Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANGGARAN DASAR
PERSATUAN INSPEKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (AD - PERIKSA)
Jakarta, September 2019
i
ANGGARAN DASAR
PERSATUAN INSPEKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (AD - PERIKSA)
MUKADIMAH
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut,
sektor ketenagalistrikan memiliki peran penting dan strategis dalam
penyediaan pasokan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata
dan bermutu serta terpenuhinya aspek keselamatan ketenagalistrikan
bagi masyarakat Indonesia.
Energi listrik sebagai bentuk konversi energi primer dari
pemanfaatan sumber daya alam, memiliki arti penting dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sehingga pengelolaannya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Hal tersebut sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Penyediaan tenaga listrik bersifat padat modal dan
teknologi sehingga peran semua pihak dalam penyediaan tenaga listrik
perlu ditingkatkan sejalan dengan prinsip otonomi daerah dan
demokratisasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Selain bermanfaat, tenaga listrik juga memiliki potensi
bahaya/dapat membahayakan, oleh karena itu untuk menjamin
keselamatan umum, keselamatan kerja, keamanan instalasi dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik, maka instalasi tenaga listrik harus memenuhi ketentuan
regulasi dan standar di bidang ketenagalistrikan.
Untuk menjamin terpenuhinya ketentuan regulasi dan standar di bidang
ketenagalistrikan terutama dalam kegiatan usaha penyediaan tenaga
listrik, Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sesuai dengan
kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik, yang di dalamnya termasuk
pengawasan di bidang keteknikan. Sesuai ketentuan Undang-undang
ii
Nomor 30 Tahun 2009 tetang ketenagalistrikan Pasal 46 ayat (3)
dinyatakan bahwa dalam melaksanakan pengawasan keteknikan,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dibantu oleh Inspektur
Ketenagalistrikan. Pengawasan keteknikan yang dimaksud adalah
pengawasan keteknikan atas pelaksanaan kegiatan usaha penyediaan
tenaga listrik dan usaha jasa penunjang tenaga listrik, dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-
undangan di bidang ketenagalistrikan. Dalam melaksanakan tugasnya,
Inspektur Ketenagalistrikan wajib memahami dan melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan sebagai pedoman dalam serangkaian
proses kegiatan tertentu yang harus dijalani dengan penuh tanggung
jawab. Demikian juga dalam organisasi pemerintah, Inspektur
Ketenagalistrikan dituntut untuk terus meningkatkan kinerja dan
kompetensi dalam menghadapi dinamika sektor ketenagalistrikan dan
perkembangan teknologi global serta secara konsisten menerapkan etika
profesi sebagai pilar profesionalitas jabatan fungsional Inspektur
Ketenagalistrikan.
Agar hal-hal tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan maksimal,
para pejabat fungsional Inspektur Ketenagalistrikan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah/Provinsi menyadari sepenuhnya bahwa
diperlukan adanya sinergi, koordinasi yang baik dan cara pandang yang
sama dalam mengawal dan berperan aktif terhadap suksesnya
pembangunan nasional khususnya sektor ketenagalistrikan melalui
pembentukan suatu wadah organisasi.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan didorong
oleh cita-cita luhur untuk menumbuhkembangkan profesi Inspektur
Ketenagalistrikan, kesejawatan dan untuk dharma bhakti pada nusa
dan bangsa, maka para insan Inspektur Ketenagalistrikan berkumpul di
Jakarta pada hari Kamis tanggal 19 September 2019 dan menyatakan
sepakat untuk membentuk dan mendeklarasikan organisasi profesi
Inspektur Ketenagalistrikan seluruh Indonesia dengan nama Persatuan
Inspektur Ketenagalistrikan Indonesia (PERIKSA) sebagai satu-satunya
organisasi profesi Inspektur Ketenagalistrikan di Indonesia, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi hanya dapat dicapai
atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa disertai usaha-usaha terencana,
sistematis dan terukur serta dijalankan berdasarkan pedoman yang
disepakati dan ditetapkan secara mufakat, maka disusunlah Anggaran
Dasar Persatuan Insepektur Ketenagalistrikan Indonesia sebagai berikut:
1/11
BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN,
WILAYAH KEGIATAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Persatuan Inspektur Ketenagalistrikan
Indonesia, disingkat dan dibaca dengan sebutan PERIKSA, yang dalam
bahasa Inggris disebut Indonesia Electrical Inspector Association (IEIA),
untuk selanjutnya dalam anggaran dasar ini disebut PERIKSA.
Pasal 2
Tempat Kedudukan dan Wilayah Kegiatan
(1) PERIKSA berkedudukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dengan kepengurusan tingkat Nasional/Pusat
berkedudukan di ibukota Negara dan dapat dibentuk kepengurusan
wilayah sesuai perkembangan;
(2) Wilayah kegiatan PERIKSA meliputi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
(3) Bila di suatu wilayah Provinsi terdapat sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) Inspektur Ketenagalistrikan Provinsi yang menjadi anggota
biasa PERIKSA, maka dapat dibentuk Pengurus Wilayah PERIKSA
yang disahkan oleh Pengurus Nasional;
Pasal 3
Waktu
PERIKSA didirikan di Jakarta pada tanggal 19 September 2019 dan
ditetapkan sebagai satu-satunya organisasi profesi Inspektur
Ketenagalistrikan di Indonesia untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
BAB II AZAS DAN LANDASAN
Pasal 4
Azas
PERIKSA berazaskan Pancasila.
2/11
Pasal 5
Landasan
PERIKSA berlandaskan:
1. Undang Undang Dasar 1945;
2. Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan jabatan
fungsional Inspektur Ketenagalistrikan dan/atau Peraturan
Perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan;
3. Keputusan Musyawarah Nasional (MUNAS) PERIKSA sebagai landasan
operasional.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Maksud
PERIKSA dimaksudkan untuk mewujudkan Inspektur Ketenagalistrikan
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat
persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mampu
menjalankan amanat regulasi bidang ketenagalistrikan melalui inspeksi
pengawasan bidang ketenagalistrikan dan pemenuhan ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan pada instalasi tenaga listrik.
Pasal 7
Tujuan
Tujuan PERIKSA:
1. Meningkatkan kompetensi, profesionalitas dan produktivitas
Inspektur Ketenagalistrikan.
2. Meningkatkan kapasitas dan produktivitas instansi/unit Inspektur
Ketenagalistrikan.
3. Menerapkan Kode Etik dan Kode Perilaku Inspektur Ketenagalistrikan.
3/11
BAB IV FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 8
Fungsi
PERIKSA berfungsi sebagai wadah informasi, representasi, konsultasi,
fasilitasi dan advokasi Inspektur Ketenagalistrikan, serta sebagai
wahana komunikasi antara Inspektur Ketenagalistrikan dengan
pemerintah, pemangku jabatan struktural, pemangku kepentingan di
bidang ketenagalistrikan dan diantara para Inspektur Ketenagalistrikan,
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas Inspektur
Ketenagalistrikan dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan
organisasi.
Pasal 9
Tugas Pokok
Tugas Pokok PERIKSA:
1. Menghimpun dan mempersatukan para Inspektur Ketenagalistrikan
menjadi anggota PERIKSA.
2. Menjaga dan mengawasi anggota agar menjunjung tinggi martabat
kehormatan profesi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan serta Undang-Undang lain yang
relevan dan Kode Etik dan Kode Perilaku.
3. Meningkatkan profesionalisme anggota.
4. Mendorong peningkatan kompetensi, daya saing dan kinerja
Inspektur Ketenagalistrikan;
5. Berperan serta memberikan masukan dalam penyusunan atau
penerapan regulasi di bidang ketenagalistrikan terutama berkaitan
dengan keselamatan ketenagalistrikan dan pengawasan di bidang
ketenagalistrikan.
6. Membangun forum komunikasi, koordinasi dan konsultasi bagi
masyarakat yang peduli terhadap keselamatan ketenagalistrikan,
baik secara individu maupun kelompok;
7. Berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan hasil inspeksi
pengawasan kepada masyarakat luas, sehingga terbangun
masyarakat yang sadar dan taat terhadap keselamatan
ketenagalistrikan;
8. Melakukan penerbitan dan publikasi, serta riset dalam bidang
inspeksi ketenagalistrikan;
9. Memelihara dan meningkatkan kerjasama dengan organisasi
profesi/badan/lembaga/instansi pemerintah dan swasta, baik di
4/11
dalam maupun di luar negeri;
10. Melakukan usaha dan kegiatan lain yang perlu dan bermanfaat bagi
anggota dalam menjalankan tugas profesinya.
11. Melakukan evaluasi dan memberi masukan dalam upaya
meningkatkan posisi Indonesia di forum keselamatan
ketenagalistrikan internasional, regional maupun bilateral.
12. Menyusun Kode Etik dan Kode Perilaku profesi.
13. Memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran Kode
Etik dan Kode Perilaku profesi.
BAB IV
HUBUNGAN KERJA DENGAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Pasal 10
Hubungan Kerja
(1) Hubungan kerja antara Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral dengan PERIKSA bersifat koordinatif dan fasilitatif untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi pembinaan Inspektur
Ketenagalistrikan.
(2) Dalam melaksanakan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Organisasi profesi menjalin kerjasama dengan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral dalam penegakan kode etik profesi,
penyusunan standar kompetensi profesi, penyelenggaraan uji
kompetensi dan sertifikasi kompetensi, pemberian advokasi dan
pengembangan profesi, serta pengembangan ilmu pengetahuan,
metode, dan inovasi bagi profesi.
BAB V KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI DAN ATRIBUT
Pasal 11
Kode Etik dan Kode Perilaku profesi
(1) PERIKSA memiliki Kode Etik dan Kode Perilaku profesi sebagai
tuntunan moral dan perilaku yang mengikat bagi para anggotanya
yang ditetapkan dan disahkan dalam MUNAS yang selaras dengan
Kode Etik dan Kode Perilaku Inspektur Ketenagalistrikan pada
Instansi Pembina.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kode Etik dan Kode Perilaku profesi
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
5/11
Pasal 12
Lambang, Bendera, Mars dan Atribut
(3) PERIKSA mempunyai lambang, bendera, mars dan atribut;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai lambang, bendera, mars dan atribut
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 13
Keanggotaan
(1) Anggota PERIKSA terdiri atas:
a. Anggota biasa;
b. Anggota luar biasa;
c. Anggota kehormatan;
(2) Setiap Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan wajib menjadi
anggota PERIKSA.
(3) Setiap Pejabat Fungsional Inspektur Ketenagalistrikan adalah
anggota biasa.
(4) Anggota biasa di Pemerintah Pusat berada di bawah pengelolaan
Pengurus Nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 14
Kewajiban Anggota
1. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan
Inspektur Ketenagalistrikan dan menaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga
dan Kode Etik PERIKSA, Keputusan MUNAS dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh PERIKSA serta menjaga dan mempertahankan
nama baik PERIKSA.
2. Setiap anggota biasa dan anggota luar biasa wajib berpartisipasi aktif
dalam PERIKSA.
3. Setiap anggota biasa wajib membayar iuran serta sumbangan lain
6/11
yang ditetapkan oleh PERIKSA.
Pasal 15
Hak Anggota
(1) Anggota Biasa mempunyai hak:
a. Hak suara/memilih, yaitu hak mengambil keputusan untuk
memilih dalam Musyawarah Anggota.
b. Hak dipilih, yaitu hak menerima kepercayaan untuk
dipilih/menduduki jabatan dalam kepengurusan PERIKSA.
c. Hak bicara, yaitu hak mengajukan usul, saran dan pendapat
serta mengajukan pertanyaan.
d. Hak pelayanan, yaitu hak mendapatkan informasi, bimbingan
dan bantuan PERIKSA dalam menjalankan tugasnya sebagai
Inspektur Ketenagalistrikan.
e. Hak dilindungi, yaitu hak mendapatkan perlindungan PERIKSA
dari pengaruh pihak lain yang mempunyai kepentingan tertentu
yang menyebabkan tidak terpenuhinya prinsip-prinsip
pelaksanaan tugas Inspektur Ketenagalistrikan.
(2) Anggota Luar Biasa mempunyai hak:
a. Hak bicara, yaitu hak mengajukan usul, saran dan pendapat
serta mengajukan pertanyaan.
b. Hak pelayanan, yaitu hak mendapatkan informasi dan bimbingan
PERIKSA terkait jabatan fungsional Inspektur Ketenagalistrikan.
(3) Anggota Kehormatan mempunyai hak:
a. Hak bicara, yaitu hak mengajukan usul, saran dan pendapat dan
mengajukan pertanyaan.
b. Hak pelayanan, yaitu hak mendapatkan informasi dan bimbingan
PERIKSA terkait jabatan fungsional Inspektur Ketenagalistrikan.
BAB VIII
ORGANISASI
Pasal 16
Bentuk
PERIKSA adalah organisasi profesi bagi Pegawai Negeri Sipil yang
memangku jabatan fungsional Inspektur Ketenagalistrikan di seluruh
Indonesia dalam bentuk persatuan.
7/11
Pasal 17
Sifat
PERIKSA bersifat independen, mandiri, nirlaba, bukan organisasi politik
dan/atau merupakan bagiannya, yang dalam melakukan kegiatannya
menjunjung tinggi etika profesi.
Pasal 18
Alat Kelengkapan
(1) PERIKSA mempunyai alat kelengkapan berupa :
a. Rapat anggota :
- Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar
Biasa (MUNASLUB);
- Musyawarah Wilayah.
b. Kepengurusan:
- Pengurus Nasional;
- Pengurus Wilayah.
c. Dewan Penasehat: - Dewan Penasehat Nasional;
- Dewan Penasehat Wilayah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai alat kelengkapan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 19
Pengurus Nasional
(1) Pengurus Nasional sekurang-kurangnya terdiri atas: seorang Ketua
Umum, 5 (lima) orang Ketua, seorang Sekretaris Jenderal, dan
Bendahara Umum;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengurus Nasional diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 20
Masa Jabatan Pengurus Nasional
(1) Masa jabatan Pengurus Nasional PERIKSA adalah tiga tahun.
(2) Ketua Umum Pengurus Nasional dapat dipilih kembali sebanyak-
banyaknya dua kali secara berturut-turut.
(3) Masa jabatan kepengurusan baru hasil MUNASLUB adalah masa
jabatan tersisa dari masa jabatan kepengurusan yang digantikannya.
8/11
Pasal 21
Pendelegasian Wewenang Ketua Umum
Apabila Ketua Umum PERIKSA berhalangan sementara dan/atau karena
sesuatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu
tertentu, maka salah satu Pengurus Nasional PERIKSA dapat ditetapkan
secara musyawarah untuk mufakat ditunjuk bertindak untuk dan atas
nama Ketua Umum sampai dengan jangka waktu tertentu.
Pasal 22
Pergantian Antar Waktu Pengurus
(1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dan atau karena sesuatu
sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan
kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka
jabatan Ketua Umum digantikan oleh salah satu Pengurus Nasional,
yang ditetapkan secara kolektif oleh seluruh Pengurus Nasional
melalui musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan
Pengurus Nasional, maka pergantian untuk mengisi lowongan
tersebut dilakukan dan ditetapkan dalam rapat Pengurus dalam
waktu selambat-lambatnya tiga bulan.
(3) Tindakan yang dilakukan Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan ayat (2) diberitahukan dan dipertanggungjawabkan kepada
MUNAS.
Pasal 23
Rapat Pengurus Nasional
(1) Rapat Pengurus Nasional terdiri atas :
a. Rapat Harian
b. Rapat Pleno
c. Rapat Pleno Pengurus Nasional Yang Diperluas
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Pengurus Nasional diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
9/11
BAB IX KEUANGAN
Pasal 24
Sumber Dana dan Harta Kekayaan
(1) Keuangan untuk membiayai kegiatan organisasi diperoleh dari:
a. Uang pangkal.
b. Iuran bulanan anggota.
c. Sumbangan anggota.
d. Sumbangan-sumbangan yang sifatnya tidak mengikat .
e. Usaha-usaha lain yang sah.
(2) Harta Kekayaan antara lain benda tidak bergerak maupun benda
bergerak yang dimiliki PERIKSA yang berasal dari sumber yang sah
menurut ketentuan yang berlaku.
Pasal 25
Akuntabilitas Perbendaharaan
(1) Pengurus Nasional bertanggung jawab atas pengawasan
penggunaan dana dan pengelolaan harta kekayaan PERIKSA.
(2) Pencatatan keuangan dan harta kekayaan PERIKSA dilaksanakan
oleh Bendahara Umum.
(3) Laporan keuangan disampaikan oleh Bendahara Umum kepada
Ketua Umum sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan atau
atas permintaan Ketua Umum.
(4) Laporan keuangan Pengurus Nasional disampaikan dan
dipertanggungjawabkan pada MUNAS.
BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 26
Perubahan Anggaran Dasar
Penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar ditetapkan dan
disahkan berdasarkan ketetapan MUNAS.
10/11
Pasal 27
Pembubaran Organisasi
(1) Pembubaran PERIKSA harus dilakukan melalui MUNASLUB.
(2) Apabila PERIKSA dibubarkan, maka MUNASLUB mempunyai
kewajiban menetapkan penghibahan seluruh harta kekayaan
PERIKSA kepada badan-badan sosial.
BAB XI
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 28
Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga, dan tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2) Anggaran Rumah Tangga sebagai penjabaran ketentuan-ketentuan
Anggaran Dasar disahkan oleh MUNAS atau Rapat Pleno Pengurus
Nasional Yang Diperluas.
BAB XII ATURAN PERALIHAN
Pasal 29
Peraturan Peralihan
Hal-hal yang belum dan/atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam peraturan tersendiri
oleh Pengurus Nasional yang secara substansi tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada MUNAS.
11/11
BAB XIII ATURAN PENUTUP
Pasal 30
Aturan Penutup
1) Anggaran Dasar ini merupakan keputusan MUNAS Pertama
PERIKSA, ditetapkan dan disahkan pada MUNAS PERIKSA pada
tanggal 9 September 2019 dan dapat diubah apabila diperlukan
melalui MUNAS PERIKSA.
2) Agar setiap anggota mengetahuinya, Pengurus Nasional PERIKSA
diperintahkan untuk mengumumkan dan/atau
menyebarluaskan Anggaran Dasar ini kepada setiap anggota dan
khalayak lainnya.
3) MUNAS PERIKSA memberi kuasa kepada Pengurus Nasional
untuk memohon persetujuan kepada yang berwenang atas
Anggaran Dasar ini, dan mengadakan perubahan, penambahan
dan/atau penyempurnaan yang bersifat bagaimanapun juga
pada perubahan Anggaran Dasar ini, yang diperlukan guna
mendapat persetujuan.
4) Untuk maksud tersebut pada ayat (3) Pengurus Nasional
berwenang menghadap di hadapan yang berwajib atau pihak lain
dan instansi/pejabat siapapun dan dimanapun juga,
memberikan atau meminta keterangan-keterangan,
memasukkan, membuat atau minta dibuatkan serta
menandatangani akta atau segala macam surat dan dokumen
apapun yang diperlukan, mengajukan surat permohonan untuk
itu, membayar segala biaya dan ongkos-ongkos untuk itu,
meminta dan menerima segala macam surat, dokumen atau
turunan dan salinan akta yang diperlukan, menentukan dan
memilih domisili hukum yang sah, dan selanjutnya melakukan
segala tindakan/perbuatan hukum apapun yang dianggap baik
dan berguna untuk mencapai maksud tersebut di atas.