15
Anestesi Gigi Geligi Permanen Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar pertama adiinervasi oleh cabang- cabang nervus alveolaris superior posterior. Cabang- cabang kecil dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan pendukung bukal pada daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat padanya. Deposisi larutan anestesi di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang, akan menimbulkan efek anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok alveolaris superior posterior. Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah lebih sering digunakan untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml, normalnya memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan pleksus venosus pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini. Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan pendukung bukal serta mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat inervasi dari nervus alveolaris superior medius. Teknik infiltrasi biasanya digunakan untuk menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan sudah cukup untuk menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar kedua.

Anestesi Gigi Geligi Permanen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anestesi Gigi

Citation preview

Page 1: Anestesi Gigi Geligi Permanen

Anestesi Gigi Geligi Permanen

Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar

pertama adiinervasi oleh cabang-cabang nervus alveolaris superior posterior.

Cabang-cabang kecil dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan

pendukung bukal pada daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat padanya.

Deposisi larutan anestesi di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang,

akan menimbulkan efek anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik

ini disebut blok alveolaris superior posterior.

Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah

lebih sering digunakan untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml,

normalnya memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan pleksus venosus

pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini.

Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan

pendukung bukal serta mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat

inervasi dari nervus alveolaris superior medius. Teknik infiltrasi biasanya

digunakan untuk menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan

sudah cukup untuk menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar

kedua. 

An e stesi Gigi-gigi Anterior Permanen

Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh serabut yang berasal

dari nervus alveolaris superior anterior. Nervus ini naik pada kanalis tulang yang

kecil untuk bergabung dengan nervus infraorbital 0,5 cm di dalam kanalis

infraorbitalis. Gigi insicivus sentral, insicivus lateral atau kaninus dapat

teranestesi bersama dengan jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml

larutan anestesi di dekat apeks gigi yang dituju. 

Anastesi   Jaringan   Palatal

Ujung-ujung saraf pada jaringan lunak palatum berhubungan dengan gigi-

gigi anterior atas dan prenaksila, serta meneruskan sensasi melalui fibril saraf

yang bergabung untuk membentuk nervus sphenopalatinus panjang. Nervus

Page 2: Anestesi Gigi Geligi Permanen

berjalan melalui foramen insisivus dan kanalis, ke atas dan ke belakang melewati

septum nasal ke arah ganglion speno-palatina.

Berbagai cabang-cabang kecil dari gingival palatal dan mukoperiosteum di

daerah molar dan premolar akan bergabung untuk membentuk nervus palatinus

majus. Stelah berjalan ke belakang di dalam saluran tulang yang terletak di

pertengahan antara garis tengah palatum dan tepi gingival gigi geligi, masuk ke

kanalis melalui foramen palatinus majus. Kemudian berjalan naik untuk

bergabung dengan ganglion speno-palatina yang berhubungan dengan nervus

maksilaris.

Nervus speno-palatina panjang dan nervus palatinus majus akan

beranastomosis di daerah kaninus palatum dan membentuk lingkaran saraf dalam.

Mukoperiosteum palatal mempunyai konsistensi keras dan beradaptasi erat

terhadap tulang. Karakteristik ini menyebabkan suntikan subperiosteal perlu

diberikan dan diperlukan tekanan yang lebih besar dari biasa untuk

mendepositkan larutan anestesi lokal. Karena itulah, pasien harus diberitahu

terlebih dahulu bahwa suntikan palatal akan menimbulkan rasa tidak enak namun

tidak sakit. Rasa kurang enak ini dapat diperkecil dengan menginsersikan jarum

dengan bevel yang mengarah ke tulang dan tegak lurus terhadap vault palatum.

Pada premaksila, suntikan di papilla insisivus akan menimbulkan rasa sakit yang

hebat di arena itu, suntikan ini sebaiknya dihindari.

Injeksi Infraorbital is

Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan pada maksila, maka

anastesi regional umumnya jarang dipergunakan. Walaupunn demikian, injeksi

infraorbitalis akan sangat bermanfaat bila akan dilakukan pancabutan atau operasi

besar pada daerah insisivus dan kaninus rahang atas. Injeksi ini juga dapat

digunakan untuk menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak

mungkin dilakukan karena ada infeksi di daerah penyuntikan.

Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan didepositkan

pada orifice foramen infraorbitalis, berjalan sepanjang kanalis ke nervus alveolaris

superior anterior dan alveolaris superior medius, menimbulkan anastesi pada gigi-

Page 3: Anestesi Gigi Geligi Permanen

gigi insicivus, kaninus dan premolar serta struktur pendukungnya. Larutan ini

kadang-kadang dapat mencapai ganglion speno-palatina dan menganastesi

lingkaran saraf dalam, namun seringkali masih diperlukan suntikan palatum

tambahan.

Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat digunakan untuk blok

infraorbital. Teknik infraorbital umumnya lebih popular dan memungkinkan

jarum ditempatkan di luar lapang pandang pasien. Suntikan tersebut dapat

dilakukan dengan cara berikut ini. Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi

linger infraorbital dan takikan infraorbital, kemudian geser jari sedikit ke bawah

agar terletak tepat di atas foramen infraorbital. Dengan tetap mempertahankan

posisi ujung jari tersebut, ibu jari dapat digunakan untuk membuka bibir atas dan

mengekspos daerah yang akan disuntik.

Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila

Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior

Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi

kaninus. Arahkan jarum ke apeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas

apeks akar gigi tersebut.

Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi

keenam gigi anterior. Injeksi N. Alvolaris superior anterior biasanya sudah cukup

untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan

injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum.

Blok Nervus Alveolaris Superior Posterior

Blok nervus alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan

jarum di distal molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan

deposisi larutan 1,5 ke permukaan distobukal maxilla.

Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah

plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat

analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan.

Daerha yang teranestesi :

- Gigi-gigi molar kecuali akar mesiobukal molar satu

Page 4: Anestesi Gigi Geligi Permanen

- Processus alveolaris bagian bukal dari gigi molar termasuk periosteum

- Jaringan ikat dan membran mukosa

Anatomi landmarks : 

- Lipatan zygomatikus pada maxilla

- Processus zygomatikus pada maxilla

- Tuberositas maxilla

- Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.

Tekniknya :

Bila yang dianestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter :

1. Operator berdiri sebelah kanan depan.

2. Masukkan jari telunjuk kiri ke vestibulum oris sebelah kanan

penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukal di

sebelah posterior gigi premolar dua sampai teraba proccesus

zygomaticus.

3. Turunkan lengan, ke bawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º

terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º

bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita

dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat

ditarik kelateral posterior.

4. Jari telunjuk merupakan pedoman tempat penusukan jarum. Ambil

spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik

harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu.

5. Arah jarum harus sejajar dengan jari, penusukan jarum sedalam ½-¾

inch.

6. Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara

perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.

Page 5: Anestesi Gigi Geligi Permanen

Blok Nervus Infraorbitalis

Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba

dengan menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi.

Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik

bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar

kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm

baru larutan analgesic didepositkan. Pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik

jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit,

untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai.

Nervus yang teranestesi :

- Nervus alveolaris superior, anterior dan medius

- Nervus infraorbitalis

- Nervus palpebra inferior

- Nervus nasalis lateralis

- Nervus labialis superior

Daerah yang teranestesi :

- Gigi incisivus sampai premolar

- Akar mesiobukal dari molar satu

- Jaringan pendukung dari gigi tersebut

- Bibir atas dan kelopak atas

- Sebagian hidung pada sisi yang sama

Anatomi Landmark :

- Infra orbital ridge

- Supra orbital notch

- Gigi anterior dan pupil mata

Tekniknya :

Intra oral approach

1. Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi

rahang atas membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh

melihat ke arah depan

Page 6: Anestesi Gigi Geligi Permanen

2. Gambarkan garis imajiner yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata

ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas

3. Bila sudah menemukan infraorbital notch, maka jari telunjuk yang dipakai

palpasi, digerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, di sinilah akan ditemukan

suatu cekungan dimana letaknya foramen infraorbital

4. Setelah ditemukan foramen infraorbital, maka jari telunjuk tetap

diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya

jarum mengenai bola mata

5. Bibir atas diangkat dengan ibu jari

6. Lakukan desinfeksi pada mukobukal regio premolar dua rahang atas.

Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch

7. Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan mukobukal regio

premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis imajiner yang telah dibuat.

8. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus mukosa,

injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan

secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen infraorbitalis, maka dapat

dirasakan oleh jari diletakkan pada foramen tersebut

9. Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah

larutan tersebut tergantung dari kebutuhan)

Extra oral approach :

Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan

1. Tentukan letak foramen infraorbital (sama dengan teknik pada intra oral

approach)

2. Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk

mencegah kemungkinan bahaya untuk mata

3. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infraorbital,

masukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut

diluncurkan sesuai dengan arah garis imajiner sejajar 1 cm, kemudian

keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik.

Page 7: Anestesi Gigi Geligi Permanen

4. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang

masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus

ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan,

larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan

rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup

cepat.

 Blok Nervus Nasopalatinus

Nervus nasopalatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi

adalah bagian bukal dari palatum durum sampai gigi kaninus kiri dan kanan.

Anatomi Landmark :

- Incisivus papilla

- Incisivus centralis

Tekniknya :

1. Incisivus papilla ini sangat sensitif, oleh karena itu pada penusukan jarum

yang pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian

jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi

incisivus, dan tetap dalam garis median

2. Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi

dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc. Jarum yang digunakan

adalah jarum yang pendek

3. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai ke kaninus dapat diperoleh

dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada nervus palatinus majus

ketika keluar dari foramen palatina majus

4. Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan

karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari

kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.

Blok Nervus Palatinus Anterior

Nervus ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi

adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar.

Anatomi Landmark :

Page 8: Anestesi Gigi Geligi Permanen

- Molar dua dan tiga maxilla

- Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla

- Garis imajiner buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah

garis tengah palatum.

Indikasi :

- Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga

- Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum

Tekniknya :

1. Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang

terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar

menuju garis median

2. Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi

berlawanan mulut (bila disuntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum

dari kiri menuju kanan) sehingga membentuk sudut 90º dengan curve

tulang palatinal

3. Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang

kemudian semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc

Injeksi Blok

A. Injeksi Mandibular

1. Palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari

menempel pada linea oblique. Dengan “barrel” (bagian yang berisi

anestetikum) syringe terletak di antara kedua premolar pada sisi yang

berlawanan, arahkan jarum sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi

mandibula kea rah ramus dan jari

2. Tusukkan jarum pada pada apeks trigonum pterygomandibular dan

teruskan gerakan jarum di antara ramus dan ligamentum-ligamentum

serta otot-otot yang menutupi facies interna ramus samapi ujungnya

berkontak pada dinding posterior selcus mandibularis.

Page 9: Anestesi Gigi Geligi Permanen

3. Dideponir kurang lebih 1,2 cc anestetikum di sekitar n. alveolaris

inferior. N. lingualis biasanya teranestesi dengan cara mendeponirkan

sejumlah kecil anestetikum pada pertengahan perjalanan masuknya

jarum

B. Injeksi Mentalis

1. Tentukan letak apeks gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak

di dekat salah satu apeks akar gigi premolar tersebut

2. Tariklah pipi kea rah bukal dari gigi permoar. Masukkan jarum ke

dalam membrane mukosa diantara kedua gigi premolar krang lebih 10

mm esternal dari permukaan bukal mandibula. Posisi syringe

membentiuk sudut 45 terhadap permukaan bukal mandibula, mengarah

ke apeks akar premolar kedua.

3. Tusukkan jarum tersebut sampai menyentuh tulang. Kurang lebih ½ cc

anestetikum dideponir, ditunggu sebentar kemudian ujung jarum

digerakkan tanpa menarik jarum keluar, sampai terasa masuk ke dalam

foramen dan dideponir kembali ½ cc anestetikum dengan hati-hati

4. Selama pencarian foramen dengan jarum, jagalah agar jarum tetap

membentuk sudut 45 terhadap permukaanbukal mandibula untuk

menhindari melsetnya jarum ke balik periosteum dan unuk

memperbesar kemungkinan masuknya jarum ke foramen

C. Injeksi N. Buccalis Longus

1. Masukkan jarum pada lipatan mukosa pada suatu titik tepat didepan

gigi molar pertama.

2. Perlahan-lahan tusukkan jarum sejajar dengan corpus mandibula,

dengan bevel mengarah ke bawah, ke suatu titik sejauh molar ketiga,

anestetikum dideponir perlahan-lahan seperti pada waktu memasukkan

jarum melalui jaringan

Page 10: Anestesi Gigi Geligi Permanen

D. Injeksi N. Lingualis

1. Suntikkan jarum pada mukoperiosteum lingual setinggi setengah

panjang akar gigi yang dianestesi. Karena posisi dari gigi insisivus,

sulit untuk mencapai daerah ini dengan jarum yang lurus. Untuk

mengatasi masalah ini, bisa digunakan “hub” yang bengkok atau jarum

yang dibengkokkan dengan cara menekannya antara ibu jari dan jari

lain.

2. Deposisikan sedikit anestesi perlahan-lahan ke dalam

mukoperiosteum. Jangan menggunakan penekanan. Anestesi biasanya

timbul dengan cepat

Sumber :

Howe. Geoffrey L. Anestesi Lokal. Alih bahasa: Lilian Yuwono. Jakarta:Hipokrates. 1992

Mallamed. 1990. Hand Book of Local Anesthesia. 3rd edition. Mosby-Year Book

Inc. St. Louis, Missouri USA.