Upload
prima-aditya-wicaksana
View
106
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anestesi
Citation preview
TRANSPORTASI PASIEN KRITIS
” TRANSPORT OF THE CRITICALLY ILL”
JE GILLIGAN
Pembimbing :dr. Tendi Novara, Msi.Med, Sp. An
Disusun Oleh :
Fitriana Rahmawati G1A212007
Wida Novia I G1A212008
Sabrina Ayu L G1A212009
SMF ANESTESIOLOGI REANIMASI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2012
TRANSPORTASI PASIEN KRITIS
Pasien kritis adalah pasien yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki kemampuan fisiologis sama sekali. Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan penanggulangan pasien kritis adalah faktor transportasi.
Transportasi pasien kritis merupakan sebuah masalah, karena perubahan fisiologis
selama transportasi dapat mengancam kelangsungan hidup pasien. Sehingga
proses tersebut memerlukan persiapan yang matang dan perhatian yang ketat.
Meskipun telah tersedia pedoman yang jelas, namun hal tersebut seringkali
diabaikan. Hal yang harus diperhatikan dalam transportasi pasien kritis meliputi :
A. Perencanan
B. Personil
C. Peralatan
D. Prosedur
E. Jalan
Kategori Transportasi Pasien Kritis
Transportasi pasien kritis meliputi transportasi di dalam rumah sakit
(intramural) dan di luar rumah sakit (ekstramural). Transportasi pasien
intramural biasanya merupakan pemindahan pasien kritis dari ruang perawatan
umum, Unit Gawat Darurat (UGD) atau dari ruang operasi ke Intensif Care Unit
(ICU) untuk keperluan pemantauan dan intervensi secara intensif. Transportasi
intramural pasien kritis juga biasa dilakukan dari ICU ke ruang lain dengan tujuan
untuk keperluan diagnosis (X-Rays, MRI, CT Scan, dll) atau untuk keperluan
pengobatan (ruang operasi).Transportasi pasien ekstramural contohnya adalah
transportasi pasien kritis dari tempat kecelakaan atau kejadian perkara menuju ke
pos kesehatan pertama atau Rumah Sakit pertama (prehospital), berikutnya dapat
juga dilakukan transportasi antar Rumah Sakit (interhospital) baik itu transportasi
antar Rumah Sakit di dalam negri maupun internasional. Prinsip utama dalam
transportasi paisen kritis adalah jangan membuat penyakit atau cedera pasien
menjadi semakin parah (Do not furter harm).
I. Transportasi Pasien Kritis Di Dalam Rumah Sakit (Intramural)
A. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah merumuskan sebuah protokol transportasi
pasien kritis. Protokol perencanaan transportasi pasien kritis di dalam
Rumah Sakitmeliputi :
1. Perawatan pasien
Perawatan pasien kritis selama dalam proses transportasi harus
diusahakan sama dengan perawatan pasien di dalam ICU atau
sekurang-kurangnya sama dengan perawatan pasien di ruang
perawatan umum.
2. Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam prosestransportasipasien harus sudah
ditentukan terlebih dahulu.
3. Rute
Rute transportasi yang paling cepat dan aman harus sudah ditentukan
sebelum proses transportasi.
4. Komunikasi
Sangat penting untuk berkomunikasi terlebih dahulu dengan tim
medis di ruangan yang akan dituju. Perlu dijelaskan kondisi pasien
dan perkiraan waktu sampai di tempat tujuan supaya ruangan yang
dituju sudah siap menerima pasien dan telah mempersiapkan segala
keperluan bagi pasien.
B. Personil
Tim medis yang ikut dalam proses transportasi pasien sekurang-
kurangnya terdiri dari perawat, petugas penertiban jalandan dokter.
Semua personil harus sudah terlatih dalam melakukan resusitasi (Air
way, Breathing, Circulation)serta prosedur kegawatdaruratan lainnya.
C. Peralatan
Peralatan yang dibawa pada saat proses transportasi pasien
tergantung pada stabilitas pasien. Pemantauan dasar seperti EKG denyut
jantung dan tekanan darah diperlukan oleh semua pasien kritis.
Pemantauan respirasi, pulse oximetry, defribrilator, tabung oksigen dan
suction harus tersedia bagi pasien yang menggunakan ventilator atau
pasien yang tidak stabil. Ventilator portabel memberikan ventilasi yang
lebih baik dibandingkan dengan ventilasi secara manual. Selain itu
peralatan untuk resusitasi manual harus disiapkan dan disimpan dalam
satu tas khusus. Obat-obatan untuk keadaan darurat seperti analgesik,
sedatif, dan relaksan otot serta obat-obatan yang diindikasikan untuk
pasien tersebut harus tersedia. Baterai cadangan untuk peralatan dengan
tenaga listrik harus tersedia. Semua peralatan harus mudah diakses dan
dapat secara rutin dikontrol. Rekam medis pasien juga harus disertakan
ketika pasien dipindahkan.
D. Prosedur
Persiapan pasien yang akan dipindahkan tidak boleh mengabaikan
perawatan dan pengobatan dasar. Sebelum pasien dipindahkan, tim
medisdi ruangan yang akan dituju harus sudah diberitahu mengenai
waktu kedatangan dan kondisi pasien secara umum. Sehingga semua
peralatan yang dibutuhkan oleh pasien di ruangan yang dituju telah siap
untuk dipergunakan ketika pasien datang. Pasien yang akan dikirim harus
sudah dipersiapkan (misalnya pemberian relaksan otot atau sedatif secara
bolus, mengganti cairan atau darah yang kosong, dan memastikan obat
inotropik telah diberikan melalui infus). Status pasien juga harus
diperiksa terlebih dahulu sebelum dipindahkan. Pemeriksaan status
pasien meliputi :
a. Patensi jalan nafas
b. Ventilasi
c. Drainase (urin bag, WSD jika terpasang)
d. IV line
e. Vital sign
E. Jalan (passage)
Tempat tidur pasien dan semua alat yang terhubung dengan pasien
harusdapat masuk dan melewati semua pintu selama proses transportasi.
Apabila tempat tidur tidak dapat sampai ditempat yang dituju, maka
pasien dipindahkan ke tempat tidur yang lebih kecil. Pada saat
melakukan transportasi pasien ke tempat tidur lain petugas harus lebih
berhati-hati untuk menghindari cedera pada pasien. Semua orang yang
ikut mengantar pasien sebaiknya tidak menghalangi jalan dan tidak
menghambat proses transportasi. Pada proses transportasi, fiksasi pasien
perlu dilakukan, hal ini untuk menjaga keselamatan pasien. Kekencangan
fiksasi harus dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlau
kencang karena dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan
dapat mengakibatkan nyeri. Keadaan pasien harus dimonitor secara
berkala. Beberapa perubahan pada kondisi pasien yang tidak
menguntungkan atau keadaan kritis harus dicatat selama perjalanan.
II. Transportasi Pasien Kritis Di Luar Rumah Sakit (Extramural)
A. Transportasi primer (tempat kejadian ke RS Daerah)
Pasien yang datang berobat ke POS layanan Kesehatan atau Rumah
Sakit Daerah, sebagian besar merupakan korban cedera akibat
kecelakaan/ bencana alam. Rumah Sakit Daerah harus memiliki tim
medis yang mampu menangani kobran kecelakan/ bencana alam.
Pengobatan terhadap korban kecelakaan/ bencana alam merupakan hal
dasar yang perlu dikuasai. Sebelum melakukan transportasi/ merujuk
pasien ke Rumah Sakit Pusat, tim medis perlu melakukan triase,
resusitasi dan perawatan terlebih dahulu.
B. Transportasi sekunder (antar rumah sakit)
Transportasi sekunder merupakan transportasipasien dari Rumah
Sakit Daerah atau Kabupaten ke Rumah Sakit Pusat yang lebih besar atau
ke Rumah Sakit dengan spesialisasi khusus (misalnya neonatus, obstetri,
ortopedi).
C. Transportasi pasien jarak jauh ( Tingkat Internasional)
Transportasi pasien jarak jauh adalah transportasi dengan jarak
lebih dari 3000km. Pesawat yang paling sering digunakan untuk
transportasi pasien kritis jarak jauh adalah pesawat jetyang
biasanyadigunakan untuk penerbangankomersial. Petugas medis, pasien
dan peralatan medis membutuhkan sekitar 15 kursi penumpang. Pasien
yang akan melakukan perjalanan harus distabilkan kondisinya terlebih
dahulu. Persyaratan mengenai keimigrasian, akomodasi selama
perjalanan dan status hukum petugas serta obat-obatan harus terlebih
dahulu dipersiapkan.
D. Protokoltransportasi pasien kritisextrahospital (ekstramural)
1. Persiapan
Koordinasi dan komunikasi yang baik antara tim evakuasi di
tempat kejadian dan tim medis di Rumah Sakit yang dituju adalah
hal yang sangat penting. Komunikasi yang buruk akan menyebabkan
hambatan dalam penyampaian informasi. Akibat dari hal tersebut tim
medis di Rumah Sakit yang akan dituju kurang memahami kondisi
pasien yang akan mereka terimasehinggapersiapan yang dilakukan
untuk menerima pasien pun menjadi tidak adekuat.
2. Personil
Tim medis yang ikut dalam transportasi pasien kritis harus
memiliki ketrampilan diagnostik dan resusitasi. Lebih dianjurkan
untuk memilih personil tim medis yang memili sertifikat Advanced
trauma life support (ATLS) dan emergency management of severe
trauma (EMST). Mabuk perjalanan, obstruksi tuba eustachius atau
gangguan lainnya mungkin dapat dialami oleh pasien maupun tim
medis.Sebaiknya tidak mengikutsertakan personil tim medis yang
sangat sensitif terhadap gerakan (mabuk perjalanan).
3. Peralatan
Peralatan medis harus berada di samping tempat tidur pasien
selama prosestransportasi. Paket medis seharusnya tidak lebih dari
40kg. Perlengkapan seperti sarung tangan, pelindung mata,
pelindung dari benda tajam dibutuhkan oleh tim medis untuk
mencegah terinfeksi oleh penyakit.
Peralatan yang harus tersedia meliputi :
a. Peralatan hemodinamik
1) Kombinasi antara monitor EKG dan defibrillator
2) Pulse Oksimetry digunakan untuk mengukur SaO2 dan nadi
secara non ivasif
3) Manset spigmomanometer untuk mengukur tekanan darah.
Tampilan pada layar monitor mungkin akan sulit dibaca pada
saat perjalanan transportasi pasien dan suara dari monitor
mungkin juga tidak terdengar. Pemakaian head sets yang
dihubungkan dengan monitor bisa mengatasi kesulitan dalam
membaca dan mendengar suara monitor. Pengkuran tekanan
darah secara auskultasi mungkin juga akan sulit untuk
dilakukan dalam perjalanan. Pengukuran tekanan darah
sistolikyang paling mungkin dilakukan adalah dengan
menggunakan spigmomanometer jarum dan dengan palpasi
nadi.
4) Venous cannulae (untuk vena perifer dan vena central),
Arterial cannulae
5) Infus set dan pompa infus
6) Thermometer
b. Peralatan Respirasi
1) Ventilator lebih diunggulkan daripada ventilasi secara
manual. Ventilator yang sering digunakan pada proses
transportasi pasien kritis adalah ventilator portable.
2) Pipa Orofaring (Gudel)
3) Spirometer
4) Peralatan intubasi (Endo tracheal tube, stylet, forceps
magil/arteri, laringoskop)
5) Perlengkapan suction
6) Peralatan cricotirotomi dan pipa trakeostomi
7) Laringeal Mask Airway (LMA)
8) Pleural drainage
9) Nebulizer
c. Perlengkapan gastrointestinal
Nasogastric tube (NGT) dan Drainage bagmeminimalkan
terperangkapnya gas didalam abdomen (distensi lambung)
d. Perlengkapan urinary
Kateter Urin dan Urine bag (mengontrol jumlah urin yang
dikeluarkan)
e. Obat-obatan
1) Sirkulasi (Inotropik, β bloker, atropine, neostigmin,
antiaritmia, vasodilator)
2) Diuretik
3) Antibiotik
4) Koagulasi (Heparin, Vit K, agen trombolitik)
5) Bronkodilator
6) Sistem saraf (opioid, antikonvulsan, sedatif, neuromuscular
bloker, antiemetik, obat lokal anestesi agent, obat general
anestesi).
f. Cairan dan produk darah
1) NaCl 0,9%, dextrose 5%, RL, HES
2) PRC, albumin, faktor pembekuan darah, trombosit
g. Nutrisi
h. Peralatan untuk memantau biokimia tubuh meliputi alat pengukur
gula darah, Hemoglobin, Na+, K+, Cl-, urea, creatinin, bilirubin,
kolestrol dan enzim hati.
4. Prosedur
Prosedur pertama adalah penilaian pasien di tempat,
selanjutnya diikuti dengan resusitasi A, B, C (air way, breathing dan
circulatory), ditambah koreksi terhadap gangguan suhu tubuh dan
biokimia. Pipa endotrakeal seharusnya sudah terpasang sebelum
transportasi dilakukan, karena akan sangat sulit memasang pipa
endotrakeal dalam perjalanan apabila tiba-tiba kondisi pasien
memburuk.
Data penting seperti analisa gas darah dan Foto Rontgen harus
didapatkan sebelum keberangkatan. Dalam proses transportasi
apabila pasien berpotensi menjadi gelisah atau meronta-ronta maka
dapat diberikan sedasi atau difiksasi.
Pada beberapa pasien yang dipindahkan, kadang sudah
terpasang Water sealed drainage (WSD). Pemasangan WSD dapat
menyebabkan tension pneumothorak pada pasien dengan fistula
bronkopleural.
Pemasangan IV line sebaiknya jauh dari persendian. Obat-
obatan yang akan dimasukan secara bolus atau drip sebaiknya
dipersiapkan dan diberi label. Apabila nutrisi secara parenteral
dihentikan, maka hipoglikemia harus dicegah dengan pemberian
glukosa 10% dan glukosa darah harus terus dipantau. Pompa infus
dapat mengontrol pemberian obat dan cairan secara lebih baik
selama dalam perjalanan transportasi pasien.
Posisikan dan amankan kedudukan pasien didalam kendaraan.
Perubahan posisi di dalam pesawat atau ambulance dapat dilakukan
tetapi harus sesuai dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pasien
tidak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal dapat
dimiringkan kesebelah kiri untuk menjaga terbukanya jalan nafas.
Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci.
Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap
diimobilasasi dengan spinal board.
5. Jalan
Fasilitas transportasi darat maupun udara harus memenuhi
persyaratan, diantaranya adalah:
a. Aman
b. Tidak terlalu mengakibatkan goncangan
c. Terdapat ruangan yang cukup luas, minimal untuk 1 pasien
kritis, TIM medis dan 1 orang anggota keluarga.
d. Terdapat sumber energi dan gas yang cukup untuk mendukung
peralatan yang dibutuhkan oleh pasien.
e. Pencahayaan, pengaturan suhu dan tekanan yang baik
f. Memiliki kecepatan yang cukup
g. Memiliki sistem komunikasi yang baik.
Perjalanan darat biasanya digunakan untuk daerah
metropolitan, tetapi jarang digunakan untuk transportasi pasien dari
desa ke kota. Perjalanan udara paling sering digunakan dalam
keadaan emergensi. Perjalanan udara dapat menggunakan helikopter
ataupun pesawat terbang. Keuntungan helikopter adalah dapat
mentranspor pasien dengan cepat dan mendarat dekat dengan tempat
kejadian. Helikopter biasa digunakan untuk transportasi pasien
dengan jarak 30-100 km, sedangkan pesawat terbang biasanya untuk
transportasi pasien dengan jarak yang lebih jauh (radius penerbangan
150-1500 km).
KESIMPULAN
Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di dalam
ilmu kedokteran khususnya bidang kegawatdaruratan (emergency medicine).
Transportasi pasien kritis tidak hanya sekedar memindahkan penderita ke ruangan
atau Rumah Sakit lain, tetapi bagaimana kita dapat mengangkut penderita dari
tempat kejadian ke Rumah Sakit atau ruangan lain yang sesuai, dengan cepat dan
aman.