Upload
phamtu
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. KIMIA FARMA Tbk.
UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN
JL. CIHAMPELAS NO. 5 BANDUNG
PERIODE 4 MARET – 27 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NAYLA KURROTA AKYUN, S. Farm.
1206313394
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. KIMIA FARMA Tbk.
UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN
JL. CIHAMPELAS NO. 5 BANDUNG
PERIODE 4 MARET – 27 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
NAYLA KURROTA AKYUN, S.Farm.
1206313394
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di PT. Kimia Farma Unit Riset dan Pengembangan dan menyusun
laporan ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, sangat sulit untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Puti Krishnamurti I. M., selaku Manajer Unit Riset dan Pengembangan
PT. Kimia Farma.
2. Ibu Dra. Fitrileni, M.Si., Apt. selaku Asisten Manajer Bagian Pemastian Mutu
dan pembimbing penulis dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker di Unit Riset
dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI.
5. Bapak Raditya Iswandana, M.Farm., Apt., selaku pembimbing industri PKPA di
Fakultas Farmasi UI.
6. Karyawan dan staf Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk. yang
telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini.
7. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta karyawan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
8. Orang tua dan keluarga tercinta atas doa, dukungan, semangat, dan perhatian
kepada Penulis sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat
tercapai.
9. Teman seperjuangan di Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
serta semua rekan-rekan Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXVI.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
v
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis
selama pelaksanaan PKPA ini.
Dengan segala kesadaran penulis mengakui bahwa laporan ini belum sempurna.
Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis
peroleh selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.
Penulis
2013
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nayla Kurrota Akyun NPM : 1206313394 Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Unit Riset dan
Pengembangan Periode 4 - 27 Maret 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 28 Agustus 2013
Yang menyatakan
(Nayla Kurrota Akyun)
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR………………………………………………................. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA Tbk. ................................. 3
2.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk .............................................. 3
2.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Tbk ................................................. 4
2.2.1 Visi ………………………………………………………… 4
2.2.2 Misi ………………………………………………………… 4
2.3 Budaya Perusahaan ……………………………………………… .. 5
2.4 Struktur Organisasi ............................................................................. 5
2.5 Sumber Daya Manusia ………………...…..………………..…… .. 5
2.6 Bidang Usaha ………………...…..…………………………….….. 6
2.6.1 PT. Kimia Farma (holding) ………………...…..……………. 6
2.6.2 PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. KFTD) ….... 8
2.6.3 PT. Kimia Farma Apotek (KFA) ……….……………...……. 9
2.6.4 PT. Sinkona Indonesia Lestari ………………………… …… 10
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN PT.
KIMIA FARMA Tbk ............................................................................. 11
3.1 Latar Belakang Unit Riset dan Pengembangan ................................. 11
3.2 Visi dan Misi ...................................................................................... 11
3.2.1 Visi ........................................................................................... 11
3.2.2 Misi ........................................................................................... 11
3.3 Fungsi .................................................................................................. 12
3.4 Struktur Organisasi ............................................................................. 12
3.4.1 Bagian Pengembangan Produk .................................................. 13
3.4.1.1 Sub Bagian Pengembangan Produk Farma ................... 13
3.4.1.2 Sub Bagian Pengembangan Produk Non Farma ........... 14
3.4.2 Bagian Pemastian Mutu ............................................................. 16
3.4.3 Sub Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia ........................ 17
3.4.3.1 Pemeliharaan dan Keamanan ........................................ 17
3.4.3.2 Pengadaan ...................................................................... 17
3.4.3.3 Gudang ........................................................................... 18
3.4.4 Sub Bagian Akuntansii dan Keuangan ...................................... 19
3.5 Fasilitas ............................................................................................... 20
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
viii
BAB 4. PEMBAHASAN ....................................................................................... 21
4.1 PT. Kimia Farma Tbk. ....................................................................... 21
4.2 Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk ................................................. 22
4.2.1 Sub Bagian Pengembangan Produk Farma ............................ 23
4.2.2 Sub Bagian Pengembangan Produk Non Farma dan Produk
Bioteknologi ............................................................................ 26
4.2.3 Bagian Pemastian Mutu ......................................................... 28
4.3 Peran Apoteker di Unit Riset dan Pengembangan Obat.................... 29
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 30
5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. .. 30
5.2 Saran ………………………………………………………. .......... 30
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 31
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Bisnis Strategi PT.
Kimia Farma Tbk.. ………...............................................……… 33
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia yang diakui dalam
konstitusi UUD 1945. Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan perbekalan kesehatan terutama obat esensial (Undang-undang RI
No. 36 Tahun 2009). Sebagai perwujudan dari perlindungan hak dasar tersebut,
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas layanan kesehatan yang layak
termasuk ketersediaan obat.
Industri farmasi sebagai salah satu elemen penting yang bertanggung
dalam ketersediaan obat, dituntut untuk dapat bersaing dengan industri farmasi
lain, baik dalam maupun luar negeri, agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan
memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat.
Pengadaan obat yang bermutu ditunjang oleh pesatnya perkembangan IPTEK
yang mendorong percepatan teknologi dan penelitian di bidang obat.
PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang selalu
berusaha untuk menyediakan produk obat bermutu dengan harga yang terjangkau.
Untuk menunjang kinerjanya, dibentuk Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia
Farma Tbk. yang aktif dalam melakukan penelitian dan pengembangan produk.
Untuk menjalankan tugas tersebut dibutuhkan tenaga profesional yang memahami
tentang obat dan teknologi, salah satunya adalah profesi Apoteker.
Untuk menghasilkan tenaga Apoteker yang profesional dibutuhkan
dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak seperti perguruan tinggi farmasi,
organisasi profesi, industri farmasi, rumah sakit, dan pemerintah dalam
pembekalan yang menyeluruh secara teori dan praktek sebagai aplikasi ilmu dan
teknologi kefarmasian. Pembekalan berupa praktek kerja secara langsung sangat
diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab
seorang apoteker dalam industri farmasi, baik dalam unit produksi, pemastian
mutu, pengawasan mutu ataupun pengembangan sediaan farmasi.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Tbk., khususnya di Unit Riset
dan Pengembangan (Risbang) menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) pada tanggal 4 Maret – 27 maret 2013. Praktek kerja ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan praktis yang dapat berguna nantinya untuk diterapkan
dalam dunia kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Unit Riset dan Pengembangan
PT. Kimia Farma Tbk. Adalah :
a. Untuk mengetahui dan memahami fungsi, peran dan bagian di Unit Riset dan
Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
b. Untuk mengetahui dan memahami peran Apoteker secara umum di bidang
riset dan pengembangan dan di Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia
Farmas Tbk. secara khusus.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
PT. KIMIA FARMA Tbk.
2.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk. (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
PT. Kimia Farma Tbk. adalah perusahaan industri farmasi pertama yang
ada di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817.
Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handel Rathkamp
and Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di
masa awal kemerdekaan maka pada tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumLah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia
Farma. Kemudian, pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas dan nama perusahaan diubah menjadi PT.
Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma kembali
mengubah statusnya menjadi perusahaan publik PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
dan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang
kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, PT. Kimia Farma Tbk. telah
berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di
Indonesia. Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah
berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di
Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan
pembangunan bangsa khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Maksud dan tujuan Perseroan adalah turut melaksanakan dan menunjang
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangungan nasional pada
umumnya, khususnya kegiatan di bidang industri kimia, farmasi, biologi, dan
kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan menerapkan prinsip-
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha, baik dilakukan sendiri ataupun
kerja sama dengan pihak lain, antara lain :
1. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia farmasi, biologi, dan
lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaaan farmasi, kontrasepsi,
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman, dan
produk lainnya termasuk bidang perkebunan dan pertambangan yang ada
hubungannya dengan produksi sebagaimana disebutkan di atas.
2. Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri maupun kerja
sama dengan pihak luar.
3. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan, dan distribusi dari hasil
produksi seperti pada poin 1, baik hasil produksi sendiri maupun hasil
produksi pihak ketiga termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar
negeri serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan perseroan.
4. Berusaha di bidang jasa, yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan,
serta upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya,
termasuk jasa konsultasi kesehatan.
5. Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian dan pengembangan
sejalan dengan maksud dan tujuan Perseroan, baik yang dilakukan sendiri
maupun kerja sama dengan pihak lain.
2.2 Visi dan Misi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
2.2.1 Visi
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi
bisnis yang sinergis.
2.2.2 Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang
:
a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan
produk yang inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi.
c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha
perusahaan.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
2.3 Budaya Perusahaan (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
PT. Kimia Farma secara konsisten menjalankan nilai-nilai budaya “I
CARE” (Innovative, Costumer First, Accountability, Responsibility, Eco Friendly)
sebagai dasar perusahaan dalam berkarya membangun kesehatan bangsa.
I : Innovative, memiliki budaya berpikir out of the box dan membangun
produk unggulan
C : Customer First, mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau
mitra
A : Accountability, bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan
kerja sama.
R : Responsibility, memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat
waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan.
E : Eco Friendly, menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa
layanan yang ramah lingkungan.
2.4 Struktur Organisasi
PT. Kimia Farma Tbk. dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi,
Direktorat Umum dan SDM, dan Direktorat Keuangan, yang masing-masing
dimpimpin oleh seorang direktur (Direksi PT. Kimia Farma Tbk., 2009).
2.5 Sumber Daya Manusia
Jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan PT. Kimia Farma Tbk.
per 30 Juni 2011 adalah sebanyak 5306 orang (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). PT.
Kimia Farma Tbk. melakukan program-program pengembangan SDM melalui
program mengikuti pelatihan, seminar, dan lokakarya baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Setiap tahunnya PT. Kimia Farma Tbk. juga mengirim
karyawannya untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi maupun universitas
untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan. PT. Kimia Farma
Tbk. menerapkan sistem berbasis kelayakan dan kemampuan dalam menempatkan
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
jabatan karyawan agar perusahaan dapat memastikan integritas dan komitmen
yang tinggi dari karyawan (PT. Kimia Farma Tbk., 2007).
2.6 Bidang Usaha (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
PT. Kimia Farma Tbk. memiliki beberapa bidang usaha yang
pengelolaannya dibagi antara PT. Kimia Farma Tbk. dan dua anak perusahaannya.
Bidang usaha industri yang didukung oleh riset dan pengembangan, serta
pemasaran dikelola oleh PT. Kimia Farma Tbk. (holding) sedangkan bidang usaha
ritel farmasi/apotek, klinik, dan laboratorium klinik, serta perdagangan dan
distribusi dikelola oleh anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT.
Kimia Farma Trading and Distribution.
2.6.1 PT. Kimia Farma Tbk. (holding)
PT. Kimia Farma Tbk. dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dan
mempunyai jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus
BUMN, Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang No. 19/2003 tentang BUMN.
Dengan dukungan kuat riset dan Pengembangan, segmen usaha yang
dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional,
yodium, kina, dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas
produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang
punggung dari segmen industri, dimana kelimanya telah mendapatkan sertifikat
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001 dan 140001 dari
institusi luar negeri (Llyod’s, SGS, TUV).
Hasil produksi yang dibuat oleh Pabrik Farmasi perusahaan baik produk
obat-obat kimia, Formulasi dan herbal, dibagi dalam enam lini produksi yaitu
etikal, obat bebas, generik, narkotik, lisensi dan bahan baku. Hampir semua kelas
terapi diakomodasi oleh produk perusahaan yang terdiri dari 385 jumlah produk
dan dipasarkan ke seluruh Indonesia serta diekspor ke beberapa negara melalui
jaringan distribusi perseroan atau yang memiliki perjanjian dengan perseroan.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
PT. Kimia Farma Tbk. memiliki lima fasilitas produksi yang tersebar di
lima kota di Indonesia. Kelima fasilitas produksi tersebut, yaitu:
a. Unit Produksi Jakarta di Pulogadung DKI Jakarta
Pabrik Jakarta merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang
mendapat tugas dari Pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika.
Pabrik ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
dan ISO 9002 serta mendapat peringkat ”A” untuk sertifikasi dari Badan POM. Di
pabrik ini telah beroperasi fasilitas pembuatan produk Antiretroviral (ARV) yang
sudah mendapat sertifikat CPOB untuk memenuhi kebutuhan obat HIV/AIDS
dalam negeri. Pabrik ini juga mendapatkan Proper Biru dalam pengolahan limbah
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta
untuk Ketaatan dan Kinerja Pengolahan Lingkungan. Sediaan yang diproduksi di
pabrik Jakarta antara lain tablet, tablet salut, kapsul, granul, sirup kering,
suspensi/sirup, tetes mata, krim, dan injeksi (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
b. Unit Produksi Bandung di Jawa Barat
Pabrik Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunannya, obat-obat
herbal, serta Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR). Pabrik ini telah
mendapatkan US FDA Approval (Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan
Amerika Serikat) dan menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) untuk produksi tablet, sirup, serbuk, dan pil KB. Selain itu, pabrik ini
juga menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO-9002, serta mendapat rating ”A”
untuk sertifikasi dari Badan POM dan Kosher Certificated dari Court of the Chief
Rabbi Beth Din London. Pabrik Bandung juga mendapatkan sertifikat produk
garam kina dari European Directorate for the Quality of Medicines (EDQM) dan
sertifikat halal MUI Jawa Barat (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
c. Unit Produksi Semarang di Jawa Tengah
Pabrik Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak
nabati, dan kosmetik (bedak). Pabrik ini telah menerapkan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001 serta telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik (CPKB) (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
d. Unit Produksi Watudakon di Jombang Jawa Timur
Pabrik Watudakon merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah
tambang yodium di Indonesia dan telah mendapatkan sertifikat CPOB, ISO-9001
dan ISO 14001. Pabrik ini juga memproduksi bahan baku fero sulfat sebagai
bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat penambah darah serta kapsul lunak
“yodiol” yang merupakan obat untuk pencegahan gondok. Selain itu, Pabrik
Watudakon juga memproduksi obat dalam sediaan tablet, tablet salut, salep, sirup,
dan cairan obat untuk penggunaan luar dan dalam (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
e. Unit Produksi Tanjung Morawa di Medan Sumatera Utara
Produk dari Pabrik Tanjung Morawa ditujukan untuk memasok kebutuhan
obat di wilayah Sumatera dan sudah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) serta mendapat peringkat ”A” untuk sertifikasi dari Badan
POM. Sediaan yang diproduksi oleh pabrik ini antara lain tablet, krim, dan kapsul
(PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Bidang industri PT. Kimia Farma Tbk. didukung oleh Unit Riset dan
Pengembangan (Risbang) yang berlokasi di Bandung. Unit Risbang ini
melaksanakan kegiatan penciptaan produk baru dan pengembangan produk-
produk PT. Kimia Farma Tbk. Dalam bidang riset dan pengembangan, PT. Kimia
Farma Tbk. telah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, antara
lain Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatra
Utara, Universitas Padjajaran, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah
Mada (PT. Kimia Farma Tbk., 2011). Unit Riset dan Pengembangan akan dibahas
lebih rinci pada Bab 3 Tinjauan Khusus.
2.6.2 PT. Kimia Farma Trading and Distribution
PT. Kimia Farma Trading and Distribution dibentuk pada tanggal 4
januari 2003 dan mempunyai jalur usaha di bidang Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan. Sebelum menjadi entitas tersendiri, PT. Kimia Farma Trading &
Distribution, merupakan Divisi Pedagang Besar Farmasi dari PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. Berbekal kemampuan serta pengalaman menangani pendistribusian
produk-produk Kimia Farma, maka pada tanggal 4 Januari 2003, Divisi PBF
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
berkembang menjadi anak perusahaan dengan nama PT Kimia Farma Trading &
Distribution. Perusahaan yang dikenal dengan nama KFTD ini, memiliki wilayah
layanan yang luas mencakup 33 Propinsi dan 466 Kabupaten atau Kota.
Sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi, KFTD mendistribusikan aneka
produk dari perusahaan induk, produk dari prinsipal lainnya serta produk-produk
non prinsipal. KFTD mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan
reguler ke Apotek (Apotek Kimia Farma dan Apotek selain Kimia Farma), Rumah
Sakit, Toko Obat, Supermarket dan lain sebaginya. Di bidang Jasa Perdagangan
atau Trading, KFTD melayani dan membantu program-program Pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi masyarakat di seluruh Indonesian (PT.
Kimia Farma Tbk., 2011).
2.6.3 PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA)
PT. Kimia Farma Apotek dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dan
memiliki jalur usaha ritel farmasi dan layanan kesehatan serta laboratorium klinik.
PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang
dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah
dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny.
Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No : AHU-
45594.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 15 September 2009.
Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai program transformasi
dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi menjadi jaringan layanan
kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat
di Indonesia. Penambahan jumLah apotek merupakan bagian dari strategi
perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak
yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.
Jumlah outlet Apotek Kimia Farma saat ini berjumLah 390, dimana
melalui pengelolaan apotek ini memberikan pendapatan terbesar. Klinik Kimia
Farma menyediakan layananan berupa klinik dasar, klinik spesialis, dan klinik
gigi. Saat ini klinik kesehatan Kimia Farma berjumlah sembilan buah (PT. Kimia
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
Farma Tbk., 2011). Pada tahun 2010 dibentuk anak perusahaan PT. KFA, yaitu
PT. Kimia Farma Diagnostika (PT. KFD). Tujuannya adalah agar bisnis jasa
layanan kesehatan dapat lebih fokus sehingga makin berkembang mendukung
layanan one stop health care service. PT. KFD menyediakan layanan
laboratorium klinik. Untuk meningkatkan penjualan, PT. KFD melakukan kerja
sama dengan beberapa perusahaan BUMN dan swasta untuk medical check up
karyawan. Saat ini terdapat 38 laboratorium klinik yang dikelola oleh PT. KFD
(PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
2.6.4 PT. Sinkona Indonesia Lestari
PT. Sinkona Indonesia Lestari mempunyai jalur usaha Manufaktur dan
Pemasaran. PT. Sinkona Indonesia Lestari (SIL) berdiri di kawasan hijau
perkebunan teh milik PTPN VIII di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Perusahaan yang bergerak di bidang industri garam kina dan derivatnya ini
diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Menteri Kesehatan RI pada 31 Agustus
1991.
Saham PT. SIL saat ini dimiliki oleh tiga pemegang saham yaitu PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk, PTP Nusantara VIII dan Yayasan Kartika Eka Paksi
dimana PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan pemegang saham mayoritas
dengan 56% saham. Pemasaran produk hampir 100% ke luar negeri, sehingga
untuk tetap dapat bersaing di pasar global, sejak tahun 1996 SIL telah menerapkan
SMM ISO 9002 : 1994 dan tahun 1999 menerapkan SML ISO 14001 : 1996
dengan sertifikasi PT SGS Indonesia. Selanjutnya sertifikasi sistem-sistem
manajemen tersebut diperbaharui hingga saat ini menjadi SMM ISO 9001 : 2008
dan ISO 14001 : 2004. Selain SMM dan SML, SIL mendapatkan pula sertifikat
CPOB dari Badan POM, Halal dari MUI dan Kosher dari London Beth Din.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
11 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN PT. KIMIA FARMA Tbk.
3.1 Latar Belakang Unit Riset dan Pengembangan
Pada awalnya, kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan oleh
setiap unit produksi PT. Kimia Farma Tbk. Seiring berjalan waktu, dilakukan
pemusatan kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut yang berkaitan dengan
adanya perubahan pola konsumsi di tengah masyarakat dan persaingan pasar
sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan secara terpadu dan terfokus
dari seluruh unit produksi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat
terhadap obat. Untuk itu, PT. Kimia Farma Tbk. membangun Divisi Riset dan
Teknologi di bawah Direktorat Produksi pada tanggal 19 Juni 1991 yang berlokasi
di Jalan Cihampelas nomor 5 Bandung (PT. Kimia Farma Tbk., 2013). Pada tahun
2003 bersamaan dengan perubahan struktur organisasinya, divisi ini berubah
menjadi Unit Riset dan Pengembangan (Unit Risbang) (Direksi PT. Kimia Farma
Tbk., 2009).
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
Menjadi unit yang menghasilkan produk unggulan yang bermutu, inovatif
dan kompetitif di pasar.
3.2.2 Misi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
a. Mengembangkan produk baru farmasi, bahan baku kimia dan bahan
baku obat alami unggulan yang bermutu, berkhasiat dan kompetitif di
pasaran.
b. Mengembangkan produk baru melalui kerja sama dengan lembaga
penelitian alam dan luar negeri.
c. Mengembangkan penelitian produk eksis di pabrik untuk meningkatkan
mutu dan efisiensi.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
d. Mengembangkan sumber daya manusia yang mempunyai akhlak tinggi,
berkompetensi tinggi dalam kaidah-kaidah pengembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan yang berorientasi pasar.
3.3 Fungsi Unit Riset dan Pengembangan (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
a. Sebagai pusat penelitian produk baru dari bahan sintesis dan bahan
alam melingkupi penyediaan bahan baku, formulasi, dan analisis.
b. Sebagai pusat penelitian renovasi produk eksis, bantuan teknis
teknologi bagi unit lain, dan pengembangan berkelanjutan yang efisien
dalam proses.
c. Sebagai pusat pembuatan dokumen registrasi.
d. Sebagai pusat informasi produk dan perkembangan ilmu pengetahuan
serta peraturan yang berhubungan dengan kefarmasian.
e. Sebagai koordinator kerja sama penelitian dengan institusi di luar PT.
Kimia Farma Tbk.
3.4 Struktur Organisasi
Menurut SK. Dir. No 38/ DIR/ IX/ 2012 tanggal 18 September 1012,
struktur organisasi Unit Ribang dipimpin oleh seorang manajer dan terdiri dari
dua bagian yaitu Bagian Pengembangan Produk dan Bagian Pemastian Mutu.
Kedua bagian ini dipimpin oleh asisten manajer. Bagian pengembangan produk
membawahi sub bagian pengembangan produk farma, sub bagian pengembangan
produk non farma, sub bagian pengembangan produk bioteknologi, dan sub
bagian pengembangan tanaman obat. Sedangkan bagian pemastian mutu
membawahi sub bagian pemastian mutu dan sub bagian sistem mutu.
Sub bagian Sumber Daya Manusia dan Umum serta Sub bagian Akuntansi
dan keuangan berada langsung dibawah manajer. Setiap sub bagian dipimpin oleh
supervisor. Sementara itu terdapat jabatan fungsional yang dalam hal ini adalah
peneliti. Jabatan fungsional ini mempunyai kedudukan setara dengan asisten
manajer. Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Bisnis Strategi PT. Kimia
Farma Tbk. dapat dilihat pada Lampiran 1.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
3.4.1 Bagian Pengembangan Produk
Bagian Pengembangan Produk memiliki tugas dan fungsi, antara lain
menciptakan produk baru dengan mengembangkan formula dari zat aktif bahan
sintesis atau bahan alam, mengerjakan reformulasi produk yang sudah ada atau
sudah eksis, dan melakukan bantuan teknis baik untuk internal maupun eksternal
PT. Kimia Farma Tbk.
Pengembangan produk baru dilaksanakan berdasarkan ide yang diusulkan
oleh Unit Risbang, Unit Marketing, Unit Produksi, Direksi PT. Kimia Farma Tbk.,
maupun program Pemerintah yang kemudian diajukan dalam rapat koordinasi
yang dinamakan rapat produk baru. Sedangkan untuk penelitian tiap tahun
dituangkan dalam RKAP, dan reformulasi produk eksis berasal dari permintaan
pabrik.
Bagian Pengembangan Produk mempunyai empat subbagian yaitu
Subbagian Pengembangan Produk Farma, Subbagian Pengembangan produk Non
Farma, Subbagian Pengembangan Produk Bioteknologi, dan Subbagian
Pengembangan Tanaman Obat.
3.4.1.1 Subbagian Pengembangan Produk Farma
Proses pengembangan produk diawali dengan preformulasi. Formulator
melakukan studi literatur mengenai zat aktif dan zat tambahan yang akan
digunakan, juga tentang bentuk sediaan yang akan dibuat serta fasilitas pabrik
yang akan memproduksinya.
Sebelum membuat rancangan formula, dilakukan uji interaksi antarzat
yang digunakan. Uji interaksi dilakukan dengan mencampur bahan aktif dan
bahan tambahan dengan perbandingan 1:5 kemudian campuran ini disimpan pada
suhu ruang dan 400C selama beberapa waktu (hingga 3 bulan). Campuran ini
diperiksa ada tidaknya interaksi yang muncul. Uji interaksi dilakukan untuk
semua bahan tambahan. Pemeriksaan terhadap hasil uji interaksi terbatas pada
pengamatan fisik saja.
Beberapa formula alternatif dirancang berdasarkan hasil preformulasi dan
hasil uji interaksi. Formula-formula tersebut dibuat dalam skala laboratorium.
Sediaan yang baik dan memenuhi spesifikasi secara fisik diserahkan ke Subunit
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
14
Universitas Indonesia
Pengembangan Metode Analisis dan Validasi untuk dievaluasi. Jika hasil analisis
menunjukkan sediaan tersebut dapat memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan,
selanjutnya dilakukan validasi proses pembuatan skala laboratorium.
Setelah dipilih formula yang terbaik, tahap berikutnya yang dilakukan
adalah uji stabilitas. Uji yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat, dilakukan
pada suhu 40±2oC dengan RH 75±5%. Uji dilaksanakan selama enam bulan.
Sediaan yang stabil selama minimal 1 tahun kemudian dibuat dalam skala pilot
dan divalidasi proses pembuatannya. Selanjutnya, dilakukan uji stabilitas jangka
panjang, dilakukan pada suhu 30±2oC dengan RH 75±5%. Uji dilakukan selama 5
tahun.
Beberapa jenis obat disyaratkan oleh Badan POM untuk diuji ekuivalensi
atau bioavailabilitas dan uji bioekuivalensi (Uji BA/BE). Jika sediaan yang dibuat
termasuk dalam obat yang harus diuji ekuivalensi, maka sediaan tersebut dapat
diuji ekuivalensi bersamaan dengan pendaftaran pra registrasi, dengan syarat uji
ekivalensi harus selesai pada pendaftaran registrasi tersebut.
Ada beberapa dokumen dan laporan yang harus dibuat oleh Subunit
Formulasi, antara lain Catatan Pengolahan/Pengemasan Bets (CPB), protokol
validasi, laporan validasi, laporan validasi, dan dokumen pengembangan formula.
Dokumen dan laporan tersebut digunakan untuk melengkapi dokumen registrasi.
Jika sediaan telah mendapatkan nomor izin edar, maka tahap selanjutnya adalah
pembuatan skala produksi yang dilakukan di Unit Produksi. Tiga bets pertama
dari skala produksi sediaan tersebut dalam pembuatannya masih didampingi dan
merupakan tanggung jawab Unit Pengembangan Produk Farma.
3.4.1.2 Subbagian Pengembangan Produk Non Farma
Subbagian Pengembangan Produk Non Farma melakukan kegiatannya di
Laboratorium Ekstraksi Bahan Alam (EBA). Sub bagian ini terdiri dari dua unit
yaitu budidaya dan penyediaan bahan alam serta laboratorium atau pilot ekstraksi
bahan alam. Sasaran Subbagian Pengembangan Produk Non Farma adalah:
a. Perbaikan proses produksi yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh teknologi
proses yang efisien.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
15
Universitas Indonesia
b. Pengembangan produk dari produk yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh
produk kimia dan bahan alam yang bermutu dan efisien yang berasal dari
produk yang sudah ada;
c. Perolehan produk dan proses baru, yaitu memperoleh produk baru kimia dan
bahan alam bermutu dan efisien sebagai bahan baku farmasi, produk
penunjang pertanian, dan produk pengolahan limbah
d. Pelayanan kebutuhan ekstrak, yaitu melayani kebutuhan bahan alam dan
proses bahan alam baik untuk internal maupun eksternal Kimia Farma.
Terdapat tiga fasilitas yang menunjang budidaya tanaman di Unit Risbang
PT. Kimia Farma Tbk., yaitu Kebun Tanaman Obat Bintang di Cianjur seluas 500
Ha, Kebun Percobaan Banjaran di Bandung seluas 5 Ha, dan laboratorium kultur
jaringan. Bagian budidaya tanaman memiliki dua target dalam pelaksanaannya
yaitu menghasilkan kuantitas tanaman yang maksimal dan kualitas tanaman yang
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan (kadar zat identitas maksimal).
Sebelum melakukan budidaya tanaman, dilakukan studi literatur meliputi
pencarian informasi nomenklatur tanaman, bagian tanaman yang digunakan,
khasiat, dan kandungan kimia. Lalu pada pembudidayaan tanaman, diaplikasikan
teknologi budidaya mulai saat pembibitan, penanaman (meliputi kondisi tanah,
perlakukan jarak tanam, pemupukan, dan kondisi lain), pemeliharaan (meliputi
pemupukan dan penyiraman), panen (meliputi cara panen dan umur panen), serta
pacapanen (meliputi penyimpanan tanaman segar, pengeringan menjadi simplisia,
dan pengemasannya).
Bagian laboratorium atau pilot ekstraksi bahan alam bertanggung jawab
dalam pembuatan bahan baku dari bahan alam berupa ekstrak atau isolat untuk
kepentingan penelitian atau produksi. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga target
yaitu kualitas memenuhi standar mutu, kuantitas maksimal (rendemen maksimal),
layak secara teknik (dapat diaplikasikan skala industri), ekonomis (biaya relatif
rendah), dan ramah lingkungan (relatif tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan).
Sebagian besar ekstraksi dilakukan dengan metode refluks. Ekstrak yang
dihasilkan disampling untuk dihitung kadarnya, kemudian disaring dan ditampung
sebelum dipekatkan. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
pemanasan dan destilasi etanol. Setelah didapatkan ekstrak pekat, dilakukan
sampling kembali sebelum diserahkan ke bagian produksi.
3.4.2 Bagian Pemastian Mutu
Bagian Pemastian Mutu mempunyai fungsi dan tugas untuk mencari atau
meneliti metode analisis yang valid untuk produk-produk yang dikembangan oleh
Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk yang terdiri dari produk bahan kimia dan
produk bahan alam, serta dan melakukan analisis produk-produk tersebut.
Penelitian metode analisis dilakukan dengan studi literatur dan percobaan. Dicari
metode analisis dari farmakope. Jika tidak ada, digunakan metode analisis yang
berasal dari jurnal atau supplier. Metode analisis juga bisa diperkirakan dari
metode analisis bahan yang memilki kesamaan atau analog. Penelitian metode
analisis bahan alam lebih sulit karena beragamnya kandungan kimia dalam bahan
alam.
Metode analisis yang terpilih kemudian divalidasi. Selanjutnya, dibuat
prosedur tetap pengujian, prosedur tetap validasi, protokol validasi, serta dokumen
stabilitas dan datanya, termasuk untuk bahan pembantu. Analisis yang dilakukan
oleh bagian pemastian mutu antara lain:
a. Uji identifikasi bahan baku;
b. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik;
c. Uji disolusi dan uji disolusi terbanding.
d. Uji identifikasi profil kromatografi lapis tipis;
e. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik;
f. Uji mikrobiologi meliputi uji potensi sediaan antibiotik, uji sterilitas sediaan
steril, dan uji Angka Lempeng Total (ALT);
Instrumen yang menunjang proses analisis di subunit analisis antara lain
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), spektrofotometer UV-Vis,
spektrofotometer infra merah, spektrofotometer serapan atom, kromatografi lapis
tipis densitometer, potensiometer, alat uji disolusi, dan lain-lain. Alat-alat tersebut
dikaliberasi secara berkala, yaitu antara enam bulan sampai setahun sekali oleh
orang yang memiliki sertifikat kompetensi dalam bidang kalibrasi.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
3.4.3 Subbagian Umum dan Sumber Daya Manusia
Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang membawahi beberapa
bagian, yaitu Umum, Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pemeliharaan
dan Keamanan, Bagian Pengadaan, dan Bagian Gudang
3.4.3.1 Pemeliharaan dan Keamanan
Bagian Pemeliharaan dan Bagian Keamanan bertugas melakukan
pemeliharaaan dan menjaga keamanan gedung, laboratorium, rumah dinas,
kendaraan dinas, kebun tanaman obat, kebun percobaan, dan instalasi listrik di PT.
Kimia Farma Tbk. Unit Risbang.
3.4.3.2 Pengadaan
Bagian Pengadaan Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung
jawab terhadap pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang yang dilakukan,
antara lain bahan baku dan zat kimia, alat laboratorium, kemasan, barang teknik,
dan barang lain-lain. Beberapa contoh bahan baku dan zat kimia yang diadakan
adalah zat aktif obat, zat tambahan obat, zat kimia pro analisis, dan pelarut.
Contoh pengadaan jasa yang dilakukan, antara lain jasa perbaikan alat
laboratorium dan jasa perbaikan gedung.
Permintaan pengadaan barang diajukan oleh masing-masing subunit dan
bagian dengan menggunakan Surat Permintaan Pemesanan Barang/Jasa (SPPBJ)
ke Bagian Pengadaan. SPPBJ tersebut diisi oleh subunit atau bagian yang
meminta dengan persetujuan penanggung jawab (asisten manajer atau supervisor)
subunit atau bagian tersebut. Formulir juga harus mendapat persetujuan bagian
keuangan dan akuntansi, serta dari Manajer Unit Risbang. Setelah SPPBJ
mendapatkan persetujuan dari Manajer Unit Risbang untuk diadakan, selanjutnya
Bagian Pengadaan mencari penawaran dari supplier.
Hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan supplier adalah kualitas
barang, harga, ketepatan waktu pengiriman barang, dan jangka waktu
pembayaran. Pengadaan barang atau jasa selain dari supplier juga bisa dari unit
lain di PT. Kimia Farma Tbk. Contoh pengadaan dari unit lain adalah pengadan
bahan baku obat dari Unit Produksi. Permohonan pengadaan bahan baku ke PT.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Kimia Farma unit produksi ini dilakukan langsung oleh pimpinan unit Risbang ke
Manajer bagian Produksi. Bahan yang dimaksud dihitung sebagai barang
pembebanan dan pembayarannya langsung diurus antar bagian akuntansi kedua
perusahaan melalui NPI (Nota Pembebanan Intern).
Setelah supplier didapatkan, Bagian Pengadaan membuat Surat
Pemesanan Barang atau Jasa (SPB) ke supplier. Untuk pembelian bahan baku
impor, pemesanan dilakukan melalui kantor pusat di Jakarta, namun pembebanan
biaya tetap dikenakan kepada Unit Risbang.
3.4.3.3 Gudang
Bagian Gudang Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung jawab
terhadap penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang yang datang ke
Unit Risbang. Selain itu, Bagian Gudang juga bertanggung jawab dalam
pengiriman barang dari unit Risbang ke unit lain di Kimia Farma. Barang yang
sampai di gudang Unit Risbang diperiksa kesesuaiannya dengan SPPBJ, jika
sudah sesuai dbuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB).
BAPB tersebut kemudian diserahkan ke Bagian Keuangan dan Akuntansi
untuk dicatat dan dibayarkan tagihannya ke supplier. Untuk bahan baku dan zat
kimia, BAPB harus disertai Laporan Analisis (LA) yang menyatakan bahwa
barang yang datang tersebut benar dan memenuhi spesifikasi yang dipesan.
Barang yang datang juga diberi kode, antara lain menunjukkan subunit atau
bagian yang meminta barang, bulan dan tahun permintaan barang, serta nomor
urut permintaan barang.
Gudang Unit Risbang merupakan gudang transit. Hampir tidak ada barang
yang disimpan di gudang. Barang yang datang langsung didistribusikan ke
masing-masing subunit atau bagian yang meminta. Barang yang disimpan di
gudang hanya alkohol 95% dan aquadest. Gudang tempat penyimpanan alkohol
dibuat terpisah dari bangunan gedung Unit Risbang.
Pengiriman barang dari gudang Unit Risbang ke unit lain disertai dengan
Surat Pengantar. Barang tersebut baru dapat dikirim jika Surat Pengantar tersebut
telah ditandatangi oleh Bagian Gudang, Bagian Umum dan Administrasi
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
Personalia, serta Manajer Unit Risbang. Contoh pengiriman barang yang
dilakukan adalah pengiriman ekstrak kental tanaman ke Unit Produksi.
Barang yang masuk ke Gudang dibedakan menjadi dua yaitu Barang
Dagangan (BD) dan Barang Non Dagangan (BND). Barang Dagangan yaitu
semua barang yang berperan dalam produksi suatu barang lain yang mempunyai
nilai jual. Contoh Barang Dagangan adalah bahan baku dan bahan kimia, bahan
kemasan, serta alat-alat lab. Sedangkan Barang Non Dagangan adalah barang lain
yang hasilnya tidak mempunyai nilai jual seperti kebutuhan rumah tangga, Alat
Tulis Kantor (ATK), dan lain-lain.
3.4.4 Subbagian Akuntansi dan Keuangan
Bagian Keuangan dan Akuntansi terdiri dari Bagian Akuntansi dan Bagian
Keuangan. Bagian Akuntansi bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
keuangan dan memeriksa kelengkapan dokumen. Bagian Akuntansi membukukan
semua biaya kegiatan di Unit Risbang, serta membuat laporan yang ditujukan
kepada kantor pusat setiap bulannya dalam bentuk laporan neraca laba rugi dan
cash flow. Bagian Keuangan bertanggung jawab terhadap pembayaran penagihan
atas pengeluaran dana Unit Risbang, termasuk biaya pajak.
Unit Risbang hanya melakukan pengeluaran dana dan tidak ada dana
pemasukan. Oleh karena itu, Unit Risbang disebut sebagai Cost Center.
Permintaan dana dari Unit Risbang ke PT. Kimia Farma Tbk. dinyatakan dalam
bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dibuat setiap tahun.
RKAP tersebut merupakan gabungan dari rencana kerja dari semua subunit dan
bagian di Unit Risbang. RKAP dibuat berdasarkan rapat koordinasi dengan
seluruh subunit dan bagian, kemudian dievaluasi oleh Bagian Keuangan. Setelah
diketahui dan disetujui oleh Manajer Risbang, RKAP ini diserahkan ke kantor
pusat untuk mendapatkan persetujuan direksi.
Laporan realisasi anggaran harus dibuat dan diserahkan kepada pihak
manajemen kantor pusat. Laporan tersebut dibuat per bulan, per triwulan, per
semester, dan per tahun. Laporan keuangan juga dibuat setiap akhir periode
akuntansi (tutup buku). Setiap tiga bulan dilakukan konsolidasi neraca untuk
pelaporan penggunaan dana kepada direksi dan komisaris. Auditor PT. Kimia
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
20
Universitas Indonesia
Farma Tbk. dapat berasal dari pemegang saham yang menggunakan jasa akuntan
publik, pemerintah melalui Badan Pemeriksa Keuangan, dan pihak internal
perusahaan yang tergabung dalam Satuan Pengawas Intern dari kantor pusat di
Jakarta.
3.5 Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. antara lain
laboratorium, kantor, perpustakaan, kebun percobaan, kebun tanaman obat, dan
gudang. Laboratorium yang terdapat di Unit Riset dan Pengembangan antara lain
laboratorium pengembangan formula, laboratorium analisis, laboratorium biologi,
laboratorium mikrobiologi, laboratorium bioteknologi, dan laboratorium kultur
jaringan, laboratorium produksi skala pilot, dan laboratorium Ekstraksi Bahan
Alam (EBA).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
21 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 PT. Kimia Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. adalah industri farmasi BUMN yang berperan
penting dalam menghasilkan obat baru dan produksi obat-obat generik di
Indonesia. Komitmen PT. Kimia Farma Tbk. terhadap konsumen adalah
mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja dengan budaya I CARE
(Innovative, Customer First, Accountability, Responsibility, Eco Friendly). Oleh
karena itu, Kimia Farma senantiasa berkomitmen untuk menyediakan produk-
produk dan pelayanan-pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
PT. Kimia Farma Tbk. senantiasa berkomitmen untuk menyediakan
produk-produk dan pelayanan-pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
masyarakat. PT. Kimia Farma juga memberikan berbagai fasilitas pengembangan
diri bagi karyawannya seperti: program pelatihan, seminar, lokakarya, dan
program pendidikan di perguruan tinggi. Hal tersebut bertujuan agar didapatkan
SDM yang unggul dan kompeten di bidangnya sehingga pekerjaan yang dilakukan
menjadi maksimal.
Sebagai industri farmasi yang telah berusia lebih dari 40 tahun, PT. Kimia
Farma Tbk. memiliki beragam bidang usaha. Tidak hanya dalam bidang industri
farmasi yang menghasilkan produk-produk obat, namun juga dalam bidang ritel
farmasi atau apotek, klinik, dan laboratorium klinik, serta dalam bidang
perdagangan dan distribusi. Pengelolaannya bidang-bidang usaha tersebut dibagi
antara PT. Kimia Farma Tbk. (holding) dan dua anak perusahaannya, yaitu PT.
Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution.
PT. Kimia Farma Tbk. (holding) mengelola bidang usaha industri yang
didukung oleh riset dan pengembangan, serta pemasaran. Produk-produk yang
dihasilkan Kimia Farma tidak terbatas pada obat saja, namun ada juga obat
tradisional, kosmetik, minyak, dan senyawa kimia. Fasilitas produksi PT. Kimia
Farma Tbk. tersebar di lima kota di Indonesia, antara lain di Pulogadung DKI
Jakarta, di Bandung Jawa Barat, di Semarang Jawa Tengah, di Watudakon
Jombang Jawa Timur, dan di Tanjung Morawa Medan Sumatera Utara.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
Masing-masing unit produksi memiliki kekhususan jenis produk yang dihasilkan
(PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. KFTD) nmengelola
bidang usaha perdagangan dan distribusi dengan tugas utamanya yaitu
mendistribusikan produk-produk Kimia Farma ke berbagai jaringan yang tersebar
di seluruh nusantara. Saat ini terdapat 41 cabang PT. KFTD yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA) mengelola usaha ritel farmasi atau
apotek, klinik, dan laboratorium klinik. Pada tahun 2010 layanan laboratorium
klinik diserahkan pengelolaannya kepada anak perusahaan PT. KFA, yaitu PT.
Kimia Farma Diagnostika (PT. KFD). Saat ini terdapat 390 apotek, 9 klinik, dan
38 laboratorium klinik yang tersebar di seluruh nusantara (PT. Kimia Farma Tbk.,
2011).
PT. Kimia Farma terus melakukan berbagai pengembangan dalam bidang-
bidang usahanya yang sesuai dengan visinya “menjadi korporasi bidang kesehatan
terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan
melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis”.
4.2 Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk.
Dahulu, kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan oleh setiap unit
produksi PT. Kimia Farma Tbk. Kemudian pada tanggal 19 Juni 1991, PT. Kimia
Farma Tbk. membangun Divisi Riset dan Teknologi di bawah Direktorat Produksi
pada yang berlokasi di Jalan Cihampelas Nomor 5 Bandung (PT. Kimia Farma
Tbk., 1999). Pada tahun 2003 bersamaan dengan perubahan struktur organisasi,
divisi ini berubah menjadi Unit Riset dan Pengembangan (Unit Risbang) (Direksi
PT. Kimia Farma Tbk., 2009). Fasilitas yang terdapat di Unit Risbang PT. Kimia
Farma Tbk. antara lain laboratorium, kantor, perpustakaan, kebun percobaan,
kebun tanaman obat, dan gudang.
Laboratorium yang ada di Unit Risbang antara lain laboratorium
pengembangan formula, laboratorium produksi skala pilot, laboratorium ekstraksi
bahan alam, laboratorium analisis, laboratorium biologi, laboratorium
mikrobiologi, laboratorium bioteknologi, dan laboratorium kultur jaringan.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
23
Universitas Indonesia
Secara struktural, terdapat dua bagian dan delapan sub bagian di Unit Riset
dan Pengembangan. Selain itu, juga terdapat jabatan fungsional yaitu kelompok
peneliti. Dua bagian di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. adalah Bagian
Pengembangan Produk dan Bagian Pemastian Mutu. Masing-masing bagian
dipimpin oleh asisten manajer yang bertanggung jawab kepada Manajer Risbang
(Direksi PT. Kimia Farma Tbk., 2012).
Bagian pengembangan produk membawahi Sub bagian Pengembangan
Produk Farma, Sub Bagian Pengembangan Produk Non Farma, Sub Bagian
Pengembangan Produk Bioteknologi, dan Sub Bagian Pengembangan Tanaman
Obat sedangkan Bagian Pemastian Mutu membawahi dua Sub Bagian, yaitu Sub
Bagian Pengawasan Mutu dan Subbagian Sistem Mutu. Dua sub bagian lainnya
adalah Subbagian Sumber Daya Manusia dan Umum serta Subbagian Akuntansi
dan Keuangan.
4.2.1 Subbagian Pengembangan Produk Farma
Subbagian Pengembangan Produk Farma mempunyai tugas dan fungsi
antara lain:
a. Menciptakan produk baru dengan mengembangkan formula dari zat aktif
bahan sintetis atau bahan alam.
b. Mengerjakan reformulasi produk yang sudah ada atau eksis.
c. Melakukan bantuan teknis untuk internal maupun eksternal PT. Kimia Farma
Tbk.
Sumber ide untuk pengembangan produk baru maupun reformulasi produk
eksis dapat berasal dari Unit Risbang, Unit Marketing, Unit Produksi, Direksi PT.
Kimia Farma Tbk., ataupun berasal dari program pemerintah.
Proses pengembangan produk diawali dengan proses praformulasi.
Formulator melakukan studi literatur mengenai zat aktif dan zat tambahan yang
akan digunakan dalam formulasi produk. Formulator juga mempelajari bentuk
sediaan yang akan dibuat, misalnya tablet, sirup, kapsul, atau bentuk sediaan
lainnya. Formulator mencari informasi mengenai sifat fisikokimia dari bahan aktif
dan bahan tambahan. Sifat ini antara lain: bentuk, kelarutan, stabilitas,
kompatibilitas, pH, dan sifat lain yang diperlukan informasinya sehubungan
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
dengan formulasi. Formulator juga mencari tahu informasi mengenai ketersediaan
bahan baku dan kesiapan alat produksi dan produk kompetitornya.
Sebelum rancangan formula dibuat, dilakukan uji interaksi untuk melihat
ada tidaknya interaksi yang terjadi antara zat aktif dan zat tambahan. Uji interaksi
ini dilakukan dengan mencampur bahan aktif dan bahan tambahan (tunggal)
dengan perbandingan 1 : 5. Campuran ini disimpan pada suhu 40oC dan suhu
ruang. Campuran ini diamati tampilan fisiknya apakah terjadi interaksi atau tidak.
Uji interaksi dilakukan untuk semua bahan tambahan.
Selanjutnya, formulator juga merancang formula alternatif berdasarkan
hasil preformulasi dan hasil uji interaksi. Formula-formula tersebut dibuat dalam
skala laboratorium terlebih dahulu. Sediaan yang baik dan memenuhi spesifikasi
secara fisik diserahkan ke bagian Pemastian Mutu untuk dievaluasi. Apabila hasil
dari bagian Pemastian Mutu menunjukkan sediaan tersebut dapat memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan, selanjutnya dilakukan calidasi proses pembuatan
skala laboratorium.
Tahapan selanjutnya adalah uji stabilitas dipercepat. Uji ini dilakukan
untuk mendapatkan profil stabilitas suatu sediaan secara cepat. Sediaan yang
memenuhi syarat stabilitas kemudian dibuat dalam skala pilot dan proses
pembuatannya divalidasi. Pembuatan skala pilot adalah 1/10 dari bets atau
100.000 tablet. Selanjutnya, dilakukan uji stabilitas jangka panjang. Hasil dari uji
stabilitas ini digunakan untuk menentukan perkiraan masa kadaluwarsa suatu
produk. Penyimpanan sediaan selama masa uji stabilitas dilakukan oleh Bagian
Pengembangan Produk Farma, namun analisisnya dikerjakan oleh Bagian
Pemastian Mutu.
Badan POM mensyaratkan beberapa jenis obat untuk diuji ekuivalensi. Uji
ekuivalensi adalah uji in vivo dan/atau in vitro untuk menentukan ekuivalensi
antara obat uji (obat copy) dengan obat komparator. Obat copy adalah obat yang
mengandung zat aktif dengan komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute
pemberian, indikasi, dan posologi sama dengan obat yang sudah disetujui.
Sedangkan, obat komparator adalah obat yang digunakan sebagai pembanding
dalam uji ekuivalensi uji in vivo dan/atau in vitro untuk pembuktian ekuivalensi
suatu obat copy.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
Obat komparator yang digunakan dalan uji ekuivalensi harus obat
innovator yang memiliki izin edar di Indonesia. Jika obat inovator tersebut tidak
tersedia, maka dapat digunakan (Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
HK.03.1.23.12.11.10217 Tahun 2011):
a. Obat yang telah terdaftar di Negara yang tergabung dalam International
Conference on Harmonization (ICH) dan negara asosiasinya (associated
country).
b. Obat copy yang telah terbukti bioekuivalen terhadap obat inovator dengan
hasil paling mendekati inovator.
c. Obat yang termasuk dalam daftar prakualifikasi World Health Organization
(WHO).
Uji ekuivalensi in vivo yang selanjutnya disebut uji biokuivalensi (uji BE)
adalah uji bioavailabilitas atau farmakodinamik komparatif yang dirancang untuk
menunjukkan bioekuivalensi antara obat uji (obat copy) dengan innovator atau
komparator. Uji ekuivalensi in vitro akan dibahas pada bagian Bagian Pemastian
Mutu.
Uji BE dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga lain yang
independen. Pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan lembaga partner uji
BE adalah lembaga tersebut terakreditasi ISO atau KAN dan memiliki SDM yang
kompeten. Obat copy yang masih dalam proses registrasi, obat copy yang
didaftarkan sebagai registrasi baru, dan obat copy yang didaftarkan sebagai
registrasi ulang yang wajib uji BE sampai dengan dua tahun sejak Peraturan
Kepala Badan POM RI Tahun 2011 tentang Obat Wajib Uji Ekuivalensi berlaku,
dapat dilakukan uji ekuivalensi in vitro dengan komitmen wajib menyerahkan
hasil uji BE paling lambat tiga tahun sejak peraturan ini dibuat.
Ada sebelas kategori dalam daftar obat copy yang mengandung zat aktif
yang wajib uji biokuivalensi. Daftar lengkap obat-obat tersebut dapat dilihat pada
Peraturan Kepala Badan POM RI Tahun 2011 tentang Obat Wajib Uji
Ekuivalensi. Jika sediaan telah mendapatkan nomor izin edar, maka tahap
selanjutnya adalah pembuatan skala produksi. Tiga bets pertama dari skala
produksi sediaan tersebut dalam pembuatannya masih didampingi dan merupakan
tanggung jawab sub bagian pengembangan produk farma. Pada tiga bets pertama
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
26
Universitas Indonesia
tersebut juga dilakukan uji stabilitas on going untuk mengetahui stabilitas dan
masa kadaluwarsa sebenarnya dari sediaan.
4.2.2 Sub Bagian Pengembangan Produk Nonfarma dan Produk
Bioteknologi
Saat ini penelitian mengenai pemanfaatan bahan alam sebagai sumber
bahan baku obat semakin berkembang, oleh karena itu PT. Kimia Farma
mempunyai Sub Bagian Pengembangan Produk Nonfarma. Sub bagian ini bekerja
di Laboratorium Ekstraksi Bahan Alam (EBA).
Terdapat tiga fasilitas yang menunjang budidaya tanaman di Unit Risbang
PT. Kimia Farma Tbk., yaitu Kebun Percobaan Banjaran di Bandung, Kebun
Tanaman Obat Bintang di Cianjur, dan laboratorium kultur jaringan. Tujuan
budidaya tanaman, selain sebagai pemenuhan kebutuhan bahan alam internal dan
eksternal Kimia Farma, juga untuk menjamin keaslian tanaman, supaya tanaman
yang dibutuhkan dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
Tanaman-tanaman yang sedang diteliti di Kebun Percobaan Banjaran,
antara lain Artemisia annua yang diambil isolatnya artemisinin sebagai
antimalaria; Curcuma zedoaria yang diambil isolatnya zederone sebagai
antikanker; Ashitaba yang diambil ekstrak totalnya sebagai antitumor; dan Sirsak
yang diambil ekstrak totalnya sebagai antikanker. Selain itu, juga dilakukan
penelitian mengenai uji efikasi hasil bioremediasi ampas kina untuk pemanfaatan
ampas kina sebagai pupuk organik.
Program untuk tanaman kina di Kebun Tanaman Obat Bintang (KTO
Bintang) yang dilaksanakan bersama dengan Sub Bagian Pengembangan Produk
Bioteknologi yaitu :
a. Kultur jaringan kina
Tujuan dilakukan kultur jaringan kina adalah untuk mempertahankan
kualitas bibit, untuk mempercepat proses perbanyakan bibit, serta untuk
mengurangi biaya pembibitan, tingkat kematian bibit, dan tingkat keragaman
kualitas bibit.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
b. Optimalisasi pembibitan tanaman kina dan peremajaan tanaman kina dengan
sistem sambung tempel
Optimalisasi dan peremajaan ini bertujuan supaya didapatkan bibit kina
yang optimal dalam sisi kualitas, waktu, dan jumlah. Cara sambung silang yang
diterapkan adalah dengan menyambungsilangkan (stek) dua varietas kina, yaitu
ledgeriana dan succirubra. Kina ledgeriana memiliki kadar kinin yan tinggi,
namun kurang tahan terhadap penyakit. Sedangkan, kina succirubra lebih than
terhadap penyakit, namun kadar kininnya rendah. Dengan melakukan stek
terhadap dua varietas tersebut, diharapkan didapat kina yang tahan penyakit
dengan kadar kinin tinggi. Dari 500 Ha wilayah Kebun KTO Bintang, hanya 156
Ha yang sudah ditanami kina. Target tahun 2012 adalah pembukaan lahan lagi
seluas 20 Ha untuk penanaman kina.
c. Sistem panen baru tanaman kina
Selama ini sistem panen kina adalah dengan menebang pohon kina. Sistem
panen baru yang diterapkan adalah dengan menguliti batang kina secara selang-
seling atau berjarak. Diharapkan dengan sistem panen ini untuk mendapatkan kulit
batang kina yang siap panen, tidak perlu menunggu waktu delapan tahun seperti
sebelumnya. Sistem panen ini masih beberapa bulan diterapkan dan masih dalam
tahap penelitian mengenai kadar kinin dalam kinanya.
d. Pengaruh tanaman penutup tanah Mucuna bracteata pada area tanaman kina
Kina ditanam dengan jarak masing-masing 1,5 meter sehingga banyak
terdapat tanah kosong diantaranya. Oleh karena itu, ditanam tanaman penutup
tanah, yaitu Mucuna bracteata yang merupakan sejenis tanaman kacang-
kacangan. Tujuan penanamannya adalah untuk menghindari tumbuhnya rumput
liar dan untuk sumber nitrogen.
Tanaman nonkina yang dibudidaya di KTO Bintang adalah kunyit, temu
lawak, sirih, tempuyung, temu putih, stevia, purwaceng, dan ashitaba. Dalam
memulai pembudidayaan tanaman, ada dua cara atau jalur yang dilakukan.
Pertama atas usul dari Direksi atau Unit Marketing untuk membuat sediaan yang
menggunakan ekstrak tanaman tertentu. Kemudian, ditindaklanjuti dengan
penelitian dan pembudidayaan tanaman tersebut. Kedua adalah atas ide Subunit
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
EBA tentang tanaman berkhasiat tertentu. Tanaman tersebut dijadikan tanaman
koleksi dan diteliti. Jika khasiatnya terbukti, maka tanaman tersebut dapat
diusulkan untuk dimanfaatkan dengan dibuat sediaannya.
Bagian laboratorium atau pilot ekstraksi bahan alam bertanggung jawab
dalam pembuatan bahan baku dari bahan alam berupa ekstrak atau isolat. Untuk
kepentingan penelitian atau produksi baik internal maupun eksternal Kimia
Farma. Bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh melalui proses
tertentu dan terstandardisasi. Hal yang distandardisasi meliputi empat macam,
yaitu proses, kimia, fisik, dan mikrobiologi. Sebelumnya Subunit EBA juga
bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah, AMDAL, dan K3L. Namun, saat
ini untuk pengolahan limbah, AMDAL, dan K3L Unit Risbang tidak ditangani
oleh Subunit EBA tetapi dilakukan oleh Unit Produksi Bandung.
4.2.3 Bagian Pemastian Mutu
Bagian Pemastian Mutu mempunyai fungsi dan tugas untuk mencari atau
meneliti metode analisis yang valid untuk produk-produk yang dikembangan oleh
Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk, serta dan melakukan analisis produk-produk
tersebut. Analisis yang dilakukan antara lain uji identifikasi, uji stabilitas, uji
mikrobiologi, uji disolusi, dan uji disolusi terbanding. Metode analisis yang
dikembangkan disesuaikan dengan kondisi pabrik tempat sediaan akan diproduksi.
Metode analisis dicari yang juga mungkin dilakukan di pabrik tersebut terkait
dengan ketersediaan instrument maupun alat analisis.
Bagian Pemastian Mutu juga melakukan uji ekuivalensi in vitro yaitu uji
disolusi terbanding (UDT) yaitu uji disolusi komparatif yang dilakukan untuk
menunjukkan similiaritas profil disolusi antara obat uji dengan obat innovator atau
komparator. UDT dapat dilakukan sebagai pendahuluan uji BE. Jika UDT
menunjukkan hasil yang kurang baik maka tidak perlu membuang dana dan waktu
untuk melakukan uji BE. Selain melakukan analisis sampel yang berasal dari
internal Unit Risbang dan unit lain di Kimia Farma, Subunit Analisis juga
menyediakan layanan jasa analisis untuk eksternal Kimia Farma.
Metode analisis yang terpilih kemudian divalidasi. Selanjutnya, dibuat
prosedur tetap pengujian, prosedur tetap validasi, protokol validasi, serta dokumen
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
29
Universitas Indonesia
stabilitas dan datanya, termasuk untuk bahan pembantu. Analisis yang dilakukan
oleh bagian pemastian mutu antara lain:
a. Uji identifikasi bahan baku.
b. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik.
c. Uji disolusi dan uji disolusi terbanding.
d. Uji identifikasi profil kromatografi lapis tipis.
e. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik.
f. Uji mikrobiologi meliputi uji potensi sediaan antibiotik, uji sterilitas sediaan
steril, dan uji Angka Lempeng Total (ALT).
4.3 Peran Apoteker dalam Riset dan Pengembangan Obat
Peran Apoteker di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. meliputi berbagai
bagian, baik di bagian pengembangan produk maupun bagian pemastian mutu.
Pada bagian pengembangan produk, Apoteker berperan dalam memformulasikan
produk baru maupun reformulasi produk yang sudah ada. Peran Apoteker juga
dibutuhkan dalam bagian pemastian mutu, yaitu sebagai analis bahan baku
maupun produk yang akan dikembangkan. Selain itu, Apoteker juga berperan
sebagai peneliti untuk pengembangan produk bahan alam, mulai dari
pembudidayaan hingga pembuatan sediaan.
Peranan Apoteker dalam berbagai aspek inilah yang menjadikan Apoteker
memiliki kompetensi untuk bekerja dalam bidang-bidang tersebut. Berkenaan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran Apoteker sangat dibutuhkan dalam riset
dan pengembangan produk obat baru, termasuk di Unit Risbang PT. Kimia Farma
Tbk.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
30 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pada Unit Risbang terdapat Bagian Pengembangan Produk yang terdiri
dari empat Sub Unit; Bagian Pemastian mutu yang terdiri dari dua Sub
Unit; Kelompok Peneliti; Subbagian SDM dan Umum; serta Subbagian
Akuntansi dan Keuangan. Fungsi dan peran Unit Riset dan Pengembangan
PT. Kimia Farma Tbk. yaitu : sebagai pusat penelitian produk baru dari
bahan sintesis dan bahan alam melingkupi penyediaan bahan baku,
formulasi, dan analisis; sebagai pusat penelitian renovasi produk eksis,
bantuan teknis teknologi bagi unit lain, dan pengembangan berkelanjutan
yang efisien dalam proses; sebagai pusat pembuatan dokumen registrasi;
sebagai pusat informasi produk dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
peraturan yang berhubungan dengan kefarmasian; dan sebagai koordinator
kerja sama penelitian dengan institusi di luar PT. Kimia Farma Tbk.
b. Di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk., Apoteker berada di Subbagian
Pengembangan Produk Farma, Subbagian Pengembangan Produk Non
Farma, dan Subbagian Pengawasan Mutu dan Subbagian Sistem Mutu.
5.2 Saran
Perlunya memepertahankan dan meningkatkan kinerja yang ada agar
tercipta lingkungan pekerjaan yang kondusif serta perlunya peningkatan
komunikasi antar bagian maupun subbagian agar pengembangan obat yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
31 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Direksi PT. Kimia Farma Tbk. (2009). Surat keputusan direksi PT. Kimia Farma
(persero) Tbk. no. kep. 12 a/ dir/ vi/2009 tentang struktur organisasi PT.
Kimia Farma persero Tbk. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.12.11.10217 Tahun 2011 tentang Obat Wajib Uji
Ekivalensi. (2011b). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
PT. Kimia Farma Tbk. (2007). Company profile Kimia Farma, entering the health
care industri. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. (2011). 40 tahun Kimia Farma, melayani sepenuh hati.
Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. (2013). Company profile PT. Kimia Farma Tbk. Jakarta:
PT. Kimia Farma Tbk.
Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Jakarta:
Lembar Negara Republik Indonesia.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
33
Lampiran 1. Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Bisnis Strategi PT. Kimia Farma Tbk.
DIVISI
PENGEMBANGAN
BISNIS STRATEGI
BAGIAN
PENGEMBANGAN
PRODUK
UNIT RESEARCH
& DEVELOPMENT UNIT RISET
BISNIS UNIT
REGULATORI
BAGIAN
REGISTRASI
BAGIAN
ANALISA
INVESTASI
BAGIAN
PEMASTIAN
MUTU
FUNGSIONAL
REGISTRASI
SUB
BAGIAN
ANALISA
BISNIS
SUB BAGIAN
SDM & UMUM SUB BAGIAN
PENGAWASAN
MUTU
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
PRODUK FARMA
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
PRODUK
BIOTEKNOLOGI
SUB BAGIAN
AKUNTANSI &
KEUANGAN
SUB BAGIAN
SISTEM MUTU
SUB BAGIAN
PENGEMBANGAN
PRODUK NON
FARMA
PENELITI PROJECT
(AD HOC)
General Manajer
Manajer
Asman
Supervisor
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR VALIDASI METODE ANALISIS TABLET
PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI (KCKT)
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NAYLA KURROTA AKYUN, S. Farm.
1206313394
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL ………………………………………..…………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. ......................................................................... 3
2.1 Parasetamol ......................................................................................... 3
2.1.1 Monografi ................................................................................... 3
2.1.2 Indikasi ....................................................................................... 3
2.1.3 Farmakodinamik ......................................................................... 4
2.1.4 Farmakokinetik ........................................................................... 4
2.1.5 Efek Samping ............................................................................. 4
2.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ....................................... 4
2.3 Validasi Metode Analisis ………………………………………… . 5
2.3.1 Kecermatan (Akurasi) ................................................................ 6
2.3.2 Keseksamaan (Presisi) ................................................................ 6
2.3.3 Selektivitas (Spesifisitas) ............................................................ 6
2.3.4 Linearitas dan Rentang ............................................................... 6
2.3.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ............................................ 7
2.3.6 Kekuatan (Robustness) ............................................................... 7
BAB 3. METODOLOGI TUGAS KHUSUS ..................................................... 8
3.1 Waktu dan pelaksanaan Tugas Khusus ............................................. 8
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 8
BAB 4. PEMBAHASAN ....................................................................................... 9
4.1 Fase Gerak Untuk KCKT .................................................................. 9
4.2 Larutan Baku Parasetamol ................................................................. 9
4.3 Penentuan Panjang Gelombang Analisis .......................................... 9
4.4 Kondisi Analisis ................................................................................. 9
4.5 Uji Kesesuaian Sistem ....................................................................... 10
4.6 Validasi Metode Analisis Parasetamol dalam Tablet ........................ 12
4.7 Pengukuran Kadar Parasetamol dalam Sampel Tablet ...................... 18
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 20
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 20
5.2 Saran ………………………………………………………. .......... 20
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 21
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rentang Kesalahan yang Diizinkan pada Setiap Konsentrasi
Analit pada Matriks …………….................................................... 14
Tabel 2. Nilai Faktor dan Penetapan Eksperimental Kekuatan (Robustness)
pada Validasi Metode ……………................................................. 16
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Petunjuk Pembuatan Fase Gerak KCKT ……………… 23
Lampiran 2. Prosedur Petunjuk Pembuatan Larutan Induk Parasetamol …….. 24
Lampiran 3. Prosedur Petunjuk Pembuatan Larutan Uji Kesesuaian Sistem..... 25
Lampiran 4. Perhitungan Koefisien Variasi…………………………… …….. 26
Lampiran 5. Prosedur Petunjuk Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar.. 27
Lampiran 6. Formulasi Tablet ………………………………………….…….. 29
Lampiran 7. Prosedur Petunjuk Uji Akurasi Tablet Parsasetamol Zat Aktif
500 mg ….................................................................................…. 30
Lampiran 8. Prosedur Petunjuk Uji Presisi Tablet Parsasetamol Zat Aktif
500 mg …...................................................................................... 32
Lampiran 9. Prosedur Petunjuk Uji Selektivitas (Spesifisitas).......... ….....….. 34
Lampiran 10.Prosedur Petunjuk Uji Linearitas dan Rentang............... ….....… 35
Lampiran 11.Prosedur Petunjuk Pengukuran Kadar Parasetamol dalam
Sediaan Tablet .............................................................................. 37
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam merupakan salah satu hal yang sering dialami kebanyakan orang.
Demam bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu
penyakit. Dikatakan demam apabila suhu tubuh lebih dari 37,20C pada pagi hari
dan lebih dari 37,70C pada sore hari. Gejala yang timbul dapat berupa kepala,
leher dan tubuh akan terasa panas sedangkan kaki terasa dingin bahkan mungkin
merasa kedinginan atau menggigil bila suhu meningkat dengan cepat. Demam
adalah salah satu pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit. Apabila ada
kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh maka secara otomatis tubuh akan
melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit dengan mengeluarkan zat
antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti
dengan naiknya suhu badan (Widjaja, 2001).
Salah satu obat yang sering digunakan untuk meredakan demam yaitu
parasetamol. Parasetamol atau dikenal dengan asetaminofen merupakan salah satu
analgesik non opiat yang banyak dikonsumsi orang dan dijual bebas di apotek
maupun toko obat. Kebutuhan akan parasetamol yang tinggi menimbulkan
banyaknya industri obat yang memproduksi parasetamol.
Parasetamol yang beredar tentunya harus memenuhi syarat, salah satunya
yaitu kadar zat aktif yang terkandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% (Departemen Kesehatan RI, 1979). Sebelum menghitung kadar zat aktif di
dalamnya, terlebih dahulu dilakukan validasi metode analisis untuk melakukan
penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya.
Salah satu cara menilai validasi metode analisis yaitu dengan alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan teknik pemisahan yang dapat
diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel dalam sejumlah bidang, antara lain farmasi, lingkungan, bioteknologi,
polimer, dan industri-industri makanan.
Agar analisis berlangsung optimal maka dibutuhkan prosedur petunjuk kerja
yang harus dipahami oleh operator atau analis terkait. Untuk itu dibuatlah prosedur
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
petunjuk kerja dalam validasi metode analisis, dalam hal ini terhadap obat
parasetamol 500 mg dengan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Selain
itu juga diperlukan parameter analisis serta penilaian terhadap hasil analisis yang
dibahas pada laporan ini.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari prosedur metode validasi Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) serta parameternya.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parasetamol
2.1.1 Monografi
Parasetamol memiliki struktur kimia sebagai berikut :
[Sumber : O’Neil et al., 2001]
Gambar 2.1 Struktur kimia parasetamol (telah diolah kembali)
Nama dagang : Sanmol®, Panadol
®
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,2
Sinonim : Asetaminofen
Organoleptis : Serbuk kristal putih
Kelarutan : Larut dalam etanol, metanol
Metode analisis : Secara kromatografi cair kinerja tinggi (USP 32, 2008)
Menggunakan fase gerak campuran metanol dan air dengan
perbandingan 1 : 3. Dideteksi pada panjang gelombang 243
nm dengan kolom 3,9 mm x 30 cm dan guard kolom 4,6
mm x 1,5 cm; laju alir 1,5 mL/menit dan volume
penyuntikan 10 μL.
2.1.2 Indikasi
Di Indonesia, pengguanaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik,
menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, parasetamol
sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
analgesik. Karena hampir tidak mengiritasi lambung, parasetamol sering
dikombinasi dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) untuk efek analgesik
(Wilmana dan Gan, 2007).
2.1.3 Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan
nyeri ringan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek anti inflamasinya
sangat lemah sehingga parasetamol tidak digunakan sebagai anti reumatik.
Parasetamol merupakan pengahambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek
iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada pemberian obat ini
(Wilmana dan Gan, 2007).
2.1.4 Farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma,
sebanyak 25% parasetamol yang terikat oleh protein plasma dan dimetabolisme oleh
enzim mikrosom dan diekskresi melalui ginjal (Wilmana dan Gan, 2007).
2.1.5 Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya
berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi
pada mukosa (Wilmana dan Gan, 2007).
2.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan teknik pemisahan yang
diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel dalam sejumlah bidang, antara lain farmasi, lingkungan, bioteknologi,
polimer, dan industri-industri makanan. KCKT merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
(Gandjar & Rohman, 2007).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
Keuntungan KCKT antara lain (Harmita, 2006):
a. Waktu analisis cepat
b. Daya pisahnya baik
c. Peka
d. Pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi
e. Kolom dapat dipakai kembali
f. Dapat digunakan untuk molekul besar dan kecil
g. Mudah untuk memperoleh cuplikan
h. Dapat menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah
Kromatografi fase terbalik biasanya merupakan pilihan pertama untuk
pemisahan sampel, baik sampel netral maupun ion. Jenis kolom yang digunakan
berisi fase terikat kurang polar seperti C8 atau C18. Fase gerak yang digunakan
biasanya adalah campuran air dengan asetonitril atau metanol. Pelarut organik lain
(misalnya isopropanol, tetrahidrofuran) kurang sering digunakan. Proses pemisahan
dengan KCKT fase terbalik biasanya lebih baik, tepat, kuat, dan serbaguna. Kolom
yang digunakan juga lebih efisien dan reprodusibel serta banyaknya pilihan kolom
yang tersedia, meliputi dimensi kolom, ukuran partikel, dan tipe fase diam (C1-30,
fenil, siano, dll). Pelarut yang digunakan cenderung kurang mudah terbakar atau
beracun, dan lebih kompatibel dengan detektor UV pada panjang gelombang
dibawah 230 nm untuk meningkatkan sensitivitas deteksi (Snyder, Kirkland, dan
Dalan, 2010).
2.3 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya. Parameter-
parameter yang dinilai pada validasi metode analisis adalah kecermatan (akurasi),
keseksamaan (presisi), selektivitas (spesifisitas), linearitas dan rentang, batas
deteksi dan batas kuantitasi, serta kekuatan (robustness) (Validation of
Compendial Method, 2008).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
2.3.1 Kecermatan (Akurasi)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Metode yang
digunakan memenuhi persyaratan akurasi dengan nilai persen perolehan kembali
98-102% dan menunjukkan presisi yang baik dengan nilai koefisien variasi tidak
melebihi 2% (Harmita, 2006).
2.3.2 Keseksamaan (Presisi)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan
simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang (Harmita, 2006).
2.3.3 Selektivitas (Spesifitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali
dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang
dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa
cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan
terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan (Harmita, 2006).
2.3.4 Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima
(Harmita, 2006).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
2.3.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi sangat penting untuk menentukan jumlah kontaminan yang
ada di bawah atau di atas batas yang diperbolehkan. Batas deteksi adalah jumlah
terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon
signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji
batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama.
Batas deteksi dan kuantitas dapat dihitung secara statistik melalui regresi
linier dari kurva kalibrasi (Harmita, 2006).
2.3.5 Kekuatan (Robustness)
Kekuatan metode merupakan ukuran kemampuan metode untuk tetap tidak
terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil (Validation of
Compendial Methods, 2008). Kekuatan metode harus dijamin oleh spesifikasi
kesesuaian sistem yang baik.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
8 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI TUGAS KHUSUS
3.1 Waktu dan pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) periode 4 Maret – 27 Maret 2013 di PT Kimia Farma Unit Riset dan
Pengembangan Jl. Cihampelas No.5 Bandung.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui metode studi literatur mengenai validasi
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang digunakan di Farmakope
dan jurnal.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
9 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Fase Gerak untuk KCKT
Fase gerak yang digunakan yaitu metanol : air dengan perbandingan 1 : 3.
Campurkan 125 mL metanol dengan 375 mL air. Sebelum digunakan, fase gerak
disaring dengan membran filter 0,5 µm. Prosedur petunjuk pembuatan fase gerak
KCKT dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2 Larutan Baku Parasetamol
Senyawa baku parasetamol ditimbang seksama lebih kurang 10 mg
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL. Larutkan dengan metanol,
tambahkan hingga batas labu ukur dan didapatkan larutan dengan konsentrasi 100
mg/mL. Selanjutnya dipipet 1,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
Kemudian encerkan dengan fase gerak hingga batas labu ukur dan diperoleh
larutan dengan konsentrasi 10 µg/mL. Prosedur petunjuk pembuatan larutan induk
parasetamol dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3 Penentuan Panjang Gelombang
Dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum terhadap larutan
baku parasetamol dengan konsentrasi 10 µg/mL menggunakan spektrofotometer
ultraviolet. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 220-260 nm dan
tentukan panjang gelombang maksimum (λ).
4.4 Kondisi analisis
Menggunakan fase gerak campuran metanol dan air dengan perbandingan 1 :
3. Dideteksi pada panjang gelombang maksimum terpilih dengan kolom 3,9 mm x
30 cm dan guard kolom 4,6 mm x 1,5 cm; laju alir 1,5 mL/menit dan volume
penyuntikan 10 μL.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
4.5 Uji Kesesuaian Sistem
Sebelum dilakukan validasi metode analisis, terlebih dahulu dilakukan uji
kesesuaian sistem untuk memberikan jaminan bahwa sistem kromatografi yang
digunakan akan bekerja dengan baik selama analisis berlangsung (Center for Drug
Evaluation and Research, 1994).
Larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 10 µg/mL disuntikkan
sebanyak 10,0 μL ke alat KCKT dengan fase gerak metanol : air = 1 : 3 dan laju
alir 1,5 mL/menit. Dicatat waktu retensi, dan dihitung nilai faktor ikutan (Tf), N,
HETP, resolusi (R) yang diperoleh. Prosedur petunjuk pembuatan larutan uji
kesesuaian sistem dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.5.1 Faktor ikutan (Tf) dapat dihitung dengan rumus :
(4.1)
Dimana :
W0,05 : Perbandingan antara jarak tepi muka sampai tepi belakang puncak
diukur pada titik ketinggiannya 5% dari tinggi puncak di atas garis dasar.
F : Jarak dari maksimum puncak sampai tepi muka puncak diukur pada titik
yang ketinggiannya 5% dari tinggi puncak di atas garis dasar.
Kromatogram yang memberikan harga TF =1 menunjukkan bahwa
kromatogram tersebut bersifat setangkup atau simetris. Harga TF > 1
menunjukkan bahwa kromatogram mengalami pengekoran (tailing). Semakin
besar harga TF maka kolom yang dipakai semakin kurang efisien. Dengan
demikian harga TF dapat digunakan untuk melihat efisiensi kolom kromatografi.
4.5.2 Jumlah lempeng (plate number, N) dapat dihitung dengan rumus :
(4.2)
Dimana :
tR : waktu retensi solut
Wb : lebar dasar puncak
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
Harga N ditentukan oleh konstruksi kolom, sifat sampel, laju alir,
tempertaur, serta cara memasukkan sampel. Untuk waktu retensi tertentu, makin
besar harga N maka puncak makin sempit sehingga resolusi makin baik dan ini
berarti keadaan kromatografi yang ideal makin dipenuhi (N>2500). Kemampuan
seluruh kolom labih baik dinilai dengan menghitung panjang kolom yang sesuai
dengan sebuah lempeng teoritis (HETP = Height Equivalent to a Theaoritical
Plate).
Efisiensi kolom menunjukkan kemampuan kolom untuk menghasilkan
puncak sempit dan perbaikan pemisahan. Efisiensi kolom dapat diukur sebagai
jumlah plat teoritis atau HETP. HETP yaitu panjang kolom yang diperlukan untuk
tercapainya keseimbangan komponen sampel antara eluen dengan kolom.
(4.3)
Dimana :
HETP : (Height Equivalent to A Theoretical Plate)
panjang lempeng teoritis
L (Length) : Panjang kolom
N : Jumlah plat teoritis
HETP semakin kecil berarti kolom semakin efisien. Kolom yang baik
mempunyai HETP yang kecil dan N yang besar.
4.5.3 Resolusi (daya pisah)
Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak
yang saling berdekatan (ΔtR = tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 +
W2)/2 seperti rumus berikut :
(4.4)
Dimana :
tR1 dan tR2 : waktu retensi kedua komponen
W1 dan W2 : lebar alas puncak kedua komponen
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
Nilai R harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik (base line resolution). Nilai ini menunjukkan bahwa
kedua puncak terpisah secara sempurna (Budiarti dan Gandjar, 2011).
4.6 Validasi Metode Parasetamol dalam Tablet
4.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar, Penentuan Koefisien Regresi
(r) serta Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantitasi (LOQ)
Kurva kalibrasi menggambarkan hubungan antara respon detektor dengan
konsentrasi analit yang diketahui. Ditimbang dengan seksama kurang lebih
sebanyak 10 mg standar parasetamol kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0 mL. Zat dilarutkan dengan metanol dan dicukupkan volumenya hingga
batas. Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan fase gerak hingga didapatkan
seri konsentrasi 2, 4, 6, 10, 12, 14, dan 16 μg/mL. Sebanyak 10,0 μL aliquot
masing-masing larutan dengan seri konsentrasi tersebut disuntikkan ke alat KCKT
sebanyak dua kali dan dihitung nilai rata ratanya. Prosedur petunjuk pembuatan
kurva kalibrasi larutan standar dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kurva kalibrasi dibuat antara konsentrasi larutan standar parasetamol
dengan area kromatogram. Untuk memperoleh persamaan garis linier dapat
dihitung dengan rumus berikut :
Persamaan garis y = a + bx
(4.5)
(4.6)
Kemudian dihitung linieritas berdasar nilai koefisien regresi (r). Nilai r
memenuhi standar linearitas yang ditetapkan jika lebih besar sama dengan 0,999
(Center for Drug Evaluation and Researh, 1994). Rumus menghitung koefisien
korelasi (r) yaitu :
(4.7)
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
Dari persamaan kurva kalibrasi kemudian dihitung limit deteksi dan limit
kuantitasi dengan rumus :
Simpangan baku residual :
(4.8)
Limit of Detection (LOD)
(4.9)
Limit of Quantification (LOQ)
(4.10)
Batas deteksi sangat penting untuk menentukan jumlah kontaminan yang
ada di bawah atau di atas batas yang diperbolehkan. Batas deteksi adalah jumlah
terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon
signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji
batas.
Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan kuantitas dapat dihitung secara
statistik melalui regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama
dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku
blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x) (Harmita, 2006).
4.6.2 Uji Akurasi (Kecermatan)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Rentang kesalahan
yang diizinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat dilihat pada
Tabel 1.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
14
Universitas Indonesia
Tabel 1. Rentang kesalahan yang diizinkan pada setiap konsentrasi analit pada
matriks (Harmita, 2004).
Analit pada matriks sampel (%) Rata-rata yang diperoleh (%)
100 98-102
>10 98-102
>1 97-103
>0,1 95-105
0,01 90-107
0,001 90-107
0,0001 (1 ppm) 80-110
0,00001 (100 ppb) 80-110
0,000001 (10 ppb) 60-115
0,0000001 (1 ppb) 40-120
Uji akurasi untuk produk obat dilakukan pada kadar 80%, 100%, dan
120% dari yang tertera pada label produk obat. Uji akurasi yang digunakan yaitu
dengan metode spiked placebo recovery dengan cara menambahkan sejumlah
tertentu zat aktif ke dalam formulasi plasebo. Formulasi tablet yang digunakan
dalam uji ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Data perolehan kembali diperoleh
minimal 3 kali dari masing-masing kadar ( 80%, 100%, dan 120%). Hasil rata-
ratanya merupakan perkiraan akurasi dan simpangan baku relatif (koefisien
variasi) merupakan perkiraan presisi metode (Center for Drug Evaluation and
Researh, 1994). Prosedur petunjuk uji akurasi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Dibuat formulasi plasebo tablet kemudian ditimbang sejumlah standar
parasetamol hingga diperoleh kadar 80%, 100%, dan 120% dari yang tertera pada
label sediaan jadi. Dilakukan pengenceran hingga konsentrasi tertentu dengan fase
gerak. Larutan disuntikkan sebanyak tiga kali masing-masing 10,0 μL ke alat
KCKT dengan fase gerak metanol : air = 1 : 3 dan laju alir 1,5 mL/menit.
Dihitung nilai % perolehan kembali (% recovery) dan koefisien variasinya (KV).
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
15
Universitas Indonesia
4.6.3 Uji presisi (keseksamaan)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai
keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan
adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama
pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Ketertiruan adalah
keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya analisis
dilakukan dalam laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi,
pelarut dan analis yang berbeda pula. Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan
tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang
diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Koefisien variasi meningkat
dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis (Harmita, 2006).
Presisi dilakukan dengan membuat formulasi plasebo tablet dengan
konsentrasi zat aktif sebesar 100% sebanyak enam kali penimbangan. Dihitung %
perolehan kembali (% recovery) dan koefisien variasinya (KV). Prosedur petunjuk
uji presisi dapat dilihat pada Lampiran 8.
4.6.4 Uji Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali
dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang
dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa
cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan
terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan.
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis
sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan
bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji keduanya
(Harmita, 2006).
Uji selektivitas dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan yang
mengandung eksipien plasebo untuk melihat kemungkinan gangguan dari eksipien
pada kedua puncakwaktu retensi zat aktif. Hasil kromatogram larutan hasil uji
selektivitas tidak boleh mengandung gangguan di sekitar waktu retensi zat aktif.
Prosedur petunjuk uji selektivitas (spesifisitas) dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.6.5 Linearitas dan Rentang
Linearitas merupakan kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah interval antara batas tertinggi dan batas terendah dari analit yang diuji yang
sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan akurasi, presisi, dan linearitas yang
dapat diterima. Uji linearitas dilakukan minimal pada 5 konsentrasi uji, untuk
rentang analisis pada produk jadi minimal 80%-120% kadar analit dalam sampel
(Validation of Compendial Methods, 2008). Prosedur petunjuk uji linearitas dan
rentang dapat dilihat pada Lampiran 10.
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis
regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari
hasil uji analit dalam dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan
matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus
dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.
Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada
analisis regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b =
0 dan r = +1 atau -1 bergantung pada arah garis (Harmita, 2006).
Rumus menghitung koefisien korelasi (r) yaitu :
(4.7)
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
4.6.6 Kekuatan (Robustness)
Kekuatan metode merupakan ukuran kemampuan metode untuk tetap tidak
terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil (Validation of
Compendial Methods, 2008). Kekuatan metode harus dijamin oleh spesifikasi
kesesuaian sistem yang baik. Dengan demikian, penting untuk mengatur
spesifikasi kesesuaian sistem secara ketat, tetapi realistis. Perubahan yang
dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan suatu metode dapat mencakup tipe
kolom, temperatur kolom, pH dapar fase gerak, dan komposisi fase gerak organik.
Data yang diperoleh dari uji kekuatan suatu metode tidak selalu dilaporkan, tetapi
direkomendasikan untuk diikutsertakan sebagai bagian dari validasi metode
(Center for Drug Evaluation and Researh, 1994).
Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan
prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi
organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur
kolom (± 2 - 3° C). Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan
laboratorium. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat
mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Uji kekuatan (robustness) dapat
dilakukan dengan mengubah komponen eksperimental seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai faktor dan penetapan eksperimental kekuatan (robustness) pada
validasi metode
Nilai Faktor Penetapan Eksperimental
#1 #2 #3 #4
Fase gerak
(metanol : air) 1,2 : 2,8 1,1 : 2,9 0,9 : 3,1 0,8 : 3,2
Laju alir fase
gerak
(mL/menit)
1,3 1,4 1,6 1,7
Suhu kolom
(0C)
21 23 25 27
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Untuk menentukan efek perubahan fase gerak, bandingkan rata-rata hasil (#1 +
#2)/2 dengan (#3 + #4)/2. Untuk melihat efek perubahan laju alir fase gerak,
bandingkan (#1 + #3)/2 dengan (#2 + #4)/2 dan seterusnya.
4.6.7 Uji Stres
Uji stres dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kestabilan
intrinsic zat aktif akibat adanya hidrolisis oleh asam atau basa, fotolisis, oksidasi
dan lainnya (Center of Drug Evaluation and Research, 1994).
Pengujian dilakukan terhadap dua kondisi yaitu kondisi asam dan kondisi
basa. Dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 500 µg/mL dan diencerkan
50 kali dalam dua pelarut, masing-masing dalam HCL 1 N dan dalam NaOH 1 N.
Larutan tersebut disimpan selama 24 jam pada temperatur kamar kemudian
disuntikkan sebanyak 10,0 µL ke alat KCKT pada dengan fase gerak metanol : air
= 1 : 3. Hasil kromatogram dibandingkan dengan kromatogram sebelum
penyimpanan selama 24 jam.
Dari hasil kromatogram dilihat waktu retensinya. Jika terdapat puncak
baru yang muncul namun dengan waktu retensi berbeda, kemungkinan hasil itu
menunjukkan hasil degradasi dari analit, maka dapat disimpulkan bahwa metode
yang digunakan selektif terhadap hasil degradasi analit.
4.7 Pengukuran Kadar Parasetamol dalam Sampel Tablet
Metode yang telah divalidasi selanjutnya digunakan untuk menguji sampel
sediaan tablet. Ditimbang sebanyak 20 sampel tablet kemudian dihitung bobot
rata-ratanya. Sampel tersebut dihaluskan dan ditimbang sejumlah bobot tertentu
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL, larutkan dengan metanol
secukupnya, dilakukan sonikasi selama lima menit dan dicukupkan volumenya
hingga batas labu ukur dengan fase gerak metanol : air (1 : 3). Selanjutnya
disaring dengan membran filter 0,5 µm dan dilakukan pengenceran dengan fase
gerak hingga diperoleh konsentrasi tertentu. Larutan disuntikkan ke alat KCKT
sebanyak tiga kali dengan volume penyuntikan 10,0 µL dan laju alir 1,5
mL/menit. Hitung kadar parasetamol yang terdapat dalam sampel. Prosedur
petunjuk pengukuran kadar parasetamol dalam sampel tablet dapat dilihat pada
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Hasil pengukuran harus berada dalam rentang 90,0 – 110,0% dari
jumlah yang tertera pada label.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
20 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Parameter validasi metode analisis parasetamol secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) terdiri dari kecermatan (akurasi); keseksamaan (presisi);
selektivitas (spesifisitas); linearitas dan rentang; batas deteksi dan batas kuantitasi;
serta kekuatan (robustness).
5.2 Saran
Sebaiknya juga dilakukan pelatihan terhadap operator atau analis terkait
agar maksud dan tujuan dari analisis tersebut dapat tercapai.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
21 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Center for Drug Evaluation and Research. (1994). Reviewer guidance: Validation
of Chromatographic Methods. Diunduh pada 20 Maret 2013.
http://www.fda.gov/downloads/Drugs/GuidanceComplianceRegulatoryInfor
mation/Guidances/UCM134409.pdf
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia farmasi analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harmita. (2004). Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. I, No. 3, 117-135.
Harmita. (2006). Buku ajar analisis fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
O’Neil, M. J., Smith, A., Heckelman, P. E., Obenchain, J. R., Jr., Gallipeau, J. A.
R., D’Arecca, M. A. , dan Budavari, S. (2001). The merck index 13th
ed.
New Jersey: Merck dan Co., Inc. Whitehouse Station.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., & Dalan, J.W. (2010). Introduction to modern liquid
chromatography (3rd
ed.). USA: John Wiley & Sons.
United States Pharmacopoeia (32nd
ed.). (2008). Rockville: The United States
Pharmacopeial Convention.
Validation of Compendial Methods. (2008). Dalam United States Pharmacopoeia
(32nd
ed., pp. 733). Rockville: The United States Pharmacopeial Convention.
Widjaja, M.C. (2001). Mencegah dan mengatasi demam pada balita. Jakarta :
Kawan Pustaka
Wilmana, P.Freddy. dan Gan, Sulistia. (2007). Analgesik-Antipiretik. Dalam
Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: Gaya Baru, 237-238.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
23
Lampiran 1. Prosedur petunjuk pembuatan fase gerak KCKT
Prosedur petunjuk pembuatan fase gerak KCKT adalah sebagai
berikut :
1. Ambil 125 mL metanol dengan gelas ukur, tuang ke dalam
beaker glass.
2. Ambil aquabidestilata sebanyak 375 mL dengan gelas ukur,
masukkan ke dalam beaker glass yang berisi metanol.
3. Aduk hingga tercampur.
4. Saring dengan membran filter 0,5 µm.
5. Buang 10 mL filtrat pertama.
6. Masukkan dalam wadah tertutup.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
24
Lampiran 2. Prosedur petunjuk pembuatan larutan induk parasetamol
Prosedur petunjuk pembuatan larutan induk parasetamol adalah
sebagai berikut :
1. Timbang seksama lebih kurang 10 mg baku parasetamol.
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL.
3. Larutkan dengan metanol secukupnya.
4. Tambahkan sedikit demi sedikit dengan metanol hingga batas
labu ukur, homogenkan.
5. Pipet 1,0 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
6. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
25
Lampiran 3. Prosedur petunjuk pembuatan larutan uji kesesuaian sistem
Prosedur petunjuk pembuatan larutan uji kesesuaian sistem adalah
sebagai berikut :
1. Timbang seksama lebih kurang 10 mg baku parasetamol.
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL.
3. Larutkan dengan metanol secukupnya.
4. Tambahkan sedikit demi sedikit dengan metanol hingga batas
labu ukur, homogenkan.
5. Pipet 1,0 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
6. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
7. Kondisikan alat KCKT dengan fase gerak methanol : air = 1 : 3
dan laju alir 1,5 mL/menit.
8. Suntikkan sebanyak 10,0 μL larutan baku parasetamol.
9. Catat waktu retensi, hitung nilai N, HETP, faktor ikutan (Tf),
resolusi (R) yang diperoleh serta presisinya.
10. Lakukan pengujian ini sebanyak 6 kali.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
26
Lampiran 4. Perhitungan koefisien variasi
Perhitungan koefisien variasi adalah sebagai berikut :
Hasil rata-rata pengukuran :
Setelah didapat hasil rata-rata pengukuran selanjutnya dihitung
simpangan deviasinya dengan rumus :
(
)1/2
Lalu dihitung koefisien variasinya dengan rumus berikut :
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
27
Lampiran 5. Prosedur petunjuk pembuatan kurva kalibrasi larutan standar
Prosedur petunjuk pembuatan kurva kalibrasi larutan standar
adalah sebagai berikut :
1. Timbang seksama lebih kurang 10 mg baku parasetamol.
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL.
3. Larutkan dengan metanol secukupnya.
4. Tambahkan sedikit demi sedikit dengan fase gerak hingga
batas labu ukur, homogenkan (larutan induk 100 µg/mL).
5. Pipet 2,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
6. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 2 µg/mL).
7. Pipet 4,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
8. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 4 µg/mL).
9. Pipet 6,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
10. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 6 µg/mL).
11. Pipet 10,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
12. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 10 µg/mL).
13. Pipet 12,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
14. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 12 µg/mL).
15. Pipet 14,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
28
(Lanjutan Lampiran 5. Prosedur petunjuk pembuatan kurva kalibrasi larutan
standar)
16. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 14 µg/mL).
17. Pipet 16,0 mL dari larutan induk dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
18. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan (konsentrasi 16 µg/mL).
19. Ukur masing-masing konsentrasi larutan dengan
Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum.
20. Catat, hitung persamaan regresi liniernya dengan rumus
berikut :
Persamaan garis y = a + bx
21. Hitung linieritas berdasar nilai koefisien regresi (r) dengan
rumus berikut :
22. Hitung limit deteksi dan limit kuantitasi dengan rumus :
Simpangan baku residual :
Limit of Detection (LOD) :
Limit of Quantification (LOQ) :
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
29
Lampiran 6. Formulasi Tablet
Formulasi Tablet Parasetamol 500 mg adalah sebagai berikut :
Parasetamol 500 mg
Mg Stearat 1 %
Talk 3 %
Avicel 10 %
Amilum Ad 600 mg
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
30
Lampiran 7. Prosedur Petunjuk Uji Akurasi Tablet Parasetamol Zat Aktif 500
mg
Prosedur Petunjuk Uji Akurasi Tablet Parasetamol Zat Aktif 500
mg adalah sebagai berikut :
1. Untuk plasebo dengan konsentrasi zat aktif 80% :
Timbang seksama lebih kurang 6 mg Mg Stearat, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 18 mg talk, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 60 mg avicel, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 116 mg amilum, sisihkan.
2. Campur Mg stearat, talk, avicel dan amilum, masukkan ke
dalam labu ukur 200 ml (plasebo).
3. Timbang seksama lebih kurang 400 mg standar parasetamol,
masukkan ke dalam labu ukur 200 ml yang berisi plasebo.
4. Larutkan dalam metanol hingga 1/5 bagian labu ukur.
5. Vortex selama 5 menit.
6. Selanjutnya larutan disonikasi selama 5 menit.
7. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
8. Saring dengan membran filter 0,5 µm, buang 20 mL filtrat
pertama.
9. Pipet 5,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 100,0 mL.
10. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
11. Pipet 1,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 10,0 mL.
12. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
13. Langkah-langkah tersebut juga dilakukan terhadap serbuk
placebo tablet dan standar 100% dan 120%.
14. Injeksikan sebanyak tiga kali ke alat KCKT, masing-masing
sebanyak 10,0 µL.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
31
(Lanjutan Lampiran 7. Prosedur Petunjuk Uji Akurasi Tablet Parasetamol Zat
Aktif 500 mg)
15. Catat, hitung nilai persen perolehan kembali (% recovery)
dengan rumus berikut :
Dimana :
A : Konsentrasi sampel yang ditimbang
B : Konsentrasi hasil penyuntikan setelah area diplotkan pada
kurva kalibrasi
16. Hitung nilai koefisien variasi dengan rumus berikut :
Hasil rata-rata pengukuran :
Setelah didapat hasil rata-rata pengukuran selanjutnya dihitung
simpangan deviasinya dengan rumus :
(
)1/2
Lalu dihitung koefisien variasinya dengan rumus berikut :
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
32
Lampiran 8. Prosedur Petunjuk Uji Presisi Tablet Parsasetamol Zat Aktif 500
mg
Prosedur Petunjuk Uji Presisi Tablet Parsasetamol Zat Aktif 500
mg adalah sebagai berikut :
1. Timbang seksama lebih kurang 6 mg Mg Stearat, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 18 mg talk, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 60 mg avicel, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 16 mg amilum, sisihkan.
2. Campur Mg stearat, talk, avicel dan amilum, masukkan ke
dalam labu ukur 200 ml (plasebo).
3. Timbang seksama lebih kurang 500 mg standar parasetamol,
masukkan ke dalam labu ukur 250 ml yang berisi plasebo.
4. Buat formulasi tersebut sebanyak 6 kali penimbangan.
5. Larutkan dalam metanol hingga 1/5 bagian labu ukur.
6. Vortex selama 5 menit.
7. Selanjutnya larutan disonikasi selama 5 menit.
8. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
9. Saring dengan membran filter 0,5 µm, buang 20 mL filtrat
pertama.
10. Pipet 5,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 100,0 mL.
11. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
12. Pipet 1,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 10,0 mL.
13. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
14. Langkah-langkah tersebut juga dilakukan terhadap serbuk
placebo tablet dan standar 100% dan 120%.
15. Injeksikan sebanyak tiga kali ke alat KCKT, masing-masing
sebanyak 10,0 µL dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
33
(Lanjutan Lampiran 8. Prosedur Petunjuk Uji Presisi Tablet Parsasetamol Zat
Aktif 500 mg)
16. Hitung nilai koefisien variasi dengan rumus berikut :
Hasil rata-rata pengukuran :
Setelah didapat hasil rata-rata pengukuran selanjutnya dihitung
simpangan deviasinya dengan rumus :
(
)1/2
Lalu dihitung koefisien variasinya dengan rumus berikut :
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
34
Lampiran 9. Prosedur Petunjuk Uji Selektivitas (Spesifisitas)
Prosedur Petunjuk Uji Selektivitas (Spesifisitas) adalah sebagai
berikut :
1. Timbang seksama lebih kurang 6 mg Mg Stearat, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 18 mg talk, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 60 mg avicel, sisihkan.
Timbang seksama lebih kurang 16 mg amilum, sisihkan.
2. Campur Mg stearat, talk, avicel dan amilum, masukkan ke
dalam labu ukur 200 ml (plasebo).
3. Timbang seksama lebih kurang 500 mg standar parasetamol,
masukkan ke dalam labu ukur 250 ml yang berisi plasebo.
4. Buat formulasi tersebut sebanyak 6 kali penimbangan.
5. Larutkan dalam metanol hingga 1/5 bagian labu ukur.
6. Vortex selama 5 menit.
7. Selanjutnya larutan disonikasi selama 5 menit.
8. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
9. Saring dengan membran filter 0,5 µm, buang 20 mL filtrat
pertama.
10. Pipet 5,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 100,0 mL.
11. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
12. Pipet 1,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 10,0 mL.
13. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
14. Langkah-langkah tersebut juga dilakukan terhadap serbuk
placebo tablet dan standar 100% dan 120%.
15. Injeksikan sebanyak tiga kali ke alat KCKT, masing-masing
sebanyak 10,0 µL dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit.
16. Amati hasil kromatogram, perhatikan apakah ada gangguan
pada waktu retensi zat aktif akibat adanya eksipien.
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
35
Lampiran 10.Prosedur Petunjuk Uji Linearitas dan Rentang
Prosedur Petunjuk Uji Linearitas dan Rentang adalah sebagai
berikut :
1. Timbang seksama baku Parasetamol lebih kurang 400; 450;
500; 550; 600 mg
2. Masukkan masing-masing baku ke dalam labu ukur 250 ml.
3. Larutkan dengan metanol hingga 1/5 bagian labu ukur.
4. Vortex selama 5 menit.
5. Selanjutnya larutan disonikasi selama 5 menit.
6. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
7. Saring dengan membran filter 0,5 µm, buang 20 mL filtrat
pertama.
8. Pipet 5,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 100,0 mL.
9. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
10. Pipet 1,0 mL lalu masukkan ke labu ukur 10,0 mL.
11. Tambahkan fase gerak sedikit demi sedikit hingga batas labu
ukur, homogenkan.
12. Langkah-langkah tersebut dilakukan terhadap masing-masing
baku parasetamol.
13. Injeksikan ke alat KCKT, masing-masing sebanyak 10,0 µL
dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit.
14. Hasil dari analisis regresi (perbandingan konsentrasi dan area)
dihitung dengan rumus berikut :
Persamaan garis y = a + bx
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
36
(Lanjutan Lampiran 10.Prosedur Petunjuk Uji Linearitas dan Rentang)
Hitung linieritas berdasar nilai koefisien regresi (r) dengan
rumus berikut :
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013
37
Lampiran 11. Prosedur petunjuk pengukuran kadar Parasetamol dalam Sampel
Tablet
Prosedur petunjuk pengukuran kadar Parasetamol dalam Sampel
Tablet adalah sebagai berikut :
1. Ambil sampel sebanyak 20 tablet, timbang dan catat bobot
rata-ratanya.
2. Gerus dan haluskan sampel tersebut.
3. Timbang seksama lebih kurang 600 mg sampel yang telah
dihaluskan, masukkan ke dalam labu ukur 600,0 mL.
4. Larutkan dalam metanol secukupnya, sonikasi selama 5 menit.
5. Cukupkan volumenya dengan fase gerak metanol : air (1:3)
hingga batas labu ukur.
6. Saring dengan membran filter 0,5 µm, buang 20 mL filtrat
pertama.
7. Pipet 1,0 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL.
8. Cukupkan volumenya dengan fase gerak hingga batas labu
ukur.
9. Injeksikan sebanyak tiga kali ke alat KCKT dengan volume
injeksi 10 µL dan laju alir 1,5 mL/menit.
10. Hitung kadar sampel parasetamol dengan menghitung %
recovery.
Dimana :
A : Konsentrasi sampel yang ditimbang
B : Konsentrasi hasil penyuntikan setelah area diplotkan
pada kurva kalibrasi
Laporan praktek..., Nayla Kurrota Akyun, FF, 2013