biochemistry. 3th ed. USA: Prentice Hall, p: 491
Isroi. 2010. Tikus Untuk Penelitian di Laboratorium.
http://isroi.wordpress.com/2010/03/02/tikus-untuk-penelitian-di-
laboratorium. (15 Februari 2011).
Jacobson, T.A., Miller, M., Schaefer, E.J. 2007. Hypertriglyceridemia and
cardiovascular risk reduction. Clin Ther 9(5): 763-77.
Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC, pp:
550-551.
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kumalaningsih, S. 2007. Antioksidan, sumber dan manfaatnya.
http://antioxidantcentre.com/index.php/Antioksidan/3.-Antioksidan-
Sumber-Manfaatnya.html. (4 Februari 2008).
Khomsan, A. 2001. Empat serangkai penggempur kolesterol.
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Nov/warna_4 serangkai.htm.
(17 February 2008).
Lam, M. 2002. Vitamin C therapy in cardiovascular disease.
http://www.drlam.com/opinion/vitamin_C_therapy_in_cardiovascular_di
sease.cfm. (4 Februari 2008).
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara
Klinis. Jakarta: UI-Press, pp: 64-5.
Malloy, M.J. and Kane, J.P. 2001. Disorder of lipoprotein metabolism. In:
Greenspan, F.S. and Gardner, D.G. Basic and Clinical Endocrynology.
New York: Lange Medical Books/Mc-Graw Hill, p: 721.
Marks D. B., Marks A. D., Smith C. M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC, pp: 482-486.
Mayes, P.A. 2003. Bioenergetika dan metabolisme karbohidrat serta lipid. In:
Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell, V.W. (eds). Biokima
Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. pp: 254-281.
Mayo Clinic. 2008. Triglycerides: Why do they matter.
http://www.mayoclinic.com/print/triglycerides/CL00015/METHOD=prin
t. (7 Maret 2010).
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Medicastore. 2006. Obat antihiperlipidemik.
http://medicastore.com/apotik_online/obat_metabolisme_&_endokrin/ob
at_antihiperlipidemik.htm. (10 Februari 2010).
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, pp: 136-7.
Mustafa, H. 2000. Teknik sampling. http://home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc.
(24 April 2010).
Phyto Medica. 1993. Anti Hiperlipidemia. Penapisan farmakologi, pengujian
fitofarmaka dan pengujian klinik. Jakarta. Hal: 38-45.
Plaisance, E.P., Grandjean, P.W., Mahurin, A.J. 2009. Independent and combined
effects of aerobic exercise and pharmacological strategies on serum
triglyceride concentrations: A qualitative review. Phys Sportsmed J
37(1): 11-9.
Silbernagel, S. and Lang, F. 2007. Color atlas of patophysiologi. Stuttgart:
University of Tubingen Germany, pp: 247.
Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. Jakarta:
Universitas Indonesia, pp: 37-57.
Stankus T. 2009. Lowering triglycerides: dieting, exercise, niacin, statins,
fibrates, nuts & fish.
http://sladivisions.typepad.com/dbio/2009/05/loweringtriglyceridesdietin
g-exercise-niacin-statin-fibrates-nuts-fish.html. (7 Maret 2010).
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sudarso. 2002. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional
UGM. pp: 84-6.
Sugiyanto. 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi Edisi IV. Yogyakarta:
Laboratorium Farmasi dan Taksonomi UGM. pp: 11-12.
Suhardjono, D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta:
Laboratorium Farmasi dan Taksonomi UGM.
Suyatna, F. D. 2007. Hipolipidemik. In: Gunawan S. G., Setiabudy R., Nafrialdi,
Elysabeth (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI. p: 373-388.
Taufiqurahman M.A. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Cetakan 2. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. pp: 99-109.
Trubus. 2007. Jantung dan maag takluk sekaligus.
http://www.trubusonline.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle
&cid=&artid=543. (17 Februari 2008).
Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, pp: 564-75.
Wart P. 2004. Rats! Rodents and Human are Similiar. Washington: Well Source,
Inc. pp: 79-86.
Wijayakusuma, H.M.H. 2007. Potensi tumbuhan obat asli Indonesia sebagai
produk kesehatan. Prosiding Seminar Ilmiah Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta: Himpunan
Pengobatan Tradisional dan Akupuntur Indonesia, p: 1.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Zino, S., Skeaff, M., Williams, S., Mann, J. 1997. Randomised controlled trial of
effect of fruit and vegetable consumption on plasma concentration of fats
and antioxidant. BMJ. 314:1787.
56